DEIKSIS DALAM CERPEN WA KNAT AL-DUNY
TERJEMAHAN ANIF SIRSAEBA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)
oleh
NAYA NASEHA
1113024000034
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/ 1439 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Deiksis dalam Cerpen Wa Knat Al-duny
Terjemahan Anif Sirsaeba telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Adab dan Humaniora UN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 17
Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada program Studi Tarjamah.
Jakarta, 17 Januari 2018
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum Dr. Rizqi Handayani, M.A
NIP. 19791229 200501 1 004 NIP. 19831108 200912 2 005
Penguji I Penguji II
Dr. Darsita Suparno, M.Hum. Dr. Zamzam Nurhuda, M.A.
NIP. 19610807 199303 2 001
Pembimbing
Rizqi Handayani M.A
NIP. 19831108 200912 2 005
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk ayahanda dan ibunda tercinta bpk. Amitsah dan
ibu Kamilah, serta untuk adik-adikku Gunawan, Handayani dan Habiburrahman.
ABSTRAK
Naya Naseha, 1113024000034. Deiksis dalam Cerpen Wa Knat Al-Duny
Terjemahan Anif Sirsaeba. Skripsi Prodi Tarjamah, Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan bentuk
terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny . Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data berupa tuturan dalam
cerpen Wa Knat Al-duny karya Taufiq El-hakim dan cerpen terjemahan Dan Duniapun Ada karya Anif Sirsaeba. Data diklasifikasi berdasarkan masalah
penelitian yaitu jenis dan bentuk terjemahan deiksis persona, deiksis ruang dan
deiksis waktu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini
menunjukkan bahwa deiksis persona yang digunakan terbagi menjadi tiga bagian
yaitu persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Kata yang bersifat
deiksis persona pertama meliputi kata (aku), (di awal verba), , , (ku, di
awal verba dan nomina), (akhir verba), (kita) dan (kita, di akhir verba dan
nomina). Persona kedua meliputi kata (kamu, femina), (kamu, maskula), /
(kamu, maskula di awal dan akhir verba), / (kamu, femina di akhir
verba), + (kamu, femina di verba). Persona ketiga meliputi kata (dia ,
maskula), (dia, femina), / (dia, maskula di akhir verba dan nomina), /
(dia, femina di akhir verba atau nomina), (dia, maskula di awal verba), (dia,
femina di awal verba), (dia berdua). Deiksis ruang berupa kata (ini,
maskula), (ini, femina), (ini, dual). Bentuk deiksis waktu yang digunakan
meliputi adverb, fiil mudhari jenis menunjukkan kejadian yang sedang
berlangsung, yang akan datang dan fiil madhi (lampau). Peneliti menemukan tiga
bentuk terjemahan pada deiksis persona, ruang dan waktu yaitu deiksis yang
diterjemahkan referen, elipsis dan subtitusi.
Kata kunci : Wa Knat Al-duny , terjemahan, deiksis
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa taala yang
telah memberikan rahmat, hidayah serta kenikmatan yang berlimpah sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam selalu
terlimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad alallahu alaihi wa sallam.
Perkataannya bagaikan intan, akhlaknya bagaikan Al Quran serta suri tauladan
bagi setiap insan hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari bahwa tidak sedikit hambatan
dan kesulitan yang saya lalui, akan tetapi berkat ridho Allah SWT serta
kesungguhan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu, saya menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada yang terhormat:
1. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah
ini, khususnya Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku dekan Fakultas Adab
dan Humaniora.
2. Kepada program studi Tarjamah bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah,
M.Hum sebagai ketua prodi Tarjamah dan Ibu Rizqi Handayani, M.A
sebagai sekretaris prodi Tarjamah sekaligus pembimbing penulisan skripsi
yang selalu memberikan arahan, bimbingan serta motivasi, sehingga karya
ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
3. Kepada ibu Dr. Darsita Suparno M. Hum dan bapak Dr. Zamzam
Nurhuda M.A. yang telah menjadi penguji dalam sidang munaqasyah
yang sudah meluangkan waktunya untuk mengkaji, mengkritisi dan
mengoreksi skripsi ini, sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.
iii
4. Kepada Dr. Karlina Helmanita, M.A, selaku dosen Pembimbing Akademik
dan juga kepada seluruh dosen jurusan Tarjamah atas segala ilmu
pengetahuan yang telah diberikan selama ini, semoga bermanfaat dan
menjadi bekal di masa depan saya.
5. Kepada dua sosok yang sangat berjasa selama ini, yaitu Ayahanda
Amitsah dan Ibunda Kamilah. Terimakasih Ama, Mamak atas segala jasa
yang engkau berikan terhadap anakmu dan doa-doa yang senantiasa kalian
panjatkan dan adik-adik tercinta yaitu Gunawan, Handayani dan
Habiburrahman yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Kepada teman-teman Tarjamah khususnya angkatan 2013, yang telah
mewarnai hari-hari semasa kuliah. Semoga kita semua dapat meraih cita-
cita dan meraih kesuksesan bersama.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, bila ditemukan kesalahan atau kekurangan, harap disampaikan kepada
penulis, demi pengembangan dan pembelajaran diri. Di samping itu pula saya
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Terimakasih atas segala perhatian, dukungan, kritik dan sarannya.
Ciputat, 27 Desember 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
F. Metode Penelitian.................................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14
BAB II TEORI DEIKSIS DALAM TEKS SASTRA TERJEMAHAN
A. Deiksis .................................................................................................. 16
1. Deiksis Persona ............................................................................... 17
2. Deiksis Ruang ................................................................................. 24
3. Deiksis Waktu ................................................................................. 27
v
B. Bentuk Terjemahan ............................................................................... 31
1. Referen ............................................................................................ 32
2. Subtitusi .......................................................................................... 32
3. Elipsis .............................................................................................. 32
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG CERPEN WA KNAT AL-DUNY
A. Tentang Cerpen Wa Knat Al-duny ..................................................... 34
B. Sekilas Tentang Penulis, Taufiq El-Hakim ........................................... 35
C. Sekilas Tentang Penerjemah, Anif Sirsaeba ......................................... 40
BAB IV ANALISA DEIKSIS DALAM CERPEN WA KNAT AL-DUNY
A. Deiksis Persona ..................................................................................... 43
A.1.1 Deiksis Persona Pertama Rafa Munfail .................................... 44
A.1.2 Deiksis Persona Pertama Naab Muttail. ................................... 46
A.1.3 Deiksis Persona Pertama Jarr Muttail. ...................................... 49
A.1.4 Deiksis Persona Pertama Mustatir Wuj-ban. .............................. 52
A,2,1 Deiksis Persona Kedua Rafa Munfail. ...................................... 56
A.2.2 Deiksis Persona Kedua Rafa Muttail ........................................ 56
A.2.3 Deiksis Persona Kedua Naab Muttail. ...................................... 60
A.2.4 Deiksis Persona Kedua Jarr Muttail. ......................................... 62
A.2.5 Deiksis Persona Kedua Mustatr Wuj-ban. ................................ 64
A.3.1 Deiksis Persona Ketiga Rafa Munfail. ...................................... 69
A.3.2 Deiksis Persona Ketiga Naab Muttail. ..................................... 69
A.3.3 Deiksis Persona Ketiga Jarr Muttail.......................................... 72
vi
B. Deiksis Ruang........................................................................................ 76
B.1 Deiksis Ruang Proximal Demonstratif ........................................... 77
B.2 Deiksis Ruang Distal Demonstratif. ............................................... 80
B.3 Deiksis Ruang Locatif Proximal Demonstratif............................... 81
C. Deiksis Waktu ....................................................................................... 82
C.1 Deiksis Waktu Bentuk Adverb. ...................................................... 83
C.2.1 Deiksis Waktu Bentuk Fiil Mudari (Sedang) ........................... 85
C.2.2 Deiksis Waktu Bentuk Fiil Mudari (Akan). .............................. 87
C.3 Deiksis Waktu Bentuk Fiil Madi (Lampau). ................................. 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 92
B. Saran ...................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Skripsi ini menggunakan data berbahasa Arab yang kemudian
ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Untuk itu, maka peneliti menggunakan
pedoman transliterasi Arab-Indonesia yang ditetapkan oleh kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pedoman yang digunakan peneliti sebagai berikut:
A. Konsonan
No. Huruf Arab Nama Huruf Latin
- Alif .1
Ba B .2
Ta T 3
Tsa Ts .4
Jim J .5
a .6
Kha Kh .7
Dal D .8
Dzal Dz .9
Ra R .10
Zai Z .11
Sin S .12
Syin Sy .13
viii
Shad .14
Dhad .15
Tha .16
Zha .17
ain .18
Ghain Gh .19
Fa F .20
Qaf Q .21
Kaf K .22
Lam L .23
Mim M .24
Nun N .25
Wawu W .26
Ha H .27
` Hamzah .28
Ya Y .29
ix
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab sama seperti vokal pada bahasa Indonesia.
Vokal bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal, rangkap, dan panjang.
1. Vokal tunggal (monoftong)
Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat yang
transliterasinya diuraikan sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin & Baca
fatah a (pendek)
Kasrah i (pendek)
Dhammah u (pendek)
2. Vokal rangkap (diftong)
Vokal rangkap bahasa Arab dilambangkan dengan gabungan antara
harakat dengan huruf dan , transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin & Baca
fatah dan ya Ai
fathah dan wawu Au
3. Maddah (vokal panjang)
Maddah atau vokal panjang dilambangkan dengan harakat dan huruf,
transliterasinya adalah sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin & Baca
x
fatah dan alif (panjang)
kasrah dan ya (panjang)
dhammah dan wawu (panjang)
C. Ta marbthah ( )
Terdapat dua macam transliterasi untuk t marbutah, yaitu:
a. Ta marbthah hidup
Huruf dibaca hidup apabila mendapat harakat fathah, kasrah, dan
dhammah, maka transliterasinya adalah (t).
Contoh: : (wahdat al-wujd)
b. Ta marbthah mati
Huruf dibaca mati (tak dibaca) apabila mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah (h).
Contoh: :(tharqah)
(al-jmiah al-islmiyyah) :
D. Syaddah (tasydd)
Syaddah atau tasydd dalam sistem penulisan bahasa Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda syaddah. Transliterasinya ditulis dengan huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyyah. (lihat pada bagian kata sandang)
Contoh: : (rabban)
: (rabb)
xi
E. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf dan (al)
baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Penulisannya ditulis
secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda (-).
Perhatikan pula transliterasi huruf syamsiyyah dan qamariyyah pada contoh kata
sandang di bawah.
Contoh: : (ditulis al-rajul, bukan ar-rajul)
(ditulis al-darrah, bukan ad-darrah) :
(ditulis al-fajr) :
ditulis al-yaum) :
F. Hamzah
Hamzah dilambangkan dengan apostrof. Tetapi ini hanya berlaku bagi
hamzah yang diletakkan di tengah dan di akhir kata. Apabila letaknya di awal
kata, maka huruf ini tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ditulis berupa
alif ( ).
Contoh: : (syai'un)
(umirtu) :
G. Cara Penulisan Transliterasi
Setiap kata, baik itu kata kerja (fil), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut contoh transliterasi dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas:
xii
Teks Arab Teks Latin
dzahaba al-ustdzu
al-dars al-khmis
idzhab antum
Asyhadu an l ilha ill Allh
yu'atstsirukum Allah
Mauln Malik al-Shlih
al-yt al-kauniyyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerjemahan karya sastra merupakan sebuah seni.1 Dalam
menerjemahkan karya sastra, penerjemah tidak hanya memusatkan
perhatiannya pada masalah penyampaian informasi tetapi juga masalah kesan,
emosi, dan perasaan dengan mempertimbangkan keindahan bahasa sasaran.2
Dalam hal ini, seorang penerjemah harus menyadari bahwa kerja
penerjemahan yang dilakukannya bertujuan untuk menghasilkan sesuatu yang
dapat membantu mengatasi kesenjangan karakteristik antara bahasa sumber
dan bahasa sasaran.3 Salah satu kesenjangan karakteristik tersebut adalah
tentang terjemahan deiksis dalam bahasa sasaran.
Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-
pindah tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pada
saat dan tempat dituturkannya kata itu. misalnya kata saya, sini dan sekarang.4
Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan
kata kursi, rumah dan kertas di tempat manapun, referen yang diacu tetaplah
sama sedangkan referen kata saya, sini dan sekarang barulah dapat diketahui
1 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), H. 11. 2 Fahimatul Muyassaroh,"Penggunaan Deiksis Pada Siswa Kelas V di SDN Manduro
1Kabuh Jombang," Lingustika Akademia, 2013, h. 4. 3 Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer ( Ciputat:
Pusat Study Linguistik Terapan, 2014), h. 16. 4 Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984), h. 1.
2
jika diketahui pula siapa, di tempat mana dan pada waktu kapan kata-kata itu
diucapkan.5
Deiksis tidak hanya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tapi
juga dalam karya sastra. Misalnya hasil karya penulis yang diterjemahkan dari
bahasa sumber (Arab) ke bahasa sasaran (Indonesia), sehingga tidak hanya
orang yang bisa berbahasa sumber (Arab) saja yang bisa menikmati karya
sastra tersebut.6
Karya sastra yang diambil sebagai objek kajian ini adalah karya sastra
berupa cerpen yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia oleh Anif Sirsaeba (2008). Karya sastra itu berupa kumpulan cerpen
yang berjudul Arinillah, namun peneliti hanya mengambil judul Wa Knat
Al-duny yang ditulis oleh Taufiq El-Hakim seorang sastrawan yang lahir
pada musim panas tahun 1903 di Dahiyatul Raml Iskandaria Mesir. Peneliti
memilih cerpen Wa Knat Al-duny karena terdapat banyak deiksis di dalam
tuturan cerpen tersebut dan peneliti ingin menelaah terjemahan Anif Sirsaeba
dalam menerjemahkan deiksis Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Karya sastra berupa cerpen dalam telaah ini dianggap sama dengan
sebuah cipta sastra. Karya sastra cerpen diasumsikan merupakan gambaran
kehidupan berdasarkan kenyataan sosial.7 Fakta dalam cerita pendek hasil
terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia itu menggambarkan
masalah Adam yang merupakan seorang manusia dihasut oleh iblis keji
5 Darsita Suparno, Deiksis Dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan
Sosiopragmatik, Al-Tur V. XXI, No. 2 (Juli 2015): h. 349. 6 Anton Kurnia, Penerjemahan Sastra, sastra Horison, Oktober 2012, h. 2
7 Suparno, Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan Sosiopragmatik, h.
234.
3
sehingga keluar dari surga. Tidak hanya itu, Iblis juga memberontak terhadap
perintah Tuhan yaitu tidak ingin bersujud kepada Adam. Secara tersirat kisah
ini mengandung pesan bahwa sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan,
manusia harus patuh terhadap perintah-Nya dan berusaha agar tidak terhasut
oleh bisikan Iblis.8
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti
tertarik untuk menulis skripsi dengan judul; Deiksis dalam Cerpen Wa Knat
Al-duny Terjemahan Anif Sirsaeba.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Adapun kajian yang menjadi objek penelitian ini adalah cerpen karya
Taufik El Hakim Wa Knat Al-duny yang diterjemahkan dan diseleksi oleh
Anif Sirsaeba dari naskah kumpulan cerpen berbahasa Arab Arinillah
diterbitkan oleh Republika cetakan ke-3 pada tahun 2008 dengan judul
Dalam Perjamuan Cinta. Dari beberapa cerpen terjemahan yang ada pada
antologi tersebut, peneliti mengambil satu judul saja, yaitu Dan Duniapun
Ada karena di dalam tuturannya banyak mengandung unsur deiksis.
Agar penelitian ini menjadi terstruktur dan terinci, peneliti
memfokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis deiksis yang ditemukan dalam tuturan cerpen Wa Knat
Al-duny ?
2. Bagaimana terjemahan deiksis dalam tuturan cerpen Wa Knat Al-duny ?
8 Taufiq El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba (Jakarta:
Republika, 2008) h. 31-43.
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi jenis deiksis yang terdapat dalam tuturan cerpen Wa
Knat Al-duny.
2. Mendeskripsikan bentuk terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-
duny.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi untuk
memperkaya penelitian linguistik khususnya di bidang pragmatik. penelitian
ini juga bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa untuk mengerti
tentang deiksis dan pembaca juga mengetahui pelajaran yang terkandung
dalam cerpen. Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan agar berguna baik
secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada pembaca
dan penerjemah tentang cerpen khususnya bagaimana cara mengkaji cerpen
menggunakan kajian deiksis. Contohnya seperti dalam penelitian ini, yaitu
mendeskripsikan jenis deiksis dan bentuk terjemahannya dalam bahasa sasaran
(bahasa Indonesia).
5
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dan
kreativitas peneliti dalam mengkaji karya sastra, terutama yang berkaitan
dengan jenis deiksis dan bentuk terjemahannya dalam cerpen terjemahan.
2) Bagi Pihak Lain
Pihak lain yang dimaksud adalah para pembaca, penerjemah dan
penikmat sastra. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan
inovatif di masa yang akan datang.
3) Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah koleksi
hasil penelitian di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Fakultas
Adab dan Humaniora. Dengan demikian, penelitian ini nantinya dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang
telah ada sebelumnya.
4) Bagi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan referensi bagi guru dan dosen jurusan Tarjamah, bahasa dan
sastra Indonesia untuk materi bahasa (linguistik).
6
E. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya, suatu penelitian tidak beranjak dari awal karena
umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini bertujuan sebagai titik
tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Penelitian terhadap karya sastra,
terutama cerpen dengan objek kajian deiksis yang telah banyak dilakukan
sebelumnya. Pada kajian pustaka ini, peneliti akan memaparkan lima hasil
penelitian yang relevan sebelumnya, kemudian tentang konsep yang
digunakan penulis sebagai landasan penelitian dalam meneliti yang berkaitan
dengan judul yaitu tentang analisis deiksis dalam karya sastra (cerpen).
Berikut ini peneliti akan memaparkan lima penelitian relevan tentang analisis
deiksis dalam sebuah karya sastra, adalah sebagai berikut:
Pertama, Amanah Ari Rachmanita (2016) dengan judul skripsi
Deiksis Sosial dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP
dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia menyimpulkan bahwa fungsi
pemakaian deiksis sosial dalam novel sang pemimpi meliputi 1) sebagai media
pembeda tingkat sosial seseorang. 2) untuk menjaga sopan santun dalam
berbahasa. 3) untuk menjaga sikap sosial. 4) alat memperjelas kedudukan
seseorang. 5) alat memperjelas identitas seseorang. 6) alat memperjelas
kedekatan hubungan sosial dan kekerabatan.
Penelitian ini hanya fokus pada satu jenis deiksis yaitu deiksis sosial.
Sedangkan peneliti fokus pada tiga jenis deiksis yaitu deiksis persona, waktu,
dan ruang. Letak perbedaanya juga terdapat pada objek penelitianya yang
7
berbahasa Indonesia sedangkan objek peneliti menggunakan bahasa Arab yang
telah diterjemahkan.
Kedua, Dea Isgoentiar (2012) dengan judul skripsi Deiksis pada
Novel Charlottes Web Karya E. B. White dari Universitas Padjadjaran. Ia
menyimpulkan bahwa Terdapat 3 jenis deiksis yang muncul pada percakapan-
percakapan dalam novel Charlottes Web karya E. B. White yaitu: deiksis
persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu. Dari ketiga jenis deiksis ini,
deiksis persona merupakan jenis deiksis yang paling banyak ditemukan pada
percakapan-percakapan dalam novel Charlottes Web karya E. B. White ini.
Terdapat 2 jenis sifat rujukan yang mengiringi kata ganti persona orang
pertama, kedua dan ketiga serta kata keterangan tempat dan waktu pada
percakapan-percakapan dalam novel Charlottes Web karya E. B. White ini,
yaitu rujukan yang bersifat anafora yang mengacu pada sesuatu yang telah
disebutkan sebelumnya dan rujukan yang bersifat katafora yaitu rujukan yang
mengacu pada suatu informasi yang disebutkan kemudian dan sifat rujukan
yang paling banyak muncul adalah anafora.
Penelitian ini sama dengan peneliti yaitu mengidentifikasi tiga jenis
deiksis. Perbedaanya Dea Isgoentiar meneliti deiksis dalam novel Charlottes
Web karya E.B. White yang menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan peneliti
menganalisis deiksis dalam cerpen wa kna al-duny karya Taufik el-Hakim
yang menggunakan Bahasa Arab lalu diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh Anif Sirasaeba.
8
Ketiga, Ghita Lusiana Dewi (2014) dengan judul skripsi Variasi
Deiksis pada Cerpen Adz-dzikra Karya Al-Manfaluthi: Kajian Pragmatik dari
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia menyimpulkan bahwa deiksis persona
dalam bahasa Arab dan Bahasa Indonesia sangat berbeda. Deiksis persona
dalam bahasa Arab lebih kompleks dan banyak. Begitu juga dengan deiksis
waktu. Dalam bahasa Arab, deiksis waktu lebih rinci dan terstruktur.
Penelitian ini sama dengan peneliti yaitu meneliti deiksis dalam cerpen
yang berbahasa sumber Arab. Perbedaannya penelitian ini hanya fokus pada
dua jenis deiksis saja yaitu deiksis persona dan waktu. Sedangkan peneliti
mengidentifikasi tiga jenis deiksis yaitu deiksis persona, waktu dan tempat.
Keempat, Lila Dewi Tri Rahmawati (2010) dengan judul skripsi
"Pemakaian Deiksis Persona, Lokasional dan Temporal dalam Novel Ayat-
Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazi dari Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Ia menyimpulkan bahwa terdapat jenis dan wujud
deiksis persona pertama tunggal maupun jamak, persona kedua tunggal
maupun jamak, persona ketiga tunggal maupun jamak, deiksis lokasional, dan
deiksis temporal di dalam novel. Wujud deiksis persona pertama tunggal
terdapat 6 bentuk. Deiksis persona pertama jamak terdapat 2 bentuk.Deiksis
persona kedua tunggal terdapat 5 bentuk. Deiksis persona kedua jamak
terdapat 1 bentuk. Deiksis persona ketiga tunggal terdapat 5 bentuk, yakni
pada data.Deiksis persona ketiga jamak terdapat 1 bentuk. Deiksis lokasional
yang menunjuk tempat yang dekat dengan penutur terdapat 2 bentuk. Tempat
yang tidak terlalu jauh dengan penutur terdapat 1 bentuk. Tempat yang jauh
9
dengan penutur terdapat 1 bentuk. Menunjuk tempat secara eksplisit terdapat
11 bentuk. Deiksis temporal yang menunjuk waktu kini terdapat 4 bentuk.
Waktu lampau 6 bentuk. Waktu yang akan datang 5 bentuk. Waktu netral 5
bentuk. Kelas kata pembentuk deiksis yang terdapat dalam novel Ayat-ayat
Cinta adalah pronomina untuk deiksis persona dannomina untuk deiksis
lokasional dan temporal. Fungsi deiksis persona sebagai penunjuk kepunyaan
terdapat 5 bentuk, perangkai preposisi 1 bentuk, menyatakan subjek
tindakan/pelaku 1 bentuk, menyatakan objek tindakan atau pelaku 1 bentuk,
dan sebagai penunjuk postpositif terdapat 1 bentuk.
Penelitian ini sama dengan peneliti yaitu fokus pada tiga deiksis yaitu
deiksis persona, deiksis tempat dan deiksis waktu. Perbedaannya terletak pada
objek yaitu Lila menggunakan bahasa Indonesia sebagai media untuk
menyampaikan informasi kepada pembaca lalu disisipkan pula bahasa Arab
dan bahasa Jerman. Sedangkan objek peneliti berbahasa sumber Arab lalu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Kelima, Darsita Suparno (2016) dengan penelitian Deiksis dalam
Nazam Tarekat Karya K.H. Ahmad Ar-Rifai Kalisalak Tinjauan Pragmatik pada
Dialektika Vol. 3, No. 2 2016. Hasil penelitiannya adalah dalam puisi Nazam
Tarekat terdapat deiksis sosial yang menyatakan maksud untuk menggambarkan
sifat orang atau sekelompok orang, aktivitas atau kegiatan, julukan, jabatan dan
gelar. Dalam Nazam Tarekat juga terdapat makna deiksis sosial diidentifikasi
dari satuan bahasa berupa kata atau frasa yang referennya berubah-ubah,
10
tergantung kepada siapa yang menuturkan, kapan dan di mana tuturan itu
diucapkan.
Penelitian Darsita (2016) sama dengan peneliti yaitu meneliti tiga jenis
deiksis dalam cerpen. Namun, berbeda dalam metode yaitu Darsita (2016)
menggunakan metode SPEAKING sebagai berikut:
Hymes18 menjelaskan bahwa dalam suatu proses komunikasi terdapat dua kategori yaitu: 1) peristiwa tutur, dan 2) tindak tutur. Hymes Dell lebih lanjut membahas peristiwa tutur dan tindak tutur itu dapat menunjukkan adanya berbagai komponen yang perlu disertakan dalam deskripsi etnografis komprehensif tindak tutur. Klasifikasi yang diusulkan dikenal sebagai SPEAKING, di mana setiap dalam akronim tersebut adalah singkatan untuk komponen komunikasi yang berbeda.9
Sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif teknik
simak bebas cakap yaitu metode yang bersifat mendeskripsikan dan peneliti
hanya sebagai pengamat atau penyimak.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, peneliti belum
mendapatkan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan penulis
lakukan. Untuk itu peneliti ingin mengetahui dan melihat jenis dan bentuk
penggunaan deiksis apa saja yang terdapat dalam bentuk ujaran para tokoh
dalam cerpen terjemahan Wa Knat Al-duny.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode
yang bertujuan untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai data, sifat-sifat, serta hubungan fenomena-fenomena
9 Suparno, Deiksis dalam Nazam Tarekat Karya K.H. Ahmad Ar-Rifai Kalisalak
Tinjauan Pragmatik, Dialektika V. 3, No. 2 (2016): h. 159-160.
11
yang diteliti.10
Dalam rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
simak bebas cakap yaitu peneliti hanya menjadi pengamat dan penyimak.11
Teknik ini sangat mungkin dilakukan karena data penelitian ini adalah data
tertulis.
Peneliti menyimpulkannya pada bagan sebagai berikut:
Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi jenis dan
sumber data, tehnik pengumpulan data, dan analisa data dalam
menganalisis jenis dan bentuk terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-
duny.
10
Fatimah dan Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian
(Bandung: PT Eresco, 1993), h. 8. 11
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 208.
Metodologi Penelitian
Paradigma Metode Tehnik
Linguistik Simak bebas
cakap
Catat
Semantik Pragmatik
Makna Penggunaan
bahasa
Terjemahan Konteks
tuturan
Kamera
HP ATK
Siapa (P1 P2)
Di mana (P1 P2)
Kapan (P1 P2)
12
1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini termasuk jenis library research yaitu penelitian
kepustakaan yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan),
baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.12
Di
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data sebagai metode
penelitian yaitu data primer dan data sekunder.
Sumber data primer penelitian ini adalah cerpen Wa Knat Al-duny
karya Taufik El Hakim dan diterjemahkan oleh Anif Sirsaeba yaitu cerpen
Dan Duniapun Ada. Sumber data sekunder dalam penelitian berupa buku-
buku, artikel, jurnal dan skripsi ataupun referensi dari media elektronik
(internet) yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek
penelitian dalam analisis jenis dan bentuk terjemahan deiksis dalam cerpen
Wa Knat Al-duny .
2. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catat atau taking note
method. Teknik ini, pencatatan dapat dilakukan pada data yag telah
disediakan.13
Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau
pengelompokkan data berupa tuturan yang berbentuk deiksis dalam cerpen Wa
Knat Al-duny dan mendeskripsikan terjemahan deiksis Anif Sirsaeba dalam
cerpen Dan Duniapun Ada.
12
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2002), h. 11. 13
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 211.
13
3. Analisis Data
Dalam tahap analisis data, peneliti mulai membahas jenis-jenis deiksis
dan mendeskripsikan bentuk deiksis dalam cerpen terjemahan. Dimulai
dengan memilih tuturan-tuturan dalam cerpen Wa Knat Al-duny yang
mengandung unsur deiksis. Kata tersebut kemudian dianalisis referennya,
sehingga dapat diketahui apa acuan dari kata yang mengandung unsur deiksis
tersebut. Kemudian peneliti dapat melihat bentuk terjemahan deiksis dalam
cerpen Anif Sirsaeba dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah 1: Data dikelompokkan atau diklasifikasi berdasarkan
masalah penelitian, yaitu berdasarkan jenis deiksis dalam cerpen
Wa Knat Al-duny.
b. Langkah 2: Mendeskripsikan dan menganalisis jenis deiksis dalam
cerpen Wa Knat Al-duny dengan menentukan referen dari deiksis
yang telah diklasifikasi.
c. Langkah 3: Membuat kesimpulan tentang hasil analisis terhadap
karya sastra (Cerpen terjemahan Wa Knat Al-
duny) terkait masalah jenis deiksis dan bentuk terjemahan deiksis
oleh penerjemah.
14
Analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan pada bagan di bawah ini:
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian skripsi akan disajikan dalam
lima bab, yaitu dimulai dengan bab I yang terdiri dari pendahuluan, kerangka
teori, gambaran umum, analisis dan kesimpulan. Tujuannya adalah untuk
mendapat pemahaman dan komprehensif dalam pembahasan masalah
penelitian skripsi ini. Maka dari itu peneliti memaparkan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan mengapa peneliti memilih
tema pada penelitiaan ini, serta gambaran umum mengenai proses penelitiaan
yang akan dilakukan. Untuk menjelaskan hal tersebut, peneliti membagi bab
ini kedalam beberapa bagian yaitu latar belakang, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Mengklasifikasikan jenis deiksis
dalam tuturan
Mendeskripsikan dan
menganalisis jenis
deiksis dalam tuturan
Deiksis Persona Deiksis Ruang Deiksis Waktu
Kesimpulan
15
Bab II Kerangka Teori. Bab ini membahas tentang segala yang
berhubungan dengan deiksis. Kemudian pada bab ini juga peneliti membahas
tentang pedoman teori-teori deiksis yang dikemukakan oleh beberapa ilmuan.
Adapapun sub-sub babnya yaitu pengertian deiksis dalam bahasa Arab,
pengertian deiksis dalam bahasa Indonesia dan pergeseran dalam
penerjemahan.
Bab III Biografi. Bab ini Merupakan gambaran mengenai biografi
penulis dan penerjemah cerpen Wa Knat Al-duny.
Bab IV Analisis. Bab ini merupakan analisis bentuk dan terjemahan
deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny.
Bab V Penutup. Bab ini merupakan hasil dari analisis jenis dan bentuk
terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny. Terdiri dari kesimpulan
dan saran-saran yang peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya.
16
BAB II
TEORI DEIKSIS DALAM TEKS SASTRA TERJEMAHAN
A. Deiksis
Deiksis merupakan kata-kata yang merujuk yakni kata-kata tersebut
dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu penutur dan dipengaruhi situasi
pembicaraan. Menurut Nababan bahwa sebuah kata pada deiksis dapat
berubah berdasarkan situasi pembicaraan. Deiksis dibedakan atas lima macam
yaitu deiksis persona, tempat, waktu wacana dan deiksis sosial.14
Sejalan dengan Levinson yang membedakan deiksis atas lima macam
yakni, deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana, dan
deiksis sosial. Levinson mendeskripsikan deiksis secara jelas sebagai maksud
dari bahasa yang merupakan penyempurnaan melalui ekspresi deiksis yang
bergantung pada interpretasi dari pembicara dan pendengar yang dibagikan
melalui konteks yang sama. Dia berpendapat bahwa deiksis adalah hubungan
antara bahasa dan konteks.15
Deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata yang hanya
dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan.
Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berubah-ubah,
bergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan bergantung pada saat
dituturkannya kata itu. Deiksis yang dipersoalkan adalah unsur yang
referennya dapat diidentifikasi dengan memperhatikan identitas si pembicara
14
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi 1987), h. 45 15
Stephen C. Levinson, Pragmatics (London: Cambridge Univesity Press), h. 64.
17
serta saat dan tempat diutarakannya tuturan yang mengandung unsur yang
bersangkutan16
Bambang Kaswanti Purwo menjelaskan bahwa deiksis merupakan
istilah teknis dalam merujuk suatu hal dalam sebuah tuturan. Kata deiksis
berasal dari bahasa Yunani yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukkan secara
langsung. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berganti-
ganti tergantung pada saat dan tempat dituturkannya.17 Sejalan dengan Lyons
yang menjelaskan bahwa deiksis dipakai untuk menggambarkan fungsi
pronomina persona, demonstrativa, fungsi waktu, dan aneka ciri gramatikal
serta leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang dan
waktu dalam tindak ujaran.18
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa deiksis adalah kata, frasa
atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung siapa yang
menjadi pembicara, waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.
Lyons dan Bambang membagi deiksis menjadi tiga yaitu deiksis persona,
deiksis ruang dan deiksis waktu.
1. Deiksis Persona
Istilah persona berasal dari kata latin persona yaitu terjemahan dari
kata Yunani prosopon yang artinya topeng (topeng yang dipakai oleh
seorang pemain sandiwara), dan juga berarti peranan atau watak yang
dibawakan oleh pemain drama. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 35. 17
Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984), h. 1-2. 18
John Lyons, Semantics (Cambridge: Cambridge University Press, 1977), h. 636.
18
itu disebabkan adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan
sandiwara.19
Deiksis persona (person deixis) berhubungan dengan
pemahaman mitra tutur tentang pemberian peran dalam suatu peristiwa
tutur.20
Deiksis persona mengarah pada pemahaman kata ganti diri karena
fungsinya yang menggantikan diri orang.21
Bahasa Indonesia mengenal
pembagian kata ganti menjadi tiga yaitu kata ganti persona pertama, kata
ganti persona kedua, dan kata ganti persona ketiga.
Persona Makna
Tunggal Jamak
Pertama Saya, aku,-ku, ku- Kita, kami
Kedua Kamu, anda, engkau, -mu Kalian, kamu sekalian
Ketiga Ia, dia, -nya Mereka
Deiksis persona pertama yaitu pronomina yang menggantikan diri
orang yang berbicara. Deiksis persona kedua yaitu pronomina yang
menggantikan diri orang yang diajak berbicara (mitra tutur). Deiksis persona
ketiga yaitu pronomina yang menggantikan diri orang yang dibicarakan.22
Deiksis pronomina persona memiliki perkecualian yakni bentuk
persona yang mengarah pada Allah (-Nya, Dia, dll). Perkecualian karena
19
Lyons, Semantic, h. 638. 20
Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 110. 21
Slamet Muljana, Kaidah Bahasa Indonesia (Ende: Nusa Indah, 1969), h. 276. lihat
Tardjan Hadidjaja, Tata Bahasa Indonesia (Jogjakarta: U.P. Indonesia, 1965), h. 61. lihat juga
Purwo, Deiksis dalam Bahasa Indonesia h. 22. 22
Suparno, Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan Sosiopragmatik, h.
350.
19
mempunyai rujukan yang tetap dan tidak dapat berpindah. Deiksis tidaknya
kata-kata sangat bergantung pada berpindah atau bergeser tidaknya referen
atau rujukan dari kata-kata tersebut.23
amr () atau pronomina merupakan kata benda tetap yang
mengacu pada persona pertama atau mutakallim (), persona kedua atau
mukhtab (), dan persona ketiga atau ghib (24.( Kajian pronomina
di dalam bahasa Arab mencakup tiga macam, yaitu Munfail (), Muttail
() dan Mustatir ,()25
yang dikelompokkan berdasarkan pada aspek
jantina26
dual ,( ) meliputi tunggal ( ) aspek numerelia ,( )
.( ) dan plural ,( )27
amr munfail ( ) merupakan pronomina yang berdiri
sendiri secara bebas28
dan penulisannya tidak disambungkan dengan kata lain.
amr munfail terbagi menjadi dua yaitu pronomina bebas nominatif jenis
amr rafa munfail ( ) yang berfungsi sebagai subjek atau
pelaku sedangkan pronomina bebas akusatif jenis amr man-b munfail
.berfungsi sebagai objek ( )29
23
Chaniago, Materi Pokok Pragmatik (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 49. 24
Mustafa Al-Ghalayyain, Jmi Al-Dur-s Al-Arabiyyah (Beirut: Al-Maktabah Al-Ashriyyah, 2005), h. 87. Lihat juga Fuad Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-
Arabiyyah (Damaskus: Dr Al-Hikmah, T.t), h. 113. 25
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113. 26
Jenis kelamin: jantina, seks. Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan, 2009), h. 258.
27 Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 110. 28
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113. Lihat juga Agus Purwanto, Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari (Bandung: Mizania, 2014), h.70-
71. 29
Aziz Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab (Ciputat: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, T.t), h. 155-157. Lihat Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113. Lihat juga Al-Ghalayyain, Jmi Al-Dur-s Al-Arabiyyah, h. 70.
20
Adapun pronomina bebas nominatif sebagai berikut:
Pronomina Tunggal Dual Jamak
Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina
Pertama
Kedua
Ketiga
Pronomina bebas akusatif sebagai berikut:
Pronomina
Tunggal Dual Jamak
Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina
Pertama
Kedua
Ketiga
amr muttail ( ) merupakan pronomina bentuk terikat
bergantung pada kata lain30
dan penulisannya juga disambungkan dengan
kata lain. amr muttail terbagi menjadi dua yaitu pronomina terikat
nominatif atau amr raf muttail ( ) dan pronomina terikat
akusatif atau amr naab muttail ( ) dan amr jar muttail
.( )31
Adapun pronomina terikat nominatif sebagai berikut:
Pronomina Tunggal Dual Jamak
30
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 114. Lihat juga Agus Purwanto, Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari, h.70-71.
31 Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158. Lihat juga Nimah, Mulakhas
Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah , h. 114.
21
Persona Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina
Pertama )(
((
((
Kedua
((
((
/
/
((
/
((
((
((
Ketiga
((
-
((
-
((
/
/
((
/
((
/
/
((
-
Pronomina terikat nominatif jenis amr raf muttail selalu menempel
pada verba atau kna wa akhwtuha yang berfungsi sebagai subjek.32
Pronomina terikat bisa disebut dengan pronomina afiksal verba yang
berkedudukan sebagai subjek33
karena di dalam bahasa Arab, setiap verba yang
muncul dalam kalimat selalu sudah mengandung petunjuk pelaku. Setiap
pelaku yang menempel pada verba berbentuk afiksasi.34
Pronomina terikat akusatif adalah pronomina yang posisinya berada di
belakang nomina, partikel atau verba. Pronomina yang berada di belakang
nomina dan partikel yaitu amr jar muttail35 atau lebih dikenal dengan kata
32
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 114. Lihat juga Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158.
33 Risty Sugidianti Zahara, Deiksis dan Pemahaman Teks Narasi Bahasa Arab Telaah
Novel Al-Karnak Karya Najb Mahfudz (Tanggerang Selatan: Lembaga Study Islam Progresif, 2011), h. 25.
34 Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas.
35 Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158-160.
22
ganti kepunyaan. Pronomina yang berada di belakang verba yaitu amr
naab muttail yang berfungsi sebagai objek.36
Pronomina terikat akusatif sebagai berikut:
Pronomina
Persona
Tunggal Dual Jamak
Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina
Pertama )(
//
)(
//
((
((
((
((
Kedua ))
((
((
((
((
((
Ketiga ))
/
((
((
((
((
((
Pronomina orang pertama tunggal yang berupa vokal panjang
seperti kitab ( ) buku saya, bila didahului vokal panjang seperti
bentuk dualis dalam frase genetif, maka pronomina orang pertama tunggal
tersebut menjadi vokal ya. Contoh: ( buku saya) menjadi (dua
buku saya). Lain halnya bila didahului preposisi atau nomina yang berakhir
dengan vokal panjang seperti al () menjadi alayya (di atas saya).
Pronomina orang pertama tunggal bertindak sebagai objek berkasus akusatif
setelah verba, maka ditambah dengan nun seperti (dia menyuruh)
menjadi (dia menyuruh saya). Berbeda jika didahului konsonan nun,
maka dipakai n seperti menjadi atau .37
36
Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158. 37
Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 159-161.
23
amr mustatir ( ) merupakan kata ganti yang tidak terlihat
dalam penulisan dan tidak terbaca. amr mustatir terbagi menjadi dua yaitu
amr mustatir wuj-ban ( ) yang harus tersembunyi dan
amr mustatir jawzan ( ) yang boleh tersembunyi dan boleh
dimunculkan dalam kalimat.38
Adapun amr mustatir wuj-ban sebagai berikut:
Pronomina
Persona
Tunggal Dual Jamak
Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina
Pertama
)(
((
-
((
-
((
Kedua ((
((
-
((
-
((
-
((
-
((
-
amr mustatir wuj-ban adalah pronomina harus tersembunyi yang
keberadaannya tidak boleh digantikan oleh isim ahir. Pronomina
tersembunyi terdapat pada fiil amr ( ) atau kalimat perintah untuk
pronomina orang kedua maskula tunggal (kamu, ). Pronomina
tersembunyi juga terdapat pada fiil mudhari ( ) untuk pronomina
orang kedua maskula tunggal (kamu. ) atau untuk pronomina orang
pertama tunggal (saya, ) dan untuk pronomina orang pertama jamak
(kita, ).39
38
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 116-117. 39
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 117.
24
amr mustatir jawzan sebagai berikut:
Pronomina
Persona
Tunggal Dual Jamak
Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina
Ketiga
((
((
((
-
((
-
((
-
((
-
amr mustatir jawzan adalah pronomina yang boleh
disembunyikan dan keberadaannya bisa digantikan oleh isim ahir.
pronomina yang boleh disembunyikan terdapat pada fiil mi dan fiil
muari untuk pronomina orang ketiga maskula (dia, ) atau pronomina
orang ketiga femina (dia,(.40
2. Deiksis Ruang
Deiksis ruang (place deixis) bertalian dengan pemahaman tempat
yang disebutkan penutur dan mitra tutur dalam sebuah pertuturan.41
Tempat dapat menjadi deiksis jika tempat orang-orang melakukan
komunikasi dalam proses tindak tutur. Deiksis ruang dibagi dalam tiga
bagian yaitu lokatif, demonstratif dan temporal42
:
Lokatif Demonstrativa Temporal
Sini Ini Kini
Situ Itu Dini
Sana
40
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 117 -118. 41
Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 111. 42
F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 9.
25
Deiksis tempat yang bersifat demonstratif di dalam bahasa Arab
bisa disebut juga ism al-isyrah (Kata tunjuk). Sejalan dengan bapak
linguistik di Tarjamah yaitu bapak Syarif Hidayatullah mengungkapkan
bahwa Bahasa Arab mengenal nomina demonstrativa (ism al-isyrah)
yang lebih komplek daripada bahasa Indonesia.43
Nomina demonstrativa
dalam bahasa Arab lebih komplek karena terdapat tiga perbedaan yaitu
proximal, medial dan distal.44
Proximal demonstratif pronoun () dalam bahasa Arab:
Gender Tunggal Dual
Jamak Nominatif Akusatif
Maskula
Femina /
Medial demonstratif pronoun ( ) dalam bahasa Arab:
Gender Tunggal Dual
Jamak Nominatif Akusatif
Maskula
Femina /
43
Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer
(Tanggerang: Al-Kitabah,2014), h. 45. 44
Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties (New York:
Longman, 1995), h. 151. Lihat juga Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 121-122.
26
Distal demonstratif pronoun () dalam bahasa Arab:
Gender Tunggal Dual
Jamak Nominatif Akusatif
Maskula
Femina
Hdz digunakan untuk menunjukan tempat yang dekat dengan
penutur (proximal). Dzka digunakan untuk menunjukan tempat yang
sedikit jauh dari penutur dan mitra tutur (Medial). Dzlika digunakan
untuk menunjukkan tempat yang jauh dari penutur dan mitra tutur
(Distal).45
Selain demonstratif pronoun, ada juga lokatif demonstratf yakni
hal yang menunjukkan lokasi yang dekat dan yang jauh dengan penutur.
Lokatif demonstratif termasuk deiksis ruang dalam bahasa Arab yaitu:
Proximal Medial Distal
Lokatif
arfu al-makn termasuk deiksis ruang dalam bahasa Arab karena
arfu al-makn adalah nomina yang dibentuk dari verba untuk
memperoleh nomina yang menyatakan tempat46
atau nomina tempat yang
dinaabkan dengan memperkirakan makna f (pada/ dalam)47 seperti
Amma (di depan), fawqa/ al (di atas), yumn/ yamn (di kanan), wara/
45
Abdul Muin, Analisis Konstrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta: PT.
Pustaka Al-Husna Baru, 2004), h. 114. Lihat juga Cowan, An Introduction To Modern Literary
Arabic, h. 70. 46
Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 132. 47
Moch Anwar, Ilmu Nahwu (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 135.
27
khalf (di belakang), jnib (di samping), yusr (di kiri), tahta (di bawah),
bayna (di antara), qarb (dekat), bad (Jauh)48
3. Deiksis Waktu
Deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentang waktu saat
suatu bahasa dituturkan. Dalam banyak bahasa deiksis ini mengacu pada
waktu berlangsungnya kejadian, baik kala lampau, kala kini, maupun kala
mendatang.49
Waktu lampau Waktu sekarang Waktu yang akan
datang
Minggu (yang) lalu Minggu ini Besok (hari) lusa,
besok lusa
(Hari) Kamis (yang) lalu Hari kamis ini Nanti, kelak
(Bulan) Juli (yang) lalu Bulan ini Bulan depan
Tahun (yang lalu) Bulan April ini Minggu yang akan
datang
(tahun) 1952 (yang) lalu Tahun ini
Kemarin dulu, kemarin tadi (tahun) 1984 ini
Sekarang
Leksem waktu dalam bahasa Indonesia ada yang dapat
dirangkaikan dengan kata ini (seperti sekarang ini), ada pula yang dapat
direduplikasikan (seperti pagi-pagi, kemarin-kemarin). Barang kali waktu
tidak bermarkah secara morfemis (berbeda dengan bahasa Inggris) maka
bahasa Indonesia kaya akan leksem waktu dan beberapa leksem waktu
48
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 73. Lihat juga Aprijon Efendi, Mudah Berbahasa Arab (Jakarta; Amzah, 2014), h.34.
49 Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapanya, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi 1987), h. 41.
28
memiliki jangkauan yang sulit diperikan batasnya (seperti nanti dan kelak,
tadi dan dulu.50
Deiksis waktu (time deixis) berkaitan dengan pemahaman waktu
saat tuturan dibuat. Deiksis waktu seperti kemarin, besok,
.hari dan sebangsanya ,tadi malam 51
Deiksis waktu dalam
bahasa Arab sangat komplek. Penunjuk kala atau waktu tidak hanya
berbentuk nomina, namun verba dan partikel yang berupa morfem atau
gabungan morfem.52
Deiksis waktu dalam bahasa Arab juga bisa dilihat dari arfu al-
zamn (kata keterangan waktu) dan kala waktu (tense). arfu al-zamn
adalah isim zaman (waktu) yang dinaabkan dengan memperkirakan fi
(pada/dalam) seperti:
a. Waktu (Al-Zamn)
sah (jam), daqqah (menit), tsniyah (detik), Syahr (bulan),
Usb- (Minggu), yaum (hari), qarnun (Abad), tsamn sanawt (sewindu),
sanah (tahun), ghadan (besok), amsy (kemarin),53 Abadan/ Amadan
(selamanya), hna (ketika)54 qabla (sebelum), bada (setelah) Sahar (waktu
sahur), bukratan (pagi), uha ( waktu setelah matahari naik sepenggal),
zuhr (siang), ar (waktu sore hingga matahari memerah), maghrib (ketika
50
Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, h. 96. 51
Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 111. 52
Ghita Lusiana Dewi, "Variasi Deiksis pada Cerpen Al-dzikra Karya Al-manfalu i:
Kajian Pragmatik," Skripsi. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Program Sastra Arab, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2014, h. 23. 53
Efendi, Mudah Berbahasa Arab, h. 32-33. 54
Moch Anwar, Ilmu Nahwu, h. 135.
29
matahari tenggelam), isya (saat langit mulai gelap), lailah (malam), abah
(waktu langit bersinar putih dan menghilang), mas (sore hari).55
b. Hari-hari dalam seminggu ( Al-Ayym f Al-usbu)
Yaumu al-sabtu (Hari Sabtu), yaum al-ahad (hari Minggu), yaum
al-itsnayn (hari Senin), yaum al-Tsulats (hari Selasa), yaum al-arbia
(hari Rabu), yaum al-khamis (hari Kamis), yaum al-jumah (hari Jumat),
Yaum ulah ( Hari libur).56
c. Nama-nama bulan
Bulan hijriyah: Muharam, afar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir,
Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal, dzul
qadah, dzul hijjah. Berbeda dengan negara Mesir dan Sudan yaitu
Yanyir, Fabryir, Mrs, Abrl, My-, Y-niy-, Y-liy-, Agustus,
Saptambar, Ukt-bar, N-pambar, Dsambar. Berbeda juga dengan negara
Arab umum yaitu Kn-nu al- tsn, Syubt, Adzr/ Mrt, Naysn, Ayyr/
Myis, Hazran, Tamm-z, b, Ayl-l, Tisyrnu al-Awwal, Tasyrnu al-
Tsn, Kn-nu al-Awwal.57
d. Musim (Al-Mawsim)
Rab (Musim Semi), Syita (Musim Dingin), kharf (Musim
Gugur), Shaif ( Musim Panas). Selain Dzarf Al-Zaman, deiksis waktu
termasuk dalam bahasa Arab adalah kala waktu atau biasa disebut tense:
55
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-sLughah Al-Arabiyyah, h. 73. 56
Efendi, Mudah Berbahasa Arab h. 33. 57
Cowan, An Introduction To Modern Literary Arabic, h. 189.
30
a. ( the present tense) Fiil Muri adalah menunjukkan
kejadian yang sedang berlangsung, akan datang58
, kebiasaan
sehari-hari dan untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat
tetap.
b. yang dimasuki prefiks berfaedah untuk mustaqbal
qarb (masa akan datang dalam rentang waktu yang singkat) dan
barfaedah untuk mustaqbal bad (masa akan datang
dalam rentang waktu yang lama).59
c. Fiil Mai (The past tense) Fiil Mai adalah menunjukkan
kejadian yang telah berlalu dan selesai.60
d. Fiil Mai yang dimasuki partikel (sungguh)61 dan
(sungguh pasti). Verba ini menunjukkan kejadian (perbuatan)
yang benar-benar baru selesai dilakukan. Fiil mai yang
dimasuki partikel (sungguh), kata keterangan dan kata
keterangan temporal tambahan . verba ini menyatakan
bahwa suatu aksi telah selesai pada suatu kejadian di masa lalu
sebelum aksi lainnya terjadi.
58
Lihat Moch Anwar, Ilmu Nahwu, h. 55. 59
Fuad Nikma, Panduan Lengkap Belajar Bahasa Arab Otodidak (Jakarta: Turos
Pustaka, 2015), h. 213. 60
Moch Anwar, Ilmu Nahwu, h. 55. 61
Taufiqul Hakim, Amsilati Metode Praktis Mendalami Alquran dan Membaca Kitab
Kuning (Jepara: Darul Falah, 2003), h. 2.
31
B. Bentuk Terjemahan
Karya terjemahan sastra memberi keragaman informasi yang kaya
perihal masyarakat, bangsa, dan negara asalnya, sehingga penerjemah karya
sastra harus memiliki pengetahuan yang luas tentang latar belakang
sosiokultural dari bahasa sumber karena pengetahuan tersebut diperlukan
untuk memahami karya sastra yang sedang diterjemahkan.62
Karya sastra lebih mengandung unsur ekspresi sastrawan dan kesan
khusus yang ingin ditimbulkannya terhadap pembaca. Karya sastra juga
mengandung unsur-unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan, efek
keindahan bunyi dengan segala nuansa yang mengiringinya. Oleh sebab itu,
penerjemah karya sastra perlu mempunyai pengetahuan yang luas tentang
latar belakang sosiokultural dari Bsu yang sedang diterjemahkan.63
Penerjemah menyampaikan makna pesan secara berpola atau
bersistem karena bahasa memiliki aturan yang dirangkai dengan baik secara
teoritis sehingga penerjemah mencari padanan kata dengan cara pelesapan,
penggantian, referen dan hubungan leksikal lainnya.64
Selain itu, hasil
terjemahan yang baik adalah kalimat-kalimat yang terdapat di dalam
terjemahan saling berhubungan atau kohesi.
Kohesi adalah bagian dari sistem bahasa yang dipadankan bahasa
sumber dengan referen, elipsis, dan seterusnya yang membangun bahasa itu
sendiri.65
Secara keseluruhan, kohesi dibedakan menjadi dua yaitu kohesi
62
Zuchridin Suryawinata, dkk., Translation (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 153. 63
Kardimin, Pintar Menerjemah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 174-175. 64
Risnawaty, Teori Terjemahan, h. 4-5. 65
Risnawaty, Teori Terjemahan, h. 5.
32
gramatikal dan kohesi leksikal. Peneliti hanya akan menjelaskan tentang
kohesi gramatikal sebagai berikut:
1. Referensi
Referensi merupakan hubungan antara kata dengan acuannya.
Referensi dapat bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke
antesenden yang ada di luar wacana dan dapat bersifat endoforis (tekstual)
apabila yang diacunya terdapat di dalam wacananya. referensi juga dapat
dikatakan pronomina, yaitu kata-kata yang berfungsi untuk menggantikan
nomina atau sesuatu yang menjadi nomina.66
2. Subtitusi
Subtitusi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa
penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana
untuk memperoleh unsur pembeda.67
Subtitusi digunakan apabila penulis
menghindari pengulangan kohesif leksikal sehingga merujuk langsung kepada
benda yang dimaksud.68
3. Elipsis
Elipsis merupakan penghilangan satu bagian dari unsur sebuah
kalimat. Menurut Kridalaksana bahwa elipsis adalah peniadaan kata atau
satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks dalam atau luar
bahasa. Elipsis dapat pula dikatakan penggantian nol (zero) yang bermakna
66
Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana: Prinsip-Prinsip Semantik dan Pragmatik
(Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 153-154. 67
Siti Lestari, "Aspek Kohesi dan Koherensi dalam Cerita Pendek Jannatul A fal Karya
Nadzib Mahfudz," Skripsi. Fakultas Adab Program Sastra Bahasa Arab, UIN Raden Patah
Palembang, 2016, h. 21. 68
Risnawaty, Teori Terjemahan, h. 27.
33
sesuatu yang ada tapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Hal ini dilakukan
demi kepraktisan.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG CERPEN WA KNAT AL-DUNY
A. Tentang Cerpen Wa Knat Al-duny
Cerpen Wa Knat Al-duny merupakan salah satu kisah dari
kumpulan cerpen Arinillah karya Taufiq El-Hakim. Kemudian, Anif
Sirsaeba menerjemahkan cerpen Wa Knat Al-duny dengan judul Dan
Duniapun Ada.
Arinillah merupakan antologi cerpen yang termuat dalam 18 judul,
di antaranya adalah Ariinillah (Lihatkan Allah padaku), Asy Syahiid (sang
martir), Mauziul Bariid (seorang tukang pos), Wa Knat Al-duny (dan
duniapun ada), Daulatul Ashaafir (Negeri Burung Pipit), Fii Sanati
milyuun (Dalam Tahun Sejuta Masehi), Al-Ikhtiraa Al-Ajiib (Temuan
Yang Menakjubkan), Al-Asthaa Izraiil (Izrael Sang Penyergap), Mujizaat
wa Karamaat (Mukjizat dan Keramat), Mutamaarul Huub (Muktamar
Cinta), Imraatun Ghalabatisy Syaitaan (Perempuan Yang Mengalahkan
Setan), Al-Habiib Al-Majhuul (Kekasih Yang Dungu), Fii Nakhbi Al-
Ashaabah (Dalam Teror Mafia), Asadiz Zaujaiin (Kebahagiaan Suami
Istri), Itiraaful Qaatil (Pengakuan Sang Pembunuh), Milaadu Fikrah
(Kelahiran Ide) dan Wajhul Haqiiqah (Rupa Yang Sesungguhnya).69
Kumpulan cerpen Ariniillah diterjemahkah oleh Anif Sirsaeba
dengan judul Dalam Perjamuan Cinta yang diambil dari salah satu kisah
di kumpulan cerpen tersebut. Karya terjemahan ini diterbitkan oleh dua
69
Taufiq El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba (Jakarta:
Republika, 2008) h. 10.
35
penerbit yaitu Republika dan Basmala Republika Corner (BRC) pada
tahun 2008.
Karya ini di negeri asalnya Mesir telah menjadi karya yang amat
tersohor. Antologi cerpen ini tak hanya meledak tapi telah berkali-kali
meledak.70
B. Sekilas Tentang Penulis (Taufiq El-Hakim)
Taufiq El-Hakim adalah salah satu tokoh utama dalam ranah sastra
Arab modern, terutama dalam konteks drama Arab modern. Karya-
karyanya dianggap warisan penting bagi literatur Arab karena ia telah
berkontribusi di negaranya, Mesir. Ia menggunakan bahasa yang baik
untuk mengekspresikan tulisannya yang bergenre sastra terkait kehidupan
politik dan sosial Mesir.71
1. Riwayat Hidup Taufiq El-Hakim
Dr. Taufiq El-Hakim lahir dan besar di kota Mesir. Ia dilahirkan
pada musim panas tahun 1903 di Dahiyatul Raml Iskandaria Mesir.
Ayahnya bernama Ismaik Beik El-Hakim yang merupakan seorang petani
kaya raya. Adapun ibunya adalah perempuan cantik putri perwira tinggi
Turki.
Ketika terjadi pergolakan nasional di Mesir pada tahun 1919,
Taufiq pernah dijebloskan ke penjara bersama pamannya karena terlibat
70
El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 15. 71
Roger Allen, An Introduction Arabic Literature (Cambridge University Press, 2000), h.
204.
36
dalam pergolakan tersebut di bawah pimpinan Saad Zaglul. Penjara
ternyata menjadi guru terbaik Taufiq El-Hakim dalam mengembangkan
pola pikir dan imaji-kreativitasnya. Setelah bebas dari penjara, ia pun
mengembangkan bakat menulisnya.72
Pada tahun 1921 ia mulai belajar hukum di Sultaniya Law School
yang menjadi tempat pelatihan prinsip dasar untuk pemimpin intelektual
Mesir dari generasi baru. Taufiq memperoleh ijazah Kafaah (kredibel) dan
pada tahun 1924, ia memperoleh ijazah dalam bidang hukum sebagaimana
impian ibunya.73
Selama studi hukum, ia menulis naskah drama untuk
dimainkan oleh Teater Uzbek.74
Usai memperoleh gelar sarjana di bidang hukum, Taufiq
memperdalam lagi studi hukumnya di Prancis selama kurang lebih tiga
tahun. Di Prancis ia mendapatkan kesempatan hidup bebas sehingga lalai
memperdalam ilmu hukumnya. Ia lebih tertarik mempelajari tentang sastra
Eropa klasik dan modern, khususnya sastra Prancis. Ia menggunakan
waktunya untuk pergi ke teater, opera, museum dan ia ikut mementaskan
drama Ali Baba pada tahun 1925.75
kemudian kembali ke Mesir pada
tahun 1928. Sepulangnya dari Prancis, ia terbiasa menulis naskah drama
kemudian mementaskannya dengan kelompok-kelompok teater yang
dibentuknya.
72
El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 151. 73
Ibrahim Ali Ahmed Al-Shami, Shaw's & AL-Hakim's Pygmalion: A Thematic
Comparative Study, International Journal of English and Education V, 4, no. 4 (October 2015):
h. 258. 74
El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 152. 75
Ismad Mahdi , Modern Arabic Literature 1900 1967 (Hyderabad,1983), h. 124.
37
Pada tahun 1929 ia menjadi Wakil Jaksa dan kemudian bekerja di
Tanta, Damanhur, Dasuq, Far Sukur, Itay Barud dan Kom amadah.76
Pada tahun 1935, Taufiq mengundurkan diri dari tempat kerjanya di
Departemen Kehakiman lalu beralih ke Departemen Pendidikan karena di
bidang terakhir inilah ia menemukan kecocokan. Di departemen
pendidikan hanya bertahan selama tiga tahun. Ia kemudian pindah ke
departemen sosial pada tahun 1939 dan empat tahun kemudian
mengundurkan diri. Semenjak kemundurannya dari departemen sosial, ia
bertekad untuk mengabdikan dirinya hanya di bidang sastra.
Pada tahun 1950, Taufiq diangkat sebagai Direktur Pustaka
Nasional Mesir. Lima tahun kemudian pada tahun 1955, Taufiq diangkat
menjadi anggota dewan redaksi haria paling terkemuka di Mesir, Al
Ahram, duduk bersama Najib Mahfouz, Dr. Louis Us, dan Dr. Aisha
Abdurrahman. Pada tahun itu juga ia diminta untuk bergabung di
Jamiyyatul Udaba Mesir oleh rekan-rekannya. Ia diundang bersama
sastrawan terkemuka seperti, Dr. Thaha Husain, Dr. Husain Fauzi,
Mahmoud Taimur, Yahya Haqqi, Kamil El-Sanawi, Yusuf El-Sibai, Najib
Mahfouz, Ihsan Abdul Quddus, Abdurrahman El-Sharqawi dan Ahmad
Bahauddin.
Perjalanan Taufiq El-Hakim tidak cukup sampai di sini. Pada tahun
1956 ia diangkat menjadi anggota majelis Tinggi Sastra dan Seni dan
76
Maqsood Ahmed, The Beginnings and Development of Drama in Arabic (New Delhi,
2006), h. 130.
38
akhirnya pada tahun 1959 ia menjadi wakil Mesir di UNESCO.77
Taufiq al
Hakim pensiun dari pegawai negeri (dari jabatan-jabatan resmi
pemerintahan) pada tahun 1943. Kemudian ia mencurahkan hidupnya
untuk seni, sampai ia wafat tahun 1987 di Kairo.78
2. Karya Taufiq El-Hakim
Taufiq El-Hakim merupakan sastrawan Arab yang banyak
melahirkan naskah drama. Ia meninggal dunia pada pada tahun 1987
dengan mewariskan lebih dari 60 naskah drama Arab modern, 2 kumpulan
cerpen dan 20 novel yang bermutu tinggi.79
Sastrawan Mesir ini memiliki beberapa cerpen yang cukup terkenal
yang bahkan sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Asing seperti
Indonesia. Ahl Al-Fann (1934), 'Ahd Al-Shaytan (1938), Sultan Al-Zalam
(1941), 'Adalah wa Fann (1953), Arini Allah (1953), Madrasit Al-
Mughafalin (1953) dan Laiyat Al-Zifaf (1966).80
Tidak hanya cerpen, Taufiq el-Hakim juga seorang novelis yang
sudah menulis beberapa novel terkenal seperti Awdat Al-Ruh (1933),
Yamiyat Na'ib fil-Aryaf (1937), 'Usfour min Al-Sharq (1938), Ash'ab Malik
Al-Tufaylayin (1938), Raqisat Al-Ma'bad (1939), Al-Ribat Al-Muqaddas
77
El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 153. 78
Ahmad Athoillah Fathoni, Leksikon Sastrawan Arab Modern (Yogyakarta: Datamedia,
2007), h. 145. 79
El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 154. 80
El-Hakim, Ahlul Kahfi (T.tp.:Dar Al-Syurq, 1933), h. 3.
39
(1944), Al-Qasr Al-Mashour (1957) ditulis bersama Taha Hussein81
dan
Himr Al-Hakm (1940).82
Selain sebagai cerpenis dan novelis, Taufiq el-Hakim juga terkenal
sebagai penulis drama terbaik dalam literatur Arab. Adapun karya naskah
dramanya seperti Syahrun Zd (1934), Bijamliyyun (1942), Al-Duny
Riwyah Hazliyah (1974), Al-Humaira (1975),83 al-Daifu Al-Staqil
(1919), Ahl Al-Kahf (1933), Braksa aw Mushkilat Al-Hukm (1939), ,
Pygmalion (1942), Sulayman Al-Hakim (1943), Al-Malik Udib (1949),
Masrah Al-Mujtama' 21 Masrahiya (1950), Al-Aydi Al-Na'ima (1959),
Isis (1955), Al-Safqa (1956), Al-Masrah Al-Munawa' 21 Masrahiya 21
(1956), Labit Al-Mawt (1957), Ashwak Al-Salam (1957), Rihla ila'l-
Ghad (1957), Al-Sultan Al-Ha'ir (1960), Ya Tali' Al-Shajarah (1962), Al-
Ta'am li-kull Fam (1963), Shams Al-Nahar (1965), Masir Sirsar (1966)
Al-Warta (1966), Bank Al-Qalaq (1967), Majlis Al-'Adl (1972), Rahib
bayn Nisa' (1972).84
Taufiq El-Hakim juga memiliki karya buku berjenis politik dan
biografi. Adapun yang berjenis politik yaitu Syajaratul Hukm (1945),
Audatul Wayi (1973), F Tarqi Audatul Wayi (1975), dan Syajaratul
Hukm Al-Siysi 1919-1979 (1985). Adapun yang berjenis biografi yaitu
81
El-Hakim, Ahlul Kahfi , h. 3. 82
El-Hakim, Arinllah, h. 3. 83
El-hakim, Arinllah, h. 3-5. 84
El-Hakim, Ahlul Kahfi, h. 3.
40
Muhammad SAW (1936), Zahrah Umar (1944), Sijn Umar (1963),
Malmih Dkhiliyyah (1982), dan Mishr Bayna Ahdayn (1983).85
C. Sekilas Tentang Penerjemah, Anif Sirsaeba
1. Riwayat Hidup Anif Sirsaeba
Anif Sirsaeba adalah nama singkat dari Ahmad Munif Sirsaeba
Alafsana yang merupakan salah satu dewan pengasuhan pesantren
Basmala Indonesia (Pesantren karya dan wirausaha), enterpreuner muda
dan penikmat sastra. Ia lahir di Semarang, 04 Juni 1978 dari pasangan KH.
Saerozi Noor dan Hj. Siti Rhodiyah. Ia menyelesaikan MTs dan MA-nya
di sekolah Futuhiyyah 1 Mranggen, Demak dan juga menjadi santri di
pesantren Al-Anwar Mranggen.86
Sejak tahun 1994, adik dari Habiburrahman El-Sirazy ini mulai
terjun sebagai penulis. Saat itu ia masih duduk di kelas dua madrasah Aliyah
(setingkat SMU). Tulisan agamanya yang berjudul Anjuran Berdikari
dalam Islam untuk pertama kalinya dimuat di majalah umum lokal Jawa
Tengah Desa Kita. 87
Sarjana terbaik IAIN Walisongo 2002 ini, saat mahasiswa pernah
menjadi redaktur opini, redaktur budaya hingga akhirnya menjadi pemred di
majalah jurnal Justisia. Ia juga dipercaya menjadi koordinator pers dan
penerbitan PW IPNU Jawa Tengah (2002). 88
85
El-Hakim, Arinllah, h. 3. 86
Anif Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri Pilihan (Jakarta: Republika,
2007), h. 192. 87
Sirsaeba, Terapi Virus Merah Jambu (Jakarta: Republika, 2008), h. 232. 88
Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri pilihan, h. 193.
41
Sebagai pembicara dan motivator profesional, ia pernah diundang
untuk berbicara di beberapa hotel dan institusi ternama seperti Hotel Grand
Hyatt, Nikko, Bidakara, Horison, Trakindo Jawa Tengah, Taspen Jawa
Tengah dan lain-lain. Ia pun pernah didaulat untuk mengisi di beberapa
kampus bergengsi seperti Universitas Indonesia (UI), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, IPB Bogor, UNDIP,
UNNES, UNISBANK, IAIN Walisongo Semarang, Universitas Muria
Kudus (UMK), UIN Sunan Kalijaga, UGM Yogyakarta dan lain-lain.89
Saat ini, ia lebih dikenal dengan public speaker, mental builder, dan
spirit of life dengan tulisan-tulisan dan ceramah-ceramahnya yang
menggugah semangat. Ia juga dikenal mentor emosional yang diminta
memberikan motivasi dan membangun mental kalangan yang menekuni
dunia enterpreuner agar tidak mudah patah semangat. Meskipun sesekali
masih diminta berbicara tentang dunia sastra.
2. Karya Anif Sirsaeba
Anif Sirsaeba pertama kali berkenalan dengan dunia tulis-menulis
dengan sastra. Sepanjang tahun 1997-1998, puisi dan cerpennya pernah
menghiasi Suara Merdeka, Tabloid Amanat dan Majalah Justisia. Bahkan
sempat dijuluki Budayawan Kampus oleh teman-temannya di IAIN
Walisongo.90
Di dunia sastra ia pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat Jawa
Tengah (1997). selain itu, ia juga sudat mengedit beberapa naskah seperti
89
Sirsaeba, Fenomena Ayat-Ayat Cinta (Jakarta: Republika, 2007), h. i. 90
Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri pilihan, h. 193.
42
Bodohnya NU apa NU dibodohi, Emoh Sekolah, Arus Islam-Cina-
Jawa, More Than Love (Novel Prie Gs) dan Ayat-Ayat Cinta (Novel
Habiburrahman El-Shirazy).91
Suami dari Is Aniah Noor dan Bapak dari Ahsa Survaiva Alafsana
sudah memiliki beberapa karya sastranya yang telah terbit, Dalam
Genggaman Cahaya (kisah-kisah dunia pesantren), Akulah Cinta
(Antologi Puisi dan Cerpen), dan novel perdananya Zikir Cinta.92
selain
genre sastra, Anif juga memiliki buku-buku yang bertemakan
kewirausahaan diantaranya adalah Berani Kaya Berani Taqwa (cetakan ke-
3, 2005) yang merupakan buku best seller pertama kalinya. kemudian,
Berani Hidup Mulia (2005), Agar Kekayaan Dilipatkan dan Kemiskinan
Dijauhkan (2007), 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun
Kerajaan Bisnis dan Cerdas Bisnis Cara Rasulullah SAW (2009).
Kang Anif, begitu sapaan akrabnya juga memiliki buku nonfiksi
yang sudah terbit antara lain, Kado Ulang Tahun Kekasihku (cetakan ke-7,
2002), Kado Ulang Tahun Istriku (2003), Haruskah Aa Gym Jadi
Presiden? (2004), Syahwat Politik NU (kumpulan opini bersama, 2005),
Dare Of Life, Fenomena Ayat-Ayat Cinta (2007), Finansial Wisdom
(bersama Prie GS), dan Terapi Virus Merah Jambu (2008).93
91
Sirsaeba, Fenomena Ayat-Ayat Cinta, h. i. 92
Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri pilihan, h. 193. 93
Sirsaeba, Fenomena Ayat-Ayat Cinta, h. i.
43
BAB IV
ANALISA DEIKSIS DALAM CERPEN WA KNAT AL DUNY
Dalam pembahasan bab IV ini, peneliti berupaya menganalisis
terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny yang diterjemahkan
oleh Anif Sirsaeba. Deiksis yang akan dianalisis oleh peneliti terdapat tiga
yaitu deiksis persona, deiksis ruang dan deiksis waktu berdasarkan teori
Bambang Kaswanti Purwo.
A. Deiksis Persona
Deiksis persona mengarah pada pemahaman kata ganti diri karena
fungsinya yang menggantikan diri orang.94
Dhamir () atau kata ganti
merupakan kata benda tetap yang mengacu pada persona pertama atau
mutakallim (), persona kedua atau mukhatab (), dan persona ketiga
atau ghaib (95.( Di dalam cerpen Wa Knat Al-duny, deiksis persona ada
beberapa bentuk yang akan dijelaskan sebagai berikut:
94
Slamet Muljana, Kaidah Bahasa Indonesia (Ende: Nusa Indah, 1969), h. 276. Lihat
Tardjan Hadidjaja, Tata Bahasa Indonesia (Jogjakarta: U.P. Indonesia, 1965), h. 61. Lihat juga
Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, h. 22. 95
Al-Ghalayyain, Jmi Al-Dur-s Al-Arabiyyah, h. 87. Lihat juga Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113.
44
A.1.1. Deiksis Persona Pertama Jenis Rafa Munfail.
Pada tabel A.1.1 terdapat 4 deiksis persona pertama jenis rafa
munfail. Deiksis persona pada tabel A.1.1.1 dan A.1.1.2 yaitu berupa
pronomina persona orang pertama yang menjadi taukid (penekanan).96
Di
dalam tuturan A.1.1.1 yang bermakna aku merujuk kepada penutur
96
Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 118.
N
o Posisi Penutur Teks Sumber Terjemahan
Konteks
Tuturan
1
62.
5.
H. 33 B.
25
Iblis
!
Aku harus bersujud
kepada benda itu?
Iblis merasa
kesal karena
harus bersujud
kepada Adam
2
61.
7-6.
H. 32 B.
21-23
Malaikat
Izrail
Aku juga berlindung kepada Allah dari kembali dengan
tangan hampa tanpa berhasil
melaksanakan perintah Tuhanku
Malaikat Izrail
mencoba
menjelaskan
maksud
kedatangannya
3
67.
10-7.
H. 38 B.
5-10
Iblis
!" "
Aku terus
memikirkan dirimu
saat membuat
makhluk ini, makhluk
yang kau panggil
dengan sebutan
Hawa!
Iblis merayu
ular agar
menjaga
rahasianya
4
63.
-12.
13
H. 35 B.
1-5
Iblis
!
Sekarang saatnya
aku mengerti bahwa
aku juga bisa
mencipta sesuatu
yang akan kutiupkan
ruh
Iblis ingin
mencoba
menciptakan
makhluk baru
seperti yang
diciptakan oleh
Allah.
45
yaitu Iblis97
sedangkan pada tabel A.1.1.2. yang bermakna aku merujuk
kepada Malaikat Izrail98
. Di dalam bahasa sasaran, pronomina persona orang
pertama tetap diterjemahkan sebagai deiksis persona saya sehingga
terjemahan tersebut termasuk kohesi pronomina referen (tetap).
Pada tabel A.1.1.3 terdapat deiksis pada kalimat (saya
membuat) yang berada di tengah-tengah tuturan dan merujuk kepada penutur
yaitu Iblis. kalimat sama seperti kasus pada tuturan A.1.1.1 dan
A.1.1.2 namun dalam bahasa sasaran, deiksis tersebut tidak diterjemahkan
karena berada di tengah-tengah tuturan yang sebelumnya didahului deiksis
persona sejenis dalam bentuk lain. Terjemahan seperti ini disebut dengan
kohesi pronomina elipsis (penghilangan).
Senada dengan tabel A.1.1.4 yaitu terdapat deiksis persona pada
kalimat (Aku juga) yang berada di tengah-tengah tuturan dan merujuk
kepada penutur yaitu Iblis. merupakan deiksis persona yang tetap
diterjemahkan aku dan tidak terjadi perubahan karena setelah deiksis
persona terdapat adverb adverbia limitatif99
Terjemahan seperti ini .
disebut dengan kohesi pronomina referen (tetap).
Dalam tabel A.1.1 deiksis persona pertama jenis rafa munfasil
terdapat dua bentuk terjemahan. Pertama, deiksis persona yang tidak
97
Iblis adalah makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk
Tuhan. Lihat KBBI, daring. Lihat juga Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis
Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan, 2009), h. 367. 98
Malaikat Izrail adalah mahkluk Allah yang taat, diciptakan dari cahaya, mempunyai
tugas khusus yaitu bertugas mencabut nyawa dan juga termasuk makhluk halus. . Lihat KBBI,
daring. Lihat juga Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia , h.
367. 99
Adverbia limitatif adalah kata keterangan yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan pembatasan dalam Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (Bandung: PT
Refika Aditama, 2008), h. 83
46
diterjemahkan atau hilang pada bahasa sasaran karena berada di tengah-
tengah tuturan yang sebelumnya didahului deiksis persona sejenis dalam
bentuk lain. Kedua, deiksis persona aku yang diterjemahkan tetap karena
berada di tengah-tengah tuturan yang berdampingan dengan adverbia
limitatif100
juga) seperti pada tuturan A.1.1.4. Deiksis persona aku)
yang diterjemahkan tetap juga terdapat pada yang berada di awal tuturan
dan berdampingan dengan verba yang tidak didahului deiksis persona sejenis
dalam bentuk lain seperti pada tuturan A.1.1.1.dan A.1.1.2.
A.1.2. Deiksis Persona Pertama Naab Muttail
N
o Posisi Penutur Teks Sumber Terjemahan Konteks Tuturan
1
70. 2.
H. 40 B. 16
Iblis
...!
Bantulah aku, hai
kawanku ular!
Iblis memohon
kepada Ular agar
membantu Iblis
menjalankan
rencana jahatnya.
2
70. 5.
H. 40 B. 21
Iblis
Ayolah kawanku,
bantu aku!
Iblis berusaha
merayu ular agar
mau membantu
Iblis.
3
70. 14.
H. 41 B. 7
Iblis
...
Tunjukkan pohon
itu padaku!
Iblis meminta Ular
untuk memberi
tahu tempat pohon
yang diceritakan
ular.
4
70. 3.
H. 40 B. 17-
18
Ular
...!
Mengapa engkau
hendak
menjerumuskan
aku ke dalam
murka Pencipta
kita Yang Azali?
Ular mencoba
menolak
permintaan Iblis
yang akan
menjerumuskannya
ke jalan yang
dimurkai Allah.
100
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), h. 83.
47
5
71. 9.
H. 41 B. 25
Ular
...
Jangan jinakkan
aku dengan kata-
kata indahmu itu!
Ular mengeluh
kepada Iblis karena
telah
menjerumuskannya
6
67. -7.
10 H. 38 B. 5-
Iblis
,
Hei ular, aku
hormat kepadamu
dan sangat kagum
dengan
kelicikanmu.
Iblis merayu ular
agar menjaga
rahasianya
7
71.7.
H. 41
B. 22
Ular
...
Aku takut salah! Ular merasa takut
salah.
Pada tabel A.1.2 terdapat 7 deiksis persona pertama jenis nasab
muttasil. Deiksis persona pada tabel A.1.2.1, tabel A.1.2.2, tabel A.1.2.3, dan
tabel 1.2.4 yaitu berupa pronomina persona orang perta
Recommended