Sintesis Membran Penyaring Logam Berat Timbal (Pb) di Udara
Berbasis Selulosa Asetat dari Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes)
Aurista Miftahatul I, Dyah Hikmawati, Siswanto
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga, Surabaya
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok sebagai
penyaring logam berat timbal (Pb) di udara. Metode yang digunakan adalah dengan
pembuatan selulosa asetat dari eceng gondok kemudian dilanjutkan pembuatan membran
dengan pelarut aseton dan formamida lalu mengkontaminasikan membran ke gas buangan
kendaraan bermotor. Hasil untuk selulosa asetat dikarakterisasi menggunakan FT-IR,
sedangkan hasil dari pembuatan membran dikarakterisasi dengan uji mikrostruktur
dengan mikroskop cahaya binokuler dan uji emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil
analisis data FT-IR membuktikan terbentuknya selulosa diasetat dengan pita serapan khas
yaitu adanya gugus karbonil (C=O) pada bilangan gelombang 1749,12 cm-1. Membran
yang memiliki kemampuan dalam menyaring timbal yang paling baik adalah membran
dengan perbandingan selulosa asetat 16%, formamida 8%, aseton 76% dengan persentase
emisi PbCO3 terabsorbsi 0,714%. Uji mikrostruktur juga memberikan hasil dengan
perbandingan tersebut diperoleh kerapatan pori-pori dan ketebalan yang tinggi. Membran
dengan selulosa asetat 16% dan aseton 76% berpotensi dalam menyaring timbal di udara.
Kata kunci : selulosa asetat, membran, eceng gondok, timbal (Pb)
ABSTRACT
It had been synthesized a cellulose acetate membrane made from Eichhornia
crassipes that will be used as a filter of heavy metal Pb in the air. The methods used was
making cellulose acetate from Eichhornia crassipes and continued by making a
membrane from acetone solvent and formamide, and then contaminating the membrane to
motor vehicle exhaust gas. The result from cellulose acetate is characterized by using FT-
IR, and the result from membran is characterized by microstructural test with binocular
light microscope and emission test of motor vehicle exhaust gas. Result of FT-IR data
showed existence of cellulose diacetate which was indicated by typical absorbance band
such as carbonyl group (C=O) at wave number 1749,12 cm-1
. Membrane that has the best
capability to filter Pb is membrane that has 16% composition of cellulose acetate, 8% of
formamide, and 76% of acetone with emission percentage of absorbance of PbCO3
0,714%. Microstructural test gives the same result and obtained high pores density and
high thickness. Membrane with 16% cellulose acetate and 76% acetone is potential to
filter Pb in the air.
Keyword: cellulose acetate, membrane, Eichhornia crassipes, Pb
PENDAHULUAN
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di air
tawar dan beraliran tenang. Masyarakat banyak menggolongkan eceng gondok kedalam
tumbuhan air yang merugikan, eceng gondok umumnya dianggap sebagai gulma perairan,
sehingga perannya sebagai penyangga ekosistem perairan kurang diperhatikan.
Penelitian Suwondo, 2005 membuktikan bahwa eceng gondok memiliki potensi
sebagai tumbuhan air yang dapat menanggulangi pencemaran air dengan nilai
bioakumulasi yang tinggi, eceng gondok mempunyai potensi sebagai pembersih perairan
dari limbah logam dan menurunkan tingkat toksisitas bahan pencemar yang terdapat
dalam perairan yang tercemar oleh limbah. Komposisi kimia eceng gondok tergantung
pada kandungan unsur hara tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut.
Eceng gondok mempunyai sifat-sifat yang baik antara lain dapat menyerap logam-logam
berat, senyawa sulfida, selain itu mengandung protein lebih dari 11,5% dan mengandung
selulosa yang lebih besar dari non selulosanya seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain
(Kriswiyanti, 2009).
Eceng gondok termasuk salah satu tumbuhan yang mempunyai kadar selulosa tinggi
yakni mencapai 72,63% (Lowel, 1991) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penyerap. Selulosa sendiri merupakan polimer sederhana, membentuk ikatan kimia yang
memiliki permukaan rantai selulosa seragam dan membentuk lapisan berpori. Material
padatan berpori inilah yang menyerap bahan bahan di sekelilingnya, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai material penyerap bahan berbahaya bagi lingkungan.
Selulosa asetat merupakan polimer turunan dari selulosa yang mempunyai derajat
substitusi asetil yang tinggi dengan kelarutan yang rendah dalam pelarut tetapi
menghasilkan produk yang mempunyai karakter fisik yang sangat baik dan dapat
digunakan sebagai material industri makanan, filter rokok serta pemanfaatanya sebagai
membran logam berat dengan komposisi selulosa asetat, pelarut aseton, dan formamida.
Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa, ditinjau dari bahannya
membran terdiri dari bahan alami dan bahan sintesis. Bahan dari alam misalnya pulp dan
kapas, sedangkan bahan sintesis dibuat dari bahan kimia misalnya polimer. Membran
selama ini berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,
menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari pori-pori
membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran lebih kecil. Mekanisme
filtrasi membran adalah dengan mengumpulkan partikulat dari berbagai macam material
keuntungan dari jenis filter ini adalah efisiensi pengumpulan yang baik, partikulat
terkumpul pada permukaan filter.
Pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat telah menjadi masalah yang
perlu diperhatikan. Timbal (Pb) atau yang sering dikenal dengan timah hitam termasuk
salah satu jenis logam berat yang membuat udara tercemar. Manusia menghirup timbal
melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah
kegiatan transportasi darat yang juga menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2,
NOx, hidrokarbon, SO2, dan Tetraethyl lead. Pb merupakan logam timah hitam yang
ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan.
Pada saat ini cara mengatasi pencemaran udara bagi pengguna jalan raya adalah
cukup dengan penggunaan masker udara yang berbahan kain atau handuk. Masker untuk
melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernafasan,
dapat terbuat dari kain atau bahan dengan ukuran pori-pori tertentu. Menurut Suryanta
(2009) perbedaan masker kain dengan handuk adalah handuk mempunyai pori yang besar
atau 100 dan masker kain mempunyai pori-pori kecil atau 10 sedangkan partikel debu
yang dapat masuk ke dalam pernafasan manusia adalah yang berukuran 0,1 m - 10 m
dan berada di udara sebagai suspenden particulate matter (partikulat melayang dengan
ukuran 10 m). Oleh sebab itu penelitian tentang membran selulosa asetat dengan
memanfaatkan eceng gondok sebagai alat penyaring Pb di udara merupakan kajian yang
menarik.
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah batang eceng gondok, natrium asetat
(CH3COONa), asam asetat (CH3COOH), aquades, Ca(OH)2 , NaOH, asam asetat glacial
(CH3COOH), asetat anhidrida (CH3CO)2O, asam sulfat (H2SO4) pekat, Formamida,
aseton, NaOCl 5% (v/v).
1.1 Pembuatan Selulosa Asetat dari Eceng Gondok
Tahap pertama pada pembuatan pulp adalah eceng gondok dibersihkan dan
dikeringkan, proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air. Setelah eceng
gondok dikeringkan dan dipotong dalam ukuran ± 2 cm lalu direndam dalam akuades
selama 2 minggu sampai batang eceng gondok tersebut lunak dan serat-seratnya terpisah.
Serat eceng gondok tersebut dicuci sampai bersih dan dikeringkan di udara terbuka.
Tahap kedua adalah pembuatan larutan, NaOH ditimbang sebanyak 17,5 gram
kemudian dimasukkan dalam gelas beker 100 ml dan dilarutkan dengan akuades. Setelah
semua NaOH larut, dipindahkan ke labu ukur 100 ml secara kuantitatif, diencerkan
sampai tanda batas dengan akuades. Lalu 2,5 gram Ca(OH)2 ditimbang dan dimasukkan
dalam gelas beker 100 ml selanjutnya dilarutkan dengan akuades. Setelah semua
Ca(OH)2 larut, dipindahkan kelabu ukur 100 ml secara Serat eceng gondok sebanyak 20
gram ditambahkan Ca(OH)2 2,5% (b/v) 150 ml dan direndam selama 3 hari setelah itu
dicuci dengan akuades lalu dimasukkan kedalam labu alas bulat yang sebelumnya sudah
diisi dengan 300 ml larutan NaOH 17,5% (b/v), kemudian direfluks selama 4 jam
Hasil refluks yang berupa selulosa dicuci dengan air sampai bebas basa (netral)
Selanjutnya dihaluskan dan di cetak dalam lembaran tipis serta dikeringkan dengan oven
pada temperatur 60O
C, penghitungan kadar selulosa dari eceng gondok dapat dinyatakan
oleh persamaan 2.1.
%..(2.1)
10 gram pulp kering ditambahkan dengan 88 ml aquades dalam gelas beker yang
telah dipanaskan pada temperatur 600C, kemudian campuran diaduk sampai terbentuk
bubur. Bubur yang terbentuk didinginkan hingga mencapai suhu kamar, dan ditambahkan
sekitar 100 ml NaOCl 5 % (v/v) didiamkan selama 30 menit (pengadukan terus
dilakukan). Campuran dibilas dengan akuades, kemudian direndam dengan NaOH 2 %
(v/v) dan didiamkan selama 30 menit. Campuran dicuci dengan akuades sampai bebas
basa dan dikeringkan di udara terbuka seperti yang ditunjukkan pada (Denia, 2011).
Pulp serat eceng gondok sebanyak 10 g ditambahkan asam asetat glasial 24 ml dan
di-sheker pada suhu 40oC selama 1 jam. lalu ditambahkan campuran asam asetat glacial
60 ml dan asam sulfat pekat 0,5 ml lalu di-sheker lagi selama 45 menit pada suhu yang
sama. Kemudian campuran didinginkan sampai mencapai suhu 18oC. lalu ditambahkan
asetat anhidrida yang sudah didinginkan sebanyak 27 ml selama 2 jam pada suhu 40oC.
Tahap selanjutnya larutan asam asetat 67% (b/v), ditambahkan ke dalam campuran
sebanyak 30ml tetes demi tetes selama 3 jam pada suhu 40oC dan di-sheker. Selanjutnya
dihidrolisis 15 jam, Lalu campuran diendapkan dengan menambahkan akuades tetes
demi tetes dan diaduk sehingga diperoleh endapan yang berbentuk serbuk seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 3.5. Endapan disaring dan dicuci sampai netral, endapan
dikeringkan dalam oven pada suhu 60–70oC kemudian diayak dengan menggunakan
saringan mikro (Denia, 2011).
1.2 Pembuatan Membran Selulosa Asetat Dari Eceng Gondok
Tahap pembuatan membran selulosa asetat dari eceng gondok adalah diawali
dengan melakukan beberapa variasi komposisi .
Tabel 2.1 Komposisi Membran
sampel Selulosa Asetat (% b/b) Formamida (% b/b) Aseton (%b/b)
A 8 8 84
B 10 8 82
C 12 8 80
D 14 8 78
E 16 8 76
Selulosa asetat dari eceng gondok setelah ditambah pelarut aseton kemudian
dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer bertutup. Campuran tersebut diaduk dengan stirrer
selama 1 jam hingga larut sempurna. Setelah itu, formamida ditambahkan kedalam
campuran sambil terus diaduk selama 6 jam hingga larutan menjadi homogen
(wirawardani, 2009).
Prinsip pembuatan membran dengan menuangkan larutan dope ke atas pelat kaca.
Selanjutnya silinder “stainless steel” digerakkan ke bawah untuk membentuk lapisan tipis
dari larutan dope tersebut dan didiamkan selama semalam. Setelah itu membran dicuci
dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan pelarut dan dipotong sesuai ukuran
sel filtrasinya (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Sampel hasil sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok
2.3 Karakterisasi Membran Selulosa Asetat
2.3.1 Karakterisasi Spektrofotometer IR
Spektroskopi FT-IR adalah Alat yang digunakan untuk mengukur serapan Radiasi
daerah inframerah pada berbagai panjang gelombang spektroskopi FT-IR merupakan
salah satu teknik identifikasi penentuan struktur. Secara kualitatif, spectrometer FT-IR
dapat digunakan untuk mengindentifikasi gugus fungsi yang ada dalam struktur molekul
yakni berupa munculnya puncak-puncak baru atau hilangnya puncak-puncak tertentu.
Data yang dihasilkan dari uji spectrum FT-IR adalah puncak-puncak spektrum
karakteristik yang di gambarkan sebagai kurva transmitansi (%) dan bilangan gelombang
(cm -1
) pada sampel yang diujikan yang kemudian akan dianalisis.
2.3.2 Uji Mikrostruktur
Mikroskop berfungsi untuk melihat benda-benda atau organisme yang berukuran
sangat kecil, sampel yang akan diteliti diletakkan di meja preparat kemudian mengatur
roda penggeser dan revolver (bagian dari mikroskop untuk memindahkan perbesaran
lensa dan memutar lensa objektif) kemudian mengatur fokus mikroskop pada sampel.
2.3.3 Uji Emisi Kendaraan Bermotor
Pengukuran emisi gas buang dilakukan pada sepeda motor Yamaha Fiz R
dengan menggunakan alat tecnotester tipe MOD 488. Pengukuran kuantitas emisi gas
buang dilakukan dengan rnemasukkan pipa penghisap tecnotester kedalam saluran gas
buang lalu diserap oleh tecnotester dan dihitung secara digital (otomatis), kadar emisi
gas buang dilihat dengan membandingkan kadar ernisi sebelum dan sesudah ditambahkan
filter (Ronaldo Rici, 2008).
Ukuran efektivitas filter dapat dinyatakan dengan persamaan 2
% Emisi Teradsorpsi = C1- C2 / C1 x 100%..(2.2)
Dengan C1 dan C2 adalah kadar emisi gas awal (sebelum perlakuan) dan gas setelah
perlakuan dengan filter.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakterisasi Spektrofotometer IR
Spektrometri FT-IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi, hasil dari
penentuan gugus fungsi adalah dengan membandingkan spektrum FT-IR dari selulosa
eceng gondok pada Gambar 4.1 dengan selulosa asetat eceng gondok hasil sintesis pada
Gambar 4.2.
Gambar 3.1 Selulosa dari Batang Eceng gondok
Gambar 3.2 Selulosa asetat dari Batang Eceng gondok
Berdasarkan perbandingan FT-IR antara selulosa dengan selulosa asetat dari
eceng gondok dapat dilihat bahwa selulosa asetat hasil dari sintesis merupakan selulosa
diasetat. Pada spektrum selulosa diasetat muncul pita dengan panjang gelombang 1950-
1600 cm-1
yang merupakan gugus fungsi C=O ester. Sedangkan pada selulosa tidak
terdapat pita pada bilangan gelombang tersebut, Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 3.1 Hasil uji FT-IR selulosa dan selulosa diasetat dari batang eceng gondok
Gugus fungsi Selulosa Seluloasa Diasetat dari eceng gondok V(cm-1
)
O-H 3444.24 3479,92
C-H 2903.31 2960,2
C=O - 1749,12
C-H tekuk 1374.03 1375
C-O asetil 1254,97 1238,08
C-O Ulur 1061.62 1046,19
3.2 Uji Mikrostruktur
Pengamatan struktur mikro umumnya yang diamati adalah bagian permukaan
sampel serta bentuk pori-pori sampel dan ketebalan sampel. Sampel yang diuji mikro
strukturnya dengan menggunakan mikroskop cahaya ini hanya dilakukan pada sampel A
dengan komposisi CA 8%, sampel C dengan komposisi CA 12%, dan sampel E dengan
komposisi CA 16%. Sampel tersebut diuji dengan perbesaran 10x10 menggunakan
mikroskop cahaya berjenis binokuler. Hasil pengamatan sangat bergantung pada cahaya
yang menembus sampel. Semakin tebal sampel yang diamati semakin sulit cahaya
menembus sampel.
Pada bagian (c) dari Gambar 3.3, sampel yang mempunyai pori-pori paling rapat
dan tebal adalah sampel E, yaitu pada komposisi CA 16%. Hal ini dibuktikan dengan
cahaya miroskop yang tidak dapat menembus bagian sampel karena terhalang oleh
kerapatan pori-pori sampel. Ketebalan dan kerapatan sampel E disebabkan CA (selulosa
asetat) berjenis selulosa diasetat yang digunakan lebih banyak, sehingga perbandingan
pelarutnya yaitu aseton semakin sedikit dan dapat mengakibatkan membran CA yang
dituangkan lebih tebal dan rapat.
a
b
c Gambar 3.3 Pori-pori permukaan membran selulosa diasetat (a) sampel A (b) Sampel C
(c) Sampel E
3.3 Hasil Uji Emisi Kendaraan Bermotor terhadap sampel
Uji emisi kendaraan bermotor dilakukan dengan meneliti sisa hasil pembakaran
bahan bakar di dalam mesin pembakaran kendaraan bermotor yang dikeluarkan melalui
sistem pembuangan mesin. Pengukuran kuantitas emisi gas buang dilakukan dengan
memasukkan pipa penghisap tecnotester ke dalam saluran gas buangan. Gas buang yang
berinteraksi diserap oleh tecnotester yang dapat menghitung secara otomatis.
Pb merupakan bahan pencemar yang ada pada gas buang, pada pembakaran
bensin Pb organik berubah bentuk menjadi Pb anorganik. Timbal (Pb) yang dikeluarkan
sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran
sekitar 0,01 µm. Partikel-partikel timbal ini akan bergabung satu sama lain membentuk
ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada knalpot.
Berdasarkan perhitungan persamaan (2.2) dapat diketahui bahwa pengukuran kadar
timbal (Pb) sebelum dan sesudah diberi membran selulosa asetat dapat dilihat pada Tabel
3.2 dan dibuat grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
Tabel 3.2 Kadar timbal (Pb) sebelum dan sesudah diberi membran selulosa asetat
Gambar 3.4 Grafik persentase emisi Pb terabsorbsi
Timbal (Pb) telah lama digunakan sebagai tambahan bahan berupa TEL (Tetra
etil Lead) untuk meningkatkan nilai oktan bensin sehingga hanya ditemukan pada bahan
bakar bensin. Program pemerintah untuk mengunakan bensin tanpa timbal sudah
digalakkan, sehingga dalam mengukur konsentrasi kandungan timbal pada bahan bakar
mengalami sedikit kesulitan. Namun penggalakan tersebut belum seluruhnya dilakukan,
hal ini terbukti dengan masih adanya timbal pada bahan bakar meskipun konsentrasinya
sangat sedikit. Sampai tahun 2011,hasil pemantauan kadar Pb di kota Semarang
menunjukkan kadar tertinggi, yaitu sebesar 2,41 μg/Nm³. Di Indonesia, pada tahun 2005
ditargetkan bahwa bahan bakar tidak lagi menggunakan timbal, namun pada
kenyataannya sampai saat ini belum tuntas. Mundurnya program tersebut disebabkan oleh
adanya kolusi dari oknum dengan perusahaan Inggris, Innospec Ltd (produsen TEL) agar
Indonesia menunda penerapan bensin tanpa timbal (Gusnita, 2012).
Kerapatan pori-pori dari membran selulosa asetat berpengaruh terhadap hasil uji
emisi kendaraan bermotor. Sampel E yang mempunyai kerapatan paling tinggi mampu
menyaring Pb lebih banyak, sedangkan sampel A dengan kerapatan pori-pori paling
rendah mampu menyaring Pb lebih sedikit. Selain menggunakan membran selulosa
asetat, hasil uji emisi juga dilakukan tanpa filter dan dengan menggunakan filter masker
biasa. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Grafik Hasil Uji Emisi PbCO3
0
0.5
1
A B C D E% e
mis
i Pb
te
rab
sorb
siSAMPEL
% emisi Pb terabsorbsi
% emisi Pb …
0
0.002
TF DF A B C D E
% v
ol
sampel
Hasil uji Emisi PbCO3
Selain menyaring Pb dalam senyawa PbCO3, membran selulosa asetat mampu
menyaring unsur atau senyawa lain seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3. Pada tabel
tersebut juga ditampilkan emisi gas buang kendaraan bermotor tanpa filter dan dengan
menggunakan filter masker biasa.
Tabel 3.3 Hasil uji emisi gas buangan kendaraan bermotor
Berdasarkan hasil data-data tersebut dapat diketahui bahwa selulosa asetat tidak
hanya dapat menyaring logam berat berjenis timbal (Pb) di udara. Hal ini dibuktikan
dengan adanya unsur atau senyawa lain yang ikut tersaring dalam asap kendaraan
bermotor. Namun dari beberapa sampel yang dibuat, hanya konsentrasi tertentu yang
mampu mengurangi emisi lebih baik daripada filter masker biasa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Membran selulosa asetat pada komposisi 16% Ca dan 76% aseton mempunyai pori-
pori yang paling rapat sehingga lebih efektif dalam menyerap Pb.
b. Sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok mampu mengurangi logam
berat Pb dalam senyawa PbCO3 pada uji emisi gas buangan kendaraan bermotor
dengan persentase emisi Pb terabsorbsi paling baik adalah 0,714% pada sampel
dengan komposisi selulosa asetat 16% dan 76% aseton.
DAFTAR PUSTAKA
Denia, Pradita, 2011, Pengaruh Penambahan Selulosa Diasetat Dari Serat Nanas
Terhadap Sifat Mekanik (Edible Plastic) Berbasis Pati Tapioka, Skripsi, Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya
Gusnita, dessy, 2012, pencemaran Logam Berat TImbal (Pb) di Udara Dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal, Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3:95-101, Bidang
Komposisi atmosfer, LAPAN, Jakarta
Kriswiyanti, Enny, 2009, Kinetika Hidrolisis Selulosa Dari Eceng Gondok Dengan
Metode Arkenol Untuk Variable Perbandingan Berat Eceng Gondon dan Volume
Pemasakan, UNS, Solo
Lowel, 1991, Powder Surface and porosity. 3rd, London
Ronaldo, Rici., 2008, Zeolit Alam dan Chitosan sebagai Adsorben catalytzc converter
Monolitik untuk Pereduksi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Skripsi,
Jurusan Teknologi Perikanan Institut pertanian Bogor, Bogor
Suwondo, 2005, Akumulasi Logam Cuprum (Cu) Dan Zincum (Zn) Di Perairan Sungai
Siak Dengan Menggunakan Bioakumulator Eceng Gondok (Eichhornia
Crassipes), Universitas Riau, Pekanbaru
Wirawardani, Agnes Diah, 2009, Aplikasi Membran Selulosa Diasetat Dari Ampas Tebu
(Saccharum Officinorum) Untuk Penjernihan Nira Tebu, Skripsi, jurusan Kimia
Universitas Airlangga, Surabaya.