Laporan Tutorial Skenario 3Blok Kuratif Dan Rehabilitatif I
PERAWATAN GIGI SULUNG SKENARIO I
Oleh :
KELOMPOK 3
Tutor :Drg. Erawati Wulandari, M.kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER
2011
1 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula
disebabkan oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas.
Terbukanya pulpa disebabkan oleh karies yang sering terjadi pada gigi-gigi susu
dengan rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol, dan
email serta dentin yang lebih tipis. Karies akan menyebabkan infeksi pulpa
sedangkan trauma yang menyebabkan terbukanya pulpa akan mengalami infeksi
jika terkontaminasi oleh saliva. Pulpa yang terinfeksi ini akan meradang dan
dapat terjadi nekrosis pulpa. Jika infeksi menyebar ke tulang alveolar maka benih
gigi permanen dibawahnya dapat terkena. Oleh karena itu, gigi susu dengan pulpa
yang terbuka tidak boleh dibiarkan tanpa perawatan tetapi harus dilakukan pilihan
perawatan konservatif melalui perawatan pulpa atau dengan pencabutan.
Perawatan endodonti pada anak pada dasarnya memiliki tujuan yang sama
dengan yang dilakukan pada pasien dewasa. Tujuan perawatan yaitu meringankan
rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya.
Selain itu, faktor pertimbangan khusus diperlukan saat memutuskan rencana
perawatan yang sesuai untuk gigi susu yaitu mempertahankan gigi pada lengkung
rahang sampai tanggal secara normal.
Perawatan endodonti pada anak dapat meliputi perawatan pulpa konservatif
dan perawatan pulpa radikal. Pada perawatan pulpa konservatif, pulpa yang
dirawat hanya sebatas pada pulpa yang berada pada kamar pulpa dan
2 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
meninggalkan jaringan pulpa diakar secara vital. Sedangkan pada perawatan
pulpa radikal, jaringan pulpa yang dirawat baik meliputi kamar pulpa maupun
pada saluran akar. Perawatan pulpa konservatif yang dilakukan adalah pulp
capping (direct & indirect) dan pulpotomi (vital, devital dan mortal). Perawatan
pulpa radikal pada gigi susu yaitu pulpektomi. Berbagai jenis perawatan pulpa
pada anak dapat kita lakukan tergantung dari indikasinya. Pada makalah ini, akan
dibahas perawatan pulpotomi pada gigi susu dengan teknik devitalisasi
(mumifikasi). Pulpa pada gigi sulung secara anatomis memiliki perbedaan dengan
pada gigi permanen. Perbedaan anatomi ini dapat kita lihat pada ruang pulpa dan
pada saluran akar. Secara anatomis, ruang pulpa pada gigi sulung bentuknya
hampir mengikuti dari bentuk mahkota. Selain itu, pulpa pada gigi sulung secara
proporsional lebih besar dan tanduk pulpa lebih dekat kearah cups daripada gigi
permanent. Dentin yang melindungi pulpa di kamar pulpa dan dentinoenamel
junction lebih tipis dari gigi permanen serta terlihat adanya peningkatan aksesori
kanal dan foramina pada dasar ruang pulpa sehingga dapat menjelaskan tingkat
respon dari nekrosis pulpa pada daerah furkasi pada gigi sulung yang sering
terlihat sebagai gambaran radiolusensi.
Aspek lain yang berbeda adalah perbedaan anatomis dari saluran akar gigi
sulung dengan gigi permanen. Pada gigi sulung, akarnya secara proporsional lebih
panjang dan lebih ramping dibndingkan dengan gigi permanen. Saluran akar lebih
bersifat ribbon-like dan banyak memiliki filamen pulpa dan aksesori kanal. Pada
gigi sulung molar, akarnya membelok tajam keluar dari arah servikal sampai ke
arah akar untuk menyediakan tempat bagi benih gigi permanen. Lebar akar
mesiodistal gigi depan sulung lebih sempit dari akar gigi permanen. Dan
perbedaan yang paling nyata adalah akar gigi sulung mengalami resorpsi secara
fisiologis.
Perbedaan yang nyata mengenai anatomis pulpa pada gigi sulung perlu kita
3 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
ketahui untuk menunjang keberhasilan perawatan yang akan kita lakukan
khususnya untuk perawatan pulpa konservatif, perawatan hanya dilakukan sampai
sebatas kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa vital pada saluran akar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tujuan dari perawatan pada gigi sulung?
2. Bagaimana definisi dari perawatan pulp capping?
3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pulp capping?
4. Bagaimana bahan dan alat dari perawatan pulp capping ?
5. Bagaimana prosedur dan prognosis dari perawatan pulp capping?
6. Bagaimana perbedaan atau perbandingan dari perawatan pulp capping
dengan pulpotomi?
7. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi, serta prognosis dari pulpotomi?
8. Adakah hubungan fraktur gigi 75 berhubungan dengan karies dan pulpa
terbuka dengan diagnose pada skenario?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tujuan dari perawatan pada gigi sulung.
2. Mengetahui definisi dari perawatan pulp capping
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pulp capping.
4. Mengetahui bahan dan alat dari perawatan pulp capping.
5. Mengetahui prosedur dan prognosis dari perawatan pulp capping.
6. Mengetahui perbedaan atau perbandingan dari perawatan pulp capping
dengan pulpotomi.
7. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi, serta prognosis dari pulpotomi.
8. Mengetahui hubungan fraktur gigi 75 berhubungan dengan karies dan
pulpa terbuka dengan diagnose pada skenar
4 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pulpa gigi merupakan struktur yang unik diantara organ-organ dan jaringan
tubuh yang lain. Pulpa sangat kecil namun mampu memenuhi fungsi sensoris dan
nutrisi gigi. Pulpa juga membentuk dentin tambahan dan memberikan perlindungan
terhadap infeksi. Pulpa merupakan jaringan yang sangat vaskular dan dinding
pembuluh darah pulpa sangat tipis sehingga mudah terjadi pendarahan bila kamar
pulpa terpapar karena adanya perforasi yang sangat kecil pada dentin (Baum, Lloyd,
1997).
Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula
disebabkan oleh trauma dari suatu enturan atau selama preparasi kaitas. Terukanya
pulpa disebabkan oleh karies terjadi leih sering pada gigi-gigi susu daripada gigi-gigi
tetap karena gigi-gigi susu mempunyai rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk
pulpa leih menonjol dan email serta dentin yang lebih tipis. Terbukanya pulpa karena
karies akhirnya diikuti oleh infeksi pulpa, sedangkan terbukanya pulpa karena trauma
diikuti oleh infeksi, jika pulpa yang terbuka terkontaminasi saliva. Pulpa yang
terinfeksi menjadi meradang dan dan dapat terjadi nekrose pulpa, jika infeksi
menyebar ke tulang alveolar, gigi tetap yang sedang berkembang dapat terkena.
Karena alasan-alasan ini, gigi susu dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa
perawatan dan gigi molar susu lebih sering memerlukan perawatan pulpa, daripada
gigi anterior susu (Andlaw R.J, 1992).
Rencana perawatan yang baik dibuat oleh dokter gigi anak-anak yang baik.
Hal utama pada rencana perawatan yang baik adalah tekad yang kokoh untuk
kebaikan anak seluruhnya, tidak hanya gigi-giginya dan untuk mempengaruhi sikap
5 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
anak terhadap kedokteran gigi, selain melakukan perawatan yang diperlukan. Tujuan
utama perawatan operatif pada anak adalah mencegah meluasnya penyakit gigi dan
memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi kembali secara sehat,
sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat
dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, perlu mengetahui lebih jauh mengenai
anak dari pada hanya keadaan gigi geliginya. Bayak keterangan yang dapat diperoleh
pada riwayat sosial, dental dan medis dari pasien serta pengaruhnya terhadap rencana
perawatan. Setiap anak berbeda dan setiap rencana perawatan yang tepat untuk tiap
individu hanya dapat dilakukan berdasarkan latar belakang yang berhubungan.
Dengan keterangan mengenai latar belakang ini, gangguan yang mungkin timbul
dapat diantisipasi dan perawatan dapat direncanakan sedemikian rupa untuk
mengatasi atau menghindarinya, tanpa itu semua, perawatan hanya berlangsung
membabi buta, dengan kemungkinan menghadapi gangguan yang tidak diharapkan
(Andlaw R.J, 1992).
Perawatan dapat dilakukan dengan pilihan antara konservasi (melalui
beberapa bentuk perawatan pulpa) atau pencabutan. Metode perawatan meliputi pulp
capping dan pulpotomi, pulpektomi biasanya dianggap tidak praktis karena sulit
untuk mendapatkan arah masuk ke saluran akar pada mulut anak-anak yan kecil dan
karena kompleksnya saluran akar molar susu (Andlaw R.J, 1992).
Secara umum pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan
mengaplikasikan bahan pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak
langsung (pada selapis tipis dentin). Sedangkan pulpotomi merupakan suatu tindakan
perawatan dengan mengambil pulpa vital pada bagian korona sampai batas
sementoenamel junction dan mempertahankan pulpa saluran akar tetap vital dan
sehat. Prosedur pulpotomi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan pulpitis ringan
dan pasein dengan gigi dengan bentuk foramen apikalnya masih lebar. Sedangkan
untuk pulp capping biasa dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka karena trauma
6 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
mekanis (direct) dan pada gigi-gigi dengan karies yang dalam yang menyisakan
selapis tipis dentin diatas kamar pulpa (indirect) (Akbar, 1989).
Perawatan lainnya dalam perawatan pulpa konservatif adalah pulpotomi.
Pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka lebih besar
dari yang diindikasikan untuk perawatan pulp capping. Untuk pulpa vital telah
dikembangkan 2 cara yaitu formokresol pulpotomi dan devitalisasi formokresol.
Sedangkan untuk pulpa non vital dapat dilakukan metode pulpotomi mortal. Dalam
aplikasinya, untuk perawatan pada pulpa vital yang biasa digunakan adalah pulpotomi
formocresol. Hal ini disebabkan karena metode ini cepat dan dapat diselesaikan
dalam satu kali kunjungan (one-visit pulpotomy) serta memilki tingkat keberhasilan
yang memuaskan. Pada pulpotomi devital atau biasa disebut mumifikasi ini hanya
dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu saja (Akbar, 1989; Tarigan R, 1994).
7 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tujuan dari Perawatan Gigi Sulung
Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu
gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai
tumbuh, Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya
sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di
kemudian hari. Oleh karena itu perawatan gigi sulung mempunyai beberapa tujuan
yang diantara lainnya ialah:
1. Memertahankan gigi
2. Mencegah tanggal prematur
3. Mempertahankan lengkung gigi
4. Menghilangkan infeksi dan radang kronis
5. Mempertahankan fungsi estetik
6. Mempertahankan fungsi mastikasi
7. Mempertahankan fungsi fonetik
8. Mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman
3.2 Definisi dari Perawatan Pulp Capping
Pulp capping merupakan suatu aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau
bahan untuk perawatan di atas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium, yang
akan merangsang pembentukan dentin reparatif (Harty, 1995). Sedangkan menurut
8 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Tarigan (2002), pulp capping adalah suatu tindakan perlindungan terhadap pulpa vital
dengan cara memberikan selapis tipis material proteksi pada pulpa yang hampir
terbuka (masih tertutup selapis tipis dentin). Obat yang digunakan adalah Ca(OH)2
yang berkhasiat merangsang odontoblas untuk membentuk dentin sekunder. Teknik
perawatan pulp capping dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tidak langsung
(indirek) dan secara langsung (direk).
Tujuan pulp capping yaitu:
1. Melindungi pulpa dari bahan tumpatan
2. Kelengkapan suatu tumpatan, membantu pengobatan, dan membantu
melekatkan tumpatan
3. Memberkan fungsi protektif terutama berupa pencegahan kuman atau
toksinnya, yang umumnya berada di sekitar tumpatan, memasuki tubulus dan
mengiritasi pulpa.
4. Untuk menutupi dentin hang terbuka
5. Melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat
6. Mempertahankan vitalitas pulpa. (Ford, 1993 dan Andlaw, 1992)
3.3 Indikasi dan Kontraindikasi dari Perawatan Pulp Capping
3.3.1 indikasi
1. Pulpa terbuka kurang dari 1 mm
2. Dentin sekitar pulpa sehat
3. Tidak ada kelainan pulpa
4. Tidak ada peradangan pada periapikal
5. Belum ada keluhan spontan
6. Fraktur sebagian mahkot, sehingga salah 1 tanduk pulpa terbuka
9 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
3.3.2 kontra indikasi
1. Peka terhadap perkusi
2. Terdapat kelainan pulpa
3. Sesorbsi akar
4. Adanya pembengkakkan
5. Terdapat kegoyangan gigi patologis
6. Pernah didapati sakit yang spontan
7. Terdapat gambaran radiolution pada periapikal
8. Terdapat pendarahan ginggiva
9. Terbukannya pulpa karena bur yang terkontaminasi
3.4 Bahan dan Alat dari Perawatan Pulp Capping
Alat :
1. Bur bulat
Fungsinya :
a) Untuk membur email
b) Untuk menyingkirkan karies di dentin
c) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum
2. Ekscavator
Fungsinya :
a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
b) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karie
3. Hachet email atau pahat
4. Pinset berkerat
10 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Fungsinya :
a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
5. Plastis filling instrument
Fungsinya :
a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan
plastis
b) Aplikasi semen
c) Untuk mengurangi kelebihan bahan
6. Alat pengaduk semen
Fungsinya :
a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
7. Stopper cement
Fungsinya :
a) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen
Bahan-bahan :
1. Semen zinc oxide eugenol. Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide
dicampur dengan cairan eugenol, kemudian diaduk sehingga menghasilkan
suatu massa dengan konsistensi pasta
2. Kalsium Hidroksida. Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder
yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium hidroksida juga tersedia dalam
bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para chlorophenol,
metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni.
11 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
3.5 Prosedur dan Prognosis dari Perawatan Pulp Capping
Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum
Kunjungan pertama
1. Asepsis
Untuk menghindari kontaminasi bakteri dari dari permukaan gigi dapat
dilakukan dengan pemblokiran daerah kerja dengan cotton roll dan digunakan saliva
ejector. Sterilisasi instrument juga sangat perlu dilakukan untuk menghindari
penyebaran suatu penyakit. Jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis,
semua instrument yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih
dahulu. Selain itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di sterilisasi
harus digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air karena jika
terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat jalannya
sterilisasi. Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan
endodontik ini, seperti autoklaf, oven udara panas, pemanas kering, dan sterilisasi
garam panas.
2. Pembersihan jaringan karies
Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang
terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan eksavator.
3. Membersihkan permukaan preparasi
12 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh
sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak begitu
nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal semen
gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan permukaan
preparasi pada waktu penumpatan..
4. Menempatkan Subbase:
Bahan Subbase
` a. Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping
yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Kalsium hidroksida tersedia dalam
bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik
yang banyak mengandung kalsium di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai
insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling
populer karena bahan ini dapat dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat.
Jenis bahan ini dipakai dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur
bahan. Sebelum penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena
sebagian pelapik bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari
noda-noda yang berserakan di semua tempat. Bahan pelapik mngeras dengan sangat
cepat setelah dicampur, sehingga harus ditempatkan langsung setelah pencampuran.
Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat
juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini disebabkan karena tidak
memakai isolator karet. (Baum, 1997)
13 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
b. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang
dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang
baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah
memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak
larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum).
Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin
schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini
MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu: sebagai
perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp
capping
5. Melapisi subbase dengan base
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal
untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi
kimia dan fisik. Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia,
menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan
semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung sebelum
merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan material restorasi yang
akan digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner dan base tidak dibedakan
secara jelas.
Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal
untuk pulpa dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan
mendistribusikan stress local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya. Basis
memberikan perlindungan bagi pulpa :
14 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
- Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi
- Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal
- Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury
(Gatot Sutrisno, 2006)
Bermacam-macam bahan untuk basis diantaranya :
a. Semen Oksida Seng Eugenol
Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam
bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini
sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati
7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan dapat meminimalkan kebocoran
mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa. Campuran konvensional dari
oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu produk OSE diperkuat dengan
menambahkan polimer sebagai penguat.
Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad
dibanding glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes
eugenol dan diaduk sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila
dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen dilengketkan
pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari
mengenai tepi-tepi kavitas. Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan
digunakan sebagai alat untuk ”menekan” bahan tersebut dan membentuknya di dalam
kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket ke instrument logam atau plastik,
karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan berulangkali dengan
cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.
b. Semen Seng Fosfat (ZP)
15 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa.
Terdiri atas bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya
adalah asam ortho phosporik, garam-garam logam dan air. Pemakaian utama dan
tradisional dari bahan ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi
dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi yang besar. Semen
posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan varnish
atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.
Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis,
dapat menahan dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari
rangsangan panas tetapi semen ini mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan
sementara.
c. Semen Polikarboksilat
Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada
komponen kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi
untuk adhesi klinis ke ion kalsium pada email dan dentin. Karena bahan ini
cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen hingga
menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk semen ini sama dengan
semen seng phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida
magnesium. Pada saat ini oksida magnesium sering digantikan dengan oksida stanic
dan stanius flourida untuk memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan
kekuatan dan karakteristik manipulasinya. Cairannya adalah asam poliakrilik dan air.
pH semen polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi
respon pulpanya mirip dengan semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk
tingkat iritasi yang rendah adalah ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi
penetrasi melalui dentin dan penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi
difusinya melalui tubulus dentin
16 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
d. semen silikophospat
semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen
silikat, sering disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen
silikat dan 10 % semen seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida dalam bagian
silikat dari bubuk tersebut, semen ini memberikan pencegahan karies sekunder. Dari
titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering merupakan bahan semen
pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk perlindungan pulpa adalah sama
dengan seng fosfat.
6. Penumpatan sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal
hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa
mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai.
Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
a. Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan
sakit atau ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga
harus non-iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode
waktu yang singkat.
b. Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
c. Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral,
dengan cara merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan
merestorasi stop sentrik.
d. Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
e. Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak
mempersulit pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika
17 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva akibat sulit
menjaga kebersihan mulut.
Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama,
tekanan oklusal dan keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya
jaringan gigi yang hilang.Restorasi sementara harus bertahan satu sampai
beberapa minggu.
Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain:
a. Cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang mengandung
calcium sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv
waktu mengeras, karena penggunaanya mudah dan mempunyai
kerapatan yang baik dengan dinding kavitas, digunakan untuk waktu
antar kunjungan yang singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah
dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara meletakkan kekavitas adalah
sebagaian demi sebagian pada dinding kavitas dengan instrument
plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan permukaan
tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah penumpatan
sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1
jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas penutupan cavit G
kelihatannya berdasarkan kemampuan bahan untuk mengembang saat
mengeras. Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat
mengeras dalam susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan
digunakan pada gigi vital karena dapat mengeringkan dentin dan
dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi.
b. IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara
yang mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin.
Bahan ini cukup untuk baik digunakan walaupun kerapatannya kurang
18 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
bila dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya sama dengan
bahan pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi
seperti karies interproksimal subgingiva tetapi yang tidak memerlukan
pemanjangan mahkota atau gingivektomi. Semen ini harus tetap
mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur gigi hanya tersisa
sedikit, semen harus dikontur sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan impaksi makanan.
c. Dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan
bahan tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas. Pada
saat bentuknya cair, sewaktu mengaplikasikannya harus dihindarkan
dari tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila terkena saliva.
Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan
juga sangat rapat dalam menutup kavitas terutama bagian tepinya.
Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi warna yaitu warna gading
untuk pemakaian normal, warna merah jambu untuk pemakaian yang
keras dan warna biru untuk kasus yang membutuhkan campuran
arsenic
7. Melakukan control
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital
atau tidak. Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh
19 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi,
karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga rangsangan
mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes termal, maka dapat
dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat
menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil
klorida atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan
diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca
mulut di atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan
untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan
dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.
20 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Prognosis Pulp Capping
Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan
yang valid di bidang endodontik, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas
dari gigi dengan pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung
pada diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa
dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka. Keberhasilan dari pulp
capping pada lesi pulpa terbuka karena karies lebih rendah. Prognosis baik juga
tergantung pada kekooperatifan pasien dalan perawatan.
3.6 Perbedaan atau Perbandingan dari Perawatan Pulp Capping Dengan
Pulpotomi
Perawatan pulpa konservatif adalah perawatan yang dilakukan pada pulpa yang hanya
terbatas pada ruang pulpa yang meliputi tindakan pulp capping dan pulpotomi. Secara
umum pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan mengaplikasikan bahan
pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak langsung (pada selapis tipis
dentin). Sedangkan pulpotomi merupakan suatu tindakan perawatan dengan
mengambil pulpa vital pada bagian korona sampai batas sementoenamel junction dan
mempertahankan pulpa saluran akar tetap vital dan sehat. Prosedur pulpotomi ini
biasanya dilakukan pada pasien dengan pulpitis ringan dan pasein dengan gigi dengan
bentuk foramen apikalnya masih lebar. Sedangkan untuk pulp capping biasa
dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka karena trauma mekanis (direct) dan pada
gigi-gigi dengan karies yang dalam yang menyisakan selapis tipis dentin diatas kamar
pulpa (indirect).
Perawatan pulpa dengan pulp capping diindikasikan untuk gigi-gigi vital dan gigi-
gigi dengan karies yang dalam (indirect) atau pada pulpa yang terbuka karena faktor
mekanis misalnya terbuka saat melakukan pengeburan (direct). Bahan yang
21 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
digunakan adalah calsium hidroksida. Bahan ini dapat merangsang pembentukan
dentin sekunder atau jembatan dentin. Pada dasarnya prognosis untuk kasus dengan
perawatan pulp capping adalah buruk, kecuali diameter pada gigi yang terlibat tidak
lebih besar dari ujung jarum. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa
lebih baik langsung dilakukan pulpotomi pada pulpa yang terbuka disebabkan karena
penyebaran bakteri dalam kamar pulpa yang diragukan sudah menyebar jauh.
Perawatan lainnya dalam perawatan pulpa konservatif adalah pulpotomi.
Pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka lebih besar
dari yang diindikasikan untuk perawatan pulp capping. Untuk pulpa vital telah
dikembangkan 2 cara yaitu formokresol pulpotomi dan devitalisasi formokresol.
Sedangkan untuk pulpa non vital dapat dilakukan metode pulpotomi mortal. Dalam
aplikasinya, untuk perawatan pada pulpa vital yang biasa digunakan adalah pulpotomi
formocresol. Hal ini disebabkan karena metode ini cepat dan dapat diselesaikan
dalam satu kali kunjungan (one-visit pulpotomy) serta memilki tingkat keberhasilan
yang memuaskan. Pada pulpotomi devital atau biasa disebut mumifikasi ini hanya
dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu saja. Pada subbab berikut, akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai perawatan pulpa pada gigi sulung dengan metode pulpotomi
devital.
22 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
3.7 Indikasi dan kontraindikasi dari Perawatan Pulpotomi serta Prognosis
3.7.1 Indikasi Pulpotomi
Secara umum Indikasi perawatan pulpotomi adalah perforasi pulpa karena proses
karies atau proses mekanis pada gigi sulung vital, tidak ada pulpitis radikular, tidak
ada rasa sakit spontan maupun menetap, panjang akar paling sedikit masih dua
pertiga dari panjang keseluruhan, tidak ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada
kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula, perdarahan setelah amputasi pulpa
berwarna pucat dan mudah dikendalikan (Budiyanti, 2006). Selain itu indikasinya
adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk
merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum
terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi (Bence, 1990, Andlaw dan
Rock, 1993).
Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.
a. Pulpotomi Vital
1. Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda – tanda gejala
peradangan pulpa dalam kamar pulpa.
2. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur
pulp capping indirek yang kurang hati – hati, faktor mekanis selama
preparasi kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.
3. Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih
dari 2/3 panjang akar gigi.
4. Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.
5. Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.
23 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
b. Pulpotomi Devital
1. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.
2. Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.
3. Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.
4. Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan
pulpektomi terutama pada gigi posterior.
5. Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan
karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.
c. Pulpotomi Non-vital
1. Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.
2. Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih
diperlukan sebagai space maintainer.
3. Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.
4. Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat
dahulu.
3.7.2 Kontraindikasi Pulpotomi
Secara umum kontraindikasi pulpotomi adalah sakit spontan, sakit pada amlam hari,
sakit pada perkusi, adanya pembengkakan, fistula, mobilitas patologis, resorpsi akar
eksternal patologis yang luas, resorpsi internal dalam saluran akar, radiolusensi di
daerah periapikal dan interradikular, kalsifikasi pulpa, terdapat pus atau eksudat
serosa pada tempat perforasi, dan perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dari
pulpa yang terpotong (Budiyanti, 2006). Selain itu, kontraindikasinya adalah pasien
24 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat
demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, kehilangan tulang pada
apeks dan atau di daerah furkasi (Kennedy, 1992; Andlaw dan Rock, 1993).
Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.
a. Pulpotomi Vital
1. Rasa sakit spontan.
2. Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.
3. Ada mobiliti yang patologi.
4. Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar
interna maupun eksterna.
5. Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap infeksi
sangat rendah.
6. Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.
b. Pulpotomi Devital
1. Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin
dilakukan.
2. Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.
3. Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.
3.8 Hubungan Fraktur Gigi 75 dengan Karies dan Pulpa Terbuka dan Diagnosa
pada Skenario
Anamnesa/Pemeriksaan Subyektif: gigi bawah kiri patah karena menggigit
tulang ayam tadi malam, tidak ada keluhan rasa sakit. Gigi sudah berlubang tapi tidak
pernah sakit.
25 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Hasil pemeriksaan klinis : gigi 75 fraktur karena karies, pulpa terbuka <1mm,
dan gigi masih vital serta hasil radiografi diperoleh gigi 75 pulpa sedikit terbuka,
jaringan periapikal sehar, tidak ada kelainan jaringan periodontal.
Karies terkena trauma fraktur dengan pulpa terbuka <1mm
Diagnosa : Pulpitis Reversibel (asimtomatik)
Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan
tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat
dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi
reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah jejas dihilangkan. Pulpitis
reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan contohnya erosi servikal atau atrisi
oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,
antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang
terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur yang
tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang
berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform
yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka, adanya
bakteri dari karies. Pada skenario didapatkan bahwa gigi mengalami trauma sehingga
gigi yang sebelumnya sudah berlubang mengalami fraktur tetapi tidak terdapat
keluhan rasa sakit.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit dapat
datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan
karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan
dan gigi direstorasi dengan baik.
26 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi
ringan hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten.
Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan,
terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan
dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
27 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
BAB IV
KESIMPULAN
Tujuan dari Perawatan Gigi Sulung
perawatan gigi sulung mempunyai beberapa tujuan yang diantara lainnya
ialah:
1. Memertahankan gigi
2. Mencegah tanggal prematur
3. Mempertahankan lengkung gigi
4. Menghilangkan infeksi dan radang kronis
5. Mempertahankan fungsi estetik
6. Mempertahankan fungsi mastikasi
7. Mempertahankan fungsi fonetik
8. Mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman
Pulp capping merupakan suatu aplikasi selapis atau lebih material pelindung
atau bahan untuk perawatan di atas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida
kalsium, yang akan merangsang pembentukan dentin reparatif (Harty, 1995).
Sedangkan menurut Tarigan (2002), pulp capping adalah suatu tindakan
perlindungan terhadap pulpa vital dengan cara memberikan selapis tipis material
proteksi pada pulpa yang hampir terbuka (masih tertutup selapis tipis dentin).
Obat yang digunakan adalah Ca(OH)2 yang berkhasiat merangsang odontoblas
28 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
untuk membentuk dentin sekunder. Teknik perawatan pulp capping dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tidak langsung (indirek) dan secara langsung
(direk).
Indikasi dan Kontraindikasi dari Perawatan Pulp Capping
Indikasi Kontra Indikasi
Pulpa terbuka kurang dari 1 mm Peka terhadap perkusi
Dentin sekitar pulpa sehat Terdapat kelainan pulpa
Tidak ada kelainan pulpa Sesorbsi akar
Tidak ada peradangan pada periapikal Adanya pembengkakkan
Belum ada keluhan spontan Terdapat kegoyangan gigi patologis
Fraktur sebagian mahkot, sehingga salah
tanduk pulpa terbuka
Terdapat gambaran radiolution pada
periapikal
Terbukannya pulpa karena bur yang
terkontaminasi
Terdapat pendarahan ginggiva
Pernah didapati sakit yang spontan
Prosedur dan Prognosis dari Perawatan Pulp Capping
Kunjungan pertama
1. Asepsis
29 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Untuk menghindari kontaminasi bakteri dari dari permukaan gigi dapat
dilakukan dengan pemblokiran daerah kerja dengan cotton roll dan digunakan saliva
ejector
2. Pembersihan jaringan karies
Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang
terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan eksavator.
3. Membersihkan permukaan preparasi
Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh
sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak begitu
nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal semen
gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan permukaan
preparasi pada waktu penumpatan..
4. Menempatkan Subbase:
Bahan Subbase Ca(OH)2. Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan
bahan direct pulp capping yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Kalsium
hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta.
5. Melapisi subbase dengan base
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal
untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi
kimia dan fisik. Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia,
30 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan
semalam pemampatan bahan restorative.
6. Penumpatan sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal
hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa
mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai.
Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.
7. Melakukan control
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan
dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.
31 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
DAFTAR PUSTAKA
Akbar SMS. 1989. Perawatan endodontik konvensional & proses
penyembuhannya. 1st ed. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
BAUM, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi/ Baum Phillips Lund. Alih
bahasa, Rasinta Tarigan; editor Lilian Yuwono. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Tarigan R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st ed. Jakarta: Widya
Medika.
Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak: A manual of paedodontics. 2nd ed.
Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-113.
Harty FJ. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta:
Hipokrates, 1992: 292-298.
Ingle JI. Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Ontario: BC Decker Inc., 2002: 861-
862.
Ranly DM. Pulpotomy therapy in primary teeth: new modalities for old
rationales. Pediatric Dentistry. 1994; Vol.16 (6): 403-409.
32 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1
Kennedy DB. Konservasi Gigi Anak: Paediatric Operative Dentistry. 3rd ed. Alih
Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC, 1993: 260-261
33 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1