UJI KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA PADA
AIR SUMUR DI LINGKUNGAN DESA SEI SEMAYANG
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN
DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh:
ANDRI RISMAN D
1701012085
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
UJI KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA PADA
AIR SUMUR DI LINGKUNGAN DESA SEI SEMAYANG
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN
DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Farmasi Dan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm)
Oleh:
ANDRI RISMAN D
1701012085
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah Di Uji Pada Tanggal : 01 Oktober 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Suprianto, S.Si., M.Si., Apt.,
Anggota : 1. Ririyen Dessy Natalia Siahaan, S.Farm., M.Si., Apt.,
2. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Andri Risman D
Tempat/Tanggal Lahir : P. Brayan, 30 November 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katholik
Anak ke : 1 (Satu)
Alamat : Jl. Binjai Km.13,1 Gg.Horas No. 93 D, Desa Sei
Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli
Serdang 20351
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Jarisman Damanik
Pekerjaan : Bertani
Nama Ibu : Nurlia Manalu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Binjai Km.13,1 Gg.Horas No. 93 D, Desa Sei
Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli
Serdang 20351
Riwayat Pendidikan
Tahun 1999-2005 : SD Swasta Katolik Diski Don Bosco
Tahun 2005-2008 : SMP Swasta St. Thomas 2 Binjai Don Bosco
Tahun 2008-2011 : SMA Swasta St. Thomas 4 Binjai Don Bosco
Tahun 2013-2016 : D3 Analis Farmasi dan Makanan USU
Tahun 2017-2019 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
i
ABSTRAK
UJI KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA PADA
AIR SUMUR DI LINGKUNGAN DESA SEI SEMAYANG
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN
DELI SERDANG
ANDRI RISMAN D
1701012085
Program Studi Sarjana Farmasi
Peneliti memperkirakan bahwa air sumur di Lingkungan Desa Sei
Semayang kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang telah tercemar oleh limbah
klorida dan air sadah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui air sumur di
Lingkungan Desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang
apakah mengandung klorida dan sebagai air sadah.
Metode penelitian secara deskripsi yaitu pemeriksaan kadar klorida dan
kesadahan total yang dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan metode titrasi
Kompleksometri dan Argentometri.
Hasil penelitian menunjukkan kelima sampel air sumur dari desa Sei
Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang memenuhi persyaratan
sebagai air yang layak konsumsi dimana kadar klorida 23,82 mg/L – 42,83 mg/L,
kesadahan total 101,2 mg/L – 154,4 mg/L, kalsium 35,20 mg/L – 44,64 mg/L dan
magnesium 59,60 mg/L – 119,20 mg/L.
Kesimpulan penelitian ini bahwa kelima sampel air sumur memenuhi
persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 dimana kadar kesadahan total tidak lebih dari 500
mg/L, kadar klorida tidak lebih dari 250 mg/L, kadar kalsium tidak lebih dari 200
mg/L dan kadar magnesium tidak lebih dari 150 mg/L.
Kata kunci : Kesadahan Total, Klorida dan Air Sumur
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun Skripsi ini berjudul “Uji Kesadahan Total dan Kadar Klorida
Pada Air Sumur di Lingkungan Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang”. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah member bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya dan pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., M.Sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Drs. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes., selaku wakil Rektor Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
5. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
7. Suprianto, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
8. Ririyen Dessy Natalia Siahaan, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen
Pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
iv
9. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt selaku Dosen Penguji yang
telah menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan saran, kritik dan
arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh Staf Dosen dan Para Pegawai tata usaha S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
11. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda dan Ibunda serta saudara – saudara
tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat dan
doa kepada penulis.
12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 Farmasi yang telah
meluangkan waktunya dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan Skripsi ini dan demi peningkatan mutu penulisan Skripsi di
masa yang akan datang.
Akhir kata penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.Amin.
Medan, 01 Oktober 2019
Penulis,
Andri Risman D
NIM 1701012085
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1 Pengertian Air ................................................................................ 6
2.2 Air Tanah dan Air Permukaan ....................................................... 7
2.3 Sifat-Sifat Umum Air ..................................................................... 8
2.3.1 Sifat Fisik .............................................................................. 8
2.3.2 Sifat Kimia ............................................................................ 8
2.4 Sumber Air ..................................................................................... 9
2.5 Fungsi Air ...................................................................................... 10
2.6 Kualitas Air .................................................................................... 10
2.7 Pencemaran Air .............................................................................. 12
2.8 Pengolahan Air .............................................................................. 13
2.9 Pengaruh Air terhadap Kesehatan .................................................. 13
2.10 Titrimetri ........................................................................................ 15
2.11 Pengertian Klorida (Cl-) ................................................................. 15
2.12 Titrasi Argentometri....................................................................... 16
2.13 Pengertian Magnesiun (Mg2+
) ........................................................ 19
2.14 Pengertian Kalsium (Ca2+
) ............................................................. 19
2.15 Air Sadah ........................................................................................ 20
2.16 Penyebab Kesadahan Air Tanah .................................................... 21
2.17 Dampak Air Sadah ......................................................................... 21
2.18 Titrasi Kompleksometri ................................................................. 22
vi
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 23
3.2 Tempat, Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................... 23
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................. 23
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 23
3.2.3 Lokasi Pengambilan Sampel ................................................ 23
3.3 Alat ................................................................................................. 24
3.4 Bahan ............................................................................................. 24
3.5 Pengambilan Sampel ...................................................................... 25
3.6 Pembuatan Pereaksi ....................................................................... 25
3.6.1 Pembuatan Indikator Eriochrome Black T (EBT) .............. 25
3.6.2 Pembuatan Indikator Mureksid .......................................... 25
3.6.3 Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N .......................... 25
3.6.4 Larutan Penyangga pH ± 0,1 (pH 9,9 – 10,1)..................... 26
3.6.5 Lar. Standar Kalsium Karbonat (CaCO3) 0,01 M .............. 26
3.6.6 Standarisasi Larutan. Na2EDTA ± 0,01 M ......................... 27
3.6.7 Larutan Indikator Kalium Kromat ...................................... 27
3.6.8 Larutan Natrium Klorida (NaCl) 0,0141 N ........................ 28
3.6.9 Larutanbaku Perak Nitrat (AgNO3) 0,0141 N .................... 28
3.6.10 Standarisasi Larutan Perak Nitrat (AgNO3) ....................... 28
3.7 Prosedur Pengujian Klorida ........................................................... 29
3.8 Perhitungan Klorida ....................................................................... 29
3.9 Prosedur Pengujian Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
) ..................... 29
3.10 Perhitungan Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
) .................................. 30
3.11 Prosedur Pengujian Kalsium (Ca2+
) ............................................... 30
3.12 Perhitungan Kadar Kalsium (Ca2+
) ................................................ 30
3.13 Perhitungan Kadar Magnesium (Mg2+
).......................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31
4.1 Hasil ............................................................................................... 31
4.1.1 Hasil Penelitian Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
)
........................................................................................... 31
4.1.2 Hasil Penelitian Kalsium (Ca2+
) ....................................... 32
4.1.3 Hasil Penelitian Magnesium (Mg2+
) ................................. 32
4.1.4 Hasil Penelitian Klorida (Cl-) ........................................... 32
4.2 Pembahasan .................................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 37
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 37
5.2 Saran ............................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................ 5
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sampel Air Sumur dan Lokasi Penelitian ............................... 40
Lampiran 2. Sampel dan Bahan (Uji Kesadahan) di Laboratorium
BTKLPP .................................................................................. 43
Lampiran 3. Sampel dan Bahan (Uji Klorida) di Laboratorium BTKLPP .. 47
Lampiran 4. Sampel dan Bahan Pengujian Kalsium di Laboratorium PTKI
.................................................................................................. 50
Lampiran 5. Perhitungan Kadar Sampel ...................................................... 53
Lampiran 6. Persyaratan Air Sumur sebagai Air Minum sesuai Permenkes 55
Lampiran 7. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ..................................... 56
Lampiran 8. Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 1 ........................... 57
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 2 ........................... 58
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ke PTKI Medan ...................................... 59
Lampiran 11. Surat Balasan Izin Penelitian dari PTKI Medan ...................... 60
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian ke BTKLPP Medan ................................ 61
Lampiran 13. Surat Balasan Izin Penelitian dari BTKLPP Medan ................ 62
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1 .............................. 63
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2 .............................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah materi esensial, merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia, sehingga jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun
kualitas belum tercukupi dapat memberikan dampak yang besar terhadap
kerawanan kesehatan maupun sosial. Secara nasional jumlahnya masih belum
mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil (1).
Air sumur adalah air tanah yang terdapat di atas lapisan kedap air pertama,
biasanya terletak tidak terlalu dalam di bawah permukaan tanah. Air tanah yang
terjadi karena ada daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air bersih
untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh
Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan (2).
Klorida pada air sumur biasanya berasal dari sumber-sumber pencemaran
seperti limbah dan kegiatan industri. Unsur ini dalam jumlah kecil dibutuhkan
untuk desinfektan. Pada pembuatan kompos, klorin sebagai agen pengoksidasi
mampu memecah lipida yang membentuk dinding sel dari bakteri dekomposer
dan bereaksi dengan enzim intraseluler kemudian membuatnya tidak dapat
bertahan hidup. Peningkatan konsentrasi klorida dapat meningkatkan laju korosi
logam-logam pada pipa distribusi. Bila berikatan dengan ion natrium dapat
menyebabkan rasa asin pada air minum. Efek negatif dari klorida terhadap
kesehatan adalah dapat merusak jaringan tubuh, menyebabkan hipertensi,
membunuh bakteri baik yang ada di dalam tubuh apabila kadarnya melebihi batas
2
yang telah ditetapkan dan membunuh bakteri dekomposer pada proses pembuatan
pupuk kompos (3).
Penentuan kadar klorida pada penelitian ini menggunakan titrasi
Argentometri metode Mohr karena metode tersebut memiliki keakuratan dan
ketelitian yang tinggi, serta mudah dan cepat dilakukan. Syarat air bersih yang
digunakan sebagai air minum harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010 yaitu batasan maksimum klorida tidak
boleh lebih dari 250 mg/L (4).
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+
dan Mg2+
yang dapat ditentukan
melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dengan indikator yang peka terhadap
kation-kation tersebut seperti EBT. Air yang mempunyai derajat kesadahan
rendah disebut air lunak, sebaliknya apabila derajat kesadahan tinggi disebut air
sadah. Dengan naiknya pH akibat lepasnya CO2 kefasa gas, maka akan terjadi
suatu reaksi kesetimbangan pembentukkan kerak CaCO3. Air sadah yang
dikonsumsi oleh masyarakat untuk di minum dapat menyebabkan masyarakat
terkena penyakit kencing batu yang diakibatkan oleh terbentuknya batu pada
saluran kemih (5).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010
jelas disebutkan bahwa salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam kualitas air
minum dengan parameter kimia adalah kesadahan. Kadar kesadahan maksimum
yang diperbolehkan pada air minum adalah 500 mg/L, kalsium 200 mg/L dan
magnesium 150 mg/L (6).
3
Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo merupakan daerah yang cukup dekat
dengan sumber lumpur Lapindo. Pelepasan lumpur ke perairan akan
menyebabkan kematian hewan air dan berakibat serius bagi manusia yang
bergantung pada perairan tersebut. Setelah dilakukan pengujian diperoleh 4 dari
10 daerah yang mengandung kesadahan yang cukup tinggi yaitu sebesar 876
mg/L, 760 mg/L, 560 mg/L dan 520 mg/L dan 5 dari 10 daerah yang mengandung
klorida yang cukup tinggi yaitu sebesar 519 mg/L, 518 mg/L, 268 mg/L, 310
mg/L dan 286 mg/L (7).
Peneliti memperkirakan bahwa air sumur yang berada di Lingkungan Desa
Sei Semayang kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang telah tercemar oleh
limbah klorida dan air sadah. Untuk itu, peneliti melakukan suatu pengujian
klorida dan air sadah pada daerah tersebut. Titik pengambilan sampel yaitu 1
sampel air sumur warga yang berada di sekitar pabrik bola lampu (Jalan Harapan),
1 sampel air sumur warga di sekitar pabrik plastik (Jalan Harapan), 1 sampel air
sumur warga di sekitar pabrik pipa paralon 1 (Jalan Sentosa), 1 sampel air sumur
warga di sekitar pabrik pipa paralon 2 (Jalan Sentosa) dan 1 sampel air sumur
warga di sekitar pabrik piring plastik (Jalan Horas).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dari penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah air sumur yang berada di Lingkungan Desa Sei Semayang,
kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang mengandung klorida, dan
sebagai air sadah ?
4
b. Apakah air sumur di Desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten
Deli Serdang memenuhi persyaratan PERMENKES No.
492/MENKES/PER/IV/2010 setelah dilakukan uji klorida secara
Argentometri (Mohr) dan uji kesadahan total secara Kompleksometri ?
1.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Air sumur yang berada di Lingkungan Desa Sei Semayang, kecamatan
Sunggal, kabupaten Deli Serdang mengandung klorida dan sebagai air
sadah.
b. Air sumur di Desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli
Serdang tidak memenuhi persyaratan PERMENKES No.
492/MENKES/PER/IV/2010 setelah dilakukan uji klorida secara
Argentometri (Mohr) dan uji kesadahan total secara Kompleksometri.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui air sumur yang berada di Lingkungan Desa Sei
Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang mengandung
klorida dan sebagai air sadah.
b. Untuk mengetahui apakah air sumur di Desa Sei Semayang, kecamatan
Sunggal, kabupaten Deli Serdang memenuhi persyaratan PERMENKES
5
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 setelah dilakukan uji klorida secara
Argentometri (Mohr) dan uji kesadahan total secara Kompleksometri.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi
masyarakat apakah air sumur yang berada di Lingkungan Desa Sei Semayang,
kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang memenuhi persyaratan
PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai air sumur yang layak
konsumsi atau tidak. Dimana telah diketahui bahwa batas maksimum kadar
klorida yang diharapkan adalah tidak lebih dari 250 mg/L dan batas maksimum
kesadahan total yang diharapkan tidak lebih dari 500 mg/L.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas maka dapat dibuat suatu
kerangka pikir penelitian yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Metode Parameter
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Air Sumur
Titrasi Kompleksometri
Titrasi Argentometri
(Mohr)
Kesadahan Total
Klorida
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam
bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-
bijian terkandung air dalam jumlah tertentu. Bila badan manusia hidup di analisis
komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa kandungan airnya rata-rata 65%
atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 25 liter harus diganti
dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut
adalah 1,5 liter berasal dari air minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan
makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan kesulitan bahan pangan dan air,
manusia mungkin dapat tahan hidup tanpa makan selama lebih dari 2 bulan, tetapi
tanpa minum ia akan meninggal dunia dalam waktu kurang dari seminggu (8).
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air dan atmosfer). Air tanah banyak mengandung mineral mineral
terlarut seperti Ca2+
dan Mg2+
yang menyebabkan kesadahan pada air. Bumi
dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari
permukaan bumi). Udara mengandung zar cair (uap air) sebanyak 15% dari
tekanan atmosfer (9).
7
Planet bumi ini sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang
lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini
tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama
(primer) bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya
di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihan sanitasi kota maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu untuk menunjang suatu kegiatan
industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari
kebutuhan akan air (10).
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standard
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar
oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari
kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya (11).
2.2 Air Tanah dan Air Permukaan
Air kalau dilihat letaknya dapat dibagi menjadi dua yaitu air tanah dan air
permukaan. Air permukaan jumlah dan keberadaannya akan dapat dilihat karena
terletak di permukaan sedangkan air tanah karena letaknya di dalam tanah maka
jumlah dan potensi nya perlu dilakukan pengamatan yang lebih teliti (12).
8
Masyarakat umumnya mengambil air tanah dengan membuat sumur gali
dan sumur bor. Sumur gali adalah suatu konstruksi sumur yang paling umum dan
meluas. Sumur gali dan sumur bor digunakan untuk mengambil air tanah bagi
masyarakat kecil dan rumah - rumah perorangan sebagai sumber air bersih atau
sumber air layak konsumsi dengan kedalaman 7 - 10 meter dari permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan banyak air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif
dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi
oleh cemaran (13).
2.3 Sifat - Sifat Umum Air
Adapun sifat-sifat umum pada air adalah sebagai berikut (14) :
2.3.1 Sifat Fisik
No Parameter Nilai
1 Titik beku (0oC)
2 Titik didih (100oC)
3 Temperatur kritis 347oC
4 Tekanan kritis 217 atm
5 Massa jenis es 0,92 gr/cm3
6 Massa jenis air 1,00 gr/cm3
2.3.2 Sifat Kimia
Dalam sebuah molekul air dua buah atom hidrogen berikatan dengan
sebuah atom oksigen melalui dua ikatan kovalen yang masing-masing mempunyai
energi sebesar 110,2 kkal per mol. Ikatan kovalen tersebut merupakan dasar bagi
sifat air yang penting, misalnya kebolehan air sebagai pelarut. Bila dua atom
hidrogen bersenyawa dengan sebuah atom oksigen maka molekul tersebut
menghasilkan molekul yang berat sebelah, dengan kedua atom hidrogen melekat
di satu atom oksigen dengan sudut 104,5 antara keduanya. Posisi tersebut mirip
9
dengan dua telinga pada kepala kelinci. Akibat perbedaan elektronegativitas
antara hidrogen dengan oksigen maka sisi hidrogen molekul air bermuatan positif
sedang pada sisi oksigen bermuatan negatif (15).
Berikut sifat kimia pada air :
a. Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik dengan reaksi :
H2O H+ + OH
-
b. Air merupakan pelarut yang baik
c. Air dapat bereaksi dengan asam kuat dan basa kuat
d. Air dapat bereaksi dari berbagai jenis substansi membentuk senyawa padat
yang disebut dengan senyawa hidrat (senyawa yang mengandung molekul
air).
Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/air tawar mengandung mineral.
Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung
struktur tanah dimana air itu diambil (16).
2.4 Sumber Air
Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di
permukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin,
maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering
dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin
tinggi dimana temperaturnya sangat rendah dan menyebabkan titik-titik air yang
kemudian akan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir ke
dalam tanah, jika menjumpai lapisan yang sangat rapat maka peresapan air akan
semakin berkurang dan sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat ini. Jika
10
air ini keluar pada permukaan bumi, maka air ini akan disebut sebagai mata air.
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-
sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpul,
membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke
laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi (17).
2.5 Fungsi Air
Air sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa air kelangsungan hidup
hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel.
Kumpulan beberapa sel yang membentuk satu kesatuan dan fungsi yang sama
disebut jaringan. Kandungan air yang diperlukan bagi setiap jaringan tubuh sangat
bervariasi, misalnya jaringan otot membutuhkan sekitar 7,5% air, jaringan lemak
membutuhkan sekitar 2% air dan darah membutuhkan sekitar 90% air. Selain itu
air merupakan bahan pelarut yang sangat diperlukan di dalam tubuh dan
membantu dalam proses pelembutan makanan agar dapat dicerna dengan baik
oleh lambung. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur oleh air dengan cara
penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit. Kebutuhan air untuk di
minum setiap hari sekitar 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan
air sekitar 60 liter/hari untuk keperluan minum, mandi, cuci dan sebagainya (18).
2.6 Kualitas Air
Menurut Peraturan Pemerintah R.I. No. 20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun
penggolongan air menurut peruntukkannya adalah sebagai berikut :
11
a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
c. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
d. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
Menurut defenisi di atas, bila suatu sumber air yang termasuk dalam
golongan B (air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami
pencemaran yang berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi
dimanfaatkan untuk air baku air minum maka dikatakan sumber air tersebut telah
tercemar (19).
Penanganan terhadap wadah yang dibawa pembeli juga mempengaruhi
kualitas air di dalamnya. Walaupun air yang dihasilkan berkualitas, tapi jika tidak
ada perhatian lebih terhadap wadah gallon sebagai tempat untuk mengisikan maka
akan memungkinkan terjadi kontaminasi terhadap air yang dihasilkan (20).
Masalah utama yang dihadapi berkaitan dengan sumber daya air adalah
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke
tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap
sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada
sumber daya air (21).
12
Air yang keruh sulit untuk di disenfeksi karena mikroba terlindung oleh
zar tersuspensi tersebut sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba
terlindung menjadi patogen (22).
2.7 Pencemaran Air
Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Pengembangan sumber air tanah
harus berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara
optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan
menjaga kelestarian alam. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi
kehidupan di muka bumi. Sirkulasi suplai air di bumi juga disebut siklus
hidrologi. Siklus ini berawal dari sistem energi matahari yang merupakan energi
yang berperan cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya
sehingga air yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut secara tetap
mengalami evaporasi menjadi uap air yang naik ke atmosfer (23).
Polusi air tanah (air sumur) dapat menimbulkan permasalahan yang serius
jika tidak diperhatikan. Hal ini disebabkan karena air tanah adalah sumber air
yang dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dan air minum. Kebutuhan akan air minum terus meningkat sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk, sementara itu jumlah air tanah semakin berkurang
dan kualitasnya semakin menurun. Penurunan jumlah dan kualitas air tanah dipicu
oleh aktivitas manusia maupun aktivitas industri. Oleh karena itu, air tanah sangat
perlu mendapatkan perhatian yang lebih khusus dari pemerintah setempat
terhadap kualitas air tanah tersebut sebagai sumber air yang layak konsumsi (24).
13
2.8 Pengolahan Air
Pengolahan air merupakan suatu usaha atau cara untuk menjernihkan air
dan meningkatkan mutu air agar dapat diminum ataupun dikonsumsi. Proses
pengolahan air mempunyai 4 tahap yaitu proses purifikasi (penjernihan) air,
proses desinfeksi (meniadakan kuman penyakit), proses pengaturan pH air, dan
proses pengaturan mineral air (25).
Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu pengujian
fisika, pengujian kimia dan mikrobiologi. Pengujian fisika adalah untuk
mengetahui rasa, warna dan bau dari air yang di uji (secara organoleptik) seperti
tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau dan pH nya netral. Pengujian kimia
adalah untuk mengetahui komposisi senyawa kimia yang terkandung di dalam air.
Pengujian mikrobiologi adalah untuk mengetahui kandungan mikroorganisme
yang terdapat di dalam air. Air yang mengandung bakteri patogen atau
mikroorganisme jahat tidak dapat langsung di minum, akan tetapi harus direbus
terlebih dahulu pada titik didih di atas 100O C (26).
2.9 Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Penyakit menular disebarkan oleh air secara langsung diantara masyarakat
disebut penyakit bawaan air (water borne diseases). Hal ini dapat terjadi karena
air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Berikut
beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya :
a. Cholera, merupakan penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utamanya adalah muntaber,
14
dehidrasi dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian
beras.
b. Typhus abdominalis, merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan
penyebabnya adalah Salmonella thypi. Gejala utamanya adalah panas yang
terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-
rata 2 minggu) setelah infeksi.
c. Hepatitis A, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
Gejala utamanya adalah demam akut, dengan perasaan mual dan muntah, hati
meradang, dan sklera mata menjadi kuning. Hepatitis ini disebut juga sebagai
penyakit kuning.
d. Dysentriae amoeba, merupakan penyakit yang disebabkan oleh Protozoa
bernama Entamoeba hystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur
darah dan lendir.
Biasanya pengujian mikrobiologi adalah untuk mengetahui kandungan
mikroorganisme yang terdapat di dalam air. Air yang mengandung bakteri
patogen atau mikroorganisme jahat tidak dapat langsung di minum. Penggunaan
air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan
kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun
penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh makhluk
hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh
makhluk hidup tetapi oleh karena adanya cemaran logam berat yang berasal dari
limbah industri dan mencemari air permukaan atau air tanah yang berada di
sekitar sumber air tersebut (27).
15
2.10 Titrimetri
Titrimetri merupakan salah satu bagian utama dan yang paling
terpentingdari kimia analisis dimana perhitungan - perhitungan yang digunakan
didasarkan pada hubungan stokiometri sederhana dari suatu reaksi kimia. Istilah
titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekuivalensi. Selama bertahun-tahun digunakan istilah analisis
volumetri bukannya titrimetri. Tetapi dari titik pandangan yang teliti, lebih disukai
istilah “titrimetri” karena pengukuran volume tidak selalu terbatas pada titrasi,
misalnya dalam analisis tertentu beberapa orang sering menggunakannya untuk
mengukur suatu volume gas (28).
2.11 Pengertian Klorida (Cl-)
Klorida (Cl-) adalah suatu unsur halogen klor yang toksisitasnya
bergantung pada gugus senyawa nya, misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi
karbonil kloridanya sangat beracun seperti PVC dan penta klorophenol. Di
Indonesia klorida digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum
yang tujuannya adalah untuk meniadakan kuman penyakit yang mencemari air
minum tersebut. Dalam jumlah banyak klorida akan menimbulkan rasa asin pada
air minum dan korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan
residu klor di dalam penyediaan air sangat dipelihara. Tetapi, klor ini dapat terikat
pada senyawa organik dan membentuk halogen - hidrokarbon yang bersifat
karsinogenik. Oleh karena itu, di negara maju saat ini klorinasi sebagai proses
desinfeksi sudah jarang digunakan (19).
16
Senyawa halida seperti klorida dan fluorida merupakan senyawa-senyawa
umum yang terdapat pada perairan alami. Senyawa tersebut mengalami proses
disosiasi dalam air membentuk ion-ionnya. Kation dari garam-garam klorida
dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut. Kelebihan garam-garam klorida
dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan tingginya salinitas
(kadar garam terlarut dalam air). Air yang seperti ini tidak layak digunakan untuk
proses pengairan dan keperluan rumah tangga (29).
Klorida memiliki banyak manfaat dalam bidang industri salah satunya
banyak digunakan untuk membunuh bakteri yang berada pada air kolam renang,
selain itu digunakan pula dalam industri pembuatan pipa paralon seperti PVC,
memutihkan bubur kertas atau bagian tekstil tertentu seperti Ca(OCl)2, membuat
zat pewarna seperti CrCl3, obat-obatan seperti obat batuk (NH4Cl), plastik seperti
vinyl klorida, pelarut seperti HCl dan bahan pembersih khususnya membersihkan
pakaian seperti NaOCl dan sebagai bumbu masak dalam bentuk garam dapur
(NaCl). Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi
manusia. Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan pada air
minum (30).
2.12 Titrasi Argentometri
Sesuai dengan namanya penetapan kadar ini menggunakan perak nitrat
(AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan air
sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan endapan.
Garam-garam seperti natrium klorida (NaCl) dan Kalium Sianida (KCN) dapat
ditentukan kadarnya dengan cara berikut :
17
AgNO3 + NaCl → AgCl (endapan) + NaNO3
AgNO3 + KCN → AgCN (endapan) + KNO3
Sampel garam dilarutkan di dalam air dan di titrasi dengan larutan perak
nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini dapat
menunjukkan titik akhirnya sendiri (self-indicating), tetapi biasanya suatu
indikator dipilih yang menghasilkan endapan berwarna pada titik akhir. Pada
penetapan kadar NaCl, kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan setelah
semua NaCl bereaksi, tetesan pertama AgNO3 berlebih menghasilkan endapan
perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan menjadi coklat
merah (31).
Ada beberapa cara titrasi pengendapan (titrimetri) yang melibatkan ion
perak, tapi yang paling penting diantaranya adalah cara Mohr, cara Volhard, dan
cara Fajans. Pada cara mohr, ion-ion halida (Cl-, Br
-, I
-) ditentukan dengan larutan
baku perak nitrat (AgNO3), dengan memakai indikator kalium kromat (potasium
kromat) seperti K2CrO4 dan peralatan yang sesuai untuk menentukkan titik akhir
titrasi. Titrasi pengendapan melibatkan penggunaan beberapa larutan baku seperti
perak nitrat, natrium klorida, dan kalium/amonium tiosianat. Untuk
menyederhanakan, bahasan berikut akan lebih ditujukan pada reaksi-reaksi yang
selalu melibatkan penggunaan larutan perak nitrat sebagai bahan baku. Larutan
baku perak nitrat ini juga dapat digunakan pada penetapan klorida dan bromida.
Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia.
Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan pada air minum
khususnya air minum isi ulang (32).
18
2.12.1 Metode Mohr
Pada titrasi cara Mohr untuk penentuan ion klorida dan bromida, ion
kromat digunakan sebagai indikator. Dekat titik kesetaraan, ion perak bereaksi
dengan ion kromat, membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna kuning
kemerahan, sesuai dengan persamaan :
2Ag+ + CrO4
2- = Ag2CrO4
Selain ion kromat, ion bikromat dapat pula membentuk endapan dengan
ion perak dalam suasana asam, namun endapannya lebih mudah larut dari pada
Ag2CrO4. Karena itu, cara titrasi mohr harus dilakukan dengan pelarut yang
bersifat netral. Kalau tidak ion kromat akan berubah menjadi ion bikromat dalam
suasana asam sesuai dengan persamaan reaksi berikut :
2CrO42-
+ 2H+ Cr2O7
2- + H2O
Sebaliknya, jika larutan terlalu basa, maka ion perak akan mengendap
sebagai perak hidroksida yang segera berubah menjadi perak oksida sesuai dengan
persamaan reaksi berikut :
2Ag+ + 2OH
- 2AgOH Ag2O + H2O
Dengan demikian jelas bahwa penentuan ion klorida dengan cara titrasi
mohr harus dilakukan dalam larutan yang bersifat netral atau hampir netral. Batas-
batas pH larutan yang diperbolehkan untuk melakukan titrasi ini adalah 7 – 10.
Batas pH ini dapat dipertahankan dengan penambahan natrium karbonat (Na2CO3)
atau natrium tetraborat (Na2B4O7) yang sering dikenal dengan boraks. Selain itu,
masih ada kelemahan lain dari cara titrasi mohr ini, yakni keterbatasan
pemakaiannya. Cara titrasi ini tidak dapat dipakai untuk menentukan ion iodida,
19
karena terjadinya reaksi reduksi oksidasi (redoks) antara ion kromat dengan ion
iodida (33).
2.13 Pengertian Magnesium (Mg2+
)
Magnesium merupakan unsur logam alkali tanah yang berwarna putih
perak, kurang reaktif dan mudah dibentuk atau ditempa ketika dipanaskan.
Magnesium tidak bereaksi dengan oksigen dan air pada suhu kamar, tetapi dapat
bereaksi dengan asam. Pada suhu 800OC magnesium bereaksi dengan oksigen dan
memancarkan cahaya putih terang. Di alam magnesium banyak terdapat pada
lapisan-lapisan batuan dalam bentuk mineral seperti carnallite, dolomite dan
magnesite yang membentuk batuan silikat. Selain itu dalam bentuk garam
dijumpai magnesium klorida, sedangkan dalam laboratorium magnesium dapat
diperoleh melalui elektrolisis lelehan magnesium klorida (34).
2.14 Pengertian Kalsium (Ca2+
)
Kalsium merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif, mudah ditempa
dan dibentuk serta berwarna putih perak. Kalsium bereaksi dengan air dan
membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. Di alam kalsium ditemukan dalam
bentuk senyawa-senyawa seperti kalsium karbonat (CaCO3) dalam batu kalsit,
pualam dan batu kapur, kalsium sulfat (CaSO4) dalam batu pualam putih atau
gypsum, kalsium florida (CaF2) dalam fluorit serta kalsium fosfat (Ca(PO4)3)
dalam batuan fosfat dan silikat sedangkan logam kalsium dapat dibuat dalam
laboratorium melalui elektrolisis lelehan kalsium klorida (35).
20
2.15 Air Sadah
Sifat kesadahan sering kali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku
air bersih yang berasaldari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung
deposit garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan
khusus sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi (36).
Parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan
unsur Ca2+
dan Mg2+
dalam air yang keberadaannya biasa disebut dengan
kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki untuk pengunaan di
rumah tangga maupun untuk konsumsi di industri. Air rumah tangga yang
memiliki tingkat kesadahan tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak.
Hal ini dikarenakan sabun jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari
molekul sabun diikat oleh unsur Ca dan Mg. Tingkat kesadahan di berbagai
tempat perairan berbeda - beda. Pada umumnya air tanah mempunyai tingkat
kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi karena air tanah mengalami kontak dengan
batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat
kesadahannya rendah (air lunak). Kesadahan non karbonat dalam air permukaan
bersumber dari kalsium sulfat (CaSO4) yang terdapat dalam tanah liat dan
endapan lainnya (37).
Tingkat kesadahan dapat dinyatakan dalam satuan mg/L CaCO3 atau ppm
CaCO3. Kesadahan air dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kesadahan
sementara (temporer) dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara
disebabkan oleh garam-garam karbonat CO32-
dan bikarbonat HCO3- dari kalsium
dan magnesium. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan.
21
Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam klorida (Cl-) dan sulfat
(SO42-
) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan ini disebut juga kesadahan non
karbonat yang tidak dapat dihilangkan dengan cara pemanasan melainkan
dihilangkan dengan cara pertukaran ion (38).
2.16 Penyebab Kesadahan Air Tanah
Kesadahan di dalam air sangat dipengaruhi oleh keberadaan kalsium yang
bereaksi dengan karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida merupakan gas yang
mudah terlarut ke dalam perairan, baik secara langsung karena terbawa air hujan,
maupun melalui respirasi tumbuhan dan hewan akuatik dari hasil proses
dekomposisi bahan organik. Karbon dioksida bereaksi dengan air membentuk
asam karbonat (H2CO3) (39).
Asam karbonat (H2CO3) ketika melewati perairan dengan dasar batuan
kalkareus, anorthite (CaAl2Si2O8) dan gypsum (CaSO4.2H2O) yang banyak
mengandung kalsium, maka akan terbentuk kalsium bikarbonat [Ca(HCO3)2].
Kalsium bikarbonat bersifat larut dan mengakibatkan suatu perairan menjadi
sadah (39).
2.17 Dampak Air Sadah
Tingkat kesadahan yang tinggi apabila dikonsumsi sebagai air minum
dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan endapan pada perkakas rumah
tangga seperti ketel, peralatan lain yang berhubungan dengan pemasakan dan
penyimpanan air. Penggunaan air sadah untuk keperluan lain seperti cuci baju
atau keperluan rumah tangga lain akan menyebabkan konsumsi sabun lebih
22
banyak, karena sabun jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul
sabun diikat oleh unsur Ca dan Mg (40).
2.18 Titrasi Kompleksometri
Titrasi ini berdasarkan pada pembentukkan kompleks antara ion-ion logam
dan senyawa-senyawa yang dapat memberikan elektron dan membentuk
kompleks yang stabil dan dapat larut. Senyawa-senyawa ini disebut senyawa
pengompleks. Senyawa yang paling sering digunakan adalah dinatrium edetat.
Titrasi kompleksometri yang menggunakan dinatrium edetat memerlukan pH basa
dan suatu penyangga untuk memastikan bahwa proton yang dibebaskan tidak
menurunkan pH. Penyangga yang biasa digunakan adalah larutan amonia yang
menyangga hingga pH sekitar 10. Indikator yang digunakan dalam titrasi
kompleksometri biasanya adalah senyawa pengompleks itu sendiri yang
membentuk kompleks lemah dengan ion logam ketika ditambahkan pada awalnya.
Ketika larutan edetat di titrasi, kompleks lemah tersebut digantikan oleh kompleks
edetat yang lebih kuat untuk menampakan warna bebas indikator. Indikator yang
paling sering digunakan adalah EBT dan mordan hitam. Indikator ini membentuk
kompleks berwarna merah anggur dengan ion-ion logam, tetapi berubah menjadi
warna biru tua pada titik akhir (41).
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah secara deskripsi yaitu pemeriksaan
kadar klorida dan kesadahan total yang dilakukan secara kuantitatif pada air
sumur yang diperoleh dari Lingkungan Desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal,
kabupaten Deli Serdang.
3.2 Tempat, Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I kota Medan dan
Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) kota Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2019.
3.2.3 Lokasi Pengambilan Sampel
Titik pengambilan sampel adalah sebagai berikut 1 buah sampel air sumur
warga yang berada di sekitar pabrik bola lampu (Jalan Harapan), 1 buah sampel
air sumur warga di sekitar pabrik plastik (Jalan Harapan), 1 buah sampel air
sumur warga di sekitar pabrik pipa paralon 1 (Jalan Sentosa), 1 buah sampel air
sumur warga di sekitar pabrik pipa paralon 2 (Jalan Sentosa) dan 1 buah sampel
air sumur warga di sekitar pabrik piring plastik (Jalan Horas).
24
KO
MP
OS
U
S
Keterangan :
A : Pabrik Bola Lampu
B : Pabrik Plastik
C : Pabrik Pipa Paralon 1
D : Pabrik Piring Plastik
E : Pabrik Pipa Paralon 2
3.3 Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol berwarna coklat, buret
50 mL, desikator, erlenmeyer 100 mL, erlenmeyer 250 mL, erlenmeyer 500 mL,
klem, labu tentukur 1000 mL, oven, pH meter, pipet volume 25 mL, pipet volum
100 mL, spatula, statif dan timbangan digital.
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan adalah air sumur, akuades, CaCO3(Merck), EBT
(Eriochrome Black T) (Merck), HCl (Merck), kalium kromat (K2CrO4) (Merck),
magnesium sulfat penta hidrat (MgSO4.7H2O) (Merck), mureksid (Merck), Kristal
NaCl (Merck), NH4Cl (Merck), NH4OH (Merck), perak nitrat (AgNO3) (Merck).
(Km 13) JALAN ACEH – MEDAN (Km 12)
HO
RA
S
Jl. Harapan
Jl. Sentosa
A
B
D
E
C
25
3.5 Pengambilan Sampel
Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sampel air sumur
yang di ambil secara random (acak) sebanyak 5 sampel (1 sampel di sekitar pabrik
bola lampu, 1 sampel di sekitar pabrik plastik, 1 sampel di sekitar pabrik pipa
paralon 1, 1 sampel di sekitar pabrik pipa paralon 2 dan 1 sampel di sekitar pabrik
piring plastik) daerah Lingkungan Desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal,
kabupaten Deli Serdang.
3.6 Pembuatan Pereaksi
3.6.1 Pembuatan Indikator Eriochrome Black T (EBT)
a. Ditimbang 200 mg EBT dan 100 gr Kristal NaCl, kemudian dicampur
b. Digerus campuran hingga mempunyai ukuran 40/50 mesh
c. Disimpan dalam botol yang tertutup rapat (42).
3.6.2 Pembuatan Indikator Mureksid
a. Ditimbang 200 mg mureksid
b. Ditimbang 100 gr Kristal NaCl, kemudian dicampur.
c. Digerus ketiga campuran tersebut
d. Diayak dengan ayakan mesh ukuran 40/50 mesh
e. Disimpan dalam botol yang tertutup rapat (43).
3.6.3 Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N
a. Ditimbang 40 gr NaOH.
b. Dilarutkan dengan 50 mL air suling
c. Diencerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 1000 mL
d. Disimpan dalam botol yang tertutup rapat (43).
26
3.6.4 Larutan Penyangga pH 10 ± 0,1 (pH 9,9 – 10,1)
a. Dilarutkan 1,179 g Na2EDTA dihidrat
b. Ditambahkan 780 mg magnesium sulfat penta hidrat (MgSO4.7H2O)
dalam 50 mL air suling
c. Ditambahkan larutan tersebut dalam 16,9 g NH4Cl
d. Ditambahkan 143 mL NH4OH pekat
e. Dilakukan pengadukan
f. Diencerkan dengan air suling hingga volume nya menjadi 250 mL.
g. Diukur pH larutan tersebut dengan pH meter
h. Diamati dan dicatat nilai pH nya yaitu diantara 9,9 – 10,1
i. Disimpan dalam botol tertutup
j. Dijauhkan dari sinar matahari (42).
3.6.5 Larutan Standar Kalsium Karbonat (CaCO3) 0.01 M
a. Ditimbang 1 g CaCO3 anhidrat
b. Dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 500 mL
c. Dilarutkan dengan sedikit asam klorida (HCl) 1:1
d. Ditambahkan dengan 200 mL air suling
e. Didihkan untuk menghilangkan CO2.
f. Ditambahkan beberapa tetes indikator metil merah
g. Ditambahkan NH4OH 3N atau HCl 1:1
h. Diamati sampai terbentuk warna orange
i. Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 1000 mL
j. Ditepatkan sampai tanda tara (42).
27
3.6.6 Standarisasi Larutan Na2EDTA ± 0,01 M
a. Dipipet 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M
b. Dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan akuades 40 mL
c. Ditambahkan 1 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1
d. Ditambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT
e. Dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
dari merah keunguan menjadi biru
f. Dicatat volume larutan Na2EDTA lalu hitung molaritas larutan baku
Na2EDTA
M EDTA =
Dimana :
M EDTA : Molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/mL)
V EDTA : Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
M CaCO3 : Molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/mL)
V CaCO3 : Volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL) (42).
3.6.7 Larutan Indikator Kalium Kromat
a. Dilarutkan 5 gr K2CrO4 dengan sedikit air suling bebas klorida
b. Ditambahkan larutan AgNO3 sampai mulai terbentuk endapan merah
kecoklatan yang jelas
c. Dibiarkan selama 12 jam
d. Disaring larutan tersebut
e. Diperoleh filtrat lalu di encerkan dengan air suling bebas klorida hingga
volume 100 mL
f. Disimpan dalam botol kaca tertutup
g. Dijauhkan dari sinar matahri (42).
28
3.6.8 Larutan Natrium Klorida (NaCl) 0,0141 N
a. Dikeringkan serbuk NaCl dalam oven pada suhu 140oC selama 2 jam
kemudian dinginkan dalam desikator
b. Ditimbang 824 mg NaCl kering, kemudian larutkan dengan air suling
bebas klorida dalam labu ukur 1000 mL. Tepatkan sampai tanda tara
dengan air suling bebas klorida (42).
3.6.9 Larutan Baku Perak Nitrat (AgNO3) 0,0141 N
a. Dilarutkan 2,395 g AgNO3 dengan air suling bebas klorida dalam labu
ukur 1000 mL dan tepatkan sampai tanda tara.
b. Dilakukan pembakuan dengan menggunakan larutan NaCl 0,0141 N
c. Disimpan dalam botol berwarna coklat (42).
3.6.10 Standarisasi Larutan Perak Nitrat (AgNO3)
a. Dipipet 25 mL larutan NaCl 0,0141 N
b. Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL.Buat larutan blanko
menggunakan 25 mL air suling
c. Ditambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5% b/v dan diaduk
d. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah kecoklatan
e. Dicatat volume larutan AgNO3 yang digunakan untuk contoh uji (A mL)
dam blanko (B mL). Hitung Normalitas AgNO3
N AgNO3 =
Dimana :
VA : Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi larutan NaCl (mL)
VB : Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
V1 : Volume larutan NaCl yang digunakan (mL)
N1 : Normalitas larutan NaCl yang digunakan (42).
29
3.7 Prosedur Pengujian Klorida
a. Dipipet 100 mL larutan sampel lalu masukkan dalam labu erlenmeyer 250
mL. Ditambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4
b. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning
kemerahan sebagai Titik Akhir Titrasi (TAT), catat kebutuhan larutan
AgNO3 (A mL). Lakukan langkah no.1 sampai no.3 dengan menggunakan
air bebas mineral (akuedes destilasi) sebagai blanko
c. Catat kebutuhan larutan AgNO3 (B mL). Hitung kadar klorida. (42).
3.8 Perhitungan Klorida
Kadar klorida (mg/L) = ( )
Dimana :
A : Volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi contoh uji,
dinyatakan dalam mililiter (mL)
B : Volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko,
dinyatakan dalam mililiter (mL)
N : Normalitas larutan AgNO3
V : Volume contoh uji, dinyatakan dalam mililiter (mL) (42).
3.9 Prosedur Pengujian Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
)
a. Diambil sampel air sumur sebanyak 25 mL lalu dimasukkan dalam
Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan akuades 25 mL
b. Ditambahkan larutan buffer amonia pH 10 sebanyak 1 mL sampai 2 mL
c. Ditambahkan 30 – 50 mg indikator EBT
d. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai berubah warna dari merah
keunguan menjadi biru
e. Dicatat volume hasil titrasi. Titrasi dilakukan secara triplo (42).
30
3.10 Perhitungan Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
)
Kesadahan total (Ca2+
+ Mg2+
) =
x V EDTA x M EDTA x 100
Dimana :
A. Vs : Volume larutan sampel (mL)
B. V EDTA : Volume larutan baku Na2EDTA sebagai pentiter (mL)
C. M EDTA : Molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/mL) (42).
3.11 Prosedur Pengujian Kalsium (Ca2+
)
a. Diambil sampel air sumur sebanyak 25 mL dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan akuades 25 mL
b. Ditambahkan larutan buffer NaOH 1 N pH 12 sebanyak 1 mL sampai 2
mL. Tambahkan 30 – 50 mg indikator mureksid
c. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai berubah warna dari merah
keunguan menjadi biru keunguan
d. Dicatat volume hasil titrasi dan dititrasi secara triplo (43).
3.12 Perhitungan Kadar Kalsium (Ca2+
)
Kadar Kalsium (Ca2+
) =
x V EDTA x M EDTA x 40
Dimana :
A. Vs : Volume larutan sampel (mL)
B. V EDTA : Volume larutan baku Na2EDTA sebagai pentiter (mL)
C. M EDTA : Molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/mL) (42).
3.13 Perhitungan Kadar Magnesium (Mg2+
)
Kadar Magnesium (Mg2+
) = Kesadahan Total – Kadar Kalsium (43).
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah lima buah sampel air
sumur yang diperoleh dari lingkungan desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal,
kabupaten Deli Serdang. Pengujian klorida dan kesadahan total dilakukan di
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) Kelas I Medan sementara pengujian kalsium dan magnesium
dilakukan di Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia Industri kota Medan.
Pengujian ini dilakukan dengan metode titrasi yaitu titrasi kompleksometri dan
argentometri (mohr). Pengujian kesadahan total, kalsium dan magnesium
dilakukan dengan metode kompleksometri sementara pengujian klorida dilakukan
dengan metode argentometri (mohr).
Berikut hasil penelitian dari kesadahan total, kalsium, magnesium dan
klorida yang terangkum dalam tabel dibawah ini :
4.1.1 Hasil Penelitian Kesadahan Total dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Hasil Uji Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
)
No Sampel Volume V. Rata-
rata (mL)
Kadar
(mg/L) Persyaratan
V1 V2 V3
1 A 3,8 mL 3,9 mL 3,9 mL 3,86 mL 154,4 mg/L Syarat kadar
kesadahan
total adalah
500 mg/L
2 B 2,7 mL 2,9 mL 2,9 mL 2,83 mL 113,2 mg/L
3 C 2,6 mL 2,6 mL 2,4 mL 2,53 mL 101,2 mg/L
4 D 3,1 mL 3,5 mL 3,5 mL 3,36 mL 134,4 mg/L
5 E 3,9 mL 3,6 mL 3,6 mL 3,70 mL 148,0 mg/L
Keterangan : Pabrik Bola Lampu (A), Pabrik Plastik (B), Pabrik Pipa Paralon 1 (C), Pabrik Piring Plastik (D), Pabrik Pipa Paralon 2
dan Volume Titrasi (V)
32
4.1.2 Hasil Penelitian kalsium (Ca2+
) dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Hasil Uji Kalsium (Ca2+
)
No Sampel Volume V. Rata-
rata (mL)
Kadar
(mg/L) Persyaratan
V1 V2 V3
1 A 2,20 mL 2,20 mL 2,20 mL 2,20 mL 35,20 mg/L Syarat kadar
kalsium
adalah
200 mg/L
2 B 2,78 mL 2,80 mL 2,80 mL 2,79 mL 44,64 mg/L
3 C 2,60 mL 2,60 mL 2,60 mL 2,60 mL 41,60 mg/L
4 D 2,80 mL 2,78 mL 2,80 mL 2,79 mL 44,64 mg/L
5 E 2,50 mL 2,50 mL 2,48 mL 2,49 mL 39,84 mg/L
Keterangan : Pabrik Bola Lampu (A), Pabrik Plastik (B), Pabrik Pipa
Paralon 1 (C), Pabrik Piring Plastik (D), Pabrik Pipa Paralon 2
dan Volume Titrasi (V)
4.1.3 Hasil Penelitian Magnesium (Mg2+
) dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Hasil Uji Magnesium (Mg2+
)
No. Sampel Kesadahan Total-Kalsium Kadar (mg/L) Persyaratan
1 A 154,4 mg/L – 35,20 mg/L 119,20 mg/L Syarat kadar
magnesium
adalah
150 mg/L
2 B 113,2 mg/L – 44,64 mg/L 68,56 mg/L
3 C 101,2 mg/L – 41,60 mg/L 59,60 mg/L
4 D 134,4 mg/L – 44,64 mg/L 89,76 mg/L
5 E 148,0 mg/L – 39,84 mg/L 108,16 mg/L
Keterangan : Pabrik Bola Lampu (A), Pabrik Plastik (B), Pabrik Pipa
Paralon 1 (C), Pabrik Piring Plastik (D), Pabrik Pipa Paralon
2 dan Volume Titrasi (V)
4.1.4 Hasil Penelitian Klorida (Cl-) dapat dilihat pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Hasil Uji Klorida (Cl-)
No Sampel Volume V. Rata-
rata (mL)
Kadar
(mg/L) Persyaratan
V1 V2 V3
1 A 9,1 mL 9,2 mL 9,1 mL 9,13 mL 42,83 mg/L Syarat kadar
klorida
adalah
250 mg/L
2 B 6,6 mL 6,6 mL 6,5 mL 6,56 mL 30,07 mg/L
3 C 5,7 mL 5,7 mL 5,7 mL 5,70 mL 25,80 mg/L
4 D 5,4 mL 5,3 mL 5,2 mL 5,30 mL 23,82 mg/L
5 E 6,6 mL 6,6 mL 6,6 mL 6,60 mL 30,27 mg/L
Keterangan : Pabrik Bola Lampu (A), Pabrik Plastik (B), Pabrik Pipa
Paralon 1 (C), Pabrik Piring Plastik (D), Pabrik Pipa Paralon
2 dan Volume Titrasi (V)
33
4.2 Pembahasan
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan dampak buruk
terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler
(penyumbatan darah di jantung) dan urolithiasis (batu ginjal). Selain itu, air sadah
juga dapat menyebabkan pergerakan pada peralatan logam ketika memasak
sehingga penggunaan energi menjadi boros, penyumbatan pada pipa logam atau
pipa industri karena endapan CaCO3, dan pemakaian sabun menjadi lebih boros
oleh karena buih yang dihasilkan sedikit. Untuk kadar klorida yang tinggi dapat
berbahaya pula bagi kesehatan diantaranya dapat bersifat merusak atau korosif
pada kulit dan peralatan, selain itu juga berpotensi merusak sistem pernafasan
manusia, dapat membunuh bakteri baik yang ada di dalam tubuh manusia dan
dapat membunuh bakteri dekomposer pada proses pembuatan pupuk kompos (43).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan suatu pengujian kadar klorida
pada air sumur dengan metode titrasi Argentometri (Mohr), dimana larutan
standar yang digunakan adalah AgNO3 sebagai pentiter dan K2CrO4 (Kalium
kromat) sebagai indikator nya. Sampel yang telah ditambahkan dengan indikator
K2CrO4 akan berubah menjadi warna kuning dan ketika di titrasi dengan AgNO3
akan membentuk endapan kuning kemerahan (merah bata) sebagai hasil akhir dari
pembentukan Ag2CrO4. Selain pengujian klorida pada air sumur, peneliti juga
melakukan pengujian kadar kesadahan total, kadar kalsium dan kadar magnesium.
Pengujian kesadahan total, kalsium dan magnesium dilakukan dengan metode
kompleksometri dimana pentiter yang digunakan adalah dinatrium edetat (Na2-
EDTA). Perbedaan yang paling mendasar dari prinsip kerja kompleksometri ini
34
terletak pada buffer dan indikator yang digunakan. Untuk pengujian kesadahan
total buffer yang digunakan adalah buffer amonia (pH = 10) dan indikator EBT
sementara untuk pengujian kalsium dan magnesium digunakan buffer NaOH 1N
(pH = 12) dan indikator mureksid.
Pengujian pertama dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan yaitu
pengujian klorida dan kesadahan total terhadap air sumur yang diperoleh dari
lingkungan desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang
dimana kadar klorida yang diperoleh dari hasil pengujian sampel A, sampel B,
sampel C, sampel D dan sampel E secara berturut turut adalah 42,83 mg/L, 30,07
mg/L, 25,80 mg/L, 23,82 mg/L dan 30,27 mg/L dan kadar kesadahan total dari
sampel A, sampel B, sampel C, sampel D dan sampel E secara berturut-turut
adalah 154,4 mg/L, 113,2 mg/L, 101,2 mg/L, 134,4 mg/L dan 148,0 mg/L.
Setelah dilakukan pengujian kadar klorida dan kesadahan total dari kelima
sampel ditemukan satu buah sampel yang mengandung kadar klorida dan
kesadahan total yang cukup tinggi yaitu sampel A. Penyebab tingginya kadar
klorida pada sampel A kemungkinan besar terjadi oleh adanya cemaran klorin dari
aktivitas pengolahan dan produksi kotak kemasan pabrik industri bola lampu
sementara tinggi nya kadar kesadahan total pada sampel A disebabkan oleh
adanya kontak fisik air hujan secara langsung oleh batuan kapur yang ada di
dalam sumur. Berdasarkan Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa hasil pengujian yang dilakukan tersebut memenuhi persyaratan dimana
35
kadar klorida yang diperoleh tidak lebih dari 250 mg/L dan kesadahan total tidak
lebih dari 500 mg/L.
Pengujian kedua yaitu pengujian kalsium dan magnesium dilakukan di
Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia Industri kota Medan. Pada penelitian
yang dilakukan terhadap air sumur diperoleh kadar kalsium pada sampel A,
sampel B, sampel C, sampel D dan sampel E secara berturut-turut adalah 35,20
mg/L, 44,64 mg/L, 41,60 mg/L, 44,64 mg/L dan 39,84 dan kadar magnesium pada
sampel A, sampel B, sampel C, sampel D serta sampel E diperoleh dari selisih
kesadahan total dengan kadar kalsium yaitu 119,20 mg/L, 68,56 mg/L, 59,60
mg/L, 89,76 mg/L dan 108,16 mg/L.
Setelah dilakukan pengujian kadar kalsium pada air sumur, dari kelima
sampel terdapat 2 sampel yang mengandung kadar kalsium yang cukup tinggi
yaitu sampel B dan sampel D. Penyebab tinggi nya kadar kalsium tersebut
disebabkan oleh adanya sifat air sadah yang terkandung di dalam air sumur
tersebut yang terjadi oleh karena adanya kontak fisik antara air hujan dengan
batuan kapur di dalam lapisan tanah. Pada pengujian kadar magnesium, dari
kelima sampel terdapat 1 buah sampel yang mengandung kadar magnesium yang
cukup tinggi yaitu sampel A. Penyebab tinggi nya kadar magnesium disebabkan
oleh adanya sifat air sadah yang terkandung di dalam air sumur (air tanah)
tersebut yang tebentuk oleh adanya kontak fisik secara langsung antara air hujan
dengan batuan kapur di dalam lapisan tanah. Oleh karena itu dapat dijelaskan
bahwa kadar kalsium dan kadar magnesium pada air sumur tersebut masih
memenuhi persyaratan sesuai Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
36
dimana kadar kalsium pada air sumur tidak lebih dari 200 mg/L dan kadar
magnesium pada air sumur tidak lebih dari 150 mg/L. Pengujian klorida,
kesadahan, kalsium dan magnesium pada air sumur di Lingkungan desa Sei
Semayang kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang semuanya masih
memenuhi persyaratan Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 sehingga
air tersebut layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP
Kelas I Medan dan Laboratorium PTKI kota Medan terhadap kelima sampel air
sumur yang diperoleh dari rumah warga di lingkungan desa Sei Semayang,
kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan bahwa :
a. Air sumur yang berada di lingkungan desa Sei Semayang, kecamatan
Sunggal, kabupaten Deli Serdang megandung kadar klorida dan sebagai
air sadah yang masih memenuhi ambang batas
b. Air sumur di desa Sei Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli
Serdang masih memenuhi persyaratan PERMENKES
No.492/MENKES/PER/IV/2010 dimana kadar klorida yang diperoleh
tidak lebih dari 250 mg/L, kadar kesadahan total tidak lebih dari 500
mg/L, kadar kalsium tidak lebih dari 200 mg/L dan kadar magnesium tidak
lebih dari 150 mg/L.
5.2 Saran
Pada kesempatan ini peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan uji cemaran limbah selain klorida dan air sadah seperti uji
cemaran logam Pb, Cu, Cd maupun Hg pada air sumur di lingkungan desa Sei
Semayang, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti DW, Rahayu M, Rahayu DS. Penetapan Kesadahan Total (CaCO3)
Air Sumur di Dusun Cekelan Kemusung Boyolali dengan Metode
Kompleksometri. 2015;9(2):119.
2. Eni ST dan S. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta; 2010. 10 p.
3. L W. Mikrobiologi Lingkungan. Malang; 2009. 129 p.
4. Astuti DW, Fatimah S, Fikriyyah R. Penetapan Kadar Klorida pada Air
Sumur di STIKes Guna Bangsa Yogyakarta Tahun 2013. J Heal.
2018;1(1):32.
5. Saksono N. Magnetisasi Air Sadah Untuk Pencegahan Pembentukan Kerak.
Teknologi. 2016;(4):292.
6. Wulandari DD. Analisa Kesadahan Total dan Kadar Klorida Air di
Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. MPTH. 2013;84:487.
7. Wulandari DD. Analisa Kesadahan Total dan Kadar Klorida Air di
kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. MTPH. 2017;1:14–9.
8. F.G. Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta; 2008. 3-4 p.
9. Gabriel FJ. Fisika Lingkungan. Jakarta; 2011. 79 p.
10. Wardhana WA. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta; 2014. 73-
74 p.
11. Suharto I. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta;
2011. p. 518.
12. Wahyudi H. Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di
Kabupaten Bangkalan. J Apl ISSN 1907-753X. 2009;7(1):14–9.
13. Hanafiah KA. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo; 2012.
70 p.
14. Situmorang M. Kimia Lingkungan. Jakarta: Rajawali press; 2017. 55 p.
15. Sastrawijaya AT. Pencemaran lingkungan. Paper. Jakarta: Rineka Cipta;
2009. 15 p.
16. Perwitasari U. Analisis Air dan Mineral. Yogyakarta; 2017. 37 p.
17. Suparno S dan. Teknologi Proses Pengolahan Air. Bogor: IPB Press; 2013.
98 p.
18. Robert J. Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta: CV. Andi; 2012. 78 p.
19. Dr. Agung Suprihatin MS, editor. Kesehatan Lingkungan. II. Yogyakarta:
Gava Media; 2015. 14 p.
20. Wandrivel R, Suharti N, Lestari Y. Penelitian Kualitas Air Minum Yang
Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang
Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Kesehat Andalas. 2012;6(3):129–
33.
21. Sasongko EB, Widyastuti E, Priyono RE. Kajian Kualitas Air Dan
Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat Di Sekitar Sungai Kaliyasa
Kabupaten Cilacap. J Ilmu Lingkung. 2017;12(2):72.
22. Fajarini S. Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat di Sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang
Bekasi Tahun 2013. Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.
39
23. Kusuma TTP dan KI. Permasalahan Air Tanah pada daerah Urban. Teknik.
2009;30(1):48–58.
24. Kuswanto AFWSY. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Limbah
Rumah Tangga. Kesehat Masy. 2015;10(2):246–54.
25. Said NI. Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta: Pusat Teknologi
Lingkungan; 2008. 245 p.
26. Sunu. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:
PT. Gramedia Widias Arana Indonesia; 2001. 100 p.
27. Suriawiria U. Mikrobiologi Air. 2nd ed. Jakarta: Alumni; 2008. 225 p.
28. Underwood D dan. Analisis Kimia Kuantitatif. VI. Jakarta: Erlangga; 2009.
49-50 p.
29. Rukaesih A. Kimia Lingkungan. III. Jakarta: UNJ Press; 2009. 92-93 p.
30. Keenan. Ilmu Kimia Untuk Universitas. VI. Jakarta: Erlangga; 2009. 89 p.
31. Drs. Mulyono HAM MP. Membuat Reagen Kimia. VI. Jakarta: PT. Bumi
Aksara; 2008. 157 p.
32. Rivai. Asas Pemeriksaan Kimia. IV. Jakarta: UI Press; 2008. 287-288 p.
33. Pursitasari ID. Kimia Analitik Dasar. II. Bandung: ALFABETA; 2017.
116-124 p.
34. Sunardi. Unsur Kimia. II. Bandung: Yrama Widya; 2009. 30-32 p.
35. Fardiaz D. Kimia Pangan. I. Tanggerang Selatan: UT Press; 2014. 55 p.
36. Sumantri A. Kesehatan Lingkungan. 4th ed. Depok: Kencana; 2017. 30 p.
37. Marsidi R. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. J Teknol Lingkung.
2001;2(1):1–10.
38. Said NI. Teknologi Pengolahan Air Limbah. 1st ed. Jakarta: Erlangga;
2016. 1-516 p.
39. Kartasapoetra. Teknologi Konservasi Air Tanah. 6th ed. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010. 111-112 p.
40. Widayat W. Teknologi Pengolahan Air Minum Dari Air Baku yang
Mengandung Kesadahan Tinggi. JAI. 2008;4(1):13–21.
41. Donald C. Intisari Kimia Farmasi. 2nd ed. Simanjuntak J, editor. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2009. 141-142 p.
42. Noviandi. Panduan Pemeriksaan Kualitas Air di Laboratorium Kimia.
Medan: BTKLPP; 2009. 4-14 p.
43. Denny E dan N. Kimia Klinik. 1st ed. Jakarta: FK UI EGC; 2017. 50-52 p.
40
Lampiran 1. Sampel Air Sumur dan Lokasi Penelitian
Sampel A
Sampel B
41
Sampel C
Sampel D
42
Sampel E
Laboratorium BTKLPP Kelas 1 Medan
Laboratorium PTKI kota Medan
43
Lampiran 2. Sampel dan Bahan (Uji Kesadahan) di Laboratorium BTKLPP
Sampel Air Sumur dalam Erlenmeyer 250 mL
Tabung Penyimpanan Akuades
44
Buffer Amoniak dan Indikator EBT
Pentiter Na2-EDTA 0,01 M
45
4237, 4238 dan 4239 sampel E setelah penambahan Amonia dan EBT
4231, 4232 dan 4233 sampel C setelah penambahan Amonia dan EBT
4234, 4235 dan 4236 sampel D setelah penambahan Amonia dan EBT
4225, 4226 dan 4227 sampel A setelah penambahan Amonia dan EBT
4228, 4229 dan 4230 sampel B setelah penambahan Amonia dan EBT
46
4225, 4226 dan 4227 (sampel A), 4228, 4229 dan 4230 (sampel B), 4231, 4232
dan 4233 (sampel C), 4234, 4235 dan 4236 (sampel D), 4237, 4238 dan 4239
(sampel E) pada saat titik akhir titrasi uji kesadahan total
47
Lampiran 3. Sampel dan Bahan (Uji Klorida) di Laboratorium BTKLPP
Sampel Air Sumur dalam Erlenmeyer 250 mL
Indikator Kalium Kromat (K2CrO4)
48
Pentiter Pengujian Klorida AgNO3 0,014 N
4225, 4226 dan 4227 (sampel A), 4228, 4229 dan 4230 (sampel B), 4231, 4232
dan 4233 (sampel C), 4234, 4235 dan 4236 (sampel D), 4237, 4238 dan 4239
(sampel E) setelah penambahan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4)
49
4225, 4226 dan 4227 (sampel A), 4228, 4229 dan 4230 (sampel B), 4231, 4232
dan 4233 (sampel C), 4234, 4235 dan 4236 (sampel D), 4237, 4238 dan 4239
(sampel E) setelah titik akhir titrasi pengujian klorida
50
Lampiran 4. Sampel dan BahanPengujian Kalsium di Laboratorium PTKI
Buffer NaOH 1N
Indikator Mureksid
Pentiter Pengujian Kalsium Na-EDTA 0,01 M
51
Sampel A Sampel B
Sampel C Sampel D
Sampel E
(Sampel A, B, C, D dan E setelah penambahan indikator Mureksid)
52
Sampel A Sampel B
Sampel C Sampel D
Sampel E
(Sampel A, B, C, D dan E setelah titik akhir titrasi uji kalsium)
53
Lampiran 5. Perhitungan Kadar Sampel
Hasil Perhitungan Setiap Pengujian
a. Hasil Uji Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
)
Rumus Kadar Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
)
x V EDTA x M EDTA x 100
a. Sampel A =
x 3,86 x 0,01 x 100 =154,4 mg/L
b. Sampel B =
x 2,83 x 0,01 x 100 =113,2 mg/L
c. Sampel C =
x 2,53 x 0,01 x 100 =101,2 mg/L
d. Sampel D =
x 3,36 x 0,01 x 100 =134,4 mg/L
e. Sampel E =
x 3,70 x 0,01 x 100 =148,0 mg/L
b. Hasil Uji Kalsium (Ca2+
)
Rumus Kadar Kalsium (Ca2+
)
x V EDTA x M EDTA x 40
a. Sampel A =
x 2,20 x 0,01 x 40 = 35,20 mg/L
b. Sampel B =
x 2,79 x 0,01 x 40 = 44,64 mg/L
c. Sampel C =
x 2,60 x 0,01 x 40 = 41,60 mg/L
d. Sampel D =
x 2,79 x 0,01 x 40 = 44,64 mg/L
e. Sampel E =
x 2,49 x 0,01 x 40 = 39,84 mg/L
c. Hasil Uji Magnesium (Mg2+
)
Rumus Kadar Magnesium (Mg2+
)
Kadar Kesadahan Total (Ca2+
+ Mg2+
) – Kadar Kalsium (Ca2+
)
a. Sampel A = 154,4 mg/L – 35,20 mg/L = 119,20 mg/L
b. Sampel B = 113,2 mg/L – 44,64 mg/L = 68,56 mg/L
c. Sampel C = 101,2 mg/L – 41,60 mg/L = 59,60 mg/L
d. Sampel D = 134,4 mg/L – 44,64 mg/L = 89,76 mg/L
e. Sampel E = 148,0 mg/L – 39,84 mg/L = 108,16 mg/L
54
d. Hasil Uji Klorida (Cl-)
Rumus Kadar Klorida (Cl-)
( )
a. Sampel A = ( )
= 42,83 mg/L
b. Sampel B = ( )
= 30,07 mg/L
c. Sampel C = ( )
= 25,80 mg/L
d. Sampel D = ( )
= 23,82 mg/L
e. Sampel E = ( )
= 30,27 mg/L
55
Lampiran 6. Persyaratan Air Sumur sebagai Air Minum sesuai Permenkes
56
Lampiran 7. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
57
Lampiran 8. Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 1
58
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 2
59
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ke PTKI Medan
60
Lampiran 11. Surat Balasan Izin Penelitian di PTKI
61
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian di BTKLPP Medan
62
Lampiran 13. Surat Balasan Izin Penelitian di BTKLPP Medan
63
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1
64
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2