SENAM OTAK UNTUK KECERDASAN ANAK ANDA
Beberapa riset menunjukkan
bahwa keberuntungan dan peluang bermula dari cara berpikir seseorang
yang menentukan pola tindakannya, Banyak orang sukses di Indonesia dan
negara Timur lainnya, menggunakan intuisi untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Di pihak lain, orang yang juga sukses di Barat justru lebih
banyak menggunakan rasionya. Berarti kesuksesan akan lebih mudah
diperoleh bila kita mampu menggunakan intuisi (otak kanan) dan rasio (otak
kiri). Sayangnya, menurut riset yang pernah dilaporkan, hanya 3%
penduduk dunia yang menggunakan otaknya secara seimbang (Olivia
F, 2008)
Berikut adalah cara melatih agar otak kiri dan otak kanan anak
berkembang sama baiknya dan menjadi seimbang. Seimbang antara
kecerdasan emosional (EQ) dan Intelektual (IQ) sehingga munculah
kecedasan spritual (SQ) yang baik juga. Latihan yang bisa dilakukan
adalah :
1. Tangan kanan menepuk-nepuk kepala, tangan kiri melakukan gerakan
memutar di atas perut. Lakukan dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang
sebaliknya.
2. Kepalkan tangan kanan dan lakukan gerakan seperti menumbuk pada
paha kanan, sementara tangan kiri melakukan mengelus paha kiri. Lakukan
dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang sebaliknya.
Latihan senam otak lainnya :
1. Gerakan Silang
Cara: Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan,
samping atau belakang. Agar lebih ceria anda bisa menyelaraskan dengan
irama musik.
Manfaat: Merangsang bagian otak yang menerima informasi dan bagian
yang mengungkapkan informasi, sehingga memudahkan proses mempelajari
hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
2. Olengan Pinggul
Cara: Duduk dilantai. Posisi tangan dibelakang, menumpi ke lantai dengan
siku di tekuk. Angkat kaki sedikit lalu olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan
dengan rileks.
Manfaat: Mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar, melihat dari kiri
ke kanan, kemampuan memperhatikan dan memahami.
3. Pengisi Energi
Cara: Duduk nyaman di kursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan di
atas meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari-jari menghadap
sedikit ke dalam. Ketika menarik napas rasakan napas mengalir ke garis
tengah seperti pancuran energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk dan
terakhir punggung atas. Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap
rileks.
Manfaat: Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktivitas yang
melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta
meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional.
4. Menguap Berenergi
Cara: Bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otot-otot di
sekitar persendian rahang. Lalu melemaskan otot-otot tersebut.
Manfaat: Mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak
berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya
penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta
meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.
5. Luncuran Gravitasi
Cara: Duduk di kurasi dan silangkan kali. Tundukkan badan dengan lengan
ke dapan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik.
Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti.
Manfaat: Mengaktifkan otak untuk rasa keseimbangan dan koordinasi,
meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi.
6. Tombol Imbang
Cara: Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang
telinga sementara tangan satunya menyentuh pusar selama kurang lebih 30
detik. Lalukan secara bergantian. Selama melakukan gerakan itu dagu
rileks dan kepala dalam posisi normal menghadap ke depan.
Manfaat: Mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan memusatkan
perhatian, mengambil keputusan, berkonsentrasi dan pemikiran asosiatif
(Buku: Brain Gym, Paul E. Dennison PhD, Gail E. Dennison, Penerbit PT.
Grasindo)
Diposkan 2nd November 2012 oleh sima siti m
Label: g
0
Add a comment
1.
Nov
2
Senam Otak
Senam OTAK untuk Merangsang Kecerdasan Bayi
SELAIN faktor genetik, kecerdasan seorang bayi atau anak juga
tergantung pada faktor lingkungan. Di antaranya, nutrisi yang baik,
imunisasi, dan stimulasi atau rangsangan.
Bayi yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu
akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu diharapkan
perkembangan fisik, mental, dan intelektualnya akan melampaui
kemampuan dasar atau potensi genetiknya.
PENELITIAN membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang
diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada
perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari.
Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia, mengatakan,
kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Senam otak
adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis
dan menyilang. Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan
otak secara bersamaan. Diharapkan, potensi kedua belahan otak akan
seimbang sehingga kecerdasan anak pun menjadi maksimal.
“Selama ini banyak orang hanya menggunakan otak kirinya saja sehingga
potensi otak kanannya tidak dimanfaatkan secara maksimal,” kata Kartini,
dalam seminar “Senam Otak Ibu Hamil dan Bayi Merangsang Potensi Otak
Sejak Dini” yang diselenggarakan atas kerja sama Klub Brain Gym Omni
Medical Center (OMC) Kelapa Gading dan RS OMC Pulomas, Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr
Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi
dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan.
“Stimulasi bisa berupa suara dan taktil (rabaan). Dari beberapa penelitian
menunjukkan, bayi yang mendapat stimulasi ketika dalam kandungan
memiliki tingkat inteligensia lebih tinggi 14 poin daripada yang tidak
mendapatkan stimulasi,” kata Caroline.
Stimulasi harus dilakukan tiap hari pada setiap kesempatan berinteraksi
dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui,
menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain,
menonton TV, bahkan menjelang tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam
suasana aman, nyaman, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan gembira.
Pada prinsipnya, semua ucapan, sikap, dan perbuatan ibu atau pengasuh
yang berulang-ulang akan terekam dalam otak bayi sehingga akan berisiko
ditiru oleh bayi. Apa yang bayi lihat, dengar, atau rasakan akan menjadi
pengalaman baru bagi bayi sehingga dia akan mencoba melakukannya
sendiri.
SEJAK tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa mengoptimalkan
perkembangan dan potensi otak. Otak terbagi menjadi dua, otak belahan
kanan dan otak belahan kiri. Otak kanan berfungsi untuk intuitif,
merasakan, bermusik, menari, kreatif, melihat keseluruhan, dan ekspresi
badan. Sedangkan otak belahan kiri bertugas untuk berpikir logis dan
rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu, dan hal-hal rinci.
Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis
(gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan
tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup
atau terhambat.
Senam otak ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bayi. Senam otak
pada bayi sebenarnya sangat sederhana. Contohnya, menggerakkan
anggota badan secara menyilang dengan perantara mainan. Bisa berbentuk
robot, boneka, bola, balon, atau apa saja yang sesuai dengan usia anak. Hal
yang penting, gerakan yang dilakukan anak melewati garis tengah antara
tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri.
Kemampuan belajar paling tinggi tercapai jika dua belah otak, dua mata,
dan dua telinga aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu,
gerak badan juga terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang
menyilang ini merupakan pusat dari senam otak.
Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi,
pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas
komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis,
bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan
komunikasi yang lebih cepat.
Misalnya, bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan bayi, atau bayi
memegang mainan lalu digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang
berbunyi digerakkan ke kiri ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk
tangan juga melatih pendengaran bayi. Bayi memegang jari kita lalu
digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka delapan tidur. Apa pun
gerakannya asal berdimensi ke kiri ke kanan.
Pemfokusan pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu
kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal-hal baru dan
mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan
meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman.
Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau
mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang.
Pemusatan pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan
energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Hal ini
bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang
dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas ke
bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan
ke atas ke bawah. (ARN)
Diposkan 2nd November 2012 oleh sima siti m<a
href="http://adsmanager.cosmopolitan.co.id/www/delivery/ck.php?n=a0e558f2&cb=IN
SERT_RANDOM_NUMBER_HERE" target='_blank'><img
src="http://adsmanager.cosmopolitan.co.id/www/delivery/avw.php?zoneid=24&cb=INS
ERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a0e558f2" border='0' alt='' /></a>
FOLLOW US ON:
ADVERTISER / SUBSCRIBERS
HOT NEWS
o
MAGAZINE
REVIEWS
o
GALLERY
ARCHIVE
DOWNLOAD
HOT NEWS
o
MAGAZINE
REVIEWS
o
GALLERY
ARCHIVE
DOWNLOAD
HOT NEWS > FEATURE
18 SEPTEMBER 2013
Memperbaiki Proses Pembentukan Suara
Dalam Menyanyi
Proses Penghasilan Bunyi Suara
Fonasi merupakan proses penghasilan bunyi suara melalui getaran pita suara. Aksi ini
terjadi didalam larynxsaat pita suara merapat dan tekanan nafas diaplikasikan pada kedua pita
suara tersebut sedemikian rupa sehingga menimbulkan getaran. Pita suara dirapatkan oleh
aksi ototinterarytenoid yang menarik tulang rawan arytenoid sehingga kedua pita suara dapat
saling merapat. Terdapat dua teori utama mengenai terjadinya vibrasi pada suara:
1. Teori myoelastik:
Merupakan teori yang menyatakan bahwa pada saat pita suara dalam keadaan rapat dan
tekanan nafas diaplikasikan kepadanya, pita suara akan tetap merapat, hingga tekanan
dibawahnya (tekanan subglottis) mencukupi untuk mendorongnya merenggang. Aliran udara
yang mengalir keluar dan mengakibatkan berkurangnya tekanan nafas & menyebabkan pita
suara merapat kembali.
Tekanan kembali dihimpun hingga pita suara dapat direnggangkan kembali, dan siklus ini
terus berulang. Besarnya tekanan yang menyebabkan tertutup atau terbukanya pita suara
(jumlah getaran perdetik) menentukan tingkat nada dari suara yang dihasilkan.
2. Teori aerodynamik:
Teori ini berdasarkan pada Efek Bernouilli yang menyatakan bahwa nafas mengalir
melalui glottis pada saat tulang rawanarytenoid dipisahkan oleh aksi otot-otot interarytenoid.
Menurut Efek Bernouilli, nafas yang mengalir melalui pita suara menyebabkan pita suara
tersebut bergetar sebelum arytenoidmerapat dengan sempurna. Sewaktu arytenoid tertarik
secara bersama hingga merapat, aliran udara ini membuat glottistertutup dan menghentikan
aliran udara hingga tekanan nafas medorong pita suara sampai merenggang dan
menyebabkan aliran udara mengalir kembali. Aksi ini menghasilkan suatu siklus yang
berulang.
Perbedaan kedua teori diatas hanyalah terletak pada faktor yang menyebabkan pita suara
merapat kembali dalam setiap siklusnya. Teori myoelastis memberikan penekanan pada
tekanan otot (elastisitas), sedangkan teori aerodinamis memberikan penekanan pada Efek
Bernouilli. Sangatlah mungkin kedua teori tersebut benar dan dapat beroperasi secara
simultan dalam menghasilkan dan mempertahankan vibrasi.
3. Teori Neurochronaxic dari Raoul Husson.
Teori ini sangat terkenal pada era 1950-an, namun belakangan teori ini telah didiskriditkan.
Teori ini menyatakan bahwa: “Frekwensi pada pita suara ditentukan oleh cronaxy syaraf yang
berulang, dan bukan karena tekanan nafas atau tekanan otot”. Penganut teori ini menganggap
bahwa setiap vibrasi pada pita suara merupakan impuls dari syaraf-syaraf larynx yang
bergetar dan bahwa pusat akustik pada otak diatur oleh kecepatan vibrasi pita suara yang
dihasilkan. Jika benar, maka teori ini memiliki keuntungan psikologis bagi para penyanyi,
sayangnya teori ini tidak pernah disyahkan.
Karakter Bunyi Suara Yang Baik
Sebuah prasyarat dalam menentukan kebiasaan fonatori yang baik bagi seorang penyanyi
atau pembicara agar dapat memiliki konsep yang valid bagi bunyi suara yang baik. Berikut
ini merupakan gambaran ekspresi yang dapat mewakili beberapa karakteristik penting bagi
bunyi suara yang baik:
1. Dihasilkan dengan bebas;
2. Menyenangkan untuk didengar;
3. Cukup keras untuk dengar dengan baik;
4. Kaya, berdering dan memiliki beresonansi;
5. Memiliki energi yang mengalir lembut dari satu nada ke nada yang lain;
6. Dihasilkan secara konsisten;
7. Memiliki vibrasi, dinamik dan hidup;
8. Ekspresif.
Berikut ini merupakan daftar karakteristik bunyi suara yang buruk:
1. Tercekik, dipaksakan atau tegang;
2. Melengking, parau;
3. Terlalu keras, menyerupai teriakan atau bentakan;
4. Serak;
5. Mengandung nafas;
6. Lemah, tidak memiliki warna, atau tidak hidup;
7. Dihasilkan secara tidak konsisten;
8. Bergetar atau goyang.
Suara yang indah bermula dari pikiran anda. Jika anda tidak dapat memikirkan sebuah nada
yang indah, maka anda tidak akan dapat menghasilkannya. Anda harus belajar untuk
membayangkan suatu suara di dalam mata batin anda, serta belajar “mendengarkan”-nya di
dalam telinga batin, sebelum anda dapat mewujudkannya.
Cara terbaik untuk mencapai gambaran mental dari suara yang indah adalah dengan
mendengarkan beberapa penyanyi terkenal secara tekun. Anda harus terus mendengarkan
pertunjukan panggung dan rekaman penyanyi-penyanyi tersebut hingga anda mampu
menampilkan gambaran dari penyanyi yang anda dengarkan.
Dengan cara ini diharapkan anda dapat meniru karakteristik suara yang baik, seperti yang
telah dijelaskan diatas. Hal terpenting dalam membentuk karakteristik suara yang baik adalah
menentukan sebuah “model suara” yang dapat dijadikan sebagai sebuah panutan dalam
pencarian anda terhadap kualitas suara yang prima.
Jangan mempolakan diri anda untuk mengimitasi seorang penyanyi tertentu, betapapun
baikknya ia menyanyi. Terdapat beberapa alasan mengenai hal ini:
Pertama, atribut fisik anda (seperti ketebalan dan panjang pita suara, ukuran dan bentuk
resonator dll.) pasti sangat berbeda dengan penyanyi yang anda tiru, sehingga anda tidak akan
dapat mencapai kualitas suara yang serupa tanpa melakukan pemaksaan ataupun peniruan.
Kedua, seorang penyanyi yang matang dengan pengalaman dapat melakukan banyak hal
dengan suaranya tanpa harus merusaknya, dan hal ini tidak berlaku untuk penyanyi pemula.
Ketiga, jika anda mempolakan diri anda terlalu serupa dengan seorang penyanyi, anda akan
cendrung manjadi imitasi dari penyanyi yang bersangkutan, tanpa memiliki individualitas.
Akan lebih bijaksana jika anda mampu memilih sepuluh orang penyanyi yang memiliki
katagori suara yang sama dengan anda dan memiliki dan memiliki kelebihan-kelebihan yang
dapat anda adopsi sebagai suatu model dalam pembentukan suara anda.
Tiga Fase Dalam Sebuah Nada Musikal
Setiap nada musikal dapat dibagi menjadi tiga fase:
1. Fase Attack (fase memulai nada);
2. Fase Sustention (fase penahanan nada); dan
3. Fase Release (fase pengakhiran nada).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ketiga fase ini terdiri dari memulai nada, menahan
nada dan mengakhiri nada. Setiap fase fungsi yang penting dan memiliki masalah-
masalahnya tersendiri.
Fase attack: merupakan fase yang sangat penting dalam menyanyi karena memiliki
kecendrungan untuk mempengaruhi dua fase lainnya dalam proses menghasilkan
suara. Nada yang dimulai dengan baik akan membuka jalan bagi fase penahanan dan
fase pengakhiran nada. Nada yang dimulai dengan cara buruk akan menimbulkan
dampak serupa pada fase-fase selanjutnya. Awal yang baik berasal dari dalam pikiran
penyanyi yang bersangkutan sebelum ia melakukan aktifitas fisik, termasuk
didalamnya adalah persiapan untuk pitch dengan tepat, kualitas nada yang tepat dan
tingkat dinamik yang tepat.
Pitch harus dimulai dengan tepat, tanpa “menyendok” keatas ataupun “tergelincir” kebawah.
Untuk dapat melakukannya, seorang penyanyi harus dapat membentuk suatu kebiasaan
mendengarkan pitch secara mental sebelum mulai menyanyikan pitch tersebut, dan bukan
sewaktu menyanyikannya.
Sebuah attack yang baik harus terlebih dahulu dipersiapkan, baik secara fisik maupun mental.
Sebuah attack yang sempurna baru akan terjadi jika mekanisme penunjang nafas dan pita
suara terlibat dalam suatu aksi bersama secara simultan dan efisien, tanpa andanya
ketegangan yang tidak diperlukan, ataupun pembuangan nafas secara sia-sia. Jenis koordinasi
yang “effortless” ini hanya dapat dicapai jika langkah-langkah persiapan telah dilakukan
secara matang. Latihlah faseattack anda dengan menggunakan latihan berikut ini:
1. Tariklah nafas seperti saat anda mulai menguap;
2. Rasakan adanya pengembangan pada bagian tengah tubuh anda;
3. Tahan nafas anda begitu paru-paru anda terasa penuh dan nyaman;
4. Mulailah nada dengan terlebih dahulu memikirkan cara menghasilkannya, tanpa usaha
fisik yang berlebihan.
Untuk menghasilkan suara yang baik, tidak diperlukan usaha yang bersifat lokal, seperti
menarik perut atas kedalam atau mendorongnya kearah depan. Jika anda telah menarik nafas
dengan benar dengan postur yang baik, berarti anda telah menciptakan tunjangan nafas yang
cukup untuk menyanyikan setiap nada dalam jangkauan nada (vocal range) anda tanpa perlu
melakukan pengaturan kembali secara sengaja.
Yang diperlukan pada tahap ini adalah gambaran mental yang tepat, pitch yang tepat, kualitas
nada yang tepat, serta tingkatan dinamik yang diinginkan. Setelah semua itu terpenuhi, maka
aksi refleks akan mengambil alih semua kegiatan tersebut. Jika hasilnya tidak seperti yang
anda inginkan, berarti terdapat kesalahan dalam persiapan baik mental maupun fisik. Jangan
memaksan penggunaan kekuatan otot yang berlebihan sebagai ukuran yang baku dalam
menghasilkan suara yang baik. Pikirkanlah terlebih dahulu nada tersebut sebelum anda
menyanyikannya.
Dalam sebuah attack yang berimbang dan terkoordinasi, rahang haruslah dapat diturun secara
bebas sebelum anda menghasilkan suara. Gerakan rahang yang benar adalah turun kearah
bawah baru kemudian digerakkan sedikit kearah belakang. Jangan menekan rahang kearah
bawah, mendorongnya kearah depan, atau menguncinya dalam suatu posisi, biarkanlah
rahang bergerak dengan bebas.
Jangan memikirkan pita suara anda pada saat anda menyanyi, karena pada dasarnya anda
tidak memiliki kendali atas pita suara anda. Akan lebih baik jika anda memikirkan jenis suara
yang akan anda hasilkan, dan sensasi apa yang akan anda rasakan pada saat suara seperti itu
dihasilkan.
Walaupun fonasi terjadi didalam larynx, ia akan terasa seperti dihasilkan disuatu tempat
didalam kepala anda. Beberapa orang penyanyi menyatakan bahwa suara terasa dihasilkan di
langit-langit mulut. Hal seperti ini merupakan sensasi yang baik untuk anda coba, karena
sensasi seperti itu akan mengalihkan perhatian anda dari pita suara. Dalam pelajaran
menyanyi terdapat sebuah pepatah kuno yang berbunyi: “Penyanyi yang baik adalah
penyanyi yang tidak memiliki leher”. Pepatah ini cocok untuk menggambarkan apa yang
seharusnya dirasakan oleh seorang penyanyi.
Fase Sustention dari suatu nada berlangsung dari saat sesudah nada tersebut dimulai
dan saat sebelum nada tersebut berakhir. Durasinya tergantung pada nada yang akan
dinyanyikan. Menunjang suatu nada berarti menahan nada tersebut selama yang
diperlukan. Berarti menopangnya secara fisik dari arah bawah, membuatnya tetap
berbunyi, mempertahankannya atau memperpanjangnya, mempertahankan vitalitas
yang terdapat didalamnya. Hal inilah yang seharusnya terjadi selama fase penahanan,
dimana energi yang digunakan untuk memulai suara tersebut harus tetap mengalir.
Mekanisme pernafasan harus melakukan tunjangan terhadap suara dari arah bawah tubuh.
Vitalitas suara yang mendapat tunjangan tersebut haruslah tetap terjaga dan terfokus pada
suatu tempat di kepala anda. Sebuah suara yang mendapat tunjangan harus tetap berada
dalam keadaan stabil dan konsisten, tidak bergoyang, tidak mengalami perubahan dalam
kualitas maupun tingkat dinamik, kecuali dalam merespon tuntutan ekspesif dalam musik.
Hal penting yang harus diingat oleh seorang penyanyi adalah: jangalah sekali-kali
menyanyikan nada dengan melakukan sentakan pada nafas. Ada dua faktor yang dapat
membantu anda dalam memastikan bahwa energi yang anda hasilkan stabil:
1. Pertahankan pengembangan didaerah tengah tubuh selama anda menyanyikan suatu
nada;
2. Pertahankan postur yang baik dengan cara berdiri tegap dengan punggung yang
meregang.
Sebuah ketegangan berimbang yang terjadi antara otot-otot yang digunakan untuk menghirup
nafas dan otot-otot yang digunakan untuk menghembuskan nafas hanya akan terjadi jika anda
telah dapat menerapkan postur dan pernafasan yang baik. Hubungan dinamis ini (disebut
sebagai tunjangan nafas) merupakan faktor yang penting dalam melakukan tunjangan pada
suara.
Saat melakukan penunjangan pada sebuah nada, bayangkanlah bahwa suara yang anda
hasilkan mengalir bebas keluar dari tubuh anda, namun nafas anda seakan tetap tertinggal
didalam tubuh anda. Pada kenyataannya, nafas pasti akan mengalir keluar dari tubuh anda,
namun harus selambat mungkin. Bayangkan anda tengah berada dalam posisi menghirup
nafas sewaktu anda menyanyikan suatu nada, ini akan membantu memperlambat keluarnya
nafas dan mempertahankan pengembangan pada bagian tengah tubuh anda. Tenggorokan
anda harus terasa rileks dan terbuka dari bagian atas hingga bagian bawahnya. Untuk
mendapatkan perasaan seperti itu, pertahankanlah posisi awal menguap. Langit-langit mulut
anda harus terasa bergetar seperti jika anda tengah bersenandung. Sensasi ini akan
mempengaruhi kualitas suara dan efisiensi dari aksi pita suara anda.
Tidak perlu melakukan gerakan pada lidah, bibir atau rahang sewaktu melakukan penahanan
pada sebuah nada tunggal. Artikulator hanya aktif pada fase pemulaian dan pengakhiran
nada, bukan pada fase penahanan nada. Jika suara sudah mulai dihasilkan, lidah, bibir dan
rahang telah selesai melakukan tugas utamanya, dalam fase penahanan mereka akan
beristirahat hingga tiba fase pengakhiran nada. Salah satu ciri dari penyanyi yang belum
berpengalaman adalah melakukan perubahan postur dari alat-alat pengucapannya pada saat
menahan sebuah nada. Aksi ini dapat menimbulkan ketegangan yang tidak perlu serta
menimbulkan efek yang buruk bagi huruf hidup yang tengah dinyanyikan.
Fase Release. Fase pengakhiran sebuah nada memiliki durasi yang sangat singkat dan
harus dilakukan secara tegas dan tepat. Fase ini tidak boleh diabaikan, diperlambat
atau dipercepat karena fase ini harus dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan
cara yang benar. Pada kenyataannya, sebuah nada harus diakhiri, namun bukan
dengan cara menghilang atau berhenti karena kehabisan energi. Tunjangan nafas yang
digunakan untuk memperpanjang nada harus tetap dilanjutkan hingga fase pelepasan
nada ini selesai. Jangan biarkan tunjangan anda mengendur sebelum suara selesai
dinyanyikan, jika terjadi, hal ini akan mempengaruhi pitch dan kualitas nada yang
anda hasilkan.
Jangan mendahului sebuah release. Berpikir untuk mengakhiri nada terlalu cepat akan
menyebabkan tunjangan nafas menjadi terlalu cepat rileks, atau menyebabkan tenggorokan
anda menyempit dalam persiapannya untuk menghasilkan sebuah huruf konsonan.
Sebuah release yang baik seharusnya dilakukan pada saat akhir secara cepat, bersih dan tepat.
Lemahnya musikalitas seorang penyanyi merupakan penyebab utama dari release yang
buruk. Salah satu keahlian yang harus dimiliki seorang penyanyi adalah kemampuan untuk
menghitung nada dengan tepat, karena hanya dengan cara ini ia dapat mengetahui kapan
saatnya ia harus memulai, memperpanjang dan mengakhiri sebuah nada.
Sebagian besar kata dalam bahasa Inggris berakhir dengan huruf konsonan, karenanya
konsonan dalam kata berbahasa inggis memiliki fungsi yang sangat vital dalam
melakukanrelease. Sebuah release akan terdengar baik jika sebuah huruf konsonan akhir
dapat diucapkan dengan cepat, tegas dan tepat pada waktunya. Sayangnya, banyak penyanyi
yang tidak mengindahkan konsonan akhir, sehingga jarang sekali mereka menggunakan
energi atau kelincahan yang cukup dalam melakukan release.
Sebuah huruf konsonan harus dinyanyikan hingga batas akhir hitungan, kemudian diakhiri
dengan cara yang cepat, dan tegas. Bayangkanlah bahwa sebuah konsonan akhir merupakan
batas akhir dari suatu nada. Jangan mengantisipasi release saat anda baru saja mulai
menyanyikan sebuah huruf hidup, tunggulah dan biarkan nada tersebut berbunyi hingga pada
saatnya diakhiri dengan konsonan.
Jangan mencoba untuk menghentikan sebuah nada dengan cara “menjepit” tenggorokan atau
dengan memutuskan nafas anda. Sebuah release yang dilakukan dengan cara seperti itu akan
menimbulkan ketegangan dan seringkali berakhir dengan suara yang serak. Biarkanlah organ-
organ pembentuk suara (bibir, lidah dan rahang) melepaskannya secara alami. Jika sebuah
nada berakhir dengan huruf hidup, anda harus tetap mengakhirinya dengan cara yang sama
dengan nada yang memiliki huruf akhir konsonan. Teknik menyanyi tidak memiliki cara
yang berbeda dalam melakukan dua aksi diatas.
Pada prakteknya, pita suara dan mekanisme penunjang juga melakukan pelepasan suara tepat
bersamaan dengan aksi pelepasan yang dilakukan oleh bibir, lidah dan rahang dalam suatu
gerakan yang tersingkronisasi. Karenanya, sangatlah baik bagi bagi seorang penyanyi untuk
dapat merasakan bahwa alat-alat pengucapannya memiliki tanggung jawab yang sangat besar
dalam fase pengakhiran nada ini.
KESIMPULAN:
Fonasi merupakan proses yang sangat terkait dengan pernafasan. Sangatlah mungkin
melakukan pernafasan tanpa melakukan fonasi, namun sangatlah mustahil untuk melakukan
fonasi tanpa mendapat bantuan dari nafas.
Dalam fonasi yang ideal dan berimbang, kedua proses tersebut terkoordinasi sedemikian rupa
sehingga mampu menghasilkan pitch dan tingkat dinamik yang diinginkan dengan hanya
menggunakan usaha minimal dari mekanisme penunjang nafas.
Dengan kata lain, hanya dengan tekanan udara dan ketegangan pita suara yang sangat
berimbang yang dapat menghasilkan vibrasi yang baik tanpa menimbulkan ketegangan yang
tidak diperlukan ataupun inefisiensi nafas.
Tubuh penyanyi harus dilatih agar dapat berfungsi sebagai sebuah kesatuan, dibawah kendali
pikiran, bukan sebagai kelompok yang terpisah-pisah yang dikendalikan secara lokal. Aksi
yang terkoordinasi merupakan dasar bagi fonasi yang baik.
Kesalahan Yang Berhubungan Dengan Fonasi
Kesalahan dalam fonasi diperkirakan berasal dari tidak berfungsinya mekanisme larynx pada
saat penyanyi yang bersangkutan menggunakan “suara asli”-nya. Kesalahan pada fonasi
dibagi menjadi dua jenis: hipofungsional dan hiperfungsional.
? Fonasi hipofungsional, merupakan proses fonasi yang gagal dalam memenuhi tuntutan
aktivitas yang dibutuhkan oleh mekanisme larynx. Kesalahan ini sering terjadi pada penyanyi
pemula, namun juga dapat disebabkan oleh sebab faktor penuaan usia pada penyanyi yang
bersangkutan.
Kesalahan ini merupakan kesalahan yang paling banyak terjadi pada penyanyi. Penyebab
utama dari kesalahan hipofungsional ini adalah tidak cukup tertutupnya glottis pada pita suara
secara baik. Dampak dari kesalahan ini adalah timbulnya suara yang bercampur dengan
nafas, dimana aliran udara dapat dengan bebas mengalir keluar dari celah dari glottis yang
tidak tertutup secara baik tersebut.
Pada saat pita suara tidak menutup dengan baik, tunjangan nafas akan mendorong udara yang
“tidak terpakai” ini melalui celah pada glottis. Nafas yang terbung percumai sama dengan
nada yang terbuang percuma, dan hal ini harus dihindari. Udara yang terbuang percuma juga
menyebabkan lemahnya pengendalian nafas. Sebuah ban dengan pentil yang rusak akan cepat
sekali kempes, seorang penyanyi yang tidak mampu menutup celah glottisnya dengan baik
akan cepat sekali kehabisan nafas.
Seorang pakar vokal terkenal, Van A. Christy menyatakan, “Efficient tone is basic for
efficient breath control” (nada yang efisien merupakan dasar bagi pengendalian nafas yang
efisien). Dalam konteks ini, nada yang efisien dan aksi pita suara yang efisien merupakan hal
yang sinonim).
Prosedur terbaik bagi perbaikan suara yang bercampur nafas adalah melatih pita suara agar
dapat menutup dengan baik. Cara ini tidaklah mudah karena kita tidak memiliki kendali
langsung terhadap pita suara. Tidak mungkin kita dapat memerintah interarytenoid dan otot-
otot lateral cricoaritenoid untuk menutup glottis secara langsung. Aksi ini harus dilakukan
secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan pola-pola pemikiran tertentu serta aksi
refleks yang terkondisi dengan baik. Sebagai contoh, berpikir untuk melakukan fase awal
menguap akan menyebabkan merenggangnya jarak kedua pita suara. Sebaliknya, berfikir
untuk melakukan fase awal bersenandung akan membuat pita suara merapat dan menutup
celah glottis. Lakukanlah percobaan berikut ini:
Hiruplah nafas dalam dengan nyaman dan berfikirlah untuk bersenandung. Anda akan
merasakan bahwa mulut dan pita suara anda menutup untuk mempersiapkan aksi
bersenandung tersebut (Jika anda menarik otot perut dengan kuat, anda akan merasakan
bahwa pita suara anda menahan nafas yang akan keluar).
Pada saat anda mulai bersenandung, rapatkan gigi anda kuat-kuat dan cobalah untuk
merasakan adanya getaran berdengung pada langit-langit mulut anda. Aksi bersenandung
seperti ini terkadang menghasilkan kualitas bunyi suara yang kurang baik, yaitu suara yang
terdengar bercampur nafas.
Kini cobalah bersenandung dengan mulut yang tetap tertutup sambil memisahkan gigi anda
dengan cara menurunkan rahang bawah anda perlahan-lahan. Cobalah untuk mempertahan-
kan getaran pada langit-langit selama mungkin. Aksi bersenandung jenis ini akan
menimbulkan perasaan rileks dan akan menghasilkan kualitas bunyi suara yang lebih baik
dibandingkan cara yang pertama. Dengan cara ini suara anda tidak akan bercampur dengan
nafas jika dihasilkan dengan cara yang benar.
Cara lain untuk menutup pita suara dengan benar adalah dengan meminta siswa untuk
menambah energi pada saat tengah bernyanyi. Pada kebanyakan penyanyi yang kurang
berpengalaman, pita suara tidak menutup dengan sempurna karena tubuh tidak cukup bekerja
keras dalam menghasilkan suara yang baik. Berikut ini merupakan beberapa penyebab dari
kurangnya kerja tubuh dalam menghasilkan suara yang baik:
1. Postur yang buruk;
2. Pernafasan yang dangkal;
3. Kurang baiknya fase penahanan nafas;
4. Bernyanyi terlalu lembut (kesalahan konsep tentang kekuatan suara);
5. Meniru model suara dari penyanyi yang buruk;
6. Kegagalan dalam mengenali kualitas suara yang baik;
7. Jarang terlibat dalam kegiatan bermusik.
Masalah yang berhubungan dengan suara mendesah bukan berasal dari kurangnya
penggunaan energi dalam menyanyi. Hal ini dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Salah
satunya dengan cara meminta siswa untuk menyanyi lebih keras dari biasanya.
Bersamaan dengan itu, mintalah siswa untuk melakukan gerak mengangkat secara lembut,
seperti berpura-pura akan mengangkat sesuatu benda yang agak berat seperti buku tebal, yang
diangkat oleh salah satu lengan dari batas pinggang ke atas. Dalam aksi ini, pita suara akan
cendrung menutup untuk menunjang gerakan lengan. Jangan mengangkat benda yang terlalu
berat karena epiglottis dan kerah larynx (larygeal collar) akan cendrung untuk menutup
sehingga menyulitkan proses fonasi.
Pendekatan lain adalah dengan mengimitasi cara menyanyi seorang penyanyi opera, atau
menyanyi dengan cara “dilebih-lebihkan”. Dengan cara ini diharapkan siswa yang
bersangkutan dapat memproduksi suara yang lebih hidup dan bulat.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk postur dan kebiasaan bernafas
yang baik bagi siswa yang bersangkutan, atau dengan membuat siswa yang menyadari fungsi
dari mekanisme penunjang nafas. Caranya adalah dengan menirukan cara tertawa Santa Claus
(Ho, ho, ho), atau meneriakkan kata panggilan seperti, “Hai”, atau dapat juga dengan
meminta siswa menyanyi dengan keras seperti jika ia mencoba untuk menyanyi untuk
penonton yang berada dibarisan belakang.
Masalah yang berhubungan dengan kurangnya keterlibatan siswa yang bersangkutan dalam
musik dapat ditanggulangi dengan memilihkan lagu-lagu yang dapat direspon secara cepat.
Mintalah siswa untuk menghafal syair dalam lagu dan kemudian mengucapkannya secara
ekspresif. Cara memberikan sebuah interpretasi terhadap lagu yang bersangkutan dapat
dengan cepat memberikan respon yang ekspresif. Cara lainnya adalah dengan
memperdengarkan rekaman suara penyanyi dengan lagu yang sama atau serupa. Semua siswa
diharuskan memiliki model suara yang ideal, hal ini akan lebih cepat dicapai dengan cara
banyak mendengarkan rekaman penyanyi-penyanyi yang ahli.
Huruf hidup dan konsonan dapat pula digunakan untuk menghilangkan suara mendesah.
Huruf hidup yang bersifat frontal (seperti [i], dan [e]) memiliki sifat tegas dalam produksinya
dibanding dengan huruf hidup lainnya. Karenanya, huruf-huruf hidup diatas sangat kondusif
untuk menghilangkan suara yang mendesah.
Untuk langkah pertama, berikan siswa latihan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup
frontal, jika suara mendesah masih terdengar, mintalah ia untuk merapatkan giginya saat
melakukan vokalisi tersebut. Posisi rahang yang tertutup rapat ini sebenarnya tidak
dianjurkan dalam dalam menyanyi, namun sebagai jalan “jalan pintas” aksi ini dapat
memperkuat aksilarynx untuk menghasilkan suara yang terbebas dari desahan nafas. Aksi ini
harus dihentikan segera setelah siswa yang bersangkutan telah dapat menghasilkan suara
tanpa desah dengan posisi rahang yang rileks.
Cara lain untuk menghilangkan suara mendesah adalah dengan menggunakan huruf-huruf
konsonan nasal seperti: [m], [n], dan [?] yang dikombinasi dengan konsonan yang
memerlukan aksi bibir dan/atau lidah yang kuat. Cobalah vokalisi lima buah nada (do, re, mi,
fa, sol) secara naik dan turun dengan menggunakan kata seperti: “ding, ding, ding, ding, ding;
bum, bum, bum, bum, bum; no, no, no, no, no; wing, wing, wing, wing, wing, ting, ting, ting,
ting, ting, dan kata-kata sejenisnya.
Salah satu atau beberapa dari kata tersebut dapat digunakan sebagai pengganti salah satu kata
yang terdapat di dalam lagu. Tingkat efektifitas penggunaan berbagai konsonan diatas akan
sangat bervariasi bagi setiap siswa, sangatlah disarankan untuk mencoba beberapa dari kata
diatas. Menurut pengalaman, kata, “ding” lebih sering memberikan hasil yang memuaskan.
Salah satu masalah dalam memperbaiki suara yang mendesah adalah bahwa kebanyakan
siswa tidak menyadari akan hal tersebut. Suara seperti ini sudah dianggap sebagai bagian dari
suara alaminya, dan bukan dianggap sebagai bunyi nafas. Anda dapat memberitahukannya
dengan cara merekam suaranya dengan menggunakan tape recorder dan terus memantau
kemajuan yang dicapainya, jika hal ini tidak dilakukan, siswa yang bersangkutan akan tetap
kembali pada kebiasaan buruknya.
Permasalahan lain yang harus diwaspadai adalah bahwa penyebab suara mendesah adalah
adanya faktor akil balig pada siswa yang bersangkutan. Ini adalah periode dimana otot-
ototinterarytenoid tidak dapat atau tidak menutup glottis dengan rapat. Akibatnya terdapat
sebuah celah diantara vocal process pada tulang rawan arytenoid. Celah ini sangat umum
terjadi pada suara remaja yang mengalami akil balig dan dikenal dengan sebutan mutational
chink (celah mutasional).
Meskipun siswa yang bersangkutan memiliki celah seperti ini, ia masih dapat mengurangi
jumlah nafas yang keluar melalui celah tersebut. Anda dapat melakukan perbaikan pada jenis
suara seperti ini dengan menggunakan seluruh metode yang telah dijelaskan sebelumnya,
namun tetap dengan mengedepankan kehati-hatian. Dalam masalah ini William Vennard
menyatakan, “Young singers should not be driven to eliminate this breathiness
impatiently”(Untuk para penyanyi muda, proses penghilangan suara mendesah ini jangan
dilakukan dengan tergesa-gesa). Suara seperti ini akan hilang dengan sendirinya jika proses
perubahan suara dalam dirinya telah berakhir.
Jika semua metode yang telah dilakukan tidak membawa hasil, masih terdapat satu cara lagi
yang dapat ditempuh. Cara yang satu ini tergolong ekstrim, yaitu dengan meminta siswa yang
bersangkutan untuk membuat suara yang tercekik atau tegang. Karena banyak metode yang
digunakan tidak membuahkan hasil, maka anda harus melakukan sesuatu yang dapat
menimbulkan ketegangan yang cukup untuk dapat menutup pita suaranya dengan baik. Pada
kenyataannya, cara ini mengandung resiko cidera yang besar karena adanya ketegangan yang
berlebihan pada saat bersuara, dan cara ini juga bukan dimaksudkan untuk menggantikan
suatu kebiasaan buruk dalam menyanyi dengan kebiasaan buruk lainnya. Namun demikian,
seseorang yang memiliki suara mendesah secara terus-menerus akan jarang sekali mengalami
cidera saat pertama kali mencoba untuk menggunakan suara yang tercekik; biasanya mereka
akan cendrung mendekati situasi suara yang berimbang ketimbang suara yang tercekik. Saran
berikutnya yang mungkin akan berhasil adalah meminta siswa yang bersangkutan untuk
menirukan gaya penyanyi country dengan “youdel”-nya. Pendekatan-pendekatan yang
memacu ketegangan seperti diatas tidak dimaksudkan untuk dipergunakan dalam jangka
waktu yang lama dan harus segera diakhiri begitu siswa yang bersangkutan telah mengalami
kemajuan dalam suaranya.
Rangkuman Prosedur Perbaikan Untuk Jenis Suara Mendesah (Hipofungsional)
1. Bersenandung (dengan vibrasi pada langit-langit mulut);
2. Menggunakan energi yang lebih besar dengan cara menyanyi lebih keras;
3. Menggunakan energi yang lebih besar dengan latihan mengangkat beban;
4. Menirukan gaya penyanyi opera;
5. Menanamkan kebiasaan berpostur dan bernafas yang baik;
6. Mengaktifkan mekanisme penunjang nafas dengan melakukan latihan-latihan;
7. Menyanyi untuk barisan penonton paling belakang dari auditorium;
8. Memiliki keterlibatan yang kuat dalam musik;
9. Membentuk suara yang ideal dengan cara mendengarkan penyanyi-penyanyi yang baik;
10. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup frontal;
11. Melakukan vokalisi dengan menggunakan konsonan nasal;
12. Menirukan suara tercekik.
? Suara Desah yang Dipaksakan.
Dalam permasalahan suara yang mengandung nafas (breathy voice) terdapat sebuah jenis
masalah yang memerlukan penjelasan khusus karena adanya faktor-faktor yang komplikatif
didalamnya, jenis ini dikenal dengan suara desah yang dipaksakan.
Komplikasi yang terdapat didalam masalah jenis ini berasal dari rendahnya fungsi
mekanisme pada larynx yang diikuti dengan rendahnya fungsi mekanisme penunjang nafas.
Perbaikan yang ditujukan pada salah satu faktor dapat memperburuk faktor lainnya. Menarik
otot-otot perut dapat menghasilkan tekanan udara yang besar pada larynx karena pita suara
tidak menutup dengan baik sehingga udara akan menekan pita suara dengan derasnya.
Pendekatan terbaik dalam memperbaiki jenis kesalahan seperti ini adalah melakukan
pendekatan pada mekanisme penunjang nafas terlebih dahulu melalui metode-metode yang
telah dijelaskan sebelumnya, barulah kemudian melakukan perbaikan pada proses fonasi
yang mendesah dengan menggunakan metode yang terdapat pada daftar diatas. Hindari
metode-metode yang mungkin akan mengakibatkan timbulnya tunjangan nafas yang
berlebihan seperti pada nomer 2, 3, 4, 6, 7, dan 8.
? Fonasi Hiperfungsional,
Fonasi hiperfungsional dapat didefinisikan sebagai: terdapatnya aksi fonasi yang berlebihan
pada mekanisme larynx sehingga menyebabkan suara yang terdengar tegang, keras dan serak.
Penyebab utama dari masalah ini adalah adanya ketegangan yang berlebihan didalam pita
suara yang terkadang berasal dari ketegangan pada otot-otot larynx dan daerah sekitarnya.
Jika suatu proses fonasi disertai dengan tunjangan nafas yang bersifat hiperfungsional, suara
yang dihasilkan akan terdengar parau, melengking, serak, kasar, tertarik bahkan tercekik.
Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan secara ekstrim, fonasi
hiperfungsional dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang kemungkinan
memerlukan perawatan secara medis. Banyak penyanyi yang tidak menyadari bahwa pada
dasarnya kesalahan yang dideritanya termasuk dalam apa yang dalam bidang vokal disebut
sebagai “vocal cripples” atau kecacatan vokal, sehingga penyanyi yang bersangkutan bantuan
seorang dokter spesialis THT untuk memperbaiki masalah dalam organ menyanyinya.
Sangat disarankan bagi setiap guru vokal untuk dapat mengenali gejala-gejala dari apa yang
sering disebut sebagai, “vocal abuse” (penyalahgunaan suara) atau “vocal misuse” (kesalahan
dalam menggunakan suara), sehingga dapat dengan segera memberikan saran pada siswa
yang bersangkutan untuk berkonsultasi pada dokter ahli THT.
Dalam masalah ini mungkin saja siswa tidak mengalami kesalahan yang bersifat organik atau
kesalahan yang mengakibatkan konsekuensi serius, karena instrumen vokal manusia pada
dasarnya sangat tahan menghadapi berbagai macam penyalahgunaan suara yang dibebankan
kepadanya. Namun begitu, tetap saja diperlukan saran dari seorang dokter ahli. Semakin dini
pencegahan dapat dilakukan, semakin besar kemungkinan untuk memperbaikinya. Dalam
situasi seperti ini, pertolongan seorang guru sangat dibutuhkan dalam mengajarkan siswa
yang bersangkutan mengenai pembentukan kebiasaan bernyanyi yang baik sehingga problem
yang terjadi dapat diperbaiki sesegera mungkin.
Gejala yang sering terjadi pada kesalahan dalam penggunaan suara adalah terdengarnya
keserakan pada suara. Morton Cooper menyatakan bahwa keserakan merupakan kualitas
yang paling sering ditemui dalam vokal klinis. Keserakan merupakan fenomena yang umum
ditemui, namun tidak memiliki gejala yang spesifik. Penyebabnya dapat berhubungan dengan
alergi, infeksi karena virus, laryngitis, pertumbuhan pita suara, pengobatan, perubahan
temperatur,sinusitis, polusi udara, kesalahan dalam penggunaan suara dan banyak lagi
lainnya.
Penyebab dari keserakan hanya dapat ditentukan oleh seorang dokter yang ahli, namun
seorang guru vokal harus dapat mengenali bahwa keserakan yang terjadi pada suara siswanya
merupakan sebuah tanda bahaya dan dapat memperingati siswa yang bersangkutan. Jika
keserakan terjadi dalam jangka waktu yang lama, terjadi hampir disetiap kali siswa yang
bersangkutan menyanyi dalam jangka waktu yang agak lama, atau terdapat keserakan dalam
suara berbicaranya, nasihat terbaik bagi siswa tersebut adalah segera mendatangi
seorang laryngologis.
Gejala umum lainnya dari kesalahan dalam penggunaan suara adalah menyempitnya wilayah
nada setelah penyanyi yang bersangkutan menyanyi untuk beberapa menit. Hal ini sering
terjadi pada penyanyi yang memiliki wilayah nada yang cukup luas (biasanya penyanyi yang
bersangkutan kehilangan nada-nada tertingginya, nada-nada terendahnya atau kedua-duanya).
Tapi hal ini dapat juga terjadi pada nada-nada tengah, terutama pada wanita. Ini merupakan
suatu indikasi dari terlalu banyaknya ketegangan sehingga suara mulai kehilangan fungsi
normalnya jika digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Suara yang dihasilkan dengan baik akan mempunyai daya tahan yang baik. Tidak pernah ada
kondisi yang disebut sebagai “overuse” (penggunaan suara secara berlebihan) dalam
berbicara, jika suara berbicara digunakan secara benar. Kutipan dari West, Ansberry dan Carr
menyatakan, “No amount of vigorous vocalization can damage the edges of the vocal folds if
the voice is properly used”(Vokalisi yang dilakukan dengan sering tidak dapat merusak tepi
pita suara jika suara digunakan dengan benar). Ia mengidentifikasikan kesalahan dalam
penggunaan suara sebagai kurangnya pengetahuan mengenai menyanyi dengan baik,
kurangnya pelatihan vokal yang baik, buruknya model vokal yang dimiliki, kesulitan emosi,
dan/atau masalah-masalah psikologis. Jika seorang penyanyi sering kehilangan wilayah
nadanya, atau bahkan kehilangan suaranya setelah menyanyi, itu merupakan sebuah indikasi
kuat bahwa penyanyi tersebut kurang mendalami pengetahuan dan/atau teknik vokal.
Penyanyi seperti ini sangat membutuhkan seorang guru yang kompeten dibidangnya.
Gejala yang sering ditemukan dalam proses fonasi yang tertekan adalah terbatasnya atau
tidak terdapatnya vibrasi – sering disebut sebagai “nada lurus”. Tidak adanya vibrato pada
suara disebabkan oleh larynx yang mengalami ketegangan.
Beberapa faktor yang menjadi kontributor pada fonasi hiperfungsional dan yang berhubungan
dengan masalah-masalah vokal adalah:
1. Menyanyi dalam klasifikasi suara yang salah, terutama pada tesitura yang terlalu
tinggi;
2. Berbicara dibawah atau diatas tingkat nada yang optimal;
3. Menyanyi atau berbicara pada lingkungan yang ramai;
4. Kebiasaan menyanyi atau berbicara terlalu keras atau dengan menggunakan kekuatan
yang terlalu besar;
5. Menjerit, berteriak atau memekik;
6. Memiliki konsep tunjangan nafas yang salah;
7. Teknik pernafasan yang salah;
8. Ketegangan dan kekakuan pada postur;
9. Memiliki model suara yang salah;
10. Ketegangan yang berasal dari masalah psikologis – rasa ketakutan, inferioritas, tidak
aman, malu dan lain sebagainya.
Prosedur Perbaikan Untuk Fonasi Hiperfungsional.
Tujuan utama dari prosedur perbaikan ini adalah menghilangkan ketegangan yang berlebihan
pada larynx. Karenanya, prosedur perbaikan ini harus dilaksanakan dengan teknik-teknik
rileksasi. Disarankan juga agar guru vokal dapat menciptakan suatu suasana kelas yang dapat
membuat siswa merasa rileks, sebuah suasana yang didasari oleh pemahaman yang simpatik
dan perhatian yang tulus dalam memenuhi kebutuhan siswa. Prosedur perbaikan dapat
dimulai dengan menerapkan rileksasi pada tubuh siswa. Pada tahap ini anda dapat
menerapkan teknik-teknik yang telah dijelaskan sebelumnya.
Langkah pertama ialah: melakukan latihan-latihan pelenturan dan peregangan seperti:
memutarkan kepala, menganggukkan kepala, memutar bahu, menggunggangkan lengan dan
tangan, latihan-latihan untuk melemaskan rahang, bibir, lidah dan lain sebagainya. Langkah
kedua adalah: mengamati postur siswa, memeriksa dengan seksama kelurusan serta
kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya ketegangan pada postur.
Penyebab terjadinya ketegangan pada larynx biasanya disebabkan oleh pernafasan yang salah
dan tunjangan nafas yang terlalu besar. Meskipun tampaknya pernafasan dan tunjangan nafas
benar, guru harus tetap memeriksanya pada saat siswa yang bersangkutan menyanyi.
Periksalah pengembangan yang terjadi pada bagian tengah tubuh siswa, pengaturan tunjangan
nafas, dan cara mulai menyanyikan nada tanpa menarik bagian perut. Beberapa orang siswa
mungkin dapat melakukan hal-hal tersebut pada saat ia tidak menyanyi, namun ia tetap akan
memiliki kecendrungan untuk menghasilkan ketegangan pada saat ia menyanyikan nada-nada
tinggi atau kalimat-kalimat panjang. Selalu terdapat godaan untuk menghirup nafas terlalu
banyak dan menyimpannya didalam dada yang kesemuanya ini hanyalah merupakan suatu
usaha yang sia-sia dalam menciptakan sistem penunjang nafas yang baik.
Membuat sebuah attack yang proporsional akan sulit dilakukan oleh orang yang memiliki
ketegangan pada pita suara. Kecendrungan untuk memulai fonasi yang diiringi dengan
letupan udara merupakan hasil dari glottis yang tertutup rapat dengan tekanan nafas yang
meningkat sehingga pita suara terpisah secara kasar. Jenis attack seperti ini dikenal
sebagai hard attack(attack yang kuat) atau tight attack (attack yang sempit), dan letupan
udara yang menyertainya disebut sebagai glottal plosive (ledakan glottal) atau glottal
attack (attack glottal). Attack yang keras merupakan sebuah gejala dari terdapatnya
ketegangan pada larynx. Jika ketegangan ini terjadi telalu kuat, ia dapat merusak membran
sensitif yang melindungi pita suara, serta menimbulkan ketegangan pada otot-otot larynx.
Gesekan yang terjadi di vocal process pada saat tulang rawan-tulang rawan tengah
berdekatan, serta ledakan glottal yang berulang-ulang dapat menghasilkan luka pada tulang-
rawan tersebut. Vocal misuse dan vocal abuse merupakan faktor terbesar yang dapat
menimbulkan terjadinya vocal nodules, polyps dan polypoid. Berdasarkan kenyataan inilah,
maka seorang siswa haruslah terampil dalam menghasilkan suatu attack yang lembut dan
berimbang.
Rahasia dari attack yang berimbang terletak pada adanya sinkronisasi antara tekanan nafas
dengan penutupan glottis. Dalam attack yang sempit, pita suara berada dalam keadaan
menutup terlebih dahulu baru kemudian tekanan nafas diaplikasikan. Dalam attack yang
berimbang, nafas mengalir melalui pita suara sebelum pita suara mulai menutup. Dalam hal
ini nafas dan pita suara beraksi secara simultan dalam menghasilkan suara yang bersih tanpa
adanya ketegangan atau nafas yang terbuang percuma. Siswa harus selalu didorong agar terus
berlatih menghasilkanattack yang lembut hingga pada akhirnya hal tersebut dapat menjadi
suatu bagian yang aman dari teknik bernyanyinya.
Berikut ini adalah latihan rutin yang dirancang untuk tujuan tersebut:
Pertama, lakukan latihan rileksasi (seperti: memutar kepala, bahu dll.) untuk melemaskan
otot-otot anda. Kemudian berdirilah di depan cermin dan perhatikan diri anda secara seksama
apakah terlihat adanya tanda-tanda ketegangan pada tubuh anda. Sebelum anda mulai
menghasilkan suara, ingatlah untuk selalu menghadirkan bayangan pitch, tingkat dinamik dan
kualitas suara yang akan anda hasilkan terlebih dahulu. Kemudian hiruplah nafas dengan
santai seperti yang anda lakukan pada saat awal menguap, kembangkan bagian tengah tubuh
anda dan tahanlah nafas begitu paru-paru anda telah terasa penuh. Disaat anda akan memulai
fonasi, biarkalah sistim penunjang nafas anda yang melakukannya dengan cara memulai nada
hanya dengan memikirkan cara melakukannya. Berhati-hatilah untuk tidak menarik daerah
perut anda secara sengaja. Sebutkan kata “wan” beberapa kali dengan memperpanjang
konsonan “n” dan menyambungkannya dengan kata berikutnya secara tidak terputus.
Pusatkan perhatian anda pada sensasi “getar” dari bunyi “n” dan sensasi suara yang
dihasilkan setelah mengucapkan konsonan tersebut. Kemudian lakukan latihan tersebut
kembali, namun kini tingkat nada menyanyi anda digantikan dengan tingkat nada berbicara.
Jangan menarik bagian perut atau melakukan penekanan (aksen) pada setiap suku kata,
biarkanlah setiap kata yang dihasilkan mengalir dan bersambung dan biarkan setiap “n”
membawa nada suara anda ke kata berikutnya. Ulangi kembali latihan diatas dengan
menggunakan kata “no, no, no” kemudian “ni, ni, ni” dan terakhir dengan menggunakan “nu,
nu, nu”.
Guru harus selalu memonitor latihan ini hingga siswa dapat menghilangkan ketegangan
padalarynxnya dan tidak mensuplai nafas terlalu banyak ke larynx. Mintalah siswa untuk
membayangkan bahwa nada yang dihasilkannya dimulai di dalam kepalanya, bukan
padalarynxnya. Cara ini akan membantunya untuk mengalihkan perhatian pada
aktifitas larynx. Tekankan padanya tentang perlunya mempertahankan posisi awal menguap
saat menyanyi, karena cara ini akan membantunya untuk menyanyi dengan rileks. Ini
disebabkan karena larynxberada pada posisi terbaiknya pada saat menyanyi.
Huruf hidup (vokal) dan konsonan dapat digunakan untuk memperbaiki suara yang tercekik.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa huruf hidup frontal dapat digunakan untuk
menghilangkan desahan nafas pada suara, sedangkan huruf-huruf belakang yang dihasilkan
dengan memajukan bibir (seperti [o], dan [u]) merupakan huruf hidup yang memiliki
ketegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan huruf hidup frontal. Karenanya, huruf
hidup jenis ini dapat digunakan untuk menghilangkan ketegangan pada
daerah larynx. Kombinasi huruf hidup ini dengan aksi awal menguap merupakan aksi yang
paling efektif untuk menghilangkan tensi padalarynx. Untuk mengurangi ketegangan pada
rahang, serta untuk dapat menghasilkan suara yang bebas, mulailah menyanyikan huruf hidup
ini dengan menggunakan bantuan konsonan “y” atau “m”, seperti: “yu”, “yu”, “yu”; “mu”,
“mu”, “mu” dan lain sebagainya.
Indikator utama dari adanya ketegangan pada larynx adalah hilangnya vibrasi pada suara.
Ketegangan ini hanya dapat dihilangkan jika anda telah dapat mengaplikasikan sistem
penunjang nafas dengan baik. Dengan terbentuknya suatu sistem penunjang nafas yang baik,
vibrasi pada suara akan muncul dengan sendirinya sebagai dampak yang positif. Jika anda
vibrasi tidak juga muncul, maka anda harus menerapkan teknik-teknik khusus yang dapat
digunakan untuk merangsang timbulnya vibrasi.
Pendekatan lain yang dapat anda gunakan untuk menghilangkan fonasi yang tercekik ini
adalah dengan menggunakan penggunaan efek nafas untuk menghasilkan suara. Teknik ini
diperkenalkan oleh William Vennard dengan cara meminta siswanya untuk memulai sebuah
suara dengan konsonan [h] yang berlebihan dan diikuti dengan pengucapan huruf hidup
secara tegas dan bersih. Cara memulai fonasi seperti ini harus kurangi secara bertahap,
seiring dengan membaiknya cara attack siswa yang bersangkutan. Selanjutnya konsonan [h]
hanya dilakukan secara imajinatif saja. Seorang ahli vokal, WilliamVennard sering
menggunakan latihan yang ia dinamakan “tanda-menguap” untuk menunjang teknik ini.
Caranya mudah, mintalah siswa mengeluh seperti pada saat mereka kelelahan. Dengan cara
ini siswa akan mengalami tiga fase perubahan suara: dari suara yang tercekik, menjadi suara
yang mengandung nafas dan pada akhirnya menjadi suara yang benar.
KESIMPULAN DARI PROSEDUR PERBAIKAN:
Bagi Fonasi Yang Tercekik (Hiperfungsional)
1. Melakukan latihan rileksasi pada seluruh tubuh;Menciptakan suasana kelas yang
kondusif untuk menciptakan rasa nyaman dan percaya diri pada siswa;
2. Membentuk postur yang baik dan kebiasaan bernafas yang baik, jika diperlukan;
3. Mengurangi ketegangan yang berlebihan pada mekanisme penunjang nafas;
4. Mempertahankan posisi awal menguap;
5. Melakukan latihan-latihan untuk menghasilkan attack yang berimbang dan halus;
6. Membuat siswa mengerti akan jenis suara yang akan dicapai;
7. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup dengan bibir menonjol
kedepan (huruf hidup belakang);
8. Melakukan vokalisi dengan menggunakan konsonan yang dapat memantu
membebaskan rahang;
9. Dengan menggunakan efek desah nafas pada saat memulai fonasi.
(Disadur dari buku: "THE DIAGNOSIS & CORRECTION OF VOCAL FAULTS" -
James C. McKinney) oleh Charles Nasution
inShare2
OTHER ARTICLE
Musisi dan Media Sosial
METALLICA, Kebon Kosong, Kemayoran 2013
The Beatles Ternyata Penjiplak Yang Sangat Luar Biasa
[Nasib] Anak Band
Memahami Profesi Road Manager
COMMENTS
VIDEO
CLICK TO SUBSCRIBE
CLICK TO MORE VIDEO
GALLERY
CLICK TO MORE GALLERY
TWITSTREAM
VIEW ON TWITTER
SUBSCRIBE THE MAGZ!
& GET EXCLUSIVE BONUS
CLICK TO TONTINUE >
(iTunes Store & Google Play)
© 2013 TRAX Magazine Indonesia, MRA Media Group | Advertising | Terms & Conditions |
About Us | MRA Member Card | Site Map
Loading...
Senam Otak
Otak kita terdiri dari dua belahan, kiri dan kanan. Anehnya, 85 persen
orang di dunia ini ternyata hidup dengan mengandalkan otak kiri saja.
Sebagian dari sisanya menggunakan kombinasi keduanya, dan sebagian lagi
memakai otak kanan. Itulah kesimpulan beberapa penelitian tentang otak.
Dari segi fungsi, otak yang terdiri dari dua belahan kiri dan kanan itu
seolah memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan
mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian ini, fungsi otak dapat
dioptimalkan. Sayang, tak semua orang mampu melakukannya. Salah satu
cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah senam otak.
Tak Perlu Waktu Khusus
Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan
tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan
(dimensi lateralitas); meringankan atau merelaksasi belakang otak dan
bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait
dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak besar
(dimensi pemusatan).
Sebagai pemula, Anda bisa melakukannya lewat gerakan sederhana sambil
melakukan kegiatan sehari-hari. “Senam ini bisa dilakukan tanpa waktu
khusus. Sambil nonton televisi juga bisa,” ujar Dra. Hj. Kartika
Sapardjiman, pempimpin Kelas Brain Gym di Rumah Sakit Kartika, Pulo
Mas, Jakarta Timur. Tapi, imbuh Kartika yang saat ini membimbin tujuh
peserta, termasuk seorang ibu hamil, sebelum mempraktikkan sendiri Anda
perlu bimbingan instruktur khusus.
Populer di Amerika dan Eropa
Menurut Paul E. Denisson Ph.D., ahli senam otak dari lembaga Educational
Kinesiology, Amerika Serikat, meski sederhana, brain gym mampu
memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap
ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Pakar penelitian
otak inilah yang pertama kali memperkenalkan metode terapi ini di
Amerika, 19 tahun silam.
Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan
hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam
perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam
kegunaan.
Saat ini, di Amerika dan Eropa brain gym sedang digemari. Banyak orang
yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran,
meningkatkan daya ingat, dsb. Berminat? Selamat mencoba
Macam Gerakan Brain Games
2. Gerakan Sakelar Otak:
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan
kanan tulang dada) dipijat selama 20-30 detik dengan satu tangan,
sementara tangan lainnya memegang atau memijat sebelah kanan
dan kiri pusar.
Mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan atau
sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen, dan menstimulasi
aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak.
Guna: mengoptimalkan keterampilan motorik halus, memperbaiki
sikap tubuh, meningkatkan energi, mengurangi stres visual dan
relaksasi tengkuk serta bahu.
3. Gerakan Silang
Gerakan ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan
gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan
penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh.
* Mengaktifkan gerakan mata dari kiri ke kanan, meningkatkan
harmonisasi penglihatan (binokular)
* Guna: mengoptimalkan pekerjaan menulis, mendengar, membaca
dan memahami, meningkatkan stamina, memperbaiki pernapasan,
pendengaran dan penglihatan.
4. Tombol Bumi
Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya
di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar). Di sentuh
selama 30 detik atau 4-6 kali tarikan napas penuh.
* Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal
dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom
dalam tabel).
* Guna: mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis
pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan.
5. Tombol Imbang
Gerakan ini akan mengembalikan tiga dimensi keseimbangan tubuh
(kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang). Tekan ’tombol imbang’ -—
4-5 cm ke kiri dan ke kanan dari garis tengah/lekukan di batas
rambut antara tengkorak dan tengkung di atas tulang belakang -—
sementara tangan satunya menyentuh pusar, selama 30 detik.
* Meningkatkan konsentrasi, pengambilan keputusan, pemikiran
asosiatif, kepekaan indrawi untuk keseimbangan, menjernihkan
pikiran dan menjaga badan tetap relaks
* Guna: mengerti konsep yang tersirat (saat membaca), mengkritisi,
mengurangi mabuk perjalanan dan tekanan di kuping karena
perubahan ketingian, mengoptimalkan pekerjaan menulis laporan,
memakai telepon atau komputer.
6. Kait Relaks
Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas
tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan
saling menggenggam, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan terus
ke depan dada. Pejamkan mata dan saat menarik napas, lidah
ditempelkan ke langit-langit mulut dan lepaskan saat mengembuskan
napas. Berikutnya, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari tangan
saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil
mengambil napas dalam 1 menit lagi
* Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan
pemusatan emosional.
* Guna: mendengar aktif, berbicara lugas, menghadapi tes dan
bekerja dengan papan ketik, pengendalian diri dan keseimbangan.
Catatan: Untuk mencegah ketegangan otot, sebelum memulai latihan Anda
sebaiknya minum beberapa gelas air putih. Jumlah air yang harus
dikonsumsi sekitar sepertiga kali berat tubuh.
Senam Otak Agar Tak Cepat Pikun
Tak hanya bagi para manula, kebiasaan lupa kini kerap menjadi keluhan
kaum muda. Lupa merupakan salah satu tanda adanya penurunan fungsi
otak. Kondisi ini bisa menjadi indikasi Anda sedang stres atau gangguan
kesehatan lain.
Dr. Richard Restak, ahli syaraf menyatakan, dalam perjalanan lebih dari
25 tahun penelitian klinis yang dilakukan, ia telah menemukan cara efektif
untuk meningkatkan kekuatan otak. Berikut 10 aktivitas yang bisa
meningkatkan memori Anda.
1. Mempelajari satu kata baru sehari
Biasakan belajar mengingat kata, bahkan satu kata baru setiap hari. Jika
cara ini terus dilakukan, dalam setahun Anda bisa mengingat 350 kata
pertahun, atau 3000 kata per dekade. Ini sangat baik untuk melatih daya
ingat. Karena pada umumnya, kosakata fungsional orang dewasa rata-rata
hanya sekitar 10.000 kata.
Menurut para ilmuawan, dengan belajar kata-kata, Anda telah melibatkan
otak pusat bahasa, lobus frontal dan sirkuit memori. Dan, cara ini seperti
aerobik untuk otak Anda.
2. Bermain video game
Ketika digunakan secara bijak, video game dapat meningkatkan kepekaan
indera, membuat Anda Anda lebih cepat tanggap, dan merespon lebih
cepat.
3. Menghargai seni
Musik meningkatkan kemampuan bahasa dan verbal dan pelatihan musik
instrumental meningkatkan kekuatan otak. Memainkan alat musik juga
meningkatkan kecekatan jari dan mampu meningkatkan umur panjang.
4. Menjaga berat badan ideal
Sangat penting untuk menjaga berat badan ideal Anda. Pasalnya, obesitas
bisa menurunkan kemampuan fungsional seseorang, seperti kecerdasan,
ketajaman mental, kognitif fleksibilitas dan konsentrasi.
5. Berjalan
Berjalan satu mil setiap hari akan mengurangi risiko mengalami demensia
sebesar 50 persen. Tapi, jika Anda tidak punya waktu, jalan cepat 45
menit secara rutin tiga kali seminggu akan mencegah banyak perubahan
otak yang terkait dengan penuaan.
6. Menantang diri
Penelitian baru menunjukkan bahwa selalu menyajikan otak Anda dengan
tantangan mental yang baru seperti teka-teki silang, atau mengingat
daftar belanjaan ke dalam memori. Cara ini diyakini mampu meningkatkan
kecerdasan Anda.
7. Konsumsi kenari dan blueberry dalam diet harian Anda
Kenari mengandung omega-3 asam lemak bersama dengan sejumlah bahan
kimia lainnya yang berfungsi sebagai antioksidan kuat untuk memblokir
tindakan-tindakan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel otak.
Blueberry juga bermanfaat meningkatkan sirkuit otak.
8. Terus belajar
Cari topik yang menarik dan selalu belajar dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan. Ini akan meningkatkan memori jangka panjang dan
meningkatkan penyimpanan cadangan kognitif. Cara ini bisa jadi investasi
Anda agar memiliki ingatan kuat meski usia telah lanjut.
9. Beristirahat.
Meluangkan waktu untuk beristirahat selama 20 menit tidur siang akan
meningkatkan memori Anda. Tidur siang juga memperbaiki suasana hati,
memulihkan konsentrasi dan fokus, dan meningkatkan kreativitas.
10. Bermain
Permainan menyusun balok bisa meningkatkan keterampilan jari tangan.
Permainan ini telah terbukti dapat meningkatkan kelincahan baik mental
dan fisik. Selain itu, bermain sulap juga bisa merangsang sebagian besar
jaringan otak yang kompleks dan melatih proses gerakan visual.
Senam OTAK untuk Merangsang Kecerdasan Bayi
SELAIN faktor genetik, kecerdasan seorang bayi atau anak juga
tergantung pada faktor lingkungan. Di antaranya, nutrisi yang baik,
imunisasi, dan stimulasi atau rangsangan.
Bayi yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu
akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu diharapkan
perkembangan fisik, mental, dan intelektualnya akan melampaui
kemampuan dasar atau potensi genetiknya.
PENELITIAN membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang
diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada
perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari.
Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia, mengatakan,
kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Senam otak
adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis
dan menyilang. Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan
otak secara bersamaan. Diharapkan, potensi kedua belahan otak akan
seimbang sehingga kecerdasan anak pun menjadi maksimal.
“Selama ini banyak orang hanya menggunakan otak kirinya saja sehingga
potensi otak kanannya tidak dimanfaatkan secara maksimal,” kata Kartini,
dalam seminar “Senam Otak Ibu Hamil dan Bayi Merangsang Potensi Otak
Sejak Dini” yang diselenggarakan atas kerja sama Klub Brain Gym Omni
Medical Center (OMC) Kelapa Gading dan RS OMC Pulomas, Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr
Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi
dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan.
“Stimulasi bisa berupa suara dan taktil (rabaan). Dari beberapa penelitian
menunjukkan, bayi yang mendapat stimulasi ketika dalam kandungan
memiliki tingkat inteligensia lebih tinggi 14 poin daripada yang tidak
mendapatkan stimulasi,” kata Caroline.
Stimulasi harus dilakukan tiap hari pada setiap kesempatan berinteraksi
dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui,
menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain,
menonton TV, bahkan menjelang tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam
suasana aman, nyaman, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan gembira.
Pada prinsipnya, semua ucapan, sikap, dan perbuatan ibu atau pengasuh
yang berulang-ulang akan terekam dalam otak bayi sehingga akan berisiko
ditiru oleh bayi. Apa yang bayi lihat, dengar, atau rasakan akan menjadi
pengalaman baru bagi bayi sehingga dia akan mencoba melakukannya
sendiri.
SEJAK tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa
mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak. Otak terbagi menjadi
dua, otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Otak kanan berfungsi
untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, melihat keseluruhan,
dan ekspresi badan. Sedangkan otak belahan kiri bertugas untuk berpikir
logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu, dan hal-
hal rinci.
Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis
(gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan
tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup
atau terhambat.
Senam otak ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bayi. Senam otak
pada bayi sebenarnya sangat sederhana. Contohnya, menggerakkan
anggota badan secara menyilang dengan perantara mainan. Bisa berbentuk
robot, boneka, bola, balon, atau apa saja yang sesuai dengan usia anak. Hal
yang penting, gerakan yang dilakukan anak melewati garis tengah antara
tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri.
Kemampuan belajar paling tinggi tercapai jika dua belah otak, dua mata,
dan dua telinga aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu,
gerak badan juga terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang
menyilang ini merupakan pusat dari senam otak.
Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi,
pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas
komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis,
bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan
komunikasi yang lebih cepat.
Misalnya, bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan bayi, atau bayi
memegang mainan lalu digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang
berbunyi digerakkan ke kiri ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk
tangan juga melatih pendengaran bayi. Bayi memegang jari kita lalu
digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka delapan tidur. Apa pun
gerakannya asal berdimensi ke kiri ke kanan.
Pemfokusan pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu
kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal-hal baru dan
mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan
meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman.
Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau
mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang.
Pemusatan pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan
energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Hal ini
bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang
dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas ke
bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan
ke atas ke bawah.
Salah satu yang menarik untuk saya share kali ini adalah tentang tes
menguji kecenderungan otak kanan atau otak kiri. Sebelumnya akan
dijelaskan sedikit mengenai kedua otak yang termasuk dalam otak besar
ini.
Otak besar atau serebum yang terletak di atas batang otak merupakan
bagian terbesar dari otak manusia. Bagian ini bertanggung jawab atas
semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan,
mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan. Otak besar
dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan belahan kanan. Masing-masing
sisi mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal
yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca,
serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendali
intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian ini juga bersifat jangka
pendek. Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan
emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan
manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak
kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi
tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis.
Belahan otak mana yang lebih baik, tidak mudah untuk dijawab sebab masing-
masing sisi mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli,
sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya
[kesehatan.kompas.com].
Oke langsung saja kita ikuti pengujiannya
Tes A
Genggamlah tangan Anda bersama-sama, seperti jika Anda berdoa kemudian
perhatikan ibu jari tangan Anda.
Jika ibu jari tangan kiri berada di bawah ibu jari tangan kanan artinya otak kiri.
Jika ibu jari tangan kanan di bawah ibu jari tangan kiri artinya otak kanan. Jika
tangan Anda sama seprti di gambar, maka Anda otak kiri.
Tes B
Lipat (silangkan) tangan Anda di depan Anda.
Jika tangan kanan Anda tepat di atas tangan kiri artinya otak kiri. Jika tangan
kiri Anda tepat di atas tangan kanan artinya otak kanan. Jika posisi Anda sama
dengan gambar, maka Anda otak kiri.
Bagaimana Hasilnya?
(Tes A) Kanan + (Tes B) Kiri = seimbang cenderung otak kanan
Sangat perhatian, konvensional, berbelit-belit, cepat akrab dengan orang lain,
waspada, pengalah, stabil.
(Tes A) Kanan + (Tes B) Kanan = Dominan otak kanan
Suka tantangan dan bersikap apa adanya, cepat bertindak, imajinasinya kuat,
selalu ingin tahu, dan suka tantangan, ceroboh dan nekat, jarang mendengarkan
pendapat.
(Tes A) Kiri + (Tes B) Kiri = dominan otak kiri
Berdedikasi, cuek, perfeksionis, logis, selalu merasa benar, bisa dipercaya, kaku,
memiliki banyak hal yang membanggakan, lawan yang tangguh.
(Tes A) Kiri + (Tes B) Kanan = seimbang cenderung Kiri
Suka mengurusi orang lain, berbakat jadi pemimpin, pandai berbicara dan
menyiasati situasi, perhatian, tenang, bertanggung jawab, selalu berhati-hati
dalam berpenampilan.