PENGARUH TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0 - 1 BULAN
DI WILAYAH KERJA RSUD BOMBANA TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
S O F I A N A P00312017142
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV
2018
BIODATA PENULIS
A. Identitas
1. Nama : Sofiana
2. NIM : P0032017142
3. Tempat/Tanggal Lahir : Kasipute, 22 Juli 1994
4. Anak ke : Lima dari 5 bersaudara
5. Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : Bombana
B. Latar Belakang Pendidikan
1. Tamat TK Dharma Wanita Kasipute : Tahun 2001
2. Tamat SDN 2 Lampopala : Tahun 2006
3. Tamat MTsN 1 Kasipute : Tahun 2009
4. Tamat SMAN 1 Rumbia : Tahun 2012
5. Tamat STIK GIA Makassar : Tahun 2015
6. D IV Poltekkes Kemenkes Kendari : Tahun 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan
kepada manusia apa – apa yang belum diketahuinya dan memberikan
hidayah dan rahmat – Nya antara lain berupa kekuatan lahir dan batin
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
segala keterbatasan dan kekurangan, yang merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kebidanan Poltekkes
Kendari dengan judul “Pengaruh Teknik Menyusui Yang Benar Terhadap
Peningkatan Berat Badan Bayi Umur 1 Bulan Di Wilayah Kerja RSUD
Bombana Tahun 2018”
Dalam penyusunan proposal ini banyak sekali kendala dan
hambatan yang penulis dapatkan namun atas bimbingan dan arahan serta
motivasi dari berbagai pihak secara moril maupun materil sehingga
penulis menyelesaikan peyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Pembimbing I Ibu
Arsulfa, S.Si.T, M.Keb dan Pembimbing II Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes
yang dengan penuh kesabaran dan senantiasa meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan motivasi.
Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. drg. Riswanto selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.
3. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Ibu Wahida, S.SiT, M.Keb selaku Penguji I, Ibu Hj. Sitti Zenab, SKM,
SST, M.Keb selaku Penguji II, dan Ibu Andi Malahayati, S.SiT, M.Kes
selaku penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan
demi sempurnanya skripsi ini.
5. Para dosen dan seluruh staf tata usaha di lingkungan Politeknik
Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan.
6. Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politekkes
Kendari.
7. Terima kasih teruntuk almarhum ayah H. Sofyan yang telah
mengajarkan arti sebuah kerja keras tanpa keluh kesah meskipun tak
sempat melihat dan mendampingi saya memakai toga kedua, semoga
ini menjadi salah satu amal jariyah untuk beliau. Teruntuk mama Hj.
Hamdana terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya kepada penulis,
mengajarkan untuk selalu mencari ilmu.
8. Terima kasih untuk keempat kakakku Darmawati, Darmiati, Hasfin,
dan Wafir, atas kehangatan kasih sayangnya selalu serta menjadi
motivator terhebat sejagat raya.
9. Untuk Anti, Kak Tika, Kak Tari, dan Kak Sari, terimakasih atas diskusi
– diskusi yang selalu memberikan pencerahan dalam penyelesaian
skripsi ini. Dan untuk Fitrah, Amel, Mila, Wira, Kak Lhya dan Kak Muji
yang selalu menghibur dan membantu selama menempuh hari – hari
perjuangan pengerjaan skripsi.
10. Terimakasih teruntuk crew NICU – Pediatric RSUD Bombana atas
kebijaksanaan dan pengertiannya saya dapat melanjutkan sekolah,
dan terimakasih atas keikhlasan dan ketulusannya dalam membantu
proses penelitian dan pengerjaan skripsi.
11. Terimakasih untuk Warni, Mhyta, Fachreza, Firdaus, Bakri, Adi dan
anggota Satgas Pa’Massiara lainnya yangtelah banyak membantu
selama menempuh pendidikan.
12. Rekan-rekan mahasiswa program studi DIV Kebidanan Poltekkes
Kendari, yang senantiasa saling berbagi dalam suka dan duka dimana
dan kapan saja.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak terdapat kesalahan didalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis sebagai suatu
masukan untuk penyempurnaan proposal ini.
Akhirnya penulis berserah diri atas kehadirat – Nya, karena sadar
dengan segala keterbatasan sehingga jauh dari kesempurnaan. Namun
demikian dengan penuh harapan dan doa semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Kendari, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
BIODATA ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
ABSTRAK ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. TujuanPenelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
BAB II Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
A. Telaah Pustaka ............................................................................... 8
B. Landasan Teori ............................................................................... 55
C. Kerangka Teori ............................................................................... 57
D. Kerangka Konsep ........................................................................... 58
E. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 58
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 59
A. Jenis dan Desain Penlitian ............................................................. 59
B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 59
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 60
D. Variable Penelitian .......................................................................... 62
E. Devisi Oprasional ............................................................................ 62
F. Jenis dan Sumber Penelitian .......................................................... 63
G. Istrumen Penilitian .......................................................................... 63
H. Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 63
I. Etika Penelitian ............................................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 67
A. Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 67
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 67
C. Hasil Penelitian ............................................................................... 71
D. Pembahasan ................................................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 80
A. Kesimpulan ..................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Komposisi Kandungan ASI ..................................... 27
Tabel 2.2 Perbedaan Komposisi ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula ...... 28
Tabel 2.3 Kandungan Komposisi dalam 100 ml ASI, ................................ 28
Susu Sapi, dan Susu Formula ........................................................ 28
Tabel 2.4 Berat Badan Normal Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin. .. 53
Tabel 4.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ............................ 69
Tabel 4.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap .............................. 69
Tabel 4.3 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penunjang ............................... 69
Tabel 4.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penunjang Non Medis ............ 70
Tabel 4.5 Ketenagaan Rumah Sakit.......................................................... 70
Tabel 4.6 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi .......... 72
Tabel 4.7 Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu ....................... 73
Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Teknik Menyusui ............................. 73
yang Benar Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi ................. 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Respondens
Lampiran 3 Lembar Observasi Penimbangan Berat Badan Bayi
Lampiran 4 Lembar Observasi Teknik Menyusui Yang Benar
Lampiran 5 Master Tabel Hasil Penelitan dan SPSS
Lampiran 6 Lembar Pengajuan Judul
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 11 Pamflet Teknik Menyusui Yang Benar
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13 Persetujuan Publikasi
Lampiran 14 Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme
Lampiran 15 Surat Keterangan Bebas Pustaka
ABSTRAK
PENGARUH TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP
PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI UMUR 1 BULAN
DI WILAYAH KERJA RSUD BOMBANA
TAHUN 2018
Sofiana1, Arsulfa2, Melania Asi2
Latar Belakang: ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Dengan teknik menyusui yang benar, ibu dapat menyusui secara optimal sehingga pertumbuhan bayi baik terutama dilihat dengan kenaikan berat badan bayi. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan di wilayah kerja RSUD bombana Tahun 2018. Metode Penelitian: Menggunakan metode quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre test - post test design. sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien atau bayi umur 0 – 1 bulan dan ibu yang di rawat gabung berjumlah 25. Teknik pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi penelitian untuk mengobservasi teknik menyusui yang benar dan peningkatan berat badan bayi. Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan bayi digital. Data dianalisis dengan uji koefisien kontingensi dan diolah menggunakan SPSS 22. Hasil Penelitian: Menunjukkan sebagian besar responden yang teknik menyusui yang benar berat badan bayi naik sebesar 22 orang, tidak naik sebanyak 1 orang. Sedangkan, teknik menyusui yang tidak benar (salah) tidak terjadi peningkatan berat badan sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil uji analisis koefisien kontingensi menunjukkan bahwa penelitian dari 25 responden diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan. Kesimpulan: Ada pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan.
Kata kunci : tehnik menyusui, peningkatan berat badan.
1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.
2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada usia 0 hari atau saat bayi baru lahir, bayi perlu
mendapatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) minimal 2 jam. Selama 6
bulan setelah bayi lahir, ibu disarankan memberikan ASI eksklusif dan
memantau pertumbuhan bayi serta memeriksakan kesehatan bayi
kepada tenaga kesehatan (Monika, F.B 2014).
Proses pertumbuhan dan pekembangan bayi dipengaruhi oleh
makanan yang diberikan pada bayi. Bayi yang mendapatkan ASI akan
mempunyai status gizi yang baik serta mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Pertumbuhan yang optimal dapat dilihat
dari penambahan berat badan, tinggi badan maupun lingkar kepala,
sedangkan perkembangan yang optimal dapat dilihat dari adanya
peningkatan kemampuan motorik, psikomotorik dan bahasa (Dewi
Kartika, 2017).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar
(Rudi Haryono, 2014). Teknik menyusui merupakan hal yang penting
dalam memulai proses menyusui ibu pada bayinya. Hanya
dikarenakan ibu tidak mengetahui teknik menyusui yang benar,seperti
misalnya cara meletakkan bayi serta melepas puting susu setelah bayi
menyusui dapat mengakibatkan puting susu terasa nyeri. Pada minggu
pertama persalinan ibu mengalami fase dimana mengakibatkan ibu
lebih sensitif. Disini, ibu memerlukan pendampingan dari tenaga
kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat
membantu ibu memulai proses menyusui (Pongki Jaya, 2014).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif sekurang – kurangnya selama 6 bulan
pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping
sampai usia 2 tahun. Berdasarkan data UNICEF 2013, sebanyak 136,7
juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang
disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Bayi yang tidak
diberi ASI eksklusif di negara industri lebih besar meninggal dari pada
bayi yang diberi ASI eksklusif, sementara di negara berkembang
hanya 39% ibu – ibu memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia pada tahun 2016,
persentase bayi 0 – 5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif
sebesar 54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan adalah 29,5%. Cakupan ASI eksklusif pada bayi 0
– 5 bulan berkisar antara 32,3% (gorontalo) sampai 79,9% (Nusa
Tenggara Timur). Dari 34 provinsi hanya 3 provinsi yang belum
mencapai target yaitu gorontalo 32,3%, Riau 39,7%, dan Kalimantan
Tengah 40,0%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan cakupan
pemberian ASI pada bayi 0 – 6 bulan di Sulawesi Tenggara cenderung
fluaktif, peningkatan signifikan dilaporkan pada tahun 2015 dengn
cakupan 54,15%, atau naik sebesar 21,25% dari tahun sebelumnya,
namun di tahun 2016 kembali turun menjadi 46,63%. Tercatat hanya
Kabupaten Kolaka Utara yang mampu mencapai target tersebut
dengan capaian 85,79%, semetara Kabupaten Bombana hanya
56,99%, dan terendah Kabupaten Muna hanya mencapai 28,71%.
Beberapa faktor yang dapat menghambat ibu memberikan ASI
pada bayinya adalah perubahan sosial budaya, faktor psikologis, faktor
fisik, kurangnya dorongan dari petugas kesehatan, sehingga
masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang
manfaat pemberian ASI dan teknik menyusui yang benar. Penerangan
yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu formula (Haryono Rudi
dan Sulis Setianingsih, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pongki Jaya (2014),
menunjukkan dari 28 ibu yang ikut dalam penelitian ini, hanya 15 ibu
(53,7%) yang melakukan teknik menyusui yang benar dan bayinya
mengalami kenaikan berat badan, dan ada 13 ibu (46,3%) yang tidak
menerapkan teknik menyusui yang benar dan bayinya tidak mengalami
kenaikan berat badan.
Selanjutnya penelitian lain juga dilakukan oleh Dewi Kartika Sari
(2017), menunjukkan dari 165 bayi yang ditimbang, ada sebesar 38
bayi yang tidak mengalami kenaikan berat badan, tetap atau naik
tetapi tidak mengikuti garis pertumbuhan dalam buku KMS.
Dengan teknik menyusui yang benar, ibu dapat menyusui
secara optimal sehingga pertumbuhan bayi baik terutama dilihat
dengan kenaikan berat badan bayi. Selain itu, juga dapat mencegah
masalah – masalah yang sering terjadi pada saat menyusui (Dewi
Kartika, 2017).
Berdasarkan data yang diperoleh di Ruang Kebidanan RSUD
Bombana dari bulan April sampai Mei terdapat 56 bayi yang lahir, 23
bayi diantaranya dirawat di ruang bayi dan 33 dirawat gabung. Studi
awal yang dilakukan dengan cara wawancara langsung “Apakah ibu
dapat melakukan teknik menyusui yang benar ?” dan obrsevasi
langsung pada 6 ibu bayi di RSUD Bombana didapatkan 2 (33,3%) ibu
yang dapat melakukan teknik menyusui yang benar dengan posisi dan
fiksasi bayi yang benar serta puting dan areola masuk kemulut bayi.
Kemudian ada 4 (66,7%) ibu tidak dapat menyusui dengan teknik yang
benar.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh teknik menyusui yang
benar terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan di
wilayah kerja RSUD Bombana”.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap
peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan di wilayah kerja RSUD
Bombana ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh teknik menyusui yang benar
terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan di wilayah
kerja RSUD Bombana.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ibu dapat melakukan teknik menyusui yang
benar.
b. Untuk mengetahui berat badan bayi sebelum dan setelah diberi
perlakuan teknik menyusui yang benar.
c. Untuk menganalisa pengaruh teknik menyusui yang benar
terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
tentang pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap
peningkatan berat bayi umur 0 – 1 bulan oleh institusi Poltekkes
Kemenkes Kendari.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
profesi kebidanan.
c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peniliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
orangtua/masyarakat sebagai sumber infomasi tentang teknik
menyusui yang benar.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi RSUD Bombana
untuk meningkatkan pelayanan bagi kesehatan anak terutama
dalam meningkatkan teknik menyusui yang benar dalam
pemberian ASI.
c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dinas kesehatan
Kabupaten Bombana untuk meningkatkan cakupan pemberian
ASI.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Pongki Jaya (2014), yang berjudul hubungan teknik
menyususi dan pijat bayi dengan peningkatan berat badan bayi di
Desa Suwaluh Kecematan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2014. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan teknik
menyususi dan pijat bayi dengan peningkatan berat badan bayi.
Perbedaan penelitian ini adalah jenis penelitian dan analisi data.
Jenis penelitian ini adalah case control, sedangkan penelitian yang
dilakukan sekarang adalah quasi eksperimen.
2. Penelitian Dewi Kartika Sari (2017), yang berjudul hubungan teknik,
frekuensi, durasi menyusui dan asupan energi dengan berat badan
bayi usia 1 – 6 bulan di Puskesmas Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017. Hasil penelitian menyatakan ada
hubungan teknik, frekuensi, durasi menyusui dan asupan energi
dengan berat badan bayi usia 1 – 6 bulan. Jenis penelitian ini
adalah obsevasional analitik, sedangkan penelitian yang dilakukan
sekarang adalah quasi eksperimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Dasar Menyusui
a. Pengertian
Air susu ibu (ASI) emulsi lemak dalam larutan protein
laktosa, dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua
kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama
bagi bayi. Eksklusif adalah terpisah dari yang lain, atau disebut
khusus (Haryono, Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014).
ASI eksklusif atau lebih tepat dikatakan sebagai
“pemberian ASI secara eksklusif” saja, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Widyasih Hesty, dkk. 2012).
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja
pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa cairan ataupun makanan
lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Damai
Yanti dan Dian Sundawati, 2011).
Menyusui merupakan proses yang kompleks. Dengan
mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan
membantu para ibu mengerti proses menyusui sehingga dapat
menyusui secara eksklusif. ASI dipoduksi atas hasil kerja
gabungan hormon dan refleks. Ketika bayi mulai menyusu, akan
terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini
disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang
dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI
atau disebut juga “let down” refleks (Haryono Rudi dan Sulis
Setianingsih, 2014).
b. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron
menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus di
dalam payudara. Sesudah bayi dilahirkan, disusul kemudian
terjadinya peristiwa penurunan kadar hormon estrogen.
Penurunan kadar estrogen ini nantinya juga akan mendorong
naiknya kadar prolaktin, hormon yang mengambil peran pening
dalam proses menyusui.
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara
oleh homon prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise
anterior. Bila bayi mengisap maka ASI akan dikeluarkan dari
sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung
saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar
hipofise anterior untuk memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin
kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk
merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks
pembentukan ASI atau refleks prolaktin.
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang
kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di
sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin akan
dilahirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan
merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli dan memeras
ASI keluar, hanya ASI di dalam sinus laktiferus yang dapat
dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih
cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di
payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai
bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi
mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik,
maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI.
Payudara seolah – olah telah berhenti memproduksi ASI,
padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak
mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan
uterus berkontraksi setelah melahirkan. Sehingga dapat
membatu mengurangi perdarahan (Haryono Rudi dan Sulis
Setianingsih, 2014).
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi poduksi ASI
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung
dari stimulasi pada kelenjar payudara. Factor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan produksi ASI antara lain:
1) Faktor makanan ibu
Seorang ibu yang kekurangan gizi akan
mengakibatkan menurunnya jumlah asi dan akhirnya
produksi ASI berhenti. Hal ini disebabkan pada masa
kehamilan jumlah pangan dan gizi yang dikomsumsi ibu
tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak
dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah
satu komponen ASI dan sebagai sumber energy selama
menyusui.
2) Faktor isapan bayi
Isapan mulut bayi akan menstimulasi kelenjar
hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior.
Hipofisis anterior menghasilkan rangsang (rangsangan
prolactin) untuk meningkatkan sekresi (pengeluaran)
hormone prolaktin. Hormon prolaktin bekerja pada kelenjar
susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak
sempurna atau puting ibu yang sangat kecil akan membuat
produlsi hormon oksitosin dan hormon proklatin akan terus
menurun dan ASI akan berhenti.
3) Frekuensi penyusuan
Pada studi yang dilakukan pada ibu dengan bayi
cukup bulan menujukan bahwa frekuensi penyusuan kurang
lebih 10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah
melahirkan berhubungan dengan meningkatkan produksi
ASI. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan
paling sedikit 8 kali per hari pada priode awal setelah
melahirkan. Penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulai hormon dalam kelenjar payudara.
4) Riwayat penyakit
Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang
mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi
ASI.
5) Faktor psikologis
Ganguan psikologis pada ibu menyebabkan
berkurangnya produksi dalam pengeluaran ASI. Menyusui
memerlukan ketenangan, ketentraman, dan perasan dari
ibu. Kecemasan dan kesedihan dapat menyebabkan
ketenangan yang mempengaruhi saraf, pembuluh darah dan
sebagainya sehingga akan mengganggu produksi ASI.
6) Dukungan suami maupun keluarga lain
Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah
akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk
menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang, perasaan
menyayangi bayi, memeluk, mencium dan mendengar
bayinya menangis akan meningkatkan pengeluaran ASI.
7) Berat badan lahir
Ada hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.
Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap,
frekuensi, dan lama penyusuan dibandingkan bayi yang
lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan
sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibandingkan bayi
yang mendapatkan formula.
8) Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan
bulan ke 7- 8 memegang peran penting dalam menyusui
bayi. Payudara yang terawat akan produksi ASI yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan
payudara yang baik,maka puting tidak akan lecet sewaktu
diisap bayi. Perawatan fisik payudara menjelang masa
laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut selama 6
minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut
diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada ductus
laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktu menyusui
ASI akan keluar dengan lancar.
9) Jenis persalinan
Pada persalinan normal proses menyusui dapat
dilakukan setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar
pada hari pertama persalinan. Sedangkan pada persalinan
tindakan section caesaria (sesar) seringkali ibu kesulitan
menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu
diberikan anestesi (bius) umum. Ibu relative tidak dapat
menyusui bayinya pada jam pertama setelah bayi lahir.
Kondisi luka oprasi dibagian perut membuat proses
menyusui sedikit terhambat.
10) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi
produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur
(umur kehamilan kurang dari 37 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif sehingga ASI lebih
rendah dari pada yang lahir tidak premature. Lemahnya
kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebakan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
11) Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi
ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
12) Komsumsi alkohol
Meskipun minum alkohol dosis rendah disatu sisi
dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membuat
proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim pada saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin.
13) Cara menyusui yang tidak tepat
Teknik menyusui yang tidak tepat, tidak dapat
mengosongkan payudara dengan benar yang akhirnya akan
menurunkan produksi ASI.
14) Rawat gabung
Bila dekat dengan ibunya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan
proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapatkan
nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan
menyusui, maka akan timbul refleks oksitosin yang akan
membantu proses fisiologis involusi rahim (proses
pengembalian ukuran rahim sebelum hamil). Disamping itu
akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses
produksi ASI.
15) Pil kontrasepsi (pil KB)
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi hormone
estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume
dan durasi ASI, sebaiknya bila pil hanya mengadung
progestin (mini pil) maka tidak ada dampak terhadap volume
ASI (WHO tals force on oral contraceptives, 1988 dalam
ACC/SCN, 1991). WHO merekomendasikan pil progestin
untuk ibu menyusui yang ingin menggunakan pil kontrasepsi
(Haryono Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014).
d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
1) Faktor Pemudah (predisposing factors)
a) Pendidikan
Pendidikan akan membuat seseorang terdorong
untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk
mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi
yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan
yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk
melakukan perilaku tertentu. Pendidikan mempengaruhi
pemberian ASI, ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima suatu ide baru dibanding dengan ibu
yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan
infomasi mengenai ASI dengan mudah dapat diterima
dan dilaksanakan.
b) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi
yang diperhatikan dan diingat. Informasi tersebut bisa
berasal dari pendidikan formal maupun non formal,
perakapan, membaca, mendengarkan radio, menonton
televisi dan pengalaman hidup. Contoh pengalaman
hidup yaitu pengalaman menyusui anak sebelumnya.
c) Nilai – nilai atau adat budaya
Adat budaya akan mempengaruhi ibu untuk
memberikan ASI karena sudah menjadi budaya dalam
keluarganya. Salah satu adat budaya yang masih banyak
dilakukan di masyarakat yaitu adat selapanan, dimana
bayi diberi sesuap bubur dengan alasan untuk melatih
alat pencernaan bayi. Padahal hal tersebut tidak benar,
namun dapat dilakukan oleh masyarakat karena sudah
menjadi adat budaya dalam keluarga.
2) Fakor pendukung (enabling factors)
a) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang
diperoleh suami istri dari berbagai kegiatan ekonomi
sehari – hari, misalnya gaji. ASI memiliki kualitas baik
hanya jika ibu mengkonsumsi makanan dengan
kandungan gizi baik. Keluarga yang memiliki cukup
pangan memungkinkan ibu untuk memberi ASI Eksklusif
lebih tinggi dibanding keluarga yang tidak memiliki cukup
pangan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kondisi
sosial ekonomi yang saling terkait yaitu pendapatan
keluarga memiliki hubungan dengan keputusan untuk
memberikan ASI Eksklusif bagi bayi.
b) Ketersediaan waktu
Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui
berkaitan dengan erat dengan status pekerjaannya.
Banyak ibu yang tak memberikan ASI karena berbagai
alasan, diantaranya karena harus kembali bekerja
setelah cuti melahirkannya selesai. Padahal istilah harus
kembali bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan
ASI secara eksklusif. Bagi ibu – ibu yang bekerja, ASI
bisa diperah setiap 3 sampai 4 jam sekali untuk disimpan
dalam lemari pendingin.
c) Kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh yang
sangat penting dalam keberlangsungan proses
menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit menular
(misalnya HIV/AIDS, TBC, Hepatitis B) atau penyakit
pada payudara (misalnya kanker payudara, kelainan
puting susu) sehingga tidak boleh ataupun tidak bisa
menyusui bayinya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factors)
a) Dukungan keluarga
Dukungan dari lingkungan keluarga termasuk
suami, orang tua, saudara lainnya sangat menentukan
keberhasilan menyusui. Karena pengaruh keluarga
berdampak pada kondisi emosi ibu sehingga secara tidak
langsung mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu yang
mendapatkan dukungan dari suami dan anggota
keluarga lainnya akan meningkatkan pemberian ASI
pada bayinya.
b) Dukugan petugas kesehatan
Petugas kesehatan yang profesional bisa menjadi
faktor pendukung ibu dalam memberikan ASI. Dukungan
tenaga kesehatan kaitannya dengan nasehat kepada ibu
untuk memberikan ASI kepada bayinya menentukan
keberlanjutan ibu dalam pemberian ASI (Haryono Rudi
dan Sulis Setianingsih, 2014).
e. Manfaat ASI
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) Aspek Gizi
Manfaat kolostrum dari aspek gizi adalah :
(1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA
untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
terutama diare. Jumlah kolustrum yang diproduksi
bervariasi tergantung dari hispan bayi pada sehari –
hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit tetapi cukup
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu
kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum
mengandung protein, vitamin A yang tinggi,
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari – hari
pertama kelahiran.
(2) Membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi).
b) Aspek Imunologi (Kekebalan Tubuh)
(1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas
kontaminasi. Immunoglobin A (IgA) dalam ASI
kadarnya tinggi yang dapat melumpuhkan bakteri
pathogen E.Coli dan berbagai virus di saluran
pencernaan.
(2) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan
komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di
saluran pencernaan.
(3) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri
E. Coli, salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam
ASI 300 kali lebih banyak dari pada susu sapi.
(4) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama
lebih dari 1.000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu
Bronchus Asociated Lympocite Tisue (BALT) antibodi
pernafasan, dan Gut Lympocite Tisue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, Mammary Lympocite Tisue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
(5) Faktor Bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen untuk menunjang petumbuhan bakteri
Lactobacillus Bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman
flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
c) Aspek Psikologi
Interaksi antara ibu dan bayi dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi.
Pengaruh kontak langsung ibu – bayi ikatan kasih sayang
ibu – bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti
sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan
tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih di dalam rahim.
d) Aspek Kecerdasan
Interaksi antara ibu – bayi dan kandungan gizi
dalam ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan
bayi. ASI mengandung berbagai zat gizi yang bisa
meningkatkan kecerdasan bayi, seperti asam lemak
esensial, protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi,
dan seng.
e) Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf
menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi
dapat lebih sempurna. ASI mengandung vitamin dan
mineral yang lengkap. Meski kadar mineral ASI yang
relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6
bulan. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI
akan diserap oleh tubuh bayi. Zat makanan yang tidak
terserap akan memperberat kerja usus bayi, menganggu
keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi, dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang jahat. Satu hal
yang menyebabkan ASI efisien adalah jumlah zat – zat
ini akan berubah secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi saat ini (Haryono Rudi dan
Sulis Setianingsih, 2014).
2) Manfaat ASI bagi ibu
a) Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan
maka kemungkinan terjadinya pendarahan setelah
melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui
terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga
untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga
perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini pun akan
mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena
kekurangan zat besi.
b) Menunda kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang
aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi
ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada
6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan
hamil sampa bayi berusia 12 bulan.
c) Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat
akan membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada
ibu yang tidak menyusui.
d) Lebih cepat langsing kembali
Oleh karena menyusui memerlukan energi maka
tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun
selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang
menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil.
e) Mengurangi risiko terkena kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya
kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita
dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara
akan berkurang sampai sekitar 25%. Penelitian lain juga
menemukan bahwa risiko terkena kanker ovarium pada
ibu yang menyusui berkurang sampai 25%.
f) Lebih ekonomis atau murah
Dengan memberikan ASI berarti menghemat
pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan
menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu
formula. ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat
bayi, misalnya biaya jasa dokter dan biaya perawatan di
rumah sakit.
g) Tidak merepotkan dan menghemat waktu
Dapat diberikan pada bayi tanpa harus
menyiapkan atau memasak air, tanpa harus mencuci
botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas.
Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama
pada malam hari, apalagi kalau persediaan susu habis
pada malam hari.
h) Portable dan praktis
Mudah dibawah kemana – mana (portable)
sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai
alat untuk minum susu formula. ASI dapat diberikan
dimana saja dalam keadaan siap minum, serta selalu
dalam suhu yang tepat.
i) Memberikan kepuasan bagi ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan
merasakan kepuasan, kebanggan, dan kebahagiaan
yang mendalam (Haryono Rudi dan Sulis Setianingsih,
2014).
f. Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Beberapa hal berikut adalah pengetahuan mengenai ASI dan
komposisi gizi yang ada didalamya.
1) ASI
a) ASI berbeda dengan susu sapi.
Komposisi cairan tersebut mempunyai
keseimbangan biokimia yang sangat tepat untuk
pertumbuhan bayi, sehingga tidak mungkin ditiru oleh
buatan manusia.
b) ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain.
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu
karena konsep kerja ASI adalah berdasar stadium laktasi.
2) Komposisi ASI
a) ASI kolustrum, yaitu ASI yang dihasilkan padahari ke 1 –
3, berwarna kekuningan dan agak kental, bentuk agak
kasar karena mengandung butiran lemak dan sel epitel.
Manfaat kolustrum adalah sebagai berikut.
(1) Sebagai pembersih selaput usus Bayi Baru Lahir
(BBL), sehingga saluran pencernaan siap untuk
menerima makanan.
(2) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama
gamma globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
(3) Mengandung zat antibodi sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi
untuk jangka waktu sampai 6 bulan.
b) ASI peralihan, yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari ke – 4
sampai hari ke – 10
c) ASI mature, yaitu dihasilkan mulai hari ke – 10 sampai
seterusnya.
Berikut ini perbedaan kadar gizi yang dihasilkan kolostrum,
ASI transisi, dan ASI mature (Sutanto Andina Vita, 2018).
Tabel 2.1 Perbedaan Komposisi Kandungan ASI
Kandungan Kolostrum Transisi ASI Mature
Energi (kg kla)
Laktosa (gr/100 ml)
Lemak (gr/100 ml)
Protein (gr/100 ml)
Mineral (gr/100 ml)
Imunoglobin :
Ig A (mg/100 ml)
Ig G (mg/100 ml)
Ig M (mg/100 ml)
Lisosim (mg/100 ml)
Laktoferin
57,0
6,5
2,9
1,195
0,3
335,9
5,9
17,1
14,2 – 16,4
420 - 520
63,0
6,7
3,6
0,965
0,3
-
-
-
-
-
65,0
7,0
3,8
1,324
0,2
119,6
2,9
2,9
24,3 – 27,5
250 – 270
Tabel 2.2 Perbedaan Komposisi ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Komposisi/ 100 ml ASI matur Susu Sapi Susu Formula
Kalori
Protein
Laktabumin (%)
Kasein (%)
Air (ml)
Lemak (gr)
Karbohidrat
Ash (gr)
75
1,2
80
20
87,1
4,5
7,1
0,21
69
3,5
18
82
87,3
3,5
4,9
0,72
67
1,5
60
40
90
3,8
6,9
0,34
Tabel 2.3 Kandungan Komposisi dalam 100 ml ASI, Susu Sapi,dan
Susu Formula
Vitamin ASI Susu Sapi Susu Formula
A (iu)
C (mg)
D (iu)
E (iu)
Thiamin (mg)
Riboflamin (mg)
Niacin (mg)
Ph
Bacteria iontent
182
5
2,2
0,08
0,01
0,04
0,2
Alkaline
Sterile
140
1
42
0,04
0,04
0,03
0,17
Acid
Nonsterile
210
5,3
42
0,04
0,04
0,06
0,7
Acid
Sterile
Sumber : Andina Vita Susanto, 2018
Mineral ASI Susu Sapi Susu Formula
Na
K
Ca
P
Mg
Fe
Zn
16
53
33
14
4
0,05
0,15
50
144
128
93
13
Trace
0,04
21
69
46
32
5,3
1,3
0,42
g. Tata Cara Menyusui Yang Tepat
Sebagaimana kegiatan – kegiatan profesional yang
memiliki teknik dalam pengerjaannya, menyusuipun juga
memiliki teknik yang harus diterapkan. Menyusui ibarat sebuah
seni bagi kehidupan ibu menyusui. Butuh teknik dan irama serta
tidak bisa dikerjakan ala kadarnya, akan tetapi setelah ibu
memahami basicnya, ibu akan dengan sangat mudah
menyusui.
Kunci dari menyusui sebenarnya ada pada posisi bayi
yang benar dalam menyusui yang akan mempengaruhi
pelekatan mulut bayi yang benar. Dimana hal itu harus
didapatkan ibu ketika pasca bersalin dari tenaga kesehatan
yang ikhlas memberikan informasi dan pengajaran secara
langsung kepada ibu menyusui. Di sanalah pentingnya
kerjasama antara pihak seperti ibu menyusui yang butuh
informasi dan tenaga kesehatan yang sabar dan ikhlas
memberikan bantuan kepada ibu menyusui.
Posisi dan fiksasi yang benar saat menyusu akan
membuat ASI mengalir banyak tanpa harus banyak ASI yang
keluar dari mulut bayi dan terbuang percuma, hasilnya dapat
meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi (Andina Vita
Sutanto, 2018).
1) Teknik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar.
Sebelum menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini
mempunyai manfat sebagai desinfektan dan menjaga
kelambaban puting susu.
a) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
b) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak
tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
c) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
d) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan
yang satu di depan.
e) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala
bayi)
f) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
g) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
h) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan 4 jari
yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting
susu atau areolanya saja.
i) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting
refleks) dengan cara :
Menyentuh pipi dengan puting susu, atau
menyentuh sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut,
dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu
dengan puting dan areola dimasukkan kemulut bayi.
Usahakan sebagian areola dapat masuk ke dalam mulut
bayi, sehigga puting susu berada di bawah langit – langit
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
j) Ketika bayi sudah merasa kenyang, cara melepas isapan
bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut, atau dagu bayi ditekan ke bawah.
Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir). Setelah selesai
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering sendiri
(Haryono Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014).
2) Tanda bayi menyusu dengan posisi dan perlekatan yang
benar
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu (perut
bayi menempel pada perut ibu).
b) Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.
c) Areola tidak akan bisa terlihat jelas.
d) Dapat dilihat hisapan lamban dan dalam serta menelan.
e) Bayi terlihat senang dan tenang.
f) Ibu tidak merasakan nyeri pada puting (Sutanto Andina
Vita, 2018).
3) Macam – macam posisi menyusui
a) Posisi menyusui sambil bediri yang benar
b) Posisi menyusui sambil duduk yang benar
c) Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
d) Posisi menyusui bayi baru lahir sambil tiduran yang benar
e) Posisi menyusui bayi bila ASI penuh
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersendak.
f) Posisi menyusui pada bayi kembar
Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola bila disusui bersamaan, di
payudara kiri dan kanan (Haryono Rudi dan Sulis
Setianingsih, 2014).
4) Durasi dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara secara nir – jadwal (on
demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu
sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan 1 payudara sekitar 5 sampai 7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waku 2
jam. Pada awalnya bayi akan menyusui dengan jadwal yang
tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1- 2
minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir – jadwal,
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah
menyusui. Ibu yang bekerja di luar rumah dianjurkan agar
lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI
(Haryono Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014).
h. Masalah – Masalah Dalam Pemberian Asi
1) Puting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah
areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk,
puting susu yang normal akan menonjol, namun puting susu
yang datar tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan puting
susu yang datar mengalami kesulitan besar waktu menyusui.
Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa
memberikan ASI kepada bayinya.
Bila dijumpai puting susu datar, dilakukan :
a) Usahakan puting menonjol keluar dengan cara menarik
dengan tangan (gerakan Hoffman), atau dengan
menggunakan pompa puting susu.
b) Jika tetap tidak bisa, usahakan agar tetap disusui
dengan sedikit penekanan pada bagian areola dengan
jari sehingga membentuk “dot” ketika memasukkan
puting susu ke dalam mulut bayi. Bila terlau penuh ASI
dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir. Dengan demikian, diharapkan puting susu akan
sedikit demi sedikit keluar dan lentur.
Bila terjadi puting susu terbenam, puting akan tampak
masuk ke dalam areola sebagian atau seluruhnya. Kelainan
ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada
saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya.
Bila dijumpai puting susu yang terbenam, diusahakan
dengan cara :
a) Lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan
kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah areola,
kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah
berlawanan (walaupun hasilnya kadang-kadang kurang
memuaskan).
b) Dapat menggunakan pompa puting susu atau jarum
suntik 10 ml yang telah dimodifikasi, setiap hari, untuk
mencoba mengisap supaya puting susu menonjol keluar.
Namun harus dihindari rasa bosan dan lelah sewaktu
mencoba mengeluarkan puting, karena rasa bosan dan
marah justru akan menyebabkan produksi ASI
berkurang. Karena itu harus dipertimbangkan benar,
berapa lama ibu mencoba dengan cara seperti itu.
2) Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada
puting susu, selain itu dapat juga terjadi retak dan
pembentukan celah – celah. Retakan pada puting susu bisa
sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Bila dijumpai lecet atau
jenis trauma lain pada puting susu, dikerjakan :
a) Kalau rasa nyeri dan luka lecet dan tidak terlalu berat, ibu
bisa terus menyusui bayi.
b) Puting susu diolesi ASI dan biarkan mengering dengan
sendirinya.
c) Jangan menggunakan BH terlalu ketat.
d) Apabila terdapat rasa nyeri hebat, atau luka makin besar,
puting susu yang sakit diistirahatkan sampai
memungkinkan untuk kembali menyusui bayi pada puting
susu yang sakit tersebut. Biasanya masa istirahat ini
tidak lama, sekitar 24 jam.
e) Selama puting susu bersangkutan diistirahatkan, ASI
dikeluarkan oleh ibu dengan tangan. Sebaiknya jangan
menggunakan pompa, karena menambah rasa nyeri dan
membuka luka tambah parah.
f) Lepaskan isapan bayi dengan cara yang baik, yaitu
dengan cara menekan dagu bayi atau memasukkan jari
kelingking yang bersih ke dalam mulut bayi.
3) Payudara bengkak
Kadang-kandang payudara terasa membengkak atau
penuh. Hal ini terjadi karena edema (pembengkakan) ringan
oleh pembunuh darah vena atau saluran limfe (getah bening)
akibat ASI yang menumpuk di dalam payudara. Kejadian ini
jarang terjadi kalau pemberian ASI sesuai dengan kemauan
bayi.
Jika terdapat hal-hal seperti ini, dapat dilakukan:
a) Bayi disusui, sehingga mengurangi rasa membengkak
b) Setiap kali menyusui payudara harus sampai kosong
c) Gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman
d) Kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak
e) Rasa nyeri juga dapat dikurangi dengan obat analgesic
f) ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi
pengeluaran harus lebih sering
g) Dalam waktu 1-2 hari keluhan akan reda
4) Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructed duct) adalah
keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran
susu/duktus laktiferus yang dapat disebabkan oleh beberapa hal
misalnya tekanan jari pada payudara waktu menyusui,
pemakaian BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara
bengkak yang berlanjut yang menyebabkan terjadinya
sumbatan. Pada ibu yang kurus, sumbatan ini tampak sebagai
benjolan yang teraba lunak.
Sumbatan saluran susu dapat dicegah dengan cara
melakukan:
a) Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
b) Memakai BH yang menopang dan tidak terlalu ketat
c) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila setelah
menyusui payudara masih terasa penuh
d) Bila ibu merasa nyeri, dapat dikompres dengan air hangat
dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui supaya
bayi lebih mudah menghisap puting susu, dan kompres
dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan
pembengkakan. Sumbatan saluran susu dapat berlanjut
menjadi mastitis, karena itu perlu dirawat dengan baik.
5) Mastitis dan abses payudara
Mastitis adalah peradangan payudara. Bagian yang
terkena menjadi merah, bengkak, nyeri, dan panas. Tempratur
badan ibu meninggi, kadang disertai menggigil. Kejadian ini
biasanya terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan, akibatkan
lanjutan dari sumbatan saluran susu.
Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu
tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilat,
benjolan tidak lagi sekeras pada mastitis, tetapi mengandung
cairan nanah.
Cara mengatasi mastitis :
a) Dokter memberikan pegobatan antibiotika dan simptomatika
(sesuai gejala) terhadap nyeri.
b) Kompres hangat.
c) Ibu cukup istrahat dan banyak minum.
d) Sebelum terbentuk abses,menyusui harus terus dilanjutkan,
dimulai dari bagian yang sakit. Jika sudah terjadi abses,
payudara sakit tidak boleh disusukan, mungkin perlu juga
tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap
digunakan menyusui, dengan perawatan dan kebersihan
yang sebaik mungkin.
Tindakan yang harus segera dilakukan pada abses
payudara adalah :
a) Merujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan
drainase pus.
b) Pemberian antibiotik dosis tinggi serta simptomatik
analgesik/antipiretik.
c) Ibu harus cukup beristrahat.
d) Bayi dihentikan menyusui pada payudara yang sakit,
sementara pada payudara yang sehat diteruskan.
e) Ibu pasca section caesarea dengan anesthesia umum tidak
mungkin segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum
sadar akibat pembiusan. Bila keadaan ibu mulai
membaik/sadar, penyusunan dini dapat segera dimulai
dengan bantuan tenaga bidan atau perawat.
Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
a) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan
kepala yang ditopang bantal atau siku, sementara bayi
disusukan dengan kakinya kearah ibu.
b) Apabila ibu dapat duduk, bayi dapat ditidurkan di bantal di
atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah
kebelakang ibu di bawah lengan ibu.
c) Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu
terlentang, bayi berada di ketiak ibu dengan kaki kearah atas
dan tangan ibu memegang kepala bayi.
6) Sindrom ASI kurang
Sindrom ASI kurang adalah keadaan dimana ibu merasa
bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai alasan yang menurut
ibu merupakan tanda tersebut, misalnya payudara kecil,
padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan
ibu untuk memproduksi ASI. Sebesar apapun ukuran payudara
seorang wanita, tetap dianggap normal, kecuali jika ada
kelainan tertentu misalnya tumor. Ukuran payudara ideal sangat
dipengaruhi faktor lingkungan atau penilaian masyarakat
setempat.
ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih
encer, disangka telah berkurang, padahal kekentalan ASI bisa
saja berubah – ubah. Payudara tampak mengecil, lembek atau
tidak penuh/merembes lagi, padahal ini suatu tanda bahwa
produksi ASI telah sesuai dengan keperluan bayi.
Jika keluhan – keluhan semacam ini, cobalah
mengadakan evaluasi dan pendekatan psikologis seperti
tersebut di atas, serta coba dievaluasi juga hal – hal berikut :
a) Ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi
ASI
b) Jika ibu menggunakan pil KB, cobalah berkonsultasi dengan
dokter atau bidan
c) Jangan menggunakan alat bantu puting susu, karena akan
membingungkan dan melelahkan bayi, serta mengurangi
produksi ASI
d) Teruskan menyusui dengan sabar dan sesering mungkin,
karena akan memperbanyak produksi ASI
e) Cobalah menyusui dengan payudara pertama kurang lebih
10 menit, kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20
menit, karena saat awal bayi lebih kuat menyusu
f) Menyusui di mulai dari payudara yang terakhir disusukan
secara berganti – ganti
g) Jangan memberikan susu buatan, karena akan
membingungkan bayi
h) Ibu harus banyak beristirahat, labih banyak minum, dan
perhatikan kecukupan gizi makanan
i) Ibu harus tenang, santai, jangan tegang/stress, karena
ketegangan dan kecemasan akan mengurangi produksi ASI,
ibu harus menyusui dalam suasana yang nyaman.
7) Bingung puting
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan
yang terjadi karena bayi mendapat susu formula ataupun ASI
dalam botol dan bergantian dengan menyusu pada puting ibu.
Peristiwa ini terjadi karena proses menyusu pada puting ibu
berbeda dengan menyusu pada botol. Menyusu pada puting
memerlukan kerja otot – otot pipi, gusi, langit – langit dan lidah,
sebaliknya menyusu pada botol akan membuat bayi pasif
menerima susu karena dot sudah berlubang di ujungnya.
Tanda – tanda bayi bingung puting adalah bayi mengisap
puting seperti mengisap dot, lemah, terputus – putus, dan
sebentar, atau dapat juga bayi menolak menyusu.
Untuk menghindari bayi bingung puting, maka jangan
menggunakan susu formula tanpa indikasi yang sangat kuat.
Kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan
dengan sendok atau pipet, jangan sekali – kali menggunakan
botol atau kempengan.
8) Bayi sering menangis
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan dunia
di sekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis, perlu dicari
sebabnya. Yaitu dengan cara memperhatikan mengapa bayi
menangis, apakah karena laktasi belum berjalan dengan baik,
atau karena sebab lain seperti ngompol, sakit, merasa jemu,
ingin digendong atau disayang ibu. Keadaan – keadaan itu
merupakan hal yang biasa, ibu tidak perlu cemas, karena
kecemasan ibu dapat mengganggu proses laktasi karena
produksi ASI bekurang. Cobalah mengatasi dengan memeriksa
pakaian bayi, mungkin perlu diganti karena basah, cobalah
mengganti posisi bayi menjadi tengkurap, atau bayi digendong
dan dibelai. Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi
bayi tidak benar waktu menyusu, akibatnya ASI tidak keluar
dengan baik.
9) Ibu sakit
Pada umumnya ibu sakit bukanlah alasan untuk
menghentikan menyusui, karena bayi telah di hadapkan pada
penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu.
Selain itu, ASI justru akan melindungi bayi dari penyakit.
10) Ibu menderita penyakit Hepatitis (HBsAg+) atau AIDS (HIV+)
Ibu yang menderita hepatitis atau AIDS tidak
diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat menularkan
virus kepada bayinya melalui ASI. AIDS pada anak muncul
bersama-sama seperti AIDS pada orang dewasa. Pada orang
dewasa, penularan HIV umumnya melalui 3 cara, yaitu
hubungan seksual dengan penderita, penularan parenteral
seperti transfuse darah, jarum suntik yang dipakai bersama
dengan penderita, serta perinatal dari ibu yang menderita
kepada bayinya.
11) Bayi kembar
Ibu dari bayi kembar harus diyakinkan bahwa ia akan
sanggup menyusui bayi-bayinya. Mula-mula ibu dapat menyusui
seorang demi seorang, tetapi sebenarnya ibu dapat menyusui
sekaligus berdua. Salah satu posisi yang mudah untuk
menyusui ialah dengan posisi memegang bola (football
position) meskipun football position merupakan cara yang baik,
ibu sebaiknya mencoba posisi lain secara berganti-ganti.
Susuilah bayi secara lebih sering, selama waktu yang diinginkan
masing-masing.
12) Bayi premature dan bayi berat lahir rendah
Bayi berat lahir rendah dan premature mempunyai masalah
menyusui karena reflex mengisapnya masih lemah, karena itu
menyusuilah lebih sering, meski waktu menyusuinya tidak lama.
Mula-mula sentulah langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih
untuk merangsang mengisap.
13) Bayi bibir sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak
dapat menyusu tidaklah benar. Bila mana bayi mengalami
sumbing pada palatummolle (langit-langit lunak mulut), bayi
dapat menyusu tampak kesulitan dengan posisi khusus.
Demikian pula bila bayi menderita sumbing pada bibir. Keadaan
yang sulit adalah bila sumbing terjadi pada bibir, langit – langit
keras dan lunak (palatum durum dan palatummolle) sehingga
bayi sulit menyusu dengan baik.
Posisi menyusui yang dianjurkan pada bayi sumbingadalah:
a) Posisi bayi duduk
b) Pegang puting susu dan areola selagi menyusui, untuk
membantu bayi mendapat ASI yang cukup
c) Ibu jari dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir
bayi
d) Bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langt - langit
(labio palatoskisis), ASI dikeluarkan dengan manual/pompa,
kemudian diberikan dengan sendok/pipet, atau botol dengan
dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna. Dengan cara ini akan belajar mengisap dan
menelah ASI, menyesuaikan dengan irama pernapasan.
14) Bayi sakit
Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral (melalui mulut) dengan indikasi
khusus, tetapi pada umumnya bayi masih diperbolehkan
mendapatkan ASI. Dengan demikian, ASI harus tetap diberikan,
bahkan pada penyakit tertentu seperti diare, pemberian ASI
justru penting.
Bayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi
normal buang air besar 6 kali sehari, lembek, hal itu bukanlah
mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk menghentikan ASI
karena telah terbukti bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang
mencret memerlukan cairan rehidrasi yang cukup. Telah
dibuktikan, bahwa ASI dapat diterima dengan baik oleh anak
yang muntah dan mencret.
Selain diare, bayi sering menderita muntah. Muntah pada
bayi dapat disebabkan berbagai hal. Tatalaksana khusus
tergantung pada latar belakang penyebabnya. Menyusui
bukanlah kontraindikasi untuk anak muntah, dan anak dengan
muntah dapat menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam
posisi duduk, sedikit – sedikit tetapi lebih sering. Buat bayi
bersendawa seperti biasanya, tetapi jangan menggoyang –
goyang badan bayi, karena dapat merangsang muntah kembali.
15) Bayi kuning / ikterik /ikterus
Ikterus adalah menifestasi hyperbilirubinemia (kelebihan
bilirubin) yang bisa dilihat, yaitu pada kulit dan sklera (putih bola
mata). Pada orang dewasa ikterus terjadi bila kadar bilirubin
serum mencapai 2 mg/dl atau lebih, semetara pada bayi baru
lahir ikterus jarang timbul sebelum kadar bilirubin serum
mencapai 7 mg/dl.
Ibu disarankan untuk menyusui lebih sering tanpa
memikirkan suplementasi atau penghetian laktasi. Disarankan
juga untuk menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi sekitar
pukul 7 hingga 8 pagi. Caranya lepas semua pakaian bayi
kecuali popok, jemur tubuh bayi dengan posisi telentang selama
15 menit kemudian tengkurap selama 15 menit juga.Yang
terpenting adalah perbanyak pemberian ASI (Haryono Rudi dan
Sulis Setianingsih, 2014).
2. Konsep Berat Badan Bayi
a. Pengertian
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi
normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir
dibawah 2500 gram. Pada masa bayi – balita, berat badan
dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti
dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu
pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar
perhitungan dosis obat dan makanan. (Pongki Jaya, 2014)
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu
lahir akan kembali pada hari ke – 10. Berat badan menjadi 2
kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3
kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, dan menjadi 4 kali
berat badan lahir pada umur 2 tahun (Armini Ni Wayan, 2017).
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai
perhitungan antara lain :
1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan – perubahan
konsumsi makanan dan kesehatan.
2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan gambaran
tentang petumbuhan.
3) Merupakan ukuran antopometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal
baru memerlukan penjelasan secara meluas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur.
5) Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk
penilaian gizi, berat badan dan tinggi badan sudah
dibuktikan dimana – mana sebagai indeks yang tidak
tergantung pada umur (Pongki Jaya, 2014).
b. Alat mengukur berat badan
1) Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan
a) Mudah digunakan dan dibawah dari satu tempatt ke
tempat yang lain.
b) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
c) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
d) Skalanya mudah dibaca
2) Cukup aman untuk menimbang bayi dan anak balita.
a) Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudiann
dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam
penimbangan bayi, anak balita adalah dacin :
b) Dacin sudah dikenal umum sampai dipelosok pedesaan.
c) Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat.
d) Ketelitian dan ketetapan cukup baik.
e) Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan
maksimun 25kg.
f) Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto
scale, timbangan bayi manual, timbangan bayi digital.
g) Alat lain yang diperlukan dalah kantong celana
timbangan atau kain sarun, kotak atau keranjang yang
tidak membahayakan anak terjatuh pada waktu
ditimbang. Diperlukan pula tali atau sejenisnya yang
cukup kuat untuk menggantungkan dacin.
c. Cara menimbang berat badan bayi dengan dacin
1) Memeriksa dacin dengan seksama, masih dalam kondisi
baik atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser
berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada
pada posisi seimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana
atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan
peneraan yaitu cara menambah beban pada ujung tangkai
dacin, misalnya plastik berisi pasir.
2) Petunjuk bagaimana cara menimbang balita dengan
menggunakan dacin. Langkah-langkah tersebut dikenal
dengan penimbangan, yaitu :
a) Menggantungkan dacin pada : Dahan pohon, palang
rumah, atau penyangga kaki tiga
b) Memeriksa apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik
batang dacin ke bawah kuat-kuat.
c) Letakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum
dipakai. Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman
d) Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung
timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser
pada angka 0 (nol)
e) Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana
timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan
cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.
f) Anak atau bayi ditimbang, dan seimbangkan dacin. Saat
ditimbang, pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu,
baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan
kantong celana timbang tidak dapat digunakan.
g) Geser bandul sampai tercapai keadaan seimbang, kedua
ujung jarum terdapat pada satu titik.
h) Tentukan berat badan anak atau bayi, dengan membaca
angka di ujung bandul geser.
i) Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.
Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka
desimal,misalnya 7,5 kg
j) Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin
dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat
diturunkan.
d. Cara menimbang berat badan bayi dengan timbangan bayi
digital.
1) Periksalah timbangan bayi dengan seksama, apakah dalam
kondisi baik atau tidak.
2) Letakkan timbangan pada alas yang rata dan kuat.
3) Beri alas tipis yang bersih, misalnya selimut tipis atau tisu
lebar.
4) Pastikan bahwa angka yang tertera berada pada angka nol
(0).
5) Sebelum ditimbang, lepaskan alas kaki, baju dan topi bayi.
Bayi sebaiknya ditimbang tanpa pakaian.
6) Pengukur berdiri di depan skala timbangan
7) Bayi ditidurkan pada timbangan.
8) Ketika menimbang, tangan petugas diletakkan diatas tubuh
bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
9) Tentukan hasil berat badan bayi sesuai dengan angka yang
tertera pada timbangan, kemudian catat hasil
pengukurannya.
e. Pertambahan Berat Badan Bayi
Kurva pertumbuhan berat badan bayi memuaskan yaitu
menunjukan kenaikan berat badan bayi selama triwulan I
kenaikan berat badan 150 – 250 gram/minggu. Selama triwulan
ke – 2 kenaikan berat badan bayi 500 – 600 gram/bulan (Pongki
Jaya, 2014).
Tabel 2.4 Berat badan normal berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Umur Berat Badan Laki - Laki Berat Badan Perempuan
0 2500 gram 2500 gram
1 3500 gram 3500 gram
2 4200 gram 4000 gram
3 5200 gram 5000 gram
4 6200 gram 6000 gram
5 7200 gram 7000 gram
6 8200 gram 8000 gram
7 9200 gram 8400 gram
8 9400 gram 8600 gram
9 9600 gram 8800 gram
10 9800 gram 9000 gram
11 10 kg 9200 gram
12 10,2 kg 9500 gram
Sumber : Pongki Jaya, 2014.
f. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menimbang berat
badan bayi.
1) Pemeriksaan alat timbang
Alat timbang harus diperiksa secara seksama, apakah
masih dalam kondisi baik atau tidak sebelum digunakan.
2) Anak atau bayi yang ditimbang
Anak atau bayi yang akan ditimbang sebaiknya
memakai pakaian seminim mungkin dan seringan mungkin.
Sepatu, baju dan topi sebaiknya dilepaskan.
3) Keamanan
Faktor keamanan penimbangan sangat perlu
diperhatikan. Segala sesuatu menyangkut keamanan harus
diperhatikan termasuk lantai dimana di lakukan
penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu licin, berkerikil atau
bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik
yang ditimbang, maupun petugas.
4) Pengetahuan dasar petugas
Cara memperlancar proses penimbangan, petugas
dianjurkan untuk mengetahui berat badan secara umum
pada umur-umur tertentu (Suryani Eko dan Atik Badi’ah,
2017).
3. Konsep Dasar Pengaruh Teknik Menyusui Yang Benar
Segera setelah lahir atau satu jam setelah proses persalinan
mulai kenalkan bayi terhadap ASI dan ajarkanlah bayi untuk
mengenal puting susu ibunya. Pemberian satu jam setelah
persalinan akan berpengaruh pada proses menyusui selanjutnya.
Produksi ASI juga dipengarui oleh isapan bayi, yang
nantinya mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin untuk
memproduksi ASI. Hisapan yang adekuat akan mempercepat
volume ASI yang keluar, volume ASI yang keluar akan
mempercepat proses pengosongan payudara yang akhirnya akan
mempecepat proses produksi ASI. Kalaupun ASI tidak keluar itu
karena teknik menyusui yang tidak benar. Karena itu seorang bayi
harus diajari menyusui dengan cara memasukkan seluruh areola
payudara ke dalam mulut bayi. Jika bayi hanya menghisap puting
susu saja ASI yang keluar hanya sedikit. ASI banyak yang keluar
akan meningkatkan produksinya, sehingga kebutuhan bayi akan
nutrisi tercukupi. Dengan teknik menyusui yang benar, bayi akan
tumbuh dengan baik dengan kriteria :
a. Setelah 2 minggu kelahiran berat badan tercapai kembali.
b. Bayi tidak mengalami dehidrasi (kulit lembab dan kenyal, turgor
kulit negatif)
c. Penurunan BB selama 2 minggu tidak melebihi 10% BB waktu
lahir (Sutanto Andina Vita, 2018).
d. Kenaikan berat badan bayi selama triwulan I kenaikan berat
badan 150 – 250 gram/minggu. Selama triwulan ke – 2
kenaikan berat badan bayi 500 – 600 gram/bulan (Pongki Jaya,
2014).
B. Landasan Teori
Air susu ibu susu (ASI) emulsi lemak dalam larutan protein
laktosa, dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua
kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi
bayi. Eksklusiif adalah terpisah dari yang lain, atau disebut khusus
(Dewi Katika Sari, 2017).
Menyusui merupakan proses yang kompleks. Dengan
mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan membantu
para ibu mengerti proses menyusui sehingga dapat menyusui secara
eksklusif. ASI dipoduksi atas hasil kerja gabungan hormon dan refleks.
Ketika bayi mulai menyusu, akan terjadi dua refleks yang akan
menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan
atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan
refleks pengeluaran ASI atau disebut juga “let down” refleks (Haryono
Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014).
Posisi dan fiksasi yang benar saat menyusu akan membuat ASI
mengalir banyak tanpa harus banyak ASI yang keluar dari mulut bayi
dan terbuang percuma, hasilnya dapat meningkatkan produksi ASI
sesuai kebutuhan bayi.
Berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi. Dengan teknik menyusui yang
benar, bayi akan tumbuh dengan baik dengan kriteria :Setelah 2
minggu kelahiran berat badan tercapai kembali,bayi tidak mengalami
dehidrasi (kulit lembab dan kenyal, turgor kulit negatif), dan penurunan
BB selama 2 minggu tidak melebihi 10% BB waktu lahir. Kenaikan
berat badan bayi selama triwulan I kenaikan berat badan 150 – 250
gram/minggu. Selama triwulan ke – 2 kenaikan berat badan bayi 500 –
600 gram/bulan.
C. Kerangka Teori Teknik Menyusui Yang Benar
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Sumber : Haryono Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014.
a. Status gizi ibu
b. Isapan Bayi
c. Frekuensi
Menyusui
d. Riwayat Penyakit
e. Faktor Psikologis
f. Berat Badan Lahir
g. Perawatan
Payudara
h. Jenis Persalinan
i. Umur Kehamilan
j. Konsumsi Rokok
k. Konsumsi Alkohol
l. Teknik Menyusui
Yang Benar
m. Rawat Gabung
n. Pil Kontrasepsi
Produksi ASI
Peningkatan Berat
Badan Bayi
D. Kerangka Konsep
Keterangan
Variabel bebas : Teknik Menyusui Yang Benar
Variabel terikat : Peningkatan Berat Bedan
E. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap
peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan.
Teknik Menyusui
yang Benar
Peningkatan Berat
Badan Bayi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen
tanpa kelompok control dengan pendekatan one group pre test - post
test design. Penelitian dilakukan sebanyak dua kali, yaitu observasi
sebelum eksperimen (01) disebut pre test, dan observasi sesudah
eskperimen (02) disebut post test dengan satu kelompok sampel. Pre
test dan post test dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
(Notoadmojo, 2012).
Secara skematis dapat dilukiskan sebagai berikut :
Pretest Perlakuan Posttest
01 X 02
Desain penelitian one group pre test – post test
Keterangan :
O1 :observasi pre test (berat badan awal)
X : perlakuan (teknik menyusui yang benar)
O2 : observasi post test (berat badan akhir)
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 30 Juni – 28 Juli
2018.
2. Tempat penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di wilayah kerja RSUD
Bombana.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau
obyek yang akan diteliti (Abd Nasir, dkk, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien atau bayi umur 0 – 1 bulan dan
ibu yang di rawat gabung periode April – Mei 2018 adalah 33.
2. Sampel penelitian
Menurut Abd Nasir (2011), rumus sederhana yang digunakan
untuk menentukan besar sampel adalah rumus Slovin :
( )
Keterangan :
: besar sampel dalam penelitian
N : besar populasi dalam penelitian
d : 0,1 (derajat ketelitian)
Maka banyaknya sampel dalam penelitian
( )
( )
= 25
Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah 25 responden.
3. Tehnik sampling
Tehnik pengambilan sampel pada penilitian ini adalah
menggunakan teknik accidental sampling.
4. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik responden umum
suatu subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti (Abd. Nasir, 2011).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Bayi yang berat lahir normal ≥ 2500
2) Ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0 – 1 bulan
3) Bayi dengan refleks isap yang baik
4) Ibu bersedia menjadi responden
b. Kriteria esklusi
Kriteria esklusi adalah karakteristik umum yang tidak
dimasukan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kriteria
ekslusi dalam penelitian ini adala :
1) Bayi dengan berat badan lahir rendah.
2) Bayi kelainan atau patologis yang lain.
3) Ibu menyusui yang mempunyai kelainan pada payudara.
D. Variable Penelitian
1. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi variable
dependen. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah teknik
menyusui yang benar.
2. Varibel terikat (dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini
variable terikatnya adalah peningkatan berat badan bayi baru lahir.
E. Definisi Operasional
1. Teknik menyusui yang benar dimaksud dalam penelitian ini adalah
aktivitas menyusui bayi yang mengacu pada 14 item tindakan
menyusui yang benar. Cara mengamati teknik menyusui yang
benar dengan skala ordinal (Dhames Vidia Angsuko. 2009).
Hasil ukur :
Benar : Jika skor 6 – 10
Salah : Jika skor 0 – 5
2. Berat badan adalah merupakan ukuran antropometri yang dapat
digunakan untuk melihat laju peningkatan berat badan setelah
diberikan tindakan teknik menyusui yang benar. Diukur dengan
timbangan bayi digital. Cara mengamati peningkatan berat badan
dengan skala nominal (Pongki Jaya, 2014).
Hasil ukur :
a. Normal : terjadi peningkatan berat badan pada bayi
b. Tidak normal : tidak terjadi peningkatan berat badan pada bayi.
F. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer yang diperoleh dari RSUD
Bombana.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
lembar observasi penelitian untuk mengobservasi teknik menyusui
yang benar dan peningkatan berat badan bayi. Pengukuran berat
badan dengan menggunakan timbangan bayi digital.
H. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Yaitu dengan cara memeriksa kelengkapan data setiap
responden sesuai dengan variable yang diteliti.
b. Koding
Yaitu memberikan kode kepada responden pada setiap
data responden yang dikumpulkan.
c. Scoring
Yaitu dengan cara memberikan skor pada setiap data
responden.
d. Tabulasi
Yaitu data yang telah dikumpulkan dalam bentuk tabel
dan dianalisis dalam daftar statistik dengan menggunakan
kalkulator.
e. Entry
Kegiatan memasukan data kedalam program komputer
untuk selanjutnya dilakukan pengelompokan data atau analisis
data menggunakan uji statistik.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian dengan
melakukan analisis data yang meliputi persiapan, tabulasi dan
aplikasi data (Sastroasmoro Sudigdo dan Sofyan Ismael, 2011).
a. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap variable dari hasil
penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentasi
dari setiap variable yang diteliti.
Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi yang sedang dicari presentasinya
N = jumlah sampel
Untuk variabel teknik menyusui yang benar, skor teknik
menyusui yang benar diperoleh dari observasi, skor 2 jika
dilakukan dengan sempurna, skor 1 jika dilakukan tetapi kurang
sempurna dan skor 0 jika tidak dilakukan. Skor maksimal 28
dan skor minimal 0. Untuk mencari skala interval dengan
menggunakan rumus :
Skala Interval = {a (m - n)}/b
= {1 (28 - 0)}/10
= 28/10
= 2.8
Keterangan :
a = jumlah atribut
m = skor tertinggi yang mungkin terjadi
n = skor terendah yang mungkin terjadi
b = jumlah skor penilaian yang ingin dicapai
Skor yang didapatkan dibagi dengan skala interval,
kemudian hasilnya di masukan kedalam kriteria (Dhames Vidia
Angsuko, 2009).
b. Analisis bivariat dengan uji koefisien kontingensi
Analisis bivariat dilakuakan untuk melihat hubungan
variable bebas dan variabel terikat. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan statistic
koefisien kontingensi dengan menggunakan system
komputerisasi statistical product and service solution (SPSS) 22
untuk menentukan nilai signifikansi (p) dengan tingkat
kepercayaan 95% (0,05).
I. Etika Penelitian
Mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan
manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden.
Sebelum sampel penelitian menandatangani lembar
persetujuan penelitian, peneliti memberikan informasi kepada
sampel penelitian tentang tujuan dan sifat sukarela dalam
mengikuti penelitian ini.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
tetapi dalam bentuk kode pada masing-masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada tanggal 30 Juni – 28 Juli 2018
pada bayi umur 0 – 1 bulan di wilayah kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Bombana. Penelitian ini menggunakan one group pre-test
post-test desain. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
accidental sampling sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 25
orang. Dilakukan pre-test terlebih dahulu dengan penimbangan berat
badan bayi, setelah itu peneliti memberikan perlakuan teknik menyusui
yang benar kepada responden, dan setelah itu dilaksanakan post-test
atau penimbangan berat badan bayi kembali.
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bombana terletak di
Jalan Poros Poea. Lokasi ini berada ditengah ibu kota Kabupaten
Bombana dengan jalur akses menuju rumah sakit sangat banyak
sehingga memudahkan masyarakat menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan.
Wilayah rumah sakit dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara dengan jalan poros
b. Sebelah selatan dengan perumahan masyarakat
c. Sebelah barat dengan perumahan masyarakat
d. Sebelah timur dengan perumahan masyarakat
2. Fasilitas Rumah Sakit
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Tabel 4.1 Distribusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
No Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Poliklinik Umum Poliklinik Gigi dan mulut Poliklinik Bedah Poliklinik Anak Poliklinik Interna Poli Fisioterapi Pliklinik Obsterti dan Gynekologi Unit Gawat Darurat
Sumber : Data Sekunder Profil RS Bombana Tahun 2017
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
Tabel 4.2 Distribusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
No Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
1. 2. 3. 4. 5.
Rawat Inap Khusus VIP dan Perawatan Interna Rawat Inap Khusus Penyakit Bedah ICU Rawat Inap Khusus Anak dan Obgyn Ruang Perinatologi
Sumber: Data Sekunder Profil RS Bombana Tahun 2017
c. Unit Penujang Medis
Tabel 4.3 distrubusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penunjang
No Unit Penunjang Medis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Laboratorium Apotik Radiologi Fisioterapi Instalasi Gizi Bank Darah Sanitasi Lingkungan Kamar Mayat
Sumber: Data Sekunder Profil RS Bombana Tahun 2017
d. Unit Penunjang Non Medis
Tabel 4.5 Distribusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penunjang Non Medis
No Distribusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penunjang Non Medis
1. 2. 3. 4.
Gizi/ Dapur IPS/RS Kamar Pemulusaran Jenazah Binatu/Laundry
Sumber: Data Sekunder Profil RS Bombana Tahun 2017
3. Ketenagaan
Ketenagaan atau tenaga yang didalamnya terdiri dari
berbagai Latar belakang pendidikan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Ketenagaan rumah Sakit
KATEGORI JUMLAH TENAGA
PNS SUKARELA
A. MEDIS 1 0
1. Dokter Spesialis 1 0
a. dr. Sp. Obgyn 1 0
b. dr. Sp. Penyakit Dalam 1 0
c. dr. Sp. Anak 1 0
d. dr. Sp. Bedah 1 0
e. dr. Sp. Radiologi 1 0
f. dr. Sp. Anastesi 1 0
2. Dokter Umum 5 3
3. Dokter Gigi 3 0
B. KEPERAWATAN
1. Perawat
a. Sarjana Keperawatan 11 6
b. D.3 Keperawatan 84 86
2. Bidan
a. D 4 Bidan 3 0
b. D.3 Kebidanan 21 10
Tabel 4.5 Distribusi Ketenagaan rumah Sakit
C. FARMASI
1. Apoteker 5 3
2. S1 Farmasi/Farmakologi Kimia
2 8
3. D 3 Farmasi 1 1
D. Kesmas
1. SKM 12 3
2. Sanitarian 1 0
E. Gizi
1. S1-Gizi 1 0
2. Akademi/D3-Gizi 6 0
3. Juru Masak 0 8
F. Keterapian Fisik
1. Fisioterapis 3 0
G. Keteknikan Medis
1. Radiografer 8 0
2. Teknisi Elektromedis 1 0
3. Analysisi Kesehatan 4. Analysis Kimia
5 1
8 0
H. TENAGA NON PARAMEDIS
1. S1-Ekonomi 7 3
2. Sarjana Hukum 0 2
3. Sarjana Lainnya 1 1
4. Sarjana Muda Administrasi 0 1
5. D.3 Komputer 1 3 Sumber: Data Sekunder Profil RS Bombana Tahun 2017
4. Visi Dan Misi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit Kabupaten Bombana adalah menjadi
tempat pelayanan yang paling prima di bidang kesehatan di
Kabupaten Bombana dan sekitarnya.
Adapun Misi dari Rumah Sakit Kabupaten Bombana adalah
sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
profesional dan terjangkau semua lapisan masyarakat
b. Menjadikan rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bombana
c. Menyelenggarakan pembiayaan Rumah Sakit yang berbasis
kinerja, terbuka, efisien, dan efektif
d. Meningkatkan sumberdaya manusia dan kesejahteraan
karyawan guna menunjang kinerja aparatur
e. Menciptkan Lingkungan kinerja yang aman, nyaman, dan
kondusif guna mendukung proses penyembuhan pasien
f. Menjadikan Rumah Sakit sebagai Tempat pendidikan tenaga
keperawatan guna mencetak tenaga perawat yang mampu
bersaing di Tingkat global.
C. Hasil Penelitian
1. Analisi Univariat
a. Jenis Kelamin
Hasil penelitian karakteristik reponden berdasarkan jenis
kelamin bayi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki – Laki 13 52
Perempuan 12 48
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 25 responden
penelitian yang diamati, jenis kelamin laki – laki sebanyak 13 bayi
(52%), dan perempuan sebanyak 12 bayi (12%).
b. Paritas Ibu
Hasil penilitian karakteristik reponden berdasarkan paritas
ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu
Paritas Ibu Frekuensi %
Primigravida 5 20
Multigravida 16 64
Grademulti 4 16
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 25
responden penelitian yang diamati, primipara sebanyak 5 orang
(20%), multigravida sebanyak 16 orang (64%), dan grademulti
sebanyak 4 orang (16%).
c. Teknik Menyusui Yang Benar dengan Peningkatan Berat Badan
Bayi
Hasil penilitian karakteristik reponden berdasarkan teknik
menyusui yang benar terhadap peningkatan berat badan bayi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Teknik Menyusui Yang Benar Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi
Teknik Menyusui
Yang Benar
Peningkatan BB Jumlah
Naik Tidak Naik
Benar 22 (88%) 1 (4%) 23 (92%)
Salah 0 (0%) 2 (8%) 2 (8%)
Jumlah 22 (88%) 3 (12%) 25 (100%)
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan data sebagian besar
responden yang teknik menyusui yang benar berat badan bayi naik
sebesar 22 orang, tidak naik sebanyak 1 orang. Sedangkan, teknik
menyusui yang tidak benar (salah) tidak terjadi peningkatan berat
badan sebanyak 2 orang.
2. Analisi Bivariat
Berdasarkan data yang dikumpulkan, dilakukan analisis
dengan uji Koefisien Kontingensi, kemudian data diolah dengan
SPSS versi 22. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh teknik menyusui yang benar terhadap
peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan.
Dalam penelitian ini variabel bebas (independen) adalah
teknik menyusui yang benar dan variabel terikat (dependen) adalah
peningkatan berat badan bayi.
Berdasarkan hasil uji analisis pada menunjukkan bahwa
penelitian dari 25 responden diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar
0.000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
teknik menyusui yang benar terhadap peningkatan berat badan
bayi umur 0 – 1 bulan.
Nilai Koefisien Korelasi/r = 0.624 artinya korelasi atau
hubungan antara teknik menyusui yang benar dengan peningkatan
berat badan kuat. Dan karena nilai r + maka hubungan yang terjadi
berbanding lurus yakni semakin bagus teknik menyusui maka
peningkatan berat badan bayi semakin bagus.
D. Pembahasan
1. Teknik Menyusui yang Benar
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan data yang menerapkan
teknik menyusui yang benar sebanyak 23 (92%) responden,
sedangkan yang tidak menerapkan teknik menyusui yang benar
ada sebanyak 2 (8%) responden. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian responden mempunyai teknik menyusui yang benar
dalam menyusui bayinya, agar mendapatkan hasil yang optimal
maka perlu diperhatikan posisi, cara, lama dan frekuensi ibu
menyusui. Posisi ibu harus benar yakni ibu dalam posisi duduk
dengan punggung lurus agar ibu nyaman. Perut bayi melekat pada
perut ibu, bayi dipegang dengan satu tangan, leher terletak disiku
dan bokong bayi ditelapak tangan ibu. Telinga dan lengan ibu
berada pada satu garis, kepala bayi menengadah, payudara
dipegang pada ibu jari di atas dan 4 jari yang lain dibawah, jangan
menekan puting susu atau areolanya saja. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi
dengan putting susu, atau menyentuh sisi mulut bayi, setelah bayi
membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan putting dan areola dimasukkan kemulut bayi. Ketika
bayi sudah merasa kenyang, bayi disendawakan dengan menepuk
punggungnya dengan perlahan. Ibu menyusui secara bergantian
dari payudara kanan payudara kekiri. menyusui kurang lebih 8 - 12
kali/hari (Haryono Rudi dan Sulis Setianingsih, 2014).
Observasi yang penulis lakukan kesalahan para responden
terletak pada posisi duduk yang tidak tegak, dan posisi bayi sat
menyusu sehingga ibu kurang nyaman dan cepat lelah pada saat
menyusui bayinya.
Setelah selesai menyusui bayi tidak disendawakan hal ini
dikarenakan ibu kurang memahami tujuan menyendawakan bayi
setelah menyusui, yakni untuk mengeluarkan udara dalam lambung
bayi agar tidak kembung dan muntah, bila bayi kembung kapasitas
lambung yang seharusnya untuk ASI akan berbagi dengan udara,
sehingga mengurangi volume ASI yang masuk untuk bayi. Bila bayi
muntah jumlah ASI yang seharusnya masuk dikeluarkan kembali
kedua hal tersebut menyebapkan jumlah nutrisi yang masuk
berkurang.
Ibu menyusui bayinya tidak bergantian dari payudara kiri
kekanan atau kanan kekiri (salah satu payudara saja) di sebabkan
ASI tidak keluar atau ibu lebih nyaman menyusui dengan salah
satu payudara saja, tujuan menyusui secara bergantian untuk
merangsang produksi ASI pada kedua payudara. Agar jumlah ASI
yang diproduksi kedua payudara sama sehingga mencukupi
kebutuhan bayi. Menyusui secara bergantian juga berpengaruh
pada bentuk anatomi payudara bu.
Apabila ibu menyusui bayi dengan benar, ibu mendapatkan
kepuasan tersendiri saat menyusui bayinya. Karena saat menyusui
bayinya, ibu dapat memberikan kasih sayang dengan sepenuhnya
dengan mendekap dan mengusap bayinya dengan penuh
kelembutan. Usapan dengan dekapan ibu saat menyusui dapat
membangun konsep percaya diri dan dasar spiritual yang baik
kelak bila sang anak dewasa selain itu juga mendapatkan jadwal
sikap enggan menyusu yang ditunjukan oleh bayi dipengaruhi
kenyaman bayi saat menyusu sebelumnya. Bila bayi enggan
menyusu dikarenakan oleh bayi yang kurang nyaman, hal ini dapat
dipengaruhi oleh keadaan psikologis ibu karena apabila ibu berada
dalam psikologis yang baik dia akan memberikan dekapan dan
usapan yang tulus untuk bayinya.
2. Peningkatan berat badan bayi
Berdasarkan tabel 4.9 terdapat jumlah responden yang berat
badan meningkat sebesar 22 responden (88%) dan yang yang
tidak mengalami peningkatan berat badan sebanyak 3 responden
(12%).
Berat badan bayi yang tidak sesuai dengan standar dapat
disebabkan karena teknik menyusui yang salah sehingga jumlah
asupan yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan bayi,
kebanyakan bayi dalam dekapan ibu juga berpengaruh pada
proses bayi menyusu pada ibunya. Bila bayi nyaman bayi saat
dalam dekapan ibu maka iya akan merasa senang saat menyusu,
hal ini akan berpengaruh dalam kualitas hisapan bayi yang akan
berpengaruh pada proses produksi ASI dan jumlah ASI yang
masuk yang nantinya akan menentukan cukup atau tidak ASI
tersebut bagi kebutuhan dirinya. Keadaan emosi juga berpengaruh
pada keadaan dirinya, karena bila dalam keadaan yang kurang
stabil hal ini berakibat pada kondisi fisiknya yang dapat pula
mempengaruhi kondisi gizi ibu sehingga berakibat pada kualitas
ASI. Selain itu juga bermanfaat untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi dengan sentuhan dan pandangan kasih
sayang setiap hari akan meningkatkan kadar hormone penyerapan
dan kadar insulin. (Pongki Jaya, 2014)
3. Hubungan teknik menyusui dengan peningkatkan berat badan
Bedasarkan table 4.9 didapatkan sebagian besar atau
responden yang teknik menyusui benar dengan berat badan bayi
naik sebesar 22 responden (88%). Berdasarkan hasil uji analisis
pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa penelitian dari 25 responden
diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 (p < 0,05) yang
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh teknik menyusui yang
benar terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan.
Nilai Koefisien Korelasi / r = 0.624 artinya korelasi atau ada
hubungan antara tehnik menyusui yang benar dan peningkatan
berat badan. Dan karena nilai r+ maka hubungan yang terjadi
berbanding lurus yakni semakin bagus tehnik menyusui maka
peningkatan berat badan bayi semakin bagus. Produksi ASI juga
dipengaruhi oleh isapan bayi, yang nantinya mempengaruhi
hormone prolaktin dan oxitocyn untuk memproduksi ASI. Hisapan
yang adekuat akan mempercepat volume ASI yang keluar, volume
ASI yang keluar akan mempercepat proses pengosongan
payudara yang akhirnya akan mempercepat proses produksi ASI.
Semakin sering bayi mengisap payudara ibunya maka akan
bertambah volume ASI yang berada dalam gudang
penyimpanannya, sehingga tak munking ASI yang diproduksi akan
berkurang. Kalau pun tak keluar itu dikarenakan teknik menyusui
yang tidak benar, karena itu seorang bayi harus diajari menyusui
seluruh areola payudara kedalam mulut bayi. Jika bayi hanya
mengisap putting susu saja ASI yang keluar hanya sedikit .
Banyaknya jumlah ASI yang dikeluarkan oleh payudara ibu
berpengaruh pada produksi ASI selanjutnya. Hal ini dipengaruhi
oleh teknik menyusui yang benar. Hal ini juga disarankan oleh
responden yang menyusui bayinya dengan benar, saat mereka
menyusui bayinya hanya dibutukan waktu kurang lebih 10 menit
pada salah satu payudara. dan mereka juga mengatakan bahwa
jumlah ASI yang dikeluarkan sangat banyak, jadi saat bayi sudah
kenyang dan selesai menyusu ASI tetap keluar.
Pada bayi yang disendawakan setelah selesai menyusu
jumlah ASI yang masuk tidak akan berkurang karna bayi kembung.
Sehingga jumlah ASI yang masuk sesuai dengan kebutuhan bayi
akan berpengaruh pada berat badan bayi.
Demi meningkatkan pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas hendaknya tenaga kesehatan beserta kader
kesehatan dapat melakukan langkah untuk melaksanakan
penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar dan manfaat
pemberian ASI, sehingga dapat mencapai berat badan bayi sesuai
dengan standar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Dari data yang diperoleh responden yang menerapkan tehnik
menyusui yang benar sebanyak 23 responden (88%).
2. Setelah diberikan perlakuan tehnik menyusui yang benar dari 25
responden, 22 diantaranya menerapkan tehnik menyusui yang
benar dan terjadi peningkatan, kemudian 1 diantaranya
menerapkan tehnik menyusui yang benar terjadi peningkatan tapi
tidak memenuhi standar. Sedangkan, pada responden yang tidak
menerapkan tehnik menyusui yang benar tidak terjadi peningkatan
sebanyak 2 responden.
3. Hasil analisis pre test dan post test menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh teknik menyusui yang benar yang sangat kuat terhadap
peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan dengan nilai
signifikansi (p) sebesar 0.000 (p < 0,05).
B. Saran
1. Bagi Tempat Penilitan
Diharapkan pihak terkait dalam hal ini bidan dan perawat
melakukan konseling dan memberikan pendidikan kesehatan pada
ibu menyusui dan keluarga tentang tehnik menyusui yang benar.
2. Bagi Responden Penelitian
Diharapkan bagi responden menjadi lebih baik dalam
menerapkan tehnik menyusui yang benar guna meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan untuk melakukan penelitian dengan lebih mendetail dan
lebih sempurna lagi. Diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran serta referensi bagi rekan – rekan mahasiswa khususnya
para peniliti berikutnya.
Lampiran 1
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Bapak/Ibu Anak..........
di Tempat
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi
Ilmu Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari, maka saya:
Nama : Sofiana
NIM : P00312017142
Akan melaksanakan penelitian dengan judul penilitian pengaruh
teknik menyusui terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0 – 1 bulan
di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Bombana. Untuk
kepentingan tersebut saya mohon bapak/ibu untuk berkenan menjadi
responden pada penelitian ini. Identitas dan informasi yang berkaitan
dengan ibu dirahasiakan oleh peneliti.
Atas partisipasi dan dukungannya di sampaikan ucapan terimakasih.
Bombana,
2018
Hormat Saya,
Sofiana
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan dan bersedia menjadi
responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh Sofiana dari
Program Studi Ilmu Kebidanan Poltekkes Kendari dengan judul penilitian
pengaruh teknik menyusui terhadap peningkatan berat badan bayi umur 0
– 1 bulan di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Bombana. Saya
juga sudah mendapat penjelasan tentang penilitian yang dilakukan.
Bombana,
2018
Peneliti Responden
Sofiana ( )
Lampiran 3
Lembar Observasi Penimbangan Berat Badan Bayi
(Instrumen Penelitian)
A. Identitas Responden
1. No responden :
2. Inisial responden :
3. Jenis Kelamin :
4. Paritas Ibu :
5. Berat Badan Lahir :
B. Penimbangan Berat Badan
Penimbangan Pre test
Minggu ke - I
Post test
Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Berat Badan Bayi .....gram .....gram ......gram
Lampiran 4
Lembar Observasi Teknik Menyusui Yang Benar
(Instrumen Penelitian)
No Teknik Menyusui Yang Benar Skor
2 1 0
1. Menyiapkan peralatan, seperti kapas, air
hangat, bantal dan penopang kaki ibu.
2.
Memilih posisi yang paling nyaman untuk
menyusui. Jika posisi duduk, punggung
bersandar (tegap) dan kaki diberi peyangga
(tidak boleh menggantung).
3.
Membaringkan bayi diatas bantal dengan baik
dan posisi bayi menghadap perut ibu.
4.
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus serta kepala tidak menengadah.
5.
Melakukan masase payudara dan
mengeluarkan sedikit ASI untuk membasahi
puting susu.
6.
Menopang payudara dengan tangan kiri atau
tangan kanan dan empat jari menahan bagian
bawah areola mamae sampai bayi membuka
mulut.
7.
Setelah bayi siap menyusu masukkan puting
susu sampai daerah areola mamae masuk
kemulut bayi dan dagu bayi menempel pada
payudara ibu.
8.
Mempertahankan posisi bayi yang tepat dan
nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat
menghisap dengan benar.
9.
Bayi tampak menghisap kuat dengan irama
perlahan
10.
Menyusui bayi selama ia mau dan memberikan
ASI secar bergantian pada kedua payudara.
11.
Setelah bayi selesai menyusu, membasahi
puting susu dan sekitarnya oleh ASI dan
membiarkan kering sendiri.
12. Setelah menyusui, menyendawakan bayi
dengan cara :
a. Menegakkan bayi dan menyandarkan
dipundak, kemudian menepuk punggung
secara perlahan.
b. Menelungkupkan bayi secara melintang di
atas pangkuan kemudian menggosok –
gosok punggung bayi.
c. Mendudukan bayi di atas pangkuan dengan
punggung bersandar pada dada kemudian
menepuk punggung secara perlahan.
13. Bayi tampak tenang.
14. Puting susu ibu tidak terasa nyeri.
Total Skor
Keterangan :
Skor 2 : dilakukan dengan sempurna
Skor 1 : dilakukan tetapi tidak sempurna
Skor 0 : tidak dilakukan
Lampiran 5
Master Tabel Hasil Penelitian
No Nama
(Inisial) JK BBL
Berat Badan
Selisih Teknik
Menyusui Yang Benar
Pre Test Post Test
I II III Rata - Rata
1 Wa L 3290 3210 3400 3650 3420 440 Benar
2 Fa L 2670 2560 2680 2880 2707 320 Benar
3 My P 2745 2600 2850 3100 2850 500 Benar
4 Bi L 3665 3580 3690 3750 3673 170 Salah
5 Wi L 3565 3495 3615 3810 3640 315 Benar
6 Pu L 2980 2750 3000 3300 3017 550 Benar
7 Ti P 2740 2600 2800 3010 2803 410 Benar
8 Ma P 3385 2900 3426 3660 3329 760 Benar
9 Vi L 3170 2930 3200 3385 3172 455 Benar
10 Fi L 3215 3180 3395 3625 3400 445 Benar
11 Ha P 3200 2950 3050 3115 3038 165 Benar
12 Is P 2760 2700 2940 3150 2930 450 Benar
13 As L 2570 2510 2700 2890 2700 380 Benar
14 An L 3695 3535 3715 3920 3723 385 Benar
15 Sa P 2670 2640 2720 2900 2753 260 Benar
16 De P 2945 2900 3250 3440 3197 540 Benar
17 Ma P 2665 2630 2760 2950 2780 320 Benar
18 Ec P 3655 3595 3770 3945 3770 350 Benar
19 Ra L 3015 2975 3240 3500 3238 525 Benar
20 Li P 3210 3180 3400 3680 3420 500 Benar
21 Ii P 3180 3110 3285 3460 3285 350 Benar
22 Ni L 2695 2545 2680 2760 2662 215 Salah
23 Yo L 2995 2750 3215 3435 3133 685 Benar
24 Ju L 2825 2700 2860 3040 2867 340 Benar
25 So P 2805 2645 2880 3100 2875 455 Benar
Keterangan
L : Laki – Laki
P : Perempuan
Lampiran 5
Hasil Perhitungan Uji Statistik dengan SPSS 22
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tehnik menyusui *
peningkatan berat badan
25 100.0% 0 0.0% 25 100.0%
tehnik menyusui * peningkatan berat badan
Crosstabulation
Count
peningkatan berat badan
Total normal tidak normal
tehnik menyusui benar 22 1 23
salah 0 2 2
Total 22 3 25
Symmetric Measures
Value
Approximate
Significance
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .624 .000
N of Valid Cases 25
Lampiran 12
Dokumentasi Penelitian
Penimbangan Berat Badan
Penimbangan Berat Badan
Penimbangan Berat Badan
Memberikan perlakuan tehnik menyusui yang benar
Memberikan perlakuan tehnik menyusui yang benar
Memberikan perlakuan tehnik menyusui yang benar.
Lampiran 13
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sofiana
NIM : P00312017142
Program Studi : DIV Kebidanan
Dengan ini menyetujui untuk memberikan izin kepada pihak Poltekkes
Kemenkes Kendari Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non – Exclusive
Royalti – Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :
PENGARUH TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP
PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0 – 1 BULAN
DI WILAYAH KERJA RSUD BOMBANA
TAHUN 2018
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Poltekkes Kemenkes
Kendari berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan dan menampilkan atau
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Kendari, 23 Agustus 2018
Sofiana P00312017142
Lampiran 14
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan
bahwa skripsi ini, saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan
yang berlaku di Politeknik Kesehatan Kendari.
Jika dikemudian hari ternyata saa melakuukan tindakan plagiarisme saya
akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang
dijatuhkan oleh Politeknik Kesehatan Kendari.
Kendari, 23 Agustus 2018
Sofiana P00312017142