TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI
DI RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan Kepada Falkutas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S1)
Oleh:
Welvis Noverzandy
NIM.104043101303
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH
PROGAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM
FALKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI
DI RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan Kepada Falkutas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.)
Oleh :
Welvis Noverzandi
NIM: 104043101303
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H.Muhammad Taufiki, M.Ag Rosdiana, M.A. NIP.196511191998031002 NIP.196906102003122001
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH
PROGAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM
FALKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul “TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI
RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM” telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juni
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Syari’ah (S.Sy.) pada Progam Studi Perbandingan Mazhab Hukum.
Jakarta, 15Juni 2010 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, M.A., M.M.
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
1. Ketua : Prof.Dr.H.M.Amin Suma,SH, M.A., M.M. (.……………………) NIP. 195505051982031012 2. Sekretaris : Dr.H.Muhammad Taufiki, M.Ag (.……………………) NIP. 196511191998031002 3. Pembimbing I: Dr.H.Muhammad Taufiki, M.Ag (.……………………) NIP. 196511191998031002 4. Pembimbing II: Rosdiana, M.Ag (.……………………) NIP. 196906102003122001 5. Penguji I : Dr.H.A.Juawaini Syukri, Lc, M.A. (.……………………) NIP.195507061992031001 6. Penguji II : Dr.H.M.Nurul Irfan, M.Ag. (.……………………)
NIP.197308022003121001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010
Welvis Noverzandi Nim.10404301303
بسم اهللا الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah
memberi nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, juga karena izin dan ridha-Nya
pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan yang
diharapkan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
yang dengan kehadirannya telah memberikan pencerahan, ketenangan dan
kenyamanan hidup manusia. Tak lupa pula kepada para sahabat, keluarga dan orang-
orang yang pernah mengikuti dan mentaati ajarannya hingga akhir zaman.
Setelah melewati waktu yang melelahkan, akhirnya dengan penuh
kesabaran dan keyakinan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini tentunya
tidak menjadi sebuah kenyataan, tanpa bantuan dan keterkaitan semua pihak, untuk
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ayahanda H.Warlis dan Ibunda Almarhummah Hj. Warniza, Adalah orang tua
penulis yang dimuliakan, disayangi dan juga yang telah menemani penulis
sejak kecil baik suka maupun duka. Selama di dalam penulisan skripsi ini
beliau selalu memberikan semanggat dengan kata-kata yang membuat penulis
semakin semanggat untuk menyelesaikan skripsi ini hingga menjadi
Wisudawan.
2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
3. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA. selaku Ketua Jurusan Perbandingan
Mazhab Fiqh. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. selaku Sekertaris
Jurusan Perbandingan Mazhab Fiqh.
4. Bapak Dr.H. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Ibu Rosdiana, M.A, sebagai dosen
pembimbing yang selalu memberikan masukan, arahan, dan kritikan yang
konstruktif pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Penguji I, Dr.HA.Juaini Syukri, Lcs, MA. dan penguji II, Dr.H.M.Nurul Irfan,
M.Ag. Sebagai penguji penulis di dalam sidang munaqasah yang telah banyak
memberikan masukan-masukan semakin sempurnanya skripsi.
6. Pimpinan Perpustakaan, baik perpustakaan pusat maupun Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku
ataupun literlatur lainnya sehingga memperoleh informasi.
7. Bapak/ibu dosen khususnya Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa pendidikan berlangsung.
8. Bapak dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F selaku pembimbing wawancara dari
Departemen Forensik dan Medikolegal, dan Ibu Siti Hasni, S.Sos selaku
pembimbing wawancara dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Pemerintah
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta) yang telah memberikan kemudahan
penulis untuk mendapatkan data dan wawancara yang berhubungan dengan
ii
masalah skripsi penulis seperti; Lampiran-lampiran dari Departemen Forensik
dan Medikolegal di RSCM dan juga dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman
(Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka
yang telah memberikan banyak dan dukungan kepada penulis, kecuali dengan do’a.
Semoga Allah membalas segala amal baik karena sesungguhnya Dialah Tuhan satu-
satunya tempat memohon dan meminta.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidak terlepas dari
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritikan dan masukan
yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat menjadi amal bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan bagi wacana keislaman.
Amin ya robbal’alamin
Penulis
Welvis Noverzandi Nim.10404301303
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ............................................................................. 1
B. Pembatasan dan perumusan masalah ........................................................ 5
C. Tujuan dan kegunaan penulisan ................................................................ 6
D. Tinjauan pustaka ....................................................................................... 7
E. Metode penelitian ...................................................................................... 10
F. Sistematika pembahasan ........................................................................... 11
BAB II PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI MENURUT HUKUM
ISLAM
A. Pengertian jenazah .................................................................................... 13
B. Hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah ................................. 14
C. Pengurusan jenazah mutilasi Menurut Fuqaha ................................ 40
BAB III MENGENAL RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
A. Sejarah Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ...................................... 48
B. Visi, Misi, dan Tujuan RSCM ......................................................... 50
C. Unit dan Instalsi RSCM ............................................................................ 51
D. Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM ........................................ 57
iv
v
BAB IV TINJAUAN PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RSCM
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengurusan Jenazah Mutilasi di RSCM Menurut Hukum Islam ........... 62
B. Analisa Penulis .......................................................................................... 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 86
B. Saran .......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan dialami oleh setiap manusia dan
makhluk hidup lain di dunia yang fana. Kematian merupakan pintu gerbang menuju
kepada kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat, ia sebagai bukti kekuasaan
Allah, bukti adanya kebangkitan dan bukti yang meyakinkan bahwa manusia akan
berdiri di hadapan Allah, Tuhan alam semesta. Kematian juga sebagai bukti akan
kehidupan kekal yang dikehendaki oleh Tuhan semesta alam, dengan ukuran-ukuran
yang telah diketahui dan timbangan-timbangan yang baik dan adil.
Kematian mesti ada, karena kematian berarti kembali ke asal manusia
diciptakan. Sebagaimana Allah telah menciptakan manusia dari tanah, maka ia mesti
kembali menjadi tanah agar menjadi peringatan bagi jiwa-jiwa yang lalim di saat
berada dalam kelaliman, bagi jiwa-jiwa yang gundah di saat kegundahannya, dan
jiwa-jiwa yang rusak di saat berada dalam kerusakan bahwa tempat kembalinya
adalah ke dalam tanah.1
Kehidupan manusia timbul pada saat ruh ditiupkan pada jasad janin dalam
rahim seorang ibu. Sedangkan kematian adalah jembatan yang menghubungkan dua
1 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 13.
1
2
kehidupan; kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat2 atau terputusnya hubungan
dan terpisahnya ruh dengan jasad manusia. Namun demikian suka atau tidak suka,
cepat atau lambat, kematian pasti datang menjemput kita, ia diibaratkan dengan anak
panah yang telah dilepas dari busurnya, ia terus akan mengejar sasarannya, dan begitu
ia tiba pada sasarannya saat itu pula kematian yang ditujunya tiba.
Selain itu manusia tidak dapat terhindar sama sekali dari keresahan hidup.
Ada keresahan yang dapat ditanggulanginya sendiri atau bersama orang lain, tetapi
ada juga keresahan yang tidak dapat ditanggulanginya yaitu keresahan menghadapi
kematian. Kecemasan tentang kematian dan apa yang terjadi sesudah mendorong
manusia mencari sandaran yang dapat diandalkan. Kematian makhluk hidup,
termasuk manusia yang hidup selamanya, meskipun begitu Tuhan juga menegaskan
berkali-kali mengenai kepastian kematian manusia agar mereka menyiapkan diri
dalam menghadapinya3.
Mati secara etimologis berati padam, diam, dan tenang4. Maksudnya
sesuatu yang tidak memiliki roh jika tenang merupakan makna asal dari kematian.
Dengan demikian gerak adalah makna asal dari kehidupan.
Allah SWT telah menggariskan kematian atas manusia sejak dalam
kandungan atau rahim ibu, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa ketika
2 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Jilid II, (Beirut: Dar al-Fikr,
1989), h. 3 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Jilid II, h. 9. 4 Sudirman Tebba, Menuju Kematian yang Husnul Khatimah, (Tanggerang: Pustaka
Irvan, 2006) h.11.
3
jabang bayi seorang manusia sudah menginjak 40 hari, Allah akan menentukan
padanya manusia rezekinya, umurnya dan jodohnya.
Ketentuan-ketentuan akan batasan umur manusia di atas dikenal dengan
istilah taqdir, artinya sebuah ketetapan yang tidak bisa dijamah oleh nalar manusia,
karena ia adalah hak prerogatif Allah. Manusia hanya diwajibkan berusaha dengan
berdoa meminta agar panjang umur, adapun kepastiannya Allahlah yang menentukan.
Jika ajal sudah datang, tak seorangpun bisa mengelaknya dan menghindarnya, alih-
alih meminta dipercepat. Allah SWT berfirman:
…
)34]:7[ ف األعرا(
Artinya:“…Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS.al-A’raaf [7]: 34)
عمر ال( … … )185] : 3[ ان
Artinya: ”…Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati . . .”(QS.Ali-Imran[3]:185)
Takdir kematian yang telah ditetapkan oleh Allah SWT secara umum
terjadi karena sebab-sebab (al-asbab). Kematian bisa disebabkan oleh suatu penyakit,
kecelakaan, atau pelanggaran hukum seperti pembunuhan atau yang lainya.
Di dalam skripsi ini, penulis berusaha meneliti di dalam pengurusan
jenazah dengan sebab kematian termutilasi karena kecelakaan (tergilas kereta, mobil),
pembunuhan mutilasi, atau karena bom bunuh diri dengan tubuh mayat yang hancur-
4
hancuran. Dalam kaitan ini, penelitian tentang tata cara pengurusan jenazah mutilasi
dirasa perlu untuk mencari kejelasan identitas seseorang yang terbunuh tersebut.
Sebagaimana dikemukakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bab
Penyidikan bagian kedua pada pasal 133 ayat 3:
“Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,
dilaksanakan dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat.”
Kematian yang tidak wajar yang disebabkan termutilasi atau anggota
tubuh mayat yang hancur harus dicari untuk kepentingan identifikasi korban dan
untuk mendapatkan kepastian hukumnya. Dalam kaitan ketidakjelasan jenazah yang
ditemukan, yang perlu diketahui adalah; Apakah jenazah tersebut mati secara tidak
wajar? Apakah ada tanda-tanda atau ciri-ciri khusus pada jenazah? dan untuk
mengetahui identitasnya tanda-tanda khusus tersebut perlu dicocokkan dengan
keluarganya melalui informasi anggota keluarganya yang hilang. Dalam KUHP bab
penyidikan bagian ke dua pasal 133 ayat 2:
“Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.”
Dalam kaitannya dengan jenazah yang tidak dikenal perlu diketahui juga
identitas agamanya. Mengapa? karena identitas agama suatu jenazah sangat penting
5
ketika melakukan proses pengkremasian jenazah dan penguburan, di mana setiap
agama memiliki peraturan (syariat) yang berbeda-beda. Dan ini sejalan undang-
undang dasar Negara Indonesia yang mengakui keyakinan umat beragama
sebagaimana tertera dalam sila ke 1 Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemudian, dalam kaitannya dengan jenazah yang beragama Islam, secara
khusus ada beberapa aturan penatalaksanan (tata cara) pengurusan jenazah yang perlu
diperhatikan, yang meliputi tata cara memandikan, mengkafankan, menshalatkan,
serta menguburkan jenazah. Dan ini merupakan kajian yang penulis bahas dalam
skripsi ini.
Dari latar belakang di atas, penulis sangat tertarik mengadakan penelitian
dalam penulisan skripsi ini dengan mengambil judul: “Tata Cara Pengurusan
Jenazah Mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dalam Perspektif
Hukum Islam.” Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan faedah khususnya bagi
penulis dan siapa saja yang membaca skripsi ini. Amin ya rabbal-a’lamin.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berhubung judul skripsi ini sangat luas, dan keterbatasan waktu, tenaga
serta biaya penulis, maka penelitian dalam skripsi ini dibatasi dengan hanya
membahas tata cara pengurusan jenazah mutilasi menurut hukum Islam, yang
objek penelitiannya adalah RSUP dr. Cipto Mangunkusumo. Untuk memberikan
6
arah yang tepat dan tidak memperluas pembahasan, maka penulis perlu
membatasi objek penelitian pada masalah.
Dengan mengacu pada pembatasan di atas maka pokok masalah dalam
skripsi ini dapat dirumuskan:
1. Apa yang dimaksud dengan jenazah mutilasi dan bagaimana pengurusannya
menurut Islam ?
2. Bagaimana tata cara pengurusan jenazah mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo menurut hukum Islam?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menambahkan ilmu, informasi di
dalam tata cara pengurusan jenazah, dan khususnya pada jenazah mutilasi.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah;
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1)
2. Untuk memberikan gambaran-gambaran umum tentang jenazah mutilasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pengurusan jenazah mutilasi di Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dalam perspektif hukum Islam.
Sedangkan kegunaan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini
adalah:
1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menambah wawasan khazanah intelektual
dalam kaitannya dengan hukum Islam.
7
2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak lain dalam dunia
kedokteran, sehingga bisa merealisasikan syariat Islam dalam pengurusan
jenazah yang muslim.
3. Sebagai bagian dari sumbangsih pemikiran penulis terhadap permasalahan-
permasalahan keagamaan yang ada di Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis menelusuri di beberapa perpustakaan, khususnya di
perpustakaan syariah, dan perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penulis menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan permasalahan skripsi
yang penulis bahas. Skripsi-skripsi tersebut dijadikan sebagai bahan acuan dan
rujukan bagi penulis dalam penulisan penelitian ini. Diantara skripsi-skripsi yang
penulis temukan berjudul;
1. “Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Tindakan
Pembunuhan Mutilasi” yang ditulis oleh Nurlaila Awalani (9945117053)
Progam Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum pada tahun 2003. Skripsi ini
membahas tentang pembunuhan mutilasi, pandangan hukum Islam dan hukum
positif atas pembunuhan mutilasi dan juga sanksi hukum Islam dan hukum
positif tindak pidana. Kesimpulannya, secara umum pengertian tindak pidana
pembunuhan dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana positif tidak jauh
berbeda, pembunuhan itu adalah perbuatan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.
8
Sedangkan dalam al-Qur’an sanksi hukuman pembunuhan ada dua macam
yaitu pertama; di dunia yang melangar hak Adami (hak sesama manusia untuk
hidup) dan hak Allah (kematian hanya Allah-lah yang menentukannya) dan
yang kedua; pidana di dalam hukum Islam bagi tindak pidana pembunuhan
adalah Qishas sedangkan dalam KUHP pasal 339 maksimum hukumanya
adalah 20 tahun penjara.
2. “Pembongkaran Makam dan Pemindahan Kerangka Jenazah Menurut
Perspektif Hukum Islam” yang ditulis oleh Sugeng Pramono (104043101340)
Progam Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum pada tahun 2008. Sedangkan
skripsi ini membahas tentang pembongkaran makam dan pemindahan
kerangka jenazah analisis empat mazhab. Kesimpulannya, seorang muslim
terhadap muslim lainnya tidak hanya berlaku ketika masih hidup saja, akan
tetapi ketika matipun kita mempunyai kewajiban untuk mengurusinya,
sedangkan hukum membongkar makam dan pemindahan kerangka jenazah
dalam pandangan Islam pada dasarnya tidak boleh, haram hukumnya
terkecuali jenazah itu dikuburkan di tanah rampasan, tertinggalnya benda-
benda berharga di dalam kubur dan kain kafannya hasil rampasan. Dalam
hukum Islam para ulama berbeda pendapat tentang hukum pemindahan
kerangka jenazah diantaranya Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah
berpendapat haram hukumnya Pembongkaran makam dan pemindahan
kerangka jenazah, kecuali dalam keadaan dharurat.
9
3. “Efektifitas Penyelengaraan Jenazah pada Lembaga Persatuan Bela
Sungkawa Ciputat” yang di tulis oleh Agus Kalim (101053022676) Progam
Studi Manajemen Da’wah pada tahun 2005. Skripsi ini membahas tentang
prosedur penyelengaraan jenazah dalam Islam di Lembaga Persatuan Bela
Sungkawa Ciputat dan mempresentasikan kaidah-kaidah atau dalil-dalil yang
sah menurut hukum Islam. Kesimpulannya, bahwa proses penyelengaraan
jenazah yang dilaksanakan di lembaga penyelengaraan jenazah persatuan bela
sungkawa berjalan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam ajaran agama
Islam dan bersesuaian dengan prosedur-prosedur yang telah di tetapkan dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Persatuan Bela Sungkawa Ciputat.
Sedangkan penyelengaraan jenazah di lembaga Persatuan Bela Sungkawa
sudah berjalan sangat efektif.
Dari beberapa skripsi tersebut, penulis menemukan ada kesamaan di
dalam kajian penelitian penulisan skripsi yang penulis bahas tentang pengurusan
jenazah, dan mutilasi. Yang membedakan dalam kajian penelitian penulisan
skripsi ini adalah bahwa skripsi ini membahas tentang tata cara pengurusan
jenazah mutilasi menurut hukum Islam (memandikannya, mengkafaninya,
menshalatkannya, dan menguburkannya) dan objek bahasannya terfokus pada
Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa
RSCM dianggap sebagai satu-satunya rumah sakit nasional yang telah berumur
lama dan menjadi rujukan bagi rumah sakit-rumah sakit di Jakarta.
10
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan yang digunakan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengunakan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa sumber-sumber tertulis
dan tidak tertulis (lisan) dari orang-orang atau pelaku yang diamati. Penelitian ini
bersifat studi pustaka (Library Research), juga studi lapangan (Field Research).
Library Research, yaitu: metode penulisan dengan cara pengumpulan data dengan
berbagai literatur. Sedangkan Field Research, yaitu; penelitian yang dilakukan
dengan terjun langsung ke lapangan dalam hal ini responden yang dituju adalah
Tim Forensik Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Dinas Pertamanan dan
Pemakaman, dan Penggali Kubur TPU Kampung Kandang di Cilandak.
2. Sumber data
a. Studi dokumentasi
Sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu; dokumentasi dan
wawancara. Sedangkan data sekunder; al-Qur’an, al-Hadis, buku-buku fiqh
tentang pengurusan jenazah, internet, serta Koran-koran yang ada kaitannya
dengan penulisan skripsi ini.
b. Studi wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab dengan Tim Forensik Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, serta
Penggali Kubur TPU Kampung Kandang di Cilandak.
11
3. Teknik analisa data
Data yang dikumpulkan lalu diolah, dianalisa, dan diinterpretasikan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh akan
ditinjau lebih jauh untuk mendapatkan hasil yang diinginkan penulis. Sedangkan
perolehan data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan dengan cara
mengedit (editing) data yaitu; memeriksa data yang terkumpul apakah jawaban-
jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah sesuai dengan
data-data yang di butuhkan, dan jawaban yang dianggap lengkap atau yang belum
lengkap harus dipisahkan.
Setelah mengolah data selesai, kemudian menganalisa data. Analisa data
dilakukan dengan mengunakan metode content analisa yang kemudian
menginterpretasikannya dengan bahasa penulis sendiri. Maksud dari content
analisa dalam penelitian ini adalah menganalisa.
Teknik penulisan pada skripsi ini merujuk pada “Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Falkutas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007”.
F. Sistematika Pembahasan
Agar pemahaman dalam naskah skripsi ini teratur dan berurutan dengan
baik maka pembahasannya disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat
12
diperoleh kejelasannya semaksimal mungkin dari informasi yang dimuat di
dalamnya. Sistematika pembahasan tersebut, sebagai berikut;
Bab I: Bab ini membahas tentang pendahuluan pada bab ini menguraikan
tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian.
Bab II: Bab ini membahas tata cara pengurusan jenazah menurut hukum Islam,
bab ini menguraikan tentang; pengertian jenazah, hal-hal yang
berkaitan dengan pengurusan jenazah, dan pengurusan jenazah
mutilasi menurut fuqaha.
Bab III: Bab ini membahas tentang mengenal rumah sakit dr. Cipto
Mangunkusumo, bab ini menguraikan tentang; Sejarah Rumah Sakit dr.
Cipto Mangunkusumo, Visi, Misi, dan Tujuan RSCM, Unit dan Instalsi
RSCM, Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM.
Bab IV: Bab ini membahas Tinjauan pengurusan jenazah mutilasi di RSCM
dalam perspektif hukum Islam, bab ini menguraikan tentang;
Pengurusan Jenazah Mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
menurut Hukum Islam, dan Analisa Penulis
Bab V: Pada bab akhir ini dikemukan kesimpulan dan saran-saran serta
dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI MENURUT HUKUM ISLAM
A. Pengertian jenazah
Jenazah berasal dari kata arab “Janazah” artinya “tubuh mayyit” sedangkan
kata “Jinazah” yang artinya “tandu pembawa mayat” berasal dari kata “Janaza” yang
berarti “menutupi”. Dinamakan jenazah karena tubuh mayyit itu harus ditutupi”1. Arti
janazah dalam enksiklopedia Islam yaitu segala yang berkaitan dengan proses
pemakaman dan kafan bagi si mayat2. Sedangkan kata mayat, selanjutnya disebut
jenazah, berasal dari bahasa arab “al-mayyit” yang berarti orang yang meninggal,
sebagaimana ungkapan di dalam Al-Quran:
… )15: ]23[ ن منو المؤ ( ☺
Artinya: “... Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati” (Q.S. Al-Mu’minun [23]:15)
Pada ayat di atas kata al-mayyit digunakan untuk manusia yang telah meninggal,
meski demikian dalam bahasa Indonesia kata “mayat” lebih sering dipakai.
Menurut Hasby Ash-Shiddiqie kata jenazah dalam bahasa Arab bersifat
umum artinya kata jenazah digunakan untuk manusia yang meninggal dunia maupun
1Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progesif, 2002), cet. ke-25, h. 214. 2 Cepil Glasse, Enksiklopedia Islam: Ringkas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
h. 192.
13
14
untuk binatang yang mati. Akan tetapi di dalam bahasa Indonesia kata jenazah
dikhususkan kepada manusia yang meninggal dunia3.
B. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Pengurusan Jenazah
Penatalaksanaan atau pengurusan jenazah merupakan salah satu hak
kewajiban seorang muslim dengan muslim lainya. Hukum pengurusan jenazah adalah
fardhu kifayah4 atau kewajiban sebagian bukan seluruhnya, artinya jika sudah ada
sebagian muslim yang mengurus jenazah maka gugurlah kewajiban sebagian yang
lain.
Dalam kaitannya dengan hak seorang muslim dengan muslim lainnya
Nabi Muhammad SAW bersabda:
ا انهنو عبسب ملسو هيلع ى اهللالص يبالن نارمأ: الق هنع اهللا يضر اءربال نع رصنو ياعالد ةابجإو ضيرمال ةاديعو ةازنجال اعباتا بنرمأ: عبس نع ةضفال ةينأ نا عانهنو ساطعال تيمشتو مالالس درو مسقال ارربإو مولظمال 5)رواه البخاري( قربتسالاو ئسقالو اجبيالدو ريرحالو بهالذ ماتخو
Artinya: “Diriwayatkan dari Al-Barra ra, dia berkata: Nabi SAW memerintahkan tujuh hal kepada kami dan melarang kami tujuh hal pula, Nabi SAW memerintahkan kami, mengiringkan jenazah ke kubur, menjenguk orang sakit, mendatangi undangan, menolong orang yang didzolimi, melaksanakan sumpah, menjawab salam, mendoakan orang yang bersin (dengan ucapan yarkamukulllah, apabila orang yang bersin tersebut mengucapkan alhamdulillah). Rasulullah SAW melarang kami menggunakan bejana perak, bercincin emas (bagi laki-laki), berbusana sutra,
3 Hasby Ash Shiddiqie, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h. 245. 4 Othman Mukim Hassan, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, cet. I,
(Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995), h. 2. 5 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr),
h. 88.
15
bergaun dibaj (sutra murni), menggunkan kain qassi (sejenis sutra) menggunkaan kain istabraq (sejenis sutra).” (HR. Al-Bukhari)
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah dalam syariat
agama Islam adalah meliputi memandikan mayat, mengkafankan, menshalatkan dan
menguburkan. Semua proses-proses pengurusan jenazah tersebut diterangkan dalam
beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
1. Memandikan Mayat
Mayoritas ulama berpendapat bahwa memandikan mayat seorang muslim
hukumnya fardhu kifayah. Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai
memandikan sebagian tubuh mayat muslim atau tubuh yang termutilasi yang akan
penulis bahas di akhir bab.
Berkenaan dengan memandikan mayat, Rasulullah SAW bersabda:
يفشي عليه ما يكون منه عند اال يعني أن من غسل ميتا فأدى فيه الأمانةذلك آان من ذنوبه آيوم ولدته أمه قالت فقال رسول الله صلى الله عليه
يعلم فليله منكم من االوسلم وليله أقرب أهله منه إن آان يعلم فإن آان 6)رواه أحمد والطبراني( .ترون أن عنده حظا من ورع أو أمانة
Artinya:“Siapa yang memandikan mayyit, ia laksanakan dengan amat, tidak
menyebarkan (menceritakan) apa yang ada pada mayyit ketika memandikannya, maka ia keluar dari dosanya seperti waktu ibunya melahirkan dirinya.” Ia berkata “hendaklah ia memandikan oleh orang yang paling dekat dengan kalian, jika dia mengetahui (dengan baik persoalan mayyit). Tetapi jika ia tidak mengetahui, maka hendaknya yang memandikannya orang yang memiliki sifat wara’ dan amanah.”(HR. Imam Ahmad dan Thabarani)
6 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1949), h.342.
16
Perkataan beliau “hendaklah ia mandikan oleh orang yang paling dekat
dengan kalian” maksudnya bahwa yang paling berhak memandikan mayat adalah
orang yang paling dekat kepada mayat, dengan syarat ia orang yang mengetahui
ilmu yang dibutuhkan untuk itu. Imam Yahya mengatakan bahwa orang yang
lebih dekat (kaum kerabat) harus didahulukan dari yang lainnya.
Adapun ucapan beliau “Maka hendaknya yang memandikannya orang
yang memiliki sifat wara’ dan amanah” mengandung dalil yang dipegang oleh
mazhab Hadawiyah7 bahwa orang yang memandikan mayat disyaratkan orang
yang adil. Akan tetapi jumhur (mayoritas) ulama berbeda dengan mereka
mengenai persoalan tersebut. Mereka mengatakan: orang yang memandikan itu
(sebagaimana setiap muslim lain) dibebankan dengan beban-beban syara’, dan
memandikan mayat termasuk di antaranya. Jika tidak maka tidak sah setiap
perbuatan yang dibebankan kepadanya, dan ini menyalahi ijmak. Mereka
bersandar pada dalil-dalil yang tak dapat kami sebutkan di sini. Akan tetapi, yang
tidak diragukan adalah bahwa apabila orang yang memandikan memiliki sifat
adil, hal itu sangat utama8.
7 Mazhab Hadawiyah ialah mazhab yang nisbah ke salah satu madzhab fiqih orang-orang
syi'ah, yaitu mazhab zaidiyah atau disebut juga sebagai Syi'ah Zaidiyah Hadawiyah. Zaidiyah nisbah ke Zaid ibn 'Ali Zain al-'Aabidiin ibn Husain ibn 'Ali Ibn Abi Thaalib yang kebanyakan di Yaman dan Hadawiyah ini nisbah kepada al-Haady Yahya ibn al-Husain (w. 298 H). salah satu kitab Mazhab Hadawiyah ialah “Kitab Hadaa'iqul Azhaar yang disyarh oleh al-Imam al-Syaukaany” dan sedangkan syarahnya berjudul “al-Sail al-Jarraar al-Mutadaffiq 'Ala Hadaaiq al-Azhaar”.
8 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 78-79.
17
a. Hal-hal yang disunahkan dalam memandikan:9
1) Mewudhukan mayat sebagaimana wudhunya orang yang masih hidup, yaitu
dengan air pada basuhan pertama setelah menghilangkan najis dan kotoran.
2) Menggunakan air yang dicampur daun bidara dan sabun pada semua basuhan,
serta menggunakan kapur pada basuhan yang terakhir.
واقف بعرفة إذ وقع بينما رجل عن ابن عباس رضي الله عنهم قالعن راحلته فوقصته أو قال فأوقصته قال النبي صلى الله عليه وسلم
10)رواه البخاري. (..اغسلوه بماء وسدر
Artinya:“Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata: ‘diantara kita terdapat seorang laki-laki yang berwukuf di Arafah bersama Rasulullah saw., tiba-tiba dia terjatuh dari hewan tunggangannya sehingga lehernya patah, kemudian Nabi SAW. Bersabda: “Mandikan dia dengan air dan daun bidara,…” (HR. Al-Bukhari)
3) Mengganjilkan basuhan pada mayat
Dari Ummu Athiyyah r.a., ia berkata kepada kami, bahwa ketika kami
memandikan putrinya Rasulullah SAW, bersabda:
ذلك بماء وسدر واجعلن في اغسلنها ثالثا أو خمسا أو أآثر مناآلخرة آافورا فإذا فرغتن فآذنني فلما فرغنا آذناه فألقى إلينا حقوه
11)رواه البخاري(.فقال أشعرنها إياه
Artinya:“Mandikanlah tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian memandang perlu, dengan air dan daun bidara, dan jadikanlah di akhirnya kapur barus atau sedikit dari kapur barus, setelah selesai beritahukanlah
9 Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh
Sunnah 4”, cet.1, (Penerbit:PT Alma’arif bandung, 1978), h.94-98. 10 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 94. 11 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 91.
18
kepadaku.”Setelah kami selesai memandikannya kami beritahukan kepada beliau, maka beliau memberitahukan kepada beliau, maka beliau memberikan kain sarungnya kepada kain seraya berkata,“Jadikanlah ini sebagai pakaian yang menyentuh kulitnya.” (HR. Al-Bukhari)
4) Menekan perut mayat ketika memandikannya secara lembut untuk
mengeluarkan kotoran dalam perutnya.
5) Mengalirkan air yang banyak pada bagian qubul dan dubur untuk
membersihkan kotoran/najis.
6) Memakai sarung tangan bagi orang yang memandikannya ketika membasuh
bagian-bagian yang termasuk aurat.
7) Mendahulukan yang kanan, yaitu membasuh bagian kanan kemudian yang
kiri, dimulai dari kepala bagian belakang, pundak sampai telapak.
Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepada
para wanita yang memandikan putri beliau:
12)رواه البخاري( بدأن بميامينها ومواضع الوضوء منهاا
Artinya:“Mulailah dengan bagian tubuh yang kanan dan anggota-anggota wudhu’nya.” (HR. Al-Bukhari)
2. Cara Mengkafankan Mayat
Mengkafankan mayat adalah fardhu kifayah bagi seorang muslim yang
menghadirinya. Mengkafankanya itu dilakukan langsung setelah mayat
dimandikan. Sebaiknya orang yang mengkafankan mayat adalah orang yang
terdekat dengannya-sebagaimana yang telah dibicarakan diatas.
12 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 9.
19
Hikmah dari mengkafankan mayat adalah untuk menutupinya dari
pandangan mata dan sebagai penghormatan padanya. Karena menutupi auratnya
dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia
telah meninggal.
a. Macam-Macam Kafan 13;
1) Kafan Wajib (Kafan ad-Darurah)
Yaitu baju yang menutupi seluruh badan, di mana tidak ada kekurangan
pada bagian bawah badan.
الإ هفي هنفكن ائيش دجن ملف دحأ موي لتق ريمع نب بعصم ..." : لقا جرخ هيلجر انيطغ اذإف هالجر تجرخ هسأر اهب انيطغ اذإ انآ ةرمن اهب هسأر يطغن نأ ملسو هيلع اهللا ىلص اهللا لوسر انرمأف هسأر 14)رواه البخاري( "...رخذإ نم هيلجر ىلع لعجنو
Artinya:”Ia (Khabab bin al-Art) berkata, ”... Mush’ab bin Umair terbunuh pada perang uhud. Dia tidak memiliki pakaian kecuali kain wol yang menyelimuti badan. Jika kami menutupi kepalanya, kakinya kelihatan, bila kami menutupi kakinya kepalanya terbuka. Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar kami menutupi kepalanya dengan kain itu dan menutupi kakinya dengan idzkhar (sejenis tumbuhan yang wangi) ...”.(HR. Al-Bukhari)
Perkataan “dan menutupi kakinya dengan idzkhar” menunjukkan bahwa
jika tidak ada penutup sama sekali, baik untuk sebagian badan atau
seluruhnya, disunnahkan untuk menutupinya dengan sejenis tumbuhan yang
wangi. Jika yang tumbuh di rumah-rumah kita atau di sekeliling kuburan di
13 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” h.86-88. 14 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, Nomor hadits,
h.647.
20
tempat kita. Kata idzkhar adalah jenis tumbuhan wangi yang berada di
Madinah.
ه آفن إال بردة ملحاء إذا جعلت على رأسه وقال لكن حمزة لم يوجد لقلصت عن قدميه وإذا جعلت على قدميه قلصت عن رأسه حتى مدت
)15 رواه أحمد (على رأسه وجعل على قدميه اإلذخر Artinya:”Ia berkata (khabab) bahwa Hamzah tidak memiliki kain kafan kecuali
selendang penutup. Ketika selendang itu digunakan menutupi kakinya, menyusut atas kepalanya, lalu selendang itu diukurkan ke atas kepalanya dan kedua kakinya ditutupi dengan sejenis tumbuhan” (HR. Ahmad).
2) Kafan yang Cukup (Kafan al-Kifayah)
Yaitu dua baju yang menutupi seluruh badan (di bawahnya tidak kurang).
Kain dan lipatan keduanya harus menutupi seluruh badan. Mencukupkan
dengan keduanya dibolehkan dan tidak makruh.
3) Kafan Sunah (kafan as-sunnah)
Yaitu baju untuk laki-laki yang telah baligh dan yang hampir baligh
menurut para ulama Hanafi dan banyak fukaha dari berbagai mazhab; baju,
kain, dan penutup atau lipatan. Pakaian gamis menutupi dari leher hingga
kaki, tanpa lengan baju, tidak terbuka pada dada dan sisi lambung. Bawahnya
tidak usah lebar-lebar seperti pakaian orang hidup, tetapi harus sejajar.
Begitu pula pada kain harus menutupi seluruh badan, lalu memakai
penutup untuk tubuhnya dari kepala sampai kaki. Seluruhnya mayat itu
15 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, h. 365.
21
ditutupi tiga pakaian. Itulah kafan yang disunnahkan berdasarkan hadits-
hadits.
أثواب نجرانية الحلة شال ثة آفن رسول الله صلى الله عليه وسلم في 16)رواه أبو داود( ثوبان وقميصه الذي مات فيه
Artinya:”Dari ibn Abbas bahwa Rasulullah saw dikafankan dengan tiga pakaian;
pakaian gamis yang ketika beliau wafat dan baju Najran. (HR. Abu Daud)
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Aisyah ra.
أثواب يمانية بيض شال ثة فى صلى الله عليه وسلمآفن رسول الله 17)رواه الجماعة( قميص وال عمامة ليس فيها
Artinya:“Rasulullah SAW dikafankan dengan tiga pakain putih Suhuliyah Judada
Yamaniyah, tidak ada gamis dan tidak juga imamah (serban) yang di lipatkan” (HR.Jama’ah) عن ليلى بنت قانف الثقفية قالت آنت فيمن غسل أم آلثوم بنت رسول
اهللا عليه وسلم عند وفاتها فكان أول ما أعطانا رسول الله الله صلى صلى اهللا عليه وسلم الحقاء ثم الدرع ثم الخمار ثم الملحفة ثم أدرجت
الس بعد فى الثوب اآلخر قالت ورسول الله صلى اهللا عليه وسلم ج 18 )و أبو داود رواه أحمد( عند الباب معه آفنها يناولناها ثوبا ثوبا
Artinya:”Dari Laila binti Qanif ast-Tsaqafiah, ia berkata, “Aku termasuk orang yang
memandikan Ummi Kalsum (putri Rasulullah SAW) ketika ia wafat. Yang pertama diberikan oleh Rasulullah kepada kami adalah kain, kemudian pakaian, lalu kerudung, dan selimut, selanjutnya setelah itu dilipatkan baju akhir.” Ia berkata: sementara Rasul SAW berada di pintu memegang
16 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar al-
Hadits,1988), h. 360. 17 Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar
Ihya al Kutub al Arabiyyah,1918), Juz. 2, nomor hadits 941, h.649. 18 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.362.
22
kafannya, lalu beliau mengambilkan baju kepada kami satu demi satu. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Al-Bukhari berkata: Hasan mengatakan, dengan sobekan pakaian-pakaian
yang kelima kedua paha dan pangkalnya biasa tertutup di bawah pakaian itu.
Imam asy-Syaukani mengatakan: Hadits di atas menunjukkan bahwa yang
diharuskan dalam mengkafankan mayat wanita adalah dibuatkan kain,
pakaian, kerudung selimut, dan lipatan. Tidak disebutkan nama Ummi
‘Athiyah dalam hadits orang yang melayatnya.
Imam asy-Syaukani mengatakan dalam Fiqh al-Wadhih: sebagaian Fukaha
memandang makruh penambahan kain mayat lebih dari tiga, mereka
menganggap itu hal yang berlebihan. Namun sebagaian lagi membolehkan
penambahan sampai lima; untuk gamis, imamah, Dan tiga untuk pakaian.
Menurut asy-Syaukani Persoalan di atas menurut saya luas sekali, hanya saja
membatasi tiga pakaian lebih utama karena itu yang sesuai dengan kafan Nabi
SAW.
b. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafankan19:
1) Membaguskan kafan; yaitu dengan menggunakan kafan yang bersih, wangi,
bisa menutupi seluruh anggota badan, bukan yang diharamkan-seperti sutera,
dan penggunaanya tidak berlebihan. Hal di atas berdasarkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
19 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 89.
23
يلا وذإ ملسو هيلع ى اهللالص اهللا لوسر الق: الق ةادتق يبأ نع 20 )الترمذي رواه( .هنفآ نسحيلف اهخأ مآدحأ
Artinya:“Diriwayatkan dari Abi Qatadah, ia berkata: ‘Jika seoarang diantara kalian
mengurus mayyit saudaranya, hendaklah ia memperbagus kain kafannya.” (HR. at-Tirmidzi)
2) Berwarna putih, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
.وا من ثيابكم البياض فإنها من خير ثيابكم وآفنوا فيها موتاآم البس 21)رواه أبو داود(
Artinya:“Pakailah yang putih dari pakaian kalian, karena dia adalah yang terbaik dari pakaian kalian, dan pakailah dia sebagai kafan.”(HR. Abu Dawud)
3) Bagi mayat laki-laki kain kafan tiga helai, dan bagi mayat perempuan lima
helai22. Bagian ini telah dijelaskan sebelumnya pada bab kafan sunah.
4) Hendaknya salah satu dari kain-kain tersebut adalah kain yang bergaris-garis
jika hal itu memungkinkan23. Hal ini berdasarkan hadits Jabir bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda:
رواه أبو . (إذا توفي أحدآم فوجد شيئا فليكفن في شو ب حبرة 24)داود
20 Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar
Ihya at-Turats al-Arabi, tt), Juz.3, hal. 320. 21 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar al-
Hadits, 1988) , h.362. 22 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h.89. 23 Abu Ahmad Arif Fathul ulum, 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah panduan praktis tata
cara penyelengaraan jenazah dan hukum-hukumnya, Cet. 1, (Penerbit: Pustaka Darul Ilmi, 2009), h.38.
24 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.425.
24
Artinya:“Jika wafat seorang diantara kalian dan mampu maka hendaknya dikafankan
dalam kain yang bergaris-garis” (HR.Abu Dawud)
3. Menshalatkan mayat
a. Hukum shalat mayat25
Menshalati mayat hukumnya fardhu kifayah bagi orang muslim yang
menghadirinya.
وأنه بخيبر توفي المسلمين من رجال أن الجهنى خالد بن زيد عنصاحبكم على صلوا :فقال وسلم عليه اهللا صلى اهللا لرسول ذآر
غل صاحبكم إن :قال بهم الذى رأى فلما لذلك، القوم وجوه فتغيرت يساوي ما اليهود خرز فيه فوجدنا متاعه ففتشنا اهللا سبيل في 26)الترمذى إال الخمسة رواه (رهميند
Artinya:“Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, ia berkata: bahwa ada seorang sahabat Nabi SAW meninggal dunia pada waktu perang Khaibar maka para sahabat menyampaikan beritanya kepada Rasulullah SAW maka beliau bersabda “Shalatilah teman kalian ini” (maksudnya Rasulullah SAW tidak mau menshalatinya tetapi menyuruh para sahabat untuk menshalatinya) maka berubahlah wajah orang-orang ketika mendengar hal itu maka, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya teman kalian ini berbuat curang ketika berjihad” maka kami memeriksa barang-barangnya ternyata ada satu buah permata dari permata orang-orang Yahudi yang nilainya tidak sampai dua dirham.” (HR.Lima kecuali Tirmidzi)
b. Keutamaanya
25 Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri
Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 91-98. 26 Al-Imam Muhammad Ibn ‘ali Ibn Muhammad Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Jilid: III-
IV, (Kairo: Maktabah al-Imam), h. 56.
25
بعها فله قيراطان قيل من صلى على جنازة ولم يتبعها فله قيراط فإن ت 27)رواه مسلم( وما القيراطان قال أصغر هما مثل أحد
Artinya:“Barangsiapa yang menshalati jenazah dan tidak mengiringkannya sampai di kuburnya maka ia mendapatkan pahala satu qirath dan jika dia ikut mengiringkannya maka dia mendapatkan pahala dua qirath” Ditanyakan kepadanya “Apa yang di maksud dengan dua qirath?” Rasulullah SAW bersabda “Yang terkecil dari keduanya seperti gunung Uhud” (HR. Muslim)
ما من قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عن مالك بن هبيرة قال
غوا أن يكونوا ثلاثة فيصلي عليه أمة من المسلمين بل مؤمن يموتقال فكان مالك بن هبيرة يتحرى إذا قل أهل صفوف إلا غفر له .صفوف شال ثة جنازة أن يجعلهم
28)رواه أحمد(
Artinya:“Dari malik bin Hubairah, ia mengatakan, ‘Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin mati, lalu di shalatkan oleh kaum Muslim mencapai tiga baris, melaikan diampuni dosanya. Malik bin Hubairah biasa memeriksa jamaah yang menshalatkan jenazah; apabila mereka sedikit, ia jadikan mereka tiga baris. (HR. Ahmad)
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ما من ميت تصلي ائشةعن ع
شفعوا فيه العليه أمة من المسلمين يبلغون مائة آلهم يشفعون له إ 29)مسلمورواه أحمد(
Artinya:“Dari ‘Aisyah mengatakan,’tidaklah seorang mayyit dishalatkan oleh kaum Muslim mencapai seratus orang, semua meminta pertolongan untuknya, melainkan mereka diberikan pertolongan padanya.” (HR.Ahmad dan Muslim)
27 Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar
Ihya al Kutub al Arabiyyah, 1918), Juz 2, h.653. 28Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Juz. 34, Nomor hadits 16125, h.75. 29Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Juz 49, Nomor hadits 22997, h.153., lihat juga Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, Juz 5, Nomor hadits.1576, h. 42.
26
c. Syarat-Syarat Shalat Mayat
Shalat mayat disyaratkan sebagaimana biasa; yaitu dalam keadaan suci,
menghadap kiblat, menutup aurat, terhindar dari darah haid dan nifas. Hanya
saja tidak disyariatkan masuknya waktu, tetapi dilakukan pada setiap waktu.
Hanya saja Imam Ahmad, Ibn al-Mubarak, dan Ishaq, tidak menyukai shalat
jenazah dilakukan pada waktu terbit matahari, atau di waktu matahari
tergelincir, atau di waktu matahari terbenam, kecuali bila dikhawatirkan ada
perubahan pada jenazah.
d. Rukun-Rukunnya
1) Niat
2) Berdiri bagi orang yang mampu. Ini menurut pendapat jumhur.
3) Empat kali takbir. Membaca surah al-Fatihah secara perlahan.
4) Membaca shalawat atas Rasulullah SAW dengan ucapan apa saja. Seandainya
mengucapakan “allahumma shalli’ ala Muhammad” sudah cukup, tetapi yang
lebih utama mengucapkan:
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، آما صليت على إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد آما بارآت . وعلى آل إبراهيم
براهيم فى العالمين إنك حميد مجيدعلى إبراهيم وعلى آل إ
Artinya:“Ya Allah ya Tuhan kami, limpahkan shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan shalawat atas Ibrahim dan keluarganya. Dan berikan keberkahan atas Muhammad dan keluarganya,
27
sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, pada semesta alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha agung.”
Shalawat diucapkan setelah mengucapkan takbir yang kedua, sekalipun
tidak ada keterangan yang menjelaskan tempat diucapkannya shalawat ini.
5) Membaca doa. Ini merupakan rukun sesuai kesepakatan ulama. Bisa dengan
doa apa saja, tetapi disunnahkan membaca doa-doa yang datang dari
Rasulullah SAW, seperti berikut ini:
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW apabila
menshalati jenazah, beliau mengucapkan doa berikut:
اللهم اغفر لحينا وميتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وآبيرنا وذآرنا نا فأحيه على اإلسالم ومن توفيته منا فتوفه وأنثانا، اللهم من أحييته م
.على اإليمان 30)الترمذي و رواه أحمد(
Artinya:“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan mati di antara kami, orang yang hadir bersama kami, dan orang yang tidak datang bersama kami, ampuni anak-anak kecil dan orang-orang dewasa diantara kami dan ampuni lelaki dan wanita-wanita kami. Ya Tuhanku, siapa saja yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam, dan siapa saja yang Engkau matikan di antara kami, maka matikanlah dia dalam keadaan beriman. (HR.Ahmad dan at-Tirmidzi).
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat jenazah31:
1) Orang yang ingin shalat jenazah hendaklah berdiri setelah menyempurnakan
syarat-syarat shalat, berniat dalam hatinya melaksanakan shalat atas jenazah
30 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, h. 456. 31 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 96-97.
28
Muslim yang ada di hadapannya, mengangkat tangannya untuk takbiratul
ihram, lalu meletakan tangannya yang kanan diatas tangan kiri, memulai
bacaan surat al-Fatihah, kemudian takbir yang kedua dan bershalawat atas
Nabi, lalu melakukan takbir yang ketiga dan berdoa untuk mayat, selanjutnya
takbir yang keempat dan berdoa, dan terakhir salam setelah doa.
2) Posisi berdiri imam terhadap jenazah lelaki dan wanita.
Disunnahkan imam berdiri di hadapan kepala mayat lelaki dan ditengah
mayat wanita. Hal ini didasarkan riwayat lain dari Abu Ghalib al-Khayyath
r.a., dia berkata:
لى جنازة رجل فقام عند رأسه فلما رفع شهدت أنس بن مالك صلى عيا أبا حمزة : فقيل له. أتي بجنازة امرأة من قريش أو من األنصار
طها فصلى عليها فقام وس. هذه جنازة فالنة ابنة فالن فصل عليهافلما رأى اختالف قيامه على الرجل . وفينا العالء بن زياد العدوي
يا أبا حمزة هكذا آان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : قال. والمرأة: قال. نعم: أة حيث قمت؟ قاليقوم من الرجل حيث قمت ومن المر
32)رواه أحمد. (احفظوا: فقال.فالتفت إلينا العالء
Artinya:“Aku menyaksikan Anas bin Malik menshalati Jenazah seorang laki-laki maka dia berdiri di sisi kepalanya ketika Jenazah tersebut di angkat didatangkan Jenazah seorang perempuan dari Quraisy atau Anshar maka dikatakan kepadanya “Wahai Abu Hamzah ini adalah Jenazah Fulanah binti Fulan maka shalatilah dia” maka Anas menshalatinya dan berdiri di tengahnya dan diantara kami ada ‘Alla’ bin Ziyad al-Adawi ketika ia melihat perbedaan tepat berdirinya Anas pada jenazah laki-laki dan wanita maka dia berkata “Wahai Abu Hamzah apakah Rasulullah SAW juga berdiri sebagaimana Engkau berdiri ? Anas menjawab “Ya Maka ‘Allah’ menoleh kepada kami seraya berkata “Hafalkanlah ini”(HR.Ahmad)
32 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz. 3, h. 204.
29
3) Seseorang yang menshalati jenazah hendaknya membaca do’a dengan do’a-
do’a yang telah disebutkan.
4) Jika mayat seorang wanita, jangan katakan “abdilha zaujan khairon min
zaujiha” (gantikan untuknya suami yang lebih baik baginya dari pada
suaminya), karena suaminya dapat memperoleh wanita lain di surga,
sedangkan wanita tidak mungkin mendapatkan suami lain bersama suaminya
di dalam surga, berbeda dengan lelaki.
5) Jika mayat bukan mukallaf seperti anak kecil, maka tidak dimintakan ampun
baginya, melainkan bagi kedua orang tuanya dan kaum muslim yang telah
meninggal. Disunahkan berdo’a dengan mengucapkan:
ارجأا وطرفا وفلس هلعاج مهللا
Artinya:“Ya Allah, jadikanlah dia bagi kami sebagai pahala yang mendahului dan sebagai ganjaran.”
6) Membaca Doa setelah takbir yang keempat.
Imam Syafi’i berkata: Hendaklah sesudah takbir ke empat mengucapkan:
هدعب انتفت الو هرجأا نمرحت ال مهللا
Artinya:“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan kami akan pahalanya, dan jangan Engkau uji kami sesudahnya.”
Ibn Abi Hurairah mengatakan: orang-orang terdahulu, sesudah takbir yang
keempat, mengucapakan:
ارالن ابذا عنقو ةنسح ةرخآلا ىفو ةنسا حينالد ىا فنتآا نبر مهللا
30
Artinya:“Ya Allah ya Tuhan kami, datangkan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
7) Mengucapkan salam. Kalangan fukaha sepakat atas wajibnya salam, kecuali
Abu Hanifah.
4. Mengiringi jenazah
Berjalan mengiringi jenazah ketika membawanya hukumnya adalah
fardhu kifayah. Berjalan mengiringi jenazah artinya mengiring jenazah sampai ke
tempat pemakaman. Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
بعها فله قيراطان قيل من صلى على جنازة ولم يتبعها فله قيراط فإن ت 33)رواه مسلم(وما القيراطان قال أصغر هما مثل أحد
Artinya: “Barangsiapa yang menshalati jenazah dan tidak mengiringkannya sampai di kuburnya maka ia mendapatkan pahala satu qirath dan jika dia ikut mengiringkannya maka dia mendapatkan pahala dua qirath” Ditanyakan kepadanya “Apa yang di maksud dengan dua qirath?” Rasulullah saw bersabda “Yang terkecil dari keduanya seperti gunung Uhud” (HR. Muslim)
a. Hal-hal yang disunnahkan ketika membawa jenazah34
1) Mensegerakan dalam mengantar dan membawa jenazah dengan berjalan
biasa, tidak terlalu cepat karena hal tersebut makruh ukurannya yaitu sekira
mayat tidak tergoncang akibat cepatnya berjalan. Dari Abu Hurairah, ia
berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda:
33 Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar
Ihya al Kutub al Arabiyyah,1918), h.653. 34 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 112.
31
ى وس نكت نإ، وانهومدقت ريخف ةحالص نكت نإ، فةازنجالا بوعرسأ 35 )البخاريه روا( مكابقر نع هنوعضت رشف كلذ
Artinya:“Percepatlah iringan jenazah. Jika ia orang baik, berarti kalian
menyegerakannya dalam memperoleh kenikmatan. Dan jika ia tidak baik, berarti kalian segera menyingkirkan kejelekannya dari lingkungan kalian.” (HR. Al-Bukhari)
Adapun dimakruhkannya berjalan terlalu cepat ketika membawa jenazah
karena adanya hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud, ia berkata:
دون ال ماسألنا نبينا صلى الله عليه وسلم عن المشي مع الجنازة فق 36)رواه أبو داود( ...الخبب
Artinya:“Kami bertanya kepada Rasulullah SAW tentang (bagaimana) berjalan
membawa jenazah, Rasulullah SAW bersabda: yang tidak cepat-cepat…” (HR Abu Dawud)
2) Mengitari kurung batang, sampai mengitari seluruh sisi. Hal ini berdasarkan
hadits riwayat dari Ibn Mas’ud yang mengatakan:
نازة فليحمل بجوانب السرير آلها فإنه من السنة ثم إن شاء من اتبع ج 37)رواه ابن ماجه. (فليتطوع وإن شاء فليدع
Artinya:“Siapa yang mengiringi jenazah, hendaklah membawanya di setiap sisi, karena itu termaksuk sunnah. Jika ia mau, silakan lakukan, jika enggan, silakan tinggalkan.” (HR. Ibn Majah)
35 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-
Fikr), h.133. 36 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Maktabah
Syamilah), Juz 8, Nomor hadits. 2769, h.466. 37 Abdullah Ibn Yazid al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 4, Nomor hadits
1467, h. 420.
32
3) Berjalan di depannya, di belakangnya, di sampingnya sebelah kanan atau
sebelah kiri yang berdekatan dengan mayat. Ini berdasarkan hadits riwayat
Anas Ibn Malik ra.:
أن النبي صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر وعثمان عن أنس 38)رواه أبو داود. (أمام الجنازة مشونآانوا ي
Artinya:”Dari Anas bahwa Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Umar dan Utsman,
mereka berjalan di depan jenazah.” (HR.Abu Dawud)
Mayoritas ulama tidak menyukai menaiki kendaraan ketika
mengantarkan jenazah kecuali ada halangan. Hal tersebut berdasarkan hadits
riwayat Tsauban r.a.:
خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في جنازة عن ثوبان قالفرأى ناسا رآبانا فقال ألا تستحيون إن ملائكة الله على أقدامهم وأنتم
39)لترمذي وابن ماجهرواه ا( .الدواب على ظهور
Artinya:”Diriwayatkan dari Tsauban, ia berkata: ’di saat kami berserta Rasulullah keluar mengiringi jenazah, beliau melihat orang-orang yang ikut mengiringi jenazah berkendaraan. “Maka tidakkah kalian malu bahwa malaikat Allah berjalan di atas kaki-kaki mereka, sementara kalian berada di atas pundak kendaraan kalian.” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah)
5. Menguburkan Mayat
a. Hukumnya
38 Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan At-Tirmidzi, Juz 4,
Nomor hadits 931 h. 134. 39 Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan At-Tirmidzi, Juz 4, h.
138, Nomor hadits 933., lihat juga Abdullah Ibn Yazid al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Juz 4, h.422, Nomor hadits 1469.
33
Menguburkan mayat hukumnya Fardhu Kifayah; yaitu menguburkan
mayat di dalam tanah, agar tidak tercium baunya, tidak dimakan oleh binatang
buas, dan agar tidak memungkinkan pencuri mengambil kain kafannya dengan
mudah.
b. Hal-hal yang disunahkan ketika menguburkan mayat 40;
1) Mendalamkan kuburnya.
Dari Hisyam bin Amir dia berkata: Ketika perang Uhud, banyaklah orang
yang gugur dari kaum muslimin, dan banyak dari kaum muslimin yang
terluka, maka kami katakan, “Wahai Rasulullah, sekarang ini kita merasa
berat jika harus membuat satu lubang untuk satu mayat, maka apa yang
Engkau perintahkan kepada kami?.” Rasulullah SAW bersabda:
في القبر وقدموا أآثرهم إحفروا وأوسعوا وادفنوا االثنين والثالثة قرآنا
41)رواه أبو داود(
Artinya:“Galilah, luaskanlah, dalamkanlah, dan baguskanlah, kuburkanlah dua atau tiga orang di satu lubang, dan dahulukan yang paling banyak bacaan qur’annya dari ketiganya, maka dia didahulukan”. (HR. Abu Dawud)
40 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h.103. 41 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.34.
34
2) Memperluas bagian kepala mayat dan kaki-nya
3) Lebih baik menguburkan mayat pada lahad jika tanah itu keras. Jika tanah itu
lunak, menguburkannya pada syaq (parit) lebih baik. Karena, tanah yang keras
tidak bisa membuat bagunan berguguran terhadap mayat.
Lahad adalah membelah di sisi kuburan menghadap kiblat, diatasnya
dipasang batu, sehingga seperti rumah yang beratap.
Sementara syaq adalah lubang yang dalam seperti parit. Di dalam kubur
dibuat dengan batu, di situ mayat diletakkan, dan ditutup dengan sesuatu
seperti tanah dan kayu, sekira-kira tutup itu tidak sampai mengenai jasad
mayat.
4) Mengubur mayat di kuburan yang jauh dari rumah. Karena mengubur di
rumah hanya dikhususkan untuk mayat para Nabi.
5) Orang yang mengubur adalah orang yang berhak menjadi imam dalam shalat
mayat. Jika ia tidak memiliki ilmu tentang tata cara penguburan, sebaliknya
dilakukan oleh kaum Muslim yang mengetahui itu.
6) Menutup kubur dengan kain ketika meletakkan mayat di dalam kubur, untuk
menutupi mayat, baik mayat lelaki maupun wanita, dan melepaskan ikatan
kafan, karena mayat itu tidak diikat kecuali untuk menahan tergelincir.
7) Memasukkan mayat dari sisi kakinya, jika memungkinkan bagi pengubur
maka ia boleh memasukkannya dari sisi kepalanya.
8) Menghadapkan mayat ke arah kiblat. Hal itu dimaksudkan agar mayat
beristirahat di lambung kanannya dan wajahnya menghadap kiblat.
35
9) Orang yang meletakan mayat mengucapkan:
بسم اهللا وعلى ملة الرسول اهللا
Artinya: “Dengan nama Allah dan berdasarkan agama Rasululllah”
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar:
ن النبي صلى اهللا عليه وسلم آان إذا وضع الميت في القبر قال بسم أ 42)رواه أبو داود. (اهللا وعلى سنة رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم
Artinya:“Bahwasanya Nabi SAW, jika meletakkan mayyit diliang kuburnya
mengucapkan “Bismillah, wa’ala millati Rasulillah” (Dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah).” (HR. Abu Dawud)
10) Menempelkan pipi mayat yang kanan dan diletakkan di atas ganjalan atau
batu atau tanah.
11) Meletakan sesuatu di belakangnya dari tanah atau lainnya agar ia tidak jatuh
dan selalu menghadap kiblat.
12) Menutup kubur dengan tanah dan meninggikannya sejengkal dari tanah, jika
tidak ada tanah bisa dengan lainnya. Dan tidak diratakan dengan tanah,
dengan tujuan agar diketahui, kemudian dijaga dan tidak dihinakan. Hal ini
berdasarkan hadits riwayat Jabir r.a.:
فع أن النبي صلى اهللا عليه وسلم ألحد ونصب عليه اللبن نصبا ور 43)رواه إبن حبان والبيهقي( قبره من األرض نحوا من شبر
42 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.32.
36
Artinya:“Bahwasanya Nabi SAW dibuatkan lahad baginya, ditimbunkan batu bata di
atasnya, dan ditinggikan kuburnya dari tanah sekitar sejengkal .”(HR.Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)
13) Hendaknya kubur dibuat menjadi gundukkan, berdasarkan hadits Sufyan at-
Tammar, bahwasanya dia berkata:
البخا واه ر(.نه حدثه أنه رأى قبر النبي صلى اهللا عليه وسلم مسنماأ 44)رى
Artinya:“Aku melihat kubur Nabi SAW berbentuk gundukkan tanah.”
(HR.Al-Bukhari)
14) Memberi tanda berupa batu atau yang semisalnya, agar bisa dikuburkan
didekatnya yang meninggal kemudian dari keluarganya, berdasarkan hadits
Muthallib bin Abdullah, bahwasanya dia berkata:
فدفن فأمر النبي صلى , مان بن مظعون أخرج بجنازتهلما مات عثفقام إليها , اهللا عليه وسلم رجال أن يأتيه بحجر فلم يستطع حملهقال آثي قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وحسر عن ذراعيه
قال الذي يخبرني ذلك عن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : المطلبآأني أنظر إلى بياض ذراعي رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : قال
أتعلم بها قبر : ضعها عند رأسه وقالحين حسر عنهما ثم حملها فو 45)رواه أبو داود. (أخي وأدفن إليه من مات من أهلي
Artinya:“Ketika Utsman bin mazh’un meninggal, maka dikeluarkanlah jenazahnya
dan dikuburkanya, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan seseorang agar
43 Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar el-
Fikr), Jilid 4, h.410. 44 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, Nomor hadits 1390,
h.130. 45 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.22.
37
membawakan batu kepadanya, maka beranjaklah orang itu mengambil batu, tetapi ternyata dia tidak kuat mengangakatnya, maka beranjaklah Rasulullah SAW menuju batu tersebut dan menyisingkan kedua lengannya. Muthallib berkata: Berkatalah orang yang mengabarkan kepadaku dari Rasulullah SAW, “Sepertinya aku melihat kepada putihnya kedua lengan Rasulullah SAW ketika disingsingkan.” Kemudian Rasulullah SAW membawa batu tersebut dan meletakkan pada tempat kepala Utsman bin mazh’un seraya berkata, “Agar menjadi tanda bagi kuburan saudaraku ini, dan aku kuburkan disisinya orang yang meninggal dari keluargaku.”(HR. Abu Dawud)
15) Orang yang menghadiri penguburan mayat hendaknya memegang tiga
gumpalan tanah di atas kubur di sisi kepala mayat kemudian menaburkannya
dengan kedua tangannya. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah r.a.:
ثم أتى قبر أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم صلى على جنازة 46)رواه إبن ماجة. (الميت فحثى عليه من قبل رأسه ثالثا
Artinya:“Bahwasanya Rasulullah SAW menshalati jenazah kemudian mendatangi
kubur dan menaburkan di atasnya pada sisi kepalanya tiga kali.”(HR.Ibnu Majah)
16) Orang yang mengiringi mayat hendaknya menunggu setelah penguburan
dengan waktu kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyembelih unta dan
membagikan dagingnya kepada orang-orang miskin agar mayat merasa
tentram dengan mereka.
17) Berdiri di sisi kubur sambil mendoakan keteguhan bagi mayat, memohonkan
ampun baginya, dan memerintahkan orang-orang yang hadir agar melakukan
hal yang serupa. Hal ini berdasarkan hadits Utsman bin ‘Affan r.a.
bahwasanya dia berkata:
46 Abdullah Ibn Yazid al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al-Ihya al-
Turath al-Araby, 1975), h.499
38
آان النبي صلى اهللا عليه وسلم إذا فرغ من دفن الميت وقف عليه ألخيكم وسلوا له بالتثبيت فإنه اآلن يسأل :فقال رواه أبو .(استغفروا 47)داود
Artinya:“Adalah Nabi SAW jika selesai dari penguburan mayyit, dia berdiri di sisi kubur seraya berkata, “mohonkanlah ampunan bagi saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan baginya, karena sekarang dia sedang ditanya!.” (HR. Abu Dawud)
Dan juga dibolehkan duduk di sisi kubur saat penguburan dengan maksud
mengingatkan orang-orang yang hadir kepada kematian dan hal-hal yang
terjadi sesudahnya, berdasarkan hadits Bara’ bin Azib, bahwasanya dia
berkata: “Kami keluar bersama Nabi SAW mengiringkan jenazah seseorang
dari Anshar, maka sampailah kami penguburan yang waktu itu belum digali,
kemudian duduklah Rasulullah SAW dan kami juga duduk di sekitarnya,
seakan-akan di kepala-kepala kami ada burung, di tangan Rasulullah SAW
ada sebatang kayu, maka beliau mencocokkannya ke tanah dan mengangkat
kepalanya seraya berkata, “mintalah perlindungan kepada Allah dari Adzab
kubur.” Dua atau tiga kali, kemudian dia bersabda, “Sesungguhnya seorang
hamba yang mu’min, jika telah terputus dari dunia dan memulai kehidupan
akhiratnya, turunlah para malaikat dari langit.”
47 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.41.
39
C. Pengurusan Jenazah Mutilasi Menurut Fuqaha
Sebelum penulis memaparkan pendapat para fuqaha tentang pengurusan
jenazah mutilasi, telebih dahulu penulis menjelaskan tentang arti jenazah mutilasi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mutilasi ialah proses atau tindakan
memotong-motong (biasanya) tubuh manusia atau hewan,48 dan Mutilasi dilihat dari
Ilmu Pengetahun adalah kebiasaan merusakkan bagian-bagian tertentu dari tubuh,
misalnya menanggalkan gigi dan memotong jari sebagai tanda korban.49
Pengertian mutilasi menurut, dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F adalah
kondisi mayat yang tidak utuh menjadi beberapa bagian karena, suatu kejadian.
Misalnya yaitu; mutilasi karena pembunuhan, kecelakaan; kemudian tubuhnya
terpisah menjadi beberapa bagian hingga terpencar atau terpotong-potong.50
48 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet.4, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 768. 49 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:Lembaga pengkajian
Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997), Cet.Ke-I, h. 695. 50 Wawancara, Pribadi dengan dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F., Staf Departemen
Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum, Tanggal 09 July 2009.
40
Dan sedangkan menurut kriminolog UI Adrianus Melia, yang dimaksud
dengan mutilasi adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dengan yang lainnya
oleh sebab yang tidak wajar.51
Adapun yang dimaksud dengan jenazah mutilasi, dengan mengacu pada
penjelasan tentang arti mutilasi di atas, adalah jenazah yang terpotong-potong
beberapa bagian dari suatu kejadian, seperti pembunuhan atau kecelakaan yang
menyebabkan tubuhnya terpencar/terpotong-potong.
Dalam pengurusan jenazah mutilasi, penulis membagi beberapa pendapat
diantara para fuqaha ke dalam 3 golongan, yaitu:
1. Golongan Pertama
Golongan pertama berpendapat bahwa mayat yang tidak lengkap
tubuhnya, termasuk di dalamnya mayat yang termutilasi tetap dimandikan,
dikafankan, dan dishalatkan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada bedanya mayat
yang tubuhnya lengkap dengan yang ada hanya anggota badannya saja. Di dalam
pengurusan jenazah, pendapat yang pertama ini mewajibkan memandikan anggota
tubuh si mayat yang terdapat itu seperti wajibnya memandikan mayat yang
lengkap anggota badannya.
Pendapat ini dikemukan oleh Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal,
dan Ibnu Hazm. Imam Syafi’i berkata: “kami mendapat berita bahwa di waktu
perang berunta, seekor burung menjatuhkan sepotong tangan manusia di mekkah
(tangan itu adalah tangan Abdurahman bin ‘Itab bin Asid). Tangan itu dapat
51 Mutilasi yang timbul di ibukota, Sinar Harapan, (Jakarta:17 Januari 2003), h. 10.
41
mereka kenali dengan cincin. Maka tangan itu mereka mandikan dan shalatkan,
dan hal itu adalah di depan para sahabat”.52
Imam Ahmad, berkata: “Abu Ayyub menshalatkan sepotong kaki, sedang
Umar menshalatkan tulang-belulang”.53
Dan menurut Ibnu Hazm: ”hendaklah dishalatkan apa yang ditemukan
dari tubuh mayat muslim, juga hendaklah dimandikan, dan dikafani. Kecuali jika
berasal dari orang mati syahid. Katanya pula hendaklah dalam menshalatkan
sebagian tubuh mayat itu, diniatkan menshalatkan keseluruhannya, baik jasad
maupun roh”.54
2. Golongan Kedua
Golongan kedua berpendapat bahwa; jika yang terdapat itu lebih dari
separuh badan mayat, maka haruslah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan,
namun jika tidak, maka tidak wajib dimandikan dan dishalatkan.
Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Hanifah dan Imam Malik. Pendapat
Abu Hanifah dan Imam Malik ini adalah semata-mata Ijtihad mereka.
52 Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh
Sunnah 4”, cet.1,(Penerbit:PT Alma’arif bandung, 1978), h.89-90. 53 Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh
Sunnah 4”, h.89-90. 54 Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh
Sunnah 4”, h.89-90.
42
Abu Hanifah dan Imam Malik, berkata : “jika ditemukan lebih dari
separuhnya, hendaklah dimandikan dan dishalatkan, dan jika kurang maka tidak
perlu dimandikan dan dishalatkan”.55
3. Golongan Ketiga
Golongan ketiga dari Imamiyah56 berpendapat bahwa kalau yang
didapatkan dari sepotong anggota badan mayat itu adalah dadanya atau sebagian
yang lainnya yang mengandung hati, maka hukumnya persis seperti hukum
terhadap mayat yang sempurna, yaitu wajib dimandikan, dikafankan, dan
dishalatkan. Namun, jika tidak ada sepotong saja dari anggota tubuhnya yang
mengandung hati, atau sebagainya, seperti dada, tapi terdapat tulangnya, maka ia
wajib dimandikan dan dibungkus dengan sehelai kain kemudian dikuburkan.
Tapi bila ia tidak terdapat tulang didalam anggota tubuh yang
ditemukannya itu, maka ia hanya dibungkus dengan sehelai kain dan dikuburkan,
tidak usah dimandikan.57
55 Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh
Sunnah 4”, h.89-90. 56 Imamiyah adalah Mazhab Syi’ah Imamiyah disebut juga Mazhab Syi’ah Itsna
Asyariyah (Syi’ah Dua Belas),karena mereka mempunyai 12 orang Imam nyata. Diantaranya, yaitu; Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, Al-Husen, Ali Zain al-Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far al-Shadiq, Musa al-Kazhim, Ali al-Ridha, Muhammad al-Jawwad, Ali al-Hadi, Al-Hasan bin Muhammad al-Askari, Muhammad al-Mahdi al-Muntazar. Syi’ah Imamiyah menjadi paham resmi di Negara Iran.
57 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khamsah, diterjemahkan
oleh Masykur A.B.,Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff dengan judul “Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali”, cet.19 (Jakarta: Lentera, 2007) h.45-46.
43
Pendapat yang pertama lebih kuat karena diperbuat dan dilaksanakan
dihadapan para sahabat nabi dan para mayat yang terlepas dari anggota badannya
korban dari perang Uhud dan Jamal.58
Adapun tata cara dalam memandikan mayat yang tubuhnya terpotong –
seperti misalnya terpotong kepalanya-jika potongan tersebut ada, maka terlebih
dahulu menangkapkan tepi yang satu dengan yang lain lalu menjahitnya dengan
menggunakan tali pengikat atau pembalut atau juga dengan lumpur yang tak
bercampur pasir, sehingga tidak tampak kejelekannya. Apabila ada sesuatu yang
lepas dari tubuh mayat seperti gigi, maka tetap dimandikan dan dikafankan.59
Sebagai penutupan dari pembahasan bab 2 ini mengenai ”Pengurusan
Jenazah Mutilasi Menurut Hukum Islam”, penulis akan memberikan kesimpulan di
dalam pembahasan ini;
Jenazah adalah segala yang berkaitan dengan proses pemakaman dan
pengkafanan bagi si mayat, sedangkan kata al-mayyit dalam bahasa arab yang berarti
orang yang meninggal. Dalam pengurusan jenazah hukumnya ialah fardhu kifayah,
artinya jika sudah ada sebagian muslim yang mengurus jenazah maka gugurlah
kewajiban sebagian yang lain, baik itu memandikannya, mengkafankannya,
menshalatkannya, dan menguburkannya.
58 Othman Mukim Hassan, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, cet. I,
(Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995), h. 51-52. 59 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Juz
2, h. I1489.
44
Di dalam memandikan jenazah hendaknya orang yang paling dekat (kaum
kerabat) dan yang memiliki sifat wara dan amanah. Pendapat ini dipegang oleh
mazhab Hadawiyah, bahwa orang yang memandikan jenazah disyaratkan orang yang
Adil. Sedangkan, Jumhur Ulama berbeda pendapat dalam hal ini dan mereka
mengatakan bahwa orang yang memandikan jenazah itu dibebankan dengan beban-
beban syara’, dan memandikan mayat termasuk di antaranya, jika tidak maka tidak
sah setiap perbuatan yang dibebankan kepadanya, dan ini menyalahi ijmak.
Mengkafankan jenazah juga sama dengan, memandikan jenazah yaitu
dilakukannya oleh kerabat. Sedangkan hikmah dari mengkafankan mayat adalah
untuk menutupi auratnya dari pandangan mata dan sebagai penghormatan padanya.
Pengkafanan para fuqaha berbeda pendapat; menurut Imam Hanafi dan berbagai
fuqaha mazhab, untuk kafan laki-laki baliq; bahwa pakaian gamis menutupi dari leher
hingga kaki, tanpa lengan baju tidak terbuka pada dada dan sisi lambung, dan
Bawahnya tidak usah lebar-lebar seperti pakaian orang hidup, tetapi harus sejajar.
Sedangkan kafan untuk wanita, Imam Syaukani mengatakan (hadits yang
diriwayatkan Laila binti Qanif ast-Tsaqafiah) adalah dibuatkan kain, pakaian,
kerudung selimut, dan lipatan. Dan dalam Fiqh al-Wadhih, Imam Syaukani
mengatakan bahwa sebagian Fuqaha memandang Makruh dalam penambahankain
kafan mayat lebih dari tiga, hal demikian mereka mengannggap berlebihan.
Menshalatkan jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi yang orang muslim
yang menghadirinya. Syarat-syarat shalat mayat, dilaksanakan sebagaimana biasanya;
harus dalam keadaan suci, menghadap kiblat, menutup aurat, terhindar dari darah
45
haid dan nifas. Dan rukun-rukunnya, yaitu; Niat, Berdiri bagi orang yang mampu,
Empat takbir, Membaca Shalawat atas Rasulullah SAW, Membaca doa. Dalam
berjalan mengiringi jenazah termasuk proses dalam pengurusan jenazah, dan
hukumnya fardhu kifayah. Berjalan mengiringi jenazah artinya mengusung jenazah
sampai tempat pemakaman mayat dikuburkan. Hal-hal yang disunnahkan ketika
membawa jenazah; Mensegerakan dalam membawa jenazah, Mengintari kurung
batang, Berjalan di depannya atau di belakangnya atau di sampingnya sebelah kanan
atau juga sebelah kiri yang berdekatan dengan mayat.
Dan yang terakhir yaitu proses penguburannya, yaitu menguburkan mayat
di dalam tanah, agar terhindar dari; tercium baunya, dimakan oleh binatang buas.
Dalam ketika penguburan jenazah di sunnahkan untuk; Mendalamkan kuburnya,
Memperluas bagian kepala mayat dan kakinya, lebih baik menguburkan mayat pada
lahad yang tanahnya keras, Menguburkan mayat di kuburan yang jauh dari rumah,
Orang yang mengubur yang menjadi imamdalam shalat mayat, menutup kubur
dengan kain ketika meletakkan mayat di dalam kubur, Memasukkan mayat dari sisi
kakinya, Menghadapkan mayat ke arah kiblat, Orang yang meletakan mayat
mengucapkan: ”Bismillahi wa a’lamilatilrasullillah”, Menempelkan pipi mayat yang
kanan dan diletakkan di atas ganjalan atau batu atau tanah, Meletakan sesuatu di
belakangnya dari tanah atau lainnya agar ia tidak jatuh dan selalu menghadap kiblat,
Menutup kubur dengan tanah dan meninggikannya sejengkal dari tanah, Memberi
tanda berupa batu dan Orang yang menghadiri penguburan mayat hendaknya
memegang tiga gumpalan tanah di atas kubur di sisi kepala mayat kemudian
46
menaburkannya dengan kedua tangannya, Orang yang mengiringi mayat hendaknya
menunggu setelah penguburan dengan waktu kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyembelih unta dan membagikan dagingnya kepada orang-orang miskin agar
mayat merasa tentram dengan mereka, Berdiri di sisi kubur sambil mendoakan
keteguhan bagi mayat dan memohonkan ampunan bagi si mayat.Dan pada hakikatnya
Islam menganjurkan agar setiap orang yang meninggal untuk disegerakan
melaksanakan proses pengurusan jenazahnya.
Untuk pengurusan jenazah mutilasi, mereka (Fuqaha) berbeda pendapat
dan terbagi menjadi tiga golongan diantaranya, yaitu; Golongan pertama, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan Ibnu Hazm mengatakan dalam pengurusan
jenazah mutilasi: mayat tidak lengkap tubuhnya, wajib memandikan anggota tubuh si
mayat yang terdapat itu seperti wajibnya memandikan mayat yang lengkap anggota
badannya. Golongan kedua, Imam Abu Hanifah, dan Imam Malik mengatakan dalam
pengurusan jenazah mutilasi: jika yang ditemukan lebih dari separuh badan mayat,
hendaklah dimandikan dan dishalatkan, dan jika kurang maka tidak perlu dimandikan
dan dishalatkan. Sedangkan, Golongan ketiga, Imamiyah mengatakan dalam
pengurusan jenazah mutilasi: jika didapatkan dari sepotong anggota badan mayat itu
adalah dadanya atau sebagian yang lainnya yang mengandung hati, maka wajib
dilaksanakan pengurusan jenazah seperti, hukum terhadap mayat yang sempurna,
yaitu wajib dimandikan, dikafankan, dan dishalatkan. Dan apabila, yang didapatkan
tidak ada sepotong saja dari anggota tubuhnya yang mengandung hati, atau
47
sebagainya, seperti dada, tetapi ditemukan ada tulangnya, maka ia wajib dimandikan
dan dibungkus dengan sehelai kain kemudian dikuburkan.
BAB III
MENGENAL RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
A. Sejarah Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
Sejarah RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, tidak terlepas dari sejarah
Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, karena perkembangan kedua instansi ini
yang saling tergantung dan saling mengisi satu sama lain. Pada tahun 1896, dr. H.
Roll ditunjuk sebagai pimpinan pendidikan kedokteran di Batavia, sekarang Jakarta,
saat itu laboratorium dan sekolah Dokter Jawa masih berada dalam satu pimpinan.
Kemudian pada tahun 1910, Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA1 yang
nantinya menjadi cikal bakal Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale Burgelijke
Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu penyelenggaraan
pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas
pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas.
Saat Indonesia diduduki oleh Jepang pada bulan Maret 1942, CBZ
dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Djakarta Ika Dai Gaku). Dan pada tahun
1945, CBZ diubah namanya menjadi “Rumah Sakit Oemoem Negeri” (RSON)
dipimpin oleh Prof. dr. Asikin Widjaya Koesoema dan selanjutnya dipimpin oleh
Prof. Tamija.
1Alfred.C.Satyo, Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi II, cet III, (Penerbitan dan
Percetakan USU (Press, Universitas Sumatera Utara Medan, 2004), h. 28-29.
48
49
Kemudian pada tahun 1950 RSON diubah namanya menjadi Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP). Setelah 19 tahun kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada
tanggal 17 Agustus 1964, Menteri Kesehatan Prof. dr.. Satrio meresmikan nama
Dokter Tjipto Mangunkusumo bagi rumah sakit. Sebagai ketahui kemudian nama ini
lazim ditulis Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dan dengan seiringnya dengan
waktu dan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, maka diubah menjadi
(RSCM). Hingga kini RSCM yang menjadi rujukan rumah sakit-rumah sakit nasional
masih berdiri kokoh walaupun dari awal berdirinya terjadi banyak pergantian nama.
Pada tanggal 13 Juni 1994, turunlah SK Menteri kesehatan (Menkes)
nomor 553/Menkes/SK/VI/1994, memutuskan mengganti nama menjadi Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo dan juga berdasarkan
S.K.134/Munkes Sk/1978, tugas RS. dr. Cipto Mangunkusumo ialah memberikan
pelayanan medik dengan mutu yang tinggi sesuai perkembangan ilmu teknologi
kedokteran2. Kemudian berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000 yang diterbitkan
pada tanggal 12 Desember 2000, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan
sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan
dalam perkembangan selanjutnya, Perjan RSCM berubah menjadi Badan Layanan
Umum yang berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2005.
2 Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, (Penerbit:
Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989), h.89.
50
B. Visi, Misi, dan Tujuan RSCM
1. Visi :
“Menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang mandiri dan terkemuka di Asia Pasifik”
2. Misi :
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
b. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan.
c. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat
3. Tujuan :
a) Tercapainya pelayanan prima yang menjamin kepuasan konsumen.
b) Terciptanya manajemen yang adil, akuntabel dan transparan.
c) Hasil pendidikan dan penelitian kesehatan dapat di manfaatkan secara
nasional dan global.
d) Tercapainya karyawan yang produktif dan melalui kesejahteraan yang
berkeadilan dan pengembangan karir yang sehat.
e) Tercapainya pelayanan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal serta
pemulasaraan jenazah sebagai Unit Reveneu Center.
51
C. Unit dan Instalasi RSCM
1. Unit Penyakit Anak 2. Unit Kesehatan Anak 3. Unit Bedah 4. Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan 5. Unit Bedah Saraf 6. Unit Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tengorokan. 7. Unit Penyakit Mata 8. Unit Penyakit Gigi dan Mulut 9. Unit Penyakit Saraf 10. Unit Kedokteran Jiwa (Psikiatri) 11. Unit Penyakit Kulit dan Kelamin 12. Unit Radiodiagnostik 13. Unit Radioterapi 14. Unit Anestesiologi 15. Unit Rehabilitasi Medik (URM) 16. Instalasi Laboratium Klinik 17. Intalasi Patologi Anatomik 18. Instalasi Gawat Darurat 19. Instalasi Bedah Pusat 20. Instalasi Perawatan 21. Instalasi Farmasi 22. Instalasi Farmakologi Klinik 23. Instalasi Gizi 24. Instalasi Pemeliharaan Sarana 25. Instalasi Kamar Jenazah
Dari beberapa unit dan instalasi yang ada di RSCM, instalasi kamar
jenazah merupakan obyek yang akan penulis teliti. Perkembangan Instalasi Kamar
Jenazah dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu3;
1. Masa sebelum tahun 1970
Pada masa tersebut kamar jenazah merupakan tempat penampungan jenazah
yang berasal dari yang meninggal di RSCM dan jenazah yang berasal dari luar RSCM
yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memperoleh Visum et Repertum.
3 Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, h. 309-310.
52
Kamar jenazah terdiri atas beberapa kamar tempat meletakkan jenazah
sebelum diambil oleh keluarganya. Selain kamar-kamar itu terdapat pula tempat
untuk membersihkan jenazah, tempat kereta jenazah dan kamar mandi sederhana. Di
antaranya kamar-kamar itu terdapat lorong yang menghubungkan halaman
Universitas Indonesia dengan RSCM. Pegawai yang berkerja terdiri atas 15 orang
yang dikepalai oleh M.Yusa. secara bergiliran pegawai-pegawai ini menjaga Kamar
Jenazah selama 24 jam. Tugas mereka hanyalah menjaga jenazah. Dia antara mayat-
mayat yang berasal dari luar RSCM, ada yang tidak jelas keluarganya, atau
ditemukan sudah dalam keadaan busuk.
2. Masa antara tahun 1970 sampai 1978
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, baik fisik maupun
organisasi di kamar jenazah. Dengan tujuan agar bagian Patologi Anatomik bisa
terlepas dari gangguan kamar jenazah, Prof. dr. Rukmono yang menjadi kepala
bagian Patologi Anatomi minta kepada Direktur RSCM yaitu Prof. dr. Odang, agar
diperbolehkan mengurus kamar jenazah. Tawaran ini tentu saja disambut gembira
oleh Direktur RSCM. Dengan dibantu oleh dr. Sutjahjo Endardjo, salah satu asisten
bagian Patologi Anatomik, Prof. dr. Rukmono mulai mengatur dan mengadakan
perbaikan-perbaikan antara lain;
a. Membuat ketentuan bahwa jenazah yang sudah di kamat jenazah lebih dari 48
jam akan dikubur. Untuk ini diadakan kerjasama dengan pihak Pemerintah
Daerah DKI.
53
b. Mengadakan perbaikan gedung kamar jenazah dengan dana dari RSCM atau
dari Departemen Kesehatan RI.
c. Kamar-kamar tempat penyimpanan mayat dibongkar sama sekali dan pada
naungan yang baru diadakan.
d. Tempat untuk menunggu jenazah yang sekaligus dapat dijadikan tempat untuk
upacara.
e. Tempat untuk adminitrasi.
f. Tempat penyimpanan jenazah berupa lemari pendingin.
g. Tempat memandikan jenazah.
h. Perbaikan pagar kamar jenazah yang merupakan sumbangan dari para ibu
Angkatan Laut (Jalaselastri).
i. Mengadakan mobil untuk mengangkut jenazah. Karena dana yang sangat
terbatas maka mula-mula yang digunakan sebagai mobil jenazah adalah mobil
bekas dari dr. Tumbelaka ( Staf senior dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak).
Dengan sarana fisik yang serba sederhana dan adminitrasi yang mulai teratur
kamar jenazah berhasil menghimpun dana yang berasal dari sewa kendaraan jenazah,
dengan dana inilah perbaikan-perbaikan terus diadakan. Pada tahun 1973, Prof. dr.
Rukmono diangkat menjadi Direktur RSCM, sehingga praktis kamar jenazah tidak
ada yang mengatur. Dengan persetujuan Dekan Falkutas Kedokteran UI Prof. H.
Djamaloeddin pada tahun 1973 menunjuk dr. I Made Nasar asisten di bagian Patologi
Anatomi untuk menjadi Kepala Kamar Jenazah. Didalam pengelolaan keuangan
kamar jenazah pada periode ini bersifat otonom, maka dari seluruh penghasilan
54
kamar jenazah dapat digunakan kembali untuk keperluan pelayanan dan
pembangunan kamar jenazah serta pembelian sarana. Walupun bersifat otonom
namun setiap bulan pengelola kamar jenazah diwajibkan membuat laporan keuangan
kepada Direktur. Perubahan atau pengembangan penting yang terjadi pada masa ini
ialah:
Tahun 1976:
a. Pembangunan bagian belakang kamar jenazah meliputi tempat pemandian
jenazah, tempat peti, dan brankar jenazah.
b. Pembuatan lemari pendingin mayat sampai mencapai 4 unit, tiap unit dapat
diisi dengan 3 mayat.
Tahun 1978:
a. Pembelian kendaraan jenazah 2 buah.
b. Pemugaran ruang upacara.
Organisasi dikamar jenazah juga mulai lebih teratur, sejalan dengan jenis pelayanan
yang dapat diberikan yaitu:
a. Memandikan mayat.
b. Persiapan sampai jenazah siap dikubur.
c. Membantu menguruskan surat jalan bila jenazah akan dibawa ke luar DKI
sesuai dengan peraturan DKI.
d. Pengangkutan jenazah,dll.
Sehingga hal ini menyebabkan jumlah karyawan di kamar jenazah meningkat.
55
3. Masa sesudah tahun 1978
Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes No.134 tahun 1978, tiap
rumah sakit termasuk RSCM harus menyesuaikan organisasi maupun kegiatan
dengan SK (Surat Keputusan). Dalam SK.134 ditentukan kamar jenazah merupakan
suatu Instalasi. Dengan ditetapkannya kamar jenazah menjadi suatu Instalsi rumah
sakit.
Instalasi Kamar Jenazah kemudian mendapat dana untuk perbaikan
gedung dan pengadaan lemari pendingin mayat yang baru, tetapi di lain pihak
Instalasi Kamar Jenazah harus memasukkan semua penghasilan ke Kas Negara
sebagai bagian dari penghasilan RSCM. Sampai akhir tahun 1978, walaupun
penghasilan telah disetor kepada Bendahara RSCM, namun Instalasi Kamar Jenazah
masih diperbolehkan memakai uang setoran itu untuk keperluan di kamar jenazah
sendiri.
a. Tahun 1982 kamar jenazah mendapat sebuah mobil jenazah dari RSCM.
b. Tahun 1984 membeli mobil jenazah dengan uang penghasilan kamar jenazah.
c. Tahun 1986 untuk terakhir kalinya membeli sebuah mobil jenazah lagi.
Mulai tahun 1988 Instalsi Kamar Jenazah sudah benar-benar merupakan suatu
Instalasi Rumah Sakit, seluruh kegiatan pelayanan maupun pembangunan harus
melalui perencanaan yang matang.
Saat ini Instalasi Kamar Jenazah telah mempunyai sarana untuk pelayanan berupa;
a. 5 buah mobil jenazah.
b. Lemari pendingin mayat dengan kapasitas18 mayat.
56
c. Ruang untuk upacara.
d. Ruang untuk adminitrasi.
e. Musholla.
f. Tempat pemandian jenazah.
g. Tempat penyimpanan peti.
h. Tempat brankar.
i. Pelayana yang dapat dilakukan ialah :
j. Pembuatan surat kubur atau Surat Kematian.
k. Memadikan jenazah.
l. Penyimpanan jenazah.
m. Pemulasaran jenazah.
n. Pengangkutan jenazah.
o. Membantu pengurusan surat-surat jalan, pengawetan dan penguburan.
Pada saat ini terjadi beberapa peristiwa yang menimbulkan banyak korban, yaitu
peristiwa ledakan pabrik mercon, kebakaran pabrik konfeksi dan terakhir kejadian
kecelakaan kereta api di Bintaro. Pada kejadian-kejadian tersebut Instalasi Kamar
Jenazah telah membuktikan dapat menyelesaikan dengan baik urusan jenazah secara
massal.
Hingga pada tahun 2007, instalasi kamar jenazah bergabung dengan
bidang Forensik dengan nama Departemen Forensik dan Medikolegal. Dengan
bergabungnya dua instalasi tersebut dengan mempunyai cakupan ilmu dan tujuan
yang sama di dalam memajukan visi dan misi untuk menjadi yang terunggul di asia
57
pasifik. Maka, tepatnya pada tahun 2007 diresmikanlah dengan nama Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo.4
D. Departemen Forensik dan Medikolegal di RSCM
Departemen Forensik dahulu dikenal sebagai Ilmu Kedokteran
Kehakiman, ia, adalah cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran yang mempelajari
penggunaan Ilmu Kedokteran untuk membantu penyelesaian masalah hukum yang
menyangkut tubuh manusia. Karenanya, obyek pemeriksaan kedokteran forensik
dilakukan adalah tubuh manusia, baik yang hidup atau yang mati, bagian dari tubuh
atau yang diduga berasal dari tubuh manusia. Sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku, pemeriksaan kedokteran forensik dilakukan atas dasar adanya permintaan
resmi dari pihak yang berwenang, yaitu POLISI, yang diajukan menyertai tubuh
manusia selaku benda bukti. Dalam pemeriksaan terhadap korban mati atau bagian
tubuh dilaksanakan oleh Bagian Kedokteran Forensik FKUI dan Pusat Pelayanan
Keadilan dan Pengabdian Hukum-UI.
Pada awalnya, sebelum tahun 1948, tugas pemeriksa kedokteran forensik
dilakukan oleh Bagian Patologi Anatomi dari FKUI. Pada masa pra 1948, tepatnya
pada tahun 1935-1947, Profesor dr. Sutomo Tjokronegoro merupakan ahli penyakit
umum, Ilmu Urai dalam Sakit dan Ilmu Kedokteran Kehakiman yang banyak berjasa
dalam bidang kedokteran forensik dengan memberikan beberapa tulisan mengenai
kedokteran forensik, bahkan pidato pada 1 Oktober 1946 dalam rangka Dies Natalis
4 http://rscm.co.id.Sejarah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
58
pertama Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia (sekarang FKUI). Sejak
tahun 1948, Lembaga Kriminologi dibentuk secara structural berada dibawah
Falkutas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan UI dan dipimpin oleh Prof.
dr. H. Muller. Unit Kedokteran Forensik juga berafiliasi pada Lembaga Kriminologi
ini dalam hal pelayanan pemeriksaan jenazah secara kedokteran forensik, sedangkan
untuk fungsi pendidikan bagi para doktorandus medikus, tetap bernaungan di bawah
FKUI.
Semenjak Prof. dr. Muller dipensiunkan dan meninggalkan Indonesia,
Ilmu Kedokteran Forensik tidak ada aktivitas didalam pemeriksaan mayat. Hanya
Asisten Mahasiswa yang banyak membantu pada saat itu, ialah dr. Tjan Han Tjong
(sekarang staf ahli pada Bidang pelayanan Kriminalistik Pusat Pelayanan Keadilan
dan Pengabdian Hukum UI). Setelah Prof. dr. Muller dipensiunkan, dr. Soernardi
Dhanutirto diangkat menjadi Kementrian Kesehatan untuk menduduki jabatan
pimpinan Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman. Beliau memimpin Bagian Ilmu
Kedokteran Kehakiman hingga masa pensiunanya, dan digantikan oleh dr.Arif
Budiyanto memimpin Bagian Kedokteran Forensik (Ilmu Kedokteran Kehakiman)
sampai tahun 1985.5
Adapun wewenang hukum di dalam kedokteran adalah setiap keputusan
dan tindakan dipegang secara penuh oleh dokter baik itu dokter umum maupun dokter
forensik yang didalam memegang kuasa secara penuh untuk membedah ataupun
5 Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, h.171-172.
59
menyelidiki mayat yang meninggal secara alami dan non alami. Sebagaimana yang
telah di sahkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bab XIV
Penyidikan Pasal 133 ayat 1:
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya.”
Departemen Medikolegal ialah departemen yang mengelola bidangnya
didalam setiap prosedur tata cara atau penatalaksanaan dari berbagai aspek yang
berkaitan pelayanan kedokteran yang mengacu kepada kepentingan hukum yang
berlaku di Indonesia dan mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
Diantaranya yaitu6;
a. Pengadaan Visum et Repertum untuk kepentingan penyidikan (Pasal 133 ayat
1 KUHP bab XIV penyidikan), baik pemeriksaan mayat untuk peradilan
(Pasal 222 KUHP bab XIV penyidikan).
b. Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka (Pasal 53 UU Kesehatan) yaitu:
ayat (3) Tenaga Kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
c. Seorang yang ahli di dalam bidangnya diminta untuk memberikan keterangan
ahli demi keadilan (Pasal 179 ayat 1 dan Pasal 1 Butir 28 KUHP bab XIV
6http://forensik.ilmukedokteran.net/hukum-kesehatan/158-pengantar-mediko-legal
60
penyidikan), apabila sewaktu-waktu di minta oleh penyelidik untuk bersaksi.
Dan apabila saksi ahli atau juru bahasa tidak memenuhi kewajibannya, maka
diancam: dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan
(Pasal 224 KUHP bab XIV penyidikan).
d. Kerahasiaan kedokteran dicantumkan di dalam;
Pasal 1 PP No 10 Tahun 1966;
”Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang
diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama
melakukan pekerjaanya dalam lapangan kedokteran”.
Pasal 2 PP No 10 Tahun 1966;
”Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang
tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat
atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain”.
Pasal 3 PP No 10 Tahun 1966;
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud pasal 1 ialah;
a) Tenaga Kesehatan menurut pasal 2 Undang-Undang tentang tenaga
kesehatan (Pasal 2 UU tentang Tenaga Kesehatan dibagi 2 diantaranya
Tenaga Kesehatan Sarjana; Dokter, Dokter gigi, Apoteker, Sarjana-
sarjana lain dalam bidang kesehatan. dan Tenaga Kesehatan Sarjana
Muda, Menengah, dan Rendah: di bidang Farmasi: Asisten apoteker,
di bidang Kebidanan: Bidan dan sebagiannya, di bidang Perawatan:
Perawat dan Fisioterapis, di bidang Kesehatan Masyarakat: Pemilik
Kesehatan, Nutrisionis.
61
b) Mahasiswa Kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang
ditetapkan oleh menteri kesehatan.
dan Sumpah Dokter, dengan peryataannya yaitu:
“Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
perkerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter”.
e. Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian, dan Surat Keterangan Medik.
f. Tentang fitness/kompentesi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.
BAB IV
TINJAUAN PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RSCM DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengurusan Jenazah Mutilasi di RSCM Menurut Hukum Islam
Telah diterangkan sebelumya bahwa jenazah mutilasi adalah jenazah yang
terpotong-terpotong. Hal ini tentunya pengurusanya tidak sama dengan pengurusan
jenazah biasa, karena ada beberapa hal yang menjadi aspek dharurat dalam
pengurusannya. Penulis berusaha memaparkan beberapa hal mengenai pengurusan
jenazah yang dilakukan oleh RSCM sebagai berikut:
Untuk jenazah mutilasi ataupun korban yang mayatnya hancur karena
terlindas atau tertabrak kereta, mobil dan atau bom bunuh diri yang dibawa ke rumah
sakit harus menjalani pemeriksaan yang disebut identifikasi potongan tubuh manusia,
yaitu untuk bertujuan menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau
binatang dan bila berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan
tersebut berasal dari satu tubuh. Sedangkan di dalam memastikan bahwa potongan
tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti
pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan serologik1
berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). Dan untuk penentuan jenis kelamin
dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik dan diperkuat dengan pemeriksaan
1 Pemeriksaan Serologik ialah bertujuan menentukan golongan darah jenazah. Untuk
penentuan golongan darah jenazah yang telah hancur-hancuran dan membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang.
62
63
mikroskopik yang bertujuan menentukan kromatin seks wanita seperti drum stick
pada lekosit dan barr body pada sel epitel. Di dalam penentuan ini tidak hanya jenis
kelamin saja yang meliputi pemeriksaan melainkan juga ras, umur, tinggi badan, dan
keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, status social
ekonomi, kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh
yang mengalami mutilasi.2
Di dalam penatalaksanaan jenazah di Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo,
khususnya mayat yang dimutilasi atau mayat yang hancur akan dilaksanakan proses
pengebumikannya apabila setelah menjalani pemeriksaan identifikasi potongan tubuh
manusia, baik yang sempurna maupun yang hancur dan juga kondisi jenazah tubuh
yang telah sempurna ditemukan dengan selayaknya manusia normal ataupun lebih
dikenal di dalam ilmu kedokteran yaitu struktur anatomi tubuhnya sempurna dan
apabila dari penyelusuran penyelidik hanya menemukan beberapa potongan saja
tetapi tidak menemukan tubuh mayat dengan sempurna, bila pihak rumah sakit
mendapat perintah dari POLISI untuk dilaksanakan penatalaksanan jenazah maka
petugas intalasi kamar jenazah akan melaksanakan tugasnya untuk pengurusan
jenazah mutilasi.
2Arif Budiyanto,Wibisana Widiatmaka, dkk, Ilmu Kedokteran Forensik, (Penerbit:Bagian
Kedokteran Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997), Cet ke-II, h.199.
64
Dokter akan melakukan kontruksi3 mayat untuk jenazah yang ditemukan
dengan sempurna. Dengan cara; tubuh jenazah yang terpisahkan karena pembunuhan
mutilasi disambung-sambung atau dengan kata lain dijahit, dan setelah dilakukan
kontruksi status mayatnya sudah dapat diketahui identitasnya dari Informasi orang
hilang, ataupun liga dokumen (seperti; KTP, STNK, dan surat-surat identitas lainnya)
ini pun sebagai jenazah yang dikenal, dan apabila tidak diketahui identitasnya maka
disebut sebagai jenazah yang tidak dikenal. Setelah ditentukan status jenazah tersebut
barulah dilaksanakanlah proses penatalaksanaan jenazah sesuai dengan prosedur
rumah sakit. Bila jenazah tersebut beragama Islam maka, dilaksanakan sesuai dengan
Syari’at Islam dan apabila jenazah tersebut beragama lain maka dilaksanakan dengan
cara umum4. Setelah menjalani prosedur yang wajib dilaksanakan untuk jenazah
termutilasi atau yang hancur, petugas penatalaksanaan jenazah Rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo melaksanakan kewajibannya untuk pengurusan jenazah mutilasi dari
memandikan, mengkafankan, menshalatkan, dan penguburan (berkerjasaman dengan
Dinas Pertanaman dan Pemakaman PEMDA DKI). Diantaranya, yaitu5;
1. Memandikan Jenazah Mutilasi
a. Niat untuk memandikan jenazah
3 Kontruksi ialah dijahit atau disambung-sambung anggota tubuh yang terpisah tatanan
anatomi tubuh. 4Wawancara, Pribadi dengan dr.Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F., Staf Departemen
Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum, Tanggal 09 July 2009. 5 Wawancara, Pribadi dengan Bapak Asbullah, Staf Tim Penatalaksanaan Jenazah
RSCM, Tanggal 18 Maret 2010.
65
Jenazah mutilasi ataupun mayat-mayat yang hancur, maka pengurus
jenazah RSCM meniatkan jenazah-jenazah tersebut seperti jenazah yang
normal dengan kata lain pengurus meniatkan mayat dalam keadaan utuh
walaupun prakteknya mayat tersebut dalam keadaan terpotong-potong
(mutilasi) atau hancur (ketabrak kereta atau mobil). Apabila yang ditemukan
hanya sepotong atau sebahagian tubuh saja, maka niatnya sama seperti
meniatkan mayat yang normal begitu juga dengan mayat yang ditemukan
hanya sebahagian ataupun sepotong dari tubuh mayat yang dimutilasi, yaitu:
niatnya bukan untuk mayat yang sepotong-sepotong melainkan niat
memandikan jenazah yang keadaannya masih sempurna.
b. Mewudhukan
Dalam mewudhukan jenazah yang mutilasi sebagaimana wudhunya orang
yang masih hidup yaitu; Apabila tubuh mayat ditemukan dengan sempurna
dan dilaksanakan penyambungan (kontruksi) bagian-bagian tubuh yang
terpisah karena dimutilasi, yaitu dengan air pada basuhan pertama setelah
menghilangkan najis dan kotoran. Sedangkan untuk jenazah yang hanya
sepotong tangan mayat yang dimutilasi ataupun mayat yang tubuh jenazahnya
hancur karena korban kecelakaan kereta atau mobil, dll. Maka, pengurus
RSCM hanya men-Tayamum-kan mayat tersebut karena tidak memungkinkan
untuk disucikan dengan air bahwa, air tersebut dapat menghancurkan tubuh
mayat.
c. Memakai sarung tangan
66
Untuk bagi orang yang memandikan ketika membasuh bagian-bagian
yang termasuk aurat mayat dan juga menghindari tertularnya kuman-kuman
penyakit yang telah menghinggap di tubuh mayat, karena tubuh mayat yang
terpotong-potong (mutilasi) ditemukan dalam kondisi yang hampir busuk atau
berhari-hari baru ditemukan.
d. Menggunakan air yang dicampur daun bidara atau air sabun;
بينما رجل واقف بعرفة إذ وقع عن ابن عباس رضي الله عنهم قالعن راحلته فوقصته أو قال فأوقصته قال النبي صلى الله عليه وسلم
6)رواه البخاري.... (دراغسلوه بماء وس
Artinya:“Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata: ‘diantara kita terdapat seorang laki-laki yang berwukuf di Arafah bersama Rasulullah SAW., tiba-tiba dia terjatuh dari hewan tunggangannya sehingga lehernya patah, kemudian Nabi SAW. Bersabda: “Mandikan dia dengan air dan daun bidara,…”(HR.Al- Bukhari)
e. Selalu menganjilkan setiap basuhan pada mayat mutilasi;
و خمسا أو أآثر من ذلك بماء وسدر واجعلن في اغسلنها ثالثا أاآلخرة آافورا فإذا فرغتن فآذنني فلما فرغنا آذناه فألقى إلينا حقوه
. فقال أشعرنها إياه 7)رواه البخاري(
Artinya:“Mandikanlah tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian
memandang perlu, dengan air dan daun bidara, dan jadikanlah di akhirnya kapur barus atau sedikit dari kapur barus, setelah selesai beritahukanlah kepadaku.”Setelah kami selesai memandikannya kami beritahukan kepada beliau, maka beliau memberitahukan kepada beliau, maka beliau memberikan
6 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr),
h. 94. 7 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim,Shahih al-Bukhari, h. 91
67
kain sarungnya kepada kain seraya berkata,“Jadikanlah ini sebagai pakaian yang menyentuh kulitnya.” (HR. Al-Bukhari)
f. Mendahulukan yang kanan
Yaitu dengan membasuhkan bagian yang kanan kemudian yang kiri, di
mulai dari kepala bagian belakang, dan pundak sampai telapak hal ini untuk
jenazah mutilasi yang ditemukan secara lengkap dan untuk jenazah mutilasi
yang tidak lengkap ditemukan maka, tetap dilaksanakan sesuai dengan syariat
Islam yang telah di tentukan. Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata:
“Rasulullah SAW bersabda kepada para wanita yang memandikan putri
beliau:
8)رواه البخاري( ا ومواضع الوضوء منهابدأن بميامينها
Artinya:“Mulailah dengan bagian tubuh yang kanan dan anggota-anggota wudhu’nya.” (HR. Al-Bukhari)
Apabila tidak memungkinkan untuk di basuh dengan air maka, melainkan
di Tayamumkan sebagaimana yang sudah dijelaskan di dalam mewudhukan
jenazah mutilasi.
g. Mengalirkan air yang banyak pada bagian qubul dan dubur untuk
membersihkan kotoran/najis.
8 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 9.
68
Bagi jenazah mutilasi yang bagian qubul dan dubur ditemukan dengan
sempurna dengan mengalirkan air yang banyak dan apabila ditemukan dalam
keadaan tidak sempurna maka, ditayamumkan.
h. Menekan-nekan perut mayat ketika memandikannya secara lembut untuk
mengeluarkan kotoran dalam perutnya.
Bila yang menekan perut mayat mutilasi dan keluar kotoran-kotoran dari
dalam perut dan bersamaan dengan keluarnya darah dari kontruksi tubuh yang
dijahit maka, langsung dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan
mayat tersebut.
2. Mengkafankan Jenazah Mutilasi
a. Setelah mayat mutilasi dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan
maka, pengurus jenazah RSCM langsung membungkus mayat mutilasi dengan
plastik bertujuan untuk menjaga tetesan darah ke kain kafan dan setelah
dibungkus dengan plastik lalu di berikan kapas hingga menutupi keseluruhan
tubuh mayat barulah ditutupi dengan kain kafan. Yang terpenting dalam
mengkafankan mayat ialah menutupi seluruh badan mayat untuk
penghormatan padanya. Karena menutupi auratnya dan menghormatinya
adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia telah meninggal. Hal
ini untuk jenazah yang meninggal dalam keadaan sempurna ataupun jenazah
yang meninggal dalam keadaan yang tidak wajar.
69
إال فيه نكفنه شيئا نجد فلم أحد يوم قتل بن عمير مصعب".... : قال خرج رجليه غطينا فإذا رجاله خرجت رأسه بها غطينا إذا آنا نمرة بها رأسه نغطي أن وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول فأمرنا رأسه 9)رواه البخاري...." (إذخر من رجليه على ونجعل
Artinya:”Ia (Khabab bin al-Art) berkata, ”... Mush’ab bin Umair terbunuh pada
perang uhud. Dia tidak memiliki pakaian kecuali kain wol yang menyelimuti badan. Jika kami menutupi kepalanya, kakinya kelihatan, bila kami menutupi kakinya kepalanya terbuka. Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar kami menutupi kepalanya dengan kain itu dan menutupi kakinya dengan idzkhar (sejenis tumbuhan yang wangi) ...”(HR.Al-Bukhari)
b. Membaguskan kain kafan.
Hal ini berdasarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
يلا وذإ ملسو هيلع ى اهللالص اهللا لوسر الق: الق ةادتق يبأ نع 10 )رواه الترمذي. (هنفآ نسحيلف اهخأ مآدحأ
Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Qatadah, ia berkata: ‘Jika seoarang diantara kalian
mengurus mayyit saudaranya, hendaklah ia memperbagus kain kafannya.” (HR. at-Tirmidzi)
c. Berwarna putih.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
.ابكم البياض فإنها من خير ثيابكم وآفنوا فيها موتاآمالبسوا من ثي 11)رواه أبو داود(
Artinya:“Pakailah yang putih dari pakaian kalian, karena dia adalah yang terbaik dari pakaian kalian, dan pakailah dia sebagai kafan.”(HR.Abu Dawud)
9 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, nomor hadits. 1276,
h.647. 10 Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar
Ihya at-Turats al-Arabi, tt), juz 3, h. 320. 11 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar al-
Hadits, 1988), h.362.
70
d. Dan di dalam pembungkusan kain kafan jenazah mutilasi tidak ada perbedaan
dengan jenazah yang normal dalam berapa helai kain kafan. Sama dengan
jenazah yang normal yaitu; Laki-laki tiga helai dan perempuan lima helai kain
kafan. Dan bagaimana yang ditemukan hanya sepengal kepala saja, bila
diketahui kepala tersebut kepala Laki-laki maka tiga helailah kain kafan
mayat tersebut.
3. Menshalatkan Jenazah Mutilasi
Di dalam Menshalatkan mayat mutilasi di RSCM dilaksanakan sesuai
dengan Syari’at Islam bagi jenazah yang beragama muslim. Sebagaimana
yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW;
ثم يقرأ بفاتحة , أن السنة في الصالة على الجنازة أن يكبر اإلمامثم يصلي على النبي صلى , الكتاب بعد التكبيرة األولى سرا في نفسه
ال يقرأ في , التكبيراتالدعاء للجنازة في اهللا عليه وسلم ويخلص 12)البيهقي رواه( شيء منهن ثم يسلم سرا في نفسه
Artinya:“Sesungguhnya yang sunah dalam shalat jenazah adalah hendaknya imam bertakbir kemudian membaca al-Fatihah setelah takbir yang pertama dengan pelan kemudian bershalawat kepada Nabi SAW dan mengikhlaskan doa kepada jenazah pada tiga takbir yang berikutnya tidak membaca (surat) sedikitpun (pada tiga takbir itu) kemudian mengucapkan salam dengan pelan.” (HR. Al-Baihaqi)
a. Dengan diawali niat
12 Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, Jilid 4, (Beirut:
Dar el-Fikr), h. 39.
71
b.Posisi imam berdiri untuk mayat laki-laki, yaitu; di belakang kepala mayat
laki-laki dan sedangkan mayat wanita, yaitu; di tengah (badan) mayat
wanita.
c. Berdiri bagi orang yang mampu.
d.Empat kali takbir;
أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم نعى النجاشي في اليوم الذي مات 13)رواه البخاري( ربعافيه خرج إلى المصلى فصف بهم وآبر أ
Artinya:“Bahwasanya Rasulullah SAW menyampaikan berita kematian Najasy di
hari saat dia meninggal beliau keluar ke tanah lapangan menata sahabat shaf mereka dan bertakbir empat kali.” (HR.Al-Bukhari)
e. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW;
اهيم اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، آما صليت على إبروبارك على محمد وعلى آل محمد آما بارآت . وعلى آل إبراهيم
14 على إبراهيم وعلى آل إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد
Artinya:“Ya Allah ya Tuhan kami, limpahkan shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan shalawat atas Ibrahim dan keluarganya. Dan berikan keberkahan atas Muhammad SAW dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, pada semesta alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha agung.”
f. Membaca doa;
13 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h.90. 14 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 91-98.
72
نا وميتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وآبيرنا وذآرنا اللهم اغفر لحيوأنثانا، اللهم من أحييته منا فأحيه على اإلسالم ومن توفيته منا فتوفه
15)و الترمذي رواه أحمد( على اإليمان
Artinya:“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan mati di antara kami, orang yang hadir bersama kami, dan orang yang tidak datang bersama kami, ampuni anak-anak kecil dan orang-orang dewasa diantara kami dan ampuni lelaki dan wanita-wanita kami. Ya Tuhanku, siapa saja yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam, dan siapa saja yang Engkau matikan di antara kami, maka matikanlah dia dalam keadaan beriman.” (HR.Ahmad dan at-Tirmidzi).
4. Menguburkan Jenazah Mutilasi
Dalam menguburkan mayat mutilasi di bagi dua kategori bagian di dalam
penguburan jenazah mutilasi yaitu yang pertama; untuk jenazah yang dikenal
akan di proses oleh keluarga korban bila ia beragama Islam akan dilaksanakan
sesuai dengan syari’at Islam dan bila beragama non muslim maka, keluarga
korban akan melaksanakan sesuai dengan keyakinannya. Dan yang kedua;
untuk jenazah yang tidak dikenal RSCM berkerjasama dengan Dinas
Pertanaman dan Pemakaman PEMDA DKI.
Sedangkan dalam prosedur pengurusan jenazah yang wajar (karena;
penyakit) ataupun jenazah yang tidak wajar (karena; mutilasi korban pembunuhan
atau kecelakaan) di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo ada 3 penatalaksanaan
(tata cara), diantaranya yaitu; yang dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam bagi
yang beragama Islam, dilaksanakan secara pemandian jenazah umum bagi yang
15 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-
Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, h.456.
73
beragama (Kristen, Katolik, Prostetan, Hindu, Budha), dan pelaksanaan bagi jenazah
yang tidak dikenal. Diantaranya yaitu;
Pertama, dilaksanakan dengan cara pemandikan jenazah di RSCM
dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam bagi yang beragama muslim, dengan
ketentuan umum16;
a) Setiap jenazah harus diperlukan secara manusiawi dan bermatabat
b) Setiap jenazah yang beragama Islam harus dimandikan dan dikafankan dengan
mengikuti syari’at Islam sebelum dikuburkan
c) Pemandian jenazah dan mengkafankan jenazah dilaksanakan oleh petugas
UPKJ Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM yang memiliki jenis
kelamin yang sama.
Di dalam mempersiapkan pemandian jenazah yang sesuai dengan Syari’at
Islam diawali dengan mensiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk
memandikan jenazah, diantaranya yaitu;
1. Kamar Mandi.
2. Tempat/dipan mandi.
3. Sabun mandi.
4. Air daun bidara.
5. Air bersih.
6. Sugi – 7 batang.
16Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Pemandian Jenazah Beragama Islam, Revisi 2007.
74
7. Sarung tangan – 3 atau – pasang.
8. Sedikit kapas.
9. Air kapur barus.
10. Gayung.
11. Kain lap/handuk.
Dan tidak lupa dengan Mempersiapkan perlengkapan untuk
mengkafankan jenazah yaitu;
1. Kain putih (bidang 45”) – 20 meter bagi dewasa.
2. Gunting.
3. Kapas.
4. Cendana.
5. Kapur barus.
6. Air tawar.
7. Minyak wangi (Minyak Attar).
8. Tikar jerami.
9. Bantal (dari daun pandan).
Setelah perlengkapan dan peralatan telah dipersiapkan lalu di dalam
penatalaksanaan pemandian jenazah di RSCM, yaitu;
1. Letakkan jenazah di tempat mandi yang disediakan.
2. Tutup seluruh anggota tubuh jenazah, kecuali muka.
3. Petugas memakai sarung tangan.
4. Sediakan air sabun dan air kapur barus.
75
5. Istinjakkan jenazah terlebuh dahulu.
6. Angkat sedikit bagian kepalanya.
7. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan atau memijit-mijit
perutnya secara perlahan-lahan, serta kotoran dalam mulutnya dengan
menggunakan kain dan dialas agar tidak tersentuh auratnya.
8. Siram dan basuh dengan air sabun saja dahulu.
9. Gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari
tangan, dan kakinya serta rambutnya.
10. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air yang bersih sambil
mengucapkan niat.
11. Telentangkan jenazah siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali
dengan air bersih.
12. Siram sebelah kanan 3 kali lalu sebelah kiri 3 kali.
13. Miringkan jenazah ke kiri basuh bagian perut kanan sampai belakang.
14. Miringkan jenazah ke kanan basuh bagian perut sebelah kirinya.
15. Telentangkan jenazah kembali ulangi menyiram seperti pada nomor 11 sampai
nomor 14.
16. Siram dengan air kapur barus.
17. Wudhukan jenazah.
18. Lap seluruh badan jenazah hingga kering.
19. Kafankan jenazah.
76
20. Dalam hal jenazah akan dibawa keluar kota maka jenazah dibungkus dengan
plastik.
Setelah dilaksanakan proses pemandian dan pengkafankan jenazah, lalu
kewajiaban yang masih hidup untuk melaksanakan menshalatkan jenazah tersebut.
Apabila jenazah tersebut dishalatkan di rumah sakit maka dishalatkan oleh staf kamar
jenazah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan apabila
jenazah tersebut ingin dishalatkan di rumah korban jenazah maka sebelum diantarkan
dengan ambulan pihak keluarga atau ahli waris menyelesaikan adminitrasi kemudian
barulah diberikan Surat Keterangan Kematian jenazah tersebut dan diantarkan dengan
mobil ambulan
Kedua, pelaksanaan cara pemandikan jenazah di RSCM dilaksanakan
untuk pemandian jenazah umum bagi yang beragama (Kristen, Katolik, Prostetan,
Hindu, Budha), dan dengan ketentuan umum17;
a. Setiap jenazah harus diperlakukan secara manusiawi dan bermatabat
b. Jenazah yang berasal dari:
a) Dalam RSCM (IGD/IRNA), yang akan dibawa pulang oleh keluarganya tidak
perlu dimandikan di UPKJ (Unit Pelayanan Kamar Jenazah) Departemen
Forensik dan Medikolegal RSCM, kecuali diminta oleh pihak keluarga
17 Ibid, Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Pemandian Jenazah Umum, Revisi 2007.
77
b) Luar RSCM setelah dilakukan pemeriksaan luar dengan/tanpa pemeriksaan
dalam dimandikan dahulu di UPKJ Departemen Forensik dan Medikolegal
RSCM sebelum diserahkan kepada pihak keluarga atau dikuburkan
c) Pemandian jenazah dilaksanakan oleh petugas UPKJ Departemen Forensik
dan Medikolegal RSCM.
Di dalam mempersiapkan pemandian jenazah yang secara umum dengan
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk memandikan
jenazah yaitu;
1. Tempat/dipan mandi.
2. Sabun mandi.
3. Air bersih.
4. Sarung tangan – 3 atau – sepasang.
5. Gayung atau shower.
6. Kain lap atau handuk.
Lalu mempersiapkan jenazah yang akan dimandikan petugas yang akan
memandikan jenazah untuk menyiapkan diri sebelum melaksanakan Penatalaksanaan
pemandian jenazah secara umum, yaitu;
1. Letakkan jenazah di tempat mandi yang disediakan.
2. Petugas memakai sarung tangan.
3. Sediakan air sabun.
4. Angkat sedikit bagian kepalanya.
78
5. Keluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan atau memijit-mijit perutnya
secara perlahan-lahan, serta kotoran dalam mulutnya.
6. Gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari
tangan, dan kakinya serta rambutnya.
7. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun.
8. Bilas seluruh tubuh jenazah dengan air bersih.
9. Miringkan jenazah ke kiri basuh bagian perut kanan sampai belakang.
10. Miringkan jenazah ke kanan basuh bagian perut sebelah kirinya pula.
11. Telentangkan jenazah kembali ulangi menyiram.
12. Lap seluruh badan jenazah hingga kering.
13. Dipakaikan dengan pakaian untuk Laki-laki memakai baju celana dan jas yang
berwarna hitam dan putih sedangkan untuk wanita memakai gaun berwarna
putih dan wajahnya di hias hingga terlihat cantik.
14. Dan dimasukkan ke dalam peti jenazah.
Sedangkan yang ketiga, pelaksanaan cara pemandikan jenazah di RSCM
bagi jenazah yang tidak dikenal dan dengan ketentuan umumnya,18 yaitu: Pengaturan
alur dan tata cara penatalaksanaan jenazah yang tidak dikenal di UPKJ (Unit
Pelayanan Kamar Jenazah) Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM. Dengan
tujuan, yaitu: Terlaksananya penaganan jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan
18 Ibid, Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Jenazah Yang Tidak Dikenal, Revisi 2007.
79
kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM dengan baik dan benar.
Dengan system penerapan yang berlaku di RSCM, diantaranya ialah;
1. Menetapkan prosedur baku alur dan tata cara penatalaksanaan jenazah yang
tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan
Medikolegal RSCM.
2. Menetapkan diberlakukanya Universal Precautions pada penanganan setiap
jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen
Forensik dan Medikolegal RSCM.
Sebelum pelaksanaan jenazah yang tidak dikenal haruslah mengetahui
beberapa Ketentuan kebijakan umum di RSCM untuk jenazah yang tidak dikenal,
diantaranya;
1. Setiap jenazah harus diperlakukan secara manusiawi dan bermartabat.
2. Sebagaimana diatur dalam pasal 133-134 KUHAP, pemeriksaan otopsi
(pemeriksaan dalam/Bedah Jenazah) hanya dapat dilaksanakan setelah masa
menunggu salama 2 hari.
3. Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, harus dilakukan upaya-upaya
pendokumentasian yang baik untuk kepentingan identifikasi.
4. Sebagaimana diatur dalam PP 1981, Jenazah tak dikenal yang hingga masa
menunggu berlalu tidak diurus oleh keluarganya dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan dan pelatihan.
Prosedur dan tata cara penatalaksanaan jenazah yang tidak dikenal di unit
pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM, dari
80
datangnya jenazah hingga sampai ada yang mengenali jenazah yang tidak dikenal
yaitu;
1. Setiap jenazah yang tidak dikenal yang dikirim ke RSCM harus diantar oleh
petugas kepolisian atau diberi surat pengantar dari kepolisian dan disertai
dengan Surat Permintaan Visum (SPV).
2. Petugas melaksanakan prosedur penerimaan jenazah sebagaimana mestinya, dan
melakukan pengisian formulir dan buku registrasi “jenazah tak dikenal”.
3. Petugas UPPF (Unit Pelayanan Patologi Forensik) melakukan pemeriksaan luar
jenazah, memeriksa dan mencatat ciri-ciri identitas, memasukannya ke dalam
database dan menyimpan sampel pakaian dan barang lain yang diduga
diperlukan untuk identifikasi. Semua pakaian, perhiasan, barang-barang pribadi,
ciri/ciri fisik/medis, dan identitas khusus jenazah dicatat secara lengkap dan
rinci.
4. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik memotret wajah, identitas khusus,
dan pakaian jenazah dengan ikut menampilkan labelnya.
5. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik memasukkan foto tersebut ke dalam
database jenazah.
6. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik mengambil darah dan/atau kuku
dan/atau rambut jenazah untuk pemeriksaan golongan darah dan/atau DNA.
7. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik membuat arsip “ciri identitas” yang
berbentuk fisik (kartu identitas, sebagian potongan pakaian jenazah, dan barang,
dan barang-barang pribadi/perhiasan).
81
8. Petugas Unit Pelayanan Kamar Jenazah membersihkan jenazah setelah
pemeriksaan selesai, kemudian menyimpannya di ruang pendingin dengan
menggunakan sehelai kain penutup.
9. Jenazah disimpan di lemari pendingin sampai keluarga atau pihak-pihak yang
perlu di beritahu dari jenazah dapat ditemukan.
10. Bila setelah 2 hari keluarga atau pihak-pihak yang perlu di beritahu tidak dapat
ditemukan, maka dapat dilakukan pemeriksaan dalam/bedah jenazah.
11. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, jenazah dimandikan, dikafankan, dan
dikuburkan secara Islam.
12. Petugas Unit Pelayanan Kamar Jenazah melakukan pelaporan ke Direktur
RSCM, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dinas Sosial, Dinas Pemakaman Umum
dan Polda Metro Jaya secara berkala (bulanan).
13. Pemaparan korban tak dikenal di surat kabar atau media massa lain agar dapat
dikenali warga hanya diperkenankan atas izin Kepala Departemen Forensik dan
Medikolegal RSCM.
Setiap jenazah yang datang ke Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
mewajibkan jenazah untuk diberlakuan Universal Precautions pada penanganan
jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan
Medikolegal RSCM, diantaranya yaitu;
1. Setiap jenazah yang tidak dikenal dianggap memiliki potensi mengidap
penyakit yang menular.
82
2. Setiap petugas yang menangani jenazah harus mengenakan apron, sarung
tangan, masker, kaca mata/goggle, dan sepatu tertutup/sepatu bot.
3. Setelah otopsi, petugas harus mencuci tangan dengan sabun dan cairan
antiseptik dengan baik.
4. Ruangan, alat-alat, dan perlengkapan yang terkena cairan tubuh/jaringan yang
berasal dari jenazah harus dibersihkan dengan cairan antiseptik.
5. Limbah cair dan limbah padat diperlakukan sebagaimana diatur dalam prosedur.
Di dalam pengguburannya, jenazah yang tidak dikenal dilaksanakan oleh
Dinas Pemakaman di Pertamburan Jakarta Pusat. Dinas Pemakaman inilah yang
nantinya akan melaksanakan pengguburan bagi jenazah yang tidak dikenal
identitasnya, dari panti-panti sosial, dari tunawan, dan bagi jenazah-jenazah keluarga
tidak mampu dari rumah sakit yang ada di DKI Jakarta. Untuk jenazah pembunuhan
mutilasi, ketabrak kereta, ataupun bom bunuh diri dengan kondisi mayat yang hancur-
hancuran tidak dapat langsung dikuburkan karena masih dalam tahap penyelidikan
kepolisian di dalam pencarian anggota tubuhnya yang masih belum ditemukan, dan
apabila tidak temukan juga dalam sekian bulan maka, polisi baru menyuruh untuk
dikuburkan dan dilaksanakan proses pengurusan jenazah19. Semua proses
penatalaksanaan jenazah dari memandikan, mengkafankan, menguburkan. Akan
dibiayai oleh PEMDA DKI hingga sampai pengakutan jenazah tersebut ke TPU
Kampung Kandang. Sedangkan jenazah yang dikenal, sebelum dikuburkan di tunggu
19 Wawancara, Pribadi dengan Bapak H.Ma’mun, Staf Tim Pengatalaksanaan Jenazah
RSCM, 14 Juli 2009.
83
dalam waktu 3 hari oleh pihak rumah sakit untuk mengetahui ada keluarga yang
menjemput jenazah tersebut20. Rumah sakit akan menyediakan fasilitas mobil
ambulan dan sebelum dibawa oleh keluarganya harus menyelesaikan adminitrasi di
kamar jenazah Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo barulah setelah itu diserahkan surat
kematian jenazah mutilasi kepada pihak ahli warisnya.
Bila jenazah beragama muslim maka dilaksanakan sesuai dengan syari’at
Islam, apabila jenazah tersebut beragama non muslim maka dilaksanakan secara
kepercayaan agama masing-masing jenazah tersebut, dan bila tidak diketahui
identitasnya maka dilaksanakan dengan cara yaitu; setiap jenazah yang didatangkan
ke rumah sakit sebelum dimakamkan, pihak rumah sakit melaksanakan prosedur-
persedur jenazah yang tidak di kenalyang sudah ditetapkan oleh rumah sakit, setelah
melaksanakan semua prosedur maka, pihak rumah sakit akan mengatarkan jenazah ke
TPU yang telah ditentukan dengan mobil ambulan. Di dalam penguburannya di
serahkan oleh penggali kubur di TPU Kampung Kandang, Ketika akan dimakamkan
jenazah, langsung dikuburkan setelah lubang Lahad dipersiapkan dengan kedalaman
tanah makamnya 60 Cm atau lebih, setelah itu langsung dikuburkan tanpa harus
dibuka tali kuncup pocongnya karena, jenazah yang tidak dikenali ini sudah hitungan
harian atau mingguan dari rumah sakit jadi, dibungkus plastik dan barulah dibungkus
dengan kain kafan agar bau bangkai mayat tidak menyengat, juga menjauhkan dari
penyakit menular,dan tubuh jenazah sudah pada membiru, dan juga tanpa ada;
20 Wawancara, Pribadi dengan Bapak Sohibi dan Bapak Inah Sopir Mobil Jenazah Dinas
Pertamanan dan Pemakaman,Tanggal 13 Agustus 2009.
84
diazankan di telinga kanan jenazah, di do’akan karena tidak adanya kejelasan
agamanya dan dalam pelaksanaan penguburannya dilakukan dengan satu lubang
untuk satu jenazah dan tidak pernah melakukan satu lubang untuk dua ataupun tiga
jenazah,21 kata Penggali kubur TPU Kampung Kandang Bapak Hs. Di dalam tempat
penguburannya dilakukan di dua tempat yaitu; TPU Kampung Kandang Cilandak
Jakarta Selatan dan TPU Serengseng Sawah. Untuk TPU Serengseng Sawah, baru
diresmikan dan untuk sebagian hektar tanah di sana akan digunakan untuk
pengguburan jenazah yang tidak dikenal karena, TPU Kampung Kandang telah penuh
dan tidak ada lagi tempat yang memadai untuk pengguburan jenazah yang tidak di
kenal. Sedangkan letak penguburanya dilakukan secara perkelompok-kelompok,
misalkannya; PEMDA DKI mempunyai tanah 100 Hektar tanah tersebut di bagi
secara perkelompok untuk Unit Islam 20 Hektar, Unit Keristen 20 Hektar, Unit Hindu
20 Hektar, Unit Budha 20 Hektar, sisa dari tanah itu untuk jenazah yang tidak di
kenal, dan itu dalam satu Tempat Pemakaman Umum22.
21 Wawancara, Pribadi dengan Bapak Hs Pengali Makam TPU Kampung Kandang,
Tanggal 14 Agustus 2009. 22 Wawancara, Pribadi dengan Ibu Siti Hasni. S.Sos. Kepala Seksi Pemulasaran jenazah,
Tanggal 13 Agustus 2009.
85
B. Analisa Penulis
Dari prosedur-prosedur yang menjadi acuan penatalaksanaan di Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, penulis menyimpulkan bahwa proses atau tata cara
pengurusan jenazah yang dilakukan RSCM sudah sesuai dengan prosedur dalam
syariat agama Islam. Hanya saja waktu penguburan jenazah mutilasi tidak bisa
dikuburkan secara langsung, dalam syariat Islam sunnahnya langsung. Alasan yang
pertama; tidak dapat dikuburkan secara langsung karena jenazah mutilasi yang
ditemukan terlebih dahulu harus melewati prosedur seperti pengumpulan potongan-
potongan tubuh korban, tujuannya supaya dapat diketahui identitas korban dan untuk
menghormati tubuh, kedua; identifikasi korban, tujuannya untuk mencari tahu nama,
daerah tempat tinggal serta status agama korban sehingga memudahkan proses
pengurusannya. Ketiga; identifikasi keluarga korban, tujuannya supaya keluarga
korban mengetahui bahwa korbannya anggota keluarganya sehingga jenazah korban
bisa diambil dan dibawa pulang serta dikuburkan di tempat yang disetujui pihak
keluarga.
Setelah semua prosedur sudah terpenuhi barulah pihak RSCM akan
memberikan surat kematian setelah terlebih dahulu pihak keluarga yang akan
mengambil jenazah membayar administrasi yang ditentukan pihak RSCM. Pihak
RSCM akan memfasilitasi berupa penggunaan kendaraan mobil jenazah untuk
mengangkut jenazah menuju rumah duka korban, dan untuk kemudian dikuburkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis bahas, maka dapat ditarik
kesimpulan hal-hal sebagai berikut;
1. Jenazah mutilasi adalah jenazah yang terpotong-potong beberapa bagian dari
suatu kejadian, seperti pembunuhan atau kecelakaan yang menyebabkan tubuhnya
terpencar/terpotong-potong. Para fuqaha berbeda pendapat dalam hal pengurusan
jenazah mutilasi, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan Ibnu Hazm
berpendapat bahwa jenazah yang termutilasi tetap dimandikan, dikafankan dan
dishalatkan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada bedanya mayat yang tubuhnya
lengkap dengan yang ada hanya anggota badannya saja. Abu Hanifah dan Imam
Malik berpendapat bahwa; jika yang terdapat itu lebih dari separuh badan mayat,
maka haruslah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan, namun jika tidak, maka
tidak wajib dimandikan dan dishalatkan. Sedangkan Imamiyah berpendapat
bahwa kalau yang didapatkan dari sepotong anggota badan mayat itu adalah
dadanya atau sebagian yang lainnya yang mengandung hati, maka hukumnya
persis seperti hukum terhadap mayat yang sempurna, yaitu wajib dimandikan,
dikafankan, dan dishalatkan. Namun, jika tidak ada sepotong saja dari anggota
tubuhnya yang mengandung hati, atau sebagainya, seperti dada, tapi terdapat
tulangnya, maka ia wajib dimandikan dan dibungkus dengan sehelai kain
86
87
kemudian dikuburkan. Tapi bila ia tidak terdapat tulang di dalam anggota tubuh
yang ditemukannya itu, maka ia hanya dibungkus dengan sehelai kain dan
dikuburkan, tidak usah dimandikan.
2. Tata cara pengurusan jenazah mutilasi baik karena pembunuhan, kecelakaan;
tertabrak kereta, kendaraan, atau bom bunuh diri yang anggota tubuhnya hancur.
Dilaksanakan sesuai dengan keberagamaan kepercayaan masing-masing jenazah
dengan prosedur yang dilakukan oleh pengurus jenazah di Rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo, secara; Islam, umum dan jenazah yang tidak dikenal. Langkah
awal dalam identifikasi korban mutilasi adalah melaksanakan kontruksi terhadap
korban pembunuhan mutilasi agar dapat diketahui status jenazahnya, dikenal atau
tidak dikenal. Setelah ada keterangan dari informasi orang hilang atau liga
dokumen, maka dapat diketahui identitas jenazah korban pembunuhan mutilasi
tersebut dan apabila jenazah tersebut beragama Islam maka, dilaksanakan
pengurusan jenazah secara syariat Islam. Pengurusan jenazah yang beragama
Islam meliputi proses memandikan, mengkafankan, menshalatkan, serta
menguburkan. Semua proses tersebut harus sesuai dengan syariat Islam yang
baku. Pada hakikatnya Islam menganjurkan agar setiap orang yang meninggal
untuk segera dikuburkan, dan tidak menunggu hingga berlarut-larut. Namun
khusus untuk jenazah mutilasi prosesi penguburan bisa segera dilangsungkan bila
telah lengkap beberapa prosedur, diantaranya adalah identifikasi korban, jenazah
tidak bisa langsung dikuburkan hingga telah jelas siapa dia, yang kedua,
identifikasi keluarga korban. Biasanya pihak rumah sakit tidak akan menguburkan
88
mayat sampai diketahui pihak keluarganya, bila pihak keluarga tidak kunjung
mengambil pihak rumah sakit akan menyimpannya di ruang jenazah sampai batas
waktu tertentu.
B. Saran-Saran
Dalam mengakhiri penelitian ini, penulis merasa perlu untuk memberikan
saran dan pendapat yang membangun, dengan harapan nantinya terjalin kerjasama
yang baik antara semua pihak, khususnya dalam realisasi hukum Islam: Diantara
saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya kesadaran dari berbagai pihak untuk memberikan pencerahan kepada
masyarakat bahwa yang namanya pembunuhan apalagi memutilasi adalah
tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan sosial, serta
tindakan pemutilasi terhadap tubuh manusia adalah tindakan yang tidak
manusiawi.
2. Kepada pihak rumah sakit di RSCM agar tidak mempersulit prosedur
pengambilan jenazah korban pembunuhan meliputi pembiayaan-pembiayaan
administrasi, peti jenazah dan transportasi dan lain sebagainya.
3. Kepada para mahasiswa diharapkan menulis penelitian-penelaian yang sama guna
melengkapi cakarawala keislaman yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an nul Karim dan Terjemahannya, Departemen RI.
Arif Fathul ulum, Abu Ahmad, 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah panduan praktis tata cara penyelengaraan jenazah dan hukum-hukumnya, (Penerbit: Pustaka Darul Ilmi, 2009).
Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali, Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar
el-Fikr). Al-Zuhaily, Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1989). At -Tirmidzi as-Sullami, Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut:
Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tt). ‘Awdah, ‘Abd al-Qadir, At-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamy, Juz I, (Beirut: Muassasah ar-
Risalah, 1992). Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Revisi 2007. Ash Shiddiqie, Hasby, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971). Asyur, Lathif, Abdul, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan
oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” (Jakarta: Cendekia, 2001).
Budiyanto,Arif, dkk, Ilmu Kedokteran Forensik, Cet ke-II, (Penerbit:Bagian
Kedokteran Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia,1997). C.Satyo, Alfred, Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi II, Cet Ke III, (Penerbitan
dan Percetakan USU (Press, Universitas Sumatera Utara Medan,2004). Chalil, Muanawar, haji, Kiayi, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallahu Alihi
Wasalam, Cet-6, (Jakarta: Bulan Bintang 1993). Dagun, Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Cet.Ke-I, (Jakarta:Lembaga
pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997). Ensiklopedi Hukum Islam.
89
90
Glasse, Cepil, Enksiklopedia Islam: Ringkas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999).
Hasan al-Syaibaniy, ibn Hanbal, Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn
Idris ibn Abdullah ibn, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1949).
Hassan, Mukim, Othman, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, cet. I,
(Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995). Ibn Yazid, Abdullah, al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut:Dar al-Ihya
al-Turath al-Araby,1975). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Malik, Al-Imam, Fathur Rahim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979). Mughniyah, Jawad, Muhammad, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khamsah,
diterjemahkan oleh Masykur A.B.,Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff dengan judul “Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2007).
Muhammad Ibn ‘ali, Al-Imam, Ibn Muhammad Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Jilid:
III-IV, (Kairo: Maktabah al-Imam). Muhammad, Abdullah, Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-
Fikr). Muhammad, Abdullah, Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih Bukhari, Jilid II, cet.6.
Penerjemah H. zainuddin Hamidy, dkk (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1983). Munawwir, Warson, Ahmad, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progesif, 2002). Muslim, Abi al Husein, bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo:
Dar Ihya al Kutub al Arabiyyah,1918). Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, (Penerbit:
Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989). Sabiq, Sayyid, Fiqhsunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh
Sunnah 4”, (Penerbit:PT Alma’arif bandung,1978).
91
Satyo, Alfred.C.Satyo, Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi II, (Penerbitan dan Percetakan USU (Press, Universitas Sumatera Utara Medan, 2004).
Sulaiman, Abu Dawud, Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud, juz 8,
(Maktabah Syamilah). Sulaiman, Abu Dawud, Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar
al-Hadits,1988). Syaltut, Mahmud, Islam Sebagai Aqidah dan Syari’ah. Penerjemah Bustami A.Gani
dan B.Hamdany Ali, cet. II, Jilid 4, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972). Tebba, Sudirman, Menuju Kematian yang Husnul Khatimah, (Tanggerang: Pustaka
Irvan, 2006). Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007). Tim Liputan SeputarIndonesia RCTI, Sergap 12:32, Tanggal, 27 Juli 2009. Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989).
Wardi, Muslich, Ahmad, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005). Wawancara, Pribadi dengan Bapak H.Ma’mun, Staf Tim Pengatalaksanaan Jenazah
RSCM, Tanggal 14 Juli 2009. Wawancara, Pribadi dengan Bapak Asbullah, Staf Tim Penatalaksanaan Jenazah
RSCM, Tanggal 18 Maret 2010. Wawancara, Pribadi dengan Bapak Sohibi dan Bapak Inah Sopir Mobil Jenazah
Dinas Pertamanan dan Pemakaman,Tanggal 13 Agustus 2009. Wawancara, Pribadi dengan dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F., Staf Departemen
Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum, Tanggal 09 July 2009.
Wawancara, Pribadi dengan Hs Pengali Makam TPU Kampung Kandang, Tanggal
14 Agustus 2009. Wawancara, Pribadi dengan Ibu Siti Hasni. S.Sos. Kepala Seksi Pemulasaran
jenazah, Tanggal 13 Agustus 2009.
92
Yahya, Muhyiddin, Abu Zakariya, Ibn Syarif an-Nawawi ad-Damasyqi, Fatawa al-Imam an-Nawawi al-Musamma al-Masa’il al-Mantsurah, (Beirut: Dar al-Fikr, tt).
Koran: Mutilasi yang timbul di ibukota, Sinar Harapan, (Jakarta:17 Januari 2003).
Internet;
http://rscm.co.id.Sejarah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
http://forensik.ilmukedokteran.net/hukum-kesehatan/158-pengantar-mediko-legal.
Data Wawancara di Departemen Forensik dan Medikolegal
Nama : dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F. Nim : 140242317 Jabatan : Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum Tanggal : 09 Juli 2009, Jam 11.30.
1. Menurut dokter arti mutilasi, itu bagaimana?
Jawab:
kondisi mayat yang tidak utuh menjadi beberapa bagian karena, dari suatu
kejadian. Misalnya; pembunuhan, kecelakaan; kemudian tubuhnya terpisah
menjadi beberapa bagian hingga terpencar atau terpotong-potong.
2. Bagaimanakah seorang dokter dapat membedakan jenazah korban pembunuhan
mutilasi yang beragama dan khususnya beragama Islam ataupun non-Islam?
Jawab:
Tata cara pengatalaksanaan jenazah yaitu sebagaimana menurut prosedur
operasional Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Sedangkan mutilasi ialah
kasus yang dianggap tidak wajar oleh karena itu pengatalaksanaannya harus
terawal dari kepentingan penyelidik. Penyidik akan memberikan surat
permintaan ahli untuk pemeriksaan tubuh mayat, setelah pemeriksaan tubuh
mayat maka ada dua; yaitu;
- Di kenal
- Tidak di kenal
Kalau mayat itu di kenal maka diserahkan kepada pihak keluarga dan pada saat
di serahkan kepada pihak keluarga korban, di tanyakan dulu dari pihak
keluarganya di shalatkan disini atau di rumah. Kalau disini (RSCM)
dilaksanakan seperti yang di contohkan Rasulullah SAW dan kalau dishalatkan
di rumah maka rumah sakit memandikan, mengkafankan, menyerahkan surat
kematiannya dan dibawakan dengan ambulans ke rumah keluarga korban.
Di dalam membedakan mayat mutilasi yang muslim dengan non muslim, yaitu;
13
14
Adanya informasi dari penyidik atau tidak sama sekali dari penyidik yang di
kenal atau tidak di kenal.
- Bila di kenal adanya Liga Dokumen; seperti KTP, SIM, dan surat-surat
indentitas lainnya yang sah secara hokum dan dapat diketahui agamanya, dari
liga dokumen tersebut.
- Bila statusnya tidak di kenal maka tidak ada surat keterangan indentitas (Liga
Dokumennya).
3. Menurut dokter arti di dalam pengurusan jenazah, itu apa?
Jawab:
Di dalam pengatalaksanaan (pengurusan) jenazah mayat yang di mutilasi itu akan
dilaksanakan proses pengebumikannya apabila kondisi tubuhnya sudah sempurna
selayaknya manusia normal ataupun didalam ilmu kedokteran yaitu struktur
anatomi tubuhnya sempurna. Lalu, dokter melakukan kontruksi dan, setelah
dilakukan kontruksi status mayatnya sudah di ketahui indentitasnya, maka
dilaksanakanlah proses pengatalaksanaan jenazah/mayat. Bila jenazah tersebut
beragama islam maka dilaksanakan sesuai dengan prosedur hokum islam;
Memandikan, mengkafankan, menshalatkan (bila ada permintaan keluarganya di
lakukan di RSCM) dan mengguburkan (bila jenazah tersebut di kenal maka di
serahkan ke keluarganya dan bila tidak di kenal maka dikuburkan oleh PEMDA
DKI dan dibiayai oleh PEMDA DKI).
Kapan dikuburkan “kata, dokter”?, di jawab:
Dalam hal ini ada waktunya kapan di kuburkan atau ditunda penguburannya dan
tidak bisa semau-maunya karena masih dalam proses penyelidikan. Penguburan
akan dilaksanakan apabila;
- Bila ada perintah dari penyidik untuk dikuburkan maka barulah jenazah dapat
dikuburkan, dan
- Bila badannya atau anggota tubuh lainnya belum ditemukan maka disimpan di
dalam Freezer (lemari pendingin jenazah) karena masih dalam proses pencarian
anatomi tubuh lainnya.
15
4. Dapatkah bapak ceritakan sejarah, Visi, misi, Tujuan, wewenang hukum, dan
struktur organisasi pengurusan jenazah di Rumah Sakit Dr Cipto
Mangunkusumo?
Jawab:
a. Ceritakan sejarah;
Rumah Sakit dr..Cipto Mangunkusumo ialah Rumah sakit yang dijadikan
rujukan nasional oleh seluruh rumah sakit yang ada di nusantara bumi pertiwi ini.
Semua pelayanan yang berkaitan dengan forensic ataupun bidang lainnya dapat
dilayani oleh seluruh nusantara Indonesia ini.
b.Visi, Misi, dan Tujuan Departemen Forensik dan Medikolegal di RSCM;
Visi :
“menjadi salah satu sentra pendidikan dan pelayanan ilmu kedokteran forensik dan
medikolegal yang unggul di asia pasifik tahun 2010”
Misi :
• Memberikan pelayanan ilmu kedokteran forensic dan medikolegal yang
paripura, bermutu dan terjangkau.
• Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam bidang ilmu
kedokteran forensik medikolegal dan pemulasaraan jenazah.
• Menjadi tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka upaya
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegak hokum serta
keadilan.
• Memberikan pelayanan pemulasaraan jenazah yang berstandar asia pasifik
Tujuan :
• Tercapainya pelayanan prima yang menjamin kepuasan konsumen.
• Terciptanya manajemen yang adil, akuntabel dan transparan.
• Hasil pendidikan dan penelitian kesehatan dapat di manfaatkan secara nasional
dan global.
• Tercapainya karyawan yang produktif dan melalui kesejahteraan yang
berkeadilan dan pengembangan karir yang sehat.
16
• Tercapainya pelayanan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal serta
pemulasaraan jenazah sebagai Unit Reveneu Center.
c. Jelaskan di dalam wewenang hukumnya departemen forensic dan medikolegal;
Secara hokum sah, karena yang mengatur ialah dokter (dokter didalam bidang
apa saja). Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bab XIV
Penyidikan Pasal 133 ayat 1 :“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka,keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya.”
d.struktur organisasi pengurusan jenazah di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo;
Dalam bentuk lampiran.
Mengetahui,
dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F.
Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum
17
Nama: H.Namun Jabatan: Tim Pengatalaksanaan (pengurusan) Jenazah Tanggal: 14 Juli 2009, Jam 13.30.
1. Apakah ada mayat mutilasi yang masih didalam penyelidikan langsung di proses
pengatalaksanaannya dan polisi menyuruh untuk di kuburkan saja, Contoh: yang
ditemukan baru kepala dan badannya saja. Apakah kepolisian menyuruh
menguburkannya?
Jawab:
Polisi menyuruh mengkuburkan!? setahu bapak selama berkerja sebagai
pengatalaksanaan jenazah atau mayat selama ini, tidak ada. Kenapa karena
tujuan kepolisian membawa jenazah tersebut ke RSCM Forensik untuk
mengetahui atau mencari tahu sebab-sebab kematiannya kapan dan kenapa.dan
juga tujuannya untuk di visum luar dan visum dalam, ada juga polisi yang sudah
melaksanakan visum luar tetapi visum dalam belum dilakukan karena tidak
adanya persetujuan dari pihak keluarganya atau ahli warisnya.
Untuk langsung dikuburkan jenazah tersebut tidak ada. Tapi, kalau yang di
temukan kepala dan badannya atau kakinya masih bisa kontruksi dan polisi akan
melacak anggota tubuh lainnya kaki, atau tangan, dll dan bila tidak ditemukan
juga dalam sekian bulan, maka polisi baru menyuruh untuk dikuburkannya.
Sedangkan di dalam otopsi tidak bisa dilakukannya begitu saja karena
jenazah/mayat yang datang ke sini (RSCM) ada yang hancur, rusak, dan ada
yang sudah 2,3, 4 hari di temukan baru di bawa ke rumah sakit.
2. Mayat yang di mutilasi ialah mayat yang tidak utuh kondisi tubuhnya, biasanya
di dalam satu kasus pembunuhan mutilasi berapa lama kepolisian melacak atau
menyelidiki mayat yang terpotong-potong lainnya?
Jawab:
Ketentuan di dalam penundaan pengatalaksanaan jenazah tergantung dari
kepolisian di dalam pencarian anggota tubuh jenazah tersebut. Biasanya
seminggu atau lebih dari itu, karena polisi pastinya melacak siapa pelaku
pembunuhan mutilasi tersebut. Batasan waktunya ada tapi masih di dalam
pencariaan anggota tubuh lainnya.
18
3. Bagaimana pengatalaksanaan jenazah di dalam kasus pembunuhan mutilasi dari
awal penyelidikan hingga memandikan, mengkafankan, menshalatkan,
sedangkan di dalam mengguburkan siapa yang bertangung jawab karena pihak
RSCM hanya tiga hal diatas saja, bagi jenazah yang tidak di kenal dan jelaskan
prosedur untuk mayat yang di kenal dan tidak dikenal ?
Jawab:
Mayat yang pembunuhan mutilasi sudah ditemukan akan dilakukannya
kontruksi tubuhnya dengan cara di jahit anggota tubuhnya yang terpisahkan
karena pembunuhan mutilasi. Bila sudah menemukan bagian-bagian yang telah
hilang atau sudah sempurna tubuhnya, barulah jenazah/mayat tersebut
dilaksanakan proses pengatalaksanaan jenazah yang sebagaimana Rasulullah
SAW contohkan dan itu bagi jenazah yang muslim. Lalu, bagaimana dengan
jenazah Non muslim (Kristen, Katolik, Prostestan, Hindu, Budha, dll) kata
bapak yang sudah berkerja di RSCM sejak tahun 1980-an ini. Bagi jenazah yang
non muslim dilaksanakan sebagaimana biasanya yaitu dimandikan hingga bersih
dari darah yang menempel ditubuhnya dan dipakaikan untuk laki-laki memakai
baju celana dan jas sedangkan untuk wanita memakai gaun dan wajahnya di
hias. Tapi bedanya dengan orang muslim dengan agama lainnya yaitu Islam ada
do’a-do’a untuk jenazah seperti menshalatkan jenazah, sedangkan agama
lainnya tidak ada.
Iya, memang benar bahwa di RSCM ini hanya mengurus jenazah di
memandiannya, menggafankannya dan mengshalatkannya. Sedangkan
mengguburannya dilakukan oleh Dinas Pertanaman dan Pemakaman dan dimana
tempat dilakukan penguburannya tergantung dari keputusan dari Dinas
Pertanaman dan Pemakaman
Mengetahui,
H.Namun Tim Pengatalaksanaan (pengurusan) Jenazah
Di RSCM
19
Nama : Asbullah Nim : 140288292 Jabatan : Tim Penatalaksanaan jenazah Tanggal : 18 Maret 2010, Jam 15.30
A. Bagaimanakah, tata cara pengurusan jenazah mutilasi karena; Pembunuhan,
Kecelakaan; Ketabrak Kereta, Mobil, ataupun Bom bunuh diri yang tubuhnya
hancur-hancuran ?
Jawab;
1. Memandikan Jenazah Mutilasi
a. Niat untuk memandikan jenazah
Jenazah mutilasi ataupun mayyit-mayyit yang hancur-hancuran maka pengurus
jenazah RSCM meniatkan jenazah-jenazah tersebut seperti jenazah yang normal
dengan kata lain pengurus meniatkan mayyit dalam keadaan utuh walaupun
prakteknya mayyit tersebut dalam keadaan terpotong-potong (mutilasi) atau
hancur-hancuran (ketabrak kereta atau mobil). Apabila yang ditemukan hanya
sepotong atau sebahagian tubuh saja, maka niatnya sama seperti meniatkan
mayyit yang normal begitu juga dengan mayyit yang ditemukan hanya
sebahagian ataupun sepotong dari tubuh mayyit yang dimutilasi, yaitu: niatnya
bukan untuk mayyit yang sepotong-sepotong melainkan niat memandikan
jenazahyang keadaannya masih sempurna.
b. Mewudhukan
Dalam mewudhukan jenazah yang mutilasi sebagaimana wudhunya orang yang
masih hidup. Apabila tubuh mayyit ditemukan dengan sempurna dan
dilaksanakan penyambungan (kontruksi) bagian-bagian tubuh yang terpisah
karena dimutilasi. Sedangkan untuk jenazah yang hanya sepotong tangan mayyit
yang dimutilasi ataupun korban kecelakaan kereta atau mobil, dll. Maka,
pengurus RSCM hanya men-Tayamum-kan mayyit tersebut karena tidak
memungkinkan untuk disucikan dengan air bahwa, air tersebut dapat
menghancurkan tubuh mayyit.
c. Memakai sarung tangan.
20
Untuk bagi orang yang memandikan ketika membasuh bagian-bagian yang
termasuk aurat mayyit dan juga menghindari tertularnya kuman-kuman penyakit
yang telah menghinggap di tubuh mayyit, karena tubuh mayyit yang terpotong-
potong (mutilasi) ditemukan dalam kondisi yang hampir busuk atau berhari-hari
baru ditemukan.
d. Menggunakan air yang dicampur daun bidara atau air sabun.
e. Mendahulukan yang kanan
Yaitu dengan membasuhkan bagian yang kanan kemudian yang kiri, di mulai
dari kepala bagian belakang, dan pundak sampai telapak hal ini untuk jenazah
mutilasi yang ditemukan secara lengkap dan untuk jenazah mutilasi yang tidak
lengkap ditemukan maka, tetap dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam yang
telah di tentukan dan apabila tidak memungkinkan maka tidak dibasuh melaikan
di Tayamumkan sebagaimana yang sudah dijelaskan di dalam mewudhukan
jenazah mutilasi.
f. Selalu menganjilkan setiap basuhan pada mayyit mutilasi.
g. Menekan perut mayyit ketika memandikannya secara lembut untuk
mengeluarkan kotoran dalam perutnya.
Bila yang menekan perut mayyit mutilasi dan keluar kotoran-kotoran dari dalam
perut dan bersamaan dengan keluarnya darah dari kontruksi tubuh yang dijahit
maka, langsung dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan mayyit
tersebut.
2. Mengkafankan Jenazah Mutilasi
a. Setelah mayyit mutilasi dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan
maka, pengurus jenazah RSCM langsung membungkus mayyit mutilasi dengan
plastik bertujuan untuk menjaga tetesan darah ke kain kafan dan setelah
dibungkus dengan plastik lalu di berikan kapas hingga menutupi keseluruhan
tubuh mayyit barulah ditutupi dengan kain kafan.
b. Membaguskan kain kafan
c. Berwarna putih.
21
d. Dan di dalam pembungkusan kain kafan jenazah mutilasi tidak ada perbedaan
dengan jenazah yang normal dalam berapa helai kain kafan. Sama dengan
jenazah yang normal yaitu; Laki-laki tiga helai dan perempuan lima helai kain
kafan. Dan bagaimana yang ditemukan hanya sepengal kepala saja, bila
diketahui kepala tersebut kepala Laki-laki maka tiga helailah kain kafan mayyit
tersebut.
3. Menshalatkan Jenazah Mutilasi
Di dalam Menshalatkan mayyit mutilasi di RSCM dilaksanakan sesuai dengan
Syari’at Islam bagi jenazah yang beragama muslim. Sebagaimana yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW;
a. Dengan diawali niat
b. Posisi imam berdiri untuk mayyit laki-laki, yaitu; di belakang kepala
mayyit laki-laki dan sedangkan mayyit wanita, yaitu; di tengah (badan)
mayyit wanita.
c. Berdiri bagi orang yang mampu.
d. Empat kali takbir.
e. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW
f. Membaca doa.
4. Menguburkan Jenazah Mutilasi
Dalam menguburkan mayyit mutilasi di bagi dua kategori bagian di dalam
penguburan jenazah mutilasi yaitu yang pertama; untuk jenazah yang di kenal
akan di proses oleh keluarga korban bila ia beragama Islam akan dilaksanakan
sesuai dengan syari’at Islam dan bila beragama non muslim maka, keluarga
korban akan melaksanakan sesuai dengan keyakinannya. Dan yang kedua; untuk
jenazah yang tidak dikenal RSCM berkerjasama dengan Dinas Pertanaman dan
Pemakaman
Mengetahui
Tim Pengatalaksanaan jenazah di RSCM
22
Data Wawancara di PEMDA DKI
Nama : Ibu Siti Hasni
Jabatan: Kepala Seksi Pemulasaran jenazah
Tanggal: 13 Agustus 2009
1. Apa sajakah tugas-tugas pelayanan pemakaman, di Dinas pertamanan dan
pemakaman yang baru saja bergabung?
Jawab:
Kami bertugas memakamkan jenazah yang tidak di kenal, dari panti-panti yang
ada di DKI Jakarta, dari tunawan, dari keluarga miskin hingga dengan
perlengkapan jenazah di persiapkan; kain kafan, tikar, diantarkannya ke tempat
pemakaman umum (TPU), dan semua itu telah di biayai oleh PEMDA DKI .
2. Berapakah data-data jenazah yang biasa dianggkut oleh sopir mobil jenazah di
dinas pertamanan dan pemakaman dalam perbulannya, tenaga pengurusan
jenazah, sopir mobil jenazah ada berapa orang dan yang mengangkut jenazah
dari tempat kasus perkara (TKP) ada berapa ?
Jawab:
Untuk jenazah yang dianggkut mobil jenazah dari dinas pertamanan dan
pemakaman perbulannya itu mencapai 150 jenazah baik itu; Tunawan , Panti-
panti Sosial, dari rumah sakit, dan dari TKP.sedangka tenaga di dalam
pengurusan jenazah ada 4 orang, sedangkan sopir mobil jenazah ada 10 orang
dan yang mengangkut jenazah dari TKP ada 35 orang.
3. Di dalam letak penguburannya; Apakah jenazah muslim dengan jenazah non
muslim masih berada dalam satu lingkungan TPU (Tempat Pemakaman Umum)
dan dimana sajakah tepat pemakaman bagi jenazah yang biasa dianggkut ?
Jawab:
Begini, contohnya; Misalnya kita mempunyai tanah 100 meter untuk 20 m Unit
Islam, 20 m Unit Keristen, dan itupun bukan hanya untuk jenazah yang di kenali
tetapi untuk jenazah tunawan, jenazah yang tidak di kenal, dll. Sedangkan
23
tempat yang biasa untuk dimakamkannya di dua tempat; TPU Kampung
Kandang, dan tepat yang baru di TPU Serenseng Sawah. Jadi untuk semua
jenazah sudah mendapatkan blok-blok unitnya dan kita yang masih hidup hanya
ingin menghormati jenazah-jenazah tersebut.
Nama : Bapak Sohibi
Bapak Inah
Jabatan: Sopir Mobil Jenazah Dinas Pertamanan dan Pemakaman
Tanggal:13 Agustus 2009
1. Tugas bapak sebagai sopir mobil jenazah di Dinas pertamanan dan pemakaman,
Apa saja?
Jawab:
Tugas saya sebagai sopir mobil jenazah yaitu; mengangkut Tunawan, Korban
Kecelakaan , dll. Lalu dari TKP dibawa ke Rumah Sakit Dr Cipto
Mangunkusumo, itupun kalau mendapat informasi dari kepolisian dan untuk
jenazah yang baru datang dari TKP tidak langsung dilaksanakan melainkan
menunggu 3 hari untuk menunggu keluarganya, jika tidak ada baru dilaksanakan
otopsi jenazah.Lalu, sebelum dibawa ke TPU jenazah dishalatkan secara massal
(bagi jenazah yang tidak dikenal, jenazah tunawan, dan jenazah keluarga miskin
yang meninggal di rumah sakit/ RSCM) barulah setelah itu diangkut ke TPU
Kampung Kandang di daerah Cilandak. Untuk jenazah tidak di kenali diangkut
dari rumah sakit/ RSCM ke TPU hanya 5 hari sekali, dalam pengakutannya
biasa 8-9 jenazah, dan untuk jenazah yang diketahui indentitasnya/di kenali
dibawa oleh keluarga atau ahli warisnya. Sedangkan untuk penguburannya ada
petugas dari TPU setempat yang melaksanakan proses penguburannya, jenazah
yang tidak dikenal dikuburkan sendiri-sendiri maksud saya satu lubang untuk
satu jenazah.
24
2. Selama Bapak bertugas mengangkut jenazah dari dinas pertamanan dan
pemakaman, Pernahkah bapak mengangkut jenazah mutilasi dari RSCM yang
sudah dikafankan ataupun hanya beberapa potongan tubuh jenazah?
Jawab:
Tidak pernah, walaupun ada itu dari pihak rumah sakit itu sendiri dengan
menggunakan mobil jenazah dari pihak RSCM sendiri.
Mengetahui
Ibu Siti Hasni Kepala Seksi Pemulasaran jenazah
25
Nama : Hs (disamarkan)
Jabatan dan Pengalaman Kerja ;
• Non Karyawan sebagai Pengali kubur di TPU Kampung Kandang dan biasa
menguburkan jenazah yang tidak di kenal
• Sudah hampir 11 Tahun berkerja sebagai pengali kubur di TPU Kampung
Kandang
Tanggal: 14 Agustus 2009, Jam 13.00.
1. Bagaimana tata cara penguburan jenazah yang tidak di kenali, dari baru
didatangkan hingga sapai dikuburkan?
Jawab:
Untuk jenazah yang tidak di kenali, untuk yang massal (yang tidak ada
keluarganya) di persiapkan 15 lubang atau 20 lubang agar ketika ada jenazah
yang datang ke TPU Kampung Kandang dapat langsung dikuburkan. Biasanya
jenazah yang didatangkan bisa mencapai 9 atau 15 jenazah, didalam
penguburanya jenazah yang tidak di kenali yang baru datang langsung di angkat
menuju makamnya dengan kedalaman tanah makamnya 60 Cm, setelah semua
dipersiapkan langsung dikuburkan tanpa dibuka tali kuncup pocongnya karena
jenazah yang tidak dikenali ini sudah hitungan hari atau mingguan dari rumah
sakit jadi dibungkus plastik dan barulah dibungkus dengan kain kafan agar bau
bangakinya tidak menyengat juga menjauhkan dari penyakit menular dan tubuh
jenazahnya sudah pada membiru, tanpa ada diazankan di telinga kanan jenazah,
di do’akan dan satu lubang hanya untuk satu jenazah saja. Kalaupun di azankan
dan do’akan paling dikhususkan kepada semua jenazah, kadang ketika saya
selesai shalat juga saya khususkan kepada semua jenazah, kadang juga saya
melihatnya juga kasihan terhadap jenazah-jenazah yang tidak di kenali ini. Kata
pengali kubur yang tidak mau indentitasnya di ketahui!.
26
2. Jenazah yang di kenal yang biasa yang bapak kuburkan dari mana saja dan
sudah ada berapa jenazah yang tidak di kenali di TPU Kampung Kandang ?
Jawab:
Tunawan, Panti-panti sosial dan Keluarga miskin yang tidak mampu. Kurang
lebih ada 1000 jenazah yang tidak di kenali di TPU ini.
3. Bapak pernah tidak melaksanakan tata cara penguburan jenazah mutilasi dari
RSCM dan tahun berapa bapak melaksanakan penguburan jenazah mutilasi?
Jawab:
Kalau itu baru cuma satu kali saja, tapi hanya kakinya sebelah kanan saja yang
tidak ada. Ketika didatangkan sudah dibungkus dengan plastik dan dibungkus
dengan kain kafan, dengan tanpa ada indentitasnya, dan kalau tidak salah itu
pada tahun 2007-an. Penguburannya seperti jenazah yang tidak di kenali karena
ketika dibawa ke TPU Kampung Kandang tidak ada indentitasnya hanya papan
yang bercat putih dan bertulisan; Nomor Kode jenazah dari Rumah Sakit
Dr.Cipto Mangunkusumo, Nama bertulisan Mr.X, dan Tanggal kapan jenazah
dikuburkan.
Mengetahui,
Hs (Minta di Samarkan)
Pengali kubur di TPU Kampung Kandang
27