perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT
(Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE
TPS (Think Pair Share) DILENGKAPI LKS DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X
SEMESTER GASAL SMA N 1 GEMOLONG
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh:
ZAIDAH NURUL WAFIAH
NIM K3306042
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT
(Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE
TPS (Think Pair Share) DILENGKAPI LKS DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X
SEMESTER GASAL SMA N 1 GEMOLONG
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : Zaidah Nurul Wafiah
K 3306042
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan
Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Endang Susilowati, S.Si, M.Si NIP. 19700117 200003 2 001
Pembimbing II
Drs. Sugiharto, Apt, M.S NIP. 19490317 197603 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia
Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ................. NIP. 19590725 198503 2 008
Sekretaris : Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si ................. NIP. 19721023 199802 2 001
Anggota I : Endang Susilowati, S.Si, M.Si ................. NIP. 19700117 200003 2 001
Anggota II : Drs. Sugiharto, Apt, M.S ................. NIP. 19490317 197603 1 002
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Zaidah Nurul Wafiah. K3306042. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT (Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE TPS (Think Pair Share) DILENGKAPI LKS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X SEMESTER GASAL SMA N 1 GEMOLONG TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul dibanding prestasi belajar siswa menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri; (2) prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dibanding prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri; dan (3) adanya interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 3× 2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas X-C, X-F, dan X-G semester gasal SMA Negeri 1 Gemolong Tahun Ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan kemampuan awal. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama dengan persyaratan uji normalitas dengan metode Liliefors, uji homogenitas dengan metode Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji komparasi ganda antar baris dengan harga Fhitung = 7,59 > Ftabel
= 6,14. Selain itu, dapat dilihat dari rataan marginal dari metode NHT dilengkapi modul yang lebih tinggi dari pada rataan marginal metode TPS dilengkapi LKS, yaitu 46,75 > 40,31. (2) Prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 0,08 < Ftabel = 3,92. (3) Tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 1,70 < Ftabel = 3,07.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Zaidah Nurul Wafiah. K3306042. A COMPARATIVE STUDY OF COOPERATIVE LEARNING IN NHT (Numbered Head Together) METHOD COMPLETED BY MODULE WITH TPS (Think Pair Share) METHOD COMPLETED BY STUDENT WORK SHEET VIEWED FROM INITIAL CAPABILITY TOWARDS LEARNING ACHIEVEMENT OF STOICHIOMETRY AT THE FIRST GRADE IN SMA N 1 GEMOLONG ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, January 2011.
The aims of this research are to know: (1) the student’s learning achievement using NHT method completed by module compare with student’s learning achievement using TPS method completed by Student Work Sheet on matter Stoichiometry; (2) the student’s learning achievement with high initial capability compare with the student’s learning achievement with low initial capability on matter stoichiometry. (3) there is interaction between NHT method completed by module and TPS method completed by Student Work Sheet with initial capability toward student’s learning achievement on matter stoichiometry.
This research used an experiment method by using factorial design 3 x 2. The sample in this research were the student’s of X-C, X-F, and X-G in SMA N 1 Gemolong academic year 2010/2011. Sampling technique is used Cluster Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and the initial capability. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors method to analyze normality, Bartllet method to analyze homogenity and continued with double comparative test that use Scheffe method.
Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s learning achievement of NHT method completed by module is higher than TPS method completed by Student Work Sheet on matter stoichiometry. This is proven by value of the double comparative test Fobs = 7,59 > Ftabel = 6,14. Beside that, it can be seen from the marginal average of NHT method completed by module is higher than TPS method completed by Student Work Sheet, that is 46,75 > 40,31. (2) The student’s learning achievement student with high initial capability not higher than low initial capability on matter stoichiometry. This is proven by value of two-way variance analysis with different cells Fobs = 0,08 < Ftabel = 3,92. (3) There is no interaction between NHT method completed by module and TPS method completed by Student Work Sheet with initial capability toward student’s learning achievement on matter stoichiometry. This is proven by value of two-way variance analysis with different cells Fobs = 1,70 < Ftabel = 3,07.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
“Percayalah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
“Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang sebelum dia mengubah keadaan dirinya sendiri”
“Jika bukan aku yang mengerjakan ini, maka tidak ada orang lain yang bisa”
“Harapan adalah mimpi yang tidak pernah tidur, selama masih ada harapan mimpi setinggi apapun pasti bisa dicapai”
HWAITING……!!!!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Orang Tuaku: Karno dan Ngatmi
Adikku: Devi Agustian dan Muhammad Andre Tri Abdullah
Nae Chingu:
Tri Wulandari, Ari Eka Suryaningsih
Kikie Etyaningsih, Siti Latifah
Yuliesta Arofati, Hana Wahyuning Palupi, Nur Fausi Kusumawati
Teman-teman Pendidikan Kimia 2006
All My Friends
Almamater
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya atas semua ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan di Program Studi Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi
ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul
dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.
3. Dra. Tri Redjeki, M.S, selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Endang Susilowati, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Drs. Sugiharto, Apt, M.S, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku ketua penguji skripsi yang telah banyak
memberikan masukan.
7. Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si, selaku sekretaris penguji skripsi yang telah
memberikan banyak masukan.
8. Sri Yamtinah, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama masa studi.
9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
10. Drs. Muhammad Amir Zubaidi, Selaku Kepala SMA Negeri 1 Gemolong
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
11. Ngatijo, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Gemolong
yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
12. Seluruh keluarga besar SMA N 1 Gemolong 2010/2011 atas keramahan,
bantuan, dan kerjasama yang telah diberikan.
13. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
14. Saudara Pendidikan Kimia 2006 (Wulan, Eka, Kikie, Siti, Mbak Lisa, Mbak
Hana, Ayik, Wahyu, Uzi, Muyas, Dina, Eva, Dhesy, Rina, Vina, Lia, Ikha,
Sylvi, Trendy, Susi, Sona, Cahyo, Rachel, Zakkiy, Niken, Rista, Atik, Rosa,
Ichan, Dian, Siskha, Ana, Hesti, Tami, Sofi, Ela, Nur, Pipit, Narmi, dan Rais)
terimakasih untuk segala dukungan, semangat dan kebersamaannya.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga amal kebaikan mereka mendapat imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN....... ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....... .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah…………………………………………... 6
D. Perumusan Masalah…………………………………………… 7
E. Tujuan Penelitian……………………………………………… 7
F. Manfaat Penelitian……………………………………………… 8
BAB II. LANDASAN TEORI.......................................................................... 9
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 9
1. Studi Komparasi .................................................................... 9
2. Belajar ……………………..………………………………... 9
3. Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 11
4. Metode NHT (Numbered Head Together) ........................... 12
5. Metode TPS (Think Pair Share) ........................................... 13
6. Media Pembelajaran .............................................................. 14
a. Modul ……………......................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
Halaman
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)............................................. 15
7. Kemampuan Awal Siswa ...................................................... 16
8. Prestasi Belajar........................................................................ 17
a. Ranah Kognitif ................................................................ 18
b. Ranah afektif .................................................................... 18
c. Ranah Psikomotor ............................................................ 19
9. Stoikiometri ........................................................................... 19
a. Massa Atom Relatif (Ar) ................................................... 19
b. Massa Molekul Relatif (Mr) .............................................. 20
c. Konsep Mol ..................................................................... 21
1) Pengertian Mol ........................................................... 21
2) Massa Molar Zat ......................................................... 21
3) Volume Molar Gas ..................................................... 22
4) Molaritas ..................................................................... 23
5) Hubungan Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume, dan
Molaritas ..................................................................... 23
d. Rumus Empiris ................................................................. 24
e. Rumus Molekul ................................................................ 25
f. Kadar Zat .......................................................................... 26
g. Hitungan Kimia Sederhana ............................................... 27
h. Pereaksi Pembatas ............................................................ 28
i. Air Kristal (Kimia Hidrat) ............................................... 29
B. Kerangka Berfikir……………………………………………… 30
C. Perumusan Hipotesis………………………...........…………… 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
1. Tempat Penelitian ................................................................. 35
2. Waktu Penelitian ................................................................... 35
B. Metode Penelitian ........................................................................ 35
1. Variabel Penelitian ................................................................ 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
Halaman
2. Prosedur Penelitian ............................................................... 37
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 38
1. Populasi ................................................................................. 38
2. Sampel ................................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 38
1. Sumber Data .......................................................................... 38
2. Instrumen Penilaian ............................................................... 39
a. Uji Validitas .................................................................... 39
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 40
c. Uji Taraf Kesukaran Soal ................................................ 41
d. Uji Daya Pembeda Soal .................................................. 43
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 44
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 44
a. Uji Normalitas ................................................................. 44
b. Uji Homogenitas ............................................................. 45
2. Uji Keseimbangan ................................................................. 46
3. Pengujian Hipotesis ............................................................... 48
4. Uji Komparasi Ganda ............................................................ 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 54
A. Deskripsi Data ............................................................................. 54
1. Data Nilai Kemampuan Awal Siswa .................................... 55
2. Data Nilai Prestasi Belajar Siswa ......................................... 56
a. Rerata Prestasi Belajar Siswa .......................................... 56
b. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa .................... 57
1) Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
menurut Metode Pembelajaran ................................ 57
2) Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
menurut Kemampuan Awal ..................................... 58
B. Pengujian Prasyarat Analisis........................................................ 59
1. Uji Keseimbangan ................................................................ 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Halaman
2. Uji Normalitas ...................................................................... 60
3. Uji Homogenitas ................................................................... 61
C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 62
1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 62
2. Hasil Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi ............................. 63
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 64
1. Hipotesis Pertama..... ............................................................ 64
2. Hipotesis Kedua..... .............................................................. 67
3. Hipotesis Ketiga..... .............................................................. 68
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………. 70
A. Kesimpulan .................................................................................. 70
B. Implikasi ...................................................................................... 70
C. Saran ............................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72
LAMPIRAN ....................................................................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian.........…………......................... 35
Tabel 2. Rancangan Penelitian ………………….…………….......... 36
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Rangkuman Uji Validitas Penilaian Kognitif dan
Kemampuan Awal....................…………………………….
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian
Kognitif dan Kemampuan Awal...........................................
Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal............................
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen
Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal............................
Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan Sel Tak Sama......
Notasi dan Tata Letak Data..................................................
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.......
Jumlah Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi
dan Rendah............................................................................
Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Siswa Kelas NHT
Dilengkapi Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas
Kontrol..................................................................................
Rerata Prestasi Belajar Siswa................................................
Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Materi
Stoikiometri Kelas NHT Dilengkapi Modul, Kelas TPS
Dilengkapi LKS, dan Kelas Ceramah...................................
Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ditinjau
dari Kemampuan Awal Siswa…………………...................
Rangkuman Hasil Analisis Variansi Satu Jalan Nilai
Pretes……………………....................................................
Rangkuman Uji Normalitas Sampel dengan Uji
Liliefors……………………………………………….........
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas......................................
40
41
42
44
48
50
52
54
55
56
57
59
60
61
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Belajar Siswa…………….
Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak
Sama Prestasi Belajar Siswa ……….......................................
Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris Prestasi Belajar
Siswa…….............................................................................
.
62
62
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hubungan antara Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume, dan
Molaritas....................................................................................
24
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama…........................ 32
Gambar 3. Histogram Skor Kemampuan Awal Siwa Kelas NHT
Dilengkapi Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas
Kontrol........................................................................................
56
Gambar 4. Histogram Prestasi Belajar Kelas NHT Dilengkapi Modul,
Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas
Ceramah......................................................................................
58
Gambar 5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Ditinjau
Kemampuan Awal Siswa …………….. ………………………
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...................................................… 75
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…………………….
Kisi-Kisi Penyusunan Penilaian Kognitif………....…….
Instrumen Penilaian Kognitif..……………………….…
Kisi-Kisi Penyusunan Penilaian Kemampuan Awal…....
Instrumen Penilaian Kemampuan Awal……………..….
Kunci Jawaban…………………….……………….…
Lembar Jawab……………………………………….…..
Modul……………………………………………..….…
Lembar Kerja Siswa (LKS)…………………...….….….
Lembar Format Telaah Modul………………………….
Lembar Format Telaah LKS………………….…………
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf
Kesukaran Soal Penilaian Kognitif..................................
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf
Kesukaran Soal Penilaian Kemampuan Awal…………..
Daftar Kelompok Kelas NHT Dilengkapi Modul............
Daftar Nilai Stoikiometri SMA N 1 Gemolong
2009/2010……………………………………………….
Data Induk Penelitian.......................................................
Uji Normalitas………………………………..................
Uji Homogenitas………………………..........................
Uji Keseimbangan………………………………………
Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama……........
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi…………………......
Dokumentasi Penelitian...................................................
77
91
92
101
102
111
112
113
141
159
160
161
165
169
170
173
176
196
201
203
207
209
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan pendidikan generasi
bangsanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu
bangsa. Kemajuan pendidikan bangsa sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan
kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis
melainkan sesuatu yang dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan
yang terus menerus. Pembaruan pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan nasional sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa. Berbagai
upaya telah dilakukan antara lain pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas guru,
penerapan metode pembelajaran yang terkini, penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan, penataan manajemen pendidikan, dan penerapan produk teknologi.
Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian kurikulum.
Dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, sampai
kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan saat ini kurikulum
yang sedang digunakan adalah kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pergantian dan perubahan kurikulum tersebut dilakukan sebagai
usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam pendidikan sekolah menengah terdapat mata pelajaran kimia. Kimia
merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang hakekat pengetahuannya berdasarkan
fakta, hasil pemikiran, dan hasil penelitian yang dilakukan para ahli. Pada
kenyatannya mata pelajaran kimia dirasa sulit oleh sebagian besar siswa sehingga
menyebabkan prestasi belajarnya kurang tinggi. Dalam pelajaran kimia di SMA
terdapat materi stoikiometri yang diajarkan di kelas X semester gasal. Stoikiometri
hakekatnya berisi konsep-konsep dan penerapan rumus dalam perhitungan kimia
yang sebagian besar soalnya berupa soal-soal hitungan. Agar menguasai konsep
dalam stoikiometri maka banyak diperlukan latihan soal. Kurangnya latihan soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dilakukan siswa dapat menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap materi
strokiometri. Karena itu, prestasi belajar materi stoikiometri kurang tinggi.
Berdasarkan fakta dilapangan, siswa di SMA Negeri 1 Gemolong masih
memiliki prestasi belajar yang rendah pada materi stoikiometri. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada materi tersebut tahun pelajaran
2009/2010, lebih dari 50% siswa memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) dengan nilai KKM pelajaran kimia adalah 65. Selain itu, nilai
rata-rata dua kelas dari tujuh kelas juga masih berada di bawah KKM yaitu 54,69 dan
49,84 (Lampiran 16). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Di
antaranya proses pembelajarannya, sarana prasarana, atau oleh faktor penyebab yang
lain. Dalam proses pembelajaran, metode mengajar yang digunakan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Apabila metode yang biasa digunakan kurang sesuai
dengan materi stoikiometri maka prestasi belajar siswa juga kurang maksimal. Selain
itu, apabila siswa kurang latihan soal maka siswa juga akan kurang memahami materi
tersebut. Hal tersebut dapat pula disebabkan oleh media yang belum dipergunakan
dengan baik.
Kesesuaian dalam penggunaan metode mengajar yang dipilih guru dalam
pembelajaran akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi
yang diberikan sehingga dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru
seharusnya menggunakan metode yang baik dalam proses pembelajaran di kelas.
Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan
pembelajarannya. Dengan metode mengajar yang baik dan sesuai dengan materi
stoikiometri diharapkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode yang populer akhir-
akhir ini. Dengan metode pembelajaran kooperatif, keaktifan siswa dapat
dikembangkan. Begitu pula dengan keterampilan sosial dan aspek kognitif siswa.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dalam memahami konsep materi pelajaran (Slavin, 2008 : 4). Pembelajaran
kooperatif menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan selalu
memperhatikan teman satu kelompok agar dapat memahami konsep materi yang
dipelajari.
Hanze & Berger (2007 : 39) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat
dari pembelajaran kooperatif pada kebutuhan dasar pengalaman, motivasi intrinsik,
dan keaktivan proses tingkat pendalaman. Dalam penelitian lain, Adeyemi (2008 :
702) menyatakan bahwa siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif secara
signifikan lebih baik daripada siswa dalam problem solving atau kelompok dalam
metode konvensional. Effendi Zakaria, Lu Chung Chin, & Md. Yusoff Daud (2010 :
275) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang positif
antara siswa yaitu menekankan interaksi sosial dan hubungan antara siswa dalam
kelompok sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat dua metode struktural yaitu metode
Numbered Heads Together (NHT) dan metode Think Pair Share (TPS). Metode ini
dapat dilakukan dengan cepat dan singkat. Melalui metode pembelajaran struktural,
siswa diharapkan dapat saling memberikan dan membagikan ide-ide serta
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dan meningkatkan semangat
kerjasama siswa. Selain itu, siswa dapat berlatih berpendapat, menghargai pendapat
orang lain, dan bertukar pendapat yang disajikan dalam bentuk diskusi kelompok.
Dengan demikian, siswa dapat aktif dalam membuat kesimpulan untuk suatu
pengetahuan atau membentuk konsep.
Materi stoikiometri merupakan salah satu materi yang hampir semua soalnya
berupa soal hitungan sehingga perlu banyak latihan dalam proses pembelajarannya.
Dalam proses pembelajaran, metode NHT memberikan kewajiban pada siswa untuk
berdiskusi bersama anggota kelompoknya dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan oleh guru. Dengan mengerjakan banyak latihan soal stoikiometri siswa
akan menemukan konsep dalam stoikiometri dan dapat menyelesaikan soal-soalnya.
Dengan metode pembelajaran ini, siswa akan lebih siap dalam belajar, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang sudah paham dapat
mengajari siswa yang kurang paham. Dengan jumlah anggota kelompok yang lebih
besar dimana terdiri dari empat sampai lima anggota, gagasan atau ide yang
disampaikan lebih beragam dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, metode
NHT diharapkan sesuai untuk materi stoikiometri.
Materi stoikiometri seperti yang telah dikemukakan, walaupun terdapat
banyak latihan soal tapi terdapat sebagian siswa belum mampu untuk
menyelesaikannya maka prestasi belajarnya juga tidak akan maksimal. Dalam proses
pembelajaran, metode TPS merupakan metode pembelajaran kelompok yaitu siswa
diberi waktu berpikir, membagi hasil pemikirannya dengan teman, dan saling
membantu satu sama lain. Apabila dalam proses latihan soal terdapat siswa yang
kurang mampu dalam menyelesaikan soal tersebut, maka dengan metode ini siswa
tersebut dapat berbagi kesulitannya dengan teman pasangannya atau teman
sebangkunya sehingga soal tersebut dapat terselesaikan. Metode ini bertujuan untuk
mengajarkan siswa agar lebih mandiri dalam menyelesaikan soal-soal yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri siswa. Metode ini juga mengajarkan siswa untuk
berpendapat, menerima pendapat orang lain, dan bekerjasama dengan orang lain.
Oleh karena itu, metode TPS diharapkan sesuai untuk materi stoikiometri.
Metode pembelajaran membutuhkan suatu media pembelajaran untuk
membantu mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran metode NHT, siswa langsung diberi soal atau permasalahan untuk
diselesaikan tanpa adanya penjelasan dari guru. Modul merupakan salah satu media
cetak yang berisi uraian materi, contoh soal beserta penyelesaian, dan soal evaluasi
beserta kunci jawaban. Dalam pelaksanaannya, metode NHT dapat dilengkapi modul
karena dengan adanya modul siswa dapat terlebih dahulu mempelajari materi yang
akan diajarkan di rumah. Selain itu, siswa juga dapat mengerjakan soal evaluasi yang
terdapat di dalamnya. Dengan demikian, siswa akan dapat memahami materi
stoikiometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sedangkan dalam proses pembelajaran TPS, latihan soal yang diberikan pada
siswa lebih sedikit. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu media cetak yang
berisi lembaran-lembaran tugas ataupun soal-soal yang harus dikerjakan siswa.
Dalam pelaksanaannya, metode TPS dapat dilengkapi LKS karena siswa dapat
mengerjakan latihan soal yang terdapat di LKS sehingga siswa terbiasa dan lebih
mudah menyelesaikan soal stoikiometri. Dengan demikian, diharapkan prestasi
belajarnya menjadi lebih baik.
Untuk mempelajari materi stoikiometri diperlukan suatu kemampuan awal
yang mendukung dikuasainya materi tersebut. Hal ini disebabkan karena materi
stoikiometri berkaitan dengan tata nama senyawa kimia, persamaan reaksi dan
hukum-hukum dasar kimia yang nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar yang
diperoleh siswa. Perbedaan kemampuan awal yang dimiliki siswa akan ditemui oleh
guru dalam proses belajar mengajar, ada yang memiliki kemampuan awal tinggi, ada
pula yang kemampuan awalnya rendah. Pemahaman terhadap perbedaan kemampuan
awal harus diperhatikan agar dapat menentukan metode pembelajaran yang baik
untuk pembelajaran materi stoikiometri.
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui
prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS
dilengkapi LKS ditinjau dari kemampuan awal pada materi stoikiometri di SMA N 1
Gemolong dengan judul : “Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode NHT
(Numbered Heads Together) Dilengkapi Modul dengan Metode TPS (Think Pair
Share) Dilengkapi LKS Ditinjau dari Kemampuan Awal terhadap Prestasi Belajar
Siswa pada Materi Stoikiometri Kelas X Semester Gasal SMA N 1 Gemolong Tahun
Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Prestasi belajar siswa SMA N 1 Gemolong pada materi stoikiometri masih
rendah.
2. Apakah diperlukan variasi metode dan media pembelajaran dalam pengajaran
materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong?
3. Apakah metode kooperatif NHT (Numbered Heads Together) dilengkapi modul
sesuai untuk materi stiokiometri?
4. Apakah metode kooperatif TPS (Think Pair Share) dilengkapi LKS sesuai untuk
materi stoikiometri?
5. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode NHT
dilengkapi modul dan siswa yang diajar dengan metode TPS dilengkapi LKS?
6. Apakah prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih
tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri?
7. Adakah pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada
materi stoikiometri?
8. Apakah prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi
daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian yang dikaji lebih
terarah dan fokus, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas X semester gasal SMA N 1 Gemolong
Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together) dilengkapi modul
(kelas eksperimen I), metode pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
dilengkapi LKS (kelas eksperimen II), dan metode ceramah (kelas kontrol).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Materi Pengajaran
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah stoikiometri.
4. Kemampuan Awal
Dalam penelitian ini, kemampuan awal siswa dikategorikan menjadi kemampuan
awal tinggi dan kemampuan awal rendah. Kemampuan awal dari materi
stoikiometri adalah tata nama senyawa, persamaan reaksi kimia, dan hukum-
hukum dasar kimia.
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
kognitif.
D. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih
tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri?
2. Apakah prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi
daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS
dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada
materi stoikiometri?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1. Prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul dibanding
prestasi belajar siswa menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dibanding prestasi belajar
siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri.
3. Adanya interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS
dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada
materi stoikiometri.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh
melalui metode pembelajaran kooperatif NHT dilengkapi modul dan TPS
dilengkapi LKS.
b. Menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran kooperatif NHT dan
TPS.
c. Memberikan informasi tentang pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi
belajar siswa.
d. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung teori-
teori yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan masukan kepada guru dalam memilih metode pembelajaran yang
tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia pada
materi stoikiometri sehingga hasil belajar siswa maksimal.
b. Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan
lebih memberikan efektivitas pembelajaran terutama dalam penerapan KTSP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, studi adalah kajian atau telaah
ilmiah (2005 : 774) sedangkan komparasi adalah perbandingan (2005 : 479).
Menurut Poerwadarminta (1976 : 965), studi adalah pelajaran; penggunaan waktu
dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan; penyelidikan. Dari pengertian
tersebut, studi komparasi berarti kajian yang membandingkan variabel-variabel
yang terkait dengan penyelidikan yang dilakukan, yang membutuhkan waktu dan
pikiran. Penelitian komparasi dapat menemukan perbedaan-perbedaan ataupun
persamaan-persamaan terkait variabel-variabel dalam penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini akan dikomparasikan antara variabel bebas yaitu metode
pembelajaran (NHT dilengkapi LKS dan TPS dilengkapi LKS) dan kemampuan
awal terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar sehingga diharapkan dapat
ditemukan persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan dari variabel-
variabel tersebut.
2. Belajar
Beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli pada hakekatnya
mempunyai pengertian yang sama. Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar
(1989 : 11), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Nana Sudjana
, 1989 : 5). Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapar ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1995 : 2). Konsep belajar mengandung implikasi memfungsikan aspek nalar,
logis, maupun kreatif (Conny Semiawan, 2008 : 2). Menurut Aunurrahman (2009
: 36) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan
dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan
individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik
pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau
ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu
tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
Belajar dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan kematangan bagi
anak didik sebagai akibat belajar sedangkan dilihat dari proses adalah interaksi
antara peserta didik dengan pendidik sebagai proses pembelajaran. (Syaiful
Sagala, 2009 : 50). Menurut Sulistyorini (2009 : 6) belajar adalah sebagai proses
untuk merubah diri seseorang agar memiliki pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
melalui latihan yang penuh dengan tantangan atau melakui pelbagai pengalaman
yang telah terjadi.
Dari beberapa pendapat tersebut, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh peserta didik mendapatkan perubahan dengan memfungsikan
nalar, logika, dan kreativitasnya sebagai hasil dari pengalaman atau pengetahuan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar (Slameto, 1995 : 3-4) antara lain : Perubahan terjadi secara
sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali faktor
(Sumadi Suryabrata, 2006 : 233). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
diklasifikasikan antara lain :
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pebelajar, dan ini masih dibagi
menjadi dua golongan yaitu : faktor-faktor nonsosial dan faktor-faktor sosial
b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pebelajar, dan dapat digolongkan
menjadi dua golongan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Faktor-faktor fisiologis
2) Faktor-faktor psikologis
3. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dicirikan dengan struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kooperatif (Arends, 2001 : 314). Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa didorong dan atau diharuskan untuk bekerja bersama dalam tugas bersama,
dan mereka harus mengkoordinasi usaha mereka untuk melengkapi tugas. Dalam
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling bergantung untuk
memperoleh penghargaan yang akan diberikan jika mereka sukses sebagai
kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat dicirikan oleh beberapa hal berikut :
a. Siswa bekerja dalam tim untuk menguasai tujuan akademik.
b. Tim disusun dari siswa heterogen (berkemampuan tinggi, sedang dan rendah).
c. Kemungkinan sewaktu-waktu, tim mencakup campuran ras, budaya, dan jenis
kelamin dari siswa.
d. Sistem penghargaan diorientasi untuk kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2008 : 4).
Dalam metode pembelajaran kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam
kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru.
Menurut Slavin (2008 : 10), tiga konsep penting dalam semua metode
pembelajaran kelompok yaitu :
a. Penghargaan Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan tim lainnya jika mereka
berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Tanggung Jawab Individu
Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota
tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu
satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap
untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa
tanpa bantuan teman satu timnya.
c. Kesempatan Sukses yang Sama
Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan
kinerja mereka dari sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan
prestasi tinggi, sedang, dan rendah, semuanya sama-sama ditantang untuk
melakukan yang terbaik, dan kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Arends (2001 : 323-326) mengatakan bahwa empat pendekatan yang
seharusnya menjadi bagian dari daftar yang akan digunakan guru dalam mengajar,
antara lain : STAD, Jigsaw, Group Investigation, Pendekatan Struktural. Contoh
pendekatan struktural yaitu NHT (Numbered Heads Together) dan TPS (Think
Pair Share).
4. Metode Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together merupakan pendekatan yang dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1993) untuk lebih melibatkan siswa dalam mereview materi
pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mengenai isi pelajaran tersebut.
Sebagai pengganti pertanyaan langsung ke seluruh kelas, guru menggunakan
struktur empat langkah berikut (Arends, 2001: 326) :
a. Langkah 1 – Penomoran (Numbering) : Guru membagi siswa menjadi
beberapa tim beranggotakan tiga sampai lima siswa dan memberi nomor pada
tiap anggota sehingga setiap siswa pada tiap-tiap tim mempunyai nomor yang
berbeda antara 1 – 5.
b. Langkah 2 – Pengajuan Pertanyaan (Questioning) : Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan tersebut
bisa lebih spesifik dan dalam bentuk pertanyaan “ Ada berapa negara bagian
dalan Uni Eropa?” atau dapat pula menjadi pertanyaan perintah seperti “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pastikan bahwa setiap orang mengetahui ibu kota lima negara yang berbatasan
dengan Samudra Pasifik.”
c. Langkah 3 – Berpikir Bersama (Heads Together) : Siswa menyatukan ide
untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua anggota tahu
jawabannya.
d. Langkah 4 – Pemberian Jawaban (Answering) : Guru memanggil salah satu
nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersebut
mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya di hadapan seluruh kelas.
5. Metode Think Pair Share (TPS)
Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dan rekan-rekannya
di Universitas Maryland. Metode ini mengasumsikan bahwa metode resitasi dan
diskusi perlu diselenggarakan dalam kelompok kelas secara keseluruhan. Metode
ini memberi waktu pada siswa untuk berpikir dan merespon serta membantu satu
sama lain. Sebagai contoh, seorang guru selesai menyelesaikan sajian pendek atau
siswa selesai membaca tugas atau suatu masalah. Selanjutnya, guru meminta
siswa untuk mengkaji lebih dalam tentang apa yang telah dijelaskan atau yang
dibaca. Guru lebih memilih menggunakan strategi Think Pair Share dari pada
tanya jawab pada seluruh kelompok. (Arends, 2001 : 325)
Metode Think Pair Share menerapkan langkah-langkah berikut :
a. Langkah 1 – Berpikir (Thinking) : Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau
masalah yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan
sendiri jawabannya selama satu menit.
b. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing) : Guru meminta siswa untuk berpasangan
dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama masa ini
dapat berupa saling berbagi jawaban pertanyaan atau berbagi ide dalam
menyelesaikan masalah. Biasanya guru memberikan waktu tidak lebih dari
empat atau lima menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3 – Berbagi (Sharing) : Dalam langkah terakhir, guru meminta
pasangan-pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau penyelesaian
masalahnya dengan seluruh kelas. Ini efektif bagi guru untuk berjalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mengelilingi ruangan dari pasangan satu ke pasangan yang lain sampai
seperempat atau separo pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusinya.
6. Media Pembelajaran
Briggs dalam Sri Anitah (2009 : 1) berpendapat bahwa media
pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau
menyempurnakan isi pembelajaran termasuk di dalamnya buku, videoslide, slide
suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu
sistem penyampaian. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar
menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah
cara, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat
digunakan oleh siswa sendiri (Basuki & Farida, 2001 : 13). Media belajar yang
dapat digunakan oleh siswa itu dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara
sistematik, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan
dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar (Abdul
Majid, 2006 : 170). Bahan ajar dapat pula menjadi suatu sumber belajar bagi
siswa. Bahan ajar merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam
membantu proses pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan matematis sehingga mampu
menguasai semua kompetensi.
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar
dengan baik. Bahan ajar dapat berbentuk bahan ajar cetak, bahan ajar dengar
(audio), bahan ajar audio visual, dan bahan ajar interaktif. Bahan ajar cetak antara
lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, dll. (Abdul Majid, 2006 : 174).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Abdul
Majid, 2006 : 176). Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang
peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi akan lebih cepat
menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta
didik lainnya.
Modul pembelajaran terdiri dari petunjuk umum, materi, dan lembar
kerja atau evaluasi pembelajaran (Hujair AH Sanaky, 2009 : 166). Komponen-
komponen modul pembelajaran :
1) Lembaran judul
2) Daftar isi
3) Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik
(standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu)
4) Petunjuk untuk siswa
5) Lembaran kegiatan siswa yang memuat materi pembelajaran yang harus
dikuasai siswa (uraian materi dan lembar kegiatan siswa)
6) Lembaran kerja
7) Kunci lembaran kerja
8) Evaluasi siswa dan kunci evaluasi siswa
b. Lembar Kerja/Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. (Abdul Majid, 2006 : 176). LKS
merupakan media cetak yang terdiri dari satu atau dua lembar atau lebih yang
diberikan kepada setiap siswa dalam satu kelas dengan tujuan untuk
melakukan aktivitas belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, LKS dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Selain itu, LKS dapat
mengembangkan keterampilan proses dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.
Ciri-ciri dari LKS adalah sebagai berikut :
1) LKS diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
2) Sumber penyusunan LKS dari buku paket dan referensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) LKS disusun berdasarkan garis-garis besar program pengajaran
4) Jawaban dari pertanyaan untuk LKS berupa isian singkat
5) LKS disusun oleh gurunya sendiri
Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS dalam
pembelajaran :
1) Dalam LKS siswa akan mendapat uraian materi, tugas dan latihan yang
berkaitan dengan materi yang diberikan .
2) Desain LKS harus memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman,
dan kejelasan.
3) Empat langkah dalam pengembangan LKS adalah a) penentuan tujuan
instruksional, b) pengumpulan materi, c) penyusunan elemen, dan d) cek
dan penyempurnaan.
7. Kemampuan Awal Siswa
Setiap proses belajar mengajar mempunyai kompetensi sendiri yang akan
dimiliki siswa setelah interaksi pembelajaran. Keberhasilan proses belajar
mengajar sebagian ditentukan oleh ciri-ciri khas yang dimiliki siswa. Ciri-ciri
khas tersebut terutama kemampuan awal. Oleh karena itu, kemampuan awal siswa
perlu ikut serta dalam sebagian perencanaan dan pengelolaan pembelajaran.
Abdul Gafur dalam Tri Murti (2007 : 17) menyatakan bahwa kemampuan
awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan,
termasuk di dalamnya bermacam-macam latar belakang informasi karakteristik
siswa yang telah dimiliki pada saat akan di mulai suatu pembelajaran baru. Setiap
proses belajar mengajar mempunyai titik tolak sendiri atau berpangku pada
kemampuan siswa itu (tingkah laku awal) untuk dikembangkan menjadi
kemampuan baru sesuai dengan tujuan pembelajaran (tingkah laku akhir). Oleh
karena itu, keadaan siswa pada awal proses belajar mengajar tertentu (tingkah
laku awal) memiliki kesesuaian terhadap penentuan, perumusan, dan pencapaian
tujuan pembelajaran (tingkah laku akhir).
Nana Sudjana (1995 : 158) menyatakan bahwa pengetahuan dan
kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut. Tidak semua aspek dari
kemampuan awal yang dimiliki siswa pada awal proses belajar mengajar
berpengaruh besar terhadap tujuan yang diharapkan. Kemampuan dan
keterampilan tersebut harus sesuai dengan tujuan kompetensi. Umumnya siswa
yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan sesuai dengan tujuan kompetensi
akan lebih mudah menerima dan memahami pembelajaran berikutnya karena
pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya yang
lebih rendah tingkatannya.
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan tes prasyarat. Tes prasyarat merupakan tes untuk mengetahui
kemampuan siswa yaitu apakah siswa telah memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu
pembelajaran. Di dalam pembelajaran kimia, terdapat ciri-ciri tertentu dalam
mempelajari kimia diantaranya adalah materi yang dipelajari harus berurutan. Hal
ini dikarenakan untuk membentuk konsep-konsep baru dan pengetahuan baru
didasarkan pada konsep dan pengetahuan sebelumnya.
Dari uraian di atas, kemampuan awal merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebagai prasyarat untuk memperoleh konsep dan pengetahuan
baru yang lebih tinggi tingkatannya dari pada konsep dan pengetahuan
sebelumnya. Kemampuan awal yang berkaitan dengan materi stoikiometri antara
lain materi tata nama senyawa, persamaan reaksi, dan hukum-hukum dasar kimia.
8. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yaitu kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana,
1991 : 22). Penggolongan prestasi belajar menurut Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Menurut Bloom et
al, ranah kognitif terdiri dari enam aspek (Aunurrahman, 2009 : 49), yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah
dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal
yang dipelajari
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Aspek ini misalnya tampak
dalam kemampuan menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya
tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil
karangan.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Ranah afektif terdiri dari lima aspek
(Nana Sudjana, 1991 : 30) yaitu :
1) Penerimaan (Receiving/Attending), yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa dalam bentuk
massalah, situasi, gejala, dll.
2) Jawaban atau Responding, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Penilaian (Valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus.
4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas
nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan (Nana Sudjana,
1991 : 31), yaitu :
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dll.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan,
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.
9. Stoikiometri
Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan
persamaan-persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikimetri. Stoikiometri berasal
dari kata Yunani Stoicheion yang berarti unsur dan –metria yaitu ilmu
pengukuran.(Keenan, et al, 2002 : 44)
a. Massa Atom Relatif (Ar)
Para ahli menggunakan isotop karbon C-12 sebagai standar dengan
massa atom relatif sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan
massa rata-rata satu atom suatu unsur terhadap 1/12 massa atom C-12.
1 satuan massa atom (sma) = 1/12 massa atom C-12.
Massa atom rata-rata oksigen 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom C-12.
Maka Ar O adalah 1,33 dikalikan dengan 12 yaitu sebesar 15,96. Para ahli
membandingkan massa atom yang berbeda-beda menggunakan skala massa
atom relatif dengan lambang “Ar”.
Massa atom relatif suatu unsur (Ar) adalah bilangan yang menyatakan
perbandingan massa suatu atom tersebut dengan 1/12 massa satuatom C-12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Isotop atom C-12 mempunyai massa atom 12 sma. Satu sma sama dengan
1,6605655 x 10-24 gram.
Ar X massa atom rata rata X
112 x massa atom C 12
Contoh:
Jika diketahui massa satu atom oksigen 2,70 x 10-23 gram. Berapakah Ar atom
O jika massa atom C 1,99 x 10 -23 ?
Jawab:
Ar O massa satu atom O
112 x massa satu atom C 12
2,70 x 10
112 x 1,99x10
16, 283
b. Massa Molekul Relatif (Mr)
Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan
perbandingan tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung membentuk
molekul unsur, sedangkan unsur-unsur yang berbeda membentuk molekul
senyawa. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul
(Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau
senyawa terhadap 1/12 kali massa atom C-12.
Mr X massa atom rata rata molekul
112 x massa atom C 12
Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan Ar (massa atom relatif)
dari atom-atom pembentuk molekul tersebut.
Contoh :
Tentukan massa molekul relatif (Mr) Ca(OH)2 jika diketahui Ar Ca = 40, O =
16, dan H = 1.
Jawab :
Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O dan 2 atom H.
Mr Ca(OH)2 = (1 x Ar Ca) + (2 x Ar O) + (2 x Ar H)
= (1 x 40) + (2 x 16) + (2 x 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
= 40 + 32 +2
= 74
(Budi Utami, dkk, 2009 : 93-96)
c. Konsep Mol
1) Pengertian Mol
Mol merupakan suatu satuan jumlah yang menyatakan jumlah
partikel dalam zat. Standar mol adalah 12 gram C-12. Mol didefinisikan
sebagai sejumlah massa zat yang mengandung partikel sebanyak atom
yang terdapat dalam 12 gram C-12. Melalui percobaan, para ahli
menemukan jumlah partikel dalam 1 mol adalah 6,02 x 1023 yang disebut
tetapan Avogadro.
Jumlah partikel-partikel atom, molekul, atau ion dalam 1 mol zat
akan sama dengan jumlah partikel-partikel dalam 1 mol zat lainnya.
Namun, massa setiap zat dalam 1 mol tidak sama. Hubungan jumlah mol
(n) dengan jumlah partikel (x) dapat dirumuskan sebagai berikut.
x 6,02 x 10
(Michael Purba, 2007 : 129)
2) Massa Molar Zat (mm)
Massa molar zat adalah massa 1 mol suatu zat yang dinyatakan dengan Ar
atau Mr nya dalam satuan gram.
Contoh :
Diketahui Ar Ca = 40 dan Mr CO2 = 44, maka
• Massa 1 mol Ca = 40 gram.
• Massa 1 mol CO2= 44 gram.
Dengan demikian hubungan jumlah mol (n) dengan massa zat (m) dapat
ditulis :
m = n x Ar/Mr
dengan m : massa zat, n : jumlah mol, dan Ar/Mr : massa atom/molekul
molar.
Contoh :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berapa mol molekul oksigen (O2) yang terdapat dalam 32 gram oksigen?
(Ar O = 16)
Jawab :
Hubungan m = n x Ar/Mr dapat ditata ulang untuk menghitung jumlah
mol,
n = m/Mr
Massa molar molekul oksigen (O2) = (2 x 16) = 32
Jumlah mol molekul oksigen (O2)
/
1 mol
3) Volume Molar Gas (Vm)
Volume per mol gas disebut volume molar gas. Pada suhu dan
tekanan yang sama, volume gas hanya bergantung pada jumlah molnya.
V = n x Vm
Dengan V : volume gas, n : jumlah mol, dan Vm : volume molar.
Pada keadaan standar (suhu 0o C dan tekanan 1 atm) yang
dinyatakan dengan STP (Standart Temperature and Pressure), volume
molar gas adalah 22,4 L/mol.
Contoh :
Berapakah volume gas 2 mol CO2 dalam keadaan STP?
Jawab :
V (STP) = n x Vm = 2 mol x 22,4 l/mol = 44, 8 L.
Pada suhu dan tekanan gas tertentu, volume gas dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan gas ideal.
PV = nRT
dengan P : tekanan gas (atm), V : volume gas (L), n : jumlah mol gas, R :
tetapan gas (0,082 L atm mol-1 K-1), dan T : suhu gas (K).
Contoh :
Tentukan volume dari 1 gram oksigen pada 27o C, 1 atm (Ar O = 16).
Jawab :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Jumlah mol oksigen, /
0,03125 mol
0,03125 mol x 0,082 L atm mol K x 27 273 K
1 atm0,77 L
4) Molaritas
Banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu larutan dapat
diketahui dengan menggunakan konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam
molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1
L larutan.
Dengan M : molaritas atau kemolaran larutan, n : mol zat terlarut, dan V :
volume larutan. Misalnya, larutan NaCl 0,2 M berarti dalam tiap liter
larutan itu terdapat 0,2 mol NaCl atau dalam tiap mL larutan terdapat 0,2
mmol NaCl.
Contoh :
Hitung jumlah mol dan massa urea (Mr = 60) yang terdapat dalam 200 mL
larutan urea 0,4 M.
Jawab :
Jumlah mol urea, n = M x V = 0,4 M x 0,2 L = 0,08 mol
Massa urea, m = n x mm = 0,08 mol x 60 g/mol = 4,8 g
5) Hubungan Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume dan Molaritas.
Mol merupakan satuan jumlah yang mudah diubah ke dalam satuan
lain. Dengan demikian, satuan mol dapat digunakan sebagai sarana untuk
mencari jumlah zat dalam satuan lain. Mol dapat difungsikan sebagai
pusatnya dalam arti untuk mengubah dari satuan yang satu ke dalam
satuan yang lain. Hubungan antara jumlah partikel, massa, volume, dan
molaritas yang bergantung pada jumlah mol dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 1. Hubungan antara Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume, dan
Molaritas
d. Rumus Empiris
Rumus empiris atau rumus perbandingan suatu senyawa menyatakan
perbandingan paling sederhana dari atom-atom penyusun senyawa. Rumus
empiris adalah perbandingan mol atom unsur-unsur penyusunnya.
Contoh :
• Glukosa C6H12O6, rumus empiris glukosa adalah (CH2O)n.
Perbandingan terkecil jumlah atom C : H : O = 1 : 2 : 1
• Butana C4H10 , rumus empirisnya (C2H5)n
Perbandingan terkecil jumlah atom C : H = 2 : 5
Senyawa yang tidak memiliki perbandingan terkecil, maka rumus molekulnya
sama dengan rumus empiris.
Misal:
• Air, rumus molekulnya H2O, rumus empirisnya H2O.
• Natrium klorida, rumus molekulnya NaCl, rumus empirisnya NaCl dan
sebagainya.
x Volume: Volume
: 6,02. 1023x 6,02.
: Mr
x Mr
: 22,4 L
x 22,4 JUMLAH
MOL MASSA (GRAM) VOLUME (STP)
JUMLAH
PARTIKEL
MOLARITAS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dalam menentukan rumus empiris, hal yang harus dilakukan adalah
menentukan jumlah mol masing-masing unsur (n = m/Mr) kemudian
menentukan perbandingan mol atom unsur-unsurnya.
e. Rumus Molekul
Rumus molekul suatu senyawa menyatakan jenis dan jumlah atom-
atom unsur dalam satu molekul senyawa tersebut. Senyawa asam asetat dalam
tiap molekulnya terdiri dari 2 atom karbon (C), 4 atom hidrogen (H), dan 2
atom oksigen (O). Oleh karena itu, rumus molekul asam asetat adalah C2H4O2
atau CH3COOH. Dengan demikian, perbandingan jumlah atom C : H : O
dalam asam asetat adalah 2 : 4 : 2 = 1 : 2 : 1. Jadi, rumus empiris asam asetat
adalah CH2O.
Beberapa senyawa dengan rumus empiris CH2O antara lain :
• Formaldehida, HCHO atau (CH2O); Mr = 30.
• Asam asetat, CH3COOH atau (CH2O)2, Mr = 60.
• Glukosa, C6H12O6 atau (CH2O)6; Mr = 180.
Secara umum, jika rumus empiris senyawa adalah RE maka rumus
molekulnya dapat dinyatakan sebagai (RE)n; adapun harga n bergantung pada
massa molekul relatif (Mr) senyawa yang bersangkutan.
Contoh : menentukan rumus empiris dan rumus molekul.
Dalam 7,5 gram suatu hidrokarbon (senyawa C dengan H) terdapat 6 gram
karbon. Massa molekul relatif (Mr) senyawa tersebut 30. Tentukan rumus
empiris dan rumus molekul senyaw tersebut! (Ar H = 1, C = 12)
Jawab :
• Menentukan rumus empiris
Jumlah mol C = 6 g12 g/mol 0,5 mol.
Jumlah mol H = 7,5 g 6 g1 g/mol 1,5 mol
Perbandingan mol C : H = 0,5 mol : 1,5 mol = 1 : 3.
Rumus empiris senyawa tersebut adalah CH3.
• Menentukan rumus molekul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Misalkan rumus molekul senyawa tersebut (CH3)x.
Mr (CH3)x = 30 → ((1 x Ar C) + (3 x Ar H))x = 30
((1 x 12) + (3 x 1))x = 30
(12 + 3)x = 30
15x = 30
x = 2
Rumus molekul senyawa tersebut (CH3)2 = C2H6
f. Kadar Zat
Kadar zat dapat ditentukan berdasarkan rumus empiris atau rumus
kimia senyawa yang menyatakan perbandingan mol atom unsur penyusunnya.
Dari perbandingan atom, dapat ditentukan perbandingan massa dan kadar (%
massa) unsur-unsur penyusun senyawa. Hubungan massa senyawa dengan
massa unsur penyusunnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
massa senyawa senyawa
ndeks x unsur X x massa unsur X
kadar x
x 100%
x adalah jumlah atom unsur dalam 1 molekul senyawa = indeks dari unsur
yang bersangkutan dalam rumus kimia senyawa.
Contoh : menentukan massa
Berapa massa asam sulfat (H2SO4) dapat dibuat dari 64 gram belerang? (Ar H
= 1, O = 16, dan S = 32)
Jawab :
massa senyawa senyawa
ndeks x unsur X x massa unsur X
Massa H2SO4 = x 64 g 196 g
Contoh : menentukan kadar unsur
Berapakah kadar C dan N dalam urea, CO(NH2)2? (Ar H = 1, C = 12, N = 14,
dan O = 16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Jawab :
Mr urea = (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar N) + (4 x Ar H)
Mr urea = 12 + 16 + 28 + 4 = 60
kadar x
x 100%
kadar C 1 x 12
60 x 100% 20%
kadar N 2 x 14
60 x 100% 46,67%
g. Hitungan Kimia Sederhana
Menghitung jumlah suatu zat yang diperlukan atau dihasilkan dalam
suatu reaksi dimana jumlah salah satu zat dalam reaksi itu diketahui,
digolongkan sebagai hitungan kimia sederhana.
Contoh :
Hidrogen dapat dibuat dari reaksi aluminium dengan larutan natrium
hidroksida.
2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O (l) → 2Na(Al(OH)4) (aq) + 3H2 (g)
Berapa volume gas hidrogen (STP) yang terbentuk, jika digunakan 5,4 gram
Al? (Ar Al = 27)
Jawab :
Langkah-langkah mengerjakan soal tersebut yaitu :
1) Menuliskan persamaan reaksi setara (sudah diberikan).
2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O (l) → 2Na(Al(OH)4) (aq) + 3H2 (g)
2) Menyatakan jumlah mol zat yang diketahui, yaitu aluminium.
Jumlah mol Al = , /
0,2 mol
3) Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan, yaitu gas H2 berdasarkan
perbandingan koefisien reaksi.
Jumlah mol H Koe isien HKoe isien Al
x Jumlah mol Al32
x 0,2 mol 0,3 mol
4) Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan, yaitu menentukan volume gas
H2
V = n x Vm = 0,3 mol x 22,4 L/mol = 6,72 L
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
h. Pereaksi Pembatas
Jika zat pereaksi direaksikan tidak dalam jumlah yang sebanding atau
tidak sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya, maka salah satu
pereaksi akan habis lebih dahulu dan pereaksi lain akan bersisa. Sehingga
hasil reaksi akan bergantung pada jumlah pereaksi yang habis lebih dahulu.
Pereaksi pembatas adalah pereaksi yang habis terlebih dahulu.
(Michael Purba, 2007 : 130-145)
Contoh :
Sebanyak 2,7 gram aluminium direaksikan dengan 49 gram asam sulfat encer
sehingga menghasilkan garam aluminium sulfat dan gas hidrogen. Reaksi
yang terjadi : Al (s) + H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g) (belum setara).
Diketahui Ar Al = 13, H = 1, S = 32, O = 16.
a. Zat manakah yang merupakan pereaksi pembatas?
b. Berapa gram zat yang tidak ikut bereaksi?
c. Berapa gram garam yang terbentuk?
d. Berapa volume gas hidrogen yang terbentuk (STP)?
Jawab :
Jumlah mol Al = , /
0,1 mol
Jumlah mol H2SO4 = /
0,5 mol
Persamaan reaksi : 2Al (s) + 3H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)
a. Jika mol pereaksi dibandingkan dengan koefisien reaksinya, Al dengan
bilangan 0,12 atau 0,05 sedangkan H2SO4 dengan bilangan 0,5
3 atau 0,1667
maka pereaksi pembatasnya adalah aluminium sehingga mol Al habis.
Persamaan reaksi : 2Al (s) + 3H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)
Mula-mula : 0,1 mol 0,5 mol
Bereaksi : 0,1 mol 0,15 mol 0,05 mol 0,15 mol
__________________________________________________________ _
Sisa : - 0,35 mol 0,05 mol 0,15 mol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Jumlah H2SO4 yang tersisa = 0,35 mol
Massa H2SO4 tersisa = jumlah mol x Mr = 0,35 mol x 98 g/mol = 34,3 g
c. Jumlah mol garam yang terbentuk = 0,05 mol
Massa Al2(SO4)3 = jumlah mol x Mr = 0,05 mol x 342 g/mol = 17,1 g
d. Mol H2 = 0,15 mol
Volume (STP) = mol x 22,4 L/mol = 0,15 mol x 22,4 L/mol = 3,36 L
(Muchtaridi & Sandri, 2006 : 188)
i. Air Kristal (Kimia Hidrat)
Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai
bagian dari struktur kristalnya. Jika suatu hidrat dipanaskan maka sebagian
atau seluruh air kristalnya dapat lepas atau menguap. Jika suatu hidrat
dilarutkan dalam air maka air kristalnya akan terbentuk. Dua sifat hidrat
tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah molekul air dari suatu
hidrat.
Contoh :
Sebanyak 10 gram hidrat besi(II) sulfat dipanaskan sehingga semua air
kristalnya menguap. Massa zat padat yang tersisa adalah 5,47 gram. Tentukan
rumus hidrat tersebut? (Ar H = 1, O = 16, S = 32, dan Fe = 56)
Jawab :
Selisih massa yang ada adalah massa air kristal.
Misal jumlah air kristalnya adalah x, rumus hidratnya adalah FeSO4.xH2O.
Massa FeSO4.xH2O = 10; massa FeSO4 = 5,47 gram
Massa air = 10 – 5,47 = 4,53 gram
Jumlah mol FeSO4 = , /
0,036 mol
Jumlah mol H2O = , /
0,252 mol
Perbandingan mol FeSO4 : H2O = 0,036 : 0,252 = 1 : 7 berarti 1 molekul
FeSO4 mengikat 7 molekul air.
Rumus hidrat tersebut adalah FeSO4.7H2O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar dapat digunakan
sebagai indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Dalam
pembelajaran, metode dan media yang digunakan oleh guru berperan dalam
pencapaian tujuan belajar. Pemilihan metode pembelajaran dan media yang baik
dan disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah yang diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka
berpikir sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih
tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri.
Prestasi belajar siswa rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
apabila metode yang digunakan kurang sesuai maka prestasi belajar siswa
kurang maksimal. Misalnya metode yang sering digunakan ada materi
stoikiometri cenderung teacher center, siswanya pasif, dan media kurang
digunakan dengan baik. Apabila metode yang digunakan sesuai dengan materi
stoikiometri maka diharapkan prestasi belajar siswa tingggi.
Dengan penggunaan pembelajaran kooperatif, pembelajaran cenderung
student center, siswa akan lebih aktif, dan media dapat digunakan dengan
baik. Materi stoikiometri merupakan materi yang banyak konsep hitungan
sehingga siswa membutuhkan banyak latihan soal untuk memahami konsep
tersebut. Pada proses pembelajaran, metode NHT memberikan banyak latihan
soal kepada siswa. Metode NHT menekankan kerjasama siswa (4-5 orang)
pada saat menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.
Sedangkan pada proses pembelajaran metode TPS, siswa kurang diberi latihan
soal. Metode TPS memberi waktu pada siswa untuk berpikir, berpasangan dan
berdiskusi serta saling bantu satu sama lain dalam menyelesaikan soal atau
permasalahan. Jumlah anggota kerjasama dalam metode NHT lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
daripada metode TPS sehingga masukan dari tiap anggota lebih banyak.
Dengan kerjasama tersebut diharapkan banyak latihan soal yang dapat
terselesaikan.
Untuk membantu metode NHT dalam pembelajaran digunakan modul.
Dengan adanya modul ini diharapkan siswa dapat memahami konsep pada
materi stoikiometri. Modul berisi materi, contoh soal beserta penyelesaian
serta evaluasi. Setelah membaca modul di rumah, siswa diharapkan dapat
menyelesaikan latihan soal yang diberikan guru pada saat di sekolah. Dengan
demikian siswa dapat memahami konsep dalam materi stoikiometri. Untuk
membantu metode TPS, dalam pembelajarannya digunakan LKS. Dengan
adanya LKS siswa diharapkan dapat melatih pemahaman materi dengan
mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS.
Karena dalam metode NHT latihan soal yang dilakukan siswa secara
kelompok lebih banyak daripada dalam metode TPS, dan metode NHT
dilengkapi modul yang hakekat isinya lebih dibandingkan dengan metode TPS
yang dilengkapi LKS, dapat diprediksi bahwa prestasi belajar siswa
menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada
menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri.
2. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada
siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri.
Dalam pembelajaran kimia, terdapat materi yang harus dipelajari
berurutan. Hal ini dikarenakan untuk membentuk konsep baru didasarkan
atau diperlukan konsep-konsep sebelumnya. Kemampuan yang dimiliki oleh
siswa sebagai prasyarat untuk memperoleh konsep baru disebut sebagai
kemampuan awal. Stoikiometri merupakan salah satu materi dalam pelajaran
kimia yang membutuhkan suatu kemampuan awal. Kemampuan awal yang
terkait dengan materi stoikiometri yaitu tata nama senyawa, persamaan
reaksi, dan hukum-hukum dasar kimia.
Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah memahami
konsep baru dalam materi selanjutnya yaitu stoikiometri. Sedangkan siswa
dengan kemampuan awal rendah akan kurang mudah. Apabila kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
awal terhadap materi stoikiometri yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi
belajar siswa pada materi stoikiometri juga akan tinggi. Begitu pula
sebaliknya. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah
memahami konsep baru dalam materi stoikiometri. Oleh karena itu, terdapat
pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar pada materi
stoikimetri dengan menggunakan metode NHT dilengkapi modul dan metode
TPS dilengkapi LKS. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa prestasi
belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih tinggi daripada siswa
dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri.
3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif metode NHT
dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri.
Pada penjelasan sebelumnya, telah diduga bahwa prestasi belajar siswa
menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada
menggunakan metode TPS dilengkapi LKS. Sama halnya prestasi belajar
siswa terkait kemampuan awal siswa. Prestasi belajar siswa dengan
kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal
rendah.
Pada pembelajaran materi stoikiometri dengan menggunakan metode
NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS ditinjau dari
kemampuan awal siswa diprediksi akan diperoleh hasil yaitu prestasi belajar
siswa dengan kemampuan awal tinggi diajar menggunakan metode NHT
dilengkapi modul akan lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal
rendah. Begitu pula jika diajar dengan metode TPS dilengkapi LKS, prestasi
belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi diajar dengan metode TPS
dilengkapi LKS lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal rendah.
Hasil dari dua faktor tersebut (metode dan kemampuan awal) adalah prestasi
belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi jika diajar
menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada diajar
menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri. Sama
halnya dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
belajar siswa dengan kemampuan awal rendah jika diajar dengan metode NHT
dilengkapi modul lebih tinggi daripada diajar menggunakan metode TPS
dilengkapi LKS pada materi stoikiometri.
Hal tersebut dikarenakan pada metode NHT siswa dituntut aktif dalam
mengerjakan soal-soal dalam kelompok dan tiap kelompok harus meyakinkan
bahwa setiap anggotanya memahami jawaban dari soal-soal tersebut sehingga
semua anggota kelompok menguasai materi stoikiometri. Secara umum, siswa
yang diajar dengan metode NHT akan memiliki prestasi belajar kimia pada
materi stoikiometri yang lebih tinggi. Terlebih lagi dengan kemampuan awal
siswa yang tinggi.
Dari uraian di atas diprediksi tidak terdapat interaksi antara metode
NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS serta kemampuan
awal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Untuk
memperjelas ketiga kerangka pemikiran tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan : KAT : Kemampuan Awal Tinggi; KAR : Kemampuan Awal Rendah
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Hipotesis
KAT KAR
KAT KAR
Metode NHT dilengkapi modul - Student center - Siswa aktif yaitu dengan kerjasama (4-5 orang) pada saat menyelesaikan soal-
soal latihan yang diberikan oleh guru. - Media digunakan dalam proses pembelajaran yaitu modul yang berisi uraian
materi, contoh soal dan penyelesaian, dan soal evaluasi. - Pada proses pembelajaran, siswa diberikan banyak latihan soal. - Siswa berkemampuan awal tinggi lebih mudah memahami stoikiometri
daripada siswa berkemampuan awal rendah. - Dengan metode NHT dilengkapi modul, prestasi belajar siswa berkemampuan
awal tinggi lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah.
Metode TPS dilengkapi LKS - Student center - Siswa aktif yaitu dengan berpikir dan berdiskusi (2 orang) serta saling bantu
sama lain dalam menyelesaikan soal atau permasalahan. - Media digunakan dalam proses pembelajaran yaitu LKS yang berisi ringkasan
materi dan soal-soal. - Pada proses pembelajaran, siswa kurang diberi latihan soal. - Siswa berkemampuan awal tinggi lebih mudah memahami stoikiometri
daripada siswa berkemampuan awal rendah. - Dengan metode TPS dilengkapi LKS, prestasi belajar siswa berkemampuan
awal tinggi lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah.
Prestasi belajar rendah (KAT dan KAR)
Metode yang biasa digunakan: - Teacher center - Siswa pasif - Media kurang digunakan (pada materi stoikiometri)
Prestasi belajar tinggi
Prestasi belajar lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih
tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri.
2. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada
siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri.
3. Tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode
TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar
siswa pada materi stoikiometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Gemolong pada kelas X semester
gasal Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus 2010 - Januari 2011. Perincian
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Agustus 2010
September 2010
Oktober 2010
Nopember 2010
Desember 2010
Januari 2011
1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan Proposal 3 Try Out 4 Pengambilan data 5 Analisis Data 6 Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 3 x 2.
Faktor pertama adalah metode NHT dilengkapi modul, metode TPS dilengkapi LKS,
dan metode yang biasa digunakan di tempat penelitian (ceramah dan tanya jawab).
Faktor kedua adalah kemampuan awal yaitu kemampuan awal tinggi dan kemampuan
awal rendah. Rancangan penelitian ini menggunakan tiga kelompok yaitu kelompok
pertama sebagai kelas eksperimen I, kelompok kedua sebagai kelas eksperimen II,
dan kelompok ketiga sebagai kelas kontrol. Rancangan penelitian dapat dilihat pada
Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Posttes Eksperimen I T1 A1 T2 Eksperimen II T1 A2 T2 Kontrol T1 A3 T2
Keterangan :
A1 : pembelajaran dengan metode NHT dilengkapi modul
A2 : pembelajaran dengan merode TPS dilengkapi LKS
A3 : pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab
T1 : nilai pretes
T2 : nilai posttes
1. Variabel Penelitian
Menurut Margono dalam Nurul Zuriah (2006 : 144) variabel didefinisikan
sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel dapat juga diartikan sebagai
pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih. Variabel yang terdapat dalam
penelitian ini yaitu :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :
1) Metode Pembelajaran
Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif metode
NHT (Numbered Head Together) dilengkapi modul, metode TPS (Think Pair
Share) dilengkapi LKS dan metode ceramah. Pembelajaran NHT dengan
modul, guru membagikan modul pada siswa dan membagi siswa dalam
kelompok. Guru memberikan persoalan untuk didiskusikan oleh tiap
kelompok dan guru memanggil salah satu nomor untuk menanggapi persoalan
tersebut di depan kelas. Dengan metode NHT dimungkinkan siswa lebih aktif
dan bertanggung jawab dalam memahami materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sedangkan pembelajaran TPS dilengkapi LKS, guru membagikan
LKS pada siswa dan memberikan materi secara umum. Siswa diberi persoalan
dan dipasangkan. Kemudian siswa diberi waktu untuk berpikir dan saling
bantu dengan pasangannnya menyelesaikan persoalan tersebut dan
dipresentasikan di depan kelas.
2) Kemampuan Awal
Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sebagai prasyarat untuk memperoleh konsep dan pengetahuan baru yang lebih
tinggi tingkatannya dari pada konsep dan pengetahuan sebelumnya. Pada
penelitian ini kemampuan awal siswa dikategorikan menjadi dua yaitu
kemampuan awal rendah dan kemampuan awal tinggi. Kemampuan awal
siswa diidentifikassi dengan tes kognitif kemampuan awal materi stoikiometri
yang diberikan pada siswa.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa mengenai
materi stoikiometri pada kelas X semester gasal SMA N 1 Gemolong. Prestasi
belajar yang diukur adalah aspek kognitif.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, dengan urutan sebagai
berikut :
a. Memberikan pretes pada kelompok eksperimen I, eksperimen II, dan kelas
kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif objek sebelum diberi
perlakuan.
b. Memberikan perlakuan A1 yaitu penggunaan metode NHT dilengkapi modul pada
kelompok eksperimen I, perlakuan A2 yaitu penggunaan metode TPS dilengkapi
LKS pada kelompok eksperimen II, dan perlakuan A3 yaitu penggunaan metode
yang biasa digunakan (ceramah dan tanya jawab).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Memberikan posttes pada kelompok eksperimen I, eksperimen II, dan kelas
kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan A1
A2, dan A3.
d. Menentukan selisih nilai antara pretes dan posttes pada kelompok eksperimen I,
eksperimen II, dan kelas kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretes-
posttes.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Gemolong
Tahun Ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 7 kelas.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random
sampling dengan menggunakan 3 kelas dimana satu kelas untuk eksperimen I, satu
kelas untuk eksperimen II, dan satu kelas untuk kelas kontrol. Pada teknik ini sampel
dalam populasi mendapat peluang yang sama.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Sumber data
dalam penelitian ini berupa metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh
data prestasi belajar siswa sebagai aspek kognitif pada materi stoikiometri siswa kelas
X SMA N 1 Gemolong. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa
dengan menggunakan tes objektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses
pembelajaran stoikiometri dengan perangkat tes yang sama. Selain itu, metode tes ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi stoikiometri
dengan memberikan tes objektif pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Instrumen Penilaian
Pada penelitian ini digunakan instrumen penilaian kognitif. Instrumen yang
digunakan dalam penilaian kognitif berupa soal-soal obyektif materi stoikiometri.
Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban yang benar
diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Sebelum digunakan perangkat tes
ini diuji cobakan kepada sekelompok siswa yang sudah menerima materi stoikiometri
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda
perangkat tes.
a. Uji Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang
diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
penelitian validitas yang diuji adalah validiras item atau butir soal. Validitas item
dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam
mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut (Anas Sudijono,
2008 : 182). Rumus validitas item yang digunakan adalah rumus korelasi poin
biserial. Rumusnya adalah :
rpbi Mp Mt
St
pq
Keterangan :
rpbi : koefisien korelasi biserial sebagai koefisien validitas item
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa yang menjawab betul bagi
item yang dicari validitasnya
Mt : skor rata-rata dari skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang diuji.
q : proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
p banyaknya siswa yang benarjumlah seluruh siswa ; q = (1 – p)
(Anas Sudijono, 2008 : 185)
Dalam pemberian interpretasi terhadap rpbi, nilai rhitung dikonsultasikan tabel nilai
koefisien korelasi ”r” Product Moment dari Pearson (rtabel) pada taraf signifikansi
5% atau 1%. Pada penelitian ini digunakan taraf signifikansi 5%. Item dikatakan
valid jika nilai rhitung ≥ rtabel. (Anas Sudijono, 2008 : 190)
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif dan penilaian kemampuan
awal yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Uji Validitas Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal
Variabel Jumlah
Soal Kriteria
Valid InvalidSoal-soal penilaian kognitif materi stoikiometri 35 27 8 Soal-soal penilaian kemampuan awal 35 24 11
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Reliabilitas dihitung untuk
mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan skor tes (Depdiknas, 2009 : 15).
Reliabilitas merupakan keajegan suatu tes jika diujikan kepada banyak subjek
yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek tidak sama pada
waktu yang sama. Soal dinyatakan reliabel jika digunakan berkali-kali untuk
mengukur subjek yang sama, dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda, akan
memberikan hasil pengukuran yang sama atau relatif sama. Untuk mengetahui
koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder
Richardson 20 (KR-20) seperti berikut:
r11n
n 1St
2 ∑ piqi
St2
Keterangan :
r11 : koefisien reliabilitas tes
n : banyaknya butir item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1 : bilangan konstan
St2 : varian total
pi : proporsi testee yang menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan
qi : proporsi testee yang jawabannya salah, atau qi = 1 – pi
(Anas Sudijono, 2008 : 252)
Dengan formula Kuder Richardson penentuan reliabilitas tes hasil belajar bentuk
obyektif dilakukan dengan jalan melakukan penganalisisan secara langsung
terhadap butir-butir item tes hasil belajar yang bersangkutan.
Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada
umumnya digunakan patokan sebagai berikut (Anas Sudijono, 2008 : 209) :
1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar
yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (= reliabel).
2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang
sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi
(= un-reliabel).
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif dan penilaian
kemampuan awal yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas KriteriaSoal-soal penilaian kognitif materi stoikiometri
35
0,909
Tinggi
Soal-soal penilaian kemampuan awal 35 0,870 Tinggi
c. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu (Depdiknas, 2009 : 9). Tingkat kesukaran soal
biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran soal pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran soal yang diperoleh dari hasil
perhitungan berarti semakin mudah soal tersebut. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Tingkat kesukaran dapat
diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar soal yang bersangkutan.
Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran soal yang digunakan untuk soal
obyektif adalah :
PBJS
Dengan
P : Angka indeks kesukaran item
B : Banyaknya testee yag dapat menjawab betul butir item
JS : Jumlah testee yang mengikuti tes
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut menggambarkan
tingkat kesukaran soal yang bersangkutan. Klasifikasi tingkat kesukaran soal
adalah :
Kurang dari 0,30 : soal terlalu sukar
0,30 – 0,70 : soal sedang
Lebih dari 0,7 : soal terlalu mudah
(Anas Sudijono, 2008 : 372)
Hasil uji tingkat kesukaran instrumen penilaian kognitif dan kemampuan
awal yang dilakukan terangkum dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal
Variabel Jumlah Soal
Kriteria Sukar Sedang Mudah
Soal-soal penilaian kognitif materi stoikiometri 35 10 16 9
Soal-soal penilaian kemampuan awal 35 4 16 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Uji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
siswa yang tidak atau kurang atau belum menguasai materi yang ditanyakan
(Depdiknas, 2009 : 11). Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya
dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal
berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah
memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi. Indeks daya
pembeda berkisar -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda soal
itu, semakin baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (< 0) berarti lebih banyak
kelompok bawah (siswa yang belum memahami materi) menjawab benar
dibanding dengan kelompok atas (siswa yang memahami materi).
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat
menggunakan rumus berikut :
DPBAJA
BBJB
Keterangan :
DP : nilai daya pembeda soal
BA : jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB : jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
JA : jumlah siswa kelompok atas
JB : jumlah siswa kelompok bawah
Hasil perhitungan rumus tersebut adalah daya pembeda soal yang dapat
menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar siswa yang
sudah memahami materi yang diujikan dengan siswa yang belum memahami
materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah :
Kurang dari 0,20 : Poor (jelek)
0,20 – 0,40 : Satisfactory (sedang)
0,40 – 0,70 : Good (baik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
0,70 – 1,00 : Excellent (baik sekali)
Bertanda negatif : Jelek sekali
(Anas Sudijono, 2008 : 389)
Hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan
terangkum dalam Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal
Variabel Jumlah Soal
Kriteria Jelek Sedang Baik Baik Sekali Jelek Sekali
Soal-soal kognitif 35 6 24 2 - 3
Soal-soal kemampuan awal
35 9 11 9 2 4
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi maka dilakukan
uji prasyarat analisis sebelum uji hipotesis. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel dalam penelitian ini
berdistribusi populasi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan metode
Liliefors untuk menentukan normalitasnya. Pada metode Liliefors, setiap data
diubah menjadi simpangan baku. Untuk menguji normalitas dengan metode ini
digunakan prosedur berikut :
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari polulasi yang berdistribusi normal
2) Taraf Signifikansi (α) = 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3) Statistik Uji
L = maks |F(zi) – S(zi)|
Dengan F(zi) = P(Z ≤ zi);
Z ~ N (0,1);
S(zi) : proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh zi
zi : skor standar
z , X : nilai rata-rata dan s : standar deviasi
4) Daerah Kritik (DK)
DK = {L | L > Lα; n }dengan n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung ∈ DK atau H0 diterima jika Lhitung ∉ DK
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2004 : 170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel-sampel berasal dari
populasi sama atau tidak. Salah satu uji homogenitas adalah uji Barlett dengan
rumus :
χ2 2,303c f log RKG fjlogsj
2
Langkah-langkah pengujian homogenitas dengan uji Barlett adalah sebagai
berikut :
1) Menentukan hipotesis
H0 : semua variansi populasi homogen = σ12 = σ2
2 = σ32 = … = σk
2
H1 : variansi populasi tidak homogen = σ12 ≠ σ2
2 ≠ σ32 ≠ … ≠ σk
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Statistik Uji
2 2,303c f log RKG fjlogsj
2
Dengan c 1 ∑
RKG = rataan kuadrat galat = ∑∑
SSj Xj2 ∑ Xj
2
njnj 1 sj
2
Sj2 SSj
nj 1
fj = nj – 1 dan k : banyaknya polulasi
3) Taraf signifikansi 5%
4) Daerah kritik
DK = {χ2| χ 2 ≥ χ 2 α; k-1}
5) Kriteria uji
H0 diterima apabila χ 2 ∈ DK, yang berarti sampel homogen atau H0 ditolak
apabila χ 2 ∉ DK.
(Budiyono, 2004 : 175 – 178)
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan bertujuan untuk menguji kesetaraan antara dua sampel
atau lebih dalam penelitian. Dalam penelitian ini untuk menguji keseimbangan
sampel digunakan anava satu jalan dengan sel tak sama karena sampel yang akan
diuji lebih dari dua. Model dari analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama
adalah sebagai berikut :
Xij µ αj εij
dimana :
Xij : data amatan ke-i pada perlakuan ke-j
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
αj = µj – µ : efek perlakuan ke-j pada variabel terikat
εij : deviasi data Xij terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi normal
dengan rataan 0.
i : 1, 2, 3, …. , nj
j : 1, 2, 3, …. , k
k : cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi)
(Budiyono, 2004 : 196)
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi satu jalan yaitu :
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = …. = µk
H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3≠ …. ≠ µk , paling sedikit ada satu µj yang tidak nol
Hipotesis di atas ekuivalen dengan hipotesis berikut ini :
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata pretes antara kelas NHT
dilengkapi modul, kelas TPS dilengkapi LKS, dan kelas kontrol.
H1 : ada perbedaan rata-rata pretes antara kelas NHT
dilengkapi modul, kelas TPS dilengkapi LKS, dan kelas kontrol.
2) Komputasi
a) Besaran-Besaran
(1)
(2) ∑ X,
(3) = ∑
b) Jumlah Kuadrat
JKA = (3) – (1)
JKG = (2) – (3)
JKT = (2) – (1)
c) Derajat Kebebasan
dkA = k – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dkG = N – k
dkT = N – 1
d) Rataan Kuadrat
RKA RKG
3) Statistik Uji
Fobs =
4) Daerah Kritik
DK = {F | F > Fα; k-1, N-k}
5) Keputusan Uji
H0 ditolak apabila Fobs ∈ DK atau H0 diterima apabila Fobs ∉ DK
6) Rangkuman Analisis
Rangkuman analisis variansi satu arah sel tak sama ditunjukkan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan Sel Tak Sama Sumber JK dK RK Fobs Fα
Perlakuan JKA k – 1 RKA Fa F*
Galat JKG N – k RKG - - Total JKT N – 1 - - -
Keterangan Fα : nilai F yang diperoleh dari tabel.
(Budiyono, 2004 : 197-198)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama, yang digunakan menguji signifikansi perbedaan pengaruh dua faktor A dan B
serta interaksi AB terhadap variabel terikat. Model dari analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :
Xijk µ αi βj αβ ij εijk
dimana :
Xijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
µ : rerata dari seluruh dara amatan
αi = µi – µ : efek baris ke-i pada variabel terikat
βi = µj – µ : efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij = µj – (µ + αi + βi) : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel
terikat
εijk : deviasi data amatan terhadap rataan populasi (µij) yang berdistribusi normal
dengan rataan 0. Deviasi amatan rataan populasi juga disebut galat (error).
i : 1, 2, 3, …. , p ; p : banyaknya baris
j : 1, 2, 3, …. , q ; q : banyaknya kolom
k : 1, 2, 3, …. , nij ; nij : banyaknya data amatan pada sel ij.
(Budiyono, 2004 : 207)
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu :
a. Hipotesis
1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, …, p
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
2) H0B : βi = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, …, q
H1B : paling sedikit ada satu βi yang tidak nol
3) H0AB : (αβij) = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, …, p dan j = 1, 2, 3, …, q
H1AB : paling sedikit ada satu (αβij) yang tidak nol
Ketiga pasangan hipotesis di atas ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut
ini :
1) H0A : tidak ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode NHT
dilengkapi modul, metode TPS dilengkapi LKS, dan metode ceramah
terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode NHT
dilengkapi modul, metode TPS dilengkapi LKS, dan metode ceramah
terhadap prestasi belajar siswa.
2) H0B : tidak ada perbedaan pengaruh antara kemampuan awal tinggi dan
kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
H1B : ada perbedaan pengaruh antara kemampuan awal tinggi dan kemampuan
awal rendah terhadap prestasi belajar siswa.
3) H0AB : tidak ada interaksi metode pembelajaran dan kemampuan awal
terhadap prestasi belajar siswa.
H1AB : ada interaksi metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap
prestasi belajar siswa.
b. Komputasi
Notasi dan tata letak data ditunjukkan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Notasi dan Tata Letak Data
B A
B1 B2
A1 AB11 AB12
A2 AB21 AB22
A3 AB31 AB32 Sel ABij memuat : Xij1; Xij2; Xij3; …; Xijn
Dimana :
A1 : pembelajaran dengan metode NHT dilengkapi modul
A2 : pembelajaran dengan metode TPS dilengkapi LKS
A3 : pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan (metode ceramah).
B1 : kemampuan awal tinggi
B2 : kemampuan awal rendah
Notasi-notasi :
nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: banyaknya data amatan pada sel ij
: frekuensi sel ij
: rataan harmonik frekuensi seluruh sel = ∑ ,
N = ∑ niji,j : banyaknya seluruh data amatan
SS ∑ X∑
: jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ABij : rataan pada sel ij
Ai ∑ ABij j : jumlah rataan pada baris ke-i
Bj ∑ ABij i : jumlah rataan pada kolom ke-j
G ∑ AB , : jumlah rataa semua sel
1) Besaran-Besaran
(4) (4) = ∑
(5) ∑ SS, (5) = ∑ AB,
(6) = ∑
2) Jumlah Kuadrat
JKA = {(3) – (1)}
JKB = {(4) – (1)}
JKAB = {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
3) Derajat Kebebasan
dkA = p – 1 dkG = N – pq
dkB = q – 1 dkT = N- 1
dkAB = (p – 1) (q – 1)
4) Rataan Kuadrat
RKA RKB
RKAB RKG
c. Statistik Uji
1) Untuk H0A adalah FaRKARKG yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Untuk H0B adalah FbRKBRKG yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq.
3) Untuk H0AB adalah FabRKABRKG yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1)(q-1) dan N – pq.
d. Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F | F > Fα; p-1, N-pq}
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F | F > Fα; q-1, N-pq}
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {F | F > Fα; (p-1)(q-1), N-pq}
e. Keputusan Uji
H0 ditolak apabila Fobs ∈ DK atau H0 diterima apabila Fobs ∉ DK
(Budiyono, 2004 : 228-230)
f. Rangkuman Analisis
Rangkuman analisis variansi dua arah sel tak sama ditunjukkan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber Variansi JK dK RK Fobs FαBaris (A) JKA p – 1 RKA Fa F*
Kolom (B) JKB q - 1 RKB Fb F* Interaksi (AB) JKAB (p – 1)(q – 1) RKAB Fab F* Galat JKG N – pq RKG - -
Total JKT N – 1 - - - Keterangan Fobs : harga statistik uji dan Fα : nilai F tang diperoleh dari tabel.
(Budiyono, 2004 : 213)
4. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda merupakan uji tindak lanjut dari analisis variansi apabila
hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji
lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Sheffe.
a. Komparasi Rataan Antar Baris
Fi jXi Xj
2
RKG 1ni
1nj
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dengan :
Fi j : nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
Xi : rataan pada baris ke-i
Xj : rataan pada baris ke-j
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
ni : ukuran sampel baris ke-i
nj : ukuran sampel baris ke-j
Daerah kritik untuk uji ini adalah : DK = {F | F > (p-1) Fα; p-1; N-pq}
b. Komparasi Rataan Antar Kolom
Fi jXi Xj
2
RKG 1ni
1nj
Daerah kritik untuk uji ini adalah : DK = {F | F > (q-1) Fα; q-1; N-pq}
c. Komparasi Rataaan antar Sel pada Kolom yang Sama
Fij kjXij Xkj
2
RKG 1nij
1nkj
Dengan daerah kritik : DK = {F | F > (pq – 1) Fα; pq-1; N – pq}
d. Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama
Fij ikXij Xik
2
RKG 1nij
1nik
Dengan daerah kritik : DK = {F | F > (pq – 1) Fα; pq-1; N – pq}
(Budiyono, 2004 : 214-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini adalah data skor kemampuan kognitif siswa pada
materi stoikiometri (perhitungan kimia) dan skor kemampuan awal pada materi
tata nama senyawa kimia, persamaan reaksi kimia, dan hukum dasar kimia. Data
tersebut diperoleh dari masing-masing siswa dalam kelompok sampel penelitian,
yaitu diperoleh dari 107 siswa dari kelas X-C, X-F, X-G SMA N 1 Gemolong
Tahun Pelajaran 2010/1011, dengan perincian 36 siswa kelas X-C sebagai
kelompok kelas kontrol, 35 siswa kelas X-F sebagai kelompok kelas TPS
dilengkapi LKS, dan 36 siswa kelas X-G sebagai kelompok kelas NHT dilengkapi
modul. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari
masing-masing variabel.
1. Data Nilai Kemampuan Awal Siswa
Data nilai kemampuan awal siswa diperoleh dari metode tes. Data yang
diperoleh dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu nilai yang lebih besar dari
rata-rata nilai total kemampuan awal termasuk dalam kategori kemampuan awal
tinggi dan nilai yang lebih kecil dari rata-rata tersebut termasuk dalam kategori
kemampuan awal rendah. Pengelompokan ini didasarkan pada rata-rata nilai total
hasil tes kemampuan awal siswa untuk ketiga kelas tersebut. Adapun nilai rata-
rata keseluruhan adalah 59,93. Dengan menggunakan kriteria tersebut, 107 siswa
yang terdiri dari 36 siswa kelas NHT dilengkapi modul, 35 kelas TPS dilengkapi
LKS, dan 36 siswa kelas kontrol terdapat 61 siswa mempunyai kemampuan awal
tinggi dan 46 siswa mempunyai kemampuan awal rendah. Secara rinci disajikan
dalam Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Jumlah Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah
Kemampuan Awal
Kelas Eksperimen Jumlah Kelas NHT
Modul Kelas TPS
LKS Kelas
Kontrol Tinggi 13 24 24 61 Rendah 23 11 12 46 Jumlah 36 35 36 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada kelas eksperimen I yaitu kelas NHT dilengkapi modul, nilai terendah
adalah 44 dan nilai tertinggi adalah 76 dengan nilai rata-rata 56. Pada kelas
eksperimen II yaitu kelas TPS dilengkapi LKS, nilai terendah adalah 40 dan nilai
tertinggi adalah 80 dengan nilai rata-rata 62,29. Sedangkan pada kelas kontrol
yaitu kelas yang diajar dengan metode yang biasa digunakan (ceramah dan tanya
jawab), nilai terendah adalah 44 dan nilai tertinggi adalah 72 dengan nilai rata-rata
61,56. Selanjutnya, dari data nilai kemampuan awal siswa tersebut dapat dibuat
tabel distribusi frekuensi yang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Siswa Kelas NHT Dilengkapi
Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Kontrol
o Kelas
Interval Nilai
TengahNHT Modul TPS LKS Kontrol
Frek %Frek Frek %Frek Frek %Frek 1 2 3 4 5 6 7
40 – 45 46 – 51 52 – 57 58 – 63 64 – 69 70 – 75 76 – 81
42,5 48,5 54,5 60,5 66,5 72,5 78,5
5 3 15 7 4 1 1
14 8 42 19 11 3 3
4 3 4 1 14 6 3
11 9 11 3 40 17 9
1 4 7 3 16 5 0
3 11 19 8 45 14 0
Jumlah 36 100 35 100 36 100
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai data kemampuan
awal siswa kelas NHT dilengkapi modul, kelas TPS dilengkapi LKS, dan kelas
kontrol, dibuat histogram kemampuan awal siswa yang dapat dilihat pada Gambar
3. Dari tabel dan histogram tersebut terlihat bahwa pada kelas NHT dilengkapi
modul, frekuensi tertinggi adalah 15 pada rentang 52–57 yang termasuk dalam
kategori kemampuan awal rendah. Pada kelas TPS dilengkapi LKS, frekuensi
tertinggi adalah 14 pada rentang 64–69 yang termasuk dalam kategori
kemampuan awal tinggi. Pada kelas kontrol, frekuensi tertinggi adalah 16 pada
rentang 64–69 yang termasuk dalam kategori kemampuan awal tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 3. Histogram Skor Kemampuan Awal Siwa Kelas NHT Dilengkapi
Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Kontrol
2. Data Nilai Prestasi Belajar Siswa
Data mengenai nilai prestasi belajar siswa tercantum dalam Lampiran 17.
Data prestasi belajar siswa materi stoikiometri yang dianalisis adalah data selisih
nilai pretes dan nilai posttes. Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-
masing data, akan disajikan gambaran mengenai nilai prestasi belajar siswa
sebagai berikut:
a. Rerata Prestasi Belajar Siswa
Rerata prestasi belajar siswa materi stoikiometri dapat dilihat pada Tabel 12
berikut.
Tabel 12. Rerata Prestasi Belajar Siswa
Kelompok Siswa Rerata Prestasi Belajar Siswa Faktor Kategori
Metode Pembelajaran NHT dilengkapi Modul 47,00 TPS dilengkapi LKS 39,89 Kontrol 37,22
Kemampuan Awal Tinggi 40,59 Rendah 42,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
1) Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa menurut Metode Pembelajaran
Data siswa yang diajar menggunakan metode NHT dilengkapi
modul pada materi stoikiometri diperoleh prestasi belajar tertinggi
mencapai 64 sedangkan prestasi belajar terendah adalah 32. Untuk siswa
yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode TPS dilengkapi
LKS diperoleh prestasi belajar tertinggi mencapai 60 sedangkan prestasi
belajar adalah 20. Sedangkan untuk siswa yang dikenai pembelajaran
dengan menggunakan metode yang biasa digunakan (ceramah dan tanya
jawab) sebagai kelas kontrol diperoleh prestasi belajar tertinggi mencapai
56 sedangkan prestasi belajar terendah adalah 12.
Untuk memudahkan dalam membandingkan prestasi belajar pada
materi stoikiometri yang diperoleh siswa pada kelas yang diajar dengan
metode NHT dilengkapi modul, TPS dilengkapi LKS, dan kelas ceramah,
dibuat tabel distribusi frekuensi yang dapar dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Materi
Stoikiometri Kelas NHT Dilengkapi Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Ceramah
No Kelas
Interval Nilai
TengahNHT Modul TPS LKS Kontrol
Frek %Frek Frek %Frek Frek %Frek1 2 3 4 5 6 7 8
12 – 18 19 – 25 26 – 32 33 – 39 40 – 46 47 – 53 54 – 60 61 – 67
15 23 29 36 43 50 57 64
0 0 1 4 11 13 6 1
0 0 3 11 30 36 17 3
0 5 7 3 8 8 4 0
0 14 20 9 23 23 11 0
2 2 10 3 13 5 1 0
6 6 27 8 36 14 3 0
Jumlah 36 100 35 100 36 100
Gambaran yang lebih jelas tentang perbandingan prestasi belajar
siswa antara kelas dengan metode NHT dilengkapi modul, TPS dilengkapi
LKS, dan kelas ceramah dapat dilihat pada histogram Gambar 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 4. Histogram Prestasi Belajar Kelas NHT Dilengkapi Modul,
Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Ceramah
2) Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa menurut Kemampuan Awal
Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa ditinjau dari kemampuan
awal siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa dengan
kemampuan awal tinggi dan kelompok siswa dengan kemampuan awal
rendah. Pada kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi, rentang
prestasi belajarnya 20 sampai 64. Sedangkan untuk kelompok siswa
dengan kemampuan awal rendah, prestasi belajarnya memiliki rentang
antara 12 sampai 60.
Agar dapat membandingkan selisih nilai kognitif siswa pada
kelompok kemampuan awal tinggi dengan kelompok kemampuan rendah,
kedua data tersebut dijadikan satu seperti ditunjukkan pada distribusi
frekuensi Tabel 14. Gambaran yang lebih jelas tentang perbandingan
selisih nilai kognitif siswa ditinjau kemampuan awal siswa dapat dilihat
pada histogram Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 14. Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa
No Kelas
Interval Nilai
Tengah Tinggi Rendah
Frek % Frek Frek % Frek 1 2 3 4 5 6 7 8
12 – 18 19 – 25 26 – 32 33 – 39 40 – 46 47 – 53 54 – 60 61 – 67
15 23 29 36 43 50 57 64
0 5 12 7 19 11 6 1
0 8 20 11 31 18 10 2
2 2 6 3 13 15 5 0
4 4 13 7 28 33 11 0
Jumlah 61 100 46 100
Gambar 5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Ditinjau
Kemampuan Awal Siswa
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Teknik uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama dengan desain faktorial 3 x 2.
Prasyarat minimal yang harus dipenuhi untuk menggunakan anava tersebut adalah
populasi harus seimbang, normal, dan homogen yang dapat diketahui dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji keseimbangan menggunakan analisis
variansi satu jalan dengan frekuensi sel tak sama, uji normalitas dengan metode
Liliefors, dan uji homogenitas dengan metode Barlett. Hasil uji prasyarat tersebut
sebagai berikut:
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif awal
antara kelas NHT dilengkapi modul, kelas TPS dilengkapi LKS, dan kelas
kontrol. Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis variansi satu jalan dengan
sel tak sama terhadap nilai pretes pada materi stoikiometri. Adapun hasil
rangkuman analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 sedangkan hasil
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Tabel 15. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Satu Jalan Nilai Pretes Sumber JK dk RK Fobs Fα Kesimpulan Metode Mengajar (A) 262,67 2 131,33 1,51 3,07 H0A diterima Galat (G) 9066,08 104 87,17 - - - Total 9328,75 106 - - - -
Dari perhitungan diperoleh harga Fobs = 1,51, sedangkan Fα = 3,07. Hal
tersebut berarti Fobs = 1,51 ∉ DK atau berada diluar daerah kritik sehingga H0
diterima. Kesimpulannya adalah nilai rata-rata pretes kelas NHT dilengkapi
modul, kelas TPS dilengkapi LKS, dan kelas kontrol adalah sama. Dengan
mengasumsikan nilai pretes materi stoikiometri sebagai kemampuan kognitif
awal, maka ketiga kelas mempunyai kemampuan kognitif awal yang sama.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya normal.
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors. Hasil uji
normalitas dengan tingkat signifikansi 0,05 terangkum dalam Tabel 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 16. Rangkuman Uji Normalitas Sampel dengan Uji Liliefors Kelompok L0 Ltabel Kesimpulan
NHT dilengkapi Modul
Pretes 0,138 0,148 Normal Postes 0,144 0,148 Normal Kognitif 0,116 0,148 Normal Kemampuan awal 0,143 0,148 Normal
TPS dilengkapi LKS
Pretes 0,135 0,149 Normal Postes 0,102 0,149 Normal Kognitif 0,105 0,149 Normal Kemampuan awal 0,103 0,149 Normal
Kontrol
Pretes 0,141 0,148 Normal Postes 0,138 0,148 Normal Kognitif 0,093 0,148 Normal Kemampuan awal 0,099 0,148 Normal
Prestasi Kognitif
Kemampuan Tinggi 0,112 0,113 Normal Kemampuan Rendah 0,081 0,130 Normal
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa harga L0 < Ltabel, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Data selengkapnya mengenai uji normalitas ini dapat dilihat
pada Lampiran 18.
3. Uji Homogenitas
Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi
adalah variansi populasi harus homogen. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak.
Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode Barlett. Hasil
uji homogenitas terangkum dalam Tabel 17.
Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Barlett
No Sumber χ2obs χ2
tabel Kesimpulan1 Pretes 0,146 5,991 Homogen 2 Postes 0,759 5,991 Homogen 3 Prestasi Kognitif 4,836 5,991 Homogen 4 Kemampuan Awal 4,501 5,991 Homogen 5 Kognitif Berdasarkan Kemampuan Awal 0,034 3,841 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari Tabel 17 tersebut tampak bahwa nilai statistik uji χ2obs tidak
melampaui harga kritiknya χ2tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Setelah prasyarat analisis terpenuhi, uji dapat dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama. Perhitungan secara lebih rinci
disajikan pada Lampiran 21.
Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terhadap prestasi
belajar yaitu selisih nilai pretes-postes materi stoikiometri ditinjau dari variabel-
variabel metode pengajaran dan kemampuan awal siswa terangkum dalam Tabel
18 dan Tabel 19.
Tabel 18. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Belajar Siswa Kemampuan Awal Tinggi Rendah Total NHT Modul 45,846 47,652 93,498 (A1) TPS LKS 39,167 41,455 80,622 (A2) Kontrol 39,167 33,333 72,500 (A3) TOTAL 124,18 (B1) 122,44 (B2) 246,620 (G)
Tabel 19. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Prestasi Belajar Siswa
Sumber JK dk RK Fobs Fα Keputusan Metode (A) 1779,669 2 889,835 9,176 3,07 H0A Ditolak Kemampuan Awal (B) 8,010 1 8,010 0,083 3,92 H0B Diterima Interaksi (AB) 329,567 2 164,784 1,699 3,07 H0AB DiterimaGalat 9794,970 101 96,980 - - - Total 11912,216 106 - - - -
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
a. Pada efek utama baris (A) H0 ditolak karena Fobs > Fα. Hal tersebut berarti
terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan metode NHT dilengkapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
modul, metode TPS dilengkapi LKS, dan metode ceramah tanya jawab
terhadap prestasi kognitif siswa pada materi stoikiometri. Oleh karena itu,
diperlukan uji lanjut pasca anava yaitu uji komparasi ganda antar baris (Uji
Scheffe).
b. Pada efek utama kolom (B), H0 diterima karena Fobs < Fα. Hal tersebut berarti
tidak terdapat perbedaan pengaruh antara kemampuan awal tinggi dengan
kemampuan awal rendah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi
stoikiometri. Oleh karena itu, tidak diperlukan uji lanjut pasca anava.
c. Pada efek interaksi (AB) H0 diterima karena Fobs < Fα. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi
modul, metode TPS dilengkapi LKS, dan metode ceramah tanya jawab dengan
kemampuan awal terhadap prestasi kognitif siswa pada materi stoikiometri.
2. Hasil Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi
Analisis variansi mempunyai kelemahan yaitu apabila H0 ditolak, peneliti
hanya mengetahui bahwa perlakuan-perlakuan yang diteliti memberikan pengaruh
yang berbeda. Peneliti belum bisa mengetahui manakah perlakuan-perlakuan itu
secara signifikan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
uji lanjut pasca anava yaitu dengan menggunakan Uji Scheffe. Uji lanjut pasca
anava dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara rerata populasi yang dibandingkan dan pada rerata populasi yang terbesar
menunjukkan adanya perlakuan yang lebih (misal lebih baik) daripada yang lain
(Budiyono, 2004 : 201).
Berdasarkan hasil analisis variansi diketahui bahwa hipotesis pertama
(H0A) dinyatakan ditolak, hipotesis kedua (H0B) dan hipotesis ketiga (H0AB)
dinyatakan diterima. Oleh karena itu, Uji Scheffe hanya dilakukan untuk
komparasi ganda antar baris. Perhitungan Uji Scheffe untuk komparasi ganda
antar baris selengkapnya terdapat pada Lampiran 22. Rangkuman hasil Uji lanjut
pasca analisis variansi komparasi ganda antar baris disajikan dalam Tabel 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 20. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris Prestasi Belajar Siswa Komparasi (Xi - Xj)2 1/ni + 1/nj RKG F Kritik Keputusan
µ1 vs µ2 41,448 0,056 96,980 7,585 6,14 Ditolak µ2 vs µ3 16,492 0,056 96,980 3,018 6,14 Diterima µ1 vs µ3 110,229 0,056 96,980 20,459 6,14 Ditolak
Keterangan : µ1 = Kelas NHT dilengkapi modul µ2 = Kelas TPS dilengkapi LKS µ3 = Kelas ceramah tanya jawab Dari tabel di atas dapat disimpulakan :
a. Prestasi kognitif siswa kelas NHT dilengkapi modul dan kelas TPS dilengkapi
LKS menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
b. Prestasi kognitif siswa kelas TPS dilengkapi LKS dan kelas ceramah tanya
jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
c. Prestasi kognitif siswa kelas NHT dilengkapi modul dan kelas ceramah tanya
jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan
hasil yaitu dari tiga pengujian hipotesis yang diajukan (H0), hipotesis pertama
ditolak sedangkan hipotesis kedua dan ketiga diterima, dan dilanjutkan dengan
satu uji lanjut pasca analisis variansi yaitu uji komparasi ganda antar baris
terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri, berikut ini akan dibahas
mengenai hipotesis penelitian.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa prestasi belajar siswa menggunakan
metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS
dilengkapi LKS pada materi stoikiometri. Hipotesis tersebut diuji dengan analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama dan uji lanjut pasca analisis variansi.
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama hipotesis
pertama, diperoleh harga Fobs = 9,18. Harga Ftabel = 3,07 dengan N = 107 pada
taraf signifikansi 5%. Karena Fobs > Ftabel maka H0A ditolak dan H1A diterima. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
tersebut berarti terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode NHT dilengkapi
modul, metode TPS dilengkapi LKS, dan metode ceramah tanya jawab terhadap
prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri.
Dari hasil uji lanjut pasca analisis variansi dengan uji Scheffe yaitu uji
komparasi ganda antar baris (Tabel 20) menunjukkan adanya perbedaan prestasi
belajar kognitif yang signifikan antara kelas NHT dilengkapi modul dengan kelas
TPS dilengkapi LKS dan kelas ceramah tanya jawab. Dari rataan marginal antar
baris (Lampiran 22) menunjukkan bahwa rataan kelas NHT dilengkapi modul
lebih besar dari pada kelas TPS dilengkapi LKS dan kelas ceramah tanya jawab.
Hal tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT
dilengkapi modul lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi
LKS pada materi stoikiometri kelas X SMA N 1 Gemolong 2010/2011.
Prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode NHT dilengkapi modul
lebih tinggi dibandingkan dengan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri. Hal tersebut karena materi stoikiometri merupakan materi yang di
dalamnya berisi konsep-konsep hitungan kimia dan biasanya soal yang harus
diselesaikan adalah soal hitungan. Oleh karena itu, siswa membutuhkan banyak
latihan soal sehingga dalam proses pembelajarannya diperlukan keterlibatan siswa
secara aktif untuk melakukan sendiri latihan soal tersebut. Dengan melakukan
banyak latihan soal sendiri, siswa dengan sendirinya akan menemukan konsep
hitungan tersebut yang akan bertahan lama dan memberikan kesan mendalam
terhadap latihan soal yang dilakukan. Dengan dilengkapi modul, siswa yang
mengikuti pembelajaran akan lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar,
membaca uraian materi, mempelajari contoh soal dan penyelesaiannya, dan
menjawab soal evaluasi baik secara individu maupun diskusi dalam kelompok.
Pada pembelajaran menggunakan metode TPS, siswa hanya sedikit
melakukan latihan soal. Dengan dilengkapi LKS, siswa dituntut berperan aktif
dalam mengerjakan soal-soal yang terdapat di LKS secara berkesinambungan baik
individu maupun kelompok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memahami
konsep materi stoikiometri. Namun saat mengerjakan soal di LKS hanya beberapa
siswa yang aktif sedangkan siswa yang lain cenderung pasif dan hanya menyalin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pekerjaan teman sebangku. Oleh karena itu, konsep stoikiometri kurang berkesan
pada siswa yang pasif. Hal tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa yang
diajar menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan metode TPS dilengkapi LKS.
Selain hal di atas, kedua metode tersebut menghasilkan prestasi belajar
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode yang biasa digunakan
(ceramah dan tanya jawab). Dalam pembelajaran dengan metode ceramah, siswa
hanya mempelajari materi yang disampaikan oleh guru. Proses pembelajarannya
lebih bersifat teacher centered sehingga siswa kurang aktif dalam prosesnya. Oleh
karena itu, latihan soal yang diberikan sebagian besar dikerjakan oleh guru
sehingga siswa kurang pengalaman dalam mengerjakan soal secara mandiri.
Secara umum, kegiatan belajar mengajar pada kelas NHT dilengkapi
modul dan kelas TPS dilengkapi LKS siswa cukup aktif. Pada kelas NHT
dilengkapi modul, setelah memberi penjelasan singkat terkait tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari, siswa menempatkan diri bersama kelompoknya,
dari 36 siswa dibagi menjadi 9 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri
dari 4 siswa. Dalam pembelajaran ini siswa berusaha menyelesaikan soal-soal
yang diberikan dengan bantuan modul. Meskipun terdapat sebagian siswa yang
belum bisa memahami modul masih dapat dibantu teman sekelompoknya yang
lebih paham untuk memahami isi modul sehingga semua anggota kelompok dapat
menyelesaikan soal dan memahami materi stoikiometri. Hal ini juga didukung
dengan dituntutnya tanggung jawab bahwa setiap siswa yang mempunyai nomor
harus siap untuk memberikan jawaban dari soal-soal ke seluruh kelas secara
individu sehingga terjalin kerjasama antar anggota kelompok untuk memahami
materi yang diajarkan.
Sedangkan pada kelas TPS dilengkapi LKS, siswa terlebih dahulu diberi
penjelasan materi dan contoh soal secara singkat oleh guru kemudian siswa diberi
satu soal terkait materi yang baru saja dijelaskan yang terdapat di LKS. Guru
meminta siswa memikirkan jawaban soal tersebut secara individu kemudian
mendiskusikan jawaban tersebut dengan teman sebangkunya (berpasangan).
Dalam diskusi ini siswa berusaha menyelesaikan soal yang diberikan. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pembelajaran ini terdapat pasangan siswa yang mampu menyelesaikan soal
dengan benar tapi terdapat pula pasangan siswa yang kesulitan menyelesaikan
soal sehingga masih perlu bimbingan guru dalam diskusi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas kontrol yaitu menggunakan metode
ceramah, siswa bertindak pasif. Guru memberikan penjelasan materi stoikiometri
dilanjutkan memberikan contoh soal dan cara menyelesaikan. Bagi siswa yang
belum memahami materi dapat bertanya pada guru, namun sebagian besar siswa
memilih diam ketika belum memahami penjelasan materi yang disampaikan. Hal
tersebut terlihat ketika masih terdapat siswa yang belum bisa menjawab dengan
benar pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diyakini bahwa prestasi belajar
siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi dibandingkan
dengan metode TPS dilengkapi LKS dan metode ceramah pada materi
stoikiometri kelas X semester gasal SMA N 1 Gemolong Tahun Ajaran
2010/2011.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dengan
kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal
rendah pada materi stoikiometri. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama hipotesis kedua, diperoleh harga Fobs = 0,08. Harga Ftabel = 3,92 dengan
N = 107 pada taraf signifikansi 5%. Karena Fobs < Ftabel, maka H0B diterima dan
H1B ditolak. Oleh karena itu, tidak dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi
yaitu tidak dilakukan uji komparasi ganda antar kolom. Hal ini berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan awal siswa kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Dengan kata lain
hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi
tidak lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah pada materi
stoikiometri kelas X SMA N 1 Gemolong 2010/2011.
Pada penelitian ini, kemampuan awal dari materi stoikiometri adalah tata
nama senyawa kimia, persamaan reaksi kimia, dan hukum-hukum dasar kimia.
Sebelum mempelajari materi stoikiometri, hendaknya siswa terlebih dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mempelajari ketiga materi tersebut. Ketiga materi tersebut merupakan materi yang
cenderung hafalan dan berkaitan dengan pemahaman konsep. Sedangkan materi
stoikiometri lebih ke penerapan rumus, dapat terkait dengan mampu tidaknya
siswa menggunakan rumus ataupun kemampuan siswa dalam menghitung.
Karakteristik siswa dalam kemampuan kognitif berbeda-beda, ada siswa yang
lebih unggul dalam materi hafalan namun ada pula yang lebih unggul dalam
materi hitungan. Hal tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar siswa dengan
kemampuan awal tidak lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal
rendah pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011.
Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang telah diuraikan
dalam bab II dapat berpengaruh terhadap hasil tes kemampuan awal yang
diberikan siswa. Misalnya keadaan udara dan suhu yang terlalu panas sehingga
siswa kurang fokus dan kurang konsentrasi untuk mengerjakan soal yang
diberikan. Lagipula, waktu untuk mengerjakan tes kemampuan awal tidak sama
tiap kelasnya. Tiap kelas mengerjakan tes kemampuan awal pada siang hari
dengan kondisi yang bermacam-macam, seperti lelah, lapar, sakit, kurang
konsentrasi dan sebagainya. Kurangnya persiapan yang dilakukan siswa dapat
pula menyebabkan hasil tes yang diberikan kurang bagus.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga menyatakan tidak terdapat interaksi antara metode NHT
dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Dari hasil analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama hipotesis ketiga, diperoleh harga Fobs =
1,70. Harga Ftabel = 3,07 dengan N = 107 pada taraf signifikansi 5%. Karena Fobs <
Ftabel, maka H0AB diterima dan H1AB ditolak. Oleh karena itu, tidak dilakukan uji
lanjut pasca analisis variansi yaitu tidak dilakukan uji komparasi ganda antar sel.
Hal tersebut berarti tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul
dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011.
Tidak terdapatnya interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan
awal siswa terhadap prestasi belajar pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ada pengaruh perbedaan metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal
terhadap prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan, baik NHT
dilengkapi modul, TPS dilengkapi LKS, maupun metode ceramah, prestasi belajar
siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada siswa berkemampuan
awal rendah. Untuk setiap kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah,
rataan prestasi belajar siswa metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada
rataan prestasi belajar siswa metode TPS dilengkapi LKS. Secara keseluruhan,
tanpa memperhatikan kemampuan awal, prestasi belajar prestasi belajar siswa
metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa metode
TPS dilengkapi LKS. Untuk setiap metode NHT dilengkapi modul dan metode
TPS dilengkapi LKS, rataan prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi
tidak lebih tinggi daripada rataan prestasi belajar siswa berkemampuan awal
rendah. secara keseluruhan, tanpa memperhatikan metode, prestasi belajar siswa
berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa
berkemampuan awal rendah.
Dalam penelitian ini, tidak terdapatnya interaksi antara metode
pembelajaran dengan kemampuan awal dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya keterbatasan kontrol terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar yang berasal dari diri siswa selain kemampuan awal. Hal
ini karena masih terdapat banyak faktor-faktor lain seperti bakat, minat,
kecerdasan, motivasi, kebiasaan, kemampuan matematik, kemampuan numerik
dan sebagainya yang semuanya dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar
kognitif siswa pada materi stoikiometri.
Secara keseluruhan, dalam penelitian ini dapat ditemukan perbedaan dan
persamaan terkait metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi
LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaan yang
ditemukan yaitu prestasi belajar siswa dengan metode NHT dilengkapi modul
lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa dengan metode TPS dilengkapi LKS.
Persamaan yang ditemukan yaitu, bila menggunakan metode yang berbeda
prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi tidak berbeda secara
signifikan dengan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal rendah .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode NHT dilengkapi modul
lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi
stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil
uji komparasi ganda antar baris dengan harga Fhitung = 7,59 > Ftabel = 6,14.
Selain itu, dapat dilihat dari rataan marginal dari metode NHT dilengkapi
modul yang lebih tinggi dari pada rataan marginal metode TPS dilengkapi
LKS, yaitu 46,75 > 40,31.
2. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi
daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri
SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 0,08 < Ftabel = 3,92 yang
berarti H0 diterima.
3. Tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode
TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa
pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 1,70 <
Ftabel = 3,07 yang berarti H0 diterima.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian
selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu
siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Pembelajaran kimia materi stoikiometri sebaiknya dilakukan dengan
metode NHT dilengkapi modul karena siswa akan melakukan banyak latihan
soal dengan bantuan modul dan sedikit bantuan guru.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Bila terdapat metode NHT dan TPS, guru hendaknya menggunakan metode
NHT pada pembelajaran stoikiometri karena siswa melakukan latihan soal
dengan usaha sendiri yang nantinya akan lebih diingat dan dipahami siswa.
2. Dalam pembelajaran stoikiometri tidak perlu memperhatikan kemampuan
awal siswa karena tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar materi
stoikiometri.
3. Bila kemampuan awal dijadikan faktor yang dominan, tidak perlu
menggunakan variasi metode NHT dilengkapi modul dengan metode TPS
dilengkapi LKS dalam pembelajaran materi stoikiometri. Dan bila metode
pembelajaran dijadikan faktor yang dominan, maka siswa tidak harus berada
dalam kondisi yang sama dalam pembelajaran stoikiometri.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain terhadap metode
NHT dan TPS guna mengetahui pengaruh dan interaksinya terhadap prestasi
belajar siswa, misalnya bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kebiasaan,
kemampuan matematik, kemampuan numerik dan sebagainya supaya
diperoleh prestasi belajar materi stoikiometri yang maksimal.