Download docx - Taksonomi Bloom

Transcript

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengkalifikasikan tujuan pendidikan. Taksonomi Bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program atau objek yang memiliki sasaran penilaian. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional. Hal ini karena rumusan tujuan intruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagi objek penilaian dapat dibedakan ke dalam beberapa katagori, antara lain ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Katagori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah, yakni (a) kognitif, (b) afektif dan (c) psikomotoris. Ranah Kognitif adalah kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Ranah afektifadalah berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Ranah psikomotor adalah kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik. Masing- masing ranah tersebut dari jumlah aspek yang saling berkaitan. Alat penilaian untuk setiap ranah tersebut mempunyai karakteristik tersendiri sebab setiap ranah berbeda dalam cakupan dan hakekat yang terkandung di dalamnya.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:1.2.1 Bagaimana pengertian tentang taksonomi Bloom?1.2.2 Bagaimana hasil belajar sebagai objek penilaian?1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1.3.1 Menjelaskan tentang pengertian taksonomi Bloom.1.3.2 Menjelaskan tentang hasil belajar sebagai objek penilain. 1.4 ManfaatDalam penulisan makalah ini dapat diperoleh beberapa manfaat, adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:1.4.1 Memahami tentang pengertian taksonomi Bloom.1.4.2 Memahami tentang hasil belajar sebagai objek penilaian. 1.5 Metode PenuliasanMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kajian pustaka, yaitu dalam penyusunan makalah ini menggunakan refrensi relevan dan artikel yang tersedia pada media internet yang mendukung penulisan makalah ini.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Taksonomi BloomTaksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Benjamin S. Bloom amat populer di kalangan pendidikan dengan taksonominya yang lazim disebut dengan taksonomi Bloom. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan (ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual/intellectual behavior) yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:1. Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.2. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya.Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

Gambar 1. Revisi Taksonomi Bloom dari Lorin AndersonSetiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini:1. Mengingat: mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.2. Memahami: menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.3. Menerapkan: melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb4. Menganalisis: menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.5. Mengevaluasi: menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.6. Berkreasi: merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb.Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah: Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui

Gambar 2. Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah revisiPentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi.Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis (Udin, 2013: https://atcontent.com/Publication/86949079708999934.text/-/Revisi-Taksonomi-Bloom-%28Bloom-Taxonomy-Revised%29).2.2 Hasil Belajar sebagai Objek PenilaianPertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian ialah apa yang harus dinilai itu. Terhadap pertanyaan ini kita kembali kepada unsure-unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Ada empat unsure utama proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusn tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik upaya atau tindaka untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkanitu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horword Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotoris.Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ekspresif dan interpretatif.Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di anatara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

2.2.1 Ranah KognitifIstilah Cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Neisser (dalam Pada tahap operasi konkret anak sudah mengembangkan operasi-operasi logis, operasi itu bersifat reversible (dapat dimengerti dalam dua arah), dan mengandung sifat kekekalan (konservasi) dan berkaitan dengan sistem operasi yang lebih menyeluruh serta kemampuan anak untuk mengurutkan (seriasi) dan mengklasifikasikan objek. Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan sebagai berikut:a) Tipe Hasil Belajar : PengetahuanIstilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan factual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undag-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar mengingat bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai, menamai.Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan kedelai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar penegtahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam, ilmu social, maupun bahasa. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat.Menyusun item tes pengetahuan hafalanTidaklah terlalu sukar untuk menyusun item tipe ini. Malahan para penyusun tes belajar, secara tidak sengaja banyak tergelincir atau terperosok masuk ke dalam kawasan ini. Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isisan, dan tipe benar salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar salah.Karena kurang dipersiapkan dengan baik, banyak item tes yang ditulis secara tergesa-gesa sehingga terperosok ke dalam pengungkapan pengetahuan hafalan saja. Aspek yang ditanyakan biasanya fakta-fakta seperti nama orang, tempat, teori, rumus, istilah batasan, atau hukum. Siswa hanya dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak.Contoh :Seorang siswa SMP mengingat besaran pokok dengan singkatan Ba,Pa,Ku,Su,Ma,Wa,Inten. Kata operasional yang digunakan dalam hal ini yaitu menamai.b) Tipe Hasil Belajar: PemahamanTipe hasil belajar lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuata ramalan tentang konekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan item yang susunannya termasuk sub kategori tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar. Menyusun item tes pemahamanKarakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dkenal. Misalnya mengungkapkan tema, topic, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya, berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiridengan symbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan hubungan antar unsure dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan.Membuatkan contoh item pemahaman tidaklah mudah. Cukup banyak contoh item pemahaman yang harus diberi catatan atau perbaikan sebab terjebak ke dalam item pengetahuan. Sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.Contoh:Seorang siswa dapat menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan posseive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat My friend is studying, bukan My friend studying,. Kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan.c) Tipe Hasil Belajar: AplikasiAplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsure lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. Kata oprasionalnya melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi.Karena situasi itu local sifatnya dan mungkin pula subjektif, maka tidak mustahil bahwa isi suatu item itu baru lagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada di masyarakat atau realitas yang ada dalam teks bacaan. Problem baru yang diciptakan sendiri oleh penyusun tes tidak mustahil naf karena dimensi yang dicakup terlalu sederhana.Prinsip merupakan abstraksi suatu proses atau suatu hubungan mengenai kebenaran dasar atau hukum umum yang berlaku di bidang ilmu tertentu. Prinsip mugkin merupakan suatu pernyataan yang berlaku pada sejumlah besar keadaan, dan mungkin pula merupakan suatu deduksi dar suatu teori atau asumsi.Generalisasi merupakan rangkuman sejumlahaa informasi atau rangkuman sejumlah hala khusus yang dapat dikenakan pada hal khusus yang baru. Membedakan prinsip dengan generalisasi tidak selalu mudah, dan akan lebih mudah dijelaskan dalam konteks cabang ilmu masing-masing. Mengetes aplikasiBloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu per satu dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi.1. Dalam menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekadar dapat menetapkan prinsip yang sesuai.2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.3. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi.4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi.5. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisai tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab akibat. Bentuk lain ialah dapata menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula bedasarkan perubahan kuantitatif.7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli-ahli social dan para pembuat keputusan.8. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.Contoh:Seorang siswa menjawab soal dengan benar yang diberikan gurunya dengan beberapa rumus yaitu W = F.s dan . Kata operasional yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan.d) Tipe Hasil Belajar: AnalisisAnalisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.Mengetes kecakapan analisisUntuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan dengan menggunakan criteria analitik tertentu.2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusu tertentu yang tidak disebutkan secara jelas.3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implicit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.4) Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab akibat, dan peruntutan.5) Dapat mengenal organsasi, prinsip-prinsip organisasi, dan poola-pola materi yang dihadapinya.6) Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan material yang dihadapinya.Contoh:Seorang siswa diberikan sebuah kata Kalor. Guru meminta agar siswa tersebut mampu mendeskripsikan tentang kalor dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kata operasional yang digunakan yaitu Menguraikan.

e) Tipe Hasil Belajar: SintesisPenyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk meneyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir dewasa. Dalam berpikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalinya.Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah intregitas menjadi bagian-bagian dan sinstesis sebagai menyatukan unsure-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah.Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas juga beroprasi dengan cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.Mengetes kecakapan sintesisKecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menemukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan menambahkan satu unsure tertentu, unit-unit tak berharga menjadi sangat berharga. Termasuk ke dalam kecakapan ini adalah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, symbol ilmiah, dan yang lainnya.Kecakapan sintesis yang kedua ialah kemampuan menyusun remcana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan. Dalam rapat bermunculan berbagai hal. Seorang anggota rapat mengusulkan langkah-langkah urutan atau tahap-tahap pembahasan dan penyelesaiannya. Hal itu merupakan usaha sintesis tipe kedua.Kecakapan sintesis yang ketiga adalah kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipoteis, skema, model atau bentuk-bentuk lain.Contoh :Seorang siswa diberi tugas akhir untuk membuat alat praktikum. Siswa tersebut membuat thermometer sederhana dengan salah satu bahannya alcohol dan mempersentasikan hasil percobaannya. Dalam hal ini kata operasional yang digunakan yaitu memproduksi.f) Tipe Hasil Belajar: EvaluasiEvaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material, dll. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standarv tertentu. Dalam tes esai, standar atau criteria tersebut muncul dalam bentuk frase menurut pendapat Saudara atau menurut teori tertentu. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan atau lingkupan variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua jelas standarnya. Untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang , item tesnya hendaklah menyebutkan kriterianya secara eskplisit. Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampun memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga Negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisi, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya. Mengetes kecakapan evaluasiKecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan ke dalam enam tipe:1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen.2. Dapat memberiakan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya.3. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil keputusan.4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan.5. Dapat mengevauasi suatu karya dengan menggunakan criteria yang telah ditetapkan.6. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah criteria yang eksplisit.Contoh:Seorang siswa yang sedang berdiskusi di kelas menyampaikan kejanggalan yang menurutnya kurang tepat selama persentasi berlangsung dengan berkata Persentasi yang anda sampaikan kurang dapat saya mengerti karena kata-katanya yang sulit dipahami. Dalam hal ini siswa menggunakan kata operasional mengkritik.Contoh Daftar Kata Kerja Ranah Kognitif (Cl C6)Pengetahuan (Cl)Pemahaman (C2)Penerapan (C3)Analisis (C4)Sintesis (C5)Penilaian (C6)

MengutipMemperkirakanMenugaskanMenganalisisMengabstraksiMembandingkan

MenyebutkanMenjelaskanMengurutkanMengauditMengaturMenyimpulkan

MenjelaskanMengkategorikanMenentukanMemecahkanMenganimasiMenilai

MenggambarMencirikanMenerapkanMenegaskanMengumpulkanMengarahkan

MembilangMerinciMenyesuaikanMendeteksiMengkategorikanMengkritik

MengidentiflkasiMengasosiasikanMengkalkulasiMendiagnosisMengkodeMenimbang

MendaftarMembandingkanMemodifikasiMenyeleksiMengkombinasikanMemutuskan

MenunjukkanMenghitungMengklasifikasiMemerinciMenyusunMemisahkan

Memberi labelMengkontrasikanMenghitungMenominasikanMengarangMemprediksi

Memberi indekMengubahMembangunMendiagramkanMembangunMemperjelas

MemasangkanMempertahankanMengurutkanMengkorelasikanMenanggulangiMenugaskan

MenamaiMenguraikanMembiasakanMerasionalkanMenghubungkanMenafsirkan

MenandaiMenjalinMencegahMengujiMenciptakanMempertahankan

MembacaMembedakanMenentukanMencerahkanMengkreasikanMemerinci

MenyadapMendiskusikanMenggambarkanMenjelajahMengoreksiMengukur

MenghafalMenggaliMenggunakanMembagankanMerancangMerangkum

MenimMencontohkanMenilaiMenyimpulkanMerencanakanMembuktikan

MencatatMenerangkanMelatihMenemukanMendikteMemvalidasi

MengulangMengemukakanMenggaliMenelaahMeningkatkanMengetes

MereproduksiMempolakanMengemukakanMemaksimalkanMemperjelasMendukung

MeninjauMemperluasMengadaptasiMemerintahkanMemfasilitasiMemilih

MemilihMenyimpulkanMenyelidikiMengeditMembentukMemproyeksikan

MenyatakanMeramalkanMengoperasikanMengaitkanMerumuskan

MempelajariMerangkumMempersoalkanMemilihMenggeneralisasi

MentabulasiMenjabarkanMengkonsepkanMengukurMenggabungkan

Memberi kodeMelaksanakanMelatihMemadukan

MenelusuriMeramalkanMentransferMembatasi

MenulisMemproduksiMereparasi

Memproses

MengaitkanMenampilkan

MensuimulasikanMenyiapkan

MemecahkanMemproduksi

Mel.akukanMerangkum

MentabulasiMerekonstruksi

Menyusun

Memproses

meramalkan

2.2.2 Ranah AfektifRanah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin , motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan belajar.Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu, penting dinilai hasil-hasilnya.Ada beberapa jenis katagori ranah afektif sebagi hasil belajar. Katagorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana smpai tingkat yang kompleks.a) Receiving (menerima) Reciving (menerima) yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receivingjuga diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Misalnya mendengarkan dengan seksama penjelasan guru tentang materi pelajaran yang diberikan. b) Responding (jawaban)Responding atau jawaban (tanggapan) yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadp stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencangkup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepadanya. Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu.c) Valuing (Penilaian) Valuing (Penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesempatan terhadap nilai tersebut. Misalnya menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang dipakai waktu praktikum dan bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran.d) Organization (Organisasi)Organization (Organisasi), yakni pengembangan dari nilai kedalam system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasik kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai , organisasi system dan lain-lain. Sikap yang ditunjukkan misalnya mampu menimbang akibat positif dan negatifnya tentang kemajuan sains terhadap kehidupan umat manusia.e) Characterization (Karakteristik)Characterization (Karakteristik), nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. Misalnya bersedia mengubah pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak mendukung pendapatnya.Seperti dalam pengembangan intruksional, kelima tingkatan diatas juga di tunjukan dalam beberapa kata kerja. Guru dapat menyusun tujuan intruksional afektif dengan memerhatikan kemuadian memilih kata-kata kerja tersebut sesuai dengan tingkatan materi pembelajaran yang hendak diberikan kepada para siswanya. Untuk memudahkan pemahaman berikut ini diberikan tabel tingkatan afektif dan contoh-contoh kata kerja yang sesuai. Kata kerja yang berorientasi perilaku pada domain Afektif adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Domain Afektif TingkatanVerb (kata kerja)

Receiving (menerima)Menerima, peduli, mendengarkan

Responding (menjawab)Melengkapi, melibatkan, sukarela

Valuing (menilai)Menunjukkan lebi senang, menghargai menyatakan peduli

Organization (mengorganisasi)Berpartisipasi, mempertahankan menyatukan (sintesis)

Characterization by value or value complex (mengkarakterisasi atas dasar nilai kompleks)Menunjukkan empati, menunjukan harapan, mengubah tingkah laku

2.2.3 Ranah PsikomotorHasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yakni:a) Gerakan refleks yakni ketrampilan pada gerak yang tidak sadarb) Ketrampilan pada gerak-gerak dasarc) Kemampuan perceptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhanan sampai pada ketrempilan yang kompleks.f) Kemampuan yang berkenaan dengan kominikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpresifHasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya dalam tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya. Carl Rogers berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan.Sedangkan tujuan belajar yang dikembangkan oleh Simpson, EJ, ddk (Sukardi, 2008: 77), tujuan intruksional dalam psikomotoris ini secara garis besar dibedakan menjadi tujuh tingkatan yaitu: a) perception, b) set, c) guided response, d) Mechanism, e) complex overt respons, f) adaptation, g) origination yang di uraikan lengkap dalam tabel berikut:Tabel 3. Domain PsikomotorisTingkatanVerb (kata kerja)

Perception (persepsi)Membedakan, mengidetifikasi,memilih

Set (penetapan)Mengangasumsikan posisi, mendemostrasikan menunjukan

guided response (reaksi atas dasar arahan)Mengusahakan, meniru, mencoba

Mechanism (mekanisme)Membiasakan, mempraktikan, mengulang

complex overt respons (reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks)Menghasilkan, mengoperasikan, menampilkan

Adaptation (adaptasi)Mengadaptasi, merevisi, mengubah

Origination (asli)Menciptakan (create) desain, membuat asli (originante)

Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu diakukan penilaian. Yang menjadi persoalan ialah bagaimana menjabarkan tipe hasil belajar tersebut sehingga jelas apa yang seharusnya dinilai. Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan perasaan, minat dan perhatian, keinginan , penghargaan dan lain-lain, manakala seseorang dihadapkan kepada objek tertentu. Misalnya bagaiman sikap siswa pada waktu belajar di sekolah, terutama pada guru mengajar. Sikap tersebut dapat dilihat dalam hal: Kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru-guru Perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. Keinginan untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru Penghargaannya terhadap guru itu sendiri Hasratnya untuk bertanya kepada guruSedangkan sikap siswa setelah pelajaran selesai dapat dilihat dalam hal: Kemauannya mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut. Kemampuan untuk menerangkan hasil pelajaran dalam praktek kehidupan sesuai dengan tujuan dan isi yang terdapat dalam mata pelajaran tersebut Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannyaKondisi dan karakteristik siswa di atas merupakan ciri dari hasil belajar ranah afektif.Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan ketrampilan-ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tehap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecendrungan- kecendrungan untuk berprilaku (Nana Sudjana 1989;32) . Contoh-contoh hasil belajar ranah afektif diatas dapat menjadi asil belajar psikomotoris manakala siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya sehingga kedua ranah tersebut, jika dilukiskan akan tampak sebagai berikut:Tabel 1. Hasil Belajar Afektif dan PsikomorisHasil Belajar AfektifHasil Belajar Psikomotoris

Kemauan untuk menerima pelajaran guru.

Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. Penghargaan siswa terhadap guru

Hasrat untuk bertanya kepada guru

Kemampuan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.

Kemampuan untuk menerapkan hasil pelajaran.

Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan

Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan mempersiapkan kebutuhan belajar. Mencatan bahan pelajaran dengan baik dan sistematis. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas. Ke perpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari atau segera membentuk kelompok untuk diskusi. Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek kehidupannya. Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajarkannya.

Adapun salah satu contohnya adalah: Guru IPA mengajarkan topic atau pokok bahasan Suhu dan Pengukuran berdasarkan GBPP yang ada dalam kurikulum Bidang Studi IPA di SMP. Hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa untuk tiga ranah (Kognitif, Afektif dan Psikomotoris) pada akhir pelajaran secara sederhana adalah sebagai berikut:Tabel 2. Hasil Belajar yang Diharapkan Dicapai oleh Siswa untuk Tiga RanahKognitifAfektifPsikomotoris

1. Menggali dan mengembangkan ide sesuai dengan konsep suhu dan pengukuran.

2. Merancang sebuah model thermometer yang dikembangkan melalui ide yang telah dipilih dan sesuai dengan konsep pengukuran suhu

1. Memperhatikan pelajaran dengan seksama selama PBM berlangsung dan spontan bekerja apabila diberikan tugas

2. Berpartisipasi dalam kelompok dan tekun dalam pengambilan data

1. Memilih alat dan bahan yang digunakan untuk membuat model thermometer yang sesuai dengan ide yang dikembangkan dan konsep pengukuran suhu.2. Menghasilkan model thermometer yang dapat mengukur suhu dengan konsep pengukuran suhu dengan tepat dan benar

Hasil belajar afektif dan psikomotoris ada yang tampak pada saat belajar mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek kehidupannya di lingkunagan keluarga , sekolah dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas, lebih sulit di pantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab bapat secara langsung mempengaruhi perilakunya.BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanBerdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang diharapkan, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku yang dapat dikerjakan dan diukur. Tujuan berkaitan dengan sifat secara operasional dan tujuan pembelajaran khusus. 2. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.a. Ranah Kognitif adalah kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif terdapat enam tingkatan yaitu: (1) Pengetahuan; (2) Pemahaman; (3) Penerapan; (4) Analisis; (5) Sintesis dan (6) Evaluasi.b. Ranah afektifadalah berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.c. Ranah psikomotor adalah kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.3.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai seorang pendidik harus lebih memperhatikan hasil belajar sebagai objek penilaian untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 18