PERENCANAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Oleh : Rini Pranawangsih
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang
pendidikan, yang merupakan salah satu faktor penentu mutu sumber daya
manusia. Melalui lembaga ini para peserta didik, baik secara mental maupun
intelektual, digembleng agar dapat mencapai mutu sesuai target yang
ditetapkan sekolah. Sementara itu, apabila kita amati kondisi sumber daya
manusia Indonesia kualitas manusia Indonesia yang belum begitu memuaskan
telah menjadi berita rutin di berbagai media. Sebenarnya salah satu penyebab
sekaligus kunci utama rendahnya kualitas manusia Indonesia adalah kualitas
pendidikan yang rendah.
Kualitas sosial-ekonomi dan gizi kesehatan yang tinggi tidak akan dapat
bertahan tanpa adanya manusia yang memiliki pendidikan berkualitas. Selain
itu, dunia pendidikan Indonesia saat ini setidaknya menghadapi empat
tantangan besar yang kompleks yaitu, pertama, tantangan untuk meningkatkan
nilai tambah (added value). Kedua, tantangan untuk melakukan pengkajian
secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi struktur
masyarakat. Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat.
Keempat, munculnya kolonialisme baru di bidang IPTEK dan ekonomi
menggantikan kolonialisme politik.
Fenomena lain dalam dunia pendidikan adalah ketidakseriusan dalam
proses pembelajaran. Aktifitas belajar mengajar yang mengandalkan tekstual,
kegiatan belajar mengajar yang masih kaku, proses belajar mengajar yang
bepusat pada guru dan belum mampu membangun kondisi belajar yang lebih
efektif sehingga yang terjadi hanyalah transfer ilmu " transfer of knowledge".
Akan tetapi esensi dari tujuan pendidikan yang sebenarnya yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa masih diabaikan, dan tidak adanya
internalisasi atau upaya penanaman ilmu pengetahuan yang mana jika
1
pengintenalisasian ini dilakukan maka siswa tamatan SMA sederajat siap
terjun dalam masyarakat.
Di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model
pengelolaan pendidikan berbasis industri. Di dunia pendidikan, mutu
dijalankan seperti dalam dunia bisnis, ini merupakan revolusi. Namun, mutu
butuh waktu, pemeliharaan, perubahan sikap semua pihak, dan investasi dalam
bentuk pelatihan untuk semua staf. Banyak pemimpin pendidikan gagal dalam
upaya implementasi mutu karena mereka tak memiliki komitmen yang
menjadi syarat keberhasilan.
Saat ini upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan
membuka sekolah-sekolah unggulan, atau mengimplementasikan berbagai
konsep dan teori, salah satunya yaitu mengimplementasikan Total Quality
Management dipandang sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
kualitas pendidikan sekaligus untuk menggkatkan kualitas sumberdaya
manusia Indonesia. Dari sisi ukuran muatan keberhasilan, sekolah yang
mampu mengimplementasikan Total Quality Management di Indonesia
bergerak untuk memenuhi syarat sebagai sekolah yang mampu mengukur
sebagian kemampuan akademis dan non akademis. Dalam tataran konsep
sesungguhnya, Total Quality Management bertujuan untuk melakukan
perbaikan yang terus menerus guna meningkatkan kinerjanya dan
menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh
kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Hal ini berarti bukan hanya
prestasi akademis raja yang ditumbuhkembangkan, melainkan potensi psikis,
fisik, etika, moral, riligi, emosi, spirit, adversity dan inteligensi. Total Quality
Management adalah suatu prosedur di mana setiap orang berusaha keras
secara terus menerus memperbaiki jalan menuju sukses.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah total quality management dalam konteks pendidikan?
2
2. Seperti apa metode / langkah-langkah menjalankan total quality
management di sekolah?
3. Bagaimana perencanaan pengelolaan pendidikan di sekolah di Sekolah?
PEMBAHASAN
A. Total Quality Management dalam Konteks Pendidikan
1. Pengertian Total Quality Management
Total di dalam Total Quality Management (selanjutnya disingkat
TQM) adalah pelibatan semua komponen organisasi yang berlangsung
secara terus-menerus. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen dalam TQM berarti pengelolaan setiap orang yang berada di
dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Mereka semua
adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya. Hal ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Kualitas (quality) sering disama artikan
dengan mutu. Menurut Edward Sallis, kualitas atau mutu dianggap sebagai
suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Kualitas atau mutu
adalah sesuatu yang tarik menarik antara sebagai konsep yang absolut dan
relatif. Kualitas mempunyai kesamaan arti dengan kebaikan, keindahan,
dan kebenaran; atau keserasian yang tidak ada kompromi. Standar kualitas
itu meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan pada standar produk/jasa;
dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer).
Pengertian kulitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka
yang jelas bahwa hakekat TQM atau manajemen kualitas terpadu
sebenarnya adalah budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management)
yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam
organisasi dengan budaya TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi
3
apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire)
oleh pelanggan.
Dengan demikian, TQM dapat diartikan sebagai pengelolaan
kualitas semua komponen (stakehorder) yang berkepentingan dengan visi
dan misi organisasi. Jadi, pada dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan
ataupun pemaksaan, tetapi TQM adalah lebih dari usaha untuk melakukan
sesuatu yang benar setiap waktu, daripada melakukan pemeriksaan
(cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM bukan
bekerja untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan untuk
pelanggan (customer) dan klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang
diperuntukkan bagi menajer senior dan kemudian melewatkan tujuan yang
telah dirumuskan.
2. Syarat Adopsi TQM dalam Pendidikan
Untuk melakukan perubahan diperlukan komitmen yang kuat.
Dalam suatu perubahan pasti ada penolakan terhadap perubahan tersebut.
Namun demikian, perubahan harus tetap dilakukan demi kemajuan yang
ingin dicapai. Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
perubahan, yaitu:
a. Perubahan akan sulit dilakukan jika menejemen puncak (pimpinan)
tidak menginformasikan proses perubahan secara terus menerus
kepada karyawan atau bawahannya.
b. Persepsi atau interprestasi karyawan sangat mempengaruhi penolakan
terhadap perubahan.
Menurut Tjiptono & Anastasia Diana, ada beberapa syarat yang
harus dilakukan untuk mengimplementasikan TQM, diantaranya:
a. Komitmen dari manajemen puncak.
Hal utama yang harus ada agar TQM dapat dilaksanakan dan
mencapai tujuan adalah perlunya komitmen puncak dari sekolah
dalam hal ini kepala sekolah. Komitmen yang diperlukan bukan hanya
sumber daya yang diperlukan tetapi juga waktu yang dicurahkan.
Kepala sekolah harus mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk
4
implementasi TQM. Dengan keterlibatan manajeman puncak (kepala
sekolah) pelaksanaan TQM akan dapat digerakan, diawasi, dan
dievaluasi oleh kepala sekolah secara langsung.
b. Komitmen sumber daya yang dibutuhkan.
Bahwa segala sesuatu memang memerlukan biaya, namun kita
harus harus dapat menggunakan biaya yang ada seefesien mungkin.
Biaya digunakan untuk melakukan pelatihan bagi elemen sekolah dan
konsultan. Kedua hal tersebut biayanya harus selalu ada.
c. Adannya stering committe dari seluruh bagian organisasi, Stering
committe ini di ketuai oleh kepala sekolah dan anggotanya dari warga
sekolah misalnya wakil kurikulum, kesiswaan, humas, sarana
prasarana, kepala adminstrasi sekolah.
Strering komite ini berfungsi menentukan cara implentasi TQM
dan kemudian memantau pelaksanaanya. Dalam menjalankan
tugasnya Stering committe harus membuat perencanaan, menentukan
sasaran, menentukan tujuan, melaksanakan dan memantau hasil yang
dicapai. Stering commite ini juga harus membentuk tim-tim lagi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen adalah adannya keasatuan arah, komando dan tujuan
sehingga kerja tim dapat mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat.
d. Perencanaan dan publikasi.
Perencanaan merupakan faktor utama yang harus dilakukan
sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Dalam implementasikan TQM
perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat visi sekolah yang melibatkan warga sekolah.
Visi adalah pandangan jangka panjang yang merupakan
perpaduan langkah strategis dan sesuatu yang dicita citakan oleh
lembaga (sekolah). Visi sebaiknya disusun secara bersama oleh
warga sekolah sehingga mereka akan mengetahui ke arah mana
sekolah akan dibawa. Visi hendaknya dinyatakan dengan kalimat
yang padat dan bermakna yang nantinya dapat dijabarkan ke dalam
tujuan dan indikator.
5
2) Membuat Sasaran dan Tujuan Umum.
Sasaran maupun tujuan harus sesuai dengan visi yang telah di
buat secara bersama. Sasaran dan tujuannya hendaknya
mencerminkan kegiatan akdemik dan non akademik yang akan
dicapai oleh sekolah, seperti yang terurai dalam RKJM.
3) Rencana Implementasi TQM.
Rencana yang dibuat diarahkan untuk visi, misi dan tujuan
sekolah.
4) Program penghargaan dan pengakuan prestasi.
5) Pendekatan publisitas.
Seluruh elemen sekolah harus mengetahui apa yang sedang
terjadi dalam lingkungan sekolah. Oleh karena jika terdapat
informasi maka elemen sekolah harus diberi tahu sehingga mereka
dapat memahami dan mendukung keputusan manajemen.
e. Pembentukan infrastruktur pendukung penyebarluasan dan perbaikan
berkesinambungan.
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam implementasi TQM
adalah infrastruktur yang mendukung penyebar luaskan TQM di
seluruh bagian organisasi (sekolah) dan perbaikan berkesinambungan,
visi, tujuan, program pengakuan, penghargaan atas prestasi dan
komunikasi.
3. Unsur TQM dalam pendidikan
Fungsi, misi, dan kebijakan pendidikan nasional memerlukan system
pengelola pendidikan secara keseluruhan dan berorientasi pada mutu agar
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu. Istilah ini lebih
populer dalam dunia bisnis dan industri dengan istilah TQM. Kata total
(terpadu) dalam TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada di
dalam suatu organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan
terus-menerus. Kata management berlaku bagi setiap orang, sebab setiap
orang dalam sebuah institusi, apa pun status, posisi atau peranannya,
adalah manajer bagi tanggung jawabnya masing-masing. TQM merupakan
6
sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis pada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan dan harapan para pelanggannya, saat ini dan
untuk saat yang akan datang.
Adapun unsur-unsur manajemen mutu (TQM), antara lain: 1) fokus
pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal; 2)
obsesi terhadap kualitas; 3) penggunaan pendekatan ilmiah dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah; 4) komitmen jangka
panjang; 5) kerja sama tim (teamwork); 6) adanya keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan; 7) perbaikan proses secara berkesinambungan;
8) adanya pendidikan dan pelatihan yang bersifat bottom-up; 9) kebebasan
yang terkendali; 10) adanya kesatuan tujuan.
Selain itu, salah satu konsep dasar TQM dalam pendidikan adalah
konsep tim, artinya para anggota organisasi pendidikan dan satuan
pendidikan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk satu
tujuan yang ditetapkan dengan fokus kualitas pelanggan belajar, yang
berimplikasi pada kualitas lulusan sebagai produk dan pendidikan.
Kualitas manajemen bagi suatu institusi pendidikan, tampak pada
produktifitas manajemen kelembagaan. Produktifitas adalah ukuran,
seberapa baik kita mengubah input/sumber daya menjadi output, produk
atau hasil yang berguna sebagai hasil sumber daya.
Dalam TQM pengejaran terhadap mutu mutlak melibatkan seluruh
guru dan staf yang ada di lembaga pendidikan tersebut dengan
memprioritaskan kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal, dan
terutama pelanggan eksternal. Tentang kepuasan pelanggan sendiri bila
didefinisikan maka bermacam pengertian yang disampaikan oleh para
pakar. Namun, Kotler suatu ketika mengatakan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
(atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Ada lima
layanan yang harus diwujudkan agar pelanggan puas. Pertama,
keterpercayaan (reliability), artinya layanan sesuai dengan yang dijanjikan,
misalnya dalam rapat, brosur, dan sebagainya. Kedua, keterjaminan
7
(assurance), artinya lembaga pendidikan dapat menjamin kualitas layanan
yang diberikan, dan beberapa aspek dalam keterjaminan, misalnya
kompetensi guru/staf dan keobjektifan. Ketiga, penampilan (tangible),
artinya bagaimana situasi suatu lembaga pendidikan tampak baik, dan
beberapa aspek dalam penampilan, misalnya kerapian, kebersihan,
keteraturan, serta keindahan. Keempat, perhatian (empathy), artinya
lembaga pendidikan memberikan perhatian penuh kepada pelanggan, dan
beberapa aspek dalam keperhatian, misalnya melayani pelanggan dengan
ramah, memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi dengan baik.
Kelima, ketanggapan (responsiveness), artinya lembaga pendidikan harus
cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, dan beberapa aspek dari
ketanggapan, misalnya tanggap terhadap kebutuhan pelanggan dan cepat
memperhatikan dan mengatasi keluhan-keluhan yang muncul.
Jika kepuasan pelanggan terpenuhi, selanjutnya akan mendatangkan
beberapa manfaat, antara lain: hubungan antara organisasi dengan para
pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian
ulang, dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan, membentuk suatu
rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan
bagi perusahaan, reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan, dan
laba yang diperoleh dapat meningkat, begitu pula dalam dunia pendidikan.
Peningkatan mutu dapat menjadi semakin penting dan semakin baik bagi
institusi jika memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usaha yang
maksimal.
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan system
manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar
dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Prinsip utama TQM adalah
sebagai berikut :
a. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan di perluas.
Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-
spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.
8
Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan
eksternal.
b. Respek terhadap Setiap Orang
Dalam hal ini setiap anggota atau pun warga dalam sebuah
lembaga atau institusi dipandang sebagai individu yang memiliki
talenta dan kreativitas yang khas, sehingga harus diperlakukan dengan
baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim
pengambil keputusan.
c. Manajemen Berdasarkan Fakta
Setiap keputusan yang akan diambil harus didasarkan pada data,
bukan sekedar pada perasaan. Akan tetapi harus didasarkan pada
proritas dan variabilitas kinerja manusia.
d. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap lembaga atau institusi perlu melakukan
proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara
berkesinambungan.
B. Langkah-langkah / Metode menjalankan TQM
Pembahasan mengenai metode TQM difokuskan pada W. Edward
Deming, dimana banyak yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari
gerakan TQM. W. Edward Deming menggunakan 14 langkah untuk
penerapkan perbaikan mutu yang dikenal dengan ‘Deming’s Fourteen Points’.
Langkah – langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Menciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan
agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan
pekerjaan.
Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi yang hanya
memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan terjadi
pada 20 atau 30 tahun mendatang. Mereka harus memiliki rencana jangka
panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka
harus terus menerus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan mereka
yaitu siswa di sekolah.
9
2. Mengadopsi falsafah baru.
Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus
mempertahankan penundaan waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan
produk yang jelek. Mereka harus membuat perubahan dan mengadopsi
metode kerja yang baru.
3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu.
Inspeksi tidak akan meningkatkan atau menjamin mutu. Anda tidak
dapat mengispeksi mutu ke dalam produk. Deming berpendapat bahwa
manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan tentang
alat-alat statistik dan tehni-tehnik yang dibutuhkan mereka untuk
mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri.
4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga.
Menurut Deming harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran
mutu yang dijual.
5. Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa,
Untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, dan selanjutnya
turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk
mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses
perbaikan yang berkelanjutan.
6. Lembagakan pelatihan kerja.
Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliruan
menggunakan keahlian orang-orangnya secara tepat. Mempergunakan
uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting namun yang lebih
penting lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan
adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.
7. Lembagakan kepemimpinan.
Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanlah mengawasi
melainkan memimpin. Makna dari hal itu adalah berubah dari manajemen
tradisional yang selalu memperhatikan hasil indikator-indikator prestasi,
spesifikasi dan penilaian menuju peranan kepemimpinan yang mendorong
peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik.
8. Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif.
10
Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai.
Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja
dengan baik asalkan merekan bekerja dalam lingkungan yang mampu
mendorong semanagat mereka.
9. Uraikan kendala-kendala antar departemen.
Orang dalam departemen berbeda harus dapat bekerja bersama
sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenankan untuk memiliki unit
atau depatemen yang mendorong pada arah yang berbeda.
10. Hapuskan slogan, desakan, dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa
menambah beban kerja.
Tekanan untuk bekerja giat mempresentasikan sebuah pemaksaan
kerja oleh seorang manajer . slogan dan target memiliki sedikit dampak
praktis terhadap pekerja . kebanyakan persoalan produksi terletak pada
persoalan sistem dan ini merupakan tanggung jawab manajemen untuk
mengatasinya.
11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik
12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
Hal ini perlu dilakukan dengan menghilangkan sistem penilaian
dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya keras menentang sistem
penilaian yang mana diyakini menempatkan pekerja dalam kompetisi
antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim.
13. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan
peningkatan kualitas kerja
14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan
transformasi.
Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang
C. Perencanaan Pengelolaan Pendidikan di Sekolah
Sesuai dengan syarat dan prinsip utama TQM, perencanaan
pengelolaan pendidikan di sekolah dapat dilakukan, sebagai berikut:
1) Komitmen dari Kepala Sekolah.
11
Pemimpin termasuk kepala sekolah tidak hanya seorang manajer, ia
juga harus seorang pembangun mental, moral, spirit, dan kolektivitas
kepada jajaran bawahannya. Kepala sekolah harus memiliki komitmen
bersama bagaimana perencanaan perbaikan mutu secara berkelanjutan.
Kepala sekolah seharusnya tidak hanya menggunakan aturan tertulis, tapi
juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan
agenda transformasi ke arah lebih baik agar TQM dapat dilaksanakan dan
mencapai tujuan. Komitmen yang diperlukan bukan hanya sumber daya
yang diperlukan tetapi juga waktu yang dicurahkan. Kepala sekolah harus
mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk yang secara langsung
untuk terus menerus mengawasi, mengarahkan dan mengevaluasi segala
kegiatan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah yang sesuai dengan
komitmen yang telah dibuat bersama.
2) Perencanaan Dukungan Pada Sumber Daya Yang Dibutuhkan.
Segala sesuatu memang memerlukan biaya. Dan sekolah harus dapat
menggunakan biaya yang ada seefesien mungkin untuk mennjalankan
semua prioritas program agar tercapai tujuan. Pengelolaan pembiayaan
pendidikan di sekolah harus mengacu pada standar pembiayan program
standar nasional. Biaya sebagai sumber daya sekolah perlu digali baik dari
APBN maupun dari orangtua/wali murid yang akan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program kegiatan sekolah seperti melakukan
pelatihan bagi elemen sekolah dan konsultan. Sekolah harus memiliki
komitmen terhadap pengadaan biaya khusus guna menunjang peningkatan
mutu, yaitu diadakan pelatihan / workshop dan pembinaan bagi guru atau
siswa secara berkala. Sekolah harus mampu membuat perencanaan sumber
daya yang dibutuhkan yang terprogram dalam RKJM dan RKS.
3) Sekolah mengadakan stering committe dari seluruh bagian sekolah.
Stering committe ini di ketuai oleh kepala sekolah dan anggotanya
dari warga sekolah misalnya wakil kurikulum, kesiswaan, humas, sarana
prasarana, kepala adminstrasi sekolah. Strering komite ini berfungsi
menentukan cara implentasi TQM dan kemudian memantau
pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugasnya Stering committe harus
12
membuat perencanaan, menentukan sasaran, menentukan tujuan,
melaksanakan dan memantau hasil yang dicapai. Stering commite ini juga
harus membentuk tim-tim lagi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah adannya kesatuan
arah, komando dan tujuan sehingga kerja tim dapat mencapai sasaran dan
tujuan dengan tepat.
Sekolah seharusnya mengadakan pertemuan dengan komite yaitu
minimal 2 kali dalam satu tahun untuk membahas kaldik, sistem penilaian,
programprogram sekolah, program remedial dan lain-lain.
4) Sekolah menyelenggarakan publikasi.
Publikasi sekolah seharusnya dilakukan kapan saja. Masyarakat ingin
mengetahui segala sesuatu akan kegiatan sekolah. Melalui usaha publikasi
ini, baik iklan, banner, baliho maupun selebaran dalma bentuk leaflet /
brosur akan merubah persepsi masyarakat terhadap sekolah. Siswadan
orangtuatua juga menginginkan adanya kebanggakan pada sekolah dari
usaha apa saja yang telah dilakukan dan dihasilkan yang kemungkinan
menjadi pembeda dari sekolah lainnya. Dalam usaha publikasi ini sekolah
seharusnya mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Membuat visi sekolah yang melibatkan warga sekolah.
Visi adalah pandangan jangka panjang yang merupakan
perpaduan langkah strategis dan sesuatu yang dicita citakan oleh
lembaga (sekolah). Visi sebaiknya disusun secara bersama oleh warga
sekolah sehingga mereka akan mengetahui ke arah mana sekolah akan
dibawa. Visi hendaknya dinyatakan dengan kalimat yang padat dan
bermakna yang nantinya dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan
indikator.
b) Membuat Sasaran dan Tujuan Umum.
Sekolah harus memiliki sasaran atau tujuan seperti: terpenuhinya
nilai-nilai agama bagi bekal hidup peserta didik, terpenuhinya
pemetaan SK/KD/indikator, aspek penilaian untuk kelas 7,8, dan 9
semua mata pelajaran, terpenuhinya pengembangan proses
pembelajaran yang ideal baik intra dan ekstrakurikuler, terpenuhinya
13
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan dinamis, terpenuhinya
perangkat pembelajaran yang lengkap dan mutakhir sesuai dengan
KTSP, terpenuhinya proses pembelajaran dengan menggunakan variasi
strategi, model dan metode pembelajaran, terpenuhinya kompetensi
pendidik yang profesional, terpenuhinya tenaga kependidikan yang
professional dan memiliki kemampuan teknis pembelajaran sesuai
standar nasional tenaga kependidikan, terpenuhinya tenaga pendidik
berkualifikasi S1, mengajar sesuai bidangnya, terpenuhinya ketuntasan
belajar 100%, terpenuhinya kelulusan 100% dan lulusan yang tinggi
dan bermutu, terpenuhinya prestasi akademik dan non akademik, dll.
Semua ini akan berpengaruh pada klien sekolah. Orangtua / wali
murid tentu akan lebih nyaman dan senang jika anak-anaknya didik
oleh guru yang berkompetensi baik. Demikian pula siswa akan
termotivasi dan senang dengan penetapan KKM yang tinggi yang
mana dinilai sekolah memiliki standar kualitas yang baik, sehingga
akhirnya nanti akan melahirkan tamatan yang pintar.
c) Prioritas Target dan Program Unggulan
Sekolah harus mampu merumuskan apa yang akan menjadi target
dan apa yang merupakan program-program unggulan yang akan
dicapai dari penjabaran RKJ sehingga komponen sekolah baik guru,
siswa akan mengetahui arah mana yang hendak dicapai. Demikian pula
masyarakat akan memiliki pengatahuan yang sama sehingga mereka
menjadi lebih nyaman memasukan anak ke sekolah tersebut.
d) Program penghargaan dan pengakuan prestasi.
Sekolah juga harus merencanakan adanyapenghargaan / reward
bagi guru dan siswa yang berprestasi. Hal ini dilakukan untuk memacu
dan memotivasi peningkatan kualitas guru dan siswa menjadi lebih
baik lagi ke depannya.
5) Keterbukaan Informasi.
Seluruh elemen sekolah harus mengetahui apa yang sedang terjadi
dalam lingkungan sekolah. Oleh karena jika terdapat informasi maka
14
elemen sekolah harus diberi tahu sehingga mereka dapat memahami dan
mendukung keputusan manajemen.
Sekolah seharusnya setiap ada masalah atau hal baru di dalam
lingkungan sekolah selalu dimusyawarahkan dan informasikan kepada
seluruh elemen sekolah. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga
kekompakan dan menghindari terjadinya miss communication di
lingkungan sekolah.
6) Pembentukan infrastruktur pendukung penyebarluasan dan perbaikan
berkesinambungan.
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam implementasi TQM adalah
infrastruktur yang mendukung penyebar luasan TQM di seluruh bagian
organisasi (sekolah) dan perbaikan berkesinambungan, visi, tujuan,
program pengakuan, penghargaan atas prestasi dan komunikasi.
PENUTUP
A. Simpulan
Perencanaan pengelolaan pendidikan di sekolah merupakan hal mendasar
yang akan mampu member arah bagi implementasi total quality management.
Dan akan berhasil jika di jalankan secara serempak oleh seluruh warga
sekolah di dalamnya. Rencana penerapan total quality management
memerlukan komitmen dan kesadaran untuk mengadakan perubahan budaya
yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan perbaikan seluruh proses
secara terus-menerus, menyeluruh, dan berkesinambungan. Total Quality
Management memang dapat diterapkan dalam organisasi apa pun termasuk
sekolah. Dengan memperhatikan cara penerapannya, dalam bidang apa saja
proses manajemen tersebut diterapkan, dan bagaimana menyiasati kendala dan
hambatan yang menghalangi penerapan tersebut pada organisasi pendidikan.
Apabila dalam pelaksanaannya prosedur-prosedur dan prinsip yang dijadikan
pedoman yang dimulai sejak perencanaan, maka keberhasilan pengelolaan
pendidikan akan tercapai.
15
B. Saran
Untuk menyiasati agar perncanaan pengelolaan pendidikan di sekolah
dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka peran dan campur tangan
seluruh warga di sekolah sangat diperlukan agar pelaksanaan manajemen di
sekolah dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat menghasilkan sekolah
bermutu. Selain itu, prosedur-prosedur, prinsip dan langkah-langkah dalam
pelaksanaan Total Quality Management perlu diperhatikan dan dijalankan
sesuai dengan aturannya agar pengelolaan pendidikan di sekolah dapat
berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2002.
Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta:
Depdiknas. 2000.
Hessel , Nogi S. Tangkilisan. Manajemen Modern untuk Sektor Publik.
Yogyakarta: Penerbit Balairung Co. 2003.
Mulyono, M.A. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA. 2008.
Nurwahid, Hidayat. Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Syaami Cipta Media. 2010.
Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta: IRCisoD.2010.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality M.anagement.Yogyakarta:
Andi Ofset. Cetakan ke. 10. 2003.
Yamin, Moh. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: DIVA Press,
2010.
16