proses sintesis. Selain itu kemungkinan adanya oksidasi dapat saja terjadi setelah
rekristalisasi dengan asam asetat glasial. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna menjadi hitam. Namun hal tersebut tidak terjadi ketika dilakukan
rekristalisasi dengan menggunakan etanol panas yang memberikan hasil kristal
berwarna orange.
Karakterisasi menggunakan FTIR, diperoleh serapan bilangan gelombang
pada daerah 3053,3 cm-1 yang menunjukkan adanya gugug sp2. Hal ini didukung oleh
munculnya serapan pada bilangan gelombang 1622,1 cm-1 dan 1502,5 cm-1 yang
merupakan ciri khas untuk gugus C=C aromatik. Munculnya serapan melebar pada
bilangan gelombang 3446,7 cm-1 memperlihatkan adanya gugus OH yang diperkuat
dengan munculnya serapan 1139,9 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus C-O.
munculnya serapan pada 1269,1 cm-1 menunjukkan gugus CN, sedangkan serapan
748,3 cm-1 menunjukkan substitusi aromatik pada posisi orto. Bilangan gelombang
pada 2360,8 cm-1 menunjukkan adanya ikatan N=N dari azo ehingga dari hasil di atas
disimpulkan senyawa mengandung gugus OH, terdapat senyawa aromatik yang
tersubstitusi pada posisi orto, dan terdapat pula gugus azo. Dari literaturm diperoleh
spectrum IR o-fenilazo-2-naftol yang agak mirip dengan hasil sintesis. Adanyan
perbedaan spectrum hasil sintesis tersebut diakibatkan adanya pengotor organik lain
yang ikut terbaca serapannya bersama o-fenilazo-2-naftol. Sebaiknya sebelum
karakterisars dengan FTIR dilakukan uji KLT untuk mengetahui apakah senyawa
yang dihasilkan murni atau tidak.