Transcript
Page 1: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

iv12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Editorial

yukkur Alhamdulillah, atas berkat rahmat, ridho dan izin Allah SWT Jurnal Teknodik Volume XVInomor 1 edisi Maret 2012 dapat hadir di hadapan Anda. Pendayagunaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) dan Media dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan/pembelajaran menjadifokus perhatian pada edisi ini. Selain itu pada edisi ini juga menampilkan hasil evalusi tentang komitmen.Balitbang Kemdikbud dalam menyosialisasikan dan mengembangkan TIK untuk pendidikan di IndonesiaOleh karena itu dalam edisi ini redaktur menurunkan beberapa artikel yang berkaitan dengan hal-haltersebut. Dalam edisi ini disajikan 10 artikel (tulisan) yang berhubungan dengan hal tersebut, baikyang berisikan hasil penelitian maupun hasil kajian.

Bagi Anda yang berminat dalam pengembangan media pembelajaran, khususnya untuk pelajaranKimia, Rubiman dan Siti Raudhatul Kamali melaporkan hasil penelitiannya tentang pengaruh MediaPembelajaran terhadap hasil belajar ikatan ion di SMUN Kecamatan Terara dan Sikur, KabupatenLombok Timur NTB). Dalam laporannya keduanya menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakansalah satu faktor yang mendukung proses belajar-mengajar kimia. Pemilihan media pembelajaranberdasarkan materi yang diajarkan pada materi kimia sangat berpengaruh terhadap hasil belajarsiswa. Pada penelitian ini digunakan media pembelajaran bongkar pasang untuk mempermudahpemahaman konsep ikatan ion. Media bongkar pasang ikatan ion merupakan seperangkat alat yangterdiri dari dua jenis model yang menggambarkan ion positif dan ion negatif yang berfungsi untukmembantu penulisan rumus senyawa kimia yang terbentuk pada proses pembentukan ikatan ion.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar denganberbantuan media bongkar pasang ikatan ion dengan yang tidak berbantuan media pembelajaran.Pada penelitian diperoleh ada perbedaan perolehan hasil belajar antara siswa yang diajar denganmedia pembelajaran bongkar pasang ikatan ion dengan siswa yang tidak menggunakan media bongkarpasang ikatan ion pada siswa SMA kelas X dan XI IPA.

Bagi Anda yang berminat dalam pengembangan media audio (media yang berbasis suara) untukkegiatan pembelajaran bagi anak usia TK; Inayah menyampaikan hasil penelitiannya tentang upayameningkatkan kemampuan menulis anak TK Dodongan Kabupaten Gunung Kidul dengan Media AudioPembelajaran. Tujuan penelitian untuk mengetahui: faktor apa yang menyebabkan siswa kurangterampil dalam menulis dan mengetahui apakah kegiatan mendengarkan media audio pembelajarandapat meningkatkan kemampuan menulis anak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelasyang dilakukan pada siswa Taman Kanak-Kanak PKK 37 Dodogan Gunung Kidul DIY penelitian dilakukanpada bulan Juni sampai dengan Oktober 2011. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancaradan diskusi, kajian dokumen serta tes sederhana. Pemeriksaan keabsahan data dengan tekniktriangulasi. Sedangkan teknik analis data dengan teknik analitis kritis dan interaktif. Hasil penelitianpada siklus I menunjukkan bahwa ada salah satu bidang pengembangan yang hasilnya kurangbagus. Dari jumlah siswa 32 anak hanya 10 siswa yang mempunyai nilai bagus, 16 siswa mendapatnilai cukup dan 6 siswa dengan hasil kurang memuaskan. Sedangkan pada siklus II dari hasil interpretasimenunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Dari jumlah siswa 32 anak, ada 20 anak yanghasilnya bagus, 7 anak dinilai cukup dan 5 anak dengan hasil masih kurang memuaskan.

U. Maman Kh melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul: Pengaruh Persepsi tentang PelaksanaanPembelajaran terhadap Prestasi Belajar dan Kompetensi Wirausaha pada Mahasiswa Fakultas Saindan Teknologi di 3 UIN di Pulau Jawa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswatentang pelaksanaan pembelajaran, indeks prestasi kumulatif, kompetensi wirausaha, persepsi tentangbakat dan minat berwirausaha serta pengaruh peubah-peubah tersebut secara langsung pada IPK;serta pengaruh tidak langsung persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi wirausahamelalui IPK. Persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran meliputi persepsi tentang lingkungan belajar,fasilitas belajar, dan kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran. Penentuan besaran sampel menggunakanrumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%. Penarikan sampel dilakukan secara acak dan

S

Page 2: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

v12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

proporsional dari masing-masing program studi di tiga Fakultas Sains dan Teknologi (FST) di tiga UINdi Jawa. Berdasarkan analisis jalur, hanya satu peubah yang berpengaruh signifikan pada kompetensiwirausaha, yakni minat berwirausaha. Seluruh peubah pelaksanaan pembelajaran, bakat, dan minattidak berpengaruh pada indeks prestasi kumulatif dan kompetensi wirausaha. Bahkan sebaliknya,indeks prestasi kumulatif, persepsi tentang kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran, dan persepsitentang bakat berpengaruh negatif pada kompetensi wirausaha.

Anda tentu ingat tentang APEC, organisasi kerjasama ekonomi negara-negara Asia Pasifik, yangmana Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada salah satu kegiatan konferensinya. Badan Penelitiandan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang) Kemdikbud sebagai anggota APEC-HRD Working Group memiliki komitmen terhadap organisasi tersebut dalam program APEC LearningCommunity Builders (ALCoB, khususnya dalam menyosialisasikan dan mengembangkan TIK (ICT) diIndonesia. Subijanto menyajikan hasil evaluasi tentang komitmen Balitbang Kemdikbud terhadap haltersebut selama satu dasawarsa ini. Metode evaluasi dilakukan dengan cara desk evaluation yaitumelakukan evaluasi terhadap dokumen sosialiasasi dan pengembangan materi pelatihan ALCoB. Hasilevaluasi menunjukkan bahwa: 1) selama satu dasawarsa, Baltbang masih memiliki komitmen melakukanpelatihan di bidang Information, Communication, and Technology (ICT) sebagai e-pembelajaran (e-learning) di komunitas ALCoB. Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan, bimbinganteknis, dan konsultasi bagi guru SD/MI; SMP/MTs; SMA/MA/SMK di tingkat provinsi/kabupaten/kotasecara terprogram dan bebas biaya; 2) Kendala dalam pengembangan program e-learning padaumumnya lebih dikarenakan oleh faktor guru yang telah mengikuti pelatihan, tidak adanya petugaskhusus tenaga TIK, kurang tersedianya infra struktur TIK, dan terbatasnya dukungan sekolah.

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru di era sekarang ini adalah kompetensi akanpenguasaan TIK, baik penguasaan TIK untuk kepentingan menyajikan materi pembelajaran (kompetensipedagogik) maupun untuk kepentingan pengembangan diri (kompetensi professional). Dalam kaitannyadengan hal ini Yuni Sugiarti menulis artikel tentang Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasidalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yuni Sugiarti menjelaskanbahwa realitasnya penyelenggaran pendidikan anak usia dini banyak yang dilakukan oleh masyarakat.Begitu pula gurunya banyak yang berasal dari masyarakat. Tuntutan akan kompetensi menjaditantangan tersendiri bagi guru PAUD. Apalagi pendidikan pada jenjang PAUD lebih fokus untukmeletakkan dasar ke arah tumbuh kembang anak baik fisik maupun fsikis, serta bakat dan potensilainnya yang dimiliki anak. Peningkatan kompetensi guru PAUD secara konvensional masih terbatas,sehingga diperlukan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi baik secara online, offlinemaupun melalui teknologi penyiaran. Realisasi pendayagunaan TIK untuk peningkatan kompetensiguru PAUD diwujudkan dalam bentuk: dukungan kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), dukunganinfrastruktur TIK, pengembangan konten TIK yang bermutu dan menarik, serta pemanfaatan olehguru PAUD secara optimal. Aspek pemanfaatan ini sangat penting. Oleh karena itu, sasaran penggunaharus disiapkan, mulai dari tahapan penyadaran akan perlunya penggunaan TIK untuk meningkatkankompetensi, pelatihan dan pendampingan, serta pemberian reward bagi sasaran yang menonjoldalam pemanfaatan TIK. Tahapan ini perlu dilakukan secara bertahap dan kontinyu, dengan melibatkansemua pihak terkait mulai pemerintah (pusat dan daerah), orangtua, guru, dunia usaha, LSM, danmasyarakat.

Anda tentu tahu akan SMP Terbuka, SMA Terbuka dan Universitas Terbuka. Ketiganya merupakancontoh tentang penerapan konsep dari sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia. Dalamkaitannya dengan hal ini Sudirman Siahaan dan Rahmi Rivalina menulis artikel tentang PerkembanganPendidikan Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia. Menurutnya perkembangan Pendidikan Terbukadan Jarak Jauh (PTJJ) dapat dilihat dari 2 segi, yaitu (1) kelembagaan atau organisasi yang berkiprahdi bidang PTJJ, dan (2) program PTJJ yang diterapkan/diselenggarakan oleh lembaga/organisasipendidikan. Dari segi kelembagaan/organisasi, semakin bertambah jumlah lembaga/organisasi yangberkiprah di bidang PTJJ, seperti antara lain: Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka),Sekolah Menengah Atas Terbuka (SMA Terbuka), Universitas Terbuka (UT), perguruan tinggi negerikonvensional yang sekaligus juga menyelenggarakan PTJJ (dual modes), Jaringan Sistem BelajarJarak Jauh Indonesia (Jaringan Sistem BJJI) atau Indonesian Distance Learning Network (IDLN), dan

Page 3: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

vi12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). Dari segi program PTJJ yang diterapkan/diselenggarakan, PTJJ diawali dari pemanfaatan bahan belajar mandiri tercetak (modul) denganmenggunakan jasa layanan pos sampai dengan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dankomunikasi (TIK), seperti pemanfaatan media siaran (radio/televisi), media rekaman (audio, CD,VCD), media proyeksi (film bingkai suara, film 16mm, powerpoint), dan media jaringan (internet).Penyelenggaraan kegiatan belajar tutorial PTJJ juga mengalami perkembangan, dimulai dari yangbersifat tatap muka sampai dengan tutorial yang menggunakan TIK. Pengelolaan PTJJ juga terusmengalami perkembangan, dimulai dari inisiatif lembaga atau organisasi yang bersifat individualsampai dengan pengelolaan yang dilakukan secara kemitraan melalui konsorsium.

Pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan hal yang sedang ngetrend pada saat ini. Untukkepentingan ini Pustekkom mengembangan sebuah portal atau situs yang diberi nama RUMAH BELAJAR.Sehubungan dengan hal ini Jaka Warsihna menulis artikel tentang E-Learning Melalui Portal “RUMAHBELAJAR”. Lebih jauh Jaka Warsihna menyatakan bahwa belajar merupakan kewajiban setiap manusiasejak kecil hingga akhir hayatnya. Inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalamaspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya denganlingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Agarproses belajar dapat terus termotivasi diperlukan berbagai model, sistem, dan media pembelajaran.Salah satu sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah e-learning. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyiapkan sebuah portalyang khusus didedikasikan untuk e-learning. Portal tersebut diberi nama “Rumah Belajar” denganalamat belajar.kemdikbud.go.id. Portal ini setelah diluncurkan sudah banyak yang mengakses danmemanfaatkan berbagai fasilitas yang ada. Setelah dimanfaatkan ternyata portal ini memiliki berbagaikekuatan dan juga kelemahan. Kekuatannya portal ini, antara lain, dikemas sesuai dengan prosespembelajaran yaitu sesuai kurikulum, ada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi, katalogmedia, peta materi, dan bank soal. Sedangkan kelemahannya, antara lain, belum ada home, materibelum lengkap, masih sering failure, bank soalnya belum sesuai dengan kompetensi dasar, katalogmedianya belum lengkap, dan lain sebagainya.

Bagaimana cara mengembangkan media pembelajaran yang berbasis video/televisi? Untuk iniBambang Warsita mengirimkan artikel yang berjudul Kreativitas Dalam Pengembangan Media Video/Televisi Pembelajaran. Untuk menghasilkan media video/televisi pembelajaran yang berkualitas sesuaidengan kompetensi atau tujuan yang akan dicapai, pengembangan media video/televisi pembelajaranmembutuhkan serangkaian kemampuan kreativitas, baik kemampuan berpikir kreatif maupun sikapkreatif. Pengetahuan yang harus dikuasai dalam pengembangan media video/televisi pembelajaranadalah pengetahuan tentang media televisi itu sendiri, pengetahuan tentang perancangan (analisiskebutuhan, penyusunan GBIM, teknik penulisan naskah), dan pengetahuan tentang pelaksanaanteknis produksi serta evaluasi. Oleh karena itu, perlu menumbuhkembangkan dan memberdayakankreativitas tim pengembang media video/televisi pembelajaran. Akhirnya dapat dihasilkan mediavideo/televisi pembelajaran yang berkualitas secara teknis dan sesuai dengan kebutuhan sasaran/peserta didik.

Mungkin Anda seorang guru atau dosen Matematika atau praktisi dalam Matematika, jika benar,maka artikel yang dituls Sulistyowati tentang Pemanfaatan TIK Sebagai Media PembelajaranMatematika perlu Anda baca. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran wajib di seluruhjenjang pendidikan. Tujuan utama dari mata pelajaran ini, yaitu untuk membekali peserta didikdengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerjasama.Ironisnya pelajaran matematika oleh sebagian besar peserta didik dianggap “sangat menakutkan”,sehingga mereka kurang motivasi mengikuti pembelajaran. Tulisan ini mengkaji bagaimana teknologiinformasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan untuk mensiasati penyampaian mata pelajaranmatematika. TIK dapat digunakan sebagai media di setiap tahap pembelajaran, mulai tahap persiapansampai tahap evaluasi dan bahkan dapat digunakan juga dalam menjaring umpan balik. Denganmemilih terapan TIK yang sesuai berdampak pada peserta didik lebih mudah memahami pelajaranmatematika, sehingga tujuan dari pelajaran matematika dapat tercapai secara optimal.

Page 4: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

vii12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Preview merupakan satu langkah yang harus dilakukan oleh seorang pengembang media menulispembelajaran, sebelum media tersebut di lounching ke masyarakat. M. Miftah artikel tentang Modeldan Format Instrumen Preview Program Multimedia Pembelajaran Interaktif. Penyusunan instrumenpreview bertujuan untuk mengevaluasi produk multimedia pembelajaran interaktif (MPI). Dalampenyusunan digunakanlah alur kerja, model, dan format penyusunan. Metode penyusunan dalambentuk lokakarya yang melibatkan guru bidang studi, kalangan akademisi, dan ahli dibidang; evaluasimedia, media pembelajaran, teknologi pembelajaran, teknologi informasi, kurikulum, serta tim analisisdari Pustekkom. Dalam tulisan ini memuat pokok-pokok penyusunan instrumen; kriteria instrumenyang baik, keuntungan dan kelemahan instrumen, prosedur penyusunan instrument preview programMPI, kisi-kisi instrumen preview program MPI, dan sampai penyusunan instrument preview MPI final.Tujuan penulisan artikel adalah bertukar pikir (sharing idea) dengan harapan model dan formatinstrumen preview program multimedia pembelajaran interaktif dapat dimanfaatkan dan dijadikanreferensi bagi pengembang multimedia pembelajaran interaktif untuk semua jenjang pendidikan.

Demikian beberapa artikel yang dapat disajikan pada edisi ini, segenap dewan redaksi dan pengelolaJurnal Teknodik mengucapkan selamat menikmati sajian kami semoga bermanfaat bagi pengembangankarir, wawasan dan pengetahuan Anda, khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasimaupun media untuk pendidikan/pembelajaran (wdp).

*****************

Page 5: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

viii12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARANTERHADAP HASIL BELAJAR IKATAN ION

Studi Eksperimen di Sekolah Menengah Umum (SMU) NegeriKecamatan Terara dan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

Rubiman dan Siti Raudhatul KamaliSTKIP Hamzanwadi Selong Lombok Timur

Universitas Negeri Mataram NTB-Fakultas MIPA([email protected])

([email protected])

Abstrak:Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung proses belajar-mengajarkimia. Pemilihan media pembelajaran berdasarkan materi yang diajarkan pada materi kimiasangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini digunakan mediapembelajaran bongkar pasang untuk mempermudah pemahaman konsep ikatan ion. Mediabongkar pasang ikatan ion merupakan seperangkat alat yang terdiri dari dua jenis modelyang menggambarkan ion positif dan ion negatif yang berfungsi untuk membantu penulisanrumus senyawa kimia yang terbentuk pada proses pembentukan ikatan ion. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar berbantuanmedia bongkar pasang ikatan ion dengan yang tidak berbantuan media pembelajaran. Padapenelitian diperoleh ada perbedaan perolehan hasil belajar antara siswa yang diajar denganmedia pembelajaran bongkar pasang ikatan ion dengan siswa yang tidak menggunakanmedia bongkar pasang ikatan ion pada siswa SMU kelas X dan XI IPA.

Kata kunci: media pembelajaran bongkar pasang ikatan ion, hasil belajar

Abstract:Instructional Media is one of the factors that contribute to chemistry teaching and learning.The selection of media based on learning material is very influential to the student learningoutcomes. This study used removable instructional media to facilitate the understanding ofionic bonding concept. Removable media is a set of ionic bonding tool that consists of twotypes of model describing the positive ions and negative ions that help student write theformula of chemical compounds formed during the process of ionic bonding. This study aimsto determine the learning outcome differences between students taught with ionic bondingremovable instructional media and those who were taught without instructional media. Thestudy showed the learning outcome differences between students taught with the ionic bondingremovable instructional media and those who taught without the instructional media at ClassX and XI senior secondary school.

Key words: ionic bonding removable instructional media, learning outcome

KUMPULAN ABSTRAK

Page 6: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

ix12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS ANAK TKDODONGAN KABUPATEN

GUNUNG KIDUL DENGAN MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN

InnayahBalai Pengembangan Media Radio Yogyakarta, Pustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Pernelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor apa yang menyebabkan siswa kurangtrampil dalam menulis dan (2) mengetahui kegiatan mendengarkan media audio pembelajaranPAUD dapat meningkatkan kemampuan menulis anak. Penelitian ini merupakan penelitiantindakan kelas yang dilakukan pada siswa Taman Kanak-Kanak PKK 37 Dodogan GunungKidul DIY pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2011. Teknik pengumpulan data dilakukandengan pengamatan, wawancara dan diskusi, kajian dokumen dan tes sederhana. Pemeriksaankeabsahan data dengan teknik triangulasi. Sedangkan teknik analisa data dengan teknikanalitis kritis dan interaktif. Prinsip tindakannya yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,refleksi dan evaluasi dan pelaksanaannya didasarkan pada siklus. Hasil penelitian pada siklusI menunjukkan bahwa Hasil analisa dan interprestasi data yang telah dilaksanakan dalamSiklus I, bahwa ada salah satu bidang pengembangan yang hasilnya kurang bagus. Darijumlah siswa 32 anak hanya 10 siswa yang mempunyai nilai bagus, 16 siswa mendapat nilaicukup dan 6 siswa dengan hasil kurang memuaskan. Sedangkan pada siklus II menunjukkanhasil Hasil interprestasi data yang dihasilkan dalam silkus II, sudah ada peningkatan dilihatdari hasil belajar. Dari jumlah siswa 32 anak, ada 20 anak yang hasilnya bagus, 7 anak dinilaicukup dan 5 anak dengan hasil masih kurang memuaskan.

Kata Kunci: Kemampuan menulis, media audio pembelajaran, PAUD

Abstract:The aims of the research are to know: 1) the factors cause the students having less skilled inwriting and 2) whether the audio media listening activities within the early childhood canimprove writing skill. This research was conducted on a Kindergarten PKK 37 in DodoganGunungkidul, Yogyakarta during June to October 2011. Data collected by observation,interviews and discussions, document review and a simple test. The examination of datavalidity used technique of triangulation. Meanwhile the data analysis used interactive criticaland analytical techniques. The principle of actions includes planning, action, observation,reflection and evaluation and implementation based on the cycles. The research in first cycleshowed that from the number of 32 students only 10 of them who had good grades, theother 16 students received fairly grades, and the last 6 students came out with less satisfactoryresults. While the research in second cycle showed that there was improvement of learningresult. From the number of 32 students, 20 students gained good results, 7 students hadfairly grades, and 5 students still got less satisfactory grade.

Key words: writing ability, instructional audio media , early childhood education

Page 7: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

x12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENGARUH PERSEPSI TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARANPADA PRESTASI BELAJAR DAN KOMPETENSI WIRAUSAHA

MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIDI TIGA UIN DI PULAU JAWA

U. Maman KhProgram Magister Agribisnis FST- UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

([email protected])

Abstrak:Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan pembelajaran,indeks prestasi kumulatif, kompetensi wirausaha, persepsi tentang bakat dan minatberwirausaha serta pengaruh peubah-peubah tersebut secara langsung pada IPK; sertapengaruh tidak langsung persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran pada kompetensiwirausaha melalui IPK. Persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran meliputi persepsi tentanglingkungan belajar, fasilitas belajar, dan kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran. Penentuanbesaran sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%. Penarikansampel dilakukan secara acak dan proporsional dari masing-masing Program studi di tigaFakultas Sains dan Teknologi (FST) di tiga UIN di Jawa. Berdasarkan analisis jalur, hanya satupeubah yang berpengaruh signifikan pada kompetensi wirausaha, yakni minat berwirausaha.Seluruh peubah pelaksanaan pembelajaran, bakat, dan minat tidak berpengaruh pada indeksprestasi kumulatif dan kompetensi wirausaha. Bahkan sebaliknya, indeks prestasi kumulatif,persepsi tentang kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran, dan persepsi tentang bakatberpengaruh negatif pada kompetensi wirausaha.

Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran, kompetensi wirausaha, indeks prestasi kumulatif, bakat, dan minat berwirausaha.

Abstract:The objectives of the research was to identify the student perceptions of learningimplementation, grade point average, entrepreneurial competency, talent and interest inentrepreneurship, and the influence of these variables directly on grade point average andentrepreneurial competency; as well as the indirect effect of learning implementation perceptionon the entrepreneurial competency through grade point average. The perception of learningimplementation consists of perception of learning environment, facility, and the clarity ofpurpose and usefulness of lesson. Determination of sample size used the Slovin formula with95% confidence level, drawn randomly and proportionally from each of the Program of Studyin the Faculty of Science and Technology in three UINs in Java. Based on the path analysis,the only variable that affected the entrepreneurial competency was the interest inentrepreneurship. The all variables of the learning implementation, talents, and interests didnot affect grade point average and entrepreneurial competencies. On the contrary, gradepoint average, the perception of clarity of purpose and usefulness of learning, and talent hada negative effect on entrepreneurial competency.

Key words: learning implementation, entrepreneurship competency, grade point average, talent and interest in entrepreneurship.

Page 8: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xi12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

EVALUASI KOMITMEN BALITBANG KEMDIKBUD TERHADAPPENGEMBANGAN PROGRAM

APEC Learning Community Builders (ALCoB)

SubijantoBalitbang-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Tujuan evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang komitmennyaBalitbang sebagai anggota APEC-HRD Working Group dalam menyosialisasikan danmengembangkan TIK (ICT)selama satu dasawarsa. Metode evaluasi dilakukan dengan caradesk evaluation yaitu melakukan evaluasi terhadap dokumen sosialiasasi dan pengembanganmateri pelatihan ALCoB. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa: 1) selama satu dasawarsa,Baltbang masih memiliki komitmen melakukan pelatihan di bidang Information,Communication, and Technology (ICT) sebagai e-pembelajaran (e-learning) di komunitasALCoB. Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis, dankonsultasi bagi guru SD/MI; SMP/MTs; SMA/MA/SMK di tingkat provinsi/kabupaten/kota secaraterprogram dan bebas biaya; 2) Kendala dalam pengembangan program e-learning padaumumnya lebih disebabkan oleh faktor guru yang telah mengikuti pelatihan, tidak adanyapetugas khusus tenaga TIK, kurang tersedianya infra struktur TIK, dan terbatasnya dukungansekolah.

Kata kunci: KomitmenBalitbang dan program ALCoB

Abstract:The aim of this evaluation is to find out data and information about the commitment ofBalitbang as an APEC-HRD Working Group member in socializing and developing ICT for tenyears. The method of evaluation is desk evaluation, that is an evaluation on document ofsocialization and development of ALCoB training content. The results of evaluation are: 1)For ten years, Balitbang still has commitment in conducting training programs of ICT as e-learning within ALCob community. This commitment is embodied in free of charge ICT training,technical assistance, and consultation for teachers of primary and secondary school (includingmadrasah); 2) Constrains in developing e-learning program are mostly caused by the teachersthemselves, lack of special personnel for ICT, lack of ICT infrastructure, and the limitedsupport from school.

Key words: the office for research and development commitment, ALCoB program

Page 9: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xii12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASIDALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Yuni SugiartiFakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

([email protected])

Abstrak:Realitasnya Pendidikan Anak Usia Dini banyak yang dilakukan oleh masyarakat. Begitu pulagurunya banyak yang berasal dari masyarakat. Standarisasi tuntut kualifikasi akademik dankompetensi guru PAUD menjadi tantangan. Apalagi pendidikan pada jenjang PAUD lebihfokus untuk meletakan dasar ke arah tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikis, sertabakat dan potensi lainnya yang dimiliki anak. Peningkatan kompetensi guru PAUD secarakonvensional masih terbatas, sehingga diperlukan pendayagunaan teknologi informasi dankomunikasi baik secara online, offline maupun melalui teknologi penyiaran. Realisasipendayagunaan TIK untuk peningkatan kompetensi guru PAUD diwujudkan dalam bentuk:dukungan kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), dukungan infrastruktur TIK,pengembangan konten TIK yang bermutu dan menarik, serta pemanfaatan oleh guru PAUDsecara optimal. Aspek pemanfaatan ini sangat penting. Oleh karena itu sasaran penggunaharus disiapkan, mulai dari tahapan penyadaran akan perlunya penggunaan TIK untukmeningkatkan kompetensi, pelatihan dan pendampingan, serta pemberian reward bagi sasaranyang menonjol dalam pemanfaatan TIK. Tahapan ini perlu dilakukan secara bertahap dankontinyu, dengan melibatkan semua pihak terkait mulai pemerintah (pusat dan daerah),orangtua, guru, dunia usaha, LSM, dan masyarakat.

Kata kunci: Pendidikan anak usia dini, teknologi informasi dan komunikasi, kompetensiguru PAUD

Abstract:In reality, most of the early childhood education programs are conducted by the community.Similarly, most of the teachers come from the community. Standardization demands theimprovement of academic qualifications and competencies of early childhood teachers.Moreover, the early childhood education is more focused on laying the foundation towardsthe development of children both physically and psychically, talent and other potential thatchildren have. Increasing competence of early childhood teachers in conventional way has alimitation, so that the utilization of information and communication technology is a necessity.The utilization of ICTs for improving the competence of early childhood teachers are embodiedin: the (central and local) government policy support, ICT infrastructure support, thedevelopment of qualified and interesting ICT content as well as the optimal utilization of ICTfor early childhood teachers. The utilization is a very important aspect. Therefore, the targetusers should be prepared, starting from the stage of awareness of the need to use ICT toenhancing the competence, training and mentoring, and providing rewards for prominenttargets in the use of ICT. This stages need to be executed gradually and continuously andinvolve all stakeholders from government (central and local), parents, teachers, businesses,NGOs, and communities.

Key words: early childhood education, information and communication technology, early childhood teacher competence

Page 10: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xiii12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUHDI INDONESIA

Sudirman Siahaan dan Rahmi RivalinaPustekkom-Kemdikbud, Ciputat

([email protected])

Abstrak:Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) dapat dilihat dari 2 segi, yaitu (1)kelembagaan atau organisasi yang berkiprah di bidang PTJJ, dan (2) program PTJJ yangditerapkan/ diselenggarakan oleh lembaga/organisasi pendidikan. Dari segi kelembagaan/organisasi, semakin bertambah jumlah lembaga/organisasi yang berkiprah di bidang PTJJ,seperti antara lain: Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka), Sekolah MenengahAtas Terbuka (SMA Terbuka), Universitas Terbuka (UT), perguruan tinggi negeri konvensionalyang sekaligus juga menyelenggarakan PTJJ (dual modes), Jaringan Sistem Belajar JarakJauh Indonesia (Jaringan Sistem BJJI) atau Indonesian Distance Learning Network (IDLN),dan SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). Dari segi program PTJJ yangditerapkan/diselenggarakan, PTJJ diawali dari pemanfaatan bahan belajar mandiri tercetak(modul) dengan menggunakan jasa layanan pos sampai dengan pemanfaatan kemajuanteknologi Informasi dan komunikasi (TIK), seperti pemanfaatan media siaran (radio/televisi),media rekaman (audio, CD, VCD), media proyeksi (film bingkai suara, film 16mm, powerpoint),dan media jaringan (internet). Penyelenggaraan kegiatan belajar tutorial PTJJ juga mengalamiperkembangan, dimulai dari yang bersifat tatap muka sampai dengan tutorial yangmenggunakan TIK. Pengelolaan PTJJ juga terus mengalami perkembangan, dimulai dariinisiatif lembaga atau organisasi yang bersifat individual sampai dengan pengelolaan yangdilakukan secara kemitraan melalui konsorsium.

Kata Kunci: Pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh, pendidikan terbuka dan jarak jauh,jaringan sistem belajar jarak jauh, teknologi informasi dan komunikasi.

Abstract:The development of open and distance learning (ODL) can be reviewed from 2 aspects,namely (1) the institution/organization managing ODL, and (2) the ODL program implementedby the educational institution/organization. From the institution/organization aspect, there isan increasing number of institutions or organizations executing ODL, such as: Open JuniorSecondary School (SMP Terbuka), Open Senior Secondary School (SMA Terbuka), IndonesianOpen Learning University (UT), conventional higher education institutions managing ODL(dual modes), the establishment of the Indonesian Distance Learning Network (IDLN), danSEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). From the implemented ODL program,ODL starts from developing and utilizing printed self-learning materials (modules) andsupported by postal services up to the utilization of advanced information and communicationtechnology (ICT), such as the use of radio and television, audio, CD, and VCD, projectedmedia (sound slide films, 16mm film, powerpoint), and the networking media (internet). Thelearning tutorials keep on developing, starting from face-to-face tutorials up to the tutorialsutilizing ICT. The management of ODL also shows a progress, starting from individual institutionor organization iniatiative up to the management of ODL based partnership or consortium.

Key words: Open learning, distance learning, open and distance learning, distance learningnetwork, information and communication technology.

Page 11: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xiv12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

E-LEARNING MELALUI PORTAL“RUMAH BELAJAR”

Jaka WarsihnaPustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Belajar merupakan kewajiban setiap manusia sejak kecil hingga akhir hayatnya. Inti prosesbelajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan,dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah prosesmembangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Agar proses belajar dapat terustermotivasi diperlukan berbagai model, sistem, dan media pembelajaran. Salah satu sistempembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah e-learning.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyiapkan sebuah portal yangkhusus didedikasikan untuk e-learning. Portal tersebut diberi nama “Rumah Belajar” denganalamat belajar.kemdiknas.go.id. Portal ini setelah diluncurkan sudah banyak yang mengaksesdan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada. Setelah dimanfaatkan ternyata portal inimemiliki berbagai kekuatan dan juga kelemahan. Kekuatannya portal ini antara lain dikemassesuai dengan proses pembelajaran yaitu sesuai kurikulum, ada rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP), materi, katalog media, peta materi, dan bank soal. Sedangkankelemahannya antara lain belum ada home, materi belum lengkap, masih sering failure, banksoalnya belum sesuai dengan kompetensi dasar, katalog medianya belum lengkap, dan lainsebagainya.

Kata Kunci: e-learning, portal, rumah belajar

Abstract:Learning is an obligation to every human being from their childhood to the end of their life.The core of learning process is the individual change in the aspect of knowledge, attitude,skill, and habit as a product and interaction with the environment. Learning is the process ofconstructing knowledge through the transformation of experience. In order to keep motivatedlearning process required a variety of models, systems, and media. One of the learningsystems that utilizes information and communication technology is e-learning. Ministry ofEducation and Culture of Republic of Indonesia has been setting up a special portal websitededicated to e-learning. The portal website is called “Rumah Belajar” and its address isbelajar.kemdiknas.go.id. Many has accessed this portal website after its launching. Thisportal website has several strengths and weaknesses. The strengths of this portal websitelies in its content that is packed in accordance with the learning process consisting of appropriatelearning curriculum, lesson plan implementation, materials, media catalog, material map,and test. Among the weaknesses are as follow: there is no home, the material is not yetcomplete, there are often process failures, the test does not meet the basic competencies,media catalog is not yet complete, and so on.

Key Words: e-learning, portal website, rumah belajar

Page 12: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xv12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

KREATIVITAS DALAM PENGEMBANGANMEDIA VIDEO/TELEVISI PEMBELAJARAN

Bambang WarsitaPustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Untuk menghasilkan media video/televisi pembelajaran yang berkualitas sesuai dengankompetensi atau tujuan yang akan dicapai, pengembangan media video/televisi pembelajaranmembutuhkan serangkaian kemampuan kreativitas, baik kemampuan berpikir kreatif maupunsikap kreatif. Pengetahuan yang harus dikuasai dalam pengembangan media video/televisipembelajaran adalah pengetahuan tentang media televisi itu sendiri, pengetahuan tentangperancangan (analisis kebutuhan, penyusunan GBIM, teknik penulisan naskah), danpengetahuan tentang pelaksanaan teknis produksi serta evaluasi. Oleh karena itu, perlumenumbuhkembangkan dan memberdayakan kreativitas tim pengembang media video/televisi pembelajaran. Akhirnya dapat dihasilkan media video/televisi pembelajaran yangberkualitas secara teknis dan sesuai dengan kebutuhan sasaran/peserta didik.

Kata kunci: kreativitas, pengembang, media video/televisi pembelajaran

Abstract:To generate qualified instructional video/television media in accordance with the competenciesor objectives to be achieved, the development of instructional video/television media requiresa series of creative ability, both the creative thinking and creative attitude. The knowledge tobe mastered in the development of instructional video/television media includes the knowledgeof television media, design (need analysis, the development of media content outline, scriptwriting techniques), production process, and evaluation. Therefore, the creativity of instructionalvideo/television media developers is necessary to be cultivated and empowered. Finally, thequalified instructional video/television media can be produced and is appropriate to the needof the target/learner.

Key words: creativity, developers, instructional video/television media.

Page 13: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xvi12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PEMANFAATAN TIKSEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SulistyowatiInstitut Teknologi Indonesia, Serpong-Prodi Teknik Informatika

([email protected])

Abstrak:Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran wajib di seluruh jenjang pendidikan.Tujuan utama dari mata pelajaran ini adalah untuk membekali siswa dengan kemampuanberpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerjasama. Ironisnyaadalah pelajaran matematika oleh sebagian besar siswa dianggap ‘sangat menakutkan’,sehingga siswa kurang motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Tulisan ini mengkajibagaimana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan untuk mensiasatipenyampaian mata pelajaran matematika. TIK dapat digunakan sebagai media di setiaptahap proses pembelajaran, mulai tahap persiapan sampai tahap evaluasi bahkan dapatdigunakan juga dalam menjaring umpan balik. Dengan memilih terapan TIK yang sesuaidapat membuat siswa lebih bisa menikmati pelajaran matematika, sehingga tujuan daripelajaran matematika dapat tercapai.

Kata kunci: Pelajaran Matematika, Proses Pembelajaran, Media Pembelajaran, Teknologi Informasi dan Komunikasi

Abstract:Mathematics is a compulsory subject in all levels of education. The main objective of thiscourse is to equip students with the ability to think logically, analytically, systematically,critically, and creatively, and enable them to cooperate. The irony is that mathematics bymost students is considered ‘very scary’, so that students have lack motivation in participatingin the learning process. This paper examines how Information and Communication Technology(ICT) can be used to anticipate the delivery of mathematics courses. ICT can be used atevery stage of the learning process, from the preparation stage to the evaluation stage, andcan be used as well in capturing feedback. Choosing an appropriate applied ICT can makestudents enjoy math much more, so the goal of learning mathematics can be achieved.

Keywords: ICT, Learning Mathematics, Mathematics Learning Process

Page 14: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xvii12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

MODEL DAN FORMAT INSTRUMEN PREVIEWPROGRAM MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

M. MiftahBalai Pengembangan Multimedia Semarang, Pustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Penyusunan instrumen preview bertujuan untuk mengevaluasi produk multimediapembelajaran interaktif (MPI). Dalam penyusunan digunakanlah alur kerja, model, dan formatpenyusunan. Metode penyusunan dalam bentuk lokakarya yang melibatkan guru bidangstudi, kalangan akademisi, dan ahli dibidang; evaluasi media, media pembelajaran, teknologipembelajaran, teknologi informasi, kurikulum, serta tim analisis dari Pustekkom. Dalam tulisanini memuat pokok-pokok penyusunan instrumen; kriteria instrumen yang baik, keuntungandan kelemahan instrumen, prosedur penyusunan instrument preview program MPI, kisi-kisiinstrumen preview program MPI, dan sampai penyusunan instrument preview MPI final.Tujuan penulisan artikel adalah bertukar pikir (sharing idea) dengan harapan model danformat instrumen preview program multimedia pembelajaran interaktif dapat dimanfaatkandan dijadikan referensi bagi pengembang multimedia pembelajaran interaktif untuk semuajenjang pendidikan.

Kata Kunci: Model dan format, instrumen preview, multimedia pembelajaran interaktif

Abstract:The development of preview instrument is aimed at evaluating the product of interactiveinstructional multimedia. The process uses work flow, model and format of development.The method used in the process is a workshop that involves subject matter teachers,academicians, experts of media evaluation, instructional media, educational technology,information technology and curriculum, and team of analysis from Pustekkom. This paperincludes the points of instrument development; good criteria of instrument, the strength andweakness of instrumentand disadvantage, the development procedure of interactiveinstructional multimedia instrument preview, the lattice of interactive instructional multimediainstrument preview, and the development of final interactive instructional multimedia instrumentpreview. The goal of this paper is to share idea with a hope that the model and format ofpreview instrument can be utilized by interactive multimedia developers for all educationallevel.

Keyword: Model and format, preview instrument, programs of interactive instructional multimedia

Page 15: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARANTERHADAP HASIL BELAJAR IKATAN ION

Studi Eksperimen di Sekolah Menengah Umum (SMU) NegeriKecamatan Terara dan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

Rubiman dan Siti Raudhatul KamaliSTKIP Hamzanwadi Selong Lombok Timur

Universitas Negeri Mataram NTB-Fakultas MIPA([email protected])

([email protected])

Abstrak:Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung proses belajar-mengajarkimia. Pemilihan media pembelajaran berdasarkan materi yang diajarkan pada materi kimiasangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini digunakan mediapembelajaran bongkar pasang untuk mempermudah pemahaman konsep ikatan ion. Mediabongkar pasang ikatan ion merupakan seperangkat alat yang terdiri dari dua jenis modelyang menggambarkan ion positif dan ion negatif yang berfungsi untuk membantu penulisanrumus senyawa kimia yang terbentuk pada proses pembentukan ikatan ion. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar berbantuanmedia bongkar pasang ikatan ion dengan yang tidak berbantuan media pembelajaran. Padapenelitian diperoleh ada perbedaan perolehan hasil belajar antara siswa yang diajar denganmedia pembelajaran bongkar pasang ikatan ion dengan siswa yang tidak menggunakanmedia bongkar pasang ikatan ion pada siswa SMU kelas X dan XI IPA.

Kata kunci: media pembelajaran bongkar pasang ikatan ion, hasil belajar

Abstract:Instructional Media is one of the factors that contribute to chemistry teaching and learning.The selection of media based on learning material is very influential to the student learningoutcomes. This study used removable instructional media to facilitate the understanding ofionic bonding concept. Removable media is a set of ionic bonding tool that consists of twotypes of model describing the positive ions and negative ions that help student write theformula of chemical compounds formed during the process of ionic bonding. This study aimsto determine the learning outcome differences between students taught with ionic bondingremovable instructional media and those who were taught without instructional media. Thestudy showed the learning outcome differences between students taught with the ionic bondingremovable instructional media and those who taught without the instructional media at ClassX and XI senior secondary school.

Key words: ionic bonding removable instructional media, learning outcome

Page 16: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Konsep-konsep kimia merupakan konsepyang saling terkait satu sama lain sehinggapenguasaan suatu konsep akan sangatpenting untuk penguasaan konsepberikutnya. Kebanyakan siswa SMUmengalami kesulitan dalam memahamikonsep-konsep kimia. Beberapa penelitianmenunjukkan bahwa penyebab kesulitanbelajar siswa mempelajari konsep ilmu kimiaadalah kurangnya pengetahuan konseptualmereka terhadap konsep tersebut terutamakonsep-konsep yang bersifat abstrak,sehingga siswa terjebak pada pola menghafalaturan-aturan tertentu yang sebenarnyabukan merupakan tuntutan kurikulum.

Kompetensi guru dalam penguasaanmetode dan media pembelajaran memilikiperanan penting dalam proses belajar-mengajar kimia. Penelitian Falvo (Falvo,2008) tentang penggunaan media animasidan simulasi pada pembelajaran kimia sangatbermanfaat bagi siswa dalam memahamikonsep kimia melalui visualisasi molekul.Pada pembelajaran kimia, dituntut inovasimedia yang sesuai dengan topik tertentuuntuk mempermudah pemahaman konseplevel mikroskopik.

Salah satu konsep dasar kimia yang harusdikuasai siswa pada satuan pendidikan SMUadalah konsep ikatan kimia yang bersifatmikroskopik. Salah satu langkahpembelajaran konvensional yang biasaditempuh dalam pembelajaran ikatan kimiaantara lain guru menjelaskan materi ikatankimia tersebut tanpa menggunakan mediapembelajaran. Pola pembelajarankonvensional seperti ini tidak menarikperhatian siswa sehingga menyebabkankejenuhan belajar dan daya serap rendahterhadap materi ikatan kimia (ikatan ion).

Salah satu media pembelajaran yang bisaditerapkan untuk pembelajaran konsepikatan ion adalah media pembelajaranbongkar pasang. Media pembelajaranbongkar pasang ikatan ion merupakanseperangkat alat yang terdiri dari dua jenismodel yaitu model ion positif (kation) danmodel ion negatif. Penggunaan mediapembelajaran ini bertujuan untuk

mempermudah pemahaman konsep dalammenuliskan senyawa kimia yang terbentukpada proses pembentukan ikatan ion dariion positif dan ion negatif.

Berdasarkan uraian di atas, dinilai pentinguntuk melakukan penelitian tentangpengaruh penggunaan media pembelajaranbongkar pasang ikatan ion terhadap hasilbelajar siswa.

2. Rumusan MasalahPokok masalah yang dikaji dalam

penelitian ini yaitu “Apakah ada perbedaanhasil belajar siswa yang belajar denganmenggunakan media pembelajaran bongkarpasang ikatan ion dengan siswa yang belajartanpa berbantuan media pembelajaranbongkar pasang ikatan ion?”

3. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui sampai seberapa jauhperbedaan hasil belajar siswa yang belajardengan media pembelajaran bongkar pasangikatan ion dengan siswa yang belajar tanpabantuan media pembelajaran bongkarpasang ikatan ion.

B. KAJIAN LITERATUR1. Hakekat Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan segalasesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan (bahan pembelajaran)sehingga dapat merangsang perhatian,minat, pikiran, dan perasaan siswa dalamkegiatan belajar untuk mencapai tujuanbelajar (Santyasa, 2007). Penggunaan mediadalam pembelajaran dapat mempermudahsiswa memahami sesuatu yang abstrak. Halini sesuai dengan pendapat Jerome S. Brunerbahwa siswa belajar melalui tiga tahapanyaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahapenaktif yaitu tahap di mana siswa belajardengan memanipulasi benda-benda konkrit.Tahap ikonik yaitu suatu tahap di mana siswabelajar dengan menggunakan gambar atauvideotapes. Sementara tahap simbolik yaitutahap di mana siswa belajar denganmenggunakan simbol-simbol (Supriatna,2009).

Page 17: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

I Ketut Darma, Efektivitas Media Pembelajaran Matematika Berbasis Software Maple

Dar i berbagai jen is penel i t ianterdahulu, d iketahui bahwa padahakikatnya bukan media itu sendiri yangmenentukan hasil belajar, akan tetapikeberhasilan menggunakan media dalamproses pembelajaran untuk meningkatkanhasil belajar tergantung pada (a) isi pesan,(b) cara menjelaskan pesan, dan (c)karakteristik penerima pesan. Dengandemikian, perlu diperhatikan ketiga faktorini dalam memilih dan menggunakanmedia. Tidak berarti bahwa semakincanggih media yang digunakan akansemakin t inggi has i l be la jar atausebaliknya. Untuk tujuan pembelajarantertentu dapat saja penggunaan papantulis lebih efektif dan lebih efisiendaripada penggunaan LCD, apabila bahanbelajarnya dikemas dengan tepat dandisajikan kepada siswa yang tepat pula(Sutjiono, 2005).

Sejalan dengan pendapat Sutjiono,Hamal ik menyatakan bahwa prosesbelajar-mengajar yang t idakmenggunakan a lat atau mediapembelajaran pada dasarnya belumberjalan, karena kekurangan alat ataumedia pembelajaran dalam proses belajar-mengajar akan menghambat belajar siswa(Hamalik, 1990). Media pembelajaranyang dirancang secara baik dan kreatifdalam batas-batas tertentu akan dapatmemperbesar kemungkinan siswa untukbelajar lebih banyak, mengingat lebih baiktentang materi yang dipelajarinya danmeningkatkan kinerja (performance)siswa dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai dengantujuan pembelajaran.

Media dapat meningkatkan prosesbelajar s iswa yang pada gi l i rannyadiharapkan akan dapat meningkatkanhasil belajar-mengajar. Ada beberapaalasan mengapa media dapatmeningkatkan proses belajar siswa, yaitudiantaranya: (a) pengajaran akan lebihmenarik perhatian siswa sehingga dapatmenumbuhkan motivasi belajar, (b) bahanpengajaran akan lebih jelas maknanya,leb ih mudah d ipahami sehingga

memungkinkan siswa menguasai materilebih baik, (c) metode mengajar akan lebihbervar ias i , dan t idak semata-matakomunikasi verbal sehingga proses belajarmengajar berlangsung lebih hidup, (d)siswa lebih banyak melakukan kegiatanbelajar, sebab tidak hanya mendengarkanuraian guru tetapi juga melakukanakt iv i tas la in sepert i mengamat i ,melakukan, dan mendemonstrasikan.Alasan berikutnya adalah yang berkaitandengan taraf berpikir siswa. Sebab melaluimedia materi pelajaran yang bersifatabstrak dapat dikonkritkan dan demikianjuga dengan mater i yang bers i fatkompleks dapat d isederhanakan(Wahyudi, 2007).

2. Media Pembelajaran BongkarPasang Ikatan IonBongkar pasang merupakan alat

permainan yang populer di kalangan anak-anak. Di tingkat Taman Kanak-kanak (TK),dikenal bongkar pasang untuk pakaian,memasangkan potongan gambar (puzzle),dan lain-lain. Di Sekolah Dasar danseterusnya, mulai dikembangkan scrableuntuk mengenal berbagai istilah danpemahaman konsepnya, serta mengenalberbagai istilah dalam mata pelajaran(Astuti, 2010).

Media pembelajaran bongkar pasangadalah seperangkat alat yang terdiri daridua jenis model. Model 1 menggambarkanmodel ion positif (kation) yang terdiri dariion positif satu, dua dan tiga. Model 2menggambarkan ion negatif (anion) yangterdiri dari ion negatif satu, dua dan tiga.Media bongkar pasang ikatan ion inimerupakan suatu media pembelajaranyang disusun untuk menggambarkanmodel ion yang abstrak, yangmemudahkan siswa menuliskan ikatan ionyang terbentuk antara ion positif denganion negatif. Berikut ini disajikan gambardari model media pembelajaran bongkarpasang ikatan ion.

Page 18: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

3. Ikatan IonGaram dapur yang disebut natrium

klorida (NaCl) merupakan contoh yangmudah untuk memahami terjadinya ikatanion. Di sini terjadi serah terima elektron,yaitu atom natrium melepaskan sebuahelektron valensinya sehingga terjadi ionnatrium (Na+) dan elektron ini diterima olehatom klor sehingga terjadi ion klorida (Cl).

eNaNa +→ + )82()182()882()782( −→+ CleCl

Selanjutnya, ion klorida dan ion natriumsaling tarik-menarik dengan gayaelektrostatis sehingga terjadi ikatan ion.Terbentuklah natrium klorida (NaCl).Senyawa seperti NaCl yang berupa padatanterbentuk melalui ikatan ion disebut senyawaionik. Ikatan ion terjadi antara atom-atomlogam dengan atom-atom non logam(Sugiarto, 2004)

4. Hasil BelajarMenurut Permendiknas Nomor 20 Tahun

2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan,standar penilaian pendidikan adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan denganmekanisme, prosedur, dan instrumenpenilaian hasil belajar. Penilaian pendidikanadalah proses pengumpulan dan pengolahaninformasi untuk pencapaian hasil belajarsiswa. Untuk mengetahui proses mengukurpencapaian kompetensi siswa secaraberkelanjutan dalam proses pembelajarandan menentukan keberhasilan belajar siswa,dilakukan ulangan atau metode tes,observasi, penugasaan perseorangan ataukelompok sesuai dengan karakteristikkompotensi dan tingkat perkembangan siswa(Kemendiknas, 2007).

Berdasarkan Permendiknas tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prestasibelajar adalah hasil usaha siswa selamamengikuti pembelajaran atau kegiatanbelajar-mengajar, yang dapat memuaskandan menyenangkan, baik siswa maupunpendidik. Untuk melakukan penilaianprestasi/hasil belajar dilaksanakan ulanganatau tes, baik tertulis maupun tes praktiks.Hasilnya berupa angka, simbol, hurufmaupun kalimat yang mencerminkan hasilusaha siswa.

Page 19: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Prestasi belajar siswa diukur melaluipenilaian ranah kognitif, ranah afektif, danranah psikomotorik. Penilaian kognitifmeliputi kemampuan siswa dalammemahami konsep-konsep atau teori-teoriatau hukum-hukum pada mata pelajarankimia. Penilaian afektif digunakan untukmengukur sikap dan minat siswa terhadapmata pelajaran kimia. Sedangkan penilaianpsikomotorik digunakan untuk mengukurpenampilan atau kinerja (performance) yangtelah dikuasai siswa. Pada Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), penilaian prestasibelajar meliputi penilaian kognitif, afektif, danpsikomotorik. Untuk pembelajaran materiikatan ion tidak dilakukan kegiatan praktikumsehingga penilaian yang dilakukan hanyapenilaian kognitif dan afektif. Penilaianprestasi belajar dilakukan melalui tes (ranahkognitif) dan pengamatan oleh guru untukpenilaian afektif selama pembelajaran.

C. METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

eksperimen yang bertujuan untukmembandingkan perolehan hasil belajarmenggunakan media pembelajaran dan tanpamedia pembelajaran. Penelitian dilaksanakan diwilayah Kecamatan Terara dan Sikur KabupatenLombok Timur. Populasi target dalam penelitianini adalah seluruh siswa kelas X dan XI IPASMU di wilayah Kecamatan Terara dan SikurKabupaten Lombok Timur. Sedangkan populasiterjangkau adalah semua siswa kelas X dan kelasXI SMU Negeri 1 Sikur serta kelas X dan XI IPASMU Negeri 1 Montong Gading.

Jumlah siswa yang menjadi sampel penelitianadalah 187 siswa dengan rincian: (1) Kelas XSMU Negeri 1 Sikur Kecamatan Sikur LombokTimur dengan jumlah 50 orang siswa, (2) KelasX SMU Negeri 1 Montong Gading KecamatanTerara Lombok Timur dengan jumlah 50 orangsiswa, (3) Kelas XI IPA SMU Negeri 1 SikurLombok Timur dengan jumlah 57 orang siswa,dan (4) Kelas XI IPA SMU Negeri 1 MontongGading Lombok Timur dengan jumlah 30 orangsiswa.

Pengambilan sampel dilakukan secarabertahap. Pertama, secara sejajar (purposive)dengan menentukan dua SMU Negeri yangmemiliki beberapa kesamaan karakteristik,seperti: peringkat sekolah dalam wilayah

kecamatan, lingkungan sosial geografis sekolah,dan pendidikan atau kualitas guru pengampumata pelajaran kimia. Kedua, secara randomdengan teknik undian dua SMU tersebut dipilihmenjadi dua kelompok, yaitu kelompokeksperimen dan kelompok kontrol.

Subyek sampel yang telah ditetapkan dibagimenjadi dua kelompok per jenjang kelas yaitukelompok I (mendapatkan perlakuanpembelajaran dengan media bongkar pasangikatan ion) terdiri dari kelas X dan kelas XI IPAdan kelompok II (mendapatkan perlakuanpembelajaran dengan ceramah). Untukmengetahui kemampuan awal tentang materiikatan ion masing-masing kelompok dilakukantes awal (pre test). Selanjutnya masing-masingkelompok mendapatkan perlakuan yangberbeda. Setelah proses pembelajaran selesai,dilakukan penilaian terhadap hasil belajar (posttest). Pada tahap akhir dilakukan analisis data.

Data yang terkumpul yaitu pengaruhpenggunaan media bongkar pasang ikatan ionterhadap perolehan hasil belajar tanpamenggunakan media dan perolehan hasil belajardengan menggunakan media bongkar pasangikatan ion. Untuk memudahkan analisisnya, datatersebut dikelompokkan menurut tingkatan kelasyaitu kelas X dan kelas XI IPA.

Hipotesis yang telah dirumuskan diuji denganstatistik parametris. Penggunaan statistikparametris mensyaratkan bahwa data setiapvariabel yang akan dianalisis harus berdistribusinormal. Setelah melakukan uji normalitas, makalangkah berikutnya adalah menguji hipotesis:ada perbedaan perolehan hasil belajar siswayang belajar dengan media pembelajaranbongkar pasang ikatan ion dengan siswa yangtanpa menggunakan media bongkar pasangikatan ion. Untuk menguji hipotesis ini digunakanuji t dua sampel bebas.

D. HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis deskriptif memberikan hasil yaitu:

(1) nilai post tes kimia kelompok I kelas X kelasIPA (pembelajaran menggunakan media bongkarpasang ikatan ion) diperoleh rata-rata (mean)sebesar 71,76 dan nilai standar deviasi 8,37.Nilai tertinggi kelompok I kelas X adalah 92 dannilai terendah adalah 56; (2) nilai post tes kimiauntuk kelompok I kelas XI IPA diperoleh rata-rata (mean) sebesar 81,05 dan nilai standardeviasi adalah 6,70. Nilai tertinggi kelompok I

Page 20: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

kelas XI IPA adalah 100 dan nilai terendahadalah 72; (3) nilai post tes kimia untukkelompok II kelas X (pembelajaran tanpamenggunakan media) diperoleh rata-rata (mean)sebesar 66, dan nilai standar deviasi adalah 5,67.Nilai tertinggi kelompok II kelas X adalah 80dan nilai terendah adalah 56; (4) nilai post teskimia untuk kelompok II kelas XI IPA diperolehrata-rata (mean) sebesar 71,60 dan nilaistandar deviasi adalah 9,18. Nilai tertinggikelompok II kelas XI IPA adalah 88 dan nilaiterendah adalah 52. Deskripsi nilai siswa dapatdilihat pada histogram berikut.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh 3kategori nilai setelah diberikan perlakuanpembelajaran yang berbeda, yaitu:• Kelompok I kelas X: kategori tinggi adalah

siswa dengan nilai di atas 80,13, kategorirendah adalah siswa dengan nilai di bawah63,39 dan kategori sedang adalah siswadengan nilai antara 63,39 – 80,13.

• Kelompok I kelas XI IPA: kategori tinggiadalah siswa dengan nilai di atas 87,75,kategori rendah adalah siswa dengan nilaidi bawah 74,35 dan kategori sedang adalahsiswa yang mempunyai nilai 74,35 – 87,75.

• Kelompok II kelas X : kategori tinggi adalahsiswa dengan nilai di atas 72,47, kategorirendah adalah siswa dengan nilai di bawah61,13 dan kategori sedang adalah siswadengan nilai antara 61,13 – 72,47.

Page 21: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

• Kelompok II kelas XI IPA : kategori tinggiadalah siswa dengan nilai di atas 80,78,kategori rendah adalah siswa dengan nilaidi bawah 62,42 dan kategori sedang adalahsiswa dengan nilai antara 62,42 – 80,78.

Berdasarkan pedoman dan perhitungan diatas, maka diperoleh hasil untuk masing-masingkelompok sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi kelompok I kelas X

Tabel 2. Klasifikasi kelompok I kelas XI IPA

Tabel 3. Klasifikasi kelompok II kelas X

Tabel 4. Klasifikasi kelompok II kelas XI IPA

Hasil perhitungan uji-t kelas X diperolehbahwa nilai thitung = 3,467 dan nilai ttabel = 1,980(pada sig = 0,05 dan dF = 98) . Jadi thitung > ttabeldan sig (2-tailed) 0,001< 0,005 level significant.Hasil perhitungan uji-t untuk kelas XI IPAdiperoleh bahwa thitung = 5,488 dan nilai ttabel =2,660 (pada sig = 0,05 dan dF = 85). Jadi thitung>ttabel dan sig(2-tailed) 0,000< 0,05 levelsignificant. Berdasarkan data di atas baik kelasX maupun kelas XI IPA diperoleh bahwa thitung>ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yaituada perbedaan perolehan hasil belajar siswayang diajar dengan media pembelajaran bongkarpasang ikatan ion dengan siswa yang tidakmenggunakan media bongkar pasang ikatan ionpada siswa SMU kelas X dan XI IPA.

Dari hasil uji hipotesis menggunakanprogram excell dan SPSS 12 diperoleh databahwa siswa yang diajar dengan menggunakanmedia bongkar pasang ikatan ion baik kelas Xmaupun kelas XI IPA memperoleh nilai rata-ratayang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang diajar dengan tidakmenggunakan media bongkar pasang ikatan ion.Dengan demikian penggunaan media bongkarpasang ikatan ion sangat berpengaruh terhadaphasil belajar siswa.

Perbedaan hasil belajar tersebut dapatdideskripsikan sebagai berikut. Dari analisis danpengolahan data nilai post tes kimia siswa yangdiajar dengan media pembelajaran bongkarpasang ikatan ion (kelas eksperimen) adalah:(1) kelompok I kelas X IPA rata-rata (mean)adalah 71,76 dan nilai tertinggi adalah 92 dannilai terendah adalah 56; (2) kelas XI IPA rata-rata (mean) adalah 81,05 dan nilai tertinggikelompok I kelas XI IPA adalah 100 dan nilaiterendah adalah 72. Sedangkan nilai kelompoksiswa yang diajar dengan tidak menggunakanmedia pembelajaran bongkar pasang ikatan ion(kelas kontrol) adalah: (1) kelompok II kelas XIPA: rata-rata(mean) adalah 66,80 dan nilaitertinggi kelompok II kelas X IPA adalah 80dan nilai terendah adalah 56; (2) kelompok IIkelas XI IPA: rata-rata (mean) adalah 71,60 dannilai tertinggi kelompok II kelas XI IPA adalah88 dan nilai terendah adalah 52.

Page 22: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan, maka ada beberapa hal yangdisimpulkan antara lain: implementasipembelajaran konsep ikatan ion berbantuanmedia bongkar pasang ikatan ion pada siswaSMU Negeri Kec. Terara dan Kec. Sikur dapatdapat meningkatkan hasil belajar siswasebesar 4,96% di kelas X dan 8,45% di kelasXI IPA. Hal ini didukung oleh data statistikyang menunjukkan bahwa hasil Fhitung>Ftabeluntuk kelas X dan kelas XI, dimana diperolehnilai thitung = 3,467 dan nilai ttabel = 1,980 untukkelas X sedangkan untuk kelas XI diperolehnilai thitung = 5,488 dan nilai ttabel = 2,660.

Pembelajaran kimia yang menggunakanmedia pembelajaran yang relevan denganmateri dapat mengembangkan keterampilandengan melakukan berbagai kegiatandiantaranya (a) mengaitkan pelajarandengan kehidupan sehari-hari, (b)mengadakan pengamatan terhadap berbagaibenda atau kegiatan orang yang adadisekitarnya, (c) menafsirkan kegiatan orang-orang di sekitar berdasarkan konsep dankaidah kimia, (d) berlatih menerapkankonsep-konsep kimia dalam kehidupansehari-hari, (e) melakukan berbagai macamkegiatan atau percobaan kimia.

Dengan demikian, penggunaan mediapembelajaran kimia yang relevan denganmateri dapat meningkatkan penguasaan danpemahaman konsep kimia ketingkat yanglebih baik, sehingga anak mampumenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan media bongkar pasangpada materi ikatan ion menunjukkankemampuan yang lebih tinggi daripadapenggunaan strategi konvensional danmemperlihatkan perbedaan yang signifikandengan peningkatan 8,45% di kelas XI IPAdan rata-rata gain 18,29825.

2. SaranBerdasarkan hasil penelitian, maka

disarankan: (1) perlu dikembangkanrancangan pembelajaran menggunakanmedia pembelajaran bongkar pasang ikatanion, di mana guru mata pelajaran kimiasebaiknya menggunakan media ini untuk

mempermudah siswa memahami konsepikatan ion; (2) perlu dilakukanpengembangan media pembelajaran lainnyauntuk mempermudah pemahaman konsepikatan ion; (3) perlu dilakukan pemilihanrancangan media pembelajaran sesuaidengan konsep kimia, karena mediapembelajaran yang satu belum tentu efektifdigunakan pada materi tertentu.

PUSTAKA ACUANAstuti, P. (2010) Pembelajaran Kimia

Menggunakan Media Bongkar PasangKonfigurasi Elektron dan Komputer DitinjauDari Kreativitas dan Gaya Belajar Siswa.2010. Program Pascasarjana UniversitasSebelas Maret. Surakarta

Departemen Pendidikan Nasional. (2007)Permendiknas RI Nomor 20 tahun 2007tentang Standar Penilaian Pendidikan.Jakarta. Depatemen Pendidikan Nasional.

Falvo, D. (2008) Animations and Simulations forTeaching and Learning Molecular chemistry.International Journal of Technology inTeaching and Learning, 4 (1), 68-77.

Hamalik, O. (1994) Media Pendidikan. Bandung:Citra Aditya Bakti.

Santyasa, I Wayan. (2007) Landasan KonseptualMedia Pembelajaran. Bali: UniversitasPendidikan Ganesha. Bali

Sugiarto, B. (2004) Ikatan Kimia. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Supriatna, D. (2009) Pengenalan MediaPembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangandan Pemberdayaan Pendidik dan TenagaKependidikan Taman Kanak-Kanak danPendidikan Luar Biasa.

Sutjiono, Thomas W.A. (2005) PendayagunaanMedia Pembelajaran. Jurnal PendidikanPenabur No.04. Tasikmalaya.

Wahyudi, W. T. (2007) Pemanfaatan MediaDalam Kegiatan Belajar Mengajar PadaPembelajaran PAI di MAN Tambak BerasJombang. 2007. Malang: UIN Malang.

****************

Page 23: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS ANAK TKDODONGAN KABUPATEN

GUNUNG KIDUL DENGAN MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN

InnayahBalai Pengembangan Media Radio Yogyakarta, Pustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Pernelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor apa yang menyebabkan siswa kurangtrampil dalam menulis dan (2) mengetahui kegiatan mendengarkan media audio pembelajaranPAUD dapat meningkatkan kemampuan menulis anak. Penelitian ini merupakan penelitiantindakan kelas yang dilakukan pada siswa Taman Kanak-Kanak PKK 37 Dodogan GunungKidul DIY pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2011. Teknik pengumpulan data dilakukandengan pengamatan, wawancara dan diskusi, kajian dokumen dan tes sederhana. Pemeriksaankeabsahan data dengan teknik triangulasi. Sedangkan teknik analisa data dengan teknikanalitis kritis dan interaktif. Prinsip tindakannya yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,refleksi dan evaluasi dan pelaksanaannya didasarkan pada siklus. Hasil penelitian pada siklusI menunjukkan bahwa Hasil analisa dan interprestasi data yang telah dilaksanakan dalamSiklus I, bahwa ada salah satu bidang pengembangan yang hasilnya kurang bagus. Darijumlah siswa 32 anak hanya 10 siswa yang mempunyai nilai bagus, 16 siswa mendapat nilaicukup dan 6 siswa dengan hasil kurang memuaskan. Sedangkan pada siklus II menunjukkanhasil Hasil interprestasi data yang dihasilkan dalam silkus II, sudah ada peningkatan dilihatdari hasil belajar. Dari jumlah siswa 32 anak, ada 20 anak yang hasilnya bagus, 7 anak dinilaicukup dan 5 anak dengan hasil masih kurang memuaskan.

Kata Kunci: Kemampuan menulis, media audio pembelajaran, PAUD

Abstract:The aims of the research are to know: 1) the factors cause the students having less skilled inwriting and 2) whether the audio media listening activities within the early childhood canimprove writing skill. This research was conducted on a Kindergarten PKK 37 in DodoganGunungkidul, Yogyakarta during June to October 2011. Data collected by observation,interviews and discussions, document review and a simple test. The examination of datavalidity used technique of triangulation. Meanwhile the data analysis used interactive criticaland analytical techniques. The principle of actions includes planning, action, observation,reflection and evaluation and implementation based on the cycles. The research in first cycleshowed that from the number of 32 students only 10 of them who had good grades, theother 16 students received fairly grades, and the last 6 students came out with less satisfactoryresults. While the research in second cycle showed that there was improvement of learningresult. From the number of 32 students, 20 students gained good results, 7 students hadfairly grades, and 5 students still got less satisfactory grade.

Key words: writing ability, instructional audio media , early childhood education

Page 24: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANUntuk meningkatkan kualitas pendidikan,

pemerintah secara simultan berusahameningkatkan mutu pendidikan pada semuajenjang tidak terkecuali pada Pendidikan AnakUsia Dini. Peningkatan mutu tersebut dilakukanmelalui berbagai metode, baik itu peningkatanproses pembelajaran, peningkatan kualitas guru,peningkatan sarana prasarana, peningkatanmedia pembelajaran maupun pemutakhirankurikulum.

Salah satu teknik untuk meningkatkan prosesbelajar mengajar yaitu melalui komunikasi efektifantara guru dan siswa. Komunikasi yang efektiftersebut dijembatani melalui bahasa. Bahasamemegang peranan penting dalam kehidupanmanusia umumnya dan dalam kegiatanberkomunikasi khususnya. Orang lain tidak akandapat memahami hasil pemikiran kita kalau tidakdiungkapkan dengan menggunakan bahasa baiksecara lisan maupun tulisan.

Membaca dan menulis sangat memegangperanan penting dalam kehidupan manusia,karena pengetahuan tidak bisa lepas dariaktifitas tersebut. Tanpa ketrampilan membacadan menulis, pengetahuan tidak akan dapatdimanfaatkan. Dengan menulis, siswa akanmemperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagipertumbuhan dan perkembangan sosial, dayanalar dan emosionalnya. Karena begitupentingnya, maka guru dalam mengajar harustepat memilih metode, strategi maupun mediayang tepat agar materi mudah diterima siswayang bermuara pada hasil belajar.

Ketrampilan membaca, menulis, mengingatdan mendengarkan memiliki kedudukan yangstrategis dalam kegiatan pendidikan khususnyapelajaran bahasa. Ketrampilan-ketrampilantersebut saat ini dalam posisi untukdikembangkan, khususnya ketrampilan menulis.Menulis bagi sebagian siswa PAUD merupakankegiatan yang dianggap sulit, meskipun menulisuntuk siswa PAUD masih dalam taraf dasar yaitumembuat coretan yang dihubungkan sehinggamembentuk huruf. Hal ini senada dengan yangdisampaikan Burhan Nurgiyantoro (1987:27)menulis dianggap sebagai ketrampilan yangpaling sukar. Oleh karena itu upaya untukmeningkatkan ketrampilan menulis sangatdiperlukan.

Berdasarkan kesulitan dan permasalahanyang diuraikan di atas, dapat diketahui bahwasalah satu kesulitan yang dihadapi anak dalambelajar yaitu menulis. Oleh karena itu fokuspembahasan ini adalah bagaimana usaha yangdilakukan untuk mengatasi kesulitan belajarmenulis anak tersebut. Oleh karena itu penelitianini difokuskan pada: (1) Faktor apa yangmenyebabkan siswa kurang trampil dalammenulis? (2) Bagaimana kegiatan mendengarkanmedia audio pembelajaran PAUD dapatmeningkatkan kemampuan menulis anak?Berpijak dari permasalahan tersebut makapenelitian ini bertujuan: (1) Mengetahuipenyebab kurangnya ketrampilan menulis siswa,(2) Mengetahui kegiatan mendengarkan mediaaudio pembelajaran anak usia dini yang dapatmeningkatkan kemampuan menulis anak.

B. KAJIAN LITERATUR1. Hakikat Ketrampilan Menulis

Menulis merupakan salah satu dariempat aspek ketrampilan berbahasa.Ketrampilan yang lain yaitu mendengarkan,berbicara dan membaca. Menulis dapatdikatakan sebagai ketrampilan yang palingsukar (Burhan Nurgiyantoro,1987). Biladilihat dari urutannya, ketrampilan menulisberada pada urutan terakhir setelahkemampuan mendengarkan, berbicara danmembaca. Proses menulis dapat diidentifikasidari ciri penandanya yang meliputi isi, prosesdan sifatnya. Secara garis besar prosestahapan menulis hanya meliputi tiga tahapyaitu tahap persiapan, penulisan dan revisi(Imam Safii, 1996). Tahapan itu berlangsungsecara terpisah. Menulis adalah menurunkanatau menuliskan lambang grafik yangmenggambarkan suatu bahasa yangdipahami oleh seseorang sehingga orang laindapat membacanya (Lado, 1979). Gambardapat menyampaikan makna, tetapi tidakbisa menyatukan kesatuan bahasa, sehinggahal itu yang membedakan menggambardengan menulis. menulis pada hakikatnyamenyampaikan ide atau gagasan dan pesandengan menggunakan lambang tulisan.Dengan demikian ketrampilan menulis dapatdikatakan sebagai kemampuan menyusunatau mengorganisasikan gagasan yangkemudian dikomunikasikan (Mulyati, 1998).

Page 25: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Dari pengertian di atas maka, menulismemiliki unsur: (1) Penulis, (2) gagasan atauide, (3) bahasa, (4) sasaran, (5) tujuan, (6)interaksi. Dengan demikian terdapat dua halpokok dalam kegiatan menulis yaitu gagasanyang dikemukakan penulis dan bahasa yangdigunakan sebagai media komunikasi.Menurut Raimes mengemukakan komponenyang dimiliki oleh seorang penulis: (1) tujuanmenulis, (2) isi atau gagasan, 3) pemahamanterhadap pembaca, (4) proses menulis, (5)atau bahasa, (6) sintaksis, (7) pemilihan kata,(8) teknik menulis, (9) pengorganisasian(Raimes, 1983).

Kompleksitas kegiatan menulis yangditunjukkan oleh banyaknya keterampilanyang terlibat di dalamnya yaitu keterampilangramatikal, penuangan isi, keterampilanmenggunakan kalimat, keterampilanpenggunaan ejaan, keterampilanmemutuskan. Terdapat berbagai jenis tulisanyang antara lain esai dan makalah.

Prasyarat seseorang memilikiketerampilan menulis yaitu kemampuanberbahasa, kemampuan penalaran dankemampuan retorika (Gorys Keraf, 1998). Halpertama sangat relevan karena merupakansarana utama manusia untuk berkomunikasidan menyampaikan gagasan. Berkaitandengan kemampuan penalaran, Kerafmenyatakan bahwa dalam menulis, penulismencoba menghimpun sebuah data. Prosespenalaran yang baik harus ditunjang olehbahasa, yang nampak pada ketepatan pilihankata, struktur kalimat yang jelas dan mudahdipahami. Pembelajaran menulis dasarmenekankan pelatihan/menyusun hurufdengan ejaan yang tepat dan benar. Untukmengetahui ketrampilan menulis yang benarmenurut Hariss terdapat dua jenis yaitu menilaitulisan komposisi dan objektif (Hariss, 1969).

Ketrampilan menulis bagi siswa PAUDadalah membuat coretan yang dihubungkansehingga menjadi bermakna baik dalambentuk huruf maupun gambar.Dharmayuwati dalam Jurnal Bahasa danSastra FPBS UPI Vol. 11 No. 2 Oktober 2011ISSN 1412-0712 yang mengatakan bahwasebenarnya kegiatan menulis sudah bisadimulai ketika anak berusia 1-2 tahun denganmembuat coretan-coretan di atas kertas dandilatih cara memegang pensil yang benar.

Mula-mula coretan/kurva yang dibuatcenderung besar, melingkar seperti spiral danbarulah lama kelamaan menyerupai gambar.Dalam proses penulisan siswa memulaidengan persiapan yang berwujud peralatandan ide dasar, kemudian dilanjutkan prosesmenulis dan diakhiri dengan revisi atauperbaikan terhadap tulisan dan coretan yangsalah atau tidak tepat. Hal ini sejalan denganyang disampaikan Imam Safi’ie (1996),dimana dalam menulis secara garis besarmelalui tahapan persiapan, penulisan danrevisi.

Penilaian menulis dapat dilakukan secaraholistik dan sepintas serta dapat pula secaraanalitik. Penilaian secara holistik umumnyauntuk tulisan karangan. Adapun komponenyang perlu dinilai dalam tulisan yaitu isitulisan, urutan dan pemakaian bahasa(Cooper, 1977).

2. Hakikat Media Audio PendidikanMedia pendidikan merupakan bentuk dan

saluran yang digunakan orang untukmenyampaikan informasi pendidikan (AECT,1977). Media pendidikan adalah segalasesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsangpikiran, perasaan, perhatian dan minat siswasedemikian rupa sehingga proses belajarterjadi (Arif sadiman, 1986). SedangkanSudarwan Dawin mendefinisikan mediapendidikan sebagai seperangkat alat bantuatau pelengkap yang digunakan oleh guruatau pendidik dalam rangka berkomunikasidengan siswa. Lebih lanjut Sudarwanmenjelaskan keuntungan memanfaatkanmedia pendidikan yaitu: (1) pembelajaranlebih produktif, (2) menunjang pembelajaranindividual, (3) pembelajaran menjadi lebihilmiah, (4) pembelajaran lebih powerfull, (5)pembelajaran lebih immediate, (6) danmembuat percepatan pembelajaran(Sudarwan Dawin, 2010). Keuntungan mediapendidikan yaitu: meningkatkan produktifitas,memberi dasar yang dinamis, berpeluangpembelajaran individual, pembelajaran lebihmantap, dan belajar seketika (Donal Ely,1979). Sri Anitah mendefinisikan mediapendidikan sebagai orang, bahan, alat atauperistiwa yang dapat menciptakan kondisi

Page 26: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

yang memungkinkan untuk belajarmenerima pengetahuan, ketrampilan dansikap (Sri Anitah, 2010). Lebih lanjut Srianita membagi media pembelajaran menjaditiga yaitu: alat peraga, alat pelajaran danaudio-visual. Media audio dimaksud adalahmedia audio tradisional dan digital. Mediatradisional yaitu audio kaset sedangkandigital berupa optik atau internet.

Media audio pembelajaran memilikikeunggulan dibandingkan media lainnya,yaitu: (1) Tidak mahal, (2) Hemat, (3)Mudah dibawa, (4) Pemanfaatannyafleksibel dan fortabel, (5) Menumbuhkandaya imajinasi, (6) Mudah mempengaruhipendengar, (7) bisa diulang-ulang. Namundemikian media audio pendidikan tidakjarang juga memiliki kelemahan yaitucenderung membosankan, tidak ada umpanbalik dan jika kemampuan pendengarberbeda kecepatan penerimaan informasiakan berbeda.

Media audio pendidikan merupakansuatu media penyampai pesan pendidikandari pengirim kepada penerima denganindera pendengaran. Untuk memanfaatkanmedia audio pendidikan perludipertimbangkan berbagai hal yaitu: (1)sesuaikan dengan materi, (2)pertimbangkan karakteristik siswa, (3)perhatikan waktu sajian dan (4) media audiopendidikan merupakan suplemen. Media inimemiliki kelebihan: tidak mahal, hemat,digunakan individual, untuk anak kecildipakai untuk membaca atau menulispermulaan, membawa pesan verbal,fleksibel dan progam bervariasi.

Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa media audio pendidikan PAUDmerupakan media penyampai pesanpendidikan dari pengirim kepada penerimayaitu anak PAUD dimana media ini sebagaipembentuk pengalaman membaca danmenulis permulaan.

Dalam penelitian ini program mediaaudio pembeljaran yang digunakan yaituberjudul “Ayo belajar menulis” yangdiproduksi atau merupakan tugas akhir darimahasiswa Program Pasca SarjanaTeknologi pendidikan Universitas SebelasMaret. Karena merupakan tugas akhir makapengembangan media tersebut sudah

melalui proses tahapan pengembanganmedia dan telah mendapatkan justifikasidari pakar maupun pengguna melalui prosesujicoba produk. Program media yangdigunakan bersifat interaktif dimanaprogram interaktif akan menumbuhkankreatifitas dan memotivasi siswa, sehinggadigunakanlah program tersebut. Durasiprogram yang dimanfaatkan yaitu 15 menit.

3. Penelitian Tindakan KelasPenelitian tindakan yang dilaksanakan

di kelas dikenal dengan istilah PTK atauclassroom action research. PTK saat inisedang berkembang dengan pesat di negaramaju. Ahli pendidikan memberikanperhatian yang khusus terhadap jenispenelitian ini, dikarenakan penelitian inimenawarkan metode dan prosedur baruuntuk memperbaiki dan meningkatkankualitas pembelajaran. PTK sebagai bentukpenelitian reflektif yang dilakukan oleh gurusendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkansebagai alat untuk mengembangkankurikulum, mengembangkan sekolah,mengembangkan skil l mengajar(McNiff,1992).

Penelitian tindakan dikenalkan pertamakali oleh Kurt Lewin, seorang sosiologAmerika yang bekerja pada proyekkemasyarakatan yang berkenaan denganintegrasi dan keadilan sosial di berbagaibidang (Webb, 1996). Penelitian tindakanoleh bentuk kajian refleksi diri yangdilakukan oleh masyarakat dalam situasisosial untuk meningkatkan keseimbangandan keahlian tentang praktik pendidikan,pemahaman praktik dan situasi tempatdilaksanakannya praktik tersebut (StephenKemmis dalam Hopkins,1993). MenurutKemmis, penelitian tersebut akan lebihberdaya guna apabila dilakukan secarakaloboratif, meskipun hal itu dapat dilakukansecara perseorangan atau kerjasamadengan orang lain sebagai bentuk penelitianpraktis dalam bidang pendidikan.

Penelitian tindakan kelas adalah suatutindakan untuk memperbaiki pendidikanmelalui perubahan, dengan mendorong paraguru untuk memikirkan praktikpembelajarannya sendiri agar kritis (SiswojoIlardjodiptirwo, 1997). Lebih lanjut

Page 27: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dikemukakan, penelitian tindakan memilikimakna sadar dan kritis terhadap kegiatanpembelajaran dan menggunakankesadaran kritis terhadap dirinya sendiriuntuk bersiap terhadap proses perubahandan perbaikan pembelajaran. Penelitiantindakan kelas mendorong guru untukberani bertindak dan berpikir kritis dalammengembangkan teor i untukmengembangkan tugasnya secaraprofesional.

Tujuan penelitian tindakan kelas adalahuntuk peningkatan dan atau perbaikanpraktik pembelajaran yang seharusnyadilakukan oleh guru. Dikatakan bahwadasar utama bagi di laksanakannyapenelitian tindakan kelas adalah untukperbaikan (McNiff, 1992). Kata perbaikandi sini terkait dan memiliki konteks denganproses pembelajaran. Tujuan ini dapatdicapai dengan melakukan berbagaialternatif dalam memecahkan berbagaipersoalan pembelajaran di kelas. Olehkarena itu fokus penelitian tindakan kelasterletak pada tindakan-tindakan alternatifyang direncanakan oleh guru, kemudiandicobakan, dan kemudian dievaluasiapakah tindakan-tindakan alternatif itudapat digunakan untuk memecahkanpersoalan pembelajaran yang sedangdihadapi guru. Dengan kata lain dapatdikatakan bahwa tujuan penelitian tindakankelas untuk meningkatkan kemampuanguru dalam menyelenggarakan prosespembelajaran di kelas dengan caramengindentifikasikan permasalahan yangdihadapi sehari-har i danmengimplementasikan tindakan secaraterencana, sistematis dan reflektif.

Penelitian memiliki ciri On The JobProblem Oriented maksudnya adalahbahwa masalah yang diangkat adalahmasalah yang muncul dilingkungan peneliti(guru) dan berada di bawahkewenangannya (Andreas Priyono, 1999).Dalarn kaitannya dengan PTK makamasalah yang dikaji haruslah riil, artinyamemang ada dalam kewenangan guruuntuk memecahkannya. Cir i lainnyaproblem Solving Oriented maksudnyaadalah bahwa Orientasi penelitian tindakanadalah upaya untuk pemecahan masalah.

Masalah yang dimaksud dengan prosesbelajar mengajar, masalah sumber dayabelajar l ingkungan belajar maupunmasalah-masalah lainnya yang terkaitdengan tugasnya sebagai pendidikan danpengajar.

Ciri selanjutnya adalah improvementoriented maksudnya adalah bahwa kajianyang dilakukan diarahkan pada upayapengcmbangan atau perbaikan atasberbagai aspek atau komponen yang adadi dalam suatu si stem yang berlalu.Sedangkan cirri Multiple collection datadimaksud bahwa berbagai jenis carapenghimpunan atau informasi diperlukandalam melaksanakan kegiatan penelitiantindakan. Selanjutnya ciri siklis maksudnyabahwa konsep t indakan fact ion)diaplikasikan melalui serentetan langkahyakni diawal i dengan perencanaan,tindakan observasi dan refleksi. Dan ciriterakhir yaitu participatory ketertiban ataupart is ipasi pihak la in dalam prosesimplementasinya.

Berdasarkan dari uraian di atas, makadalam kegiatan penelitian guru memilikiperan utama yang sangat penting, karenaguru dituntut agar peka tehadap setiappermasalahan dalam proses belajarmengajar. Guru harus benar-benar dapatmenemukan permasalahan yang layakuntuk diteliti dan atau diperbaiki. Dengandemikian, guru dapat memperbaikikinerjanya sesuai dengan sistem yang ada.

C. METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-

Kanak PKK 37, yang lokasinya berada di DesaDodogan, Kecamatan Pathuk, KabupatenGunung Kidul DIY. Alasan peneliti memilih TKtersebut didasar-kan pada pertimbangan: (1)TK PKK 37 Dodogan berada dalam desa yangtermasuk dalam katagori terpencil (IDT), (2)Jumlah tenaga pendidik ada tiga orang yangmempunyai latar belakang pendidikan duaorang sarjana dan satu orang pendidikant ingkat menengah, (3) Kurangnyapengua-saan siswa pada kemampuanberbahasa khususnya menulis, sehingga hasilbelajarnya kurang memuaskan. Penelitian inisecara keseluruhan dilaksanakan selama 5bulan yaitu Bulan Juni- Oktober 2011.

Page 28: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Subjek penelitian tindakan ini adalah 32siswa/anak Kelas A Taman Kanak-Kanak PKK37 Dodogan Kabupaten Gunung Kidul. Guruyang dijadikan subyek penelitian adalah BapakSutardi, S.Pd selaku guru Kelas A TamanKanak-Kanak Dodogan Kabupaten Gunung Kidul.

Teknik yang digunakan untukmengumpulkan data yaitu denganpengamatan, wawancara, kajian dokumen dantes. Pengamatan secara pasif dilakukanterhadap proses pembelajaran yang dilakukanoleh guru maupun aktifitas siswa dan lokasipembelajaran serta dilakukan peneliti di bagianbelakang kelas. Sedangkan wawancaradilakukan terhadap siswa, guru dan kepalasekolah. Kegiatan wawancara dilakukandengan dua cara yaitu wawancara tidakterstruktur dan wawancara terstruktur. Dalamwawancara tidak ter-struktur dilakukanwawancara mendalam (In-depth interviewing).

Mak-sudnya, wawancara tidak dilakukansecara formal dan ketat, melainkan secaraakrab, namun pertanyaan mendalam sehinggasiswa merasa tidak diwawancarai dan datayang diperoleh lebih akurat (Moleong, 1996).Sedangkan kajian dokumen dilakukan denganmengkaji dokumen yang didapat sepertikurikulum, RPP, hasil belajar. Sedangkan tessederhana secara lisan dilakukan untukmengetahui hasil dari tindakan.

Informasi yang dijadikan data penelitianperlu diperiksa kredibili-tasnya, sehingga datatersebut dapat dipertanggungjawabkan dandapat di-pergunakan sebagai dasar yang kuatdalam menarik kesimpulan. Teknik yangdigunakan untuk memeriksa kredibilitas dataini adalah triangulasi dan review informankunci.

Model penelitian yang akan dilakukan yaitupengembangan dua siklus dari model spiral

Kurt Lewin yang mana set iap langkahmempunyai tahap yai tu perencanaan,tindakan, pengamatan dan refleksi.

Teknik analisis yang digunakan untukmenganalisa data-data yang dikum-pulkanadalah teknik analisis kritis. Teknik analisistersebut mencakup kegiatan untukmengungkap kelemahan dan kelebihan kinerjasiswa dan guru dalam proses belajar mengajarberdasarkan kriteria normatif yang diturunkandari ke-terkaitan teoritis. Hasil analisis tersebutdi jadikan dasar dalam menyusunperen-canaan tindakan untuk tahap berikutnyasesuai dengan siklus yang ada.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Faktor-Faktor Penyebab

Kekurangterampilan Siswa dalamMenulisa. Kekurangtepatan guru dalam

memanfaatkan media audiopembelajaran.

Kekurangtepatan guru dalammemanfaatkan media audiopembelajaran dalam KBM, khususnyapokok kegiatan menulis, dapatditemukan berikut ini. Pertama, gurukurang memahami konsep mediapembelajaran, sehingga guru selalumendominasi KBM denganmenekankan penggunaan teknik

Page 29: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

mendengarkan selama penyajianmateri tanpa mengikuti ataumelaksanakan perintah dalam mediaaudio pembelajaran. Dalam KBM tidakterjadi dialog antara guru dan siswa,terlebih antara siswa dengan siswa,juga tidak terjadi diskusi antarpartisipan, guru hanya memutarmedia audio pembelajaran dari awalsampai akhir tanpa diselingipemahaman dan motivasi.Komunikasi selama KBM cenderungsatu arah, yakni guru ke siswa,karena merasa bosan siswa kadangberbicara sendiri dengan temannya.Kedua, sejalan dengan dominannyametode ceramah dan mendengarkantanpa bimbingan, selama KBM gurulebih menekankan penjelasan yangbersifat verbal. Guru kurang memberilatihan menulis kepada siswa.Kalaupun latihan menulis itudiberikan, umpan balik dari gurumasih sangat kurang yangmengakibatkan siswa membuatkesalahan yang sama secaraberulang-ulang.

b. Kurangnya Motivasi SiswaMotivasi siswa terhadap pelajaran

menulis terkesan kurang. Hal ituterlihat pada respon yang merekaberikan ketika guru menugasi/membimbing menulis. Siswa tidakmelaksanakan malah bermain sendiri,hanya sebagian kecil yangmelaksanakan. Perlakuan siswa inimenunjukkan bahwa mereka masihterpola untuk bermain. Sikap danmotivasi siswa tersebut disebabkanmereka kurang menguasai danmemahami arti kegiatan menulis.

2. Penerapan kegiatanmendengarkan media audiopembelajarana. Siklus I

1) Perencanaan• Tindakan yang dilakukan dalam

perencanaan dalam siklus inimeliputi peningkatan pemahamandan kesadaran guru tentangpentingnya kemampuan menulis

bagi siswa• Pemahaman guru tentang

pentingnya pemanfaatan mediaaudio untuk pembelajaran danpeningkatan guru untukmemotivasi siswa

• Untuk itu disiapkan media audiopembelajaran untuk PAUD denganjudul “ Ayo bernyanyi “.

2) Tindakan/Implementasi• Guru menyiapkan peralatan media

audio pembelajaran di kelas• Guru membimbing siswa untuk

duduk di kursinya sesuai dengansetting yaitu guru dan peralatandi tengah

• Selanjutnya guru memutar mediaaudio pembelajaran dengan judul“Ayo bernyanyi”

• Media audio “Ayo bernyanyi” berisipengenalan huruf huruf yangdilagukan dan diikuti oleh siswadengan ikut bernyanyi danmempraktekkan menulis huruftersebut

• Siswa mengikuti perintah dalammedia audio untuk menulis huruf.

3) Pengamatan• Semua hal yang membuat proses

terganggu sesekali dibimbing olehguru

• Selama proses pengamatan,peneliti melakukan analisiskelebihan dan kekurangan daritindakan I.

• Peneliti selama prosespembelajaran mengadakanpengawasan dan pengamatansehingga harus berkeliling melihathasil kerja siswa.

4) Refleksi• Dilakukan diskusi antara guru dan

peneliti tanpa memandangtempat dan waktu

• Penerapan tindakan tersebutsedikit banyak sudahmenumbuhkan motivasi siswa

• Perlu dilakukan pembimbinganlebih intensif pada siswa agarkemampuan menulis semakinmaksimal

Page 30: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

• Perlu dimanfaatkannya mediaaudio pembelajaran lebih seringagar siswa semakin terbiasa

5) Hasil Tindakan dan EvaluasiHasil analisa dan interprestasidata yang telah dilaksanakandalam Siklus I, bahwa ada salahsatu bidang pengembangan yanghasilnya kurang bagus. Darijumlah siswa 32 anak hanya 10siswa yang mempunyai nilaibagus, 16 siswa mendapat nilaicukup dan 6 siswa dengan hasilkurang memuaskan.

Dari hasil tersebut peneliti menganalisa bahwadalam hal ini kegiatan belajar mengajar belumberhasil dengan baik, maka perlu adanyaperbaikan pembelajaran. Ketidakberhasilan inidimungkinkan karena hal-hal berikut:1. Alat pemutar media audio pembelajaran

kurang mendukung2. Guru kurang menguasai materi3. Alokasi waktu yang masih kurang4. Cara penyajian pembelajaran oleh guru yang

kurang menarik

Kekuatan dalam kegiatan pembelajaran iniadalah:1. Anak antusias mengikuti pembelajaran2. Proses belajar mengajar yang menarik bagi

anak.

Tabel 1. Hasil Perlakuan Siklus I

b. Siklus II1) Perencanaan• Meneruskan langkah siklus I,

dengan penekanan guru lebihaktif lagi membimbing siswa

• Peneliti mengawasi dalam prosespembelajaran

• Dilakukan tes hasil belajarberkaitan kemampuan menulissiswa

• Melakukan refleksi penerapanmedia audio pembelajaran PAUD

• Melakukan evaluasi tingkatkeberhasilan dalam pemanfaatanmedia audio pembelajaran

2) Tindakan/Implementasi• Menata letak tempat duduk siswa

lebih berdekatan lagi agar antarsiswa dapat berinteraksi dalambelajar menulis

• Memperlambat tempo pemutaranmedia audio pembelajaran agaranak dapat lebih mudahmemahami isi dan perintahnya

• Guru mulai memimpin danmembimbing menulis dalamproses pembelajaran

• Guru selalu mobile dari siswa kesiswa untuk membimbing menulissesuai dengan perintah dalammedia audio

• Guru memutar dan mematikanmedia audio sesuai denganperintah di dalamnya

3) Pengamatan• Hal – hal yang menimbulkan

kebingungan guru, didiskusikandengan peneliti

• Peneliti melakukan analisis selamapengamatan untuk mengetahuikelebihan dan kekurangan padasiklus II

• Peneliti melakukan pengawasanselama proses pembelajarandengan ikut berkeliling ruangan

• Pengamatan dimulai daripersiapan sampai dengan evaluasi

4) Refleksi• Dilakukan diskusi antara peneliti

dengan guru• Siklus II semakin menunjukkan

hasil yang lebih baik dibandingsiklus I

• Perlunya pembimbingan yanglebih intensif lagi terhadap siswaagar kemampuan menulisnyasemakin baik

5) Hasil Tindakan dan EvaluasiHasil interprestasi data yangdihasilkan dalam silkus II, sudahada peningkatan dilihat dari hasil

Page 31: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

belajar. Dari jumlah siswa 32 anak,ada 20 anak yang hasilnya bagus,7 anak dinilai cukup dan 5 anakdengan hasil masih kurangmemuaskan.

Tabel 2. Hasil Perlakuan Siklus II

Dari hasil tersebut diatas peneliti dapatmenganalisa bahwa dalam hal ini kegiatanbelajar mengajar sudah berhasil dengan baikdan ada peningkatan. Itu semua dikarenakanadanya kekuatan dari kegiatan perbaikanpembelajaran yang meliputi:1. Anak lebih mempunyai gambaran yang jelas2. Anak dapat mudah mengungkapkan

keinginannya3. Anak sangat antusias mengikuti KBM4. Kegiatan Belajar mengajar menjadi lebih

efektif dan efisien

Dari hasil analisa dalam hal kegiatan belajarmengajar belum berhasil dengan baik, makaperlu diadakan perbaikan pembelajaran. Daripeserta didik sebanyak 32 anak, yang nilainyabaik pada hari pertama adalah 31,2 % harikedua 65,5 % hari ke tiga 46,8 % hari keempat 78,1 % dan untuk hari yang kelimamencapai 87,5 %.

Tabel 3. Hasil Perbaikan Pembelajaran

Partisipasi anak didik dalampembelajaran dalam hari pertama kurang baikkarena anak belum paham apa yang diharapkanguru. Setelah diadakan perbaikan dalamkegiatan pembelajaran dengan metode yangsesuai, pemahaman verbal anak mulai kelihatanakan apa yang diharapkan guru, anak mulaiberani mengerjakan tugas dari guru.

Penelitian menetapkan ketuntasanminimal (50 %) artinya anak didik dinyatakantuntas apabila mencapai nilai ketuntasan ( 85%).

Setelah dilakukan penelitian diakhirpembelajaran ternyata hasi lnya sudahsempurna, memuaskan.

Proses penelitian tindakan yang diawalidari siklus I sampai II memberikan hasil yangbermakna bagi permasalahan yang muncul dikelas yaitu kesulitan siswa dalam menulispermulaan. Pada siklus I siswa diberikanpembelajaran dengan media audio pembelajaransebagai daya tarik sekaligus panduan dalammenulis awal. Siswa telah dikondisikan agardapat mengikuti proses pembelajaran. Padasiklus II seperti pada siklus I siswa juga telahdikondisikan serta diberikan treatmen sepertipada siklus I ternyata hasilnya lebih memuaskanlagi.

Page 32: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Dengan bagan secara sederhana dapat digambarkan:

menulis itu diberikan, umpan balik dari gurumasih sangat kurang yang mengakibatkansiswa membuat kesalahan yang sama secaraberulang-ulang.

Motivasi siswa terhadap pelajaranmenulis terkesan kurang. Hal itu terlihat padarespon yang mereka berikan ketika gurumenugasi/membimbing menulis. Siswa tidakmelaksanakan malah bermain sendiri, hanyasebagian kecil yang melaksanakan. Perlakuansiswa ini menunjukkan bahwa mereka masihterpola untuk bermain. Sikap dan motivasisiswa tersebut disebabkan mereka kurangmenguasai dan memahami arti kegiatanmenulis.

Hasil analisa dalam hal kegiatan belajarmengajar belum berhasil dengan baik, makaperlu diadakan perbaikan pembelajaran. Daripeserta didik sebanyak 32 anak, yang nilainyabaik pada hari pertama adalah 31,2 % harikedua 65,5 % hari ke tiga 46,8 % hari keempat 78,1 % dan untuk hari yang kelimamencapai 87,5 %, sehingga dapat diketahuibahwa:a. Partisipasi anak didik dalam pembelajaran

dalam hari pertama kurang baik karenaanak belum paham apa yang diharapkan

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Kekurangtepatan guru dalammemanfaatkan media audio pembelajarandalam kegiatan belajar mengajar, khususnyapokok kegiatan menulis, dapat dikemukananbahwa Pertama, guru kurang memahamikonsep media pembelajaran, sehingga guruselalu mendominasi KBM denganmenekankan penggunaan teknikmendengarkan selama penyajian materitanpa mengikuti atau melaksanakan perintahdalam media audio pembelajaran. DalamKBM tidak terjadi dialog antara guru dansiswa, terlebih antara siswa dengan siswa,juga tidak terjadi diskusi antar partisipan,guru hanya memutar media audiopembelajaran dari awal sampai akhir tanpadiselingi pemahaman dan motivasi.Komunikasi selama KBM cenderung satuarah, yakni guru ke siswa, karena merasabosan siswa kadang berbicara sendiri dengantemannya. Kedua, sejalan dengandominannya metode ceramah danmendengarkan tanpa bimbingan, selamaKBM guru lebih menekankan penjelasan yangbersifat verbal. Guru kurang memberi latihanmenulis kepada siswa. Kalaupun latihan

Page 33: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

1912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

guru.b. Setelah diadakan perbaikan dalam

kegiatan pembelajaran dengan metodeyang sesuai, pemahaman verbal anakmulai kelihatan akan apa yangdiharapkan guru.

c. Anak mulai berani mengerjakan tugasdari guru.

Setelah penelitian perbaikanpembelajaran selesai dilaksanakan dapatditarik kesimpulan sebagai berikut:a. Kegiatan membaca dan mendengarkan

akan menambah pemahaman anakmengenai dasar-dasar menulis.

b. Kegiatan membaca dan mendengarkanakan menunjang kemampuan bahasatulis pada anak.

c. Dalam kegiatan pengembangan bahasa,khususnya dalam kegiatan dasar menulisdiharap untuk mengenalkan huruf-huruf

2. SaranDengan penelitian perbaikan

pembelajaran diharapkan untuk semua guru-guru Taman Kanak-kanak agar:a. Berusaha meningkatkan penyajian materi

yang menarik dan tidak monoton dalampembelajaran di kelas.

b. Meningkatkan keterlibatan peserta didikdalam kegiatan belajar mengajar agartercapai tujuan pembelajaran.

c. Memanfaatkan berbagai media untukpembelajaran.

d. Perlunya penelitian yang lebih detailuntuk meningkatkan kualitas atau mutupendidikan bagi peserta didik kita.

PUSTAKA ACUANAECT (1977) The Definition of Educational

Technology, Terjemahan. Jakarta: Rajawali.Aisyiah, Siti. dkk. (2007) Perkembangan dan

Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.Jakarta: Universitas Terbuka.

Anitah, Sri (2010) Media Pembelajaran.Surakarta: UNS Press.

Departemen Pendidikan Nasional (2005)Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TamanKanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah.Keraf, Gorys (1982) Filosofi dan Deskripsi.

Flores: Nusa Indah.Gagne, Robert (1977) Essential of Learning for

Instruction. New York: Nolt, Rinchart andWinston.

Gunarti, Winda, Suryati Lilis & Azizah Muis (2008)Perkembangan dan Konsep DasarPengembangan Anak Usia Dini. Jakarta:Universitas Terbuka.

Hajodipuro, Siswoyo (1997) Action Research:Sintesis Teoritik. Jakarta: IKIP.

Hopkin, David (1993) A Teacher’s Guide toClassroom Research. Buckingham: OpenUniversity Press.

Mc Niff (1997) Action research Principles andPractice. London: By Roudledge.

Milles & Hoberman (1984) Qualitative DataAnalysis. London: Sage Publication.

Moleong, Lexy J. (1993) Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan (1987) Penilaian DalamBahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Priyono, Andreas (1999) Prosedur PelaksanaanTindakan Kelas, Makalah: Pelatihan PTK

Raimes, Ann (1983) Technique In teachingWriting. Oxford: Oxford University.

Raines, S.C. & R.J. Canad (1990) The WholeLanguage Kindergarten. New York: ColombiaUniversity.

Sadiman, Arif dkk. (1986) Media Pendidikan.Jakarta: Grafindo.

Sutopo, H.B. (1996) Metodologi PenelitianKualitatif. Surakarta: UNS Press.

Tatang (2011) Kemampuan KeterampilanMenulis Permulaan Huruf Arab padaSiswa Pendidikan Anak Usia Dini. Dimuatdalam Jurnal Bahasa dan Sastra FPBS UPIVol. 11 No. 2 Oktober 2011 ISSN 1412-0712.

Tim Pemantapan Kemampuan Profesional, PG-PAUD. (2008) Panduan dan PemantapanKemampuan Profesional. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Wardani, IGAK & Wihardit Kuswaya. (2007)Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka.

****************

Page 34: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENGARUH PERSEPSI TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARANPADA PRESTASI BELAJAR DAN KOMPETENSI WIRAUSAHA

MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIDI TIGA UIN DI PULAU JAWA

U. Maman KhProgram Magister Agribisnis FST- UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

([email protected])

Abstrak:Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan pembelajaran,indeks prestasi kumulatif, kompetensi wirausaha, persepsi tentang bakat dan minatberwirausaha serta pengaruh peubah-peubah tersebut secara langsung pada IPK; sertapengaruh tidak langsung persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran pada kompetensiwirausaha melalui IPK. Persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran meliputi persepsi tentanglingkungan belajar, fasilitas belajar, dan kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran. Penentuanbesaran sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%. Penarikansampel dilakukan secara acak dan proporsional dari masing-masing Program studi di tigaFakultas Sains dan Teknologi (FST) di tiga UIN di Jawa. Berdasarkan analisis jalur, hanya satupeubah yang berpengaruh signifikan pada kompetensi wirausaha, yakni minat berwirausaha.Seluruh peubah pelaksanaan pembelajaran, bakat, dan minat tidak berpengaruh pada indeksprestasi kumulatif dan kompetensi wirausaha. Bahkan sebaliknya, indeks prestasi kumulatif,persepsi tentang kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran, dan persepsi tentang bakatberpengaruh negatif pada kompetensi wirausaha.

Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran, kompetensi wirausaha, indeks prestasi kumulatif, bakat, dan minat berwirausaha.

Abstract:The objectives of the research was to identify the student perceptions of learningimplementation, grade point average, entrepreneurial competency, talent and interest inentrepreneurship, and the influence of these variables directly on grade point average andentrepreneurial competency; as well as the indirect effect of learning implementation perceptionon the entrepreneurial competency through grade point average. The perception of learningimplementation consists of perception of learning environment, facility, and the clarity ofpurpose and usefulness of lesson. Determination of sample size used the Slovin formula with95% confidence level, drawn randomly and proportionally from each of the Program of Studyin the Faculty of Science and Technology in three UINs in Java. Based on the path analysis,the only variable that affected the entrepreneurial competency was the interest inentrepreneurship. The all variables of the learning implementation, talents, and interests didnot affect grade point average and entrepreneurial competencies. On the contrary, gradepoint average, the perception of clarity of purpose and usefulness of learning, and talent hada negative effect on entrepreneurial competency.

Key words: learning implementation, entrepreneurship competency, grade point average, talent and interest in entrepreneurship.

Page 35: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Pendidikan tinggi diharapkan bukanhanya menghasilkan manusia yang terampilmenguasai sains dan teknologi, tetapi jugamanusia yang kompeten berwirausaha, yaknimanusia yang terampil secara teknis danmanajerial, mandiri, berani menghadapirisiko usaha dan kreatif, sehingga dapatmengembangkan setiap potensi yangdimiliki. Namun, yang diperlukan bukanhanya manusia yang kompetenberwirausaha, melainkan manusia yangdapat menggabungkan spiritualitas dengankompetensi. Kegiatan-kegiatankewirausahaan dengan sendirinya akan saratdengan nilai-nilai religi. Para pelaku ekonomi,di samping memiliki kreativitas yang tinggi,juga akan terhindar dari berbagai tindakkejahatan ekonomi.

Upaya menggabungkan kompetensidengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai religi terasa semakin penting karenasekarang ini cenderung terjadinyaketerpisahan antara kegiatan-kegiatanduniawi yang bersifat materi dengan aspekreligiusitas yang sakral. Banyak yangmenguasai sains dan teknologi, tetapi lemahdalam penghayatan spiritual. Sebaliknyabanyak yang memiliki penghayatanreligiusitas yang tinggi, tetapi lemahpenguasaan sains dan teknologi. Hal inimenyebabkan terjadinya kepribadianterpecah (split personality).

Adanya berbagai program studi bidangsains dan teknologi di UIN memberikanharapan bagi keterpaduan sains denganagama (Islam). Sebagai sebuah perguruantinggi Islam, UIN memiliki basispengembangan religiusitas, juga memilikihasrat yang tinggi untuk pengembangansains dan teknologi. Namun, dengandibukanya non-Islamic studies, mahasiswaUIN diduga memiliki keragaman latarbelakang sosial dan pendidikan, yang akanberpengaruh pada prestasi belajar dankompetensi wirausaha. Selain itu,keberhasilan pengembangan kompetensiwirausaha tergantung pada pelaksanaanpembelajaran dan fasilitas belajar.

Atas hal demikian, dalam upayapengembangan kompetensi wirausahaberbasis spiritual, perlu penelitian mengenaikompetensi wirausaha mahasiswa FakultasSains dan Teknologi (FST) UIN, serta faktor-faktor yang memperngaruhinya, baikkarakteristik mahasiswa maupunpelaksanaan pembelajaran.

2. Tujuan PenelitianPenelitian bertujuan untuk memperoleh

gambaran mengenai kompetensi wirausahamahasiswa FST di tiga UIN di Jawa, yakniUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN SunanGunung Jati Bandung, dan UIN SunanKalijogo Yogyakarta, serta faktor-faktor yangmempengaruhinya. Secara lebih khususpenelitian ini bertujuan untuk:(a) Mengidentifikasi keragaman karakteristik

mahasiswa FST di tiga UIN di Jawa;(b) Mengidentifikasi persepsi mahasiswa

tentang pelaksanaan pembelajaran yangdilakukan FST di tiga UIN di Pulau Jawa;

(c) Mengidentifikasi prestasi belajar dankompetensi wirausaha mahasiswa FST ditiga UIN di Pulau Jawa;

(d) Mengukur pengaruh karakteristikmahasiswa dan persepsi tentangpelaksanaan pembelajaran pada prestasibelajar dan kompetensi wirausaha.

B. KAJIAN LITERATUR1. Kompetensi Wirausaha

Istilah “kompetensi” seringkali mengacupada keterampilan teknis, sepertiketerampilan menghasilkan barang dan jasa.Pembahasan Ludwick (1999) tentangkompetensi, misalnya, menekankan padastandar untuk melakukan praktek dalamprofesi tertentu. Sejalan dengan itu, Gilleydan Eggland (1989:21-22) menyamakankompetensi dengan keterampilan. Franken(1982:409-411) menyebutkan bahwakompetensi merupakan keterampilan,kemampuan, kapasitas, dan keahlian yangbermuara pada kinerja. Namun dari segiproses, menurut Franken, kompetensiseringkali terbentuk karena faktormotivasional. Motivasi itu sendiri merupakanbagian dari kompetensi. Bagi Spencer danSpencer (1993:13-15), dimensi kompetensi

Page 36: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

bukan hanya motivasi melainkan karakteristikdasar seseorang yang menjadi faktor bagitercapainya sebuah kinerja, seperti motif,pembawaan dan konsep diri yang bermuarapada pengetahuan dan keterampilan.Dengan demikian, kompetensi terdiri darihard skill dan soft skill.

Mengenai wirausaha, Turner (Hisrich danPeters, 1992:10) menegaskan bahwa unsuryang penting dalam kewirausahaan(entrepreneurship) ialah kreativitas untukmenghasilkan sesuatu yang baru dalambentuk barang, jasa maupun praktek-praktekbaru yang lebih efektif dan efisien. Selainitu, kewirausahaan mengandung artikesiapan menghadapi risiko, baik risikososial, psikis, maupun kerugian finansial,untuk menghasilkan reward, baik dalambentuk keuangan maupun kepuasan pribadi.Ide-ide baru, penemuan baru dan inovasiseringkali bermuara pada praktek bisnis,yang mendatangkan keuntungan finansial.Berkaitan dengan pengertian wirausahatersebut, menurut Turner (Hisrich dan Peters1992:9), wirausaha berarti orang yangmengkombinasikan faktor-faktor produksi,seperti sumber daya alam, tenaga kerja,material, dan lain sebagainya untukmemperoleh nilai tambah yang lebih tinggi,dengan memperkenalkan berbagaiperubahan, inovasi dan cara-cara baru.Berdasarkan pengertian kompetensiwirausaha yang sudah disebutkan, mengacukepada Singgih Wibowo, dkk. (1995),seorang calon wirausahawan harus memilikiketerampilan manajerial, meliputi: (1)perencanaan dan pengendalian produksi; (2)sistem administrasi dan pembukuan; (3) tatacara mengelola keuangan (4) menghitunglaba perusahaan, seperti: menghitung biaya,menetapkan harga jual, menghitung titikimpas dan laba; dan (5) sistem pemasarandan promosi, seperti: memperkirakankebutuhan pasar, sistem pemasaran, dandistribusi.

Kemampuan membuat perencanaanusaha merupakan salah satu unsurkompetensi wirausaha. Perencanaan yangbaik, tentunya, harus dibangun berdasarkanvisi dan tujuan yang hendak dicapai.Wirausahawan sukses, menurut Faisol

(2002:44), ialah orang yang visioner, yaknimereka yang memiliki bayangan ataugambaran masa depan yang ingin dicapai.Salah satu watak wirausahawan yang sukses,menurut Suryana (2006:24), ialah merekavisioner dan perspektif masa depan.Kemampuan merumuskan tujuan yangbersifat visioner sebenarnya merupakansalah satu perwujudan dari doronganmotivasional, yakni adanya kebutuhanberprestasi (need for achievement). MenurutFaisol (2002:36-37), motif berprestasi(achievement motive) ialah motif yangmengarahkan tingkah laku seseorang untukmencapai prestasi tertentu, yang menjelmamenjadi sebuah kekuatan internal untukmencapai prestasi tertetu. Karena itu, motifberprestasi sering disebut kebutuhanberprestasi (need for achievement).

Mengacu pada teori David McClelland,Chapman (tt) mengemukakan bahwa salahsatu karakter seseorang yang memiliki n-achyang tinggi ialah menyukai pekerjaan dantanggung jawab yang akan memuaskankebutuhannya. Ciri lain orang yang memilikin-ach yang tinggi, menurut Faisol (2002:46),ialah selalu menghargai waktu. Apabilasedang menjalankan usahanya, tidak puaskalau tidak dapat menggunakan waktudengan sebaik-baiknya. Dalam konteks yangsama, QAA (2000:3-4) menyebutkan, bagimereka yang menekuni dunia bisnis, harusmampu mengelola dan merencanakanpenggunaan waktu dengan baik. Sejalandengan itu, menurut Gunar Mirdal (Suryana,2006:49), salah satu ciri orang modern yangberorientasi pada prestasi ialah selalumerencanakan segala kegiatan, termasukpenggunaan waktu. Menurut pandanganIslam, manusia harus betul-betulmemanfaatkan waktu dengan baik. AllahSWT berfirman: “Maka jika engkau telahselesai dari satu urusan, tetaplah bekerjakeras untuk urusan lain” (QS:94:7).Atas hal demikian, kemampuanmerencanakan dan menggunakan waktumerupakan salah satu unsur kompetensiwirausaha. Unsur lainnya, seperti pernyataanQAA (2000:3-4), ialah kemampuanberkomunikasi, yakni mengetahui peranberkomunikasi dalam bisnis dan cara-cara

Page 37: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

berkomunikasi, baik komunikasi lisanmaupun tulisan, dengan menggunakanmedia dan teknologi informasi. Di sampingitu, menurut QAA (2000:4), unsurkompetensi wirausaha lainnya ialahkemampuan bekerja dalam tim (team work)serta keahlian membangun tim (teambuilding).

Mengacu pada uraian Vernon Katz(Hisrich dan Peters, 1992:53), salah satupenampakkan n-ach, di sampingkemampuan merumuskan visi, tujuan danpelaksanaan tujuan, ialah: memiliki tanggungjawab pribadi. Bersamaan dengan tanggungjawab, juga adanya kesiapan menghadapirisiko. Dalam hal ini, Gore (Wikipedia, tt)menyebutkan, ciri utama seorangwirausahawan, ialah kesiapan mengambilrisiko (taking risk). Atas dorongan kebutuhanberprestasi, tulis Vernon Katz (Hisrich danPeters, 1992:53), wirausahawan mampumengendalikan risiko dengan skill.Dengan kreativitas dan keyakinan pada nilaidan gagasan sendiri, wirausahawan selalumemiliki kemampuan untuk membacapeluang usaha. Dengan adanya sifat kreatif,inovatif, kemampuan membaca peluangusaha yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, dan keyakinan diri, wirausahawanmemiliki kemampuan mengambil keputusan(decision making) dan memecahkan masalah(problem solving) sebagai upayamengendalikan risiko.

Kemampuan mengambil keputusan danmemecahkan masalah tidak berarti apa-apatanpa adanya optimisme. Mengacu padaCooper, Woo, & Dunkelberg (1988),Wikipedia (tt) menjelaskan bahwaentrepreneurs memiliki optimisme yangsangat tinggi dalam pengambilan keputusan.Selain itu, mengutip Busenitz dan Barney(1997), Wikipedia (tt), menyebutkan, bahwaentrepreneurs memiliki tingkat kepercayaandiri yang sangat tinggi dan cenderunggeneralis, yakni banyak mengetahui tentangsegala sesuatu. Dalam bisnis Islami, menurutYusanto dan Wijayakusuma (2002:37), rasapercaya diri dan optimisme dibentukberdasarkan keyakinan bahwa Allah akanmemberikan rizki kepada orang yang bekerjakeras.

Sebagai konsekuensi dari optimisme ini,menurut Faisol (2002:47), seorangentrepreneur selalu berfikir positif danmemiliki konsep diri (self) yang positif, yaknimemandang positif, baik pada diri sendirimaupun pada orang lain, sehingga ia terbukamenerima saran, kritik, tidak pernah iri padaprestasi orang lain, tidak mudah kecewa jikatidak ada pihak lain yang mengakuiprestasinya; serta memandang berbagaipihak sebagai mitra. Karena itu, berfikirpositif dan optimis atas kesadaran ketuhananmerupakan salah satu unsur kompetensiwirausaha.

Di samping optimisme sebagaikonsekuensi n-ach, tindakan wirausahawanselalu menggambarkan hasrat untukberprestasi. Vernon Katz (Hisrich dan Peters,1992:52) menjelaskan, seharusnya dalamjiwa entrepreneur terdapat faktor internalyang dapat mendorongnya untukberwirausaha. Karena itu, kemampuanbertindak atas dasar kebutuhan berprestasi,yakni adanya dorongan internal dalammelakukan berbagai tindakan, merupakansalah satu unsur kompetensi wirausaha.

Demikianlah, dengan mengacu padaberbagai bahan pustaka, maka unsur-unsurkompetensi wirausaha yang menjadi standardalam penelitian ini ialah: kemampuan: (1)merumuskan visi, tujuan, dan merencanakanusaha; (2) menghargai dan merencanakanpenggunaan waktu; (3) berkomunikasi danbekerja dalam tim; (4) mengambil keputusandan memecahkan masalah; (5) bertanggungjawab dan menanggung risiko usaha; (6)bertindak atas dasar kebutuhan berprestasi(need for achievement); (7) bertindak kreatif,inovatif dan membaca peluang usaha; (8)berfikir positif dan optimis dengan penuhkesadaran ketuhanan; dan (9) membangunkepercayaan diri, daya pikir danketerampilan.

2. Variabel Yang Berpengaruh padaKompetensi WirausahaKompetensi merupakan cerminan dari

prestasi dalam bidang tertentu. Seorang yangkompeten ialah mereka yang memilikiprestasi yang sangat tinggi. Prestasi bukanhanya capaian yang tinggi dalam skor hasil

Page 38: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

ujian, tetapi mereka yang mampu berfikirkreatif dan inovatif. Jika kewirausahaadiartikan sebagai orang yang mampu berfikirkreatif dan inovatif, seperti pandanganSuryana (2006:2), maka orang yangberprestasi seharusnya ialah mereka yangberjiwa entrepreneur.

Karakteristik individu merupakan faktoryang diduga berpengaruh pada kompetensiwirausaha. Hal ini sejalan dengan pandanganvan den Ban dan Hawkin (1999) yangmenyebutkan, keberhasilan belajartergantung pada faktor-faktor kognitif, yaknipengetahuan yang sudah dimilikisebelumnya. Rahmat (1986) jugamengemukakan, kerangka rujukanmerupakan faktor bagi keberhasilan belajar.Dengan mengacu pada teori perbedaankognitif dan kerangka rujukan, makapenglaman pembelajaran kewirausahaan,baik secara formal melalui perkuliahanmaupun secara non-formal melalui trainingkewirausahaan, baik sebelum maupunselama kuliah, diduga merupakan faktor-faktor yang akan menopang keberhasilankompetensi wirausaha. Di samping itu,mengacu pada Padmowihardjo (1999), bakatdan minat merupakan peubah yang didugaberkontribusi bagi keberhasilan belajar.

Di samping itu, pelaksanaanpembelajaran juga merupakan faktor bagikeberhasilan pembentukan kompetensiwirausaha. Salah satu komponenpembelajaran yang sangat penting, denganmengacu pada uraian Rosyadi (2004:272-274) adalah kejelasan tujuan dan kegunaanpelajaran. Tujuan hendaknya bersifatspesifik, memiliki kejelasan hasil belajar yanghendak dicapai.

Kejelasan tujuan tidak berarti tanpametode pembelajararan yang tepat. Rosyadi(2004:212) mengingatkan, penggunaanmetode pembelajaran terkait denganketersediaan fasilitas dan alat bantu belajar.Sejauh manakah FST-UIN memiliki fasilitaspembelajaran kewirausahaan, dan sejauhmana juga mahasiswa merasa puas terhadapfasilitas tersebut? Yang jelas, keberhasilanbelajar tergantung pada ketersediaan fasilitasdan peralatan. Padmowiharjo (1999:99)mengingatkan, fasilitas dan peralatan yangdapat membantu keberhasilan belajar ialah:

(a) alat bantu pengajaran, (b) alat peraga,(c) ruangan dan fasilitasnya, serta (d) saranamobilitas. Hal ini sejalan dengan pernyataanRogers (1983:231-232) bahwa adopsi inovasitergantung triability (kesempatan untukmencoba) dalam dunia nyata, dalam sebuahsistem sosial; serta tergantung pada hasildan manfaat yang terlihat (observability).Hal lain yang perlu mendapat perhatiandalam pelaksanaan pembelajaran ialahlingkungan yang kondusif. Padmowiharjo(1999: 102-103) mengemukakan perlunyalingkungan yang kondusif bagi pencapaiantujuan belajar. Yang dimaksud denganlingkungan, lanjut Padmowiharjo (1999:102-103), ialah lingkungan pelajar danlingkungan tempat belajar. Lingkungantempat pelajar ialah tempat tinggal, suasanakeluarga, atau keadaan teknologi;sedangkan lingkungan tempat belajar terdiridari lingkungan perangkat lunak (peraturan,tata tertib, norma-norma lembagapendidikan) dan lingkungan perangkat keras,seperti asrama dan lokasi lembagapendidikan.

Demikianlah, variabel ynag didugamemberi kontribusi pada kompetensiwirausaha adalah karakteristik mahasiswayang terdiri dari serta persepsi tentang bakatdan minat belajar kewirausahaan; sertapersepsi tentang pelaksanaan pembelajaranyang terdiri dari: kejelasan tujuan dankegunaan pelajaran; lingkungan belajar yangkondusif; serta fasilitas belajar yangmemadai.

C. KERANGKA PENALARANKompetensi sebenarnya merupakan

prestasi dalam bidang tertentu. Karena itu,secara hipotetik terdapat hubungan kausalitasantara prestasi belajar dengan kompetensiwirausaha. Ketika prestasi belajar diukurberdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK),maka skor IPK merupakan prediktor bagi bagikompetensi wirausaha (KW). Namundemikian, kedua peubah IPK atau prestasibelajar dan kompetensi wirausaha merupakancapaian dari proses pembelajaran. Karena itu,karakteristik mahasiswa dan persepsi tentangpelaksanaan pembelajaran didugaberpengaruh signifikan pada IPK dan KWseperti ilustrasi pada Gambar 1.

Page 39: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Hanya saja, dengan banyaknya peubahkarakteristik mahasiswa, maka penelitian inihanya memilih dua peubah, yakni persepsitengtang bakat dan minat. Kedua peubahtersebut dapat diukur pada skala interval.Penelitian ini tidak mencantumkan peubahkarakterik mahasiswa yang tidak bisa diukursecara interval. Sedangkan peubah pelaksanaanpembelajaran yang diukur dalam penelitian iniadalah persepsi tentang: kejelasan tujuan dankegunaan pelajaran, fasilitas belajar, danpersepsi tentang lingkungan belajar.

D. HIPOTESIS PENELITIANBerdasarkan kerangka penalaran yang sudah

disebutkan, maka penelitian ini merumuskanhipotesis sebagai berikut:

1. Persepsi tentang pelaksanaanPembelajaran berpengaruh secaralangsung pada Indeks Prestasi Kumulatif(IPK) Kompetensi Wirausaha;

2. Persepsi tentang bakat dan minatberpengaruh secara langsung pada IPKdan Kompetensi Wirausaha

3. IPK secara langsung berpengaruh padakompetensi wirausaha;

4. Persepsi tentang pelaksanaanpembelajaran, persepsi tentgang bakatdan minat berpengaruh pada kompetensiwirausaha secara tidak langsung melaluiIPK.

E. METODE PENELITIAN1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah mahasiswaFST Semester 6 atau 7 di tiga UIN di Jawa,yakni UIN Syarif Hidayatullagh Jakarta, UINSunan Gunung Jati Bandung, dan UIN SunanKalijogo Yogyakarta. Penentuan besaransampel menggunakan rumus Slovin (Sevilla,et al., 1993: 161) dengan tingkatkepercayaan 95%. Sesuai rumus Slovin,Jumlah sampel sebanyak 261 orang, ditariksecara acak dan proporsional dari masing-masing Prodi.

2. Pengumpulan dan Analisis DataPengumpulan data dilakukan dengan

wawancara terstruktur, selama Juni-Agustus2011. Penelitian ini melakukan penjenjanganunsur-unsur kompetensi wirausaha (KW)berdasarkan rata-rata skor masing-masingunsur, untuk mengetahui unsur-unsur KWyang menjadi keunggulan dan kelemahanmahasiwa. Untuk mengetahui besaranpengaruh pelaksanaan pembelajaran padaKW, baik langsung maupun tidak langsung,penelitian ini menggunakan analisis jalur(fath analysis).

Page 40: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

F. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Distribusi Mahasiswa Menurut

Persepsi tentang PelaksanaanPembelajaranPeubah yang diduga berpengaruh pada

KW adalah pelaksanaan pembelajaran, yang

terdiri dari persepsi tentang kejelasan tujuan& kegunaan pelajaran; lingkungan belajar;dan fasilitas belajar. Distribusi mahasiswaberdasarkan persepsi tentang pelaksanaanpembelajaran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi tentang Pelaksanaan

Sebagian besar mahasiswa menganggapbahwa pembelajaran kewirausahaan belummemiliki kejelasan tujuan dan kegunaan.Mereka yang beranggapann demikian dikalangan mahasiswa cukup dominan, yaknisebanyak 155 orang (59,4%). Mereka yangberanggapan bahwa pembelajarankewirausahaan memiliki kejelasan tujuan dankegunaan hanya 106 orang (40,6%)mahasiswa.

Adapun mengenai lingkungan belajar,sebanyak 169 orang (64,8%) mahasiswamenyatakan bahwa lingkungan belajar cukupkondusif bagi pembelajaran kewirausahaan.Demikian halnya mengenai fasilitas belajar,sebanyak 185 orang (70,9%) menganggapbahwa fasilitas pembelajaran kewirausahaancukup memadai.

2. Distribusi Mahasiswa MenurutPersepsi Tentang Bakat dan MinatPerasaan berbakat berwirausaha juga

merupakan faktor yang diduga berpengaruhpada kompetensi wirausaha. Adanya perasansenang mendalami suatu bidamg tertentumerupakan indikator bahwa seseorangmemandang dirinya berbakat untuk bidangtersebut. Mengacu pada data yang disajikanpada Tabel 2, sebagian besar responden,yakni sebanyak 199 (76,2%) merasaberbakat untuk berwirausaha. Mereka yangkurang berbakat hanya 62 orang (23,8%).Responden tersebut bukan hanya merasaberbakat, tetapi juga merasa berminatbelajar kewirausahaan. Sebanyak 197 orangmahasiswa (75,5%) menyatakan berminatbelajar kewirausahaan; dan hanya 64 orang(24,5%) yang merasa kurang berminatbelajar kewirausahaan.

Tabel 2. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi tentang Bakat dan Minat

Page 41: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

3. Distribusi Mahasiswa BerdasarkanIndeks Prestasi Kumulatif (IPK)Prestasi belajar yang diwujudkan dalam

bentuk Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)merupakan faktor yang diduga berpengaruhpada kompetensi wirausaha (KW). IPK

merupakan capaian yang diraih mahasiswa;sedangkan KW merupakan unsur-unsurmentalitas dan kebiasaan yang memerlukanprestasi di bidang tertentu. Karena itu, IPKmerupakan prediktor bagi KW. Distribusi IPKdisajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan IPK

Sebagian besar mahasiswa, yaknisebanyak 196 orang (75,1%) memiliki IPKberada di atas atau sama dengan 3 (tiga).Mahasiswa yang memiliki IPK di bawah tigahanya 65 orang (24,9%). Penelitian inimenjadikan IPK sebagai peubah antara yangdiduga berpengaruh pada KW.

4. Kompetensi WirausahaPenelitian ini mengukur sembilan aspek

kewirausahaan, meliputi kemampuan: (1)Merumuskan visi, tujuan, dan merencanakanusaha; (2) Menghargai dan merencanakanpenggunaan waktu; (3) Berkomunikasi danbekerja dalam tim (team work); (4)

Mengambil keputusan dan memecahkanmasalah; (5) Bertanggung jawab danmenanggung risiko usaha; (6) Bertindak atasdasar kebutuhan berprestasi (need forachievement); (7) Bertindak kreatif, inovatifdan membaca peluang usaha; (8) Berfikirpositif dan optimis dengan penuh kesadaranketuhanan; dan (9) Membangunkepercayaan diri (self confidence),meningkatkan daya pikir dan keterampilan.Dari sembilan aspek tersebut, penelitian inimenelusuri aspek-aspek yang menjadikekuatan dan kelemahan mahasiswa.Dengan perkataan lain, penelitian inimenelusuri aspek-aspek yang menonjol danaspek yang lemah di kalangan mahasiswa.

Tabel 4. Jenjang Unsur-Unsur Kompetensi Wirausaha

Page 42: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Sesuai data yang disajikan pada Tabel 4,terdapat lima unsur KW yang cukup baik;dan terdapat empat unsur yang kurang baik.Kelima unsur yang cukup menonjol secaraberurutan adalah: kemampuan: (1)mengambil keputusan dan memecahkanmasalah; (2) berpikir positif dan optimisdengan penuh kesadaran ketuhanan; (3)bekomunikasi dan bekerja dalam tim; (4)membangun kepercayaan diri, daya pikir danketerampilan; dan (5) merumuskan visi,tujuan dan merencanakan usaha. Aspek-aspek KW yang masih lemah di kalanganmahasiswa berdasarkan urutan dari yangpaling lemah adalah kemampuan: (1)menghargai dan merencanakan penggunaanwaktu; (2) bertindak kreatif, inovatif danmembaca peluang usaha; (3) bertindak atas

dasar kebutuhan berprestasi; dan (4)keberanian menanggung risiko usaha.

5. Pengaruh Langsung Persepsitentang PelaksanaanPembelajaran, Bakat dan MinatPada Prestasi BelajarSecara hipotetik persepsi tentang

pelaksanaan pembelajaran, persepsi tentangbakat dan minat diduga berpengaruhsignifikan pada KW. Namun, dugaan tersebuttidak terbuktikan. Mengacu pada data yangdisajikan pada Tabel 5, semua peubahpelaksanaan pembelajaran, persepsi tentangbakat dan minat tidak berpangaruh padaIPK. Hal ini diduga karena indikator yangdigunakan untuk mengukur IPK lebih bersifathapalan, bukan sesuatu yang yang dapatmengembangkan kemandirian dan inovasi.

Tabel 5. Pengaruh Persepsi tentang Pelaksanaan Pembelajaran, Bakat, dan Minat pada IPK

6. Pengaruh Langsung IndeksPrestasi Kumulatif padaKompetensi WirausahaKertika prestasi belajar hanya diukur

berdasarkan hapalan atau hanya mengulangpernyataan dosen, maka dengan sendirinyaIPK tidak akan berpengaruh pada KW.

Berdasarkan data pada Tabel 6, IPK ternyatatidak memberi konribusi pada peningkatanKW. Bahkan sebaliknya, IPK berpengaruhnegatif pada KW. Artinya, semakin tinggi IPK,KW semakin menurun.Penurunan inimencapai angka 14%.

Tabel 6. Koefisien Jalur Pengaruh Langsung IPK pada KW

Page 43: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Mereka yang memiliki IPK tinggi cenderungtidak berminat berwirausaha. Hal inimerupakan persoalan dilematis bagi lembagapendidikan tinggi. Di satu pihak PerguruanTinggi (PT) mendorong mahasiswa untukmeraih IPK tinggi. Di sisi lain IPK semakinmenjauhkan mahasiswa dari kewirausahaan;padahal perguruan tinggi diharapkanberperanserta menghasilkan manusia yangkompeten berwirausaha. Berarti dalam halini ada kebutuhan untuk meninjau ulangcara-cara pengukuran prestasi belajar yangdiperoleh mahasiswa yang lebih menekankanpada kreativitas, bukan kemampuan hapalandan mengulang materi kuliah yangdisampaikan dosen.

7. Pengaruh Langsung Persepsitentang PelaksanaanPembelajaran, Persepsi tentangBakat dan Minat PadaKompetenbsi WirausahaPeubah pelaksanaan pembelajaran dalam

penelitian ini adalah persepsi tentang: (1)

lingkungan belajar, (2) fasilitas belajar, dan(3) pemahaman tujuan dan kegunaanpelajaran kewirausahaan. Ketiga sub peubahtersebut serta persepsi tentang bakat danminat diduga berpengaruh pada KW. Namundemikian, perasaan berbakat berwirausahaternyata memberikan pengaruh negatifsangat signikan pada KW, dengan besaransebanyak 36%. Demikian halnyapemahaman tujuan dan kegunaan pelajarankewirausahaan berpengaruh negatif padaKW. Artinya, semakin mengetahui risikoberwirausaha, terdapat kecenderungansemakin takut untuk berwirausaha.Pembelajaran kewirausahaan bukanmendorong kewirausahaan, tetapi sebaliknyamenyebabkan takut bewirausaha.

Satu-satunya peubah yang mendorongKW adalah minat berwirausaha. Artinya,minat dapat menghilangkan perasaan takutberwirausaha. Karena itu, minat berpengarihsignifikan pada KW dengan besaranpengaruh sebanyak 36% yang terdeteksidalam penelitian ini, seperti disajikan padaTabel 7.

Tabel 7. Koefisien Jalur Pengaruh Langsung Variabel Pelaksanaan Pembelajaran Persepsi tentang Bakat dan Minat pada KW

8. Pengaruh Tidak LangsungPersepsi tentang LingkunganBelajar Pada KompetensiWirausahaPengaruh persepsi tentang lingkungan

belajar pada KW relatif kecil, hanya 12%,dengan probabilitas error cukup besar, yakni0,187, seperti disajikan pada Tabel 8.Besaran pengaruh tersebut berkurang 0,09%jika dihitung melalui IPK,. Pengaruh totalpersepsi tentang lingkungan belajar melaluiIPK hanya 0,110976 (11,0976%). Karena itu.

IPK bukan merupakan faktor penunjang bagikompetensi wirausha, melainkan merupakanfaktor yang dapat mengurangi kompetensiwirausaha. Semakin tinggi IPK, mahasiswacenderung menjadi pegawai. Hal ini tentunyakontraproduktif dikaitkan dengan harapanuntuk mengembangkan kewirausahaanmahasiswa. Karena itu, perlu adanyareformulasi sistem pembelajaran untukmendukung pengembangan kewirausahaandi kalangan mahasiswa.

Page 44: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Tabel 8. Pengaruh Tidak Langsung Persepsi tentang Lingkungan Belajar pada KW

9. Pengaruh Tidak Langsung Persepsitentang Fasilitas Belajar Pada KompetensiWirausaha

Bobot pengaruh persepsi tentang fasilitasbelajar pada KW sangat kecil, yakni hanya0,04 (4%). Artinya, mahasiswa yang

memandang bahwa fasilitas belajar cukupmemadai tidak memiliki perbedaan signifikandengan mereka yang memandang bahwafasilitas belajar tidak memadai, sepertidisajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Tidak Langsung Persepsi Tentang Fasilitas Belajar pada KW

Bagi mahasiswa yang memiliki IPKyang tinggi, pengaruh persepsi tentangfasilitas belajar semakin berkurang. Halini tampak dari pengaruh total persepsitentang lingkungan belajar melalui IPK,yakni hanya 0,02787 (2,787%). Secaraleb ih r inc i , IPK te lah mengurang ipengaruh persepsi tentang fasi l itasbelajar pada KW sebanyak 0,01213(1,213%).

10. Pengaruh Tidak LangsungPersepsi tentang Bakat padaKompetensi WirausahaYang agak mengherankan dalampenelitian ini adalah bahwa bakatmemiliki pengaruh negatif pada KW.Artinya, mereka yang berbakat untukberwirausaha, justru kurang memilikiKW.

Lebih jelasnya, seperti disajikan padaTabel 10, bahwa bobot pengaruh negatifpengaruh bakat pada KW sebesar 0,370(37%), suatu bobot negatif yang cukupbesar yang terdeteksi dalam penelitian ini.

Pengaruh negatif ini kemungkinankarena harapan yang tinggi untuk belajarkewirausahaan tidak terpenuhi dalamproses pembelajaran di FST, sehinggadorongan yang t inggi untuk belajarkewirausahaan mengakibatkan rasa putusasa yang berpengaruh pada tidak adanyaKW. Dengan perkataan lain, pembelajarankewirausahaan sangat tidak memuaskanbagi mereka yang merasa berbakatberwirausaha. Hal in i menimbulkankontraproduktif bagi KW.

Page 45: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Karena itu, perlu adanya rekonstruksiulang pembelajaran kewirausahaan, temasukisi mata kuliah kewirausahaan, yangmemuaskan bagi mereka yang betul-betulterdorong untuk berwirausaha. Isipembelajaran bukan teori kewirausahaanmelainkan motivasi untuk berwirausaha sertapraktek-praktek berwirausaha, sehinggaakan mendorong hasrat dan keberanianberwirausaha bagi mereka yang hasratberwirausaha, sehingga akan menjadimahasiswa yang kompeten berwirausaha.

11. Pengaruh Tidak Langsung Minatpada Kompetensi WirausahaYang harus ditumbuhkan dalam prosespembelajaran kewirausahaan adalahminat berwirausaha. Mereka yangberminat berwirausaha memiliki KWyang cukup baik.

Hal ini tidak mengherankan karena merekayang berminat dan senang berwirausahaakan berusaha mengetahui berbagai aspekkewirausahaan. Selain itu, mereka yangberminat berusaha menyiapkan diri untukmenghadapi risiko usaha, sehingga merekalebih berani menghadapinya.

Atas hal demikian, minat berpengaruhsignifikan pada KW. Bobot pengaruh yangterdeteksi pada penelitian ini sebanyak 0,36(36%), seperti disajikan pada Tabel 11.Hanya saja, bagi mereka yang memiliki IPKlebih tinggi, bobot pengaruh tersebutberkurang sebanyak 0,000987 (0,00987%).Seklipun pengurangan bobot pengaruhsangat kecil, tetapi perlu menjadi perhatian,karena adanya konsistensi pengaruh negatifIPK pada KW.

Tabel 10.Pengaruh Tidak Langsung Perasaan Berbakat Belajar Kewirausahaan pada KW.

Tabel 11. Pengaruh Tidak Langsung Minat Berwirausaha pada KW

Atas hal demikian, minat berpengaruhsignifikan pada KW, dengan bobor pengaruhyang terdeteksi pada penelitian ini sebanyak0,36 (36%), seperti disajikan pada Tabel 11.Hanya saja, bagi mereka yang memiliki IPK

lebih tinggi, bobot pengaruh tersebutberkurang sebanyak 0,000987 (0,00987%).Seklipun pengurangan bobot pengaruhsangat kecil, tetapi perlu menjadi perhatian,karena adanya konsistensi pengaruh negatifIPK pada KW.

Page 46: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

12. Pengaruh Tidak LangsungPersepsi Pemahaman Tujuan danKegunaan PelajaranKewirausahaan pada KompetensiWirausaha

Pemahaman tujuan dan kegunaanpembelajaran kewirausahaan bukan faktoryang dapat memperkuat KW melainkanfaktor yang memperlemah KW. Memangpemahaman tujuan dan kegunaan pelajarankewirausahaan memberikan pengaruhsignifikan pada KW Namun pengaruh itubersifat negatif. Artinya, mahasiswa yang

memahami aspek-aspek KW serta tujuanpembelajaran kewirausahaan semakin tidakkompeten berwirausaha. Mereka memahamibahwa pembelajaran kewirausahaandiarahkan pada kesiapan menghadapi risikousaha di samping berbagai keterampilanlainnya yang harus dimiliki seorangwirausahaan. Pemahaman tersebutmenyebabkan ketakutan mengahdapi risikousaha, dan mengakibatkan mereka yangmemahami tujuan dan kegunaan belajarkewirausahaan tidak kompetenberwirausaha.

Tabel 12. Pengaruh Tidak Langsung Persepsi Tentang Pemahaman Tujuan dan Kegunaan Pelajaran Pada KW

Untuk lebih jelasnya, seperti disajikanpada Tabel 12, bobot negatif pengaruhpemahaman tentang kegunaan dan tujuanpembelajaran kewirausahaan pada KWsebangak 0,127 (12,7%). Jika pengaruh inidianalisis melalui IPK, maka pengaruh inimemiliki bobot negatif sebesar 0,1177(11,77%). Karena itu, IPK bukan faktorpendorong KW, bahkan sebaliknya IPK dapatmengurangi KW.

G. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Berdasarkan data yang berhasildikumpulkan, maka penelitian inimenyimpulkan hal-hal sebagai berikut:a) Mahasiswa cenderung memiliki

kemampuan untuk: (1) mengambilkeputusan dan memecahkan masalah;(2) berkomunikasi dan bekerja dalam tim;(3) berfikir positif dan optimis denganpenuh kesadaran ketuhanan; (4)membangun kepercayaan diri, daya pikirdan keterampilan; dan (5) merumuskanvisi, tujuan dan merencanakan usaha.

Namun mereka belum memiliki: (1)keberanian mengahadapi risiko usaha;serta belum terbiasa (2) bertindak atasdasar kebutuhan berprestasi; (3)bertindak kreatif, inovatif dan membacapeluang usaha; dan (4) menghargai danmerencanakan penggunaan waktu.

b) Persepsi tentang lingkungan belajar danfasilitas belajar, minat dan bakat untukberwirausaha, serta .pemahaman tujuandan kegunaan pelajaran kewirausahaantidak berpengaruh pada IPK. Namun,perasaan berbakat dan berminat, sertapemahaman tujuan dan kegunaanpelajaran berpengaruh signifikan padakompetensi wirausaha (KW). Sebaliknya,IPK, perasaan berbakat, sertapemahaman tujuan dan kegunaanpelajaran berpengaruh negatif pada KW.

2. SaranAtas dasar kesimpulan tersebut,

penelitian menyarankan hal-hal berikut:a) Pembelajaran kewirausahaan di FST, baik

secara formal maupun non-formal, perlu

Page 47: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

mengembangkan keberanianmenghadapi risiko usaha, kebutuhanberprestasi, kreativitas dan inovatif,sehingga mampu menciptakan peluangusaha, serta kebiasaan menghargai danmerencanakan penggunaan waktu;

b) Pembelajaran secara formal dengankeberhasilan yang diukur berdasarkanIPK, perlu mengembangkan kreativitasyang bermuara pada KW, bukan hanyamengembangkan kemampuan akademikdalam bidang tertentu; sehinggadiharapkan akan sejalan antara capaianIPK dengan kreativitas, inovasi,kemampuan membaca peluang usaha,dan kesiapan menghadapi risiko usaha;

c) UIN perlu mengembangkan mahasiswadalam pembelajaran kewirausahaan,bukan hanya sekedar kebutuhanakademik sebagai kewajiban melainkanperlu menumbuhkan perasaan senang,memahami tujuan dan kegunaanpembelajaran kewirausahaan denganbenar.

PUSTAKA ACUANFaisol, (2002) Kalau Begitu, Saya Berani

Berwirausaha: Jilid 1 Memahami danMengembangkan Sikap Kewirausahaan.Jakarta: PT Bina Rena Pariwara.

Franken, Robert E. (1982) Human Motivation,Monterey, California: Brooks/Cole PublishingCompany.

Geertz, C. (1983) Abangan, Santri, Priyayi dalamMasyarakat Jawa, terjemahan AswabMahasin. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gilley, Jerry W., dan Eggland, S. A. (1993)Principles of Human Resource Development.Massachussett: Addison-Wesley PublishingCompany, Inc.

Rosyadi, Kh. (2002) Pendidikan Profetik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusanto, M. I. dan Wijayakusuma, M. K. (2002)Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: GemaInsani Press.

Rahmat, J. (1986) Psikologi Komunikasi, EdisiKedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, E. M. (1983) Diffusion of Innovation,third Edition. New York: The Free Press.

Sevilla, C. G., Jesús A. Ochava, Twila G.Punsalam, Bella P. Regala, dan Gabriel G.Uriarte. (1993) Pengentar Metode Penelitian,Terjemahan Alimuddin Tuwu. Jakarta: UIPress.

Wibowo, S., Murdinah, dan Fawzya, Y. N. (1995)Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil.Jakarta: Penebar Swadaya.

Padamowihardjo, S. (1999) Psikologi BelajarMengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Spencer Jr, Lyle., dan Spencer, S. M. (1993)Competence at Work: Model for SuperiorPerformance. New York: John Wiley & Sons,Inc.

Suryana. (2006) Kewirausahaan, PedomanPraktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Turner, Ted. “A Historical Perspective,” (1992)Dalam Entrepreneurship: Starting,Developing, and Managing a New Enterprise.Diedit oleh Robert D. Hisrich dan Michael P.Peters. Second Edition. Homewood andBoston: Irwin.

van den Ban, A.W. dan H.S Hawkins. (1999)Penyuluhan Pertanian, terjemahan AgnesDwina Herdiasti. Jakarta: Kanisius.

Vernon Katz, Lilian. (1992) “Characteristics andBackground of Entrepreneur.” DalamEntrepreneurship: Starting, Developing, andManaging a New Enterprise. Diedit oleh RobertD. Hisrich dan Michael P. Peters. SecondEdition. Homewood and Boston: Irwin.

Chapman, Alan, “David McClelland MotivationalNeeds Theory,” Businessballs.com dalam< h t t p : / / w w w . b u s i n e s s b a l l . c o m /davidmcclelland.htm> [Dikunjungi 26 Juli2005].

Ludwick, R. (1999). “Ethical Thoughtfulness andNursing Competency,” Online Journal ofIssues in Nursing Article 10 (Desember,1999). Dalam <http://www.nursingworld.org/ojin/ethicol /ethic_ 2.htm>[Dikunjungi 25 September 2005].

Quality Assurance Agency for Higher Education.(2000) “General Business and Management.”Southgate House, England: QAAGore, Robert. tt. “Entrepreneurship.” DalamWikipedia: The Free Encyclopedia, <http://www.wikipedia.com> [Dikunjungi 26 Desember2007].

****************

Page 48: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

EVALUASI KOMITMEN BALITBANG KEMDIKBUD TERHADAPPENGEMBANGAN PROGRAM

APEC Learning Community Builders (ALCoB)

SubijantoBalitbang-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Tujuan evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang komitmennyaBalitbang sebagai anggota APEC-HRD Working Group dalam menyosialisasikan danmengembangkan TIK (ICT)selama satu dasawarsa. Metode evaluasi dilakukan dengan caradesk evaluation yaitu melakukan evaluasi terhadap dokumen sosialiasasi dan pengembanganmateri pelatihan ALCoB. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa: 1) selama satu dasawarsa,Baltbang masih memiliki komitmen melakukan pelatihan di bidang Information,Communication, and Technology (ICT) sebagai e-pembelajaran (e-learning) di komunitasALCoB. Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis, dankonsultasi bagi guru SD/MI; SMP/MTs; SMA/MA/SMK di tingkat provinsi/kabupaten/kota secaraterprogram dan bebas biaya; 2) Kendala dalam pengembangan program e-learning padaumumnya lebih disebabkan oleh faktor guru yang telah mengikuti pelatihan, tidak adanyapetugas khusus tenaga TIK, kurang tersedianya infra struktur TIK, dan terbatasnya dukungansekolah.

Kata kunci: KomitmenBalitbang dan program ALCoB

Abstract:The aim of this evaluation is to find out data and information about the commitment ofBalitbang as an APEC-HRD Working Group member in socializing and developing ICT for tenyears. The method of evaluation is desk evaluation, that is an evaluation on document ofsocialization and development of ALCoB training content. The results of evaluation are: 1)For ten years, Balitbang still has commitment in conducting training programs of ICT as e-learning within ALCob community. This commitment is embodied in free of charge ICT training,technical assistance, and consultation for teachers of primary and secondary school (includingmadrasah); 2) Constrains in developing e-learning program are mostly caused by the teachersthemselves, lack of special personnel for ICT, lack of ICT infrastructure, and the limitedsupport from school.

Key words: the office for research and development commitment, ALCoB program

Page 49: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANDisadari sepenuhnya bahwa kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknollogi (IPTEK) sangatlahpesat. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikanperlu diikuti dengan upaya peningkatankemampuan para pendidik dalam pemanfaatankemajuan IPTEK, khusunya di bidang teknologi,informasi, dan komunikasi (TIK) sebagai mediapembelajaran berbasis elektronik(e-learning).Sehubungan dengan hal tersebut, BadanPenelitian dan Pengembangan (Balitbang)Kemdikbud mengagendakan kegiatan sosialisasidan pengembangan program TIK melaluikomunitas pendidik bekerjasama dengan APECmelalui program APEC Learning CommunityBuilders(ALCoB) di Busan Korea Selatan.Sejak tahun 2003, Balitbang Kemdikbudtelahmenjalin kerjasama dengan Pemerintah KoreaSelatan dalam rangka mengembangkan danmenyebarluaskan program APEC di bidangTIK, khususnya melalui APEC LearningCommunty Builders (ALCoB). Sebagaikoordinator APEC-HRD Working GroupdiIndonesia, Balitbang diharapkan dapatberpartisipasi secara aktif dalam berbagaikegiatan sosialisasi dan pengembangan TIKpada skala nasional maupuninternasional

Padatataran nasional, Balitbang melakukansosialisasi kepada para pendidik dan kepalasekolah semenjak tahun 2003 sampai sekarang.Di samping itu, Balitbang juga memberibantuan teknis (technical asistance) kepadadaerah yang membutuhkan pelatihan TIKsecara mandiri. Dengan meningkatkankemampuan para pendidik dalam pembelajaranberbasis TIK, diharapkan para peserta didik diberbagai jenis dan jenjang pendidikan diIndonesia terampil menggunakan TIK sebagaisarana pembelajaran, sehingga sederajatpengetahuan dan keterampilannya denganpeserta didik di negara-negara anggota APEClainnya (Balitbang, 2007, 2008; 2009; 2010;2011a).

Adapun pada tingkat internasional,Bal itbang Kemdikbud dalam berbagaikesempatan,agar berperan aktif dengan caramengirimkan peserta (guru, administrator, danpeserta didik) mengikuti pelatihan ICT ataulomba ICT yang diselenggarakan oleh Instituteof APEC Collaboratif Education (IACE) di BusanKorea Selatan sesuai dengan agenda APEC e-

Learning Trainning Program IACE (Anonim,2010)

Permasalahan yang masih dihadapiBalitbang Kemdikbud, antara lain secara tugaspokok dan fungsi penelitian dan pengembangandi bidang pendidikan sangat terbatas. Dalamartian bahwa keterbatasan yang bersifat mikroatau skala kecil dalam menjalankan tugaskelitbangan serba terbatas dana pendukung.Hal ini tercermin pada setiap tahunnya hanyamampu mengagendakan sosialisasi danpelatihan program ALCoB hanya mampumelaksanakannya di dua/tiga daerah provinsi/kabupaten/kota setiap tahunnya dengan jumlahpeserta maksimal 25 orang.

Kehadiran TIK dalam pembelajaran disekolah dirasakan sudah menjadi kebutuhanmendasar bagi para pendidik dan peserta didik.Namun demikian, belum semua pendidik dapatdan berkesempatan untuk memberdayakansarana TIK yang ada dalam pembelajaran.Dengan kata lain, masih terbatasnya sumberdaya manusia (SDM) yang berkompeten dalammenggunakan perangkat TIK dan masih adanyaanggapan bahwa membangun jejaring TIKmemerlukan biaya mahal (Balitbang, 2011b).Di samping itu, minimnya sistem aplikasi yangmudah digunakanuntuk mendukung kegiatanpembelajaran (Alan. dkk, 2011).

Kehadiran Balitbang dalam melakukansosialisasi, pelatihan, dan pengembang-an TIKmelalui komunitas ALCoB di sekolah sangatdiperlukan. Hal ini dikarenakan metodepelatihan berbeda dengan metode pelatihanyang dilakukan pada umumnya. MetodeBalitbang lebih menekankan pada “kerjamandiri” atau “do it yourself” dalam paket-paket pelatihannya, sekalipun ada pula kerjakelompok. Setiap peserta secara moraldiharapkan mampu untuk mengembangkan diriterhadap perolehan pengetahuan danketerampi lannya,untuk selanjutnyamenularkannya kepada sesama pendidik dilingkungan sekolahnya maupun di lingkungansekolahlain sebagai komunitas ALCoB didaerahnya masing-masing.Tujuan dari penulisan artikel ini dimaksudkanuntuk mendapatkan data dan informasi tentangkomitmen BalitbangKemdikbud sebagai vocalpointanggota APEC-HRD Working Groupdalammensosialisasikan dan mengembangkan TIKselama satu dasawarsa.

Page 50: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASANKomitmen Balitbang Kemdikbud dalam hal

ini dimaksudkan merupakan konsistensiBalitbang untuk mensosial isasikan danmengembangkan program APEC LearningCommunity Builders (ALCoB) di berbagai wilayahprovinsi /kabupaten/kota di Indonesia selamakurang lebih satu dasawarsa.

Dalam setiap melakukan sosialisasi danpengembangannyamelalui komunitas ALCoB,Balitbang Kemdikbud mengharapkan agar setiappeserta pelatihan: 1) mengalami perubahanunjuk kerja (performance) yang berbedasebelum mengikuti pelatian dibandingkandengan setelah mengikutinya; 2) memperkuatkepribadian untuk senantiasa senang melakukansharing pengetahuan dan keterampilan di bidangICT dalam komunitasnya; 3) secara aktifmelakukan jejaring kerja dan/atau komunikasimelalui web sekolah untuk tukar informasi barudibidang ICT (khusunya e-pembelajaran) melaluipenyusun rancangan program pembelahjaran(RPP) dan/atau pengembangan bahan ajar; 4)mengikuti forum ilmiah (seminar/workshop/lokakarya) di bidang ICT atau bidang studi secaramandiri; 5) meningkatkan kemampuanberbahasa Inggris dengan tetap meningkatkankemampuan bahasa Indonesia baik dalambentuk lisan maupun tulisan (publikasi hasilpengembangan/artikel) melalui jurnal ilmiah;dan 6) menciptakan suasana pemberdayaan ICTyang sehat bebas dari pembuatan danpenyebaran virus, hacker, dan pornografi(Balitbang, 2010)

1. Pengembangan program TIK (ICT) dilingkungan APEC EconomyPada bulan April 2003 Korea Selatan (Korsel)

mengajukan APEC ICT Model School Networkpada forum the 3rd APEC Education MinisterialMeeting sebagai bagian dari APEC FutureEducation Consortium. Usulan ini disetujui padathe 26th APEC Human Reseources DevelopmentWorking Group Meeting di Jeju Island, Korsel.Perwakilan APECEconomyyang mendukungKorsel berasal dari delegasi Australia, BruneiDarussalam, China, Indonesia, Jepang, Malaysia,Thailand, dan Viet Nam,serta 3 (tiga) negarapendukung tambahan yaitu Hong Kong China,China Taipei, dan Mexico (Anonim, 2005).

Forum tersebut menyepakati perlunyamembentuk APEC ICT Model School Network dimana pada hakikatnya disepakati perlunyamengimplementasikan program ICT-MSNuntukdikembangkan di seluruh anggota APEC dalambentuk sekolah model dengan melakukankerjasama dalam bentuk “sister schools”.Namundemikian, nampaknya program sister schooldiIndonesia khususnya dengan sekolah-sekolah diBusan Korea Selatan, kurang berkembangsebagaimana yang diharapkan. Hal ini, lebihdisebabkan antara lain: 1) pada umumnya SMAdi Indonesia yang telah melakukan program“sisterschool” dengan beberapa sekolah di BusanKorea Selatan kurang seimbang dalammemperoleh “pasangan sekolah” di mana pihakKorea Selatan memberikan partner dengansekolah setingkat SMP, sedangkan SMA diIndonesia menghendaki kolaborasi dengansesama sekolah setingkat SMA. Hal ini tidakdapat dipenuhi oleh Pemerintah Korea Selatankarena kebijakan Kementerian Pendidikannyatidak mengizinkan sekolah setingkat SMAmelakukan kerjasama dalam bentuk “sisterschool”. Informasi yang diperoleh penulisbahwasannya sekolah setingkat SMA di Korselsejak dini lebih mengutamakan mempersiapkanlulusannya menghadapi seleksi masuk keperguruan tinggi yang favorit. Salah satu wujudkebijakan tersebut yaitu peserta didik sudahmemiliki aktivitas yang sangat padat, termasukmengikuti bimbingan belajar seperti diIndonesia; dan 2) memerlukan persiapan danayang mencukupi untuk melakukan kunjungankerjasama antarsesama sekolah di Korsel.Namun demikian, masih tetap ada beberapasekolah Indonesia yang melakukannya(Subijanto danYuniarsih, 2009).

2. PengembanganALCoBdi IndonesiaDari tahun ke tahun pengembangan ALCoB

cukup pesat, diantaranya sekolah yang telahmendapatkan pelatihan TIK menindaklanjutibeberapa kegiatan seperti: (a) Membentuk TimPengajar untuk mendukung pelakasanaan kelasICT; (b) Menjadikan ICT sebagai kegiatan extrakurikuler di beberapa sekolah; (c) Mendesainkelas ICTuntuk program tertentu; (d) Mendesainalokasi anggaran untuk mendukung beberapaaktivitas; (e) Melibatkan psikolog, ahlipendidikan dan praktisi ICT, serta komite sekolah

Page 51: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

untuk mengadakan brainstorming danmendesain program untuk menyeleksi siswamengikuti pelatihan dan lomba TIK di KoreaSelatan; (f) Menyeleksi siswa yang memenuhisyarat melalui tes psikologi, ICT, Bahasa Inggris,dan wawancara siswa beserta orangtua; (g)Merenovasi dan menyediakan fasi l itaspendukung dan ruang khusus untuk kelasICTuntuk aktivitas-aktivitas peserta didik; dan(h) Meluncurkan program APEC-ICT MSN disekolah masing-masing dengan mengundang

beberapa stakeholder. Namun, secara empirismenunjukkan bahwa hanya ± 40 % dari jumlahkeseluruhan guru yang telah mengikuti sosialisasidan pengembangan program ALCoB secara aktifmelakukan kegiatan pengembangan secaraberkelanjutan (Balitbang, 2009).

Beberapa sekolah di Indonesia yang telahmelaksanakan program APEC-ICT MSN dibeberapa sekolah di Korea Selatan sebagaiberikut.

Tabel 1. Nama sekolah yang melakukan program sister school

Selanjutnya, melakukan kunjungan balasanke beberapa sekolah ke Busan Korea Selatansebagai berikut.

Page 52: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Tabel 2. Kunjungan Balasan Sekolah Indonesia

gempa bumi, sehingga dapat membantukelanjutan aktivitas APEC-ICTMSN; (b)Sinchang Elementary School (Jeju Island),menyalurkan bantuannya kepada SMA Negeri8 Yogyakarta sebesar Rp2.000.000 yang jugaditujukan untuk membantu meringankanbiaya perbaikan laboratorium komputer dansebesar Rp. 356.187 diberikan kepada gurudi sekolah tersebut, yang menjadi APEC ICT-MSN Volunteer karena tempat tinggalnyamengalami rusak akibat gempa bumi; (c)Yiseo Elementary School menyalurkandonasinya kepada sekolah lain yang bukanmenjadi peserta APEC ICT-MSN, yangmemang kondisi sekolahnya mengalamirusak berat, sehingga proses belajarmengajar harus dilaksanakan di tenda.Berdasarkan bantuan guru peserta ALCoBDIY (yang mendapat kepercayaan dari DinasPendidikan Propinsi DIY untuk pendataanpendidikan pasca gempa), bantuan dari YiseoElementary School sebesar US$502,66(setara dengan Rp. 4.624.500) diberikankepada SD Negeri Baran, Pathuk, GunungKidul. Uang sebesar itu diwujudkan dalambentuk paket sekolah (tas beserta alat tulislainnya) yang dibagikan kepada 99 siswa danperlengkapan ATK lainnya yang ditujukanuntuk membantu operasional administrasisekolah; (d) Daejon Oesam Middle Schoolmendonasikan bantuannya kepadapartnernya, yaitu SMP Negeri 5 Yogyakarta;

Di samping hal tersebut, beberapa kegiatanyang dilakukan oleh sekolah yang melakukanprogram sister school berbentuk: (a)Komunikasi secara on-line, baik antarsiswadan antarguru dengan partner sekolahnya;(b) Berbagi ide, karya siswa sebagai bagianaktivitas dari collaborative projects (berupafoto, gambar, video, karya siswa (portfolio),majalah, dsb); (c) Aktivitas secara off-linedalam bentuk kunjungan sekolah yangmeliputi kegiatan-kegiatan olahraga, kelasICT, pentas budaya, demo memasakmakanan tradisional, karya seni, dsb);dan(d) Penandatanganan MoUantarsekolah(Subijanto dan Yuniarsih, 2009). Bentukpartisipasi lainnyaseperti pemberian bantuandana dari beberapa sekolah peserta APECICT MSN Korea Selatan untuk korban tsunamidan gempabumi, baik untuk masyarakatmaupun untuk sekolah peserta APEC ICTMSN di Yogyakarta.

3. Partisipasi Guru ALCoBBeberapa bentuk partisipasi guru dan

siswa dari Korea selama kunjungan kesekolah di Indonesia sebagai berikut: (a)Geumo Middle School, menyalurkanbantuannya kepada partner sekolahnya, yaituSMA Negeri 8 Yogyakarta (melalui rekeningsekolah) sebesar Rp. 13.000.000. Bantuanini ditujukan untuk memperbaikilaboratorium komputer yang rusak akibat

Page 53: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(e) Geumo Middle School menyalurkanbantuannya kepada partner sekolahnya, yaituSMA Negeri 8 Yogyakarta (melalui rekeningsekolah) sebesar Rp. 13.000.000. Bantuanini ditujukan untuk memperbaikilaboratorium komputer yang rusak akibatgempa bumi, sehingga dapat membantukelanjutan aktivitas APEC-ICT MSN; (f)Sinchang Elementary School (Jeju Island)menyalurkan bantuannya kepada SMA Negeri8 Yogyakarta sebesar Rp. 2.000.000 yangjuga ditujukan untuk membantumeringankan biaya perbaikan laboratoriumkomputer dan sebesar Rp356.187 diberikankepada guru di sekolah tersebut, yangmenjadi APEC ICT-MSN Volunteer karenatempat tinggalnya juga mengalami rusakakibat gempa bumi; (g) Yiseo ElementarySchool menyalurkan donasinya kepadasekolah lain yang bukan menjadi pesertaAPEC ICT-MSN, yang memang kondisisekolahnya mengalami rusak berat, sehinggaproses belajar mengajar harus dilaksanakandi tenda. Berdasarkan bantuan guru pesertaALCoB DIY (yang mendapat kepercayaan dariDinas Pendidikan Propinsi DIY untukpendataan pendidikan pasca gempa),bantuan dari Yiseo Elementary Schoolsebesar US$502,66 (setara dengan Rp.4.624.500) diberikan kepada SD NegeriBaran, Pathuk, Gunung Kidul. Uang sebesaritu diwujudkan dalam bentuk paket sekolah(tas beserta alat tulis lainnya) yang dibagikankepada 99 siswa dan perlengkapan ATKlainnya yang ditujukan untuk membantuoperasional administrasi sekolah; dan (h)Daejon Oesam Middle School mendonasikanbantuannya kepada partnernya, yaitu SMPNegeri 5 Yogyakarta. (Balitbang, 2010). Haltersebut menunjukkan bahwa telah terwujudsuatu kondisi yang secara chemistry terjadimutual trust dan mutual symbiosis serta telahtumbuh kembang rasa emphaty terhadsesama APEC economy.

4. Dampak Positif Program ALCoB diIndonesiaKebijakan IACE Korea Selatan bersama

APEC Economy pada setiap tahunnyamelakukan konfernsi ALCoB dan sekaligusmengadakan pertemuan Forum APEC Future

Education. Pada tahun 2011,Indonesiadipercaya sebagai tuan rumah(host) Pertemuan APEC Forum Education danInternational ALCoB Conference (Anonim,2011). Forum dimaksudkan untuk salingtukar informasi apa yang telah dan sedangdilaksanakan oleh APEC Economy dan projectALCoB apa yang dapat dilakukan kerjasamadengan sesama APEC economy. Adapunkonferensi Internasional ALCoB dimaksudkanuntuk berbagai pengalaman (sharing)informasi dan pengalaman yang dapatdijadikan lesson learn atau benchmarkingoleh setiap APEC Economy dalampemberdayaan program ICT sebagai mediapembelajaran.

Setiap inovasi dan/atau pengembanganprogram TIK yang disosialisasikan ke negara-negara anggota APEC(APEC Economy)khususnya dalam menunjang optimaslisasipembelajaran berdampak cukup signifikanterhadap hasil pembelajaran. Beberapadampak positif program ALCoB di bidangpendidikan antara lain: (a) Memberi peluangkepada peserta didik untuk menyalurkan idedan kreativitasnya melalui collaborativeproject yang telah disepakati; (b) Memotivasipeserta didik untuk meningkatkankemampuan ICT dan bahasa Inggris,mengingat komunikasi yang dilakukan lebihbanyak secara online dalam bahasa Inggris;(c) Mengarahkan peserta didik untuk mulaimembangun network di forum internasionalsejak awal, yang dapat mereka lanjutkanuntuk menjalin persahabatan hinggadewasa; (d) Memberdayakan pendidik nonICT dan non bahasa Inggris untuk dapatterlibat secara bersama-sama dalam prosespelaksanaan program ini, dan pada gilirannyamemotivasi mereka untuk meningkatkankemampuan Bahasa Inggris dan ICT; (e)Menarik minat sekolah lain untuk mempunyaipartner sekolah dari Korea Selatan, dan/ataunegara lainnya di lingkungan ASEAN untukmelaksanakan program “sister school”; (f)Memotivasi sekolah untuk menyediakanfasilitas yang layak untuk peningkatankualitas pendidikan; (g) Menarik danmengundang Kantor Dinas Pendidikan(administrator pendidikan) untukmempertimbangkan dan memperhatikan

Page 54: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

pada pendesainan rencana pendidikan untuktahun-tahun mendatang; (h) Memotivasikepala sekolah untuk mengubah paradigmapendekatan belajar mengajar dari PBMkonvensional menjadi Problem BasedLearning(PBL)approach; (i) Memotivasikepala sekolah untuk mendukung gurudalam meningkatkan potensi dirinya,terutama keterampilan Bahasa Inggris danICT; (j) Menciptakan dan membinapemahaman silang budaya, serta memupukkepedulian sosial antarsiswa dan antarguru;dan (k) Terciptanya suasana kebersamaandan berbagai pengalaman dalampengembangan ALCoB (Balitbang, 2011a)

C. METODE EVALUASIMetode evaluasi ini dilakukan dengan cara

sederhana melalui “desk evaluation” di manaevaluasi ini dilakukan dengan mengevaluasidokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaansosialisasi dan pengembangan materi ALCoByang dilakukan oleh Balitbang. Untukmengevaluasi konsistensi Balitbang Kemdikbudterhadap program ALCoB dilakukan dengan caramembandingkan dokumen hasil kesepakatanInternational ALCoB Conference. Di samping itu,mengevaluasi perencanaan kegiatan sosialisasiprogram ALCoB dengan pelakanaan sosialisasiprogram ALCoB yang dilakasankan BalitbangKemdikbud.

D. HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN1. Komitmen Balitbang

Mengacu pada beberapa dokumenkegiatan sosiaslisasi dan pengembanganmateri ALCoB selama satu dasawarsa bentukkomitmen Balitbang Kemdikbud sebagai“vocal point” Indonesia antara lain dalamwujud: (a) Mempromosikan program APEC-ICT MSN dalam setiap kegiatan sosialisasiALCoB di beberapa provinsi/kabupaten/kota;(b) Menyelenggarakan workshop denganmengundang sekolah peserta dan nonpeserta program APECICT MSN, sertabeberapa ahli dan instansi yang relevan,disertai dengan pameran APEC-ICT MSN darisekolah peserta; (c) Mengusulkan kepadaInstitute of APEC Collaborative Education(IACE) yang berpusat di Korea Selatan untukmelibatkan lebih banyak lagi sekolah Korea

Selatan sebagai partner sekolah Indonesiadengan catatan partner sekolah yangditawarkan dari IACEyaitu sekolah yang samalevelnya, sehingga tidak terjadi gap di antaramereka, sebagaimana dialami beberapapeserta (SMK dan SMA Indonesiamemperoleh partner sekolah setingkat SMP);(d) Memotivasi peserta APEC ICT MSN agartetap menjaga network untuk kemudiandijajaki kemungkinan menjadi sister school;dan (e) Mengirimkan pendidik, kepalasekolah, tenaga adminitrasi, dan pesertadidik mengikuti pelatihan ICTprogram danbeberapa lomba ICT untuk guru dan siswadi Busan Kosel.

Sejak tahun 2003 sampai dengan 2009Balitbang Kemdikbud telah melakukansosialisasi dan pengembangan e-pembelajaran melalui komunitas ALCoB di33 daerah, yaitu: (1) Jakarta, (2) Yogyakarta,(3) Semarang, (4) Bandung, (5) Malang, (6)Nganjuk, (7) Banyumas, (8) Padang, (9)Solok, (10) Kotabaru, (11) Balikpapan, (12)Mataram, (13) Denpasar, (14) Jambi, 15)Bengkulu, (16) Pangkalpinang, (17)Samarinda, (18) Biak, (19) Makasar, (20)Bogor, (21) Tangerang, (22) Subang, (23)Ternate, (24) Tidore, (25) Palembang, (26)Medan (Subijanto and Yuniarsih, 2009).Selanjutnya, secara berturut-turut daerah(27) Banten, (28) Surabaya, (29)Banjarmasin, (30) Manado, 31) Banda Aceh,(32) Sulawesi Barat, dan (33) Lampung(Balitbang, 2010).

Pada awal tahun 2012 Balitbangmemfasilitasi pelatihan mandiri denganmengirimkan 2 (dua) orang instruktursekaligus pengembangan ICT di Balitbangke Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun,Provinsi Kepulauan Riau. Namun dalammemfasilitasi setiap permintaan daerah,Balitbang Kemdikbud tidak sepenuhnyadapat memenuhi permintaan daerah dalamhal fasilitasi pelatihan. Balitbang Kemdikbudhanya dapat memfasilitasi/memberi bantuanteknis dengan mengirimkan nara sumber/pengembang ALCoB dan memberi sertifikatbagi peserta yang benar-benar mengikutipelatihan yang dibuktikan dengan kehadiran.

Selanjutnya, dalam pengembangn ICTBalitbang telah melakukan “launching”dengan Mendiknas (waktu itu Prof. Bambang

Page 55: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Sudibyo) dalam penggunaan “CSMBalitbang”di sekolah yang sampai saat ini ± 700sekolah telah menggunakan CSM tersebutdalam pemelajaran (Balitbang, 2011b).

Sekalipun tugas pokok dan fungsiBalitbang Kemdikbud dalam hal kelitbanganterbatas, akan tetapi karena pola pelatihandan instruktur berasal dari pendidik sendiri(tim pengembang sebagian besar berasaldari guru ICT SMA dan SMK serta perguruantinggi) maka dapat tercipta suasanapelatihan yang persuasif dan edukatif sertapenuh rasa kedekatan dan keakrabandiantara sesama peserta pelatihan daninstruktur/pengembang ICT. Timpengembang berasal dari beberapa daerah,yaitu: DKI Jaya, Bandung, Yogyakarta, danMalang yang telah bergabung dengan timpengembang Balitbang semenjak tahun2003.

2. Kendala pengembangan ALCoBBerdasarkan pengalaman Balitbang sejak

tahun 2003 dapat dikemukakan beberapakendala dalam mensosialisasikan danmengembangkan ALCoB, antara lain: (a)Kesiapan untuk mengembangkan ALCoB dariberbagai aspek seperti (kemauan, tekat/spirit; iklim lingkungan/sekolah, pemda,terkait dengan dana maintenance). Adakemauan, tetapi terbatas namun kurang adakemampuan untuk menyakinkan parapenentu kebijakan (kepala sekolah dan dinas,serta pemda termasuk anggota dewanbidang pendidikan); (b) Keberlangsungan(sustainability) alumni pelatihan ALCoB yangmasih labil. Dari setiap peserta sosialisasi ±40 % orang peserta yang penuh semangatuntuk mengembangkannya setelahsekembalinya dari pelatihan (Balitbang,2011b). Namun, apa yang terjadi, peletakankemauan pertama yang telah dibangun untukberbagi informasi dan pengalaman dikalangan internal dan eksternal, dan bahkanmembangun jejaring kerja sekolah lain, tidakbertahan lama, sehingga berakhir dengan“ketidak mauan” untuk melanjutkan apalagimengembangakannya; (c) Legitimasikomunitas ALCoB yang masih bernuansa“birokrasi” di mana masih banyak daerahyang memerlukan legal fofrmal dalam bentuk

“Surat Keputusan” untuk suatu komunitas/organisasi dapat menjalankan perannya. Halini masih diarasakan sebagai suatu“kekuatan” yang luar biasa, Sebaliknya,Balitbang tidak memiliki otoritas dan strukturorganisasi ke daerah, sehingga tidak dapatmemeberikan kekuatan tersebut.Sebagai salah satu bentuk rekomendasi atausaran kepada pihak Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan Direktorat JenderalPendidikan Menengah agar sekolah diberikandukungan melaksanakan otonomi dalampengembangan program dan kegiatanpembelajaran (Balitbang, 2010).

Fakta empirik menunjukkan bahwa dalammenjalin jejaring kerja melalui “sister school”terdapat beberapa kendala, antara lain ditingkat SD yaitu komunikasi denganmenggunakan bahasa Inggris. Sehubungandengan hal tersebut, guru koordinatorberfungsi sebagai penghubung antara siswaKorea dan Indonesia denganmenterjemahkan bahasa Korea ke bahasaInggris. Selain itu, sifat program dan kegiatanAPEC yang nonbinding disertai dengansistem rolling guru di Korea (termasuk gurukoordinator APEC ICT MSN) mengakibatkankeberlangsungan network ini cenderungbersifat parsial dan tidak bertahan lama.Meskipun dari 8 sekolah peserta tersebutterdapat beberapa sekolah yang dapatmempertahankan program ini secaraberkesinambungan dan menjadikan APECICT MSN sebagai core excellent atau icondari sekolah tersebut (terutama sekolah diYogyakarta). Tidak adanya aturan danmekanisme yang jelas dari IACE sebagaiinisiator APEC ICT MSN dalampengembangan program ini di masing-masing negara, sehingga menyebabkanBalitbang Depdikbud menghadapi kesulitantersendiri untuk menawarkan kepada sekolahlain yang berminat (Balitbang, 2008).

Balitbang Kemdikbud sebagai koordinatordan fasilitator APEC ICT MSN tetapmendukung sekolah peserta dalam programini, namun Dinas Pendidikan Propinsi DIYmaupun Kota Yogyakarta telah mengarahpada “kemandirian”, mengingat BalitbangKemdikbud perlu juga berbagai (sharing)dengan sekolah lainnya.

Page 56: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

3. Tantangan pasca pelatihan ALCoBTantangan pertama dan utama biasanya

berasal dari diri sendiri (individu peserta)yang dilatar belakangi oleh faktor internalantara lain pengetahuan dan keterampilanguru yang sangat bervariasi (mulai daridasar sampai lanjutan). Dengan demikian,adakalanya peserta pelatihan merasabahwa materi pelatihan terlalu tinggi.Kemudian, peserta kurang memiliki dayajuang yang tinggi dalammengimplementasikan dan mengembangkanketerampilan yang diperolehnya, sehinggaapabila mengalami sedikit kendala (dalammengoperasiolankan komputer danterbatasnya fasilitas pendukung) cepatmenyerah. Adapun faktor eksternaldikarenakan iklim kerja yang kurangkondusif (adakalanya kepala sekolah kurangmendukungnya, karena ia belum menyadaribetapa pentingnya ICT dalam e-pembelajaran, dan atau bisa jadi kepalasekolah belum dapat mengoperasionalkanICT dalam e-pembelajaran serta rekansejawat masih banyak yang gagap teknologi(gatek) terhadap pemanfaatan ICT(Balitbang, 2011b).

4. Tindaklanjut sosialisasi danpengembangannaya ALCoBDalam setiap melakukan kegiatan

ALCoB, Balitbang Kemdikbud memilikisasaran yaitu: (a) Membangun forumpertukaran informasi melalui dunia mayaberbasis Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) bagi para guru, kepalasekolah, serta administrator pendidikanuntuk saling berbagi pengetahuan maupuncontoh implementasi ICT (best practices)di sekolah dengan negara-negara anggotaAPEC dalam rangka mengurangikesenjangan digital (digital divide); (b)Membentuk jaringan komunikasi antar gurudari beberapa kota/kabupaten di PropinsiBanten untuk bergabung forum ALCoB; (c)Meningkatkan penguasaan pemanfaatanTIK dalam pembelajaran (integrating ICT)dan berbagai jenis kebutuhan pembelajarandi sekolah dengan penggunaan ICT; dan (d)Memberikan pendidikan dan pelatihandalam pembuatan website sekolah kepadapara guru menggunakan model website

sekolah yang telah dikembangkan olehBalitbang Kemdiknas (Balitbang, 2009).

Hasil sosialisasi dan pengembanganALCoB dimaksudkan untuk: 1).Tergabungnya komunitas pembelajar ICTmelalui 30 orang peserta (guru) menjadianggota ALCoB, yang selanjutnyadiharapkan dapat mengembangkanjaringannya kepada sekolah atau gurulainnya, baik di lingkup sekolah masing-masing maupun dalam forum yang lebihluas; (b) Terlaksananya program ALCoBsebagai sarana bagi guru, kepala sekolah,dan administrator pendidikan untukmembangun dan mengembangkan forumpertukaran informasi di bidang pendidikan,baik secara offline maupun online; (c)Meningkatnya kemampuan pesertapelatihan untuk mengembangkanpenguasaan TIK dalam pembelajaranberbasis multimedia; dan (d) Terlatihnyapara peserta dalam membuat websitesekolah menggunakan model yangdikembangkan oleh Balitbang Kemdikbud,sehingga para peserta dapat membuatsendiri website sekolah (Balitbang, 2008).

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Sebagai perwujudan komitmenBalitbang Kemdikbud sebagai vocal pointanggota APEC dalam pengembangan TIK(ICT) disimpulkan bahwa BalitbangKemdikbud telah:a. Mempromosikan program APEC-ICT

MSN dalam setiap kegiatan sosialisasiALCoB di beberapa provinsi/kabupaten/kota;

b. Menyelenggarakan workshopALCoBsetiapa tahun dengan mengundangsekolah peserta pelatihan TIK dan nonpeserta program APEC ICT MSN, sertabeberapa ahli dan lembaga yangrelevan, serta narasumber yang relevandisertai dengan kunjungan APEC-ICTMSN dari sekolah peserta;

c. Mengajukan usulan kepada Institute ofAPEC Collaborative Education (IACE)yang berpusat di Korea Selatan untukmelibatkan lebih banyak lagi sekolahKorea Selatan sebagai mitra kerjasekolah Indonesia(sister school).Bahkan

Page 57: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dalam peningkatan jejaring kerjaBalitbang mengajukan persyaratan keIACE agar dalam menjalin jejaring kerjamelalui sister school dipilih sekolah yangsama jenjangnya, sehingga tidak terjadigap yang jauh di antara mereka,sebagaimana dialami beberapa pesertasekolah Indonesia (SMK dan SMAmemperoleh partner SD);

d. Memotivasi peserta APEC ICT MSN agartetap menjaga network-nya sehinggadapat dijajaki lebih lanjut menjadi sisterschool;

e. Telah mengirimkan guru dan kepalasekolah serta tenaga adminitrasimengikuti pelatihan ICT ke KoreaSelatan sebanyak + 60 orang.Padagilirannya situasi ini memotivasi kepalasekolah dan guru-guru untuk berbenahdiri terhadap peningkatan kualitaspelayanan sekolah kepada siswa danketerampilan guru dan non guru dibidang ICTserta pembelajaran bahasaInggris;

f. Setiap tahun Balitbang mengagendakankegiatan sosial isasi ALCoB danpengembangannya ke daerah yangbelum terjangkau dengan caramelakukan pelatihan bebas biaya. Telahdilakukan di 33 daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota yang telahmendapatkan sosialisasi program ALCoBdan pengembangannya; dan

g. Memberikan bantuan teknis (technicalassisstance) kepada komunitas ALCoByang memerlukan bantuan pelatihanmaupun pengembangan materi.

2. SaranAtas dasarsimpulan di atas, disarankan

agar:a. Setiap peserta sekurang-kurangnya

merasa bahwa ICT merupakankebutuhan dasar dalammengembangkan informasi, komunikasi,dan teknologi dibidang pembelajaran (e-learning);

b. Mempertahankan dan mengembangkanserta menyebar luaskanpengetahuandan keterampilan yang telah di dapat

dari pelatihan kepada diri sendiri dankomunitas (guru dan siswa) dilingkungan sekolah/luar sekolah;

c. Menjalin jejaring kerja dengan sesamasekolah atau pihak lain untuk berbagaipengalaman dan mengatasi berbagaikendala yang dihadapi (secara teknisdengan sesama alumni ALCoB, dannonteknis dengan stakeholders); dan

d. Selalu merasa “haus informasi”terhadapperkembangan ICT” dan berupaya untuksaling tukar informasi dan membacaserta mengikuti berbagai kajian ICT(seminar, workshop, lokakarya);

e. Bagi Dinas Pendidikan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapatmendukung pengembanagan ALCoB diwilyahnya dan memfasilitasi saranapenunjang. Dalam pengembanganALCoB di masing-masing daerah,diharapkan pihak dinas pendidikanprovinsi/kabupaten/kota dapat langsungmendukung komunitas ALCoB untukmelakukan pelatihan danpengembangannya tanpa harusmenunggu Surat Keputusan (SK) dariKemendikbud Pusat. Hal ini lebihdikarenakan otonomi pendidikan telahdilaksanakan oleh setiap satuanpendidikan. Dengan kata lain, pada eraotonomi pendidikan berbagai sosialisasidan pengembangan inovasi pendidikanmenjadi hak otoritas setiap wargasekolah dan pemerintah daerah masing-masing;

f. Bagi Balitbang Kemdiknas diharapkanuntuk berbagai (sharing)pengembangan dengan Unit Utamaterkait (Ditjen Pendidikan Dasar;DitjenPendidikan Menengah; dan Pustekom)untuk selanjutnya melakukan sinergidalam pengembangan ICT di masamendatang; dan

g. Bagi Institute of APEC CollaborativeEducation (IACE) agar selalumemberikan jadwal kegiatan sosialiasasianggota APEC setiap tahunnya,sehingga masing-masing anggota dapatmenyesuaikan dengan jadwal dimaskudsekalipun masih tentatif.

Page 58: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PUSTAKA ACUANAnonim. (2005) APECFuture Education Forum

Consortium, Institute of APEC CollaborativeEducation (IACE), Busan South Korea.

Anonim. (2010) APEC E-learning TrainingProgram. To Build APEC Learning Communityfor Shared Prosperity.

Anonim. (2011) The 7th APEC Future EducationForum & The 9th International ALCoBConference: Systemic Change and SharedProsperrity in APEC by Utilizing ICT. Nov. 14th

(Mon.) – 16th (Wed.). Bali, Indonesia.Alan Ridwan Maulana, Dodi Firmansyah, Choirul

Anam, Siswanto, Taufik M Syah, Wuryanta,Yulianto Sri Utomo, Wardjana, AgungPurnomo, dan Hendi Ahmad Hidayat. (2011)Tutorial Membangun Website Sekolahdengan Model CMS Balitbang Kemdiknas,Bandung: Cetakan Pertama, PenerbitInformatika

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007)Laporan Workshop Nasional APEC Learning

****************

Community Builders, Balitbang, Jakarta.Badan Penelitian dan Pengembangan. (2008)

Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2009)Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2010)Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2011a)Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2011b)Laporan Monitoring dan Evaluasi OnlinePenggunaan Website Sekolah dengan ModelCMS Balitbang Kemdiknas, Jakarta

Subijanto and Yuniarsih Lestyani. (2009)Progress Country Report 8 Years of ALCoBDevelopment in Indonesia: Presented for5th APEC Future Education Forum & 7th

International Alcob Conference, Bangkok, 25-27 November 2009.

Page 59: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASIDALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Yuni SugiartiFakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

([email protected])

Abstrak:Realitasnya Pendidikan Anak Usia Dini banyak yang dilakukan oleh masyarakat. Begitu pulagurunya banyak yang berasal dari masyarakat. Standarisasi tuntut kualifikasi akademik dankompetensi guru PAUD menjadi tantangan. Apalagi pendidikan pada jenjang PAUD lebihfokus untuk meletakan dasar ke arah tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikis, sertabakat dan potensi lainnya yang dimiliki anak. Peningkatan kompetensi guru PAUD secarakonvensional masih terbatas, sehingga diperlukan pendayagunaan teknologi informasi dankomunikasi baik secara online, offline maupun melalui teknologi penyiaran. Realisasipendayagunaan TIK untuk peningkatan kompetensi guru PAUD diwujudkan dalam bentuk:dukungan kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), dukungan infrastruktur TIK,pengembangan konten TIK yang bermutu dan menarik, serta pemanfaatan oleh guru PAUDsecara optimal. Aspek pemanfaatan ini sangat penting. Oleh karena itu sasaran penggunaharus disiapkan, mulai dari tahapan penyadaran akan perlunya penggunaan TIK untukmeningkatkan kompetensi, pelatihan dan pendampingan, serta pemberian reward bagi sasaranyang menonjol dalam pemanfaatan TIK. Tahapan ini perlu dilakukan secara bertahap dankontinyu, dengan melibatkan semua pihak terkait mulai pemerintah (pusat dan daerah),orangtua, guru, dunia usaha, LSM, dan masyarakat.

Kata kunci: Pendidikan anak usia dini, teknologi informasi dan komunikasi, kompetensiguru PAUD

Abstract:In reality, most of the early childhood education programs are conducted by the community.Similarly, most of the teachers come from the community. Standardization demands theimprovement of academic qualifications and competencies of early childhood teachers.Moreover, the early childhood education is more focused on laying the foundation towardsthe development of children both physically and psychically, talent and other potential thatchildren have. Increasing competence of early childhood teachers in conventional way has alimitation, so that the utilization of information and communication technology is a necessity.The utilization of ICTs for improving the competence of early childhood teachers are embodiedin: the (central and local) government policy support, ICT infrastructure support, thedevelopment of qualified and interesting ICT content as well as the optimal utilization of ICTfor early childhood teachers. The utilization is a very important aspect. Therefore, the targetusers should be prepared, starting from the stage of awareness of the need to use ICT toenhancing the competence, training and mentoring, and providing rewards for prominenttargets in the use of ICT. This stages need to be executed gradually and continuously andinvolve all stakeholders from government (central and local), parents, teachers, businesses,NGOs, and communities.

Key words: early childhood education, information and communication technology, early childhood teacher competence

Page 60: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANPendidikan hakekatnya dimulai sejak lahir

bahkan sejak dalam kandungan ibu hinggaakhir hayat. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)merupakan salah satu tahapan pendidikananak sejak lahir sampai usia memasukijenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar),yaitu sekitar usia enam tahun. Umur anakpada masa PAUD dapat digolongkan mulaidari nol tahun hingga enam tahun.

Dalam banyak kaj ian i lmiah danpengalaman empirik, Pendidikan Anak UsiaDini merupakan bentuk pendidikan yangsangat penting dalam menyiapkan generasiyang berkualitas. Usia anak dari 0 s.d. 6 tahunmerupakan usia sangat penting sebagai masatumbuh kembang fisik dan fsikis anak. Banyakpara ahl i yang berpendapat bahwaperkembangan anak di usia dewasa banyakditentukan oleh perkembangan pada usiadini. Mengingat pentingnya perkembangananak pada masa usia ini, maka seringkalidisebut sebagai masa golden age. Olehkarena i tu Pendid ikan Anak Usia Din imerupakan salah satu prioritas KementerianPendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakanoleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaandi bawah satu direktoral khusus yaituDirektorat Pendidikan Anak Usia Dini. Dalampelaksanaanya program PAUD tidak bisahanya mengandalkan program formal daripemerintah saja. Peran masyarakat sangatpenting dalam mensukseskan PAUD ini. Olehkarena itu PAUD dilakukan melalui beberapaalternatif, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK),Kelompok Bermain (KB), Taman PenitipanAnak (TPA), Taman Pendidikan Al Qur’an(TPQ), dan bentuk Pendidikan Anak Usia Dinilainnya yang berbasis masyarakat, keluargaatau lingkungan. Berdasarkan data dariKementerian Pendidikan dan Kebudayaan(2011), akses layanan PAUD atau AngkaPartisipasi Kasar (APK) anak PAUD hinggaakhir tahun 2009 baru mencapai 53,70% atausekitar 15,5 juta anak yang terlayani. Artinyahampir separunya anak-anak Indonesia belumterlayani dengan program PAUD tersebut.

Keberhasilan angka partisipasi PAUD yangbaru mencapai 53,7% tersebut, ternyatahampir separuhnya (25,66%) merupakan

kontribusi dari Taman Pendidikan Al Qur’an(TPQ) yang sebetulnya tidak dirancangsebagai satuan PAUD (Kemdiknas, 2011).PAUD model ini dilaksanakan dari, oleh, danuntuk masyarakat. Artinya pelaksanaansatuan PAUD ini sepenuhnya diselenggarakanoleh masyarakat . Begi tu pula tenagapendidiknya (guru) berasal dari masyarakat.Para guru dan pengelola PAUD berbasismasyarakat ini umumnya belum mendapatkanpendidikan khusus dalam mengajar danmendidik anak-anak usia PAUD. Kemampuanmereka dalam mendidik anak PAUD umumnyamengandalkan pengalaman empirik dalammendidik anak-anaknya. Padahal dalammendidik anak usia dini jauh lebih rumitkarena usia anak tersebut merupakan masatumbuh kembang yang sangat berpengaruhdalam perkembangan dan kehidupannya dimasa mendatang.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikanpada model PAUD khususnya yang berbasismasyarakat tersebut, kemampuan guru-guruPAUD sangat mendesak perlu ditingkatkan.Pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnyadituntut untuk bagaimana meningkatkankemampuan atau kompetensi para guru-guruPAUD yang tersebar di seluruh pelosok tanahair, terutama mereka yang belum pernahmengikuti pendidikan formal sejenis guruPAUD.

Peningkatan kualitas guru PAUD melaluikegiatan pelatihan konvensional baik olehpemerintah pusat maupun daerah sangatterbatas. Di sisi lain letak geografis dan sosialekonomi masyarakat juga menjadi kendala.Oleh karena itu salah satu pemecahannyaadalah dengan mendayagunakan TeknologiInformasi dan Komunikasi (TIK). KemajuanTIK sangat pesat. Di sisi lain karakteristik dankelebihan TIK ini diyakini mampu merekayasakendala dalam meningkatkan kompetensiguru-guru PAUD. Oleh karena itu diperlukansebuah kajian pendayagunaan TIK untukmeningkatkan kompetensi guru PAUD. Tulisanin i bertujuan mengkaj i bagaimanamendayagunakan teknologi informasi dankomunikasi dalam meningkatkan kompetensiguru PAUD yang tersebar di seluruh tanahair.

Page 61: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASAN1. PAUD dan Kompetensi Guru

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Diniadalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampaidengan usia enam tahun yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikanuntuk membantu pertumbuhan danperkembangan jasmani dan rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasukipendidikan lebih lanjut. Pendidikan danperkembangan anak usia PAUD sangatpenting sebagai bekal dan pondasiperkembangan anak di masa mendatang.Menurut Osborn, White, dan Bloom(Syamsuddin, 2011), perkembanganintelektual pada anak usia 0 s.d. 6 tahunsekitar 70%, sedangkan peningkatanintelektual anak usia 7 s.d. 18 tahun jauhlebih kecil dari perkembangan pada rentang6 tahun pertama yaitu hanya sekitar 30%.

Karakteristik anak didik usia nol sampaidengan enam tahun tentu saja berbedadengan anak didik di jenjang pendidikansekolah pada umumnya. Usia anak didikPAUD merupakan masa tumbuh kembangbaik fisik, mental, kecerdasan, maupunaspek-aspek pertumbuhan lainnya. Prosespendidikan pada jenjang PAUD lebihdiarahkan pada menyiapkan atau meletakandasar ke arah tumbuh kembang anak,terutama dalam aspek pertumbuhan danperkembangan: fisik; kecerdasan, sosialemosional, bahasa dan berkomunikasi, sertabakat dan potensi lainnya yang dimiliki anak,sehingga anak siap belajar lebih lanjut,mengatur hidupnya menjadi mandiri danbertanggungjawab sebagai manusiaseutuhnya. Guru PAUD perlu memilikikompetensi atau kemampuan yang dapatmendidik untuk tumbuh kembang anaksesuai dengan bakat, potensi, danperkembangannya. Guru PAUD dituntutmemiliki kualifikasi lulusan pendidikan formalyang relevan, mengikuti pendidikan danpelatihan yang dilakukan secara kontinyusesuai perkembangan zaman, sertaditunjang oleh sikap dan pengalaman dalammendidik anak usia 0 s.d. 6 tahun.

Kompetensi (competency) terkait dengankemampuan seseorang dalam melakukansuatu pekerjaan. Kompetensi adalahkemampuan dan keterampilan yang dimilikiseseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasguna mencapai tujuan (Boyatzis, 1984).Kompetensi, menurut Spencer dan Spencer(1993), adalah segala bentuk motif, sikap,keterampilan, perilaku atau karakteristikpribadi lain yang penting untukmelaksanakan pekerjaan atau membedakanantara kinerja rata-rata dengan kinerjasuperior. Definisi ini mengandung maknabahwa kompetensi berkaitan dengankemampuan dasar dan sifat-sifat pribadi yangmelekat pada diri individu. Di sisi lain padaumumnya setiap manusia juga memilikikinerja yang sama tetapi ada beberapaorang memiliki keahlian yang khusus. Bentukyang mudah dilihat dari kompetensi tersebutadalah perilaku yang dimunculkan individudalam melaksanakan pekerjaannya.

Wujud kompetensi sebagai perilakudalam melaksanakan tugas pekerjaan inidapat disebut sebagai kemampuan. MenurutWibowo (2007), kompetensi diartikansebagai kemampuan untuk melaksanakanatau melakukan suatu pekerjaan atau tugasyang dilandasi oleh keterampilan danpengetahuan serta didukung oleh sikap kerjayang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Olehkarena itu kompetensi dapat diartikansebagai akumulasi dari kemampuan individudalam melaksanakan pekerjaannya yang didalamnya terdapat unsur pengetahuan,sikap, keterampilan, dan unsur-unsur pribadilainnya. Kompetensi individu yang tampakatau mudah diobservasi adalah keahlian danpengetahuannya, sedangkan sikap, sifatbawaan, dan motif sulit dilihat. Kompetensipengetahuan dan keahlian relatif mudahuntuk dikembangkan, sehingga programsejenis pelatihan atau pendidikan lainnyamerupakan salah satu cara yang baik.Pelatihan ini bisa di lakukan secarakonvensional ataupun melalui pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi.

Kompetensi diarahkan individu untukmemiliki kemampuan atau kualifikasi yangdisyaratkan dalam melaksanakan tugasnyasehari-hari. Kompetensi prasyarat inimerupakan jaminan individu dalam

Page 62: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

melaksanakan tugasnya sesuai standarisasiyang telah ditetapkan. Dalam PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualif ikasi Akademik danKompetensi Guru, telah dijabarkan secararinci standar kompetensi guru khususnyaguru PAUD/TK/RA. Standar kompetensiguru ini dikembangkan secara utuh dariempat kompetensi utama, yaitu kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensiprofesional. Keempat kompetensi tersebutsaling terkait dan terintegrasi dalam wujudkinerja guru. Kompetensi inti guru dalamaspek Pedagogik, meliputi:a. Menguasai karakteristik peserta didik

dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkaitdengan bidang pengembangan yangdiampu.

d. Menyelenggarakan kegiatanpengembangan yang mendidik

e. Memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk kepentinganpenyelenggaraan kegiatanpengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensipeserta didik untuk mengaktualisasikanberbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik,dan santun dengan peserta didik.

h. Menyelenggarakan penilaian danevaluasi proses dan hasil belajar

i. Memanfaatkan hasil penilaian danevaluasi untuk kepentinganpembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektifuntukpeningkatan kualitaspembelajaran.

Kompetensi inti guru dalam aspekkepribadian, meliputi:a. Bertindak sesuai dengan norma agama,

hukum, sosial, dan kebudayaan nasionalIndonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yangjujur, berakhlak mulia, dan teladan bagipeserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang

mantap, stabil, dewasa, arif, danberwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawabyang tinggi, rasa bangga menjadi guru,dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesiguru.

Kompetensi inti guru dalam aspek sosial,meliputi:a. Bersikap inklusif, bertindak objektif,

serta t idak diskriminatif karenapertimbangan jenis kelamin, agama, ras,kondisi fisik, latar belakang keluarga,dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik,dan santun dengan sesama pendidik,tenaga kependidikan, orang tua, danmasyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yangmemiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitasprofesi sendiri dan profesi lain secaralisan dan tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi inti guru dalam aspekprofesional, meliputi:a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang mendukungmata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dankompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaranyang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secaraberkelanjutan dengan melakukantindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk berkomunikasi danmengembangkan diri.

Secara lebih rinci dalam PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualif ikasi Akademik danKompetensi Guru, telah diuraikanpenjelasan setiap kompetensi inti gurutermasuk kompetensi guru TK/PAUD.Kompetensi tersebut misalnya dalam aspekpedagogik penjelasan dari kompetensi intiguru “Menguasai karakteristik peserta didik

Page 63: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan intelektual”, sebagai berikut:(a) Memahami karakteristik peserta didikusia TK/PAUD yang berkaitan dengan aspekfisik, intelektual, sosial-emosional, moral,dan latar belakang sosial-budaya; (b)Mengidentifikasi potensi peserta didik usiaTK/PAUD dalam berbagai bidangpengembangan; (c) Mengidentifikasikemampuan awal peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidangpengembangan; dan (d) Mengidentifikasikesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalamberbagai bidang Pengembangan. Begitupula kompetensi inti guru lainnya padasetiap aspek telah diuraikan lebih spesifikdalam kompetensi guru TK/PAUD. AdanyaPeraturan menteri ini dapat menjadi acuanpara guru PAUD, pengelola PAUD, dinaspendidikan, lembaga pendidikan tenagakependidikan, dan pihak-pihak terkaitlainnya dalam meningkatkan kompetensiguru PAUD.

2. Kajian TIK bagi Guru PAUDPendayagunaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi sebagai salah satu alternatifpenting dalam peningkatan mutu guru PAUD.Hal ini didasarkan pada beberapa alasan,diantaranya, realitas potret guru PAUD saatini seperti disajikan dalam Tabel 1, masihbelum memenuhi harapan. Tabel 1menunjukkan bahwa jumlah tenaga pendidikdan kependidikan pada satuan PAUDdiketahui 772.741 orang. Menurut PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualifikasi Akademik dan KompetensiGuru, bahwa Kualifikasi Akademik GuruPAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasiakademik pendidikan minimum diplomaempat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidangpendidikan anak usia dini atau psikologi yangdiperoleh dari program studi yangterakreditasi. Berdasarkan Tabel 1, berartiguru PAUD yang memenuhi kualifikasiakademik baru 63.284 orang.

Tabel 1. Jumlah Pendidik pada Satuan Pendidikan PAUD

Yang menarik dari Tabel 1 tersebutadalah pada satuan PAUD Taman PendidikanAl Qur’an (TPQ) yang berjumlah 370.248orang ternyata kualifikasi pendidikannyamasih belum diketahui. Jika memperhatikankarakteristik satuan PAUD TPQ yang berbasismasyarakat, pelaksanaan satuan PAUDsebagian besar dilakukan berbasis

masyarakat melalui Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ) dan Pendidikan Anak Usia Dinilainnya yang berbasis masyarakat, keluarga,atau lingkungan. Guru PAUD model inidilakukan atas partisipasi masyarakat yangsangat perlu dibekali dengan pendidikankeilmuan dalam membimbing anak usiaPAUD.

Page 64: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Secara lebih khusus karakteristik guruPAUD khususnya yang berbasis masyarakatsebagian besar berasal dari masyarakatsetempat. Mereka umumnya belummendapatkan pendidikan secara khusustentang cara mendidik anak usia PAUD.Mereka umumnya mengandalkanpengalaman empirik dalam mendidik anak-anak tersebut. Begitu pula guru PAUD yangtelah mendapatkan pendidikan khusus perlupenyegaran tentang konsep dan praktekmetodologi pendidikan anak usia dini.Dengan kata lain, guru PAUD baik yangbelum mendapatkan pendidikan secarakhusus maupun lulusan lembaga pendidikankeguruan (PAUD) perlu mendapatkanpendidikan dan pelatihan secara kontinyu.Hal ini sangat penting sebagai bekal merekadalam mendidik anak-anak usia dini sesuaidengan perkembangan ilmu pengetahuandan tuntutan zaman.

Aspek penyebaran guru PAUD, dalamkenyataanya tidak merata. Di daerahperkotaan tenaga guru relatif cukup bahkanlebih, sementara di pedesaan sangat kurang.Bagi guru PAUD di perkotaan, peluangmengikuti pendidikan dan latihan secarakonvensional sangat terbuka. Sebaliknya,guru PAUD yang berada di daerah pedesaanrelatif sulit untuk mengeningkatkankemampuannnya. Hal ini disebabkanketerbatasan sumber belajar, saranakomunikasi, kendala letak geografis, biaya,serta tuntutan untuk hadir tiap hari ditengah-tengah anak didiknya.

Kondisi tersebut perlu upaya agar di satusisi guru tetap bisa melaksanakan tugassehari-harinya, tapi di sisi lain merekamempunyai kesempatan untukmeningkatkan kualifikasinya. Kendala lainnyaadalah secara geografis banyak lokasisekolah dan tempat tinggal guru SD yangsulit dijangkau transportasi. Mereka tinggaldi daerah-daerah terpencil. Kondisi sepertiini sulit bagi mereka untuk bisa mengikutipendidikan secara konvensional sesuaituntutan.

Guru PAUD juga dituntut untukdibiasakan melek teknologi Informasi dankomunikasi, karena anak-anak generasisekarang sangat cepat dan akrab denganteknologi tersebut. Anak-anak sekarang sejak

bayi bahkan baru lahir ketika membukamatanya, yang dilihat adalah Handphoneeorangtuanya yang sedang menelponkerabatnya. Begitupun di kamar bersalin,bayi melihat siaran televisi atau terdengaralunan musik. Usia anak-anak dan remajaterutama di kota-kota besar sudah terbiasamenonton televisi, berkomunikasi denganHandphone, jejaring sosial (facebook,twitter), atau berkirim pesan melalui email.Realitas tersebut merupakan gejalaperubahan perilaku generasi yang perludisiasati oleh para guru dan orangtua agarteknologi informasi dan komunikasi memilikimanfaat positip bagi tumbuh kembang anakdidik mereka. Oleh karena itu guru zamansekarang tuntutanya berbeda dengan guruzaman dulu. Salah satu perbedaan tersebutadalah guru di abad 21 dituntut harus melekTeknologi Informasi dan Komunikasi. Hal inisebabkan karena realitas tidak dapatdipungkiri bahwa TIK telah mempengaruhihampir semua aspek kehidupan manusia,termasuk kehidupan anak-anak usia dini.

TIK menyediakan banyak pilihan bagipeserta didik dalam belajar. Guru PAUD dapatmeningkatkan kemampuannya melaluiberbagai TIK yang telah dirancang untukmeningkatkan kemampuannya. Melalui TIK,guru PAUD memiliki kebebasan dalammemilih waktu, konten, dan tempat belajar.Mereka dapat belajar dengan menggunakanVCD pembelajaran, mengikuti siaran radiodan televisi pendidika. Mereka juga dapatleluasa mengbuka web yang telah dirancangdan menyediakan konten peningkatankompetensi guru PAUD. Di sisi lain merekajuga dapat mencari dan memilih berbagaikonten pembelajaran yang tersedia diinternet secara mengglobal sesuaikebutuhannya.

Proses belajarnya juga dapatdilaksanakan di mana saja dan kapan sajasetiap ada kesempatan. Para guru PAUDtidak harus meninggalkan tempat tinggalatau anak didiknya di daerah tempattinggalnya. Mereka bisa belajar sambil tetapmelaksanakan tugasnya yaitu membimbinganak didiknya. Begitu pula tempat belajarbisa dilaksanakan di rumah, di tempat PAUDatau dimana saja setiap ada kesempatan.

Page 65: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Melalui penggunaan TIK, guru PAUD jugadapat melakukan komunikasi denganpengelola, pakar, sesama guru PAUD, bahkandengan orangtua siswa. Komunikasi ini dapatdilakukan secara langsung (synchronous)maupun secara tidak langsung(asynchronous). Dengan adanya fasilitaskomunikasi ini, para guru PAUD dapatberkonsultasi dan mendiskusikan kesulitan,permasalahan atau berbagai hal yang terkaitdengan upaya mendidik anak-anak dalambelajar di lingkungan PAUD.

Upaya peningkatan kompetensi guruPAUD melalui pendidikan dan latihankonvensional yang bisa dilakukan olehpemerintah pusat dan pemerintah daerahsangat terbatas. Di sisi lain, i lmupengetahuan dan teknologi terusberkembang. Tuntutan perkembanganmasyarakat juga terus meningkat. Pengaruhteknologi informasi dan komunikasi telahmenghilangkan batas-batas fisik geografissangat dimungkinkan mendapat informasiterkini secara cepat dan akurat. Sebagaikonsekuensinya tuntutan peserta didik danmasyarakat terhadap ilmu pengetahuanterus berkembang. Oleh karena itupendidikan dan pelatihan bagi guru PAUDdapat dilakukan tidak hanya secarakonvensional, tetapi melalui rekayasapemanfaatan teknologi informasi dankomunikasi.

3. Pengalaman Empirik TIK dalamPeningkatan Kompetensi GuruTeknologi informasi dan komunikasi

sudah lama dimanfaatkan banyak negarabaik negara maju maupun negaraberkembang dalam mengatasi hambatan-hambatan guna peningkatan kompetensiguru dan mutu pendidikan. Australia danNew Zeland misalnya mengembangkanSiaran Radio Pendidikan (SRP) untuk anakdidik tingkat sekolah menengah yang beradadi daerah terpencil. Sekolah ini disebut schoolof the air. Nigeria tahun 1965 memanfaatkanSRP untuk penataran guru-guru SekolahDasar. Honduras menggunakan SRP untukmemberantas buta huruf. Sedangkan diMexico SRP ditujukkan untuk anak SD kelas3 s.d. 6 dalam mengatasi kekurangan guru.

Begitu pula di Thailand tahun 1953 SRPditujukan untuk menunjang danmemperkaya pendidikan tingkat sekolahdasar (Yusufhadi Miarso, 1984).

Di Indonesia tahun 1977 dikembangkanSiaran Radio Pendidikan (SRP) untukmembantu kegiatan penataran guru SD.Program ini diperioritaskan bagi guru-gurudi daerah terpencil. Untuk membantumengikuti siaran guru dilengkapi denganbahan penyerta (bahan cetak) dan bukupedoman siaran. Program SRP tersebutberdasarkan hasil penelitian Simanjuntakdan Dakir tahun 1979 (Yusufhadi Miarso,1984), diketahui bahwa tidak ada perbedaanyang berarti antara prestasi belajar guru-gurudalam mata pelajaran bahasa Indonesia danMatematika yang menggunakan sistem SRPdengan kelompok kontrol. Ini menunjukkanbahwa hasil penataran guru melalui SRPrelatif sama dengan penataran tatap mukabiasa (konvensional).

Proses belajar diklat SRP dilakukan secaraindividu dan kelompok. Belajar individudilakukan secara mandiri melalui siaran radioyang dipancarkan stasiun RRI dan radiopemerintah daerah. Peserta dilat SRP jugadilengkapi dengan bahan bacaan berupaBahan Penyerta Siaran. Tempat belajardengan sistem SRP tidak mengikat. Pesertadapat mengikuti siaran di sembarang tempat.Tempat bekerja (sekolah), ruangan kelas, dirumah, tempat ibadah, balai desa, atautempat terbuka sekalipun bisa digunakanuntuk mengikuti siaran. Begitu pula untukkegiatan tutorial, diskusi kelompok, ataupuntempat praktek bisa menggunakan tempat-tempat yang memungkinkan. Dengan katalain tempat belajar fleksibel sesuai dengankesempatan dan kemampuan peserta didik.Mereka belajar secara kelompok di tempatkerjanya (sekolah) tanpa mengganggu tugasmengajar atau tempat lain yangmemungkinkan. Kesulitan belajar yangdihadapi dipecahkan dalam diskusi kelompokatau disampaikan secara tertulis kepadaSanggar Tekkom atau Tim PenyelenggaraSRP setempat untuk memperoleh jawaban/penjelasan melalui siaran umpan balik. Setiapakhir paket/semester dilakukan penilaian.Peserta yang dinyatakan lulus mendapatkan

Page 66: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan(STTPL). STTPL ini bagi guru berguna pulauntuk angka kredit.

Tahun 1991/1992 juga dikembangkanProgram Penyetaraan D-II Siaran Pendidikan.Program ini ditujukan untuk memberikanlayanan Penyetaraan D-II bagi Guru SD yangberada di daerah-daerah yang secarageografis sulit mengikuti tutorial tatap muka(dalam Penyetaraan BJJ UT) (Anwas, 2000).Program ini berada di bawah koordinasiPustekkom Dikbud, Dikgutentis, danUniversitas Terbuka. Proses belajarmahasiswa D-II SP relatif sama denganmahasiswa D-II BJJ UT, hanya untuk kegiatantutorial dikurangi dari 16 kali menjadi empatkali per semester. Untuk mengganti tutorialtersebut diberikan siaran radio pendidikan.Materi kuliah yang memerlukan aspekproses, dilengkapi dengan bahan belajardalam bentuk kaset video beserta perangkatpemanfaatanya.

Pemanfaatan TIK untuk mendukungpeningkatan kompetensi guru dan kualitaspendidikan juga dikembangkan dalambentuk siaran televisi, program multimedia,dan melalui media internet. Bentuk siarantelevisi, misalnya Kementerian Pendidikandan Kebudayaan sejak tahun 2004 telahmeluncurkan Televisi Edukasi. Stasiun televisiini disiarkan melalui satelit sehingga bisaditerima di seluruh wilayah tanah airtermasuk di daerah terpencil dan daerahperbatasan. Salah satu materi siaran tersebutadalah dibuka channal 2 yang khususditujukan bagi peningkatan kompetensi guruyang tersebar di seluruh tanah air. Begitupula peningkatan kompetensi guru telahdikemas dalam bentuk format multimediadan media online (internet).

Salah satu portal yang menyediakankonten peningkatan kompetensi guru adalahportal belajar Kementerian Pendidikan danKebudayan yaitu rumah belajar denganalamat http://belajar.kemdiknas.go.id/.Dalam portal belajar ini dilengkapi dengankonten yang diperlukan para guru, mulai dari:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),berbagai media pembelajaran yang bisa didownload guru untuk keperluan mengajar,bank soal-soal, berbagai informasi, serta

fasilitas komunikasi sesama guru ataudengan pihak-pihak terkait lainnya.Pemanfaatan TIK dalam pengembangankompetensi guru ini akan terus meningkatseiring kemajuan teknologi informasi dankomunikasi serta tuntutan masyarakat yangterus berkembang.

4. TIK bagi Peningkatan KompetensiGuru PAUDTeknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) terdiri dari konsep teknologi informasidan teknologi komunikasi. Teknologiinformasi menekankan pada proses,manipulasi, dan pengelolaan informasi.Teknologi komunikasi berkaitan denganbagaimana mentrasnfer informasi kepadasasaran melalui berbagai perangkat ataumedia komunikasi.

Menurut Tinio (2001), teknologi informasidan komunikasi atau Information andCommunication Technologies (ICT) terkaitdengan aspek sarana atau peralatan danberbagai sumber yang digunakan untukmelakukan kegiatan komunikasi,pengolahan, diseminasi, penyimpanan, danpengelolaan informasi. Berdasarkan definisitersebut Tinio mengidentifikasi bahwa TIKmeliputi: komputer, internet, teknologipenyiaran (radio dan televisi), dan telepon.Teknologi informasi dan komunikasi dapatdiartikan berbagai kegiatan yang berkaitandengan pengelolaan dan pemindahaninformasi melalui berbagai media. Olehkarena itu TIK tidak hanya terbatas padateknologi berbasis internet saja, akan tetapimeliputi: komputer, internet, radio, televisi,telepon (Handphone), dan lain-lain.

Pendayagunaan teknologi informasi dankomunikasi dalam meningkatkan kompetensiguru PAUD dapat diartikan sebagai upayapengolahan, pengiriman, dan pemanfaatanTIK yang ditujukan untuk meningkatkankompetensi guru PAUD. Bentuknya dapatdilakukan dalam bentuk online, offline, atauteknologi penyiaran, antara lain: komputer,internet, radio, televisi, VCD, buku elektronik,telepon (Handphone), dan lain-lain.

Upaya pendayagunaan teknologiinformasi dan komunikasi dalammeningkatkan kompetensi guru PAUD perlu

Page 67: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dilakukan secara konfrehensif. PemanfaatanTIK untuk pendidikan minimal melibatkanaspek: kebijakan, dukungan infrastruktur,ketersediaan konten TIK, dan aspekpemanfaatan terutama kesiapan SDM baikitu SDM pengguna maupun pengelola TIK(Anwas, 2011).

a. Aspek KebijakanKebijakan terkait dengan komitmen

pemerintah baik pusat maupun daerahuntuk mendukung pendayagunaan TIKdalam peningkatan kompetensi guru.Realisasi dari kebijakan ini dituangkandalam bentuk peraturan, program kerja,dukungan anggaran, dan tingkatpartisipasi dalam mewujudkan kebijakantersebut. Secara nasional kebijakanpendayagunaan TIK untuk pendidikandituangkan dalam Keppres No. 20/2006tentang Dewan TIK Nasional,Permendiknas No. 38/2008 tentangPengelolaan TIK di LingkunganDepdiknas, serta Renstra TIK Kemdikbud2009-2014. Kebijakan ini direalisasikandalam bentuk program di setiap satuanunit kerja pusat dan pemerintah daerah.

Dalam era otonomi daerah, kebijakanyang ditetapkan pemerintah pusatseringkali mendapatkan responpemerintah daerah secara beragam.Pemerintah daerah yang memilikiperaturan daerah, program kerja,dukungan anggaran, serta realisasipemanfaatan TIK khususnya dalampeningkatan kualitas guru merupakanindikator yang menunjukkan adanyakebijakan pendayagunaan TIK untukpendidikan, khususunya untukpeningkatan kompetensi guru PAUD.

b. Aspek InfrastrukturSecara umum kebijakan pemerintah

dalam pengembangan Infrastruktur TIKdiwujudkan dalam bentuk komitmen danrealisasi dukungan anggaran untukmenyediakan infrastruktur TIK untukkeperluan pendidikan. Secara nasionalpemerintah dalam hal ini KementerianPendidikan dan Kebudayaan sedangmengembangkan Jardiknas. Jardiknas ini

merupakan intranet yangmenghubungkan sekolah-sekolah,perguruan tinggi, dan perkantoran yangterkait dengan pendidikan di seluruhtanah air. Jardiknas dikembangkan secarabertahap dan berkesinambungan. Namununtuk mempercepat penyediaaninfrastruktur khususnya di lingkunganmasyarakat perlu partisipasi dandukungan semua pihak terkait.Dukungan tersebut di antaranya,pemerintah daerah dan dunia usaha,khususnya perusahan operatortelekomunikasi dituntut untuk memilikikepedulian melalui program CSR dalammembantu lembaga PAUD untuk dapatterkoneksi dengan internet daninfrastruktur pemanfaatan TIK lainnya.

Realitas geografis wilayah Indonesiaserta memperhatikan aspek budayamasyarakat yang sangat beragam, makastrategi pemanfaatan TIK perlu ditempuhmelalui berbagai infrastruktur yang adadan sudah familier dengan masyarakatsetempat. Pemanfaatan TIK berbasisinternet bagi masyarakat perkotaansangat tepat. Sebaliknya bagi masyarakatpedesaan serta komunitas tertentu yangbelum familier dengan internet mungkinsulit untuk menerapkan teknologitersebut. Pendayagunaan TIK bagipeningkatan kompetensi guru PAUD perludimulai dari pertimbangan familiaritypil ihan TIK bagi guru PAUD danmasyarakat yang ada di sekitarnya baiksecara online, offline atau teknologipenyiaran. Infrastruktur online antara lainjaringan internet serta perangkatkomputer yang diperlukan. Infrastrukturoffline dapat memanfaatkan DVD/VCDbeserta perangkat lainnya. Infrastrukturteknologi penyiaran berupa stasiun radiodan televisi beserta perangkatpenerimanya.

Secara umum masyarakat Indonesiakhususnya guru PAUD termasuk yang adadi pelosok tanah air sudah familierdengan media seperti radio, televisi, atauVCD/DVD player, dan Handphone. Mediatersebut sudah menjadi kebutuhan bagimasyarakat terutama untuk hiburan dan

Page 68: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

komunikasi. Kedekatan (familiarity)dengan media ini dapat menjadi entrypoint untuk dimanfaatkan dalammeningkatkan kompetensi guru PAUD.

c. Aspek KontenKonten TIK untuk peningkatan

kompetensi guru PAUD dikembangkanberdasarkan kebutuhan dan tuntutan dilapangan dalam mendidik anak usia 0 s.d.6 tahun. Pengembangan konten inimengacu pada kompetensi guru PAUDyang telah dituangkan dalam PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru, termasuk Guru PAUD/TK/RA.

Pengembangan konten TIK dilakukantidak sekedar mengemas materipembelajaran saja. Pengembangan kontenTIK hendaknya mempertimbangkanprinsip-prinsip pengembangan mediapembelajaran. Menurut Anwas (2011),produksi media pembelajaran perludidesain baik dari aspek kebenaran materiyang dapat dipertanggungjawabkan sertaaspek sajian yang menarik. Dengan katalain pengembangan media pembelajaranperlu didesain dalam konsepedutainment. Oleh karena itupengembangan konten TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD iniperlu melibatkan berbagai pakar danpraktisi terkait: diantaranya, ahli materipendidikan PAUD, psikolog, ahli mediapembelajaran, ahli bahasa, serta praktisimedia dan praktisi PAUD.

Konten peningkatan kemampuanguru PAUD dapat dikembangkan dalamberbagai media berbasis TeknologiInformasi dan Komunikasi. Untuk dapatdimanfaatkan secara optimal,pengembangan pemil ihan mediaberbasis TIK perlu mempertimbangkanberbagai aspek terkait. Pertimbanganpemilihan media ini minimal didasarkanpada lima aspek yaitu: (1) kebutuhandan potensi guru PAUD yang tersebardi berbagai daerah, (2) aspek budayamasyarakat lokasi PAUD, (3)ketersediaan infrastruktur TIK, (4)

karakteristik media berbasis TIK, dan (5)sifat materi yang akan disajikan.

Distribusi konten TIK kepada guruPAUD secara umum dapat dibagi dalamtiga golongan yaitu secara online, offline,dan teknologi penyiaran. Konten TIKdalam peningkatan kompetensi gurusecara online di lakukan melaluiJardiknas atau internet. Konten onlinetersebut dapat berupa: portal web/portal, modul online, buku elektronik,portal video (live streaming atau videoon demand/VOD), bimbingan online,tutorial synchronous (live meeting),video conference, dan bentuk kontenonline lainnya. Para guru juga dapatmemanfaatkan bahan belajar onlinelainnya dari berbagai web/portal yangtidak dirancang untuk pembelajarantetapi relevan dan dapat dimanfaatkanuntuk peningkatan kompetensi guruPAUD (by uti l ization), misalnyaperpustakaan online, e-journal, mediamassa online, dan lainnya. Dengandemikian konten online yang dapatmendukung peningkatan kompetensiguru PAUD sesungguhnya sangatbanyak tersedia, baik yang dirancangsecara khusus (by desain) maupun yangtidak dirancang khusus tetapi dapatdimanfaatkan (by utilization).

Konten offl ine peningkatankompetensi guru PAUD diantaranya:multimedia interaktif, audiopembelajaran, video pembelajaran,modul, dan berbagai media lainnya.Media offline ini didistribusikan kepadalokasi PAUD atau melalui media berbasissiaran (siaran radio dan televisi).Distribusi konten offline juga dilakukanmelalui pengiriman paket bahan belajarbeserta perangkat pemanfaatanya (VCDplayer, tape recorder, dll.). Kontenberbasis teknologi penyiaran adalahmateri siaran radio dan siaran televisipendidikan. Oleh karena itu perludilakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga penyiaran radio dan televisi,sehingga siaran pendidikan tersebutdapat mudah diakses oleh sasaran.

Page 69: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

d. Aspek PemanfaatanAspek pemanfaatan merupakan

faktor yang paling penting dalampendayagunaan TIK untuk peningkatankompetensi guru PAUD. Logikanyasederhana, jika aspek kebijakanpemerintah mendukung, instrastruktursiap, dan konten TIK tersedia, namun jikatidak dimanfaatkan oleh para guru PAUD,maka upaya ini akan sia-sia. Oleh karenaitu dalam pendayagunaan TIK untukpendidikan khususunya gunapeningkatan kompetensi guru, yangpaling penting adalah membangun SDMmanusianya. Pembangunan SDMmanusia ini terutama adalah menyiapkansasaran (guru PAUD), mulai aspekpengetahuan, sikap danketerampilannya.

Dalam realisasi pendayagunaan TIKuntuk pendidikan, para pengambilkebijakan seringkali terjebak pada aspekpenyiapan insfrastruktur dan konten saja.Sedangkan aspek manusia khususnyacalon pengguna luput dari perhatianmereka. Akibatnya pendayagunaan TIKuntuk pendidikan tidak berjalan secaraoptimal. Infrastruktur yang telahdibangun kurang dimanfaatkan bahkanrusak atau hilang karena tidak dipakai/dirawat. Begitupun konten kurangdimanfaatkan. Dalam beberapa kasus,bahkan masyarakat pengguna makinbergantung pada bantuan pemerintah(pusat dan daerah) dalam penggunaanTIK untuk pendidikan.

Pembangunan SDM merupakaninvestasi yang hasilnya tidak langsungbisa terlihat (Suyono, 2009). Berbedadengan pembangunan yang sifatnya fisikseperti membangun jembatan, jaringaninternet, pengadaan perangkat komputer,televisi, atau radio hasilnya bisa langsungnyata. Kondisi inilah yang seringkalimenjadi bahan pertimbangan parapengambil kebijakan, apalagi saat inipemerintah menganut sistem pemilihanlangsung. Pembangunan cenderung yangdiutamakan adalah pembangunan yangbersifat fisik, hasinya bisa cepatdirasakan. Dalam pembangunan perlu

ada keselarasan fisik dan non fisik. Begitupula pendayagunaan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD perludiselaraskan antara aspek fisik danmanusianya, khususnya penyiapan calonsasaran primer.

SDM pengguna mutlak harusdibangun. Dimulai dengan membangunkesadaran akan perlunya TIK dalammeningkatkan kompetensi mereka.Menurut Freire (1973) setiap manusiamemiliki potensi dan perlu adanyapenyadaran akan potensi untuk dapatberkembang. Dalam pendayagunaan TIK,setiap guru PAUD tentu memiliki potensidalam pemanfaatan TIK untukpeningkatan kompetensinya. Potensi dankebutuhan ini perlu dibangun sehinggamemiliki kesadaran akan perlunyapendayagunaan TIK untuk meningkatkankompetensinya dalam mendidik anak usiaPAUD. Proses penyadaran ini bentuknyadapat berupa sosialisasi yang dilakukansecara kontinyu.

Tahapan selanjutnya adalah guruPAUD perlu diberikan keterampilan dalampemanfaatan TIK untuk meningkatkankompetensinya. Bentuk kegiatan ini dapatdilakukan melalui pelatihan ataupendampingan. Selanjutnya guru PAUDperlu memiliki keterampilan dalampengembangan konten TIK.Pengembangan konten yang dilakukanoleh guru PAUD mulai dari yangsederhana dan mungkin dapat merekalakukan. Jika para guru PAUD memilikiketerampilan produksi konten TIK, makamereka dapat melakukan sharingpengalaman dengan teman-teman gurulainnya yang tersebar di seluruh tanahair.

Realitas geografis wilayah Indonesiayang banyak terdapat daerah terpencil,serta budaya masyarakat yang sangatberagam, maka strategi pemanfaatan TIKperlu ditempuh melalui berbagaipendekatan sesuai dengan potensi dankebutuhan PAUD dan masyarakatsekitarnya. Pemanfaatan TIK berbasisinternet ditujukan bagi PAUD danlingkungan masyarakat tertentu yang

Page 70: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

sudah terjangkau teknologi internet.Sebaliknya daerah/lokasi PAUD yangbelum bisa akses internet dapatmemanfaatkan teknologi berbasis siaran(media radio dan televisi) atau teknologioffline seperti VCD/DVD player.

Pemanfaatan TIK berbasis onlinedapat menggunakan portal yang didesainsecara khusus untuk peningkatankompetensi guru PAUD. Untukmemudahkan dalam pemanfaatan,sebaiknya sajian materi online inidilakukan dalam kompilasi satu portal,misalnya portalrumahbelajar.kemdikbud.go.id sebagaiportal utama. Hal ini sejalan seperti yangdirekomendasikan oleh Bank Dunia(2012) bahwa dalam mendukungkonektivitas seluruh sekolah di Indonesiaadalah perlunya dukungan kompilasikonten pendidikan ke dalam portalRumah belajar yang saat inidikoordinasikan oleh Pusat TeknologiInformasi dan Komunikasi KementerianPendidikan dan Kebudayaan. Upayakompilasi konten dalam satu portal ini

tentu akan memudahkan khususnya parapengguna dalam mencari berbagaikonten pembelajaran. Khusus bagi guruPAUD, kompilasi konten TIK dalam satuportal ini akan memudahkan merekamencari dan menggunakan konten untukmeningkatkan kompetensinya.

Dalam portal ini (gambar 1), telahdisiapkan berbagai hal fitur-fitur yangdapat mendukung peningkatankompetensi guru PAUD. Fitur-fitur yangtelah tersedia diantaranya: RancanganPelaksanaan Pembelajaran (RPP), BahanPembelajaran Interaktif, ForumKomunikasi, Bank Soal, serta berbagaiinformasi dan komunikasi lainnya. Dalamportal rumah belajar, guru PAUD jugadapat memanfaatkan live streaming danvideo on demand siaran televisi edukasidan suara edukasi yang mengkhususkansiaran pendidikan. Secara lebih khususdalam fortal rumah belajar tersebut dapatditambahkan fitur PAUD yang isinyauntuk membantu para guru PAUD dalammelaksanakan tugasnya yaitu mendidikanak-anak usia PAUD.

JUDUL

VISI-MISI

TUJUAN

FITUR

TUTORIAL

EXIT

RumahBelajarSD/MI SMP/MTs SMA/MI SMK

Page 71: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Realitas masyarakat Indonesiakhususnya guru PAUD termasuk yang adadi pelosok tanah air sudah familier denganmedia seperti radio, televisi, atau VCD/DVD player, dan Handphone. Mediatersebut sudah menjadi kebutuhan bagimasyarakat terutama untuk hiburan dankomunikasi. Kedekatan dengan media inidapat menjadi entry point untukdimanfaatkan dalam meningkatkankompetensi guru PAUD.

Pemanfaatan TIK bagi guru PAUDdapat dilakukan secara individu,kelompok, atau klasikal. Pemanfaatansecara individu dapat dilakukan di rumahatau tempat-tempat lainnya sesuai yangdimiliki guru PAUD. Pemanfaatan secarakelompok dapat dilakukan di tempat PAUDsecara berkelompok sesama guru padajam istirahat atau setelah para siswaselesai belajar. Pemanfaatan secaraindividu ini sangat disarankan.Keuntungannya selain dapatmendiskusikan konten yang disajikan TIK,juga dapat lebih efisien terutamamengurangi keterbatasan insfrastrukturTIK. Pemanfaatan TIK secara klasikaldapat dilakukan dalam kegiatan-kegiatanklasikal, misalnya pelatihan guru PAUD,seminar, diskusi antar guru PAUD, dankesempatan bentuk klasikal lainnya.

Dalam konsep perubahan sosial (socialchanges), menurut Suyono (2009), dalamsetiap tahapan perubahan perlu diberikanhadiah atau reward terhadap anggotamasyarakat yang menonjol dalammelakukan perubahan yang diinginkantersebut. Reward ini tujuanya memberikanmotivasi bagi dirinya dan anggotamasyarakat sekitarnya agar lebihmeningkat lagi dalam melakukanperubahan yang diharapkan tersebut.Konsep ini relevan untuk diaplikasikandalam pendayagunaan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD.Setiap tahapan perubahan pada guruPAUD dalam pemanfaatan TIK perludiberikan reward. Dengan upaya ini dapatmemacu diri dan teman-temannya untukmemanfaatkan TIK sesuai yangdiharapkan, sehingga kompetensinyadapat meningkat.

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Pendidikan Anak Usia Dini adalahpembinaan yang ditujukan kepada anaksejak lahir sampai dengan usia enamtahun. Pendidikan pada jenjang PAUD lebihfokus pada meletakan dasar ke arahtumbuh kembang anak baik fisik maupunpsikis, serta bakat dan potensi lainnya yangdimiliki anak. Guru PAUD dituntut memilikikompetensi yang standar sesuai tuntutandan kebutuhan anak usia 0 s.d. 6 tahun,yaitu kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dankompetensi profesional.

Guru PAUD masih banyak yang belummemenuhi tuntutan kualifikasi akademikdan kompetensi guru PAUD/TK. Upayapendidikan dan pelat ihan dalammeningkatkan guru PAUD sangatdiper lukan. Namun kemampuanpemerintah (pusat dan daerah) dalammenyelengggarakan diklat konvensionalsangat terbatas, disamping kendalalainnya. Oleh karena itu peningkatankompetensi guru PAUD perlu dilakukanmelalui pendayagunaan TeknologiInformasi dan Komunikasi.

Pendayagunaan TIK unntukmeningkatkan kompetensi guru sudahlama dimanfaatkan oleh banyak negaratermasuk Indonesia. Pengalaman tersebutmenguatkan optimisme pemanfaatan TIKuntuk meningkatkan kompetensi guruPAUD, baik melalui: komputer, internet,radio, televisi, VCD, buku elektronik,telepon (handpohn), dan lain-lain.

Realisasi pemanfaatan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUDdiwujudkan dalam bentuk: dukungankebijakan pemerintah (pusat dan daerah),dukungan infrastruktur TIK baik online danoff l ine atau berbasis penyiaran,ketersediaan konten TIK yang bermutu danmenarik, serta pemanfaatan oleh guruPAUD secara optimal. Aspek pemanfaatanini merupakan faktor yang paling pentingdalam pendayagunaan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD.

Page 72: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

2. SaranRealisasi pendayagunaan TIK untuk

meningkatkan kompetensi guru PAUD perluadanya dukungan kebijakan pemerintah pusatdan daerah. Dukungan ini dituangkan dalambentuk peraturan, program kerja, dukungananggaran, dan tingkat partisipasi dalammewujudkan kebijakan tersebut. Dukunganinfrastruktur baik secara online, offline,teknolgi berbasis penyiaran, sertaketersediaan konten TIK yang bermutu danmenarik.

Pengembangan konten hendaknyamempertimbangkan prinsip-prinsippengembangan media pembelajaran dengankonsep edutainment. Konten hendaknyadikembangkan dalam berbagai alternatifmedia pembelajaran berbasis TIK. Distribusikonten TIK kepada guru PAUD secara umumdapat dibagi dalam dua golongan yaitusecara online dan offline atau berbasispenyiaran. Pertimbangan pemilihan mediadidasarkan pada: (a) kebutuhan dan potensiguru PAUD yang tersebar di berbagai daerah,(b) aspek budaya masyarakat lokasi PAUD,(c) ketersediaan infrastruktur TIK, (d)karakteristik media berbasis TIK, dan (e) sifatmateri yang akan disajikan.

Untuk mengoptimalkan pendayagunaanTIK dalam peningkatan kompetensi guruPAUD, sasaran pengguna harus disiapkan.Proses penyiapan SDM pengguna ini mulaidari tahapan penyadaran akan perlunyapenggunaan TIK untuk meningkatkankompetensi, pelatihan dan pendampingan,serta pemberian reward bagi saaran yangmenonjol dalam pemanfaatan TIK. Tahapanini perlu dilakukan secara bertahap dankontinyu, dengan melibatkan semua pihakterkait mulai pemerintah (pusat dan daerah),orangtua, guru, dunia usaha, LSM, danmasyarakat.

PUSTAKAN ACUANAnwas, Oos M. 2000. Siaran Radio Pendidikan:

Analisis Model Peningkatan Kualifikasi GuruSD. Jakarta: Jurnal Teknodik. KementerianPendidikan dan Kebudayaan.

_________. 2011. Pengembangan KontenPembelajaran Berbasis TIK. MakalahKonferensi e-Indonesia Initiatives Forum VII2011 Kelompok Keilmuan Teknologi

Informasi, ITB Bandung, 15 Juni 2011Bank Dunia. 2012. Pentingnya Konektivitas untuk

Seluruh Sekolah di Indonesia. Kantor BankDunia Jakarta: Sektor PengembanganSumber Daya Manusia. Januari 2012.

Boyatzis, RE. 1984. The Competent Manager: AModel for Effective Performance. New York:Jihn Willy & Sons.

Freire, Paulo. 1973. Education for CriticalConsciousness. New York: The SeaburyPress

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2007.Peraturan Mendiknas Nomor 16 tahun 2007tentang standar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru.

__________. 2008. Peraturan MenteriPendidikan Nasional No. 38/2008 tentangPengelolaan TIK di Lingkungan Depdiknas

__________. 2011. Grand Desain PembangunanPAUD Indonesia Periode 2011-2025. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Anak UsiaDini, Non Formal dan Informal.

__________. 2012. Portal Rumah Belajar. http://belajar.kemdiknas.go.id/.

Miarso, Yusufhadi. (1994), Teknologi KomunikasiPendidikan; Pengertian dan Penerapannya diIndoenasia, Jakarta: Rajawali.

Syamsuddin, Erman. 2011. Kebijakan TeknisPembinaan PAUD dan Program Kerja Tahun2011. Kementerian Pendidikan danKebudayaan: Direktorat Jenderal PendidikanAnak Usia Dini, 26 April 2011

Spencer, M. Lyle dan M. Signe Spencer. 1993.Competence at Work: Models for SuperriorPerformance, John Wily & Son, Inc. NewYork, USA

Suyono, Haryono. 2009. Mengubah LoyangMenjadi Emas: Autobiografi Haryono Suyono.Jakarta: Citra Kharisma Bunda.

Tinio. 2001. ICT in Education by Victoria L. NewYork: United Nations DevelopmentProgramme Bureau for Development Policy.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.

Unesco. 2002. Information and CommunicationTechnologies in Teacher Education; a PanningGuide. Paris: Division of Higher educationUnesco.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Page 73: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUHDI INDONESIA

Sudirman Siahaan dan Rahmi RivalinaPustekkom Kemdikbud, Ciputat

([email protected])

Abstrak:Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) dapat dilihat dari 2 segi, yaitu (1)kelembagaan atau organisasi yang berkiprah di bidang PTJJ, dan (2) program PTJJ yangditerapkan/ diselenggarakan oleh lembaga/organisasi pendidikan. Dari segi kelembagaan/organisasi, semakin bertambah jumlah lembaga/organisasi yang berkiprah di bidang PTJJ,seperti antara lain: Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka), Sekolah MenengahAtas Terbuka (SMA Terbuka), Universitas Terbuka (UT), perguruan tinggi negeri konvensionalyang sekaligus juga menyelenggarakan PTJJ (dual modes), Jaringan Sistem Belajar JarakJauh Indonesia (Jaringan Sistem BJJI) atau Indonesian Distance Learning Network (IDLN),dan SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). Dari segi program PTJJ yangditerapkan/diselenggarakan, PTJJ diawali dari pemanfaatan bahan belajar mandiri tercetak(modul) dengan menggunakan jasa layanan pos sampai dengan pemanfaatan kemajuanteknologi Informasi dan komunikasi (TIK), seperti pemanfaatan media siaran (radio/televisi),media rekaman (audio, CD, VCD), media proyeksi (film bingkai suara, film 16mm, powerpoint),dan media jaringan (internet). Penyelenggaraan kegiatan belajar tutorial PTJJ juga mengalamiperkembangan, dimulai dari yang bersifat tatap muka sampai dengan tutorial yangmenggunakan TIK. Pengelolaan PTJJ juga terus mengalami perkembangan, dimulai dariinisiatif lembaga atau organisasi yang bersifat individual sampai dengan pengelolaan yangdilakukan secara kemitraan melalui konsorsium.

Kata-kata Kunci: Pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh, pendidikan terbuka dan jarakjauh, jaringan sistem belajar jarak jauh, teknologi informasi dan komunikasi.

Abstract:The development of open and distance learning (ODL) can be reviewed from 2 aspects,namely (1) the institution/organization managing ODL, and (2) the ODL program implementedby the educational institution/organization. From the institution/organization aspect, there isan increasing number of institutions or organizations executing ODL, such as: Open JuniorSecondary School (SMP Terbuka), Open Senior Secondary School (SMA Terbuka), IndonesianOpen Learning University (UT), conventional higher education institutions managing ODL(dual modes), the establishment of the Indonesian Distance Learning Network (IDLN), danSEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). From the implemented ODL program,ODL starts from developing and utilizing printed self-learning materials (modules) andsupported by postal services up to the utilization of advanced information and communicationtechnology (ICT), such as the use of radio and television, audio, CD, and VCD, projectedmedia (sound slide films, 16mm film, powerpoint), and the networking media (internet). Thelearning tutorials keep on developing, starting from face-to-face tutorials up to the tutorialsutilizing ICT. The management of ODL also shows a progress, starting from individual institutionor organization iniatiative up to the management of ODL based partnership or consortium.

Key words: Open learning, distance learning, open and distance learning, distance learningnetwork, information and communication technology.

Page 74: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANIndonesia diakui oleh berbagai lembaga

regional/internasional sebagai salah satu negarayang berhasil mengembangkan sistempendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ).Pengalaman Indonesia di bidang penerapan PTJJtelah dimulai sejak tahun 1950-an dengandidirikannya Balai Penataran Guru Tertulis (BPGTertulis) di Bandung. Pada awalnya, PTJJdiselenggarakan dalam bentuk korespondensidengan mengandalkan penggunaan jasa layananpos untuk pengiriman bahan-bahan belajartercetak (printed learning materials) kepada paraguru yang menjadi peserta penataran. Demikianjuga sebaliknya, di mana para guru pesertapenataran menggunakan jasa layanan pos untukmengirimkan hasil-hasil pekerjaan atau tugasmereka kepada para instruktur pelatihan. Tujuanpenataran ini adalah untuk meningkatkanpengetahuan dan kemampuan para guru.

PTJJ dalam bentuk korespondensi jugadigunakan untuk kepentingan pembelajaran paratentara pelajar (TP) yang terpaksa harusmenghentikan pendidikannya karena harusberperang mempertahankan kemerdekaanIndonesia. Setelah pertempuran melawanpenjajah berakhir, para tentara pelajar iniberkeinginan untuk melanjutkan pendidikannyakembali. Dalam rangka memenuhi kebutuhanakan layanan pendidikan bagi para eks tentarapelajar ini, Jawatan Pendidikan Masyarakatmenyelenggarakan pendidikan jarak jauh yangmemanfaatkan jasa pos (korespondensi). Tidakbanyak informasi yang dapat diperoleh mengenaiperkembangan lebih lanjut dari PTJJ yangdiselenggarakan dalam bentuk korespondensibagi para eks tentara pelajar (Siahaan, 2009).

Selanjutnya, perkembangan PTJJ ditandaidengan kegiatan perintisan penataran guru dancalon guru SD melalui siaran radio pada tahun1976 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) danJawa Tengah. Berdasarkan hasil evaluasi yangdilakukan, model PTJJ melalui pemanfaatan siaranradio ini dinilai berhasil sehingga disebarluaskanke berbagai propinsi lainnya. Tujuannya adalahuntuk memberikan kesempatan kepada para guruSD yang tidak terlayani melalui model penatarankeliling (Tarling). Kegiatan Tarling diselenggarakansecara tatap muka dan berjenjang (cascadetraining).

Pada dasarnya, PTJJ diselenggarakan karenaadanya kebutuhan masyarakat akan layananpendidikan atau pelatihan di satu sisi dan di sisiyang lain, keterbatasan jangkauan ataukemampuan lembaga pendidikan atau pelatihankonvensional untuk memenuhi kebutuhanmasyarakat akan layanan pendidikan ataupelatihan. Secara singkat dapatlah dikemukakanbahwa pada dasarnya gagasan/inisiatif untukpenyelenggaraan PTJJ adalah dikarenakanadanya kebutuhan untuk mendapatkan layananpendidikan atau pelatihan yang tidak dapatdipenuhi oleh lembaga pendidikan atau pelatihankonvensional yang ada. Manakala kebutuhanmasyarakat akan layanan pendidikan ataupelatihan telah dapat dipenuhi oleh lembagapendidikan atau pelatihan konvensional, makamodel PTJJ tidak diperlukan lagi (fleksibilitastinggi). Itulah sebabnya bahwa PTJJ tidak hanyadibutuhkan di negara-negara berkembang tetapijuga di negara-negara maju.

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASAN1. Pengertian tentang Pendidikan

Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ)Istilah pendidikan terbuka dan jarak jauh

mengisyaratkan adanya tiga konsep yangperlu dipahami, yaitu (a) pendidikan terbuka,(b) pendidikan jarak jauh, dan (c) pendidikanterbuka dan jarak jauh (PTJJ). Ketiga istilahini sering atau banyak digunakan di dalamberbagai publikasi atau juga dalam berbagaipertemuan. Sekalipun sudah seringdigunakan, ketiga istilah ini kadang-kadangdigunakan secara silih berganti denganmakna yang sama. Namun apabila dicermatilebih jauh, ternyata tidak semua aspek yangdikandung di dalam ketiga istilah ini memilikimakna yang sama sekalipun memang adajuga aspek-aspek tertentu di antara ketigaistilah ini yang sama.

a. Pendidikan Terbuka (Open Learning)Ros Morpeth mengemukakan bahwa

yang dimaksudkan dengan “openlearning” adalah: “an umbrella term forany scheme of education or training thatseeks systematically to remove barriersto learning, whether they are concernedwith age, time, place or space, With open

Page 75: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

learning, individuals take responsibility forwhat they learn, how they learn, wherethey learn, how quickly they learn, whohelps them and when they have theirlearning assessed” (Morpeth, 2004).

Yang esensial dari konsep tentang“pendidikan terbuka” versi Ros Morpthadalah (1) kegiatan belajar tidakterbelenggu oleh berbagai kendala, baikyang berupa usia, waktu maupun tempatatau ruangan, (2) setiap orang yangbelajar bertanggungjawab tentang apayang akan dipelajari, bagaimana caranyabelajar, di mana harus belajar, irama ataukecepatan belajar yang dikehendaki,memilih pembimbing belajar yangdikehendaki, dan penentuan waktu yangdikehendaki untuk mengikuti penilaianhasil belajar.

Pendidikan terbuka (open learning)menurut versi The British Councilmerupakan suatu konsep kegiatan belajaryang jauh lebih luas daripada pendidikanjarak jauh yang berpusat pada pesertadidik yang dapat atau kemungkinan jugamengandung unsur pendidikan jarakjauh. Pada konsep pendidikan terbuka,tidak dituntut adanya persyaratankualifikasi formal akademik bagi siapasaja yang berminat untuk mengikutinya.Artinya, terbuka bagi siapa saja yangberminat atau tertarik untuk mengikutikegiatan pembelajaran melaluipendidikan terbuka (The British Council,2002).

Lebih jauh, the British Councilmengemukakan bahwa falsafahpendidikan terbuka terletak padapenekanan pemberian berbagai pilihankegiatan pembelajaran kepada pesertadidik. Berbagai pilihan yang ditawarkanadalah mengenai: (1) jenis mediapembelajaran yang akan dimanfaatkan(apakah media cetak, TV atau video), (2)tempat belajar (apakah akanmelaksanakan aktivitas belajar di rumah,di tempat kerja, atau di kampus), (3)gaya belajar (apakah lebih menyukaiyang bersifat tertutup, tidak berstrukturatau lepas), (4) kecepatan belajar(disesuaikan dengan kecepatan belajar

diri sendiri), (5) mekanisme pendukung(apakah mengharapkan kehadiran tutorberdasarkan kebutuhan, apakahdiperlukan kegiatan pembelajaran melaluikonperensi audio atau kegiatanpembelajaran yang berbantuankomputer), dan (6) kebebasan pesertadidik untuk menentukan sendiri kapanakan mengikuti maupun berhenti/keluardari kegiatan pembelajaran.

Berkaitan dengan konsep pendidikanterbuka ini, Desmond Keeganmengemukakan bahwa istilah pendidikanterbuka biasanya cenderung mengarahpada aspek keterbukaan dalam cakupanpengertian persyaratan masuk ataumendaftar sebagai peserta didik, dalammengakses kegiatan pembelajaran, dankebebasan memilih waktu dan tempatuntuk mengikuti suatu programpendidikan yang ditawarkan (Keegan,1990).

Dari pemikiran yang dikemukakan diatas dapatlah dikatakan bahwapendidikan terbuka pada dasarnya adalahmodel pendidikan yang bersifat terbukauntuk diikuti oleh siapa saja yangmemang membutuhkan pengetahuanyang ditawarkan yang sama sekali tidakmenuntut persyaratan kualifikasi formalakademik. Kata “terbuka” dalampendidikan terbuka mengandung artibahwa setiap orang yang ingin mengikutikegiatan pembelajaran melaluipendidikan terbuka dapat mendaftarkandiri sewaktu-waktu atau kapan saja;demikian juga dengan keinginan untukkeluar atau berhenti mengikutipendidikan terbuka. Peserta didik benar-benar memiliki keleluasaan ataukebebasan, baik untuk mengikutimaupun untuk berhenti mengikutipendidikan terbuka sesuai dengantuntutan kebutuhannya.

b. Pendidikan Jarak Jauh (DistanceLearning)

Istilah pendidikan jarak jauh telahdikenal sejak sekitar tahun 1720-andalam bentuk korespondensi denganmenggunakan bahan-bahan belajar

Page 76: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

tercetak yang penyampaiannya kepadapeserta didik menggunakan jasa layananpos (Purwanto, dkk., 2009). Sedangkanmenurut Joseph McCall (McCall, 2004),awal dimulainya pendidikan jarak jauh(PJJ) adalah selama terjadinya PerangDunia kedua (PD-II). Selamaberlangsungnya PD-II, peserta didikmengalami kesulitan untuk melakukanperjalanan dari tempat tinggal merekake lembaga-lembaga pendidikankonvensional atau reguler yang ada gunamengikuti kegiatan pembelajaran secarateratur. Dalam menghadapi keadaan yangdemikian ini, model pendidikan jarak jauhyang pertama sekali dilaksanakan adalahdalam bentuk kores-pondensi yangsangat mengandalkan jasa layanan poskarena tidak memungkinkannya untukmengadakan pertemuan tatap muka.Bahan-bahan belajar yang akandigunakan atau dipelajari, dikemas kedalam bentuk tertulis atau rekaman.

Pengertian pendidikan jarak jauh(distance learning) menurut Nursel SelverRuzgar yang merujuk pada pemikiranDesmond Keegan ditandai denganadanya unsur-unsur, seperti:1) the separation of teacher and learner

which distinguishes it from face-to-face lecturing,

2) the influence of an educationalorganization which distinguishes itfrom private study,

3) the use of technical media, usuallyprint, to unite teacher and learner andcarry the educational content,

4) the provision of a two-waycommunication so that the studentmay benefit from or even initiatedialogue,

5) the possibility of occasional meetingsfor both didactic and socializationpurposes, and

6) the participation in an industrializedform of education, which if accepted,contains the genus of radicalseparation of distance education fromother forms (Ruzgar, 2004 danKeegan, 1990).

Berdasarkan pemikiran Nursel SelverRuzgar dan berbagai ahli lainnya,karakteristik pendidikan jarak jauh adalahsebagai berikut.1) Adanya keterpisahan antara peserta

didik dengan guru/dosen/instruktur(keterpisahan ini tidak harus dalamartian jarak yang jauh tetapidimungkinkan juga dengan jarakyang sangat dekat seperti di 2ruangan yang bersebelahan). Pesertadidik dapat saja sedang berada danbelajar di satu ruangan dan di ruangsebelahnya yang berbatasanlangsung berada guru/dosen/instruktur. Yang jelas, peserta didikdengan guru/dosen/ instruktur tidakberada di satu tempat yang samapada waktu yang bersamaan.

2) Materi pelajaran/perkuliahandirancang dan dikemas secara khususdalam bentuk bahan belajar mandiri,baik yang berupa media cetak (yangbiasanya disebut modul) maupundalam bentuk media rekaman (kasetaudio/CD, kaset video/VCD, ataudalam bentuk flash/USB) sehinggadapat dipelajari secara mandiri olehpeserta didik, baik secaraperseorangan maupun dalamkelompok kecil.

3) Komunikasi antara peserta didikdengan guru/dosen/instruktur padaumumnya dilakukan denganmenggunakan media, seperti:telepon, layanan pesan singkat (sms),email apabila ada materi pelajaran/perkuliahan yang masih sulit dipahamiatau ada hal-hal penting lainnya yangberkaitan dengan pelajaran/perkuliahan yang membutuhkansolusi atau pemecahan.

4) Sebagian besar waktu belajar pesertadidik digunakan untuk belajarmandiri, baik secara perseoranganmaupun dalam kelompok kecil.Beberapa lembaga penyelenggarapendidikan jarak jauh menyediakanlayanan belajar tutorial, baik yangbersifat tatap muka maupun melaluipemanfaatan media elektronik ataujaringan.

Page 77: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

c. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh(PTJJ)

Beberapa karakteristik pendidikanterbuka dan jarak jauh (open anddistance learning) adalah:1) adanya keterpisahan antara peserta

didik dengan guru/instruktur;2) sebagian besar kegiatan belajar

peserta didik dilakukan melaluiberbagai bahan pembelajaran yangdirancang secara khusus yangmemungkinkan peserta didik belajarsecara mandir i di sampingmemanfaatkan berbagai bahanbelajar lainnya yang tersedia dilingkungannya;

3) peserta didik belajar mandiri sesuaidengan kecepatan belajar masing-masing (self-paced learning), baikindividual maupun kelompok, baikdi Tempat Kegiatan Belajar (TKB),maupun di tempat lain;

4) peserta didik dimungkinkan untukmengikuti kegiatan pembelajarantatap muka dengan guru/instruktursecara terbatas; dan

5) adanya institusi yang melakukanakreditasi terhadap hasil belajarpeserta didik (Siahaan danSimanjuntak, 2004). Pada umumnya, konsep yang

diterapkan di Indonesia adalah konsepyang ketiga, yaitu pendidikan terbukadan jarak jauh (PTJJ). Sesuai dengankarakteristik PTJJ sebagaimana yangtelah dikemukakan di atas, makapenerapannya di Indonesia dapatberupa sistem secara utuh atau secaraparsial dalam bentuk komponen systemPTJJ. Beberapa contoh penerapan PTJJyang berupa sistem adalah (1)Universitas Terbuka (UT), (2) SekolahMenengah Pertama Terbuka (SMPTerbuka), (3) Sekolah Menengah AtasTerbuka (SMA Terbuka), (4) Pendidikandan Pelatihan Guru Sekolah Dasarmelalui Siaran Radio (Diklat SRP GuruSD), dan (5) Diklat Bahasa Inggris GuruSD.

Sedangkan contoh penerapan yangberupa program atau komponen sistem

dari PTJJ adalah (1) pengembangandan penayangan (a) program siarantelevisi edukasi, dan (b) program siaranradio pendidikan, (2) pengembangandan penyediaan program pembelajaranmelalui internet, (3) pengembangandan pemanfaatan VCD Pembelajaranuntuk SD, SMP, dan SMA, (4)pengembangan dan pemanfaatanbahan belajar mandiri tercetak (modul)untuk Diklat Bahasa Inggris Guru SD,(5) penyelenggaraan video conferenceuntuk penataran guru, dan (6)penyelenggaraan bimbingan belajarmelalui internet (bimbel online).

2. Perkembangan Pendidikan

Terbuka dan Jarak JauhBerdasarkan berbagai rujukan

(references) yang dapat diperoleh, makaperkembangan PTJJ di Indonesia dapatdijelaskan dari 2 segi, yaitu dari segi (a)perkembangan kelembagaan atauorganisasi yang berkiprah di bidang PTJJ,dan (b) perkembangan program PTJJ yangtelah dikembangkan/diterapkan diIndonesia. Namun sebelum membahasperkembangan PTJJ dari dua segi ini, adabaiknya disajikan tentang gagasan awalpengembangan PTJJ di Indonesia.a. Gagasan Awal Penyelenggaraan

Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh(PTJJ)

Sebagaimana yang telahdikemukakan sebelumnya bahwa upayapengenalan dan penerapan gagasanatau inisiatif di bidang penyelenggaraanpendidikan terbuka dan jarak jauh(PTJJ) di Indonesia telah dimulai padatahun 1950-an dalam bentukkorespondensi (Purwanto, dkk., 2009).Gagasan awal ini diprakarsai olehJawatan Pendidikan Masyarakat yangditujukan untuk melayani kebutuhanpendidikan di kalangan para tentarapelajar (TP) yang telah selesaiberperang untuk mempertahankankemerdekaan. Kemudian, gagasanpenyelenggaraan PTJJ ini dilanjutkanoleh Balai Penataran Guru Tertulis (BPGTertulis), dimulai pada tahun 1954.

Page 78: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Kemudian, sekitar tahun 1960-an,dapat dicatat beberapa kegiatan yangberkaitan dengan rencana pemanfaatanteknologi komunikasi (tekkom) bagikepentingan pendidikan, yaitu: (1)penelitian yang dipimpin oleh LHSEmerson melalui bantuan UNESCOtentang “Education in Indonesia:Diagnosis of the Present Situation withIdentification of Priorities Development”,(2) penelitian yang dilakukan oleh C. Kockdan kemudian dilanjutkan denganpembentukan sebuah tim yang dipimpinoleh J. Willings dan di akhir kerja tim,diajukanlah sebuah proposal tentang “AProgram of Educational Broadcasting inIndonesia”, dan (3) kajian dari segiekonomis yang dilakukan oleh StanfordUniversity melalui tenaga ahlinya Prof. Dr.Jamison. Laporan hasil kajiannya berjudul“Alternative Strategies for Primary SchoolEducation in Indonesia: A Cost ofEffectiveness Analysis” (Habib,1984).

Beberapa penelitian lainnya yangdilaksanakan adalah (1) The Effect ofEducational Broadcasting oleh In-Score(Institute for Social and CommunicationResearch), (2) Study of the Specificationsand Design of Receivers for Use inEducational Broadcasting oleh LembagaPenelitian Telekomunikasi Radio danMicrowave-Institut Teknologi Bandung(ITB) pada 1972, dan (3) TheManagement of Educational Broadcastingoleh Lembaga Manajemen-UniversitasIndonesia pada tahun 1972.

Sekitar 20 tahun setelah gagasan/inisiatif awal penyelenggaraan PTJJ,barulah dapat dilanjutkan dengankegiatan konkrit yang berupaeksperimentasi penyelenggaraan siaranradio untuk penataran guru dan calonguru SD di Daerah Istimewa Yogyakartadan Jawa Tengah pada pertengahantahun 1970-an melalui kerjasama denganUNICEF. Kegiatan eksperimentasi inididahului oleh serangkaian studi/kajianmengenai kemungkinan pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi (TIK).Untuk menunjang pelaksanaaneksperimentasi, dibagikan 300 buah radio

transistor kepada kelompok-kelompokbelajar guru SD yang menjadi pesertaeksperimentasi.

Setelah dilakukan evaluasi terhadappelaksanaan eksperimentasipenyelenggaraan penataran guru SDmelalui siaran radio, maka MenteriPendidikan dan Kebudayaan, SyarifThayeb, meresmikan Sistem PenataranGuru-guru SD melalui Siaran RadioPendidikan di 11 propinsi pada tanggal16 Pebruari 1977. Sistem penataran guruSD melalui siaran radio ini pada awalnyaadalah dimaksudkan untuk mendukungpelaksanaan penataran guru SD secaratatap muka dan berangkai (cascadetraining). Penataran guru SD secara tatapmuka dan berangkai ini dikenal jugadengan isti lah penataran kelil ing(Tarling). Untuk dapat mengikuti kegiataneksperimentasi penataran guru SDmelalui siaran radio ini, masing-masingguru SD yang menjadi pesertaeksperimentasi diberikan bahanpenataran tercetak yang disebut BahanPenyerta Siaran Radio Pendidikan (BP-SRP).

Pengalaman Indonesiamenyelenggarakan pendidikan terbukadan jarak jauh (PTJJ) sangat bervariasi,mulai dari yang paling sederhana yaituyang menggunakan bahan-bahan belajarmandiri tercetak disertai dengan mediapenunjang, seperti: kaset audio, filmbingkai suara, kaset video, siaran radio,siaran televisi, CD/VCD sampai denganyang memanfaatkan media canggih(komputer dan jaringan internet).

b. Perkembangan PTJJ Ditinjau dariSegi Kelembagaan/Organisasi

Berikut ini dikemukakanperkembangan kelembagaan/organisasiyang berkiprah di bidang PTJJ, yaitu:

1) Balai Penataran Guru TertulisSistem penataran tertulis bagi

para guru yang diselenggarakan olehBalai Penataran Guru Tertulis (BPGTertulis) dimulai pada tahun 1954.BPG Tertulis merupakan cikal bakal

Page 79: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Pusat Pengembangan Penataran GuruTertulis (P3G Tertulis). Kegiatan yangdilaksanakan mencakup:a) penataran penyegaran (tipe A)

yang bertujuan untukmenyesuaikan kemampuanpendidik dan tenaga kependidikandengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi sertamemantapkan pelaksanaan tugassehari-hari guru sesuai dengankebijakan pemerintah padabidang pendidikan (guru kelas TK,SD, dan guru bidang studi di SMPyang tidak mempunyaikesempatan mengikuti penataranguru secara tatap muka), dan

b) penataran kualifikasi/penyetaraan(tipe B) yang bertujuan untukmeningkatkan kemampuanakademis bagi para guru bidangstudi/mata pelajaran dan tenagakependidikan sehingga diperolehsuatu kualifikasi formal tertentusesuai dengan standar yangditentukan (PenyetaraanPGSMTP/D-1) (Hasanudin, 1992).

2) Sekolah Menengah Pertama Terbuka(SMP Terbuka)

SMP Terbuka adalah subsistempendidikan jalur sekolah yangmemberikan pendidikan tingkat SMPmelalui prinsip belajar mandiri denganbimbingan terbatas dari orang lain.SMP Terbuka merupakan sebuahalternatif model/sistem pendidikanyang inovatif dan fleksibel sertamerakyat yang perintisannyadilaksanakan di 5 lokasi di 5 propinsipada tahun 1979. Status SMP Terbukasama dengan SMP biasa/reguler, baikditinjau dari kurikulum, mutumaupun statusnya (Haryono, 1984).SMP Terbuka menginduk pada SMPNegeri yang ditunjuk. Dengandemikian, SMP Terbuka dikelola olehmanajemen SMP Negeri yangberfungsi sebagai sekolah induk.

Sejalan dengan Wajib Belajar 9Tahun, sekalipun kondisi masyarakat

kurang menguntungkan secarafinansial, para orang tua seyogianyatetap mengupayakan agar anak-anakmereka setidak-tidaknya dapatmenyelesaikan pendidikan 9 Tahunmelalui SMP Terbuka. SMP Terbukadikatakan sebagai bentuk pendidikanyang inovatif dan merakyat karenaantara lain ditandai dengankarakteristiknya, seperti: (a)pendidikan yang mendatangi anak-anak, (b) anak-anak tetap dapatmembantu orang tua mencari nafkahsehari-hari, (c) anak-anak tidak harusdatang setiap hari belajar di SMP, (d)anak-anak tidak perlu memakaiseragam, (e) orang tua tidak dibebaniberbagai bentuk biaya pendidikan,dan (f ) kegiatan pembelajaranmengoptimalkan pemanfaatanberbagai sumber belajar dilingkungan sekitar (Siahaan, 2009a).

3) Sekolah Menengah Atas Terbuka(SMA Terbuka)

SMA Terbuka adalah subsistempendidikan pada jenjang pendidikanmenengah yang mengutamakankegiatan belajar mandiri pesertadidiknya dengan bimbingan terbatasdari orang lain. SMA Terbukamerupakan sebuah alternatif model/sistem pendidikan yang inovatif danfleksibel yang perintisannyadilaksanakan di 7 lokasi di 6 provinsipada tahun 2001/2002. SMA Terbukamerupakan salah satu model layananpendidikan alternatif jalur sekolahtingkat menengah dan bukanmerupakan lembaga atau UPT baruyang berdiri sendiri, melainkanmenginduk pada SMA reguler yangada.

Pengelola SMA reguler yangmenjadi Sekolah Induk SMA Terbukadiberi tugas tambahan untukmengelola SMA Terbuka. Untuk dapatmelaksanakan tugas tambahan ini,tenaga pengelola mendapatkanpelatihan dari Pustekkom. Selainkesiapan tenaga pengelola, berbagai

Page 80: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

kelengkapan lain yang dibutuhkanuntuk mengelola SMA Terbuka,dilengkapi oleh Pustekkom danDirektorat teknis yang terkait.

Model/sistem pendidikan SMATerbuka telah memungkinkan paralulusan SMP/MTs atau yang sederajatyang “kurang beruntung untuk dapatbelajar di SMA reguler” (karenaberbagai kendala/keterbatasan) danpeserta didik putus sekolah padapendidikan Sekolah Menengahdimungkinkan untuk melanjutkanpendidikannya ke SMA Terbuka.Peserta didik SMA Terbuka tidakdiharuskan datang setiap hari ke SMAreguler yang menjadi Sekolah IndukSMA Terbuka tetapi cukup hanyasekali atau dua kali seminggu sesuaidengan kebutuhan (Pustekkom,2005).

4) Universitas Terbuka (UT)Universitas Terbuka (UT)

merupakan salah satu perguruantinggi negeri (PTN) yangmenyelenggarakan kegiatanpembelajarannya denganmenerapkan sistem belajar jarak jauh(single mode). Mahasiswa belajarmelalui pemanfaatan mediapembelajaran, baik bahan belajarmandiri tercetak (modul) maupunbahan belajar non-cetak (audio/video,komputer/internet, siaran radio dantelevisi).

Sebagian besar waktu belajarmahasiswa UT digunakan untukbelajar mandiri sehingga keberhasilanbelajarnya sangat ditentukan olehdirinya sendiri. Terbuka jugakesempatan bagi mahasiswa untukmengikuti kegiatan belajar tutorial,baik secara tatap muka maupunmelalui Internet (tutorial online/tuton), radio, dan televisi, sertamenggunakan sumber belajar lainseperti bahan belajar berbantuankomputer dan program audio/video(http://www.ut.ac.id/strategi-belajar-.html. Diakses tanggal 10 Mei 2011).

Gagasan untuk pendirian UTdiprakarsai oleh Pusat TeknologiInformasi dan KomunikasiPendidikan-Departemen Pendidikandan Kebudayaan. Pertimbangannyapada waktu itu adalah masihrendahnya angka melanjutkanpendidikan ke pendidikan tinggi.Kemudian, Pustekkommenyosialisasikan konsep pendirianUT kepada berbagai pihak (pimpinanperguruan tinggi, pakar pendidikan,dan birokrat) melalui serangkaiankegiatan seminar dan loka karya(Faculty Development Seminar).Setelah kegiatan persiapan berjalansekitar 3 tahun, Presiden RepublikIndonesia, Soeharto, berkenanmencanangkan pendirian UT sebagaisalah satu perguruan tinggi negeridengan kuliah perdana yang disajikanoleh begawan ekonom Indonesia,Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo.

5) Jaringan Sistem Belajar Jarak JauhIndonesia (Jaringan Sistem BJJI)

Pada tahun 1993, sebagai tindaklanjut dari studi yang telahdilaksanakan mengenai manajemenpendidikan terbuka dan jarak jauhpada jenjang pra-universitas yangmencakup 21 lembaga, maka 5lembaga pemerintah (KementerianPendidikan dan Kebudayaan,Kementerian Tenaga Kerja,Kementerian Pertanian, KementerianKesehatan, dan Kementerian Agama)bersepakat untuk secara bersama-sama mengembangkan kerja samamelalui pembentukan sebuahjaringan lintas sektoral yang dikenaldengan nama Jaringan Sistem BelajarJarak Jauh Indonesia (JaringanSistem BJJI) atau IndonesianDistance Learning Network (IDLN).

Melalui IDLN yang dikoordinasikanoleh Kementerian Pendidikan danKebudayaan (sehari-hari dilaksanakanoleh Pusat Teknologi Informasi danKomunikasi Pendidikan atauPustekkom), diharapkan berbagai

Page 81: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

sumber daya yang tersedia di masing-masing lembaga anggota dapatdioptimalkan pemanfaatannya bagikepentingan bersama dalampeningkatan penyelenggaraan PTJJ.Artinya, setiap lembaga pendidikanatau pelatihan tidak perlu harusmemulai kegiatan PTJJ-nya dari awalatau dari nol tetapi dapatmemanfaatkan berbagai fasilitas atauekspertis yang telah dimiliki olehlembaga-lembaga pendidikan ataupelatihan lainnya.

c. Perkembangan PTJJ Ditinjau dariSegi Program yang Diterapkan/DiselenggarakanBerikut ini dikemukakan perkembanganPTJJ dilihat dari segi program yangditerapkan/ diselenggarakan (baik dalamtataran gagasan, perencanaan,perintisan, maupun tataranpengembangan) lembaga atau organisasipendidikan.

1) Program Diploma dan GelarProgram Pendidikan Setara

Diploma-2 Guru SD diselenggarakanoleh Pustekkom bekerjasama denganDirektorat Pendidikan Guru-DirektoratJenderal Pendidikan Dasar danMenengah serta Universitas Terbuka(UT) pada tahun 1990. Pesertapendidikan ini adalah para guru SDyang berlatar belakang SekolahPendidikan Guru (SPG). Pesertapendidikan tidak perlu meninggalkantempat tugas sehari-hari karenabahan-bahan belajar dikirimkanlangsung oleh instansi penyelenggarakepada peserta, baik yang berupamedia cetak (modul), media rekam(VCD), maupun media siaran (siaranradio pendidikan). Peserta pendidikanyang lulus penilaian diberikansertifikat Diploma-II. Mereka yangtelah lulus dari program pendidikansetara Diploma-II dapat melanjutkanpendidikannya ke program pendidikanS-1.

Program lain yang ditujukankepada para guru SD adalah programS-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar(PGSD). Program pendidikan inidiselenggarakan oleh sejumlahperguruan tinggi yang tergabungdalam sebuah konsorsium. ProgramS-1 PGSD ini terbuka bagi guru SDyang telah menyelesaikan pendidikanDiploma-II atau yang mempunyaiijazah SPG. Strategi pembelajaranyang diterapkan adalah bahwa belajarmandiri melalui bahan-bahan belajaryang telah dipersiapkan secarakhusus. Kegiatan belajar tutorial tatapmuka juga disediakan bagi yangmahasiswa yang membutuhkan.Penilaian hasil belajar mahasiswaditentukan oleh masing-masingperguruan tinggi yang tergabungdalam konsorsium.

Program gelar untuk berbagaibidang studi melalui sistem BJJditawarkan oleh Universitas Terbuka(UT). Perkembangan terakhir adalahbahwa UT tidak hanya menawarkanprogram pendidikan bergelar S-1tetapi juga program pendidikan S-2.Seiring dengan dukungan kebijakan,maka perguruan tinggi konvensionaljuga secara bertahap sudah mulaimerintis penyelenggaraan pendidikanmelalui penerapan sistem BJJ (dualmodes).

2) Program Non-diploma/Non-gelarSistem BJJ tidak hanya diterapkan

untuk menyajikan program diplomadan gelar, tetapi juga program yangbersifat non-diploma dan non-gelaryaitu melalui kegiatan pendidikan danpelatihan (diklat) atau penataran.Berikut ini diuraikan perkembanganPTJJ melalui berbagai program diklatatau penataran yang menerapkansistem BJJ yang dikelola oleh berbagailembaga/organisasi pendidikan.a) Kursus Tertulis Pengembangan

ManajemenKursus Tertulis bidang

pengembangan manajemenmerupakan bentuk pendidikan

Page 82: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

jarak jauh yang dimulaipenyelenggaraannya pada tahun1979 oleh Institut Pendidikan danPembinaan Manajemen (InstitutPPM) bekerjasama dengan JapanManagement Association (JMA)dan the Association for OverseasTechnical Scholarship (AOTS).Kemudian, kursus tertulis ini lebihdikenal dengan nama KursusManajemen Multimedia (KMM)(Sutrisno, 1992).

b) Penyelenggaraan PTJJ PenyuluhPertanian Lapangan

Pusat Pembinaan TenagaPendidik Pertanian (Pusbindiktan)bekerjasama dengan UniversitasTerbuka (UT) mengembangkanmodel PTJJ yang bersifat inovatifuntuk melayani kebutuhanPenyuluh Pertanian Lapangan(PPL) akan peningkatan kualifikasipendidikan akademik merekamenjadi Diploma-III. Bahan-bahan belajar yang digunakanoleh para PPL adalah yangdirancang dan dikembangkansecara khusus (bahan belajarmandiri) sehingga dapat dipelajarioleh masing-masing PPL secaramandiri, baik dalam bentukperseorangan maupun dalamkelompok kecil.

Selain belajar melalui bahanbelajar mandiri (modul), para PPLmendapatkan kesempatan untukmengikuti kegiatan tutorial tatapmuka secara periodik. Pertemuandengan para tutor/fasilitatordifokuskan untuk mendiskusikanberbagi kesulitan atau masalahyang dihadapi PPL selama belajarmandiri.

c) Pendidikan dan Pelatihan JarakJauh (DJJ) di bidang ManajemenPemerintahan

Persiapan penyelenggaraanDJJ di lingkungan KemeterianDalam Negeri telah dimulai sejak

tahun 1997 dalam bentukberbagai seminar dan loka karya.Kegiatan persiapan mencakup (1)penyiapan peraturan perundang-undangan yang menjadilandasan/dasar dari model/sistemDJJ, (2) sosialisasi model/ sistemDJJ yang akan diterapkan, (3)pelatihan tenaga di bidangpengembang-an bahan belajarmandiri mandiri tercetak (modul),dan (4) pengembangan danujicoba bahan belajar modul yangmencakup bidang kependidikandan administrasi, masalah-masalah pertanian, ketentramandan keteraturan, pelayanan sosialdi bidang pendidikan, kesehatanmasyarakat, keluarga berencana,dan kepemimpinan yangberorientasi pada pelayananmasyarakat (Sadiman, 1999).

Tujuan dari penyelenggaraanDJJ bidang manajemenpemerintahan adalah untukmeningkatkan jumlah aparatpemerintah yang memilikipengetahuan, keterampilan dankemampuan yang andal dalampelaksanaan tugas sehari-harimengelola bidang (1) administrasipemerintahan, (2) pembangunan,dan (3) pelayanan lainnya yangditujukan kepada masyarakat.

d) Gagasan untuk Pendidikan danPelatihan Diklat Jarak Jauh BidanDesa

Gagasan untuk pengenalandan penyelenggaraan Diklat JarakJauh Bidan Desa (DJJ Bidan Desa)berasal dari KementerianKesehatan. Tujuan dari DJJ BidanDesa adalah untuk meningkatkanpengetahuan dan kemampuanpara bidan yang bertugas didaerah perdesaan. Berbagaipersiapan telah dilakukan, seperti:perancangan model DJJ BidanDesa, pelatihan tenaga untukpengembangan bahan belajar

Page 83: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

mandiri tercetak (modul),pelatihan tenaga untukpengembangan program video,dan pengembangan bahan-bahanbelajar mandiri tercetak.

Berdasarkan rancangan modelDJJ yang dikembangkan, parabidan yang menjadi peserta DJJBidan Desa dapat mempelajaribahan-bahan belajar yang berupamodul sesuai denganketersediaan waktu mereka.Secara periodik sesuai dengankesepakatan bersama, para bidandapat bertemu dengan tutor/fasilitator untuk mendiskusikanberbagai materi diklat yang masihbelum atau sulit dipahami.Pertemuan dengan tutor/fasilitator juga dimaksudkan untukmembimbing para bidan dalampelaksanaan kegiatan-kegiatanyang bersifat praktek.

Sekalipun berbagai kegiatanperencanaan atau persiapan telahdilakukan, namun model DJJBidan Desa belum dapatdiimplementasikan karenaterbentur pada peraturanp e r u n d a n g - u n d a n g a nKementerian Pendidikan Nasionaltentang persyaratanpenyelenggaraan dual mode(pendidikan reguler yangsekaligus juga disertai denganpenyelenggaraan pendidikanterbuka dan jarak jauh) dilingkungan perguruan tinggi.

e) Penataran Guru dan Calon GuruSD melalui Siaran Radio (DiklatSRP Guru SD)

Gagasan untuk perintisanpemanfaatan siaran radio bagikepentingan pendidikan danpelatihan guru dan calon guruSekolah Dasar (SD) dimulai padatahun 1976 (Miarso dan Suhedi,1984). Seiring dengan adanyaperaturan pemerintah yangmewajibkan guru SD

meningkatkan kualifikasipendidikannya menjadi setaraDiploma-II, maka Diklat SRP GuruSD ditingkatkan menjadi programPenyetaraan Diploma-II SiaranPendidikan (D-IISP PGSD) yangdilaksanakan Pustekkombekerjasama dengan UniversitasTerbuka dan Direktorat PendidikanGuru dan Tenaga Teknis-Direktorat Jenderal PendidikanDasar dan Menengah. Pada tahapperintisan, D-II JJ PGSDdilaksanakan di 3 propinsi(Kalimantan Barat, KalimantanTimur, dan Nusa Tenggara Timur)pada tahun 1990.

f) Sistem Belajar Jarak JauhPerbankan

Pada tahun 1985, LPPImemulai sistem belajar jarak jauhtahap pertama yang ditujukanbagi para pejabat pemberiankredit. Bahan belajar yangdigunakan modul (bahan belajarmandiri tercetak) dan kaset audio.Tahap kedua ditujukan bagi paramanajer Bank Perkreditan Rakyat(BPR). Program ini bertujuanuntuk memenuhi kebutuhanperbankan yang terampil dalamwaktu yang relatif singkat danjumlah yang besar dalampemberian kredit kepadapengusaha kecil (Budimulya,1992).

g) Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ)untuk Pengembangan SDMTelkom

PT. Telkom (melalui DivisiRisTI dan Divlat) bekerjasamadengan Lucent Technologymenggagas pengembangansumber daya manusia memulaiproyek belajar jarak jauh padatahun 1998. Penyelenggaraansistem BJJ diawali dengankegiatan perintisan yangmencakup (1) penyiapan SDM

Page 84: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

yang terlatih di bidangpengembangan teknologijaringan, telepon, dan internetkomunikasi, (2) pengadaan danpemasangan infrastruktur sistemBJJ di beberapa lokasi regional PT.Telkom yang terhubung dengansejumlah perguruan tinggi, dan(3) perintisan penyelenggaraansistem BJJ (Sadiman, 1999).

Tujuan penyelenggaraansistem BJJ yang dirintis oleh PT.Telkom adalah untukmeningkatkan kemampuan danketerampilan pegawai agarmenjadi lebih profesional dibidang tugasnya. Sistem BJJ yangditerapkan mencakup (1)pelatihan non teknik yangdiselenggarakan untukmeningkatkan kemampuanpegawai agar dapat menunjangkemjuan perusahaan, yangdimulai pada tahun 1990, dan (2)pelatihan manajemen bagipegawai Telkom, baik yang masihaktif maupun bagi pegawai yangakan menjelang purna tugas(Suroso, 1992).

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Perkembangan pendidikan terbukadan jarak jauh (PTJJ) di Indonesia diawalidengan model korespondensi yangsangat mengandalkan jasa pos sampaidengan pemanfaatan teknologi informasidan komunikasi yang mutakhir. Dari segikelembagaan/organisasi, dari waktu kewaktu semakin bertambah jumlahlembaga atau organisasi yang berkiprahdi bidang PTJJ. Ada lembaga/organisasiyang menerapkan PTJJ secara sistemik(menyeluruh) dan ada juga yang hanyamenerapkan sebagian dari komponenPTJJ. Di samping itu, metodepenyampaian materi pembelajaran jugaterus mengalami perkembangan, dimulaidari pemanfaatan jasa layanan possampai dengan pemanfaatan teknologijaringan.

Bahan belajar yang dikembangkandan digunakan PTJJ diawali denganbahan belajar mandiri tercetak (modul)dengan dukungan tutorial tatap muka.Perkembangan terus berjalan sampaidengan penggunaan bahan belajar yangberupa media rekaman, media proyeksi,media elektronik (media siaran, audio/video conferences), sampai denganmedia jaringan (internet). Demikian jugadengan kegiatan tutorial, yang padatahap awal dimulai dengan yang bersifattatap muka, fax dan telepon, mediarekaman sampai dengan tutorial yangdilaksanakan dengan audio/videoconference dan yang bersifat online.

Pengelolaan PTJJ juga terusberkembang, dimulai dari (a) penerapankomponen-komponen tertentu sampaidengan penerapan sistem PTJJ secarautuh, (b) penyelenggaraan PTJJ olehlembaga/organisasi secara sendiri-sendirisampai dengan yang dilakukan melaluikerja sama (kemitraan) melaluikonsorsium, dan (c) ada juga lembagayang mengembangkan sendiri bahan-bahan belajarnya (learning resources bydesign) dan ada juga lembaga yanghanya memanfaatkan berbagai bahanbelajar (learning resources by utilization)yang sudah dikembangkan oleh instansilain.

2. SaranSeiring dengan kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), pesertadidik dari bebagai jenjang dan jenispendidikan hendaknya mendapatkanpeluang yang seluas-luasnya untukmengakses berbagai sumber belajar yangberkualitas. Perancangan danpengembangan sumber-sumber belajaryang dapat diakses setiap saat olehpeserta didik melalui fasilitas teknologiinternet ini hendaknya diprioritaskan yangsesuai dengan tuntutan kurikulum.Ketersediaan sumber-sumber belajaryang dapat diakses setiap saat ini akansangat bermanfaat bagi peserta didikyang (a) berada di daerah perdesaan,perbatasan, sulit geografisnya, atau

Page 85: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

terpencil, dan (b) belajar di sekolah yangterkendala oleh berbagai keterbatasan,seperti ketersediaan guru dan sumber-sumber belajar.

Ketersediaan sumber belajar melaluipemanfaatan kemajuan TIK sepertitersebut di atas akan memberikanpeluang yang sama kepada setiappeserta didik untuk menguasai materipembelajaran di manapun merekaberada. Untuk mewujudkan keadaanyang demikian ini, kerjasama berbagaipihak, seperti pemerintah, swasta,masyarakat, dan organisasi profesisangat dibutuhkan dan menentukan.

PUSTAKA ACUANBudimulya, Samali. (1992). “Program Belajar

Jarak Jauh Pejabat Pemberian Kredit danManajemen Bank Perkreditan Rakyat untukPendidikan Profesi Perbankan”, dalamSeminar Lokakarya Nasional TeknologiPendidikan, diselenggarakan oleh Pustekkomdan Ditdikmenum-Departemen Pendidikandan Kebudayaan di Cisarua-Bogor.

Habib, Zamris. (1984). “Siaran Radio Pendidikanuntuk Penataran Guru-guru Sekolah Dasar”,dalam Teknologi Komunikasi Pendidikan:Pengertian & Penerapannya di Indonesia.Jakarta: Pusat Teknologi KomunikasiPendidikan dan Kebudayaan-DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Haryono, Anung. (1984). “Sekolah MenengahTerbuka: Suatu Penerapan TeknologiPendidikan untuk Pemerataan KesempatanBelajar” dalam Teknologi KomunikasiPendidikan: Pengertian & Penerapannya diIndonesia. Jakarta: Pusat TeknologiKomunikasi Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hasanudin, Moh. (1992). “Perkembangan SBJJuntuk Pendidikan Profesi”, dalam SeminarLokakarya Nasional Teknologi Pendidikan,diselenggarakan oleh Pustekkom danDitdikmenum-Departemen Pendidikan danKebudayaan di Cisarua-Bogor.

Keegan, D. (1990). Foundations of distanceeducation, (2nd Edition). Routledge, Londonand New York.

McCall, Joseph. (2004). Distance Learning.Sumber: http://www.gsu.edu/mstsh/course/it7000/papers/ distance3.htm (Diaksestanggal ....

Miarso, Yusufhadi dan Suhedi. (1984).“Perkembangan Kelembagaan PusatTeknologi Komunikasi Pendidikan danKebudayaan” dalam Haryono, Anung, dkk(eds.), (1984). Teknologi KomunikasiPendidikan: Pengertian dan Penerapannya diIndonesia. Jakarta: Pusat TeknologiKomunikasi Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Morpeth, R. (2004). “What is DistanceLearning?”, University of London DistanceLearning. (sumber: Internet: http//www.se rve r. s tuden tpages . com/d l /what_is_dl.cfm) (Diakses tanggal 23 April2004).

Purwanto, dkk. (eds.). (2009). “30 Tahun KiprahPustekkom dalam Pendidikan”. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan-Departemen PendidikanNasional.

Pusat Teknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan-Departemen PendidikanNasional. (2005). “SMA Terbuka: Konsepsidan Rencana Pengembangan, PedomanPengelolaan, dan Profil”, bahan Temu KaryaPengelola SMA Terbuka. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan-Departemen PendidikanNasional.

Ruzgar, N. S. (2004). Turkish Online Journal ofDistance Education TOJDE April 2004 ISSN1302-6488 Volume: 5 Number: 2 (sumberinternet: http://tojde.anadolu.edu.tr/index.html).

Sadiman, Arief S. (ed.). (1999). Jaringan SistemBelajar Jarak Jauh Indonesia (JaringanSistem BJJI). Jakarta: Pustekkom-Depdikbud.

Siahaan, Sudirman dan W. B. P. Simanjuntak.(2004). “Studi tentang Pengelolaan SekolahMenengah Umum Terbuka (SMU Terbuka)”,artikel ilmiah yang dipublikasikan dalamJurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak JauhVol. 5, No.: 1, Maret 2004. Tangerang:Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.Siahaan, Sudirman. (2009). “Peserta Didik

Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Page 86: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(PTJJ): Sebuah Kajian”, artikel ilmiah yangdisajikan dan dipublikasikan dalamProsiding Pertemuan dan Presentasi HasilPenelitian Bidang Pendidikan, Jakarta:Badan Penelitian dan PengembanganDepartemen Pendidikan Nasional.

Siahaan, Sudirman. (2009a). Sekolah MenengahTingkat Pertama Terbuka (SMP Terbuka)sebagai Bentuk Pendidikan yang Merakyat,artikel ilmiah yang dipublikasikan dalamJurnal TEKNODIK Vol. XIII, No.: 1, Juni 2009.

Suroso, Hari. (1992). “Status dan PerkembanganSBJJ untuk Pendidikan Profesi, PengalamanDiklat Postel”, dalam Seminar LokakaryaNasional Teknologi Pendidikan,diselenggarakan oleh Pustekkom dan

Ditdikmenum-Departemen Pendidikan danKebudayaan di Cisarua-Bogor.

Sutrisno, Rich. M. (1992). “PendidikanManajemen Multimedia (PPM) Institut PPM”,dalam Seminar Lokakarya Nasional TeknologiPendidikan, diselenggarakan oleh Pustekkomdan Ditdikmenum-Departemen Pendidikandan Kebudayaan di Cisarua-Bogor.

Website: http://www.ut.ac/strategi-belajar.html(Diakses pada tanggal 10 Mei 2011).

****************

Page 87: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

E-LEARNING MELALUI PORTAL“RUMAH BELAJAR”

Jaka WarsihnaPustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Belajar merupakan kewajiban setiap manusia sejak kecil hingga akhir hayatnya. Inti prosesbelajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan,dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah prosesmembangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Agar proses belajar dapat terustermotivasi diperlukan berbagai model, sistem, dan media pembelajaran. Salah satu sistempembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah e-learning.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyiapkan sebuah portal yangkhusus didedikasikan untuk e-learning. Portal tersebut diberi nama “Rumah Belajar” denganalamat belajar.kemdiknas.go.id. Portal ini setelah diluncurkan sudah banyak yang mengaksesdan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada. Setelah dimanfaatkan ternyata portal inimemiliki berbagai kekuatan dan juga kelemahan. Kekuatannya portal ini antara lain dikemassesuai dengan proses pembelajaran yaitu sesuai kurikulum, ada rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP), materi, katalog media, peta materi, dan bank soal. Sedangkankelemahannya antara lain belum ada home, materi belum lengkap, masih sering failure, banksoalnya belum sesuai dengan kompetensi dasar, katalog medianya belum lengkap, dan lainsebagainya.

Kata Kunci: e-learning, portal, rumah belajar

Abstract:Learning is an obligation to every human being from their childhood to the end of their life.The core of learning process is the individual change in the aspect of knowledge, attitude,skill, and habit as a product and interaction with the environment. Learning is the process ofconstructing knowledge through the transformation of experience. In order to keep motivatedlearning process required a variety of models, systems, and media. One of the learningsystems that utilizes information and communication technology is e-learning. Ministry ofEducation and Culture of Republic of Indonesia has been setting up a special portal websitededicated to e-learning. The portal website is called “Rumah Belajar” and its address isbelajar.kemdiknas.go.id. Many has accessed this portal website after its launching. Thisportal website has several strengths and weaknesses. The strengths of this portal websitelies in its content that is packed in accordance with the learning process consisting of appropriatelearning curriculum, lesson plan implementation, materials, media catalog, material map,and test. Among the weaknesses are as follow: there is no home, the material is not yetcomplete, there are often process failures, the test does not meet the basic competencies,media catalog is not yet complete, and so on.

Key Words: e-learning, portal website, rumah belajar

Page 88: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANBanyak ungkapan yang berkembang dimasyarakat untuk mendorong agar manusiaselalu mau belajar. Misalnya ungkapan“belajar mulai dari buaian sampai akhirhayat”. Maksud ungkapan ini yaitu bahwakita sebagai manusia harus belajar sejakmasih kecil sampai kita meninggal dunia.Ungkapan ini senada dengan “belajarsepanjang hayat”, artinya selama kita masihhidup, kita masih mempunyai kewajibanuntuk terus belajar. Namun pengertianbelajar di sini dalam arti luas, artinya selamakita mendapatkan manfaat ataupengetahuan sekecil apapun sebenarnya itukita sudah belajar.

Inti proses belajar adalah perubahanpada diri individu dalam aspek pengetahuan,sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagaiproduk dan interaksinya dengan lingkungan.Belajar adalah proses membangunpengetahuan melalui transformasipengalaman. Dengan kata lain suatu prosesbelajar dapat dikatakan berhasil bila dalamdiri individu terbentuk pengetahuan, sikap,keterampilan, atau kebiasaan baru yangsecara kualitatif lebih baik dari sebelumnya.Proses belajar dapat terjadi karena adanyainteraksi antara individu dengan lingkunganbelajar secara mandiri atau sengajadirancang. Orang yang belajar mandiri secaraindividual dikenal sebagai otodidak,sedangkan orang yang belajar karenadirancang dikenal sebagai pembelajaranformal. Proses belajar sebagian besar terjadikarena memang sengaja dirancang. Prosestersebut pada dasarnya merupakan sistemdan prosedur penataan situasi danlingkungan belajar agar memungkinkanterjadinya proses belajar. Sistem danprosedur inilah yang dikenal sebagai prosespembelajaran aktif. (http://hilaludinwahid.com/teori-belajar-dan-pembelajaran-e-learning/ rabu, 19 Oktber2011)

Proses pembelajaran yang baik adalahproses pembelajaran yang memungkinkanpara pembelajar aktif melibatkan diri dalamkeseluruhan proses baik secara mentalmaupun secara fisik. Setiap anak yang belajarharus menyiapkan mentalnya untuk benar-benar siap mencari ilmu pengetahuan atau

informasi, sedangkan secara fisik, artinyauntuk dapat belajar kita kadang diperlukankehadirannya di tempat itu.

Saat ini dengan perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi (TIK)memungkinkan kita belajar tanpa menuntutkehadiran fisik kita di suatu tempat yaitu yangdisebut e-learning. Kehadiran e-learningdalam dunia pendidikan merupakan suatuparadigma baru. Dengan e-learning kitadapat belajar di mana saja dan kapan saja.Saat ini kalau kita membuka internet akanbanyak kita temukan website atau portalyang dirancang untuk e-learning.

Salah satu portal yang benar-benardirancang oleh Kementrian Pendidikan danKebudayaan (Kemdikbud) dandisosialisasikan secara gencar ke seluruhsekolah di Indonesia adalah Portal “RumahBelajar” yang beralamat diwww.belajar.kemdiknas.go.id. Portal ini olehKemdikbud diharapkan sebagai satu-satunyaportal yang didesikasikan untuk membantumengatasi masalah pendidikan terutamayang berkaitan dengan materi pembelajaran.Sebagai portal pembelajaran dituntut dapatmewadahi berbagai kepentingan e-learning.Dengan demikian dunia pendidikan diIndonesia benar-benar dapat menerapkan e-learning yang benar sesuai dengan tuntutanperkembangan belajar yaitu belajar di manasaja, kapan saja, dari apa saja dan untuksiapa saja.

B. PERMASALAHANPermasalahan pendidikan di Indonesia

sangat beragam, mulai dari infrastruktur,sarana dan prasarana, jumlah dan kualitasguru, manajemen pengelola pendidikan,motivasi belajar siswa, kesenjangan antarwilayah, dan masih banyak lagi lainnya.Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut,pemerintah dalam hal ini Kemdikbud padaperiode tahun 2010 – 2014 inimenitikberatkan pada program 5 K, yaituketersediaan, keterjangkauan, kualitas,kesetaraan, dan kepastian. Permasalahanyang terjadi adalah bagaimana peran PortalRumah Belajar dalam mendukung program5 K tersebut? Dengan demikian “PortalRumah Belajar” dapat mewadahi tuntutan

Page 89: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

para pebelajar yaitu belajar di mana saja,kapan saja, dari apa saja dan untuk siapasaja.

C. KAJIAN LITERATURSaat ini orang tidak ragu lagi terhadap

kekuatan teknologi informasi dan komunikasi(TIK) untuk membantu memecahkanmasalah pendidikan terutama untukadministrasi dan pembelajaran. Khusus untukpembelajaran, peran TIK dapat dimanfaatkanuntuk menghantarkan yang abstrak menjadisesuatu yang nyata berada di hadapan kita.Dengan kehadiran TIK diharapkan dapatmeningkatkan mutu pembelajaran. Salahsatu peran TIK dalam peningkatan kualitaspembelajaran di sekolah adalah denganmelaksanakan pembelajaran berbasis e-learning.

Istilah e-learning diterjemahkan dalamBahasa indonesia menjadi e-pembelajaran.E-learning secara umum didefinisikansebagai sebuah proses pembelajaran denganmemanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi (TIK) sebagai media dalammenyampaikan materi kepada pesertadidiknya. TIK yang dimanfaatan untuk e-learning yaitu teknologi internet yang didalamnya terdapat sebuah web atau portal.Di dalam portal ini tersedia informasi danruntutan pembelajaran yaitu dari awalsampai akhir.

Banyak pakar yang menguraikan definisie-learning dari berbagai sudut pandang.Menurut Rosenberg (2001), e-learningmerupakan suatu penggunaan teknologiinternet dalam penyampaian pembelajarandalam jangkauan luas yang berlandaskantiga kriteria, yaitu : (1) e-learning merupakanjaringan dengan kemampuan untukmemperbaharui, menyimpan,mendistribusikan dan membagi materi ajaratau informasi, (2) pengiriman sampai kepengguna terakhir melalui komputer denganmenggunakan teknologi internet yangstandar, (3) memfokuskan pada pandanganyang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran (Tim E-learning UI, 2007).

E-learning yang disebut jugapembelajaran online, virtual learning, online

learning, dan lain-lain adalah sebuahkegiatan belajar yang memanfaatkanteknologi jaringan seperti Internet, LocalArea Network (LAN), Wide Area Network(WAN) sebagai salah satu metodepenyampaian, interaksi, dan difasilitasi sertadidukung oleh berbagai bentuk layananbelajar lainnya. E-learning adalahekstensifikasi metode pembelajaran yangmemungkinkan guru dan siswa berada dalamwaktu dan ruang yang tidak sama.Poulymenakin Angel iki , M. (Asmina and B.Eleni: 2001: 30)

E-learning merupakan suatu jenis belajarmengajar yang memungkinkantersampaikannya bahan ajar ke siswa denganmenggunakan media internet, intranet ataumedia jaringan komputer lain (Hartley, 2001:15).

E-learning dapat didefiniskan sebagaisebuah bentuk teknologi informasi yangditerapkan di bidang pendidikan dalambentuk dunia maya. Jadi usaha untukmembuah sebuah transformasi prosesbelajar mengajar yang ada di sekolah ataukampus ke dalam bentuk digital yangdijembatani oleh teknologi internet (Munir,2007:503)

E-learning adalah sistem pendidikan yangmenggunakan aplikasi elektronik untukmendukung belajar mengajar dengan mediainternet, jaringan komputer, maupunkomputer standalone (LearnFrame.Com,2001: 23)

E-learning adalah semua yang mencakuppemanfaatan komputer dalam menunjangpeningkatan kualitas pembelajaran,termasuk di dalamnya penggunaan mobiletechnologies seperti PDA dan MP3 players.Juga penggunaan teaching materialsberbasis web dan hypermedia, multimediaCD-ROM atau web sites, forum diskusi,perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs,wikis, computer aided assessment, animasipendidkan, simulasi, permainan, perangkatlunak manajemen pembelajaran, electronicvoting systems, dan lain-lain. Juga dapatberupa kombinasi dari penggunaan mediayang berbeda (Andrew Lih, 2009; 110).

Dari beberapa definisi tersebut dapatdisimpulkan bahwa sistem atau konsep

Page 90: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

pendidikan yang memanfaatkan teknologiinformasi dalam proses belajar mengajardapat disebut sebagai suatu e-learning. E-learning dalam arti luas dan yang seringdilaksanakan di sekolah adalah pembelajaranyang dilakukan memanfaatkan mediaelektronik (internet) baik secara formalmaupun informal. E-learning secara formalyaitu pemanfaatan media internet untukmenunjang pembelajaran klasikal yaitupembelajaran yang berbasis kurikulum,silabus, mata pelajaran dan tes yang telahdiatur dan disusun berdasarkan jadwal yangtelah disepakati pihak-pihak terkait(pengelola e-learning dan pembelajarsendiri). Pembelajaran seperti ini biasanyatingkat interaksinya tinggi dan diwajibkanoleh pengelola pembelajaran ataupembelajaran jarak jauh misalnya universitasdan sekolah.

E-learning bisa juga dilakukan secarainformal dengan interaksi yang lebihsederhana, misalnya melalui sarana mailinglist, e-newsletter atau website pribadi,organisasi dan perusahaan yang inginmensosialisasikan jasa, program,pengetahuan atau keterampilan tertentupada masyarakat luas (biasanya tanpamemungut biaya).

D. PEMBAHASANDalam pandangan tradisional proses

pembelajaran di pandang sebagai: (1)sesuatu yang sulit dan berat, (2) upayamengisi kekurangan pengetahuan pesertadidik, (3) proses transfer dan penerimaaninformasi, (4) proses individual dan soliter,(5) kegiatan yang dilakukan denganmenjabarkan materi pelajaran kepadasatuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatuproses linear. Sejalan dengan perkembanganTIK telah terjadi perubahan pandanganmengenai pembelajaran. Ada banyak alasanmengapa manusia belajar denganpengamatan dari berbagai sumber.Perkembangan seseorang akan sangatterbatas kalau belajar harus diusahakansendiri oleh tiap-tiap orang. Di samping itu,jika belajar secara eksklusif tergantung daritindakan kita maka belajar menjadi tidakefisien dan secara potensial berbahaya(Hjelle dan Ziegler, 1992:342).

Mengingat proses komunikasi dengankehadiran TIK berubah, maka proses belajardi dalam kelas juga menuntut berubah.Menurut Surya (2006) dengan kehadiran TIKdi lembaga pendidikan/kelas, makapembelajaran berubah sebagai: (1) prosesalami, (2) proses sosial, (3) proses aktif danpasif, (4) proses linear dan atau tidak linear,(5) proses yang berlangsung integratif dankontekstual, (6) aktivitas yang berbasis padamodel kekuatan, kecakapan, minat, dankultur peserta didik, (7) aktivitas yang dinilaiberdasarkan pemenuhan tugas, perolehanhasil, dan pemecahan masalah nyata baikindividual maupun kelompok.

Dalam kondisi demikian, maka peranguru dan peserta didik di kelas juga berubah.Peran guru telah berubah dari sebagaipenyampai pengetahuan, sumber utamainformasi, ahli materi, sumber segalajawaban menjadi sebagai fasil itatorpembelajaran, pelatih, kolaborator, navigatorpengetahuan, dan mitra belajar. Di sampingitu guru juga berubah dari mengendalikandan mengarahkan semua aspekpembelajaran, menjadi lebih banyakmemberikan alternatif dan tanggung jawabkepada peserta didik dalam prosespembelajaran.

Sementara itu peran peserta didik dalampembelajaran telah mengalami perubahanyaitu dari penerima informasi yang pasifmenjadi partisipan aktif dalam prosespembelajaran, dari mengungkapkan kembalipengetahuan menjadi menghasilkan danberbagi pengetahuan, dan dari pembelajarsebagai aktivitas individu (soliter) menjadipembelajar berkolaboratif dengan pesertadidik lain.

Untuk mewujudkan proses pembelajaranyang demikian diperlukan sebuah sistemyang murah dan fleksibel yaitu e-learning.Konsep e-learning ini saat ini sudah menjadisistem baru dalam dunia pendidikantermasuk di Indonesia. Konsep ini dapatdiadaptasikan dengan pembelajaran ditingkat sekolah dalam rangka untukmembantu menumbuhkembangkan minatbelajar peserta ajar dan kualitaspembelajaran di seluruh sekolah yangtersebar di Indonesia. E-learning yang

Page 91: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

terintegrasi di sekolah di seluruh Indonesiajuga memungkinkan untuk pemerataankualitas materi pembelajaran, sehinggamemungkinkan terjadinya resource sharingantar sekolah di seluruh Indonesia. Dengandemikian e-learning memberikan harapanbaru sebagai alternatif solusi atas sebagianbesar permasalahan pendidikan di Indonesia,dengan fungsi yang dapat disesuaikandengan kebutuhan, baik e-learning yangdiberdayakan sebagai metode ajar fullmenggunakan e-learning, blended, ataupune-learning sebagai supporting system.

Penerapan e-learning di Indonesiasebenarnya sudah lama dimulai, tetapi padaumumnya dikembangkan sendiri olehlembaga-lembaga pendidikan (universitasdan sekolah). Mengingat pentingnyapemanfaatan e-learning di sekolah, makaKemdikbud mencoba mewadahi berbagaikebutuhan tersebut dengan membuat portalbelajar yang didedikasikan untuk e-learningbaik untuk pendidikan formal, nonformal, daninformal. Pendidikan formal yaitu mulai SDdan sederajat sampai SMA serta SMK yangsederajat.

1. PORTAL”RUMAH BELAJAR”E-learning merupakan suatu sistem

pembelajaran yang berbasis teknologiinformasi yang menciptakan lingkunganproses belajar mengajar tempat terjadinyatransfer pengetahuan dan keterampilandapat dilakukan melalui media internet,intranet, dan komputer standalone. Dalampengembangan web atau portal yangdiperuntukkan untuk e-learning harus sesuaikebutuhan pengguna.

Harus kita akui mengembangkan portalpembelajaran, memang memerlukan prosesyang panjang agar dapat mewadahi berbagaikeinginan pengguna. Saat ini menurutpengamatan dan analisis penulis, portal“Rumah belajar” ini sudah cukup baik, namuntetap masih harus terus dikembangkan agarmenjadi lebih baik.

2. KEKUATAN PORTAL”RUMAHBELAJAR” UNTUK E-LEARNINGMenurut pengamatan penulis yang

berkali-kali memanfaatkan portal “Rumah

Belajar” dan beberapa kali mengikutipertemuan membahas portal tersebut,penulis mendapatkan informasi bahwa portaltersebut rancangan pengembanganaplikasinya dibagi dalam lima (4) bagian,yaitu: Analisis Kebutuhan Aplikasi,Pemodelan Aplikasi, Tahapan PerancanganAplikasi, dan Analisis Kebutuhan SumberDaya Manusia. Masing-masing bagiantersebut saling terkait danberkesinambungan.a. Analisis Kebutuhan Aplikasi

Bagian Analisis Kebutuhan aplikasimerupakan bagian yang penting dalampembuatan sebuah portal. Pada bagianini akan diketahui kebutuhan penggunadan sistem dalam proses perancanganaplikasi. Secara garis besar, kebutuhanaplikasi dikelompokkan ke dalam tigajenis, yaitu kebutuhan fungsional,kebutuhan non fungsional, dankebutuhan layanan aplikasi. Kebutuhanfungsional merupakan kebutuhan ataufitur utama yang harus dimiliki olehsistem yang disesuaikan dengankebutuhan pengguna dan menyelesaikanpermasalahan yang ada. Sedangkankebutuhan non fungsional merupakankebutuhan tambahan yang sifatnyaoptional namun diperlukan oleh aplikasiagar dapat berjalan secara optimal.1) Kebutuhan Fungsional

Kebutuhan fungsional aplikasisebaiknya diperoleh melalui hasilsurvei yang dilakukan team dalammenentukan standarisasi aplikasiyang digunakan. Dari hasil surveiakan dapat ditentukan model danbentuk aplikasi sepertimapakah yangtepat dan diperlukan oleh calonpengguna. Dengan cara demikianmaka kita akan membuat portal yangbenar-benar diperlukan (botton up),bukan apa maunya pembuat atauyang memesan (top down). Melihatportal tersebut, penulis merasakanbahwa portal tersebut dirancangberdasarkan kebutuhan pengguna.Hal ini dapat dilihat bahwa aplikasitersebut menggunakan tiga prinsip(model) yaitu:

Page 92: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

a) Model PenggunaModel ini menggambarkan yangakan menggunakan aplikasi,seperti tenaga didik, peserta didik,dan sebagainya

b) Model ProsesModel ini merupakan bentuk blokmanajemen aplikasi yangdibedakan menjadi manajemenpembelajaran, manajemenkonten, manajemen evaluasi

belajar, manajemen sekuen dannavigasi, manajemen penggunadan manajemen penyampaian.

c) Model ProdukModel ini menggambarkanlayanan perencanaan prosespembelajaran, layananpelaksanaan pembelajaran,layanan penilaian hasil belajar, danlayanan pengawasan prosespembelajaran

Ketiga model tersebut nantinya akanmelayani pembelajaran online untukpengguna melalui model proses.Pengembangan aplikasi “RumahBelajar” ini lebih dititikberatkan padamodel proses.

Pada Model Proses yang didalamnya terdapat manajemen

pembelajaran, manajemen konten,manajemen evaluasi belajar,manajemen sekuen dan navigasi,manajemen pengguna danmanajemen penyampaian itudigambarkan dalam bentuk arsitektursistem e-pembelajaran sebagaiberikut:

Page 93: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(1) Manajemen Pembelajaran (RPP)Kalau dilihat fasilitas di dalam portal

penulis menemukan bahwa untukmengelola pembelajaran, mata ajarbeserta aktivitas lainnya, maka pengelolaatau admin dapat:(a) Menambahkan dan menghapus mata

pelajaran(b) Mengedit mata pelajaran: mengubah

deskripsi, mengelompokkan,memindah, menampilkan danmenyembunyikan mata pelajaran

(c) Mem-backup dan me-restorematapelajaran

(d) Mendaftarkan pengampu dan pesertamata pelajaran

(e) Mengelola sumber dan aktivitaspembelajaran: menentukan materi,penugasan, diskusi, latihan, Ulangandan ujian

(2) Manajemen Konten (Materi Pokok danModul Interaktif)dangkan di dalam fitur konten,dimungkinkan untuk mengelola paketkonten mata pelajaran, antara lain:(a) menambahkan/menghapus paket

konten.(b) menyusun organisasi materi dalam

paket konten.(c) menambahkan/menghapus objek

pembelajaran (OP) di dalam paketkonten.

(d) menambahkan/menghapus asetdigital di dalam OP.

(e) mengedit metadata OP: struktur &jenjang OP, prasyarat dan kompetensiOP, dsb.

(f) impor dan ekspor paket konten.

(3) Manajemen Sekuen dan NavigasiUntuk menyusun dan mengatur

sekuen dan navigasi objek pembelajaran(OP) pada paket konten, baik secaramanual atau otomatis.(a) Menyusun OP berdasar struktur

prasyarat sehingga membentukstruktur kompetensi, di dalam satumatapelajaran bahkan dalam satukurikulum.

(b) Menentukan alternatif lintasan belajaruntuk mencapai kompetensi tertentu.

(c) Menentukan tipe OP tertentu dalamlintasan belajar untuk mencapaikompetensi tertentu berdasar profilpembelajar (kondisi awal atau gayabelajar).

(4) Manajemen Ujian atau Tes (Bank Soal)Untuk mengelola penyelenggaraan

ujian beserta penilaian dan pelaporannya.(a) Menambahkan dan menghapus soal

atau pertanyaan.(b) Mengedit pertanyaan: mengubah

nama & isi pertanyaan, jawaban,bobot dan nilai tiap pertanyaan.

(c) Membuat pul pertanyaan:mengelompokkan pertanyaan,memindahkan & mempertukarkanpertanyaan.

(d) Men-share dan reuse pul pertanyaan:pul pertanyaan yang dibuat dapatditentukan apakah di-share denganpengguna lain atau tidak.

(e) Menyusun halaman latihan, ulanganatau ujian dengan mengambilpertanyaan dari pul-pul pertanyaan.

(f) Mengacak nomor urut pertanyaandan pilihan jawaban.

(g) Mengambil pertanyaan secara acakdari pul pertanyaan.

(h) Impor dan ekspor pertanyaan kedalam format standar: html, xml,excel, atau lainnya.

(i) Penilaian secara otomatis, kecuali tipepertanyaan essay.

(k) Untuk tipe pertanyaan essay, pembelajardapat mengerjakan/menjawablangsung secara online, kemudianpengajar dapat memeriksa jawaban danmemberikan nilai secara online.

(l) Sistem menyediakan pembobotannilai soal/ pertanyaan.

(m)Sistem menyediakan rekapitulasi nilaikeseluruhan ulangan/ujian besertajenis asesmen lainnya (tugasmembaca, menulis, dl l) yangdiselenggarakan secara online.

(n) Sistem menyediakan transformasirekap nilai ke dalam format lainnya(Excel, Acces, XML, dll).

Page 94: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(5) Manajemen Penyampaian (Delevery)Untuk menyampaikan materi

sebaiknya pengelola portal memikirkanagar memilih format dan teknologi yangtepat dengan mempertimbangkanbeberapa aspek dari sisi pengguna, yaitu:(a) Koneksi: intranet, internet, wireless.(b) Bandwidth.(c) Perangkat yang digunakan: PC/

laptop, HP/PDA, Radio, atau Televisi.

Seiring dengan era konvergensimedia, sistem penyampaian materipembelajaran mengelola pemanfaatanberagam media, antara lain:(a) Intranet / internet.(b) CD/DVD.(c) Mobile-phone (m-Learning).(d) Televisi digital (t-Learning).(e) Radio digital (r-Learning).

(6) Manajemen PenggunaDari sisi pengguna, sebaiknya portal

tersebut memperhatikan aspek:(a) Pendaftaran: keanggotaan dan

peserta matapelajaran.(b) Pengaturan Peran: admin, pendidik,

peserta didik, asisten, tamu, danlainnya yang dapat di-kastemisasi.

(c) Otorisasi: ubah profil, unggah/unduhsumber belajar, menghapus/mengubah konten, dsb.

(d) Profil Pengguna: preferensipengguna, dapat meliputi gayabelajar atau gaya mengajar.

(e) Menambahkan atau mengurangipendidik atau pengajar sebagaipengampu matapelajaran.

(f) Menambahkan atau mengurangipeserta didik atau pembelajar dalamsuatu matapelajaran.

(g) Menambahkan atau mengurangiadministrator pada beberapa levelsatuan pendidikan.

2) Kebutuhan Non FungsionalUntuk kebutuhan non fungsional, ada

beberapa karakteristik yang harusdiperhatikan, antara lain, yaitu masalah:

a) User FriendlyAplikasi harus mudah dipergunakan dan

menarik bagi pengguna.

b) ReliabilityAplikasi dapat menghasilkan ouput ataumenyampaikan informasi dengan benarsesuai dengan input yang dimasukkanoleh pengguna. Aplikasi harus dapatdiakses 24 jam menggunakan internetbrowser dari manapun dan kapanpun.

c) StandardsAplikasi Portal harus dapat memenuhistandard dan aturan yang berlaku, baikyang berkaitan dengan aktivitas atauyang lainnya. Aplikasi juga diharapkanmemiliki standar user interface untukmasing-masing aplikasi pendukung.

d) SecurityAplikasi Portal harus dapat melakukancontrol terhadap pengaksesan denganadanya login khusus untuk dapat masukke dalam aplikasi tertentu. Disampingitu juga perlu diperhatikan masalahkeamanan data, terutama data-data yangbersifat rahasia.

e) ReusabilityAplikasi Portal dapat beradaptasi ataumudah dikembangkan untuk memenuhistandar-standar baru di masa yang akandatang, terutama mengantisipasiperkembangan teknologi informasi.

3) Kebutuhan Layanan Sistem (Produk)a) Administrasi

Sistem memiliki kemampuan untukmenjalan-kan hal-hal berikut.- Pemeliharaan materi.- Keamanan.- Otorisasi.- Statistik.- Cetak.

b) Perencanaan Proses PembelajaranLayanan untuk memfasil itasiPerencanaan Proses Pembelajaranmeliputi:- Menyusun konten mengikuti kerangka

dasar dan struktur kurikulum sesuaidengan Standar Isi.

Page 95: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

- Menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) online.

- Menyusun Matapelajaran onlinesesuai dengan RPP, yaitu menyusunsumber dan aktivitas belajar untukmendukung proses belajar, latihan,dan penilaian.

- Berbagi materi pembelajaran

c) Pelaksanaan Proses PembelajaranLayanan untuk mendukung pelaksanaanproses pembelajaran difasilitasi oleh fitur-fitur sebagai berikut.- Belajar berdasarkan subjek atau topik

tertentu.- Belajar berdasarkan kompetensi

tertentu yang ingin dicapai.- Belajar berdasarkan lintasan belajar

tertentu.- Eksplorasi: simulasi, permainan,

eksperimen virtual, link ke web.- Elaborasi: penugasan analisis,

penyelesaian masalah, diskusisinkron/asinkron, tugas membacadan menulis blog/jurnal.

- Konfirmasi: : email, forum diskusi,tanya-jawab, umpan-balik terhadap:tugas, latihan, dan ujian.

- Pengajaran / web lecture: narasiaudio/video, radio, televisi.

- Penugasan online.- Latihan online, ulangan, dan ujian

online

d) Penilaian Hasil BelajarLayanan penilaian hasil belajar meliputifitur-fitur sebagai berikut.- Penilaian tugas.- Penilaian hasil latihan.- Penilaian hasil ujian.- Pengukuran waktu/lama belajar.- Pengukuranwaktu/lama mengerjakan

tugas.- Pengukuranwaktu/lama mengerjakan

lati-han.- Pengukuran waktu/lama mengerjakan

ujian.

e) Pengawasan Proses PembelajaranLayanan untuk melaksanakanpengawasan proses pembelajaran

didukung oleh fitur-fitur:- Pemantauan

– Pencatatan kelengkapan isidan proses pembelajaran.

– Penampilan dan perekamanaktivitas online pendidik danpeserta didik.

- Supervisi– Forum diskusi, pelatihan dan

konsultasi.- Evaluasi

– Evaluasi kelengkapan isi danproses pembelajaran.

– Evaluasi aktivitas onlinependidik dan peserta didik.

- Pelaporan– Pelaporan hasil pemantauan,

hasil supervisi dan hasilevaluasi.

- Tindak lanjut– Pemberian Pelatihan bagi:

pendidik dan/atau pesertadidik.

Itulah beberapa kelebihan yang dapatpenulis temukan pada Portal “RumahBelajar” sampai saat ini, meskipunpenulis yakin masih banyak kelebihanyang lain. Mengapa demikian, karenasebagai sebuah portal yangdidedikasikan untuk pembelajaransecara nasional akan terus dilakukanpenambahan dan penyempurnaan olehpengelolanya dan tentu saja sesuaikebutuhan baik pengelola maupunpengguna.

3. KEKURANGAN PORTAL “RUMAHBELAJAR” UNTUK E-LEARNING

Di samping beberapa kelebihan,terdapat pula beberapa kekuranganyang penulis temukan. Penulis yakinkekurangan yang ditemukan juga sudahdisadari oleh pengelola (admin), sebabhal ini hal yang biasa kita temukandalam anal is is sebuah portal .Kekurangan tersebut, antara lainsebagai berikut:a) Beranda Utama

Portal ini belum penulis temukanada beranda utama (home) :

Page 96: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

- Home (rumah) webstie, hal inidiperlukan agar penggunamengetahui sebenarnya websiteini diperuntukkan untuk apa,siapa pengelolanya, dan kalauada kepentingan harusmenghubungi siapa.

- User manual guide untukpengguna terutama guru dansiswa. Ketika guru dan siswamencoba memanfaatkan portalini untuk pembelajaran adabeberapa materi yang harusnyalink ke web site atau ke materiyang lain, tetapi di situ belum adalink tautan.

- Menu search pada menu- Kolom informasi (news event)- Menu yang berputar, ternyata

menyulitkan bagi orang-orang/siswa yang masih barumenggunakan komputer, perludibuat statis.

b) Fitur RPPKeberadaan RPP di portal ini sangatmembantu bagi guru dan siswa,sebab RPP merupakan acuan dalampembelajaran. Namun menuruthemat penulis RPP ini masih adayang belum sesuai dengan programpendidikan saat ini yaitu RPPberkarakter bangsa Indonesia. Agarfitur ini menjadi lebih baik perlu :- Kelengkapan Standar komptensi

dan komptensi dasar sesuaidengan kurikulum yang berlaku.

- Pada menu RPP belum adanavigasi button (back, next, danhome)

- Sering fai lure pada saatmendaftar.

- RPP di setiap daerah/wilayahberbeda-beda terutama contoh-contoh yang berkaiatan denganpenjelasan materi sesuai kondisidaerah ada yang perkotaan,pedesaan, perkebunan,pegunungan, kehutanan, dan lainsebagainya. Tentunya RPP diportal ini dikembangkan sesuaikebutuhan pengguna. Meskipun

sebenarnya justru penggunayang sebaiknya memperkaya RPPdi portal ini, sedangkan adminhanya menyediakan contoh yangstandar dan tempelate-nya.

- Perlu diberikan kemudahanmengunggah dan mengunduhRPP agar RPP yang ada dapatdimanfaatkan dan juga dapatdiperkaya oleh pengguna.

c) Registrasi UserKetika penulis mencoba registrasisebagai pengguna, dan memasukkanpasword ternyata masih belum jelaskarena 1 karakter juga dapat masuk,sebaiknya sesuai standar keamananpasword yaitu minimal 6 karaktrerdan dapat bervariasi.

d) Bahan Belajar InteraktifDalam vitur ini, penulismenemukan bahan-bahanbelajar yang sifatnya interaktifyang ditulis, sebaiknya dalamkelompok materi ini disediakanjuga ruang untuk karyakomunitas, sebab banyakmasyarakat kita yang sangatpeduli dengan pendidikan danpandai menulis. Kalau disediakanpenulis yakin akan banyak tulisanyang sangat bagus dan bergunabagi penggunanya.

e) Aktifitas Belajar- Pada waktu penulis membuka

portal ini ada forum untuk gurutetapi forum siswa belum ada,pada forum ini sangat pentingagar siswa di seluruh Indnoesiadapat berdiskusi demi NKRI.

- Ada beberapa menu yang tidakberfungsi dengan baik, misalnyamenu “kembal i” dalambimbingan online, menu “lihat”ketika jawaban terlihat padahalseharusnya “sembunyi”.

- Kolom “comment” tidak jelas,reply dari “comment” seharusnyadalam box comment tersebut.

Page 97: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

f) Bank Soal- Pada menu ini disediakan

beberapa soal, tetapi belum jelassoal tersebut berhubungandengan standar kompetensi dankomptensi dasar yang mana?Sebaiknya setiap soal diberikantip dan trik cara menjawab soalyang cepat, sebab saat ini siswaketika menjawab soal yangdiperlukan adalah tip dan triknya,kemudian setelah itu barupenjelasannya kenapajawabannya itu.

- Perlu ada ukuran waktu untukmenjawab sejumlah soal yangdisediakan, dan peserta yangdapat menjawab dengan cepatdan benar mendapatkan reward.

g) Katalog Media- Dalam katalog ini belum ada

media audio.- Short media berdasarkan

alphabet, author, dan ratingbelum ada.

- Media buku belum ada, padamedia ini sangat penting untukmenumbuhkan masyarakatgemar membaca.

Itulah beberapa kelemahan ataukekurangan yang penulis temukan,namun sekali lagi penulis yakinkekurangan ini merupakan prosesyang akan diperbaiki oleh pengelola.Dengan perbaikan tersebut akanmembuat semakin gemar dan cintaterhadap Portal “Rumah Belajar”sebagai portal pembelajaran yangdimiliki oleh Kemdikbud.

Dalam pengimplementasian e-learning, sesuai dengan penelitianyang telah di lakukan olehLaboratorium Digital Library &Distance learning, Fakultas IlmuKomputer Universitas Indonesia(dalam sl ide kunci suksesimplementasi e-learning fasilkom UI)ada empat komponen penting untuksuksesnya pengimplementasian e-learning. (Kemdikbud, 2011: 12).

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Proses pembelajaran melalui TIK (e-learning) yang baik adalah prosespembelajaran yang memungkinkanpara pembelajar aktif melibatkan diridalam keseluruhan proses baik secaramental maupun secara fisik. Setiapanak yang belajar harus menyiapkanmentalnya untuk benar-benar siapmencari i lmu pengetahuan atauinformasi, sedangkan secara fisik,artinya untuk dapat belajar kita kadangdiperlukan kehadirannya di tempat itu.

Dengan hadirnya Portal “RumahBelajar” diblant ika dunia maya(internet) menambah khasanah sumberbelajar bagi dunia pendidikan diIndonesia. Kehadiran portal ini akanmemudahkan guru untuk membuatpembelajaran menjadi lebih menarik,karena tersedia berbagai komponenyang diperlukan untuk pembelajaranbaik di kelas maupun di luar kelas,terutama penugasan ke pada siswaagar siswa sedini mungkin mengenalteknologi.

Portal ini meskipun sudah banyakmanfaatnya (kelebihan/kekuatannya)dengan disediakan beberapa menuuntuk pembelajaran (RPP, mataripokok, modul interaktif, katalog media,bank soal, dan lain sebagainya) tetapijuga masih banyak kelemahan ataukekurangannya, untuk itu masih harusterus disempurnakan agar menjadiportal yang selalu dikunjungi oleh guru,siswa, pemerhati pendidikan, danmasyarakat yang memerlukannya.

2. SaranPortal “Rumah Belajar” sebagai

portal yang didedikasikan untuk e-learning di Indonesia secarakeseluruhan sudah cukup baik, tetapimasih juga ada kekurangannya. Untukitu penulis memberikan beberapa saransebagai berikut:- Portal ini sebaiknya menyediakan

mater i yang dapat mengatasikesenjangan antar daerah dan juga

Page 98: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

materi yang sesuai dengankebutuhan daerah yang beragam.

- Perlu disediakan wadah untukkomunitas yang ingin mengisi materibaik guru, siswa, maupun yang laindan dimungkinkan untuk mengisisesuai dengan karakter daerahnya.

- Seluruh konten yang ada di portalsebaiknya betul-betul ada yangberdasarkan kurikulum sesuaijenjang, jenis, dan jalur pendidikan

- Khusus untuk konten pengayaan daninformasi sebaiknya betul-betulberbasis komunitas, sebab portalyang selama ini berkembangandengan baik adalah yangdimungkinkan semua pengguna(komunitas) dapat berperan serta danterdaftar secara baik.

PUSTAKA ACUAN

Hartley, Darin E., 2001. Selling E-Learning,American Society for Training andDevelopment.

Hjelle, Larry A. dan Ziegler, Daniel J. (1992)Personality Theories: Basic Assumtions,Research and Applications, Third Edition,New York: Mc Graw Hill. Inc.

http://hilaludinwahid.com/teori-belajar-dan-pembelajaran-e-learning/ rabu, 19 Oktber2011

Kemdiknas (2010) Rancangan PengembanganPortal “Rumah Belajar”, Pustekkom, Jakarta.

Kemdiknas (2010) Panduan Implementasi E-Learning di Sekolah Menengah Atas,Direktorat Jendral Pendidikan Menengah.Jakarta: Kemdiknas

Munir. (2007) Artikel. Pendidikan Dunia Maya,FIP – UPI, Bandung.

Poulymenakin Angel iki , M. Asmina and B. Eleni.(2006) “When Instruction meet Design:Embeding Instructional Theory Element intoE-Learning”, The Hermes Newsletter, IssueNo 36 (Jan-Feb 2006).

Surya, Muhammad. (2006) Potensi TIK dalamPeningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas,Makalah, Jakarta.

Tim E-Learning. (2007) “Penyelenggaraan E-Learning Berbagi Pengalaman Fasilkom UI”,disampaikan pada Workshop E-Learning UI,Desember 2007.

Thomas Toth, (2003) Athabasca University,Wikipedia

Ulf-Daniel Ehlers dan Jan Marting Pawlowski,eds. (2006) Handbook on Quality andStandardisation in E-Learning, Berlin:Springer, 2006.

Zainal A. Hasibuan dan Team. (2007) “SistemE-Learning: Student Centered E-LearningEnvironment (SCELE)”, disampaikan padaWorkshop tentang E-Learning, November2007, di UI, Depok.

www.belajar.kemdiknas.go.id/rumah-belajar

****************

Page 99: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

KREATIVITAS DALAM PENGEMBANGANMEDIA VIDEO/TELEVISI PEMBELAJARAN

Bambang WarsitaPustekkom - Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Untuk menghasilkan media video/televisi pembelajaran yang berkualitas sesuai dengankompetensi atau tujuan yang akan dicapai, pengembangan media video/televisi pembelajaranmembutuhkan serangkaian kemampuan kreativitas, baik kemampuan berpikir kreatif maupunsikap kreatif. Pengetahuan yang harus dikuasai dalam pengembangan media video/televisipembelajaran adalah pengetahuan tentang media televisi itu sendiri, pengetahuan tentangperancangan (analisis kebutuhan, penyusunan GBIM, teknik penulisan naskah), danpengetahuan tentang pelaksanaan teknis produksi serta evaluasi. Oleh karena itu, perlumenumbuhkembangkan dan memberdayakan kreativitas tim pengembang media video/televisi pembelajaran. Akhirnya dapat dihasilkan media video/televisi pembelajaran yangberkualitas secara teknis dan sesuai dengan kebutuhan sasaran/peserta didik.

Kata kunci: kreativitas, pengembang, media video/televisi pembelajaran

Abstract:To generate qualified instructional video/television media in accordance with the competenciesor objectives to be achieved, the development of instructional video/television media requiresa series of creative ability, both the creative thinking and creative attitude. The knowledge tobe mastered in the development of instructional video/television media includes the knowledgeof television media, design (need analysis, the development of media content outline, scriptwriting techniques), production process, and evaluation. Therefore, the creativity of instructionalvideo/television media developers is necessary to be cultivated and empowered. Finally, thequalified instructional video/television media can be produced and is appropriate to the needof the target/learner.

Key words: creativity, developers, instructional video/television media.

Page 100: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANDalam pencapaian kompetensi atau

tujuan pembelajaran, salah satu komponenpembelajaran yang turut menentukan ádalahmedia pembelajaran. Dari berbagai jenis danbentuk media pembelajaran yang ada, mediavideo/televisi merupakan satu diantaranyayang mempunyai potensi tinggi dalampenyampaian pesan maupun kemampuandalam menarik minat dan perhatian pesertadidik. Media televisi telah terbukti memilikikemampuan yang efektif (penetrasi lebih dari70%) untuk menyampaikan informasi,hiburan, dan pendidikan.

Televisi sebagai media pembelajaransering disebut pula dengan televisiinstruksional atau instructional television(ITV). Televisi pembelajaran adalah programtelevisi yang didesain, dikembangkan dandimanfaatkan untuk kepentinganpembelajaran (Siahaan, dkk., 2006:26).

Dalam pengembangan media televisipembelajaran membutuhkan serangkaiankemampuan dan pengetahuan untukmenghasilkan media video/televisipembelajaran yang berkualitas sesuaidengan tujuan yang akan dicapai.Kemampuan yang dituntut diantaranyaadalah kreativitas, baik kemampuan berpikirkreatif maupun sikap kreatif. Selain itu,pengetahuan yang harus dikuasai yaitupengetahuan tentang media televisi itusendiri, pengetahuan tentang teknikpenulisan naskah, dan pengetahuan tentangteknis produksi (Situmorang, 2006:x).Sedangkan berdasarkan prinsip-prinsippengembangan desain instruksional,pengembangkan media video/televisipembelajaran dapat dilakukan melaluiperancangan, yaitu analisis kebutuhan,penyusunan Garis-garis Besar Isi Media(GBIM) dan Jabaran Materi (JM), penulisannaskah, pelaksanaan produksi dan evaluasi.

Pemupukan dan pengembangankreativitas pada dasarnya dimiliki setiaporang, tetapi perlu ditemukenali dandirangsang sejak awal. Sehubungan denganitu, tim pengembangan media video/televisipembelajaran perlu disiapkan dan dilatih agarmemiliki kompetensi profesional untukmemupuk dan mewujudkan bakat dan

kreativitasnya secara optimal. Pada gilirannyadiharapkan dapat dihasilkan media video/televisi pembelajaran yang berkualitas secarateknis dan sesuai dengan kebutuhansasaran/peserta didik.

Bagi tim pengembang media video/televisi pembelajaran, ketiga pengetahuantersebut merupakan kompetensi profesionalyang harus dimilikinya. Selain itu, parapengembang media video/televisipembelajaran tersebut harus mempunyaikreativitas baik kemampuan berpikir kreatifmaupun sikap kreatif. Adapunpermasalahannya adalah bagaimanamenumbuh kembangkan danmemberdayakan kreativitas tim pengembangmedia video/televisi pembelajaran?

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASAN1. Pengembangan Kreativitas

a. Pengertian KreativitasManusia sejak zaman dahulu kala

sudah melaksanakan kreativitas. Tanpaadanya orang yang kreatif, mungkindunia tidak akan seperti halnya sekarang.Semua orang memiliki karunia yangmenakjubkan dalam hal kreativitas.Artinya, setiap orang dapat berpikir danbertindak kreatif pada bidang masing-masing (Suharnan, 2005:375). Namun,sekalipun semua orang berpotensi danpunya bakat kreatif, ada penghalangtertentu yang menyebabkan adanyakecenderungan orang yang satu bisalebih kreatif dari pada yang lain. Olehkarena itu, harus ditemukenali,dikembangkan dan diberdayakankemampuan berpikir kreatif, divergen daninovatif. Pendidikan bertanggungjawabuntuk memandu (mengidentifikasi danmembina) serta memupuk(mengembangkan dan meningkatkan)bakat kreativitas tersebut.

Menurut Jung (1964) kreativitasberkaitan dengan fungsi dasar manusia,yaitu berpikir, merasa, menginderakandan intuisi (basic functions thinking,feelings, sensing and intuiting).Kreativitas keberadaannya penting untukdikembangkan di keluarga, di sekolah dan

Page 101: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

di masyarakat (Semiawan, 1997:50).Selain itu juga dituntut dalam pekerjaandan diperlukan dalam pembangunan.

Menurut Mclnerney and Mclnerney(1998) kreativitas adalah seseorang yangberupaya untuk menghasilkan berbagaikreasi yang ditandai dengan sifat-sifatdeterminan, independen, individualistik,antusias, dan menghasilkan sesuatu yangbaru.

Kreativitas adalah menciptakan ide-ide baru yang orisinalitas, artinya bahwaproduk, proses, atau orangnya, mampumenciptakan sesuatu yang belumdiciptakan oleh orang lain. Dengandemikian, kreativitas merupakankemampuan untuk menciptakan ataumengembangkan ide-ide baru. Inti darikreativitas ádalah adanya sesuatu halyang baru atau merupakan modifikasi hallama menjadi sesuatu yang baru. Jadikreativitas ini berkaitan dengan usahamenemukan, menghasilkan ataumenciptakan hal-hal baru yang berguna.

Menurut Guilford kreativitas adalahberpikir divergen sebagai operasi mentalyang menuntut penggunaan kemampuanberpikir kreatif (creative thinking),meliputi kelancaran (fluency), kelenturan,orisinalitas dan elaborasi atau perincian(Munandar, 2004:65). Kreativitas adalahkomponen kehidupan intelektual danmenjadi dasar dari perkembangan tujuaninstruksional khusus atau kompetensidasar dalam tes kemampuan belajar(learning abilities test) (Semiawan, 1997:49).

Menurut J.E.Arnold kreativitas adalahproses mental dimana pengalaman masalampau dikombinasikan dandikombinasikan kembali, seringkalidengan bentuk yang diubah sedemikianrupa sehingga dapat timbul pola-polabaru, bentuk-bentuk baru yang lebih baikdapat memenuhi kebutuhan manusia(Winardi, 1991:10). Oleh karena itu,kreativitas dapat diartikan sebagaikemampuan untuk menempatkansejumlah objek yang ada danmengkombinasikannya menjadi bentukyang berbeda untuk tujuan-tujuan yang

baru. Jadi kreativitas akan menghasilkannilai tambah dan nilai baru atas sesuatuhal. Artinya dapat berguna untukmenyelesaikan suatu masalah, ataumeningkatkan suatu produk, misalnyabertambah baik, efektif, mempermudahatau kompetitif.

Kreativitas meliputi tiga hal, yaitu: (1).kreativitas merupakan kemampuan(ability) yaitu suatu kemampuan untukmembayangkan atau menemukan suatuhal yang baru, (2). kreativitas merupakansikap (attitude) yaitu kemampuan untukmenerima perubahan dan sesuatu yangbaru, (3). kreativitas merupakan sebuahproses (process) yaitu orang yang kreatifmerupakan orang yang terus-menerusmembuat perubahan dan perbaikansecara bertahap pada pekerjaan mereka.

Menurut Johnson (2006:114-115)berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaandari pikiran yang dilatih denganmemperhatikan intuisi, menghidupkanimajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudutpandang yang menakjubkan, danmembangkitkan ide-ide yang tidakterduga. Menurut Cropley (1994)kemampuan kreatif merupakan usahauntuk menciptakan gagasan, mengenalkemungkinan alternatif, melihatkombinasi yang tidak diduga, danmemiliki keberanian untuk mencobasesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya(Munandar, 1999:10).

Berpikir kreatif membutuhkanketekunan, disiplin diri, dan perhatianpenuh yang meliputi aktivitas mentalseperti berikut: (1).mengajukanpertanyaan, (2) mempertimbangkaninformasi baru dan ide yang tidak lazimdengan pikiran terbuka, (3) membangunketerkaitan, khususnya di antara hal-halyang berbeda, (4) menghubungkan-hubungkan berbagai hal dengan bebas,(5) menerapkan imajinasi pada setiapsituasi untuk menghasilkan hal baru danberbeda, dan (6) mendengarkan intuisi.

Ciri-ciri orang yang kreatif yaitu: (1)mengobservasi situasi dan problem yangsebelumnya tidak pernah diperhatikan;

Page 102: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(2) menghubungkan ide-ide danproblem-problem yang dicapai daribanyak macam sumber; (3) cenderungmemiliki banyak alternatif terhadapmasalah atau subyek tertentu; (4) seringmenentang hal-hal yang bersifat klise dankebiasaan; (5) mendayagunakan danmembina kekuatan-kekuatan emosional-mental di bawah sadar yang dimilikinya;dan (6) memiliki fleksibelitas tinggi dalampemikirannya, tindakannya danpenyampaian saran-sarannya.

Kreativitas meliputi ciri-ciri kognitif(aptitude), yaitu: kelancaran (fluency),keluwesan (flexibility), keaslian(originality), elaborasi (elaboration), danpemaknaan kembali (redifinition) dalampemikiran. Sementara ciri-ciri non kognitif(nonaptitude), yaitu: motivasi, rasa ingintahu, senang mengajukan pertanyaandan selalu ingin mencari pengalamanbaru (Dirlanudin, 2006:173).

b. Tahap-tahap KreativitasManusia lahir dengan potensi kreatif.

Kreativitas merupakan suatu proses,artinya tidak berhenti pada suatu titik,namun potensinya akan selalu berubahdan berkembang. Kreativitas akanmuncul dari setiap orang, tergantungpengaruh dari luar diri seseorang yaitulingkungan, termasuk pendidikan.

Seseorang untuk sampai padatindakan kreatif, terlebih dahulu melaluibeberapa tahap kreativitas. Tahappertama adalah munculnya ide-ide.Kemudian untuk mematangkan ide ataukonsep diperlukan tahap inkubasi. Padatahap ini dilakukan pengeraman terhadapide-ide yang dimiliki, sehinggamenghasilkan sesuatu yang benar-benarbaru. Selanjutnya tahap verifikasi, yaitumemvalidasi terhadap apa yang telahdihasilkan.

Menurut Wallas, Hayes (1978)langkah-langkah berpikir kreatif meliputi:persiapan, inkubasi, iluminasi, danverivikasi (Munandar, 1999:39).Sedangkan menurut Herman VonHelmholtz dalam Winardi (1991: 74-75)proses kreatif yang diikuti oleh pikiran

kita secara umum melalui tiga langkahsebagai berikut:1) Saturasi, yaitu suatu upaya untuk

mengumpulkan fakta-fakta, data dansensasi-sensasi yang dimanfaatkanoleh pikiran kita sebagai bahanmentah untuk memproduksi ide-idebaru. Proses saturasi ini berlangsungsepanjang hidup kita, baik secarasadar atau di bawah sadar.

2) Inkubasi, yaitu pikiran kita di bawahsadar berusaha untuk menyortir ataumenyeleksi beraneka macampotongan informasi, kemudian dibuatbermacam-macam kombinasi yangtidak terhitung banyak jumlahnya,yang kebanyakan ditolak sebelummuncul pada pikiran sadar.

3) Iluminasi, merupakan ilham yangmuncul secara kilat.

Alex Osborn dalam Winardi (1991:76-77) kreativitas dilaksanakn melaluilangkah-langkah sebagai berikut:1) Orientasi, yaitu kegiatan untuk

merumuskan problem yang akandipecahkan dan tindakan memilihatau menetapkan pendekatan yangakan ditempuh dalam upayamemecahkan masalah.

2) Preparasi, yaitu tapan untukmengumpulkan fakta, data daninformasi serta semua bahan yangdiperlukan dalam upaya pemecahanmasalah.

3) Analisis, yaitu semua bahan yangtelah dikumpulkan untuk di analisisdalam semua aspeknya.

4) Ideasi, yaitu tahap mengembangkanalternatif-alternatif yang bersifattetatif dalam pemecahan masalah .

5) Inkubasi, yaitu berusaha untukmenyeleksi beraneka macampotongan informasi, kemudian dibuatbermacam-macam kombinasi yangtidak terhitung banyak jumlahnya,yang kebanyakan ditolak sebelummuncul pada pikiran sadar.

6) Sintesis, yaitu berusaha untukmenyatukan dan mengkombinasikanberbagai ide menjadi sebuah ide baru.

Page 103: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

7) Verifikasi, yaitu mengevaluasi danmemvalidasi ide-ide yang telahdiciptakan.

Kreativitas menurut sifatnya dapatdibedakan menjadi dua, yaitu kreativitasprimer dan kreativitas skunder. Kreativitasprimer merupakan kreativitas yang tidakdatang dengan sendirinya, melainkandiperoleh melalui proses adanya inspirasi,ide, inkubasi, komunikasi, dan verivikasi.Sedangkan kreativitas skunder ádalahsuatu tindakan kreatif dalammengekpresikan sesuatu yang berasaldari kreativitas orang lain.

c. Kreativitas dengan SegalaKarakteristiknya

Salah satu ciri dari orang yang kreatifadalah mampu memunculkan beragamalternatif dari permasalahan yangdihadapinya. Pada umumnya orangdewasa mampu memikirkan 3 s.d 6alternatif pada setiap situasi yangmembutuhkan pemecahan masalah.Sedangkan anak-anak mampumemikirkan sekitar 60 alternatifpemecahan masalah.

Menurut Besemer dan Treffingerproduk kreatif dapat digolongkan menjaditiga kategori, yaitu (1). kebaruan(novelty), (2). pemecahan (resolution),dan (3). kerincian (elaboration) dansíntesis (Munandar, 2004:41).

Orang yang kreatif akan memperolehkeuntungan sebagai berikut: (1) dapatmengembangkan potensi yangdimilikinya di luar batasan inteligensi, (2)adanya pertumbuhan kompetisi yangsehat dan cepat dalam berprestasi, (3)penggunaan sumber daya manusia yangefektif, (4) menemukan cara yang barudan lebih baik untuk memecahkanmasalah, (5) perkembangan masyarakat,(6) dapat meningkatkan pengetahuan,(7) merupakan aspek penting darikesehatan mental, (8) mempengaruhikepemimpinan yang efektif dan (9)meningkatkan kualitas prosespembelajaran.

Sikap yang dapat meningkatkankreativitas adalah: (1) berani mengambil

resiko, (2) mempercayai gagasan dirisendiri, artinya meyakini bahwa mampuuntuk mengadakan perubahan,sehingga jauh dari rasa iri hati terhadapkemajuan orang lain, (3) secara aktifterlibat dalam pengembangan gagasanyang muncul, (4) miliki keinginan untukberbagi informasi atau gagasan denganorang lain, (5) antusias, (6) bebas, (7)tidak cepat puas, (8) meyakini bahwaide yang aneh sekalipun bukanlah ideyang jelek, (9) fokuskan diri padaberkreasi, jangan dikacaukan denganbagaimana melakukan kreasi, (10)jabarkan semua ide-ide yang dimiliki,(11) berkolaborasilah, (12) jangan raguuntuk meminta bantuan atau dukunganorang lain terhadap ide atau proyekyang sedang di kerjakan.

2. Pengembangan Media Video/TelevisiPembelajarana. Pengertian Media Video/Televisi

PembelajaranMedia video/televisi adalah

media yang sudah akrab di kalanganpeserta didik karena media ini hadirbagaikan sahabat di kala kita susah,sebagai guru di kala kitamembutuhkan pengetahuan, dansebagai pembimbing di kala kitaperlu informasi.

Media televisi adalah mediaelektronik yang memanfaatkankekuatan gambar dan suara dalammempengaruhi penontonnya(Situmorang, 2006:11). Gambaradalah kekuatan utama dan suarasebagai pelengkap atau penguatgambar yang ada. Kedua kekuatantersebut media televisi mampumempengaruhi emosi set iappenontonnya.

Media televisi adalah mediavisual gerak (motion pictures) yangdapat diatur percepatan gerakannya(gerak dipercapat ataudiperlambat). Hal ini memungkinkanmedia televisi efektif bila digunakanuntuk mengajarkan pegetahuanyang berhubungan dengan unsurgerak (motion).

Page 104: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Televisi pembelajaran adalahprogram televisi yang didesain,dikembangkan dan dimanfaatkanuntuk kepentingan pembelajaran(Siahaan, dkk., 2006:26). Televisiinstruksional merupakan aplikasi dariberbagai metode dan teknologipertelevisian yang dimanfaatkanuntuk kepentingan pembelajaran(Paul Bosner, 1997:60).

Tujuan pokok televisipembelajaran adalah untukmenyampaikan pesan (materi)pembelajaran kepada sejumlah besarpeserta didik. Televisi pembelajaranmerupakan televisi yang berfungsisebagai penunjang kegiatanpendidikan dan media belajar,sehingga pendekatannya dapatdilakukan seperti mengajar biasa disekolah dan dapat juga melaluipendekatan lain (Alatas, 1994:5).

Televisi sebagai mediapembelajaran secara umum memilikikelebihan/keunggulan antara lain: (1)media yang popular, hampir seluruhlapisan masyarakat menggunakannya,(2) bersifat audio visual dan geraksehingga pesan akan lebih mudahdifahami, (3) menarik karena dapatmenampilkan realita dan visual liveserta memanipulasi/memberipenekanan tertentu, (4) aktual, yaitudapat menyajikan informasi terbarusecara seketika, (5) dapatmenghadirkan obyek yang jauh,terlalu besar atau terlalu kecil, danberbahaya, (6) menembus batasruang dan waktu, (7) dapatmenjangkau sasaran yang luas danserempak, (8) pil ihan formatsajiannya beragam dan bervariasi,sehingga mendorong kreativitaspengembang program, dan (9)hampir semua mata pelajaran dapatdisampaikan melalui media televisi.

Di sisi lain siaran TV juga memilikikelemahan, antara lain: (1) biayaproduksinya relatif mahal, (2)memerlukan tenaga ahli danperalatan khusus untuk

mengembangkannya, (3) sifatkomunikasinya satu arah, (4) sulitmengatur jadwal yang tepat dengankebutuhan peserta didik, terutamauntuk program yang dikaitkan dengankegiatan pembelajaran di kelas, dan(5) kontrol sepenuhnya ada padapenyelenggara siaran, sehinggapengguna bersifat pasif.

b. Media Video/Televisi dalamPembelajaran

Penggunaan media video/televisidalam kegiatan pembelajaran, yaituuntuk menjembatani keterbatasanpengalaman peserta didik terhadapobjek yang langkahnya terlalu cepatatau lambat, memberikanpengalaman nyata kepada pesertadidik, memicu keterlibatan pesertadidik secara aktif dalam pembelajaran(melalui kegiatan diskusi yangdirancang oleh guru), mendorongmuculnya pola pembelajaran yangbervariasi (seperti diskusi, melakukankajian pustaka, melakukan penelitianlapangan, membuat laporan ilmiah,presentasi, dan sebagainya), dansekaligus membuat pesan yangdisampaikan sulit dilupakan.

Media video/televisi memilikipotensi yang cukup besar jikadimanfaatkan sebagai mediapembelajaran yang memungkinkanpeserta didik akan dapat mengamatisecara langsung tentang wujud bendayang sesungguhnya (aslinya),mengamati proses dari suatu kejadianatau suatu perubahan, mengamatiperbedaan warna, dan mengamatisuatu gerakan dan lain-lain yangdiiringi dengan suara.

Media video/televisi pembelajaranmempunyai potensi untuk (1)memperbesar obyek yang sangatkecil dan bahkan yang tidak tampaksecara kasat mata (misalnyaperkembangan sel atau viruspenyakit); (2) menyajikan obyek yangterletak jauh sekali (misalnya kawahdi bulan, hujan salju di daerah kutub);

Page 105: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dan (3) menyajikan peristiwa yangrumit, berlangsung sangat cepat, danberbahaya (misalnya operasi jantung,meletusnya gunung berapi, radiasinuklir, dll) (Suparman dan Zuhairi,2004:351-357).

Strategi pemanfaatan mediavideo/televisi dalam kegiatanpembelajaran, yaitu: (1)mengidentifikasi materi dan jadwalsiaran televisi pendidikan sertaperalatan yang dibutuhkan, (2)merancang topik-topik yang akandidiskusikan, (3) menyusunrancangan kegiatan sebagai tindaklanjut dari penggunaan media televisi,seperti menentukan format diskusi,melakukan kajian pustaka, penelitianlapangan, menentukan formatlaporan, mengatur teknik presentasi,dan sebagainya.

Berdasarkan berbagai studi yangtelah dilaksanakan di berbagainegara, dampak/pengaruh positif TVyang signifikan di kalangan pesertadidik adalah bahwa program siarantelevisi dapat: (1) meningkatkanpengetahuan (umum), (2)menumbuhkan keinginan ataumotivasi untuk memperoleh informasidan pengetahuan lebih lanjut, (3)meningkatkan perbendaharaan kosa-kata, istilah/jargon, dan kemampuanberbahasa secara verbal dan non-verbal, (4) meningkatkan dayaimajinasi dan kreativitas, (5)meningkatkan kekritisan daya pikirkarena diperhadapkan pada duarealitas gambar dunia, dan (6)memicu minat baca dan motivasibelajar (Sendjaja, 1999).

c. Pengembangan Media Video/TelevisiPembelajaran

Sesuai konsep teknologipembelajaran, pengembangan mediavideo/televisi pembelajaranmenggunakan prinsip-prinsippengembangan desain instruksional.Dengan demikian, produk yangdihasilkan diharapkan akan terjamin

kualitasnya dan dapat memenuhifungsinya untuk mencapaikompetensi atau tujuan pembelajaranyang telah ditetapkan.

Pengembangan media video/televisi pembelajaran dapat di lakukanmelalui serangkaian langkah-langkahpengembangan, dikelompokkan kedalam tiga tahap, yaitu:

1) Tahap perancanganTahap awal dalam prosespengembangan media video/televisipembelajaran ádalah perancangan.Tahap perancangan ini dikelompokkanke dalam tiga subtahapan sebagaiberikut:a) Analisis Kebutuhan

Dalam mengembangkan mediavideo/televisi pembelajarandiawali dengan kegiatan analisiskebutuhan. Adapun analisiskebutuhan merupakan suatukegiatan ilmiah yang melibatkanberbagai teknik pengumpulandata dari berbagai sumberinformasi untuk mengetahuikesenjangan (gap) antarakeadaan yang seharusnya terjadi(ideal) dengan keadaan yangsenyatanya terjadi (reality).Apabila kesenjangan tersebutdianggap sebagai suatu masalahyang memerlukan pemecahanmaka kesenjangan tersebutdianggap sebagai suatukebutuhan (needs).

Sumber informasi dalamanalisis kebutuhan dapatdiperoleh dari semua pihak yangberkepentingan (stakeholder).Misalnya, dalam kontekspembelajaran, informasi dapatdiperoleh dari peserta didik, guru,ahli materi atau ahli media danpejabat yang berwenang. Hasilyang diperoleh dari analisiskebutuhan dalam kontekspembelajaran adalah kompetensidasar atau tujuan pembelajarantertentu dalam suatu matapelajaran yang potensial untuk

Page 106: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

disampaikan (delivered) melaluimedia video/televisipembelajaran. Kompetensi dasarinilah yang akan menjadi acuantahap selanjutnya yaitupenyusunan Garis Besar Isi Media(GBIM) dan pemilihan/penentuanmodel dan format media video/televisi yang tepat untukmencapai kompetensi dasartersebut.

Langkah-langkah dalamkegiatan analisis kebutuhanmeliputi tiga tahap sebagaiberikut:

- Perancangan; meliputi penentuanfokus analisis kebutuhan,penentuan teknik pengumpulandata, dan pengembanganinstrumen;

- Pelaksanaan; yaitu melakukanpengumpulan data sesuai denganteknik pengumpulan data daninstrumen yang telah ditentukandalam perancangan danmenganalisisnya; dan

- Pelaporan; yaitu melaporkan hasilanalisis kebutuhan tersebut. Isidari laporan tersebut adalahkompetensi-kompetensi dasardari suatu mata pelajaran tertentuyang cukup potensial untukdisajikan dengan media video/televisi pembelajaran.

Sedangkan strategi pengumpulandata dalam analisis kebutuhandapat dilakukan dengan berbagaicara. Beberapa strategi yangdapat dilakukan antara lain adalahcurah pendapat (brainstorming),wawancara terbuka maupuntertutup, observasi partisipatifmaupun non-partisipatif,kuesioner, panel ahli (expertjudgment), seminar, loka karya,diskusi kelompok terfokus (focusgroup discussion) dan lain-lain.Strategi paling minimal yangdapat dilakukan dalam analisiskebutuhan adalah curah pendapat(brainstorming).

b) Penyusunan GBIM dan JabaranMateri (JM)

Berdasarkan analisis dari datadan informasi yang diperolehkemudian dilakukan penyusunanGBIM. GBIM merupakan acuanutama dalam tahappengembangan media video/televisi pembelajaran. Komponen-komponen GBIM minimalberisikan tentang: (1) kompetensidasar (tujuan pembelajaranumum) yang diperoleh dari hasilanalisis kebutuhan; (2) indikatorkeberhasilan (tujuanpembelajaran khusus) yangdiperoleh dari hasil analisispembelajaran (instructionalanalysis), yang merupakanlangkah awal dari prosespenyusunan GBIM; (3) evaluasihasil belajar yang relevan untukmencapai indikator keberhasilan;(4) alternatif judul media video/televisi pembelajaran; dan (5)referensi. Setiap komponentersebut dituangkan dalam bentukmatriks atau format.

Strategi penyusunan GBIMyang paling lazim dan tepatadalah melalui lokakarya(workshop) yang melibatkanberbagai pihak terkait(stakeholder). Lokakarya tersebutsedikitnya perlu melibatkan tigaunsur: (1) ahli materi (subjectmatter expert); (2) ahli media(media expert); dan (3) gurumata pelajaran.

Adapun kegiatan yang perludilakukan dalam penyusunanGBIM dan Jabaran Materi adalah:(1) analisis pembelajaran; (2)identifikasi pokok-pokok materi;(3) penentuan evaluasi hasilbelajar; (4) pencantuman bukuacuan; (5) penentuan judulprogram/media; dan (6)penjabaran materi. Keenamkegiatan ini ada yang harusberurutan dan ada yang tidak

Page 107: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(dapat dilakukan secara paralel).Hanya ada empat kegiatan yangharus dilakukan secara berurutan:(1) analisis pembelajaran; (2)identifikasi pokok-pokok materi;(3) penentuan evaluasi hasilbelajar; dan (4) penjabaranmateri.

Satu hal yang harus diingat,tidak semua materi pelajarantepat atau cocok untuk mediavideo/televisi. Materi-materi yangperlu dipertimbangkan untuksuatu media video/televisi adalahmateri yang berhubungan denganproses, prosedural, sikap, faktual,materi yang sifatnya langka,materi yang memiliki risiko tinggibila peserta didik berhadapanlangsung dan materi yangmembutuhkan aspek visual(sangat tergantung) dalampencapaian kompetensinya(Situmorang, 2006:113). Selainitu materi-materi pembelajaranyang menuntut visualisasi, praktikdan praktikum.

c) Penulisan NaskahLangkah selanjutnya setelah

GBIM dan Jabaran Materi berhasildisusun adalah penulisan naskah.Penulis naskah yang banyakmemberikan warna terhadapsebuah program televisipembelajaran. Penulisan naskahadalah proses menuangkanmateri yang sudah disusun dalamGBIM dan dijabarkan dalamJabaran Materi kedalam suatuformat sajian tertentu denganbahasa penyampaian dan istilahteknis yang telah dipahamibersama antara penulis naskahdan team produksi (crew).Seorang penulis naskah adalahseorang profesional yang memilihdan menentukan format sebuahprogram televisi pembelajaran,sehingga sesuai dengan materisajian dan kebutuhan pesertadidik (Situmorang, 2006:106).

Sebuah program video/televisipembelajaran diproduksiberdasarkan naskah yangdikembangkan oleh penulisnaskah. Maka naskah ini akanmenjadi sarana komunikasi antarapenulis (sebagai pencetus ide)dengan team produksi (visualisasiide). Naskah program video/televisi pembelajaran umumnyaberisi empat komponen utama: 1)identifikasi program; 2) sinopsis;3) treatmen atau garis besarcerita; dan 4) skenario.

Penulis naskah membuat draftnaskah awal dengan mengacupada GBIM dan Jabaran Materi.Selain itu penulis naskah(pengembang media) harusmemilih bentuk penyajian pesan(format instruksional)berdasarkan kesesuaian materidengan tujuan, karakteristiksasaran, dan biaya yang tersedia.Draft naskah awal inidikonsultasikan dengan ahlimateri dan ahli media. Masukandari ahli materi dan ahli mediadijadikan sebagai bahan untukmelakukan revisi. Hasil revisi yangmerupakan draft naskahberikutnya kembalidikonsultasikan dengan ahlimateri dan ahli media.

Proses tersebut berjalansecara siklus sampai draft naskahyang dibuat oleh penulisdinyatakan layak produksi olehahli materi dan ahli media.Dengan siklus seperti ini, secaraotomatis pada saat penulisannaskah ini telah terjadi evaluasiformatif, yang dinamakanpengkajian ahli (expert review).Dengan demikian, kendali mutupada saat penulisan naskah tetapberjalan.

Pihak-pihak yangberperanserta dalam penulisannaskah yaitu: (1) penulis naskah;(2) ahli materi; dan (3) ahli media.

Page 108: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Selain itu juga melibatkanpengembang desain instruksional,ahli bahasa, psikolog, guru danlain-lain. Dengan melibatkantenaga yang memiliki kompetensidalam bidangnya tersebut,diharapkan akan bisa dihasilkansuatu media video/televisipembelajaran yang berkualitasdan bisa dipertanggungjawabkan.Adapun kualifikasi dan tugaspengembang naskah antara lainsebagai berikut:

a) Penulis NaskahPenulis naskah harus memilikikualifikasi minimal sebagaiberikut: (1) guru mata pelajaran;(2) pernah mengikuti pelatihanpenulisan naskah video/televisipembelajaran; (3) mempunyaikemampuan dalammengembangkan kreativitas,imajinasi dan ide-ide ke dalamsuatu naskah video/televisipembelajaran; dan (4) mampubekerja dalam tim.Tugas penulis naskah adalahsebagai berikut: (1) menulis draftnaskah sesuai dengan GBIM danJabaran Materi; (2)mengkonsultasikan draft naskahkepada ahli materi dan ahli media;(3) melakukan revisi naskahberdasarkan masukan dari ahlimateri dan ahli media.

b) Ahli MateriAhli materi setidaknya harusmemiliki kualifikasi sebagaiberikut: (1) dosen FKIP dalambidang studi bersangkutan; (2)memahami konsep pembelajaran;(3) diutamakan orang yangberperanserta dalampengembangan GBIM danJabaran Materi program video/televisi pembelajaran yangbersangkutan.Tugas ahli materi adalah: (1)mengkaji ulang kebenaran isimateri dalam naskah program(content validation); (2) mengkaji

ulang kesesuaian materi dengantujuan pembelajaran (kompetensidasar dan indikator keberhasilan);(3) memberikan masukan atausolusi alternatif terhadap segalapermasalahan yang berhubungandengan muatan atau kebenaranmateri.

c) Ahli MediaKualifikasi ahli media yangdilibatkan dalam penulisan naskahadalah: (1) memiliki pengetahuan,keterampilan dan pengalamandalam bidang pertelevisian; (2)pernah menyutradarai produksimedia video/televisi; (3)memahami karakteristik mediavideo/televisi; (4) diutamakanyang ikut serta dalam penyusunanGBIM dan Jabaran Materi.Tugas ahli media dalam penulisannaskah antara lain: (1) mengkajiulang kebenaran istilah teknispenulisan naskah (writingvalidation); (2) mengkaji apakahnaskah sudah memungkinkandapat dipahami dengan baik danbenar oleh team produksi atautidak; (3) mengkaji kemungkinantercapainya kompetensi dasar danindikator keberhasilan dari sisidesain pesan/visualisasi ide yangdituangkan (messages designreview); (4) memberikanmasukan atau solusi alternatifterhadap segala permasalahanyang berkaitan dengan mediavideo/televisi pembelajaran.

1) Tahap ProduksiTahap produksi merupakan langkahkedua setelah tahap perancanganselesai. Tahap produksi dapatdilakukan segera setelah naskahdinyatakan final layak produksi. Tahapproduksi dikelompokkan ke dalamtiga sub tahapan lagi yang meliputi:a) Persiapan

Sebelum melaksanakan produksiperlu mempersiapkan segalasesuatunya sehingga jalannya

Page 109: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

produksi bisa lancar dan hasilnyabisa memuaskan. Kegiatanpersiapan produksi media video/televisi pembelajaran ini diawalidengan mempelajari danmenelaah naskah, melakukanrembug naskah (scriptconference) dan dilanjutkandengan membuat rancanganvisualisasi media video/televisiyang akan diproduksi. Selain itujuga memilih pemain,memperbanyak dan membagikannaskah, mengadakan latihan,menghubungi studio, dansebagainya.Merencanakan kegiatan produksiyaitu: (1) menyusun kebutuhanperalatan dan bahan produksi, (2)menyiapkan sarana, peralatan,dan bahan produksi, (3)menyiapkan lokasi pelaksanaanproduksi, (4) menyusun kriteriapemilihan pemeran dan pemilihanpemain/pelatihan pemain, (5)membuat desain setting produksi,(6) merencanakan biaya produksi,(7) mimilih tenaga pelaksanaproduksi, dan (8) menyusunjadwal produksi, serta (9)memproses surat izin produksidan lokasi produksi.Perlatan yang dipergunakandalam kegiatan produksi, seperti:video tape recorder (VTR),kamera, monitor, lighting, tripot,microphone, adaptor dansebagainya.

b) PelaksanaanKegiatan produksi media video/televisi pembelajaran inimelibatkan tiga kelompokpersonal, yaitu: (1) sutradara ataupengarah acara, (2) kerabat kerja(crew) dan (3) pemain. Ketigakelompok personal ini memilikitugas dan tanggungjawab yangberbeda, namun semuanyabermuara pada satu tujuan, yaitumenghasilkan media video/televisipembelajaran yang berkualitas.

Produksi media video/televisipembelajaran ini secara rincimelibatkan tenaga sebagaiberikut: sutradara, asistensutradara, grafik artis,kameramen, penata cahaya,penata suara, penata dekorasi,teknisi, manajer unit (bendahara),penata VTR, editor, penata rias,pengemudi dan pemain.Melaksanakan kegiatan produksimedia video/televisi pembelajaranini diawali dengan memasang danmenguji coba (kalibrasi) peralatanproduksi, membuat dan menataset dekorasi dan menata busana/rias pemain, kemudianmengarahkan tenaga pelaksanproduksi.

c) PenyelesaianKegiatan pasca produksi mediavideo/televisi pembelajaran inimeliputi: merekam narasi,melaksanakan penyuntingan(editing), menciptakan/memilihmusik ilustrasi, dan melakukanpemaduan suara (mixing) sertamembuat master program.Kemudian melaksanakan kegiatanpreview dan perbaikan (revisi)program serta reproduksi(penggandaan).

2) Tahap EvaluasiSebagai langkah terakhir adalahevaluasi terhadap media video/televisipembelajaran yang telah diproduksi.Evaluasi adalah suatu upaya yangdilakukan untuk memastikan bahwaprogram video/televisi pembelajaranyang sedang dikembangkan mutunyaterjamin dengan baik. Evaluasiformatif ini dilakukan melalui tahapanpreview, dilanjutkan dengan evaluasiterbatas oleh kelompok pengguna,dan kemudian dilakukan kegiatanrevisi sebelum media video/televisipembelajaran tersebutdiimplementasikan di lapangan secaraterbatas dalam tahap perintisan.Setelah diimplementasikan media

Page 110: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

video/televisi pembelajaran ini,nantinya akan dievaluasi kembalisebagai bagian dari suatu sistempembelajaran secara keseluruhan.Kegiatan-kegiatan yang dilakukanuntuk mengendalikan mutu mediavideo/televisi pembelajaran meliputi:a) Evaluasi pra-master (pre-mastery

evaluation) yang terdiri dariminimal tiga bentuk kegiatanevaluasi, yaitu: (a) evaluasi ahli(expert evaluation); (b) evaluasiorang per orang (one-to-oneevaluation); dan (c) evaluasikelompok kecil (small groupevaluation), dan

b) Uji lapangan (field test) adalah ujicoba master media video/televisipembelajaran sebelumdireproduksi dan disebarluaskan.Dengan kata lain uji lapanganmerupakan evaluasi terhadapsuatu master media video/televisipembelajaran dalam lingkungansenyatanya ketika programtersebut nanti akan digunakan.

c) Kreativitas dalam PengembanganMedia Video/ TelevisiPembelajaranKreativitas merupakan sebuahbakat yang hampir dimiliki olehsemua orang. Kreativitas dapatberkembang selama hidup.Namun, harus diakui bahwaorang-orang tertentu lebih kreatifdibanding dengan orang-oranglain, tetapi kebanyakan di antaramereka dapat menjadi lebihkreatif dibandingkan dengansituasi yang berlaku. Bagi suatutim pengembang media video/televisi pembelajaran sangatpenting apabila para anggotanyabersifat dan bertindak kreatif.Kreativitas merupakankemampuan (abil ity) untukmembayangkan ataumenemukan suatu hal yang baru,dan merupakan sikap (attitude)untuk menerima perubahan dansesuatu yang baru, sertamerupakan sebuah proses

(process) yang terus-menerusmembuat perubahan danperbaikan secara bertahap dalammengembangkan media video/televisi pembelajaran.Kreativitas yang tinggimenyebabkan seseorangpengembang media video/televisi pembelajaran tidak puasterhadap apa yang telahdihasi lkan. Maka teampengembang yang kreatif akanselalu mencari alternatif modeldan format media video/televisipembelajaran yang dibutuhkandan digemari oleh pemirsanya.Mengingat makin meningkatnyaselera masyarakat apalagitersedianya berbagai pilihanprogram acara televisi, makamenuntut media video/televisipembelajaran yang bermutu/berkualitas untuk dapat merebutsimpati dan perhatianpemirsanya.

Dengan makin meningkatnya seleramasyarakat apalagi tersedianya berbagaipilihan program acara televisi, menurutMiarso (2004:387) program televisipembelajan yang kurang bermutu tidakakan mendapat perhatian dari pemirsa.Program televisi dapat menarikperhatian penonton apabila, apa yangdisaksikannya dapat memenuhikebutuhannya untuk menghibur,memperoleh informasi, memberikankejelasan tentang sesuatu, ataumungkin juga memancing emosi, danlain sebagainya (Situmorang, 2006:105).Banyak faktor yang menyebabkansebuah media video/televisipembelajaran tidak mampu menarikperhatian penontonnya. Salah satunyayang sangat penting adalahketidaksesuaian model dan formatdengan materi sajian.

Media televisi adalah media visual.Artinya kekuatan pesan utamanya padavisualisasi yang ditampilkan. Oleh karenaitu, pengembang media televisipembelajaran harus kreatif dalam

Page 111: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

menyusun alur visualisasi, ketepatanvisual dengan pesan; kualitas gambardalam hal ini fokus, warna, dan sudutpengambilan gambar.

Dalam menghadapi tantangankehidupan modern di abad-21 ini, sangatdiperlukan kreativitas dan kemandirianuntuk mampu beradaptasi denganberbagai tuntutan. Kreativitas sangatdiperlukan dalam mengembangkanmedia video/televisi pembelajarandengan beberapa alasan antara lain: (a)kreativitas memberikan peluang bagiindividu untuk mengaktualisasikandirinya, (b) kreativitas memungkinkanorang dapat menemukan berbagaialternatif dalam pemecahan masalah, (c)kreativitas dapat memberikan kepuasanhidup, dan d) kreativitas memungkinkanmanusia meningkatkan kualitas hidupnya(Surya, 2006:5).

Dari segi kognitif, kreativitasmerupakan kemampuan berfikir yangmemiliki kelancaran, keluwesan, keaslian,dan perincian. Segi afektifnya kreativitasditandai dengan motivasi yang kuat, rasaingin tahu, tertarik dengan tugasmajemuk, berani menghadapi resiko,tidak mudah putus asa, menghargaikeindahan, memiliki rasa humor, selaluingin mencari pengalaman baru,menghargai diri sendiri dan orang lain,dan sebagainya (Surya, 2006:6).

Ciri-ciri kepribadian seseorang yangkreatif, yaitu: (a) selalu ingin tahu danminat yang luas, (b) percaya diri, penuhsemangat, cerdik dan tidak penurut, (c)berani mengambil resiko denganpertimbangan yang matang, (d) tidakterlalu menghiraukan ejekan teman-temannya, (e) berani berbeda,membuat kejutan menyimpang daritradisi, (f) ulet dan tekun sehingga tidakcepat putus asa dalam mencapaitujuannya, (g) lebih terorganisasi dalamtindakannya, (h) memiliki tingkatenergi, spontanitas dan petualanganyang luar biasa, (i) mempunyai rasahumor yang tinggi, (j) melihat berbagaimasalah dari berbagai sudut, (k)memiliki kemampuan untuk bermaindengan ide, konsep atau imajinasi, (l)

kecenderungan melakukan refleksi, dan(m) cepat menunjukkan perhatian padamasalah-masalah di masyarakat(Dirlanudin, 2006:176-177).

Karya-karya kreatif ditandai denganorisinalitas, memiliki nilai, dapatditransformasikan, dan dapatdikondensasikan. Sehingga kreatif dalamberfikir dan bertindak mampumengendalikan dirinya dan memilikikomitmen yang kuat terhadap berbagaihal.

Dengan memperhatikan ciri-cirikreativitas tersebut, maka dalampengembangan media televisipembelajaran perlu memberikan peluanguntuk berkembangnya kreativitasanggota team pengembang.Pengembangan media televisipembelajaran dengan sentuhan tangan-tangan dan pemikiran kreatifmemungkinkan dapat menghasilkankarya-karya baru yang orsinil, memilikinilai yang tinggi, dan dapatdikembangkan lebih jauh untukkepentingan yang lebih bermakna.

Salah satu tahap pengembanganmedia televisi pembelajaran yang perlumendapat perhatian adalah penulisannaskah. Seorang penulis akanmenuangkan ide-ide kreatifnya. Olehkarenanya, perlu diberi sentuhan daritangan-tangan kratif agar program yangdikembangkan mampu memancingimajinasi penonton.

Tim pengembang media televisipembelajaran harus selalu kreatif daninovatif sehingga menghasilkan berbagaikarya media video/televisi pembelajaranyang berkualitas secara teknis dankemenarikannya. Team pengembangmedia televisi pembelajaran yang kreatifbukan sebagai tukang atau teknisi yangharus mengikuti satu skenario yang kaku,melainkan sebagai tenaga yang kreatifyang mampu menghasilkan berbagaikarya inovatif yang sesuai dengankebutuhan sasarannya. Hal itu harusdidukung oleh daya abstraksi dankomitmen yang tinggi sebagai basiskualitas profesionalismenya.

Page 112: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Team pengembang media video/televisi pembelajaran yang perlu memikikikreativitas antara lain: penulis naskah,ahli media (media expert), ahli materi(subject matter expert) dan crew(manajer unit, sutradara, penata kamera,penata cahaya, penata suara, penatadekorasi, teknisi, dll).

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

a. Pengembangan media video/televisipembelajaran membutuhkanserangkaian kemampuan kreativitasbaik berpikir kreatif maupun sikapkreatif. Selain itu, perlu menguasaipengetahuan tentang perancangan,pelaksanaan produksi dan evaluasisehingga dapat menghasilkan mediavideo/televiai pembelajaran yangberkualitas.

b. Kreativitas adalah menciptakan ide-ide baru yang orisinalitas (yaituproduk, proses, atau orangnya)mampu menciptakan sesuatu yangbelum diciptakan oleh orang lain ataumemodifikasi hal lama menjadisesuatu yang baru. Kreativitas iniberusaha menemukan, menghasilkanatau menciptakan hal-hal baru, pola-pola baru, bentuk-bentuk baru yanglebih baik dan berguna dalammemenuhi kebutuhan hidup manusia.Kreativitas akan menghasilkan nilaitambah dan nilai baru atas sesuatuhal, sehingga berguna untukmenyelesaikan suatu masalah, ataumeningkatkan suatu produk misalnyabertambah baik, efektif,mempermudah atau kompetitif.

c. Keuntungan dari orang yang kreatifadalah: (1) dapat mengembangkanpotensi yang dimilikinya di luarbatasan inteligensi, (2) adanyakompetisi yang sehat dan cepatdalam berprestasi, (3) penggunaansumber daya manusia yang efektif,(4) menemukan cara baru dan lebihbaik untuk memecahkan masalah,(5) dapat meningkatkan pengetahuan,

(6) merupakan aspek penting darikesehatan mental, (7) mempengaruhikepemimpinan yang efektif dan (8)meningkatkan kualitas prosespembelajaran.

d. Televisi pembelajaran adalah programvideo/televisi yang didesain,dikembangkan, dan dimanfaatkanuntuk kepentingan pembelajaran.Tujuan pokok televisi pembelajaranadalah untuk menyampaikan pesan(materi) pembelajaran kepadasejumlah besar peserta didik. Mediavideo/televisi pembelajaranbermanfaat untuk: (1) memperbesarobyek yang sangat kecil dan bahkanyang tidak tampak secara kasat mata;(2) menyajikan obyek yang terletakjauh sekali; dan (3) menyajikanperistiwa yang rumit, berlangsungsangat cepat, dan berbahaya(misalnya meletusnya gunung berapi,dll).

e. Berdasarkan prinsip-prinsippengembangan desain instruksional,pengembangkan media video/televisipembelajaran dapat lakukan melaluitahap perancangan, tahap produksidan evaluasi.

f. Kreativitas sangat diperlukan dalammengembangkan media video/televisipembelajaran karena: (1) kreativitasmemberikan peluang bagi individuuntuk mengaktualisasikan dirinya, (2)kreativitas memungkinkan orangdapat menemukan berbagai alternatifdalam pemecahan masalah, (3)kreativitas dapat memberikankepuasan hidup, dan (4) kreativitasmemungkinkan manusiameningkatkan kualitas hidupnya.

2. Sarana. Pemupukan, pengembangan dan

pemberdayaan kreativitas teampengembangan media video/televisipembelajaran perlu di temukenali dandirangsang sejak awal sertadipersiapkan dan dilatih agar memilikikompetensi profesional untukmemupuk dan mewujudkan bakatdan kreativitasnya secara optimal.

Page 113: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

b. Pengembang media televisipembelajaran supaya kreatif dalammenyusun alur visualisasi (cerita),ketepatan visual dengan pesan;kualitas gambar dalam hal ini fokus,warna, dan sudut pengambilangambar, dan sebagainya.

c. Pengembangan media video/televisipembelajaran perlu mendapatkansentuhan tangan-tangan danpemikiran kreatif memungkinkandapat menghasilkan karya-karya baruyang orsinil, memiliki nilai yang tinggi,dan dapat dikembangkan lebih jauhuntuk kepentingan yang lebihbermakna.

d. Tim pengembang media video/televisipembelajaran perlu memilikikreativitas antara lain: penulisnaskah, ahli media, ahli materi dancrew (manajer unit, sutradara,penata kamera, penata cahaya,penata suara, penata dekorasi,teknisi, dll).

e. Kreativitas yang tinggi menyebabkanseseorang pengembang media video/televisi pembelajaran tidak puasterhadap apa yang telah dihasilkan,maka supaya selalu mencari alternatifmodel dan format media video/televisi pembelajaran yangdibutuhkan dan digemari olehpemirsanya.

PUSTAKA ACUANBretz, Rudy (1971) A Taxonomy of

Communication Media. New Jersey, USA:Educational Technology Publications, Inc.

De Porter, Bobbi & Mike Hernacki (2000)Quantum Learning. Bandung: Penerbit Kaifa.

Dirlanudin (2006) Pengembangan BakatKreatifitas Anak, Jurnal Teknodik No. 19/X/Teknodik/Desember/2006. Jakarta:Pustekkom.

Johnson, Elaine B. (2006) Contextual Teaching& Learning, Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasikkan dan Bermakna.Bandung: Mizan Learning Center (MCL).

Heinch, Robert, Molenda, Michael & Russell,James D. (1995) Instructional Media. NewYork: Macmillan Publishing Company.

Miarso, Yusufhadi (2004) Menyemai BenihTeknologi Pendidikan. Jakarta: PenerbitPrenada Media.

Mclnerney, Deennis M. & Valentina Mclnerney(1998) Educational Psychoogy: ConstructingLearning, Second edition. New york: PrenticeHall.

Munandar, Utami (1999) Kreatifitas danKeberbakatan Srategi Mewujudkan PotensiKreatif dan Bakat. Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama.

_______ (2004) Pengembangan Kreatifitas AnakBerbakat. Jakarta: Pusat Perbukuan-Kemdiknas dan Penerbit Rineka Cipta.

Panduan Pemanfaatan Video (2005) Jakarta:Pusat Teknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan, Departemen PendidikanNasional.

Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono& Hardjito (1986) Media Pendidikan,Pengertian, Pengembangan danPemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali.

Semiawan, R.Conny (1997) PerspektifPendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PenerbitGrasindo.

Surya, Mohamad (2006) Pemanfaatan TeknologiInformasi dan Komunikasi untuk PendidikanJarak Jauh dalam Rangka Peningkatan MutuPembelajaran, Makalah Seminar yangdiselenggarakan oleh Pustekkom Kemdiknas,tanggal 12 Desember 2006 di Jakarta.

Situmorang, Robinson (2006) MediaTelevisi,Pengetahuan Dasar Televisi danTeknik Penulisan Naskah. Jakarta: PustekkomDepdiknas.

Sandjaja, Sasa Djuarsa (1999) PertentanganLama Antara Media Televisi VS Buku, MakalahSeminar Minat Baca, Jakarta Hotel Santika20 Mei 1999.

Siahaaan, Sudirman dkk. (2006) TelevisiPendidikan/Pembelajaran di Era Global.Jakarta: Pustekkom Depdiknas.

Suharnan (2005) Psikologi Kognitif. Surabaya:Srikandi.

Suparman, M. Atwi, & Aminudin Zuhairi (2004)Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek.Jakarta: Universitas Terbuka.

Winardi (1991) Kreatifitas dan Teknik-TeknikPemikiran Kreatif Dalam Bidang Manajemen.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

****************

Page 114: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

10712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

MODEL DAN FORMAT INSTRUMEN PREVIEWPROGRAM MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

M. MiftahBalai Pengembangan Multimedia Semarang, Pustekkom Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Penyusunan instrumen preview bertujuan untuk mengevaluasi produk multimediapembelajaran interaktif (MPI). Dalam penyusunan digunakanlah alur kerja, model, dan formatpenyusunan. Metode penyusunan dalam bentuk lokakarya yang melibatkan guru bidangstudi, kalangan akademisi, dan ahli dibidang; evaluasi media, media pembelajaran, teknologipembelajaran, teknologi informasi, kurikulum, serta tim analisis dari Pustekkom. Dalam tulisanini memuat pokok-pokok penyusunan instrumen; kriteria instrumen yang baik, keuntungandan kelemahan instrumen, prosedur penyusunan instrument preview program MPI, kisi-kisiinstrumen preview program MPI, dan sampai penyusunan instrument preview MPI final.Tujuan penulisan artikel adalah bertukar pikir (sharing idea) dengan harapan model danformat instrumen preview program multimedia pembelajaran interaktif dapat dimanfaatkandan dijadikan referensi bagi pengembang multimedia pembelajaran interaktif untuk semuajenjang pendidikan.Kata Kunci: Model dan format, instrumen preview, multimedia pembelajaran interaktif

Abstract:The development of preview instrument is aimed at evaluating the product of interactiveinstructional multimedia. The process uses work flow, model and format of development.The method used in the process is a workshop that involves subject matter teachers,academicians, experts of media evaluation, instructional media, educational technology,information technology and curriculum, and team of analysis from Pustekkom. This paperincludes the points of instrument development; good criteria of instrument, the strength andweakness of instrumentand disadvantage, the development procedure of interactiveinstructional multimedia instrument preview, the lattice of interactive instructional multimediainstrument preview, and the development of final interactive instructional multimedia instrumentpreview. The goal of this paper is to share idea with a hope that the model and format ofpreview instrument can be utilized by interactive multimedia developers for all educationallevel.

Keyword: Model and format, preview instrument, programs of interactive instructional multimedia

Page 115: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

10812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANDalam upaya meningkatkan mutu program

media pembelajaran berbasis komputer perludilakukan langkah-langkah yang terukur.Langkah evaluasi program dilakukan dalamrangka meningkatkan kualitas program/produk,yaitu dengan melakukan kontrol terhadapproduk yang dikembangkannya, dalam hal iniproduk Multimedia Pembelajaran Interaktif(MPI). Kontrol yang dilakukan berupa previewproduk Multimedia Pembelajaran Interaktifdengan maksud menyamakan hasil produkdengan naskah yang ada.

Untuk mengetahui standarisasi produkmultimedia pembelajaran interaktif yang dibuatmaka diperlukan alat bantu yang sistematis danefisien berupa instrument preview untuk produkMPI. Kualitas instrument akan menentukankualitas data yang terkumpul sehinggadiharapkan mampu pengontrol dalampenjaminan produk multimedia pembelajaraninteraktif agar sesuai dengan maksud naskahyang sudah ditulis oleh penulis naskah. Untukmemperoleh instrument yang valid dan reliable,maka perlu dilakukan suatu langkah penyusunaninstrumen preview, yaitu dalam bentuk lokakaryayang melibatkan beberapa ahli yangberkompeten dibidangnya. Beberapa ahli yangterlibat, antara lain: ahli media, ahli bahasa, ahlibidang studi/materi, ahli kurikulum, dannarasumber untuk bidang teknologipembelajaran dan bidang multimedia.

Pokok permasalahan yang diangkat dalampengembangan model dan format instrumenMPI, meliputi: (1) Aspek-aspek yang menjadipertimbangan dalam menyusun instrumenpreview program multimedia pembelajaraninteraktif (MPI) dan (2) prosedur penyusunaninstrumen preview program MPI yang valid danreliabel?

Tujuan penulisan artikel ini adalah untukberbagi pemikiran tentang penyusunaninstrument preview produk MPI, penyusunankisi-kisi yang dapat dijadikan pedoman/ dasardalam menyusun instrument preview, langkah-langkah penyusunan instrument previewprogram MPI, dan bentuk instrument previewsendiri. Diharapkan tulisan dapat menjadi bahanreferensi bagi kalangan pengembang mediapendidikan.

B. KAJIAN TEORI1. Definisi Multimedia Pembelajaran

InteraktifKonsep multimedia menurut Mayer

(2001) meliputi tiga level yaitu, pertama,level teknis yang berkaitan dengan alat-alatteknik: alat-alat ini dapat dianggap sebagaikendaraan pengangkut tanda-tanda. Kedua,level semiotik yang berkaitan dengan bentukrepresentasi (yaitu teks, gambar/grafik);bentuk representasi ini dapat dianggapsebagai jenis tanda (types of sign). Ketiga,level sensorik, berkaitan dengan saluransensorik yang berfungsi menerima tanda.

Perpaduan antara gambar dan suarasangat cocok dengan prinsip penyajianinformasi melalui multi saluran sensorik.Computer-based Multimedia (Gagne, RobertM and Briggs, Leslie J. 2004) memungkinkanterjadinya interaksi antara siswa dengan isipembelajaran; memungkinkan terjadinya“self-directed exploratory learning” di manasiswa dapat memanipulasi objekpembelajaran dan mengamati hasilnya.Aplikasi multimedia akan membawa siswakepada “effortless learning” di mana“learning with effort” akan digantikan dengan“learning with furl”.

Pengembangkan multimediapembelajaran interaktif perlu diperhatikanbeberapa prinsip utama, agar softwaretersebut dapat digunakan oleh siswa secaraindividu, dan akan memberikan hasil belajaryang efektif dan optimal. Prinsip tersebutyaitu: Multimedia interaktif disesuaikandengan proses psikologis belajar siswa,digunakan secara individual, bersifatinterakti, memberikan umpan balik secaraefektif, dan sesuai dengan kontrol belajarsiswa (Romiszowski, A. J. 2008).

Jadi istilah multimedia sesungguhnyamerujuk pada “benda” yang sama adalah:interactive media atau media integration.Istilah atau frasa tersebut semuanya merujukpada kombinasi dari beberapa jenis media;teks, grafik, suara, animasi, dan video dalamsatu aplikasi komputer.

Page 116: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

10912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

2. Pengertian InstrumenInstrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalammengumpulkan data agar pekerjaannyalebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalamarti lebih cermat, lengkap, dan sistematissehingga lebih mudah diolah. Variasi jenisinstrumen penelitian: angket, ceklis (ceck-l ist) atau daftar centang, pedomanwawancara, pedoman pengamatan.Menurut Haryono (2008) mengatakanbahwa yang dimaksud instrumen adalahalat untuk mengumpulkan data dalampenelitian, menentukan kualitas penelitian,validitas hasil penelitian, Instrumen harusstandar (baku); dikembangkan melaluiprosedur baku dan memenuhi syaratvaliditas dan reliabilitas. Lebih lanjutPurwanto (2008) mengatakan bahwainstrumen merupakan alat bantu yangdigunakan oleh penel i t i untukmengumpulkan data dengan caramelakukan pengukuran.

Pemilihan instrumen penelitian menurutSudjana (2005) sangat ditentukan olehbeberapa hal, yaitu: objek penelitian,sumber data, waktu dan dana yangtersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknikyang akan digunakan untuk mengolah databila sudah terkumpul. Mungkin sajaseseorang ingin sekali menggunakanmetode wawancara untuk mengambil datatetapi karena waktu yang tersedia sempit,lalu menggunakan angket. Demikian jugamungkin peneliti ingin menggunakanmetode pengamatan secara cermatterhadap objek, tetapi metode pengamatanmemerlukan waktu lama dan keterampilanyang memadai (http://muhammadtakdir686.blogspot.com/ 2010/01 / t ekn i k-penyusunan - i n s t rumen-penelitian.html).

Dalam menentukan sumber data, jenismetode pengumpulan data dan instrumenpenel i t ian, penel i t i sangat per lumempertimbangkan beberapa hal lain,seperti yang sudah disebutkan, yaitutenaga, waktu, dana dan faktor-faktorpendukung maupun penghambat. Namun

untuk langkah awal, agar pada akhirnyadiperoleh metode dan instrumen yangtepat, sebaiknya peneliti berpikir idealdahulu, baru mempertimbangkan faktor-faktor tersebut(http://www.fai.umj.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=54).

Instrumen memegang peranan pentingdalam menentukan mutu suatu penelitiandan penilaian. Fungsi instrumen adalahmengungkapkan fakta menjadi data.Menurut Arikunto (2007), data merupakanpenggambaran variabel yang diteliti danberfungsi sebagai alat pembuktianhipotesis, benar tidaknya data tergantungdari baik tidaknya instrumen pengumpulandata.

3. Prosedur PengembanganInstrumenProsedur yang ditempuh dalam

pengadaan instrumen yang baik menurutSuharsimi (1998) adalah: (a) perencanaan,meliputi perumusan tujuan, menentukanvariabel, kategori variabel. Untuk tes,langkah ini meliputi perumusan tujuan danpembuatan tabel spesifik, (b) penulisanbutir soal, atau item kuesioner, penyusunanskala, penyusunan pedoman wawancara,(c) penyuntingan, yaitu melengkapiinstrumen dengan pedoman mengerjakan,surat pengantar, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu, (d) uji-coba, baik dalamskala keci l maupun besar, (e)penganalisaan hasil, analisis item, melihatpola jawaban, peninjauan saran-saran dansebagainya, dan (f) mengadakan revisiterhadap item-item yang dirasa kurangbaik, dengan mendasarkan pada data yangdiperoleh sewaktu uji-coba.

Prosedur pengembangan instrumen:(a) identifikasi variabel/hasil belajar matapelajaran, (b) deskripsi teori atau materi,dan (c) pengembangan spesifikasi.

Ber ikut berbagai var iabel dalampendidikan dapat diidentifikasi dari prosespendidikan yang diilustrasikan padagambar 1.

Page 117: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Untuk memperoleh instrumen yangandal, dibutuhkan peran kebijakankurikulum, profesionalisme guru, ketepatanmetode mengajar, sarana prasarana yangmenunjang. Pada proses tranformasi daribeberapa komponen tersebut, harusmempertimbangkan juga masukan informasidari lingkungan dan masyarakat.

4. Instrumen Pengumpulan DataBerbicara tentang instrumen

pengumpulan data sebenarnya tidakubahnya dengan berbicara masalah evaluasi.Mengevaluasi tidak lain adalah memperolehdata tentang status sesuatu dibandingkandengan standar atau ukuran yang telahditentukan, karena mengevaluasi adalah jugamengadakan pengukuran. Mendasarkan daripada pengertian ini, maka apabila kitamenyebutkan jenis metode dan alat atauinstrumen pengumpulan data, maka samasaja dengan menyebut alat evaluasi, atausetidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.Pengumpulan data menurut Moh. Nazir(2005) prosedur yang sistematis dan standaruntuk memperoleh data yang diperlukan.

Menurut Samsudi (2009) mengatakanbahwa pengembangan instrumen penelitianpada dasarnya ada empat aspek yang salingterkait, dan harus secara dini dikenali olehpeneliti, yakni: (a) jenis penelitian; (b) jenisdata yang akan dikumpulkan, (c) teknikpengumpulan data, dan (d) jenis instumen

yang akan digunakan. Sebagaimana contoh,jika jenis penelitian eksperimental,korelasional, komparatif, dan sejenisnya;serta jenis datanya orginal, interval, ataurasional, maka teknik pengumpulan datanyaadalah pengukuran; dan jenis instrumenyang digunakan tes atau skala (bersifatmengukur). Jika jenis penelitian kualitatifdeskriptif, survei, expost facto, dan penelitiantindakan; serta jenis datanya nominal, makateknik pengumpulan datanya adalah nonpengukuran yakni dapat berupa wawancara,angket, observasi atau dokumenter; danjenis instrumen yang digunakan adalahinstrumen non-tes (bersifat menghimpun).

Dalam pelaksanaan preview programMPI, instrumen yang digunakan berupakuesioner atau angket (questionnaires).Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yangdigunakan untuk memperoleh informasi dariresponden dalam arti laporan tentangpribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Menurut Mukminan (2007), bahwa kuesionerdipakai untuk menyebut metode maupuninstrumen. Jadi dalam menggunakan metodeangket atau kuesioner instrumen yangdipakai adalah angket/kuesioner. Kuesionerdapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis,tergantung pada sudut pandang: (a)dipandang dari cara menjawab, (b)dipandang dari jawaban yang diberikan, dan(c) dipandang dari bentuknya.

Page 118: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

5. Kriteria Instrumen yang BaikSebagai seorang peneliti kita harus ekstra

berhati-hati dalam merancang prosedurpengumpulan data, khususnya dalammemilih atau mengkonstruksikan instrumenyang digunakan dalam penelitian. Berikutadalah kriteria-kriteria tertentu untuk menilaiinstrumen yang baik (Consuelo G. Sevilla.2006).

Pertama, Reliabilitas. Reliabilitasbiasanya didefinisikan sebagai konsistensidari tes. Konsistensi hanyalah merupakansalah satu aspek dari reliabilitas. Definisireliabilitas yang lebih komprehensip adalahderajat ketepatan dan ketelitian atau akurasiyang ditunjukkan oleh instrumenpengukuran.

Kedua, Validitas. Definisi yang palingmudah dari validitas tetapi lebih sulitditerangkan adalah “derajat ketepatan suatualat ukur tentang pokok isi atau artisebenarnya yang diukur”. Kata sebenarnyamengandung arti pertanyaan tentangreliabilitas yang membuat penjelasan lebih

kompleks bila tidak diperdebatkan. Validitasberkenaan dengan keterkaitan data yangdiperoleh dengan sifat variabel yang diteliti.Secara singkat, sifat variabel yang menjaditujuan dari pengukuran. Dalam hal ini sifatvariabel yang menjadi tujuan mengenai datayang akhirnya akan dikumpulkan.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Langkah-langkah Penyusunan

Instrumen preview MPIPenyusunan instrumen preview program

multimedia pembelajaran interaktif (MPI)dalam bentuk lokakarya denganmenggunakan metode presentasi, praktekpenyusunan dan bimbingan, diskusi, uji ahli,dan revisi. Pelaksanaan penyusunan selama4 hari, tanggal 12–15 Februari 2009.

Penyusunan instrumen yang dilakukanmelalui tahapan proses pengembanganinstrumen, lebih jelasnya dapat dilihat padagambar 2 berikut.

Page 119: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Secara garis besar langkah-langkahpengembangan instrumen yang dilakukanBalai Pengembangan Multimedia Semarang,sebagai berikut:a. Merumuskan definisi konseptual dan

operasional, merumuskan konstrukvariabel yang akan diukur sesuai denganlandasan teoritik yang dikembangkansecara menyeluruh dan operasional.

b. Pengembangan spesifikasi dan penulisanpernyataan, menempatkan dimensi danindikator dalam bentuk tabel spesifikasipada kisi-kisi instrumen yang kemudiandilanjutkan dengan penulisanpernyataan.

c. Penelaahan pernyataan, butir-butirpernyataan yang telah ditulis merupakankonsep instrumen yang harus melalui)proses validasi, baik validasi teoritikmaupun validasi empirik.

d. Uji coba, merupakan bagian dari prosesvalidasi empirik.

e. Analisis, berdasarkan data hasil uji cobaselanjutnya dilakukan analisis untukmengetahui koefisien validitas butir danreliabilitas instrumen.

f. Revisi Instrumen, dilakukan jika setelahmelalui analisis terdapat butir-butir yangtidak valid atau memiliki reliabilitas yangrendah. Butir-butir yang sudah direvisidirakit kembali dan dihitung kembalivaliditas dan reliabilitasnya.

g. Penyusunan instrumen menjadiInstrumen final.

Menurut penulis perlu lebih detail dalampenyusunan instrument preview untukproduk multimedia pembelajaran interaktif(MPI), yaitu : mengindentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul program,menjabarkan variabel tersebut menjadi subvariabel/dimensi, mencari indikator/aspeksetiap sub variabel, menderetkan deskriptordari setiap indikator, merumuskan setiapdeskriptor menjadi butir-butir instrument,melengkapi instrumen dengan petunjukpengisian dan kata pengantar. Disamping itu,menentukan tujuan penyusunan instrumenpreview tersebut, yakni bertujuan sebagaitahapan uji coba program MPI.

Adapun tujuan uji coba instrumen

preview, yaitu untuk (a) tujuan manajerialdan substansial, dan (b) tujuan keandalaninstrumen. Uji coba untuk tujuan pertamaini lebih menitikberatkan pada segi teknis,yaitu (a) mengetahui tingkat keterpahamaninstrumen, apakah responden tidak menemuikesulitan dalam menangkap maksudpembuatan instrumen, (b) mengetahuiteknik paling efektif, (c) memperkirakanwaktu yang dibutuhkan oleh respondendalam mengisi angket, dan (d) mengetahuiapakah butir-butir yang tertera di dalamangket sudah memadai dan cocok dengankeadaan di lapangan. Mungkin sekali adabutir yang sudah dimuat di dalam angketternyata tidak ada di lapangan, atausebaliknya, ada usulan untuk tambahan butirbaru karena di lapangan ada aspek tersebuttetapi belum termuat di dalam angket.

Menurut pengamatan penulis dalammempertimbangkan penyusunan instrumenpreview adalah, banyak subjek untuk uji cobadengan tujuan seperti ini tidak terlalu banyakmenuntut persyaratan. Tingkatketerpahaman angket dapat diketahui daribeberapa subjek yang mempunyai tingkatpemahaman tinggi, cukup dan rendah. Kalausubjek dengan tingkat pemahaman rendahsudah tidak keliru menangkap maksudinstrumen yang dibuat, maka dapatdisimpulkan bahwa instrumen tersebut sudahbaik.

2. Prosedur penyusunan instrumentpreview program MPIPenyusunan instrument preview program

MPI dilakukan dalam rangka memperolehsatu set draf instrumen yang valid danreliabel. Instrumen yang dihasilkan sudahmelalui beberapa tahap, yaitu:a. tahap pertama, pra pelaksanaan

lokakarya yang didahului studi literatursecara sederhana sudah dibuat oleh timkhusus form pendahuluan yang akandijadikan bahan kajian dalam lokakarya.

b. tahap kedua, adalah tahapanpelaksanaan penyusunan instrumenpreview program MPI dalam bentuklokakarya dengan melibatkan pakarmedia, pengkaji materi, pengkaji bahasa,dan praktisi pendidikan didahului

Page 120: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

pemaparan/presentasi singkat tentangmateri instrumen dan contoh form kisi-kisi dan form instrumen yang sudahdibuat secara sederhana oleh tim khususdengan tujuan bisa disempurnakandengan beberapa tinjauan pakar.

c. tahap ketiga, adalah tahap uji validitasinstrumen dalam bentuk uji kepakaran/

ahli dengan tujuan untuk mengevaluasihasil dari instrumen sebelum instrumendigunakan yang sebenarnya.

d. tahap keempat, adalah tahap finalisasidan pemanfaatan instrumen. Lebihjelasnya prosedur penyusunan instrumenpreview program MPI dapat dilihat padagambar 3 berikut.

Menurut penulis, pada tahap prapelaksanaan lokakarya yang didahului studiliteratur, perlu kiranya ada kajian mendalamyang melibatkan ahli dari perguruan tinggidan guru, agar bahan/draf yang dijadikansebagai bahan lokakarya lebih valid danefektif. Pada tahap uji validitas instrumentidak selalu diujikan oleh pakar/ahli saja,namun perlu diujikan dilapangan secaralangsung kepada subjek uji coba; gurumaupun siswa, dengan tujuan untukmemperoleh masukan/saran danmengetahui tingkat kelemahan instrumen.

6. Kisi-kisi Instrument PreviewProgram MPIKisi-kisi instrument menitik beratkan pada

aspek (a) kesesuaian halaman naskahdengan program, (b) letak kesalahan padamenu program/tampilan, (c) jenis kesalahan,(d) uraian kesalahan, dan (e) solusi/keterangan. Kisi-kisi instrumen lebih jelasnyadapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Page 121: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Kelebihan penyusunan instrumen yangdidahului dengan penyusunan draf kisi-kisiinstrumen menurut penulis, adalah untukmempermudah dalam penyusunaninstrumen nantinya, sesuai indikator tiapaspek yang dirumuskan, dan dapatmencakup semua kebutuhan dari programMPI itu sendiri. Sebaliknya, dalampenyusunan instrumen tanpa kisi-kisi akanmenimbulkan beberapa kelemahan; baik sisiteknis penyusunan maupun pemanfaataninstrumen di lapangan.

4. Instrumen preview program MPIInstrumen disusun berdasarkan kisi-kisi,

agar hasil lebih efektif dan sesuai harapan,maka dalam penyusunan instrumensebaiknya mempertimbangakan beberapatujuan/kegunaan dari instrumen previewyang dibuat. Tujuan dari instrumen previewMPI ini, adalah untuk mengevaluasi secaraformatif produk multimedia pembelajaranyang telah dibuat dilihat dari sisi kajian ahlimateri, ahli media, dan ahli pembelajaran.

Adapun format instrumen preview MPIterdiri dari bagian pengantar dan petunjukpengisian instrumen. Bagian pengantar

terletak dalam halaman depan instrumen,terdiri dari: (a) Preview, ini bertujuanmengkaji kesesuaian program dengannaskah, (b) Previewer materi, mengevaluasikesesuaian materi program dengan naskah,(c) Previewer media, mengevaluasiketepatan media dalam program denganpesan yang disampaikan dalam naskah, dan(d) Previewer program, untuk mengevaluasiprogram dari sisi teknis.

Petunjuk pengisian instrumen, meliputi:(a) kolom No, diisi dengan nomor urutkesalahan yang ditemukan, (b) kolomHalaman Naskah, diisi dengan halamannaskah tempat kesalahan ditemukan, (c)kolom letak kesalahan, diisi dengan namamenu dan sub menu/judul tampilan padabagian mana kesalahan ditemukan, (d) kolomjenis kesalahan, diisi dengan temuankesalahan, baik berupa teks, animasi, gambar,program, dll, (e) kolom uraian kesalahan, diisidengan penjelasan tentang kesalahan yangditemukan, dan (f) kolom solusi/uraianperbaikan, berupa perintah perbaikan. Uraianharus jelas sehingga mudah dipahami. Lebihjelasnya draf format instrumen preview MPIdapat dilihat pada format berikut ini.

Tabel 1: Konsep Kisi-kisi Instrument Preview Program MPI

Page 122: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dan (d) penjelasan tentang uraian kesalahandan solusi terkadang masih dibutuhkanpenjelasan ulang dari responden/ahli.

Menurut penulis agar instrumen yangdiberikan kepada responden dapatmemperoleh hasil yang valid, maka perluresponden merasa dihargai, untuk itu perlumemberikan surat pengantar. Hal-hal yangharus ada dalam surat pengantar (a) alamatresponden, lengkap dengan jabatan, (b)pengantar penyampaian angket, (c) tujuanmengadakan penelitian, (d) pentingnyapenelitian dilakukan, (e). pentingnyaresponden dalam penelitian, (f) waktupengisian angket, dan waktu dan tempat/alamat pengembalian angket, (g)penyampaian hasil, (h) ucapan terima kasihkepada responden, dan (i) tanda-tandapengirim, nama jelas dan tanggal pengirim.

Dalam instrumen preview MPI ini menurutpenulis memiliki kelebihan, antara lain: (a)tidak memerlukan hadirnya pembuatprogram MPI, (b) dapat dibagikan secaraserentak kepada responden,(c) dapatdijawab oleh responden menurutkecepatannya masing-masing, dan menurutwaktu senggang responden, (c) dapat dibuatanonim sehingga responden bebas jujur dantidak malu-malu menjawab, dan (d) dapatdibuat terstandar sehingga bagi semuaresponden dapat diberi pertanyaan yangbenar-benar sama.

Adapun kelemahan dalam instrumen inimenurut penulis, adalah: (a) respondensering tidak menjawab secara terperinci danjelas, (b) seringkali sukar dicari validitasnya,(c) walaupun dibuat anonim, kadang-kadangresponden dengan sengaja memberikanjawaban yang tidak betul atau tidak jujur,

Page 123: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Langkah-langkah pengembanganinstrumen, sebagai berikut: (a) merumuskandefinisi konseptual dan operasional, (b)pengembangan spesifikasi dan penulisanpernyataan, (c) penelaahan pernyataan tiapbutir, (d) ujicoba instrumen, (e) analisis datahasil uji coba, (f) revisi Instrumen, dan (g)penyusunan instrumen menjadi Instrumenfinal.

Model dan format instrumen previewprogram multimedia pembelajaran interaktif(MPI) menitikberatkan pada aspekkesesuaian halaman naskah denganprogram, letak kesalahan pada menuprogram/tampilan, jenis kesalahan, uraiankesalahan, dan solusi/keterangan.

2. SaranLangkah-langkah penyusunan instrumen

preview program multimedia pembelajaraninteraktif (MPI) seharusnya mengikutikerangka pengembangan instrumenpenelitian dengan menempuh beberapalangkah, yaitu: (a) menyusun indikator dandimensi setiap variabel berdasarkanlandasan teori masing-masing, sebagaimanatelah dirumuskan dalam definisi konseptual/konstruk serta definisi operasional, (b)membuat kisi-kisi kuesioner berdasarkandimensi dan indikator, (c) menyusun butir-butir kuesioner dan penetapan skalapengukuran, (d) melaksanakan uji cobainstrumen, (e) melakukan pengukuranvaliditas dan reliabilitas instrumen, dan (f)mengadakan revisi/penyempurnaaninstrumen berdasarkan hasil uji coba hinggamenghasilkan instrumen final.

Model dan format instrumen previewprogram multimedia pembelajaran interaktif(MPI) sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan aspek di atas saja, namun perlumempertimbangkan sisi (a) tujuan yang lebihluas tidak sebatas kegunaan instrumen untuktujuan kegiatan preview, namun denganmendasarkan pada pertimbangan kajian teorisecara lebih mendalam dan hasil yang lebihvalid dan reliabel menurut prosedur penelitianyang berlaku, dan (b) memenuhi syaratprosedur pengembangan instrumen;identifikasi variabel, deskripsi teori, danpengembangan spesifik.

PUSTAKA ACUANArikunto, Suharsimi (1998) Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta.

Arikunto, Suharsimi (2007) Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gagne, Robert M. & Leslie J. Briggs (2004)Principles of Instructional Design. New York:Wadsworth Publishing.

Haryono (2008) Pengumpulan Data. Makalahdisampaikan pada lokakarya penyusunaninstrumen ujicoba MPI, Semarang.

Mayer, R.E. (2001) Multimedia Learning. USA:Cambridge University Press.

Mukminan (2007). Penelitian Uji Coba, Makalahdisampaikan pada lokakarya penyusunaninstrumen uji coba online dan offline MPI,Semarang.

Nazir, Moh. (2005) Metode Penelitian. Bogor:Ghalia Indonesia.

Purwanto (2008) Metodologi PenelitianKuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Romiszowski, A. J. (2008) Designing instructionalsystems: decision making in course planningand curriculum design. London: Kogan Page,Ltd.

Samsudi (2009) Disain Penelitian Pendidikan.Semarang: Universitas Negeri SemarangPress.

Sevilla, Consuelo G. (2006) Pengantar MetodePenelitian. Jakarta: Universitas IndonesiaPress.

Sudjana (2005) Metode Statistik. Bandung:Tarsito.

Teknik Penyusunan Instrumen (2010) Dari<http://muhammadtakdir686.blogspot.com/2010/01/teknik-penyusunan-instrumen-penelitian.html>, Diakses pada tanggal 10Januari 2010.

****************

Page 124: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Pedoman Penulisan

1. Naskah belum pernah dimuat/diterbitkan di jurnal lain.2. Naskah diformat dalam bentuk spasi 2 (double space) kertas A4 (210 mm X 297 mm) dengan batas tepi (margin) 2 cm

untuk setiap tepi. Naskah ditulis dengan rata kiri-kanan (justified). Naskah diketik menggunakan jenis huruf Arial (fontsize: 11), berjumlah 10 sampai dengan 30 halaman

3. Judul, abstrak dan kata kunci ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan maksimal 150 kata yangsecara singkat memberikan gambaran aspek penting dan simpulan/hasil pokok dari naskah tersebut. Kata kunci sebanyak5 pengertian (deskriptor).

4. Naskah dikirim ke alamat redaksi dalam bentuk ketikan dan disertai soft copynya dalam CD/DVD atau dikirim melalui e-mail ([email protected]), bila memiliki data pelengkap mohon untuk dapat disertakan. Pada halamanpertama artikel, harap dicantumkan nama penulis, lembaga dan alamat lembaga penulis, dan alamat email penulis.

5. Naskah yang diterima akan melalui proses peninjauan (review) oleh Tim Reviewer Ahli sebidang dan naskah juga akanmelalui proses revisi bila diperlukan. Redaksi berwenang mengambil keputusan menerima, menolak maupun menyarankanpada penulis untuk memperbaiki naskah.

6. Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran, kajian, analisis danatau reviu teori/ konsep/ metodologi, resensi buku baru dan informasi lain yang secara substansi berkaitan denganTeknologi Informasi dan Komunikasi dalam berbagai jenjang dan jenis Pendidikan.

7. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dansistematika serta persentase jumlah halaman sebagai berikut.a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian (10 %).b. Kajian literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%).c. Metodologi yang berisi rancangan/ model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data (10%).d. Hasil dan pembahasan (50%).e. Simpulan dan saran (15%).f. Pustaka acuan.

(sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum. Penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadandengan pedoman ini).

8. Artikel memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika sertapersentasenya dari jumlah halaman sebagai berikut.a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penulisan (10%).b. Kajian literatur dan pembahasan serta pengembangan teori/konsep (70%).c. Simpulan dan saran (20%).d. Pustaka acuan.

(sistematika/ struktur ini sebagai pedoman umum. Penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan).9. Artikel buku resensi selain menginformasikan bagian-bagian penting dari buku yang diresensi juga menunjukkan bahasan

secara mendalam tentang kelebihan dan kelemahan buku tersebut serta membandingkan teori/ konsep yang ada dalambuku tersebut dengan teori/ konsep dari sumber-sumber lain.

10. Khusus naskah hasil penelitian yang disponsori oleh pihak tertentu harus ada pernyataan (acknowledgement) yangberisi isi sponsor yang mendanai dan ucapan terimakasih kepada sponsor tersebut.

11. Tabel dan Gambar diberi nomor urut sesuai urutan pemunculannya. Tabel dan Gambar harus jelas terbaca dan dapatdicetak dengan baik. Untuk Tabel maupun Gambar grafis dari Microsoft Excel, mohon menyertakan file tersebut dalamExcel untuk mempermudah proses editing. Mohon diperhatikan, bahwa naskah akan dicetak dalam format warna hitamputih (grayscale) sehingga untuk gambar grafik mohon diberikan gambar yang asli yang dapat dicetak dengan jelas.

12. Sekitar 80% atau lebih Pustaka yang diacu hendaknya bersumber dari hasil-hasil penelitian, gagasan, teori/konsep yangtelah diterbitkan di jurnal (konposisi sumber acuan dari hasil penelitian lebih banyak daripada sumber yang diacu daribuku teks). Hasil penelitian paling lama 10 tahun terakhir, kecuali Pustaka acuan yang klasik (tua) yang memangdimanfaatkan sebagai bahan kajian historis.

13. Penulisan pustaka acuan merujuk pada sistem Harvard. Sistem Harvard menggunakan nama penulis dan tahun publikasidengan urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara alfabetis. Publikasi dari penulis yang sama dan dalamtahun yang sama ditulis dengan cara menambahkan huruf a, b, atau c dan seterusnya tepat di belakang tahun publikasi(baik penulisan dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan).Contoh:Miarso, Yusufhadi. (2004). “Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”, Prenada Media, Jakarta.Norton, Priscilla dan Apargue, Debra. (2001). “Technology for Teaching”, Allyn and Bacon, Boston, USA.

14. Penulisan Pustaka acuan yang bersumber dari internet, agar ditulis secara beurutan sebagai berikut; penulis, judul,alamat web, dan tanggal unduh (download).

15. DI akhir artikel, setelah Pustaka Acuan, dilengkapi dengan indeks materi16. Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.

****************

Page 125: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENGARUH PERSEPSI TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARANPADA PRESTASI BELAJAR DAN KOMPETENSI WIRAUSAHA

MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIDI TIGA UIN DI PULAU JAWA

U. Maman KhProgram Magister Agribisnis FST- UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

([email protected])

Abstrak:Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan pembelajaran,indeks prestasi kumulatif, kompetensi wirausaha, persepsi tentang bakat dan minatberwirausaha serta pengaruh peubah-peubah tersebut secara langsung pada IPK; sertapengaruh tidak langsung persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran pada kompetensiwirausaha melalui IPK. Persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran meliputi persepsi tentanglingkungan belajar, fasilitas belajar, dan kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran. Penentuanbesaran sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%. Penarikansampel dilakukan secara acak dan proporsional dari masing-masing Program studi di tigaFakultas Sains dan Teknologi (FST) di tiga UIN di Jawa. Berdasarkan analisis jalur, hanya satupeubah yang berpengaruh signifikan pada kompetensi wirausaha, yakni minat berwirausaha.Seluruh peubah pelaksanaan pembelajaran, bakat, dan minat tidak berpengaruh pada indeksprestasi kumulatif dan kompetensi wirausaha. Bahkan sebaliknya, indeks prestasi kumulatif,persepsi tentang kejelasan tujuan dan kegunaan pelajaran, dan persepsi tentang bakatberpengaruh negatif pada kompetensi wirausaha.

Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran, kompetensi wirausaha, indeks prestasi kumulatif, bakat, dan minat berwirausaha.

Abstract:The objectives of the research was to identify the student perceptions of learningimplementation, grade point average, entrepreneurial competency, talent and interest inentrepreneurship, and the influence of these variables directly on grade point average andentrepreneurial competency; as well as the indirect effect of learning implementation perceptionon the entrepreneurial competency through grade point average. The perception of learningimplementation consists of perception of learning environment, facility, and the clarity ofpurpose and usefulness of lesson. Determination of sample size used the Slovin formula with95% confidence level, drawn randomly and proportionally from each of the Program of Studyin the Faculty of Science and Technology in three UINs in Java. Based on the path analysis,the only variable that affected the entrepreneurial competency was the interest inentrepreneurship. The all variables of the learning implementation, talents, and interests didnot affect grade point average and entrepreneurial competencies. On the contrary, gradepoint average, the perception of clarity of purpose and usefulness of learning, and talent hada negative effect on entrepreneurial competency.

Key words: learning implementation, entrepreneurship competency, grade point average, talent and interest in entrepreneurship.

Page 126: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Pendidikan tinggi diharapkan bukanhanya menghasilkan manusia yang terampilmenguasai sains dan teknologi, tetapi jugamanusia yang kompeten berwirausaha, yaknimanusia yang terampil secara teknis danmanajerial, mandiri, berani menghadapirisiko usaha dan kreatif, sehingga dapatmengembangkan setiap potensi yangdimiliki. Namun, yang diperlukan bukanhanya manusia yang kompetenberwirausaha, melainkan manusia yangdapat menggabungkan spiritualitas dengankompetensi. Kegiatan-kegiatankewirausahaan dengan sendirinya akan saratdengan nilai-nilai religi. Para pelaku ekonomi,di samping memiliki kreativitas yang tinggi,juga akan terhindar dari berbagai tindakkejahatan ekonomi.

Upaya menggabungkan kompetensidengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai religi terasa semakin penting karenasekarang ini cenderung terjadinyaketerpisahan antara kegiatan-kegiatanduniawi yang bersifat materi dengan aspekreligiusitas yang sakral. Banyak yangmenguasai sains dan teknologi, tetapi lemahdalam penghayatan spiritual. Sebaliknyabanyak yang memiliki penghayatanreligiusitas yang tinggi, tetapi lemahpenguasaan sains dan teknologi. Hal inimenyebabkan terjadinya kepribadianterpecah (split personality).

Adanya berbagai program studi bidangsains dan teknologi di UIN memberikanharapan bagi keterpaduan sains denganagama (Islam). Sebagai sebuah perguruantinggi Islam, UIN memiliki basispengembangan religiusitas, juga memilikihasrat yang tinggi untuk pengembangansains dan teknologi. Namun, dengandibukanya non-Islamic studies, mahasiswaUIN diduga memiliki keragaman latarbelakang sosial dan pendidikan, yang akanberpengaruh pada prestasi belajar dankompetensi wirausaha. Selain itu,keberhasilan pengembangan kompetensiwirausaha tergantung pada pelaksanaanpembelajaran dan fasilitas belajar.

Atas hal demikian, dalam upayapengembangan kompetensi wirausahaberbasis spiritual, perlu penelitian mengenaikompetensi wirausaha mahasiswa FakultasSains dan Teknologi (FST) UIN, serta faktor-faktor yang memperngaruhinya, baikkarakteristik mahasiswa maupunpelaksanaan pembelajaran.

2. Tujuan PenelitianPenelitian bertujuan untuk memperoleh

gambaran mengenai kompetensi wirausahamahasiswa FST di tiga UIN di Jawa, yakniUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN SunanGunung Jati Bandung, dan UIN SunanKalijogo Yogyakarta, serta faktor-faktor yangmempengaruhinya. Secara lebih khususpenelitian ini bertujuan untuk:(a) Mengidentifikasi keragaman karakteristik

mahasiswa FST di tiga UIN di Jawa;(b) Mengidentifikasi persepsi mahasiswa

tentang pelaksanaan pembelajaran yangdilakukan FST di tiga UIN di Pulau Jawa;

(c) Mengidentifikasi prestasi belajar dankompetensi wirausaha mahasiswa FST ditiga UIN di Pulau Jawa;

(d) Mengukur pengaruh karakteristikmahasiswa dan persepsi tentangpelaksanaan pembelajaran pada prestasibelajar dan kompetensi wirausaha.

B. KAJIAN LITERATUR1. Kompetensi Wirausaha

Istilah “kompetensi” seringkali mengacupada keterampilan teknis, sepertiketerampilan menghasilkan barang dan jasa.Pembahasan Ludwick (1999) tentangkompetensi, misalnya, menekankan padastandar untuk melakukan praktek dalamprofesi tertentu. Sejalan dengan itu, Gilleydan Eggland (1989:21-22) menyamakankompetensi dengan keterampilan. Franken(1982:409-411) menyebutkan bahwakompetensi merupakan keterampilan,kemampuan, kapasitas, dan keahlian yangbermuara pada kinerja. Namun dari segiproses, menurut Franken, kompetensiseringkali terbentuk karena faktormotivasional. Motivasi itu sendiri merupakanbagian dari kompetensi. Bagi Spencer danSpencer (1993:13-15), dimensi kompetensi

Page 127: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

bukan hanya motivasi melainkan karakteristikdasar seseorang yang menjadi faktor bagitercapainya sebuah kinerja, seperti motif,pembawaan dan konsep diri yang bermuarapada pengetahuan dan keterampilan.Dengan demikian, kompetensi terdiri darihard skill dan soft skill.

Mengenai wirausaha, Turner (Hisrich danPeters, 1992:10) menegaskan bahwa unsuryang penting dalam kewirausahaan(entrepreneurship) ialah kreativitas untukmenghasilkan sesuatu yang baru dalambentuk barang, jasa maupun praktek-praktekbaru yang lebih efektif dan efisien. Selainitu, kewirausahaan mengandung artikesiapan menghadapi risiko, baik risikososial, psikis, maupun kerugian finansial,untuk menghasilkan reward, baik dalambentuk keuangan maupun kepuasan pribadi.Ide-ide baru, penemuan baru dan inovasiseringkali bermuara pada praktek bisnis,yang mendatangkan keuntungan finansial.Berkaitan dengan pengertian wirausahatersebut, menurut Turner (Hisrich dan Peters1992:9), wirausaha berarti orang yangmengkombinasikan faktor-faktor produksi,seperti sumber daya alam, tenaga kerja,material, dan lain sebagainya untukmemperoleh nilai tambah yang lebih tinggi,dengan memperkenalkan berbagaiperubahan, inovasi dan cara-cara baru.Berdasarkan pengertian kompetensiwirausaha yang sudah disebutkan, mengacukepada Singgih Wibowo, dkk. (1995),seorang calon wirausahawan harus memilikiketerampilan manajerial, meliputi: (1)perencanaan dan pengendalian produksi; (2)sistem administrasi dan pembukuan; (3) tatacara mengelola keuangan (4) menghitunglaba perusahaan, seperti: menghitung biaya,menetapkan harga jual, menghitung titikimpas dan laba; dan (5) sistem pemasarandan promosi, seperti: memperkirakankebutuhan pasar, sistem pemasaran, dandistribusi.

Kemampuan membuat perencanaanusaha merupakan salah satu unsurkompetensi wirausaha. Perencanaan yangbaik, tentunya, harus dibangun berdasarkanvisi dan tujuan yang hendak dicapai.Wirausahawan sukses, menurut Faisol

(2002:44), ialah orang yang visioner, yaknimereka yang memiliki bayangan ataugambaran masa depan yang ingin dicapai.Salah satu watak wirausahawan yang sukses,menurut Suryana (2006:24), ialah merekavisioner dan perspektif masa depan.Kemampuan merumuskan tujuan yangbersifat visioner sebenarnya merupakansalah satu perwujudan dari doronganmotivasional, yakni adanya kebutuhanberprestasi (need for achievement). MenurutFaisol (2002:36-37), motif berprestasi(achievement motive) ialah motif yangmengarahkan tingkah laku seseorang untukmencapai prestasi tertentu, yang menjelmamenjadi sebuah kekuatan internal untukmencapai prestasi tertetu. Karena itu, motifberprestasi sering disebut kebutuhanberprestasi (need for achievement).

Mengacu pada teori David McClelland,Chapman (tt) mengemukakan bahwa salahsatu karakter seseorang yang memiliki n-achyang tinggi ialah menyukai pekerjaan dantanggung jawab yang akan memuaskankebutuhannya. Ciri lain orang yang memilikin-ach yang tinggi, menurut Faisol (2002:46),ialah selalu menghargai waktu. Apabilasedang menjalankan usahanya, tidak puaskalau tidak dapat menggunakan waktudengan sebaik-baiknya. Dalam konteks yangsama, QAA (2000:3-4) menyebutkan, bagimereka yang menekuni dunia bisnis, harusmampu mengelola dan merencanakanpenggunaan waktu dengan baik. Sejalandengan itu, menurut Gunar Mirdal (Suryana,2006:49), salah satu ciri orang modern yangberorientasi pada prestasi ialah selalumerencanakan segala kegiatan, termasukpenggunaan waktu. Menurut pandanganIslam, manusia harus betul-betulmemanfaatkan waktu dengan baik. AllahSWT berfirman: “Maka jika engkau telahselesai dari satu urusan, tetaplah bekerjakeras untuk urusan lain” (QS:94:7).Atas hal demikian, kemampuanmerencanakan dan menggunakan waktumerupakan salah satu unsur kompetensiwirausaha. Unsur lainnya, seperti pernyataanQAA (2000:3-4), ialah kemampuanberkomunikasi, yakni mengetahui peranberkomunikasi dalam bisnis dan cara-cara

Page 128: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

berkomunikasi, baik komunikasi lisanmaupun tulisan, dengan menggunakanmedia dan teknologi informasi. Di sampingitu, menurut QAA (2000:4), unsurkompetensi wirausaha lainnya ialahkemampuan bekerja dalam tim (team work)serta keahlian membangun tim (teambuilding).

Mengacu pada uraian Vernon Katz(Hisrich dan Peters, 1992:53), salah satupenampakkan n-ach, di sampingkemampuan merumuskan visi, tujuan danpelaksanaan tujuan, ialah: memiliki tanggungjawab pribadi. Bersamaan dengan tanggungjawab, juga adanya kesiapan menghadapirisiko. Dalam hal ini, Gore (Wikipedia, tt)menyebutkan, ciri utama seorangwirausahawan, ialah kesiapan mengambilrisiko (taking risk). Atas dorongan kebutuhanberprestasi, tulis Vernon Katz (Hisrich danPeters, 1992:53), wirausahawan mampumengendalikan risiko dengan skill.Dengan kreativitas dan keyakinan pada nilaidan gagasan sendiri, wirausahawan selalumemiliki kemampuan untuk membacapeluang usaha. Dengan adanya sifat kreatif,inovatif, kemampuan membaca peluangusaha yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, dan keyakinan diri, wirausahawanmemiliki kemampuan mengambil keputusan(decision making) dan memecahkan masalah(problem solving) sebagai upayamengendalikan risiko.

Kemampuan mengambil keputusan danmemecahkan masalah tidak berarti apa-apatanpa adanya optimisme. Mengacu padaCooper, Woo, & Dunkelberg (1988),Wikipedia (tt) menjelaskan bahwaentrepreneurs memiliki optimisme yangsangat tinggi dalam pengambilan keputusan.Selain itu, mengutip Busenitz dan Barney(1997), Wikipedia (tt), menyebutkan, bahwaentrepreneurs memiliki tingkat kepercayaandiri yang sangat tinggi dan cenderunggeneralis, yakni banyak mengetahui tentangsegala sesuatu. Dalam bisnis Islami, menurutYusanto dan Wijayakusuma (2002:37), rasapercaya diri dan optimisme dibentukberdasarkan keyakinan bahwa Allah akanmemberikan rizki kepada orang yang bekerjakeras.

Sebagai konsekuensi dari optimisme ini,menurut Faisol (2002:47), seorangentrepreneur selalu berfikir positif danmemiliki konsep diri (self) yang positif, yaknimemandang positif, baik pada diri sendirimaupun pada orang lain, sehingga ia terbukamenerima saran, kritik, tidak pernah iri padaprestasi orang lain, tidak mudah kecewa jikatidak ada pihak lain yang mengakuiprestasinya; serta memandang berbagaipihak sebagai mitra. Karena itu, berfikirpositif dan optimis atas kesadaran ketuhananmerupakan salah satu unsur kompetensiwirausaha.

Di samping optimisme sebagaikonsekuensi n-ach, tindakan wirausahawanselalu menggambarkan hasrat untukberprestasi. Vernon Katz (Hisrich dan Peters,1992:52) menjelaskan, seharusnya dalamjiwa entrepreneur terdapat faktor internalyang dapat mendorongnya untukberwirausaha. Karena itu, kemampuanbertindak atas dasar kebutuhan berprestasi,yakni adanya dorongan internal dalammelakukan berbagai tindakan, merupakansalah satu unsur kompetensi wirausaha.

Demikianlah, dengan mengacu padaberbagai bahan pustaka, maka unsur-unsurkompetensi wirausaha yang menjadi standardalam penelitian ini ialah: kemampuan: (1)merumuskan visi, tujuan, dan merencanakanusaha; (2) menghargai dan merencanakanpenggunaan waktu; (3) berkomunikasi danbekerja dalam tim; (4) mengambil keputusandan memecahkan masalah; (5) bertanggungjawab dan menanggung risiko usaha; (6)bertindak atas dasar kebutuhan berprestasi(need for achievement); (7) bertindak kreatif,inovatif dan membaca peluang usaha; (8)berfikir positif dan optimis dengan penuhkesadaran ketuhanan; dan (9) membangunkepercayaan diri, daya pikir danketerampilan.

2. Variabel Yang Berpengaruh padaKompetensi WirausahaKompetensi merupakan cerminan dari

prestasi dalam bidang tertentu. Seorang yangkompeten ialah mereka yang memilikiprestasi yang sangat tinggi. Prestasi bukanhanya capaian yang tinggi dalam skor hasil

Page 129: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

ujian, tetapi mereka yang mampu berfikirkreatif dan inovatif. Jika kewirausahaadiartikan sebagai orang yang mampu berfikirkreatif dan inovatif, seperti pandanganSuryana (2006:2), maka orang yangberprestasi seharusnya ialah mereka yangberjiwa entrepreneur.

Karakteristik individu merupakan faktoryang diduga berpengaruh pada kompetensiwirausaha. Hal ini sejalan dengan pandanganvan den Ban dan Hawkin (1999) yangmenyebutkan, keberhasilan belajartergantung pada faktor-faktor kognitif, yaknipengetahuan yang sudah dimilikisebelumnya. Rahmat (1986) jugamengemukakan, kerangka rujukanmerupakan faktor bagi keberhasilan belajar.Dengan mengacu pada teori perbedaankognitif dan kerangka rujukan, makapenglaman pembelajaran kewirausahaan,baik secara formal melalui perkuliahanmaupun secara non-formal melalui trainingkewirausahaan, baik sebelum maupunselama kuliah, diduga merupakan faktor-faktor yang akan menopang keberhasilankompetensi wirausaha. Di samping itu,mengacu pada Padmowihardjo (1999), bakatdan minat merupakan peubah yang didugaberkontribusi bagi keberhasilan belajar.

Di samping itu, pelaksanaanpembelajaran juga merupakan faktor bagikeberhasilan pembentukan kompetensiwirausaha. Salah satu komponenpembelajaran yang sangat penting, denganmengacu pada uraian Rosyadi (2004:272-274) adalah kejelasan tujuan dan kegunaanpelajaran. Tujuan hendaknya bersifatspesifik, memiliki kejelasan hasil belajar yanghendak dicapai.

Kejelasan tujuan tidak berarti tanpametode pembelajararan yang tepat. Rosyadi(2004:212) mengingatkan, penggunaanmetode pembelajaran terkait denganketersediaan fasilitas dan alat bantu belajar.Sejauh manakah FST-UIN memiliki fasilitaspembelajaran kewirausahaan, dan sejauhmana juga mahasiswa merasa puas terhadapfasilitas tersebut? Yang jelas, keberhasilanbelajar tergantung pada ketersediaan fasilitasdan peralatan. Padmowiharjo (1999:99)mengingatkan, fasilitas dan peralatan yangdapat membantu keberhasilan belajar ialah:

(a) alat bantu pengajaran, (b) alat peraga,(c) ruangan dan fasilitasnya, serta (d) saranamobilitas. Hal ini sejalan dengan pernyataanRogers (1983:231-232) bahwa adopsi inovasitergantung triability (kesempatan untukmencoba) dalam dunia nyata, dalam sebuahsistem sosial; serta tergantung pada hasildan manfaat yang terlihat (observability).Hal lain yang perlu mendapat perhatiandalam pelaksanaan pembelajaran ialahlingkungan yang kondusif. Padmowiharjo(1999: 102-103) mengemukakan perlunyalingkungan yang kondusif bagi pencapaiantujuan belajar. Yang dimaksud denganlingkungan, lanjut Padmowiharjo (1999:102-103), ialah lingkungan pelajar danlingkungan tempat belajar. Lingkungantempat pelajar ialah tempat tinggal, suasanakeluarga, atau keadaan teknologi;sedangkan lingkungan tempat belajar terdiridari lingkungan perangkat lunak (peraturan,tata tertib, norma-norma lembagapendidikan) dan lingkungan perangkat keras,seperti asrama dan lokasi lembagapendidikan.

Demikianlah, variabel ynag didugamemberi kontribusi pada kompetensiwirausaha adalah karakteristik mahasiswayang terdiri dari serta persepsi tentang bakatdan minat belajar kewirausahaan; sertapersepsi tentang pelaksanaan pembelajaranyang terdiri dari: kejelasan tujuan dankegunaan pelajaran; lingkungan belajar yangkondusif; serta fasilitas belajar yangmemadai.

C. KERANGKA PENALARANKompetensi sebenarnya merupakan

prestasi dalam bidang tertentu. Karena itu,secara hipotetik terdapat hubungan kausalitasantara prestasi belajar dengan kompetensiwirausaha. Ketika prestasi belajar diukurberdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK),maka skor IPK merupakan prediktor bagi bagikompetensi wirausaha (KW). Namundemikian, kedua peubah IPK atau prestasibelajar dan kompetensi wirausaha merupakancapaian dari proses pembelajaran. Karena itu,karakteristik mahasiswa dan persepsi tentangpelaksanaan pembelajaran didugaberpengaruh signifikan pada IPK dan KWseperti ilustrasi pada Gambar 1.

Page 130: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Hanya saja, dengan banyaknya peubahkarakteristik mahasiswa, maka penelitian inihanya memilih dua peubah, yakni persepsitengtang bakat dan minat. Kedua peubahtersebut dapat diukur pada skala interval.Penelitian ini tidak mencantumkan peubahkarakterik mahasiswa yang tidak bisa diukursecara interval. Sedangkan peubah pelaksanaanpembelajaran yang diukur dalam penelitian iniadalah persepsi tentang: kejelasan tujuan dankegunaan pelajaran, fasilitas belajar, danpersepsi tentang lingkungan belajar.

D. HIPOTESIS PENELITIANBerdasarkan kerangka penalaran yang sudah

disebutkan, maka penelitian ini merumuskanhipotesis sebagai berikut:

1. Persepsi tentang pelaksanaanPembelajaran berpengaruh secaralangsung pada Indeks Prestasi Kumulatif(IPK) Kompetensi Wirausaha;

2. Persepsi tentang bakat dan minatberpengaruh secara langsung pada IPKdan Kompetensi Wirausaha

3. IPK secara langsung berpengaruh padakompetensi wirausaha;

4. Persepsi tentang pelaksanaanpembelajaran, persepsi tentgang bakatdan minat berpengaruh pada kompetensiwirausaha secara tidak langsung melaluiIPK.

E. METODE PENELITIAN1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah mahasiswaFST Semester 6 atau 7 di tiga UIN di Jawa,yakni UIN Syarif Hidayatullagh Jakarta, UINSunan Gunung Jati Bandung, dan UIN SunanKalijogo Yogyakarta. Penentuan besaransampel menggunakan rumus Slovin (Sevilla,et al., 1993: 161) dengan tingkatkepercayaan 95%. Sesuai rumus Slovin,Jumlah sampel sebanyak 261 orang, ditariksecara acak dan proporsional dari masing-masing Prodi.

2. Pengumpulan dan Analisis DataPengumpulan data dilakukan dengan

wawancara terstruktur, selama Juni-Agustus2011. Penelitian ini melakukan penjenjanganunsur-unsur kompetensi wirausaha (KW)berdasarkan rata-rata skor masing-masingunsur, untuk mengetahui unsur-unsur KWyang menjadi keunggulan dan kelemahanmahasiwa. Untuk mengetahui besaranpengaruh pelaksanaan pembelajaran padaKW, baik langsung maupun tidak langsung,penelitian ini menggunakan analisis jalur(fath analysis).

Page 131: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

F. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Distribusi Mahasiswa Menurut

Persepsi tentang PelaksanaanPembelajaranPeubah yang diduga berpengaruh pada

KW adalah pelaksanaan pembelajaran, yang

terdiri dari persepsi tentang kejelasan tujuan& kegunaan pelajaran; lingkungan belajar;dan fasilitas belajar. Distribusi mahasiswaberdasarkan persepsi tentang pelaksanaanpembelajaran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi tentang Pelaksanaan

Sebagian besar mahasiswa menganggapbahwa pembelajaran kewirausahaan belummemiliki kejelasan tujuan dan kegunaan.Mereka yang beranggapann demikian dikalangan mahasiswa cukup dominan, yaknisebanyak 155 orang (59,4%). Mereka yangberanggapan bahwa pembelajarankewirausahaan memiliki kejelasan tujuan dankegunaan hanya 106 orang (40,6%)mahasiswa.

Adapun mengenai lingkungan belajar,sebanyak 169 orang (64,8%) mahasiswamenyatakan bahwa lingkungan belajar cukupkondusif bagi pembelajaran kewirausahaan.Demikian halnya mengenai fasilitas belajar,sebanyak 185 orang (70,9%) menganggapbahwa fasilitas pembelajaran kewirausahaancukup memadai.

2. Distribusi Mahasiswa MenurutPersepsi Tentang Bakat dan MinatPerasaan berbakat berwirausaha juga

merupakan faktor yang diduga berpengaruhpada kompetensi wirausaha. Adanya perasansenang mendalami suatu bidamg tertentumerupakan indikator bahwa seseorangmemandang dirinya berbakat untuk bidangtersebut. Mengacu pada data yang disajikanpada Tabel 2, sebagian besar responden,yakni sebanyak 199 (76,2%) merasaberbakat untuk berwirausaha. Mereka yangkurang berbakat hanya 62 orang (23,8%).Responden tersebut bukan hanya merasaberbakat, tetapi juga merasa berminatbelajar kewirausahaan. Sebanyak 197 orangmahasiswa (75,5%) menyatakan berminatbelajar kewirausahaan; dan hanya 64 orang(24,5%) yang merasa kurang berminatbelajar kewirausahaan.

Tabel 2. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi tentang Bakat dan Minat

Page 132: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

3. Distribusi Mahasiswa BerdasarkanIndeks Prestasi Kumulatif (IPK)Prestasi belajar yang diwujudkan dalam

bentuk Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)merupakan faktor yang diduga berpengaruhpada kompetensi wirausaha (KW). IPK

merupakan capaian yang diraih mahasiswa;sedangkan KW merupakan unsur-unsurmentalitas dan kebiasaan yang memerlukanprestasi di bidang tertentu. Karena itu, IPKmerupakan prediktor bagi KW. Distribusi IPKdisajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan IPK

Sebagian besar mahasiswa, yaknisebanyak 196 orang (75,1%) memiliki IPKberada di atas atau sama dengan 3 (tiga).Mahasiswa yang memiliki IPK di bawah tigahanya 65 orang (24,9%). Penelitian inimenjadikan IPK sebagai peubah antara yangdiduga berpengaruh pada KW.

4. Kompetensi WirausahaPenelitian ini mengukur sembilan aspek

kewirausahaan, meliputi kemampuan: (1)Merumuskan visi, tujuan, dan merencanakanusaha; (2) Menghargai dan merencanakanpenggunaan waktu; (3) Berkomunikasi danbekerja dalam tim (team work); (4)

Mengambil keputusan dan memecahkanmasalah; (5) Bertanggung jawab danmenanggung risiko usaha; (6) Bertindak atasdasar kebutuhan berprestasi (need forachievement); (7) Bertindak kreatif, inovatifdan membaca peluang usaha; (8) Berfikirpositif dan optimis dengan penuh kesadaranketuhanan; dan (9) Membangunkepercayaan diri (self confidence),meningkatkan daya pikir dan keterampilan.Dari sembilan aspek tersebut, penelitian inimenelusuri aspek-aspek yang menjadikekuatan dan kelemahan mahasiswa.Dengan perkataan lain, penelitian inimenelusuri aspek-aspek yang menonjol danaspek yang lemah di kalangan mahasiswa.

Tabel 4. Jenjang Unsur-Unsur Kompetensi Wirausaha

Page 133: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Sesuai data yang disajikan pada Tabel 4,terdapat lima unsur KW yang cukup baik;dan terdapat empat unsur yang kurang baik.Kelima unsur yang cukup menonjol secaraberurutan adalah: kemampuan: (1)mengambil keputusan dan memecahkanmasalah; (2) berpikir positif dan optimisdengan penuh kesadaran ketuhanan; (3)bekomunikasi dan bekerja dalam tim; (4)membangun kepercayaan diri, daya pikir danketerampilan; dan (5) merumuskan visi,tujuan dan merencanakan usaha. Aspek-aspek KW yang masih lemah di kalanganmahasiswa berdasarkan urutan dari yangpaling lemah adalah kemampuan: (1)menghargai dan merencanakan penggunaanwaktu; (2) bertindak kreatif, inovatif danmembaca peluang usaha; (3) bertindak atas

dasar kebutuhan berprestasi; dan (4)keberanian menanggung risiko usaha.

5. Pengaruh Langsung Persepsitentang PelaksanaanPembelajaran, Bakat dan MinatPada Prestasi BelajarSecara hipotetik persepsi tentang

pelaksanaan pembelajaran, persepsi tentangbakat dan minat diduga berpengaruhsignifikan pada KW. Namun, dugaan tersebuttidak terbuktikan. Mengacu pada data yangdisajikan pada Tabel 5, semua peubahpelaksanaan pembelajaran, persepsi tentangbakat dan minat tidak berpangaruh padaIPK. Hal ini diduga karena indikator yangdigunakan untuk mengukur IPK lebih bersifathapalan, bukan sesuatu yang yang dapatmengembangkan kemandirian dan inovasi.

Tabel 5. Pengaruh Persepsi tentang Pelaksanaan Pembelajaran, Bakat, dan Minat pada IPK

6. Pengaruh Langsung IndeksPrestasi Kumulatif padaKompetensi WirausahaKertika prestasi belajar hanya diukur

berdasarkan hapalan atau hanya mengulangpernyataan dosen, maka dengan sendirinyaIPK tidak akan berpengaruh pada KW.

Berdasarkan data pada Tabel 6, IPK ternyatatidak memberi konribusi pada peningkatanKW. Bahkan sebaliknya, IPK berpengaruhnegatif pada KW. Artinya, semakin tinggi IPK,KW semakin menurun.Penurunan inimencapai angka 14%.

Tabel 6. Koefisien Jalur Pengaruh Langsung IPK pada KW

Page 134: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

2912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Mereka yang memiliki IPK tinggi cenderungtidak berminat berwirausaha. Hal inimerupakan persoalan dilematis bagi lembagapendidikan tinggi. Di satu pihak PerguruanTinggi (PT) mendorong mahasiswa untukmeraih IPK tinggi. Di sisi lain IPK semakinmenjauhkan mahasiswa dari kewirausahaan;padahal perguruan tinggi diharapkanberperanserta menghasilkan manusia yangkompeten berwirausaha. Berarti dalam halini ada kebutuhan untuk meninjau ulangcara-cara pengukuran prestasi belajar yangdiperoleh mahasiswa yang lebih menekankanpada kreativitas, bukan kemampuan hapalandan mengulang materi kuliah yangdisampaikan dosen.

7. Pengaruh Langsung Persepsitentang PelaksanaanPembelajaran, Persepsi tentangBakat dan Minat PadaKompetenbsi WirausahaPeubah pelaksanaan pembelajaran dalam

penelitian ini adalah persepsi tentang: (1)

lingkungan belajar, (2) fasilitas belajar, dan(3) pemahaman tujuan dan kegunaanpelajaran kewirausahaan. Ketiga sub peubahtersebut serta persepsi tentang bakat danminat diduga berpengaruh pada KW. Namundemikian, perasaan berbakat berwirausahaternyata memberikan pengaruh negatifsangat signikan pada KW, dengan besaransebanyak 36%. Demikian halnyapemahaman tujuan dan kegunaan pelajarankewirausahaan berpengaruh negatif padaKW. Artinya, semakin mengetahui risikoberwirausaha, terdapat kecenderungansemakin takut untuk berwirausaha.Pembelajaran kewirausahaan bukanmendorong kewirausahaan, tetapi sebaliknyamenyebabkan takut bewirausaha.

Satu-satunya peubah yang mendorongKW adalah minat berwirausaha. Artinya,minat dapat menghilangkan perasaan takutberwirausaha. Karena itu, minat berpengarihsignifikan pada KW dengan besaranpengaruh sebanyak 36% yang terdeteksidalam penelitian ini, seperti disajikan padaTabel 7.

Tabel 7. Koefisien Jalur Pengaruh Langsung Variabel Pelaksanaan Pembelajaran Persepsi tentang Bakat dan Minat pada KW

8. Pengaruh Tidak LangsungPersepsi tentang LingkunganBelajar Pada KompetensiWirausahaPengaruh persepsi tentang lingkungan

belajar pada KW relatif kecil, hanya 12%,dengan probabilitas error cukup besar, yakni0,187, seperti disajikan pada Tabel 8.Besaran pengaruh tersebut berkurang 0,09%jika dihitung melalui IPK,. Pengaruh totalpersepsi tentang lingkungan belajar melaluiIPK hanya 0,110976 (11,0976%). Karena itu.

IPK bukan merupakan faktor penunjang bagikompetensi wirausha, melainkan merupakanfaktor yang dapat mengurangi kompetensiwirausaha. Semakin tinggi IPK, mahasiswacenderung menjadi pegawai. Hal ini tentunyakontraproduktif dikaitkan dengan harapanuntuk mengembangkan kewirausahaanmahasiswa. Karena itu, perlu adanyareformulasi sistem pembelajaran untukmendukung pengembangan kewirausahaandi kalangan mahasiswa.

Page 135: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Tabel 8. Pengaruh Tidak Langsung Persepsi tentang Lingkungan Belajar pada KW

9. Pengaruh Tidak Langsung Persepsitentang Fasilitas Belajar Pada KompetensiWirausaha

Bobot pengaruh persepsi tentang fasilitasbelajar pada KW sangat kecil, yakni hanya0,04 (4%). Artinya, mahasiswa yang

memandang bahwa fasilitas belajar cukupmemadai tidak memiliki perbedaan signifikandengan mereka yang memandang bahwafasilitas belajar tidak memadai, sepertidisajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Tidak Langsung Persepsi Tentang Fasilitas Belajar pada KW

Bagi mahasiswa yang memiliki IPKyang tinggi, pengaruh persepsi tentangfasilitas belajar semakin berkurang. Halini tampak dari pengaruh total persepsitentang lingkungan belajar melalui IPK,yakni hanya 0,02787 (2,787%). Secaraleb ih r inc i , IPK te lah mengurang ipengaruh persepsi tentang fasi l itasbelajar pada KW sebanyak 0,01213(1,213%).

10. Pengaruh Tidak LangsungPersepsi tentang Bakat padaKompetensi WirausahaYang agak mengherankan dalampenelitian ini adalah bahwa bakatmemiliki pengaruh negatif pada KW.Artinya, mereka yang berbakat untukberwirausaha, justru kurang memilikiKW.

Lebih jelasnya, seperti disajikan padaTabel 10, bahwa bobot pengaruh negatifpengaruh bakat pada KW sebesar 0,370(37%), suatu bobot negatif yang cukupbesar yang terdeteksi dalam penelitian ini.

Pengaruh negatif ini kemungkinankarena harapan yang tinggi untuk belajarkewirausahaan tidak terpenuhi dalamproses pembelajaran di FST, sehinggadorongan yang t inggi untuk belajarkewirausahaan mengakibatkan rasa putusasa yang berpengaruh pada tidak adanyaKW. Dengan perkataan lain, pembelajarankewirausahaan sangat tidak memuaskanbagi mereka yang merasa berbakatberwirausaha. Hal in i menimbulkankontraproduktif bagi KW.

Page 136: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Karena itu, perlu adanya rekonstruksiulang pembelajaran kewirausahaan, temasukisi mata kuliah kewirausahaan, yangmemuaskan bagi mereka yang betul-betulterdorong untuk berwirausaha. Isipembelajaran bukan teori kewirausahaanmelainkan motivasi untuk berwirausaha sertapraktek-praktek berwirausaha, sehinggaakan mendorong hasrat dan keberanianberwirausaha bagi mereka yang hasratberwirausaha, sehingga akan menjadimahasiswa yang kompeten berwirausaha.

11. Pengaruh Tidak Langsung Minatpada Kompetensi WirausahaYang harus ditumbuhkan dalam prosespembelajaran kewirausahaan adalahminat berwirausaha. Mereka yangberminat berwirausaha memiliki KWyang cukup baik.

Hal ini tidak mengherankan karena merekayang berminat dan senang berwirausahaakan berusaha mengetahui berbagai aspekkewirausahaan. Selain itu, mereka yangberminat berusaha menyiapkan diri untukmenghadapi risiko usaha, sehingga merekalebih berani menghadapinya.

Atas hal demikian, minat berpengaruhsignifikan pada KW. Bobot pengaruh yangterdeteksi pada penelitian ini sebanyak 0,36(36%), seperti disajikan pada Tabel 11.Hanya saja, bagi mereka yang memiliki IPKlebih tinggi, bobot pengaruh tersebutberkurang sebanyak 0,000987 (0,00987%).Seklipun pengurangan bobot pengaruhsangat kecil, tetapi perlu menjadi perhatian,karena adanya konsistensi pengaruh negatifIPK pada KW.

Tabel 10.Pengaruh Tidak Langsung Perasaan Berbakat Belajar Kewirausahaan pada KW.

Tabel 11. Pengaruh Tidak Langsung Minat Berwirausaha pada KW

Atas hal demikian, minat berpengaruhsignifikan pada KW, dengan bobor pengaruhyang terdeteksi pada penelitian ini sebanyak0,36 (36%), seperti disajikan pada Tabel 11.Hanya saja, bagi mereka yang memiliki IPK

lebih tinggi, bobot pengaruh tersebutberkurang sebanyak 0,000987 (0,00987%).Seklipun pengurangan bobot pengaruhsangat kecil, tetapi perlu menjadi perhatian,karena adanya konsistensi pengaruh negatifIPK pada KW.

Page 137: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

12. Pengaruh Tidak LangsungPersepsi Pemahaman Tujuan danKegunaan PelajaranKewirausahaan pada KompetensiWirausaha

Pemahaman tujuan dan kegunaanpembelajaran kewirausahaan bukan faktoryang dapat memperkuat KW melainkanfaktor yang memperlemah KW. Memangpemahaman tujuan dan kegunaan pelajarankewirausahaan memberikan pengaruhsignifikan pada KW Namun pengaruh itubersifat negatif. Artinya, mahasiswa yang

memahami aspek-aspek KW serta tujuanpembelajaran kewirausahaan semakin tidakkompeten berwirausaha. Mereka memahamibahwa pembelajaran kewirausahaandiarahkan pada kesiapan menghadapi risikousaha di samping berbagai keterampilanlainnya yang harus dimiliki seorangwirausahaan. Pemahaman tersebutmenyebabkan ketakutan mengahdapi risikousaha, dan mengakibatkan mereka yangmemahami tujuan dan kegunaan belajarkewirausahaan tidak kompetenberwirausaha.

Tabel 12. Pengaruh Tidak Langsung Persepsi Tentang Pemahaman Tujuan dan Kegunaan Pelajaran Pada KW

Untuk lebih jelasnya, seperti disajikanpada Tabel 12, bobot negatif pengaruhpemahaman tentang kegunaan dan tujuanpembelajaran kewirausahaan pada KWsebangak 0,127 (12,7%). Jika pengaruh inidianalisis melalui IPK, maka pengaruh inimemiliki bobot negatif sebesar 0,1177(11,77%). Karena itu, IPK bukan faktorpendorong KW, bahkan sebaliknya IPK dapatmengurangi KW.

G. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Berdasarkan data yang berhasildikumpulkan, maka penelitian inimenyimpulkan hal-hal sebagai berikut:a) Mahasiswa cenderung memiliki

kemampuan untuk: (1) mengambilkeputusan dan memecahkan masalah;(2) berkomunikasi dan bekerja dalam tim;(3) berfikir positif dan optimis denganpenuh kesadaran ketuhanan; (4)membangun kepercayaan diri, daya pikirdan keterampilan; dan (5) merumuskanvisi, tujuan dan merencanakan usaha.

Namun mereka belum memiliki: (1)keberanian mengahadapi risiko usaha;serta belum terbiasa (2) bertindak atasdasar kebutuhan berprestasi; (3)bertindak kreatif, inovatif dan membacapeluang usaha; dan (4) menghargai danmerencanakan penggunaan waktu.

b) Persepsi tentang lingkungan belajar danfasilitas belajar, minat dan bakat untukberwirausaha, serta .pemahaman tujuandan kegunaan pelajaran kewirausahaantidak berpengaruh pada IPK. Namun,perasaan berbakat dan berminat, sertapemahaman tujuan dan kegunaanpelajaran berpengaruh signifikan padakompetensi wirausaha (KW). Sebaliknya,IPK, perasaan berbakat, sertapemahaman tujuan dan kegunaanpelajaran berpengaruh negatif pada KW.

2. SaranAtas dasar kesimpulan tersebut,

penelitian menyarankan hal-hal berikut:a) Pembelajaran kewirausahaan di FST, baik

secara formal maupun non-formal, perlu

Page 138: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

mengembangkan keberanianmenghadapi risiko usaha, kebutuhanberprestasi, kreativitas dan inovatif,sehingga mampu menciptakan peluangusaha, serta kebiasaan menghargai danmerencanakan penggunaan waktu;

b) Pembelajaran secara formal dengankeberhasilan yang diukur berdasarkanIPK, perlu mengembangkan kreativitasyang bermuara pada KW, bukan hanyamengembangkan kemampuan akademikdalam bidang tertentu; sehinggadiharapkan akan sejalan antara capaianIPK dengan kreativitas, inovasi,kemampuan membaca peluang usaha,dan kesiapan menghadapi risiko usaha;

c) UIN perlu mengembangkan mahasiswadalam pembelajaran kewirausahaan,bukan hanya sekedar kebutuhanakademik sebagai kewajiban melainkanperlu menumbuhkan perasaan senang,memahami tujuan dan kegunaanpembelajaran kewirausahaan denganbenar.

PUSTAKA ACUANFaisol, (2002) Kalau Begitu, Saya Berani

Berwirausaha: Jilid 1 Memahami danMengembangkan Sikap Kewirausahaan.Jakarta: PT Bina Rena Pariwara.

Franken, Robert E. (1982) Human Motivation,Monterey, California: Brooks/Cole PublishingCompany.

Geertz, C. (1983) Abangan, Santri, Priyayi dalamMasyarakat Jawa, terjemahan AswabMahasin. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gilley, Jerry W., dan Eggland, S. A. (1993)Principles of Human Resource Development.Massachussett: Addison-Wesley PublishingCompany, Inc.

Rosyadi, Kh. (2002) Pendidikan Profetik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusanto, M. I. dan Wijayakusuma, M. K. (2002)Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: GemaInsani Press.

Rahmat, J. (1986) Psikologi Komunikasi, EdisiKedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, E. M. (1983) Diffusion of Innovation,third Edition. New York: The Free Press.

Sevilla, C. G., Jesús A. Ochava, Twila G.Punsalam, Bella P. Regala, dan Gabriel G.Uriarte. (1993) Pengentar Metode Penelitian,Terjemahan Alimuddin Tuwu. Jakarta: UIPress.

Wibowo, S., Murdinah, dan Fawzya, Y. N. (1995)Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil.Jakarta: Penebar Swadaya.

Padamowihardjo, S. (1999) Psikologi BelajarMengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Spencer Jr, Lyle., dan Spencer, S. M. (1993)Competence at Work: Model for SuperiorPerformance. New York: John Wiley & Sons,Inc.

Suryana. (2006) Kewirausahaan, PedomanPraktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Turner, Ted. “A Historical Perspective,” (1992)Dalam Entrepreneurship: Starting,Developing, and Managing a New Enterprise.Diedit oleh Robert D. Hisrich dan Michael P.Peters. Second Edition. Homewood andBoston: Irwin.

van den Ban, A.W. dan H.S Hawkins. (1999)Penyuluhan Pertanian, terjemahan AgnesDwina Herdiasti. Jakarta: Kanisius.

Vernon Katz, Lilian. (1992) “Characteristics andBackground of Entrepreneur.” DalamEntrepreneurship: Starting, Developing, andManaging a New Enterprise. Diedit oleh RobertD. Hisrich dan Michael P. Peters. SecondEdition. Homewood and Boston: Irwin.

Chapman, Alan, “David McClelland MotivationalNeeds Theory,” Businessballs.com dalam< h t t p : / / w w w . b u s i n e s s b a l l . c o m /davidmcclelland.htm> [Dikunjungi 26 Juli2005].

Ludwick, R. (1999). “Ethical Thoughtfulness andNursing Competency,” Online Journal ofIssues in Nursing Article 10 (Desember,1999). Dalam <http://www.nursingworld.org/ojin/ethicol /ethic_ 2.htm>[Dikunjungi 25 September 2005].

Quality Assurance Agency for Higher Education.(2000) “General Business and Management.”Southgate House, England: QAAGore, Robert. tt. “Entrepreneurship.” DalamWikipedia: The Free Encyclopedia, <http://www.wikipedia.com> [Dikunjungi 26 Desember2007].

****************

Page 139: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

EVALUASI KOMITMEN BALITBANG KEMDIKBUD TERHADAPPENGEMBANGAN PROGRAM

APEC Learning Community Builders (ALCoB)

SubijantoBalitbang-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Tujuan evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang komitmennyaBalitbang sebagai anggota APEC-HRD Working Group dalam menyosialisasikan danmengembangkan TIK (ICT)selama satu dasawarsa. Metode evaluasi dilakukan dengan caradesk evaluation yaitu melakukan evaluasi terhadap dokumen sosialiasasi dan pengembanganmateri pelatihan ALCoB. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa: 1) selama satu dasawarsa,Baltbang masih memiliki komitmen melakukan pelatihan di bidang Information,Communication, and Technology (ICT) sebagai e-pembelajaran (e-learning) di komunitasALCoB. Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis, dankonsultasi bagi guru SD/MI; SMP/MTs; SMA/MA/SMK di tingkat provinsi/kabupaten/kota secaraterprogram dan bebas biaya; 2) Kendala dalam pengembangan program e-learning padaumumnya lebih disebabkan oleh faktor guru yang telah mengikuti pelatihan, tidak adanyapetugas khusus tenaga TIK, kurang tersedianya infra struktur TIK, dan terbatasnya dukungansekolah.

Kata kunci: KomitmenBalitbang dan program ALCoB

Abstract:The aim of this evaluation is to find out data and information about the commitment ofBalitbang as an APEC-HRD Working Group member in socializing and developing ICT for tenyears. The method of evaluation is desk evaluation, that is an evaluation on document ofsocialization and development of ALCoB training content. The results of evaluation are: 1)For ten years, Balitbang still has commitment in conducting training programs of ICT as e-learning within ALCob community. This commitment is embodied in free of charge ICT training,technical assistance, and consultation for teachers of primary and secondary school (includingmadrasah); 2) Constrains in developing e-learning program are mostly caused by the teachersthemselves, lack of special personnel for ICT, lack of ICT infrastructure, and the limitedsupport from school.

Key words: the office for research and development commitment, ALCoB program

Page 140: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANDisadari sepenuhnya bahwa kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknollogi (IPTEK) sangatlahpesat. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikanperlu diikuti dengan upaya peningkatankemampuan para pendidik dalam pemanfaatankemajuan IPTEK, khusunya di bidang teknologi,informasi, dan komunikasi (TIK) sebagai mediapembelajaran berbasis elektronik(e-learning).Sehubungan dengan hal tersebut, BadanPenelitian dan Pengembangan (Balitbang)Kemdikbud mengagendakan kegiatan sosialisasidan pengembangan program TIK melaluikomunitas pendidik bekerjasama dengan APECmelalui program APEC Learning CommunityBuilders(ALCoB) di Busan Korea Selatan.Sejak tahun 2003, Balitbang Kemdikbudtelahmenjalin kerjasama dengan Pemerintah KoreaSelatan dalam rangka mengembangkan danmenyebarluaskan program APEC di bidangTIK, khususnya melalui APEC LearningCommunty Builders (ALCoB). Sebagaikoordinator APEC-HRD Working GroupdiIndonesia, Balitbang diharapkan dapatberpartisipasi secara aktif dalam berbagaikegiatan sosialisasi dan pengembangan TIKpada skala nasional maupuninternasional

Padatataran nasional, Balitbang melakukansosialisasi kepada para pendidik dan kepalasekolah semenjak tahun 2003 sampai sekarang.Di samping itu, Balitbang juga memberibantuan teknis (technical asistance) kepadadaerah yang membutuhkan pelatihan TIKsecara mandiri. Dengan meningkatkankemampuan para pendidik dalam pembelajaranberbasis TIK, diharapkan para peserta didik diberbagai jenis dan jenjang pendidikan diIndonesia terampil menggunakan TIK sebagaisarana pembelajaran, sehingga sederajatpengetahuan dan keterampilannya denganpeserta didik di negara-negara anggota APEClainnya (Balitbang, 2007, 2008; 2009; 2010;2011a).

Adapun pada tingkat internasional,Bal itbang Kemdikbud dalam berbagaikesempatan,agar berperan aktif dengan caramengirimkan peserta (guru, administrator, danpeserta didik) mengikuti pelatihan ICT ataulomba ICT yang diselenggarakan oleh Instituteof APEC Collaboratif Education (IACE) di BusanKorea Selatan sesuai dengan agenda APEC e-

Learning Trainning Program IACE (Anonim,2010)

Permasalahan yang masih dihadapiBalitbang Kemdikbud, antara lain secara tugaspokok dan fungsi penelitian dan pengembangandi bidang pendidikan sangat terbatas. Dalamartian bahwa keterbatasan yang bersifat mikroatau skala kecil dalam menjalankan tugaskelitbangan serba terbatas dana pendukung.Hal ini tercermin pada setiap tahunnya hanyamampu mengagendakan sosialisasi danpelatihan program ALCoB hanya mampumelaksanakannya di dua/tiga daerah provinsi/kabupaten/kota setiap tahunnya dengan jumlahpeserta maksimal 25 orang.

Kehadiran TIK dalam pembelajaran disekolah dirasakan sudah menjadi kebutuhanmendasar bagi para pendidik dan peserta didik.Namun demikian, belum semua pendidik dapatdan berkesempatan untuk memberdayakansarana TIK yang ada dalam pembelajaran.Dengan kata lain, masih terbatasnya sumberdaya manusia (SDM) yang berkompeten dalammenggunakan perangkat TIK dan masih adanyaanggapan bahwa membangun jejaring TIKmemerlukan biaya mahal (Balitbang, 2011b).Di samping itu, minimnya sistem aplikasi yangmudah digunakanuntuk mendukung kegiatanpembelajaran (Alan. dkk, 2011).

Kehadiran Balitbang dalam melakukansosialisasi, pelatihan, dan pengembang-an TIKmelalui komunitas ALCoB di sekolah sangatdiperlukan. Hal ini dikarenakan metodepelatihan berbeda dengan metode pelatihanyang dilakukan pada umumnya. MetodeBalitbang lebih menekankan pada “kerjamandiri” atau “do it yourself” dalam paket-paket pelatihannya, sekalipun ada pula kerjakelompok. Setiap peserta secara moraldiharapkan mampu untuk mengembangkan diriterhadap perolehan pengetahuan danketerampi lannya,untuk selanjutnyamenularkannya kepada sesama pendidik dilingkungan sekolahnya maupun di lingkungansekolahlain sebagai komunitas ALCoB didaerahnya masing-masing.Tujuan dari penulisan artikel ini dimaksudkanuntuk mendapatkan data dan informasi tentangkomitmen BalitbangKemdikbud sebagai vocalpointanggota APEC-HRD Working Groupdalammensosialisasikan dan mengembangkan TIKselama satu dasawarsa.

Page 141: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASANKomitmen Balitbang Kemdikbud dalam hal

ini dimaksudkan merupakan konsistensiBalitbang untuk mensosial isasikan danmengembangkan program APEC LearningCommunity Builders (ALCoB) di berbagai wilayahprovinsi /kabupaten/kota di Indonesia selamakurang lebih satu dasawarsa.

Dalam setiap melakukan sosialisasi danpengembangannyamelalui komunitas ALCoB,Balitbang Kemdikbud mengharapkan agar setiappeserta pelatihan: 1) mengalami perubahanunjuk kerja (performance) yang berbedasebelum mengikuti pelatian dibandingkandengan setelah mengikutinya; 2) memperkuatkepribadian untuk senantiasa senang melakukansharing pengetahuan dan keterampilan di bidangICT dalam komunitasnya; 3) secara aktifmelakukan jejaring kerja dan/atau komunikasimelalui web sekolah untuk tukar informasi barudibidang ICT (khusunya e-pembelajaran) melaluipenyusun rancangan program pembelahjaran(RPP) dan/atau pengembangan bahan ajar; 4)mengikuti forum ilmiah (seminar/workshop/lokakarya) di bidang ICT atau bidang studi secaramandiri; 5) meningkatkan kemampuanberbahasa Inggris dengan tetap meningkatkankemampuan bahasa Indonesia baik dalambentuk lisan maupun tulisan (publikasi hasilpengembangan/artikel) melalui jurnal ilmiah;dan 6) menciptakan suasana pemberdayaan ICTyang sehat bebas dari pembuatan danpenyebaran virus, hacker, dan pornografi(Balitbang, 2010)

1. Pengembangan program TIK (ICT) dilingkungan APEC EconomyPada bulan April 2003 Korea Selatan (Korsel)

mengajukan APEC ICT Model School Networkpada forum the 3rd APEC Education MinisterialMeeting sebagai bagian dari APEC FutureEducation Consortium. Usulan ini disetujui padathe 26th APEC Human Reseources DevelopmentWorking Group Meeting di Jeju Island, Korsel.Perwakilan APECEconomyyang mendukungKorsel berasal dari delegasi Australia, BruneiDarussalam, China, Indonesia, Jepang, Malaysia,Thailand, dan Viet Nam,serta 3 (tiga) negarapendukung tambahan yaitu Hong Kong China,China Taipei, dan Mexico (Anonim, 2005).

Forum tersebut menyepakati perlunyamembentuk APEC ICT Model School Network dimana pada hakikatnya disepakati perlunyamengimplementasikan program ICT-MSNuntukdikembangkan di seluruh anggota APEC dalambentuk sekolah model dengan melakukankerjasama dalam bentuk “sister schools”.Namundemikian, nampaknya program sister schooldiIndonesia khususnya dengan sekolah-sekolah diBusan Korea Selatan, kurang berkembangsebagaimana yang diharapkan. Hal ini, lebihdisebabkan antara lain: 1) pada umumnya SMAdi Indonesia yang telah melakukan program“sisterschool” dengan beberapa sekolah di BusanKorea Selatan kurang seimbang dalammemperoleh “pasangan sekolah” di mana pihakKorea Selatan memberikan partner dengansekolah setingkat SMP, sedangkan SMA diIndonesia menghendaki kolaborasi dengansesama sekolah setingkat SMA. Hal ini tidakdapat dipenuhi oleh Pemerintah Korea Selatankarena kebijakan Kementerian Pendidikannyatidak mengizinkan sekolah setingkat SMAmelakukan kerjasama dalam bentuk “sisterschool”. Informasi yang diperoleh penulisbahwasannya sekolah setingkat SMA di Korselsejak dini lebih mengutamakan mempersiapkanlulusannya menghadapi seleksi masuk keperguruan tinggi yang favorit. Salah satu wujudkebijakan tersebut yaitu peserta didik sudahmemiliki aktivitas yang sangat padat, termasukmengikuti bimbingan belajar seperti diIndonesia; dan 2) memerlukan persiapan danayang mencukupi untuk melakukan kunjungankerjasama antarsesama sekolah di Korsel.Namun demikian, masih tetap ada beberapasekolah Indonesia yang melakukannya(Subijanto danYuniarsih, 2009).

2. PengembanganALCoBdi IndonesiaDari tahun ke tahun pengembangan ALCoB

cukup pesat, diantaranya sekolah yang telahmendapatkan pelatihan TIK menindaklanjutibeberapa kegiatan seperti: (a) Membentuk TimPengajar untuk mendukung pelakasanaan kelasICT; (b) Menjadikan ICT sebagai kegiatan extrakurikuler di beberapa sekolah; (c) Mendesainkelas ICTuntuk program tertentu; (d) Mendesainalokasi anggaran untuk mendukung beberapaaktivitas; (e) Melibatkan psikolog, ahlipendidikan dan praktisi ICT, serta komite sekolah

Page 142: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

untuk mengadakan brainstorming danmendesain program untuk menyeleksi siswamengikuti pelatihan dan lomba TIK di KoreaSelatan; (f) Menyeleksi siswa yang memenuhisyarat melalui tes psikologi, ICT, Bahasa Inggris,dan wawancara siswa beserta orangtua; (g)Merenovasi dan menyediakan fasi l itaspendukung dan ruang khusus untuk kelasICTuntuk aktivitas-aktivitas peserta didik; dan(h) Meluncurkan program APEC-ICT MSN disekolah masing-masing dengan mengundang

beberapa stakeholder. Namun, secara empirismenunjukkan bahwa hanya ± 40 % dari jumlahkeseluruhan guru yang telah mengikuti sosialisasidan pengembangan program ALCoB secara aktifmelakukan kegiatan pengembangan secaraberkelanjutan (Balitbang, 2009).

Beberapa sekolah di Indonesia yang telahmelaksanakan program APEC-ICT MSN dibeberapa sekolah di Korea Selatan sebagaiberikut.

Tabel 1. Nama sekolah yang melakukan program sister school

Selanjutnya, melakukan kunjungan balasanke beberapa sekolah ke Busan Korea Selatansebagai berikut.

Page 143: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Tabel 2. Kunjungan Balasan Sekolah Indonesia

gempa bumi, sehingga dapat membantukelanjutan aktivitas APEC-ICTMSN; (b)Sinchang Elementary School (Jeju Island),menyalurkan bantuannya kepada SMA Negeri8 Yogyakarta sebesar Rp2.000.000 yang jugaditujukan untuk membantu meringankanbiaya perbaikan laboratorium komputer dansebesar Rp. 356.187 diberikan kepada gurudi sekolah tersebut, yang menjadi APEC ICT-MSN Volunteer karena tempat tinggalnyamengalami rusak akibat gempa bumi; (c)Yiseo Elementary School menyalurkandonasinya kepada sekolah lain yang bukanmenjadi peserta APEC ICT-MSN, yangmemang kondisi sekolahnya mengalamirusak berat, sehingga proses belajarmengajar harus dilaksanakan di tenda.Berdasarkan bantuan guru peserta ALCoBDIY (yang mendapat kepercayaan dari DinasPendidikan Propinsi DIY untuk pendataanpendidikan pasca gempa), bantuan dari YiseoElementary School sebesar US$502,66(setara dengan Rp. 4.624.500) diberikankepada SD Negeri Baran, Pathuk, GunungKidul. Uang sebesar itu diwujudkan dalambentuk paket sekolah (tas beserta alat tulislainnya) yang dibagikan kepada 99 siswa danperlengkapan ATK lainnya yang ditujukanuntuk membantu operasional administrasisekolah; (d) Daejon Oesam Middle Schoolmendonasikan bantuannya kepadapartnernya, yaitu SMP Negeri 5 Yogyakarta;

Di samping hal tersebut, beberapa kegiatanyang dilakukan oleh sekolah yang melakukanprogram sister school berbentuk: (a)Komunikasi secara on-line, baik antarsiswadan antarguru dengan partner sekolahnya;(b) Berbagi ide, karya siswa sebagai bagianaktivitas dari collaborative projects (berupafoto, gambar, video, karya siswa (portfolio),majalah, dsb); (c) Aktivitas secara off-linedalam bentuk kunjungan sekolah yangmeliputi kegiatan-kegiatan olahraga, kelasICT, pentas budaya, demo memasakmakanan tradisional, karya seni, dsb);dan(d) Penandatanganan MoUantarsekolah(Subijanto dan Yuniarsih, 2009). Bentukpartisipasi lainnyaseperti pemberian bantuandana dari beberapa sekolah peserta APECICT MSN Korea Selatan untuk korban tsunamidan gempabumi, baik untuk masyarakatmaupun untuk sekolah peserta APEC ICTMSN di Yogyakarta.

3. Partisipasi Guru ALCoBBeberapa bentuk partisipasi guru dan

siswa dari Korea selama kunjungan kesekolah di Indonesia sebagai berikut: (a)Geumo Middle School, menyalurkanbantuannya kepada partner sekolahnya, yaituSMA Negeri 8 Yogyakarta (melalui rekeningsekolah) sebesar Rp. 13.000.000. Bantuanini ditujukan untuk memperbaikilaboratorium komputer yang rusak akibat

Page 144: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

3912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(e) Geumo Middle School menyalurkanbantuannya kepada partner sekolahnya, yaituSMA Negeri 8 Yogyakarta (melalui rekeningsekolah) sebesar Rp. 13.000.000. Bantuanini ditujukan untuk memperbaikilaboratorium komputer yang rusak akibatgempa bumi, sehingga dapat membantukelanjutan aktivitas APEC-ICT MSN; (f)Sinchang Elementary School (Jeju Island)menyalurkan bantuannya kepada SMA Negeri8 Yogyakarta sebesar Rp. 2.000.000 yangjuga ditujukan untuk membantumeringankan biaya perbaikan laboratoriumkomputer dan sebesar Rp356.187 diberikankepada guru di sekolah tersebut, yangmenjadi APEC ICT-MSN Volunteer karenatempat tinggalnya juga mengalami rusakakibat gempa bumi; (g) Yiseo ElementarySchool menyalurkan donasinya kepadasekolah lain yang bukan menjadi pesertaAPEC ICT-MSN, yang memang kondisisekolahnya mengalami rusak berat, sehinggaproses belajar mengajar harus dilaksanakandi tenda. Berdasarkan bantuan guru pesertaALCoB DIY (yang mendapat kepercayaan dariDinas Pendidikan Propinsi DIY untukpendataan pendidikan pasca gempa),bantuan dari Yiseo Elementary Schoolsebesar US$502,66 (setara dengan Rp.4.624.500) diberikan kepada SD NegeriBaran, Pathuk, Gunung Kidul. Uang sebesaritu diwujudkan dalam bentuk paket sekolah(tas beserta alat tulis lainnya) yang dibagikankepada 99 siswa dan perlengkapan ATKlainnya yang ditujukan untuk membantuoperasional administrasi sekolah; dan (h)Daejon Oesam Middle School mendonasikanbantuannya kepada partnernya, yaitu SMPNegeri 5 Yogyakarta. (Balitbang, 2010). Haltersebut menunjukkan bahwa telah terwujudsuatu kondisi yang secara chemistry terjadimutual trust dan mutual symbiosis serta telahtumbuh kembang rasa emphaty terhadsesama APEC economy.

4. Dampak Positif Program ALCoB diIndonesiaKebijakan IACE Korea Selatan bersama

APEC Economy pada setiap tahunnyamelakukan konfernsi ALCoB dan sekaligusmengadakan pertemuan Forum APEC Future

Education. Pada tahun 2011,Indonesiadipercaya sebagai tuan rumah(host) Pertemuan APEC Forum Education danInternational ALCoB Conference (Anonim,2011). Forum dimaksudkan untuk salingtukar informasi apa yang telah dan sedangdilaksanakan oleh APEC Economy dan projectALCoB apa yang dapat dilakukan kerjasamadengan sesama APEC economy. Adapunkonferensi Internasional ALCoB dimaksudkanuntuk berbagai pengalaman (sharing)informasi dan pengalaman yang dapatdijadikan lesson learn atau benchmarkingoleh setiap APEC Economy dalampemberdayaan program ICT sebagai mediapembelajaran.

Setiap inovasi dan/atau pengembanganprogram TIK yang disosialisasikan ke negara-negara anggota APEC(APEC Economy)khususnya dalam menunjang optimaslisasipembelajaran berdampak cukup signifikanterhadap hasil pembelajaran. Beberapadampak positif program ALCoB di bidangpendidikan antara lain: (a) Memberi peluangkepada peserta didik untuk menyalurkan idedan kreativitasnya melalui collaborativeproject yang telah disepakati; (b) Memotivasipeserta didik untuk meningkatkankemampuan ICT dan bahasa Inggris,mengingat komunikasi yang dilakukan lebihbanyak secara online dalam bahasa Inggris;(c) Mengarahkan peserta didik untuk mulaimembangun network di forum internasionalsejak awal, yang dapat mereka lanjutkanuntuk menjalin persahabatan hinggadewasa; (d) Memberdayakan pendidik nonICT dan non bahasa Inggris untuk dapatterlibat secara bersama-sama dalam prosespelaksanaan program ini, dan pada gilirannyamemotivasi mereka untuk meningkatkankemampuan Bahasa Inggris dan ICT; (e)Menarik minat sekolah lain untuk mempunyaipartner sekolah dari Korea Selatan, dan/ataunegara lainnya di lingkungan ASEAN untukmelaksanakan program “sister school”; (f)Memotivasi sekolah untuk menyediakanfasilitas yang layak untuk peningkatankualitas pendidikan; (g) Menarik danmengundang Kantor Dinas Pendidikan(administrator pendidikan) untukmempertimbangkan dan memperhatikan

Page 145: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

pada pendesainan rencana pendidikan untuktahun-tahun mendatang; (h) Memotivasikepala sekolah untuk mengubah paradigmapendekatan belajar mengajar dari PBMkonvensional menjadi Problem BasedLearning(PBL)approach; (i) Memotivasikepala sekolah untuk mendukung gurudalam meningkatkan potensi dirinya,terutama keterampilan Bahasa Inggris danICT; (j) Menciptakan dan membinapemahaman silang budaya, serta memupukkepedulian sosial antarsiswa dan antarguru;dan (k) Terciptanya suasana kebersamaandan berbagai pengalaman dalampengembangan ALCoB (Balitbang, 2011a)

C. METODE EVALUASIMetode evaluasi ini dilakukan dengan cara

sederhana melalui “desk evaluation” di manaevaluasi ini dilakukan dengan mengevaluasidokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaansosialisasi dan pengembangan materi ALCoByang dilakukan oleh Balitbang. Untukmengevaluasi konsistensi Balitbang Kemdikbudterhadap program ALCoB dilakukan dengan caramembandingkan dokumen hasil kesepakatanInternational ALCoB Conference. Di samping itu,mengevaluasi perencanaan kegiatan sosialisasiprogram ALCoB dengan pelakanaan sosialisasiprogram ALCoB yang dilakasankan BalitbangKemdikbud.

D. HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN1. Komitmen Balitbang

Mengacu pada beberapa dokumenkegiatan sosiaslisasi dan pengembanganmateri ALCoB selama satu dasawarsa bentukkomitmen Balitbang Kemdikbud sebagai“vocal point” Indonesia antara lain dalamwujud: (a) Mempromosikan program APEC-ICT MSN dalam setiap kegiatan sosialisasiALCoB di beberapa provinsi/kabupaten/kota;(b) Menyelenggarakan workshop denganmengundang sekolah peserta dan nonpeserta program APECICT MSN, sertabeberapa ahli dan instansi yang relevan,disertai dengan pameran APEC-ICT MSN darisekolah peserta; (c) Mengusulkan kepadaInstitute of APEC Collaborative Education(IACE) yang berpusat di Korea Selatan untukmelibatkan lebih banyak lagi sekolah Korea

Selatan sebagai partner sekolah Indonesiadengan catatan partner sekolah yangditawarkan dari IACEyaitu sekolah yang samalevelnya, sehingga tidak terjadi gap di antaramereka, sebagaimana dialami beberapapeserta (SMK dan SMA Indonesiamemperoleh partner sekolah setingkat SMP);(d) Memotivasi peserta APEC ICT MSN agartetap menjaga network untuk kemudiandijajaki kemungkinan menjadi sister school;dan (e) Mengirimkan pendidik, kepalasekolah, tenaga adminitrasi, dan pesertadidik mengikuti pelatihan ICTprogram danbeberapa lomba ICT untuk guru dan siswadi Busan Kosel.

Sejak tahun 2003 sampai dengan 2009Balitbang Kemdikbud telah melakukansosialisasi dan pengembangan e-pembelajaran melalui komunitas ALCoB di33 daerah, yaitu: (1) Jakarta, (2) Yogyakarta,(3) Semarang, (4) Bandung, (5) Malang, (6)Nganjuk, (7) Banyumas, (8) Padang, (9)Solok, (10) Kotabaru, (11) Balikpapan, (12)Mataram, (13) Denpasar, (14) Jambi, 15)Bengkulu, (16) Pangkalpinang, (17)Samarinda, (18) Biak, (19) Makasar, (20)Bogor, (21) Tangerang, (22) Subang, (23)Ternate, (24) Tidore, (25) Palembang, (26)Medan (Subijanto and Yuniarsih, 2009).Selanjutnya, secara berturut-turut daerah(27) Banten, (28) Surabaya, (29)Banjarmasin, (30) Manado, 31) Banda Aceh,(32) Sulawesi Barat, dan (33) Lampung(Balitbang, 2010).

Pada awal tahun 2012 Balitbangmemfasilitasi pelatihan mandiri denganmengirimkan 2 (dua) orang instruktursekaligus pengembangan ICT di Balitbangke Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun,Provinsi Kepulauan Riau. Namun dalammemfasilitasi setiap permintaan daerah,Balitbang Kemdikbud tidak sepenuhnyadapat memenuhi permintaan daerah dalamhal fasilitasi pelatihan. Balitbang Kemdikbudhanya dapat memfasilitasi/memberi bantuanteknis dengan mengirimkan nara sumber/pengembang ALCoB dan memberi sertifikatbagi peserta yang benar-benar mengikutipelatihan yang dibuktikan dengan kehadiran.

Selanjutnya, dalam pengembangn ICTBalitbang telah melakukan “launching”dengan Mendiknas (waktu itu Prof. Bambang

Page 146: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Sudibyo) dalam penggunaan “CSMBalitbang”di sekolah yang sampai saat ini ± 700sekolah telah menggunakan CSM tersebutdalam pemelajaran (Balitbang, 2011b).

Sekalipun tugas pokok dan fungsiBalitbang Kemdikbud dalam hal kelitbanganterbatas, akan tetapi karena pola pelatihandan instruktur berasal dari pendidik sendiri(tim pengembang sebagian besar berasaldari guru ICT SMA dan SMK serta perguruantinggi) maka dapat tercipta suasanapelatihan yang persuasif dan edukatif sertapenuh rasa kedekatan dan keakrabandiantara sesama peserta pelatihan daninstruktur/pengembang ICT. Timpengembang berasal dari beberapa daerah,yaitu: DKI Jaya, Bandung, Yogyakarta, danMalang yang telah bergabung dengan timpengembang Balitbang semenjak tahun2003.

2. Kendala pengembangan ALCoBBerdasarkan pengalaman Balitbang sejak

tahun 2003 dapat dikemukakan beberapakendala dalam mensosialisasikan danmengembangkan ALCoB, antara lain: (a)Kesiapan untuk mengembangkan ALCoB dariberbagai aspek seperti (kemauan, tekat/spirit; iklim lingkungan/sekolah, pemda,terkait dengan dana maintenance). Adakemauan, tetapi terbatas namun kurang adakemampuan untuk menyakinkan parapenentu kebijakan (kepala sekolah dan dinas,serta pemda termasuk anggota dewanbidang pendidikan); (b) Keberlangsungan(sustainability) alumni pelatihan ALCoB yangmasih labil. Dari setiap peserta sosialisasi ±40 % orang peserta yang penuh semangatuntuk mengembangkannya setelahsekembalinya dari pelatihan (Balitbang,2011b). Namun, apa yang terjadi, peletakankemauan pertama yang telah dibangun untukberbagi informasi dan pengalaman dikalangan internal dan eksternal, dan bahkanmembangun jejaring kerja sekolah lain, tidakbertahan lama, sehingga berakhir dengan“ketidak mauan” untuk melanjutkan apalagimengembangakannya; (c) Legitimasikomunitas ALCoB yang masih bernuansa“birokrasi” di mana masih banyak daerahyang memerlukan legal fofrmal dalam bentuk

“Surat Keputusan” untuk suatu komunitas/organisasi dapat menjalankan perannya. Halini masih diarasakan sebagai suatu“kekuatan” yang luar biasa, Sebaliknya,Balitbang tidak memiliki otoritas dan strukturorganisasi ke daerah, sehingga tidak dapatmemeberikan kekuatan tersebut.Sebagai salah satu bentuk rekomendasi atausaran kepada pihak Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan Direktorat JenderalPendidikan Menengah agar sekolah diberikandukungan melaksanakan otonomi dalampengembangan program dan kegiatanpembelajaran (Balitbang, 2010).

Fakta empirik menunjukkan bahwa dalammenjalin jejaring kerja melalui “sister school”terdapat beberapa kendala, antara lain ditingkat SD yaitu komunikasi denganmenggunakan bahasa Inggris. Sehubungandengan hal tersebut, guru koordinatorberfungsi sebagai penghubung antara siswaKorea dan Indonesia denganmenterjemahkan bahasa Korea ke bahasaInggris. Selain itu, sifat program dan kegiatanAPEC yang nonbinding disertai dengansistem rolling guru di Korea (termasuk gurukoordinator APEC ICT MSN) mengakibatkankeberlangsungan network ini cenderungbersifat parsial dan tidak bertahan lama.Meskipun dari 8 sekolah peserta tersebutterdapat beberapa sekolah yang dapatmempertahankan program ini secaraberkesinambungan dan menjadikan APECICT MSN sebagai core excellent atau icondari sekolah tersebut (terutama sekolah diYogyakarta). Tidak adanya aturan danmekanisme yang jelas dari IACE sebagaiinisiator APEC ICT MSN dalampengembangan program ini di masing-masing negara, sehingga menyebabkanBalitbang Depdikbud menghadapi kesulitantersendiri untuk menawarkan kepada sekolahlain yang berminat (Balitbang, 2008).

Balitbang Kemdikbud sebagai koordinatordan fasilitator APEC ICT MSN tetapmendukung sekolah peserta dalam programini, namun Dinas Pendidikan Propinsi DIYmaupun Kota Yogyakarta telah mengarahpada “kemandirian”, mengingat BalitbangKemdikbud perlu juga berbagai (sharing)dengan sekolah lainnya.

Page 147: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

3. Tantangan pasca pelatihan ALCoBTantangan pertama dan utama biasanya

berasal dari diri sendiri (individu peserta)yang dilatar belakangi oleh faktor internalantara lain pengetahuan dan keterampilanguru yang sangat bervariasi (mulai daridasar sampai lanjutan). Dengan demikian,adakalanya peserta pelatihan merasabahwa materi pelatihan terlalu tinggi.Kemudian, peserta kurang memiliki dayajuang yang tinggi dalammengimplementasikan dan mengembangkanketerampilan yang diperolehnya, sehinggaapabila mengalami sedikit kendala (dalammengoperasiolankan komputer danterbatasnya fasilitas pendukung) cepatmenyerah. Adapun faktor eksternaldikarenakan iklim kerja yang kurangkondusif (adakalanya kepala sekolah kurangmendukungnya, karena ia belum menyadaribetapa pentingnya ICT dalam e-pembelajaran, dan atau bisa jadi kepalasekolah belum dapat mengoperasionalkanICT dalam e-pembelajaran serta rekansejawat masih banyak yang gagap teknologi(gatek) terhadap pemanfaatan ICT(Balitbang, 2011b).

4. Tindaklanjut sosialisasi danpengembangannaya ALCoBDalam setiap melakukan kegiatan

ALCoB, Balitbang Kemdikbud memilikisasaran yaitu: (a) Membangun forumpertukaran informasi melalui dunia mayaberbasis Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) bagi para guru, kepalasekolah, serta administrator pendidikanuntuk saling berbagi pengetahuan maupuncontoh implementasi ICT (best practices)di sekolah dengan negara-negara anggotaAPEC dalam rangka mengurangikesenjangan digital (digital divide); (b)Membentuk jaringan komunikasi antar gurudari beberapa kota/kabupaten di PropinsiBanten untuk bergabung forum ALCoB; (c)Meningkatkan penguasaan pemanfaatanTIK dalam pembelajaran (integrating ICT)dan berbagai jenis kebutuhan pembelajarandi sekolah dengan penggunaan ICT; dan (d)Memberikan pendidikan dan pelatihandalam pembuatan website sekolah kepadapara guru menggunakan model website

sekolah yang telah dikembangkan olehBalitbang Kemdiknas (Balitbang, 2009).

Hasil sosialisasi dan pengembanganALCoB dimaksudkan untuk: 1).Tergabungnya komunitas pembelajar ICTmelalui 30 orang peserta (guru) menjadianggota ALCoB, yang selanjutnyadiharapkan dapat mengembangkanjaringannya kepada sekolah atau gurulainnya, baik di lingkup sekolah masing-masing maupun dalam forum yang lebihluas; (b) Terlaksananya program ALCoBsebagai sarana bagi guru, kepala sekolah,dan administrator pendidikan untukmembangun dan mengembangkan forumpertukaran informasi di bidang pendidikan,baik secara offline maupun online; (c)Meningkatnya kemampuan pesertapelatihan untuk mengembangkanpenguasaan TIK dalam pembelajaranberbasis multimedia; dan (d) Terlatihnyapara peserta dalam membuat websitesekolah menggunakan model yangdikembangkan oleh Balitbang Kemdikbud,sehingga para peserta dapat membuatsendiri website sekolah (Balitbang, 2008).

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Sebagai perwujudan komitmenBalitbang Kemdikbud sebagai vocal pointanggota APEC dalam pengembangan TIK(ICT) disimpulkan bahwa BalitbangKemdikbud telah:a. Mempromosikan program APEC-ICT

MSN dalam setiap kegiatan sosialisasiALCoB di beberapa provinsi/kabupaten/kota;

b. Menyelenggarakan workshopALCoBsetiapa tahun dengan mengundangsekolah peserta pelatihan TIK dan nonpeserta program APEC ICT MSN, sertabeberapa ahli dan lembaga yangrelevan, serta narasumber yang relevandisertai dengan kunjungan APEC-ICTMSN dari sekolah peserta;

c. Mengajukan usulan kepada Institute ofAPEC Collaborative Education (IACE)yang berpusat di Korea Selatan untukmelibatkan lebih banyak lagi sekolahKorea Selatan sebagai mitra kerjasekolah Indonesia(sister school).Bahkan

Page 148: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dalam peningkatan jejaring kerjaBalitbang mengajukan persyaratan keIACE agar dalam menjalin jejaring kerjamelalui sister school dipilih sekolah yangsama jenjangnya, sehingga tidak terjadigap yang jauh di antara mereka,sebagaimana dialami beberapa pesertasekolah Indonesia (SMK dan SMAmemperoleh partner SD);

d. Memotivasi peserta APEC ICT MSN agartetap menjaga network-nya sehinggadapat dijajaki lebih lanjut menjadi sisterschool;

e. Telah mengirimkan guru dan kepalasekolah serta tenaga adminitrasimengikuti pelatihan ICT ke KoreaSelatan sebanyak + 60 orang.Padagilirannya situasi ini memotivasi kepalasekolah dan guru-guru untuk berbenahdiri terhadap peningkatan kualitaspelayanan sekolah kepada siswa danketerampilan guru dan non guru dibidang ICTserta pembelajaran bahasaInggris;

f. Setiap tahun Balitbang mengagendakankegiatan sosial isasi ALCoB danpengembangannya ke daerah yangbelum terjangkau dengan caramelakukan pelatihan bebas biaya. Telahdilakukan di 33 daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota yang telahmendapatkan sosialisasi program ALCoBdan pengembangannya; dan

g. Memberikan bantuan teknis (technicalassisstance) kepada komunitas ALCoByang memerlukan bantuan pelatihanmaupun pengembangan materi.

2. SaranAtas dasarsimpulan di atas, disarankan

agar:a. Setiap peserta sekurang-kurangnya

merasa bahwa ICT merupakankebutuhan dasar dalammengembangkan informasi, komunikasi,dan teknologi dibidang pembelajaran (e-learning);

b. Mempertahankan dan mengembangkanserta menyebar luaskanpengetahuandan keterampilan yang telah di dapat

dari pelatihan kepada diri sendiri dankomunitas (guru dan siswa) dilingkungan sekolah/luar sekolah;

c. Menjalin jejaring kerja dengan sesamasekolah atau pihak lain untuk berbagaipengalaman dan mengatasi berbagaikendala yang dihadapi (secara teknisdengan sesama alumni ALCoB, dannonteknis dengan stakeholders); dan

d. Selalu merasa “haus informasi”terhadapperkembangan ICT” dan berupaya untuksaling tukar informasi dan membacaserta mengikuti berbagai kajian ICT(seminar, workshop, lokakarya);

e. Bagi Dinas Pendidikan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapatmendukung pengembanagan ALCoB diwilyahnya dan memfasilitasi saranapenunjang. Dalam pengembanganALCoB di masing-masing daerah,diharapkan pihak dinas pendidikanprovinsi/kabupaten/kota dapat langsungmendukung komunitas ALCoB untukmelakukan pelatihan danpengembangannya tanpa harusmenunggu Surat Keputusan (SK) dariKemendikbud Pusat. Hal ini lebihdikarenakan otonomi pendidikan telahdilaksanakan oleh setiap satuanpendidikan. Dengan kata lain, pada eraotonomi pendidikan berbagai sosialisasidan pengembangan inovasi pendidikanmenjadi hak otoritas setiap wargasekolah dan pemerintah daerah masing-masing;

f. Bagi Balitbang Kemdiknas diharapkanuntuk berbagai (sharing)pengembangan dengan Unit Utamaterkait (Ditjen Pendidikan Dasar;DitjenPendidikan Menengah; dan Pustekom)untuk selanjutnya melakukan sinergidalam pengembangan ICT di masamendatang; dan

g. Bagi Institute of APEC CollaborativeEducation (IACE) agar selalumemberikan jadwal kegiatan sosialiasasianggota APEC setiap tahunnya,sehingga masing-masing anggota dapatmenyesuaikan dengan jadwal dimaskudsekalipun masih tentatif.

Page 149: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PUSTAKA ACUANAnonim. (2005) APECFuture Education Forum

Consortium, Institute of APEC CollaborativeEducation (IACE), Busan South Korea.

Anonim. (2010) APEC E-learning TrainingProgram. To Build APEC Learning Communityfor Shared Prosperity.

Anonim. (2011) The 7th APEC Future EducationForum & The 9th International ALCoBConference: Systemic Change and SharedProsperrity in APEC by Utilizing ICT. Nov. 14th

(Mon.) – 16th (Wed.). Bali, Indonesia.Alan Ridwan Maulana, Dodi Firmansyah, Choirul

Anam, Siswanto, Taufik M Syah, Wuryanta,Yulianto Sri Utomo, Wardjana, AgungPurnomo, dan Hendi Ahmad Hidayat. (2011)Tutorial Membangun Website Sekolahdengan Model CMS Balitbang Kemdiknas,Bandung: Cetakan Pertama, PenerbitInformatika

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007)Laporan Workshop Nasional APEC Learning

****************

Community Builders, Balitbang, Jakarta.Badan Penelitian dan Pengembangan. (2008)

Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2009)Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2010)Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2011a)Laporan Workshop Nasional APEC LearningCommunity Builders, Balitbang, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2011b)Laporan Monitoring dan Evaluasi OnlinePenggunaan Website Sekolah dengan ModelCMS Balitbang Kemdiknas, Jakarta

Subijanto and Yuniarsih Lestyani. (2009)Progress Country Report 8 Years of ALCoBDevelopment in Indonesia: Presented for5th APEC Future Education Forum & 7th

International Alcob Conference, Bangkok, 25-27 November 2009.

Page 150: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASIDALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Yuni SugiartiFakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

([email protected])

Abstrak:Realitasnya Pendidikan Anak Usia Dini banyak yang dilakukan oleh masyarakat. Begitu pulagurunya banyak yang berasal dari masyarakat. Standarisasi tuntut kualifikasi akademik dankompetensi guru PAUD menjadi tantangan. Apalagi pendidikan pada jenjang PAUD lebihfokus untuk meletakan dasar ke arah tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikis, sertabakat dan potensi lainnya yang dimiliki anak. Peningkatan kompetensi guru PAUD secarakonvensional masih terbatas, sehingga diperlukan pendayagunaan teknologi informasi dankomunikasi baik secara online, offline maupun melalui teknologi penyiaran. Realisasipendayagunaan TIK untuk peningkatan kompetensi guru PAUD diwujudkan dalam bentuk:dukungan kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), dukungan infrastruktur TIK,pengembangan konten TIK yang bermutu dan menarik, serta pemanfaatan oleh guru PAUDsecara optimal. Aspek pemanfaatan ini sangat penting. Oleh karena itu sasaran penggunaharus disiapkan, mulai dari tahapan penyadaran akan perlunya penggunaan TIK untukmeningkatkan kompetensi, pelatihan dan pendampingan, serta pemberian reward bagi sasaranyang menonjol dalam pemanfaatan TIK. Tahapan ini perlu dilakukan secara bertahap dankontinyu, dengan melibatkan semua pihak terkait mulai pemerintah (pusat dan daerah),orangtua, guru, dunia usaha, LSM, dan masyarakat.

Kata kunci: Pendidikan anak usia dini, teknologi informasi dan komunikasi, kompetensiguru PAUD

Abstract:In reality, most of the early childhood education programs are conducted by the community.Similarly, most of the teachers come from the community. Standardization demands theimprovement of academic qualifications and competencies of early childhood teachers.Moreover, the early childhood education is more focused on laying the foundation towardsthe development of children both physically and psychically, talent and other potential thatchildren have. Increasing competence of early childhood teachers in conventional way has alimitation, so that the utilization of information and communication technology is a necessity.The utilization of ICTs for improving the competence of early childhood teachers are embodiedin: the (central and local) government policy support, ICT infrastructure support, thedevelopment of qualified and interesting ICT content as well as the optimal utilization of ICTfor early childhood teachers. The utilization is a very important aspect. Therefore, the targetusers should be prepared, starting from the stage of awareness of the need to use ICT toenhancing the competence, training and mentoring, and providing rewards for prominenttargets in the use of ICT. This stages need to be executed gradually and continuously andinvolve all stakeholders from government (central and local), parents, teachers, businesses,NGOs, and communities.

Key words: early childhood education, information and communication technology, early childhood teacher competence

Page 151: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANPendidikan hakekatnya dimulai sejak lahir

bahkan sejak dalam kandungan ibu hinggaakhir hayat. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)merupakan salah satu tahapan pendidikananak sejak lahir sampai usia memasukijenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar),yaitu sekitar usia enam tahun. Umur anakpada masa PAUD dapat digolongkan mulaidari nol tahun hingga enam tahun.

Dalam banyak kaj ian i lmiah danpengalaman empirik, Pendidikan Anak UsiaDini merupakan bentuk pendidikan yangsangat penting dalam menyiapkan generasiyang berkualitas. Usia anak dari 0 s.d. 6 tahunmerupakan usia sangat penting sebagai masatumbuh kembang fisik dan fsikis anak. Banyakpara ahl i yang berpendapat bahwaperkembangan anak di usia dewasa banyakditentukan oleh perkembangan pada usiadini. Mengingat pentingnya perkembangananak pada masa usia ini, maka seringkalidisebut sebagai masa golden age. Olehkarena i tu Pendid ikan Anak Usia Din imerupakan salah satu prioritas KementerianPendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakanoleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaandi bawah satu direktoral khusus yaituDirektorat Pendidikan Anak Usia Dini. Dalampelaksanaanya program PAUD tidak bisahanya mengandalkan program formal daripemerintah saja. Peran masyarakat sangatpenting dalam mensukseskan PAUD ini. Olehkarena itu PAUD dilakukan melalui beberapaalternatif, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK),Kelompok Bermain (KB), Taman PenitipanAnak (TPA), Taman Pendidikan Al Qur’an(TPQ), dan bentuk Pendidikan Anak Usia Dinilainnya yang berbasis masyarakat, keluargaatau lingkungan. Berdasarkan data dariKementerian Pendidikan dan Kebudayaan(2011), akses layanan PAUD atau AngkaPartisipasi Kasar (APK) anak PAUD hinggaakhir tahun 2009 baru mencapai 53,70% atausekitar 15,5 juta anak yang terlayani. Artinyahampir separunya anak-anak Indonesia belumterlayani dengan program PAUD tersebut.

Keberhasilan angka partisipasi PAUD yangbaru mencapai 53,7% tersebut, ternyatahampir separuhnya (25,66%) merupakan

kontribusi dari Taman Pendidikan Al Qur’an(TPQ) yang sebetulnya tidak dirancangsebagai satuan PAUD (Kemdiknas, 2011).PAUD model ini dilaksanakan dari, oleh, danuntuk masyarakat. Artinya pelaksanaansatuan PAUD ini sepenuhnya diselenggarakanoleh masyarakat . Begi tu pula tenagapendidiknya (guru) berasal dari masyarakat.Para guru dan pengelola PAUD berbasismasyarakat ini umumnya belum mendapatkanpendidikan khusus dalam mengajar danmendidik anak-anak usia PAUD. Kemampuanmereka dalam mendidik anak PAUD umumnyamengandalkan pengalaman empirik dalammendidik anak-anaknya. Padahal dalammendidik anak usia dini jauh lebih rumitkarena usia anak tersebut merupakan masatumbuh kembang yang sangat berpengaruhdalam perkembangan dan kehidupannya dimasa mendatang.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikanpada model PAUD khususnya yang berbasismasyarakat tersebut, kemampuan guru-guruPAUD sangat mendesak perlu ditingkatkan.Pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnyadituntut untuk bagaimana meningkatkankemampuan atau kompetensi para guru-guruPAUD yang tersebar di seluruh pelosok tanahair, terutama mereka yang belum pernahmengikuti pendidikan formal sejenis guruPAUD.

Peningkatan kualitas guru PAUD melaluikegiatan pelatihan konvensional baik olehpemerintah pusat maupun daerah sangatterbatas. Di sisi lain letak geografis dan sosialekonomi masyarakat juga menjadi kendala.Oleh karena itu salah satu pemecahannyaadalah dengan mendayagunakan TeknologiInformasi dan Komunikasi (TIK). KemajuanTIK sangat pesat. Di sisi lain karakteristik dankelebihan TIK ini diyakini mampu merekayasakendala dalam meningkatkan kompetensiguru-guru PAUD. Oleh karena itu diperlukansebuah kajian pendayagunaan TIK untukmeningkatkan kompetensi guru PAUD. Tulisanin i bertujuan mengkaj i bagaimanamendayagunakan teknologi informasi dankomunikasi dalam meningkatkan kompetensiguru PAUD yang tersebar di seluruh tanahair.

Page 152: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASAN1. PAUD dan Kompetensi Guru

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Diniadalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampaidengan usia enam tahun yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikanuntuk membantu pertumbuhan danperkembangan jasmani dan rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasukipendidikan lebih lanjut. Pendidikan danperkembangan anak usia PAUD sangatpenting sebagai bekal dan pondasiperkembangan anak di masa mendatang.Menurut Osborn, White, dan Bloom(Syamsuddin, 2011), perkembanganintelektual pada anak usia 0 s.d. 6 tahunsekitar 70%, sedangkan peningkatanintelektual anak usia 7 s.d. 18 tahun jauhlebih kecil dari perkembangan pada rentang6 tahun pertama yaitu hanya sekitar 30%.

Karakteristik anak didik usia nol sampaidengan enam tahun tentu saja berbedadengan anak didik di jenjang pendidikansekolah pada umumnya. Usia anak didikPAUD merupakan masa tumbuh kembangbaik fisik, mental, kecerdasan, maupunaspek-aspek pertumbuhan lainnya. Prosespendidikan pada jenjang PAUD lebihdiarahkan pada menyiapkan atau meletakandasar ke arah tumbuh kembang anak,terutama dalam aspek pertumbuhan danperkembangan: fisik; kecerdasan, sosialemosional, bahasa dan berkomunikasi, sertabakat dan potensi lainnya yang dimiliki anak,sehingga anak siap belajar lebih lanjut,mengatur hidupnya menjadi mandiri danbertanggungjawab sebagai manusiaseutuhnya. Guru PAUD perlu memilikikompetensi atau kemampuan yang dapatmendidik untuk tumbuh kembang anaksesuai dengan bakat, potensi, danperkembangannya. Guru PAUD dituntutmemiliki kualifikasi lulusan pendidikan formalyang relevan, mengikuti pendidikan danpelatihan yang dilakukan secara kontinyusesuai perkembangan zaman, sertaditunjang oleh sikap dan pengalaman dalammendidik anak usia 0 s.d. 6 tahun.

Kompetensi (competency) terkait dengankemampuan seseorang dalam melakukansuatu pekerjaan. Kompetensi adalahkemampuan dan keterampilan yang dimilikiseseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasguna mencapai tujuan (Boyatzis, 1984).Kompetensi, menurut Spencer dan Spencer(1993), adalah segala bentuk motif, sikap,keterampilan, perilaku atau karakteristikpribadi lain yang penting untukmelaksanakan pekerjaan atau membedakanantara kinerja rata-rata dengan kinerjasuperior. Definisi ini mengandung maknabahwa kompetensi berkaitan dengankemampuan dasar dan sifat-sifat pribadi yangmelekat pada diri individu. Di sisi lain padaumumnya setiap manusia juga memilikikinerja yang sama tetapi ada beberapaorang memiliki keahlian yang khusus. Bentukyang mudah dilihat dari kompetensi tersebutadalah perilaku yang dimunculkan individudalam melaksanakan pekerjaannya.

Wujud kompetensi sebagai perilakudalam melaksanakan tugas pekerjaan inidapat disebut sebagai kemampuan. MenurutWibowo (2007), kompetensi diartikansebagai kemampuan untuk melaksanakanatau melakukan suatu pekerjaan atau tugasyang dilandasi oleh keterampilan danpengetahuan serta didukung oleh sikap kerjayang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Olehkarena itu kompetensi dapat diartikansebagai akumulasi dari kemampuan individudalam melaksanakan pekerjaannya yang didalamnya terdapat unsur pengetahuan,sikap, keterampilan, dan unsur-unsur pribadilainnya. Kompetensi individu yang tampakatau mudah diobservasi adalah keahlian danpengetahuannya, sedangkan sikap, sifatbawaan, dan motif sulit dilihat. Kompetensipengetahuan dan keahlian relatif mudahuntuk dikembangkan, sehingga programsejenis pelatihan atau pendidikan lainnyamerupakan salah satu cara yang baik.Pelatihan ini bisa di lakukan secarakonvensional ataupun melalui pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi.

Kompetensi diarahkan individu untukmemiliki kemampuan atau kualifikasi yangdisyaratkan dalam melaksanakan tugasnyasehari-hari. Kompetensi prasyarat inimerupakan jaminan individu dalam

Page 153: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

melaksanakan tugasnya sesuai standarisasiyang telah ditetapkan. Dalam PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualif ikasi Akademik danKompetensi Guru, telah dijabarkan secararinci standar kompetensi guru khususnyaguru PAUD/TK/RA. Standar kompetensiguru ini dikembangkan secara utuh dariempat kompetensi utama, yaitu kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensiprofesional. Keempat kompetensi tersebutsaling terkait dan terintegrasi dalam wujudkinerja guru. Kompetensi inti guru dalamaspek Pedagogik, meliputi:a. Menguasai karakteristik peserta didik

dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkaitdengan bidang pengembangan yangdiampu.

d. Menyelenggarakan kegiatanpengembangan yang mendidik

e. Memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk kepentinganpenyelenggaraan kegiatanpengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensipeserta didik untuk mengaktualisasikanberbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik,dan santun dengan peserta didik.

h. Menyelenggarakan penilaian danevaluasi proses dan hasil belajar

i. Memanfaatkan hasil penilaian danevaluasi untuk kepentinganpembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektifuntukpeningkatan kualitaspembelajaran.

Kompetensi inti guru dalam aspekkepribadian, meliputi:a. Bertindak sesuai dengan norma agama,

hukum, sosial, dan kebudayaan nasionalIndonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yangjujur, berakhlak mulia, dan teladan bagipeserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang

mantap, stabil, dewasa, arif, danberwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawabyang tinggi, rasa bangga menjadi guru,dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesiguru.

Kompetensi inti guru dalam aspek sosial,meliputi:a. Bersikap inklusif, bertindak objektif,

serta t idak diskriminatif karenapertimbangan jenis kelamin, agama, ras,kondisi fisik, latar belakang keluarga,dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik,dan santun dengan sesama pendidik,tenaga kependidikan, orang tua, danmasyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yangmemiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitasprofesi sendiri dan profesi lain secaralisan dan tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi inti guru dalam aspekprofesional, meliputi:a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang mendukungmata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dankompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaranyang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secaraberkelanjutan dengan melakukantindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk berkomunikasi danmengembangkan diri.

Secara lebih rinci dalam PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualif ikasi Akademik danKompetensi Guru, telah diuraikanpenjelasan setiap kompetensi inti gurutermasuk kompetensi guru TK/PAUD.Kompetensi tersebut misalnya dalam aspekpedagogik penjelasan dari kompetensi intiguru “Menguasai karakteristik peserta didik

Page 154: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

4912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan intelektual”, sebagai berikut:(a) Memahami karakteristik peserta didikusia TK/PAUD yang berkaitan dengan aspekfisik, intelektual, sosial-emosional, moral,dan latar belakang sosial-budaya; (b)Mengidentifikasi potensi peserta didik usiaTK/PAUD dalam berbagai bidangpengembangan; (c) Mengidentifikasikemampuan awal peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidangpengembangan; dan (d) Mengidentifikasikesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalamberbagai bidang Pengembangan. Begitupula kompetensi inti guru lainnya padasetiap aspek telah diuraikan lebih spesifikdalam kompetensi guru TK/PAUD. AdanyaPeraturan menteri ini dapat menjadi acuanpara guru PAUD, pengelola PAUD, dinaspendidikan, lembaga pendidikan tenagakependidikan, dan pihak-pihak terkaitlainnya dalam meningkatkan kompetensiguru PAUD.

2. Kajian TIK bagi Guru PAUDPendayagunaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi sebagai salah satu alternatifpenting dalam peningkatan mutu guru PAUD.Hal ini didasarkan pada beberapa alasan,diantaranya, realitas potret guru PAUD saatini seperti disajikan dalam Tabel 1, masihbelum memenuhi harapan. Tabel 1menunjukkan bahwa jumlah tenaga pendidikdan kependidikan pada satuan PAUDdiketahui 772.741 orang. Menurut PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualifikasi Akademik dan KompetensiGuru, bahwa Kualifikasi Akademik GuruPAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasiakademik pendidikan minimum diplomaempat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidangpendidikan anak usia dini atau psikologi yangdiperoleh dari program studi yangterakreditasi. Berdasarkan Tabel 1, berartiguru PAUD yang memenuhi kualifikasiakademik baru 63.284 orang.

Tabel 1. Jumlah Pendidik pada Satuan Pendidikan PAUD

Yang menarik dari Tabel 1 tersebutadalah pada satuan PAUD Taman PendidikanAl Qur’an (TPQ) yang berjumlah 370.248orang ternyata kualifikasi pendidikannyamasih belum diketahui. Jika memperhatikankarakteristik satuan PAUD TPQ yang berbasismasyarakat, pelaksanaan satuan PAUDsebagian besar dilakukan berbasis

masyarakat melalui Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ) dan Pendidikan Anak Usia Dinilainnya yang berbasis masyarakat, keluarga,atau lingkungan. Guru PAUD model inidilakukan atas partisipasi masyarakat yangsangat perlu dibekali dengan pendidikankeilmuan dalam membimbing anak usiaPAUD.

Page 155: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Secara lebih khusus karakteristik guruPAUD khususnya yang berbasis masyarakatsebagian besar berasal dari masyarakatsetempat. Mereka umumnya belummendapatkan pendidikan secara khusustentang cara mendidik anak usia PAUD.Mereka umumnya mengandalkanpengalaman empirik dalam mendidik anak-anak tersebut. Begitu pula guru PAUD yangtelah mendapatkan pendidikan khusus perlupenyegaran tentang konsep dan praktekmetodologi pendidikan anak usia dini.Dengan kata lain, guru PAUD baik yangbelum mendapatkan pendidikan secarakhusus maupun lulusan lembaga pendidikankeguruan (PAUD) perlu mendapatkanpendidikan dan pelatihan secara kontinyu.Hal ini sangat penting sebagai bekal merekadalam mendidik anak-anak usia dini sesuaidengan perkembangan ilmu pengetahuandan tuntutan zaman.

Aspek penyebaran guru PAUD, dalamkenyataanya tidak merata. Di daerahperkotaan tenaga guru relatif cukup bahkanlebih, sementara di pedesaan sangat kurang.Bagi guru PAUD di perkotaan, peluangmengikuti pendidikan dan latihan secarakonvensional sangat terbuka. Sebaliknya,guru PAUD yang berada di daerah pedesaanrelatif sulit untuk mengeningkatkankemampuannnya. Hal ini disebabkanketerbatasan sumber belajar, saranakomunikasi, kendala letak geografis, biaya,serta tuntutan untuk hadir tiap hari ditengah-tengah anak didiknya.

Kondisi tersebut perlu upaya agar di satusisi guru tetap bisa melaksanakan tugassehari-harinya, tapi di sisi lain merekamempunyai kesempatan untukmeningkatkan kualifikasinya. Kendala lainnyaadalah secara geografis banyak lokasisekolah dan tempat tinggal guru SD yangsulit dijangkau transportasi. Mereka tinggaldi daerah-daerah terpencil. Kondisi sepertiini sulit bagi mereka untuk bisa mengikutipendidikan secara konvensional sesuaituntutan.

Guru PAUD juga dituntut untukdibiasakan melek teknologi Informasi dankomunikasi, karena anak-anak generasisekarang sangat cepat dan akrab denganteknologi tersebut. Anak-anak sekarang sejak

bayi bahkan baru lahir ketika membukamatanya, yang dilihat adalah Handphoneeorangtuanya yang sedang menelponkerabatnya. Begitupun di kamar bersalin,bayi melihat siaran televisi atau terdengaralunan musik. Usia anak-anak dan remajaterutama di kota-kota besar sudah terbiasamenonton televisi, berkomunikasi denganHandphone, jejaring sosial (facebook,twitter), atau berkirim pesan melalui email.Realitas tersebut merupakan gejalaperubahan perilaku generasi yang perludisiasati oleh para guru dan orangtua agarteknologi informasi dan komunikasi memilikimanfaat positip bagi tumbuh kembang anakdidik mereka. Oleh karena itu guru zamansekarang tuntutanya berbeda dengan guruzaman dulu. Salah satu perbedaan tersebutadalah guru di abad 21 dituntut harus melekTeknologi Informasi dan Komunikasi. Hal inisebabkan karena realitas tidak dapatdipungkiri bahwa TIK telah mempengaruhihampir semua aspek kehidupan manusia,termasuk kehidupan anak-anak usia dini.

TIK menyediakan banyak pilihan bagipeserta didik dalam belajar. Guru PAUD dapatmeningkatkan kemampuannya melaluiberbagai TIK yang telah dirancang untukmeningkatkan kemampuannya. Melalui TIK,guru PAUD memiliki kebebasan dalammemilih waktu, konten, dan tempat belajar.Mereka dapat belajar dengan menggunakanVCD pembelajaran, mengikuti siaran radiodan televisi pendidika. Mereka juga dapatleluasa mengbuka web yang telah dirancangdan menyediakan konten peningkatankompetensi guru PAUD. Di sisi lain merekajuga dapat mencari dan memilih berbagaikonten pembelajaran yang tersedia diinternet secara mengglobal sesuaikebutuhannya.

Proses belajarnya juga dapatdilaksanakan di mana saja dan kapan sajasetiap ada kesempatan. Para guru PAUDtidak harus meninggalkan tempat tinggalatau anak didiknya di daerah tempattinggalnya. Mereka bisa belajar sambil tetapmelaksanakan tugasnya yaitu membimbinganak didiknya. Begitu pula tempat belajarbisa dilaksanakan di rumah, di tempat PAUDatau dimana saja setiap ada kesempatan.

Page 156: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Melalui penggunaan TIK, guru PAUD jugadapat melakukan komunikasi denganpengelola, pakar, sesama guru PAUD, bahkandengan orangtua siswa. Komunikasi ini dapatdilakukan secara langsung (synchronous)maupun secara tidak langsung(asynchronous). Dengan adanya fasilitaskomunikasi ini, para guru PAUD dapatberkonsultasi dan mendiskusikan kesulitan,permasalahan atau berbagai hal yang terkaitdengan upaya mendidik anak-anak dalambelajar di lingkungan PAUD.

Upaya peningkatan kompetensi guruPAUD melalui pendidikan dan latihankonvensional yang bisa dilakukan olehpemerintah pusat dan pemerintah daerahsangat terbatas. Di sisi lain, i lmupengetahuan dan teknologi terusberkembang. Tuntutan perkembanganmasyarakat juga terus meningkat. Pengaruhteknologi informasi dan komunikasi telahmenghilangkan batas-batas fisik geografissangat dimungkinkan mendapat informasiterkini secara cepat dan akurat. Sebagaikonsekuensinya tuntutan peserta didik danmasyarakat terhadap ilmu pengetahuanterus berkembang. Oleh karena itupendidikan dan pelatihan bagi guru PAUDdapat dilakukan tidak hanya secarakonvensional, tetapi melalui rekayasapemanfaatan teknologi informasi dankomunikasi.

3. Pengalaman Empirik TIK dalamPeningkatan Kompetensi GuruTeknologi informasi dan komunikasi

sudah lama dimanfaatkan banyak negarabaik negara maju maupun negaraberkembang dalam mengatasi hambatan-hambatan guna peningkatan kompetensiguru dan mutu pendidikan. Australia danNew Zeland misalnya mengembangkanSiaran Radio Pendidikan (SRP) untuk anakdidik tingkat sekolah menengah yang beradadi daerah terpencil. Sekolah ini disebut schoolof the air. Nigeria tahun 1965 memanfaatkanSRP untuk penataran guru-guru SekolahDasar. Honduras menggunakan SRP untukmemberantas buta huruf. Sedangkan diMexico SRP ditujukkan untuk anak SD kelas3 s.d. 6 dalam mengatasi kekurangan guru.

Begitu pula di Thailand tahun 1953 SRPditujukan untuk menunjang danmemperkaya pendidikan tingkat sekolahdasar (Yusufhadi Miarso, 1984).

Di Indonesia tahun 1977 dikembangkanSiaran Radio Pendidikan (SRP) untukmembantu kegiatan penataran guru SD.Program ini diperioritaskan bagi guru-gurudi daerah terpencil. Untuk membantumengikuti siaran guru dilengkapi denganbahan penyerta (bahan cetak) dan bukupedoman siaran. Program SRP tersebutberdasarkan hasil penelitian Simanjuntakdan Dakir tahun 1979 (Yusufhadi Miarso,1984), diketahui bahwa tidak ada perbedaanyang berarti antara prestasi belajar guru-gurudalam mata pelajaran bahasa Indonesia danMatematika yang menggunakan sistem SRPdengan kelompok kontrol. Ini menunjukkanbahwa hasil penataran guru melalui SRPrelatif sama dengan penataran tatap mukabiasa (konvensional).

Proses belajar diklat SRP dilakukan secaraindividu dan kelompok. Belajar individudilakukan secara mandiri melalui siaran radioyang dipancarkan stasiun RRI dan radiopemerintah daerah. Peserta dilat SRP jugadilengkapi dengan bahan bacaan berupaBahan Penyerta Siaran. Tempat belajardengan sistem SRP tidak mengikat. Pesertadapat mengikuti siaran di sembarang tempat.Tempat bekerja (sekolah), ruangan kelas, dirumah, tempat ibadah, balai desa, atautempat terbuka sekalipun bisa digunakanuntuk mengikuti siaran. Begitu pula untukkegiatan tutorial, diskusi kelompok, ataupuntempat praktek bisa menggunakan tempat-tempat yang memungkinkan. Dengan katalain tempat belajar fleksibel sesuai dengankesempatan dan kemampuan peserta didik.Mereka belajar secara kelompok di tempatkerjanya (sekolah) tanpa mengganggu tugasmengajar atau tempat lain yangmemungkinkan. Kesulitan belajar yangdihadapi dipecahkan dalam diskusi kelompokatau disampaikan secara tertulis kepadaSanggar Tekkom atau Tim PenyelenggaraSRP setempat untuk memperoleh jawaban/penjelasan melalui siaran umpan balik. Setiapakhir paket/semester dilakukan penilaian.Peserta yang dinyatakan lulus mendapatkan

Page 157: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan(STTPL). STTPL ini bagi guru berguna pulauntuk angka kredit.

Tahun 1991/1992 juga dikembangkanProgram Penyetaraan D-II Siaran Pendidikan.Program ini ditujukan untuk memberikanlayanan Penyetaraan D-II bagi Guru SD yangberada di daerah-daerah yang secarageografis sulit mengikuti tutorial tatap muka(dalam Penyetaraan BJJ UT) (Anwas, 2000).Program ini berada di bawah koordinasiPustekkom Dikbud, Dikgutentis, danUniversitas Terbuka. Proses belajarmahasiswa D-II SP relatif sama denganmahasiswa D-II BJJ UT, hanya untuk kegiatantutorial dikurangi dari 16 kali menjadi empatkali per semester. Untuk mengganti tutorialtersebut diberikan siaran radio pendidikan.Materi kuliah yang memerlukan aspekproses, dilengkapi dengan bahan belajardalam bentuk kaset video beserta perangkatpemanfaatanya.

Pemanfaatan TIK untuk mendukungpeningkatan kompetensi guru dan kualitaspendidikan juga dikembangkan dalambentuk siaran televisi, program multimedia,dan melalui media internet. Bentuk siarantelevisi, misalnya Kementerian Pendidikandan Kebudayaan sejak tahun 2004 telahmeluncurkan Televisi Edukasi. Stasiun televisiini disiarkan melalui satelit sehingga bisaditerima di seluruh wilayah tanah airtermasuk di daerah terpencil dan daerahperbatasan. Salah satu materi siaran tersebutadalah dibuka channal 2 yang khususditujukan bagi peningkatan kompetensi guruyang tersebar di seluruh tanah air. Begitupula peningkatan kompetensi guru telahdikemas dalam bentuk format multimediadan media online (internet).

Salah satu portal yang menyediakankonten peningkatan kompetensi guru adalahportal belajar Kementerian Pendidikan danKebudayan yaitu rumah belajar denganalamat http://belajar.kemdiknas.go.id/.Dalam portal belajar ini dilengkapi dengankonten yang diperlukan para guru, mulai dari:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),berbagai media pembelajaran yang bisa didownload guru untuk keperluan mengajar,bank soal-soal, berbagai informasi, serta

fasilitas komunikasi sesama guru ataudengan pihak-pihak terkait lainnya.Pemanfaatan TIK dalam pengembangankompetensi guru ini akan terus meningkatseiring kemajuan teknologi informasi dankomunikasi serta tuntutan masyarakat yangterus berkembang.

4. TIK bagi Peningkatan KompetensiGuru PAUDTeknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) terdiri dari konsep teknologi informasidan teknologi komunikasi. Teknologiinformasi menekankan pada proses,manipulasi, dan pengelolaan informasi.Teknologi komunikasi berkaitan denganbagaimana mentrasnfer informasi kepadasasaran melalui berbagai perangkat ataumedia komunikasi.

Menurut Tinio (2001), teknologi informasidan komunikasi atau Information andCommunication Technologies (ICT) terkaitdengan aspek sarana atau peralatan danberbagai sumber yang digunakan untukmelakukan kegiatan komunikasi,pengolahan, diseminasi, penyimpanan, danpengelolaan informasi. Berdasarkan definisitersebut Tinio mengidentifikasi bahwa TIKmeliputi: komputer, internet, teknologipenyiaran (radio dan televisi), dan telepon.Teknologi informasi dan komunikasi dapatdiartikan berbagai kegiatan yang berkaitandengan pengelolaan dan pemindahaninformasi melalui berbagai media. Olehkarena itu TIK tidak hanya terbatas padateknologi berbasis internet saja, akan tetapimeliputi: komputer, internet, radio, televisi,telepon (Handphone), dan lain-lain.

Pendayagunaan teknologi informasi dankomunikasi dalam meningkatkan kompetensiguru PAUD dapat diartikan sebagai upayapengolahan, pengiriman, dan pemanfaatanTIK yang ditujukan untuk meningkatkankompetensi guru PAUD. Bentuknya dapatdilakukan dalam bentuk online, offline, atauteknologi penyiaran, antara lain: komputer,internet, radio, televisi, VCD, buku elektronik,telepon (Handphone), dan lain-lain.

Upaya pendayagunaan teknologiinformasi dan komunikasi dalammeningkatkan kompetensi guru PAUD perlu

Page 158: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dilakukan secara konfrehensif. PemanfaatanTIK untuk pendidikan minimal melibatkanaspek: kebijakan, dukungan infrastruktur,ketersediaan konten TIK, dan aspekpemanfaatan terutama kesiapan SDM baikitu SDM pengguna maupun pengelola TIK(Anwas, 2011).

a. Aspek KebijakanKebijakan terkait dengan komitmen

pemerintah baik pusat maupun daerahuntuk mendukung pendayagunaan TIKdalam peningkatan kompetensi guru.Realisasi dari kebijakan ini dituangkandalam bentuk peraturan, program kerja,dukungan anggaran, dan tingkatpartisipasi dalam mewujudkan kebijakantersebut. Secara nasional kebijakanpendayagunaan TIK untuk pendidikandituangkan dalam Keppres No. 20/2006tentang Dewan TIK Nasional,Permendiknas No. 38/2008 tentangPengelolaan TIK di LingkunganDepdiknas, serta Renstra TIK Kemdikbud2009-2014. Kebijakan ini direalisasikandalam bentuk program di setiap satuanunit kerja pusat dan pemerintah daerah.

Dalam era otonomi daerah, kebijakanyang ditetapkan pemerintah pusatseringkali mendapatkan responpemerintah daerah secara beragam.Pemerintah daerah yang memilikiperaturan daerah, program kerja,dukungan anggaran, serta realisasipemanfaatan TIK khususnya dalampeningkatan kualitas guru merupakanindikator yang menunjukkan adanyakebijakan pendayagunaan TIK untukpendidikan, khususunya untukpeningkatan kompetensi guru PAUD.

b. Aspek InfrastrukturSecara umum kebijakan pemerintah

dalam pengembangan Infrastruktur TIKdiwujudkan dalam bentuk komitmen danrealisasi dukungan anggaran untukmenyediakan infrastruktur TIK untukkeperluan pendidikan. Secara nasionalpemerintah dalam hal ini KementerianPendidikan dan Kebudayaan sedangmengembangkan Jardiknas. Jardiknas ini

merupakan intranet yangmenghubungkan sekolah-sekolah,perguruan tinggi, dan perkantoran yangterkait dengan pendidikan di seluruhtanah air. Jardiknas dikembangkan secarabertahap dan berkesinambungan. Namununtuk mempercepat penyediaaninfrastruktur khususnya di lingkunganmasyarakat perlu partisipasi dandukungan semua pihak terkait.Dukungan tersebut di antaranya,pemerintah daerah dan dunia usaha,khususnya perusahan operatortelekomunikasi dituntut untuk memilikikepedulian melalui program CSR dalammembantu lembaga PAUD untuk dapatterkoneksi dengan internet daninfrastruktur pemanfaatan TIK lainnya.

Realitas geografis wilayah Indonesiaserta memperhatikan aspek budayamasyarakat yang sangat beragam, makastrategi pemanfaatan TIK perlu ditempuhmelalui berbagai infrastruktur yang adadan sudah familier dengan masyarakatsetempat. Pemanfaatan TIK berbasisinternet bagi masyarakat perkotaansangat tepat. Sebaliknya bagi masyarakatpedesaan serta komunitas tertentu yangbelum familier dengan internet mungkinsulit untuk menerapkan teknologitersebut. Pendayagunaan TIK bagipeningkatan kompetensi guru PAUD perludimulai dari pertimbangan familiaritypil ihan TIK bagi guru PAUD danmasyarakat yang ada di sekitarnya baiksecara online, offline atau teknologipenyiaran. Infrastruktur online antara lainjaringan internet serta perangkatkomputer yang diperlukan. Infrastrukturoffline dapat memanfaatkan DVD/VCDbeserta perangkat lainnya. Infrastrukturteknologi penyiaran berupa stasiun radiodan televisi beserta perangkatpenerimanya.

Secara umum masyarakat Indonesiakhususnya guru PAUD termasuk yang adadi pelosok tanah air sudah familierdengan media seperti radio, televisi, atauVCD/DVD player, dan Handphone. Mediatersebut sudah menjadi kebutuhan bagimasyarakat terutama untuk hiburan dan

Page 159: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

komunikasi. Kedekatan (familiarity)dengan media ini dapat menjadi entrypoint untuk dimanfaatkan dalammeningkatkan kompetensi guru PAUD.

c. Aspek KontenKonten TIK untuk peningkatan

kompetensi guru PAUD dikembangkanberdasarkan kebutuhan dan tuntutan dilapangan dalam mendidik anak usia 0 s.d.6 tahun. Pengembangan konten inimengacu pada kompetensi guru PAUDyang telah dituangkan dalam PeraturanMendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangstandar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru, termasuk Guru PAUD/TK/RA.

Pengembangan konten TIK dilakukantidak sekedar mengemas materipembelajaran saja. Pengembangan kontenTIK hendaknya mempertimbangkanprinsip-prinsip pengembangan mediapembelajaran. Menurut Anwas (2011),produksi media pembelajaran perludidesain baik dari aspek kebenaran materiyang dapat dipertanggungjawabkan sertaaspek sajian yang menarik. Dengan katalain pengembangan media pembelajaranperlu didesain dalam konsepedutainment. Oleh karena itupengembangan konten TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD iniperlu melibatkan berbagai pakar danpraktisi terkait: diantaranya, ahli materipendidikan PAUD, psikolog, ahli mediapembelajaran, ahli bahasa, serta praktisimedia dan praktisi PAUD.

Konten peningkatan kemampuanguru PAUD dapat dikembangkan dalamberbagai media berbasis TeknologiInformasi dan Komunikasi. Untuk dapatdimanfaatkan secara optimal,pengembangan pemil ihan mediaberbasis TIK perlu mempertimbangkanberbagai aspek terkait. Pertimbanganpemilihan media ini minimal didasarkanpada lima aspek yaitu: (1) kebutuhandan potensi guru PAUD yang tersebardi berbagai daerah, (2) aspek budayamasyarakat lokasi PAUD, (3)ketersediaan infrastruktur TIK, (4)

karakteristik media berbasis TIK, dan (5)sifat materi yang akan disajikan.

Distribusi konten TIK kepada guruPAUD secara umum dapat dibagi dalamtiga golongan yaitu secara online, offline,dan teknologi penyiaran. Konten TIKdalam peningkatan kompetensi gurusecara online di lakukan melaluiJardiknas atau internet. Konten onlinetersebut dapat berupa: portal web/portal, modul online, buku elektronik,portal video (live streaming atau videoon demand/VOD), bimbingan online,tutorial synchronous (live meeting),video conference, dan bentuk kontenonline lainnya. Para guru juga dapatmemanfaatkan bahan belajar onlinelainnya dari berbagai web/portal yangtidak dirancang untuk pembelajarantetapi relevan dan dapat dimanfaatkanuntuk peningkatan kompetensi guruPAUD (by uti l ization), misalnyaperpustakaan online, e-journal, mediamassa online, dan lainnya. Dengandemikian konten online yang dapatmendukung peningkatan kompetensiguru PAUD sesungguhnya sangatbanyak tersedia, baik yang dirancangsecara khusus (by desain) maupun yangtidak dirancang khusus tetapi dapatdimanfaatkan (by utilization).

Konten offl ine peningkatankompetensi guru PAUD diantaranya:multimedia interaktif, audiopembelajaran, video pembelajaran,modul, dan berbagai media lainnya.Media offline ini didistribusikan kepadalokasi PAUD atau melalui media berbasissiaran (siaran radio dan televisi).Distribusi konten offline juga dilakukanmelalui pengiriman paket bahan belajarbeserta perangkat pemanfaatanya (VCDplayer, tape recorder, dll.). Kontenberbasis teknologi penyiaran adalahmateri siaran radio dan siaran televisipendidikan. Oleh karena itu perludilakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga penyiaran radio dan televisi,sehingga siaran pendidikan tersebutdapat mudah diakses oleh sasaran.

Page 160: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

d. Aspek PemanfaatanAspek pemanfaatan merupakan

faktor yang paling penting dalampendayagunaan TIK untuk peningkatankompetensi guru PAUD. Logikanyasederhana, jika aspek kebijakanpemerintah mendukung, instrastruktursiap, dan konten TIK tersedia, namun jikatidak dimanfaatkan oleh para guru PAUD,maka upaya ini akan sia-sia. Oleh karenaitu dalam pendayagunaan TIK untukpendidikan khususunya gunapeningkatan kompetensi guru, yangpaling penting adalah membangun SDMmanusianya. Pembangunan SDMmanusia ini terutama adalah menyiapkansasaran (guru PAUD), mulai aspekpengetahuan, sikap danketerampilannya.

Dalam realisasi pendayagunaan TIKuntuk pendidikan, para pengambilkebijakan seringkali terjebak pada aspekpenyiapan insfrastruktur dan konten saja.Sedangkan aspek manusia khususnyacalon pengguna luput dari perhatianmereka. Akibatnya pendayagunaan TIKuntuk pendidikan tidak berjalan secaraoptimal. Infrastruktur yang telahdibangun kurang dimanfaatkan bahkanrusak atau hilang karena tidak dipakai/dirawat. Begitupun konten kurangdimanfaatkan. Dalam beberapa kasus,bahkan masyarakat pengguna makinbergantung pada bantuan pemerintah(pusat dan daerah) dalam penggunaanTIK untuk pendidikan.

Pembangunan SDM merupakaninvestasi yang hasilnya tidak langsungbisa terlihat (Suyono, 2009). Berbedadengan pembangunan yang sifatnya fisikseperti membangun jembatan, jaringaninternet, pengadaan perangkat komputer,televisi, atau radio hasilnya bisa langsungnyata. Kondisi inilah yang seringkalimenjadi bahan pertimbangan parapengambil kebijakan, apalagi saat inipemerintah menganut sistem pemilihanlangsung. Pembangunan cenderung yangdiutamakan adalah pembangunan yangbersifat fisik, hasinya bisa cepatdirasakan. Dalam pembangunan perlu

ada keselarasan fisik dan non fisik. Begitupula pendayagunaan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD perludiselaraskan antara aspek fisik danmanusianya, khususnya penyiapan calonsasaran primer.

SDM pengguna mutlak harusdibangun. Dimulai dengan membangunkesadaran akan perlunya TIK dalammeningkatkan kompetensi mereka.Menurut Freire (1973) setiap manusiamemiliki potensi dan perlu adanyapenyadaran akan potensi untuk dapatberkembang. Dalam pendayagunaan TIK,setiap guru PAUD tentu memiliki potensidalam pemanfaatan TIK untukpeningkatan kompetensinya. Potensi dankebutuhan ini perlu dibangun sehinggamemiliki kesadaran akan perlunyapendayagunaan TIK untuk meningkatkankompetensinya dalam mendidik anak usiaPAUD. Proses penyadaran ini bentuknyadapat berupa sosialisasi yang dilakukansecara kontinyu.

Tahapan selanjutnya adalah guruPAUD perlu diberikan keterampilan dalampemanfaatan TIK untuk meningkatkankompetensinya. Bentuk kegiatan ini dapatdilakukan melalui pelatihan ataupendampingan. Selanjutnya guru PAUDperlu memiliki keterampilan dalampengembangan konten TIK.Pengembangan konten yang dilakukanoleh guru PAUD mulai dari yangsederhana dan mungkin dapat merekalakukan. Jika para guru PAUD memilikiketerampilan produksi konten TIK, makamereka dapat melakukan sharingpengalaman dengan teman-teman gurulainnya yang tersebar di seluruh tanahair.

Realitas geografis wilayah Indonesiayang banyak terdapat daerah terpencil,serta budaya masyarakat yang sangatberagam, maka strategi pemanfaatan TIKperlu ditempuh melalui berbagaipendekatan sesuai dengan potensi dankebutuhan PAUD dan masyarakatsekitarnya. Pemanfaatan TIK berbasisinternet ditujukan bagi PAUD danlingkungan masyarakat tertentu yang

Page 161: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

sudah terjangkau teknologi internet.Sebaliknya daerah/lokasi PAUD yangbelum bisa akses internet dapatmemanfaatkan teknologi berbasis siaran(media radio dan televisi) atau teknologioffline seperti VCD/DVD player.

Pemanfaatan TIK berbasis onlinedapat menggunakan portal yang didesainsecara khusus untuk peningkatankompetensi guru PAUD. Untukmemudahkan dalam pemanfaatan,sebaiknya sajian materi online inidilakukan dalam kompilasi satu portal,misalnya portalrumahbelajar.kemdikbud.go.id sebagaiportal utama. Hal ini sejalan seperti yangdirekomendasikan oleh Bank Dunia(2012) bahwa dalam mendukungkonektivitas seluruh sekolah di Indonesiaadalah perlunya dukungan kompilasikonten pendidikan ke dalam portalRumah belajar yang saat inidikoordinasikan oleh Pusat TeknologiInformasi dan Komunikasi KementerianPendidikan dan Kebudayaan. Upayakompilasi konten dalam satu portal ini

tentu akan memudahkan khususnya parapengguna dalam mencari berbagaikonten pembelajaran. Khusus bagi guruPAUD, kompilasi konten TIK dalam satuportal ini akan memudahkan merekamencari dan menggunakan konten untukmeningkatkan kompetensinya.

Dalam portal ini (gambar 1), telahdisiapkan berbagai hal fitur-fitur yangdapat mendukung peningkatankompetensi guru PAUD. Fitur-fitur yangtelah tersedia diantaranya: RancanganPelaksanaan Pembelajaran (RPP), BahanPembelajaran Interaktif, ForumKomunikasi, Bank Soal, serta berbagaiinformasi dan komunikasi lainnya. Dalamportal rumah belajar, guru PAUD jugadapat memanfaatkan live streaming danvideo on demand siaran televisi edukasidan suara edukasi yang mengkhususkansiaran pendidikan. Secara lebih khususdalam fortal rumah belajar tersebut dapatditambahkan fitur PAUD yang isinyauntuk membantu para guru PAUD dalammelaksanakan tugasnya yaitu mendidikanak-anak usia PAUD.

JUDUL

VISI-MISI

TUJUAN

FITUR

TUTORIAL

EXIT

RumahBelajarSD/MI SMP/MTs SMA/MI SMK

Page 162: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Realitas masyarakat Indonesiakhususnya guru PAUD termasuk yang adadi pelosok tanah air sudah familier denganmedia seperti radio, televisi, atau VCD/DVD player, dan Handphone. Mediatersebut sudah menjadi kebutuhan bagimasyarakat terutama untuk hiburan dankomunikasi. Kedekatan dengan media inidapat menjadi entry point untukdimanfaatkan dalam meningkatkankompetensi guru PAUD.

Pemanfaatan TIK bagi guru PAUDdapat dilakukan secara individu,kelompok, atau klasikal. Pemanfaatansecara individu dapat dilakukan di rumahatau tempat-tempat lainnya sesuai yangdimiliki guru PAUD. Pemanfaatan secarakelompok dapat dilakukan di tempat PAUDsecara berkelompok sesama guru padajam istirahat atau setelah para siswaselesai belajar. Pemanfaatan secaraindividu ini sangat disarankan.Keuntungannya selain dapatmendiskusikan konten yang disajikan TIK,juga dapat lebih efisien terutamamengurangi keterbatasan insfrastrukturTIK. Pemanfaatan TIK secara klasikaldapat dilakukan dalam kegiatan-kegiatanklasikal, misalnya pelatihan guru PAUD,seminar, diskusi antar guru PAUD, dankesempatan bentuk klasikal lainnya.

Dalam konsep perubahan sosial (socialchanges), menurut Suyono (2009), dalamsetiap tahapan perubahan perlu diberikanhadiah atau reward terhadap anggotamasyarakat yang menonjol dalammelakukan perubahan yang diinginkantersebut. Reward ini tujuanya memberikanmotivasi bagi dirinya dan anggotamasyarakat sekitarnya agar lebihmeningkat lagi dalam melakukanperubahan yang diharapkan tersebut.Konsep ini relevan untuk diaplikasikandalam pendayagunaan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD.Setiap tahapan perubahan pada guruPAUD dalam pemanfaatan TIK perludiberikan reward. Dengan upaya ini dapatmemacu diri dan teman-temannya untukmemanfaatkan TIK sesuai yangdiharapkan, sehingga kompetensinyadapat meningkat.

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Pendidikan Anak Usia Dini adalahpembinaan yang ditujukan kepada anaksejak lahir sampai dengan usia enamtahun. Pendidikan pada jenjang PAUD lebihfokus pada meletakan dasar ke arahtumbuh kembang anak baik fisik maupunpsikis, serta bakat dan potensi lainnya yangdimiliki anak. Guru PAUD dituntut memilikikompetensi yang standar sesuai tuntutandan kebutuhan anak usia 0 s.d. 6 tahun,yaitu kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dankompetensi profesional.

Guru PAUD masih banyak yang belummemenuhi tuntutan kualifikasi akademikdan kompetensi guru PAUD/TK. Upayapendidikan dan pelat ihan dalammeningkatkan guru PAUD sangatdiper lukan. Namun kemampuanpemerintah (pusat dan daerah) dalammenyelengggarakan diklat konvensionalsangat terbatas, disamping kendalalainnya. Oleh karena itu peningkatankompetensi guru PAUD perlu dilakukanmelalui pendayagunaan TeknologiInformasi dan Komunikasi.

Pendayagunaan TIK unntukmeningkatkan kompetensi guru sudahlama dimanfaatkan oleh banyak negaratermasuk Indonesia. Pengalaman tersebutmenguatkan optimisme pemanfaatan TIKuntuk meningkatkan kompetensi guruPAUD, baik melalui: komputer, internet,radio, televisi, VCD, buku elektronik,telepon (handpohn), dan lain-lain.

Realisasi pemanfaatan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUDdiwujudkan dalam bentuk: dukungankebijakan pemerintah (pusat dan daerah),dukungan infrastruktur TIK baik online danoff l ine atau berbasis penyiaran,ketersediaan konten TIK yang bermutu danmenarik, serta pemanfaatan oleh guruPAUD secara optimal. Aspek pemanfaatanini merupakan faktor yang paling pentingdalam pendayagunaan TIK untukpeningkatan kompetensi guru PAUD.

Page 163: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

2. SaranRealisasi pendayagunaan TIK untuk

meningkatkan kompetensi guru PAUD perluadanya dukungan kebijakan pemerintah pusatdan daerah. Dukungan ini dituangkan dalambentuk peraturan, program kerja, dukungananggaran, dan tingkat partisipasi dalammewujudkan kebijakan tersebut. Dukunganinfrastruktur baik secara online, offline,teknolgi berbasis penyiaran, sertaketersediaan konten TIK yang bermutu danmenarik.

Pengembangan konten hendaknyamempertimbangkan prinsip-prinsippengembangan media pembelajaran dengankonsep edutainment. Konten hendaknyadikembangkan dalam berbagai alternatifmedia pembelajaran berbasis TIK. Distribusikonten TIK kepada guru PAUD secara umumdapat dibagi dalam dua golongan yaitusecara online dan offline atau berbasispenyiaran. Pertimbangan pemilihan mediadidasarkan pada: (a) kebutuhan dan potensiguru PAUD yang tersebar di berbagai daerah,(b) aspek budaya masyarakat lokasi PAUD,(c) ketersediaan infrastruktur TIK, (d)karakteristik media berbasis TIK, dan (e) sifatmateri yang akan disajikan.

Untuk mengoptimalkan pendayagunaanTIK dalam peningkatan kompetensi guruPAUD, sasaran pengguna harus disiapkan.Proses penyiapan SDM pengguna ini mulaidari tahapan penyadaran akan perlunyapenggunaan TIK untuk meningkatkankompetensi, pelatihan dan pendampingan,serta pemberian reward bagi saaran yangmenonjol dalam pemanfaatan TIK. Tahapanini perlu dilakukan secara bertahap dankontinyu, dengan melibatkan semua pihakterkait mulai pemerintah (pusat dan daerah),orangtua, guru, dunia usaha, LSM, danmasyarakat.

PUSTAKAN ACUANAnwas, Oos M. 2000. Siaran Radio Pendidikan:

Analisis Model Peningkatan Kualifikasi GuruSD. Jakarta: Jurnal Teknodik. KementerianPendidikan dan Kebudayaan.

_________. 2011. Pengembangan KontenPembelajaran Berbasis TIK. MakalahKonferensi e-Indonesia Initiatives Forum VII2011 Kelompok Keilmuan Teknologi

Informasi, ITB Bandung, 15 Juni 2011Bank Dunia. 2012. Pentingnya Konektivitas untuk

Seluruh Sekolah di Indonesia. Kantor BankDunia Jakarta: Sektor PengembanganSumber Daya Manusia. Januari 2012.

Boyatzis, RE. 1984. The Competent Manager: AModel for Effective Performance. New York:Jihn Willy & Sons.

Freire, Paulo. 1973. Education for CriticalConsciousness. New York: The SeaburyPress

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2007.Peraturan Mendiknas Nomor 16 tahun 2007tentang standar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru.

__________. 2008. Peraturan MenteriPendidikan Nasional No. 38/2008 tentangPengelolaan TIK di Lingkungan Depdiknas

__________. 2011. Grand Desain PembangunanPAUD Indonesia Periode 2011-2025. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Anak UsiaDini, Non Formal dan Informal.

__________. 2012. Portal Rumah Belajar. http://belajar.kemdiknas.go.id/.

Miarso, Yusufhadi. (1994), Teknologi KomunikasiPendidikan; Pengertian dan Penerapannya diIndoenasia, Jakarta: Rajawali.

Syamsuddin, Erman. 2011. Kebijakan TeknisPembinaan PAUD dan Program Kerja Tahun2011. Kementerian Pendidikan danKebudayaan: Direktorat Jenderal PendidikanAnak Usia Dini, 26 April 2011

Spencer, M. Lyle dan M. Signe Spencer. 1993.Competence at Work: Models for SuperriorPerformance, John Wily & Son, Inc. NewYork, USA

Suyono, Haryono. 2009. Mengubah LoyangMenjadi Emas: Autobiografi Haryono Suyono.Jakarta: Citra Kharisma Bunda.

Tinio. 2001. ICT in Education by Victoria L. NewYork: United Nations DevelopmentProgramme Bureau for Development Policy.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.

Unesco. 2002. Information and CommunicationTechnologies in Teacher Education; a PanningGuide. Paris: Division of Higher educationUnesco.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Page 164: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

5912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUHDI INDONESIA

Sudirman Siahaan dan Rahmi RivalinaPustekkom Kemdikbud, Ciputat

([email protected])

Abstrak:Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) dapat dilihat dari 2 segi, yaitu (1)kelembagaan atau organisasi yang berkiprah di bidang PTJJ, dan (2) program PTJJ yangditerapkan/ diselenggarakan oleh lembaga/organisasi pendidikan. Dari segi kelembagaan/organisasi, semakin bertambah jumlah lembaga/organisasi yang berkiprah di bidang PTJJ,seperti antara lain: Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka), Sekolah MenengahAtas Terbuka (SMA Terbuka), Universitas Terbuka (UT), perguruan tinggi negeri konvensionalyang sekaligus juga menyelenggarakan PTJJ (dual modes), Jaringan Sistem Belajar JarakJauh Indonesia (Jaringan Sistem BJJI) atau Indonesian Distance Learning Network (IDLN),dan SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). Dari segi program PTJJ yangditerapkan/diselenggarakan, PTJJ diawali dari pemanfaatan bahan belajar mandiri tercetak(modul) dengan menggunakan jasa layanan pos sampai dengan pemanfaatan kemajuanteknologi Informasi dan komunikasi (TIK), seperti pemanfaatan media siaran (radio/televisi),media rekaman (audio, CD, VCD), media proyeksi (film bingkai suara, film 16mm, powerpoint),dan media jaringan (internet). Penyelenggaraan kegiatan belajar tutorial PTJJ juga mengalamiperkembangan, dimulai dari yang bersifat tatap muka sampai dengan tutorial yangmenggunakan TIK. Pengelolaan PTJJ juga terus mengalami perkembangan, dimulai dariinisiatif lembaga atau organisasi yang bersifat individual sampai dengan pengelolaan yangdilakukan secara kemitraan melalui konsorsium.

Kata-kata Kunci: Pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh, pendidikan terbuka dan jarakjauh, jaringan sistem belajar jarak jauh, teknologi informasi dan komunikasi.

Abstract:The development of open and distance learning (ODL) can be reviewed from 2 aspects,namely (1) the institution/organization managing ODL, and (2) the ODL program implementedby the educational institution/organization. From the institution/organization aspect, there isan increasing number of institutions or organizations executing ODL, such as: Open JuniorSecondary School (SMP Terbuka), Open Senior Secondary School (SMA Terbuka), IndonesianOpen Learning University (UT), conventional higher education institutions managing ODL(dual modes), the establishment of the Indonesian Distance Learning Network (IDLN), danSEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). From the implemented ODL program,ODL starts from developing and utilizing printed self-learning materials (modules) andsupported by postal services up to the utilization of advanced information and communicationtechnology (ICT), such as the use of radio and television, audio, CD, and VCD, projectedmedia (sound slide films, 16mm film, powerpoint), and the networking media (internet). Thelearning tutorials keep on developing, starting from face-to-face tutorials up to the tutorialsutilizing ICT. The management of ODL also shows a progress, starting from individual institutionor organization iniatiative up to the management of ODL based partnership or consortium.

Key words: Open learning, distance learning, open and distance learning, distance learningnetwork, information and communication technology.

Page 165: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANIndonesia diakui oleh berbagai lembaga

regional/internasional sebagai salah satu negarayang berhasil mengembangkan sistempendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ).Pengalaman Indonesia di bidang penerapan PTJJtelah dimulai sejak tahun 1950-an dengandidirikannya Balai Penataran Guru Tertulis (BPGTertulis) di Bandung. Pada awalnya, PTJJdiselenggarakan dalam bentuk korespondensidengan mengandalkan penggunaan jasa layananpos untuk pengiriman bahan-bahan belajartercetak (printed learning materials) kepada paraguru yang menjadi peserta penataran. Demikianjuga sebaliknya, di mana para guru pesertapenataran menggunakan jasa layanan pos untukmengirimkan hasil-hasil pekerjaan atau tugasmereka kepada para instruktur pelatihan. Tujuanpenataran ini adalah untuk meningkatkanpengetahuan dan kemampuan para guru.

PTJJ dalam bentuk korespondensi jugadigunakan untuk kepentingan pembelajaran paratentara pelajar (TP) yang terpaksa harusmenghentikan pendidikannya karena harusberperang mempertahankan kemerdekaanIndonesia. Setelah pertempuran melawanpenjajah berakhir, para tentara pelajar iniberkeinginan untuk melanjutkan pendidikannyakembali. Dalam rangka memenuhi kebutuhanakan layanan pendidikan bagi para eks tentarapelajar ini, Jawatan Pendidikan Masyarakatmenyelenggarakan pendidikan jarak jauh yangmemanfaatkan jasa pos (korespondensi). Tidakbanyak informasi yang dapat diperoleh mengenaiperkembangan lebih lanjut dari PTJJ yangdiselenggarakan dalam bentuk korespondensibagi para eks tentara pelajar (Siahaan, 2009).

Selanjutnya, perkembangan PTJJ ditandaidengan kegiatan perintisan penataran guru dancalon guru SD melalui siaran radio pada tahun1976 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) danJawa Tengah. Berdasarkan hasil evaluasi yangdilakukan, model PTJJ melalui pemanfaatan siaranradio ini dinilai berhasil sehingga disebarluaskanke berbagai propinsi lainnya. Tujuannya adalahuntuk memberikan kesempatan kepada para guruSD yang tidak terlayani melalui model penatarankeliling (Tarling). Kegiatan Tarling diselenggarakansecara tatap muka dan berjenjang (cascadetraining).

Pada dasarnya, PTJJ diselenggarakan karenaadanya kebutuhan masyarakat akan layananpendidikan atau pelatihan di satu sisi dan di sisiyang lain, keterbatasan jangkauan ataukemampuan lembaga pendidikan atau pelatihankonvensional untuk memenuhi kebutuhanmasyarakat akan layanan pendidikan ataupelatihan. Secara singkat dapatlah dikemukakanbahwa pada dasarnya gagasan/inisiatif untukpenyelenggaraan PTJJ adalah dikarenakanadanya kebutuhan untuk mendapatkan layananpendidikan atau pelatihan yang tidak dapatdipenuhi oleh lembaga pendidikan atau pelatihankonvensional yang ada. Manakala kebutuhanmasyarakat akan layanan pendidikan ataupelatihan telah dapat dipenuhi oleh lembagapendidikan atau pelatihan konvensional, makamodel PTJJ tidak diperlukan lagi (fleksibilitastinggi). Itulah sebabnya bahwa PTJJ tidak hanyadibutuhkan di negara-negara berkembang tetapijuga di negara-negara maju.

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASAN1. Pengertian tentang Pendidikan

Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ)Istilah pendidikan terbuka dan jarak jauh

mengisyaratkan adanya tiga konsep yangperlu dipahami, yaitu (a) pendidikan terbuka,(b) pendidikan jarak jauh, dan (c) pendidikanterbuka dan jarak jauh (PTJJ). Ketiga istilahini sering atau banyak digunakan di dalamberbagai publikasi atau juga dalam berbagaipertemuan. Sekalipun sudah seringdigunakan, ketiga istilah ini kadang-kadangdigunakan secara silih berganti denganmakna yang sama. Namun apabila dicermatilebih jauh, ternyata tidak semua aspek yangdikandung di dalam ketiga istilah ini memilikimakna yang sama sekalipun memang adajuga aspek-aspek tertentu di antara ketigaistilah ini yang sama.

a. Pendidikan Terbuka (Open Learning)Ros Morpeth mengemukakan bahwa

yang dimaksudkan dengan “openlearning” adalah: “an umbrella term forany scheme of education or training thatseeks systematically to remove barriersto learning, whether they are concernedwith age, time, place or space, With open

Page 166: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

learning, individuals take responsibility forwhat they learn, how they learn, wherethey learn, how quickly they learn, whohelps them and when they have theirlearning assessed” (Morpeth, 2004).

Yang esensial dari konsep tentang“pendidikan terbuka” versi Ros Morpthadalah (1) kegiatan belajar tidakterbelenggu oleh berbagai kendala, baikyang berupa usia, waktu maupun tempatatau ruangan, (2) setiap orang yangbelajar bertanggungjawab tentang apayang akan dipelajari, bagaimana caranyabelajar, di mana harus belajar, irama ataukecepatan belajar yang dikehendaki,memilih pembimbing belajar yangdikehendaki, dan penentuan waktu yangdikehendaki untuk mengikuti penilaianhasil belajar.

Pendidikan terbuka (open learning)menurut versi The British Councilmerupakan suatu konsep kegiatan belajaryang jauh lebih luas daripada pendidikanjarak jauh yang berpusat pada pesertadidik yang dapat atau kemungkinan jugamengandung unsur pendidikan jarakjauh. Pada konsep pendidikan terbuka,tidak dituntut adanya persyaratankualifikasi formal akademik bagi siapasaja yang berminat untuk mengikutinya.Artinya, terbuka bagi siapa saja yangberminat atau tertarik untuk mengikutikegiatan pembelajaran melaluipendidikan terbuka (The British Council,2002).

Lebih jauh, the British Councilmengemukakan bahwa falsafahpendidikan terbuka terletak padapenekanan pemberian berbagai pilihankegiatan pembelajaran kepada pesertadidik. Berbagai pilihan yang ditawarkanadalah mengenai: (1) jenis mediapembelajaran yang akan dimanfaatkan(apakah media cetak, TV atau video), (2)tempat belajar (apakah akanmelaksanakan aktivitas belajar di rumah,di tempat kerja, atau di kampus), (3)gaya belajar (apakah lebih menyukaiyang bersifat tertutup, tidak berstrukturatau lepas), (4) kecepatan belajar(disesuaikan dengan kecepatan belajar

diri sendiri), (5) mekanisme pendukung(apakah mengharapkan kehadiran tutorberdasarkan kebutuhan, apakahdiperlukan kegiatan pembelajaran melaluikonperensi audio atau kegiatanpembelajaran yang berbantuankomputer), dan (6) kebebasan pesertadidik untuk menentukan sendiri kapanakan mengikuti maupun berhenti/keluardari kegiatan pembelajaran.

Berkaitan dengan konsep pendidikanterbuka ini, Desmond Keeganmengemukakan bahwa istilah pendidikanterbuka biasanya cenderung mengarahpada aspek keterbukaan dalam cakupanpengertian persyaratan masuk ataumendaftar sebagai peserta didik, dalammengakses kegiatan pembelajaran, dankebebasan memilih waktu dan tempatuntuk mengikuti suatu programpendidikan yang ditawarkan (Keegan,1990).

Dari pemikiran yang dikemukakan diatas dapatlah dikatakan bahwapendidikan terbuka pada dasarnya adalahmodel pendidikan yang bersifat terbukauntuk diikuti oleh siapa saja yangmemang membutuhkan pengetahuanyang ditawarkan yang sama sekali tidakmenuntut persyaratan kualifikasi formalakademik. Kata “terbuka” dalampendidikan terbuka mengandung artibahwa setiap orang yang ingin mengikutikegiatan pembelajaran melaluipendidikan terbuka dapat mendaftarkandiri sewaktu-waktu atau kapan saja;demikian juga dengan keinginan untukkeluar atau berhenti mengikutipendidikan terbuka. Peserta didik benar-benar memiliki keleluasaan ataukebebasan, baik untuk mengikutimaupun untuk berhenti mengikutipendidikan terbuka sesuai dengantuntutan kebutuhannya.

b. Pendidikan Jarak Jauh (DistanceLearning)

Istilah pendidikan jarak jauh telahdikenal sejak sekitar tahun 1720-andalam bentuk korespondensi denganmenggunakan bahan-bahan belajar

Page 167: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

tercetak yang penyampaiannya kepadapeserta didik menggunakan jasa layananpos (Purwanto, dkk., 2009). Sedangkanmenurut Joseph McCall (McCall, 2004),awal dimulainya pendidikan jarak jauh(PJJ) adalah selama terjadinya PerangDunia kedua (PD-II). Selamaberlangsungnya PD-II, peserta didikmengalami kesulitan untuk melakukanperjalanan dari tempat tinggal merekake lembaga-lembaga pendidikankonvensional atau reguler yang ada gunamengikuti kegiatan pembelajaran secarateratur. Dalam menghadapi keadaan yangdemikian ini, model pendidikan jarak jauhyang pertama sekali dilaksanakan adalahdalam bentuk kores-pondensi yangsangat mengandalkan jasa layanan poskarena tidak memungkinkannya untukmengadakan pertemuan tatap muka.Bahan-bahan belajar yang akandigunakan atau dipelajari, dikemas kedalam bentuk tertulis atau rekaman.

Pengertian pendidikan jarak jauh(distance learning) menurut Nursel SelverRuzgar yang merujuk pada pemikiranDesmond Keegan ditandai denganadanya unsur-unsur, seperti:1) the separation of teacher and learner

which distinguishes it from face-to-face lecturing,

2) the influence of an educationalorganization which distinguishes itfrom private study,

3) the use of technical media, usuallyprint, to unite teacher and learner andcarry the educational content,

4) the provision of a two-waycommunication so that the studentmay benefit from or even initiatedialogue,

5) the possibility of occasional meetingsfor both didactic and socializationpurposes, and

6) the participation in an industrializedform of education, which if accepted,contains the genus of radicalseparation of distance education fromother forms (Ruzgar, 2004 danKeegan, 1990).

Berdasarkan pemikiran Nursel SelverRuzgar dan berbagai ahli lainnya,karakteristik pendidikan jarak jauh adalahsebagai berikut.1) Adanya keterpisahan antara peserta

didik dengan guru/dosen/instruktur(keterpisahan ini tidak harus dalamartian jarak yang jauh tetapidimungkinkan juga dengan jarakyang sangat dekat seperti di 2ruangan yang bersebelahan). Pesertadidik dapat saja sedang berada danbelajar di satu ruangan dan di ruangsebelahnya yang berbatasanlangsung berada guru/dosen/instruktur. Yang jelas, peserta didikdengan guru/dosen/ instruktur tidakberada di satu tempat yang samapada waktu yang bersamaan.

2) Materi pelajaran/perkuliahandirancang dan dikemas secara khususdalam bentuk bahan belajar mandiri,baik yang berupa media cetak (yangbiasanya disebut modul) maupundalam bentuk media rekaman (kasetaudio/CD, kaset video/VCD, ataudalam bentuk flash/USB) sehinggadapat dipelajari secara mandiri olehpeserta didik, baik secaraperseorangan maupun dalamkelompok kecil.

3) Komunikasi antara peserta didikdengan guru/dosen/instruktur padaumumnya dilakukan denganmenggunakan media, seperti:telepon, layanan pesan singkat (sms),email apabila ada materi pelajaran/perkuliahan yang masih sulit dipahamiatau ada hal-hal penting lainnya yangberkaitan dengan pelajaran/perkuliahan yang membutuhkansolusi atau pemecahan.

4) Sebagian besar waktu belajar pesertadidik digunakan untuk belajarmandiri, baik secara perseoranganmaupun dalam kelompok kecil.Beberapa lembaga penyelenggarapendidikan jarak jauh menyediakanlayanan belajar tutorial, baik yangbersifat tatap muka maupun melaluipemanfaatan media elektronik ataujaringan.

Page 168: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

c. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh(PTJJ)

Beberapa karakteristik pendidikanterbuka dan jarak jauh (open anddistance learning) adalah:1) adanya keterpisahan antara peserta

didik dengan guru/instruktur;2) sebagian besar kegiatan belajar

peserta didik dilakukan melaluiberbagai bahan pembelajaran yangdirancang secara khusus yangmemungkinkan peserta didik belajarsecara mandir i di sampingmemanfaatkan berbagai bahanbelajar lainnya yang tersedia dilingkungannya;

3) peserta didik belajar mandiri sesuaidengan kecepatan belajar masing-masing (self-paced learning), baikindividual maupun kelompok, baikdi Tempat Kegiatan Belajar (TKB),maupun di tempat lain;

4) peserta didik dimungkinkan untukmengikuti kegiatan pembelajarantatap muka dengan guru/instruktursecara terbatas; dan

5) adanya institusi yang melakukanakreditasi terhadap hasil belajarpeserta didik (Siahaan danSimanjuntak, 2004). Pada umumnya, konsep yang

diterapkan di Indonesia adalah konsepyang ketiga, yaitu pendidikan terbukadan jarak jauh (PTJJ). Sesuai dengankarakteristik PTJJ sebagaimana yangtelah dikemukakan di atas, makapenerapannya di Indonesia dapatberupa sistem secara utuh atau secaraparsial dalam bentuk komponen systemPTJJ. Beberapa contoh penerapan PTJJyang berupa sistem adalah (1)Universitas Terbuka (UT), (2) SekolahMenengah Pertama Terbuka (SMPTerbuka), (3) Sekolah Menengah AtasTerbuka (SMA Terbuka), (4) Pendidikandan Pelatihan Guru Sekolah Dasarmelalui Siaran Radio (Diklat SRP GuruSD), dan (5) Diklat Bahasa Inggris GuruSD.

Sedangkan contoh penerapan yangberupa program atau komponen sistem

dari PTJJ adalah (1) pengembangandan penayangan (a) program siarantelevisi edukasi, dan (b) program siaranradio pendidikan, (2) pengembangandan penyediaan program pembelajaranmelalui internet, (3) pengembangandan pemanfaatan VCD Pembelajaranuntuk SD, SMP, dan SMA, (4)pengembangan dan pemanfaatanbahan belajar mandiri tercetak (modul)untuk Diklat Bahasa Inggris Guru SD,(5) penyelenggaraan video conferenceuntuk penataran guru, dan (6)penyelenggaraan bimbingan belajarmelalui internet (bimbel online).

2. Perkembangan Pendidikan

Terbuka dan Jarak JauhBerdasarkan berbagai rujukan

(references) yang dapat diperoleh, makaperkembangan PTJJ di Indonesia dapatdijelaskan dari 2 segi, yaitu dari segi (a)perkembangan kelembagaan atauorganisasi yang berkiprah di bidang PTJJ,dan (b) perkembangan program PTJJ yangtelah dikembangkan/diterapkan diIndonesia. Namun sebelum membahasperkembangan PTJJ dari dua segi ini, adabaiknya disajikan tentang gagasan awalpengembangan PTJJ di Indonesia.a. Gagasan Awal Penyelenggaraan

Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh(PTJJ)

Sebagaimana yang telahdikemukakan sebelumnya bahwa upayapengenalan dan penerapan gagasanatau inisiatif di bidang penyelenggaraanpendidikan terbuka dan jarak jauh(PTJJ) di Indonesia telah dimulai padatahun 1950-an dalam bentukkorespondensi (Purwanto, dkk., 2009).Gagasan awal ini diprakarsai olehJawatan Pendidikan Masyarakat yangditujukan untuk melayani kebutuhanpendidikan di kalangan para tentarapelajar (TP) yang telah selesaiberperang untuk mempertahankankemerdekaan. Kemudian, gagasanpenyelenggaraan PTJJ ini dilanjutkanoleh Balai Penataran Guru Tertulis (BPGTertulis), dimulai pada tahun 1954.

Page 169: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Kemudian, sekitar tahun 1960-an,dapat dicatat beberapa kegiatan yangberkaitan dengan rencana pemanfaatanteknologi komunikasi (tekkom) bagikepentingan pendidikan, yaitu: (1)penelitian yang dipimpin oleh LHSEmerson melalui bantuan UNESCOtentang “Education in Indonesia:Diagnosis of the Present Situation withIdentification of Priorities Development”,(2) penelitian yang dilakukan oleh C. Kockdan kemudian dilanjutkan denganpembentukan sebuah tim yang dipimpinoleh J. Willings dan di akhir kerja tim,diajukanlah sebuah proposal tentang “AProgram of Educational Broadcasting inIndonesia”, dan (3) kajian dari segiekonomis yang dilakukan oleh StanfordUniversity melalui tenaga ahlinya Prof. Dr.Jamison. Laporan hasil kajiannya berjudul“Alternative Strategies for Primary SchoolEducation in Indonesia: A Cost ofEffectiveness Analysis” (Habib,1984).

Beberapa penelitian lainnya yangdilaksanakan adalah (1) The Effect ofEducational Broadcasting oleh In-Score(Institute for Social and CommunicationResearch), (2) Study of the Specificationsand Design of Receivers for Use inEducational Broadcasting oleh LembagaPenelitian Telekomunikasi Radio danMicrowave-Institut Teknologi Bandung(ITB) pada 1972, dan (3) TheManagement of Educational Broadcastingoleh Lembaga Manajemen-UniversitasIndonesia pada tahun 1972.

Sekitar 20 tahun setelah gagasan/inisiatif awal penyelenggaraan PTJJ,barulah dapat dilanjutkan dengankegiatan konkrit yang berupaeksperimentasi penyelenggaraan siaranradio untuk penataran guru dan calonguru SD di Daerah Istimewa Yogyakartadan Jawa Tengah pada pertengahantahun 1970-an melalui kerjasama denganUNICEF. Kegiatan eksperimentasi inididahului oleh serangkaian studi/kajianmengenai kemungkinan pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi (TIK).Untuk menunjang pelaksanaaneksperimentasi, dibagikan 300 buah radio

transistor kepada kelompok-kelompokbelajar guru SD yang menjadi pesertaeksperimentasi.

Setelah dilakukan evaluasi terhadappelaksanaan eksperimentasipenyelenggaraan penataran guru SDmelalui siaran radio, maka MenteriPendidikan dan Kebudayaan, SyarifThayeb, meresmikan Sistem PenataranGuru-guru SD melalui Siaran RadioPendidikan di 11 propinsi pada tanggal16 Pebruari 1977. Sistem penataran guruSD melalui siaran radio ini pada awalnyaadalah dimaksudkan untuk mendukungpelaksanaan penataran guru SD secaratatap muka dan berangkai (cascadetraining). Penataran guru SD secara tatapmuka dan berangkai ini dikenal jugadengan isti lah penataran kelil ing(Tarling). Untuk dapat mengikuti kegiataneksperimentasi penataran guru SDmelalui siaran radio ini, masing-masingguru SD yang menjadi pesertaeksperimentasi diberikan bahanpenataran tercetak yang disebut BahanPenyerta Siaran Radio Pendidikan (BP-SRP).

Pengalaman Indonesiamenyelenggarakan pendidikan terbukadan jarak jauh (PTJJ) sangat bervariasi,mulai dari yang paling sederhana yaituyang menggunakan bahan-bahan belajarmandiri tercetak disertai dengan mediapenunjang, seperti: kaset audio, filmbingkai suara, kaset video, siaran radio,siaran televisi, CD/VCD sampai denganyang memanfaatkan media canggih(komputer dan jaringan internet).

b. Perkembangan PTJJ Ditinjau dariSegi Kelembagaan/Organisasi

Berikut ini dikemukakanperkembangan kelembagaan/organisasiyang berkiprah di bidang PTJJ, yaitu:

1) Balai Penataran Guru TertulisSistem penataran tertulis bagi

para guru yang diselenggarakan olehBalai Penataran Guru Tertulis (BPGTertulis) dimulai pada tahun 1954.BPG Tertulis merupakan cikal bakal

Page 170: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Pusat Pengembangan Penataran GuruTertulis (P3G Tertulis). Kegiatan yangdilaksanakan mencakup:a) penataran penyegaran (tipe A)

yang bertujuan untukmenyesuaikan kemampuanpendidik dan tenaga kependidikandengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi sertamemantapkan pelaksanaan tugassehari-hari guru sesuai dengankebijakan pemerintah padabidang pendidikan (guru kelas TK,SD, dan guru bidang studi di SMPyang tidak mempunyaikesempatan mengikuti penataranguru secara tatap muka), dan

b) penataran kualifikasi/penyetaraan(tipe B) yang bertujuan untukmeningkatkan kemampuanakademis bagi para guru bidangstudi/mata pelajaran dan tenagakependidikan sehingga diperolehsuatu kualifikasi formal tertentusesuai dengan standar yangditentukan (PenyetaraanPGSMTP/D-1) (Hasanudin, 1992).

2) Sekolah Menengah Pertama Terbuka(SMP Terbuka)

SMP Terbuka adalah subsistempendidikan jalur sekolah yangmemberikan pendidikan tingkat SMPmelalui prinsip belajar mandiri denganbimbingan terbatas dari orang lain.SMP Terbuka merupakan sebuahalternatif model/sistem pendidikanyang inovatif dan fleksibel sertamerakyat yang perintisannyadilaksanakan di 5 lokasi di 5 propinsipada tahun 1979. Status SMP Terbukasama dengan SMP biasa/reguler, baikditinjau dari kurikulum, mutumaupun statusnya (Haryono, 1984).SMP Terbuka menginduk pada SMPNegeri yang ditunjuk. Dengandemikian, SMP Terbuka dikelola olehmanajemen SMP Negeri yangberfungsi sebagai sekolah induk.

Sejalan dengan Wajib Belajar 9Tahun, sekalipun kondisi masyarakat

kurang menguntungkan secarafinansial, para orang tua seyogianyatetap mengupayakan agar anak-anakmereka setidak-tidaknya dapatmenyelesaikan pendidikan 9 Tahunmelalui SMP Terbuka. SMP Terbukadikatakan sebagai bentuk pendidikanyang inovatif dan merakyat karenaantara lain ditandai dengankarakteristiknya, seperti: (a)pendidikan yang mendatangi anak-anak, (b) anak-anak tetap dapatmembantu orang tua mencari nafkahsehari-hari, (c) anak-anak tidak harusdatang setiap hari belajar di SMP, (d)anak-anak tidak perlu memakaiseragam, (e) orang tua tidak dibebaniberbagai bentuk biaya pendidikan,dan (f ) kegiatan pembelajaranmengoptimalkan pemanfaatanberbagai sumber belajar dilingkungan sekitar (Siahaan, 2009a).

3) Sekolah Menengah Atas Terbuka(SMA Terbuka)

SMA Terbuka adalah subsistempendidikan pada jenjang pendidikanmenengah yang mengutamakankegiatan belajar mandiri pesertadidiknya dengan bimbingan terbatasdari orang lain. SMA Terbukamerupakan sebuah alternatif model/sistem pendidikan yang inovatif danfleksibel yang perintisannyadilaksanakan di 7 lokasi di 6 provinsipada tahun 2001/2002. SMA Terbukamerupakan salah satu model layananpendidikan alternatif jalur sekolahtingkat menengah dan bukanmerupakan lembaga atau UPT baruyang berdiri sendiri, melainkanmenginduk pada SMA reguler yangada.

Pengelola SMA reguler yangmenjadi Sekolah Induk SMA Terbukadiberi tugas tambahan untukmengelola SMA Terbuka. Untuk dapatmelaksanakan tugas tambahan ini,tenaga pengelola mendapatkanpelatihan dari Pustekkom. Selainkesiapan tenaga pengelola, berbagai

Page 171: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

kelengkapan lain yang dibutuhkanuntuk mengelola SMA Terbuka,dilengkapi oleh Pustekkom danDirektorat teknis yang terkait.

Model/sistem pendidikan SMATerbuka telah memungkinkan paralulusan SMP/MTs atau yang sederajatyang “kurang beruntung untuk dapatbelajar di SMA reguler” (karenaberbagai kendala/keterbatasan) danpeserta didik putus sekolah padapendidikan Sekolah Menengahdimungkinkan untuk melanjutkanpendidikannya ke SMA Terbuka.Peserta didik SMA Terbuka tidakdiharuskan datang setiap hari ke SMAreguler yang menjadi Sekolah IndukSMA Terbuka tetapi cukup hanyasekali atau dua kali seminggu sesuaidengan kebutuhan (Pustekkom,2005).

4) Universitas Terbuka (UT)Universitas Terbuka (UT)

merupakan salah satu perguruantinggi negeri (PTN) yangmenyelenggarakan kegiatanpembelajarannya denganmenerapkan sistem belajar jarak jauh(single mode). Mahasiswa belajarmelalui pemanfaatan mediapembelajaran, baik bahan belajarmandiri tercetak (modul) maupunbahan belajar non-cetak (audio/video,komputer/internet, siaran radio dantelevisi).

Sebagian besar waktu belajarmahasiswa UT digunakan untukbelajar mandiri sehingga keberhasilanbelajarnya sangat ditentukan olehdirinya sendiri. Terbuka jugakesempatan bagi mahasiswa untukmengikuti kegiatan belajar tutorial,baik secara tatap muka maupunmelalui Internet (tutorial online/tuton), radio, dan televisi, sertamenggunakan sumber belajar lainseperti bahan belajar berbantuankomputer dan program audio/video(http://www.ut.ac.id/strategi-belajar-.html. Diakses tanggal 10 Mei 2011).

Gagasan untuk pendirian UTdiprakarsai oleh Pusat TeknologiInformasi dan KomunikasiPendidikan-Departemen Pendidikandan Kebudayaan. Pertimbangannyapada waktu itu adalah masihrendahnya angka melanjutkanpendidikan ke pendidikan tinggi.Kemudian, Pustekkommenyosialisasikan konsep pendirianUT kepada berbagai pihak (pimpinanperguruan tinggi, pakar pendidikan,dan birokrat) melalui serangkaiankegiatan seminar dan loka karya(Faculty Development Seminar).Setelah kegiatan persiapan berjalansekitar 3 tahun, Presiden RepublikIndonesia, Soeharto, berkenanmencanangkan pendirian UT sebagaisalah satu perguruan tinggi negeridengan kuliah perdana yang disajikanoleh begawan ekonom Indonesia,Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo.

5) Jaringan Sistem Belajar Jarak JauhIndonesia (Jaringan Sistem BJJI)

Pada tahun 1993, sebagai tindaklanjut dari studi yang telahdilaksanakan mengenai manajemenpendidikan terbuka dan jarak jauhpada jenjang pra-universitas yangmencakup 21 lembaga, maka 5lembaga pemerintah (KementerianPendidikan dan Kebudayaan,Kementerian Tenaga Kerja,Kementerian Pertanian, KementerianKesehatan, dan Kementerian Agama)bersepakat untuk secara bersama-sama mengembangkan kerja samamelalui pembentukan sebuahjaringan lintas sektoral yang dikenaldengan nama Jaringan Sistem BelajarJarak Jauh Indonesia (JaringanSistem BJJI) atau IndonesianDistance Learning Network (IDLN).

Melalui IDLN yang dikoordinasikanoleh Kementerian Pendidikan danKebudayaan (sehari-hari dilaksanakanoleh Pusat Teknologi Informasi danKomunikasi Pendidikan atauPustekkom), diharapkan berbagai

Page 172: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

sumber daya yang tersedia di masing-masing lembaga anggota dapatdioptimalkan pemanfaatannya bagikepentingan bersama dalampeningkatan penyelenggaraan PTJJ.Artinya, setiap lembaga pendidikanatau pelatihan tidak perlu harusmemulai kegiatan PTJJ-nya dari awalatau dari nol tetapi dapatmemanfaatkan berbagai fasilitas atauekspertis yang telah dimiliki olehlembaga-lembaga pendidikan ataupelatihan lainnya.

c. Perkembangan PTJJ Ditinjau dariSegi Program yang Diterapkan/DiselenggarakanBerikut ini dikemukakan perkembanganPTJJ dilihat dari segi program yangditerapkan/ diselenggarakan (baik dalamtataran gagasan, perencanaan,perintisan, maupun tataranpengembangan) lembaga atau organisasipendidikan.

1) Program Diploma dan GelarProgram Pendidikan Setara

Diploma-2 Guru SD diselenggarakanoleh Pustekkom bekerjasama denganDirektorat Pendidikan Guru-DirektoratJenderal Pendidikan Dasar danMenengah serta Universitas Terbuka(UT) pada tahun 1990. Pesertapendidikan ini adalah para guru SDyang berlatar belakang SekolahPendidikan Guru (SPG). Pesertapendidikan tidak perlu meninggalkantempat tugas sehari-hari karenabahan-bahan belajar dikirimkanlangsung oleh instansi penyelenggarakepada peserta, baik yang berupamedia cetak (modul), media rekam(VCD), maupun media siaran (siaranradio pendidikan). Peserta pendidikanyang lulus penilaian diberikansertifikat Diploma-II. Mereka yangtelah lulus dari program pendidikansetara Diploma-II dapat melanjutkanpendidikannya ke program pendidikanS-1.

Program lain yang ditujukankepada para guru SD adalah programS-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar(PGSD). Program pendidikan inidiselenggarakan oleh sejumlahperguruan tinggi yang tergabungdalam sebuah konsorsium. ProgramS-1 PGSD ini terbuka bagi guru SDyang telah menyelesaikan pendidikanDiploma-II atau yang mempunyaiijazah SPG. Strategi pembelajaranyang diterapkan adalah bahwa belajarmandiri melalui bahan-bahan belajaryang telah dipersiapkan secarakhusus. Kegiatan belajar tutorial tatapmuka juga disediakan bagi yangmahasiswa yang membutuhkan.Penilaian hasil belajar mahasiswaditentukan oleh masing-masingperguruan tinggi yang tergabungdalam konsorsium.

Program gelar untuk berbagaibidang studi melalui sistem BJJditawarkan oleh Universitas Terbuka(UT). Perkembangan terakhir adalahbahwa UT tidak hanya menawarkanprogram pendidikan bergelar S-1tetapi juga program pendidikan S-2.Seiring dengan dukungan kebijakan,maka perguruan tinggi konvensionaljuga secara bertahap sudah mulaimerintis penyelenggaraan pendidikanmelalui penerapan sistem BJJ (dualmodes).

2) Program Non-diploma/Non-gelarSistem BJJ tidak hanya diterapkan

untuk menyajikan program diplomadan gelar, tetapi juga program yangbersifat non-diploma dan non-gelaryaitu melalui kegiatan pendidikan danpelatihan (diklat) atau penataran.Berikut ini diuraikan perkembanganPTJJ melalui berbagai program diklatatau penataran yang menerapkansistem BJJ yang dikelola oleh berbagailembaga/organisasi pendidikan.a) Kursus Tertulis Pengembangan

ManajemenKursus Tertulis bidang

pengembangan manajemenmerupakan bentuk pendidikan

Page 173: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

jarak jauh yang dimulaipenyelenggaraannya pada tahun1979 oleh Institut Pendidikan danPembinaan Manajemen (InstitutPPM) bekerjasama dengan JapanManagement Association (JMA)dan the Association for OverseasTechnical Scholarship (AOTS).Kemudian, kursus tertulis ini lebihdikenal dengan nama KursusManajemen Multimedia (KMM)(Sutrisno, 1992).

b) Penyelenggaraan PTJJ PenyuluhPertanian Lapangan

Pusat Pembinaan TenagaPendidik Pertanian (Pusbindiktan)bekerjasama dengan UniversitasTerbuka (UT) mengembangkanmodel PTJJ yang bersifat inovatifuntuk melayani kebutuhanPenyuluh Pertanian Lapangan(PPL) akan peningkatan kualifikasipendidikan akademik merekamenjadi Diploma-III. Bahan-bahan belajar yang digunakanoleh para PPL adalah yangdirancang dan dikembangkansecara khusus (bahan belajarmandiri) sehingga dapat dipelajarioleh masing-masing PPL secaramandiri, baik dalam bentukperseorangan maupun dalamkelompok kecil.

Selain belajar melalui bahanbelajar mandiri (modul), para PPLmendapatkan kesempatan untukmengikuti kegiatan tutorial tatapmuka secara periodik. Pertemuandengan para tutor/fasilitatordifokuskan untuk mendiskusikanberbagi kesulitan atau masalahyang dihadapi PPL selama belajarmandiri.

c) Pendidikan dan Pelatihan JarakJauh (DJJ) di bidang ManajemenPemerintahan

Persiapan penyelenggaraanDJJ di lingkungan KemeterianDalam Negeri telah dimulai sejak

tahun 1997 dalam bentukberbagai seminar dan loka karya.Kegiatan persiapan mencakup (1)penyiapan peraturan perundang-undangan yang menjadilandasan/dasar dari model/sistemDJJ, (2) sosialisasi model/ sistemDJJ yang akan diterapkan, (3)pelatihan tenaga di bidangpengembang-an bahan belajarmandiri mandiri tercetak (modul),dan (4) pengembangan danujicoba bahan belajar modul yangmencakup bidang kependidikandan administrasi, masalah-masalah pertanian, ketentramandan keteraturan, pelayanan sosialdi bidang pendidikan, kesehatanmasyarakat, keluarga berencana,dan kepemimpinan yangberorientasi pada pelayananmasyarakat (Sadiman, 1999).

Tujuan dari penyelenggaraanDJJ bidang manajemenpemerintahan adalah untukmeningkatkan jumlah aparatpemerintah yang memilikipengetahuan, keterampilan dankemampuan yang andal dalampelaksanaan tugas sehari-harimengelola bidang (1) administrasipemerintahan, (2) pembangunan,dan (3) pelayanan lainnya yangditujukan kepada masyarakat.

d) Gagasan untuk Pendidikan danPelatihan Diklat Jarak Jauh BidanDesa

Gagasan untuk pengenalandan penyelenggaraan Diklat JarakJauh Bidan Desa (DJJ Bidan Desa)berasal dari KementerianKesehatan. Tujuan dari DJJ BidanDesa adalah untuk meningkatkanpengetahuan dan kemampuanpara bidan yang bertugas didaerah perdesaan. Berbagaipersiapan telah dilakukan, seperti:perancangan model DJJ BidanDesa, pelatihan tenaga untukpengembangan bahan belajar

Page 174: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

6912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

mandiri tercetak (modul),pelatihan tenaga untukpengembangan program video,dan pengembangan bahan-bahanbelajar mandiri tercetak.

Berdasarkan rancangan modelDJJ yang dikembangkan, parabidan yang menjadi peserta DJJBidan Desa dapat mempelajaribahan-bahan belajar yang berupamodul sesuai denganketersediaan waktu mereka.Secara periodik sesuai dengankesepakatan bersama, para bidandapat bertemu dengan tutor/fasilitator untuk mendiskusikanberbagai materi diklat yang masihbelum atau sulit dipahami.Pertemuan dengan tutor/fasilitator juga dimaksudkan untukmembimbing para bidan dalampelaksanaan kegiatan-kegiatanyang bersifat praktek.

Sekalipun berbagai kegiatanperencanaan atau persiapan telahdilakukan, namun model DJJBidan Desa belum dapatdiimplementasikan karenaterbentur pada peraturanp e r u n d a n g - u n d a n g a nKementerian Pendidikan Nasionaltentang persyaratanpenyelenggaraan dual mode(pendidikan reguler yangsekaligus juga disertai denganpenyelenggaraan pendidikanterbuka dan jarak jauh) dilingkungan perguruan tinggi.

e) Penataran Guru dan Calon GuruSD melalui Siaran Radio (DiklatSRP Guru SD)

Gagasan untuk perintisanpemanfaatan siaran radio bagikepentingan pendidikan danpelatihan guru dan calon guruSekolah Dasar (SD) dimulai padatahun 1976 (Miarso dan Suhedi,1984). Seiring dengan adanyaperaturan pemerintah yangmewajibkan guru SD

meningkatkan kualifikasipendidikannya menjadi setaraDiploma-II, maka Diklat SRP GuruSD ditingkatkan menjadi programPenyetaraan Diploma-II SiaranPendidikan (D-IISP PGSD) yangdilaksanakan Pustekkombekerjasama dengan UniversitasTerbuka dan Direktorat PendidikanGuru dan Tenaga Teknis-Direktorat Jenderal PendidikanDasar dan Menengah. Pada tahapperintisan, D-II JJ PGSDdilaksanakan di 3 propinsi(Kalimantan Barat, KalimantanTimur, dan Nusa Tenggara Timur)pada tahun 1990.

f) Sistem Belajar Jarak JauhPerbankan

Pada tahun 1985, LPPImemulai sistem belajar jarak jauhtahap pertama yang ditujukanbagi para pejabat pemberiankredit. Bahan belajar yangdigunakan modul (bahan belajarmandiri tercetak) dan kaset audio.Tahap kedua ditujukan bagi paramanajer Bank Perkreditan Rakyat(BPR). Program ini bertujuanuntuk memenuhi kebutuhanperbankan yang terampil dalamwaktu yang relatif singkat danjumlah yang besar dalampemberian kredit kepadapengusaha kecil (Budimulya,1992).

g) Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ)untuk Pengembangan SDMTelkom

PT. Telkom (melalui DivisiRisTI dan Divlat) bekerjasamadengan Lucent Technologymenggagas pengembangansumber daya manusia memulaiproyek belajar jarak jauh padatahun 1998. Penyelenggaraansistem BJJ diawali dengankegiatan perintisan yangmencakup (1) penyiapan SDM

Page 175: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

yang terlatih di bidangpengembangan teknologijaringan, telepon, dan internetkomunikasi, (2) pengadaan danpemasangan infrastruktur sistemBJJ di beberapa lokasi regional PT.Telkom yang terhubung dengansejumlah perguruan tinggi, dan(3) perintisan penyelenggaraansistem BJJ (Sadiman, 1999).

Tujuan penyelenggaraansistem BJJ yang dirintis oleh PT.Telkom adalah untukmeningkatkan kemampuan danketerampilan pegawai agarmenjadi lebih profesional dibidang tugasnya. Sistem BJJ yangditerapkan mencakup (1)pelatihan non teknik yangdiselenggarakan untukmeningkatkan kemampuanpegawai agar dapat menunjangkemjuan perusahaan, yangdimulai pada tahun 1990, dan (2)pelatihan manajemen bagipegawai Telkom, baik yang masihaktif maupun bagi pegawai yangakan menjelang purna tugas(Suroso, 1992).

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Perkembangan pendidikan terbukadan jarak jauh (PTJJ) di Indonesia diawalidengan model korespondensi yangsangat mengandalkan jasa pos sampaidengan pemanfaatan teknologi informasidan komunikasi yang mutakhir. Dari segikelembagaan/organisasi, dari waktu kewaktu semakin bertambah jumlahlembaga atau organisasi yang berkiprahdi bidang PTJJ. Ada lembaga/organisasiyang menerapkan PTJJ secara sistemik(menyeluruh) dan ada juga yang hanyamenerapkan sebagian dari komponenPTJJ. Di samping itu, metodepenyampaian materi pembelajaran jugaterus mengalami perkembangan, dimulaidari pemanfaatan jasa layanan possampai dengan pemanfaatan teknologijaringan.

Bahan belajar yang dikembangkandan digunakan PTJJ diawali denganbahan belajar mandiri tercetak (modul)dengan dukungan tutorial tatap muka.Perkembangan terus berjalan sampaidengan penggunaan bahan belajar yangberupa media rekaman, media proyeksi,media elektronik (media siaran, audio/video conferences), sampai denganmedia jaringan (internet). Demikian jugadengan kegiatan tutorial, yang padatahap awal dimulai dengan yang bersifattatap muka, fax dan telepon, mediarekaman sampai dengan tutorial yangdilaksanakan dengan audio/videoconference dan yang bersifat online.

Pengelolaan PTJJ juga terusberkembang, dimulai dari (a) penerapankomponen-komponen tertentu sampaidengan penerapan sistem PTJJ secarautuh, (b) penyelenggaraan PTJJ olehlembaga/organisasi secara sendiri-sendirisampai dengan yang dilakukan melaluikerja sama (kemitraan) melaluikonsorsium, dan (c) ada juga lembagayang mengembangkan sendiri bahan-bahan belajarnya (learning resources bydesign) dan ada juga lembaga yanghanya memanfaatkan berbagai bahanbelajar (learning resources by utilization)yang sudah dikembangkan oleh instansilain.

2. SaranSeiring dengan kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), pesertadidik dari bebagai jenjang dan jenispendidikan hendaknya mendapatkanpeluang yang seluas-luasnya untukmengakses berbagai sumber belajar yangberkualitas. Perancangan danpengembangan sumber-sumber belajaryang dapat diakses setiap saat olehpeserta didik melalui fasilitas teknologiinternet ini hendaknya diprioritaskan yangsesuai dengan tuntutan kurikulum.Ketersediaan sumber-sumber belajaryang dapat diakses setiap saat ini akansangat bermanfaat bagi peserta didikyang (a) berada di daerah perdesaan,perbatasan, sulit geografisnya, atau

Page 176: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

terpencil, dan (b) belajar di sekolah yangterkendala oleh berbagai keterbatasan,seperti ketersediaan guru dan sumber-sumber belajar.

Ketersediaan sumber belajar melaluipemanfaatan kemajuan TIK sepertitersebut di atas akan memberikanpeluang yang sama kepada setiappeserta didik untuk menguasai materipembelajaran di manapun merekaberada. Untuk mewujudkan keadaanyang demikian ini, kerjasama berbagaipihak, seperti pemerintah, swasta,masyarakat, dan organisasi profesisangat dibutuhkan dan menentukan.

PUSTAKA ACUANBudimulya, Samali. (1992). “Program Belajar

Jarak Jauh Pejabat Pemberian Kredit danManajemen Bank Perkreditan Rakyat untukPendidikan Profesi Perbankan”, dalamSeminar Lokakarya Nasional TeknologiPendidikan, diselenggarakan oleh Pustekkomdan Ditdikmenum-Departemen Pendidikandan Kebudayaan di Cisarua-Bogor.

Habib, Zamris. (1984). “Siaran Radio Pendidikanuntuk Penataran Guru-guru Sekolah Dasar”,dalam Teknologi Komunikasi Pendidikan:Pengertian & Penerapannya di Indonesia.Jakarta: Pusat Teknologi KomunikasiPendidikan dan Kebudayaan-DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Haryono, Anung. (1984). “Sekolah MenengahTerbuka: Suatu Penerapan TeknologiPendidikan untuk Pemerataan KesempatanBelajar” dalam Teknologi KomunikasiPendidikan: Pengertian & Penerapannya diIndonesia. Jakarta: Pusat TeknologiKomunikasi Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hasanudin, Moh. (1992). “Perkembangan SBJJuntuk Pendidikan Profesi”, dalam SeminarLokakarya Nasional Teknologi Pendidikan,diselenggarakan oleh Pustekkom danDitdikmenum-Departemen Pendidikan danKebudayaan di Cisarua-Bogor.

Keegan, D. (1990). Foundations of distanceeducation, (2nd Edition). Routledge, Londonand New York.

McCall, Joseph. (2004). Distance Learning.Sumber: http://www.gsu.edu/mstsh/course/it7000/papers/ distance3.htm (Diaksestanggal ....

Miarso, Yusufhadi dan Suhedi. (1984).“Perkembangan Kelembagaan PusatTeknologi Komunikasi Pendidikan danKebudayaan” dalam Haryono, Anung, dkk(eds.), (1984). Teknologi KomunikasiPendidikan: Pengertian dan Penerapannya diIndonesia. Jakarta: Pusat TeknologiKomunikasi Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Morpeth, R. (2004). “What is DistanceLearning?”, University of London DistanceLearning. (sumber: Internet: http//www.se rve r. s tuden tpages . com/d l /what_is_dl.cfm) (Diakses tanggal 23 April2004).

Purwanto, dkk. (eds.). (2009). “30 Tahun KiprahPustekkom dalam Pendidikan”. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan-Departemen PendidikanNasional.

Pusat Teknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan-Departemen PendidikanNasional. (2005). “SMA Terbuka: Konsepsidan Rencana Pengembangan, PedomanPengelolaan, dan Profil”, bahan Temu KaryaPengelola SMA Terbuka. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan-Departemen PendidikanNasional.

Ruzgar, N. S. (2004). Turkish Online Journal ofDistance Education TOJDE April 2004 ISSN1302-6488 Volume: 5 Number: 2 (sumberinternet: http://tojde.anadolu.edu.tr/index.html).

Sadiman, Arief S. (ed.). (1999). Jaringan SistemBelajar Jarak Jauh Indonesia (JaringanSistem BJJI). Jakarta: Pustekkom-Depdikbud.

Siahaan, Sudirman dan W. B. P. Simanjuntak.(2004). “Studi tentang Pengelolaan SekolahMenengah Umum Terbuka (SMU Terbuka)”,artikel ilmiah yang dipublikasikan dalamJurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak JauhVol. 5, No.: 1, Maret 2004. Tangerang:Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.Siahaan, Sudirman. (2009). “Peserta Didik

Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Page 177: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(PTJJ): Sebuah Kajian”, artikel ilmiah yangdisajikan dan dipublikasikan dalamProsiding Pertemuan dan Presentasi HasilPenelitian Bidang Pendidikan, Jakarta:Badan Penelitian dan PengembanganDepartemen Pendidikan Nasional.

Siahaan, Sudirman. (2009a). Sekolah MenengahTingkat Pertama Terbuka (SMP Terbuka)sebagai Bentuk Pendidikan yang Merakyat,artikel ilmiah yang dipublikasikan dalamJurnal TEKNODIK Vol. XIII, No.: 1, Juni 2009.

Suroso, Hari. (1992). “Status dan PerkembanganSBJJ untuk Pendidikan Profesi, PengalamanDiklat Postel”, dalam Seminar LokakaryaNasional Teknologi Pendidikan,diselenggarakan oleh Pustekkom dan

Ditdikmenum-Departemen Pendidikan danKebudayaan di Cisarua-Bogor.

Sutrisno, Rich. M. (1992). “PendidikanManajemen Multimedia (PPM) Institut PPM”,dalam Seminar Lokakarya Nasional TeknologiPendidikan, diselenggarakan oleh Pustekkomdan Ditdikmenum-Departemen Pendidikandan Kebudayaan di Cisarua-Bogor.

Website: http://www.ut.ac/strategi-belajar.html(Diakses pada tanggal 10 Mei 2011).

****************

Page 178: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

E-LEARNING MELALUI PORTAL“RUMAH BELAJAR”

Jaka WarsihnaPustekkom-Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Belajar merupakan kewajiban setiap manusia sejak kecil hingga akhir hayatnya. Inti prosesbelajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan,dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah prosesmembangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Agar proses belajar dapat terustermotivasi diperlukan berbagai model, sistem, dan media pembelajaran. Salah satu sistempembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah e-learning.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyiapkan sebuah portal yangkhusus didedikasikan untuk e-learning. Portal tersebut diberi nama “Rumah Belajar” denganalamat belajar.kemdiknas.go.id. Portal ini setelah diluncurkan sudah banyak yang mengaksesdan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada. Setelah dimanfaatkan ternyata portal inimemiliki berbagai kekuatan dan juga kelemahan. Kekuatannya portal ini antara lain dikemassesuai dengan proses pembelajaran yaitu sesuai kurikulum, ada rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP), materi, katalog media, peta materi, dan bank soal. Sedangkankelemahannya antara lain belum ada home, materi belum lengkap, masih sering failure, banksoalnya belum sesuai dengan kompetensi dasar, katalog medianya belum lengkap, dan lainsebagainya.

Kata Kunci: e-learning, portal, rumah belajar

Abstract:Learning is an obligation to every human being from their childhood to the end of their life.The core of learning process is the individual change in the aspect of knowledge, attitude,skill, and habit as a product and interaction with the environment. Learning is the process ofconstructing knowledge through the transformation of experience. In order to keep motivatedlearning process required a variety of models, systems, and media. One of the learningsystems that utilizes information and communication technology is e-learning. Ministry ofEducation and Culture of Republic of Indonesia has been setting up a special portal websitededicated to e-learning. The portal website is called “Rumah Belajar” and its address isbelajar.kemdiknas.go.id. Many has accessed this portal website after its launching. Thisportal website has several strengths and weaknesses. The strengths of this portal websitelies in its content that is packed in accordance with the learning process consisting of appropriatelearning curriculum, lesson plan implementation, materials, media catalog, material map,and test. Among the weaknesses are as follow: there is no home, the material is not yetcomplete, there are often process failures, the test does not meet the basic competencies,media catalog is not yet complete, and so on.

Key Words: e-learning, portal website, rumah belajar

Page 179: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANBanyak ungkapan yang berkembang dimasyarakat untuk mendorong agar manusiaselalu mau belajar. Misalnya ungkapan“belajar mulai dari buaian sampai akhirhayat”. Maksud ungkapan ini yaitu bahwakita sebagai manusia harus belajar sejakmasih kecil sampai kita meninggal dunia.Ungkapan ini senada dengan “belajarsepanjang hayat”, artinya selama kita masihhidup, kita masih mempunyai kewajibanuntuk terus belajar. Namun pengertianbelajar di sini dalam arti luas, artinya selamakita mendapatkan manfaat ataupengetahuan sekecil apapun sebenarnya itukita sudah belajar.

Inti proses belajar adalah perubahanpada diri individu dalam aspek pengetahuan,sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagaiproduk dan interaksinya dengan lingkungan.Belajar adalah proses membangunpengetahuan melalui transformasipengalaman. Dengan kata lain suatu prosesbelajar dapat dikatakan berhasil bila dalamdiri individu terbentuk pengetahuan, sikap,keterampilan, atau kebiasaan baru yangsecara kualitatif lebih baik dari sebelumnya.Proses belajar dapat terjadi karena adanyainteraksi antara individu dengan lingkunganbelajar secara mandiri atau sengajadirancang. Orang yang belajar mandiri secaraindividual dikenal sebagai otodidak,sedangkan orang yang belajar karenadirancang dikenal sebagai pembelajaranformal. Proses belajar sebagian besar terjadikarena memang sengaja dirancang. Prosestersebut pada dasarnya merupakan sistemdan prosedur penataan situasi danlingkungan belajar agar memungkinkanterjadinya proses belajar. Sistem danprosedur inilah yang dikenal sebagai prosespembelajaran aktif. (http://hilaludinwahid.com/teori-belajar-dan-pembelajaran-e-learning/ rabu, 19 Oktber2011)

Proses pembelajaran yang baik adalahproses pembelajaran yang memungkinkanpara pembelajar aktif melibatkan diri dalamkeseluruhan proses baik secara mentalmaupun secara fisik. Setiap anak yang belajarharus menyiapkan mentalnya untuk benar-benar siap mencari ilmu pengetahuan atau

informasi, sedangkan secara fisik, artinyauntuk dapat belajar kita kadang diperlukankehadirannya di tempat itu.

Saat ini dengan perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi (TIK)memungkinkan kita belajar tanpa menuntutkehadiran fisik kita di suatu tempat yaitu yangdisebut e-learning. Kehadiran e-learningdalam dunia pendidikan merupakan suatuparadigma baru. Dengan e-learning kitadapat belajar di mana saja dan kapan saja.Saat ini kalau kita membuka internet akanbanyak kita temukan website atau portalyang dirancang untuk e-learning.

Salah satu portal yang benar-benardirancang oleh Kementrian Pendidikan danKebudayaan (Kemdikbud) dandisosialisasikan secara gencar ke seluruhsekolah di Indonesia adalah Portal “RumahBelajar” yang beralamat diwww.belajar.kemdiknas.go.id. Portal ini olehKemdikbud diharapkan sebagai satu-satunyaportal yang didesikasikan untuk membantumengatasi masalah pendidikan terutamayang berkaitan dengan materi pembelajaran.Sebagai portal pembelajaran dituntut dapatmewadahi berbagai kepentingan e-learning.Dengan demikian dunia pendidikan diIndonesia benar-benar dapat menerapkan e-learning yang benar sesuai dengan tuntutanperkembangan belajar yaitu belajar di manasaja, kapan saja, dari apa saja dan untuksiapa saja.

B. PERMASALAHANPermasalahan pendidikan di Indonesia

sangat beragam, mulai dari infrastruktur,sarana dan prasarana, jumlah dan kualitasguru, manajemen pengelola pendidikan,motivasi belajar siswa, kesenjangan antarwilayah, dan masih banyak lagi lainnya.Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut,pemerintah dalam hal ini Kemdikbud padaperiode tahun 2010 – 2014 inimenitikberatkan pada program 5 K, yaituketersediaan, keterjangkauan, kualitas,kesetaraan, dan kepastian. Permasalahanyang terjadi adalah bagaimana peran PortalRumah Belajar dalam mendukung program5 K tersebut? Dengan demikian “PortalRumah Belajar” dapat mewadahi tuntutan

Page 180: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

para pebelajar yaitu belajar di mana saja,kapan saja, dari apa saja dan untuk siapasaja.

C. KAJIAN LITERATURSaat ini orang tidak ragu lagi terhadap

kekuatan teknologi informasi dan komunikasi(TIK) untuk membantu memecahkanmasalah pendidikan terutama untukadministrasi dan pembelajaran. Khusus untukpembelajaran, peran TIK dapat dimanfaatkanuntuk menghantarkan yang abstrak menjadisesuatu yang nyata berada di hadapan kita.Dengan kehadiran TIK diharapkan dapatmeningkatkan mutu pembelajaran. Salahsatu peran TIK dalam peningkatan kualitaspembelajaran di sekolah adalah denganmelaksanakan pembelajaran berbasis e-learning.

Istilah e-learning diterjemahkan dalamBahasa indonesia menjadi e-pembelajaran.E-learning secara umum didefinisikansebagai sebuah proses pembelajaran denganmemanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi (TIK) sebagai media dalammenyampaikan materi kepada pesertadidiknya. TIK yang dimanfaatan untuk e-learning yaitu teknologi internet yang didalamnya terdapat sebuah web atau portal.Di dalam portal ini tersedia informasi danruntutan pembelajaran yaitu dari awalsampai akhir.

Banyak pakar yang menguraikan definisie-learning dari berbagai sudut pandang.Menurut Rosenberg (2001), e-learningmerupakan suatu penggunaan teknologiinternet dalam penyampaian pembelajarandalam jangkauan luas yang berlandaskantiga kriteria, yaitu : (1) e-learning merupakanjaringan dengan kemampuan untukmemperbaharui, menyimpan,mendistribusikan dan membagi materi ajaratau informasi, (2) pengiriman sampai kepengguna terakhir melalui komputer denganmenggunakan teknologi internet yangstandar, (3) memfokuskan pada pandanganyang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran (Tim E-learning UI, 2007).

E-learning yang disebut jugapembelajaran online, virtual learning, online

learning, dan lain-lain adalah sebuahkegiatan belajar yang memanfaatkanteknologi jaringan seperti Internet, LocalArea Network (LAN), Wide Area Network(WAN) sebagai salah satu metodepenyampaian, interaksi, dan difasilitasi sertadidukung oleh berbagai bentuk layananbelajar lainnya. E-learning adalahekstensifikasi metode pembelajaran yangmemungkinkan guru dan siswa berada dalamwaktu dan ruang yang tidak sama.Poulymenakin Angel iki , M. (Asmina and B.Eleni: 2001: 30)

E-learning merupakan suatu jenis belajarmengajar yang memungkinkantersampaikannya bahan ajar ke siswa denganmenggunakan media internet, intranet ataumedia jaringan komputer lain (Hartley, 2001:15).

E-learning dapat didefiniskan sebagaisebuah bentuk teknologi informasi yangditerapkan di bidang pendidikan dalambentuk dunia maya. Jadi usaha untukmembuah sebuah transformasi prosesbelajar mengajar yang ada di sekolah ataukampus ke dalam bentuk digital yangdijembatani oleh teknologi internet (Munir,2007:503)

E-learning adalah sistem pendidikan yangmenggunakan aplikasi elektronik untukmendukung belajar mengajar dengan mediainternet, jaringan komputer, maupunkomputer standalone (LearnFrame.Com,2001: 23)

E-learning adalah semua yang mencakuppemanfaatan komputer dalam menunjangpeningkatan kualitas pembelajaran,termasuk di dalamnya penggunaan mobiletechnologies seperti PDA dan MP3 players.Juga penggunaan teaching materialsberbasis web dan hypermedia, multimediaCD-ROM atau web sites, forum diskusi,perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs,wikis, computer aided assessment, animasipendidkan, simulasi, permainan, perangkatlunak manajemen pembelajaran, electronicvoting systems, dan lain-lain. Juga dapatberupa kombinasi dari penggunaan mediayang berbeda (Andrew Lih, 2009; 110).

Dari beberapa definisi tersebut dapatdisimpulkan bahwa sistem atau konsep

Page 181: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

pendidikan yang memanfaatkan teknologiinformasi dalam proses belajar mengajardapat disebut sebagai suatu e-learning. E-learning dalam arti luas dan yang seringdilaksanakan di sekolah adalah pembelajaranyang dilakukan memanfaatkan mediaelektronik (internet) baik secara formalmaupun informal. E-learning secara formalyaitu pemanfaatan media internet untukmenunjang pembelajaran klasikal yaitupembelajaran yang berbasis kurikulum,silabus, mata pelajaran dan tes yang telahdiatur dan disusun berdasarkan jadwal yangtelah disepakati pihak-pihak terkait(pengelola e-learning dan pembelajarsendiri). Pembelajaran seperti ini biasanyatingkat interaksinya tinggi dan diwajibkanoleh pengelola pembelajaran ataupembelajaran jarak jauh misalnya universitasdan sekolah.

E-learning bisa juga dilakukan secarainformal dengan interaksi yang lebihsederhana, misalnya melalui sarana mailinglist, e-newsletter atau website pribadi,organisasi dan perusahaan yang inginmensosialisasikan jasa, program,pengetahuan atau keterampilan tertentupada masyarakat luas (biasanya tanpamemungut biaya).

D. PEMBAHASANDalam pandangan tradisional proses

pembelajaran di pandang sebagai: (1)sesuatu yang sulit dan berat, (2) upayamengisi kekurangan pengetahuan pesertadidik, (3) proses transfer dan penerimaaninformasi, (4) proses individual dan soliter,(5) kegiatan yang dilakukan denganmenjabarkan materi pelajaran kepadasatuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatuproses linear. Sejalan dengan perkembanganTIK telah terjadi perubahan pandanganmengenai pembelajaran. Ada banyak alasanmengapa manusia belajar denganpengamatan dari berbagai sumber.Perkembangan seseorang akan sangatterbatas kalau belajar harus diusahakansendiri oleh tiap-tiap orang. Di samping itu,jika belajar secara eksklusif tergantung daritindakan kita maka belajar menjadi tidakefisien dan secara potensial berbahaya(Hjelle dan Ziegler, 1992:342).

Mengingat proses komunikasi dengankehadiran TIK berubah, maka proses belajardi dalam kelas juga menuntut berubah.Menurut Surya (2006) dengan kehadiran TIKdi lembaga pendidikan/kelas, makapembelajaran berubah sebagai: (1) prosesalami, (2) proses sosial, (3) proses aktif danpasif, (4) proses linear dan atau tidak linear,(5) proses yang berlangsung integratif dankontekstual, (6) aktivitas yang berbasis padamodel kekuatan, kecakapan, minat, dankultur peserta didik, (7) aktivitas yang dinilaiberdasarkan pemenuhan tugas, perolehanhasil, dan pemecahan masalah nyata baikindividual maupun kelompok.

Dalam kondisi demikian, maka peranguru dan peserta didik di kelas juga berubah.Peran guru telah berubah dari sebagaipenyampai pengetahuan, sumber utamainformasi, ahli materi, sumber segalajawaban menjadi sebagai fasil itatorpembelajaran, pelatih, kolaborator, navigatorpengetahuan, dan mitra belajar. Di sampingitu guru juga berubah dari mengendalikandan mengarahkan semua aspekpembelajaran, menjadi lebih banyakmemberikan alternatif dan tanggung jawabkepada peserta didik dalam prosespembelajaran.

Sementara itu peran peserta didik dalampembelajaran telah mengalami perubahanyaitu dari penerima informasi yang pasifmenjadi partisipan aktif dalam prosespembelajaran, dari mengungkapkan kembalipengetahuan menjadi menghasilkan danberbagi pengetahuan, dan dari pembelajarsebagai aktivitas individu (soliter) menjadipembelajar berkolaboratif dengan pesertadidik lain.

Untuk mewujudkan proses pembelajaranyang demikian diperlukan sebuah sistemyang murah dan fleksibel yaitu e-learning.Konsep e-learning ini saat ini sudah menjadisistem baru dalam dunia pendidikantermasuk di Indonesia. Konsep ini dapatdiadaptasikan dengan pembelajaran ditingkat sekolah dalam rangka untukmembantu menumbuhkembangkan minatbelajar peserta ajar dan kualitaspembelajaran di seluruh sekolah yangtersebar di Indonesia. E-learning yang

Page 182: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

terintegrasi di sekolah di seluruh Indonesiajuga memungkinkan untuk pemerataankualitas materi pembelajaran, sehinggamemungkinkan terjadinya resource sharingantar sekolah di seluruh Indonesia. Dengandemikian e-learning memberikan harapanbaru sebagai alternatif solusi atas sebagianbesar permasalahan pendidikan di Indonesia,dengan fungsi yang dapat disesuaikandengan kebutuhan, baik e-learning yangdiberdayakan sebagai metode ajar fullmenggunakan e-learning, blended, ataupune-learning sebagai supporting system.

Penerapan e-learning di Indonesiasebenarnya sudah lama dimulai, tetapi padaumumnya dikembangkan sendiri olehlembaga-lembaga pendidikan (universitasdan sekolah). Mengingat pentingnyapemanfaatan e-learning di sekolah, makaKemdikbud mencoba mewadahi berbagaikebutuhan tersebut dengan membuat portalbelajar yang didedikasikan untuk e-learningbaik untuk pendidikan formal, nonformal, daninformal. Pendidikan formal yaitu mulai SDdan sederajat sampai SMA serta SMK yangsederajat.

1. PORTAL”RUMAH BELAJAR”E-learning merupakan suatu sistem

pembelajaran yang berbasis teknologiinformasi yang menciptakan lingkunganproses belajar mengajar tempat terjadinyatransfer pengetahuan dan keterampilandapat dilakukan melalui media internet,intranet, dan komputer standalone. Dalampengembangan web atau portal yangdiperuntukkan untuk e-learning harus sesuaikebutuhan pengguna.

Harus kita akui mengembangkan portalpembelajaran, memang memerlukan prosesyang panjang agar dapat mewadahi berbagaikeinginan pengguna. Saat ini menurutpengamatan dan analisis penulis, portal“Rumah belajar” ini sudah cukup baik, namuntetap masih harus terus dikembangkan agarmenjadi lebih baik.

2. KEKUATAN PORTAL”RUMAHBELAJAR” UNTUK E-LEARNINGMenurut pengamatan penulis yang

berkali-kali memanfaatkan portal “Rumah

Belajar” dan beberapa kali mengikutipertemuan membahas portal tersebut,penulis mendapatkan informasi bahwa portaltersebut rancangan pengembanganaplikasinya dibagi dalam lima (4) bagian,yaitu: Analisis Kebutuhan Aplikasi,Pemodelan Aplikasi, Tahapan PerancanganAplikasi, dan Analisis Kebutuhan SumberDaya Manusia. Masing-masing bagiantersebut saling terkait danberkesinambungan.a. Analisis Kebutuhan Aplikasi

Bagian Analisis Kebutuhan aplikasimerupakan bagian yang penting dalampembuatan sebuah portal. Pada bagianini akan diketahui kebutuhan penggunadan sistem dalam proses perancanganaplikasi. Secara garis besar, kebutuhanaplikasi dikelompokkan ke dalam tigajenis, yaitu kebutuhan fungsional,kebutuhan non fungsional, dankebutuhan layanan aplikasi. Kebutuhanfungsional merupakan kebutuhan ataufitur utama yang harus dimiliki olehsistem yang disesuaikan dengankebutuhan pengguna dan menyelesaikanpermasalahan yang ada. Sedangkankebutuhan non fungsional merupakankebutuhan tambahan yang sifatnyaoptional namun diperlukan oleh aplikasiagar dapat berjalan secara optimal.1) Kebutuhan Fungsional

Kebutuhan fungsional aplikasisebaiknya diperoleh melalui hasilsurvei yang dilakukan team dalammenentukan standarisasi aplikasiyang digunakan. Dari hasil surveiakan dapat ditentukan model danbentuk aplikasi sepertimapakah yangtepat dan diperlukan oleh calonpengguna. Dengan cara demikianmaka kita akan membuat portal yangbenar-benar diperlukan (botton up),bukan apa maunya pembuat atauyang memesan (top down). Melihatportal tersebut, penulis merasakanbahwa portal tersebut dirancangberdasarkan kebutuhan pengguna.Hal ini dapat dilihat bahwa aplikasitersebut menggunakan tiga prinsip(model) yaitu:

Page 183: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

a) Model PenggunaModel ini menggambarkan yangakan menggunakan aplikasi,seperti tenaga didik, peserta didik,dan sebagainya

b) Model ProsesModel ini merupakan bentuk blokmanajemen aplikasi yangdibedakan menjadi manajemenpembelajaran, manajemenkonten, manajemen evaluasi

belajar, manajemen sekuen dannavigasi, manajemen penggunadan manajemen penyampaian.

c) Model ProdukModel ini menggambarkanlayanan perencanaan prosespembelajaran, layananpelaksanaan pembelajaran,layanan penilaian hasil belajar, danlayanan pengawasan prosespembelajaran

Ketiga model tersebut nantinya akanmelayani pembelajaran online untukpengguna melalui model proses.Pengembangan aplikasi “RumahBelajar” ini lebih dititikberatkan padamodel proses.

Pada Model Proses yang didalamnya terdapat manajemen

pembelajaran, manajemen konten,manajemen evaluasi belajar,manajemen sekuen dan navigasi,manajemen pengguna danmanajemen penyampaian itudigambarkan dalam bentuk arsitektursistem e-pembelajaran sebagaiberikut:

Page 184: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

7912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(1) Manajemen Pembelajaran (RPP)Kalau dilihat fasilitas di dalam portal

penulis menemukan bahwa untukmengelola pembelajaran, mata ajarbeserta aktivitas lainnya, maka pengelolaatau admin dapat:(a) Menambahkan dan menghapus mata

pelajaran(b) Mengedit mata pelajaran: mengubah

deskripsi, mengelompokkan,memindah, menampilkan danmenyembunyikan mata pelajaran

(c) Mem-backup dan me-restorematapelajaran

(d) Mendaftarkan pengampu dan pesertamata pelajaran

(e) Mengelola sumber dan aktivitaspembelajaran: menentukan materi,penugasan, diskusi, latihan, Ulangandan ujian

(2) Manajemen Konten (Materi Pokok danModul Interaktif)dangkan di dalam fitur konten,dimungkinkan untuk mengelola paketkonten mata pelajaran, antara lain:(a) menambahkan/menghapus paket

konten.(b) menyusun organisasi materi dalam

paket konten.(c) menambahkan/menghapus objek

pembelajaran (OP) di dalam paketkonten.

(d) menambahkan/menghapus asetdigital di dalam OP.

(e) mengedit metadata OP: struktur &jenjang OP, prasyarat dan kompetensiOP, dsb.

(f) impor dan ekspor paket konten.

(3) Manajemen Sekuen dan NavigasiUntuk menyusun dan mengatur

sekuen dan navigasi objek pembelajaran(OP) pada paket konten, baik secaramanual atau otomatis.(a) Menyusun OP berdasar struktur

prasyarat sehingga membentukstruktur kompetensi, di dalam satumatapelajaran bahkan dalam satukurikulum.

(b) Menentukan alternatif lintasan belajaruntuk mencapai kompetensi tertentu.

(c) Menentukan tipe OP tertentu dalamlintasan belajar untuk mencapaikompetensi tertentu berdasar profilpembelajar (kondisi awal atau gayabelajar).

(4) Manajemen Ujian atau Tes (Bank Soal)Untuk mengelola penyelenggaraan

ujian beserta penilaian dan pelaporannya.(a) Menambahkan dan menghapus soal

atau pertanyaan.(b) Mengedit pertanyaan: mengubah

nama & isi pertanyaan, jawaban,bobot dan nilai tiap pertanyaan.

(c) Membuat pul pertanyaan:mengelompokkan pertanyaan,memindahkan & mempertukarkanpertanyaan.

(d) Men-share dan reuse pul pertanyaan:pul pertanyaan yang dibuat dapatditentukan apakah di-share denganpengguna lain atau tidak.

(e) Menyusun halaman latihan, ulanganatau ujian dengan mengambilpertanyaan dari pul-pul pertanyaan.

(f) Mengacak nomor urut pertanyaandan pilihan jawaban.

(g) Mengambil pertanyaan secara acakdari pul pertanyaan.

(h) Impor dan ekspor pertanyaan kedalam format standar: html, xml,excel, atau lainnya.

(i) Penilaian secara otomatis, kecuali tipepertanyaan essay.

(k) Untuk tipe pertanyaan essay, pembelajardapat mengerjakan/menjawablangsung secara online, kemudianpengajar dapat memeriksa jawaban danmemberikan nilai secara online.

(l) Sistem menyediakan pembobotannilai soal/ pertanyaan.

(m)Sistem menyediakan rekapitulasi nilaikeseluruhan ulangan/ujian besertajenis asesmen lainnya (tugasmembaca, menulis, dl l) yangdiselenggarakan secara online.

(n) Sistem menyediakan transformasirekap nilai ke dalam format lainnya(Excel, Acces, XML, dll).

Page 185: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(5) Manajemen Penyampaian (Delevery)Untuk menyampaikan materi

sebaiknya pengelola portal memikirkanagar memilih format dan teknologi yangtepat dengan mempertimbangkanbeberapa aspek dari sisi pengguna, yaitu:(a) Koneksi: intranet, internet, wireless.(b) Bandwidth.(c) Perangkat yang digunakan: PC/

laptop, HP/PDA, Radio, atau Televisi.

Seiring dengan era konvergensimedia, sistem penyampaian materipembelajaran mengelola pemanfaatanberagam media, antara lain:(a) Intranet / internet.(b) CD/DVD.(c) Mobile-phone (m-Learning).(d) Televisi digital (t-Learning).(e) Radio digital (r-Learning).

(6) Manajemen PenggunaDari sisi pengguna, sebaiknya portal

tersebut memperhatikan aspek:(a) Pendaftaran: keanggotaan dan

peserta matapelajaran.(b) Pengaturan Peran: admin, pendidik,

peserta didik, asisten, tamu, danlainnya yang dapat di-kastemisasi.

(c) Otorisasi: ubah profil, unggah/unduhsumber belajar, menghapus/mengubah konten, dsb.

(d) Profil Pengguna: preferensipengguna, dapat meliputi gayabelajar atau gaya mengajar.

(e) Menambahkan atau mengurangipendidik atau pengajar sebagaipengampu matapelajaran.

(f) Menambahkan atau mengurangipeserta didik atau pembelajar dalamsuatu matapelajaran.

(g) Menambahkan atau mengurangiadministrator pada beberapa levelsatuan pendidikan.

2) Kebutuhan Non FungsionalUntuk kebutuhan non fungsional, ada

beberapa karakteristik yang harusdiperhatikan, antara lain, yaitu masalah:

a) User FriendlyAplikasi harus mudah dipergunakan dan

menarik bagi pengguna.

b) ReliabilityAplikasi dapat menghasilkan ouput ataumenyampaikan informasi dengan benarsesuai dengan input yang dimasukkanoleh pengguna. Aplikasi harus dapatdiakses 24 jam menggunakan internetbrowser dari manapun dan kapanpun.

c) StandardsAplikasi Portal harus dapat memenuhistandard dan aturan yang berlaku, baikyang berkaitan dengan aktivitas atauyang lainnya. Aplikasi juga diharapkanmemiliki standar user interface untukmasing-masing aplikasi pendukung.

d) SecurityAplikasi Portal harus dapat melakukancontrol terhadap pengaksesan denganadanya login khusus untuk dapat masukke dalam aplikasi tertentu. Disampingitu juga perlu diperhatikan masalahkeamanan data, terutama data-data yangbersifat rahasia.

e) ReusabilityAplikasi Portal dapat beradaptasi ataumudah dikembangkan untuk memenuhistandar-standar baru di masa yang akandatang, terutama mengantisipasiperkembangan teknologi informasi.

3) Kebutuhan Layanan Sistem (Produk)a) Administrasi

Sistem memiliki kemampuan untukmenjalan-kan hal-hal berikut.- Pemeliharaan materi.- Keamanan.- Otorisasi.- Statistik.- Cetak.

b) Perencanaan Proses PembelajaranLayanan untuk memfasil itasiPerencanaan Proses Pembelajaranmeliputi:- Menyusun konten mengikuti kerangka

dasar dan struktur kurikulum sesuaidengan Standar Isi.

Page 186: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

- Menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) online.

- Menyusun Matapelajaran onlinesesuai dengan RPP, yaitu menyusunsumber dan aktivitas belajar untukmendukung proses belajar, latihan,dan penilaian.

- Berbagi materi pembelajaran

c) Pelaksanaan Proses PembelajaranLayanan untuk mendukung pelaksanaanproses pembelajaran difasilitasi oleh fitur-fitur sebagai berikut.- Belajar berdasarkan subjek atau topik

tertentu.- Belajar berdasarkan kompetensi

tertentu yang ingin dicapai.- Belajar berdasarkan lintasan belajar

tertentu.- Eksplorasi: simulasi, permainan,

eksperimen virtual, link ke web.- Elaborasi: penugasan analisis,

penyelesaian masalah, diskusisinkron/asinkron, tugas membacadan menulis blog/jurnal.

- Konfirmasi: : email, forum diskusi,tanya-jawab, umpan-balik terhadap:tugas, latihan, dan ujian.

- Pengajaran / web lecture: narasiaudio/video, radio, televisi.

- Penugasan online.- Latihan online, ulangan, dan ujian

online

d) Penilaian Hasil BelajarLayanan penilaian hasil belajar meliputifitur-fitur sebagai berikut.- Penilaian tugas.- Penilaian hasil latihan.- Penilaian hasil ujian.- Pengukuran waktu/lama belajar.- Pengukuranwaktu/lama mengerjakan

tugas.- Pengukuranwaktu/lama mengerjakan

lati-han.- Pengukuran waktu/lama mengerjakan

ujian.

e) Pengawasan Proses PembelajaranLayanan untuk melaksanakanpengawasan proses pembelajaran

didukung oleh fitur-fitur:- Pemantauan

– Pencatatan kelengkapan isidan proses pembelajaran.

– Penampilan dan perekamanaktivitas online pendidik danpeserta didik.

- Supervisi– Forum diskusi, pelatihan dan

konsultasi.- Evaluasi

– Evaluasi kelengkapan isi danproses pembelajaran.

– Evaluasi aktivitas onlinependidik dan peserta didik.

- Pelaporan– Pelaporan hasil pemantauan,

hasil supervisi dan hasilevaluasi.

- Tindak lanjut– Pemberian Pelatihan bagi:

pendidik dan/atau pesertadidik.

Itulah beberapa kelebihan yang dapatpenulis temukan pada Portal “RumahBelajar” sampai saat ini, meskipunpenulis yakin masih banyak kelebihanyang lain. Mengapa demikian, karenasebagai sebuah portal yangdidedikasikan untuk pembelajaransecara nasional akan terus dilakukanpenambahan dan penyempurnaan olehpengelolanya dan tentu saja sesuaikebutuhan baik pengelola maupunpengguna.

3. KEKURANGAN PORTAL “RUMAHBELAJAR” UNTUK E-LEARNING

Di samping beberapa kelebihan,terdapat pula beberapa kekuranganyang penulis temukan. Penulis yakinkekurangan yang ditemukan juga sudahdisadari oleh pengelola (admin), sebabhal ini hal yang biasa kita temukandalam anal is is sebuah portal .Kekurangan tersebut, antara lainsebagai berikut:a) Beranda Utama

Portal ini belum penulis temukanada beranda utama (home) :

Page 187: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

- Home (rumah) webstie, hal inidiperlukan agar penggunamengetahui sebenarnya websiteini diperuntukkan untuk apa,siapa pengelolanya, dan kalauada kepentingan harusmenghubungi siapa.

- User manual guide untukpengguna terutama guru dansiswa. Ketika guru dan siswamencoba memanfaatkan portalini untuk pembelajaran adabeberapa materi yang harusnyalink ke web site atau ke materiyang lain, tetapi di situ belum adalink tautan.

- Menu search pada menu- Kolom informasi (news event)- Menu yang berputar, ternyata

menyulitkan bagi orang-orang/siswa yang masih barumenggunakan komputer, perludibuat statis.

b) Fitur RPPKeberadaan RPP di portal ini sangatmembantu bagi guru dan siswa,sebab RPP merupakan acuan dalampembelajaran. Namun menuruthemat penulis RPP ini masih adayang belum sesuai dengan programpendidikan saat ini yaitu RPPberkarakter bangsa Indonesia. Agarfitur ini menjadi lebih baik perlu :- Kelengkapan Standar komptensi

dan komptensi dasar sesuaidengan kurikulum yang berlaku.

- Pada menu RPP belum adanavigasi button (back, next, danhome)

- Sering fai lure pada saatmendaftar.

- RPP di setiap daerah/wilayahberbeda-beda terutama contoh-contoh yang berkaiatan denganpenjelasan materi sesuai kondisidaerah ada yang perkotaan,pedesaan, perkebunan,pegunungan, kehutanan, dan lainsebagainya. Tentunya RPP diportal ini dikembangkan sesuaikebutuhan pengguna. Meskipun

sebenarnya justru penggunayang sebaiknya memperkaya RPPdi portal ini, sedangkan adminhanya menyediakan contoh yangstandar dan tempelate-nya.

- Perlu diberikan kemudahanmengunggah dan mengunduhRPP agar RPP yang ada dapatdimanfaatkan dan juga dapatdiperkaya oleh pengguna.

c) Registrasi UserKetika penulis mencoba registrasisebagai pengguna, dan memasukkanpasword ternyata masih belum jelaskarena 1 karakter juga dapat masuk,sebaiknya sesuai standar keamananpasword yaitu minimal 6 karaktrerdan dapat bervariasi.

d) Bahan Belajar InteraktifDalam vitur ini, penulismenemukan bahan-bahanbelajar yang sifatnya interaktifyang ditulis, sebaiknya dalamkelompok materi ini disediakanjuga ruang untuk karyakomunitas, sebab banyakmasyarakat kita yang sangatpeduli dengan pendidikan danpandai menulis. Kalau disediakanpenulis yakin akan banyak tulisanyang sangat bagus dan bergunabagi penggunanya.

e) Aktifitas Belajar- Pada waktu penulis membuka

portal ini ada forum untuk gurutetapi forum siswa belum ada,pada forum ini sangat pentingagar siswa di seluruh Indnoesiadapat berdiskusi demi NKRI.

- Ada beberapa menu yang tidakberfungsi dengan baik, misalnyamenu “kembal i” dalambimbingan online, menu “lihat”ketika jawaban terlihat padahalseharusnya “sembunyi”.

- Kolom “comment” tidak jelas,reply dari “comment” seharusnyadalam box comment tersebut.

Page 188: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

f) Bank Soal- Pada menu ini disediakan

beberapa soal, tetapi belum jelassoal tersebut berhubungandengan standar kompetensi dankomptensi dasar yang mana?Sebaiknya setiap soal diberikantip dan trik cara menjawab soalyang cepat, sebab saat ini siswaketika menjawab soal yangdiperlukan adalah tip dan triknya,kemudian setelah itu barupenjelasannya kenapajawabannya itu.

- Perlu ada ukuran waktu untukmenjawab sejumlah soal yangdisediakan, dan peserta yangdapat menjawab dengan cepatdan benar mendapatkan reward.

g) Katalog Media- Dalam katalog ini belum ada

media audio.- Short media berdasarkan

alphabet, author, dan ratingbelum ada.

- Media buku belum ada, padamedia ini sangat penting untukmenumbuhkan masyarakatgemar membaca.

Itulah beberapa kelemahan ataukekurangan yang penulis temukan,namun sekali lagi penulis yakinkekurangan ini merupakan prosesyang akan diperbaiki oleh pengelola.Dengan perbaikan tersebut akanmembuat semakin gemar dan cintaterhadap Portal “Rumah Belajar”sebagai portal pembelajaran yangdimiliki oleh Kemdikbud.

Dalam pengimplementasian e-learning, sesuai dengan penelitianyang telah di lakukan olehLaboratorium Digital Library &Distance learning, Fakultas IlmuKomputer Universitas Indonesia(dalam sl ide kunci suksesimplementasi e-learning fasilkom UI)ada empat komponen penting untuksuksesnya pengimplementasian e-learning. (Kemdikbud, 2011: 12).

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Proses pembelajaran melalui TIK (e-learning) yang baik adalah prosespembelajaran yang memungkinkanpara pembelajar aktif melibatkan diridalam keseluruhan proses baik secaramental maupun secara fisik. Setiapanak yang belajar harus menyiapkanmentalnya untuk benar-benar siapmencari i lmu pengetahuan atauinformasi, sedangkan secara fisik,artinya untuk dapat belajar kita kadangdiperlukan kehadirannya di tempat itu.

Dengan hadirnya Portal “RumahBelajar” diblant ika dunia maya(internet) menambah khasanah sumberbelajar bagi dunia pendidikan diIndonesia. Kehadiran portal ini akanmemudahkan guru untuk membuatpembelajaran menjadi lebih menarik,karena tersedia berbagai komponenyang diperlukan untuk pembelajaranbaik di kelas maupun di luar kelas,terutama penugasan ke pada siswaagar siswa sedini mungkin mengenalteknologi.

Portal ini meskipun sudah banyakmanfaatnya (kelebihan/kekuatannya)dengan disediakan beberapa menuuntuk pembelajaran (RPP, mataripokok, modul interaktif, katalog media,bank soal, dan lain sebagainya) tetapijuga masih banyak kelemahan ataukekurangannya, untuk itu masih harusterus disempurnakan agar menjadiportal yang selalu dikunjungi oleh guru,siswa, pemerhati pendidikan, danmasyarakat yang memerlukannya.

2. SaranPortal “Rumah Belajar” sebagai

portal yang didedikasikan untuk e-learning di Indonesia secarakeseluruhan sudah cukup baik, tetapimasih juga ada kekurangannya. Untukitu penulis memberikan beberapa saransebagai berikut:- Portal ini sebaiknya menyediakan

mater i yang dapat mengatasikesenjangan antar daerah dan juga

Page 189: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

materi yang sesuai dengankebutuhan daerah yang beragam.

- Perlu disediakan wadah untukkomunitas yang ingin mengisi materibaik guru, siswa, maupun yang laindan dimungkinkan untuk mengisisesuai dengan karakter daerahnya.

- Seluruh konten yang ada di portalsebaiknya betul-betul ada yangberdasarkan kurikulum sesuaijenjang, jenis, dan jalur pendidikan

- Khusus untuk konten pengayaan daninformasi sebaiknya betul-betulberbasis komunitas, sebab portalyang selama ini berkembangandengan baik adalah yangdimungkinkan semua pengguna(komunitas) dapat berperan serta danterdaftar secara baik.

PUSTAKA ACUAN

Hartley, Darin E., 2001. Selling E-Learning,American Society for Training andDevelopment.

Hjelle, Larry A. dan Ziegler, Daniel J. (1992)Personality Theories: Basic Assumtions,Research and Applications, Third Edition,New York: Mc Graw Hill. Inc.

http://hilaludinwahid.com/teori-belajar-dan-pembelajaran-e-learning/ rabu, 19 Oktber2011

Kemdiknas (2010) Rancangan PengembanganPortal “Rumah Belajar”, Pustekkom, Jakarta.

Kemdiknas (2010) Panduan Implementasi E-Learning di Sekolah Menengah Atas,Direktorat Jendral Pendidikan Menengah.Jakarta: Kemdiknas

Munir. (2007) Artikel. Pendidikan Dunia Maya,FIP – UPI, Bandung.

Poulymenakin Angel iki , M. Asmina and B. Eleni.(2006) “When Instruction meet Design:Embeding Instructional Theory Element intoE-Learning”, The Hermes Newsletter, IssueNo 36 (Jan-Feb 2006).

Surya, Muhammad. (2006) Potensi TIK dalamPeningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas,Makalah, Jakarta.

Tim E-Learning. (2007) “Penyelenggaraan E-Learning Berbagi Pengalaman Fasilkom UI”,disampaikan pada Workshop E-Learning UI,Desember 2007.

Thomas Toth, (2003) Athabasca University,Wikipedia

Ulf-Daniel Ehlers dan Jan Marting Pawlowski,eds. (2006) Handbook on Quality andStandardisation in E-Learning, Berlin:Springer, 2006.

Zainal A. Hasibuan dan Team. (2007) “SistemE-Learning: Student Centered E-LearningEnvironment (SCELE)”, disampaikan padaWorkshop tentang E-Learning, November2007, di UI, Depok.

www.belajar.kemdiknas.go.id/rumah-belajar

****************

Page 190: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

KREATIVITAS DALAM PENGEMBANGANMEDIA VIDEO/TELEVISI PEMBELAJARAN

Bambang WarsitaPustekkom - Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Untuk menghasilkan media video/televisi pembelajaran yang berkualitas sesuai dengankompetensi atau tujuan yang akan dicapai, pengembangan media video/televisi pembelajaranmembutuhkan serangkaian kemampuan kreativitas, baik kemampuan berpikir kreatif maupunsikap kreatif. Pengetahuan yang harus dikuasai dalam pengembangan media video/televisipembelajaran adalah pengetahuan tentang media televisi itu sendiri, pengetahuan tentangperancangan (analisis kebutuhan, penyusunan GBIM, teknik penulisan naskah), danpengetahuan tentang pelaksanaan teknis produksi serta evaluasi. Oleh karena itu, perlumenumbuhkembangkan dan memberdayakan kreativitas tim pengembang media video/televisi pembelajaran. Akhirnya dapat dihasilkan media video/televisi pembelajaran yangberkualitas secara teknis dan sesuai dengan kebutuhan sasaran/peserta didik.

Kata kunci: kreativitas, pengembang, media video/televisi pembelajaran

Abstract:To generate qualified instructional video/television media in accordance with the competenciesor objectives to be achieved, the development of instructional video/television media requiresa series of creative ability, both the creative thinking and creative attitude. The knowledge tobe mastered in the development of instructional video/television media includes the knowledgeof television media, design (need analysis, the development of media content outline, scriptwriting techniques), production process, and evaluation. Therefore, the creativity of instructionalvideo/television media developers is necessary to be cultivated and empowered. Finally, thequalified instructional video/television media can be produced and is appropriate to the needof the target/learner.

Key words: creativity, developers, instructional video/television media.

Page 191: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANDalam pencapaian kompetensi atau

tujuan pembelajaran, salah satu komponenpembelajaran yang turut menentukan ádalahmedia pembelajaran. Dari berbagai jenis danbentuk media pembelajaran yang ada, mediavideo/televisi merupakan satu diantaranyayang mempunyai potensi tinggi dalampenyampaian pesan maupun kemampuandalam menarik minat dan perhatian pesertadidik. Media televisi telah terbukti memilikikemampuan yang efektif (penetrasi lebih dari70%) untuk menyampaikan informasi,hiburan, dan pendidikan.

Televisi sebagai media pembelajaransering disebut pula dengan televisiinstruksional atau instructional television(ITV). Televisi pembelajaran adalah programtelevisi yang didesain, dikembangkan dandimanfaatkan untuk kepentinganpembelajaran (Siahaan, dkk., 2006:26).

Dalam pengembangan media televisipembelajaran membutuhkan serangkaiankemampuan dan pengetahuan untukmenghasilkan media video/televisipembelajaran yang berkualitas sesuaidengan tujuan yang akan dicapai.Kemampuan yang dituntut diantaranyaadalah kreativitas, baik kemampuan berpikirkreatif maupun sikap kreatif. Selain itu,pengetahuan yang harus dikuasai yaitupengetahuan tentang media televisi itusendiri, pengetahuan tentang teknikpenulisan naskah, dan pengetahuan tentangteknis produksi (Situmorang, 2006:x).Sedangkan berdasarkan prinsip-prinsippengembangan desain instruksional,pengembangkan media video/televisipembelajaran dapat dilakukan melaluiperancangan, yaitu analisis kebutuhan,penyusunan Garis-garis Besar Isi Media(GBIM) dan Jabaran Materi (JM), penulisannaskah, pelaksanaan produksi dan evaluasi.

Pemupukan dan pengembangankreativitas pada dasarnya dimiliki setiaporang, tetapi perlu ditemukenali dandirangsang sejak awal. Sehubungan denganitu, tim pengembangan media video/televisipembelajaran perlu disiapkan dan dilatih agarmemiliki kompetensi profesional untukmemupuk dan mewujudkan bakat dan

kreativitasnya secara optimal. Pada gilirannyadiharapkan dapat dihasilkan media video/televisi pembelajaran yang berkualitas secarateknis dan sesuai dengan kebutuhansasaran/peserta didik.

Bagi tim pengembang media video/televisi pembelajaran, ketiga pengetahuantersebut merupakan kompetensi profesionalyang harus dimilikinya. Selain itu, parapengembang media video/televisipembelajaran tersebut harus mempunyaikreativitas baik kemampuan berpikir kreatifmaupun sikap kreatif. Adapunpermasalahannya adalah bagaimanamenumbuh kembangkan danmemberdayakan kreativitas tim pengembangmedia video/televisi pembelajaran?

B. KAJIAN LITERATUR DANPEMBAHASAN1. Pengembangan Kreativitas

a. Pengertian KreativitasManusia sejak zaman dahulu kala

sudah melaksanakan kreativitas. Tanpaadanya orang yang kreatif, mungkindunia tidak akan seperti halnya sekarang.Semua orang memiliki karunia yangmenakjubkan dalam hal kreativitas.Artinya, setiap orang dapat berpikir danbertindak kreatif pada bidang masing-masing (Suharnan, 2005:375). Namun,sekalipun semua orang berpotensi danpunya bakat kreatif, ada penghalangtertentu yang menyebabkan adanyakecenderungan orang yang satu bisalebih kreatif dari pada yang lain. Olehkarena itu, harus ditemukenali,dikembangkan dan diberdayakankemampuan berpikir kreatif, divergen daninovatif. Pendidikan bertanggungjawabuntuk memandu (mengidentifikasi danmembina) serta memupuk(mengembangkan dan meningkatkan)bakat kreativitas tersebut.

Menurut Jung (1964) kreativitasberkaitan dengan fungsi dasar manusia,yaitu berpikir, merasa, menginderakandan intuisi (basic functions thinking,feelings, sensing and intuiting).Kreativitas keberadaannya penting untukdikembangkan di keluarga, di sekolah dan

Page 192: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

di masyarakat (Semiawan, 1997:50).Selain itu juga dituntut dalam pekerjaandan diperlukan dalam pembangunan.

Menurut Mclnerney and Mclnerney(1998) kreativitas adalah seseorang yangberupaya untuk menghasilkan berbagaikreasi yang ditandai dengan sifat-sifatdeterminan, independen, individualistik,antusias, dan menghasilkan sesuatu yangbaru.

Kreativitas adalah menciptakan ide-ide baru yang orisinalitas, artinya bahwaproduk, proses, atau orangnya, mampumenciptakan sesuatu yang belumdiciptakan oleh orang lain. Dengandemikian, kreativitas merupakankemampuan untuk menciptakan ataumengembangkan ide-ide baru. Inti darikreativitas ádalah adanya sesuatu halyang baru atau merupakan modifikasi hallama menjadi sesuatu yang baru. Jadikreativitas ini berkaitan dengan usahamenemukan, menghasilkan ataumenciptakan hal-hal baru yang berguna.

Menurut Guilford kreativitas adalahberpikir divergen sebagai operasi mentalyang menuntut penggunaan kemampuanberpikir kreatif (creative thinking),meliputi kelancaran (fluency), kelenturan,orisinalitas dan elaborasi atau perincian(Munandar, 2004:65). Kreativitas adalahkomponen kehidupan intelektual danmenjadi dasar dari perkembangan tujuaninstruksional khusus atau kompetensidasar dalam tes kemampuan belajar(learning abilities test) (Semiawan, 1997:49).

Menurut J.E.Arnold kreativitas adalahproses mental dimana pengalaman masalampau dikombinasikan dandikombinasikan kembali, seringkalidengan bentuk yang diubah sedemikianrupa sehingga dapat timbul pola-polabaru, bentuk-bentuk baru yang lebih baikdapat memenuhi kebutuhan manusia(Winardi, 1991:10). Oleh karena itu,kreativitas dapat diartikan sebagaikemampuan untuk menempatkansejumlah objek yang ada danmengkombinasikannya menjadi bentukyang berbeda untuk tujuan-tujuan yang

baru. Jadi kreativitas akan menghasilkannilai tambah dan nilai baru atas sesuatuhal. Artinya dapat berguna untukmenyelesaikan suatu masalah, ataumeningkatkan suatu produk, misalnyabertambah baik, efektif, mempermudahatau kompetitif.

Kreativitas meliputi tiga hal, yaitu: (1).kreativitas merupakan kemampuan(ability) yaitu suatu kemampuan untukmembayangkan atau menemukan suatuhal yang baru, (2). kreativitas merupakansikap (attitude) yaitu kemampuan untukmenerima perubahan dan sesuatu yangbaru, (3). kreativitas merupakan sebuahproses (process) yaitu orang yang kreatifmerupakan orang yang terus-menerusmembuat perubahan dan perbaikansecara bertahap pada pekerjaan mereka.

Menurut Johnson (2006:114-115)berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaandari pikiran yang dilatih denganmemperhatikan intuisi, menghidupkanimajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudutpandang yang menakjubkan, danmembangkitkan ide-ide yang tidakterduga. Menurut Cropley (1994)kemampuan kreatif merupakan usahauntuk menciptakan gagasan, mengenalkemungkinan alternatif, melihatkombinasi yang tidak diduga, danmemiliki keberanian untuk mencobasesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya(Munandar, 1999:10).

Berpikir kreatif membutuhkanketekunan, disiplin diri, dan perhatianpenuh yang meliputi aktivitas mentalseperti berikut: (1).mengajukanpertanyaan, (2) mempertimbangkaninformasi baru dan ide yang tidak lazimdengan pikiran terbuka, (3) membangunketerkaitan, khususnya di antara hal-halyang berbeda, (4) menghubungkan-hubungkan berbagai hal dengan bebas,(5) menerapkan imajinasi pada setiapsituasi untuk menghasilkan hal baru danberbeda, dan (6) mendengarkan intuisi.

Ciri-ciri orang yang kreatif yaitu: (1)mengobservasi situasi dan problem yangsebelumnya tidak pernah diperhatikan;

Page 193: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(2) menghubungkan ide-ide danproblem-problem yang dicapai daribanyak macam sumber; (3) cenderungmemiliki banyak alternatif terhadapmasalah atau subyek tertentu; (4) seringmenentang hal-hal yang bersifat klise dankebiasaan; (5) mendayagunakan danmembina kekuatan-kekuatan emosional-mental di bawah sadar yang dimilikinya;dan (6) memiliki fleksibelitas tinggi dalampemikirannya, tindakannya danpenyampaian saran-sarannya.

Kreativitas meliputi ciri-ciri kognitif(aptitude), yaitu: kelancaran (fluency),keluwesan (flexibility), keaslian(originality), elaborasi (elaboration), danpemaknaan kembali (redifinition) dalampemikiran. Sementara ciri-ciri non kognitif(nonaptitude), yaitu: motivasi, rasa ingintahu, senang mengajukan pertanyaandan selalu ingin mencari pengalamanbaru (Dirlanudin, 2006:173).

b. Tahap-tahap KreativitasManusia lahir dengan potensi kreatif.

Kreativitas merupakan suatu proses,artinya tidak berhenti pada suatu titik,namun potensinya akan selalu berubahdan berkembang. Kreativitas akanmuncul dari setiap orang, tergantungpengaruh dari luar diri seseorang yaitulingkungan, termasuk pendidikan.

Seseorang untuk sampai padatindakan kreatif, terlebih dahulu melaluibeberapa tahap kreativitas. Tahappertama adalah munculnya ide-ide.Kemudian untuk mematangkan ide ataukonsep diperlukan tahap inkubasi. Padatahap ini dilakukan pengeraman terhadapide-ide yang dimiliki, sehinggamenghasilkan sesuatu yang benar-benarbaru. Selanjutnya tahap verifikasi, yaitumemvalidasi terhadap apa yang telahdihasilkan.

Menurut Wallas, Hayes (1978)langkah-langkah berpikir kreatif meliputi:persiapan, inkubasi, iluminasi, danverivikasi (Munandar, 1999:39).Sedangkan menurut Herman VonHelmholtz dalam Winardi (1991: 74-75)proses kreatif yang diikuti oleh pikiran

kita secara umum melalui tiga langkahsebagai berikut:1) Saturasi, yaitu suatu upaya untuk

mengumpulkan fakta-fakta, data dansensasi-sensasi yang dimanfaatkanoleh pikiran kita sebagai bahanmentah untuk memproduksi ide-idebaru. Proses saturasi ini berlangsungsepanjang hidup kita, baik secarasadar atau di bawah sadar.

2) Inkubasi, yaitu pikiran kita di bawahsadar berusaha untuk menyortir ataumenyeleksi beraneka macampotongan informasi, kemudian dibuatbermacam-macam kombinasi yangtidak terhitung banyak jumlahnya,yang kebanyakan ditolak sebelummuncul pada pikiran sadar.

3) Iluminasi, merupakan ilham yangmuncul secara kilat.

Alex Osborn dalam Winardi (1991:76-77) kreativitas dilaksanakn melaluilangkah-langkah sebagai berikut:1) Orientasi, yaitu kegiatan untuk

merumuskan problem yang akandipecahkan dan tindakan memilihatau menetapkan pendekatan yangakan ditempuh dalam upayamemecahkan masalah.

2) Preparasi, yaitu tapan untukmengumpulkan fakta, data daninformasi serta semua bahan yangdiperlukan dalam upaya pemecahanmasalah.

3) Analisis, yaitu semua bahan yangtelah dikumpulkan untuk di analisisdalam semua aspeknya.

4) Ideasi, yaitu tahap mengembangkanalternatif-alternatif yang bersifattetatif dalam pemecahan masalah .

5) Inkubasi, yaitu berusaha untukmenyeleksi beraneka macampotongan informasi, kemudian dibuatbermacam-macam kombinasi yangtidak terhitung banyak jumlahnya,yang kebanyakan ditolak sebelummuncul pada pikiran sadar.

6) Sintesis, yaitu berusaha untukmenyatukan dan mengkombinasikanberbagai ide menjadi sebuah ide baru.

Page 194: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

8912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

7) Verifikasi, yaitu mengevaluasi danmemvalidasi ide-ide yang telahdiciptakan.

Kreativitas menurut sifatnya dapatdibedakan menjadi dua, yaitu kreativitasprimer dan kreativitas skunder. Kreativitasprimer merupakan kreativitas yang tidakdatang dengan sendirinya, melainkandiperoleh melalui proses adanya inspirasi,ide, inkubasi, komunikasi, dan verivikasi.Sedangkan kreativitas skunder ádalahsuatu tindakan kreatif dalammengekpresikan sesuatu yang berasaldari kreativitas orang lain.

c. Kreativitas dengan SegalaKarakteristiknya

Salah satu ciri dari orang yang kreatifadalah mampu memunculkan beragamalternatif dari permasalahan yangdihadapinya. Pada umumnya orangdewasa mampu memikirkan 3 s.d 6alternatif pada setiap situasi yangmembutuhkan pemecahan masalah.Sedangkan anak-anak mampumemikirkan sekitar 60 alternatifpemecahan masalah.

Menurut Besemer dan Treffingerproduk kreatif dapat digolongkan menjaditiga kategori, yaitu (1). kebaruan(novelty), (2). pemecahan (resolution),dan (3). kerincian (elaboration) dansíntesis (Munandar, 2004:41).

Orang yang kreatif akan memperolehkeuntungan sebagai berikut: (1) dapatmengembangkan potensi yangdimilikinya di luar batasan inteligensi, (2)adanya pertumbuhan kompetisi yangsehat dan cepat dalam berprestasi, (3)penggunaan sumber daya manusia yangefektif, (4) menemukan cara yang barudan lebih baik untuk memecahkanmasalah, (5) perkembangan masyarakat,(6) dapat meningkatkan pengetahuan,(7) merupakan aspek penting darikesehatan mental, (8) mempengaruhikepemimpinan yang efektif dan (9)meningkatkan kualitas prosespembelajaran.

Sikap yang dapat meningkatkankreativitas adalah: (1) berani mengambil

resiko, (2) mempercayai gagasan dirisendiri, artinya meyakini bahwa mampuuntuk mengadakan perubahan,sehingga jauh dari rasa iri hati terhadapkemajuan orang lain, (3) secara aktifterlibat dalam pengembangan gagasanyang muncul, (4) miliki keinginan untukberbagi informasi atau gagasan denganorang lain, (5) antusias, (6) bebas, (7)tidak cepat puas, (8) meyakini bahwaide yang aneh sekalipun bukanlah ideyang jelek, (9) fokuskan diri padaberkreasi, jangan dikacaukan denganbagaimana melakukan kreasi, (10)jabarkan semua ide-ide yang dimiliki,(11) berkolaborasilah, (12) jangan raguuntuk meminta bantuan atau dukunganorang lain terhadap ide atau proyekyang sedang di kerjakan.

2. Pengembangan Media Video/TelevisiPembelajarana. Pengertian Media Video/Televisi

PembelajaranMedia video/televisi adalah

media yang sudah akrab di kalanganpeserta didik karena media ini hadirbagaikan sahabat di kala kita susah,sebagai guru di kala kitamembutuhkan pengetahuan, dansebagai pembimbing di kala kitaperlu informasi.

Media televisi adalah mediaelektronik yang memanfaatkankekuatan gambar dan suara dalammempengaruhi penontonnya(Situmorang, 2006:11). Gambaradalah kekuatan utama dan suarasebagai pelengkap atau penguatgambar yang ada. Kedua kekuatantersebut media televisi mampumempengaruhi emosi set iappenontonnya.

Media televisi adalah mediavisual gerak (motion pictures) yangdapat diatur percepatan gerakannya(gerak dipercapat ataudiperlambat). Hal ini memungkinkanmedia televisi efektif bila digunakanuntuk mengajarkan pegetahuanyang berhubungan dengan unsurgerak (motion).

Page 195: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Televisi pembelajaran adalahprogram televisi yang didesain,dikembangkan dan dimanfaatkanuntuk kepentingan pembelajaran(Siahaan, dkk., 2006:26). Televisiinstruksional merupakan aplikasi dariberbagai metode dan teknologipertelevisian yang dimanfaatkanuntuk kepentingan pembelajaran(Paul Bosner, 1997:60).

Tujuan pokok televisipembelajaran adalah untukmenyampaikan pesan (materi)pembelajaran kepada sejumlah besarpeserta didik. Televisi pembelajaranmerupakan televisi yang berfungsisebagai penunjang kegiatanpendidikan dan media belajar,sehingga pendekatannya dapatdilakukan seperti mengajar biasa disekolah dan dapat juga melaluipendekatan lain (Alatas, 1994:5).

Televisi sebagai mediapembelajaran secara umum memilikikelebihan/keunggulan antara lain: (1)media yang popular, hampir seluruhlapisan masyarakat menggunakannya,(2) bersifat audio visual dan geraksehingga pesan akan lebih mudahdifahami, (3) menarik karena dapatmenampilkan realita dan visual liveserta memanipulasi/memberipenekanan tertentu, (4) aktual, yaitudapat menyajikan informasi terbarusecara seketika, (5) dapatmenghadirkan obyek yang jauh,terlalu besar atau terlalu kecil, danberbahaya, (6) menembus batasruang dan waktu, (7) dapatmenjangkau sasaran yang luas danserempak, (8) pil ihan formatsajiannya beragam dan bervariasi,sehingga mendorong kreativitaspengembang program, dan (9)hampir semua mata pelajaran dapatdisampaikan melalui media televisi.

Di sisi lain siaran TV juga memilikikelemahan, antara lain: (1) biayaproduksinya relatif mahal, (2)memerlukan tenaga ahli danperalatan khusus untuk

mengembangkannya, (3) sifatkomunikasinya satu arah, (4) sulitmengatur jadwal yang tepat dengankebutuhan peserta didik, terutamauntuk program yang dikaitkan dengankegiatan pembelajaran di kelas, dan(5) kontrol sepenuhnya ada padapenyelenggara siaran, sehinggapengguna bersifat pasif.

b. Media Video/Televisi dalamPembelajaran

Penggunaan media video/televisidalam kegiatan pembelajaran, yaituuntuk menjembatani keterbatasanpengalaman peserta didik terhadapobjek yang langkahnya terlalu cepatatau lambat, memberikanpengalaman nyata kepada pesertadidik, memicu keterlibatan pesertadidik secara aktif dalam pembelajaran(melalui kegiatan diskusi yangdirancang oleh guru), mendorongmuculnya pola pembelajaran yangbervariasi (seperti diskusi, melakukankajian pustaka, melakukan penelitianlapangan, membuat laporan ilmiah,presentasi, dan sebagainya), dansekaligus membuat pesan yangdisampaikan sulit dilupakan.

Media video/televisi memilikipotensi yang cukup besar jikadimanfaatkan sebagai mediapembelajaran yang memungkinkanpeserta didik akan dapat mengamatisecara langsung tentang wujud bendayang sesungguhnya (aslinya),mengamati proses dari suatu kejadianatau suatu perubahan, mengamatiperbedaan warna, dan mengamatisuatu gerakan dan lain-lain yangdiiringi dengan suara.

Media video/televisi pembelajaranmempunyai potensi untuk (1)memperbesar obyek yang sangatkecil dan bahkan yang tidak tampaksecara kasat mata (misalnyaperkembangan sel atau viruspenyakit); (2) menyajikan obyek yangterletak jauh sekali (misalnya kawahdi bulan, hujan salju di daerah kutub);

Page 196: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dan (3) menyajikan peristiwa yangrumit, berlangsung sangat cepat, danberbahaya (misalnya operasi jantung,meletusnya gunung berapi, radiasinuklir, dll) (Suparman dan Zuhairi,2004:351-357).

Strategi pemanfaatan mediavideo/televisi dalam kegiatanpembelajaran, yaitu: (1)mengidentifikasi materi dan jadwalsiaran televisi pendidikan sertaperalatan yang dibutuhkan, (2)merancang topik-topik yang akandidiskusikan, (3) menyusunrancangan kegiatan sebagai tindaklanjut dari penggunaan media televisi,seperti menentukan format diskusi,melakukan kajian pustaka, penelitianlapangan, menentukan formatlaporan, mengatur teknik presentasi,dan sebagainya.

Berdasarkan berbagai studi yangtelah dilaksanakan di berbagainegara, dampak/pengaruh positif TVyang signifikan di kalangan pesertadidik adalah bahwa program siarantelevisi dapat: (1) meningkatkanpengetahuan (umum), (2)menumbuhkan keinginan ataumotivasi untuk memperoleh informasidan pengetahuan lebih lanjut, (3)meningkatkan perbendaharaan kosa-kata, istilah/jargon, dan kemampuanberbahasa secara verbal dan non-verbal, (4) meningkatkan dayaimajinasi dan kreativitas, (5)meningkatkan kekritisan daya pikirkarena diperhadapkan pada duarealitas gambar dunia, dan (6)memicu minat baca dan motivasibelajar (Sendjaja, 1999).

c. Pengembangan Media Video/TelevisiPembelajaran

Sesuai konsep teknologipembelajaran, pengembangan mediavideo/televisi pembelajaranmenggunakan prinsip-prinsippengembangan desain instruksional.Dengan demikian, produk yangdihasilkan diharapkan akan terjamin

kualitasnya dan dapat memenuhifungsinya untuk mencapaikompetensi atau tujuan pembelajaranyang telah ditetapkan.

Pengembangan media video/televisi pembelajaran dapat di lakukanmelalui serangkaian langkah-langkahpengembangan, dikelompokkan kedalam tiga tahap, yaitu:

1) Tahap perancanganTahap awal dalam prosespengembangan media video/televisipembelajaran ádalah perancangan.Tahap perancangan ini dikelompokkanke dalam tiga subtahapan sebagaiberikut:a) Analisis Kebutuhan

Dalam mengembangkan mediavideo/televisi pembelajarandiawali dengan kegiatan analisiskebutuhan. Adapun analisiskebutuhan merupakan suatukegiatan ilmiah yang melibatkanberbagai teknik pengumpulandata dari berbagai sumberinformasi untuk mengetahuikesenjangan (gap) antarakeadaan yang seharusnya terjadi(ideal) dengan keadaan yangsenyatanya terjadi (reality).Apabila kesenjangan tersebutdianggap sebagai suatu masalahyang memerlukan pemecahanmaka kesenjangan tersebutdianggap sebagai suatukebutuhan (needs).

Sumber informasi dalamanalisis kebutuhan dapatdiperoleh dari semua pihak yangberkepentingan (stakeholder).Misalnya, dalam kontekspembelajaran, informasi dapatdiperoleh dari peserta didik, guru,ahli materi atau ahli media danpejabat yang berwenang. Hasilyang diperoleh dari analisiskebutuhan dalam kontekspembelajaran adalah kompetensidasar atau tujuan pembelajarantertentu dalam suatu matapelajaran yang potensial untuk

Page 197: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

disampaikan (delivered) melaluimedia video/televisipembelajaran. Kompetensi dasarinilah yang akan menjadi acuantahap selanjutnya yaitupenyusunan Garis Besar Isi Media(GBIM) dan pemilihan/penentuanmodel dan format media video/televisi yang tepat untukmencapai kompetensi dasartersebut.

Langkah-langkah dalamkegiatan analisis kebutuhanmeliputi tiga tahap sebagaiberikut:

- Perancangan; meliputi penentuanfokus analisis kebutuhan,penentuan teknik pengumpulandata, dan pengembanganinstrumen;

- Pelaksanaan; yaitu melakukanpengumpulan data sesuai denganteknik pengumpulan data daninstrumen yang telah ditentukandalam perancangan danmenganalisisnya; dan

- Pelaporan; yaitu melaporkan hasilanalisis kebutuhan tersebut. Isidari laporan tersebut adalahkompetensi-kompetensi dasardari suatu mata pelajaran tertentuyang cukup potensial untukdisajikan dengan media video/televisi pembelajaran.

Sedangkan strategi pengumpulandata dalam analisis kebutuhandapat dilakukan dengan berbagaicara. Beberapa strategi yangdapat dilakukan antara lain adalahcurah pendapat (brainstorming),wawancara terbuka maupuntertutup, observasi partisipatifmaupun non-partisipatif,kuesioner, panel ahli (expertjudgment), seminar, loka karya,diskusi kelompok terfokus (focusgroup discussion) dan lain-lain.Strategi paling minimal yangdapat dilakukan dalam analisiskebutuhan adalah curah pendapat(brainstorming).

b) Penyusunan GBIM dan JabaranMateri (JM)

Berdasarkan analisis dari datadan informasi yang diperolehkemudian dilakukan penyusunanGBIM. GBIM merupakan acuanutama dalam tahappengembangan media video/televisi pembelajaran. Komponen-komponen GBIM minimalberisikan tentang: (1) kompetensidasar (tujuan pembelajaranumum) yang diperoleh dari hasilanalisis kebutuhan; (2) indikatorkeberhasilan (tujuanpembelajaran khusus) yangdiperoleh dari hasil analisispembelajaran (instructionalanalysis), yang merupakanlangkah awal dari prosespenyusunan GBIM; (3) evaluasihasil belajar yang relevan untukmencapai indikator keberhasilan;(4) alternatif judul media video/televisi pembelajaran; dan (5)referensi. Setiap komponentersebut dituangkan dalam bentukmatriks atau format.

Strategi penyusunan GBIMyang paling lazim dan tepatadalah melalui lokakarya(workshop) yang melibatkanberbagai pihak terkait(stakeholder). Lokakarya tersebutsedikitnya perlu melibatkan tigaunsur: (1) ahli materi (subjectmatter expert); (2) ahli media(media expert); dan (3) gurumata pelajaran.

Adapun kegiatan yang perludilakukan dalam penyusunanGBIM dan Jabaran Materi adalah:(1) analisis pembelajaran; (2)identifikasi pokok-pokok materi;(3) penentuan evaluasi hasilbelajar; (4) pencantuman bukuacuan; (5) penentuan judulprogram/media; dan (6)penjabaran materi. Keenamkegiatan ini ada yang harusberurutan dan ada yang tidak

Page 198: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

(dapat dilakukan secara paralel).Hanya ada empat kegiatan yangharus dilakukan secara berurutan:(1) analisis pembelajaran; (2)identifikasi pokok-pokok materi;(3) penentuan evaluasi hasilbelajar; dan (4) penjabaranmateri.

Satu hal yang harus diingat,tidak semua materi pelajarantepat atau cocok untuk mediavideo/televisi. Materi-materi yangperlu dipertimbangkan untuksuatu media video/televisi adalahmateri yang berhubungan denganproses, prosedural, sikap, faktual,materi yang sifatnya langka,materi yang memiliki risiko tinggibila peserta didik berhadapanlangsung dan materi yangmembutuhkan aspek visual(sangat tergantung) dalampencapaian kompetensinya(Situmorang, 2006:113). Selainitu materi-materi pembelajaranyang menuntut visualisasi, praktikdan praktikum.

c) Penulisan NaskahLangkah selanjutnya setelah

GBIM dan Jabaran Materi berhasildisusun adalah penulisan naskah.Penulis naskah yang banyakmemberikan warna terhadapsebuah program televisipembelajaran. Penulisan naskahadalah proses menuangkanmateri yang sudah disusun dalamGBIM dan dijabarkan dalamJabaran Materi kedalam suatuformat sajian tertentu denganbahasa penyampaian dan istilahteknis yang telah dipahamibersama antara penulis naskahdan team produksi (crew).Seorang penulis naskah adalahseorang profesional yang memilihdan menentukan format sebuahprogram televisi pembelajaran,sehingga sesuai dengan materisajian dan kebutuhan pesertadidik (Situmorang, 2006:106).

Sebuah program video/televisipembelajaran diproduksiberdasarkan naskah yangdikembangkan oleh penulisnaskah. Maka naskah ini akanmenjadi sarana komunikasi antarapenulis (sebagai pencetus ide)dengan team produksi (visualisasiide). Naskah program video/televisi pembelajaran umumnyaberisi empat komponen utama: 1)identifikasi program; 2) sinopsis;3) treatmen atau garis besarcerita; dan 4) skenario.

Penulis naskah membuat draftnaskah awal dengan mengacupada GBIM dan Jabaran Materi.Selain itu penulis naskah(pengembang media) harusmemilih bentuk penyajian pesan(format instruksional)berdasarkan kesesuaian materidengan tujuan, karakteristiksasaran, dan biaya yang tersedia.Draft naskah awal inidikonsultasikan dengan ahlimateri dan ahli media. Masukandari ahli materi dan ahli mediadijadikan sebagai bahan untukmelakukan revisi. Hasil revisi yangmerupakan draft naskahberikutnya kembalidikonsultasikan dengan ahlimateri dan ahli media.

Proses tersebut berjalansecara siklus sampai draft naskahyang dibuat oleh penulisdinyatakan layak produksi olehahli materi dan ahli media.Dengan siklus seperti ini, secaraotomatis pada saat penulisannaskah ini telah terjadi evaluasiformatif, yang dinamakanpengkajian ahli (expert review).Dengan demikian, kendali mutupada saat penulisan naskah tetapberjalan.

Pihak-pihak yangberperanserta dalam penulisannaskah yaitu: (1) penulis naskah;(2) ahli materi; dan (3) ahli media.

Page 199: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Selain itu juga melibatkanpengembang desain instruksional,ahli bahasa, psikolog, guru danlain-lain. Dengan melibatkantenaga yang memiliki kompetensidalam bidangnya tersebut,diharapkan akan bisa dihasilkansuatu media video/televisipembelajaran yang berkualitasdan bisa dipertanggungjawabkan.Adapun kualifikasi dan tugaspengembang naskah antara lainsebagai berikut:

a) Penulis NaskahPenulis naskah harus memilikikualifikasi minimal sebagaiberikut: (1) guru mata pelajaran;(2) pernah mengikuti pelatihanpenulisan naskah video/televisipembelajaran; (3) mempunyaikemampuan dalammengembangkan kreativitas,imajinasi dan ide-ide ke dalamsuatu naskah video/televisipembelajaran; dan (4) mampubekerja dalam tim.Tugas penulis naskah adalahsebagai berikut: (1) menulis draftnaskah sesuai dengan GBIM danJabaran Materi; (2)mengkonsultasikan draft naskahkepada ahli materi dan ahli media;(3) melakukan revisi naskahberdasarkan masukan dari ahlimateri dan ahli media.

b) Ahli MateriAhli materi setidaknya harusmemiliki kualifikasi sebagaiberikut: (1) dosen FKIP dalambidang studi bersangkutan; (2)memahami konsep pembelajaran;(3) diutamakan orang yangberperanserta dalampengembangan GBIM danJabaran Materi program video/televisi pembelajaran yangbersangkutan.Tugas ahli materi adalah: (1)mengkaji ulang kebenaran isimateri dalam naskah program(content validation); (2) mengkaji

ulang kesesuaian materi dengantujuan pembelajaran (kompetensidasar dan indikator keberhasilan);(3) memberikan masukan atausolusi alternatif terhadap segalapermasalahan yang berhubungandengan muatan atau kebenaranmateri.

c) Ahli MediaKualifikasi ahli media yangdilibatkan dalam penulisan naskahadalah: (1) memiliki pengetahuan,keterampilan dan pengalamandalam bidang pertelevisian; (2)pernah menyutradarai produksimedia video/televisi; (3)memahami karakteristik mediavideo/televisi; (4) diutamakanyang ikut serta dalam penyusunanGBIM dan Jabaran Materi.Tugas ahli media dalam penulisannaskah antara lain: (1) mengkajiulang kebenaran istilah teknispenulisan naskah (writingvalidation); (2) mengkaji apakahnaskah sudah memungkinkandapat dipahami dengan baik danbenar oleh team produksi atautidak; (3) mengkaji kemungkinantercapainya kompetensi dasar danindikator keberhasilan dari sisidesain pesan/visualisasi ide yangdituangkan (messages designreview); (4) memberikanmasukan atau solusi alternatifterhadap segala permasalahanyang berkaitan dengan mediavideo/televisi pembelajaran.

1) Tahap ProduksiTahap produksi merupakan langkahkedua setelah tahap perancanganselesai. Tahap produksi dapatdilakukan segera setelah naskahdinyatakan final layak produksi. Tahapproduksi dikelompokkan ke dalamtiga sub tahapan lagi yang meliputi:a) Persiapan

Sebelum melaksanakan produksiperlu mempersiapkan segalasesuatunya sehingga jalannya

Page 200: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

produksi bisa lancar dan hasilnyabisa memuaskan. Kegiatanpersiapan produksi media video/televisi pembelajaran ini diawalidengan mempelajari danmenelaah naskah, melakukanrembug naskah (scriptconference) dan dilanjutkandengan membuat rancanganvisualisasi media video/televisiyang akan diproduksi. Selain itujuga memilih pemain,memperbanyak dan membagikannaskah, mengadakan latihan,menghubungi studio, dansebagainya.Merencanakan kegiatan produksiyaitu: (1) menyusun kebutuhanperalatan dan bahan produksi, (2)menyiapkan sarana, peralatan,dan bahan produksi, (3)menyiapkan lokasi pelaksanaanproduksi, (4) menyusun kriteriapemilihan pemeran dan pemilihanpemain/pelatihan pemain, (5)membuat desain setting produksi,(6) merencanakan biaya produksi,(7) mimilih tenaga pelaksanaproduksi, dan (8) menyusunjadwal produksi, serta (9)memproses surat izin produksidan lokasi produksi.Perlatan yang dipergunakandalam kegiatan produksi, seperti:video tape recorder (VTR),kamera, monitor, lighting, tripot,microphone, adaptor dansebagainya.

b) PelaksanaanKegiatan produksi media video/televisi pembelajaran inimelibatkan tiga kelompokpersonal, yaitu: (1) sutradara ataupengarah acara, (2) kerabat kerja(crew) dan (3) pemain. Ketigakelompok personal ini memilikitugas dan tanggungjawab yangberbeda, namun semuanyabermuara pada satu tujuan, yaitumenghasilkan media video/televisipembelajaran yang berkualitas.

Produksi media video/televisipembelajaran ini secara rincimelibatkan tenaga sebagaiberikut: sutradara, asistensutradara, grafik artis,kameramen, penata cahaya,penata suara, penata dekorasi,teknisi, manajer unit (bendahara),penata VTR, editor, penata rias,pengemudi dan pemain.Melaksanakan kegiatan produksimedia video/televisi pembelajaranini diawali dengan memasang danmenguji coba (kalibrasi) peralatanproduksi, membuat dan menataset dekorasi dan menata busana/rias pemain, kemudianmengarahkan tenaga pelaksanproduksi.

c) PenyelesaianKegiatan pasca produksi mediavideo/televisi pembelajaran inimeliputi: merekam narasi,melaksanakan penyuntingan(editing), menciptakan/memilihmusik ilustrasi, dan melakukanpemaduan suara (mixing) sertamembuat master program.Kemudian melaksanakan kegiatanpreview dan perbaikan (revisi)program serta reproduksi(penggandaan).

2) Tahap EvaluasiSebagai langkah terakhir adalahevaluasi terhadap media video/televisipembelajaran yang telah diproduksi.Evaluasi adalah suatu upaya yangdilakukan untuk memastikan bahwaprogram video/televisi pembelajaranyang sedang dikembangkan mutunyaterjamin dengan baik. Evaluasiformatif ini dilakukan melalui tahapanpreview, dilanjutkan dengan evaluasiterbatas oleh kelompok pengguna,dan kemudian dilakukan kegiatanrevisi sebelum media video/televisipembelajaran tersebutdiimplementasikan di lapangan secaraterbatas dalam tahap perintisan.Setelah diimplementasikan media

Page 201: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

video/televisi pembelajaran ini,nantinya akan dievaluasi kembalisebagai bagian dari suatu sistempembelajaran secara keseluruhan.Kegiatan-kegiatan yang dilakukanuntuk mengendalikan mutu mediavideo/televisi pembelajaran meliputi:a) Evaluasi pra-master (pre-mastery

evaluation) yang terdiri dariminimal tiga bentuk kegiatanevaluasi, yaitu: (a) evaluasi ahli(expert evaluation); (b) evaluasiorang per orang (one-to-oneevaluation); dan (c) evaluasikelompok kecil (small groupevaluation), dan

b) Uji lapangan (field test) adalah ujicoba master media video/televisipembelajaran sebelumdireproduksi dan disebarluaskan.Dengan kata lain uji lapanganmerupakan evaluasi terhadapsuatu master media video/televisipembelajaran dalam lingkungansenyatanya ketika programtersebut nanti akan digunakan.

c) Kreativitas dalam PengembanganMedia Video/ TelevisiPembelajaranKreativitas merupakan sebuahbakat yang hampir dimiliki olehsemua orang. Kreativitas dapatberkembang selama hidup.Namun, harus diakui bahwaorang-orang tertentu lebih kreatifdibanding dengan orang-oranglain, tetapi kebanyakan di antaramereka dapat menjadi lebihkreatif dibandingkan dengansituasi yang berlaku. Bagi suatutim pengembang media video/televisi pembelajaran sangatpenting apabila para anggotanyabersifat dan bertindak kreatif.Kreativitas merupakankemampuan (abil ity) untukmembayangkan ataumenemukan suatu hal yang baru,dan merupakan sikap (attitude)untuk menerima perubahan dansesuatu yang baru, sertamerupakan sebuah proses

(process) yang terus-menerusmembuat perubahan danperbaikan secara bertahap dalammengembangkan media video/televisi pembelajaran.Kreativitas yang tinggimenyebabkan seseorangpengembang media video/televisi pembelajaran tidak puasterhadap apa yang telahdihasi lkan. Maka teampengembang yang kreatif akanselalu mencari alternatif modeldan format media video/televisipembelajaran yang dibutuhkandan digemari oleh pemirsanya.Mengingat makin meningkatnyaselera masyarakat apalagitersedianya berbagai pilihanprogram acara televisi, makamenuntut media video/televisipembelajaran yang bermutu/berkualitas untuk dapat merebutsimpati dan perhatianpemirsanya.

Dengan makin meningkatnya seleramasyarakat apalagi tersedianya berbagaipilihan program acara televisi, menurutMiarso (2004:387) program televisipembelajan yang kurang bermutu tidakakan mendapat perhatian dari pemirsa.Program televisi dapat menarikperhatian penonton apabila, apa yangdisaksikannya dapat memenuhikebutuhannya untuk menghibur,memperoleh informasi, memberikankejelasan tentang sesuatu, ataumungkin juga memancing emosi, danlain sebagainya (Situmorang, 2006:105).Banyak faktor yang menyebabkansebuah media video/televisipembelajaran tidak mampu menarikperhatian penontonnya. Salah satunyayang sangat penting adalahketidaksesuaian model dan formatdengan materi sajian.

Media televisi adalah media visual.Artinya kekuatan pesan utamanya padavisualisasi yang ditampilkan. Oleh karenaitu, pengembang media televisipembelajaran harus kreatif dalam

Page 202: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

menyusun alur visualisasi, ketepatanvisual dengan pesan; kualitas gambardalam hal ini fokus, warna, dan sudutpengambilan gambar.

Dalam menghadapi tantangankehidupan modern di abad-21 ini, sangatdiperlukan kreativitas dan kemandirianuntuk mampu beradaptasi denganberbagai tuntutan. Kreativitas sangatdiperlukan dalam mengembangkanmedia video/televisi pembelajarandengan beberapa alasan antara lain: (a)kreativitas memberikan peluang bagiindividu untuk mengaktualisasikandirinya, (b) kreativitas memungkinkanorang dapat menemukan berbagaialternatif dalam pemecahan masalah, (c)kreativitas dapat memberikan kepuasanhidup, dan d) kreativitas memungkinkanmanusia meningkatkan kualitas hidupnya(Surya, 2006:5).

Dari segi kognitif, kreativitasmerupakan kemampuan berfikir yangmemiliki kelancaran, keluwesan, keaslian,dan perincian. Segi afektifnya kreativitasditandai dengan motivasi yang kuat, rasaingin tahu, tertarik dengan tugasmajemuk, berani menghadapi resiko,tidak mudah putus asa, menghargaikeindahan, memiliki rasa humor, selaluingin mencari pengalaman baru,menghargai diri sendiri dan orang lain,dan sebagainya (Surya, 2006:6).

Ciri-ciri kepribadian seseorang yangkreatif, yaitu: (a) selalu ingin tahu danminat yang luas, (b) percaya diri, penuhsemangat, cerdik dan tidak penurut, (c)berani mengambil resiko denganpertimbangan yang matang, (d) tidakterlalu menghiraukan ejekan teman-temannya, (e) berani berbeda,membuat kejutan menyimpang daritradisi, (f) ulet dan tekun sehingga tidakcepat putus asa dalam mencapaitujuannya, (g) lebih terorganisasi dalamtindakannya, (h) memiliki tingkatenergi, spontanitas dan petualanganyang luar biasa, (i) mempunyai rasahumor yang tinggi, (j) melihat berbagaimasalah dari berbagai sudut, (k)memiliki kemampuan untuk bermaindengan ide, konsep atau imajinasi, (l)

kecenderungan melakukan refleksi, dan(m) cepat menunjukkan perhatian padamasalah-masalah di masyarakat(Dirlanudin, 2006:176-177).

Karya-karya kreatif ditandai denganorisinalitas, memiliki nilai, dapatditransformasikan, dan dapatdikondensasikan. Sehingga kreatif dalamberfikir dan bertindak mampumengendalikan dirinya dan memilikikomitmen yang kuat terhadap berbagaihal.

Dengan memperhatikan ciri-cirikreativitas tersebut, maka dalampengembangan media televisipembelajaran perlu memberikan peluanguntuk berkembangnya kreativitasanggota team pengembang.Pengembangan media televisipembelajaran dengan sentuhan tangan-tangan dan pemikiran kreatifmemungkinkan dapat menghasilkankarya-karya baru yang orsinil, memilikinilai yang tinggi, dan dapatdikembangkan lebih jauh untukkepentingan yang lebih bermakna.

Salah satu tahap pengembanganmedia televisi pembelajaran yang perlumendapat perhatian adalah penulisannaskah. Seorang penulis akanmenuangkan ide-ide kreatifnya. Olehkarenanya, perlu diberi sentuhan daritangan-tangan kratif agar program yangdikembangkan mampu memancingimajinasi penonton.

Tim pengembang media televisipembelajaran harus selalu kreatif daninovatif sehingga menghasilkan berbagaikarya media video/televisi pembelajaranyang berkualitas secara teknis dankemenarikannya. Team pengembangmedia televisi pembelajaran yang kreatifbukan sebagai tukang atau teknisi yangharus mengikuti satu skenario yang kaku,melainkan sebagai tenaga yang kreatifyang mampu menghasilkan berbagaikarya inovatif yang sesuai dengankebutuhan sasarannya. Hal itu harusdidukung oleh daya abstraksi dankomitmen yang tinggi sebagai basiskualitas profesionalismenya.

Page 203: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Team pengembang media video/televisi pembelajaran yang perlu memikikikreativitas antara lain: penulis naskah,ahli media (media expert), ahli materi(subject matter expert) dan crew(manajer unit, sutradara, penata kamera,penata cahaya, penata suara, penatadekorasi, teknisi, dll).

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

a. Pengembangan media video/televisipembelajaran membutuhkanserangkaian kemampuan kreativitasbaik berpikir kreatif maupun sikapkreatif. Selain itu, perlu menguasaipengetahuan tentang perancangan,pelaksanaan produksi dan evaluasisehingga dapat menghasilkan mediavideo/televiai pembelajaran yangberkualitas.

b. Kreativitas adalah menciptakan ide-ide baru yang orisinalitas (yaituproduk, proses, atau orangnya)mampu menciptakan sesuatu yangbelum diciptakan oleh orang lain ataumemodifikasi hal lama menjadisesuatu yang baru. Kreativitas iniberusaha menemukan, menghasilkanatau menciptakan hal-hal baru, pola-pola baru, bentuk-bentuk baru yanglebih baik dan berguna dalammemenuhi kebutuhan hidup manusia.Kreativitas akan menghasilkan nilaitambah dan nilai baru atas sesuatuhal, sehingga berguna untukmenyelesaikan suatu masalah, ataumeningkatkan suatu produk misalnyabertambah baik, efektif,mempermudah atau kompetitif.

c. Keuntungan dari orang yang kreatifadalah: (1) dapat mengembangkanpotensi yang dimilikinya di luarbatasan inteligensi, (2) adanyakompetisi yang sehat dan cepatdalam berprestasi, (3) penggunaansumber daya manusia yang efektif,(4) menemukan cara baru dan lebihbaik untuk memecahkan masalah,(5) dapat meningkatkan pengetahuan,

(6) merupakan aspek penting darikesehatan mental, (7) mempengaruhikepemimpinan yang efektif dan (8)meningkatkan kualitas prosespembelajaran.

d. Televisi pembelajaran adalah programvideo/televisi yang didesain,dikembangkan, dan dimanfaatkanuntuk kepentingan pembelajaran.Tujuan pokok televisi pembelajaranadalah untuk menyampaikan pesan(materi) pembelajaran kepadasejumlah besar peserta didik. Mediavideo/televisi pembelajaranbermanfaat untuk: (1) memperbesarobyek yang sangat kecil dan bahkanyang tidak tampak secara kasat mata;(2) menyajikan obyek yang terletakjauh sekali; dan (3) menyajikanperistiwa yang rumit, berlangsungsangat cepat, dan berbahaya(misalnya meletusnya gunung berapi,dll).

e. Berdasarkan prinsip-prinsippengembangan desain instruksional,pengembangkan media video/televisipembelajaran dapat lakukan melaluitahap perancangan, tahap produksidan evaluasi.

f. Kreativitas sangat diperlukan dalammengembangkan media video/televisipembelajaran karena: (1) kreativitasmemberikan peluang bagi individuuntuk mengaktualisasikan dirinya, (2)kreativitas memungkinkan orangdapat menemukan berbagai alternatifdalam pemecahan masalah, (3)kreativitas dapat memberikankepuasan hidup, dan (4) kreativitasmemungkinkan manusiameningkatkan kualitas hidupnya.

2. Sarana. Pemupukan, pengembangan dan

pemberdayaan kreativitas teampengembangan media video/televisipembelajaran perlu di temukenali dandirangsang sejak awal sertadipersiapkan dan dilatih agar memilikikompetensi profesional untukmemupuk dan mewujudkan bakatdan kreativitasnya secara optimal.

Page 204: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

9912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

b. Pengembang media televisipembelajaran supaya kreatif dalammenyusun alur visualisasi (cerita),ketepatan visual dengan pesan;kualitas gambar dalam hal ini fokus,warna, dan sudut pengambilangambar, dan sebagainya.

c. Pengembangan media video/televisipembelajaran perlu mendapatkansentuhan tangan-tangan danpemikiran kreatif memungkinkandapat menghasilkan karya-karya baruyang orsinil, memiliki nilai yang tinggi,dan dapat dikembangkan lebih jauhuntuk kepentingan yang lebihbermakna.

d. Tim pengembang media video/televisipembelajaran perlu memilikikreativitas antara lain: penulisnaskah, ahli media, ahli materi dancrew (manajer unit, sutradara,penata kamera, penata cahaya,penata suara, penata dekorasi,teknisi, dll).

e. Kreativitas yang tinggi menyebabkanseseorang pengembang media video/televisi pembelajaran tidak puasterhadap apa yang telah dihasilkan,maka supaya selalu mencari alternatifmodel dan format media video/televisi pembelajaran yangdibutuhkan dan digemari olehpemirsanya.

PUSTAKA ACUANBretz, Rudy (1971) A Taxonomy of

Communication Media. New Jersey, USA:Educational Technology Publications, Inc.

De Porter, Bobbi & Mike Hernacki (2000)Quantum Learning. Bandung: Penerbit Kaifa.

Dirlanudin (2006) Pengembangan BakatKreatifitas Anak, Jurnal Teknodik No. 19/X/Teknodik/Desember/2006. Jakarta:Pustekkom.

Johnson, Elaine B. (2006) Contextual Teaching& Learning, Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasikkan dan Bermakna.Bandung: Mizan Learning Center (MCL).

Heinch, Robert, Molenda, Michael & Russell,James D. (1995) Instructional Media. NewYork: Macmillan Publishing Company.

Miarso, Yusufhadi (2004) Menyemai BenihTeknologi Pendidikan. Jakarta: PenerbitPrenada Media.

Mclnerney, Deennis M. & Valentina Mclnerney(1998) Educational Psychoogy: ConstructingLearning, Second edition. New york: PrenticeHall.

Munandar, Utami (1999) Kreatifitas danKeberbakatan Srategi Mewujudkan PotensiKreatif dan Bakat. Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama.

_______ (2004) Pengembangan Kreatifitas AnakBerbakat. Jakarta: Pusat Perbukuan-Kemdiknas dan Penerbit Rineka Cipta.

Panduan Pemanfaatan Video (2005) Jakarta:Pusat Teknologi Komunikasi dan InformasiPendidikan, Departemen PendidikanNasional.

Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono& Hardjito (1986) Media Pendidikan,Pengertian, Pengembangan danPemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali.

Semiawan, R.Conny (1997) PerspektifPendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PenerbitGrasindo.

Surya, Mohamad (2006) Pemanfaatan TeknologiInformasi dan Komunikasi untuk PendidikanJarak Jauh dalam Rangka Peningkatan MutuPembelajaran, Makalah Seminar yangdiselenggarakan oleh Pustekkom Kemdiknas,tanggal 12 Desember 2006 di Jakarta.

Situmorang, Robinson (2006) MediaTelevisi,Pengetahuan Dasar Televisi danTeknik Penulisan Naskah. Jakarta: PustekkomDepdiknas.

Sandjaja, Sasa Djuarsa (1999) PertentanganLama Antara Media Televisi VS Buku, MakalahSeminar Minat Baca, Jakarta Hotel Santika20 Mei 1999.

Siahaaan, Sudirman dkk. (2006) TelevisiPendidikan/Pembelajaran di Era Global.Jakarta: Pustekkom Depdiknas.

Suharnan (2005) Psikologi Kognitif. Surabaya:Srikandi.

Suparman, M. Atwi, & Aminudin Zuhairi (2004)Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek.Jakarta: Universitas Terbuka.

Winardi (1991) Kreatifitas dan Teknik-TeknikPemikiran Kreatif Dalam Bidang Manajemen.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

****************

Page 205: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

xvi12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

PEMANFAATAN TIKSEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SulistyowatiInstitut Teknologi Indonesia, Serpong-Prodi Teknik Informatika

([email protected])

Abstrak:Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran wajib di seluruh jenjang pendidikan.Tujuan utama dari mata pelajaran ini adalah untuk membekali siswa dengan kemampuanberpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerjasama. Ironisnyaadalah pelajaran matematika oleh sebagian besar siswa dianggap ‘sangat menakutkan’,sehingga siswa kurang motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Tulisan ini mengkajibagaimana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan untuk mensiasatipenyampaian mata pelajaran matematika. TIK dapat digunakan sebagai media di setiaptahap proses pembelajaran, mulai tahap persiapan sampai tahap evaluasi bahkan dapatdigunakan juga dalam menjaring umpan balik. Dengan memilih terapan TIK yang sesuaidapat membuat siswa lebih bisa menikmati pelajaran matematika, sehingga tujuan daripelajaran matematika dapat tercapai.

Kata kunci: Pelajaran Matematika, Proses Pembelajaran, Media Pembelajaran, Teknologi Informasi dan Komunikasi

Abstract:Mathematics is a compulsory subject in all levels of education. The main objective of thiscourse is to equip students with the ability to think logically, analytically, systematically,critically, and creatively, and enable them to cooperate. The irony is that mathematics bymost students is considered ‘very scary’, so that students have lack motivation in participatingin the learning process. This paper examines how Information and Communication Technology(ICT) can be used to anticipate the delivery of mathematics courses. ICT can be used atevery stage of the learning process, from the preparation stage to the evaluation stage, andcan be used as well in capturing feedback. Choosing an appropriate applied ICT can makestudents enjoy math much more, so the goal of learning mathematics can be achieved.

Keywords: ICT, Learning Mathematics, Mathematics Learning Process

Page 206: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

10712341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

MODEL DAN FORMAT INSTRUMEN PREVIEWPROGRAM MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

M. MiftahBalai Pengembangan Multimedia Semarang, Pustekkom Kemdikbud

([email protected])

Abstrak:Penyusunan instrumen preview bertujuan untuk mengevaluasi produk multimediapembelajaran interaktif (MPI). Dalam penyusunan digunakanlah alur kerja, model, dan formatpenyusunan. Metode penyusunan dalam bentuk lokakarya yang melibatkan guru bidangstudi, kalangan akademisi, dan ahli dibidang; evaluasi media, media pembelajaran, teknologipembelajaran, teknologi informasi, kurikulum, serta tim analisis dari Pustekkom. Dalam tulisanini memuat pokok-pokok penyusunan instrumen; kriteria instrumen yang baik, keuntungandan kelemahan instrumen, prosedur penyusunan instrument preview program MPI, kisi-kisiinstrumen preview program MPI, dan sampai penyusunan instrument preview MPI final.Tujuan penulisan artikel adalah bertukar pikir (sharing idea) dengan harapan model danformat instrumen preview program multimedia pembelajaran interaktif dapat dimanfaatkandan dijadikan referensi bagi pengembang multimedia pembelajaran interaktif untuk semuajenjang pendidikan.Kata Kunci: Model dan format, instrumen preview, multimedia pembelajaran interaktif

Abstract:The development of preview instrument is aimed at evaluating the product of interactiveinstructional multimedia. The process uses work flow, model and format of development.The method used in the process is a workshop that involves subject matter teachers,academicians, experts of media evaluation, instructional media, educational technology,information technology and curriculum, and team of analysis from Pustekkom. This paperincludes the points of instrument development; good criteria of instrument, the strength andweakness of instrumentand disadvantage, the development procedure of interactiveinstructional multimedia instrument preview, the lattice of interactive instructional multimediainstrument preview, and the development of final interactive instructional multimedia instrumentpreview. The goal of this paper is to share idea with a hope that the model and format ofpreview instrument can be utilized by interactive multimedia developers for all educationallevel.

Keyword: Model and format, preview instrument, programs of interactive instructional multimedia

Page 207: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

10812341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

A. PENDAHULUANDalam upaya meningkatkan mutu program

media pembelajaran berbasis komputer perludilakukan langkah-langkah yang terukur.Langkah evaluasi program dilakukan dalamrangka meningkatkan kualitas program/produk,yaitu dengan melakukan kontrol terhadapproduk yang dikembangkannya, dalam hal iniproduk Multimedia Pembelajaran Interaktif(MPI). Kontrol yang dilakukan berupa previewproduk Multimedia Pembelajaran Interaktifdengan maksud menyamakan hasil produkdengan naskah yang ada.

Untuk mengetahui standarisasi produkmultimedia pembelajaran interaktif yang dibuatmaka diperlukan alat bantu yang sistematis danefisien berupa instrument preview untuk produkMPI. Kualitas instrument akan menentukankualitas data yang terkumpul sehinggadiharapkan mampu pengontrol dalampenjaminan produk multimedia pembelajaraninteraktif agar sesuai dengan maksud naskahyang sudah ditulis oleh penulis naskah. Untukmemperoleh instrument yang valid dan reliable,maka perlu dilakukan suatu langkah penyusunaninstrumen preview, yaitu dalam bentuk lokakaryayang melibatkan beberapa ahli yangberkompeten dibidangnya. Beberapa ahli yangterlibat, antara lain: ahli media, ahli bahasa, ahlibidang studi/materi, ahli kurikulum, dannarasumber untuk bidang teknologipembelajaran dan bidang multimedia.

Pokok permasalahan yang diangkat dalampengembangan model dan format instrumenMPI, meliputi: (1) Aspek-aspek yang menjadipertimbangan dalam menyusun instrumenpreview program multimedia pembelajaraninteraktif (MPI) dan (2) prosedur penyusunaninstrumen preview program MPI yang valid danreliabel?

Tujuan penulisan artikel ini adalah untukberbagi pemikiran tentang penyusunaninstrument preview produk MPI, penyusunankisi-kisi yang dapat dijadikan pedoman/ dasardalam menyusun instrument preview, langkah-langkah penyusunan instrument previewprogram MPI, dan bentuk instrument previewsendiri. Diharapkan tulisan dapat menjadi bahanreferensi bagi kalangan pengembang mediapendidikan.

B. KAJIAN TEORI1. Definisi Multimedia Pembelajaran

InteraktifKonsep multimedia menurut Mayer

(2001) meliputi tiga level yaitu, pertama,level teknis yang berkaitan dengan alat-alatteknik: alat-alat ini dapat dianggap sebagaikendaraan pengangkut tanda-tanda. Kedua,level semiotik yang berkaitan dengan bentukrepresentasi (yaitu teks, gambar/grafik);bentuk representasi ini dapat dianggapsebagai jenis tanda (types of sign). Ketiga,level sensorik, berkaitan dengan saluransensorik yang berfungsi menerima tanda.

Perpaduan antara gambar dan suarasangat cocok dengan prinsip penyajianinformasi melalui multi saluran sensorik.Computer-based Multimedia (Gagne, RobertM and Briggs, Leslie J. 2004) memungkinkanterjadinya interaksi antara siswa dengan isipembelajaran; memungkinkan terjadinya“self-directed exploratory learning” di manasiswa dapat memanipulasi objekpembelajaran dan mengamati hasilnya.Aplikasi multimedia akan membawa siswakepada “effortless learning” di mana“learning with effort” akan digantikan dengan“learning with furl”.

Pengembangkan multimediapembelajaran interaktif perlu diperhatikanbeberapa prinsip utama, agar softwaretersebut dapat digunakan oleh siswa secaraindividu, dan akan memberikan hasil belajaryang efektif dan optimal. Prinsip tersebutyaitu: Multimedia interaktif disesuaikandengan proses psikologis belajar siswa,digunakan secara individual, bersifatinterakti, memberikan umpan balik secaraefektif, dan sesuai dengan kontrol belajarsiswa (Romiszowski, A. J. 2008).

Jadi istilah multimedia sesungguhnyamerujuk pada “benda” yang sama adalah:interactive media atau media integration.Istilah atau frasa tersebut semuanya merujukpada kombinasi dari beberapa jenis media;teks, grafik, suara, animasi, dan video dalamsatu aplikasi komputer.

Page 208: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

10912341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

2. Pengertian InstrumenInstrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalammengumpulkan data agar pekerjaannyalebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalamarti lebih cermat, lengkap, dan sistematissehingga lebih mudah diolah. Variasi jenisinstrumen penelitian: angket, ceklis (ceck-l ist) atau daftar centang, pedomanwawancara, pedoman pengamatan.Menurut Haryono (2008) mengatakanbahwa yang dimaksud instrumen adalahalat untuk mengumpulkan data dalampenelitian, menentukan kualitas penelitian,validitas hasil penelitian, Instrumen harusstandar (baku); dikembangkan melaluiprosedur baku dan memenuhi syaratvaliditas dan reliabilitas. Lebih lanjutPurwanto (2008) mengatakan bahwainstrumen merupakan alat bantu yangdigunakan oleh penel i t i untukmengumpulkan data dengan caramelakukan pengukuran.

Pemilihan instrumen penelitian menurutSudjana (2005) sangat ditentukan olehbeberapa hal, yaitu: objek penelitian,sumber data, waktu dan dana yangtersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknikyang akan digunakan untuk mengolah databila sudah terkumpul. Mungkin sajaseseorang ingin sekali menggunakanmetode wawancara untuk mengambil datatetapi karena waktu yang tersedia sempit,lalu menggunakan angket. Demikian jugamungkin peneliti ingin menggunakanmetode pengamatan secara cermatterhadap objek, tetapi metode pengamatanmemerlukan waktu lama dan keterampilanyang memadai (http://muhammadtakdir686.blogspot.com/ 2010/01 / t ekn i k-penyusunan - i n s t rumen-penelitian.html).

Dalam menentukan sumber data, jenismetode pengumpulan data dan instrumenpenel i t ian, penel i t i sangat per lumempertimbangkan beberapa hal lain,seperti yang sudah disebutkan, yaitutenaga, waktu, dana dan faktor-faktorpendukung maupun penghambat. Namun

untuk langkah awal, agar pada akhirnyadiperoleh metode dan instrumen yangtepat, sebaiknya peneliti berpikir idealdahulu, baru mempertimbangkan faktor-faktor tersebut(http://www.fai.umj.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=54).

Instrumen memegang peranan pentingdalam menentukan mutu suatu penelitiandan penilaian. Fungsi instrumen adalahmengungkapkan fakta menjadi data.Menurut Arikunto (2007), data merupakanpenggambaran variabel yang diteliti danberfungsi sebagai alat pembuktianhipotesis, benar tidaknya data tergantungdari baik tidaknya instrumen pengumpulandata.

3. Prosedur PengembanganInstrumenProsedur yang ditempuh dalam

pengadaan instrumen yang baik menurutSuharsimi (1998) adalah: (a) perencanaan,meliputi perumusan tujuan, menentukanvariabel, kategori variabel. Untuk tes,langkah ini meliputi perumusan tujuan danpembuatan tabel spesifik, (b) penulisanbutir soal, atau item kuesioner, penyusunanskala, penyusunan pedoman wawancara,(c) penyuntingan, yaitu melengkapiinstrumen dengan pedoman mengerjakan,surat pengantar, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu, (d) uji-coba, baik dalamskala keci l maupun besar, (e)penganalisaan hasil, analisis item, melihatpola jawaban, peninjauan saran-saran dansebagainya, dan (f) mengadakan revisiterhadap item-item yang dirasa kurangbaik, dengan mendasarkan pada data yangdiperoleh sewaktu uji-coba.

Prosedur pengembangan instrumen:(a) identifikasi variabel/hasil belajar matapelajaran, (b) deskripsi teori atau materi,dan (c) pengembangan spesifikasi.

Ber ikut berbagai var iabel dalampendidikan dapat diidentifikasi dari prosespendidikan yang diilustrasikan padagambar 1.

Page 209: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11012341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Untuk memperoleh instrumen yangandal, dibutuhkan peran kebijakankurikulum, profesionalisme guru, ketepatanmetode mengajar, sarana prasarana yangmenunjang. Pada proses tranformasi daribeberapa komponen tersebut, harusmempertimbangkan juga masukan informasidari lingkungan dan masyarakat.

4. Instrumen Pengumpulan DataBerbicara tentang instrumen

pengumpulan data sebenarnya tidakubahnya dengan berbicara masalah evaluasi.Mengevaluasi tidak lain adalah memperolehdata tentang status sesuatu dibandingkandengan standar atau ukuran yang telahditentukan, karena mengevaluasi adalah jugamengadakan pengukuran. Mendasarkan daripada pengertian ini, maka apabila kitamenyebutkan jenis metode dan alat atauinstrumen pengumpulan data, maka samasaja dengan menyebut alat evaluasi, atausetidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.Pengumpulan data menurut Moh. Nazir(2005) prosedur yang sistematis dan standaruntuk memperoleh data yang diperlukan.

Menurut Samsudi (2009) mengatakanbahwa pengembangan instrumen penelitianpada dasarnya ada empat aspek yang salingterkait, dan harus secara dini dikenali olehpeneliti, yakni: (a) jenis penelitian; (b) jenisdata yang akan dikumpulkan, (c) teknikpengumpulan data, dan (d) jenis instumen

yang akan digunakan. Sebagaimana contoh,jika jenis penelitian eksperimental,korelasional, komparatif, dan sejenisnya;serta jenis datanya orginal, interval, ataurasional, maka teknik pengumpulan datanyaadalah pengukuran; dan jenis instrumenyang digunakan tes atau skala (bersifatmengukur). Jika jenis penelitian kualitatifdeskriptif, survei, expost facto, dan penelitiantindakan; serta jenis datanya nominal, makateknik pengumpulan datanya adalah nonpengukuran yakni dapat berupa wawancara,angket, observasi atau dokumenter; danjenis instrumen yang digunakan adalahinstrumen non-tes (bersifat menghimpun).

Dalam pelaksanaan preview programMPI, instrumen yang digunakan berupakuesioner atau angket (questionnaires).Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yangdigunakan untuk memperoleh informasi dariresponden dalam arti laporan tentangpribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Menurut Mukminan (2007), bahwa kuesionerdipakai untuk menyebut metode maupuninstrumen. Jadi dalam menggunakan metodeangket atau kuesioner instrumen yangdipakai adalah angket/kuesioner. Kuesionerdapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis,tergantung pada sudut pandang: (a)dipandang dari cara menjawab, (b)dipandang dari jawaban yang diberikan, dan(c) dipandang dari bentuknya.

Page 210: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11112341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

5. Kriteria Instrumen yang BaikSebagai seorang peneliti kita harus ekstra

berhati-hati dalam merancang prosedurpengumpulan data, khususnya dalammemilih atau mengkonstruksikan instrumenyang digunakan dalam penelitian. Berikutadalah kriteria-kriteria tertentu untuk menilaiinstrumen yang baik (Consuelo G. Sevilla.2006).

Pertama, Reliabilitas. Reliabilitasbiasanya didefinisikan sebagai konsistensidari tes. Konsistensi hanyalah merupakansalah satu aspek dari reliabilitas. Definisireliabilitas yang lebih komprehensip adalahderajat ketepatan dan ketelitian atau akurasiyang ditunjukkan oleh instrumenpengukuran.

Kedua, Validitas. Definisi yang palingmudah dari validitas tetapi lebih sulitditerangkan adalah “derajat ketepatan suatualat ukur tentang pokok isi atau artisebenarnya yang diukur”. Kata sebenarnyamengandung arti pertanyaan tentangreliabilitas yang membuat penjelasan lebih

kompleks bila tidak diperdebatkan. Validitasberkenaan dengan keterkaitan data yangdiperoleh dengan sifat variabel yang diteliti.Secara singkat, sifat variabel yang menjaditujuan dari pengukuran. Dalam hal ini sifatvariabel yang menjadi tujuan mengenai datayang akhirnya akan dikumpulkan.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Langkah-langkah Penyusunan

Instrumen preview MPIPenyusunan instrumen preview program

multimedia pembelajaran interaktif (MPI)dalam bentuk lokakarya denganmenggunakan metode presentasi, praktekpenyusunan dan bimbingan, diskusi, uji ahli,dan revisi. Pelaksanaan penyusunan selama4 hari, tanggal 12–15 Februari 2009.

Penyusunan instrumen yang dilakukanmelalui tahapan proses pengembanganinstrumen, lebih jelasnya dapat dilihat padagambar 2 berikut.

Page 211: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11212341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Secara garis besar langkah-langkahpengembangan instrumen yang dilakukanBalai Pengembangan Multimedia Semarang,sebagai berikut:a. Merumuskan definisi konseptual dan

operasional, merumuskan konstrukvariabel yang akan diukur sesuai denganlandasan teoritik yang dikembangkansecara menyeluruh dan operasional.

b. Pengembangan spesifikasi dan penulisanpernyataan, menempatkan dimensi danindikator dalam bentuk tabel spesifikasipada kisi-kisi instrumen yang kemudiandilanjutkan dengan penulisanpernyataan.

c. Penelaahan pernyataan, butir-butirpernyataan yang telah ditulis merupakankonsep instrumen yang harus melalui)proses validasi, baik validasi teoritikmaupun validasi empirik.

d. Uji coba, merupakan bagian dari prosesvalidasi empirik.

e. Analisis, berdasarkan data hasil uji cobaselanjutnya dilakukan analisis untukmengetahui koefisien validitas butir danreliabilitas instrumen.

f. Revisi Instrumen, dilakukan jika setelahmelalui analisis terdapat butir-butir yangtidak valid atau memiliki reliabilitas yangrendah. Butir-butir yang sudah direvisidirakit kembali dan dihitung kembalivaliditas dan reliabilitasnya.

g. Penyusunan instrumen menjadiInstrumen final.

Menurut penulis perlu lebih detail dalampenyusunan instrument preview untukproduk multimedia pembelajaran interaktif(MPI), yaitu : mengindentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul program,menjabarkan variabel tersebut menjadi subvariabel/dimensi, mencari indikator/aspeksetiap sub variabel, menderetkan deskriptordari setiap indikator, merumuskan setiapdeskriptor menjadi butir-butir instrument,melengkapi instrumen dengan petunjukpengisian dan kata pengantar. Disamping itu,menentukan tujuan penyusunan instrumenpreview tersebut, yakni bertujuan sebagaitahapan uji coba program MPI.

Adapun tujuan uji coba instrumen

preview, yaitu untuk (a) tujuan manajerialdan substansial, dan (b) tujuan keandalaninstrumen. Uji coba untuk tujuan pertamaini lebih menitikberatkan pada segi teknis,yaitu (a) mengetahui tingkat keterpahamaninstrumen, apakah responden tidak menemuikesulitan dalam menangkap maksudpembuatan instrumen, (b) mengetahuiteknik paling efektif, (c) memperkirakanwaktu yang dibutuhkan oleh respondendalam mengisi angket, dan (d) mengetahuiapakah butir-butir yang tertera di dalamangket sudah memadai dan cocok dengankeadaan di lapangan. Mungkin sekali adabutir yang sudah dimuat di dalam angketternyata tidak ada di lapangan, atausebaliknya, ada usulan untuk tambahan butirbaru karena di lapangan ada aspek tersebuttetapi belum termuat di dalam angket.

Menurut pengamatan penulis dalammempertimbangkan penyusunan instrumenpreview adalah, banyak subjek untuk uji cobadengan tujuan seperti ini tidak terlalu banyakmenuntut persyaratan. Tingkatketerpahaman angket dapat diketahui daribeberapa subjek yang mempunyai tingkatpemahaman tinggi, cukup dan rendah. Kalausubjek dengan tingkat pemahaman rendahsudah tidak keliru menangkap maksudinstrumen yang dibuat, maka dapatdisimpulkan bahwa instrumen tersebut sudahbaik.

2. Prosedur penyusunan instrumentpreview program MPIPenyusunan instrument preview program

MPI dilakukan dalam rangka memperolehsatu set draf instrumen yang valid danreliabel. Instrumen yang dihasilkan sudahmelalui beberapa tahap, yaitu:a. tahap pertama, pra pelaksanaan

lokakarya yang didahului studi literatursecara sederhana sudah dibuat oleh timkhusus form pendahuluan yang akandijadikan bahan kajian dalam lokakarya.

b. tahap kedua, adalah tahapanpelaksanaan penyusunan instrumenpreview program MPI dalam bentuklokakarya dengan melibatkan pakarmedia, pengkaji materi, pengkaji bahasa,dan praktisi pendidikan didahului

Page 212: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11312341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

pemaparan/presentasi singkat tentangmateri instrumen dan contoh form kisi-kisi dan form instrumen yang sudahdibuat secara sederhana oleh tim khususdengan tujuan bisa disempurnakandengan beberapa tinjauan pakar.

c. tahap ketiga, adalah tahap uji validitasinstrumen dalam bentuk uji kepakaran/

ahli dengan tujuan untuk mengevaluasihasil dari instrumen sebelum instrumendigunakan yang sebenarnya.

d. tahap keempat, adalah tahap finalisasidan pemanfaatan instrumen. Lebihjelasnya prosedur penyusunan instrumenpreview program MPI dapat dilihat padagambar 3 berikut.

Menurut penulis, pada tahap prapelaksanaan lokakarya yang didahului studiliteratur, perlu kiranya ada kajian mendalamyang melibatkan ahli dari perguruan tinggidan guru, agar bahan/draf yang dijadikansebagai bahan lokakarya lebih valid danefektif. Pada tahap uji validitas instrumentidak selalu diujikan oleh pakar/ahli saja,namun perlu diujikan dilapangan secaralangsung kepada subjek uji coba; gurumaupun siswa, dengan tujuan untukmemperoleh masukan/saran danmengetahui tingkat kelemahan instrumen.

6. Kisi-kisi Instrument PreviewProgram MPIKisi-kisi instrument menitik beratkan pada

aspek (a) kesesuaian halaman naskahdengan program, (b) letak kesalahan padamenu program/tampilan, (c) jenis kesalahan,(d) uraian kesalahan, dan (e) solusi/keterangan. Kisi-kisi instrumen lebih jelasnyadapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Page 213: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11412341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

Kelebihan penyusunan instrumen yangdidahului dengan penyusunan draf kisi-kisiinstrumen menurut penulis, adalah untukmempermudah dalam penyusunaninstrumen nantinya, sesuai indikator tiapaspek yang dirumuskan, dan dapatmencakup semua kebutuhan dari programMPI itu sendiri. Sebaliknya, dalampenyusunan instrumen tanpa kisi-kisi akanmenimbulkan beberapa kelemahan; baik sisiteknis penyusunan maupun pemanfaataninstrumen di lapangan.

4. Instrumen preview program MPIInstrumen disusun berdasarkan kisi-kisi,

agar hasil lebih efektif dan sesuai harapan,maka dalam penyusunan instrumensebaiknya mempertimbangakan beberapatujuan/kegunaan dari instrumen previewyang dibuat. Tujuan dari instrumen previewMPI ini, adalah untuk mengevaluasi secaraformatif produk multimedia pembelajaranyang telah dibuat dilihat dari sisi kajian ahlimateri, ahli media, dan ahli pembelajaran.

Adapun format instrumen preview MPIterdiri dari bagian pengantar dan petunjukpengisian instrumen. Bagian pengantar

terletak dalam halaman depan instrumen,terdiri dari: (a) Preview, ini bertujuanmengkaji kesesuaian program dengannaskah, (b) Previewer materi, mengevaluasikesesuaian materi program dengan naskah,(c) Previewer media, mengevaluasiketepatan media dalam program denganpesan yang disampaikan dalam naskah, dan(d) Previewer program, untuk mengevaluasiprogram dari sisi teknis.

Petunjuk pengisian instrumen, meliputi:(a) kolom No, diisi dengan nomor urutkesalahan yang ditemukan, (b) kolomHalaman Naskah, diisi dengan halamannaskah tempat kesalahan ditemukan, (c)kolom letak kesalahan, diisi dengan namamenu dan sub menu/judul tampilan padabagian mana kesalahan ditemukan, (d) kolomjenis kesalahan, diisi dengan temuankesalahan, baik berupa teks, animasi, gambar,program, dll, (e) kolom uraian kesalahan, diisidengan penjelasan tentang kesalahan yangditemukan, dan (f) kolom solusi/uraianperbaikan, berupa perintah perbaikan. Uraianharus jelas sehingga mudah dipahami. Lebihjelasnya draf format instrumen preview MPIdapat dilihat pada format berikut ini.

Tabel 1: Konsep Kisi-kisi Instrument Preview Program MPI

Page 214: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11512341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

dan (d) penjelasan tentang uraian kesalahandan solusi terkadang masih dibutuhkanpenjelasan ulang dari responden/ahli.

Menurut penulis agar instrumen yangdiberikan kepada responden dapatmemperoleh hasil yang valid, maka perluresponden merasa dihargai, untuk itu perlumemberikan surat pengantar. Hal-hal yangharus ada dalam surat pengantar (a) alamatresponden, lengkap dengan jabatan, (b)pengantar penyampaian angket, (c) tujuanmengadakan penelitian, (d) pentingnyapenelitian dilakukan, (e). pentingnyaresponden dalam penelitian, (f) waktupengisian angket, dan waktu dan tempat/alamat pengembalian angket, (g)penyampaian hasil, (h) ucapan terima kasihkepada responden, dan (i) tanda-tandapengirim, nama jelas dan tanggal pengirim.

Dalam instrumen preview MPI ini menurutpenulis memiliki kelebihan, antara lain: (a)tidak memerlukan hadirnya pembuatprogram MPI, (b) dapat dibagikan secaraserentak kepada responden,(c) dapatdijawab oleh responden menurutkecepatannya masing-masing, dan menurutwaktu senggang responden, (c) dapat dibuatanonim sehingga responden bebas jujur dantidak malu-malu menjawab, dan (d) dapatdibuat terstandar sehingga bagi semuaresponden dapat diberi pertanyaan yangbenar-benar sama.

Adapun kelemahan dalam instrumen inimenurut penulis, adalah: (a) respondensering tidak menjawab secara terperinci danjelas, (b) seringkali sukar dicari validitasnya,(c) walaupun dibuat anonim, kadang-kadangresponden dengan sengaja memberikanjawaban yang tidak betul atau tidak jujur,

Page 215: Editorialrepositori.kemdikbud.go.id/13189/1/Jurnal Teknodik Vol...1234 iv 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1 23 4 1234

11612341234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Langkah-langkah pengembanganinstrumen, sebagai berikut: (a) merumuskandefinisi konseptual dan operasional, (b)pengembangan spesifikasi dan penulisanpernyataan, (c) penelaahan pernyataan tiapbutir, (d) ujicoba instrumen, (e) analisis datahasil uji coba, (f) revisi Instrumen, dan (g)penyusunan instrumen menjadi Instrumenfinal.

Model dan format instrumen previewprogram multimedia pembelajaran interaktif(MPI) menitikberatkan pada aspekkesesuaian halaman naskah denganprogram, letak kesalahan pada menuprogram/tampilan, jenis kesalahan, uraiankesalahan, dan solusi/keterangan.

2. SaranLangkah-langkah penyusunan instrumen

preview program multimedia pembelajaraninteraktif (MPI) seharusnya mengikutikerangka pengembangan instrumenpenelitian dengan menempuh beberapalangkah, yaitu: (a) menyusun indikator dandimensi setiap variabel berdasarkanlandasan teori masing-masing, sebagaimanatelah dirumuskan dalam definisi konseptual/konstruk serta definisi operasional, (b)membuat kisi-kisi kuesioner berdasarkandimensi dan indikator, (c) menyusun butir-butir kuesioner dan penetapan skalapengukuran, (d) melaksanakan uji cobainstrumen, (e) melakukan pengukuranvaliditas dan reliabilitas instrumen, dan (f)mengadakan revisi/penyempurnaaninstrumen berdasarkan hasil uji coba hinggamenghasilkan instrumen final.

Model dan format instrumen previewprogram multimedia pembelajaran interaktif(MPI) sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan aspek di atas saja, namun perlumempertimbangkan sisi (a) tujuan yang lebihluas tidak sebatas kegunaan instrumen untuktujuan kegiatan preview, namun denganmendasarkan pada pertimbangan kajian teorisecara lebih mendalam dan hasil yang lebihvalid dan reliabel menurut prosedur penelitianyang berlaku, dan (b) memenuhi syaratprosedur pengembangan instrumen;identifikasi variabel, deskripsi teori, danpengembangan spesifik.

PUSTAKA ACUANArikunto, Suharsimi (1998) Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta.

Arikunto, Suharsimi (2007) Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gagne, Robert M. & Leslie J. Briggs (2004)Principles of Instructional Design. New York:Wadsworth Publishing.

Haryono (2008) Pengumpulan Data. Makalahdisampaikan pada lokakarya penyusunaninstrumen ujicoba MPI, Semarang.

Mayer, R.E. (2001) Multimedia Learning. USA:Cambridge University Press.

Mukminan (2007). Penelitian Uji Coba, Makalahdisampaikan pada lokakarya penyusunaninstrumen uji coba online dan offline MPI,Semarang.

Nazir, Moh. (2005) Metode Penelitian. Bogor:Ghalia Indonesia.

Purwanto (2008) Metodologi PenelitianKuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Romiszowski, A. J. (2008) Designing instructionalsystems: decision making in course planningand curriculum design. London: Kogan Page,Ltd.

Samsudi (2009) Disain Penelitian Pendidikan.Semarang: Universitas Negeri SemarangPress.

Sevilla, Consuelo G. (2006) Pengantar MetodePenelitian. Jakarta: Universitas IndonesiaPress.

Sudjana (2005) Metode Statistik. Bandung:Tarsito.

Teknik Penyusunan Instrumen (2010) Dari<http://muhammadtakdir686.blogspot.com/2010/01/teknik-penyusunan-instrumen-penelitian.html>, Diakses pada tanggal 10Januari 2010.

****************


Recommended