PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangSektor kepariwisataan hingga kini masih dipandang sebagai salah satu unsur penggerak
perekonomian yang mampu meningkatkan kesejahteraan. Banyak faktor yang mendorong
terjadinya pergerakan umat manusia untuk melakukan perjalanan wisata. Sebagai akibatnya akan
muncul mata rantai yang saling mengkait sehingga tidak salah bila pariwisata dipandang sebagai
sebuah industri. Aktivitas yang muncul dari pariwisata diyakini mampu mendorong percepatan
dan pemulihan ekonomi. Pariwisata yang berkembang akan berujung pada peningkatan
penghasilan daerah dan taraf hidup masyarakat. Saat ini muncul pula pandangan bila berwisata
adalah menjadi hak setiap orang dan umumnya masing-masing pribadi memerlukan kegiatan itu.
Sudah barang tentu untuk memenuhi kebutuhan rekreasi perlu ditunjang dengan adanya obyek
wisata. Keberadaan tempat wisata dibutuhkan sebab hampir setiap orang memerlukan penyaluran
untuk memanfaatkan waktu luangnya, salah satunya dengan berwisata. Dipihak lain, maju
mundurnya pariwisata sebuah daerah sangat dipengaruhi komitmen dan konsistensi daerah dalam
mengelola potensi wisata secara total. Kondisi ini disadari oleh pemerintah Kabupaten
Banjarnegara yang terus berupaya untuk mendorong potensi pariwisata, bukan saja Dataran
Tinggi Dieng yang telah dikenal luas, namun mengupayakan diversifikasi objek lainnya, salah
satunya adalah Sungai Serayu yang akan didorong sebagai alternatif objek wisata potensial bagi
Kabupaten Banjarnegara.
Sungai Serayu yang berhulu di Kabupaten Wonosobo dan bermuara di Kabupaten Cilacap,
melewati 5 (lima) kabupaten, yaitu Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan
Cilacap. Sungai Serayu membelah Kota Banjarnegara dari perbatasan Wonosobo (Desa
Tunggoro, Kecamatan Sigaluh) hingga perbatasan dengan Kabupaten Purbalingga (Kecamatan
Susukan). Sebagai kota sawah sesuai dengan artinya, Banjarnegara terdiri dari 2 kata, yaitu
Banjar yang berati Sawah dan Negara yang berarti Kota. Banjarnegara tidak bisa dipisahkan
dengan air sungai, sehingga sejak jaman kolonial irigasi sudah dibangun dengan Serayu sebagai
sungai induknya. Lokasi Kabupaten Banjarnegara yang dibelah sungai Serayu sangat berpotensi
untuk pengembangan wisata arung jeram atau yang lebih dikenal dengan Rafting. Jalur arung
jeram di Sungai Serayu memiliki beberapa keunggulan, antara lain tingkat kesulitan yang cukup
tinggi, pemandangan alam yang indah dan lokasi yang mudah dijangkau serta berada di dekat
Usulan Teknis | 1
1
jalan raya. Sungai Serayu beserta jeramnya termasuk kategori grade 3 plus cocok untuk
pengembangan olahraga dan wisata sungai berskala nasional bahkan internasional. Untuk
mengembangkan sungai Serayu sebagai destinasi wisata baru, maka perlu disusun pemetaan,
penataan dan pengembangan wisata di sepanjang aliran sungai dalam bentuk Feasibility Study
(FS) dan Detail Engineering Desing (DED).
Sungai sepanjang kurang lebih 65 km akan dipetakan (mapping) untuk mengetahui potensi
kawasan sungai. Penataan tepian sungai, jalan masuk ke titik start pengarungan juga akan
dilakukan. Upaya ini untuk mendukung program Serayu River Tourism (Wisata Sungai Serayu).
Nantinya juga akan dilakukan penataan agar rumah-rumah dibantaran sungai dapat menghadap ke
aliran sungai sehingga diharapkan ada kepedulian warga terhadap keberadaan sungai. FS dan
DED ini menjadi kunci penting bagi pemangku kebijakan pariwisata Kabupaten Banjarnegara
untuk mengembangkan Sungai Serayu sebagai kawasan wisata unggulan. FS dan DE diperlukan
untuk pengembangan kedepan agar terarah, sistematis dan tepat sasaran. Lebih lanjut, tujuan FS
dan DED Pengembangan Wisata Sungai Serayu mencakup 8 (delapan) aspek yaitu; menganalisis
profil dan kondisi kawasan, profilling potensi, mengidentifikasi fasilitas wisata, prasarana dan
fasilitas umum, daya dukung dalam hal jumlah pengunjung dan infrastruktur yang dapat
ditampung dalam satu kawasan pengembangan, memilih alternatif aktivitas pariwisata yang
terbaik, SDM yang tersedia, memperkirakan investasi yang dibutuhkan proyek dan
memperkirakan pendapatan serta design engineering pada spot kawasan potensial terpilih. Kajian
dalam FS dan DED merupakan sebuah kajian praktis atas berbagai keunggulan dan kelemahan
sumber daya yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai basis penyusunan rencana proyek
kepariwisataan pada spot-spot tertentu yang diketahui berpotensi dikembangkan. FS dan DED
akan membantu perencana untuk melihat dan memahami kondisi-kondisi minimal yang
dibutuhkan untuk merencanakan suatu proyek dan untuk mengetahui gambaran awal tentang
sejauh mana proyek tersebut kelak dapat memberikan hasil yang optimal. FS dan DED bertujuan
mengkaji apakah suatu rencana proyek layak dikerjakan dan terutama dapat memberikan manfaat
jangka panjang bagi daerah dan masyarakat sekitar.
1.2. Tujuan Kajian yang dilaksanakan ini secara khusus bertujuan untuk :
a) Mendorong pengembangan wisata Sungai Serayu sebagai atraksi wisata baru yang
memiliki kualitas daya tarik serta memiliki peran strategis dalam ikut berkontribusi
bagi pengembangan kepariwisataan di tingkat lokal, regional, nasional maupun
internasional.
Usulan Teknis | 2
b) Merumuskan rekomendasi kelayakan pengembangan wisata Sungai Serayu beserta
detail engineering design kawasan potensial terpilih.
1.3. Sasaran Adapun sasaran yang diharapkan adalah dihasilkannya :
a) Pengembangan sungai Serayu sebagai objek wisata berbasis tirta dengan prinsip
Perlindungan, Pelestarian, Pengembangan serta Pemanfaatan yang mampu
menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Banjarnegara.
b) Mapping kondisi eksisting berikut dengan rencana pemanfaatan sumber daya di
sekitar sungai Serayu baik untuk aspek pertanian, konservasi, energi dan pariwisata.
c) Tersusunnya dokumen FS dan DED yang mencakup analisis kelayakan penilaian
(assessment) sumber daya kawasan sungai Serayu sehingga dapat menjadi arahan dan
pedoman bagi pengembangan ke depan.
1.4. Ruang Lingkup
a. Lingkup WilayahLingkup wilayah perencanaan sepanjang sungai Serayu dari desa Tunggoro
(batas Wonosobo) sampai dengan muara bendungan PLTA Panglima Besar
Sudirman (desa Pucang kecamatan Bawang)
b. Lingkup MateriLingkup keluaran dalam Penyusunan FS dan DED Pengembangan Wisata Sungai
Serayu ini secara umum mencakup analisis atau penilaian kelayakan destinasi
pariwisata Sungai Serayu baik dari aspek :
1. Kelayakan daya tarik wisata (attraction)
2. Kelayakan prasarana dan sarana pariwisata (amenitas)
3. Kelayakan aspek aksesibilitas (access) dengan aspek analisis dasar adalah
analisis/penilaian terhadap pasar wisatawan (market demand assesment).
Lingkup keluaran memuat materi substansi sebagai berikut :
Usulan Teknis | 3
1) Profil Eksisting Kepariwisataan Sungai Serayu, mencakup di dalamnya :
a) Profil potensi dan kondisi produk wisata, meliputi profil daya tarik
wisata (attractions), fasilitas pariwisata (amenitas), aksesibilitas
(access).
b) Profil potensi dan kondisi pasar wisatawan, meliputi profil segmentasi
dan kunjungan pasar wisatawan serta profil demografi pasar wisatawan.
c) Profil pendukung, seperti : sosial budaya, kelembagaan, SDM, dll
2) Analisis Kelayakan Pengembangan, mencakup di dalamnya :
a) Metode atau cara pengukuran kelayakan dengan dilengkapi dasar kajian
teoretis atau peraturan perundangan yang berlaku. Dilengkapi dengan
gambar/diagram alur metodologi untuk mempermudah dalam memahami
penjelasan metodologi.
b) Pemilihan model/cara analisis berikut penjelasannya, dengan materi yang
dianalisis minimal memuat informasi :
Analisis kondisi aspek produk pariwisata yang mencakup : aspek
daya tarik wisata; aspek fasilitas pariwisata dan aspek aksesibilitas.
Analisis kondisi aspek pasar wisatawan yang minimal mencakup
aspek segmentasi, target dan posisi pasar wisatawan nusantara dan
mancanegara.
c) Hasil/resume temuan analisis kelayakan pengembangan yang akan
menjadi dasar dalam pengambilan rekomendasi kelayakan
pengembangan.
3) Merumuskan perencanaan dalam bentuk :
a) Arahan pengembangan pariwisata pada wilayah perencanaan makro
b) Perencanaan tata ruang dan disain kawasan bagi kawasan perencanaan
meso
c) Penataan dan disain ruang dan bangunan bagi lingkup perencanaan
mikro
d) Menyusun program perencanaan pada tingkat kawasan wisata meliputi
perencanaan fisik dan perencanaan non fisik.
Perencanaan fisik, meliputi :
Perencanaan tata ruang wilayah
Perencanaan bangunan dan lansekap
Usulan Teknis | 4
Perencanaan jaringan prasarana dan fasilitas umum
Perencanaan pengelolaan lingkungan / konservasi
Perencanaan non fisik meliputi :
Perencanaan pengembangan kegiatan wisata
Perencanaan pengembangan sosial budaya masyarakat
Perencanaan pengembangan ekonomi masyarakat
4) Rekomendasi Kelayakan Pengembangan, mencakup di dalamnya :
i. Rekomendasi kelayakan pengembangan produk pariwisata
ii. Rekomendasi kelayakan pengembangan pasar dan pemasaran
iii. Rekomendasi kelayakan pengembangan investasi
iv. Penyampaian rekomendasi ini dapat dilengkapi dengan gambar
v. Concept drawing : site layout atau preliminary design untuk manajemen
atraksi, prasarana dan sarana wisata serta aksesibilitas dalam konteks
kabupaten
vi.
5) Kelayakan Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan
mencakup arahan kelayakan pentahapan pelaksanaan program pembangunan dalam prioritas dan
tahapan waktu, serta koordinasi antar pelaku / sektor yang terlibat alam kegiatan
pembangunan/tahap implemetasi dalam bentuk tabel.
6) Penyusunan DED pengembangan wisata sungai serayu yang terpilih (prioritas)
TANGGAPAN TERHADAP
Usulan Teknis | 5
2
KERANGKA ACUAN KERJA
2.1. URAIAN UMUM
Pengembangan wisata alam seperti halnya pengembangan wisata berbasis sungai yang
menjadi fokus studi ini memiliki karakter yang berbeda dengan model objek wisata jenis lainnya.
Dikarenakan bertumpu pada kondisi alam, maka beberapa hal yang penting diperhatikan dalam
pengembangan wisata (alam)1 sungai di Serayu adalah : Pertama, in situ; bahwa objek berupa
sungai Serayu ini hanya dapat dinikmati wisatawan ditempatnya. Berbagai proses alam, keunikan
serta perilaku sungai beserta flora fauna di dalamnya hanya dapat dinikmati sepenuhnya ditempat
tersebut. Pengalaman yang diperoleh wisatawan untuk melihat dan menikmati serta merasakan
alam di lokasinya tentunya mempunyai nilai dan tingkat kepuasan yang maksimal. Berkait
dengan hal itu, maka kedua, hasil yang diperoleh berupa pengalaman menyeluruh (total
experiences) wisatawan atas seluruh perjalanan mulai dari asal tempat tinggalnya hingga kembali.
Segenap pengalaman perjalanan di lokasi wisata hingga kembali ke tempat semula merupakan
total pengalaman yang harus dihargai seluruhnya. Atas dasar inilah maka pemahaman akan
pengembangan wisata alam semestinya ditentukan oleh kerjasama segenap pemangku
kepentingan (stakeholders). Termasuk halnya dengan perencanaan pengembangan wisata sungai
Serayu ini patut menjadi perhatian segenap pihak. Kondisi sungai Serayu telah menjadi catatan
sejarah baik bagi masyarakat tradisi Jawa yang tertuang dalam Babad Bandjir Serayoe maupun
catatan pemerintah kolonial Belanda, sungai Serayu jelas berpotensi menimbulkan dampak
luapan besar. Mensikapi hal tersebut secara teknologi telah dibangun Bendung Gerak Serayu
untuk mengendalikan debit aliran sungai Serayu. Dinamika kehidupan masyarakat diwilayah
Banjarnegara tentunya tidak bisa terlepas dari keberadan sungai Serayu.
Berdasarkan fakta di atas, pemanfaatan sektor pariwisata tentu dapat dimulai dengan
mengedepankan ikon sungai Serayu menjadi isu dalam konteks promosi potensi wisata daerah
Banjarnegara. Relevansi kegiatan dengan mengangkat tema Serayu dapat menjadi sebuah agenda
dalam pengembangan kegiatan kepariwisataan diwilayah Banjarnegara. Selanjutnya dalam
Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) studi ini, tim konsultan memberikan
penekanan pada beberapa aspek terkait dengan kepentingan studi ini.
1 Ada 4 sifat yang melekat dalam objek wisata alam, selain dua yang disebutkan di atas, masih ada sifat berupa perishable berupa atraksi alam yang terjadi dalam kurun waktu tertentu saja, dan non recoverable yakti suatu ekosistem yang bila terjadi kerusakan maka pemulihannya akan memakan waktu lama. Oleh adanya empat sifat tersebut maka pengembangan wisata alam semestinya harus memperhatikan daya dukung atau daya tampungnya. ( Fandeli, 2002:14-15).
Usulan Teknis | 6
2.2. PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI OBJEK WISATA
Sungai bukan lagi saatnya dipandang sebagai “halaman belakang”. Justru dengan adanya
sungai, jika masyarakat dan pemerintahnya mampu mengelola dengan baik maka sungai itu pun
akan menjadi ikon pariwisata. Model pengembangan wisata sungai baik di negara Eropa, Asean
dan lainnya semestinya dapat menjadi benchmark bagi pengembangan wisata di sungai Serayu
Banjarnegara sebab negara-negara tersebut sudah mampu mengembangkan konsep water front
city sebagai daya tarik wisata. Untuk mendapatkan penjelasan akan pemanfaatan sungai sebagai
objek wisata alam, perlu sebelumnya memahami beberapa hal terkait berikut. Bahwa lingkungan
perairan yang dapat dipergunakan untuk berwisata adalah sangat beragam2. Fandeli (2002:47)
menegaskan bila lingkungan perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki sifat dan
kekayaan alam yang melimpah. Lingkungan perairan untuk pariwisata umumnya terbentuk oleh
proses alam dan juga yang terbentuk karena dibuat. Beberapa jenis ekosistem sungai di daratan
meliputi rawa, sungai, dolin, telaga dan danau. Kesemuanya itu merupakan ekosistem perairan
yang memiliki perilaku dan sifat yang hampir tidak ada kesamaan dengan ekosistem perairan
lainnya, seperti laut dan pantai. Justru dengan adanya perilaku antar ekosistem yang berbeda ini
akan berpeluang menciptakan alternatif usaha disektor pariwisata kepada anggota masyarakat
yang berada di kawasan .
Kebijakan pemerintah yang mendukung areal sungai untuk dikonservasi dimaksudnya
untuk (a) menetapkan kawasan lindung sungai. Kawasan ini biasa disebut dengan sempadan
sungai. Kawasan ini merupakan wilayah kanan kiri sungai yang mempunyai manfaata penting
untuk memelihara kelestarian fungsi sungai. Biasanya di kawasan sempadan ini terdapat kawasan
lindung yang dilarang untuk dibangun. Pembangunan konstruksi dapat dijalankan di luar
sempadan sungai, (b) menetapkan peruntukan sungai. Kebijakan untuk menjaga kualitas air
sungai dimaksudkan untuk menjaga ekosistem sungai itu sendiri, mulai dari hulu hingga hilir
ditetapkan mulai dari golongan A yang paling bersih hingga D yang paling rendah kualitasnya.
Air sungai golongan A merupakan golongan air yang dapat dipergunakan untuk air minum yang
langsung diminum. Sementara air sungai golongan B yaitu air sungai sebagai bahan baku air
minum untuk dipergunakan harus diolah terlebih dulu. Di bagian agak hilir sungai ditetapkan air
golongan C. Air jenis ini dipergunakan untuk perikanan dan peternakan. Kemudian ada juga
golongan D dipergunakan untuk kebutuhan kota dan irigasi selain juga untuk industri.
Selanjutnya untuk penetapan sungai untuk resort wisata perlu dipahami bila hakekatnya
ekosistem sungai merupakan ekosistem yang rentan meskipun pada bagian yang masih relatif
alami serta memiliki view yang cantik, maka sungai tersebut dapat dikembangkan sebagai areal
2 Jenis wisata alam berbasis perairan seperti pemanfaatan ekosistem pantai, ekosistem sungai, ekosistem air terjun, dsb.
Usulan Teknis | 7
wisata. Seperti diuraikan Hanna dalam Gunn (1977) bahwa pengembangan sungai untuk wisata
dapat dilaksanakan dengan cara: (a) mengembangkan setiap situasi yang dapat menciptakan
keunikan, (b) usulan serta perencanaan sebaiknya didasarkan atau berkarater identitas komunitas
setempat, (c) pelibatan masyarakat dan pihak terkait untuk duduk bersama dalam melakukan
perancangan pengembangan areal wisata disekitar sungai.
Tidak kalah penting yang perlu diperhatikan dalam perancangan sebuah sungai adalah
perilaku banjir, kemudian tiga hal lainnya seperti lokasi, transportasi, dan harga tanah sebagai
faktor pendukung yang patut diperhatikan. Lebih lanjut untuk mampu membuat produk wisata
berbasis sungai, maka tim konsultan perlu memahami perilaku arus sungai. Ada kalanya sebuah
sungai dapat dikembangkan secara terpadu dari hulu sampai ke hilir, sehingga pengembangannya
dapat dijalankan dengan maksimal. Berbagai bentuk kegiatan wisata berbasis sungai-seperti
fishing, canoeing dan rafting dapat kiranya dijalankan secara maksimal. Perilaku sungai sendiri
dapat dibedakan menjadi empat meliputi : (a) sungai permanen yaitu sungai yang sepanjang
tahun selalu terisi air, (b) sungai periodik, yaitu sungai akan ada airnya jika ketersediaan airnya
ditentukan oleh musim tertentu, (c) sungai intermiten, keberadaan airnya dikala musim hujan,
dan (d) sungai efemeral yaitu keberadaan airnya setelah hujan turun kering.
Selanjutnya, menurut Hamblin dalam Fandeli (2002) sungai juga dapat dilihat dari
karakter ekosistemnya, yang meliputi :
i. Collecting system. Merupakan sistem sungai yang berfungsi sebagai pengumpul
anak-anak sungai. Umumnya jenis sungai ini berada dilereng pegunungan yang disitu
banyak mata airnya dan perilaku sungai lebih banyak bersifat intermiten dan
ephemeral.
ii. Transporting system. Sistem sungai yang airnya merupakan hasil pengumpulan dari
collecting system. Umunya sungai ini terletak di kaki-kaki pegunungan dan
perilakunya bersifat permanen sebab airnya selalu mengalir.
iii. Dispersign system. Sungai yang polanya berpencar terdapat pada daerah dataran hilir
atau muara. Perilaku sungai lebih bersifat permanen dan lebih dipengaruhi oleh
pasang surut permukaan air laut.
2.3. KAJIAN KELAYAKAN DALAM PARIWISATA
Komponen yang dianalisis dalam studi kelayakan pengembangan Sungai Serayu adalah
adalah Kelayakan Produk Wisata (atraksi, amenitas dan aksesibilitas), Pasar Wisata dan
Pengelolaan serta pentahapan pengembangan.
Usulan Teknis | 8
A. Produk Wisata : Atraksi, berupa keunikan, keragaman daya tarik, kondisi fisik
lingkungan, Aksesibilitas : berupa ketersediaan moda transportasi, kualitas jalan, dan
pencapaian dan Amenitas, berupa : ketersediaan/kelengkapan fasilitas umum, kondisi
amenitas, dan kapasitas yang tersedia.
B. Pasar Wisata : Pemasaran : berupa : Jangkauan pemasaran wisatawan tingkat
internasional, sampai wisatawan lokal dan kunjungan wisatawan : sudah dikunjungi
wisatawan diatas 100.000/tahun, sampai belum ada kunjungan.
C. Kelembagaan : Ketersediaaan kelembagaan pengelola
Dalam studi kelayakan dilakukan kajian dan analisis terhadap manfaat dan risiko yang
diusulkan, yang nantinya akan diperhitungkan dengan rinci dari berbagai aspek pelaksanaan
kegiatan. Kajian dan analisis akan dilakukan dengan cara mengindetifikasi secara kuantitatif dan
kualitatif manfaat dan risiko yang akan dan mungkin terjadi akibat pelaksanaan, termasuk
langkah-langkah antisipasi mengatasi risiko tersebut.
Analisis kelayakan dilakukan dengan parameter, yaitu:
(1) analisis kelayakan teknis,
(2) analisis kelayakan organisasi dan manajemen/kelembagaan,
(3) analisis kelayakan pasar dan pemasaran, dan
(4) analisis kelayakan ekonomi dan keuangan,
(5) analisis aspek eksternal (lingkungan dan sosial budaya).
Dari kegiatan analisis tersebut, akan menjadi acuan penyusunan program dan rekomendasi, yaitu
kegiatan perumusan rekomendasi kebijakan dan program pengembangan pariwisata yang akan
menjadi dasar pengembangan destinasi.
i). Analisis Kelayakan Teknis
Analisis teknis adalah gambaran kondisi teknis dari rencana kegiatan yang
memperhitungkan unsur teknik dan non teknik, seperti misalnya ketersedian material dan
kemudahan pelaksanaan agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan. Analisis ini dilakukan
dengan cara melihat kepada karakteristik, jangka waktu, kebutuhan, dan pelaksanaan
yang akan disesuaikan dengan perkiraan biaya yang ditentukan untuk membiayai
kegiatan tersebut. Analisis teknis yang dilakukan mencakup antara lain:
Usulan Teknis | 9
Prediksi kebutuhan suatu kegiatan/proyek dalam mencapai sasaran pada
jangka waktu tertentu beserta alternatif skenario dan analisis sensitivitas
yang akan menjelaskan besaran dan tingkat kebutuhan atas usulan kegiatan
yang dikaji secara teknis dalam rentang waktu tertentu.
Pra desain yang berisi informasi teknis yang cukup untuk memprediksi
besaran biaya yang diperlukan selama kegiatan tersebut dirancang hingga
dilaksanakan.
Kajian penggunaan teknologi, perlengkapan dan proses.
Pelaksanaan yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.
Fokus yang dianalisis meliputi lokasi, luas area, proses, peralatan/infrastruktur
yang diperlukan untuk mendukung kelancaran industri pariwisata seperti halnya
ketersedian infrastruktur jalan dan sarana transportasi yang baik, telekomunikasi,
listrik, akses perbankan, fasilitas kesehatan, biro perjalanan, dan lain sebagainya,
serta daya dukung lingkungan di mana lokasi obyek wisata terkait berada. Faktor
lokasi adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi kontinuitas dari kegiatan
usaha karena terkait dengan pamasaran, penyediaan tenaga kerja, fasilitas
transportasi, dan ketersediaan sarana prasarana seperti air bersih, listrik,
telekomunikasi.
ii). Analisis Kelayakan Organisasi dan Manajemen
Pengertian organisasi dan pengorganisasian pada dasarnya sangat variatif antara
pakar manajemen satu dengan lainnya. Unsur-unsur organisasi terdiri atas manusia,
sasaran, tempat, pekerjaan, teknologi, struktur, dan lingkungan. Proses
pengorganisasian dalam perusahaan terdiri atas pembatasan dan penjumlahan
tugas-tugas, pengelompokan dan pengklasifikasian tugas-tugas, pendelegasian
wewenang di antara personal/karyawan perusahaan. Tahap-tahap manajemen
dalam membentuk kegiatan pada proses pengorganisasian adalah sasaran,
penentuan kegiatan, pengelompokan kegiatan, pendelegasian wewenang, rentang
kendali, perincian peranan perorangan, tipe organisasi, dan bagan organisasi.
Analisis aspek manajemen merupakan salah satu hal yang krusial dan tidak bisa
dianggap mudah. Pengertian dan fungsi manajemen antara satu pakar manajemen
dengan lainnya bervariasi. Unsur-unsur manajemen terdiri atas man, money,
Usulan Teknis | 10
methods, materials, machine, dan market. Proses manajemen terdiri atas
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan, sedangkan
peran manajerial terdiri atas memimpin, bertindak sebagai penghubung, sebagai
simbol, memonitor, berbagi informasi, bertindak sebagai juru bicara, menangani
ketidakcocokan, mengalokasikan sumber daya, dan melakukan negosiasi.
Manajemen sangat erat hubungannya dengan jenis organisasi (organisasi formal
dan organisasi informal), bagan organisasi, kebutuhan tenaga kerja, jenis
pekerjaan, persyaratan dan jumlah yang diperlukan, dan rekrutmen tenaga kerja.
Pada sisi tingkatan manajemen, perencanaan bila digolongkan ke dalam tingkatan
manajemen akan terbagi 2 (dua), yaitu perencanaan strategis dan perencanaan
fungsional. Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis,
terfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan
strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
Perencanaan operasional merupakan bagian dari strategi operasional yang lebih
mengarah pada bidang fungsional perusahaan. Perencanaan ini juga berfungsi
untuk memperjelas makna suatu strategi utama dengan identifikasi rincian yang
sifatnya spesifik. Penyusunan suatu perencanaan jangka pendek dan penerapannya
dalam bentuk program kerja perlu memperhatikan anggarannya.
Peranan manajemen dalam pengelolaan industri pariwisata memegang peranan
yang penting. Dalam analisis difokuskan pada bentuk manajemen pengelolaan
yang cocok yang mengedepankan win win solution, dan tugas pokok yang diemban
yaitu menyangkut fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja,
pengarahan pekerjaan dan pelaksanaan pengawasan. Prinsip yang dipakai dalam
proses ini adalah effisiensi dan efektifitas organisasi dan manajemen dengan
optimalisasi sumber daya yang dimiliki.
iii). Analisis Kelayakan Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan inti dari penyusunan studi kelayakan.
Kendati secara teknis telah menunjukkan hasil yang feasible untuk dilaksanakan,
tapi menjadi sesuatu yang tidak berarti apabila tidak diikuti dengan suatu
pemasaran yang strategic. Permintaan pasar merupakan dasar dalam melakukan
penyusunan rencana pengembangan, pembangunan, mobilisasi tenaga kerja dan
jumlah investasi yang akan ditanam pada suatu proyek.
Usulan Teknis | 11
Faktor-faktor yang perlu dianalisis antara lain:
Jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa kini serta trend
permintaan di masa yang akan datang.
Pasar potensial (Market Space) yang tersedia di masa datang.
Peluang yang dapat dimanfaatkan (Market Share) yang direncanakan.
Faktor yang mungkin berpengaruh pada permintaan di masa datang.
Strategi yang perlu dilakukan untuk meraih market share.
iv). Analisis Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
Analisis ekonomi adalah gambaran atas efisiensi penggunaan sumber daya (input)
dengan manfaat (outcome) yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan. Analisis
tersebut dilakukan dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan karena
adanya kesempatan yang hilang (opportunity cost) dari penggunaan sumber daya
maupun manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan. Analisis kelayakan
ekonomi berisi analisis secara kuantitatif perkiraan hasil dari kegiatan yang
diusulkan tersebut. Analisis tersebut dapat memperhitungkan faktor pengembalian
investasi dari aspek ekonomi, serta memperbandingkan tingkat keefektifitasan dari
kegiatan tersebut selama waktu yang disiapkan (service time) dengan beberapa
alternatif skenario penggunaan sumber daya yang ada dan tingkat kebutuhan
pelayanan oleh masyarakat.
Hal-hal yang diperhatikan dan menjadi parameter kunci dalam kajian ekonomi
adalah Economic Internal Rate of Return (EIRR) dan Net Present Value (NPV).
Kedua hal tersebut dapat digunakan sebagai indikator (justification) ekonomi dari
suatu kegiatan. NPV juga dapat menggambarkan kebutuhan dukungan finansial
berdasarkan kebutuhan pelaksanaan kegiatan (worth of project).
Metode NPV dinilai lebih efektif dalam evaluasi proyek. Metode tersebut
mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan. Untuk
mengimplementasikan pendekatan ini, terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :
(1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus
keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek, (2) Jumlahkan arus kas yang
didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek, (3) Jika NPV adalah
positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif, maka
Usulan Teknis | 12
proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah mutually
exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih.
Persamaan untuk NPV adalah sebagai berikut :
Usulan Teknis | 13
Di mana : CF = arus kas masuk dan arus kas keluar
K = biaya modal proyek
v). Analisis Aspek Eksternal (Lingkungan dan Sosial Budaya)
Secara tidak langsung sebagai akibat sampingan proyek dinamakan eksternalitas.
Eksternalitas dapat bersifat positif (memberikan tambahan manfaat) dan dapat bersifat
negatif (mengakibatkan kerugian masyarakat). Keduanya sukar dihitung dan dimasukkan
dalam perhitungan manfaat dan biaya proyek, akan tetapi perlu dipertimbangkan dalam
penentuan/pemilihan proyek. Aspek eksternal dalam hal ini meliputi: aspek lingkungan
dan sosial budaya.
Masyarakat pada dasarnya merupakan integrasi kesepakatan anggota-anggotanya akan
nilai-nilai kemasyarakatan. Keadaan ini merupakan kesepakatan umum yang dimiliki
dengan mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota
masyarakat. Masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem sosial yang memiliki
hubungan pengaruh mempengaruhi di antara anggota-anggotanya yang bersifat timbal
balik. Sebagai suatu sistem sosial memiliki norma yang mengikat anggota-anggotanya
dan cenderung selalu bergerak secara dinamis menanggapi perubahan-perubahan yang
datang dari luar maupun dari dalam. Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada
umumnya terjadi secara gradual, yang akan diikuti perubahan sosial di dalam masyarakat
tersebut.
Perubahan-perubahan sosial sering terjadi oleh adanya pengaruh yang datang dari luar
lingkungan masyarakat, misalnya seperti suatu teknologi baru, informasi budaya luar,
adanya investasi suatu usaha industri/agroindustri, penemuan baru dari dalam kelompok
masyarakat tersebut. Suatu kegiatan usaha yang berbentuk investasi baru atau
pengembangan usaha perlu memperhatikan aspek sosial, norma sosial yang ada di dalam
masyarakat, sebab setiap suatu kegiatan dari luar yang masuk di wilayah lingkungan
masyarakat selalu akan menimbulkan perubahan sosial, karena itu kondisi sebelum
kegiatan investasi dilaksanakan. Seluruh aspek sosial yang ada perlu dianalisis secara
tajam dan akurat. Perubahan sosial yang mungkin terjadi dan perlu dianalisis antara lain
seperti, intensitas komunikasi meningkat, wilayah menjadi ramai, adanya kesempatan
Usulan Teknis | 14
kerja, peningkatan kesejahteraan. Kemudian dampak lain yang mungkin perlu dianalisis
antara lain, konflik kepentingan pribumi, timbulnya kecemburuan sosial dari masyarakat
satu dengan lainnya, timbulnya kesenjangan sosial karena perbedaan status di proyek.
Dari analisis aspek sosial diharapkan dapat direkomendasikan kepada proyek apakah
aspek sosial berpengaruh positif atau negatif bagi proyek atau apakah proyek dapat
menimbulkan perubahan sosial secara timbal balik.
Lingkungan merupakan tempat beradanya makhluk hidup dan komponen kehidupan lain
termasuk di dalamnya manusia dengan berbagai peranan dalam kehidupan. Lingkungan
hidup merupakan sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan
perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Perubahan
lingkungan terjadi oleh adanya suatu kondisi tertentu seperti: (1) perkembangan
teknologi; dan (2) ledakan penduduk. Ledakan penduduk akan menimbulkan persoalan
lingkungan yang bersifat fisik dan sosial seperti timbulnya permintaan air minum
meningkat, tempat pemukiman meluas dan lain-lain. Beberapa pendekatan dalam analisis
lingkungan melalui pendekatan dari sisi sumber daya alam, pendekatan lingkungan dari
sudut kependudukan terutama lingkungan permukiman, perkampungan, pendekatan
lingkungan dari sudut sektoral, pendekatan dari sudut unsur-unsur penunjang. Dari
analisis aspek lingkungan diharapkan dapat diketahui sejauh mana dampaknya suatu
proyek terhadap lingkungan, kalau dampaknya negatif bagaimana rencana
pencegahannya atau meminimalkan dampaknya, kalau dampaknya positif perlu juga
direkomendasikan bagaimana meningkatkannya.
Usulan Teknis | 15
PENDEKATAN STUDI
Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks, bukan sekedar kegiatan dengan obyek
utama industri pelayanan yang melibatkan manajemen produk dan pasar, tetapi lebih dari itu
merupakan proses dialog antara wisatawan sebagai guest dan masyarakat sebagai host. Kegiatan
pengembangan yang terkait dengan karakteristik masyarakat namun hanya menggunakan
pendekatan sepihak dari sisi pasar merupakan konsep yang tidak proporsional. Suatu kegiatan
pengembangan terhadap suatu lokasi komunitas tertentu di mana karakter masyarakat secara
fisik sosial budaya merupakan sumber daya utama, maka pengembangan perlu memandang
masyarakat dalam hal ini seniman, swasta, dan budayawan sebagai sumber daya yang
berkembang dinamis untuk berkembang sebagai subjek bukan sekedar objek.
Pendekatan ini perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah orang-orang yang paling
tahu kondisi sosial budaya setempat. Dan setiap kegiatan pembangunan harus memperhitungkan
nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di sekitar wilayah perencanaan. Oleh karena itu setiap
langkah keputusan perencanaan harus mencerminkan masyarakat lokal yang secara aktif ikut
terlibat di dalamnya. Dengan pelibatan masyarakat sejak awal akan lebih menjamin kesesuaian
program pengembangan dengan aspirasi masyarakat setempat, kesesuaian dengan kapasitas yang
ada, serta menjamin adanya komitmen masyarakat karena adanya rasa memiliki yang kuat.
Karena konsep pendekatan ini dalam jangka panjang akan memungkinkan tingkat kontinuitas
yang tinggi. Dalam kaitan ini pengembangan pariwisata yang terkait dengan dalam proses
pengambilan keputusan.
Pemberdayaan masyarakat lokal selanjutnya perlu didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi
lokal.
Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan merata pada
penduduk lokal.
Berorientasi pada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap
tenaga besar dan berorientasi pada teknologi tepat guna.
Mengembangkan semangat kompetisi sekaligus kooperatif
Usulan Teknis | 16
3
Aspirasi masyarakat setempatAdanya komitmen masyarakatKesesuaian dengan kapasitas
Kontinuitas Pembangunan
Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya
dengan dampak seminimal mungkin.
3.1. Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Mekanisme pembangunan secara keseluruhan pada dasarnya berlangsung pada suatu
kawasan pada suatu wilayah tertentu selalu akan memiliki pengaruh terhadap wilayah yang
melingkupinya baik yang berupa efek langsung (dirrect effect), efek tak langsung (indirect
effect), dan efek ikutan (induced effect). Sehubungan dengan hal tersebut kebijakan serta arahan
dan program-program implementasi yang direkomendasikan akan bertumpu pada tatanan :
Layak secara ekonomi (economically viable)
Berwawasan lingkungan (enviromentaly viable)
Diterima secara sosial (socially acceptable)
Dapat diterapkan secara teknologis (tecnologically appropriate)
Pendekatan pengembangan pariwisata berkelanjutan tadi menghendaki ketaatan pada
azas-azas perencanaan sebagai berikut :
Prinsip pengembangan pariwisata yang berpijak pada aspek pelestarian dan berorientasi
ke depan (jangka panjang)
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat lokal
Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak tapi lestari
Kesesuaian antara kegiatan pengembangan pariwisata dengan skala, kondisi dan
karakter suatu kawasan yang akan dikembangkan.
Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan audience pariwisata, lingkungan hidup dan
masyarakat lokal dengan bermuara pada pengembangan apresiasi yang lebih peka pada
warisan budaya, lingkungan hidup dan jati diri bangsa dan agama.
Antisipasi yang tepat dan monitoring terhadap proses perubahan yang terjadi akibat
program seni budaya dan berorientasi pada memperkuat potensi lokal dan kemampuan
masyarakat sekitar.
Usulan Teknis | 17
3.2. Pendekatan Ekowisata
Pendekatan Ekowisata berorientasi pada kegiatan wisata yang bertanggung jawab di
daerah yang dikelola dengan kaidah alam, yang menekankan aspek pembelajaran/pendidikan,
aspek pelestarian dan peningkatan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Pengembangan
wisata ekologis diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan seoptimal mungkin unsur dan material
lokal, rancangan yang peka terhadap lingkungan serta partisipasi lokal dalam pengembangan
kegiatan. Secara keseluruhan konsep pendekatan ini diimplementasikan kedalam lima aspek,
yaitu:
1. Aspek Ekologis, mencakup program pengelolaan wisata ekologis dengan sasaran
terpeliharanya ekosistem melalui pengendalian optimal jumlah/ besaran pengunjung pada
suatu kawasan. Termasuk sistem pengendalian polusi/ limbah dan elemen-elemen
pendukungnya (daur ulang sampah, pemakaian bahan non kimia), pengendalian sistem
drainase, konservasi aspek biotis (flora dan fauna) serta habitatnya.
2. Aspek Estetika, berorientasi pada pengembangan aspek-aspek estetis pembangunan fisik
fasilitas-fasilitas penunjang wisata. Dalam hal ini diperhatikan prinsip keselarasan dan
harmoni dengan karakter alam/lingkungan hidup dalam perencanaan dan pembangunan
terkait dengan unsur lingkungan alam/berada pada lingkungan alam. Hal-hal yang tercakup
adalah bentuk dan ekspresi bangunan, penggunaan bahan dan material alami serta sistem
teknologi bangunan.
3. Aspek Ekonomi, berorientasi untuk memperoleh manfaat ekonomi bagi pelaku
pembangunan wisata tirta serta kontribusi terhadap ekonomi lokal/setempat. Ukuran-ukuran
kesuksesan pada aspek ekonomi tidak saja diukur pada hal yang berisfat kuantitatif semata,
tetapi juga pada hal pengelolaan yang berkelanjutan. Sehingga titik tekan bukan pada
meningkatnya pendapatan, tetapi juga pada pengelolaan ke depannya. Dalam konteks
pengembangan usaha wisata tirta, juga di tekankan upaya untuk mendorong peningkatan
peran sektor swasta dan masyarakat baik dalam bentuk penanaman investasi, pengelolaan
sendiri maupun kerjasama diantara pelaku pembangunan.
4. Aspek Sosial, berorientasi pada hal-hal yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan
sosial masyarakat, baik pada peningkatan kekerabatan sosial (social fabric) maupun secara
fisik, yakni adanya peningkatan lingkungan fisik yang dapat memacu peningkatan ekonomi
setempat. Orientasi aspek sosial yang lain adalah mendorong peningkatan peran masyarakat
dalam mewujudkan sense of belonging terhadap keberadaan usaha wisata yang ada di
Usulan Teknis | 18
sekitarnya yang sekaligus mendorong keinginan-keinginan untuk ikut memelihara, merawat
serta menjaga kawasan tersebut.
5. Aspek Lingkungan, berorientasi pada perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan
pariwisata dengan cara-cara yang tidak merusak atau menurunkan kualitas sumber daya alam
dan budaya, dengan demikian pengembangan harus menjaga sumber daya alam agar awet
untuk masa mendatang.
Usulan Teknis | 19
METODOLOGI
4.1. Tahapan Studi
Kerangka alur penyusunan studi menegaskan adanya 5 tahapan yang akan dilakukan meliputi :
a) Persiapan (penetapan tujuan dan sasaran perencanaan), yaitu tahap penetapan mengenai
tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam studi ini dalam bentuk formulasi tujuan dan
sasaran yang kongkrit dan operasional untuk kebutuhan pengembangan.
b) Survei dan kompilasi data, yaitu tahap pengumpulan/ inventarisasi data yang diperlukan
sebagai dasar pijakan analisis dan perumusan kebijakan pengembangannya. Secara
operasional, tahap ini akan dilakukan melalui kegiatan survei, baik survei instansional untuk
data sekunder maupun survei lapangan untuk data primer.
c) Analisis, yaitu tahapan dimana konsultan akan melakukan analisis terhadap data dan
permasalahan yang telah teridentifikasi sebagai bahan penyusunan konsep dan arahan
pengembangan.
d) Perumusan Konsep Dasar, Strategi dan Rencana Pengembangan, yaitu tahapan dimana
konsultan akan merumuskan konsep dasar perencanaan dan pengembangan kawasan,
mencakup konsep dasar mengenai fungsi kegiatan, tata ruang dan arsitektural, dan aspek
terkait lainnya. Pada tahap ini pula konsep dasar yang telah disusun dijabarkan lebih lanjut
dalam strategi dan rencana pengembangan, mencakup: strategi dan rencana pengembangan
dan penataan kawasan, rencana tata ruang kawasan Sungai Serayu dan rencana detail teknis
bangunan prioritas serta strategi pelaksanaan implementasi
d.2. Analisis
1. Profil potensi kepariwisataan Sungai Serayu, meliputi :
a) Profil Produk Wisata, yang mencakup didalamnya :
Profil potensi dan kondisi Obyek dan Daya Tarik Wisata (atraksi)
Profil potensi dan kondisi Fasilitas Penunjang Wisata
Profil potensi dan kondisi Aksesibilitas dan Infrastruktur
b) Profil Pasar Wisatawan ke Sungai Serayu meliputi profil segmentasi dan kunjungan
pasar wisatawan serta profil demografi pasar yang berkunjung ke Sungai Serayu.
Usulan Teknis | 20
4
2. Analisis pengembangan, yang meliputi analisis pada aspek: obyek dan daya tarik wisata,
fasilitas penunjang wisata, infrastruktur, lingkungan, pasar/pemasaran, tata ruang serta
aspek terkait lainnya.
3. Analisis kelayakan pengembangan, mencakup didalamnya :
a) Analisis Kelayakan Teknis,
b) Analisis Kelayakan Pasar,
c) Analisis Kelayakan Manajemen Pengelolaan,
d) Analisis Kelayakan Investasi
4. Arahan pengembangan fisik Taman Wisata Ancol, mencakup didalamnya :
a) Strategi dan konsep pengembangan dan perencanaan tata ruang Sungai Serayu.
b) Perumusan fungsi kegiatan/ fasilitas yang akan diwadahi (facility programming).
c) Pembagian zonasi pengembangan secara keseluruhan, peta peruntukan lahan secara
rinci serta rencana pembagian area untuk kegiatan-kegiatan yang dikembangkan/
diwadahi.
d) Rencana pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana
e) Rencana pengembangan jaringan jalan dan ornamentasi akses di dalam lingkungan
kawasan Sungai Serayu .
5. Strategi Implementasi Program
Mencakup: arahan implementasi atau pelaksanaan program pembangunan dalam
prioritas dan tahapan waktu, pola pendanaan serta koordinasi antar pelaku / sektor
yang terlibat dalam kegiatan pembangunan.
Usulan Teknis | 21
SURVEI DAN KOMPILASI DATA
PROFIL WILAYAH PERENCANAAN
Fisik GeografisFisik Tata Ruang
Sarana PrasaranaSosial EkonomiSosial Budaya
Produk KepariwisataanPasar Wisatawan
Review Kebijakan/ Rencana Sektoral
PENETAPAN MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN
ANALISIS
Analisis Tata Ruang Analisis Obyek dan daya tarik Wisata Analisis Pasar Analisis Lingkungan
KONSEP DAN ARAHAN PENGEMBANGAN
Penyusunan Konsep dan Arahan Rencana Tata Ruang Kawasan
STRATEGI DAN RENCANA PROGRAM
SPATIAL PLANNING
Rencana Tata ruang dan Tapak Kawasan Rencana Detil Pengembangan ObyekInvestasi
ACTION PROGRAM
Rencana Pengembangan ProdukPromosi dan PemasaranPengembangan Investasi
STRATEGI IMPLEMENTASI
Usulan Teknis | 22
SUSUNAN TENAGA AHLI
5.1. KLASIFIKASI TENAGA AHLI
Kebutuhan tenaga ahli dalam studi Penyusunan FS dan DED Pengembangan Wisata Sungai Serayu ini meliputi :
Selanjutnya deskripsi masing-masing tenaga ahli dan tenaga pendukung dijabarkan sebagai berikut :
Ahli Bidang Perencanaan Pariwisata (Team Leader) Memiliki kemampuan interpersonal, motivator, bertanggung jawab dan berpengalaman
sebagai team leader, sekaligus menguasai bidang kepariwisataan. Bertugas sebagai Direktur Proyek yang bertanggung jawab penuh dalam pekerjaan
kepada pemberi tugas/pekerjaan, baik secara administratif, substansial maupun teknis. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses pelaksanaan kegiatan, membuat konsep
pelaksanaan kegiatan, dan merencanakan efektivitas tiap-tiap pelaksanaan kegiatan. Bertanggung jawab dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi di lapangan. Bertanggung jawab dalam merumuskan kesimpulan dan rekomendasi serta arahan
kebijakan pengembangan.
Ahli Arsitektur Merumuskan konsep arsitektur dan perancangan atas kawasan yang dikaji. Melakukan identifikasi kondisi medan dan tata bangunan yang direncanakan. Merumuskan gagasan berupa bentuk-bentuk visual/grafis terkait dengan perencanaan
yang dihasilkan.
Usulan Teknis | 23
5
No Kualifikasi A. Tenaga Ahli1. Ahli Perencanaan Pariwisata 2. Ahli Arsitektur3. Ahli Lingkungan dan Konservasi4. Ahli Sosial Budaya5. Ahli Struktur Bangunan
B. Tenaga Pendukung1. Operator komputer2. Administrasi Keuangan 3. Surveyor 4. Drafter
Menghasilkan pedoman perencanaan dan pengembangan kawasan sesuai dengan kaidah arsitektur yang menjadi kekuatan untuk mendatangkan wisatawan.
Ahli Lingkungan dan Konservasi Merumuskan konsep tata lingkungan dan kawasan konservasi atas kawasan yang dikaji. Melakukan identifikasi pemanfaatan areal konservasi dikawasan yang direncanakan
untuk mendukung kegiatan wisata di sepanjang sungai Serayu. Menghasilkan pedoman perencanaan dan pengembangan kawasan wisata sesuai dengan
kaidah ekowisata sesuai dengan karakter sumberdaya setempat.Ahli Sosial Budaya
Merumuskan pendekatan dalam pemberdayaan masyrakat di sekitar kawasan. Melakukan tugas pengumpulan dengan metode FGD, dsb yang dipandang mendukung
keperluan kajian. Merumuskan bentuk pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan wisata berbasis tirta. Menghasilkan program bagi kelembagaan dan SDM pengelola kawasan wisata untuk
mendorong manajemen berkelanjutan. Ahli Struktur Bangunan
Melakukan identifikasi terhadap kondisi fisik kawasan terpilih dan sekitarnya. Melakukan perhitungan teknis terkait dengan perencanaan bangunan di areal terpilih. Merumuskan perencanaan program pembangunan di kawasan wisata sesuai dengan hasil
analisis kebutuhan dan disesuaikan daya dukung lingkungan.
Selanjutnya deskripsi masing-masing tenaga pendukung diuraikan pada bagian berikut :
Operator Komputer Ahli dalam pengoperasian dan pengelolaan komputer. Bertanggung jawab dalam membantu urusan teknis operasi komputer berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan pelaporan pekerjaan Surveyor
Berpengalaman dalam asistensi teknis proyek dan sebagai surveyor. Bertanggung jawab dalam membantu urusan teknis berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan pengumpulan data, baik sekunder maupun primer. Membantu Tim Ahli dalam menyusun laporan dan menyiapkan materi untuk rapat
dengan Tim Steering Committee. Drafter
Berpengalaman dalam asistensi teknis proyek dan sebagai drafter. Bertanggung jawab dalam membantu kegiatan penyelesaian gambar teknis yang menjadi
tanggungjawabnya. Tenaga Administrasi Keuangan
Ahli dalam administrasi dan keuangan proyek. Bertanggung jawab dalam urusan administrasi internal, mulai dari persiapan, pelaksanaan
sampai pada penyiapan laporan pelaksanaan kegiatan, serta mendukung kelancaran tugas tim pelaksana.
5.2. STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN
Usulan Teknis | 24
Struktur organisasi menggambarkan keterkaitan seluruh pihak pelaksana dalam kegiatan Struktur organisasi tersebut untuk memperjelas mekanisme pengorganisasian personil, yang digambarkan sebagai berikut :
5.3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jangka waktu penyelesaian Penyusunan FS dan DED Pengembangan Wisata Sungai Serayu adalah 5 bulan (150 hari kalender) dan jangka waktu Perencanaan 10 Tahun. Berdasarkan batasan waktu yang telah ditetapkan tersebut, serta dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, maka diusulkan dan direncanakan penjadwalan pelaksanaan kegiatan seperti yang tertuang dalam tabel berikut ini.
Tabel Pelaksanaan Kegiatan
Uraian Kegiatan
I II III IV V- Tahap persiapan mencakup perte-
muan/konsultasi awal dengan pemberi pekerjaan untuk membahas dan menkonstruktifkan rencana kerja maupun metodologi serta menajamkan keluaran/hasil dan penyatuan persepsi/interpertasi mengenai FS dan DED
Usulan Teknis | 25
BAPPEDA KAB BANJARNEGARA
TIMSTEERING COMMITTEE
TEAM LEADER(AHLI BIDANG PARIWISATA)
TENAGA PENDUKUNG :Operator Komputer, Drafter, Keuangan, Surveyor
Ahli Arsitektur
Ahli Konservasi Lingk
Ahli Sosial Budaya Ahli Struktur Bangunan
Uraian Kegiatan
I II III IV V- Penyusunan Laporan Pendahuluan
(Inception Report) dengan titik berat materi metodologi dan materi survei lapangan serta koordinasi dengan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara
- Presentasi Laporan Pendahuluan Tim Konsultan
- Survey Lapangan dan Pelaksanaan Koordinasi/Konsultasi dengan daerah
- Pengolahan hasil survey dan penyusunan analisis kelayakan disusun dalam struktur data dasar pariwisata Kabupaten Banjarnegara
- Penyusunan Laporan Kemajuan (Interim Report) dengan titik berat : temuan hasil survey lapangan dan rancangan/draft rekomendasi kelayakan pengembangan.
- Presentasi akhir rancangan hasil rekomendasi analisis kelayakan dengan melibatkan pihak daerah.
- Perbaikan dan penajaman rekomendasi kelayakan pengembangan dengan memasukkan hasil rapat pembahasan pada tahap sebelumnya.
- Penyusunan dan penyampaian Laporan Akhir (Final Report) dan Laporan Ringkas (Executive Summary)
-
5..4. PELAPORAN
Penyajian pelaporan akan dibagi dalam beberapa tahap laporan, meliputi :
A. Laporan Pendahuluan ( Inception Report ) Laporan pendahuluan ini secara umum akan berisikan : rencana kerja, jadwal waktu, metodologi dan konsep FS dan DED serta deskripsi awal kondisi eksisting wilayah perencanaan. Laporan pendahuluan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku diserahkan dalam jangka waktu 2 bulan (8 minggu) setelah penandatanganan SPK.
B. Laporan Antara ( Interim Report )
Usulan Teknis | 26
Laporan Antara berisi hasil pengamatan lapangan terhadap wilayah studi disusun dalam bentuk data dasar (data base)/profil sumber daya Sungai Serayu dilengkapi dengan hasil analisis FS dan DED serta rekomendasi awal. Laporan Antara diserahkan sebanyak 5 (lima) buku
C. Laporan Akhir ( Final Report ) Laporan Akhir merupakan perbaikan dari Konsep Laporan Akhir yang telah dibahas oleh Tim Teknis Kegiatan. Laporan Akhir dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar ditambah dengan softcopy dalam bentuk 5 (lima) buah CD diserahkan dalam jangka waktu 5 bulan (20 minggu) setelah penandatanganan SPK.
D. Penyajian LaporanLaporan dibuat dalam bentuk tertulis yang dilengkapi dengan gambar-gambar, peta, tabel, foto dan lainnya dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Kertas ukuran A-3 dan A-4, jenis kertas plainsheet paper dengan pembatas kertas berwarna2. Tulisan tegak standar, jelas, huruf cetak bukan dot matrix, spasi 1,5 dengan warna tulisan dan
gambar menyesuaikan;3. Kulit buku/cover. Bahan sampul : kertas poto dengan warna standar;4. Buku laporan dalam bentuk cakram padat.
Usulan Teknis | 27