perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA KONSEP OPERASI PENGURANGAN BILANGAN ASLI
MELALUI MACROMEDIA FLASH BAGI SISWA KELAS III SLB C
SETYA DARMA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
RIRIS YULIATI PRADANA
K5107037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA KONSEP OPERASI PENGURANGAN BILANGAN ASLI
MELALUI MACROMEDIA FLASH BAGI SISWA KELAS III SLB C
SETYA DARMA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
RIRIS YULIATI PRADANA
K5107037
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Dewi Sri R, S.Pd M.Pd
NIP: 19570707 198103 1 006 NIP: 19760730 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 15 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Gunarhadi, M.A. Ph.D ..........................
Sekretaris : Priyono, S.Pd, M.Si .............................
Anggota I : Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. ..........................
Anggota II : Dewi Sri Rejeki, S. Pd, M. Pd .............................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Riris Yuliati Pradana. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Pada Konsep Operasi Pengurangan Bilangan Asli Melalui Macromedia Flash
Bagi Siswa Kelas III SLB C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran
2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan prestasi belajar matematika
pada konsep operasi pengurangan bilangan asli melalui macromedia flash bagi
siswa kelas III SLB C Setya Darma Surakarta.
Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/ Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu pencermatan kegiatan pembelajaran berupa tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Subyek
yang memperoleh perlakuan adalah siswa tunagrahita kelas III SLB C Setya
Darma Surakarta yang berjumlah 3 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan tes dan observasi yang diterapkan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Analisis data yang digunakan peneliti ada dua yaitu teknik deskriptif
komparatif yaitu membandingkan data pra siklus, di akhir siklus dan di akhir
siklus II. Data kuantitatif ini ditampilkan melalui tabel dan grafik untuk
membandingkan antara hasil tes siklus I dan siklus II. Selain itu deskriptif kritis
untuk mengnalisis data hasil observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I perolehan ketuntasan
hasil belajar sebanyak 2 dari 3 siswa dengan prosentase sebesar 33,3 %. Hasil
tindakan siklus II ditemukan peningkatan prestasi belajar siswa dengan seluruh
siswa mencapai ketuntasan dengan prosentase ketuntasan sebesar sebesar 100 %.
Keberhasilan tindakan berdasarkan indikator ketercapaian terjadi pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada konsep
operasi pengurangan bilangan asli pada anak tuna grahita kelas III di SLB C Setya
Darma Surakarta tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Riris Yuliati Pradana. Efforts to Improve the Mathematics Learning
Achievement In Concept of Original Numbers Reduction Operations
Through Macromedia Flash For Student Class III SLB C Setya Darma
Surakarta in Academic Year 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher
Training and Education. Eleven March Surakarta University, July, 2011.
The aim of this research is to improve the mathematics learning
achievement in concept of original numbers reduction operations through
macromedia flash for student class III SLB C Setya Darma Surakarta.
This is a Classroom Action Research. Classroom Action Research is a
research of learning activities, formed action which raise and occur intentionally
in a classroom equally. The subject who gets treatment is three of mentally
retarded students in class III C Setya Darma Surakarta. Technique of data
collecting done by testing and observation that is applied in two cycles, they are
cycle I and cycle II. There are two techniques was used by the writer to analyze
data, they are comparative descriptive and critical descriptive. Comparative
descriptive is to compare the pre-cycle data, on the end of first and second cycle.
This quantitative data is displayed through charts and graphs to compare between
test results cycle I and cycle II. Whereas critical descriptive is to analyze
observation data.
The findings show that on the first cycle, the acquisition of studying result
is as much as two from three students with a percentage of 33.3%. There is an
increasing of student’s achievement with a percentage of 100% on the second
cycle with all students. The action success based on the achievement indicator
happens on the second cycle. Based on the results of these studies can be
concluded that the application of Macromedia Flash to improve math achievement
in the concept of original numbers subtraction operation on mentally retarded
children in class III C Setya Darma Surakarta in 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Jika bintang selalu punya cerita tentang keindahan terang. Maka langit gelaplah
yang menampakkannya. Jika pelangi selalu melukis warna-warni, maka
mendunglah yang mengawali hadirnya. Jika sukses selalu beraroma kesenangan,
maka kebanyakan ia datang dari perjuangan panjang. Banyak indah bermula
dengan susah dan hanya ada satu sedih diantara dua bahagia. Jadi, kenapa kita
harus berfikir untuk menyerah, bangkit, tegakkan kepalamu dan hadapilah.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan
Kepada:
1. Abi Sarimin dan Umi Rebiati tercinta
yang selalu senantiasa mendoakanku;
2. Adik-adikku tersayang yang selalu
memberikan senyuman dan dukungannya;
3. Sahabat seperjuangan di BEM FKIP UNS;
4. Kawan seperjuangan di KAMMI
SHOLLAHUDIN AL AYYUBI
5. Teman-teman PLB 2007 terkasih yang
selalu ada disampingku, membantu dan
mendukungku;
6. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv
KATA PENGANTAR ...................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................ 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita .............................. 6
a. Pengertian Anak Tunagrahita ...................................... 6
b. Jenis atau kategori ....................................................... 6
c. Penyebab Kelainan Mental ......................................... 10
d. Ciri-ciri Anak Tuna Grahita ........................................ 16
e. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tuna Grahita ............ 17
f. Dampak Ketuna Grahitaan .......................................... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
g. Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tuna Grahita .. 20
h. Penyesuaian Sosial Anak Tuna Grahita ...................... 22
i. Modifikasi Perilaku Anak Tuna Grahita ..................... 24
2. Tinjauan Prestasi Belajar ............................................... 29
a. Pengertian Belajar ....................................................... 29
b. Proses Belajar Berlangsung ........................................ 30
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ................. 32
d. Prestasi Belajar ............................................................ 34
3. Tinjauan Matematika ..................................................... 35
a. Hakikat Matematika .................................................... 35
b. Fungsi Matematika ...................................................... 37
c. Tujuan Matematika ..................................................... 38
d. Cabang Matematika .................................................... 39
e. Pendekatan Dalam Matemtika .................................... 39
f. Bilangan Asli ............................................................... 40
4. Tinjauan Macromedia Flash ........................................... 41
a. Pengertian Media......................................................... 18
b. Pengertian Kegunaan Media ....................................... 19
c. Karakteristik Media ..................................................... 19
d. Klasifikasi Media ........................................................ 22
e. Pengertian Macromedia Flash ..................................... 30
f. Kemampuan Macromedia Flash .................................. 30
g. Sistem Untuk Menjalankan Flash Player .................... 30
h. Menginstal Macromedia Flash 5.0 .............................. 30
i. Menjalankan dan Mengakhiri Flash............................. 30
B.Kerangka Berpikir .............................................................. 27
C.Hipotesis Tindakan ............................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................. 30
A. Setting Penelitian ............................................................. 30
1. Tempat Penelitian ............................................................ 30
2. Waktu penelitian .............................................................. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
B. Subjek Penelitian .............................................................. 31
C. Data dan Sumber Data ...................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 33
E. Validitas Data ................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data......................................................... 35
G. Indikator Kinerja/keberhasilan .......................................... 35
J. Prosedur Penelitian ............................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............... 40
A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 40
1. Diskripsi Kondisi Awal .............................................. 40
2. . Deskripsi Siklus I ....................................................... 41
a. Perencanaan Pembelajaran .................................. 41
b. Pelaksanaan Tindakan ......................................... 42
c. Observasi ............................................................. 45
d. Refleksi ............................................................... 46
3. Deskripsi Siklus II ...................................................... 47
a. Perencanaan Pembelajaran .................................... 48
b. Pelaksanaan Tindakan ........................................... 48
c. Observasi ............................................................... 52
d. Refleksi .................................................................. 53
B. Hasil Penelitian .................................................................. 54
1. Diskripsi Kondisi Awal .............................................. 40
2. Hasil Penelitian Siklus I ............................................. 40
3. Hasil Penelitian Siklus II ............................................ 40
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................. 57
A. Simpulan .................................................................................... 57
B. Saran ........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Daftar Siswa Kelas III SD SLB C Setya Darma Surakarta ....... 108
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 109
Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 113
Lampiran 4: Lembar Soal Siklus I .................................................................. 117
Lampiran 5: Lembar Soal Siklus II ................................................................ 118
Lampiran 6: Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif Siklus I ..................... 119
Lampiran 7: Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif Siklus II ..................... 121
Lampiran 8: Prestasi Belajar Matematika Siswa Pratindakan ........................ 123
Lampiran 9: Prestasi Belajar Matematika Siswa Siklus I............................... 124
Lampiran 10: Prestasi Belajar Matematika Siswa Siklus II ........................... 125
Lampiran 11: Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD SLB C
Setya Darma Surakarta ............................................................ 124
Lampiran 12: Foto Kegiatan Penelitian .......................................................... 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Klasifikasi Anak Tuna Grahita Berdasarkan Tes WISC ................. 7
Tabel 2 : Perbandingan Para Ahli Mengenai Kontribusi Faktor
Keturunan Terhadap Terjadinya Tuna Grahita ................................ 12
Tabel 3 : Estimasi Anak Tuna Grahita per 1000 Anak Usia Sekolah di
Inggris ............................................................................................. 13
Tabel 4 : Faktor Penyebab Tuna Grahita di SLBN Yogyakarta .................... 14
Tabel 5 : Faktor yang diduga Penyebab Tuna Grahita di Yogyakarta .......... 15
Tabel 6 : Daftar Siswa Kelas III SD di SLB C Setya Darma Surakarta ......... 74
Tabel 7 : Prosedur Penelitian .......................................................................... 82
Tabel 8 : Nilai Ujian Pra Tindakan Pengurangan Bilangan Asli Siswa
Kelas III SLB C Setya Darma Surakarta ......................................... 84
Tabel 9 : Soal Ujian Siklus I ........................................................................... 86
Tabel 10 : Soal Ujian Siklus II ....................................................................... 92
Tabel 11 : Nilai Ujian Pra Tindakan Pengurangan Bilangan Asli Siswa
Kelas III SLB C Setya Darma Surkarta ......................................... 94
Tabel 12 : Nilai Ujian Siklus I Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas
III SLB C Setya Darma Surkarta ................................................... 95
Tabel 13 : Nilai Ujian Siklus II Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas
III SLB C Setya Darma Surkarta ................................................... 96
Tabel 14 : Perbandingan Nilai Ujian Pra Tindakan dan Siklus I Pengurangan
Bilangan Asli Siswa Kelas III SLB C Setya Darma Surkarta ....... 97
Tabel 15 : Perbandingan Nilai Rata-rata Secara Klasikal Setiap Siklus ........ 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kerucut Pengalaman Edgar Dale ................................................. 68
Gambar 2 : Kerangka Berfikir ........................................................................ 72
Gambar 3 : Model Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 75
Gambar 4 : Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas .............................. 80
Gambar 5 : Contoh Tampilan Macromedia Flash .......................................... 85
Gambar 6 : Contoh Soal Gambar, Angka di Sertai Suara Dalam
Bentuk Macromedia Flash ....................................................... 90
Gambar 7 : Contoh Soal Angka di Sertai Suara Dalam Bentuk
Macromedia Flash ...................................................................... 90
Gambar 8 : Grafik Perbandingan Nilai Ujian Pratindakan dan Siklus I
Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas III SLB C Setya Darma
Surakarta ...................................................................................... 98
Gambar 9 : Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Secara Klasikal Setiap
Siklus .......................................................................................... 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah serta nikmatnya yang tak terkira. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadikan dunia kelam
menjadi cerah penuh hidayah. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Konsep
Operasi Pengurangan Bilangan Asli Melalui Macromedia Flash Bagi Siswa
Kelas III SLB C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011” sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini pastilah ada dan di
alami oleh penulis. Akan tetapi, kesulitan dan hambatan tersebut tidaklah berarti
dikarenakan terdapat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Psi yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto,M.Pd
yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Surakarta, Bapak Drs. Gunarhadi, M.A. Ph.D yang telah memberi
bimbingan dan izin dalam melakukan penelitian;
6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Priyono, S.Pd, M.Si yang telah member dukungannya;
7. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. yang selalu peneliti banggakan selaku
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan
skripsi;
8. Ibu Dewi Sri Rejeki, S.Pd M.Pd yang selalu peneliti banggakan selaku
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan
skripsi;
9. Bapak Sutarno, S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB C Setya Darma
Surakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut;
10. Ibu Y. Siti Murdiyanti, S.Pd selaku guru kelas III SD SLB C Setya Darma
Surakarta yang telah bekerja sama dengan peneliti selama proses
penelitian dan memberi bimbingannya;
11. Seluruh bapak dan ibu guru SLB C Setya Darma Surakarta yang selalu
memberi dukungan maupun senyumnnya selama penelitian;
12. Siswa kelas III SD SLB C Setya Darma Surakarta yang telah membantu
pelaksanaan penelitian dan mampu membuat peneliti tersenyum;
13. Teman-teman PLB 2007 yang selalu memberi dukungan dan semangat;
14. Teman-teman siyasi 2007 Asti, Mar’ah, Woro, Wicak dan Wachid yang
selalu memberikan inspirasi;
15. Teman-teman BPH KAMMI SHOYYUB UNS yang selalu mengerti dan
memberi dukungannya;
16. Teman-teman kos asma’, Dyah, mbak Mamah, Dewi, Intan, Tyas, Rani,
dan Dwi yang tidak lelah bertukar pikiran atau berdiskusi;
17. Adik-adik DAGRI BEM FKIP UNS Kabinet Berkarya Rani, Yani, Andita,
Fitri, Ifah, Janu, Isty, Singgih, Zamrey, Yogo dan Bambang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umunya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah kegiatan transfer ilmu dari guru kepada siswa melalui strategi
tententu. Melalui kegiatan belajar ini diharapkan siswa mampu memahami dan
mengetahui apa-apa yang belum dimengerti dan di kuasai. Belajar merupakan hak
setiap warga Negara Indonesia tidak terkecuali tuna grahita.
Anak tuna grahita yang mengalami keterbelakangan mental dan memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata memiliki beberapa permasalahan. Permasalahan yang
sering dialami anak tuna grahita diantaranya juga sulit konsentrasi, kesulitan dalam
membaca,menulis dan berhitung. Anak tuna grahita atau berkelainan mental sub
normal disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental
subnormal. Menurut beberapa ahli anak tuna grahita didefinisikan berbeda-beda
semua ini berkaitan erat dengan tujuan dan kepentingan masing-masing. Akan tetapi
semua itu tidak mengurangi substansi makna dari pengertian anak tuna grahita itu
sendiri meskipun para ahli menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Branata
dikutip Mohammad Efendi (2006:88) mengemukakan bahwa seseorang dikategorikan
tuna grahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah
normal) sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau
layanan secara spesifik termasuk dalam program pendidikannya.
Pada masyarakat awam sering terjadi kesalah pahaman mengenai tuna
grahita. Mereka sering menganggap bahwa tuna grahita adalah suatu penyakit.
Sehingga saat anak tuna grahita dimasukkan kelembaga pendidikan atau perawatan
khusus diharapkan mereka akan sembuh kembali. Namun, semua pendapat itu tidak
benar dikarenakan tuna grahita tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama
dengan penyakit, seperti yang di kemukakan Kirk di kutip Mohammad Efendi
(2006:88) yaitu Mental retarded is not disease but a condition jadi dapat disimpulkan
bahwa tuna grahita tidak dapat disembuhkan. Dalam kasus tertentu memang terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
anak normal yang keadaannya menyerupai anak tuna grahita dan setelah dirawat
tanda-tanda ketunagrahitaan yang dialami perlahan menghilang dan normal, keadaan
seperti ini disebut dengan tuna grahita semu (pseudofeebleminded). Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan keadaan pseudofeebleminded yaitu :
1. Gangguan emosi pada kanak-kanak sehingga menghambat
perkembangan kognitifnya
2. Keadaan lingkungan kurang baik dan tidak memberikan perangsang
pada kecerdasan anak sehingga perkembangan kognitifnya terhambat
Hendeschee berpendapat bahwa anak tuna grahita adalah anak yang tidak cukup daya
pikirnya, tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri di tempat sederhana dalam
masyarakat dan menurut Setia Rahman dikutip Mohammad Efendi (2006:89) jika ia
dapat hidup, hanyalah dalam keadaan yang sangat baik. Berdasarkan uraian tersebut
diatas dapat diketahui bahwa ketergantungan anak tuna grahita pada orang lain pasti
ada meskipun berbeda dan tergantung pada berat-ringannya ketuna grahitaan yang
diderita. Ahli lain yaitu Edgar Doll dikutip Mohammad Efendi (2006:89) berpendapat
bahwa seeseorang menderita tuna grahita jika :
1. Secara sosial tidak cakap
2. Secara mental dibawah normal
3. Kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda
4. Kematanggannya terhambat (Kirk dikutip Mohammad Efendi,
(2006:89))
Lain halnya dengan The American Association on Mental Deficiency (AAMD)
menjelaskan bahwa seseorang dikatakan tuna grahita jika kecerdasannya secara
umum dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap
fase perkembangannya (Hallahan dan Kauffma di kutip Mohammad Efendi
(2006:89)). Lain halnya dengan Japan League for the Mentally Retarded (1992 :
p.22) di kutip Muljono Andurrachman dan sudjadi S. menyebutkan bahwa retardasi
mental adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1. Memiliki fungsi intelektual yang lamban yaitu IQ 70 ke bawah
berdasarkan tes intelegensi baku
2. Perilaku adaptif rendah
3. Terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi sampai
usia 18 tahun.
Salah satu hal terpenting dalam pembelajaran adalah media yang digunakan
oleh guru. Media menurut Boove di kutip Dadang Supriatna (2009) dapat di artikan
sebagai alat yang berfungsi menyampaikan pesan. Media adalah bentuk jamak dari
kata “Medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “Antara”. Istilah media
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau penyampai
informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Schramm di kutip
Akhmad Sudrajat (2008) dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/
konsep-media-pembelajaran/ mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sedangkan menurut Criticos di kutip I Wayan Santyasa (2007:3) media adalah salah
satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan. Melalui media pembelajaran guru dapat menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa dengan baik. Salah satu alternatif penggunaan media yang
dapat digunakan adalah menggunakan macromedia flah. Melalui macromedia flash
guru dapat membuat media semenarik mungkin dengan menggunakan animasi-
animasi sederhana. Flash mempunyai banyak fasilitas yang sangat berdaya guna
tetapi mudah di gunakan seperti membuat interface atau form menggunakan
komponen dengan drag and drop saja, efek-efek special animasi timeline yang sudah
siap pakai (buil-in), behavior yang sudah siap pakai untuk menambah interaktifitas
pada animasi tanpa perlu menuliskan kode pemrograman. Melalui media yang
menarik ini siswa dapat semakin semangat belajar dan tidak mudah bosan.
Mengingat keterbatasan anak tuna grahita yang mengalami kesulitan dalam
berhitung tentunya juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang
merupakan standar keberhasilan siswa dalam menyerap kurikulum dan tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pada metode pembelajaran sekolahan tersebut. Pada realitanya di SLB C Setya
Darma Surakarta dalam pembelajaran matematika belum menggunakan teknologi
macromedia flash. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan media papan tulis
selama pelajaran. Papan tulis digunakan guru untuk menjelaskan materi ataupun
menulis soal. Setelah itu baru setiap siswa di beri soal masing-masing di buku tulis.
Selain itu anak juga tidak terlalu aktif dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Siswa kurang bisa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran yang ada. Sehingga
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa dalam belajar matematika juga masih sangat rendah.
Terutama pada konsep pengurangan bilangan asli. Siswa kelas III mengalami
kesulitan untuk memperoleh nilai rata-rata 70. Melihat realita tersebut peneliti
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “ Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Pada Konsep Operasi Pengurangan Bilangan Asli Melalui
Macromedia Flash Bagi Siswa Kelas III SLB C Setya Darma Surakarta Tahun 2011.”
B. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas agar permasalahan yang ada nanti dapat dibahas dengan
lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka penulis telah
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Apakah penerapan macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pada konsep operasi pengurangan bilangan asli pada anak tuna grahita
kelas III di SLB C Setya Darma Surakarta tahun 2011?”
C. Tujuan Penelitian
“Untuk meningkatan prestasi belajar matematika pada konsep operasi
pengurangan bilangan asli melalui macromedia flash bagi siswa kelas III SLB C
Setya Darma Surakarta.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Keinginan terbesar dari penelitian ini adalah dapat memberi manfaat
berbagai pihak karena memang penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberi
manfaat baik secara praktis maupun teoritis, yang meliputi:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan yang berkaitan dengan
pengembangan ilmu pendidikan. Dalam penulisan ini mempunyai manfaat teoritis
sebagai berikut:
a. Dapat memberikan alternatif pilihan media pembelajaran melalui teknologi
yaitu macromedia flash.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan ini yang berkaitan dengan
pemecahan masalah. Dalam penulisan ini mempunyai manfaat praktis yaitu sebagai
berikut :
a. Dapat merangsang guru untuk menciptakan media pembelajaran yang lebih
menarik dan efektif khususnya dalam belajar matematika..
b. Memperkaya dan mengenalkan guru maupun siswa terhadap teknologi dalam
pembelajaran melaui macromedia flash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Anak Tuna grahita
a. Pengertian Anak Tuna grahita
Anak berkebutuhan khusus memiliki banyak kategori. Salah satu
kategorinya adalah anak tuna grahita. Anak tuna grahita sering diartikan seseorang
yang mengalami hambatan atau keterbelakangan mental-intelektual dan sosial
sehingga memiliki daya pikir yang kurang, kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.
Dalam mengenali seseorang mengalami keterbelakangan mental sangatlah sulit.
Namun, dapat dideteksi melalui tanda-tanda yang terdapat pada anak berkebutuhan
khusus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita adalah anak yang
mengalami kelainan pada mental mereka sehingga mengakibatkan ketidakmampuan
pada activity daily living mereka.
b. Jenis atau Kategori
Dalam menentukan seseorang mengalami keterbelakangan mental atau
tidak sangatlah tidak mudah. Dalam pengkategorian anak tuna grahita dapat
dikategorikan beberapa jenis. Berdasarkan hasil tes intelegensi yang sering digunkaan
untuk mendeteksi apakah anak mengalami ketunagrahitaan atau tidak yaitu tes
Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC) maka anak tuna grahita dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
Tabel 1. Klasifikasi Anak Tuna Grahita Berdasarkan Tes Stanford Binet
dan Skala Weshler (WISC)
1) Tuna grahita ringan
Tuna grahita ringan sering disebut moron atau debil. Secara fisik anak tuna
grahita ringan tidak berbeda dengan anak normal maka tidak heran jika sulit
membedakan secara fisik antara anak tuna grahita dengan anak normal. Anak tuna
grahita ringan menurut binet memiliki IQ antara 68-52 sedangkan skala Weschler
(WISC) memiliki skala IQ 69-55. Dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung
mereka masih mampu didik.
Dalam kehidupan sehari-hari anak tuna grahita dapat dibentuk menjadi
tenaga semi-skilled misalkan pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan
rumah tangga dan bekerja di pabrik dengan sedikit pengawasan namun tentunya
dengan didikan yang matang, terstruktur, terarah, terpola dan terprogram. Anak tuna
grahita ringan tidak dapat menyesuaikan diri secara sosial, ceroboh, menggunakan
uang secara tidak terarah begitu pula dengan masa depannya.
2) Tuna grahita sedang
Anak tuna grahita sedang dapat disebut imbisil. Biasanya anak tuna grahita
memiliki IQ 51-36 (berdasarkan skala Binet) atau IQ antara 54-40 (berdasarkan
WISC). Anak tuna grahita sedang memiliki kesulitan dalam belajar akademik baik
membaca, menulis atau berhitung. Namun demikian jika dilatih secara berkala
Level
keterbelakangan
IQ
Stanford Binet Skala Weschler
Ringan 68-52 69-55
Sedang 51-36 54-40
Berat 32-20 39-25
Sangat berat 19 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
mereka mampu menulis nama, alamat rumah sendiri. Anak tuna grahita dapat di latih
dalam activity daily living mereka misalkan menyapu, mengelap kaca, menggosok
gigi. Anak tuna grahita ringan juga dapat dididik bekerja di sheltered workshop.
Selain itu perkembangan MA anak tuna grahita sedang dapat berkembang kurang
lebih sampai 7 tahun. TASH (The Association for Persons with Severe Handicaps)
menyebutkan bahwa anak tuna grahita sedang adalah :
Individuals of all ages who require extensive on going support in more than
one major life activity in order to participate in integrated community settings and to
enjoy a quality of life that is available to citizens with fewer or no disabilities.
Support may be required for life activities such as mobility, communication, self-care,
and learning as necessary for independent living, employment and self-sufficiency.
3) Tuna grahita berat
Anak tuna grahita berat dapat disebut idiot. Anak tuna grahita berat sudah
tidak mampu mendapatkan pelajaran akademik (membaca, menulis, dan berhitung).
Dalam melakukan kegiatan keseharian mereka memerlukan bantuan dan
perlindungan secara total selama hidup mereka. Anak tuna grahita berat memiliki
perkembangan MA maksimal kurang dari tiga tahun.
Meskipun anak tuna grahita terdapat penggolongan akan tetapi anak tuna
grahita berat juga digolongkan menjadi tuna grahita berat dan sangat berat. Anak tuna
grahita berat IQ diantara 32-20 (menurut skala Binet), 39-25 (menurut WISC). Tuna
grahita sangat berat IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut
skala Wechsler (WISC).
Klasifikasi anak tuna grahita juga dapat dikelompokkan berdasarkan
klasifikasi profesi diantaranya :
1) Dokter mengkalsifikasikan tuna grahita berdasarkan tipe kelainan
fisiknya seoerti tipe mongoloid, microcephalon, cretinism.
2) Pekerja sosial mengklasifikasikan anak tuna grahita berdasarkan derajat
kemampuan penyesuaian diri atau ketidaktergantungan pada orang lain
sehingga penentuan berat-ringannya ketuna grahitaan dilihat dari tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
penyesuaiannya seperti tidak tergantung, semi tergantung atau sama
sekali tergantung pada orang lain.
3) Psikolog mengklasifikasikan anak tuna grahita mengarah pada aspek
indeks mental intelegnesinya yang dilihat dari hasil tes kecerdasan seperti
IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan imbicil dan IQ 50-75
dikategorikan debil atau moron.
4) Pedagog mengklasifikasikan ketunagrahitaan berdasarkan penilaian
program pendidikan yang disajikan pada anak yaitu anak tuna grahita
mampu didik, anak tuna grahita mampu latih, anak tuna grahita mampu
rawat.
Anak tuna grahita mampu didik (debil) adalah anak tuna grahita yang tidak
memiliki kemampuan untuk mengikuti program pembelajaran dari sekolah namun
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan disekolah
walaupun hasilnya tidak optimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak
tunagrahita mampu didik adalah :
1) Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung
2) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
3) Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
Anak tuna grahita mampu latih (imbicil) adalah anak tuna grahita yang
memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak dapat mengikuti program-
program yang diperuntukkan untuk anak tuna grahita mampu didik. Bagi anak tuna
grahita mampu latih yang perlu dikembangkan adalah :
1) Belajar mengurus diri sendiri yaitu makan, pakaian, tidur, atau mandi
sendiri
2) Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah dan sekitarnya
3) Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, dibengkel kerja (sheltered
workshop) atau di lembaga khusus.
Jadi, bagi anak tuna grahita mampu latih yang perlu ditekankan yaitu kemampuan
anak mengurus dirinya sendiri (activity daily living) dan fungsi sosial kemasyarakatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
menurut kemampuannya. Anak tuna grahita mampu rawat (idiot) adalah anak tuna
grahita yang memiliki tingkat kecerdasan sangat rendah sehingga tidak mampu untuk
mengurus diri sendiri atau sosialisasi dan sangat bergantung dengan orang lain. A
child who is an idiot is so low intellectually that he does not learn to talk and usually
does learn to take care of his bodily need oleh Kirk &Johnson dalam Mohammad
Efendi (2008:90). Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita mampu rawat
membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena tidak mampu hidup
tanpa bantuan orang lain (totally dependent) oleh Patton dalam Mohammad Efendi
(2008:91)
Berdarsarkan klasifikasi anak tuna grahita yang telah dijabarkan dapat di
simpulkan bahwa anak tuna grahita dapat di golongkan menjadi anak tuna graita
ringan, sedang, berat, sangat berat.
c. Penyebab Kelainan Mental
Hasil research WHO menyebutkan bahwa 30% dari anak keterbelakangan
mental disebabkan oleh ketidaknormalan genetik seperti down syndrome, 25%
disebabkan oleh cerebrum palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan masalah
prenatal sedangkan 15% sisanya belum dapat ditemukan penyebabnya.
Sedangkan Grossman dalam Jamila K.A Muhammad (2008:102)
memaparkan 9 faktor yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental :
1) Penyakit yang disebabkan minuman keras
2) Trauma
3) Metabolisme atau pola makan yang tidak baik
4) Penyakit dalam otak
5) Pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui
6) Kromosom yang abnormal
7) Gangguan semasa kehamilan
8) Gangguan psikiatris
9) Pengaruh lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
Selain itu etiologi anak tuna grahita dapat berdasarkan kurun waktu terjadinya
yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen), dan faktor dari luar seperti penyakit atau
keadaan lainnya (faktor eksogen). Kirk dalam Mohammad Efendi (2006:91)
mengemukakan faktor endogen yang menyebabkan ketunagrahitaan yaitu faktor
ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen (Hereditary Transmission
of Psycho-biological Insufficiency). Sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang
terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Menurut Davenport
dalam Mohammad efendi (2006:91) dilihat dari sisi pertumbuhan dan
perkembangannya penyebab tuna grahita adalah :
1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma
2) Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur
3) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
4) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio
5) Kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran
6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin
7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak
Selain sebab-sebab tersebut ketuna grahitaan menurut Kirk & Johnson dalam
Mohammad efendi (2006:92) dapat disebabkan karena radang otak, gangguan
fisiologis, faktor hereditas dan pengaruh kebudayaan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Radang otak yaitu kerusakan yang terjadi pada area otak tertentu pada saat
lahir. Biasanya radang otak terjadi karena pendarahan otak (intracranial
haemorhage). Namun, pada kasus yang sangat parah pendarahan dapat
disebabkan karena gangguan motorik dan mental. Sebab terjadi pendarahan
ini belum diketahui misalkan Hidrochepalon yang diduga karena
peradangan otak dimana keadaan seseorang yang menderita Hidrochepalon
tengkorak kepalanya membesarbdikarenakan bertambahnya cairan
cerebrospinal sehingga terjadi tekanan dan kemunduran fungsi otak.
Demikian pula cerebral anoxia yaitu kekurangan oksigen dalam otak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
menyebabkan otak tidak berfungsi dengan baik tanpa adanya oksigen yang
cukup. Berikut ini penyakit yang disebabkan oleh infeksi yang dapat
menimbulkan peradangan otak yang kemudian dapat menyebabkan ketuna
grahitaan misalnya measles, scarlet fever, meningitis, encephalitis,
diphtheria dan cacar.
2) Gangguan fisiologis yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan yaitu
disebabkan oleh virus yaitu penyakit rubella (campak jerman). Virus ini
berbahaya pada tri semester pertama saat ibu mengandung. Keadaaan ini
dapat menimbulkan dampak ketuna grahitaan terhadap bayi yang
dikandung. Selain rubella juga ada bentuk gangguan fisiologis lainnya
yaitu rhesus factor, mongoloid (penampakan fisik mirip keturunan orang
mongol) sebagai akibat gangguan genetik, dan cretinisme atau kerdil
sebagai akibat gangguan kelenjar teroid.
3) Faktor hereditas yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan masih sulit
dipastikan karena para ahli pun memiliki formulasi yang berbeda mengenai
hal ini. Kirk dalam Mohammad Efendi (2008:93) misalnya berpendapat
bahwa 80-90% faktor keturunan menyebabkan ketuna grahitaan. Berikut
perbandingan para ahli mengenai kontribusi faktor keturunan terhadap
terjadinya tuna grahita :
Tabel 2. Perbandingan Para Ahli Mengenai Kontribusi Faktor Keturunan
Terhadap Terjadinya Tuna Grahita
No Tahun Nama Ahli Presentase
1 1914 Goddard 77
2 1920 Hollingswoth 90
3 1929 Tregold 80
4 1931 Larson 76
5 1934 Doll 30
6 1934 Penros 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
4) Faktor kebudayaan adalah faktor yang berkaitan dengan segenap
perikehidupan lingkungan psikososial. Namun, dalam beberapa kurun
waktu terdapat kontroversi mengenai kebudayan yang dapat menyebabkan
ketuna grahitaan. Dalam satu sisi kebudayaan memang memberikan
sumbangan positif dalam membangun kemampuan psikofisik dan
psikososial anak secara baik akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika
faktor-faktor tersebut tidak berperan baik tidak menutup kemungkinan
berpengaruh pada perkembanganan psikofisik dan psikososial anak.
Misalkan anak idiot yang ditemukan di hutan Aveyron oleh Itard atau anak
yang ditemukan hidup diantara serigala di India seperti yang ditulis Arnold
Gesel. Meskipun anak tersebut di rawat dan diberi intervensi pendidikan
secara ekstrem tetap saja anak tersebut tidak dapat menjadi manusia normal
kembali.
5) Faktor etiologi biomedik. Menurut Kenner faktor etiologi biomedik yang
menyebabkan ketuna grahitaan 6,4 % akibat trauma lahir dan anoxia
prenatal, 35,61 % akibat faktor genetik, 6,2 % akibat penyakit infeksi
prenatal, 5,0 % akibat infeksi otak setelah lahir dan 2,0% lainnya adalah
lahir prematur. Berikut ini hasil survey yang dilakukan di Inggris dan
sebagian negara bagian Amerika yang menunjukkan prevalensi anak tuna
grahita berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan kebudayaan tempat anak
berasal.
Tabel 3. Estimasi Anak Tuna Grahita per 1.000 Anak Usia Sekolah di Inggris
No Kelas Dalam
Masyarakat
Mampu
Rawat
Mampu
Latih
Mampu
Didik
Lambat
Belajar
1 Rendah 1 4 50 300
2 Menengah 1 4 25 170
3 tinggi 1 4 10 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
Dari tabel estimasi anak tuna grahita per 1000 anak usia sekolah di Inggris
diatas dapat diketahui bahwa makin tinggi tingkat sosial seseorang makin tinggi pula
kemungkinan layanan kesehatan psikofisik didapat dan dapat dipenuhi dengan baik
sehingga dapat menekan tumbuhnya kelainan dalam kecerdasan rendah yang lebih
besar (faktor eksternal). Berdasarkan hasil penelitian Iman (1990) tentang faktor
penyebab ketunagrahitaan terhadap 140 orang siswa SLB Latihan Negeri Yogyakarta
sebagai berikut :
Tabel 4. Faktor Penyebab Tuna Grahita di SLBN Yogyakarta
No Penyebab Frekuensi Persentase
1 Tidak diketahui 17 12,10
2 Kelainan kromosom 14 10,00
3 Waktu hamil ibu sakit 10 7,10
4 Kelainan letak janin 7 5,00
5 Trauma kelahiran 5 3,60
6 Persalinan abnormal 8 5,70
7 Prematuritas/kembar 6 4,20
8 Mikrosefal 8 5,70
9 Ensefalitis atau kejang lama 37 26,40
10 Cedera kepala 10 7,10
11 Epilepsi 10 7,10
12 Malnutrisi berat 3 2,20
Pada penelitian Iman (1990) lainnya dalam rangka penjaringan anak
berkelainan dari 265 orang anak yang diduga menyandang tunagrahita di wilayah
DIY Yogyakarta diperoleh kesimpulan seperti tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
Tabel 5. Faktor yang Diduga Penyebab Tunagrahita di Yogyakarta
No Penyebab Frekuensi Persentase
1 Tidak diketahui 133 50,00
Usia ibu
2 - lebih dari 40 tahun 4 1,50
3 - Kurang dari 16 tahun 1 0,40
Selama kehamilan
4 - Ibu jatuh 20 7,60
5 - Ibu sakit 24 9,10
Selama persalinan
6 - Sukar/lama 8 3,00
7 - Kembar 4 1,50
8 - Kurang bulan 9 3,40
Sesudah kelahiran
9 - Jatuh/ cidera kepala 6 2,30
10 - Mikrosefali 2 3,00
11 - Panas tinggi dan
kejang
21 7,90
12 - Sakit berat dan lama 23 8,70
13 - Panas tinggi dan tidak
sadar
6 2,30
14 - Epilepsy 4 1,50
JUMLAH 265 100,00
Berdasarkan penjelasan penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa
penyebab kelainan mental dapat terjadi saat ibu mengandung, saat ibu melahirkan dan
saat ibu melahirkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
d. Ciri-ciri Anak Tuna Grahita
Anak-anak tuna grahita memiliki ciri berbeda dari anak yang lain diantara
anak yang lainnya yaitu :
1) Terbatas dan terhambat prestasi dalam bidang akademis.
2) Memiliki keterbatasan dalam pemerolehan dan penggunaan bahasa terutama
dalam hal struktur dan maknanya.
3) Penampilan fisik tidak seimbang contohnya kepala terlalu besar atau kecil.
4) Kurang daya konsentrasi.
5) Bermasalah dalam hal tingkah laku.
6) Tidak dapat mengurus diri sendiri.
7) Kurang dalam koordinasi gerakan (gerakan tak terkendali).
8) Perhatian terhadap lingkungan kurang.
Berdasarkan ciri-ciri anak tuna grahita yang telah di jabarkan dapat di ketahui
bahwa anak tuna grahita dalam hal akademis sangat kurang karena memiliki tingkat
kecerdasan rendah dan di akibatkan karena tingkat kecerdasan yang rendah anak tuna
grahita juga terdapat yang mengalami kesulitan pada pelaksanaan kegiatan sehari-
hari.
e. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tuna Grahita
1) Dalam proses belajar antara anak normal dan anak tuna grahita sangatlah
berbeda dalam hal hambatan, masalah, dan karakteristiknya.
2) Selama proses belajar anak tuna grahita memiliki masalah dalam :
a) Kemampuan dalam memecahkan masalah
b) Melakukan pengembangan masalah dan mentransfer ilmu
c) Minat dan perhatian dalam menyelesaikan tugas
Selain itu anak tuna grahita juga dapat diberi pelatihan-pelatihan selain belajar
secara formal hal ini sesuai dengan pendapat Dever & Knapczyk dalam Ilknur Cifci
Tekinarrslan & Bulbin Sucuoglu (2007:7) yaitu The aim of training for individuals
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
with mental retardation is to prepare them for social life and to help them the skills
necessary to lead independent or least dependent lives.
f. Dampak Ketuna Grahitaan
Berdasarkan teori kecerdasan beranggapan bahwa kecerdasan bukanlah suatu
unsur yang beraspek tunggal namun terdiri dari kemampuan yang bersifat umum
(general ability) dan kemampuan yang bersifat khusus (special ability). Kemampuan
umum yang dimaksud di sini adalah rangkuman dari berbagai kemampuan pada
bidang tertentu sedangkan kemampuan khusus adalah kemampuan yang dimiliki pada
bidang-bidang tertentu misalnya kemampuan berhitung, bahasa, pengamatan ruang,
dan lain-lain. Pada umumnya kecerdasan menunjuk pada kemampuan umum (general
ability) sehingga kelemahan kecerdasan berakibat pada kelemahan fungsi kognitif
dan juga pada sikap dan keterampilan lainnya.
Pada anak tuna grahita sesuatu yang dianggap wajar bagi anak normal terlihat
sangat luar biasa bagi mereka. Semua ini dikarenakan keterbatasan fungsi kognitif
anak tuna grahita. Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal atau
memperoleh pengetahuan. Menurut Mussen, Conger, dan Ragan dalam Mohammad
Efendi (2006:96) mengemukakan kognitif dalam prosesnya melalui beberapa tahap
yaitu persepsi, ingatan, pengembangan ide, penilaian, penalaran. Pada anak tuna
grahita terjadi kelemahan di salah satu proses tersebut. Pada proses pembelajaran
anak tuna grahita memiliki ingatan yang lemah dan prestasi yang rendah
dibandingkan anak normal lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika instruksi yang
diberikan pada anak tuna grahita tidak melalui proses analisis kognitif seperti yang
dikemukakan Mussen,dkk. Seseorang yang mempunyai tingkat kecerdasan normal
perkembangan kognitifnya menurut Piaget akan melewati periode atau tahapan
perkembangan sebagai berikut :
1) Periode Sensorimotor (0-2 tahun)
Periode ini ditandai dengan penggunaan sensori motor dalam pengamatan dan
penginderaan yang intensif terhadap lingkungan disekitarnya. Paada periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
ini prestasi intelektual yang diperoleh adalah perkembangan bahasa, konsep
tentang objek, kontrol skema, dan pengenalan hubungan sebab akibat
2) Periode Praoperasional (2-7 tahun)
Pada periode ini terbagi menjadi dua tahap yaitu :
a) Periode prekonseptual (2-4 tahun)
Seseorang yang berada pada periode ini memiliki cara berfikir yang
bersifat transduktif (menarik kesimpulan tentang sesuatu atas dasar
karakteristiknya yang khas) misalnya sapi disebut juga kerbau.
b) Periode intuitif (4-7 tahun)
Seseorang yang berada pada periode ini memiliki sifat egosentris yang
tinggi (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama,
bersifat searah)
3) Periode operasional konkret (7-11/12 tahun)
Anak yang berada pada periode ini memiliki kecakapan dan kemampuan baru
yaitu mengklasifikasikan, menyusun dan mengasosiasikan angka-angka atau
bilangan. Selain itu anak mulai mengkonservasi pengetahuan tertentu.
4) Periode operasional formal (11/12-13/14 tahun)
Anak yang berada pada periode ini memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh
objek yang bersifat konkret. Akan tetapi, berbeda dengan anak tuna grahita
dimana perkembangan kognitifnya seringkali gagal dalam periodenya atau
dalam melampaui tahapan perkembangan diatas. Bahkan pada taraf
perkembangan yang sederhana anak tuna grahita tidak dapat menyelesaikan
dengan baik.
Inhelder dalam Mohammad Efendi (2006:91) dalam penelitiannya
mengemukakan :
a) Penyandang tuna grahita berat perkembangan kognitifnya terhambat
pada tingkat perkembangan sensorimotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
b) Pada penyandang tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya
terhenti pada perkembangan operasional konkret.
Untuk mengukur derajat ketuna grahitaan seseorang dapat dilakukan melalui
beberapa tes diantaranya Stanford-Binet dan Revise Weschler Scale For Children
(WISC-R). Materinya meliputi performance test (menyusun balok, mengukur warna,
menggambar dengan kertas dan pensil, tes verbal [tes perbendaharaan kata] ).
Mengukuran tingkat ketunagrahitaan seseorang tentunya tidak mudah karena
diperlukan informasi yang sangat lengkap. Oleh sebab itu, diperlukan team approach
yang melibatkan psikolog, psikiater, neurology, pekerja sosial dan orthopedagog
sehingga dapat meminimalisir diagnosis yang keliru karena pemeriksaan dilakukan
secara integrative dan komprehensif.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa masalah kognitif pada anak tuna grahita
sangat berpengaruh dan menjadi masalah saat meniti tugas perkembangannya.
Berikut ini beberapa hambatan yang tampak pada anak tuna grahita dari segi kognitif
dan sekaligus menjadi karakteristiknya :
1. Memiliki kecenderungan berfikir konkret dan sukar berfikir
2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
3. Kemampuan dalam bersosialisasi terbatas
4. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit
5. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi
Pada tuna grahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung
tidak lebih dari anak noral setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar.
g. Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tuna Grahita
Pakar yang pernah melaksanakan penelitian untuk mencari hubungan antara
tingkat kecerdasan dengan kemampuan bahasa dan bicara adalah Eisenson dan
Ogilvie dalam Mohammad Efendi (2006:99) dengan hasil penelitian dapat dibuktikan
bahwa antara tingkat kecerdasan dengan kematangan bahasa dan bicara mempunyai
hubungan yang positif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan memiliki peranan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
penting dalam meningkatkan perolehan bahasa dan kecakapan bicara disamping
faktor eksternal lain yaitu latihan, pendidikan, dan stimulasi lingkungan. Bagi anak
anak normal yang dapat dengan mudah memanfaatkan potensi psikofosik dalam
perolehan kosakata sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan
bicaranya. Semua ini dikarenakan mereka tidak memiliki permasalahan dengan
kecerdasan yang merupakan aspek psikologis yang berkontribusi cukup besar dalam
mekanisme fungsi kognisi terhadap stimulasi verbal maupun nonverbal, terutama
yang memiliki unsur kebahasaan. Namun, beda dengan anak tuna grahita seringkali
stimulsi verbal maupun nonverbal dari lingkungannya gagal untuk dicerna oleh
mereka. Sebagai akibat tidak dapat dicernanya hal-hal sederhana oleh mereka
peristiwa kebahasaan yang lazim terjadi menimbulkan suatu keanehan bagi anak tuna
grahita.
Pada anak tuna grahita berat atau mampu latih kegagalan dalam apersepsi
terhadap suatu peristiwa bahasa sering kali diikuti kelainan sekunder yaitu gangguan
artikulasi bicara. Akibat kelainan sekunder tersebut anak tuna grahita mengalami
ketidak teraturan dalam penyampaian struktur kalimat (aphasia conceptual), dalam
pengucapan sering terjasi omisi (pengurangan kata) maupun distorsi (kekacauan
dalam pengucapan).
Untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak tuna grahita perlu diawali
dari hal yang sederhana sebelum menuju pada hal yang kompleks. Salah satu yang
dapat dilakukan adalah berlatih menyebutkan namanya sendiri. Semua ini
dikarenakan biasanya anak tuna grahita suka menyebutkan namanya selain itu juga
untuk menambah motivasi belajar mereka. Setelah anak dianggap baik dalam
menyebutkan namanya dapat dilanjutkan dengan berlatih menyebutkan nama-nama
benda disekitarnya. Saat anak tuna grahita mulai menyebutkan nama benda-benda
yang ditunjukkan pada saat yang sama dapat mengontrol artikulasi bicaranya dan
membetulkan jika terjadi suatu kesalahan. Setelah penguasaan kosa kata anak sudah
baik maka dilanjutkan dengan memperkenalkan benda di lingkungan sekitarnya
seperti delman, sungai, mobil, sepeda dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
Selain upaya yang telah dipaparkan diatas demi mengembangkan kemampuan
berbahasa dan bicara anak tunagrahita dapat dengan model pembelajaran yang
membawa mereka dalam situasi yang wajar dan alamiah misalnya dengan menyebut
nama-nama benda yang kita pakai saat anak turut membantu pekerjaan kita, serta
mengulangi beberapa kali sehingga anak mampu memahaminya. Namun, tidak
menutup kemungkinan saat proses pengembangan mengalami kesulitan karena anak
tuna grahita mengalami beberapa kelainan diantaranya kelainan artikulasi, arus ujar,
nada suara, atau afasia sensoris dan afasia motoris oleh Patton dalam Mohammad
Efendi (2008:100). Beberapa model latihan pendahuluan yang berfungsi sebagai
pendukung dalam pengembangan kemampuan bahasa dan bicara anak tuna grahita
antara lain :
1) Latihan pernapasan. Saat melakukan latihan ini anak tuna garhita dapat dilatih
dengan meniup perahu kecil dari kertas atau plastik yang diapungkan di air,
meniup lilin pada jarak tertentu, meniup harmonika, meniup kincir dari kertas
sampai berputar, atau meniup gelembung balon dari busa dan kapas ke udara.
2) Latihan otot bicara seperti lidah, bibir, dan rahang. Saat anak tuna grahita
melaksanakana latihan ini mereka disuruh mengunyah, menelan, batuk-batuk,
atau menggerakkan bibir, lidah dan rahangnya. Latihan ini dapat
menggunakan permen yang dikunyah dan dipindah-pindahkan dari kanan ke
kiri atau diletakkan diujung lidah sambil dijulurkan, mengunyah makanan atau
madu yang dioleskan disekitar bibir dan anak disuruh untuk membersihkan
dengan lidahnya
3) Latihan pita suara. Latihan ini dapat dilakukan dengan menyebutkan nama-
nama benda disekitar dengan menggunakan kata lembaga yaitu daftar kata
yang telah disusun sesuai dengan tingkt kesulitan konsonan tertentu. Selain itu
dapat dimasukkan pula menirukan macam-macam suara binatang dan bendal
lain disekitar sebagai improvisasinya seperti suara kucung, anjing, bebek,
ayam jantan atau betina, kerbau, sirine, klakson kereta api, jam welker, mobil,
pesawat terbang dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
Jadi, dapat di simpulkan bahwa kemampuan bahasa dan bicara anak tuna grahita
sedikt bermasalah dan perlu latihan untuk membantu menanganinya.
h. Penyesuaian Sosial Anak Tuna Grahita
Ketika seorang anak lahir dan tidak berdaya mereka sangat bergantung pada
orang lain. Terutama terhadap orang yang secara langsung atau tidak terjadi
hubungan fisik dan psikis. Kesadaran anak terhadap lingkungan sekitar terjadi saat
usia melewati satu tahun. Semua ini sejalan dengan meningkatnya kemampuan
berkomunikasi dan perkembangan motoriknya seperti tumbuh sikap ingin tahu,
agresivitas, latihan menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui kemampuan
eksplorasinya.
Bagi anak normal setiap melewati tahapan perkembangan sosial dapat
berjalan seiring dengan tingkat usianya. Namun, berbeda dengan anak tuna grahita,
pada setiap tahapan perkembangan sosial yang dialami oleh mereka selalu mengalami
kendala sehingga serim\ngkali tampak sikap dan perilaku anak tuna grahita berada
dibawah usia kalendernya dan ketika usia 5-6 tahun mereka belum mencapai
kematangan untuk belajar di sekolah oleh Bratanata dalam Mohammad Efendi
(2006:102). Beberapa studi menyebutkan bahwa rendahnya kemampuan anak tuna
grahita dalam bersosialisasi berhubungan erat dengan taraf kecerdasannya yang
rendah. Berikut ini indikasi keterlambatan anak tuna grahita dalam bidang sosial
terjadi karena :
1) Kurangnya kesempatan yang diberikan kepada anak tuna grahita untuk
bersosialisasi
2) Kurangnya motivasi untuk bersosialisasi
3) Kurangnya bimbingan untuk bersosialisasi
Bagi anak tuna grahita penyeduaian diri dengan lingkungan sangat berat tanpa
ada intervensi orang-orang disekitarnya secara terus-menerus. Semua ini dikarenakan
kelancaran seseorang dalam bersosialisasi adalah modal awal untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan secara baik. Oleh sebab itu, sangat bergantung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
perkembangan anak dalam salah satu fase atau keseluruhan fase perkembangan.
Semua ini semakin memberikan penguatan jika kecerdasan sangat berpengaruh pada
kemampuan anak menyesuaikan dii dengan lingkungan. Stern berpendapat bahwa
kecerdasan merupakan indikasi kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan dengan
situasi-situasi yang baru. Lain halnya dengan Weschler berpendapat bahwa
kecerdasan merupakan kemampuan seseorang untuk bertindak secara terarah, berfikir
secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif oleh Kirk dalam
Mohammad Efendi (2006:103).
Layaknya anak normal lain anak tuna grahita sebagai makhluk sosial dan
individu memiliki keinginan untuk memenuhi segala keinginannya. Namun, mereka
sering mengalami kegagalan sehingga frustasi dan timbul perilaku menyimpang
sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial
yang salah (malladjusted). Beberapa macam penyesuaian diri yang salah, yang
muncul pada anak tuna grahita yaitu kompensasi yang berlebihan, displacement,
regresi, delinquent, destruksi, agresi dan lain-lain. Bagi anak tuna grahita hal-hal
seperti rendahnya kematangan emosi, kesukaran anak tuna grahita dalam memahami
aturan atau norma yang ada dilingkungannya, perlakuan yang kurang wajar terhadap
mereka, lemahnua konsentrasi terhadap tujuan, adalah undur yang dapat
menyebabkan tumbuhnya penyimpangan perilaku bagi anak tuna grahita dan juga
dapat menyebabkan mereka mudah dipengaruhi (sugestible) untuk berbuat hal-hal
yang jelek.
Walaupun demikian terdapat anak tuna grahita yang dapat menyeduaikan diri
dengan lingkungan meskipun belum maksimal sebagaimana anak seusianya. Oleh
sebab itu, untuk membantu anak tuna grahita mencapai penyesuaian diri yang baik,
hal yang perlu diperhatikan adalah :
1) Kurikulum sekolah harus memperhatikan kebutuhan anak tuna grahita
2) Kondisi lingkungan sekitar harus kondusif
3) Pemenuhan kebutuhan dasar anak tuna grahita bimbingan dan latihan
kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
Terlepas dari semua upaya diatas peranan keluarga atau orang tua sangatlah
penting. Seberapa baiknya program sekolah kalau tidak didukung keluarga secara
konstruktif dan edukatif tidaklah banyak berarti. Hal ini dikarenakan banyak
keluarga yang menerima ketunaan anaknya secara objektif namun masih
memperlakukan anaknya kurang bijaksana :
1) Keengganan untuk menyekolahkan anak atau memasukkannya ke
keperawatan anak tuna grahita karena dianggap tidak berpengaruh apa-
apa.
2) Anak tuna grahita tidak diberi kesempatan untuk bekerja yang tanpa
membutuhkan keahlian tertentu, khususnya bagi keluarga golongan
menengah ke atas karena dianggap dapat merendahkan martabat keluarga
atau orang tua.
i. Modifikasi Perilaku Anak Tuna Grahita
Anak tuna grahita memiliki keterbatasan dalam daya pikir sehingga
mengakibatkan mereka sulit mengontrol keadaan mereka sendiri. Akibatnya sering
timbul aktivitas yang kurang wajar menurut ukuran normal, perilaku yang berlebihan
(behavioral excesses) dan perilaku yang kurang serasi. Oleh sebab itu perlu diadakan
modifikasi perilaku bagi anak tuna grahita. Dalam memberikan terapi bagi anak tuna
grahita harus memiliki sikap sebagaimana di persyarakan dalam pendidikan
humanistik yaitu penerimaan secara hangat, antusiasme tinggi, ketulusan dan
kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi anak tuna grahita
karena tanpa penerapan hal tersebut tidak memberikan hasil yang berarti bagi
modifikasi perilaku anak.
Bagi anak normal proses modifikasi perilaku adalah menggunakan paradigma
operan. Jadi, menekankan pada penggunaan penguat, hukuman atau penghilangan
beberapa perilaku . Pada batasan-batasan tertentu hal ini hal ini dapat digunakan
untuk memodifikasi perilaku anak tuna grahita terutama anak tuna grahita mampu
didik dan anak tuna grahita mampu latih. Modifikasi perilaku bagi anak tuna grahita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
mampu latih harus dibawah pengawasan orang lain misalnya perawatan diri sendiri.
Akan tetapi agar lebih fungsional dapat di pecah menjadi beberapa perilaku unit
pendukung misalkan mengancing baju, memegang sendok, menuangkan pasta,
menggosok gigi dan lain-lain.
Terapi lain yang dapat diberikan kepada anak tuna grahita adalah melalui
kegiatan permainan (kegiatan fisik dan/atau psikis yang dilakukan dengan tidak
bersungguh-sungguh). Melalui kegiatan permainan anak akan merasakan lega, bebas
dan tidak ada beban. Freud dalam Mohammad Efendi (2008:105) berpendapat bahwa
bermain merupakan cara seseorang untuk membebaskan diri dari berbagai tekanan
yang kompleks dan merugikan. Mengingat bermain sangat penting maka bermain
dikembangkan menjadi play therapy di dewasa ini. Terapi permainan bagi anak tuna
grahita tidak dapat sembarangan harus memiliki muatan diantaranya :
1) Setiap permainan hendaknya memiliki nilai terapi yang berbeda
2) Sosok permainan yang diberikan tidak terlalu sukar untuk dicerna anak
tuna grahita (Prasedio dalam Mohammad Efendi (2006:105))
Beberapa nilai yang penting dari bermain bagi perkembangan anak tuna
gtahita antara lain sebagai berikut :
1) Pengembangan fungsi fisik.
Pengembangan fungsi fisik dalam hal ini meliputi pernapasan,
pertukaran zat, peredaran darah dan pencernaan makanan. Satu atau
lebih dari aspek fungsi fisik tersebut dapat dibantu dilancarkan melalui
kegiatan bermain.
2) Pengembangan sensorimotorik.
Melalui kegiatan bermain hal yang dikembangkan adalah ketajaman
penglihatan, pendengaran, perabaan, atau penciuman. Selain itu kuga
melatih otot dan kemampuan gerak seperti tangan, kaki, jari-jari,
leher, dan gerak tubuh lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
3) Pengembangan daya khayal
Melalui bermain anak diberi kesempatan untuk menghayati makna
kebebasan sebagai sarana yang diperlukan untuk mengembangkan
daya khayal dan kreasinya.
4) Pembinaan pribadi
Melalui bermain anak-anak dilatih untuk memperkuat kemauan,
memusatkan perhatian, mengembangkan keuletan, ketekunan, percaya
diri dan lainnya.
5) Pengembangan sosialisasi
Pada pengembangan ini terdapat unsur yang sangat menarik dari
kegiatan bermain yaitu anak harus berbesar hati menunggu giliran,rela
menerima kekalahan, setia dan jujur.
6) Pengembangan intelektual
Melalui kegiatan bermain anak tuna grahita belajar untuk mencerna
sesuatu. Misalkan peraturan dan skor yang diperoleh dalam
permainan. Teknisnya pada setiap permainan anak tuna grahita diberi
kesempatan untuk mengaktualisasikan kemampuannya melalui ucapan
atas apa yang dilihat dan di dengar tentang permainan yang dilakukan.
Secara tidak langsung kegiatan ini merupakan bagian dari
pengembangan intelektual anak tuna grahita.
Selain itu juga terdapat beberapa model permainan yang menekankan pada
pengembangan kecerdasan dan motorik halus yang bersifat individual yaitu :
1) Latihan menuangkan air
Kegiatan ini memang tidak mudah bagi anak tuna grahita apalagi tidak
boleh ada yang menetes. Melalui contoh yang diberikan anak
diberilatigan menuangkan sedikit demi sedikit. Jika semakin teratur
dan tidak ada yang tumpah maka kemampuan anak semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
2) Bermain pasir
Selain dengan air anak dapat dilatih menggunakan pasir kering. Anak
dilatih untuk menuangkan pasir di botol dan panci. Selain itu juga
dapat menggunakan pasir basah. Anak diajak untuk berkhayal
mencetak benda-benda yang diinginkan misalkan kue, bangunan
gedung, gunung dan lain sebagainya.
3) Bermain tanah liat
Kegiatan awal yang dilakukan anak tuna grahita dengan tanah kiat
biasanya hanya mengepal-ngepal saja. Namun, mereka dapat
diarahkan untuk membentuk benda-benda disekitar misalkan boneka,
asbak dan lain sebagainya. Setelah selesai anak dapat diarahkan untuk
mengecat dengan berbadai warna sehingga akan timbul motivasi untuk
mengulangi kegiatan tersebut dengan baik.
4) Meronce manik-manik
Awalnya anak diajarkan meronce manik-manik besar kemudian yang
kecil dengan menggunakan benang atau kawat halus. Setelah anak
tertarik melakukan kegiatan tersebut dilanjutkan dengan pemilihan dan
kombinasi warna manik-manik yang dironce.
5) Latihan melipat
Bagi anak tuna grahita kegiatan ini tergolong sulit. Anak dapat dilatih
dengan melipat dua lipatan, empat lipatan dan seterusnya dengan
berbagai kombinasi batas kemampuan anak.
6) Mengelem dan menempel
Latihan awal yang diberikan kepada anak yaitu menggunakan telunjuk
jari untuk mengelam dan mengulasnya adar tidak terjadi kecerobohan.
Agar semakin melekat, taruhlah secarik kertas atau kain diatasnya dan
tekan. Jika anak mampu mengerjakan dengan baik dan rapi berilah
pujian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
7) Menggunting dan memotong
Latihan ini diawali dengan menggunting sembarang dan kemudian
menggunting dengan cara yang halus, dilanjutkan dengan menggunting
dengan garis-garis melengkung yang pada akhirnya menggunting
gambar-gambar dalam majalah atau koran.
8) Latihan menyobek
Latihan ini dimulai dengan menggunakan kedua tanggan dan dimulai
dengan menyobek menjadi bagian-bagian besar kemudian kecil. Hasil
dari sobekan kecil digunakan untuk membuat rumah, pohon, gunung,
dan lain-lain dengan cara menempelkannya di kertas yang masih utuh.
9) Jarum dan benang
Kegiatan ini dapat diberikan kepada anak tuna grahita perempuan atau
laki-laki. Pada kegiatan ini dibutuhkan semacam alat bordir yang
mula-mula garus ditusuk-tusukkan. Kemudian anak dapat dilatih
menggunakan kain strimin yang kasar atau kain wool yang tebal dan
sederhana. Dengan menggunakan jarum dan benang anak tuna grahita
dapat dilatih membuat hiasan dinding, alas baki, tas dan sebagainya.
Model-model permainan diatas asalah sebagian kecil yang dpat dilakukan
anak tuna grahita sebagai bagian dari terapi perilaku. Model permainan lain yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak tuna grahita adalah
bermain yang mengandung unsur olahraga. Misalnya berjalan diatas bangku, berjalan
dengan beban dan tanpa beban di kepala melewati titian garis atau tali dengan posisi
lurus, melengkung, dan bulat. Selain itu juga dapat melakukan latihan lain yang
menggunakan alat yaitu mendribel bola, menendang bola, melempar dan menagkap
bola, berlari memindahkan bendera dan lain-lain.
Pengembangan aktivitas bermain anak tuna grahita yang bersifat kelompok
dapat digali dari permainan-permainan tradisional, pendidikan olahraga, atau
kombinasi keduanya. Misalnya bermain menjala ikan, kucing dan tikus, berlari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
bersambungan atau sambil menggendong teman, lempar dan tangkap bola, memukul
bola di sela-sela kaki dan sebagainya.
B. Tinjauan Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Definisi mengenai belajar sangatlah beragam. Setiap ahli memiliki pendapat
tersendiri mengenai belajar. Masing-masing definisi berbeda titik tolak dan
pendiriannya. Menurut Cronbach dalam Sumadi Suryabrata (2004:231) belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar
mempergunakan pancainderanya. Pendapat ini sesuai dengan Harold Spears dalam
Sumadi Suryabrata (2004:231) yang menyatakan learning is a change in performance
as a result of practice. Lain halnya dengan Stern dalam Sumadi Suryabrata
(2004:232) menyebutkan learn ist kenntnisserwerb durch wiedurholte Darbeitungen,
yang dalam arti luasnya juga meliputi der Ansignung neur Fertigkeiten durch
Wiederbolung die rede.
Definisi-definisi diatas jika disimpulkan dapat berarti sebagai berikut :
a. Belajar adalah perubahan.
b. Dari perubahan tersebut didapatkan kecakapan baru.
c. Perubahan yang terjadi adalah hasil dari usaha.
2. Proses Belajar Berlangsung
Dalam belajar manusia memerlukan penyesuaian diri diantaranya yaitu :
a. Belajar dan kematangan
Pada makhluk hidup organ akan dikatakan matang jika mampu
menjalankan fungsinya masing-masing. Pada proses belajar terdapat
perangsang dari luar namun pada proses kematangan terjadi
perangsang dari dalam. Namun pada ptakteknya antara belajar dan
kematangan sangat berhubungan erat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
b. Belajar dan penyesuaian diri
Penyesuaian diri terdapat dua macam diantaranya :
1) Penyesuaian diri atuoplastis yaitu mengubah diri seseorang
umtuk disesuaikan dengan lingkungannya.
2) Penyesuaian diri alloplastis yaitu merubah keadaan lingkungan
luar sesuai dengan kebutuhan dirinya.
Dari penjelasan penyesuaian diri diatas dapat diketahui bahwa
penyesuaian diri ternasuk dalam proses belajar akan tetapi tidak
semua belajar adalah penyesuaian diri.
c. Belajar dan pengalaman
Baik belajar dan pengalaman keduamya dapat mengubah sikap,
tingkah laku, dan pengetahuan. Tetapi terdapat perbedaan antara
belajar dan pengalaman. Mengalami sesuatu belum tentu belajar dalam
arti padagogis tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar juga mengalami.
d. Belajar dan bermain
Saat dalam proses bermain terdapat proses belajar. Baik belajar
maupun bermain terdapat persamaan yaitu terjadi perubahan yang
dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman. Namun juga
terdapat perbedaan dianyara keduannya yaitu berdasarkan arti katanya
bermain adalah kegiatan khusus bagi anak-anak sedangkan belajar
adalah kegiatan pada manusia sejak lahir sampai mati.
Menurut sifatnya perbedaan belajar dengan bermain adalah belajar
mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan dan masa kemudian
sedangkan bermain ditujukan untuk situasi di waktu itu saja. Meskipun
demikian hubungan antara keduanya tetap tidak dapat dipisahkan
sehingga terdapat istilah “belajar sambil bermain”.
e. Belajar dan pengertian
Belajar memiliki arti yang lebuh luas dari pengertian. Tetapi terdapat
proses belajar yang berlangsung otomatis tanpa pengertian. Sebaliknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
terdapat pengertian tisak menimbulkan proses belajar. Setelah
mendapat pengertian tertentu belum tentu seseorang berubah tingkah
lakunya. Dan belum tentu seseorang yang mengerti sesuatu
menjalankan sikap sesuai dengan pengertiam yang telah dicapainya.
f. Belajar dan menghafal/mengingat
Mengingat atau menghafal tidak sama dengan belajar. Ketika
seseorang mengingat atau menghafal belum tentu orang tersebut sudah
belajar dalam arti sebenarnya karena selain hafal seseorang juga harus
mengerti. Dalam belajar seseorang menyediakan pengalaman-
pengalaman dalam menghadapi soal di masa depan. Akan tetapi jika
pengalaman tersebuat adalah hal yang statis, tidak berguna untuk
adanya perubahan tingkah laku, sikap atau pengetahuan maka pada hal
demikian tidak terjadi proses belajar.
g. Belajar dan latihan
Pada belajar dan latihan terdapat persamaan yaitu perubahan dalam
tingkah laku, sikap, dan pengetahuan. Namun terdapat pula proses
belajar tanpa latihan. Misalkan berkunjung ke pabrik gula untuk
melihat proses penbuatan gula.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa proses belajar itu berlangsung tidak
hanya melatih kematangan, menyesuaikan diri, memperoleh pengalaman,
pengertian atau latihan-latihan. Jadi, belajar dalam belajar terdapat perbaikan atau
perubahan dalam tingkah laku dan kecakapan (pengetahuan, minat dan
perhatianperhatian yang di bentuk oleh tenaga atau fungdi psikis dalam pribadi
manusia itu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Berhasil atau tidaknya belajar tergantung kepada faktor yang mempengaruhi.
Diantara faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
a. Faktor individual yaitu faktor yang berasal dari diri organisme itu
sendiri, antara lain :
1) Faktor kematangan atau pertumbuhan
Mengajarkan sesuatu hal akan berhasil jika taraf pertumbuhan
pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atau
rohaninya telah matang untuk itu.
2) Kecerdasan atau intelegensi
Seseorang dengan umur yang sama belum tentu memiliki
kepandaian yang sama. Anak yang pandai berhitung belum tentu
yang lain juga. Taraf kecerdasan seseorang sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam mempelajari tentang suatu
hal. Oleh karena itu selain kematangan taraf intelegensi
seseorang sangat berperan penting dalam belajar.
3) Latihan dan ulangan
Apabila seseorang memiliki minat maka maka dia akan selalu
berhasrat untuk mempelajarinya. Dia akan senantiasa mengulang
apa yang dipelajari sehingga kemungkinan lupa dapat
diminimalisir dan akan semakin mahir.
4) Motivasi
Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik akan mendorong
orang tersebut ahli dalam bidangnya. Hal ini dibuktikan oleh
percobaan yang dilakukan oleh Thorndike.
5) Sifat-sifat pribadi seseorang
Seseorang yang berkepribadian kuat pasti akan berusaha untuk
mendapatkan yang dicita-citakan. Kepribadian sangat
berpengaruh dalam belajar termasuk didalamnya adalah faktor
fisik kesehatan dan kondisi badan.
b. Faktor sosial yaitu faktor yang berasal dari luar individu tersebut,
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
1) Keadaan keluarga
Kondisi keluarga seseorang sangatlah berpengaruh bagi
seseorang. Terdapat keluarga yang kaya-miskin, keluarga yang
harmonis dan tidak, dan ada yang memiliki keluarga bercita-cita
tinggi untuk anaknya. Termasuk ketersediaan fasilitas yang
diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting bagi
proses pembelajaran.
2) Guru dan cara mengajar
Dalam proses belajar pengetahuan guru, sikap dan
kepribadiannya sangat berpengaruh pada hasil belajar.
3) Alat-alat pelajaran
Ketersediaan alat-alat dalam belajar dan kemampuan guru dalam
menggunakannya akan mempermudah dan mempercepat belajar
anak-anak.
4) Motivasi sosial
Apabila anak memiliki motivasi dan memiliki kesadaran
pentingnya belajar maka tujuan pelajaran itu akan tercapai
dengan baik. Motivasi sosial anak akan timbul dari orang
disekitarnya dan motivasi semacam ini diterima anak tidak
dengan sengaja dan mungkin pula tidak dengan sadar.
5) Lingkungan dan kesempatan
Faktor ini adalah biasanya terjadi diluar kemampuannya dan
berlaku bagi cara belajar pada orang dewasa. Misalnya seorang
anak yang memiliki intelegensi tinggi dan kondisi keluarga yang
baik namun letak rumah jauh dari sekolah sehingga harus naik
sepeda dan lelah sampai sekolah. Banyak pula anak yang tidak
dapat meningkatkan hasil belajarnya karena kesibukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
4. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan standar keberhasilan siswa dalam menyerap
beban kurikulum di sekolah yang sangat tergantung pada metode pembelajaran
sekolah itu sendiri. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa faktor yang menjadi
pendukung meningkatnya prestasi belajar yaitu :
a. Faktor dalam diri sendiri diantaranya :
1. Kesehatan
2. Intelegensi
3. Minat dan motivasi
4. Cara belajar
b. Faktor dari lingkungan :
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Lingkungan sekitar
2. Tinjauan Matematika
1. Hakikat Matematika
Pada saat ini banyak pihak yang mencampuradukkan antara matematika,
aritmatika, atau berhitung. Matematika lebih luas dari pada aritmatika. Miller, Butler,
& Lee, Rivera, Smith, Goodwin, & Bryant dalam Nicki Anzelmo-Skelton
mengemukakan Mathematics is an important curricular area affecting all aspects of
an individual’s life including formal education, leisure activities, employment, and
day-to-day living. Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(1999:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan Lerner dalam Mulyono
Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Kline (dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) juga menyatakan bahwa
matematika merupakan bahasa simbolis dan cirri utamanya adalah penggunaan cara
bernlar dedukatif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Sedangkan
menurut NRC dalam Fajar Shadiq (2009:5) mengemukakan bahwa “Mathematics is a
science of patterns and order” yang dapat diartikan matematika adalah ilmu yang
membahas pola atau keteraturandan tingkatan. De Lange dalam Fajar Shadiq (2009:5)
lebih jelas memaparkan :
“Mathematics could be seen as the language that describes patterns both patterns in
nature and patterns invented by the human mind. Those patterns can either be real or
imagined, visual or mental, static or dynamic, qualitative or quantitative, purely
utilitarian or of little more than recreational interest. They can arise from the world
around us, from depth of space and time, or from the inner workings of the human
mind.”
Menurut Paling (dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) ide manusia
tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengethuan
masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa matematika hanya perhitungan yang
mencakup tambah, kurang, kali dan bagi. Akan tetapi ada pula yang melibatkan
topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Namun, banyak yang
berpendapat bahwa matematika mencakup hal-hal yang berkaitan dengan berpikir
logis. Selanjutnya Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk
menemukan jawaban terhadapa masalah yang dihadapai manusia, suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan terpenting adalah memikirkan
dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Berdasarkan pendapat Paling diatas dapat diketahui bahwa demi mendapatkan
jawaban dari setiap masalah yang dihadapinya manusia akan menggunakan :
a. Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
b. Pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran
c. Kemampuan untuk menghitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
d. Kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan
dapat disimpulkan bahwa definisi tradisional yang menyatakan bahwa matematika
sebagai ilmu tentang kuantitas (the science of quantity) atau ilmu tentang ukuran
diskrit dan berlanjut (the science of discrate and continuous) oleh Runes dalam
Mulyono Abdurrahman (1999:252) telah ditinggalkan dan secara kontemporer
pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya dari pada
pokok persoalan matematika itu sendiri.
Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang yaitu
aritmatika, aljabar dan geometri. Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman
(1999:253) berpendapat bahwa aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika
yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka
terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Setelah
beberapa waktu penggunaan bilangan sering diganti dengan abjad. Penggunaan abjad
dalam aritmatika inilah yang kemudian disebut aljabar oleh Dali S. Naga dalam
Mulyono Abdurrahman (1999:253). Berbeda dengan aritmatika dan aljabar, geometri
adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis Aleks Maryunis
dalam Mulyono Abdurrahman (1999:253). Titik adalah pernyataan tentang posisi
yang tidak memiliki panjang dan lebar sedangkan garis hanya dapat diukur
panjangnya.
Matematika perlu dipelajari siswa di bangku sekolah dasar hingga tingkat
menenengah atas. Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (1999:253)
mengemukakan alasan perlunya matematika di pelajari yaitu :
a. Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis
b. Matematika merupakan sarana untuk memecahkan kehidupan sehari-
hari.
c. Merupakan sarana untuk mengenal pola hubungan dan generalisasi
pengalaman
d. Merupakan sarana untuk mengembangkan kreatifitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
e. Merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya
Sedangkan menurut dalam Mulyono Abdurrahman (1999:253) berpendapat
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa dikarenakan :
1. Digunakan dalam segala segi kehidupan
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai
3. Memerlukan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan yang sesuai
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara
5. Meningatkan kemampuar berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
2. Fungsi Matematika
Fungsi mattematika adalah untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat
membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Tujuan Matematika
Matematika memiliki tujuan yang terbagi menjadi dua yaitu tujuan
matematika sekolah umum dan tujuan matematika sekolah khusus
a. Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang sekolah dasar yaitu :
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup dalam menghadapi
perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan
efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengalaman.
b. Tujuan pengajaran matematika SLB-C adalah :
1. Menimbulkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
dengan bilangan secara sederhana sebagai alat dalam kehidupan
sehari-hari
2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan
melalui kegiatan matematika
3. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin
Semua tujuan diatas dianggap tercapai jika siswa memiliiki kemampuan :
1. Membaca dan menulis lambang bilangan
2. Membaca dan menulis nama bilangan
3. Melakukan pengerjaan hitung dasar (+,-,x dan :) dengan cepat dan
benar
4. Menggunakan sifat-sifat sederhana pengerjaan hitung
5. Mengenal dan menemukan suatu pola atau keteraturan
6. Menunjukkan bangun datar dan bangun ruang sederhana
7. Melakukan pengukuran dan perhitungan sederhana tentang panjang,
keliling, luas, berat, volume, sudut, dan waktu
8. Membaca, menyajikan dan menafsirkan data sederhana
9. Memecahkan masalah melalui analisis sederhana (depdikbud 1996)
Setelah menilik tujuan matematika diatas maka untuk dapat mencapainya
tujuan itu perlu dilaksanakan cara mengajar matematika yang ditemukan oleh para
ahli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
4. Cabang Matematika
Berdasarkan pendapat Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman,
(1999:253) mengemukakan bahwa bidang studi matematika yang diajarkan di SD
mencakup tiga cabang yaitu:
a. Aritmatika yaitu cabang matematika yang berhubungan dengan sifat
hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama
menyangkut penjumlhan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
b. Aljabar yaitu penggunaan abjad dan titik-titik sebagai lambang
bilangan yang diketahui
c. Geometri yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan
garis
5. Pendekatan Dalam Matematika
Dalam pengajaran matematika, masing-masing didasarkan atas teori-teori
belajar yang berbeda. Menurut pendapat Mulyono Abdurrahman (1999:255) ada
empat pendekatan dalam pengajaran matematika yaitu :
a. Urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada :
1) Pengukuran
2) Penyediaan pengalaman
3) Pengajaran keterampilan
b. Pendekatan belajar terus
Menekankan pada pengajaran matematika melalui pengajaran
langsung dan terstruktur. Langkah pendekatan belajar tuntas dalam
bidang studi matematika adalah :
1) Menentukan sasaran
2) Menguraikan langkah-langkah
3) Menentukan langkah-langkah
4) Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
c. Pendekatan strategi belajar
Menekankkan pada pengajaran bagaimana belajar matematika
d. Pendekatan pemecahan masalah
Menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara memecahkan
maslah dan pemrosesan matematika
6. Bilangan Asli
Bilangan yang pertama kali di kenal adalah bilangan bulat positif. Bilangan
tersebut yang digunakan manusia untuk membilang benda-benda disekitar kita.
Bilangan bulat positif ini sering disebut bilangan asli atau bilangan alam (natural
number). Jika dibilangan-bilangan tersebut di susun secara sistematis dan dihimpun
dalam suatu himpunan terdapatlah suatu himpunan yang disebut himpunan bilangan
asli dengan lambing A, jadi himpunan bilangan asli biasa dinyatakan dengan :
A = {bilangan asli}
A= {1,2,3,4,5…..}
A = {x/x bilangan asli}
Bilangan asli dapat di gambarkan pada sebuah garis lurus dan ditunjukkan
sebagai titik-titik yang terletak berurutan pada jarak yang sama. Mengenai bilangan
asli ini matematikawan dari Italia bernama Peano di kutip Purwanto (2000:27)
mengemukakan postulat sebagai berikut :
a. Ada suatu bilangan asli 1 (satu)
b. Untuk setiap bilangan asli P terdapat tepat satu bilangan asli lain yang
disebut pengikut dari P dan di tulis P+
c. Tidak ada bilangan asli yang memiliki 1 sebagai pengikat
d. Jika p dan q dua bilangan asli sedemikian sehingga p+ = q+ maka p =
q
e. Postulat induksi : jika untuk sebarang K C memenuhi sifat-sifat
sebagai berikut :
1) 1 E K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
2) Jika P E K maka p+ E K maka K himpunan bilangan asli.
Dari paparan tersebut dapat dilihat bahwa himpunan bilangan asli A =
{1,2,3,4,5,……} berdasarkan aksioma dan postulat Peano.
3. Tinjauan Macromedia Flash
1. Pengertian Media
Media merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin medius yang berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media berarti wasaail yang
berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gagne
dalam Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2009:6)
menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar. Lain halnya dengan Briggs dalam Arief S.
Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2009:6) menyatakan bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar. NEA (National Education Association) berpendapat media adalah
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. AECT
(Assosiation of Education and Communication Technology,1977) mengemukakan
media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi. Dari berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa :
a. Media pendidikan dapat diartikan sebagai hardware yaitu benda yang dapat
dideteksi dengan panca indera
b. Media pendidikan dapat diartikan sebagai software yaitu sesuatu yang
terdapat dalam hardware yang akan disampaikan kepada siswa
c. Media pendidikan di tekankan pada visual dan audio
d. Media pendidikan adalah alat bantu belajar diluar dan di dalam kelas
e. Media pendidikan adalah alat jembatan komunikasi antara siswa dan guru.
f. Media pendidikan dapat digunakan secara perorangan,masal,kelompok
besar dan kelompok kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi,dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu
Terdapat beberapa pendapat mengenai media. Mc Luhan seorang ahli
komnikasi memberi batasan mengenai media yaitu mencakup semua alat komunikasi
dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya. Menurut pengertian ini
media komunikasi meliputi surat, televisi, film, dan telepon. Bahkan menurut
pegertian ini jalan dan jalur kereta api termasuk dari pengertian media dikarenakn
dapat digunakan oleh seseorang sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain
oleh Mc Luhan dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:11). Namun demikian
juga terdapat ahli yang beranggapan bahwa media itu hanya alat-alat penyalur
informasi yang canggih seperti televisi dan film saja.
Seorang professor dalam bidang pendidikan dari Syracuse University yang
bernama Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:12)
memberikan saran atas beberapa perbedaan mengenai perbedaan pendapat dari
definisi media tersebut yaitu mencakup media yang dapat digunakan secara efektif
untuk melaksanakan proses pengajaran yang direncanakan dengan baik. Akan tetapi
pengertian tersebut juga diinginkan juga meliputi media sederhana seperti film
bingkai (slide), gambar foto, diagram, dan gambar bagan yang dapat dibuat oleh guru.
Menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:12)
media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat
berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Siswa adalah penerima pesan.
Pembawa pesan yaitu media berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa
dirancang untuk menerima informasi melalui inderanya dan bahkan siswa dirancang
untuk menggunakan kombinasi inderanya.
2. Peran dan Kegunaan Media
Media dalam proses belaja mengajar dapat digunakan melalui dua cara yaitu
sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri
oleh siswa. Media yang dipakai sebagai alat bantu mengajar disebut dependent media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
Keefektifitasan media sebagai alat bantu tergantung pada cara dan kemampuan guru
yang memakainya. Selain itu media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam
kegiatan belajar mandiri disebut independent media. Media ini dirangcang,
dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik serta dapat menyalurkan informasi
secara terarah untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Misalnya, media film
bingkai bersuara, film rangkai bersuara, radio, TV, Video, film, dan media tercetak
seperti modul yang memang dirancang untuk belajar mandiri. Jenis media ini sangat
cocok dipakai dalam pembelajaran klasikal. Saat media ini dipakai pada pembelajaran
klasikal waktu yang tersedia dapat digunakan untuk berdiskusi hal-hal penting yang
belum dimengerti oleh siswa. Siswa diberi keleluasaan untuk mencari informasi
seluas mungkin dari media belajar lain. Dalam kegiatan ini media digunakan sebagai
pengganti fungsi guru untuk membeikan informasi atau isi pelajaran. Beberapa
keuntungan saat pembelajaran ini diterapkan yaitu :
a. Banyak waktu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu siswa
yang lemah. Jadi, saat sisw sibuk dengan kegiatannya guru dapat
membantu siswa yang membutuhkan
b. Siswa akan belajar secara aktif
c. Siswa dapat belajar sesuai dengan gaya dan kecepatan masing-masing
Namun, menyediakan media dan peralatan belajar yang cukup tidak boleh
diabaikan saat pembelajaran. Media dapat membantu guru memberikan informasi
dengan baik :
a. Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan
cermat oleh mata biasa. Misalnya guru dapat menjelaskan posisi dan
gerakan pemain tenis yang sedang memukul bola dari video gerakan
lambat dan setelah itu siswa dapat menganalisis dan mendiskusikannya.
b. Media memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Misalnya guru dapat menjelaskan pelajaran biologi dengan
proyektor mikro untuk menayangkan kuman-kuman penyakit yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
terdapat diair limbah sehingga siswa lebih tertarik dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
c. Sebuah objek yang sangat besar dan tidak dapat dibawa di dalam kelas,
benda-benda tersebut dapat diganti dengan realita, gambar, film bingkai,
atau model yang digunakan guru dalam memberikan pelajaran dikelas.
d. Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin atau jaringan radio, dapat
disajikan dengan menggunakan diagam atau model yang disederhanakan.
e. Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.
Misalnya siswa dapat mengetahui proses pembuatan atau pembangunan
jalan secara keseluruhan melalui film, video, atau film bingkai-bersuara.
3. Karakteristik Media
Telah kita ketahui bersama bahwa karakteristi suatu objek sangat tergantung
pada objek itu sendiri maupun dari sudut pandang mana objek itu dilihat.
a. Menurut Rudi Bretz dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:31)
yang mengklasifikasikan media berdasarkan karakteristik utamanya yaitu
suara, bentuk visual (ambar, garis, dan simbol), dan gerak. Selain itu dia
juga membedakan media transmisi dan media rekaman. Atas dasar itu
Bretz dalam Basuki Wijaya dan Farida Mukti (2001:31) menggolongkan
media menjadi tujuh kelas yaitu :
1) Media audio visual gerak
2) Media audio visual diam
3) Media audio semi gerak
4) Media visual gerak
5) Media visual diam
6) Media audio
7) Media cetak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
e. Menurut L.J Briggs dalam Basuki Wijaya dan Farida Mukti (2001:33)
menggolongkan media dengan mengaitkan kesesuaian karakteristik
rangsangan yang dapat ditimbulkan oleh media tersebut dengan :
1) Karakteistik siswa
2) Persyaratan tugas
3) Materi
4) Transmisinya
Briggs mengidenifikasikan 13 macam media pengajaran yaitu objek, model,
suara langsung, rekaman audio, media cetak, pengajaran terprogram, papan tulis,
media transportasi, film rangkai, film, televisi, dan gambar.
Berdasarkan kedua contoh diatas dapat kita ketahui bahwa karakeritik media
sangat menentukan hasil penggolongan media pengajaran. Namun demikian,
pemahamankan karakteristik msing-masing media pengajaran ini akan sangat
membantu guru maupun pengembangan program dalam memilih media yang sesuai
dengan situasi belajar yang diharapkan.
4. Klasifikasi Media
Pada saat ini belum ada klasifikasi media yang berlaku umum dalam suatu
sistem pembelajaran yang telah disepakati. Namun demikian, apapun bentuk dan
tujuan pengklasifikasiannya hal tersebut dapat memperjelas kegunaan dan
karakteristik media itu sehingga dapat memudahkan kita dalam memilih nantinya.
Berikut ini beberapa pengklasifikasian media :
a. Media audio
Media ini berfungsi untuk menyaluran pesan audio dari sumber ke
penerima pesan. Pesan yang disampaikan dalam lambang-lambang auditif
verbal, nonverbalmaupun kombinasinya. Media audio ini sangat berkaitan
erat dengan indera pendengraran. Beberapa kelompok yang termasuk
dalam media audio yaitu radio, piringan audio, pita audio, tape recorder,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
phonograph, telepon, laboratorium bahasa, public address system dan
rekaman tulisan jauh.
1) Radio
a) Fungsi siaran radio
Pada dasarnya siaran radio dalam program belajar-mengajar
berfungsi untuk :
(1) Meningkatkan kemampuan komunikasi radio
(2) Membuat suasana belajar menjadi lebih hidup
(3) Meningkatkan kemampuan apresiasi dan imajinasi terhadap
kejadian atau peristiwa yang sedang disiarkan
b) Kelebihan media radio
(1) Program siaran dapat direkam dan isi pesan dapat
dipergunakan berulang kali dengan konsisten
(2) Daya jangkauannya luas sehingga dapat menjangkau daerah
terpencil
(3) Harganya terjangkau
(4) Dapat dipidah-pindah
(5) Program dapat diedit sesuai yang dikehendaki
(6) Dapat menyajikan laporan-laporan seketika
(7) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
(8) Dapat memberikan suasana alam nyata dengan berbagai teknik
dan efek suara, cocok untuk mengajarkan musik, sejarah,
drama dan bahasa
(9) Dapat menyiarkan kejadian khusus, aktual, dan peristiwa
historis
c) Keterbatasan media radio
(1) Penyesuaian jadwal siaran dan jadwal sekolah umumnya sulit
(2) Sifat komunikasinya satu arah
(3) Hanya mengunakan medium audio saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
(4) Sulit konrol artinya pendengaran tak dapat menghentikan
siaran sebentar untuk berdiskusi atau minta untuk mengulas
bagian yang kurang jelas.
2) Tape recorder dan pita audio
a) Fungsi tape recorder dan pita audio
(1) Meningkatkan komunikasi audio
(2) Membuat suasana belajar lebih mentap dan komunikatif
(3) Mengembangkan kemampuan apresiasi dan imajinasi siswa
terhadap hal-hal yang sedang disajikan
b) Kelebihan recorder dan pita audio
(1) Lebih mudah dikontrol oleh guru yaitu dapat diulang-ulang bila
ada bagian tertentu yang terasa belum dipahami
(2) Cocok untuk pengajaran bahasa, musik, dan sebagainya
(3) Tidak terikat jadwal dan waktu penyiaran sebagaimana hal
pada media radio
(4) Pemilihan dan penggunaan pita rekaman (pita audio) dapat
disesuaikan dengan kebutuhan
(5) Dapat digunakan untuk remediasi
(6) Praktis karena mudah dibawa-bawa dan dapat digunakan untuk
merekam, menampilkan dan bahkan untuk menghapus
rekaman
c) Keterbatasan recorder dan pita audio
(1) Daya jangkauannya agak terbatas
(2) Rekaman kadang-kadang mudah terhapus
(3) Biaya pengadaannya lebih mahal terutama untuk sasaran yang
luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
b. Media visual
Media visual dibagi menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual
gerak. Pengklasifikasian yang tergolong media visual diam yaitu foto,
ilustrasi, flash card, gambaran pilihan dan potongan gambar, film bingkai,
film rangkai, transparansi, proyektor dan tachitoscopes serta grafik, bagan,
diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe. Sedangkn media visual
gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.
1) Fungsi media visual
Media visual yang sering gunakan yaitu media gambar data, media
proyeksi diam, media grafis, dan media proyeksi bergerak. Fungsi dari
media visual tersebut adalah :
a) Mengembangkan kemampuan visual
b) Mengembangkan imajinasi anak
c) Membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang
abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam
kelas
d) Mengembangkan kreativitas siswa
2) Kelebihan media visual
a) Umumnya murah harganya
b) Mudah didapat
c) Mudah digunakannya
d) Dapat memperjelas suatu masalah
e) Lebih realistis
f) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan
g) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
3) Keterbatasan media visual
a) Semata-mata hanya media visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
b) Ukuran gambar sering kali kurang tepat untuk pengjaran dalam
kelompok besar
c) Memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan dan kejelian
guru untuk dapat memanfaatkannya
4) Macam-macam media visual
a) Gambar datar
Media gambar datar ini sangat mudah didapatkan, murah harganya,
mudah dimengerti, dan dapat di nikmati di mana-mana. Media ini
dapat dimanfaatkan untuk memperkuat impresi, menambah fakta
baru, dan memberi arti dari suatu abstraksi. Contoh dari media
gambar datar yaitu foto, gambar ilustrasi, flash card, gambar
pilihan, dan potongan gambar.
(1) Foto
Pada saat ini sangatlah mudah mendapatkan foto sebagai media
pembelajaran. Bahkan, dibeberapa sekolah terdapat fotografer
amatir atau professional.
(2) Ilustrasi
Gambar ilustrasi sangatlah mudah ditemukan di buku
pelajaran. Guru dapat memanfaatkan gambar ilustrasi tersebut
untuk menjelaskan materi kepada anak. Guru yang
mengabaikan gambar ilustrasi ini dapat dikatakan tidak
memanfaatkan kelebihan salah satu media pengajaran.
(3) Flash cards
Flash card biasanya berisi kata-kata, gambar, atau
kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan
perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa pada
umumnya dan bahasa asing pada khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
(4) Gambar pilihan dan potongan gambar
Guru dapat memperoleh potongan gambar dari buku, koran,
majalah dan lain-lain gambar-gambar tersebut dapat digunakan
untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak. Gambar-
gambar itu dapat dikumpulkan dan dipilih untuk digunkan
sesuai topik yang akan dikembangkan.
b) Media proyeksi diam
Pesan yang akan disampaikan ke penerima dengan menggunakan
media ini harus diproyeksikan terlebih dahulu dengan proyektor
agar dapat dilihat oleh penerima pesan. Selain itu media ini hanya
visual sifatnya, tapi ada pula yang disertai rekaman audio (akan
dibahas dalam bagian audio visual diam). Media proyeksi diam ini
bertujuan untuk :
(1) Memberi informasi faktual
(2) Memberi persepsi yang benar dan cepat terutama dalam
pengembangan keterampilan
(3) Merangsang apresiasi terhadap seni, gejala alam, orang dan
sebagainya
(4) Memberi kerangka tindakan terhadap ketiga tujuan sebelumnya
Beberapa contoh media proyeksi diam yaitu film bingkai, film
rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis,
overhead proyektor, stereo proyektor, micro proyektor, dan
tachitoscopes.
(1) Film bingkai
Media ini adalah suatu film transparan berukuran 35 mm,
biasanya dibingkai dengan ukuran 2 x 2 inci dengan bahan
plastik, atau karton. Kelebihan dari media ini adalah perhatan
siswa terpusat pada butir tertentu sehingga diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
keseragaman pengamatan, merangsang siswa untuk berfikir,
lebih mudah dikontrol, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan
waktu, dapat dikembangkan sendiri oleh guru. Namun demikin
media film bingkai juga memiliki kekurangan antara lain
mudah hilang atau lepas bila pengorganisasian dan
penyimpanannya tidak baik, semata-mata menyajikan objek-
objek secara diam, memerlukan ruang gelap atau ruang yang
dapat diatur cahayanya.
(2) Film rangkai (film strip)
Pada media ini gambar disusun secara urut dan menjadi satu
kesatuan. Ukuran filmnya biasanya sama dengan film bingkai,
hanya saja panjangnya tergantung pada isi film. Kelebihan
media ini adalahmudah dikontrol, urutan gambar pasti karena
sudah menjadi satu-kesatuan yang terangkai, mudah
penyampaiannya cukup digulung dan dimasukkan ke dalam
tempat khusus, tidak perlu dibingkai. Namun demikian terdapat
kekurangan pada media ini yaitu sulit di edit dan sulit di
kembangkan sendiri oleh guru karena biasanya memerlukan
keterampilan dan peralatan khusus.
(3) Transparansi
Transparansi biasanya disebut overhead tranparancy (OHT)
yaitu media visual yang dibuat diatas bahan transparan
misalnya plastik atau film acetate. Pada media ini memerlukan
proyektor untuk memproyeksikan pesan yang akan
disampaikan. Proyektor yang digunakan adalah overhead
proyektor (OHP). Penggunaan OHP dn OHT sebagai media
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat
digunakan di ruang biasa tidak perlu ruang gelap, sambil
mengajar guru dapat berhadapan dengan siswa, teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
penyajian bervariasi, dapat digunakan berulang-ulang dan
mudah dikontrol. Namun demikian, kelemahan dari media ini
adalah OHP dimanfaatkan sebagai pengganti papan tulis
(padahal seharusnya saling melengkapi), perlu persiapan yang
baik, OHP masih merupakan barang-barang mahal bagi
kebanyakan sekolah.
(4) Proyektor tak tembus pandang (Opaque Proyektor)
Pada media proyektor ini pesan yang diproyeksikan berbentik
bahan yang tidak tembus pandang (opaque). Bahan tersebut
bisa berupa benda-benda datar, benda-benda tiga dimensi,
bahan cetak, ilustrasi dan sebagainya, hanya saja ukurannnya
perlu disesuaikan dengan kapasitas proyektornya. Kelebihan
dari media ini adalah cocok untuk semua mata pelajaran, tidak
perlu diproses dulu benda-benda yang akan dproyeksikan.
Namun kekurangan dari media ini adalah harus dipergunakan
diruang gelap dan sulit dibawa karena berat.
(5) Mikrofis (misrofiche)
Media ini adalah lembaran film transparan yang berisi pesan
dengan lambang-lambang visual yang diperkecil sedemikian
rupa sehingga tidak dapat dibaca dengan mata telanjang.
Dengan menggunakan media ini halaman cetak yang luas dapat
diringkas dalam bentuk film dengan perbandingan 1:12.
Bahkan dengan menggunakan media ini lima puluh halaman
buku biasa dapat diringkas dalam satu lembar mukrofis.
Namun, isi mikrofis dapat menggunakan alat pembaca kartu
mikro (micro card reader). Kelebihan dari media ini adalah
dapat menghemat ruangan dan praktis, mudah diproduksi, bisa
diproyeksikan ke layar. Namun demikian, media ini memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
keterbatasan yaitu mudah hilang bila tidak diorganisasi dengan
baik, mahal pembuatan masternya.
(6) Stereo proyektor, mikro proyektor, dan tachitoscopes
Pemakaian media ini sangatlah terbatas. Stereo proyektor
umumnya dipakai dalam bidang klinik laboratorium dan studi
analistis. Mikro proyektor banyak digunakan untuk studi dalam
ilmu biologi. Sedangkan tachitoscopes pada dasarnya adalah
peralatan proyektor diam yang dilengkapi dengan mekanisme
tertentu sehingga dapat menampilkan flash exposures. Alat ini
sangat tepat bila digunakan untuk meningkatkan kecepatan
membaca, ingatan, dan perhatian.
c) Media grafis
Media ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan yang dinyatakan dalam simbol kata-kata, gambar
dan menggunakan ciri grafis yaitu garis. Selain itu juga memiliki
fungsi khusus yaitu menyederhanakan informasi dan memperjelas
sajian agar mudah dipahami dan mudah diingat. Dengan memiliki
beberapa fungsi tersebut media grafis dapat digunakan dalam
bidang bisnis, industri, periklanan, pemerintah, pendidikan, dan
pengajaran. Penggunaan media grafis pada umumnya
dikombinasikan dengan media lainnya. Beberapa contoh dari
media grafis diantaranya grafik, bagan, diagram, sketsa, poster,
gambar kartun, peta dan globe.
(1) Grafik
Grafik adalah gambar untuk memvisualisasikan pesan. Grafik
menunjukkan hubungan proporsional dan numerik yang
memungkinkan pembaca dapat memahami dengan tepat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
cepat pesan yang disajikan. Media grafik memiliki fungsi
untuk menggambarkan data secara teliti, menggambarkan
perkembangan, membandingkan atau menghubungkan dua
peristiwa dengan singkat dan jelas. Media ini dibuat dengan
spesifik untuk kepentingan informasi, analisis, interpretasi,
atau komparasi. Empat macam grafik umum yang dipakai
adalah grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik
piktorial.
(2) Bagan (Chart)
Media bagan berfungsi utntuk memvisualisasikan ide-ide atau
konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan dalam
bentuk lisan atau tulisan saja. Menurut Kinder (1965) bagan
dapat diklasifikasikan menurut jenis, rancangan, media dan
materialnya. Berdasarkan rancangannya bagan dibedakan
menjadi tiga yaitu bagan balik (flipchart), bgan tertutup (strip
chart) dan poster. Dengan menggunakan bagan balik dan
bagan tertutup pesan dapat disajikan secara bertahap. Bagan
balik sering kali disebut lembar balik pada prinsipnya memat
semua pesan yang akan disampaikan. Tetapi pesan itu disajikan
secara bertahap. Tiap bagian pesan dituangkan pada lembaran
kertas yang berbeda. Bagan yang menyajikan pesan sekaligus
ada beberapa macam antara lain bagan pengalaman, bagan
arus,n pesan sekaligus ada beberapa macam antara lain bagan
pengalaman, bagan arus (menggambarkan arus suatu proses
atau menelusuri tanggung jawab dan hubungan arus antar
bagian), bagan pohon (bagan ini terdiri dari suatu hal yang
terpecah menjadi berbagai hal), bagan tabular
(menggambarkan data tabular), bagan proses (dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
menggambarkan langkah dalam membuat sesuatu), bagan
waktu (menunjukkan hubungan antar peristiwa dan waktu).
(3) Diagram dan sketsa
Media diagram memiliki sifat abstraksi oleh karena itu
diperlukan latar belakang pengetahuan tertentu tentang pesan
yang didiagramkan itu supaya kita dapat memahaminya.
Misalkan diagram tentang dunia hewan, tidak semua orang
memahami diagram itu tanpa memiliki latar belakang
pengetahuan hewan. Sketsa adalah gambar sederhana yang
melukiskan bagian-bagian pokok yang tidak rinci. Dengan
pengunaan sketsa selaim menarik perhatian juga dapat
menghindri verbalisme dan dapat memperjelas pesan.
(4) Poster
Media poster biasanya bersifat simbolik yang dirancang untuk
memberika pesan dengan cepat dan ringkas. Poster yang baik
biasanya memiliki cirri-ciri berwarna, menyajikan ide tunggal,
tulisannya jelas, kaya dengan variasi, lugas, dan seringkali
mengandung pernyataan yang berlebihan. Media poster dapat
dibuat di atas kertas kain, batang kayu, seng dan bahan lainnya,
ukurannya tergantung kebutuhan dan dapat di pasang pada
tempat-tempat yang strategis.
(5) Gambar kartun
Gambar kartun adalah suatu gambar interpretative yang
menggunakan simbol-simbol dan kadang-kadang agak
berlebihan untuk menyampaikan pesan atau sikap terhadap
sesuatu, seseorang, situasi atau kejadian tertentu. Gambar
kartun biasanya hanya memuat esensi pesan yang harus
disampaikan dan dituangkan dalam gambar sederhana dan
tidak rinci dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
yang mudah dikenal dan dimengerti dengan cepat. Guru-guru
dapat menggunakan gambar kartun dalam proses belajar
melalui papan tulis, papan buletin, bahan edaran (handounts)
dan gambar proyeksi.
(6) Peta dan globe
Terdapat perbedaan tentang penggolongan peta dan globe. Ada
pakar yang menggolongkan ke dalam media grafis dan juga
terdapat pakar yang menggolongkan ke dalam media gambar
datar (flat picture). Media peta dan globe disajikan dengan
simbol-simbol, kata-kata, gambar dan garis. Media ini
disajikan untuk menunjukkan hubungan dan menyatakan data
lokasi. Media ini di gunakan untuk saling melengkapi dan
untuk membacanya harus memiliki kemampuan berfikir
tentang arti garis, warna dn simbol-simbol lainnya, dan mampu
menarik infomasi semaksimal mungkin tentang apa yang
dilihat. Peta dan globe memberi informasi tentang :
(a) Keadaan permukaan bumi (dataran, gunung, sungai,
dan perairan lainnya)
(b) Tempat (arah dan jarak satu sama lain)
(c) Data budaya dan kemasyarakatan, ekonomi dan ilmiah
Tujuan penggunaan peta dalam pembelajaran antara lain :
(a) Memberi pengetahuan relatif dan tetap tentang posisi
unit politik, daratan, wilayah perairan.
(b) Melengkapi pengetahuan dan infomasi tentang jarak,
arah, bentuk, dan ukuran suatu wilayah
(c) Merangsang minat dalam studi tentang kependudukan,
geografi dan sebagainya.
Dikarenakan tidak ada peta yang mampu mencapai tujuan di
atas maka ada data yang di rancang untuk tujuan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
(a) Peta politis fisik. Menggambarkan hubungan tertentu
antara satu daerah dengan penghuninya.
(b) Peta timbul merupakan model yang realtistis dari suatu
daerah dalam bentuk tiga dimensi. Dalam peta ini
perbedaan tinggi tanah dinyatakan dalam relief. Namun
demikian peta ini bertujuan untuk memberikan kesan
umum bagi pembacanya.
(c) Peta buta adalah peta yang tidak memuat sebuah nama
pun. Peta ini berfungsi untuk latihan mengingat nama,
letak kota, gunung, sungai, laut, dan sebagainya serta
hubungan satu dengan lainnya.
(d) Globe atau bola dunia adalah sejenis peta. Melalui
globe kita dapat melihat pembagian dataran dan lautan
secara keseluruhan pada globe itu. Selain itu melalui
globe kita dapat mendemonstrasikan seperti layaknya
bumi berputar pada sumbunya dan lebih mudah
diperoleh keterangan tentang arti khatulistiwa, garis
lintang, rute penerbangan dan sebagainya.
(e) Atlas adalah himpunan berbagai peta yang dijilid
menjadi satu. Dalam atlas terdapat peta yang
menggambrkan bagian-bagian dari dunia. Oleh karena
itu masing-masing again dapat dipelajari secara dalam.
c. Media Audio Visual
Media audio visual memiliki keefektifan penggunaannya bila
dibandingkan dengan media pesan visual saja (seperti gambar cetak yang
disusun berurutan). Ditinjau dari karakreristiknya media audio visual pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
1) Media ausio visual diam misalkan “slow scan TV”, “ime shared TV”,
TV diam, film rangkai bersuara, film bingkai bersuara, halaman
bersuara, dan buku bersuara.
2) Media audio visual gerak misalkan film bersuara, pita video, film TV,
TV, holografi, video tapes dan gambar bersuara.
1) Televisi (TV)
Televisi adalah media yang menyampaian pesan melalui gambar
gerak yang dilengkapi suara. Beberapa jaringan televisi yang dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran yaitu TVRI, TV swasta, TV
pendidikan, Televisi siaran terbatas (Closed Circuit Television
CCTV) maupun jaringan TV luar negeri. Namun guru perlu
memanfaatkan program siaran televise yang tepat dan relevan
dengan tujuan belajar yang hendak dicapai. Kesulitan yang dialami
guru dalam penggunaan televisi sebagai media pembelajaran
diantaranya :
a) Mengontrol dan memilih program yang relevan
b) Dalam menyesuaikn jadwal siaran dengan jadwal sekolah
Namun demikian terdapat beberapa kelebihan dari televisi siaran
terbatas yaitu :
a) Siarannya dapat dikontrol oleh guru sehingga guru dapat
menetapkan program siaran yang tepat dan relevan
dengan kebutuhan siswanya
b) Dapat mengatasi kekurangan sarana dan prasarana.
Misalnya kurangnya guru mata pelajaran tertentu yang
bermutu di sekolah dapat diatasi dengan memanfaatkan
guru-guru ditelevisi
c) Dapat memanfaatkan sumber-sumber lokal untuk
kepentingan pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
d) Dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan guru
dalam mengajar dengan menggunakan guru penyaji di
TV sebagai model
2) Film
Film dapat digunakan untuk media pengajaran. Film yang
digunakan biasanya berukuran 8 mm, 16 mm, 35 mm. Biasanya
film yang digunakan berukuran 16 mm. Pada awal perkembangan
film menyajikan pesan visual-gerak dan di akhir perkembangannya
film disajikan dengan audio visual gerak. Media ini memiliki
kelebihan yaitu :
a) Lebih mendekati realitas
b) Lebih menarik perhatian siswa
c) Dapat mengatasi keterbatasan indera penglihatan
d) Dapat diputar ulang
e) Dapat memperluas wawasan berpikir anak
f) Dapat mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
g) Dapat menampilkan gerakan lambat dan gerakan yang
dipercepat
h) Dapat menggunakan suatu proses
Sedangkn keterbatasan dari media ini adalah :
a) Biaya produksinya tinggi
b) Pemakaiannya perlu ruang gelap
3) Video
Media video dapat menyampaikan pesan audio-visual-gerak dan
dapat menyajikan hal-hal nyata nyata maupun fiktif. Pesan yang di
sampaikan bersifat informatif, pendidikan, dan pengajaran.
Kelebihan video adalah :
a) Penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap
b) Program dapat diputar berulang-ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
c) Program sajian yang rumit atau berbahaya dapat direkam
sebelumnya sehingga waktu mengajar guru bisa
memusatkan perhatian dan penyajiannya
d) Mudah dikontrol oleh guru
Sedangkan keterbatasan dari media ini adalah :
a) Daya jangkaunnya terbatas
b) Sifat komunikasinya satu arah
c) Peralatannya cukup mahal
d. Media serbaneka
Banyak potensi di suatu daerah yang dapat dimanfaatkan untuk media
pengajaran seperti media tiga dimensi, teknik dramatisasi, sumber belajar
pada masyarakat, simulator dan sumber komputer. Beberapa diantaranya
memiliki kesamaan dengan media visual dan media audio visual. Namun
karena beraneka macam media pengajaran, terdapat media yang tidak
tergolong pada media audio, media visual, maupun media audio visual.
Berikut media yang tergolong dalam media serbaneka :
1) Papan tulis (boards)
Ada lima macam boards yang digunakan, antara lain :
a) Chalk boards
Untuk menggunakan media ini sebagai media pembelajaran perlu
dirancang penggunaannya. Media ini biasanya bersifat permanen
di kelas tetapi ada juga yang tidak. Biasanya terbuat dari papan dan
berwarna hitam yang selanjjutnya dinamakan blackboard. Namun,
pada saat ini banyak chalkboard yang beraneka warna. Chalkboard
banyak terbuat dari bahan seperti asbes semen, pressed wood ,
woodfiber, mossy-surfaced glass, plastik atau vitreous-coutea stell
boards. Media ini banyak digunakan untuk :
(1) Memperjelas ide yang rumit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
(2) Menggambarkan pokok-pokok isi suatu pelajaran
(3) Suplemen dari suatu kegiatan pelajaran
(4) Menggambarkan garis besar prosedur dari suatu proses tertentu
dengan arah yang jelas
(5) Memvisualisasikan ide atau konsep yang abstrak
(6) Memotivasi siswa dengan cara menggambarkan suatu aktivitas
yang tepat
b) Papan buletin (Bulletin Board)
Media ini biasanya terbuat dari bahan gabus linoluim, kain guni
(burlap) atu bahan sejenis. Papan buletin di gunakan untuk :
(1) Memberi rangsangan pada kondisi kelas hingga menjadi
menarik
(2) Menciptakan kesiapan terutama untuk unit kerja yang baru
(3) Memberi jalan keluar bagi siswa berbakat
(4) Membangkitkan semangat dan moral kelas
(5) Mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab diantara
sesama siswa
c) Papan flannel (Flannel board)
Media ini banyak tersedia dalam berbagai warna, murah dan mudah
didapat. Bahan laken (flet) dengan bulu-bulu halus juga dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti flannel walaupun harganya lebih
mahal. Flannel dan laken berfungsi untuk merekatkan gambar atau
pesan lainnya pada papan permanen. Namun, kekurangan dari media
ini adalah daya rekatnya kurang kuat. Untuk mengatasi
kekuranggannya digunakan bahan sturdy nylon yang disebut Hook-N-
looperboard. Media ini dapat digunakan untuk mengajarkan
membedakan warna, pengembangan perbendaharan kata-kata,
dramatisasi, mengembangkan konsep member pesan tentang pokok-
pokok cerita, membuat diagram, grafik dan seterunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
d) Papan magnetik (Magnetic Board)
Jika pada flannel board gaya ikatannya didasarkan pada friksi yang
ditonjolkan, maka pada magnetic boards gaya itu digantikan oleh gaya
magnetik. Media papan magnetik pada dasarnya sama dengan
chalkboard, tetapi permukaan bagian belakang chalkboard tersebut
dilapisi dengan lembaran baja, sehingga ia akan mengikat bahan yang
ditempelkan pada board bila bahan yang dimaksud bersifat magnetik
atau dilapisi bahan magnetik. Bahan ini mudah didapat dan banyak
dijual. Media papan magnetik banyak digunakan oleh guru olahraga
misalkan untuk menerangkan strategi dan pergerakan posisi pemain
bola.
e) Papan listrik (Elektrik Board)
Prinsip dari media papan listrik adalah mencocokkan pertanyaan
dengan jawaban yang ditandai dengan menyalanya bola lampu. Bila
belajar dengan menggunakan papan listrik ini, siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Tugas
siswa adalah menekan tombol pada jawaban yang dipilih dan bila
benar lampu akan menyala.
2) Media tiga dimensi
Media tiga dimensi dapat memberikan suatu perasaan akan realita.
Media ini memberi pengalaman yang mendalam dan pemahaman yang
lebih lengkap akan benda-benda nyata. Unsur manipulasi merupakan
unsur penting dalam penggunaan media tiga dimensi. Media tiga
dimensi yang sering digunkan dalam pembelajaran adalah :
a) Modal dan Moks Ups
Media adalah perwujudan suatu benda secara terkala, yang
ukurannya mungkin sama, lebih kecil atau lebih besar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
aslinya. Moks adalah perwujudan tiruan atau
penyederhanaannya. Sebagai media pengajarn model ungkin
umum dibandingkan mock-ups. Contoh model yang dapat dibuat
secara sederhana adalah piramida, kerucut. Bahan lain yang
dpaat digunkan antara lain kayu, tanah liat, plastik, logam kertas,
papier, mache dan benang. Namun, terdapat model yang
diperdagangkan secara komersial diantaranya building-bocks dan
miniature air planes. Model dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu :
(1) Model padat
Model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan
luar dari suatu objek. Contohnya model padat buatan.
(2) Model penampang potong
Media ini memperlihatkan bagaimana keadaan bagian dalam
dari suatu objek. Contohnya adalah susunan anatomi organ
tubuh manusia, mesin-mesin, dan lapisan bumi.
(3) Model konstruksi
Model konstruksi adalah suatu model yang terdiri dari
beberapa bagian objek secara lengkap. Bagian-bagian itu
dapat dirangkai menjadi satu konstruksi benda sesuai yang
diinginkan oleh orang yang merangkainya. Contoh dari
media ini adalah tubuh manusia, mata, badan, serangga,
bentuk geometrik
(4) Model kerja
Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang
memperhatikan cara kerja objek itu. Contohnya yaitu model
dari sistem pembangkit listrik, pemurnian air, mistar sorong,
derek, pompa air, dan mesin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan model
sebagi media pembelajaran efektif adalah :
(1) Model harus digunakan di kelas dengan kondisi semenarik
mungkin
(2) Setiap orang dalam kelas itu harus dapat melihat model
dengan mudah
(3) Model harus digunakan dalam hubungnnya dengan materi
pelajaran lainnya
(4) Siswa perlu diberi kesempatan semaksimal mungkin untuk
menangani, mencoba, dan mengamati model, bertanya atau
membuat generalisasi
(5) Upaya objek, sampel atau model lain yang tak ada kaitanya
dengan topik yang dibicarakan dialihkan dari perhatian
siswa
(6) Bila perlu siswa dilatih untuk membuat model untuk
menjabarkan suatu objek atau prinsip yang ia pelajari.
b) Diaroma
Diaroma adalah pemandangan tiga dimensi dari sutu objek,
kejadian atau proses yang disusun atas berbagai simbol dan bahan-
bahan nyata yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan
yang sebenarnya. Walaupun hitungannya media ini mahal tetapi
untuk pembelajaran media ini dapat dibuat siswa dengan
menggunakan kotak kardus, peti kayu, atau kotak kayu. Diaroma
bermanfaat untuk mata pelajaran sejarah, geografi, bahkan dapat
dikembangkan untuk mata pelajaran lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
c) Realita
Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya
tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses
belajar siswa akan lebih aktif dapat mengamati, menangani
memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat
untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunkan sumber-
sumber belajar serupa. Penggunaan realita dalam proses belajar itu
sangat baik sebab dapat menampilkan ukuran, suara, dan gerakan.
Namun, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat
guru menggunakan realita dalam pembelajaran yaitu :
(1) Karena benda nyata itu banyak macamnya, mulai dari benda-
benda hidup samppau benda-benda mati, maka perlu
dipertanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang
mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien.
(2) Bagaimanakah caranya agar benda-benda itu sesuai dengan
pola belajar-mengajar di kelas
(3) Darimanakah kita dapat memperoleh benda-benda itu.
d) Sumber belajar pada masyarakat
Beberapa kegiatan seperti kemah kerja, pertukaran guru, dan
murid, raktek lapagan, karya wisata, survey, mengundang
penceramah kesekolah, dan proyek pengabdian pada masyarakat
mungkin dapat diprogramkan di sekolah. Jika kegiatan tersebut
dirancang sedemikian rupa maka dapat digunakan menjadi media
pembelajaran. Untuk dapat menemukan informasi di masyarakat
yang dapat digunakan untuk pembelajaran, guru memang harus
cukup energik dan imajinatif karena pemanfaatan sumber belajar
pada masyarakat tidak saja akan melibatkan orang, tempat, benda-
benda tetapi juga ide-ide dan semua itu akan menambahkan
vitalitas dan realitas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
(1) Karya wisata
Karya wisata disini menyerupai kegiatan yang bersifat “short
trips walking trip” dan sejenisnya yang umumnya
memerlukan waktu tidak panjang (tidak terlalu lama)
walaupun sering kali juga memerlukan bantuan alat
transportasi. Ada beberapa langkah penting dalam
merencanakan dan melaksanakan karya wisata yaitu :
(a) Persiapan guru
Guru memiliki wewenang untuk membahas rincian
program seperti biaya, safety, kepanitiaan,
transportasi, menghubungi orang tua dan sebagainya.
(b) Persiapan murid
Guru dan murid mendiskusikan alasan untuk
melaksanakan karya wisata, merencanakan kegiatan
dan sebagainya.
(c) Persiapan lapangan
Hal ini perlu dijaga agar siswa menunjukkan minat
tinggi selama karya wisata, sopan, tepat waktu dan
tidak banyak mengganggu pekerjaan petugas atau
pengelola dari objek yang di tinjau
(d) Tindak lanjut
Guru dan murid mendiskusikan tujuan karya wisata,
mendengarkan laporan panitia, menggali kelebihan
dan kekurangannya, memamerkan foto hasil
dokumentasi selama karya wisata dan tentunya juga
menulis ucapan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu suksesnya program karya
wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
(e) Evaluasi
Menilai tercapai tidaknya tujuan yang telah
dicanangkan.
(2) Kemah Kerja
Beberapa sekolah sudah menjadikan kegiatan kemah kerja
sebagai program sekolah dan agar kegiatan ini dapat berhasil
harus direncanakan dengan baik, melibatkan guru-guru yang
berbakat, konselor, dan staff yang sudah terlatih. Kemah
kerja yang dilaksanakan sekolah umumnya meliputi
kegiatan :
(a) Membaca, berdiskusi, menulis, mendengarkan ceramah
(b) Atletik , drama, mendaki gunung, kegiatan kerajinan
dan keterampilan
(c) Membuat peralatan sederhana (tempat tidur, api, dan
sebagainya), membersihkan sarana, dan kegiatan
higiene dan keselamatan kerja
Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah anak pada
umumnya senang berkemah dan program kemah kerja
sangat mendukung fungsi pendidikan.
Menurut Edgar Dale di kutip Thomas Wibowo Agung Suyjiono (2005:79)
menyebutkan bahwa dalam dunia pendidikan, penggunaan media, bahan, sarana
belajar sering kali menggunakan prinsip kerucut pengalaman yang membutuhkan
media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang di buat oleh guru dan “audio-
visual”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
5. Pengertian Macromedia Flash
Flash merupakan program terkini, mudah berdaya guna untuk membuat
animasi dari yang sederhana sampai kompleks seperti multimedia dan aplikasi web
yang disajikan secara menarik dan interaktif.
Berdasarkan penjabaran yang telah disampaikan di atas dapat di ketahui
bahwa macromedia flash adalah media terkini yang dapat di digunakan dalam
pembelajaran yang dapat memadukan visual dan audio secara apik.
6. Kemampuan Macromedia Flash
Macromedia flash versi 5.0 adalah salah satu versi macromedia.
Kemampuan yang dimiliki adalah :
a. Animasi dan gambar yang dibuat flash aakan tetap terlihat bagus pad ukuan
window dan resolusi layar berapapun. Semua ini karena flash dibuat
dengan teknologi vector graphics yang mendiskripsikan gambar memakai
garis dan kurva sehingga ukurannya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan
tanpa mengurangi atau mempengaruhi kualitas dari gambar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
Kualitas gambar flash ttidak seperti gambar bitmap lainnya yang digunakan
pada web seperti gambar bitmap lainnya yang digunakan pada web seperti
bmp, jpg, dan gif yang gambarnya akan pecah-pecah ketika ukurannya
dibesarkan atau diubah karena dibuat dengan kumpulan titik-titik.
b. Waktu loading (kecepatan gambar atau animasi yang muncul) lebih cepat
dibandingkan dengan pengolah animasi lainnya seperti animated gifs dan
java applet.
c. Mampu membuat website yang interaktif karena user dapat menggunakan
keyboard atau mouse untuk berpindah ke bagian lain dari halaman web
atau movie, memindahkan objek, memasukkan informasi di form.
d. Mampu menganimasi grafis yang rumit dengan sangat cepat sehingga
membuat animasi layar penuh bisa langsung disambung kesitus web.
e. Mampu secara otomatis mengerjakan sejumlah frame antara awal dan akhir
sebuah urutan animasi sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk membuat berbagai animasi.
f. Mudah diintegrasikan dengan program macromedia lainnya seperti
Macromedia dreamweaver dan macromedia fireworks. Disamping itu, tool-
tool yang digunakan hampir sama karena masih satu keluarga buatan
macromedia
g. Dapat diintegrasikan dengan server side scripting seperti CGI, ASP dan
PHP untuk membuat aplikasi web database yang indah.
h. Dapat dipakai untuk membuat film pendek atau kartun, presentasi, iklan
atau web benner, animasi logo, control navigasi dan lain-lain.
7. Spesifikasi kebutuhan sistem
Untuk dapat menjalankan program macromedia flash 5 dibutuhkan spesifikasi
sistem sebagai berikut :
a. Untuk Microsoft Windows minimal prosesor Pentium intel 133 MHz (lebih
disarankan 200 MHz) dengan menjalankan windows 95 ke atas (termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
windows 2000) atau NT versi 4.0 atau yang terbaru. RAM yang dipakai
minimal 32 MB (tetapi lebih disarankan 64 MB ) dan kapasitas harddisk
kosong sebesar 40 MB dengan monitor warna yang resolusinya 800 x 600
lengkap dengan CD-ROM drive.
b. Untuk macintosh minimal power macintosh (lebih disarankan G3 keatas)
dijalankan sistem 8.5 atau sesudahnya. RAM yang dipakai minimal 32 MB
dengan kapasitas harddisk kosong sebesar 40 MB dan sebuah monitor
berwarna dengan resolusi 800 x 600 lengkap dengan CD-ROM drive.
8. Sistem Untuk Menjalankan Flash Player
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi hardware dan software agar
dapat memainkan flash player movie yang dijalankan dib rower yaitu :
b. Microsoft windows 95, NT 4.0 atau versi sesudahnya atau sebuah power
PC dengan sistem versi 8.1 atau versi sesudahnya
c. Netscape plugin yang bekerja dengan Netscape 3 atau sesudahnya
(Windows 95 dan Macintosh)
d. Untuk menjalankan Active X control diperlukan Microsoft Internet
Explorer versi 3.02 atau versi sesudahnya
e. Untuk menjalankan flash player java diperlukan browser yang mampu
menampung java
Apabila browser tidak dapat menampilkan flash maka dapat diaktifkan dengan
mengklik menu Tools >internet options…, kemudian pilih tab Security, klik tombol
custom level. Dengan demikian akan muncul window security settings. Cari bagian
active X control and plug-ins dan klik enable untuk semuanya. Jika sudah selesai klik
OK dan apabila menggunakan Netscape aktifkan juga plug-innya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
6. Menginstal Macromedia Flash 5.0
Untuk menginstal flah pada windows atau pada komputer macintosh langkahnya
adalah masukkan CD flash 5 ke CD-ROM drive pada komputer kemudian
lakukan :
a. Untuk windows, pilih start > run. Klik tombol browse dan pilih file
setup.exe yang terletak di CD flash 5. Klik OK pada kotak dialog run untuk
memulai instalansi. Untuk macintosh klik dua kali icon flash 5 installer
b. Ikuti instruksi yang ada dilayar
c. Jika selesai resartlah komputer
7. Menjalankan dan Mengakhiri Flash
Setelah menginstal untuk menguji program macromedia flash 5.0 adalah dengan
cara klik start > Programs > Macromedia flash 5 > Flash 5 dan untuk
mengakhirinya dengan klik menu file > exit.
B. Kerangka Berfikir
Menurut Suriasumantri dalam Sarwiji Suwandi (2008:61) mengemukakan
bahwa kerangka pemikiran adalah penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang
menjadi objek permasalahan. Kriteria utama agar kerangka pikiran dapat di terima
adalah harus ada alur pemikiran yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Kerangka berfikir adalah sitesis antar variabel yang tersusun dari beberapa
teori yang telah dideskripsikan setelah itu dinalisis secara kritis dan sistematis
sehingga menghasilkan sebuah sintesis tentang hubungan variabel yang diteliti yang
selanjutnya akan digunakan untuk membuat hipotesis. Kerangka berfikir yang baik
memuat :
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
peertautan atau hubungan antar variabel yang diteliti dan ada teori yang
mendasari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
Pada penelitian kali ini kerangka berfikir yang digunakan yaitu :
Gambar 2. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dugaan kerangka berfikir penelitian, maka rumusan hipotesis
tindakan dalam penelitian adalah : “ melalui penerapan macromedia flash dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika konsep operasi bilangan asli bagi siswa
kelas III SLB C Setya Darma Surakarta”.
Kondisi Awal = Prestasi belajar matematika pada konsep prngurangan bilangan asli siswa
rendah
Perlakuan = Menggunakan macro media flash
Kondisi Akhir = Prestasi belajar matematika pada konsep pengurangan bilangan asli siswa
meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengambil lokasi di SLB C Setya Darma
Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Tempat penelitian merupakan tempat untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan, meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal,
dan perijinan akan dilakukan bulan November 2010 – Februari 2011
b. Tahap penelitian, meliputi uji coba, pengambilan data, dan analisa
data akan dilakukan bulan Maret – April 2011
c. Tahap penyusunan laporan penelitian dilakukan bulan Mei - Juni
2011
B. Subjek Penelitian
Pada suatu penelitian terdapat subjek penelitian yang harus di penuhi demi
keberhasilan penelitian yang dilaksanakan dan sangat bersinggungan dengan setting
penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Pada penelitian tindakan kelas kali
ini subjek penelitian adalah siswa dan guru matematika SLB C Setya Darma
Surakarta. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas III dan peneliti sendiri sebagai
guru. Siswa kelas III SD di SLB Setya Darma Surakarta berjumlah 3 orang yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
Tabel 6. Daftar Siswa Kelas III SD di SLB C Setya Darma Surakarta
No Nama L/P Agama TTL Nama
Orang Tua
Pekerjaan Alamat
1 IN L Kristen Surakarta,
05-05-1998
S Satpam Kentingan
Kulon Rt 1/10
2 AJ L Islam Surakarta,
16-01-1995
S Swasta Pranit, Rt 4/11
Surakarta
3 VI P Islam Surakarta,
03-07-2001
D Swasta KD Tungkul Rt
5/7 Surakarta
Penelitian tindakan kelas yang dalam istilah bahasa inggris di sebut
Classroom Action Research (CAR) dibentuk dari tiga kata pengertian yaitu :
a. Penelitian yang dapat diartikan suatu kegiatan atau metode yang di
gunakan peneliti untuk memperoleh segala informasi yang di butuhkan
mengenai objek yang di teliti dan ingin memperbaiki atau meningkatkan
objek penelitian tersebut.
b. Tindakan adalah suatu hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan awal
siklus di rancang untuk siswa.
c. Kelas adalah ruang dimana siswa secara bersama-sama mendapatkan
transfer ilmu dari guru.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
kegiatan yang dilakukan guru di kelas terhadap siswa. Penelitian tindakan kelas yang
meluas di daerah barat sampai menjadi gerakan sosial di bidang pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas
C. Data dan Sumber Data
Data yang merupakan segala bentuk hal yang ingin diketahui peneliti
sebagai acuan tindakan selanjutnya haruslah akurat dan tepat. Data yang ingin
dikupulkan peneliti pada penelitian kali ini adalah :
a. Data mengenai prestasi belajar siswa pada akhir siklus
Sumber data yang akan di gunakan adalah :
a. Informan atau nara sumber yaitu siswa kelas III dan guru kelas III
Refleksi
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pelaksanaan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini peliti melaksanakan prosedur pengumpulan data
dengan :
1. Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh
siswa setelah kegiatan pemberian tindakan dilakukan. Tes diberikan saat
awal penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam berhitung. Selain itu tes juga dilakukan diakhir pemberian
tindakan guna mengetahui peningkatan kemampuan berhitung pada anak.
Secara tes berasal dari bahasa Perancis kuno testum dengan arti piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia (menggunakan alat berupa piring itu akan
dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi).
Menurut Anne anastasi dalam Anas sudijono (1996:66) karena tes memiliki
standar yang objektif dan dapat digunakan secara meluas sehingga dapat
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah
laku seseorang.
2. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi ini dapat digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif (participant observation)
muaupun nonpartisipatif (nonparticipant observation). Observasi juga dapat
dilakukan dengan bentuk observasi eksperimental (experimental
observation). Pada observasi berpatisipasi, observer melakukan kegiatan
penilaian sedangkan pada observasi nonpartisipasi evaluator berada “di luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
77
garis” seolah-olah menjadi penonton belaka. Pada observasi eksperimental
memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang, berbeda
dengan observasi yang dilakukan dalam situasi wajar yang dapat dilakukan
secara sepintas lalu saja.
Observasi yang dilakukan secara sistematis dan dengan landasan pada
kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah dikategorikan di sebut
observasi sistematis (systematic observation). Namun, juga terdapat
observasi yang tidak dibatasi oleh kerangka kerja dan hanya dibatasi oleh
tujuan itu sendiri disbut dengan observasi nonsistematis. Kelebihan dari
observasi adalah :
a) Data observasi itu diperoleh secara langsung di lapangan
b) Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian
masing-masing individu peserta didik
Selain itu terdapat kekurangan dari observasi yaitu :
a) Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu
dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh para pelajar
b) Kepribadian dari observer atau evaluator juga acapkali mewarnai
atau menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan
cara observasi
c) Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat
menungkapkan kulit luarnya saja.
E. Validitas Data
Pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan tentunya menghasilkan data yang
perlu di uji kebenarannya. Proses uji validitas yang digunakan peneliti kali ini adalah
validitas isi. Validitas isi yaitu validitas yang diperoleh setelah dilakukan
penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes
hasil belajar tersebut. Vadliditas isi ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
78
belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representative terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Expert
Opinion yaitu dengan meminta pendapat dan dukungan dari pembimbing untuk
memeriksa segala yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
F. Teknis Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas kali ini peneliti menggunakan dua teknik
analisis data yaitu dengan teknik analisis data deskriptif komparatif yaitu
membandingkan data pra siklus, di akhir siklus I dan di akhir siklus II. Dan diskriptif
kritis untuk menganalisis data hasil observasi.
G. Indikator Kinerja/keberhasilan
Keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat dilihat dari empat langkah PTK yaitu :
1. Rencana
Rencana adalah rangkaian tindakan yang berurutan untuk memperbaiki
pembelajaran. Selain itu harus berorientasi ke depan dan mampu menjawab
tantangan yang muncul.
2. Tindakan
Tindakan harus terkontrol, hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang
terencana.
3. Observasi
Observasi harus fleksibel dan terbuka sehingga dapat mencatat gejala yang
muncul dilapangan.
4. Refleksi
Merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah
dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi dan
dapat diralisasikan melalui diskusi dengan partisipan atau teman sejawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
79
Agar penelitian yang dilakukan berhasil ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi diantaranya :
1. Tekad, komitmen dan dedikasi
2. Tanggung jawab guru dan teman sejawat
3. Tindakan berdasarkan pengetahuan
4. Situasi dapat diubah
5. Pengajuan pertanyaan
6. Pemantauan sistematik
7. Penjabaran tindakan
8. Penjelasan tindakan yang meliputi identifikasi makna, mempertanyakan motif
tindakan dan evaluasi atas hasil, teorisasi
9. Penyajian laporan hasil PTK yang meliputi tulisan tentang hasil refleksi diri,
percakapan tertulis yang dialogis, narasi dan cerita, bentuk visual
10. Validasi pernyataan keberhasilan PTK
11. Pemahaman prosedur PTK yaitu penyusunan proposal PTK, pelaksanaan
rencana tindakan, analisis data, dan penulisan laporan PTK
Pada penelitian kali ini peneliti membuat indikator keberhasilan penelitian
yaitu anak mencapai nilai 60 dan nilai rerata dalam ulangan harian 65.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas berguna untuk meningkatkan kinerja guru serta hasil
belajar siswa. Penelitian tindakan kelas dapat digunakan untuk mengungkapkan
penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Penelitian tindakan kelas
memiliki beberapa model diantaranya model Kemmis dan Mc Tanggart, model Elliot,
model Ebbutt dan model McKernan. Model-model penelitian tindakan kelas tersebut
pada akhirnya dikembangkan oleh Kurt Lewin yang digambarkan seperti serangkaian
langkah yang berbentuk spiral. Langkah-langkah tersebut memiliki empat tahap yaitu
planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan) dan reflekting
(refleksi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
80
Gambar 4. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
1. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan perencanaan mengacu kepada tindakan apa yang di
lakukan dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana objektif dan
subjektif. Selain itu perlu juga dipertimbangkan tindakan khusus apa yang di
lakukan dan apa tujuannya. Setelah itu di lanjutkan dengan menyusun
gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang di rinci. Kemudian gagasan
tersebut di persempit atau di perhalus dengan menghilangkan hal-hal yang
tidak penting dan memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
bermanfaat bagi perbaikan. Secara rinci tahapan perencanaan terdiri dari :
a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu masalah tersebut
dapat dimengerti dan faktual di lapangan.
b. Menetapkan alasan mengapa penelitian ini dilakukan.
c. Merumuskan permasalahan.
d. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
e. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai
instrument pengumpulan data yang dapat dipakai untuk menganalisis
indikator keberhasilan itu.
f. Membuat secara rinci rancangan tindakan.
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, rancangan strategi dan skenario penerapan
pembelajaran akan dilaksanakan. Namun, sebelumnya rancangan tersebut
telah di komunikasikan kepada guru sehingga dalam pelaksanaannya dapat
sesuai dengan skenario yang telah di rancang. Sehingga diharapkan tercipta
pelaksanaan tindakan yang baik dan wajar.
3. Observasi dan evaluasi
Hal yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dilupakan adalah saat melakukan
tindakan hendaknya juga melakukan pemantauan dengan cermat tentang
keadaan yang terjadi selama tindakan. Dalam tahap ini peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan
evaluasi guna mnyempurnakan tindakan berikutnya. Dalam penelitian
tindakan kelas refleksi mencakup beberapa langkah yaitu analisis, sintesis,
dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Menurut Hopkins dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi
(2007:80) jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
82
perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
Pada penelitian kali ini terdiri dari dua siklus dan lebih rinci dapat
digambarkan dalam prosedur penelitian berikut ini :
Tabel 7. Prosedur Penelitian
Siklus I
1 Penyusunan rencana
tindakan
1. Merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalam PBM
2. Menentukan pokok bahasan
3. Mengembangkan skenario
pembelajaran
4. Menyiapkan sumber belajar
5. Mengembngkan format evaluasi
6. Mengembangkan format observasi
2 Pelaksanaan tindakan
1.Menerapkan tindakan yang
mengacu pada skenario
pembelajaran
3 Pengamatan
1. Pengamatan dilakukan bersamaan
dengan tindakan dengan
menggunakan instrumen yang
telah tersedia. Fokus pengamatan
adalah kegiatan siswa dengan
menggunkan sesuatu yang sesuai
dengan skenario pembelajaran
4 Refleksi
1. Hasil pengamatan dinalisis untuk
memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan
yang dilakukan, hal apa saja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
83
perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada
tindakan selanjutnya.
Siklus II
1
Perencanaan dan
penyempurnaan
tindakan
1. Berdasarkan hasil dari siklus I
dilakukan penyempurnaan
tindakan
2. Pengamatan program tindakan II
2 Tindakan 1. Pelaksanaan program tindakan II
3 Pengamatan 1. Pengumpulan data tindakan II
4 Refleksi 1. Evaluasi tindakan II (berdasarkan
indikator pencapaian)
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Diskripsi Kondisi Awal
Pada bagian awal bab ini dipaparkan gambaran kondisi awal prestasi belajar
matematika pada konsep operasi pengurangan bilangan asli siswa kelas III SD
SLB C Setya Darma Surakarta.
Prestasi belajar siswa kelas III SD SLB C Setya Darma Surakarta masih
rendah. Guru melaksanakan pembelajaran secara klasikal dengan metode ceramah
dan media papan tulis. Materi pelajaran dikemas dengan alokasi 3 x 30 menit.
Guru mengawali pembelajaran dengan kegiatan apersepsi yaitu dengan berdoa
bersama, mengabsen siswa dan sedikit memberi motivasi kepada siswa.
Guru menyampaikan materi pengurangan dengan metode klasikal yaitu
dengan ceramah menggunakan media papan tulis dan kapur. Guru menjelaskan
pengertian dari pengurangan itu sendiri bahwa pengurangan adalah bilangan yang
besar dikurangi bilangan yang kecil. Setelah anak memahami hakikat dari
pengurangan guru mulai menjelaskan bagaimana cara mengerjakan pengurangan.
Guru menjelaskan cara mengerjakan pengurangan tersebut di papan tulis. Tidak
lupa disaat menjelaskan guru juga memberi kesempatan bagi siswa untuk
bertanya. Selain itu saat menjelaskan guru juga membantu siswa untuk
mengidentifikasi bilangan asli sampai 50.
Setelah guru memberikan penjelasan maka siswa diberi soal sebagai evaluasi
pembelajaran. Siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal pengurangan bilangan
asli sampai 50 dengan jumlah 20 soal. Guru mengawasi saat siswa mengerjakan
soal pembelajaran. Pada pembelajaran kali ini guru tidak memberikan penguatan
dan umpan balik sama sekali.
Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika pada konsep
pengurangan tersebut dapat diperoleh hasil dari tes adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 8. Nilai Ujian Pra Tindakan Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas III
SLB C Setya Darma Surakarta.
No. Nama Siswa Nilai Ujian
Pra Tindakan
Keterangan
1. IN 10 Belum Tuntas
2. VI 50 Belum Tuntas
3 AJ 55 Belum Tuntas
Berdasarkan tabel diatas ketiga siswa belum mencapai ketuntasan dalam
pembelajaran. Hal ini berdasarkan KKM yang terdapat di SLB C Setya Darma
Surakarta dimana siswa mencapai ketuntasan jika mencapai ≥ 60. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kondisi awal sisiwa belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan prestasi belajar kondisi belajar siswa yang rendah ini maka
dilaksanakan beberapa perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus I.
2. Diskripsi Siklus I
a. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan sebelum dilakukan tindakan adalah sebagai berikut :
1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM
2) Menentukan pokok bahasan
3) Mengembangkan skenario pembelajaran
4) Menyiapkan sumber belajar
5) Mengembngkan format evaluasi
6) Mengembangkan format observasi
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanan tindakan ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Adapun
langkah-langkah tindakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir.
1) Pertemuan Pertama
a) Kegiatan awal
(1) Guru memberi salam kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
(2) Guru memimpin doa
(3) Apersepsi : guru bertanya tentang kegiatan anak sebelum
masuk kelas
(4) Informasi : guru menjelaskan secara singkat tentang
pengurangan
(5) Motivasi : guru memberikan semangat kepada siswa dengan
kata “rajin”. “ bagus”, atau “tosh” bersama-sama
b) Kegiatan inti
(1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengurangan
bilangan asli
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-
langkah mengerjakan pengurangan bilangan asli dengan
menggunangan macro media flash
Gambar 5. Contoh Tampilan Macromedia Flash
(3) Siswa menanyakan hal-hal yang belum di mengerti
(4) Siswa mengerjakan soal latihan sebagai evaluasi
c) Kegiatan akhir
(1) Guru menyampaikan bahwa pengurangan dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari
(2) Guru mengevaluasi hasil siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
(3) Guru memberi pekerjaan rumah “ Anak-anak kerjakan PR
pada lembar yang ibu berikan”.
2) Pertemuan ke dua
a) Kegiatan awal
(1) Guru memberi salam kepada siswa
(2) Guru memimpin doa
(3) Apersepsi : guru bertanya tentang kegiatan anak sebelum
masuk kelas
(4) Informasi : guru mengulas secara singkat pelajaran terdahulu
(5) Motivasi : guru memberikan semangat kepada siswa dengan
kata “rajin”. “ bagus”, atau “tosh” bersama-sama
b) Kegiatan inti
(1) Siswa mendengarkan pengulasan guru tentang pertemuan
sebelumnya
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengurangan
bilangan asli
(3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-
langkah mengerjakan pengurangan bilangan asli dengan
menggunangan macromedia flash
(4) Siswa menanyakan hal-hal yang belum di mengerti
(5) Siswa mengerjakan soal latihan sebagai evaluasi seperti yang
terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. Soal Ujian Siklus I
1. …. + 42 = 50
2. …. + 26 = 50
3. …. + 46 = 50
4. …. + 23 = 50
5. …. + 17 = 50
6. 13 + …. = 50
16. 50
13 –
....
17. 50
22 –
....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
7. 38 + …. = 50
8. 19 + …. = 50
9. 33 + …. = 50
10. 25 + …. = 50
11. 50 – 21 = ....
12. 50 – 33 = ....
13. 50 – 11 = ....
14. 50 – 47 = ....
15. 50 – 16 = ....
18. 50
36 –
....
19. 50
10 –
....
20. 50
40 –
....
c) Kegiatan akhir
(1) Guru menyampaikan bahwa pengurangan dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari
(2) Guru mengevaluasi hasil siswa
(3) Guru memberi pekerjaan rumah “ Anak-anak kerjakan PR
pada lembar yang ibu berikan”
c. Observasi
Pada pelaksanaan observasi ini guru mengamati kondisi afektif anak saat
pembelajaran. Hasil dari observasi yang telah dilaksanakan terhadap aspek afektif
anak saat mengikuti pembelajaran. Kegiatan atau aspek yang diamati meliputi :
siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa tertarik dengan media pembelajaran,
siswa memperhatikan materi pelajaran, menjawab pertanyaan yang diajukn oleh
guru, bertanya kepada guru, memberika respon terhadap materi pelajaran,
menjawab soal lisan, memberikan pendapat saat diminta oleh guru, mengerjakan
soal tertulis, motivasi dalam mengerjakan tugas.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan aspek afektif siswa masih rendah.
Hal ini dapat dari hasil pengamatan bahwa aspek afektif siswa masih dalam
kriteria 3 yaitu cukup. Pada saat pembelajaran siswa terlihat tenang namun
perhatian siswa kepada proses pembelajaran masih sering terpecah. Saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pembelajaran mereka juga masih belum banyak bertanya, saat ditanyapun mereka
masih ragu untuk menjawab. Respon mereka terhadap proses belajar mengajar
juga masih belum banyak terlihat. Hal ini mengakibatkan mereka susah dan jarang
memberikan pendapat saat pembelajaran di lakukan dan kurang percaya diri saat
menjawab soal lisan yang diberikan oleh guru. Ketertarikan mereka pada media
pembelajaran yaitu macromedia flash pun sudah terlihat namun belum terlalu
signifikan hasilnya. Walaupun dari beberapa aspek kognitif yang diamati siswa
masih dalam kriteria cukup mereka mau untuk mengerjakan soal tertulis yang
diberikan oleh guru.
d. Refleksi
Keadaan prestasi belajar anak tuna grahita kelas III SD di SLB Setya
Darma Surakarta apabila dibandingkan dengan nilai pra tindakan meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil diskusi dengan guru kelas pada
pelaksanaan siklus I masih terdapat kelemahan yang terjadi diantaranya :
1) Peneliti masih terlalu cepat saat menyampaikan materi pembelajaran
2) Media yang di gunakan dapat menarik perhatian siswa namun perlu
variatif kembali
3) Aspek afektif siswa masih dalam kriteria cukup
4) Perlu penambahan jenis soal pada media yang di gunkan
Berdasarkan hasil tes ujian siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan
yaitu sebanyak satu orang dengan mendapat nilai di atas 60 yaitu 65. Jadi, jika
ditinjau dari indikator ketuntasan yang telah ditentukan yaitu sebanyak 2 orang
dari 3 orang secara keseluruhan siswa mendapat nilai ≥ 60, belum berhasil
mencapai indikator ketuntasan belajar. Untuk itu, akan diadakan siklus II sesuai
dengan hasil refleksi diatas yaitu :
1) Saat penyampaian materi peneliti lebih santai dengan berusaha
mencuri perhatian siswa terlebih dahulu dan menjelaskan tidak terlalu
cepat
2) Menambahkan efek suara pada media pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3) Berusaha merangsang siswa agar aspek afektifnya meningkat dengn
lebih atraktif dalam penyampaian materi dan penambahan variatif
media
4) Menambahkan bentuk soal pengurangan dengan variatif yang berbeda
3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan sebelum dilakukan tindakan adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan hasil dari siklus I dilakukan penyempurnaan tindakan
2) Pengamatan program tindakan II
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanan tindakan ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Adapun
langkahslangkah tindakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir
1) Pertemuan pertama
a) Kegiatan awal
(1) Guru memberi salam kepada siswa
(2) Guru memimpin doa
(3) Apersepsi : guru bertanya tentang kegiatan anak sebelum masuk
kelas
(4) Informasi : guru mengulas secara singkat pelajaran terdahulu
(5) Motivasi : guru memberikan semangat kepada siswa dengan
kata “rajin”. “ bagus”, atau “tosh” bersama-sama
b) Kegiatan inti
(1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengurangan
bilangan asli
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah
mengerjakan pengurangan bilangan asli dengan menggunangan
macro media flash (menggunakan suara)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 6. Contoh Soal Gambar, Angka di Sertai Suara Dalam
Bentuk Macromedia Flash
Gambar 7. Contoh Soal Angka di Sertai Suara Dalam Bentuk
Macromedia Flash
(3) Siswa menanyakan hal-hal yang belum di mengerti
(4) Siswa yang rajin mendapatkan reward dari guru
(5) Siswa mengerjakan soal latihan sebagai evaluasi
c) Kegiatan akhir
(1) Guru menyampaikan bahwa pengurangan dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari
(2) Guru mengevaluasi hasil siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
(3) Guru memberi pekerjaan rumah “ Anak-anak kerjakan PR pada
lembar yang ibu berikan”
2) Pertemuan ke dua
a) Kegiatan awal
(1) Guru memberi salam kepada siswa
(2) Guru memimpin doa
(3) Apersepsi : guru bertanya tentang kegiatan anak sebelum masuk
kelas
(4) Informasi : guru mengulas secara singkat pelajaran terdahulu
(5) Motivasi : guru memberikan semangat kepada siswa dengan
kata “rajin”. “ bagus”, atau “tosh” bersama-sama
b) Kegiatan inti
(1) Siswa mendengarkan pengulasan guru tentang pertemuan
sebelumnya
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengurangan
bilangan asli
(3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah
mengerjakan pengurangan bilangan asli dengan menggunangan
macro media flash
(4) Siswa menanyakan hal-hal yang belum di mengerti
(5) Siswa mendapatkan reward dari guru
(6) Siswa mengerjakan soal latihan sebagai evaluasi seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 10. Soal Ujian Siklus II
1. …. + 44 = 50
2. …. + 25 = 50
3. …. + 41 = 50
4. …. + 28 = 50
5. …. + 10 = 50
6. 19 + …. = 50
7. 37 + …. = 50
8. 18 + …. = 50
9. 35 + …. = 50
10. 24 + …. = 50
11. 50 – 25 = ....
12. 50 – 39 = ....
13. 50 – 12 = ....
14. 50 – 43 = ....
15. 50 – 18 = ....
16. 50
16 –
....
17. 50
23 –
....
18. 50
31 –
....
19. 50
14 –
....
20. 50
47 –
....
c) Kegiatan akhir
(1) Guru menyampaikan bahwa pengurangan dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari
(2) Guru mengevaluasi hasil siswa
(3) Guru memberi pekerjaan rumah “ Anak-anak kerjakan PR pada
lembar yang ibu berikan”
c. Observasi
Pada pelaksanaan observasi ini guru mengamati kondisi afektif anak saat
pembelajaran. Hasil dari observasi yang telah dilaksanakan terhadap aspek afektif
anak saat mengikuti pembelajaran. Kegiatan atau aspek yang diamati meliputi :
siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa tertarik dengan media pembelajaran,
siswa memperhatikan materi pelajaran, menjawab pertanyaan yang diajukn oleh
guru, bertanya kepada guru, memberika respon terhadap materi pelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
menjawab soal lisan, memberikan pendapat saat diminta oleh guru, mengerjakan
soal tertulis, motivasi dalam mengerjakan tugas.
Berbeda dengan siklus I pada siklus II pengamatan terhadap aspek afektif
siswa mendapatkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan rata-
rata siswa mendapatkan kriteria penilaian 4 yang berarti baik. Siswa lebih terfokus
dalam mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru. Setelah memberi
sedikit variasi pada media pembelajaran mereka terlihat lebih tertarik dan justru
banyak yang ingin memainkannya. Perhatian mereka terhadap materipun sangat
baik, mereka antusias menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru baik dalam
bentuk tulisan maupun lisan. Pada saat materi diberikan mereka memberi respon
yang positif, tidak ada yang berbuat onar, mereka juga mulai ada pertanyaan yang
diajukan. Selain itu mereka lebih terlihat percaya diri saat memberikan pendapat
dan terlihat semangat saat mengerjakan tugas yang diberikan.
d) Refleksi
Keadaan prestasi belajar anak tuna grahita kelas III SD di SLB Setya
Darma Surakarta apabila dibandingkan dengan nilai pra tindakan dan nilai siklus I
sudah banyak peningkatan. Mengacu pada kekurangan yang dialami pada siklus I,
penulis melakukan perbaikan pada siklus II sesuai refleksi pada siklus I. Pada
siklus II guru mencoba menciptakan suasana nyaman dan santai saat
pembelajaran. Selain itu guru juga memberi tambahan variasi pada macromedia
flash yang digunakan sebagai media pembelajaran. Guru berusaha untuk
menciptakan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, menumbuhkan
kepercayaan diri siswa dengan mengajak siswa maju kedepan kelas mengerjakan
soal atau menjawab soal. Sebagai penghargaan kepada siswa guru juga memberi
penguatan berupa pujian dan hadiah. Nilai ujian siklus II pun meningkat dan
mencapai ketuntasan. Rata-rata kelas anak sudah mencapai nilai 75 dengan ketiga
siswa mencapai ketuntasan. Presentase ketuntasan adalah 100 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih klasikal dengan metode
ceramah dengan media papan tulis dan kapur. Sebelumnya siswa kelas III SD
SLB C Setya Darma Surakarta belum pernah mengikuti proses belajar mengajar
dengan menggunkan macromedia flash. Suasana kelas tidak hidup dan mereka
kurang terfokus dalam menerima materi pembelajaran. Setelah dilaksanakan
pembelajaran dan pemberian soal sebanyak 20 sebagai evaluasi siswa didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 11. Nilai Ujian Pratindakan Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas III
SLB C Setya Darma Surakarta.
No. Nama Siswa Nilai Ujian
Pra Tindakan
Keterangan
1. IN 10 Belum Tuntas
2. VI 50 Belum Tuntas
3 AJ 55 Belum Tuntas
Jumlah 115
Rerata Nilai Ujian Pra Tindakan 38,3
Ketuntasan Klasikal 0 % Belum Tuntas
Mengacu pada tabel hasil ujian siswa pada pra tindakan diatas diketahui
bahwa ketiga siswa tersebut memperoleh nilai dibawah 60 sehingga tidak ada
siswa yang tuntas. Nilai rerata yang diperoleh adalah 38,3 dengan tingkat
ketuntasan 0 %. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada
konsep pengurangan kelas III SD di SLB C Setya Darma Surakarta belum
memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini
pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil ujian yang menunjukkan rendahnya prestasi belajar
siswa maka terdapat inisiatif perubahan dalam pembelajaran yaitu salah satunya
dengan jalan menggunakan macromedia flash.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
2. Hasil Penelitian Siklus I
Mengacu pada kekurangan yang terdapat pada kondisi awal maka peneliti
melakukan variasi pada media pembelajaran yaitu dengan menggunakan
macromedia flash. Setelah mengguakan media ini pada mata pelajaran
matematika konsep pengurangan pada siswa kelas III SD di SLB C Setya Darma
Surakarta hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Nilai Ujian Siklus I Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas III SLB C
Setya Darma Surakarta.
No Nama Nilai Ujian
Siklus I
Keterangan
1 IN 45 Belum tuntas
2 VI 55 Belum tuntas
3 AJ 65 Tuntas
Jumlah 165
Rerata Nilai UJian Siklus I 55
Ketuntasan Klasikal 33,3 % Belum tuntas
Hasil ujian siklus I yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa
sebanyak satu siswa tuntas dengan memperoleh nilai ≥ 60 yaitu 65. Sedangkan
siswa yang tidak tuntas sebanyak dua siswa dengan memperoleh nilai di bawah
60. Nilai rerata ujian pada siklus I adalah 55 dan ketuntasan secara klasikal
sebesar 33,3 %. Berrdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa
ketuntasan belum di dapat. Melihat kondisi ini peneliti melakukan variatif kembali
pada media pembelajaran.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Hasil pembelajaran matematika pada konsep pengurangan dengan
menggunakan macromedia flash pada siswa kelas III SD di SLB C Setya Darma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Surakarta setelah melakukan perbaikan setelah pelaksanaan siklus I adalah
sebagai berikut :
Tabel 13. Nilai Ujian Siklus II Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas III SLB
C Setya Darma Surakarta.
No Nama Nilai Ujian
Siklus II
Keterangan
1 IN 65 Tuntas
2 VI 75 Tuntas
3 AJ 95 Tuntas
Jumlah 235
Rerata Nilai UJian Siklus II 78,3
Ketuntasan klasikal 100 % Tuntas
Hasil dari evaluasi pada siklus II seperti yang disajikan pada tabel diatas
menunjukkan bahwa ketiga siswa mendapatkan nilai ≥ 60, dengan nilai rerata
kelas 78,3. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa indikator kinerja telah
terpenuhi dengan ketuntasan klasikal mencapai 100 %.
Berdasarkan data hasil ujian siklus II telah diketahui bahwa terdapat
peningkatan baik dari kondisi awal atau siklus I. Pada kondisi awal telah diketahui
bahwa ketiga siswa kelas III SD di SLB C Setya Darma Surakarta memperoleh
nilai dibawah 60 sehingga tidak ada siswa yang tuntas. Nilai rerata yang diperoleh
adalah 38,3 dengan tingkat ketuntasan 0 %. Data ini menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika pada konsep pengurangan kelas III SD di SLB C Setya
Darma Surakarta belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Sehingga dapat
ditetapkan bahwa pada kondisi awal ini pembelajaran matematika yang telah
dilaksanakan belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan data siklus I dapat diketahui bahwa sebanyak satu siswa dari
tiga siswa tuntas dengan mmperoleh nilai 65. Sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebanyak dua siswa dengan memperoleh nilai di bawah 65. Nilai rerata ujian pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
siklus I adalah 55 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 33,3 %. Berrdasarkan
data tersebut maka dapat diketahui bahwa ketuntasan belum di dapat saat
pembelajaran siklus I. Melihat kondisi ini peneliti melakukan variatif kembali
pada media pembelajaran guna perbaikan pada siklus II.
Berdasarkan hasil observasi dengan perbaikan yang telah dilakukan
peneliti sejak siklus I sampai siklus II pada media pembelajaran yaitu macromedia
flash ataupun pada proses penyampaian materi mengalami peningkatan.
Peningkatan prestasi belajar matematika pada konsep pengurangan siswa kelas III
SD di SLB Setya Darma Surakarta dapat dilihat dari hasil nilai ujian sebagai
berikut :
Tabel 14. Perbandingan Nilai Ujian Pratindakan dan Siklus I Pengurangan
Bilangan Asli Siswa Kelas III SLB C Setya Darma Surakarta.
No Nama
Siswa
Nilai Ujian Pra
Tindakan
Nilai Ujian
Siklus I
Nilai Ujian
Siklus II
1 IN 10 45 65
2 VI 50 55 75
3 AJ 55 65 95
Jumlah 115 165 235
Rata-rata 38,3 55 78,3
Ketuntasan belajar 0 % 33,3 % 100 %
Berdasarkan hasil ujian siswa diatas dapat digambarkan dalam grafik sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai Ujian Pratindakan dan Siklus I
Pengurangan Bilangan Asli Siswa Kelas III SLB C Setya Darma Surakarta.
Berdasarkan hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut :
Tabel 15. Perbandingan Nilai Rata-rata Secara Klasikal Setiap Siklus
No Siklus Nilai rata-rata Peningkatan
1 Pra Tindakan 38,3 -
2 Siklus I 55 16,7
3 Siklus II 78,3 23,3
Mengacu pada peningkatan prestasi belajar matematika tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
10
5055
45
55
6565
75
95
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
IN VI AJ
Nilai Ujian Pratindakan Nilai Ujian Siklus I Nilai Ujian Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Gambar 9. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Secara Klasikal Setiap Siklus
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai matematika
pada konsep pengurangan bilangan asli sampai 50 telah mencapai 78,3 dari 3
siswa seluruhnya mendapat nilai 60 keatas. Sehingga dapat diketahui bahwa
indikator keberhasilan penelitian telah tercapai dengan ketuntasan secara klasikal
sebesar 100 %.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada konsep
operasi pengurangan bilangan asli pada anak tuna grahita kelas III di SLB C Setya
Darma Surakarta tahun 2011.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti kali ini berjudul
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Konsep Operasi
Pengurangan Bilangan Asli Melalui Macromedia Flash Bagi Siswa Kelas III
Slb C Setya Darma Surakarta Tahun 2011 yang di laksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama dua pertemuan dan setiap siklus terdapat
empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan
Pra tindakan Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 38 55 78
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai Rata-rata Kelas Prestasi Belajar Matematika Setiap
Siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
tahap refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I dan II peneliti sudah mendapatkan
kondisi awal siswa.
Kondisi awal pembelajaran matematika pada siswa kelas III SD di SLB C
Setya Darma Surakarta dilakukan secara konvensional atau klasikal. Guru
menerangkan materi dengan menggunakan media papan tulis dan kapur
sedangkan siswa mendengarkan dengan seksama, dengan kondisi demikian siswa
sangatlah pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Melihat kondisi yang
demikian tentulah tidak mengherankan jika siswa cepat bosan saat kegiatan
belajar dan mengajar. Siswa terlihat kurang antusias karena tidak adanya variasi
dalam penyampaian materi atau pun media pembeljarannya. Hal ini juga
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam bertanya, tidak percaya diri saat
menjawab pertanyaan guru terutama saat pertnyaan lisan. Selain itu, respon siswa
terhadap materi pelajaran juga kurang, yang mengakibatkan saat di mintai
pendapat guru siswa kurang dapat mengutarakan pendapatnya. Saat mengerjakan
tugas mereka juga terlihat kurang bersemangat. Hasil ujian siswa saat kondisi
awal atau pra tindakan juga belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum ) yaitu ≥ 60. Berdasarkan data hasil ujian siswa pada kondisi awal
ketiga siswa mendapatkan nilai dibawah 60. Rata-rata ketuntasan siswa hanya
mencapai 38,8 dengan presentase ketuntasan 0 %. Mengingat kelemahan yang
dialami pada kondisi awal peneliti mencoba melakukan variasi pada media
pembelajaran yang digunakan pada proses belajar mengajar pelajaran matematika
dengan harapan siswa lebih tertarik, semangat dalam belajar sehingga materi yang
ingin disampaikan oleh guru mampu di terima dengan baik oleh siswa.
Diskripsi siklus I menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kondisi
awal akan tetapi belum terlalu memuaskan dikarenakan belum mencapai indikator
dari keberhasilan penelitian itu sendiri. Pada siklus I guru berusaha menciptakan
suasana nyaman dan santai saat pembelajaran. Kelemahan yang ada pada saat
kondisi awal berusaha untuk diperbaiki. Siswa terlihat tertarik dengan
macromedia flash. Hal ini mengingat macromedia flash adalah hal baru untuk
mereka. Penggunaan macromedia flash saat pembelajaran matematika dengan
bantuan LCD adalah untuk pertama kalinya bagi siswa kelas III SD di SLB C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Setya Darma Surakarta. Keadaan siswa saat siklus I lebih membaik dibandingkan
kondisi awal walaupun belum mencapai kriteria yang diinginkan, jika melihat
kriteria penilaian berada dalam kriteria cukup. Siswa sedikit demi sedikit berani
untuk bertanya kepada guru. Rasa percaya diri mereka sudah mulai terbangun
misalnya saat menjawab pertanyaan secara lisan. Siswa juga sudah mulai
memberikan respon saat diterangkan materi pelajaran. Selain itu saat dimintai
pendapat walaupun sedikit malu dan enggan mereka sudah mulai berusaha untuk
berpendapat. Saat mengerjakan tugas motivasi mereka sudah sedikit terlihat. Hasil
ujian siswa saat siklus I masih belum mencapai indikator keberhasilan penelitian
ataupun kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada siklus I dari ketiga siswa yang
tuntas dengan nilai ≥ 60 hanya satu orang dengan nilai 65. Rata-rata ketuntasan
siswa hanya mencapai 55 dan jika di prosentasekan ketuntasan pada siklus I hanya
mencapai 33,3 %. Berdasarkan data ini maka peneliti mencoba melaksanakan
beberapa perbaikan dari segi variatif isi macromedia flash ataupun cara
penyampaian materi dengan harapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan
indikator keberhasilan dalam penelitian dapat tercapai.
Diskripsi siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan kondisi awal
maupun siklus I. Usaha peneliti untuk membenahi kelemahan yang terdapat pada
siklus I dengan melakukan beberapa variasi pada media pembelajaran dan cara
penyampaian materi memperlihatkan peningkatan terutama pada hasil belajar dan
aspek afektif siswa. Ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran sangat
terlihat. Mereka selalu merespon apa yang disampaikan oleh guru bahkan pada
kesempatan tertentu mereka ingin mencoba macromedia flash itu sendiri. Saat
guru menjelaskan materi pelajaran siswa mendengarkan dengan seksama,
perhatian mereka lebih terfokus saat pelajaran. Hal ini juga mengakibatkan
suasana pembelajaran lebih hidup dan nyaman. Siswa sangat terlihat percaya diri
saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, demikian pula saat dimintai
pendapat. Mereka tidak malu lagi untuk mengungkapkan pendapat. Pertanyaan
yang diajukan kepada guru juga lebih dari pada siklus I. Respon mereka saat
pelajaran sangat baik saat pelajaran. Begitu pula motivasi dalam mengerjakan
tugas. Hasil ujian siswa saat siklus II menunjukkan peningkatan. Ketiga siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
mendapatkan nilai ≥ 60. Masing-masing siswa memperoleh nilai 65, 75 dan 95.
Rata-rata kelas juga baik yaitu 78,3 dan jika diprosentase ketuntasan siswa adalah
100 %. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan dari
penelitian telah tercapai dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) juga telah
terpenuhi.
Melihat data siklus II dimana telah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dan indikator keberhasilan peneitian maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pada konsep operasi pengurangan bilangan asli pada anak tuna grahita
kelas III di SLB C Setya Darma Surakarta tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yng telah dikemukakan pada
bab IV dapat disimpulkan bahwa penerapan macromedia flash dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika pada konsep operasi
pengurangan bilangan asli pada anak tuna grahita kelas III di SLB C
Setya Darma Surakarta tahun 2011.
Hal tersebut dapat ditunjukkan adanya ketercapaian indikator
keberhasilan penelitian bahkan melampauinya yaitu ketiga siswa
mendapatkan nilai ≥ 60 dengan nilai tertinggi 95 dan rata-rata kelas
yaitu 78,3 serta prosentase ketuntasan siswa 100 %.
B. Saran
Demi mengharapkan peningkatan prestasi belajar matematika
pada konsep pengurngan, maka penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
a. Saran untuk kepala sekolah
Sebaiknya lebih meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.
Misalnya dengan menambah media pembelajaran yang mampu
digunakan oleh guru, sehingga proses belajar mengajar lebih
dinamis, mampu merangsang kreatifitas guru dalam mengajar
dan siswa tidak mudah bosan.
b. Saran untuk guru
Sebaiknya guru melakukan inovasi dalam pembelajaran,
misalnya pada media pembelajaran. Semua ini dikarenakan
selain mengikuti perkembangan zaman, siswa juga memerlukan
hal baru dalam pembelajaran. Siswa lebih dapat semangat dalam
pembelajaran, tidak bosan dan berkontrasi jika setiap kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
pembelajaran guru melakukan pembaharuan. Apalagi
matematika adalah pelajaran yang bagi sebagian orang sulit
untuk dipelajari. Bagi siswa normal saja susah apalagi bagi anak
tuna grahita.
c. Saran untuk siswa
Siswa hendaknya memperhatikan materi yang disampaikan
oleh guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Saat
pebelajaran juga harus menjaga ketenangan kelas agar teman
yang lain tidak terganggu konsentrasinya, jika siswa
melaksanakan pasti suasana kelas lebih kondusif, siswa dapat
mengerjakan soal ujian dan prestasi belajar dapat meningkat.