TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III
TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA
HUSADA SURAKARTA TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
ALVIAN DWI JULI RISMAWATI
NIM. B09 062
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta”.Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKES
Kusuma Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis serta
selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta,
yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan
data.
3. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
v
4. Seluruh mahasiswi tingkat III STIKES Kusuma Husada Surakarta yang
telah bersedia menjadi responden dalam studi pendahuluan yang telah
dilakukan.
5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Alvian Dwi Juli Rismawati
B09 162
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III TENTANG
INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2012
xiv +51halaman + 16 lampiran + 4 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang :Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara
berkembang resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika
bayi tersebut tidak disusui. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22%
kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mengurangi angka
kematian balita 8,8 %.
Tujuan : adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi Kebidanan tingkat III
tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tingkatan baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah Diskriptif kuantitatif, lokasi penelitian
diambil di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta pada tanggal 12 Mei 2012. Jumlah populasi sebanyak 122 mahasiswi
dan sampel sebanyak 31 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah kuesioner, sedangkan untuk analisa data menggunakan analisis univariat.
Hasil Penelitian : Dari penelitian didapatkan hasil 9 responden (29,03%)
termasuk dalam tingkat pengetahuan baik. Sebagian besar responden yaitu 19
responen (61,29%) termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup,dan sejumlah 3
responden (9,68%) termasuk dalam tingkat pengetahuan kurang.
Kesimpulan :Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan mahasiswi Kebidanan tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada tingkat cukup yang berjumlah 19 responen (61,29%) dan hal ini
dipengaruhi oleh pengetahuan/informasi dan pengalaman responden.
Kata Kunci : Pengetahuan, Mahasiswi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Kepustakaan : 17 literatur (Tahun 2003 s/d 2012)
vii
MOTTO
v Kebenaran itu adalah dari Tuhan, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang ragu (Al-Baqarah : 147). v Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka
tidak seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah
itu. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Fatir : 2). v Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan fikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Khalil Gibran).
v Apa yang anda lakukan hari ini adalah kunci kesuksesan atau keberhasilan
hari esok. Apa yang telah didapat hari ini, manfaatkanlah....... !!!
Dan jangan pernah menyia-nyiakan sedetikpun waktu itu berlalu begitu
saja tanpa hal yang berarti. Awali setiap langkahmu dengan senyum dan
do’a.
v Jadikan ilmu sebagai penerang dalam mengejar impianmu, karena dengan
ilmu itupula seseorang dapat mengejar impiannya sampai ke negeri Cina.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis
ilmiah ini penulis persembahkan :
v Ayah dan bunda tercinta, yang telah
menjadi inspirasi disetiap langkahku, terima kasih atas doa restunya dan cinta kasihnya
yang selalu membuat aku kangen untuk pulang.
v Abang dan adikku tercinta yang selalu memberikan support setiap langkahku.
v Mbah Kakung/Putri, Om dan Bulek yang telah memberikan dukungannya selama ini.
v Boedi Setyawan, terima kasih atas support
dan kasih sayangnya selama ini.
v Ibu Dheny Rohmatika, S. ST, terimakasih
atas kritik, saran dan bimbingannya demi
kemajuan Karya Tulis Ilmiah ini.
v Lia, Tyas, Dian, Ambar yang tetap exsist
aja sampai saat ini, teman bertukar fikiran.
v Teman-teman seperjuangan yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini.
v Almamater tercinta STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Alvian Dwi Juli Rismawati
Tempat / Tanggal Lahir : Kembayan, 1 Juli 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. Tanjung Merpati Rt 02/01, Kec. Kembayan, Kab.
Sanggau,Pontianak Kal Bar / Ds. Karang Mojo Rt 01/09,
Delanggu,Klaten
Riwayat Pendidikan :
1. SD N 09 Tanjung Merpati, Sanggau LULUS TAHUN 2003
2. SMP N 1 Kembayan, Sanggau LULUS TAHUN 2006
3. SMU N 1 Kembayan, Sanggau LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN 2009/2010
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii
CURICULUM VITAE .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 6
F. Sistematika Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................................. 8
1. Pengetahuan .............................................................................. 8
x
a. Pengertian Pengetahuan ....................................................... 8
b. Tingkatan Pengetahuan ....................................................... 8
c. Sumber-sumber Pengetahuan ............................................... 9
d. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................ 9
e. Cara Memperoleh Pengetahuan ............................................ 14
f. Pengukuran Pengetahuan ................................................... 16
2. Remaja ...................................................................................... 16
a. Pengertian Remaja ............................................................... 16
b. Batasan Remaja ................................................................... 17
c. Tahap Perkembangan Remaja .............................................. 17
d. Karakteristik Perkembangan Remaja.................................... 19
e. Tugas Remaja ...................................................................... 20
3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ..................................................... 21
a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD).............................. 21
b. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini .............................................. 21
c. Manfaat Menyusui ............................................................... 22
d. Tata laksana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini ................... 24
e. Tahapan Perilaku Sebelum Menyusui .................................. 25
f. Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan .............................. 26
g. Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat .......................... 27
h. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ...................................... 27
B. Kerangka Teori ............................................................................... 29
C. Kerangka Konsep ............................................................................ 30
xi
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 32
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 37
F. Variabel Penelitian .......................................................................... 38
G. Definisi operasional ......................................................................... 39
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 40
I. Etika Penelitian ............................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum ............................................................................ 43
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 43
C. Pembahasan .................................................................................... 46
D. Keterbatasan .................................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 50
B. Saran .............................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................... 29
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.............................................................. 30
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi - Kisi Kuesioner ............................................................. 35
Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian .............................................. 39
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi ................. 44
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi
Menyusu Dini di Program Studi D III Kebidanan ................... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Uji Validitas
Lampiran 5 Surat Jawaban Permohonan Ijin Uji Validitas
Lampiran 6 Surat ijin penggunaan lahan penelitian
Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 8 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10 Koesioner Penelitian
Lampiran 11 Kunci Jawaban Koesioner Penelitian
Lampiran 12 Uji Validitas
Lampiran 13 Hasil Uji Realibilitas
Lampiran 14 Hasil Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 15 Uji Mean dan Standar Deviasi
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium
Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak
dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga antara
tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu melalui
promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas, 2005). Untuk
mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat
tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli, 2008).
APN adalah standar asuhan persalinan normal yang bersih dan aman
dari setiap tahapan persalinan bagi semua ibu bersalin yang harus diterapkan
oleh penolong persalinan dimanapun, hal tersebut telah menetapkan 58
langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur tetap
seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan. Tujuan APN adalah
untuk menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayi yang dilahirkannya (Depkes, 2008).
Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara berkembang
resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika bayi
tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian
2
ini meningkat menjadi 480 % sekitar 40 % kematian balita pada usia satu
bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat
mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
mengurangi angka kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008). Berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi
yang mendapatkan ASI dalam satu jam kelahirannya (SDKI, 2003).
Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu
dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI
sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi
menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan
pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi
menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi
menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari.
Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan
kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan
melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008).
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini adalah akan menurunkan angka
kematian karena kedinginan (hypothermie), ibu dan bayi merasa lebih tenang,
dapat meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu-bayi, akan meningkatkan
keberhasilan ASI ekslusif, akan merangksang pengeluaran hormon oksitosin
karena emutan bayi pada putting, membantu pengeluaran plasenta serta
mengurangi perdarahan, bayi mendapat antibodi dari kolostrum
(Roesli, 2008). Kerugian bila bayi tidak disusui secara dini bayi
3
cenderung tidak berminat untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila
tidak segera disusui ibu akan kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus
diberikan eksklusif selama 6 bulan (JNPK-KR, 2008).
Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI Eksklusif
bermacam-macam salah satunya terjadinya kegagalan melakukan IMD. Bayi
yang lahir normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit
ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan
berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya
50% tidak bisa menyusu sendiri. Berbagai studi juga telah melaporkan
bahwa IMD terbukti meningkatkan keeberhasilan ASI ekslusif
(Fikawati dan Safiq, 2009).
Berdasarkan keberhasilan study pendahuluan mengenai tingkat
pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
yang dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2012 di Prodi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta didapatkan hasil secara keseluruhan
mahasiswi tingkat III Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta berjumlah 122 mahasiswi. Dari 10 mahasiswi yang berhasil
diwawancarai, mahasiswi yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5
mahasiswi (50%), mahasiswi yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3
mahasiswi (30%), dan mahasiswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
2 orang (20%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan
mahasiswi tingkat III DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan diketahuinya beberapa
mahasiswi tingkat III yang masih belum paham tentang Inisiasi Menyusu
Dini, diharapkan dapat mendalami atau lebih mempelajari tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) agar dapat memberikan informasi tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) kepada orang tua dan keluarga sebelum melakukan
IMD dengan benar. Dan apabila mahasiswi kurang paham tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), pelaksanaannya di lapangan tidak bisa optimal dan
informasi yang diterima oleh setiap orang tua dan keluarga kurang tepat
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat
Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perumusan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan
Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Prodi DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta tahun 2012 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta pada tingkat baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta pada tingkat cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian kearah yang lebih baik
perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada.
2. Bagi penulis
a. Mendapatkan pengalaman nyata dari kegiatan penelitian dan dalam
membuat karya tulis.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah
dengan di lapangan.
6
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya Inisisai Menyusu Dini (IMD) bagi pembaca dan juga menjadi
masukan untuk penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan survei yang telah penulis lakukan belum ada penelitian
yang dilakukan oleh peneliti tentang tingkat pengetahuan mahasiswa tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga ini merupakan penelitian yang
pertama.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari V BAB yang secara
berurutan meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan gambaran tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat, keaslian dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori tentang pengetahuan (pengertian,
tingkatan perkembangan pengetahuan, sumber pengetahuan, faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan,
dan cara pengukuran pengetahuan), remaja (pengertian, batasan
7
remaja, tahap perkembangan remaja, karakteristik umum
perkembangan remaja, tugas remaja), IMD (pengertian, tujuan
IMD, manfaat IMD, tahapan perilaku sebelum menyusui, tata
laksana melakukan IMD, IMD yang dianjurkan, IMD yang kurang
tepat, penghambat IMD), kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
defenisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan gambaran umum, hasil penelitian, pembahasan
dan keterbatasan dalam penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari
manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa
air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Taufik, 2007).
b. Tingkatan Perkembangan Pengetahuan
Menurut August Comte 1798-1857 dalam Notoatmodjo (2010),
membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan ke dalam tahap
religius, metafisik, dan ilmiah.
1) Tahap religius
Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah
yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan
deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).
2) Tahap metafisik
Dalam tahap kedua ini orang mulai berspekulasi berasumsi, atau
membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisik (keberadaan) wujud
9
yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, dan
mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat
metafisika tersebut (hipotetico).
3) Tahap ilmiah
Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas
yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang
objektif (verifikatif).
c. Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber dari pengetahuan didapat dari penginderaan.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2003).
d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
10
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2) Media Massa/informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
11
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
12
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak
menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.
b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
13
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia.
e. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan
adalah :
1) Cara tradisional atau nonilmiah
Cara tradisional yaitu tanpa melalui penelitian ilmiah. Cara-cara
penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal
dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut
metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba
salah (coba-coba).
14
b) Secara kebetulan
Penemuan kebetulan secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh yang bersangkutan.
c) Cara kebetulan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama,
maupun para ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
15
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berfikir.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sinilah manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya.
i) Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah
proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari perntaan-
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
2) Cara modern atau cara ilmiah
Cara modern yakni melalui proses penelitian. Cara baru atau
modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi penelitian (research
methodology).
16
f. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)
Menurut Riwidikdo (2009), pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :
1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin
ia sekarang sudah bukan kanak-kanak lagi (KBBI, 2005).
WHO mendefisinikan remaja sebagai masa ketika individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda–tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak kedewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri.
Selanjutnya, WHO menyatakan walaupun definisi tersebut terutama di
dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut
17
berlaku juga untuk remaja pria. Dalam hal ini, perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda (youth) (Sarwono, 2011).
Pendefinisian remaja di indonesia sama sulitnya dengan
menetapkan remaja secara umum, karena Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, adat istiadat, tingkat sosial–ekonomi dan pendidikan
(Sarwono, 2011).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang
yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan mahasiswi adalah
mahasiswa putri yang belajar di perguruan tinggi (KBBI, 2005).
b. Batasan remaja
Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang
pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Dalam data kependudukan
Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287,
sedangkan jumlah penduduk yang tergolong pemuda adalah
42.316.900, atau 19,82 % dari seluruh penduduk Indonesia
(Sarwono, 2011).
c. Tahap perkembangan remaja
Menurut Petro Blos dalam Sarwono (2011), perkembangan pada
hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara
aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai
masalah. Dalam proses proses penyesuaian diri menuju kedewasaan
18
ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :
1) Remaja awal (early adolescene)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
2) Remaja madya (middle adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.
3) Remaja akhir
Tahap ini adalah masa konsilidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
19
d. Karakteristik umum perkembangan remaja
Menurut Ali & Ashori (2006), ada sejumlah sikap yang sering di
tunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
1) Kegelisahan, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan,
atau keinginan yang hendak di wujudkan di masa depan, namun
mereka belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk
mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginan jauh
lebih besar di bandingkan kemampuannya. Tarik–menarik antara
angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih
belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan
gelisah.
2) Pertentangan, remaja sering mengalami kebingunan karena terjadi
pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Sehingga
menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua
kemudian di tentangnya sendiri. Pertentangan tersebut akan
menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun
pada orang lain.
3) Mengkhayal, keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak
semuanya tersalurkan. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang
luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan
remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya.
Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan
menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.
20
4) Aktifitas berkelompok, larangan orang tua sering kali
melemahkan/mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan
remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka
berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan
bersama secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat
diatasi bersama.
5) Keinginan mencoba segala sesuatu, remaja memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, sehingga cenderung ingin bertualang, menjelajah
segala sesuatu, dan mencoba sesuatu yang belum pernah
dialaminya. Misalnya remaja pria mencoba merokok ingin
membuktikan bahwa dia juga bisa melakukannya seperti orang
dewasa.
e. Tugas Remaja
Menurut Sarwono (2011), tugas remaja dalam perkembangan
adalah :
1) Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara
efektif.
2) Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari
jenis kelamin yang manapun.
3) Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau
perempuan).
4) Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap
orang tua dan orang dewasa lainnya.
21
5) Mempersiapkan karier ekonomi.
6) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
7) Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.
8) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah
lakunya.
3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (early Initiation) atau permulaan menyusu
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi,
sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang
mempunyai kemampuan menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak
kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah
lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the
breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).
Dalam kutipan Swasono (2008), Inisiasi menyusu dini adalah proses
alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan
memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI
sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Roesli,
2008).
b. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22 % kematian 28 hari.
Sekitar 40 % kematian tiap satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi
menyusu dini meningkatka keberhasilan menyusu ekslusif dan
22
lamanya menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat
menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh (Affandi, 2008).
Menurut Roesli (2008), Inisiasi Menyusu Dini juga berperan dalam
pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yakni :
1) Membantu mengurangi kemiskinan
Jika seluruh bayi di Indonesia dalam setahun disusui secara
ekslusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula selam 6
bulan tidak ada.
2) Membantu mengurangi kelaparan
Pemberian ASI membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi
sampai 2 tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan
pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.
3) Membantu mengurangi angka kematian anak.
c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008), keuntungan menyusui meningkat seiring
lama menyusu ekslusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan
tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan
menyusu meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI
sampai dua tahun atau lebih. Menurut DepKes RI (2008) manfaat IMD
antara lain :
1) Bagi bayi
a) Mempertahankann suhu bayi tetap hangat.
23
b) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan
detak jantung menjadi lebih stabil.
c) Kolonisasi bakterial di kulit dan di usus bayi dengan bakteri
badan ibu yang normal.
d) Mempercepat keluarnya meconim (kotoran bayi berwarna
hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena
meminum air ketuban).
e) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan
tenaga yang dipakai bayi.
f) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah dan biokimia lain
dalam tubuh bayi.
g) Membantu bayi dalam mengkoordinasikan hisap, telan, dan
nafas, sehingga saraf motoriknya terlatih
h) Memperoleh colostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem
kekebalan bayi.
i) Mencegah terlewatnya puncak refleks menghisap pada bayi
yang terjadi 20-30 menit setelah lahir.
2) Bagi ibu
a) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
b) Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko
perdarahan sesudah melahirkan.
24
c) Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan
melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2
tahun).
d. Tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Roesli (2008), tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu
Dini secara umum adalah :
1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
persalinan.
2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat
kimiawi.
3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang
diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau
dengan jongkok.
4) Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaikknya
dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.
5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu dan biarkan
bayi melekat dengan kulit posisi kontak kulit dengan kulit
dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan
keduanya diselimuti.
6) Membiarkan sendiri bayi mencari putting susu ibu, ibu dapat saja
merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak
memaksakan bayi ke putting susu.
25
7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk
mengenali tanda–tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu.
8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan
kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi
Caesar.
9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap
setelah satu jam atau menyusu awal selesai.
10) Merawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar.
e. Tahapan perilaku sebelum menyusui
Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5
(lima) tahapan perilaku sebelum bayi menyusu, yakni :
1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam keadaan
siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar
melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar
kandungan.
2) Antara 30–40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti
mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan
merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu
ibu.
3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan di sekitarnya
bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
26
4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara)
sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat–
jilat kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan
meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangan yang
mungil.
5) Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar
dan melekat dengan baik.
f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan
Menurut Roesli (2008), langkah–langkah melakukan Inisiasi
Menyusu Dini yang dianjurkan :
1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain
kering.
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali
kedua tangannya.
3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya
tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut
ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti
bersama–sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya.
27
g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kurang tepat
Menurut Roesli (2008), umumnya praktek Inisiasi Menyusu Dini
yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain
kering.
2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong
dan diikat.
3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan
selimut bayi.
4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi
kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (‘bonding’)
untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan
selesai menjahit perinium.
5) Selanjutnya, dingkat dan disusukan pada ibu dengan cara
memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi.
6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan
(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diadzankan oleh
ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
h. Penghambat IMD
Menurut Roesli (2008), ada beberapa pendapat yang dapat
menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi adalah:
1) Bayi kedinginan.
28
2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui
bayinya.
3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.
4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
5) Ibu harus dijahit.
6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit
gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir.
7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.
8) Bayi kurang siaga.
9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal).
10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.
29
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Menurut Notoatmodjo (2010)
Sumber Pengetahuan : Penginderaan
IMD :
1. Pengertian 2. Tujuan IMD
3. Manfaat IMD 4. Tahapan
perilaku sebelum IMD
5. Tata laksana
IMD 6. IMD yang
dianjurkan 7. IMD yang
kurang tepat 8. Penghambat
IMD
Faktor Yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Media massa
3. Sosial budaya
dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Pengetahuan
Remaja :
1. Pengertian
Remaja
2. Batasan remaja
3. Tahap
perkembangan
remaja
4. Karakteristik
umum
perkembangan
remaja
5. Tugas Remaja
30
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Mahasiswi tingkat III
Kebidanan tentang IMD
Baik
Cukup
Kurang
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
dilakukan dengan tujuan untuk menerangkan atau menggambarkan
masalah yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis
kelamin,sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola
hidup), dan lain–lain. Atau dengan kata lain, rancangan ini
mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu
(Hidayat, 2011).
Metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu
populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011).
32
Penelitian ini dilaksanakan di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Waktu
Waktu penelitian merupakan jadwal yang digunakan oleh peneliti
dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011).
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Polpulasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2010).
Populasi yang peneliti gunakan adalah seluruh mahasiswi tingkat III
prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang berjumlah
122 mahasiswi.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2011).Menurut Arikunto (2006), besarnya sampel yang harus diambil,
apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik di ambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah
33
subjeknya lebih dari 100 bisa di ambil 10-15% atau 20-25% atau lebih
tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 25% sejumlah 31
mahasiswi.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel
acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian/lotre antar siapa yang
akan menjadi responden dengan tidak menjadi responden
(Sugiyono, 2010).
34
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah kuesioner. Kuesioner adalahsejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010).
Penelitian ini alat yang akan digunakan adalah kuesioner. Dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner ini digunakan
untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswi. Kuesioner ini menggunakan
pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Pertanyaan dalam kuesioner ini
menggunakan pertanyaan favorabel atau pertanyaan positif yang berjumlah
22 soal dan pertanyaan unfavorabel atau pertanyaan negatif yang berjumlah 9
soal, sehingga apabila responden menjawab “benar” maka mendapat skor 1,
dan jika menjawab “salah” mendapat skor 0 (Notoatmodjo, 2003).
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini valid dan reliabel,
terlebih dahulu dilakukan dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan
karakteristik seperti sejenis diluar lokasi penelitian. Uji validitas dan
reliabilitas koesioner Karya Tulis Ilmiah telah dilakukan di STIKes Aisyiyah
Surakarta dengan jumlah responden 30 mahasiswi.
Dalam instrumen ini ada 30 soal tentang pengertian IMD, tujuan IMD,
manfaat IMD, perilaku sebelum melakukan IMD, tata laksana melakukan
IMD, IMD yang dianjurkan, IMD yang kurang tepat, penghambat IMD.
35
Tabel 3.1
Kisi Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
No Variabel Sub Variabel Banyak
item No item
1 Tingkat
pengetahuan
mahasiswi
tingkat 3
tentang IMD
1. Pengertian
2. Tujuan IMD
3. Manfaat
IMD
4. Tata laksana
IMD
5. Tahapan
perilaku
sebelum
menyusui
6. IMD yang
dianjurkan 7. IMD yang
kurang tepat 8. Penghambat
IMD
3
4
5
4
3
4
5
2
1, 2, 3
4, 5, 6, 7
8, 9, 10, 11, 12
13, 14, 15, 16
17, 27, 28
18, 19, 20, 21
22, 23, 24, 25, 26
29, 30
JUMLAH 30
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk
mengetahui apakah koesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur
apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara
skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total koesioner
tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product
moment”dengan menggunakan bantuan program SPSS.
36
Adapun rumus korelasi “product moment” adalah sebagai berikut :
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Untuk mengetahui apakah suatu item pertanyaan valid, maka angka
korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel. Suatu pertanyaan
dinyatakan valid jika rhitung> rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 (Arikunto,
2010).
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan di STIKes
Aisyiyah Surakarta, dari 30 soal diperoleh 27 soal yang valid sedangkan
yang tidak valid berjumlah 3 soal, yaitu soal no 2, 23, dan 26 sehingga
harus dihilangkan. Dengan demikian alat yang digunakan ini valid dengan
hasil rhitung> rtabeldengan responden berjumlah 30 orang.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas (ajeg) bila dilakukanpengukurandua kali atau lebih terhadap gejala
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 ΣΣΣ−Σ
ΣΣΣ=
Nrxy
37
yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo,
2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus
Spearman Brown(Hidayat, 2011). Adapun rumus Spearman Brown adalah
sebagai berikut :
Keterangan:
r11 :KoefisienReliabilitas Internalseluruh item
rb : Korelasiproduct momentantarabelahan
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel f product moment. Jadi,
apabila r11 �r tabel berarti reliabel, dan apabila r11 � r tidak reliabel , dengan
taraf signifikasi 0.05, dk : n-2 (Hidayat, 2011).
Setelah dilakukan uji reliabilitas di STIKes Aisyiyah Surakarta
diperoleh nilai Spearman Brown sebesar 0,860 sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan menurut Hidayat (2011), merupakan cara peneliti
untuk mengumpulkan data yang dilakukan dalam penelitian.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi
b
b
r
rr
+=
1
.2 11
38
penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan
informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah kuesioner
diterima oleh responden, responden mengisi kuesioner yang telah
diberikan sesuai ketentuan.
Data primer pada penelitian yang telah dilakukan adalah pemberian
koesioner kepada mahasiswi kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
sehingga didapatkan hasil berupa identitas responden dan diketahui tingkat
pengetahuan responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang
atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang
digunakan berasal dari studi pendahuluan.
Data sekunder pada penelitian yang telah dilakukan adalah data yang
diperoleh berupa data jumlah mahasiswi tingkat III kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
39
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.
(Notoatmodjo. 2010)
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu
PengetahuanTentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Hidayat, 2011). Definisi Operasional pada penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Definisi Operasional penelitian
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1.
Tingkat pengetahuan
mahasiswi
tingkat III tentang IMD
Segala sesuatu yang diketahui
mahasiswi
tentang Inisiasi Menyusu Dini
Kuesioner Ordinal a. Baik: bila nlai responden yang
diperoleh (x)
>mean + 1 SD b. Cukup : bila
nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang : bila
nilai responden
yang diperoleh (x) <mean – 1 SD
40
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2011), dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terdapat data yang terdiri atas beberapa kategori.
c. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan
membuat tabel kontingensi.
2. Melakukan teknik analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
41
Selanjutnya menurut Riwidikdo (2008), hasil untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan
sebagai berikut
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) >mean+ 1 SD
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean –SD
<x<mean+ 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) <mean -1 SD
I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian kebidanan merupakan
masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian
kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian
harus diperhatikan masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Informent Consent
Informent Consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informent Consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
42
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien,
tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
STIKes Kusuma Husada Surakarta adalah sebuah Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan yang berada di kota Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta
ini terdiri dari 3 program studi, yaitu Prodi S1 Keperawatan, Prodi DIII
Keperawatan dan Prodi DIII Kebidanan. Penelitian ini dilakukan di Prodi
DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada yang terletak di kampus II.Jumlah
mahasiswi tingkat III Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta pada tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari ± 122 mahasiswi dan
jumlah tenaga dosen yang mengajar sebanyak 24 dosen. Kampus Prodi DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta juga terdiri dari 2 ruang dosen,
1 meeting room, 1 ruang BEM, 1 ruang yayasan, 1 ruang konseling,1
perpustakaan, 1 musholla, 8 ruang kelas untuk kuliah dan lingkungan kampus
II Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta terlihat bersih
dan rapi.
B. Hasil penelitian
Berikut ini tabel hasil analisis tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III
tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta. Sebelum diketahui tingkat pengetahuan pada
44
kategori baik, cukup dan kurang maka harus diketahui Mean ( !) dan Standar
Deviasi (SD) sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi berdasarkan SPSS
Variabel Penelitian Mean ( !) Standar Deviasi (SD)
Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
23,0 2,490
Sumber : Data Primer
n
X
i∑=X
31
713 =
23=X
1
)(
2
−
−
=
∑
n
n
XX
SD
30
31
50836916585
−
=
30
16399-16585 =
6,2 =
2,4899799 =
490,2 =
45
Setelah diperoleh rata-rata dan Standar Deviasi maka, dapat dikatakan :
Baik, jika X � mean + 1SD
X � 23 + 1 × 2,490
X � 25,49
Cukup, jika mean – 1SD � X � mean + 1SD
23 – 1 × 2,490 � X � 23 + 1 × 2,490
20,51 � X � 25,49
Kurang, jika X � mean – 1SD
X � 23 –1 × 2,490
X � 20,51
Tabel 4.2
Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
1 Baik 9 29,03
2 Cukup 19 61,30
3 Kurang 3 9,67
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer
Dengan demikian, tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta, yang berpengetahuan baik sebanyak 9 mahasiswi(29,09%),
yang berpengetahuan cukup sebanyak 19 mahasiswi (61,30%), yang
berpengetahuan kurang sebanyak 3 mahasiswi (9,67%). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat
46
III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup, yaitu
sebanyak 19 mahasiswi (61,67%).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang
berpengetahuan baik sebanyak 9 mahasiswi (29,09 %), yang berpengetahuan
cukup sebanyak 19 mahasiswi (61,30 %), yang berpengetahuan kurang
sebanyak 3 mahasiswi (9,67 %). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup yaitu sebanyak 19 mahasiswi
(61,67%).
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari manusia,
yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia,
apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Adapun faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : pendidikan, media
massa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia
(Notoatmodjo, 2007).
Inisiasi Menyusu Dini (early Initiation) atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan
menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya,
47
setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara. Menurut Roesli (2008), keuntungan dan manfaat menyusui
meningkat seiring lama menyusu ekslusif hingga enam bulan. Setelah itu,
dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,
keuntungan menyusu meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih.
Manfaat IMD bagi bayi, yaitu mempertahankann suhu bayi tetap hangat,
menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung
menjadi lebih stabil, kolonisasi bakterial di kulit dan di usus bayi dengan
bakteri badan ibu yang normal, mempercepat keluarnya meconim (kotoran
bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena
meminum air ketuban). mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi
stress dan tenaga yang dipakai bayi, mengatur tingkat kadar gula dalam darah
dan biokimia lain dalam tubuh bayi, membantu bayi dalam
mengkoordinasikan hisap, telan, dan nafas sehingga saraf motoriknya terlatih,
memperoleh colostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi,
mencegah terlewatnya puncak refleks menghisap pada bayi yang terjadi 20-
30 menit setelah lahir. Sedangkan manfaat IMD bagi ibu, yaitu dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, merangsang kontraksi otot
rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah melahirkan,
memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan
menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun) (DepKes, 2008).
48
Kategori tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakartapada pada kategori cukup, yaitu sejumlah 19 mahasiswi (61,30%)
dan hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan/informasidan
pengalaman responden. Pengetahuan/informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila
seseorang banyak memperoleh informasi maka orang tersebut memiliki
pengetahuan baik dan berwawasan lebih luas. Sedangkan semakin banyak
pengalaman seseorang maka pengetahuannya semakin luas.
Dengan baiknya tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) diharapkan mahasiswidapat memberikan
informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kepada orang tua dan
keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga dalam
melaksanakan asuhannyadiperoleh hasil yang optimal.
D. Keterbatasan
1. Kendala Penelitian
Kendala dalam penelitian ini adalah dalam menggumpulkan
responden secara bersama-sama dengan waktu yang terbatas.
2. KelemahanPenelitian
a. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner)
yang menggunakan jawaban tertutup sehingga responden tidak dapat
menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia.
49
b. Variabel yang
digunakandalampenelitianinihanyavariabeltunggalyaitutingkatpengeta
huanmahasiswi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
50
BAB V
PENUTUP
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta maka peneliti
mengambil sampel 31 responden, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
termasuk dalam kategori baik yaitu 9 mahasiswi (29,03 %).
2. Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
termasuk dalam kategori cukup yaitu 19 mahasiswi (61,30 %).
3. Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
termasuk kategori kurang yaitu 3 mahasiswi (9,67 %).
51
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasiswi
tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta, maka saran yang dapat penulis sampaikan
adalah :
1. Bagi responden
Diharapkan dapat lebih mendalami dan menambah informasinya tentang
Inisiasi Menyusu Dini agar dapat dalam memberikan asuhannya tepat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan
variabel penelitian dan sampel penelitian lebih banyak.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan literatur ataupun bahan bacaan tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan lebih mengembangkan penelitian yang
lebih lanjut tentang Inisiasi Menyusu Dini.
4. Bagi Tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada orang tua dan keluarga sebelum melakukannya.