Transcript

15

IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL( STUDI PUSTAKA PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI INDONESIA )I.PENDAHULUANAkuntansi bagi pemerintah dan lembaga pemerintahan selama ini diketahui menggunakan basis kas, akan tetapi organisasi pemerintahan mulai beralih menggunakan prinsip akuntansi yang serupa dengan yang digunakan pada sektor swasta. Perubahan ini merupakan bagian dari New Public Management (NPM) dimana akuntansi memegang peranan yang krusial sebagai instrumen untuk mendukung peningkatan kinerja organisasi sektor publik. Australia dan New Zealand merupakan negara pionir yang memulai peralihan basis akuntansi ke basis akrual. Migrasi ke akuntansi berbasis akrual murni (full accrual) di negara-negara ini merupakan bagian dari reformasi sektor publik yang dibawa oleh ideologi NPM (Hood, 1995). Pemerintah Indonesia mengikuti langkah negara maju dalam membangun standar akuntansi pemerintahan berbasis akrualnya sendiri. Perubahan ini diinduksi oleh faktor eksternal seperti ketentuan International Monetary Fund (IMF), World Bank dan Asian Development Bank (ADB). Selain itu, organisasi multinasional ini juga menjalin kerjasama dengan badan profesi akuntansi internasional seperti International Federation of Accountants (IFAC) untuk memfasilitasi perubahan dalam sistem akuntansi pemerintahan di negara berkembang (Hepworth, 2003).Berbagai upaya sudah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kualitas kinerja, tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Upaya ini mendapat momentum dengan reformasi keuangan negara berupa diterbitkannya tiga paket Undang-Undang (UU) di bidang keuangan negara yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Salah satu reformasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual) yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Setelah jangka waktu pengadopsian kas menuju akrual telah habis, pemerintah kemudian menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Dalam Peraturan tersebut, pemerintah diwajibkan untuk menerapkan SAP berbasis akrual secara penuh selambat-lambatnya 4 tahun setelah peraturan tersebut diterbitkan, yaitu pada tahun 2015. Penerapan basis akrual dalam sistem akuntansi pemerintahan merupakan suatu keharusan karena sudah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Namun, bukan berarti penerapan basis akrual dapat dengan mudah untuk dilaksanakan tanpa adanya hambatan. Akuntansi akrual, sementara bisa dikatakan berhasil dilaksanakan di negara maju, namun belum berhasil diintegrasikan ke dalam sistem akuntansi dari banyak negara berkembang. Hal Ini telah diakui oleh Komite Sektor Publik dari International Federation of Accountants (IFAC) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat dan kecepatan migrasi ke akuntansi akrual salah satunya meliputi kemampuan sistem informasi yang ada, dan kapasitas dan keterampilan orang-orang dan organisasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan perubahan (Tickell, 2010).

Untuk itu perlu dilakukan persiapan mengenai kondisi-kondisi yang dapat mendukung keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual (Ichsan, 2014). Penerapan basis akuntansi akrual dipercaya sebagai suatu teknologi informasi yang superior untuk menciptakan transparansi yang lebih besar atas aktivitas sektor publik. Menurut Irawan (2014), proses implementasi SAP berbasis akrual perlu dirancang secara hati-hati karena mempunyai implikasi yang tidak dapat dihindari. Implikasi tersebut mencakup mandat yang jelas, komitmen politik, komitmen pemerintah dan pejabat kunci, sumber daya yang memadai, struktur manajemen perubahan yang efektif, dukungan kapasitas teknologi informasi dan sistem informasi yang memadai serta dukungan legislatif. Fadlan (2013) menyatakan keberhasilan atau kegagalan penerapan akuntansi akrual pada pemerintah daerah tidak lepas dari peran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pengaruh faktor-faktor yang terkait didalamnya. Faktor-faktor tersebut meliputi sumber daya manusia, faktor organisasional, dan faktor situasional lainnya. Terdapat beberapa alasan mengapa penelitian mengenai kondisi penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah perlu dilakukan. Pertama, karena konsep akuntansi akrual di lingkungan sektor publik masih tergolong baru dan membutuhkan penyesuaian dalam penerapannya. Kedua, penerapan akuntansi berbasis akrual merupakan amanat dalam Undang-Undang agar pemerintah segera menerapkan SAP berbasis akrual dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah salah satu bentuk reformasi dalam lingkup organisasi sektor publik di bidang keuangan negara. Basis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Reformasi menuju penerapan basis akrual pada sektor pemerintahan dilatarbelakangi oleh keterbatasan basis kas, yang selama ini digunakan sebagai dasar dalam penyusunan anggaran dan laporan keuangan pemerintah. Peneltian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai bagaimana penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dengan mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Akuntansi Berbasis Akrual

Ada beberapa definisi akuntansi berbasis akrual, yaitu : Menurut Nunuy (2007, 17) : Akuntansi berbasis akrual merupakan sistem akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas.Basis akrual yang menurut PSAP 01, yaitu :

Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarSelain penjelasan tersebut, terdapat beberapa penjelasan lainnya yang akan lebih menambah wawasan tentang basis akrual ini. Basis akrual menurut International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah :

accrual basis means basis of accounting under which transactions and other events are recognized when they occur (and not only when cash or its equivalent is received or paid). Therefor, the transactions and events are recorded in the accounting records and recognized in the financial statement of the periods to which they relate. The elements recognized under accrual accounting are assets, liabilities, net assets/equity, revenue and expenses

2.2 Tujuan dan Manfaat Basis Akuntansi Akrual

Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat dan dapat digunakan oleh para pengguna informasi. Heather Thompson, Project Manager dari Transition from Cash to Accrual Accounting Project, Public Expenditure Management, Pemerintah Barbaros, menyampaikan beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran, akuntansi dan pelaporan) dalam sektor publik.2.Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor public.3.Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.4.Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan.5.Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).6.Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.

Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk memperoleh informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan.

International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya sehingga basis akrual ini menyediakan estimasi yang lebih tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain itu basis akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi lainnya ( Khan dan Mayes, 2009)

Manfaat-manfaat penerapan basis akrual, menurut Thompson, akan mencakup hal-hal di bawah ini :

1.Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah.

2.Menunjukkan bagaimana aktivitas pemerintah dibiayai dan bagaimana pemerintah dapat memenuhi kebutuhan kasnya.3.Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya kewajiban pemerintah.

4. Meningkatkan daya pengelolaan asset dan kewajiban pemerintah.5.Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif dalam penyajian informasinya.6. Prinsip dan standar yang dapat diterima umum membentuk basis transaksi pelaporan.7.Menyediakan data yang lebih meningkat ketika pemerintah melakukan kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan ekonomi.8.Secara signifikan memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran, khususnyamelalui pengakuan dan pengendalian asset dan kewajiban pemerintah.9.Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional berbasis akrual.2.3Penerapan SAP Berbasis Akrual

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) harus mengacu pada Peraturan Pemerintah yang berlaku, dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Sampai dengan tahun anggaran 2013, pemerintah daerah masih menerapkan SAP berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Perbedaan fundamental Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 terletak pada basis pencatatan transaksi dan jenis laporan keuangan.Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan Keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai hal tersebut, Standar Akuntansi Pemerintahan menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan dan persyaratan minimum isi laporan keuangan (Zeyn, 2011).

Penerapan SAP mewajibkan setiap entitas pelaporan, yang dalam hal ini termasuk pemerintah daerah untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi, keseimbangan antara generasi dan evaluasi kinerja. Melalui penerapan SAP akan dapat disusun laporan keuangan yang useful. Kegunaan laporan keuangan ditentukan oleh isi informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Agar laporan keuangan berisi informasi yang bermakna maka laporan keuangan harus disusun berpedoman pada SAP.

III.PEMBAHASAN

3.1.Kendala dalam Implementasi SAP Berbasis Akrual

Penerapan sistem akrual basis telah dilakukan oleh negara-negara maju, seperti New Zealand, Australia, dan beberapa negara di Eropa. Sementara di ASEAN, Indonesia menjadi yang pertama sehingga menimbulkan kepercayaan yang besar terutama dari publik khususnya para investor bahwa ke depan laporan keuangan pemerintah yang betul-betul transparan dan akuntabel (Waisapy, 2015).

Namun dalam implementasinya beberapa daerah mengalami kendala dalam menerapkan SAP berbasis akrual. Kota Semarang yang menerapkan akuntansi akrual sejak tahun 2004 dan Kota Lampung pada awal tahun 2013 dalam penerapannya mengalami beberapa kendala seperti kendala SDM, kebijakan kota/kabupaten, serta kendala pada sistem dan teknologi informasi. Demikian juga dengan Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Kalimantan Tengah yang menerapkan SAP berbasis akrual di tahun 2015 mengalami kendala kualitas SDM yang belum memadai (Opay, 2014 ; Soekarno , 2015).Begitu juga yang terjadi pada Pemerintah Pusat. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dalam pemeriksaannya menemukan sejumlah masalah yang perlu mendapat perhatian. Seperti yang disampaikan Ketua BPK, Harry Azhar Azis dalam laporannya di Sidang Paripurna kepada DPR di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2015), masalah tersebut adalah, persiapan pemerintah pusat belum sepenuhnya efektif mendukung penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual pada 2015. Kendalanya adalah ketentuan turunan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang sistem akutansi Pemerintah Pusat dan Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan berbasis akrual tidak segera ditetapkan. Akibatnya muncul ketidakjelasan dalam menerapkan akuntansi berbasis akrul pada satuan kerja pengelola Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, ketidakseragaman penyajian keuangan di kementerian/lembaga, dan ketidakhandalan data untuk menyusun laporan keuangan. (Abrar, 2015)Indonesia dalam penerapan SAP berbasis akrual harus dapat berkaca pada pengalaman negara-negara yang sudah menerapakan akrual seperti Selandia Baru dan Nepal. Saat ini, Selandia Baru merupakan salah satu negara yang paling sukses dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual di sektor publiknya. Tingkat perubahan (the degree of change) dalam manajemen sektor publik di Selandia Baru dilalui dengan cepat dan sangat inovatif. Pemerintah mereformasi hampir di semua lini pemerintahan, mulai dari pelaksana (para pejabat pengelola keuangan dan akuntan negara), sistem yang digunakan, hingga ke budaya yang dianut di setiap lembaga negara, yang dituangkan dalam Public Finance Act 1989.

Namun tidak demikian halnya dengan yang terjadi di negara Nepal, dimana tanpa adanya kesiapan dari sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya sistem tersebut, walaupun terus adanya desakan dari pihak luar utamanya lembaga donor, hanya akan berujung pada kegagalan dalam penerapannya. Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia, utamanya untuk pemerintah di daerah yang dulunya telah banyak mengalami kesulitan dalam penerapan akuntansi berbasis kas lalu kemudian dipaksa untuk segera dapat memahami akuntansi berbasis akrual. Selain itu, pemerintah masih perlu berinvestasi besar dalam penyediaan perangkat, baik software dan hardware, untuk dapat digunakan oleh pegawai pemerintah dalam menyelenggarakan tata kelola keuangan dan pelaporannya dengan lebih baik. (Ghulam, 2014)Menurut Simanjuntak (2010), akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel sehingga untuk kesuksesan penerapannya memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu perlu diidentifikasi tantangan yang mungkin menghambat implementasi akuntansi pemerintahan dan membangun strategi untuk implementasi. Beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan adalah :

a. Komitmen dari pimpinan

Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah bagaimana penerapan dari perubahan akuntantansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh Departemen/Lembaga di pemerintah pusat dan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan, nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan Departemen/Lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota didaerah.

b. Tersedianya SDM yang kompeten

Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikanmasing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

c. Resistensi terhadap perubahan

Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

d. Lingkungan/masyarakat

Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas penerimaan pajak yang yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif dari masyarakat akan mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan pemerintahan.

Hasil penelitian dari PricepwaterCoopers (PwC) (2013) mengungkapkan bahwa penerapan basis akrual di Indonesia juga akan menemui kendala-kendala yang mungkin hampir sama dengan yang dialami di berbagai negara yang akan menerapkan akuntansi berbasis akrual, yaitu ;

1. Lack of trained staff Penerapan accrual basis di daerah akan cukup kompleks. Bisa dibayangkan, saat ini terdapat 491 daerah provinsi dan kab/kota di seluruh Indonesia. Dengan segala keragaman yang ada, tentu akan lebih sulit penerapannya dibanding di pusat. Sementara itu, beberapa hal yang harus disiapkan terkait dengan penerapan SAP berbasis akrual di daerah, yakni ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Ketika SAP berbasis akrual diterapkan secara penuh maka fungsi akuntansi dari masing-masing PPKD dan SKPD harus muncul siapa mengerjakan apa. Hal ini dapat diatasi dengan pelatihan kepada seluruh satker di seluruh di Indonesia.

2. IT Systems Untuk pemerintah pusat mungkin hal ini tidak akan terlalu menjadi masalah. Level satker di daerah yang akan membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah daerah menyiapkan infrastruktur IT yang diperlukan.

3. Lack of commitment Yang menjadi landasan bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis akrual di tingkat daerah yaitu Peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah. Saat ini, Kemendagri terus melakukan upaya-upaya capacity building baik di internal Kemendagri maupun di Pemda. diharapkan tahun 2014 dapat melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual di beberapa daerah. Dengan adanya program uji coba, akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dari daerah. Kemendagri juga mendorong daerah lain untuk melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual.

4. Expected impact on reported financial positionKondisi yang perlu diperhatikan sebelum SAP berbasis akrual diterapkan pada 2015 adalah terkait dengan LKPD 2012 yang diaudit BPK, dimana baru sekitar 16 provinsi dan 115 kabupaten/kota yang mendapatkan opini WTP. Tentu patut diantisipasi, jangan sampai tak satupun LKPD dari 539 daerah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia tidak memperoleh WTP setelah accrual basis diterapkan. Jelas, ini satu kemunduran terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Setiap daerah memiliki pemahaman yang sangat beragam terkait dengan sistem yang akan diterapkan. Penggunaan sistem aplikasi juga harus digalakkan, termasuk di dalamnya ketika terdapat sistem yang berbeda, bagaimana mengkonsolidasinya, sehingga bisa compatible antara satu sistem dengan sistem lainnya. Penelitian lainnya yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SAP berbasis akrual dilakukan Putra dan Arianto (2015), terhadap SKPD di Kabupaten Badung diperoleh kesimpulan bahwa kualitas sumber daya manusia, komunikasi, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan mempengaruhi kesiapan implementasi SAP berbasis akrual. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Supreno (2015) pada Pemerintah Kota Semarang, bahwa keberhasilan implementasi akuntansi berbasis akrual ditentukan oleh 4 (empat) hal kunci yaitu komitmen pimpinan, penyusunan regulasi, pengembangan sistem informasi dan pengembangan sumber daya manusia, dengan penjelasan sebagai berikut :a.Komitmen Pimpinan

Pemerintah Kota Semarang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki inisiatif untuk menyajikan laporan keuangan seperti sektor privat. Insiatif ini dimunculkan pada tahun 2001 oleh walikota Semarang. Insiatif ini kemudian disampaikan kepada bidang akuntansi agar dapat direalisasikan. Mendapat instruksi tersebut bidang akuntansi berupaya melakukan konsultasi dengan berbagai pihak. Konsultasi dilakukan utamanya dengan para akademisi, praktisi, BPKP dan BPK. Akuntansi memiliki peranan penting dalam memberikan informasi ekonomi untuk dijadikan landasan pengambilan keputuasan ataupun evaluasi capaian kinerja sebuah entitas. Pemerintah Daerah yang memiliki kultur sebagai oraganisasi sektor publik tentunya harus memiliki sistem akuntansi yang memiliki peran sebagai dasar pengambilan keputusan dan sebagai evaluasi pertanggungjawaban.

b.Penyusunan Regulasi

Regulasi menjadi payung hukum dan panduan bagi pelaku implementasi untuk dapat mengaplikasikan perubahan sistem akuntansi dengan baik. Implementasi akuntansi akrual di Pemerintah Kota Semarang tidak pernah terlepas dari regulasi yang disusun oleh bagian Akuntansi DPKAD. Regulasi ini disosialisasikan kepada setiap SKPD untuk diterapkan dalam menyusun laporan keuangan. Regulasi menjadi pedoman bagi pelaku implementasi untuk dapat menjalankan sistem baru. Pemerintah Kota Semarang melakukan berbagai upaya dalam implementasi akuntansi akrual salah satunya adalah melakukan konsultasi dengan akdemisi, BPKP, serta BPK. Upaya ini kemudian diwujudkan dengan menyusun regulasi untuk implementasi akuntansi berbasis akrual.

c.Pengembangan Sistem Informasi

Sistem akuntansi Pemerintah Kota Semarang pada awalnya belum terintegrasi antara entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Namun dalam perjalanan implementasi akuntansi akrual sistem yang ada diperbaiki dengan menyewa jasa pengembang sistem. Sistem dan prosedur Akuntansi menjadi salah satu sarana yang menjadi pendukung untuk keberhasilan implementasi akuntansi akrual di Pemerintah Kota Semarang. Keputusan untuk menggunakan akuntansi berbasis akrual memberikan konsekuensi terhadap komitmen pemda untuk menyediakan sistem akuntansi yang terintegrasi dengan teknologi informasi. Proses awal yang disiapkan adalah melakukan penyesuaian teknologi informasi dengan sistem akuntansi berbasis akrual.

d.Pengembangan Sumber DayaManusia (SDM) Pemerintah Kota Semarang dalam persiapan implementasi akuntansi berbasis akrual menitikberatkan pada kesiapan SDM. Sistem akuntansi yang dibangun tidak akan berarti jika SDM yang ada tidak mampu menjalankan dengan baik sistem tersebut. SDM menjadi salah satu kunci keberhasilan impelementasi akuntansi akrual. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh kepala bagian akuntansi dalam proses pengembangan SDM menemui beberapa kendala. Kendala tersebut diantaranya tidak semua staf keuangan yang ada di SKPD memiliki latar belakang keilmuan akuntansi sehingga diperlukan pelatihan intensif. 3.2. Strategi Penerapan Akuntansi Pemerintah Berbasis AkrualPenerapan SAP berbasis akrual merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan. Perubahan basis akuntansi dari basis kas menjadi basis akrual diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lebih komprehensif (lengkap) bagi seluruh pengguna (stakeholders). Dengan adanya informasi keuangan yang disajikan oleh pemda secara lengkap akan memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui informasi pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Untuk mendukung keberhasilan penerapan atas akuntansi pemerintahan maka diperlukan strategi sebagai berikut :

a. Mempertahankan momentum perubahan

Perubahan akuntansi pemerintahan yang mulai digagas dalam satu dasa warsa terakhir telah memperoleh momentum dengan diundangkannya tiga paket Undang-Undang di bidang keuangan negara dan di bidang pemerintahan daerah. Momentum ini perlu dipertahankan dengan secara tepat waktu menyiapkan standar akuntansi pemerintahan yang dibutuhkan dan sekaligus memberikan pelayanan terutama bagi instansi pemerintah yang baru menerapkan akuntansi pemerintahan saat ini. Untuk itu perlu didorong kerja sama antar lembaga baik pemerintah maupun swasta untuk memberikan pelayanan kepada instansi pemerintah yang memerlukan bantuan dalam menerapkan akuntansi pemerintahan. Selain itu, perlu dibangun komunikasi yang efektif antara para pemakai laporan keuangan dengan KSAP sehingga dapat diperoleh umpan balik secara interaktif untuk memperbaiki proses pengembangan akuntansi pemerintahan yang ada. Untuk itu, sarana seperti website, helpdesk, dan kegiatan sosialisasi harus secara berkesinambungan dilaksanakan.

b. Melakukan riset untuk mengidentifikasi kebutuhan pemakai

Pengembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia menggunakan referensi internasional dengan memperhatikan praktik yang lazim berlaku di Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan dan digalakkan riset dalam akuntansi sektor publik baik oleh perguruan tinggi, instansi pemerintah, maupun lembaga yang kompeten lainnya. c. Mempermudah penerapan akuntansi pemerintahan

Penerapan akuntansi pemerintahan dengan basis akuntansi menuju akrual merupakan suatu yang baru dan pasti mengundang banyak pertanyaan yang sifatnya teknis dan detil yang tidak diatur dalam standar. Di samping itu, bisa saja ada butir-butir standar yang memerlukan interpretasi lebih lanjut. Untuk itu, Komite Standar perlu mengidentifikasikan kebutuhan teknis dalam penerapan akuntansi pemerintahan dan selanjutnya menuangkannya dalam Buletin Teknis maupun Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP).d. Mendorong keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga diklat

Sumber daya manusia yang handal merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, perguruan tinggi perlu didorong untuk menyiapkan kurikulum dan silabus yang sesuai dengan perkembangan di bidang akuntansi pemerintahan. Selain itu, dilakukan sosialisasi untuk menarik minat mahasiswa dalam mengambil mata kuliah atau mengambil spesialisasi akuntansi pemerintahan. Dalam penyiapan SDM, peran lembaga diklat juga sangat diperlukan untuk membangun atau meningkatkan kompetentensi dari aparatur pemerintahan yang bertugas di dalam menyiapkan, menyusun, dan mengaudit laporan keuangan pemerintah.e. Meningkatkan keterlibatan profesi akuntansi

Profesi akuntansi sebagai induk dari pengembangan akuntansi pemerintahan perlu meningkatkan peran sertanya untuk mengembangkan dan mensosialisasikan penerapan akuntansi pemerintahan. Pembentukan Kompartemen Akuntan Sektor Publik merupakan suatu langkah awal yang bagus untuk mendorong keterlibatan IAI dalam pengembangan akuntansi pemerintahan.

IV. KESIMPULAN

Proses transisi basis akuntansi menjadi basis akrual telah dilaksanakan sejak beberapa dasawarsa yang lalu. Banyak negara telah berhasil menganut akuntansi berbasis akrual, namun ada juga beberapa negara yang belum berhasil menerapkannya. Contoh negara yang berhasil adalah Australia dan Selandia Baru, sedangkan contoh negara yang gagal adalah Fiji dan Nepal. Masing masing negara memiliki tantangan yang berbeda beda dalam menghadapi transisi tersebut. Perbedaan tantangan diantisipasi dengan strategi yang berbeda beda pula.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis Akrual, sebagai amanat dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah diminta untuk menerapkan SAP berbasis akrual paling lambat tahun 2015 menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dalam hal penerapan basis akrual antara lain:

1.. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting

Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang menjadi sangat esensial, sehingga komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan adanya kepentingan yang tidak sejalan.

2. Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan

Hasil dan manfaat yang ingin dicapai melalui penerapan basis akrual harus secara intens dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Perlunya tenaga akuntan (SDM) yang andal.

Tenaga akuntan yang profesional akan sangat diperlukan untuk rekruitmen dan pelatihan yang cukup. Kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan penerapan akrual basis pada akuntansi pemerintah, seperti yang terjadi di Kepulauan Marshall.

4. Sistem informasi akuntansi harus memadai.

Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam pergantian basis ke akrual. Jika suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat diandalkan, maka negara tersebut terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan sistem dan proses yang telah ada, sebelum mempertimbangkan perpindahan ke akuntansi akrual.

5. Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi.

Penerapan basis akrual tidak boleh hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan budaya organisasi dan harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi secara menyeluruh. Informasi yang dihasilkan dengan basis akrual akan menjadi berharga dan sukses apabila informasi yang dihasilkan digunakan sebagai dasar untuk membuat kebijakan publik yang lebih baik. Perubahan ini tidak secara otomatis terjadi, tapi perlu secara aktif dipromosikan secara kontinyu.