SKRIPSI
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN
TAHUN 2018
FEBRIANI SYAFITRI P07524414017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D IV KEBIDANAN TAHUN 2018
SKRIPSI
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
FEBRIANI SYAFITRI P07524414017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D IV KEBIDANAN TAHUN 2018
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Medan, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Febriani Syafitri
NIM : P07524414017
Program Studi : D IV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul Pengaruh Relaksasi Nafas
Dalam Dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 13 Medan Tahun 2018.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatikan. mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Medan, Juli 2018 Yang Menyatakan
Febriani Syafitri
PERNYATAAN
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA
PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2018 Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2018
Febriani Syafitri P07524414017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN SKRIPSI, JULI 2018
Febriani Syafitri [email protected]
Pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan Tahun 2018
x + 58 halaman + 9 tabel + 5 gambar + 4 skema + 14 lampiran
ABSTRAK
Dismenore adalah nyeri perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung
yang disebabkan oleh peningkatan hormon prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi. Angka kejadian dismenore primer di Indonesia sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore menyebabkan terhambatnya pekerjaan pada sekitar 34-50% wanita dan 40% absen dari sekolah. Terapi menggunakan nonfarmakologis untuk menurunkan intensitas nyeri salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan relaksasi nafas dalam dan massage effleurage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang lebih besar antara relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental (Eksperimen Semu) dengan rancangan penelitian two group comparison pretest-posttest design. Populasi siswi SMA Negeri 13 Medan dengan sampel 40 orang menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji paired t-test.
Penurunan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam sebesar 4,70 skala nyeri sedangkan massage effleurage 4,25 skala nyeri. Hasil uji paired t-test p = 0,000 < α (0,05). Nilai korelasi relaksasi nafas dalam > Nilai korelasi massage effleurage.
Relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore dibandingkan massage effleurage. Bagi remaja putri yang mengalami dismenore, relaksasi nafas dalam atau massage effleurage dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri dismenore yang mereka alami.
Kata Kunci : Dismenore, Relaksasi Nafas Dalam, Massage Effleurage Bahan bacaan : 19 (2012-2017)
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY THESIS, JULY 2018
Febriani Syafitri [email protected] The Effect of deep breathing relaxation and massage effleurage to decrease the intensity of dysmenorrhea pain in adolescent girls in Senior High School 13 Medan 2018
x + 58 pages+ 9 table + 5 pictures + 4 schemes 14 attachments
ABSTRACT
Dysmenorrhea is lower abdominal pain, waist and even back caused by the
increase of hormone prostaglandin which makes the uterine muscles (uterus) contract. The incidence of primary dysmenorrhea in Indonesia is 54.89% while the rest are secondary type sufferers. Dysmenorrhea causes inhibition of occupation in approximately 34-50% of women and 40% absent from school. Non-pharmacological therapy to reduce pain intensity can be done by using breath relaxation in effleurage and massage. This study aims to determine the greater influence between deep breathing relaxation and massage effleurage to decrease the intensity of dysmenorrhea pain.
The type of research used in this study was Quasi Experimental (Quasi Experiment) with a two group comparison pretest-posttest design. The population is Students of Senior High School 13 of Medan with sample is 40 respondent using purposive sampling technique.
The mean decrease in pain intensity before and after deep breathing relaxation was 4.70 pain scale while massage effleurage 4.25 pain scale. The result of paired t-test p = 0,000 <α (0,05). Correlation value of deep breathing relaxation > Correlation value of massage effleurage.
Deep breathing relaxation is more effective in reducing the intensity of dysmenorrhea pain than effleurage massage. For teenagers who experience dysmenorrhea, deep breathing relaxation or effleurage massage can be used to reduce the intensity of dysmenorrhea pain.
Keywords : Dysmenorrhea, Deep Breathing Relaxation, Massage Effleurage Reference : 19 (2012-2017)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Relaksasi Nafas Dalam & Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 13 Medan Tahun 2018”, sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi
D IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Dalam penyusunan skiripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang tulus kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Medan.
2. Betty Mangkuji, SST,M.Keb Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
3. Melva Simatupang, SST,M.Kes selaku ketua prodi D IV Kebidanan periode
2014/2018 Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Yusniar Siregar, SST,M.Kes selaku ketua prodi D IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan periode selanjutnya.
5. Yulina Dwi Hastuty S.Kep,Ners.M.Biomed selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan
bersedia memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan skiripsi
ini.
6. Suswati,SST,M.Kes selaku pembimbing pendamping sekaligus penguji pertama
yang telah meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi
dan memberikan kritikan serta saran dalam penulisan skiripsi ini.
7. Eva Mahayani,SST,M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan kritikan
dan masukan dalam penulisan skiripsi ini.
8. Harryjun K Siregar, SST, FT, M.Fis selaku enumerator dalam penelitian ini yang
telah memberikan pelatihan, kritikan, masukan dan saran dalam penulisan skripsi
ini.
9. Kepala SMA Negeri 13 Medan selaku pimpinan SMA Negeri 13 Medan yang
telah mengizinkan untuk melakukan penelitian dan membimbing dalam
pembuatan skiripsi ini.
10. Adik-adik SMA Negeri 13 Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
11. Hormat dan kasih sayang yang besar ananda kepada kedua orang tua,
ayahanda tercinta dan ibunda tersayang yang telah membesarkan, membimbing
dan mengasuh penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang yang selalu
menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk penulis dan juga telah memberikan
dukungan moril dan material sehingga skiripsi ini dapat diselesaikan.
12. Keluarga besar Rachmat Avandy Laadi, SH, Rosa M A Laadi, S.Psi, Imam Ali
Akbar Laadi, S.Kom dan Ibunda Rosmala Dewi Zebua yang selalu membantu
dan mendukung penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
13. Teman satu bimbingan Yolanda Damaris,Str.Keb dan Rini Amalia Batubara,
STr.Keb, yang selalu mendukung, bekerja sama dan saling memotivasi selama
penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini.
14. Saudara Angkat terkasih dan tersayang (Precious Family) Kak Rumelia Lubina
Br Sembiring, SST,M.Keb, Kak Eka Safitri Pandia, Amd.Keb, Kak Insyirah
Sembiring, STr.Keb, Kak Pindi Seprilla, Amd.Keb, dan Fitria Amelia yang selalu
mendukung, memotivasi dan membantu penyusunan skripsi ini hingga selesai.
15. Khaira Ulma, Andita Sahasrani Fitri, Eva Nuningsih (Madifiva) yang selalu
mendukung dan memotivasi penulis selama penyusunan hingga penyelesaian
skripsi ini.
16. Sahabat penulis Natalia Girsang, Hafizah Nurwindayu, Sharfina Haslin, Ayu, Rika
Wita Sandi, Desy Simpan Hati, Kak Mairida Hasanah, Yolanda Riski dan Welan
Sari yang selalu mengingatkan dan memotivasi hingga penyelesaian skripsi ini.
17. Keluarga besar Babarsari Tante Lina, Kak Siska, Kak Ayu Febrina, Wilfa
Muslimah Sihaloho, Novita Yolanda Tambunan, Prawita Sila Oktavina, yang tak
pernah henti mengingatkan, mendukung, saling memotivasi dan saling
membantu dalam keadaan apapun hingga penulis dapat sampai ditahap ini dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
18. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes Medan
yang telah memberikan dorongan moril terhadap penulis dalam pembuatan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skiripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya skiripsi ini. Semoga
dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembacanya.
Medan, Agustus 2018
Febriani Syafiri
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK .......................................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................ viii DAFTAR SKEMA ............................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3 C. Tujuan ................................................................................................. 3
C.1. Tujuan Umum ............................................................................. 3 C.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 4
D. Manfaat .............................................................................................. 4 D.1. Teoritis ........................................................................................ 4 D.2. Praktis ......................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7 A. Tinjauan Teori .................................................................................... 7
A.1. Masa Pubertas ........................................................................... 7 A.2. Remaja ....................................................................................... 7 A.3. Menstruasi .................................................................................. 9 A.4. Dismenore .................................................................................. 10 A.5. Terapi Nafas Dalam (Deep Breathing Exercise) ....................... 17 A.6. Massage Effleurage ................................................................... 19 A.7. Konsep Nyeri .............................................................................. 24
B. Kerangka Teori ................................................................................... 33 C. Kerangka Konsep .............................................................................. 34 D. Definisi Operasional ........................................................................... 34 E. Hipotesis ............................................................................................. 36
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 37 A. Jenis Dan Desain Penelitian ............................................................. 37 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................ 38
B.1. Lokasi Penelitian (Lokus) .......................................................... 38 B.2. Waktu Penelitian ........................................................................ 38
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ...................................................... 38 C.1. Populasi ..................................................................................... 38 C.2. Sampel....................................................................................... 38
D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data .................................................. 39 E. Prosedur Penelitian ............................................................................ 41 F. Pengolahan Dan Analisis Data .......................................................... 42 F.1. Pengolahan Data ........................................................................ 42 F.2. Analisis Data ............................................................................... 43
Halaman
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 44 A. Hasil Penelitian ................................................................................. 44 B. Pembahasan ..................................................................................... 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 56 A. Kesimpulan ....................................................................................... 56 B. Saran ................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 58 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 5 Tabel 1.2 Perbedaan penelitian....................................................................... 6 Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ................................ 15 Tabel 2.4 Defenisi Operasional ....................................................................... 34 Tabel 4.1 Intensitas nyeri kelompok relaksasi nafas dalam ........................... 44 Tabel 4.2 Intensitas nyeri kelompok massage effleurage ............................... 45 Tabel 4.3 Perbedaan Intensitas nyeri relaksasi nafas dalam ......................... 46 Tabel 4.4 Perbedaan Intensitas nyeri massage effleurage ............................ 46 Tabel 4.5 Efektivitas relaksasi nafas dalam dan massage effleurage ............ 47
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Palm Stroking ........................................................................... 19 Gambar 2.2 Thumb Stroking ........................................................................ 19 Gambar 2.3 Finger Stroking ......................................................................... 19 Gambar 2.4 Skala Nyeri Muka ..................................................................... 31 Gambar 2.5 Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale) ...... 32
Halaman
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 33 Skema 2.2 Kerangka Konsep .................................................................. 34 Skema 3.1 DesainPenelitian .................................................................... 37 Skema 3.2 Prosedur Penelitian ............................................................... 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat permohonan Izin Penelitian Ke Dinas Pendidikan 2. Surat Balasan Dinas Pendidikan 3. Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 13 Medan 4. Etical Clearance 5. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 6. Informed Consent Menjadi Responden 7. Lembar Observasi (Pre Test) 8. Lembar Observasi (Post Test) 9. Prosedur Relaksasi Nafas Dalam 10. Prosedur Massage Effleurage 11. SOP Relaksasi Nafas Dalam 12. SOP Massage Effleurage 13. Hasil Uji Statistik 14. Lembar Konsultasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu
terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga
mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik,
mental, maupun peran sosial (Sari, 2013).
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh
dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Salah satu tanda seorang wanita
mulai memasuki masa pubertas adalah menstruasi, menstruasi adalah proses
peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh
darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang
masa menopause yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun (Sari,2013).
Menstruasi merupakan proses alamiah dan fisiologis pada seorang wanita.
Pada remaja awal, menstruasi kadang menimbulkan ketakutan dan
kekhawatiran, sebab ketika menstruasi datang biasanya disertai beberapa
keluhan salah satunya adalah nyeri haid (Dismenore). Dismenore didefinisikan
sebagai gejala kekambuhan atau dalam istilah medis disebut catmenial pelvic
pain, merupakan keadaan seorang perempuan mengalami nyeri saat menstruasi
yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian karena
nyeri yang dirasakannya. Kondisi inidapat berlangsung 2 hari atau lebih dari
lamanya hari menstruasi yang dialami setiap bulan (Afiyanti& Pratiwi, 2016).
Angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi. Studi di Iran 2015
mengatakan bahwa sekitar 29-90% wanita di dunia terkena dismenore setiap
menstruasi. Selain itu, pada statistik ditunjukkan 10-12% wanita menderita
dismenore primer. Dismenore menyebabkan terhambatnya pekerjaan pada
sekitar 34-50% wanita, 40% absen dari sekolah disebabkan oleh dismenore.
Menurut laporan tahunan di Amerika Serikat, dismenore menyebabkan hilangnya
sekitar 600 juta jam kerja atau dua juta dolar setiap tahunnya dan mengurangi
kualitas kinerja wanita (Khodakarami, Masoumi, et al, 2015).
Di India tahun 2013 insiden dismenore sekitar 33,5% pada remaja putri. Nag
George dan Bhaduri menemukan dismenore menjadi masalah umum di India
dengan prevalensi 87,87% (Shah, Monga, et al). Di Irak 2013, Prevalensi
dismenore di antara mahasiswa Universitas Hong Kong dilaporkan 80% (95% CI;
75, 85%). Studi yang dilakukan di Irak mengungkapkan bahwa frekuensi
dismenore diperkirakan 85,31%. (Chia, Lai, et al, 2013)
Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89% sedangkan
sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore menyebabkan 14% dari
pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-
hari. Prevalensi dismenore primer di Indonesia cukup tinggi yaitu 60-70 % dan
15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat, pada umumnya terjadi pada usia
remaja dan dewasa.
Wanita yang mengalami dismenore primer tidak dapat melakukan kegiatan
olah raga atau berkonsentrasi dalam belajar karena rasa nyeri yang mereka
rasakan begitu hebat, penurunan kualitas hidup ini juga dapat dirasakan oleh
wanita yang sudah bekerja karena nyeri haid yang hebat, aktifitas kerja jadi
terganggu sehingga tidak dapat melakukan tugas dengan maksimal. Masalah ini
biasanya tidak terdiagnosa dan tidak diberikan perawatan (Purwanti,2013).
Terapi menggunakan metode nonfarmakologis untuk menurunkan intensitas
nyeri salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan massage effleurage
dan teknik nafas dalam. Effleurage adalah bentuk masage dengan menggunakan
telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan
arah sirkular secara berulang. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi
darah, memberi tekanan dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan
relaksasi fisik dan mental. Effleurage merupakan teknik massage yang aman,
mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya,
tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan
orang lain (Tikamala, 2016).
Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik melakukan nafas dalam, nafas
lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan (Smeltzer &
Bare, 2002). Selain melakukan nafas dalam, klien diarahkan untuk
berkonsentrasi pada daerah yang mengalami ketegangan otot (Potter & Pery,
2005). Relaksasi secara umum sebagai metode yang paling efektif terutama
pada pasien yang mengalami nyeri. (Hapsari&Anasari,2013).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
relaksasi nafas dalam seperti Retno Wida Hapsari (2013) mendapatkan hasil
yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore. Sedangkan, Trie
Wahyu Agustina (2016) mendapatkan hasil bahwa massage effleurage juga
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore. Namun, belum diketahui manakah di antara kedua kedua terapi ini
yang memiliki pengaruh lebih besar dalam menurunkan intensitas nyeri
dismenore.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan berdasarkan
wawancara peneliti dengan guru piket di UKS di SMA Negeri 13 Medan
didapatkan keterangan bahwa sering kali siswi-siswi perempuan yang masuk ke
UKS disebabkan karena mengalami dismenore dan biasanya sering minta izin
pulang sebelum jam pulang sekolah dengan alasan mereka tidak sanggup
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Upaya penanganan dismenore yang
dilakukan oleh sebagian siswi adalah mengoleskan minyak kayu putih pada
daerah nyeri, tiduran, dan minum obat pengurang rasa sakit.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage
terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri
13 Medan tahun 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui bagaimanakah
pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan
intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan tahun
2018?
C. Tujuan C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage
effleurage terhadap penurunan skala nyeri dismenore terhadap remaja putri di
SMA Negeri 13 Medan.
C.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan
relaksasi nafas dalam pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.
b. Mengetahui intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan
massage effleurage pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.
c. Mengetahui perbedaan rata-rata intensitas nyeri dismenore sebelum
dan sesudah diberikan relaksasi nafas dalam pada remaja putri di SMA
Negeri 13 Medan.
d. Mengetahui perbedaan rata-rata intensitas nyeri dismenore sebelum
dan sesudah diberikan massage effleurage pada remaja putri di SMA
Negeri 13 Medan.
e. Mengetahui efektifitas pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage
effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja
putri di SMA Negeri 13 Medan.
D. Manfaat D.1. Teoritis
a. Institusi
Sebagai tambahan referensi tentang Pengaruh relaksasi nafas dalam
dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore
terhadap remaja putri di SMA Negeri 13 Medan untuk menambah
wawasan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Medan.
D.2. Praktis
a. Lahan praktek
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan masukan bagi guru piket UKS di SMA Negeri 13 Medan sehingga
siswi yang mengalami dismenore mendapatkan pelayanan khususnya
mengenai relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap
penurunan intensitas nyeri dismenore.
b. Remaja putri
Relaksasi nafas dalam dan massage effleurage yang diperoleh dari
penelitian ini diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri dismenore pada
remaja putri.
c. Peneliti Lain
Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang pelaksanaan pengaruh relaksasi nafas dalam dan
massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore
dengan jenis penelitian lain atau penambahan variabel penelitian yang
lebih lengkap dengan metode penelitian yang berbeda.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian
Nama, Tahun dan
Tempat Penelitian
Rancangan Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Trie Wahyu Agustina
1. Pre Eksperimen
2. Metode one group pretest-posttest
Bebas: Effleurage massage aromatherapy jasmine Terikat:
Penurunan skala intensitas dismenore
Hasil uji statistik menggunakanpaired t-test diperoleh asymp.sig (2-tailed) 0,000 <
0,05.
2. Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat terhadap penurunan intensitas
Retno Wida Hapsari & Tri Anasari
Quasi Eksperimental Design
Two group comparison pretest-
Bebas: Teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat Terikat:
Penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sebesar 2,400. Hasil uji
dismenore pada remaja putri di SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO
posttest design
Penurunan skala intensitas dismenore
paired t-test p=0,000 < α (0,05).
Tabel 1.2 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
Pembeda Trie Wahyu Agustina Retno Wida Hapsari
& Tri Anasari Febriani Syafitri
Judul Penelitian
Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat terhadap penurunan intensitas dismenore pada remaja putri di SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO
Pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage
terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore terhadap remaja putri di SMA Negeri13 Medan
Tahun, Tempat Penelitian
2016, Yogyakarta 2013, Purwokerto 2018, Medan
Rancangan Penelitian
Pre Eksperimen
Metode one group pretest-posttest
Quasi Eksperimental Design
Two group comparison pretest-posttest design
Quasi Eksperimental Design
Two group comparison pretest-posttest design
Variabel Penelitian
Variabel Bebas: Effleurage massage
aromatherapy jasmine
Variabel Terikat: Penurunan skala
intensitasdismenore
Variabel Bebas: Teknik relaksasi nafas dalam dan
metode pemberian cokelat
Variabel Terikat: Penurunan skala
intensitas dismenore
Variabel Bebas: Teknik relaksasi nafas dalam dan
Massage Effleurage
Variabel Terikat: Penurunan skala
intensitas dismenore
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori A.1. Masa Pubertas
Masa pubertas adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai dengan
perubahan-perubahan pada perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada
periode sebelumnya dalam rentang kehidupan manusia. Karakteristik pertama
dari masa pubertas adalah masa pubertas sebagai periode yang tumpang tindih,
dikarenakan terjadi tumpang tindih antara tahun terakhir kanak-kanak dengan
awal masa remaja. Selama masa pubertas, anak mulai matang secara seksual
anak dan lebih dikenal sebagai remaja muda.
Karakteristik kedua, masa pubertas adalah periode yang singkat, karena
hanya berlangsung selama 2-4 tahun.Selama ini pula banyak terjadi perubahan
dan berlangsung sangat cepat. Meskipun demikian, ternyata bagi sebagian
pubertas memerlukan waktu sekitar 3-4 tahun untuk menyelesaikan masa
peralihan menjadi orang dewasa, sehingga dianggap sebagai pubertas yang
lambat matang, dan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa anak
pubertas perempuan lebih cepat matang ketimbang pubertas laki-laki.
Karakteristik yang ketiga adalah masa pertumbuhan dan perubahan yang
cepat dikarenakan masa pubertas merupakan salah satu dari dua periode
rentang kehidupan manusia yang mengalami pertumbuhan sangat pesat,
terutama pada pertumbuhan fisik (Herri Zan Pitter, 2013).
A.2. Remaja A.2.1. Pengertian
Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah lain, seperti
puberteit, adolescene, dan youth. Remaja atau adolescene (Inggris), berasal dari
bahasa Latin “adolescene” yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga
kematangan social dan psikologi.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut peraturan menteri kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus
penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di
Dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah
penduduk dunia (WHO, 2014 dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
A.2.2. Batasan Usia Remaja
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak
berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari
masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan
usia remaja.
Dengan demikian dari segi program pelayanan, defenisi remaja yang
digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19
tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014)
A.2.3. Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur
Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut:
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a) Lebih dekat dengan teman sebaya.
b) Ingin bebas.
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
d) Mulai berpikir abstrak.
2. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)
a) Mencari identitas diri.
b) Timbul keinginan untuk berkencan.
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
e) Berkhayal tentang aktivitas seks.
3. Remaja akhir
a) Pengungkapan kebebasan diri.
b) Lebih efektif dalam mencari teman sebaya.
c) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri.
d) Dapat mewujudkan rasa cinta.
A.2.4. Perubahan fisik pada masa remaja
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh
dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas).Pada masa ini terjadi suatu
perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi
reproduksi.Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi
adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (Menarche). (Kumalasaridan
Andhyantoro,2013)
A.3. Menstruasi
Haid (Menstruasi) ialah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium
yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina.
Menstruasi merupakan perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa
alat kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya.Pangjang
siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya
haid yang baru.Hari mulainya perdaarahan dinamakan hari pertama siklus.
Panjang siklus haid yang dianggap normal biasanya 28 hari, tetapi variasinya
cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang
sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 – 35 hari.
(Haryono,2016)
A.4. Dismenore A.4.1. Defenisi
Dismenore (dysmenorrhea) adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid/menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan
yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun
panggul.Gangguan sekunder menstruasi yang paling dikeluhkan adalah nyeri
sebelum, saat atau sesudah menstruasi.Nyeri tersebut timbul akibat adanya
hormone prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi.Bila
nyerinya ringan dan masih dapat beraktivitas berarti masih wajar.Namun, bila
nyeri yang terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktivitas ataupun tidak
mampu melakukan aktivitas, maka termasuk pada gangguan.Nyeri dapat
dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.
Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional (wajar) yang
terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat penekanan pada
kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore akan menghilang atau
membaik seiring hari berikutnya menstruasi. Dismenore yang non fungsional
(abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang dirasakan terus menerus, baik
sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya.Kalau hal itu terjadi,
penyebab paling sering yang dicurigai adalah endometriosis atau kista ovarium.
A.4.2. Etiologi
Penyebab dismenore bermacam-macam, bisa karena penyakit (radang
panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, selaput dara atau vagina
tidak berlubang, stress atau cemas yang berlebihan. Penyebab lain dari
dismenore diduga terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada
hubungan dengan organ reproduksi.
A.4.3. Klasifikasi Dismenore
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya
kelainan atau sebab yang dapat diamati.
a. Dismenore berdasarkan jenis nyeri
- Dismenore Spasmodik
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah
perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.Dismenore
spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40
tahun ke atas.Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodic,
tidak dapat melakukan aktivitas.
Tanda dismenore spasmodic, antara lain:
1) Pingsan
2) Mual
3) Muntah
4) Dismenore spasmodic dapat dikurangi atau diobati dengan
melahirkan, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.
- Dismenore Kongesif
Dismenore kongesif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid
datang.Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang
dari 2 minggu.Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri.
Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongesif akan
merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongesif,
antara lain:
1) Pegal (pada bagian paha)
2) Sakit pada daerah payudara
3) Lelah
4) Mudah tersinggung
5) Kehilangan keseimbangan
6) Ceroboh
7) Gangguan tidur
b. Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab
- Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca
menarche (menstruasi yang pertama kali).Hal itu karena siklus
menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche biasanya
bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri.Rasa nyeri timbul sebelum
atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa
jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung sampai
beberapa hari.Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya
terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan
paha.Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala dan
diare.Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian
besar disebabkan oleh dismenore primer.
Beberapa faktor berikut ini memegang peranan penting sebagai
penyebab dismenore primer, antara lain:
1) Faktor kejiwaan
Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika tidak
mendapat penyuluhan yang baik tentang proses menstruasi, mudah
mengalami dismenore primer. Faktor ini bersama dismenore
merupakan kandidat terbesar insomnia. (Wiknjosastro, 1999)
2) Faktor konstitusi
Faktor ini erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap nyeri.Faktor-faktor ini adalah
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya. (Wiknjosastro, 1999)
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim)
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan dismenore
primer adalah stenosis kanalis servikalis.Sekarang hal tersebut tidak
lagi dianggap sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenore
primer, karena banyak perempuan menderita dismenore primer tanpa
stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi, begitu juga
sebaliknya.Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium
dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi
kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
4) Faktor endokrin
Umumnya ada gangguan bahwa kejang yan terjadi pada dismenore
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.Hal itu
disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi (fase
pramenstruasi) memproduksi prostaglandin F2 alfa yang
menyebabkan kontraksi otot polos.Jika jumlah prostaglandin F2 alfa
berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore,
dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea (mual), dan muntah
(Wiknjosastro, 1999).
- Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan congenital atau
kelainan organic di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri
yang timbul diakibatkan Karena adanya kelainan pelvis, misalnya
endometriosis, mioma uteri (tumor jinak kandungan), stenosis serviks dan
malposisi uterus. Dismenore yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu
gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, tetapi jarang
terjadi pada tahun-tahun pertama setelah menarche. Dismenore
merupakan nyeri bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi
uterus oleh progesterone yang dilepaskan saat pelepasan endometrium.
Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung dan paha,
seringkali disertai mual pada sebagian perempuan (Dr. Dito Anugrah,
Majalah Dokter Kita, Edisi 7-Thn II-Juli 2007)
A.4.4. Faktor Resiko Dismenore
Menurut Harlow (1996), faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan
dengan episode dismenorea yang berat (Severe episodes of dysmenorrheal):
1. Menstruasi pertama pada usia amat dini <11 tahun (earlier age at
menarche).
Pada usia<11 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer masih dalam
jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih sedikit juga.
2. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi
Kesiapan sendiri lebih banyak digabungkan dengan faktor
psikologis.Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat,
khususnya thalamus dan korteks.Derajat penderitaan yang dialami akibat
rangsang nyeri sendiri dapat tergantung pada latar belakang pendidikan
penderita.Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor psikologis sangat
berpengaruh.Nyeri dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan
psikologis penderita, seringkali setelah perkawinan dismenore hilang, dan
jarang menetap setelah melahirkan.Mungkin kedua keadaan tersebut
(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada
genitalia maupun perubahan psikis. (Sarwono 1999)
3. Periode menstruasi yang lama (long menstruasi periods)
Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid
yang setiap bulannya relative tetap yaitu selama 28 hari.Jika meleset pun,
perbedaan waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda, tetap pada kisaran
21 hingga 35 hari, dihitung dari hari pertama haid sampai bulan
berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar sampai bersih, antara 2-10
hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari belum dapat dikatakan
sebagai haid.Namun bila telah lebih dari 10 hari, dapat dikategorikan
sebagai gangguan.
4. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstruasi flow)
Jumlah darah haid biasanya sekitar 50 ml hingga 100 ml, atau tidak lebih
dari 5x ganti pembalut per harinya. Darah menstruasi yang dikeluarkan
seharusnya tidak mengandung bekuan darah, jika darah yang dikeluarkan
sangat banyak dan cepat enzim yang dilepaskan di endometriosis
mungkin tidak cukup atau terlalu lambat kerjanya.
5. Merokok (smoking)
Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat
bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early
menopause (lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil.Pada
wanita perokok terjadi pula peningkatan risiko munculnya kasus
kehamilan di luar kandungan dan keguguran.Sejauh ini terdapat kurang
lebih dua puluh penelitian yang memaparkan kaitan merokok dengan
infertilitas.Nikotin dalam rokok menyebabkan gangguan pematangan
ovum (sel telur). Selain itu, nikotin juga menyebabkan gangguan pada
proses pelepasan ovum dan memperlambat motilitas tuba, sehingga
resiko seorang wanita perokok untuk mengalami kehamilan di luar
kandungan menjadi sekitar 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan wanita
bukan perokok. Nikotin juga menyebabkan gangguan haid pada wanita
perokok, nikotin mempengaruhi metabolism estrogen. Sebagai salah satu
hormone yang bertugas mengatur proses haid, kadar estrogen harus
cukup dalam tubuh. Gangguan pada metabolismenya akan menyebabkan
haid tidak teratur. Bahkan dilaporkan bahwa wanita perokok akan
mengalami nyeri perut yang lebih berat saat haid. (Kisromantoro, 2009).
6. Riwayat keluarga yang positif (positive family history)
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetic.Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko
lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen
abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan
menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan sekresi estrogen dan progesterone yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesterone
dalam tubuh. (James, 2002)
7. Nuliparity (belum pernah melahirkan anak)
8. Kegemukan (obesity)
Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid
tidak teratur secara kronis.Hal ini mempengaruhi kesuburan, di samping
juga faktor hormonal yang ikut berpengaruh (Karyadi, 2009).Perubahan
hormonal atau perubahan pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat
timbunan lemak pada perempuan obesitas.Timbunan lemak memicu
pembuatan hormone, terutama estrogen.(Kadarusman, 2009).
Menurut FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa pembatasan
berat badan normal orang dewasa ditentukan nilai Body Mass Indexs
(BMI) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Masa
Tubuh (IMT).
Tabel 2.1 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat
berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat
ringan 17,0 – 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Obesitas
Kelebihan berat badan tingkat
ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27
9. Konsumsi alkohol
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konsumsi alcohol juga dapat
meningkatkan kadar estrogen yang efeknya dapat memicu lepasnya
prostaglandin (zat yang membuat otot-otot rahim berkontraksi).
A.4.5. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono (1999), penatalaksanaan yang dapat dilaksanakna
untuk pasien dismenore adalah:
1. Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan.Penjelasan dapat dilakukan
dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita.Nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang
cukup, dan olahraga dapat membantu.
2. Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan
sebagai terapi siptomatik.Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
keluhan.Obat analgesic yang sering diberikan adalah kombinasi aspirin,
fanasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara
lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.
3. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi.Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa ganggaun yang terjadi
benar-benar dismenore primer, atau jika diperlukan untuk membantu
penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan.Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
4. Terapi alternative
Terapi alternative dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung bawah.Mandi air hangat juga
bisa membantu. Terapi alternative lainnya dapat berupa olahraga,
relaksasi nafas dalam, massage dan lain-lain. (Judha, M, dkk, 2012)
A.5. Terapi Nafas Dalam (Deep Breathing Exercise) A.5.1. Pengertian
Terapi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa
nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.Relaksasi sempurna dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah
menghebatnya stimulus nyeri (D‟silva & Muninarayanappa, 2014 dalam Yusuf,
Ah, dkk, 2017).
A.5.2. Tujuan
Tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
paru, oksigenasi darah, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
A.5.3. Metode
Metode Terapi Nafas Dalam menurut priharjo (2004) adalah sebagai berikut:
1. Persiapan sebelum pelaksanaan:
a. Persiapan ruangan yang nyaman dan meminimalkan kebisingan dan
gangguan dengan menutup ruang UKS (ruangan yang digunakan dalam
melakukan intervensi).
b. Persiapan klien dengan meminta klien untuk berbaring atau duduk
sesuai dengan kenyamanan klien.
2. Langkah-langkah tindakan relaksasi nafas dalam:
1. Mencari posisi yang paling nyaman.
2. Rileks, bernapas normal dengan perlahan-lahan.
3. Kemudian dalam keadaan yakin hitung sampai 4, tarik napas pada
hitungan 1 dan 2, tahan 3-5 detik, keluarkan napas pada hitungan
3 dan 4.
4. Ulangi selama 3 kali, kemudian istirahat dengan bernapas dengan irama
normal kembali selama ± 5 detik.
5. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan.
6. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
7. Usahakan agar tetap konsenterasi atau mata sambil terpejam.
8. Pada saat konsenterasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
9. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
10. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap kali.
11. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara singkat dan
cepat.
(Yusuf,dkk, 2017)
A.5.3. Bukti-Bukti Penelitian
Dalam penelitian Retno Wida Hapsari dan Tri Anasari (2013) yang
membandingkan pengaruh relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat
terhadap penurunan intensitas dismenore pada remaja putri di SMK Swagaya 2
Purwokerto menunjukkan penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sebesar 2,400 sedangkan metode
pemberian cokelat sebesar 1,733. Hasil uji paired t-test p = 0,000 < α (0,05). Nilai
korelasi teknik relaksasi nafas dalam > nilai korelasi metode pemberian
cokelat.Teknik relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan skala
intensitas dismenore dibandingkan dengan metode pemberian cokelat (Hapsari,
W R dan Anasari, 2013).
A.6. Massage Effleurage A.6.1. Defenisi Massage
Massage dapat didefinisikan secara umum sebagai “metode perawatan
tubuh menggunakan teknik mengusap, memukul, meremas, memutar,
menggetar, dan menekan otot persendian guna meningkatkan peredaran darah
dan getah bening serta mengendurkan otot di daerah yang bersangkutan
(Sutanto dan Batihalim, 2015).
A.6.2. Teknik Massage
1. Stroking/effleurage
a. Palm Stroking – meluncur dengan telapak tangan
b. Thumb Stroking – meluncur dengan ibu jari tangan
c. Finger Stroking – meluncur dengan 4 jari tangan kecuali ibu jari
Lokasi : Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Mooryati Soedibyo
Lokasi : Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Mooryati Soedibyo
Lokasi : Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Mooryati Soedibyo
Gambar 2.1 PalmStroking
Gambar 2.2
Thumb Stroking
Gambar 2.3
Finger Stroking
2. Friction-Gerakan Memutar
3. Petrisage-Gerakan Mencubit
4. Pressure – Gerakan Menekan
5. Tapotement – Gerakan Menepuk
6. Hacking – Gerakan mencincang dengan sisi telapak tangan
7. Pummeling/ponding – gerakan menumbuk
A.6.3. Deskripsi Aplikasi Massage
Pelopor pijat terapi Gertrude Beard dan kecenderungan pijat terapi terkini,
mendeskripsikan aplikasi pemijatan sebagai berikut:
a. Kedalaman tekanan
Kedalaman tekanan dapat diberikan dengan ringan, sedang, dalam atau
bervariasi. Sebagian besar permukaan jaringan lunak pada tubuh terdiri dari
tiga sampai lima lapisan jaringan, termasuk kulit, fasia superfisial, lapisan
superfisial tengah, dan dalam pada otot, dan berbagai selaput fasia dan
struktur jaringan ikat. Tekanan harus diberikan melalui setiap lapisan secara
berturut-turut guna dapat mencapai lapisan-lapisan dalam tanpa merusak
dan menimbulkan gangguan atau ketidaknyamananpada jaringan superfisial.
Makin dalam tekanan yang diberikan, makin luas daerah kontak yang
diperlukan di permukaan badan. Jaringan yang tebal dan padat
membutuhkan tekanan yang lebih besar daripada jaringan lunak dan tipis.
Kedalaman tekanan juga diperlukan bagi pemeriksaan dan penanggulangan
disfungsi jaringan lunak.
b. Tarikan
Tarikan atau drag mendeskripsikan besarnya peregangan pada jaringan.
Tarikan dapat dilakukan untuk berbagai macam pemeriksaan palpasi untuk
disfungsi jaringan lunak, termasuk pemeriksaan tarikan kulit dan teknik
fungsional untuk mengidentifikasi area kemudahan (ease) diidentifikasi saat
jaringan bergerak dengan bebas, sedangkan keterbatasan (bind) adalah
keadaan jaringan yang diperiksa dalam keadaan saling menempel, kasar
atau tebal. Tarikan juga metode yang digunakan untuk mengatasi disfungsi
jaringan lunak dan saluran limfatik.
c. Arah
Arah pijat dapat bergerak sentrifugal yaitu dari pusat tubuh ke luar,
maupun sntripetal yaitu dari titik luar menuju pusat tubuh. Arah pijat juga
dapat bergerak mendekat, kemudian menjauh atau sebaliknya dari otot,
mengikuti serat-serat otot, melintang dari serat otot atau melingkari serat
otot. Arah pijat merupakan faktor bagi peregangan jaringan yang mengalami
disfungsi jaringan lunak dan mempengaruhi darah dan cairan limfatik.
d. Kecepatan
Kecepatan adalah laju pengaplikasian metode pemijatan yang dapat
cepat, lambat atau bervariasi tergantung kepada kebutuhan jaringan yang
sedang ditangani oleh kondisi klien. Pemijatan dapat cepat jika dibutuhkan
stimulasi, lebih lambat dan berirama jika digunakan untuk menenangkan.
e. Ritme
Ritme mengacu kepada keteraturan aplikasi teknik pemijatan. Metode
pijat yang diaplikasikan dengan selang waktu teratur tersebut disebut
beritme rata atau berirama, sedangkan yang diberikan dengan putus-putus
atau tidak teratur disebut beritme tidak rata atau tidak berirama. Ritme
tekanan yang diberikan pada titik picu untuk mendorong sirkulasi ke bagian
tertentu, harus teratur, seperti aplikasi pengaliran limfa. Sedangkan gerakan
mendorong dan menggoyangkan dapat berirama atau tidak berirama.
f. Frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah pengulangan penerapan suatu metoda
pijat dalam jangka waktu tertentu. Pada pemijatan aspek ini berhubungan
dengan seberapa sering suatu penanganan, seperti kompresi atau gerakan
luncur (Gliding) diberikan kepada klien, pada umumnya praktisi pijat
mengulang setiap metode tiga kali sebelum beralih ke metode lainnya.
Pengaplikasian yang pertama dapat dipandang sebagai pemeriksaan,
kedua sebagai perlakuan pengaplikasian dan ketiga sebagai pasca
pemijatan. Jika pada pasca penyembuhan masih terdapat indikasi disfungsi
yang belum tertangani maka frekuensi pijat perlu ditingkatkan untuk
mengulang aplikasi pasca pemijatan.
g. Durasi
Durasi adalah lama waktu pengaplikasian metode pijat atau lama waktu
terjadinya menipulasi pada lokasi yang sama. Pada umumnya durasi metode
tertentu berlangsung selama satu menit meskipun metode fungsional yang
menempatkan jaringan atau sendi pada kemudahan atau keterbatasannya,
dapat menjadi pengecualian dan tidak perlu dilakukan dalam waktu yang
panjang. Durasi berhubungan dengan seberapa lama kompresi diberikan
pada daerah jaringan lunak yang mengalami disfungsi atau seberapa lama
peregangan dilakukan.
Berikut adalah contoh yang memperlihatkan bagaimana beberapa contoh
yang memperlihatkan pemijatan yang digunakan untuk mempengaruhi faskia
superfisial menggunakan tekanan ringan dengan tarikan yang berkelanjutan
untuk menimbulkan tegangan, meregangkan jaringan hingga batas ujunhnya
ke berbagai arah dalam durasi satu menit dan diulang tiga kali. (Sutanto dan
Batihalim, 2015).
A.6.4. Massage Effleurage
Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan (Lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus) saat
memulai dan mengakhiri pijatan.Gerakan ini bertujuan untuk meratakan minyak
dan menghangatkan otot agar lebih rileks.Teknik ini menimbulkan efek
relaksasi.Karena efek relaksasi itulah, maka effleurage telah digunakan sejak
dahulu dalam dunia keperawatan untuk meningkatkan istirahat dan
relaksasi.Dalam menurunkan nyeri dismenore, effleurage dilakukan dengan
menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan (Putra, 2016).
Gate Control Theory dapat digunakan untuk pengukuran efektifitas cara
ini. Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri
ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut
sentuhan yang luas.Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi
sentuhan berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan
jumlah nyeri di rasakan dalam otak.Effleurage atau pijatan bada abdomen yang
teratur digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri saat dismenore. Begitu
pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan
pembentukan endorphine dalam sistem kontrol desenden. Massage dapat
membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot.
(Wahyuningsih,2014)
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan
prostaglandin F2 alpha (PGF2 alpha) (Kelompok persenyawaan mirip hormon
kuat yang terdiri dari asam lemak esensial.Prostaglandin F2 alpha merangsang
otot uterus dan mempengaruhi pembuluh darah) yang menyebabkan iskemia
uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi miometrium (otot
dinding rahim) dan vasokontriksi (Penyempitan pembuluh darah).Massage
effleurage dapat meredakan nyeri ini dengan cara menstimulasi kulit (Serabut
taktil) yang dapat menghambat sinyal nyeri dari area tubuh.Cara kerja dari teknik
effleurage sebagai penghambat nyeri yaitu mempengaruhi hipotalamus dan pintu
gerbang nyeri yang merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan endorphin
yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan enak (Danu atmaja, 2004).
Sedangkan menurut Potter dan Perry (2006) mengatakan bahwa stimulasi
kutaneus (kulit) mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih
besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C
dan deltaAberdiameter kecil. Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai
stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respons relaksasi. (Andria dan
Sudarti, dkk, 2016)
A.6.5. Metode
Metode massage effleurage menurut Suntanto dan Batihalim (2015)
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan sebelum pelaksanaan
a. Persiapan ruangan yang nyaman, terhindar dari kebisingan, bersih dan
tertutup.
b. Menyiapkan:
- 1 buah handuk kecil
- Lotion/baby oil
2. Langkah-langkah dalam melakukan massage effleurage adalah sebagai
berikut:
1. Mencuci tangan
2. Melakukan usapan pada kedua telapak tangan
3. Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen
4. Dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis pubis
5. Arahkan tangan kesamping perut
6. Kemudian ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicusdan kembali ke
perut bagian bawah diatas simpisis bentukpola gerakan seperti “kupu-
kupu”, lakukan gerakan 4 kali dalam hitungan 1-8, kemudian istirahat
sejenak dalam hitungan 1-4.
7. Ulangi gerakan selama 15 menit dan berikan lotion atau minyak/baby oil
jika dibutuhkan.
Intervensi diberikan selama 4 kali pengulangan, yaitu:
1. Sebelum haid : 1 kali sehari
2. Saat haid : 2 kali sehari (Pagi dan Sore hari)
3. Setelah haid : 1 kali sehari
A.6.6. Bukti-Bukti Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Trie Wahyu Agustina dan Suri
Salmiyati (2016) yang mengidentifikasi pengaruh pemberian effleurage massage
aromatherapy jasmine terhadap tingkat dismenore pada mahasiswi keperawatan
semester iv di universitas „aisyiyah yogyakarta menunjukkan hasil uji normalitas
Shapiro wilk Tingkat dismenore pada mahasiswi keperawatan semester IV di
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta memiliki selisih rata-rata sebelum dan setelah
diberikan effleurage massage aromatherapy jasmine yaitu 2,1. Hasil uji statistik
dengan menggunakan paired t-test, diperoleh asymp.sig (2-tailed) 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian effleurage
massage aromatherapy jasmine terhadap tingkat dismenore. (Agustina dan
Salmiyati, 2016)
A.7. Konsep Nyeri A.7.1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri
adalah alasan seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer
& Bare, 2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002), International Association for the
Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di
mana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005). Nyeri biasa terjadi karena adanya
rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung-ujung syaraf bebas
yang disebut nosireseptor. Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada
yang singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi
menjadi dua, yaitu nyeri kronis dan nyeri akut, beda diantara keduanya adalah:
- Nyeri akut
Sebagian besar, diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri
jaringan.Nyeri jenis ini biasanya datang tiba-tiba, sebagai contoh, setelah trauma
atau pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distress
emosional.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah
terjadi.Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya
penyembuhan.Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan. Penyebab
nyeri yang paling sering adalah tindakan diagnose dan pengobatan. Dalam
beberapa kejadian jarang menjadi kronis.
- Nyeri kronik
Nyeri kronik konstan dan intermitten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu.Nyeri kronik menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh lingkungan
dan faktor kejiwaan.Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama (lebih dari enam
bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap pengobatan.Nyeri
ini dapat dan sering mengakibatkan masalah yang berat bagi pasien.
A.7.2. Jenis-Jenis Nyeri
Price & Wilson (2005), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau
sumber, antara lain:
1) Nyeri somatik superficial (Kulit)
2) Nyeri somatik dalam
3) Nyeri visera
4) Nyeri alih
5) Nyeri neuropati
A.7.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Perry &
Potter (2005), antara lain:
1) Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan
diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan
lansia bereaksi terhadap nyeri.
2) Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon
terhadap nyeri.Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor
biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa
memperhatikan jenis kelamin.
3) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Menurut Clancy dan Vicar (Cit Perry & Potter, 2005), menyatakan
bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang.
Dengan demikian, hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis
opiate endogen dan sehingga terjadilah persepsi nyeri.
4) Makna nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini
juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu
tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda
apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan,
hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang melahirkan akan
mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan pasangannya.
Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien berhubungan
dengan makna nyeri.
5) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsenterasi klien pada
stimulus yang lain, ini termasuk nyeri pada kesadaran yang perifer.
Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat,
khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama waktu
pengalihan.
6) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan
anisietas. Price (Cit Perry, Potter 2005), melaporkan suatu bukti bahwa
stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbic dapat memproses
reaksi emosi seseorang, khususnya ansietas.Sistem limbik dapat
memproses reaksi emosi seseorang terhadap nyeri, yakni memperburuk
atau menghilangkan nyeri.
7) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkn kemampuan koping.Hal ini
dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita
penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur,
maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika mengalami suatu proses
periode tidur yang baik maka nyeri berkurang.
8) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri
tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan juga sebaliknya.
Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
9) Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat
merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.
10) Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang bermakna bagi pasien
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga
atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin
tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang yang member dukungan
sangat berguna karena membuat seseorang merasa lebih nyaman.
A.7.4. Tanda Dan Gejala Nyeri
Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon
psikologis berupa:
1) Suara
- Menangis
- Merintih
- Menarik/menghembuskan nafas
2) Ekspresi wajah
- Meringis
- Menggigit lidah, mengatupkan gigi
- Dahi berkerut
- Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
- Menggigit bibir
3) Pergerakan tubuh
- Kegelisahan
- Mondar-mandir
- Gerakan menggosok atau berirama
- Bergerak melindungi bagian tubuh
- Immobilisasi
- Otot tegang
4) Interaksi sosial
- Menghindari percakapan dan kontak sosial
- Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
- Disorientasi waktu
Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian dalam melakukan
penatalaksanaan nyeri dengan manajemen non farmakologis tidak begitu banyak
dilakukan.Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri ini
sifatnya sesaat, maka penggunaan yang tepat adalah menggunakan
distraksi/relaksasi cukup efektif.Terapi distraksi/relaksasi yang umum digunakan
adalah menarik nafas dalam yang diberikan atau dilakukan bersamaan dengan
munculnya rasa nyeri akibat dari suatu hal misalnya saat mengganti balutan.
Terapi lain yang juga dapat dilakukan adalah terapi sentuhan/counter
pressure yang dilakukan pada saat orang yang akan melahirkan timbul his.
Terapi ini cukup efektif, karena pada saat muncul his yang menyebabkan nyeri,
maka jarak spinal dan syaraf yang menghantar nyeri akan di blockade sehingga
tidak sampai ke pusat nyeri di otak. Keefektifan tindakan counter pressure
dibuktikan dengan pasien selalu meminta agar daerah lumbar di gosok-gosok
dan menurutnya teknik ini sangat efektif untuk mengurangi nyeri akibat his.
Tindakan lain yang juga sangat sederhana dan dapat mengurangi rasa
nyeri adalah mengurangi nyeri dengan kompres hangat. Terapi ini dapat
diberikan pada saat seseorang mengalami kolik renal.Untuk nyeri-nyeri kronik
yang sudah lama dan muncul secara terus menerus dan hebat, dapat digunakan
teknik mengaliri aliran listrik yang kecil atau bisa juga memberikan pancaran
panas dengan skala kecil dengan menerapkan terapi distraksi/relaksasi dan
ditambah dengan nafas dalam.
A.7.5. Pengkajian Terhadap Nyeri
Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara
lain:
a. Intensitas nyeri
Membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Missal, tidak nyeri, sedikit
nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, sangat nyeri atau dengan membuat skala nyeri
yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan
menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri sangat
hebat.
b. Karakteristik nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,
durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus,
hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas) dan kualitas
(nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau bahkan
seperti di gencet).Karakteristik nyeri dapat juga dilihat berdasarkan metode
PQRST, P Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time. Berikut ini
keterangan lengkapnya:
1. P : Provocate
Tenaga kesehatan harus mengkaji penyebab terjadinya nyeri pada penderita,
dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana yang
mengalami cedera termasuk menghubungkan antara nyeri yang diderita
dengan faktor psikologisnya, karena bisa terjadinya nyeru hebat karena dari
faktor psikologis bukan dari lukanya.
2. Q : Quality
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti
ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial atau bahkan seperti di
gencet.
3. R : Region
Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman.Untuk
melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan meminta
penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kea rah
nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang
dirasakan bersifat menyebar atau difuse.
4. S : Severe
Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan oleh
penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus
bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.
5. T : Time
Tenaga kessehatan mengkaji tentang frekuensi, durasi dan rangkaian
nyeri.Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama
menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri
Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan
tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya.Selain itu
adalah apa-apa yang dipercaya sifatnya psikologis pada penderita dapat
membantu mengatasi nyeri.
d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti sulit
tidur, tidak nafsu makan, sulit konsenterasi.Nyeri akut sering berkaitan dengan
ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri
Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri seperti
beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pengaruh terhadap peran dan
perubahan citra diri.
f. Mengkaji respon fisiologis dan perilaku terhadap nyeri
Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indicator nyeri yan lebih
akurat.Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan,
pucat dan berkeringat adalah indicator rangsanga saraf otonom dan bukan
nyeri.Respon perilaku terhadap nyeri dapat berupa menangis, merintih,
merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau menarik diri.
Respon lain dapat berupa mudah marah atau tersinggung.
A.7.6. Skala Atau Pengukuran Nyeri
Ada beberapa skala atau pengukuran nyeri, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana
2. Skala Intensitas Nyeri Numerik
3. Skala Nyeri “Muka”
Gambar 2.4
Skala Nyeri Muka
4. Skala Nyeri dengan “Observasi Perilaku”
5. Skala Peringkat Intensitas Nyeri
6. Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
Gambar 2.5
Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
(Judha, M, dkk, 2012)
Skema 2.1
Kerangka Teori
B. Kerangka Teori
(Sumber : Yusuf, Kebutuhan Spiritual, 2017)
Meningkatkan istirahat Dan relaksasi
Peningkatan Beta Endorphin
Menghambat pelepasan substansi P
Inhibitor nyeri serabut Beta - A
Pintu gerbang tertutup
Konsenterasi tubuh
dan fikiran
Aktivasi gelombang alfa di otak
Endorphin
Perasaan nyaman
(Comfort)
Memperbaiki energi pada organ reproduksi
Massage Effleurage
Siklus Menstruasi
Sekresi Prostaglandin pada Fase Lutheal
Menstruasi: Kontraksi uterus
Spasme & Hipoksia lapisan endometrium
DISMENORE Relaksasi Nafas dalam
Penurunan konsumsi O2,
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan
ketegangan otot
Penurunan Intensitas Nyeri
Gate Control
Theory
C. Kerangka Konsep
Variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen yaitu relaksasi nafas dalam dan massage effleurage
sedangkan variabel dependen adalah Intensitas nyeri dismenore.
D. Definisi Operasional
VARIABEL DEFENISI
OPERASIONAL CARA UKUR HASIL UKUR SKALA
Independen
Relaksasi Nafas dalam
Pemberian intervensi dengan cara melakukan relaksasi nafas dalam (menarik nafas yang dalam dari hidung dengan hitungan 1,2,3 kemudian tahan selama 3-5 detik lalu hembuskan melalui mulut secara perlahan) dan ulangi prosedur tersebut sampai 15 kali selama 15 menit.
Lembar observasi, wawancara
a. 1= 0-5 menit b. 2= 6-10menit c. 3= 11-15menit
Nominal
Variabel Dependen
Intensitas Nyeri Dismenore
Variabel Independen
Relaksasi nafas dalam
Massage Effleurage
Skema 2.2
Kerangka Konsep
Massage Effleurage
Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan pada abdomen (Lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus) di lakukan pada bagian segitiga mikel dengan perhitungan satu sampai delapan dan dilakukan secara berulang sampai 15 menit.
Lembar observasi, SOP, dan wawancara
a. 1= 0-5 menit b. 2= 6-10menit c. 3=11-15menit
Nominal
Dependen
Intensitas
nyeri
dismenore
Tingkat nyeri
yang dirasakan
remaja pada
saat dismenore
Dikaji dengan
Menggunakan
kuesioner,
Numeric
Rating Scale
(NRS), alat ini
menggunakan
warna dan
kode untuk
mempermudah
pemahaman
para remaja
putri yang
dismenore.
Dengan
gambar
rentang angka.
a. 0=
Tidak Nyeri
b. 1-3 Nyeri Ringan
c. 4-6 Nyeri Sedang
d. 7-10 Nyeri Berat
Ordinal
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah relaksasi nafas dalam lebih efektif
dibandingkan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperimental (Eksperimen Semu) dengan rancangan penelitian two group
comparison pretest-posttest design yaitu rancangan eksperimen dengan cara
sampel mengukur intensitas nyeri dismenore remaja putri sebelum dan setelah
dilakukan treatment (perlakuan) untuk mengidentifikasi pengaruh relaksasi nafas
dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore
pada remaja putri, sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Desain ini
digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
A1 : Kelompok remaja putri yang mengalami dismenore dengan intervensi
relaksasi nafas dalam
A2 : Kelompok remaja putri yang mengalami dismenore dengan intervensi
massage effleurage
O1 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan
relaksasi nafas dalam pada bulan pertama
O2 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan
massage effleurage pada bulan pertama
X1 : Treatment (Relaksasi nafas dalam)
X2 : Treatment (Massage effleurage)
O3 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore setelah dilakukan
relaksasi nafas dalam pada bulan kedua
A1
A2
O1
O2
X1
X2
O3
O4
O4 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore setelah dilakukan
massage effleurage pada bulan kedua
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian B.1. Lokasi Penelitian (Lokus)
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 13 Medan.
B.2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilakukan selama 10 minggu, mulai Februari sampai
dengan Mei 2018. Proses penelitian dari pembuatan proposal sampai
penyusunan laporan penelitian berlangsung mulai bulan November 2017 sampai
dengan Juli 2018.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian C.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putrid yang mengalami
dismenore di kelas X 1-4 IPA berjumlah 40 orang.
C.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling yaitu sample penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang
diinginkan peneliti. Dalam penelitian ini semua anggota populasi dijadikan
sebagai sampel penelitian. (Hidayat, 2012)
Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menentukan
criteria sampel yang meliputi criteria inklusi dan criteria eksklusi. Kriteria inklusi
merupakan criteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang
memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman
dalam menentukan criteria inklusi. Sedangkan criteria eksklusi merupakan
kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. (Hidayat, A, 2012)
Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:
a. Remaja perempuan pada usia remaja pertengahan.
b. Mengalami dismenore pada siklus menstruasi dalam 6 bulan terakhir.
c. Tidak menggunakan terapi farmakologis seperti analgesik ataupun NSAID‟s
selama tidak dilakukan penelitian.
d. Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.
e. Bersedia mengikuti prosedur penelitian.
f. Bersedia menjadi responden penelitian.
Kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah:
a. Memiliki penyakit ginekologis tertentu atau dismenore sekunder yang dapat
mempengaruhi menstruasi.
b. Tingkat nyeri sangat berat.
D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang diperoleh atau diambil langsung oleh peneliti terhadap responden
sebelum dan setelah diberikan intervensi relaksasasi nafas dalam dan massage
effleurage. Cara pengumpulan data berisi urutan prosedural penggunaan alat
penelitian. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Peneliti mengajukan permohonan melakukan penelitian di SMA Negeri 13
Medan. Kemudian, setelah izin penelitian diperoleh. Kemudian responden
diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Kemudian peneliti mempresentasikan materi dismenore dan relaksasi nafas
dalam serta massage effleurage kepada responden serta
mendemonstrasikan metode tersebut. Kemudian peneliti membagi
responden menjadi dua kelompok, yaitu kelompok relaksasi nafas dalam dan
kelompok massage effleurage. Kemudian, peneliti membuat perjanjian untuk
pengukuran intensitas nyeri dismenore sebelum dan setelah diberikan
intervensi sebagai hasil pengukuran.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti meminta izin untuk menyiapkan sebuah ruangan khusus untuk
pelaksanaan relaksasi nafas dalam dan massage effleurage kepada pihak
sekolah untuk penggunaan ruang UKS. Peneliti melakukan observasi
keadaan umum dan pengukuran intensitas nyeri pertama (Pretest) dengan
memperhatikan wajah responden untuk mengetahui tingkatan intensitas
nyeri berdasarkan lembar observsi gambar skala intensitas nyeri dan
hasilnya dituliskan dalam lembar observasi. Kemudian peneliti membimbing
responden melakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok nafas dalam,
dan massage effleurage pada kelompok massage effleurage dengan SOP
yang telah ditetapkan dengan durasi selama 15 menit. Kemudian peneliti
melakukan pengukuran intensitas nyeri (Post test) setelah melakukan
relaksasi nafas dalam dan massage effleurage dengan melihat ekspresi
wajah responden setelah melakukan intervensi berdasarkan gambar skala
intensitas nyeri dan hasilnya dituliskan dalam lembar observasi. Lembar
observasi dituliskan oleh peneliti dan di periksa kelengkapannya kemudian di
analisis. Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang ahli
fisioterapi sebagai enumerator. Pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti di bawah pengawasan dari ahli fisioterapi dimana peneliti diberikan
terlebih dahulu sebelum memberikan intervensi terhadap responden.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
Relaksasi nafas dalam Massage effleurage
Pengukuran intensitas nyeri (pretest) menggunakan lembar
observasi
Membimbing responden melakukan relaksasi nafas
dalam selama 15 menit
Pengukuran intensitas nyeri (posttest) menggunakan lembar observasi
Pengukuran intensitas nyeri (pretest) menggunakan
lembar observasi
Remaja putri yang dismenore
Membimbing responden melakukan massage
effleurage selama 15 menit
Membandingkan pengaruh kedua intervensi terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore
F. Pengolahan Dan Analisis Data F.1. Pengolahan Data
Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan
kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Editing
Peneliti memeriksa kembali lembar observasi dan data responden dan
melihat kelengkapan nya setelah data terkumpul.
2. Coding
Setelah dilakukan editing, tahap selanjutnya peneliti melakukan pengkodean
untuk mempermudah analisis data.
a. Intervensi
Kode 1 : Relaksasi Nafas Dalam
Kode 2 : Massage Effleurage
b. Waktu
Kode 1 : 0-5 Menit
Kode 2 : 6-10 Menit
Kode 3 : 11-15 Menit
3. Entri data
Setelah data dikumpulkan dan dilakukan pengkodean, data tersebut
dimasukkan ke dalam master tabel. Kemudian memasukkan data yang
terkumpul kedalam program pengolahan data melakukan analisis
menggunakan program statistik dengan komputer.
4. Cleaning (Pembersihan)
Setelah data di entri, selanjutnya peneliti memeriksa kembali seluruh proses
mulai dari pengkodean serta memastikan bahwa data yang diinput tidak
terdapat kesalahan sehingga analisis dilakukan dengan benar.
F.2. Analisis Data F.2.1. Analisis Univariat
Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-
masing variabel yang diteliti untuk data numeric dengan menghitung mean,
median, nilai minimal dan maksimal. Pengujian masing-masing variable dengan
menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.
Analisa deskripsi pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan
intensitas nyeri dismenore sebelum maupun sesudah intervensi.
F.2.2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan kedua variabel.
Pada penelitian ini, uji bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan intensitas
nyeri pada kelompok relaksasi nafas dalam dan kelompok massage effleurage.
Uji yang digunakan adalah uji paired t-test dengan nilai α = 0,05. Uji paired t-test
berfungsi untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok data yang
dependen (Syarifudin, 2010).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disampaikan hasil penelitian yang meliputi analisis
univariat dan analisis bivariat. Pada analisis univariat akan dipaparkan tabel
analisa deskripsi pada penelitian ini yang menjelaskan atau mendeskripsikan
intensitas nyeri dismenore sebelum maupun sesudah intervensi. Sedangkan
pada analisis bivariat akan ditampilkan hasil analisis perbandingan pengaruh
relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas
nyeri dismenore sebelum dan setelah dilakukan intervensi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 responden remaja putri
mengenai “Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Dan Massage Effleurage Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 13
Medan Tahun 2018” maka didapat hasil sebagai berikut.
A.1. Analisa Data Univariat A.1.1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Intervensi Relaksasi Nafas Dalam
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri pada relaksasi nafas
dalam dan massage effleurage sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi intensitas nyeri pada kelompok relaksasi nafas dalam
sebelum dan sesudah diberikan intervensi
Intensitas Nyeri
Dismenore
Pre Intervensi Post Intervensi
F % F %
Tidak Nyeri 0 0 7 35
Ringan 1 5 13 65
Sedang 16 80 0 0
Berat 3 15 0 0
Jumlah 20 100 20 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden, sebelum intervensi
mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 16 responden. Setelah
diberikan intervensi mayoritas responden mengalami penurunan tingkat nyeri
yaitu nyeri ringan sebanyak 13 responden.
A.1.2. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Diberikan Intervensi Massage Effleurage
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri pada massage effleurage
sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi intensitas nyeri pada kelompok massage eflleurage sebelum dan
sesudah diberikan intervensi
Intensitas Nyeri
Dismenore
Pre Intervensi Post Intervensi
F % F %
Tidak Nyeri 0 0 5 25
Ringan 1 5 15 75
Sedang 14 70 0 0
Berat 5 25 0 0
Jumlah 20 100 20 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden, sebelum intervensi
mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 14 responden. Setelah
diberikan intervensi mayoritas responden mengalami penurunan tingkat nyeri
yaitu nyeri ringan sebanyak 15 responden.
A.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian tentang
pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan
intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.
A.2.1. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas Dalam
Perbandingan rerata perubahan intensitas nyeri menurut tahap pengukuran
pada relaksasi nafas dalam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah
Intervensi Relaksasi Nafas Dalam
Mean Selisih Mean
Standar Deviasi
T Df P
Pre 5,60 4,70 1,261 16,671 19 0,000
Post 0,90
Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri
pada kelompok relaksasi nafas dalam sebelum dan sesudah intervensi diperoleh
t(df)= 16,672(19), Perbedaan M = 4,70, Perbedaan SD= 1,261 dan nilai
p = 0,000. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri
dismenore sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.
A.2.2. Perbedaan Rata-rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Massage Effleurage
Perbandingan rerata perubahan intensitas nyeri menurut tahap pengukuran
pada massage effleurage dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah
Intervensi Massage Effleurage
Mean Selisih Mean
Standar Deviasi
T Df P
Pre 5,40 4,25 1,333 14,261 19 0,000
Post 1,15
Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri
pada kelompok massage effleurage sebelum dan sesudah intervensi diperoleh
t(df)= 14,261(19), Perbedaan M = 4,25, Perbedaan SD= 1,333 dan nilai
p = 0,000. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri
dismenore sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi massage effleurage.
A.2.3. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore
Tabel 4.5 Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore
Intervensi t hitung T table Nilai korelasi
df P
Relaksasi Nafas Dalam
16,672 1,761 0,633 19 0,000
Massage Effleurage
14,261 1,761 0,578 19 0,000
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung relaksasi nafas dalam =
16,672 dan nilai p = 0,000 sedangkan nilai t hitung massage effleurage = 14,261
dan nilai p= 0,000. Nilai t hitung dari masing-masing intervensi > t tabel = 1,761,
begitu pula nilai p < nilai α = 0,05, yang berarti ada perbedaan yang signifikan
antara intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah intervensi pada dua
kelompok yaitu relaksasi nafas dalam dan massage effleurage.
Nilai t hitung relaksasi nafas dalam lebih besar dibandingkan dengan nilai t
hitung massage effleurage dan nilai kerelasi relaksasi nafas dalam = 0,633 lebih
besar dibandingkan dengan nilai korelasi massage effleurage = 0,578, yang
berarti relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore dibandingkan dengan massage effleurage.
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan pembahasan dan diskusi tentang hasil-hasil
penelitian dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau
teori-teori yang mendukung atau berlawanan dengan temuan baru. Pembahasan
diawali dengan intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan
intervensi relaksasi nafas dalam dan massage effleurage. Pada bagian
berikutnya dibahas tentang perbedaan rata-rata intensitas nyeri dismenore
sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam dan massage effleurage. Dan pada
bagian akhir bab dibahas tentang efektifitas pengaruh relaksasi nafas dalam dan
massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore.
B.1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage
B.1.1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi Nafas Dalam
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 40 sampel penelitian kemudian
membagi sampel menjadi 2 kelompok (1. 20 responden kelompok relaksasi
nafas dalam; 2. 20 responden kelompok massage effleurage). Skala intensitas
nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi relaksasi nafas dalam di SMA
Negeri 13 Medan menunjukkan bahwa dari 20 responden, sebelum intervensi
mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 16 responden, 3 responden
mengalami nyeri berat dan 1 responden mengalami nyeri ringan. Skala tersebut
menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan responden pada saat mengalami
dismenore adalah nyeri ringan sampai nyeri berat.
Gejala yang dialami responden pada saat menstruasi, sesuai dengan
pendapat Judha (2012) gejala yang dirasakan pada saat dismenore adalah nyeri
pada perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.Dismenore sangat
mengganggu aktivitas dan sering dikeluhkan pada sebelum, saat dan setelah
menstruasi.Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormone prostaglandin yang
membuat otot uterus (rahim) berkontraksi (Judha, dkk, 2012).
Setelah diberikan intervensi relaksasi nafas dalam terjadi penurunan
intensitas nyeri dari 16 responden yang mengalami nyeri sedang 10 diantaranya
menurun menjadi nyeri ringan dan 6 responden lainnya tidak mengalami nyeri
lagi. Kemudian dari 1 responden yang mengalami nyeri ringan setelah diberi
intervensi tidak mengalami nyeri lagi dan 3 responden yang mengalami nyeri
berat menurun menjadi nyeri ringan. Skala tersebut menunjukkan bahwa nyeri
yang dirasakan responden sesudah relaksasi nafas dalam adalah tidak nyeri dan
nyeri ringan.
Responden yang mengalami dismenore dituntut pada saat melakukan
relaksasi nafas dalam harus dalam keadaan rileks, posisi yang nyaman, tenang
dan tidak terdapat beban pikiran. Ulangi sampai 15 kali nafas dengan diselingi
istirahat singkat setiap 5 kali. Pada saat penelitian responden mengikuti arahan
dengan sangat baik sehingga dapat menurunkan nyeri dismenore yang sedang
dialami dengan baik pula.
B.1.2. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Massage Effleurage
Pada kelompok massage effleurage setelah diberikan intervensi terjadi
penurunan intensitas nyeri dari 14 responden yang mengalami nyeri sedang 10
responden diantaranya menurun menjadi nyeri ringan dan 4 responden lainnya
tidak mengalami nyeri lagi. Kemudian 1 responden yang mengalami nyeri ringan
setelah diberikan intervensi tidak megalami nyeri dan 5 responden yang
mengalami nyeri berat menurun menjadi nyeri ringan.
Massage effleurage dalam penelitian ini dilakukan selama 4 kali yaitu
sebelum, saat dan setelah menstruasi. Hal ini dilakukan berdasarkan teori dalam
Judha (2012) yang menyebutkan bahwa nyeri dismenore sering kali dikeluhkan
pada sebelum, saat dan setelah menstruasi. Kemudian peneliti juga
menggunakan media seuai dengan permintaan responden (Baby oil, minyak
zaitun atau lotion), hal ini dilakukan agar responden merasa nyaman dengan
tindakan atau intervensi yang diberikan oleh peneliti. Dalam penelitian ini
pengukuran dilakukan sekali yaitu pada saat menstruasi (Dismenore).
Setelah diberikan intervensi massage effleurage terjadi penurunan intensitas
nyeri dari 14 responden yang mengalami nyeri sedang 12 diantaranya menurun
menjadi nyeri ringan dan 2 responden lainnya tidak mengalami nyeri lagi.
Kemudian dari 1 responden yang mengalami nyeri ringan setelah diberi
intervensi tidak mengalami nyeri lagi dan 5 responden yang mengalami nyeri
berat menurun menjadi nyeri ringan dengan Mean= 0,90, nilai minimum = 0 dan
nilai maximum= 2. Skala tersebut menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan
responden sesudah relaksasi nafas dalam adalah tidak nyeri dan nyeri ringan.
B.2. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas Dalam
Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri
dismenore pada kelompok relaksasi nafas dalam sebelum dan sesudah diberi
intervensi diperoleh t(df) = 16,672(19), perbedaan Mean = 4,70 Perbedaan
SD = 1,261 dan nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi
nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dismenore secara signifikan
sehingga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vetty Priscilla, dkk (2012) dengan
judul penelitian Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan
Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja di SMA Negeri
3 Padang dengan jumlah jumlah responden 32 remaja putri yang dibagi menjadi
dua kelompok intervensi dan durasi relaksasi nafas dalam selama 20 menit
disebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara relaksasi
nafas dalam dan kompres hangat dalam menurunkan nyeri dismenore (Priscilla,
dkk, 2012).
Penelitian lain yang mendukung penelitian tentang pengaruh relaksasi nafas
dalam terhadap intensitas nyeri dismenore adalah penelitian yang dilakukan oleh
Retno Wida Hapsari dan Tri Anasari (2013). Dimana dalam penelitian tersebut
peneliti membandingkan relaksasi nafas dalam dengan pemberian coklat.
Penelitian tersebut dilakukan pada 15 responden yang mengalami dismenore
primer dengan metode relaksasi nafas dalam yang sama dengan penelitian ini.
Hasil akhir menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan intensitas
nyeri yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,000. Hasil akhir dalam
penelitian tersebut menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam lebih efektif
terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore dibandingkan dengan metode
pemberian cokelat (Hapsari dan Anasari T, 2013).
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini dimana skala
intensitas nyeri dismenore sebelum relaksasi nafas dalam di SMA Negeri
13 Medan tahun 2018 diperoleh skala intensitas nyeri dismenore sebelum
intervensi M= 5,60, SD= 1,603. Kemudian skala intensitas nyeri dismenore
sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam di SMA Negeri 13 Medan tahun 2018
diperoleh sklaa sesudah diberi intervensi M= 0,90, SD= 0,788. Hasil tersebut
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada rata-rata intensitas nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam atau dengan kata lain
secara signifikan bahwa relaksasi nafas dalam dapat menurunkan rata-rata
intensitas nyeri sebesar 4,70 (α<0,05).
Responden yang mengalami dismenore dianjurkan pada saat melakukan
relaksasi nafas dalam harus dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman,
tenang dan tidak terdapat beban pikiran. D‟silva dan Muninarayanappa (2014)
menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk
mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.Relaksasi
sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan
sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri (Yusuf, dkk, 2017).
Dismenore yang dialami responden sesaat sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam, keadaan responden tidak rileks dan pikiran responden
hanya tertuju pada nyeri tanpa melakukan relaksasi terhadap nyeri yang
dirasakan.Teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan oleh responden hanya
berfokus pada daerah yang mengalami nyeri atau ketegangan otot pada perut
bagian bawah dan merelaksasi perut bagian bawah yang mengalami nyeri atau
ketegangan otot sampai responden mencapai relaksasi penuh.
Kegiatan relaksasi nafas dalam menciptakan sensasi melepaskan
ketidaknyamanan dan stres. Secara bertahap, klien dapat merelaksasi otot tanpa
harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot tersebut. Saat klien mencapai
relaksasi penuh, maka otak akan mngaktivasi gelombang alfa di otak dan
merangsang hipotalamus mengeluarkan hormone endorphine sehingga
menimbulkan sehingga persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas terhadap
pengalaman nyeri menjadi minimal (Hapsari & Tri Anasari, 2013).
B.3. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Massage Effleurage
Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri
dismenore pada kelompok massage effleurage sebelum dan sesudah diberi
intervensi diperoleh t(df) = 14,261(19), perbedaan Mean = 4,25 Perbedaan
SD = 1,333 dan nilai p = 0,000. Nilai p value menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan dari sebelum (pretest) dilakukan massage effleurage dengan
setelah dilakukan tindakan (Dahlan, 2013 dalam Trie Wahyu Agustina, 2016).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa massage effleurage dapat menurunkan
intensitas nyeri dismenore secara signifikan sehingga menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
massage effleurage.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri
setelah pemberian massage effleurage. Salah satu hal yang dapat menurunkan
nyeri yaitu karena pemberian massage effleurage pada abdomen yang
menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Stimulasi
pada kulit dengan effleurage dapat menghasilkan pesan yang dikirim melalui
serabut A-α, yang mengakibatkan gerbang tertutup sehingga korteks serebri
tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas nyeri berubah karena serabut ini dapat
menghantarkan nyeri secara cepat, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Hapsari & Anasari T (2013).
Penelitian lain yang mendukung penelitian tentang pengaruh relaksasi
nafas dalam terhadap intensitas nyeri dismenore adalah penelitian yang
dilakukan oleh Agustina (2016). Dimana dalam penelitian tersebut peneliti
memberikan intervensi massage effleurage dengan aromatherapy jasmine.
Penelitian tersebut dilakukan pada 20 responden yang mengalami dismenore
primer tanpa kelompok pembanding, dalam pengukuran pre test post test
dilakukan 2 kali yaitu ada pemijatan pertama dan pemijatan ke dua. Hasil akhir
menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan intensitas nyeri yang
signifikan dengan nilai signifikansi p=0,000. Hasil akhir dalam penelitian tersebut
menyebutkan bahwa terdapat pengaruh massage effleurage terhadap penurunan
intensitas nyeri dismenore.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian Wardina S Abunawas (2017)
dengan judul penelitian Perbedaan Pengaruh Stretching dan Massage Effleurage
Terhadap Penurunan Nyeri Haid Pada Mahasiswi Fisioterapi DI UNISA
Yogyakarta dengan jumlah responden 22 mahasiswi yang dibagi menjadi dua
kelompok intervensi menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pemberian stretching dan massage effleurage terhadap penurunan
nyeri haid (Abunawas, Dian W S, 2017).
Mekanisme penghambatan nyeri dengan massage effleurage berdasarkan
pada konsep Gate Control Theory. Berdasarkan teori tersebut stimulus serabut
taktil kulit dapat menghambat sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area
lainnya. Stimulasi serabut taktil kulit dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
yaitu massage, rubbing, usapan, fibrasi dan obat olesanan algesik
(Wahyuningsih, 2014).
Massage effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah,
memberi tekanan, menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi
fisik dan mental. Massage effleurage merupakan teknik masase yang aman,
mudah, tidak perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping
dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Stimulasi taktil
dengan massage effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat
serabut saraf yang lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A Delta akan menutup
gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak menerima pesan nyeri karena sudah
diblokir oleh Counter stimulasi dengan massage effleurage sehingga persepsi
nyeri berubah, karena serabut di permukaan kulit (Cutaneus) sebagian besar
adalah serabut saraf yang berdiameter luas. Massage ini juga memfasilitasi
distraksi dan menurunkan transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen
sehingga mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik
relaksasi, massage effleurage mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan
sirkulasi area yang sakit serta mencegah terjadinya hipoksia (Wahyuningsih,
2014).
B.4. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami
penurunan intensitas nyeri setelah diberikan intervensi baik relaksasi nafas
dalam maupun massage effleurage. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
durasi intervensi selama 15 menit, pada menit ke 15 seluruh responden
mengatakan sudah merasa lebih baik dan rasa nyeri hilang. Penurunan nyeri
pada masing-masing responden berada pada durasi dan tingkat nyeri yang
berbeda-beda.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai t hitung relaksasi nafas dalam
yaitu 16,672 dan nilai p = 0,000 sedangkan nilai t hitung massage effleurage
yaitu 14,261 dan nilai p = 0,000. Nilai t hitung dari masing-masing
intervensi > t tabel = 1,761, begitu pula nilai p < nilai α = 0,05, yang berarti ada
perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri dismenore sebelum dan
sesudah intervensi pada dua kelompok yaitu relaksasi nafas dalam dan massage
effleurage.
Nilai t hitung relaksasi nafas dalam lebih besar dibandingkan dengan nilai t
hitung massage effleurage dan nilai kerelasi relaksasi nafas dalam = 0,633 lebih
besar dibandingkan dengan nilai korelasi massage effleurage = 0,578, yang
berarti relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore dibandingkan dengan massage effleurage.
Nilai korelasi relaksasi nafas dalam adalah 0,633 menunjukkan bahwa
korelasi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore
sangat kuat. Teknik relaksasi nafas dalam berupaya agar responden fokus pada
daerah yang mengalami nyeri atau ketegangan otot pada perut bagian bawah
sehingga daerah yang mengalami nyeri akan berkurang, sementara nlai korelasi
massage effleurage adalah 0,578 menunjukan bahwa korelasi massage
effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore sedang.
Efek yang ditimbulkan dari kedua perlakuan sebenarnya tergantunng dari
sifat nyeri, kenyamanan dan lingkungan responden saat melakukan kedua
intervensi untuk menurunkan nyeri. Nyeri yang dialami responden sangat
subjektif, tidak bisa dirasakan oleh orang lain dan hanya responden yang dapat
menjelaskan bagaimana keadaan nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai pendapat
Judha (2012) sifat nyeri sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada analisis hasil dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan tentang penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di
SMA Negeri 13 Medan sebagai berikut:
1. Skala intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam
adalah M = 5,60. SD= 1,603, nilai minimum = 3 dan nilai maksimum = 10.
2. Skala intensitas nyeri dismenore sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam
adalah M = 0,90. SD= 0,788, nilai minimum = 0 dan nilai maksimum = 2.
3. Skala intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan massage effleurage
adalah M = 5,40. SD= 1,603, nilai minimum = 3 dan nilai maksimum = 8.
4. Skala intensitas nyeri dismenore sesudah dilakukan massage effleurage
adalah M = 0,90. SD= 0,671, nilai minimum = 0 dan nilai maksimum = 2.
5. Ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri dismenore
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam dengan nilai
p=0,000.
6. Ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri dismenore
sebelum dan sesudah dilakukan massage effleurage dengan nilai p=0,000.
7. Relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore dibandingkan massage effleurage.
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Lahan praktek (SMA Negeri 13 Medan)
a. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat di aplikasikan oleh
guru piket UKS di SMA Negeri 13 Medan sehingga siswi yang
mengalami dismenore mendapatkan pelayanan khususnya mengenai
relaksasi nafas dalam dan massage effleurage sehingga dapat
mengurangi nyeri dismenore yang dialami.
b. Untuk organisasi Dokter Remaja semoga dapat mensosialisasikan
relaksasi nafas dalam dan massage effleurage kepada seluruh remaja
putri di SMA Negeri 13 Medan sehingga kedua intervensi ini dapat
dilketahui oleh para remaja putri tersebut.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis, sehingga dapat
dijadikan sumber referensi dalam memberikan asuhan pada pasien
dismenore. Dan bagi institusi pendidikan agar selalu meningkatkan
penelitian-penelitian di bidang kesehatan.
3. Bagi responden penelitian
Sesuai yang telah disampaikan dalam penelitian bahwa dismenore
sifatnya fisiologis, semoga dengan telah dilaksanakannya penelitian ini
responden dapat mengaplikasikan dan membagi ilmu yang didapat pada
remaja yang lain agar dapat menanggapi dismenore dengan rileks dan
terapi nonfarmakologis.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
desain true experiment dengan menggunakan durasi intervensi yang
berbeda dan pengukuran berulang.
DAFTAR PUSTAKA
Abunawas, Dian W S.2017. Perbedaan Pengaruh Stretching dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Nyeri Haid Pada Mahasiswi Fisioterapi DI UNISA Yogyakarta. Program Studi Fisioterapi S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah. Yogyakarta
Afiyanti, Y dan Pratiwi, A.2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Agustina, T W.2016. Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah. Yogyakarta
Chia, C F and JHY, Lai,et al.2013. Dysmenorrhoea among Hong Kong university students: prevalence, impact, and management.Medical Journal 3(19)
Hapsari, R W dan Anasari, T.2013. Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Metode Pemberian Cokelat Terhadap Penurunan Intensitas Dismenore Pada Remaja Putri Di Smk Swagaya 2 Purwokerto. Jurnal Involusi Kebidanan 3(5):26-38
Haryono, R.2016. Siap Menghadapi Menstruasi & Menopause. Gosyen Publishing. Yogyakarta
Hidayat, A A.2012. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta Selatan
Judha, M, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika. Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Juni. Jakarta
selatan
Khodakarami, B and Masoumi, SZ,et al. 2015. The Severity of Dysmenorrhea and its Relationship with Body Mass Index among Female Adolescents. Journal Of Midwifery And Reproductive Health 3(4):444-450
Kumalasari, I dan Andhyantoro, I. 2013. Kesehatan Reproduksi. Salemba Medika. Jakarta
Pitter, H Z dan Lubis, N L.2013. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Kencana. Jakarta
Priscilla, dkk.2012. Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang. Ners Jurnal Keperawatan 8(2):187-195
Putra, RS. 2016. Cara Mudah Melahirkan dengan Hypnobirthing. Laksana. Jakarta
Shah, M and Monga, A,et al. 2013. A study of prevalence of primary dysmenorrhea in young students-A cross-sectional study. Health Line (4):30-34
Sutanto, K dan Batihalim, L.2015. SPA.Kompas Gramedia.Jakarta
Tikamala, D.2016. Teknik Effleurage Massage Untuk Mengurangi Nyeri Kontraksi Uterus Pada Ny F Umur 27 Tahun Di Bpm Ajijah Bulus pesantren Kebumen. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah. Gombong
Wahyuningsih, M.2014. Efektivitas Aromaterapi Lavender (Lavandola Angustifolia) dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida di BPS Utami dan Ruang Ponek RSUD Karanganyar. Skripsi. Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada. Surakarta
Yusuf, Ah, dkk. 2017. Kebutuhan Spiritual. Mitra Wacana Media. Jakarta
Lampiran 5
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE EFFLEURAGE
TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE
PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN
TAHUN 2018
Oleh : Febriani Syafitri
Nim : P07524414017
Saya adalah mahasiswi Prodi D IV Kebidan Medan Poltekkes Kemenkes
RI Medan. Ingin melakukan penelitian di SMA Negeri 13 Medan dengan tujuan
untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam & Massage Effleurage
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri. Penelitian
ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Prodi D IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Saya mengharapkan kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden
penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika adik-adik bersedia untuk
mengizinkan menjadi responden silahkan adik-adik menandatangani formulir
persetujuan ini.
Medan, 2018
No. responden :
Tanda tangan :
Lampiran 6
INFORMED CONSENT MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
No. Responden :
Umur :
Kelas :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden Skripsi sebagai tugas
akhir mahasiswa Prodi D IV Kebidanan Medan dengan senang hati dan sukarela
menerima intervensi Relaksasi Nafas Dalam / Massage Effleurage yang
dilakukan mahasiswa
Nama : Febriani Syafitri
Nim : P07524414017
Semester/Tahun Akademik : VII/2017-2018
Medan,
( )
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE EFFLEURAGE
TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA
REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2017
(PRE TEST)
Kelompok: No. Responden:
A. Karakteristik Responden
Petunjuk pengisian :
Isilah titik dan tanda (√) pada pilihan di bawah ini sesuai dengan
jawaban Anda.
1. Inisial Responden :
2. Umur Responden (tahun)
15-16
16-17
17-18
> 18
B. Skala Pengukuran Intensitas Nyeri Sebelum Tindakan
Petunjuk Pengisian:
Pada skala nyeri di bawah ini, tulis angka yang merupakan angka
yang mewakili rasa nyeri yang responden rasakan saat ini.
Skala nyeri responden :
Relaksasi Nafas Dalam
Massage Effleurage
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE
EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI
DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN
TAHUN 2017
(POST TEST)
Kelompok: No. Responden:
A. Karakteristik Responden
Petunjuk pengisian :
Isilah titik dan tanda (√) pada pilihan di bawah ini sesuai dengan
jawaban Anda.
3. Inisial Responden :
4. Umur Responden (tahun)
15-16 17-18
16-17 > 18
B. Skala Pengukuran Intensitas Nyeri Setelah Tindakan
Petunjuk Pengisian:
Pada skala nyeri numerik di bawah ini, tulis angka yang
merupakan angka yang mewakili rasa nyeri yang responden rasakan
saat ini.
Skala nyeri responden :
Relaksasi Nafas Dalam
Massage Effleurage
Lampiran 9
PROSEDUR RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI
DI SMA NEGERI 13 MEDAN
Beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai!
Ya : Jika kegiatan dilakukan sesuai dengan prosedur
Tidak : Jika kegiatan tidak dilaksanankan
Responden :
Tanggal :
Observer :
Lembar Check List Relaksasi Nafas Dalam pada remaja putri dengan
dismenore (Diambil dari Ah. Yusuf, 2017)
No
TINDAKAN TEKNIK Relaksasi Nafas Dalam
Ya Tidak
1.
Persiapan sebelum pelaksanaan: a. Persiapan ruangan yang nyaman dan meminimalkan
kebisingan dan gangguan dengan menutup ruang UKS (ruangan yang digunakan dalam melakukan intervensi).
b. Persiapan klien dengan meminta klien untuk berbaring atau duduk sesuai dengan kenyamanan klien.
2. Mencari posisi yang paling nyaman.
3. Rileks, bernapas normal dengan perlahan-lahan.
4. Kemudian dalam keadaan yakin hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, tahan 3-5 detik, keluarkan napas pada hitungan 3 dan 4.
5. Ulangi selama 3 kali, kemudian istirahat dengan bernapas dengan irama normal kembali selama ± 5 detik.
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan.
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
8. Usahakan agar tetap konsenterasi atau mata sambil terpejam
9. Pada saat konsenterasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap kali.
12 Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara singkat dan cepat.
Nb: Intervensi dilakukan dalam waktu 15 menit. Tuliskan menit ke berapa mengalami
pengurangan rasa nyeri.
Lampiran 10
PROSEDUR MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13
MEDAN
Beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai!
Ya : Jika kegiatan dilakukan sesuai dengan prosedur
Tidak : Jika kegiatan tidak dilaksanankan
Responden :
Tanggal :
Observer :
Enumerator : Harryjun K Siregar, SST, FT, M.Fis
Lembar Check List Teknik Massage Effleurage pada remaja putri dengan
dismenore (Diambil dari Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009)
No TINDAKAN TEKNIK
MASSAGE EFFLEURAGE Ya Tidak
1 Mencuci tangan
2 Menuangkan minyak ke wadah
3 Bebaskan daerah abdomen dari pakaian
4 Ambil minyak, ratakan pada kedua telapak tangan
5 Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen
6 Dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis pubis
7 Arahkan tangan kesamping perut
8 Kemudian ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus
dan kembali ke perut bagian bawah diatas simpisis bentuk
pola gerakan seperti “kupu-kupu”, lakukan gerakan 4 kali
dalam hitungan 1-8, kemudian istirahat sejenak dalam
hitungan 1-4.
9 Ulangi gerakan selama 15 menit
10 Ambil handuk kecil, bersihkan bagian abdomen dan tutup
kembali pakaian klien
Nb: Intervensi dilakukan dalam waktu 15 menit. Tuliskan menit ke berapa
mengalami pengurangan rasa nyeri
JUDUL SOP:
RELAKSASI NAFAS DALAM
1. PENGERTIAN Relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.
2. TUJUAN 1. Menurunkan ketegangan otot. 2. Meningkatkan ventilasi paru. 3. Oksigenasi darah. 4. Menurunkan intensitas nyeri. 5. Menurunkan tingkat kecemasan
3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan pre menstrual syndrome. (3-5 hari sebelum menstruasi)
2. Klien dengan nyeri dismenore primer.
3. Klien setelah mestruasi. (2-3 hari setelah menstruasi)
4. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri dan identifikasi klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan 4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik 5. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman
5. PERSIAPAN ALAT 1. Timer 2. Lembar Observasi
6. PERSIAPAN SEBELUM PELAKSANAAN
1. Persiapan ruangan yang nyaman dan meminimalkan kebisingan dan gangguan dengan menutup ruangan.
7. CARA KERJA PROSEDUR 1. Jelaskan prosedur pada klien. 2. Atur posisi klien (boleh berbaring/duduk) 3. Ciptakan lingkungan yang tenang. 4. Usahakan tetap rileks dan tenang, bernafas
normal dengan perlahan-lahan. 5. Kemudian dalam keadaan yakin hitung
sampai 4, tarik nafas pada hitungan 1 dan 2, tahan 3-5 detik, keluarkan nafas pada
Lampiran 11 SOP Relaksasi Nafas Dalam
hitungan 3 dan 4. 6. Ulangi selama 3 kali, kemudian istirahat
dengan bernafas dengan irama normal kembali selama ± 5 detik.
7. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan.
8. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks. 9. Usahakan agar tetap konsenterasi atau mata
sambil terpejam. 10. Pada saat konsenterasi pusatkan pada
daerah yang nyeri. 11. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga
nyeri terasa berkurang. 12. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi
istirahat singkat setiap 3 kali. 13. Ulangi prosedur selama 15 menit. 14. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat
bernafas secara singkat dan cepat.
8. EVALUASI 1. Evaluasi hasil yang dicapai (penurunan skala
nyeri)
2. Beri reinforcement positif pada klien.
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Lampiran 12 SOP Massage Effleurage
6. PERSIAPAN ALAT 1. Baby oil 2. Tisu 3. Handuk kecil
7. CARA KERJA Prosedur
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.
JUDUL SOP: MASSAGE EFFLEURAGE
1. PENGERTIAN Massage effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan (Lembut, Lambat dan panjang atau tidak putus-putus) teknik pijatan yang dilakukan untuk membantu mempercepat proses pemulihan nyeri dengan menggunakan sentuhan tangan pada abdomen klien untuk menimbulkan efek relaksasi.
2. TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah. 2. Menurunkan respon nyeri dismenore. 3. Menurunkan ketegangan otot.
3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan pre menstrual syndrome. (3-5 hari sebelum menstruasi)
2. Klien dengan nyeri dismenore primer.
3. Klien setelah mestruasi. (2-3 hari setelah menstruasi)
4. KONTRA INDIKASI
1. Luka pada daerah yang akan dimassage. 2. Gangguan atau penyakit kulit. 3. Jangan melakukan pemijatan langsung pada
daerah tumor. 4. Jangan melakukan massage pada daerah yang
sedang lebam. 5. Jangan melakukan massage pada daerah yang
sedang inflamasi. 6. Hati-hati saat melakukan massage pada daerah
yang mengalami gangguan sensasi seperti penurunan sensasi maupun hiperanastesia (Tappan & Benjamin, 2014)
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri dan identifikasi klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan 4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik 5. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman
2. Bebaskan bagian abdomen dari pakaian klien. 3. Mencuci tangan. 4. Menuangkan minyak wadah. 5. Ambil minyak, ratakan pada kedua telapak tangan. 6. Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen. 7. Dimulai dari abdomen bagian bawah di atas simfisis
pubis. 8. Arahkan tangan ke samping perut. 9. Kemudian ke fundus uteri kemudian turun ke
umbilikus dan kembali ke perut bagian bawah diatas simpisis bentuk pola gerakan seperti “kupu-kupu”, lakukan gerakan 4 kali dalam hitungan 1-8, kemudian istirahat sejenak dalam hitungan 1-4.
10. Ulangi gerakan selama 15 menit. 11. Ambil handuk kecil, bersihkan bagian abdomen dan
tutup kembali pakaian klien. 12. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai. 13. Bereskan alat-alat yang telah digunakan. 14. Cuci tangan.
8. EVALUASI 4. Evaluasi hasil yang dicapai (penurunan skala nyeri)
5. Beri reinforcement positif pada klien. 6. Mengakhiri pertemuan dengan baik