Transcript

PERANCANGAN MODEL MATERIAL HANDLING CRANE

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN OTOMASI INDUSTRI

DENGAN PENDEKATAN RAPID PROTOTYPING

Disusun sebagai salah satu syarat Memmenyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh:

ARIF REZA BASIRUN

D 600 150 028

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

1

PERANCANGAN MODEL MATERIAL HANDLING CRANE

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN OTOMASI INDUSTRI

DENGAN PENDEKATAN RAPID PROTOTYPING

Abstrak

Teknologi sistem kontrol telah sangat berkembang dimana metode konvensional

berganti kearah otomasi terutama pada suatu proses perpindahan material yang berulang-

ulang. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan manusia untuk melakukan proses yang

berlangsung secara berulang-ulang. Crane merupakan salah satu jenis material handling

yang sangat sering digunakan untuk menggantikan fungsi manusia dalam proses

perpindahan barang yang berulang-ulang. Tujuan dari penelitian ini ialah merancang

konstruksi, sistem gerak dan sistem kontrol pada model material handling crane

otomatis, dimana dalam pembuatan menggunakan pendekatan rapid prototyping serta

membuat rancangan yang mampu memenuhi kriteria kelayakan sehingga alat dapat

dibuat. Pada penelitian ini proses perancangan diawali dengan proses benchmarking

untuk memperoleh gambaran rancangan serta pendekatan rapid prototyping agar

nantinya proses produksi lebih cepat. Hasil dari penelitian ini menghasilkan sebuah

rancangan trainer kit model material handling crane dengan sistem gerak menggunakan

motor stepper dan motor servo, serta sistem kontrol diatur oleh Arduino mega. Rancangan

dinyatakan layak untuk dilanjutkan pada proses pembuatan setelah memenuhi kriteria di

pengujian. Penelitian ini hanya sebatas sampai pada perancagan dan tidak seluruh part

dapat dibuat dengan teknik rapid prototyping.

Kata Kunci: Sistem Kontrol, Otomasi, Material handling crane, Perancangan,

Benchmarking, Rapid prototyping

Abstract

Control system technology has been highly developed where conventional methods

change towards automation, especially in a process of repetitive material transfer. This is

due to the limited ability of humans to carry out repetitive processes. Crane is one type

of material handling that is very often used to replace human functions in the process of

repetitive repetition of goods. The purpose of this study is to design a construction, motion

system and control system in an automatic material handling crane model, wherein the

manufacture uses a rapid prototyping approach and makes a design that is able to meet

the eligibility criteria so that tools can be made. In this study the design process begins

with a benchmarking process to obtain a description of the design and rapid prototyping

approach so that the production process will be faster. The results of this study produced

a material handling crane model trainer kit with a motion system using a stepper motor

and servo motor, and a control system regulated by Arduino Mega. The design is declared

feasible to continue in the manufacturing process after fulfilling the criteria tested. This

research is only limited to designation and not all parts can be made using rapid

prototyping techniques.

Keywords: Control Systems, Automation, Material handling cranes, Design,

Benchmarking, Rapid prototyping

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi pada sistem kontrol setiap tahunnya selalu berkembang secara pesat. Salah

satunya perkembangan mengambil alih metode konvensional untuk menyelesaikan suatu proses

terutama pada proses yang berulang, dimana kemampuan manusia untuk mampu menangani tugas

2

yang berulang-ulang pada perpindahan material sangatlah terbatas, sehingga memerlukan teknologi

kontrol yang komputerisasi untuk mampu menangani tugas yang berulang secara lebih cepat dan

efisien (Asnawi, 2008).

Material handling adalah satu jenis transportasi pengangkutan yang bersifat common use pada

sebuah perusahaan yang digunakan untuk proses memindahkan bahan baku, barang setengah jadi,

maupun barang jadi dari tempat asal ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. Peralatan material

handling sendiri sangatlah banyak, salah satunya yaitu crane. Crane merupakan salah satu alat yang

digunakan untuk memindahkan material.

Potitioning pada perancangan dan pengembangan produk trainer kit model material handling

crane dilakukan berdasar 3 penelitian yang telah ada sebelumnya, diantaranya penelitian tentang

miniatur crane otomatis berbasis PLC OMRON CPM 1A, kemudian penelitian tentang

pengembangan teknologi rapid prototyping untuk pembuatan produk-produk multi material dan

yang terakhir tentang sistem kontrol motor stepper DC menggunakan PWM Arduin.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya pada latar belakang diatas, peneliti ini

difokuskan pada perancangan model material handling crane berbasis kontrol arduino menggunakan

pendekatan rapid prototyping. Alai ini nantinya ingin digunakan sebagai media pembelajaran di

sistem otomasi industri lab teknik industri UMS.

1.1 Landasan Teori

1.1.1 Perancangan dan Pengembangan Produk

Perancangan merupakan proses untuk menghasilkan sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan

manusia (Ginting,2010). Proses pengembangan produk dalam suatu perusahaan umumnya melalui 6

tahapan proses, dimana Fase 0 : Perencanaan Produk, kemudian fase 1 : Pengembangan Konsep, Fase

2 : Perancangan Tingkat Sistem, Fase 3 : Perancangan Detail, Fase 4 : Pengujian dan

Perbaikan, yang terakhir Fase 5 : Produksi Awal (Ulrich dan Eppinger, 2001). Sedangkan

perancangan dan pengembangan produk merupakan keseluruhan proses yang saling terintegrasi

dengan keberadaan produk yang meliputi segala aktivitas mulai dari identifikasi konsumen sampai

pada pabrikasi, penjualan dan deliveri dari produk (Widodo, 2003).

1.1.2 Benchmarking

Benchmarking biasanya digunakan untuk mengevaluasi proses ataupun produk yang ada sehingga

menemukan cara atau proses terbaik dengan harapan mampu memperbaiki serta meningkatkan proses

maupun kualitas suatu produk. Benchmarking juga dapat dilakukan baik pada proses produksi,

produk, jasa maupun sistem dalam suatu organisasi (Budi Kho, 2016).

1.1.3 Rapid Prototyping

3

Rapid prototyping merupakan teknik membentuk dan merakit sebuah produk dengan cara

yang cepat serta terintegrasi antara sistem CAD (Computer Aided Design) dan mesin dengan sistem

Rapid prototyping baik 3D Printing maupun CNC (Rinanto and Sutopo, 2018). Terdapat beberapa

metode pada Rapid prototyping yang ada saat ini. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

Fused Depotition Modelling, dimana 3D printing menjadi media dalam mewujudkan objek yang akan

dibuat.

1.1.4 3D Printing

3D Printing merupakan alat untuk membuat objek pada 3 dimensi berdasarkan dari model

digital yang telah dirancang. Cara kerja dari alat ini hampir sama dengan printer laser, namun objek

dibentuk dari sejumlah layer atau lapisan yang masing-masing dicetak di atas setiap lapisan lainnya

(Excell, Jon 2013).

1.1.5 SolidWorks

SolidWorks merupakan alikasi berbasis CAD (Computer Aided Design), kelebihan dari

solidworks salah satunya cepat dan sangat mudah digunakan, kemudian aplikasi ini memiliki 3 area

kerja yang saling terintegrasi, yaitu Parts, Assembly dan Drawing. Perubahan pada juga mudah

dimana yang lain akan ikut menyesuaikan sehingga tidak diperlukan editing pada desain yang lain

(Applicad, 2014).

2. METODE

Mulai

Studi Pendahuluan

Studi Literatur :

- Jurnal dan Buku Tentang

Otomasi

- Jurnal Tentang Benchmarking

-Jurnal dan Buku Tentang Rapid

Prototyping

Studi Lapangan:

- Pengamatan Triner Kit Otomasi Industri

- Pengamatan Sistem Crane Perusahaan A

-Pengamatan 3D printing

-Pengamatan Video Laser Cutting

-Pengamatan Mesin mini CNC

Perancangan Alat

Tahapan Perancangan Benchmarking terhadap

alat-alat ide rancangan

- Mengklasifikasikan Konstruksi Alat

- Mengklasifikasikan Sistem gerak

- Mengklasifikasikan Sistem Kontrol

Pengujian Perancangan Alat

Analisa Perancangan

Alat

Selesai

Ya

Tidak

#

# 1. Pengujian rancangan

Konstruksi alat dengan

SolidWork

2. Pengujian Rancangan

dengan Sistem Gerak

yang akan digunakan

3. Pengujian Rancangan

dengan kontrol yang

digunakan

OBSERVASI DAN

PENGUMPULAN DATA

PERANCANGAN

ANALISA

Apakah Pengujian

Memenuhi Kriteria?

Potitioning

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Gambar 1. Kerangka Penelitian

4

Metode dan desain penelitian pada penelitian ini dibuat dalam 3 tahapan besar, yaitu tahapan

observasi dan pengumpulan data, kemudian tahapan perancangan dan yang terakhir tahapan analisa

dari rancangan yang telah dibuat. Penelitian ini dilakukan dari awal semester ganjil 2018 hingga

semester genap 2019. Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang Otomasi Industri gedung F lantai 1

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Gambar 1. merupakan flowchart tahapan dalam penelitian.

2.1 Observasi dan Pengumpulan Data

a. Studi pendahuluan

Studi Pendahuluan digunakan sebagai acuan menjalankan penelitian. Studi pendahuluan

dibagi menjadi dua bentuk yaitu studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur dilakukan

dengan cara melakukan review jurnal dan buku yang terkait tentang sistem otomasi, metode

benchmarking dan teknik rapid prototyping. Studi kedua yaitu studi lapangan, dimana studi

lapangan pertama terkait dengan sistem crane yang ada diperusahaan A, terkait trainer kit model

material handling dengan sistem PLC di lab Otomasi Industri, mesin3D printing, mini CNC dan

video laser cutting DIY.

b. Potitioning

Potitioning merupakan upaya untuk menentukan arah dan posisi dari penelitian

berdasarkan penelitian sebelumnya dan menjadi salah satu alasan mengapa penelitian ini layak

dilakukan.

c. Perumusan Masalah

Merupakan tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang

sangat penting dalam kegiatan penelitian.

d. Tujuan Penelitian

Penentuan tujuan dari penelitian yang dilakukan, dimana tujuan penelitian didasarkan

dari perumusan masalah yang ada sebelumnya.

e. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui beberapa hasil pengamatan, sehingga dapat

dibuat sebuah rancangan material handling crane sebagai media pembelajaran sistem otomasi.

2.2 Perancangan

Proses ini mengklasifikasikan data-data berdasarkan hasil benchmarking dimana perancangan

diklasifikasikan dalam 3 bagian, yaitu konstruksi, sistem gerak dan sistem kontrol. perancangan

material handling crane otomatis menggunakan aplikasi SolidWork.

5

2.3 Pengujian Rancangan

Proses pengujian di bagi dalam tiga hal, yaitu pengujian pada konstruksi rancangan

menggunakan aplikasi SolidWork, kemudian pengujian rancangan dengan sistem gerak yang

digunakan dan yang terakhir pengujian rancangan dengan sistem kontrol yang digunakan.

2.4 Analisia

Analisis dilakukan untuk menguji kesesuaian rancangan alat crane otomatis sebagai trainer

kit untuk media pembelajaran dalam mata kuliah otomasi industri. Sehingga nantinya trainer kit layak

dilanjutkan pada tahap pembuatan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data

Untuk melakukan benchmarking, peneliti terlebih dahulu menggumpulkan data terkait benda yang

akan dibenchmark nantinya. Pengumpulan data terkait macam-macam crane yang ada, kemudian

data macam-macam sistem penggerak dan yang terakhir data macam-macam sistem kontrol.

3.2 Proses Benchmarking

Berdasarkan penentuan alat yang pilih, proses benchmarking dilakukan terhadap 5 alat, dimana alat

tersebut memiliki kemiripan dengan data-data yang telah dipilih sebelumnya, kemudian mencari

kelebihan dan kelemahan dari alat-alat tersebut sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Proses Benchmarking

No Pengamatan Hasil Benchmarking

1

Crane Perusahaan A Sistem kerja crane yang dibuat mengadopsi sistem kerja pada crane perusahaan A,

dimana di perusahaan A, crane yang digunakan merupakan crane ruang atau Hoist

Crane , dimana crane dilengkapi 2 motor dikanan kiri untuk menggerakkan crane maju

mundur, kemudian di bagian tengah terdapat satu motor yang berfungsi menggerakkan

kait kekanan dan kekiri sesuai posisi benda kerja yang akan dipindahkan. Terdapat pula

satu motor yang berfungsi menggulung kawat untuk menaik-turunkan kait. Sistem ini

nantinya digantikan dengan gripper dengan memanfaatkan motor servo untuk menjepit

benda kerja yang akan dipindahkan.

2 Trainer Kit Material

Handling PLC

Mengadopsi Skala ukuran, agar antara trianer kit satu dan lainnya mampu terintegrasi.

3

3D printing Mengadopsi sistem gerakan linier motion rod yang ada pada 3D printing sebagai fungsi

perpindahan barang kekanan dan kekiri (sumbu Y). Motor stepper digunakan sebagai

sistem penggerak sehingga pergerakan lebih presisi dan halus.

4

Laser Cutting Mengadopsi Sistem gerakan wheel dengan alumunium profile, dimana alumunium

profile memiliki 2 fungsi sekaligus, yaitu sebagai rangka maupun jalur/rel untuk

pergerakan crane maju dan mundur (Sumbu X). Sistem gerak yang digunakan

menggunakan motor stepper sehingga pergerakan sangat presisi dan halus. Sistem

6

kontrol yang dipakai menggunakan arduino, dimana arduino mampu mengkontrol

semua proses pergerakan dari laser cutting tersebut.

5

Mini CNC Mengadopsi sistem gerakan dengan memanfaatkan smooth rod , agar saat pergerakan

naik turunz dapat berjalan secara halus (Sumbu ). Sistem penggerak yang digunakan

menggunakan motor stepper, sehingga sangat presisi dan halus.

3.3 Perancangan

Setelah diperoleh hasil benchmarking, tahap selanjutnya yaitu proses perancangan. Pada tahap

perancangan dibuat menggunakan aplikasi SolidWork. Perancangan trainer material handling crane

diklasifikasikan dalam 3 bagian yaitu konstruksi, sistem gerak dan sistem kontrol. Gambar 2

merupakan rancangan trainer kit model material handling crane.

Gambar 2. Rancangan Trainer Material Handling Crane

a. Perancangan Konstrusksi

Pada sistem Konstrusksi tersiri dari beberapa komponen, diantaranya 4 alumunium profile

40cm, 4 alumunium profile 30cm, 8 buah siku penyambung dan Papan kayu. Alumunium profile

yang digunakan berdimensi dan berjenis alumunium alloy 6063-T6. Siku digunakan sebagai

penyambung antara tiang konstruksi. Siku yang digunakan berdimensi 20mm x 20mm berbahan

alumunium alloy 6063-T6. Papan kayu digunakan sebagai alas dari trainer kit model material

handling crane. Dimensi alas memiliki tebal 30mm dan dimensi 500mm x 500mm.

b. Perancangan Sitem Gerak.

Perancangan pada sistem penggerak disesuaikan dengan motor penggerak yang

digunakan, dimana motor yang digunakan merupakan motor stepper DC yang nilai rating

diberikan dalam langkah per putaran (steps per revolution). Pada perancangan sistem gerak dibagi

dalam 3 gerakan sebagai berikut:

7

1) Rancangan Penggerak Arah Maju-Mundur

Pada perancangan ini terdapat 38 part. Untuk part yang dibeli diantaranya 6 baut L 36mm,

6 wheel, 12 ring, 2 pulley, 2 motor stepper dc, 4 baut pengunci cover. Sedangkan part yang dapat

dibuat menggunakan teknik rapid prototyping diantaranya 2 Part A Back and Forth, 2 Part B

Back and Forth dan 2 Cover Motor.

2) Rancangan Penggerak Arah Kanan-Kiri

Pada perancangan ini terdapat 15 part. Untuk part yang dibeli diantaranya 1 motor

stepper DC, 1 pulley, 2 baut pengunci, 1 gulung belt, 1 fix pulley, 2 linier motion rod dan 2

smooth rod 6mm sepanjang 400mm. Sedangkan part yang dapat dibuat dengan teknik rapid

prototyping diantaranya 1 stand cover motor, 1 middle motion, 2 gripper belt, dan 1 stand pulley

fix.

3) Rancangan Penggerak Arah Naik-Turun.

Pada perancangan ini terdapat 12 part. Untuk part yang dibeli diantaranya 2 smooth rod

3mm, 2 baut pengunci, 1 motor stepper DC, 2 spacer, 1 gulung rope dan 1 buah gripper.

Sedangkan part yang dapat dibuat dengan teknik rapid prototyping diantaranya 1 holder up, 1

Rope Pulley, dan 1 holder down.

c. Perancangan Sistem Kontrol

Pada perancangan ini terdapat 12 part. Untuk part yang dibeli diantaranya 1 unit Arduino

mega, 3 sensor ultrasonic, dan kabel male female sesuai kebutuhan. Sedangkan part yang dapat

dibuat dengan teknik rapid prototyping 3 case sensor A dan 3 case sensor B

3.4 Pengujian

Untuk mengetahui apakah rancangan memenuhi kriteria kelayakan, dilakukan 3 pengujian

yang berbeda, yaitu pengujian pada konstruksi rancangan menggunakan aplikasi SolidWork,

kemudian pengujian rancangan dengan sistem gerak yang digunakan dan yang terakhir pengujian

rancangan dengan sistem kontrol yang digunakan.

Pengujian konstruksi dilakukan dengan menggunakan aplikasi solidwork, pengujian

dilakukan dengan memanfaatkan menu simulation yang disediakan solidwork. Langkah yang

dilakukan pada proses ini yaitu 1) mempersiapkan assembly rancangan yang akan diuji, kemudian 2)

menentukan tipe material dari rancangan konstruksi yaitu alumunium alloy 6063-T6. Setelah

rancangan siap, 3) dilakukan penentuan titik tumpu dari keseluruhan konstruksi, dimana titik tumpu

dipusatkan pada bagian bawah tiang konstrusi. Langkah selanjutnya 4) mengatur contact sets pada

rancangan konstruksi, dengan tujuan memberikan perintah bahwa rancangan yang dibuat merupakan

hasil assembly. Untuk menguji bebanyang akan diberikan 5) dilakukan dengan cara mengatur total

berat yang akan dibebankan seberat 49N. Untuk mengetahui hasil pengujian dilakukan dengan cara

8

6) memilih menu mesh and run, kemudian aplikasi solidwork akan merender dan memproses

pengujian. Gambar 3 merupakan outpit dari pengujian, dapat dilihat bahwa nilai maksimum Von

Mises Stress sebesar 1,465x106N/m2 dibawah nilai Yield Strength sebesar 9x 107N/m2 sehingga

deformasi yang terjadi masih bersifat elastis, oleh karena itu rancangan konstruksi dinyatakan aman

pada beban 5kg.

Gambar 3. Hasil Uji Pembebanan

Pengujian pada sistem penggerak dilakukan untuk mengetahui tingkat ketelitian dari

pergerakan crane berdasarkan spesifikasi motor stepper DC dan ukuran rancangan pulley. Tingkat

ketelitian diperoleh dengan persamaan 1 dan diperoleh nilai ketelitian maksimum sebesar 0,58875

mm. Pengujian Sistem penggerak juga dilakukan untuk mengetahui pergerakan yang lebih efisien

diantara pergerakan serial atau pergerakan paralel. Untuk itu diperlukan perhitungan waktu tempuh

masing-masing gerakan dengan persamaan 2. Gambar 4 merupakan pergerakan crane secara serial

maupun paralel.

Area

Kedatangan

Area

Drop 1

Area

Drop 2

Home

330 mm

280 m

m

Jalur Serial

Jalur Parallel

Sumbu X (Maju-mundur)

Su

mb

u Y

(K

anan

-Kir

i)

Gambar 4. Jalur Pergerakan Crane

9

Tingkat Ketelitian = derajat minimun

derajat 1 putaran penuhx keliling …….(1)

Waktu tempuh = Jarak Tempuh

Kecepatan Motor …………………….(2)

Pengujian rancangan sistem kontrol disesuaikan dilakukan untuk memporoleh luas area

penerimaan material, agar ketika material dating pada area penerimaan, gripper tetap akan mampu

menjangkau material tersebut. Penentuan dari luas area penerimaan dilakukan dengan

memperhitungkan tingkat ketelitian pergerakan crane, lebar maksimum gripper saat membuka dan

lebar dari material yang akan diambil. Gambar 5 merupakan hasil dari pengujian rancangan sistem

kontrol.

46

mm

.

Material

40mm.

48

mm

.

SE

NS

OR

45

mm

.

20mm.

Stopper

Gambar 5. Area Penerimaan

3.5 Analisis

a. Analisis Keamanan Konstruksi

Berdasarkan hasil dari Uji simulasi konstruksi berbahan alumunium alloy 6063-T,

diperoleh nilai hasil pada pembebanan sebesar 5kg konstruksi masih bersifat elastis, oleh karena

itu rancangan konstruksi dinyatakan aman dikarenakan beban aktual yang akan diberikan pada

konstruksi tidak lebih dari 2kg dimana masih dibawah 5kg atau 49N. Beban aktual dari rancangan

sebesar 1,72 kg.

b. Analisis Efisiensi Gerakan Trainer Kit

Pada pengujian sebelumnya diperoleh nilai ketelitian maksimum dari motor stepper

0,58875 mm yang berarti lebih kecil dari batas minimal yang diharapkan sebesar 2 mm.

Sedangkan untuk analisa pergerakan serial dan parallel dilakukan dengan cara menjumlahkan

total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 proses perpindahan barang, dimana pada

gerakan serial semua gerakan dilakukan dalam waktu yang berbeda, sedangkan gerakan parallel

terdapat beberapa gerakan yang dapat dilakukan secara bersamaan. Untuk pergerakan serial dari

posisi home, rancangan crane membutuhkan waktu kurang lebih selama 128.82 detik. Pada

pergerakan parallel crane membutuhkan waktu kurang lebih selama 114,10 detik yang berarti

pergerakan parallel menunjukkan hasil yang lebih efisien dalam waktu tempuh dengan

10

memangkas waktu sebesar 14,72 detik dibandingkan gerakan secara serial, namun pergerakan

secara parallel tidak serta merta lebih baik dibandingkan pergerakan secara serial. Hal ini

diakibatkan pergerakan parallel tidak dapat diterapkan ke semua layout fabrikasi

c. Analisis Kinerja Sistem Kontrol

Pada pengujian sebelumnya diperoleh ukuran dari area penerimaan seluas 46mmx46mm

dengan jarak sensor dari area penerimaan paling dekat 20mm dan paling jauh 26mm , dimana

pada jarak ini gripper masih mampu mengambil material tersebut. Kemudian untuk membantu

agar material tidak bergeser terlalu jauh dari area penerimaan pada sisi lawan arah kedatangan

material akan lebih ditinggikan 2-3mm.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bedasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Proses benchmarking menghasilkan sebuah rancangan trainer kit model material handling crane

dengan sistem kerja seperti fix crane, dimana sistem penggeraknya menggunakan motor stepper

dan motor servo, kemudian sistem kontrolnya menggunakan Arduino mega.

b. Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan trainer kit model material handling crane yang

terbagi kedalam 3 bagian, yang pertama konstruksi dirancang menggunakan Alumunium Profile

dengan sambungan menggunakan siku penyambung. Kedua sistem gerak, terdiri dari 4 gerakan,

yaitu gerakan maju-mundur, gerakan kanan-kiri, gerakan naik-turun dan yang terakhir gerakan

menjepit material. Ketiga pada sistem kontrol Arduino didasaarkan pada ultrasonic.

c. Pada proses perancangan dilakukan tiga pengujian. Pengujian pertama pada konstruksi rancangan

trainer kit, konstruksi dinyatakan masih bersifat elastis yang berarti konstruksi dinyatakan aman.

Pengujian kedua pada sistem gerak diperoleh ketelitian maksimum sebesar 0.59mm. Pengujian

terakhir yaitu pada sistem kontrol, diperoleh ukuran dari area penerimaan, dimana luas area

penerimaan sebesar 46mmx46mm.

d. Berdasarkan ketiga pengujian maka rancangan trainer kit model material handling crane telah

memenuhi kriteria kelayakan sehingga alat dinyatakan dapat dilanjutkan pada proses pembuatan.

4.2 Saran

Setelah mampu menyelesaikan penelitian ini, diperoleh beberapa saran untuk kedepannya:

a. Diharapkan untuk kedepannya, pengembangan dari alat ini tetap dilanjutkan, terutama

menkoonfigurasi agar antara conveyor yang sudah ada mampu terintegrasi dengan trainer kit

model material handling crane.

11

b. Penambahan limit switch pada bagian area kedatangan apabila telah terintegrasi dengan conveyor

yang ada. Limit switch digunakan untuk menggantikan fungsi peninggian pada tepi area

kedatangan.

c. Perlunya buku panduan pada alat trainer, sehingga memudahkan mahasiswa memahami trainer

kit tersebut.

d. Perlunya pengadaan alat rapid prototyping 3D Printing yang lebih modern maupun alat rapid

prototyping jenis lain yang memiliki fungsi lebih baik dari alat yang sudah ada di lab otomasi.

e. Perlunya adanya buku panduan pada alat rapid prototyping, sehingga penggunaan alat lebih

efisien.

f. Perlunya mahasiswa untuk mempelajari serta memahami cara kerja sistem kendali arduino,

karena saat ini materi pembelajaran coding sudah sangat berkembang pesat.

DAFTAR PUSTAKA

Applicad. 2014. Mengenal Solidworks. Http://Applicadindonesia.com. Diakses pada 2 Desember

2018 (15:33).

Asnawi dan Wijaya. 2008. Metodologi Penelitian Keuangan, Prosedur, Ide, dan Kontrol. Edisi

Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Budi Kho. 2018. Pengertian Benchmarking (Tolok Ukur) dan Jenis-Jenisnya.

Https://Ilmumanajemenindustri.com. (2016). Diakses pada 2 Desember 2018 (20:06).

Excell, Jon. 2013.The rise of additive manufacturing. The Engineer.

Karl T Ulrich, Steve D Eppinger. 2001. Perancangan Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba

Teknika.

Rinanto, A. And Sutopo, W. 2018. Perkembangan Teknologi Rapid Prototyping : Study Literatur

Perkembangan Teknologi Rapid Prototyping. Jurnal Metris 18: 105–112.