7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPS
2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPS
Arah mata pelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006 dilatarbelakangi
oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan
menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat
yang dinamis.
Menurut Soemantri (Sapriya 2008:9) IPS merupakan penyederhanaan atau
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau
psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan menengah
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik.
Zuraik dalam Ahmad Susanto (2013: 137) mengemukakan bahwa IPS
merupakan harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana
para anggotanya benar – benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan
penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai.Hakikat
IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai
media pelatihan bagi siswa sebagai warna negara sedini mungkin. Karena
pembelajaran IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata , tetapi harus
berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan
8
kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial
kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sehari-hari
dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.
Sejalan dengan pemikiran teori diatas, Banks dalam Ahmad Susanto (2013:
140) berpendapat bahwa pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum di
sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka
berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan di dunia. Banks
menekankan begitu pentingnya pembelajaran IPS diterapkan di sekolah-sekolah,
mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan
menengah.
Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin
ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam
yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis unntuk kepentingan pembelajaran di
sekolah. Oleh karena itu IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk
menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemmapuan mengambil
keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar
menjadi warga negara yang baik. Sapriya (2009:12) untuk jenjang SD/MI,
pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu
(integreted), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu
pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata
(factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat
pengembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Dalam
dokumen Permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan isu sosial.Dari ketetntuan
ini maka secara konseptual, materi pelajaran IPS di SD belum mencangkup dan
mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial.
9
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari
manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat.
Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil
bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan
warga negara yang baik.
2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS di SD
Mata Pelajaran IPS di SD berfungsi untuk menguasai suatu konsep.IPS
memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan siswa
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam berbagai
karakteristik. Secara rinci, Mutakin dalam Ahmad Susanto (2013: 145-146)
merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah , sebagai berikut :
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nila-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
mengembangkan diri sendiri agar survive yang kemudian
bertanggungjawab membangun masyarakat.
10
Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP Standar Isi 2006 (Ahmad
Susanto 2013: 149), pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan
pembelajaran IPS, yaitu:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan
sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusian,
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Berdasarkan tujuan di atas, dengan mempelajari kondisi masyarakat seperti
yang dimuat dalam pembelajaran IPS, maka siswa akan dapat mengamati dan
mempelajari norma-norma atau peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang
berlaku dalam masyarakat, sehingga siswa mendapat pengalaman langsung
adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kehidupan
pribadi dan masyarakat.
2.1.1.3 Ruang Lingkup IPS
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat.Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI
tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
meliputi:(a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu, keberlanjutan, dan
perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d) perilaku ekonomi dan
kesejahteraan.
11
Secara rinci, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI
kelas 5 Semester 2 sebagai berikut:
Tabel 1
Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 5 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pejuang
dan masyarakat dalam
mempersiapkan danmempertahankan
kemerdekaan Indonesia
2.1.Mendeskripsikan perjuangan para
tokoh pejuang pada penjajah
Belanda dan Jepang
2.2.Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia
2.3.Menghargai jasa dan peranan
tokohperjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia
2.4.Menghargai perjuangan para tokoh
dalam mempertahankan
kemerdekaan
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
Dapat disimpulkan bahwa Mata Pelajaran IPS di SD menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi/kemampuan
siswa serta agar menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sehingga
dapat berpatisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun
sebagai warga negara. Oleh sebab itu dalam penyampaian materi mata pelajaran
IPS harus menggunakan contoh-contoh dalam kehidupan nyata siswa, sehingga
mereka dengan mudah mengaplikasikan pelajaran IPS dalam kehidupan sehari-
hari
12
2.1.2 Metode Problem Solving
2.1.2.1 Pengertian Metode Problem Solving
Metode problem solving adalah pendekatan pembelajaran yang melakukan
pemusatan pembelajaran pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah,
yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Karen (Dewi, 2008: 28). Sedangkan
Gulo (2002:111) menyatakan bahwa metode problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Sejalan dengan pengertian yang
disampaikan Karen dan Gulo, Made Wena(2009; 22) mengemukakan bahwa
metode pendekatan pemecahan masalah dipandang sebagai suatuproses untuk
menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkandalam upaya
mengatasi situasi baru. Pada pelaksanaan pembelajaran problem solving, siswa
diharapkan setelah mengetahuiteori teori yang dipelajari dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Dengan memecahkan masalah siswa akan lebih diasah
kemampuannya untuk menerapkan teori.
Jadi pendekatan problem solqving adalah suatu penyajian materi pelajaran
yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus terampil untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa di libatkan untuk melakukan
penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang
diberikan, dengan melakukan analisis dan identifikasimasalah, mengembangkan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.
Problem solving memiliki lima asumsi utama :
a. Permasalahan sebagai pemandu, dalam hal ini permasalahan menjadi acuan
konkret yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan dan materi diberikan
sejalan dengan permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka berpikir bagi
siswa dalam mengerjakan tugas.
b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, di sini permasalahan
diberikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuan utamanya
13
memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh dalam memecahkan masalah.
c. Permasalahan sebagai contoh, di sini permasalahan adalah salah satu contoh
dan bagian dari bahan belajar siswa. Permasalahan digunakan untuk
menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas dalam diskusi antara
guru dan siswa.
d. Permasalahan sebagai sarana untuk memfasilitasi terjadinya proses, dalam hal
ini fokusnya adalah kemampuan berpikir kritis dalam hubungannya dengan
permasalahan. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar
dan berpikir kritis.
e. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya
adalah pengembangan ketrampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus
serupa. Ketrampilan tidak diajarkan oleh guru tetapi ditemukan dan
dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah
(Paulina Panen, 2005)
2.1.2.2 Manfaat dari Metode Problem Solving
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar
mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut
(Paulina Panen, 2005) metodeproblem solving memberikan beberapa manfaat
antara lain :
a. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan
permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan
mandiri. Siswa dapat membuat suatu keputusan yang ada dalam
pikirannya. Ide yang ada dalam pikirannya dituangkan dalam
keputusan atau jawaban dari permasalahan yang dihadapinya.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan
makin bertambah. Siswa akan merasa pandai apabila dia dapat
14
berfikir sendiri, menemukan suatu solusi dari pengetahuan baru
yang sebelumnya belum diketahuinya.
c. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi
diproses dalam situasi atau keadaan yang benar-benar dihayati,
diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif. Ketika
siswa telah mampu menenukan jawaban dari pergumulannya, maka
dia pengetahuan yang didapatnya akan benar-benar diingat dengan
baik. Dia tidak hanya diberi pengetahuan baru, namun dia dapat
menemukan pengetahuan baru tersebut.
d. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan
cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara
individual maupun kelompok berhasil tidaknya suatu pengajaran
bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Siswa yang
mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menemukan hal baru
sendiri memiliki manfaat yang banyak bagi dirinya. Siswa akan
menjadi pribadi yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain,
berfikir kritis terhadap hal baru atau hal asing yang belum
diketahuinya.
2.1.2.3 Tujuan dari Metode Problem Solving
Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut :
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudianmenganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.Ketika
siswa diberikan suatu permasalahan oleh guru, entah berupa kalimat langsung
maupun soal tertulis, maka siswa mampu untuk menyeleksi informasi yang
sekiranya dapat sesuai untuk menjawab. Setelah itu, siswa menganalisanya,
apa yang sesuai dan apa yang tidak sesuai. Tahap akhirnya adalah siswa
meneliti kembali hasil kerja atau hasil pemikirannya.
15
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa. Siswa akan memiliki kepuasan yang lebih apabila dia dapat
menemukan sendiri apa yang dia cari. Dengan menemukan sendiri, ingatan
siswa akan hasil temuannya akan lebih tertancap dalam.
c. Potensi intelektual siswa meningkat. Hal ini terlihat jelas ketika siswa mampu
menemukan jawaban sendiri, maka siswa menjadi lebih kreatif dan berfikir
kritis. Ketika dia mampu untuk berfikir kritis, maka potensi intelektualnya
akan meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan. Ketika siswa dihadapkan pada sebuah persoalan untuk
menemukan penemuan, siswa akan berfikir langkah apa yang akan dia
lakukan. Ketika langkah awal sudah terlaksana, maka dia akan melanjutkan
pada langkah berikutnya. Langkah-langah inilah yang dinamakan proses
melakukan penemuan.
16
2.1.2.4 Langkah-langkah Metode Problem Solving
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115)
dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :
Tabel 2
Tahap-Tahap Problem Solving
Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan
1) Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah
secara jelas
2) Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk
memperinci menganalisa masalah dari
berbagai sudut
3) Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang
lingkup, sebab akibat dan alternatif
penyelesaian
4) Mengumpulkan dan
mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun
data menyajikan data dalam bentuk
diagram, gambar dan tabel
5) Pembuktian hipotesis Kecakapanmenelaah dan membahas
data, kecakapan menghubung-
hubungkan dan menghitung,
ketrampilan mengambil keputusan dan
kesimpulan
6) Menentukan pilihan
penyelesaian
Kecakapan membuat alternatif
penyelesaian kecakapan dengan
memperhitungkan akibat yang terjadi
17
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Polya. (2011) bahwa
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan melakukan langkah-langkah
berikut:
(1) Mengidentifikasi masalah adalah cara bagaimana kita melihat, menduga,
memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi
masalah.
(2) Mendefinisikan masalah adalah menjelaskan permasalahan yang
diperoleh dengan cara mencari sumber-sumber relevan
(3) Menemukan rencana. dari definisi masalah yang diperoleh dari sumber
yang relevan selanjutnya adalah merencanakan bagaimana cara
memecahkan masalah.
(4) Memecahkan permasalahan. melakukan pemecahan masalah dengan
menerapkan rencana yang telah diperoleh
(5) Mengevaluasi adalah menilai apakah dari rencana yang ditemukan sudah
tepat untuk memecahkan masalah yang diperoleh.
Selain langkah-langkah tersebut, menurut Depdiknas tahun 2008 problem
solving dapat dilaksanakan melalui 5 langkah yaitu :
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah
kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban
sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
18
jawaban ini tentu saja diperlukan metode - metode lainnya seperti
demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Jadi langkah-langkah pendekatan problem solving adalah:
1. Merumuskan masalah,
2. Mencari teori pemecahan masalah,
3. Menetapkan jawaban sementara,
4. Menguji kebenaran jawaban,
5. Membuat kesimpulan,
6. Mengevaluasi aktivitas yang telah dilakukan.
2.1.2.5 Kelebihan Metode Problem Solving
Metode problem solving memiliki banyak manfaat yang dapat diperoleh.
Manfaat yang didapat tidak hanya dari sudut pandang paa pengajar atau guru,
namun juga manfaat bagi siswa. Manfaat yang banyak ini menjadikan metode
problem solving menjadi metode yang memiliki banyak kelebihan. Djamarah
(2010:92), menjelaskan kelebihan metode Problem Solving antara lain adalah :
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. Hal ini disebabkan karena tahap-
tahap dari problem solving memiliki keistimewaan untuk menemukan sendiri
jawaban dari setiap permasalahan. Selain itu, problem solving juga
mengajarkan untuk berusaha agar setiap permasalahan mendapat solusi dan
dapat terpecahkan. Oleh sebab itu, problem solving menjadi metode yang
relevan dengan kehidupan, khususnya di dunia kerja.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, hal ini merupakan
kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Ketika siswa
sudah terbiasa dengan memecahkan masalah secara trampil, maka dalam
kehidupan bermasyarakat, siswa menjadi mudah saja memperoleh jawaban atas
permasalahan yang sedang dihadai, baik secara kelompok maupun individu.
19
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak
melakukan proses runtut dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencapai pemecahannya. Pembiasaan mengerjakan pekerjaan
secara runtut akan membuahkan hasil yang baik ketika siswa sudah dewasa,
terlebih saat siswa berada dalam dunia kerja.
d. Metode ini memudahkan guru untuk melakukan proses belajar mengajar yang
menyenangkan bagi siswa. Mata pelajaran IPS yang tadinya dianggap sebagai
mata pelajaran hafalan, dan kurang diminati siswa akan berubah menjadi mata
pelajaran yang digemari siswa. Tidak hanya IPS saja, namun semua pelajaran
dapat dilakukan dengan metode ini. Suasana kelas yang nyaman disertai
penyampaian materi yang menyenangkan akan membangkitkan gairah belajar
siswa. Ketika siswa sudah memiliki gairah belajar yang tinggi, maka dengan
sendirinya hasil belajar siswa akan meningkat karena mereka memiliki
ketertarikan untuk terus belajar dan menemukan hal baru setiap saat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode problem solving adalah:
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,
b. Berpikir dan bertindak kreatif,
c. Memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis,
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,
f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan
masalahyang dihadapi dengan tepat,
g. Serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan
khususnya dunia kerja.
2.1.2.6 Kelemahan Metode Problem Solving
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving ada beberapa.
Kelemahan itu tidak hanya diperoleh dari sudut pandang siswa, namun juga dari
sudut pandang guru. Kelemahan itu, antara lain:
20
a. Kurangnya pengetahuan guru tentang metode problem solving, sehingga
metode ini sering dikesampingkan. Guru cenderung menggunakan metode
ceramah bervariasi saja. Akibatnya guru tidak berani untuk membuat nilai
KKM yang tinggi karena aham bahwa hasil belajar siswa rendah.
b. Sulitnya memperoleh alat-alat laboratorium ataupun alat peraga yang akan
digunakan sebagai alat peraga. Sekolah tidak memiliki cukup dana untuk
mengadakan sarana dan prasarana yang memadahi. Sedangkan guru tidak
kreatif untuk menciptakan alat peraga sederhana sebagai pendukung
pelaksanaan metode problem solving.
c. Waktu pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini memerlukan waktu yang
lebih dibandingkan dengan metode ceramah yang sering dilakukan oleh guru.
2.1.3 Permainan KAMU
2.1.3.1 Pengertian Permainan KAMU
Menurut sugiyanto (1995:11) bermain adalah kegiatan yang terjadi secara
alamiah pada anak , anak tidak perlu dipaksa untuk bermain. Bermain berguana
untuk membantu anak-anak memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam
taraf berpikir maupun perasaan. Bermain memberi anak perasaan untuk
memahami (matery) ataupun mengensdalikan hal-hal yang ada dalam dunianya.
Berliana dalam Made (2009:35) mengemukakan bahwa media kartu soal/ilmu
adalah sarana agar siswa dapat belajar secara aktif dan terlibat dalam kegiatan
belajar, berfikir aktif dan kritis dalam belajar dan secara inovatif dapat
menemukan cara atau pembuktian teori IPS.
KAMU singkatan dari Kartu Ilmu yang berisikan kartu-kartu sebagai sarana
penyampaian materi pembelajaran. Kartu-kartu tadi dapat diisi pertanyaan atau
informasi-informasi penting tentang materi IPS kelas 5 semester 2 SDN 01
Tanggel SK 2 menghargai peranan tokoh pejuang da masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KD 2.2
Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
21
kemerdekaan Indonesia. Dan KD 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. KAMU dapat
digunakan untuk beberapa mata pelajaran, misalnya matematika, bahasa
Indonesia, IPA, dan IPS. Permainan ini dilakukan dalam kelompok-kelompok
kecil. Setiap kelompok mencari poin untuk dapat dikatakan sebagai pemenang.
Permainan ini dilengkapi dengan dadu untuk membantu siswa dalam menjalankan
permainan.Selain dadu, juga terdapat papan amplop bertuliskan angka sebagai
alas jalannya permainan. Guru bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan
jalannya permainan. Permainan ini dianggap cukup membantu siswa dalam
memperoleh materi dengan cara yang menyenangkan. Siswa cenderung merasa
bermain disaat mereka sedang memperoleh pengetahuan yang baru.
Pada mata pelajaran IPS, guru dapat menuliskan informasi-informasi
penting, soal yang harus dikerjakan, soal yang harus dibuat sendiri untuk
kelompok lain, atau tambahan poin untuk kelompok.
2.1.3.2 Cara Bermain KAMU
Aturan permainan kamu cukup mudah. Sebelum memulai permainan, guru
perlu menyiapkan materi ajar yang hendak disampaikan. Materi tadi dituliskan
beberapa bagian dalam kartu ilmu yang nantinya diambil kelompok saat
permainan.
Permainan KAMU dimulai dengan mengambil KAMU yang telah
diletakkan guru di dalam amplop. Setiap perwakilan kelompok dapat mengambil 1
KAMU dan langsung mengerjakannya bersama dengan kelompok sesuai dengan
langkah-langkah problem solving. Kelompok yang sudah berhasil mengerjakan
KAMU yang diambil sebelumnya, dapat melanjutkan permainan dengan
mengambil KAMU berikutnya. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan
KAMU dapat mengoreksi kembali hasil kerjanya sebelum mempresentasikan di
depan kelas.
22
2.1.3.3 Manfaat Permainan KAMU
Permaian KAMU memiliki banyak manfaat bagi guru dan juga siswa,
manfaat itu antara lain, melalui permainan KAMU, guru menjadi lebih aktif dalam
mempersiapkan materi ajar. Materi dan tugas berupa soal-soal yang tercantum
dalam KAMU menjadi materi ajar yang menarik dan praktis. Selain itu peran guru
di dalam kelas tidak terlalu menonjol, siswa akan cenderung lebih aktif dan dapat
berfikir lebih kreatif.
Permainan KAMU akan menjadi permainan yang tidak membosankan bagi
siswa. Jika biasanya mereka hanya mendapat materi dengan cara mendengarkan
penjelasan guru, sekarang mereka dapat mendapat informasi dan juga
menyelesaikan masalah atau soal yang didapat dari usahanya. Permainan KAMU
juga mengajarkan sikap tanggung jawab, toleransi, serta kerjasama bagi siswa di
dalam kelompoknya. Selain hasil akhir, permainan ini juga dapat menilai proses
serta perubahan sikap apa yang terjadi pada masing-masing siswa. Ketika siswa
melakukan permainan, terkadang mereka merasa kegiatan ini bukanlah kegiatan
belajar namun kegiatan bersenang-senang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
merasa senang dengan cara belajar yang baru, bukan hanya mendengarkan guru
menjelaskan dan mencatat materi.
2.1.4 Sintaks Metode Problem Solving
Tabel 3
Sintaks Metode Problem Solving Berbantuan Permainan KAMU yang Sesuai
dengan Standar Proses
Kegiatan Uraian Kegiatan
Kegiatan Awal
(Apersepsi)
- Pada awal kegiatan, guru memulai dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama menurut
kepercayaan masing-masing.
- Guru melakukan absensi serta menanyakan kabar
23
siswa sebelum pelajaran di mulai.
- Guru memberikan motivasi dan semangat
- Guru memberikan kesempatan siswa untuk
mempersiapkan buku, alat tulis, dan perlengkapan
lain sebagai penunjang pembelajaran IPS.
Kegiatan Inti:
Eksplorasi
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
“Anak-anak, hari ini kita akan belajar
tentang…setelah pembelajaran kalian diharapkan
dapat ….”
- Guru mengingatkan sedikit materi pelajaran
sebelumnya dan menggali informasi baru tentang
materi ajar yang akan disampaikan.
- Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok kecil.
Elaborasi - Guru menjelaskan aturan main permainan KAMU
(kartu ilmu) dan langkah-langkah problem solving
yang akan diikuti siswa.
- Apabila setiap kelompok sudah mendapat masing-
masing 1 kartu, kelompok diminta untuk
mengamati soal yang tersedia di KAMU yang
mereka peroleh.
- Siswa di dalam kelompok berusaha untuk mencari
permasalahan dari KAMU yang diberikan guru.
- Siswa mencari sebab akibat dari permasalahan
yang timbul.
- Siswa mencari informasi tentang pemecahan
masalah tersebut.
- Siswa membuat hipotesa jawaban.
- Siswa menguji hipotesa.
- Siswa mencari jawaban dari pengujian hipotesa
24
dan membuat kesimpulan berupa laporan hasil
diskusi. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk
tuisan, gambar, atau diagram sesuai dengan
perintah yang terdapat dalam kartu.
- Jika pertanyaan atau perintah dalam kartu sudah
dilaksanakan, kelompok berhak untuk
melanjutkan permainan.
Konfirmasi - Setelah pekerjaan yang telah dilakukan, guru
melakukan evaluasi dengan menunjuk kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas. Kelompok sebagai presentator menjelaskan
apa yang telah dikerjakan, sedangkan kelompok
lain menjadi pengamat dan dapat memberikan
saran atau masukan bagi kelompok presentator.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa
muapun kelompok untuk mengajukan pertanyaan
tenang apa yang belum dimengerti.
- Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang
pembelajaran hari ini.
Penutup - Guru memberikan soal evaluasi singkat untuk
mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil
belajar, soal diberikan secara individu dan
langsug dikumpulkan.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan
rumah.
- Setelah itu, guru menyampaikan pesan moral.
- Guru memberikan salam.
25
2.1.5 Hasil Belajar
2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar
Makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar.Pengertian hasil belajar seperti yang diuraikan tadi dipertegas
oleh Nawawi dalam Ahmad Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah
materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
Ahmad Susanto (2013: 5), evaluasi merupakan suatu proses penggunaan
informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah
memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi ini dapat
dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian,
penilaian hasil belajar siswa terdiri atas segala hal yang dipelajari di sekolah, baik
itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa.
26
2.1.5.2 Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman
konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa
(aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam Ahmad Susanto (2013: 6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru
kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami dan mengerti apa yang
di baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dia rasakan berupa hasil
penelitian langsung yang dia lakukan.
b. Keterampilan Proses
Melatih keterampilan proses secara bersamaan dikembangkan pula sikap-
sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab,
dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Indrawati dalam Ahmad Susanto (2013: 9) merumuskan bahwa keterampilan
proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep,
untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Dengan kata lain,
keterampilan ini digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan
konsep, prinsip, dan teori.
c. Sikap
Menurut Lange dalam Ahmad Susanto (2013: 10), sikap tidak hanya
merupakan aspek mental semata, melainkan terdiri atas aspek respon fisik.Jadi,
sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.Jika
mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak jelas sikap seseorang yang
ditunjukkannya. Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap
terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif,
27
afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu oleh sikap. Komponen efektif merupakan perasaan
yang menyangkut emosional.Komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan perilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.
2.1.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan.
Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami
perkembangan.Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari
diri siswa sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan
berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik
jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana,
kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan
lingkungan, keluarga, dan lingkungan.
Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
(Russefendi dalam Ahmad Susanto, 2013: 15), yaitu:
1. Kecerdasan anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi
terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta
terpecahkannya suatu masalah. Kecerdasan siswa sangat
membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu
mengikuti pelajaran yang diberikan.
2. Kesiapan atau kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di
mana individu atau organ-organsudah berfungsi sebagaimana
mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini
sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh
karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan
bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena
28
kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan
kebutuhan anak.
3. Bakat anak
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap
orang memiliki bakat untuk mencapai prestasi sampai tingkat
tertentu.
4. Kemauan belajar
Tugas guru yang cukup berat adalah membuat anak menjadi
mau belajar atau giat belajar. Keengganan siswa untuk belajar
mungkin disebabkandia belum mengerti bahwa belajar sangat
penting untuk kehidupan kelak.
5. Minat
Minat adalah suatu kecenderungan gairah atau keinginan
yang tinggi terhadap segala sesuatu. Jika seorang siswa memiliki
minat yang tinggi terhadap pelajaran di sekolah, maka hasil
belajarnya akan berpengaruh.
6. Model penyajian materi pelajaran
Keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh
model penyajian materi pelajaran. Model penyajian materi yang
menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah
dimengerti oleh para siswa tentu berpengaruh akan hasil
belajarnya.
7. Pribadi dan sikap guru
Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif
dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif
dan kreatif ini. Perilaku dan sikap guru yang baik ini tercermin
dari sikap ramah, lemah lembut, kasih sayang, membimbing
dengan penuh perhatian, tidak cepat marah, tegas, tanggap
terhadap keluhan siswa, antusias dan semangat dalam mengajar,
memberikan penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta bekerja
29
penuh dedikasi dan bertanggungjawab dalam segala tindakan
yang dilakukannya.
8. Suasana pengajaran
Suasana pengajaran sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa dan dalam proses belajar mengajar memerlukan
suasana yang tenang. Terjadinya dialog yang kritis antara guru
dan siswa dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa
tentu akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.
9. Kompetensi guru
Seorang guru yang profesional akan memiliki kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan dalam kemampuan mengajarnya.
Keberhasilan siswa akan banyak dipengaruhi dari kemampuan
guru yang profesional.
10. Masyarakat
Di dalam hidup bermasyarakat terdapat berbagai macam
tingkah laku manusia beserta latar belakang pendidikannya. Oleh
karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan, lingkungan
masyarakat akan mempengaruhi kepribadian siswa. Hal inilah
yang menimbulkan perubahan tingkah laku anak di luar sekolah.
2.1.6 Hubungan Antara Metode Problem Solving berbantuan Media
Permainan KAMU dengan Hasil Belajar
Problem solving merupakan metode mengajar yang menarik bagi siswa
pada masa sekarang ini. Metode ini mampu untuk menguatkan idea tahu gagasan
yang dimiliki siswa. Mereka dapat berupaya untuk mengeluarkan pendapat dan
mencari jawaban dari setiap permasalahan yang muncul. Siswa tidak lagi seperti
botol kosong yang hanya diisi air oleh guru, namun mereka seperti tanaman yang
terus tumbuh dengan usaha mandiri mencari sumber makanannya.
Melalui permainan KAMU, siswa diajak untuk lebih memahami setiap
persoalan yang didapatnya. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode
30
problem solving ini dapat dengan mudah diterapkan dalam permainan KAMU.
Guru sebagai fasilitator dapat dengan mudah menilai proses pembelajaran yang
dilakukan siswa.
Hubungan yang dapat dilihat dari metode problem solving berbantuan
media permainan KAMU adalah hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu
aspek keberhasilan siswa adalah minat belajar yang tinggi. Minat merupakan sifat
yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya
terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para
ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto
menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some
activity and content (1991:57). Minat siswa yang tinggi terhadap pembelajaran
yang berlangsung akan menimbulkan hasil belajar yang tinggi.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eni Binarti
dengan judul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan
Problem Solving Kelas IV SD N Candiareng Warungasem Kabupaten Batang”
yang dilakukan tahun 2011, dalam penelitian tersebut disimpulkan : Hasil
penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II, meningkat dengan memperoleh nilai
rata - rata pra tindakan 63,91% sedangkan hasil siklus I memiliki rata - rata
80,00% dan pada siklus II sangat meningkat menjadi 94,23% dari hasil yang
diperoleh bahwa prestasi belajar siswa dinyatakan berhasil.Peningkatan prestasi
belajar siswa berkaitan erat dengan minat belajar. Siswa yang memiliki minat
tinggi akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi juga.. Sedangkan siswa yang
tidak memiliki minat belajar akan mendapatkan prestasi belajar yang kurang
dalam proses pembelajaran.
Kelebihan dalam penelitian ini adalah siswa lebih kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada pada materi tersebut. Siswa juga lebih aktif untuk
31
mencari tahu pemecahan dari masalah pada materi tersebut dengan menggunakan
proyek yang siswa buat. Siswa dapat lebih kritis dalam menganalisa materi, siswa
dapat lebih perhatian dengan guru dan menimbulkan ketertarikan siswa dengan
berani menanyakan materi yang belum diketahui. Kelemahan penelitian ini
terletak pada fokus guru yang memonitoring siswa yang tidak menyeluruh.
Karena fokus guru yang terbagi–bagi menyebabkan beberapa siswa kurang
konsentrasi.
Penelitian kedua oleh Erwin Putera Permana denan judul “Meningkatkan
Hasil Belajar Melalui Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV
SDN Beji 01 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semaarang “, yang dilakukan
tahun 2011, dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode
problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Kelebihan
penelitian ini adalah pada siklus I terjadi peningkatan 64%, pada siklus II
peningkatan mencapai 97 %. Berdasarkan penelitian yg dilakukan terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang terlihat pada siklus I dan II.
Peningkatan aktivitas belajar siswa berkaitan erat dengan minat belajarnya. Siswa
yang memiliki minat tinggi akan melakukan aktivitas belajar secara total.
Sedangkan siswa yang tidak memiliki minat belajar memiliki aktivitas yang
kurang dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan Erwin, terdapat kelebihan
untuk menimbulkan keterlibatan siswa dalam mencari informasi dan pemecahan
masalah.Siswa memecahkan masalah bersama teman sekelompok dan bertukar
fikiran sehngga menuangkan ide kreatif dengan memodifikasi pendapat yang
berbeda.Sedangkan kelemahan yang terdapat pada penelitian ini adalah
pengalokasian waktu yang kurang dalam pembelajaran untuk memecahkan
masalah.
Penelitian Mei Erayanti yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar
IPS melalui Pendekatan Problem Solving pada kelas V SD Negeri Ngepungrojo
92 Pati“ yang dilakukan tahun 2013, dalam penelitian tersebut disimpulkan :
32
pelaksanaan pembelajaran berkategori baik, dan rata - rata nilai akhir dari setiap
siklusnya terjadi peningkatan. Pada siklus 1 sebesar 70% dan Siklus 2 meningkat
menjadi 90%.Kelemahannya adalah pendekatan problem solving baru dilakukan
oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan pendekatan problem solving
meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
terlihat bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Ada
hubungan erat antara hasil belajar yang tinggi dengan minat siswa. Ketika siswa
memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung, maka
siswa mengupayakan agar hasil belajarnya menjadi tinggi. Siswa akan
memperhatikan penjelasan guru, mencatat hal-hal penting saat pelajaran, dan
berusaha mendapat nilai yang baik. Oleh sebab itu, minat belajar siswa yang
tinggi menyebabkan hasil belajar yang tinggi pula.
Kelebihan dari penelitian yang dilakukan Mei adalah siswa menjadi lebih
fokus untuk memperhatikan pelajaran karena pendekatan yang digunakan
merupakan pendekatan yang baru digunakan dalam pembelajaran di SD tersebut.
Kelemahan dari penelitian ini adalah alokasi waktu yang kurang dalam
pembelajaran. Kajian hasil penelitian yang relevan dapat dilihat secara rinci pada
tabel berikut.
Tabel 4
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
NoNama
Peneliti /Tahun
Mapel/Kelas Variabel Bebas
Variabel Terikat
Minat/Kreatifitas
Hasil BelajarSiklusI (%)
SiklusII (%)
1.Eni Binarti
(2011)IPS/4
Metode problemsolving
63,91 94,23
2.Erwin Putera
.P(2011)
IPS/4Metode problem
solving64 97
3.Mei Erayanti
(2013)IPS/5
Metode problemsolving
70 90
4.KhoirulHasan(2016)
IPS/4Metode problem
solving
33
Penelitian yang dilakukan selanjutnya akan diterapkan pada kelas 5 pada SDN 01
Tanggel, Kabupaten Blora. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian
sebelumnya, yaitu menggunakan metode problem solving. Namun terdapat
perbedaan yaitu, menggunakan alat peraga sebagai alat bantu penyampaian
pembelajaran. Alat bantu itu adalah KAMU (kartu ilmu) yang disesuaikan dengan
materi ajar yang akan disampaikan. Penggunaan alat peraga bukan menjadi
variable tambahan, namun sebagai alat bantu dalam penyampaian materi
menggunakan metode problem solving.
2.3 Kerangka Berfikir
Metode problem solving dalam proses belajar mengajar, siswa tidak saja
dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan dan rasa malas, tetapi bisa
memperoleh hiburan, kesenangan, pengalaman baru, pengetahuan, variasi dari
rutinitas pembelajaran yang monoton. Penambahan atau inovasi pembelajaran
dengan menggunakan permainan KAMU adalah salah satu inovasi pembelajaran
pada jaman ini. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa,
guru dapat merencanakan pembelajaran yang dibuat dengan matang dalam proses
pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan
model pembelajaran problem solving dan mengajak siswa ikut serta dalam proses
KBM sehingga siswa menjadi aktif. Keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa
dalam bentuk sikap, perhatian, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat
menunjukkan sejauh mana minat belajar siswa.
34
Gambar 1 Kerangka Berfikir
Hasil belajar siswarendah
Dilakukantindakan
Guru menggunakan metodeproblem solving dengan media
permainan KAMU.
Siswa berpikir aktif dan lebihtertarik dalam pelajaran
Kemampuanmengingat dan
memahami materilebih baik
Hasil belajarsiswa meningkat
Kondisi Awal
Pembelajaran bersifatkonvensional yang hanya
berpusat pada Guru akibatnyaSiswa malas memperhatikan
dan bosan
Hasil akhir
Siklus I
Siklus II
35
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesa tindakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Penerapan metode problem solving berbantuan permainan KAMU diduga
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN 01 Tanggel
Kabupaten Blora.
b. Penerapan langkah-langkah metode problem solving berbantuan permainan
KAMU yang sesuai sintaks diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas 5 semester 2 SDN 01 Tanggel Kabupaten Blora.