BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bersifat mendasar dan
harus dipenuhi agar setiap individu memiliki pengetahuan yang luas dalam
kehidupannya. Pendidikan ini dapat diperoleh hanya dengan proses belajar,
baik di lembaga pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Belajar
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku
seseorang ke arah yang lebih baik. Pendidikan utama yang ditempuh oleh
seseorang sebelum menempuh kedua macam pendidikan di atas adalah
pendidikan keluarga.
Dewasa ini, pendidikan tidak hanya diarahkan untuk penanggulangan
masalah putus sekolah saja atau hanya untuk mencegah pengangguran saja
tetapi pendidikan lebih di arahkan pada bagaimana menciptakan manusia yang
berkualitas. Hal ini sesuai dengan tujuan GBHN 1993 bidang pendidikan,
disebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional,
bertangung jawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Kunci
pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia ialah “pendidikan”
sebab melalui pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan
kualitas keberadaannya dan mampu beradaptasi dalam gerak pembangunan.
1
Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang dan
mempersiapkan dunia esok yang lebih baik. Tantangan dalam mutu
pendidikan, relevansi, dan efektifitas pendidikan sebagai tuntutan nasional
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat berimplikasi nyata
dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Tujuan dari program
kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain secara jelas
dan aplikatif.
Pendidikan yang berkualitas ditandai dengan mutu pendidikan yang baik
pula. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki
semua elemen pendukung sekolah. Berkaitan dengan perubahan kurikulum,
berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan
berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan
reformasi, guru menjawab tentang arus globalisasi, berkontribusi pada
pembangunan masyarakt dan kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap
berbagai perubahan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan
mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang
pendidikan.
Dalam meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran, maka komponen-
komponen dalam interaksi belajar mengajar perlu diperhatikan. Komponen-
komponen yang terlibat secara langsung yaitu siswa, guru, materi pelajaran,
metode pengajaran, alat belajar mengajar, dan lingkungan belajar. Keenam
komponen tersebut harus saling mendukung agar interaksi di dalam proses
2
belajar mengajar berjalan dengan optimal. Meskipun komponen-komponen
tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain
namun sebenarnya siswa merupakan komponen utama dalam interaksi belajar
mengajar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sardiman (1997: 45) bahwa
“proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan
interaksi antara dua unsur, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak pengajar dengan siswa sebagai obyek pokoknya”.
Upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya dapat dilakukan
dengan diadakannya pembaharuan-pembaharuan dan inovasi-inovasi
pembelajaran, misalnya dengan lakukannya penerapan model-model
pembelajaran baru, yang mungkin lebih sesuai dengan keadaan sekarang.
Untuk dapat mengetahui seberapa besar model-model pembelajaran tersebut
memberi dampak atau pengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan, maka
penerapan model-model pembelajaran yang baru tersebut sebelumnya harus
diuji coba terlebih dahulu. Secara umum minat siswa SMP Negeri 01
Montong Gading dikategorikan rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil beljr
siswa sehari-hari tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pada mata
pelajaran Geografi, pengetahuan siswa terhadap peta sangat minim. Selain itu,
kurangnya minat siswa terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
misalnya hanya sebagian kecil siswa yang serius dalam menerima materi yang
disampaikan oleh guru, serta kurang proaktifnya siswa dalam menghadapi
segala permasalahan maupun pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini
kemungkinan berkaitan dengan faktor internal siswa (faktor yang berasal dari
3
siswa itu sendiri, termasuk bakat dan minat siswa) dan faktor eksternal (faktor
yang berasal dari luar/lingkungan siswa).
Uji coba yang dilakukan akan dapat diperoleh desain yang tepat untuk
diterapkan di Indonesia dan dipergunakan oleh guru-guru IPS Geografi di
SMP Negeri 1 Montong Gading yang diseimbangkan pula dengan kondisi di
Nusa Tenggara Barat pada umumnya. Untuk mengurangi keterpurukan
Negara kita terhadap dunia pendidikan, maka perlu dilakukan penataan
terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama yang berkaitan
dengan kualitas pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat
dan dunia kerja. Untuk itu para guru sebagai tenaga pendidik hendaknya
melakukan inovasi terhadap proses pembelajaran agar tidak menjadi monoton
dan membosankan. Dalam hal ini, salah satu langkah yang ditempuh
khususnya pada mata pelajaran IPS Geografi adalah guru mendesain suatu
model pembelajaran sehingga dapat meningkatkn minat siswa untuk
mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Salah satu metode yang akan
diterapkan agar bisa menumbuhkan motivasi belajar dan mampu
meningkatkan prestasi/hasil belajar adalah penerapan metode siklus.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah pengaruh penerapan model “siklus belajar” terhadap hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS Geografi pada kelas VII SMP Negeri
01 Montong Gading tahun pelajaran 2009-2010?”
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara
penerapan model “siklus belajar” terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS Geografi pada kelas VII SMP Negeri 01 Montong Gading
tahun pelajaran 2009-2010.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi murid : penerapan model ini akan sangat bermanfaat bagi mereka
dalam rangka mempermudah proses pembelajaran dengan harapan akan
prestasi yang lebih tinggi.
2. Bagi peneliti : sebagai calon guru diharapkan agar hasil penelitian ini
dapat memperkaya dan menambah wawasan mengenai model-model
pembelajaran yang digunakan sebagai acuan dalam mengajar.
3. Bagi guru : memberikan informasi bagi guru IPS Geografi di SMP Negeri
01 Montong Gading mengenai model pembelajaran “Siklus Belajar”
sehingga dapat memotivasi para guru untuk lebih kreatif.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Ho (Hipotesis nol) : penerapan model “Siklus Belajar” tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP
Negeri 01 Montong Gading tahun ajaran 2009-2010 pada materi pokok Peta.
5
Hi (Hipotesis kerja) : penerapan model “Siklus Belajar” berpengaruh
terhadap hasil belajar dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP Negeri 01
Montong Gading tahun ajaran 2009-2010 pada materi pokok Peta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TENTANG BELAJAR
Menurut Tirtarahardja, dkk (1998: 78), belajar adalah suatu aktivitas
pengembangan diri melalui pengalaman yang bertumpu pada kemampuan diri
dan belajar di bawah bimbingan pengajar. Menurut Sumartana (1985: 24),
belajar adalah suatu perubahan tingkah laku berupa penambahan pengetahuan,
kemahiran, sikap, dan kebiasaan-kebiasaan individu yang belajar. Ditinjau
dari segi psikologi seseorang, bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap perubahan itu bersifat relatif dan berbekas
(Winkel, 1998). Dari ketiga pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu
konsep bahwa belajar merupakan suatu kegiatan secara terus menerus yang
berlangsung seumur hidup sejak manusia itu lahir hingga ke liang lahat
sehingga menghasilkan suatu perubahan tingkah laku baik itu pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).
B. MODEL SIKLUS BELAJAR
Rustam (dalam Sutarno, 2003: 45) menyatakan bahwa, model siklus
belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science
Curiculum Improvement Study). Suatu program pengembangan pendidikan
sains di Amerika Serikat. Dalam pelaksanaannya, model “Siklus Belajar”
7
terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan
konsep. Siklus diartikan bahwa, tahap-tahap tersebut dapat berulang.
Sesuai dengan prinsip mengajar model menurut konstruktivisme,
maka kita harus menerima bahwa mengajar bukan sebagai proses di mana
gagasan-gagasan guru diteruskan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk
mengubah gagasan-gagasan anak yang sudah ada yang mungkin “salah”.
Dasar pemikiran para konstruktivis yaitu pengajaran efektif menghendaki
agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang fenomena yang
menjadi subyek pengajaran. Pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan
yang telah ada itu, mungkin dari langkah-langkah intermediet dan berakhir
dengan langkah yang telah mengalami modifikasi.
Menurut Herron (dalam Dahar, 1991: 56), salah satu strategi mengajar
untuk menerapkan model konstruktivis ialah penggunaan siklus belajar.
Siklus belajar terdiri atas tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan
konsep, dan fase aplikasi konsep. Selama ini para siswa belajar melalui aksi
dan reaksi mereka sendiri dalam suatu situasi baru. Dalam fase ini, mereka
kerap kali menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal, sehingga
dalam fase ini siswa diberi kesempatan untuk menyuarakan gagasan-gagasan
mereka yang bertentangan dan dapat menimbulkan perdebatan dan suatu
analisis mengenai mengapa mereka mempunyai gagasan-gagasan demikian.
Eksplorasi juga membawa para siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan
dalam fenomena yang diselidiki.
8
Urutan tahap-tahap dalam daur belajar terdiri atas tiga tahap yang
berbeda-beda yaitu : 1) Tahap eksplorasi 2) Tahap pengenalan konsep dan 3)
Tahap penerapan konsep.
1) Tahap eksplorasi, merupakan tahap awal dari daur belajar. Dalam tahap
ini guru berperan secara tidak langsung. Guru merupakan pengamat
dengan menyediakan pertanyaan-pertanyaan dan membantu siswa secara
individu maupun kelompok. Siswa diarahkan untuk secara aktif
mengamati dan memanipulasi materi yang dibagikan kepada guru.
2) Tahap pengenalan konsep. Dalam tahap ini guru berperan tradisional,
guru mengumpulkan informasi-informasi dari siswa yang berkaitan
dengan pengalaman mereka dalam aktivitas eksplorasi. Dalam tahap ini
diperlukan media seperti buku, alat pandang dengar dan materi bertulis
lainnya yang diperlukan untuk menyusun konsep.
3) Tahap penerapan konsep. Guru perlu merancang situasi atau masalah
yang perlu dipecahkan berdasarkan hasil pengalaman eksplorasi dan
pengenalan konsep siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan.
Berdasarkan jenisnya siklus belajar dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga jenis, yaitu : descriptive, empricial, abductive dan hypothetical –
deductive. Perbedaan diantara ketiganya terletak pada derajat siswa dalam
mencapai penggambaran alam atau menghasilkan hipotesis dan mengujinya.
Pada siklus belajar deskriptive, siswa menemukan dan menggambarkan
sebuah pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi). Guru
memberikan nama (pengenalan istilah) dan pola kemudian diidentifikasikan
9
dalam konteks (aplikasi konsep), jenis ini dinamai deskriptive karena siswa
dengan guru sama-sama menggambarkan apa yang mereka amati tanpa
pencapaian terhadap penjelasan mengenai apa yang mereka amati. Siklus
belajar descriptive menjawab pertanyaan tentang “Apa?” tetapi tidak
meningkat pada sebab-akibat “mengapa ?”
Dalam siklus belajar empiricia – abdujective siswa juga melakukan
eksplorasi tetapi juga diikuti oleh penciptaan pola-pola mengenai berbagai
penyebabnya. Untuk itu dibutuhkan suatu abdukasi untuk mentransfer istilah
(term) dan konsep yang dipelajari pada suatu konteks ke dalam konteks baru
(term introduction). Istilah tersebut mungkin dikenali oleh siswa, dapat juga
diperkenalkan oleh guru, atau oleh keduanya. Dengan bimbingan guru,
selama fase eksplorasi siswa mengumpulkan data untuk melihat konsistensi
hipotesis dengan data dan mengenali fenomenanya. Dengan kata lain,
observasi dibuat dalam peragaan diskriptif, meskipun dalam jenis siklus
belajar ini lebih lanjut dapat menciptakan (melalui abduksi) dan menguji
hukum sebab-akibat, yang dalam hal ini disebut empirical-abductive.
Jenis ketiga dari siklus belajar yaitu hypothetical-deductive
menyatakan pernyataan tentang pertanyaan sebab-akibat yang menggiring
siswa pada pertanyaan dan menciptakan penjelasan alternatifnya. Siswa diberi
waktu untuk melakukan deduksi terhadap konsekuensi logisnya dari
penjelasannya dan merencanakan percobaan untuk mengujinya (explorative).
Hasil analisis terhadap percobaannya memunculkan beberapa hipotesis yang
diperkuat, mungkin juga ada yang dibuang karena tidak sesuai dengan fakta
10
yang diperoleh dalam percobaan dan ada beberapa istilah (term) yang
ditemukan (term introduction). Akhirnya dihasilkan konsep-konsep dan pola
pikir yang relevan dan didiskusikan, sehingga dapat diterapkan dalam situasi
yang lain di kemudian hari (concept application). Jenis siklus belajar ini
membutuhkan penciptaan eksplisit dan pengujian hipotesis alternative melalui
perbandingan deduksi logis dengan fakta empiris yang dihasilkan sehingga
siklus belajar ini dinamakan Hypothetical-deductive (Indrawati, 2004).
C. HASIL BELAJAR
Gange (dalam Dimayati dan Mudjiono, 1999; 67) menyatakan belajar
merupakan kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan (ii) proses kognitif
yang dilakukan oleh pebelajar.
Sedangkan menurut Mukhtar (dalam Erni Murdiati, 2004; 87)
“Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam
aktivitas pembelajaran baik di kelas, sekolah maupun di luar sekolah. Apa
yang dialami oleh siswa dalam proses pengembangan kemampuannya
merupakan apa yang diperolehnya dari belajar, dan pengalaman tersebut pada
akhirnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam hal ini, hasil belajar
dipengaruhi oleh keadaan kognitif, afektif dan psikomotornya pada saat
belajar, kualitas pengajaran yang diterimanya dan juga cara pengelolaan
proses interaksi kelas yang dilakukan oleh guru. Dari proses ini dapat lahir
empat macam hasil belajar yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
11
tindakan (psikomotor) dan kecepatan belajar yang ada hubungannya dengan
kecepatan belajar individu.
Thursan (dalam Irwansyah, 2004; 56) memaparkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang yang berasal dari dalam
diri individu adalah sebagai berikut :
1). Motivasi.
Motivasi adalah tenaga yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan,
penggunaan motivasi yang tepat akan menimbulkan minat, moral yang
baik & belajar yang efektif.
2). Kondisi jasmani.
Belajar dengan baik tidak akan berlangsung jika kondisi jasmani kurang
baik, sehingga dalam berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka
kondisi jasmani yang baik sangat diperlukan.
3). Kapasitas belajar.
Kapasitas belajar masing-masing individu berbeda-beda, seseorang yang
memiliki kapasitas belajar yang tinggi maka hasil belajar yang diperoleh
akan tinggi.
4). Minat.
Hasil belajar yang tinggi tidak akan tercapai dengan minat yang rendah.
Oleh karena itu minat akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat
sehingga hasil belajar akan meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar individu
adalah sebagai berikut :
12
1. Lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan faktor pertama dan utama dalam
menentukan keberhasilan belajar seseorang, karena keluarga adalah
lingkungan pertama dan utama dalam menentukan pendidikan seseorang.
Kondisi lingkungan keluarga yang menentukan keberhasilan belajar
adalah hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, tersedianya
ruangan dan peralatan belajar yang memadai, keadaan ekonomi keluarga
yang cukup, suasana rumah yang tenang dan perhatian yang besar dari
orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan.
2. Lingkungan pendidikan/sekolah
Tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten
merupakan satu hal yang paling mutlak yang ada di sekolah untuk
menunjang keberhasilan belajar. Selain itu juga lingkungan sekolah juga
dapat dipengaruhi kondisi belajar adalah pengajar yang baik dan
memadai, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang
memenuhi persyaratan, adanya teman baik dan adanya hubungan baik di
antara personil di sekolah.
3. Waktu
Dengan ketersediaan waktu untuk belajar maka akan meningkatkan
keberhasilan dalam belajar. Waktu yang cukup untuk belajar bagi siswa
meningkatkan penguasaan terhadap materi diajarkan. Semakin efektif
waktu belajar maka semakin efektif mereka belajar, mereka yang
termasuk lambat belajar, akan dapat menguasai materi meski waktunya
13
lebih lama. Masalah utama dalam belajar biasanya bisa atau tidaknya
siswa mengatur waktu belajar, mencari dan menggunakan waktu sebaik-
baiknya dengan kegiatan yang cukup padat dan disisi lain mereka dapat
melakukan kegiatan yang bersifat hiburan yang bermanfaat untuk
penyegaran pikiran.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian semi eksperimen, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan memberikan perlakuan untuk melihat suatu hasil dan
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki.
B. VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, yang mejadi variabel independen adalah model
pembelajaran dengan model “Siklus Belajar” sedangkan yang menjadi
variabel dependen yaitu hasil belajar IPS Geografi siswa.
C. DESAIN PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu :
1). Membuat atau merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS
Geografi SMP dengan menggunakan model “Siklus Belajar” dan tes hasil
belajar IPS Geografi siswa.
2). Berdiskusi dengan guru SMP Negeri 1 Montong Gading tentang
bagaimana mengajar IPS Geografi dengan menggunakan model “Siklus
Belajar”.
3). Penerapan model “Siklus Belajar” dalam pembelajaran IPS Geografi di
SMP Negeri 01 Montong Gading.
15
4). Melihat pengaruh pemberian atau penerapan model “Siklus Belajar”
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Montong Gading.
Berdasarkan rancangan di atas, maka peneliti mendesain penelitian ini
menjadi penelitian eksperimen dengan model post-test only control group
desaign. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 1
Tabel Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post Test
Eksperimen (Kelas D) Ya YaKontrol (Kelas C) Tidak Ya
Berdasaarkan tabel desain penelitian di atas, terdapat dua kelas
sebagai objek yang dikenakan perlakuan, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pada kelas kontrol tidak diterapkan metode siklus belajar akan
tetapi pada kelas eksperimen akan diterapkan metode siklus belajar pada
setiap proses belajar mengajar berlangsung selama penelitian dilakukan. Pada
setiap melakukan evaluasi di akhir jam pelajaran, para siswa diberikan post
test untuk mengukur sejauh mana pengaruh perlakuan pada masing-masing
kelas (kelas control dan kelas eksperimen). Nilai dari post test tersebut-lah
yang akan dianggap sebagai hasil belajar dan dijadikan sebagai tolok ukur
apakah penerapan metode siklus belajar tersebut berhasil atau tidak terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa.
16
D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari 26 Nopember 2009 sampai dengan 26
Januari 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 01 Montong
Gading tahun ajaran 2009-2010.
E. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1
Montong Gading. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
dengan purposive sampling, yaitu yang dilakukan berdasarkan karakteristik
yang dipetakan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan
tujuan atau masalah penelitian. Dalam perumusan kriterianya, peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam menentukan
sample-nya. Dalam hal ini, di ambil dua kelas, yaitu C dan D, di mana C
sebagai kelas kontrol, dan D sebagai kelas eksperimen. Dipilihnya dua kelas
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa keduanya memiliki tingkat prestasi
belajar yang rata-rata sama. Hal ini diketahui dari nilai Ujian Akhir Nasional
yang didapat oleh para siswa dari kedua kelas pada saat mereka berada pada
jenjang pendidikan sebelumnya. Maka, eksperimen yang diberlakukan dengan
menerapkan model siklus belajar pada kelas eksperimen (D) adalah untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar pada kelas itu dengan
dibandingkan dengan kelas kontrol (C) yang tidak mendapatkan eksperimen.
17
F. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
1). Mengelompokkan sampel di sekolah menjadi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
2). Mengambil nilai mid semester siswa pada mata pelajaran IPS Geografi
untuk mengetahui homogenitas kedua kelompok. Nilai mid semester ini
dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan siswa.
3). Memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa pemberian
pembelajaran dengan model “Siklus Belajar” .
4). Memberikan tes akhir pada kedua kelompok tersebut untuk mengetahui
pengaruh perlakuan yang telah diberikan kepada kelompok eksperimen.
a. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari angket dan hasil tes prestasi belajar mata pelajaran IPS
Geografi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Montong Gading. Hasil test
digunakan untuk mengetahui hasil belajar mereka setelah diberikan
perlakuan.
b. Teknik Analisis Data
Terlebih dahulu data yang dicari tingkat validitas dan reabilitas
instrumennya. Validitas data dicari dengan menggunakan rumus
korelasi yang dikemukakan oleh pearson. Rumus ini dikenal dengan
rumus korelasi product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai:
18
Sementara untuk mencari reabilitas data digunakan rumus K-R. 20
Dimana:r11 = reabilitas instrumentk = banyaknya butir pertanyaanst
2 = varian totalp = proporsi subyek yang mendapat skor 1q = proporsi banyak subyek yang mendapat skor 0
(Arikunto: 155)
Untuk menentukan pengaruh pada objek yang diperlakukan sebelum
dan setelah diadakan eksperimen digunakan rumus t sebagai berikut :
t =
Keterangan:
= rata-rata variabel x1 (kelas ekwperimen) = rata-rata variabel x2 (kelas kontrol)
Jk = jumlah kuadrat yang diperoleh dari
n = jumlah pengamatann1+n2-2 = derajat kebebasan (db)
Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh pada objek sebelum
diberikan perlakukan dan setelahnya dapat diketahui melalui besarnya
koefisien determinasinya atau (r2) dengan rumus:
19
di mana:t = hasil yang diperoleh dari t hitungdb = derajat kebebasan
20
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI DAN HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah berdirinya dan letak geogerafis SMPN I Montong Gading
SMPN I Montong Gading, berdiri sejak 1 Maret 1984 dengan
nama Sekolah SMPN 2 Terara, dengan luas areal 16.000 m2. Di atas
tanah tersebut dibangun 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang TU, 1 perpusrakaan, 1 ruang keterampilan dan sebuah
bangsal (ruang serba guna) yang sekarang dinamakan aula.
Pada tahun 2003 Sekolah SMPN 2 Terara berubah namanya
menjadi SMPN 1 Montong Gading seiring dengan pemekaran wilayah.
Dari sejak berdirinya sampai sekarang SMPN 1 Montong Gading
dipimpin oleh 7 orang kepala sekolah, diantaranya adalah Haji Hajar,
Lalu Jenah, Mastun, Lalu Tamrin, Drs. Khaerudin, SPd, Ahmad M
Nur, Haji Kedan, M.Pd (Kepala Sekolah Sekarang) dan lain-lain.
Kepala sekolah yang terakhir menjabat dari tanggal 6 Juni 2009.
Kinerja dalam dunia pendidikan sudah dapat diakui, pada
kenyataannya SMPN 1 Montong Gading mampu melaksanakan proses
pendidikan sesuai dengan program Nasional sebagaimana sekolah
umum lainnya.
Untuk lebih jelasnya oprasional kerja SMPN 1 Montong
Gading dapat dilihat dari struktur organisasi berikut ini:
21
Gambar 1Struktur Organisasi SMPN 1 Montong Gading
Keterangan:
............ Garis Koordinat
Garis Komando
22
KEPALA SEKOLAHKOMITE
Waka. Kur. Waka. Kesiswaan Waka. Humas Waka. Sarana
KTU
BP/BK
GURU
SISWA
Wali Kelas
Wakasek
b. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana yang ada pada SMPN 1
Montong Gading tahun pelajaran 2009/20109 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2
Data Jumlah Ruangan Berdasarkan Laporan Bulanan SMPN 1
Montong Gading.
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Keadaan
1. Bangunan
1) Ruang Belajar Teori
2) Ruang Kepala Sekolah
3) Ruang Guru
4) Ruang TU
5) Ruang Perpustakaan
6) Ruang Laboratorium
(A). IPA
(B). Komputer
7) Ruang Keterampilan
8) Ruang BP
9) Musalla
10) Ruang WC
11) Ruang Jaga
12) Ruang Data
13) Gudang
18 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
1 lokal
6 lokal
2 lokal
1 lokal
1 lokal
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
23
2. Peralatan
1) Komputer
2) Printer
3) Loudspeker
4) Mikrophon
18
3
2
1
Baik
Baik
Baik
Baik
3. Meubleir
1) Meja guru + Kursi Guru
2) Meja tamu
3) Kursi tamu
4) Meja murid + Kursi
Murid
5) Lemari arsip
6) Rak arsip
7) Meja pegawai + Kursi
Pegawai
36
2
2
1380
5
2
8
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
c. Keadaan Guru SMPN 1 Montong Gading
Dalam suatu lembaga pendidikan formal seperti sekolah
diperlukan guru-guru dan pegawai yang berkualitas dan profesional
untuk mewujudkan visi dan misi dari sekolah tersebut dan
mewujudkan tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi yang
telah dibuat oleh sekolah tersebut maka kompetensi guru, pegawai dan
24
staf lainnya sangat menentukan keberhasilan suatu pendidikan dalam
proses belajar mengajar.
Adapun guru-guru yang mengajar SMPN 1 Montong Gading
tahun pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Guru Tetap yang ada di SMPN 1 Montong Gading
Tabel 4
Guru Tidak Tetap yang ada di SMPN 1 Montong Gading
No Nama / NIP / NUPTK
StatusKepeg
L/PBidang studi yang
diajarkan
1 2 4 5 13
1 Bq.Laela Rahmayanti, S.Pd. GTT P Bhs. Indo 7563756657300093
2 Bq.Sri Murniasih, S.Pd. GTT P PPKn1563757659300173
3 Syakirin, S.Pd.
GTT L Sejarah 7563752654200203
4 Marzuki, S.Pd.
GTT L Ekonomi1433757660200042
5 Ahmad Yusni, S.Pd.
GTT L T I K-
6 Jupri
GTT L Bhs. Ingg. 2563749651200413
7 Syahrul Kurbandi
GTT L T I K 8353758660200023
8 Endah Damai Hati, SE.
GTT P Ekonomi1433758660300073
9 iis Naeni, SE.
GTT P Ekonomi 4442758660300062
10 Eli Warjuni, S.Pd.I
GTT P P A I 4944758660300092
11 Siti Maria Ulpa, S.Pd.
GTT P Mama -
25
12 Dwi Ermayanti, S.Pd.
GTT P Fisika -
13Edi Kurniawan GTT L
Bhs. Ingg. -
14Hendra Budi Saputra, S.Pd.
GTT LBiologi
-
d. Keadaan Siswa SMPN 1 Montong Gading
Siswa merupakan orang yang paling utama dalam suatu proses
belajar mengajar. Keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar
dapat dijadikans tandar untuk mengetahui kelancaran dan keberhasilan
dalam suatu sekolah untuk membawa siswa-siswi menjadi berprestasi
dan berhasil dalam pendidikan. Adapun keadaan siswa-siswi SMPN 1
Montong Gading dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Siswa-Siswi SMPN 1 Montong Gading
Berdasarkan Laporan Bulanan Tahun 2009/2010.
Kelas Rombel
Banyak Siswa/SiswiSeluruhnya
Banyak MutasiJml Akhir
SeluruhnyaL P Jml
Keluar MasukL P L P
I 6 113 131 244 - - - - 244II 6 96 135 231 - - - - 232III 6 105 108 213 - - - - 210
Jumlah 18 314 374 688 - - - - 686
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh siklus belajar
terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas
ekperimen dan kelas control. Untuk melihat pengaruh dari siklus belajar
26
terhadap prestasi siswa diberikan pre test dan post test kepada masing-masing
kelompok. Hanya saja pada kelas kontrol tidak diterapkan siklus belajar
sebagaimana diberikan pada kelas eksperimen. Sebelum dilakukan uji beda
perlu diketahui mengenai validitas dan reabilitas data yang digunakan. Untuk
mengetahui validitas data digunakan korelasi product moment sementara
reabilitas data diukur dengan menggunakan K-R.20. Hasil perhitungan
validitas dan reabilitas data dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Validitas Data
Nilai Signifikansi
Nilai r hitung r tabel Keputusan
Kelas Eksperimen
0,000 0,755 0,279 Valid
Kelas Kontrol
0,000 0,595 1,279 Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa data yang digunakan berada
pada tingkat signifikansi dan memiliki nilai r hitung yang lebih besar dari r
tabel sehingga data yang digunakan dapat dikatakan sebagai data yang valid.
Sementara itu, untuk menguji hasil perhitungan terhadap reabilitas data adalah
sebagai berikut:
Tabel 7Reablitas Data
Nilai r11 hitung
r tabel Keputusan
Kelas Eksperimen
Pre tes 0,341 0.275 Realibel
Post tes 0,328
Kelas Kontrol Pre tes 0,285 0,275 Realibel
Pos tes 0.329
27
Berdasarkan tabel di atas, reabilitas data yang digunakan berada pada
nilai yang masuk dalam kategori realibel. Hal ini terbukti dengan besarnya
nilai r11 yang melebihi nilai kritis yang ditetapkan oleh r table.
Adapun hasil perhitungan uji beda masing-masing kelompok dengan
menggunakan SPSS 16 adalah sebagai berikut:
Tabel 8Perbedaan Hasil Belajar Dilihat Dari Nilai Signifikansi Dan Nilai T Pada
Kelas Eksperimen Dan Kontrol Di SMP Montong Gading
Nilai
Signifikansi
Koefiesien
determinan
t
hitung
t tabel Keputusan
Kelas
Eksperimen
0,000 70% 9,177 1,688 Ho Ditolak
Ha diterima
Kelas Kontrol 0,000 46% 5,518 1,688 Ho Ditolak
Ha diterima
Dari hasil perhitungan pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi yang dimiliki kelas eksperimen lebih kecil dari 0,05. Adapun
ketentuan dalam pengambilan keputusan adalah Jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka Ho diterima, yaitu tidak ada perbedaan sebelum
dilakukan tes dan setelahnya. Sementara, jika nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka Ho ditolak berarti ada perbedaan setelah sebelum dilakukan tes dan
setelahnya. Dengan demikian karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
berarti Ho ditolak, yaitu ada perbedaan antara sebelum dilakukan tes dengan
setelahnya. Data yang ada menunjukkan nilai t sebesar 9.177, nilai ini lebih
besar dibandingkan dengan nilai t tabel, yaitu sebesar 1.688. Hal ini juga
28
menunjukkan ternyata t hitung juga menolak Ho yang berarti adanya
perbedaan antara pre tes dengan post test.
Besarnya peningkatan yang terjadi sebelum tes dan setelah diberikan
tes dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi, yaitu sebesar 84%.
Perhitungan untuk koefisien determinasi adalah dari rumus berikut:
r2 = (9.177) 2__ 36 + 9.1772
= 84.217329120.21733
= 0.70054233
Untuk kelas kontrol hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai
signifikansi adalah lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar 0,000. Hal ini berarti
bahwa Ho ditolak, yaitu ada perbedaan antara sebelum dilakukan tes dengan
setelahnya. Adapun perbandingan antara t tabel dengan t hitung diperoleh nilai
bahwa t tabel adalah 1.688, sementara nilai t hitung yang terdapat pada tabel
di atas adalah 5.518. Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara
sebelum dilakukan tes dan setelah.
Adapun besarnya sumbangan yang diberikan sebelum tes dan setelah
dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi, yaitu sebesar 64%.
Perhitungan untuk koefisien determinasi adalah dari rumus berikut:
29
r2 = (5.518) 2 36 + (5.518)2
= 30.44832466.448324
= 0.45822561
C. PEMBAHASAN
Inovasi dan pembaharuan perlu dilakukan guna meningkatkan prestasi
siswa, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model
pembelajaran baru yang lebih sesuai dengan keadaan sekarang dan lebih
menarik minat siswa dalam belajar. Proses pembelajaran bukan hanya
berorientasi pada kepada guru, namun lebih berorientasi kepada siswa. Siswa
bertanggungjawab sendiri atas proses belajarnya, sedangkan guru berperan
membantu dan memberikan motivasi ekstrinsik kepada peserta didik. Terlebih
setelah diberlakukannya KTSP yang merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh
siswa, penilaian kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Keberhasilan
implementasi KTSP akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tesrebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guna meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang lebih
inovatif dan bervariatif. Hasil uji coba terhadap penerapan model siklus
belajar di SMP Negeri Montong Gading menunjukkan adanya peningkatan
30
yang signifikan hasil belajar siswa sebelum diberikan metode tersebut dan
setelah diberikan. Hal ini terlihat dari besarnya sumbangan koefisien
determinasi yang diberikan yaitu sebesar sebesar 70%. Juga memperkuat
hipotesis yang sejak awal diajukan bahwa penerapan model “Siklus Belajar”
berpengaruh terhadap hasil belajar dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP
Negeri 01 Montong Gading Tahun Ajaran 2009-2010 pada materi pokok Peta.
Pada kelas yang tidak menggunakan metode siklus ini, yaitu kelas
kontrol ternyata juga terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 46%, namun
peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
dengan kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol ini dapat
disebabkan oleh kemampuan yang dimiliki oleh siswa atau pengetahuan yang
telah sebelumnya dimiliki oleh siswa dalam hal pelajaran mengenai peta.
Terlebih lagi pada kelas eksprimen merupakan kelas yang merupakan
subordinate dari kelas kontrol. Namun setelah diberikan model pembelajaran
yang berbeda, kemampuan kelas eksperimen hampir dapat menyamai kelas
control dalam pencapaian hasil belajar bahkan lebih. Hal ini menegaskan
bahwa penerapan metode pengajaran yang digunakan dapat dikatakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar yang diperoleh para
siswa. Sehingga penggunaan metode pengajaran yang bervariasi perlu
dikembangkan guna meningkatkan hasil belajar siswa.
31
BAB VPENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan model siklus
belajar terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan kelas eksperimen
dan kelas control di SMP Negeri 01 Montong Gading tahun ajaran 2009-
2010 pada materi pokok Peta dapat disimpulkan bahwa metode siklus
belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pre tes dan
post tes kelas eksperimen menunjukkan peningkatan hasil belajar sebesar 70
lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar yang diraih oleh kelas kontrol
yang sebesar 45 persen.
B. SARAN-SARAN
1. Diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai pengaruh penerapan Model
siklus belajar ini pada tahun yang berbeda dan bahan kajian yang berbeda.
2. Bagi peneliti yang berminat mengangkat masalah ini dalam penulisannya
diharapkan untuk melakukan pengembangan metode Model Siklus
Belajar.
3. Bagi guru di SMPN 1 Montong gading khususnya guru geografi,
diharapkan dapat mengaplikasikan metode Model Siklus Belajar sebagai
salah satu metode yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran, sehingga
dapat dicapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
32
33