1 Teknologi Produksi Kapal
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat karunia dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
melengkapi tugas mata Kuliah Teknologi Produksi Kapal di Jurusan Teknik Perkapalan
FTK ITS.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ir. Soejitno dan Sri Rejeki W. P,
ST., MT. selaku dosen yang telah membimbing kami dan pihak - pihak lain yang telah
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih terdapat kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami menerima segala bentuk kritik
dan saran yang dapat membangun agar dapat menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi oleh pembaca.
Surabaya, 16 Oktober 2014
Penulis
2 Teknologi Produksi Kapal
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................1
BAB I..................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................3
1.2 TUJUAN........................................................................................................................4
BAB II ................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................5
2.1 FRAME ERECTING SISTEM (SISTEM GADING-GADING) ..........................................5
2.2 BLOCK ASSEMBLING SYSTEM (SISTEM BLOCK)...................................................... 12
LAMPIRAN GAMBAR MANUAL PROYEKSI AMERIKA ............................................... 21
3 Teknologi Produksi Kapal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara umum metode atau cara dalam proses pembangunan kapal baru terdiri dari
dua cara yaitu cara pertama dengan sistem gading-gading atau sistem kerangka terpisah
(Frame Erecting System) dan yang kedua dengan sistem block (Block Assambly System)
Frame Erecting System pada umumnya digunakan untuk pembangunan kapal kayu.
Pembangunan kapal dengan menggunakan sistem ini dapat dikatakan pembangunan kapal dengan
sistem kuno yang dulunya sistem ini memang umum digunakan sebelum tahun 1950 dikarenakan
dalam proses pembuatan kapal tersebut tidak menggunakan peralatan-peralatan yang modern.
Akan tetapi di era yang sekarang ini masih terdapat sebagian galangan kecil yang masih
menerapkan pembangunan kapal dengan menggunakan sistem ini.
Di era yang sekarang ini, umumnya dalam membangun suatu kapal menerapkan
block assembling system. Sejarah diterapkannya sistem ini yakni dahulu pada masa
perang dunia II, pembangunan kapal baru sangat dibutuhkan secepat mungkin, akhirnya
tercipta suatu inovasi bahwasannya untuk membangun suatu kapal bisa dengan cara
penggabungan suatu blok-blok yang nantinya akan dilas untuk penggabungannya. Pada
sistem ini juga menggunakan teknik-teknik pengelasan yang baru. Konstruksi lambung
dibagi kedalam banyak bagian, tergantung pada kapasitas kran yang ada di suatu galangan
tersebut, yang mana satu bagian tersebut biasa disebut dengan block, unit, atau sub-
assembly. Dan pada setiap pembangunan masing-masing blok tersebut tidak saling
bergantungan, artinya pembangunan setiap blok itu dapat dilakukan secara independent
atau terpisah. Block-block yang telah selesai dibuat tersebut nantinya akan diposisikan ke
building berth dan kemudian dilas antara yang satu dengan yang lainnya. Proses
penggabungan tiap blok ini dimulai dengan bagian alas (bottom), kemudian bagian sisi,
dan yang terakhir adalah konstruksi geladak. Dalam pengerjaan perlengkapan kapal bisa
dilaksanakan setelah penyelesaian konstruksi badan kapal, akan tetapi untuk dapat
mempercepat proses pembuatan kapal maka proses perlengkapan kapal itu dapat
dilakukan pada saat pembangunan blok itu sendiri.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan bagaimana setiap proses dari dua
metode tersebut berlangsung dan disertai dengan gambar konstruksi baik dari pandangan
depan, atas dan samping untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya.
4 Teknologi Produksi Kapal
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan proses pembuatan kapal dengan Frame Erecting System dan
Block Assambly System
2. Membuat gambar konstruksi beserta penjelasannya dari setiap proses
pembuatan kapal.
5 Teknologi Produksi Kapal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FRAME ERECTING SISTEM (SISTEM GADING-GADING)
1. Keel lying
Lunas adalah pondasi dari struktur kapal. Lunas memiliki dua jenis, yakni lunas
batang dan lunas pelat. Lunas batang biasanya digunakan untuk kapal-kapal yang terbuat
dari kayu sedangkan lunas pelat biasanya digunakan untuk kapal baja. Peletakan lunas
merupakan awal dari proses konstruksi pembangunan kapal, yang biasanya diupacarakan
karena merupakan hari kelahiran kapal. Biasanya untuk kapal kayu diawali dengan
pembuatan rangka lunas kapal. Sedangkan untuk baja pelaksanaan peletakan lunas kapal
ditandai dengan pengelasan pertama.Umur kapal dihitung sejak tanggal peletakan lunas
(keel laying) yang dilakukan di galangan kapal (shipyard).
Gambar 1 (Keel Laying)
6 Teknologi Produksi Kapal
2. Fabrication of bottom shell plating
Gambar 2 (Fabrication of Bottom Shell Plating)
Penyusunan pelat alas dari kapal setelah peletakan lunas dilakukan dimana
penyusunan pelat alas tersebut harus menjaga alighment penyusunannya karena bottom
shell plating nantinya akan menjadi dasar dari kapal tersebut. Bottom shell plating itu
merupakan hal yang penting dalam sebuah konstruksi badan kapal, karena fungs inya
yakni secara efektif menghalangi masuknya air laut, mengatasi tegangan yang dihasilkan
dari tekanan tegak lurus air ke pelat kulit, mengatasi stress bending yang diakibatkan oleh
adanya terusan air laut. Konstruksi dasar harus memenuhi persyaratan klasifikas i.
Konstruksi dasar harus mampu menahan beban yang bekerja pada bagian dasar atau alas,
sehingga ketika kapal beroperasi tidak timbul momen bending yang terjadi pada pelat
kulit dasar.
3. Construction of double bottom
Gambar 3 ( Construction of Double Bottom)
Konstruksi dari double bottom dibagi menjadi dua, yakni ada konstruksi secara
melintang dan konstruksi memanjang. Struktur konstruksi alas ganda pada sistem
3
7 Teknologi Produksi Kapal
konstruksi melintang yakni pada bagian melintang terdapat wrang-wrang atau floors,
yang mana wrang tersebut adalah pelat yang dipasang melintang pada alas kapal sebagai
tumpuan pelat alas dan pelat alas dalam. Untuk mempermudah penyusunan muatan dan
juga pembuatannya, maka floor dibuat mendatar pada sisi atasnya. Jenis wrang atau floor
itu sendiri terbagi menjadi tiga yakni plate floor, open floor, dan watertight floor. Untuk
mendapatkan kekuatan memanjangnya maka dipasang pembujur sebagai tumpuan wrang-
wrang tersebut. Pembujur tersebut adalah penumpu tengah (centre girder) dan penumpu
samping (side girder). Untuk konstruksi alas ganda dengan sistem konstruksi memanjang,
kerangka alas gandanya terdiri atas penumpu tengah, penumpu samping, pembujur alas,
dan pembujur alas dalam. Peletakan wrang tidak boleh melebihi lima kali jarak gading.
Pemasangan wrang pelat harus membentuk cincin kekuatan konstruksi yang
berkesinambungan dengan balok besar dan gading besar.
4. Frame Erection from Stern to Stern
Gambar 4 ( Frame Erection from Stern to Stern )
Penggabungan gading dari buritan sampai ke haluan dimana gading - gading
tersebut nantinya kan dihubungkan dengan pelat sisi dari badan kapal . Selain gading
biasa yang menyusun badan kapal, ada gading tipe spesial yakni intermediate frame, web
frame, deep frame, open frame, dan intercostal frame.
5. Fitting of Side Shell Plating to Frames
Gambar 5 ( Fitting of Side Shell Plating to Frames )
4
1
8 Teknologi Produksi Kapal
Pelat-pelat yang disambung menjadi lajur yang terdapat pada bagian badan kapal
ini disebut dengan ship shell. Setelah tahap awal pembangunan kapal yang dimulai dari
pembangunan double bottom, tahap selanjutnya adalah pemasangan gading-gad ing
beserta braketnya. Jika proses pengerjaan ini selesai maka dimulailah tahap peletakkan
pelat kulit pada gading ditiap sisi kapal sehingga nantinya akan mulai terbentuk badan
kapal.
6. Fabrication of Deck Construction Including Pillar Erection
Gambar 6 ( Fabrication of Deck Construction Including Pillar Erection)
Setelah konstruksi dasar dan konstruksi sisi kapal selesai di bangun,maka
pembangunan geladak dari kapal bisa dilakukan. Bagian dari bagian paling atas geladak
menerus dinamakan dengan main deck atau geladak cuaca. Konstruksi dari geladak ada
dua macam yaitu konstruksi melintang dan konstruksi memanjang. Pada bagian geladak
terdapat beberapa macam penguatan-penguatan yaitu berupa balok geladak, braket, balok
besar, dan kantilever. Penguatan-penguatan tersebut disusun berdasarkan jenis dari
konstruksi yang digunakan. Terkadang konstruksi geladak yang terpotong oleh bukaan
pada bagian geladak seperti lubang palkah, maka konstruksi pada bagian tersebut harus
diperkuat, bisa juga dengan menggunakan kantilever atau menggunakan pilar yang
menghubungkan alas dalam dan geladak, kekuatan pilar-pilar tersebut ditentukan oleh
antara lain jumlah pilar dalam satu deret lebar kapal, jarak antar pilar, panjang dari pillar,
tipe dari geladaknya, dan berat total muatan diatas pilar. Biasanya terdapat sekat yang
membatasi antara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Sekat itu sendiri terbagi
menjadi tiga tipe yakni watertight bulkhead, oil-tight bulkhead, dan ordinary bulkhead.
Biasanya untuk watertight bulkhead setidaknya ada tiga atau empat buah yang terpasang
dalam suatu kapal. Jika kamar mesin ditengah, sekat terdiri dari dua sekat membatasi
kamar mesin, yakni after peak bulkhead dan collision bulkhead.
9 Teknologi Produksi Kapal
7. Fitting of Superstructure and Deck House
Gambar 7 ( Fitting of Superstructure and Deck House)
Setelah konstruksi geladak selesai dibangun, tahap selanjutnya adalah
pembangunan bangunan atas kapal dan rumah geladak. Bangunan atas kapal itu dapat
meliputi forecastle (bangunan atas pada haluan kapal), poop (bangunan atas pada buritan
kapal), dan jembatan. Yang dinamakan forecastle adalah bangunan atas kapal yang
mempunyai lebar selebar kapal pada posisi itu atau minimum 0.96 dari lebar kapal pada
posisi itu (B’), kalau kurang dari 0.96 B’ maka disebut rumah geladak. Bagian paling
penting pada bangunan atas di area midship adalah struktur memanjangnya yang mana
akan berkonstribusi langsung pada konstruksi kekuatannya. Bagian-bagian itu adalah
bridge deck, pelat sisi, dan bagian-bagian penguat memanjang kapal. Konstruksi dari
rumah geladak tidak difungsikan sebagai kekuatan utama kapal, karena rumah geladak
hanya terkena tegangan local (local stresses).
8. Launching
Gambar 8 (Launching)
Peluncuran kapal ada dua yakni dengan sistem end launching dan side launching.
Pada saat peluncuran untuk end launching, sumbu memanjang kapal yang terletak tegak
5
10 Teknologi Produksi Kapal
lurus garis pantai dan biasanya kapal diluncurkan dengan buritan terlebih dahulu. Untuk
peluncuran side launching, sumbu memanjang kapal sejajar dengan garis pantai.
Pada umumnya pembangunan suatu kapal dilakukan di darat, diatas seperangkat
balok lunas (keelblocks). Yang mana balok-balok lunas ini, dapat dipasang pada suatu
landasan beton permanen (building berth), atau dapat juga di tanah yang telah diperkuat.
Ketika kapal akan diluncurkan, dipasanglah peralatan luncur pada building berth tadi.
Setelah peralatan peluncuran siap, berat kapal dipindahkan dari balok-balok lunas ke
sepatu luncur dan landasan luncur, sedang ujung darat kapal masih dalam keadaan terikat.
Kemudian ikatan ujung ini segera dipotong atau dilepas dan kapal akan meluncur karena
beratnya sendiri sampai terapung di air. Pada tahap peluncuran ini biasanya dilakukan
dengan upacara.
9. Installation of Machinaries
Gambar 9 ( Instalation of Machinaries)
Tahap selanjutanya adalah pemasangan mesin-mesin pada kapal. Pada tahap ini
mesin dihubungkan dengan komponen-komponen lain yang mendukung operasional
kapal yang sebelumnya mesin induk dan mesin bantu sudah terpasang didalam kapal
sebelum kapal tersebut diluncurkan.
6
11 Teknologi Produksi Kapal
10. Outfitting of Pipings, Electric Cables, etc
Gambar 10 ( Outfitting of Pipings Electric Cables, etc)
Setelah tahap-tahap diatas selesai maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah
melengkapi peralatan-peralatan kapal, seperti perlengkapan pipa, kabel-kabel elektrik,
pemasangan peralatan mesin jangkar, dan lain sebagainya.
11. Sea Trial
Gambar 11 (Sea Trial)
Tahap ini dilakukan untuk mendemonstrasikan performance dan kecukupan kapal
yang tidak bisa dilaksanakan di galangan. Tes-tes yang dilaksanakan pada tahap ini
meliputi speed-power standardization test, economy power test, full power endurance
test, ahead stering and maneuverability test, quick reversal astern and head reach, astern
stering test, quick reversal ahead and stern reach, anchor windlass test, distilling plant
test, dan callibration of navigation equipment.
7
4
1
12 Teknologi Produksi Kapal
12. Delivery
Gambar 12 ( Delivery )
Setelah kapal menjalani serangkaian tes yg dilakukan oleh kru, surveyor dan
pihak-pihak yang terkait lainnya. Jika pengujian tersebut telah memenuhi persyaratan
yang berlaku maka kapal akan diserahkan dari pihak galangan ke ship owner. Serah
terima kapal dilakukan ditempat sesuai yang ditetapkan dalam kontrak. Serah terima
dilaksanakan sesuai rencana dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) dan
direncanakan tidak lebih dari 450 hari kalender. Mobilisasi kapal ke tempat serah terima
menjadi tanggung jawab pihak galangan. Dan juga dalam penyerahan ini biasa dilakukan
dengan upacara.
2.2 BLOCK ASSEMBLING SYSTEM (SISTEM BLOCK)
1. Sistem Control Assembly
Untuk dapat merefleksikan cara-cara dan metode kontol akurasi dimensi pada tiap
metode assembly, berikut ini sebagai awal contoh metode assembly :
A. Metode panel and parts assembly
secara berurut tahap-tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Pemasangan dan penyambungan pelat-pelat
b. Marking and cutting
c. Pemasangan pembujur dan pelintang
d. Tacking dan pengelasan pembujur dan pelintang
Dengan gambarnya sebagai berikut :
8
4
1
13 Teknologi Produksi Kapal
Gambar 13 ( Sistem Control Assembly )
B. Metode pro-fitting longitudinals assembly
dengan urutan sebagai berikut :
a. Pemasangan dan penyambungan pelat-pelat
b. Marking and cutting
c. Pembujur longitudinal
d. Pemasangan, tacking, dan pengelasan pelintang
Dengan gambarnya sebagai berikut :
Gambar 14 ( Pro-fitting Longitudinal Assembly )
C. Metode egg box framing assembly
secara berurut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pemasangan dan penyambungan pelat-pelat
b. Marking and cutting
c. Pemasangan, tacking, dan pengelasan framing (pembujur dan pelintang)
d. Pemasangan, tacking, dan pengelasan framed assembly diatas
14 Teknologi Produksi Kapal
Dengan gambarnya sebagai berikut :
Gambar 15 ( Egg Box Framing Assembly )
Dan sebagai saran kontrol pada saat pelaksanaan pekerjaan assembly, digunakan
peralatan bantu untuk mengurangi terjadinya penyimpangan dimensi akibat proses-proses
kerja assembly yang telah disebutkan diatas.
Umumnya jenis peralatan bantu kerja sebagai saran kontrol tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Face alignment pieces, untuk meyakinkan kelurusan/kedataran
permukaan sambungan pelat.
b) Wandal pieces, digunakan untuk menarik/mendekatkan sisi sambungan
pelat panel (block).
c) Portal pieces (penekan), digunakan untuk memasang pembujur dan
pelintang dengan baik dan tepat sesuai dengan ketentuan.
d) Run-off tab, digunakan dengan memasangnya pada kedua ujung
pengelasan butt join untuk mencegah penyimpangan dimensi akibat
pengelasan pada bagian ujung-ujung.
e) Strong-back (penahan), digunakan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dimensi akibat deformasi pengelasan.
9
4
1
15 Teknologi Produksi Kapal
Berbagai macam bentuk konstruksi yang umumnya dibangun dalam tahap assembly :
a) Flat blocks
Merupakan block dengan konstruksi sederhana yang umumnya terletak di daerah pararel
middle body badan kapal. Konstruksi ini terdiri dari pelat datar besar, pembujur,
pelintang, dan girders. Dalam konstruksi flat blocks, kemungkinan adanya bagian
konstruksi lengkung juga ada, seperti halnya pelat bilga, block deck kamar mesin dan
sebagainya.
Gambar 16 ( Flat Block )
b) Curved blocks
Merupakan konstruksi assembly dengan bentukan lengkung dan bagian-
bagiannya sama dengan konstruksi flat blocks, yaitu pelat lengkung besar,
pembujur, pelintang, dan girders. Dasar bentuk lengkungnya adalah bentuk
lengkung pelatnya yang diperkuat oleh pembujur dan pelintang dengan bentuk
lengkungannya mengikuti bentuk lengkung pelat.
Gambar 17 ( Curve Block )
10
16 Teknologi Produksi Kapal
c) Grand assembly blocks
Konstruksi ini merupakan gabungan block-block, baik antar flat block
maupun antar curved block ataupun gabungan antara keduanya. Dalam konstruksi
ini terdapat jenis-jenis konstruksi gabungan block tersebut yang umumnya terdiri
dari, L type dan U type. Penyebutan atas jenis-jenis konstruksi diatas merupakan
refleksi atas bentuk-bentuk konstruksi yang dihasilkan dari penggabungan block
tersebut.
Gambar 18 ( Grand Assembly Block )
2. Tahap sub assembly
Gambar 19 ( Sub Assembly )
Pada tahap sub assembly terdapat kegiatan pekerjaan antara lain yakni fitting,
welding, marking akhir, dan finishing. Maka pelaksanaan pemeriksaan mutunya
dilakukan pada tiap tahapan tersebut. Dan yang lebih mendapat perhatian disini adalah
tahap pelaksanaan fitting karena merupakan pekerjaan penentu untuk tahap selanjutnya
sesuai dengan posisi members, dimana bila terjadi kesalahan perbaikan yang harus
dilaksanakan memerlukan waktu dan biaya operasi yang cukup besar.
11
17 Teknologi Produksi Kapal
Pekerjaan pengelasan di bengkel sub assembly akan dapat mengurangi jumlah
pekerjaan pengelasan di bengkel assembly. Pemeriksaan hasil pekerjaan di bengkel sub
assembly dilakukan oleh bengkel dan Dalmut Divisi. Sebagai pegangan dalam
pemeriksaan adalah working drawing, material list dan standar yang telah ditentukan.
3. Tahap assembly
Gambar 19 ( Tahap Assembly )
Tahap ini merupakan tahap perakitan blok/seksi yang berasal dari sub assembly dan
bengkel fabrikasi. Pada tahap assembly ini pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan struktural, pemeriksaan hasil pengelasan, dan pemeriksaan deformasi.
Sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan adalah gambar kerja, material list, dan
standar yang ditentukan. Pemeriksaan dalam tahap ini dilakukan oleh bengkel, Dalmut
Divisi, Quality Control & Assurance serta badan klasifikasi.
4. Tahap Fabrikasi
Pada tahap fabrikasi dimana merupakan suatu proses pembuatan bagian badan
kapal yang terdiri dari tiga tahapan proses yaitu marking, cutting, dan bending.
Pengawasan kualitas pada tahap fabrikasi merupakan tahap awal dari kegiatan
pengawasan mutu hasil produksi pada tahap selanjutnya. Ruang lingkup pengendalian
mutu pada tahap ini meliputi, identifikasi material, pemeriksaan penandaan, pemeriksaan
pemotongan, dan pemeriksaan pembentukan.
a) Identifikasi material
Identifikasi material adalah usaha/tindakan pemeriksaan yang akan
dipakai, dimana disesuaikan dengan charge no, klasifikasi, dimensi pelat, dan
12
18 Teknologi Produksi Kapal
profil. Demikian juga dengan kondisi permukaan material seperti pitting, flaking,
laminasi, dll. Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat, dalam suatu laporan
pemeriksaan (check sheet) sekaligus perbaikannya. Pemeriksaan dilakukan
bersama-sama dengan Kabeng dan Dalmut Divisi. Material pelat dan profil yang
akan dilakukan pemeriksaan oleh QC/A. Selanjutnya QC/A mengundang
klasifikasi untuk melakukan pemeriksaan material. Pemeriksaan kondisi
permukaan material ini meliputi cacat-cacat yang terjadi pada permukaan pelat
seperti pitting, flanking, profil yang bengkok atau lengkung.
b) Penandaan
Ini adalah proses penandaan pada permukaan pelat yang akan mengalami
pengerjaan sepanjang ketentuan tanda kerjanya. Sehingga secara umum proses
marking ini dapat dimasukkan sebagai pelaksanaan pemindahan dimensi-dimens i
untuk ukuran-ukuran dari gambar kerja yang berasal dari mudflot. Pemindahan
dimensi dan ukuran dilakukan seakurat mungkin karena kesalahan dari marking
tidak hanya menyebabkan ditolaknya pemakaian material akan tetapi juga akan
menambah material yang terbuang. Pemeriksaan penandaan dilakukan oleh
bengkel dan Dalmut Divisi Niaga. Semua penandaan yang ada pada material
diperiksa dengan didasarkan pada marking list table, cutting plan, material list,
mal tamplate, dan mal film. Disamping memeriksa tanda-tanda pada material ,
juga dilakukan pemeriksaan ukuran yang ada di material dengan menggunakan
ukur meteran, penggaris, dan lain-lain untuk bentuk teratur, sedang untuk bentuk
yang tidak teratur memakai mal atau mal film.
c) Pemotongan
Untuk proses cutting ini diberikan suatu standar pekerjaan dimana
ditujukan untuk memberikan kestabilan akan standar mutu pekerjaan serta
mengurangi terjadinya pekerjaan tambahan akibat penyimpangan dimensi cutting.
Oleh karena itu, maka para pelaksana diharusakan melakukan pemeriksaan atas
hasil-hasil pekerjaan sesuai standar yang digunakan. Dari hasil pemotongan yang
dilakukan pelaksana, selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh bengkel dan
Dalmut Divisi, dimana semua ukuran elemen dan kondisi material yang telah
dipotong diperiksa dengan membandingkan ketentuan standar yang ada. Proses
pengerjaan cutting banyak dipengaruhi beberapa hal yang berhubungan dengan
proses pemotongan itu sendiri., dimana hal ini akan menyebabkan berubahnya
dimensi material serta kondisi material akibat pemotongan (cacat-cacat). Hal-hal
yang mempengaruhi antara lain kerf, notch, kekasaran permukaan, kecepatan
potong terlalu rendah, panas awal tidal cukup, panas awal berlebihan, kecepatan
pemotongan berubah-ubah, kecepatan pemotongan terlalu tinggi, posisi nozzle
terlalu tinggi.
13
19 Teknologi Produksi Kapal
d) Pembentukan
Material profil yang telah dipotong dan diperiksa oleh Kabeng dan Dalmut
Divisi kemudian diadakan pembandingan/pembentukan sesuai dengan gambar
kerja, dalam hal ini material yang tidak membutuhkan bentuk lengkung seperti
bulkhead, floor dan lain-lain langsung menuju proses selanjutnya. Pengecekan
atau pemeriksaan hasil pembentukan yang mana setelah melewati pembentukan
dengan proses dingin atau panas (fairing) berpedoman pada mal kayu atau mal
film yang telah diberi tanda untuk pedoman pemeriksaan, dimana ketelitian
ukuran tetap diadakan pemeriksaan oleh karena adanya penyusutan material.
Setiap jenis pelat atau profil mempunyai tingkat penyusutan yang berbeda-beda
dengan spesifikasi atau sifat-sifat material tersebut. Pengecekan atau pemeriksaan
hasil pembentukan dilakukan oleh bengkel dan Dalmut Divisi untuk intern
bengkel dan selanjutnya oleh surveyor QC/A untuk sistem informasi standar serta
untuk persiapan pemeriksaan surveyor classs-owner. Hasil pemeriksaan
dimasukkan kedalam laporan pemeriksaan yang memuat hasil pekerjaan baik atau
ada penyimpangan ukuran maupun adanya kesalahan pembentukan dan bila ada
kesalahan maka diadakan perbaikan atau ganti baru sesuai dari Dalmut Divisi.
14
20 Teknologi Produksi Kapal
Daftar Pustaka
Diktat Teori Bangunan Kapal II
Ir. Murdijanto, “Motor Penggerak Kapal dan Mesin Bantu”. M. Eng.2005.ITS
Ir. Rooij G.De, “Practical shipbuilding”, MRINA.1961. The Nederlands:
Koninklijke Drukkerij Van de Garde N. V., Zaltbommel
Ir. Soejitno, “Ship Production”
21 Teknologi Produksi Kapal
LAMPIRAN GAMBAR MANUAL DAN
AUTOCAD PROYEKSI AMERIKA
16
22 Teknologi Produksi Kapal
PENJELASAN GAMBAR
I. Keel laying
Keel laying adalah proses awal dalam pembangunan kapal, dimana ini merupakan
pertama kali tahap pembangunan kapal yakni berupa peletakkan lunas. Dimana lunas ini
menjadi dasar dalam konstruksi kapal. Ada dua jenis bentuk keel yang umum digunakan
yakni bar keel dan plat keel. Bar keel merupakan lunas yang berbentuk batang, biasanya
digunakan untuk kapal kayu, sedangkan untuk plat keel biasanya digunakan untuk kapal
yang terbuat dari material baja. Keel yang digunakan dalam pembangunan kapal ini harus
memenuhi persyaratan konstruksi dan kekuatannya.
II. Assembly of Bottom Shell Plating
Setelah keel laying berhasil dilakukan, maka tahap berikutnya dilanjutkan pada
pemasangan pelat alas. Pada pemasangan pelat alas ini tidak main-main, harus
memperhatikan ketepatan dari penyambungan pelat satu dengan pelat yang lain, proses
pengelasan yang sesempurna mungkin untuk menghindari kebocoran akibat pengelasan
yang menimbulkan lubang pada bagian alas, ataupun pengelasannya belum sempurna
sehingga tidak kuat menahan beban yang besar, serta kelurusan dari pemasangan pelat
alas yang perlu diperhatikan pula.
III. Completion of Bottom Shell Plating
Pada tahap ini, struktur yang menyusun dasar kapal sudah dapat terlihat bentuknya
dengan pemasangan keel, pelat alas serta dilengkapi juga dengan lajur pelat bilga. Lajur
pelat bilga memiliki bentuk seperempat lingkaran.
IV. Fitting of Double Bottom Members
Tahap ini, merupakan tahap pemasangan konstruksi penyusun alas dalam, berupa
pemasangan penguat-penguat alas dalam yaitu antara lain berupa solid floor dan girder
(penumpu). Girder terbagi menjadi dua yakni center girder (penumpu tengah) dan side
girder (penumpu sisi). Tebal dari masing-masing penguat tersebut harus memenuhi beban
maksimal yang bekerja pada alas dalam. Ada dua konstruksi yang dapat diaplikas ikan
pada konstruksi alas, yakni berupa konstruksi melintang dan konstruksi memanjang. Pada
konstruksi memanjang penegarnya berupa bottom transverse, pembujur alas, center
girder dan side girder. Sedangkan pada konstruksi melintang penegarnya berupa floor,
center girder dan side girder. Tinggi dari double bottom minimal adalah 600 mm.
17
23 Teknologi Produksi Kapal
V. Assembly of Inner Bottom Plating
Setelah konstruksi penguatan alas dalam terpasang, maka tahap berikutnya yaitu
pemasangan pelat alas dalam, tebal dari pelat alas dalam harus memenuhi perhitungan
beban maksimal yang bekerja pada alas dalam sesuai dalam perhitungan BKI volume II.
VI. Completion of Double Bottom
Pada tahap ini, proses pemasangan pelat alas dalam disempurnakan sehingga
seluruh bagian dari alas dalam sudah terpasangi oleh pelat. Setelah seluruh pelat terpasang
barulah dapat dilakukan pemasangan konstruksi sisi dan nantinya dilanjutkan dengan
pemasangan konstruksi geladak.
VII. Fitting of Side Frames
Pada tahap ini, dilakukan pemasangan gading – gading yang memperkuat
konstruksi sisi kapal. Pada umumnya konstruksi ini terdapat sistem penguatan berupa
gading biasa, gading besar, pelintang sisi pembujur sisi dan senta sisi. Penggunaan
penguatan – penguatan tersebut tidak digunakan seluruhnya akan tetapi didasarkan pada
jenis konstruksi yang digunakan pada lambung kapal. Jika konstruksi memanjang maka
menggunakan pembujur sisi, pelintang sisi dan senta sisi. Jika menggunakan konstruksi
melintang maka menggunakan gading, gading besar, dan senta sisi. Pemasangan gading-
gading pada konstruksi melintang kapal akan diperkuat oleh braket yang dipasang pada
sisi atas dan sisi bawah gading. Pada proses ini, harus diperhatikan pula bagaimana
hubungan dari konstruksi yang membentuk cincin kekuatan, yaitu antar wrang pelat,
gading besar, dan balok besar. Apakah ketiganya terbentuk dengan saling terhubung
ataukah malah sebaliknya.
VIII. Completion of Frame Erection
Pada tahap ini, keseluruhan gading harus terpasang pada konstruksi kapal yang
nantinya akan dilanjutkan pada pemasangan pelat sisi kapal.
IX. Assembly of Shell Plating
Setelah seluruh gading telah terpasang, maka gading-gading tersebut akan
dihubungkan oleh pelat, dimana pelat tersebut merupakan badan kapal. Pelat yang
terpasang pada bagian sisi kapal harus memenuhi beban maksimal yang bekerja pada sisi
kapal (Ps) sesuai dengan perhitungan beban peraturan BKI volume II
X. Fitting of Deck Beams, Girders, and Hold Pillars
Pada tahap ini dilakukan pemasangan konstruksi yang menyusun geladak kapal,
konstruksi tersebut diantaranya berupa balok geladak, girder, pilar, kantilever, strong
beam, pembujur geladak dan pelintang geladak. Jika konstruksi yang menyusun geladak
18
24 Teknologi Produksi Kapal
berupa konstruksi melintang maka penegarnya terdiri dari balok geladak, balok besar,
kantilever (untuk lubang palkah) atau bisa juga menggunakan penguatan pilar, dan
penumpu geladak (side girder dan center girder). Jika konstruksi yang menyusun geladak
berupa konstruksi memanjang maka penegarnya terdiri dari deck transverse, pembujur
geladak, dan penumpu geladak. Konstruksi yang direncanakan harus sekuat dan seefisien
dalam menyusun geladak.
XI. Fitting of Deck Plating
Setelah konstruksi geladak terpasang pada kapal, tahap selanjutnya yaitu
pemasangan pelat geladak. Tebal pelat geladak yang dipilih harus memnuhi beban
maksimal yang bekerja pada geladak (Pd) berdasarkan perhitungan beban geladak sesuai
peraturan BKI volume II.
XII. Completion of Cargo Hold
Tahap ini merupkan proses penyempurnaan dari konstruksi yang menyusun badan
kapal pada bagian ruang muat, sehingga berdasarkan gambar terdapat lubang palkah yang
digunakan sebagai akses loading-unloading muatan.