i |Strategi RENIP
Strategi Pencapaian
Rencana Induk Pengembangan ITS
Oleh:
Aulia Siti Aisjah
Departemen Teknik Fisika
Fakultas Teknologi Industri
1 |Strategi RENIP
Strategi Pencapaian Rencana Induk Pengembangan ITS
Oleh
Aulia Siti Aisjah
Bismillahirohmanirrohim
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
PENDAHULUAN
Fungsi sebuah pendidikan tinggi adalah seperti tertuang di dalam UU Sisdiknas No 20/2003 dan
UU Pendidikan Tinggi UU 12 / 2012, adalah:
• mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
• mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma;
• mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora.
ITS sebagai salah satu perguruan tinggi yang telah berubah secara otonomi menjadi PTNBH sesuai
dengan PP No 54 / 2015, dan secara organisasi dan operasionalnya telah dinyatakan di dalam Perek
No 10/2016, dituntut untuk lebih responsif terhadap beberapa perubahan internal dan eksternal.
Perubahan internal yang dimaksud adalah perubahan organisasi, sedangkan perubahan eksternal
adalah tuntutan dari pemerintah, masyarakat, stakeholder maupun tantangan dalam meningkatkan
rangking internasional.
Sedangkan bila dilihat perubahan bentuk ITS dari PT Satker, menjadi BLU dan transisi menuju
PTN BH, serta menjalankan secara penuh sebagai PTNBH, saat ini belum sepenuhnya dikatakan
stabil sebagaimana sebuah organisasi yang mempunyai bisnis utama dalam pendidikan, penghasil
penelitian yang inovatif dengan tetap berlandaskan sumber daya yang ada, serta pengabdian
kepada masyarakat dengan tetap menggunakan etika akademik.
Faktor eksternal dari tuntutan sebuah PT yang ditandai oleh parameter WCU, yaitu: jumlah
prestasi dosen dan mahasiswa dalam level internasional, jumlah riset skala internasional, jumlah
SDM bergelar S3, SDM yang melakukan exchange / visiting professor / penghargaan internasional
yang didasarkan hasil karya nya dalam jurnal internasional bereputasi, jumlah aktifitas penelitian
2 |Strategi RENIP
dalam konsorsium internasional, dll, serta opini dari stakeholder terhadap ITS. Faktor ekrternal
tersebut telah menggerakkan seluruh unsur di ITS, seperti dituliskan dalam laporan rektor tahun
2015 – 2017, dimana indikator capaian yang berorientasi kepada internasionalisasi semakin
meningkat, tetapi di sisi lain PT lain pun di Indonesia maupun yang ada di luar negeri, juga
melakukan program yang berdampak pada reputasi yang sama, sehingga terlihat saat ini ITS
menjadi rangking yang masih dikategorikan belum memenuhi harapan.
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN
Karakteristik penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolan pendidikan tinggi, bergantung
pada tiga hal, yaitu:
1. Proses penyelenggaraan pendidikan tinggi, dimana PT harus menajadi regulator, fasilitator,
dan pengawasan secara kontinyu, serta kehadiran badan / lembaga pemerintah maupun
swasta dalam mendukung penyelengaraan pendidikan tersebut.
2. Penanggung jawab pendidikan tinggi, dalam hal ini mulai dari pimpinan PT, Dekan, semua
pimpinan unit, biro, lembaga pendukung, sampai dengan dosen, yang memerlukan aturan,
perencanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi, serta pembinaan yang bersifat
koordinatif.
3. Sifat otonomi dalam pengelolaan PT, yaitu otonom terhadap non akademik: pengaturan
organiasi, pengelolaan SDM, aset dan keuangan.
ITS sebagai satu PTNBH dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi tetap harus mengutamakan
prinsip-prinsip academic governmance, yang bukan dalam aspek birokrasi, politik, ataupun hanya
effisiensi manajemen.
RIP sebuah perguruan tinggi sesuai dengan PP 4 / 2014, sebagai sebuah rencana pengembangan
dalam 25 (dua puluh lima) tahun yad, yang kemudian di deploy ke dalam RENSTRA dalam jangka
waktu 5 tahuan an. ITS mengalami beberapa perubahan akibat dari Permendikbud 83/2013, dan
turun PP 54/2015, sehingga mengalami perubahan Renstra dalam kurun waktu yang tidak terlalu
lama. Sedangkan bila dilihat perkembangan ITS sejak tahun 1960 sebagai PT Satker, menjadi PT
BLU dan saat ini penuh sebagai PTN BH, dengan karakteristik yang ditunjukkan dalam ilustrasi
Gambar 1 berikut ini.
3 |Strategi RENIP
Gambar 1 Perbedaan Pengelolaan Perguruan Tinggi di ITS saat menjadi PTN Satker, BLU dan
PTN BH.
Saat ini (tahun 2018) berlaku RENSTRA ITS PTNBH 2005-2020 dengan menekankan 3 tujuan
strategis yang hendak dicapai dalam perioda lima tahun ke depan, yaitu:
“upaya ITS untuk menjadi PTNBH yang seutuhnya dengan dukungan kelembagaan, SDM,
sarana prasarana dan keuangan, dan menjadikan pemanfaatan riset dan pengabdian
masyarakat sebagai kontribusi ITS untuk bangsa serta menitikberatkan pada riset dan
program untuk menjadikan ITS sebagai WCU (World Class University)”
Sistem tata pamong ITS saat ini diformulasikan di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54
tahun 2015 dalam BAB I, Pasal 1. Organisasi institut menjalankan fungsi sesuai dengan tugas dan
kewenangan masing-masing dalam hubungan antar organisasi yang dilandasi semangat
professional. Tata pamong ITS adalah sistem yang dapat menjadikan kepemimpinan, sistem
pengelolaan dan penjaminan mutu berjalan secara efektif di dalam pengelolaan program studi,
termasuk bagaimana kebijakan dan strateginya disusun.
Beberapa perubahan mendasar dari desain PTN BLU menjadi PTN BH, yaitu:
• Pemisahan organ Govern (Pengawasan) dan Manage (Pengelolaan) menjadi lebih jelas dan
efektif. Fungsi pengawasan dilakukan oleh Senat Akademik dan MWA, sedangkan
pengelolaan dilakukan oleh Rektorat.
• Pengawasan bidang akademik secara efektif dan independen dilakukan oleh Senat
Akademik. Pada PTN BLU, Ketua Senat dirangkap oleh Rektor, namun pada PTN BH,
4 |Strategi RENIP
Ketua Senat tidak dirangkap oleh Rektor, lebih mandiri. Rektor secara penuh mempunyai
wewenang dalam fungsinya menjalankan pengelolaan saja.
• Pengawasan bidang non akademik dilakukan oleh MWA. Kehadiran organ baru yaitu
Majelis Wali Amanah (MWA) sebagai pemberi pertimbangan, pelaksanaan pengawasan
untuk bidang non akademik, mendukung sifat keterbukaan dalam pengelola di bidang
organisasi, manajemen dan keuangan.
Ketiga organ di atas, memerlukan sebuah sistem koordinasi yang dikatakan “mesra”, dan hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah konsep dalam pengelolaan PT dapat dilakukan,
seperti diilustrasikan di dalam gambar 2 di bawah ini. Pada layer-layer tersebut akan
dikoordinasikan dengan baik melalui 3 organ yang ada saat ini.
Gambar 2 Model pengelolaan sebuah perguruan tinggi
Ilustrasi gambar 2 di atas, memisahkan setiap layer dalam;
• Tujuan serta strategi pencapaian
• Sistem pengelolaan (organisasi, sumber daya keuangan - akuntansi, penyediaan informasi,
dan SDM). Dalam pengelolan ini diperlukan koordinasi untuk menselaraskan sub sistem /
sub unit dalam PT.
5 |Strategi RENIP
Di ITS saat ini sesuai SOTK Perek 10/2016, telah terbentuk sebuah sistem yang mirip dengan
ilustrasi gambar 1 di atas, dimana semua fungsi berikut ini: Perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan staf, pengawasan, pengarahan, dan penganggaran diperlukan pengelolan model
piramida. Model piramida untuk semua program – baik program jangka pendek maupun jangka
panjang dalam strategi mencapai RIP, diilustrasikan di dalam gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3 Sistem penjaminan mutu terhadap program di setiap level di ITS (usulan)
Dengan menggunakan prinsip PDCA (dalam istilah Permenristekdikti 62/2016 PPEPP –
Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan), maka semua program sebagai
strategi untuk pencapaian KPI dalam waktu jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka panjang
(25 tahunan) perlu dilakukan dengan menggunakan prinsip tersebut, sehingga setiap capaian dari
level terendah akan mendorong capaian pada level di atas nya, dan berdampak pada pencapaian
KPI.
Evaluasi terhadap capain KPI di semua unit, diilustrasikan di dalam Gambar 4 berikut ini, yang
dilakukan tidak hanya pada pendidikan, tetapi ada penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
6 |Strategi RENIP
Gambar 4 Ilustrasi sistem evaluasi dan penetapan dan / pengendalian terhadap sebuah indikator
(contoh adalah di dalam proses pembelajaran)
Sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan aktifitas di ITS dengan core bisnis di dalam pendidikan,
maka sebuah dorongan dari SAR level terbawah (MK / dosen) sampai dengan level teratas
(institut) memerlukan jaminan dari pihak luar (eksternal), sebagai bentuk pertanggung jawaban
terhadap masyarakat, pemerintah dan stakeholder. Jaminan eksternal yang dapat dilakukan melalui
salah satunya akreditasi dan / atau sertifikasi internasional didukung oleh sebuah sistem
penjaminan mutu internal (SPMI). Untuk itu di dalam SPMI akademik maupun non akademik
(organisasi, manajemen, SDM, keuangan, sarana prasarana, fasilitas, dll) harus menggunakan
standar yang mampu mengakomodasi kriteria/standar nasional maupun internasional. Kriteria ini
dapat digunakan dengan cara mengadopsi beberapa standard badan akreditasi internasional untuk
pendidikan dan perguruan tinggi dengan memasukkan nya ke dalam standar SPMI. Sebuah sistem
SPMI mendukung SPME dan dilakukan secara berkesinambungan, maka dapat dicapai sasaran
ITS yang telah termaktub dalam RENIP ITS, seperti diilustrasikan di dalam Gambar 5 berikut ini.
Untuk saat ini SPMI baru dilakukan di dalam level Prodi, dimana Prodi menjalankan proses bisnis
– pendidikan saja (sesuai dengan tupoksi Prodi dalam perek 10/2016). Potret hasil SPMI saat ini
menujukkan beberapa ketidaksamaan kualitas / capaian antara satu fakultas dengan fakultas yang
lain, dan belum sepenuhnya ada koordinasi yang baik. Sebagai contoh, dalam pengembangan
7 |Strategi RENIP
SDM, yang seharusnya mempunyai perencanaan dalam pengembangan dosen adalah pada level
fakultas, tetapi hal ini belum menjadi sebuah program yang bersifat kontinyu, baik dalam
perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Pengembangan dosen secara profesional
dalam hal kegiatan nya di tri dharma, dan utama nya di dharma 1 yaitu pendidikan, masih tertinggal
jauh dengan standar internasional, dan ini terlihat dari masukan semua asesor AUN QA sejak tahun
2016 – 2017, serta masukan dari asesor ABET maupun IABEE. Di sisi lain 2 dharma lain,
menunjukkan kualitas standard yang tidak kalah dengan SDM Luar negeri atau dikatakan telah
sesuai dengan standar internasional, tetapi saat ini dengan masuknya kita dalam era industri 4.0
akan berdampak kemungkinan akan jauh tertinggal.
Gambar 5 Pelaksanaan SPMI mendukung SPME
Era industri 4.0 merupakan strategi penggunaan teknologi tinggi tahun 2020. Saat ini revolusi 4.0
di mana semua sistem di sekitar manusia adalah bersifat otomasi, dan muncul apa yang kita lihat
di industri sebagai “Pabrik Pintar”, “Industri Cerdas”, dan beberapa sifat cerdas yang lain di dalam
industri. Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa kemajuan teknologi baru, yaitu:
• Teknologi informasi dan komunikasi,
• Sistem cyber-fisik,
• Komunikasi jaringan,
• Big data dan cloud computation,
• Pemodelan, virtualisasi dan simulasi,
8 |Strategi RENIP
• Peningkatan alat untuk interaksi antara manusia-komputer dan bentuk kerja sama /
jejaring
Revolusi yang sangat cepat dalam teknologi industri 4.0, telah menghasilkan model pendidikan
baru untuk masa depan, atau dikatakan sebagai education 4.0. Perkembangan teknologi yang
menghasilkan pendidikan 4.0 berdampak pada inovasi pendidikan dan kecepatan dalam
merancang pembelajaran masa depan menjadi lebih personal, hyper, interaktif, mobile, global dan
virtual. Munculnya anak-anak milenium (atau dikatakan sebagai Generasi Z) dengan kecerdasan
digital dan bakat maya mereka, telah menimbulkan banyak tantangan bagi para Dosen, dan
institusi pendidikan tinggi. Karakteristik digital yang melekat pada generasi digital memanfaatkan
sumber daya yang sangat besar dari dunia maya dan teknologi digital untuk menciptakan sesuatu
yang kreatif, inovatif dan ekspresif.
Beberapa negara di ASEAN telah mulai mengimplementasikan dampak dari industri 4.0, di dalam
pengembangan pendidikannya, diantaranya oleh Thailand, Malaysia, Singapura, dan yang lain.
Saat ini Pendidikan di Indonesia, yang sebagian besar PT di Indonesia, masih dikatakan di dalam
kategori Education 3.0 atau bahkan masih di dalam era Education 2.0, termasuk ITS.
Beberapa ciri Education 4.0, yang mempengaruhi Pendidikan secara mendasar adalah (FICCI
2017):
• Sebagai solusi pembelajaran yang terjangkau oleh masyarakat dengan pengembalian
investasi secara cepat sesuai dengan yang telah mereka keluarkan. Saat ini hampir semua
PT besar di Indonesia memikirkan hal tersebut, termasuk di ITS. Tetapi apakah sudah
terfikirkan oleh ITS bagaimana strategi enrollment mahasiswa dapat dilakukan kapan
saja, dimana saja, dan untuk pembelajaran MK apa.
• MK yang menawarkan fleksibilitas untuk dipilih mahasiswa yang ingin belajar
pengetahuan multidisiplin. Mengakomodasi keinginan mahasiswa di dalam meracik
sendiri kurikulum yang diinginkannya. Apakah juga hal ini terfikirkan oleh ITS
• Ketersediaan MK dalam berbagai format dan berbagai cara mengakses nya, sehingga
MK mempunyai sifat bebas untuk diakses.
• Dukungan konseling terhadap karir seseorang (dari masyarakat / industri) dalam
menambah pengetahuan nya sehingga mereka akan mudah mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik. Semua calon mahasiswa (eksternal dari masyarakat / industri) mempunyai
keinginan seperti ini.
• Dan juga dapat menghapus peran komunikasi / informasi secara proaktif dari dosen untuk
layanan pembelajaran.
9 |Strategi RENIP
Dengan beberapa ciri di atas, bisa saja akan terjadi perubahan dalam:
• Organisasi
• Pengelolaan
• SDM
• Keuangan
• Dan sumber daya lain
Untuk diarahkan dalam pencapaian KPI di dalam RENIP.
Tentunya setiap perubahan harus dilakukan: SWOT analisis, dikarenakan ITS telah mendapatkan
dan menjalankan amanah sebagai sebuah institusi PTNBH, dimana mandat ini akan diterjemahkan
ke dalam Visi, Misi ITS, Visi Misi Fakultas, dengan tetap memperhatikan analisis situasi saat ini
dan prediksi untuk waktu y a d, dan harus dibuat kebijakan sebagai payung dalam pelaksanaan
program yang bersifat strategis, sehingga semua program dapat menjacapai indeks kinerja yang
telah ditetapkan dan disepakati.
PENUTUP
Dalam penutup ini dapat penulis menggarisbahwai bahwa strategi dalam pencapaian RIP, melalui
RENSTRA dengan tahapan berikut:
1. Identifikasi Kondisi Umum, serta Analisis Potensi dan Permasalahan
2. Penyusunan Tujuan dan Sasaran
3. Penyusunan Program dan Kegiatan
4. Penyusunan Target dan Pendanaan serta SDM
Tahap 1 – 4 di atas, dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini, dimana rambu-rambu setiap
tahap harus dipenuhi.
10 |Strategi RENIP
Gambar 6 Ilustrasi 4 tahap RENSTRA untuk pencapaian RIP.
Akhir kalimat, untuk memberikan kontribusi bagi ITS di masa yad,
“ITS adalah amanah bangsa – Kita semua bertanggung
jawab atas amanah tersebut”
Billahi taufik wal hidayah
Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
ASA
1 |Strategi RENIP
#ASAtuITS
ASA menyatukan ITS • menyatu dalam ASA (semangat, harapan);
• menyatu dlm asah (cerdas, trampil, dan berprestasi);
• menyatu dalam asih (mendidik, mengasihi, dan mengabdi);
• menyatu dalam asuh (saling mengingatkan dlm kesetaraan);
• menyatu dlm sentosa (sejahtera dan damai);
asa-asah-asih-asuh-sentosa
#ASA untuk ITS