LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
STUDI KUALITAS AIR BEBERAPA PERAIRAN SUNGAI DI KOTA TARAKAN
Oleh:
Isriansyah, S.Pi., M.Si.
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2010
ABSTRAK Isriansyah. Studi Kualitas Air Beberapa Perairan Sungai di Kota Tarakan
Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui kondisi kualitas air beberapa perairan sungai di kota Tarakan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kelas I. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan September 2010. Sampel air diambil di empat tempat pada beberapa perairan sungai yang terdapat di sekitar kota Tarakan, yaitu: sungai Semunti, sungai Persemaian, sungai Kampung Bugis dan sungai Binalatung. Paremeter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisik-kimia air dan parameter mikrobiologi. Selanjutnya untuk mengetahui kondisi kualitas perairan sungai yang diamati berdasarkan parameter kualitas air yang diukur pada bulan Maret dan September, dilakukan perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA). Perhitungan nilai Indeks Kualitas Air mengacu pada metode dari CCME WQI (Canadian Council of Ministers of the Environment Water Quality Index).
Hasil penelitian menunjukkan, meskipun terdapat beberapa parameter kualitas air yang nilainya tidak memenuhi kriteria baku mutu air, namun berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kualitas Air, kondisi kualitas perairan sungai Semunti, sungai Kampung Bugis dan sungai Binalatung dapat dikategorikan cukup baik, dan kualitas perairan sungai Persemaian dikategorikan baik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan laporan dengan judul βStudi
Kualitas Air Beberapa Perairan Sungai di Kota Tarakanβ ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2. Kepala Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT/Pusrehut) Universitas
Mulawarman.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan
penelitian ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk
kesempurnaan tulisan hasil penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat.
Samarinda, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. v DAFTAR ISI β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ vi DAFTAR TABEL β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ vii DAFTAR GAMBAR ..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. viii BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 1 B. Tujuan β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 2
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Lingkup Pemantauan Kualitas Air β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 3 B. Parameter Kualitas Air β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 3 C. Pengambilan dan Pengukuran Contoh Air β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 3 D. Evaluasi Data β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 5
BAB III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................. 7
BAB IV. KESIMPULAN β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 17
DAFTAR PUSTAKA β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 18
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Parameter dan metode pengukuran kualitas air β¦β¦β¦β¦β¦ 4
2. Kriteria kualitas air berdasarkan Indeks Kualitas Air CCME WQI .......................................................................................
6
3. Hasil analisa kualitas air pada beberapa sungai di kota
Tarakan ..................................................................................
7
4. Nilai indeks kualitas air ......................................................... 16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Derajat keasaman (pH) di beberapa perairan sungai kota Tarakan β¦β¦β¦β¦β¦..............................................................
8
2. Kadar oksigen terlarut (DO) di beberapa perairan sungai
kota Tarakan ..........................................................................
9
3. Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) di beberapa perairan sungai kota Tarakan .................................................
10
4. Nilai COD (Chemical Oxygen Demand) di beberapa
perairan sungai kota Tarakan .................................................
11
5. Kadar fenol di beberapa perairan sungai kota Tarakan ......... 12
6. Kadar deterjen di beberapa perairan sungai kota Tarakan ..... 13
7. Kadar besi di beberapa perairan sungai kota Tarakan ........... 14
8. Kadar mangan di beberapa perairan sungai kota Tarakan ..... 14
9. Kadar seng di beberapa perairan sungai kota Tarakan .......... 15
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Tarakan terletak di pintu gerbang utara Provinsi Kalimantan Timur
secara astronomis berada diantara 03Β°14β23β - 03Β°26β37β Lintang Utara dan
117Β°30β50β-117Β°40β12β Bujur Timur. Luas wilayah Kota Tarakan secara
keseluruhan adalah Β± 657,33 kmΒ², terdiri dari wilayah daratan seluas Β± 250,80 kmΒ²
serta wilayah perairan laut seluas Β± 406,33 kmΒ² (Ciptakarya, 2006).
Wilayah daratan Kota Tarakan dengan luas 25.080 Ha dimanfaatkan untuk
berbagai jenis penggunaan lahan. Berdasarkan pola guna lahan Kota Tarakan, terlihat
bahwa sebagian besar lahannya masih berupa hutan belukar. Penggunaan lahan
selanjutnya adalah digunakan untuk kegiatan usaha pertanian, pemukiman penduduk,
fasilitas umum dan sosial, kegiatan industri dan perdagangan, serta penggunaan
lahan lainnya (Succery, 2009).
Berkaitan dengan pemukiman penduduk, maka tidak terlepas juga dengan
kebutuhan akan sarana dan prasarana air bersih. Kebutuhan air bersih kota Tarakan
dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tarakan. Adapun
sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kota Tarakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih adalah (Ciptakarya, 2006):
a. Sungai Kampung Bugis untuk instalasi pengolahan air Kampung
b. Sungai Sesanip untuk instalasi pengolahan air di Persemaian
c. Sungai Semunti untuk instalasi pengolahan air Juata Laut
d. Sungai Binalatung untuk instalasi pengolahan air Kampung Satu
Selanjutnya mengenai pendistribusian air tersebut umumnya sudah merata meskipun
masih terdapat beberapa kekurangannya.
Ketersediaan air yang memanfaatkan perairan sungai sebagai sumber air baku
untuk diolah sebagai air bersih, selain secara kuantitas harus tersedia terus-menerus,
secara kualitas juga perlu diperhatikan dan dijaga. Hal ini karena dengan adanya
peningkatan aktivitas manusia di sekitar sungai tersebut, maka secara langsung
2
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi kualitas air sungai sebagai
sumber air baku/bersih tersebut di kota Tarakan.
Berdasarkan permasalahan di atas, yaitu untuk mengetahui kondisi kualitas
air pada perairan sungai, maka perlu dilakukan studi lingkungan berupa pengukuran
kualitas air di keempat perairan sungai tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui
kondisi kualitas air beberapa perairan sungai di kota Tarakan yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kelas I.
3
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lingkup Pemantauan Kualitas Air
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret dan
September 2010, yang meliputi pengambilan contoh (sampel) air dan analisis
kualitas air di laboratorium. Sampel air diambil di empat tempat pada beberapa
perairan sungai yang terdapat di sekitar kota Tarakan, yang beberapa diantaranya
digunakan sebagai sumber air bersih, yaitu: sungai Semunti, sungai Persemaian,
sungai Kampung Bugis dan sungai Binalatung.
B. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur pada air sungai disesuaikan dengan tolak
ukur untuk evaluasi yaitu mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, dalam
hal ini adalah Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaan air, khususnya baku mutu air kelas I yang
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum yaitu:
β’ Sifat fisika: suhu, kecerahan, TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total
Disolved Solid), dan daya hantar listrik (DHL).
β’ Sifat kimia: pH, oksigen terlarut (DO), BOD5, COD, amoniak (NH3-N),
nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N), fosfat (PO4-P), sufat (SO4
β’ Sifat biologi: coli fecal dan total coliform.
), total fenol,
minyak/lemak, deterjen (MBAS), sianida (CN), besi (Fe), mangan (Mn),
tembaga (Cu), seng (Zn), dan kadmium (Cd).
C. Pengambilan dan Pengukuran Contoh Air
Pengambilan contoh (sampling) air pada prinsipnya dilakukan secara
langsung pada permukaan, yaitu pada kedalaman kurang lebih 50 cm di bawah
permukaan air dengan posisi mulut botol berlawanan dengan arah arus atau aliran air.
Contoh air yang telah diambil segera dipreservasi atau diawetkan dan parameter
insitu segera diukur di lapangan. Parameter insitu yang diukur adalah: suhu,
4
kecerahan, daya hantar listrik (DHL), pH, oksigen terlarut (DO). Untuk parameter
yang akan diukur di laboratorium, contoh air dipisahkan masing-masing 1 liter yang
tidak diberi pengawet dan diberi pengawet H2SO4
Tabel 1. Parameter dan metode pengukuran kualitas air
ke dalam contoh air sampai pH <
2. Sedangkan contoh air untuk uji bakteriologis (coli fecal dan total coliform)
ditampung dalam tabung 25 ml yang telah disterilkan. Selanjutnya contoh air yang
tidak diberi pengawet maupun yang telah diberi pengawet, serta contoh air untuk uji
bakteri disimpan dalam kotak pendingin (cold box) yang diberi es curah hingga
sampai laboratorium.
Adapun metode pengukuran parameter kualitas air (insitu maupun
laboratorium) secara ringkas disajikan dalam Tabel 1.
No. Parameter Satuan Metode/Alat A. Sifat Fisika 1. Suhu o Potensiometrik C 2. Kecerahan cm Skala panjang 3. DHL Β΅S Potensiometrik/Conductimeter 4. TSS mg/l Gravimetrik 5. TDS mg/l Gravimetrik B. Sifat Kimia 6. pH - Potensiometrik/pH-meter 7. Oksigen terlarut (DO) mg/l Potensiometrik/Oximeter 8. BOD mg/l 5 Titrimetrik 9. COD mg/l Titrimetrik
10. Ammonia (NH3 mg/l -N) Spektrofotometrik 11. Nitrat (NO3 mg/l -N) Spektrofotometrik 12. Nitrit (NO2 mg/l -N) Spektrofotometrik 13. Orthofosfat (PO4 mg/l -P) Spektrofotometrik 14. Sulfat (SO4 mg/l ) Spektrofotometrik 15. Fenol mg/l Spektrofotometrik 16. Minyak & Lemak mg/l Gravimetrik 17. Sianida (CN) mg/l Spektrofotometrik 18. Deterjen (MBAS) mg/l Spektrofotometrik 19. Sulfida (H2 mg/l S) Titrimetrik 20. Besi (Fe) mg/l AAS 21. Mangan (Mn) mg/l AAS 22. Tembaga (Cu) mg/l AAS 23. Kadmium (Cd) mg/l AAS
C BIOLOGI 24. E. Coli MPN/100 ml MPN 25. Total Coliform MPN/100 ml MPN
5
D. Evaluasi Data
Data hasil pengukuran kualitas air disajikan dalam bentuk tabel dan
dicantumkan juga baku mutu air kelas I (PP No. 82 Tahun 2001). Baku mutu air
yang dicantumkan menjadi acuan evaluasi hasil pengamatan kualitas air. Evaluasi
data juga dilakukan terhadap hasil pengukuran kualitas air pada bulan Maret, yang
selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil pengukuran kualitas air pada bulan
September. Berkaitan dengan baku mutu air tersebut, yaitu untuk mengetahui kondisi
kualitas perairan sungai berdasarkan parameter kualitas air yang diukur pada bulan
Maret dan September, selanjutnya dilakukan perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA).
Perhitungan nilai Indeks Kualitas Air mengacu pada metode dari CCME WQI
(Canadian Council of Ministers of the Environment Water Quality Index) (CCME,
2001).
πΌπΌπΌπΌπΌπΌ = 100 β
β
βοΏ½πΉπΉ1
2 + πΉπΉ22 + πΉπΉ3
2
1,732
β
β
Keterangan:
πΉπΉ1 = οΏ½πππππππ‘π‘οΏ½ Γ 100 ...................................................................................................(1)
Vf = banyaknya variabel kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu air
Vt = banyaknya variabel kualitas air
πΉπΉ2 = οΏ½πππππππ‘π‘οΏ½ Γ 100 ....................................................................................................(2)
Nf = banyaknya hasil uji yang tidak memenuhi baku mutu air
Nt
Jika hasil uji melebihi baku mutu air yang diharapkan, maka nilai ekskursi (E
= banyaknya hasil uji
πΉπΉ3 = οΏ½ ππππππ0,01ππππππ+0,01
οΏ½ ............................................................................................(3)
ππππππ = β πΈπΈππππππ=1πππ‘π‘
............................................................................................................(4)
i)
adalah:
6
πΈπΈππ = οΏ½ππππππππππ βππππππππ π’π’π’π’ππ π¦π¦πππππ¦π¦ ππππππππππππ βππ ππππππππ ππππππππππ πππππππ’π’ πππ’π’π‘π‘π’π’ ππππππππππ πππππππ’π’ πππ’π’π‘π‘π’π’
οΏ½ β 1 ......................................(5)
Jika hasil uji kurang dari baku mutu air yang diharapkan, maka nilai ekskursi (Ei
No
)
adalah:
πΈπΈππ = οΏ½ ππππππππππ πππππππ’π’ πππ’π’π‘π‘π’π’ ππππππππππ βππππππππ π’π’π’π’ππ π¦π¦πππππ¦π¦ ππππππππππππ βππ ππππππππ ππππππππππ πππππππ’π’ πππ’π’π‘π‘π’π’
οΏ½ β 1 ........................................(6)
Nilai IKA yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam kriteria kualitas air
berdasarkan kategori CCME WQI di bawah ini (CCME, 2001):
Tabel 2. Kriteria kualitas air berdasarkan Indeks Kualitas Air CCME WQI
Nilai Indeks Kualitas Air Kategori 1. Nilai IKA 95 β 100 Sangat baik 2. Nilai IKA 80 β 94 Baik 3. Nilai IKA 60 β 79 Cukup Baik 4. Nilai IKA 45 β 59 Tidak baik 5. Nilai IKA 0 β 44 Sangat tidak baik
7
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran analisa kualitas air pada setiap lokasi perairan sungai di
kota Tarakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisa kualitas air pada beberapa sungai di kota Tarakan
No. Parameter Air Satuan Lokasi Pengambilan Sampel Baku
Mutu* S. Semunti S. Persemaian S. Kamp. Bugis S. Binalatung Maret Sep Maret Sep Maret Sep Maret Sep
A. Sifat Fisika
1 Suhu o 26,6 C 26,4 26,2 26,1 28,9 28,9 27,0 30,2 Alami 2 Kecerahan cm 48,0 51,0 59,0 51,0 15 20,0 10 21,0 - 3 TSS mg/l 3 6 3 9 27 28 4 6 50 4 TDS mg/l 73 78 74 73 131 131 91 89 1000 5 DHL Β΅S 17,30 24,30 18,90 17,00 100,10 99,40 41,90 40,20 -
B. Sifat Kimia 6 pH - 5,83 5,40 5,37 5,01 5,98 5,86 5,51 5,52 6 - 9 7 DO mg/l 6,76 5,04 7,46 5,79 5,76 4,18 4,78 4,60 6 8 BOD mg/l 2,85 3,38 1,50 1,93 1,75 2,08 1,90 2,93 2 9 COD mg/l 4,32 5,60 4,32 7,28 4,32 7,47 8,64 8,96 10
10 Amoniak (NH3 mg/l -N) ttd 0,01 0,02 ttd ttd 0,16 0,08 0,16 0,5 11 Nitrat (NO3 mg/l -N) 0,021 0,728 0,071 0,376 0,197 0,900 0,046 0,305 10 12 Nitrit (NO2 mg/l -N) ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd 0,01 0,06 13 Phospat (PO mg/l 4) 0,123 0,240 0,083 0,198 0,144 0,106 0,139 0,078 0,2 14 Sulfat (SO4 mg/l ) 14,22 26,23 5,37 15,47 5,88 3,74 10,94 44,81 400 15 Fenol mg/l 0,003 0,004 0,001 0,001 0,011 0,003 0,009 0,002 0,001 16 Minyak & lemak mg/l 0,5 1 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 17 Sianida (CN) mg/l ttd ttd ttd ttd 0,01 ttd ttd ttd 0,02 18 Deterjen mg/l ttd 0,51 0,44 ttd ttd 0,70 ttd 0,73 0,2 19 Besi (Fe) mg/l 2,057 0,290 1,297 0,134 4,107 1,318 3,336 0,300 0,3 20 Mangan (Mn) mg/l 0,071 0,005 0,072 0,007 0,474 0,076 0,218 0,010 0,1 21 Tembaga (Cu) mg/l 0,002 0,005 ttd ttd 0,001 0,005 ttd 0,001 0,02 22 Seng (Zn) mg/l 0,009 0,048 0,014 0,027 0,014 0,108 0,009 0,050 0,05 23 Cadmium (Cd) mg/l 0,007 ttd 0,007 ttd ttd 0,005 0,005 ttd 0,01
C Sifat Biologi 24 E. Coli MPN/100 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 100 25 Total Coliform MPN/100 ml 9 6 150 0 23 0 93 9 1000
Ket. Lokasi Posisi N 03o 0325'36,3" o 0321'23,5" o 0319'51,6" o
20'05,0" E 117o 11732'34,6" o 11734'26,7" o 11735'36,5" o
37'04,4"
8
Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air pada bulan Maret dan September
di empat lokasi pada perairan sungai di kota Tarakan, dari 25 parameter kualitas air
yang telah diuji terdapat kurang lebih 8 parameter kualitas air yang cenderung tidak
memenuhi kriteria baku mutu air kelas satu, artinya telah melampaui kriteria yang
dipersyaratkan oleh peraturan. Baku mutu air kelas satu adalah air yang
peruntukannya dipergunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Parameter kualitas yang tidak memenuhi kriteria baku mutu air diantaranya
adalah pH air (derajat keasaman). Kisaran nilai pH pada pengamatan bulan Maret
yaitu 5,37 β 5,98, sedangkan pada pengamatan bulan September yaitu 5,01 β 5,86.
pH air pada perairan sungai di kota Tarakan cenderung asam, yaitu berada di bawah
pH 6, dan nilai pH air tersebut di beberapa lokasi perairan sungai juga cenderung
mengalami penurunan pada pengamatan bulan September, kecuali di sungai
Binalatung yang cenderung tetap nilai pH airnya. Nilai pH air yang terendah terdapat
di sungai Persemaian, yaitu 5,01.
Gambar 1. Derajat keasaman (pH) di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
Meskipun pH air tersebut bersifat asam, namun pH air masih dalam batasan
yang normal karena nilai pH untuk perairan alami seperti perairan sungai pada
umumnya berkisar antara 4 β 9 (Kordi dan Tancung, 2007). pH yang rendah pada
perairan tersebut diduga disebabkan oleh keasaman tanah (Kordi dan Tancung,
2007). Rendahnya nilai pH pada perairan tersebut juga berkaitan dengan kadar sulfat,
4,44,64,85,05,25,45,65,86,06,2
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
pH A
ir
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
9
dimana dengan adanya kandungan sulfat dalam air dapat mengakibatkan terjadi
penurunan nilai pH (Effendi, 2003). Faktor lain yang juga dapat menyebabkan
terjadinya penurunan pH air adalah karena adanya kandungan asam karbonat
(H2CO3), yang terbentuk akibat masuknya karbondioksida (CO2) ke badan air dan
bereaksi dengan air (H2O), yang selanjutnya pada reaksi kesetimbangan terbentuk
ion H+ dan HCO3-
Gambar 2. Kadar oksigen terlarut (DO) di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
sehingga mengakibatkan pH perairan menurun (Effendi, 2003).
Karbondioksida terbentuk juga karena akibat terjadinya penguraian bahan-bahan
organik yang terdapat dalam air, yang selanjutnya juga mengakibatkan terjadinya
penurunan pH air tersebut (Sastrawijaya, 1991). Dengan terjadinya proses
penguraian bahan-bahan organik secara oksidasi mengakibat juga penurunan kadar
DO dan peningkatan nilai BOD dan COD pada perairan tersebut. Selanjutnya
menurut Boyd (1983), untuk mengatasi terjadinya penurunan atau rendahnya nilai
pH dapat dilakukan dengan pemberian kapur, yang tujuannya untuk menaikkan nilai
pH air tersebut.
Parameter kualitas air berikutnya yang tidak memenuhi kriteria baku mutu air
adalah oksigen terlarut (DO) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Berdasarkan
hasil pengukuran kualitas air pada bulan Maret dan September, nilai DO cenderung
mengalami penurunan, hanya lokasi sungai Semunti dan sungai Persemaian pada
pengamatan bulan Maret yang memenuhi kriteria baku mutu air, sedangkan yang
lainnya tidak memenuhi kriteria baku mutu.
012345678
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
DO
(mg/
L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
10
Kebalikan dengan parameter DO, nilai BOD cenderung mengalami
peningkatan pada pengamatan bulan September, dan hanya di lokasi sungai
Persemaian yang nilai BOD-nya pada pengamatan bulan September yang masih
memenuhi kriteria baku mutu air, sedangkan pada beberapa lokasi yang lainnya tidak
memenuhi kriteria baku mutu air (Gambar 3). Demikian pula halnya dengan
parameter COD, meskipun nilainya masih memenuhi kriteria baku mutu air, namun
berdasarkan hasil pengamatan pada bulan Maret dan September, nilai COD
cenderung mengalami peningkatan pada bulan September, sebagaimana disajikan
pada Gambar 4. Kisaran nilai BOD pada pengamatan bulan Maret yaitu 1,50 β 2,85
mg/L, dan pada pengamatan bulan September yaitu 1,93 β 3,38 mg/L. Nilai BOD
tertinggi pada pengamatan bulan Maret dan September terdapat di sungai Semunti
dengan nilai 2,85 mg/L dan 3,38 mg/L, sedangkan nilai BOD yang terendah terdapat
di sungai Persemaian dengan nilai 1,50 mg/L dan 1,93 mg/L.
Gambar 3. Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) di beberapa perairan sungai
kota Tarakan.
00,5
11,5
22,5
33,5
4
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
BO
D (m
g/L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
Maret September
11
Gambar 4. Nilai COD (Chemical Oxygen Demand) di beberapa perairan sungai
kota Tarakan. Penurunan kadar oksigen terlarut (DO) dalam perairan dapat disebabkan oleh
terjadinya proses dekomposisi bahan organik serta oksidasi bahan anorganik yang
dalam prosesnya membutuhkan oksigen terlarut (Effendi 2003). Sehingga semakin
tinggi proses dekomposisi bahan organik dan proses oksidasi bahan anorganik,
mengakibatkan kadar oksigen terlarut semakin menurun. Menurut Effendi (2003),
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses
dekomposisi bahan organik. Jadi BOD menggambarkan suatu proses oksidasi bahan
organik oleh mikroorganisme (bakteri) yang terjadi di perairan. Sedangkan COD
adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan
organik yang terdapat di perairan menjadi CO2 dan H2
Untuk parameter kualitas air lain yang tidak memenuhi kriteria baku mutu
air, adalah kadar fenol dan deterjen yang hanya terdapat pada lokasi dan waktu
pengamatan tertentu saja, atau tidak secara keseluruhan pada lokasi maupun waktu
pengamatan. Meningkatnya konsentrasi beberapa parameter kualitas air tersebut
O. Nilai BOD dan COD akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar bahan organik di perairan tersebut.
Dengan tingginya nilai BOD dan COD pada seluruh lokasi perairan sungai yang
diamati, maka dapat diduga kandungan bahan organik pada perairan tersebut juga
tinggi. Meningkatnya kandungan bahan organik pada perairan sungai di sekitar kota
Tarakan, lebih disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas manusia yang
membuang limbah domestik dan masuk ke perairan sungai tersebut.
0123456789
10
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
CO
D (m
g/L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
Maret September
12
lebih bersumber pada adanya aktivitas kegiatan manusia yang membuang limbah
domestik dan masuk ke perairan sungai tersebut (Effendi, 2003). Meskipun beberapa
parameter tersebut sedikit lebih tinggi dari kriteria baku mutu air, namun masih
belum bersifat toksik bagi organisme lain.
Gambar 5. Kadar fenol di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
Kisaran kadar fenol pada pengamatan bulan Maret adalah 0,001 β 0,011
mg/L, dan pada pengamatan bulan September yaitu 0,001 β 0,004 mg/L. Kadar fenol
tertinggi pada pengamatan bulan Maret terdapat di sungai Kampung Bugis dengan
nilai 0,011 mg/L, sedangkan kadar fenol yang terendah terdapat di sungai
Persemaian dengan nilai 0,001 mg/L. Pada pengamatan bulan September, kadar fenol
tertinggi terdapat di sungai Semunti dengan nilai 0,004 mg/L, sedangkan kadar yang
terendah terdapat di sungai Persemaian dengan nilai 0,001 mg/L.
Selanjutnya kisaran kadar deterjen pada pengamatan bulan Maret yaitu 0 β
0,44 mg/L, dan pada pengamatan bulan September yaitu 0 β 0,73 mg/L. Kadar
deterjen tertinggi pada pengamatan bulan Maret terdapat di sungai Persemaian
dengan nilai 0,044 mg/L, sedangkan pada pengamatan bulan September, kadar
deterjen tertinggi terdapat di sungai Binalatung dengan nilai 0,73 mg/L.
0,000
0,002
0,004
0,006
0,008
0,010
0,012
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
Feno
l (m
g/L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
13
Gambar 6. Kadar deterjen di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
Selain parameter tersebut di atas, besi (Fe), mangan (Mn) dan seng (Zn) juga
merupakan parameter yang kadarnya di dalam perairan sungai termasuk yang tidak
memenuhi kriteria baku mutu air, karena nilainya melebihi baku mutu air yang
ditetapkan. Kadar besi yang nilainya masih memenuhi baku mutu air pada
pengamatan bulan September yaitu di lokasi hulu sungai Semunti, sungai Persemaian
dan sungai Binalatung. Kadar mangan yang melebihi baku mutu air hanya terjadi
pada pengamatan bulan Maret, yaitu di sungai Kampung Bugis dan sungai
Binalatung, sedangkan perairan sungai yang lain masih memenuhi kriteria baku mutu
air. Berikutnya kadar seng yang melebihi baku mutu air hanya terjadi pada
pengamatan bulan September yaitu di sungai Kampung Bugis dengan nilai 0,108
mg/L.
Kisaran kadar besi pada pengamatan bulan Maret yaitu 1,297 β 4,107 mg/L,
dan pada pengamatan bulan September yaitu 0,134 β 1,318 mg/L. Kadar besi
tertinggi pada pengamatan bulan Maret terdapat di sungai Kampung Bugis dengan
nilai 4,107 mg/L, sedangkan kadar besi yang terendah terdapat di sungai Persemaian
dengan nilai 1,297 mg/L. Pada pengamatan bulan September, kadar besi tertinggi
terdapat di sungai Kampung Bugis dengan nilai 1,318 mg/L, sedangkan kadar yang
terendah terdapat di sungai Persemaian dengan nilai 0,134 mg/L (Gambar 7).
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
Det
erje
n (m
g/L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
14
Gambar 7. Kadar besi di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
Selanjutnya kisaran kadar mangan pada pengamatan bulan Maret yaitu 0,071
β 0,474 mg/L, dan pada pengamatan bulan September yaitu 0,005 β 0,076 mg/L.
Kadar mangan tertinggi pada pengamatan bulan Maret terdapat di sungai Kampung
Bugis dengan nilai 0,474 mg/L, sedangkan kadar mangan yang terendah terdapat di
sungai Semunti dengan nilai 0,071 mg/L. Pada pengamatan bulan September, kadar
mangan tertinggi terdapat di sungai Kampung Bugis dengan nilai 0,076 mg/L,
sedangkan kadar mangan yang terendah terdapat di sungai Semunti dengan nilai
0,005 mg/L (Gambar 8). Seperti halnya pada parameter kualitas air yang telah
dijelaskan sebelumnya, kadar besi dan mangan diseluruh lokasi perairan sungai juga
Gambar 8. Kadar mangan di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,5
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
Bes
i (m
g/L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
0,000,050,100,150,200,250,300,350,400,450,50
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
Man
gan
(mg/
L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
15
cenderung mengalami penurunan pada pengamatan bulan September, kecuali kadar
seng yang mengalami peningkatan pada pengamatan bulan September (Gambar 9).
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa kualitas air, walaupun terdapat
beberapa parameter yang tidak memenuhi kriteria baku mutu air, namun secara
keseluruhan kondisi kualitas air pada perairan sungai yang berada di kota Tarakan
masih dalam kategori cukup baik dan baik, sehingga masih dapat digunakan untuk
sumber air bersih. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan nilai Indeks Kualitas
Air pada setiap perairan sungai tersebut. Perairan sungai yang kualitas airnya
termasuk kategori cukup baik adalah sungai Semunti, sungai Kampung Bugis dan
sungai Binalatung. Sedangkan perairan sungai yang termasuk kategori baik adalah
Gambar 9. Kadar seng di beberapa perairan sungai kota Tarakan.
Salah satu bukti yang menunjukkan tingginya kadar besi adalah terbentuknya
warna kemerahan pada substrat dasar perairan. Senyawa besi pada umumnya banyak
terdapat di dalam tanah. Namun dengan adanya penurunan pH air, mengakibatkan
kelarutan besi meningkat pada perairan tersebut. Selain itu, kadar besi yang tinggi
juga berkorelasi dengan kadar bahan organik yang tinggi (Effendi, 2003). Untuk
mengatasi masalah tersebut, menaikan pH air serta pemberian aerasi yang cukup atau
dengan melakukan oksidasi sehingga terbentuk kondisi yang aerob dapat mengurangi
kelarutan besi dan mangan dalam air, yang kemudian diikuti pengendapan dan
penyaringan (Sugiharto, 1987).
0,00
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
0,12
S.Semunti S.Persemaian S.Kamp.Bugis S.Binalatung
Seng
(mg/
L)
Lokasi Pemantauan Kualitas Air SungaiMaret September
16
sungai Persemaian. Gambaran mengenai kondisi kualitas perairan sungai di kota
Tarakan sebagaimana disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai indeks kualitas air
No Nama Sungai Nilai Indeks Kualitas Air
Keterangan
1. Sungai Semunti 78,62 Cukup baik 2. Sungai Persemaian 87,96 Baik 3. Sungai Kampung Bugis 69,41 Cukup baik 4. Sungai Binalatung 73,07 Cukup baik
17
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian kualitas air dari empat lokasi pada perairan sungai di kota
Tarakan, terdapat kurang lebih 8 parameter kualitas air yang nilainya cenderung
tidak memenuhi kriteria baku mutu air, parameter tersebut diantaranya: pH,
oksigen terlarut (DO), BOD, fenol, deterjen, besi (Fe), mangan (Mn) dan seng
(Zn).
2. Meskipun terdapat beberapa parameter kualitas air yang nilainya tidak memenuhi
kriteria baku mutu air, namun berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kualitas Air,
kondisi kualitas perairan sungai Semunti, sungai Kampung Bugis dan sungai
Binalatung dapat dikategorikan cukup baik, dan kualitas perairan sungai
Persemaian dikategorikan baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster JS., Lloyd R. 1980. Water quality criteria for freshwater fish. Butterworths, London. 297 p.
Boyd CE. 1983. Water quality management for pond fish culture. Developments in aquaculture and fisheries science volume 9. Elsevier, New York. 318 p
Ciptakarya. 2006. Profil Kabupaten/Kota. Kota Tarakan Kalimantan Timur. http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/kaltim/tarakan.pdf (diakses 30 Oktober 2010).
Canadian Council of Ministers of the Environment (CCME). 2001. Canadian water quality guidelines for the protection of aquatic life: CCME Water Quality Index 1.0, Technical Report, Canadian Council of Ministers of the Environment Winnipeg, MB, Canada. http://www.ccme.ca/assets/pdf/wqi_techrprtfctsht_e.pdf (accessed, on October 30, 2010)
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius, Yogyakarta. 258 hal.
Kordi KMGH., Tancung AB. 2007. Pengelolaan kualitas air dalam budidaya perairan. Rineka Cipta, Jakarta. 208 hal.
Pitojo S, Purwantoyo E. 2003. Deteksi pencemar air minum. Aneka Ilmu, Semarang.73 hal.
Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. 274 hal.
Succerary. 2009. Monografi Profil Kabupaten/Kota. http://succesary.wordpress.com/2009/04/03/monografi-profil-kabupaten-kota/. (diakses 30 Oktober 2010).
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar pengelolaan air limbah. UI-Press, Jakarta. 190 hal.