SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA TRANSIT CALON
JAMAAH HAJI PADA DITJEN PENYELENGGARA HAJI
DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh :
Muhammad Fikri ‘Ainun Najib
NIM : 1113053000006
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/1439 H
SISTEPI PENGELOLAAN ASRAPIA TRANSIT CALONJAPlhAH HAJIPADA DITJEN PENⅦLENGGARA HAJI
DAN■IMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk MemenuhiPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Muhammad Fikri`Ainun Nalib
ll13053000006
Di bawah Binibingan:
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHKONSENTRASI MANAJEⅣ IEN HAJI DAN IIMROHFAKULTAS DAKWAH DANILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITASISLApI NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
2017M/1439】I
NIP。 19620817199032001
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Sistem Pengelolaan Asrama Transit Calon Jamaah Haji
Pada Ditjen Penyelengara llaji da Umrah Kementerian Agama RI telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 September 2017. Skripsi ini telahditerima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
pada program studi Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.
Jakarta, 28 September 2017
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Penguji 1
Anggota,
Pembimbing
Sekretaris Merangkap Anggota
Penguji II
Drso Cecep Castrawiiavan MA
NIP:196708181998031002
1996031001
NIP:19620817199032001
LEⅣIBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh Sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika ditemukan dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli penulis atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2017
つ乙
3.
Muhammad Fikri Ainun Najib
i
ABSTRAK
M. Fikri „Ainun Najib, 1113053000006, “Sistem Pengelolaan Asrama Transit
Calon Jamaah Haji pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah
Kementerian Agama RI,”
Pembangunan Asrama Haji di setiap provinsi didasarkan kepada tuntutan
kebutuhan pemondokan untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan
pemulangan jamaah haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan haji
dari tanah air sebelum berangkat ke Arab Saudi dan sebaliknya. Oleh karena itu,
asrama haji mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting bagi upaya
peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana bagi kesiapan pemberangkatan
calon jamaah, tempat processing CIQ (costum, migration, dan quarantine),
mempersiapkan kondisi serta pemulihan fisik dan mental calon jamaah dalam
rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan
Asrama Haji Transit Calon Jamaah Haji Pada Ditjen Penyelenggara Haji dan
Umroh kementerian Agama RI dan Apa Faktor Penghambat dan Pendukung
dalam Sistem Pengelolaan pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh
Kementerian Agama RI. Bagaimana pelayanan Asrama transit Haji terhadap
jamaah haji pada saat musim haji dan masyarakat umum saat diluar musim haji.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji secara seksama mengenai
sistem pengelolaan asrama haji transit, sehingga secara praktis dan akademis
dapat menjadi pengetahuan dan sebagai bahan masukan dalam teknis pengelolaan
asrama haji.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif,
yang menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Peneliti mengamati
langsung subjek yang diteliti dengan melakukan wawancara oleh pihak Karyawan
dan Staff Kementerian Agama RI bagian Dalam Negeri khususnya bagian asrama
Haji, dan bersumber pula pada buku-buku yang dapat menunjang kelengkapan
data.
Sistem pengelolaan asrama transit berjalan dengan baik, dan sangat
maksimal, meskipun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana yang
sudah dibuat sebelumnya, tetapi secara keseluruhan pengelolaan asrama haji yang
dilihat dari tiga unsur yakni input, process, output berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Sistem, Pengelolaan, Asrama Haji.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur Ilahi Rabbi penulis haturkan kepada Allah
SWT atas karunia dan nikmat-Nya skripsi ini terselesaikan. Dengan sadar, penulis
mengakui bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Penulis mengucapkan ribuan
terima kasih kepada semua pihak khususnya para pembimbing yang telah
mendorong penuis menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada
beberapa pihak, khususnya:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed. Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, M. Ag. selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Bapak Dr. Suhaimi M.Si Selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, Bapak Drs. Sugiharto, MA, selaku sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah, yang telah membantu penulis menyelesaikan studi di Konsentrasi
Manajemen Haji dan Umrah.
3. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membantu memberikan arahan untuk memulai menyusun
skripsi kepada penulis.
4. Ibu Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan dan
petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Seluruh Dosen Penguji Munaqosyah, Ketua Sidang Munaqosyah,
Sekretaris yang telah menguji skripsi penulis, memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mempersentasikan hasil skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan Manajemen
Dakwah konsenterasi Manajemen Haji dan Umrah (MHU) yang selama ini
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, semoga dapat
bermanfaat dan penulis dapat mengamalkan kembali
7. Para Pegawai Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani peminjaman buku-buku sebagai bahan referensi
dalam penyusunan skripsi.
8. Para Pegawai dan staff di Kementerian Agama RI khususnya Ditjen
Penyelenggaraan Haji dan Umroh yang sudah membantu proses
pembuatan skripsi dengan penuh sabar melayani kami sampai berakhirnya
skripsi.
9. Kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang yakni Bapak saya Khoirul
Huda dan Ibu Masruroh, mendoakan dengan setulus hati serta yang selalu
memberikan bantuan baik secara materil maupun moril sehingga penulis
dapat menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Untuk teman-teman seperjuangan MHU-2013. Dari kalianlah penulis bisa
mendapatkan berbagai ilmu, pengalaman, inspirasi dan kenangan-
kenangan yang tidak bisa dilupakan. Kalianlah yang sudah memberikan
semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
11. Untuk Guru Sehat KAHFI BBC Motivtor School beserta Dosen Wali dan
para asisten serta teman-teman dari angkatan 13-18 yang selalu
memberikan ilmu, motivasi dan semangat untuk selalu berpikir dan
berbuat posistif disetiap segala aktivitas,
Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. semoga
doa dan dukungan dari semuanya dibalas oleh Allah SWT.
Dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
memperkaya khasanah keilmuan ilmu di bidang Manajemen Dakwah. Penulis
juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, September 2017
Muhammad Fikri Ainun Najib
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Batasan Masalah................................................................................. 4 C. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................
1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6 F. Metodologi Penelitian ....................................................................... 7 G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sistem ............................................................................................... 12 1. Pengertian Sistem ....................................................................... 12 2. Karakteristik Sistem .................................................................. 14 3. Klasifikasi Sistem ...................................................................... 16
B. Pengelolaan ..................................................................................... 17 1. Pengertian Pengelolaan .............................................................. 17 2. Fungsi Pengelolaan ................................................................... 18
C. Asrama Haji .................................................................................... 19 1. Pengertian Asrama Haji ............................................................ 19 2. Klasifikasi Asrama Haji ............................................................. 20 3. Pengelolaan Asrama Haji .......................................................... 23
D. Jamaah Haji ..................................................................................... 30 1. Pengertian Jamaah Haji ............................................................. 30 2. Persyaratan Masuk Asrama Haji ............................................... 32
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
A. Sejarah Berdirinya Ditjen PHU Kementerian Agama RI ................33 B. Visi, Misi Ditjen PHU Kementerian Agama RI............................... 39
1. Visi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ................................. 40 2. Misi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ................................ 41
C. Tugas Pokok dan Fungsi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ....... 42 D. Tugas dan Fungsi Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri .......... 43 E. Susunan Organisasi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ............... 44 F. Kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah
dalam Pengelolaan Asrama Haji ..................................................... 45
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Pengelolaan Asrama Transit................................................. 54 1. Input .......................................................................................... 56 2. Proses ........................................................................................ 64 3. Output ........................................................................................ 66
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam System Pengelolaan ......... 1. Faktor Pendukung ..................................................................... 74 2. Faktor Penghambat .................................................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 76 B. Saran ................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara terminologi, haji adalah perjalanan ibadah mengunjungi Ka’bah dan
sekitarnya di kota Mekkah untuk melakukan berbagai ritual seperti thawaf, sa’i,
wukuf di Arafah dan sebagainya. ibadah haji wajib ditunaikan oleh setiap muslim
yang mampu sebagaimana yang telah termaktub dalam surah Ali Imran ayat 97 yang
berbunyi:
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam. (Q. S Al-Imran: 97)
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh
orang Islam yang memenuhi syarat Istita’ah sebagaimana yang tertera di ayat diatas
yakni mampu tidak hanya dari segi finansial melainkan juga dari aspek fisik dan
mental. Di samping itu, kesempatan untuk menunaikan Ibadah Haji yang semakin
terbatas juga menjadi syarat dalam menunaikan kewajiban haji. Sehubungan dengan
hal tersebut, penyelenggaraan ibadah haji harus didasarkan pada prinsip keadilan
untuk memberikan kesempatan yang sama kepada calon Jemaah haji dalam
memberikan pelayanan yang terbaik.
2
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena jumlah calon
Jemaah haji yang sangat besar dan dapat dikatakan juga sangat kompleks dan terkait
karena tidak hanya berkaitan dengan karakteristik jamaah yang beragam, dan
melibatkan lembaga juga instansi baik dalam maupun luar negeri, serta berkaitan
dengan hubungan bilateral Indonesia – Arab Saudi, persiapan pemberangkatan,
akomodasi darat dan udara sejak di Indonesia dan selama berada di Arab Saudi,
kesehatan,penunjukan tugas, pelayanan kesehatan, manasik haji, administrasi, dan
masih banyak hal lain yang mendukung dan mensukseskan terselanggaranya ibadah
haji, baik dalam segi pemberangkatan maupun pemulangan ibadah haji. Karena
keperluan itu, penyelenggaraan ibadah haji kemudian diatur dalam undang-undang
dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Tantangan
utamanya adalah bagaimana mengorganisasikan penyelenggaraan ibadah haji
sehingga masyarakat/calon jamaah haji Indonesia yang menunaikan ibadah haji
mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya.1
Adapun pelayanan yang harus dikelola dan salah satu yang begitu kompleks
yakni terkait dengan pelayanan akomodasi calon jamah haji Indonesia. Akomodasi
bagi Jamaah Haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan sandang yang
banyak memakan biaya dalam komponen BPIH menempati urutan kedua setelah
biaya angkutan udara. Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, Jamaah Haji
diasramakan dimasing-masing asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam
sebelum penerbangan ke Arab Saudi.
1 Muhammad M. Basyumi, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press. 2008), h. 107
3
Fungsi Asrama Haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan (recovery)
dan peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan
dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian proses
penerbangan untuk perjalanan keluar negeri (chek-in). kegiatan selama di asrama haji
meliputi penyelesaian dokumen perjalanan paspor haji oleh pihak imigrasi,
pemerikasaan barang bawaan oleh bea dan cukai, pemberian bekal hidup (living cost),
pemeriksaan kesehatan akhir dan pemantapan manasik. Keperluan akomodasi dan
konsumsi selama berada di Asrama Haji embarkasi ditanggung oleh pemerintah
karena termasuk dalam komponen BPIH.
Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu asrama Haji Embarkasi dan Asrama
Haji Transit. Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus tempat
operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari kegiatan penerimaan
sampai pemberangkatan ke pelabuhan embarkasi dan sebalikanya penerimaan dari
waktu kedatangan dan kesiapan kembali ketempat asal jamaah. Kebijakan
pengasramaan di embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation
termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk
pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik. Dewasa ini
asrama haji embarkasi terdapat di sembilam tempat, yaitu: Banda Aceh, Medan,
batam, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Surabaya, Makassar, Balikpapan
dan Menyusul Banjarmasin.2
Namun seiring berjalannya waktu, menurut data dari Kementerian Agama RI,
Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh, dalam buku
2 Muhammad M. Basyumi, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press. 2008), h. 107
4
Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit, maka pada tahun 2009 Asrama Haji
Embarkasi bertambah menjadi 13 Asrama, yaitu Padang, Palembang, Mataram.3
Disamping Asrama Haji Embarkasi tersedia pula Asrama Provinsi atau
Transit, yaitu tempat pemondokan sementara calon Jamaah Haji untuk kesiapan
pemberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.
Dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Kementerian Agama RI membentuk
Badan Pengelola Asrama Haji di Lingkungan Kementerian Agama RI yang disingkat
BPAH Embarkasi dan BPAH Transit. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan,
memelihara dan menjaga asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna secara efektif
terutama untuk kepentingan misi pelayanan Haji dan mengatur pemanfaatan diluar
musim Haji secara swakelola dan swadana. Pembentukan BPAH dan manajemen
pengelolaan Asrama Haji diatur Direktur Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan
Haji. Diluar musim Haji, Asrama Haji dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama
umat Islam, Lembaga Sosial, Intansi Pemerintah seperti untuk keperluan kegiatan
pesta pernikahan, seminar, kongress, pelatihan atau penataran, penampungan atlit dan
kegiatan lainya, termasuk untuk keperluan penelitian dari perguruan tinggi secara
proporsional.4
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengelolaan Asrama transit dan menuangkanya dalam bentuk skripsi yang
3 Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan haji dan Umroh,
Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit, (Jakarta: Ditjen haji dan Umroh, 2009), h.6 4 Muhammad M. Basyumi, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press. 2008), h. 108-
109
5
berjudul “Sistem Pengelolaan Asrama Transit Calon Jamaah Haji Pada Ditjen
Penyelengara Haji dan Umrah Kementerian Agama RI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pembatasan Masalah
Dari berbagai macam pengelolaan yang ada di dalam asrama transit, seperti
pengelolaan keuangan, pengelolaan karyawan, dll. Penulis membatai masalah
pada penelitian ini diambil agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah
dan terperinci, penulis akan membatasi permasalahan yakni pada sistem
pengelolaan sarana dan prasarana asrama transit haji. penetian memfokuskan
tentang sejauh mana sistem pengelolaan asrama transit haji.
2. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan bahwa pokok-pokok
permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Sistem Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara
Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama RI?
b. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam sistem pengelolaan pada Ditjen
Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama RI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun tujuan
dan manfaat skripsi ini secara umum adalah sebagai berikut:
6
1. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, ada dua tujuan yang menjadi acuan
penulis, yaitu:
a. Untuk mengetahui Sistem Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen
Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama RI.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam Sistem
Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah
Kantor Kementrian Agama RI.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki nilai manfaat secara teoritis dan praktis diantaranya:
a. Teoritis
Menambah khasanah ilmu Pengetahuan dalam memperoleh informasi
tentang sistem pengelolaan asrama transit yang disediakan untuk para
calon jemaah haji.
b. Praktis
1) Asrama Transit Kementerian Agama
Memudahkan pengurus/panitia penyelenggara ibadah haji dari
kementerian agama mengelola secara menyeluruh calon ibadah haji
yang hendak berangkat pada tahun keberangkatan.
2) Calon Jamaah Haji
Memudahkan calon jamaah haji untuk bisa beristirahat sejenak
sembari menunggu kedatangan calon jamaah yang lain, sebelum
berangkat ke asrama embarkasi.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang diguakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Sebagaimana pendapat Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy
Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati5. Penelitian kualitatif deskriptif, dimana peneliti mendiskripsikan tentang
objek dengan mencatat apa yang ada dalam objek penelitian kemudian
memasukkannya dengan sumber data yang ada dalam objek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 2006:12)
Maka dengan ini dituntut keterlibatan peneliti secara aktif dalam
pengumpulan data penelitian. Yang dimaksudkan mengetahui informasi terkait
Sistem Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah
Kementerian Agama RI. Sedangkan untuk memperoleh data yang berkenaan
dengan judul penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Library Research (pengumpulan data melalui kepustakaan), membaca
buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan tema skripsi, dalam hal ini
bacaan yang berkaitan dengan strategi pemasaran.
b. Field Research (penelitian lapangan), dengan data langsung,
mengunjungi, mempelajari dan melakukan wawancara pada Ditjen
Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama RI.
5 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.4
8
2. Sumber Data
a. Primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama, dari individu
yaitu hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang dilakukan
peneliti, yakni peneliti melakukan sendiri observasi dilapangan maupun
auditorium.6
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data langsung dari yang
Kantor Kementrian Agama RI dengan wawancara langsung kepada pihak
Kantor.
b. Sekunder
Merupakan data yang diperoleh pihak lain, yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan oleh pihak lain, yang digunakan penulis untuk
memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap, ataupun untuk
diproses lebih lanjut.7
Dalam penelitian ini penulis mengutip dari buku-buku, majalah, internet,
dan lain sebagainya yang berisikan informasi mengenai Kantor
Kementerian Agama RI.
6 Dergibson Siagian Sugiarto, Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama 2000), hlm. 16. 7 Dergibson Siagian Sugiarto, Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama 2000), hlm. 17.
9
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini di Kantor Kementerian Agama RI, Jl.
Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Jakarta Pusat 10710. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 10 September 2017 sampai 10 Oktober 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke
lapangan dengan mendatangi narasumber yakni, pada Kantor
Kementerian Agama RI, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya
yang terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan Sistem Pengelolaan
Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kantor
Kementerian Agama RI.
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Komunikasi langsung dalam bentuk tanya-jawab dalam
hubungan tatap muka, dan meminta informasi atau menggali informasi
secara langsung kepada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh di Kantor
Kementerian Agama RI, untuk mendapatkan data yang valid dan sah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti meminta data
kepada lembaga yang diteliti yakni Kantor Kementerian Agama RI sesuai
judul yang dibahas.
10
5. Teknik Penulisan
Sebagai pedoman dalam penulisan ini, penulis merujuk pada buku.
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA)” Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan dalam judul, antara lain:
1. Nur Syamsiah (106053002010), “Analisis Politik, Ekonomi, Sosial, dan
Teknologi (PEST) Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi
” Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 M/ 1431 H.
Isi pokok dari skripsi ini membahas tentang bagaimana perspektif
PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi) pada pengelolaan Asrama
Haji embarkasi Jakarta-Bekasi. Dan pengaruh pendapatan terhadap
pengelolaan asrama haji, serta mngetahui strategi pengembangan asrama haji
dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
2. Rahmawati (1111053100017), “Manajemen Pelayanan Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji
Tahun 2014” Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015 M/1436 H.
Isi skripsi ini membahas tentang penerapan manajemen pelayanan
yang dilakukan oleh PPIH Embarkasi Jakarta Tahun 2014. Dinilai dari
penerapan perencanaan, pengorganisasian yang sudah koordinasi,
11
penggerakan, pengawasan, dan evaluasi. Beberapa aspek pelayanan yang
diberikan kepada jamaah haji adalah meliputi pelayanan masuk asrama,
kesehatan, akomodasi, konsumsi, bimbingan manasik ibadah, paspor haji,
gelang identitas, living cost, biaya hidup selama di Arab Saudi, dan
keberangkatan ke bandara Halim Perdana Kusuma.
3. Maisurih (1110053100029),“Manajemen Pelayanan Jamaah Haji Pada
Asrama Haji Embarkasi DKI Jakarta Pondok Gede Tahun 2014.” Prodi
Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji & Umrah Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M
Fokus skripsi ini membahas tentang penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pelayanan jamaah haji pada asrama haji transit dalam
memberikan pelayanan serta mengetahui yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dalam memberikan pelayanan kepada calon jamaah haji.
Dari ketiga kajian diatas, tidak ada yang membahas mengenai sistem
pengelolaan asrama transit, terlebih dalam cakupan Kementerian Agama.
untuk itu, penulis melakukan analisa ini.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran tentang penulisan skripsi ini, penulisa telah menyusun
menjadi lima bab. Masing-masing terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan
Sebagai gambaran umum tentang penulisan skripsi. Pada bab ini
diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Batasan
12
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan
Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Landasan Teoritis tentang Sistem Pengelolaan Asrama Transit
Terdiri dari : Pengertian, Karakteristik, dan Klasifikasi dari Sistem,
Pengertian dan Fungsi Pengelolaan, Pengertian serta Klasifikasi
Asrama Transit.
BAB III: Gambaran Umum Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah
Kementerian Agama RI
Meliputi : Sejarah Singkat, Profil Perusahaan, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, Prinsip Tata kelola Kementerian Agama RI.
BAB IV: Analisis Sistem Pengelolaan Asrama Transit Calon Jamaah Haji
Pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama
RI.
Membahas tentang Sistem Pengelolaan Asrama transit dilihat dari segi
Input, Proses, dan Output, serta Faktor Pendukung dan Penghambat
dalam Sistem Pengelolaan.
BAB V: Penutup
Memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
memberikan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas
untuk memperoleh solusi atas permasalahan tersebut.
13
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem
1. Pengertian Sistem
Sistem merupakan sesuatu yang sangat dekat, selalu melekat dan
selalu ada didalam kehidupan kita, baik kita sadari maupun tanpa kita
sadari. Kita sendiri (manusia) bisa disebut dengan sistem khususnya
sistem manusia, lingkungan tempat kita tinggal juga bisa disebut
sistem bumi, proses belajar mengajar bisa disebut sebagai sistem
proses belajar mengajar, kampus bisa disebut sebagai sistem
universitas dan masih banyak contoh-contoh sistem lain yang terdapat
disekitar kita.1
Dilihat dari segi bahasa (etimologi) kata sistem berasal dari bahasa
Yunani “Sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang
tersusun dari sekian banyak bagian, berarti pola hubungan yang
berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.2
Gordon B. Davis dalam bukunya menyatakan, sistem bisa berupa
abstrak atau fisik. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari
gagasan-gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Misalnya,
sistem teologi adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan
1 Rohmat Taufiq, ST., M.Kom, Sisitem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), Cetakan ke-1 h. 1 2 Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), cetakan ke-7 h. 15
14
tentang Tuhan, manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan sistem
yang bersifat fisik adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan. Norman L. Enger dalam bukunya menyatakan,
suatu sistem dapat terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan
guna untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan seperti pengendalian
inventaris atau penjadwalan produksi. Sedangkan Moenir menjelaskan
“sistem sebagai suatu susunan atau rakitan komponen atau bagian-
bagian yang membentuk suatu kesatuan yang utuh dengan sifat-sifat
saling bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berhubungan”.
Sebagai suatu sistem, pengelola asrama berkewajiban mengolah input
agar menghasilkan output. Suatu sistem dibangun atas beberapa unsur
yang ada di dalamnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam sistem
mengacu pada model sistem tersebut. Unsur-unsur yang terdapat dalam
model umum sistem diantaranya input, process, output.3
Dengan demikian, definisi ini akan mempunyai peranan yang
penting didalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem.
Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan elemen atau komponen
atau subsistem merupakan definisi yang lebih luas. Definisi ini lebih
banyak diterima karena kenyataannya suatu sistem dapat terdiri dari
beberapa subsistem atau sistem-sistem bagian. Sebagai contoh, sistem
akuntansi dapat terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem
akuntasi penjualan, subsistem akuntasi pembelian, subsistem akuntansi
penggajian, subsistem akuntansi biaya, dan lain sebagainya.
3 H.A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, cet.IX, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h.2.
15
Pendekatan sistem yang menekankan komponen akan
memudahkan mempelajari suatu sistem untuk tujuan analisis dan
perancangan suatu sistem. Suatu sistem mempunyai maksud tertentu.
Ada yang menyebutkan, maksud suatu sistem adalah untuk mencapai
suatu tujuan (goal) dan ada yang menyebutkan untuk mencapai suatu
tujuan (objectives). Tujuan biasanya dihubungkan dengan ruang
lingkup yang lebih luas dan sasaran dalam ruang lingkup yang lebih
sempit. Bila merupakan suatu sistem yang utama, misalnya sistem
bisnis, maka istilah goal lebih tepat diterapkan. Untuk sistem akuntansi
atau sistem-sistem yang lain, yang merupakan bagian atau subsistem
dari sistem bisnis, istilah objectives lebih tepat. Jadi, tergantung dari
ruang lingkup dari mana memandang sistem tersebut.4
Dengan ini penulis menyimpulkan bahwasanya yang dimaksud
dengan sistem yang mengacu kepada pendapat Moenir adalah “Sistem
sebagai suatu susunan atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kesatuan yang utuh dengan sifat-sifat saling
bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berhubungan”. Dan
unsur-unsur yang terdapat dalam model umum sistem diantaranya
input, process, output.
2. Karakteristik Sistem
Setelah sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang
mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem.
4 Tata Sutabri, S. Kom., MM, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: ANDI, 2005),
h. 9-11
16
Adapan karakteristik yang dimaksud adalah :
a. Komponen sistem
Suatu sisitem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, artinya saling kerja sama membentuk satu kesatuan.
b. Batasan sistem
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara
sistem dengan sistem atau sistem dengan lingkungan luarnya.
c. Lingkungan luar sistem
Bentuk apapun diluar lingkup atau batasan sistem yang
mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkaran luar
sistem.
d. Penghubung sistem
Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut
penghubung sistem atau interface.
e. Masukan sistem
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut dengan masukan
sistem, yang dapat berupa peralihan.
f. Keluaran sistem
Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran
yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem
yang lain.
g. Pengolah sistem
Suatu sistem yang mempunyai suatu proses yang akan mengubah
masukan menjadi keluaran.
17
h. Sasaran sistem
Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat
deterministic.
3. Klasifikasi Sistem
a. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Jika dilihat dari bentuknya, sistem bisa dibagi menjadi dua yaitu
sistem abstrak dan fisik. Sistem abstrak merupakan suatu sistem
yang tidak bisa dipegang atau dilihat secara kasat mata atau lebih
sering disebut dengan prosedur. Sedangkan sistem fisik merupakan
sistem bisa dilihat dan bisa dipegang oleh indera. Contoh dari
sistem fisik yaitu sistem komputer, sistem akuntansi, sistem
transportasi dan lain-lain.
b. Sistem Dapat Dipastikan
Sistem dapat dipastikan merupakan suatu sistem yang input proses
dan output-nya sudah ditentukan sejak awal. Sudah di
deskripsikan dengan jelas apa input-nya bagaimana cara prosesnya
dan harapan yang menjadi output-nya seperti apa.
Sedangkan sistem tidak dapat dipastikan merupakan sistem yang
belum terdefinisi dengan jelas salah satu dari input-proses-output
atau ketiganya belum terdefinisi dengan jelass.
c. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup dan sistem terbuka yang membedakan adalah ada
faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar sistem atau tidak, jika
18
tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar itu bisa
disebut dengan sistem tertutup. Tetapi jika ada pengaruh
komponen dari luar disebut sistem terbuka.5
B. Pengelolaan
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sebagai
berikut:
a. Proses, cara, perbuatan mengelola.
b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga
orang lain.
c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi.
d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
di kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.6
Seperti dikutip dalam buku Rahardjo Adisasmita yang berjudul,
pengelolaan pendapatan dan anggaran daerah, menurut Soekanto
adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan, pengaturan,
pengawasan, penggerak sampai dengan proses terwujudnya tujuan.
Seperti dikutip dalam buku Rahardjo Adisasmita yang berjudul,
pengelolaan pendapatan dan anggaran daerah, menurut Prajudi adalah
suatu perencanaan diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja
tertentu.
5 Rohmat Taufiq, ST., M.Kom, Sisitem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), Cetakan ke-1 h. 8-9 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, h. 534
19
Seperti dikutip dalam buku Rahardjo Adisasmita yang berjudul,
pengelolaan pendapatan dan anggaran daerah, menurut Balderton
adalah menggerakkan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha
manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas
untuk mencapai suatu tujuan.7
Penulis menyimpulkan bahwasanya pengelolaan merupakan suatu
proses yang dijalankan untuk mengerjakan suatu hal yang didasari
dengan perencanaan, pengaturan, pengawasan dan penggerakan, serta
memanfaatkan sumberdaya manusia dan mengefektifkan material dan
fasilitas untuk mendapatkan tujuan tertentu.
2. Fungsi Pengelolaan
Secara umum, pengertian manajemen dan pengelolaan hampir
sama yaitu proses mengelola. Sama halnya dengan fungsi manajemen
dengan fungsi pengelolaan.
Berikut ini adalah empat fungsi manajemen atau fungsi
pengelolaan dalam buku Siswanto yang berjudul pengantar manajemen
menurut George Terry, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan
penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai
tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,
memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala
7 Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan Anggaran Daerah, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006) h. 24
20
dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian adalah sebagai cara untuk mengumpulkan
orang-orang dan juga menempatkan mereka sesuai keahlianya
dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
c. Penggerakkan (Actuating)
Penggerakan yaitu untuk menggerakkan organisasi agar
berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta
menggerakkan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi
agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai
rencana dan bisa mencapai tujuan.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi
ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi
penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai
secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.8
C. Asrama Haji
1. Pengertian Asrama Haji
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Asrama berarti bengunan
tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas
sejumlah kamar dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.9
8 Siswanto H.B, Pengantar Manajemen, (Bandung: Bumi Akasara, 2005), h. 57
9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Edisi ke-3, h.72
21
Sedangkan menurut Fachruddin HS, pengertian Haji adalah
sengaja berkunjung menziarahi Ka’bah (baitullah) yang terletak dalam
Masjidil Haram di Makkah Al Mukarramah, dengan niat menunaikan
ibadah haji yaitu rukun Islam yang kelima memenuhi perintah Allah.10
Berdasarkan pengertian di atas, Asrama Haji adalah asrama yang
dibangun oleh Kementerian Agama sebagai tempat Akomodasi, dalam hal
ini sebagai tempat pengasramaan dan sebagai tempat penyelesaian semua
dokumen-dokumen perjalanan, pada waktu pemberangkatan dan
pemulangan jamah haji.
2. Klasifikasi Asrama Haji
Adapun pengklasifikasian asrama haji dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Asrama Haji Embarkasi
Asrama haji embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus
pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari
kegiatan penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan kembali ke tempat
asal jamaah.
Pengasramaan embarkasi, disamping dimaksudkan untuk proses
CIQ (Custom Immigration and Quarantine) termasuk kelengkapan
dokumen perjalanan dan pemberian uang living cost, juga untuk
pemulihan kelelahan fisik jamaah (reservasi) dan pemberian bimbingan
praktis manasik haji yang dipraktikkan langsung oleh sarana yang telah
tersedia, maupun proses perjalanan haji.
10
Fachruddin, Bimbingan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984),
h.107
22
Kebijakan pengasramaan di embarkasi ini disamping dimaksudkan
untuk reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan
pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah agar para
jamaah haji dapat menjalankan ibadah haji dengan kondisi siap dan sehat.
Selain itu juga memberi bimbingan praktis manasik, yang mana di asrama
haji ini bimbingan manasik hanya sebagai pengulangan dan pemantapan,
karena pada umumnya jamaah haji sudah menerimanya ketika berada di
daerah masing-masing.
Jumlah Asrama Haji yang ada saat ini terdiri dari 13 Asrama haji,
yaitu:
Tabel 2.1 Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi Tahun 2010
No Asrama Haji Kapasitas
1. Banda Aceh 660 orang
2. Medan 1650 orang
3. Batam 1110 orang
4. Jakarta – Pondok Gede 3991 orang
5. Jakarta – Bekasi 1700 orang
6. Surakarta 2408 orang
7. Surabaya 2550 orang
8. Ujung Padang 2048 orang
9. Balik Papan 672 orang
10. Banjarmasin 770 orang
11. Padang 900 orang
23
S
u
Buku Profil Asrama Haji tahun 201011
b. Asrama Provinsi atau Transit
Asrama Provinsi atau Transit yaitu tempat pemondokan sementara
calon jamaah haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama haji
embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.
Asrama Haji Transit TK.I atau Provinsi yang ada di Ibukota
Provinsi yaitu:
1) Asrama Haji transit Provinsi Riau
(a) Pekanbaru (Rumabai)
(b) Dumai (Asrama Haji awal Pelita I)
2) Asrama Haji transit provinsi Jambi, Kodya Jambi
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Prov. Jambi
b) Alamat : Jln. K.H. Agus Salim Kota Baru Jambi
c) Status Kepemilikan : Hak Pakai
d) Luas tanah : 29.845 M2
e) Status tanah : ---
f) Tahun pembelian : ---
g) Gedung penginapan : 13 Unit
h) Kapasitas : 458 Orang
3) Asrama Haji transit provinsi Bengkulu, Kodya Bengkulu
11
Profil Asrama Haji Transit, Direktorat Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan
Umroh Kementerian Agama RI, (Jakarta: 2010). H.5
12. Palembang 829 orang
13. Matraman 550 orang
14. Gorontalo 320 orang
24
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Prov. Bengkulu
b) Alamat : Jln. Depati Payung Negara Padang
Kamiling
c) Status Kepemilikan : ---
d) Luas tanah : 40.000 M2
e) Status tanah : ---
f) Tahun pembelian : ---
g) Gedung penginapan : 2 Unit
h) Kapasitas : 400 Orang
4) Asrama Haji transit Provinsi Lampung
1. Raja Basa + Bandar Lampung
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Lampung
b) Alamat : Jln. Soekarno Hatta Raja Basa
Bandar Lampung
c) Status Kepemilikan : Hak Pakai
d) Luas tanah : 1,5 Ha
e) Status tanah : Hibah
f) Tahun pembelian : 1985
g) Gedung penginapan : 6 Unit
h) Kapasitas : 590 Orang
2. Lungsir + Teluk Betung (awalnya asrama haji laut)
5) Asrama Haji transit provinsi D.I Yogyakarta di Yogyakarta
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Yogyakarta
b) Alamat : Jln. Lingkar Utara Sinduadi Melati Sleman
25
c) Status Kepemilikan : Kementerian Agama RI
d) Luas tanah : 8.975 M2
e) Status tanah : Hak Pakai
f) Tahun pembelian : 1995
g) Gedung penginapan : 3 Unit
h) Kapasitas : --- Orang
6) Asrama Haji transit provinsi Jawa Tengah di Semarang
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Semarang Jawa
Tengah
b) Alamat : Jln. K.H. Abdurahman Saleh 285
Manyaran Semarang
c) Status Kepemilikan : Kementerian Agama Provinsi
d) Luas tanah : 6.456 M2
e) Status tanah : Tanah negara
f) Tahun pembelian : 1979
g) Gedung penginapan : 8 Unit
h) Kapasitas : 350 Orang
7) Asrama Haji transit provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Kupang
b) Alamat : Jln. Raya Eltari Kupang
c) Status Kepemilikan : ---
d) Luas tanah : 5.932 M2
e) Status tanah : ---
f) Tahun pembelian : ---
26
g) Gedung penginapan : 6 Unit
h) Kapasitas : 90 Orang
8) Asrama Haji transit provinsi Kalimantan Barat di Pontianak
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Pontianak
b) Alamat : Jln. Letjen Sutoyo, Kel. Parit Tokaya Kec.
Pontianak Selatan
c) Status Kepemilikan : Milik Kementerian Agama
d) Luas tanah : 23.034 M2
e) Status tanah : Hak Guna Bangunan
f) Tahun pembelian : ---
g) Gedung penginapan : 5 Unit
h) Kapasitas : 500 Orang
9) Asrama Haji transit provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Al-Mabrur Palangka
Raya
b) Alamat : Jln. G. Obos Palangka Raya
c) Status Kepemilikan : Milik Ditjen PHU Kementerian Agama RI
d) Luas tanah : 200.000 M2
e) Status tanah : Hak Pakai
f) Tahun pembelian : 1986
g) Gedung penginapan : 9 Unit
h) Kapasitas : 690 Orang
10) Asrama Haji transit provinsi Sulawesi Tengah di Palu
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Palu
27
b) Alamat : Jln. WR. Supratman No. 16 Palu Sulawesi
Tengah
c) Status Kepemilikan : Pemda Tk. I dan Kementerian Agama
d) Luas tanah : 3 Ha
e) Status tanah : Milik Pemda Tk. I Sulawesi Tengah
f) Tahun pembelian : ---
g) Gedung penginapan : 19 Unit
h) Kapasitas : 558 Orang
11) Asrama Haji transit provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Lepo-lepo Kendari
b) Alamat : Jln. Wulele Np. 02 Kendari
c) Status Kepemilikan : Milik Pemda Tk. I Sultra
d) Luas tanah : 40.000 M2
e) Status tanah : Hak Pakai
f) Tahun pembelian : 1988
g) Gedung penginapan : 7 Unit
h) Kapasitas : 318 Orang
12) Asrama Haji transit provinsi Sulawesi Utara di Manado
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Manado
b) Alamat : Jln. Tuminting Manado
c) Status Kepemilikan : Hak Pakai
d) Luas tanah : 4 Ha
e) Status tanah : ---
f) Tahun pembelian : ---
28
g) Gedung penginapan : 4 Unit
h) Kapasitas : 335 Orang
13) Asrama Haji transit provinsi Maluku di Ambon
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Prov. Maluku
b) Alamat : Jln. Laksda Leo Wattimena Waiheru
Dalam Ambon
c) Status Kepemilikan : Hak Milik Kanwil Kementerian Agama
Prov. Maluku
d) Luas tanah : 20.217 M2
e) Status tanah : Hak Milik Kanwil Kementerian Agama
f) Tahun pembelian : 1996
g) Gedung penginapan : 12 Unit
h) Kapasitas : 276 Orang
14) Asrama Haji transit provinsi Papua di Jayapura
a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Jayapura
b) Alamat : Jln. Tuar Tuberi Kel. VIM Kotaraja Kota
Jayapura Prov. Papua
c) Status Kepemilikan : Kementerian Agama RI
d) Luas tanah : 5.500 M2
e) Status tanah : Kementerian Agama RI
f) Tahun pembelian : 1991
g) Gedung penginapan : 4 Unit
h) Kapasitas : 188 Orang
15) Asrama Haji transit provinsi Bali di Denpasar
29
Untuk pengelolaan asrama haji sebagai aset nasional, Departemen
Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji di Lingkungan
Departemen Agama yang disingkat BPAH embarkasi dan BPAH transit.12
D. Pengelolaan Asrama Haji
1. Pengelolaan satu atap (one stop service)
Jamaah setiba di asrama haji, pelayanan yang pertama kali
diberikan kepada jamaah haji adalah pelayanan satu atap (one stop
service), dimana pada pelayanan ini calon/jamaah haji meyelesaikan
semua perlengkapan dokumen di dalam satu atap sebelum jamaah
diberangkatkan ke Tanah Suci. Berikut adalah proses pelayanan satu
atap (one stop service):
a. Pembinaan
Calon/jamaah haji masuk gedung dengan memperlihatkan
SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama) dan bukti setor BPIH
(Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) warna biru kepada petugas
jamaah haji. Calon/jamaah haji masuk asrama sesuai dengan
jadwal dan jam yang tercantum dalam SPMA. Calon/jamaah haji
memempati tempat yang sudah disediakan dan mendengarkan
penjelasan dari petugas bidang pelayanan tentang proses pelayanan
yang akan diberikan digedung oleh petugas pelayanan. Setelah
mendengarkan penjelasan, jamaah menunggu giliran proses
pelayanan. Barang bawaan jamaah yang sudah diserahkan kepada
petugas bea cukai untuk ditimbang, dan barang bawaan beratnya
12
Profil Asrama Haji Transit, Direktorat Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama RI, (Jakarta: 2010). h. 6
30
tidak boleh lebih dari 32 kg dan tidak boleh membawa benda
tajam.
b. Pemerikasaan kesehatan
Calon/jamaah haji diperiksa buku kesehatan dan
selanjutnya diperiksa fisiknya. Apabila dalam pemeriksaan
calon/jamaah haji terbukti kurang sehat atau sedang hamil, maka
akan diberikan gelang berwarna pink dan akan segera diperiksa
secara teliti oleh petugas KKP.
c. Penerimaan jamaah
Calon/jamaah haji menyerahkan SPMA dan lembar
berwarna biru BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) kepada
petugas untuk diberikan kokarde/gedung dan kamar inap beserta
kartu makan/katring.
d. Gelang Identitas
Calon/jamaah haji akan diberikan gelang identitas setelah
memperlihatkan kartu makan/katring kepada petugas. Gelang
identitas yang diberikan kepada calon/jamaah namanya sesuai
dengan paspor dan digelang itu juga sudah ada negara asal serta
nama tempat penginapan jamaah.
e. Imigrasi
Calon/jamaah haji menyerahkan kokarde kepada petugas
untuk diperiksa oleh petugas imigrasi terkait kelengkapan
dokumen pasport, setelah diperiksa dikembalikan lagi kepada
calon/jamaah, didalam pasport yang dikembalikan diselipkan bukti
31
penerimaan living cost, Buku DAPIH (Dokumen Administrasi
Perjalanan Ibadah Haji) dan boarding pass.
f. Living Cost
Calon/jamaah haji memperlihatkan pasport dan
menyerahkan lembar bukti penerimaan living cost yang sudah
ditandatangani calon/jamaah dan menyerahkan buku DAPIH untuk
di stempel lunas oleh petugas sebagai tanda uang living cost sudah
diterima, buku DAPIH dikembalikan kepada calon/jamaah yang
bersangkutan.
2. Pengelolaan Pengasramaan
Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan yang diberikan oleh
PPAH (Panitia Penyelenggara Asrama Haji) selama calon/jamaah haji
berada di dalam asrama. Pelayanan penginapan berupa, persiapan
kamar tidur, kamar mandi, seprai bantal, dan lain sebagainya. Selama
berada di asrama haji, calon/jamaah haji tidak diperkenankan
meninggalkan asrama dan menerima tamu didalam kamar serta tidak
boleh membawa makanan dari luar, dan calon jamaah haji diharapkan
berpakaian rapih, menutup aurat, sopan dan selalu mengenakan tanda
pengenal jamaah.13
Pelayanan asrama ini adalah pelayanan yang cukup penting, karena
sebagai tempat beristirahat dari daerah asal masing-masing sebelum
melakukan perjalanan yang lumayan panjang. Memberikan pelayanan
pengasramaan yang memuaskan calon/jamaah haji sangatlah penting
13
Wawancara pribadi dengan bapak H. Syukri Ahmad Fanani, Jakarta Jumat 30 Juli
2017.
32
jika dari segi pelayanan tempat tidur dan kamar mandi tidak
memuaskan maka calon/jamaah haji tidak akan nyaman dan akan
terganggu waktu istirahatnya. Oleh karena itu, PPAH sudah
memberikan penginapan kepada calon/jamaah haji sesuai dengan
fasilitas yang diinginkan jamaah seperti: kamar ber-AC, tempat tidur
single bed dan lain sebagainya, fasilitas itu semua dari asrama haji dan
diperuntukkan kepada calon/jamaah haji.
3. Pengelolaan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada calon/jamaah haji,
Kementerian Agama RI telah menunjuk rumah sakit yang telah
ditentukan untuk bekerjasama dengan asrama haji, selain di
kecamatan, di asrama haji pun calon/jamaah haji juga menerima
pelayanan pemeriksaan kesehatan akhir, hanya saja tidak terperinci
seperti pelayanan kesehatan yang diterima sewaktu di kecamatan.
Proses pelayanan kesehatan yang diberikan diasrama haji adalah
sebagai berikut:
a. Calon/jamaah haji diberikan kartu kesehatanya masing-masing
apabila didalam buku kesehatan tertulis bahwa calon/jamaah haji
mempunyai penyakit tertentu, maka calon/jamaah haji akan
melakukan pemeriksaan kesehatan selanjutnya.
b. Selain calon/jamaah diperiksa kesehatnya, petugas kesehatan juga
memperhatikan dari segi fisik.
c. Apabila calon/jamaah haji diketahui mempunyai penyakit tertentu
maka akan diperiksakan kembali oleh petugas, apabila
33
calon/jamaah tidak memungkinkan untuk berangkat maka calon
jamaah harus dirawat terlebih dahulu.
d. Selanjutnya berkaitan dengan calon/jamaah haji yang dirawat,
maka pemberangkatanya ke tanah suci akan ditunda terlebih
dahulu, dan akan diberangkatkan kembali pada kloter berikutnya,
dan bisa dipastikan penyakitnya sudah sembuh.
Pelayanan kesehatan yang diadakan di Asrama Haji bertujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada calon/jamaah haji
dengan cara meneliti kebenaran isi buku kesehatan calon jamaah haji
dan melengkapinya apabila ada kekurangan.
4. Pengelolaan makan/katering
Pelayanan katring sangat penting untuk calon/jamaah haji, dalam
pelayanan katring ini perlu adanya pelayanan yang baik dan
pengaturan pembagian makanan yang baik pula. Karena dengan tidak
sedikitnya calon/jamaah haji bisa saja ada calon claon/jamaah haji
yang tidak mendapatkan jatah, oleh karena itu PPIH mengatur dengan
memberikanya kartu makan kepada calon/jamaah haji untuk digunakan
selama berada diasrama dan digunakan setiap orang dengan 3x jatah
makan.
5. Pembinaan Manasik Haji
Pembinaan manasik adalah pembinaan manasik yang diberikan
oleh PPIH kepada calon/jamah haji agar para calon jamaah lebih
mengetahui dan memahami ketika menunaikan ibadah haji.
Calon/jamaah haji mendapatkan pembinaan manasik yang terakhir
34
kalinya, sebelumya calon jamaah haji mendapatkan pembinaan
manasik haji sebanyak 7 (tujuh) kali di kanwil. Agar setiap
calon/jamaah mendapatkan ilmu manasik dan jamaah benar-benar
paham, maka petugas membentuk kelompok pada setiap calon/jamaah
haji yaitu sebelas orang kemudian dikelompokka dalam satu regu dan
satu orang bertindak sebagai kepala regu, dan setiap regu
dikelompokkan menjadi empat kelompok maka setiap kelompok
terdapat 44 calon jamaah. Pembinaan manasik ini dilakukan oleh
setiap kloter, namun jam pelaksanaanya berbeda-beda karena setiap
kloter yang datang di asrama haji dengan jam yang berbeda.
Pada pembinaan manasik haji ini calon jamaah haji mempraktikkan
langsung sama rukun-rukun haji, dengan adanya fasilitas yang tersedia
seperti adanya bangunan Ka’bah dan tempat yang mirip dengan bukit
Shafa dan Marwa dan bangunan-bangunan lainya yang berkaitan
denga rukun haji. Dengan adanya fasilitas yang diberikan oleh PPAH
diharapkan calon/jamaah haji dapat memahami semua kegiatan ibadah
haji, dan diharapkan menjadi haji yang mandiri dan mabrur.
Pelatihan dan pembinaan manasik kepada calon jamaah haji ini
bersifat tidak diwajibkan, akan tetapi agar calon jamaah haji bisa lebih
mengingat lagi dan lebih paham terkait hal-hal apa saja yang wajib
dilakukan di tanah suci, maka dianjurkan kepada seluruh calon/jamaah
haji untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan manasik haji.
35
6. Pengelolaan Keamanan
Keamanan adalah tanggung jawab bidang keamanan. Keamanan
sangat diharapkan dari masing-masing calon jamaah haji. Dalam
pelaksanaan tugasnya bidang keamanan berkonsultasi aktif dan
bekerjasama dengan instansi keamanan setempat, agar keamanan
berjalan tertib maka PPAH membentuk pengamanan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Keamanan didalam asrama haji
Keamanan didalam asrama haji dilaksanakan oleh satpam/petugas
kamtib setempat dibawah koordinasi Kepala Bagian Keamanan
dari pihak PPIH dan bekerjasama dengan kepolisian setempat.
b. Keamanan diluar asrama haji
Keamanan diluar asrama haji yaitu keamanan dari TNI yang
mengawasi semua keAmanan diluar asrama haji.
7. Pengelolaan Keimigrasian
Bidang imigrasi mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas
pemeriksaan paspor haji, berupa memeriksa daftar penumpang (pax
list), menyelesaikan permasalah jamaah haji yang termasuk cegah
tangkal dan menyiapkan exit permit terhadap jamaah haji.
Perencanaan yang dilakukan oleh asrama haji dan pihak imigrasi
dilakukan agar dalam pemberian pelayanan keimigrasian ini berjalan
lebih terarah dan teratur, sehingga tidak ada kendala-kendala yang
signifikan dalam menjalankan pelayanan ini.
36
Pada saat calon jamaah haji masuk asrama haji semua petugas yang
tergabung dalam pelayanan satu atap termasuk petugas imigrasi sudah
berada didalam gedung, petugas imigrasi menyerahkan langsung
paspor kepada calon jamaah haji dengan mencocokkan foto pada
paspor bersama-sama dengan petugas dokumen lainya digedung
tersebut.
8. Pengelolaan Transportasi
Pelayanan transportasi diberikan kepada calon jamaah haji pada
saat calon/jamaah haji berada di asrama haji sampai keberangkatan ke
bandara. Pemberangkatan calon/jamaah haji menuju bandara
menggunakan bus Aerotrans Garuda Indonesia anak perusahaan PT.
Garuda Indonesia dimana setiap kloternya menggunakan 10 unit bus
dengan satu unit bus cadangan, fore reader oleh unit mobil patal
kepolisian bandara.
E. Jamaah Haji
1. Pengertian Jamaah Haji
Jamaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam
dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, antara lain adalah sebagai
berikut:14
a. Seseorang yang melakukan setoran awal BPIH ke rekening
Menteri Agama melalui BPS BPIH sebesar Rp. 25.000.000,-
14
Dikutip dari UU no.13 / th 2008, diakses pada tanggal 25 juli 2017, pukul 02.15 https://bimbinganhajiumroh.wordpress.com/tag/definisi-jamaah-haji/.
https://bimbinganhajiumroh.wordpress.com/tag/definisi-jamaah-haji/
37
dengan membawa SPPH yang telah disahkan oleh Pejabat
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b. Sudah mempunyai nomor porsi yang sudah diberikan kepada
kantor kemenag kabupaten/kota disaat pendaftaran haji. Nomor
porsi sebagaimana dimaksud hanya berlaku bagi jamaah yang
bersangkutan dan tidak dapat digantikan oleh siapapun.
c. Seseorang yang sudah melunasi BPIH (Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji), yang pelunasanNya dilakukan pada tahun
keberangkatan setelah ada pengumuman tentang besaran biaya haji
oleh presiden dan pengumuman daftar calon jamaah haji yang
berhak melunasi BPIH pada tahun keberangkatan tersebut.15
Allah berfirman didalam Al-Quran Surat Al-hajj ayat 27-28 yang
berbunyi:
Artinya :
27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang
jauh,
28. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan
atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian
15
Dikutip pada hari selasa pukul 09.08 https://www.daftarhajiumroh.com/prosedur-pendaftaran-haji-reguler,
https://www.daftarhajiumroh.com/prosedur-pendaftaran-haji-reguler
38
lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
(QS. Al-Hajj : 27-28)
2. Persyaratan Masuk Asrama Haji
Adapun persyaratan memasuki asrama haji, calon jamaah haji
harus memenuhi persyaratan masuk asrama haji yang diantaranya
yaitu:
a. Calon/jamaah haji masuk gedung dengan memperlihatkan
SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama).
b. Membawa bukti setor BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji) warna biru kepada petugas jamaah haji. 16
16
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Syukri Ahmad Fanani, Jakarta Jumat 30 Juli
2017.
39
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG DITJEN PENYELENGGARAAN HAJI
DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI
A. Sejarah Berdiri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Sejarah penyelanggaraan haji di Indonesia telah mengalami waktu yang
sangat lama. Bermula dari masuknya agama Islam hingga masuknya pada masa
reformasi. Menurut sejarah umat Islam Nusantara Indonesia menunaikan ibadah
haji sejak Islam masuk Nusantara pada abad ke-10 pada saat itu ibadah haji
dilakukan secara massal seperti saat ini.1
Sejarah penyelenggaraan haji memiliki dinamika yang bermuara pada
persoalan pokok yaitu peraturan menyangkut hubungan bilateral antara dua
negara yang memiliki perbedaan sosio-budaya, bentuk pemerintahan, dan status
kenegaraan. Indonesia menganut sistem pemerintahan, sementara Arab Saudi
menganut sistem kerajaan.
1. Penyelenggaraan Haji Masa Penjajahan
Faktor dominan dalam masalah perjalanan haji pada masa ini (penjajahan)
yaitu faktor keamanan di perjalanan dan fasilitas angkutan jamaah haji yang
masih sangat minim. Akan tetapi, kendala itu tidak mengurangi keinginan
umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji, bahkan jumlahnya mulai
meningkat cepat yang diperkirakan mulai pada tahun 1910 dengan melihat
1 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat
Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 8
40
beberapa faktor tersebut, maka penguasa pada saat itu perlu mengadakan
ketentuan yang mengatur pelaksanaan ibadah haji.2
2. Penyelenggaraan Haji Pasca Kemeredekaan
Penyelenggaraan pada masa ini dilakukan sepenuhnya oleh Penyelenggara
Haji Indonesia (PHI) yang berada di setiap Karesidenan, karena saat itu
karesidenan merupakan pemerintahan daerah yang mengatur dan mengelola
serta mengadministrasikan segala urusan permasyarakatan, termasuk
didalamnya memudahkan semua urusan yang berhubungan dengan calon
jamaah haji.
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk lebih memberikan kekuatan
legalitas penyelenggaraan haji, pada tanggal 21 Januari 1950 Badan Kongres
Muslimin Indonesia (BKMI) mendirikan sebuah yayasan yang secara khusus
menangani kegiatan penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan
Penyelenggaraan Haji (PPHI) yang diketahui oleh KHM Sudjak..
Kedudukan PPHI lebih dikuatkan lagi dengan dikeluarkannya surat
Kementerian Agama yang ditanda tangani oleh Menteri Agama RIS K.H.
Wahid Hasyim No. 3170, tanggal 6 Februari 1950, kemudian disusul dengan
surat edaran Menteri Agama di Yogyakarta Nomor A.III/I/648 tanggal 9
Februari 1950 yang menunjukan Panitia Perbaikan Penyelenggaraan Haji
Indonesia (PPHI) sebagai satu-satunya wadah sah disamping pemerintah
untuk mengurus dan menyelenggarakan perjalanan haji Indonesia.
2 Achmad Nijam Alatif Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Nizam Press, 2004), h.20
41
3. Penyelenggaraan Haji Masa Reformasi
Era reformasi yang mulai menggema pada tahun 1999 merupakan awal
dari sistem keterbukaan dan transparansi, menuntut setiap bentuk kebijakan.
Setiap kebijakan yang menimbulkan ketidakpuasan masyarakat akan
mendapat respond dan kritik yang gencar. Pemerintah di tuntut untuk
menyempurnakan sistem penyelenggaraan haji dengan menekankan pada
pelayanan, perlindungan dan pembinaan secara optimal.
Perubahan lingkungan baik eksternal maupun sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi memacu pemerintah untuk melakukan perubahan
dalam manajemen birokrasi tradisional yang diimplementasikan selama ini.
Seperti penerapan sistem komputerisasi haji (pendaftaran online dan real
time) serta informasi yang memanfaatkan media internet.
Setelah 54 tahun payung hukum tentang penyelenggaraan ibadah haji
adalah keputusan Presiden, maka pada tahun 1999 diterapkan undang-
undang No. 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Isi dari
undang-undang tersebut menekankan kepada pelayanan, pembinaan dan
perlindungan kepada jamaah haji serta mengarah kepada sistem yang lebih
professional.3
Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan undang-undang No. 13 tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru sebagai pengganti UU
No. 17 tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan paling mendasar dalam
3 Achmad Nijam Alatif Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Nizam Press, 2004), h. 53
42
undang-undang yang baru adalah penyelenggaraan haji. Ada 4 hal yang baru
dalam undang-undang No. 13 tahun 2008 tersebut, yaitu:4
1. Adanya komisi pengawas khusus dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Pemerintah yang dipresentasikan melalui Departemen Agama sebagai
penyelnggara ibadah haji harus didampingi oleh suatu lembaga
independen yang bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan mulai dari
pernecanaan, pengorganisasian, pelaksaaan, sampai selesai operasional
haji. Lembaga yang harus mendampingi adalah Komisi Pengawas Haji
Indonesia. (KPHI)
2. Meningkatnya peran masyarakat dalam keuangan hasil dari efisiensi
dari biaya penyelenggaraan ibadah haji. Sehingga adanya pembentukan
Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BPDAU). Pengelola DAU harus
dilakukan oleh badan pengelola yang terdiri dari dua dewan
pengelolaan, yaitu Dewan Pengawas dan Dewan Pelaksana.
3. Adanya penguatan Hirarkis Kebijakan dalam undang-undang yang baru
sehingga perlunya Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
(Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri Agama
(PMA) dan Peraturan Daerah yang mengatur transportasi di daerah.
4. Semakin Menguatkan perlindungan kepada jamaah haji dan umrah. Hal
ini merupakan bentuk komitmen dari undang-undang No. 13 tahun 2008
yang menyebutkan, bagi penyelenggara haji khusus dan perjalanan
4 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta:
Direktorat Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 86
43
umroh yang tidak bisa memenuhi ketentuan sesuai undang-undang no.
13 tahun 2008 dan peraturan pemerintah maka akan dikenakan sanksi
administratif.
Selanjutnya undang-undang No. 13 tahun 2008 menyatakan bahwa
Menteri Agama sebagai koordinator terhadap penyelenggaraan ibadah haji.
dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri Agama dibantu oleh Dirjen
Penyelenggara Haji dan Umrah (DPHU), gubernur dibantu oleh Kepala
Kanwil Kemenag Provinsi selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat
Provinsi, Bupati/Walikota dibantu oleh Kepala Kantor Kemenag
Kabupaten/Kota selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat
kabupaten/kota. Sementara Duta Besar dibantu oleh Konjen RI selaku
coordinator harian dan Konsul haji selaku Kepala Staf Penyelenggara Haji di
Arab Saudi.5
Akan tetapi undang-undang tahun 2008 diubah setelah ada kebijakan dari
Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan bahwa sejak tahun 1430 H jamaah
haji dari seluruh negara yang akan menunaikan ibadah haji harus
menggunakan paspor biasa. Maka dari itu, beberapa point pada undang-
undang No. 13 tahun 2008 diubah dan ditetapkan undang-undang baru no.
34 tahun 2009 untuk mengakomodir dan menghormati peraturan yang
dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi.
5 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat
Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 180
44
Pengelolaan haji dikelola Kementrian Agama sudah berdiri sejak tahun
1964 dan sudah mengalami 11 kali pergantian pemimpin sebagai berikut:
Nama Jabatan Masa Bakti
Prof. KH. Farid Ma’ruf Menteri Urusan Haji
Dirjen Urusan Haji
1964-1965
1965-1973
H.Burhani Tjokrohandoko Dirjen Urusan Haji
Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1973-1979
1979-1984
H.A. Qadir Basalamah Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1984-1989
H. Andi lolo Tonang, SH Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1989-1991
Drs. H. Amidhan Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1991-1995
Drs. H. A. Ghazali Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1995-1996
Drs. H. Mubarok, M.Si Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1996-200
Drs. H. Taufiq Kamil Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
2000-2005
Drs. H. Slamet Riyanto,
M.Si
Dirjen Bimas Islam
dan urusan Haji
2005-2006
45
Dirjen Penyelenggara
Haji dan Umroh
2006-2012
Dr. H. Anggito Abimanyu Dirjen Penyelenggara
Haji dan Umrah
2012-2014
Prof. Dr. H. Abdul Djamil,
MA
Dirjen Penyelengga
Haji dan Umrah
2014-2017
Prof. Dr. Nizar, M. Ag. Dirjen Penyelengga
Haji dan Umrah
2017- sekarang
B. Visi dan Misi Ditjen PHU Kementerian Agama RI
Direktorat jenderal sebagai unsur pelaksana Kementerian Agama dalam visinya,
yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan
cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatua Republik
Indonesia, maka peningkatan kualitas penyelenggaraan haji dan umroh adalah
prospek yang sangat penting di kembangkan.
Untuk penyelenggaraan haji dan umrah melibatkan beberapa instansi pemerintah.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DITJEN PHU) menangani
tugas pokok penyelenggaraan haji, pelayanan kesehatan ditangani oleh Pusat
Kesehatan Haji (Puskeshaj) Kementerian Kesehatan, untuk transportasi jamaah haji
ditangani oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Kementerian Perhubungan).
46
Direktorat Jenderal Imigrasi melakukan penyediaan dokumentasi perjalanan, dan
Kementerian Hukum dan Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM).
Mengacu pada keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh:
D/54 tahun 2010 tentang Visi dan Misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, maka ditetapkan:
1. Visi
Visi dan misi Ditjen PHU adalah gambaran dari harapan dan tantangan dalam
mewujudkan harapan tersebut, pencapaian tersebut merupakan implementasi dari
tugas pokok dan fungsi dan kewenangan Ditjen PHU melalui tujuan strategis dan
pelaksanaan program dengan memperhatikan karakteristik, nilai, dan prinsip
yang ditetapkan.
Demi tercapainya peningkatan kualitas dan perbaikan pencapaian
penyelenggaraan haji dan umrah di Indonesia maka DITJEN PHU menetapkan
visi yaitu: terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jamaah
haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparansi, akuntabel, dengan
prinsip nirlaba, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Pembinaan diwujudkan dalam bentuk pembimbingan, penyuluhan, dan
penerangan kepada masyarakat dan jamaah haji. Sedangkan pembinaan
petugas diarahkan pada profesionalisme dan dedikasinya.
b. Pelayanan diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan administrasi dan
dokumen, transportasi, kesehatan serta akomodasi dan konsumsi.
47
c. Perlindungan diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan dan keamanan
jamaah haji dari mendapat Surat Pemanggilan Masuk Asrama (SPMA), di
Arab Saudi sampai pulang kembali ke tanah air.
d. Asas Keadilan tergambar dari penyelenggaraan ibadah haji yang harus
berpegang teguh pada kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan
tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraannya.
e. Transparan yaitu segala sesuatu yang dilakukan selama proses
penyelenggaraan ibadah haji dapat diketahui oleh masyarakat dan jamaah
haji.
f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, adalah rangkaian penyelenggaraan ibadah
haji dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik
dan hukum dengan prinsip tidak mencari keuntungan atau laba.
Untuk tercapainya visi tersebut perlu diciptakan kualitas sistem
penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan ibadah haji dan umroh yang taat
asas dan menciptakan kemandirian terampil, serta akhlak mulia.
2. Misi
a. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji.
b. Maningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan, dan pemahaman manasik
haji.
c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji melalui
pembinaan haji khusus, umrah, dan kelompok bimbingan ibadah haji.
d. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
48
e. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi, transportasi, dan
katering sesuai standar pelayanan minimal penyelenggaraan ibadah haji.
f. Memberikan perlindungan kepada jamaah sehingga mendapatkan rasa aman,
adil, dan kepastian melaksanakan ibadah haji.
g. Meningkatkan akuntabilitas dana haji serta pengembangan sistem informasi
haji.
C. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umroh
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU)
menganut sistem kerja yang teratur dengan beberapa rencana strategis sebagai
berikut:
1. Tugas : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ( Ditjen
PHU) mempunyai tugas untuk merumuskan sertas melaksanakan kebijakan
dan standarisasi teknis dibidang penyelenggaraan haji dan pembinaan
umroh berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Fungsi :
a. Perumusan dan penetapan visi, misi dan kebijakan teknis di bidang
penyelenggaraan haji dan umroh.
b. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang
penyelenggaraan haji dan pembinaan umroh.
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan pembinaan
umroh.
d. Pemberian pembinaan teknis dan evaluasi pelaksana tugas.
49
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.6
D. Tugas dan Fungsi Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri7
Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 42 (PMA Nomor 42
Tahun 2016) Bagian Kelima Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri.
Pasal 312
Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, dan
evaluasi, serta pengawasan dibidang pelayanan haji di dalam negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 313
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaskud dalam pasal 312,
Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan dibidang pelayanan haji dalam negeri;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan haji dalam
negeri;
c. Peningkatan kualitas pelayanan haji dalam negeri;
d. Fasilitas sarana dan prasarana serta pendanaan pelayanan haji dalam
negeri;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pelayanan haji
dalam negeri;
6 Pasal 224 Peraturan Menteri Agama No. 10 tahun 2010
7 Kemenag RI, Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
(PMA Nomor 42 Tahun 2016), h. 17-18
50
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan haji dalam
negeri;
g. Pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang pelayanan haji dalam negeri
dan;
h. Pelaksanaan administrasi direktorat.
E. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (Ditjen
PHU) dalam pelaksanaan teknis penyelenggaraan ibadah haji didasarkan atas
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 92 tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementrian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementrian Negara serta Peraturan Mentri Agama (PMA) No. 42
tahun 2016 tentang organisasi Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama.
Sesuai Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 42 tahun 2016, Ditjen
PHU terdiri dari sekretariat, Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah,
Direktorat Pelayanan Haji, dan Direktorat Pengelolaan Dana Haji.
51
F. Kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah dalam
Pengelolaan Asrama Haji.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU)
dalam pelaksanaan teknis pengelolaan Asrama haji didasarkan atas Peraturan
Menteri Agama RI (PMA) No. 44 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 44
tahun 2014 diantara lain:8
Pasal 1
1. Asrama haji merupakan unit pelayanan penyelenggaraan ibadah haji di
lingkungan Kementerian Agama yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
2. Asrama Haji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Asrama Haji Embarkasi;
b. Asrama Haji Embarkasi Antara; dan
c. Asrama Haji Transit
3. Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umroh.
8 Kemenag RI, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.
52
4. Asrama Haji Embarkasi dan Asrama Haji Embarkasi Antara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b secara teknis dibina oleh Direktur
Pelayanan Haji Dalam Negeri dan secara administratif dibina oleh
sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
5. Asrama Haji Transit Sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c secara
teknis dan administratif dibina oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi.
Pasal 2
Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) terdiri
dari:
a. Asrama Haji Aceh;
b. Asrama Haji Medan;
c. Asrama Haji Padang;
d. Asrama Haji Jakarta;
e. Asrama Haji Surabaya;
f. Asrama Haji Banjarmasin;
g. Asrama Haji Balikpapan;
h. Asrama Haji Makassar; dan
i. Asrama Haji Lombok.
53
Pasal 3
Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3)
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan asrama haji dalam rangka
penyelenggaraan ibadah haji serta pelayanan lain untuk masyarakat luas.
Pasal 49
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Asrama
Haji Embarkasi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan dibidang pelayanan,
pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan usaha;
b. Fasilitas layanan ibadah dan bimbingan manasik haji;
c. Pelaksanaan layanan informasi, publikasi dan penyediaan akomodasi,
serta komsumsi pelaksanaan ibadah haji.
d. Fasilitas dan koordinasi pelayanan Bea Cukai, imigrasi, karantina,
kesehatan, kemanan, transportasi, dan city chek in bekerjasama dengan
instansi terkait;
e. Pelaksanaan administrasi, keuangan, kepegawaian, barang milik negara,
dan kerumahtanggaan; dan
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
Pasal 5
Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4,
Asrama Haji Embarkasi juga menyelenggarakan fungsi koordinasi Asrama
9 Kemenag RI, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.
54
Haji Embarkasi Antara, Asrama Haji Transit, dan Asrama Haji Embarkasi
yang dikelola oleh pemerintah daerah provinsi.
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Asrama Haji
Embarkasi Antara dan Asrama Haji Transit ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Penyelengaraan Haji dan Umroh.10
10
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.
55