SEBARAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DIRESORT PEMERIHAN, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
SELATAN
(Skripsi)
OlehFirda Nur Islami
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRAK
SEBARAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DIRESORT PEMERIHAN, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
SELATAN
Firda Nur Islami
Indonesia terdapat gajah sumatera yang tersebar mencakup Pulau Sumatera danKalimantan Timur. Salah satu habitat alami gajah sumatera adalah di ResortPemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Resort Pemerihanmerupakan daerah dengan konflik satwa dan manusia salah satu satwanya adalahgajah sumatera, oleh karena itu sangat dibutuhkan informasi tentang keberadaangajah di habitat alaminya khususnya di Resort Pemerihan yang berbatasanlangsung dengan daerah pemukiman berdasarkan keragaman ekosistemnya dantanda tidak langsung keberadaan gajah sumatera seperti, feses, tapak kaki, danaktifitas manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2017 diResort Pemerihan, TNBBS berkerjasama dengan WCS-IP dan BBTNBBS.Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung menggunakan patchoccupancy dan rappid assesment. Lokasi penelitian dibagi menjadi 14 griddengan ukuran 2×2 km2. Terdapat 156 titik temuan tanda langsung dan tidaklangsung keberadaan gajah sumatera yang tersebar di empat tipe area, yaitu hutanprimer, hutan sekunder, padang ilalang dan perkebunan. Tanda keberadaan gajahsumatera meliputi 4 tipe, yaitu kotoran, tapak kaki, gesekan badan, perjumpaanlangsung. Karakteristik habitat gajah sumatera yang mendukung keberadaangajah sumatera adalah jarak dari sungai 0-125 m, ketinggian dari atas permukaanlaut 0-400 mdpl, dan area pada kelerengan 6-7 % (dataran rendah).
Kata Kunci : Gajah sumatera, sebaran, resort pemerihan taman nasionalbukit barisan selatan.
SEBARAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DIRESORT PEMERIHAN, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
SELATAN
OlehFirda Nur Islami
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Sains
Pada
Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Firda Nur Islami dilahirkan pada tanggal 15 September 1995 di
Bandarlampung sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara,
pasangan Bapak Djoni S.E dan Almh. Ibu Elly Tasari.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal yang pertama pada
tahun 2001 di Taman Kanak-kanak (TK) Raudhatul Alhfal Daya Bandarlampung.
Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2007 di SDN 1
Labuhan Ratu Bandarlampung, Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2010 di
SMP Al-Azhar 3 Bandarlampung, Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2013 di
SMAN 13 Bandarlampung. Pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) penulis diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi, Universitas Lampung.
Pada tahun 2016, penulis melakukan Kerja Praktik di Rumah Sakit Gajah Prof. Dr. Ir. H
Rubini Atmawidjaja, Taman Nasional Way Kambas dengan judul Sistem Perawatan
Kesehatan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Rumah Sakit
Gajah Prof. Dr. Ir. H. Rubini Atmawidjaja, Taman Nasional Way Kambas.
Hasil kerja prakik tersebut telah di publikasikan dalam bentuk proseding pada
kegiatan International Wildlife Symposium 2016. Penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2017 di Desa Bekri, Lampung Tengah.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
kemahasiswaan tingkat Jurusan dan Universitas. Tahun 2014, penulis bergabung
di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota Kesekretariatan dan
Logistik (KALOG), di tahun yang sama juga bergabung sebagai anggota UKM
KSR PMI Unit Unila. Pada tahun 2015, penulis menjadi Kordinator Dokumentasi
dan Dekorisasi dalam acara Pekan Konservasi Sumber Daya Alam (PKSDA).
Pada tahun 2016 penulis menjabat sebagai Kepala Divisi Transfusi Darah di
UKM KSR PMI Unit Unila.
Selain itu, selama perkuliahan juga aktif menjadi asisten di berbagai praktikum
biologi, yaitu Praktikum Biologi Umum (2014( (mahasiswa pertanian),
Biosistematika Tumbuhan (2015), Sains Dasar (Mahasiswa Kimia) (2015),
Perilaku hewan (2015 dan 2017), Mamalogi (2015), Biologi Konservasi dan
Iktiologi pada tahun (2017). Pada tahun 2017 penulis melakukan penelitian
bekerja sama serta di bawah program Wildlife Conservation Sosiety (WCS-IP) dan
Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dengan judul SEBARAN GAJAH
SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI RESORT PEMERIHAN,
TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur keharidat Allah SWT atas berkatdan rahmatnya yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, kemudahandan nikmat lainnya hingga karya kecil ku terselesaikan. Tak lupa jugasolawat serta salam terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan rasa syukur dan bangga, ku persembahkan karya kecilku kepadaorang-orang yang sangat ku sayangi dan berharga.
Kedua orangtuaku, Papa Djoni M dan Mama Elly yang telah memberikanseluruh kasih sayang dan pengorbanannya demi keberhasilanku. Doa yangselalu mengiringiku di setiap langkah. Keringat dan air matamu yang selalumendampingiku untuk selalu ingat akan bersyukur dan menjadi semangatku. Maafkan dan Terimakasih atas semua yang telah kalian berikankepadaku.
Khususnya ibuku tersayang Alm. Elly Tasari
Kado kecil untukmu
Lak Shuffi, Kakak Apri, Abang abdul, kalian kakak-kakakku tersayangterimakasih atas nasihat, dukungan, dan doa yang selalu mengiringikudisetiap langkah. Semoga kelak kita menjadi anak yang berguna danberbakti kepada orangtua.
Seluruh keluarga besarku, terimakasih atas semangat dan doa demikeberhasilanku.
Indonesia Tanah Airku
Almamater Tercinta, Universitas Lampung
MOTTO
Allah SWT bersama mu
Berfikir besar, berfikir positif, dan melakukan yang terbaik
Yakinlah semua itu akan tercapai, dengan yakin 100% maka Dunia besertaisinya pasti akan membantu untuk mencapainya (Martha A)
Berlian akan terbentuk karena adanya suhu dan tekanan (Nasyratul Ilmi)
Berbuat baiklah untuk diri sendiri
Belajarlah dari hal yang terkecil bahkan tak terlihat sekalipun, agar kamumudah mengerti hal yang besar
Aku dengar, aku lupaAku lihat, aku ingat
Aku lakukan, aku mengerti(Relawan KSR PMI)
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan
dengan judul “SEBARAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI
RESORT PEMERIHAN, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN”.
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri melainkan berkat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang tulus kepada:
1. Kedua orangtua ku Papa Djoni dan Mama Elly yang telah menjadi inspirasi hidup.
Terimakasih atas dukungan, doa, semangat, nasehat, pengorbanan serta air mata yang
telah tercurahkan selama ini.
2. Ibu Dra. Elly L. Rustiati, M.Sc. selaku pembimbing I yang telah sabar dan banyak
memberikan pengarahan serta motivasi yang besar. Terimakasih atas segala bimbingan,
nasehat dan bantuan dalam penyusunan Skripsi.
3. Bapak Firdaus R. Affandi M.Si, selaku pembimbing II, yang telah memberikan arahan,
motivasi serta ilmu selama di lapangan.
4. Bapak Priyambodo M.Sc, selaku pembahas, telah memberikan saran dan kritik untuk
perbaikan kualitas skripsi.
5. Manager Wildlife Conservation Society (WCS-IP) dan seluruh jajaran atas kerja sama,
fasilitas, dukungan dan ilmu yang bermanfaat.
6. Kepala Balai Basar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) dan seluruh
jajaran , atas izin yang telah diberikan kepada peneliti.
7. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M. Sc. Selaku dosen pembimbing akademik.
8. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas MIPA,
Universitas Lampung.
9. Seluruh dosen Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Lampung beserta karyawan,
dan staff.
10. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matermatika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
11. Bapak Ir. Timbul Batubara, M.Si
12. Lek Marji, Pak Tori, Pakde Bunyamin, Kak Fajar, Bang Amin dan Bang Yudi, tim
perjuangan di lapangan, yang telah memberi dan berbagi ilmu serta pengalaman yang
sangat luar biasa.
13. Mba Wulan Pusparini dan Bang Lubis yang telah memberikan ide dan saran dalam
proses penelitian serta bantuan dan kesabarannya dalam penyelesaian pengolahan data.
14. Kak Ardian dan Kak Udin, yang memberikan arahan dan saran dalam penulisan skripsi.
15. Kak Aang, Kak Bayu, Kak Ari, Mas ferry dan Mas Mail atas saran dalam penyelesain
skripsi dan bantuan demi kelancaran peneliti.
16. Mba Sasa, Mba Arimbi, dan Mba Fitri, atas bantuan, saran dan motivasinya.
17. Bapak Una, selaku Kepala Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
yang telah memberikan izin serta bantuan dan nasihat yang luar biasa.
18. Kakakku tersayang (Ahmad Shuffie Riadus, Aulia Apriyatman, S.E., Abdul Ghaffar,
S.Pd) terimakasih atas motivasi dan dukungannya, semoga kita kelak menjadi anak yang
sukses dan berbakti kepada orangtua kita dan Keluargaku tercinta, terimakasih atas
doanya selama ini.
19. Seluruh Tim Fecal DNA Gajah Sumatera TNBBS, atas kerjasama dan dukungannya.
20. Abdurrachman Yusuf Hasyim, terimakasih atas semangat, doa, bantuan dan waktunya
untuk menemani dalam proses penulisan.
21. Kak Aga dan Kak Adya, atas bantuan dan motivasi dalam proses penulisan skripsi.
22. Sahabat rimbaku Siti asiyah,S.Si (aas), M. Khairul Ikhwan, S.Si, Nafila Izzazaya Idrus,
S.Si, dan Harnes Abrini, S.Si, teman seperjuangan terimakasih atas bantuan dan
dukungannya.
23. Sahabat-sahabatku (WANSOL), Cikal, Bellanoor, Adhe, Siska, Ira, Nadia, Ferza, Ariska,
Wulan, dan Niswatun. Terimakasih atas kesabaran, nasehat, dukungan, doa, canda tawa
serta kebersamaannya.
24. Mentari Larasati, teman seperjuangan dalam menulis, terimakasih atas motivasi dan
canda tawa yang menemani dalam proses penulisan.
25. Teman-teman angkatan 23 UKM KSR PMI Unit Unila (Mentari, Tari, Biha, Iis, Andri,
Armania, Hargo, Weni, Elsa, Lesty) terimakasih atas kesabaran dan semangatnya, serta
Kakak Senior, Mba Senior dan Adik-adik keluarga besar UKM KSR PMI Unit Unila
atas motivasi dan saran yang telah diberikan.
26. Teman-teman KKN 2017 (Lintang, Sugeng, Selvi, Oftika, Uyup, Yogi, Ditho, Deni, Ace,
Wahyu, Niko, Julio, Guzel), terimakasih semangatnya, semoga kita semua menjadi orang
yang sukses.
27. Teman-teman seangkatan 2013, Kanda, Yunda, Adik-adik dan seluruh keluarga
BIOLOGI FMIPA, UNILA atas motivasi dan kebersamaan
28. Seluruh rekan, kerabat, sahabat yang telah membantu dalam bentuk moral, materil, dan
semangat yang tak bisa ku sebutkan satu-satu, terimakasih banyak.
Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, terutama rekan-rekanmahasiswa Biologi FMIPA.
Bandarlampung, Januari 2018Penulis,
Firda Nur Islami
i
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI................................................................................................... iDAFTAR TABEL ........................................................................................ iiiDAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................... 3
C. Manfaat.................................................................................................. 3
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)..................... 5
B. Ancaman yang dihadapi Gajah Sumatera.............................................. 8
C. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Resort Pemerihan 9
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 11
B. Alat ...................................................................................................... 11
C. Metode Kerja ......................................................................................... 13
ii
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sebaran Gajah Sumatera ...................................................................... 20
B. Tanggapan Gajah Sumaera terhadap parameter ................................... 35
C. Konservasi gajah sumatera .................................................................. 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 41
B. Saran ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 42
iii
DAFTARTABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis temuan tanda keberadaan tidak langsung dan langsung gajah
sumatera di Resort Pemerihan TNBBS............................................. 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grid Survei di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan ........................................................................................... 12
Gambar 2. Pengambilan titik koordinat dan pencatatan temuan .................... 14
Gambar 3. Format kolom perjumpaan tanda langsung dan tidak langsung
keberadaan gajah sumatera ........................................................... 16
Gambar 4. Format parameter menggunakan arcgis ........................................ 17
Gambar 5. Perangkat lunak maxent................................................................. 18
Gambar 6. Sebaran gajah sumatera di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan............................................................................. 20
Gambar 7. Sebaran tanda tidak langsung keberadaan gajah sumatera di tipe
habitat Resort Pemerihan TNBBS................................................ 23
Gambar 8. Bekas pakan gajah sumatera di Resort Pemerihan, Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan................................................................... 24
Gambar 9. Wilayah perjumpaan tanda tidak langsung gajah sumatera di padang
ilalang, Resort Pemerihan,TNBBS................................................ 26
Gambar 10. Kerusakan perkebunan warga di Resort Pemerihan, Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan.................................................................... 27
v
Gambar 11. Kotoran gajah sumatera di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan.............................................................................. 29
Gambar 12. Tapak kaki gajah sumatera di Resort Pemerihan,Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan.................................................................... 29
Gambar 13 Gesekan badan gajah pada pohon meranti (Shorea sp) di Resort
Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan .................... 30
Gambar 14. Tanda tidak langsung satwa lain di Resort Pemerihan TNBBS .... 31
Gambar 15. Tumbuhan pakan gajah sumatera di Reosrt Pemerihan TNBBS ... 34
Gambar 16. Peta prediksi keberadaan gajah sumatera di Resort Pemerihan, Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan.................................................. 36
Gambar 17. Tanggapan gajah sumatera terhadap ketinggian tempat di atas
permukaan laut, Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan........................................................................................ 37
Gambar 18. Tanggapan gajah sumatera terhadap kelerengan di Resort Pemerihan,
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan..................................... 38
Gambar 19. Tanggapan gajah sumatera terhadap jarak dari sungai, di Resort
Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ................... 39
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, termasuk
satwa mamalia besar yang sudah terancam punah, seperti gajah asia. Terdapat
dua jenis gajah asia di Indonesia, yaitu gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) dan gajah kalimantan (Elephas maximus borneensis) (Zannah,
2014). Ukuran tubuh gajah asia lebih kecil dibandingkan dengan gajah
afrika, sementara gajah sumatera memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari
gajah kalimantan (WWF, 2011).
Gajah sumatera dan gajah kalimantan telah terdaftar dalam red list book
International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan status kritis.
Sejak tahun 1931 gajah sumatera telah dilindungi dalam Ordonansi
Perlindungan Binatang Liar Nomor 134 dan 226 (Jajak, 2004). Selain itu,
gajah sumatera termasuk dalam daftar Appendix I, Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna
(CITES) (2010), satwa liar tidak boleh diperdagangkan secara internasional
baik gading maupun bagian tubuh lainnya.
2
Menurut Alikodra (2002), satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kehidupan manusia, keseimbangan ekosistem dan ekonomi. Dalam
keseimbangan ekosistem, gajah mempunyai peranan sebagai agen penyebaran
biji tumbuhan dan pengendali pertumbuhan flora. Populasi gajah sumatera
mengalami penurunan dari tahun ke tahun karena terjadinya fragmentasi
habitat, kebakaran hutan, perburuan liar, konflik satwa dan manusia, serta
penyakit (Fadillah et al., 2014).
Sebaran gajah sumatera di Indonesia mencakup Pulau Sumatera dan Pulau
Kalimantan (Zannah, 2014). Salah satu habitat alami gajah sumatera adalah
di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Tipe ekosistem TNBBS
terdiri dari hutan pantai, hutan hujan, dataran rendah dan hutan hujan
pegunungan rendah. Kawasan TNBBS juga merupakan kawasan hutan hujan
tropis dan dataran rendah terluas yang masih tersisa di Sumatera (Kinnaird et
al., 2003).
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki pembagian wilayah yang
terdiri dari 17 resort dan 4 seksi, salah satunya adalah Resort Pemerihan.
Menurut Sukmara (2012), Resort Pemerihan merupakan daerah dengan
konflik satwa dan manusia. Salah satu satwa berkonfliknya adalah gajah
sumatera, oleh karena itu sangat dibutuhkan informasi tentang keberadaan gajah
di habitat alaminya khususnya di Resort Pemerihan yang berbatasan langsung
dengan daerah pemukiman berdasarkan keragaman ekosistemnya dan tanda tidak
3
langsung keberadaan gajah sumatera seperti, kotoran, tapak kaki, gesekan badan
dan gangguan dari aktifitas manusia.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran gajah sumatera
berdasarkan tanda keberadaan langsung dan tidak langsung di kawasan Resort
Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dasar mengenai sebaran
gajah sumatera untuk pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
dalam upaya konservasi gajah sumatera.
4
D. Kerangka Pikir
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) adalah satu dari dua
kawasan konservasi di Provinsi Lampung selain Taman Nasional Way
Kambas (TNWK). Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ditetapkan sebagai
kawasan pelestarian alam untuk melindungi kawasan yang kaya akan
berbagai flora dan fauna, salah satunya adalah gajah sumatera (Elephas
maximus sumatranus).
Populasi gajah sumatera mengalami penurunan setiap tahunnya akibat dari
alih fungsi lahan serta perburuan liar. Kelompok gajah bergerak dari satu
wilayah ke wilayah yang lain, dan memiliki daerah jelajah yang luas
mengikuti ketersediaan pakan, tempat berlindung dan berkembang biak.
Luasan daerah jelajah akan sangat bervariasi tergantung dari ketiga faktor
tersebut.
Upaya mempertahankan keberadaan dan pelestarian gajah sumatera terus
dilakukan, seperti pemantauan, pemetaan daerah jelajah gajah sumatera dan
analisis daya dukung habitat gajah sumatera dalam mempertahankan
hidupnya di kawasan yang berdampingan dengan aktifitas manusia. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam sebaran gajah
sumatera termasuk melalui tanda-tanda tidak langsung di Resort Pemerihan,
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
Di dunia terdapat dua jenis gajah, yaitu gajah asia (Elephas maximus) dan
gajah afrika (Loxodonta africana) (Seidensticker, 1984). Indonesia memiliki
dua gajah asia yang terdapat di Sumatera, gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) dan di Kalimantan, gajah kalimantan (Elephas maximus
bornensis) (Glastra, 2003). Menurut Benson dan Nagel (2004), gajah
sumatera memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Bangsa : Proboscidea
Suku : Elephantidae
Marga : Elephas
Jenis : Elephas maximus
Anak jenis : Elephas maximus sumatranus
Menurut Lekagul dan McNeely (1977), terdapat empat anak jenis gajah asia,
yaitu Elephas maximus maximus berada di Srilanka, Elephas maximus
6
indicus berada di India, Elephas maximus sumatranus dan Elephas maximus
borneensis berada di Indonesia.
Gajah asia memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dan tekstur kulit yang
kasar dibandingkan dengan gajah afrika (Anggraini, 2005). Berat badan pada
gajah betina dapat mencapai 3700 kg dengan tinggi 2,4 m, sedangkan gajah
jantan dapat mencapai berat 5000 kg dengan tinggi 3,2 m (Mercy, 2009).
Gajah jantan asia mempunyai gading yang lebih pendek dibandingkan gajah
afrika. Pada gajah betina memiliki bentuk tengkorak kepala yang tampak
persegi, sedangkan gajah jantan memiliki bentuk tengkorak kepala yang
berbentuk bulat telur (Sukumar, 2003). Kaki gajah dewasa memiliki ukuran
diameter berkisar antara 35-44 cm, sedangkan gajah muda berkisar antara 18-
22 cm (Poniran,1974).
Gajah asia umumnya hidup di daerah dataran rendah dan tinggi di kawasan
hutan hujan tropika Pulau Sumatera dan Kalimantan. Habitat gajah sumatera
terdiri dari berbagai tipe hutan yaitu hutan rawa, hutan gambut, hutan hujan
dataran rendah, dan hutan hujan pegunungan rendah (WWF, 2005).
Penggunaan habitat gajah dipengaruhi oleh berbagai variasi dalam tiap faktor
habitat seperti tipe hutan, penutupan tajuk, ketersediaan pakan, ketersediaan
pohon mineral, ketersediaan pohon gosok badan, dan jarak ke sumber air
yang dekat (Abdullah et al., 2012). Penggunaan habitat oleh gajah juga
7
bergantung dengan musim, pada musim kemarau kelompok gajah biasanya
melakukan aktifitas makan dengan pergerakan dari hutan dataran tinggi
menuju hutan dataran rendah dan pergerakan sebaliknya dilakukan oleh gajah
pada musim hujan (Wiratno et al., 2004).
Gajah sumatera tersebar di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung (Departemen
Kehutanan, 2007). Keberadaan gajah sumatera di Lampung dapat
ditemukannya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) (Hedges et al.,2005).
Menurut Santiapillai (1987), gajah membutuhkan wilayah seluas 680 ha.
Wilayah jelajah gajah asia bervariasi antara 32,4-166,9 km2 sesuai dengan
ketersediaan pakan, tempat berlindung dan berkembang biak. Gajah asia
melakukan penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur tertentu yang
tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah asia dapat mencapai
7 km dalam satu malam. Sedangkan pada musim kering atau musim buah
gajah mampu jelajah mencapai 15 km per hari (WWF, 2005).
Beberapa jenis tumbuhan yang sering dimakan oleh gajah adalah jenis
rerumputan, buah, dedaunan, ranting, rotan, akar dan kulit batang, serta
tanaman budidaya (Widowati,1985). Gajah membutuhkan makanan 200-300
kg per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5%-10% dari berat badannya
(Shoshani, 1982). Gajah sumatera membutuhkan air minum 20-50 liter/hari
8
(Poniran, 1974). Gajah mampu minum hingga 9 liter dalam satu kali hisap
(Shoshani, 1982).
Gajah sering berkubang di lumpur pada waktu siang atau sore hari di saat
sambil mencari minum. Perilaku berkubang bertujuan untuk melindungi kulit
gajah dari gigitan serangga dan ektoparasit, selain untuk mendinginkan tubuh
(Shoshani dan Eisenberg, 1982). Mengibaskan telinga, mengganggukkan
kepala dan menggoyangkan tubuhnya (Lekagul dan McNeely,1977) atau
dengan posisi berbaring serta mendengkur adalah salah satu cara gajah tidur
(Altevogt dan Kurt, 1975).
Pada habitat alaminya gajah betina hidup berkelompok dengan jumlah
berkisar antara 20–60 ekor, bahkan ditemukan dalam satu kelompok terdapat
80-100 ekor individu gajah (Departemen Kehutanan, 2007). Sedangkan pada
gajah jantan dewasa hidup soliter atau dalam kelompok kecil (Santiapillai dan
Jackson, 1990). Besarnya anggota kelompok sangat bervariasi tergantung
pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas
wilayah jelajah yang tersedia.
B. Ancaman yang dihadapi gajah sumatera
Pertambahan penduduk yang terus meningkat akan semakin meningkat
penggunaan sumberdaya alam dan dapat berdampak terhadap kerusakan
lingkungan yang menjadi ancaman terhadap punahnya keanekaragaman
spesies. Menurunnya kualitas dan berkurangnya luas habitat gajah menjadi
9
kecil yang disebabkan oleh alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian,
penebangan hutan, pembakaran liar dan pembangunan menjadi ancaman bagi
kehidupan gajah dan ekosistemnya.
Terpecahnya populasi gajah menjadi sub populasi kecil yang satu sama lain
tidak terjadi komunikasi, mengakibatkan menurunnya keberadaan populasi
gajah (Syarifuddin, 2008). Berkurangnya habitat gajah akan mengakibatkan
pengurangan ruang gerak sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidup dari
sisi ekologinya seperti ketersediaan pakan, sumber air yang cukup dan
naungan, sangat berpotensi untuk menimbulkan konflik antara manusia dan
gajah yang masuk ke pemukiman penduduk (Mahanani, 2012).
C. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Resort Pemerihan
Pada tahun 1935 kawasan (TNBBS) ditetapkan melalui Besluit Ban Der
Gauvemeur General Van Nederlandsch Indie No. 48 stbl 1935 dengan nama
Sumatera Selatan I (SS I) sebagai Suaka Margasatwa. Kemudian TNBBS
ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas wilayah 356.800 ha melalui
Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14
Oktober 1982. Pada tahun 2004 TNBBS telah ditetapkan oleh UNESCO
sebagai tapak warisan dunia, melalui Sidang Komisi Warisan Dunia (Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014). Melalui SK Dirjen PHKA No. 69/IV-
Set/HO/2006, TNBBS menjadi Taman Nasional model pada bulan Juli 2007
dan menjadi Balai Besar Taman Nasional berdasarkan Permenhut
10
No. P03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 (Direktorat Jendral
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, 2012).
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan hutan hujan
tropis dataran rendah terluas ketiga di Sumatera dengan luas wilayah 365.800
ha, yang terletak di Provinsi Lampung dan Bengkulu (Kinnaird et al., 2003).
Kawasan TNBBS memiliki topografi yang beragam yaitu dataran rendah (0-
600 mdpl) dan berbukit (600-1000 mdpl) yang berada di bagian Selatan dan
daerah penggunungan (1000-2000 mdpl) yang terletak di bagian tengah dan
utara taman nasional dengan puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1964
mdpl). Secara geografis, TNBBS membentang sepanjang 4029’- 5057’ LS
dan 103024’ – 104044’ BT (Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, 2011).
Balai Besar TNBBS terdiri dari 2 bidang, 4 Wilayah Seksi Pengembangan
Taman Nasional (SPTN) dan 17 Resort (Balai Besar Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan, 2013). Salah satu lokasi yang menjadi daerah jelajah gajah
sumatera adalah Resort Pemerihan.
Resort Pemerihan merupakan wilayah Seksi Pengembangan Taman Nasional
(SPTN) Wilayah II Bengkunat Kabupaten Pesisir Berat dengan luas wilayah
17.902 ha. Wilayah ini mewakili tipe habitat hujan tropis dataran rendah dan
termasuk daerah jelajah gajah. Adanya alih fungsi lahan menjadi daerah
permukiman dan pertanian serta perladangan mengakibatkan konflik satwa
dan manusia (Sukamara, 2012).
11
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2017 di Resort
Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Penelitian ini bagian dari
program survei populasi gajah sumatera dengan menggunakan metode DNA
Fecal TNBBS dan salah satu lokasinya adalah Resort Pemerihan dan bekerja
sama serta di bawah program Wildlife Conservation Sosiety - Indonesia
Program (WCS-IP) dan Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(BBTNBBS).
B. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta dasar topografi dan grid
survei Resort Pemerihan (Gambar 1), Global Position System (GPS) Garmin
78S, jam tangan digital untuk mencatat waktu pengamatan, lembar
pengamatan, penggaris besi untuk skala objek, meteran untuk mengukur objek
dan kamera digital Sony Cyber-shot DSC-W610.
12
Gambar 1. Grid Survei di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit BarisanSelatan
13
C. Metode Kerja
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan telah dilakukan pada bulan Mei 2017 dengan cara
observasi langsung. Bertujuan umtuk mengetahui wilayah yang menjadi jalur
yang sering dilewati oleh gajah sumatera.
2. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu observasi langsung
menggunakan patch occupancy dan rapid assesment. Observasi langsung
bertujuan untuk mengetahui keberadaan gajah sumatera di habitat alaminya
melalui temuan langsung dan tidak langsung seperti feses, jejak kaki, dan
ganguan manusia berupa jerat, pemburuan liar dan pembukaan lahan.
Sedangkan rapid assesment untuk mengetahui kondisi umum di sekitar lokasi
pengamatan (Kuncoro et al., 2006). Metode rapid assesment merupakan
modifikasi dari metode habitat asessment (Brower et al., 1990).
Patch occupancy digunakan untuk mengetahui penggunaan wilayah pada
satwa yang diteliti dengan menggunakan sampling grid (Mackenzie et al.,
2006). Grid seluas 2×2 km2 dijelajahi dengan berjalan kaki untuk pencarian
tanda tidak langsung keberadaan gajah sumatera dan didokumentasi. Titik
koordinat tempat yang ditemukan tanda tidak langsung keberadaan gajah
sumatera akan dicatat menggunakan GPS (Gambar 2).
14
Gambar 2. A. Pengambilan titik koordinat temuan, B. Pencatatan temuan diResort Pemerihan TNBBS
Pencatatan temuan tanda keberadaan gajah terdiri dari hari, tanggal, waktu,
waypoint, ketinggian, nomor grid dan temuan tanda tidak langsung.
Didokumentasikan temuan menggunakan penggaris sebagai pebanding.
A
B
15
Lokasi penelitian dibagi menjadi 14 grid dengan ukuran 2×2 km2 sebagai
satuan terkecil, luasan keseluruhan grid merupakan wilayah jelajah gajah
sumatera (Rudi, 2014). Penentuan grid survei berdasarkan data temuan gajah
pada survei sebelumnya yang dilakukan WCS-IP dan BBTNBBS pada tahun
2002 dan 2010 serta data patrol SMART WCS-IP tahun 2014-2016.
Selain temuan tanda keberadaan gajah sumatera dibutuhkan parameter berupa
kondisi lingkungan sekitar. Parameter yang diukur, yaitu ketinggian,
kelerengan, dan jarak dari sungai. Ketinggian dan kelerengan didapat dari
Citra DEM SRTMI 1 Arc Second, sedangkan jarak dari sungai didapat dari
data SMART Patrol WCS-IP.
3. Analisis Data
Data temuan tanda tidak langsung keberadaan gajah sumatera akan diolah
menggunakan perangkat lunak Arcgis 10.2 dan perangkat lunak Maxent.
Hasil disajikan secara deskriptif dalam bentuk gambar, tabulasi dan grafik.
Titik temuan tanda tidak langsung keberadaan gajah sumatera diolah
menggunakan aplikasi Arcgis 10.2 dengan hasil akhir peta sebaran gajah
sumatera di Resort Pemerihan.
Titik keberadaan gajah sumatera dan parameter diolah menggunakan
perangkat lunak Maxent menghasilkan peta prediksi kehadiran gajah
sumatera. Maxent digunakan untuk memprediksi sebaran gajah sumatera
secara geografis dengan menggunakan data titik keberadaan gajah sumatera
16
dan parameter yang diduga berpengaruh terhadap keberadaan gajah sumatera
(Phillips et al., 2006).
a. Penyusunan data tanda langsung dan tidak langsung keberadaangajah sumatera
Data perjumpaan tanda langsung dan tidak langsung keberadaan gajah
sumatera sebanyak 156 titik. Data tersebut disusun dalam perangkat
lunak Miscrosoft office excel 2007 dengan 3 kolom yaitu spesies,
longitude dan latidute kemudian disimpan dalam format comma delimited
(CSV) (Gambar 3). Pada kolom spesies diisi dengan nama yang sama,
sedangkan pada kolom longitude dan latitude diperoleh dari GPS yaitu
titik koordinat geografis perjumpaan X dan Y.
Gambar 3. Format kolom perjumpaan tanda langsung dan tidak langsungkeberadaan gajah sumatera (a) tiga jenis kolom (b) disimpandalam format CSV
a
b
17
b. Penyusunan parameter lingkungan
Parameter yang digunakan merupakan parameter lingkungan yang diduga
berpengaruh dalam keberadaan gajah sumatera. Data parameter
lingkungan yang akan menggunakan perangkat lunak arcgis harus dalam
format raster dan extent yang sama (Gambar 4). Kemudian di rubah
format raster menjadi ASCII menggunakan perangkat lunak arcgis pada
menu arctoolbox kemudian conversion tool from raster
Raster to ASCII dan disimpan dalam satu folder berlabel “parameter”,
untuk memudahkan dalam menjalankan aplikasi maxent.
Gambar 4. Format parameter menggunakan arcgis (a) extent yang sama(b) format raster
a
b
18
c. Menjalankan perangkat lunak maxent
Data tanda langsung dan tidak langsung keberadaan gajah sumatera dan
parameter akan dimasukan dalam perangkat lunak Maxent (Gambar 5).
Sebelum menekan tombol run untuk memulai proses ada berapa hal yang
perlu diisi, yaitu bagian basic (1) jumlah ulangan yang digunakan adalah
10 yang akan membuat peta prediksi kehadiran gajah sumatera sebanyak
10 kali dan menghasilkan rata-rata dari semua model sebagai hasil akhir.
(2) persentase uji acak yang digunakan adalah 30 %, bertujuan untuk peta
yang dihasilkan akan diuji dengan data perjumpaan yang diambil secara
acakan sebanyak 30 persen.
Gambar 5. Perangkat lunak Maxent (a) data perjumpaan gajah sumatera(b) data paremeter (c) persentasi uji acak (d) jumlah ulangan (e)nama file yang akan disimpan (f) untuk menjalankan perangkatlunak maxent
a b
c
d
f
e
19
Maxent akan memberikan hasil berupa peta sebaran gajah sumatera
berdasarkan kondisi lingkungan sekitar, kurva respon tanggapan gajah
sumatera terhadap parameter dan memberikan besar persentase parameter
yang digunakan. Hasil akhir maxent dirangkum dalam file HTML.
Untuk dapat menganalisis prediksi kehadiran gajah sumatera dilihat
menggunakan perangkat lunak arcgis yang akan mengubah format data
spasial dari ASCII ke raster, yang menghasilkan perbedaan antara daerah
yang sesuai dan tidak sesuai bagi gajah sumatera. Dalam proses mengubah
format, output data yang diinginkan pilih dalam tipe “Float” sehingga
akan menghasilkan 2 klasifikasi yaitu nilai yang mewakili habitat yang
sesuai dan tidak sesuai bagi gajah sumatera.
18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Terdapat empat tipe area sebaran gajah sumatra melalui perjumpaan langsung
dan tanda tidak langsung, yaitu hutan primer, hutan sekunder, padang ilalang
dan perkebunan. Karakteristik habitat gajah sumatera yang mendukung adalah
jarak dari sungai 0-125 m, ketinggian dari atas permukaan laut 0-400 mdpl, dan
area pada kelerengan 6-7 % (dataran rendah).
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang persebaran gajah sumatera
berdasarkan parameter seperti ketersediaan pakan (vegetasi), sumber dan kadar
garam mineral, curah hujan, dan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Asiah, dan Japisa, T. 2012. Karakteristik Habitat Gajah Sumaera(Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Ekosistem SeulawahKabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, BiologiEdukasi Vol. 4 No. 1 Hal. 41-45
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Bogor. Departemen Pendidikan danKebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat AnatarUniversitas Ilmu Hayat Institute Pertanian Bogor
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar jilid 1. Penerbit IPB Pres, Bogor.
Alikodra, Hadi S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar Dalam RangkaMempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. PT PenerbitIPB Press, Bogor
Altevogt, R and F. Kurt, 1975. Elephant In Grzimek’s Animal Lif EncyclopediaMammals Reinhold Co. New York
Anggarini, E.D. 2005. Warta Konsevasi Taman Nasional Way Kambas EdisiPerdana. WAKO (Warta konservasi). Lampung Timur
Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2011. Pemetaan Zonasi.http://www.tnbbs.or.id/ diakses pada tangga 16 Maret 2017 pukul10.55 WIB
Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2013. Taman Nasional BukitBarisan Selatan. TNBBS
Benson, S., dan R. Negal. 2004. Endangered Species: second edition. The GaleGroup, Inc. USA. Pp. 79-82
Brower, J. E, Zar JH. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology.Third Editon Dubuque, Lowa: Brown Publisher
Convention in International Trade in Engdangered Spesies of Wild Flora andFauna. 2010. Appendix I, as adopted by the coference of the partieshttp://www.cites.org/eng/append/I-II.shtml. diaksese pada tanggal 15Maret 2017
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi GajahSumatera dan Gajah Kalimantan 2007-2017. Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi Alam.Departemen Kehutanan.Jakarta
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, KementrianKehutanan. 2012. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan .http://www.ditjenphka/TN.BukitBarisanSelatan.htm diakses padatanggal 11 Maret 2017 pukul 11.45 WIB
Fadhli, N. 2012. Performence Elephant Patrol Bukit Barisan Selatan, CampPemerihan Setelah 30 Bulan Operasi. Internal Report. WWFIndonesia. Lampung
Fadillah, R., D. Yoza, dan E. Sribudiani. 2014. Sebaran dan Perkiraan ProduksiPakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus, Temminck.) diSekitar Duri Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Jurnal OnlineMahasiswa Faperta Vol.1 No 2
Gelastra, R. 2003. Elephant Forest on Sale. WWF. Deutsehland
Hedges, S., M. J. Tyson, A.F. Sitompul., M. F. Kinnaird, D. Gunaryadi dan Aslan.2005. Distribution, Status and Conservation Needs of Asian Elephants(Elephas maximus) in Lampung Province, Sumatra, Indonesia.Biological Conservation. 124 : 35 – 48
Jajak M.D. 2004. Binatang-Binatang yang Dilindungi. Jakarta. Progres
Kinnaird, M. F., E. W. Sanderson, T. G. O’Brien, H. T. Wibisono dan A. G.Woolmer, 2003. Deforestation Trends in a Tropical Lanscape andImplications for Endangered Large Mammals. Conservayion Biology.17 (1) : 245 – 257
Kuncoro SA, van Noordwijk M, Martini E, Saipothong P, Areskoug V, EkadinataA, O’Connor T. 2006. Rapid Agrobiodiversity Appraisal (RABA) inthe contex of Environmental Service Rewards.
Lekagul, B, dan J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. The Association forthe Conservation of Wildlife. Bangkok.
Mackenzie DI, Nichols JD, Royle JA, Pollock KH, Bayle LL, Hines CA. 2006.Occupancy Estimation and Modelling : Inferring Pattern and Dynamicof Species Occurrence. Elsevier. Accademic Press. Burlington, MA,USA.
Mahanani, A.I. 2012. Strategi Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximussumatranus) di Suaka Margasatwa Padang Pesugihan ProvinsiSumatera Selatan berdasarkan Daya Dukung Habitat. Tesis.Universitas Diponegoro. Semarang
Mercy, A. D. 2009. Feeding of Elephant. Healthcare Management of CaptiveAsian Elephants 6 :59-63.
Natalia, S. 2014. Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximussumatranus) Berdasarkan Analisa Spasial di Resort Pemerihan TamanNasional Bukit Barisan Selatan. Skripsi. Universitas Lampung
Purastuti, E.M. 2010. Kajian Konflik Manusia-Gajah (Analisis KeruanganWilayah Jelajah Gajah Sekincau, Taman Nasional Bukit BarisanSelatan, Lampung). Tesis. Jakarta. Universitas Indonesia
Poniran, S. 1974. Elephant in Atjeh Sumatera.Oryx. Jurnal of Fauna PreservaionSocial. 12:576 – 580
Phillips, S. J., Anderson, R. P. & Schapire, R. E., 2006. Maximum EntropyModeling of Species Geographic Distributions. Ecological Modelling,Volume 190, pp. 231-259.
Primack RB, Supriatna J, Indrawan M., Kramadibrata P. 2007. BiologiKonservasi. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Rudi, H. P. 2014. Kajian Habitat dan Populasi Badak Sumatera (Dicerorhinussumatrensis) di Kapi Kawasan Ekosistem Leuser Propinsi Aceh.Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Rusman, D. 2016. Prediksi Kehadiran Badak Sumatera (Dicerorhinussumatrensis) dan Analisis Struktur Lanskap Habitatnya di TamanNasional Bukit Barisan Selatan. Tesis. UGM
Santiapillai,C. 1987. Action Plan for Asian Elephant Conservaion A Country byCountry Analysis. Unpublished report of the IUCN/SSC AsianElephant Specialist Group. World Wildlife Found for Nature. Gland,Switzerland.
Santiapillai, C dan P. Jackson. 1990. The Asian Elephant. An Action Plan for ItsConservation. IUCN. Gland. Switzerland.
Saragih, C.O. 2014. Kajian pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)di resort Pemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Seidensticker, J. 1984. Managing Elephant Depredation in Agricultur and ForestryProject. World Bank Technical Paper. World Bank. Washington DC
Sukmantoro, W., Syamsuardi. 2013. Study of Elephant Flying Squad in 2012 forhuman elephant conflict mitigation in Lubuk Kembang Bunga Villageand its vicinity. WWF-Indonesia Program Riau
Shoshani, J, dan Eisenberg,J.F, 1982. Elephas Maximus. The American Society ofMammalogists.Soeriatmadja, R.E dan Hardjasasmita, H.S. 1982.Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Jakarta: KantorMenteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup.
Sukumar, R. 2003. The Living Elephants. Ecology. Behavior, and Conservation.Oxford University Press. Inggris
Sukmara, M. D. P dan B. S. Dewi 2012. Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah(Elephas maximus sumatranus) Menggunakan Gajah Patroli di ResortPemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. UniversitasLampung
Stephenson, P. J. 2007. WWF Species Action Plan: African Elephant, 2007-2011.WWF. Gland. Switzerland.
Smith, R, L. 1996. Ecology and Field Biology. 5th ed. Harper Collins CollegePublishers.
Syarifuddin, H. 2008. Analisis Daya Dukung Habitat dan Permodelan DinamikaPopulasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) Studi Kasusdi Kawasan Seblat Kabupaten Bengkulu Utara. Disertasi. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2014. http://www.tnbbs.org/. Diaksespada tanggal 15 Maret 2017 pukul 13.25 WIB
Van Strien N.J. 1985. The Sumatran Rhinocerus Dicerorhinus sumatrensis(Fiscer,1814) in The Gunung Leuser National Park, Sumatera,Indonesia, Its Distribution, Ekology and Conservation. PrivatelyPublisher.
Widowati, A. 1985. Studi Perilaku Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranusTemminck, 1847) di Kawasan Pelestarian Alam Way Kambas,Lampung Tengah. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Wiratno, A. Syarifudin dan A, Kartikasari 2004. Refleksi Konservasi danImplikasi bagi Pengelolaan Taman Nasional. The Gibbon Foundation,Departemen Kehutanan, Forest Press, PILI-NGO Movement. Jakarta
World Wide Fund for Nature. 2005. Human Wildlife Conflict Manual. WildlifeManagement Series. WWF, Southerm African Regional ProgrammeOffice (SARPO). Harare. Zimbabwe
World Wide Fund for Nature. 2011. WWF- Indonesia. http://www.panda.org. Diakses pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 15.00 WIB.
Zannah, S. 2014. Peran world wide fund for nature ( WWF ) dalam konservasigajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Jurnal IlmuHubungan Internasional. 2(1):195—208.WWF 2011