1
22
그의이름은강종운.
이 년째 교제를 해온 나의 연인이자 친구이자 가족 같은 존
재. 스물아홉살의신체건강한청년이다. 그는오늘도내집에
서머문다. 내 공간에서자신의존재를확인하려는듯내물건
들을매만지며움직인다.
하얀 냉장고 앞을 두세 걸음씩 빠르게 지나치던 종운이“스
텝!”하고외친다. 혼자서춤을추듯허공을저으며빙글빙글도
는그의모습은마치관심을받고싶어쉴새없이제자리를뜀
박질하는어린아이같다. 계속돌고도는그에게결국내가먼
저물었다.
DF
연
계속그런고통을겪어야만할까.
인정할수가없다. 이런현실을.
나는커피를마실줄모른다.
커피를만드는방법도, 마시는이유도.
나는모른다. 모르겠다.
DE gtÇzÉ
DIC
gtÇz
É
엉뚱한농담으로나를즐겁게해준다.
그는
항상
활기찬
얼굴을
하고
있다. 그리고
희대처럼
나를
편안하게
해준다. 그가
게이란
이야기는
아니다. 이것이
시후와
희대의
차이점이다. 그와
함께
있는
공간
또한
안락하다. 시후
와희대의
다른
점이
또있다면, 희대는
나와
자신을‘보통
사
람’으
로인정하게
만들지만
시후는
나를
특별한
사람으로
느끼
게해준다. 시후자신에게특별하고유일한존재로.
그는
나를
들뜨게
한다. 그와
공유하는
시간
속에서
나는
꿈
을꾸는
사람이
된다. 적어도
우리는
서로에게
발전적인
영향을
주고
있다. 그의
생각도
나와
같다면
말이다. 지금까지
그는
나
와잘맞는다. 지치는대화나불필요한싸움도없다.
그는
외모도
뛰어나고, 큰
키에
다부진
어깨를
가지고
있다.
내가
좋아하는
것을
그도
좋아하고, 혹은
좋아하려고
노력한다.
그는
완벽하다. 어쩌면
지하철에서
처음
만났을
때부터, 그가
내게
베푸는
친절과
상관없이
이미
나는
그에게
호감을
갖고
있
었는지모른다.
그와
나는
아직
친구나
연인
같은
의미가
부여된
사이는
아니
다. 아무려면
어떨까. 무엇이
되든
상관없다. 그와
있으면
즐겁
기때문에. 오랜만에찾아온유쾌함이나를빛나게한다.
Suatu Hari di Bulan Juli
Aku tidak minum kopi.
Tidak, aku tidak tahu caranya. Itu adalah hal
yang tidak perlu kuketahui. Kopi yang kuseduh sama
sekali tidak enak. Oleh karena itu, aku semakin tidak
memahami kopi.
Namun, aku tidak peduli. Apalagi, rasa kopi sangat
pahit, seperti obat saja. Aku sama sekali tidak ingin
memahaminya, maupun mencoba terbiasa dengan
kopi. Lagi pula, aku sama sekali tidak berniat untuk
menikmati kopi.
Kenapa aku? Kenapa aku?
Hari ini, aku bertanya seperti itu lagi kepada diriku
sendiri berulang kali.
3
Kesendirian dan kesepian. Air mata dan kesedihan.
Kenapa aku harus hanya mengetahui perasaan-perasaan
yang membawa penderitaan pahit seperti itu?
Ada hal-hal yang membuat sesuatu yang terasa
pedih seperti sebuah operasi atau upacara pemakaman,
menjadi tidak asing bagiku, tidak, bagi kita. Namun,
hal-hal itu tidak mengajarkan tentang esensi dari sebuah
penderitaan kepada kita. Penderitaan itu telah menjadi
bagian dari diriku dengan sangat sempurna.
Rasa pahit kopi. Orang yang membuat kopi tidak akan
tahu itu.
Hanya orang yang minum kopi yang tahu rasa pahit
itu.
Orang yang memiliki cangkang tidak akan tahu.
Tidak akan tahu tentang batu penderitaan yang keras.
Penderitaan itu meresap ke dalam diriku secara
perlahan.
Lalu, aku harus menahan hal itu.
Orang-orang mengatakan kalau itulah yang
dinamakan dengan kenyataan.
Aku tidak bisa menerima kenyataan yang seperti itu.
Kenapa aku? Kenapa aku?
Hari ini, aku bertanya lagi kepada diriku sendiri.
4
Kenapa aku harus terbiasa dengan rasa kopi yang
pahit.
Kenapa aku harus terbiasa dengan kenyataan yang
pahit?
Sampai rasa pahit yang lama-lama terasa tidak asing
ini berubah menjadi manis.
고독과외로움, 눈물과고뇌. 그런종류의감정이가져다주는
이씁쓸한고통을‘내가왜’굳이알아야만할까.
내게는, 아니우리에게는수술이나장례식같은익숙지않은
고통의의식을능숙하게대행해주는이들이있다. 하지만그들
이‘고통의본질’까지대행해주는것은아니다. 그‘고통’은온
전히내몫이된다.
커피의씁쓸함을, 만드는이는모른다.
오로지마시는사람만이그쓰라림을알수있다.
껍데기만가진이들은모른다. 단단한알맹이의고통을.
그고통은고스란히나자신에게스민다.
그리고반드시나는그것을감당해내야한다.
사람들은그것이현실이라말한다.
나는그런현실을인정할수가없다.
‘내가왜. 내가왜.’
오늘도나를향해되묻는다.
내가왜커피의씁쓸함에익숙해져야할까.
내가왜현실의씁쓸함에익숙해져야할까.
그익숙한씁쓸함이달콤해지는경지에이르기까지
DC gtÇzÉ
5
Haruskah aku terus-menerus ditimpa oleh penderitaan
seperti itu?
Aku tidak dapat menerimanya. Aku tidak dapat
menerima kenyataan ini.
Aku tidak minum kopi.
Aku juga tidak tahu cara membuat kopi dan kenapa
orang-orang meminumnya.
Aku tidak tahu. Tidak akan tahu.
*
66
그의이름은강종운.
이 년째 교제를 해온 나의 연인이자 친구이자 가족 같은 존
재. 스물아홉살의신체건강한청년이다. 그는오늘도내집에
서머문다. 내 공간에서자신의존재를확인하려는듯내물건
들을매만지며움직인다.
하얀 냉장고 앞을 두세 걸음씩 빠르게 지나치던 종운이“스
텝!”하고외친다. 혼자서춤을추듯허공을저으며빙글빙글도
는그의모습은마치관심을받고싶어쉴새없이제자리를뜀
박질하는어린아이같다. 계속돌고도는그에게결국내가먼
저물었다.
DF
연
계속그런고통을겪어야만할까.
인정할수가없다. 이런현실을.
나는커피를마실줄모른다.
커피를만드는방법도, 마시는이유도.
나는모른다. 모르겠다.
DE gtÇzÉ
DIC
gtÇz
É
엉뚱한농담으로나를즐겁게해준다.
그는
항상
활기찬
얼굴을
하고
있다. 그리고
희대처럼
나를
편안하게
해준다. 그가
게이란
이야기는
아니다. 이것이
시후와
희대의
차이점이다. 그와
함께
있는
공간
또한
안락하다. 시후
와희대의
다른
점이
또있다면, 희대는
나와
자신을‘보통
사
람’으
로인정하게
만들지만
시후는
나를
특별한
사람으로
느끼
게해준다. 시후자신에게특별하고유일한존재로.
그는
나를
들뜨게
한다. 그와
공유하는
시간
속에서
나는
꿈
을꾸는
사람이
된다. 적어도
우리는
서로에게
발전적인
영향을
주고
있다. 그의
생각도
나와
같다면
말이다. 지금까지
그는
나
와잘맞는다. 지치는대화나불필요한싸움도없다.
그는
외모도
뛰어나고, 큰
키에
다부진
어깨를
가지고
있다.
내가
좋아하는
것을
그도
좋아하고, 혹은
좋아하려고
노력한다.
그는
완벽하다. 어쩌면
지하철에서
처음
만났을
때부터, 그가
내게
베푸는
친절과
상관없이
이미
나는
그에게
호감을
갖고
있
었는지모른다.
그와
나는
아직
친구나
연인
같은
의미가
부여된
사이는
아니
다. 아무려면
어떨까. 무엇이
되든
상관없다. 그와
있으면
즐겁
기때문에. 오랜만에찾아온유쾌함이나를빛나게한다.
Yun
Nama lelaki itu adalah Kang Jong Woon.
Selama dua tahun ini, artinya bagiku adalah
pacar, teman, dan keluarga. Dia adalah lelaki bugar
yang berusia dua puluh delapan tahun. Hari ini, dia
singgah di rumahku lagi. Dia terus memegang-megang
barang-barang di tempatku, seakan sedang memastikan
keberadaannya.
Jong Woon maju dua atau tiga langkah melewati
depan kulkas yang berwarna putih sambil berteriak,
“Step!” Dia terus berjalan berputar-putar tanpa henti
seperti sedang menari, tingkahnya itu seakan mengisyarat-
kan bahwa dirinya sedang meminta diperhatikan. Lalu,
dia melompat ke tempatnya semula seperti seorang anak
kecil. Akhirnya, aku bertanya kepadanya lebih dulu
karena dia terus berputar.
“Sedang apa?”
7
“Aku sedang menarikan tarian yang sangat sensual
dan romantis,” jawab Jong Woon.
“Tarian sensual dan romantis? Apa itu?”
“Tango,” jawabnya dengan pendek. “Aslinya bukan
tarian yang dilakukan sendiri, lho,” tambahnya sebelum
rasa bingungku setelah mendengar kata “tango” hilang.
Entah kenapa aku merasa tertekan saat mendengar
perkataan Jong Woon.
“Masa itu tango? Aku memang tidak tahu, sih.”
“Ini karena aku menari sendiri, jadi tentu saja kau
tidak tahu aku sedang apa.”
Jong Woon yang napasnya sudah mulai terengah-
engah menyandarkan tubuhnya ke mesin cuci.
“Jika aku menarikannya denganmu, pasti semua
orang langsung tahu kalau ini tango. Iya, kan?”
tambahnya, seakan sedang mendesakku untuk segera
menjawab pertanyaannya.
Tapi, aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
Itu adalah cara Jong Woon untuk mengungkapkan ke-
kesalannya padaku. Akhir-akhir ini, dia selalu bersikap
seperti itu. Ini adalah sebuah protes terhadap diriku yang
fokus pada hal lain, bukan pada dirinya, padahal kami
sedang berada di ruangan yang sama. Jong Woon tidak
tahu cara untuk mengatakannya langsung kepadaku.
8
Sampai saat ini, dia tidak pernah mengatakan secara
langsung kepadaku sekalipun. Sepertinya, dia tidak
tahu kalau caranya marah kepadaku membebaniku dan
membuatku tertekan.
Aku yang sedang mengerjakan dokumen, menghen-
tikan pekerjaanku dan berjalan mendekati Jong Woon di
meja makan. Aku mengambil sebuah bangku dan duduk
di bangku itu. Lalu, aku menegakkan badanku. Saat
Jong Woon melihat wajahku yang lelah, dia langsung
DG gtÇzÉ
“뭐해?”
“육감적이고낭만적인춤을추고있어.”
허공에대고그가대답한다.
“육감적이고낭만적인춤? 그게뭔데?”
“탱고.”
그의대답은짧고굵다.
“그런데혼자추는춤은아니지”라며‘탱고’라는음성의여운
이가시기도전에겹쳐말한다. 나는그의말에왠지모를압박
감을느낀다.
“어째서그게탱고지? 나는잘모르겠는데.”
“나혼자추고있으니, 당신은내가뭘하는지모를수밖에.”
그는숨이찬듯헐떡거리다식탁모퉁이에몸을기댄다.
“만약당신과함께춘다면그건누가봐도탱고일거야.”
그러면서“아마도그렇겠지?”라며내게대답을요구한다.
그가마지막으로흘린‘아마도’는내가그와발을맞춰탱고
를잘췄을경우를의미한다. 하지만나는탱고를출줄모른다.
그러니그물음에아무런대답을할수가없다.
그는이런식으로나에대한불만을표하곤한다. 요즘들어
계속이랬다. 함께있는공간에서자신이아닌다른일에집중
9
menyembunyikan kekesalannya. Dia bersabar. Jika
dia memang seorang manusia, tentu saja Jong Woon
takkan bisa marah padaku saat melihat aku yang sangat
kelelahan, walaupun tentu saja aku tidak pernah berniat
menggunakan ini sebagai cara untuk menghindar.
Jong Woon melihatku dengan tatapan kasihan dan berdiri
sambil mengatakan kalau dia akan membuatkan secang-
kir kopi untukku. Maksud dari perkataannya adalah dia
akan membuatkan secangkir espresso pahit dengan cara
terbaik yang dia ketahui, seperti yang Jong Woon lakukan
setiap hari untukku. Tentu saja aku selalu memintanya
untuk memasukkan banyak madu atau gula ke dalam
espresso buatannya, membuatnya mengatakan bahwa
apa yang kuminta adalah hal yang sangat kampungan.
Tapi, hari ini aku tetap mengambil gula kubus berwarna
kecokelatan yang ada di atas meja makan.
“Espresso? Itu gila,” kataku. “Rokok juga,” tambahku.
“Itu juga gila?”
Jong Woon menanyakan padaku apakah aku berpen-
dapat seperti itu karena hal-hal tersebut membahayakan
kesehatan. Tapi, aku menjawab walaupun hal-hal tersebut
membahayakan kesehatan, bukan itu yang membuatku
berpendapat seperti ini. Joong Woon mengambil sebuah
sendok yang diletakkan dengan cantik di atas meja makan
10
untuk mengaduk kopi buatannya. Dia menyodorkan kopi
yang sudah diaduk dengan rata kepadaku. Aku bergegas
memasukkan gula kubus ke dalam espresso berwarna
hitam kemerahan itu.
Jong Woon tidak mengatakan apa pun, sepertinya
dia sudah menyerah sekarang. Dia menarik kembali
tangannya yang memegang cangkir kopi. Lalu, dia terus
mengaduk kopi sambil memandangi kopi tersebut dengan
mata yang berharap agar gula-gula yang kumasukkan
ke dalam kopi tersebut cepat meleleh. Untuk beberapa
saat, udara yang mendingin di antara aku dan Jong
Woon terasa.
Jong Woon menyodorkan kopi yang telah teraduk
rata kepadaku tanpa mengatakan apa-apa. Dia
pasti akan segera melontarkan sebuah cerita tentang
kenyataan yang sangat aku benci selama ini. Jong Woon
memegang tanganku. Lalu, dia meletakkan cangkir kopi
itu di tanganku. Jong Woon meletakkan secangkir kopi
yang tidak ingin kunikmati secara paksa di tanganku.
Kenapa dia ingin mengajarkan hal seperti ini kepadaku?
“Jong Woon, aku tidak cocok. Aku tidak cocok dengan
kopi yang ingin kau ajarkan padaku.”
“Kopi adalah kenyataan,” kata Jong Woon sambil
memandangi espresso bergula dengan serius.
11
Ekspresinya yang memandangi espresso tidak terlihat
senang. Dia tidak suka dengan kebiasaan memasukkan
gula ke dalam espresso yang kuminum.
“Kopi dan rokok adalah kenyataan. Yun, kau pikir
aku minum espresso karena menyukainya? Ini adalah
sebuah kebiasaan. Ini tidak ada bedanya dengan kau
yang makan nasi, minum teh, dan ke toilet.”
“Apanya yang tidak ada bedanya? Menurutku, itu
sangat jauh berbeda, lho.”
“Jika ada perbedaannya, itu hanya sekadar karena
kau memerlukan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan
dalam keseharianmu, sementara untukku, minum kopi
dan merokok merupakan hal yang tidak berguna namun
sudah membuatku kecanduan. Kopi dan rokok untukku
sama artinya dengan hal-hal mendasar seperti nasi dan
toilet untukmu.”
“Hal-hal mendasar?”
Aku tidak memahami hal-hal mendasar yang dikatakan
oleh Jong Woon. Namun, sepertinya aku tahu apa yang
dia maksud dengan kecanduan. Benar, tepat sekali.
Kecanduan. Jong Woon mengatakan kalau hal-hal itu
adalah candu. Sebuah candu yang tidak jauh berbeda
dengan kesepian dan kesendirian. Hal-hal itu akan
12
menghampiriku suatu saat. Mulai dapat mengontrol
kepahitan itu juga sama saja dengan kecanduan.
Tentu saja hari ini aku juga tidak mendengarkan Jong
Woon. Besok juga aku tidak akan mendengarkannya.
Itu bukanlah hal yang kuinginkan, jadi aku tambah
tidak mendengarkannya. Aku tidak pernah hidup seperti
itu. Aku tidak dapat menerimanya. Aku tidak akan
menolehkan kepalaku kepada kenyataan itu dan akan
membuatnya pergi. Aku bisa.
Aku tumbuh tanpa kekurangan apa pun dan selalu
dilimpahi oleh cinta. Orangtuaku akan melakukan apa
pun yang kuinginkan. Saat aku mulai mengejar
kebebasan setelah menjadi orang dewasa, cinta orangtua
yang selama ini membuatku merasa aman, membuatku
lelah dan terasa seperti telah mengganggu ruang priba-
diku. Aku bertekad untuk hidup sendiri. Keegoisanku
membuatku mengemasi barang-barangku dan keluar
dari rumah.
Kebebasan yang aku pilih. Berkat itu, aku bisa meng-
hindari kelelahan yang muncul akibat kebahagiaan yang
membuatku merasa aman. Sampai saat ini, aku belum
pernah mengalami kesulitan apa pun. Aku sedang mencari
kehidupan sempurna tanpa kesalahan setitik pun.
Hasilnya, saat ini yang ada hanya kenyataan yang
membahagiakan bagiku. Bagiku, penderitaan adalah
13
sesuatu yang tidak pernah eksis. Lalu, aku akan terus
berusaha demi kebahagiaanku.
“Kau tidak boleh menyangkal kenyataan itu hanya
karena kau tidak pernah ditimpa atau mengalami hal
seperti itu. Suatu saat, hal itu akan terjadi padamu.”
Jong Woon terus menceritakan tentang kenyataan
kepadaku, membuatku mengatakan kalau hal seperti itu
tidak akan terjadi dengan nada yang kaku. Lalu, Jong
Woon meletakkan cangkir kopi yang tadi dia paksakan
ke tanganku ke atas meja makan. Aroma kopi yang
pekat berkumpul di ujung hidungku sampai akhirnya
menghilang lagi. Aroma kopi yang aneh membuatku
merasakan sesuatu yang dewasa, walaupun itu adalah
kedewasaan yang menyedihkan.
Kadang, aroma kopi membuatku menjadi perempuan
yang penuh dengan kesendirian atau perempuan yang
menunggu turunnya hujan. Hal itu membuatku tidak
nyaman, aku tidak menyukainya. Oleh karena itu,
sepertinya aku juga tidak suka dengan aroma kopi.
Aku mengambil cangkir kopi itu dan meneguknya
sekali. Aku mengernyitkan dahi. Setelah espresso itu
melewati bibirku, rasa kopi yang manis terasa di mulutku
sedikit demi sedikit. Walaupun begitu, rasa pahit juga
tetap terasa. Jong Woon hanya tersenyum saat melihatku.
14
Dia mengatakan kalau sekarang aku telah menyukai rasa
pahit itu dan sudah kecanduan kopi.
“Memasukkan gula ke dalam kopi bukan sebuah
kenyataan, melainkan fantasi.”
“Tidak menarik.”
Jong Woon memasang ekspresi yang seakan sebentar
lagi bisa marah besar saat mendengar jawabanku. Aku
tidak bisa terus menyangkal setelah melihat ekspresinya
yang seperti itu. Dia sedang benar-benar mengkhawatir-
kanku. Sekarang aku harus melontarkan jawaban yang
dia tunggu-tunggu, jawaban yang akan membuatnya
puas, jika aku ingin menjaga kebahagiaanku dengannya.
“Aku ingin menjadi bahagia,” kataku.
Jong Woon langsung menganggukkan kepalanya
dengan wajah sangat puas. Sepertinya dia sangat suka
dengan jawabanku.
“Suatu hari, keputusasaan akan menghampiriku,
tapi aku tidak ingin hidup sambil menunggu saat itu,
menunggu penderitaan yang akan datang saat itu.”
“Yun, semua orang juga menginginkan kebahagiaan.
Namun, kau sama sekali tidak mengakui kalau kesedihan
yang tidak terduga sebenarnya ada dalam sebuah keba-
hagiaan. Kenyataan menghampiri seluruh orang yang
15
hidup saat ini, bukan hanya kepadamu seorang. Kau harus
mengakui itu.”
“Memang apa hubungannya hal itu dengan aku yang
tidak minum kopi?”
Jong Woon tidak menjawab pertanyaanku. Dia
hanya meminum espresso yang rasa manisnya terasa
sangat pekat. Lalu, akhirnya dia berbicara lagi setelah
memandang kosong ke suatu tempat selama beberapa
saat.
“Aku juga suka cokelat yang manis dan biskuit
yang tawar. Rasa manis dan tawar sangat dekat de-
ngan sebuah kesempurnaan, jadi hal itu bisa membuat
perasaan menjadi senang.”
“Benar. Aku ingin menjadi orang yang menyukai
dan mengejar hal-hal menyenangkan seperti itu. Kau
tidak bisa menerimaku yang seperti ini?”
Benar. Aku baru bisa merasa puas jika semuanya
berjalan sesuai keinginanku, jika semuanya mengakui
bahwa pilihanku adalah jawaban yang tepat. Bagiku,
kesuksesan adalah hal yang harus ada dalam apa pun
yang kulakukan, maupun dalam kehidupanku.
Aku sangat kuat. Lalu, semangat dan keyakinanku
akan dunia juga sangat kuat. Aku sangat menyukai dan
tidak pernah merasa cukup akan hal itu. Hubungan
16
percintaanku harus terasa manis, keluargaku harus abadi
untuk selamanya, hidupku harus cemerlang.
Tidak ada kegagalan. Sampai saat ini, kegagalan
tidak pernah ada. Aku tidak percaya dengan takdir.
Tidak perlu membeda-bedakan laki-laki, perempuan,
Kim, Lee, maupun Park. Namaku Yun. Nama yang
dibuat hanya untukku, bukan untukmu. Yun untukku.
Temanku yang bernama Hee Dae kadang mengatakan
kalau aku bukanlah perempuan yang realistis, melainkan
perempuan modern. Aku tidak tahu apa maksudnya.
Sampai saat ini, aku masih belum tahu apa maksudnya.
*