TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN JIWA
STRESS DAN ADAPTASI
DosenPembimbing :
Ns. Ayu Nanda Lestari, S.Kep
Disusun Oleh kelompok 1 :
1. Abdullah (2010.01.071)2. Martha alif hidayatullah (2010.01.096)3. Moch. Fahrur rozi (2010.01.101)4. Siti juhairia
PROGAM STUDY S1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN - PROBOLINGGO
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa di panjatkan kehadirat Allah SWT Sholawat dan salam
semoga selalu di limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ns. Ayu Nanda Lestari, S.Kep selaku
pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah membimbing kami untuk membantu dalam proses
penyusun makalah ini.
Kami yakin bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena itu kami mengharapkan
kritik konstruktif dan saran , khususnya dari ibu Ns. Ayu Nanda Lestari, S.Kep selaku pembimbing mata
kuliah Keperawatan Jiwa dan umumnya dari semua pembaca sehingga makalah ini dapat lebih sempurna.
Genggong, 25 Maret 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan salah satu
gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik dan
frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang
tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung,mudah marah, tekanan
darah meningkat, detak jantung lebih cepat, gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu
karena pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres
sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya
tidak banyak orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun
memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap
stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui
penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan
terkena dampak negatif dari stres tersebut.
Namun perlu ditekankan disini, stress tidak selamanya membuat orang menjadi tidak waras
sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa, karena stress mempunyai beberapa tingkatan. Jadi
selama individu tersebut masih mengalami stress yang ringan, maka individu tersebut hanya akan sering
memikirkannya dan berusaha untuk memecahkan masalah yang menjadi penyebab stress. Cara untuk
mengatasi pemicu stress inilah yang dinamakan koping. Koping yang ada pada diri individu berguna
untuk mengarahkan individu tersebut agar tidak ambil pusing terhadap masalah tersebut atau bisa juga
membuat mereka dapat menemukan solusi dari masalahnya. Secara umum cara menemukan pemecahan
masalah tersebut bisa dari pengalamn sebelumnya tentang masalah tersebut atau curhat dengan sesorang
yang dianggap dapat memberikan jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya.
Dengan koping masalah yang dihadapi bisa teratasi atau hilang untuk sementara dan akan muncul
jika ada pencetusnya. Namun individu yang sudah melakukan koping ada pula yang tidak hilang
masalahnya sehingga mereka akan tidak dapat berbuat apapun selain memikirkan maslahnya.hal ini
dapatmembahayakan individu tersebut karena artinya individu ini pikirannya bias terganggu dan
mengalami gangguan jiwa. Lain pula dengan adaptasi. Yang dimaksud dengan adapatasi adalah
cara pandang individu terhadap masalahnya. Individu yang dapat selalu mengambil hikmah dan tidak
terlalu memikirkan masalahnya dapat menghilangkan masalah tersebut dari pikirannya. Hidupnya akan
dibawa happy terus.
Orang semacam ini bisa dikatakan sehat secara psikologi. Namun adapatasi juga bias tidak
berpengaruh terhadap alam pikirnya jika masalah yang datang lebih dan semakin berat dari sebelumnya
dan individu ini selalu menghadapinya dengan cara pandang yang sama dilakukannya pada masalah
sebelumnya yang lebih ringan. Pada makalah ini kelompok akan membahas tentang stress, koping,
adaptasidan manajemen stress.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang termasuk ke dalam konsep stress?
2. Apa saja manifestasi stress?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi stress?
4. Apakah yang disebut adaptasi?
5. Apakah proses keperawatan stress managemen stress untuk perawat?
1.3 Tujuan.
1. Untuk mengetahui konsep stress.
2. Untuk mengetahui manifestasi stress.
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi stress.
4. Untuk mengetahui adaptasi.
5. Untuk mengetahui proses keperawatan stress mangemen stress untuk perawat
\
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Stress
Stress adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk
merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis
dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan, menopause atau
suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai stress menghasilkan pengertian yang berbeda-beda
tentang stress itu sendiri. Stress hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan tubuh
berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham realistik
memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau
fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap
stress adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena
stress hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik seseorang seperti dada yang
berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stress karena untuk menghilangkannya berarti akan
menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu dengan
lingkungan. Pendekatan ini telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ). Interaksi
antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan dengan interaksi
transaksional yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus atau respon
tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional.
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.
Definisi tentang stress yang sangat beragam menunjukan bahwa stress bukanlah suatu hal yang
sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan
oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak, 2007 ). Kesimpulan
dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu kuat dalam mengejar
keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.
2.1 Manifestasi Stress
Stress sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi cara
pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya
berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sulit tersenyum/tertawa
dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga mukanya
nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11. Tidak bisa tidur
12. Sakit mental-histeris
Setdaknya ada 50 gejala yang merupakan efek dari stres, terbagi dalam 4 kelompok , yakni fisik,
kognitif, emosi dan tingkah laku, antara lain sebagai berikut :
Gejala stres yang dapat dilihat melalui efek pada fisik, antara lain adalah gagap dalam berbicara
(sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala pusing, badan gemetaran, muntah-muntah,
kesulitan bernafas, kelelahan yang berlebihan, serta kesulitan tidur.
Secara kognitif, efek stres yang muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa,
munculnya pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta hilangnya
kontrol pada diri sendiri.
Sedangkan secara emosi, reaksi stres yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung,
mudah marah, depresi, penarikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa
percaya diri, serta munculnya pandangan negatif pada diri dan orang lain.
Dilihat dari tingkah laku, reaksi stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous
laughter, menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan peningkatan nafsu
makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, serta munculnya tingkah
laku yang bersifat agresif seperti mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat
diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress
yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang
dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat
cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang
baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena
hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands,
interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari masing-
masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai
bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan
dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam
organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan
sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat
dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu
organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua
yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang
secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya
tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi
suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai
suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu
berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti
tapi penting (Robbins,2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi
pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan
tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga
untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian
seseorang.
2.4 Konsep Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu
terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk
mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun
setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula
yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak
seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit
terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya
lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka
pendek.
Karakteristik dari LAS :
1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4. respon bersifat restorative.
• GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan secara
sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat .
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung
meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi,
ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti
pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan
individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan
norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot.
Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons
melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor
masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi
fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor
penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun / normal tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi
terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal
maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
2.5 Proses Keperawatan Stress Managemen Stress Untuk Perawat
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi
atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi
keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran
yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak
sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres
melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara
teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan
tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan
dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua
kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan
air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan
tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit
dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena
mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan
ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres.
Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari.
Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta
melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan
biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara
memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak
mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain.
Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga
diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.
Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif
memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi
redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi
rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis
mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan
kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang
dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi
kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada
sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang
seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus
menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin
dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam
mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam
pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan
normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak
normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari
keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STRESS ADAPTASI
3.1 Pengkajian
1. Faktor Pendukung
• Biologis : Genetik, Status nutrisi
• Psikologis : Pengetahuaan, kemampuan berbicara, moral, personal, pengalaman
• Sosial Budaya : Umur, gender, pendidikan, budaya, kepercayaan.
2. Faktor Pencetus
• Biologis :
a.Neroanatom
b.Nerofisiologi
c.Nerokimia
d.Tingkat kematangan dan perkembangan organik
e.Faktor pre dan peri-natal
• Psikologis :
a.Peran Ayah
b.Interaksi ibu-anak ( rasa percaya dan rasa aman )
c.Persaingan antara saudara kandung
d.Inteligensi
e.Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.
f.kehilangan mengakibatkan kecemasan, depresi rasa malu dan rasa salah.
g.Konsep diri, pengertian identitass diri sendiri
h.Keterampilan, bakat dan kreativitas.
i.Pola adaptasi dan pembebanan sebagai reaksi terhadap bahaya.
j.Tingkat perlembangan emosi.
• Sosio-Budaya : a.Kestabilan keluarga
b.Pola mengasuh anak
c.Tingkat ekonomi
d.Perumahan : Kota >< Desa
e.Pengaruh Rasis dan agama
Prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.
f.masalah kelompok minoritas
3. Penilaian Respon terhadap Stress
Perasaan sedih, marah, takut, senang, rasa tidak berdaya, (putus asa, merasa sendirian)
a. Afektif
Tidak mau berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, hilang perhatian, ilusi, bingung, ragu-ragu.
b. Kognitif
Peningkatan ( Prolaktin, ACTH, Kolagen, Gangguan pencernaan, lemah, letih, lesu, pusing, perubahan
berat badan).
c. Psikologi
Menarik diri, gangguan tingkat aktivitas, mudah marah, menangis dan tersinggung.
d. Tingkah laku
4. Sumber koping
Mencari dukungan sosial seperti meminta bantuan kepada keluarga, teaman, tetangga.
a. Dukungan sosial
ketersediaan materi
b. Ekonomi
kemampuan untuk mengatasi yang trejadi sebelumnya.
c. Kemammpuan personal
Mencari dukungan spiritual dengan berdo’a dan meningkatkan keyakinanya.d. Keyakinan
5. Mekanisme Koping
a) Stressor Individu Stressor
b) Keseimbangan terganggu
c) Usaha individu mengatasi stressor
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap hari. Stress tidak dapat
dihilangkan tetapi perlu dipelajari cara-cara penanganannya. Keberhasilan menyelesaikan berbagai stress
merupakan modal kemampuan untuk menghadapi stress yang akan datang. Klien yang dirawat di Rumah
sakit tentu mengalami berbagai stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu
berupaya membantu klien menyelesaikan masalah, melatih klien menghadapi dan menyelesaikannya dan
menggerakan sumber yang dimiliki klien. Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress
berarti perawat telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat,
menghemat biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia.
Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa tahap akan muncul
dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut.
Oleh sebab itu, terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Noorhana. Stress dan Mekanisme Adaptasi. Slide Kuliah Modul Saraf dan Jiwa, FKUI 2010.
2. Maramis, Willy F. dan Albert A. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. Ke-2. Surabaya:
Airlangga University Press, 2009: 83-101
3. Kaplan Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry.Ed.
Ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000.
4. Widianti, Efri, et al. Pengetahuan Pasien Mengenai Gangguan Psikosomatik dan Pencegahannya
di Puskesmas Tarogong Garut. Diunduh dari
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/pengetahuan%20pasien
%20mengenai%20gangguan%20psikosomatik%20dan%20pencegahannya%20di%20puskesmas
%20tarogong%20garut.pdf pada 1 desember 2010.
5. lestari, et al. gangguan psikosomatik dan pencegahannya. diunduh dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&sqi=2&ved=0cegqfjag&url=http://
taganing.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/2794/faktor%2bpsikologis%2byang%2bmempengaruhi
%2bkondisi%2bmedis%2b(gangguan.ppt&rct=j&q=gangguan
%20psikosomatik&ei=r7x3tpsnf4ograeonljvdw&usg=afqjcngtsweswhzaukhsdlg4nxgmjq99jw&sig2=wcu
vy8yrafwdydnad3dvog&cad=rja pada 1 desember 2010.