BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Imunisasi Tetanus Toksoid
a. Pengertian
Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit
tertentu.Sedangkan pengertian imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk
membangun kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus.(Idanati
Rukna,2005 http://adln.lib.unair.ac.id)
Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan.
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid Tetanus yang telah
dimurnikan yang terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal
0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung
potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT dipergunakan untuk pencegahan tetanus
pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga
untuk pencegahan tetanus . (Idanati Rukna, 2005 http://adln.lib.unair.ac.id)
Berdasarkan dari cara timbulnya, maka terdapat dua jenis
kekebalan.(IDAI, 2001) yaitu :
1) Kekebalan Pasif.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada
janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung
lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.
2) Kekebalan Aktiv.
Kekebalan aktiv yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada manusia (antara lain imunisasi
TT), atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktiv biasanya berlangsung
lebih lama karena adanya memori imunologik. TT adalah antigen yang
sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi
janin apa bila ibu hamil mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT).(Saifuddin, 2002).
b. Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid
Tujuan diberikannya imunisasi Tetanus Toksoid antara lain : untuk
melindumgi bayi baru lahir dari Tetanus Neonatorum, melindungi ibu terhadap
kemungkinan tetanus apabila terluka, pencegahan penyakit pada ibu hamil dan
bayi kebal terhadap kuman Tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit
Tetanus pada bayi baru lahir.
c. Sasaran Imunisasi Tetanus Toksoid
Untuk pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid dilakukan pada anak
sekolah SD kelas VI mendapat 2x vaksinasi Tetanus Toksoid dengan interval
pemberian minimal 4 minggu. Calon pengantin wanita untuk mendapatkan 2x
vaksinasi Tetanus Toksoid sebelum akad nikah dengan interval pemberian
minimal 4 minggu, ibu hamil untuk mendapatkan 2x vaksinasi Tetanus
Toksoid dengan interval pemberian 4 minggu, serta Pemberian imunisasi
Tetanus Toksoid sebanyak 3 dosis kepada semua WUS untuk kekebalan
Tetanus sekitar 10 tahun.
Sasaran imunisasi berdasarkan usia yang diimunisasi :
1. Sasaran Berdasarkan Usia yang diimunisasi
a. Imunisasi rutin :
Bayi (dibawah satu tahun)
Wanita Usia Subur (WUS) ialah wanita berusia 15 – 39 tahun,
termasuk ibu hamil dan calon pengantin.
Anak usia sekolah tingkat dasar
b. Imunisasi Tambahan
Bayi dan anak.
2. Sasaran Berdasarkan Tingkat Kekebalan yang ditimbulkan
a. Imunisasi Dasar.
Bayi
b. Imunisasi Lanjutan
Anak usia sekolah tingkat dasar
Wanita Usia Subur
3. Sasaran Wilayah atau Lokasi
Seluruh desa atau kelurahan di wilayah Indonesia (DepKes RI
2006)
d. Tempat Pelayanan Untuk Mendapatkan Imunisasi TT Calon Pengantin.
1). Puskesmas
2). Puskesmas pembantu
3). Rumah sakit
4). Rumah bersalin
5). Polindes
6). Posyandu
7). Rumah sakit swasta
8). Dokter praktik, dan
9). Bidan praktik (Depkes RI, 2005)
e. Jadwal Imunisasi Tetanus Toksoid
Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi Interval Persentase (%) Perlindungan
Durasi Perlindungan
TT I Selama kunjungan antenatal pertama
_
TT II Empat minggu setelah TT I
80 3 tahun∗
TT III Empat minggu setelah TT II
95 5 tahun
TT IV Empat minggu setelah TT III
99 10 tahun
TT V Empat minggu setelah TT IV
99 25 tahun atau seumur hidup
Ket : ∗ Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,
maka bayi yang dilahirkan, akan terlindung dari Tetanus Neonatus.
(Saifuddin 2002)
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2x (dosis), jarak pemberian
imunisasi TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT ke dua dengan saat
kelahiran, sangat menetukan, kadar antibodi tetnus dalam darah bayi, semakin
lama interval antara pemberian Tetanus Toksoid pertama dan kedua serta
antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibodi tetanus dalam
darah bayi makin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi
respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan
antibodi tetanus dalam jumlah cukup dari tubuh ibu hamil ketubuh
bayinya.(Saifuddin, 2002).
f. Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid
Efek samping yang dialami biasanya hanya gejala-gejala ringan saja
seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan (Chin,
James., Kandun, I Nyoman., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.
Available atwww.ppmplp.depkes.go.id). TT adalah antigen yang sangat aman dan
juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT (Idanati, Rukna., 2005).
Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri
dan tidak perlukan tindakan/pengobatan. (Chin, James., Kandun, I Nyoman.,
2000).
g. Imunisasi TT calon pengantin
Imunisasi TT memberikan kekebalan aktiv terhadap penyakit tetanus
ATS (Anti Tetanus Serum). vaksinasi TT juga salah satu syarat yang harus
dipenuhi saat mengurus surat-surat menikah di KUA (Kantor Urusan Agama).
Kepada calon pengantin wanita imunisasi TT diberikan sebanyak 2x dengan
interval 4 minggu. Imunisasi TT diberikan kepada calon pengantin wanita
dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit
Tetanus Neonetorum. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan
dengan dosis 0,5mL. Evek samping pada imunisasi TT adalah reaksi lokal
pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan, dan rasa
nyeri (Gunawan Rahman 2006) Banyak anggapan bahwa imunisasi TT bisa
membuat seseorang menjadi mandul dan ada juga orang-orang yang
beranggapan bahwa imunisasi TT merupakan alat kontrasepsi atau KB, akan
tetapi anggapan-anggapan itu adalah tidak benar. Pemerintah bermaksud
mencanangkan gerakan imunisasi TT untuk melindungi bayi baru lahir dari
risiko terkena Tetanus Neonatorum (Dewi Handajani.htm)
h. Tetanus
Tetanus adalah suatu penyakit yang sering bersifat fatal yang
disebabkan oleh eksotoksin produksi kuman Clostridium Tetani. C Tetani
adalah kuman berbentuk batang dan bersifat anaerob, gram positif yang
mampu menghasilkan spora dengan bentuk drumstick. ( IDAI 2001).
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan neurotoksin. (DepKes 2006) Gejala awal penyakit adalah kaku
otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek
(sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya
adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah
patah tulang akibat kejang, pnemonia dan infeksi lain yang dapat
menimbulkan kematian. (DepKes 2006).
Gejala Tetanus yang khas adalah kejang dan kaku secara menyeluruh,
otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan
sukar dibuka. (IDAI 2001)
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaa terhadap suatu obyek tertentu.(Notoatmodjo,2003).
Penginderaan terjadi melalui panca ondera manusia, yakni: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003).
b. Pentingnya Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior).
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam
diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :
1). Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
3). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4). Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5). Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya tehadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat
menjadi dasar dalam merubah perilaku sehinnga perilaku itu langgeng
(Notoatmodjo, 2003).
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) tehadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tenteng objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramaikan,dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.
3) Kemampuan Aplikasi (Aplikation)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitungan –
penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang dinerikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen – komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih adakaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja : dapat
menggambarkan (membuat bagan),membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampauan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –
penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan – tngkatan di atas.
(Notoatmodjo, 2003).
3. Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
b. Komponen Sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
1). Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2). Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3). Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalm penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keykinan, dan emosi memegang peran penting.
c. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan.
1). Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2). Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang tela diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3). Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yan paling tinggi.
d. Indikator Sikap Kesehatan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek,proses selanjutnya
akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut.
Oleh karena itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan
pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:
1). Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap
gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan
penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.
2). Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara
memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat.
3). Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
4. Praktek atau Tindakan (practice)
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas,dan
faktor dukungan(support).
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil.
2. Respons terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Indikator praktek kesehatan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup pencegahan penyakit dan
pengobatan penyakit.
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi
makan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras, dan sebagainya.
3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban ,
membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk
mandi, cuci, masak, dan sebagainya.(Notoadmodjo 2003).
B. KERANGKA TEORI
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat digunakan kerangka
teori sebagai berikut :
Faktor Predisposisi • Pengetahuan • Sikap
Faktor Pemungkin: • Ekonomi • Ketersediaan
fasilitas dan petugas kesehatan
Faktor penguat : • Keluarga • Petugas
kesehatan
Praktik pasangan muda terhadap imunisasi Tetanus Toksoid Calon
Gambar 1: Perilaku pengantin baru tentang imunisasi Tetanus Toksoid calon pengantin Sumber: Green dalam Notoatmodjo 2003. C. KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2: Kerangka konsep penelitian.
• Pengetahuan Praktek Imunisasi Tetanus Toksoid calon pengantin
• Sikap
D. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktik imunisasi Tetanus
toksoid pada calon pengantin.
2. Ada hubungan antara sikap dengan praktik imunisasi Tetanus Toksoid pada calon
pengantin.