1 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
lmu konservasi adalah salah satu bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
bertujuan untuk mencegah, merawat dan merestorasi penyakit, kerusakan, dan
kelainan yang mengenai jaringan keras dan lunak gigi untuk mengembalikan
fungsi, bentuk, estetik dan perlindungan jaringan pendukung gigi serta
mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut.
Ilmu konservasi gigi meliputi:
1. Operative Dentistry (ilmu konservasi jaringan keras gigi).
Ilmu yang mempelajari teknik restorasi kerusakan / penyakit pada jaringan
keras gigi dengan menggunakan bahan tumpatan plastis dan non plastis
2. Endodontik
Ilmu kedokteran gigi yang meliputi etiologi, diagnosis, pencegahan dan
perawatan penyakit pulpa gigi dan jaringan periapikal yang disebabkan
oleh penyakit pulpa
Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan mempelajari cara
pemeriksaan pasien, baik subjektif (anamnesa) maupun objektif (inta oral dan
ekstra oral) untuk menegakkan diagnosa serta rencana perawatan. Penegakkan
diagnosa berdasarkan analisis hasil keluhan penderita, gejala subjektif, intra oral,
ter vitalitas dan bila perlu pemeriksaan penunjang dengan roentgen foto.
Pada skill lab minggu ke- lima ini, kami masuk ke klinik konservasi, untuk
hasil diagnosa dan rencana perawatan dari skill kelompok kami selanjutnya akan
kami bahas di bab pembahasan
2 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posisi Dan Zona Kerja Dokter Gigi, Perawat/ Asisten Dan Pasien
Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut
ketelitian dan konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait
dengan gangguan muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta
nyeri punggung bawah. Cedera tersebut dapat menyebabkan pensiun dini
(Gandavadi, 2007). Area kerja (mulut) yang terbatas sehingga dokter gigi
perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel untuk mencegah
terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSD).
Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan dalam bidang kedokteran
gigi, profesi di bidang ini juga turut berkembang. Dahulu, cukup hanya dokter
gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari
Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Di
Indonesia, pelayanan kedokteran gigi dilakukan oleh 2 orang yaitu Dokter
Gigi dan Perawat Gigi.
Risiko penyakit muskuloskelatal dapat diminimalkan dengan
memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep
ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki
kondisi kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four
Handed Dentistry.
Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan
dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten.
Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja
di sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi
menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien
3 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona
kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone, assistant’s zone,
transfer zone dan static zone.
Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone
adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone
adalah daerah tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan
tangan asisten. Instrumen diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada
pasien. Jangan memberikan alat di atas mata pasien. Sedangkan static zone
adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak
terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak
(Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta peralatan yang dapat
membuat takut pasien.
Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:
Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas Operator)
Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas Asisten)
Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen diberikan)
Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2
Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:
4 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas Operator)
Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas Asisten)
Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen diberikan)
Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12
Posisi Operator
Berdiri
- Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai
- Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki
- Mulut pasien setinggi siku operator
Duduk
- Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah
membentuk sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas / paha.
- Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi.
- Jarak mata ke medan kerja + 6 inci
- Pandangan ke medan kerja tidak terhalang
- Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator
The 10 o'clock position.
Posisi jam 10 memungkinkan dokter gigi untuk mencapai rahang atas
kanan, rahang atas kiri dan rahang bawah kiri. Beberapa dokter gigi lebih suka
mencapai seluruh bagian gigi, dengan menggeser ke posisi jam 9 dan pasien
agak naik sedikit, maka rahang bawah kanan akan lebih mudah dicapai.
Cara mengambil posisi jam 10.00
Dokter gigi duduk di kursinya dengan kaki paralel lantai, punggung tegak
pada sandaran dan kaki pada posisi yang mudah digerakkan ke arah posisi
yang benar, di sebelah kanan dan agak ke belakang kepala pasien. Siku bebas
dan jari-jari kedua tangan mudah menerima instrumen dari asisten untuk
perawatan.
Jari-jari yang lain: menjaga/memblok supaya pandangan bebas melihat
5 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
gigi yang dirawat dan instrumen, serta bertumpu pada gigi di sebelahnya
untuk menjaga supaya pada pemakaian atau bur tidak meleset dan melukai
gingiva, pipi, dan bibir.Fungsi kaca mulut adalah untuk absorpsi cahaya,
refleksi cahaya, menyingkirkan bibir dan pipi, serta kontrol saliva.
Posisi jam 10.00 untuk rahang atas kiri.
Dengan memutar kepala pasien sedikit ke kanan dan memegang kaca
mulut jauh dari bidang oklusal gigi-geligi kiri dan mendekati tepi bibir bawah,
maka gigi-geligi rahang atas akan terlihat jelas.
Jari ketiga dan keempat tangan kiri atau kaca mulut diletakkan di muka
permukaan oklusal molar satu atau dua, secara otomatis akan menyingkirkan
pipi dan bibir sehingga permukaan gigi-geligi tersebut akan terlihat jelas.
Posisi jam 10.00 untuk rahang atas kanan
Sama seperti posisi untuk gigi kiri, hanya muka pasien digerakkan sedikit ke
kiri dan menempatkan jari-jari bebas pada permukaan bukal gigi molar satu
atau molar dua kanan atas, maka handpiece atau instrumen mudah dikontrol.
Posisi jam 10.00 untuk rahang bawah kiri
Posisi dokter gigi: seluruh baan condong ke depan sedikit dan tetap lurus.
Kepala pasien diputar ke kanan sedikit serta kaca mulut menghadap regio
tersebut dan diletakkan pada permukaan bukal gigi-gigi molar.
Rest untuk handpiece: jari diletakkan di atas kaninus bawah kiri. Pipi
dan bibir disingkirkan dengan jari ketiga dan keempat dengan keseimbangan
dari luar mulut pasien. Penerangan pada gigi-geligi didapat dari refleksi kaca
mulut.
Posisi jam 09.00
Posisi dokter gigi disebelah kanan pasien, tegak lurus bahu dan long axis
badan pasien.
6 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Untuk melihat rahang bawah kanan, agar lebih jelas dan tegas, kepala pasien
agak sedikit ditundukkan. Dokter gigi dengan wajah pasien membentuk sudut
450. Penerangan harus langsung dengan lampu pada posisi 90
0.
Posisi ini terutama menguntungkan untuk perawatan permukaan bukal dan
labial dari seluruh gigi-geligi rahang atas, tetapi pasien harus betul-betul
terlentang.
Dengan menggerakkan muka pasien sedikit ke kiri, permukaan bukal seluruh
rahang atas kanan akan jelas. Rahang atas kiri terlihat bila muka pasien
digeser sedikit ke kanan. Jangan lupa retract dengan kaca mulut dan rest
position dari jari-jari yang lain
Posisi Pasien
Duduk
Untuk Operator yang Berdiri
- Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward
tilt)
- Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan
sandaran punggung
- Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan bidang horisontal.
- Mulut pasien setinggi siku operator
Untuk Operator yang Duduk
- Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang
- Posisi mulut pasien membuat sudut 45° dengan bidang horisontal
- Mulut pasien setinggi siku operator
Telentang (Supine Position)
- Pasien tidur telentang pada kursi gigi
- Semua tubuh tertopang pada kursi gigi
- Kepala segaris dengan punggung
- Otot leher dan kepala berada pada posisi normal/istirahat
- Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi lutut asisten
7 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Posisi Asisten
- Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator
- Kedua kaki bertumpu pada kursi asisten
- Lutut asisten setinggi mulut pasien
- Punggung lurus
- Pandangan asisten dan operator ke medan
- Pandangan harus jelas tak terhalang
.
2.2 Prosedur Penegakkan Diagnosa di Klinik Konservasi Gigi
Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk
menentukan adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan
penyangganya. Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di
dalam diagnosis klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda
suatu permulaan keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami
dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang
dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 )
Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu,
meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang
akan diperiksa
Cara Menegakan diagnosa
Tahap-tahap menegakan diagnosis:
- Tentukan keluhan utama
- Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan
riwayat kesehatan pasien
- Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti
8 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
- Lakukan analisis data yang diperoleh
- Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat
Pemeriksaan Subjektf
a. Keluhan utama/ anamnesa
Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau masalah
yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan
dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari
perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan
bahasa penderita , meliputi:
- Tujuan penderita datang
- Lokasi gigi yang dikeluhkan
- Kapan pertama kali timbul rasa sakit
- Bentuk rasa sakit
- Berapa lama rasa sakit terasa
- Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma)
- Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar )
- Ada tidaknya pembengkakan
- Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air dingin)
Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan
patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit)
b. Riwayat medis
Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi
pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang
telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak
dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir
pemeriksaan secara singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan
pernah diderita, serta pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan
penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih
diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan
9 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
pemeriksaan lebih lanjut dan dikonsultasikan dengan profesi kesehatan
lainnya.
Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar iridasi
jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system imun
pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin memerlukan
perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi terhadap lateks,
terapi pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis tertunda,
kondisi jamtung tertentu, dan penggantian sendi.
c. Riwayat dental
Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang diderita.
Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakit-penyakit
gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta petunjuk
mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menjelaskan
sejumlah temuan klinis yang tidak jelas.
d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya
Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang kedokteran
gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan
operator terdahulu kepadanya
e. Alergi
Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan penggunaan
bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi yang akan
dilkukan.
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ekstra oral
penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan
warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus,
pembengkakan kelenjar limfe.
Pemeriksaan intra oral
Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.
10 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Tes klinis
a. Pemeriksaan visual dan taktil
Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat
mengandalakan pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan consistency.
Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer dan prob
(probe) periodontal.
b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi
c. Pemeriksaan karies
Karies Superfisial (KS)
Karies Media (KM)
Karies Profunda (KP)
Perforasi (KPP)
- Karena karies
- Karena alat KG
- Karena trauma
d. Tes perkusi
Utk mengevaluasi status peridonsium di sekitar gigi. Seorang klinisi harus
menyadari bahwa tes perkusi tidak mengindikasikan sehat atau tdknya
integritas jar. Pulpa. Cara Gigi di beri pukulan ringan dg menggunakan
jari, kemudian ujung kaca mulut (tangkai instrument), diketuk pd perm
O,F,L. Jgn melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien.
e. Tes palpasi
Nekrose pulpa meluas area apikal hilangnya tlg kortikal bag.
Fasial mempengaruhi periosteum inflamasi periosteum
pergerakan gigi yg menandai eksistensi dan derajat sensitivitas akibat
inflamasi periapikal
Pd abses M bawah dilakukan palpasi area submandibular bimanual utk
menentukan apakah ada limphnode submandibular yg tlh terinfeksi akibat
penjalaran penyakit.
11 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Teknik sederhana dengan menekan ujung jari menggunakan tekanan
ringan
f. Tes mobilitas-depersibilitas
Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling gigi.
Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau sebaliknya
Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah vertical.
Caranya dengan bantuan jari atau instrumen
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan:
Mobiliti derajat 1 adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya
Mobiliti derajat 2 gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm
Mobiliti derajat 3 gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm atau gigi
dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak boleh dilakukan pada gigi
derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat terlebih dahulu, cth abses
apikalis akut)
g. Pemeriksaan Polip
Bila ada perforasi pulpa perlu diperiksa adanya polip pulpa (massa
jarungan lunak dalam cavitas yg mungkin berasal dari pulpa gigi) dan
polip jaringan ikat (massa jaringan lunak dalam cavitas yang mungkin
berasal dari jaringan ikat di bifurkasi gigi)
h. Tes vitalitas
- Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada dentin
yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai dentin yang
tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya
berisi jaringan vital
- Tes Termal
Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut tanpa
memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Tes dingin
dilakukan dg cara etil klorida yang disemprotkan pada butiran kapas,
atau pecahan es yang dimasukkan ke dalam kavitas.
12 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -78 derajat
C mampu menembus restorasi penuh pada gigi untuk mendapatkan
respon dari jaringan gigi yang terdapat dibawahnya.
Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di tmp
lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha yang dipanaskan
dan dimasukkan ke dalam kavitas atau kapas yang dibasahi air panas
lalu dimasukkan ke dalam kavitas, atau dengan instrumen panas
Kemungkinan respon dari tes termal :
1. Tidak ada respon
gigi non vital atau vital tp false respon.
- respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai
gigi tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien
- respon positif palsu : mengenai gingiva
2. Respon rasa sakit ringan – sedang normal
3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus
disingkirkan dr gigi reversible pulpitis
4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus
disingkirkan dr gigi irreversible pulpitis
- Tes Kavitas
Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal hasilnya
meragukan dan belum pervorasi.
Dilakukan dg mengebur sampai pertemuan enamel-dentin dg kecepatan
rendah tanpa air pendingin sensitivitas nyeri mrp indikasi vitalitas
pulpa.
Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa
Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik
- Tes jarum miller
Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan dari
tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang
dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller
13 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
kedalam kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai
panjang rata- rata gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang foto rontrgen
- Pengujian pulpa dengan elektrik.
Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi
Tujuan menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik
yang makin meningkat pada gigi.
(+) bila ada respon artinya masih vital
(-) bila tidak ada respon artinya gigi non vital
- Tes anastesi
Terbatas bagi pasien yg sedang merasa sakit pd wkt dites dan dengan tes
yg biasa gagal utk memungkinkan seseorang mengidentifikasikan gigi
yang sakit. Tujuan : menganestesi gigi tunggal bertutut-turut sampai rasa
sakitnya hilang dan terbatas pada gigi/area tertentu
Cara menggunakan injeksi infiltrasiatau intraligamen, lakukan injeksi
pada gigi yg plg belakang pd daerah yang dicurigai sbg penyebab rasa
sakit. Jk rasa sakit tetap stlh gigi dianestesi penuh lakukan anestesi pd
gigi disebelahnya lanjutkan sampai rasa sakit hilang.
Namun tes ini jarang digunakan.
Pemeriksaan penunjang
- Radiografi
Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt melibatkan
pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu vital atau tidak,
tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi pada perubahan
degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang dalam dan meluas,
tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi saluran akar yang meluas,
resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur akar, menipisnya ligamen
periodonsium, melihat kedalam masuknya miller dan adanya lesi
periapikal.
14 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Dalam endodonti utk membantu menegakkan diagnosa, melihat inisial
apikal file, master apikal cone, obturasi dan restorasi akhir, agar tdk terjadi
kesalahan spt over instrumentasi, underfilling, dll a
2.3 Diagnosa Pada Bidang Konservasi Gigi
Diagnosa Klinis
Diagnosa klinis diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan dimulai dari pemeriksaan subjektif, objektif, tes vitalitas dan
penunjang. Diagnosa klinik ini merupakan kelainan pulpa. Macam diagnosa
klinik yaitu:
1. Pulpitis Reversible
2. Pulpitis Irreversible
3. Pulpitis Kronis Hiperplastis
4. Nekrosis Pulpa Parsialis
5. Nekrosis Pulpa Totalis
Diagnosa Periapikal
Diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan subjektif (pernah
bengkak), pemeriksaan obyektif (perkusi dan tekanan), tes penunjang (ronsen
periapikal). Macam kelainan periapikal, yaitu :
1. Dental Granuloma
2. Kista Periapikal
3. Abses Periapikal Kronis
4. Abses Periapikal Akut
2.4 Rencana Perawatan di Bidang Konservasi Gigi
1. DHE
2. Tumpatan
15 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
- Plastis
KLAS I ( AMALGAM, GIC, SANDWICH)
KLAS II (AMALGAM, KOMPOSIT, SANDWICH)
KLAS III ( GIC, KOMPOSIT)
KLAS IV (KOMPOSIT, SANDWICH)
KLAS V (AMALGAM, GIC, KOMPOSIT)
KLAS VI ( KOMPOSIT)
- Rigid
INLAY (Klas I, Klas II)
ONLAY
MAHKOTA JAKET
MAHKOTA PASAK
MAHKOTA RICHMOND
3. Pulp capping
4. Pulpotomi
5. Perawatan saluran akar gigi vital
Pulpektomi vital
Pulpektomi devital
Apeksogenesis
6. Perawatan saluran akar gigi non vital
Pulpektomi non vital (endo intrakanal)
Apeksifikasi
16 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prosedur Penegakkan Diagnosa
Skill lab oral diagnosa kali ini adalah di klinik konservasi gigi. Sebelum
mulai memeriksa pasien, terlebih dahulu alat2 di persiapkan kan. Alat dan
bahan yang dipakai antara lain: kaca mulut, sonde, pinset, ekscavator, probe,
mata bur high speed & low speed, miller, baki, tempat tampon, petridish
bersekat, tempat alkohol, botol & jarum irigasi, contra angle handpiece, saliva
ejector, stick saliva ejector, gelas kumur, lap dada, masker, sarung tangan,
bunsen, tampon, cotton roll, cotton pelet, alkohol, guta percha dan chlor etil.
Setelah alat2 disteril kan dan di tata diatas meja kerja baru pasien dipersilah
kan masuk.
Identitas Pasien.
Hal yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas pasien, yaitu nama
ibu bur yasih, jenis kelamin perempuan, usia 65 th, pekerjaan pensiunan guru
SMP, alamat jl kutai 167, jember. Elemen yang akan diperiksa adalah gigi 12.
Pemeriksaan subjektif
Dilakukan anamnesa tentang keluhan utama penderita, didapat: penderita
datang dengan adanya lubang di gigi depan, pasien ingin gigi nya ditambal,
pasien tidak pernah merasakan sakit sebelumnya. Gigi tersebut sebelumnya
belum pernah dilakukan perawatan di dokter gigi. Dari riwayat medis didapat
pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan sesak nafas, tidak ada alergi
obat. Gejala subjektif , meliputi dingin, panas, manis, asam, tajam, linu,
cekot- cekot, berulang, kemeng mengunya/ tekanan, spontan , setempat,
menjalar semua 0 (tidak ada rasa sakit).
Pemeriksaan objektif
17 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
meliputi ekstra oral dan intra oral, dari ekstra oral didapat tidak ada
pembengkakan kelenjar limfa, pemeriksaan kelenjar limfa ini wajib dilkukan
bila pasien mengeluhkan keluhan spontan. Sebelum memasuki intra oral,
pasien dipersilahkan mengambil posisi di dental chair dan dipasangkan lap
dada, lalu disuruh berkumur agar sisa makanan tidak tertinggal di rongga
mulut. Operator mengambil tempat sesuai dengan gigi yang akan di periksa,
gigi 12, yaitu disebelah kanan pasien, dan posisi diatur senyaman mungkin.
Gambar 3.1 Gambaran Klinis (labial) Karies Profunda Perforasi gigi 12
Gambar 3.2 Gambaran Klinis (palatal) Karies Profunda Perforasi gigi 12
18 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Dari pemeriksaan intra oral tidak ditemukan adanya pembengkakan intra oral
dan fistula, gigi 12 karies klass III, karies profunda perforasi, karena saat
diperiksa menggunakan probe masuk sampai 5mm. Tekanan, perkusi, palpasi
tidak sakit. Tes tekanan dan perkusi 0 menunjukkan kemungkinan tidak ada
kelainan periapikal. Tidak ada perubahan warna gigi, tidak ada kegoyangan
maupun fraktur, gingiva mengalami resesi, termasuk resesi fisiologis karena
pasien sudah berusia lanjut. Tidak ditemukan polip pulpa atau pun polip
gingiva.
Gambar 3.3 Resesi gingiva fisiologis
Untuk tes vitalitas karena gigi 21 karies profunda perforasi, tidak perlu
dilakukan tes termal maupun tes kavitas, langsung dilakukan tes jarum miller,
namun karena miller tidak bisa masuk, di buatkan cavity entrance. Setelah di
buatkan cavity entrance, miller belum bisa masuk, bahkan walau orifice
sudah terlihat miller tetap tidak bisak masuk sehingga kita tidak bisa
menentukan gigi tersebut nekrosis pulpa parsial atau nekrosis pulpa totalis.
Tahap selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan penunjang
19 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Pemeriksaan Penunjang
- Gambaran radiografi
Dari hasil gambaran radiografi didapatkan saluran akar atrofi atau terjadi
penyusutan karena proses degeneratif (penuaan) pada pasien berusia lanjut.
Seharusnya gambaran radiografi ini menunjukkan sejauh mana miller masuk
ke apikal, namun karena terjadi penyempitan saluran akar fisiologis miller
tidak bisa masuk. Lamina dura dan membran periodontal juga normal, tidak
terdapat kelainan periapikal.
3.2 Hasil Diagnosa
Diagnosa klinik : Nekrosis Pulpa Parsialis atau Nekrosis Pulpa Totalis
Nekrosis Pulpa Parsialis jika ujung jarum miller belum
mencapai apikal namun pasien sudah merasa sakit.
Nekrosis Pulpa Totalis jika ujung jarum miller sudah
mencapai apikal gigi dan pasien tidak merasa sakit.
Diagnosa kelainan periapikal : 0 (tidak ditemukan kelainan periapikal)
Dari tes perkusi maupun tekanan tidak
didapati rasa sakit, dan pada pemeriksaan
20 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
penunjang dengan radiografi tidak didapati
ada kelainan, daerah periapikalnya masih
normal.
3.3 Rencana perawatan
1. DHE
DHE dilakukan agar kebiasaan buruk pasien tidak terulang lagi. Dari hasil
anamnesa didapati pasien hanya menyikat gigi satu kali sehari, yaitu saat
pagi hari dan sering memakan permen di malam hari sampai tertidur.
2. Perawatan endo konvensional
Dilakukan perawatan endo karena gigi tersebut gigi terletak pada lengkung
yang benar dan masih dibutuhkan sehingga masih perlu dipertahankan,.
- Jika diagnosis klinik nekrosis pulpa parsialis, perawatan endo yang
dilakukan adalah pulpektomi
Dasar pertimbangan : Pada nekrosis pulpa parsialis, ada jaringan yang
masih normal (belum nekrosis), sehingga
diperlukan perawatan endo dengan anastesi,
yaitu pulpektomi.
Akar sudah tumbuh sempurna sehingga bisa
dilakukan pulpektomi
- Jika diagnosis klinik nekrosis pulpa totalis, perawatan endo yang
dilakukan adalah endo intra kanal
Dasar pertimbangan : Pada nekrosis pulpa totalis, seluruh jaringan
pulpa nekrosis, sehingga perawatan endo yang
dilakukan tanpa menggunakan anastesi, yaitu
endo intrakanal. Endo intrakanal bisa juga
disebut sebagai pulpektomi non vital.
Akar sudah tumbuh sempurna sehingga bisa
dilakukan endo intra kanal
21 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
3. Restorasi tetap: mahkota pasak
Dasar pertimbangan: kehilangan jaringan mahkota lebih dari ½ dan gigi
tersebut sudah terlalu rapuh sehingga tidak mungkin
dilakukan restorasi kelas III
22 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
BAB IV
KESIMPULAN
- Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif didapatkan diagnosa
Nekrosis Pulpa Parsialis atau Nekrosis Pulpa Totalis, dikarenakan saat
pemeriksaan jarum miller, miller tidak bisa masuk karena ada pembuntuan
sehingga tidak bisa ditentukan diagnosa tepatnya
- Rencana Perawatan dilakukan DHE pada pasien. Bila diagnosa Nekrosis
Pulpa Parsialis dilakukan pulpektomi, bila Nekrosis Pulpa Totalis
dilakukan endo intra kanal. Selanjutnya diberi restorasi tetap mahkota
pasak.
23 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i
Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentist’s Attitude Towards
Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE),
10 (2): 137.
Gandavadi, A., 2007, Assessment of Dental Student Posture in Two Seating
Conditions using RULA methodology – A Pilot Study, British Dent. J.,
203 (10): 601.
Grossman, L.i., Oliet, S. And Del Rio. 1995. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia : Lea & febiger.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya
Medika.
Walton, R. And Torabinejad, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics.
2nd
ed. Philadelphia : W. B. Saunders Co.
Recommended