1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin
cepat di segala bidang kegiatan, begitu pula dalam kegiatan pendidikan.
Globalisasi ini sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pendidikan
di Indonesia sehingga diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.
Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi
warga negaranya tidak henti-hentinya melakukan berbagai kegiatan dan
menyediakan fasilitas pendukungnya termasuk memberlakukannya
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Seperti yang
disampaikan dalam penjelasan umum atas Undang-Undang No. 14 tahun
2005, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan
tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat
menentukan.
Selanjutnya, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa (1) Setiap warga Negara
berhak mendapat pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
2
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-
Undang; (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20 % (dua puluh persen) dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggeraan pendidikan nasional; dan (5)
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
Sumber daya manusia unggul merupakan persyaratan utama bagi
terwujudnya bangsa dan negara yang maju. Berapapun besar sumber
daya alam (SDA), modal sarana prasaran yang tersedia, pada akhirnya di
tangan SDM yang handal sajalah target pembangunan bangsa dan
negara dapat dicapai. Dalam perspektif berpikir seperti ini, suatu bangsa
3
tak dapat mencapai kemajuan tanpa adanya suatu sistem pendidikan
yang baik.
Pendidikan adalah modal dasar untuk menciptakan SDM yang
unggul. Dunia pendidikan yang utama adalah sekolah. Sekolah
merupakan salah satu lembaga alternatif pelayanan pendidikan. Sekolah
sebagai suatu lembaga tentunya memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi.
Untuk mengemban misi, mewujudkan visi, mencapai tujuan, dan
menjalankan fungsinya sekolah memerlukan tenaga profesional, tata kerja
organisasi dan sumber-sumber yang mendukung baik finansial maupun
non finansial.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang
berkaitan satu sama lain serta berkontribusi pada pencapaian tujuan.
Komponen-komponen tersebut adalah siswa, kurikulum, bahan ajar, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan lainnya, lingkungan, sarana,
fasilitas, proses pembelajaran dan hasil atau output. Semua komponen
tersebut harus berkembang sesuai tuntutan zaman dan perubahan
lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Untuk berkembang tentunya harus
ada proses perubahan. Pengembangan ini hendaknya bertolak dari hal-
hal yang menyebabkan organisasi tersebut tidak dapat berfungsi dengan
sebaik yang diharapkan (Gupta & Shingi, 2001). Dalam konsepsi
pengembangan kelembagaan tercermin adanya upaya untuk
memperkenalkan perubahan cara mengorganisasikan suatu lembaga,
struktur, proses dan sistem lembaga yang bersangkutan sehingga lebih
dapat memenuhi misinya. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada
4
lembaga sekolah harus meliputi seluruh komponen yang ada di
dalamnya.
Perubahan tersebut terjadi dalam struktur, proses, ketenagaan dan
sistem suatu lembaga serta proses perubahan itu sendiri, menyangkut
bagaimana sekolah sebagai lembaga diorganisasikan sehingga mampu
mengemban misinya dengan baik. Dalam proses perubahan tersebut
individu organisasi dan lembaga meningkatkan kemampuan dan
performancenya sehubungan dengan tujuan, sumber-sumber, dan
lingkungannya. Perubahan tidak akan berjalan tanpa dukungan dari
sumber daya manusia yang merupakan asset yang dapat memberikan
kontrbusi lebih dalam pencapaian tujuan organisasi.
Guru merupakan salah satu SDM yang berada di sekolah. Kinerja
guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan
sekolah. Masalah kinerja menjadi sorotan berbagai pihak, kinerja
pemerintah akan dirasakan oleh masyarakat dan kinerja guru akan
dirasakan oleh siswa atau orang tua siswa. Berbagai usaha dilakukan
untuk mencapai kinerja yang baik. Perhatian pemerintah terhadap
pendidikan sudah disosialisasikan, anggaran pendidikan yang
diamanatkan Undang-Undang 20 % sudah mulai dilaksanakan. Maka
kinerja guru tentunya akan menjadi perhatian semua pihak. Guru harus
benar-benar kompeten dibidangnya dan guru juga harus mampu
mengabdi secara optimal. Kinerja guru yang optimal dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bandung Barat
terdiri dari 60 sekolah negeri dan 76 sekolah swasta. Salah satu indikator
5
suatu sekolah dianggap sudah berhasil adalah dengan perolehan nilai
Ujian Nasional yang tinggi dan tingkat kelulusan yang maksimal. Sekolah
yang perolehan nilai ujian nasionalnya paling tinggi dan tingkat
kelulusannya setiap tahun selalu 100 % dianggap sudah berhasil dan
akan mendapat kepercayaan masyarakat. Padahal belum tentu
keberhasilan siswa merupakan hasil kinerja guru. Seperti di SMPN 1
Cisarua yang terletak di Jalan Kolonel Masturi 312 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat, berikut dapat kita lihat hasil rata-rata nilai Ujian Nasional
(UN) dan prosentasi kelulusan dalam empat tahun terakhir.
Tabel I.I. Rata-Rata Nilai Ujian Nasional dan Kelulusan
No Mata Pelajaran 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010
1 B. Indonesia 7,46 6,90 6,25 7,43
2 B Inggris 6,46 6,41 6,39 7,27
3 Matematika 6,07 6,31 6,20 7,46
4 IPA - 7,07 6,13 6,95
Rata-rata 6,66 6,67 6,24 7,28
% Lulusan 100% 100% 99% 100%
Sumber : Dokumen SMPN 1 Cisarua
Pada tabel rata-rata nilai UN dan kelulusan di atas terlihat
peningkatan prestasi siswa belum optimal walaupun pada rata-rata nilai
UN terakhir ada sedikit peningkatan. Apakah keberhasilan siswa
merupakan prestasi kinerja guru? Tentunya perlu ada penelitian untuk
membuktikan asumsi tersebut.
Keberhasilan prestasi sekolah ditentukan oleh berbagai faktor,
diantaranya kepemimpinan kepala sekolah. AlanTucker dalam Syafarudin
(2002 : 49) mengemukakan bahwa : “kepemimpinan sebagai kemampuan
mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar
6
bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran
dalam situasi tertentu”. Tabrani Rusyan (2000) mengungkapkan bahwa :
kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi
peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Menurut
Mulyasa (2009 : 98) Kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan
fungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader,
Inovator dan Motivator (EMASLIM).
Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,
membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo
(2002 : 10) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus
memiliki karakter yang khusus yang mencakup kepribadian, keahlian
dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai
pimpinan dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam
sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani
mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil,
(7) teladan.
Implementasi kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah
terwujud dalam pelaksanaan tugas-tugasnya antara lain menyusun
perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan,
7
mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan
evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan
rapat, mengambil keputusan, mengatur pembelajaran dan mengadakan
hubungan masyarakat. Selain itu tugas menyelenggarakan administrasi
antara lain menyusun perencaan, pengorganisasian, pengarahan
keuangan, penyusunan kurikulum, penanganan kesiswaan, sarana
prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.
Melihat tugas kepala sekolah yang begitu banyak, maka seorang
kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajerial. Jika tidak, maka
tidak akan dapat mengelola sekolah dan suasana sekolah menjadi tidak
kondusif.
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
menurut Uben dan Hughes berupa penciptaan iklim sekolah yang dapat
memacu atau menghambat efektifitas kerja guru. Sebagai pemimpin suatu
instansi pendidikan, kepala sekolah harus menjadi motor penggerak bagi
berjalannya proses pendidikan.
Kepala sekolah selalu berupaya mencurahkan kemampuannya
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan. Kemampuan yang
harus dimiliki seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah
memiliki kepribadian yang menjadi teladan bagi bawahannya, kemampuan
memotivasi, pengambilan keputusan, komunikasi dan pendelegasian
wewenang.
Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua dipandang
sudah dilaksanakan dengan baik. Dugaan tersebut didukung oleh data
8
jadwal pembinaan/pengarahan dan supervisi yang dilaksanakan secara
intensif seperti yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2 Kegiatan Pembinaan dan Supervisi Kepala Sekolah
No Uraian Kegiatan Waktu Keterangan
1. Rapat dinas pembinaan Guru dan tenaga kependidikan
Setiap bulan sekali
2. Rapat evaluasi program dan kegiatan KBM
Setiap bulan sekali
3. Rapat tim pengembang SSN Setiap triwulan
Lihat situasi kondisi
4. Pemerikasaan administrasi guru
Setiap awal semester
5. Supervisi kelas Setiap semester
Sudah terjadwal untuk setiap guru
6. Pembinaan siswa melalui upacara
Setiap senin awal bulan
Sumber : Dokumen SMPN 1 Cisarua
Jika dilihat dari tabel jadwal pembinaan dan pengawasan di atas,
kemajuan kinerja guru seharusnya meningkat lebih baik. Untuk
mengetahui hal tersebut tentunya memerlukan penelitian yang lebih
mendalam.
Faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah motivasi
kerja. Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya
terdapat motivasi yang tinggi. Pegawai/guru yang memiliki motivasi yang
tinggi biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat
dan energik, karena ada motif-motif atau tujuan tertentu yang
melatarbelakangi tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong
yang memberi kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan rela bekerja
keras. Hal itu dibuktikan berdasarkan hasil penelitian McCleland (1961),
Edward Murray (1957), Miller dan Gordon W (1967) yang dikutip
9
Mangkunegara (2005), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif
antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja/prestasi kerja.
Artinya pimpinan, manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mencapai kinerja yang tinggi, dan sebaliknya
mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerjanya
rendah.
Berkaitan dengan pencapaian prestasi kerja guru SMPN 1 Cisarua,
berikut dapat kita lihat tabel prestasi guru dalam empat tahun terakhir:
Tabel 1.3 Prestasi Guru dalam Perlombaan
Perolehan 1 s/d 3 dlm
Kejuaraan3 th terakhir
No
Jenis Lomba Tingkat Jumlah Guru
1. Lomba PTK Nasional -Provinsi -Kota/Kab -
2. Lomba karya tulis inovasi Nasional -Pembelajaran Provinsi -
Kota/Kab -3. Lomba guru berprestasi Nasional -
Provinsi -Kota/Kab -
4 Lomba keberhasilan guru Nasional -
dalam mengajar Provinsi -Kota/Kab -
5 Lomba lainnya Nasional -Provinsi -Kota/Kab -
Sumber : Dokumen SMPN 1 Cisarua.
Terlihat dari tabel di atas bahwa masih belum ada hasil prestasi
kerja guru SMPN 1 Cisarua dalam satu lombapun. Hal ini diduga salah
10
satu faktornya adalah rendahnya motivasi guru baik dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya maupun motivasi berprestasi.
Pada sisi lain faktor disiplin dapat pula meningkatkan kinerja guru.
Simamora (2006 : 610) menyatakan bahwa :
“Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi”.
Keith Davis (2003 : 129) menyatakan disiplin kerja sebagai
pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
dipandang erat keterkaitannya dengan kinerja. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja
berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap
kinerja. Kepemimpinan kepala sekolah adalah motivator bagi kepatuhan
diri pada disiplin kerja para guru. Walaupun disiplin ini hanya merupakan
salah satu bagian dari ciri kinerja guru dan berkaitan dengan prosentasi
kehadiran, ketidakpatuhan pada aturan, menurunnya produktivitas kerja
dan apatis, tetapi ternyata hal ini membawa dampak yang sangat besar
terutama pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan
keberadaan guru secara dominan dalam proses pembelajaran. Pada
tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu
memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu
menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climate-maker)
sehingga dapat mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu
memberikan dorongan agar semua komponen yang ada di sekolah
bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai.
11
Dalam kasus pada SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
yang sedang berusaha mencapai status Sekolah Standar Nasional (SSN)
masih banyak hal yang harus ditingkatkan, baik dari kinerja guru,
kedisiplinan, motivasi kerja, sampai gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Fakta menunjukkan tingkat kedisiplinan guru di SMPN 1 Cisarua masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari absensi (kehadiran/ketidakhadiran) dari
guru. Tabel berikut ini data ketidakhadiran guru SMPN 1Cisarua dalam
kurun waktu semester terakhir.
Tabel 1.4 Prosentasi Ketidakhadiran Guru
N
o
Ket Bulan Rata-
Juli Agust Sept Okt Nop Des rata
1 Hari kerja
Efektif
18 22 12 26 26 4
2 Jumlah guru
tidak hadir
4,6% 5,21% 4,1% 7,89
%
7,92% 5,57% 5,88%
Sumber : Sie Kurikulum SMPN 1 Cisarua.
Jika kita memperhatikan tabel di atas, ketidakhadiran dalam setiap
bulannya hanya di bawah 10 % sekilas tampaknya bukan masalah besar.
Tetapi sesungguhnya dalam sistem pendidikan kita saat ini, hal itu dapat
membawa pengaruh buruk, siswa jadi terlantar karena gurunya absen.
Apalagi kalau ditambah dengan prilaku guru yang hadir di sekolah karena
malas atau kurang tanggung jawab kadang tidak hadir di kelas. Proses
pembelajaran jadi terhambat sehingga para siswa tidak mendapat ilmu
secara optimal.
Pada tahap inilah peran kepemimpinan kepala sekolah diperlukan.
Kepala sekolah harus bertindak tegas terhadap pelanggaran yang terjadi,
12
agar semua komponen yang ada dalam sekolah memberikan pelayanan
yang optimal kepada para siswa.
Sehubungan dengan uraian di atas maka masalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja guru perlu dibuktikan dengan mengadakan
penelitian. Oleh karena itu, penulis membuat judul penelitian “ Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat “.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru
perlu ditingkatkan.
2. Motivasi guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar belum
optimal.
3. Motivasi guru untuk berprestasi masih rendah.
4. Komunikasi personal belum terjalin dengan baik.
5. Disiplin kerja guru masih rendah.
6. Kinerja guru masih belum optimal.
7. Program diklat untuk pengembangan kompetensi guru frekuensinya
masih kurang.
8. Budaya kerja belum tercipta dengan baik.
9. Konflik organisasi belum teratasi dengan baik.
10.Reward dan punishment belum berjalan efektif.
11.Kompetensi guru belum dikuasai menyeluruh.
12.Kesadaran diri akan tugas masih lemah.
13
13.Komitmen pencapaian kinerja guru di SMPN 1 Cisarua masih
rendah.
14.Tingkat kepuasan kerja guru masih rendah.
15.Sarana prasarana yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan
secara maksimal.
1.3 Pembatasan Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan
sangatlah kompleks. Salah satunya adalah masalah manajemen sumber
daya manusia. Permasalahan-permasalahan perlu mendapat tanggapan
dan solusi. Dalam tesis ini penulis hanya membatasi masalah pada skup
kecil yaitu mengenai kinerja guru yang ada di SMP tepatnya di SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja guru di SMP diantaranya kompetensi, kompensasi,
kepuasan kerja, lingkungan kerja, budaya kerja, kepemimpinan, disiplin
dan motivasi kerja. Namun dalam penelitian ini penulis membatasi
masalah kinerja guru SMP yang dipengaruhi oleh kepemimpinan, motivasi
dan disiplin kerja.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
2. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
14
3. Bagaimana gambaran disiplin kerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
4. Bagaimana gambaran kinerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Barat.
5. Berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
6. Berapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
7. Berapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru di SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
8. Berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi
kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data, mengolah dan
menginterpretasikan untuk dijadikan sebagai karya tulis berupa tesis,
sebagai syarat memperoleh gelar Megister Manajemen (MM) di STIE
Pasundan Bandung.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
2. Mengetahui gambaran motivasi kerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
3. Mengetahui gambaran disiplin kerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
15
4. Mengetahui gambaran kinerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
5. Mengetahui berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat.
6. Mengetahui berapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
guru di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
7. Mengetahui berapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja
guru di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
8. Mengetahui berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
1.6 Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini berguna baik secara teoritis
maupun praktis.
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan
pengembangan keilmuan untuk peneliti selanjutnya, terutama
yang berhubungan dengan peningkatan kinerja guru di sekolah.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi para
guru, praktisi pendidikan, dan pengambil kebijakan khususnya
kebijakan yang berkenaan dengan upaya meningkatkan kinerja
guru di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Umum tentang Sumber Daya Manusia
Manajemen merupakan proses untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen bisa sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis dan
sistematis juga sebagai suatu kreativitas pribadi yang disertai suatu
keterampilan.
Sadili Samsudin dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia (2006 : 18) mengutip pendapat G.R. Terry dalam Principless of
Manajemen memberikan pengertian sebagai berikut :
“Management is a distict process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources”“Manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya”.Menurut Mary Parker Follet dalam bukunya menyatakan bahwa manajemen adalah seni mencapai sesuatu melalui orang lain (manajement is the art of getting things done thourh the other)
Dari definisi manajemen di atas maka dapat diketahui bahwa ada
dua istilah yang diberikan para ahli mengenai istilah manajemen yaitu
sebagai seni yang merupakan kreativitas pribadi yang disertai suatu
keterampilan dan ada pula yang memberikan definisi manajemen sebagai
17
suatu ilmu yang merupakan kumpulan pengetahuan yang logis dan
sistematis. Maka suatu organisasi untuk mencapai tujuannya tidak akan
terlepas dari aktivitas manajemen. Manajemen menginginkan tujuan
organisasi tercapai dengan efisien dan efektif.
Adapun fungsi manajemen diantaranya :
1. Perencanaan (Planning) adalah kegiatan menetapkan tujuan
organisasi dan memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan
tersebut.
2. Pengorganisasian (Organizing dan Staffing) adalah kegiatan
mengkoordinir sumber daya, tugas, dan otoritas diantara anggota
organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dan
efektif.
3. Pengarahan (Leading) adalah membuat bagaimana orang-orang
tersebut bekerja untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
4. Pengendalian (Controlling) bertujuan untuk melihat apakah
organisasi berjalan sesuai rencana.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu
bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi : perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat
dalam fungsi/bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun
kepegawaian. Karena sumber daya manusia mempunyai peranan penting
dalam mencapai tujuan perusahaan, maka pengalaman dan hasil
penelitian bidang SDM dikumpulkan secara sistematis selanjutnya disebut
dengan manajemen sumber daya manusia. Menurut Veithzal Rivai
(2008:1) istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan
18
pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola)
sumber daya manusia. Dengan manajemen maka pemanfaatan sumber
daya yang ada dapat lebih optimal guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, permasalahan yang
dihadapi oleh manajemen semakin kompleks seiring dengan
perkembangan teknologi di era globalisasi ini. Pada masa kini persoalan
manajemen tidak hanya terdapat pada bahan mentah atau bahan baku
akan tetapi juga menyangkut prilaku karyawan atau sumber daya
manusia. Seperti sumber daya lainnya, sumber daya manusia merupakan
masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran
(output). Sumber daya manusia merupakan asset bagi perusahaan yang
apabila dimanage akan menghasilkan output kinerja bagi perusahaan
yang tentunya akan menguntungkan bagi perusahaan. Sumber daya
manusia yang belum mempunyai keahlian dan keterampilan yang
dibutuhkan perusahaan apabila dilatih, diberikan pengalaman dan
diberikan motivasi untuk berkembang maka akan menjadi asset yang
sangat menguntungkan bagi perusahaan. Pengelolaan sumber daya
manusia inilah yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia.
Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah
mengembangkan pegawai dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran
individu maupun organisasi.
Sedarmayanti (2007 : 13) mengatakan bahwa: “Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kebijakan dan praktik menentukan
aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen,
19
termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan
penilaian”. Menjadi tugas utama manajemen sumber daya manusia yaitu
mengelola pegawai se-efisien dan se-efektif mungkin agar diperoleh
pegawai yang produktif dan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal bagi perusahaan. Secara khusus Sedarmayanti (2007 : 13)
mengungkapkan bahwa manajemen sumber daya manusia bertujuan
untuk :
1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan
pegawai cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi
seperti yang diperlukan.
2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada
manusia kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.
3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi
prosedur perekrutan dan seleksi yang teliti, sistem kompensasi dan
insentif yang tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen
serta aktifitas pelatihan yang terkait “kebutuhan bisnis”.
4. Mengembangkan praktek manajemen dengan komitmen tinggi
yang menyadari bahwa karyawan adalah pihakterkait dalam
organisasi Yang bernilai membantu dan membentuk
pengembangan iklim kerjasama dan kepercayaan bersama.
5. Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis
dapat dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan
karyawan.
6. Mengembangkan iklim lingkungan dimana kerjasama tim dan
fleksibilitas dapat berkembang.
20
7. Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikan
kebutuhan pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah,
manajemen, karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat luas).
8. Memastikan bahwa orang dinilai atau dihargai berdasarkan apa
yang mereka lakukan dan mereka capai.
9. Mengelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan
individu dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja
dan aspirasi.
10.Memastikan bahwa kesamaan tersedia untuk semua.
11.Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola karyawan yang
didasarkan pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan
transportasi.
12.Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental
karyawan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas manajemen sumber
daya manusia harus malaksanakan beberapa kelompok aktivitas yang
semuanya saling berhubungan dan terkait, seperti yang terjadi dalam
konteks organisasi meliputi : perencanaan sumber daya manusia,
kompensasi dan tunjangan kesehatan, keselamatan dan keamanan,
hubungan karyawan dan buruh. Namun di era globalisasi dimana
teknologi membuat dunia seolah tanpa batas maka lingkungan eksternal
menjadi bagian penting yang harus menjadi pertimbangan bagi semua
pimpinan dalam melaksanakan aktivitas sumber daya manusia
diantaranya : hukum,politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Hal ini
21
dikarenakan lingkungan eksternal seolah menjadi bagian tak terpisahkan
dari organisasi itu sendiri.
2.1.2 Kepemimpinan
Konsep tentang kepemimpinan dalam dunia pendidikan tidak bisa
terlepas dari konsep kepemimpinan secara umum. Konsep kepemimpinan
secara umum sering dipersamakan dengan manajemen, padahal dua hal
tersebut memiliki perbedaan yang cukup berarti.
Dalam buku kepemimpinan karangan Miftah Toha (2006 : 5)
mengartikan bahwa : “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi.”
Pengertian di atas didukung oleh pendapat Stephen P. Robbins
dalam buku Manajement, Seven edition yang dialih bahasa oleh T.
Hermaya (2005 : 128) memberikan arti kepemimpinan sebagai berikut :
“Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok menuju
tercapainya sasaran”. Sedangkan menurut AlanTucker dalam Syafarudin
(2002 : 49) mengemukakan bahwa : “kepemimpinan sebagai kemampuan
mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar
bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran
dalam situasi tertentu”. Hal ini memberikan suatu perspektif bahwa
seorang manajer dapat berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan
dia mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang
jabatan manajer.
22
Menurut Andrew J. Dubrin dalam Buku The Complete Ideal’s
Guides to Leadership 2nd Edition yang dialih bahasa oleh Tri Wibowo BS
(2006 : 4) arti kepemimpinan yang sesungguhnya dapat dijelaskan
dengan banyak cara. Berikut ini adalah beberapa definisinya :
1. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan.
2. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah
3. Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif.
4. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasional tercapai.
Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung dimana saja, karena
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
melakukan sesuatu dalam rangka mencapai maksud tertentu.
Berdasarkan definisi kepemimpinan yang berbeda terkandung kesamaan
arti yang bersifat umum.
Seorang pemimpin merupakan orang yang memberikan inspirasi,
membujuk, mempengaruhi dan memotivasi orang lain. Untuk
membedakan pemimpin dari non-pemimpin dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan teori perilaku.
Menurut Stephen P Robbins dalam buku Management, Seven
Edition yang dialih bahasa oleh T. Hermaya (2005 : 129) menyatakan
bahwa : “Teori prilaku adalah teori-teori kepemimpinan yang mengenali
perilaku yang membedakan pemimpin yang efektif dari yang tidak efektif”.
Teori perilaku ini tidak hanya memberikan jawaban yang lebih pasti
23
tentang sifat kepemimpinan, tetapi juga mempunyai implikasi nyata yang
cukup berbeda dari pendekatan ciri.
Selanjutnya Stephen P Robbins dalam buku yang sama
mengemukakan bahwa terdapat enam ciri yang berkaitan dengan
kepemimpinan yaitu :
1. Dorongan. Pemimpin menunjukkan tingkat usaha yang tinggi.2. Kehendak untuk memimpin. Pemimpin mempunyai kehendak yang
kuat untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain.3. Kejujuran dan integritas. Pemimpin membangun hubungan saling
mempercayai antara mereka sendiri dan pengikutnya dengan menjadi jujur dan tidak menipu.
4. Kepercayaan diri. Para pengikut melihat pemimpinnya tidak ragu akan dirinya.
5. Kecerdasan. Pemimpin haruslah cukup cerdas untuk mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan banyak informasi, dan mereka perlu mampu untuk menciptakan visi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang tepat.
6. Pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan. Pemimpin yang efektif mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang perusahaan, industry dan hal-hal teknis.
Menurut Thoha dalam buku Kepemimpinan dalam Manajemen
(2006 : 31) terdapat beberapa teori kepemimpinan diantaranya :
1. Teori Sifat (Trait Theory)
Ada empat sifat yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan, yaitu : kecerdasan, kedewasaan dan kekuasaan
hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi, sikap-
sikap hubungan kemanusiaan.
2. Teori Kelompok
Teori ini beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuan-
tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara
pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
3. Teori Situasional
24
Teori ini mengemukakan bahwa kepemimpinan dipengaruhi situasi-
situasi yang ada di sekitarnya.
4. Teori Jalan Kecil – Tujuan
Teori ini menggunakan kerangka teori motivasi. Mereka
beranggapan bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi faktor
motivasi terhadap bawahan, jika perilaku itu dapat memuaskan.
5. Teori Social Learning
Merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu model yang
menjamin kelangsungan, interaksi timbale balik antara pemimpin
lingkungan dan perilakunya sendiri.
Penjelasan teori kepemimpinan ini melahirkan suatu tinjauan
bahwa untuk memimpin seseorang harus memiliki gaya kepemimpinan.
Menurut Robbins dalam buku Management Seven Edition yang
dialih bahasa oleh T Hermaya (2005 : 130) ada beberapa gaya atau Style
kepemimpinan yang banyak mempengaruhi keberhasilan seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya,
diantaranya :
1. Pada Periode Pertama
- Gaya Otokratis : Pemimpin yang cenderung memusatkan
wewenang, mendiktekan metode kerja, membuat keputusan
unilateral, dan membatasi partisipasi karyawan.
- Gaya Demokratis : Pemimpin yang cenderung melibatkan
karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan
wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode
25
dan sasaran kerja dan menggunakan umpan balik sebagai
peluang untuk melatih karyawan.
- Gaya Laissez-Faire : Pemimpin yang umumnya memberikan
kelompok kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap
sesuai.
2. Pendapat para Ahli
- Gaya Kepemimpinan Kontinum
Terdapat dua bidang pengaruh yang eksterm antara pengaruh
pemimpin dan kebebasan bawahan.
- Gaya Managerial Grid
Dimana manajer berhubungan dengan dua hal yaitu produksi
dan orang-orang.
- Tiga Dimensi dari Reddin
Merupakan gaya penyempurnaan dari manajerial grid dengan
menambahkan efektivitas dalam modelnya.
- Empat Sistem Manajemen dari Likert
Dimana pemimpin dapat berhasil jika bergaya participative
management, yaitu jika berorientasi pada bawahan dan
mendasarkan pada komunikasi.
Berdasarkan beberapa pembahasan tentang teori kepemimpinan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain
untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan
dalam mencapai tujuan bersama.
26
2.1.3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sejalan dengan uraian kepemimpinan di atas kepemimpinan dalam
organisasi sekolah secara umum sama. Kepala Sekolah adalah pemimpin
sekaligus manajer yang harus mengatur, memberi perintah sekaligus
mengayomi bawahannya yaitu para guru dan menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul.
Wahjosumidjo (2002 : 83) mengartikan bahwa : “Kepala sekolah
adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran.”
Sementara Rahman dkk (2006 : 106) mengungkapkan bahwa
“Kepala sekolah adalah seorang guru (Jabatan fungsional) yang diangkat
untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk
memimpin dan memanaj segala sumber daya yang ada pada suatu
sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama.
Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah A. Tabrani
Rusyan (2000) menyatakan bahwa :
Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah
27
sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.”
Sebenarnya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan
anggotanya mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap
anggota organisasi mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi
tercapainya tujuan organisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya kebersamaan.
Rasa kebersamaan dan rasa memiliki pada diri setiap anggota mampu
menimbulkan suasana organisasi yang baik.
Menurut Supriadi dalam bukunya (editor) Sejarah Pendidikan
Teknik dan Kejuruan di Indonesia (2002 : 268). Ada tujuh indikator
keberhasilan seorang kepala sekolah, yaitu :
1. Kepala Sekolah sebagai Manajer.
2. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
3. Kepala Sekolah sebagai Wirausaha
4. Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja
5. Kepala Sekolah sebagai Pendidik
6. Kepala Sekolah sebagai Administrator
7. Kepala Sekolah sebagai Penyelia
Supriadi juga mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
kepribadian dan integritas serta kemampuan untuk meyakinkan dan
mengarahkan orang lain, untuk mencapai tujuan sesuai dengan sasaran.
Hal tersebut di atas meliputi kepribadian, kemampuan memotivasi,
pengambilan keputusan, komunikasi dan pendelegasian wewenang.
28
Sedangkan menurut Mulyasa (2009 : 90) :
“Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.”
Pendapat tersebut di atas mengandung arti bahwa kepala sekolah dituntut
untuk mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu
sekolah.
Kepemimpinan khususnya di lembaga pendidikan memiliki ukuran
atau standar pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah selaku
pimpinan tertinggi. Menurut Mulyasa (2009 : 98) disampaikan bahwa
seorang kepala sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan
dengan menjalankan fungsi :
a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
b. Kepala sekolah sebagai manajer
c. Kepala sekolah sebagai administrator
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
f. Kepala sekolah sebagai inovator
g. Kepala sekolah sebagai motivator
Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi-fungsi di atas
dengan baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan
memimpin yang baik.
Jadi, dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin agar berhasil harus menjalankan sekurang-kurangya tujuh
fungsi di atas selain juga memiliki kriteria lain seperti latar belakang
29
pendidikan dan pengalamannya. Kepala sekolah selain mampu untuk
memimpin, mengelola sekolah juga dituntut mampu menciptakan suasana
yang kondusif di lingkungan kerja sehingga dapat memotivasi guru dalam
bekerja dan dapat mencegah timbulnya disintegrasi atau perpecahan
dalam organisasi.
2.1.4 Motivasi Kerja
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.
Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan
kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai
tujuan. Veithzal (2005 : 455 ). Beliau juga mengemukakan : “Dua hal yang
dianggap sebagai dorongan individu yaitu arah prilaku (kerja untuk
mencapai tujuan) dan kekuatan prilaku (seberapa kuat usaha individu
dalam bekerja)”.
Beberapa ahli mengemukakan teori motivasi diantaranya :
a. Teori Kebutuhan dari Maslow (Hierarchy of Need Theory)
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan
atau pertentangan yang dialami antara kenyataan dengan dorongan
yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya jika
kebutuhannya terpenuhi maka pegawai akan memperlihatkan perilaku
yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puas.
30
Menurut Abraham Maslow mengemukakan bahwa hirarki
kebutuhan manusia adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs) yaitu kebutuhan yang
diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang,
seperti makan, minum, udara, perumahan dan lainnya. Dalam
organisasi kebutuhan-kebutuhan ini dapat berupa uang, hiburan,
program pension, lingkungan kerja yang nyaman.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security need)
yaitu kebutuhan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari
ancaman kecelakaan dalam melakukan pekerjaan. Dalam
organisasi kebutuhan ini dapat berupa keamanan kerja, senioritas,
program pemberhentian kerja, uang pesangon.
3. Kebutuhan rasa memiliki (social need) yaitu kebutuhan akan
teman, cinta dan memiliki. Sosial need di dalam organisasi dapat
berupa keompok kerja (team work) baik secara formal maupun
informal.
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem need or status needs) yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan
prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungan. Dalam
organisasi kebutuhan ini dapat berupa reputasi diri, gelar dsb.
5. Kebutuhan akan perwujudan diri (self actualization) adalah
kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunaka kecakapan,
kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit
dicapai orang lain.
31
Selanjutnya, Abraham Maslow berpendapat bahwa orang
dewasa (pegawa bawahan) secara normal harus terpenuhi minimal
85% kebutuhan fisiologi, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan
sosial, 40% kebutuhan penghargaan, dan 15% kebutuhan aktualisasi
diri, keluarga, dan bisa menjadi penyebab terjadinya konflik kerja.
Dengan demikian, jika kebutuhan pegawai tidak terpenuhi,
pemimpin akan mengalami kesulitan dalam memotivasi pegawai.
b. Teori Motivasi Dua Faktor dari Herzberg (the two Factors Theory)
Frederick Herzberg, Bernard Mausner dan Barbara
Snyderman mengadakan studi tentang motivasi kerja karyawan
industri. Berdasarkan studi tersebut, Herzberg dan kawan-kawan
merumuskan teori motivasi yang disebut dengan Teori Dua Faktor.
Teori ini dikenal juga dengan teori Motivator – Hygienes. Tim peneliti
ini mengadakan penelitian terhadap 203 akuntan dan insinyur. Teknik
pengumpulan data adalah wawancara dan interviu.
Atas dasar hasil penelitiannya, Herzberg memisahkan dua
kategori pekerjaan, yaitu :
1. Faktor “Motivasional”
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik yang berarti
bersumber dalam diri seseorang.
2. Faktor “Hygiene”
Yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah
faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari
32
luar diri yang turut menentukan prilaku seseorang dalam
kehidupannya.
Herzberg berpendapat bahwa baik faktor motivasional yang
bersifat intrinsik maupun faktor pemeliharaan yang bersifat ekstrinsik
dapat mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor
motivasional yang bersifat intrinsik adalah prestasi yang dicapai,
pengakuan, dunia kerja, tanggung jawab dan kemajuan. Termasuk ke
dalam faktor pemeliharaan yang bersifat ekstrinsik adalah hubungan
interpersonal antara atasan dan bawahan, teknik supervisi, kebijakan
administratif, kondisi kerja, dan kehidupan pribadi. Kedua faktor
tersebut berpengaruh besar terhadap motivasi seseorang. Meskipun
demikian bukanlah sesuatu yang mutlak dapat dikuantifikasi, karena
motivasi berhubungan dengan berbagai komponen yang sangat
kompleks.
Masalah yang dihadapi oleh guru berbeda denga apa yang
dihadapi oleh karyawan perusahaan. Guru, di samping menghadapi
permasalahan dalam berhubungan dengan siswa, juga dalam
berhubungan dengan kepala sekolah dan pejabat di atasnya. Proses
belajar mengajar dalam organisasi sekolah mempunyai masalah
tersendiri. Guru sekolah lanjutan pada umumnya berinteraksi dengan
banyak siswa setiap hari pada situasi yang hampir sama dan
terkadang bersifat pribadi, lebih-lebih guru borongan atau self-
contained classroom.
Pada umumnya guru relatif jarang berinteraksi dengan
supervisor atau pengawas. Pelaksanaan supervisi di sekolah pun
33
berbeda dengan di perusahaan. Postulat teori dua factor, bahwa ada
seperangkat factor (motivator) yang menghasilkan kepuasan, dan ada
seperangkat lain (hygienes) menghasilkan ketidakpuasan. Dua hal ini
tidaklah berlawanan, melainkan merupakan dua dimensi yang berbeda
di dalam organisasi.
c. “Theory X and Theory Y” dari Douglas Mc Gregor
Douglas Mc Gregor mengajukan dua pandangan yang
berbeda tentang manusia; negatif dengan tanda label X dan positif
dengan tanda label Y. setelah melakukan penyelidikan tentang
perjanjian seorang manajer dan karyawan, Mc Gregor merumuskan
asumsi-asumsi dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai
berikut:
Teori X (negatif) merumuskan asumsi sebagai berikut :
Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia
akan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja. Semenjak
karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus
diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakut-takuti untuk menerima
sangsi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh. Karyawan
akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan formal
sebisa mungkin.
Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas factor lainnya
yang berhubugan erat dengan pekerjaan dan akan
menggambarkannya dengan sedikit ambisi.
Teori Y (positif) memiliki asumsi asumsi sebagai berikut :
34
Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang lumrah
dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian
berdiskusi atau sekedar teman bicara.
Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika
mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif
adalah tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya
melulu dari kalangan top manajement atau dewan direksi.
Jadi, teori Mc Gregor ini lebih memihak kepada asumsi-
asumsi Y yang positif dari perilaku sumber daya manusia dalam
organisasi. Boleh jadi, ide-ide secara partisipasi dalam mengambil
keputusan, dan tanggung jawab atau grup relasi sebagaipendekatan
untuk memotivasi karyawan dalam kepuasan kerjanya. Semua
manajer haruslah menggunakan kedua jenis motivasi tersebut.
Masalah utama dari teori ini adalah proporsi penggunaannya,
dan juga kapan kita akan menggunakannya. Para pimpinan yang lebih
percaya bahwa ketakutan akan mengakibatkan seseorang segera
bertindak, mereka akan lebih banyak menggunakan motivasi teori X
(negatif). Sebaliknya jika pimpinan percaya kesenangan akan menjadi
dorongan bekerja, ia akan banyak menggunakan motivasi yang positif.
Walaupun demikian tidak ada seorang pimpinan pun yang sama sekali
tidak pernah menggunakan motivasi negatif. Penggunaan masing-
masing jenis motivasi ini, dengan segala bentuknya haruslah
mempertimbangkan situasi dan orangnya, sebab pada hakekatnya
setiap individu adalah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
35
Suatu dorongan yang mungkin efektif bagi seseorang, mungkin tidak
efektif bagi orang lain. Seseorang dengan disindir saja mungkin sudah
tahu apa yang dimaksudkan, tetapi bagi orang lain mungkin perlu
ditegur secara langsung sehingga baru tahu apa yang dimaksudkan
oleh rekan kerjanya, atau pimpinannya.
d. Teory ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Aldefer
Teori ERG merupakan refleksi dai tiga dasar kebutuhan, yaitu:
1. Existence needs, kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari
eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernafas, gaji,
keamanan kondisi kerja, fringe benefits.
2. Relatedness needs, kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan
dalam berinteraksi dalam lingkungan kerja.
3. Growth needs, kebutuhan untuk mengembangkan dan
meningkatkan pribadi. Hal ini berhubugan dengan kemampuan dan
kecakapan pegawai.
e. Teori Insting
Teori motviasi insting timbulnya berdasarkan teori evaluasi
Charles Darwin. Beliau berpendapat bahwa tindakan yang intelligent
merupakan refleksi dari instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu,
tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan
dikontrol oleh pikiran.
f. Teori Drive
36
Konsep Drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang
motivasi sampai tahun1918. Woodworth menggunakan konsep
tersebut sebagai energy yang mendorong organisasi untuk melakukan
suatu tindakan. Kata Drive dijelaskan sebagai aspek motivasi dari
tubuh yang tidak seimbang misalnya, kekurangan makanan
mengakibatkan berjuang untuk memuaskan kebutuhannya agar
kembali menjadi seimbang. Motivasi didefinisikan sebagai suatu
dorongan yang membangkitkan untuk keluar dari ketidakseimbagan
atau tekanan.
Clark L. Hull berpendapat bahwa belajar terjadi sebagai akibat
dari reinforcement. Beliau berasumsi bahwa semua hadiah (reward)
pada akhirnya didasarkan atas reduksi dan drive keseimbangan (home
static drive).
Teori Hull dirumuskan secara sistematik yang merupakan hubungan
antara drive dan habit strength.
Kekuatan motivasi = Fungsi (drive x habit)
Habit strenght adalah hasil factor-faktor reinforcement sebelumnya.
Drive adalah jumlah keseluruhan ketidakseimbangan fisiologi atau
(physiological imbalance) uang disebabkan oleh kehilangan atau
kekurangan kebutuhan komoditas untuk kelangsungan hidup.
Berdasarkan perumusan teori Hull tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi seorang pegawai sangat ditentukan oleh kebutuhan dalam
dirinya (drive) dan faktor kebiasaan (habit) pengalaman kerja
sebelumnya.
37
g. Teori Lapangan
Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini
merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan
motivasi. Teori lapangan lebih memfokuskan pada insting dan habit.
Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari
lapangan pada momen waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat
ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku ini
merupakan fungsi dari seorang pegawai dengan lingkungannya.
2.1.5 Disiplin Kerja
Simamora dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi III
(2006 : 610) menyatakan bahwa :
“Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi”.
Menurut Alma (2003 : 186) mengatakan bahwa : “Disiplin dapat
diartikan sebagai suatu sikap patuh, tingkah laku, dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan perusahaan baik lisan maupun tertulis”.
Singodimejo dalam Sutrisno (2009 : 85) mengatakan bahwa disiplin
adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan
mentaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya.
Sementara Sinungan (2003 ; 135) mendefinisikan disiplin sebagai :
“Sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa
berkehendak untuk mengikuti/mematuhi segala aturan/keputusan yang
telah ditetapkan”.
38
Senada dengan pendapat di atas, Fathoni (2006 : 172) mengartikan
disiplin sebagai : “Kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua
peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku”. Selanjutnya
Fathoni menjelaskan bahwa : “Kedisiplinan diartikan bilamana karyawan
selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua
pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja
adalah sikap dan perbuatan guru dalam mentaati semua pedoman dan
peraturan yang telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi.
Disiplin berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh
terhadap kinerja.
Menurut Siagian dalam Sutrisno (2009 : 86), bentuk disiplin yang
baik akan tercermin pada suasana di lingkungan organisasi sekolah,
yaitu:
1. Tingginya rasa kepedulian guru terhadap pencapaian visi dan misi
sekolah.
2. Tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam
mengajar.
3. Besarnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya.
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solideritas yang tinggi di
kalangan guru.
5. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
39
Suatu asumsi bahwa pemimpin mempunyai pengaruh langsung
pada sikap kebiasaan yang dilakukan karyawan. Kebiasaan itu dampak
dari keteladanan yang dicontohkan oleh pimpinan. Oleh karena itu, jika
mengharapkan karyawan memiliki tingkat disiplin yang baik, maka
pemimpin harus memberikan kepemimpinan yang baik pula.
Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009 : 89), faktor yang
mempengaruhi disiplin guru adalah :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya
disiplin.
8. Pengembangan struktur organisasi yang sehat.
9. Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara
semangat dan disiplin guru.
Disiplin merupakan fungsi operatif dari Manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan semakin
tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit
bagi organisasi mencapai hasil yang optimal. Pada umumnya apabila
orang memikirkan tentang disiplin, yang terbayang adalah berupa
hukuman berat, padahal hukuman hanya sebagian dari seluruh persoalan
disiplin. Dengan disiplin kerja yang baik diharapkan akan terwujud
40
lingkungan yang tertib, berdaya guna dan berhasil guna melalui
seperangkat peraturan yang jelas dan tepat. Umumnya disiplin ini dapat
dilihat dari indikator seperti : guru datang ke tempat kerja tepat waktu ;
berpakaian rapih, sopan, memperhatikan etika cara berpakaian
sebagaimana mestinya seorang pegawai; guru mempergunakan alat-alat
dan perlengkapan sesuai ketentuan, mereka bekerja penuh semangat dan
bekerja sesuai dengan aturan yang ditetapkan lembaga. Kebiasaan-
kebiasaan di atas akan terwujud kalau para pegawainya mempunyai
disiplin yang baik. Penanaman disiplin ini tentunya perlu diterapkan oleh
seorang pemimpin terhadap bawahannya untuk menciptakan kualitas
kerja yang baik.
Penerapan disiplin kerja di lingkungan kerja, memang awalnya
akan dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila terus menerus
diberlakukan akan menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan menjadi
beban berat bagi para pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di lingkungan
kerja, karena seperti telah disinggung di atas bahwa disiplin tidak lahir
begitu saja, tetapi perlu adanya pembinaan-pembinaan dalam
menegakkan disiplin kerja ini.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Moenir yang dikutif Dahyana
(2001 : 11), bahwa kondisi disiplin kerja pegawai tidak langsung tercipta
begitu saja, melainkan harus ada kemauan dan usaha semua pihak
terutama pihak pimpinan untuk menumbuhkan disiplin kerja. Sehubungan
dengan itu, bagaimana mewujudkan disiplin kerja yang baik dalam
organisasi.
41
Dalam memberikan kedisiplinan kepada bawahan seorang pemimpin
mempunyai gaya yang berbeda-beda tergantung kepada kemampuan dan
keilmuan yang dimiliki oleh pimpinan.
Selanjutnya Maryoto (2001: 98) mengatakan bahwa :
“Pimpinan dalam pembinaan disiplin terhadap bawahan harus memperhatikan : pengawasan yang berkelanjutan, mengetahui organisasi yang dipimpinnya, instruksi harus jelas dan tegas tidak membingungkan bawahan. Menurut prosedur kerja yang sederhana dan mudah dipahami, membuat kegiatan yang dapat menyibukkan anak buah”.
Disamping itu untuk membina selanjutnya telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, disebutkan ada tiga tingkatan dan jenis hukuman disiplin pada
pegawai negeri sipil. Hukuman disiplin terdiri dari :
(1) Hukuman disiplin ringan
(2) Hukuman disiplin sedang, dan
(3) Hukuman disiplin berat.
2.1.6 Kinerja
Pengertian kinerja atau prestasi kerja pegawai menurut beberapa
ahli memiliki pengertian yang sama namun para ahli lain mengatakan
berbeda.
Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2007 : 2) menyampaikan
bahwa :
“Kinerja (performance) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”.
Menurut Siswanto Bejo (2005 : 195) prestasi kerja adalah :
Hasil kerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
42
Pada umumnya prestasi kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesanggupan tenaga kerja yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2002 : 67), kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Mathis dan Jackson (2002 : 78) menyatakan bahwa unsur yang
membentuk kinerja pegawai antara lain : kuantitas output, kualitas output,
jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif.
Sementara Gomez (2001 : 142) mengemukakan unsur yang
berkaitan dengan kinerja terdiri dari :
1. Quantity of work, yakni jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan
pada periode tertentu.
2. Quality of work, yaitu kualitas pekerjaan yang dicapai berdasarkan
syarat yang ditentukan.
3. Job knowledge, yakni pemahaman pegawai pada prosedur
kerjadan informasi teknis tentang pekerjaan.
4. Creativeness, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi
dan dapat diandalkan dalam pekerjaan.
5. Cooperation, yaitu kerjasama dengan rekan kerja dan atasan.
6. Dependability, yakni kemampuan menyelesaikan pekerjaan tanpa
tergantung kepada orang lain.
7. Inisiative, yakni kemampuan melahirkan ide-ide dalam pekerjaan.
8. Personal qualities, yaitu kemampuan dalam berbagai bidang
pekerjaan.
43
Dari berbagai pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja/ prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta tepat
waktu. Wujud kinerja dapat dilihat dari tingkat prestasi kerja yang berupa
hasil kerja, kemampuan dan penerimaan atas kejelasan delegasi tugas
serta minat seorang pekerja.
2.1.7 Kinerja Guru
Rachman Natawijaya (2006 : 22) secara khusus mendefinisikan
kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru
pada waktu dia memberikan pembelajaran kepada siswa.
Kinerja guru bila mengacu pada pengertian Mangkunegara bahwa
tugas yang dihadapi oleh seorang guru meliputi : membuat program
pengajaran, memilih metode dan media yang sesuai untuk penyampaian,
melakukan evaluasi, dan melakukan tindak lanjut dengan pengayaan dan
remedial.
Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa :
“Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Selanjutnya pada Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa :
Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
44
Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan.
Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya merupakan cerminan
dari kinerja guru, dan hal tersebut terlihat dari aktualisasi kompetensi guru
dalam merealisasikan tugas profesinya.
Sehubungan dengan kinerjanya maka guru ada yang memiliki
kinerja baik dan ada juga yang memiliki kinerja kurang baik. Guru yang
memiliki kinerja yang baik disebut guru yang profesional (Supriadi, 1998 :
98).
Tugas profesional guru menurut pasal 2 Undang-Undang No. 14
tahun 2005 meliputi :
a) Melaksanakan pembelajaran yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
b) Meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
c) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum dan kode
etik guru serta nilai-nilai agama dan etika dan dapat memelihara,
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
2.1.8 Pengukuran Kinerja Guru
Kemampuan (ability), keterampilan (skill), dan motivasi (motivation)
akan memberikan kontribusi positif terhadap kualitas kinerja personil
apabila disertai dengan upaya (effort) yang dilakukan untuk
mewujudkannya. Upaya yang dilakukan suatu organisasi akan berdampak
positif terhadap peningkatan kualitas kinerja organisasi sehingga
mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
45
Guna mencapai kinerja yang tinggi terdapat kriteria kinerja,
meliputi:
1. Kemampuan intelektual berupa kualitas untuk berfikir logis, praktis
dan menganalisis sesuai dengan konsep serta kemampuan dan
mengungkapkan dirinya secara jelas.
2. Ketegasan, merupakan kemampuan untuk menganalisa
kemungkinan dan memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti
secara tepat dan singkat.
3. Semangat (antusiasme), berupa kapasitas untuk bekerja secara
aktif dan takkenal lelah.
4. Berorientasi pada hasil, merupakan keinginan intrinsik dan memiliki
komitmen untuk mencapai suatu hasil dan menyelesaikan
pekerjaannya.
5. Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, merupakan
kemampuan dalam melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri
yang tinggi.
Didalam pelaksanaannya kinerja guru atau tenaga kependidikan
dapat diukur dengan menggunakan lima aspek yang dapat dijadikan
dimensi pengukuran yag disampaikan oleh Mitchell dikutip Mulyasa
(2009 ; 138) yaitu :
1. Quality of Work (kualitas kerja)
2. Promtness (ketepatan waktu)
3. Initiative (inisiatif)
4. Capability (kemampuan)
5. Communication (komunikasi
46
2.1.10 Hasil Penelitian Sebelumnya
N
o
Nama dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Sutopo Slamet, Pasca Unsud, (Tesis, 2007), Analisis Kepemimpinan, Kecerdasan Emosi, Kedisiplinan dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SMPN 8 Purworejo
Kepemimpinan, kecerdasan emosi, kedisiplinan, dan kompetensi secara bersama mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru sebesar 86,7 %
2. Rijanto, Pasca Unsud (tesis 2008), Pengaruh Komitmen, Motivasi Kerja dan Infrastruktur terhadap Kinerja Petugas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Variabel Motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja SIM Pus. Hal ini dibuktikan bahwa nilai t hitung variabel tsb lebih besardari t tabel ( 4,085 > 2,03) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel yang paling dominan adalah motivasi dengan nilai β terbesar (β = 0,620) diantara variabel lainnya.
3. Fylan Ulga, Pasca Airlangga (tesis, 2005), Pengaruh Faktor Kepuasan yang berupa Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai PT Telkom Kantor Cabang Telekomunikasi
Terdapat pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai memberikan kontribusi sebesar 45,3 %
4. Dede Hasan Kurniadi, Pasca UPI Bandung (tesis, 2002), Kemampuan Manajerial dalam Memotivasi dan Mendisiplinkan Karyawan Dikaitkan dengan Produktivitas Kerjanya di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Terdapat pengaruh kemampuan manajerial terhadap produktivitas kerja sebesar 22,70 % dan mendisiplinkan karyawan sebesar 37,40 %
5. Romlah, Pascasarjana STIE Pasundan Bandung (tesis, 2010), Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru SMPN 1 Margahayu Kabupaten Bandung
Kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 79,4 %.
47
2.2 Kerangka Berfikir
2.2.1 Kinerja Guru
Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar di sekolah. Dikatakan demikian karena guru merupakan individu
yang berhadapan langsung dengan para siswanya. Tinggi rendahnya
prestasi siswa berkaitan erat dengan kinerja guru yang sehari-hari
mendampingi siswanya. Oleh karena itu guru yang memiliki kinerja yang
baik merupakan guru yang diharapkan oleh lembaga maupun siswanya
untuk terus melakukan tugasnya dengan baik.
Menurut (Hickhmen : 1990) bahwa tinggi rendahnya kinerja pada
dasarnya dapat diukur dengan menggunakan :
1. Kualitas
2. Kemampuan
3. Inisiatif
4. Komunikasi
5. Ketepatan waktu
Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa :
“Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.”
Keenam tugas utama guru tersebut di atas dapat dijadikan dimensi
pengukuran kinerja guru professional.
48
Kinerja guru tidak dapat terwujud dengan sendirinya namun timbul
diakibatkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor-
faktor tersebut adalah :
2.2.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan orang yang memiliki kemampuan
propesional yang bekerja berdasarkan pola kinerja propesional yang
disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung
keberhasilan pembelajaran. (Mulyasa, 2006 : 37)
Keberhasilan pembelajaran berkaitan erat dengan kinerja guru
yang menjalankan tugasnya. Untuk mewujudkan kinerja guru yang optimal
diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan
propesional. Dengan demikian terlihat bahwa kepemimpinan kepala
sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Jadi, atas dasar itu
diduga terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru. Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah makin baik
pula kinerja seorang guru. Demkian pula sebaliknya makin buruk
kepemipinan kepala sekolah makin rendah kinerja seorang guru.
Menurut Mulyasa (2009 : 90) bahwa dalam paradigma baru
manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus berfungsi
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator (EMASLIM). Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dapat
diukur dengan menggunakan dimensi keenam fungsi tersebut.
2.2.2.1 Kepala Sekolah sebagai Edukator atau Pendidik
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah
49
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan propesionalisme
tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan
model pembelajaran yang menarik seperti team teaching, moving class,
dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di
atas normal.
Sebagai edukator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi
propesionalisme kepala sekolah, terutama dalam terbentuknya
pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanakan tugasnya.
Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau
menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi
kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjannya, demikian
halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0296/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah.
Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk
membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan nonguru,
membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan,
mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh mengajar.
2.2.2.2 Kepala Sekolah sebagai Manajer
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan
50
mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan
seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer
dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan
dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi
kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya,
dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.
2.2.2.3 Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kapala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,
mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan
prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien
agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah
harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas
operasional.
51
Dalam melaksanakan tugas-tugas operasional, kepala sekolah
sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan
produktivitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan,
baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan
situasional. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu bertindak
situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun
demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih mengutamakan
tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap
tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di
samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga
hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga
kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap
merasa senang dalam melakukan tugasnya. Dengan demikian, efektivitas
kerja kepala sekolah bergantung pada tingkat pembauran antara gaya
kepemimpinan dengan tingkat menyenangkan dalam situasi tertentu
ketika para tenaga kependidikan melakukan tugas-tugas yang
diembankan kepadanya.
2.2.2.4 Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan.
52
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas
sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang
tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam
kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervise pendidikan,
dan memanfaatkan hasilnya. Hasil supervisi bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan sekolah.
Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan atau guru harus
disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah
guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan
wakilnya atau guru seniornya untuk membantu melaksanakan supervisi.
Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat
ditunjukkan oleh (1) meningkatnya kesadaran guru untuk meningkatkan
kinerjanya (2) meningkatnya keterampilan guru dalam melaksanakan
tugasnya. Kepala sekolah juga harus berupaya menjadikan sekolah
sebagai sarana belajar yang lebih efektif
2.2.2.5 Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk
dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,
membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo
(2002 : 110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus
memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,
53
pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam
sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani
mengambil resiko dan keputusan (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil,
(7) teladan.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan
tercermin dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan
(guru dan nonguru), (2) memahami kondisi dan karakteristik peserta didik,
(3) menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, (4)
menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kepemimpinannya.
2.2.2.6 Kepala Sekolah sebagai Inovator
Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan
yang baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan
model pembelajaran yang inovatif.
54
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin cara-cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative,
rasional, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan pembaharuan di sekolah. Gagasan baru
tersebut misalnya moving class, program akselerasi dan lain-lain.
2.2.2.7 Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektivitas dan penyediaan sebagai
sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB).
2.2.2. Motivasi Kerja
Faktor yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi kinerja
guru adalah motivasi. Vroom dikutif Mulyasa (2006 : 136) menyampaikan
bahwa :
Performance = F (ability x motivasi)
Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian
antara kemampuan dan motivasi. Hubungan ini mengandung arti bahwa
jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka performancenya
akan rendah pula. Dengan demikian jika motivasi rendah akan
mengakibatkan kinerja yang rendah pula, namun sebaliknya jika motivasi
tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula.
55
Herzberg berpendapat bahwa ada faktor motivasional yang bersifat
intrinsik dan faktor pemeiharaan yang bersifat ekstrinsik yang
mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor motivasional
adalah prestasi yang dicapai, pengakuan, dunia kerja, tanggung jawab
dan kemajuan. Termasuk ke dalam faktor pemeliharaan adalah hubungan
interpersonal antara atasan dan bawahan, teknik supervisi, kebijakan
administratif, kondisi kerja, dan kehidupan pribadi.
Baik faktor motivasional maupun faktor pemeliharaan berpengaruh besar
terhadap motivasi seseorang. Meskipun demikian bukanlah sesuatu yang
mutlak dapat dikuantifikasi, karena motivasi berhubungan dengan
berbagai komponen yang sangat kompleks.
Masalah yang dihadapi oleh guru berbeda denga apa yang
dihadapi oleh karyawan perusahaan. Guru, di samping menghadapi
permasalahan dalam berhubungan dengan siswa, juga dalam
berhubungan dengan kepala sekolah dan pejabat di atasnya. Proses
belajar mengajar dalam organisasi sekolah mempunyai masalah
tersendiri. Guru sekolah lanjutan pada umumnya berinteraksi dengan
banyak siswa setiap hari pada situasi yang hampir sama dan terkadang
bersifat pribadi, lebih-lebih guru borongan atau self-contained classroom.
Dari uraian di atas maka faktor motivasional yang bersifat instrinsik
dan faktor pemeliharaan yang bersifat ekstrinsik mempunyai pengaruh
besar terhadap motivasi seseorang dan dapat dijadikan dimensi strandar
pengukuran motivasi kerja guru.
56
2.2.3 Disiplin Kerja
Kedisiplinan kerja pegawai dalam suatu organisasi dapat dilihat dari
sikap pegawainya. Sikap dan tingkah laku pegawai berpatokan pada
kepatuhan dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Mematuhi peraturan berarti memberi dukungan positif pada organisasi
dalam melaksanakan program-program yang telah ditetapkan, sehingga
akan lebih memudahkan tercapainya tujuan organisasi.
Pegawai yang tertib dan disiplin, mentaati norma-norma dan
peraturan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas. Sebaliknya apabila
pegawai atau karyawan dalam suatu organisasi tidak disiplin, maka akan
sulit sekali melaksanakan program-programnya, sulit meningkatkan
produktivitas dan sulit merealisasikan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Fathoni (2006 : 172) mengatakan bahwa kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Uraian di atas mengandung arti bahwa disiplin kerja adalah sikap
dan perbuatan karyawan/guru dalam mentaati semua pedoman dan
peraturan yang telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi.
Disiplin berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh
terhadap kinerja.
Selanjutnya Fathoni menyatakan bahwa : ”Kedisiplinan diartikan
bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan
semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan
57
(organisasi) dan norma-norma sosial yang berlaku.” Pernyataan diatas
mengandung arti bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan disiplin
pegawai pada suatu organisasi terlihat dari tingkat ketepatan waktu,
tingkat kesadaran dalam bekerja dan tingkat kepatuhan kepada peraturan.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
oleh suatu organisasi, maka salah satu faktor yang sangat menentukan
adalah terciptanya disiplin kerja para pegawainya dengan asumsi bahwa
dalam suasana disiplinlah organisasi akan dapat melaksanakan program-
program kerjanya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dimensi
pengukuran disiplin kerja pada penelitian ini mengacu pada teori Fathoni
yang menggunakan tiga kriteria pengukuran disiplin yaitu tingkat
ketepatan waktu, tingkat kesadaran dalam bekerja dan tingkat kepatuhan
kepada peraturan.
2.2.4 Keterkaitan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja
Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan
mengarahkan yang merupakan faktor penting untuk efektivitas kinerja
pemimpin, seperti yang diungkapkan oleh Veithzal Rivai bahwa :
“Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.”
Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif juga memberikan
58
kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya
dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan sekolah.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan
dukungan dan mempunyai hubungan yang baik terhadap bawahannya
untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat keterkaitan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Artinya makin baik
kepemimpinan kepala sekolah maka makin baik pula kinerja seorang
guru. Demikian pula sebaliknya makin buruk kepemimpinan kepala
sekolah maka makin rendah kinerja seorang guru.
2.2.5 Keterkaitan Motivasi Kerja dan Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian Mc. Clelland, Edward Murray, Miller
dan Gordon W. yang dikutif Mangkunegara (2005 : 104), menyimpulkan
ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan
pencapaian kinerja/prestasi kerja. Artinya pimpinan, manajer, dan pegawai
mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai prestasi yang
tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah dikarenakan
motivasi kerjanya rendah.
Pegawai dapat bekerja secara propesional karena pada dirinya
terdapat motivasi yang tinggi. Pegawai yang memiliki motivasi yang tinggi
biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan
energik karena ada motif-motif dan tujuan tertentu yang melatarbelakangi
tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong yang member
kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan rela bekerja keras.
59
Pernyataan di atas didukung pernyataan Nawawi : “Pekerja yang
berprestasi tinggi menyukai informasi sebagai umpan balik, karena selalu
terdorong untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatannya dalam
bekarja. Dengan demikian peluangnya untuk meningkatkan prestasi kerja
akan lebih besar.” (Nawawi 2005 : 355).
Dari uraian di atas maka terdapat keterkaitan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru. Artinya makin tinggi motivasi kerja seorang guru
maka makin tinggi pula hasil kinerja guru tersebut dan sebaliknya guru
yang kinerjanya rendah disebabkan motivasi kerjanya rendah.
2.2.6 Keterkaitan Disiplin Kerja dan Kinerja
Di dalam seluruh aspek kehidupan, dimanapun kita berada,
dibutuhkan peraturan dan tata tertib yang mengatur dan membatasi setiap
gerak dan perilaku. Peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya jika
tidak ada komitmen dan sangsi bagi pelanggarnya.
Disiplin di lingkungan kerja sangat dibutuhkan, karena akan
menghambat pencapaian tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu,
pegawai dengan disiplin kerja yang baik, berarti akan dicapai pula suatu
keuntungan yang berguna baik bagi perusahaan maupun pegawai itu
sendiri. Selain itu, perusahaan harus mengusahakan agar peraturan itu
bersifat jelas, mudah dimengerti, adil bagi seluruh karyawan dan
pimpinan.
Menurut Simamora (2006 : 610) menyatakan bahwa : “Disiplin
adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena
melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk
60
pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur serta
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.”
Keith Davis (2003 : 129) menyatakan disiplin kerja sebagai
pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
dipandang erat keterkaitannya dengan kinerja. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja
berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap
kinerja.
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat keterkaitan antara
disiplin kerja dengan kinerja guru. Artinya makin tinggi disiplin kerja
seorang guru maka makin tinggi pula hasil kinerja guru tersebut. Demikian
pula sebaliknya makin rendah disiplin kerja seorang guru maka makin
rendah pula kinerja guru tersebut.
2.2.7 Keterkaitan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan
Disiplin Kerja dengan Kinerja.
Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan lulusan yang dapat
bersaing dengan sekolah-sekolah unggul lainnya, merupakan salah satu
tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan sumber daya
manusia dengan kinerja yang berkualitas. Terwujudnya kinerja yang
berkualitas sangat ditentukan oleh manajemen yang baik dan benar.
Pengelola manajemen sekolah dimotori oleh kepala sekolah. Kepala
sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberdayakan tenaga kependidikan agar dapat bekerja secara
optimal.
Tabrani Rusyan (2000) mengungkapkan bahwa :
61
Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi
peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa.
Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat
penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga
produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam
arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan
kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya
untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah
digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa
meningkat.
Pada bagian lain berdasarkan hasil penelitian Mc. Clelland, Edward
Murray, Miller dan Gordon W. yang dikutif Mangkunegara (2005 : 104),
menyimpulkan ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi
dengan pencapaian kinerja/prestasi kerja. Artinya pimpinan, manajer, dan
pegawai mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai prestasi
yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah dikarenakan
motivasi kerjanya rendah.
Guru yang telah memiliki motivasi instrinsik dan ekstrinsik akan
lebih berprestasi apabila ditambah dengan disiplin kerja yang baik. Keith
Davis (2003 : 129) menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan
manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman dipandang erat
keterkaitannya dengan kinerja. Pernyataan tersebut didukung oleh
pendapat Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja berkaitan erat dengan
perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja. Kinerja guru dapat
62
dilihat dari keberhasilan guru dalam menjalankan tugas utamanya.
Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa :
“Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.”
Dari uraian kerangka berfikir di atas dijelaskan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja diduga
berpengaruh pada peningkatan kinerja guru yang dapat digambarkan
dalam model kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan kepala sekolah (X1) 1. Kepala sekolah sbg edukator2. Kepala sekolah sbg manajer3. Kepala sekolah sbg administrator4. Kepala sekolah sbg supervisor5. Kepala sekolah sbg leader6. Kepala sekolah sbg inovator7. Kepala sekolah sbg motivator(Mulyasa, 2009 : 90)
Motivasi kerja (X2)1. Faktor motivasional2. Faktor pemeliharaan(Teori dua faktor Herzberg dalam Gibson 1997)
Disiplin kerja (X3)1. Ketepatan waktu
2. Kesadaran dalam bekerja
3. Kepatuhan pada peraturan
(Fathoni, 2006 : 172)
Kinerja Guru :- Mendidik - Mengajar- Membimbing- Mengarahkan- Melatih
- Menilai
- Mengevaluasi(UU Guru dan Dosen)
A. Tabrani R
Daniel Goleman dalam Martinis Yamin
Malthis dan Jackson
63
2.3 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan
dalam penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis berikut :
1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
2. Terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
3. Terapat pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri
1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
4. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja
dan disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian diselenggarakan di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga
bulan dengan rincian waktu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
BulanNo Kegiatan Des ‘10 Jan‘11 Peb‘11 Mart‘111. Persiapan penyusunan
proposalv
2. Penyusunan proposal penelitian dan bimbingan
v
3. Seminar Usulan Penelitian, penyempurnaan materi penelitian dan bimbingan
v
4. Penyusunan bab I – III, penyusunan instrumen penelitian dan bimbingan
v
5. Pengumpulan data v6. Pengolahan data dan
penyusunan bab IV – V dan bimbingan
v
7. Pelaporan hasil penelitian dan ujian siding
v
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Istijanto (2005 : 109), polpulasi merupakan jumlah
keseluruhan semua anggota yang diteliti. Berkaitan dengan penelitian
yang akan dilakukan, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 63
orang termasuk Kepala Sekolah dan guru tidak tetap (GTT).
65
Mempertimbangkan jumlah populasi di bawah seratus orang maka
penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai responden, artinya
teknik sampling yang diambil adalah teknik sensus.
3.3 Desain Penelitian
Menurut Supranto (2001 : 237) desain penelitian pada dasarnya
untuk menentukan metode apa saja yang akan dipergunakan dalam
penelitian. Sedangkan Fred N. Kerlingger (2004 : 483) mengungkapkan
bahwa desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana
dan struktur (model/paradigma) penyelidikan yang disusun sedemikian
rupa untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode analisis
deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta
saat ini dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah adalah
untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan current status dari subyek yang diteliti dan menggunakan metode
kuantitatif untuk mencari pengaruh antar variabel yang diteliti.
Pemilihan metode ini didasarkan pada keinginan peneliti untuk
mendapatkan gambaran mengenai kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja, disiplin kerja dan kinerja guru SMPN 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat, serta pengaruhnya baik langsung maupun tidak langsung
dari variabel-variabel penelitian yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi sebagai variabel bebas
(independent variable) yang selanjutnya diberi notasi X1.
66
2. Motivasi kerja berfungsi sebagai variabel bebas (independent
variable) yang selanjutnya diberi notasi X2.
3. Disiplin kerja berfungsi sebagai variabel bebas (independent
variable) yang selanjutnya diberi notasi X3
4. Kinerja guru berfungsi sebagai variabel terikat (dependent
variable) yang selanjutnya diberi notasi Y
Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan akan
diperoleh data yang hasilnya akan diolah dan dianalisis serta akhirnya
ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat akan berlaku bagi
seluruh populasi yang menjadi obyek penelitian.
Menurut ketentuan dalam Panduan Penyusunan Skripsi dan Tesis
bagi Mahasiswa S1 dan S2 di Lingkungan STIE Pasundan (2005 : 31)
bahwa dalam penelitian seharusnya ditentukan atau dinyatakan taraf
kepercayaan (confindence level) pada pengujian yang dilakukan. Oleh
karena itu, peneliti menetapkan dalam penelitian ini menggunakan taraf
signifikansi α = 0,05 (5%). Artinya tingkat kepercayaan pengujiannya
adalah 95 %.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Untuk memperjelas dalam pengumpulan data dan pengujian
hipotesis perlu dikemukakan batasan-batasan konsep variabel, dimansi
(subvariabel) dan indikator-indikatornya. Hal ini untuk memudahkan jenis
data primer dan / atau sekunder, sifat data kualitatif dan / atau kuantitatif
dan skala ukurannya nominal/ordinal/ratio, yang dapat dinyatakan sebagai
berikut :
67
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Konsep Teoritis Dimensi Indikator Variabel Skala
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendo-rong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tuju-an dan sasaran sekolahnya melalui program - program yang dilaksanakan secara terencana dan terarah.(Mulyasa, 2009 : 90)
1. Kepala sekolah sebagai educator
2. Kepala sekolah sebagai manajer
3. Kepala sekolah sebagai administrator
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
5. Kepala sekolah sebagai leader
6. Kepala sekolah sebagai innovator
7. Kepala sekolah sebagai motivator
1. Memberikan pembinaan kepada guru
2. Memberikan pembinaan kepada siswa
3. Membuat visi dan misi4. Pemberdayaan guru
pada pelaksanaan program
5. Melakukan pengawasan program
6. Melakukan evaluasi program
7. Pengadministrasian pelaksanaan program
8. Pendokumentasian hasil pelaksanaan program
9. Membuat program supervisi
10. Melaksanakan supervisi
11. Memberikan keteladanan kepada guru
12. Memberi keputusan yang tepat
13. Memberikan gagasan baru dalam kegiatan pembelajaran
14.Memberikan penghar gaan dan sangsi kepada guru
15. Menciptakan suasana kerja yang kondusif
Ordinal
68
Motivasi kerja (X2)
Suatu proses yang mulai dilakukan oleh seseorang karena adanya kebutuhan psikologis dan fisiologis sehingga menggerakkan perilaku atau dorongan untuk mencapai tujuan. (Teori dua faktor, Herzberh dalam Gibson, 1997)
1. Faktor motivasional
2. Faktor pemeliharaan
1. Kesempatan untuk berprestasi
2. Pengakuan dari teman sejawat
3. Merasa bangga dengan pekerjaan sebagai guru
4. Tanggung jawab atas pekerjaannya
5. Pekerjaan itu sendiri6. Kesempatan untuk
meningkatkan karir
1. Gaji atau honor yang diterima
2. Kondisi kerja yang menyenangkan
3. Kebijakan pimpinan sekolah
4. Hubungan antar pribadi
Ordinal
Disiplin Kerja (X3)
Sikap kesadaran dan kesediaan se- seorang men-taati semua peraturan per- usahaan (or- ganisasi) dan norma-norma sosial yang berlaku(Fathoni, 2006 : 172)
1. Ketepatan Waktu
2. Kesadaran dalam bekerja
3. Kepatuhan pada Peraturan
1. Tepat waktu2. Efisien
1. Tingkat kehadiran2. Paham tugas3. Tanggung Jawab4. Pelaksanaan tugas5. Kerjasama
1. Taat pada aturan2. Sangsi
Ordinal
Kinerja Guru (Y) Pendidik
professional dengan tugas utama mendidik mengajar, mem bimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidik an anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidik an dasar dan pendidikan menengah. (UU Guru dan Dosen, 2005:2)
1. Mendidik
2. Mengajar
3. Membimbing
4. Mengarahkan
5. Melatih
6. Menilai
7. Mengevaluasi
1. Mendidik ahlak Siswa
2. Membuat perencanaan pembelajaran
3. Melaksanakan pembelajaran
4. Membimbing seluruh siswa
5. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
6. Mengarahkan siswa dalam belajar
7. Melatih kemampuan siswa
8. Menilai hasil kerja siswa
9. Melaksanakan evaluasi pembelajaran
Ordinal
69
3.5 Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yag digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey, yaitu teknik pengumpulan dan analisis data berupa
opini dari subyek yang diteliti melalui kuesioner, wawancara dan
observasi.
Kuesioner dimaksudkan untuk mencari data primer tentang
kepemimpinan, disiplin, motivasi dan kinerja guru. Wawancara dengan
pimpinan dan karyawan di lingkungan obyek penelitian dimaksudkan
untuk mengumpulkan data yang tidak diperoleh oleh data hasil kuesioner
sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati secara spesifik perilaku
dari variabel yang sedang diteliti. Observasi juga dilakukan dalam upaya
mendapatkan data-data umum lainnya tentang organisasi yang diteliti.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner dimaksudkan
untuk menjaring data tentang kepemimpinan, disiplin, motivasi dan kinerja
guru. Sementara wawancara dimaksudkan untuk menjaring data keempat
variabel penelitian yang tidak dapat dijaring dengan teknik kuesioner.
Kelengkapan data juga ditunjang oleh observasi.
Dalam penyusunan instrumen digunakan dari model Rensis Likert
yakni dengan option Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup Setuju (CS),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing option
diberikan bobot mulai dari 5 untuk sangat setuju hingga bobot 1 untuk
70
option sangat tidak setuju. Nur Indriantoro (2002 : 99) mengkatagorikan
sifat data tersebut ke dalam skala interval.
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan skala likert (ordinal)
dengan metode rating yang dijumlahkan.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuntadi (2002 : 57) berpendapat agar hasil penelitian valid dan
reliabel, butir-butir pertanyaan dalam kuesioner perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang
digunakan sudah tepat mengukur apa yang seharusnya diukur atau
belum, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu
test, maka alat test tersebut akan semakin tepatmengenai sasaran.
Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi. Oleh karena itu,
untuk menguji validitas dilakukan dengan teknik korelasi item total yang
merupakan dasar dari korelasi pearson.
Adapun rumus korelasi pearson adalah :
r xy=N Σ XY−(Σ X )(ΣY )
√ {N Σ X 2−(Σ X )2 }{N ΣY 2− (ΣY )2
Keterangan :
r = korelasi validitas item yang dicari
x = skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
y = skor total yang diperoleh subyek dari seluruh item
71
Σx = jumlah skor dalam distribusi x
Σy = jumlah skor dalam distribusi y
Σx2= jumlah kuadrat skor dalam distribusi x
Σy2= jumlah kuadrat skor dalam distribusi y
N = jumlah responden
Menurut Sugiono, bila korelasi tiap faktor (r xy) tersebut positif dan
besarnya > 0,3 maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat
(valid), demikian pula sebaliknya, jika r xy < 0,3 maka dikatakan tidak valid.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan
pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur terpercaya (reliable).
Untuk uji reliabilitas digunakan metode belah dua (Split Half
Method) dari Spearman Brown. Metode belah dua ini dilakukan dengan
cara membagi instrument menjadi dua belahan, bisa ganjil-genap dan bisa
pula belahan pertama dan kedua dengan rumus :
r11 = 2 rb
1+rb
Keterangan ;
r11 = reliabilitas internal seluruh instrument
rb = korelasi product moment antara belahan kesatu dan kedua
kemudian dikorelasikan dengan rumus yang sama seperti uji validitas.
r xy=N Σ XY−(Σ X )(ΣY )
√ {N Σ X 2−(Σ X )2 }{N ΣY 2− (ΣY )2
72
Jika r xy > 7, maka instrument tersebut dikatakan reliabel. Demikian bila
sebaliknya, jika r xy < 7 maka dikatakan tidak reliabel
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif.
Teknik analisis deskriptip digunakan untuk mendeskripsikan variabel
kepemimpinan kepala sekolah (X1), motivasi kerja (X2), disiplin kerja (X3),
dan kinerja guru (Y) dengan cara menghitung rata-rata masing-masing
variabel penelitian.
Tabel 3.3Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Rata-Rata Skor Penafsiran
4,2 – 5,0 Sangat baik
3,4 – 4,1 Baik
2,6 – 3,3 Cukup Baik
1,8 – 2,5 Kurang baik
1,0 – 1,7 Sangat kurang baik
3.9 Teknik Analisis Jalur (Jalur Path)
Gambar 3.1 Diagram Jalur
rX1 X2
ρYε
Є1
X1
X2
X3
Y
rX2 X3
ρY X1
ρ y x3
rX1 X3
ρY X2
73
Keterangan :
X1 = Kepemimpinan kepala sekolah
X2 = Motivasi kerja
X3 = Disiplin kerja
Y = Kinerja guru
rX1 X2 = korelasi X1 dan X2
rX1 X3 = korelasi X1 dan X3
rX2 X3 = korelasi X2 dan X3
ρ y x1= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung
X1 terhadap Y
ρ y x2= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung
X2 terhadap Y
ρ y x3 = koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung
X3 terhadap Y
ρYε= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung ε
terhadap Y
ε = variabel lain yang tidak diukur tetapi mempengaruhi Y
Gambar di atas adalah diagram variabel yang mencerminkan
hubungan antar variabel dan pengaruh variabel X terhadap variabel Y,
gambar di atas menunjukkan bahwa antara X1 dengan Y, X2 dengan Y,
serta X3 dengan Y merupakan hubungan kausal, sementara hubungan X1,
X2 , X3 merupakan hubungan korelasional.
Persamaan struktur yang dibentuk adalah :
Y = ρ y x1X1+¿ ρ y x2
X2 + ρ y x3X3 + ε
74
3.10 Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : ρ y x1≠ ρ y x2≠ ρ y x3 ≠ 0
Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan
disiplin kerja terhadap kinerja guru SMPN 1 Cisarua.
Pengaruh X1 terhadap Y
Hi : ρ y x1≠ 0 : kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap
kinerja guru SMPN 1 Cisarua
Pengaruh X2 terhadap Y
Hi : ρ y x2≠ 0 : motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru
SMPN 1 Cisarua
Pengaruh X3terhadap Y
Hi : ρ y x3 ≠ 0 : disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja guru
SMPN 1 Cisarua
Pengujian hipotesis tidak dilakukan secara statistik dengan uji F
dan uji t karena penelitian yang dilakukan melibatkan seluruh anggota
populasi atau bersifat sensus. Hipotesis yang diajukan dijawab dari hasil
perhitungan koefisien jalur yang diperoleh.
Jika hasil perhitungan koefisien jalur dari kepemimpinan kepala
sekolah ke kinerja guru, motivasi kerja ke kinerja guru dan disiplin kerja ke
kinerja guru tidak sama dengan nol, maka hipotesis yang diajukan
semuanya diterima, dan sebalikya.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat berdiri mulai
tahun 1961. Pertama beroperasi menginduk ke SMP Negeri 1 Cimahi dan
menggunakan lokal Sekolah Dasar Garuda. Pada tahun 1964 menjadi
sekolah mandiri dan lepas dari SMP Negeri 1 Cimahi.
Selama kurun waktu kurang lebih 49 tahun telah terjadi
pergantian pimpinan sebanyak 13 kepala sekolah. Setiap pimpinan yang
menjabat di SMPN 1 Cisarua umumnya mempunyai komitmen untuk
memajukan sekolah diberbagai sector. Hasilnya terlihat pada
perkembangan fisik maupun non-fisik. Disektor fisik misalnya sarana
ruang belajar yang pada awalnya kegiatan operasional sekolah ini hanya
memiliki 6 lokal, kini telah menjadi 29 ruang belajar ditambah sarana fisik
lainnya seperti ruang keterampilan, ruang komputer, laboratorium fisika
dan biologi, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang TU dan
ruang guru yang representatif serta sarana-sarana lainnya. Di sektor non-
fisik juga mengalami peningkatan baik dari segi prestasi akademis
maupun non-akademis yang berhasil diraih oleh siswa-siswi terbaik
alumni SMP Negeri Cisarua dari masa ke masa.
SMP Negeri Cisarua yang terletak di jalan Kolonel Masturi no.
312 Kabupaten Bandung Barat ini berdiri di atas tanah seluas 11.043 m².
Letak sekolah sangat strategis berada di pinggir jalan kabupaten dan
76
dilalui kendaraan umum dari arah Cisarua-Cimahi maupun Cisarua-
Padalarang.
SMP Negeri 1 Cisarua mulai tahun 2004 telah berpredikat
sebagai “Sekolah Potensial” dan sejak tahun 2008 telah berubah menjadi
“Rintisan Sekolah Berstandar Nasional (RSSN)”. Dengan predikat tersebut
pihak sekolah terus mengadakan penataan di berbagai sektor yaitu untuk
memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan (Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana,
Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar
Evaluasi).
Jika 8 standar di atas telah terpenuhi maka SMP Negeri 1
Cisarua selanjutnya menjadi sekolah berstandar nasional (SSN).
SMP Negeri 1 Cisarua pada tahun pelajaran 2010 / 2011
memiliki 29 rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 989 orang,
jumlah tenaga pengajar sebanyak 63 orang dan staf tata usaha 19 orang.
Sejak tahun 1964 sampai dengan saat ini yang telah ditugaskan menjadi
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua sudah 13 orang.
Daftar nama kepala sekolah sejak didirikan sampai dengan
sekarang sebagai berikut :
No. Periode Tahun Nama Kepala Sekolah
1 1964 – 1968 Saleh Ma’ruf, BA
2 1968 – 1971 Mohamad Wasid, SH
3 1971 – 1977 Maulana Ismail, BA
4 1977 – 1983 H. Ajab Riatna
5 1983 – 1987 H. A. Subandar
77
6 1987 – 1988 Drs. H. Didi S. Hasbiadi
7 1988 – 1988 Endang Dahlan, BA
8 1988 – 1990 Drs. Ubes Sumantri
9 1990 – 1993 Oman Jaskim
10 1993 – 1996 Drs. Toto Suhartoyo
11 1996 – 2000 Drs. H. Yaya Masria
12 2000 – 2003 Drs. H. Nandang Sukmana
13 2003 – sekarang Drs. H. Dudi Susbandi KM.
SMP Negeri 1 Cisarua memiliki visi, misi, tujuan sekolah dan
profil sekolah sebagai berikut :
a. Visi
“Terampil, Berprestasi, Berwawasan IPTEK, Unggul dalam Seni
Budaya Dilandasi Iman dan Taqwa”
Indikator :
1. Terwujudnya peningkatan prestasi akademis dari tahun ke tahun
2. Terwujudnya sistem pembelajaran yang inovatif, efektif dan
efisien
3. Terwujudnya tingkat kedisiplinan warga sekolah
4. Terwujudnya lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan
religious
5. Terampil menggunakan media IPTEK
6. Terwujudnya prestasi siswa dalam bidang seni sebagai program
unggulan
7. Terciptanya kesempatan warga sekolah untuk mengembangkan
diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
78
b. Misi
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara optimal
2. Mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, menyenangkan dan berwawasan ke depan
3. Menerapkan tata tertib sekolah secara optimal
4. Mewujudkan suasana lingkungan sekolah yang berwawasan
Wiyata Mandala
5. Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran komputer dan internet
6. Mewujudkan kemampuan seni yang tangguh dan kompetitif
7. Mewujudkan peningkatan kualitas SDM seluruh warga sekolah
Tujuan Sekolah
1. Menghasilkan peningkatan rata-rata skor GSA + 1,00
2. Menghasilkan peningkatan SKBM seluruh mata pelajaran sampai
dengan 85%
3. Menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap, muktahir dan
berwawasan ke depan
4. Mencapai profesionalisme guru dalam pembelajaran CTL
5. Menghasilkan warga sekolah yang berdisiplin tinggi
6. Mencapai suasana lingkungan sekolah yang aman dan nyaman
7. Menghasilkan warga sekolah yang taat beribadah
8. Seluruh warga sekolah dapat menggunakan komputer dan internet
sebagai sumber belajar
9. Menghasilkan tim kesenian yang mampu tampil pada kegiatan
setingkat kabupaten
79
10.Memiliki tim olah raga yang siap menjadi juara tingkat kabupaten
11.Pencapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi :
semua guru berkualifikasi S1, telah mengikuti PTBK, semua
mengajar sesuai bidangnya, dll
12.Menghasilkan lulusan yang mampu berkompetensi dijenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
4.1.2 Profil Sekolah
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Cisarua
2. Alamat :
Jalan : Jl. Kolonel Masturi no 312
Desa : Kertawangi
Kecamatan : Cisarua
Kabupaten : Bandung Barat
Provinsi : Jawa Barat
No. Telepon : 022- 2700003
4. Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Dudi Susbandi KM
5. NSS : 201020802005
6. Jenjang Akreditasi : A
7. Kategori Sekolah : RSSN
8. Tahun Didirikan : 1961
9. Tahun Operasional : 1961
10. Kepemilikan Tanah
Luas Tanah
:
:
Hak guna pakai tidak terbatas
6000 m2
11. Status Bangunan : Milik Pemerintah
80
Surat Izin Bangunan
Luas Seluruh Bangunan
:
:
3.405 m2
Tabel 4.1
Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Cisarua 3 Tahun Terakhir
TahunPelajaran
JumlahPendaftar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah KelasJumlah Jumlah Jumlah VII+VIII+IX
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel2008/ 2009
415 387 9 459 9 436 9 1282 27
2009/ 2010
500 324 9 376 9 445 9 1145 27
2010/ 2011
435 315 9 310 9 364 9 989 27
Sumber Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
4.1.3 Profil Responden
Tabel 4.2Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase1. Laki-laki 15 23.82. Perempuan 48 76.2
Jumlah 63 100.0Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Dari data pada tabel 4.2 terlihat bahwa guru-guru di SMPN 1
Cisarua lebih banyak didominasi oleh guru perempuan (76.2%)
Tabel 4.3Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
81
No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase1. SMA 3 4.802. D1 2 3,203 D3 10 15.904 PGSLP 2 3.205 S1 46 73.00
JUMLAH 63 100.00Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Dari data tabel 4.3 terlihat bahwa guru yang memiliki tingkat
pendidikan S1 berjumlah 46 orang (73.00%) artinya lebih banyak
dibandingkan dengan yang berpendidikan yang lainnya.
Tabel 4.4Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah Prosentase1. < 5 Tahun 6 9.522. 6 – 10 Tahun 3 4.763. 11 – 15 Tahun 4 6.354. 16 – 20 Tahun 15 23.815. > 20 Tahun 35 55.56
Jumlah 63 100.00
Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa komposisi masa kerja guru SMPN 1
Cisarua sebanyak 35 orang atau 55,56 % memiliki masa kerja lebih dari
20 tahun.
Tabel 4.5Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Prosentase1. 25 – 29 Tahun 6 9.522. 30 - 35 Tahun 3 4.763. 36 - 40 Tahun 2 3.174. > 40 Tahun 52 82.54
Jumlah 63 100.00Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
82
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa jumlah responden yang paling banyak
berusia lebih dari 40 tahun.
Tabel 4.6Jumlah Responden Berdasarkan Pangkat dan Golongan
No Pangkat/Golongan Jumlah Prosentase1. Pembina TK 1 / IVb 0 02. Pembina / IVa 57 90.53. Penata TK I / IIId 0 04. Penata / IIIc 0 05. Penata Muda TK I / IIIb 3 4.86. Penata Muda / IIIa 3 4.8
Jumlah 63 100.0Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pangkat/golongan responden
terbanyak adalah Pembina/IVa yaitu sebanyak 57 orang (90.5%).
4.2 Uji Istrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan instrumen
berupa kuesioner yang terdiri dari variabel kepemimpinan kepala sekolah
sebanyak 18 item, motivasi kerja 15 item, disiplin kerja 15 item dan kinerja
guru 20 item pernyataan.
4.2.1 Uji Validitas
Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item,
artinya mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor item. Menurut Sugiyono (2005) bahwa item yang
mempunyai korelasi positif dengan skor total korelasi yang tinggi,
menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.
83
Persyaratan minimum agar dapat dianggap valid apabila r = 0,3
sehingga apabila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3
maka item dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Adapun hasil
uji coba mengenai tingkat validitas butir pernyataan disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.7Hasil Uji Validitas Item Variabel Kepemimpinan Kepala sekolah (X1)
No Item Tingkat Validitas Keterangan
X1 _1 0.680 ValidX1 _2 0.452 ValidX1 _3 0.471 ValidX1 _4 0.661 ValidX1 _5 0.672 ValidX1 _6 0.630 ValidX1 _7 0.623 ValidX1 _8 0.557 ValidX1 _9 0.599 ValidX1 _10 0.620 ValidX1 _11 0.576 ValidX1 _12 0.512 ValidX1 _13 0.422 ValidX1 _14 0.439 ValidX1 _15 0.460 ValidX1 _16 0.437 ValidX1 _17 0.487 ValidX1 _18 0.503 Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel kepemimpinan kepala sekolah berada di
atas 0,3 maka semua item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan
layak untuk diolah sebagai data penelitian.
84
Tabel 4.8Hasil Uji Validitas Item Variabel Motivasi Kerja (X2)
No Item Tingkat Validitas KeteranganX2 _1 0.606 ValidX2 _2 0.583 ValidX2 _3 0.672 ValidX2 _4 0.653 ValidX2 _5 0.716 ValidX2 _6 0.718 ValidX2 _7 0.625 ValidX2 _8 0.607 ValidX2 _9 0.442 ValidX2 _10 0.711 ValidX2 _11 0.729 ValidX2 _12 0.659 ValidX2 _13 0.688 ValidX2 _14 0.549 ValidX2 _15 0.630 Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel motivasi kerja berada di atas 0,3. maka
semua item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah
sebagai data penelitian.
Tabel 4.9Hasil Uji Validitas Item Variabel Disiplin Kerja (X3)
No Item Tingkat Validitas KeteranganX3 _1 0.746 ValidX3 _2 0.764 ValidX3 _3 0.788 ValidX3 _4 0.802 ValidX3 _5 0.686 ValidX3 _6 0.819 ValidX3 _7 0.791 ValidX3 _8 0.826 ValidX3 _9 0.831 ValidX3_10 0.809 ValidX3 _11 0.863 Valid
85
X3 _12 0.876 ValidNo Item Tingkat Validitas KeteranganX3 _13 0.810 ValidX3 _14 0.818 ValidX3 _15 0.836 Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel disiplin kerja berada di atas 0,3, maka
semua item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah
sebagai data penelitian.
Tabel 4.10Hasil Uji Validitas Item Variabel Kinerja Guru (Y)
No Item Tingkat Validitas KeteranganY _1 0.654 ValidY _2 0.650 ValidY _3 0.675 ValidY _4 0.684 ValidY _5 0.560 ValidY _6 0.550 ValidY _7 0.713 ValidY _8 0.652 ValidY _9 0.707 ValidY_10 0.695 ValidY _11 0.698 ValidY _12 0.714 ValidY _13 0.695 ValidY _14 0.667 ValidY _15 0.465 ValidY _16 0.487 ValidY _17 0.597 ValidY _18 0.470 ValidY _19 0.496 ValidY _20 0.403 Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel kinerja guru berada di atas 0,3, maka
semua item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah
sebagai data penelitian.
86
Berdasarkan tabel 4.7 sampai dengan tabel 4.10 diperoleh
informasi mengenai tingkat validitas, bahwa seluruh item dinyatakan valid
dan digunakan untuk penelitian. Hasil pengujian secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran rekapitulasi tingkat validitas item pernyataan
instrument penelitian disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4. 11
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Item Pernyataan Instrumen
Kuesioner Variabel Valid Tidak Valid Total
Jml % Jml % Jml %
Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X1)
18 100% 0 0% 18 100%
Motivasi Kerja (X2) 15 100% 0 0% 15 100%
Disiplin Kerja (X3) 15 100% 0 0% 15 100%
Kinerja Guru (Y) 20 100% 0 0% 20 100%
Jumlah 68 100% 0 0% 68 100%
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Berdasarkan data tabel di atas, ternyata seluruh item pernyataan
merupakan item yang terpilih dan dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data (kuesioner).
4.2.2 Uji Reliabilitas
Dari pengujian reliabilitas teknik split half dengan koefisien internal
Spearman Brown nampak bahwa masing-masing instrumen pengukuran
adalah reliabel sesuai dengan yang direkomendasikan Sugiyono (2004 :
178) yang menyatakan bahwa batas minimum reliabilitas yang dapat
diterima adalah koefisien positif.
87
Reliabilitas untuk kuesioner masing-masing variabel disajikan pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Reliabilitas Kriteria
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) 0,954 Reliabilitas Tinggi
Motivasi Kerja (X2) 0,935 Reliabilitas Tinggi
Disiplin Kerja (X3) 0,986 Reliabilitas Tinggi
Kinerja Guru (Y) 0,949 Reliabilitas Tinggi
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) adalah
0,954 dengan kriteria reliabilitas tinggi, variabel motivasi kerja (X2) adalah
0,935 dengan kriteria reliabilitas tinggi, variabel disiplin kerja (X3) adalah
0,986 dengan kriteria reliabilitas tinggi, dan variabel kinerja guru (Y)
adalah 0,949 dengan kriteria reliabilitas tinggi.
4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.3.1 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kepemimpinan
Kepala Sekolah di SMPN 1 Cisarua
Bagian ini akan menguraikan bagaimana gambaran mengenai
kepemimpinan kepala sekolah di SMPN 1 Cisarua. Gambaran mengenai
hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan responden sebagai berikut :
88
Tabel 4.13Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui rapat
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 19 95 30.16
Setuju 4 29 116 46.03Kurang Setuju 3 15 45 23.81Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 256 100.00
Rata-Rata Skor 4,06Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada
guru melalui rapat, yakni sebanyak 30.16% menyatakan sangat setuju,
46.03% menyatakan setuju, dan 23.81% menyatakan kurang setuju,
dengan rata-rata skor sebesat 4.06
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui
rapat, berada pada kategori baik.
Tabel 4.14Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui pembinaan perorangan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
Setuju 4 24 96 38.10Kurang Setuju 3 16 48 25.40Tidak Setuju 2 9 18 14.29
Sangat Tidak Setuju 1 8 8 12.70Jumlah 63 200 100.00
89
Rata-Rata Skor 3.17
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melakukan pembinaan kepada
guru melalui pembinaan perorangan, yakni sebanyak 9.52% menyatakan
sangat setuju, 38.10% menyatakan setuju, 25.40% menyatakan kurang
setuju, 14.29% menyatakan tidak setuju, 12.70% sangat tidak setuju,
dengan rata-rata dengan rata-rata skor sebesat 3,17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui
pembinaan perorangan, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.15Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melaksanakan pembinaan kepada siswamelalui upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 17 85 26.98
Setuju 4 30 120 47.62Kurang Setuju 3 13 39 20.63Tidak Setuju 2 3 6 4.76
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 250 100.00
Rata-Rata Skor 3.97
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melaksanakan pembinaan kepada
siswa melalui upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin, yakni
sebanyak 26.98% menyatakan sangat setuju, 47.62% menyatakan setuju,
dan 20.63% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 3.97 .
90
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melaksanakan pembinaan kepada siswa
melalui upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin, berada
pada kategori baik.
Tabel 4.16Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah membuat perencanaan visi dan misi secara matangPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 12 60 19.05Setuju 4 34 136 53.97
Kurang Setuju 3 17 51 26.98Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 247 100.00
Rata-Rata Skor 3.92
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah membuat perencanaan visi dan
misi secara matang, yakni sebanyak 19.05% menyatakan sangat setuju,
53.97% menyatakan setuju, dan 26.98% menyatakan kurang setuju,
dengan rata-rata 3.92.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah membuat perencanaan visi dan misi secara
matang, berada pada kategori baik.
Tabel 4.17Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberdayakan guru sebagai tim kerjadalam pelaksanaan program kegiatan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 14 70 22.22
Setuju 4 26 104 41.27Kurang Setuju 3 17 51 26.98Tidak Setuju 2 6 12 9.52
91
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 237 100.00
Rata-Rata Skor 3.76
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah memberdayakan guru sebagai tim
kerja dalam pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak 22.22%
menyatakan sangat setuju, 41.27% menyatakan setuju, 26.98%
menyatakan kurang setuju, dan 9.52% menyatakan tidak setuju, dengan
rata-rata sebesar 3.76.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah memberdayakan guru sebagai tim kerja dalam
pelaksanaan program kegiatan, berada pada kategori baik.
Tabel 4.18Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program kegiatan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 20 100 31.75
Setuju 4 26 104 41.27Kurang Setuju 3 17 51 26.98Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 255 100.00
Rata-Rata Skor 4.05
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah senantiasa melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak
92
31.75% menyatakan sangat setuju, 41.27% menyatakan setuju, 26.98%
menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 4.05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah senantiasa melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan program kegiatan, berada pada kategori baik
Tabel 4.19Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah pelaksanaan program kegiatan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 17 85 26.98
Setuju 4 26 104 41.27Kurang Setuju 3 20 60 31.75Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 249 100.00
Rata-Rata Skor 3.95
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melakukan evalusi setelah
pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak 26.98% menyatakan
sangat setuju, 41.27% menyatakan setuju, 31.75% menyatakan kurang
setuju, dengan rata-rata 3.95.
93
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan evaluasi setelah pelaksanaan
program kegiatan, berada pada kategori baik.
Tabel 4.20Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan solusi perbaikan untuk program berikutnya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 24 120 38.10
Setuju 4 22 88 34.92Kurang Setuju 3 17 51 26.98Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 259 100.00
Rata-Rata Skor 4.11Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melakukan solusi perbaikan untuk
program berikutnya, yakni sebanyak % menyatakan sangat setuju, %
menyatakan setuju, % menyatakan kurang setuju, % menyatakan tidak
setuju, % sangat tidak setuju, dengan rata-rata .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan solusi perbaikan untuk program
berikutnya, berada pada kategori baik.
Tabel 4.21Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pengadministrasianpelaksanaan program kegiatan
94
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 18 90 28.57
Setuju 4 28 112 44.44Kurang Setuju 3 17 51 26.98Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 253 100.00
Rata-Rata Skor 4.02
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melakukan pengadministrasian
pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak 28.57% menyatakan
sangat setuju, 44.44% menyatakan setuju, 26.98% menyatakan kurang
setuju, dengan rata-rata 4.02.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pengadministrasian pelaksanaan
program kegiatan, berada pada kategori baik
Tabel 4.22Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pendokumentasian hasil pelaksanaan program kegiatan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 18 90 28.57
Setuju 4 27 108 42.86Kurang Setuju 3 18 54 28.57Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 252 100.00
Rata-Rata Skor 4.00
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melakukan pendokumentasian
hasil pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak 28.57% menyatakan
95
sangat setuju, 42.86% menyatakan setuju, 28.57% menyatakan kurang
setuju, dengan rata-rata 4.00.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pendokumentasian hasil
pelaksanaan program kegiatan, berada pada kategori baik.
Tabel 4.23Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah membuat program supervise
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 16 80 25.40
Setuju 4 32 128 50.79Kurang Setuju 3 15 45 23.81Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 253 100.00
Rata-Rata Skor 4.02
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah membuat program supervisi, yakni
sebanyak 25.40% menyatakan sangat setuju, 50.79% menyatakan setuju,
23.81% menyatakan kurang setuju, % sangat tidak setuju, dengan rata-
rata 4.02.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah membuat program supervisi, berada pada
kategori baik.
Tabel 4.24Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru yang mengajar di kelas
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
96
Sangat Setuju 5 14 70 22.22Setuju 4 32 128 50.79
Kurang Setuju 3 17 51 26.98Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 249 100.00
Rata-Rata Skor 3.95
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada
guru yang mengajar di kelas, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat
setuju, 50.79% menyatakan setuju, 26.98% menyatakan kurang setuju,
dengan rata-rata 3.95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru yang
mengajar di kelas, berada pada kategori baik.
Tabel 4.25Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah dapat memberi contoh keteladanan kepada guru
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 22 110 34.92
Setuju 4 25 100 39.68Kurang Setuju 3 16 48 25.40Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 258 100.00
Rata-Rata Skor 4.10
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah dapat memberi contoh keteladanan
kepada guru, yakni sebanyak 34.92% menyatakan sangat setuju, 39.68%
97
menyatakan setuju, 25.40% menyatakan kurang setuju,, dengan rata-rata
4.10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah dapat memberi contoh keteladanan kepada
guru, berada pada kategori baik
Tabel 4.26Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 20 100 31.75
Setuju 4 23 92 36.51Kurang Setuju 3 20 60 31.75Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 252 100.00
Rata-Rata Skor 4.00
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang
tepat, yakni sebanyak 31.75% menyatakan sangat setuju, 36.51%
menyatakan setuju, 31.75% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata
4.00.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat,
berada pada kategori baik
Tabel 4.27Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberikan gagasan-gagasan baru dalam proses pembelajaran
98
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 19 95 30.16
Setuju 4 26 104 41.27Kurang Setuju 3 18 54 28.57Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 253 100.00
Rata-Rata Skor 4.02
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah memberikan gagasan-gagasan
baru dalam proses pembelajaran, yakni sebanyak 30.16% menyatakan
sangat setuju, 41.27% menyatakan setuju, 28.57% menyatakan kurang
setuju, dengan rata-rata 4.02.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan gagasan-gagasan baru dalam
proses pembelajaran, berada pada kategori bai
Tabel 4.28Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 14 70 22.22
Setuju 4 28 112 44.44Kurang Setuju 3 21 63 33.33Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 245 100.00
Rata-Rata Skor 3.89
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah memberikan penghargaan kepada
guru yang berprestasi, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat setuju,
99
44.44% menyatakan setuju, 33.33% menyatakan kurang setuju, dengan
rata-rata 3.89.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru yang
berprestasi, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.29Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberikan sangsi kepada guruyang melanggar disiplin
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 14 70 22.22
Setuju 4 31 124 49.21Kurang Setuju 3 18 54 28.57Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 248 100.00
Rata-Rata Skor 3.94Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah memberikan sangsi kepada guru
yang melanggar disiplin, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat
setuju, 49.21% menyatakan setuju, 28.57% menyatakan kurang setuju,
dengan rata-rata 3.94.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan sangsi kepada guru yang
melanggar disiplin, berada pada kategori baik.
Tabel 4.30Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah menciptakan hubungan yang harmonis dengan guru
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
100
Sangat Setuju 5 18 90 28.57Setuju 4 29 116 46.03
Kurang Setuju 3 16 48 25.40Tidak Setuju 2 0 0 0.00
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 254 100.00
Rata-Rata Skor 4.03
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kepala sekolah menciptakan hubungan yang
harmonis dengan guru, yakni sebanyak 28.57% menyatakan sangat
setuju, 46.03% menyatakan setuju, 25.40% menyatakan kurang setuju,
dengan rata-rata 4.03 .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah menciptakan hubungan yang harmonis
dengan guru, berada pada kategori baik
4.3.2 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Motivasi Kerja di
SMPN 1 Cisarua
Bagian ini akan menguraikan bagaimana gambaran mengenai
motivasi kerja guru di SMPN 1 Cisarua. Gambaran mengenai hal tersebut
dapat dilihat dari tanggapan responden sebagai berikut :
Tabel 4.31Pendapat responden mengenai :
Saya diberi kesempatan untuk berprestasi
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 17 68 26.98
101
Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 14 28 22.22
Sangat Tidak Setuju 1 2 2 3.17Jumlah 63 198 100.00
Rata-Rata Skor 3.14
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya diberi kesempatan untuk berprestasi, yakni
sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 26.98% menyatakan setuju,
39.68% menyatakan kurang setuju, 22.22% menyatakan tidak setuju,
3.17% sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.14.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya diberi kesempatan untuk berprestasi, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.32Pendapat responden mengenai :
Teman sejawat memberi pengakuan terhadap prestasi kerja saya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 4 20 6.35
Setuju 4 17 68 26.98Kurang Setuju 3 30 90 47.62Tidak Setuju 2 10 20 15.87
Sangat Tidak Setuju 1 2 2 3.17Jumlah 63 200 100.00
Rata-Rata Skor 3.17
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : teman sejawat memberi pengakuan terhadap
prestasi kerja saya, yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju,
26.98% menyatakan setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju,
102
15.87% menyatakan tidak setuju, 3.17% sangat tidak setuju, dengan rata-
rata 3.17.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : teman sejawat memberi pengakuan terhadap prestasi kerja
saya, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.33Pendapat responden mengenai :
Saya merasa bangga dengan pekerjaan saya sebagai guru
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 13 52 20.63Kurang Setuju 3 38 114 60.32Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 205 100.00
Rata-Rata Skor 3.25Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya merasa bangga dengan pekerjaan saya
sebagai guru, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju,
20.63% menyatakan setuju, 60.32% menyatakan kurang setuju, 11.11%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.25.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya merasa bangga dengan pekerjaan saya sebagai guru,
berada pada kategori cukup baik
Tabel 4.34Pendapat responden mengenai :
Saya berusaha untuk bertanggung jawab atas pekerjaansaya sebagai guru
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
103
Sangat Setuju 5 6 30 9.52Setuju 4 14 56 22.22
Kurang Setuju 3 37 111 58.73Tidak Setuju 2 6 12 9.52
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 209 100.00
Rata-Rata Skor 3.32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya selalu berusaha untuk bertanggung jawab
atas pekerjaan saya sebagai guru, yakni sebanyak 9.52% menyatakan
sangat setuju, 22.22% menyatakan setuju, 58.73% menyatakan kurang
setuju, 9.52% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas
pekerjaan saya sebagai guru, berada pada kategori cukup baik
Tabel 4.35Pendapat responden mengenai :
Saya merasa pekerjaan yang saya jalani sesuaidengan minat dan bakat saya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 17 68 26.98Kurang Setuju 3 33 99 52.38Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 208 100.00
Rata-Rata Skor 3.30
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya merasa pekerjaan yang saya jalani sesuai
dengan minat dan bakat saya, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat
104
setuju, 26.98% menyatakan setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju,
12.70% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.30.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya merasa pekerjaan yang saya jalani sesuai dengan minat
dan bakat saya, berada pada kategori cukup baik
Tabel 4.36Pendapat responden mengenai :
Saya merasa pekerjaan saya sebagai guru adalah Pekerjaan yang menantang
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 3 15 4.76
Setuju 4 19 76 30.16Kurang Setuju 3 32 96 50.79Tidak Setuju 2 9 18 14.29
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 205 100.00
Rata-Rata Skor 3.25Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya merasa pekerjaan saya sebagai guru adalah
pekerjaan yang menantang, yakni sebanyak 4.76% menyatakan sangat
setuju, 30.16% menyatakan setuju, 50.79% menyatakan kurang setuju,
14.29% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.25.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya merasa pekerjaan saya sebagai guru adalah pekerjaan
yang menantang, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.37Pendapat responden mengenai :
Saya diberi kesempatan untuk meningkatkan karier
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
105
Setuju 4 19 76 30.16Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 5 5 7.94Jumlah 63 202 100.00
Rata-Rata Skor 3.21
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya diberi kesempatan untuk meningkatkan
karier, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 30.16%
menyatakan setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 12.70%
menyatakan tidak setuju, 7.94% sangat tidak setuju, rata-rata 3.21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya diberi kesempatan untuk meningkatkan karier, berada
pada kategori cukup baik
Tabel 4.38Pendapat responden mengenai :
Gaji atau honor yang saya terima telah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 9 45 14.29
Setuju 4 17 68 26.98Kurang Setuju 3 27 81 42.86Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 3 3 4.76Jumlah 63 211 100.00
Rata-Rata Skor 3.35
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab, yakni sebanyak 14.29% menyatakan
sangat setuju, 26.98% menyatakan setuju, 42.86% menyatakan kurang
106
setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, 4.76% sangat tidak setuju,
dengan rata-rata 3.35.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah sesuai dengan tugas
dan tanggung jawab, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.39Pendapat responden mengenai :
Gaji atau honor yang saya terima telah memenuhi kebutuhan saya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 6 24 9.52Kurang Setuju 3 40 120 63.49Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 5 5 7.94Jumlah 63 188 100.00
Rata-Rata Skor 2.98Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah memenuhi
kebutuhan saya, yakni sebanyak 7.94 % menyatakan sangat setuju,
9.52% menyatakan setuju, 63.49% menyatakan kurang setuju, 11.11%
menyatakan tidak setuju, 7.94% sangat tidak setuju, dengan rata-rata
2.98.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah memenuhi kebutuhan
saya, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.40Pendapat responden mengenai :
Sekolah menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
107
Sangat Setuju 5 6 30 9.52Setuju 4 20 80 31.75
Kurang Setuju 3 26 78 41.27Tidak Setuju 2 6 12 9.52
Sangat Tidak Setuju 1 5 5 7.94Jumlah 63 205 100.00
Rata-Rata Skor 3.25
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : sekolah menciptakan kondisi kerja yang
menyenangkan, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju,
31.75% menyatakan setuju, 41.27% menyatakan kurang setuju, 9.52%
menyatakan tidak setuju, 7.94% sangat tidak setuju, dengan rata-rata
3.25.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : sekolah menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.41Pendapat responden mengenai :
Kebijakan yang diambil manajemen sekolah membuat saya nyaman dalam bekerja
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
Setuju 4 18 72 28.57Kurang Setuju 3 27 81 42.86Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 5 5 7.94Jumlah 63 202 100.00
Rata-Rata Skor 3.21
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : kebijakan yang diambil manajemen sekolah
108
membuat saya nyaman dalam bekerja, yakni sebanyak 9.52%
menyatakan sangat setuju, 28.57% menyatakan setuju, 42.86%
menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, 7.94%
sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kebijakan yang diambil manajemen sekolah membuat saya
nyaman dalam bekerja, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.42Pendapat responden mengenai :
Jika mengalami kesulitan di dalam pekerjaansaya lebih senang membicarakan dengan pimpinan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 9 45 14.29
Setuju 4 14 56 22.22Kurang Setuju 3 30 90 47.62Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 3 3 4.76Jumlah 63 208 100.00
Rata-Rata Skor 3.30
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : jika mengalami kesulitan di dalam pekerjaan saya
lebih senang membicarakan dengan pimpinan, yakni sebanyak 14.29%
menyatakan sangat setuju, 22.22% menyatakan setuju, 47.62%
menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, 4.76%
sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.30.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : jika mengalami kesulitan di dalam pekerjaan saya lebih
109
senang membicarakan dengan pimpinan, berada pada kategori cukup
baik.
Tabel 4.43Pendapat responden mengenai :
Saya berhubungan baik dengan pimpinan/kepala sekolahPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 7 35 11.11Setuju 4 18 72 28.57
Kurang Setuju 3 30 90 47.62Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 213 100.00
Rata-Rata Skor 3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya berhubungan baik dengan pimpinan/kepala
sekolah, yakni sebanyak 11.11% menyatakan sangat setuju, 28.57%
menyatakan setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju, 12.70%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya berhubungan baik dengan pimpinan/kepala sekolah,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.44Pendapat responden mengenai :
Saya berhubungan baik dengan teman sejawat
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 10 50 15.87
Setuju 4 12 48 19.05Kurang Setuju 3 33 99 52.38Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00
110
Jumlah 63 213 100.00Rata-Rata Skor 3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya berhubungan baik dengan teman sejawat,
yakni sebanyak 15.87% menyatakan sangat setuju, 19.05% menyatakan
setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak
setuju, dengan rata-rata 3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya berhubungan baik dengan teman sejawat, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.45Pendapat responden mengenai :
Saya berhubungan baik dengan siswa
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 9 45 14.29
Setuju 4 15 60 23.81Kurang Setuju 3 31 93 49.21Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 214 100.00
Rata-Rata Skor 3.40
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya berhubungan baik dengan siswa, yakni
sebanyak 14.29% menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju,
49.21% menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju,
% sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.40.
111
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya berhubungan baik dengan siswa, berada pada kategori
baik.
4.3.3 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Disiplin Kerja Guru
di SMPN 1 Cisarua
Tabel 4.46Pendapat responden mengenai :
Saya datang dan pulang tepat waktu sesuai jadwal yang telah dibuatPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 6 30 9.52Setuju 4 18 72 28.57
Kurang Setuju 3 28 84 44.44Tidak Setuju 2 11 22 17.46
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 208 100.00
Rata-Rata Skor 3.30
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya datang dan pulang tepat waktu sesuai jadwal
yang telah dibuat, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju,
28.57% menyatakan setuju, 44.44% menyatakan kurang setuju,
17.46% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya datang dan pulang tepat waktu sesuai jadwal yang telah
dibuat, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.47Pendapat responden mengenai :
Begitu bel masuk berbunyi saya langsung masuk ruangan kelas sesuai dengan jam mengajar
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 7 35 11.11
112
Setuju 4 15 60 23.81Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 16 32 25.40
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 202 100.00
Rata-Rata Skor 3.21
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : begitu bel masuk berbunyi saya langsung masuk
ruangan kelas sesuai dengan jam mengajar, yakni sebanyak 11.11%
menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju, 39.68%
menyatakan kurang setuju, 25.40% menyatakan tidak setuju, dengan rata-
rata 3.21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : begitu bel masuk berbunyi saya langsung masuk ruangan
kelas sesuai dengan jam mengajar, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.48Pendapat responden mengenai :
Saya menggunakan jam mengajar seefisien mungkinPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 6 30 9.52Setuju 4 20 80 31.75
Kurang Setuju 3 20 60 31.75Tidak Setuju 2 17 34 26.98
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 204 100.00
Rata-Rata Skor 3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya menggunakan jam mengajar seefisien
mungkin, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 31.75%
113
menyatakan setuju, 31.75% menyatakan kurang setuju, 26.98%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya menggunakan jam mengajar seefisien mungkin, berada
pada kategori cukup baik
Tabel 4.49Pendapat responden mengenai :
Saya menggunakan jam istirahat seefisien mungkin
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 4 20 6.35
Setuju 4 23 92 36.51Kurang Setuju 3 26 78 41.27Tidak Setuju 2 10 20 15.87
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 210 100.00
Rata-Rata Skor 3.33
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya menggunakan jam istirahat seefisien
mungkin, yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju, 36.51%
menyatakan setuju, 41.27% menyatakan kurang setuju, 15.87%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.33.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya menggunakan jam istirahat seefisien mungkin, berada
pada kategori cukup baik
Tabel 4.50Pendapat responden mengenai :
Saya mengikuti upacara bendera setiap senin pagi
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
114
Sangat Setuju 5 4 20 6.35
Setuju 4 15 60 23.81
Kurang Setuju 3 30 90 47.62
Tidak Setuju 2 12 24 19.05
Sangat Tidak Setuju 1 2 2 3.17
Jumlah 63 196 100.00
Rata-Rata Skor 3.11
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya mengikuti upacara bendera setiap hari senin
pagi, yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju, 23.81%
menyatakan setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju, 19.05%
menyatakan tidak setuju, 3.17% sangat tidak setuju, dengan rata-rata
3.11.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya mengikuti upacara bendera setiap hari senin pagi,
berada pada kategori cukup baik
Tabel 4.51Pendapat responden mengenai :
Saya hadir di kelas sesuai jam mengajar yang telah terjadwal
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 4 20 6.35
Setuju 4 23 92 36.51Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 11 22 17.46
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 209 100.00
Rata-Rata Skor 3.32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya hadir di kelas sesuai jam mengajar yang
115
telah terjadwal, yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju,
36.51% menyatakan setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 17.46%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya hadir di kelas sesuai jam mengajar yang telah terjadwal,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.52Pendapat responden mengenai :
Saya hadir pada rapat pembinaan/pengarahan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 3 15 4.76
Setuju 4 23 92 36.51Kurang Setuju 3 22 66 34.92Tidak Setuju 2 15 30 23.81
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 203 100.00
Rata-Rata Skor 3.22
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya hadir pada rapat pembinaan/pengarahan,
yakni sebanyak 4.76% menyatakan sangat setuju, 36.51% menyatakan
setuju, 34.92% menyatakan kurang setuju, 23.81% menyatakan tidak
setuju, dengan rata-rata 3.22.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya hadir pada rapat pembinaan/pengarahan, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.53Pendapat responden mengenai :
Saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
116
Sangat Setuju 5 2 10 3.17Setuju 4 21 84 33.33
Kurang Setuju 3 26 78 41.27Tidak Setuju 2 14 28 22.22
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 200 100.00
Rata-Rata Skor 3.17
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya,
yakni sebanyak 3.17% menyatakan sangat setuju, 33.33% menyatakan
setuju, 41.27% menyatakan kurang setuju, 22.22% menyatakan tidak
setuju, % sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.17.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya, berada
pada kategori cukup baik.
Tabel 4.54Pendapat responden mengenai :
Saya memahami mekanisme kerja yang ditetapkan oleh sekolah
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 2 10 3.17
Setuju 4 19 76 30.16Kurang Setuju 3 29 87 46.03Tidak Setuju 2 13 26 20.63
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 199 100.00
Rata-Rata Skor 3.16
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya memahami mekanisme kerja yang ditetapkan
oleh sekolah, yakni sebanyak 3.17% menyatakan sangat setuju, 30.16%
117
menyatakan setuju, 46.03% menyatakan kurang setuju, 20.63%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.16.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya memahami mekanisme kerja yang ditetapkan oleh
sekolah, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.55Pendapat responden mengenai :
Saya bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diberikan kepada saya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 2 10 3.17
Setuju 4 18 72 28.57Kurang Setuju 3 30 90 47.62Tidak Setuju 2 13 26 20.63
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 198 100.00
Rata-Rata Skor 3.14
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya bertanggung jawab terhadap semua tugas
yang diberikan kepada saya, yakni sebanyak 3.17% menyatakan sangat
setuju, 28.57% menyatakan setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju,
20.63% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.14.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya bertanggung jawab terhadap semua tugas yang
diberikan kepada saya, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.56Pendapat responden mengenai :
Saya melaksanakan tugas yang diberikan kepala sekolah
118
dengan baik
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 3 15 4.76
Setuju 4 20 80 31.75Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 15 30 23.81
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 200 100.00
Rata-Rata Skor 3.17
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya senantiasa melaksanakan tugas yang
diberikan kepala sekolah dengan baik, yakni sebanyak 4.76%
menyatakan sangat setuju, 31.75% menyatakan setuju, 39.68%
menyatakan kurang setuju, 23.81% menyatakan tidak setuju, dengan
rata-rata 3.17.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya senantiasa melaksanakan tugas yang diberikan kepala
sekolah dengan baik, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.57Pendapat responden mengenai :
Saya bisa bekerja sama dengan seluruh teman sejawatPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 1 5 1.59Setuju 4 23 92 36.51
Kurang Setuju 3 19 57 30.16Tidak Setuju 2 20 40 31.75
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 194 100.00
Rata-Rata Skor 3.08
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya bisa bekerja sama dengan seluruh teman
119
sejawat, yakni sebanyak 1.59% menyatakan sangat setuju, 36.51%
menyatakan setuju, 30.16% menyatakan kurang setuju, 31.75%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.08.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya bisa bekerja sama dengan seluruh teman sejawat,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.58Pendapat responden mengenai :
Saya mentaati peraturan-peraturan sekolahPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 1 5 1.59Setuju 4 19 76 30.16
Kurang Setuju 3 26 78 41.27Tidak Setuju 2 17 34 26.98
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 193 100.00
Rata-Rata Skor 3.06
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya mentaati peraturan-peraturan sekolah, yakni
sebanyak 1.59% menyatakan sangat setuju, 30.16% menyatakan setuju,
41.27% menyatakan kurang setuju, 26.98% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.06.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya mentaati peraturan-peraturan sekolah, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.59Pendapat responden mengenai :
Sangsi atas pelanggaran terhadap setiap peraturan telah disosialisasikan kepada para guru
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 1 5 1.59
120
Setuju 4 21 84 33.33Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 16 32 25.40
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 196 100.00
Rata-Rata Skor 3.11
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : sangsi atas pelanggaran terhadap setiap
peraturan telah disosialisasikan kepada para guru, yakni sebanyak 1.59%
menyatakan sangat setuju, 33.33% menyatakan setuju, 39.68%
menyatakan kurang setuju, 25.40% menyatakan tidak setuju, dengan rata-
rata 3.11.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : sangsi atas pelanggaran terhadap setiap peraturan telah
disosialisasikan kepada para guru, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.60Pendapat responden mengenai :
Pemberian sangsi telah sesuai dengan tingkat pelanggaran
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 1 5 1.59
Setuju 4 23 92 36.51Kurang Setuju 3 21 63 33.33Tidak Setuju 2 18 36 28.57
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 196 100.00
Rata-Rata Skor 3.11
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : pemberian sangsi telah sesuai dengan tingkat
pelanggaran, yakni sebanyak 1.59% menyatakan sangat setuju, 36.51%
121
menyatakan setuju, 33.33% menyatakan kurang setuju, 28.57%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.11.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : pemberian sangsi telah sesuai dengan tingkat pelanggaran,
berada pada kategori cukup baik.
4.3.4 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Guru di
SMPN 1 CisaruaTabel 4.61
Pendapat responden mengenai :Sebelum pelajaran dimulai saya mengajak siswa untuk berdoa
bersamaPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 5 25 7.94Setuju 4 15 60 23.81
Kurang Setuju 3 33 99 52.38Tidak Setuju 2 10 20 15.87
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 204 100.00
Rata-Rata Skor 3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : sebelum pelajaran dimulai saya mengajak siswa
untuk berdoa bersama, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat
setuju, 23.81% menyatakan setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju,
15.87% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : sebelum pelajaran dimulai saya mengajak siswa untuk berdoa
bersama, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.62Pendapat responden mengenai :
Saya mengarahkan siswa untuk memiliki sikap jujur dan terbuka pada orang lain
122
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
Setuju 4 13 52 20.63Kurang Setuju 3 34 102 53.97Tidak Setuju 2 10 20 15.87
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 204 100.00
Rata-Rata Skor 3.24Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya mengarahkan siswa untuk memiliki sikap
jujur dan terbuka pada orang lain, yakni sebanyak 9.52% menyatakan
sangat setuju, 20.63% menyatakan setuju, 53.97% menyatakan kurang
setuju, 15.87% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya mengarahkan siswa untuk memiliki sikap jujur dan
terbuka pada orang lain, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.63Pendapat responden mengenai :
Dalam proses KBM saya sering menyelipkan pendidikan kedisiplinan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 15 60 23.81Kurang Setuju 3 33 99 52.38Tidak Setuju 2 10 20 15.87
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 204 100.00
Rata-Rata Skor 3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : dalam proses KBM saya sering menyelipkan
kedisiplinan, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 23.81%
123
menyatakan setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju, 15.87%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : dalam proses KBM saya sering menyelipkan kedisiplinan,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.64Pendapat responden mengenai :
Saya menyiapkan perencanaan pembelajaran sebelum saya mengajar berupa program tahunan/semesteran, silabus, RPP dll.
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
Setuju 4 16 64 25.40Kurang Setuju 3 33 99 52.38Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 209 100.00
Rata-Rata Skor 3.32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya menyiapkan perencanaan pembelajaran
sebelum saya mengajar berupa program tahunan/semesteran, silabus,
RPP dll, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 25.40%
menyatakan setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju, 12.70%
menyatakan tidak setuju, % sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya menyiapkan perencanaan pembelajaran sebelum saya
mengajar berupa program tahunan/semesteran, silabus, RPP dll, berada
pada kategori cukup baik.
Tabel 4.65Pendapat responden mengenai :
124
Saya mengorganisasi materi agar sesuai dengan silabusPendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 9 45 14.29Setuju 4 13 52 20.63
Kurang Setuju 3 34 102 53.97Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 213 100.00
Rata-Rata Skor 3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya mengorganisasi materi agar sesuai dengan
silabus, yakni sebanyak 14.29% menyatakan sangat setuju, 20.63%
menyatakan setuju, 53.97% menyatakan kurang setuju, 11.11%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya mengorganisasi materi agar sesuai dengan silabus,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.66Pendapat responden mengenai :
Pada pelaksanaan KBM saya selalu berpedoman pada silabus dan RPP yang telah dibuat
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 10 50 15.87
Setuju 4 14 56 22.22Kurang Setuju 3 31 93 49.21Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 215 100.00
Rata-Rata Skor 3.41
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Pada pelaksanaan KBM saya selalu berpedoman
pada silabus dan RPP yang telah dibuat, yakni sebanyak 15.87%
125
menyatakan sangat setuju, 22.22% menyatakan setuju, 49.21%
menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, dengan
rata-rata 3.41.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Pada pelaksanaan KBM saya selalu berpedoman pada
silabus dan RPP yang telah dibuat, berada pada kategori baik.
Tabel 4.67Pendapat responden mengenai :
Saya menguasai materi pelajaran yang menjadi garapan saya
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 20 80 31.75Kurang Setuju 3 25 75 39.68Tidak Setuju 2 13 26 20.63
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 206 100.00
Rata-Rata Skor 3.27
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya senatiasa menguasai materi pelajaran yang
menjadi garapan saya, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju,
31.75% menyatakan setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 20.63%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.27.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya senatiasa menguasai materi pelajaran yang menjadi
garapan saya, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.68Pendapat responden mengenai :
Saya mendisain model pembelajaran sebelum mengajar
Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
126
Sangat Setuju 5 5 25 7.94Setuju 4 18 72 28.57
Kurang Setuju 3 31 93 49.21Tidak Setuju 2 9 18 14.29
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 208 100.00
Rata-Rata Skor 3.30
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya mendisain model pembelajaran sebelum
mengajar, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 28.57%
menyatakan setuju, 49.21% menyatakan kurang setuju, 14.29%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.30.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya mendisain model pembelajaran sebelum mengajar,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.69Pendapat responden mengenai :
Saya berusaha menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 16 64 25.40Kurang Setuju 3 34 102 53.97Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 207 100.00
Rata-Rata Skor 3.29
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya berusaha menggunakan metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, yakni
sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 25.40% menyatakan setuju,
127
53.97% menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.29.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya berusaha menggunakan metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.70Pendapat responden mengenai :
Saya membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran Pendapat Derajat Frekuensi Skor Prosentase
Sangat Setuju 5 5 25 7.94Setuju 4 18 72 28.57
Kurang Setuju 3 30 90 47.62Tidak Setuju 2 10 20 15.87
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 207 100.00
Rata-Rata Skor 3.29
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya membimbing siswa dalam kegiatan
pembelajaran, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 28.57%
menyatakan setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju, 15.87%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.29.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.71Pendapat responden mengenai :
Saya menyediakan waktu tersendiri untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
128
Setuju 4 15 60 23.81Kurang Setuju 3 35 105 55.56Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 209 100.00
Rata-Rata Skor 3.32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya menyediakan waktu tersendiri untuk
membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, yakni
sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju,
55.56% menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya menyediakan waktu tersendiri untuk membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar, berada pada kategori cukup
baik.
Tabel 4.72Pendapat responden mengenai :
Saya mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 6 30 9.52
Setuju 4 16 64 25.40Kurang Setuju 3 34 102 53.97Tidak Setuju 2 7 14 11.11
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 210 100.00
Rata-Rata Skor 3.33
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif
129
dalam proses pembelajaran, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat
setuju, 25.40% menyatakan setuju, 53.97% menyatakan kurang setuju,
11.11% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.33.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.73Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan arahan-arahan dalam belajar tentang tata tertib sekolah
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 8 40 12.70
Setuju 4 13 52 20.63Kurang Setuju 3 33 99 52.38Tidak Setuju 2 9 18 14.29
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 209 100.00
Rata-Rata Skor 3.32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya memberikan arahan-arahan dalam belajar
tentang tata tertib sekolah, yakni sebanyak 12.70% menyatakan sangat
setuju, 20.63% menyatakan setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju,
14.29% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya memberikan arahan-arahan dalam belajar tentang tata
tertib sekolah, berada pada kategori cukup baik.
130
Tabel 4.74Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan latihan soal yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 5 25 7.94
Setuju 4 17 68 26.98Kurang Setuju 3 29 87 46.03Tidak Setuju 2 12 24 19.05
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 204 100.00
Rata-Rata Skor 3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya memberikan latihan soal yang sesuai dengan
materi yang telah diajarkan, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat
setuju, 26.98% menyatakan setuju, 46.03% menyatakan kurang setuju,
19.05% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya memberikan latihan soal yang sesuai dengan materi
yang telah diajarkan, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.75Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan pekerjaan rumah untuk melatih kemampuan siswa
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 4 20 6.35
Setuju 4 15 60 23.81
131
Kurang Setuju 3 36 108 57.14Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 204 100.00
Rata-Rata Skor 3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya memberikan pekerjaan rumah untuk melatih
kemampuan siswa, yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju,
23.81% menyatakan setuju, 57.14% menyatakan kurang setuju, 12.70%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya memberikan pekerjaan rumah untuk melatih kemampuan
siswa, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.76Pendapat responden mengenai :
Saya melakukan penilaian pekerjaan siswa secara obyektif
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 7 35 11.11
Setuju 4 16 64 25.40Kurang Setuju 3 32 96 50.79Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 211 100.00
Rata-Rata Skor 3.35
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : saya melakukan penilaian pekerjaan siswa secara
obyektif, yakni sebanyak 11.11% menyatakan sangat setuju, 25.40%
menyatakan setuju, 50.79% menyatakan kurang setuju, 12.70%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.35.
132
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya melakukan penilaian pekerjaan siswa secara obyektif,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.77Pendapat responden mengenai :
Saya mengisi buku nilai sesuai hasil kerja siswa
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 12 60 19.05
Setuju 4 8 32 12.70Kurang Setuju 3 38 114 60.32Tidak Setuju 2 5 10 7.94
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 216 100.00
Rata-Rata Skor 3.43
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya selalu mengisi buku nilai sesuai hasil kerja
siswa, yakni sebanyak 19.05% menyatakan sangat setuju, 12.70%
menyatakan setuju, 60.32% menyatakan kurang setuju, 7.94%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.43.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya selalu mengisi buku nilai sesuai hasil kerja siswa, berada
pada kategori baik.
Tabel 4.78Pendapat responden mengenai :
Saya melakukan evaluasi baik formatif maupun sumatif
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 7 35 11.11
Setuju 4 17 68 26.98Kurang Setuju 3 32 96 50.79
133
Tidak Setuju 2 7 14 11.11Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00
Jumlah 63 213 100.00Rata-Rata Skor 3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya melakukan evaluasi baik foraif maupun
sumatif, yakni sebanyak 11.11% menyatakan sangat setuju, 26.98%
menyatakan setuju, 50.79% menyatakan kurang setuju, 11.11%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya melakukan evaluasi baik foraif maupun sumatif, berada
pada kategori cukup baik.
Tabel 4.79Pendapat responden mengenai :
Saya melaksanakan remedial bagi siswa yang nilainyadibawah KKM
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 11 55 17.46
Setuju 4 10 40 15.87Kurang Setuju 3 34 102 53.97Tidak Setuju 2 8 16 12.70
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 213 100.00
Rata-Rata Skor 3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya selalu melaksanakan remedial bagi siswa
yang nilainya dibawah KKM, yakni sebanyak 17.46% menyatakan sangat
setuju, 15.87% menyatakan setuju, 53.97% menyatakan kurang setuju,
12.70% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.38.
134
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya selalu melaksanakan remedial bagi siswa yang nilainya
dibawah KKM, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.80Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan pengayaan kepada siswa yang melampaui KKM
Pendapat Derajat Frekuensi Skor ProsentaseSangat Setuju 5 9 45 14.29
Setuju 4 14 56 22.22Kurang Setuju 3 29 87 46.03Tidak Setuju 2 11 22 17.46
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0.00Jumlah 63 210 100.00
Rata-Rata Skor 3.33
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan
responden mengenai : Saya selalu memberikan pengayaan kepada siswa
yang melampaui KKM, yakni sebanyak 14.29% menyatakan sangat
setuju, 22.22% menyatakan setuju, 46.03% menyatakan kurang setuju,
17.46% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.33.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya selalu memberikan pengayaan kepada siswa yang
melampaui KKM, berada pada kategori cukup baik.
4.3.5 Statistik Deskriptif
Sesuai dengan pendapat responden di atas, hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata skor masing-masing variabel sebagai
berikut :
Tabel 4.81Rata-Rata Skor Variabel
Variabel N Rata - Rata
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) 63 3,94
135
Motivasi Kerja (X2) 63 3,26
Disiplin Kerja (X3) 63 3,18
Kinerja Guru (Y) 63 3.31
Tabel rata-rata skor variabel tersebut menunjukkan skor rata-rata
variabel kepemimpinan kepala sekolah lebih tinggi dibandingkan tiga
variabel lainnya. Juga terlihat bahwa skor rata-rata untuk variabel disiplin
kerja lebih kecil dibandingkan tiga variabel lainnya.
Guna memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai makna
hasil perhitungan statistik deskriptif di atas, selanjutnya dibandingkan
dengan tabel kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian pada masing-
masing variabel yang diteliti. Model yang dipakai mengadaptasi model
tentang pengontrolan kualitas (Supranto : 2000) sebagai berikut :
Tabel 4.82Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Rata-Rata Skor Penafsiran
4,2 – 5,0 Sangat baik
3,4 – 4,1 Baik
2,6 – 3,3 Cukup Baik
1,8 – 2,5 Kurang baik
1,0 – 1,7 Sangat kurang baik
Sesuai dengan kriteria di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.83Kriteria Ketercapaian Skor Tiap Variabel
Variabel
Rata-rata Kriteria
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) 3.94 Baik
136
Motivasi Kerja (X2) 3.26 Cukup Baik
Disiplin Kerja (X3) 3.18 Cukup Baik
Kinerja Guru (Y) 3.31 Cukup Baik
Sumber : Hasil pengolahan data
4.3.6 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
4.3.6.1 Hubungan Antar Variabel
Untuk mengungkap pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru dilakukan pengujian
hipotesis menggunakan analisis jalur. Variabel penelitian kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi kerja, disiplin kerja dan kinerja guru diukur
melalui indikator yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian. Data
variabel penelitian yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner
memiliki skala ukur ordinal. Untuk memenuhi syarat data dalam
perhitungan analisis jalur sekurang-kurangnya mempunyai skala
pengukuran interval terhadap data yang diperoleh dari kuisioner terlebih
dahulu ditransformasikan menjadi skala interval menggunakan Method of
Successive Interval (MSI). Hasil data interval dapat dilihat pada lampiran.
Menggunakan data dengan skala ukur interval yang diperoleh dari
kuesioner penelitian selanjutnya diperoleh skor untuk setiap variabel yang
digunakan dalam analisis data. Skor untuk masing-masing variabel
merupakan total skor item.
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap
kinerja guru. Dalam penelitian ini variabel kepemimpinan kepala sekolah,
137
motivasi kerja dan disiplin kerja sebagai variabel sebab (eksogenus
variabel) dan kinerja guru sebagai variabel akibat (endogenus variabel).
Langkah awal dalam perhitungan adalah mengetahui besaran korelasi
antar variabel. Hasil perhitungan korelasi antar variabel yang diteliti dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.84
Korelasi Antara Variabel
Kepemimpinan kepala sekolah
(X1)Motivasi
kerja (X2)Disiplin
kerja (X3)Kinerja
guru (Y)Kepemimpinan kepala sekolah (X1)
Pearson Correlation 1 .723** .438** .828**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
Motivasi kerja (X2) Pearson Correlation .723** 1 .505** .766**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
Disiplin kerja (X3) Pearson Correlation .438** .505** 1 .564**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
Kinerja guru (Y) Pearson Correlation .828** .766** .564** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).a. Listwise N=63
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2011
4.3.6.2 Analisis Jalur
Koefisien jalur diperoleh berdasarkan korelasi antar variabel.
Dengan melalui perhitungan SPSS diperoleh koefisien jalur kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru
sebagai berikut :
Tabel 4.85
Hasil Koefisien Jalur X terhadap Y
138
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 1.479 3.710 .399 .692
Kepemimpinan kepala sekolah (X1)
.695 .116 .546 5.982 .000
Motivasi kerja (X2) .351 .120 .278 2.920 .005Disiplin kerja (X3) .186 .074 .184 2.518 .015
a. Dependent Variable: Kinerja guru (Y)
Diperoleh koefisien jalur dari kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru (PYX1) sebesar 0,546, koefisien jalur dari motivasi
kerja terhadap kinerja guru (PYX2) sebesar 0,278, dan koefisien jalur dari
disiplin kerja terhadap kinerja guru (PYX3) sebesar 0,184.
Besar pengaruh secara bersama-sama kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru diperoleh
dari hasil perkalian koefisien jalur dengan matriks korelasi antara variabel
sebab dengan variabel akibat. Adapun hasil perhitungan pengaruh secara
bersama-sama variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi dan
disiplin terhadap kinerja guru dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.86
Hasil Koefisien Determinasi (Pengaruh Total) X terhadap Y
Model
R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimatedimension0 1 .877a .769 .757 5.60296
a. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja (X3), Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Motivasi Kerja (X2)
Diperoleh pengaruh secara bersama-sama variabel kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi dan disiplin terhadap kinerja guru sebesar 0,769.
Selain pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah,motivasi dan
disiplin terhadap kinerja guru, terdapat probabilitas munculnya pengaruh
= 0,481
Y
139
variabel lain (residu). Maka untuk menghitung besarnya koefisien
pengaruh variabel dimaksud digunakan formula sebagai berikut :
ρ yε = √1−0,769 = 0,481
Besar koefisien jalur untuk faktor lain yang tidak masuk dalam
spesifikasi adalah 0,481
Persamaan koefisien jalur yang terbentuk dinyatakan sebagai berikut :
Y = 0,546 X1 + 0,278 X2 + 0,184 X3 + 0,481
Persamaan tersebut dapat digambarkan dalam model struktural
sebagai berikut :
Gambar 4.1
Model Struktural Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah , Motivasi
dan Disiplin terhadap Kinerja Guru
Dari gambar 4.1. di atas, dapat diformulasikan hasil pengujian melalui
tabel sebagai berikut :
140
Tabel 4.87Hasil Perhitungan Jalur
Variabel Koefisien Jalur
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) 0,546
Motivasi Kerja (X2) 0,278
Disiplin Kerja (X3) 0,184
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil pengolahan data untuk membuktikan pengaruh langsung dan
tidak langsung variabel disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.88
Pengaruh X1, X2 dan X3 Langsung dan Tidak langsung terhadap Y
VariabelKoefisien
JalurPengaruhLangsung
Pengaruh tidak langsung (melalui)
Total
X1 X2 X3
X1 0,546 29.8% 11%4,4% 45.2%
X2 0,278 7,7% 11,0%2,6% 21.3%
X3 0,184 3,4% 4,4% 2,6% 10.4%
Total Pengaruh (R2) 76,9%Pengaruh faktor lain (ε) 23,1%
4.3.6.3 Hasil Uji Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru
Setelah pengujian koefisien jalur dari Kepemimpinan kepala
sekolah ke kinerja guru diperoleh ada pengaruh Kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru selanjutnya dapat diketahui besarnya
pengaruh secara langsung dan tidak dari Kepemimpinan kepala sekolah
terhadap Kinerja guru .
Pengaruh langsung X1 terhadap Y
141
= ρ yx1. ρ yx1 = 0,546 x 0,546 = 0,298 (29,8%)
Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X2
= ρ yx1. rx1.x2 . Pyx2 = 0,546 x 0,723 x 0,278 = 0,110 (11%)
Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X3
= ρ yx1. rx1.x3 . ρ yx3 = 0,546 x 0,438 x 0,184 = 0,044 (4,4%)
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh pengaruh langsung
Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja sebesar 29,8%. Besarnya
pengaruh tidak langsung Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja
guru karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan Motivasi kerja
memberikan penambahan pengaruh sebesar 11,0% dan pengaruh tidak
langsung Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja guru karena
ada keterkaitan (hubungannya) dengan Disiplin kerja memberikan
penambahan pengaruh sebesar 4,4%
Total Pengaruh (Pengaruh langsung dan tidak langsung)
Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja diperoleh sebesar 29,8%
+ 11,0% + 4,4% = 45,2%.
4.3.6.4 Hasil Uji Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
Setelah pengujian koefisien jalur dari Motivasi kerja ke Kinerja guru
diperoleh ada pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja guru selanjutnya
dapat diketahui besarnya pengaruh secara langsung dan tidak dari
Motivasi kerja terhadap Kinerja guru .
Pengaruh langsung X2 terhadap Y
= ρ yx2. ρ yx2= 0,278 x 0,278 = 0,077 (7,7%)
Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X1
142
= ρ yx2. rx1.x2. Pyx1 = 0,278 x 0,723 x 0,546 = 0,11 (11%)
Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X3
= ρ yx2. rx2.x3 . ρ yx3 = 0,278 x 0,505 x 0,184 = 0,026 (2,6%)
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh pengaruh langsung
Motivasi kerja terhadap Kinerja sebesar 7,7%. Besarnya perhitungan
diperoleh pengaruh tidak langsung Motivasi kerja terhadap Kinerja guru
karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan Kepemimpinan kepala
sekolah memberikan penambahan pengaruh sebesar 11,0% dan
pengaruh tidak langsung variabel Motivasi kerja terhadap Kinerja guru
karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan Disiplin kerja memberikan
penambahan pengaruh sebesar 2,6%.
Total Pengaruh (Pengaruh langsung dan tidak langsung) Motivasi kerja
terhadap Kinerja diperoleh sebesar 7,7% + 11,0% + 2,6% = 21,3%.
4.3.6.5 Hasil Uji Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru
Setelah pengujian koefisien jalur dari Disiplin kerja ke Kinerja guru
secara statistik bermakna selanjutnya dapat diketahui besarnya pengaruh
secara langsung dan tidak dari Disiplin kerja terhadap Kinerja guru .
Pengaruh langsung X2 terhadap Y
= ρ yx3.ρ yx3 = 0,184 x 0,184 = 0,034 (3,4%)
Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y melalui X1
= ρ yx3. rx1.x3. ρ yx1 = 0,184 x 0,438 x 0,546 = 0,044 (4,4%)
Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y melalui X2
= ρ yx3. rx2.x3 . ρ yx2= 0,184x 0,505 x 0,278= 0,026 (2,6%)
143
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh pengaruh langsung variabel
Disiplin kerja terhadap Kinerja sebesar 3,4%. Besar perhitungan di atas
diperoleh pengaruh tidak langsung Disiplin kerja terhadap Kinerja guru
karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan Kepemimpinan kepala
sekolah memberikan penambahan pengaruh sebesar 4,4% dan pengaruh
tidak langsung Disiplin kerja terhadap Kinerja guru karena ada keterkaitan
(hubungannya) dengan Motivasi kerja memberikan penambahan
pengaruh sebesar 2,6%
4.3.6.6 Hasil uji Pengaruh Bersama-sama Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Guru
Hasil pengaruh langsung dan tidak langsung yang diperoleh dapat
dirangkum dalam tabel berikut :
Tabel 4.89
Besarnya Koefisien Jalur Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi
Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru
Koefisien
Jalur ρYX 1
Pengaruh
langsung
Pengaruh
tidak
langsung
Total
Pengaruh
Kepemimpinan
kepala sekolah0,546 29.8% 15.4% 45.2%
Motivasi kerja 0,278 7,7% 13.5% 21.3%
Disiplin kerja 0,184 3,4% 7,0% 10.4%
Total 76.9%
Hasil yang diperoleh memperlihatkan terdapat pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
144
Cisarua Kabupaten Bandung Barat sebesar 45,2%, pengaruh motivasi
kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung
Barat sebesar 21,3% dan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat sebesar 10,4%. Jadi
terlihat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat paling besar diantara
ketiga variabel yang diteliti dan diikuti dengan pengaruh motivasi kerja dan
disiplin kerja. Secara total pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat diperoleh sebesar 76,9%, sedangkan
sisanya sebesar 23,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
4.3.7 Pembahasan
4.3.7.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang kepemimpinan
kepala sekolah (X1), diperoleh skor rata-rata sebesar 3,94 (tabel 4.81)
sesuai dengan kriteria penafsiran (tabel 4.82) yang dikemukakan
Sugiyono (2004 : 66) berada diantara hubungan 3,4 – 4,1 maka
gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua
termasuk kategori baik.
Hal ini berarti pola kepemimpinan kepala sekolah yang ditampilkan
sudah baik dan pemahaman terhadap tugas dan peranannya sebagai
seorang pemimpin cukup memadai. Tanpa adanya pemahaman tentang
kepemimpinan maka tujuan yang diharapkan sulit dicapai. Peran dan
145
fungsi yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2009 : 98) diantaranya
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator.
4.3.7.2 Motivasi Kerja (X2)
Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang motivasi kerja
(X2), diperoleh skor rata-rata sebesar 3,26 (tabel 4.81) sesuai dengan
kriteria penafsiran (tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66)
berada diantara hubungan 2,6 – 3,3 maka gambaran motivasi kerja
termasuk kategori cukup baik.
Hal ini berarti motivasi kerja guru SMP Negeri 1 Cisarua belum
optimal. Masih harus diupayakan langkah untuk meningkatkan baik
motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsiknya.
4.3.7.3 Disiplin Kerja (X3)
Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang disiplin kerja (X3),
diperoleh skor rata-rata sebesar 3,18 (tabel 4.81) sesuai dengan kriteria
penafsiran (tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66) berada
diantara hubungan 2,6 – 3,3 maka gambaran disiplin kerja termasuk
kategori cukup baik.
Hal ini berarti disiplin kerja guru SMP Negeri 1 Cisarua belum
optimal. Masih harus diupayakan langkah untuk meningkatkan disiplin
kerja menyangkut ketepatan waktu, kesadaran dalam bekerja dan
kepatuhan pada peraturan yang berlaku.
146
4.3.7.4 Kinerja Guru (Y)
Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang kinerja guru (Y),
diperoleh skor rata-rata sebesar 3,31 (tabel 4.81) sesuai dengan kriteria
penafsiran (tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66) berada
diantara hubungan 2,6 – 3,3 maka gambaran kinerja guru termasuk
kategori cukup baik.
Tenaga pendidik atau guru merupakan tulang punggng sekolah
dalam menjalankan proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tinggi
rendahnya prestasi siswa tidak terlepas dari kinerja gurunya.
Kinerja guru dapat diukur dari cara guru tersebut mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan ,mengevaluasi siswa. Selain itu kinerja gurupun diakibatkan oleh
faktor lain diantaranya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan
disiplin kerja.
Guru hendaknya selalu berusaha mencari cara untuk meningkatkan
prestasi siswa. Guru dapat meningkatkan wawasan pengetahuannya
dengan membaca beberapa buku pegangan. Untuk meningkatkan
kinerjanya, guru harus selalu berusaha tepat waktu, menggunakan
metode dan strategi pembelajaran dengan tepat, mengikuti pelatihan dan
sebagainya sehingga dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
4.3.7.5 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja
Guru
147
Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan data yang
dilakukan, diperoleh besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
(X1) terhadap kinerja guru (Y) secara langsung sebesar 0,298 atau 29,8%
sedangkan pengaruh tidak langsung melalui motivasi kerja (X2) sebesar
atau 0,11 atau 11 % serta melalui disiplin kerja (X3) sebesar 0,044 atau
4,4%. Dengan demikian total pengaruhnya sebesar 0,452 atau 45,2%
termasuk cukup signifikan.
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
sebesar 45,2%, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar
21,3% dan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat sebesar 10,4%. Jadi terlihat pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat paling besar diantara ketiga variabel yang diteliti dan
diikuti dengan pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja.
Hal ini dikarenakan Kepala SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung
Barat mampu berfungsi sebagai Educator, Manajer, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM) dengan cukup
baik. Menurut Mulyasa (2009 : 90) bahwa kepala sekolah berperan utama
dalam menggerakan organisasi sekolah. Kepala sekolah dapat
menjalankan tugasnya dengan cukup baik akan berpengaruh terhadap
kinerja guru. Kepala sekolah yang mampu melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai EMASLIM akan meningkatkan kinerja guru dan dapat
juga meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan
148
tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap.
4.3.7.6 Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru
Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan data yang
dilakukan, diperoleh besarnya pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap
kinerja guru (Y) secara langsung sebesar 0,077 atau 7,7% sedangkan
pengaruh tidak langsung melalui disiplin kerja (X3) sebesar 0,026 atau
2,6% serta melalui kepemimpinan kepala sekolah (X1) sebesar 0,110 atau
11%. Dengan demikian total pengaruhnya sebesar 0,026 atau 2,6%
termasuk cukup tinggi
Motivasi kerja cukup berpengaruh terhadap kinerja guru,
sebagaimana pendapat Gordon W. yang dikutif Mangkunegara (2005 :
104) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi
berprestasi dengan pencapaian kinerja. Dalam hal ini kepala sekolah
sebagai motivator dapat melakukan penerapan kebijakan dan
pengambilan keputusan yang dapat memacu motivasi kerja para guru.
4.3.7.7 Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan data yang
dilakukan, diperoleh besarnya pengaruh Disiplin kerja (X3) terhadap
kinerja guru (Y) secara langsung sebesar 0,034 atau 3,4 % sedangkan
pengaruh tidak langsung melalui kepemimpinan kepala sekolah (X1)
sebesar 0,044 atau 4,4% serta melalui motivasi kerja (X2) sebesar 0,026
atau 2,6%. Dengan demikian total pengaruhnya sebesar 0,104 atau
10,4% termasuk cukup tinggi.
149
Disiplin di lingkungan kerja sangat diperlukan karena akan
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pegawai dengan
disiplin kerja yang baik akan menguntungkan perusahaan dan pegawai itu
sendiri. Tingkat kedisiplinan seorang pegawai dapat diukur dari ketepatan
waktu dalam melaksanakan pekerjaan, kesadaran dalam bekerja serta
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
4.3.7.8 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru
secara bersama-sama memperlihatkan bahwa :
1. Pengaruh total kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja
guru (Y) sebesar 45,2 %.
2. Pengaruh total motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) sebesar
21,3 %.
3. Pengaruh total disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru (Y) sebesar
10,4 %.
4. Pengaruh total kepemimpinan kepala sekolah (X1), motivasi kerja
(X2) dan disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru sebesar 76,9 %.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel-variabel yang
mempengaruhi kinerja guru tidak dapat berjalan sendiri-sendiri namun
harus selalu bersinergi dalam pelaksanaannya sehingga memberikan
kontribusi yang tinggi.
150
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan dan
pembahasannya mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat, penulis memperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kepemimpinan kepala sekolah yang meliputi kepala sekolah
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator dan motivator sesuai dengan hasil pengolahan data
termasuk dalam kategori baik.
2. Motivasi kerja yang meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik sesuai
dengan hasil pengolahan data termasuk kategori cukup baik.
3. Disiplin kerja yang meliputi ketepatan waktu, kesadaran dalam
bekerja dan kepatuhan pada peraturan sesuai dengan hasil
pengolahan data termasuk kategori cukup baik.
4. Kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua yang meliputi mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi sesuai dengan pengolahan data berada pada
kategori cukup baik.
151
5. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
secara langsung maupun tidak langsung termasuk besar
6. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru secara langsung
maupun tidak langsung cukup besar.
7. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru secara langsung
maupun tidak langsung cukup besar.
8. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin
kerja terhadap kinerja guru sangat besar.
5.2 Saran
Dengan mengetahui adanya pengaruh yang positif antara
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap
kinerja guru baik secara bersama-sama maupun secara parsial serta
mengetahui karakteristik yang memberi pengaruh paling besar terhadap
kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua, maka :
1. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat berada pada kategori baik. Sejalan dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan, maka
untuk meningkatkan kinerja guru kepemimpinan kepala sekolah
harus lebih efektif. Untuk itu kepala sekolah perlu mengikuti
workshop manajemen serta lebih terbuka pada saran dan kritik
yang sifatnya membangun.
2. Berdasarkan pengolahan data, motivasi kerja guru SMP Negeri 1
Cisarua termasuk pada kategori cukup baik. Motivasi kerja guru
perlu ditingkatkan terutama motivasi eksternal. Hal ini dapat
dilakukan oleh kepala sekolah dengan cara peningkatan
152
kesejahteraan guru, menjalin hubungan interpersonal yang lebih
harmonis dan peningkatan lingkungan kerja yang aman dan
nyaman sehingga para guru dapat meraih prestasi kerja yang lebih
baik pada waktu mendatang.
3. Berdasarkan pengolahan data, disiplin kerja guru SMP Negeri 1
Cisarua termasuk pada kategori cukup baik. Sejalan dengan
tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas sekolah, perlu
ditingkatkan kedisiplinan kerja guru dengan pembinaan dan
pengawasan yang lebih intensif.
4. Kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
berada pada kategori cukup baik. Perlu diperhatikan hal-hal yang
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja guru. Untuk
peningkatan kinerja guru kepala sekolah harus dapat menentukan
strategi yang efektif dan apabila terjadi penurunan kualitas kinerja
dapat mengidentifikasi penyebabnya.
5. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat pada umumnya sudah baik. Agar lebih baik lagi
perlu mengoptimalkan manajemen dan supervisi terhadap kinerja
guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Hal ini
dapat meningkatkan kinerja guru dan mutu pendidikan.
6. Untuk meningkatkan motivasi kerja guru sebaiknya kepala sekolah
memberikan kebijakan yang dapat memotivasi guru agar
melakukan kinerja terbaik, seperti memberikan apresiasi terhadap
guru berprestasi dan memberikan kesempatan kepada guru seluas-
luasnya untuk lebih mengembangkan potensi yang ia miliki.
153
7. Untuk meningkatkan disiplin kerja guru sebaiknya kepala sekolah
meningkatkan sistem pembinaan dan pengawasan. Sistem
pembinaan yang dilaksanakan hendaknya bervariasi misalnya
dengan menggunakan metode ESQ. Sistem pengawasan dapat
ditingkatkan dengan menggunakan kemajuan sistem informasi
untuk memantau kehadiran guru di sekolah maupun di kelas.
154
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh Sulistiani Rosidah, (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
A Tabrani R, (2000), Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, Cianjur: CV Dinamika Karya.
Arikunto Suharsimi, (1997), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan, (2004), Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok, Jakarta: Rineka Cipta.
Davis, Keith dan John W. Newstrom, (1995), Perilaku dalam Organisasi, (Terjemahan Agus Darma), Jakarta: Erlangga.
Depdiknas Direktorat Pembinaan SMP, (2006), Pembakuan Bangunan dan Perabot SMP, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
E. Mulyasa, (2009), Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
E. Mulyasa, (2007), Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Fathoni Abdurrahmat, (2006), Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Gomez Meija, D.B. Balkin dan R.L. Cardy, (2001) Manajing Human Resources, USA: Prentice Hall.
Husen, Umar, (2004), Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Istijanto, (2005), Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : STIE YPKN
Kerlinger, Fred. N. ( 2004), Asas-Asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Luthan, Fred, (2006), Organization Behavior (Prilaku Organisasi),
Yogyakarta: ANDI.
Mangkunegara, Anwar Prabu, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
155
Miftah Toha, (2003), Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo.
Nawawi, Hadari, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Peraturan Pemerintah RI, 2005, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : CV Eko Jaya.
Rahman at all, (2006), Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jatinangor: Alqaprint.
Rivai, Veithzal, (2004), Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Robbin Stephen P, (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall International.
Sedarmayanti, (2009), Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung: CV Mandar Maju.
Sidik Priadana, (2005), Panduan Penyusunan Skripsi dan Tesis, Bandung: STIE Pasundan.
Siagian, Sondang P. (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Jaya.
Siswanto, Bedjo, (2005), Manajemen Tenaga Kerja, Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono, (2001), Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Sujana, (2005), Metode Statistika, bandung : CV Tarsito.
Sujana, (2003), Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Bandung: CV Tarsito
Sukardi, (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supranto J. (2000), Statistik Teori dan Aplikasi, Bandung : PT Gelora Aksara.
Timple, Dale A, (2000), Seri Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Yulk Garry, (2005), Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta: PT Yudeks.
Wahjosumijo, (2002), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
156
Wibowo, (2007), Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Winardi, J. (2001), Pemotivasian dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Jurnal :
UUD Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 edisi 2009, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 edisi 2009, Tentang Guru dan Dosen, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Hernowo Narmodo, 2005, Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah, http.etd.eprins, ums.ac.id/6864/.
Rizal Aminudin, 2008, Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Semarang, http//etd.eprins,ums.ac.id/6816/.