PENDAHULUAN
Pendidikan islam didunia dan di Indonesia tumbuh dan berkembang seiring
adanya dakwah oleh para tokoh pendidikan islam yang jasanya sangat besar dalam
perkembangan pendidikan Islam. Berkaitan dengan itu maka pendidikan Islam
memiliki corak dan karakter yang berbeda-beda. Sejalan dengan pembaharuan
yang tentunya tidak menyimpang dari akidah Islam. Pendidikan pada hakekatnya
muncul sejak diciptakannya manusia, karena manusia itulah yang menjadi obyek
utama dari pendidikan di samping ia juga sebagai subyek.
Dalam kenyataan, manusia sangat membutuhkan pendidikan karena ia tidak
bisa berkembang dan mengembangkan kebudayaannya secara sempurna apabila
tidak ada pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa eksistensi
pendidikan merupakan salah satu syarat yang mendasar bagi meneruskan dan
mengekalkan kebudayaan manusia. Namun fungsi pendidikan tidak hanya sebatas
meneruskan dan mengekalkan kebudayaan, tetapi lebih dari itu pendidikan
berupaya menyesuaikan dan mengembangkan kebudayaan baru secara
proporsional dan dinamis. Pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan
strategis dalam membangun kehidupan sosial dan memposisikan manusia dalam
kehidupan secara tepat. Dalam sejarah, pendidikan Islam sebagai suatu sub sistem
dari sistem pendidikan pada umumnya baru dikenal sesudah diutusnya Muhammad
saw. sebagai rasul.
Sistem pendidikan Islam mengacu kepada nilai-nilai Islam. Karena itu, sistem
pendidikan Islam menciptakan perbedaan yang mendasar dengan sistem
pendidikan pada umumnya (modern) baik dari Timur maupun dari Barat. Perbedaan
yang menonjol antara keduanya terletak pada sikap atau pandangan terhadap
hidup itu sendiri, dimana Islam menganggap hidup bukan suatu akhir dari
segalanya tetapi alasan untuk mencapai tujuan-tujuan spritual setelah hidup.
Sedangkan dalam pandangan barat, kenikmatan menjadi tujuan akhir hidup yang
didukung oleh materi yang berkecukupan.
Berbicara tentang Sejarah Pendidikan Islam, pada hakikatnya tidak terlepas
dari sejarah Islam. Periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada
dalam periode sejarah Islam itu sendiri. Secara garis besarnya, Harun Nasution
levinayanti.blogspot.com Page 1
membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan,
dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi lima masa, yaitu:
1. Masa hidupnya Nabi Muhammad saw (571-632 M)
2. Masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M) 3. Masa Umayyah di Damsik (661-750 M).
4. Masa Abbasiyah di Bagdad (750-1250 M).
Masa runtuhnya kekuasaan khalifah di Bagdad tahun 1250 M. sampai sekarang.¹
Sejarah pendidikan Islam perlu dikaji ulang, terutama di zaman nabi
Muhammad saw. untuk dijadikan bahan bandingan dan acuan mengembangkan
pendidikan Islam saat ini. Kita semua mengetahui bahwa Rasulullah Muhammad
saw. berhasil membina kaum kafir Quraisy menjadi manusia-manusia muttaqien
dalam waktu singkat hanya sekitar 23 tahun. Keberhasilan ini tentunya tidak
diperoleh begitu saja, tetapi keberhasilan ini ditunjang oleh sistem, teori atau
langkah-langkah sistematis yang ditempuh oleh Rasulullah saw. Sistem dan teori
inilah yang perlu dikaji, diungkap, dikembangkan dan diterapkan dalam
melaksanakan proses pendidikan Islam saat ini, agar dapat berhasil seperti yang
diraih Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Sebagaimana firman Allah swt. dalam
Q.S. al-A„raf /7 : 158
… Dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.
Nabi memberikan suatu model pembentukan kepribadian seseorang,
keluarga dan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai adalah terbentuknya
pribadi yang taat beribadah, memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berakhlak
mulia. Pribadi seperti inilah yang diharapkan terwujud dalam proses
penyelenggaraan pendidikan Islam. Walaupun pendidikan Islam memiliki sejarah
yang panjang mulai dari zaman Nabi Muhammad sampai saat ini, namun tulisan ini
dibatasai pada proses pendidikan Islam masa Rasulullah saw.
levinayanti.blogspot.com Page 2
¹Zuhairini, et al., Sejarah Pendidikan Islam (Ditjen Binbaga Islam Depag RI 1986), h. 7.
Rumusan masalah:
Adapun garis besar permasalahan dalam tulisan ini:
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Nabi, Rasulullah
SAW, Khulafaurrasyidin, Bani Umayah, dan Abbasiyah.
2. Bagaimana sistem pendidikan Islam di zaman Rasulullah saw. Pembahasan
tokoh akan tertuju kepada tokoh-tokoh pendidikan Islam, diantaranya: Al-
Qabisi, Ibnu Sahnun, Al-Gazali, Ibnu Kaldun dan Ibnu Qayim.
PEMBAHASAN
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
a. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengubah seseorang dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak berakhlak menjadi berakhlakul karimah. Pengertian
levinayanti.blogspot.com Page 3
pendidikan islam secara bahasa artinya “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib”. Ketiga istilah
ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat
serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu
sama lain, sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan islam informal, formal
dan non formal.1[1]
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan
kebudayaan.
Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita-cita
islam karena nilai-nilai Islam telah menjiwai kepribadian seseorang dan
mempedomani kehidupan manusia muslim dalam aspek duniawi dan ukhrawi.2[2].
Ahmad D. Marimba (1980:45) mengartikan pendidikan islam sebagai usaha
untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam ajaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran islam. 3[3]
Pendidikan menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam (zuhairini dkk.,
2004:152). Oleh sebab itu hakikat pendidikan islam dapat di artikan secara praktis
sebagai hakikat pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunah.4[4]
Jadi, ilmu pendidikan islam adalah kumpulan pengetahuan yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijadikan landasan pendidikan.
Hasan Langgulung (1980:23) mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan yang memiliki empat fungsi macam, yaitu:
1. Fungsi edukatif, artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan
kepada aak didik agar terbebas dari kebodohan
2. Fungsi pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu
pengetahuan
3. Fungsi penguatan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini pemahaman
ilmiah
1 [1] Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2001).
2 [2] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994).
3 [3] Hasan Basri, Filsafat pendidikan Islam (bandung: PT Pustaka Setia) hlm.13
4 [4] ibid
levinayanti.blogspot.com Page 4
4. Fungsi ibadah sebagai pengabdian sang pencipta yang telah mengangerahkan
kesempurnaan jasmani dan rohani kepada manusia5[5]
b. Sejarah Pendidikan Islam
b. 1. Masa Nabi (nabi Muhammad SAW)
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
1.1. Periode Makkah
Rasulullah (saw) telah menyampaikan ilmu secara sulit kepada ahli
keluarga terdekat seperti isterinya Khadijah, sepupunya Ali bin Abi Talib dan
beberapa orang yang rapat dengan baginda. Kaedah yang digunakan ketika
penyampaian ilmu adalah secara lemah lembut supaya orang ramai tertarik
untuk belajar.
Rumah al-Arqam ialah tempat pendidikan Islam pertama. Baginda dan
sahabatnya sering bermesyuarat bagi mengatur kaedah dan strategi
berdakwah. Hampir tiga tahun baginda menyampaikan ilmu secara sulit, lalu
diturunkan ayat yang meminta baginda menyampaikannya secara terbuka.
Rasulullah (saw) telah menggunakan kaedah berpidato dan berceramah di
tempat-tempat yang menjadi tumpuan orang ramai seperti di pasar Ukaz dan
di sekitar Ka’bah ketika musim haji.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad
juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber
pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid
kepada umatnya.
5 [5] . ibid, hlm.13
levinayanti.blogspot.com Page 5
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah
ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada
manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran
pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa
pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
a. Pendidikan Keagamaan. Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah
semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
b. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah. Yaitu mempelajari kejadian manusiadari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti. Yaitu Nabi Muhammad SAW
mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan
ajaran tauhid.
d. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.
1.2. Periode Madinah
Dalam pendidikan di Madinah Rasulullah SAW. Menempati dua jabatan
yaitu sebagai tokoh agama dan sebagai pemimpin Negara. Yang mana
berkaitan mengenai kehidupan sosial masyarakat dan polotik (siyasah).
Setelah membangun masjid Quba’ dan Masjid Nabawi, sistem
pendidikan Islam mengalami perubahan. Masjid telah menjadi sekolah
yang pertama dalam sistem pendidikan lslam.
Konsep pendidikan di Madinah lebih tertumpu kepada perkara ibadat dan
syariah tanpa melupakan soal-soal yang lain. Dalam pendidikan ibadah,
terdapat perkara yang diwajibkan seperti sholat Jum’at. Selain itu,
terdapat juga perkara yang disunatkan seperti sholat hari raya.
Pendidikan berpuasa telah bermula pada tahun ke dua Hijrah dan ibadat
Haji pula bermula pada tahun keenam Hijrah. Selain itu, pendidikan zakat
dan hukum perkahwinan turut diperkenalkan.
levinayanti.blogspot.com Page 6
Selain itu pendidikan membaca dan menulis telah diperkembang.
Rasullulah s.a.w telah memerintahkan para sahabat yang pandai menulis
dan membaca supaya mencatit dan menulis ayat-ayat al-Quran yang
diwahyukan. Mereka juga di minta supaya mengajar umat Islam yang
tidak tahu menulis dan membaca.
Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah
dan kota Madinah:
1. Periode kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan
tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa
setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Periode kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan
sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut.
b. 2. Masa Khulafaurrasyidin
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan
terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang
mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan
kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap
memantulkan Al-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di
Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.
Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafaurrasyidin:
1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi,
baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga
levinayanti.blogspot.com Page 7
untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid,
selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh
orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada
masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga
pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng
pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain
sebagainya.
2. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di
kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan
pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al Qur’an
dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru
duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju,
sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil
dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai
pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam
di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu
bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat
itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos,
kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik
waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
3. Masa Khalifah Usman bin Affan
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam
tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini
hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi
levinayanti.blogspot.com Page 8
perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang
berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran
untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat
besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan
dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin
menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih
banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka
inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada
umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan
demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan
mengharapkan keridhaan Allah.
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di
masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik
pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan
dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada
masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.
c. Masa Bani Umayah
Institusi Pendidikan
1. Masjid dijadikan institusi pendidikan utama seperti masjid Kufah
dan Basrah
2. Istana khalifah dijadikan tempat belajar dan perpustakaan yang
menyimpan segala bahan bacaan.
3. Bahan bacaan Yunani diterjemahkan dalam kesusasteraan Arab
4. Terdapat juga Khuttab iaitu sekolah permulaan.
5. Terdapat dua jenis khuttab
6. Untuk orang awam yang dikenakan yuran pengajian.
levinayanti.blogspot.com Page 9
7. Khuttab al-Sabil untuk kanak-kanak miskin yang tidak dikenakan
yuran pengajian.
8. Pengajian al-Quran dan asas ilmu agama ditekankan di khuttab.
9. Kaedah pengajian berbentuk Halaqah, yaitu seseorang guru duduk
di tengah dan dikelilingi oleh murid-murid
Tenaga Pengajar
1. Guru-guru di masjid mempunyai ilmu pengetahuan yang kukuh dan
memiliki berbagai pengetahuan lain.
2. Mereka mengajar dengan ikhlas tanpa mengharapkan gaji.
3. Guru-guru di Istana di gelar Muaddib dan kurang berpengetahuan
berbanding guru-guru di masjid.
4. Mereka bukan sahaja mengajar ilmu tetapi mendidik anak-anak khalifah.
5. Antara ulama yang terkenal yang menjadi guru di masjid ;
a. Abdullah bin Abbas ; ahli tafsir, Hadis, Fekah dan Sastera.
b. Hassan al-Basri ; ahli fekah, usuluddin, dan murid beliau yang
terkenal ialah Wasil bin Ata’ iaitu pengasas mazhab Mu’tazillah.
Mata Pelajaran Yang Diajar
1. Pengajian seni muzik dan puisi berpusat di Makkah dan Madinah.
2. Pengajian kesusasteraan dan ilmiah berpusat di Kufah dan Basrah.
Khutbah, syarahan, dan puisi menjadi subjek yang utama untuk
menyampaikan propaganda kerajaan Bani Umaiyah.
3. Semasa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, ilmu falsafah telah
diajar.
4. Ilmu Qiraat (ilmu membaca al-Quran) dikembangkan.
5. Ilmu diajar di masjid-masjid di Damsyik, Madinah, Kufah, dan Basrah.
Al-Quran juga diletak titik dan tanda serta tanda tanwin dan syaddah.
Tugas tersebut dilakukan oleh Nasir bin Asim
Sistem Pengajaran
1. Pendidikan secara terbuka di Khuttab dan masjid telah menjadikan
rakyat berlumba-lumba mengejar ilmu pengetahuan
2. Penyebaran agama Islam telah meluas dan perlu kepada sistem
pendidikan bagi mengajar penganut-penganut baru agama Islam.
3. Kemunculan ilmu falsafah yang menjadi senjata untuk mematahkan
hujah orang Yahudi dan Nasrani.
levinayanti.blogspot.com Page 10
4. Ilmu sejarah juga membantu perkembangan sistem pendidikan
untuk memahami ilmu ketatanegaraan, sistem pemerintahan dan
pentadbiran serta memahami peristiwa masa lalu.
d. Masa Bani Abbasiyah
Institusi Pendidikan
1. Pada zaman khalifah Al-Makmun, Baghdad menjadi pusat pendidikan
yang masyhur di dunia.
2. Pada zaman khalifah Harun Al-Rasyid, di dirikan Baitulhikmah pusat
pengajian dan terjemahan.
3. Di Kaherah terdirinya Dar Al-Hikmah. Di Syria wujudnya madrasah
Nuriyah Al-Kubra.
4. Pada tahun 459 Hijrah, sebuah institusi pendidikan tinggi di Naisabur,
iaitu Madrasah Nizamiyyah yang didirikan di zaman pemerintahan Bani
Saljuk di bawah pimpinan Perdana Menteri Nizam Al-Muluk.
5. Terdapat juga pusat pengajian yang lebih rendah disekitar Baghdad
seperti Khuttab dan tempat pengajian umum seperti perpustakaan,
istana, kedai-kedai buku dan sebagainya.
Tenaga Pengajar
1. Guru dipandang tinggi oleh masyarakat serta diberi gaji yang tinggi.
2. Kebanyakan Khalifah Bani Abbasiyyah mencintai ilmu pendidikan dan
kesusasteraan serta menjadi penaung.
3. Pada zaman ini lahir beberapa orang tokoh ulamak seperti Imam Abu
Hanifah( 150 Hijrah), Imam Malik( 178 Hijrah), Imam Syafie ( 204
Hijrah), Imam Ahmad ( 241 Hijrah) dan lain-lain.
Mata pelajaran yang diajar
1. Di Khuttab, diajar menulis, membaca, mengira serta mengaji dan
membaca Al-Quran
2. Di peringkat menengah, semua bidang diajar seperti falsafah,
matematik,kimia, dan astronomi.
Sistem pengajaran
1. Terbagi kepada dua, iaitu sistem bersekolah dan sistem halaqah.
levinayanti.blogspot.com Page 11
2. Murid-murid di peringkat sekolah rendah menggunakan batu tulis dan
pena batu.
3. Bahan bacaan ialah Al-Quran, beberapa rangkap syair, dan bahan-bahan
yang mudah serta kitab nahu dan sastera.
4. Peringkat menengah, peralatan pengajian lebih moden.
B. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam
B.1. Al-Qabisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad Khalaf al-ma’rifi
al-Qabisi. Ia lahir di Kairawan, Tunisia, pada bulan Rajab, tahun 224 H.
Bertepatan dengan 13 Mei tahun 936M. Ia pernah merantau ke beberapa
negara timur tengah pada tahun 553 H/963 M. Selama 5 tahun, kemudian
kembali ke negeri asalnya dan meninggal dunia pada tanggal 3 rabi’ul
awal 403 H. Selain ahli dalam bidang hadits dan fikih, Al-Qabisi juga di
kenal ahli dalam pendidikan.
2. Ibnu Sahnun
3. Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H /
1058 M. Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi
tujuan pendidikan, kurikulum, metode, etika guru dan murid
4. Ibnu Khaldun
5. Ibnu Qayim
c. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia
levinayanti.blogspot.com Page 12
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1) Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama
kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di
Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim,
seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu
Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke
Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun.
Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau
mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua
tahun6[7]
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-
jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan
sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation
lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada
keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke Medan.
Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau
hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam.
Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk
membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa.
K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari
dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup
besar dan di segani karena ketegaranya.
2) K.H Hasim Asy’ari (1971-1947)
K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di
Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri
K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian
pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.7[8]
6 [7] Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), hlm.270
7 [8] Aziz Masyuri, 99 Kyai Kharismatik Indonesia, (Yogyakarta: Kutub, 2008), h. 210-211
levinayanti.blogspot.com Page 13
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H
Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan
santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan
akhirnyabeliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun
1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk
menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal
di sana.
Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan
tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah
beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal
tahun 1899 M)
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren
Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan
beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas
kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa
bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat
dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda
atau di zaman Jepang kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau
menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi
Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang
peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama
dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas).
K.H Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan
meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren
Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah
mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain
walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka
dirikan.
3) K.H Abdul Halim (1887-1962)
levinayanti.blogspot.com Page 14
K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau
adlah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang
kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang
kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952
M. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah
seorang penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai
hubungan yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan
pemerintah.8[9]
K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak
dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22
Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan
pelajaranya.
Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya
dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah
mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan
beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam
masyarakat dan bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang
lain.
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di
Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh
berpegang pada majhab Safi’i.
PENUTUPAN
8 [9] . Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 204
levinayanti.blogspot.com Page 15
Kesimpulan
Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah
terlepas dari usaha-usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya
dengan perjuangan yang sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu
bila kita berbicara tentang pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak
membicarakan sosok dan tokoh pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih
payah dan karya mereka.
Dari semua uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan itu
sangatlah penting terutama yang namanya pendidikan Islam. Pendidikan Islam ini
sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan bagi tiap-tiap muslim.
Dalam perkembangannya di seluruh dunia banyaklah terdapat tokoh-tokoh
yang terkemuka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Semua
mempunyai pemikiran-pemikiran tersendiri, namun semuanya itu tetaplah
mengarah dan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Selain itu pendidikan Islam ini, tidak hanya mencakup masalah ke agamawan
saja tetapi semua ilmu pengetahuan terdapat di dalamnya, dari ilmu fiqih, ilmu
kedokteran, ilmu filsafat, ilmu alam dan lainnya.
Saran-saran
Dalam makalah ini, kami menyarankan agar pendidikan islam ini hendaknya
ditanamkan secara mendasar dan kokoh kepada diri kita masing-masing, agar
sebagai umat Islam kita menjadi umat yang kokoh dan menyatu serta dapat
senantiasa menjawab perkembangan zaman yang semakin pesat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M .1994. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
levinayanti.blogspot.com Page 16
Aziz . 2008. 99 Kyai Kharismatik Indonesia, Yogyakarta: Kutub
Basri, Hasan. Filsafat pendidikan Islam,bandung: PT Pustaka Setia
Hasbullah.1996. dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo
PersadaMasyuri, Jalaluddin.2001. Teologi Pendidikan ,Jakarta: Raja Grasindo
Persada
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis,
Jakarta: Ciputat Pers
Zuhairini, et al., Sejarah Pendidikan Islam (Ditjen Binbaga Islam Depag RI 1986)
levinayanti.blogspot.com Page 17