UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA
BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR – NERS
SHEILA SAFIRA
0806334445
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA
BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR – NERS
Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Ners
SHEILA SAFIRA
0806334445
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas Ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa profesi sampai pada penyusunan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
(2) Ibu Kuntarti S.Kp., M. Biomed, sebagai kepala program studi Profesi
(3) Ibu Ns.Tri Widyastuti, S.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
(4) Segenap tim dosen keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah
membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini;
(5) Mamie, Papa, Atin, Kak Dilla, Raziqa, dan Udo yang telah memberikan
bantuan dukungan material dan moral;
(6) Satya Dharmayukti, yang telah melibatkan diri di kegiatan profesi saya
dan yang telah memberi saya semangat saat saya menghadapi kesulitan
dan kebosanan dalam profesi ini;
(7) Teman-teman satu kelompok saya, Danisya, Ncel, Sheila, Mpit, Mbak
Wiji yang telah banyak memberikan bantuan baik dukungan, semangat dan
bekerjasama dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini;
(8) Keluarga Bapak D, khususnya Ibu M dan An.S yang mau menerima saya
dalam asuhan keperawatan keluarga yang saya berikan;
(9) RW 07 dan segenap kader yang telah bersedia tempatnya dijadikan lahan
praktik dan banyak membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan
(10) Tim peminatan komunitas yang kompak dan selalu bekerjasama dengan
baik dalam proses peminatan ini;
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
vi Universitas Indonesia
(11) Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung, sadar
maupun tidak sadar telah saya repotkan atau membantu saya dalam
pengerjaan proposal penelitian ini
(12) Seluruh teman-teman seperjuangan, profesi FIK UI angkatan 2012/2013,
karena kalian lah yang berjalan bersama saya melewati semua proses ini
Akhir kata, saya berharap laporan ini dapat membawa manfaat positif bagi banyak
pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.
Depok, 9 Juli 2013
Penulis
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Sheila Safira
Program Studi : Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Kesehatan Perkotaan pada Keluarga
Bapak D dengan Ketidakseimbangan Nutrisi pada Balita di
RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok
Kemiskinan adalah salah satu akibat urbanisasi yang berdampak langsung
terhadap masalah gizi. Karya ilmiah akhir ini menggambarkan asuhan
keperawatan keluarga Bapak D dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada
balita yang dilakukan selama 7 minggu. Penyebab dari ketidakseimbangan nutrisi
pada Anak S (27 bulan) yaitu kurangnya pengetahuan ibu dan asupan yang tidak
adekuat akibat sulit makan. Intervensi yang dilakukan bersifat kognitif, afektif dan
psikomotor dengan menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga.
Implementasi unggulan yang telah dilakukan yaitu pembuatan jadwal menu
makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan (zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur). Evaluasi yang didapat yaitu adanya peningkatan
berat badan Anak S dari 8,6 kg menjadi 8,8 kg, Ibu M telah menyediakan
makanan dengan menu bervariasi sesuai triguna makanan.
Kata kunci: balita, gizi kurang, triguna makanan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Nama : Sheila Safira
Program Studi : Ners
Judul : The Nursing Care Processes on Mr. D’s Family with
Insufficient Nutrition in Toddler in RW 07, Kelurahan
Cisalak Pasar, Depok
Poverty is one of the results of urbanization that have direct impact on nutritional
issues. This study discussed the 7 weeks of nursing care on the family of Mr D
with an imbalance of nutrients on toddler. The cause of an imbalance of nutrients
on Client S (age 27 months) was lack of mother’s knowledge and inadequate
nutritional intake due to difficult to eat. The intervention included cognitive,
affective and psychomotor tasks by using five family health approaches. Primary
implementation that had been done was making the schedule of balanced and
varied food menu based on nutritional food balance (contain energy substances,
builder substances and control substance). The evaluation found that since Mrs M
has provided Client S with varied food menus according to nutritional food
balance, there was an increase in body weight of Client S from 8.6 kg to 8.8 kg.
Keyword: toddler, insufficient nutrition, nutritional food balance
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................7
1.4.1 Tujuan Umum ..............................................................................7
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................7
1.5 Manfaat Penulisan ..................................................................................8
1.5.1 Manfaat Umum .............................................................................8
1.5.2 Manfaat Khusus ............................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9
2.1 Konsep Perkotaan ................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Perkotaan ..................................................................... 9
2.1.2 Masalah Nutrisi pada Masyarakat Perkotaan ................................. 10
2.2 Keluarga dengan Anak Balita ................................................................. 11
2.2.1 Keluarga dengan Balita .................................................................. 11
2.2.2 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Balita .............................. 13
2.2.3 Masalah-masalah pada Keluarga dengan Balita ............................ 14
2.2.4 Peran Perawat Keluarga ................................................................. 17
2.3 Asuhan Keperawatan dengan Balita Gizi Kurang .................................. 18
2.3.1 Pengkajian ...................................................................................... 18
2.3.2 Penegakkan Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah ......... 24
2.3.3 Perencanaan ................................................................................... 25
2.3.4 Implementasi .................................................................................. 26
2.3.5 Evaluasi .......................................................................................... 28
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ........................................ 31 3.1 Pengkajian ............................................................................................... 31
3.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 33
3.3 Perencanaan Tindakan Keperawatan ...................................................... 33
3.4 Implementasi ........................................................................................... 36
3.5 Evaluasi ................................................................................................... 39
3.5.1 Evaluasi Formatif ........................................................................... 39
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
xi Universitas Indonesia
3.5.2 Evaluasi Sumatif ............................................................................ 43
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian ...................................................... 44
BAB 4 ANALISIS SITUASI ............................................................................... 46 4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................................ 46
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP ............. 49
4.3 Analisis Program Inovasi Penyusunan Menu Seimbang dan Bervariasi
pada Balita Berdasarkan Triguna Makanan dengan Konsep dan
Penelitian Terkait .................................................................................... 51
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ......................................... 52
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 53
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 53
5.2 Saran ........................................................................................................ 53
5.2.1 Kader RW 07 ................................................................................. 53
5.2.2 Puskesmas Cimanggis .................................................................... 54
5.2.3 Institusi Pendidikan ........................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga.. ........................................................20
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Anak 0-60 Bulan Berdasarkan Indeks.....22
Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga..........................................25
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Bapak D
Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Keluarga Bapak D
Lampiran 3 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak D
Lampiran 4 Catatan Perkembangan (Evaluasi SOAP) Keluarga Bapak D
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah perkotaan merupakan masalah yang mengancam baik masa sekarang
maupun masa depan penduduk perkotaan yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh manusia atau karena kondisi lingkungan.
Perkembangan perkotaan menimbulkan perubahan dan dapat berdampak buruk
baik dalam hal sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Perkembangan akan
terus berlangsung tanpa memperhatikan dampak yang terjadi pada masyarakat
perkotaan (Nyoman, 2001 dalam Isro’i, 2008).
Salah satu masalah yang timbul di perkotaaan adalah kemiskinan yang
mempengaruhi cara warga untuk mendapatkan kebutuhan pokok termasuk bahan
makanan. Kemiskinan menyebabkan munculnya masalah gizi akibat
ketidakmampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggota
keluarga. Masalah ini diperburuk dengan adanya ancaman lingkungan yang
menyebabkan kondisi kesehatan yang memburuk (Allender & Spradley, 2005).
Kemiskinan dan kelaparan merupakan salah satu target yang menjadi fokus dari
MDG’s. MDG’s (millenium development goals) merupakan suatu upaya
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
diharapkan mampu dicapai pada tahun 2015. MDG’s ini memiliki target yang
nantinya akan digunakan untuk membangun Indonesia yang lebih baik sesuai
dengan kebutuhan dan hak-hak warga negaranya demi kesejahteraan seluruh
masyarakat Indonesia. Visi pembangunan MDG’s dalam hal gizi yaitu untuk
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat
optimal (Depkes RI, 2011).
Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa sangat tergantung pada
kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya (SDM). Ukuran kualitas
sumber daya manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat kemiskinan
dan status gizi masyarakat (Bappenas, 2007). Upaya peningkatan SDM dimulai
dengan perhatian utama pada proses tumbuh kemang anak sejak pembuahan
sampai mencapai remaja. Pemenuhan kebutuhan dasar anak pada masa tumbuh
kembang ini, seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan
penuh kasih sayang, dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas, dan produktif
(Sururi, 2006).
Indonesia memiliki dua masalah gizi utama, yaitu gizi kurang makro dan gizi
kurang mikro. Gizi kurang makro merupakan gangguan kesehatan yang
disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi mikro
adalah masalah gizi yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan asupan energi protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan
kekurangan zat gizi mikro. Kekurangan gizi mikro yaitu kurang zat besi, yodium,
dan vitamin A yang menyebabkan kekeringan selaput ikat mata karena
kekurangan vitamin A (Sururi, 2006).
Balita merupakan kelompok resiko tinggi terhadap terjadinya masalah gizi. Risiko
tinggi yang dapat terjadi pada balita disebabkan oleh faktor resiko biologis, seperti
kelahiran dengan berat badan lahir rendah dan usianya masih muda dengan
pertahan tubuh dan sistem pencernaan yang masih imatur. Hal ini membuat resiko
penyakit dan masalah nutrisi lebih besar terjadi pada anak usia balita (Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999).
Fenomena gizi buruk pada balita terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan terus
mengalami peningkatan. Tahun 2004, kelompok gizi kurang dan gizi buruk
mencapai 28,47% di Indonesia (Depkes, 2004). Supari (2006) dalam Siswono
(2006) mengungkapkan bahwa terdapat 3.957 anak dan balita di Indonesia yang
menderita busung lapar dan 76.178 anak dengan gizi kurang per Desember 2005.
Tahun 2006, jumlah gizi buruk mengalami lonjakan dari 1.8 juta pada tahun 2005
menjadi 2.3 juta pada tahun 2006 (UNICEF, 2006 dalam Sinung, 2006).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki masalah
gizi buruk sebagai masalah sosial dan kesehatan. Sebanyak 25.735 kasus balita
dengan gizi buruk ditemukan pada tahun 2005. Eri (2007) mengungkapkan bahwa
tingginya kasus gizi buruk di Jawa Barat ini disebabkan karena menurunnya daya
beli masyarakat terutama di daerah Cirebon, Bandung, dan Cianjur, yang
merupakan kantong-kantong kemiskinan di Jawa Barat.
Fenomena gizi buruk pun terjadi pada warga di Kota Depok. Sebanyak 1.133
balita mengalami gizi buruk pada tahun 2005 yang kemudian mengalami
penurunan menjadi 933 balita di tahun 2006 dengan jumlah balita sebanyak
114.980 orang (Dinkes Kota Depok, 2010). Dinkes Kota Depok (2010)
mengungkapkan bahwa kecamatan yang memiliki kasus gizi buruk terbanyak
adalah Kecamatan Pancoran Mas, yaitu sebanyak 321 balita, dan kemudian diikuti
oleh Kecamatan Cimanggis dengan jumlah balita dengan gizi buruk sebanyak 228
balita.
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Cimanggis yang merupakan bagian dari Kota Depok yang perlu diperhatikan pula
masalah gizi balitanya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Program
Spesialis Komunitas FIK UI (2013) ditemukan sebanyak 25% balita di Cisalak
Pasar memiliki status gizi kurang. Hasil survey tersebut juga mengungkapkan
sebanyak 50% sikap orang tua tidak mendukung gizi balita dan memiliki
pengetahuan yang kurang tentang gizi balita. Hasil screening yang dilakukan
mahasiswa FIK UI di posyandu RW 07 Cisalak Pasar menemukan sebanyak
12,1% balita memiliki status gizi kurang.
Upaya pemerintah dalam menurunkan angka gizi buruk sudah dilakukan melalui
pemberian makanan tambahan (PMT) dan peningkatan pelayanan gizi melalui
pelatihan-pelatihan tatalaksana gizi buruk pada tenaga kesehatan. Upaya yang
dilakukan pemerintah ini berhasil menurunkan angka gizi buruk di Indonesia
menjadi 10,1% pada tahun 1998, kemudian 8,1% pada tahun 1999, dan 6,3% pada
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
tahun 2001. Tahun 2002, terjadi peningkatan kembali angka gizi buruk menjadi
8% (Safi’i, 2008).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani masalah gizi buruk adalah
dengan membuat program-program prioritas. Program prioritas ini terdiri dari
program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, program
Lingkungan Sehat, program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan
program Perbaikan Gizi Masyarakat. Salah satu sasarannya adalah menurunnya
prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20% (termasuk penurunan
prevalensi gizi buruk menjadi 5% pada tahun 2009 (Hernawati, 2009).
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah gizi pada
balita yaitu melalui pendekatan keluarga. Pendekatan terhadap keluarga dapat
dilakukan dengan promosi keluarga sadar gizi maupun pemberdayaan keluarga.
Promosi keluarga sadar gizi bertujuan agar dipraktekkannya norma keluarga sadar
gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia untuk mencegah terjadinya masalah
kurang gizi khususnya gizi buruk. Kegiatan promosi keluarga sada gizi dilakukan
dengan memperhatikan aspek-aspek sosial budaya (lokal-spesifik). Pemberdayaan
keluarga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengetahui
potensi ekonomi keluarga dan mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan
gizi seluruh anggota keluarga. Keluarga miskin yang anaknya menderita
kekurangan gizi perlu diprioritaskan sebagai sasaran penanggulangan kemiskinan
(Hernawati, 2009)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 2012). Keberadaan balita
dan kondisi kesehatannya sangat bergantung pada keluarga, sehingga pendekatan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
keluarga merupakan cara yang tepat untuk menangani masalah yang terjadi pada
balita (Hernawati, 2009).
Proses keperawatan keluarga dilakukan untuk menangani gizi kurang melalui
pendekatan keluarga. Proses keperawatan ini dimulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan, dan evaluasi tindakan
keperawatan. Pengkajian dilakukan untuk mendeteksi adanya masalah kesehatan
dalam keluarga, meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, serta fungsi perawatan
kesehatan keluarga. Masalah kesehatan keluarga akan terdeteksi setelah dilakukan
pengkajian, untuk kemudian ditegakkannya diagnosa keperawatan yang dapat
bersifat aktual, resiko, maupun potensial. Setelah penegakkan diagnosa, akan
disusun perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan
masalah keperawatan yang dialami dan tingkat prioritas masalahnya berdasarkan
hasil skoring. Setelah dilakukan penatalaksanaan berdasarkan perencanaan
tindakan keperawatan yang telah dibuat, hasil dari penatalaksanaan tersebut
dievaluasi perkembangan keluarga dan keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan dillihat dari tingkat kemandirian dan kemajuan kondisi kesehatan
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga yang dikelola oleh mahasiswa adalah keluarga Bapak D yang tinggal di
RW 07 Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Depok, dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan khususnya pada An. S (27
bulan) yang merupakan anak satu-satunya dari Bapak D (37 tahun) dan Ibu M (36
tahun). Hasil pengkajian pertumbuhan didapatkan berat badan An S 8,6 kg dengan
tinggi badan 77 cm dan lingkar lengan atas 13 cm. Data tersebut menunjukkan
bahwa An. S memiliki status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U (Kemenkes,
2010). Menurut pengakuan dari Ibu M, An. S tidak memiliki riwayat penyakit flek
paru dan tidak pernah mengalami batuk-batuk lebih dari 2 minggu. Tanda dan
gejala anak dengan gizi kurang tampak dari kondisi fisik An. S, yaitu badan
tampak kurus, rambut tipis dan kemerahan, dan kulit yag kering dan bersisik.
Sehari-sehari, Ibu M memberikan makanan berupa nasi dengan sup sayuran, atau
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
dengan sup. Ibu M tidak pernah menyediakan makanan dengan menu lengkap
dengan sayuran dan buah, dan selalu memberikan jajanan seperti snack yang
dijual di sekitar rumah. Ibu M juga tidak memiliki pengetahuan yang baik
mengenai pentingnya kebutuhan gizi untuk balita.
Intervensi keperawatan keluarga yang telah dilakukan sebelumnya yaitu
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai gizi seimbang pada
balita. Pada intervensi ini, perawat menjelaskan mengenai definisi dari gizi
seimbang, pentingnya gizi seimbang untuk anak usia balita, menjelaskan definisi
dari gizi kurang pada balita, tanda dan gejala dari gizi kurang, serta akibat dari
gizi kurang pada balita. Demonstrasi pemilihan bahan makanan dan pembuatan
jadwal makanan yang mengandung gizi seimbang dilakukan untuk mningkatkan
kemampuan psikomotor keluarga.
Intervensi unggulan yang dilakukan terhadap keluarga Bapak D yang dilakukan
adalah penyusunan jadwal menu seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna
makanan pada balita. Modifikasi makanan yang dilakukan yaitu dengan
mengikutsertakan keluarga dalam melakukan demonstrasi pembuatan nugget
sayur dan pembuatan pudding tinggi karbohidrat tinggi protein, serta
mendemonstrasikan pemilihan bahan makanan dengan warna mencolok agar
tampak lebih menarik, seperti menggunakan bayam merah, wortel, jagung, dan
tomat. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Ibu M tentang
kebutuhan gizi terutama pada anak usia balita dan untuk membantu memenuhi
kebutuhan gizi pada An. S. Khomsan (2006), mengungkapkan bahwa segala
sesuatu yang diketahui seorang ibu tentang sikap dan perilaku seseorang dalam
memilih makanan, serta pengetahuan dalam mengolah dan menyiapkan makanan
mempengaruhi status gizi balita. Rendahnya pengetahuan tentang gizi dapat
mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang berdampak pada
kekurangan gizi pada balita (Suhardjo, 2005).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Hasil screening yang dilakukan di posyandu RW 07 Cisalak Pasar ditemukan
sebanyak 12,1% balita memiliki status gizi kurang dengan 8 balita diantaranya
memiliki status gizi buruk. Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah gizi
kurang atau gizi buruk pada balita ini yaitu melalui promosi keluarga sadar gizi
dan pemberdayaan keluarga, namun hal ini belum optimal dilakukan oleh tenaga
kesehatan non-profesional. Sejalan dengan target MDG’s untuk menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan dan menurunkan angka kematian anak yang dapat
dilihat dari prevalensi ballita dengan kurang gizi, mahasiswa melakukan melalui
pendekatan ke keluarga dengan anak dengan gizi kurang atau gizi buruk.
Pendekatan ini bertujuan agar masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita
dengan gizi kurang dapat diatasi atau dicegah dan menekan angka kejadian gizi
buruk di wilayah setempat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan kepada keluarga Bapak D dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh khususnya pada
An. S.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan gambaran mengenai pengkajian keperawatan pada keluarga
Bapak D
2. Memberikan gambaran mengenai analisis masalah dan penegakkan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada keluarga Bapak D
3. Memberikan gambaran mengenai perencanaan asuhan keperawatan keluarga
yang dilakukan kepada keluarga Bapak D
4. Memberikan gambaran pemberian intervensi keperawatan unggulan yang
diimplementasikan kepada keluarga Bapak D
5. Memberikan gambaran hasil implementasi intervensi unggulan pada keluarga
Bapak D
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Umum
Secara umum, hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi masukan
dan penambah wawasan bagi perawat komunitas ataupun tenaga kesehatan yang
bekerja di masyarakat dalam melakukan intervensi terkait dengan penanganan
masalah gizi kurang.
1.4.2 Manfaat Khusus
Manfaat hasil asuhan keperawatan secara khusus yaitu:
1. Aplikatif
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan data dasar untuk memberikan
asuhan keperawatan keluarga dan untuk menerapkan intervensi inovasi pada
keluarga dengan gizi kurang. Hasil asuhan keperawatan ini dapat pula dijadikan
pedoman bagi perawat kesehatan masyarakat (perkesmas) dan petugas program
gizi untuk memantau perkembangan kondisi gizi balita, mendeteksi adanya status
gizi buruk atau gizi kurang secara dini, dan terus memotivasi keluarga dengan gizi
kurang untuk mengoptimalkan asupan gizi pada balita dengan status gizi kurang
atau gizi buruk, terutama di daerah yang bersang kutan.
2. Keilmuan
Hasil asuhan keperawatan ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
keperawatan terutama yang berkaitan dengan intervensi inovasi dalam mengatasi
masalah gizi kurang.
3. Metodologi
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan tinjauan literatur untuk penelitian
selanjutnya terutama yang berkaitan dengan prevalensi gizi kurang pada balita.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
9 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perkotaan
2.1.1 Pengertian Perkotaan
Pengertian dari kota ditinjau secara geografis maupun morfologi. Kota dalam
tinjauan geografis adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup
besar, dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah di belakangnya. Kota dalam tinjauan fisik atau
morfologi menekankan pada bentuk kenampakan fisikal dari lingkungan kota
yang terdiri dari 3 unsur morfologi kota, yaitu penggunaan lahan, pola-pola jalan,
dan tipe atau karakteristik bangunan (Yunus, 1999).
Kawasan perkotaan merupakan wilayah dengan karakteristik kepadatan penduduk
mencapai 50 jiwa per ha atau lebih, yang sebagian besar penduduknya berusaha
bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan jasa (Bappenas, 2009). Sumardjito
(2000), menyatakan bahwa perkotaan memiliki ciri-ciri khas, yaitu tempat pusat
pemukiman dan kegiatan penduduk, tempat dengan kepadatan penduduk tinggi,
mempunyai watak dan corak heterogen, mempunyai ciri khas kehidupan kota,
mempunyai batas wilayah administrasi, dan mempunyai hak otonomi.
Iswanto (2010) mengungkapkan bahwa kawasan perkotaan berkembang dengan
pesat. Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari
perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan yang semakin
sulit dikontrol sehingga sehing menimbulkan persoalan-persoalan yang
menyangkut persoalan terhadap kota itu sendiri (fasilitas, sistem, dan area),
maupun terhadap penduduk atau penghuninya. Perkembangan yang terjadi pada
kawasan perkotaan tidak memperhatikan dampak yang dapat terjadi terhadap
lingkungan maupun masyarakat perkotaan sehingga banyak permasalahan yang
terjadi di perkotaan. Perkembangan perkotaan itu sendiri dapat menimbulkan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
dampak dalam hal ekonomi, sosial, maupun dampak kesehatan (Allender &
Spradley, 2005; Iswanto, 2010; Stanhope & Lancaster, 2004).
Masyarakat perkotaan merupakan warga yang tinggal di daerah perkotaan atau
yang disebut dengan urban community. Dampak perkembangan perkotaan salah
satunya adalah pada bidang kesehatan, khususnya pada masyarakat perkotaan.
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan diperlukan untuk melakukan
pencegahan terhadap terjadinya masalah kesehatan dan melakukan promosi
kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan (Allender &
Spradley, 2005).
2.1.2 Masalah Nutrisi pada Masyarakat Perkotaan
Perkotaan, ditinjau dari kondisi lingkungan fisiknya, secara umum diasosiaikan
dengan pengangguran, kemiskinan, polusi, kebisingan, ketegangan mental,
kriminalitas, kenakalan remaja, seksualitas, dan sebagainya. Sarlito (1992)
mengungkapkan bahwa kondisi fisik dan kondisi sosial di perkotaan tidak
menyenangkan akibat adanya perbedaan di kelas sosial ekonomi yang semakin
lama semakin jelas terasa. Hal ini dapat dilihat dari golongan yang berkuasa akan
terus berkembang sementara golongan yang tidak berkuasa akan semakin sulit
untuk berkembang. Fenomena lain yang terjadi pada kehidupan perkotaan adalah
adanya sifat kompetitif yang sangat besar, dan sifat hubungan antar personal yang
menitikberatkan pada keuntungan secara ekonomis.
Persaingan yang kuat di bidang sosial ekonomi pada masyarakat perkotaan
menyebabkan tingginya angka kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan
mempengaruhi pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk di dalamnya
adalah pemenuhan bahan makanan. Keluarga miskin cenderung melewatkan
makan atau mengabaikan rasa lapar atau memakan makanan yang tidak bernutrisi
saat tidak memiliki uang. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi di lingkungan
perkotaan dimana harga jual bahan makanan dan bahan pokok lainnya tinggi,
sehingga pemenuhan kebutuhan pokok pada masyarakat perkotaan mengalami
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
kesulitan, termasuk di dalamnya pemenuhan bahan makanan (Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999).
Pemenuhan nutrisi pada masyarakat perkotaan mengalami konsekuensi akibat
perkembangan perkotaan yang pesat (Argenti, 2000). Konsekuensi pertama adalah
berkurangnya lahan pertanian di perkotaan akibat banyaknya pmbangunan
perumahan, lahan industri, dan juga insfrastruktur perkotaan. Hal ini
mengakibatkan tergantungnya pemenuhan kebutuhan bahan makanan perkotaan
terhadap daerah pedesaan. Konsekuensi berikutnya adalah meningkatnya
kuantitas bahan makanan yang dibutuhkan oleh daerah perkotaan. Konsekuensi
ketiga adalah adanya perubahan terhadap pola konsumsi dan perilaku pembelian
makanan pada masyarakat perkotaan. Konsekuensi keempat yaitu pada
masyarakat dengan ekonomi lemah, pemenuhan kebutuhan nutrisi akan
dikesampingkan, karena kemiskinan membuat mereka tidak peduli zt gizi dan
kualitas makanan dan hanya untuk memenuhi kebutuhan akan rasa laparnya saja.
Masyarakat pada daerah perkotaan rata-rata membayar 30% lebih mahal untuk
mendapatkan bahan makanan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.
Masyarakat perkotaan juga memiliki waktu yang relatif lebih sempit untuk
mengolah dan menyiapkan makanan. Hal ini menyebabkankan meningkatnya
permintaan untuk makanan cepat saji dan tanpa memperhatikan kualitas bahan
makanan yang digunakan, dan berakibat terhadap gizi pada balita karena gizinya
tidak terpenuhi sesuai kebutuhannya (Argenti, 2000).
2.2 Keluarga dengan Anak Balita
2.2.1 Keluarga dengan Balita
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan sistem
sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki peran
sosial yang berbeda satu sama lain dengan ciri saling berhubungan dan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
ketergantungan antar individu (Suprajitno, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga merupakan kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dan memiliki peran sosial dari tiap-tiap anggotanya dan
saling ketergantungan antar satu sama lain.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) menyatakan bahwa keluarga memiliki
beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi afeksi: merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain.
2. Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi: sebagai unit terkecil dari masyarakat,
keluarga, merupakan tempat berlatih bagi anak untuk berkehidupan sosial.
3. Fungsi reproduksi: fungsi ini bertujuan untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi: keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan: yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
Keluarga memiliki fungsi dalam melakukan perawatan atau pemeliharaan
kesehatan anggota keluarga. Fungsi pemeliharaan keluarga ini dibagi menjadi
lima fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh keluarga (Maglaya et all.,
2009). Fungsi tersebut yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat
tinggal keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
2.2.2 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Balita
Friedman, Bowden, & Jones (2003) mengungkapkan bahwa keluarga dengan
balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir dan
keluarga dengan anak prasekolah, yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan
keluarga tahapan keluarga dengan anak baru lahir adalah:
1. Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil
(integrasikan bayi baru lahir sebagai bagian dari keluarga)
2. Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari
anggota keluarga
3. Membantu kenyamanan hubungan pernikahan
4. Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan peran orang tua dan
kakek-nenek.
Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervemsi
dengan keluarga agar keluarga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan setiap anggota keluarga. Friedman, Bowden, & Jones (2003)
menjelaskan bahwa tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
adalah:
1. Pencapaian kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan,
privasi, dan keamanan
2. Mengsosialisasikan anak-anak
3. Mengintegrasikan keanggotaan anak baru dengan memenuhi kebutuhan anak
lainnya
4. Memelihara kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang
tua-anak), keluarga besar, serta lingkungan.
Berdasarkan tugas perkembangan tersebut, tanggung jawab yang harus dilakukan
oleh keluarga adalah membentuk individu dalam keluarga menjadi lebih
berpotensi. Balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat.
Orang tua memiliki peran yang penting dalam masa ini untuk memberikan
perhatian, dukungan, dan waktu agar anak dapat bertumbuh dan berkembang
dengan sebaik-baiknya dalam dimensi fisik, mental, dan sosial.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
2.2.3 Masalah-masalah pada Keluarga dengan Balita
Balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan diperlukan perhatian
yang lebih dan khusus. Proses tumbuh kembang pada balita sangat pesat,
diantaranya pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial.
Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi beberapa hal diantaranya jumlah dan mutu
makanan, kesehatan balita, tingkat ekonomi, pendidikan, dan perilaku orang tua
(Depkes, 2000).
Balita termasuk ke dalam agregat yang memiliki resiko tinggi. Kelompok balita
merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi dan rawan penyakit serta
kelompok yang paling banyak menderita KEP (Kekurangan Energi Protein).
Kondisi yang dapat menyebabkan balita rawan gizi dan rawan penyakit adalah
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007).
a. Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan
dewasa
b. Anak balita mempunyai ibu yang bekerja sehingga perhatian ibu berkurang
c. Anak balita sudah mulai main di tanah, lingkungan yang kotor sehingga
memungkinkan untuk terkena infeksi
d. Anak balita belum bisa memilih makanannya, peran perilaku orang tua yang
didasari pengetahuan sangatlah penting.
Balita membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
perbaikan atau penggantian sel-sel yang rusak, pengaturan tubuh, dan kekebalan
terhadap penyakit. Zat gizi yang dibutuhkan diantaranya karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral dengan jumlah kalori dalam makanan berdasarkan
komposisi banyaknya zat gizi yang terkandung. Kalori yang dibutuhkan balita
lebih banyak perkilogram berat badannya daripada orang dewasa, tidak hanya
untuk kebutuhan fisik, tetapi juga untuk pertumbuhannya dan perkembangannya
(Husaini, 2002).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
2.2.3.1 Gizi Seimbang pada Balita
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001). Balita, sebagai suatu fase kehidupan
yang berisiko tinggi akan kekurangan gizi dan penyakit, membutuhkan suatu pola
makanan sehat dengan gizi seimbang yang menuntun balita agar tidak kekurangan
gizi. Pemberian makanan balita dengan gizi seimbang ini bertujuan agar balita
mendapatkan gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal
tubuh. Zat gizi, yang berperan memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari, dalam pengaturan makanan yang tepat dan
benar merupakan solusi yang tepat untuk memperbaiki masalah kekurangan gizi
(Supariasa, 2001).
Suharjo (2003) mengungkapkan bahwa gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi dalam satu hari yang beragam dan mengandung triguna makanan.
Triguna makanan merupakan zat makanan yang diperlukan oleh tubuh, yaitu zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Direktorat Gizi Masyarakat; Suharjo,
2003).
a. Zat Tenaga
Zat tenaga merupakan zat makanan yang akan menjadi sumber energi bagi tubuh.
Zat tenaga dibutuhkan anak untuk beraktivitas sehari-hari. Sumber dari zat tenaga
ini merupakan karbohidrat dan lemak. Karbohidrat merupakan sumber energi
utama yang terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana (gula, pasir, dan gula
merah) dan karbohidrat kompleks (tepung, beras, jagung, dan gandum). Lemak
merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat. Lemak bisa didapat dari
margarin, mentega, minyak goreng, lemak hewan atau lemak tumbuhan. Untuk
bahan makanan yang mengandung zat tenaga bisa didapatkan dari beras, kentang,
ubi, roti, singkong, terigu, biskuit, minyak goreng, serta kacang-kacangan
(Widjaja, 2007).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
b. Zat Pembangun
Zat pembangun merupakan zat makanan yang penting bagi pertumbuhan dan
pergantian sel-sel yang rusak bagi tubuh. Sumber dari zat pembangun ini adalah
protein. Protein bisa didapat dari ikan, susu, telur, tahu, dan tempe (Widjaja,
2007).
c. Zat Pengatur
Zat pengatur merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil dan pada umumnya dapat dibentuk oleh tubuh. Sumber dari zat pengatur ini
adalah vitamin dan mineral. Zat pengatur berfungsi untuk meningkatkan
kekebalan anak terhadap penyakit, menumbuhkan dan memperkiuat jaringan, dan
mengatur keseimbangan cairan tubuh (Widjaja, 2007).
2.2.3.2 Masalah Gizi Kurang pada Balita
Gizi kurang merupakan suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal
terhadap suatu atau beberapa zat gizi yidak terpenuhi, atau zat gizi tersebut hilang
dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat (Zega, 2010). Gizi kurang
disebabkan karena tubuh kekurangan satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh. Hal-hal yang dapat menyebabkan gizi kurang adalah karena makanan
yang dikonsumsi kurang atau mutunya rendah atau bahkan keduanya. Gizi kurang
juga disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein yang dibutuhkan
oleh tubuh karena tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang disebut kurang
energi dan protein (KEP). Tubuh gagal untuk menyerap dan menggunakannya
karena zat gizi yang dikonsumsi sedikit. Penderita yang sering mengalami gizi
kurang diantaranya adalah balita karena pada usia balita termasuk kelompok yang
rentan. Jika kebutuhan zat gizinya tidak tercukupi, maka balita akan mudah
terkena penyakit (Soekirman, 2000).
Gizi kurang terkait dengan dampak sosial ekonomi keluarga maupun negara, di
samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi kurang
akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi kurang ini juga
sering disertai dengan defisiensi asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
diperlukan bagi tubuh. Gizi kurang akan mempengaruhi sistem pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme sehingga mudah sekali terkena infeksi (Depkes, 2002).
Masalah gizi kurang merupakan masalah yang sangat penting menjadi perhatian
karena dampaknya secara langsung terhadap gangguan pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas. Kekurangan zat gizi makro (vitamin dan
mineral) akan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan. Ketidakcukupan
konsumsi zat gizi pada usia balita akan berdampak pada kondisi gagal tumbuh
karena pada masa balita kebutuhan gizinya tidak terpenuhi dan akan
mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak karena masa ini merupakan
masa dimana meningkatnya pertumbuhan secara pesat (Depkes, 2002).
2.2.4 Peran Perawat Keluarga
Perawat keluarga mempunyai peranan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan terhadap keluarga yang rentan dan beresiko terhadap masalah
kesehatan. Perawat kesehatan keluarga merupakan pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai suatu unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat dan berfungsi untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga dengan cara mengoptimalkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi
dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan
perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Effendi, 2009).
a. Pendidik, yaitu perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan secara mandiri
dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b. Koordinator, yaitu perawat berkoordinasi agar pelayanan komprehensif dapat
dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi agar tidak terjadi tumpang tindih atau pengulangan.
c. Pelaksana, yaitu perawat memberikan perawatan langsung kepada klien
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d. Pengawas kesehatan, yaitu perawat melakukan kunjungan yang teratur untuk
mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
e. Konsultan, yaitu perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Hubungan perawat dan keluarga harus terbina dengan
baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi, dan kualitas
informasi yang disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya dibutuhkan
agar keluarga dapat meminta nasehat kepada perawat.
f. Kolaborasi, yaitu perawat bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan
keluarga yang optimal.
g. Fasilitator, yaitu perawat membantu keluarga dalam menghadapi kendala
seperti masalah sosial ekonomi. Perawat harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
h. Penemu kasus, yaitu perawat menemukan dan mengidentifikasi masalah
secara dini di masyarakat sehingga terhindar dari ledakan kasus atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan, yaitu perawat melakukan modifikasi baik lingkungan
rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
2.3 Asuhan Keperawatan dengan Balita Gizi Kurang
2.3.1 Pengkajian
Friedman, Bowden, & Jones (2003) menjelaskan bahwa pengkajian merupakan
proses pengumpulan informasi dan penilaian secara profesional mengenai arti dari
informasi yang telah didapatkan. Pada asuhan keperawatan keluarga, informasi
yang perlu dikumpulkan meliputi data umum keluarga, data lingkungan keluarga,
data struktur keluarga, data fungsi keluarga, data stress dan koping keluarga, dan
data mengenai fungsi perawatan kesehatan.
a. Data Dasar Keluarga
Hal yang perlu dikaji dari data dasar atau data umum keluarga adalah nama
kepala keluarga, wilayah tempat tinggal, komposisi keluarga, tipe keluarga,
latar belakang budaya (etnis), agama, status sosial ekonomi keluarga, dan
aktivitas rekreasi keluarga.
b. Data Lingkungan Keluarga
Data yang perlu dikaji dari lingkungan keluarga meliputi karakteristik rumah,
karakteristik dan lingkungan di sekitar tempat tinggal dan komunitas yang
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga
dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.
c. Data Struktur Keluarga
Data yang perlu dikaji dari struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi
keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran keluarga, dan nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga.
d. Data Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, sosialisasi dan tempat
bersosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan atau
pemeliharaan kesehatan.
e. Data Stress dan Koping Keluarga
Data yang perlu dikumpulkan untuk mengkaji stress dan koping keluarga
meliputi stressor jagka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga
dalam berespon saat menghadapi masalah, strategi koping yang digunakan,
dan strategi adaptasi disfungsional.
f. Data Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
Fungsi perawatan kesehatan keluarga dilihat dari lima tugas kesehatan
keluarga yang meliputi kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
untuk mengatasi masalah kesehatan, kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, kemampuan keluarga
dalam memelihara lingkungan rumah yang tepat dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan, dan kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.
g. Data Pemeriksaan Fisik untuk Masalah Gizi
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan untuk mengkaji adanya masalah gizi
adalah tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas. Pengkajian untuk
masalah bisa pula disertai dengan observasi pada kondisi kulit apakah kusam
atau cerah, apakah halus atau bersisik, apakah elastis atau kering. Kondisi
rambut juga dapat mengindikasikan adanya masalah gizi, terutama apabila
balita memiliki kondisi rambut yang rapuh, kering, tipis, dan depigmentasi
(Wong, 2003).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
Data Sumber Data
Wawancara anggota keluarga
mengenai kejadian dari masa lalu
hingga saat ini yang signifikan
- Bertanya dan mendengarkan
- Genogram
- Ecomap
Data objektif - Observasi rumah keluarga
- Observasi interaksi keluarga
Data Subjektif
- Pengalaman yang diceritakan
anggota keluarga
- Pengalaman observasi kerabat
yang diceritakan
- Instrument pengkajian yang
diisi oleh keluarga
Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,
2003)
Perawat yang telah melakukan pengumpulan informasi mengenai keluarga
kemudian menganalisis dan mengklasifikasikan data-data tersebut untuk
kemudian mengartikan maknanya. Masalah potensial yang ditemukan perawat
akan digali lebih dalam pada area yang berhubungan dengan masalah tersebut
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3.1.1 Pengkajian Status Gizi pada Balita dengan Masalah Gizi Kurang
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis, yang meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001). Status gizi dapat dinilai
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan
dengan cara pemeriksaan klinis, biokimia, antropometri, dan biofisik. Pengukuran
secara tidak langsung dapat dilakukan dengan survey konsumsi makanan, statistik
vital, dan faktor ekologi. Penilaian status gizi secara antropometri membutuhkan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai
jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan
tebal lemak di bawah kulit. Parameter yang biasa digunakan dalam pengukuran
antropometri diantaranya:
a. Umur: faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi karena
kesalahan penentuan umur akan menyebabkan kesalahan pula pada
interpretasi status gizi.
b. Berat badan: menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada
tulang dan merupakan faktor terpenting dalam pengukuran antropometri, serta
paling sering digunakan terutama pada masa balita untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi.
c. Tinggi badan: parameter yang penting bagi keadaan tubuh di masa lampau
dan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supariasa, 2002).
Gibson (2005) menyatakan bahwa pengukuran antropometri memiliki beberapa
kelebihan. Kelebihan dari pengukuran antropometri ini antara lain:
a. Prosedurnya aman, sederhana, dan dapat mencakup jumlah sampel yang
besar.
b. Alatnya murah, tahan lama, dan mudah dibawa.
c. Tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah
dilatih dalam waktu singkat, misalnya kader posyandu.
d. Metodenya tepat dan akurat karena dapat dibakukan, serta dapat digunakan
untuk penapisan kelompok yang rawan gizi.
e. Dapat mendeteksi riwayat gizi seseorang di masa lampau dan dapat
mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
Indikator antropometri merupakan kombinasi dari berbagai macam parameter.
Indikator antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB). Gambaran status gizi dapat dilihat dari indikator antropometri
tersebut. Perbedaan penggunaan indeks antropometri dapat memberikan gambaran
status gizi yang berbeda pula (Gibson, 2005). Penilaian status gizi balita
dilakukan dengan cara angka berat badan dan tinggi badan dikonversikan ke
dalam bentuk nilai berstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri
balita WHO. Kemudian berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator
tersebut ditentukan klasifikasi status gizi balita dengan batasan sebagai berikut.
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
Berat Badan Menurut Umur
Gizi Buruk < -3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih > 2 SD
Panjang Badan Menurut Umur
Atau
Tinggi Badan Menurut Umur
Sangat pendek < -3 SD
Pendek -3 sampai dengan -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi > 3 SD
Berat Badan Menurut Panjang
Badan
Atau
Berat Badan Menurut Tinggi
Badan
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
Tabel 2. 2 Kategori dan Ambang Batas Anak 0-60 Bulan Berdasarkan Indeks
(Kemenkes RI, 2010)
a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, yang dapat
digunakan untuk memeriksa kesehatan anak. Berat badan merupakan hasil
peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, seperti tulang, otot,
lemak, cairan tubuh, dan lain-lain. Berat badan digunakan sebagai indikator yang
terbaik untuk mengetahui status gizi dan tumbuh kembang anak. Sedikit saja
perubahan dapat terdeteksi melalui pengukuran berat badan. Pada keadaan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
normal, yaitu saat keadaan kesehatan baik dan terdapat keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Saat keadaan sedang tidak normal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lambatdari
keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan yang labih tersebut, maka
indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini (current nutritional status)
(Soetjiningsih, 1995; Supariasa, 2002). Kelebihan dan kelemahan indikator BB/U,
antara lain, sensitif terhadap perubahan kecil, memerlukan data umur yang akurat,
pengukuran yang berulang dapat mendeteksi masalah pertumbuhan karena infeksi
atau KEP (Kekurangan Energi Protein), baik untuk mengukur status gizi akut atau
kronis, bila ada edema atau asites dapat mengakibatkan interpretasi status gizi
yang keliru, dan sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.
b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua terpenting. Ukuran tinggi
badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai.
Kenaikan tinggi badan berfluktuasi, dimana tinggi badan meningkat pesar pada
masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi pesat kembali (pacu tumbuh
adolesen), selanjutnya melambat lagi dan berhenti pada umur 18-20 tahun. Pada
keadaan normal, tinggi badan akan bertambah seiring dengan adanya pertambahan
umur. Namun, pertumbuhan tinggi bada kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap
tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama (Soetjiningsih, 1995;
Supariasa, 2002).
Indeks antropometri tinggi badan menurut umur memiliki kelebihan dan
kelemahan, yaitu baik untuk mengetahui status gizi masa lampau (kronik), sebagai
indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, namun ketepatan umur
sulit untuk didapat (Hartriyanti & Triyanti, 2009).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
c. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen
terhadap umur. Terdapat pengecualin jika anak usia >2 tahun tetapi belum bisa
berdiri sendiri dengan tegak dan yang diukur adalah panjang badannya, maka
hasil pengukuran harus dikuranfi 0,7 cm. Kelebihan dan kelemahan dari indeks
BB/TB ini adalah indikator status gizi saat ini, tidak memerlukan data umur, dapat
membedakan proporsi badan (kurus, normal, gemuk), namun membutuhkan dua
macam alat ukur dan pengukuran relatif lebih lama (Supariasa, 2002; WHO,
2005).
2.3.2 Penegakkan Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah
Diagnosis keperawatan keluarga mencakup diagnosis keperawatan untuk keluarga
sebagai subsistem yang dimiliki dan merupakan hasil dari pengkajian
keperawatan yang dilakukan sebelumnya. Diagnosis keperawatan merupakan
penilaian klinis mengenai respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses hidup yang aktual, resiko, maupun potensial
(NANDA, 2012).
1. Masalah aktual, defisit atau gangguan kesehatan, ditegakkan apabila adanya
tanda dan gejala gangguan kesehatan pada saat dilakukan pengkajian.
2. Masalah resiko atau ancaman kesehatan, ditegakkan apabila terdapat data
yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3. Potensial, berupa keadaan sejahtera atau wellness, ditegakkan bila keluarga
dalam keadaan sejahtera tanpa masalah kesehatan, sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Prioritas masalah perlu ditentukan dalam tahap ini untuk menetapkan masalah apa
yang dapat diselesaikan, harus diselesaikan, dan merupakan masalah yang tepat
untuk diselesaikan bersama perawat keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
2003). Priotitas masalah dapat ditentukan berdasarkan perhitungan dan scoring
yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga.
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat)
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
3
Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga (Friedman, Bowden,
& Jones, 2003)
Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:
Skoring : Skor x Bobot
Angka tertinggi
2.3.3 Perencanaan
Tahap ini mencakup perawat dan keluarga terlibat dalam pengembangan rencana
keperawatan yang akan dilakukan sehingga menghasilkan intervensi dengan hasil
yang diharapkan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan tujuan, baik tujuan
jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) dan
disertai dengan kriteria hasil dan metode. Menurut Lawson & Peate (2009)
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
menetapkan tujuan dan kriteria hasil dalam keperawatan menggunakan prinsip
SMART yaitu:
1. Spesific: tujuan harus tepat, objektif, dan eksplisit untuk klien dan tenaga
kesehatan
2. Measurable: harus teridentifikasi cara yang jelas untuk mengukur apakah
tujuan sudah tercapai atau belum
3. Achievable: tujuan harus dapat dicapai oleh keluarga berdasarkan pada
kemampuan dan kondisi keluarga
4. Realistic: tujuan harus realistis sesuai dengan kondisi yang ada
5. Time-oriented: tujuan harus memiliki target waktu yang jelas kapan akan
dicapai dan dapat berupa jangka panjang maupun jangka pendek.
Setelah menetapkan tujuan, perawat dan keluarga menentukan cara-cara alternatif
untuk mencapai tujuan. Sumber-sumber yang dapat mendukung pelaksanaan
intervensi diidentifikasi. Contoh sumber yang dapat digunakan adalah kekuatan
internal keluarga yang mencakup sistem pendukung keluarga, sumber perawatan
mandiri keluarga, dan dukungan komunitas dan lingkungan fisik.
2.3.4 Implementasi
Implementasi atau penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat
dan mengadakan perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus
memperhatikan ketidak mampuan dan kesulitan keluarga dalam menghadapi
masalah kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa
prinsip motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
yaitu tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi
oleh kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya dan
keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah.
Implementasi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi masalah gizi
yaitu dengan diberikannya penyuluhan kesehatan kepada keluarga balita
mengenai gizi seimbang, demonstrasi pembuatan makanan selingan yang dapat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
membantu memenuhi kebutuhan gizi balita, atau melakukan modifikasi pada
makanan agar dapat meningkatkan motivasi atau nafsu makan anak. Pembuatan
jadwal makan dengan sistem reward dan pembuatan menu makanan sehari-hari
juga dapat dilakukan kepada keluarga dengan balita gizi buruk. Salah satu
implementasi yang diunggulkan yang dilakukan pada keluarga adalah pembuatan
jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan
pada balita. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam
memberikan makanan cukup gizi dan meningkatkan kesadaran keluarga tentang
pentingnya gizi yang cukup untuk balita.
Jadwal menu makanan yang berhubungan dengan pola asuh makan bertujuan
untuk memenuhi asupan gizi sesuai dengan kebutuhan anak di usia balita.
Mashitah, Soekirman, dan Martianto (2005) dalam penelitiannya mengenai
hubungan pola asuh makan dan status gizi di Desa Mulya Harja, Bogor
mengungkapkan bahwa pola asuh makan yang diberikan di dalam rumah tangga
kepada anak usia balita secara tidak langsung berhubungan dengan baik buruknya
status gizi. Hal ini dibuktikan dengan 60,4% balita yang memiliki status gizi
kurang diberikan pola asuh makan yang sedang, dan 33% diantaranya diberikan
pola asuh makan yang buruk. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sausan (2009) di Surabaya. Hasil penelitian Sausan (2009)
menemukan hampir setengah dari balita yang memiliki pola asuh makan cukup
memiliki status gizi normal dan sebanyak 30% balita yang memiliki pola asuh
makan yang baik memiliki status gizi normal pula. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang berarti antara pola asuh makan dengan status gizi balita
di Kelurahan Tambak Wedi, Surabaya.
Pembuatan menu makanan yang bervariasi berdasarkan triguna makanan dapat
memenuhi gizi balita dan diharapkan dapat meningkatkan berat badan anak usia
balita. Wijanarka (2012) dalam penelitiannya mengenai modifikasi makanan
“RASTTLE” (beras-tempe-tolo-lele) membuktikan bahwa modifikasi makanan
tersebut dapat meningkatkan berat badan balita dengan gizi kurang. Pembuatan
RASTTLE ini berdasarkan pertimbangan dari bahan-bahan makanan lokal yang
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
digunakan mudah didapat, harganya murah dan terjangkau, dan mengandung
kadar nutrisi yang tinggi dan dibutuhkan balita.
Pembuatan menu yang bervariasi merupakan upaya untuk mengatasi sulit makan
dan gizi kurang. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Nurhayati dan
Sudewi (2009) yang membuat variasi menu berdasarkan tren makanan populer
untuk anak balita. Tren makanan yang populer untuk anak usia balita yaitu dengan
karakteristik sehat, disenangi balita, murah harganya, dan mudah didapat. Jenis
variasi makanan balita yang telah dikembangkan yaitu stik tahu, pangsit kacang
hijau, tahu mata bola, telur terbenam, perkedel fantasi, martabak mie, sate bola-
bola coklat singkong, scotel lumba-lumba, dan bola-bola pisang. Menu ini dibuat
mengandung tinggi kalori dan tinggi protein karena diberikan untuk anak dengan
gizi kurang dan sulit makan. Variasi hidangan makanan untuk balita ini terbukti
disenangi oleh balita dan meningkatkan motivasi balita untuk makan.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi pada keperawatan keluarga dilakukan berdasrkan kriteria hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya. Perawat melakukan perbandingan antara hasil
penatalaksanaan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tahapan
evaluasi dapat dilakukan secara formatif maupun sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Evaluasi formatif dibuat
berdasarkan pola SOAP, dengan S (subjective) sebagai ungkapan perasaan atau
keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan; O (objective) sebagai suatu keadaan objektif yang
dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif; A
(analysis) yang merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif; dan P (planning) yang merupakan perencanaan selanjutnya setelah
perawat melakukan analisis.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
Evaluasi sumatif dilakukan setelah seluruh proses keperawatan telah selesai.
Evaluasi ini bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Asmadi (2005) mengungkapkan bahwa metode yang dapat
digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir asuhan
keperawatan untuk menanyakan respon klien dan keluarga terkait asuhan
keperawatan. Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:
1. Tujuan tercapai, yaitu jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
2. Tujuan tercapai sebagian, yaitu jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai, yaitu jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru
Tingkat kemandirian keluarga juga merupakan suatu bentuk evaluasi yang
dilakukan setelah proses keperawatan telah selesai. Depkes RI (2006)
menjelaskan bahwa kemandirian keluarga dibagi menjadi empat tingkatan
berdasarkan kemampuan keluarga memenuhi kriteria kemandirian. Kriteria
kemandirian keluarga tersebut terdiri dari:
1. Menerima petugas perawatan kesehatan
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5. Melakukan perawatan sederhana yang dianjurkan
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Berdasarkan kriteria kemandirian keluarga, tingkat kemandirian keluarga
dikategorikan sebagai berikut:
a. Tingkat kemandirian I, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria
kemandirian 1 dan 2
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
b. Tingkat kemandirian II, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria 1
sampai dengan 5
c. Tingkat kemandirian III, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria 1
sampai dengan 6
d. Tingkat kemandirian IV, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria 1
sampai dengan 7 dan merupakan tingkat kemandirian yang paling tinggi.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
31 Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian
Kepala keluarga adalah Bapak D yang tinggal di RT 02 RW 07 Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok. Saat ini rumah yang ditempati oleh keluarga
Bapak D adalah rumah dari keluarga Ibu M yang diwariskan kepada Ibu M. Tipe
keluarga adalah keluarga inti (nuclear family) dengan tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia balita, yang di dalam rumah ditempati oleh Ayah, Ibu,
dan 1 anak, yaitu An. S (27 bulan). Ayah adalah Bapak D (37 tahun) yang
bekerja sebagai pegawai dengan penghasilan kurang dari Rp 3.000.000/bulan dan
Ibu adalah Ibu M (36 tahun) yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dengan
kesehariannya mengurus rumah dan mengurus anak. Bapak D merupakan
pengambil keputusan dalam urusan keluarga, seperti keuangan dan rekreasi, dan
Ibu M merupakan pengambil keputusan dalam hal pemilihan bahan makanan dan
kebutuhan sehari-hari di dalam rumah tangga. Bapak D dan Ibu M berasal asli
dari Cisalak Pasar, Depok, Jawa Barat dan bersuku Betawi, dan mengaku tidak
ada mitos atau kepercayaan tertentu yang diyakini terkait masalah kesehatan
keluarga. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Ruangan
rumah keluarga Bapak D dan Ibu M tidak ditemukan barang-barang yang berasal
atau menunjukkan identitas daerah asal. Keluarga Bapak M beragama Islam.
Keluarga Bapak M melaksanakan sholat lima waktu dirumah dan terkadang
dilakukan secara berjamaah. Bapak D bekerja sebagai pegawai dengan
pendapatan perbulan dibawah 3 juta rupiah. Menurut Ibu M, penghasilan tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Riwayat kesehatan keluarga Bapak D yakni Ibu M mengatakan bahwa An. S (27
bulan) lahir normal dengan berat badan lahir 2.700 gram. Selama ini, An. S sulit
makan dan berat badannya 8,6 kg di penimbangan posyandu sebelumnya dan
memiliki tinggi badan 77 cm. Hasil observasi pada kondisi tubuh An. S
didapatkan bahwa An. S tampak memiliki rambut yang tipis dan berwarna
kemerahan, serta kulit tampak kusam dan permukaan kulit kering dan bersisik.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Ibu M mengatakan bahwa An. S tidak mudah terserang penyakit, biasanya
penyakit yang dialami An. S adalah demam, batuk, dan pilek. An. S memiliki
riwayat imunisasi lengkap sampai campak. Dari hasil pemeriksaan dengan status
gizi berdasarkan Kemenkes (2010), yaitu menurut indeks BB/U, An. S memiliki
status gizi anak dengan gizi kurang menurut usianya, karena berada di bawah
garis -2 SD dengan ambang batas -3SD = 8,5 kg dan -2 SD = 9,5 kg. Status gizi
yang dimiliki An. S berdasarkan indeks BB/PB pun kurus dengan ambang batas -
3SD = 8,0 kg dan -2SD = 8,7 kg. Ibu M mengatakan An. S tidak memiliki riwayat
flek paru dan tidak pernah mengalami batuk-batuk lebih dari 2 minggu. Ibu M
mengatakan telah memberikan ASI kepada An. S hingga usia 2 tahun dan saat ini
An. S sudah melewati masa penyapihan. Dalam pemberian makan, Ibu
mengatakan sudah memberikan An. S makanan yang cukup. Biasanya makan
yang diberikan adalah nasi dengan sup sayur namun yang dimakan diberikan
kuahnya saja karena An. S tidak suka memakan sayurnya, dan dengan telur.
Dalam 1 kali makan, Ibu M mengatakan An. S mampu menghabiskan 3-5 suap
nasi. Saat ini anak S menyukai susu formula namun Ibu M memberikannya
tergantung dengan kemauan An. S. Saat usia A. S 6-10 bulan, Ibu M mengaku
memberikan makanan pendamping ASI seperti bubur bayi dan dilanjutkan dengan
tim dengan sayur dan hati ayam atau sapi. Saat ini, Ibu M adalah penyedia
makanan di rumah. Ibu M lebih memilih untuk menyediakan makanan sendiri
untuk keluarganya. Biasanya makanan buatan Ibu M yang disukai oleh An. S
adalah tahu goreng dan telur dadar. Ibu M mengaku jarang memasak menu
lengkap dengan sayuran dan buah di rumah, terutama untuk An. S. Di dalam
jadwal pmberian makan yang diberikan oleh Ibu M didapatkan bahwa tidak ada
pemberian cemilan atau makanan selingan yang rutin yang diberikan kepada An.
S, namun Ibu M sering membelikan jajanan kepada An. S seperti snack yang
dijual di warung terdekat. Ibu M menyadari keadaan anaknya yang kurus namun
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saat ini Ibu M memberikan makanan yang
menurutnya bergizi untuk An. S dan membelikan jajanan untuk An. S sesuai
dengan keinginan An. S. Dari hasil wawancara mengenai pengetahuan tentang
gizi, Ibu M tidak dapat menjelaskan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh anak
usia balita dan tidak memahami mengenai kondisi gizi kurang.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
3.2 Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data yang ditemukan pada saat pengkajian dapat disimpulkan bahwa
diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan yakni ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S.
3.3 Perencanaan Tindakan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan tujuan yang akan dicapai
oleh keluarga. Tujuan umum dari tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
keluarga Bapak D adalah diharapkan setelah dilakukan pertemuan sebanyak 7 kali
kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi An. S yang ditandai
dengan adanya peningkatan berat badan dari An. S. Tujuan umum ini kemudian
dijabarkan menjadi tujuan khusus yang akan dicapai keluarga berdasarkan 5 tugas
kesehatan keluarga.
Tujuan khusus 1 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga
mampu mengenal masalah gizi kurang dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini
dapat dicapai dengan menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi
dari gizi kurang, menjelaskan tanda dan gejala dari kurang gizi, menjelaskan
penyebab kurang gizi, dan mampu mengidentifikasi adanya anggota keluarga
dengan masalah kurang gizi. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum
sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga.
Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga
mampu menyebutkan kembali definisi gizi dengan tepat dan benar, mampu
menyebutkan definisi dari kurang gizi, mampu menyebutkan 4 dari 5 tanda dan
gejala kurang gizi, mampu menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, dan
keluarga menyadari adanya anggota keluarga yang memiliki masalah gizi kurang.
Tujuan khusus 2 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga
mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami
giri kurang dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan
menjelaskan akibat dari kurang gizi dan berdiskusi untuk mengambil keputusan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Penjelasan ulang
terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya
diberikan kepada keluarga. Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu
cara untuk meningkatkan motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan
keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat dari gizi
kurang dan keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang.
Tujuan khusus 3 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami giri kurang dalam waktu 3 x
45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menjelaskan definisi triguna makanan,
menjelaskan komponen dari triguna makanan, menyebutkan cara mengatasi
kurang gizi, menyebutkan cara memilih makanan, menjelaskan cara mengolah
makanan, dan mendemonstrasikan cara mengolah makanan. Penjelasan mengenai
triguna makanan juga disertai dengan berdiskusi bersama keluarga untuk
menyusun jadwal menu makanan yang mengandung gizi seimbang sehingga gizi
anak dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya. Ibu diminta untuk membuat model
menu makanan yang mengandung triguna makanan untuk setiap waktu makan
pada saat menyusun menu makanan.
Penyusunan jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi dilakukan sebanyak 4
kali pertemuan. Hari pertama implementasi penyusunan menu seimbang dan
bervariasi, Ibu M menyusun jadwal nasi, sayur bayam merah dan telur dadar
untuk makan pagi; kemudian nasi, sayur bayam merah, dan ikan tongkol goreng
suir untuk makan siang; dan nasi, ikan tongkol goreng suir, dan jus alpukat untuk
makan sore. Hari kedua implementasi penyusunan menu seimbang dan bervariasi,
Ibu M menyusun jadwal nasi tahu dan sup ceker untuk makan pagi; nasi, sup
ceker, dan jus jambu untuk makan siang; dan nasi tahu dan sup ceker untuk
makan sore. Hari ketiga implementasi penyusunan menu seimbang dan bervariasi,
Ibu M menyusun jadwal nasi, tempe goreng, dan sup tomat untuk makan pagi;
nasi, telur mata sapi, dan jus alpukat untuk makan siang; dan nasi, sup tomat, dan
telur dadar untuk makan sore. Hari keempat implementasi penyusunan menu
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
seimbang dan bervariasi, Ibu M menyusun menu nasi hati ayam dan nugget sayur
untuk makan pagi; nasi hati ayam dan jus jambu untuk makan siang; dan nasi hati
ayam dan nugget sayur untuk makan sore.
Demonstrasi mengolah makanan dilakukan bersama keluarga, yaitu dengan
memasak sayuran yang sebelumnya dicuci dahulu kemudian dipotong-potong dan
dimasak tidak terlalu matang. Perawat juga menjelaskan mengenai makanan
selingan sehat dan makanan selingan yang tidak sehat serta mendemontrasikan
pembuatan makanan sehat yang membantu memenuhi kebutuhan gizi anak.
Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami dan
kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga. Reinforcement positif juga
diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan motivasi keluarga. Standar
evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan
komponen dari triguna makanan besera contoh makanannya, mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4
cara memilih makanan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan,
keluarga mampu mengolah makanan sederhana dengan cara yang tepat dan benar,
mampu menyebutkan tujuan dari pemberian makanan selingan, jenis makanan
selingan (cemilan) sehat dan tidak sehat, dan keluarga dapat mendemonstrasikan
kembali pembuatan makanan selingan sehat yang dilakukan oleh perawat.
Tujuan khusus 4 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga
mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi
kurang dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menjelaskan
kepada keluarga mengenai cara penyajian makanan, menyebutkan cara untuk
mengatasi anak yang tidak bersedia makan, dan menjelaskan mengenai
lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. Modifikasi
makanan dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, seperti pembuatan
nugget sayur dan membuat sup dengan sayur-sayuran berwarna mencolok seperti
bayam merah, wortel, dan tomat. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum
sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga.
Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga
mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5
prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status
gizi balita, dan keluarga mampu membuat modifikasi makanan yang dapat
meningkatkan nafsu makan balita.
Tujuan khusus 5 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga
mampu menggunakan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk
meningkatkan gizi balita dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai
dengan menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di sekitar
lingkungan tempat tinggal keluarga, menjelaskan manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya
dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga.
Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga
mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi,
keluarga mampu menyebutkan manfaat dari mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan, dan keluarga mengatakan bersedia untuk mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan status gizi anak.
3.4 Implementasi
Tujuan khusus 1 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengenal
masalah gizi kurang. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk
memperkenalkan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita yaitu
mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian gizi, mendiskusikan
bersama keluarga mengenai pengertian kurang gizi, mendiskusikan bersama
keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi, mendiskusikan bersama keluarga
mengenai penyebab kurang gizi, dan membantu keluarga dalam mengidentifikasi
anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dilihat dari tanda dan gejala yang
dimiliki. Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang belum
dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada keluarga atas
usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 2 dari intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu keluarga
mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah
gizi kurang. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk
membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kurang gizi yaitu mendiskusikan bersama keluarga
mengenai akibat dari kurang gizi, membantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari adanya masalah kurang gizi yang terjadi pada anggota keluarganya,
dan membantu keluarga untuk mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan masalah kurang gizi. Perawat juga memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan
kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga
diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 3 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Intervensi keperawatan yang telah
dilakukan perawat untuk membantu keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah gizi kurang yaitu mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara
mengatasi masalah gizi kurang, mendiskusikan bersama keluarga mengenai
triguna makanan, menyusun jadwal menu makanan seimbang bersama keluarga
dan memotivasi untuk menyediakan menu seimbang yang telah dijadwalkan,
mendiskusikan cara meningkatkan berat badan anak dengan memenuhi kebutuhan
gizi sesuai kebutuhan balita, mendiskusikan cara memilih bahan makanan,
mendiskusikan dan mendemonstrasikan cara mengolah bahan makanan.
Penjelasan mengenai triguna makanan disertai dengan berdiskusi bersama
keluarga untuk menyusun jadwal menu makanan yang mengandung triguna
makanan sehingga gizi anak dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya. Ibu diminta
untuk membuat model menu makanan yang mengandung triguna makanan untuk
setiap waktu makan pada saat menyusun menu makanan. Demonstrasi mengolah
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
makanan dilakukan bersama keluarga, yaitu dengan memasak sayuran yang
sebelumnya dicuci dahulu kemudian dipotong-potong dan dimasak tidak terlalu
matang. Perawat juga menjelaskan mengenai makanan selingan sehat dan
makanan selingan yang tidak sehat serta mendemontrasikan pembuatan makanan
sehat yang membantu memenuhi kebutuhan gizi anak.Perawat juga memberikan
kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta
menjelaskan kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement
positif juga diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 4 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah
kurang gizi. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk
membantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk
merawat anggota keluarga dengan gizi kurang yaitu mendiskusikan bersama
keluarga cara menyajikan makanan yang dapat meningkatkan nafsu makan anak,
mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mengatasi anak yang tidak
bersedia makan, dan mendiskusikan bersama keluarga tentang modifikasi
lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita. Modifikasi makanan dilakukan
untuk meningkatkan nafsu makan anak, seperti pembuatan nugget sayur dan
membuat sup dengan sayur-sayuran berwarna mencolok seperti bayam merah,
wortel, dan tomat. Penggunaan alat makan yang bergambar dan menarik bagi
anak pun disarankan oleh perawat dan dillakukan oleh keluarga agar dapat
meningkatkan motivasi anak untuk makan. Perawat juga memberikan kesempatan
pada keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan
kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga
diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 5 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan
perawat untuk membantu keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi balita yaitu mendiskusikan bersama
keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal,
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk
bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang
belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada
keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Intervensi atau implementasi yang menjadi unggulan yang dilakukan oleh perawat
yaitu menyusun jadwal menu seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna
makanan pada balita. Intervensi ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi anak
dalam mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung gizi seimbang. Gizi
yang terpenuhi sesuai dengan kebutuhan anak usia balita pun menjadi tujuan dari
intervensi ini.
3.5 Evaluasi
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan. Pertemuan
ini terdiri dari pengkajian sebanyak 2 kali pertemuan dan penatalaksanaan
intervensi keperawatan sebanyak 10 kali pertemuan. Berikut merupakan
rangkuman gambaran evaluasi dari semua proses penatalaksanaan yang telah
dilakukan terhadap keluarga Bapak D.
3.5.1 Evaluasi Formatif
3.5.1.1 Evaluasi Subjektif
Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan
keperawatan untuk tujuan khusus 1, yaitu keluarga mengatakan arti dari gizi
seimbang adalah gizi yg lengkap yg memenuhi kebutuhan tubuh dan mengandung
3 zat yang diperlukan tubuh, keluarga mengatakan arti dari gizi kurang adalah
keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan gizi yang cukup, serta keluarga
mengatakan tanda dan gejala kurang gizi yaitu anak tampak kurus, rambut tipis,
lemas, kulit kering, pucat, dan anak tidak ceria. Evaluasi subjektif yang telah
dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 2,
yaitu keluarga megatakan akibat dari kurang gizi yaitu gangguan tumbuh
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
kembang, gampang sakit, dan sulit berpikir dan keluarga mengatakan mau
merawat An. S dengan gizi kurang. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga
setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 3, yaitu keluarga
mengatakan cara mengatasi gizi kurang yaitu dengan memberikan makanan gizi
seimbang, makan teratur, dan makan cukup sesuai kebutuhan, keluarga
mengatakan bahwa triguna makanan terdiri dari 3 zat yaitu zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur, keluarga mengatakan bahwa zat tenaga berasal dari
nasi, kentang, ubi, singkong, atau kacang-kacangan, keluarga mengatakan zat
pembangun berasal dari ikan, telur, tempe, dan daging, keluarga mengatakan zat
pengatur berasal dari buah-buahan & sayur-sayuran. Keluarga juga mengatakan
bahwa cara memilih makanan yaitu makanan bergizi, bahan makanan masih segar
tidak berbau tidak sedap/layu, harga terjangkau, kemudian cara untuk mengolah
makanan yaitu dgn dicuci dulu stelah itu baru dipotong, peralatannya dicuci
bersih, beras dicuci 2x, sayuran tidak dimasak terlalu lama, dan keluarga
mengatakan akan menyediakan menu seimbang dan bervariasi setiap hari,
memberikan makanan selingan dan mengusahakan untuk menyediakan buah
untuk anak. Keluarga menyebutkan jadwal makanan yang akan disediakan untuk
hari berikutnya. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan
tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 4, yaitu keluarga mengatakan cemilan
sehat adalah makanan ringan yang membantu memenuhi gizi anak, seperti bubur
kacang hijau, bubur sumsum, pudding, dan roti, keluarga menyebutkan cara
menyajikan makanan yaitu menunya bervariasi, patuh pada jadwal menu
makanan, dan jumlah makanan sesuai kebutuhan, keluarga mengatakan cara
mengatasi anak yg sulit makan yaitu tidak memaksa anak tetapi ikuti kemauan
anaknya untuk makan sambil bermain, beri makan sesuai selera anak agar tidak
bosan, tidak memberi makan yg manis sebelum makan, dan menyajikan makanan
dalam bentuk yg menarik. Keluarga juga mengatakan lingkungan yang dapat
meningkatkan nafsu makan anak yaitu dengan makan bersama teman sebaya atau
anggota keluarga, menggunakan alat makan yang menarik, dan makan sambil
bercerita. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan
tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 5, yaitu keluarga mengatakan fasilitas
kesehatan terdekat adalah RS Tumbuh Kembang, puskesmas, dan bidan, keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
mengatakan manfaat berkunjung ke pelayanan kesehatan: periksa kesehatan anak,
mendapatkan penyuluhan kesehatan, dan keluarga mengatakan akan berkunjung
ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan.
3.5.1.2 Evaluasi Objektif
Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan
keperawatan untuk tujuan khusus 1 yang dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu
keluarga telah mampu mengenal masalah gizi kurang yang ditandai dengan
menyebutkan definisi dari gizi seimbang dan gizi kurang dengan benar,
menyebutkan tanda dan gejala dari gizi kurang, menyebutkan penyebab balita
kekurangan gizi, dan keluarga telah mampu mengidentifikasi adanya anggota
keluarga yang mengalami kurang gizi berdasarkan tanda dan gejala yang dimiliki.
Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan
keperawatan untuk tujuan khusus 2 yang dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu
keluarga telah mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami gizi kurang, yang ditandai dengan keluarga telah mampu
menyebutkan akibat dari gizi kurang pada balita jika tidak ditangani, dan telah
mengambil keputusan untuk merawat An. S yang mengalami gizi kurang.
Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan
keperawatan untuk tujuan khusus 3 yang dilakukan sebanyak 3 x 45 menit, yaitu
keluarga telah mampu merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi,
yang ditandai dengan keluarga telah mampu menyebutkan triguna makanan dan
sumber-sumbernya, menyebutkan cara mengatasi masalah kurang gizi pada balita,
membuat jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna
makanan, menyebutkan cara memilih dan mengolah makanan yang baik dan
benar, mendemonstrasikan cara mengolah makanan, keluarga telah mampu
menyebutkan definisi dari cemilan sehat, manfaat cemilan sehat, tujuan dari
pemberian cemilan sehat, mampu memilih jenis cemilan sehat dan tidak sehat
dengan menggunakan food model, dan telah mampu membuat cemilan sehat
berupa puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein (puding yang berbahan dasar
tepung terigu dan telur) sebanyak 1 kali. Evaluasi objektif yang telah dicapai
keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 4 yang
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
42
Universitas Indonesia
dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu memodifikasi
lingkungan untuk merawat anak dengan gizi kurang, yang ditandai dengan
keluarga telah mampu menyebutkan cara menyajikan makanan, menyebutkan cara
mengatasi anak yang tidak bersedia makan, mampu menyebutkan cara untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita
seperti menggunakan alat makan yang menarik bagi anak, serta keluarga mampu
membuat modifikasi makanan nugget sayur. Evaluasi objektif yang telah dicapai
keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 5 yang
dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan status gizi balita, yang ditandai
dengan keluarga telah mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar
lingkungan tempat tinggal dan mampu menjelaskan manfaat dari mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan fisik terkait masalah gizi pada balita dilakukan di akhir pertemuan
sebagai bentuk keberhasilan dari intervensi keperawatan yang dilakukan. Berat
badan An. S mengalami peningkatan yaitu sebanyak 0,2 kg. Setelah dilakukan
intervensi keperawatan terhadap An. S, berat badan sebelumnya (8,6 kg)
mengalami peningkatan menjadi 8,8 kg.
3.5.1.3 Analisis Evaluasi
Penatalaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga Bapak D dilakukan
berdasarkan perencanaan tindakan keperawatan yang dibuat untuk mencapai
tujuan dari pelaksanaan asuhan keperawatan. Dari hasil penatalaksanaan tindakan
keperawatan, didapatkan hasil bahwa tujuan khusus 1 -5 telah tercapai dengan
baik.
3.5.1.4 Rencana Tindak Lanjut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 kali pertemuan dan ditandai
dengan adanya peningkatan berat badan pada An. S, keluarga memiliki tugas
selanjutnya yang bersifat mandiri, yaitu melanjutkan pemberian pola makan
dengan gizi seimbang pada An. S, memberikan motivasi An. S untuk
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
meningkatkan asupan gizi, dan mengikuti penimbangan berat badan rutin di
posyandu terdekat.
3.5.2 Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan dan bertujuan untuk menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi sumatif dilakukan
dengan cara wawancara dengan keluarga di akhir pertemuan dan observasi
perubahan perilaku terkait tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Asmadi,
2005). Wawancara yang dilakukan berdasarkan pada tujuan umum dan tujuan
khusus dari tindakan keperawatan.
Tujuan khusus 1 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengenal
masalah gizi kurang. Tujuan ini tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D.
Kriteria yang keluarga Bapak D telah penuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu
keluarga telah mampu menyebutkan definisi dari gizi, definisi dari kurang gizi,
menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala gizi kurang, menyebutkan 3 dari 4
penyebab gizi kurang, dan keluarga telah mampu mengidentifikasi bahwa terdapat
anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Tujuan khusus 2 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengambil
keputusan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Tujuan
ini telah tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang telah penuhi
untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga mampu menyebtkan 2 dari 3 akibat dari
gizi kurang dan keluarga telah mengambil keputusan untuk merawat An. S yang
mengalami gizi kurang.
Tujuan khusus 3 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Tujuan ini telah tercapai
sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang telah dipenuhi untuk mencapai
tujuan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan komponen dari triguna makanan
beserta contohnya, keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
kurang gizi, keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara memilih makanan,
keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan, keluarga
telah mampu mendemonstrasikan cara mengolah makanan dengan baik dan benar,
keluarga telah mampu menyusun jadwal menu makanan seimbang sesuai dengan
triguna makanan, keluarga telah mampu membuat menu variasi makanan yang
memenuhi gizi seimbang, dan keluarga telah mampu menyediakan makanan
dengan porsi yang dibutuhkan di usia balita.
Tujuan khusus 4 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah
kurang gizi. Tujuan ini telah tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria
yang telah dipenuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga telah mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, keluarga telah mampu
menyebutkan 4 dari 5 cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, dan
keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk
meningkatkan status gizi An. S.
Tujuan khusus 5 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan. Tujuan ini telah tercapai sepenuhnya oleh
keluarga Bapak D. Kriteria yang telah dipenuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu
keluarga telah mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
dikunjungi, keluarga dapat menyebutkan manfaat dari melakukan kunjungan, dan
keluarga mengatakan akan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk
memeriksa kesehatan An. S.
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian
Tingkat kemandirian keluarga meningkat setelah dilakukannya intervensi
keperawatan. Tingkat kemandirian yang dimiliki keluarga saat ini adalah tingkat
kemandirian II. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan keluarga untuk menerima
petugas perawatan kesehatan yang datang berkunjung, menerima pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kurang gizi dengan benar, memanfaatkan fasilitas
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
45
Universitas Indonesia
pelayanan kesehatan sesuai anjuran, dan melakukan perawatan sederhana yang
dianjurkan. Perawatan sederhana yang telah mampu dilakukan keluarga yaitu
menyusun jadwal menu makanan seimbang yang sesuai dengan triguna makanan,
mampu menyediakan modifikasi makanan untuk meningkatkan motivasi makan
An. S, mengadakan waktu untuk makanan selingan yang bergizi di sela-sela
waktu makan.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
46 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Cimanggis,
Depok. Kelurahan ini terdiri dari 8 rukun warga (RW). RW 01 sampai dengan
RW 07 merupakan wilayah pemukiman dengan mayoritas kepala keluarga
memiliki status ekonomi menengah kebawah, dan RW 08 merupakan wilayah
perumahan dengan mayoritas status ekonominya menengah ke atas.
Kelurahan Cisalak Pasar belum memiliki fasilitas kesehatan atau puskesmas
kelurahan. Fasilitas kesehatan terdekat yang dapat dijangkau dari Kelurahan
Cisalak Pasar adalah Puskesmas Kecamatan Cimanggis yang berjarak sekitar 1,5
km dari Kelurahan Cisalak Pasar. Selain Puskesmas Kecamatan Cimanggis,
terdapat pula fasilitas pelayanan kesehatan lain di sekitar Kelurahan Cisalak Pasar,
seperti Rumah Sakit Tumbuh Kembang dan beberapa praktik klinik dokter atau
klinik bidan. Posyandu dilakukan rutin di Kelurahan Cisalak Pasar guna
meningkatkan status gizi balita dengan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa residen spesialis
komunitas FIK UI (2013) mengungkapkan bahwa masalah gizi kurang pada balita
terbanyak terdapat di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar.
Rekapitulasi registrasi penduduk RW 07 di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis, Depok memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.248 jiwa pada bulan
Desember 2012, dengan 1.243 jiwa memiliki jenis kelamin laki-laki dan 1.005
memiliki jenis kelamin perempuan. Mayoritas penduduk di RW 07 memiliki
tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan memiliki mata pencaharian
sebagai karyawan swasta, pedagang, wiraswasta, penarik ojeg, supir angkot, PNS,
dan buruh dengan pendapatan sekitar Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000
perbulan.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Daerah pemukiman RW 07 tampak padat dengan sebagian besar bangunannya
merupakan bangunan permanen dan merupakan rumah pribadi. Rumah kontrakan
tersedia bagi warga pendatang baru dengan luas 2,5 meter x 7,5 meter yang
memiliki 2 pintu (depan dan belakang), 4 jendela (2 jendela depan dan 2 jendela
belakang), 1 kamar mandi, dan terdapat teras seluas 1 meter x 2,5 meter di depan
rumah. Padatnya pemukiman yang ada di RW 07 membuat sinar matahari tidak
masuk secara adekuat di beberapa rumah. Umumnya, penduduk di RW 07 tidak
memiliki pembuangan sampah permanen di depan rumah. Biasanya mereka
menggunakan kantung plastik atau kardus sebagai tempat pembuangan sampah
yang selanjutnya akan diangkut oleh petugas kebersihan yang dikelola oleh RW.
Namun ada pula warga yang membakar sampah yang berserakan di sekitar
lingkungan pemukiman. Keadaan parit atau saluran air di sekitar RW 07 mengalir
dengan lancar dengan sister terbuka. Namun ada beberapa parit yang tersumbat
akibat adanya tumpukan sampah dedaunan atau sampah plastik. Sumber air bersih
yang didapatkan warga di RW 07 berasal dari sumur/PAM.
RW 07 merupakan RW terbesar di Kelurahan Cisalak Pasar. Warga harus
melewati jalan raya beraspal yang dapat dilewati oleh kendaraan beroda empat
untuk mencapai RW tersebut. Tampak sebagian jalan di RW 07 rusak dan
berlubang. Banyaknya kendaraan roda empat atau lebih yang dapat melewati
wilayah RW 07 menyebabkan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor.
Cara warga RW 07 Cisalak Pasar mendapatkan bahan-bahan makanan dan
kebutuhan sehari-hari sangat mudah. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki pasar
yang letaknya sekitar 1 km dari RW 07. Selain itu, terdapat banyak tukang sayur
berjualan di setiap RT, warung yang menjual kebutuhan pokok dan makanan
ringan, serta banyak penjaja makanan yang berkeliling melewati wilayah RW 07.
RW 07 memiliki tiga posyandu yang diselenggarakan di RT yang berbeda
disebabkan karena banyaknya balita di RW 07. Kegiatan posyandu ini rutin
dilakukan sebanyak 1 kali dalam sebulan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di
posyandu RW 07 yaitu penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
pemberian makanan tambahan. Posyandu RW 07 dibagi menjadi Posyandu
Flamboyan 1, Posyandu Flamboyan 2, dan Posyandu Flamboyan 3 yang
dilakukan di tanggal yang berbeda.
Posyandu Flamboyan 1 mengelola balita yang tinggal di RT 01 RW 07 Kelurahan
Cisalak Pasar. Posyandu diadakan setiap tanggal 11 setiap bulannya dan sekitar 60
balita mengunjungi posyandu untuk melakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan. Posyandu Flmaboyan 1 diadakan di salah satu rumah
kader dengan lahan yang digunakan seluas 2 meter x 1,5 meter. Keterbatasan
lahan pada posyandu Flamboyan 1 menyebabkan tidak aktifnya sistem posyandu
5 meja. Meja 4 tidak dilakukan fungsinya oleh kader dan pada meja 5 tidak diisi
oleh petugas kesehatan. kader yang bertugas di posyandu Flamboyan 1 berjumlah
5 orang. Makanan tambahan yang disediakan di posyandu flamboyan 1 adalah
sosis cepat saji, wafer, atau biskuit.
Posyandu Flamboyan 2 mengelola balita yang tinggal di RT 03, RT 04, RT 05,
RT 06, dan RT 07. Balita yang mengunjungi posyandu yaitu sekitar 60 orang
balita. Posyandu Flamboyan 2 ini diadakan rutin 1 kali dalam sebulan pada
tanggal 19 setiap bulannya. Flamboyan 2 dilakukan di aula RT 05 yang cukup
luas untuk diaktifkannya sistem posyandu 5 meja, yaitu seluas 4,5 meter x 3,5
meter. Kader yang bertugas di Flamboyan 2 sebanyak 6 orang. Makanan
tambahan yang disediakan di Posyandu Flamboyan 2 adalah telur rebus, bubur,
biskuit, susu, atau sup.
Posyandu Flamboyan 3 mengelola balita yang tinggal di RT 02 RW 07 Kelurahan
Cisalak Pasar. Balita yang mengunjungi posyandu ini berjumlah sekitar 40 hingga
50 orang balita. Posyandu Flamboyan 3 diadakan rutin 1 kali dalam sebulan pada
tanggal 17 setiap bulannya. Posyandu Flamboyan 3 dilakukan di halaman rumah
salah satu kader dengan luas 2,5 meter x 2,5 meter dan tidak diaktifkannya sistem
posyandu 5 meja, terutama meja 5 karena tidak adanya petugas kesehatan yang
hadir di kegiatan posyandu tersebut. Jumlah kader yang bertugas di Posyandu
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Flamboyan 3 sebanyak 3 hingga 5 kader. Makanan tambahan yang diberikan
adalah bubur kacang hijau atau puding.
RW 07 memiliki satu posbindu yang diadakan rutin setiap 1 kali dalam satu bulan.
Di dalam kegiatan posbindu ini dilakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia
seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan gula darah darah sewaktu, pemeriksaan kolesterol,
dan pemeriksaan asam urat. Lansia juga mendapatkan pemberian obat dan vitamin
dari petugas kesehatan yang hadir saat kegiatan tersebut.
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan mengenai masalah gizi kurang belum
pernah dilakukan di RW 07, baik oleh kader, petugas kesehatan, maupun
mahasiswa. Pengetahuan yang dimiliki kader mengenai program gizi pun kurang.
Warga RW 07 antusias saat diadakannya penyuluhan kesehatan mengenai gizi
balita dan keluarga pun terbuka terhadap kehadiran mahasiswa maupun petugas
kesehatan yang datang berkunjung.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP
Masalah gizi yang terdapat pada keluarga Bapak D terjadi karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada balita. Hal ini mempengaruhi ibu
dalam memilih bahan makanan dan menyajikan makanan dalam keluarga. Ibu
lebih memilih untuk menyediakan makanan cepat saji di rumah tanpa
memperhatikan kandungan gizi yang terdapat dalam bahan makanan tersebut.
Cara pengolahan makanan pun tidak diperhatikan oleh ibu. Ibu M juga tidak
mampu untuk menyediakan buah-buahan bervitamin di rumah karena menurutnya
harga buah cukup mahal meskipun jarak yang ditempuh untuk mendapatkan
bahan makanan dekat. Lebih memilih makanan cepat saji, tidak memperhatikan
kualitas bahan makanan, dan harga bahan pangan yang tinggi merupakan akibat
dari perkotaan yang dapat berdampak pada masalah gizi jika disesuaikan dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Argenti (2000).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Keluarga Bapak D tinggal di wilayah yang memiliki kegiatan posyandu yang rutin
dilakukan setiap 1 kali dalam sebulan. Posyandu ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk, yaitu sebanyak 14 orang
balita. Keluarga Bapak D cenderung lebih memilih untuk menghidangkan
makanan cepat saji untuk menghemat waktu dan tidak memperhatikan kandungan
gizi yang ada pada makanan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Argenti (2000), yang menyatakan bahwa adanya konsekuensi
pada pemenuhan nutrisi pada masyarakat yang merupakan akibat dari proses
perkembangan perkotaan yang pesat, yaitu lebih memilih untuk membeli makanan
cepat saji tanpa memperhatikan kualitas bahan makanan.
Masalah gizi merupakan salah satu masalah di perkotaan akibat proses urbanisasi.
Perkembangan perkotaan menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan dan juga
meningkatnya harga kebutuhan pokok, termasuk bahan makanan, meskipun pada
masyarakat perkotaan akses untuk mendapatkan bahan pokok menjadi lebih
mudah (Soeroso, 2008). Keluarga Bapak D tinggal di daerah perkotaan dan
memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan sumber bahan pangan maupun
kebutuhan sehari-hari. Kelurahan Cisalak Pasar yang ditempati keluarga Bapak D
memiliki pasar yang letaknya sekitar 1 km dari RW 07 dan dapat dicapai melalui
berbagai akses seperti dengan motor, angkutan umum, atau dengan jalan kaki.
Status ekonomi keluarga Bapak D yang menengah kebawah dapat menjadi
penghambat untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bahan makanan yang bergizi.
Daerah perkotaan memiliki harga bahan makanan relatif yang lebih tinggi
(Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Harga bahan makanan yang tinggi
menyebabkan keluarga dengan kondisi ekonomi yang lemah mengalami kesulitan
untuk mendapatkan bahan makanan yang bergizi. Masyarakat akan lebih memilih
bahan makanan yang dapat dijangkau dengan harga murah dan hemat.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
4.3 Analisis Program Inovasi Penyusunan Menu Seimbang dan Bervariasi
dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Intervensi unggulan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah pemberian pendidikan
kesehatan mengenai triguna makanan dan menyusun menu makanan yang
bervariasi berdasarkan triguna makanan. Hal-hal yang disampaikan dalam
pendidikan kesehatan yaitu definisi dari triguna makanan dan zat-zat gizi yang
termasuk dalam triguna makanan, serta contoh-contoh makanan yang
mengandung zat-zat gizi triguna makanan. Pembuatan jadwal menu makanan
dibuat untuk mengarahkan ibu menyediakan makanan dengan triguna makanan
dan dibuat setiap kunjungan. Tujuan dari dilakukannya intervensi ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Ibu mengenai pentingnya gizi
seimbang bagi balita. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan mengenai
cara mengolah bahan makanan, agar zat gizi yang terkandung tidak rusak atau
hilang, dan menyajikan makanan agar anak menjadi termotivasi untuk makan.
Pengadaan makanan selingan dan cara membuat makanan selingan untuk An. S
pun dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi
balita. Hal ini sesuai dengan Suhardjo (2005) yang mengungkapkan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pengetahuan ibu tentang
gizi. Rendahnya pengetahuan gizi dapat mempengaruhi ketersediaan pangan
dalam keluarga yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi
pangan. Rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan merupakan penyebab
langsung dari kekurangan gizi pada balita (Suhardjo, 2005). Hal ini berdasarkan
pada penelitian yang dilakukan Syukriawati (2011) mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi kurang pada usia balita pun menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
balita.
Pembuatan jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna
makanan dilakukan untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan pada balita yang
memiliki status gizi kurang dan untuk meningkatkan motivasi anak untuk makan.
Hasil evaluasi setelah dilakukannya penyusunan jadwal menu makanan dan
variasi makanan menunjukkan bahwa adanya peningkatan berat badan anak
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
52
Universitas Indonesia
sebesar 0,2 kg yang membuktikan bahwa intervensi ini berhasil. Hasil intervensi
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mashitah, Soekirman, dan
Martianto (2005), yang mengungkapkan bahwa pola asuh makan dan status gizi
secara tidak langsung memiliki hubungan dengan baik atau buruknya status gizi
balita. Hasil intervensi ini pun sesuai dengan penelitian Wijanarka (2012) dimana
variasi makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein sangat dibutuhkan terutama
pada balita dengan status gizi kurang. Variasi makanan yang dilakukan Wijanarka
(2012) ini terbukti dapat meningkatkan berat badan balita.
Variasi menu yang diberikan kepada An. S mampu meningkatkan motivasi An. S
untuk makan. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurhayati dan Sudewi (2009) yang
mengungkapkan bahwa makanan yang bervariasi dibuat berdasarkan tren
makanan yang populer untuk anak balita. Penyediaan makanan yang bermacam-
macam terbukti dapat meningkatkan motivasi anak untuk makan.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan
Pemecahan masalah dapat dilakukan oleh keluarga, kader, petugas kesehatan yang
bertugas di RW 07, dan perawat. Keluarga diharapkan untuk tidak menyerah
begitu saja ketika anak mengalami masalah gizi. Keluarga dapat membantu anak
memenuhi kecukupan gizinya dengan selalu menyediakan makanan yang
mengandung triguna makanan di setiap waktu makan dan mengadakan waktu
untuk pemberian makanan selingan. Keluarga juga dapat menggunakan alat
makan yang bergambar atau berwarna mencolok sehingga anak dapat membangun
mindset bahwa makan itu sama menyenangkannya seperti bermain.
Kader juga dapat ikut serta dalam pemecahan masalah gizi pada keluarga. Kader
dapat terus memotivasi keluarga dan menyediakan makanan tambahan saat
melakukan kunjungan ke keluarga dan memberikan motivasi kepada keluarga.
Kader juga berperan sebagai pengawas yang mengawasi cara ibu memberikan dan
menyediakan makanan untuk anaknya. Pengetahuan yang telah diberikan kepada
kader mengenai gizi seimbang dan triguna makanan juga dapat digunakan untuk
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
53
Universitas Indonesia
memberikan pendidikan kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
keluarga.
Mahasiswa menganjurkan adanya peran dari tenaga kesehatan yang bertugas di
RW 07 Cisalak Pasar untuk mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai gizi
balita sesuai dengan triguna makanan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan
ibu mengenai pemilihan bahan makanan yang sesuai dan bergizi untuk balita,
diharapkan jumlah balita dengan status gizi kurang atau gizi buruk menurun.
Tenaga kesehatan di RW 07 pun diharapkan dapat terus memotivasi ibu dalam
pemberian makanan dengan gizi seimbang pada balita dan melakukan perawatan
sederhana melalui kunjungan ke rumah keluarga dengan balita gizi kurang atau
balita gizi buruk.
Pemecahan masalah gizi tidak terlepas dari peran perawat. Mahasiswa
menyarankan diadakannya kunjungan minimal satu bulan sekali untuk melihat
adanya peningkatan atau perkembangan kondisi kesehatan pada balita dengan gizi
kurang. Perawat di poli anak di puskesmas dapat mengikutsertakan keluarga
dengan balita kurang gizi ke dalam kegiatan PPG atau Program Pemenuhan Gizi
yang diadakan di puskesmas.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
53 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Intervensi unggulan yang diberikan kepada keluarga Bapak D adalah memberikan
pendidikan kesehatan triguna makanan dan menyusun jadwal menu makanan
yang bervariasi berdasarkan triguna makanan, dan pembuatan makanan yang
menarik bagi anak seperti membuat sup dengan sayuran yang berwarna mencolok
seperti bayam merah, wortel, jagung, dan tomat. Pemberian intervensi unggulan
ini dinyatakan berhasil yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan An.
S sebanyak 2 ons, dari 8,6 kg menjadi 8,8 kg. Tingkat kemandirian yang dimiliki
oleh keluarga telah meningkat yaitu tingkat kemandirian III, dimana keluarga
telah mampu menerima petugas perawatan kesehatan yang datang berkunjung,
menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar,
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran, dan melakukan
perawatan sederhana yang dianjurkan.
5.2 Saran
5.2.1 Kader RW 07
Petugas kesehatan yang bertugas di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar dapat
melakukan pendidikan kesehatan di RW setempat dengan tujuan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang pada balita dan triguna
makanan. Bagi kader setempat, disarankan untuk membuat kelompok diskusi
dengan ibu balita dengan gizi buruk sehingga ibu bisa saling bertukar cerita
mengenai perkembangan anaknya dan memecahkan masalah gizi bersama. Kader
juga disarankan untuk memotivasi para ibu untuk terus meningkatkan asupan gizi
seimbang untuk para balita dan mengelola beberapa keluarga yang memiliki balita
dengan status gizi kurang.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
5.2.2 Puskesmas Cimanggis
Puskesmas Cimanggis diharapkan dapat meningkatkan kinerja perkesmas
(perawat kesehatan masyarakat) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya di wilayah yang dikelola oleh puskesmas. Perawat poli anak yang
bertugas di puskesmas setempat juga dapat melakukan kunjungan untuk
memantau perkembangan kondisi kesehatan dan mengikutsertakan keluarga
dalam kegiatan PPG di poli anak
5.2.3 Institusi Pendidikan
Mahasiswa disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
efektivitas intervensi triguna makanan khususnya pada keluarga dengan balita gizi
kurang dan mengembangkan ilmu mengenai gizi, serta menemukan intervensi
inovasi baru yang dapat meningkatkan status gizi balita.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
52 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.
(5th
ed). Philadelphia : Lippincott.
Almatsier, S. (2003). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Argenti, O. (2000). Feeding the cities: food supply and distribution. Achieving
urban food and nutrition security in the developing world.
Asmadi. (2005). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
Bappenas. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-2010. Jakarta:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Bappenas. (2007). Laporan perkembanganpencapaian millenium development
goals Indonesia 2007.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan
Perencanaan dan Penelitian Kesehatan.
http://www.litbang.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.
http://www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2003). Pemantauan pertumbuhan balita. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
53
Universitas Indonesia
Eri. (2007). Kondisi gizi buruk pada balita di Jawa Barat. Dipetik Juni 20, 2013,
dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat:
http://www.diskes.jabarprov.go.id
Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi
kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas
Depok,. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan
Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.
Fivi. (2006). Hubungan pola asuh dengan status gizi anak batita di Kecamatan
Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang tahun 2004. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat, September 2006.
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th
ed). California: Appleton and Lange.
Gibson, R. S. (2005). Principles of nutrition assesment. Edisi ke- 2. New York:
Oxford University.
Hartriyanti, Y., & Triyanti. (2007). Peilaian status gizi, dalam gizi dan kesehatan
masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hernawati, I. (2009). Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:
caring in action. Delmar Publishers. International Thomson
Publishing Company.
Husaini. (2002). Empat Sehat Lima Sempurna.Jakarta : Bumi Aksara.
Husin, C. R. (2008). Hubungan pola asuh anak dengan status gizi balita umur 24-
59 bulan di willayah terkena tsunami Kabupaten Pidie Propinsi
Nangroe Aceh Darussalam tahun 2008. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Isro'i, G. A. (2008). Hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam
perawatan kesehatan dengan status gizi pada balita di Desa
Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Semarang:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
Iswanto, J. (2010). Konsep Kesehatan Perkotaan. Retrieved Juni 20, 2013, from
Slideshare: http://www.slideshare.net
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian
makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta.
Kemenkes RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta.
Khomsan, A. (2006). Solusi makanan sehat. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Lawson, L., & Peate, I. (2009). Essential nursing care: a workbook for clinical
practice. United Kingdom: Wiley Blackwell.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th
ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Mashitah, T., Soekirman, & Martianto, D. (2005). Hubungan pola asuh makan
dan kesehatan dengan status gizi anak batita di desa mulya harja.
Media Gizi & Keluarga.
Nurhayati, A., & Sudewi. (2009). Reka cipta menu balita sebagai upaya mengatasi
sulit makan dan kurang gizi pada balita. Media Pendidikan, Gizi, dan
Kuliner.
Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia (2008).
Tidak dipublikasikan.
Pudjiadi.(1997). Ilmu gizi klinis pada anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Safi'i, A. (2008). Gambaran penyelenggaraan pelatihan tatalaksana gizi buruk
dalam rangka persiapan therapeutic feeding center (TFC) di Dinas
Kesehatan Kota Depok Jawa Barat tahun 2008 (Skripsi). Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Sarlito. (1992). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grafindo
Sausan. (2009). Hubungan pola asuh makan dengan status gizi balita 13-59 bulan
di posyandu srikandi 4 kelurahan Tamban Wedi Surabaya.
Sedyaningsih, E. R. (2011, Januari 26). DEPKES: Target MDGs Bidang
Kesehatan. Retrieved Juni 2013, 20, from Wartapedia:
http://wartapedia.com
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
55
Universitas Indonesia
Sediaoetama, A. D. (2006). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid 1. Jakarta
: PT Dian Rakyat.
Soekirman, et all. (2000). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Soekonjono. (1998). Kajian sosial ekonomi perluasan wilayah perkotaan ibukota
Kabupaten Nganjuk. Retrieved Juni 20, 2013, from The Digilib:
http://www.thedigilib.com/
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th
ed). St Louis
United States: Mosby Inc.
Suhardjo. (2005). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Penerbit Bumi
Aksara.
Suharjo. (2003). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supariasa, D. N. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Supariasa, D. N. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sururi, M. (2006). Dipetik Juni 20, 2013, dari Penanggulangan gizi buruk:
http://www.dinkespurworejo.go.id/
Syukriawati, R. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat
Kota Tangerang Selatan tahun 2011 (Skripsi). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Wicaksono, T. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
pemanfaatan perumahan untuk tujuan komersial di kawasan
Trogosari Kulon, Semarang (Skripsi). Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Widjaja. (2007). Gizi tepat untuk perkembangan otak dan kesehatan balita.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wijanarka, A. (2012). RASTTLE (beras-tempe-tolo-lele) meningkatkan berat
badan balita kurang gizi. Jurnal Poltekkes Kemenkes Yogyakarta .
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
56
Universitas Indonesia
Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Yunus, H. S. (1999). Struktur tata ruang kota. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Zega, H. R. (2010). Status gizi balita dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010
(skripsi). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
LAMPIRAN
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Bapak D
2. Alamat : RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok
3. Komposisi Keluarga :
No Nama JK Usia Hub. dgn KK Pendidikan Pekerjaan
1. Bapak D L 37tahun Kepala Keluarga SMA Pegawai
2. Ibu M P 36 tahun Istri SMP IRT
3. An. S P 28 bulan Anak - -
4. Genogram
Keterangan
Orang tua Bapak D (Ayah) meninggal karena sakit dan penyebabnya tidak diketahui secara
jelas. Ayah Bapak D meninggal ketika Bapak D berusia 23 tahun.
Orang tua Bapak D (Ibu) meninggal tidak lama setelah kepergian Ayah dari Bapak D yaitu sekitar dua
tahun setelahnya dan tidak diketahui juga penyebabnya.
Bapak D lahir pada tahun 1976 di kelurahan Cisalak, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa
Barat. Bapak D saat ini bekerja sebagai pegawai dan memiliki pendapatan kurang dari Rp
3.000.000/bulan. Bapak D tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau paru. Bapak D tidak pernah
ada di rumah saat perawat melakukan kunjungan sehingga masalah kesehatannya tidak terkaji.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
Orang tua Ibu M (ibu) telah meninggal. Beliau meninggal karena pengaruh faktor usia yang
sudah mencapai lanjut usia. Ibu M mengatakan selama hidupnya, ibunya tidak pernah mengeluh sakit
di leher atau sakit kepala. Ibu dari Ibu M meninggal ketika Ibu M berusia sekitar 21 tahun.
Orang tua Ibu M (ayah) saat ini masih hidup dengan kondisi sehat. Ayah dari Ibu M tinggal
dengan adik dari Ibu M yang masih di daerah Cisalak Pasar. Ibu M mengatakan ayahnya rutin
memeriksakan diri ke dalam kegiatan lansia di RW tempat tinggalnya setiap satu bulan sekali
(posbindu).
Ibu M merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Saudara laki-lakinya yang merupakan
anak pertama telah meninggal dunia karena maag kronik. Ibu M memiliki 3 saudara laki-laki dan 2
saudara perempuan yang juga tinggal tidak jauh dari Cisalak Pasar. Ibu M mengeluh memiliki riwayat
penyakit maag sejak SMA dan Ibu M mengeluh sering merasa mual jika telat makan. Keluhan yang
dirasakan saat ini terkadang lambung terasa perih/ nyeri, perut terasa kembung, mual, pusing, dan
mudah lelah. Ibu M merasakan keluhan tersebut terutama apabila telat makan atau ketika setelah
makan makanan yang keras dan banyak mengandung gas dan setelah minum kopi atau teh.
Anak pertama dari Bapak D dan Ibu M yaitu An. S (27 bulan) terkaji masalah kesehatan yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Berat badan yang dimiliki An. S yaitu 8,6 kg
dengan tinggi badan 77 cm. An. S tampak kurus. Dari penampilan fisiknya dapat dilihat bahwa anak
memiliki rambut yang berwarna kemerahan dan tipis, selain itu kulitnya pun kering dan bersisik.
4. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Bapak D adalah Nuclear family, yaitu dalam satu rumah terdiri dari ayah, ibu,
dan anak.
5. Suku
Bapak D berasal dari asli cisalak pasar, Depok Jawa Barat dan bersuku betawi. Bahasa sehari-
hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Ibu M juga berasal dari Cisalak pasar namun wilayah
dekat kelurahan, Depok Jawa Barat dan bersuku betawi. Bahasa keseharian Ibu M adalah bahasa
indonesia daam kesehariannya.
Cara berpakaian keluarga cukup yang mencerminkan pakaian daerah asalnya. Mereka
berpakaian seperti biasa. Ibu M sering berbusana mengenakan daster. Dalam acara keluargapun, Ibu
M dan Bapak D mengenakan pakaian batik dan busana muslim rapi. Di dalam ruangan rumah
keluarga Bapak D dan Ibu M tidak ditemukan barang-barang yang berasal atau menunjukkan identitas
daerah asal.
6. Agama
Keluarga Bapak D beragama Islam. Keluarga Bapak D sering melaksanakan sholat lima waktu
dirumah bejamaah dengan keluarga. Kegiaan pengajian rutin RW untuk kalangan bapak-bapak yang
biasanya diadakan setiap jumat malam, Bapak D kadang mengikutinya, sedangkan Ibu M jarang
mengikuti kegiatan rutin pengajian ibu-ibu.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
Saat ini Bapak D bekerja sebagai pegawai. Pendapatan yang didapat adalah kurang dari Rp
3.000.000/bulan. Ibu M tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurus
rumah dan keluarga. Sumber keuangan kluarga Bapak D hanya berasal dari Bapak D.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara, keluarga Bapak D dan Ibu M jarang melakukan aktivitas rekreasi
keluar seperti mengunjungi tempat wisata. Kegiatan rekreasi yang selama ini dilakukan adalah
menonton televisi atau berkumpul bersama keluarga dirumah.
II. Riwayat dan Data Perkembangan Keluarga
9. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak D dan Ibu M saat ini adalah keluarga dengan anak usia
balita, dimana anak Bapak D dan Ibu M yaitu An. S yang berusia 27 bulan.
10. Tahap perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Friedman, Bowden, & Jones (2003) mengungkapkan bahwa keluarga dengan balita termasuk
dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir dan keluarga dengan anak prasekolah,
yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan keluarga tahapan keluarga dengan anak baru lahir adalah:
a. Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru
lahir sebagai bagian dari keluarga). Hasil observasi, Bpk S dan Ibu M tampak saling
mendukung dalam menyelesaikan masalah keluarga.
b. Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari anggota keluarga.
Untuk poin ini keluarga telah mampu menyelesaikan konflik yang muncul dengan cara
berdiskusi bersama yang biasanya dilakukan di waktu makan malam.
c. Membantu kenyamanan hubungan pernikahan. Untuk poin ini keluarga sudah mampu
memenuhi dapat dilihat dari seluruh anaknya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan
luar rumah seperti lingkungan pekerjaan dan masyrakat dan mandiri dalam bersosialisasi
selain dengan anggota keluarga.
d. Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan peran orang tua dan kakek-nenek. Pada
poin ini keluarga Bapak D sudah terlaksana karena dari beberapa kunjungan, rumah Bapak D
sering dikunjungi oleh keluarga besar seperti Nenek dari Ibu M, adik dari Ibu M dan anak-
anaknya.
11. Riwayat Keluarga Inti
Bapak D berasal dari Cisalak sama seperti Ibu M yang juga berasal dari Cisalak, hanya berbeda
wilayah RW saja. Mereka berknalan ketika sewaktu usia Ibu M sekitar 29 tahun. Mereka sering
bertemu karena tempat kerja Bpk S dekat dengan rumah Ibu M. Kemudian mereka pacaran selama
kurang lebih 2 tahun dan akhirnya menikah pada saat Ibu M berusia 31 tahun. Kebahagiaan mereka
bertambah lengkap dengan lahirnya anak pertama pada tahun 2011 bernama An. S (27 bulan).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
12. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Ibu M memiliki riwayat gastritis/ mag sejak usia remaja yaitu sekitar usia 20an. Keluhan
sampai saat ini masih dirasakan terutama apabila Ibu M terlambat makan, makan jenis makanan
tertentu seperti makanan yang asam atau pedas.
III. Lingkungan
13. Karakteristik Rumah
Rumah Bapak D yang saat ini dihuni merupakan rumah warisan keluarga dari Bapak D.
Karakteristik bangunan terbuat dari bahan bangunan permanen yang beratapkan genteng serta
sebagian seng dengan status kepemilikan saat ini adalah milik sendiri. Rumah terletak di daerah RT
02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Rumah ini terdiri dari 1 ruang tamu yang digabung dengan ruang
keluarga, 1 dapur, 2 kamar tidur, dan 1 kamar mandi. Pada ruang tamu terdapat 1 set sofa beserta
mejanya dan televisi. Pada ruang makan terdapat meja dan tanpa kursi. Pada area dapur terdapat
kompor gas dan lemari piring, serta alat-alat masak yang dibutuhkan. Kamar mandi tampak bersih.
Dekorasi rumah tidak terlalu rumit, setiap jendela disertai dengan gorden. Di bagian dinding ruang
tamu terdapat foto-foto keluarga.
Ukuran rumah 5 x 10 meter memiliki ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu
depan dan jendela depan, jendela kamar samping terlihat sering dibuka. Sumber air keluarga yaitu
dari pompa air. Pembuangan limbah keluarga yaitu septi tank berada di samping rumah. Pembuangan
sampah diangkut oleh tukang sampah keliling dg iuran Rp 10.000/ bulan.
Denah Rumah :
14. Karakteristik Tetangga dan komunitas
Penduduk RT 02 RW 07 (dimana Bpk S tinggal) sebagian besar merupakan penduduk asal
Betawi. Dalam kesehariannya, Ibu M berkumpul dengan tetangga sekitar rumah yang masih
merupakan keluarganya saja, namun jarang berinteraksi dengan tetangga yang lain.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
15. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Bpk S sudah lama tinggal di rumah yang sekarang sejak masih kecil bersama dengan
orang tuanya. Baru kemudian setelah Bapak D membentuk keluarga dengan Ibu M, Bapak M tinggal
di rumah pemberian keluarga Ibu M. Tidak ada mobilisasi yang dilakukan keluarga terkait dengan
tempat tinggal yang dihuni.
16. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Bpk D dan Ibu M yang terlihat cukup aktif dalam berinteraksi dengan warga sekitar
adalah Ibu M. Ibu M rutin dalam memeriksakan anaknya ke posyandu setiap bulan dan rutin
mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
Selain Bpk D, dalam keluarga yang cukup aktif dalam berinteraksi dengan warga sekitar yaitu
An. S yang terlihat sering mengobrol dan bermain dengan tetangga sekitar rumah selain keluarga.
Bapak D terlihat jarang berinteraksi dengan warga sekitar dan lebih banyak menghabiskan waktunya
di rumah atau bekerja.
17. Sistem Pendukung Keluarga
Dalam hal finansial, keluarga Bapak D tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Semua
kebutuhan keluarga di tanggung oleh Bapak D dari hasil kerjanya.
IV. Struktur Keluarga
18. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam hal komunikasi, keluarga Bapak D menggunakan strategi komunikasi yang fungsional.
Hal tersebut dibuktikan dengan apabila terdapat masalah dalam keluarga, Bapak D berinisiatif untuk
mengumpulkan anggota keluarga dan mengkomunikasikan bersama-sama. Bahasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Indonesia.
19. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam hal kekuasaan, Bapak D memegang kekuasaan penuh. Semua pengambil keputusan
terletak pada Bapak D. Dalam proses pengambilan keputusan, Bapak D tetap mempertimbangkan
masukan dari anggota keluarga lain yaitu istri (Ibu M).
20. Struktur Peran Keluarga
Bapak D masih bekerja yaitu sebagai pegawai, penghasilan keluarga seua berpusat kepada
Bapak D. Dengan demikian Bapak D masih menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dan masih
menafkahi keluarganya. Ibu M juga menjalankan perannya sebagai istri dan ibu, yaitu melayani suami
dan mengurus anak dan rumah serta memenuhi keperluan sehari-hari dirumah.
21. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma budaya yang dianut oleh Bapak D adalah nilai-nilai sesuai dengan ajaran
Islam. Budaya yang ada di keluarga adalah betawi. Keluarga Bapak D saat ini lebih menjunjung nilai
keislamanya dan hanya mengikuti tradisi budaya yang sesuai dengan agama.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
V. Fungsi Keluarga
22. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak D bersama dengan keluarganya hidup rukun, meskipun terkadang terdapat
masalah keluarga namun mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah secara musyawarah atau
bersama-sama.
23. Fungsi Sosialisasi
Interaksi dan sosialisasi dalam keluarga Bapak D lancar terhadap istri dan anak karena dari
kecil Bapak D sangat memperhatikan perilaku anaknya, mengajarkan perilaku sopan santun dan sikap
saling menghargai. Anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat
apabila terdapat maslah dalam keluarga.
24. Fungsi Perawatan Keluarga
Anak S memiliki masalah gizi kurang dari kebutuhan tubuh dengan berat badan 8,6 kg dan
tinggi badan 77 cm. Ibu M mengaku belum pernah melakukan usaha apapun untuk meningkatkan
nafsu makan atau berat badan anaknya. Biasanya anak S hanya makan 3-5 suap dalam sekali waktu.
Ketika anak S tidak mau melanjutkan makannya, Ibu M tidak membujuk anak S untuk kembali
makan. Ibu M hanya menuruti kemauan anaknya. Ibu M menyadari bahwa An. S memiliki badan
yang kurus karena Ibu M menyadari bahwa An. S sulit makan. Biasanya makan yang disediakan oleh
Ibu M adalah sup berkuah, Ibu M juga mengatakan biasanya yang diberikan oleh Ibu M adalah kuah
dari sup tersebut. Terkadang Ibu M juga memberikan telur dadar. Ibu M tidak mengetahui manfaat
pentingnya kebutuhan gizi bagi anak usia balita.
Berdasarkan hasil wawancara, Ibu M mempunyai riwayat gastritis/ maag dan hipertensi. Ibu M
mengatakan riwayat gastritis/ maag sejak masih muda yaitu sekitar usia 20 an sampai saat ini
terkadang masih kambuh. Ibu M mengatakan bahwa keluhan maag kambuh apabila Ibu M terlambat
makan, banyak pikiran, dan apabila setelah makan jenis makanan tertentu seperti makn pedas atau
makan asam. Keluhan yang dirasakan yaitu lambung perih, perut kembut, mual, dan terkadang merasa
pusing.
Pengkajian terkait pengetahuan pengetahuan keluarga tentang masalah gizi balita masih kurang.
Ibu M tidak mengetahui gizi itu apa, tidak mengetahui komponen gizi yang dibutuhkan oleh anak, dan
tidak mengetahui sumber-sumber makanan bergizi. Keluarga juga tidak mengetahui dampak dari
kurang gizi pada balita. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perawatan yang dilakukan oleh
keluarga untuk mningkatkan nafsu makan anaknya.
Pengkajian terkait pengetahuan pengetahuan keluarga tentang masalah maag atau gastritis
masih kurang. Keluarga kurang mengetahui mengenai akibat dari gastritis/ maag apabila tidak
tertangani dengan baik. Hal tersebut dibuktikan ketika mahasiswa menanyakan mengenai akibat dari
maag itu sendiri apabila tidak tertangani dengan baik, keluarga belum mampu menyebutkan salah satu
akibatnya. Keluaga mampu menyebutkan beberapa cara pencegahan untuk mengatasi maag seperti
makan teratur, mengurangi makan makanan yang asam seperti cuka, jeruk, belimbing. Mengenai cara
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
perawatannya, selama ini yang keluarga lakukan terutama Ibu M untuk mengatasi perih atau ketika
maag kambuh adalah dengan minum obat maag saja. Keluarga Bapak D khususnya Ibu M
mengatakan pernah mengunjungi pelayanan kesehatan ketika masih muda dan keluhan parah pada
waktu itu sampai muntah dan tubuh Ibu M lemas. Saat ini, Ibu sudah jarang mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan masalah kesehatan terkait gastritis/ maag.
VI. Stress dan Koping Keluarga
25. Stressor Jangka Pendek
Keluarga Bapak D mengatakan bahwa saat ini tidak ada masalah khusus dalam keluarga yang
menjadi masalah bersama.
26. Stressor Jangka Panjang
Stressor jangka panjang pada keluarga Bapak D adalah masalah keuangan. Ibu M mengatakan
bahwa penghasilan yang dimiliki oleh Bapak D terkadang tidak mampu memenuhi setiap kebutuhan
keluarga, terutama jika ada kebutuhan mendadak yang cukup mendesak.
27. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Keluarga Bapak D dalam merespon masalah adalah dengan bersyukur terhadap apa yang
terjadi. Mereka percaya bahwa setiap masalah yang muncul merupakan ujian kehidupan yang selalu
harus diserahkan kembali kepada Allah serta harus ikhlas menjalaninya.
28. Strategi Koping yang Digunakan
Bapak D dalam mengatasi masalah lebih kepada mekanisme koping adaptif dengan
meningkatkan aktivitas spiritualitas (berdo’a) dan menyelesaikan masalah. Ibu M tidak berpikir untuk
menghindari masalah akan tetapi berusaha untuk menghadapi dengan kesabaran.
29. Strategi Adaptasi Disfungsional
Menurut Bapak D cara yang biasa keluarga gunakan dalam mengatasi masalah adalah dengan
berdiskusi bersama dengan anggota keluarga. Ibu M lebih cenderung pendiam dan menerima setiap
ke[utusan Bapak D.
VII. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dalam pemberian layanan kesehatan tidak membedakan tingkat ekonomi
dari keluarga. Pemberian layanan kesehatan harus lebih baik lagi. Keluarga berharap penyuluhan
kesehatan dari keluarga sampai masyarakat lebih sering dilakukan karena penyuluhan yang ada dapat
menambah pengetahuan dan informasi mengenai cara perawatan anggota keluarga dengan masalah
kesehatan tertentu.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
VIII. Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Ibu M An. S
1. TTV
TD (mmHg)
Nadi (x/menit)
Suhu (0C)
Napas (x/menit)
110/70
88
36.5
20
90/60
93
36.5
23
2. BB (kg) 38 8,6
3. TB (cm) 150 77
4. IMT 16,9 17,5
5. Kepala Sebagian besar rambut berwarna
hitam, persebaran rambut
merata, rambut ikal dan tipis.
Rambut berwarna kemerahan,
penyebaran rambut merata,
rambut tipis
6. Mata Kebersihan : bersih, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
Kebersihan : bersih,
konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik.
7. Telinga Kebersihan: baik, simetris,
tidak terdapat lesi, tidak terdapat
penumpukan serumen, tidak ada
gangguan pendengaran.
Kebersihan: baik, simetris,
tidak terdapat lesi, tidak
terdapat penumpukan serumen,
tidak ada gangguan
pendengaran.
8. Hidung Tidak berlendir, tidak terdapat
lesi, tidak ada obstruksi di
hidung.
Tidak berlendir, tidak terdapat
lesi, tidak ada obstruksi di
hidung.
9. Mulut dan gigi Kebersihan: gigi kuning, tidak
tercium bau, sebagian besar gigi
masih utuh dan lengkap.
Kebersihan: gigi rapih, tidak
ada karies, tidak tercium bau
tidak sedap, gigi lengkap.
10. Dada / toraks Simetris, kebersihannya bersih,
tidak terdapat lesi, tidak ada
tarikan dinding dada. Auskultasi
paru: bronchial (+),
bronkovesikular (+), vesicular
(+), Rh -/-, Wh -/-. Auskultasi
jantung: DJ I dan DJ II (+),
murmur (-), gallops (-).
Simetris, kebersihannya
bersih, tidak terdapat lesi,
tidak ada tarikan dinding dada.
Auskultasi paru: bronchial (+),
bronkovesikular (+), vesicular
(+), Rh -/-, Wh -/-. Auskultasi
jantung: DJ I dan DJ II (+),
murmur (-), gallops (-).
11. Abdomen Kebersihannya bersih, tidak
terdapat lesi, tidak ada keluhan
mual/ muntah, bising usus 10
x/menit (normal), tidak teraba
distensi abnormal.
Kebersihannya bersih, tidak
terdapat lesi, tidak ada keluhan
mual/ muntah, bising usus
redup 6 x/menit (normal),
tidak teraba distensi abnormal.
12. Ekstrimitas Dalam keadaan normal/baik,
tidak ada lesi, dapat berjalan dan
melakukan aktivitas sehari-hari
Dalam keadaan normal/baik,
tidak ada lesi, dapat berjalan
dan melakukan aktivitas
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
dengan baik. sehari-hari dengan baik.
13 Kulit Turgor kulit tidak elastis. Warna
kulit kuning langsat. Teraba
sedikit kering.
Turgor kulit tidak elastis).
Warna kulit cokelat. Teraba
kering dan bersisik, kulit
tampak kusam.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 2
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D
I. Analisis Data Pengkajian Keluarga Bapak D Khususnya Ibu M
1. Analisa Data
DATA (SIGN-SYMPTOM) Diagnosa
Data Subjektif
Ibu M mengatakan An. S sulit makan
Ibu M mengatakan bahwa An. S jika makan hanya 3-5 suap dalam
sekali makan
Ibu M mengatakan An. S tampak kurus
Ibu M mengatakan An, S tidak memiliki riwayat penyakit paru atau
penyakit lain sebelumnya
Ibu M mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan nafsu makan An. S
Ibu M mengatakan tidak mengetahui kebutuhan gizi untuk anak usia
balita
Ibu M mengatakan An. S makan 3 kali seharri, yaitu pagi, siang, dan
sore
Ibu M mengatakan tidak adanya pemberian makanan selingan
Ibu M mengatakan An. S rajin dan rutin meminum susu
Data Objektif
TTV : HR 110 x/menit, RR 23 x/menit, Suhu 36,5 oC (aksila), dan
TD 90/60 mmHg
BB/PB : BB 8,6 kg/ PB 77 cm (Usia 27 bulan)
Status Gizi:
BB/U : kurus (-3 SD = 8,5 kg dan -2 SD = 9,5 kg)
PB/U : sangat pendek (< -3 SD = 78,1 cm)
BB/PB : kurus (-3 SD = 8,0 kg dan -2 SD = 8,7 kg
Kepala : rambut tipis, berwarna kemerahan
Kulit : kulit tampak kusam, permukaan kulit kering dan bersisik.
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan pada
An. S
Data Subjektif
Ibu M mengatakan memiliki riwayat maag sejak remaja sekitar usia
20an.
Ibu M mengatakan kadang merasa lambung perih, mual, pusing dan
kembung apabila maag kambuh terutama durasakan ketika
terlambat makan atau makan makanan yang keras, terlalu asam dan
pedas
Ibu M mengatakan nafsu makan saat-saat ini mulai berkurang
Ibu M mengatakan terkadang menunda waktu makan
Ibu M mengatakan apabila maag sedang kambuh cara yang
digunakan selama ini adalah dengan minum obat maag
Ibu M mengatakan jarang berolahraga dalam kesehariannya
Data Objektif
Kesadaran umum: baik, usia Ibu M 36 th
Ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota
keluarga yang sakit khususnya
pada Ibu M dengan gastritis
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 2
Hasil pengukuran TD Ibu M adalah 110/70 mmHg, Nadi: 88
x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,5oC.
BB38 kg, TB 150 cm cm, IMT (16,9)
Data Subjektif
Ibu M mengatakan sering pusing karena merasa kurang berkualitas
tidurnya
Ibu M mengatakan sering tidur malam karena banyak cucu yang
terkadang mengajak bermain atau berisik ketika akan tidur
Data Objektif
Ibu M tampak lemah ketika berinteraksi dengan mahasiswa
Ibu M mengalami penurunan aktivitas terutama olahraga
Ibu M terkadang merasa mengantuk pada siang hari
Gangguan pola tidur pada Ibu
M
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada keluarga Bapak D khususnya Ibu M adalah:
a. Diagnosa 1:
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S
b. Diagnosa 2:
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M
dengan gastritis
c. Diagnosa 3:
Gangguan pola tidur pada Ibu M
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 2
II. Skoring Penentuan Prioritas Diagnosa Keperawatan pada Keluarga Bapak D
1. Skoring Diagnosa
2. Prioritas Diagnosa Keperawatan
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR
1 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An.
S
4 2/3
2 Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
3 1/6
3 Gangguan pola tidur pada Ibu M 2 5/6
No DIAGNOSA
KELUARGA KRITERIA SKOR BOBOT JUMLAH PEMBENARAN
1 Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh pada
An. S
Sifat masalah
Kemungkinan
Masalah dapat
Diubah
Potensi Masalah
Dapat Dicegah
Menonjolnya
Masalah
3
2
2
2
1
2
1
2
3/3 x 1 = 1
2/2 x 2 = 2
2/3 x 1 = 2/3
2/2 x 1 = 1
An. S memiliki status
gizi kurang. Hal ini
dapat dilihat dari BB An.
S yaitu 8,6 kg dgn TB 77
cm, Lila 13 cm. An. S
berada di batas -3SD dan
-2SD menurut BB/U dan
BB/TB.
2 Ketidakmampuan
keluarga dalam
merawat anggota
keluarga yang sakit
khususnya pada Ibu M
dengan gastritis
Sifat masalah
Kemungkinan
Masalah dapat
Diubah
Potensi Masalah
Dapat Dicegah
Menonjolnya
Masalah
3
1
2
1
1
2
1
1
3/3 x 1 = 1
1/2 x 2 = 1
2/3 x 1 = 2/3
1/2 x 1 = 1/2
Ibu M memiliki riwayat
maag sejak remaja dan
sampai saat ini
terkadang masih sering
kambuh, BB saat ini 38
kg, TB 150 cm
(IMT=16,9). Pola makan
Ibu M kurang teratur dan
cederung memundurkan
waktu makan.
3 Gangguan pola tidur
pada Ibu M
Sifat masalah
Kemungkinan
Masalah dapat
Diubah
Potensi Masalah
Dapat Dicegah
Menonjolnya
Masalah
2
1
2
1
1
2
1
1
2/3 x 1 = 2/3
1/2 x 2 = 1
2/3 x 1 = 2/3
1/2 x 1 = 1/2
Ibu M memiliki
perubahan pola tidur
terkait intensitas dan
kualitas. Ibu M
mengeluh terkadang
merasa kurang segar
ketika bangun pagi dan
terkadang pusing. Tidur
malam 5-6 jam, dan
tidur siang kurang lebih
1 jam.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Keperawatan
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
2.
Ketidakmampuan
keluarga Bapak D
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit khususnya
pada Ibu M dengan
gastritis
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
ketidakefek-tifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Bapak D,
khususnya Ibu M
dengan gastritis
dapat teratasi
Setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 1
x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah gastritis,
dengan:
Menyebutkan definisi
gastritis
Menyebutkan penyebab
timbulnya masalah
gastritis (maag)
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga menyebutkan
maag adalah peradangan
yang terjadi pada lapisan
lambung
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 8
penyebab maag, yaitu:
a. makan terlalu banyak
dan cepat.
b. Bumbu terlalu banyak
(pedas, asam).
c. Makan tidak teratur.
d. Alkohol
e. Kebiasaan merokok
f. Stres
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
penyakit maag.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian penyakit maag dengan
menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya masalah penyakit maag
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit maag dengan
menggunakan media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan tanda dan
gejala masalah gastritis
(maag)
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
menderita gastritis
(maag).
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
Respon verbal
Respon verbal
g. Minuman berkafein
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 7
tanda-tanda maag, yaitu:
a. nyeri ulu hati,
b. mual,muntah,
c. TD menurun,
pusing
d. Keringat dingin
e. Nadi cepat
f. Nafsu makan
menurun
g. kembung
h. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan
Ibu M menderita maag.
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda penyakit
maag
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda yang
benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tanda penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
penyakit maag.
b. Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
masalah kesehatan
gastritis (maag),
dengan:
Menyebutkan akibat
gastritis (maag)
Mengambil keputusan
untuk mengatasi
gastritis (maag)
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan gastritis,
dengan:
Menyebutkan cara
perawatan penderita
maag.
Respon verbal
Respon afektif
Respon verbal
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 akibat penyakit
maag, yaitu:
a. Perdarahan pada
lambung.
b. Luka pada dinding
lambung.
c. Kebocoran pada
dinding lambung
d. Diare (bila makan
yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan).
Keluarga mengatakan
akan mengatasi penyakit
maag.
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 3
dari 5 cara perawatan
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyakit maag.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
akibat penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Bantu keluarga untuk menngenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang sakit
c. Berikan reinforcement atas keputusan yang
telah diambil
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Mendemontrasikan cara
kompres air hangat
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu:
4. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita maag.
Respon verbal
Respon
psikomoto-rik
Respon verbal
Respon afektif
maag, yaitu:
a. Segera makan jika
timbul keluhan
b. Minum air putih
hangat
c. Makan makanan yang
lunak
d. Makan dengan porsi
sedikit tapi sering
e. Beri kompres air
hangat
Anggota keluarga mampu
melakukan kompres air
hangat untuk mengurangi
nyeri maag
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 modifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita maag,
yaitu:
a. saling mengingatkan
untuk makan tepat
waktu, bila perlu buat
reminder di kertas
yang digantung di
dinding.
b. Makan bersama-sama
dan saling bercerita.
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat maag datang dan
bagaimana hasilnya
b. Diskusikan cara perawatan penyakit maag
dengan menggunakan flifchart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara perawatan penyakit maag.
d. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan
kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
maag.
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
cara melakukan kompres air hangat untuk
mengurangi nyeri maag.
c. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita maag.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
maag dengan menggunakan flipchart.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
5. Mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
untuk melakukan
perawatan sakit maag,
dengan:
Menyebutkan tanda-
tanda penyakit maag
yang harus dirujuk.
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan
untuk dirujuk.
Respon
Verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
c. Menciptakan
lingkungan yang
bersih.
d. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 2 tanda-
tanda maag yang harus
dirujuk, yaitu:
a. bila gejala tidak
hilang.
b. Bila
muntah/BAB
berwarna coklat
kehitaman seperti
kopi.
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Klinik dokter
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita maag.
d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk. dengan
menggunakan flipchart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali hal yang telah disampaikan.
d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
a. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
b. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
untuk memeriksa
penyakit maag.
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan perawatan,
mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan
kesehatan
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
maag.
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
a. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
b. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2.
Ketidakmampuan
keluarga Bapak D
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit khususnya
pada Ibu M dengan
gastritis
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
ketidakefek-tifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Bapak D,
khususnya Ibu M
dengan gastritis
dapat teratasi
Setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 1
x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah gastritis,
dengan:
Menyebutkan definisi
gastritis
Respon verbal
Keluarga menyebutkan
maag adalah peradangan
yang terjadi pada lapisan
lambung
h. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
penyakit maag.
i. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian penyakit maag dengan
menggunakan media lembar balik
k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan penyebab
timbulnya masalah
gastritis (maag)
Menyebutkan tanda dan
gejala masalah gastritis
(maag)
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 8
penyebab maag, yaitu:
h. makan terlalu banyak
dan cepat.
i. Bumbu terlalu banyak
(pedas, asam).
j. Makan tidak teratur.
k. Alkohol
l. Kebiasaan merokok
m. Stres
n. Minuman berkafein
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 7
tanda-tanda maag, yaitu:
i. nyeri ulu hati,
j. mual,muntah,
k. TD menurun,
pusing
l. Keringat dingin
m. Nadi cepat
n. Nafsu makan
menurun
o. kembung
p. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan
Ibu M menderita maag.
yang belum dimengerti
m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
n. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
h. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya masalah penyakit maag
i. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit maag dengan
menggunakan media flip chart
k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
n. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
h. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda penyakit
maag
i. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda yang
benar
j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tanda penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
menderita gastritis
(maag).
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
gastritis (maag),
dengan:
Menyebutkan akibat
gastritis (maag)
Mengambil keputusan
untuk mengatasi
gastritis (maag)
Respon verbal
Respon afektif
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 akibat penyakit
maag, yaitu:
e. Perdarahan pada
lambung.
f. Luka pada dinding
lambung.
g. Kebocoran pada
dinding lambung
h. Diare (bila makan
yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan).
Keluarga mengatakan
akan mengatasi penyakit
maag.
yang telah dijelaskan
n. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
c. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
penyakit maag.
d. Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
h. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyakit maag.
i. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat yang benar.
j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
akibat penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
n. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan gastritis,
dengan:
Menyebutkan cara
perawatan penderita
maag.
Mendemontrasikan cara
kompres air hangat
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu:
Respon verbal
Respon verbal
Respon
psikomoto-rik
Respon verbal
Respon afektif
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 3
dari 5 cara perawatan
maag, yaitu:
f. Segera makan jika
timbul keluhan
g. Minum air putih
hangat
h. Makan makanan yang
lunak
i. Makan dengan porsi
sedikit tapi sering
j. Beri kompres air
hangat
Anggota keluarga mampu
melakukan kompres air
hangat untuk mengurangi
nyeri maag
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 modifikasi
lingkungan yang sesuai
d. Bantu keluarga untuk menngenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
e. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang sakit
f. Berikan reinforcement atas keputusan yang
telah diambil
e. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat maag datang dan
bagaimana hasilnya
f. Diskusikan cara perawatan penyakit maag
dengan menggunakan flifchart.
g. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara perawatan penyakit maag.
h. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
d. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan
kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
maag.
e. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
cara melakukan kompres air hangat untuk
mengurangi nyeri maag.
f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
4. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita maag.
5. Mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
untuk melakukan
perawatan sakit maag,
dengan:
Menyebutkan tanda-
tanda penyakit maag
yang harus dirujuk.
Respon
Verbal
Respon verbal
Respon verbal
untuk penderita maag,
yaitu:
e. saling mengingatkan
untuk makan tepat
waktu, bila perlu buat
reminder di kertas
yang digantung di
dinding.
f. Makan bersama-sama
dan saling bercerita.
g. Menciptakan
lingkungan yang
bersih.
h. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 2 tanda-
tanda maag yang harus
dirujuk, yaitu:
c. bila gejala tidak
hilang.
d. Bila
muntah/BAB
berwarna coklat
kehitaman seperti
kopi.
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
yang dicapai oleh keluarga
g. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita maag.
h. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
maag dengan menggunakan flipchart.
i. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita maag.
j. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
k. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
l. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
g. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk.
h. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk. dengan
menggunakan flipchart.
i. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali hal yang telah disampaikan.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan
untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
untuk memeriksa
penyakit maag.
Respon afektif
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Klinik dokter
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan perawatan,
mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan
kesehatan
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
maag.
j. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
k. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
l. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
c. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
d. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
c. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
d. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
c. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
d. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Ketidakmampuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
keluarga Bapak D
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit khususnya
pada Ibu M dengan
gastritis
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
ketidakefek-tifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Bapak D,
khususnya Ibu M
dengan gastritis
dapat teratasi
pertemuan sebanyak 1
x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah gastritis,
dengan:
Menyebutkan definisi
gastritis
Menyebutkan penyebab
timbulnya masalah
gastritis (maag)
Menyebutkan tanda dan
gejala masalah gastritis
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga menyebutkan
maag adalah peradangan
yang terjadi pada lapisan
lambung
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 8
penyebab maag, yaitu:
o. makan terlalu banyak
dan cepat.
p. Bumbu terlalu banyak
(pedas, asam).
q. Makan tidak teratur.
r. Alkohol
s. Kebiasaan merokok
t. Stres
u. Minuman berkafein
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 7
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
penyakit maag.
p. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian penyakit maag dengan
menggunakan media lembar balik
r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
u. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya masalah penyakit maag
p. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit maag dengan
menggunakan media flip chart
r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
u. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
(maag)
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
menderita gastritis
(maag).
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
gastritis (maag),
dengan:
Menyebutkan akibat
gastritis (maag)
Respon verbal
Respon verbal
tanda-tanda maag, yaitu:
q. nyeri ulu hati,
r. mual,muntah,
s. TD menurun,
pusing
t. Keringat dingin
u. Nadi cepat
v. Nafsu makan
menurun
w. kembung
x. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan
Ibu M menderita maag.
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 akibat penyakit
maag, yaitu:
i. Perdarahan pada
lambung.
j. Luka pada dinding
lambung.
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda penyakit
maag
p. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda yang
benar
q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tanda penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
u. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
e. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
penyakit maag.
f. Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Mengambil keputusan
untuk mengatasi
gastritis (maag)
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan gastritis,
dengan:
Menyebutkan cara
perawatan penderita
maag.
Respon afektif
Respon verbal
Respon verbal
Respon
psikomoto-rik
k. Kebocoran pada
dinding lambung
l. Diare (bila makan
yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan).
Keluarga mengatakan
akan mengatasi penyakit
maag.
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 3
dari 5 cara perawatan
maag, yaitu:
k. Segera makan jika
timbul keluhan
l. Minum air putih
hangat
m. Makan makanan yang
lunak
n. Makan dengan porsi
sedikit tapi sering
o. Beri kompres air
hangat
diketahui keluarga mengenai penyakit maag.
p. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat yang benar.
q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
akibat penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
u. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
g. Bantu keluarga untuk menngenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
h. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang sakit
i. Berikan reinforcement atas keputusan yang
telah diambil
i. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat maag datang dan
bagaimana hasilnya
j. Diskusikan cara perawatan penyakit maag
dengan menggunakan flifchart.
k. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara perawatan penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Mendemontrasikan cara
kompres air hangat
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu:
4. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita maag.
5. Mampu
menggunakan fasilitas
Respon verbal
Respon afektif
Respon
Verbal
Anggota keluarga mampu
melakukan kompres air
hangat untuk mengurangi
nyeri maag
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 modifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita maag,
yaitu:
i. saling mengingatkan
untuk makan tepat
waktu, bila perlu buat
reminder di kertas
yang digantung di
dinding.
j. Makan bersama-sama
dan saling bercerita.
k. Menciptakan
lingkungan yang
bersih.
l. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 2 tanda-
l. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
g. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan
kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
maag.
h. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
cara melakukan kompres air hangat untuk
mengurangi nyeri maag.
i. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
m. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita maag.
n. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
maag dengan menggunakan flipchart.
o. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita maag.
p. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
q. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
kesehatan yang ada
untuk melakukan
perawatan sakit maag,
dengan:
Menyebutkan tanda-
tanda penyakit maag
yang harus dirujuk.
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan
untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
tanda maag yang harus
dirujuk, yaitu:
e. bila gejala tidak
hilang.
f. Bila
muntah/BAB
berwarna coklat
kehitaman seperti
kopi.
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Klinik dokter
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan perawatan,
mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan
kesehatan
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
maag.
r. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
m. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk.
n. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk. dengan
menggunakan flipchart.
o. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali hal yang telah disampaikan.
p. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
q. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
r. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
e. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
f. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
e. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
untuk memeriksa
penyakit maag.
f. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
e. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
f. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2.
Ketidakmampuan
keluarga Bapak D
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit khususnya
pada Ibu M dengan
gastritis
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
ketidakefek-tifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Bapak D,
khususnya Ibu M
dengan gastritis
dapat teratasi
Setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 1
x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah gastritis,
dengan:
Menyebutkan definisi
gastritis
Menyebutkan penyebab
timbulnya masalah
gastritis (maag)
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga menyebutkan
maag adalah peradangan
yang terjadi pada lapisan
lambung
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 8
penyebab maag, yaitu:
v. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
penyakit maag.
w. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian penyakit maag dengan
menggunakan media lembar balik
y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
bb. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
v. Diskusikan bersama keluarga apa yang
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan tanda dan
gejala masalah gastritis
(maag)
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
menderita gastritis
(maag).
2. Mampu mengambil
Respon verbal
Respon verbal
v. makan terlalu banyak
dan cepat.
w. Bumbu terlalu banyak
(pedas, asam).
x. Makan tidak teratur.
y. Alkohol
z. Kebiasaan merokok
å. Stres
ä. Minuman berkafein
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 7
tanda-tanda maag, yaitu:
y. nyeri ulu hati,
z. mual,muntah,
å. TD menurun,
pusing
ä. Keringat dingin
ö. Nadi cepat
aa. Nafsu makan
menurun
bb. kembung
cc. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan
Ibu M menderita maag.
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya masalah penyakit maag
w. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit maag dengan
menggunakan media flip chart
y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
bb. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
v. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda penyakit
maag
w. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda yang
benar
x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tanda penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
bb. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
g. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
gastritis (maag),
dengan:
Menyebutkan akibat
gastritis (maag)
Mengambil keputusan
untuk mengatasi
gastritis (maag)
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan gastritis,
dengan:
Respon verbal
Respon afektif
Respon verbal
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 akibat penyakit
maag, yaitu:
m. Perdarahan pada
lambung.
n. Luka pada dinding
lambung.
o. Kebocoran pada
dinding lambung
p. Diare (bila makan
yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan).
Keluarga mengatakan
akan mengatasi penyakit
maag.
h. Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
v. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyakit maag.
w. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat yang benar.
x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
akibat penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
bb. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
j. Bantu keluarga untuk menngenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
k. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang sakit
l. Berikan reinforcement atas keputusan yang
telah diambil
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan cara
perawatan penderita
maag.
Mendemontrasikan cara
kompres air hangat
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu:
4. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita maag.
Respon verbal
Respon
psikomoto-rik
Respon verbal
Respon afektif
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 3
dari 5 cara perawatan
maag, yaitu:
p. Segera makan jika
timbul keluhan
q. Minum air putih
hangat
r. Makan makanan yang
lunak
s. Makan dengan porsi
sedikit tapi sering
t. Beri kompres air
hangat
Anggota keluarga mampu
melakukan kompres air
hangat untuk mengurangi
nyeri maag
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 modifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita maag,
yaitu:
m. saling mengingatkan
untuk makan tepat
waktu, bila perlu buat
reminder di kertas
yang digantung di
m. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat maag datang dan
bagaimana hasilnya
n. Diskusikan cara perawatan penyakit maag
dengan menggunakan flifchart.
o. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara perawatan penyakit maag.
p. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
j. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan
kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
maag.
k. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
cara melakukan kompres air hangat untuk
mengurangi nyeri maag.
l. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
5. Mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
untuk melakukan
perawatan sakit maag,
dengan:
Menyebutkan tanda-
tanda penyakit maag
yang harus dirujuk.
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan
Respon
Verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
dinding.
n. Makan bersama-sama
dan saling bercerita.
o. Menciptakan
lingkungan yang
bersih.
p. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 2 tanda-
tanda maag yang harus
dirujuk, yaitu:
g. bila gejala tidak
hilang.
h. Bila
muntah/BAB
berwarna coklat
kehitaman seperti
kopi.
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Klinik dokter
Keluarga dapat
s. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita maag.
t. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
maag dengan menggunakan flipchart.
u. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita maag.
v. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
w. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
x. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
s. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk.
t. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk. dengan
menggunakan flipchart.
u. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali hal yang telah disampaikan.
v. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
w. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
x. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
untuk memeriksa
penyakit maag.
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan perawatan,
mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan
kesehatan
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
maag.
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
g. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
h. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
g. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
h. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
g. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
h. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2.
Ketidakmampuan
keluarga Bapak D
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit khususnya
pada Ibu M dengan
gastritis
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
ketidakefek-tifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Bapak D,
Setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 1
x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah gastritis,
dengan:
Respon verbal
Keluarga menyebutkan
maag adalah peradangan
yang terjadi pada lapisan
cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
khususnya Ibu M
dengan gastritis
dapat teratasi
Menyebutkan definisi
gastritis
Menyebutkan penyebab
timbulnya masalah
gastritis (maag)
Menyebutkan tanda dan
gejala masalah gastritis
(maag)
Respon verbal
Respon verbal
lambung
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 8
penyebab maag, yaitu:
ö. makan terlalu banyak
dan cepat.
aa. Bumbu terlalu banyak
(pedas, asam).
bb. Makan tidak teratur.
cc. Alkohol
dd. Kebiasaan merokok
ee. Stres
ff. Minuman berkafein
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 7
tanda-tanda maag, yaitu:
dd. nyeri ulu hati,
ee. mual,muntah,
ff. TD menurun,
pusing
gg. Keringat dingin
hh. Nadi cepat
dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian penyakit maag dengan
menggunakan media lembar balik
ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
ii. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya masalah penyakit maag
dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit maag dengan
menggunakan media flip chart
ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
ii. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda penyakit
maag
dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda yang
benar
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
menderita gastritis
(maag).
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
gastritis (maag),
dengan:
Menyebutkan akibat
gastritis (maag)
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
ii. Nafsu makan
menurun
jj. kembung
kk. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan
Ibu M menderita maag.
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 akibat penyakit
maag, yaitu:
q. Perdarahan pada
lambung.
r. Luka pada dinding
lambung.
s. Kebocoran pada
dinding lambung
t. Diare (bila makan
yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan).
ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tanda penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
ii. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
i. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
penyakit maag.
j. Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyakit maag.
dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat yang benar.
ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
akibat penyakit maag dengan menggunakan
media flip chart
ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Mengambil keputusan
untuk mengatasi
gastritis (maag)
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan gastritis,
dengan:
Menyebutkan cara
perawatan penderita
maag.
Mendemontrasikan cara
kompres air hangat
Respon verbal
Respon verbal
Respon
psikomoto-rik
Keluarga mengatakan
akan mengatasi penyakit
maag.
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 3
dari 5 cara perawatan
maag, yaitu:
u. Segera makan jika
timbul keluhan
v. Minum air putih
hangat
w. Makan makanan yang
lunak
x. Makan dengan porsi
sedikit tapi sering
y. Beri kompres air
hangat
Anggota keluarga mampu
melakukan kompres air
hangat untuk mengurangi
nyeri maag
bertanya tentang materi yang disampaikan
gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
ii. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
m. Bantu keluarga untuk menngenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
n. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang sakit
o. Berikan reinforcement atas keputusan yang
telah diambil
q. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat maag datang dan
bagaimana hasilnya
r. Diskusikan cara perawatan penyakit maag
dengan menggunakan flifchart.
s. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara perawatan penyakit maag.
t. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu:
4. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita maag.
5. Mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
untuk melakukan
perawatan sakit maag,
dengan:
Menyebutkan tanda-
Respon verbal
Respon afektif
Respon
Verbal
Respon verbal
Anggota keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 4 modifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita maag,
yaitu:
q. saling mengingatkan
untuk makan tepat
waktu, bila perlu buat
reminder di kertas
yang digantung di
dinding.
r. Makan bersama-sama
dan saling bercerita.
s. Menciptakan
lingkungan yang
bersih.
t. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 2 tanda-
tanda maag yang harus
dirujuk, yaitu:
i. bila gejala tidak
hilang.
j. Bila
muntah/BAB
berwarna coklat
m. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan
kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
maag.
n. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
cara melakukan kompres air hangat untuk
mengurangi nyeri maag.
o. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
y. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita maag.
z. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
maag dengan menggunakan flipchart.
aa. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita maag.
bb. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
cc. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
dd. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
tanda penyakit maag
yang harus dirujuk.
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan
untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
untuk memeriksa
penyakit maag.
Respon verbal
Respon afektif
kehitaman seperti
kopi.
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Klinik dokter
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan perawatan,
mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan
kesehatan
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
maag.
y. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk.
z. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda
penyakit maag yang harus dirujuk. dengan
menggunakan flipchart.
aa. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali hal yang telah disampaikan.
bb. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
cc. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
dd. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
i. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
j. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
i. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
j. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
i. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
j. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
2.
Ketidakmamp
uan keluarga
Bapak D
dalam
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
khususnya
pada Ibu M
dengan
gastritis
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
ketidakefek-tifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Bapak
D, khususnya Ibu
M dengan
gastritis
dapat teratasi
Setelah dilakukan
pertemuan sebanyak
1 x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah gastritis,
dengan:
Menyebutkan definisi
gastritis
Menyebutkan
penyebab timbulnya
masalah gastritis
(maag)
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga menyebutkan
maag adalah
peradangan yang
terjadi pada lapisan
lambung
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 8
penyebab maag, yaitu:
a. makan terlalu
banyak dan cepat.
b. Bumbu terlalu
banyak (pedas,
asam).
c. Makan tidak
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai pengertian penyakit maag.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian penyakit maag dengan menggunakan
media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah
penyakit maag
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit maag dengan menggunakan media
flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan tanda
dan gejala masalah
gastritis (maag)
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
menderita gastritis
(maag).
Respon verbal
Respon verbal
teratur.
d. Alkohol
e. Kebiasaan
merokok
f. Stres
g. Minuman
berkafein
Anggota keluarga
mampu menyebutkan
4 dari 7 tanda-tanda
maag, yaitu:
a. nyeri ulu hati,
b. mual,muntah,
c. TD menurun,
pusing
d. Keringat
dingin
e. Nadi cepat
f. Nafsu makan
menurun
g. kembung
h. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan
Ibu M menderita
maag.
tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai tanda penyakit maag
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga mengenai tanda yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda
penyakit maag dengan menggunakan media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga
yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag.
b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
gastritis (maag),
dengan:
Menyebutkan akibat
gastritis (maag)
Mengambil keputusan
untuk mengatasi
gastritis (maag)
Respon verbal
Respon afektif
Anggota keluarga
mampu menyebutkan
minimal 2 dari 4
akibat penyakit maag,
yaitu:
a. Perdarahan pada
lambung.
b. Luka pada dinding
lambung.
c. Kebocoran pada
dinding lambung
d. Diare (bila makan
yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan).
Keluarga mengatakan
akan mengatasi
penyakit maag.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai penyakit maag.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
akibat yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat
penyakit maag dengan menggunakan media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah
dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan
adanya masalah sesuai dengan materi yang telah
diberikan
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota
keluarga yang sakit
c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah
diambil
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan gastritis,
dengan:
Menyebutkan cara
perawatan penderita
maag.
Mendemontrasikan
cara kompres air
hangat
Respon verbal
Respon verbal
Respon
psikomoto-rik
Anggota keluarga
mampu menyebutkan
minimal 3 dari 5 cara
perawatan maag, yaitu:
a. Segera makan jika
timbul keluhan
b. Minum air putih
hangat
c. Makan makanan
yang lunak
d. Makan dengan
porsi sedikit tapi
sering
e. Beri kompres air
hangat
Anggota keluarga
mampu melakukan
kompres air hangat
untuk mengurangi
nyeri maag
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya
b. Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan
menggunakan flifchart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
perawatan penyakit maag.
d. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan
kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag.
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
maag.
c. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu:
4. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita maag.
Respon verbal
Respon afektif
Anggota keluarga
mampu menyebutkan
minimal 2 dari 4
modifikasi lingkungan
yang sesuai untuk
penderita maag, yaitu:
a. saling
mengingatkan
untuk makan tepat
waktu, bila perlu
buat reminder di
kertas yang
digantung di
dinding.
b. Makan bersama-
sama dan saling
bercerita.
c. Menciptakan
lingkungan yang
bersih.
d. Kurangi stress
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita maag.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita maag dengan
menggunakan flipchart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum
dimengerti.
e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum
dimengerti.
f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
5. Mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
untuk melakukan
perawatan sakit maag,
dengan:
Menyebutkan tanda-
tanda penyakit maag
yang harus dirujuk.
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan
untuk dirujuk.
Respon
Verbal
Respon verbal
Anggota keluarga
mampu menyebutkan
2 tanda-tanda maag
yang harus dirujuk,
yaitu:
a. bila gejala
tidak hilang.
b. Bila
muntah/BAB
berwarna
coklat
kehitaman
seperti kopi.
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Klinik dokter
a. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit
maag yang harus dirujuk.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit
maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan
flipchart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal
yang telah disampaikan.
d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum
dimengerti.
e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum
dimengerti.
f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang
dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
b. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
untuk memeriksa
penyakit maag.
Respon verbal
Respon afektif
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan
perawatan,
mendapatkan
penyuluhan atau
pendidikan kesehatan
Keluarga
mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
maag.
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
a. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Perawat yang Mengkaji : Sheila Safira, S.Kep
Nama Individu : An. S (27 bulan) & Ibu M (36 tahun)
Tgl/No. Diagnosa
Keperawatan Implementasi Evaluasi
Ttd
Perawat
1
22/5/2013
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. Memberikan pendkes
kepada keluarga
mengenai:
-pengertian gizi
seimbang
-pengertian gizi kurang
-tanda & gejala anak dgn
gizi kurang
-akibat dari kurang gizi
2. Membantu keluarga
mengidentifikasi anggota
keluarga yang mengalami
kurang gizi dengan
menjelaskan tanda &
gejala anak kurang gizi
dan menanyakan apakah
ada anggota keluarga
yang memiliki tanda &
gejala tersebut.
3. Membantu keluarga
mengambil keputusan
untuk mengatasi anggota
keluarga yang mengalami
kurang gizi
4. Menanyakan kembali
pada keluarga ttg
pengertian gizi seimbang,
kurang gizi, tanda &
gejala kurang gizi,
penyebab kurang gizi,
dan akibat dari kurang
gizi.
5. Menanyakan kembali
kepada keluarga
mengenai cara merawat
anggota keluarga dgn gizi
kurang
6. Mendiskusikan kepada
keluarga mengenai cara
mengatasi gizi kurang
7. Memberikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. Memberikan
reinforcement positif atas
S:
keluarga mengatakan
- arti dari gizi seimbang adalah gizi
yg lengkap yg memenuhi kebutuhan
tubuh dan mengandung 3 zat yang
diperlukan tubuh
- 3 zat yg dibutuhkan tubuh adalah
zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur.
- gizi kurang adalah keadaan dimana
tubuh tidak mendapatkan gizi yang
cukup
-tanda & gejala dari kurang gizi yaitu
anak tampak kurus, rambut tipis,
lemas, kulit kering, pucat, dan anak
tidak ceria.
-tanda & gejala gizi kurang yg
terlihat dari An. S adalah anak
tampak kurus
-penyebab dari gizi kurang adalah
makan sedikit, makan tidak teratur,
dan anak sakit
-akibat dari kurang gizi yaitu
gangguan tumbuh kembang,
gampang sakit, dan sulit berpikir
-mau merawat An. S dgn resiko gizi
kurang
-cara mengatasi gizi kurang yaitu dgn
memberikan makanan gizi seimbang,
makan teratur, dan makan cukup
sesuai kebutuhan
O:
-keluarga dpt menyebutkan defini
gisi seimbang & gizi kurang dgn
benar
-keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4
penyebab kurang gizi
-keluarga dpt menyebutkan 5 dari 6
tanda & gejala kurang gizi
- keluarga dpt menyebutkan 3 akibat
kurang gizi
-keluarga dpt mengidentifikasi
anggota keluarga yg beresiko kurang
gizi
-keluarga memutuskan utk merawat
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
jawaban keluarga anggota keluarga dgn resiko gizi
kurang
-keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4
cara mengatasi gizi kurang
A:
-TUK 1 & TUK 2 tercapai
-TUK 3 tercapai sebagian
P:
-evaluasi TUK 1 & TUK 2
-melakukan TUK 3: triguna makanan
& pengelompokan bahan makanan
berdasarkan triguna makanan
2
23/5/2013
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. Mengevaluasi TUK 1 &
TUK 2:
-menanyakan kembali
definisi gizi seimbang
-menanyakan kembali
penyebab gizi kurang
-menanyakan kembali
akibat dari gizi kurang
2. Menanyakan kembali
cara mengatasi anak gizi
kurang
3. Melakukan TUK 3:
-menjelaskan kepada
keluarga ttg triguna
makanan
-menyebutkan cara
memilih makanan
-menjelaskan cara
mengolah makanan
-mengelompokkan bahan
makanan sesuai triguna
makanan
-demonstrasi
pengelompokkan bahan
makanan sesuai triguna
makanan dgn
menggunakan food model
4. Membuat jadwal menu
makanan untuk hari
berikutnya :
pagi : nasi+sayur bayam
merah+ telur dadar
siang : nasi+sayur bayam
merah+ ikan tongkol
goreng suir
sore : nasi+ikan tongkol
goreng suir+jus alpukat
5. Memberikan
reinforcement positif
S: keluarga mengatakan
- arti dari gizi seimbang adalah gizi
yg lengkap yg memenuhi kebutuhan
tubuh dan mengandung 3 zat yang
diperlukan tubuh
-penyebab dari gizi kurang adalah
makan sedikit, makan tidak teratur,
dan anak sakit
-akibat dari kurang gizi yaitu
gangguan tumbuh kembang,
gampang sakit, dan sulit berpikir
-cara mengatasi gizi kurang yaitu dgn
memberikan makanan gizi seimbang,
makan teratur, dan makan cukup
sesuai kebutuhan
-triguna makanan terdiri dari 3 zat
yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan
zat pengatur
-zat tenaga berasal dari nasi, kentang,
ubi, singkong, atau kacang-kacangan
-zat pembangun berasal dari ikan,
telur, tempe, dan daging
-zat pengatur berasal dari buah-
buahan & sayur-sayuran
-cara memilih makanan yaitu
makanan bergizi, bahan makanan
masih segar tidak berbau tidak
sedap/layu, harga terjangkau
-cara mengolah makanan yaitu dgn
dicuci dulu stelah itu baru dipotong,
peralatannya dicuci bersih, beras
dicuci 2x, sayuran tidak dimasak
terlalu lama
-keluarga mengatakan akan
memenuhi menu makan seimbang di
hari berikutnya:
pagi : nasi+sayur bayam merah+
telur dadar
siang : nasi+sayur bayam merah+
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
untuk setiap jawaban
keluarga
6. Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
ikan tongkol goreng suir
sore : nasi+ikan tongkol goreng
suir+jus alpukat
O:
-keluarga dpt menyebutkan kembali
definisi gizi seimbang,
-keluarga dpt menyebutkan kembali
penyebab, tanda & gejala, dan cara
mengatasi dari gizi kurang
-keluarga dpt menyebutkan triguna
makanan
-keluarga dpt menyebutkan bahan
makanan sesuai kandungan zat
triguna makanan
-keluarga dpt menyebutkan 4 cara
mengolah makanan yang tepat
-keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4
cara memilih bahan makanan
-keluarga dpt mendemonstrasikan
pengelompokan bahan makanan
sesuai triguna makanan
A:
-TUK 1 & 2 tercapai
-TUK 3 tercapai sebagian
P:
-evaluasi TUK 3 yg sudah dilakukan
-evaluasi menu makanan di
kunjungan berikutnya
-mengikutsertakan keluarga dlm
TUK 3 modifikasi makanan yaitu
pembuatan nugget sayur di
komunitas
-melanjutkan TUK 3 : memberikan
pendkes serta mendemontrasikan
cara mengolah makanan
3
24/5/2013
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. Mengevaluasi TUK 3
yang telah dilakukan:
menanyakan kembali
komponen triguna
makanan & contohnya
2. Mengevaluasi menu
makanan yang diberikan
hari ini (pagi & siang)
3. Memberikan pendkes
mengenai cara memilih
dan mengolah makanan
yang baik
4. Mendemonstrasikan cara
mengolah makanan
5. Menjelaskan porsi yang
dibutuhkan pada balita
S: keluarga mengatakan
-trigunamakanan terdiri dari zat
tenaga yaitu karbohidrat & lemak,
zat pembangun yaitu protein, dan zat
pengatur yaitu vitamin & mineral.
-zat tenaga berasal dari nasi, ubi,
singkong, jagung, dan kacang-
kacangan
-zat pembangun berasal dari ikan,
telur, daging, tempe & tahu
-zat pengatur berasal dari sayur-
sayuran dan buah2an.
-keluarga mengatakan jadwal makan
untuk besok.
Pagi: nasi tahu 2/3 gelas + sup ceker
1 gelas
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
6. Membuat jadwal menu
harian anak sesuai
dengan nutrisi yang
dibutuhkan:
Pagi: nasi tahu 2/3 gelas
+ sup ceker 1 gelas
Siang: nasi 2/3 gelas+sup
ceker 1 gelas+jus jambu 1
gelas
Sore: nasi tahu 2/3 gelas+
sup ceker 1 gelas
7. Memberikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. Memberi reinforcement
positif atas usaha
keluarga untuk menyusun
menu seimbang
Siang: nasi 2/3 gelas+sup ceker 1
gelas+jus jambu 1 gelas
Sore: nasi tahu 2/3 gelas+ sup ceker
1 gelas
-keluarga mengatakan akan
menyediakan menu seimbang &
bervariasi setiap hari.
-keluarga mengatakan akan
memberikan makanan selingan dan
mengusahakan memberikan buah
untuk anak.
O:
-keluarga dpt menyebutkan
komponen triguna makanan serta
contohnya dgn benar
-keluarga dapat membuat jadwal
menu yang bervariasi dan bergizi
seimbang
-keluarga dapat mendemonstrasikan
cara mengolah & memasak sayur
sederhana dengan benar
-keluarga telah membuat menu
makan sesuai yang telah
dijadwalkan:
pagi : nasi+sayur bayam merah+
telur dadar
siang : nasi+sayur bayam merah+
ikan tongkol goreng suir
A:
-TUK 1 & 2 tercapai
-TUK 3 tercapai sebagian
P:
-mengevaluasi jadwal makanan yang
diberikan kepada anak
-mengevaluasi cara mengolah
makanan
-menyusun jadwal menu seimbang
untuk hari berikutnya
4
30/05/201
3
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. Mengevaluasi menu
makan yang diberikan di
hari sebelumnya
2. Mengevaluasi menu
makanan yang diberikan
hari ini (pagi & siang
3. mengevaluasi cara
memilih dan mengolah
makanan yang baik
4. Membuat jadwal menu
harian anak sesuai
dengan nutrisi yang
dibutuhkan:
S:
-keluarga mengatakan hari
sebelumnya memberikan nasi tahu,
sup ceker, dan jus jambu sebagai
menu makanan.
-keluarga mengatakan menu makan
pagi ini : nasi 2/3 gelas, nugget sayur
2 potong, sup bayam merah 1 gelas.
-cara memilih makanan yaitu
makanan bergizi, bahan makanan
masih segar tidak berbau tidak
sedap/layu, harga terjangkau
-cara mengolah makanan yaitu dgn
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
Pagi: nasi 2/3 gelas+
tempe goreng 2 buah +
sup tomat 1 gelas
siang: nasi 2/3
gelas+telur 1 butir+jus
alpukat 1 gelas
sore: nasi 2/3 gelas+sup
tomat 1 gelas+telur 1
buah
5. Memberikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
6. Memberi reinforcement
positif atas usaha
keluarga
dicuci dulu stelah itu baru dipotong,
peralatannya dicuci bersih, beras
dicuci 2x, sayuran tidak dimasak
terlalu lama
-keluarga mengatakan jadwal makan
untuk besok:
Pagi: nasi 2/3 gelas+ tempe goreng 2
buah + sup tomat 1 gelas
siang: nasi 2/3 gelas+telur 1
butir+jus alpukat 1 gelas
sore: nasi 2/3 gelas+sup tomat 1
gelas+telur 1
O:
-keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4
cara memilih bahan makanan yang
baik
-keluarga dpt menyebutkan 4 cara
mengolah bahan makanan yang
benar
-keluarga telah membuat menu
seimbang sesuai dengan yang
dijadwalkan
-keluarga telah membuat variasi
makanan nugget sayur
A:
-TUK 1 & TUK 2 tercapai
-TUK 3 tercapai sebagian
P:
-mengevaluasi menu makanan
seimbang yang diberikan di hari
berikutnya
-mengikutsertakan keluarga dalam
TUK 3: pendkes dan pemberian
makanan selingan sehat pada anak di
komunitas.
-membuat menu seimbang untuk hari
berikutnya
5
03/06/201
3
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. Memberikan pendkes
mengenai pemberian
makanan selingan sehat
yang meliputi: definisi
cemilan sehat, manfaat,
tujuan, jenis cemilan
sehat & tidak sehat
2. Mendemonstrasikan
memilih cemilan sehat &
tidak sehat dengan
menggunakan food model
3. Mengevaluasi menu
makanan yang diberikan
hari ini
S: keluarga mengatakan
-cara memilih makanan yaitu
makanan bergizi, bahan makanan
masih segar tidak berbau tidak
sedap/layu, harga terjangkau
-cara mengolah makanan yaitu dgn
dicuci dulu stelah itu baru dipotong,
peralatannya dicuci bersih, beras
dicuci 2x, sayuran tidak dimasak
terlalu lama
-cemilan sehat adalah makanan
ringan yang membantu memenuhi
gizi anak
-tujuan cemilan sehat yaitu untuk
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
4. Membuat jadwal menu
harian anak sesuai
dengan nutrisi yang
dibutuhkan:
Pagi: nasi hati ayam2/3
gelas+ nugget sayur 2
buah
siang: nasi hati ayam2/3
gelas+jus jambu
sore: nasi hati ayam 2/3
gelas+nugget sayur 2buah
5. Memberikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
6. Memberi reinforcement
positif atas usaha
keluarga
membantu memenuhi kebutuhan gizi
anak
-manfaat dari cemilan sehat yaitu
aman bagi balita, bergizi, harga
terjangkau
-jenis cemilan sehat: bubur kacang
hijau, susu kedelai, bubur sumsum,
pudding, roti
-jenis cemilan tidak sehat: gorengan,
minuman bersoda, cemilan ber-MSG
-keluarga mengatakan menu makan
hari ini: nasi, tempe, dan sup tomat.
-keluarga mengatakan menu makan
utk hari berikutnya:
Pagi: nasi hati ayam2/3 gelas+
nugget sayur 2 buah
siang: nasi hati ayam2/3 gelas+jus
jambu
sore: nasi hati ayam 2/3
gelas+nugget sayur 2buah
O:
-keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4
cara memilih bahan makanan yang
baik
-keluarga dpt menyebutkan 4 cara
mengolah bahan makanan yang
benar
-keluarga dpt menyebutkan definisi,
tujuan, dan manfaat dari cemilan
sehat
-keluarga dpt menyebutkan 5 contoh
cemilan sehat & 3 cemilan tidak
sehat
-keluarga dpt mengelompokkan jenis
cemilan dengan tepat
A:
-TUK 1 & TUK 2 tercapai
-TUK 3 Tercapai
P:
-melanjutkan TUK 4 & TUK 5
6
11/6/2013
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. mendiskusikan kepada
keluarga mengenai cara
penyajian makanan
2. menjelaskan kepada
keluarga mengenai cara
mengatasi anak yg sulit
makan
3. menjelaskan kepada
keluarga mengenai
lingkungan yg dpt
meningkatkan nafsu
S: keluarga mengatakan
-cara menyajikan makanan yaiu
menunya bervariasi, patuh pada
jadwal menu makanan, dan jumlah
makanann sesuai kebutuhan
-cara mengatasi anak yg sulit makan
yaitu tidak memaksa anak tetapi ikuti
kemauan anaknya untuk makan
sambil bermain, beri makan sesuai
selera anak agar tidak bosan, tidak
memberi makan yg manis sebelum
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
makan anak
4. mendiskusikan fasilitas
kesehatan terdekat
5. mendiskusikan manfaat
kunjungan ke pelayanan
kesehatan
6. memotivasi keluarga
untuk berkunjung ke
fasilitas pelayanan
kesehatan
7. memberikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. memberi reinforcement
positif
makan, dan menyajikan makanan
dlm bentuk yg menarik
-lingkungan yg meningkatkan nafsu
makan anak yaitu dengan makan
bersama teman sebaya atau anggota
keluarga, menggunakan alat makan
yang menarik, dan makan sambil
bercerita
-fasilitas kesehatan terdekat adalah
RS Tumbuh Kembang, puskesmas,
dan bidan
-manfaat berkunjung ke pelayanan
kesehatan: periksa kesehatan anak,
mendapatkan penyuluhan kesehatan
-akan berkunjung ke pelayanan
kesehatan untuk memeriksa
kesehatan
O:
-keluarga mampu menyebutkan 3
dari 4 cara menyajikan makanan
-keluarga dapat menyebutkan 5
prinsip cara mengatasi anak sulit
makan
-keluarga mampu menyebutkan 3
dari 4 lingkungan yg mendukung utk
meningkatkan nafsu makan anak
- keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
-keluarga mampu menyebutkan 2
manfaat mengunjungi fasiltas
pelayanan kesehatan
A:
-TUK 1 & TUK 2 tercapai
-TUK 3 tercapai
-TUK 4 & 5 tercapai
P:
-evaluasi TUK 1 - TUK 5
-evaluasi berat badan dan tinggi
badan anak
7
12/06.201
3
Ketidakseimba
ngan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
1. menanyakan kembali
definisi gizi seimbang
2. menanyakan kembali
tanda & gejala anak gizi
kurang
3. menanyakan kembali
macam-macam zat yang
dibutuhkan tubuh
(triguna makanan) dan
contoh sumber
makanannya
S: keluarga mengatakan
- arti dari gizi seimbang adalah gizi
yg lengkap yg memenuhi kebutuhan
tubuh dan mengandung 3 zat yang
diperlukan tubuh
-tanda & gejala dari kurang gizi yaitu
anak tampak kurus, rambut tipis,
lemas, kulit kering, pucat, dan anak
tidak ceria.
-trigunamakanan terdiri dari zat
tenaga yaitu karbohidrat & lemak,
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
4. menanyakan kembali
cara mengolah makanan
yang baik dan benar
5. menanyakan kembali
contoh cemilan sehat
dan cemilan tidak sehat
6. menanyakan kembali
cara modifikasi
lingkungan untuk
meningkatkan nafsu
makan
7. menanyakan kembali
fasilitas kesehatan
terdekat dan manfaat
berkunjung ke fasilitas
kesehatan
8. memberikan
reinforcement positif
atas usaha keluarga
9. melakukan penimbangan
berat badan dan
pengukuran tinggi badan
10. menyebutkan rencana
tindak lanjut untuk
keluarga, yaitu rutin
untuk menimbang berat
badan di posyandu, dan
membuat makanan yg
bervariasi dan bergizi
seimbang untuk anak
11. melakukan terminasi
zat pembangun yaitu protein, dan zat
pengatur yaitu vitamin & mineral.
-zat tenaga berasal dari nasi, ubi,
singkong, jagung, dan kacang-
kacangan
-zat pembangun berasal dari ikan,
telur, daging, tempe & tahu
-zat pengatur berasal dari sayur-
sayuran dan buah2an
-cara mengolah makanan yaitu dgn
dicuci dulu stelah itu baru dipotong,
peralatannya dicuci bersih, beras
dicuci 2x, sayuran tidak dimasak
terlalu lama
-jenis cemilan sehat: bubur kacang
hijau, susu kedelai, bubur sumsum,
pudding, roti
-jenis cemilan tidak sehat: gorengan,
minuman bersoda, cemilan ber-MSG
-lingkungan yg meningkatkan nafsu
makan anak yaitu dengan makan
bersama teman sebaya atau anggota
keluarga, menggunakan alat makan
yang menarik, dan makan sambil
bercerita
-akan menimbang berat badan anak
rutin di posyandu setiap bulan, dan
memberikan menu makanan yang
bervariasi dan bergizi seimbang
O:
-keluarga dpt menyebutkan kembali
definisi gizi seimbang dgn baik &
benar
-keluarga dpt menyebutkan kembali
tanda &gejala kurang gizi
-keluarga dpt menyebutkan kembali
triguna makanan dan contohnya dgn
baik dan benar
-keluarga dpt menyebutkan cara
mengolah makanan dgn baik dan
benar
-keluarga dpt menyebutkanjenis
cemilan sehat & jenis cemilan yg
tidak sehat
-lingkungan yg meningkatkan nafsu
makan anak yaitu dengan makan
bersama teman sebaya atau anggota
keluarga, menggunakan alat makan
yang menarik, dan makan sambil
bercerita
-fasilitas kesehatan terdekat adalah
RS Tumbuh Kembang, puskesmas,
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
dan bidan
-berat badan An. S: 8,4 kg
-tinggi badan An. S: 75,2 cm
A:
-TUK 1 - TUK 5 tercapai
-BB/TB
-BB/U
-TB/U
P:
-timbang BB di pertemuan terakhir
-lanjutkan diagnosa ke 2
8
14/06/201
3
Ketidakmamp
uan keluarga
Bpk D
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
khususnya pd
Ibu M dgn
gastritis
1. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang
pengertian gastritis/ maag
2. Memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya
3. Menanyakan kembali
tentang pengertian
gastritis/ maag
4. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang
penyebab sakit gastritis/
maag: Makan terlalu
banyak dan cepat, bumbu
terlalu banyak (pedas,
asam), makan tidak
teratur, Kuman, alkohol,
aspirin, merokok, stres
5. Memotivasi keluarga
untuk menyebutkan
kembali penyebab sakit
gastritis/ maag
6. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang tanda
dan gejala sakit gastritis/
maag yaitu: nyeri ulu
hati, mual, muntah,
kelemahan, keringat
dingin, sakit kepala,
cegukan/ sendawa, perut
kembung, penurunan
nafsu makan.
7. Mendorong keluarga
untuk mengidentifikasi
penyebab sakit gastritis/
maag pada Ibu E
8. Mendorong keluarga
untuk mengidentifikasi
tanda dan gejala sakit
gastritis/ maag pada Ibu
E
S:
-keluarga dapat menjelaskan
pengertian gastritis/ maag yaitu
penyait yang disebabkan karena
kebiasaan menunda waktu makan
-keluarga dapat menyebutkan 4 dari
8 penyebab gastritis/ maag yaitu
makan yang tidak teratur, stress,
makan makanan yang terlalu asam,
makanan makanan yang mengandung
kuman penyebab maag
-keluarga dapat menyebutkan 5 dari
9 tanda dan gejala gastritis/ maag
yaitu nyeri/ perih pada bagian
lambung (uu hati), perut kemung,
mual, mudah merasa lelah, dan nafsu
makan menurun
-keluarga menyebutkan Ibu M
mengalami gastritis/ maag
-keluarga menyebutkan 2 dari 4
akibat apabila gastritis/ maag tidak
ditangani dengan tepat yaitu nyeri
hebat, perdarahan lambung yang
dapat ditandai dengan muntah darah
-Keluarga termotivasi untuk
mengatasi masalah gastritis/ maag
yang dialami Ibu M
O:
-keluarga mampu menjelaskan
pengertian gastritis/ maag dengan
benar
-keluarga mampu menyebutkan 4
dari 8 penyebab gastritis/ maag
dengan benar
-keluarga mampu menyebutkan 5
dari 9 tanda dan gejala gastritis/
maag dengan benar
-keluarga mampu mengidentifikasi
Ibu E mengalami gastritis/ maag
-keluarga mampu menyebutkan 2
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
9. Membantu keluarga untuk
mengidentifikasi masalah
yang muncul pada Ibu M
10. Bersama dengan keluarga
menyimpulkan masalah
yang dihadapi oleh
keluarga
11. Memberikan
reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan
keluarga
12. Menjelaskan kepada
keluarga tentang akibat
dari sakit gastritis/ maag
apabila tidak tertangani
dengan baik, yaitu:Nyeri
hebat pada perut,
gangguan penyerapan
makanan, diare (bila
makan yang mengiritasi
lambung tidak
dimuntahkan), perdarahan
pada lambung
13. Memotivasi keluarga
untuk menyebutkan
kembali akibat sakit
gastritis/ maag apabila
tidak tertangani dengan
baik
14. Mendiskusikan kembali
dengan keluarga untuk
merawat anggota keluarga
dengan sakit gastritis/
maag
15. Memberikan
reinforcement positif atas
jawaban keluarga dan
keputusan untuk merawat
anggota keluarga dengan
sakit gastritis/ maag
dari 4 akibat apabila gastritis/ maag
tidak ditangani dengan tepat
A:
-TUK 1 tercapai
-TUK 2 tercapai
P:
-evaluasi TUK 1&2
-lanjutkan TUK 3
9
17/06/201
3
Ketidakmamp
uan keluarga
Bpk D
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
khususnya pd
Ibu M dgn
gastritis
1. Mengevaluasi definisi,
penyebab, tanda dan gejala,
akibat
2. Menjelaskan cara
pencegahan sakit gastritis/
maag dengan menggunakan
lembar balik dan leaflet,
yaitu:menjaga pola makan
teratur, mengurangi
kebiasaan minum kopi/ teh,
mengurangi kebiasaan
S:
-keluarga mampu menyebutkan 3
dari 5 cara pencegahan sakit gastritis/
maag yaitu tidak menunda waktu
makan, mengurangi stress dan
mengurangi jenis makanan yang
teralu pedas/ asam/ berbumbu tajam
-keluarga mampu menyebutkan 5
dari 8 cara perawatan sakit gastritis/
maag yaitu melakukan relaksasi
dengan napas dalam, kompres air
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
makan makanan yang
terlalu pedas, terlalu asam,
dan berbumbu tajam,
olahraga cukup,
mengurangi stress
3. Menjelaskan cara
perawatan sakit gastritis/
maag, yaitu:menghindari
makanan yang keras hingga
gejala berkurang, istirahat
cukup, membuat jadwal
makan yang teratur,
memodifikasi diet
(mengurangi jenis makanan
yang menjadi penyebab
sakit maag), melakukan
relaksasi: napas dalam,
melakukan kompres hangat
untuk mengurangi nyeri ulu
hati, membuat ramuan
tradisional: minuman sari
kunyit, minum obat maag
secara teratur/ bila keluhan
tidak dapat diatasi dengan
cara diatas.
4. Memberikan reinforcement
positif atas kemampuan
keluarga menjelaskan cara
perawatan sakit gastritis/
maag
5. Menjelaskan dan
mendemonstrasikan cara
perawatan sederhana untuk
mengatasi masalah sakit
gastritis/ maag: latihan
relaksasi (napas dalam) dan
kompres hangat
6. Memberi kesempatan
keluarga untuk melakukan
relaksasi (napas dalam) dan
kompres hangat
7. Mendemonstrasikan latihan
relaksasi (napas dalam) dan
kompres hangat
8. Memberi kesempatan
kepada keluarga untuk
mengulang kembali
relaksasi (napas dalam) dan
kompres hangat
9. Memberikan pujian atas
usaha yang dilakukan oleh
keluarga
hangat dibagian perut yang sakit,
mengurangi jenis makanan yang
menjadi penyebab maag, stirahat
cukup, dan minum obat apabila sakit
tidak hilang dengan cara-cara
sebelumnya
-keluarga mampu menyebutkan
manfaat relaksasi (napas dalam)
yaitu untuk mengatasi sakit gastritis/
maag ketika sedang kambuh
terutama ketika perih dirasakan
-keluarga mampu menyebutkan cara
untuk napas dalam yaitu dengan
menarik napas melalui hidung pelan-
pelan, kemudian tahan sebentar
kurang lebih 3 detik, dan keuarkan
perlahan-lahan melalui mulut dengan
membentuk huruf O, latihan
dilakukan boleh kapan saja sebanyak
10-15 kali setiap kali latihan
-keluarga mampu menyebutkan
manfaat kompres hangat yaitu untuk
mengatasi sakit gastritis/ maag ketika
sedang kambuh terutama ketika perih
dirasakan
-keluarga mampu menyebutkan cara
kompres hangat yaitu menyediakan
botol kaca bekas, handuk, dan air
hangat. Masukkan air hangat
kedalam botol kaca yang telah
disediakan kemudian tutup rapat.
Lapisi botol kaca yang berisi air
hangat dengan handuk atau kain
tipis, kemudian letakkan botol kaca
yang sudah dilapisi handuk diatas
perut yang sakit (ulu hati). Lakukan
kompres 10-15 menit, kemudian
ganti air dalam botol apabila air
sudah mulai dingin.
-keluarga mengatakan akan
melakukan latihan napas dalam
sehari 5-10 x
-keluarga mengatakan akan
melakukan kompres hangat apabila
maag sedang kambung dan terasa
labung perih
O:
-keluarga menyebutkan 3 dari 5 cara
pencegahan sakit gastritis/ maag
dengan benar
- keluarga mampu menyebutkan 5
dari 8 cara perawatan sakit gastritis/
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
maag dengan benar
-keluarga mampu menyebutkan cara
relaksasi napas dalam dengan benar
-Ibu E mampu mempraktekkan cara
relaksasi: napas dalam dengan benar
-keluarga mampu menyebutkan cara
kompres hangat dengan benar
-keluarga mampu mempraktekkan
cara kompres hangat pada bagian ulu
hati dengan benar
A:
-TUK 3 tercapai
P:
-Mereview pengetahuan keluarga
tentang cara pencegahan dan
perawatan sakit gastritis/ maag pada
Ibu E
-Memotivasi keluarga untuk lakukan
latihan relaksasi: napas dalam pada
saat maag kambuh maupun tidak
sedang kambuh
-Memotivasi keluarga untuk
melakukan kompres hangat apabila
maag sedang kambuh dan terasa
perih pada bagian lambung
10
18/06/201
3
Ketidakmamp
uan keluarga
Bpk D
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
khususnya pd
Ibu M dgn
gastritis
1. Mendiskusikan dengan
keluaga mengenai
manfaat modifikasi
lingkungan keluarga
dengan sakit gastritis/
maag: supaya sakit maag
tidak bertambah parah,
mengurangi frekuensi
kambuh maag
2. Mendiskusikan dengan
keluarga mngenai cara
memodifikasi lingkungan
keluarga dengan sakit
gastritis/ maag:
membiasakan makan
bersama keluarga, saling
mengingatkan untuk
makan sesuai jadwal,
menciptakan lingkungan
bersih, tenang dan rapi,
menguragi stress,
melakukan aktivitas
ringan, memasak nasi
dngan menambah air
supaya tampak lunak/
sedikit lembek
S:
-Keluarga dapat menyebutkan dua
manfaat dari modifikasi lingkungan
untuk penderita gastritis/ maag yaitu
supaya sakit maag tidak bertambah
parah, mengurangi frekuensi kambuh
maag
-Keluarga dapat menyebutkan 4 dari
7 cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita gastritis/ maag yaitu
membiasakan makan bersama
keluarga, saling mengingatkan untuk
makan sesuai jadwal, menguragi
stress, memasak nasi dengan
menambah air supaya tampak lunak/
sedikit lembek
-Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 manfaat mengunjungi
pelayanan kesehatan yaitu
mendapatkan pemeriksaan,
mendapatkan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan
-Keluarga mampu mnyebutkan
tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan yaitu
puskesmas, rumah sakit, dan klinik
Sheila
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
3. Memotivasi keluarga
untuk menyebutkan
kembali cara
memodifikasi lingkungan
4. Memberikan pujian atas
usaha keluarga untuk mau
mencoba mengurangi
aktivitas, membiasakan
makan bersama dalam
satu keluarga
5. Menjelaskan kepada
keluarga tentang manfaat
fasilitas kesehatan, yaitu
mendapatkan
pemeriksaan,
mendapatkan perawatan,
mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan kesehatan
6. Memotivasi keluarga
untuk mnyebutkan
kembali manfaat fasilitas
kesehatan
7. Menjelaskan kepada
keluarga tentang jenis-
jenis fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan
yaitu puskesmas, rumah
sakit, dan klinik dokter.
8. Memotivasi keluarga
untuk menyebutkan
kembali jenis-jenis
fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan
9. Menimbang kembali berat
badan An. S sebagai
evaluasi terhadap masalah
nutrisi
dokter
-Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 tanda sakit gastritis/ maag
yang harus dirujuk ke pelayanan
kesehatan yaitu apabila keluhan
seperti mual yang disertai muntah
terus-menerus hingga badan lemas
atau disertai muntah darah, nyeri/
perih pada lambung yang tidak
hilang dengan obat
O:
-Keluarga mampu mengelompokkan
jenis makanan yang aman bagi
lambung dan jenis makanan yang
harus dihindari dibatasi untuk
penderita gastritis/ maag
-Keluarga mampu menyebutkan dua
manfaat dari modifikasi lingkungan
untuk penderita gastritis/ maag
dengan benar
-Keluarga mampu menybutkan 4 dari
7 cara modifikasi lingkungan untuk
penderita gastritis/ maag dengan
benar
-Keluarga terlibat dalam modifikasi
lingkungan untuk penderita gastritis/
maag yaitu membiasakan makan
bersama dengan keuarga, masak nasi
dengan menambah air lbih supaya
lebih lunak/ sekdikit lembek
-Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 manfaat mngunjungi
pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah gastritis/ maag dengan benar
-Keluarga mampu menyebutkan
jenis-jenis pelayanan kesehatan yang
dapat dikunjungi untuk mengatasi
masalah gastritis/ maag dengan benar
-Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 tanda dari gastritis/ maag yang
perlu segera merujuk ke pelayanan
kesehatan dengan benar
-BB An. S 8,8 kg
A:
- TUK 4 tercapai
-TUK 5 tercapai
P:
terminasi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013