UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN TEH
BUNGA ROSELLA SEBAGAI INHIBITOR ORGANIK PADA
BAJA KARBON RENDAH DI LINGKUNGAN NaCl 3.5 %
DENGAN METODE POLARISASI
SKRIPSI
ARRI PRASETYO
0706268303
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL
DEPOK
JUNI 2011
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN TEH
BUNGA ROSELLA SEBAGAI INHIBITOR ORGANIK PADA
BAJA KARBON RENDAH DI LINGKUNGAN NaCl 3.5 %
DENGAN METODE POLARISASI
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
ARRI PRASETYO
0706268303
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL
DEPOK
JUNI 2011
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan
semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Arri Prasetyo
NPM : 0706268303
Tanda Tangan : …………………..
Tanggal : Juni 2011
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA.
Nama : Arri Prasetyo
NPM : 0706268303
Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material
Judul Skripsi : Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh
Bunga Rosella Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja
Karbon Rendah Di Lingkungan NaCl 3.5 % Dengan
Metode Polarisasi
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA.
Penguji 1 : Dr. Ir. Muhammad Anis M.Met.
Penguji 2 : Deni Ferdian S.T., M.Sc.
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : Juni 2011
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh
Bunga Rosella Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah Di
Lingkungan NaCl 3.5 % Dengan Metode Polarisasi” ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan akademis dalam meraih gelar Sarjana Teknik di Departemen
Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi Soedarsono, DEA, selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr-Ing. Ir. Bambang Suharno, selaku Kepala Departemen Teknik
Metalurgi dan Material FTUI.
3. Dr. Ir. Muhammad Anis M.Met, selaku Pembimbing Akademis penulis.
4. Orangtua dan keluarga saya, yang telah memberikan bantuan dukungan moral
dan material.
5. Sahabat, yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu metalurgi dan material ke depannya.
Depok, Juni 2011
Penulis
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Arri Prasetyo
NPM : 0706268303
Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material
Departemen : Metalurgi dan Material
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh Bunga Rosella Sebagai
Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah Di Lingkungan NaCl 3.5 %
Dengan Metode Polarisasi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia atau
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : Juni 2011
Yang menyatakan
(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
v Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Arri Prasetyo
NPM : 0706268303
Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material
Judul Skripsi : Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh
Bunga Rosella Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja
Karbon Rendah Di Lingkungan NaCl 3.5 % Dengan
Metode Polarisasi.
Perilaku inhibisi teh bunga rosella berdasarkan pengaruh perbedaan konsentrasi
yang ditambahkan (2 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml) pada baja karbon rendah di
lingkungan NaCl 3.5 % telah diteliti dengan menggunakan metode polarisasi.
Ekstrak ubi ungu dipilih sebagai green corrosion inhibitor karena mengandung
senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi. Waktu pengujian
sampel baja SPCC untuk semua penambahan konsentrasi adalah sama. Hasil
penelitian menunjukkan teh bunga rosella merupakan inhibitor korosi yang
efektif untuk baja karbon rendah di lingkungan korosif, karena dapat menghambat
laju korosi dengan efisiensi sebesar 57.32 - 59.31 % dengan penambahan
konsentrasi 2 - 8 ml teh bunga rosella.
Kata kunci :
Baja karbon rendah; Teh bunga rosella; Inhibitor organik; Polarisasi; Pengaruh
konsentrasi
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
vi Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Arri Prasetyo
NPM : 0706268303
Major : Metallurgy and Material Engineering
Title : Effect of Corrosion Rate With the addition of
Rosella Tea For Organic Inhibitors on Low Carbon
Steel in 3.5% NaCl Environment With Polarization
Method.
Behavioral inhibition of rosella flower tea based on the effect of different
concentrations were added (2 ml, 4 ml, 6 ml and 8ml) on low carbon steel sample
in NaCl 3.5 % environment has been investigated using polarization method.
rosella flower tea is selected as green corrosion inhibitors because they contain
antioxidant compounds that can inhibit the corrosion rate. SPCC steel sample
immersion time for all the additional concentrations are equal, ie for 5 days.
Results showed rosella flower tea is effective corrosion inhibitor for low carbon
steel in corrosion environment, because it can inhibit the corrosion rate with an
efficiency of 57.32 - 59.31 % with the addition of rosella flower tea concentration
of 2-8 ml.
Keywords :
Low carbon steel; rosella flower tea; organic inhibitors; polarization method;
Effect of concentration
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
vii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR RUMUS ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.4. Ruang Lingkup ........................................................................................... 6
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 8
2.1. Pengertian Korosi ....................................................................................... 8
2.1.1. Definisi Korosi .................................................................................. 8
2.2 Pengaruh pH Terhadap Korosi Aqueous Baja ........................................... 11
2.2.1. Reaksi Elektrokimia Korosi ............................................................ 11
2.2.2. Korosi Air ........................................................................................ 11
2.3. Pengaruh Kadar NaCL Terhadap Laju Korosi ......................................... 12
2.4. Pengaruh pH Tergadap Laju Korosi ......................................................... 13
2.5. Korosi pada Baja karbon Rendah ............................................................. 18
2.6. Pengaruh Oksigen Terlarut terhadap Korosi Aqueous Baja ..................... 19
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
viii Universitas Indonesia
2.7. Inhibitor .................................................................................................... 22
2.7.1. Jenis-jenis Inhibitor Korosi ............................................................. 23
2.8. Pengukuran Laju korosi dengan Metoda Polarisasi ................................. 26
3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 30
3.1. Diagram Alir Penelitian............................................................................ 31
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 31
3.2.1. Alat .................................................................................................. 31
3.2.2. Bahan .............................................................................................. 32
3.3. Prosedur Penelitian................................................................................... 32
3.3.1. Preparasi Sampel ............................................................................. 32
3.3.2. Persiapan Larutan Rendam ............................................................. 33
3.3.3. Persiapan Inhibitor .......................................................................... 34
3.3.4. Pengujian pH ................................................................................... 35
3.3.5. Pengujian Polarisasi ........................................................................ 35
3.3.6. Pengambilan data ............................................................................ 36
4. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 37
4.1. Hasil Pengujian ........................................................................................ 37
4.1.1. Hasil Pengamatan Visual Baja Karbon Rendah (Baja SPCC) ........ 37
4.1.2. Hasil Pengujian Spectroscopy Sampel ............................................ 37
4.1.3. Hasil Pengukuran pH Larutan ......................................................... 37
4.1.4. Hasil Corrosion rate Sofware Gamry 5.06 ...................................... 38
4.2. Kurva Polarisasi ....................................................................................... 38
4.2.1. Kurva Polariasasi Baja karbon tanpa inhibitor................................ 38
4.2.2. Kurva Polariasasi dengan penambahan 0,67% inhibitor..................39
4.2.3. Kurva Poliasasi dengan penambahan 1,33% inhibitor .................... 40
4.2.4. Kurva Polariasasi dengan penambahan 2% inhibitor ...................... 41
4.2.5. Kurva Polariasasi dengan penambahan 2,67% inhibitor................. 42
4.2.6. Kurva Polarisasi Keseluruhan ......................................................... 43
4.3. Pembahasan ............................................................................................ 43
4.3.1. Pengujian Spectrocopy sampel ....................................................... 43
4.3.2. Pengamatan Visual tanpa dan dengan Penambahan Inhibitor ......... 44
4.3.3. Pengaruh pH Larutan Terhadap Laju Korosi .................................. 44
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
ix Universitas Indonesia
4.3.4. Penurunan Laju Korosi ................................................................... 45
4.3.5. Perbandingan Dengan Inhibitor yang Berbeda .............................. 47
4.3.6. Perbandingan Variabel Temperatur yang Berbeda ......................... 48
4.3.7. Mekanisme Pengahambatan Proses Korosi ................................... 51
4.3.8. Efisiensi inhibitor ............................................................................ 52
5. KESIMPULAN ................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55
LAMPIRAN .......................................................................................................... 58
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pengaruh kadar ion Cl- terhadap laju korosi[5]
............................. 13
Gambar 2.2. Diagram pourbaix 25 C ................................................................ 14
Gambar 2.3 Pengaruh pH pada korosi aqueous baja, menggunakan HCl dan
NaOH untuk mengontrol pH di dalam air yang mengandung oksigen terlarut[21}
.17
Gambar 2.4. Pengaruh oksigen terlarut pada korosi baja karbon rendah di air
destilasi (temperatur 25oC dan perendaman 48 jam) yang mengandung 165 ppm
CaCl2[15]
………………………………………………………………………….20
Gambar 2.5 Oksigen sebagai depolarizer[20]
.................................................... 21
Gambar 2.6 Pembentukan Fe(OH)3 yang sukar larut[20]
.................................. 21
Gambar 2.7. Pengaruh Penambahan inhibitor anodik pada suatu material [19]
.. 25
Gambar 2.8 Pengaruh penambahan inhibitor katodik pada material [19]
.......... 28
Gambar 2.9. Kurva aplikasi mixed potencial dengan hubungan arus-potensial
dan transportmassa terkontrol pada rekasi katodik[26].
..........................................29
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ................................................................ 30
Gambar 3.2. Sampel Polarisasi .......................................................................... 33
Gambar 3.3. Persiapan Larutan Uji Polarisasi ................................................... 34
Gambar 3.4. Ekstrak the rosella ......................................................................... 34
Gambar 3.5. Pengujuan pH pada larutan ........................................................... 35
Gambar 3.6. Uji Polarisasi ................................................................................. 36
Gambar 4.1. Sampel Polarisasi .......................................................................... 37
Gambar 4.2. Kurva Polarisasi tanpa inhibitor ................................................... 38
Gambar 4.3. Kurva Polarisasi dengan penambahan 0.67 % inhibitor ............... 39
Gambar 4.4. Kurva Polarisasi dengan penambahan 1.33 % inhibitor ............... 40
Gambar 4.5. Kurva Polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor .................... 41
Gambar 4.6. Kurva Polarisasi dengan penambahan 2.67 % inhibitor ............... 39
Gambar 4.8. Perubahan pH pada setiap penambahan inhibitor ......................... 43
Gambar 4.9. Grafik perubahan laju korosi dengan variabel inhibitor ............... 46
Gambar 4.10. Grafik perbandingan laju korosi ubi ungu dan rosella .................. 48
Gambar 4. 11. Grafik perubahan laju korosi pada temperatur yang berbeda ...... 50
Gambar 4.12. Ilustrasi terbentuknya lapisan pelindung24
................................... 51
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Produk korosi pada baja..................................................................... 18
Tabel 4.1. Komposisi baja hasil pengujian spectroscopy ................................... 37
Tabel 4.2. hasil pengukuran pH .......................................................................... 37
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran laju korosi ..................................................... 38
Tabel 4.4. Data tafel polarisasi tanpa inhibitor ................................................... 38
Tabel 4.5. Data tafel polarisasi dengan penambahan 0,67 % inhibitor .............. 39
Tabel 4.6. Data tafel polarisasi dengan penambhan 1,33 % inhibitor ................ 40
Tabel 4.7. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor ................... 41
Tabel 4.8. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2,67 % inhibitor .............. 42
Tabel 4.9. laju korosi pada inhibitor wine pada NaCl 3.5 %..............................47
Tabel 4.10.Data hasil penambahan inhibitor teh bunga rossela pada lingkungan
NaCl 3.5% pada temperatur 40o C ........................................................................49
Tabel 4.11. Tabel efisiensi inhibitor.......................................................................52
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
xii Universitas Indonesia
DAFTAR RUMUS
1. Persamaan 2.1.2
Ket : ia = exchange current density awal anodik
io = exchange current density akhir anodik
β = Konstanta
ήc = Polarisasi
2. Persamaan 2.2.2
Ket :
io = exchange current density awal katodik
ic = exchange current density akhir katodik
β = Konstanta
ήc = Polarisasi
3. Persamaan 2.2.3
Ket : D = berat jenis (g/cm3)
icor = rapat arus korosi (μA/cm2)
M = berat ekivalen (g/mol.equ)
4. Persamaan 3.1
Efisiensi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor – Laju korosi dengan inhibitor x 100%
Laju korosi tanpa inhibitor
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Data tafel 0 ml the rosella dalam excel ................................... 57
LAMPIRAN 2. Data tafel 2 ml the rosella dalam excel ................................... 60
LAMPIRAN 3. Data tafel 4 ml the rosella dalam excel ................................... 65
LAMPIRAN 4. Data tafel 6 ml the rosella dalam excel ................................... 70
LAMPIRAN 5. Data tafel 8 ml the rosella dalam excel ................................... 74
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Korosi merupakan suatu fenomena yang kerap dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, tidak terkecuali di bidang industri. Korosi merupakan masalah
yang sering dihadapi dan menimbulkan kerugian materi yang cukup besar,
terutama dalam segi biaya dan keselamatan. Secara langsung, korosi
mengharuskan biaya tinggi untuk penggantian alat-alat yang rusak karena
terkorosi. Secara tidak langsung, korosi menimbulkan pencitraan buruk
terhadap perusahaan yang beroperasi dan berdampak pada turunnya nilai
perusahaan di mata pasar.
Korosi adalah hasil reaksi kimia merusak antara paduan logam atau logam
dan lingkungannya[1]
. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi
adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksidaatau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan.
Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau
secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan
fenomena kimia padabahan-bahan logam di berbagai macam kondisi
lingkungan. Penyelidikan tentang sistem elektrokimia telah banyak
membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara
logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel
lain yangada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut
pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion
pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair
dan oksigen.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Korosi terjadi karena tiga faktor. Pertama, lingkungan yang korosif
mendukung terjadinya korosi dimana akan terjadi reaksi kimia atau reaksi
korosi antara material dengan lingkungan korosif ataupun antara material
dengan material yang lain dalam lingkungan yang korosif. Contoh dari
lingkungan ini adalah lingkungan udara bebas, air laut, dan tanah. Kedua,
adanya katoda dan anoda juga mempengaruhi terjadinya korosi yang
menghasilkan reaksi elektrokimia, yakni oksidasi dan reduksi. Pengertian
anoda adalah suatu material yang mengalami reaksi oksidasi dan
mengalami kehilangan material (loss material) karena mempunyai
potensial yang lebih negatif jika diukur dengan dengan penghitungan
potensial. Katoda adalah suatu material yang mengalami reaksi reduksi
karena mempunyai potensial yang lebih positif jika diukur dengan
perhitungan potensial. Ketiga, adanya material sebagai penghantar
elektron yang rentan terhadap korosi.
Umumnya terdapat 4 metode dasar dalam pengendalian dan perlindungan
korosi secara umum, yaitu :
1. Proteksi katodik (cathodic protection)
Proteksi yang yang melindungi anodanya dengan memperlakukannya
sebagai katoda. Proteksi ini meliputi metode anoda korban dan
pemberian arus tanding.
2. Pelapisan (coating)
Proteksi dengan mengisolasi permukaan logam dari kontak langsung
dengan lingkungannya sehingga proses korosi dapat diminimalisir.
Proteksi ini umumnya akan melindungi bagian permukaan dari kontak
langsung.
3. Inhibitor
Inhibitor adalah proses pengendalian korosi dengan penambahan
sedikit zat kimia pada elektrolitnya sehingga akan mengubah
lingkungan kerja menjadi tidak korosif.
4. Pemilihan material dan desain (material selection and design)
Pengendalian dengan metode ini adalah dengan melakukan pemilihan
material yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan kerja sehingga
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
3
Universitas Indonesia
proses korosi dapat diminimalisir. Selain itu melalui desain – desain yang
tepat sesuai dengan aplikasi dilapangan.
Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan
kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju
penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam[2]
. Inhibitor
memiliki beberapa mekanisme kerja diantaranya adalah
1) Pembentukan lapisan tipis pada permukaan dengan ketebalan
beberapa molekul inhibitor pada permukaan logam karena
permukaan logam mengadsorbsi inhibitor
2) Melalui pengaruh lingkungan atau ph dari lingkungan
menyebabkan inhibitor mengendap pada permukaan logam dan
teradsorpsi sehingga membentuk lapisan yang melindungi dari
serangan korosi
3) Inhibitor melakukan korosi terlebih dahulu terhadap logam dan
menghasilkan suatu zat kimia dan mengalami proses adsorpsi pada
zat tersebut dan menghasilkan suatu lapisan pasif
4) Penghilangan konstituen yang agresif dari lingkungannya.
Bahan atau zat – zat kimia yang memiliki potensial untuk dikembangkan
sebagai inhibitor sangat banyak namun dari kalangan industri masih tetap
menggunakan dan mempercayai inhibitor sintetis. Inhibitor sintetis masih
dipercaya karena memiliki kemampuan untuk melindungi dari korosi yang
sangat baik serta mudah didapat namun dibalik kelebihan tersebut masih
terdapat kekurangan dimana jenis inhibitor ini memiliki bahaya keamanan
dan kesehatan dari penggunaan secara terus menerus.
Sudah saatnya kita “kembali ke alam”, itu merupakan istilah yang saat ini
hangat di dengar oleh masyarakat. Istilah ini dikampanyekan untuk
mengajak masyarakat menggunakan bahan – bahan dari alam untuk
berbagai bidang termasuk inhibitor. Inhibitor yang berasal langsung dari
alam disebut dengan inhibitor organik dimana aman untuk kesehatan dan
juga untuk lingkungan.
Inhibitor ekstrak bahan alam mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom
yang memiliki pasangan elektron bebas[3]
Atom ini akan berfungsi sebagai
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
4
Universitas Indonesia
ligan dalam pembentukan senyawa kompleks dimana senyawa kompleks
dapat membentuk lapisan untuk menghambat proses oksidasi[4]
. Dari
beberapa hasil penelitian seperti Fraunhofer (1996), ekstrak daun
tembakau, teh, dan kopi dapat efektif sebagai inhibitor pada sampel logam
besi, tembaga, dan alumunium dalam medium larutan garam. Keefektifan
ini diduga karena ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi memiliki unsur
nitrogen yang berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam Fe2+
untuk membentuk senyawa kompleks. Sudrajat dan Ilim (2006) juga
mengemukakan bahwa ekstrak daun tembakau, lidah buaya, daun pepaya,
daun teh, dan kopi dapat efektif menurunkan laju korosi mild steel dalam
medium air laut buatan yang jenuh CO2.
Untuk mendapatkan tujuan dari penelitian ini, maka diadakan pengujian
dalam skala laboratorium dengan menggunakan material baja low carbon
dalam lingkungan NaCl 3.5 % dengan mengguanakan inhibitor ektrak
bunga rosella yang mengandung zat anti oksidan Antosianin yang
diasumsikan dapat menekan laju korosi.
1.2. Perumusan Masalah
Korosi merupakan masalah penting dan cukup besar pada berbagai bidang
terutama pada bidang industri minyak dan gas. Korosi yang terjadi pada
bidang perminyakan biasanya terjadi pada daerah laut. Air laut merupakan
lingkungan yang korosif yang dapat merusak atau menurunkan kuatias dari
material. Peralatan yang dapat rusak akibat aplikasi di air laut seperti pipa
elbow, suction pump, dll. Biasanya pada minyak mentah memiliki
kontaminasi yang ikut terbawa salah satunya air laut yang ikut masuk ke
pipa. Air laut ini dapat menyebabkan korosi pada pipa elbow ini yang
akhirnya dapat menyebabkan kebocoran dan mengganggu produksi.
Pencegahan yang dilakukan dari dalam pipa yaitu penggunaan
inhibitor kedalam pipa tersebut. Inhibitor adalah suatu zat kimia yang
dapat mengubah kondisi lingkungan kerja dan ditambahkan dalam jumlah
sedikit baik secara kontinyu maupun periodik.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
5
Universitas Indonesia
Inhibitor yang banyak digunakan saat ini merupakan inhibitor anorganik
atau sintetis. Inhibitor sintetis memiliki mekanisme yang sama yaitu
membentuk senyawa kompleks seperti nitrit, kromat, fosfat, urea,
fenilalanin, inidazolin, dan senyawa amina. Namun bahan sintetis
merupakan berasal dari bahan kimia buatan yang memiliki efek samping
akan bahayanya. Selain itu dari faktor ekonomis, bahan – bahan inhibitor
sintetis harganya relatif mahal dan tidak ramah lingkungan. Inhibitor
anorganik jarang dipakai untuk sistem proses yang berhubungan langsung
dengan manusia seperti pengolahan air bersih, sistem pendingin, dll.
Pada percobaan pada kali ini digunakan air laut buatan dimana air laut
buatan ini memiliki agresifitas yang lebih besar dibandingkan dengan air
laut alami.Hal ini karena pada air laut alami masih terdapat ion Mg2+
dan
Ca2+
.Keberadaan ion ini bisa memperkecil laju korosi akibat
kemampuannya dalam membentuk lapisan CaCO3 dan Mg (OH)2
dipermukaan material hasil dari reaksi katodik oksigen dipermukaan
logam.
Pengujian korosi dengan inhibitor ini menggunakan teknik tahanan
polarisasi (Polarisation Resistance) dimaksudkan untuk melihat ketahanan
sampel terhadap oksidasi ketika diberi potensial luar. Tahanan polarisasi
merupakan metoda yang cepat untuk menentukan laju korosi tanpa
merusak logam dan hasil pengukuran lebih akurat dan inhibitor yang akan
diteliti adalah inhibitor ekstrak dari bunga rosella yang merupakan
tumbuhan yang kaya akan zat anti-oksidan. Pemilihan inhibitor teh bunga
rosella ini didasarkan karena penggunaannya yang aman, mudah didapat,
bersifat biodegradable, murah, dan ramah lingkungan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh bunga rosella sebagai inhibitor organik pada
lingkungan air laut
2. Mengetahui efisiensi bunga rosella sebagai suatu inhibitor organik
terhadap variabel konsentrasi dari inhibitor.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
6
Universitas Indonesia
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
1. Material yang digunakan adalah baja low carbon dengan kondisi
awal yang dianggap sama untuk variabel volume inhibitor uji yang
berbeda;
2. Perhitungan corrosion rate menggunakan metode polarisasi yaitu
dengan software CMS 100.
3. Luas permukaan sampel polarisasi adalah ± 1 cm2
sesuai dengan
standar ASTM G59
4. Inhibitor organik yang digunakan adalah ekstrak teh bunga rosella
dengan variasi volume 2 ml, 4 ml, 6 ml, dan 8ml.
5. Larutan yang digunakan adalah NaCl 3,5 % (kondisi air laut).
1.5. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, sistematika penulisan disusun agar konsep
dalam penulisan skripsi menjadi berurutan sehingga akan didapat kerangka
alur pemikiran yang mudah dan praktis. Sistematika tersebut dapat
diartikan dalam bentuk banyak bab-bab yang saling berkaitan dengan yang
lain. Bab-bab tersebut diantaranya :
Bab 1 Pendahuluan
Membahas mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkung penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Teori Penunjang
Membahas mengenai teori korosi secara umum baik pengertian dan jenis –
jenis korosi perlindungan terhadap korosi, polariasi, aspek dan teoritis
inhibitor, dan korosi pada lingkungan air laut
Bab 3 Metodologi Penelitian
Membahas mengenai diagram alir penelitian, alat dan bahan yang
diperlukan untuk penelitian, dan prosedur penelitian.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
7
Universitas Indonesia
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Membahas mengenai pengolahan data yang didapat dari penelitian serta
menganalisa hasil penelitian bai berupa angka, gambar, dan grafik, serta
membandingkan dengan teori dan literatur
Bab 5 Penutup
Membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan serta saran-saran yang bisa dimanfaatkan berdasarkan hasil
penelitian.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
8 Universitas Indonesia
BAB 2
TEORI PENUNJANG
2.1 Pengertian Korosi
2.1.1 Definisi Korosi
Korosi adalah hasil reaksi kimia merusak antara paduan logam atau logam
dan lingkungannya[1]
. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya,
bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi
yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian,
baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi
(kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau secara awam lebih
dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia padabahan-
bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang
sistem elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi
ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya
atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu
sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya
merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak
langsung dengan lingkungan berair dan oksigen
Jenis-jenis korosi dapat diklasifikasikan menurut mekanisme terjadinya
korosi, jenis-jenis tersebut antara lain[1]
:
1. Korosi Atmosferis
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua logam yang
berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka
2. Korosi Merata
Korosi ini adalah korosi yang terjadi secara merata dipermukaan. Bentuk
korosi ini mudah diprediksi karena kecepatan atau laju korosi di setiap
permukaan adalah sama.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
9
Universitas Indonesia
Korosi ini adalah korosi yang terjadi secara merata dipermukaan. Bentuk
korosi ini mudah diprediksi karena kecepatan atau laju korosi di setiap
permukaan adalah sama.
1. Korosi Galvanis
Korosi ini terjadi akibat dua logam atau lebih yang memiliki potensial
reduksi berbeda dihubungkan atau terhubung. Menurut deret volta / deret
galvanik, material yang memiliki potensial reduksi yang lebih kecil akan
mengalami korosi.
2. Crevice corrosion
Korosi ini terjadi karena terdapat celah antara 2 logam sejenis yang
digabungkan. Sehingga terbentuk kadar oksigen yang berbeda diantara
area di dalam celah dan diluarnya, sehingga akan menyebabkan korosi.
3. Pitting Corrosion
Korosi yang terjadi akibat rusaknya lapisan pasif di satu titik karena
pengaruh dari lingkungan korosif. Contoh lingkungan korosif tersebut
seperti pada air laut. Air laut yang mengandung Ion Cl- akan menyerang
lapisan pasif dari logam. Ketika terjadi permulaan pitting pada satu titik
di permukaan lapisan pasif, maka ion Cl- akan terkonsentrasi menyerang
pada permukaan lapisan pasif yang terjadi pitting terlebih dahulu
sehingga pitting akan menjadi dalam. Pecahnya lapisan pasif
mengakibatkan gas hidrogen dan oksigen mudah masuk dan
mengkorosikan material tersebut.
4. Stress Corrosion Cracking (SCC)
Korosi terjadi karena adanya tegangan beban tarik pada suatu material di
lingkungan korosif. Logam pertama-tama akan terkena korosi pada suatu
titik, dan kemudian akan terbentuk retakan. Retakan ini akan menjalar
dan dapat menyebabkan kegagalan pada komponen tersebut. Sifat yang
khas dari korosi ini adalah crack yang berbentuk akar serabut.
5. Corrosion Fatigue Cracking (CFC)
Korosi terjadi karena adanya tegangan beban fatik pada suatu material di
lingkungan korosif. Hal ini sewaktu-waktu akan menyebabkan material
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
10
Universitas Indonesia
tersebut akan terkena korosi pada satu titik yang menyebabkan crack
yang menjalar berbentuk tidak serabut.
6. Korosi Erosi
Korosi yang terjadi karena adanya fluida korosif yang mengalir pada
permukaan material. Fluida tersebut dapat berupa fluida liquid maupun
gas dengan kecepatan tinggi. Karena kecepatan tinggi dari fluida korosif
yang mengalir, terjadi efek keausan mekanis atau abrasi. Lapisan pasif
atau pun coating pada permukaan material akan terkikis, sehingga
kemungkinan terjadinya korosi semakin besar.
7. Hydogen Induced Cracking (HIC)
Korosi terjadi karena adanya tegangan internal pada suatu material
karena adanya molekul-molekul gas hidrogen yang berdifusi ke dalam
struktur atom logam. Hidrogen dapat terbentuk akibat reduksi H2O
ataupun dari asam. Penetrasi hidrogen ini akan menyebabkan korosi
pada material, dan kemudian terjadi perpatahan getas.
8. Korosi batas butir
Korosi terjadi akibat chrome pada sekitar batas butir membentuk
presipitat chromium karbida di batas butir. Kemudian akan terjadi crack
yang menjalar sepanjang batas butir.
Dalam mekanisme korosi ada 4 komponen penting yang harus ada untuk
terjadinya korosi yaitu[5]
:
1. Anoda, merupakan bagian logam yang berfungsi sebagai elektroda,
dimana terjadi reaksi anodik. Reaksi anodik adalah reaksi yang
menghasilkan elektron.
M → M+n
+ ne-
( n adalah valensi logam )
2. Katoda, merupakan elektroda yang mengalami reaksi katodik yang
mengkonsumsi electron hasil dari reaksi anodik.
3. Penghantar listrik, dimana diantara katoda dan anoda harus terdapat
kontak listrik agar arus dalam sel korosi dapat mengalir.
4. Elektrolit, merupakan suatu media yang bersifat menghantarkan arus
listrik seperti air dan tanah.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
11
Universitas Indonesia
2.2. Mekanisme Korosi Dalam Lingkungan Aqueous
2.2.1 Reaksi Elektrokimia Korosi
Pada reaksi korosi,reaksi elektrokimia memegang peranan yang sangat
penting,karena dengan reaksi ini bisa mengakibatkan adanya proses transfer
elektron yang membuat rekasi elektrokimia bisa terjadi. Reaksi elektrokimia
meliputi reaksi anodik dan reaksi katodik.Reaksi tersebut digambarkan
dibawah ini:
Reaksi Anodik : M Mn+
+ne- (1)
Reaksi Katodik : Mn+
+ ne-
M (2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menghasilkan pelepasan elektron dan
berakibat terbentuknya ion-ion positif. Logam yang mengalami reaksi ini
disebut sebagai anoda. Reaksi oksidasi pada logam M adalah[5]
:
M → M z+
+ ze-
(reaksi pembentukan ion-ion positif logam)
Reaksi reduksi adalah reaksi yang menghasilkan penangkapan elektron.
Logam yang mengalami reaksi ini disebut sebagai katoda. Reaksi reduksi yang
sering terjadi adalah[5]
:
2 H+ + 2e → H2 (reaksi pembentukan hidrogen)
O2 + 4H+ + 4e → 2 H2O (reaksi reduksi oksigen dalam larutan asam)
O2 + 2 H2O + 4e → 4 OH− (reaksi reduksi oksigen dalam larutan
basa/netral)
M3+
+ e → M2+
(reaksi reduksi logam)
M+ + e → M (deposisi logam)
2.2.2 Korosi Air
Korosi dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang utama di
antaranya: kadar dan jenis garam, tekanan (mempengaruhi kelarutan gas-gas
dalam air), kelarutan oksigen atau gas-gas reaktif, pergerakan/kecepatan
aliran, pH, dan temperatur. Beberapa komponen tersebut ada yang saling
menguatkan dan ada pula yang saling melemahkan. Proses korosi sangat
tergantung pada ada atau tidaknya elektrolit sebagai media penghantar arus
dan pertukaran ion antara daerah anodik dengan katodik [1]
.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
12
Universitas Indonesia
Air dapat menjadi media elektrolit yang kuat/agresif, jika mengandung ion-ion
reduktan dan oksidan, namun dapat pula menjadi media elektrolit yang tidak
agresif. Sifat air sebagai pelarut universal menjadikan material ini mudah
untuk menjadi korosif jika terdapat partikel ionik ataupun gas yang terlarut di
dalamnya.
Korosi dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang utama di
antaranya: temperatur, kadar dan jenis garam, tekanan (mempengaruhi
kelarutan gas-gas dalam air), kelarutan oksigen atau gas-gas reaktif,
pergerakan/kecepatan aliran, dan PH. Beberapa komponen tersebut ada yang
saling menguatkan dan ada pula yang saling melemahkan[6]
.
2.3. Pengaruh Kadar NaCL Terhadap Laju Korosi
Garam dalam larutan akan terurai menjadi anion dan kation pembentuknya,
sehingga dalam larutan tersebut akan terbentuk ion-ion yang kekurangan dan
kelebihan elektron. Ion-ion tersebut yang menjadikan larutan menjadi mudah
untuk menghantarkan arus listrik[5]
. Oleh karena itu, nilai konduktifitas suatu
larutan akan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi garam yang terlarut.
Proses korosi dalam satu sisi merupakan proses elektrokimia yang bergantung
kepada konduktifitas dari elektrolit tempat dia terjadi. Air demineral memiliki
konduktifitas larutan yang lebih rendah dibandingkan air laut[7]
, sehingga pada
umumnya laju korosi logam dalam air laut lebih tinggi daripada air demineral.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya kelarutan oksigen dalam air
mempengaruhi proses korosi logam, namun dengan adanya ion-ion terlarut
lainnya dalam air tersebut, kelarutan oksigen akan semakin berkurang.
Sebagai contoh, semakin tinggi ion Cl- akan semakin rendah kelarutan
oksigen dalam fluida tersebut. Pada beberapa literatur disebutkan bahwa
kelarutan optimum oksigen dalam air untuk terjadinya proses korosi berada
pada konsentrasi ion Cl 3%. Kondisi tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.3
dimana suatu percobaan membuktikan bahwa laju korosi optimum baja karbon
berada pada konsentrasi NaCl sebesar 3 – 3.5% berat.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Pengaruh kadar ion Cl- terhadap laju korosi[5]
.
Pada beberapa jenis logam yang mengalami pembentukan lapisan pasif
oksida, ion Cl- dapat menyebabkan proses korosi lokal, seperti korosi sumuran
(pitting). Ion klorida dapat menyebabkan pitting pada baja karbon di atas pH
10 dan 25°C[8]
.
2.4. Pengaruh pH pada Terhadap Laju Korosi
Salah satu pengaruh lingkungan pada korosi baja yaitu pH. Perubahan pH
suatu larutan akan menimbulkan kecenderungan korosi yang berbeda-beda
pada potensial tertentu. Semakin kecil pH maka semakin korosif lingkungan,
sehingga logam akan lebih mudah terkorosi.
Menurut Kamus Inggris Compact Oxford, "p" adalah singkatan kata dari
bahasa Jerman untuk potenz, "kekuasaan", sehingga pH adalah singkatan
untuk "kekuatan hidrogen"[20]
. Sebuah pH lebih tinggi berarti ada lebih sedikit
ion hidrogen bebas, dan bahwa perubahan satu unit pH mencerminkan sepuluh
kali lipat perubahan konsentrasi ion hidrogen[9]
.
Kondisi pH rendah pada lingkungan asam jelas mempercepat korosi dengan
menyediakan pasokan berlimpah ion hidrogen bebas. Meskipun air bahkan
benar-benar murni mengandung beberapa ion hidrogen bebas, karbon dioksida
bebas dalam air dapat memperbanyak konsentrasi ion hidrogen berkali-kali.
Pengaruh pH pada proses korosi dapat dilihat pada Diagram Pourbaix (gambar
2.4) berikut[9]
:
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Gambar 2.2. Diagram Pourbaix Fe pada 25˚C
Pada Diagram Pourbaix diatas, terdapat daerah-daerah yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
Daerah imun yaitu daerah dimana logam tetap dalam keadaannya untuk
logam murni dan logam Fe tidak mengalami korosi (wilayah berwarna
abu-abu).
Daerah korosi (aktif) yaitu dimana logam Fe akan membentuk ion logam
yang larut dalam elektrolit (wilayah berwarna putih).
Daerah pasif yaitu daerah dimana logam Fe akan terkorosi secara lambat
karena pada permukaan logam Fe akan membentuk lapisan pasif yang
menghambat laju korosi (wilayah berwarna orange dan hitam).
Adapun sifat karakteristik logam Fe pada masing-masing kondisi
lingkungan dengan tingkat keasaman (pH) yang berbeda adalah sebagai
berikut :
Pada lingkungan pH rendah (asam), logam Fe akan berada pada
kondisi imun. Tetapi jika logam Fe berada pada nilai potensial
yang tinggi maka logam Fe memiliki kecenderungan untuk
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
15
Universitas Indonesia
terkorosi secara merata membentuk ion Fe2+
dan ion Fe3+
. Reaksi
yang terjadi adalah :
Reaksi Oksidasi (Anoda) : Fe Fe2+
+ 2e-
Reaksi Reduksi (Katoda) : 2H+ + 2e
- H2
Pada lingkungan pH tinggi (basa), logam Fe akan berada pada
daerah imun, yaitu terbentuk lapisan pasif berupa Fe2O3. Tetapi
terdapat pula daerah aktif terkorosi dimana akan terbentuk HFeO2-
Reaksi Oksidasi (Anoda) : Fe Fe2+
+ 2e-
Reaksi Reduksi (Katoda) : O2 + H2O + 2e- 2OH
-
Pada lingkungan pH Netral, Logam Fe akan berada dalam daerah
imun dan membentuk lapisan pasif berupa Fe2O3 dan berupa
Fe3O4. Tetapi pada daerah ini, kemungkinan logam Fe berada pada
daerah aktif terkorosi masih ada. Pada daerah pasif material
tersebut tetap terkorosi, tetapi laju korosinya sangat lambat akibat
adanya lapisan pasif.
Biasanya nilai pH pada air (elektrolit) dapat berbeda dengan pH aktual di
permukaan logam tergantung dari reaksi yang terjadi di permukaan. Reduksi
oksigen akan menghasilkan ion OH- yang dapat meningkatkan nilai pH,
namun di bawah deposit produk korosi, nilai pH dapat ditekan. Ketika pH air
(elektrolit) moderate (pH = 5), korosi uniform merupakan serangan dominan
yang akan semakin meningkat dengan penurunan pH. Pada pH 4 atau < 4,
maka lapisan oksida protektif, terlarut dan terekspos di permukaan metal.
Korosi akan semakin cepat terjadi karena kadar oksigen terlarut berkurang
pada permukaan logam di pH rendah. Kedua reaksi yaitu evolusi hidrogen dan
reduksi oksigen menjadi reaksi katodik. Pada peningkatan pH di atas 4, besi
oksida terpresipitasi dari larutan ke bentuk deposit. Korosi uniform secara
tiba-tiba menurun, namun di bawah deposit mulai terbentuk Fe2O3 di
permukaan metal. Reaksi anodiknya adalah sebagai berikut[12]
.
1. Fe + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
+ 3e-
2. Fe + 2H2O FeO(OH) + 3H+ +3e
-
3. Fe + 3/2H2O Fe2O3 + 3H+ + 3e
-
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Deposit tersebut bersifat sebagai penahan difusi oksigen ke permukaan logam.
Pada peningkatan pH, deposit oksida besi berubah dari sedikit bersifat
adherent di pH 6 menjadi keras dan kuat pada pH > 8. Pada kondisi asam kuat
(pH < 4), besi atau baja karbon memperlihatkan ketergantungan kompleks laju
korosi terhadap pH. Pada pH rendah, mekanisme korosi tidak hanya
tergantung konsentrasi ion hidrogen, tetapi juga kehadiran ion-ion atau
komponen larutan lainnya (komponen yang ada dalam larutan)[12]
.
Mekanisme korosi baja pada HCl yaitu laju korosi tinggi pada semua
konsentrasi asam di pH < 3. Adanya ion klorida berfungi mempercepat laju
korosi. Disamping itu, laju korosi meningkat dengan adanya konsentrasi ion
hidrogen (terjadi penurunan pH). Tinggi rendahnya laju korosi yang terjadi
berdasarkan variabel pH untuk baja yaitu, laju korosi meningkat pada pH yang
sangat rendah, laju korosi tidak tergantung pH pada range pH netral, laju
korosi menurun dengan peningkatan pH, dan akhirnya laju korosi meningkat
kembali pada pH yang sangat rendah[12]
. Pengaruh pH terhadap korosi pada
baja di lingkungan air teraerasi terlihat pada Gambar 2.2. Reaksi anodik pada
baja karbon yaitu :
Fe Fe2+
+ 2e–
Reaksi tersebut berlaku untuk semua pH. Namun, laju korosi bervariasi dan
cenderung berubah pada reaksi reduksi di katodik. Pada intermediate, range
pH 4-10, deposit besi oksida porous muncul di sekeliling permukaan dan
dipertahankan sekitar pH 9.5. Laju korosi mendekati konstan dan ditentukan
dengan difusi pelarutan oksigen uniform melewati deposit pada intermediate
range pH tersebut. Pada permukaan metal di bawah deposit, oksigen direduksi
secara katodik dengan reaksi di larutan asam sebagai berikut[1]
:
O2 + 2H2O + 4e- 4OH
-
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
17
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Pengaruh pH pada korosi aqueous baja, menggunakan HCl dan NaOH untuk
mengontrol pH di dalam air yang mengandung oksigen terlarut[21]
Difusi pelarutan oksigen, mengontrol laju korosi pada level konstan di range
pH 4-10. Dengan demikian, variabel metalurgi yang mempengaruhi reaksi
anodik baja karbon tidak memberikan dampak terhadap laju korosi. Hal ini
tidak berlaku untuk pH < 4, dimana reaksi katodik H+ berada di bawah kondisi
aktivasi. Fasa karbida memperlihatkan overvoltage yang rendah (laju korosi
lebih tinggi) untuk reduksi H+. Pada larutan yang lebih asam dengan pH < 4
(ada oksigen terlarut), oksida akan terlarut dan proses korosi akan meningkat,
mengarah pada reduksi H+, reaksinya sebagai berikut
[1] :
2H+ + 2e
- H2
Ketiadaan deposit di permukaan metal dapat meningkatkan akses pelarutan
oksigen, sehingga menyebabkan laju korosi baja meningkat. Pelarutan oksigen
merupakan reaksi reduksi katodik dalam asam dengan penambahan oksigen
terlarut berdasarkan reaksi yaitu[1]
:
O2 + 4H+ + 4e
- 2H2O
Sedangkan pada pH > 10, laju korosi rendah mengarah ke pembentukan film
besi oksida dengan adanya pelarutan oksigen. Sedangkan pada pH di atas 14
tanpa adanya oksigen yang terlarut, laju korosi kemungkinan meningkat
karena ion ferrite HFeO2- terbentuk
[1]. Pada range pH 4-10, laju korosi tidak
tergantung oleh pH yang dikontrol difusi oksigen. Pada pH < 4 evolusi
hidrogen merupakan faktor pengontrol laju korosi. Sedangkan pada pH > 10,
Evolusi H2 mulai
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
18
Universitas Indonesia
laju korosi menurun karena pasivasi di permukaan yang disebabkan oleh
adanya oksigen dan alkalis[13]
.
Poin penting bahwa pH berpengaruh terhadap korosi baja karbon pada pH
rendah bukan hal sederhana. Hal tersebut dikarenakan persamaan kinetik
berhubungan dengan laju korosi. Selain itu, misalnya adanya ion tambahan
seperti ion Cl- kemungkinan meningkatkan timbulnya localized attack
contohnya pitting, crevice corrosion, dan SCC (Stress Corrosion Cracking).
Jadi, pengaruh variabel pH terhadap proses korosi sangatlah kompleks[14]
.
2.5. Korosi pada Baja karbon Rendah
Baja karbon rendah adalah baja dengan kadar karbon sekitar 0,05-1%. Baja
karbon rendah memiliki elemen paduan lain, sekitar 2%, yang sebagian besar
meningkatkan sifat mekanisnya. Baja karbon rendah relatif murah, namun
kualitas kekuatan dan kekerasannya bisa didapatkan melalui variasi
kandungan karbon, unsur paduan, dan perlakuan panas yang diberikan.
Penambahan elemen paduan seperti Cu, Ni, Si, dan Cr pada baja karbon
rendah menunjukkan pengaruh terhadap korosi. Unsur-unsur tersebut dapat
meningkatkan ketahanan korosi[10]
. Sedangkan penambahan unsure Si, Ti, S,
Se, dan C akan menurunkan ketahanan korosi[10]
.
Tabel 2.1. Produk korosi pada baja[11]
Senyawa Warna Oksida Ket.
Fe2O3.H2O
Fe(OH)3
Merah kecoklatan Fe3+
Hematite
Fe3O4 Hitam Fe2+/3+
Magnetite/lodestone
Fe(OH)2 Biru/Hijau Fe2+
Dapat larut, warna dapat
berubah sesuai
tingkat keasaman (pH)
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
19
Universitas Indonesia
FeO Hitam Fe2+
Pyrophoric
2.6. Pengaruh Oksigen Terlarut terhadap Korosi Aqueous Baja
Efek oksigen terlarut terlihat pada Gambar 2.3, dimana laju korosi meningkat
dari tahap awal sampai ke tahapan tertentu, lalu turun. Penurunan laju korosi
tersebut mengarah kepada terbentuknya lapisan pasif di permukaan[20]
. Proses
korosi pada besi atau baja pada temperatur kamar membutuhkan oksigen
terlarut pada larutan netral dan alkali seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
Film protektif magnetite (a-Fe2O3) akan stabil tanpa kehadiran oksigen.
Adanya proses agitasi ataupun stirring, dapat meningkatkan transport
pelarutan oksigen dan meningkatkan laju korosi. Peningkatan temperatur
awalnya meningkatkan laju korosi mencapai dua kali lipat dengan kenaikan
temperatur setiap 30oC, namun pada temperatur > 80
o C, solubility dari
pelarutan oksigen dapat menurunkan laju korosi[15]
.
Perbedaan transport oksigen terlarut menghasilkan perbedaan sel differensiasi
aerasi, yang akan menghasilkan korosi terlokalisasi pada permukaan besi atau
baja pada temperatur kamar. Oksigen terlarut sering mempunyai variabel
access untuk tujuan berbeda pada permukaan yang lebih besar. pH yang lebih
rendah terdapat di daerah anoda (di bawah deposit karat oksida) sedangkan di
sekelilingnya merupakan daerah katoda (ber-pH tinggi) yang dihasilkan dari
reaksi reduksi oksigen terlarut[16]
. Apabila dibandingkan dengan logam non-
ferrous, seperti copper dan zinc, maka perilaku korosi pada baja karbon sedikit
sensitif terhadap kualitas air. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa produk dari
reaksi anodik pada baja karbon bersifat tidak protektif. Laju korosi pada baja
dikontrol oleh proses katodik, yaitu suplai oksigen terlarut[10]
.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
20
Universitas Indonesia
Gambar 2.4. Pengaruh oksigen terlarut pada korosi baja karbon rendah di air destilasi (temperatur
25oC dan perendaman 48 jam) yang mengandung 165 ppm CaCl2
[15]
Oksigen terlarut dapat merusak lapisan protektif hidrogen yang terbentuk pada
permukaan kebanyakan logam, dan mengoksidasi ion-ion terlarut ke bentuk
yang sukar larut. Oksigen dapat meningkatkan kecepatan korosi dengan 2
cara, yaitu[15]
:
a) Pertama oksigen bertindak sebagai depolarizer seperti diperlihatkan
Gambar 2.5. Artinya oksigen dengan mudah berikatan dengan atom
hidrogen pada katoda sehingga reaksi korosi terjadi dengan kecepatan
yang sama dengan kecepatan difusi oksigen ke permukaan katoda. Tanpa
oksigen, energi untuk terjadinya evolusi gas hidrogen menjadi penghambat
kecepatan korosi yang terjadi
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
21
Universitas Indonesia
Gambar 2.5 Oksigen sebagai depolarizer[20]
.
b) Kedua, oksigen mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga membentuk
Fe(OH)3 yang sukar larut (pada pH = 3).
Gambar 2.6 Pembentukan Fe(OH)3 yang sukar larut[20]
.
Pada suatu sistem yang memiliki perbedaan oksigen terlarut di permukaannya,
proses korosi (oksidasi) akan meningkat di daerah yang memiliki kelarutan
oksigen terendah. Sehingga padatan, kerak, atau produk sampingan korosi
yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen menyebabkan korosi terlokalisir.
Oksigen terlarut dapat menyebabkan korosi yang cukup parah hanya pada
konsentrasi 40 ppb, sehingga pada umumnya pemakaian kelarutan oksigen
dibatasi hingga 20 – 30 ppb[15]
.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
22
Universitas Indonesia
Laju korosi dapat meningkat dengan kenaikan kelarutan oksigen seperti
terlihat pada Gambar 2.7. Pada gambar tersebut menunjukkan peningkatan
temperatur akan meningkatkan laju korosi baja karbon akibat kinetika reaksi
yang lebih cepat[5]. Terlihat jelas walaupun pada kelarutan oksigen yang
sama, perbedaan temperatur menghasilkan laju korosi yang berbeda.
2.7. Inhibitor
Perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian internal. Ditambahkan
dalam lingkungan dengan jumlah yang sedikit (ppm atau mg/liter), umumnya
10-100 ppm, sehingga dapat mengubah sedikit permukaan material. Inhibitor
berasal dari kata inhibisi, yang artinya menghambat. Jadi, inhibitor
ditambahkan untuk menghambat reaksi antarmuka antara material dengan
lingkungan. Adapun pembagian inhibitor sebagai berikut[17]
:
a) Interfasa inhibisi interaksi inhibitor dengan permukaan logam
membentuk lapisan tipis (presipitasi).
b) Interfasa inhibisi penurunan tingkat korosifitas lingkungan, misalnya :
pengurangan kadar oksigen, netralisasi gas yang bersifat asam, pengaturan
pH.
Adapun mekanisme kerja inhibitor secara umum dapat dibedakan sebagai
berikut[18]
:
1. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini
tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
2. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,
sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
23
Universitas Indonesia
4. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat
dianggap terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan
penghantar elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan
menaikkan polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau
menaikkan tahanan listrik dari rangkaian melalui pembentukan endapan
tipis pada permukaan logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu
kurva polarisasi yang diperoleh secara eksperimentil.
2.7.1 Jenis-jenis Inhibitor Korosi
Secara garis besar jenis-jenis inhibitor korosi dibagi berdasarkan mekanisme
inhibisinya, yaitu sebagai berikut[19]
:
1. Inhibitor Anodik (passivasi)
Seperti namanya anodic inhibitor bekerja dengan menghambat terjadinya
reaksi anodik. Inhibitor jenis ini bekerja dengan mengubah sifat permukan
logam menjadi pasif. Terdapat dua jenis inhibitor anodik yaitu [19]
:
Oxidizing ion yang bisa membentuk perlindungan pada logam
tanpa membutuhkan oksigen, contoh inhibitor jenis ini adalah
inhibitor berbasis nitrat, kromat, dan nitrit.
Non-Oxidizing ion adalah jenis inhibitor anodik yang membentuk
lapisan pasif pada permukaan anoda dengan membutuhkan
kehadiran oskigen seperti oshphate, tungsten, molybdate.
Inhibitor jenis ini biasa digunakan pada aplikasi recirculation-cooling
systems, rectrifier dan cooling tower. Kelemahan dari jenis inhibitor ini
adalah jumlah inhibitor yang terkandung dalam larutan harus terjaga
dengan baik. Sebab jika kandungannya menurun dari batas akan membuat
korosi jadi semakin cepat terjadi, serta dapat membuat korosi sumuran
(pitting corrosion)
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
24
Universitas Indonesia
Gambar 2.7. Pengaruh Penambahan inhibitor anodik pada suatu material [19]
2. Inhibitor Katodik
Inhibitor jenis ini adalah inhibitor yang bekerja dengan cara
memperlambat laju korosi melalui penghambatan proses katodik. Salah
satunya adalah dengan cara presipitasi di permukaan material agar
menghasilkan tahanan dan impedansi dipermukaan katoda, atau dengan
cara memperkecil kemampuan difusi zat yang akan tereduksi. Inhibitor
katodik terbagi atas beberapa jenis berdasarkan mekanisme inhibisi-nya
yaitu[19]
:
Racun katodik (Cathodic Posions), yang dapat menghambat reaksi
evolusi hidrogen.
Katodik Presipitasi (Cathodic Precipitate) seperti Natrium,
Magnesium, Zinc yang membentuk lapisan presiptat oksida di
permukaan material.
Oxygen Scavenger yang menghambat laju korosi dengan cara
megurangi kadar oksigen dalam larutan yang bisa membuat efek
depolarisasi contoh dari jenis oxygen scavenger ini antara lain
hydrazine, DEHA, Natrium sulfit, dan ascorbic acid.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
25
Universitas Indonesia
Gambar 2.8 Pengaruh penambahan inhibitor katodik pada material [19]
3. Inhibitor Organik
Inhibitor organik memiliki keunikan karena pada inhibitor jenis ini efek
katodik dan anodik juga sering muncul. Inhibitor jenis ini melindungi
logam dengan cara membentuk lapisan tipis (film) yang bersifat hidrofobik
sebagai hasil adsorpsi ion inhibitor oleh permukaan logam. Lapisan ini
akan memisahkan permukaan logam dengan elektrolitnya, sehingga reaksi
reduksi dan oksidasi pada proses korosi dapat terhambat. Contoh dari
inhibitor organik ini adalah gugus kimia yang bisa membentuk ikatan co-
ordinates dengan logam seperti amino (-NH2), carboxyl (-COOH), dan
phosphonate (-PO3H2)[2]
.
Reaksi adsopsi pada saat pembentukan lapisan dipengaruhi oleh panas dan
tekanan. Inhibitor organik akan terabsorbsi sesuai muatan ion-ion inhibitor
dan muatan permukaan. Kekuatan dari ikatan absorpsi merupakan faktor
penting bagi inhibitor dalam menghambat korosi.
4. Presipitasi
Inhibitor jenis ini adalah inhibitor yang memiliki sifat dapat membentuk
presipitat dipermukaan logam. Contoh dari inhibitor jenis ini adalah silica
dan fosfat. Contoh lain dari proses inhibitor presipitasi ini adalah pada
lingkungan hard water yaitu keadaan dimana banyak terkandung ion
kalsium dan magnesium yang bisa menghambat laju korosi akibat kalsium
yang mengendap membentuk presipitat dipermukaan logam[19]
. Inhibitor
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
26
Universitas Indonesia
jenis ini terkadang membutuhkan oksigen untuk mendapat reaksi inhibisi
yang baik.
5. Inhibitor mudah menguap (Vollatile Corrosion Inhibitors)
Inhibitor jenis ini bekerja pada ruangan tertutup dengan cara
meniupkannya dari tempat ia diuapkan menuju ke lingkungan yang
korosif. Inhibitor ini setelah menyentuh permukaan logam yang akan
dilindungi akan terkondensasi menjadi garamnya dan memberikan ion
yang bisa melindungi logam dari korosi. Kemampuan dan efektifitas dari
inhibitor jenis ini tergantung dari kemampuan menguap campuran
inhibitor tersebut. Untuk perlindungan yang cepat diperlukan inhibitor
yang kemampuan uapnya tinggi. Namun untuk perlindungan yang lebih
lambat namun untuk jangka panjang dibutuhkan inhibitor yang mampu
uapnya rendah[19]
.
2.8. Pengukuran Laju korosi dengan Metoda Polarisasi dengan bantuan
analisa Tafel.
Polarisasi Logam dalam larutan akan mencapai potensial kesetimbangan yang
tergantung pada pertukaran elektron oleh reaksi anodik dan katodik. Suatu
logam tidak berada dalam kesetimbangan dengan larutan yang mengandung
ion-ionnya, sehingga potensial elektroda akan berbeda dari potensial
korosinya, dan selisih keduanya disebut overpotensial atau polarisasi[1]
.
Polarisasi aktivasi terjadi saat aliran elektron dipengaruhi oleh suatu tahapan
dalam reaksi tersebut. Evolusi hidrogen pada permukaan logam misalnya,
terdiri dari 3 tahapan utama. Pertama, H+ bereaksi dengan sebuah elektron dari
dalam logam,
H+ + e
- Hads
untuk membentuk sebuah atom hidrogen teradsorbsi (Hads) pada permukaan.
Kedua, dua buah atom ini harus bereaksi membentuk molekul hidrogen[1]
,
Hads + Hads H2
Kemudian tahap ketiga membutuhkan sejumlah molekul untuk menyatu lalu
bernukleasi membentuk gelembung H2 pada permukaan logam. Hubungan
antara polarisasi/overpotensial dengan laju reaksi yang diwakilkan oleh rapat
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
27
Universitas Indonesia
arus, ia atau ic, adalah : (2.21) untuk polarisasi anodik, dan polarisasi
katodiknya adalah :
ή𝑎 = 𝛽 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑎
𝑖𝑜 (2.21)
untuk polarisasi anodik, dan polarisasi katodiknya adalah :
ή𝑐 = 𝛽 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑐
𝑖𝑜 (2.22)
dengan i0 adalah exchange current density, a dan c sebagai tetapan anoda dan
katoda Tafel. Persamaan 2.22 dapat diplot ke dalam kurva polarisasi terhadap
rapat arus secara teoritis, namun tidak akan sama dengan kurva hasil
pengujian. Oleh karena itu kurva hasil pengujian harus diekstrapolasikan pada
bagian linier sehingga dapat mendekati kurva Tafel teoritis[4]
. Pada Gambar
2.8 kecepatan korosi material dapat dikalkulasi dalam bentuk mpy (mils per
year; 1 mil = 0,001 inci = 0,0254 mm), dengan rumusan sebagai berikut[4]
:
𝑚𝑝𝑦 = 0.129𝑖𝑐𝑜𝑟𝑀
𝐷 (2.23)
di mana : D = berat jenis (g/cm3)
icor = rapat arus korosi (μA/cm2)
M = berat ekivalen (g/mol.equ)
Gambar 2.9. Kurva Tafel praktis yang diidealkan[21].
Gambar 2.9 menunjukan grafik Tafel praktis yang diidealkan. Polarisasi
konsentrasi terjadi akibat ketergantungan reaksi terhadap koefisien difusi ion
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
28
Universitas Indonesia
terlarut (Dz) dan konsentrasinya pada larutan (CB). Hal ini berakibat semakin
cepat reaksi yang melibatkan ion tersebut pada permukaan, konsentrasi ion
akan semakin menipis sehingga terjadi pembatasan kecepatan reaksi itu
sendiri. Hubungan yang terjadi antara koefisien difusi, konsentrasi larutan
dengan kecepatan reaksi yang diwakilkan oleh rapat arus batas (iL)
adalah[22]:
(2.24)
dengan adalah ketebalan gradien konsentrasi dalam larutan. Besaran iL
meningkat dengan peningkatan konsentrasi, temperatur, dan pergerakan
larutan yang lebih cepat. Jika diasumsikan sebuah elektroda tidak mengalami
polarisasi aktivasi, maka persamaan untuk polarisasi konsentrasi dapat
ditunjukkan sebagai persamaan 2.25.
(2.25)
di mana : R : konstanta gas (8,314 J/mol.K)
T : temperatur absolut (273 K)
Polarisasi konsentrasi terutama terjadi pada reaksi katodik dalam korosi,
karena pada reaksi anodik terdapat suplai atom logam yang tak terbatas pada
permukaannya[1]
. Adapun secara lebih lanjut dan khusus, iL pada alat uji
rotating cylinder electrode adalah sebagai berikut;
Dimana D adalah koefisien difusi untuk pereaksi (cm2/detik), v adalah
viskositas kinematic larutan (cm2/detik), dan r adalah jari-jari silinder (cm)
serta Ω adalah kecepatan putaran (rad/detik).
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
29
Universitas Indonesia
Gambar 2.9. Kurva aplikasi mixed potencial dengan hubungan arus-potensial dan transport massa
terkontrol pada rekasi katodik[26].
Dapat dilihat dari Gambar 2.11 bahwa dengan peningkatan kecepatan dari satu
sampai 4, laju korosi meningkat dari A sampai D. secara umum digunakan alat
uji simulasi rotating cylinder electrode untuk mensimulasikan aliran turbulen
pada sistem perpipaan, karena pola aliran sangat mudah tercapai, berbeda
dengan rotating disc electrode yang masih dapat memiliki bentuk pola alir
laminar walau pada kecepatan putaran yang tinggi.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
30 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 digram alir penelitian
Mulai
Pemotongan,
soldering, mounting,
amplas.
Preparasi
sampel
Pembuatan
larutan NaCl 3,5 %
Pembuatan
larutan inhibitor
Pengujian polarisasi dengan software CMS 100
Penambahan
inhibitor 4ml
Tanpa
penambahan
inhibitor
Penambahan
inhibitor 2ml
Penambahan
inhibitor 8ml
Penambahan
inhibitor 6ml
Pengambilan
data
Literatur Analisa data dan
pembahasan
Selesai
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
31
Universitas Indonesia
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian, antara lain:
Alat pemotong sampel
Mesin gerinda
Amplas #120 dan #240
#400 #600
Timbangan digital
pH meter digital
Kabel tembaga
Multimeter
Solder
Jangka sorong
Software GAMRY 5.06
dan peralatan polarisasi
Elektroda standar KCl
Kapas
Jarum suntik
Kamera digital
Beaker glass
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
32
Universitas Indonesia
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian, antara lain:
Baja low carbon
o Dimensi: lingkaran dengan luas = ± 1 cm2
Garam NaCl teknis
Aquades
Ekstrak teh bunga rosella
Resin
Hardener
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi Sampel
Dalam preparasi sampel dilakukan beberapa hal, antara lain:
Pemotongan sampel
Material dipotong menjadi ukuran 1,5cm x 1,5cm. Kemudian
dilakukan gerinda sehingga menjadi lingkaran dengan ukuran luas ±
1cm2.Ukuran sampel polarisasi ini sesuai dengan standar ASTM
G59. Pemotongan sampel ini dilakukan dengan alat pemotong yang
terdapat di laboratorium TPB Departemen Teknik Metalurgi dan
Material FTUI. Untuk mendapatkan sampel berbentuk lingkaran,
maka terlebih dahulu sampel dipotong menjadi persegi. Kemudian
sampel digerinda sehingga tepinya membentuk lingkaran.
Penyolderan sampel
Untuk menyambungkan kawat tembaga pada sampel polarisasi,
maka perl dilakukan penyolderan dengan menggunakan timah
sebelum sampel di-mounting.
Mounting sampel
Sampel polarisasi yang telah disolder di-mounting agar
mempermudah pengamplasan permukaan sampel.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
33
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 sampel polarisasi
Pengamplasan sampel
Sampel diamplas untuk menghilangkan oksida, meratakan, dan
menghaluskan permukaan sampel. Pengamplasan dimulai dari
kertas amplas #120, #240, #400 dan #600.
Pengujian arus
Aliran arus pada sampel diuji dengan menggunakan
multimeter.
3.3.2 Persiapan Larutan
Larutan yang digunakan pada penelitian ini adalah NaCl 3,5
% (air laut). Larutan ini dibuat dari Aquades yang dicampur dengan
garam NaCl teknis. Misalkan untuk volume 1 liter aquades, maka
kita dapat menambahkan 35 gram NaCl teknis agar dihasilkan larutan
NaCl 3,5%.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
34
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 persiapan larutan pada uji polarisasi
3.3.3 Pembuatan Inhibitor
Inhibitor teh rosella di sedu dengan air panas dengan konsetrasi 1 mg
per 100 ml air aquades. Volume Inhibitor yang digunakan adalah 2
ml, 4ml, 6ml, dan 8ml untuk tiap pengujian polarisasi.
Gambar 3.4 ekstrak the rosella
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
35
Universitas Indonesia
3.3.4 pengujian pH
pengujian ini dilakukan pada saat inhibitor dimasukan ke dalam
lingkungan 300ml larutan NaCl 3.5 % dan dilakukan dengan
bantuan alat pH meter
Gambar 3.5 pengujian pH pada larutan
3.3.5 Pengujian Polarisasi
Pengujian polarisasi dilakukan dengan menggunakan software
Software GAMRY 5.06 dan peralatan polarisasi.
Kemudian kita akan mendapatkan kurva polarisasi dan laju korosi
sebagai hasil dari pengaruh inhibitor terhadap tingkat korosi pada
sampel tersebut.
Pada proses pengujian polarisasi, volume NaCl 3,5% di dalam
tabung adalah 300ml. Maka untuk penambahan volume inhibitor
wine no sugar selanjutnya adalah setara dengan :
Tabel 3.2. Volume penambahan inhibitor
Volume Inhibitor Konversi Dalam %
2ml 2ml/300ml = 0,67 %
4ml 4ml/300ml = 1,33 %
6ml 6ml/300ml = 2%
8ml 8ml/300ml = 2,67 %
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
36
Universitas Indonesia
Gambar 3.6 uji Polariasasi
3.3.6 Pengambilan Data
Data yang didapatkan dari pengujian polarisasi tersebut adalah
berupa kurva polarisasi serta laju korosi (corrosion rate). Dari data
tersebut kita bisa menhitung efisiensi inhibitor dengan cara
menghitungan dengan rumus:
Efisiensi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor – Laju korosi dengan inhibitor x 100%
Laju korosi tanpa inhibitor
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
38
Universitas Indonesia
4.1.4 Hasil Corrosion Rate Software GAMRY 5.06 dan peralatan polarisasi
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran laju korosi
Konsentrasi Inhibitor Corosion rate
0 mililiter 10.18 mpy
2 mililiter 4.329 mpy
4 mililiter 4.142 mpy
6 mililiter 4.344 mpy
8 mililiter 4.292 mpy
4.1. Kurva Polarisasi
4.2.1 Kurva Polarisasi Baja Karbon Rendah Tanpa Inhibitor
Gambar 4.2. Kurva polarisasi tanpa inhibitor
Tabel 4.4. Data tafel polarisasi tanpa inhibitor
Icorr 22,30e-6 A-cm2
Ecorr -406,0 mV
Corrosion Rate 10,18 mpy
-8,00E-01
-7,00E-01
-6,00E-01
-5,00E-01
-4,00E-01
-3,00E-01
-2,00E-01
-1,00E-01
0,00E+00
1,00E-07 1,00E-06 1,00E-05 1,00E-04 1,00E-03 1,00E-02 1,00E-011,00E+00
Po
ten
tial
(m
V)
Current density (i)
Grafik Polarisasi
Tanpa inhibitor
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
39
Universitas Indonesia
4.2.2. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 0,67 % Inhibitor
Gambar 4.3 Kurva polarisasi dengan penambahan 0,67 % inhibitor
Tabel 4.5. Data tafel polarisasi dengan penambahan 0,67 % inhibitor
Icorr 9,470e-6 A-cm2
Ecorr -528,0 mV
Corrosion Rate 4,329 mpy
-8,00E-01
-7,00E-01
-6,00E-01
-5,00E-01
-4,00E-01
-3,00E-01
-2,00E-01
-1,00E-01
0,00E+00
1,00E-07 1,00E-06 1,00E-05 1,00E-04 1,00E-03 1,00E-02 1,00E-01 1,00E+00P
ote
tial
(mV
)
Current Density (i)
Grafik Polarisasi
Inhibitor 2ml
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
40
Universitas Indonesia
4.2.3. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 1,33 % Inhibitor
Gambar 4.4. Kurva polarisasi dengan penambahan 1,33 % inhibitor
Tabel 4.6. Data tafel polarisasi dengan penambahan 1,33 % inhibitor
Icorr 9,070e-6 A-cm2
Ecorr -552,0 mV
Corrosion Rate 4,142 mpy
-1,00E+00
-9,00E-01
-8,00E-01
-7,00E-01
-6,00E-01
-5,00E-01
-4,00E-01
-3,00E-01
-2,00E-01
-1,00E-01
0,00E+00
1,00E-07 1,00E-05 1,00E-03 1,00E-01P
ote
tial
(m
V)
Current Density (i)
Grafik Polarisasi
Inhibitor 4ml
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
41
Universitas Indonesia
4.2.4. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 2 % Inhibitor
Gambar 4.5. Kurva polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor
Tabel 4.7. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor
Icorr 10,590e-6 A-cm2
Ecorr -618,0 mV
Corrosion Rate 4,344mpy
-9,00E-01
-8,00E-01
-7,00E-01
-6,00E-01
-5,00E-01
-4,00E-01
-3,00E-01
-2,00E-01
-1,00E-01
0,00E+00
1,00E-07 1,00E-06 1,00E-05 1,00E-04 1,00E-03 1,00E-02 1,00E-011,00E+00
Po
ten
tial
(m
V)
Current Density (i)
Grafik Polarisasi
Inhibitor 6ml
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
42
Universitas Indonesia
4.2.5. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 2,67 % Inhibitor
Gambar 4.6. Kurva polarisasi dengan penambahan 2,67 % inhibitor
Tabel 4.8. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2,67 % inhibitor
Icorr 9,390e-6 A-cm2
Ecorr -703,0 mV
Corrosion Rate 4,292 mpy
-1,00E+00
-9,00E-01
-8,00E-01
-7,00E-01
-6,00E-01
-5,00E-01
-4,00E-01
-3,00E-01
-2,00E-01
-1,00E-01
0,00E+00
1,00E-08 1,00E-06 1,00E-04 1,00E-02 1,00E+00P
ote
nti
al (
mV
)
Current Density (i)
Grafik Polariasi
Inhibitor 8ml
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
43
Universitas Indonesia
4.2.6. Kurva Polarisasi Keseluruhan
Gambar 4.7. Kurva polarisasi dengan variable volume inhibitor
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengujian Spectroscopy sampel
Berdasarkan data hasil pengujian spectroscopy (Tabel 4.1), dapat dilihat
bahwa unsur penyusun yang dominan dari baja SPCC adalah Fe (95%).
Unsur-unsur lain yang didapat adalah C sebesar 0.057%, Mn sebesar
0.160%, Cr sebesar 0.023%, P sebesar 0.007%, Mn sebesar 0.160%, Ni
sebesar 0.031%, Cr sebesar 0.023%, Mo kurang dari 0.005%, Ti kurang
dari 0.002%, Cu sebesar 0.121%, dan Nb kurang dari 0.002%. Dari hasil
pengujian, didapatkan kadar karbon pada baja SPCC sebesar 0.054%.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa baja SPCC merupakan golongan baja
karbon rendah yang memiliki range kadar karbon sekitar 0,05-1%. Elemen
paduan seperti Cu, Ni, Si, dan Cr pada baja dapat meningkatkan ketahanan
korosi dari baja apabila diaplikasikan pada suatu lingkungan tertentu.
-1,00E+00
-9,00E-01
-8,00E-01
-7,00E-01
-6,00E-01
-5,00E-01
-4,00E-01
-3,00E-01
-2,00E-01
-1,00E-01
0,00E+00
1,00E-081,00E-071,00E-061,00E-051,00E-041,00E-031,00E-021,00E-011,00E+00P
ote
nti
al (
mV
)
Current Density (i)
Grafik Polariasi
2 ml
4ml
6ml
8 ml
0 ml
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
44
Universitas Indonesia
Tetapi, hasil pengujian ini menunjukan kandungan-kandungan unsur
paduan dalam baja nilainya sangat kecil. Sehingga, sampel baja secara
umum akan bersifat rentan terhadap korosi.
4.3.2 Pengamatan Visual tanpa dan dengan Penambahan inhibitor
Penambahan pemberian teh rosela sebanyak 2ml ke dalam larutan NaCl
300ml tidak menyebabkan perubahan warna pada larutan. Warna larutan
yang ditambahkan inhibitor sama dengan larutan yang tidak ditambahkan
inhibitor.
Bila dilihat kondisi awal sampel untuk larutan yang ditambahkan
ditambahkan inhibitor, masing-masing sampel diamplas dengan
menggunakan kertas amplas dimulai dari grit 80, 100, 150, dan 240. Hal
ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan atau oksida yang ada
dipermukaan sampel.
4.3.3 Pengaruh pH Larutan Terhadap Laju Korosi
Gambar 4.8 perubahan pH pada setiap penambahan inhibitor
Semakin rendah pH( pH < 4), maka kemungkinan logam untuk terkorosi
semakin besar, karena daerah logam terurai menjadi ion logamnya[1]
. Laju
korosi pada baja di lingkungan air laut, merupakan laju korosi yang cukup
tinggi dengan adanya ion klorida yang dapat mempercepat laju korosinya.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 2 4 6 8 10
pH
Volume inhibitor
Grafik perubahan pH
Grafik perubahan pH
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
45
Universitas Indonesia
Laju korosi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ion
hydrogen dan terjadi penurunan pH.
Dari tabel (Tabel 4.2) perubahan pH didapat setelah pemberian inhibitor
terjadi penurunan pH pada setiap pemberian inhibitornya, Perbedaan nilai
pH larutan ini dipengaruhi oleh penambahan inhibitor, teh rosela, yang
memiliki pH yang cukup rendah yaitu 3,4. Pada penambahan teh bunga
rosella 2 mililiter terjadi perubahan ph dari 7.1 pH awal menjadi 6.1.
Kemudian pada penambahan 4 mililiter the bunga rosella terjadi
perubahan pH kembali menjadi 5.9. Pada penambahan 6 mililiter the
bunga rosella ph berubah menjadi lebih asam menjadi 5.8, kemudian pada
penambahan terakhir inhibitor yaitu pada volume 8 mililiter pH kembali
menjadi lebih asam yaitu 5.7. Namun pH tersebut belum cukup untuk
mempercepat laju korosi karena pH yang didapatkan masi dalam standar
rang pH netral.
4.3.4 Penurunan Laju korosi
Dari data yang didapatkan dari hasil percobaan teh bunga rosella maka
benar bahwa teh ini merupakan inhibitor organik karena dengan
pencampuran dari teh bunga rosella ini pada lingkungan yang korosif
(NaCl 3.5%) menurunkan laju korosi daripada yang tidak dilakukan
pencampuran.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
46
Universitas Indonesia
Gambar 4.9. Grafik perubahan laju korosi dengan variable volume inhibitor
Dari data hasil percobaan didapat pada lingkungan awal (NaCl) yang
belum diberikan inhibitor dihasilkan laju korosi sebesar 10.18 mpy, untuk
percobaan pertama, diberikan inhibitor the rosella sebesar 2 mililiter
terjadi penurunan laju korosi hingga akirnya laju korosi menjadi 4.329
mpy. Pada percobaan kedua diberikan 4 mililiter inhibitor pada lingkungan
yang sama pada percobaan pertama yaitu larutan NaCl 3.5% sebanyak 300
mililiter didapatkan laju korosi sebesar 4.142 mpy. Untuk percobaan
ketiga dipakai inhibitor sebesar 6 mililiter pada lingkungan yang sama dan
menghasilkan laju korosi sebesar 4.344 mpy. Pada percobaan terakhir
dipakai inhibitor sebesar 8 mililiter pada lingkungan yang sama dan
menghasilkan laju korosi sebesar 4.292 mpy. Dari data yang dipaparkan
diatas didapat volume paling efisien adalah pada inhibitor 2 mililiter.
0
2
4
6
8
10
12
0 2 4 6 8 10
Laju
Ko
rosi
(m
py)
Volume (ml)
Grafik Laju Korosi
Corrosion rate
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
47
Universitas Indonesia
4.3.5. Perbandingan Dengan Inhibitor yang Berbeda
Apabila data laju korosi inhibitor the rosella dibandingkan dengan
percobaan Adhi Nugroho dalam percobannya “studi pengaruh
penambahan inhibitor wine pada low carbon steel di lingkungan NaCl
3.5%” dengan variable volume inhibitor yang sama namun dengan
inhibitor berbeda.
Tabel 4.9. laju korosi pada penambahan inhibitor wine pada lingkungan NaCl 3.5 %
Volume inhibitor
wine (ml)
Laju korosi
(mpy)
0 10.18
2 4.697
4 3.465
6 2.099
8 2.423
Dari tabel diatas didapatkan pada penambahan inhibitor wine pada
lingkungan 300 mililiter larutan NaCl 3.5% dan tiap-tiap percobaan
dilakukan pada beaker glass yang berbeda-beda, pada percobaan pertama
dengan penambahan inhibitor wine 0 mililiter didapatkan laju korosi pada
lingkungan tersebut adalah sebesar 10.18 mpy. Pada percobaan kedua
dengan penambahan inhibitor 2 mililiter pada lingkungan yang sama
didapatkan penurunan laju korosi dari sebelumnya sehingga laju korosi
menjadi 4.697 mpy. Pada percobaan ketiga dengan penambahan inhibitor
4 mililiter didapatkan kembali penurunan laju korosi menjadi 3.465 mpy.
Pada percobaan keempat dengan penambahan inhibitor 6 mililiter
didapatkan laju korosi menjadi 2.099 mpy. Pada percobaan terakhir yang
itu pada penambahan inhibitor 8 mililiter pada larutan 300 mililiter NaCl
3.5 % didapatkan kenaikan laju korosi dari percobaan sebelumnya yaitu
dengan hasil 2.423 mpy. Dari percobaan saudara Adhi Nugroho dapat
disimpulkan penambahan inhibitor yang efisien adalah pada konsentrasi 6
mililiter dalam 300 mililiter larutan NaCl 3.5 %.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
48
Universitas Indonesia
Apabila data tersebut di komparasi dengan data inhibitor rosella yang saya
lakukan dapat dilihat perbedaan yang jelas antara kedua inhibitor ini.
Gambar 4.10. Grafik perbandingan laju korosi ubi ungu dan rosella
Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan laju korosi dari inhibitor wine
saudara Adhi Nugroho lebih efisien dari pada inhibitor the rosella, pada
grafik tiap penambahan inhibitor rosella terjadi penurunan pada awal
penambahan namun setelahnya tiap penambahannya tidak merubah secara
signifikan laju korosinya dan relative konstan, sedangkan pada inhibitor
wine pada setiap penambahan wine nya terjadi penurunan yang signifikan
pada tiap penambahannya, hal ini yang mendukung teori bahwa inhibitor
wine ini lebih baik dalam menekan laju korosi dari pada inhibitor the
rosella.
4.3.6. Perbandingan Variabel Temperatur Berbeda
Apabila data laju korosi inhibitor the rosella dibandingkan dengan
percobaan lainnya Roni Saputra dalam percobannya “studi pengaruh
penambahan inhibitor rosella pada low carbon steel di lingkungan NaCl
3.5% dengan temperature 40o” dengan perbandingan variable volume
inhibitor yang sama namun dengan suhu yang berbeda didapatkan:
0
2
4
6
8
10
12
0 2 4 6 8 10
Grafik Laju Korosi
Corrosion Rate Wine
Corrosion Rate Rosella
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
49
Universitas Indonesia
Status
InhibitorK w (gr)
D
(gr/cm3)A (CM2)
T
(jam)
laju
korosi
(mpy)
rata - rata
(mpy)efisiensi
1 3450000 0.0243 8.654729 10.03856 72 13.40195
2 3450000 0.024 8.557221 9.934762 72 13.52719
3 3450000 0.0234 8.600261 9.741362 72 13.38354
1 3450000 0.0228 8.388653 10.62026 72 12.26292
2 3450000 0.0221 8.641935 9.830962 72 12.46441
3 3450000 0.0225 8.729977 10.03856 72 12.30225
1 3450000 0.0254 8.461445 10.32401 72 13.93244
2 3450000 0.0255 8.421301 10.14236 72 14.30568
3 3450000 0.0264 8.190974 10.20666 72 15.13113
1 3450000 0.0284 8.734437 10.24616 72 15.20578
2 3450000 0.0293 8.320896 10.29806 72 16.38433
3 3450000 0.0295 8.65983 10.10326 72 16.15614
13.43756
12.34319
14.45642
15.91542 -18.4397827
-7.582146456
8.14407955
0
Penambahan
4ml
DPenambahan
6ml
C
Kupon
ATanpa
Inhibitor
BPenambahan
2ml
Tabel 4.10. Data hasil penambahan inhibitor teh bunga rossela pada lingkungan NaCl
3.5% padatemperatur 40o C
Dari tabel diatas didapatkan pada penambahan inhibitor rosella pada
lingkungan 300 mililiter larutan NaCl 3.5% dan tiap-tiap percobaan
dilakukan pada beaker glass yang berbeda-bedadan pada suhu 400C. Pada
percobaan pertama dengan penambahan inhibitor Rosella 0 mililiter
didapatkan laju korosi pada lingkungan tersebut adalah sebesar 13.4375
mpy. Pada percobaan kedua dengan penambahan inhibitor 2 mililiter pada
lingkungan yang sama didapatkan penurunan laju korosi dari sebelumnya
sehingga laju korosi menjadi 12.34317 mpy. Pada percobaan ketiga
dengan penambahan inhibitor 4 mililiter didapatkan kenaikan laju korosi
menjadi 14.456 mpy.. Pada percobaan terakhir yang itu pada penambahan
inhibitor 6 mililiter pada larutan 300 mililiter NaCl 3.5 % didapatkan
kenaikan laju korosi dari percobaan sebelumnya yaitu dengan hasil
15.9154 mpy. Dari percobaan saudara Roni Saputra dapat disimpulkan
penambahan inhibitor yang efisien pada suhu tinggi adalah pada
konsentrasi 2 mililiter dalam 300 mililiter larutan NaCl 3.5 %.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
50
Universitas Indonesia
Gambar 4.11. Grafik perubahan laju korosi pada temperatur yang berbeda
Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan laju korosi dari inhibitor
Rosella penelitian saya lebih efisien dari pada inhibitor the rosella pada
suhu 40o C hasil penelitian Rony Saputra, pada grafik tiap penambahan
inhibitor rosella pada suhu 25o C terjadi penurunan pada awal penambahan
namun setelahnya tiap penambahannya tidak merubah secara signifikan
laju korosinya dan relative konstan, sedangkan pada inhibitor rosella pada
suhu 40o C, pada penambahan wine 2 mililiter terjadi penurunan yang
signifikan, namun setelah itu tiap penambahannya menaikan laju
korosinya hal ini kemungkinan zat inhibitor sudah terlalu jenuh untuk
menekan laju korosi. Kemudian apabila kita lihat pada grafik terjadi
perbedaan dalam laju korosi antara inhibitor roseela pada suhu 40o C dan
suhu ruang hal ini disebabkan karena pengaruh suhu tinggi, semakin tinggi
suhu pada suatu lingkungan maka semakin tinggi laju korosinya[1]
, hal ini
yang mendukung teori bahwa inhibitor rosella ini lebih baik dalam
menekan laju korosi dari pada suhu ruang.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 2 4 6 8
Co
rro
tio
n R
ate
Volume Inhibitor
Grafik Corrosion Rate terhadap Konsentrasi
Corrosion Rate at 40 C
Corrosion Rate at 25 C
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
51
Universitas Indonesia
4.3.7 Mekanisme Penghambatan Proses Korosi
Teh rosela merah memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma. Kandungan dari rosela
yang merupakan senyawa antioksidan adalah vitamin C (asam askorbat).
Kandungan vitamin C pada kelopak bunga rosela lebih tinggi dari
kandungan vitamin C pada jeruk, 3 kali lebih besar dari anggur hitam dan
9 kali lebih besar dari kandungan vitamin C pada jeruk citrus16
. Hasil
analisa terhadap kelopak bunga rosela kering per 100 gramnya
mengandung 1.9 protein, 0.1 gram lemak, 12.3 gram karbohidrat, 2.3 gram
serat, dan 14 miligram asam askorbat, 0.04 miligram vitamin B, serta
komponen pewarna alami[27].
Mekanisme penghambatan proses korosi oleh asam askorbat sebagai
inhibitor organik yaitu dengan teradsorpsi pada permukaan logam. Pada
permukaan logam tersebut akan terbentuk suatu lapisan yang sangat tipis.
Ilustrasi dari lapisan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.16. DAA
merupakan senyawa yang teradsorpsi pada permukaan logam dan
berfungsi untuk menghambat proses korosi[24]
Gambar 4.12 Ilustrasi terbentuknya lapisan pelindung24
DAA terbentuk akibat proses dekomposisi dari asam askorbat yang
bersifat tidak stabil di dalam larutan.
Namun, DAA ini bersifat tidak stabil pada pH diatas 6 karena DAA akan
berdekomposisi lebih lanjut menjadi asam tartrat dan oksalat20
. DAA
yang berdekomposisi ini menyebabkan pH larutan mengalami penurunan
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
52
Universitas Indonesia
atau menjadi lebih asam. Hal ini terbukti bahwa pada saat pengujian,
larutan yang ditambahkan inhibitor pH awal dan akhirnya cenderung
sedikit lebih asam dibandingkan dengan larutan yang tidak ditambahkan
inhibitor. Selain menurunkan pH larutan, keberadaan DAA yang sudah
berdekomposisi menjadi senyawa lain membuat proses adsorpsi yang
terjadi tidak maksimal sehingga pengaruhnya dalam penghambatan proses
korosi tidak signifikan.
4.3.8 Efisiensi Inhibitor
Untuk menghitung efisiensi inhibitor maka digunakan perhitungan sebagai
berikut[25]
:
Efisiensi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor – Laju korosi dengan inhibitor x 100%
Laju korosi tanpa inhibitor
Maka kemudian didapatkanlah nilai efisiensi dari penambahan inhibitor
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11. Tabel efisiensi inhibitor
Volume Inhibitor
(%)
Laju Korosi
(mpy)
Efisiensi Inhibitor
(%)
0 % 10,18 -
0,67 % 4.329 57.27544
1,33 % 4.142 59.31238
2 % 4.344 57.32809
2,67 % 4.292 57.8389
Berdasarkan nilai efisiensi tersebut, maka kita dapat melihat bahwa
efisiensi laju korosi akan cenderung meningkat seiring dengan
penambahan kadar volume inhibitor ke dalam larutan. Namun efisiensi
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
53
Universitas Indonesia
paling tinggi adalah pada saat penambahan 2 ml atau 0,67 % volume
inhibitor yaitu sebesar 57,27 %. Terjadi sedikit kenaikan nilai efisiensi
inhibitor pada penambahan 1,33 % volume inhibitor yaitu menjadi 59,31
%. Namun nilai efisiensi ini masih cukup tinggi sehingga kita dapat
menyatakan bahwa pada kadar penambahan volume inhibitor yang paling
efisien adalah sebesar 4 ml atau 1.33% volume inhibitor.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
37 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian
4.1.1. Hasil Pengamatan Visual Baja SPCC (Baja Karbon Rendah)
Gambar 4.1 Sampel Polarisasi
4.1.2. Hasil Pengujian Spectroscopy sampel
Pada penelitian ini, sampel baja SPCC dilakukan pengujian spectroscopy
di CMPFA (Center for Material Processing and Failure Analysis) untuk
mengetahui komposisi materialnya. Hasil pengujian menunjukan
komposisi baja SPCC adalah sebagai berikut sebagai berikut :
Tabel 4.1 Komposisi baja hasil pengujian spectroscopy
C (%) Si (%) S (%) P (%) Mn (%) Ni (%) Cr (%)
0.057 0.007 0.003 0.007 0.160 0.031 0.023
Mo (%) Ti (%) Cu (%) Nb (%) V (%) Pb (%) Fe (%)
<0.0052 <0.002
2 0.121 <0.002
2 <0.002
2 <0.025
2 Bal.
4.1.3. Hasil Pengukuran pH Larutan
Tabel 4.2 hasil pengukuran pH
Keadaan Inhibitor Keadaan Inhibitor
Selisih pH akhir pH Awal pH Akhir
0ml 7.1 7.1 0
2ml 6.1 6.1 0
4ml 5.9 5.9 0
6ml 5.8 5.8 0
8ml 5.7 5.7 0
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
54 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap baja karbon rendah (baja SPPC)
dengan penambahan ekstrak teh rosella sebagai green inhibitor dengan variasi
penambahan (tanpa penambahan, penambahan 2ml, 4ml, 6mldan 8 ml), maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Teh Rosella dapat dijadikan sebagai inhibitor organik untuk material baja
SPCC di lingkungan air laut.
2. Terjadinya penurunan laju korosi dari 10,18 mpy menjadi 4.329 mpy pada
penambahan 2 ml atau 0,67 % volume larutan inhibitor. Selanjutnya pada
penambahan inhibitor sebesar 4 ml atau 1,33 % volume larutan, menghasilkan
penurunan laju korosi kembali menjadi 4.142 mpy. Kemudian dengan
penambahan kadar inhibitor sebesar 6 ml atau 2 % volume larutan inhibitor,
maka nilai laju korosi yang dihasilkan semakin membesar yaitu menjadi 4.344
mpy. Pada penambahan 8 ml atau 2,67 % volume larutan inhibitor, maka
didapatkan nilai laju korosi sebesar 4.292 mpy, dimana terjadi sedikit
penurunan nilai laju korosi dibandingkan dengan penambahan sebesar 4 ml
atau 1.33 % volume larutan inhibitor.
3. Besar efisiensiyang didapat dalam percobaan kali ini:
pengujian dengan penambahan 2 ml teh rosella sebesar 57.2%
pengujian dengan penambahan 4 ml teh rosella sebesar 59.3%
pengujian dengan penambahan 6 ml teh rosella sebesar 57.3%
pengujian dengan penambahan 8 ml teh rosella sebesar 57.8%
4. Kadar optimal dan efektif dalam penggunaan inhibitor teh rosella adalah
sebesar 1.33 % volume larutan. Atau setara dengan 4 ml / 300 ml larutan.
5. Penggunaan inhibitor ekstrak teh bunga rosella lebih efektif digunakan pada
temperatur ruang (25oC) dibandingkan dengan temperatur 40
oC.
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
55
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1) Jones, Denny A., (1992), “Principle and Prevention of Corrosion”,
Macmillan Publishing Company, New York.
2) Dalimunthe, Indra Surya. Kimia dari Inhibitor Korosi. Program Studi
Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
3) http://www.centurycorrosion.com/products/mil-5.pdf, 5 mei 2011, 12.30
4) Hermawan, Beni. Ekstrak Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Korosi.
22 April 2007.
5) Iswahyudi. “Desain Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban pada Jaringan
Pipa Pertamina UPms V” . Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
6) Halimatuddahliana , “Pencegahan Korosi dan Scale pada Proses Produksi
Minyak Bumi . Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara
7) Charles W. Keenan, Donald C. Kleinfelter, dan Jesse H. Wood, Ilmu
Kimia untuk Universitas, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996.
8) J. Liu, Y. Lin, X. Yong, dan X. Li, Study of Cavitation Corrosion
Behaviors and Mechanism of Carbon Steel in Neutral Sodium Chloride
Aqueous Solution, NACE CORROSION Vol. 61, Paper No.11, 2005.
9) http://corrosion-doctors.org/Cooling-Water-Towers/ph.htm
10) ASM Handbook Volume 13B, Corrosion : Materials (USA : ASM
International, 2005)
11) http://corrosion-doctors.org/Experiments/iron-products.htm
12) ASM Handbook Volume 13A, Corrosion : Fundamentals, Testing, and
Protection.USA : ASM International, 2003
13) Elsevier Science & Technology Books, Principle of Corrosion
Engineering and Corrosion Control ( IChem Publisher, September 2006)
14) ASM Handbook Volume 13, Corrosion. USA : ASM International, 1997
15) Elsevier Science & Technology Books, Principle of Corrosion
Engineering and Corrosion Control ( IChem Publisher, September 2006)
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
56
Universitas Indonesia
16) Ismail N.Andijani and Mohammad Mobin, “Studies On The
Determination Of Maximum Chloride Level In Product Water Transmitted
Through Pipelines A, B And C1”, 2005
17) Chodijah, Siti.2008.Efektifitas Penggunaan Pelapis Epoksi Terhadap
Ketahanan Korosi Pipa Baja ASTM A53 DiDalam Tanah.Depok: Teknik
Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
18) Dalimunthe, Indra Surya. Kimia dari Inhibitor Korosi. Program Studi
Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
19) Roberge,Pierre R. Handbook of Corrosion Engineering. Mc Graw-Hill
Book Company. New York ,1999
20) CONRAD, Corrosion Control in Pipelines Using Oxygen Stripping,
Oilsand Water Usage Workshop, Camphion Technologies, February 2004.
21) J. Chamberlain dan K.R. Trethewey, Korosi untuk Mahasiswa dan
Rekayasawan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991.
22) Mars G. Fontana, “Corrosion Engineering”, 3rd eds., McGraw-Hill Book
Company, New York, 1987.
23) Baboian, Robert, ASTM International, “Corrosion Tests and Standards” ,
2nd edition, Baltimore, 2005.
24) Pratesa, Yudha. “Pengaruh Penambahan Inhibitor Natrium Sulfit
terhadap laju Korosi Baja UNS 10180 Pada Lingkungan Nacl 3,5%
Dengan Metode Polarisasi Menggunakan Alat Rotating Cylinder
Electrode (RCE) Pada Keadaan Fluida Statis (0 RPM) dan Fluida
Bergerak (1000 RPM)”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI.
Depok. 2010
25) Soejono Tjitro, Juliana Anggono.” Pengaruh Lingkungan Terhadap
Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga”
2oktober 1999.
26) Harvey M. Herro and Robert D. Port, The NALCO Guide to Cooling
Water Sistem s Failure Analysis,McGraw-Hill Inc., 1991.
27) laraswati.com/2011/05/13/teh-bunga-rosella/ 4 juni 2011, 20:30
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
57
LAMPIRAN 1. Data tafel 0 ml the rosella dalam excel
CURVE (35000ppm-3.dta) Fit 1 [Tafel] Fit 2 [ELogI]
1.43E-04 -7.42E-01 8.03E-05 -7.42E-01 7.44E-05 -7.42E-01
1.24E-04 -7.41E-01 7.99E-05 -7.41E-01 7.42E-05 -7.41E-01
1.12E-04 -7.40E-01 7.96E-05 -7.40E-01 7.39E-05 -7.40E-01
1.03E-04 -7.39E-01 7.93E-05 -7.39E-01 7.37E-05 -7.39E-01
9.68E-05 -7.38E-01 7.90E-05 -7.38E-01 7.35E-05 -7.38E-01
9.20E-05 -7.37E-01 7.87E-05 -7.37E-01 7.32E-05 -7.37E-01
8.85E-05 -7.36E-01 7.84E-05 -7.36E-01 7.30E-05 -7.36E-01
8.59E-05 -7.35E-01 7.81E-05 -7.35E-01 7.28E-05 -7.35E-01
8.36E-05 -7.34E-01 7.78E-05 -7.34E-01 7.26E-05 -7.34E-01
8.21E-05 -7.33E-01 7.75E-05 -7.33E-01 7.24E-05 -7.33E-01
8.08E-05 -7.32E-01 7.72E-05 -7.32E-01 7.21E-05 -7.32E-01
8.00E-05 -7.31E-01 7.69E-05 -7.31E-01 7.19E-05 -7.31E-01
7.91E-05 -7.30E-01 7.66E-05 -7.30E-01 7.17E-05 -7.30E-01
7.85E-05 -7.29E-01 7.63E-05 -7.29E-01 7.15E-05 -7.29E-01
7.75E-05 -7.28E-01 7.61E-05 -7.28E-01 7.12E-05 -7.28E-01
7.66E-05 -7.27E-01 7.58E-05 -7.27E-01 7.10E-05 -7.27E-01
7.57E-05 -7.26E-01 7.55E-05 -7.26E-01 7.08E-05 -7.26E-01
7.49E-05 -7.25E-01 7.52E-05 -7.25E-01 7.06E-05 -7.25E-01
7.46E-05 -7.23E-01 7.48E-05 -7.23E-01 7.03E-05 -7.23E-01
7.41E-05 -7.23E-01 7.46E-05 -7.23E-01 7.01E-05 -7.23E-01
7.35E-05 -7.22E-01 7.43E-05 -7.22E-01 6.99E-05 -7.22E-01
7.40E-05 -7.21E-01 7.40E-05 -7.21E-01 6.97E-05 -7.21E-01
7.27E-05 -7.20E-01 7.37E-05 -7.20E-01 6.95E-05 -7.20E-01
7.15E-05 -7.19E-01 7.35E-05 -7.19E-01 6.93E-05 -7.19E-01
7.04E-05 -7.18E-01 7.32E-05 -7.18E-01 6.90E-05 -7.18E-01
6.97E-05 -7.16E-01 7.29E-05 -7.16E-01 6.88E-05 -7.16E-01
6.91E-05 -7.16E-01 7.26E-05 -7.16E-01 6.86E-05 -7.16E-01
6.85E-05 -7.15E-01 7.24E-05 -7.15E-01 6.84E-05 -7.15E-01
6.79E-05 -7.14E-01 7.21E-05 -7.14E-01 6.82E-05 -7.14E-01
6.72E-05 -7.13E-01 7.18E-05 -7.13E-01 6.80E-05 -7.13E-01
6.68E-05 -7.12E-01 7.15E-05 -7.12E-01 6.78E-05 -7.12E-01
6.66E-05 -7.11E-01 7.12E-05 -7.11E-01 6.75E-05 -7.11E-01
6.62E-05 -7.10E-01 7.10E-05 -7.10E-01 6.74E-05 -7.10E-01
6.56E-05 -7.09E-01 7.07E-05 -7.09E-01 6.72E-05 -7.09E-01
6.54E-05 -7.08E-01 7.05E-05 -7.08E-01 6.69E-05 -7.08E-01
6.52E-05 -7.07E-01 7.02E-05 -7.07E-01 6.67E-05 -7.07E-01
6.50E-05 -7.06E-01 6.99E-05 -7.06E-01 6.65E-05 -7.06E-01
6.46E-05 -7.05E-01 6.96E-05 -7.05E-01 6.63E-05 -7.05E-01
6.43E-05 -7.04E-01 6.94E-05 -7.04E-01 6.61E-05 -7.04E-01
6.40E-05 -7.03E-01 6.91E-05 -7.03E-01 6.59E-05 -7.03E-01
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
58
6.38E-05 -7.02E-01 6.88E-05 -7.02E-01 6.57E-05 -7.02E-01
6.40E-05 -7.00E-01 6.85E-05 -7.00E-01 6.55E-05 -7.00E-01
6.37E-05 -7.00E-01 6.83E-05 -7.00E-01 6.53E-05 -7.00E-01
6.35E-05 -6.99E-01 6.81E-05 -6.99E-01 6.51E-05 -6.99E-01
6.31E-05 -6.98E-01 6.78E-05 -6.98E-01 6.49E-05 -6.98E-01
6.32E-05 -6.97E-01 6.75E-05 -6.97E-01 6.47E-05 -6.97E-01
6.32E-05 -6.96E-01 6.73E-05 -6.96E-01 6.45E-05 -6.96E-01
6.29E-05 -6.95E-01 6.70E-05 -6.95E-01 6.43E-05 -6.95E-01
6.25E-05 -6.94E-01 6.68E-05 -6.94E-01 6.41E-05 -6.94E-01
6.23E-05 -6.93E-01 6.65E-05 -6.93E-01 6.39E-05 -6.93E-01
6.21E-05 -6.92E-01 6.63E-05 -6.92E-01 6.37E-05 -6.92E-01
6.20E-05 -6.91E-01 6.60E-05 -6.91E-01 6.35E-05 -6.91E-01
6.19E-05 -6.90E-01 6.58E-05 -6.90E-01 6.33E-05 -6.90E-01
6.21E-05 -6.89E-01 6.55E-05 -6.89E-01 6.31E-05 -6.89E-01
6.19E-05 -6.88E-01 6.53E-05 -6.88E-01 6.29E-05 -6.88E-01
6.18E-05 -6.87E-01 6.50E-05 -6.87E-01 6.27E-05 -6.87E-01
6.18E-05 -6.86E-01 6.48E-05 -6.86E-01 6.25E-05 -6.86E-01
6.17E-05 -6.85E-01 6.45E-05 -6.85E-01 6.23E-05 -6.85E-01
6.17E-05 -6.84E-01 6.43E-05 -6.84E-01 6.21E-05 -6.84E-01
6.15E-05 -6.83E-01 6.40E-05 -6.83E-01 6.19E-05 -6.83E-01
6.15E-05 -6.82E-01 6.38E-05 -6.82E-01 6.17E-05 -6.82E-01
6.13E-05 -6.81E-01 6.35E-05 -6.81E-01 6.15E-05 -6.81E-01
6.12E-05 -6.80E-01 6.33E-05 -6.80E-01 6.14E-05 -6.80E-01
6.11E-05 -6.79E-01 6.31E-05 -6.79E-01 6.12E-05 -6.79E-01
6.10E-05 -6.78E-01 6.28E-05 -6.78E-01 6.10E-05 -6.78E-01
6.08E-05 -6.77E-01 6.26E-05 -6.77E-01 6.08E-05 -6.77E-01
6.08E-05 -6.76E-01 6.23E-05 -6.76E-01 6.06E-05 -6.76E-01
6.08E-05 -6.75E-01 6.21E-05 -6.75E-01 6.04E-05 -6.75E-01
6.06E-05 -6.74E-01 6.19E-05 -6.74E-01 6.02E-05 -6.74E-01
6.05E-05 -6.73E-01 6.16E-05 -6.73E-01 6.00E-05 -6.73E-01
6.05E-05 -6.72E-01 6.14E-05 -6.72E-01 5.98E-05 -6.72E-01
6.07E-05 -6.71E-01 6.12E-05 -6.71E-01 5.97E-05 -6.71E-01
6.06E-05 -6.70E-01 6.09E-05 -6.70E-01 5.95E-05 -6.70E-01
6.06E-05 -6.68E-01 6.07E-05 -6.68E-01 5.93E-05 -6.68E-01
6.04E-05 -6.68E-01 6.05E-05 -6.68E-01 5.91E-05 -6.68E-01
6.03E-05 -6.67E-01 6.02E-05 -6.67E-01 5.89E-05 -6.67E-01
6.01E-05 -6.66E-01 6.00E-05 -6.66E-01 5.88E-05 -6.66E-01
6.00E-05 -6.65E-01 5.98E-05 -6.65E-01 5.86E-05 -6.65E-01
5.97E-05 -6.64E-01 5.96E-05 -6.64E-01 5.84E-05 -6.64E-01
5.94E-05 -6.63E-01 5.93E-05 -6.63E-01 5.82E-05 -6.63E-01
5.92E-05 -6.62E-01 5.91E-05 -6.62E-01 5.80E-05 -6.62E-01
5.89E-05 -6.61E-01 5.89E-05 -6.61E-01 5.78E-05 -6.61E-01
5.88E-05 -6.60E-01 5.86E-05 -6.60E-01 5.77E-05 -6.60E-01
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
59
5.85E-05 -6.59E-01 5.84E-05 -6.59E-01 5.75E-05 -6.59E-01
5.84E-05 -6.58E-01 5.82E-05 -6.58E-01 5.73E-05 -6.58E-01
5.83E-05 -6.57E-01 5.80E-05 -6.57E-01 5.71E-05 -6.57E-01
5.81E-05 -6.56E-01 5.78E-05 -6.56E-01 5.70E-05 -6.56E-01
5.80E-05 -6.55E-01 5.75E-05 -6.55E-01 5.68E-05 -6.55E-01
5.78E-05 -6.54E-01 5.73E-05 -6.54E-01 5.66E-05 -6.54E-01
5.75E-05 -6.53E-01 5.71E-05 -6.53E-01 5.64E-05 -6.53E-01
5.73E-05 -6.52E-01 5.69E-05 -6.52E-01 5.63E-05 -6.52E-01
5.71E-05 -6.51E-01 5.67E-05 -6.51E-01 5.61E-05 -6.51E-01
5.69E-05 -6.50E-01 5.64E-05 -6.50E-01 5.59E-05 -6.50E-01
5.66E-05 -6.49E-01 5.62E-05 -6.49E-01 5.57E-05 -6.49E-01
5.64E-05 -6.48E-01 5.60E-05 -6.48E-01 5.56E-05 -6.48E-01
5.61E-05 -6.47E-01 5.58E-05 -6.47E-01 5.54E-05 -6.47E-01
5.60E-05 -6.46E-01 5.56E-05 -6.46E-01 5.52E-05 -6.46E-01
5.59E-05 -6.45E-01 5.54E-05 -6.45E-01 5.50E-05 -6.45E-01
5.59E-05 -6.44E-01 5.52E-05 -6.44E-01 5.49E-05 -6.44E-01
5.58E-05 -6.43E-01 5.50E-05 -6.43E-01 5.47E-05 -6.43E-01
5.58E-05 -6.42E-01 5.47E-05 -6.42E-01 5.45E-05 -6.42E-01
5.54E-05 -6.41E-01 5.45E-05 -6.41E-01 5.43E-05 -6.41E-01
5.50E-05 -6.40E-01 5.43E-05 -6.40E-01 5.42E-05 -6.40E-01
5.48E-05 -6.39E-01 5.41E-05 -6.39E-01 5.40E-05 -6.39E-01
5.49E-05 -6.38E-01 5.39E-05 -6.38E-01 5.39E-05 -6.38E-01
5.50E-05 -6.37E-01 5.37E-05 -6.37E-01 5.37E-05 -6.37E-01
5.49E-05 -6.36E-01 5.35E-05 -6.36E-01 5.35E-05 -6.36E-01
5.45E-05 -6.35E-01 5.33E-05 -6.35E-01 5.34E-05 -6.35E-01
5.44E-05 -6.34E-01 5.31E-05 -6.34E-01 5.32E-05 -6.34E-01
5.45E-05 -6.33E-01 5.29E-05 -6.33E-01 5.30E-05 -6.33E-01
5.48E-05 -6.32E-01 5.27E-05 -6.32E-01 5.29E-05 -6.32E-01
5.46E-05 -6.31E-01 5.25E-05 -6.31E-01 5.27E-05 -6.31E-01
5.42E-05 -6.30E-01 5.23E-05 -6.30E-01 5.25E-05 -6.30E-01
5.41E-05 -6.29E-01 5.21E-05 -6.29E-01 5.24E-05 -6.29E-01
5.42E-05 -6.28E-01 5.19E-05 -6.28E-01 5.22E-05 -6.28E-01
5.43E-05 -6.27E-01 5.17E-05 -6.27E-01 5.20E-05 -6.27E-01
5.40E-05 -6.26E-01 5.15E-05 -6.26E-01 5.19E-05 -6.26E-01
5.36E-05 -6.25E-01 5.13E-05 -6.25E-01 5.17E-05 -6.25E-01
5.38E-05 -6.24E-01 5.11E-05 -6.24E-01 5.16E-05 -6.24E-01
5.37E-05 -6.23E-01 5.09E-05 -6.23E-01 5.14E-05 -6.23E-01
5.32E-05 -6.22E-01 5.07E-05 -6.22E-01 5.12E-05 -6.22E-01
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
60
LAMPIRAN 2. Data tafel 2 ml the rosella dalam excel
CURVE (rossela 2ml.dta) Fit 1 [Tafel]
1.04E-04 -7.59E-01 5.44E-05 -7.59E-01 5.07E-05
7.92E-05 -7.57E-01 5.39E-05 -7.57E-01 5.03E-05
6.79E-05 -7.56E-01 5.31E-05 -7.56E-01 4.96E-05
6.11E-05 -7.53E-01 5.22E-05 -7.53E-01 4.89E-05
5.63E-05 -7.51E-01 5.14E-05 -7.51E-01 4.83E-05
5.30E-05 -7.49E-01 5.07E-05 -7.49E-01 4.76E-05
5.04E-05 -7.47E-01 4.99E-05 -7.47E-01 4.70E-05
4.81E-05 -7.45E-01 4.91E-05 -7.45E-01 4.64E-05
4.59E-05 -7.43E-01 4.84E-05 -7.43E-01 4.57E-05
4.44E-05 -7.41E-01 4.76E-05 -7.41E-01 4.51E-05
4.33E-05 -7.39E-01 4.69E-05 -7.39E-01 4.45E-05
4.22E-05 -7.37E-01 4.62E-05 -7.37E-01 4.39E-05
4.09E-05 -7.36E-01 4.55E-05 -7.36E-01 4.34E-05
4.02E-05 -7.34E-01 4.48E-05 -7.34E-01 4.28E-05
3.93E-05 -7.31E-01 4.41E-05 -7.31E-01 4.22E-05
3.84E-05 -7.29E-01 4.34E-05 -7.29E-01 4.16E-05
3.76E-05 -7.27E-01 4.27E-05 -7.27E-01 4.10E-05
3.70E-05 -7.25E-01 4.21E-05 -7.25E-01 4.05E-05
3.63E-05 -7.23E-01 4.14E-05 -7.23E-01 3.99E-05
3.58E-05 -7.21E-01 4.08E-05 -7.21E-01 3.94E-05
3.53E-05 -7.20E-01 4.02E-05 -7.20E-01 3.89E-05
3.49E-05 -7.17E-01 3.96E-05 -7.17E-01 3.83E-05
3.44E-05 -7.15E-01 3.90E-05 -7.15E-01 3.78E-05
3.39E-05 -7.13E-01 3.84E-05 -7.13E-01 3.73E-05
3.36E-05 -7.11E-01 3.78E-05 -7.11E-01 3.68E-05
3.33E-05 -7.09E-01 3.72E-05 -7.09E-01 3.63E-05
3.30E-05 -7.08E-01 3.66E-05 -7.08E-01 3.58E-05
3.27E-05 -7.05E-01 3.61E-05 -7.05E-01 3.53E-05
3.24E-05 -7.03E-01 3.55E-05 -7.03E-01 3.48E-05
3.24E-05 -7.01E-01 3.50E-05 -7.01E-01 3.44E-05
3.22E-05 -7.00E-01 3.44E-05 -7.00E-01 3.39E-05
3.22E-05 -6.97E-01 3.39E-05 -6.97E-01 3.34E-05
3.19E-05 -6.95E-01 3.34E-05 -6.95E-01 3.30E-05
3.16E-05 -6.94E-01 3.29E-05 -6.94E-01 3.25E-05
3.14E-05 -6.91E-01 3.23E-05 -6.91E-01 3.21E-05
3.13E-05 -6.90E-01 3.19E-05 -6.90E-01 3.16E-05
3.11E-05 -6.88E-01 3.14E-05 -6.88E-01 3.12E-05
3.08E-05 -6.86E-01 3.09E-05 -6.86E-01 3.08E-05
3.06E-05 -6.84E-01 3.04E-05 -6.84E-01 3.03E-05
3.04E-05 -6.82E-01 2.99E-05 -6.82E-01 2.99E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
61
3.01E-05 -6.80E-01 2.95E-05 -6.80E-01 2.95E-05
2.99E-05 -6.78E-01 2.90E-05 -6.78E-01 2.91E-05
2.95E-05 -6.76E-01 2.86E-05 -6.76E-01 2.87E-05
2.92E-05 -6.74E-01 2.81E-05 -6.74E-01 2.83E-05
2.91E-05 -6.72E-01 2.77E-05 -6.72E-01 2.79E-05
2.88E-05 -6.70E-01 2.72E-05 -6.70E-01 2.75E-05
2.83E-05 -6.68E-01 2.68E-05 -6.68E-01 2.71E-05
2.82E-05 -6.66E-01 2.64E-05 -6.66E-01 2.67E-05
2.78E-05 -6.64E-01 2.60E-05 -6.64E-01 2.63E-05
2.75E-05 -6.62E-01 2.55E-05 -6.62E-01 2.60E-05
2.73E-05 -6.60E-01 2.51E-05 -6.60E-01 2.56E-05
2.68E-05 -6.58E-01 2.47E-05 -6.58E-01 2.52E-05
2.66E-05 -6.56E-01 2.43E-05 -6.56E-01 2.48E-05
2.64E-05 -6.54E-01 2.39E-05 -6.54E-01 2.45E-05
2.61E-05 -6.52E-01 2.35E-05 -6.52E-01 2.41E-05
2.59E-05 -6.50E-01 2.32E-05 -6.50E-01 2.37E-05
2.56E-05 -6.48E-01 2.28E-05 -6.48E-01 2.34E-05
2.52E-05 -6.46E-01 2.24E-05 -6.46E-01 2.30E-05
2.49E-05 -6.44E-01 2.20E-05 -6.44E-01 2.27E-05
2.45E-05 -6.42E-01 2.17E-05 -6.42E-01 2.23E-05
2.44E-05 -6.40E-01 2.13E-05 -6.40E-01 2.20E-05
2.39E-05 -6.38E-01 2.09E-05 -6.38E-01 2.16E-05
2.36E-05 -6.36E-01 2.06E-05 -6.36E-01 2.13E-05
2.34E-05 -6.34E-01 2.02E-05 -6.34E-01 2.10E-05
2.30E-05 -6.32E-01 1.99E-05 -6.32E-01 2.06E-05
2.27E-05 -6.30E-01 1.95E-05 -6.30E-01 2.03E-05
2.23E-05 -6.28E-01 1.92E-05 -6.28E-01 2.00E-05
2.19E-05 -6.26E-01 1.89E-05 -6.26E-01 1.96E-05
2.18E-05 -6.24E-01 1.85E-05 -6.24E-01 1.93E-05
2.13E-05 -6.22E-01 1.82E-05 -6.22E-01 1.90E-05
2.09E-05 -6.20E-01 1.79E-05 -6.20E-01 1.86E-05
2.05E-05 -6.18E-01 1.75E-05 -6.18E-01 1.83E-05
2.01E-05 -6.16E-01 1.72E-05 -6.16E-01 1.80E-05
2.01E-05 -6.14E-01 1.69E-05 -6.14E-01 1.77E-05
1.98E-05 -6.12E-01 1.66E-05 -6.12E-01 1.73E-05
1.95E-05 -6.10E-01 1.62E-05 -6.10E-01 1.70E-05
1.91E-05 -6.08E-01 1.59E-05 -6.08E-01 1.67E-05
1.85E-05 -6.06E-01 1.56E-05 -6.06E-01 1.64E-05
1.83E-05 -6.04E-01 1.53E-05 -6.04E-01 1.60E-05
1.80E-05 -6.02E-01 1.49E-05 -6.02E-01 1.57E-05
1.76E-05 -6.00E-01 1.46E-05 -6.00E-01 1.54E-05
1.72E-05 -5.98E-01 1.43E-05 -5.98E-01 1.50E-05
1.66E-05 -5.96E-01 1.40E-05 -5.96E-01 1.47E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
62
1.61E-05 -5.94E-01 1.37E-05 -5.94E-01 1.44E-05
1.59E-05 -5.92E-01 1.33E-05 -5.92E-01 1.40E-05
1.55E-05 -5.90E-01 1.30E-05 -5.90E-01 1.37E-05
1.51E-05 -5.88E-01 1.27E-05 -5.88E-01 1.34E-05
1.45E-05 -5.86E-01 1.24E-05 -5.86E-01 1.30E-05
1.38E-05 -5.84E-01 1.20E-05 -5.84E-01 1.27E-05
1.37E-05 -5.82E-01 1.17E-05 -5.82E-01 1.23E-05
1.34E-05 -5.80E-01 1.14E-05 -5.80E-01 1.20E-05
1.30E-05 -5.78E-01 1.10E-05 -5.78E-01 1.16E-05
1.24E-05 -5.76E-01 1.07E-05 -5.76E-01 1.12E-05
1.18E-05 -5.74E-01 1.03E-05 -5.74E-01 1.09E-05
1.17E-05 -5.72E-01 9.99E-06 -5.72E-01 1.05E-05
1.12E-05 -5.70E-01 9.63E-06 -5.70E-01 1.01E-05
1.06E-05 -5.68E-01 9.27E-06 -5.68E-01 9.73E-06
1.02E-05 -5.66E-01 8.92E-06 -5.66E-01 9.36E-06
9.97E-06 -5.64E-01 8.53E-06 -5.64E-01 8.94E-06
9.32E-06 -5.62E-01 8.15E-06 -5.62E-01 8.54E-06
8.76E-06 -5.60E-01 7.76E-06 -5.60E-01 8.12E-06
8.03E-06 -5.58E-01 7.38E-06 -5.58E-01 7.72E-06
7.86E-06 -5.56E-01 6.96E-06 -5.56E-01 7.27E-06
7.65E-06 -5.54E-01 6.54E-06 -5.54E-01 6.83E-06
7.16E-06 -5.52E-01 6.16E-06 -5.52E-01 6.42E-06
6.44E-06 -5.50E-01 5.70E-06 -5.50E-01 5.93E-06
5.71E-06 -5.48E-01 5.23E-06 -5.48E-01 5.44E-06
5.44E-06 -5.46E-01 4.77E-06 -5.46E-01 4.95E-06
4.88E-06 -5.44E-01 4.30E-06 -5.44E-01 4.45E-06
4.23E-06 -5.42E-01 3.81E-06 -5.42E-01 3.94E-06
3.59E-06 -5.40E-01 3.33E-06 -5.40E-01 3.44E-06
3.15E-06 -5.38E-01 2.78E-06 -5.38E-01 2.87E-06
2.66E-06 -5.36E-01 2.24E-06 -5.36E-01 2.31E-06
1.99E-06 -5.34E-01 1.69E-06 -5.34E-01 1.73E-06
1.39E-06 -5.32E-01 1.14E-06 -5.32E-01 1.17E-06
6.01E-07 -5.30E-01 5.43E-07 -5.30E-01 5.54E-07
1.06E-07 -5.28E-01 7.59E-08 -5.28E-01 7.88E-08
6.51E-07 -5.26E-01 6.85E-07 -5.26E-01 6.99E-07
9.58E-07 -5.24E-01 1.39E-06 -5.24E-01 1.41E-06
1.62E-06 -5.22E-01 2.08E-06 -5.22E-01 2.11E-06
1.97E-06 -5.20E-01 2.80E-06 -5.20E-01 2.83E-06
2.61E-06 -5.18E-01 3.55E-06 -5.18E-01 3.58E-06
3.15E-06 -5.16E-01 4.33E-06 -5.16E-01 4.35E-06
3.99E-06 -5.14E-01 5.11E-06 -5.14E-01 5.12E-06
4.71E-06 -5.12E-01 5.95E-06 -5.12E-01 5.95E-06
5.56E-06 -5.10E-01 6.84E-06 -5.10E-01 6.81E-06
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
63
6.34E-06 -5.08E-01 7.76E-06 -5.08E-01 7.71E-06
7.13E-06 -5.06E-01 8.73E-06 -5.06E-01 8.64E-06
7.87E-06 -5.04E-01 9.74E-06 -5.04E-01 9.60E-06
8.94E-06 -5.02E-01 1.08E-05 -5.02E-01 1.06E-05
9.83E-06 -5.00E-01 1.19E-05 -5.00E-01 1.17E-05
1.08E-05 -4.98E-01 1.31E-05 -4.98E-01 1.27E-05
1.16E-05 -4.96E-01 1.43E-05 -4.96E-01 1.39E-05
1.25E-05 -4.94E-01 1.56E-05 -4.94E-01 1.51E-05
1.39E-05 -4.92E-01 1.69E-05 -4.92E-01 1.63E-05
1.55E-05 -4.90E-01 1.83E-05 -4.90E-01 1.76E-05
1.67E-05 -4.88E-01 1.97E-05 -4.88E-01 1.89E-05
1.82E-05 -4.86E-01 2.13E-05 -4.86E-01 2.03E-05
1.94E-05 -4.84E-01 2.29E-05 -4.84E-01 2.18E-05
2.10E-05 -4.82E-01 2.45E-05 -4.82E-01 2.32E-05
2.27E-05 -4.80E-01 2.63E-05 -4.80E-01 2.48E-05
2.45E-05 -4.78E-01 2.82E-05 -4.78E-01 2.64E-05
2.68E-05 -4.76E-01 3.01E-05 -4.76E-01 2.81E-05
2.89E-05 -4.74E-01 3.22E-05 -4.74E-01 2.99E-05
3.09E-05 -4.72E-01 3.43E-05 -4.72E-01 3.18E-05
3.30E-05 -4.70E-01 3.66E-05 -4.70E-01 3.37E-05
3.52E-05 -4.68E-01 3.90E-05 -4.68E-01 3.57E-05
3.82E-05 -4.66E-01 4.15E-05 -4.66E-01 3.78E-05
4.11E-05 -4.64E-01 4.41E-05 -4.64E-01 4.00E-05
4.38E-05 -4.62E-01 4.69E-05 -4.62E-01 4.23E-05
4.72E-05 -4.60E-01 4.96E-05 -4.60E-01 4.46E-05
5.14E-05 -4.58E-01 5.29E-05 -4.58E-01 4.73E-05
5.53E-05 -4.56E-01 5.59E-05 -4.56E-01 4.98E-05
5.95E-05 -4.54E-01 5.95E-05 -4.54E-01 5.26E-05
6.29E-05 -4.52E-01 6.28E-05 -4.52E-01 5.54E-05
6.76E-05 -4.50E-01 6.66E-05 -4.50E-01 5.84E-05
7.32E-05 -4.48E-01 7.07E-05 -4.48E-01 6.17E-05
7.91E-05 -4.46E-01 7.49E-05 -4.46E-01 6.49E-05
8.65E-05 -4.44E-01 7.93E-05 -4.44E-01 6.84E-05
9.36E-05 -4.42E-01 8.39E-05 -4.42E-01 7.19E-05
1.01E-04 -4.40E-01 8.87E-05 -4.40E-01 7.57E-05
1.10E-04 -4.38E-01 9.38E-05 -4.38E-01 7.96E-05
1.20E-04 -4.36E-01 9.92E-05 -4.36E-01 8.37E-05
1.30E-04 -4.34E-01 1.05E-04 -4.34E-01 8.78E-05
1.41E-04 -4.32E-01 1.11E-04 -4.32E-01 9.25E-05
1.53E-04 -4.30E-01 1.17E-04 -4.30E-01 9.72E-05
1.66E-04 -4.28E-01 1.24E-04 -4.28E-01 1.02E-04
1.80E-04 -4.26E-01 1.30E-04 -4.26E-01 1.07E-04
1.96E-04 -4.24E-01 1.38E-04 -4.24E-01 1.13E-04
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
64
2.13E-04 -4.22E-01 1.45E-04 -4.22E-01 1.18E-04
2.32E-04 -4.20E-01 1.54E-04 -4.20E-01 1.24E-04
2.51E-04 -4.18E-01 1.62E-04 -4.18E-01 1.30E-04
2.73E-04 -4.16E-01 1.71E-04 -4.16E-01 1.36E-04
2.98E-04 -4.14E-01 1.81E-04 -4.14E-01 1.43E-04
3.24E-04 -4.12E-01 1.91E-04 -4.12E-01 1.50E-04
3.53E-04 -4.10E-01 2.01E-04 -4.10E-01 1.57E-04
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
65
LAMPIRAN 3. Data tafel 4 ml the rosella dalam excel
CURVE (rossela 4ml.dta) Fit 1 [Tafel]
7.78E-05 -7.71E-01 3.55E-05 -7.71E-01 2.90E-05
5.85E-05 -7.69E-01 3.52E-05 -7.69E-01 2.88E-05
4.93E-05 -7.67E-01 3.48E-05 -7.67E-01 2.86E-05
4.41E-05 -7.65E-01 3.43E-05 -7.65E-01 2.84E-05
4.06E-05 -7.63E-01 3.38E-05 -7.63E-01 2.83E-05
3.80E-05 -7.61E-01 3.34E-05 -7.61E-01 2.81E-05
3.60E-05 -7.59E-01 3.30E-05 -7.59E-01 2.79E-05
3.43E-05 -7.57E-01 3.25E-05 -7.57E-01 2.77E-05
3.27E-05 -7.55E-01 3.21E-05 -7.55E-01 2.75E-05
3.13E-05 -7.53E-01 3.17E-05 -7.53E-01 2.73E-05
3.05E-05 -7.51E-01 3.13E-05 -7.51E-01 2.71E-05
2.95E-05 -7.49E-01 3.09E-05 -7.49E-01 2.69E-05
2.87E-05 -7.47E-01 3.05E-05 -7.47E-01 2.67E-05
2.78E-05 -7.45E-01 3.01E-05 -7.45E-01 2.65E-05
2.72E-05 -7.43E-01 2.97E-05 -7.43E-01 2.63E-05
2.64E-05 -7.41E-01 2.93E-05 -7.41E-01 2.61E-05
2.59E-05 -7.39E-01 2.89E-05 -7.39E-01 2.59E-05
2.53E-05 -7.37E-01 2.86E-05 -7.37E-01 2.57E-05
2.49E-05 -7.35E-01 2.82E-05 -7.35E-01 2.55E-05
2.44E-05 -7.33E-01 2.78E-05 -7.33E-01 2.53E-05
2.39E-05 -7.31E-01 2.74E-05 -7.31E-01 2.51E-05
2.36E-05 -7.29E-01 2.71E-05 -7.29E-01 2.49E-05
2.33E-05 -7.27E-01 2.67E-05 -7.27E-01 2.47E-05
2.31E-05 -7.25E-01 2.64E-05 -7.25E-01 2.45E-05
2.27E-05 -7.23E-01 2.60E-05 -7.23E-01 2.43E-05
2.25E-05 -7.21E-01 2.57E-05 -7.21E-01 2.41E-05
2.21E-05 -7.19E-01 2.53E-05 -7.19E-01 2.39E-05
2.21E-05 -7.17E-01 2.50E-05 -7.17E-01 2.37E-05
2.18E-05 -7.15E-01 2.46E-05 -7.15E-01 2.35E-05
2.16E-05 -7.13E-01 2.43E-05 -7.13E-01 2.33E-05
2.14E-05 -7.11E-01 2.39E-05 -7.11E-01 2.31E-05
2.12E-05 -7.09E-01 2.36E-05 -7.09E-01 2.29E-05
2.10E-05 -7.07E-01 2.33E-05 -7.07E-01 2.27E-05
2.08E-05 -7.05E-01 2.30E-05 -7.05E-01 2.25E-05
2.07E-05 -7.03E-01 2.26E-05 -7.03E-01 2.22E-05
2.04E-05 -7.01E-01 2.23E-05 -7.01E-01 2.20E-05
2.02E-05 -6.99E-01 2.20E-05 -6.99E-01 2.18E-05
2.03E-05 -6.97E-01 2.17E-05 -6.97E-01 2.16E-05
2.01E-05 -6.95E-01 2.14E-05 -6.95E-01 2.14E-05
2.00E-05 -6.93E-01 2.11E-05 -6.93E-01 2.12E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
66
2.00E-05 -6.91E-01 2.08E-05 -6.91E-01 2.09E-05
1.97E-05 -6.89E-01 2.05E-05 -6.89E-01 2.07E-05
1.95E-05 -6.88E-01 2.02E-05 -6.88E-01 2.05E-05
1.93E-05 -6.85E-01 1.99E-05 -6.85E-01 2.03E-05
1.94E-05 -6.83E-01 1.96E-05 -6.83E-01 2.00E-05
1.93E-05 -6.81E-01 1.93E-05 -6.81E-01 1.98E-05
1.92E-05 -6.80E-01 1.90E-05 -6.80E-01 1.96E-05
1.91E-05 -6.77E-01 1.87E-05 -6.77E-01 1.94E-05
1.89E-05 -6.75E-01 1.84E-05 -6.75E-01 1.91E-05
1.88E-05 -6.74E-01 1.81E-05 -6.74E-01 1.89E-05
1.86E-05 -6.71E-01 1.78E-05 -6.71E-01 1.87E-05
1.85E-05 -6.69E-01 1.76E-05 -6.69E-01 1.84E-05
1.84E-05 -6.68E-01 1.73E-05 -6.68E-01 1.82E-05
1.83E-05 -6.66E-01 1.70E-05 -6.66E-01 1.79E-05
1.83E-05 -6.64E-01 1.67E-05 -6.64E-01 1.77E-05
1.81E-05 -6.62E-01 1.65E-05 -6.62E-01 1.75E-05
1.80E-05 -6.60E-01 1.62E-05 -6.60E-01 1.72E-05
1.76E-05 -6.57E-01 1.59E-05 -6.57E-01 1.70E-05
1.74E-05 -6.56E-01 1.56E-05 -6.56E-01 1.67E-05
1.71E-05 -6.53E-01 1.53E-05 -6.53E-01 1.65E-05
1.71E-05 -6.52E-01 1.51E-05 -6.52E-01 1.62E-05
1.68E-05 -6.49E-01 1.48E-05 -6.49E-01 1.59E-05
1.67E-05 -6.48E-01 1.45E-05 -6.48E-01 1.57E-05
1.65E-05 -6.46E-01 1.43E-05 -6.46E-01 1.54E-05
1.62E-05 -6.44E-01 1.40E-05 -6.44E-01 1.52E-05
1.61E-05 -6.42E-01 1.37E-05 -6.42E-01 1.49E-05
1.58E-05 -6.40E-01 1.35E-05 -6.40E-01 1.47E-05
1.56E-05 -6.38E-01 1.32E-05 -6.38E-01 1.44E-05
1.52E-05 -6.36E-01 1.29E-05 -6.36E-01 1.41E-05
1.51E-05 -6.34E-01 1.27E-05 -6.34E-01 1.39E-05
1.48E-05 -6.32E-01 1.24E-05 -6.32E-01 1.36E-05
1.45E-05 -6.30E-01 1.21E-05 -6.30E-01 1.33E-05
1.42E-05 -6.28E-01 1.19E-05 -6.28E-01 1.30E-05
1.38E-05 -6.26E-01 1.16E-05 -6.26E-01 1.27E-05
1.35E-05 -6.24E-01 1.13E-05 -6.24E-01 1.24E-05
1.34E-05 -6.22E-01 1.11E-05 -6.22E-01 1.22E-05
1.32E-05 -6.20E-01 1.08E-05 -6.20E-01 1.19E-05
1.30E-05 -6.18E-01 1.05E-05 -6.18E-01 1.16E-05
1.27E-05 -6.16E-01 1.02E-05 -6.16E-01 1.13E-05
1.23E-05 -6.14E-01 9.96E-06 -6.14E-01 1.10E-05
1.19E-05 -6.12E-01 9.68E-06 -6.12E-01 1.07E-05
1.16E-05 -6.10E-01 9.40E-06 -6.10E-01 1.04E-05
1.14E-05 -6.08E-01 9.12E-06 -6.08E-01 1.01E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
67
1.11E-05 -6.06E-01 8.84E-06 -6.06E-01 9.75E-06
1.07E-05 -6.04E-01 8.56E-06 -6.04E-01 9.44E-06
1.04E-05 -6.02E-01 8.28E-06 -6.02E-01 9.12E-06
1.02E-05 -6.00E-01 7.99E-06 -6.00E-01 8.80E-06
9.91E-06 -5.98E-01 7.70E-06 -5.98E-01 8.48E-06
9.66E-06 -5.96E-01 7.41E-06 -5.96E-01 8.15E-06
9.20E-06 -5.94E-01 7.11E-06 -5.94E-01 7.82E-06
8.73E-06 -5.92E-01 6.81E-06 -5.92E-01 7.48E-06
8.29E-06 -5.90E-01 6.51E-06 -5.90E-01 7.15E-06
8.20E-06 -5.88E-01 6.21E-06 -5.88E-01 6.80E-06
7.67E-06 -5.86E-01 5.90E-06 -5.86E-01 6.46E-06
7.14E-06 -5.84E-01 5.59E-06 -5.84E-01 6.11E-06
6.88E-06 -5.82E-01 5.28E-06 -5.82E-01 5.76E-06
6.55E-06 -5.80E-01 4.96E-06 -5.80E-01 5.40E-06
6.15E-06 -5.78E-01 4.64E-06 -5.78E-01 5.04E-06
5.70E-06 -5.76E-01 4.31E-06 -5.76E-01 4.67E-06
5.25E-06 -5.74E-01 3.98E-06 -5.74E-01 4.31E-06
4.82E-06 -5.72E-01 3.62E-06 -5.72E-01 3.91E-06
4.37E-06 -5.70E-01 3.28E-06 -5.70E-01 3.54E-06
3.87E-06 -5.68E-01 2.95E-06 -5.68E-01 3.17E-06
3.39E-06 -5.66E-01 2.60E-06 -5.66E-01 2.79E-06
2.83E-06 -5.64E-01 2.24E-06 -5.64E-01 2.40E-06
2.36E-06 -5.62E-01 1.88E-06 -5.62E-01 2.00E-06
1.74E-06 -5.60E-01 1.51E-06 -5.60E-01 1.60E-06
1.29E-06 -5.58E-01 1.13E-06 -5.58E-01 1.20E-06
8.79E-07 -5.56E-01 7.46E-07 -5.56E-01 7.88E-07
4.11E-07 -5.54E-01 3.55E-07 -5.54E-01 3.74E-07
5.94E-08 -5.52E-01 4.33E-08 -5.52E-01 4.50E-08
3.01E-07 -5.50E-01 4.29E-07 -5.50E-01 4.48E-07
6.45E-07 -5.48E-01 8.43E-07 -5.48E-01 8.77E-07
1.21E-06 -5.46E-01 1.27E-06 -5.46E-01 1.31E-06
1.71E-06 -5.44E-01 1.72E-06 -5.44E-01 1.77E-06
2.01E-06 -5.42E-01 2.16E-06 -5.42E-01 2.22E-06
2.34E-06 -5.40E-01 2.61E-06 -5.40E-01 2.67E-06
2.80E-06 -5.38E-01 3.05E-06 -5.38E-01 3.10E-06
3.14E-06 -5.36E-01 3.51E-06 -5.36E-01 3.57E-06
3.59E-06 -5.34E-01 3.99E-06 -5.34E-01 4.03E-06
3.99E-06 -5.32E-01 4.49E-06 -5.32E-01 4.51E-06
4.43E-06 -5.30E-01 4.96E-06 -5.30E-01 4.96E-06
4.60E-06 -5.28E-01 5.48E-06 -5.28E-01 5.45E-06
4.96E-06 -5.26E-01 6.00E-06 -5.26E-01 5.94E-06
5.51E-06 -5.24E-01 6.57E-06 -5.24E-01 6.46E-06
5.90E-06 -5.22E-01 7.09E-06 -5.22E-01 6.94E-06
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
68
6.41E-06 -5.20E-01 7.71E-06 -5.20E-01 7.51E-06
6.88E-06 -5.18E-01 8.29E-06 -5.18E-01 8.02E-06
7.20E-06 -5.16E-01 8.89E-06 -5.16E-01 8.55E-06
7.34E-06 -5.14E-01 9.47E-06 -5.14E-01 9.05E-06
7.87E-06 -5.12E-01 1.01E-05 -5.12E-01 9.59E-06
8.23E-06 -5.10E-01 1.07E-05 -5.10E-01 1.01E-05
8.54E-06 -5.08E-01 1.14E-05 -5.08E-01 1.07E-05
9.10E-06 -5.06E-01 1.21E-05 -5.06E-01 1.13E-05
9.88E-06 -5.04E-01 1.28E-05 -5.04E-01 1.18E-05
1.05E-05 -5.02E-01 1.35E-05 -5.02E-01 1.24E-05
1.08E-05 -5.00E-01 1.42E-05 -5.00E-01 1.30E-05
1.16E-05 -4.98E-01 1.50E-05 -4.98E-01 1.36E-05
1.23E-05 -4.96E-01 1.57E-05 -4.96E-01 1.42E-05
1.31E-05 -4.94E-01 1.65E-05 -4.94E-01 1.48E-05
1.41E-05 -4.92E-01 1.73E-05 -4.92E-01 1.54E-05
1.48E-05 -4.90E-01 1.82E-05 -4.90E-01 1.60E-05
1.57E-05 -4.88E-01 1.90E-05 -4.88E-01 1.67E-05
1.67E-05 -4.86E-01 1.99E-05 -4.86E-01 1.73E-05
1.78E-05 -4.84E-01 2.08E-05 -4.84E-01 1.79E-05
1.89E-05 -4.82E-01 2.18E-05 -4.82E-01 1.86E-05
2.02E-05 -4.80E-01 2.27E-05 -4.80E-01 1.93E-05
2.17E-05 -4.78E-01 2.37E-05 -4.78E-01 1.99E-05
2.26E-05 -4.76E-01 2.47E-05 -4.76E-01 2.06E-05
2.42E-05 -4.74E-01 2.57E-05 -4.74E-01 2.13E-05
2.60E-05 -4.72E-01 2.68E-05 -4.72E-01 2.20E-05
2.73E-05 -4.70E-01 2.79E-05 -4.70E-01 2.27E-05
2.95E-05 -4.68E-01 2.91E-05 -4.68E-01 2.35E-05
3.16E-05 -4.66E-01 3.03E-05 -4.66E-01 2.42E-05
3.36E-05 -4.64E-01 3.14E-05 -4.64E-01 2.49E-05
3.62E-05 -4.62E-01 3.28E-05 -4.62E-01 2.57E-05
3.88E-05 -4.60E-01 3.40E-05 -4.60E-01 2.65E-05
4.12E-05 -4.58E-01 3.53E-05 -4.58E-01 2.72E-05
4.41E-05 -4.56E-01 3.67E-05 -4.56E-01 2.80E-05
4.74E-05 -4.54E-01 3.81E-05 -4.54E-01 2.88E-05
5.11E-05 -4.52E-01 3.94E-05 -4.52E-01 2.96E-05
5.49E-05 -4.50E-01 4.09E-05 -4.50E-01 3.04E-05
5.87E-05 -4.48E-01 4.25E-05 -4.48E-01 3.13E-05
6.28E-05 -4.46E-01 4.41E-05 -4.46E-01 3.22E-05
6.77E-05 -4.44E-01 4.58E-05 -4.44E-01 3.31E-05
7.29E-05 -4.42E-01 4.74E-05 -4.42E-01 3.39E-05
7.79E-05 -4.40E-01 4.92E-05 -4.40E-01 3.48E-05
8.34E-05 -4.38E-01 5.10E-05 -4.38E-01 3.57E-05
8.96E-05 -4.36E-01 5.29E-05 -4.36E-01 3.67E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
69
9.60E-05 -4.34E-01 5.47E-05 -4.34E-01 3.75E-05
1.03E-04 -4.32E-01 5.67E-05 -4.32E-01 3.85E-05
1.11E-04 -4.30E-01 5.87E-05 -4.30E-01 3.94E-05
1.18E-04 -4.28E-01 6.08E-05 -4.28E-01 4.04E-05
1.27E-04 -4.26E-01 6.29E-05 -4.26E-01 4.14E-05
1.36E-04 -4.24E-01 6.51E-05 -4.24E-01 4.24E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
70
LAMPIRAN 4. Data tafel 6 ml the rosella dalam excel
CURVE (rossela 6ml.dta) Fit 1 [Tafel]
7.60E-05 -8.28E-01 3.06E-05 -8.28E-01 3.10E-05
6.02E-05 -8.26E-01 3.05E-05 -8.26E-01 3.09E-05
5.20E-05 -8.24E-01 3.04E-05 -8.24E-01 3.08E-05
4.70E-05 -8.22E-01 3.03E-05 -8.22E-01 3.07E-05
4.35E-05 -8.20E-01 3.02E-05 -8.20E-01 3.06E-05
4.09E-05 -8.19E-01 3.01E-05 -8.19E-01 3.04E-05
3.89E-05 -8.16E-01 2.99E-05 -8.16E-01 3.03E-05
3.71E-05 -8.14E-01 2.98E-05 -8.14E-01 3.02E-05
3.55E-05 -8.12E-01 2.97E-05 -8.12E-01 3.01E-05
3.44E-05 -8.10E-01 2.96E-05 -8.10E-01 2.99E-05
3.35E-05 -8.09E-01 2.95E-05 -8.09E-01 2.98E-05
3.27E-05 -8.07E-01 2.94E-05 -8.07E-01 2.97E-05
3.18E-05 -8.04E-01 2.93E-05 -8.04E-01 2.96E-05
3.11E-05 -8.02E-01 2.91E-05 -8.02E-01 2.95E-05
3.04E-05 -8.00E-01 2.90E-05 -8.00E-01 2.93E-05
2.99E-05 -7.99E-01 2.89E-05 -7.99E-01 2.92E-05
2.94E-05 -7.97E-01 2.88E-05 -7.97E-01 2.91E-05
2.89E-05 -7.94E-01 2.87E-05 -7.94E-01 2.90E-05
2.85E-05 -7.93E-01 2.86E-05 -7.93E-01 2.88E-05
2.80E-05 -7.90E-01 2.84E-05 -7.90E-01 2.87E-05
2.77E-05 -7.89E-01 2.83E-05 -7.89E-01 2.86E-05
2.74E-05 -7.86E-01 2.82E-05 -7.86E-01 2.85E-05
2.71E-05 -7.84E-01 2.81E-05 -7.84E-01 2.83E-05
2.67E-05 -7.82E-01 2.80E-05 -7.82E-01 2.82E-05
2.64E-05 -7.80E-01 2.79E-05 -7.80E-01 2.81E-05
2.65E-05 -7.78E-01 2.77E-05 -7.78E-01 2.79E-05
2.62E-05 -7.76E-01 2.76E-05 -7.76E-01 2.78E-05
2.61E-05 -7.75E-01 2.75E-05 -7.75E-01 2.77E-05
2.57E-05 -7.73E-01 2.74E-05 -7.73E-01 2.76E-05
2.55E-05 -7.71E-01 2.73E-05 -7.71E-01 2.74E-05
2.52E-05 -7.68E-01 2.71E-05 -7.68E-01 2.73E-05
2.49E-05 -7.67E-01 2.70E-05 -7.67E-01 2.72E-05
2.47E-05 -7.65E-01 2.69E-05 -7.65E-01 2.71E-05
2.46E-05 -7.63E-01 2.68E-05 -7.63E-01 2.69E-05
2.43E-05 -7.61E-01 2.66E-05 -7.61E-01 2.68E-05
2.41E-05 -7.59E-01 2.65E-05 -7.59E-01 2.66E-05
2.38E-05 -7.56E-01 2.64E-05 -7.56E-01 2.65E-05
2.36E-05 -7.55E-01 2.62E-05 -7.55E-01 2.64E-05
2.35E-05 -7.52E-01 2.61E-05 -7.52E-01 2.62E-05
2.35E-05 -7.51E-01 2.60E-05 -7.51E-01 2.61E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
71
2.33E-05 -7.49E-01 2.58E-05 -7.49E-01 2.59E-05
2.31E-05 -7.46E-01 2.57E-05 -7.46E-01 2.58E-05
2.28E-05 -7.45E-01 2.56E-05 -7.45E-01 2.57E-05
2.27E-05 -7.43E-01 2.54E-05 -7.43E-01 2.55E-05
2.25E-05 -7.41E-01 2.53E-05 -7.41E-01 2.54E-05
2.24E-05 -7.39E-01 2.51E-05 -7.39E-01 2.52E-05
2.22E-05 -7.37E-01 2.50E-05 -7.37E-01 2.51E-05
2.22E-05 -7.35E-01 2.48E-05 -7.35E-01 2.49E-05
2.21E-05 -7.33E-01 2.47E-05 -7.33E-01 2.47E-05
2.19E-05 -7.31E-01 2.45E-05 -7.31E-01 2.46E-05
2.19E-05 -7.29E-01 2.44E-05 -7.29E-01 2.44E-05
2.19E-05 -7.27E-01 2.42E-05 -7.27E-01 2.42E-05
2.19E-05 -7.25E-01 2.40E-05 -7.25E-01 2.41E-05
2.19E-05 -7.23E-01 2.39E-05 -7.23E-01 2.39E-05
2.20E-05 -7.21E-01 2.37E-05 -7.21E-01 2.37E-05
2.19E-05 -7.19E-01 2.35E-05 -7.19E-01 2.36E-05
2.20E-05 -7.17E-01 2.33E-05 -7.17E-01 2.34E-05
2.19E-05 -7.15E-01 2.32E-05 -7.15E-01 2.32E-05
2.16E-05 -7.13E-01 2.30E-05 -7.13E-01 2.30E-05
2.18E-05 -7.11E-01 2.28E-05 -7.11E-01 2.28E-05
2.16E-05 -7.09E-01 2.26E-05 -7.09E-01 2.26E-05
2.16E-05 -7.07E-01 2.24E-05 -7.07E-01 2.24E-05
2.15E-05 -7.05E-01 2.22E-05 -7.05E-01 2.22E-05
2.13E-05 -7.03E-01 2.19E-05 -7.03E-01 2.19E-05
2.12E-05 -7.01E-01 2.17E-05 -7.01E-01 2.17E-05
2.10E-05 -6.99E-01 2.15E-05 -6.99E-01 2.15E-05
2.09E-05 -6.97E-01 2.13E-05 -6.97E-01 2.13E-05
2.07E-05 -6.95E-01 2.10E-05 -6.95E-01 2.10E-05
2.04E-05 -6.93E-01 2.08E-05 -6.93E-01 2.08E-05
2.02E-05 -6.91E-01 2.05E-05 -6.91E-01 2.05E-05
1.99E-05 -6.89E-01 2.03E-05 -6.89E-01 2.02E-05
1.97E-05 -6.87E-01 2.00E-05 -6.87E-01 2.00E-05
1.95E-05 -6.85E-01 1.97E-05 -6.85E-01 1.97E-05
1.93E-05 -6.83E-01 1.94E-05 -6.83E-01 1.94E-05
1.91E-05 -6.81E-01 1.91E-05 -6.81E-01 1.91E-05
1.88E-05 -6.79E-01 1.88E-05 -6.79E-01 1.88E-05
1.85E-05 -6.77E-01 1.85E-05 -6.77E-01 1.85E-05
1.83E-05 -6.75E-01 1.82E-05 -6.75E-01 1.81E-05
1.80E-05 -6.73E-01 1.78E-05 -6.73E-01 1.78E-05
1.80E-05 -6.71E-01 1.75E-05 -6.71E-01 1.74E-05
1.75E-05 -6.69E-01 1.71E-05 -6.69E-01 1.70E-05
1.71E-05 -6.67E-01 1.67E-05 -6.67E-01 1.66E-05
1.67E-05 -6.65E-01 1.63E-05 -6.65E-01 1.62E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
72
1.64E-05 -6.63E-01 1.59E-05 -6.63E-01 1.58E-05
1.59E-05 -6.61E-01 1.54E-05 -6.61E-01 1.54E-05
1.55E-05 -6.59E-01 1.50E-05 -6.59E-01 1.49E-05
1.52E-05 -6.57E-01 1.45E-05 -6.57E-01 1.45E-05
1.47E-05 -6.55E-01 1.40E-05 -6.55E-01 1.40E-05
1.43E-05 -6.53E-01 1.35E-05 -6.53E-01 1.35E-05
1.37E-05 -6.51E-01 1.30E-05 -6.51E-01 1.29E-05
1.31E-05 -6.49E-01 1.24E-05 -6.49E-01 1.24E-05
1.24E-05 -6.47E-01 1.18E-05 -6.47E-01 1.18E-05
1.18E-05 -6.45E-01 1.12E-05 -6.45E-01 1.12E-05
1.12E-05 -6.43E-01 1.06E-05 -6.43E-01 1.06E-05
1.05E-05 -6.41E-01 9.96E-06 -6.41E-01 9.92E-06
9.91E-06 -6.39E-01 9.27E-06 -6.39E-01 9.24E-06
9.13E-06 -6.37E-01 8.56E-06 -6.37E-01 8.53E-06
8.31E-06 -6.35E-01 7.82E-06 -6.35E-01 7.79E-06
7.42E-06 -6.33E-01 7.04E-06 -6.33E-01 7.01E-06
6.47E-06 -6.31E-01 6.22E-06 -6.31E-01 6.20E-06
5.58E-06 -6.29E-01 5.42E-06 -6.29E-01 5.40E-06
4.67E-06 -6.27E-01 4.48E-06 -6.27E-01 4.47E-06
3.67E-06 -6.25E-01 3.55E-06 -6.25E-01 3.54E-06
2.79E-06 -6.23E-01 2.58E-06 -6.23E-01 2.57E-06
1.77E-06 -6.21E-01 1.62E-06 -6.21E-01 1.61E-06
6.24E-07 -6.19E-01 5.04E-07 -6.19E-01 5.02E-07
6.61E-07 -6.17E-01 5.52E-07 -6.17E-01 5.50E-07
1.82E-06 -6.15E-01 1.71E-06 -6.15E-01 1.71E-06
2.96E-06 -6.13E-01 2.87E-06 -6.13E-01 2.86E-06
4.49E-06 -6.11E-01 4.14E-06 -6.11E-01 4.12E-06
5.94E-06 -6.09E-01 5.47E-06 -6.09E-01 5.45E-06
7.52E-06 -6.07E-01 6.86E-06 -6.07E-01 6.83E-06
9.27E-06 -6.05E-01 8.39E-06 -6.05E-01 8.36E-06
1.08E-05 -6.03E-01 9.92E-06 -6.03E-01 9.89E-06
1.26E-05 -6.01E-01 1.15E-05 -6.01E-01 1.15E-05
1.44E-05 -5.99E-01 1.33E-05 -5.99E-01 1.32E-05
1.64E-05 -5.97E-01 1.50E-05 -5.97E-01 1.49E-05
1.84E-05 -5.95E-01 1.68E-05 -5.95E-01 1.68E-05
2.00E-05 -5.93E-01 1.87E-05 -5.93E-01 1.87E-05
2.22E-05 -5.91E-01 2.07E-05 -5.91E-01 2.06E-05
2.43E-05 -5.89E-01 2.29E-05 -5.89E-01 2.28E-05
2.66E-05 -5.87E-01 2.50E-05 -5.87E-01 2.49E-05
2.92E-05 -5.85E-01 2.73E-05 -5.85E-01 2.73E-05
3.18E-05 -5.83E-01 2.98E-05 -5.83E-01 2.97E-05
3.44E-05 -5.81E-01 3.23E-05 -5.81E-01 3.22E-05
3.73E-05 -5.79E-01 3.50E-05 -5.79E-01 3.49E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
73
4.04E-05 -5.77E-01 3.78E-05 -5.77E-01 3.77E-05
4.34E-05 -5.75E-01 4.08E-05 -5.75E-01 4.07E-05
4.67E-05 -5.73E-01 4.39E-05 -5.73E-01 4.38E-05
4.99E-05 -5.71E-01 4.71E-05 -5.71E-01 4.70E-05
5.32E-05 -5.69E-01 5.05E-05 -5.69E-01 5.04E-05
5.65E-05 -5.67E-01 5.41E-05 -5.67E-01 5.40E-05
6.00E-05 -5.65E-01 5.78E-05 -5.65E-01 5.77E-05
6.36E-05 -5.63E-01 6.18E-05 -5.63E-01 6.17E-05
6.69E-05 -5.61E-01 6.59E-05 -5.61E-01 6.58E-05
7.09E-05 -5.59E-01 7.04E-05 -5.59E-01 7.03E-05
7.55E-05 -5.57E-01 7.50E-05 -5.57E-01 7.49E-05
7.98E-05 -5.55E-01 7.95E-05 -5.55E-01 7.94E-05
8.40E-05 -5.53E-01 8.45E-05 -5.53E-01 8.44E-05
8.84E-05 -5.51E-01 9.00E-05 -5.51E-01 9.00E-05
9.31E-05 -5.49E-01 9.55E-05 -5.49E-01 9.55E-05
9.79E-05 -5.47E-01 1.01E-04 -5.47E-01 1.01E-04
1.03E-04 -5.45E-01 1.07E-04 -5.45E-01 1.07E-04
1.09E-04 -5.43E-01 1.13E-04 -5.43E-01 1.14E-04
1.15E-04 -5.41E-01 1.20E-04 -5.41E-01 1.20E-04
1.21E-04 -5.39E-01 1.27E-04 -5.39E-01 1.27E-04
1.27E-04 -5.37E-01 1.35E-04 -5.37E-01 1.35E-04
1.34E-04 -5.35E-01 1.42E-04 -5.35E-01 1.42E-04
1.41E-04 -5.33E-01 1.50E-04 -5.33E-01 1.51E-04
1.49E-04 -5.31E-01 1.59E-04 -5.31E-01 1.59E-04
1.57E-04 -5.29E-01 1.68E-04 -5.29E-01 1.68E-04
1.66E-04 -5.27E-01 1.77E-04 -5.27E-01 1.77E-04
1.76E-04 -5.25E-01 1.87E-04 -5.25E-01 1.88E-04
1.86E-04 -5.23E-01 1.98E-04 -5.23E-01 1.98E-04
1.97E-04 -5.21E-01 2.08E-04 -5.21E-01 2.09E-04
2.09E-04 -5.19E-01 2.20E-04 -5.19E-01 2.20E-04
2.20E-04 -5.17E-01 2.31E-04 -5.17E-01 2.32E-04
2.33E-04 -5.15E-01 2.44E-04 -5.15E-01 2.45E-04
2.48E-04 -5.13E-01 2.57E-04 -5.13E-01 2.58E-04
2.63E-04 -5.11E-01 2.71E-04 -5.11E-01 2.72E-04
2.80E-04 -5.09E-01 2.85E-04 -5.09E-01 2.86E-04
2.97E-04 -5.07E-01 3.01E-04 -5.07E-01 3.02E-04
3.16E-04 -5.05E-01 3.17E-04 -5.05E-01 3.18E-04
3.36E-04 -5.03E-01 3.33E-04 -5.03E-01 3.35E-04
3.57E-04 -5.01E-01 3.51E-04 -5.01E-01 3.53E-04
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
74
LAMPIRAN 5. Data tafel 8 ml the rosella dalam excel
CURVE (rossela 8ml.dta) Fit 1 [Tafel]
1.49E-04 -9.32E-01 9.75E-05 -9.32E-01 1.08E-04
1.24E-04 -9.31E-01 9.65E-05 -9.31E-01 1.07E-04
1.10E-04 -9.29E-01 9.45E-05 -9.29E-01 1.04E-04
9.98E-05 -9.27E-01 9.26E-05 -9.27E-01 1.02E-04
9.24E-05 -9.25E-01 9.08E-05 -9.25E-01 9.97E-05
8.67E-05 -9.23E-01 8.89E-05 -9.23E-01 9.74E-05
8.22E-05 -9.21E-01 8.71E-05 -9.21E-01 9.52E-05
7.84E-05 -9.19E-01 8.53E-05 -9.19E-01 9.30E-05
7.52E-05 -9.17E-01 8.36E-05 -9.17E-01 9.09E-05
7.25E-05 -9.15E-01 8.19E-05 -9.15E-01 8.88E-05
7.02E-05 -9.13E-01 8.03E-05 -9.13E-01 8.68E-05
6.82E-05 -9.11E-01 7.86E-05 -9.11E-01 8.48E-05
6.64E-05 -9.09E-01 7.70E-05 -9.09E-01 8.29E-05
6.46E-05 -9.07E-01 7.55E-05 -9.07E-01 8.10E-05
6.32E-05 -9.05E-01 7.39E-05 -9.05E-01 7.91E-05
6.19E-05 -9.03E-01 7.24E-05 -9.03E-01 7.73E-05
6.10E-05 -9.01E-01 7.10E-05 -9.01E-01 7.55E-05
5.95E-05 -8.99E-01 6.95E-05 -8.99E-01 7.38E-05
5.85E-05 -8.97E-01 6.81E-05 -8.97E-01 7.21E-05
5.74E-05 -8.95E-01 6.67E-05 -8.95E-01 7.05E-05
5.65E-05 -8.93E-01 6.54E-05 -8.93E-01 6.89E-05
5.55E-05 -8.91E-01 6.41E-05 -8.91E-01 6.73E-05
5.48E-05 -8.89E-01 6.28E-05 -8.89E-01 6.58E-05
5.41E-05 -8.87E-01 6.15E-05 -8.87E-01 6.43E-05
5.34E-05 -8.85E-01 6.02E-05 -8.85E-01 6.28E-05
5.27E-05 -8.83E-01 5.90E-05 -8.83E-01 6.13E-05
5.21E-05 -8.81E-01 5.78E-05 -8.81E-01 6.00E-05
5.15E-05 -8.79E-01 5.66E-05 -8.79E-01 5.86E-05
5.07E-05 -8.77E-01 5.55E-05 -8.77E-01 5.73E-05
5.02E-05 -8.75E-01 5.44E-05 -8.75E-01 5.60E-05
4.97E-05 -8.73E-01 5.33E-05 -8.73E-01 5.47E-05
4.93E-05 -8.71E-01 5.22E-05 -8.71E-01 5.34E-05
4.88E-05 -8.69E-01 5.11E-05 -8.69E-01 5.22E-05
4.83E-05 -8.67E-01 5.01E-05 -8.67E-01 5.10E-05
4.78E-05 -8.65E-01 4.91E-05 -8.65E-01 4.98E-05
4.73E-05 -8.63E-01 4.81E-05 -8.63E-01 4.87E-05
4.69E-05 -8.61E-01 4.71E-05 -8.61E-01 4.76E-05
4.63E-05 -8.59E-01 4.61E-05 -8.59E-01 4.65E-05
4.58E-05 -8.57E-01 4.52E-05 -8.57E-01 4.54E-05
4.53E-05 -8.55E-01 4.43E-05 -8.55E-01 4.44E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
75
4.48E-05 -8.53E-01 4.34E-05 -8.53E-01 4.34E-05
4.44E-05 -8.51E-01 4.25E-05 -8.51E-01 4.24E-05
4.39E-05 -8.49E-01 4.16E-05 -8.49E-01 4.14E-05
4.36E-05 -8.47E-01 4.08E-05 -8.47E-01 4.05E-05
4.33E-05 -8.45E-01 4.00E-05 -8.45E-01 3.96E-05
4.29E-05 -8.43E-01 3.91E-05 -8.43E-01 3.87E-05
4.25E-05 -8.41E-01 3.83E-05 -8.41E-01 3.78E-05
4.21E-05 -8.39E-01 3.76E-05 -8.39E-01 3.69E-05
4.19E-05 -8.37E-01 3.68E-05 -8.37E-01 3.61E-05
4.15E-05 -8.35E-01 3.61E-05 -8.35E-01 3.52E-05
4.10E-05 -8.33E-01 3.53E-05 -8.33E-01 3.44E-05
4.06E-05 -8.31E-01 3.46E-05 -8.31E-01 3.36E-05
4.03E-05 -8.29E-01 3.39E-05 -8.29E-01 3.29E-05
4.00E-05 -8.27E-01 3.32E-05 -8.27E-01 3.21E-05
3.96E-05 -8.25E-01 3.25E-05 -8.25E-01 3.14E-05
3.94E-05 -8.23E-01 3.19E-05 -8.23E-01 3.07E-05
3.91E-05 -8.21E-01 3.12E-05 -8.21E-01 3.00E-05
3.88E-05 -8.19E-01 3.06E-05 -8.19E-01 2.93E-05
3.86E-05 -8.17E-01 2.99E-05 -8.17E-01 2.86E-05
3.82E-05 -8.15E-01 2.93E-05 -8.15E-01 2.80E-05
3.79E-05 -8.13E-01 2.87E-05 -8.13E-01 2.73E-05
3.76E-05 -8.11E-01 2.81E-05 -8.11E-01 2.67E-05
3.74E-05 -8.09E-01 2.75E-05 -8.09E-01 2.61E-05
3.71E-05 -8.07E-01 2.70E-05 -8.07E-01 2.55E-05
3.68E-05 -8.05E-01 2.64E-05 -8.05E-01 2.49E-05
3.64E-05 -8.03E-01 2.59E-05 -8.03E-01 2.43E-05
3.61E-05 -8.01E-01 2.53E-05 -8.01E-01 2.37E-05
3.59E-05 -7.99E-01 2.48E-05 -7.99E-01 2.32E-05
3.56E-05 -7.97E-01 2.42E-05 -7.97E-01 2.27E-05
3.53E-05 -7.95E-01 2.37E-05 -7.95E-01 2.21E-05
3.51E-05 -7.93E-01 2.32E-05 -7.93E-01 2.16E-05
3.49E-05 -7.91E-01 2.27E-05 -7.91E-01 2.11E-05
3.47E-05 -7.89E-01 2.22E-05 -7.89E-01 2.06E-05
3.44E-05 -7.87E-01 2.18E-05 -7.87E-01 2.01E-05
3.40E-05 -7.85E-01 2.13E-05 -7.85E-01 1.96E-05
3.37E-05 -7.83E-01 2.08E-05 -7.83E-01 1.92E-05
3.33E-05 -7.81E-01 2.04E-05 -7.81E-01 1.87E-05
3.30E-05 -7.79E-01 1.99E-05 -7.79E-01 1.83E-05
3.26E-05 -7.77E-01 1.95E-05 -7.77E-01 1.78E-05
3.22E-05 -7.75E-01 1.90E-05 -7.75E-01 1.74E-05
3.19E-05 -7.73E-01 1.86E-05 -7.73E-01 1.70E-05
3.14E-05 -7.71E-01 1.81E-05 -7.71E-01 1.65E-05
3.11E-05 -7.69E-01 1.77E-05 -7.69E-01 1.61E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
76
3.07E-05 -7.67E-01 1.73E-05 -7.67E-01 1.57E-05
3.06E-05 -7.65E-01 1.69E-05 -7.65E-01 1.53E-05
2.99E-05 -7.63E-01 1.64E-05 -7.63E-01 1.49E-05
2.94E-05 -7.61E-01 1.60E-05 -7.61E-01 1.45E-05
2.89E-05 -7.59E-01 1.56E-05 -7.59E-01 1.41E-05
2.84E-05 -7.57E-01 1.52E-05 -7.57E-01 1.38E-05
2.81E-05 -7.55E-01 1.47E-05 -7.55E-01 1.34E-05
2.76E-05 -7.53E-01 1.43E-05 -7.53E-01 1.30E-05
2.70E-05 -7.51E-01 1.39E-05 -7.51E-01 1.26E-05
2.64E-05 -7.49E-01 1.35E-05 -7.49E-01 1.22E-05
2.59E-05 -7.47E-01 1.30E-05 -7.47E-01 1.18E-05
2.53E-05 -7.45E-01 1.26E-05 -7.45E-01 1.14E-05
2.47E-05 -7.43E-01 1.22E-05 -7.43E-01 1.11E-05
2.41E-05 -7.41E-01 1.17E-05 -7.41E-01 1.07E-05
2.35E-05 -7.39E-01 1.13E-05 -7.39E-01 1.03E-05
2.28E-05 -7.37E-01 1.08E-05 -7.37E-01 9.85E-06
2.20E-05 -7.35E-01 1.03E-05 -7.35E-01 9.44E-06
2.11E-05 -7.33E-01 9.84E-06 -7.33E-01 9.01E-06
2.03E-05 -7.31E-01 9.37E-06 -7.31E-01 8.60E-06
1.93E-05 -7.29E-01 8.80E-06 -7.29E-01 8.10E-06
1.84E-05 -7.27E-01 8.30E-06 -7.27E-01 7.66E-06
1.75E-05 -7.25E-01 7.78E-06 -7.25E-01 7.20E-06
1.64E-05 -7.23E-01 7.21E-06 -7.23E-01 6.70E-06
1.53E-05 -7.21E-01 6.62E-06 -7.21E-01 6.17E-06
1.41E-05 -7.19E-01 5.97E-06 -7.19E-01 5.59E-06
1.27E-05 -7.17E-01 5.36E-06 -7.17E-01 5.04E-06
1.12E-05 -7.15E-01 4.69E-06 -7.15E-01 4.43E-06
9.75E-06 -7.13E-01 3.98E-06 -7.13E-01 3.78E-06
8.12E-06 -7.11E-01 3.23E-06 -7.11E-01 3.09E-06
6.32E-06 -7.09E-01 2.45E-06 -7.09E-01 2.35E-06
4.38E-06 -7.07E-01 1.62E-06 -7.07E-01 1.57E-06
2.10E-06 -7.05E-01 7.42E-07 -7.05E-01 7.24E-07
1.42E-07 -7.03E-01 2.37E-07 -7.03E-01 2.29E-07
8.11E-07 -7.11E-01 3.04E-06 -7.11E-01 2.91E-06
5.09E-06 -6.99E-01 2.18E-06 -6.99E-01 2.16E-06
7.90E-06 -6.97E-01 3.24E-06 -6.97E-01 3.23E-06
1.14E-05 -6.95E-01 4.55E-06 -6.95E-01 4.58E-06
1.49E-05 -6.93E-01 5.82E-06 -6.93E-01 5.92E-06
1.82E-05 -6.91E-01 7.19E-06 -6.91E-01 7.37E-06
2.20E-05 -6.89E-01 8.65E-06 -6.89E-01 8.95E-06
2.60E-05 -6.87E-01 1.02E-05 -6.87E-01 1.07E-05
3.00E-05 -6.85E-01 1.19E-05 -6.85E-01 1.26E-05
3.41E-05 -6.83E-01 1.37E-05 -6.83E-01 1.46E-05
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
77
3.85E-05 -6.81E-01 1.55E-05 -6.81E-01 1.67E-05
4.37E-05 -6.79E-01 1.77E-05 -6.79E-01 1.93E-05
4.90E-05 -6.77E-01 1.99E-05 -6.77E-01 2.19E-05
5.42E-05 -6.75E-01 2.23E-05 -6.75E-01 2.48E-05
5.97E-05 -6.73E-01 2.47E-05 -6.73E-01 2.78E-05
6.57E-05 -6.71E-01 2.75E-05 -6.71E-01 3.13E-05
7.18E-05 -6.69E-01 3.05E-05 -6.69E-01 3.52E-05
7.91E-05 -6.67E-01 3.41E-05 -6.67E-01 3.98E-05
8.58E-05 -6.65E-01 3.76E-05 -6.65E-01 4.45E-05
9.20E-05 -6.63E-01 4.14E-05 -6.63E-01 4.96E-05
9.87E-05 -6.61E-01 4.55E-05 -6.61E-01 5.53E-05
1.06E-04 -6.59E-01 4.98E-05 -6.59E-01 6.12E-05
1.14E-04 -6.57E-01 5.48E-05 -6.57E-01 6.83E-05
1.23E-04 -6.55E-01 6.00E-05 -6.55E-01 7.58E-05
1.32E-04 -6.53E-01 6.53E-05 -6.53E-01 8.36E-05
1.40E-04 -6.51E-01 7.14E-05 -6.51E-01 9.26E-05
1.49E-04 -6.49E-01 7.82E-05 -6.49E-01 1.03E-04
1.59E-04 -6.47E-01 8.50E-05 -6.47E-01 1.14E-04
1.69E-04 -6.45E-01 9.27E-05 -6.45E-01 1.26E-04
1.79E-04 -6.43E-01 1.01E-04 -6.43E-01 1.40E-04
1.90E-04 -6.41E-01 1.10E-04 -6.41E-01 1.53E-04
2.00E-04 -6.39E-01 1.20E-04 -6.39E-01 1.70E-04
2.08E-04 -6.37E-01 1.30E-04 -6.37E-01 1.87E-04
2.19E-04 -6.35E-01 1.42E-04 -6.35E-01 2.07E-04
2.31E-04 -6.33E-01 1.54E-04 -6.33E-01 2.28E-04
2.43E-04 -6.31E-01 1.67E-04 -6.31E-01 2.51E-04
2.54E-04 -6.29E-01 1.82E-04 -6.29E-01 2.77E-04
2.66E-04 -6.27E-01 1.97E-04 -6.27E-01 3.06E-04
2.79E-04 -6.25E-01 2.13E-04 -6.25E-01 3.36E-04
2.93E-04 -6.23E-01 2.33E-04 -6.23E-01 3.72E-04
3.06E-04 -6.21E-01 2.52E-04 -6.21E-01 4.08E-04
3.19E-04 -6.19E-01 2.73E-04 -6.19E-01 4.50E-04
3.32E-04 -6.17E-01 2.98E-04 -6.17E-01 4.99E-04
3.47E-04 -6.15E-01 3.23E-04 -6.15E-01 5.49E-04
3.62E-04 -6.13E-01 3.49E-04 -6.13E-01 6.03E-04
3.77E-04 -6.11E-01 3.80E-04 -6.11E-01 6.67E-04
3.93E-04 -6.09E-01 4.12E-04 -6.09E-01 7.36E-04
4.09E-04 -6.07E-01 4.45E-04 -6.07E-01 8.07E-04
4.25E-04 -6.05E-01 4.85E-04 -6.05E-01 8.93E-04
4.41E-04 -6.03E-01 5.24E-04 -6.03E-01 9.79E-04
4.56E-04 -6.01E-01 5.68E-04 -6.01E-01 1.08E-03
4.72E-04 -5.99E-01 6.18E-04 -5.99E-01 1.20E-03
4.89E-04 -5.97E-01 6.68E-04 -5.97E-01 1.31E-03
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
78
5.08E-04 -5.95E-01 7.24E-04 -5.95E-01 1.44E-03
5.28E-04 -5.93E-01 7.85E-04 -5.93E-01 1.59E-03
5.47E-04 -5.91E-01 8.51E-04 -5.91E-01 1.75E-03
Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011