UNDANG-UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
PEMILIHAN RAYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KETUA UMUM DEWAN PERMUSYAWARATAN MAHASISWA,
Menimbang : a. bahwa perlu diselenggarakan Pemilihan Raya untuk memilih Anggota DPM,
Ketua Umum DPM, dan Pasangan Presiden dan Wakil Presiden BEM
Poltekkes Kemenkes Semarang sebagai sarana perwujudan kehidupan
demokratis di lingkungan KBM Poltekkes Kemenkes Semarang;
b. bahwa diperlukan pengaturan mekanisme Pemilihan Raya sebagai
perwujudan sistem Keluarga Besar Mahasiswa di Poltekkes Kemenkes
Semarang yang demokratis dan berintegritas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Undang-undang Keluarga Besar Mahasiswa
tentang Pemilihan Raya.
Mengingat : BAB V Pasal 22; BAB IV Pasal 10; BAB X Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, dan
Pasal 51 Pedoman Pelaksanakan Organisasi Mahasiswa (PPOM) Tahun 2020.
Dengan Pembahasan Bersama
DEWAN PERMUSYAWARATAN MAHASISWA
dan
PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA TENTANG
PEMILIHAN RAYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Pemilihan Raya Keluarga Besar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Semarang yang selanjutnya disebut Pemira KBM Poltekkes Kemenkes
Semarang adalah sarana pelaksanaan kedaulatan mahasiswa yang
dilaksanakan secara langsung, keterwakilan, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam KBM Poltekkes Kemenkes Semarang berdasarkan Pancasila,
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan PPOM
KBM Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Dewan Permusyawaratan Mahasiswa yang selanjutnya disebut DPM adalah
Lembaga Legislatif tertinggi di Keluarga Besar Mahasiswa yang
merupakan perwujudan kedaulatan mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Semarang sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Pelaksanaan Organisasi
Mahasiswa
3. Badan Eksekutif Mahasiswa yang selanjutnya disebut BEM adalah
Lembaga Eksekutif tertinggi di Keluarga Besar Mahasiswa yang
merupakan pelaksana pemerintahan mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Semarang sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Pelaksanaan Organisasi
Mahasiswa
4. Dewan Mahasiswa yang selanjutnya disebut Dema adalah Lembaga
Legislatif di tingkat Jurusan/Program Studi sebagaimana dimaksud dalam
Pedoman Pelaksanaan Organisasi Mahasiswa
5. Badan Pengawas Pemira yang selanjutnya disebut BPP adalah Badan yang
dibentuk oleh Ketua Umum DPM untuk mengawasi kinerja Komisi
Penyelenggara Pemira (KPP)
6. Komisi Penyelenggara Pemira yang selanjutnya disebut KPP adalah
Penyelenggara Pemira yang bersifat independen
7. Pemilih adalah mahasiswa aktif Poltekkes Kemenkes Semarang yang
dibuktikan dengan kartu tanda mahasiswa dan terdaftar sebagai pemilih
8. Bakal Calon adalah perseorangan yang mengajukan atau diajukan sebagai
Calon
9. Calon adalah perseorangan yang terpilih untuk melanjutkan tahapan Pemira
10. Jurusan adalah semua kampus yang keberadaannya bersama dengan Ketua
Jurusan secara langsung
11. Perwakilan Jurusan adalah semua kampus yang keberadaannya tidak secara
langsung dipimpin oleh Ketua Jurusan namun dipimpin oleh Ketua
Perwakilan Jurusan/Ketua Program Studi
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN PELAKSANAAN
Pasal 2
Pemira dilaksanakan secara demokratis, efektif, dan efisien berdasarkan asas
langsung, keterwakilan, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Pasal 3
Pengaturan Penyelenggaraan Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang
bertujuan untuk :
a. Memperkuat sistem pemerintahan mahasiswa yang demokratis;
b. Mewujudkan pemira yang adil dan berintegritas;
c. Menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemira;
d. Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan
Pemira; dan
e. Mewujudkan Pemira yang efektif dan efisien.
Pasal 4
1. Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang dilaksanakan setiap 1 (satu)
tahun sekali
2. Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara Pemira KBM Poltekkes
Kemenkes Semarang ditetapkan oleh KPP atas persetujuan DPM dan
diketahui Direktorat
3. Tahapan penyelenggaraan Pemira adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran dan pemutakhiran data Pemilih Pemira;
b. Pendaftaran Peserta Pemira;
c. Kongres Tingkat Tinggi (KTT);
d. Masa kampanye;
e. Debat kandidat;
f. Masa tenang;
g. Pemungutan dan penghitungan suara;
h. Penetapan hasil Pemira.
Pasal 5
1. Pemira untuk memilih Ketua Umum DPM, dan Pasangan Presiden dan Wakil
Presiden BEM diselenggarakan oleh KPP
2. Pemira untuk memilih Anggota DPM diselenggarakan oleh Dema dan DPM
3. Pengawasan keseluruhan penyelenggaraan Pemira dilaksanakan oleh BPP
4. Ketua Dema dipilih dalam Musyawarah Anggota Dewan Mahasiswa dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota Dema Terpilih dan diatur
lebih lanjut dalam ketentuan maupun peraturan di Jurusan/Prodi
5. Gubernur Hima dipilih secara langsung oleh mahasiswa di wilayah kerja
Hima dan diatur lebih lanjut dalam ketentuan maupun peraturan mahasiswa
di Jurusan/Prodi
6. Gubernur Hima dan/atau Ketua Dema sebagaimana dimaksud ayat 4 dan 5
merupakan mahasiswa aktif di Poltekkes Kemenkes Semarang yang duduk
sekurang-kurangnya di tingkat II dan memiliki Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) ≥ 3,00
7. Penyelenggaraan Pemira di tingkat Jurusan/Prodi diatur lebih lanjut dalam
ketentuan maupun peraturan di Jurusan/Prodi.
Pasal 6
1. Pemira untuk memilih Ketua Umum DPM dilaksanakan dalam Musyawarah
Besar
2. Pemira untuk memilih Anggota DPM dilaksanakan dalam Musyawarah
Anggota DPM dengan memperhatikan kuota jumlah kursi Anggota DPM tiap
Jurusan/Perwakilan Jurusan
3. Pemira untuk memilih Pasangan Presiden dan Wakil Presiden BEM
dilaksanakan dengan sistem suara terbanyak.
BAB III
KOMISI PENYELENGGARA PEMIRA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
1. Wilayah kerja KPP meliputi seluruh kampus Poltekkes Kemenkes Semarang
2. KPP menjalankan tugasnya secara berkesinambungan
3. Dalam menyelenggarakan Pemira, KPP bebas dari pengaruh pihak manapun
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Bagian Kedua
Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan
Pasal 8
1. KPP berkedudukan sebagai penyelenggara pemira yang ditetapkan oleh
Ketua Umum DPM
2. KPP sebagaimana dimaksud ayat 1 bersifat tetap selama masa
kepengurusannya.
Pasal 9
1. Anggota KPP berasal dari Calon Anggota DPM Poltekkes Kemenkes
Semarang dan delegasi panitia dari Dema Jurusan
2. Keanggotaan KPP terdiri atas seorang Ketua yang merangkap Anggota dan
Anggota
3. Ketua KPP dipilih dari dan oleh Anggota KPP
4. Masa keanggotaan KPP ditetapkan oleh keputusan Ketua Umum DPM.
Pasal 10
1. Ketua KPP bertugas :
a. memimpin rapat dan seluruh kegiatan KPP;
b. bertindak untuk dan atas nama KPP ke luar dan ke dalam;
c. memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan KPP;
d. menandatangani seluruh peraturan dan keputusan KPP; dan
e. berkoordinasi dengan BPP dan DPM serta pihak lain terkait
penyelenggaraan Pemira.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua KPP bertanggungjawab kepada Ketua
Umum DPM.
Bagian Ketiga
Tugas, Kewajiban, dan Wewenang
Pasal 11
KPP bertugas :
a. Melaksanakan rencana program dan anggaran serta jadwal yang telah
ditetapkan DPM;
b. Mengkoordinasi terkait tahapan serangkaian Pemira yang telah ditetapkan;
c. Menerima daftar pemilih dari Dema;
d. Membuat berita acara rekapitulasi hasil perhitungan suara serta wajib
menyerahkannya kepada BPP;
e. Mengumumkan Ketua Umum DPM Terpilih dan Pasangan Presiden dan
Wakil Presiden BEM Terpilih serta membuat berita acaranya;
f. Menindaklanjuti dengan segera putusan BPP atas temuan dan laporan adanya
dugaan pelanggaran atau sengketa Pemira;
g. Mensosialisasikan penyelenggaraan Pemira dan/atau yang berkaitan dengan
tugas dan wewenang KPP kepada mahasiswa;
h. Melakukan evaluasi setiap tahapan penyelengaran Pemira; dan
i. Melaksanakan tugas lain dalam penyelenggaran Pemira sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
Pasal 12
KPP berwenang :
a. Menetapkan peraturan KPP pada setiap tahapan Pemira;
b. Menetapkan peserta Pemira;
c. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara tiap
Jurusan/Prodi yang ada di Poltekkes Kemenkes Semarang dengan
membuat berita acara perhitungan suara;
d. Menerbitkan keputusan KPP untuk mengesahkan hasil Pemira dan
mengumumkannya;
e. Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian
perlengkapan;
f. Melaporkan Anggota KPP yang terbukti melakukan tindakan yang
mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan Pemira yang sedang
berlangsung kepada BPP;
g. Menjatuhkan sanksi kepada Peserta Pemira yang melanggar ketentuan
Pemira sesuai batasan kewenangan yang telah ditetapkan; dan
h. Melaksanakan wewenang lain dalam penyelenggaraan Pemira sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
Pasal 13
KPP berkewajiban :
a. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemira secara tepat waktu;
b. Memperlakukan peserta Pemira secara adil dan setara;
c. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemira kepada
mahasiswa;
d. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran kepada Ketua
Umum DPM;
e. Mengelola barang inventaris sesuai dengan peraturan perundangan;
f. Menyampaikan laporan mengenai Penyelenggaraan Pemira kepada DPM
dengan tembusan kepada BPP;
g. Membuat notulen pada setiap rapat KPP yang ditandatangani oleh Ketua dan
Sekretaris KPP;
h. Menyediakan hasil Pemira secara menyeluruh di tiap Jurusan/Prodi
Poltekkes Kemenkes Semarang;
i. Melakukan pemutakhiran dan memelihara data pemilih secara berkelanjutan
dengan memperhatikan data mahasiswa sesuai ketentuan perundangan; dan
j. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan perundangan.
Bagian Keempat
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 14
1. Pemilihan Anggota KPP dilakukan oleh DPM dengan proses pemilihan
yang telah ditetapkan melalui Peraturan Ketua Umum DPM
2. Pengangkatan Anggota KPP terpilih ditetapkan dengan Surat Keputusan
Ketua Umum DPM.
Pasal 15
1. Anggota KPP berhenti apabila :
a. meninggal dunia;
b. berhalangan tetap sehingga tidak mampu melaksanakan tugas dan
kewajiban; atau
c. diberhentikan.
2. Anggota KPP diberhentikan sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf c apabila
yang bersangkutan telah dinyatakan melanggar peraturan perundangan
dan/atau etika penyelenggara Pemira menurut usulan BPP
3. Pemberhentian Anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud ayat 1 dan ayat 2 diputuskan oleh Ketua Umum DPM dengan
menerbitkan Surat Keputusan Ketua Umum DPM.
BAB IV
PENGAWAS PEMIRA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 16
1. Pengawasan Penyelenggaran Pemira dilakukan oleh BPP
2. Kepengurusan BPP bersifat tetap selama masa jabatannya sesuai keputusan
Ketua Umum DPM.
Bagian Kedua
Susunan dan Kepengurusan
Pasal 17
1. Kepengurusan BPP terdiri atas Anggota DPM yang ditugaskan oleh Ketua
Umum DPM
2. Ketua BPP dipilih dari dan oleh Pengurus BPP
3. Jabatan Ketua dan pengurus BPP terhitung sejak penerbitan Surat Keputusan
Ketua Umum DPM
4. Masa kepengurusan BPP berakhir sampai dengan penerbitan Surat
Keputusan Ketua Umum DPM tentang pembubaran BPP.
Bagian Ketiga
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban
Pasal 18
BPP bertugas :
a. mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemira, yang terdiri atas :
1) perencanaan pengadaan logistik oleh KPP;
2) sosialisasi penyelenggaraan Pemira; dan
3) pelaksanaan persiapan lainnya dalam penyelenggaraan Pemira sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan;
b. mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemira, yang terdiri atas :
1) pemutakhiran daftar pemilih tetap Pemira;
2) pencalonan sampai dengan penetapan Calon Ketua Umum DPM dan
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM;
3) pelaksanaan Kampanye;
4) pengadaan logistik Pemira dan pendistribusiannya;
5) pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemira di
TPS;
6) pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikasi
hasil Pemira;
7) rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara;
8) penetapan hasil Pemira;
c. menyelesaikan temuan dan laporan pelanggaran KPP pada tiap tahapan
Pemira;
d. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan;
e. menindaklanjuti dugaan pelanggaran Pemira dan melaporkanya kepada
Ketua Umum DPM.
Pasal 19
BPP berwenang :
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangan yang
mengatur mengenai Pemira;
b. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran yang dilakukan KPP dalam
Pemira;
c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
Pasal 20
BPP berkewajiban :
a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang;
b. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Ketua Umum DPM secara
periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan;
c. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
BAB V
PEMILIH DAN PESERTA PEMIRA
Bagian Kesatu
Pemilih
Pasal 21
1. Pemilih dalam Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang adalah seluruh
Mahasiswa aktif Diploma III, Diploma IV/Sarjana Terapan, Profesi, dan
Pascasarjana Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Daftar Pemilih diberikan oleh Dema kepada KPP dengan validasi dari Ketua
Jurusan/Prodi.
Bagian Kedua
Peserta Pemira
Pasal 22
Peserta Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang adalah mahasiswa aktif
Poltekkes Kemenkes Semarang dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundangan.
Paragraf Pertama
Pencalonan Anggota DPM
Pasal 23
1. Calon Anggota DPM harus memenuhi persyaratan :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Memegang teguh ideologi Pancasila dan berpedoman pada UUD 1945;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Mahasiswa aktif Poltekkes Kemenkes Semarang;
e. Mendapat surat rekomendasi dari Dema Jurusan/Perwakilan Jurusan
untuk menjadi Calon Anggota DPM;
f. Memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan penunjang;
g. Persyaratan penunjang sebagaimana dimaksud huruf f diatur dalam
Peraturan Ketua Umum DPM; dan
h. Bersedia menjadi Anggota KPP.
2. Persyaratan administratif Calon Anggota DPM sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf f dibuktikan dengan:
a. Kartu Tanda Mahasiswa;
b. Daftar riwayat hidup;
c. Sertifikat PMO atau surat keterangan telah mendapatkan pengenalan
organisasi mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Semarang dari Ketua
Dewan Mahasiswa;
d. KHS semester terakhir, jika sudah memiliki; dan
e. Sertifikat prestasi akademik dan/atau non akademik, jika memiliki.
Pasal 24
1. Setiap Jurusan/Perwakilan Jurusan wajib mengajukan Calon Anggota DPM
sebagai wakil mahasiswa dari Jurusan/Perwakilan Jurusan tersebut
2. Pendaftaran Calon Anggota DPM dilakukan oleh Dema dengan
menerbitkan surat rekomendasi dan berita acara persidangan pemilihan
Calon Anggota DPM
3. Pendaftaran dilakukan pada waktu yang telah ditentukan oleh DPM
4. Calon Anggota DPM harus menyerahkan persyaratan administratif dan
persyaratan penujang serta mengikuti tahap pemilihan sesuai dengan
peraturan Ketua Umum DPM.
Paragraf Kedua
Pencalonan Ketua Umum DPM
Pasal 25
1. Bakal Calon Ketua Umum DPM harus memenuhi persyaratan :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Memegang teguh ideologi Pancasila dan berpedoman pada UUD 1945;
c. Mahasiswa aktif Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah menempuh
minimal 2 (dua) semester;
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Mendapat surat rekomendasi dari Dema Jurusan/Perwakilan Jurusan
untuk menjadi Bakal Calon Ketua Umum DPM;
f. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Bakal Calon Ketua Umum DPM ≥ 3,00;
g. Memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan penunjang;
h. Persyaratan penunjang sebagaimana dimaksud huruf g diatur dalam
Ketentuan Pemira; dan
i. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan di organisasi lain dalam Keluarga
Besar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang.
2. Persyaratan administratif Bakal Calon Ketua Umum DPM sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf g dibuktikan dengan:
a. Kartu Tanda Mahasiswa;
b. Daftar riwayat hidup;
c. KHS semester terakhir;
d. Sertifikat PMO atau surat keterangan telah mendapatkan pengenalan
organisasi mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Semarang dari Ketua
Dewan Mahasiswa;
e. Surat kersediaan tidak merangkap jabatan di organisasi lain; dan
f. Sertifikat prestasi akademik dan/atau non akademik, jika memiliki.
Pasal 26
1. Setiap Jurusan wajib mengajukan Bakal Calon Ketua Umum DPM
2. Setiap Perwakilan Jurusan diperbolehkan mengajukan Bakal Calon Ketua
Umum DPM
3. Pendaftaran Bakal Calon Ketua Umum DPM dilakukan oleh Dema
Jurusan/Perwakilan Jurusan
4. Pendaftaran dapat dilakukan pada waktu yang telah ditentukan oleh KPP
5. Pendaftaran Bakal Calon Ketua Umum DPM sebagaimana dimaksud ayat 3
harus menyerahkan surat rekomendasi, berita acara sidang pemilihan Bakal
Calon Ketua Umum DPM, dan persyaratan administratif serta persyaratan
penunjang sesuai dengan peraturan perundangan.
Pasal 27
1. Verifikasi Bakal Calon Ketua Umum DPM dilakukan oleh KPP dengan
waktu yang telah ditentukan berdasarkan pengawasan BPP
2. KPP berkewajiban mengkoordinasikan hasil verifikasi kepada DPM.
Pasal 28
1. Calon Ketua Umum DPM ditetapkan berdasarkan hasil Musyawarah DPM
dalam Kongres Tingkat Tinggi (KTT) dengan diketahui Direktorat
2. Hak memilih dari Bakal Calon Ketua Umum DPM yang sedang menjabat
sebagai Anggota DPM, ditangguhkan selama proses pemilihan Calon Ketua
Umum DPM sebagaimana dimaksud ayat 1
3. Hasil penetapan Calon Ketua Umum DPM dituangkan dalam Surat
Keputusan Ketua Umum DPM.
Paragraf Ketiga
Pencalonan Pasangan Presiden dan Wakil Presiden BEM
Pasal 29
1. Bakal Calon Presiden BEM harus memenuhi persyaratan :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Warga negara Indonesia;
c. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah menempuh
minimal 2 (dua) semester;
d. Memiliki hak untuk memilih dan dipilih;
e. Mendapat surat rekomendasi dari Dema Jurusan/Perwakilan Jurusan
untuk menjadi Bakal Calon Presiden BEM;
f. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Bakal Calon Presiden BEM ≥ 3,00;
g. Memenuhi persyaratan administrasif dan persyaratan penunjang;
h. Persyaratan penunjang sebagaimana dimaksud huruf g diatur dalam
ketentuan Pemira; dan
i. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan di organisasi lain dalam Keluarga
Besar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang.
2. Persyaratan administratif Bakal Calon Presiden BEM sebagaimana dimaksud
ayat 1 huruf g dibuktikan dengan :
a. Kartu tanda mahasiswa;
b. Daftar riwayat hidup;
c. KHS semester terakhir;
d. Sertifikat PMO atau surat keterangan telah mendapatkan pengenalan
organisasi mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Semarang dari Ketua
Dewan Mahasiswa;
e. Surat kesediaan tidak merangkap jabatan di organisasi lain;
f. Sertifikat prestasi akademik dan/atau non akademik, jika memiliki.
Pasal 30
1. Setiap Jurusan wajib mengajukan Bakal Calon Presiden BEM
2. Setiap Perwakilan Jurusan diperbolehkan mengajukan Bakal Calon Presiden
BEM
3. Pendaftaran Bakal Calon Presiden BEM dilakukan oleh Dema
Jurusan/Perwakilan Jurusan
4. Pendaftaran dapat dilakukan pada waktu yang telah ditentukan oleh KPP
5. Pendaftaran Bakal Calon Presiden BEM sebagaimana dimaksud ayat 3 harus
menyerahkan surat rekomendasi, berita acara sidang pemilihan Bakal Calon
Presiden BEM, dan persyaratan administratif serta persyaratan penunjang
sesuai dengan peraturan perundangan.
Pasal 31
1. Verifikasi Bakal Calon Presiden BEM dilakukan oleh KPP dengan waktu
yang telah ditentukan berdasarkan pengawasan BPP
2. KPP berkewajiban mengkoordinasikan hasil verifikasi kepada DPM.
Pasal 32
1. Mendapat dukungan sekurang-kurangnya sebesar dua puluh persen (20%)
dari jumlah Seluruh Anggota DPM dalam Kongres Tingkat Tinggi (KTT);
2. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM ditetapkan berdasarkan
Kongres Tingkat Tinggi dengan diketahui Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang
3. Hasil penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM
dituangkan dalam Surat Keputusan Ketua Umum DPM.
BAB VI
KONGRES TINGKAT TINGGI
Pasal 33
1. Kongres Tingkat Tinggi yang selanjutnya disebut KTT dilaksanakan sebagai
bagian dari Penyelenggaraan Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang
2. KTT bertujuan untuk menetapkan Calon Ketua Umum DPM dan Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM
3. KTT sebagaimana dimaksud ayat 1 berlangsung selama 7 (tujuh) hari dan
sebelum dilaksanakannya Masa Kampanye
4. Mekanisme KTT terdiri dari Wawancara, Sidang Pemilihan dan
Pemasangan, Sidang Penetapan Calon Ketua Umum DPM dan Pasangan
Calon Presiden BEM dan Wakil Presiden BEM
5. Waktu pelaksanaan KTT lebih lanjut diatur dalam Ketentuan Pemira.
BAB VII
KAMPANYE
Bagian Kesatu
Pasal 34
1. Kampanye Pemira dilaksanakan sebagai bagian dari Penyelenggaraan
Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Kampanye Pemira merupakan bagian dari pendidikan politik mahasiswa
yang dilaksanakan secara bertanggungjawab
3. Pelaksanaan Kampanye Pemira diakomodasi oleh KPP
4. Peserta kampanye Pemira bebas mengkampanyekan diri diluar akomodasi
KPP sebagaimana dimaksud ayat 3 dengan syarat diawasi dan/atau atas izin
KPP
5. Pelaksanaan kampanye Pemira di tingkat Jurusan/Prodi diatur dalam
peraturan Dema.
Bagian Kedua
Materi Kampanye
Pasal 35
Materi kampanye Peserta Pemira meliputi:
a. nama pasangan calon;
b. asal Prodi/Jurusan;
c. nomor urut;
d. visi dan misi;
e. program yang akan dijalankan ketika terpilih; dan
f. materi lain yang dianggap perlu ditampilkan selama tidak menyalahi norma
dan peraturan perundangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Metode Kampanye
Paragraf Pertama
Pasal 36
Kampanye Pemira dapat dilakukan melalui :
a. pertemuan tatap muka;
b. dalam jaringan;
c. debat Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM;
d. media cetak dan media elektronik;
e. penyebaran media Kampanye kepada mahasiswa;
f. pemasangan alat peraga Kampanye di lingkungan kampus; dan
g. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye dan peraturan
perundangan.
Pasal 37
1. Kampanye Pemira dilaksanakan sejak dimulainya masa Kampanye sampai
dengan berakhirnya Masa Kampanye sebelum masa tenang
2. Masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlangsung selama 2 (dua)
hari sebelum hari/tanggal pemungutan suara
3. Ketentuan teknis waktu penyelenggaraan Kampanye diatur dalam ketentuan
Pemira.
Paragraf Kedua
Media Kampanye
Pasal 38
1. Peserta Pemira dapat mencetak dan menyebarkan sendiri media Kampanye
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf e dengan sepengetahuan
dan/atau izin KPP
2. Media kampanye Peserta Pemira sebagaimana dimaksud Pasal 36 huruf e
meliputi :
a. selebaran (flyer);
b. brosur (leaflet);
c. poster;
d. pamflet;
e. spanduk;
f. foto dan video yang diunggah di sosial media; dan
g. media lain selama tidak menyalahi norma dan peraturan perundangan
yang berlaku.
3. Desain dan materi pada media Kampanye sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2 paling sedikit memuat nama, visi, misi, dan program peserta Pemira.
4. Media Kampanye sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat disebarkan
pada Kampanye pertemuan tatap muka maupun dalam jaringan.
5. Peserta Pemira dilarang membuat materi Kampanye pada media Kampanye
sebagaimana dimaksud ayat 1 yang bertentangan dengan tata norma dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Paragraf Ketiga
Pemasangan Alat Peraga di Lingkungan Kampus
Pasal 39
1. Peserta Pemira dapat mencetak dan menyebarkan sendiri alat peraga
Kampanye sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf e dengan
sepengetahuan dan/atau izin KPP
2. Pemasangan alat peraga Kampanye Pemira dilaksanakan dengan
mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan, dan keindahan lingkungan
kampus
3. Alat peraga Kampanye sebagaimana dimaksud ayat 1 meliputi :
a. Poster;
b. Spanduk;
4. Segala bentuk alat peraga Kampanye dibersihkan 1 (satu) hari sebelum hari
pemungutan suara.
Pasal 40
Tempat yang tidak diperbolehkan untuk pemasangan alat peraga kampanye
sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf f meliputi:
a. Ruang kelas;
b. Masjid;
c. Tiang-tiang penyangga; dan
d. Tempat umum yang tidak disediakannya ruang untuk penempelan
informasi.
Bagian Keempat
Larangan dalam Kampanye
Pasal 41
Peserta dan tim kampanye dilarang :
a. mempersoalkan konstitusi KBM Poltekkes Kemenkes Semarang;
b. mencemarkan nama baik dan/atau menghina seseorang, agama, suku, ras,
golongan Calon dan/atau Peserta Pemira yang lain;
c. menghasut dan mengadu domba mahasiswa;
d. mengganggu ketertiban umum;
e. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada mahasiswa dan/atau Peserta Pemira;
f. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta Pemira;
g. menuduh peserta Pemira lain melakukan pelanggaran tanpa adanya barang
bukti; dan
h. memasang atau menempel alat peraga kampanye pada tempat yang diatur
dalam pasal 40.
Bagian Kelima
Sanksi atas Pelanggaran Larangan Kampanye
Pasal 42
Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup atas adanya pelanggaran
larangan kampanye sebagaimana dimaksud pasal 41 oleh peserta dan tim
Kampanye, maka KPP dapat memberikan sanksi berupa :
a. Penangguhan hak berkampanye selama 3 (tiga) hari;
b. Pencopotan alat peraga Kampanye yang dipasang tidak sesuai pada
tempatnya; dan
c. Mendiskualifikasi peserta Kampanye Pemira jika tidak mengindahkan
teguran dan pemberian sanksi sebagaimana huruf a dan/atau huruf b.
BAB VIII
PEMUNGUTAN SUARA DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 43
1. Pemungutan suara dilaksanakan untuk memilih Pasangan Presiden dan
Wakil Presiden BEM
2. Pemungutan suara dapat dilaksanakan secara langsung (offline) dan/atau
dalam jaringan (online).
Pasal 44
KPP bertanggungjawab dalam merencanakan dan menetapkan standar serta
kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.
Pasal 45
Pemungutan suara dilaksanakan secara serentak di masing-masing Jurusan
dengan waktu pelaksanaan yang telah ditentukan oleh KPP.
Pasal 46
1. Selain perlengkapan pemungutan suara, untuk menjaga keamanan,
kerahasiaan, dan kelancaran pelaksanaan pemungutan suara dan
penghitungan suara, maka KPP dapat mengadakan dukungan perlengkapan
lainnya
2. Bentuk, ukuran, dan spesifikasi teknis keseluruhan perlengkapan
pemungutan suara wajib dilaporkan kepada BPP.
Bagian Kedua
Mekanisme Pemungutan Suara
Pasal 47
1. KPP bekerja sama dengan Dema Jurusan/Prodi untuk mempersiapkan dan
melaksanakan pemungutan suara
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme Pemira diatur dalam Ketentuan
Pemira.
Pasal 48
Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS yaitu pemilih yang
terdaftar pada daftar pemilih tetap.
Pasal 49
Pengawasan atas pelaksanaan tugas dan wewenang KPP mengenai pengadaan
dan distribusi perlengkapan pemungutan suara dilaksanakan oleh BPP
Bagian Ketiga
Penghitungan Perolehan Suara
Pasal 50
1. Penghitungan perolehan suara dilakukan oleh KPP, disaksikan oleh
mahasiswa, dan diawasi oleh BPP, serta diketahui oleh DPM
2. Penghitungan perolehan suara dilaksanakan setelah waktu pemungutan suara
berakhir
3. Penghitungan perolehan suara dilakukan dengan suara yang jelas dan
terdengar dengan memperlihatkan bentuk suara yang dihitung
4. Hasil perolehan suara dibuat berita acara dan ditandatangani oleh Ketua KPP,
saksi mahasiswa, BPP, dan Ketua Umum DPM
5. Berita acara dari setiap tempat perhitungan suara diakumulasikan sebagai
hasil perolehan secara keseluruhan.
Pasal 51
1. Penghitungan perolehan suara secara keseluruhan sebagaimana dimaksud
pasal 50 ayat 2 adalah penghitungan perolehan suara Pasangan Calon
Presiden dan Wakil Presiden BEM
2. Penghitungan perolehan suara sebagaimana dimaksud pasal 50 ayat 3
dilakukan oleh KPP, disaksikan oleh mahasiswa sekurang-kurangnya 1
(satu) mahasiswa di setiap Tempat Perhitungan Suara, dan diawasi oleh BPP
3. Hasil akhir penghitungan perolehan suara dibuat berita acara rekapitulasi
Hasil Perolehan Suara.
Pasal 52
1. Penyampaian laporan atas dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan
dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan penghitungan suara dapat diajukan
kepada BPP
2. Dalam pengajuan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara dapat
diajukan kepada BPP apabila ternyata terdapat hal yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
3. BPP berkewajiban untuk mengkaji terlebih dahulu laporan yang disampaikan
dan menindaklanjuti pelanggaran perhitungan suara
4. KPP wajib melaksanakan tindak lanjut hasil keputusan BPP atas pelanggaran
perhitungan suara.
BAB IX
JUMLAH KURSI ANGGOTA DPM
Pasal 53
Jumlah kursi Anggota DPM ditetapkan dengan ketentuan :
a. Jurusan harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) kursi dan sebanyak-
banyaknya 4 (empat) kursi Anggota DPM
b. Perwakilan Jurusan harus memiliki 1 (satu) kursi Anggota DPM
c. Untuk Jurusan yang telah memiliki Anggota DPM Pertahana dan
melanjutkan pada periode keanggotaan berikutnya sejumlah 4 (empat) orang,
maka diperbolehkan untuk menambah sebanyak-banyaknya 1 (satu) orang
Anggota DPM sebagai bentuk regenerasi keanggotaan DPM dari Jurusan
tersebut.
BAB X
PENETAPAN DAN PENGUMUMAN HASIL PEMIRA
Bagian Kesatu
Hasil Pemira
Pasal 54
Hasil Pemira KBM Poltekkes Kemenkes Semarang terdiri atas Musyawarah
Anggota DPM, Musyawarah Besar, dan perolehan suara Pasangan Calon
Presiden dan Wakil Presiden BEM.
Paragraf Pertama
Anggota DPM Terpilih
Pasal 55
1. Penetapan Anggota DPM terpilih ditetapkan oleh Ketua Umum DPM dalam
Musyawarah Anggota DPM yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang Anggota DPM dari tiap Jurusan
2. Penetapan Anggota DPM terpilih ditetapkan dengan memperhatikan jumlah
kursi Anggota DPM dari tiap Jurusan/Perwakilan Jurusan.
Paragraf Kedua
Ketua Umum DPM Terpilih
Pasal 56
1. Penetapan Ketua Umum DPM Terpilih ditetapkan oleh Ketua Umum DPM
dalam Musyawarah Besar yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang Anggota DPM dari tiap Jurusan
2. Penetapan Ketua Umum DPM Terpilih ditetapkan dengan berdasarkan hasil
dalam Musyawarah Besar.
Paragraf Ketiga
Pasangan Presiden dan Wakil Presiden BEM Terpilih
Pasal 57
1. Berita acara hasil perolehan suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden BEM dari seluruh TPS dilaporkan KPP kepada Ketua Umum
DPM untuk ditetapkan sebagai Keputusan Ketua Umum DPM tentang
hasil perolehan suara
2. Penetapan Pasangan Presiden dan Wakil Presiden BEM Terpilih ditetapkan
dengan berdasarkan hasil perolehan suara terbanyak dalam Pemilihan
Raya.
Bagian Kedua
Pengumuman Hasil Pemira
Pasal 58
1. Pengumuman Anggota DPM Terpilih dilakukan oleh DPM dan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Ketua Umum DPM
2. Pengumuman Ketua Umum DPM Terpilih, dan Pasangan Presiden dan
Wakil Presiden BEM Terpilih dilakukan oleh KPP dan diatur lebih lanjut
dalam Ketentuan Pemira.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
Ketua Umum DPM dalam kedudukan sebagai pemimpin tertinggi kedaulatan
mahasiswa dalam Keluarga Besar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang,
dapat mengambil kebijakan-kebijakan tertentu yang dianggap perlu demi
kelancaran proses pemilihan raya.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 60
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya peraturan ini. Apabila ada
kesalahan, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya sesuai ketentuan yang
berlaku. Sejak ditetapkan peraturan ini, maka peraturan-peraturan sebelumnya
terkait hal yang telah diatur dalam peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.