BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Halitosis merupakan suatu masalah yang telah menarik perhatian
banyak kalangan baik kalangan profesi kesehatan khususnya kesehatan gigi, para
ilmuwan dan peneliti maupun kalangan masyarakat awam dalam dekade terakhir
ini. Masalah ini tidak hanya dilihat dari sudut kesehatan tetapi juga dari sudut
pergaulan sosial. Keberadaan halitosis pada dasarnya berkaitan dengan berbagai
faktor penyebab baik yang berasal dari rongga mulut maupun organ-organ yang
lain, baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Halitosis yang berkaitan langsung
dalam rongga mulut dipengaruhi oleh aspek mikrobiologis berbagai deposit di
dalam rongga mulut.
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh halitosis ditinjau dari penderita
dalam kehidupan sosialnya, yaitu: malu atau rendah diri, menghindari pergaulan
sosial, bicara tidak bebas, tidak ada rasa percaya diri dan lain-lain. Halitosis
merupakan suatu masalah yang dapat dicegah dengan merawat kebersihan dalam
rongga mulut dan dengan melalui perawatan sumber-sumber penyebab di dalam
rongga mulut yang dapat secara efektif memecahkan masalah-masalah nafas tak
sedap. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghilangkan
halitosis yaitu dengan cara tradisional. Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu
1
dengan mengunyah daun seledri atau daun kemangi sebagai lalapan dalam
kehidupan sehari-hari (Pustaka Bunda 2009).
Seledri merupakan sayuran/tanaman yang banyak digunakan didalam
masyarakat. Seledri mentah dapat merangsang produksi air liur sehingga dapat
membantu melumpuhkan aktivitas kuman yang dapat mengakibatkan gigi
keropos. Kandungan seledri antara lain: Apiin dan substansi diuretik, provitamin
A(karetonid), vitamin B dan vitamin C, mineral kalsium, fosfor, sodium, klor,
potasium/kalium, magnesium, asparagine apigenin, kholin, saporin, minyak atsiri,
senyawa sedatif. Selain itu, seledri juga memliki kandungan serat yang dapat
membersihkan sisa makanan yang terdapat disela gigi( http://artikel-kesehatan-
online.blogspot.com).
Sedangkan kemangi merupakan sayuran/tanaman yang juga
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk menghilangkan bau badan,
kemangi juga dapat digunakan untuk mengurangi halitosis karena kemangi
mempunyai kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi, selain itu terdapat
beberapa kandungan lain di dalam tumbuhan kemangi, diantaranya farnesena,
sineol, felandrena, sedrena, bergamotena, amorfena, burnesena, kadinena,
kopaena, kubebena, pinena, ter pinena, santalena, sitral dan kariofilena. (Atlas
Tumbuhan Obat Ind./ Dr. Setiawan Dalimartha/Nty).
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang muncul
adalah: bagaimanakah perbandingan efektivitas setelah mengkonsumsi daun
seledri dan daun kemangi untuk mengurangi halitosis?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas
setelah mengkonsumsi daun seledri dan daun kemangi untuk mengurangi
halitosis.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahan-bahan
tradisional, seperti daun seledri dan daun kemangi yang dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi halitosis.
2. Untuk memberikan wawasan mengenai manfaat daun seledri dan daun
kemangi dalam kehidupan sehari-hari dalam mengurangi halitosis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Halitosis
2.1.1. Definisi halitosis
Halitosis berasal dari bahasa latin halitus (nafas) dan Yunani osis
(keadaan). Jadi, halitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah ini
mengacu pada suatu keadaan bau mulut yang berasal dari keadaan metabolik
secara sistemik, termasuk saluran pencernaan. Halitosis dapat berupa halitosis
fisiologis maupun patologis. Halitosis fisiologis adalah halitosis yang bersifat
sementara dan terjadi bila substansi yang menimbulkan bau tersebut secara
hematologi menuju paru-paru dan biasanya berasal dari makanan, seperti bawang
dan lobak dan bisa juga berasal dari minuman, seperti teh, kopi, serta minuman
beralkohol. Halitosis Patologis adalah halitosis yang pada dasarnya terjadi dalam
suatu mekanisme yang sama dengan halitosis fisiologis, dalam hal ini bahan-
bahan yang secara hematologis menuju paru-paru. Penyebab utama keadaan ini
karena adanya kelainan yang bersifat local maupun sistemik seperti diabetes
mellitus, uremia, gastritis, tukak lambung dan hepatitis ( Jurnal Kedokteran Gigi
Mahasaraswati volume 2).
4
Halitosis adalah kondisi kesehatan mulut yang ditandai dengan napas
yg berbau konsisten. Meskipun rongga mulut tidak bermasalah, gigi dan gusi
terawat, kebersihan mulut terjaga, sudah menghindari makanan yang berbau,
tidak ada penyakit sistemik, tapi masih dapat mulut mengeluarkan bau tidak sedap
(Warianto, 2009).
Aroma nafas tak sedap atau bau mulut umumnya disebabkan dua
masalah utama, yaitu kesehatan mulut dan makanan yang dicerna oleh usus.
Dengan kata lain, bau napas berasal tidak hanya dari dalam mulut, melainkan juga
dari sistem pencernaan (Setiawan, 2009).
Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
menerangkan adanya bau yang tidak disukai sewaktu terhembus di udara, tanpa
melihat substansi tersebut berasal oral maupun non-oral ( Dahlia Herawati).
Halitosis berasal dari bahasa latin, yaitu halitus yang artinya nafas dan
bahasa Yunani, yaitu osis yang artinya keadaan. Jadi, halitosis merupakan
keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan
istilah bau nafas yang tidak sedap (R. Haskell,J.J Gayford).
5
2.1.2. Etiologi
Halitosis dapat timbul oleh karena beberapa faktor, antara lain ( Jurnal
Kedokteran Gigi Mahasaraswati Volume 2) :
a. Makanan dan Minuman
Makanan-makanan tertentu yang dapat menimbulkan halitosis antara
lain bawang putih, bawang merah dan lobak sedangkan minuman yang
dapat menyebabkan halitosis antara lain minuman beralkohol, produk
susu dan lain-lain. Pada keadaaan ini, permasalahannya bukan diawali
pada saat makanan atau minuman berada di dalam rongga mulut tetapi
terjadi setelah bahan makanan atau minuman ini diserap pada
pembuluh darah. Bau makanan atau minuman yang tersebut
selanjutnya akan ditransmisikan ke dalam paru-paru, yang kemudian
keluar bersama dengan udara pernafasan melalui mulut, dan semua
keadaan ini bersifat sementara.
b. Oral Higiene
Bila oral hygiene tidak dilakukan dengan baik, sisa-sisa makanan akan
mengumpul diantara gigi. Cepat atau lambat makanan yang telah
mengalami pembusukan akan terbentuk, dan hampir keseluruhan dari
produk-produk yang disebabkan oleh pembusukan akan mengeluarkan
bau yang tidak sedap.
6
c. Penyakit Periodontal
Keadan periodontal mungkin merupakan keadaan patologi yang paling
sering terlihat dan dapat menimbulkan halitosis. Penyebab utama dari
keberadaan penyakit ini adalah plak.
d. Xerostomia
Merupakan istilah untuk keadaan mulut yang kering. Xerostomia atau
kekeringan di dalam rongga mulut dapat pula menyebabkan terjadinya
bau mulut atau halitosis.
e. Kebiasaan
Halitosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan tembakau.
Kebiasaan ini berkaitan dengan resiko yang besar untuk terjadinya
penyakit periodontal dan kanker di dalam rongga mulut pada individu
yang memiliki kebiasaan ini.
f. Penyakit Sistemik
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan halitosis diantaranya:
infeksi pada saluran nafas, diabetes, permasalahan pada saluran
pencernaan, infeksi pada sinus dan kelainan hati serta ginjal.
7
g. Obat-obatan
Beberapa obat dapat menimbulkan halitosis. Obat-obat tertentu dapat
juga merubah rasa dan bau, obat-obat tertentu tersebut dapat
menimbulkan berkurangnya produksi saliva yang menyebabkan
terjadinya halitosis.
2.1.3. Mekanisme
Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh
penyebab yang mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang
disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas berasal dari makanan
yang oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru yang selanjutnya
dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki
peranan yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau
halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak,
bakteri yang berasal dari poket yang dalam dan bakteri yang berasal
dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan halitosis
(Jurnal Kedokteran Gigi Mahasaraswati Volume 2).
VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama
penyebab halitosis. VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas
bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut yang berupa senyawa berbau
yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau 8
yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam
aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-
protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa
makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah mati,
bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari
mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak
terdapat bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan
bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam
aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat, sedangkan
kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana
untuk kelangsungan hidupnya banyak memerlukan protein. Protein
akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-asam amino ( Agus Djaya,
2000).
Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang
berbau lainnya di dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3
jenis VSC penting yang merupakan penyebab utama halitosis,
diantaranya metal mercaptan (CH3SH), dimetil mercaptan (CH3)2S,
dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC tersebut menonjol
karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap sehingga
menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit,
seperti skatole, amino, cadaverin dan putrescine (Agus Djaya, 2000).
9
2.1.4 Pencegahan dan Penanganan Halitosis
Pencegahan dan pengananan halitosis tentunya melibatkan
suatu usaha untuk menghilangkan penyebab dari keadaan yang
mendasarinya. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
pencegahan dan penanganan halitosis, antara lain ( Agus Djaya,2000):
a. Oral Hygiene and Health
Tindakan-tindakan untuk meningkatkan oral hygiene seperti scaling,
polishing, sikat gigi dan flossing, khususnya pembersihan lidah dapat
mengurangi bau mulut. Prosedur-prosedur pemeliharaan oral hygiene
pada dasarnya untuk membersihkan sehingga mengurangi plak atau
sisa-sisa makanan serta mengurangi jumlah bakteri. Dengan menjaga
oral hygiene secara baik, aktivitas bakteri dapat ditekan sehingga
halitosis dapat akan berkurang. Apabila ada kerusakan pada gigi atau
terdapat peradangan pada jaringan penyangga gigi serta jaringan mulut
lainnya, maka perlu dilakukan perawatan karena hal tersebut juga
merupakan penyebab terjadinya halitosis.
b. Masking
Merupakan suatu usaha untuk mengendalikan halitosis dengan cara
menutupi bau yang ada dengan menggunakan produk penyegar nafas
dengan aroma yang enak dan wangi. Tetapi hal ini biasanya hanya
berhasil untuk waktu yang singkat. Setelah efek penyegar nafasnya 10
hilang, keadaan mulut malah akan dirasakan bertambah buruk. Dalam
hal ini, halitosis hanya dapat ditutupi sementara dengan bau-bauan
yang enak, tetapi VSC yang merupakan penyebab utama halitosis
tidak dihilangkan.
c. Antiseptic Mouthwash
Merupakan penggunaan obat kumur mulut dengan bahan antibakteri
yang dapat mengurangi halitosis dengan cara mengurangi jumlah
bakteri serta menghambat aktivitas bakteri. Beberapa bahan yang
digunakan biasanya mengandung thymol, eucalyptus, chlorhexidine,
povidone iodine dan sebagainya.
d. Bahan-bahan Anti Halitosis
Bahan yang digolongkan dalam golongan ini, biasanya telah diketahui
mekanisme kerjanya dalam mengurangi bau mulut khususnya
reaksinya terhadap VSC, yaitu dengan mengubah VSC menjadi
senyawa lainnya yang tidak berbau atau tidak mudah menguap.
Bahan-bahan anti halitosis tersebut ada yang mengandung Zn atau
Chlorine dioxide, dimana kedua bahan tersebut merupakan bahan aktif
yang banyak ditemukan dalam bahan anti halitosis yang digunakan,
seperti dalam bentuk pasta gigi, oral gel, dalam bentuk kumur mulut,
mouth spray, permen ataupun chewing gum.
11
e. Cara-cara Tradisional
Disamping menggunakan cara modern, halitosis dapat pula dikurangi
dengan menggunakan cara tradisional, yaitu dengan penggunaan
tomato juice, ekstrak teh, mengunyah seledri ataupun kemangi yang
dijadikan sebagai lalapan.
12
2.2. Daun Kemangi
Kemangi yang nama latinnya Ocinum basilicum merupakan tumbuhan
yang memiliki tinggi 60–70cm, batangnya halus dengan daun pada setiap ruas,
daun berwarna hijau muda, berbentuk oval 3-4cm panjangnya, berambut halus di
permukaan bagian bawah, bunganya berwarna putih, kurang menarik dan tersusun
dalam tandan, bila dibiarkan berbunga maka pertumbuhan daun lebih sedikit dan
tanaman cenderung cepat menua dan mati ( Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri, Volume 14).
Tumbuhan kemangi kaya akan berbagai kandungan kimia yang sudah
diketahui, seperti Minyak atsiri yang mengandung Osimena, farnesena, sineol,
felandrena, sedrena, bergamotena, amorfena, burnesena, kadinena, kopaena,
kubebena, pinena, ter pinena, santalena, sitral dan kariofilena. Dan Senyawa
lainnya, seperti : Anetol, apigenin, asam askorbat, asam kafeat,
eskuletin,eriodiktiol, estragol, faenesol, histidin, magnesium, rutin, tanin, ß-
carotene, ß-sitosterol dan lain-lain. Selain itu, bahan kimia yang terkandung pada
seluruh bagian tanaman kemangi diantaranya 1,8 sienol, anethol, apigenin dan
boron. Sementara pada daunnya terkandung arginine dan asam aspartat ( Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Volume 14).
Dalam farmakologi Cina disebut tumbuhan ini memiliki sifat antara
lain: rasa agak manis, dingin, harum dan menyegarkan, dapat menghilangkan bau
badan dan bau mulut. Sementara itu, minyak racikan kemangi berfungsi melawan
13
bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella enteritidis dan Escherichia coli,
menangkal infeksi akibat virus Basillus subtilis, Salmonella paratyph dan Proteus
vulgaris ( Kaya et al., 2008).
Selain itu juga, kemangi mempunyai berbagai macam khasiat di
dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
a. Dalam kemangi terkandung flavonoid yang merupakan obat antibiotik
alami dan anti peradangan,
b. Kemangi kaya akan magnesium dan betakaroten yang penting untuk
menjaga dan memelihara kesehatan jantung
c. Minyak atsiri yang terdapat di dalam daun kemangi dapat dipakai
sebagai aroma therapy, dapat menyegarkan tubuh dan pelega
tenggorokan.
d. Di India dan sebagian wilayah Afrika, seduhan ”teh kemangi”
merupakan hidangan pengganti teh, dimana minuman tersebut
disajikan pada saat pergantian musim, yaitu ketika orang mudah
terserang batuk, pilek, ataupun demam.
e. Bila kemangi dikonsumsi sebagai lalapan segar dalam kehidupan
sehari-hari maka kemangi dapat mengurangi bau badan dan bau mulut.
14
2.3. Seledri
Seledri merupakan tanaman yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Seledri yang nama latinnya Apium graveolens merupakan tumbuhan
dataran tinggi pada ketinggian di atas 900m dari permukaan laut yang berasal dari
daerah subtropik Eropa dan Asia. Di daerah ini, seledri tumbuh dengan daun dan
tangkai yang tebal. Seledri merupakan tanaman yang memiliki tinggi 25-100cm,
batang bersegi dan beralur membujur, memiliki bunga yang banyak dengan
ukuran yang kecil, dimana bunga-bunga tersebut berwarna putih kehijauan (Atlas
Tumbuhan Obat Ind./ Dr. Setiawan Dalimartha/Nty) .
Seledri memiliki berbagai macam kandungan gizi dan vitamin yang
penting untuk dikonsumsi sehari-hari. Kandungan seledri antara lain: Apiin dan
substansi diuretik, provitamin A(karetonid), vitamin B dan vitamin C, mineral
kalsium, fosfor, sodium, klor, potasium/kalium, magnesium, asparagine apigenin,
kholin, saporin, minyak atsiri, senyawa sedatif dan serat. Selain itu, dalam setiap
100 gr seledri memiliki kalori sebanyak 20 kkal, protein 1 gram, lemak 0,1 gram,
hidrat arang 4,6 gram, kalsium 50 mg, fosfor 40mg, besi 1 mg, vitamin A, vitamin
B1 0,03 mg dan vitamin C 11 mg ( http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com ).
15
Tanaman seledri memiliki banyak khasiat bagi kesehatan,
diantanranya:
a. Akar seledri berkhasiat memacu enzim pencernaan dan peluruh
kencing (diuretik).
b. Buah dan bijinya dapat digunakan sebagai pereda kejang
(antipasmodik).
c. Bersifat sedatif (penenang)
d. Seledri mentah dapat merangsang produksi air liur sehingga dapat
melumpuhkan aktivitas kuman yang dapat mengakibatkan gigi
keropos.
e. Karena mempunyai kandungan serat yang cukup baik, seledri dapat
membersihkan sisa makanan yang terdapat disela gigi.
f. Seledri dapat dikonsumsi sebagai lalapan dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat bermanfaat menygarkan aroma mulut.
Untuk mendapatkan khasiat yang optimal dari tanaman seledri, dapat
dipilih tanaman seledri yang warnanya masih hijau dan masih segar.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan, yaitu parametrik independen T-
test yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok ( Handoko
Riwidikdo, S.Kp ).
3.2. Identifikasi variabel
Variabel independen yaitu mengkonsumsi daun seledri dan daun kemangi
Variabel dependen yaitu mengurangi halitosis
Variabel terkendali adalah tingkat halitosis sebelum diberi perlakuan
3.3. Definisi Operasional
1. Mengkonsumsi daun seledri dan daun kemangi merupakan suatu aktivitas
mengunyah 3-5 lembar daun seledri maupun daun kemangi.
2. Mengurangi halitosis merupakan suatu hasil dimana telah diberikan
perlakuan terhadap halitosis setelah mengkonsumsi daun seledri dan daun
kemangi.
3. Tingkat halitosis sebelum diberi perlakuan merupakan suatu kriteria
dalam menilai halitosis, dimana nilai tersebut adalah 3 atau 4.
17
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi FKG Universitas
Mahasaraswati Denpasar angkatan 2007.
3.4.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diperoleh dari mahasiswa dan mahasiswi FKG
Universitas Mahasaraswati Denpasar angkatan 2007 dengan
menggunakan purposive sampling dan kuota sampling (Handoko
Riwidikdo, S.Kp ).
3.5. Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1. Alat
Halimeter
3.5.2. Bahan-bahan penelitian
1. Daun kemangi
2. Daun seledri
18
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah breath checker,
dimana tingkatan/skore untuk mengetahui adanya halitosis dalam mulut,
yaitu:
1 : tidak bau mulut
2 : sedikit bau mulut
3 : bau mulut (sedang)
4 : bau mulut yang kuat
3.7. Waktu dan tempat penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di FKG Mahasaraswati Denpasar, pada:
Hari : senin-kamis
Tanggal : 16-19 Januari 2011
Waktu : 10.00 sampai selesai
19
3.8. Jalannya penelitian
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mahasiswa dan mahasiswi (sampel) dikumpulkan di dalam satu ruangan dan
diberi penjelasan secara singkat mengenai tujuan dilakukannya penelitian ini.
3. Kemudian catat nama, umur, jenis kelamin dan tingkat/skore halitosis sampel
sebelum diberikan daun kemangi dan daun seledri.
4. Setelah itu, berikan daun kemangi dan daun seledri kepada masing-masing
sampel ( 30 sampel mengunyah daun seledri dan 30 sampel mengunyah daun
kemangi ).
5. Kemudian catat tingkat/skore halitosis setelah mengunyah daun seledri dan
daun kemangi dengan menggunakan breath checker di dalam form penelitian.
20