..
PI/rTf he~6
IJ{A I KANDUNGAN NITROGEN DAN FOSFOR PUPUK ORGANIK CAIR DARI SLUDGE INSTALASI GAS BIO DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG TULANG A YAM DAN TEPUNG DARAH SAPI
.SKRlPSI
RICHARD L. CAPAH
PROGRAMSTUDlTEKNOLO~IPRODUKSITERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR 2006
•
RINGKASAN
Richard L. Capah. D01400067. 2006. Kandungan Nitrogen dan Fosfor Pupuk Organik Cair dari Sludge Instalasi Gas Bio dengan Penambahan Tepung Tulang Ayam dan Tepung Darah Sapi. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Temak, FakuJtas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utrona : Ir. Suhut Simamora, MS Pembimbing Anggota : Ir. Salundik, MSi.
Pengomposan bukan merupakan hal yang barn bagi masyarakat Indonesia, dan sudah banyak metode dalam pengomposan yang telah diterapkan dalam menunjang teknologi pengomposan. Pengomposan clapat didefinisikan sebagai proses biokimiawi oleh mikroorganisme baik secara terpisah atau bersama-sama dalam menguraikan baban organik menjadi bahan semacam humus.
Didorong oleh semakin berkembangnya isu pertaoian berkelanjutan yang rrunah /ingkungan, pencemaran lingkungan, dan penurunan tingkat kesuburan laban akibat pupuk kimiawi, seTta mahalnya harga pupuk buatan, telah meningkatkan kembali minat petani dan masyarakat dalam memanfaatkan pupuk organik sebagai nutrisi tanah dalam sistem budidaya pertaoian. J:Ial ini mempunyai efek positif terhadap penanganan masalah limbah hew~ ataupun tumbuh-tumbuhan yang terbuang dan belum mempunyai nilai ekonomis, yang masih dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai pupuk atau untuk pembudidayaan ternak. Limbah tulang dan darah merupakan limbah basil ikutan temak yang dapat dimanfaatkan kembali karena mengandung mineral yang bermanfaat dalam budidaya pertanian.
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bUlan April sampai Juli 2006 bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Temak, Departemen llmu Produksi dan Teknologi Petemakan, FakuJtas Petemakan, Institut Pertanian Bogor, di Peternakan Sapi Perah Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dan di Departemen Tanah, FakuJtas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Parameter yang dirunati pada penelitian ini adalah derajat keasaman (PH) dan kualitas pupuk (nitrogen, fosfor,dan nitra!). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial. Faktol I yaitu tepung tulang ayam dengan taraf2% dan 4%, faktor II yaitu tepung darah sapi dengan taraf 1 % dan 2%. Terdapat empat kombinasi perlakuan dengan empat kali uJangan. Data dianalisa dengan menggnnakan analisis ragam (ANOV A).
Hasil yang diperoleh bahwa faktor tepung tulang ayam nyata (p<O,05) berpengaruh terhadap peningkatan kandungan N-total, sangat nyata (p<O,OI) terbadap peningkatan kandungan P20s, dan tidak nyata terhadap kandungan NDJ-. Faktor tepung darah sapi sangat nyata (p<O,O I) berpengaruh terhadap peniogkatan kandungan N-total, nyata (p<O,05) terhadap peningkatan kandungan P20 S, dan tidak nyata terhadap kandungan NO)-. Interaksi antara faktor tepung tulang ayam dan faktor tepung darah sapi hanya berpengaruh nyata terhadap kandungan P20S. Kesimplilan penelitian secara keseluruhan adalah penambahan tepung darah sapi sebesar 2% dan penambaban tepung tulang ayam sebesar 4% menghasilkan kandungan nitrogen dan fosfor yang lebih baik.
Kata-kata kunci: tepung tulang ayam, tepung darah sapi, effluent Instalasi Gas Bio.
ABSTRACf
The Contents of Nitrogen and Phosphor in Liquid Organic Fertilizer from Effluents of Bio Gas Digesters with Addition The Chicken Boile Meal
and Cow Blood Meal
Capah, R. L., S. Simamora, and Salundik
Composting is not a new thing in the public and so many methods in composting which implemented to support composting technology. Composting is defined as biochemical process to transform organic material to manure by microorganism integrated or separated. Motivated by expanded of TUmOur continuing farming in safe environment, pollution, and reduction land fertility content consequence of chemical fertilizer, also about the higher of artificial fertilizer price, cause the interest of farmer and society increase to use organic fertilizer as soil nutrition in agriculture development system. This thing have positive effect to handling animal or plants waste problem which is neglected and doesn't have value, which still can useful and process as fertilizer or animal development Bone and blood waste are animal by product which can use again because· contained the mineral which useful in agriculture development This research has been done on April until July 2006 in Livestock Product Technology Laboratory, Department of Production and Animal Science Technology, Faculty of Animal Science, Bogor Agriculture University, Cow Farm Kebon Pedes village, Sub-district Tanah Sareal Bogor and in Department of Soil Science and Field Resources, Bogor Agriculture University. Parameter perceived in this research are acid degree (PH) and fertilizer quality (nitrogen, phosphor, nitrat content), and was design in complete randomized· factorial design (RAL). The first factor is chicken bone meal at level 2% and 4% the second factor is cow blood meal at level I % and 2%. There are four treatment combination with four time replication. The data analyzed with analysis of variance (ANOVA). Obtained result that addition chicken bone meal factor is cleared influential (p<O,OS) to nitrogen content, very cleared influential (p<O,Ol) to phosphor content and not cleared influential to nitrat content which resulted, addition cow blood meal factor is very cleared influential (p<O,OI) to nitrogen content, cleared influential (p<O,OS) to phosphor content, and not cleared influential to nitrat content which resulted. Whole result in this research is addition of 4% chicken bone meal and 2% cow blood meal to produce better nitrogen and phosphor.
Keywords: chicken bone meal, cow blood meal, effluent Bio Gas digester
KANDUNGAN NITROGEN DAN FOSFOR PUPUK ORGANIK CAIR DARI SLUDGE INSTALASI GAS BIO DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG TULANG A Y AM DAN TEPUNG DARAH SAPI
RICHARD L. CAP AU
D01400067
Skripsi ini merupakan salah sato syarat untok memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
FakuJtas Peternakan Institot Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTI'I'UT PERTANIAN BOGOR 2006
KANDUNGAN NITROGEN DAN FOSFOR PUPUK ORGANIK CAIR DARI SLUDGE INSTALASI GAS BIO DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG TULANG A Y AM DAN TEPUNG DARAH SAPI
Oleh:
RICHARD L. CAP AH
D01400067
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal13 Desember ~006
Pembimbing Utama
Jr. Sohot Simamora, MS NIP. 130 422 708
Pembimbing Anggota
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggaJ 20 Nopember 1980 di kota Medan Provinsi
Sumatera Utara Merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari orang tua yang
bemama Drs. Hotman Capah dan Dra.. Gustaria Simbolon, AMK.
Pendidikan yang pemah dijaJani yaitu pendidikan di TK Methodist I Medan
pada tahun 1986, laJu ke SO Methodist I Medan pada tahun 1987, kemudian
melanjutkan ke SMP Swasta Kristen lmanuel Medan pada tahun 1993, setelah itu
langsung melanjut ke SMU Swasta Kristen lmanuel Medan pada tahun 1996. Pada
tahun 2000 Penulis diterima sebagai mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB)
Institut Pertanian Bogor melaJui jaJur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN) dan terdaftar di Oepartemen Ilmu Produksi dan Teknologi Petemakan,
Fakultas Peternakan., IPB.
Selama masa kuliah, Penulis pernah aktif mengikuti beberapa kegiatan
kemahasiswaan, yaitu Komisi Pelayanan Siswa UKM Persekutuan Mahasiswa
Kristen IPB, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan pernah turut serta
dalam kepanitiaan Jaringan Ketjasama Persekutuan Mahasiswa Kristen se- Jawa-Bali.
KATAPENGANTAR
Penelitian ini mempunyai latar belakang memanfaatkan limbah organik basil
ikutan temak yaitu limbah tulang ayam dan darnh sapi sebagai bahan tambahan
untuk meningkatkan kandungan N-total dan fosfor sludge instalasi gas bio.
Persiapan penelitian diawali dengan pengambilan sludge instalasi gas bio
sebanyak 6 jerigen yaitu 180 liter yang terletak di Kelurahan Kebon Pedes,
Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. Selanjutnya dilakukan penampungan da.rah segar
sapi potong yang bertepatan dengan waktu pemotongan sapi potong di RPH
Dramaga. Kegiatan berikutnya selama kurang lebih satu bulan mengumpulkan
tulang-tulang ayam basil konsumsi- reStoran yang terdapat di daerah Desa Babakan ,
Dramaga, Bogor. Setelah bahan-bahan utama penelitian terkumpul, membeli bahan
bahan pendukung pengomposan yaitu EMc, gula pasir, dan dedak, yang masirig
masing dibeli di pasar Anyer dan pasar Dramaga. Kegiatan selanjutnya,
mempersiapkan alat-alat penelitian yaitu ember sebanyak 16 buah. plastik, tali,
sarong tangan, dan masker yang diperoleh dari pasar Anyer, serta alat-alat yang
disediakan Lab. THT yaitu tirobangan merle AND, gelas ukw-, corong, pH meter, dan
sebagainya. Setelah bahan-bahan dan alat-alat penelitian terkumpul, dilakukan proses
pengolahan pada tulang-tulang ayam dan darah sapi segar yaitu dengan
mengubahnya menjadi tepung. Setelah persiapan bahan-bahan dan alat-alat
penelitian maka selanjutnya penelitian dapat-dilakukan.
Penelitian ini diharapkan dapat membuka pemikiran dalam pengembangan
teknologi pengomposan yang memanfaatkan kembali limbah keluaran instalasi gas
bio, dan limbah basil ikutan temak seperti tulang ayam dan darah sapi.
Bogor, 13 Desember 2006
Penulis
DAFfARISI
Halamat
RINGKASAN 11
ABSTRACT .................................................................................................... '" iii
RlWAYATHIDUP ............................................................................................ Vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFf AR lSI ............................................................................. VIII
DAFTAR TABEL ....................................................................... x
DAFf AR GAMBAR ......................................................................................... Xl
DAFf AR LAMPIRAN ................................................................. Xli
PENDAHULUAN ..................................................................... .
Latar Belakang ................................................................ I Permasalahan .... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 Tujuan ........................................................................... 2 Manfaat ......................................................................... 2
TINJAUAN PUST AKA ............................................................... 3
Pupuk Organik ................................................................. 3 Lumpur Keluaran (Sludge) Instahisi Gas Bio ... ........ .... ...... ... ..... 8
Gas Bio ............................................................... 8 Lumpur Keluaran Instalasi Gas Bio .............................. 9
Pupuk Organik Carr .............. :.......................... ................ ... II Unsur Nitrogen ......... ................ .......... ............ ....... ................. 12 Unsur Fosfor ......................................................... 14 Bahan Tambahan dari Hasil Ikutan Temak ............................ 15
Effective Microorganism 4 (E~) .......................................... 16
METODE PENELITIAN ......................................................... ...... 17
Lokasi dan Waktu .............................................................. 17 Materi ................................................................ ............ 17 Rancangan Penelitian ......................................................... 17 Prosedur Penelitian ......................................................... ... 18
Persiapan Materi Sludge, Tepung Tulang Ayam, dan Tepung Darah Sapi ....... ........ ...... .............. ............. ............. ............. .... 18 Tahap Pelaksanaan Penelitian ..................... ........................... 19
Peubah yang Diamati ........................................................ :. 20 Derajat Keasaman (PH) ...................................... ....... 20 Kualitas Pupuk Organik Carr (N-total, P20 S, dan N~") ...... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 22
Keadaan Umum Penelitian ................................................... 22
Suhu Pengomposan Sludge ........................... ................ 23 Derajat keasaman (PH) ............................................. 24
KuaJitas Pupuk Organik Cair ............................................. ... 26 Kandungan N-total ................................................. 26 Kandungan P20 S ................................................. .... 28 Kandungan N03' ...... ....... .. ... ....... .. ...... ... ...... ...... .... 30 Produksi Pupuk Organik Cair ................ ................................ 32 Endapan Pupuk Organik Cair ................................................. 33 Wama dan Bau ....................................................................... 34
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 35
KesimpuJan ........................................................................................... 35 Saran ..................................................................................................... 35
UeAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. 36
DAITAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
LAMPIRAN ....................................................................................................... 41
IX
DAFfAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Unsur Hara Feses dari Beberapa Jerus Ternak ........ 5
2. Standar Kualitas Pupuk Organik Menurut Bank Dunia, lnternasional, PT. Pusri, dan Pasar .... ..... .... ... ..... ......... .... 6
3. Spesifikasi Mutu Pupuk Organik Padat dan Cair ....................... 7
4. Standar Kualitas Kompos ........................................................... 8
5. Kandungan Mineral EjJluenJ dar! Enam Instalasi Gas Bio di Delta Mekong Vietnam .................................... .......................... 9
6. Kualitas Lumpur (Sludge) lnstaIasi Gas Bio dari InjluenJ Jerami Padi dan Feses Sapi Setelab 35 Hari Fermentasi ... ... ... 10
7. Kandungan Zat Nutrisi dalam Tepung Darab ............................ 15
8. Komposisi Kimia Mineral Tepung Tulang ................................ 15
9. Karakteristik Mutu Kandungan Tepung Tulang Mutu I dan II .. 16
10. Karakteristik Peternakan Sapi Perab .......................................... 22
II. Kandungan N-Total dengan Pemberian Berbagai TarafTepung Tulang Ayam dan Tepung Darab Sapi pada Sludge Instalasi Gas Bio ......................................................................... 26
12. Kandungan P20 S dengan Pemberian Beibagai TarafTepung Tulang Ayam dan Tepung Darab Sapi pada Sludge .Instalasi Gas Bio ................................................................. :...................... 29
13. Kandungan N03· dengan Pemberian Berbagai TarafTepung Tulang Ayam dan Tepung Darab Sapi pada Sludge Instalasi Gas Bio ...................................................................... 31
Nomor
l.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTARGAMBAR
Skema Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Lumpur Keluaran lnstalasi Gas Bio ..................................................................... .
Rataan Suhu Pengomposan pada Selang Pengamatan Tujuh Hari ......................................................................................... .
Rataan pH Pengomposan pada Selang Pengamatan Tujuh Hari .......................................................................................... .
Rataan kandungan N-Total ..................................................... .
Rataan Kandungan P20 S ..•................•....•••..•••••.•.•..•••...••••...
Rataan Kandungan NO) - ........................................................ .
Grafik Rataan Persentase Produksi Pupuk Organik Cair ....... .
Grafik Rataan Persentase Endapan Pupuk Organik Cair '" .... .
Halaman
19
23
24
27
30
32
33
34
Nomor
I.
2.
3.
4.
5.
6.
DAFfAR LAMPIRAN
Oerajat Keasaman, Suhu, dan Wama Sludge ............. ....... .
Oerajat Keasaman, Suhu, dan Wama Pengomposan Pupuk Organik Cair Hari Ke- 0 ............................................. .
Oerajat Keasaman, Suhu, dan Wama Pengomposan Pupuk Organik Cair Hari Ke- 7 ............................................. .
Oerajat Keasaman, Suhu, dan Wama Pengomposan Pupuk Organik Cair Hari Ke- 14 ........................................... .
Oaftar Sidik Ragam Pengomposan Pup uk Organik Caif dari Sludge lnstalasi Gas Bio .............. : .............................. .
Tabel Kandungan N-TotaJ, P20 S, dan NO)- dengan Pemberian Berbagai TarafTepung Tulang Ayam dan Tepung Darah Sapi pada Sludge lnstaJasi Gas Bio .............................................. .
HaJaman
41
42
43
44
45
47
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pergeseran dari sistem betemak ekstensif menjadi sistem betemak intensif
berdampak pada permasaJahan limbah yang semakin kompleks baik limbah padat,
cair, maupun gas yang menimbuJkan pencemaran tanah, air, dan udara Limbah
petemakan adaJah semua buangan dari usaha petemakan yang bersifat padat, cair,
maupun gas. Bennacam-macam limbah yang berasaJ dari beragam makhluk bidup,
seperti manusia, hewan, dan tumbuhan yang terbuang dan belum mempunyai nilai
ekonomis, yang masih dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
Pengelolaan limbah yang selama ini umum diJakukan adaJah penumpukan,.
penggilingan, pencacahan, pembakaran, dan pengomposan. Limbah yang diolah
dengan baik dapat membantu mempercepat upaya rehabilitasi laban kritis dan dapat
meningkatkan produksi pertanian. Limbah temak dapat digunakan sebagai sumber
pupuk, penambah unsur barn tanah, dan dapat didaur uJang untuk pakan ternak.
Limbah industri petemakan mengandung bahan organik yang tinggi. Penggunaan
pupuk kandang berperan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui perbai.kan
strukur tanab dan penyediaan unsur hara, yang walaupun respon penyerapan zat
haranya lebih lama dibandingkan dengan pupuk buatan, tetapi jangka waktu
manfaatnya bagi tanaman lebih lama
Hardjowigeno (1989) menyatakan disamping kandungan unsur barn pupuk
organik tidak terlalu tinggi, pupuk organik memiliki keistimewaan yaitu dapat
memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti penneabilitas tanah, porn.sitas tanah, daya
menahan air dan kation-kation tanah. Berdasarkan bentuknya pupuk organik
dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cairo Banyak
penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan kandungan unsur hara, baik
pada pupuk organik padat yaitu melalui ekskresi metabolisme cacing tanah, ataupun
pada pupuk organik cair yaitu melalui penambahan kandungan nitrogen dengan
penggunaan urine ternak. Pupuk organik cair yang merupakan keluaran (effluent)
dari instalasi gas bio (penghasil bahan bakar altematif) baik digunakan sebagai
pupuk untuk tanaman darat ataupun tanaman air.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pupuk organik cair
melalui penambahan tepung darah sapi dan tepung tuJang ayam. Seperti yang
diketahui bahwa darah merupakan salah satu limbah rumah pemotongan hewan
(RPH) yang belurn banyak dimanfaatkan sehubungan dengan adanya pembatas
religius sehingga menjadi sumber pencemar lingkungan yang berdampak pada
kesehatan. Limbah darah dalam bentuk tepung mengandung protein yang tinggi yaitu
sekitar 80-85%, yang juga terdapat kandungan lemak, kalsiurn, fosfor, magnesium,
chlorida, sodium, potassium, dan zat besi (Divakaran, 1982). Selain tepung darah,
tepung tulang juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kualitas pupuk organik cair, karena mengandung unsur Ca dan P. Dilihat dari
kandungannya maka limbah darah dan limbah tulang ini sangat baik digunakan untuk
menambah kandungan unsur hara untuk meningkatkan mutu pupuk organik cair
sebagai bahan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pennasalahao
Berdasarkan penelitiao bahwa keluaran dari sumur pencernaan instalasi gas
bio dapat digunakao sebagai pupuk organik yang siap pakai, tetapi kanduogao uosur
haranya masih relatifrendah. yaitu:::467 mgll nitrogen dan SI64 mgll fosfor (Suzuki
et aI., 2001). Darah dan tulaog yang.merupakan basil ikutao ternak belum maksimal
pemanfaatannya dan masih sering dibuang sebagai lim bah karena dianggap
pencemar dan tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan kandungao uosur barn protein
79,9'lAl uotuk tepuog darah dan fosfor 14,53% uotuk tepuog tulang, diharapkan dapat
meniogkatkao UOSUf-uosur yang terkanduog didalam sludge (lumpur keluarao
iostalasi gas bio). OIeh karena itu diaoggap perJu upaya dalam meniogkatkan
kanduogao uosur barn sludge den gao mengguoakan Iimbah basil ikutao ternak uotuk
menambah nilai gunaoya sebagai pupuk organik cairo
Tujuan
Penelitiao ioi bertujuao meniogkatkan kanduogan N-total, P20 S, dan N~'
dari lumpur keluarao iostalasi gas bio dengan penambahan tepuog tulaog ayam dan
tepuog darah sapi.
Manfaat
Penelitiao ioi bermanfaat sebagai ioformasi uotuk meniogkatkan mutu sludge
iostalasi gas bio melalui penambahan Iimbah organik tulang ayam dan darah sapi.
2
TINJAUAN PUST AKA
Pupuk Organik
Menurut Hardjowigeno (1989), bahwa dalam pengertian sehari-hari pupuk
adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Menurut
Murbandono (2002), bahwa pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan pada tanah
agar dapat menarnbah unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum, pupuk organik adalah pupuk
yang terbuat dari bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Bahan
baku organik dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti sisa-sisa tanaman,
hewan, dan manusia Bahan organik merupakan salah satu bahan jJenyusun tanah
mineral, dimana menurut Tisdale el al. (1985) dan Soepardi (1983), bahwa bahan
organik sangat besar peranannya dalam memperbaiki kesuburan tanah walaupun
persentasenya hanya sebesar 5% dari total volume tanah.
Peranan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan tanah, yaitu melalui
penambahan unsur-unsur hara N, P, dan K yang secara lambat tersedia, dan
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sebingga kation-kation hara yang penting
tidak mudah mengalami pencucian dan tersedia bagi tanaman, mengurangi fiksasi
fosfor oleh oksida-oksida aluminium dan besi sehingga lebih tersedia bagi tanaman,
memperbaiki agregat tanah sebingga terbentuk struktur tanah yang lebih baik untuk
respirasi dan pertumbuhan akar, meningkatkan kemampuan mengikat air sebingga
ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin, dan meningkatkan aktivitas mikroba
tanah (Hardjowigeno, 1989).
Senyawa organik dapat berpengaruh langsung terbadap tanaman, seperti
beberapa senyawa nitrogen organik yang ~am hal ini beberapa asam amino (alanin
dan glisin) dapat diserap tanaman dengan segera Bahan organik juga mengandung
sejumlah zat tumbuhdan vitamin yang hanya pada waktu tertentu dapat merangsang
perturnbuhan tanaman dan jasad mikro. Sebaliknya beberapa senyawa merupakan
bahan berbahaya bagi tanaman, misalnya asam dihidroksitearal aruiIah racun bagi
tanaman (Soepardi, 1983).
Kemampuan· tanah mengikat air dan air tersedia akan meningkat melalui
penggunaan bahan organik (Tisdale et aJ., 1985). Soepardi (1983) menambahkan
bahwa sejumlah air yang dapat dipertahankan oleh tanah adalah tetap dan tergantimg
dari kadar bahan organiknya, tekstur, dan karlar liat tanah. Air yang dapat diserap
tanaman tergantung dari jumlah air yang tersedia dalam tanah. OIeh karena itu,
pertumbuhan tanaman dikendalikan oleh banyaknya air yang dapat diserap oleh
tanaman dari tanah.
Berdasarkan dari bahan bakunya pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan
bahan organik seperti daun-daun, batang, ranting yang lapuk, ataupun dari kotoran
temale (lndriani, 2002). Menurut Sutejo (1995), bahwa pupuk organik adalah pupuk
basil perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (serasab) tanaman dan
binatang, misalnya pupuk hijau, pupuk kompos, guano, dan sebagainya, sedangkan
pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia seperti Urea,
ZA, TSP (Triple Superphosphate), SP-36, dan KCI.
Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting, yaitu menggemburkan
lapisan tanab permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik,
mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat
meningkatkan kesuburan tanab (Sutejo, 1995). Menurut Lingga dan Marsono (2001),
ada beberapa kelebihan dari pupuk organik, yaitu memperbaiki struktur tanah,
menaikkan daya serap tanab terhadap air, menaikkan kondisi kebidupan didalam
tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Menurut Sutejo (1995), pupuk
organik yang bail< dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu (1) N harus berada dalam
bentuk persenyawaan organik, (2) tidak meninggalkan sisa asam organik didalam
tanah, dan (3) mempunyai persenyawaan C yang tinggi. Menurut Soepardi (1983)
babwa pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara makro dan mikro bagi
tanaman. Menurut Sutejo (1995), bahwa pupuk kandang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pupuk kandang segar berupa kotoran hewan yang barn dikeluarkan
sehingga belum mengalami pembusukan., dan pupuk kandang busuk merupakan
kotoran hewan yang telah mengalami pengomposan. Kotoran sapi dapat
menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman seperti N, P, K dan beberapa
unsur hara mikro berupa Fe dan Zn. Kotoran sapi mempunyai nilai hara yang tinggi
terutama N, P, dan kadar air. Peningkatan pH akibat pemberian' kotoran sapi
4
disebabkan oleh pembebasan kation-kation pada saat pembusukan atau pelapukan
(Sutejo, 1995).
Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang yang penting bagi tanaman
yaitu N, P dan K. Rataan kandungan unsur bam didalam pupuk kandang adalah 0,3-
0,6% N, 0,1-0,3% P20 S, dan 0,3-0,5% K20 (Jacob dan Uexkull, 1960). Tisdale et af.
(1985), juga menyatakan bahwa pupuk kandang biasanya terdiri dari campuran 0,5%
N, 0,25% P20S, dan 0,5% K20. Menurut Sutedjo (1995), bahwa kadar rata-rata unsur
hara pada ternak di Indonesia cukup rendah, yaitu tidak lebih dari 0,35% N, 0,1% P,
dan 0,3% K.
Menurut Polprasert (1980) bahwa bahan organik yang dapat dijadikan
masukan pada instalasi gas bio, yaitu kotoran manusia, limbah peternakan, dan
limbah tanaman, yang semuanya kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri
anaerob, dimana komposisi unsur bam feses dari beberapa jenis ternak dapat dilihat
pada Tabel I.
Tabel I. Komposisi Unsur Hara Feses dari Beberapa Jenis Ternak
Mineral Unit Babi Sapi Potong Sapi Perah
Nitrogen (N) %TS 5,6 7,8 4
Phosphor (P) %TS 2,5 1,2 1,1
Kalium (K) %TS 1,4 1,8 1,7
Kalsium (Ca) glkgTS 2,4-3,6 6-35 13-25
Magnesium (Mg) glkgTS 0,3-14 10-13 2,5-9,1
Natrium (Na) glkgTS 6,3-20 1-19 3,1-13
Besi (Fe) glkgTS 0,6-1,8 0,7-1,3 0,4-1,3
Seng (Zn) glkgTS 0,4-1,8 0,1-0,3 0,1-0,2
Mangan (Mn) glkgTS 0,2-0,4 0,1-0,2 0-0,1
Tembaga (Cu) glkgTS 1,4 0-0,1 0-0,1
Boron (8) glkgTS 0,1-0,3 0-0,1 0-0,1
Sumber: Taiganides (\978) Keterangan: TS = Total Solid (Total Berat Kering)
Standar kualitas pupuk organik menurut Bank Dunia, Internasional, PT. Pusri
(Pupuk Sriwijaya), dan permintaan pasar yang di.rekomendasikan Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia, diperlihatkan pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Standar Kualitas Pupuk Organik Menurut Bank Dunia, Intemasional, PT. Pusri, dan Pasar
Standar Kualitas
Parameter Kualitas Satuan Bank Inter PT Dunia nasional Pusri
Pasar
Kualitas Fisik
a. Kadar Air % berat kering S45 $25 s20
b. Kadar Humus dimensionless <40
c.pH dimensionless ± 7,5 ±7,5
d. Bau dimensionless Bau tanah Bau tanah
Kadar Unsur Hara
a N (Nitrogen) % berat kering ~ 2,12 ~ 2,30
b. P20S (Fosfor) % berat kering ~6,00 ~ 1,30 ~ 1,60
c. K20 (Kalium) % bera! kering ~2,00 ~2,40
d. Mg (Magnesium) % bera! kering ~ 3,19 ~ 3,25
e. S (Belerang) % berat kering ~ 0,01 ~0,02
f. Mo (Molybdenum) % bera! kering ~ 0,05 ~ 0,10
g. B (Boron) % hera! kering ~0,09 ~O,1O
h. Ca (Kalsium) % bera! kering ~ 0,97 ~ 1,00
i. CIN Ratio dimensionless S20 $20 SIS
Kadar Logam Berat
a As (Arsenic) mglkg bera! kering <10 <10
b. Cd (Cadmium) mglkg berat kering <3 <3
c. Cr (Chromium) mglkg bera! kering <45 <45 <45
d. Cu (Tembaga) mglkg hera! kering < 150 < 150 < 150
e. Hg (Mercury) mglkg berat kering <1 <1
f. Ni (Nikel) mglkg bera! kering <50 <50
g. Pb (Timbal) mglkg hera! kering < 150 < 150 < 150
h. Zn (Seng) mglkg herat kering <400 <400 <400
Kualitas Biologis
a Coliform MPN/g < 1.000
b. Salmonella sp. MPN/g <3
Sumber: Kementerian LingIruogan Hidup RepubLik lndonesia. Jakarta.
6
Pengaruh pemberian pupuk kandang, antara lain memudahkan penyerapan
air, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi tanah,
memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk perkecambahan biji dan akar, dan
merupakan unsur hara tanaman (Setiawan, 1999). Suplemen bahan organik yang
diberikan pada tanaman dapat mengurangi kebutuhan akan pupuk anorganik, hal ini
karena bahan organik yang tinggi dapat meningkatkan pH tanah, P-tersedia,
kandungan air tanah, dan permeabilitas tanah, sehingga memudahkan tanaman
menyerap unsur hara yang diperlukan (Raihan, 2002), yang juga menyatakan bahwa
suplemen bahan organik (eceng gondok dan kangkung) sebesar 2,4 ton/ha terhadap
25% pup uk NPK anorganik dan pemupukan bahan organik 3,2 tonlha dapat
meningkatkan kaitdungan air dan permeabilitas tanah dibandingkan dengan total
pemupukan anorganik, demikian juga terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K
dapat diserap, dan pH tanah. Syarat mutu pupuk organik padat dan cair yang
direkomendasikan oleh Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian, Departemen
Pertanian R 1., diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel3. Spesifikasi Mutu Pupuk Organik Padat dan Cair
Kandungan Pupuk Organik No Parameter Satuan
Padat Cair
C-Organik % Min IS ~4.5
2 CIN ratio 12 - 25
3 Bahan ikutan % Maks2 (kerikil, beling plastik)
4 Kadar air % 20 ~x ~35
5 Pb ppm ~ 100 ~ 100 Cd
} kadar logam berat ppm ~20 ~20
Hg ppm ~2 ~2 As ppm ~20 ~20
6 pH ~4-~8 ~4-~8
7 Kadar total (N + P20 S + K2O) % Dicantumkan Dicantumkan
8 Mikroba patogen ceWml Dicantumkan Dicantumkan (E. Coli, Salmonella)
9 Unsur mikro (Zo, Cu, Mn, Co, Fe) ppm Dicantumkan
Sumber: Soekinnan (2005). Direktorat JendraJ BiDa Sarana Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
7
Assosiasi Bark Kompos Jepang (Harada el 01., 1993) dan CV. Lembah Hijau
Multifarm (1999) mengeluarkan standar kualitas kompos dengan kandungan unsur
hara seperti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Standar Kualitas Kompos
Unsur Hara Harada elol. (1993) CV. Lembah Hijau Multifarm (1999)
Bahan Organik (BO) >70% >80%
N-total > 1,2% > 1,5%
CIN rasio <35 Maks.20
P20S >0,5% > 1,6%
K20 >0,3% > 1,8%
pH 5,5 - 7,5 > 6,5 -7,5
KTK > 70 meqll OOg
Kelembaban 60%
Cao >2,8%
MgO >0,5%
Hasil penelitian Santosa (2000) menunjukkan bahwa pupuk kandang yang
memberikan pertumbuhan terbaik pada tanaman lidah buaya adalah pupuk kandang
kambing daripada pupuk kandang sapi dan pupuk kandang babi, narnun
kelemahannya pada pupuk kandang karnbing apabila digunakan secara terus
menerus tanpa ukuran akan mengakibatkan kelebihan unsur N dalam tanah yang
akan terakumulasi dan menyebabkan pencemaran tanah serta air.
Lumpur Keluaran (Sludge) lnstalasi Gas Bio
Gas Bio
Menurut Sahidu (1983), bahwa pemanfaatan kotoran temak (sapi, kerbau,
domba, karnbing, kuda, babi, dan itik) sebagai penghasil gas bio bukan saja
menarnbah suplai energi alternatif tetapi juga menghasilkan keluaran (effluent) yang
sangat baik untuk dijadikan pupuk organik. Menurut Fauziah (1998), bahwa
kelebihan fennentasi anaerob dibandingkan fennentasi aerob, kotoran temak atau
bahan buangan yaitu amonia yang terbentuk mudah menguap (± 84,1%). Price dan
Cheremisinoff (1981), menyatakan bahwa komponen gas bio yang dihasilkan terdiri
8
dari metan (50-70%), karbondioksida (45-25%), hidrogen, nitrogen, dan hidrogen
sulfida dalam jumlah yang sedikit. Proses pelapukan bahan organik secara anaerob
dilakukan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi (polprasert, 1980), yang
terlihat pada reaksi di bawah ini.
Domin2n Scdikit
{ . '{ '\ BO + H20 -----... C~ + C02 + H2 + NH3 + H2S + Sludge (padat dan cair)
onaerob
Menurut Polprasert (1980), bahwa komposisi gas bio terdiri dari metan (55-
65%) dan karbondioksida (45-35%), merupakan komponen gas yang dominan serta
nitrogen (0-3%), hidrogen (0-1 %), hidrogen suJfida (0-1 %), dan unsur NPK, serta
minerallainnya terakumulasi dalam sludge.
Lumpur Keluarao Instalasi Gas Bio
Vesilind el al. (1990), menyatakan bahwa lumpur keluaran (sludge) yang
berasal dari instalasi gas bio sangat bail< untuk. dijadikan sebagai pupuk karena
mengandung berbagai macam mineral yang dibutuhkan oleh tanaman, antara lain: P,
Mg, Ca, K, Cu, dan Zn., sebagaimana juga diutarakan oleh Suzuki el aJ. (2001)
(fabeI5).
Tabel 5. Kaodungan Mineral EjJluenl dari Enam lnstalasi Gas Bio di Delta Mekong Vietnam
lnstalasi Gas Bio Ke-Mineral
2 3 4 5 6
(mgll)
Total P 119 114 33 93 164 69
NHt-N 467 271 37 348 ·324 462
Mg 73 94 63 60 103 177
Ca 72 57 56 62 78. 147
K 271 166 64 215 401 540
Co <2,5 <2,5 <2,5 <2,5 <2,5 <2,5
Zn <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 <1,0
pH 6,9 7,0 6,9 7,2 . 6,8 6,9
Sumber. Suzuki e/ 01. (2001)
9
Hasil penelitian Pujiharti (2000), produksi gas bio dan kualitas lumpur
(sludge) dari jerami pad.i dan feses sapi menunjukkan bahwa makin banyak feses sapi
yang digunakan sebagai bahan isian (influent), maka semakin tinggi kadar N, P, Ca,
Mg, Cu, dan Zn, yang tertinggal di daIam lumpur (sludge) namun kadar K dan Mn
semakin rendah, juga semakin meningkat proporsi pemanfaatan feses sapi sebagai
influenl maka unsur nitrogen yang terakumulasi daIam sludge cenderung semakin
meningkat (N=1,290/o), seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Tabel6. Kualitas Lumpur (Sludge) lnstalasi Gas Bio dari Injluenl1erami Padi dan Feses Sapi Setelah 35 Hari Fermentasi
Nilai
Mineral Awal 10 11 12 13 14 15
1erami F. Sapi Setelah Fennentasi Anaerob 35 Hari
C(%) 38,75 46,01 40,87 42,32 43,65 42,61 44,93 42,23
N(%) 1,19 1,86 0,85 0,94 1,10 1,02 1,19 1,29
CIN 32,56 24,74 48,1 45,02 39,8 41,77 37,76 32,74
P(%) 0,19 0,81 0,10 0,36 0,42 0,44 0,59 0,65
K(%) 1,43 0,90 1,30 1,07 0,97 0,93 0,94 0,88
Ca(%) 1,24 1,17 0,38 0,49 0,52 0,56 0,77 0,76
Mg(%) 0,13 0,55 0,26 0,35 0,60 0,52 0,76 0,98
Fe (ppm) 1388,7 1319,7 Il65 1470 1255 II 85 II 12 1684
Mn(ppm) 719,9 353,7 594,8 509,8 504,5 472 484,3 479,5
Cu(ppm) 3,25 24,33 7,51 9,36 13,27 14,15 17,61 20,82
Zn(ppm) 49,48 183,3 40,29 56,54 72,12 86,33 73,55 123,4
Sumber. Pujiharti (2000) Keterangan: JO (IOO"A.jerami), JI (9O"~jerami + 10% feses sapi), 12 (80%jerami + 20% feses sapi),
13 (7~~ jerami + 30% feses sapi), J4 (60% jerami + 40% feses sapi), J5 (50% jerami + 50% feses sapi)
Menurut Fair ef of. (1967), bahwa sludge adalah endapan padat yang secara
a1ami berada didalam air dan air limbah, atau benda yang bukan endapan padat tetapi
secara pengentalan kimia dan jlokulasi biologi dapat mengenclap dan dialirkan dari
tangki pembuangan limbah, sementara menurut Sugiharto (I987), bahwa lumpur
(sludge) yang dihasilkan dari pengoJahan limbah call periu dilakukan pengolahan
10
secara khusus agar lumpur tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan
kehidupan manusia. Menurut Suzuki et al. (2001), bahwa keluaran (effluent) dari
instalasi gas bio yang berasal dari kotoran babi mengandung konsentrasi P04-P,
NH.t-N, Mg, dan Ca yang tinggi serta berada dalam bentuk yang mudah larut, dan
tingginya konsentrasi NJ-4-N berasal dari campuran urine dan bahan organik
masukan serta hasil proses fennentasi anaerob dalam insta!asi gas bio. Menurut
Polprasert (1980), bahwa didalam sludge gas bio terdapat 50% nitrogen (N) berada
dalam bentuk amonia, dan unsur hara fosfor serta kalium tidak mengalami perubahan
selama dalam digester.
Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair dapat diproduksi dari liinbah industri peternakan yaitu
melalm pengomposan dan aerasi (Haga, 1999). Menurut Sosrosoedirdjo et aI. (1981)
bahwa pemberian pupuk cair dilakukan dengan menyiramkannya kepada tanah dan
ada baiknya segera dicampurkan dengan tanah setelah disiramkan. Buckman dan
Brady (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga metode pokok dalam pemberian
pupuk cair, yaitu pemberian langsung pada tanah, pemberian dalam air irigasi, dan
penyemprotan tanaman dengan pupuk larutan yang tepa!.
Pemanfaatan limbah cair industri tapioka sebagai pupuk organik didapat pH
pupuk yang bersifat netral, C/N rasio rendah, dan kandungan NPK-tota!, yang sesuai
dengan kebutuban tanaman pertanian bayam, kangkung, dan sawi (Zaitun, 1999).
Nengsih (2002), menyatakan bahwa kandungan pupuk organik cair dari fermentasi
isi rumen sapi memiliki kandungan unsur hara P dan K -tersedia lebih tinggi daripada
pupuk organik padat, dimana kandungan nitrogen pupuk organik cair sebesar (N
total) 3,07%, C organik 48,92%, C/N rasio 16,12, K-tersedia 2,27%, P-tersedia
2,29%, KTK 28,57 meqJI 00 g dan kandungan nitrat (NO)') 129,32 ppm.
Pengomposan dapat berlangsung secara aerob dan anaerob. Pengomposan --secara aerob yaitu bahan organik akan menghasiIkan C~, H20, humus dan energi,
sedangkan pengomposan secara anaerob menghasilkan metan, C~, dan senyawa
antara seperti asam-asam organik yang mempunyai berat molekul rendah (aSam
asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat) (Sutanto, 2006).
Penambahan kompos sludge pabrik kertas berpengaruh pada peningkatan N
tersedia tanah (Suntoro, 2001), dan sewage sludge yang telah dikomposkan dapat
II
memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daya ileat air pada tanah berpasir
(parr, 1981). Reaksi menurut Gaur (1983) dapat digambarkan sebagai berikut:
Bahan Organik _...;;1I..c:.1iboba=;:..: .... =ob_ .. ~ C~ + H20 + Humus + Hara + Energi
Unsur Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Menurut Manan (2006), bahwa di alam nitrogen ditemukan di
atmosfer bumi (78% volum) sebagai gas diatom dengan rumus molekul N2, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak dapat terbakar, sangat sedikit larut dalam
air, dan bersifat tidak reaktif kecuali pada suhu tinggi. Dalarn keadaan cair, nitrogen
tidak berwarna, dan tidak berbau, dan penampakannya roirip air. Nitrogen diperoleh
untuk komersial melaltii distilasi bertingkat udara cairo Kegunaan unsur nitrogen (N2)
untuk pembuatan amoniak (proses Haber), sebagai zat pendingin (pembeku
makanan), dalam wujud cair sebagai insulator, untuk industri minyak, industri
makanan, industri obat-obatan, dan lain-lain.
Unsur N merupakan salah satu unsur penyusuo protein sebagai pembentuk
jaringan dalam makhIuk bidup, dan di dalam tanah unsur N sangat menentukan
pertumbuhan tanaman. Perilaku nitrogen dalam tanah sulit untuk diperkirakan sebab
transformasi N di dalam tanah sangat kompleks. Lebih dari 98% N di dalam tanah
tidak tersedia untuk diiunbil tanaman pada saat tertento karena terakumulasi dalam
bahan organik atau teIjerat dalam mineral liat Nitrogen dalam bentuk bahan organik
dapat mengalami transformasi menjadi pupuk tersedia bagi tanaman (Sutanto, 2006).
Perilaku N dalam tanah mempunyai beberapa implikasi yang penting untuk
manajemen N yang efisien (Evanylo, 1998). Jumlah nitrogen dalam tanah sedikit
sedangkan yang diangkut oleh tanaman tiap tahunnya sangat banyak. Pada saat
tertentu nitrogen sangat larot dan pada saat yang lain mudah bilang dalam penguapan
atau sarna sekali tidak tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983). Suplai unsur N
melalui pemupukan lebih diutamakan untuk tanaman karena N merupakan unsur
yang paling banyak bilang dari laban pertanian melalui pemanenan (Gob dan
Haynes, 1986). Tanaman yang mengalami kekurangan N akan tetap kecil dan secara
cepat berubah menjadi kuning, karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk
protein dan klorofil, oleb karena ito akibat kekurangan klorofil akan menyebabkan
12
kemampuan tanaman menjadi berkurang dan produksi karbohidra~ya berkurang
(Jacob dan UexkulJ, 1960). Nitrogen merupakan unsur yang esensial bagi tanaman
dan dibutuhkan dalam jumlah reIatif besar. Unsur ini berpengaruh dalam sintesis
asam amino, protein, asam nukleat, dan koenzim. Protein mempunyai fungsi penting
dalam pertumbuhan seI vegetatif tanaman sebagai katalisator dan pengatur
metaboIisme (Grunes dan Allaway, 1985). Protein merupakan bagian dari
protoplasma sehingga adanya unsur N akan mendorong pertumbuhan tanaman diatas
permukaan tanah.
Menurut Edmond el 01. (1957), pemberian pupuk harus memperbatikan
kandungan unsur ham yang tersedia didalam tanah, tipe pertumbuhan yang
diinginkan, dan faktor ikIim. Kekurangan' unsur nitrogen selama perturnbuhan dapat
menyebabkan tanaman menjadi kerdiI, perakaran terbatas, daun menjadi berwama
kuning dan senescens, tetapi pemberian nitrogen secara berlebihan juga akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, wama daun menjadi hijau
tua dan tanaman menjadi Iebih sukulen (Prawiranata dan Tjondronegoro, 1992),
sebingga tanaman menjadi mudah terserang hama dan penyakit Kelebihan unsur
nitrogen juga dapat memperpanjang periode tumbuh terutama pada tanaman-tanaman
yang mempunyai periode tumbuh pendek dan juga mendorong produksi jaringan
sukulen yang Iunak sebinggarentan terbadap kerusakan mekanis (Foth, 1988).
Secara umum tanaman mengandung nitrogen sebesar 1-5% bobot dan
menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (NOl) dan amonium <NH4l, serta tingkat
pengambilan NOl- biasanya Iebih tinggi dan baik pada pH rendah. Pada umumnya
sumber N tanaman adalah nitrat yang tergantung pada jenis tanaman dan faktor
Iingkungan Iainnya seperti suhu, pH, pengoIahan tanah, dan lain-lain. Pada pH
rendah, nitrat Iebih cepat diserap. Penghambatan serapan nitrat pada pH tinggi
kemungkinan karena pengaruh kompetisi dari ion Oli (Mengel dan Kirkby, 1982).
Menurut Manan (2006), unsur nitrat (NOl) yang terikat sebagai ligan
(substituen senyawa organik) pada senyawa kompleks, yang merupakan garam dari
asam nitrat HN03 yang dipakai dalam campuran pupuk. Menurut Haug (1980),
bahwa kompos yang stabil mengandung N dalam bentuk Nitrat (NOl) dan tidak ada
N dalam bentuk NH/, sedangkan menurut Yang (1997), bahwa kandungan nitrat
kompos dapat menentukan kematangan kompos.
13
Unsor Fosfor
Menurut Manan (2006), unsur P ditemukan dalam urin oleh Brand pada tahun
1669. Fosfor merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan, dapat
menimbulkan entrofikasi di danau, sungai, dan perairan lainnya Unsur P juga
merupakan zat yang penting tetapi selalu berada dalarn keadaan kurang didalam
tanah. Fosfor diserap turnbuhan terutama dalarn bentuk anion monovalen (H2P041
dan anion divalen (HPO/l. Ketersediaan P sangat dipengaruhi pH tanah, pada pH
rendah « 7), P lebih banyak diserap dalarn bentuk H2P04·, sedangkan pada pH > 7
lebih banyak diserap dalarn bentuk HPO/- (Mengel dan Kirkby, 1982; Tisdale e/ a/.,
1985).
Unsur P sangat penting sebagai sumber energi (A TP). Oleh karena ito,
kekurangan P dapat menghambat perturnbuhan maupun reaksi-reaksi metabolisme
tanaman. Fosfor pada tanaman berfungsi dalam pembentukan bunga, buah, dan biji,
serta mempercepat pematangan buah. Kualitas pupuk organik dipengaruhi oleh
metode pengomposan, kualitas bahan organik, suhu, dan aktivitas mikroorganisme
perombak bahan organik. Pemberian unsur P dalam jumlah memadai dapat
meoingkatkan mutu benih yang meliputi potensi perkecambahan dan vigor bibit
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Menurut Koswara (I989) bahwa P berperan dalam pembentukan bunga,
buah, biji, kematangan tanaman, dan perkembangan akar. Gejala kekurangan P dapat
diamati pada awal pertumbuhan, dimana perakaran tanaman masih sangat terbatas
sedangkan kebutuhan P relatif sangat tinggi, sebingga menyebabkan daun tanaman
berwarna keunguan. Fosfor juga berperan mempercepat pertumbuhan akar semai,
memperkuat dan mempercepat pertumbuhan tanaman rouda menjadi tanaman
dewasa, dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah serta biji, dapat
meniogkatkan produksi biji-bijian, membantu pembentukan protein, proses transfer
metabolik, sintesis ADP dan A TP, meoingkatkan fotosintesis, dan membantu proses
respirasi (Sutejo, 1995), dan jika kekurangan unsur ini dapat menimbulkan daun dan
batang kecil, daun berwama bijau tua keabu-abuan, mengkilat, dan terlihat pigmen
merah pada daun bagian bawah dan selanjutnya mati. Pembentukan bunga terhambat
dan produksi buah atau bijinya kecil (Jacob dan Uexkull, 1960).
14
Bahan Tambahan dan Hasil lkumn Ternak
Darah kering yang digunakan untuk menambahkan mutu pupuk organik,
mengandung sekitar 12% N, dengan sedikit P, Fe, Co, dan mineral lain (Divakaran,
1982). Darah terdiri dari 80-85% air, \5-20% padatan, dan dari satu ton darah segar
menghasilkan 200 kg tepung darah (fabel 7).
Tabel 7. Kandungan Zat Nutrisi dalam Tepung Darah
Zat Nutrisi Tepung Darah (%)
Bahan Kering 90,5
Protein Kasar 79,9
Serat Kasar 0,8
Abu 5,6
N Bebas 2,6
Ca 0,28
Mg 0,22
Fosfor 0,22
Sumber: Divakaran (1982)
Hasil samping lainnya dari ternak adalah tulang. Tulang dapat diperoleh dari
Rumah Pemotongan Hewan (RPH), rumah malcan, industri daging, atau dari rumah
tangga Menurut Tillman e/ oJ. (1989), bahwa komposisi tulang bervariasi tergantung ~,
pada umur hewan., status, dan kondisi makanannya, dimana tulang yang nonnal
mengandung kadar air (45%), lemak (10%), protein (20%), dan abu (25%). Menurut
Morrison (1959), hampir 85% mineral (abu) adaJah kalsium fosfat., 14% kalsium
karbonat, dan I % magnesium atau fosfat atau karbonat., dengan k~mposisi kimia
sebagaimana tertera pada Tabel 8.
Tabel8. Komposisi Kimia Mmeral Tepung Tulang
Komposisi Morrison (1959)
%
Kalsium 30,14
Fosfor 14,53
Protein 7,5
Lemak 1,2
Rasyaf (1990)
24-30
12 -15
15
Dewan Standarisasi Nasional Indonesia menetapkan beberapa karakteristik
mutu tepung tulang meliputi kadar air, mineral, lemak, dan kotoran pasir tanpa
penentuan kandungan protein ([abel 9).
Tabel 9. Karakteristik Mutu Kandungan Tepung Tulang Mutu I dan II
Karakteristik
Kadar air, % (bobotlbobot) maks.
Kadar lemak, % (bobotlbobot)
Kadar kalsium, % (bobotlbobot kering) min.
Kadar fosfat sebagai P20S, % (bobotlbobot kering) maks.
Kadar pasir/silika, % (bobotlbobot kering) maks.
Kehalusan (mesh 25), % (bobotlbobot kering) maks.
Kadar fosfat (P), % (bobotlbobot kering)
Sumber. SNI 01-3158-1992
Effective Microorganism 4 (E~)
Syarat
Mutu I Mutu II
8
3
20
20
90
8
8
6
30
20
90
8
Teknologi E~ merupakan teknologi fermentasi yang dikembangkan pertama
kaIi oleh·Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukyus, Okinawa, Jepang,
sejak tahun 1980. Effective Microorganism 4 adaIah kultur campuran dari beberapa
milrroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme
a1ami yang terdapat dalam E~ bersifat fermentasi (peragian) dan sintetik, yang
terdiri dari lima kelompok mikroorganisme, yaitu bakteri fotosintetik, jamur
fermentasi, Lactobacillus sp., ActinomYcetes, dan ragi (Indriani, 2002).
Mikroorganisme yang terdapat dalam E~ dapat bekeIja aktif menambah
unsur ham apabila bahan organik dalam keadaan yang cukup, dimana bahan organik
tersebut merupakan bahan makanan dan sumber energi, yang menurut Wididana et
aJ. (1996), bahwa E~ sangat bermanfaat untuk mempercepat proses penguraian
limbah organik, mempercepat proses pengomposan, menghilangkan bau busuk pada
limbah, serta mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Mikroorganisme baik
yang komersial maupun nonkomersial dapat digunakan sebagai aktivator dalam
proses pengomposan.
16
METODEPENELITIAN
Lokasi daD Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai luli 2006, bertempat di
Laboratorium Teknologi Hasil Temak, Departemen Iimu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, di Peternakan Sapi Perah
Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dan di Departemen Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sludge lumpur keluaran
(effluent) dari instalasi gas bio, EMt, tepung tulang ayam, dedak, gula pasir, dan
tepung darah sapi. Alat-aIat yang digunakan adalah jerigen, wadah penampungan
(ember), plastik; saringan, karet, tali, kain saring, pH meter, gayung, corong,
timbangan merk AND kapasitas 20 kg, masker, sarong tangan, dan gelas ukur.
Rancangan PeneIitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL pola
faktoriaI 2 x 2 dengan 4 ulangaa Menurut Steel dan Tonie (1995), model
matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Yjjl;: = Jl + aj + ~j + (a~)jj + £jjk
Keterangan:
Yjjl;: = Nilai pengamatan pada faktor I (tepung tulang ayam) tarafke-i (2%, 4%)
faktor II (tepung darah sapi) taraf ke-j (I %, 2%) dan ulangan
ke-k (I, 2, 3, 4)
Jl = Rataan
a; = Pengaruh utama faktor I (tepung tulang ayam) dengan tarafke-i (2%, 4%)
~j = Pengaruh utama faktor II (tepung darah sapi) dengan tarafke-j (1%,2%)
(al3)ij = Komponen interaksi dari faktor I (tepung tulang ayam) dan
faktor II (tepung darah sapi)
£;jI;: = Pengaruh acak yang menyebar normal (0,1)
Data diolah dengan menggunakan Minitab 13 for Windows., selanjutnya hasil
analisa sidik ragam yang menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata diuji lanjut
dengan menggunakan uji Tukey'S (Mattjik dan Surnertajaya, 2000).
Prosedur Penelitian
Persiapan Materi Sludge, Tepung Tulang Ayam, dan Tepung Darah Sapi
Pengambilan sludge yang merupakan bahan dasar dalam pembuatan pupuk
organik cair, dikurnpulkan dari instalasi gas bio di petemakan sapi perah Kelurahan
Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor.
Proses pembuatan Tepung Tulang Ayam (ITA). Menurut penelitian Nababan
(2002), bahwa kondisi terbaik dalam proses pembuatan tepung tuIang yaitu melalui
tahap perendaman HCI 0,8% selama enam jam, dimana proses pembuatannya
melalui beberapa tahap pengeIjaan. Diawali dengan pengurnpulan tuIang-tuIang yang
akan diproses, kemudian membersihkan dan meneuei tuIang-tuIang tersebut dari
sisa-sisa daging yang masih melekat Pemotongan tuIang-tuIang menjadi ukuran 3-S
em dilakukan dengan menggunakan gergaji besi yang tujuannya memperluas
permukaan tuIang dan mempermudah dalam proses berikutnya Tulang-tulang
tersebut direbus pada temperatur 98,SoC ~lama IS menit dengan maksud untuk
mengeluarkan kaldu dan lemak yang masih ada didalam tuIang. Proses selanjutnya
yaitu perendaman dengan menggunakan asam klorida (HCI) pada wadah plastik
dengan konsentrasi 0,8% selama enam jam yang bertujuan untuk memperlunak
tulang. Setelah perendaman, ~ang-tuIang tersebut dieuei kembali dengan
menggunakan air yang telah diendapkan terlebih dahulu untuk menghindari
kemungkinan kontaminasi dari bahan residu lain yang ada didalam air. Peneueian ini
dilakukan sebanyak lima kali yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan asam
pada tuIang. Tahap berikutnya dilanjutkan dengan steam menggunakan "Household
Pressure Cooker" pada tekanan IS psi selama IS menit Steam ini bertujuan untuk
melunakkan tuIang, selanjutnya tuIang dikeringkan melalui pengeringan oven dengan
suhu 10SoC selama lima jam. Setelah pengeringan, tulang digiling dengan
menggunakan mesin penggiling dan dilanjutkan dengan blender rumah tangga untuk
memperoleh basil tepung tulang dengan ulruran yang lebih halus. Tepung tulang
18
ayam inilah yang akan digunakan sebagai bahan campuran pelengkap pupuk cair
pada fennentasi lanjutan.
Proses pembuatan Tepung Darah Sapi (IUS). Darah sapi diambil langsung
dari limbah hasil ikutan pada penyembelihan sapi di Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) PT CeImor, Dramaga. Proses pembuatan diawaIi dengan darah sapi segar
ditambah sedikit garam yang dimasak hingga mengentai, laIu dikeringkan didaIam
oven pada suhu tetap 65°C ataupun kering matahari, selanjutnya digiling dengan
menggunakan mesin penggiling, dan mekanisme terakhir tepung darah tersebut
disaring atau diayak secara manual dengan menggunakan saringan haIus sehiogga
diperoleh tepung darah sapi yang halus.
Tepung tulang ayam dan tepung darah sapi inilah sebagai bahan yang akan
dicampurkan menjadi faktor perlakuan, yang bertujuan meoingkatkan mutu pupuk
organik cair berbahan baku sludge pada fennentasi lanjutan dengan menggunakan
EMt.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penempatan sebanyak 10 liter, dedak 5% volume sludge, gula 5% volume
sludge, dan EMt 10 mI ke daIam tiap-tiap wadah penampungan (ember). Pertama
penambahan tepung tulang ayam dengan dua taraf (2% volume sludge dan 4%
volume sludge) sebagai faktor I, dan penambahan tepung darah sapi dengan dua taraf
(1% volume sludge dan 2% volume sludge) sebagai faktor n, dengan demikian
jumlah perIakuan yang dicobakan ada sebanyak 2 x 2 = 4 kombinasi perIakuan.
Setiap kombinasi perlakuan diuIang sebanyak empat kali, maka banyaknya unit
pengamatan yang digunakan adaIah 4 x 4 = 16 unit Setiap kombinasi perIakuan
dicampurkan dengan cara mengaduknya bingga homogen dan pada masing-masing
perlakuan ditambahkan aktivator EMt dengan perbandingan 1 liter EMt : 1 ton
pupuk cair, yang tujuannya untuk mempercepat proses pengomposan lanjutan.
Pengomposan berlangsung selama 14 hari, dimana selama proses
pengomposan berIangsung tjdak dilakukan pengadukan atau pengocokan, tetapi
homogenisasi cairan dilakukan hanya pada saat pengukuran pH cairan yaitu hari ke-
0, ke-7, dan ke-14. Pemasangan aerator dilakukan pada pUpuk organik cair yang
telab jadi dan dilakukan pada setiap unit pengamatao terkecil, yang bertujuan untuk
19
stabiI isasi dan meningkatkan karlar oksigen di dalam larutan. Proses pembuatan
pupuk organik cair diperIihatkan pada skema yang tertera pada Gambar I.
I Lumpur Cair (Liquid Sludge) Keluaran Instalasi Gas Bio I ~
Lumpur Cair + Tepung Tulang Ayam + Tepung Darah Sapi
+ Dedak + Gula + E~
Pengomposan Anaerob dengan Pengadukan BerkaJa (14 Hari)
I Pupuk Organik Cair I l
I AnaJisa Laboratorium I l
I Pengemasan I Gambar I. Skema Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Lumpur
Keluaran InstaJasi Gas Bio
Peubab yang Diamati
Derajat Keasaman (PH)
Derajat keasaman (PH) merupakan ukuran derajat keasaman atau kebasaan
suatu larutan atau bahan, didefinisikan sebagai pH = - log [Hj dimana tanda [ ]
menyatakan konsentrasi larutanIbahan dalam mollL. Dalam pelarut air pada suhu
25°C berlaku hubungan: pH + pOH = 14, dimana pH < 7 (bersifat asam), pH = 7
(bersifat netraJ), dan pH > 7 (bersifat basal (Manan, 2006). Pengukuran derajat
20
keasaman pada penelitian ini menggunakan pH meter, yang akan dilakukan pada hari
ke-O, ke-7, dan ke-14.
KuaHtas Pupuk Organik Cair
Pengukuran kuaIitas pupuk cair meliputi beberapa hal, yaitu persentase
kandungan N-total, P20 S, dan NOl ', dari masing-masing perlakuan berdasarkan
prosedur analisa Sudarrnadji e/ al. (1984).
Nitrogen (N-total). DianaJisis dengan cara Semi-Mikro Kjeldahl. Ambil 10 mI
larutan pupuk organik cair dan dimasukkan kedaJam labu takar I 00 mI dan
diencerkan dengan aquades sampai tanda. Diambil 10 mI dari larutan ini dan
dimasukkan kedaJam labu KjeldahJ 500 mI dan tambahkan 10 mI H2S04 (93-98%
bebas N) dan 5g campuran Na2S04-HgO (20:1) untuk kataJisator. Larutan didihkan
sampai jemih dan dilanjutkan pendidihan 30 memt lagi. Setelah dingin, dinding
dalam labu KjeldahJ dicuci dengan aquades dan dididihkan lagi selama 30 memt
Setelah dingin ditambahkan 140 mI aquades dan 35 m1larutan NaOH-Na2S2~ dan
beberapa butiran zink. Kemudian lakukan distilasi, distilat ditampung sebanyak 100
mI dalam Erlenmeyer yang berisi 25 mI larutan jenuh asam borat dan beberapa tetes
indikator metil merahlmetilen biro. Larutan yang diperoleb dititrasi dengan 0,02 N
He!. Hitung total N atau % protein dalam contob.
m1HOxNHO
JumIah N-Total =----- x 14,008 x f mglml (f= faktor pengenceran = 10)
Fosfor (P20S). Diperbitungkan dari berat M~P2~'
Berat P20S (g, dalam 100 m1larutan) = 0,6377 x berat M~P207 (g).
Nitrat (NOl). MenganaJisanya dengan cara, sebanyak 109 sampel dilarutkan sampai
100 m1, kemudian dipipet sebanyak 2 mI dan dilarutkan kembali sampai 50 mi.
Larutan tersebut diambil sebanyak 5 atau 10 m1, kemudian ditambahkan dengan 0,5
ml Brucine 5% dan 2,5% mI H2S04 kemudian didinginkrui. Sampel tersebut
kemudian diukur dengan Spectrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm.,
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
PeneIitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Temak, Fakultas
Petemakan, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari yaitu
pada pagi hari dan siang hari. SeIama penelitian berlangsung, suhu ruangan berkisar
antara 26,3-27,7 °C. Temperatur ruangan penelitian yang sarna dengan suhu ruang
ini disebabkan letak ruangan yang terlindungi dari sinar matahari dimana dinding
ruangan penelitian yang cukup tebal sehingga menahan udara panas yang berada
diluar ruangan.
Callan sludge (lumpur keIuaran instalasi gas bio) yang digunakan diperoleb
dari sebuah petemakan sapi perah skala kecil atau skala rumah tangga, dengan
karakteristik petemakan tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Petemakan Sapi Perah
Hal Keterangan
Lokasi
Tanggal Pengambilan Data
Tipe InstaIasi Gas Bio
Penggunaan Gas
Sumber Air Untuk. Sapi
Kedalaman Sumur
Tabun Penggaliannya
Jenis Keturunan Sapi
Jumlab Sapi (Total)
Jumlab lnduk Sapi
Jumlab Jantan Dewasa
PenggemukanlRemaja
Anak Sapi
Pakan Sapi
Pemberian Pakan
Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah SareaI, Gang Pacilong, No. 102. Bogor
II Juli 2006
Digester Sistem Tetap (Bahan Beton)
Dapur Masak Kebutuhan Keluarga
Air Sumur Bor
± 20 meter
Tabun 1979
Sapi Perah FH
13 ekor
6 ekor
5 ekor
1 ekor
1 ekor
Ampas Tabu, Ampas Tempe, Kulit Jagung, Pakan Komersial (Koperasi), dan Rumput Lapang
Konsentrat yaitu pada pukul 07.00 WIB dan pukul 14.00 WIB
Kandungan N-Total, P20 S, dan NO)- sludge yang digunakan dalam penelitian
ini masing-masing adalah 152,21 mg/l, 1,38 mg/l, dan ID.I ;>0,80 ppm, yang dianalisa
di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
IPB (2006).
Suhu Pengomposan Sludge
Rataan suhu yang terjadi pada sludge selama proses pengomposan yaitu
antara 27,0-31,4oC. Jika hal ini dikaitkan dengan pendapat Indriani (2002), hanya
tercapai pada penambahan tepung tuJang ayam taraf 2% dan tepung darah sapi taraf
2%, dimana suhu yang optimum selama proses pengomposan adalah sekitar 30-50oC.
Selama proses pengomposan bahan organik cair, derajat suhu ruangan
berkisar antara 26,3-27,7 °c dan derajat suhu sludge selama proses pengomposan
anaerob ini berkisar antara 27,0-31,4 °C. Dilihat dari selang suhu pengomposan ini
maka rataan suhu sludge selama proses pengomposan yaitu 29,2°C, dan lebih tinggi
daripada rataan suhu ruangan selama pengomposan yaitu 2~C, ini mengindikasikan
kemungkinan terjadi proses biologik mikroorganisme, yaitu adanya penguraian
bahan organik atau terjadi proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh
mikroorganisme, yang mengakibatkan peningkatan suhu pada media pengomposan
pupuk organik cairo Rataan fluktuasi suhu pengomposan pupuk organik cair yang
terjadi selama penelitian dapat Iebih jelas dilihat melalui Gambar 2.
32-
31
30
---(ITA 2%. 100 1%),
27 -- (ITA 2%. 100 2%
.......-(ITA 4%. 100 1%).
: -I-I ____ ~~----~----~-(ITA 4%. 1002%)1
Harike-O HariKe-7 Hari Ke-14
Gambar 2. Rataan Suhu Pengomposan pada Selang Pengamatan Tujuh Hari
Perubahan suhu selama proses pengomposan ini merupakan salah satu
penentu proses dekomposisi bahan organik carr yang dikomposkan. Suhu yang
23
tertinggi terjadi pada campuran ITA 2% IDS 2%, kemudian suhu yang terendah
terjadi pada campuran ITA 4% IDS 2%. Peningkatan suhu pada proses
pengomposan ini dapat disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang merombak
bahan organik untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Perombakan bahan
organik melalui aktivitas mikroorganisme iill diiringi dengan pelepasan sejumlah
energi yang terdeteksi dalam bentuk panas, tetapi energi yang dicapai hanya I :20
dari energi yang dicapai pada saat pengomposan aerob, sehingga pelepasan energi ini
mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu pada saat proses perombakan tersebut
Dengan dernikian maka dapat diindikasikan bahwa aktivitas mikroorganisme
tertinggi terdapat pada campuran ITA 2% IDS 2%, dan terendah pada ITA 4%
IDS 4%. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa perubahan suhu dalam proses
pengomposan ini sebagai akibat dari aktivitas mikroorganisme dan hubungannya
dengan kadar air bahan serta kadar oksigen.
Derajat Keasaman (PH)
Derajat keasaman suatu media pengomposan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi aktivitas rnikroorganisme pada saat proses pengomposan.
Derajat keasaman yang terjadi selama proses pengomposan bahan organik cair ini
yaitu antara 3,6-4,29 dengan rataan sebesar 3,95 (Gambar 3). Hal ini sarna sekali
tidak mencapai pH yang optimum pada proses pengomposan bahan organik cair
secara anaerob, yang jika dikaitkan dengan pendapat Yang (1997), bahwa pada
proses pengomposan pH yang· optimum yaitu antara 5,5-8,0, atau dengan Asosiasi
Kompos Bark Jepang yaitu antara 5,5-7,5.
4.3 ]
4.21 4.: 1 3.9 I
~ 3.8] 3.7 1 3.5
3.4
- __ (ITA 2'11.. TDS 1 %)
__ (ITA 2'11.. TDS 2'11.
__ (ITA 4%. TDS 1%
__ (ITA 4%. TDS 2'11.
3.6 j 3.3 !.. ----~--~~---~~------'
Hart ke-O HartKe-7 HartKe-14
Gambar 3. Rataan pH Pengomposan pada Selang Pengamatan Tujuh Hari
24
Derajat keasaman pupuk organik cair yang dihasilkan pada penelitian ini
hampir sarna dengan derajat keasaman EMt yaitu sebesar 3,62, dirnana dalam
pengaplikasiannya EMt dapat digunakan langsung ke tanaman. Sutanto (2006),
menyatakan bahwa kondisi yang asam pada awal proses dekomposisi menunjukkan
bahwa proses dekomposisi berJangsung tanpa terjadi peningkatan suhu, dan pH yang
semakin turun selama proses pengomposan disebabkan oleh aktivitas bakteri yang
menghasilkan asam. Kondisi tersebut terlihat pada Gambar 3 dimana derajat
keasaman yang semakin menurun, terlihat pada hari ke-14 kondisi media
pengomposan lebih asam daripada hari ke-7 yang juga lebih asam daripada hari ke-O
pengomposan. Derajat keasaman media pengomposan lebih tinggi nilainya seiring
dengan kandungan tepung tulang ayam yang ditambahkan lebih tioggi jumlahnya,
dimana terlihat pada penambahan ITA 4% (4,17) derajat keasamannya lebih tinggi
daripada penambahan ITA 2% (3,91). lni kemungkinan dapat disebabkan oleh
karena tepung tulang mengandung kapur yang dapat mempengaruhi pH media
pengomposan. Nilai derajat kea.'Vlman bahan organik yang didekomposisikan akan
kembali naik setelah lewat masa dari aktivitas bakteri penghasil asam, dan akan
dilanjutkan dengan munculnya aktivitas mikroorganisme lain dari bahan organik:
yang didekomposisikan, sehingga pada akhirnya nilai yang didapat akan meningkat
disebabkan oleh aktivitas biologik mikroorganisme dalam reaksi biologisnya seperti
pemecahan nitrogen organik dan reduksi sulfat
Metode pengomposan yang dilakukan secara anaerob ini berarti terjadi
penguraian bahan organik pada kondisi tanpa oksigen., dimana penguraian bahan
organik: pertama kali dilakukan o!eh bakteri fakultatif yang menghasilkan asam
menjadi asam lemak., aldehida, dan lain-lain., kemudian bakteri ke1ompok lain
bekerja yang mengubah asam lemak menjadi metana, amoniak., C~, hidrogen., dan
energi, dan terbentuknya asam-asam organik: pada proses pengomposan secara
anaerob merupakan basil dari penguraian bahan organik oleh mikroorganisme seperti
laclobacillus sp. yang menguraikan bahan organik (karbohidrat) menjadi asam
(Sutanto, 2006).
25
Kualitas Pupuk Organik Cair
Kandungan N-Total
Berdasarkan hasil anaIisa laboratorium didapat bahwa rataan kandungan N
total pupuk organik cair hasil pengomposan yaitu 74,89 mgll; lebih rendah nilainya
daripada kandungan N-total sludge awal yaitu 152,21 mgll. Kandungan N-total basil
pengomposan yang terendah terdapat pada campuran ITA 2% IDS 1% yaitu sebesar
59,68 mgll, dan kandungan N-total yang tertinggi terdapat pada campuran ITA 4%
IDS 2% yaitu sebesar 84,48 mgll ([abel II). Terlihat kandungan N-total hasil
pengomposan pupuk organik cair kira-kira hanya setengah dari kandungan N-total
sludge awal yang tanpa perlakuan. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain penambahan material pengomposan yang mengandung
protein terlalu tinggi, dan metode pengomposan yang digunakan.
Tabel II. Kandungan N-Total dengan Pemberian Berbagai TarafTepung Tulang Ayam dan Tepung Darah Sapi pada Sludge lnstalasi Gas Bio
Tepung Tulang Ayam Tepung Darah Sapi (fDS)
(ITA) 1% 2%
Rataan N-Total Sludge Awal
(mgll)
2% 59,68A 80,86B 70,2r
4% 74,52B 84,48B 79,50b
Rataan 671 A , 82,67B 74,89 152,21
Hasil Analisa Laboralonum Departemen IImu Tanah dan Sumberdaya Laban Fakuttas Pertanian IPB (2006). Keterangan : Superskrip hurufkecil dan besar yang berbeda pada kolom dan baris yang sarna masing-masing menuojukkan berbeda nyata (p<o,05) dan sangat berbeda nyata (p<O.OI).
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa faktor tepung tulang ayam nyata
(p<O,05) berpengaruh terbadap kandungan N-total yang dihasilkan dengan selisih
9,23 mgll, yang terlihat pada saat tepung tulang ayam taraf 2% yaitu sebesar 70,27
mgll, yang semakin meningkat pada tepung tulang ayam taraf 4% yaitu sebesar 79,5
mgll. Maka faktor tepung tulang ayam pada taraf 4% nyata berpengaruh lebih baik
terbadap kandungan N-total yang dihasilkan. Hasil analisis ragam juga
memperlihatkan bahwa faktor tepung darah sapi sangat nyata (p<O,OI) berpengaruh
terbadap kandungan N-total yang dihasilkan dengan selisih sebesar 15,57 mgll,
26
terlihat saat tepung darah sapi pada taraf 1 % yaitu sebesar 67,1 mgfl yang nilainya
semakin meningkat saat tepung darah sapi pada tara[ 2% yaitu sebesar 82,67 mgfl.
Maka faktor tepung darah sapi pada taraf 2% nyata sangat berpengaruh lebih baik
terbadap peningkatan kandungan N-total yang dihasilkan.
Peningkatan kandungan N-total ini kemungkinan dapat disebabkan oleh
tepung darah sapi mengandung kadar protein yang tioggi, juga didukung oleh tepung ,
tulang ayam yang mengandung protein sebesar 200/0 (Tillman e/ oJ., 1989), yang
dapat mempengaruhi basil akhir jumlah N-total yang dikandung media basil
pengomposan. Hasil analisis ragam juga memperlihatkan bahwa penambahan ITA
2% IDS 1% sebesar 59.68 mgfI sangat berbeda nyata dengan ketiga perlakuan yang
lainnya, yaitu penambahan ITA 2% IDS 2% sebesar 80,86 mgIl, penambahan ITA
4% IDS 1% sebesar 74,52 mg/l, serta penambahan ITA 4% IDS 2% sebesar 84,48
mgfl. Hasil anaIisis ragam memperlihatkan bahwa ada interaksi antara faktor tepung
tulang ayam dan faktor tepung darah sapi terbadap N-total yang dihasilkan. Dapat
disimpulkan bahwa faktor tepung tulang ayam taraf 4% dan faktor tepung darah sapi
taraf2% merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan kandungan N-total dalam
peningkatan kualitas pupuk organik cairo
90
80
70
60
_so a. E40
30
20
10
o+---
Gambar 4. Rat.aan Kandungan N-Total
9 (ITA 2%, 1LS 1'1(,
• (ITA 2%, 1LS 2%
o (ITA 4'1(" 1LS 1'1(,
o (ITA 4'1(" 1LS 2%
Rataan kandungan nitrogen pada setiap perlalruan (Gambar 4) mengalami
kenaikan yang signifikan, walaupun pada saat tepung tulang ayam pada taraf 4% dan
tepung darah sapi pada taraf 1 % terjadi sedikit penurunan, dan kancbmgan nitrogen
pupuk organik cair yang dihasilkan pada setiap perlalruan yang antara laiQ 59,68 mgfI
27
atau 0,0059% untuk ITA 2% IDS 1 %, .80,86 mg/l atau 0,0080% untuk ITA 2%
IDS 2%, 74,52 mg/l atau 0,0074% untuk ITA 4% IDS 1 %, dan 84,48 mg/l atau
0,0084% untuk ITA 4% IDS 2%, memperiihatkan bahwa kandungan N-total masih
berada dibawah standar kuaJitas kompos Asosiasi Kompos Bark Jepang yaitu N-total
> I ,2% (Harada el aI., 1993) dan standar Fine Compost CV. Lembah Hijau Multifarm
yaitu N-total > I ,5%, dan jika dikaitkan dengan penelitian Oman (2003), bahwa.
fermentasi lanjutan terhadap sludge saja sudah menghasilkan kandungan N-total
diatas 1,2% yaitu sebesar 2,26%, dan penambahan urin sebesar 2, 4, dan 6 liter
semakin meningkatkan kandungan N-total pada sludge, masing-masing sebesar
3,52%, 4,45%, dan 5,93%, juga jika dikaitkan penelitian Nengsih (2002) bahwa
pengomposan menggunakan isi rumen secara anaerob dapat menghasilkan
kandungan N-total mencapai 3,39<'/0. Perbedaan kandungan N-total ini disebabkan
material yang digunakan dalam pengomposan dan pelaksanaan metode pengomposan
yang berbeda, oleh karena itu rendahnya kandungan N-total pada penelitian ini dapat
disebabkan terangkatnya zat nitrogen dalam bentuk gas nitrogen atau dalam bentuk
gas amoniak, yang terbentuk selama proses pengomposan dan selama pengemasan
menjelang penganalisaan kandungan unsur hara Penambahan nitrogen yang
berlebihan dalam peoingkatan mutu pupuk organik cair dapat meningkatkan
kehilangan nitrogen melalui proses volatilisasi dalam bentuk gas amoniak (NH3)
karena proses denitrifikasi betjalan dengan lebih cepat dimana terjadi kehilangan
nitrogen dalam bentuk gas N2 dan N20 (Sutanto, 2006).
Kandungan P20S
Hasil anaIisa laboratorium memperlihatkan bahwa rataan kandungan P20 S
yang terendah terdapat pada perlakuan ITA 2% IDS 2% yaitu I, I I mg/I, dan
tertinggi terdapat pada perlakuan tepung tulang ayam taraf 4% dan tepung darah sapi
taraf 2% yaitu 1,88 mg/l yang lebih tinggi niIainya daripada kandungan P20 S sludge
awal yaitu 1.38 mg/l.
Hasil analisis ragam memperlibatkan bahwa faktor tepung tulang ayam
sangat nyata (p<o,OI) berpengaruh terhadap peningkatan kandungan P20 S yang
dihasilkan, terlihat pada penambahan tepung tulang ayam level 2% yaitu sebesar 1.12
mg/l yang semakin meoingkat sebesar 0.46 mg/l melalui penambahan tepung tulang
ayam ke level 4% yaitu sebesar 158 mg/I. Maka faktor tepung tulang ayam pada
28
taraf 4% sangat nyata lebih baik yang berpengaruh terhadap kandungan P20S yang
dihasilkan. Hasil analisis ragam juga memperlihatkan bahwa faktor tepung darah sapi
nyata berpengaruh terhadap kandungan fosfor yang dihasiI kan, terIihat pada
penambahan tepung darah sapi level 1% yaitu sebesar 1.21 mgll yang semakin
meningkat sebesar 0.29 mgll ke penambahan tepung darah sapi level 2% yaitu 1.50
mgll. Hasil anal isis ragam juga memperlihatkan bahwa oyata terjadi interaksi antara
faktor tepung darah sapi dan faktor tepung tulang ayam. Maka faktor tepung darah
sapi pada level 2% oyata berpengaruh lebih baik terhadap kandungan P20s yang
dihasiIkan.
Tabel 12. Kandungan P20 S deogan Pemberian Berbagai TarafTepung Tulang Ayam dan Tepung Darah Sapi pada Sludge lnstalasi Gas Bio
Tepung Tulang Tepung Darah Sapi (IDS) Rataan P20 S
Ayam(ITA) 1% 2% Sludge Awal
(mgll)
2% 1,138 1,11 8 1 12A ,
4% 1,288 I 88b , 158B ,
Rataan 1,21 8 1506 , 1,35 1,38
Hasil Analisa Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Laban Fakultas Pertanian IPB (2006). Keterangan : Superskrip hurufkecil dan besar yang berbeda pada kolom dan baris yang sarna masiog-masiog menunjukkan berbeda Dyata (p<O,05) dan sangat Dyata (p<O,OI).
Hasil yang dicapai seperti terlihat pada Tabel 11 adalah 1,13 mgll atau
0,000113% untuk ITA 2% IDS 1%, I,ll mgll atau 0,000111% untuk ITA 2% IDS
2%, 1,28 mgll atau 0,000128% untuk ITA 4% iDs 1%, dan 1,88 mgII atau
0,000188% untuk ITA 4% IDS 2%, belurn memenuhi standar kualitas kandungan
P20S yang ditetapkan oleh Asosiasi Kompos Bark Jepang yaitu >0,5% dan standar
Fine Compost CV. Lembah Hijau Multifarm yaitu P20S > 1 ,6%, dan jika dikaitkan
penelitian Nengsih (2002) bahwa pengomposan dengan menggunakan material isi
rumen menghasilkan P20 S sebesar 2,55%, dan penambahan 4 liter urin pada
pengomposan sludge dapat menghasilkan P20 S sebesar 0,51 % (Oman, 2003).
29
2
1.8
1.6
1.4
1.2 .
C. 1 E
0.8
0.6
0.4 .
0.2
o·!--
-.-=!.~.--.
[] (TTA 2'1(,. TDS 1 %)
• (TTA 2'1(,. TDS 2'1(,)
O(TTA 4%. TDS 1%)
o (TTA 4%. TDS 2'1(,)
Rata-rata kandungan fosfor (P20S) pada setiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 5. Melihat kandungan P20S basil penelitian yang belurn memenuhi standar,
maka daJam pengaplikasiannya ke tanaman dapat diatur dengan jangka waktu
pemberian pupuk yang lebih singkat dari satu waktu pemberian pupuk ke waktu
pemberian pupuk berikutnya, agar kebutuhan tanaman akan unsur P20 S dapat
terpenuhi, karena unsur P20S penting bagi pertwnbuhan dan perkembangan akar.
Kandungan P20 S yang rendah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain waktu pengomposan yang pendek sehingga bahan organik yang tersedia tidak
terurai sepenuhnya oleh mikroorganisme, dan juga karena unsur P20S masih teJjerat
pada endapan bahan organik tepung tuIang yang behIID terurai. Hal lain yang dapat
mempengaruhi tersedianya unsur P20S adaJah jumlah zat yang terlarut yang
dipengaruhi oleh karakteristik bahan organik media pengomposan.
Kandungan N~'
Hasil analisa laboratoriurn (fabel 13) memperlihatkan bahwa rataan
kandungan N~' yang tertinggi terdapat pada saat tepung tuIang ayam taraf 2%
dengan tepung darah sapi taraf 1% yaitu sebesar 28.788,15 ppm, dan rataan
kandungan N~' yang terkecil terdapat pada saat tepung tuIang ayam taraf 2%
dengan tepung darah sapi taraf2% yaitu 12.794,78 ppm, danjika rataan kandungan
N~' tersebut diubah kedalam persentase, maka rataan kandungan N~' yang
tertinggi yaitu sebesar 2,880/0 dan rataan kandungan N~' yang terendah yaitu 1.280/0.
Bila dibandingkan· dengan kandungan nitrat N~- sludge yang tidak diberikan
30
perlakuan yaitu 10.150,80 ppm atau 1,02%, maka semua basil perlakuan
menunjukkan peniogkatan kandungan NO)· yang berarti, dirnana peniogkatan yang
tertinggi sudah dapat dicapai pada carnpuran tepung tulang ayarn 2% dengan tepung
darah sapi 1%.
Tabel 13. Kandungan NO)· dengan Pemberian Berbagai TarafTepung Tulang Ayarn dan Tepung Darah Sapi pada Sludge Instalasi Gas Bio
Tepung Darah Sapi (IDS) Rataan Tepung Tulang Ayarn NO)·
(ITA) 1% 2% Sludge Awal
(ppm)
2% 28.788,15 12.794,78 20.791,47
4% 27.165,30 19.660,20 23.412,75
Rataan 27.976,73 16.227,49 22.1 02,11 10.150,80
Hasil Analisa Laboratorium Departemen I1mu Tanah dan Sumberdaya Laban Fakultas Pertanian IPB (2006).
Rataan kandungan N~· yang paling tinggi dihasilkan (28.788,15 ppm),
dimana faktor tepung tulang ayam yang digunakan yaitu pada taraf 2% dan faktor
tepung darah sapi yang pada taraf I %. HasH analisis ragam memperlihatkan bahwa
faktor tepung tulang ayam dan faktor tepung darah sapi seTta interaksi keduanya
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan NO)- yang dihasilkan, tetapi N~
meningkat lebih tinggi daripada kandungan NO)- sludge awal yang hanya 10.150,80
ppm.
Kandugan NO) - yang dihasilkan setiap perIakuan pada penelitian ini lebih
tinggi nilainya daripada kandungan N~ - yang dihasilkan pada penelitian Oman
(2003) dimana nilai tertinggi yang dihasilkan hanya 464,75 ppm. Pada penelitian
Nengsih (2002) yang menetapkan kandungan NO) - tertinggi yang dapat dihasilkan
adalah sebesar 137_88 ppm, masih lebih rendah dari kandungan nitrat tertinggi yang
dihasilkan pada penelitian ini yaitu saat campuran ITA 2% IDS 1% yaitu sebesar
28.788,15 ppm, dan lebih rendah nilainya dari rataan urnurn yang dicapai pada
penelitian ini yaitu sebesar 12.1 02, II ppm.
31
35,000.00
30,000.00
25,000.00
20,000.00 E a. a. 15,000.00
10,000.00
5,000.00
0.00
Gambar 6. Rataan Kandungan N0)-
!!I (TTA 2'1(" IDS 1'11.)
• (TTA 2'1(" IDS 2'1(,)
O(TTA 4'11., IDS 1'11.)
O(TTA 4'11., IDS 2'1(,)
Rataan kandungan N0)- dapat disebabkan oleh perbedaan aktivitas
mikroorganisme pengurai yang terdapat didaJam media pengomposan pupuk organilc
cair, dan oleh perbedaan bahan organik yang tersedia sebagai bahan organik yang
akan diuraikan oleh bakteri pengurai.
Kandungan N0) - yang dihasilkan dapat disebabkan oleh pengaruh jenis
pengomposan, dirnana terbentuk gas-gas yang dihasilkan dari proses pengomposan
yang salah satunya gas nitrogen, dan juga dapat disebabkan oleh jumlah bahan
organik tersedia, suhu, pH, yang semuanya itu sangat menunjang aktivitas
mikroorganisme pengurai.
Prodoksi Pupuk Organik eair Produksi pupuk organik cair dari berbagai perlakuan dapat dipengaruhi oleh
empat hal, yaitu kandungan air bahan organik, penurunan bobot bahan melaIui
kebilangan C(h, dan kemudahan perombakan serat kasar dari bahan organik
tersebut, serta dipengaruhi oleh aktivitas mikroba yang ditambahkan kedaJam bahan
organik.
Rataan persentase produksi pupuk organik cair yang dihasilkan yaitu antam
77,41-84,27%, dirnana rataan yang terkecil terdapat pada penambahan ITA 4% IDS
2%, dan yang terbesar adaIah ITA 2% IDS 1 % (Gambar 7).
32
86
84
82 III (ITA 2'1(" 1m 1%
80 • (ITA 2'1(" 1m 2'1(,
<f!. o (ITA 4%, 1m 1%~ 78
76 o (ITA 4%, 1m ~
74
n
Gambar 1, Grafik Rataan Persentase Produksi Pupuk Organik Cair
Selama proses dekomposisi bahan organik, produksi akhir pupuk organik cair
mengalami penyusutan bobot, yang dapat disebabkan oleh k:adar air bahan organik
berkurang karena teljadi penguapan. Penguapan yang teIjadi mengakibatkan bobot
akhir pupuk organik yang dihasilkan menurun yang berpengaruh pada total produksi.
Produksi pupuk organik cair yang dihasilkan pada setiap perlakuan berbeda-beda
persentasenya yang disebabkan banyak faktor. Hal-hal yang mempengaruhi basil
akhir produksi adaJah ikJim lingkungan, waktu pengomposan, aktivitas dari
mikroorganisme, dan metode pemisahan cairan dari endapan.
Perubahan tekstur bahan dari kasar menjadi halus juga mempengaruhi proses
pengomposan, dimana semakin halus bahan pengomposan maka luasan kontaminasi
oleh mikroba akan semakin besar. Proses pelapukan membutuhkan waktu tetapi
dengan semakin halusnya tekstur bahan diharapkan teIjadi homogenisasi dengan.
perlciraan matang dalam waktu bersamaan dan menambah jumJah zat-zat terlarut
yang dibutuhkan. Aerasi pada proses pengomposan juga memegang peran dalam
pematangan bahan, yang dapat teljadi pada saat penghomogenisasian bahan, yang
dimaksudkan untuk pemerataan nutrisi pada setiap tingkatan bahan, yang menunjang
pemerataan perkembangan mikroorganisme perombak, dimana mikroorganisme
terdapat merata disemua lapisan bahan, dan pemakaian mikroorganisme sangat
mempengaruhi proses pengomposan.
Endapan Pupuk Organik Cair
Rataan persentase endapan pupuk organik cair yang dihasilkan yaitu antara
15,13-19,11 %, dimana endapan yang terendah terdapat pada perlakuan tepung tulang
33
ayam taraf 2% dengan tepung darah sapi taraf I % dan endapan yang terbanyak pada
penambahan ITA 4% IDS 2%, yang terlihat jelas pada Gambar 8. Endapan yang
terbentuk dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya aktivitas
mikroorganisme yang berbeda-beda pada tiap perlakuan, dan juga dapat disebabkan
oleh jurnlah bahan organik atau material yang diurai.
25
20
15 9 (ITA 2'11.. 1m 1%)
• (ITA 2'11.. 1m 2'11.)
* o (ITA 4%. 1m 1%) 10 o (ITA 4%. 1m 2'11.)
5
0
Gambar 8. Grafik Rataan Persentase Endapan Pupuk Organik Cair
Selain meI!:lproduksi pupuk organik cair, endapan basil penyaringan juga
memiliki nilai ekonomis dan manfaat, karena endapan sisa penyaringan pupuk
organik cair kemungkinan juga masih mengandung unsur hara yang bernilai guna,
yang berasal dari residu bahan organik yang belurn terurai penuh oleh
mikroorganisme perombak, maupun yang tertinggaI saat penyaringan cairan.
Wamadan Bau
Kualitas pupuk organik basil pengomposan dapat ditentukan melalui
.wamanya, dimana perubahan warDa yang teIjadi dimulai dari warna coklat
kekuningan sampai berwarna coklat teb. Adanya perubahan warna dapat
menandakan kematangan kompos yang dihasilkan. Disamping wama, bau media
juga dapat menandakan kemataIigan media pengomposan. Terdapat bau yang masih
menyengat pada pupuk organik cair yang dihasilkan tetapi baunya hampir sarna
dengan bau aktivator EM4• Bau media pengomposan yang menyengat dapat
disebabkan oleh metode pengomposan, dimana dalam hal ini metode yang digImakan
adaJah metode pengomposan secara anaerob yang menghasilkan gas-gas berbau
menyengat.
34
UeAPAN TERIMA KASIH
Rasa syukur kepada Tuhan Allah didaJam Yesus Kristus yang teIah
memberikan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih pertama kaJi saya tujukan kepada keluarga yaitu Ayah,
Mama, Dona, Andry, dan Rijoice yang selaIu memberikan semangat dan doa
sehingga saya tetap sabar mengeIjakan tugas akhir pada pendidikan saIjana ini.
Saya juga berterima kasih kepada Bapak lr. Suhut Simamora, MS. sebagai
dosen pembimbing utama skripsi dan Bapak Ir. SaIundik, MSi. sebagai dosen
pembimbing anggota skripsi sekaIigus dosen pembimbing akademik, yang dengan
sabar membimbing serta mengarahkan saya daJam penyeIesaian pendidikan dan
tugas akhir ini, kepada Bapak Dr. Ir. PoUung H. Siagian, MS. dan Ibu Dr. lr. Panca
Oewi MHKS., MS. sebagai dosen penguji ujian saIjana, yang memberikan kritikan .
membangun te$idap penelitian yang saya lakukan.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya tujukan kepada teman-teman
sepeIjuangan Komisi Pelayanan Siswa (KPS) PMK IPB yang menjadi sahabat setia
daJam suka maupun duka Penghuni Sekretariat (baik yang tetap maupun penghuni
gelap) dengan segaIa keunikannya yaitu Paul, Ardi, Odhe, Acun, loko, Cornel, dan
Samy, serta tak lupa kepada sesepuh KPS yang sering berkunjung ke sekretariat KPS
yaitu Kristianto, Sony L. M. S.Hut, Bayu, dan Dedi S.Hut, serta pada akhirnya
ucapan terima kasih kepada semua teman KPS yang tidak saya sebutkan namanya
satu-persatu.
Bogor, I3 Desember 2006
Penulis
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan tepung tolang ayam nyata berpengaruh terhadap peningkatan
kandungan nitrogen, sangat nyata berpengaruh terhadap peningkatan kandungan
fosfor, dan lidak nyata berpengaruh terhadap peningkatan kandungan nitrat yang
dihasilkan.
Penambahan tepung darah sapi sangat nyata meningkatkan kandungan
nitrogen, nyata berpengaruh terhadap peningkatan kandungan fosfor, dan lidak nyata
berpengaruh terhadap peningkatan kandungan nitrat yang dihasilkan.
Hasil pene/ilian secara keseluruhan yaito dengan penambahan tepung darah
sapi pada taraf 2% dan penambahan tepung tulang ayam pada taraf 4% dapat
menghasilkan peningkatan kandungan nitrogen dan fosfor yang lebih bailc
Saran
Perlu dilakukan pene/ilian lebih lanjut yang menggunakan material dan
metode pengomposan yang sarna, tetapi waktu pengomposan yang lebih lama dari 14
hari, dan diperJukan penambahan kapur untuk menaikkan derajat keasaman, yang
pada akhirnya diharapkan pengomposan menghasilkan unsur-unsur ham dan pH
yang sesuai dengan kebutuhan.
DAFf AR PUSTAKA -..,
Buckmafl;-H. O. dan N. C. Brady. 1982. I1mu Tanah. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. "
Centre for Policy dan Implementation Studies (CPIS). 1992. Teknik Pembuatan Kompos dari Sampah Rumah Tangga. Pusat Percobaan dan Pelatihan Pengomposan. Ragunan. Jakarta.
Dewan Standarisasi NasionaiIndonesia (SNI). SNI 01-3158. 1992. Tepung Tulang. Jakarta.
Divakaran, S. 1982. Animal Blood Processing and Utilization. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
'~ond> J. 8., A. M. Musser, and F. S. Andrews. 1957. Fundamentals of Horticulture. Mc Graw Hill Book Co. Inc. New York. 456 p.
Evanylo, G. K. 1998. Nitrogen soil testing for com in Virginia Virginia Cooperative Extension. Virginia Polytechnic Institute and State University. hltp://www.exl. vI. edu
Fair, G. M., J. C. Geyer and 1. C. Moris. 1967. Water Supply and Waste Water Disposal. Jbon Wiley & Sons Inc., New York.
Fauziah, A. N. 1998. Pemanfaatan limbah industri kertas untuk pembuatan gas bio. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Foth, H. D. 1988. Dasar-dasar llmu Tanah. Endang, D. P., Dwi, R.. L., Rahayuning, T. PeneIjemah; Sri, A. 8. H., ed .. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. TeIjemahan dari: Fundamentals of Soil Science.
Gaur, A. C. 1983. A Manual of Rural Composting. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome.
Gob., K. M. and R.. J. Haynes. 1986. Nitrogen and Agronomics Practices. p: 379-468. In R.. J. Haynes. Minerai Nitrogen in Plant Soil System. Academic Press. Florida
Grunes, D. L. and W. H. Allaway. 1985. Nutritional Quality of Plants in Relation to Fertilizer Use. p: 589-616. In Engelstad O. P. (ed) Fertilizer Technology and Use Soil Science Society of America Inc., Madison Wiscounsin.
Haga, K. 1999. Development of composting technology in animal waste treatment J. Anim. Sci. Nationallnstitute of Animal Industry, Tsukuba, Ibaraki. 12: 604-606.
Harada, Y. K., Tosada and M. KOSIDno 1993. Quality of compost produced from animal waste. Japan Agriculture Research Quarterly. 26: 238-246.
Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta
Haug; R. T. 1980. Compost Principles Engineering and Practices. Ann Arbor Science, Michigan.
Indrianl, Y. H. 2002. Membuat Kompos Secara Kilat. PT Penebar Swadaya Jakarta
Jacob, A. and H. V. UexkuJl. 1960. Fertilizer Use: Nutrition and Manuring of Tropical Crops. Translated by C. L. Whittles. Hannover. 593 p.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2006. KuaIitas Kompos. Jakarta.
Koswara, J. 1989. MakaIah Kursus Singkat Hortikultura Bks Barat-UNSAID. Departemen Agronomi. IPB. Bogor.
Lembah Hijau Multifarm, C. V. 1999. Aplikasi Bioteknologi Star Bio. Brosur. Solo.
Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk (edisi revisi). PT Penebar Swadaya Depok.
Manari, M. H. A. 2006. Kamus Kimia PT Bumi Aksara. Jakarta.
Mattjik, A. A, dan M. Sumertajaya 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor.
Mengel, K. and E. A. Kirkby. 1982. Principles of Plant Nutrition. 3rd Edit International Potash Institute. Switzerland.
Morrison, F. B. 1959. Feed and Feeding 91h Edit. The Morrison Publishing Company. New York.
Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 1995. Pengantar Produksi Benih. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Murbandono, L. H. 2002. Membuat Kompos. PT Penebar Swadaya Jakarta
Nababan, B. E. 2002. Rendemen dan kualitas tepung tulang kambing sisa industri rumah makan yangdiproses melaIui perendaman dalam asarn klorida pada konsentrasi dan lama rendam. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Nengsih. 2002. Penggunaan EMt dan GT -100-WT A dalam pembuatan pupuk organik cair dan padat dari lSI rumen limbah RPH. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Oman. 2003. Kandungan nitrogen pupuk organik cair dari basil penambahan urine pada limbah (sludge) keluaran instaIasi gas bio dengan masukan feces sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
38
Parr, J. P. 1981. Management of Organic Recycling. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome.
Polprasert, C. 1980. Organic Waste Recycling. Jhon Wiley and Sons, Chicester.
Prawiranata, W. S. H. dan P. Tjondronegoro. 1992. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan I1mu Pengetahuan Alam. IPS. Bogor.
Price, E. C. and P. N. Cheremisinoff. 1981. Biogas Production and Utilization. Ann Arbour Science Publisher, Inc. Ann Arbour Michigan.
Puj iharti , Y. 2000. Produksi gas-bio dan kualitas lumpur dari jerami padi. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Raihan, S. 2002. Suplemen bahan organik terhadap pupuk anorganik dalam meningkatkan basil jagung di laban Lebak. Prosedur NasionaI Pertanian Organik. Jakarta. Juli 2002.
Rasyaf, M. 1990. Bahan Makaoao Unggas di Indonesia Penerbit Kanisius. Jakarta
Sahidu, S. 1983. Kotoran Ternak Sebagai Sumber Gas Bio. Dewa Ruci, Jakarta
Santosa, E. 2000. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera spp. L.). Laporan PeneIitian. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Setiawan, A. I. 1999. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya Jakarta
Soekirman, S. 2005. Peluang Pasar Pemanfaatan Kompos Hasil Pengomposan Sampah Pasar DKl Jakarta Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan llmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Sosrosoedirdjo, R. S., B. Rivai dan S. S. Iskandar. 1981. llmu Memupuk 2. CV. Yasaguna Jakarta
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Geometrik. TeIjemahan: B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI-PRESS. Jakarta
Suntoro. 2001. Pemanfaatan Iimbah padat industri kertas (sludge) sebagai bahan kompos dalam meningkatkan kesuburan tanah entisol. J. Pen. llmu Tanah dan Agroklimat 1: 1-5.
39
Sutmto, R. 2006. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Sutejo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Suzuki, K., W. Takeshi, and Vo Lam. 2001. Consentration and cristallization of phosphate, ammonium and minerals in the effluent of bio-gas digesters in the Mekong Delta, Vietnam. Jircan and Cantho University, Cantho Vietnam. 16: 271-276.
Taiganides, E. P. 1978. Animal Waste Management and Waste Water Treatment In. Strauch, D. (Ed.). Animal Production and Environmental Health. Elsevier Science Publisher B. V. Amsterdam.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson dan J. P. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. 4111
Ed. Mac Millan Pub I. Co. Inc., New York. 695 p.
Vesilind, P. A., J. J. Pierce and R. F. Weiner. 1990. Environmental Pollution and Control. Butterworth-Heinemen. Boston.
Wididana, B. N., S. K. Riyatmo, dan T. Higa 1996. Tanya-Jawab Teknologi Effective Microorganisms. Penerbit Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan. Jakarta.
Yang, S. S. 1997. Preparation of compost and evaluating its maturity. Agriculture and Horticulture Extension Bulletin No. 445
Zaitun, 1999. Efectivitas limbah industri tapioka sebagai pupuk cairo Tesis. Program Pasca Srujana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
40
Lampiran I. Derajat Keasaman, Suhu, dan Wama Sludge
Nama pH Suhu Wama
Sludge 7,01 27,90C CokJat Teh
41
Lampiran 2. Derajat Keasaman, Suhu, dan Wama Pengomposan Pupuk Organik Carr Hari Ke- 0
Perlakuan Ulangan pH Suhu 'Wama
3,86 27,50C Coklat Teh
2 3,84 27,50C Coklat Teh
3 3,76 27,50C Coklat Teh
4 3,82 27,40C Coklat Teh
3,90 27,50C Coklat Teh
2 3,88 27,40C Coklat Teh 2
3 3,94 27,40C Coklat Teh
4 3,93 27,50C Coklat Teh
4,10 27,60C CoklatTeh
2 4,05 27,50C Coklat Teh 3
3 3,95 27,50C Coklat Teh
4 3,97 27,50C Coklat Teh
4,12 27,50C Coklat Teh
2 4,26 27,50C CoklatTeh 4
3 4,29 27,50C Coklat Teh
4 4,02 27,50C CoklatTeh
42
Lampiran 3. Derajat Keasaman, Suhu, dan Warna Pengomposan Pupuk Organik Carr Hari Ke-7
Perlakuan Ulangan pH Suhu Warna
3,72 29,00C Coklat Teh
2 3,72 28,70C Coklat Teh
3 3,68 28,1 OC Coklat Teh
4 3,76 27,40C Coklat Teh
3,85 28,IOC Coklat Teh
2 3,81 28,IOC Coklat Teh 2
3 3,85 28,30C Coklat Teh
4 3,86 28,50C Coklat Teh
3,96 27,80C Coklat Teh
2 3,95 27,50C Coklat Teh 3
3 3,88 27,1 OC Coklat Teh
4 3,90 26,50C Coklat Teh
4,04 27,00C Coklat Teh
2 4,10 27,10C Coklat Teh 4
3 4,14 27,30C Coklat Teh
4 3,89 27,30C CoklatTeh
43
Lampiran 4. Derajat Keasaman, Suhu, dan Warna Pengomposan Pupuk Organik Cair Hari Ke- 14
PerIakuan Ulangan pH Suhu Warna
3,60 29,00C Coklat Teh
2 3,62 29,50C Coklat Teh
3 3,61 30,00C Coklat Teh
4 3,72 30,50C Coklat Teh
3,82 30,90C Coklat Teh
2 3,76 31,2 OC Coklat Teh 2
3 3,78 31,40C Coklat Teh
4 3,81 31,40C Coklat Teh
3,84 28,70C Coklat Teh
2 3,87 28,90C Coklat Teh 3
3 3,83 28,90C Coklat Teh
4 3,85 29,00C CoklatTeh
1 3,98 28,60C Coklat Teh
2 3,96 28,60C CoklatTeh 4
3 3,98 28,60C Coklat Teh
4 3,77 28,60C CoklatTeh
44
Larnpiran 5. Daftar Sidik Ragam Pengomposan Pupuk Organik Cair dari Sludge Instalasi Gas Bio
Tabel Analisis Ragam Kandungan N-total
Sumber Keragaman DB JK KT
Perlakuan 3 1436,23 478,74
Tepung Tulang Ayam (ITA) 340,86 340,86
Tepung Darah Sapi ([OS) 969,54 969,54
TTA*TDS 125,83 125,83
Error 12 469,78 39,15
Total 15 1906;02
Keterangan: .. = berbeda sangat nyata (p<O,OJ) • = berbeda nyata (p<O,05) In = tidak nyata interaksi
Hasil Uji Tukey Kandungan N-total Pupuk Organik Cair
(ITA 2%, IDS 1%) (ITA 2%, IDS 2%) (ITA 4%, IDS 1%)
59,68A 80,868 74,528
Tabel Analisis Ragam Kandungan P20 S
Sumber Keragaman DB JK KT
Perlakuan 3 1,55225 0,51742
Tepung Tulang Ayam (ITA) 0,83723 0,83723
Tepung Darah Sapi ([OS) 0,33063 0,33063
TTA*IDS 0,38440 0,38440
Error 12 0,66315 0,05526
Total 15 2,21540
Keterangan: •• - berbeda sangat nyata (p<O,O J) • = berbeda nyata (p<O,05) n = nyata interaksi
Hasil Uji Tukey Kandungan P20 S Pupuk Organik Cair
(ITA 2%, IDS 1%) (ITA 2%, IDS 2%) (ITA 4%, IDS 1%)
I \3A , I I A , 1,28A
F-hitung F 0.05 1 F 0.01
12,23" 3,4915,95
871' , 4,75/9,33
2477" ,
3,21'"
(ITA 4%, IDS 2%)
84488 ,
F-hitung FO.051 Fo.ol
936" , 3,4915,95
15 15" , 4,7519,33
598' ,
6,96°
(ITA 4%, IDS 2%)
1888 ,
45
Tabel Analisis Ragam Kandungan NO)-
Sumber Keragaman DB JK KT F-hitung Fo_os / Fo_ol
Perlakuan 3 651713732 217237911 0,60111 3,49/5,95
Tepung Tulang Ayam (ITA) 27484593 27484593 0,08111 4,75/9,33
Tepung Darah Sapi (TDS) 552178327 552178327 1,53111
TTA*TDS 72050812 72050812 0,20111
Error 12 4319406278 359950523
Total 15 4971120011
Keterangan: tn = tidak berbeda nyam atau tidak berpengaruh nyam terhadap kandungan nitrat dan tidak ada interaksi antara tepung tulang ayam dan tepung darah sapi
46
Larnpiran 6. Tabel Kandungan N-Total, P20s, dan N~- dengan Pemberian Berbagai Taraf Tepung TuJang Ayam dan Tepung Darah Sapi Pada Sludge lnstalasi Gas Bio
-Tabel Kandungan N-total dengan Pemberian Berbagai Taraf Tepung TuJang Ayam dan Tepung Darah Sapi pada Sludge lnstalasi Gas Bio.
Tepung TuJang Tepung Darah Sapi (TDS) Rataan
Ulangan Ayam(ITA) 1% 2%
(mg/l) 1 (%)
62,06 1 0,0062 76,1 10,0076
2 59,34/0,0059 80,63 1 0,0081 (2%)
3 59,34/0,0059 89,24/0,0089
4 57,98/0,0058 77,46/0,0077
Rataan 59,68/0,0060 80,861 0,0081 70)7 1 0,0070
74,7510,0075 99,66/0,0100
2 79)8/0,0079 80,63 1 0,0081
(4%) 3 74)9/0,0074 77,91/0,0078
4· 69,76/0,0070 79,72/0,0080 L
Rataan 74,52/0,0075 84,48/0,0084 79,50/0,0080
Rataan 67,1/0,0067 82,67 1 0,0083 74,89/0,0075
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Laban Fakultas Pertanian IPS (2006)
47
Tabel Kandungan P20 S dengan Pemberian Berbagai Level Tepung Tulang Ayam dan Tepung Darah Sapi pada Sludge Instalasi Gas Bio.
Tepung Tulang Tepung Darah Sapi (TDS)
Ayam(ITA) Ulangan (1%) (2%) Rataan
(mg/l) I (%)
1,19/0,0002 1,21/0,0001
2 1,17/0,0001 1,02/0,0001 (2%)
3 1,04 / 0,0001 1,09 / 0,0001
4 1,13 I 0,0001 1,12/0,0001
Rataan 1,13/0,0001 1,11/0,0001 1,12/0,0001
1,19 / 0,000 I 1,35/0,0001
2 1,59 / 0,0002 2,12/0,0002
(4%) 3 1,18/0,0001 1,77/0,0002
4 1,16/0,0001 2,27 / 0,0002
Rataan 1,28/0,0001 1,88 I 0,0002 1,58 / 0,0002
Rataan 1,21/0,0001 1,50/0,0002 1,35/0,0001
Sumber. Hasil Analisa Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Laban Fakultas Pertanian IPS (2006)
48
Tabel Kandungan NO)- dengan Pemberian Berbagai Level Tepung Tulang Ayam dan Tepung Darah Sapi pada Sludge Instalasi Gas Bio
Tepung Tulang Tepung Darah Sapi (IDS)
Ayam (ITA) Ulangan (1%) (2%) Rataan
(ppm) I (%)
8.425,80 I 0,84 11.243,40 11,12
2 14.043,00/1,40 11.234,60/1,12 (2%)
3 70.215,00/7,02 16.520,80 I 1,65
4 22.468,80/2,25 12.180,30/1,22
Rataan 28.788,15 12,88 12.794,78/1,28 20.791,47/2,08
I 11.244,00/1,12 14.043,00 11,40
2 10.350,60/1,04 8.425,80 I 0,84
(4%) 3 58.980,60/5,90 33.703,20/3,37
4 28.086,00 12,81 22.468,80/2,25
Rataan 27.165,30/2,72 19.660,20 11,97 23.412,7512,34
Rataan 27.976,73/2,80 16.227,49 11,62 22.102,1l/2,21
Sumber. Hasil AnaJisa Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Laban Fakultas Pertanian IPB (2006)
49