Nama :
Anik Tri Susati
Gilda Ayu Ross Pitaloka
Okta Defa Yulkhamidah
Silfia Dwi Ananda
1. Karakteristik Pembelajaran IPA terpadu jika diyinjau dari sikap yakni:
Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-peneliti hendaknya mampu membedak
an antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat
dipertanggungjawabkankebenarannya.
Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi Peneliti yang baik
selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruangdengan orang
lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau mempertahankan
hasil penelitiannya akan
senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi.
Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankankebenaranyang diyakininya
karena yakin bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta yang jelassumbernya.
Mengembangkan Keingintahuan. Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia
selalu berusahamemperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan
informasi di segala bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembanganilmu
pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
Kepedulian terhadap Lingkungan. Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik
senantiasa peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang
dilakukannya
membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukansebaliknya, yaitu justru mer
usak lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar
bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis. Pendapat seorang peneliti yang baik selalu
bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa buktiyang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus kritisterhadap permasalahan yang
terjadi dan berkembang di sekitarnya.
Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi dan Bertanggung Jawabterhadap
Usulannya
Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawabterhadap konsekuensi
yangharus dihadapinya jika sudah mengusulkansesuatu. Usulan tersebut
selalu diembannya
dengan baik dandilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannyadalambe
ntuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
Bekerja Sama. Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerjasama
dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan diri sendiri . ia meyakini
bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya
senantiasa diharapkan oleh orang lain.
Jujur terhadap Fakta.Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak bolehmema
nipulasi fakta demikepentingan penelitiannya karena penelitianyang baik harus berland
askan pada studikepustakaan yang benar agarkelak jika orang lain melakukan penelitian
yang sama,didapatkan hasilyang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus
yakin bahwaitulah yang sebenarnya.
Tekun. Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendekuntuk
menghasilkan
sebuahteori, tetapi kadang kala memerlukan waktuyang sangat lama, bahkan bertahun-
tahun.Seorang peneliti yang baikharus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak
bolehmalas,mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidakmudah
putus asa.Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Bersifat open ended. Suatu masalah tidak hanya mengandung 1 jawaban, namun
banyak jawaban.
Selalu memperhatikan keselamatan kerja untuk menghi dari berbagai bacam kecelakaan
kerja.
2. Karakteristik Pembelajaran IPA Terpadu jika ditinjau dari proses
Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan
keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic
Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan
proses dasar terdiri dari : (1) Pengamatan, (2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4)
Pengukuran, (5) Pengkomunikasian, (6) Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan
keterampilan terintegrasi terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan bilangan,
(3) Perumusan hipotesis, (4) Pendefenisian secara operasional, (5) Melakukan eksperimen.
Agar siswa-siswa memiliki keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan
kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati
dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku
yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak
hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c)
pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu
obyek; (e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f)
melakukan pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”
Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada
satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku
tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk
pengamatan kuantitatif.
Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan
beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang
dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati.
Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang
lengkap tentang obyek yang diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35).
Melalui pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati
obyek-obyek dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang
diperolehnya mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan
kecakapan interpretasi atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan
penelitian berikutnya. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling
dasar dalam pembelajaran IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses
lainnya, seperti keterampilan menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan
pengukuran dan keterampilan klasifikasi (Suderajat Hari, 2004 : 76).
Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36) mengemukakan bahwa terdapat
tujuh komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu :
1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati
hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
2. Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat
untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
3. Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati,
waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk
mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.
4. Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting
untuk melengkapi pengamatan kualitatif.
5. Persamaan dan perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan
dan perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat
dibandingkan.
6. Perubahan (changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau
sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati
perubahan yang terjadi sebagai akibat.
7. komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas
mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain
yang tepat.
2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat
menggunakan bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan
dalam pola-pola yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu.
Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya :
mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan
dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki celah yang dapat
menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36). Keterampilan mengklasifikasi tergantung
pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa belajar untuk mengenali persamaan
dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari, 2004 : 79).
4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek,
berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan satu
satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini
digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah : (a)
pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b)
memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Khaeruddin
dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Keterampilan siswa dalam melakukan pengukuran
merupakan salah satu keterampilan praktis dan bersifat manipulatif dalam keterampilan
proses penguasaan ilmu pengetahuan (Suderajat Hari, 2004 : 82).
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-
kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan sesuatu atau
menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi
kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka
mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan komunikasi adalah : (a) pemaparan pengamatan atau dengan
menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk
menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau diagram untuk
menyajikan pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Kemampuan
seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari apa yang orang tersebut
kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur (Nur M, 1998 : 81).
6. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu
percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-
interferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa
yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk
memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa adalah : (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran
generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu
yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk
menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati.
Suatu inferensi yang mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang
menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan
dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk
pengamatan-pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38).
8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi
tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu
variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja
diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian
variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang
menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka
nyala lampu menjadi semakin redup”. Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu
adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan ini secara sengaja telah diubah
banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu
lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel
manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu
berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa
variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon.
Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh
dikontrol untuk tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel
kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut
prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala
sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat
dilakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri
ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian
sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita
menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada
saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis
baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam
percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan
tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat
mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu
itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah (a) pengidentifikasian
variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam
percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40).
9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan.
Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil;
(b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel
yang dikontrol dalam suatu percobaan.
10. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji
tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai
pernyataan jika dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume
air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Dari rumusan ini dapat
dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel
manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim
terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk
pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil
pengamatan atau dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif
adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan
kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif
adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara
yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan
hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b)
merancang cara-cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak
mendukung hipotesis tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 41).
11. Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan
atau apa yang diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan
atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.
Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa
yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan
waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM
akan semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah
menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan
yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. untuk variabel respon,
tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah
suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat defenisi operasional
variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-
beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan
pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol.
Beberapa perilaku siswa saat mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a)
memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b)
mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan
atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian.
12. Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu
eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi.
Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik
yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau
menguji hipotesis. Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon
yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa
perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah : (a) merumuskan dan
menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c)
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevaluasi prediksi dan hipotesis
berdasarkan pada hasil-hasil percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42).