Critical Review Jurnal Pesisir
Yulia Asyiawati
MATA KULIAH PERENCANAAN PESISIR
BELLA SHINTYA PUTRI
3613100074
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Nama : Bella Shintya Putri
NRP : 3613100074
RINGKASAN JURNAL
Kota Ambon merupakan ibukota Provinsi Maluku yang saat ini telah berkembang menjadi pusat
aktivitas pemerintahan serta perdagangan dan jasa. Kota Ambon sendiri juga berfungsi sebaga sentra
produksi perikanan baik untuk skala pelayanan regional/ nasional/ internasional. Hal ini didukung
dengan keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), dimana semua kegiatan terpusat pada
kawasan Teluk Ambon. Peningkatan kegiatan yang terjadi di kawasan Teluk Ambon akan
meningkatkan pemanfaatan lahan di kawasan tersebut, sehinggga dapat menimbulkan implikasi
terhadap kualitas perairan dan ekosistem pesisir (mangrove, lamun, dan terumbu karang).
Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan terhadap ekosistem
pesisir dari pola pemanfaatan lahan yang dikaji secara komprehensif dengan mengintegrasikan
pemanfaatan lahan darat dan lahan perairan. Lokasi penelitian mencakup kawasan Teluk Ambon yang
terdiri dari TAD dan TAL. Secara administratif wilayah penelitian terdiri dari empat Kecamatan yaitu
Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kecamatan Teluk Ambon, dan Kecamatan Teluk
Ambon Baguala yang terdiri dari 33 kelurahan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis SIG untuk mengidentifikasi pergeseran
pemanfaatan lahan terhadap daya dukung dan kesesuaian lahan, serta menganalisis status ekosistem
untuk menilai dampak dari kegiatan pemanfaatan lahan.
Ekosistem pesisir yang terdapat di kawasan Teluk Ambon merupakan ekosistem mangrove, lamun, dan
terumbu karang. Kawasan Teluk Ambon merupakan kawasan pesisir yang kondisi ekosistem pesisirnya
sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan lahan daratan. Pemanfaatan lahan di kawasan Teluk Ambon
pada tahun 2008 memiliki karakteristik yang berbeda antara lahan darat dan perairan. Lahan perairan
yang dimanfaatkan sebagai kegiatan usaha budidaya laut yaitu seluas 559,49 ha, kawasan ekosistem
mangrove adalah 57,15 ha, ekosistem lamun seluas 65,74 ha, dan terumbu karang seluas 234,74 ha.
Lahan darat di kawasan teluk dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman seluas 3.913,13 ha
(19,66 %), perkebunan seluas 129,76 ha (0,62%), kawasan campuran adalah 1150,47 ha (5,78%),
sedangkan penggunaan lainnya adalah hutan dan pertanian. Dari hasil analisis SIG, pemanfaatan
lahan dibandingkan dengan daya dukung dan kesesuaian lahan didapatkan pergeseran
pemanfaatan, yaitu : kawasan lindung berubah fungsi menjadi kawasan campuran dan pertanian
lahan kering sebesar 83,12%, sempadan pantai yang berubah fungsi menjadi kawasan bandara,
kawasan campuran, permukiman, pertanian lahan kering sebesar 96,02%, pertanian lahan kering
yang berubah fungsi menjadi kawasan permukiman, kawasan campuran adalah sebesar 8,70%.
JUDUL JURNAL PENGARUH PEMANFAATAN LAHAN TERHADAP EKOSISTEM
PESISIR DI KAWASAN TELUK AMBON
PENILITI
Yulia Asyiawati
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004 dengan indikator
penilaian adalah kerapatan pohon, status ekosistem mangrove di kawasan teluk termasuk dalam
kriteria sedang hingga jarang, dengan kerapatan 780-1420 pohon/ha. Status ekosistem lamun
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004 termasuk dalam kriteria
kurang kaya atau kurang sehat dengan penutupan sebesar 33,13% hingga 44,39%. Status
ekosistem terumbu karang yang didasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 04 tahun 2001 tentang Kriteria baku kerusakan terumbu karang, status ekosistem terumbu
karang termasuk sedang hingga baik, dengan tutupan karang hidup sebesar 29,4 – 51,71%.
Kondisi ekosistem kawasan teluk ini mengalami penurunan rata-rata sebasar 11,23% (2003-2008).
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pemanfaatan lahan berpengaruh pada ekosistem pesisir. Hal ini
disebabkan karena kawasan teluk yang merupakan bagian dari wilayah pesisir, mempunyai
keterkaitan antara lahan darat, lahan perairan dan aktivitas yang terdapat di atasnya.
ANALISA IDE PENGEMBANGAN (CRITICAL REVIEW)
Pemanfaatan lahan di kawasan pesisir saat ini menjadi sorotan dikarenakan semakin banyaknya
pergeseran pemanfaatan lahan yang tidak seharusnya dan berdampak pada ekosistem pesisir.
Kawasan pesisir merupakan suatu kawasan yang unik karena merupakan tempat percampuran
pengaruh antara darat, laut dan udara (iklim). Pada umumnya kawasan pesisir dan khusunya perairan
estuaria mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi, kaya akan unsur hara dan menjadi sumber zat
organik yang penting dalam rantai makanan di laut. Namun kawasan pesisir sendiri ini sangat rentan
terhadap gangguan akibat adanya perubahan lingkungan dengan fluktuasi di luar normal. Tujuan
penelitian dalam jurnal ini adalah untuk melihat pengaruh pemanfaatan lahan yang ditimpulkan
terhadap ekosistem pasir. Dalam jurnal ini sudah di lengkapi dengan data yang valid dan sangat
mendukung tujuan penelitian.
Analisis data yang digunakan adalah analisis SIG. Dengan menggunakan analisis SIG ini peneliti dapat
mengidentifikasi pergeseran pemanfaatan lahan dan juga mendukung untuk menganalisis status
ekosistem itu dalam keadaan baik ataupun buruk. Sehingga data yang disajikan lebih mudah
dipahami. Selain itu analisis yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil perbandingan
pemanfaatan lahan pada saat penelitian dengan daya dukung dan kesesuaian lahan. Outputnya
sendiri kita dapat melihat berapa besar pergeseran pemanfaatan lahan di kawasan Teluk Ambon.
Meskipun tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari pola pemanfaatan lahan
terhadap ekosistem pesisir. Namun analisis terhadap pengaruh yang ditimbulkan masih sangat kurang
penjelasannya peneliti hanya menjabarkan secara garis besar pengaruh yang ditimbulkan. Padahal
seharusnya peneliti dapat menganalisis pengaruh yang ditimbulkan terhadap ekosistem pesisir yang
ada di Teluk Ambon lebih spesifik lagi. Ekosistem pesisir yang terdapat di Kawasan Teluk Ambon
sendiri adalah ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang. Perlu adanya analisis pengaruh yang
ditimbulkan dari pergeseran pemanfaatan lahan terhadap ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan
ekosistem terumbu karang. Selain itu perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pergeseran pemanfaatan lahan di Teluk Ambon. Pada dasarnya keterkaitan pemanfaatan lahan
dengan pembangunan aktivitas sangat erat, karena menentukan pemanfaatan lahan. Menurut
Jayadinata (1999), ada tiga sifat yang menentukan tata guna lahan, yaitu : Perilaku manusia, penentu
yang berhubungan dengan kehidupan ekonomi, dan kepentingan umum tentang tata guna.
Analisis perubahan pemanfaatan lahan sendiri dapat dilakukan dengan dengan membandingkan
pemanfaatan lahan eksisting terhadap RDTRK kota setempat. Sehingga peneliti dapat mengkaji lebih
dalam perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di Teluk Ambon.
Selain itu dalam jurnal ini tidak dilengkapi dengan peta wilayah studi yang digunakan serta peta
penggunaan lahan eksisting Teluk Ambon sendiri. Ketersediaan peta ini dapat membantu tampilan
visual bagi pembaca sehingga dapat mudah dimengerti. Contohnya peta kemampuan lahan Teluk
Ambon, dengan peta ini peneliti dapat memasukkan kriteria kesesuaian lahan, sehingga diperoleh
pemanfaatan ruang yangs esuai untuk pengembangan kawasan di Teluk Ambon. Sehingga output
yang diharapkan dari penelitian ini tidak hanya data perubahan pemanfaatan lahan tetapi juga dapat
memasukkan rekomendasi pengembangan kawasan yang tepat di Teluk Ambon dan tidak merusak
ekosistem pesisir yang ada.
KEMUNGKINAN PENERAPAN DI WILAYAH LAIN
Kawasan pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan sangat erat dengan
daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah
(ground water), dan dengan aktivitas manusia (Dahuri et. al 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and Knecht
(1998); Kay and Alder (1999).
Keberadaan kawasan pantai sangat penting jika dilihat dari sudut ekonomi dan politik, karena selain
merupakan pintu gerbang menuju lautan apabila hendak mengeksploitasi kekayaan alam, juga
merupakan pintu gerbang ke daratan sehingga berkaitan dengan pertahanan negara (Sahputra, 2009).
Apalagi, kawasan pesisir merupakan kawasan yang rentan terhadap perubahan, sehingga
dimungkinkan dapat berubah baik dalam skala temporal maupun spasial.
Perubahan di kawasan pesisir disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, misalnya pembangunan
industri maupun perumahan, budidaya tambak, pariwisata, dan sebagainya. Salah satu kawasan
pesisir yang rentan perubahan adalah kawasan pesisir utara Kota Surabaya. Di kawasan pesisir utara
Kota Surabaya, sebagian besar wilayah daratannya dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan
pergudangan, pertanian lahan garam, permukiman, militer, dan pelabuhan. Sedangkan di wilayah
perairan, dimanfaatkan untuk aktivitas alur pelayaran, utilitas kabel, dan pipa interkoneksi (Badan
Lingkungan Hidup, 2012).
Salah satu permasalahan yang terdapat di kawasan pesisir utara Kota Surabaya adalah konversi atau
alih fungsi lahan. Di kawasan pesisir utara Kota Surabaya sering kali menjadi tempat peti kemas
sehingga berdampak signifikan terhadap lingkungan, misalnya banjir (Taselan, 2013).
Terjadinya alih fungsi lahan ini antara lain disebabkan oleh peningkatan pembangunan di Kota
Surabaya. Berdasarkan RTRW Kota Surabaya tahun 2013, kondisi tata ruang Kota Surabaya
berdasarkan data dari BPN tahun 2011 dapat dikatakan tak terkendali bila dilihat dari proporsi antara
kawasan terbangun dan tak terbangun, yakni 60 : 40. Selisih tersebut sangat signifikan, mengingat
dalam kurun waktu yang relatif singkat pertumbuhan Kota Surabaya sangat cepat, baik dari aspek
spasial maupun non spasial.
Analisis yang digunakan dalam penelitian “Pengaruh Pemanfaatan Lahan Terhadap Ekosistem Pesisir
Di Kawasan Teluk Ambon” ini dapat diaplikasikan untuk menganalisis perubahan pemanfaatan lahan
di kawasan pesisir utara Kota Surabaya. Adapun analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial
(keruangan) dan atribut denganmenggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) untuk mengetahui
penyimpangan pemanfaatan ruang. Adapun penggunaan metode ini lebih efektif dan efisien daripada
teknik pengukuran lapangan secara langsung, karena pemetaan dan updating garis pantai secara
manual membutuhkan waktu yang lama (Klinger, 2010). Selain itu, teknologi ini dapat digunakan
sebagai monitoring pengelolaan kawasan pesisir terhadap perencanaan di wilayah tersebut. Sehingga
dapat menghasilkan output berupa kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan untuk mencegah dan
memperbaiki pergeseran pemanfaatan lahan di kawasan pesisir utara Kota Suarabaya.
REKOMENDASI
Dalam penelitian selanjutnya peneliti dapat memasukkan analisa pendukung seperti analisa faktor-
faktor penyebab pergeseran pemanfaatan lahan di Teluk Ambon. Selain itu dapat digunakan pula
perbandingan kondisi eksisting dengan arahan perencanaan pemanfaatan lahan di dalam RDTRK kota
setempat, sehingga peneliti dapat mengkaji lebih jauh pergeseran pemanfaatan lahan di wilayah
tersebut, serta pengaruhnya yang lebih rinci terhadap ekosistem pesisir yang terkena langsung
dampaknya.
Daftar Pustaka
Warta Pesisir dan Lautan. No. 06. Tahun 1999. Proyek Pesisir- PKSPL IPB.
Sugandhy, A. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT. Gramedia Pustaka
Prayitno B. 1999. Pendekatan Regionalisme dalam Perencanaan Kawasan Kota Pantai Tropis Indonesia.
Jurnal Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. No. 17. Tahun VI, 1999. UGM. Yogyakarta.
Recommended