Skripsi PTK Bab I - III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan yang sudah dimainkan
sejak lama di berbagai Negara, meskipun menggunakan istilah yang berbeda.
Semua permainan itu memiliki tujuan yang sama, yaitu permainan yang dimainkan
oleh dua tim dan pemain dari tiap tim berusaha memainkan bola dan menjaga bola
agar tidak direbut oleh tim lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring
atau gawang lawan. Seperti yang dikemukakan dalam www.untukku.com yaitu: … Di negeri Cina. Kala itu, dinasti Han melatih tentara menggunakan “tsu-chu”
untuk latihan fisiknya, yaitu latihan menendang bola kulit memasukkan ke dalam jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu panjang …”, selain di Cina permainan sepak bola telah dimainkan juga di Jepang yang bernama Kemari, meskipun tidak kompetitif seperti di Cina. Yunani dengan “episkyros”, Romawi (Italia) dengan “haspartum”, dan Perancis dengan “choule”.
Sepakbola adalah permainan invasi yaitu permainan yang memperbolehkan
setiap pemain dalam sebuah tim atau regu yang bertanding menyerang memasuki
daerah pertahanan lawan, dan setiap pemain dalam sebuah tim berusaha
memasukan bola ke gawang lawannya untuk membuat gol atau skor, serta menjaga
gawangnya dari serangan lawan. Gol dihitung jika bola seluruhnya telah melewati
garis gawang. Seiap pemain berusaha memasukan bola dengan cara
melakukan operan (passing), menggiring (dribbling), menembak (shooting). Selain
cara – cara tersebut, ada cara lain yang bisa dilakukan oleh para pemain yang tidak
membawa bola, seperti bergerak mencari ruang kosong, membantu dan melindungi
pemain yang sedang membawa bola. Dan pemain dari tim lawan yang tidak
menguasai bola berusaha untuk merebut bola dari pemain lawan dengan cara
melakukan adu tubuh (body charge), taklikng, membayangi pemain lawan yang tidak
membawa bola, menutup ruang kosong, dan menutup ruang tembak ke arah
gawang.
Pada permainan sepakbola modern dan kompetitif, permainan ini dimainkan
selama 90 menit yang dibagi kedalam dua babak. Tiap babak dimainkan selama 45
menit dan jika tim yang mencetak gol lebih banyak dari tim lainnya dalam kurun
waktu 90 menit tersebut adalah pemenang permainan ini, jika keadaan masih
imbang (draw) diadakan babak tambahan waktu selama 2 x 15 menit, dan bila
kedudukan masih imbang maka diadakan adu penalty. Permainan sepak bola
dimainkan oleh 22 orang pemain yang dibagi kedalam 2 tim, setiap tim terdiri dari 11
orang, yang diantaranya adalah 1 orang penjaga gawang (goal keeper), 4 pemain
belakang (defender), 4gelandang (miedfielder), dan 2 orang penyerang (striker).
Namun jika permainan ini dimainkan untuk olah raga rekreasi, jumlah pemain bisa
disesuaikan, contoh bisa dimainkan dengan 8 orang pemain, 6 orang pemain
bahkan dengan 4 orang pemain, olahraga permainan sepakbola bisa dimankan.
Sepakbola merupakan olahraga yang sangat digemari di seluruh dunia, terbukti
dari data siswa di akademi La Masia milik klub sepakbola Barcelona Spanyol, yang
diminati oleh setiap anak di seluruh dunia, yang dikutip
darihttp://www.kaskus.us/showthread yaitu :
La Masia menjadi salah satu kamp paling elite bagi bakat-bakat super dari seluruh dunia. Dalam 30 tahun, sebanyak 450 pemain bola muda memancangkan mimpinya di bangunan dengan luas 610 meter persegi tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 40 pemain menjadi pemain utama Barcelona…
Bukan hanya menjadi pemain sepakbola saja, banyak orang yang menggemari
pertandingan sepakbola, dengan menjadi penonton ini terbukti dari data penonton
sepakbola yang ada di liga jerman, yang dikutip dari http://www.sepaxbola.info
menyatakan bahwa: “Liga yang stadionnya paling ramai adalah Bundesliga. Pada
tahun 1960an hingga 1980an, rata-rata jumlah kehadiran penonton di stadion klub-
klub Jerman berkisar antara 5-7 juta orang per musim.”.Dari sumber tersebut di atas,
dapat dilihat bahwa antusiasme masyarakat dunia terhadap sepakbola sangat tinggi.
Begitu juga masyarakat Indonesia sangat menggemari olahrga permainan ini,
terlihat dari banyaknya jumlah klub dan pemain yang berkiprah di Liga Indonesia
yang berada di bawah naungan Persatuan Sepakbola Seluruh indonesia (PSSI),
yang dikutip darihttp://sepakbola.showbiznotes.net/daftar-tim-klub-peserta-
indonesia-super-league-isl-20102011/:
Arema Indonesia jumlah pemain 23 orang, Persipura Jayapura 24 orang, Persiba Balikpapan 22 orang, Persib Bandung jumlah pemain 24 orang,Persija Jakarta 25 orang, Persiwa Wamena 23 orang, PSPS Pekanbaru 23 orang, Sriwijaya FC 24 orang, Persijap Jepara 25 orang, Persema Malang 23 orang, Bontang FC 24 orang, Persisam Samarinda 23 orang, PSM Makassar 22 orang, Persela Lamongan 23 orang, Pelita Jaya Karawang 24 orang, Persibo Bojonegoro 23 orang, Semen Padang 23 orang, Deltras Sidoarjo 24 orang
Dari sumber di atas, menunjukan bahwa sepakbola digemari di Indonesia. Tidak
hanya pada liga professional saja, bahkan permainan sepakbola dimainkan sampai
ke pelosok – pelosok daerah di Indonesia, yang lebih populer dengan istilah antar
kampung (Tarkam). Tidak hanya menjadi pemain, banyak orang yang berbondong -
bondong menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion sepakbola di seluruh
Indonesia ini dapat dibuktikan dengan data penonton yang dikutip
darihttp://www.sepaxbola.info yaitu: “…Dari evaluasi jumlah penonton ISL 2009/10,
rata-rata jumlah penonton tertinggi adalah Persija (22.908 orang), diikuti Arema
(21.724) dan Persipura (20.068)…”. Dari data tersebut bisa dilihat antusiasme
masyarakat di Indonesia terhadap sepak bola tidak kalah dibandingkan dengan
masyarakat di luar Indonesia. kita dapat melihat permainan ini dimainkan oleh
berbagai macam orang, seperti yang diutarakan oleh Sucipto (1999/200:7) yakni “
Sepakbola berkembang dengan pesat dikalangan masyarakat, karena permainan ini
dapat dimainkan oleh laki – laki dan perempuan, anak – anak, dewasa dan orang
tua”. Sepakbola bisa dimainkan di berbagai tempat. Mulai dari sekitar rumah, di
tingkat sekolah, jalanan, hingga yang dimainkan secara professional.
Di lingkungan persekolahan, permainan sepakbola termasuk salah satu ruang
lingkup materi aktivitas pembelajaran permainan dan olahraga, dalam materi
pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan Olahraga dan Rekreasi (Penjasorkes),
yang sudah tertera dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006,
yang telah dirumuskan dalam standar kompetensi sebagai berikut: “Melakukan
teknik dan taktik berbagai permainan dan olahraga didasari konsep yang benar dan
memiliki nilai – nilai yang terkandung didalamnya”. Dan sudah dijabarkan dalam
tujuan pembelajaran yang terdapat pada kompetensi dasar dan indicator aktivitas
pembelajaran permainan olahraga ksususnya dalam aktivitas permainan sepakbola,
pada tingkat satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI (sebelas)
sebagai berikut:
Kompetensi dasar:
Mengintregrasikan teknik salah satu nomor olahgraga beregu mengunakan bola
besar (sepakbola, bolavoli, bola basket) dengan baik, tepat dan lancar.
Indikator
1. Menggunakan berbagai bentuk formasi, bentuk strategi dalam permainan sepak
bola.
2. Mempraktikan teknik passing, shooting dan dribbling.
Melalui aktivitas pembelajaran olahraga permainan sepakbola ini, potensi –
potensi pendidikan yang ada pada siswa diharapkan dapat tumbuh berkembang
secara optimal, baik potensi dalam dimensi kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Dimensi kognitif yang berpeluang besar untuk ditumbuh kembangkan melalui
aktifitas permainan sepakbola sepertimemperhitungkan arah datangnya bola,
mengukur seberapa kuatnya operan yang akan diberikan kepada kawan dan
mengukur berapa kuatnya tendangan ke gawang lawan agar masuk ke gawang.
Bukan hanya dimensi kognitif saja yang terkembangkan didalam permainan
sepakbola, dimensi afektif dan psikomotor pun dapat tumbuh berkembang dengan
cara bekerja sama, bertanggung jawab, disiplin, saling menghargai, sportivitas,
mencari ruang dalam permainan, ketepatan dalam memberikan umpan, kebugaran
jasmani, dll.
Namun didalam kenyataan di lapangan aktifitas pembelajaran permainan
sepakbola kebanyakan terbalik, dari aktivitas pembelajaran permainan olahraga
sepakbola menjadi pelatihan cabang olahraga, yang menekankan seorang siswa
untuk mengoptimalkan kemampuan geraknya dengan menggunakan metode latihan
yang disesuaikan. Guru mata pelajaran penjasorkes cenderung memberikan siswa
pelatihan sepakbola gerakan passing, misalnya passing menggunakan kaki bagian
dalam dan siswa diperintahkan untuk melakukan pengulangan sampai menguasai
gerakan passing tersebut. Seharusnya seorang guru penjasorkes memberikan
aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, yang bukan hanya mengembangkan
aspek psikomotornya lewat gerakan passing saja, tapi juga dituntut harus
mengembangkan aspek kognitif, dan afektifnya lewat aktifitas pembelajaran
permainan sepakbola. Dengan cara mengajarkan siswa untuk mengeluarkan
kreatifitasnya dalam proses pengambilan keputusan, untuk membantu siswa
mengetahui potensi yang dimilikinya, untuk bekerja sama dengan rekan setimnya
dalam aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, memperkaya kemampuan
gerak siswa, membentuk sikap yang tepat terhadap nilai yang terdapat dalam
aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, belajar bertanggung jawab,
memberikan pertolongan, meningkatkan kesehatan atau kesegaran jasmani.
Di dalam aktivitas pembelajaran permainan sepakbola seorang guru harus bisa
mengarahkan siswanya untuk bebas dan kreatif dalam mempelajari suatu
pembelajaran permainan olahraga namun tetap dalam pengawasan guru. Untuk
mengakomadisi kreatifitas dan kebebasan siswa dalam mengikuti aktivitas
pembelajaran permainan sepakbola, seorang guru penjasorkes bisa menggunkan
metode, model dan gaya mengajar yang sesuai, agar semua potensi siswa dapat
berkembang.
Di dalam aktivitas pembelajaran yang diberikan oleh masing – masing guru mata
pelajaran, memiliki metode, model dan mengajar yang berbeda – beda. Dan tugas
guru adalah memilih metode, model dan gaya mengajar yang tepat agar materi yang
diberikan dapat tersampaikan. Beberapa metode, model dan gaya mengajar, yang
sering dipergunakan oleh seorang guru diantaranya adalah pemrosesan informasi,
gaya mengajar komando, divergen, pembelajaran kooperatif dsb. Itulah beberapa
metode, gaya dan strategi yang bias dipergunakan oleh seorang guru, khususunya
guru penjas. Dalam pembelajaran penjas seorang guru di tuntut kreatifitasnya untuk
menggunakan gaya, metode dan strategi mengajar yang tepat, sehingga antusias
siswa dalam pembelajaran cukup tinggi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang permasalahan, dapat diidentifikasi terkait dengan
aktivitas pembelajaran permainan sepakbola dalam mata pelajaran Penjaskes di
SMAN 1 Pangalengan adalah sebagai berikut:
1. Guru belum memahami antara aktivitas pembelajaran permainan sepak bola dengan
pelatihan cabang olahraga sepakbola
2. Guru Penjaskes cenderung memberikan aktivitas pelatihan cabang olahraga
sepakbola, bukan memberikan aktifitas pembelajaran permainan sepak bola.
3. Masih jarang guru Penjaskes yang menerapkan gaya mengajar divergen dalam
aktivitas pembelajaran permainan sepak bola.
4. Siswa kurang kreatif dalam memberikan jawaban pada suatu permasalahan
5. Siswa cenderung pasif dan menunggu jawaban yang diberikan oleh guru
6. Siswa terlalu bergantung kepada intruski guru dalam pembelajaran.
7. Kurangnya kesempatan gerak yang didapat siswa karena lama menunggu giliran.
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah masalah yang diteliti, maka batasan permasalahan dalam
penelitian ini adalah: penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran
aktivitas permainan sepak bola di SMA Negeri 1 Pangalengan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana penerapan gaya
mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang dijadikan tujuan penelitian oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui penggunaan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola SMA Negeri 1 Pangalengan
2. Ingin mengetahui bagaimana siswa memberikan respon terhadap gaya
mengajar divergen yang dipergunakan oleh guru .
3. Ingin mengetahui aplikasi dari gaya mengajar Divergen .
D. Kegunaan penelitian
Dengan mengetahui pengaruh gaya mengajar divergen terhadap pembelajaran
permainan sepakbola di SMAN 1 Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung diharapkn memberikan kegunaan, kepada:
1. Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi mengenai berbagai metode
dan gaya mengajar yang ada dan dapat dipergunakan untuk mengembangkan
potensi siswa dalam pembelajaran Penjaskes.
b. Untuk menerapkan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola, sehingga langkah – langkah yang akan dilakukan dapat
dipergunakan oleh guru Penjas
2. Praktis.
Agar gaya mengajar divergen dapat dipergunakan oleh guru Penjas,
sehingga dapat memperbanyak gaya mengajar yang dimiliki.
BAB IITINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Sepakbola
Seperti yang telah diungkapkan pada Bab sebelumnya, permainan sepakbola merupakan
salah satu permainan olahraga bola besar yang digunakan sebagai media atau alat dalam
aktifitas pembelajaran Penjas. Keberadaan permainan sepakbola sebagai media atau alat
aktifitas pembelajaran penjas ini, sudah secara eksplisit tersurat di dalam KTSP 2006, untuk
satuan pendidikan SMA. Dengan demikian sekolah (guru dan siswa) wajib melaksanakan
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dalam konteks Pendidikan Jasmani.
Menurut Rusman (2011:3): “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan
bahwa, yang dimaksud proses interaksi adalah proses terjadinya hubungan – hubungan sosial
antara peserta didik dengan guru maupun sumber dan lingkungan pembelajaran lainnya di
dalam kegiatan pembelajaran, misalnya bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan dari
guru, dan berdiskusi dengan rekan di dalam pembelajaran. Sumber belajar adalah segala daya
yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.
Sumber belajar dalam pembelajaran bisa didapat dari guru, buku, video – video
pembelajaran Penjas dari internet, gambar – gambar kegiatan pembelajaran, peralatan yang
dipergunakan, melihat pertandingan sepakbola di televisi atau di lingkungan sekitar serta
media cetak seperti koran dan majalah. Lingkungan belajar adalah tempat terjadinya kegiatan
belajar dan pembelajaran, Penjas seperti lapangan sepakbola, lapangan bola voli, lapangan
basket dan lain – lain.
Menurut Undang – Undang RI nomor 14 tahun 2005, guru adalah “Pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.”. Dari uraian tersebut dijelaskan tugas utama seorang guru
yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya.
Menurut UNESCO yang dikutip oleh Aunurrahman (2011:6) bahwa dalam pembelajaran
di setiap jenjang dan satuan pendidikan, guru harus mengarahkan peserta didik kepada
hakikat pendidikan yaitu 1. Learning to know, 2. Learning to do, 3. Learning to live
together,, learnign to live with others, 4. Learning to be.
Selanjutnya menurut Aunurrahman (2011:6) yang dimaksud dengan learning to
knowadalah “upaya untuk memahami instrumen - instrumen pengetahuan baik sebagai alat
maupun sebagai tujuan.” Learning to do adalah “...bagaimana mengajarkan anak – anak
untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan
pengetahuan – pengetahuan yang telah diperolehnya ...” Learning to live together, lerning to
live with others adalah “mengajarkan, melatih,dan membimbing peserta didik agar mereka
dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka –
prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan
dan konflik.” Sementara yang dimaksud dengan learning to be adalah bahwa:...Pendidikan hendaklah mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya
setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi serta nilai – nilai spiritual. Semua manusia hendaklah diberdayakan untuk berfikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam rangka menentukan sesuatu yang diyakini yang harus dilaksanakan
Konsep – konsep tersebut sama dengan tujuan pembelajaran Penjas. Menurut Lutan
(2007:5.18) menyatakan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan
melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuskular, intelektual dan emosional.” Pernyataan yang sama diutarakan oleh Bucher
yang dikutip oleh Aan S (2011) dalam bahwa “Pendidikan Jasmani adalah bagian yang
terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh, bidang dan sasaran yang diusahakan adalah
perkembangan jasmaniah, mental, emosional dan sosial bagi warga negara, sehat melalui
medium kegiatan jasmaniah.” Dua pernyataan tersebut menunjukan bahwa Penjas adalah
bagian penting dalam pendidikan seperti yang tertulis dalam PERMENDIKNAS no 22 tahun
2006 yaitu:Penjas merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani , olahraga dan kesehatan.
Dari penjelasan di atas, disebutkan Penjas bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial dll. Lebih lanjut tujuan
Penjas dijelaskan dalam PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006 yaitu:1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan5. Mengembangkan sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan7. Memahami konsep aktifitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terempil, serta memiliki sikap yang positif
Berdasar pada konsep dasar arah pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO dan
konsep dasar tujuan Penjas, maka dapat disintesiskan bahwa konsep dan tujuan Penjas
memiliki kesamaan – kesamaan dengan arah pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO.
Kesamaan – kesamaan tersebut, dapat dianalisis sbb:
Pertama, salah satu tujuan Penjas, adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang
konsep – konsep dasar aktivitas jasmani, yang dapat berguna bagi kemaslahatan hidupnya.
misalnya siswa dapat memahami konsep aktivitas jasmani yang benar, mengetahui cara
hidup di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang
sempurna, memahami pola hidup sehat, mengetahui cara mengembangkan dan memelihara
kebugaran jasmani dan serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga
terpilih, dan mengetahui sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya
diri dan demokratis. Semua itu merupakan ciri – ciri dari konsep learning to know.
Kedua, bahwa tujuan Penjas adalah agar siswa bisa melakukan berbagai aktifitas jasmani
dan olahraga terpilih, menerapkan sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis dan menerapkan konsep aktifitas Pendidikan jasmani dan
olahraga untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran,
terampil, serta memiliki sikap yang positif. Dalam praktik pembelajaran Penjas, semua nilai –
nilai tersebut diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga semua nilai – nilai tersebut
dapat diterapkan di lingkungan dimana siswa tersebut hidup sepanjang hayatnya. Semua hal
tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah padalearning to do.
Ketiga, Penjas bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kerja sama, menghargai orang
lain, mempercayai orang lain, saling membantu, memberikan motivasi untuk diri sendiri dan
orang lain, mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah
pada learning to live together, learning to live with others.
Keempat, Penjas adalah pendidikan yang utuh, melibatkan seluruh dimensi manusia, yaitu
dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Tercermin dalam 7 tujuan Penjas yang tercantum
pada PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006, yang sudah dibahas pada paragraph
sebelumnya. Penjas juga memiliki tujuan untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang
memiliki karakteristik moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang terkandung di
dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Seperti memiliki sikap sportif, fair play,
jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri. Mengembangkan keterampilan pengelolaan
diri dalam bentuk meningkatkan keterampilan gerak dasar, pertumbuhan fisik yang
sempurna, terbiasa melakukan pola hidup sehat, dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani, melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga
terpilih.Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah
pada learning to be.
Merujuk pada analisis di atas, maka semua praktik pembelajaran penjas dalam semua
akifitas pembelajaran harus diarahkan pada konsep arah pendidikan tersebut. Termasuk
dalam pelaksanaan pembelajaran aktifitas permainan sepakbola. Pada pembelajaran aktifitas
permainan sepakbola pilar pendidikan menurut UNESCO tersebut diterapkan di dalam
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dan dapat dianalisis sebagai berikut:
Pertama, guru memberikan penjelasan dan pemahaman tentang konsep – konsep dasar
bermain sepak bola, baik yang berkaitan dengan teknik dan taktik, selain itu guru juga
memberikan informasi tentang nilai – nilai pendiidkan yang terkandung di dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepak bola. Seperti dalam melakukan tendangan, siswa
bukan di ajarkan untuk menendangan, tapi diajarkan cara – cara melakukan tendangan dan
diajarkan untuk membiasakan diri mengukur berapa tenaga yang diperlukan untuk melakukan
tendangan tersebut.
Dalam Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, selain di ajarkan cara – cara
menendang bola, juga diberikan pengetahuan tentang cara – cara mengoper bola, sehingga
siswa dapat pengetahuan tentang dasar – dasar dalam pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola. Selanjutnya dalam menggiring bola, siswa dibiasakan berfikir cara – cara
melakukan trik – trik menggiring bola, memilih, dan menentukan pergerakan sebelum bola
datang. Membiasakan siswa untuk mengamati karakteristik perubahan arah, ketinggian, dan
kecepatan jatuhnya bola. Sehingga dapat menentukan posisi yang tepat pada saat bola jatuh.
Lalu guru harus membiasakan siswa untuk menggunakan kreatifitasnya dalam melakukan
operan, melakukan pergerakan untuk mengecoh lawan dan pemahaman akan taktik
permainan agar siswa memahami apa yang harus dilakukan di dalam pembelajaran.
Selain hal – hal tersebut di atas, secara tidak langsung siswa diajarkan untuk menjaga
kesehatannya, dengan membersihan tubuhnya setelah pembelajaran, sehingga terhindar dari
penyakit seperti biang keringat. Selain itu di dalam pembelajaran aktivitas permainan
sepabola, siswa akan memahami sikap sportif seperti, bagaimana caranya mengakui
kekalahan, bagaimana cara memberikan selamat kepada lawan bermain yang memenangi
permainan dan memahami pentingnya bermain jujur. Lalu siswa juga akan mengetahui
bagaimana cara bekerjasama, seperti bagaimana membuka ruang agar teman dapat mengoper
bola, bagaimana seorang siswa melakukan operan kepada teman yang lebih siap dan menutup
pergerakan lawan. Ciri – ciri tersebut merupakan pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
yang dilandasi oleh pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know.
.
Kedua, di dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola siswa diajarkanmelakukan
tendangan yang akurat, melakukan pergerakan sebelum bola datang, memberikan umpan
yang akurat di terapkan oleh guru kepada siswa memenuhi keinginan untuk bergerak,
membuka ruang dalam permainan, memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap,
memperkaya kemampuan gerak, Selanjutnya dalam menggiring bola, siswa melakukan
teknik - teknik menggiring bola, memilih, dan menentukan pergerakan sebelum bola
datang,menentukan posisi yang tepat pada saat bola jatuh, disiplin dalam menjaga daerah
pertahanan sendiri, berlari kembali ke posisi awal saat bertahan, menjaga pemain lawan.
Selain itu diutarakan oleh Bucher (1964) yang dikutip oleh Lutan melalui pembelajaran
aktifitas permainan sepak bola banyak keuntungan biologis yang dapat diraih seperti:a. Pengaruh gerak terhadap kesehatan umum dan otot jantungb. Pengaruh terhadap volume darah per denyut jantungc. Pengaruh terhadap frekuansi denyut nadid. Pengaruh terhadap darahe. Pengaruh terhadap tekanan darah arterif. Pengaruh terhadap butir – butir darah merahg. Pengaruh terhadap pernafasanh. Pengarah terhadap otot
Dari uraian di atas, bahwa dengan pembelajaran aktifitas permainan sepak bola,
setidaknya dapat mendekati sehat paripurna yang dirumuskan oleh World Health
Organization (WHO). Dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak bola, olah raga
permainan dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang
terdapat di dalam permainan sepakbola khususnya. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas
yang tinggi dari sorang guru penjaskes untuk membuat berbagai bentuk aktivitas gerak, agar
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola tidak masuk menjadi aktivitas pelatihan
olah raga, karena kebanyakan guru Penjasorkes cenderung hanya mengembangkan aspek
dimensi psikomotornya seperti melatih teknik passing, dribling dan shooting saja tanpa
memperhatikan aspek dimensi lainnya. Seperti pada penguasaan teknik menendang didalam
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola, ada siswa yang kurang bisa melakukan
tendangan dan akan malas dalam melakukan pembelajaran disini seorang guru penjas yang
berorientasi pada pelatihan, akan memaksa siswa tersebut untuk melakukan teknik
menendang seperti yang dicontohkan, seharusnya seorang siswa diberikan kebebasan untuk
melakukan cara menendang menurut dirinya sendiri dengan bimbingan dan arahan dari guru.
Lalu guru harus membiasakan siswa untuk mengakui kekalahan dengan cara
memberikan selamat kepada lawan bermain yang memenangi pertandingan dalam
pembelajaran. Aspek psikomotor ini dapat diterapkan terhadap siswa dengan cara,
menerapkan peraturan dan norma – norma dalam pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola. Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang
mengarah pada konsep learning to do.
Ketiga, di dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, siswa diajarkan untuk
saling membantu, karena pada dasarnya permainan sepakbola bukanlah permainan
perseorangan tapi permainan beregu. Seperti yang diutarakan oleh Sucipto (1991:7) bahwa”
sepakbola merupakan permainan beregu, masing – masing regu terdiri dari 11 pemain dan
salah satunya adalah penjaga gawang,” dari uraian tersebut disebutkan permainan beregu
yang dimaksud permainan beregu adalah permainan yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang merupakan kegiatan pembelajaran beregu
ini, siswa diajarkan untuk bekerja sama, menghargai keputusan teman satu tim , mepercayai
teman seperti jika terjadi tendangan penalty semua pemain harus mempercayai kepada orang
yang melakukan tendangan, atau sebaliknya percaya pada penjaga gawang. Saling membantu
dalam menjaga pertahanan dan juga membantu dalam penyerangan, saling memberikan
motivasi kepada rekan bila melakukan gol bunuh diri, atau memberikan motivasi jika timnya
kalah Sikap – sikap tersebut harus dilandasi oleh sikap saling menghargai sehingga bisa
menjauhkan siswa dari perselisihan dan konflik. Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola yang mengarah pada konsep Konsep learning to live together,
lerning to live with
Keempat, pembelajaran aktivitas permainan sepakbola merupakan alat atau media yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan – tujuan penjas. Guru harus mengarahkan siswa dalam
pembelajaran, memberdayakan dirinya melalui aspek – aspek yang terdapat dalam kegiatan
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola untuk menjadi diri sendiri. Seperti belajar
menemukan posisi dalam permainan yang akan di tempati, lalu mencari cara bermain pada
posisi tersebut. Sehingga pada saat siswa terjun di lingkungan masyarakat, siswa terbiasa
untuk menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat. Ini merupakan ciri – ciri
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang mengarah pada konsep learning to be.
Cara – cara memainkan bola dalam permainan sepakbola, tidak memiliki standar teknik
baku yang tetap, karena permainan sepakbola termasuk dalam kategori klasifikasi
keterampilan terbuka (open skill). Menurut Lutan (2005): “keterampilan terbuka adalah
keterampilan dimana lingkungan selalu berubah – ubah atau sukar diprediksi, sehingga si
pelaku tak dapat merencanakan secara efektif respons yang serasi.” Dari uraian tersebut,
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola akan ditemui berbagai situasi dimana
siswa dihadapkan beberapa pilihan yang harus dipilih. Seperti saat berada di depan gawang.
Seorang siswa, bisa melakukan tendangan jika ada cukup ruang untuk melakukan tembakan.
Dalam melakukan tembakan tersebut bisa juga terjadi situasi dimana rekannya lebih memiliki
posisi yang lebih menguntungkan.
Berdasarkan cara berfikir tersebut, maka dalam pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola, siswa dibiasakan untuk membuka pemikirannya lebih luas, berfikir menggunakan
pengetahuannya, membiasakan siswa berfikir cepat, dan membiasakan siswa berfikir secara
efektif, sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sehingga berpeluang
besar untuk mengembangkan berbagai dimensi baik kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola yang teratur, terencana, terarah dan terbimbing,
diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Berdasar pada uraian di atas, dalam pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dimensi
kognitif, afektif dan psikomotor. Dapat ditumbuh kembangkan. Menurut Sneyers (2002)
menyatakan dalam sepakbola:Tidak cukup mengandalkan latihan teknik dan taktik saja. Juga kelenturan disamping
kekuatan otot, terutama yang berkaita erat dengan permainan sepakbola, harus dipersiapkan sejak dini. Kerja sama perlu dilatih sehingga setiap pemain dapat membaca pikiran kawannya.
Dari pendapat tersebut jelas bahwa dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola,
tidak hanya aspek psikomotor saja yang dikembangkan juga aspek kognitif lewat membaca
pikiran kawan, lalu memutuskan apa yang akan dilakukan sehingga bias menghasilkan
keputusan yang tepat. Lalu aspek afektif lewat kerja sama antar siswa.
2. Gaya Mengajar Divergen
Gaya mengajar merupakan keputusan – keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam
suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa.
Mosston (1994:2) mengungkapakan bahwa : ”pola hubungan pembuatan keputusan yang
dibuat guru dan siswa disebut gaya mengajar”. Dari uraian di atas jelas bahwa gaya mengajar
bukan hanya suatu tata cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan
bagaimana seorang guru bisa melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan.
Gaya mengajar divergen merupakan salah satu gaya mengajar yang berpusat pada siswa,
Seperti yang diutarakan oleh Mosston “for the first time the learner is enganged in
discovering and producing options within the subject matter.”. jadi siswa disini memiliki
peran dan ikut serta secara langsung dalam membuat pilihan dan penemuan di dalam
pembelajaran. Tugas siswa pada pembelajaran dengan gaya mengajar divergen adalah untuk
menemukan jawaban terhadap permasalahan. Seperti yang diutarakan Mosston “ the role of
the learner has been either to replicate and perform or to discover the specific target”. Gaya
mengajar divergen berbentuk tugas – tugas dimana siswa berperan dalam membuat
keputusan. Guru hanya bertugas memberikan dan membimbing siswa dalam permasalahan
yang harus di selesaikan. Jawaban dari permasalahan itu harus memiliki jawaban yang
banyak atau berbeda – beda, gaya mengajar divergen juga memberikan kesempatan pada
siswa untuk merancang suatu kegiatan dalam sebuah pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Siswa dituntut untuk menemukan jawaban yang bervariasi dengan menggunakan
kreatifitasnya, keaktifannya dan kerja sama dalam pembelajaran untuk menghasilkan jawaban
– jawaban tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Furqon (68) menyatakan bahwa “gaya
mengajar divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah”. Sasaran
metode divergen adalah:1. Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.2. Mengembangkan “wawasan” ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.3. Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.4. Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.
Menurut Mosston (1994 :200) Gaya mengajar divergen memiliki struktur “Stimulus >
Cognitive Dissonance > Mediation > Discovery.”. Dari uraian tersebut alur gaya
mengajar divergen diawali dengan pemberian rangsangan, ini bisa diberikan dalam bentuk
memberikan permasalahan sehingga siswa dituntut untuk berfikir sehingga mereka
terangsang untuk berfikir. Cognitive dissonance pada tahapan ini siswa akan mencari cara
penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya. Mediation pada tahapan ini siswa akan menemukan jawaban dan pada gaya
mengajar divergen ini, siswa akan menemukan jawaban yang beragam. Discovery pada tahap
ini siswa pembuatan jawaban dari permasalahan ke dalam bentuk praktek. Tujuan dari gaya
mengajar divergen menurut Mosston (1994:201) yaitu:1. To invite the cognitive capacities of the teacher in designing problems for a given subject matter area.2. To invite cognitive capacities of the learner in discovering multiple solutions to any given problem in physical education3. To develop insight into the structure of the activity and discover the possible variations within this structure.4. To reach the level of affective security that permits the teacher and the learner to go beyond accepted, conventional responses.5. To develop the ability to verify solutions and organize them for specific purposes.
Dari uraian di atas guru dalam penggunaan gaya mengajar divergen dituntut untuk
membuat permasalahan pada pembelajaran yang akan diberikan, dan guru dituntut
menggunakan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga
siswa dapat didorong untuk berfikir. Seorang guru harus dapat membiasakan siswa memiliki
pandangan yang luas pada susunan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan banyak
jawaban ynag mungkin. Dengan gaya divergen, siswa diarahkan agar terbiasa dengan
pencarian permasalahan, lalu siswa dituntut untuk menemukan solusi ke dalam praktek.
Dari tujuan penerapan gaya mengajar divergen yang diuraikan oleh Mosston di atas,
maka hasil belajar yang diharapkan terjadi dan dinilai oleh guru dalam pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola berupa, respons jawaban yang diberikan oleh siswa seperti banyaknya
gerakan yang dilakukan dalam melakukan tendangan, cara berfikir siswa dalam menemukan
dan merumuskan cara melakukan tendangan yang berbeda – beda tiap gerakan, siswa terbiasa
mencarai jawaban yang dapat muncul dalam pembelajaran, dan siswa dituntut untuk terbiasa
saling mengkoreksi antar sesama siswa jika terdapat gerakan yang sama.
Dalam penerapan gaya mengajar divergen ini dijelaskan oleh Mosston (1994:202)
menjelaskan ada beberapa tahapan pengambilan keputusan yang dibuat oleh guru yaitu:
1. Preimpact, the teacher make decision about the general subject matter, decision about specific topic, and decision about design problem of series that will elicit divergent solution. Teacher must first have insight into specifik elements of the activity, the sequence of the activity, and the structure of the activity..2. Impact set the learner decides which multiple and divergent solutions adre applicable to the problem. The solutions discovered by the learner become the subject matter, the content of the episode.3. Post Impact, the learner makes evaluation decisions about the discover solutions.vthe more the learner is engaged in the post impact phase, the more the objective of this style is reached.
Dari uraian di atas terdapat 3 tahapan yang harus dibuat oleh guru, pertama pre impact,
pada tahapan ini guru menyiapkan materi yang dapat mengarahkan siswa kedalam
pemikirandivergent, guru harus menyusun kegiatan yang terhubung dari satu permasalahan
ke permasalahan yang lain. Impact pada tahapan ini guru harus mengarahkan dan
membimbing siswa untuk memutuskan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Post
impact, pada tahapan ini siswa akan memeriksa jawabannya, jika siswa bisa menemukan
jawaban yang beragam maka tujuan dari gaya ini tercapai.
Agar tujuan dari gaya mengajar divergen dapat tercapai, maka seorang guru Penjasorkes
harus menyusun kegiatan pembelajaran dan menerapkan aspek dalam gaya
mengajar divergen yang diutarakan oleh Mosston (1994:206) “1. The design of a single
problem and its consequences, 2. The design of sequence of problem, 3. Guidelines for
designing problems in various acticities.”. dari uraian tersebut guru Penjasorkes terlebih
dahulu ahrus menysusun permasalahan tunggal yang harus diselesaikan oleh siswa juga
membuat kemungkinan – kemungkinan yang akan diberikan oleh siswa. Lalu menyusun
bentuk permasalahan yang berkelanjutan, bentuk permasalahan yang dibuat harus
berhubungan dari permasalahan tunggal yang dibuat, seperti penambahan pada inti masalah
sehingga siswa dapat meencari jawaban permasalahan tersebut. Membuat garis pembimbing
untuk permasalahan yang dibuat kedalam kegiatan yang beragam. Dari setiap kegiatan yang
beragam tersebut harus terhubung sehingga penyelesaian divergen dapat diterapkan oleh
siswa.
Tujuan utama dari gaya mengajar ini adalah untuk membiasakan siswa menghasilkan
berbagai macam jawaban terhadap permasalahan tunggal. Mosston mengungkapkan tugas
guru dan siswa yang terjadi pada penggunaan gaya mengajar divergen yaitu:Role of learner:
1. To produce divergent responses ( multiple responses to the same questions)2. To ascertain the validity of the responses3. To verify responses in some subject matter tasks.Role of Teacher:1. To make the decision about the question to be asked2. To accept the responses3. To serve of verification in some subject matter tasks.
Didalam penggunaan suatu gaya mengajar terdapat kelebihan dan kekurangan, menurut
Berliana (2008) yang di kutip oleh Muldan (2011) yaitu:
Kelebihan:- Melibatkan aspek kognitif sehingga memberikan kemungkinan untuk berkembang secara
harmonis.- Memahami pernyataan dan jawaban memberikan kesempatan kepada siswa memahami
hubungan antara proses dan hasil belajar.- Ganjaran dan dorongan yang tetap yang terkandung dalam proses belajar mengajar
cenderung mendorong siswa membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan keterlibatannya pada pokok bahasan.
Kekurangan:- Nampak sangat bertele – tele sering menimbulkan kebosanan bila tidak segera menemukan
target belajarnya.- Diperlukan banyak waktu untuk membimbing siswa, yang menimbulkan keengganan guru
membuat persiapan secara cermat.- Sangat menekankan pada laju kecepatan belajar siswa.
3. Penelitian Tindakan Kelas
Metode penelitian yang dipergunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan menerapkan gaya mengjar divergen. Menurut Muslikah (2010:32) PTK
adalah: “ Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan –
tindakan tertentu agar dapat memeperbaiki dan meningkatkan praktek – praktek di kelas
secara professional”. Di dalam penelitian ini seorang guru harus peka terhadap gejala – gejala
yang terjadi di kelas dalam pembelajaran, karena penelitian ini menitik beratkan pada
permasalahan yang muncul pada pembelajaran, sehingga seorang guru bisa memperbaiki
metode, model dan gaya mengajarnya, seperti yang diutarakan oleh Undang (2008:3) yaitu: “
… Melalui PTK guru dapat memperbaiki kinerja metode mengajarnya sehingga daya serap
atau taraf serap mata pelajaran yang dibinanya, bisa lebih optimal dipahami oleh siswa”. PTK
menurut Arikunto (2008:2) ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu:1. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.2. Tindakan – menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.3. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari penjelasan tersebut PTK dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu
pembelajaran dan memeprhatikan pada aturan dan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi, lalu diberikan tindakan yang dalam bentuk siklus yang di dalamnya
berisikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru. PTK dilaksanakan di kelas baik yang
berada di luar maupun di dalam ruangan, baik yang dilakukan di lapangan olahraga ataupun
ruangan kelas. Namun PTK bukanlah penelitian tntang ruang kelas tetapi kegiatan siswa yang
diteliti dengan pemberian tindakan oleh guru yang sekaligus menjadi peneliti.
PTK berbeda dengan penelitian pada umumnya, metode penelitian ini biasa dipergunkan
untuk memperbaiki, mendeteksi, dan menyempurnakan metode mengajar, seperti yang
diutarakan oleh Undang (2008:13) yaitu: “… PTK bersifat pragmatis dan praktis, yakni
memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM di kelas”. Dari uraian tersebut peneliti yang
menggunakan PTK harus mengetahui karakteristik siswa yang ada dalam sebuah PBM,
sehingga jika muncul permasalahan – permasalahan, akan dengan mudah terdeteksi, dengan
menggunakan PTK maka seorang guru dapat meneliti permasalahan tersebut dan mencari
solusinya. Metode PTK ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 pangalengan, dengan menerapkan
gaya mengajar divergen.
Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian berupa model siklus dari
Kemmis dan Taggart. Model ini berbentuk perputaran atau rotasi yang dilakukan secara
teratur dan tetap, siklus ini diterapkan dengan adanya perencanaan (planning) yang
didalamnya berisikan perencanaan pembelajaran guru dalam mempersiapkan penelitian ini.
Selanjutnya di ikuti dengan pelaksanaan (act) berisikan praktek kegiatan pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Observasi (observe) pengamatan guru dari hasil penelitian
pembelajaran. Refleksi (reflect) berisikan perbaikan dari peneliti yang selanjutnya perbaikan
tersebut akan di terapkan pada siklus ke II dan seterusnya.
Gambar 3.1 desain penelitian model spiral Kemmis dan Taggart ( Gunawan Undang
2008: 104) adalah sebagai berikut:Gambar 3.1
Pelaksanaan
Desain Penelitian Model Spiral Kemmis dan Taggart
Gamba
Perencanaan
Pengamatan
?
Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga siklus. Jika dalam penelitian ini masih belum
terlihat hasil yang diinginkan oleh peneliti, maka keputusan untuk melanjutkan atau
menambah siklus akan menjadi keputusan bersama antara peneliti dengan guru kelas XI di
SMA Negeri 1 Pangalengan selaku observer. Siklus dihentikan jika dari siklus – siklus yang
telah dijalankan terjadi perubahan yang diharapkan dan sesuai dengan rencana, dari gaya
mengajar divergen yang diterapkan dalam pembelajaran.
Berikut ini langkah – langkah yang akan dilakukan dalam tiap siklus yang dijelaskan
sebagai berikut pada siklus ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepak bola yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
Pangalengan pada kelas XI yaitu:
a. Masih jarangnya penggunaan gaya mengajar divergen di SMA Negeri 1 Pangalengan.
b. Kurang aktifnya siswa yang diakibatkan dari penggunaan gaya, metode dan model
mengajar yang dipergunakan guru.
c. Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran karena terpusat pada guru.
d. Kreatifitas siswa tidak muncul karena gaya mengajar yang dipergunakan kurang
menunjang untuk siswa mengeluarkan kreatifitasnya.
e. Kurangnya disiplin siswa dengan banyaknya siswa yang mengobrol ketika guru
menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Setelah masalah – masalah yang ada pada pembelajaran aktivitas permainan sepak bola ,
maka tahapa awal dalam melakukan penelitian dalam siklus pertama adalah dengan membuat
perencanaan (planning) yang disesuaikan dengan hasil pengamatan awal:
a. perencanaan (plan)
Pada tahap perencaanaan dibuat tahapan – tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yaitu:
1. Membuat desain pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen
2. Mengamati kondisi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
3. Mengumpulkan data – data, media, dan alat yang dapat menunjang pembelajaran
dengan gaya mengajar divergen.
4. Membuat lembar – lembar observasi.
b. pelaksanaan (act)
Dalam tahap pelaksaan ini peneliti memberikan gaya mengajar divergen pada siswa.
Dalam tahap ini guru menjelaskan kepada siswa rancangan pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola kepada siswa, dan menjelaskan harapan – harapan yang diharapkan muncul dari
pembelajaran, guru mengajar sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Guru mengajar
seperti biasa dan peneliti atau observer meneliti pembelajaran yang dilaksanakan.
Guru memberuikan pmbelajaran mulai dari pembukaan yang terdiri dari penjelasan,
apersepsi, dan pemanasan, lalu dilanjutkan dengan inti pembelajaran, dan penutup, guru
harus bersikap seperti biasa tanpa di buat – buat, dan harus mentaati apa yang sudah dibuat
pada tahapan perencanaan.
c. Pengamatan (observe)
Pengamatan ini dilakukan selama pembelajaran, dengan menggunakan lembar
observasidan catatan lapangan yang telah dibuat, lembar observasi ini berisikan pengamatan
yang dilakukan dalam pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen, lembar
observasi ini digunakan untuk mengamati penggunaan gaya mengajar divergen dan
pengaruhnya terhadap siswa..
Hasil dari lembar observasi digunakan sebagai acuan dalam reflection, untuk
memperbaiki gaya mengajar yang dipergunakan dalam pembelajaran pada siklus ke dua
d. Perbaikan (reflection)
Dalam tahap ini hasil dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, dievaluasi dan
dicari kelemahan dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola pada siklus satu, untuk
diperbaiki dan diterapkan pada siklus dua sehingga apa yang menjadi kekurangan dan
bagaimana penyelesaiannya dapat dideteksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari
penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu didalam pelaksanaan PTK tidak dapat dilaksanakan
hanya dalam satu pertemuan atau satu kali siklus tapi dibutuhkan beberapa siklus untuk
memperbaiki dan menemukan hasil yang diinginkan oleh peneliti sesuai dengan kriteria
keberhasilan belajar siswa.
Untuk siklus – siklus selanjutnya dilakukan perbaikan dari hasil siklus pertama, pada
siklus ke dua, peneliti memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus pertama dengan
langkah – langkah yang sama seperti siklus pertama, yang terdiri dai perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan observasi, namun hasil perbaikan dari siklus pertama di
terapkan pada siklus kedua, selanjutnya pada siklus ketiga sama seperti pada pelaksaan siklus
kedua, namun yang dipergunakan adalah hasil perbaikan dari siklus kedua dan diterapkan
pada siklus ketiga, dan seperti itu seterusnya pada siklus – siklus selanjutnya jika dirasakan
perlu menambah siklus.
B. Kerangka Berfikir
Dari gambaran alur berfikir tersebut, dapat dianalisis bahwa hubungan antara hakikat
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan karakteristik permainan sepakbola dengan
gaya mengajar divergen, dapat dilaksanakan dengan langkah – langkah PTK. Karena di
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, teknik yang dipergunakan tidak memiliki
standar baku dan termasuk pada keterampilan terbuka. Seorang siswa dituntut untuk
megeluarkan kreatifitasnya, pengetahuannya dan mengeluarkan kemampuannya dalam
kegiatan pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, agar siswa menjadi pribadi yang
memiliki karakteristik moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang terkandung di
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola. Seperti memiliki sikap sportif, fair play,
jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri dan dapat bekerja sama.
Ini sesuai dengan gaya mengajar divergen, dimana siswa dituntut untuk mengeluarkan
kreatifitasnya, pengetahuannya dan kemampuan yang dimiliki dalam situasi yang diberikan
oleh guru pada kegiatan pembelajaran. Siswa harus mengeluarkan kreatifitasnya untuk
memberikan jawaban yang berfariasi pada permasalahan yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, penerapan gaya mengajar divergen di dalam
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola yang dilaksanakan dengan menggunakan
langkah – langkah PTK, diduga bahwa gaya mengajar divergen dapat diterapkan dalam
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka berfikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “gaya mengajar divergen dapat diterapkan dalam
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.”
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. TUJUAN OPERASIONAL PENELITIAN
Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan peneliti dalam menerapkan gaya mengajar divergen, khususnya dalam
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran aktivitas permainan sepakbola di SMA
Negeri 1 Pangalengan, terutama kelas XI IPA 1.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pangalengan, Penelitian ini akan
dilaksanakan pada kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 16
orang siswa laki – laki dan 24 orang siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011 – 2012.
Waktu penelitian digambarkan seperti pada Matrik 3.1 di bawah ini:
NO Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1.Penyusunan Proposal Skripsi
2.Bimbingan Proposal Skripsi
3.Seminar Proposal Skripsi
4.Surat Keputusan Judul Skripsi
5.BAB I (Pendahuluan)
6.BAB II (Tinjauan Teoritis, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan)
7.BAB III (Metodologi Penelitian)
8.Observasi
9.BAB IV (Pengolahan Data)
10.BAB V (Kesimpulan dan Saran)
11.Pra Sidang Skripsi
12.Ujian Sidang
C. FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan pada penerapan gaya mengajar Divergen dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola di SMA Negeri 1 Pangalengan
D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK), hal yang berkaitan dengan PTK telah dijelaskan
pada BAB II.
E. LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN
Merujuk pada langkah – langkah PTK seperti yang dikemukakan Arikunto
(2008:16) bahwa dalam penelitian tindakan kelas “terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan dan 4. Refleksi.”
Dalam kaitannya dengan penelitian ini dikemukakan langkah penelitian sebagai
berikut:
a. Observasi Awal
Adalah kegiatan pertama peneliti untuk melihat permasalahan pembelajaran
Penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Pangalengan. Maksud observasi adalah untuk mengamati kegiatan
pembelajaran dan menganalisis masalah – masalah yang terkait dengan fokus
penelitian. Fokus masalah yang di teliti atau yang diobservasi meliputi kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, gaya / metode mengajar yang
digunakan oleh guru, respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran, interaksi –
interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang diberikan oleh guru
dan sarana prasarana pendukung pembelajaran yang terdapat di sekolah yang
dijadikan tempat penelitian.
Data – data yang terkait dengan fokus penelitian dicatat dalam catatan lapangan
yang dijadikan data untuk pembahasan dan dituangkan dalam wujud Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data hasil pengamatan tersebut, yang berupa
masalah – masalah yang teridentifikasi, selanjutnya dijadikan pembuatan pedoman
perencanaan perbaikan dalam pembelajaran tahap berikutnya. Dalam penelitian ini,
salah satu perencanaan yang dibuat oleh peneliti adalah RPP aktivitas permainan
sepakbola. Sesuai dengan batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka
RPP yang dibuat berorientasi pada penerapan gaya mengajar divergent.
b. perencanaan (plan)
Pada tahap perencaanaan dibuat tahapan – tahapan pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan peneliti dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
yaitu:
1. Mempelajari Permendiknas nomor 41 tahun 2007, kurikulum KTSP 2006,
silabus dan program pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 Pangalengan, untuk
dijadikan pedoman pembuatan RPP aktivitas permainan sepakbola ,dengan
menggunakan gaya mengajar divergent
2. Membuat rancangan RPP aktivitas permainan sepakbola dengan
menggunakan gaya mengajar divergent
3. Mendiskusikan rancangan RPP dengan pembimbing
4. Mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.
c. Pelaksanaan (act)
Dalam tahap pelaksaan ini, peneliti membuat dan melaksanakan:
1. Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola ,dengan menggunakan gaya
mengajar divergent, yang sudah dirancang pada RPP. Selanjutnya untuk
dilaksanakan.
2. Pada penerapan RPP dengan gaya mengajar divergen ini, peneliti menjadi
pengajar dan orserver, yang bertugas untuk mengambil foto – foto kegiatan
penelitian, mencatat kegiatan penelitian, dan mengisi lembar observasi.
3. Peneliti mencatat permasalahan yang muncul saat perlaksanaan
pembelajaran, selanjutnya catatan ini disebut dengan catatan lapangan.
d. Perbaikan (reflection)
Refleksi merupakan tahap yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan. Pada
tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mengevaluasi hasil – hasil atau respons dari
tindakan yang telah dicatat dalam catatan lapangan. Tahap reflesi adalah bagian
yang sangat penting dari PTK. Refleksi yang ditekankan adalah evaluasi diri peneliti
selaku guru dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukan.proses refleksi ini juga dikonsultasikan dengan
pembimbing.
Jika hasil refleksi sudah terlihat dampak yang diharapkan oleh peneliti, termasuk
relevansi ketercapaian tujuan penelitian, maka disimpulkan penelitian tindakan kelas
dianggap cukup. Tapi jika hasil refleksi pada siklus pertama belum terlihat dampak
yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan dengan penelitian pada
siklus ke II.
F. Data Penelitian
1. Sumber data:
Data – data yang digunakan untuk analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini
bersumber dari:
Guru dalam hal ini peneliti sendiri
Respons siswa khususnya dalam hubungannya dengan diterapkannya gaya
mengajar divergent dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola oleh peneliti/
guru
Data observer
Lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Pangalengan yang dijadikan tempat penelitian
2. Jenis data:
Jenis data dalam penelitian ini berupa data deskripsi kualitatif tentang permasalahan
dan cara pemecahan masalah yang teridentifikasi oleh peneliti, dalam bentuk
catatan lapangan, dokumentasi (foto) dan hasil refleksi dari tiap pelaksanaan
pembelajaran.
3. Alat Pengumpul Data:
Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :
Catatan lapangan dan catatan observer
Alat observasi
Dokumnetasi (Video dan foto)
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data. Analisis
data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian. Oleh sebab itu,
peneliti harus memahami teknik analisis data agar hasil penelitiannya mempunyai
nilai ilmiah yang baik. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipergunakan
adalah dengan cara triangulasi data. Triangulasi yaitu menggunakan berbagai
sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian seperti menganalisis,
mensintesis, memaknai, menerangkan, menyimpulkan data yang terkumpul.
Triangulasi data dilakukan antara peneliti, dosen pembimbing dan mitra peneliti serta
menggunakan dokumentasi kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya data yang diperoleh direduksi lalu dikelompokan. Hasil yang didapat
berupa kebiasaan – kebiasaan yang muncul pada pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola, selanjutnya dideskripsikan sehingga menjadi suatu kesimpulan.
Diposkan oleh Angga Sastra Sutiana di 06.41