Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kadar Kolestrol Dalam Tubuh
Lisa Sari
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
Abstrak
Hiperkolesterolemia adalah faktor risiko penting penyakit kardiovaskuler yang
menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskuler
yang berdampak kerugian ekonomi dan penurunan produktivitas kerja dapat dicegah
dengan mengendalikan faktor risiko tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
prevalensi dan faktor risiko hiperkolesterolemia di kalangan masyarakat Kecamatan Duri
Kepa 2015. Penelitian yang menggunakan desain studi cross sectional ini mengamati
variabel independen umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,kadar hemoglobin, penghasilan,
dan kerja.1 Populasi penelitian adalah masyarakat di Kecamatan Duri Kepa yang berusia 60
tahun keatas. Hubungan antara variabel bebas dan terikat dianalisa dengan menggunakan
metode T-test pada program SPSS 16.0. penelitian dilakukan dengan sampel 54 orang.
Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan kadar kolesterol dengan usia (p=0,823),
jenis kelamin (p=1,0000), tingkat pendidikan (p=0,512), kadar hemoglobin (p=1,000),
penghasilan (p=0,125) dan kerja (p=1,000)
Kata kunci : hiperkolesterolemia, penyakit kardiovaskuler, umur, kolesterol, hemoglobin
Abstract
Hypercholesterolemia is an important risk factor for cardiovascular disease is a major cause
of mortality and morbidity worldwide. Cardiovascular disease that affects the economic losses and
decreased work productivity can be prevented by controlling these risk factors. This study aims to
determine the prevalence and risk factors of hypercholesterolemia among people in District of Duri
Kepa, 2015. The study used cross sectional design of the study is to observe the independent
variables of age, sex, education level, hemoglobin level, income, and kerja.1 study population was
community The District of Duri Kepa aged 60 years and older. The relationship between independent
and dependent variables were analyzed using t-test in SPSS 16.0. research conducted with a sample
of 54 people. Results of the study there was no association with age cholesterol levels (p = 0.823),
sex (p = 1.0000), educational level (p = 0.512), hemoglobin (p = 1.000), income (p = 0.125) and
employment (p = 1.000).
Keywords: hypercholesterolemia, cardiovascular disease, age, cholesterol, hemoglobin
Pendahuluan
Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan sebab utama kematian
penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi yaitu penyakit jantung dan pembuluh
darah sebesar 26,3%.2 PJK adalah penyebab kematian utama pada pasien di atas usia 65
tahun.3 Tingginya kadar kolesterol total secara umum merupakan faktor risiko tersendiri
untuk terjadinya berbagai macam penyakit. Demikian pula secara khusus, tingginya kadar
low density lipoprotein (LDL) merupakan faktor risiko bagi terjadinya aterosklerosis yang
mengarah kepada penyakit jantung koroner. Kadar high density lipoprotein (HDL) sampai
saat ini dipercaya berkorelasi dengan insidens berbagai penyakit vaskular.4 kolesterol
adalah produk khas hasil metabolisme hewan seperti kuning telur,daging,hati, dan otak.
Semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Kolesterol
merupakan prekursor semua steroid, seperti kortikosteroid,hormon seks, asam empedu, dan
vitamin D (Dalimartha, 2001). Kolesterol di dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang
diperlukan.
Hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas normal.
Hiperkolesterolemia dapat berkembang menjadi aterosklerosis pada pembuluh arteri,
berupa penyempitan pembuluh darah, terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata. Pada
otak, aterosklerosis menyebabkan stroke, sedangkan pada jantung menyebabkan penyakit
jantung koroner (Vodjani, 1999). Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena bobot badan, usia,
kurang olah raga, stress emosional, gangguan metabolisme, kelainan genetik, serta diet
tinggi kolesterol danasam lemak jenuh (Grundy, 1991). Hiperkolesterolemia juga dapat
terjadi pada wanita yang kekurangan hormon estrogen (Ganong, 1995). Kolesterol total
adalah nilai kolesterol dalam darah yang merupakan penjumlahan dari kolesterol yang
terkandung dalam LDL, HDL, dan lipoprotein yang lain nya. Batas kolesterol normal dalam
tubuh adalah 160 – 200 mg/dL apabila di atas 240 mg/dL.5
Penyakit kardiovaskuler yang paling seringmenyerang usia produktif adalah penyakit
jantung koroner (PJK) dan gangguan yang mendasari terjadinya PJK adalah aterosklerosis.
Faktor resiko utama yang memengaruhitimbulnya PJK adalah peningkatan kadar kolesterol
hingga melebihi 200mg/dL, yang disebut hiperkolesterolemia (Marinetti 1990). Hal tersebut
biasanya diikuti dengan tingginya kadar low density lipoprotein (LDL), yang mudah
teroksidasi. Hasil samping oksidasi LDL adalah radikal bebas. Sehingga pada kondisi
hiperkolesterolemia terbentuk radikal bebas yang berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan
antioksidan intrasel superoksida dismutase menurun seperti yang dilaporkan oleh Wresdiyati
et al., (2006a; 2006b). Pada kondisi stres oksidatif, level radikal bebas yang sangat tinggi
dapat bereaksi dengan makromolekul sel seperti DNA, protein, dan lemak yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan makromolekul tersebut (Valko et al., 2006; 2007).
Kerusakan tersebut dapat berlanjut dengan terjadinya beberapa penyakit dan proses
degenerasi seperti ketuaan dan karsinogenesis (Halliwell dan Gutteridge, 1998). Kondisi
stress oksidatif harus segera ditangani untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Salah
satu indikator keberhasilan penanganan kondisi stres oksidatif adalah status antioksidan
intrasel atau antioksidan endogen, yang meliputi catalase,glutathione peroxidase, dan
superoxide dismutase.6
Metode
Skala pengukuran variabel terbagi menjadi kategorik (nominal-ordinal) dan numerik
(rasio-interval).
a. Nominal dan ordinal (kategorik)
Variabel nominal dan variabel ordinal disebut sebagai variabel kategorik karena
variabel tersebut mempunyai kategori variabel. Sebagai contoh: jenis kelamin adalah
variabel, sedangkan laki-laki dan perempuan adalah kategorik variabel, klasifikasi
kadar kolesterol adalah variabel sedangkan ‘baik’, ‘sedang’, dan ‘buruk’ adalah
kaegorinya.
Berdasarkan kategori inilah Anda dapat membedakan variabel nominal dan variabel
ordinal. Variabel nominal mempunyai kategori yang sederajat dan tidak bertingkat,
contohnya: variabel jenis kelamin dengan kategori laki-laki dan perempuan,
sedangkan variabel ordinal mempunyai kategori yang tidak sederajat atau bertingkat,
contohnya: variabel kolesterol mempunyai kategori ‘baik’, ‘sedang’, dan ‘buruk’.
b. Rasio dan interval (numerik)
Variabel rasio dan variabel interval disebut sebagai variabel numerik karena variabel
tersebut tidak mempunyai kategori variabel. Anda dapat membedakan variabel rasio
dan interval berdasarkan nilai nolnya. Apabila variabel tersebut memiliki nilai nol
alami (seperti berat badan, tinggi badan, jarak) maka anda dapat menyebutnya
sebagai variabel rasio. Apabila variabel tersebut tidak mempunyai angka nol alami
(seperti suhu), makan Anda menyebutnya sebagai variabel interval. Perhatikan
bahwa nol derajat pada skala Celcius berbeda dengan nol derajat pada skala
Fahrenheit.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) untuk
mencapai tujuan penelitian. Populasi penelitian adalah para lansia (usia ≥ 60 tahun) yang
ada di kecamatan Duri Kepa di Jakarta. Pemilihan sampel dilakukan secara simple random
sampling. Berdasarkan kriteria dari National Cholesterol Education Program kadar kolesterol
total batas tinggi adalah 200-239 mg/dl, LDL kolesterol 130-159 mg/dl dan trigliserida 150-
199 mg/dl. Sedangkan kadar HDL kolesterol tinggi besarnya ≥60 mg/dl.7
Pengolahan dan analisis data
Data diolah menggunakan program SPSSversi 16.0. Tingkat kemaknaan untuk uji
statistik besarnya 0,05.
Tinjauan Pustaka
Pada hasil penelitian didapatkan proporsi usia terbanyak adalah usia 60 tahun
sebanyak 37% dan usia 65 tahun sebanyak 14,8&. Usia rata-rata responden adalah 64,24
tahun. Terdapat 9,3% responden laki-laki dan 90,7% responden wanita. Pada populasi yang
diteliti ada 81,5 yang memiliki pendidikan rendah, 11,1 % berpendidikan sedang dan 7,4%
yang memiliki pendidikan tinggi. Ada 46,3% responden yang memiliki penghasilan dan
53,7% yang tidak memiliki penghasilan. Sddangkan jika di lihat dari segi pekerjaan terdapat
96,3 yang bekerja dan hanya 3,7% yang tidak memiliki pekerjaan. Untuk kadar hemoglobin
terbanyak adalah 9,3% responden memiliki kadar hemoglobin 12. Sebanyak 14,8%
responden yang memikili kadar kolesterol >200mg/dl dan 85,2% responden yang memiliki
kadar kolesterol lebih dari 200mg/dl.
Tabel1. Tabel Persentase Kadar Kolesterol
Total_Kolestrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 8 14.8 14.8 14.8
Tidak normal 46 85.2 85.2 100.0
Total 54 100.0 100.0
Grafik 1. Persentase Kadar Kolesterol
Faktor usia mempengaruhi terjadinya akumulasi lipid sehingga bisa menyebabkan
terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai
akumulasi lipid ekstrasel, recruitment dan akumulasi lekosit, pembentukan sel busa, migrasi
dan proliferasi miosit, deposit matriks ekstrasel, akibat pemicuan patomekanisme multifaktor
yang bersifat kronik progresif, fokal atau difus, bermanifestasi akut maupun kronis, serta
menimbulkan penebalan dan kekakuan arteri.Aterosklerosis disebabkan faktor genetik serta
intensitas dan lama paparan faktor lingkungan (hemodinamik, metabolik, kimiawi eksogen,
infeksi virus dan bakteri, faktor imunitas dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai
faktor tersebut.
Berbagai Tipe Lesi Aterosklerotik
Lesi aterosklerotik, terutama terjadi pada arteri elastis berukuran sedang dan besar
serta arteri muskularis, dapat menimbulkan iskemi jantung, otak atau ekstremitas yang
menyebabkan terjadinya infark. The American Heart Association Committee on Vascular
Lesions menentukan klasifikasi baru perkembangan lesi aterosklerotik menjadi 6 (enam)
fase. Sistem klasifikasi ini mengkaitkan fase klinik evolusi plak dengan tipe lesi yang tampak
secara patologis.
Lesi aterosklerotik tipe I
Lesi aterosklerotik tipe I atau lesi inisial (Gambar 1.) memperlihatkan perubahan
paling dini yang pertamakali bisa terdeteksi secara mikroskopik dan kimiawi. Secara seluler
ditandai dengan penambahan sejumlah sel busa di tunika intima arteri dan penebalan
adaptif tunika intima, terutama di regio yang mudah terkena.
Lesi aterosklerotik tipe II
Lesi tipe II (garis lemak) berupa garis-garis, bercak atau bintik berwarna kuning di
permukaan intima arteri. Gambaran mikroskopis lesi aterosklerotik tipe II terdiri atas; sel
busa berlapis, miosit berisi butiran lemak, sejumlah besar makrofag tanpa butiran lemak, sel
limfosit T dan sel mast di tunika intima, disertai butiran heterogen lipid ekstrasel. Garis lemak
mulanya terdiri atas makrofag, monosit, dan limfosit T yang mengandung sel busa yang
bergabung dengan sejumlah sel miosit. Tahapan pembentukan garis lemak (Gambar 2.)
meliputi; 1) migrasi miosit yang distimulasi oleh PDGF, FGF 2 dan TGF-, 2) aktivasi sel T
yang diperantarai oleh TNF-, IL-2 dan GMCSF, 3) pembentukan sel busa yang diperantarai
oleh LDL-oks, MCSF, TNF-, IL-1, 4) aderensi dan agregasi platelet yang dirangsang oleh
integrin, P-selektin, fibrin, tromboksan A2, faktor jaringan dan faktor lain yang
bertanggungjawab terhadap aderensi dan migrasi lekosit.
Lesi aterosklerotik tipe III
Lesi tipe III (intermedia, transisional, preateroma) merupakan jembatan morfologis dan
kimiawi antara lesi tipe II dan lesi tipe lanjut (tipe IV). Gambaran histopatologinya khas,
ditandai timbunan butiran dan partikel lipid ekstrasel yang identik dengan lesi tipe II, di sekitar
lapisan miosit di era tertentu yang mengalami penebalan adaptif tunika intimanya. Timbunan
lipid yang lebih banyak dan tebal terletak tepat di bawah lapisan makrofag dan sel busa,
menggantikan matriks dan serabut proteoglikan intersel, serta mendorong dan memisahkan
miosit.
Lesi aterosklerotik tipe lanjut (IV, V dan VI)
Pada lesi lanjut yang terbagi menjadi tipe IV, V dan VI, terdapat deposit lipid ekstrasel yang
cukup besar untuk merusak intima, juga terjadi mekanisme trombotik yang lebih menonjol
dalam mempercepat terjadinya aterosklerosis. Sedangkan pada stadiun yang amat lanjut,
deposit lipid memodifikasi tunika media dan adventitia di bawahnya. Lesi fase ini (Gambar 3)
cenderung membentuk sumbat fibrosa yang memisahkan lesi dengan lumen arteri. Sumbat
fibrosa menutupi campuran lekosit, lipid dan debris yang membentuk inti nekrotik. Pinggiran
lesi meluas akibat adesi dan masuknya lekosit yang terus berlangsung. Faktor utama yang
berhubungan dengan akumulasi makrofag meliputi; MCSF, MCP-1 dan LDL-oks. Inti nekrotik
merupakan akibat terjadinya apoptosis dan nekrosis, peningkatan aktivitas proteolitik dan
akumulasi lipid. Sumbat fibrosa terbentuk akibat meningkatnya aktivitas PDGF, TGF-, IL-1,
Lipoprotein merupakan komplek makromolekular besar yang mentranspor lipid
hidrofobik (trigliserida, kolesterol, dan vitamin larut lemak) melalui cairan tubuh (plasma,
cairan interstitial, dan limfe) ke dan dari jaringan. Lipoprotein terdiri dari inti yang tersusun
atas lipid hidrofobik (trigliserida dan ester kolesterol), yang dikelilingi oleh lipid hidrofilik
(fosfolipid, kolesterol tidak teresterifikasi) dan protein yang berinteraksi dengan cairan tubuh.
Lipoprotein plasma dibagi menjadi 5 golongan berdasarkan densitas relatifnya, yaitu
kilomikron, very low-density lipoprotein (VLDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), low-
density lipoprotein (LDL), dan high-density lipoprotein (HDL). Densitas lipoprotein ditentukan
oleh jumlah lipid per partikel. HDL merupakan lipoprotein yang paling kecil dan padat,
sementara kilomikron dan VLDL adalah lipoprotein paling besar dan tidak padat.
Kebanyakkan plasma trigliserida ditranspor oleh kilomikron atau VLDL, dan kebanyakkan
kolesterol plasma ditranspor oleh ester kolesterol dalam LDL dan HDL. LDL mentranspor
kolesterol ke sel-sel perifer untuk sintesis membran dan produksi hormon, dan ke hati untuk
produksi asam empedu. HDL membawa kembali kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk
diekskresi. LDL diyakini sebagai lipoprotein aterogenik mayor.
Kolesterol memiliki peranan penting dalam tubuh antara lain :
a. Kolesterol sebagai komponen lemak penting sebagai salah satu sumber
tenaga bagi tubuh selain karbohidrat dan protein.
b. Kolesterol mempunya peranan penting dalam produksi hormon seks, vitamin
D serta untuk fungsi otak dan saraf.
c. Kolesterol diperlukan untuk memelihara dinding sel dan fungsi tubuh lain.
Peningkatan trigliserida, kolesterol total, LDL, serta penurunan HDL sering
berhubungan dengan kegemukan. Distribusi lemak regional mempunyai pengaruh penting
terhadap faktor resiko pemyakit metabolik dan kardiovaskuler. Peningkatan akumulasi lemak
viseral adalah faktor resiko terhadap coronary artery disease (CAD), hipertensi, stroke dan
diabetes melitus tipe 2. Suatu penelitian di Taiwan menyatakan bahwa obesitas sentral
merupakan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan IMT dan rasio lingkar
pinggang/panggul, terhadap resiko penyakit .meskipun persentase lemak tubuh merupakan
parameter yang berguna terhadap general sentral, resiko kesehatan lebih baik dan lebih
mudah diprediksi dengan lingkar pinggang.
Obesitas sentral berhubungan dengan profil lipid seperti peningkatan kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kolesterol HDL yang merupakan pencetus
terjadinya aterosklerosis koroner, peningkatan resiko kardiovaskuler terjadi bila kedua
keadaan tersebut terjadi bersama-sama.9
Hiperkolestrolemia dibedakan menjadi hiperkolestrolemia poligenik dan
hiperkolestrolemia familial. Hiperkolestrolemia poligenik merupakan penyebab tersering
peningkatan konsentrasi kolesterol serum. Hiperkolesterolemia poligenik biasanya
ditemukan pada screening rutin dan tidak menimbulkan gejala. Hiperkolesterolemia
poligenik lebih sering terjadi pada individu yang memiliki riwayat keluarga dengan
hiperkolesterolemia, namun faktor gaya hidup juga jelas berperan.
Hiperkolestrolemia familial adalah kelainan autosom dominan yang menyebabkan
kenaikan tinggi total kolesterol dan LDL. Hiperkolestrolemia familial dapat berbentuk
homozigot dan heterozigot. Bentuk homozigot lebih berat daripada bentuk heterozigot.
Hiperkolesterolemia familial berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya prematuritas arteri
koronaria.10
Tabel 2. Kadar Kolesterol Darah
Diharapkan Risiko Batas Risiko Tinggi
Kolesterol Total (mg/dl) < 200 200 – 239 ≥ 240
Kolesterol LDL (mg/dl) < 130 130 – 159 ≥ 160
Kolesterol HDL (mg/dl) ≥ 50 35 – 49 < 35
Rasio LDL/HDL > 1,3
Trigliserida (TG, mg/dl) > 250 (puasa) dianggap sebagai risiko kemungkinan
Umur dan jenis kelamin juga mempengaruhi seseorang untuk terserang kolesterol.
Kolesterol dulu menghinggapi seseorang ketika usia tua, namun kini usia muda pun rentan
dengan kolesterol yang secara perlahan mulai meningkat. Umumnya kolesterol hinggap pada
pria ketika memasuki usia 40 tahun ke atas dan pada wanita umumnya ketika memasuki masa
menopause. Seperti telah disebutkan, usia merupakan salah satu faktor risiko alami. Hal
tersebut mudah untuk dipahami karena semakin tua bagian organ tubuh manusia akan
semakin menuru kemampuannya untuk berfungsi. Begitu pula dengan pembuluh arteri
koroner, yang secara sederhana dapat diibaratkan sebagai saluran pipa air ledeng, semakin
lama akan semakin banyak kerak atau karat yang menumpuk di lapisan bagian dalamnya.
Jika kandungan kotoran di dalam air tinggi, pembentukan kerak akan bertambah cepat.
Dalam perumpamaan itu, kolesterol jahat berperan sebagai kotoran yang terdapat dalam air
yang mengalir di dalam pipa. Jika tekanan darah meningkat secara perlahan-lahan,
keelastisitasan arteri menghilang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, Hb, penghasilan dan pekerjaan tidak memiliki
hubungan dengan peningkatan kadar kolesterol.
Daftar Pustaka
1. Krisnawaty Bantas, Farida Mutiarawaty Tri Agustina, Dinie Zakiyah, Risiko
Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan Industri, vol.6: no 5 ; 219. 2012 April.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan studi mortalitas 2001: pola
penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitan dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2002.
3. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Pengembangan Pusat Pelayanan Lanjut Usia. Jakarta; Oktober, 2001.
4. Dalal D, Robbins JA. Management of hyperlipidemia in the elderly population: an
evidence-based approach. South Med J 2002; 95: 1255-61.
5. Riani Hardiningsih, Novik Nurhidayat, Pengaruh Pemberian Pakan
Hiperkolesterolemia terhadap Bobot Badan Tikus Putih Wistar yang Diberi Bakteri
Asam Laktat, vol 7; no 2; 127. Januari 2006.
6. Tutik Wresdiyati, Ans Budi Hartanta, Made Astawan, Tepung Rumput Laut
(Eucheuma Cottonii)Menaikkan Level Superoksida Dismutase (Sod) Ginjal Tikus
Hiperkolesterolemia, vol.12;no 2; 127. Juni 2011.
7. Rita Khairani, Mieke Sumiera. Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta,
Vol.24; No.4; Oktober 2005
8. Awal Prasetyo, Udadi Sadhana. Aspek seluler dan molekuler aterosklerosis,
Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Juni 2006 [diunduh 01 Agustus 2015];
diunduh dari :http://eprints.undip.ac.id/1488/1/artikel_terkini_full_text_01.htm
9. Sudijanto Kamso. Dislipidemia dan Obesitas Sentral pada Lanjut Usia di Kota
Padang, Vol.2 ; No.2;76-6. Oktober 2007.
10. Fuster V, Topol EJ, Nabel EG. Atherothrombosis and coronary artery disease. 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.p 37-8.
Lampiran
Frequencies
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
UMUR
N Valid 54
Missing 0
Mean 64.24
Median 63.00
Mode 60
Std. Deviation 4.933
Sum 3469
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60 20 37.0 37.0 37.0
61 1 1.9 1.9 38.9
62 4 7.4 7.4 46.3
63 5 9.3 9.3 55.6
64 2 3.7 3.7 59.3
65 8 14.8 14.8 74.1
66 2 3.7 3.7 77.8
68 2 3.7 3.7 81.5
70 3 5.6 5.6 87.0
71 1 1.9 1.9 88.9
72 3 5.6 5.6 94.4
75 1 1.9 1.9 96.3
77 1 1.9 1.9 98.1
80 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
Persentase umur terbanyak adalah 60 tahun sebanyak 37,0 % dan 65 tahun sebanyak 14,8%
Jenis Kelamin[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
SEX
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.91
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .293
Sum 103
SEX
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 5 9.3 9.3 9.3
perempuan 49 90.7 90.7 100.0
Total 54 100.0 100.0
Terdapat 9,3% responden laki-laki dan 90,7% responden perempuan
Tingkat Pendidikan
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
TINGKAT_PENDIDIKAN
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.26
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .589
Sum 68
TINGKAT_PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 44 81.5 81.5 81.5
sedang 6 11.1 11.1 92.6
tinggi 4 7.4 7.4 100.0
Total 54 100.0 100.0
Ada 81,5% populasi yang memiliki pendidikan rendah, 11,1 % populasi memiliki pendidikan
sedang dan 7,4% memiliki populasi tinggi.
Penghasilan
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
PENGHASILAN
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.54
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .503
Sum 83
PENGHASILAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada 25 46.3 46.3 46.3
tidak ada 29 53.7 53.7 100.0
Total 54 100.0 100.0
Pada populasi ada 46,3% responden yang memiliki penghasilan dan 53,7% yang tidak
memiliki penghasilan.
Kerja
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
KERJA
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.04
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .191
Sum 56
KERJA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kerja 52 96.3 96.3 96.3
tidak kerja 2 3.7 3.7 100.0
Total 54 100.0 100.0
Terdapat 96,3% populasi yang memiliki pekerjaan dan 3,7% yang tidak memiliki pekerjaan.
Hemoglobin
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
HB
N Valid 54
Missing 0
Mean 11.659
Median 11.750
Mode 12.0
Std. Deviation .8586
Sum 629.6
HB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 9.4 1 1.9 1.9 1.9
9.7 1 1.9 1.9 3.7
10.1 1 1.9 1.9 5.6
10.4 2 3.7 3.7 9.3
10.5 1 1.9 1.9 11.1
10.6 1 1.9 1.9 13.0
10.8 1 1.9 1.9 14.8
10.9 2 3.7 3.7 18.5
11 4 7.4 7.4 25.9
11.1 1 1.9 1.9 27.8
11.2 3 5.6 5.6 33.3
11.3 1 1.9 1.9 35.2
11.4 2 3.7 3.7 38.9
11.5 2 3.7 3.7 42.6
11.6 3 5.6 5.6 48.1
11.7 1 1.9 1.9 50.0
11.8 2 3.7 3.7 53.7
11.9 2 3.7 3.7 57.4
12 5 9.3 9.3 66.7
12.1 2 3.7 3.7 70.4
12.3 4 7.4 7.4 77.8
12.4 2 3.7 3.7 81.5
12.5 1 1.9 1.9 83.3
12.6 2 3.7 3.7 87.0
12.8 2 3.7 3.7 90.7
12.9 3 5.6 5.6 96.3
13 2 3.7 3.7 100.0
Total 54 100.0 100.0
Frequencies
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
HB
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.9630
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation .19063
Sum 106.00
HB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid anemia 2 3.7 3.7 3.7
Tidak anemia 52 96.3 96.3 100.0
Total 54 100.0 100.0
Total Kolesterol
[DataSet1] C:\Users\HP\Desktop\lisasari.sav
Statistics
TOTAL_KOLESTEROL
N Valid 54
Missing 0
Mean 2.5109E2
Median 2.4700E2
Mode 264.00
Std. Deviation 5.44919E1
Sum 1.36E4
TOTAL_KOLESTEROL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 122 1 1.9 1.9 1.9
158 1 1.9 1.9 3.7
167 1 1.9 1.9 5.6
173 4 7.4 7.4 13.0
200 1 1.9 1.9 14.8
204 1 1.9 1.9 16.7
212 2 3.7 3.7 20.4
213 1 1.9 1.9 22.2
217 1 1.9 1.9 24.1
221 2 3.7 3.7 27.8
223 4 7.4 7.4 35.2
229 1 1.9 1.9 37.0
234 2 3.7 3.7 40.7
236 1 1.9 1.9 42.6
244 4 7.4 7.4 50.0
250 3 5.6 5.6 55.6
254 2 3.7 3.7 59.3
264 5 9.3 9.3 68.5
271 1 1.9 1.9 70.4
278 1 1.9 1.9 72.2
282 2 3.7 3.7 75.9
291 2 3.7 3.7 79.6
300 1 1.9 1.9 81.5
316 2 3.7 3.7 85.2
320 1 1.9 1.9 87.0
324 4 7.4 7.4 94.4
360 1 1.9 1.9 96.3
364 1 1.9 1.9 98.1
374 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Total_Kolestrol
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.8519
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation .35858
Sum 100.00
Total_Kolestrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 8 14.8 14.8 14.8
Tidak normal 46 85.2 85.2 100.0
Total 54 100.0 100.0
Terdapat 14,8% yang memiliki kolesterol normal dan 85,2% yang memiliki kolesterol tidak
normal.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TINGKAT_PENDIDIKAN *
Total_Kolestrol54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
TINGKAT_PENDIDIKAN * Total_Kolestrol Crosstabulation
Count
Total_Kolestrol
TotalNormal Tidak normal
TINGKAT_PENDIDIKAN Rendah 7 37 44
Sedang 1 5 6
Tinggi 0 4 4
Total 8 46 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .754a 2 .686
Likelihood Ratio 1.339 2 .512
Linear-by-Linear Association .488 1 .485
N of Valid Cases 54
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .59.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SEX * Total_Kolestrol 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
SEX * Total_Kolestrol Crosstabulation
Count
Total_Kolestrol
TotalNormal Tidak normal
SEX laki-laki 0 5 5
perempuan 8 41 49
Total 8 46 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .958a 1 .328
Continuity Correctionb .101 1 .750
Likelihood Ratio 1.690 1 .194
Fisher's Exact Test 1.000 .433
Linear-by-Linear Association .941 1 .332
N of Valid Casesb 54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .74.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KERJA * Total_Kolestrol 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
KERJA * Total_Kolestrol Crosstabulation
Count
Total_Kolestrol
TotalNormal Tidak normal
KERJA kerja 8 44 52
tidak kerja 0 2 2
Total 8 46 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .361a 1 .548
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .655 1 .418
Fisher's Exact Test 1.000 .723
Linear-by-Linear Association .355 1 .552
N of Valid Casesb 54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGHASILAN *
Total_Kolestrol54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
PENGHASILAN * Total_Kolestrol Crosstabulation
Count
Total_Kolestrol
TotalNormal Tidak normal
PENGHASILAN ada 6 19 25
tidak ada 2 27 29
Total 8 46 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.112a 1 .078
Continuity Correctionb 1.904 1 .168
Likelihood Ratio 3.195 1 .074
Fisher's Exact Test .125 .084
Linear-by-Linear Association 3.054 1 .081
N of Valid Casesb 54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.70.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
HB * Total_Kolestrol 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
HB * Total_Kolestrol Crosstabulation
Count
Total_Kolestrol
TotalNormal Tidak normal
HB anemia 0 2 2
Tidak anemia 8 44 52
Total 8 46 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .361a 1 .548
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .655 1 .418
Fisher's Exact Test 1.000 .723
Linear-by-Linear Association .355 1 .552
N of Valid Casesb 54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30.
b. Computed only for a 2x2 table
T-Test
[DataSet0]
Group Statistics
Total_Kolestrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
UMUR Normal 8 63.88 4.612 1.630
Tidak normal 46 64.30 5.033 .742