i
PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM AL QUR’AN (TELAAH
TAFSIR MAUDHU’I)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
NuurFuadatulHaqiqy
NIM. 11113208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
P
iv
PENGESAHAN
v
KESEDIAAN DI PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nuur Fuadatul Haqiqy
NIM : 11113208
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh e-repository IAIN
Salatiga.
vi
vii
viii
ix
MOTTO
“Lakukan segala sesuatu yang bermanfaat
sekarang, karena menunda sesuatu hanya akan
menghasilkan kegagalan yang menunda
kesuksesan”
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua (Bapak Ismail dan IbuMulyanti) yang senantiasa
mendoakan dan selalu percaya denganku.
2. Suami, Mas Edi Wibowo yang selalumendukung, mendoakandansaba
rmembantu dalam menyusu naskah skripsi ini.
3. Buahhati, Indana Syakira Afsyannada penyemangat dalam membua
naskah skripsi ini.
4. Saudara-saudara, HimatulKholisa , Maudatul Faqiha Fatimatuzzahra, dan
Nikmatul Azizah dengan adanya mereka telah memberi motivasi
tersendiri.
5. Bapak & Ibu, K. Drs. Nasafi & keluargayang telah membimbing menjadi
lebih baik.
6. Dosen pembimbing (Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.), serta para guru dan
dosen yang telah membagikan ilmu.
7. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menghiburku yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
8. Sivitas akademik IAIN Salatiga
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
nikmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Pendidikan Holistik Dalam Al Qur‟an (Telaah Tafsir
Maudhu‟i).
Salawat serta salam selalu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Dengan
tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan kepada seluruh pihak yang telah
mendukung serta membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, makakritikdan saran yang bersifat membangun akan penulis
terima dengan senang hati. Semoga denga ntersusunnya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, terlebih untuk para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 6 Agustus 2019
Nuur Fuadatul Haqiqy
NIM. 11113203
xii
ABSTRAK
Haqiqy, NuurFuadatul. 2019. PendidikanHolitikdalam Al Qur‟an
(TelaahTafsirMaudhu‟i).Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Isalam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Holistik dalam Al Qur’an
Globalisasi tidak akan bisa dihindari dan telah menghampiri seluruh rakyat
di belahan bumi manapun dengan membawa banyak dampak baik positif maupun
negatif. Untuk mengantisipasi dan menanggulangi dari dampak globalisasi
diperlukan pendidikan secara menyeluruh baik jasmani maupun rohani. Melalui
pendidikan holistik diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengantisipasi dan
menanggulangi dari dampak globalisasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui konsep pendidikan holistik, serta untuk mengetahui ajaran
holistik yang terdapat dalam Al Qur‟an yaitu dalam QS. Al Baqarah ayat 208,
QS.At Taubah Ayat 122, QS.At Tin ayat 4, QS.Al Alaq ayat 1-5, dan QS.An Nahl
ayat 90.
Penulisan skripsi ini menggunakan jeni spenelitian kepustakaan (library
research) dengan menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu’i, atau biasa
disebut dengan tafsir tematik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan holistik
merupakan pendidikan yang membantu peserta didik untuk memamhamkan serta
mengembangkan segala aspek dalam kehidupan secara menyeluruh untuk diri
sendiri serta lingkungan, secara jasmani dan rohani.
DalamAl Qur‟an terdapat ajaran holistik yaitu dalam QS.Al Baqarah ayat
208, yang memerintahkan manusia untuk beriman dan belajarsecara keseluruhan
baik jasmani maupun rohani. Selain itu terdapat pula perintah untuk belajar
pengetahuan untuk diri sendiri serta mengajarkan kepada orang lain.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN .................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................................... vii
DEKLARASI .................................................................................................. viii
MOTTO............................................................................................................ ix
PERSEMBAHAN ............................................................................................ x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
E. Metode Penelitian.................................................................. 7
F. Penegasan Istilah ................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan............................................................ 14
BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT HOLISTIK ................................ 16
A. QS. Al Baqarahayat 208 ......................................................... 16
B. QS. At TaubahAyat 122 ......................................................... 16
C. QS. At Tin Ayat 4 .................................................................. 18
D. QS. Al AlaqAyat 1-5 .............................................................. 20
E. QS. An Nahlayat 90 ............................................................... 24
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ............................... 24
A. Asbabun Nuzul ....................................................................... 27
B. Munasabah ............................................................................. 35
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 51
A. Pendidikan Holistik .................................................................. 51
B. Analisis Ajaran Holistik dalam Al Qur‟an ............................... 62
xv
BAB V PENUTUP .................................................................................... 70
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 82
SURAT PENUNJUKKAN PEMBIMBING .................................................... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi tidak akan bisa dihindari dan telah menghampiri
seluruh rakyat di belahan bumi manapun dengan membawa banyak
dampak baik positif maupun negatif. Sisi positif dari globalisasi itu berada
pada kemajuan teknologi informatika dan teknologi komunikasi, dimana
kita dapat terhubung, dan mendapatkan informasi dari berbagai belahan
dunia dengan sangat mudah dan cepat. Hampir seluruh informasi yang
ingin kita ketahui dapat terjawab dengan mudah dan cepat (Harni, 2015:
1).
Dampak negatifnya kalau sampai kita hanya menjadi objek suatu
arus globalisasi tanpa mampu berbuat, apalagi jika arus globalisasi
tersebutadalah arus yang negatif yang tentunya akan membawa dampak
buruk bagi siapapun. Oleh karenanya perlu banyak persiapan guna
menghadapi era tersebut. Dalam era tersebut dibutuhkan kemampuan
untuk menjaring dan menyaring segala pengaruh yang masuk dari
berbagai kebudayaan yang lain.
Dampak positif maupun dampak negative dari globalisasi dapat
terjadi oleh siapapun. Tidak hanya orang dewasa yang notabennya bekerja
dan menikah, akan tetapi berdampak pula bagi anak-anak usia sekolah
mulai dari usia taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bahkan bisa
jadi anak balita dapat menjadi salah satu objek yang terkena dampak
2
globalisasi tersebut. Selama ini yang mendominasi dampak dari globalisasi
adalah dampak negative yang mana dampak ini sangat tidak baik bagi
siapapun terlebih bagi anak-anak balita hingga anak-anak usia sekolah
yang merupakan aset terbesar bangsa dimana dari anak-anak inilah yang
akan menjadi generasi masa deppan bangsa. Bisa dibayangkan bagaimana
jadinya bangsa ini jika aset terbesar bangsa telah terkena dampak negative
dari globalisasi pasti akan berppengaruh pula bagi kelangsungan masa
depan bangsa.
Diperlukan antisipasi dini untuk mencegah dari dampak negative
tersebut atau paling tidak meminimalisir dari dampak negative tersebut.
Banyak cara untuk mengantisipsi dampak negative dari globalisasi
tersebut salah satunya yaitu melalui pendidikan. Dalam pendidikan
terdapat berbagai sistem, pelajaran-pelajaran, maupun materi yang
tersusun secara sistematik dengan sangatbaik sehingga diharapkan melalui
pendidikanini mampu menjadi antisipasi dampak negative dari globalisai.
Namun dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini sedang
mengalami krisis kepercayaan poleh masyarakat.Mereka menganggap
bahwa saat ini pendidikan kurang berhasil dalam mempersiapkan siswa
didiknya untuk memasuki dunia kerja yang telah dirasuki globalisasi
dengan neoliberalisme.
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan saat ini
terjadi karena mereka menganggap bahwa adanya beberapa kelemahan
dan kemunduran system pendidikan yang mewarnai dunia pedidikan di
3
tanah air kita selama ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa
peristiwa dan keadaan lingkungan sekitar yaitu: pertama merebaknya
budaya kekerasan dan anarkisme di dalam lingkungan pendidikan kita
yang tak juga mendapatkan jalan keluar. Kekerasan itu terjadi dengan
mulut yang berakibat penderitaan psikologis maupun tangan dan kaki yang
mengakibatkan penderitaaan fisik, terutama korbannya adalah para
generasi penerus bangsa. Kedua ketidakjujuran/kurangnya jiwa satria dari
para pelaku pendidikan. Misalnya seorang mahasiswa bisa lulus dengan
membayar sejumlah uang guna penyelesaian skripsinya. Ketiga pengajaran
agama dan moral hanya sebagai iplmu pengetahuan teoritis belaka, banyak
yang diajarkan sembarangan saja, bukan sebagai tuntunan akhlak spiritual
yang harus diamalkan. Buktinya sekarang ada beberapa siswa yang berani
menantang berkelahi dengan gurunya, para pendidik yang berlaku amoral
dan tega merusak masa depan siswa-siswi didiknya sendiri, seks bebas di
kalangan para siswa, aborsi banyak dikalangan mahasiswi dan siswa putri,
hamil sebelum nikah, narkobadan banyak lainnya.
Dari berbagai masalah yang dialami oleh dunia pendidikan di
Indonesia tersebut, maka diperlukan pengembangan yang tepat agar
mendapatkan kepercayaan penuh oleh masyarakat terhadap pendidikan di
Indonesia. Terlebih pendidikan adalah salah satu dari berbagai cara untuk
mengantisipasi dari dampak negative globalisasi.
Dalam dunia pendidikan terbarukan saat ini muncul istilah
pendidikan holistik dimana dengan pendidikan holistik ini dianggap
4
menjadi salah satu solusi yang terbaik dari berbagai masalah yang sedang
dialami oleh dunia pendidikan Indoesia. Pendidikan holistik lahir sebagai
respon positif dan bijaksana atas krisis ekologi, budaya, dan tantangan
moral pada abad ini, yang bertujuan untuk mendorong kaum muda sebagai
generasi penerus agar dapata hidup dengan bijaksana dan bertanggung
jawab dalam suatu masyarakat yang saling pengertian dan berkelanjutan
serta ikut berperan dalam membangun masyarakat. Sedangkan Pendidikan
holistik itu sendiri adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan
siswa didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi
juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan
sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu
mengangkat harkat bangsa (Rubiyanto, 2010:1).
Dengan pendidikan holistik inilah diharapkan mampu menjawab
dari berbagai tantangan dan kebutuhan dasar peserta didik yang memiliki
latar belakang berbeda (etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial)yang
merupakan agenda utama dalam pendidikan holistik.
Istilah holistik muncul pertama kali pada tahun 1926, kemudian
berkembang sebagai pendidikan holistik sekitar tahun 1960-1970 ketika
dilaksanakan konferensi pertama Pendidikan Holistik Nasional yang
diselenggarakan oleh Universitas California pada bulan Juli 1979, degan
menghadirkan The Mandala Society dan The National Center for the
Exploration of Human Potential. Dan sejak saat itu pendidikan holistik
5
sampai saat ini semakin lama semakin makin banyak penganutnya dan
membawa perubahan besar-besaran dalam dunia pendidikan.
Dalam Islam istilah holistik dapat diwakilkan dengan istilah kaffah
yang berarti keseluruhan. istilah ini termaktub dalam QS. Al Baqarah ayat
208. Ini berarti terdapat pula pendidikan holistik dalam pendidikan Islam.
Belum banyak yang mengetahui bahkan menyadari bahwa terdapat
pendidikan holistik dalam pendidikan Islam. Hal ini sangat disayangkan
karena pendidikan holistik dalam Islam pada kenyataannya telah ada
berabad-abad sebelum pendidikan holistik itu sendiri telah banyak
penganutnya.
Dari latar belakang diatas disini peneliti akan meneliti salah satu
ayat Al-Qur‟an yang terdapat kopnsep pendidikan holistik yaitu QS. Al
Baqarah ayat 208.Dengan judul “PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM
AL-QUR’AN (TELAAH TAFSIR MAUDHU’I)”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yaitu pertanyaan konkret dari apa saja yang
ingin dicarikan jawabannya (Ananda, 2016: 69). Adapun rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep pendidikan holistik?
2. Bagaimana ajaranholistik yang terkandung dalam QS. Al Baqarah ayat
208, QS. At Taubah ayat 122, QS. At Tin ayat 4, QS. Al Alaq ayat 1-5,
dan QS. Al Anfal Ayat 60.
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian disesuaikan dalam perumusannya sebagai
gambaran operasionalisasi penelitian masing-masing masalah
sebagaimana yang telah dirumuskan. Urutan tujuan penelitian harus
konsisten dengan urutan rumusan masalah, sedang perumusannya berupa
kalimat deklaratif yang mengumumkan bagaimana gambaran kegiatan
operasional penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:;
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan holistik.
2. Untuk mengetahui ajaran holistik yang terkandung dalam QS. Al
Baqarah ayat 208,QS. At Taubah ayat 122, QS. At Tin ayat 4, QS. Al
Alaq ayat 1-5, dan QS. Al Anfal Ayat 60.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini setidaknya memiliki dua manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya, terkhusus untuk
pendidikan holistik, terutama mengenai nilai-nilai pendidikan holistik
dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 208, QS. At Taubah ayat 122,
QS. At Tin ayat 4, QS. Al Alaq ayat 1-5, dan QS. Al Anfal Ayat 60.
Serta diharapkan dari hasil pembahasannya dapat berguna dan
menambah literatur atau bacaan tentang nilai-nilai pendidikan holistik
dalam Al-Qur‟an.
7
2. Manfaat Praktis
Secara praktis,melalui penelitian ini diharapkan adanya beberapa
manfaat yaitu:
a. Bagi Pembaca, diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai pentingnya nilai-nilai pendidikan holistik yang harus
diterapkannya dalam kehidupannya.
b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
rujukan atau referensi dalam pengembangan pendidikan
bebasisholistik terlebih pada pendidikan agama Islam.
c. Bagicivitas akademika, untuk masa yang akan datang diharapkan
penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
melakukan berbagai penelitian yang relevan.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan
menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan
tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research),yaitu penelitian yang difokuskan pada penelusuran dan
telaah literatur serta bahan pustaka lainnya. Literatur juga merupakan
cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-
sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya (Kholifah, 2017: 9).
8
Penelitian kepustakaan adalah penelitian degan mencari dan
mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari
dan mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk
mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan
ahli pendidikan tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisis
untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan
menghasilkan suatu kesimpulan tentang gaya bahasa buku,
kecerendungan isi buku, tata tulis, lay-out, ilustrasi, dan sebagainya
(Arikunto, 1998: 11).
2. Pendekatan
Dalam pencapaian yang maksimal, maka metodologi penelitian ini
menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu’i, atau biasa disebut
juga dengan tafsir tematik, yaitu cara menafsirkan kitab suci dengan
menghimpun ayat-ayat Al Qur‟an dari berbagai ayat yang berkaitan
dengan persoalan atau topik yang ditetapkan.Langkah-langkah tafsir
maudhu’i:
a. Menetapkan masalah atau judul
b. Menghimpun atau menetapkan ayat-ayat yang menyangkut
masalah tersebut
c. Menyusun ayat-ayat tadi sesuai dengan masa turunnya dengan
memisahkan priode Mekkah dan Madinah
d. Memahami korelasi ayat tersebut dalam surat masing-masing
9
e. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang
menyangkut masalah tersebut
f. Menyusun pembahasan salah satu kerangka yang sempurna
g. Studi tentang ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang
sama atau mengkompromikan „amm dan khas (umum dan
khusus) muthlaq dan muqayyad (yang bersyarat dan tanpa
bersyarat) atau yang kelihatannya bertentangan, sehingga
semuanya bertemu dalam suatu muara tanpa perbedaan atau
pemaksaan dalam pemberian arti
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan
jawaban Al-Qur‟an terhadap masalah yang dibahas tersebut
(Syafe‟i:2006).
Dalam hal ini peneliti akan membahas mengenai satu topik yaitu
pendidikan holistik dalam QS. Al Baqarah ayat 208, QS. At Taubah
Ayat 122, QS. At Tin ayat 4, QS. Al Alaq ayat 1-5, dan QS. Al Anfal
Ayat 60.Kemudian peneliti membahas dan menganalisis kandungan
ayat tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mendapatkan
pemahaman mengenai esensi dari kandungan ayat dalam Al Qur‟an
sehingga memperoleh suatu konsep yang lebih mengenai pendidikan
holistik dalam pendidikan agama Islam.
3. Metode Pengumpulan Data
10
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-
dokumen atau transkip yang telah ada. Adapundata penelitian ini
dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Merupakan sumber data yang berkaitan langsung dengan
penelitian yaitu tafsir Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 208,
QS. At Taubah ayat 122, QS. At Tin ayat 4, QS. Al Alaq ayat
1-5, dan QS. Al Anfal Ayat 60, beserta tafsirannya menurut
para ulama diantaranya seperti tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr.
Quraish Shihab, dan tafsir Jalalain.
b. Data Sekunder
Yaitu data berupa bahan pustaka yang memiliki kesamaan
kajian, dihasilkan dari beberapa sumber lain, mengandung dan
melengkapi sumber-sumber data primer. Sehingga dapat
membantu memecahkan permasalahan yang menjadi
fokuspenelitian ini. Misalnya Pendidikan Holistik Pendekatan
Lintas Perspektifoleh Jejen Musfah, serta sumber informasi
lainnya yang relevan.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan ialah Content Analysis (analisis
isi), yaitu upaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang
dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan literature tafsir.
Disini penulis hanya menafsirkan pendidikan holistik dalam
11
kandungan QS. Al Baqarah Ayat 208, QS. At Taubah ayat 122, QS. At
Tin ayat 4, QS. Al Alaq ayat 1-5, dan QS. Al Anfal Ayat 60 dari
beberapa pendapat ahli tafsir.Kemudian dari hasil penafsiran surah
tersebut dianalisasecara mendalam dan seksama mengenai pendidikan
holistik.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah
dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi-definisi
operasionalnya. Beberapa istilah yang dianggap perlu untuk dijelaskan
antara lain sebagai berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu
memelihara, dan memberi latihan ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran (2007:211).
Pengertian pendidikan menurut Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) Tahun 1973 juga dijelaskan bahwa pendidikan pada
hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari, untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung
seumur hidup.
Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
12
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2011:
26).
Sedangkan menurut para ahli pendidikan adalah memelihara dan
memberi latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran: didikan: hasil didikan; bingung, bodoh (zubaidi, 2002: 12).
Hartono juga berpendapat bahwasannya pendidikan adalah
menjadikan pengajaran di sekolah makin bersifat kegiatan belajar, dan
pendidikan diluar sekolah terprogram dan produktif, untuk menuju
tercapainya seutuhnya dengan segala kekayaan kepribadiannya, cara
mengaturnya ang kompleks dan dalam segala kewajibannya sebagai
perorangan, keluarga dan anggota masyarakat, sebagai penduduk dan
penghasil atau penemu teknik-tenik dan pemimpin yang kreatif, serta
masyarakat yang terus belajar, yaitu masyarakat yang anggotanya tidak
lagi asik mencari pengetahuan sekali saja untuk lama-lamanya
sepanjang hidup nya, tetapi harus belajar membangun suatu badan
pengetahuan untuk seumur hidup yang senantiasa berkembang yaitu
“belajar untuk hidup” (Hartono, 2002: 7).
Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis
mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha
seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan
13
seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapunsecara sadar yang
berlangsung seumur hidup.
2. Holistik
Kata holistik berasal (holistic) dari kata holisme(holism). Kata
holism pertama kali digunakan oleh J.C. Smuts pada tahun 1926 dalam
tulisannya yang berjudul Holism and Evolution. Asal kata holisme
diambil dari Bahasa Yunani, holos, yang berarti semua atau
keseluruhan. Smuts mendefinisikan holism sebagai sebuah
kecerendungan alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga
sesuatu tersebut lebih besar dari pada sekedar gabungan-gabungan
bagian hasil evolusi (Harni, 2015: 23).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Holisme didefinisikan
sebagai cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan
memandang gejala atau masalah itu sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Dari kata holism itulah kata holistik diartikan sebagai cara pandang
yang menyeluruh atau secara keseluruhan.
3. Pendididikan Holistik
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi
kebebasan siswa didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara
intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara
keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter
kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa (Rubiyanto, 2010:1).
14
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Awal
Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,
motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar
lampiran.
2. Bagian Inti
Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima
bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini
menjabarkan mengenai pokok permasalahan yang terdiri dari: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,kegunaan
penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
penulisan.
Bab kedua berisikompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan
holistik.
Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah. Dalam bab
ini menguraikan tentang sebab-sebab turunnya ayat serta menerangkan
ayat yang berhubungan dengan ayat yang berkaitan denganpendidikan
holistik.
Bab keempat berisi pembahasan mengenai pengertian pendidikan
holistik, sejarah pendidikanholistik, tujuan pendidikan holistik, aspek
15
pendidikan holistik, prinsip dasar pendidikan holistik, dimensi
pendidikan holistik, karakter pendidikan holistik, model pendidikan
holistik, ciri kurikulum pendidikan,dan analisis tentang pendidikan
holistik dalam QS. Al Baqarah ayat 208, QS. At Taubah ayat 122, QS.
At Tin ayat 4, QS. Al Alaq ayat 1-5, dan QS. Al Anfal Ayat 60.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali
ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Yaitu bagian yang memuatdaftar pustaka,daftar riwayat hidup dan
lampiran-lampiran.
16
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT HOLISTIK
Sebagai manusia yang telah ditetapakan dan diberi amanah oleh Allah
menjadi khalifah fil ardtentunya memiliki kemampuan yang istimewa
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini menjadi salah satu alasan
diciptakannya manusia sebagai makhluk yang paling baik. Allah menciptakan
manusia dalam keadaan baik. Bukan hanya baik dalam hal jasmani saja bahkan
rohaninya. Secara holistik Allah menciptakan manusia dalam keadaanpaling baik.
Berikut beberapa ayat-ayat holistik dalam Al-Qur‟an.
A. QS. Al Baqarah Ayat 208
﴾٢۸۰﴿انهلكمعدومبي نتالشيط ولات تبعواخطو كآفة منواادخلوافالسلمي هاالذينا آي
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara
keseluruhan , dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia
musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah/2: 208).
Hai orang-orang yang beriman, dengan ucapannya, baik yang sudah,
maupun yang belum dibenarkan imannya oleh perbuatannya: masuklah
kamudalam kedamaian (Islam) secara meyeluruh (Shihab, 2000:419)
ا آي السلممنواادي هاالذين خلواف (Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke
dalam agama Islam), ada yang membaca salmi dan ada pula silmi كآفة(secara
17
keseluruhan)“hal”dari Islam artinya ke dalam seluruh syariatnya tanpa kecuali,
تولات تبعواخطو (dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah) atau jalan-jalan
نالشيط (setan) artinya godaan dan perdayaannya untuk membeda-bedakan, انه
عدومبي artinya jelas (sesungguhnya ia musuh-musuhmu yang nyata)لكم
permusuhannya terhadapmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 109).
Kata (السلم) as-Silm yang ada dalam ayat diatas diterjemahkan dengan
kedamaian atau Islam, makna dasarnya adalah damai atau tidak mengganggu.
Kedamaian oleh ayat ini diibaratkan berada di suatu wadah yang dipahami dari
kata (ف) fi, yakni dalam. Yang beriman diminta untuk memasukkan totalitas
dirinya ke dalam wadah itu secara menyeluruh sehingga semua kegiatannya
berada dalam wadah atau koridor kedamaian. Ia damai dengan dirinya,
keluarganya, dengan seluruh manusia, binatang dan tumbu-tumbuhan, serta
alam raya. Dan hasilnya ( كآفة) kȃffah, yakni secara menyeluruh tanpa kecuali.
Ayat ini menuntut setiap yang beriman agar melaksanakan seluruh ajaran
Islam. Jangan hanya percaya dan mengamalkan sebagian ajarannya dan
menolak atau mengabaikan sebagian yang lain. Ia dapat juga bermakna
masuklah kamu semua kȃffah tanpa kecuali, jangan seorangpun diantara kamu
yang tidak masuk kedalam kedamaian/Islam.
18
Karena setan selalu menggoda manusia, baik yang durhaka apalagi
yangtaat, maka Allah melanjutkan pesannya, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang permusuhannya
nyata bagimu atau tidak meyembunyikan permusuhannya kepadamu.
Kata ( تخطو )lagkah-langkah setan mengandung isyarat bahwa setan
dalam menjerumuskan manusia menempuh jalan bertahap, langakah demi
langkah, menyebabkan yang dirayu tidak sadar bahwa dirinya telah terjerumus
ke jurang kebinasaan (Shihab, 2000: 419-430).
B. QS. At Taubah ayat 122
كآفة وماكا لي نفروا المؤمن ون طآء ن فرقةمن هم كل ن فرمن ولي نذرواف لولا ين الد ف ليت فقهوا فة
﴾۲۱۱﴿ق ومهماذارجعوآاليهملعلهميذرون
Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberikan peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar
mereka dapat menjaga dirinya (QS. At Taubah/9: 122).
Tatkala kaum mukmim dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan
perang, kemudian Nabi SAW. Mengirimkan sariyyahnya, akhirnya mereka
berangkat ke medan perang semua, tanpa ada seorangpun yang tinggal; maka
turunlah firman-Nya berikut ini, yaitu: لي نفرواوماكا المؤمن ون ن (Tidak sepatutnya
bagi bagi orang-orang mukmin itu pergi) ke medan perang كآفة
19
فرقة (semuanya , Mengapa tidak)ف لولا كل (pergi dari tiap-tiap golongan)ن فرمن
suatu kabilah طآءفة beberapa golongan(diantara mereka beberapa orang)من هم
saja, kemudian sisanya tetap tinggal di tempat ليت فقهوا(untuk memperdalam
pengetahuan mereka) yakni tetap tinggal di tempat اذا ق ومهم ولي نذروا ين الد ف
اليهم mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya)رجعوآ
apabila mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan
mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya
يذرون ,dari siksaan Allah (supaya mereka itu dapat menjaga dirinya)لعلهم
yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya,
bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus untuk sariyyah-sariyyahnya, yakni
bilamana pasukan itu dalam bentuk sariyyah lantaran Nabi SAW. tidak ikut
berangkat ke medan perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila
Nabi SAW. berangkat ke suatu Gazwah (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 774).
20
C. QS. At Tȋn Ayat 4
نسانفاحسنت قوي ﴾٤﴿لقدخلقناالا
Artinya: Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya (QS. At Tȋn/95: 4).
نسان artinya (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia)لقدخلقناالا
semua manusia احسنت قوي artinya baik (Dalam bentuk yang sebaik-baiknya)ف
bentuk ataupun penampilannya amatlah baik (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016:
1352).
Kata (خلقنا) Khalaqnȃ, Kami telah menciptakan terdiri dari kata (خلق)
khalaqa dan (نا)nȃ yang berfungsi sebagai kata ganti nama. Kata (نا)nȃ(Kami)
yang menjadi kata ganti nama itu menunjuk kepada jamak (banyak), tetapi bisa
juga digunakan untuk menunjuk satu pelaku saja dengan maksud
mengagungkan pelaku tersebut. Para raja iasa menunjuk dirinya dengan
menggunakan kata “kami”. Allah juga sering kali menggunakan kata tersebut
untuk menunjuk diri-Nya. Dari sisi lain, penggunaan kata kata ganti bentuk
jamak itu (Kami) yang menujuk kepada Allah mengisyaratkan adanya
keterlibatanselain-Nya dalam perbuatan yang ditunjuk oleh kata yang
dirangkaikan dengankata ganti tersebut. Jadi, kata (خلقنا) khalaqnȃ
21
mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam penciptaan manusia. Dalam
hal ini adalah ibu bapak manusia. Ibu dan bapak mempunyai peranan yang
cukup berarti dalam penciptaan anak-anaknya, termasuk dalam penyempurnaan
keadaan fisik dan pikirannya. Para ilmuan mengakui bahwa keturunan,
bersama dengan pendidikan, merupakan dua faktor yang sangat dominan dalam
pembentukan fisik dan kepribadian anak.
Kata (الإنسان) al-insȃn, manusia yang dimaksud oleh ayat ini, meurut al-
Qurthubi, adalah manusia-manusia yang durhaka kepada Allah. Pendapat ini
ditolak oleh banyak pakar tafsir dengan alasan antara lain adanya pengecualian
yang ditegaskan oleh ayat berikut yaitu, kecuali orang-orang yang beriman. Ini
menunjukkan bahwa “manusia” yang dimaksud oleh ayat ini adalah jenis
manusia secara umum, mencakup yang mukmin maupun yang kafir.
Kata (تقوي) taqwȋm berakar dari kata (قوم) qawama, yang darinya yang
terbentuk kata (قائمة) qȃ’imah, (استقامة) istiqȃmah, (اقيموا) aqȋmȗ, dan
sebagainya, yang keseluruhannya menggambarkan kesempurnaan
sesuatusesuai dengan objeknya. Kata (اقيموا) aqȋmȗ yang digunakan untuk
perintah melaksanakan shalat berarti bahwa shalat harus dilaksanakan dengan
sempurna sesuai dengan syarat, rukun, dan sunnah-sunnah. Kata
qiwȃm, yakni (قوام) taqwȋmdiartikan sebagai menjadikan sesuatu memiliki(تقوي)
bentuk fisik yangpasdengan fungsinya. Ar-Rȃghib al-Ashfahȃni, pakar bahasa
22
al-Qur‟an , memandang kata taqwȋm di sini sebagai isyarat
tentangkeistimewaan manusia disbanding binatang, yaituakal, pemahaman,
danbentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi, kaliman ahsȃn taqwȋm berarati
bentuk fisik dan bentuk psikis yang sebaik-baiknya, yang menyebabkan
manusia dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Jika demikian,
tidaklah tepat memahami ungkapan sebaik-baik bentuk terbatas dalam
pengertian fisiksemata(Shihab, 2000:435-438).
D. QS. Al Alaq Ayat 1-5
نسانمنعلق﴾۲﴿اق رأباسمربكالذيخلق الذي﴾٣﴿اق رأوربكالاكرم﴾٢﴿خلقالا
ي علم﴾٤﴿علمبالقلم نسانمال ...﴾٥﴿علمالا
Artinya: 1. Bacalah! dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, 2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. Yang mengajar (manusia)dengan pena, 5.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya,… (QS. Al Alaq/96: 1-
5).
باسمربكالذي maksudnya mulailah membaca dan memulainya (Bacalah)اق رأ
نسان.(degan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan)خلق Dia telah)خلقالا
menciptakan manusia) atau jenis manusia علق lafaz ‘alaq (dari ‘alaq)من
bentuk jamak dari lafaz ‘alaqah, artinya segumpal darah yang kental.
وربك lafaz ayat ini mengukuhkan makna lafaz pertama yang sama (Bacalah)اق رأ
23
artinya tiada seorang pun yang (dan Tuhanmulah Yang paling Pemurah)الاكرم
dapat menandingi kemurahannya. Lafaz ayat ini sebagai hȃl dari damir yang
terkandung di dalam lafaz iqra’.علم manusia menulis (Yang mengajar)الذي
orang pertama yag menulis dengan memakai qalam atau (dengan qalam)بالقلم
pena adalah Nabi Idris a.s. نسان atau (Dia mengajarkan kepada manusia)علمالا
jenis manusia ي علم yaitu sebelum Dia (apa yang tidak diketahuinya)مال
mengajarkan kepadanya hidayah, menulis, dan berkreasi serta hal-hal lainnya...
(Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 1354-1355).
Dalam surah diatas bagaikan menyatakan: bacalah wahyu-wahyu Allah
yang sebentar lagi akan banyakengkau terima dan baca juga alam dan
masyarakatmu. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan
pengetahuan. Bacalah semua itu tetapi dengan syarat hal tersebut engkau
lakukan dengan atau demi nama Tuhan Yang selalu memelihara dan
membimbingmu dan Yang mencipta semua makhluk kapan dan dimana pun.
Kata اق رأ pada ayat 1 dan 3 dari QS. Al Alaq mempunyai arti “perintah
membaca”. Kata اق رأpada ayat ketiga merupakan pengulangan dan penguat dari
ayat pertama, yaitu perintah membaca yang pertama ditujukan kepada pribadi
Muhammad Saw., sedang perintah yang kedua kepada umatnya. Ada juga
24
perintah untuk mebaca dalam shalat, dan membaca untuk diluar shalat. Selain
itu perintah yang dimaksudkan sebagai perintah belajar untuk dirinya sendiri,
dan peritah mengajar orang lain (Shihab, 2000: 454).
Kata اق رأyang berasal dari يقرأ-قرأ yang terdiri dari “qaf, ra’, dan hamzah
yang berarti pengumpulan, penghimpuan”. Jika kata ini diterjemahkan dengan
“bacalah”, maka kata perintah ini mengandung perintah ini mengandung aspek
pendidikan, yaitu dengan adanya seorang membaca ia berarti menghimpun dan
mengumpulkan ilmu pengetahuan. Dengan kata اقرأ ini pula menandakan bahwa
sejak awal diturunkannya, al-Qur‟an telah memberikan isyarat bahwa betapa
pentingnya ilmu pengetahuan. Perintah membaca pada wahyu pertama ini,
nantinya disusul dengan ayat demi ayat yang berjumlah 6.236 ayat yang
sebagian besar mendorong kepada ilmu pengetahuan. Hal ini memberi indikasi
bahwa betapa pentingnya perintah membaca tersebut. Untuk bisa membaca
memerlukan belajar terlebih dahulu, sementara belajar itu sendiri merupakan
bagian dari pendidikan. Kemudian perintah membaca itu juga untuk umat
manusia seluruh alam dalam sejarah kemanusiaan. Sebab al-Qur‟an menjadi
pedoman bagi umat manusia agar berbahagia dunia dan akhirat.
Ayat pertama sesudah kata اقرأadalah kata باسمyang berasal dari kata bi dan
ism. Huruf bi biasanya diterjemahkan “dengan”. Namun dalam ayat ini ada
beberapa pendapat dalam mengartikan bi. Pertama, yaitu bi tersebut adalah
sisipan yang tidak menambah suatu makna tertentu melainkan hanya sekedar
25
memberi tekanan kepada perintah tersebut. Pendapat ini menjadikan kata ismi
sebagai objek dari perintah iqra’. Kedua, bi yang mengandung arti
“penyertaan” atau mulasabah sehingga ayat tersebut berarti “Bacalah disertai
dengan Nama Tuhan!”. Dalam hal ini setuju dengan pendapat Budihardjo yang
cenderung pada point yang kedua, sebab dalam membaca harus selalu bersama
Tuhan. Jadi mengaitkan pekerjaan membaca dengan nama Tuhan
mengantarkan pelakunya selalu karena Tuhan yang Kekal Abadi, serta diiringi
keikhlasan. Kata ismi dari kata sama – yasmu berarti tinggi, dan juga dapat
berarti tanda. Dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “nama”, sebab nama
itu harus dijunjung tinggi dan sebagai tanda sesuatu.
Kata rabb dari kata rabba terdiri dari huruf ra’, ba’, dan mu’tal berarti
penambahan, pertumbuhan dan peninggian. Kara rabb berarti pendidikan
katena dari akar تربية yang berarti “menjadikan/mendirikan sesuatu tahap demi
tahapsampai taraf sempurna”. Kata rabbuka dalam ayat ini berarti Tuhanmu,
sebab Tuhanlah yang mendidik, memelihara, memperbaiki manusia. Itu semua
pada hakekatnya adalah pengembangan, peningkatan, perbaikan, meninggikan
kemampuan yang menjadi objek didik, yaitu manusia (Budihardjo, 2005:64).
Kata خلق berarti memberi ukuran sesuatu dan menghaluskan sesuatu.
Kedua-duanya merujuk pada makna pemberian bentuk sesuatu yang mengarah
pada fisik dan pemolesan psikis manusia. Kata khalaqa dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan “menciptakan”. Yang dimaksud adalah menciptakan
tanpa satu contoh terlebih dahulu (Shihab, 2000: 457).
26
E. QS. Al Anfal Ayat 60
ومن ق وة من مااستطعتم والم عدوالل واعد به ت رهب ون اليل وا رباط وعدوكم دونمه من خرين
سبيلالل هيعلمهماالل لات علمون هم اليكموان تملاتظلمونومات نفكوامنشيءف هي وف
﴿٦﴾
Artinya: Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi
mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat
menggetarjan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuimya. Apa saja uang kamu infaqkan di jalan Allah niscaya akan
dinalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan)(QS.
Al Anfal/60: 8).
والم untuk memerangi (Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka)واعد
mereka مااستطعتم(kekuatan apa saja yang kalian sanggupi) Rasulullah SAW.
Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah ar-ramyu atau
pasukan pemanah. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan Imam Muslim
اليل رباط ,berbentuk masdarرباط lafaz (dan dari kuda-kuda yang di tambat)ومن
artimya kuda-kuda yang sengaja di sediakan untuk berperang di jalan Allah
عدوالل kalian membuat gentar (untuk membuat takut)ت رهب ون وعدوكمبه ه (dengan
adanya persiapanitu musuh Allah dan musuh kalian) artinya orang-orang kafir
Mekah دونموا من خرين (dan orang-orang selain mereka) terdiri dari atas orang-
27
orang munafik atau orang-orang Yahudi يعلمهماالل ت علمون هملا من ه ومات نفكوا
اليكمشيءفسبيلالل هي وف (yang kalian tidak mengetahuinya. Apa saja yang kalian
nafkahkan pada jalan Allah, niscaya akan dibalaskan kepada kalian dengan
balasan yang cukup) yakni pahalanya لاتظلمون dan kalian tidak akan)وان تم
dianiaya) tidak akan dikurangi sedikit pun dari pahala kalian(Al-Mahalli & As-
Suyuti, 2016: 695-696).
Boleh jadi timbul kesan bahwa kaum muslim boleh berpangku tangan
menghadapi musuh karena ayat yang lalu telah menegaskan bahwa musuh Allah
tidak akan dapat lolos dari siksa. Tidak, ayat ini menghapus kesan tersebut karena
secara tegas ia menyatakan bahwa dan di samping memporak-porandakan yang
telah berkhianat serta membatalkan perjanjian yang dijalin dengan siapa yang
dikhawatirkan akan berkhianat, kamu juga harus memperhatikan hokum sebab
dan akibat, karena itu siapkanlah untuk menghadapi mereka yakni musuh-musuh
kamu apa yang kamu mampu menyiapkannya dari kekuatan apa saja dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk persiapan perang.
Boleh jadi ada yang bertanya”mengapa kami harus mempersiapkan
padahal Engku ya Allah yang menganugerahkan kemenangan?”. Pertanyaan itu
dijawab bahwa tujuan persiapan adalah agar kamu menggetarkan musuh Allah,
musuh kamu dan menggetarkan pula dengan persiapan itu, atau atau dengan
getarnya musuh-musuh Allah dan musuh kamu itu orang-orang selain mereka
28
yang kamu tidak mengetahui siapa mereka baik karena mereka munafik maupun
suku dan bangsa yang menentang Islam tapi belum ada tanda-tanda permusuhan
yang kamu dapatkan dari mereka, Allah terus menerus mengetahui mereka kapan
dan dimanapun mereka berada.
Karena persiapan untuk membela kebenaran dan nilai Ilahi memerlukan
biaya maka ayat ini memerintahkan untuk menafkahkan harta sambal
mengingatkan bahwa apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah walau
sekecil apapun niscaya akan dibalas dengan sempurna kepada kamu dan kamu
tidak akan dianiaya yakni dirugikan walau sedikit pun, bahkan Allah akan
menambah sesuai kemurahan Allah dan niat serta upaya masing-masing.
Perintah mempersiapkan kekuatan ditafsirkan oleh Nabi Saw. Dengan
panah dan ketrampilan memanah. Tafsiran ini diangkat Nabi Saw. sesuai dengan
kondisi dan masa beliau. Karena itu sekian banyak ulamak memahamikata
tersebut dalam arti yang berbeda tanpa menolak penafsiran Nabi Saw. itu. Ada
yang berpendapat bahwa yang dimakasud adalah benteng pertahanan. Ada juga
yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah segala macam sarana dan
prasarana serta pengetahuan yang diperlukan untuk mempertahankan nilai-nilai
Ilahi. Itu semua harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan kemajuan
zaman. Pendapat inilah yang paling tepat.
Kata (رباط) akar katanya adalah (ربط) yang berarti mengikat. Kata yang
digunakan ayat ini terambil dari kata (رابط) dalam arti menetap di daerah
29
pertahanan, seakan-akan yang menetap itu mengikat dirinya di sana dan tidak
bergerak untuk menanti atau mengawasi kemungkinan serangan musuh.
الليل) adalah kuda-kuda yang diikat di daerah pertahanan, tidak (رباط
dilepas ikatannya yakni tidak di gunakan kecuali untuk berijtihad. Kuda-kuda
yang diikat merupakan bagian dari kekuatan yang harus dipersiapkan, paling tidak
pada masa itu. Agaknya penyebutannya secara khusus bertujuan untuk
mengingatkan kaum muslimin keadaan mereka pada waktu perang Badr yang
ketika itu hanya memiliki dua ekor unta.
Untuk menggetarkan musuh musuh Allah menunjukkan bahwa kekuatan
yang dipersiapkan itu bukan untuk menindas, atau menjajah, tetapi untuk
menghalangi pihak lain yang bermaksud melakukan agresi. Ini karena yang
bermaksud jahat bila menyadari kekuatan yang akan dihadapinya, maka ia
berpikir seribu kali sebelum melangkah. Penggalan ini mengisyaratkan bahwa
kekuatan yang dipersiapkan itu harus sesempurna mungkin sehingga tidak satu
pihak pu berfikir untuk mengancam.
Kata (ترهبون) terambil dari kata (رهب) yang berarti takut/gentar. Ini bukan
berarti melakukan terror. Memang dalam perkembangan bahasa Arab dewasa ini
teror dan teroris ditunjuk dengan kata yang seakar dengan kata tersebut. Tetapi
perlu dicatat bahwa pengertian semantiknya bukan seperti yang dimaksud oleh
kata itu dewasa ini. Perlu juga di garis bawahi bahwa yang digentarkan bukan
masyarakat umum, bukan juga orang-orang yang tidak bersalah, bahkan bukan
30
semua yang bersalah, tetapi yang digentarkan adalah musuh agama Allah dan
musuh masyarakat. Kekuatan yang dimiliki masyarakat tidak boleh menggetarkan
musuh perorangan, betapapun tinggi kedudukan orang itu. Selanjutnya perlu
diingat bahwa yang perlu dinamai “musuh” adalah yang berusaha untuk
menimpakan mudharat kepada yang ia musuhi. Adapun yang tidak berusaha
untuk itu, baik secara factual maupun potensial maka ia tidak perlu digentarkan.
Disisi lain perlu dicatat bahwa penggunaan senjata untuk membela diri, wilayah,
agama, dan negara sama sekali tidak dapat disamakan dengan teror (Shihab, 2002:
459-461).
Dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan bahwa ayat tersebut ditujukan kepada
segenap umat muslim, bersiaplah untuk menghadapi musuh dengan segenap
kemampuan berupa pembekalan maupun personil. Agar dengan itu tersisip rasa
gentar dalam hati musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian yang menanti
kalian, serta menakuti orang-orang selain mereka yang tidak menampakkan
permusuhannya saat ini kepada kalian. Akan tetapi Allah mengetahui mereka dan
mengetahui apa yang terbesit di hati mereka. Dan harta atau apa saja yang kalian
nafkahkahkan di jalan, baik sedikit atau banyak, niscaya Allah akan menggantinya
di dunia dan menabungkan pahalanya untuk kalian sampai hari kiamat. Dan
pahala bagi kalian tidak akan dikurangi sedikitpun.
Di jelaskan pula dalam Tafsir Ringkas Kemenag RI bahwasannya usai
memerintahkan agar Nabi Muhammad memberi tindakan keras bahkan sampai
mengusir Yahudi Bani Quraidzah yang telah merusak perjanjian, maka ayat ini
memerintahkan agar mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk
31
menghadapi mereka yang terbukti secara nyata memusuhi Islam, dengan
mengerahkan kekuatan apa saja yang kalian miliki dan dari pasukan berkuda yang
memang dipersiapkan untuk berperang. Persiapan kekuatan secara maksimal
tersebut bertujuan agar dapat menggetarkan musuh Allah, musush kalian dan juga
untuk menggetarkan orang-orang selain meraka yang kalian tidak mengetahuinya
baik disebabkan oleh kemunafikannya maupun musuh-musuh Islam yang belum
tampak permusuhannya, tetapi Allah senantiasa mengetahuinya kapan saja dan
dimana saja.
32
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul
1. Pengertian Asbabun Nuzul
Asbabun nuzulterdiri dari dua kata yaitu asbab (jamak dari sabab)
berarti sebabatau latar belakang dan nuzul berarti turun. Menurut Az-
Zarqani sebagai mana yang dikutip Muhammad Chirzin asbabun nuzul
adalah keterangan mengenai suaatu ayat atau rangkaian ayat yang
berisi sebab-sebab turunnya atau menjelaskan hokum suatu kasus
pada waktu kejadian.
Masih dalam sumber yang sama menurut Subhi Shalih, asbabun
nuzul itu sangat bertautan dengan sesuatu yang menjadi sebab
turunnya ayat atau beberapa ayat, atau suatu pertanyaan yang menjadi
sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang
diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa (Chirzin, 2015: 17).
Asbabun nuzul secara mikro didefinisikan oleh para ulama dengan
peristiwa-peristiwa yang direspon oleh satu atau lebih ayat al-Qur‟an.
Peristiwa yang dimaksud di sini bisa berbentuk pertanyaan seorang
Sahabat Nabi tentang sesuatu atau berupa perilaku seseorang kemudian
yang dijawab atau direspon oleh al-Qur‟an.
Adapun secara makro asbabun nuzul di pahami sebagaisegala
situasi dan kondisi yang ada di Bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain di
33
sekitar mereka yang hidup pada abad ke-7 M. dan mendapatkan respon
dari al-Quran (Qadafy, 2015: ix-x).
Sedangkan menurut Quraish Shihab asbabun nuzul adalah
peristiwa-peristiwa yang yang terjadi pada masa turunnya ayaat, baik
sebelum maupun sesudah turunnya, dimana kandungan ayat tersebut
berkaitan/dapat dikaitkan dengan peristiwa itu. Peristiwa yang
dimaksud bisa jadi berupa kejadian tertentu, bisa juga dalam bentuk
pertanyaan yang diajukan, sedang yang dimaksud sesudah turunnya
ayat adalah bahwa peristiwa tersebut terjadi pada masa turunnya al
Qur‟an pertama kali sampai ayat terakhir turun (Shihab, 2013: 235).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas asbabun nuzul dapat
diartikan secara singkat yaitu sebab turunnya al Qur‟an.
Dengan adanya asbabun nuzuldapat membantu untuk memahami
kandungan ayat, atau memperjelasnya, bahkan ada ayat yang tidak
dapat dipahami dengan benar tanpa mengetahui sebabnya.
Namun dibalik itu dalam penurunan ayat al-Qur‟an ada dua
macam, yaitu turunnya didahului oleh sebab dan turunnya tanpa
didahului oleh duatu sebab. Jadi secara garis besar tidak semua ayat al-
qur‟an diturunkan dengan suatu sebab tertentu. Bagi yang diturunkan
dengan sebab, karena menjawab dan memberi tanggapan tentang
pertanyaan umat Nabi. Namun yang lain yang mengisahkan hal ihwal
para nabi beserta umatnya masing-masing pada umumnya tidak ada
34
sebabnya. Bila dikatakan punya sebab hanya ada satu alasan yaitu
guna menghibur Nabi (Efendi, 2016: 79).
2. Asbabun Nuzul QS. Al Baqarah Ayat 208, QS. At Taubah Ayat
122, QS. At Tȋn Ayat 4, QS. Al Alaq Ayat 1-5, QS. Al Anfal Ayat
60.
a. Asbabun Nuzul QS. Al Baqarah Ayat 208
Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari Ikrimah, kataya: Berkata
Abdullah bin Salam, Sa‟labah, Ibnu Yamin, serta Asad dan Usaid
bin Ka‟ab, Sa‟id bin Amar dan Qais bin Zaid, mereka semua dari
golongan Yahudi: “Wahai Rasulullah, hari Sabtu adalah hari besar
kami, maka biarkanlah kami merayakannya, dan bahwa Taurat itu
adalah Kitabullah, maka biarkanlah kami membacanya diwaktu
malam!”. Maka turunlah ayat “Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kedalan Islam secara keseluruhan …sampai akhur ayat”
(Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 194).
Dalam sumber lain dengan riwayat yang sama yaitu oleh
Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah. Yaitu ada sekelompok
kaum Yahudi menghadap kepada Rasulullah saw. Hendak
beriman, dan memintaagar dibiarkan merayakan hari Sabtu, dan
mengamalkan Kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap
bahwa hari Sabtu merupakan hari yang harus dimulyakan, dan
Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allah juga. Maka
turunlah ayat tersebut yaitu QS. Al Baqarah ayat 208, untuk tidak
35
mencampur-baurkan agama. Adapun yang menghadap itu adalah:
Abdullah bin Salam, Tsa‟labah, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid bin
Ka‟ab, Sa‟id bin „Amr, dan Qais bin Zaid (Shaleh, 1990: 69).
b. Asbabun Nuzul QS. At Taubah Ayat 122
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui
Ikrimah yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-
Nya berikut ini, yaitu: “Jika kalian tidak berangkat untuk
berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang
pedih” (QS. At Taubah, 39).
Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak
berangkat ke medan perang, mereka berada di daerag Badui
(pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya.
Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya: “Sungguh
masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah
pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu”.kemudian
turunlah firman-Nya yang menyatakan: “Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang)…” (Qs. At Taubah, 122).
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan pula hadis lainnya
melalui Abdullah ibnu Ubaid Ibnu Umair yang menceritakan
bahwa mengingat keinginan kaum mukmin yang sangat besar
terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah SAW.
36
mengirimkan Sariyyahnya, maka mereka semuanya berangkat. Dan
mereka meninggalkan Nabi SAW. di Madinah bersama orang-
orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah SWT. yaitu QS. At
Taubah ayat 122 (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 797).
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah bahwasanya
ia berkata, “Ketika turun firman Allah, “jika kamu tidak berangkat
(untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan
azab yang pedih…” padahal waktu itu sejumlah orang tidak ikut
pergi berperang karena sedang berada di padang pasir untuk
mengajar agama kepada kaum mereka, maka orang-orang munafik
mengatakan: “Ada beberapa orag di padang pasir tinggal (tidak
berangkat perang). Celakalah orang-orang padang pasir tersebut.”
Maka turunlah ayat, “tidak sepatutnya bagi Mukminin itu pergi
semuanya(ke medan perang)…”.
Ia (Ibnu Abi Hatim) meriwayatkan dari Abdullah bin Ubaid
bin Umar bahwasannya ia berkata, “Karena amat bersemangat
untuk berjihad, apabila Rasululah mengirim suatu regu pasukan,
kaum Muslimin biasanya ikut bergabung ke dalamnya dan
meninggalkan Nabi SAW di kota Madinah bersama sejumlah kecil
warganya. Maka, turunlah ayat ini (Syahril, 2014: 292-293).
c. Asbabun Nuzul QS. Al Alaq Ayat 1-5
37
Surah ini disepakati turun di Mekkah sebelum Nabi berhijrah,
bahkan hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu Al-Qur‟an
pertama yang diterima Nabi SAW. adalah lima ayat pertama surah
ini pada tanggal tujuh belas Ramadhan.
Sebelum Nabi menerima surah ini untuk pertama kali beliau
sering mengasingkan diri dan beribadah di gua Hira karena beliau
tak pernah merasa puas melihat keyakinan sekitar yang penuh
kemusyrikan dan segala persepsi mereka yang tak pernah lepas
dari tahayul. Sementara itu nabi juga dihadapkan dengan tidak
adanya jalan yang jelas dan tak mempunyai batasan-batasan
tertentu, yang bisa menghantarkan kepada keridhaan dan
kepuasaan hati beliau (Budihardjo, 2005: 60).
Mendekati Nabi Muhammad menerima wahyu pertama,
beliau mengalami mimpi-mimpi yang benar. Setiap mimpinya
selalu terbukti kebenarannya,. Mimpi-mimpi itu terjadi selama
enam bulan sebelum turunnya wahyu pertma. Mimpi-mimpi
tersebut, menurut para psikolog muslim, untuk meyakinkan Nabi
Muhammad SAW. akan adanya informasi yang benar dan dapat
diperoleh manusia Devene Revelation, dengan cara yang tidak
biasa. Karena mimpi merupakan salah satu cara Tuhan untuk
memberikan informasi kepada manusia. Hal ini tidak hanya
dialami olehnabi Muhammad saja, melainkan juga dialami oleh
Nabi terdahulu sebut saja Nabi Ibrahim yang menerima petunjuk
38
dari Allah melalui mimpinya yang menyembelih anakanya, dan
anaknya pun mau menaatinya karena merupakan perintah Tuhan.
Kemudian beberapa waktu menjelang turunnya wahyu
pertama, Nabi Muhammad sering kali mendengar suara yang
berkata “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah pesuruh
Allah yang benar.” Ketika beliau mengarahkan pandangan mencari
sumber suara itu, beliau mendapati seluruh penjuru telah dipenuhi
oleh cahaya yang gemerlap.
Sedangkan untuk proses penerimaan wahyu saat di dalam gua
Hira beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat yang membawa
wahyu ilahi. Malaikat berkata pada Nabi Muhammad: “Bacalah!”.
Beliau menjawab: “Aku tidak bisa membaca”. Kedua kalinya
malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga nabi
kepayahan, lalu dilepaskannya. Malaikat berkata lagi kepadanya:
“Bacalah!” Nabi menjawab: “Aku tidak bisa membaca”. Ketiga
kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga
Nabi kepayahan, kemudian Nabi diperintahkan membaca dengan
mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surah Al-
Alaq ayat 1-5.
Selanjutnya beliau beliau tergesa-gesa kembali menuju
istrinya Khatidjah dan menceritakan semua yang telah dialami.
Kemudian Khatidjah menyarankan beliau untuk menemui Waraqah
39
bin Naufal yaitu seorang tua yang memiliki pengetahuan agama-
agama terdahulu. Setelah Nabi menceritakan semua kejadian
tersebut kepada Waraqah, kemudian Waraqah menjawab:
“Malaikat inilah yang pernah menemui Nabi Isa A.s., jika aku
masih kuat, dan masih hidup tatkala kaummu mengusirmu, tidak
seorangpun datang apa yanag kau bawa, melainka akan dimusuhi.
Jika aku masih hidup di masa itu, aku akan menolongmu sekuat
tenaga”. Namun Waraqah kemudian wafat (Budihardjo, 2005: 61).
Maka sejak menerima wahyu pertama inilah telah
menunjukkan bahwa Muhammad mulai diangkat menjadi
Rasullullah atau pesuruh Allah.
d. Asbabun Nuzul QS. At Tin ayat 4 dan QS. An Nahl ayat 90
Setelah penulis mencari asbabun nuzul dari QS. At Tin ayat 4
dan QS. An Nahl ayat 90 di berbagai sumber, mulai dari kitab
tafsir, buku-buku, hingga internet, ternyata penulis tidak
menemukan adanya asbabun nuzul dari QS. At Tin ayat 4 dan QS.
An Nahl ayat 90. Hal ini tidak perlu dipersoalkan karena memang
tidak semua ayat dalam Al-Qur‟an memiliki asbabun nuzul seperti
yang telah di jelaskan pada keterangan sebelumnya.
B. Munasabah
1. Pengertian Munasabah
Menurut etimologi munasabah berarti keserasian dan kedekatan
(Efendi, 2016: 111). Nasab adalah kedekatan hubungan antara
40
seseorang dengan yang lain disebabkan oleh hubungan darah atau
keluarga (Shihab, 2016:243).
Menurut terminologi munasabah dapat didefinisikan sebagai
berikut: yaitu menurut Az-Zarkaysi mengatakan bahwa munasabah
adalah suatu hal yang dapat dipahami. Tatkala dihadapkan pada akal,
pasti akal itu akan menerimanya.Sedangkan menurut Manna Al-
Qathan, munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan
di dalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat
di dalam Al-Qur‟an. Selain itu Ibn Al‟arabi juga berpendapat
mengenai munasabah yang berarti keterkaitan ayat-ayat Al Qur‟an
sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai
kesatuan makna dan keteraturan redaksi(Efendi, 2016: 112-113).
Dengan demikian penulis dapat menyimpulka bahwa munasabah
adalah ilmu yang mempelajari mengenai korelasi atau hubungan antar
ayat dan antar surah dalam Al-Qur‟an.
Untuk meneliti susunan ayat atau surah dalam Al-Qur‟an,
diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. Menurut As-
Syuyuthi beberapa langkah yang perlu diperhatikan yaitu: pertama
memeperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi obyek
pencarian. Kedua memperatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan
tujuan yang dibahas dalam surat. Ketiga menentukan tingkatan uraian-
uraian itu, apakah ada hbungannya atau tidak dan dalam mengambil
41
kesimpulan, hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkapan
bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan (Efendi, 2016: 113).
Hubungan kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-ayat Al-
Quran satu dengan lainnya. Ini dapat mencakup banyak ragam, antara
lain: hubungan kata demi kata dalam satu ayat, hubungan ayat dengan
ayat sesudahnya, hubungan kandungan ayat dengan penutupnya,
hubungan surah dengan surah berikutnya, hubungan awal surah
dengan penutupnya, hubungan nama surah dengan tema utamanya, dan
hubungan uraian akhir surah dengan uraian awal surah berikutnya
(Shihab, 2015: 244).
Meskipun sebagian besar ulama telah mengakui adanya munasabah
dalam Al-Qur‟an, namun ada juga yang berbeda pendapat mengenai
munasabah dalam Al-Qur‟an dengan kata lain menolak adanya
munasabah dalam Al-Qur‟an dengan alasan bahwa ayat-ayat Al-
Qur‟an turun dalam masa yang berbeda-beda dan tidak mungkin ada
kaitannya antara uraian masa lalu dan masa depan.
2. Munasabah Ayat
Dari berbagai macam munasabah diatas, disini penulis hanya akan
menerapkan munasabah antar ayat dengan ayat dalam Al-Qur‟an yaitu:
a. Munasabah QS. Al Baqarah ayat 208-209
كآفة ي هاالذينا آي انهلكمعدومبي نتالشيط ولات تبعواخطو منواادخلوافالسلم
﴿٢۸۰﴾
42
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam
secara keseluruhan , dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan.
Sungguh ia musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah/2: 208).
Hai orang-orang yang beriman, dengan ucapannya, baik yang
sudah, maupun yang belum dibenarkan imannya oleh perbuatannya:
masuklah kamudalam kedamaian (Islam) secara meyeluruh (Shihab,
2000:419)
ا آي السلمي هاالذين منواادخلواف (Hai orang-orang beriman, masuklah
kamu ke dalam agama Islam), ada yang membaca salmi dan ada pula
silmi كآفة(secara keseluruhan)“hal”dari Islam artinya ke dalam seluruh
syariatnya tanpa kecuali, تت تبعواخطو ولا (dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah) atau jalan-jalan نالشيط (setan) artinya godaan dan
perdayaannya untuk membeda-bedakan, عدومبي لكم sesungguhnya)انه
ia musuh-musuhmu yang nyata) artinya jelas permusuhannya
terhadapmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 109).
Ayat diatas menjelaskan mengenai ajakan dan peringatan untuk
beriman kepada Allah secara keseluruhan atau secara tuntas, serta
menuntut setiap yang beriman agar melaksanakan seluruh ajaran Islam.
Jangan hanya percaya dan mengamalkan sebagian ajarannya dan
menolak atau mengabaikan sebagian yang lain. Dijelaskan pula dalam
43
ayat ini bahwa adanya peringatan mengenai penggoda iman seseorang
yaitu setan yang menjerumuskan dengan bertahap, langkah demi
langkah sehingga menyebabkan yang ditelah rayu tidak sadar bahwa
dirinya terjerumus ke jurang kebinasaan.
﴾٢٢﴿هعزي زحكيمتفاعلموآانالل فانزللتممنب عدماجآءتكمالب ي ن
Artinya: tetapi jika kamu tergelincir setelah bukti-bukti yang nyata
sampai kepadamu, ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana (QS. Al Baqarah/2: 208).
زللتم atau menyimpang untuk (Dan jika kamu tidak tergelincir)فان
masuk kedalam keseluruhannya تمنب عدماجآءتكمالب ي ن (setelah datang
kepadamu bukti-bukti nyata) bahwa ia barang hak, الل ان فاعلموآ ه
hingga tidak suatu (maka ketahuilah bahwa Allah Maha tangguh)عزي ز
pun yang dapat menghalangi-Nya untuk menjatuhkan hukuman
kepadamu, حكيم(lagi Maha Bijaksana) didalam segala Perbuatan-Nya
(Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 109-110).
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan mengenai ajakan serta
peringatan, yaitu ajakan untuk beriman secara utuh atau keseluruhan,
serta peringatan mengenai adanya setan sebagai penggoda iman
seseorang. Ayat ini mengandung ancaman sekaligus isyarat rahmat.
44
Yaitu ancaman yang ditujukan bagi sesorang seandainya telah
tergelincir dari jalan Allah, maka Allah yang Maha perkasa dapat
menjatuhkan sanksi tanpa terhalangi oleh siapapun serta Allah Maha
bijaksana yang mengetahui kelemahan manusia dan menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya. Sedangakanisyarat rahmat ditujukan
bagi siapa saja yang mau berusaha bangkit dengan bertaubat.
Sebagaimana Nabi Adam a.s. yang pernah tergelincir oleh ulah setan
yang pada akhirnya mendapatkan rahmat-Nya. Rahmat Allah berlaku
jika seseorang tersebut tergelincir dalam artian tidak disengaja atau
tidak direncanakan (Shihab, 2000: 292-293).
b. Munasabah QS. At Taubah ayat 122-123
كآفة وماكا لي نفروا المؤمن ون ين ن الد ف ليت فقهوا فرقةمن همطآءفة كل ن فرمن ف لولا
﴾۲۱۱﴿ولي نذرواق ومهماذارجعوآاليهملعلهميذرون
Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
(ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka
dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya jika mereka telah
kembali agar mereka dapat menjaga dirinya (QS. At Taubah/9: 122).
Tatkala kaum mukmim dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan
perang, kemudian Nabi SAW. Mengirimkan sariyyahnya, akhirnya
mereka berangkat ke medan perang semua, tanpa ada seorangpun yang
tinggal; maka turunlah firman-Nya berikut ini, yaitu: وماكا المؤمن ون ن
45
ke (Tidak sepatutnya bagi bagi orang-orang mukmin itu pergi)لي نفروا
medan perang ف لولا كآفة (semuanya , Mengapa tidak) كل ن فرمن
طآءفة suatu kabilah (pergi dari tiap-tiap golongan)فرقة diantara)من هم
mereka beberapa orang)beberapa golongan saja, kemudian sisanya
tetap tinggal di tempat ليت فقهوا(untuk memperdalam pengetahuan
mereka) yakni tetap tinggal di tempat رج اذا ق ومهم ولي نذروا ين الد ف عوآ
mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya)اليهم
apabila mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu
dengan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah
dipelajarinya يذرون (supaya mereka itu dapat menjaga dirinya)لعلهم
dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a.
memberikan penakwilannya, bahwa ayat ini penerapannya hanya
khusus untuk sariyyah-sariyyahnya, yakni bilamana pasukan itu dalam
bentuk sariyyah lantaran Nabi SAW. tidak ikut berangkat ke medan
perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi SAW.
berangkat ke suatu Gazwah (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 774).
46
Ayat ini menjelaskan mengenai pembagian tugas bagi kaum
muslimin. Yaitu pembagian tugas agar tidak semua kaum muslim ikut
turun berperang melainkan ada sebagian yang ditinggal atau tetap di
tempat untuk memepelajari ilmu pengetahuan yang salah satunya
adalah ilmu agama. Kemudian dilanjutkan dengan ayat selanjutnya
mengenai prioritas yang harus diperangi oleh kaum muslim yaitu dalam
QS. At Taubah ayat 123.
فيكمغلظة اي هاالذينا ي واليجدوا الذيني لونكممنالكفار قاتلوا وعلموآان من وا
الل ﴾۲٢٣﴿همعالمتقي
Atrinya: Wahai orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir
yang disekitar kamu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas
darimu, dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang yang bertaqwa
(QS. At Taubah/9: 123).
(Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir
yang disekitar kalian itu) yakni mereka yang tinggal berdekatan dengan
kalian (dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari kalian) artinya
berlaku keraslah kalian terhadap mereka (dan ketahuilah, bahwasannya
Allah beserta orang-orang yang bertaqwa) bantuan dan pertolongan-
Nya akan selalau menyertainya (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 775).
Seperti pada keterangan sebelumnya, ayat ini berisi mengenai
penjelasan prioritas yang harus diperangi oleh kaum muslim. Ayat ini
dijelaskan bahwasannya yang harus diperangi adalah didahulukan mulai
dari yang terdekat dengan sikap tegas, semangat juang, kesabaran, dan
47
ketabahan yang dilandasi ketaqwaan kepada Allah bukan untuk maksud
meraih harta, kedudukan, ataupun popularitas. Jangan sampai takut,
melemah atau berputus asa.
Perintah perang dalam ayat ini tidak hanya terbatas dalam artian
mengangkat senjata saja, melainkan peperangan dapat terjadi dengan
pena, lidah, dan aneka usaha. Jihad bisa dalam bentuk pikiran,
pendidikan, sosial, ekonomi, politik sebagaimana bisa juga dengan
militer (Shihab, 2014:292).
c. Munasabah QS. At Tin ayat 4-5
نسانفاحسنت قوي ﴾٤﴿لقدخلقناالا
Artinya: Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya (QS. At Tȋn/95: 4).
نسان (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia)لقدخلقناالا
artinya semua manusia ت قويف احسن (Dalam bentuk yang sebaik-
baiknya) artinya baik bentuk ataupun penampilannya amatlah baik (Al-
Mahalli & As-Suyuti, 2016: 1352).
Dalam ayat ini dijelaskan mengenai penciptaan manusia dalam
bentuk yang paling baik diantara makhluk atau ciptaan Allah lainnya.
Dari segi bentuk maupun penampilannya.
رددن ث ﴾٥﴿هاسفلسافلي
48
Artinya: kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahya (QS. At Tȋn/95: 5).
(Kemudian Kami kembalikan dia) maksudnya sebagian diantara
mereka (ke tempat yang serendah-rendahnya) unkapan ini merupakan
kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia lanjut, kekuatan pun sudja
mulai melemah da pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam
beramal. Berbeda saat masih muda. Sekalipun demikian dalam hal
mendapat pahala ia akanmendapat imbalan yang sama sebagaimana
sewaktu ia beramal dikala masih muda.
Manusia yang telah diciptakan Allah dalam bentuk yang sebaik-
baiknya karena satu dan lain hal, kemudian Allah bersama dengan
manusia itu sendiri mengembalikannya ke tingkat yang serendah-
rendahnya. Makna tersebut dapat diartikan dengan perubahan keadaan
sesuatu seperti keadaan sebelumnya. Yaitu keadaan kelemahan fisik
dan psikis disaat tuanya, keadaan kembali ke neraka dan kesengsaraan,
keadaan ketika ruh Ilahi belum lagi menyatu denga diri manusia.
Setelah manusia mencapai tingkat yang setinggi-tingginya apabila
terjadi perpaduan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani,
antara kebutuhan fisik dan jiwa. Tetapi, apabila ia hanya memerhatikan
dan melayani kebutuhan-kebutuhan jasmaninya saja, ia akan kembali
atau dikembalikan kepada proses awal kejadiannya, sebelum ruh Ilahi
menyentuh fisiknya (Shihab, 2000:438-440).
d. Munasabah QS. Al-Alaq 1-5
49
خلق الذي ربك خلق﴾۲﴿اق رأباسم علق من نسان الاكرم﴾٢﴿الا وربك اق رأ
نسانمالي علم﴾٤﴿الذيعلمبالقلم﴾٣﴿ ...﴾٥﴿علمالا
Artinya: 1. Bacalah! dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. Yang mengajar
(manusia)dengan pena, 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya,… (QS. Al Alaq/96: 1-5).
باسم maksudnya mulailah membaca dan memulainya (Bacalah) اق رأ
ذيخلقربكال (degan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan). خلق
نسان dari)منعلق atau jenis manusia (Dia telah menciptakan manusia)الا
‘alaq) lafaz ‘alaq bentuk jamak dari lafaz ‘alaqah, artinya segumpal
darah yang kental. اق رأ(Bacalah) lafaz ayat ini mengukuhkan makna
lafaz pertama yang sama الاكرم dan Tuhanmulah Yang paling)وربك
Pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi
kemurahannya. Lafaz ayat ini sebagai hȃl dari damir yang terkandung
di dalam lafaz iqra’. علمالذ ي (Yang mengajar) manusia menulis بالقلم
(dengan qalam) orang pertama yag menulis dengan memakai qalam
atau pena adalah Nabi Idris a.s. نسان الا Dia mengajarkan kepada)علم
50
manusia) atau jenis manusia ي علم (apa yang tidak diketahuinya)مال
yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis, dan
berkreasi serta hal-hal lainnya... (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 1354-
1355).
Surah Al Alaq ini merupakan surah pertama yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad dalam ayat pertama Nabi Muhammad
diperintahkan untuk membaca. Ayat diatas bagaikan menyatakan
bacalah wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan banyak turun, baca
juga alam masyarakatmu agar dapat menjadi bekal kekuatan
pengetahuan. Bacalah semuanya dengan syarat hal tersebut engkau
lakukan dengan atau demi Tuhan Yang selalu memeluhara dan
membimbing dan mencipta semua makhluk (Shihab, 2000: 454).
Setelah perintah untuk membaca dam mempelajari segala kondisi,
pada ayat kedua memperkenalkan Tuhan yang disembah oleh Nabi
Muhammad saw. dan yang diperintahkan oleh ayat yang lalu untuk
membaca dengan nama-Nya serta demi untuk-Nya. Dia adalah Tuhan
yang telah menciptakan manusia dan segalanya (Shihab, 2000: 458).
Setelah ayat pertama terdapat perintah untuk membaca dengan
meningkatkan motivasinya, yakni dengan nama Allah, kini pada ayat
ketiga dieprintahkan membaca dengan menyampaikan janji Allah atas
manfaat janji itu. Ayat diatas mengulangi perintah membaca dengan
tujuan di ayat pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad,
sedang perintah yang kedua ditujakan untuk umatnya. Atau yang
51
pertama untuk membaca dakam shalat, sedang yang kedua diluat shalat.
Ada juga yang erpendapat bahwa pertama perintah belajar, sedang yang
kedua adalah perintah mengaar orang lain. Ada lagi yang menyatakan
bahwa perintah kedua berfungsi mengukuhkan guna menanamkan rasa
percaya diri kepada Nabi Muhammad tentang kemampuan beliau
membaca karena tadinya beliau tidak pernah membaca. Sedang Syaikh
Muhammad „Abduh mengemukakan sebab lain. Menurutnya
kemampuan membaca dengan lancer dan baik tidak dapat diperoleh
tanpa mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya saja itu
tidak berlaku bagi Nabi Muhammad (Shihab, 2000: 460).
Ayat-ayat sebelumnya menegaskan kemurahan Allah Swt. pada
ayat ini melanjutkan dengan memberi contoh sebagian dari
kemurahann-Nya itu dengan menyatakan bahwa Dia Maha Pemurah itu
yang mengajar manusia dengan pena, yakni denga sarana dan usaha
mereka, dan Dia juga yang mengajar manusia tanpa alat dan usaha
mereka apa yang belum diketahuonya (Shihab, 2000: 463).
e. Munasabah QS. Al Anfal Ayat 60
والممااستطعتممنق وةومنرباطاليلت رهب ونبهعدوالل خرينمنهوعدوكموا واعد
دونم االل لات علمون هم يعلمهم الل ه سبيل ف شيء من ت نفكوا ي ووما ه ف
﴾٦﴿اليكموان تملاتظلمون
52
Artinya: Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk
menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari
pasukan berkuda yang dapat menggetarjan musuh Allah, musuhmu,
dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuimya. Apa
saja uang kamu infaqkan di jalan Allah niscaya akan dinalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan) (QS. Al
Anfal/60: 8).
والم untuk (Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka)واعد
memerangi mereka مااستطعتم(kekuatan apa saja yang kalian sanggupi)
Rasulullah SAW. Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekuatan
adalah ar-ramyu atau pasukan pemanah. Demikianlah menurut hadis
yang diriwayatkan Imam Muslim اليل رباط dan dari kuda-kuda)ومن
yang di tambat) lafaz رباطberbentuk masdar, artimya kuda-kuda yang
sengaja di sediakan untuk berperang di jalan Allah ت رهب ون(untuk
membuat takut) kalian membuat gentar هوعدوكمبهعدوالل (dengan adanya
persiapanitu musuh Allah dan musuh kalian) artinya orang-orang kafir
Mekah خرينمندونموا (dan orang-orang selain mereka) terdiri dari atas
orang-orang munafik atau orang-orang Yahudi هيعلمهماالل لات علمون هم
ف شيء من ت نفكوا الل وما اليكمسبيل ي وف ه (yang kalian tidak
mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah,
53
niscaya akan dibalaskan kepada kalian dengan balasan yang cukup)
yakni pahalanya لاتظلمون tidak (dan kalian tidak akan dianiaya)وان تم
akan dikurangi sedikit pun dari pahala kalian(Al-Mahalli & As-Suyuti,
2016: 695-696).
Boleh jadi timbul kesan bahwa kaum muslim boleh berpangku
tangan menghadapi musuh karena ayat yang lalu telah menegaskan
bahwa musuh Allah tidak akan dapat lolos dari siksa. Tidak, ayat ini
menghapus kesan tersebut karena secara tegas ia menyatakan bahwa
dan di samping memporak-porandakan yang telah berkhianat serta
membatalkan perjanjian yang dijalin dengan siapa yang dikhawatirkan
akan berkhianat, kamu juga harus memperhatikan hokum sebab dan
akibat, karena itu siapkanlah untuk menghadapi mereka yakni musuh-
musuh kamu apa yang kamu mampu menyiapkannya dari kekuatan
apa saja dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk persiapan perang.
Boleh jadi ada yang bertanya”mengapa kami harus
mempersiapkan padahal Engku ya Allah yang menganugerahkan
kemenangan?”. Pertanyaan itu dijawab bahwa tujuan persiapan adalah
agar kamu menggetarkan musuh Allah, musuh kamu dan menggetarkan
pula dengan persiapan itu, atau atau dengan getarnya musuh-musuh
Allah dan musuh kamu itu orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahui siapa mereka baik karena mereka munafik maupun suku
dan bangsa yang menentang Islam tapi belum ada tanda-tanda
54
permusuhan yang kamu dapatkan dari mereka, Allah terus menerus
mengetahui mereka kapan dan dimanapun mereka berada.
Karena persiapan untuk membela kebenaran dan nilai Ilahi
memerlukan biaya maka ayat ini memerintahkan untuk menafkahkan
harta sambal mengingatkan bahwa apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah walau sekecil apapun niscaya akan dibalas dengan
sempurna kepada kamu dan kamu tidak akan dianiaya yakni dirugikan
walau sedikit pun, bahkan Allah akan menambah sesuai kemurahan
Allah dan niat serta upaya masing-masing.
Perintah mempersiapkan kekuatan ditafsirkan oleh Nabi Saw.
Dengan panah dan ketrampilan memanah. Tafsiran ini diangkat Nabi
Saw. sesuai dengan kondisi dan masa beliau. Karena itu sekian banyak
ulamak memahamikata tersebut dalam arti yang berbeda tanpa menolak
penafsiran Nabi Saw. itu. Ada yang berpendapat bahwa yang
dimakasud adalah benteng pertahanan. Ada juga yang berpendapat
bahwa yang dimaksud adalah segala macam sarana dan prasarana serta
pengetahuan yang diperlukan untuk mempertahankan nilai-nilai Ilahi.
Itu semua harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan kemajuan
zaman. Pendapat inilah yang paling tepat.
Kata (رباط) akar katanya adalah (ربط) yang berarti mengikat. Kata
yang digunakan ayat ini terambil dari kata (رابط) dalam arti menetap di
55
daerah pertahanan, seakan-akan yang menetap itu mengikat dirinya di
sana dan tidak bergerak untuk menanti atau mengawasi kemungkinan
serangan musuh.
الليل) ,adalah kuda-kuda yang diikat di daerah pertahanan (رباط
tidak dilepas ikatannya yakni tidak di gunakan kecuali untuk berijtihad.
Kuda-kuda yang diikat merupakan bagian dari kekuatan yang harus
dipersiapkan, paling tidak pada masa itu. Agaknya penyebutannya
secara khusus bertujuan untuk mengingatkan kaum muslimin keadaan
mereka pada waktu perang Badr yang ketika itu hanya memiliki dua
ekor unta.
Untuk menggetarkan musuh musuh Allah menunjukkan bahwa
kekuatan yang dipersiapkan itu bukan untuk menindas, atau menjajah,
tetapi untuk menghalangi pihak lain yang bermaksud melakukan agresi.
Ini karena yang bermaksud jahat bila menyadari kekuatan yang akan
dihadapinya, maka ia berpikir seribu kali sebelum melangkah.
Penggalan ini mengisyaratkan bahwa kekuatan yang dipersiapkan itu
harus sesempurna mungkin sehingga tidak satu pihak pu berfikir untuk
mengancam.
Kata (ترهبون) terambil dari kata (رهب) yang berarti takut/gentar.
Ini bukan berarti melakukan terror. Memang dalam perkembangan
bahasa Arab dewasa ini teror dan teroris ditunjuk dengan kata yang
56
seakar dengan kata tersebut. Tetapi perlu dicatat bahwa pengertian
semantiknya bukan seperti yang dimaksud oleh kata itu dewasa ini.
Perlu juga di garis bawahi bahwa yang digentarkan bukan masyarakat
umum, bukan juga orang-orang yang tidak bersalah, bahkan bukan
semua yang bersalah, tetapi yang digentarkan adalah musuh agama
Allah dan musuh masyarakat. Kekuatan yang dimiliki masyarakat tidak
boleh menggetarkan musuh perorangan, betapapun tinggi kedudukan
orang itu. Selanjutnya perlu diingat bahwa yang perlu dinamai “musuh”
adalah yang berusaha untuk menimpakan mudharat kepada yang ia
musuhi. Adapun yang tidak berusaha untuk itu, baik secara factual
maupun potensial maka ia tidak perlu digentarkan. Disisi lain perlu
dicatat bahwa penggunaan senjata untuk membela diri, wilayah, agama,
dan negara sama sekali tidak dapat disamakan dengan teror (Shihab,
2002: 459-461).
Dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan bahwa ayat tersebut ditujukan
kepada segenap umat muslim, bersiaplah untuk menghadapi musuh
dengan segenap kemampuan berupa pembekalan maupun personil.
Agar dengan itu tersisip rasa gentar dalam hati musuh-musuh Allah dan
musuh-musuh kalian yang menanti kalian, serta menakuti orang-orang
selain mereka yang tidak menampakkan permusuhannya saat ini kepada
kalian. Akan tetapi Allah mengetahui mereka dan mengetahui apa yang
terbesit di hati mereka. Dan harta atau apa saja yang kalian
nafkahkahkan di jalan, baik sedikit atau banyak, niscaya Allah akan
57
menggantinya di dunia dan menabungkan pahalanya untuk kalian
sampai hari kiamat. Dan pahala bagi kalian tidak akan dikurangi
sedikitpun.
Di jelaskan pula dalam Tafsir Ringkas Kemenag RI bahwasannya
usai memerintahkan agar Nabi Muhammad memberi tindakan keras
bahkan sampai mengusir Yahudi Bani Quraidzah yang telah merusak
perjanjian, maka ayat ini memerintahkan agar mempersiapkan kekuatan
semaksimal mungkin untuk menghadapi mereka yang terbukti secara
nyata memusuhi Islam, dengan mengerahkan kekuatan apa saja yang
kalian miliki dan dari pasukan berkuda yang memang dipersiapkan
untuk berperang. Persiapan kekuatan sevara maksimal tersebut
bertujuan agar dapat menggetarkan musuh Allah, musush kalian dan
juga untuk menggetarkan orang-orang selain meraka yang kalian tidak
mengetahuinya baik disebabkan oleh kemunafikannya maupun musuh-
musuh Islam yang belum tampak permusuhannya, tetapi Allah
senantiasa mengetahuinya kapan saja dan dimana saja.
Dalam ayat ini setelah Allah memerintahkan untuk mempersiapkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk berperang juga menganjurkan
untuk mengeluarkan infaq. Dikarenakan perang juga membutuhkan
banyak biaya, apapun yang diinfaqkan di jalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup bahan berlipat gansa asalkan ikhlas. Dengan
demikian tidak akan dirugikan atau dikurangi sedikitpun balasan
kebaikannya.
58
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Holistik
1. Pengertian Pendidikan Holistik
Kata holistik berasal (holistic) dari kata „holisme‟ (holism). Kata
holism pertama kali digunakan oleh J.C. Smuts pada tahun 1926 dalam
tulisannya yang berjudul Holism and Evolution. Asal kata holisme
diambil dari Bahasa Yunani, holos, yang berarti semua atau
keseluruhan. Smuts mendefinisikan holism sebagai sebuah
kecerendungan alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga
sesuatu tersebut lebih besar dari pada sekedar gabungan-gabungan
bagian hasil evolusi (Harni, 2015: 23).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Holisme didefinisikan
sebagai cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan
memandang gejala atau masalah itu sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Dari kata holism itulah kata holistic diartikan sebagai cara pandang
yang menyeluruh atau secara keseluruhan.
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu
memelihara, dan memberi latihan ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran (2007:211).
Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk
59
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Karman, 2012: 139).
Pengertian pendidikan menurut Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) Tahun 1973 juga dijelaskan bahwasannya pendidikan pada
hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari, untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung
seumur hidup.
Hartono juga berpendapat bahwasannya pendidikan adalah
menjadikan pengajaran di sekolah makin bersifat kegiatan belajar, dan
pendidikan diluar sekolah terprogram dan produktif, untuk menuju
tercapainya seutuhnya dengan segala kekayaan kepribadiannya, cara
mengaturnya ang kompleks dan dalam segala kewajibannya sebagai
perorangan, keluarga dan anggota masyarakat, sebagai penduduk dan
penghasil atau penemu teknik-tenik dan pemimpin yang kreatif, serta
masyarakat yang terus belajar, yaitu masyarakat yang anggotanya tidak
lagi asik mencari pengetahuan sekali saja untuk lama-lamanya
sepanjang hidup nya, tetapi harus belajar membangun suatu badan
pengetahuan untuk seumur hidup yang senantiasa berkembang yaitu
“belajar untuk hidup” (Hartono, 2002: 7).
60
Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis
mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha
seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan
seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang
berlangsung seumur hidup.
Pendidikan holistik Holistik adalah pendidikan yang memberikan
pemahaman terhadap masalah global seperti HAM, keadilan social,
multicultural, agama, dan pemanasan global, sehingga mampu
melahirkan peserta didik yang berwawasan dan berkarakter global
serta mampu memberikan solusi terhadap permasalahan kemanusiaan
dan perdamaian (Musfah, 2012: 4).
Pendidikan holistic adalah pendidikan yang memahamkan peserta
didik pada persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, serta
menampilkan mereka pemecahanmasalah tersebut. Minimal murid
memahami diri dan lingkungannya dan aware dengan persoalan-
persoalan tersebut.
Menurut Ron Miller pendidikan holistic adalah filsafat pendidikan
yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap orang dapat menemukan
identitas, makna, dan tujuan dalam hidup melalui hubungan dengan
masyarakat, alam, dan nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang dan
perdamaian (Fitri, 2012: 39).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan holistik adalah pendidikan yang membantu peserta didik
61
untuk memamhamkan serta mengembangkan segala aspek dalam
kehidupan secara menyeluruh untuk diri sendiri serta lingkungan,
secara jasmani dan rohani.
2. Sejarah Pendidikan Holistik
Pendidikan holistic lahir sebagai respon positif dan moral pada
abad ini. Pendidikan holistic berkembang sekitar tahun 1960-1970
sebagai akibat dari keprihatinan mereabaknya krisis ekologis, dampak
nuklir, polusi kimia dan radiasi, kehancuran keluarga, hilangnya
masyarakat tradisional, hancurya nilai-nilai tradisional serta
instituisinya.
Beberapa tokoh klasik perintis pendidikan holistic, diantaranya:
Jean Rousseau, Ralph Waldo Emerson, Henry Thoreau, yang pemiiran
dan gagasan inti dari para perintis pendidikan holistic sempat
tenggelam sampai dengan terjadinya loncatan paradigm kultural pada
tahun 1960. Memasuki tahun 1970-an mulai ada gerakan untuk
menggali kembali gagasan dari holistik.
Kemajuan yang signifikan terjadi ketika dilaksanakan konferensi
pertama pendidikan holidtik nasioal yang dilaksanakan oleh
Universitas California pada bulan Juli 1979, dengan menghadirkan The
Mandala Society dan The National Center for the exploration of
Human Potential. Enam tahun kemudian para penganut pendidikan
mulai memperkenalkan tentang dasar pendidik holistic dengan sebutan
3 R‟s yaitu akronim dari relationship, responsibility dan reverence.
62
3. Tujuan Pendidika Holistik
a. Membentuk peserta didik yang setia memahami persoalan
lingkungannya dan berusaha ikut terlibat langsung dalam upaya
pemecahan masalah-masalah local dan gobal.
b. Melahirkan peserta didik yang memiliki kecerdasan pengetahuan,
emosional, dan spiritual, serta trampil (Musfah, 2012: 5).
c. Membantu mengembangka potensi individu dalam suasan
pembelajaran yang lebih menyenangkan , demokratis, dan humanis
melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya
(Fitri, 2012: 40)
d. Medorong individu untuk menghargai hidup dan keinginan untuk
terus belajar yang tumbuh dari dala.
e. Melahirkan peserta didik yang berkebang secara seimbang jasmani
dan rohani (Muhaemin, 2012:271).
f. Membantu pembelajar menjadi insan paripurna
4. Aspek Holistik
a. Aspek fisik terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik
kasar, termasuk menjaga stamina, gizi, dan kesehatan.
b. Aspek emosi yaitu aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan
tekanan/stress, mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif,
memiliki rasa percaya diri, berani mengambil resiko, dan memiliki
empati.
63
c. Aspek sosial yaitu mempu menumbuhkan rasa senang melakukan
pekerjaan, mampu melakukan kerja sama, pintar bergaul, peduli
dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung
jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan
keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku.
d. Aspek kreativitas yang mendorong anak untuk mampu
mengekpesikan diri dalam berbagai kegiatan produktif seperti
dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya.
e. Aspek spiritual yang mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan
bersikap taat terhadap ajaran agama yang diyakini melalui
perbuatan baik yang konsisten.
f. Aspek akademik yang mampu berpikir logis, berbahasa, dan
menulis dengan baik, dapat mengemukakan pertanyaan kritis dan
menarik kesimpulan dari berbagai informasi dengan cermat (Fitri,
2012: 38).
5. Prinsip Dasar PendidikanHolistik
a. Relation yaitu interaksi atau hubungan antara individu dengan
lingkungan. Keterhubungan yang mengacu pada kaitan antara
kerangka kurikulum dan berbagai pendekatan yang digunakan pada
tiap tingkatan pembelajaran. Keterhubungan ini termasuk
mengintegrasikan antara cara bepikir analitis dan intuitif, antara
badan dan pikiran, integrasi materi ajar dengan masyarakat dengan
masyarakat dan bumi, juga sinergi antara jiwa dan spirit.
64
b. Keterbukaan mengacu pada sejauh mana cakupan beragam siswa
yang dapat terlibat dalam pendidikan, atau dengan kata lain
seberapa jangkauan luas yang diberikan oleh penyelengara bagi
siapa pun yang ingin belajar. Penyelenggaraan pendidikan holistik
tidakboleh membeda-bedakan pelayanan bagi mereka dengan
anak-anak yang normal.
c. Keseimbangan yaitu konsep bahwa alam semesta ini harus
memelihara keseimbangan antara berbagai kekuatan dan energy
harus diperhitungkan, termasuk keseimbngan antar akal dan intuisi
(Thohir, 2012: 209).
6. Prinsip Pendidikan Holistik
a. Berpusat pada Tuhan yang menciptakan dan menjaga kehidupan.
b. Pendidikan untuk transformasi yang membutuhkan piranti dan
pendekatan untuk melakukan transformasi. Yaitu membutuhkan
kemampuan untuk mengembangkan kompetensi kritis untuk
melakukan analisis terhadap konteks politik dan sosial yang
memungkinkan berpihak pada tindakan praksis.
c. Berkaitan denga pengembangan individu secara utuh didalam
masyarakat. Yang dalam pendidikan konvensional biasanya lebih
menekankan pada dimensi kognitif, mengabaikan dimensi lain
kehidupan manusia.
d. Pendidikan holistic menghargai keunikan dan kreativitas individu
dan masyarakat yang didasarkan pada kesalinghubungannya
65
e. Pendidikan holistic memungkinkan partisipasi aktif di masyarakat
f. Memperkukuh spiritualitas sebagai inti hidup dan sekaligus pusat
pendidikan
g. Mengajukan sebuah praksis yaitu refleksi dan aksi, mengetahui,
mengajar, dan belajar.
h. Pendidikan holistic berhubungan dan berinteraksi dengan
pendekatan dan perspektif yang berbeda-beda (Taufiqurrahman,
2012: 72).
7. Dimensi Pendidikan Holistik
Dimensi pendidikan holistik menurut Knud Illeris
a. Dimensi isi
Berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.
Melalui ketiganya, guru dapat mengembangkan kebermaknaan dan
ketuntasan, lalu penguat fungsi-fungsi yang ada. Seperti
kemampuan untuk kepatutan fungsional yang berkaitan dimana
mereka berada.
b. Dimensi insentif
Meliputi motivasi, emosi, dan kemauan. Dimana ketiga poin
ini dapat dikembangkan untuk menjaga keseimbangan mental dan
tubuh dalam waktu bersamaan dengan pengembangan sensivitas.
Dimensi ini mempertegas bahwa guru/orangtua tidak cukup hanya
mengandalkan apa yang mereka ketahui, alias kepandaian
66
pengalaman mereka semata, tanpa berupaya belajar bagaimana
kondisi psikologis anak didik mereka.
c. Dimensi interaksi
Adalah mencakup aksi, komunikasi, dan kerjasama. Perhatian
terhadap dimensi ini dapat dilakukan dengan cara mengingatkan
seni dan ketrampilan sang guru atau orang tua. Dengan
mengembangkan dimensi ini, mereka akan dapat mencapai
integrasu sosial ayang penuh dengan keberterimaan dalam waktu
bersamaan dengan pengembangan kecakapan sosial.
8. Karakter Pendidik Holistik
a. Pendidik holistic mengembangkan keragaman strategi untuk
memenuhi kebutuhan siswa, pendidik, dan situasiya.
b. Pendidik holistic membanti siswa untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki dan mengedeoankan pembelajaran sebagai proses
jangka pajang.
c. Pendidik holistic menyusun lingkungan pembelajaran yang
menunjang kreativitas dan kedalaman potensi pikiran manusia.
d. Strategi penilaian mencakup semuaindividu yang terlibat dalam
proses belajar mengajar (Thohir, 2012: 212).
67
9. Model Pendidikan Holistik.
a. Knowing the good yaitu bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan
bersifat kognitif saja.
b. Feeling and loving the good yakni bagaimana merasakan dengan
dan mencintai kebaikan menjadi mesin penggerak yang selalu
bekerja membuat membuat orang mau selalu berbuat sesuatu
kebaikan. Orang yang mau melakukan kebaikan itu karena dia
cinta dengan perilaku kebaikan.
c. Acting the good berarti berubah dari kebiasaan. Jika anak sudah
terbiasa melakukan kebaikan , sekali dia tidak berbuat baik sudah
tidak enak. Timbul budaya malu jika melakukan perbuatan buruk.
10. Pilar dalam Pendidikan Holistik
a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
b. Kemandirian dan tanggung jawab
c. Kejujuran/amanah, diplomatis
d. Hormat dan santun
e. Suka tolong menolong
f. Percaya diri dan pekerja keras
g. Kepemimpinan dan keadilan
h. Baik dan rendah hati, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan
(Fitri, 2012: 44).
68
11. Ciri Kurikulum Pendidikan Holistik
Qomari mengatakan ada 10 ciri kurikulum pendidikan holistik.
Pertama, spiritualitas yang merupakan jantung dari setiap proses dan
praktik pembelajaran. Kedua,pembelajaran diarahkan agar siswa
menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya. Ketiga,
pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier
tetapi juga intuitif
Keempat, pembelajaran berkewajiban menumbuhkembangkan
potensi kecerdasan ganda. Kelima, pembelajaran berkewajiban
menyadarkan siswa akan keterkaitannya dengan komunitasnya
sehingga mereka tidak boleh mengabaikan tradisi, budaya kerjasama,
hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan yang tepat guna.
Keenam, pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari
hubungannya dengan bumi dan masyarakat nonmanusia seperti hewan,
tumbuhan, dan beda-benda tak bernyawa sehingga mereka memiliki
kesadaran ekologi.
Ketujuh, kurikulum berkewajiban memerhatikan hubungan antara
berbagai poko bahasan dalam tingkatan transdisipliner,s ehingga hal
itu akanlebihmemberikan makna pada siswa. Kedelapan, pembelajaran
berkewajiban menghantarkan siswa untuk meneimbangkan antara
belajar individual degan kelompok. Kesembilan, pembelajaran adalah
sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala.
69
Kesepuluh, pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik
(Muhaemin, 2012: 275).
B. Analisis Ajaran Holistik dalam QS. Al Baqarah Ayat 208, QS. At
Taubah Ayat 122, QS. At Tin Ayat 4, QS. Al Alaq Ayat 1-5, QS. Al
Anfal Ayat 60
1. QS. Al Baqarah Ayat 208
كآفة آي هاالذينا ي انهلكمعدومبي نتالشيط لات تبعواخطو و منواادخلوافالسلم
﴿٢۸۰﴾
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam
secara keseluruhan , dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan.
Sungguh ia musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah/2: 208).
Hai orang-orang yang beriman, dengan ucapannya, baik yang
sudah, maupun yang belum dibenarkan imannya oleh perbuatannya:
masuklah kamudalam kedamaian (Islam) secara meyeluruh (Shihab,
2000:419)
ا آي السي هاالذين لممنواادخلواف (Hai orang-orang beriman, masuklah
kamu ke dalam agama Islam), ada yang membaca salmi dan ada pula
silmi كآفة(secara keseluruhan)“hal”dari Islam artinya ke dalam seluruh
syariatnya tanpa kecuali, تولات تبعواخطو (dan janganlah kamu ikuti
70
langkah-langkah) atau jalan-jalan نالشيط (setan) artinya godaan dan
perdayaannya untuk membeda-bedakan, عدومبي لكم sesungguhnya)انه
ia musuh-musuhmu yang nyata) artinya jelas permusuhannya
terhadapmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 109).
Ayat diatas menjelaskan mengenai ajakan dan peringatan untuk
beriman kepada Allah secara keseluruhan atau secara tuntas, serta
menuntut setiap yang beriman agar melaksanakan seluruh ajaran Islam.
Jangan hanya percaya dan mengamalkan sebagian ajarannya dan
menolak atau mengabaikan sebagian yang lain. Dijelaskan pula dalam
ayat ini bahwa adanya peringatan mengenai penggoda iman seseorang
yaitu setan yang menjerumuskan dengan bertahap, langkah demi
langkah sehingga menyebabkan yang ditelah rayu tidak sadar bahwa
dirinya terjerumus ke jurang kebinasaan.
Dalam ayat in yang menunjukkan makna holistic adalah kata
kaffah yaitu keseluruhan. Dalam ayat tersebut diperintahkan
bahwasannya sebagai kaum muslim diwajibkan untuk iman secara
keseluruhan iman secara jasmani maupun rohaninya. Begitu pula
dalam pendidikan holistik yang mendidik, membantu, serta
mengarahkan seseorang atau peseta didik dalam kebaikan secara
paripurna atau menyeluruh, baik jasmani maupun rohaniya.
71
2. QS. At Taubah Ayat 122
كآفة وماكا لي نفروا المؤمن ون ين ن الد ف ليت فقهوا فرقةمن همطآءفة كل ن فرمن ف لولا
﴾۲۱۱﴿ولي نذرواق ومهماذارجعوآاليهملعلهميذرون
Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya
pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama
mereka dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya jika
mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya (QS. At
Taubah/9: 122).
Tatkala kaum mukmim dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan
perang, kemudian Nabi SAW. Mengirimkan sariyyahnya, akhirnya
mereka berangkat ke medan perang semua, tanpa ada seorangpun yang
tinggal; maka turunlah firman-Nya berikut ini, yaitu: وماكا المؤمن ون ن
ke (Tidak sepatutnya bagi bagi orang-orang mukmin itu pergi)لي نفروا
medan perang ف لولا كآفة (semuanya , Mengapa tidak) كل ن فرمن
طآءفة suatu kabilah (pergi dari tiap-tiap golongan)فرقة diantara)من هم
mereka beberapa orang)beberapa golongan saja, kemudian sisanya
tetap tinggal di tempat ليت فقهوا(untuk memperdalam pengetahuan
72
mereka) yakni tetap tinggal di tempat رج اذا ق ومهم ولي نذروا ين الد ف عوآ
mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya)اليهم
apabila mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu
dengan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah
dipelajarinya يذرون (supaya mereka itu dapat menjaga dirinya)لعلهم
dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a.
memberikan penakwilannya, bahwa ayat ini penerapannya hanya
khusus untuk sariyyah-sariyyahnya, yakni bilamana pasukan itu dalam
bentuk sariyyah lantaran Nabi SAW. tidak ikut berangkat ke medan
perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi SAW.
berangkat ke suatu Gazwah (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 774).
Ayat ini menjelaskan mengenai pembagian tugas bagi kaum
muslimin. Yaitu pembagian tugas agar tidak semua kaum muslim ikut
turun berperang melainkan ada sebagian yang ditinggal atau tetap di
tempat untuk memepelajari ilmu pengetahuan yang salah satunya
adalah ilmu agama.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasannya sebaiknya manusia
tidak semuanya hanya fokus pada satu kemampuan saja yang diasah
atau dikuasai melainkan sebagai kaum muslim yang baik agar mampu
menguasai segala aspek dalam kehidupan. Seperti yang telah ada dalam
73
surat selanjutnya yang menjelaskan tentang hal yang harus diperhatikan
tidak hanya terbatas dalam artian mengangkat senjata (jasmani) saja,
melainkan juga memerhatikan serta mengusai pikiran, pendidikan,
sosial, ekonomi, politik.Hal ini sama halnya dengan aspek pendidikan
holistik yang meliputi aspek fisik, aspek emosi, aspek sosial, aspek
akademik, dll,
3. QS. At Tin ayat 4
نسانفاحسنت قوي ﴾٤﴿لقدخلقناالا
Artinya: Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya (QS. At Tȋn/95: 4).
نسان (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia)لقدخلقناالا
artinya semua manusia ت قويف احسن (Dalam bentuk yang sebaik-
baiknya) artinya baik bentuk ataupun penampilannya amatlah baik (Al-
Mahalli & As-Suyuti, 2016: 1352).
Dalam ayat ini dijelaskan mengenai penciptaan manusia dalam
bentuk yang paling baik diantara makhluk atau ciptaan Allah lainnya.
Dari segi bentuk maupun penampilannya.
Manusia diberi kesempurnaandalam hal jasmani, akal pikiran, serta
hati/perasaan. Ketiga hal tersebut hendaknya disadari agar kemampuan
tersebut harus diasah, dan dikembangkan secara maksimal secara
bersmaan. Sehingga keistimewaan manusian ini dapat bermanfaat
74
secara maksimal. Begitu halnya dalam pendidikan holistik yang
membantu pesrta didik memaksimalkan poternsi yang ada secara
menyeluruh yang tidak hanya mengembangkan dalam bidang
jasmaninya saja melainkan mengembangkan akal pikiranl akademik,
serta perasaannya atau ESQ.
4. QS. Al Alaq Ayat 1-5
خلق الذي ربك ﴾۲﴿اق رأباسم علق من نسان الا الاكرم﴾٢﴿خلق وربك اق رأ
نسانمالي علمعلم﴾٤﴿الذيعلمبالقلم﴾٣﴿ ...﴾٥﴿الا
Artinya: 1. Bacalah! dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. Yang mengajar
(manusia)dengan pena, 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya,… (QS. Al Alaq/96: 1-5).
Surah Al Alaq ini merupakan surah pertama yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad dalam ayat pertama Nabi Muhammad
diperintahkan untuk membaca. Ayat diatas bagaikan menyatakan
bacalah wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan banyak turun, baca
juga alam masyarakatmu agar dapat menjadi bekal kekuatan
pengetahuan. Bacalah semuanya dengan syarat hal tersebut engkau
lakukan dengan atau demi Tuhan Yang selalu memeluhara dan
membimbing dan mencipta semua makhluk (Shihab, 2000: 454).
Setelah ayat pertama terdapat perintah untuk membaca dengan
meningkatkan motivasinya, yakni dengan nama Allah, kini pada ayat
75
ketiga dieprintahkan membaca dengan menyampaikan janji Allah atas
manfaat janji itu. Ayat diatas mengulangi perintah membaca dengan
tujuan di ayat pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad,
sedang perintah yang kedua ditujakan untuk umatnya. Atau yang
pertama untuk membaca dakam shalat, sedang yang kedua diluat shalat.
Ada juga yang erpendapat bahwa pertama perintah belajar, sedang yang
kedua adalah perintah mengaar orang lain. Ada lagi yang menyatakan
bahwa perintah kedua berfungsi mengukuhkan guna menanamkan rasa
percaya diri kepada Nabi Muhammad tentang kemampuan beliau
membaca karena tadinya beliau tidak pernah membaca. Sedang Syaikh
Muhammad „Abduh mengemukakan sebab lain. Menurutnya
kemampuan membaca dengan lancer dan baik tidak dapat diperoleh
tanpa mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya saja itu
tidak berlaku bagi Nabi Muhammad (Shihab, 2000: 460).
Dalam surah ini diperintahkan untuk membaca dalam artian
mempelajari segala sesuatu ayang ada di lingkungan sekitarnya dan
segala pengetahuan yang ada. Tidak hanya untuk diri sendiri melainkan
untuk di ajarkan kembali kepada orang lain. Begitu pula dalam
pendidikan holistik yang menangani, membaca situasi yang ada di
sekitar serta membantu menyelesaikan segala permasalahan yang ada
secara menyeluruh.
76
5. QS. Al Anfal Ayat 60
والممااستطعتممنق وةومنرباطاليلت رهب ونبهعدوالل خرينمنهوعدوكموا واعد
دونم االل لات علمون هم يعلمهم الل ه سبيل ف شيء من ت نفكوا ي ووما ه ف
﴾٦﴿اليكموان تملاتظلمون
Artinya: Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk
menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari
pasukan berkuda yang dapat menggetarjan musuh Allah, musuhmu,
dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuimya. Apa
saja uang kamu infaqkan di jalan Allah niscaya akan dinalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan) (QS. Al
Anfal/60: 8).
Di jelaskan pula dalam Tafsir Ringkas Kemenag RI bahwasannya
usai memerintahkan agar Nabi Muhammad memberi tindakan keras
bahkan sampai mengusir Yahudi Bani Quraidzah yang telah merusak
perjanjian, maka ayat ini memerintahkan agar mempersiapkan
kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi mereka yang
terbukti secara nyata memusuhi Islam, dengan mengerahkan kekuatan
apa saja yang kalian miliki dan dari pasukan berkuda yang memang
dipersiapkan untuk berperang. Persiapan kekuatan secara maksimal
tersebut bertujuan agar dapat menggetarkan musuh Allah, musush
kalian dan juga untuk menggetarkan orang-orang selain meraka yang
77
kalian tidak mengetahuinya baik disebabkan oleh kemunafikannya
maupun musuh-musuh Islam yang belum tampak permusuhannya,
tetapi Allah senantiasa mengetahuinya kapan saja dan dimana saja.
Maksud dalam ayat tersebut dalam dunia pendidikan sebaiknya
tidak hanya mempelajari tentang pengetahuan akademik saja
melainkan harus menguasai ketrampilan untuk menghadapi segala
kondisi dan situasi mendatang.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan
beberapa hal seperti berikut:
1. Pendidikan holistik adalah pendidikan yang membantu peserta didik untuk
memamhamkan serta mengembangkan segala aspek dalam kehidupan
secara menyeluruh untuk diri sendiri serta lingkungan, secara jasmani dan
rohani.
2. Ajaran holistik yang terkandung dalam Al Qur‟an
a. Allah memerintahkan manusia untuk beriman secara keseluruhan,
melaksanakan ajaran-ajarannya secara maksimal, baik secara jasmani
maupun rohaninya.
b. Kaum muslim untuk tidak semua ikut serta dalam berperang,
melainkan sebagian dari mereka belajar dan mengajar ilmu
pengetahuan.
c. Manusia diciptakan paling baik dalam hal jasmani, rohani, serta akal
pikiran.
d. Belajar berbagai ilmu pengetahuan untuk dirinya sendiri dan untuk
diajarkan kepada orang.
e. Menyiapkan dan menguasai pengetahuan akademik serta ketrampilan.
79
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas,
selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pendidikan Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan terkait dengan adanya masalah global yang masalahya
tidak hanya mengenai akademik saja, melainkan permasalahan yang
ada telah merambah pada karakter dan sikap yang semakin menuju
kearah negatif, maka alangkah lebih baik jika Indonesia mulai
mempertimbangkan pendidikan holistik sebagai solusi untuk dijadikan
bahan pijakan dalam rangka menata pendidikanIndonesia menjadi
lebih baik kaitannya dengan masalah global.
2. Karena manusia banyak sekali yang perlu diperhatikan, seperti fisik
atau jasmani, rohani, serta akal fikirannya, karena itu akan sangat baik
jika beberapa unsur manusia tersebut tumbuh dan berkembang dengan
sempurna secara bersamaan. Dan untuk mewujudkannya
menggunakan pendidikan holistik yaitu pendidikan secara menyeluruh.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Muhammad Teungku. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-
Nur. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta. Lokus.
Efendi & Fatchurrohman. 2014. Studi Al-Qur’an Memshsmi Wahyu Allah
secara Lebih Integrsl dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras.
Hamka. 1988. Tafsir Al Azhar Juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hasanah, Amalia. 2013. Kamus Besar Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Qarni, „Aidh. 2008. Tafsir Muyassar Jilid 1. Jakarta: Qisthi Press.
Sadullah, Uyoh. 2014. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta.
Said, Ahmad Hasani. 2014. Diskursus Munasabah Al Qur’an Tinjauan
Kritis Terhadap Konsep dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir
Al-Misbah. Jakarta: Lectura Press.
Shihab, Umar, Hanafi, dkk (Eds). 2007. Ensiklopedia Al Qur’an: Kajian
Kosakata. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Quraish. 2012a. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari
Surah-Surah Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
2012b. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur’an volume 5. Jakarta: Lentera Hati.
2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur’an volume 10. Jakarta: Lentera Hati.
2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur’an volume 11. Jakarta: Lentera Hati.
Tim STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Salatiga: STAIN Salatiga.
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nuur Fuadatul Haqiqy
Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 15 November 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Riwayat pendidikan : SD N 2 Kertosari lulus tahun 2006
MTs Ma‟arif Jumo lulus tahun 2009
MAN Temanggung lulus tahun 2012
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 13 Juli 2020
Nuur Fuadatul Haqiqy
NIM. 111-13-208
83