ANNISAH ANGGARAINI23.33.9032011
TINJAUAN PUSTAKA‘’DEMAM TIFOID“
Latar Belakang
Demam Tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang no 6 tahun 1962 tentang wabah. Manifestasi klinis demam tifoid bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian
Tujuan
Tujuan Umum- Memenuhi tugas penyusunan tinjauan
pustaka- Mengetahui penanganan kasus demam
tifoidTujuan Khusus
- Mengetahui penyebab dari demam tifoid- Mengetahui tanda dan gejala infeksi demam tifoid- Mengetahui penatalaksanaan pada pasien demam tifoid
Definisi
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typi biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran
Epidemiologi
Banyak ditemukan berkembang dinegara. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat
Etiologi
Penyebab demam typhoid Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu : antigen O (somatik), antigen H (flagella), antigen K (selaput)
Masa inkubasinya antara 10-14 hari
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Masa Inkubasi gejala prodormal (rasa tidak enak badan, nyeri kepala, nyeri itot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis
Pemfis suhu meningkat (demam perlahan-lahan terutama sore hingga malam), lidah kotor, hati/limpa membesar, gangguan kesadaran
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer uji Widal empat kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O 1 : 320 atau titer antibodi H 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa oasien, uji Widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif.
Komplikasi IntestinalKomplikasi Intestinal Komplikasi Ekstra-IntestinalKomplikasi Ekstra-Intestinal
Perdarahan usus. Perforasi ususIleus paralitik Peritonitis
Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,trombosis, dan trombophlebitis.
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, dan/atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom urenia hemolitik.
Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi hepar dan kandung empedu: hepatitis dan kolesistitis
Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.
Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis, dan sindroma katatonia.
Komplikasi
Penatalaksanaan
Kloramfenikol : 100 mg/kg BB/ hari dibagi 4 dosis/ oral, iv (diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5 hari bebas demam). Atau
Ampisilin : 200 mg/kg BB/ hari dibagi 4 dosis/ oral, iv (diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5 hari bebas demam) atau
Amoksixilin : 100 mg/kg BB/ hari dibagi 3 dosis/ oral, iv (diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5 hari bebas demam) atau
Cotrimoxazole : 6 –9 mg /kg BB/ hari dibagi 2 dosis/ oral, iv (diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5 hari bebas demam) atau
Bila semua telah resisten dengan obat di atas diberi Sefalosporin : Ceftriaxone 100 mg / kgBB / hari dibagi dalam 2 dosis/ iv selama 5–10 hari
Karier : Amoksisilin : 200 mg/kg BB/ hari dibagi 3 dosis selama 10 hari dan dilanjutkan dengan kolesistektomi
Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup. a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat. b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis. c. Pemberantasan lalat d. Pengawasan terhadap rumah makan dan
penjual makanan.2. Usaha terhadap manusia. a. Imunisasi KOTIPA (perlu diulang setiap 5
tahun) b. Menemukan dan mengawasi karier tifoid. c. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat.
Prognosis
Umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis demam tifoid tergantung dari umur,keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak sebesar 2,6%, dan pada orang dewasa 7,4%, dengan rata-rata 5,7%. Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia(febris kontinua), penurunan kesadaran, dehidrasi, asidosis, perforasi usus, atau pada keadaan gizi buruk
Kesimpulan
1. Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella tipe A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal makanan dan minuman yang terkontaminasi 2. Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan 3. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis
4. Secara garis besar, gejala tifoid adalah demam lebih dari seminggu, lidah kotor
Mual berat sampai muntah , diare atau menceret, lemas pusing, dan sakit perut dan pingsan tak sadarkan diri
5. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid
6. Pencegahan dilakukan secara primer dan sekunder