UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK
DI WILAYAH BASQUE COUNTRY, SPANYOL
2007-2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Whisnu Mardiansyah
1110113000076
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur Alhamdullilah saya ucapkan kehadirat Ilahi Robbi
Allah SWT yang telah memberi kekuatan rahmat dan hidayahNya hingga saya
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Uni Eropa dalam Meredam
Konflik di Wilayah Basque Country Spanyol” ini dengan semaksimal mungkin
dan sebaik-baiknya, meski kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Selain itu,
ucapan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya terucap kepada pihak-
pihak yang terlibat secara langsung maupun yang telah memberikan dukungan
doa dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini :
Mama Endang Komariah dan Ayah Tarmin, atas seluruh, waktu, tenaga
dan usaha maksimal untuk memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak,
dukungan tanpa henti dan keyakinan akan keberhasilan anak-anaknya kelak. Yang
paling tidak terlupakan, Pa’de Bambang Hermanto selaku paman yang telah
memberikan banyak bantuan materi kepada penulis dalam menyelesaikan studi S1
di Jakarta selama empat tahun ini. Hanya Allah SWT yang bisa membalas seluruh
kebaikan dan pengorbanan kalian.
Pak Andar Nubowo atas kesediaan beliau menjadi pembimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini yang selalu direpotkan atas ketidakpahaman saya
dalam menulis sebuah skripsi yang baik dan sempurna. Muchas gracias, Señor!
Seluruh civitas akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dekan, dosen-dosen FISIP yang terutama
kepada Kepala Jurusan Hubungan Internasional Ibu Debby Affianty yang
mempermudah mahasiswanya dalam birokrasi proses penyelesaian skripsi dari
mulai pengajuan proposal hingga sidang.
Kepada seluruh teman-teman kelas HI-B angakatan 2010, meskipun tidak
dapat disebutkan satu per satu, tetapi tidak sedikitpun mengurangi rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya telah menjadi bagian empat tahun untuk mencapai
cita-cita bersama. Dan kepada Fahmy, Rizal, Fatah, Ocid, Eko, Dhimas, Dede,
Mely kawan-kawan kelas yang saling memotivasi dan berlomba-lomba dalam
menyelesaikan skripsi masing-masing, tetapi meskipun tidak dapat wisuda
bersama-sama tetap keep fighting on your dreams and spirit thanks a lot for
wonderful four years can’t do this without u all, God bless u !
Kepada teman-teman sahabat sekosan dan diskusi Opik, Fangke, Miftah,
Aceng, Gondes dan Ojan dalam setahun terakhir telah menjadi teman-teman
setongkrongan, diskusi, dalam keadaan sulit maupun senang telah membuat hari-
hari selalu menyenangkan dalam menghadapi peliknya menghadapi tugas akhir
kuliah. Ingat skripsi dapat di atasi dengan ambisi, inspirasi dan dieksekusi bukan
untuk diratapi. Semoga teman-teman yang masih berjuang segera eksekusi
skripsinya. It’s been real pleasure to know u all, i’ll see u all in the future!
Jakarta, 2 Desember 2014
Whisnu Mardiansyah
ABSTRAKSI
Skripsi ini membahas upaya-upaya pencegahan Uni Eropa dalam meredam konflik separatisme di Basque Country, Spanyol. Upaya untuk memediasi dan meresolusi konflik di Basque Country tidak pernah menemui titik temu antara kedua belah pihak. Uni Eropa pun mengalami kesulitan untuk menanggapi isu separatisme di Basque Country. Daripada melibatkan dini dalam masalah internal negara anggotanya, upaya yang dilakukan Uni Eropa lebih pada upaya untuk meredam konflik dengan memfasilitasi berbagai program bantuan ekonomi dan alokasi anggaran di Basque Country. Penelitian ini menggunakan konsep Orgasnisasi Internasional dan Konsep Perdamaian. Dalam konteks ini, Uni Eropa sebagai organisasi internasional yang mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian dalam setiap penyelesaian konflik memiliki peran kunci dalam upaya penyelesaian konflik baik secara langsung maupun tidak langsung di Basque Country. Spanyol tentu sangat membutuhkan kehadiran dari Uni Eropa dalam keadaan di mana negara tersebut tidak mampu menyelesaikan konflik separatisme Basque. Dengan menggunakan Positive Peace melalui kebijakan regional Eropa, UE ingin membangun sudut pandang di masyarakat seperti keselarasan, keadilan dan kesetaraan.
Perdamaian positif bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan terhadap masalah-masalah potensial di masyarakat terutama pada permasalahan ekonomi dan struktur sosial dan politik. Program kebijakan regional Eropa melalui Structural Fund pada tahun 2007-2013 mempengaruhi jumlah serangan dan teror ETA. Dukungan warga terhadap proses integrasi Eropa semakin mengurangi legitimasi ETA dan keinginan untuk merdeka semakin menurun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan menjelaskan secara umum mengenai konflik di wilayah Basque Country, kemudian menjelaskan secara khusus dan menarik kesimpulan mengenai Upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian dalam konflik tersebut.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
ABSTRAKSI ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................................................ ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7
E. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 10
F. Metodologi Penelitian .................................................................................... 14
G. Sistematika Penelitian .................................................................................... 16
BAB II : SEJARAH KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY ............ 18
A. Wilayah Etnis Basque .................................................................................... 18
B. Pembentukan Eta (Euskadia Ta Askatasuna) dan Konflik dengan
Pemerintah Spanyol ....................................................................................... 22
B.1. Masa Diktator Jenderal Franco (1959-1975) .......................................... 25
B.2. Masa Demokrasi Parlementer (1975-Sekarang) ..................................... 27
BAB III : UNI EROPA DAN KONFLIK SUB-NASIONAL ............................... 37
A. Peran Uni Eropa dalam Konflik Negara dan Wilayah Sub-Nasional ............ 38
B. Uni Eropa dalam Konflik di Wilayah Basque Country ................................. 43
BAB IV : UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI
WILAYAH BASQUE COUNTRY TAHUN 2007-2013 ....................................... 54
A. Kebijakan Regional Eropa/Structural funds .................................................. 55
B. Efektifitas Kebijkan Regional Eropa terhadap Eskalasi Konflik di Basque
Country ........................................................................................................... 61
C. Faktor Pendukung : Integrasi Eropa di Basque Country ................................ 69
D. Faktor Penghambat : Penolakan Spanyol untuk Gencatan Senjata dengan
ETA ................................................................................................................ 72
BAB V : KESIMPULAN ......................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
TABEL 3.1 : Instrumen dan Mekanisme Uni Eropa dalam Penyelesaian konflik .... 40
TABEL 4.2 : Anggaran dana Structural Funds Uni Eropa di Basque ....................... 59
TABEL 4.3 : Total Anggaran Uni Eropa di Basque Country tahun 2007-2013 ........ 61
TABEL 4.4 : GDP Per Kapita Basque Country tahun 2007-2013 ............................. 67
TABEL 4.5 : Jumlah Serangan dan Korban Jiwa Teror ETA .................................... 69
TABEL 4.6 : Kontribusi GDP Basque Country ke Spanyol tahun 2007-2013 .......... 74
TABEL 4.7 : Alokasi anggaran Uni Eropa di Spanyol tahun 2007-2013 .................. 76
GRAFIK 4.1 : Anggaran Uni Eropa di Basque Country ........................................... 63
GRAFIK 4.2 : Jumlah serangan dan gencatan senjata oleh ETA .............................. 63
DAFTAR SINGKATAN
BAC : Basque Autonomous Community
CCRLA : the Consultative Council of Regional and Local Authorities
CF : Cohesion Fund
CFSP : Common Foreign and Security Policy
CoR : Committee of Regions
EA : Eusko Alkartasuna (Basque Solidarity)
EEAS : European External Action Service
EEC : European Economic Community
EGI : Eusko Gaztedi (Basque Youth)
EGTC : European Grouping Territorial Cooperation
EFA : European Free Alliance
ERP : European Regional Policy
ERDF : European Regional Development Fund
ESDP : European Security and Defense Policy
ESF : European Sosial Fund
ETA : Euskadia Ta Askatasuna (Basque Homeland and Freedom)
EU : European Union
GAL : Grupos Antiterroristas de Liberacion (Anti-terrorist Liberation Groups)
GDP : Gross Domestic Product
IGO : Intergovernmental Organization
INGO : International Nongovernmental Organization
IRA : Irish Republican Army
IVC : International Verification Committee
PNV : Partido Nacionalista Vasca (Basque Nationalist Party)
PP : Partido Popular (Popular Party)
PSE : Partido Socialista de Euskadi (Basque Socialist Party)
PSOE : Partido Socialista Obrero Espanol (Spanish Socialist Workers Party)
SF : Structural Fund
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu separatisme menjadi masalah klasik yang dihadapi beberapa negara di
dunia. Faktor kesenjangan ekonomi, perbedaan ideologi, dan latar belakang
budaya menjadi faktor separatisme muncul. Negara-negara Eropa pun
menghadapi masalah separatisme, di saat Uni Eropa sedang bertransisi menuju
integrasi politik dan ekonomi. Dari beberapa kelompok separatis di Eropa di
antaranya, Brigade Merah, NAR (Italia), Faksi Tentara Merah (Jerman), GRAPO,
Spanish Basque Battalion, ETA (Spanyol), dan IRA (Irlandia Utara).1
Dalam empat dekade terakhir, Spanyol menghadapi persoalan separatisme
yang timbul di beberapa wilayah regionalnya. Tuntutan otonomi dan
kemerdekaan menyebabkan beberapa wilayah regional di Spanyol berjuang
memisahkan diri. Separatisme di Spanyol memasuki tahap gerakan insurgensi
terorisme berbasis etnisitas dan teritorial, salah satunya di Basque Country.
Basque Country atau Euskal Herria adalah sebuah daerah di Pyrenees Barat,
terletak diantara Timur Laut Spanyol dan Barat Daya Perancis. Wilayah ini
dihuni mayoritas etnis Basque dan berbahasa Euskara. Di antara wilayah-
wilayah regional lainnya di Spanyol, Basque Country memiliki hak otonomi
1 Gulriz Gigi Gokcek, Cooperation of EU Member States in Limitinf Etnhic Conflict, Department of Political Science Ellison Hall. University of California, 2008, Hlm. 18-22
1
paling luas, namun wilayah ini terus berupaya untuk memisahkan diri dari
Spanyol. 2
Pada tahun 1979, lobi politik Pemerintah Regional Basque (Basque
Autonomus Community) menghasilkan statuta otonomi yang disebut statuta
Guernika. Statuta Guernika memberikan hak dan kebebasan kepada wilayah
Basque untuk memiliki parlemen lokal, tenaga kepolisian, mengontrol pajak dan
pengibaran bendera Ukurinna. Rakyat Basque menginginkan perluasan otonomi,
karena Statuta Guernika belum sepenuhnya memberikan hak-hak konstitusi
kepada Basque Country. Pada 22 Januari 2005, Presiden Regional Basque Juan
Jose Ibarretxe mengajukan Ibarretxe Plan (proposal otonomi terbaru) ke depan
Parlemen Spanyol, namun Parlemen Spanyol menolak keras proposal Ibarretxe
Plan.3
Separatisme di Basque Country muncul sejak tahun 1960, yang di
ditandai dengan terbentuknya gerakan separatis ETA (Euskadi Ta Askatasuna)
pada tahun 1958. ETA mengampanyekan ideologi ethnonationalist dengan cara-
cara teror untuk mencapai tujuannya.4 Serangkaian teror ETA sejak tahun 1960
telah menewaskan hampir delapan ratus korban jiwa dari penduduk sipil, politisi,
jurnalis hingga pejabat pemerintah.5 Sebagai fakta, Spanyol menjadi negara
2 Dwiya Saha, Euskal Herria - 194 th , Journal of Institute of Foreign Policy Studies, Calcutta University, 2012,hlm. 1-3
3 BBC, Basque Plan Independent Plan Rejected terdapat di http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4228297.stm diakses pada 5 Mei 2014
4 Peter Lowe, ETA, Terrorism and Basque Conflict, Peter Lowe Publisher, 2014, hlm. 5-7 5 Ignacio Sánchez-Cuenca, The persistence of nationalist terrorism: the case of ETA, Journal of
Centre for Advanced study in social science Juan March Institute, 2008, hlm. 2-3 6 Terrorist Act 1968-2006 Fatalities terdapat di http://www.nationmaster.com/country-
info/stats/Terrorism/Terrorist-Acts/1968--2006/Fatalities diakses pada 30 April 2014
2
dengan jumlah serangan teror terbanyak di antara negara-negara Eropa Barat
lainnya periode tahun 2000-2006.6
Separatisme ETA dapat menganggu stabilitas keamanan, integritas
ekonomi dan politik Uni Eropa di Spanyol.7 Pada tahun 2002, Spanyol
mengeluarkan kebijakan Pacto de las Libertades Contra el Terrorismo. Kebijakan
tersebut melegitimasi pihak kepolisian dan keamanan untuk menangkap pihak-
pihak yang dicurigai sebagai teroris, terutama ETA. Uni Eropa pun menetapkan
kelompok separatis ETA sebagai organisasi teroris, sehingga Uni Eropa
mendukung penuh Spanyol untuk memerangi ETA. 8 Penangkapan pemimpin
ETA oleh pemerintah Spanyol membuat ETA melemah didukung masyarakat
Basque Country yang menolak cara-cara kekerasan dan menolak keberadan ETA.
Upaya perdamaian melalui dialog dan mediasi beberapa kali telah
dilakukan di antaranya, Pada 25 November 2005, ETA mengajukan proposal
perdamaian ke Uni Eropa untuk mengakhiri konflik, namun hal itu ditolak oleh
Uni Eropa dikarenakan proposal tersebut tanpa persetujuan dari Pemerintah
Spanyol.9 Pihak ketiga yakni, seperti Carter Center tahun 1993-1994, dan
Pemerintah Swiss tahun 1999 telah mengupayakan proses perdamaian dan
7 Julen Pablo and Oier Imaz, The EU and the Basque conflict opportunities for engagement,
Journal of Concilitaion Resource No.22, 2011, hlm.32 8 Spanish Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact diakses di
http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml pada 10 Mei 2014 9 European Union Will Not Negotiate with ETA dalam Roy Sidharta Sembiring, Kekerasan dan
Kebebasan : Perspektif Kritis terhadap Penggunaan kembali Pola-pola Terorisme oleh ETA dalam Mencapai Kemerdekaan Pasca Insiden Pemboman Madrid 2004, Tesis Universitas Indonesia, 2007, hlm.96
3
mediasi. Namun, upaya mediasi belum menemui kesepakatan perdamaian antara
kedua belah pihak.10
Komunitas internasional mendesak agar diadakan perundingan
perdamaian. Pada International Conference in Basque Conflict 17 Oktober 2011
di San Sebastian, mantan Sekretaris Jenderal PBB Koffi Anan menyerukan
kepada pihak-pihak yang terlibat konflik untuk segera mengakhiri konflik.11Di
dalam internal Uni Eropa, anggota Parlemen Eropa, Garry Adams, eks-pejuang
IRA (Irish Republican Army) juga mengupayakan kepada negara-negara anggota
Uni Eropa untuk membantu proses perdamaian di wilayah Basque Country
dengan mekanisme proses perdamaian di Irlandia Utara antara IRA dan
Pemerintah Inggris.
Upaya proses perdamaian dan dialog antara ETA dan Pemerintah Spanyol
selalu mengalami kegagalan. Pada 25 November 2012, ETA bersedia berdialog
dengan Pemerintah Spanyol dengan syarat mengembalikan para tahanan ETA ke
wilayah Basque, namun Spanyol menolak syarat-syarat ETA dan menginginkan
pembubaran ETA seutuhnya.12 Penyelesaian konflik antara ETA dan Pemerintah
Spanyol belum menemui kesepakatan secara resmi melalui meja perundingan.
10 Gorka Espiou Idoiaga, The Basque Conflict New Ideas and Prospect for Peace, Journal of United States Institute for Peace Special Report No.161, 2006, hlm.8
11 Pidato Koffi Anan pada saat menghadiri Konferensi Internasional dalam Konflik Basque di San Sebastian, Spanyol terdapat di http://kofiannanfoundation.org/newsroom/speeches/2011/10/kofi-annan-promotes-resolution-conflict-basque-country diakses pada 15 Mei 2014
12 Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical terdapat di http://www.e-f-a.org/services/news-single-view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses diakses pada 20 Mei 2014
13 Emma Johansson, A New Start for EU Peacemaking : Post Record and Future Potential, Journal of UCDP No.7, Upsalla, Departement of Research and Conflict Resolution,
4
Pemerintah Spanyol menganggap gencatan senjata secara sepihak oleh ETA
hanya sebagai retorika.
Uni Eropa adalah lembaga yang memiliki peran kunci dalam penyelesaian
konflik di Basque Country. Traktat Lisbon memberi legitimasi bagi Uni Eropa
dalam penyelesaian konflik dan penciptaan perdamaian internasional. Uni Eropa
harus berperan dan memperkuat kinerjanya dalam aktifitas konflik internasional
dan proses perdamaian dengan mengintegrasikan dimensi-dimensi peacebuilding
ke dalam mekanisme penyelesaian konflik.13
Upaya Uni Eropa untuk memediasi konflik di Basque Country terhalang
dengan sikap Spanyol. Spanyol menganggap masalah konflik di wilayah Basque
Country hanya sebagai masalah internal dalam negerinya.14 Posisi dilematis Uni
Eropa membuat Uni Eropa tidak dapat berperan secara langsung dalam proses
dialog dan negosiasi. Uni Eropa menggunakan pendekatan conflict prevention dan
conflict containment separatisme di Basque Country.
Maka dari itu, persoalan ini, terutama mekanisme dan kebijakan Uni
Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country, Spanyol Tahun 2007-
2013 menarik untuk dikaji.
14 Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.70-72
5
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitiannya adalah “bagaimana upaya Uni Eropa meredam
konflik di wilayah Basque Country ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menggambarkan perkembangan konflik di wilayah Basque Country
dalam kurun waktu 2007-2013
2. Menjelaskan upaya-upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah
Basque Country.
3. Menganalisa efektifitas upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di
wilayah Basque Country
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi mahasiswa Ilmu
Hubungan Internasional serta peneliti masalah-masalah internasional
mengenai masalah konflik dan separatisme, khususnya dalam masalah di
wilayah Basque Country.
2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Hubungan
Internasional dalam memahami perkembangan yang terjadi dalam konflik
di wilayah Basque Country, mengetahui sejauh mana perkembangan
upaya-upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam meredam konflik di
wilayah Basque Country.
6
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa jurnal dan tulisan yang telah melakukan kajian
mengenai separatisme ETA, antara lain, The Peace Processes in The Basque
Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach yang
ditulis oleh Gorka Espiau Idoiaga dalam Jurnal Institut Catala Internacional Per
La Pau Working Papers, Barcelona bulan Maret 2010.15Jurnal ini menjelaskan
bahwa konflik di wilayah Basque Country dapat diselesaikan dengan meniru
proses perdamaian di Irlandia Utara. Gorka memperkenalkan format kedaulatan
bersama dalam memenuhi tuntutan populasi masyarakat di Basque Country.
Menurut Gorka, penerapan pendekatan kedaulatan bersama dalam resolusi konflik
di Irlandia Utara sangat relevan dengan konflik yang terjadi Basque Country.
Gagasan kedaulatan bersama diterapkan sebagai resolusi konflik dan proses
peacebuilding.
Gorka juga menambahkan bahwa proses perdamaian di Irlandia Utara
adalah bukti bahwa situasi konflik yang paling kompleks sekalipun dapat
terselesaikan dengan dialog dan negosiasi. Ia menilai jumlah kekerasan dan teror
ETA di Basque Country yang menurun merupakan pesan yang kuat untuk
Pemerintah Spanyol dan separatis ETA mulai melakukan dialog dan negosiasi.
Uni Eropa sebagai mediator harus berperan aktif hingga perdamaian yang
berkesinambungan itu dapat tercapai di Basque Country.
15 Gorka Espiau Idoiaga, The Peace Processes in the Basque Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach, Jurnal Institut Catala Internacional Per La Pau Working Papers, Barcelona, 2010
7
Jurnal selanjutnya adalah jurnal yang ditulis oleh Julen Zabalo dan Oier
Imaz “The EU and the Basque Conflict : Opportunities for Engagement ?”
Journal of Concilitaion Resource No.22. Dalam tulisannya, Julen dan Oier melihat
perspektif nasionalis Basque sebagai pendekatan dan proposal proses perdamaian
di Basque Country. Ia menekankan Uni Eropa untuk memulai proses pedamaian
di Basque Country antara Pemerintah Spanyol dan ETA pasca deklarasi gencatan
senjata oleh ETA.16
Proses perdamaian di Basque Country membutuhkan inisiatif dari Uni
Eropa. Menurut Julen hal yang paling mendasar adalah adalah pembangunan
ekonomi dan sosial di wilayah Basque Country. PEACE Programme yang
diterapkan dalam konflik di Irlandia dapat diterapkan pula di Basque Country.
Julen menambahkan bahwa usaha apapun yang dilakukan Uni Eropa harus
didukung dengan political will dari Pemerintah Spanyol.
Tulisan selanjutnya adalah skripsi dari Desak Putu Sinta Surayani,
mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul
“Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik ETA -
Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012”.17 Dalam skripsi tersebut, Desak
menyimpulkan bahwa proses de-eskalasi konflik antara ETA dan Pemerintah
Spanyol pada tahun 2006 hingga 2012 merupakan sebuah proses yang berjalan
16 Pablo and Imaz, the EU and Basque Conflict,hlm.32 17 Desak Putu Sinta Surayani, Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik
ETA-Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012, Skripsi Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2012
8
secara tidak linear. Konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol merupakan salah
satu konflik kelompok etnis nasionalis paling klasik di Eropa.
ETA menjadi inisiator proses de-eskalasi konflik melalui pernyataan
gencatan senjata secara unilateral oleh ETA pada Maret 2006. Proses rekonsiliasi
dengan Pemerintah Spanyol mengalami banyak tantangan. Di periode 2006
hingga 2012, skripsi tersebut mengelompokkan periode Maret 2006 hingga Juni
2007 sebagai periode pertama dan periode pasca Juni 2007 hingga Desember
2012 sebagai periode kedua proses de-eskalasi konflik ETA dan Pemerintah
Spanyol.
Skripsi tersebut menjelaskan bahwa proses de-eskalasi konflik ETA dan
Pemerintah Spanyol pada tahun 2006 hingga 2012 masih berada dalam tahapan
conflict containment menuju tahap conflict settlement. Proses de-eskalasi pada
periode pertama berjalan dengan adanya tekanan internal dan dukungan
internasional kepada ETA untuk melakukan penghentian penggunaan senjata dan
kekerasan dan memulai menempuh jalur negosiasi damai dengan Pemerintah
Spanyol. Beberapa negosiasi dilakukan untuk merumuskan pre-agreement antara
partai politik Spanyol dan Basque guna mencapai proses menuju conflict
settlement.
Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya, penelitian ini akan
membahas upaya-upaya conflict prevention Uni Eropa dalam meredam konflik di
wilayah Basque Country. Uni Eropa melakukan pendekatan ekonomi dan sosial di
Basque Country. Salah satu program Uni Eropa adalah Program kebijakan
9
regional Structural Fund. Uni Eropa memberikan insentif-insentif dana
pembangunan dan program-program sosial di Basque Country.
Penelitian ini juga akan menjelaskan efektifitas kebijakan regional Uni
Eropa di Basque Country terhadap jumlah eskalasi konflik yang dilakukan
kelompok separatis ETA, faktor-faktor penghambat dan pendukung kebijakan
regional Uni Eropa di Basque Country. Pada akhirnya, konflik antara ETA dan
Pemerintah Spanyol menuju Conflict Settlement akan segera terwujud.
E. Kerangka Konseptual
1. Organisasi Internasional
Organisasi Internasional menurut Cheever dan Haviland adalah
pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-
negara. Organisasi Internasional berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk
melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik melalui
peretemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Terdapat
dua macam organisasi internasional secara umum, yakni IGO
(Intergovernmental Organization) dan INGO (International
Nongovernmental Organization).18 Substansi pendapatnya mengatakan
bahwa organisasi publik internasional merupakan organisasi permanen
18 John Baylis and Steven Smith, The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations, New York: Oxford University Press, 2001, hlm. 185
10
berdasarkan suatu perjanjian internasional yang sifatnya multilateral
berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu.19
Organisasi Internasional lebih memiliki pengaruh terhadap permasalahan
dunia, maka dari itu lebih ditekankan pada organisasi antar pemerintah yang
memiliki karateristik umum antara lain :20
1. Organisasi permanen yang melaksanakan serangkaian fungsi
2. Keanggotaan sukarela dari para pihak yang memenuhi syarat
3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasi
4. Luasnya organ perwakilan operasi yang konsultatif
5. Sekretariat tetap dalam melaksanakan fungsi administrasi, penelitian
dan informasi
Menurut Pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang hukum Perjanjian
Internasional 1969, Organisasi Internasional adalah organisasi antar
pemerintah, Organisasi Internasional juga merupakan subjek hukum
internasional dan bersama dengan negara-negara anggotanya memainkan
peran penting dalam kerjasama antar bangsa. 21 Sebuah negara tentu sangat
membutuhkan kehadiran dari sebuah organisasi internasional dalam keadaan
di mana negara tersebut tidak mampu menyelesaikan sebuah masalah (isu
politik, ekonomi, atau isu lainnya) tanpa bantuan aktor tersebut.22
19Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 45
20 A. Leroy Bennet, International Organization, New Jersey, Prentice hall, 1977, hlm. 2 21 Boer Mauna, Hukum Internasional : Kerangka Analisa, Jakarta, Pedoman Ilmu, 1987, hlm. 419 22 Scott Burchill and Andrew Linklater, Theories of International Relations, New York:
ST.Martin’s Press, 2009, hlm. 98
11
Konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol mengundang organisasi
internasional untuk berperan dan berupaya sebagai penengah. Sebagai
anggota dari Uni Eropa, permasalahan separatisme di Spanyol menjadi
masalah yang perlu diselesaikan oleh Uni Eropa. Uni Eropa merupakan
organisasi internasional yang mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian
dalam setiap penyelesaian konflik. Konflik membutuhkan penyelesaian,
ketika pihak-pihak yang berkonflik tidak mampu menyelesaikan
permasalahannya. Uni Eropa memiliki peran ketika konflik telah menjadi
konflik bersenjata dengan cara-cara teror yang menelan banyak korban.
2. Konsep Perdamaian
Konsep perdamaian menurut oleh Johan Galtung terdapat dua
klasifikasi tentang perdamaian:23 Pertama, perdamaian negatif (negative
peace) adalah situasi di mana tidak adanya segala macam bentuk kekerasan.
Perdamaian negatif lebih menekankan penghapusan perang .24 Menurut
Charles Webel dan Johan Galtung, perdamaian negatif berperan mengatasi
konflik kekerasan langsung yang berdampak luas pada kehidupan manusia,
terutama kekerasan yang sudah melintasi batas negara dan perang sipil.25
Pendekatan perdamaian negatif tidak menghendaki terjadinya perang dengan
23 Johan Galtung, 50 years : 100 Peace and Conflict Perspective, Transcend University Press, 2008, hlm.16
24 Wiliam James, The Moral Equivalent of War dalam David P. Barash, (ed). Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, New York, Oxford University Press, 2009, hlm.65
25 Charles Webel and Johan Galtung , Handbook Peace and Conflict Studies, New York, Routledge, 2007, hlm.6
12
kekuatan militer dan efek penangkalnya (deterrence). Pada prakteknya,
pendekatan perdamaian negatif bersifat koersif (memaksa) dan reaktif.
Kedua, pendekatan perdamaian positif (positive peace), ciri
pendekatan perdamaian positif adalah pada pendekatan nilai-nilai moral dan
memiliki visi lebih luas dari sekedar meniadakan peperangan/konflik
kekerasan ataupun menghindarinya.26 Pendekatan perdamaian positif ingin
membangun sudut pandang di masyarakat tentang keselarasan, keadilan dan
kesetaraan. Pada prinsipnya perdamaian positif bertujuan untuk
menghilangkan berbagai hambatan terhadap masalah-masalah potensial di
masyarakat terutama pada permasalahan ekonomi dan struktur sosial dan
politik.27
Perdamaian positif melakukan pendekatan nilai dan moral serta lebih
mengutamakan aspek pencegahan, sehingga dalam proses penerapannya
menawarkan bantuan dalam penyelesaian konflik struktural. Upaya conflict
prevention dengan memberikan bantuan ekonomi dan sosial, sehingga akan
mencegah timbulnya konflik yang lebih besar di masa depan.
Perdamaian positif menerapkan nilai-nilai moral dan sosial di
masyarakat dan menekankan aspek pemenuhan kebutuhan manusia.
Perdamaian positif secara langsung mengharuskan pembangunan perdamaian
melalui jalur ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga terciptanya keadilan
26 David P. Barash, Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, New York, Oxford University Press, 2009, hlm.129
27 Johan Galtung, Violence, Peace and Peace Research, Journal of Peace Research, Vol.6, No.3, 1969, Hlm.183
13
sosial serta terbentuknya suasana yang harmoni dan damai. Tujuan akhir dari
perdamaian positif adalah meminimalisir kekerasan baik secara langsung
maupun yang struktural.
Upaya-upaya preventif Uni Eropa dalam meredam konflik di Basque
Country diterapkan dengan kebijakan regional Eropa melalui program
Structural Fund. Fasilitas bantuan dana untuk kemajuan ekonomi dan sosial
adalah salah satu upaya Uni Eropa untuk mengurangi kesenjangan antara
Basque Country dengan wilayah regional lain di Spanyol. Uni Eropa
mengharapkan sudut pandang di masyarakat Basque Country, bahwa
keinginan untuk merdeka bukanlah solusi terbaik dan dukungan terhadap
kelompok-kelompok separatis ETA akan semakin berkurang. Hal ini, dapat
mengurangi eskalasi konflik yang terjadi di Basque Country.
F. Metodologi Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni suatu metode
penelitian status sekelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki.28
Teknik pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel
28 Moh Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1988, hlm. 63
14
dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahan-
bahan tersebut diperoleh dari telaah pustaka dan hasil wawancara di beberapa
tempat di antaranya yaitu, Perpustakaan Pusat UI, Freedom Institute dan
Perpustakaan Kompas Gramedia. Data yang dimaksudkan adalah data mengenai
fakta-fakta mengenai upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian di wilayah
Basque Country antara ETA dan Pemerintah Spanyol tahun 2007-2013.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kualitatif dengan menganalisis permasalahan yang digambarkan
berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut
dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Metode
penelitian ini menggunakan metode deduktif, dengan menggambarkan secara
umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus.
Penelitian ini akan menjelaskan secara umum mengenai konflik di Basque
Country, kemudian menjelaskan secara khusus dan menarik kesimpulan mengenai
Upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian dalam konflik tersebut.
15
G. Sistematika Penelitian
Bab I – Pendahuluan berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metodologi penelitian
dan sistematika penelitian.
Bab II - Pada bab ini menjelaskan sejarah awal wilayah Basque dari masa
Kerajaan Navarra, Republik 1 dan 2 Spanyol, masa diktator hingga masa
demokrasi. Dan menjelaskan pasang surut hubungan Basque Country dan
Pemerintah Spanyol mengenai tarik ulur hak otonomi di Basque. Perbedaan
budaya, bahasa, dan identitas nasional menjadi akar konflik kekerasan oleh
kelompok separatis ETA di Basque dari masa diktator hingga masa demokrasi.
Bab III- Pada bab ini menjelaskan pendekatan dan mekanisme Uni Eropa dalam
menanggapi dan mengatasi masalah dan isu konflik antar negara maupun konflik
negara dengan sub-nasional atau yang disebut juga kelompok separatis. Bab ini
juga menjelaskan bagaimana peran Uni Eropa sebagai mediator, negosiator dalam
sebuah konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, bab ini
pula akan menjelaskan instrumen-inetrumen Uni Eropa dalam menyelesaikan
konflik.
Bab IV- Pada bab ini menganalisa upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di
wilayah Basque Country-Spanyol. Seperti yang dijelaskan di bab III, Uni Eropa
tidak mampu menyelesaikan konflik di Basque Country melalui mekanisme
mediasi dan dialog. Meskipun demikian, Uni Eropa memfokuskan upayanya
16
melalui conflict prevention di Basque Country dengan pendekatan ekonomi dan
sosial.
Bab V- Penutup berisikan kesimpulan dari keseluruhan analisa yang dilakukan.
17
BAB II
SEJARAH KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY
Bab ini menjelaskan sejarah awal wilayah Basque dari masa Kerajaan
Navarra, Republik 1 dan 2 Spanyol, masa diktator hingga masa demokrasi.
Basque Country dan Pemerintah Spanyol mengalami pasang surut hubungan
mengenai tarik ulur hak otonomi di Basque. Perbedaan budaya, bahasa, dan
identitas nasional menjadi akar konflik kekerasan oleh kelompok separatis ETA di
Basque dari masa diktator hingga masa demokrasi. Kedua belah pihak beberapa
kali mengupayakan perdamaian, namun upaya mencapai perdamaian selalu
mengalami kegagalan seperti yang akan dibahas di bab ini.
A. Wilayah Etnis Basque
Peta wilayah etnis Basque29
Wilayah etnis Basque berada di sepanjang tepi Pegunungan Pyrenees dan
menghadap ke Laut Cantrabia. Penduduk etnis Basque ribuan tahun menghuni
29 Gambar terdapat di http://www.basque.unr.edu/conferences/2011/languages.html diakses pada 30 Mei 2014
18
wilayah tersebut. Wilayah etnis Basque memiliki luas 20,664 km2 dengan
populasi lebih dari tiga juta jiwa. Wilayah ini terbagi menjadi dua, wilayah
Iparralde di bagian utara masuk ke dalam teritorial Republik Perancis mencakup
15% dari total luas wilayah, serta wilayah selatan Basque Country dan Navarra
yang mencakup 85% dari total luas wilayah. Sebanyak 72% etnis Basque
menghuni di wilayah Basque Country, 19% di Navarra dan tersisa 9% tinggal di
wilayah Ipparalde.30
Basque yang disebut juga Euskal Herria, Vasconia atau Pais Vasco adalah
tanah air etnis Basque dari aspek sejarah, budaya, bahasa dan identitas nasional.
Sejarah Basque berawal dari Kerajaan Navarra di masa kepemimpinan Inigo dari
Dinasti Aritza pada tahun 824-852 Masehi. Pada tahun 905-925 Masehi, Raja
Sancho Garces dari Dinasti Jimeno mengambil alih kerajaan. Kerajaan Navarra
mencapai masa kejayaannya hingga masa Sancho III tahun 1004-1035 Masehi.
Sancho III menguasai wilayah etnis Basque dan sebagian besar wilayah
mayoritas Kristen di Semenanjung Iberia.31
Beberapa abad kemudian, Kerajaan Navarra mengalami kemunduran. Raja
Sancho terakhir tidak memiliki keturunan dan memilih bergabung dengan
Provinsi Champagne di Perancis. Awal kemunduran dan kehancuran Kerajaan
Navarra bemula ketika Raja Ferdinand dari Kerajaan Katolik Castilla-Spanyol
30 Ramon Zallo and Mikel Ayuso, The Basque Country : Insight into Its Culture, History, Society and Institutions, Donastia-San Sebastian, Eusko Jaurlaritzaren Argitalpen Zerbitzu Nagusia Servicio Central de Publicasiones del Gobierno Vasco, 2009, hlm.8
31 Zallo and Ayuso, The Basque Country, hlm.6 31 Pada abad kesebelas hingga keduabelas Kerajaan Navarra menyatukan ketujuh provinsi
berbahasa Basque, empat provinsi masuk teritorial Spanyol saat ini dan tiga provinsi masuk teritorial Perancis saat ini. (baca) Wayne Anderson, ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, dalam Kekerasan dan Kebebasan, hlm.40
19
menginvasi Semenanjung Navarra pada tahun 1512 Masehi dan mengusir
penguasa Perancis di Basque. Pasca invasi Raja Ferdinand, Kerajaan Navarra
hanya menjadi kerajaan kecil di bawah dominasi Kerajaan Castilla-Spanyol.32
Di bawah kekuasaan Kerajaan Castilla-Spanyol, wilayah etnis Basque
mendapatkan hak istimewa khusus fueros. Hak otonomi fuerros memberikan
keistimewaan di Basque untuk memveto undang-undang Spanyol, memiliki
institusi yudikatif, legislatif dan eksekutif sendiri serta terbebas dari pajak dan
dinas militer Spanyol.33
Dalam perubahan sistem politik di Spanyol dari masa monarki, Republik
pertama, Republik kedua hingga masa pemerintahan diktator, wilayah Basque
selalu terlibat konflik dengan Pemerintah Spanyol. Peristiwa Revolusi Perancis
dan invasi Napoleon Bonaparte ke Spanyol pada tahun 1793 yang didukung
rakyat Basque, menjadi pemicu ide pencerahan mengenai demokrasi di Basque.
Rakyat Basque ingin membentuk sistem pemerintahan parlementer dan membuat
pemerintahan sendiri. Melihat fakta tersebut, Spanyol mulai mempertimbangkan
hak istimewa fuerros di Basque.34
Pada tahun 1833, Basque mengalami perpecahan pasca Perang Carlist I.
Kelompok konservatif berusaha mempertahankan sistem fuerros, sementara
kelompok liberal ingin menghapus sistem fuerros dan membentuk sistem
32 Zallo and Ayuso, The Basque Country, hlm.6 33 Urko Aiarta and Julen Zabalo, The Basque Country : The Long Walk to a Democratic Scenario,
Berghof Transitions Series No.7, 2010, hlm.8 34 Wayne Anderson, ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, Kekerasan dan
Kebebasan, hlm.42
20
pemerintahan sentralistik yang kuat. Rakyat Basque terbelah menjadi dua,
masyarakat pedesaan mendukung kelompok konservatif, sedangkan masyarakat
perkotaan mendukung kaum liberal Spanyol.35
Perang Carlsit I dan Perang Carlist II pada tahun 1870 telah memecah
belah rakyat Basque.36 Spanyol menuding rakyat Basque bersekongkol dan
membantu pemberontak Carlist untuk menggulingkan pemerintahan Republik.
Dampaknya, Pemerintah Republik I Spanyol mencabut hak otonomi fuerros di
tiga wilayah Basque, Biscaya, Gipuzkoa dan Araba.37 Akan tetapi, Pemerintah
Republik Spanyol I tetap mempertahankan sistem fuerros di Navarra.38 Pada
tahun 1932, Pemerintahan Republik II Spanyol menawarkan wilayah Basque
membentuk satu provinsi dan akan mengembalikan hak istimewa fuerros, namun
wilayah Navara menolak bergabung dan memilih membentuk provinsi sendiri.
Pada tahun 1936, kudeta militer pecah di Spanyol oleh Jenderal Fransisco
Franco. Wilayah Basque masih dilanda perpecahan dan konflik dengan
pemerintahan diktator Franco. Beberapa wilayah di Basque, seperti Biscaya dan
Gipuzkoa masih loyal kepada pemerintah Republik dan memilih otonom. Sikap
35 Alfonso Peres Agote, The Social Roots of Basque Nationalism, diterjemahkan oleh Cameron Watson dan William A.Douglas, Las Vegas, University of Nevada Press, 2006, hlm.57
36 Perang Carlist diambil dari Dinasti Carlist yang menginginkan agar direstorasikan kembali dinasti mereka menjadi penguasa Spanyol dan mengembalikan kembali sistem monarki absolut, Raja Juan Carlos merupakan keturunan dari dinasti ini.
37 Ketiga wilayah itu saat ini bagian dari wilayah Basque Country di bawah otoritas Basque Autonomous Community, wilayah yang masih terjadi konflik antara ETA dengan Pemerintah Spanyol hingga kini.
38 Andre Lecours, Basque Nationalism and Spanish State, Las Vegas, University of Nevada Press, 2007, hlm.47
21
Biscaya dan Gipuzkoa menyebabkan Pemerintahan Franco mencabut hak
istimewa fuerros pada tahun 1937.39
Pada perkembangannya saat ini, wilayah etnis Basque terbagi menjadi tiga
entitas wilayah otonomi yaitu40 :
1. The Autonomous Community of Euskadi atau Basque Autonomous
Community (BAC) terbagi menjadi tiga provinsi Alava-Araba yang
beriibu di kota Vitoria-Gasteiz, Bizkaia ibu kota di Bilbao dan
Gipuzkoa ibu kota di Donostia-San Sebastian.
2. The Autonomous Comunity of Navarre atau Communidad Foral De
Navarra beribu kota di Pamplona-Iruna.
3. Iparralde terletak di utara Basque atau yang lebih dikenal juga dengan
French Basque Country. Wilayah ini masuk di dalam teritorial
wilayah Republik Perancis dan terbagi menjadi tiga provinsi, Lapurdi
beribu kota di Baiona, Zuberoa beribu kota di Maule dan
Behenafarroa beribu kota di Donibane Garazi.
B. Pembentukan ETA (Euskadia Ta Askatasuna) dan Konflik dengan
Pemerintah Spanyol.
Pada masa Pemerintahan Diktator Jenderal Franco, Basque Country
menghadapi perlakuan diskriminatif dari pemerintah. Franco menganggap rakyat
Basque Country sebagai pengkhianat negara dan dijadikan alasan untuk
39 Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.5
22
melancarkan serangan masif kedua tempat suci di Basque, Durango dan Guernika
dengan bantuan Legiun Condor Jerman. Pada masa pemerintahannya, Franco
mengeksekusi lebih dari 21.780 etnis Basque atas tuduhan pengkhianatan
terhadap negara.41
Basque Country mengalami kesulitan ekonomi dan kelaparan akibat
tindakan represif Franco. Franco melarang segala macam atribut, bahasa, dan
identitas etnis Basque, bahkan pemberian nama Basque terhadap anak pun
dilarang. Franco memandang bahwa otonomi di wilayah Basque akan dijadikan
alat untuk melawan pemerintah demi menuntut kemerdekaan. Franco menolak
upaya kemerdekaan Basque Country, karena wilayah Basque menjadi penyokong
ekonomi untuk Spanyol. 42
Partai terbesar di Basque PNV (Partai Nasionalis Basque) tidak merespon
tindakan-tindakan represif pemerintah. PNV berusaha mempertahankan eksistensi
partai di tengah tindakan represif Franco, namun PNV mulai bergabung dengan
kelompok-kelompok anti-Franco lain dan mencanangkan rencana jangka panjang
untuk kemerdekaan Basque.43 Kelompok pemuda Basque kecewa kepada PNV
yang memilih bergabung dengan partai-partai lain di Spanyol. Menurut kelompok
pemuda, PNV seharusnya bekerja sendiri untuk memperjuangkan kemerdekaan
Basque tanpa ada intervensi dari pihak luar. Sikap PNV membuat hubungan
41 Agote, The Social Roots, hlm.80 42 Clark, The Basque : Franco Years and Beyond dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan,
hlm.43 43 William A.Douglas dan Joseba Zulaika, ETA and the Basque Political Process, Vol.32, No.2,
Journal of Comparative Studies in Society and History, Cambridge University Press, hlm.244
23
dengan kelompok pemuda memburuk. Pada tahun 1952, tujuh mahasiswa di
Universitas Jesuit Duesto Bilbao berkumpul dan mengadakan diskusi aktual
mengenai upaya kemerdekaan di Basque secara rahasia. Ketujuh mahasiswa
tersebut mengumpulkan informasi dan pengetahuan mengenai sejarah, bahasa,
budaya, dan nasionalisme Basque sebagai sebuah bangsa.44
Ketujuh mahasiswa tersebut menamakan diri mereka sebagai Ekin yang
berarti tindakan. Tugas Ekin menumbuhkan kembali identitas nasional rakyat
Basque. Pergerakan Ekin berakar dari ide etnhonasionalisme yang berjuang
menyelamatkan Bahasa Euskara bahasa asli orang Basque dan perjuangan anti
kolonialisme.45 Ekin mendefinisikan diri mereka dengan Gerakan Patriotik non-
Konvensional. Pada awalnya Ekin berkerjasama dengan PNV dan kelompok
pemudanya EGI, namun perbedaan ideologi, tujuan perjuangan, ketidaksepakatan
dan kontrol dari PNV yang tidak membiarkan kelompok ini bertransformasi,
membuat Ekin dan beberapa anggota EGI bergabung untuk membentuk kelompok
militan ETA (Euskadia Ta Askatasuna) pada bulan Desember 1958.46
ETA adalah sebuah kelompok insurgensi yang melawan pihak otoritas
Spanyol dengan menggunakan perangkat politik dan propaganda. Namun ETA
pun dapat dikatakan sebagai kelompok teroris, karena cara-cara yang
dilakukannya dengan aksi teror dan kejahatan.
44 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.12 45 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13 46 Ilaria Piccioli, European Integration and Stateless Minorities. The Trajectory of Basque
Nationalism, Roma, Department of History and Political Science, Luiss-Guido Carli, 2010, hlm.123
24
B.I. Masa Diktator Jenderal Franco (1959-1975)
ETA menjadi kelompok militan radikal yang menggunakan cara-cara
kekerasan untuk mengupayakan kemerdekaan Basque. Bentuk perlawanan ETA
awalnya hanya bersifat provokatif seperti, grafiti-grafiti anti-Franco, mengibarkan
bendera Basque dan menghancurkan simbol-simbol pemerintahan Franco. Pada
18 Juli 1961, ETA melakukan serangan bom pertama yang ditujukan pada konvoi
kereta yang membawa pendukung Franco pasca memperingati peristiwa
pemberontakan fasis terhadap Republik. Franco bereaksi keras dengan
menangkap dan menyiksa aktifis Basque atas tuduhan pemberontakan terhadap
negara. Beberapa aktifis melarikan diri ke wilayah Basque di Perancis.47
Strategi serangan ETA menggunakan strategi teori action-repression
action-spiral. Peneliti Perancis Franzt Fanon mengembangkan teori ini dalam
tulisannya yang berjudul Les Damnes de la Terre. Berdasarkan teori tersebut,
ETA akan memprovokasi pemerintah melalui serangan target vital atau dengan
aksi-aksi demonstrasi serta pemogokan masal, sehingga rezim Franco akan
melakukan tindakan represif. Tindakan represif Franco akan membuat marah
warga Basque, sehingga rakyat angkat senjata dan berperang melawan rezim
franco.48
47 Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.6 48 Tipe revolusi peperangan seperti ini meniru dari cara revolusi yang terjadi di China, Vietnam,
Aljazair dan Kuba. Namun demikian teori ini tidak berjalan sesuai harapan, tidak ada timbal balik yang luas dari warga Basque sehingga ETA kembali menggunakan cara propaganda dan model sabotase, baca, Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13
25
Aksi teror berikutnya, Pada hari Jumat 2 Agustus 1968, ETA melakukan
aksi pembunuhan terhadap Kepala Kepolisian Basque-Meliton Manzanas-yang
terkenal kejam terhadap tahanan aktifis nasionalis Basque. Aksi ETA memancing
amarah Franco dengan mencabut hak-hak konstitusional Basque Country untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan. Pada tahun 1969, Franco membuka
pengadilan Burgos atau Burgos Trial. Franco menghukum mati enam belas
tersangka pembunuh Meliton.49
Pada tahun 1973, ETA menyusun rencana besar untuk menculik Carrero
Blanco. ETA mendengar kabar bahwa Blanco akan menjadi penerus Franco
sebagai Perdana Menteri Spanyol pada bulan Juni 1973. Rencana penculikan
berubah menjadi pembunuhan. Menurut ETA, aksi penculikan lebih sulit daripada
pembunuhan. Pada 20 Desember 1973, satu komando ETA yang bernama Txikia
berhasil meledakan mobil Blanco dengan 74 kg dinamit. Blanco tewas setelah
beberapa bulan menjadi Perdana Menteri.50
Franco membalas tindakan ETA dengan kekerasan yang brutal. Beberapa
bulan setelah kematian Blanco, Franco menetapkan Basque Country sebagai
wilayah darurat militer. Pada tahun 1975, Franco menahan sekitar 4.625 orang
Basque tanpa alasan yang jelas dalam sebuah operasi polisi besar-besaran. Protes
dan pemogokan massal meluas di wilayah Basque. Rezim Franco justru
49 Melton Manzanas adalah seorang inspektur polisi yang dikenal karena kebrutalannya, memiliki hubungan erat dengan rezim Nazi di Jerman pada masa PD II, kematiannya dikenang sebagai korban terorisme oleh Pemerintah Spanyol (baca) Jose M.Garmendia, Historia de ETA dalam Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.6
50 Carrero Blanco adalah orang dibelakang Franco yang mengepalai badan intelejen Spanyol (SECED) ia mengkondisikan setiap kebijakan represif, hukuman tanpa pengadilan, penyiksaan, tembak mati bagi para aktifis ETA. Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.15
26
meneruskan aksi penumpasan aktifis-aktifis ETA di Basque Country. Pada 27
September 1975, Franco mengeksekusi aktifis ETA-Txiki dan Otaegi. Tindakan
represif Franco menimbulkan protes keras di Basque Country. Beberapa negara
Eropa pun merespon dengan melakukan boikot produk-produk Spanyol. Meksiko
mengusulkan ke PBB agar mengeluarkan Spanyol sebagai negara anggota.51
Sikap Perancis sebagai negara tetangga Spanyol terhadap ETA, pada masa
kepemimpina Franco justru menganggap ETA adalah kelompok pejuang
kemerdekaan dan bukanlah teroris. Perancis menganggap bahwa Pemerintahan
Spanyol di bawah Franco bertolak belakang dengan demokrasi liberal yang
diterapkan di Perancis.52
Pada akhir kepemimpinan Franco, serangan ETA bersifat simbolis dengan
sasaran target-target vital dan tokoh politik. ETA mamandang bahwa tindakannya
akan memengaruhi situasi politik dan memaksa Franco untuk bernegosiasi.
Kematian Franco mengakhiri pemerintahan diktator Spanyol pada 22 November
1975.53
B.II. Masa Demokrasi Parlementer (1975-Sekarang)
Transisi pemerintahan diktator ke demokrasi parlementer menyisakan
perpecahan di dalam internal ETA. Pada tahun 1974, ETA terbagi menjadi dua
organisasi ETApm (Political-Military) memilih berjuang dengan cara-cara politis
51 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13 52 Clark, The Basque Insurgent, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.48 52 Paddy Woodworth, The ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, Kekerasan dan
Kebebasan, hlm.88 53 Ethan Bueno de Mesquita, Conciliation, Counter Terrorism and Patterns of Terrorist, Journal of
Comparative study of Five Cases, 2005, hlm.4
27
dan ETAm (Military) memilih berjuang dengan teror dan kekerasan. Kedua
kelompok ini tetap memiliki ideologi dan tujuan yang sama untuk kemerdekaan
Basque, meski dengan cara yang berbeda.54
Berakhirnya masa Franco dan perpecahan internal ETA tidak
menghentikan perlawanan ETA terhadap Pemerintah Spanyol. ETA tetap
melakukan aksi teror dan penculikan terhadap politisi-politisi di Basque yang
dicurigai pendukung Franco. Pada tahun 1977, ETA telah membunuh sekitar dua
puluh tujuh orang di Basque.
Pada tahun 1978, ETA-m mendirikan partai politik Herri Batasuna untuk
mengakomodir aspirasi politik anggotanya. Di tahun yang sama, ETA-m mulai
melakukan negosiasi politik dengan pemerintah Spanyol. ETA-m bersedia
melakukan gencatan senjata untuk pertama kalinya dengan prasyarat yang
diajukan di antaranya : 55
1. Amnesti kepada seluruh tahanan ETA.
2. Mengijinkan seluruh partai politik di Basque dan mengadvokasi pendirian
negara Basque.
3. Menarik semua pasukan polisi dan Guardian Civil di wilayah Basque.
4. Memperbaiki kehidupan para kelas buruh/pekerja.
5. Di dalam statuta terbaru menambahkan pasal-pasal yang menjamin hak-
hak penuh rakyat Basque termasuk keinginan untuk merdeka.
55 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.18-19
28
Beberapa prasyarat ETA bertentangan dengan konstitusi Spanyol yang
melarang gerakan-gerakan separatis. Spanyol tidak ingin berkompromi dengan
gerakan separatis. Penolakan Spanyol membuat ETA tetap melakukan aksi
kekerasan. Kekecewaan ETA bertambah ketika Raja Juan Carlos I menunjuk
Adolfo Suarez sebagai Perdana Menteri Spanyol. Di awal kepemimpinannya,
Suarez meratifikasi konstitusi dengan pemberian hak-hak otonomi baru di
wilayah regional Spanyol. Secara tidak langsung, Suarez menginginkan agar
Basque Country tetap menjadi bagian dari Spanyol, dan harapan ETA untuk
merdeka kembali tidak terwujud.56
Di tengah konflik ETA dan Pemerintah Spanyol, Kelompok moderat di
Basque Country PNV tetap melakukan negosiasi politik ke Pemerintah Spanyol.
PNV untuk sementara waktu menerima hasil konstitusi yang baru. Pada tahun
1979, PNV terus mengupayakan dan mengkampanyekan proposal Statuta
Guernika. Proposal Statuta Guernika memberikan hak-hak otonomi lebih luas di
Basque, namun ETA-m tidak puas dengan isi proposal Statuta Guernika.57
Pada pemilihan umum tahun 1982, Felipe Gonzales dari PSOE (Partido
Socialista Obrero Espanol) memenangi pemilu dengan suara mayoritas di
Parlemen Spanyol. Pada kampanyenya, Gonzales akan terus mendukung proses
demokrasi di Spanyol. Pada pertemuan Pemerintahan Sosialis Internasional di
56 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.18 57 Dalam proposal Statuta Guenika memberikan banyak kebebaan bagi wilayah Basque, Statuta ini
menjamin pembentukan pemerintahan dan parlemen lokal, kebebasan menentukan sistem sekolah, kebebasan memiliki tenaga kepolisian lokal dan kontrol atas pajak. Paddy Woodworth, “Dirty War Clean Hands : ETA, The GAL and Spanish Democracy”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.49
29
Roma, Gonzales menekankan intensitas kerjasama antar pihak untuk memerangi
terorisme dan pemberontakan.58
Pemerintahan Gonzales tidak hanya menghadapi ETA di dalam negerinya.
Di luar Spanyol, Perancis memberikan suaka politik kepada pelarian dan aktifis-
aktifis ETA. Gonzalez meminta Pemerintah Sosialis Perancis mengekstradisi para
anggota ETA ke Spanyol, namun Perancis menolak dan menyangkal keberadaan
anggota ETA menetap di Perancis.59 Namun seiring perubahan transisi
pemerintahan Spanyol menuju demokrasi, Perancis mulai berubah sikapnya
terhadap ETA. Tekanan-tekanan dari negara Masyarakat Ekonomi Eropa kepada
Perancis untuk membantu Spanyol sebagai calon negara anggota MEE dalam
memerangi ETA. Pada tahu 1984, Perancis secara resmi menandatangani
kerjasama anti-terorisme dengan Spanyol.60
Pemerintahan Gonzalez pun mendapat tekanan internal dari kalangan
militer. Kelompok militer mendesak Gonzales untuk segera menumpas tuntas
ETA. Atas desakan pihak militer, Pemerintah Gonzales membuat badan khusus
anti-terroris- GAL (Grupos Antiterroristas de Liberacion) yang bertugas secara
resmi sebagai badan untuk memerangi pemberontakan. Operasi pertama tahun
1983, GAL menangkap pengungsi Basque di perbatasan Basque-Perancis. Pada
58 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23 59 Sebastian Balfour (ed), The Politics of Contemporary Spain, dalam Sembiring, Kekerasan dan
Kebebasan, hlm.53 60 Cindy Jebb, The Fight for Legitimacy : Liberal Democracy Versus Terrorism, The Journal of
Conflict Studies, Vol.XXIII, No.1 Spring, 2003, hlm.37
30
tahun 1983, GAL tercatat membunuh dan menculik dua puluh tiga orang anggota
ETA.61
Pada Juli 1984, Pemerintah Spanyol mengirim pesan kepada ETA untuk
negosiasi perdamaian. Selanjutnya, Pada bulan Agustus Menteri Dalam Negeri
Spanyol menawarkan kembali negosiasi perdamaian langsung dengan ETA tanpa
mediasi siapa pun, kapan pun dan di manpun ETA inginkan. ETA menolak
tawaran dari Pemerintah Spanyol, karena tidak adanya jaminan keamanan untuk
utusan ETA dalam proses perundingan.62
Pada tahun 1987, ETA bersedia bernegosiasi dengan Pemerintah Spanyol,
namun proses negosiasi kembali gagal. Pemerintah Spanyol hanya ingin
bernegosiasi untuk membahas masalah-masalah teknis, seperti masalah keamanan
dan kepatuhan publik, sementara untuk upaya kemerdekaan Basque dan hak
otonomi lebih luas, Pemerintah Spanyol hanya ingin bernegosiasi dengan
Pemerintah Regional Basque dengan cara-cara politis. Pada Januari 1988, PNV
dan Pemerintah Spanyol membuat perjanjian yang dinamakan “Perjanjian untuk
Normalisasi dan Pasifikasi untuk Euskadi” salah satu isi dari perjanjian itu berisi
pengutukan terhadap serangan dan teror ETA.63
Pemilihan umum 1996 menandakan berakhirnya masa Perdana Menteri
Felipe Gonzales dan PSOE sebagai partai penguasa. Kepemimpinan Spanyol
61 Jan Malsvelt Beck, “The Continuity of Basque Political Violence : A Geographical Perspective on The Legitimisation of Violence”, GeoJournal, Vol.48, No.2, Territorial Change and National Identities in Eastern and Western Europe, 1999, hlm.109
62 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23-24 63 Clark, “Negotiating with ETA : Obstacle to Peace in Basque Country 1975-1988”, dalam
Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.55
31
beralih ke PP (Partido Popular) yang dipimpin oleh Jose Maria Aznar sebagai
Perdana Menteri baru. Kebijakan keras terhadap ETA tetap tidak berubah. Dalam
kampanyenya, Aznar menekankan tidak akan bernegosiasi dengan kelompok
separatis ETA untuk kemerdekaan Basque.64
Pada bulan Mei 1998, Aznar memperluas kebijakan represif terhadap
gerakan sosial, politik dan media yang berafiliasi dengan ETA. Kebijakan Aznar
membuat upaya untuk proses perdamaian dengan ETA kembali terhambat.
Melihat hal ini, PNV dan pihak-pihak moderat lain di Basque merespon dengan
proposal politik agar upaya dialog dan negosiasi kembali terbuka. Pada 31 Januari
sebelumnya, ETA membuat surat terbuka untuk pemerintah Spanyol yang
isinya:65
“ETA akan selalu mendukung setiap hasil perundingan dan negosiasi yang dibuat untuk memperkuat negara. ETA tidak akan pernah malu memulai inisiatif untuk perdamaian dan tidak akan menggunakan cara-cara politik. Asalkan kita mendapat jaminan tanah air kita, Euskal Herria harus dihormati, kita bukanlah orang asing di Basque, dan tidak ada kekerasan dari pihak keamanan. Jika itu terjadi, maka konflik bersenjata akan hilang untuk selamanya.”
Sikap PNV lebih lunak tehadap ETA. PNV membuka kesempatan dialog
kembali dialog dengan ETA, ketika pemerintahan Aznar bersikap lebih keras.
Sikap keras Aznar dimulai dengan membekukan aset-aset sayap partai politik
ETA Herri Batasuna, senilai delapan belas juta euro. Aznar pun melarang Herri
Batasuna melakukan aktifitas politik selama tiga tahun. Aznar mencurigai Herri
64 Emmanuel Pierre Guitet, “Is Consensus a Genuine Democratic Value? The Case of Spain’s Political Pacts Against Terrorism”, Alternative: Global, Local, Political, Vol.33, No.3, 2008, hlm.279
65 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23-24
32
Batsuna mendanai dan memiliki hubungan dengan ETA dalam setiap aksi
kekerasan. Herri Batasuna mengajukan banding, tetapi Aznar menolaknya, pada
bulan Maret 2003, Mahkamah Agung Spanyol melarang aktifitas politik Herri
Batasuna untuk selamanya.66
Pada tahun 2004, Jose Manuel Rodriguez Zapatero dari PSOE
memenangi pemilu Spanyol yang menandakan kembalinya PSOE sebagai partai
penguasa. Zapatero menunjukan bahwa kebijakannya di Basque Country tidak
sekeras pemerintahan Aznar. Zapatero memberikan kesempatan bagi Basque
Country untuk mengajukan statuta otonomi terbaru. PNV membuat proposal
statuta otonomi terbaru melalui Presiden Pemerintah Regional. Presiden
Pemerintah Regional Basque Juan Jose Ibarretxe mengajukan proposal otonomi
yang bernama Ibarretxe Plan atau Nuevo Statuto de Euskadi ke depan Parlemen
Spanyol, namun hasilnya, 313 suara mayoritas Parlemen Spanyol menolak
proposal Ibarretxe Plan dan hanya 29 suara menyetujuinya.67 Dalam proposal
tersebut isinya antara lain adalah :
1. Masyarakat Basque memiliki identitasnya sendiri serta berhak menentukan sendiri masa depannya dan keputusan ini juga menghormati hak-hak warga Basque di Navarra dan Perancis.
2. Pengakuan yudisial, politik dan administratif atas nasionalitas Basque dan sebuah hubungan dengan Navarra dan Basque di Perancis.
3. Diberikannya hak penuh Basque untuk mengatur dirinya sendiri di bidang keamanan publik, hukum lokal dan provinsi, bahasa, budaya, olahraga (termasuk didalamnya pembentukan tim nasional sendiri), insfratruktur, sumber daya alam, manajemen politik ekonomi, pajak dan fiskal, sistem keamanan sosial, perwakilan langsung di semua institusi dan organisasi
66 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35 67 Spain Politics : A Constitusioanl Crisis, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.59
33
internasional terutama di Eropa dan hak untuk menandatangani perjanjian internasional.68
Kepemimpinan PSOE di Pemerintahan Spanyol membuka harapan baru
bagi perdamaian di Basque. Pada bulan Agustus 2004, ETA menawarkan dialog
dengan Zapatero. bulan November di tahun yang sama, sayap politik ETA Herri
Batasuna mengajukan proposal perdamaian yang berjudul “Now the People, Now
the Peace” atau yang disebut juga Anoeta Proposal. ETA menunjukan komitmen
keinginannya untuk untuk mendukung proses perdamaian yang tercantum dalam
Anoeta Proposal.69
Di dalam internal Pemerintahan Spanyol terjadi perpecahan antara
oposisi yang dipimpin PP dan PSOE sebagai partai penguasa dalam menyikapi
masalah di Basque Country. Pada Mei 2005, Zapatero memperoleh dukungan dari
Deputi Dewan untuk mendukung proses dialog dengan ETA. Dengan catatan,
dialog tersebut menghormati prinsip-prinsip demokrasi, dan isu-isu politik harus
diselesaikan melalui perwakilan-perwakilan yang terlegitimasi, meskipun
dukungan ini ditolak oleh oposisi PP.70
Pada 22 Maret 2006, ETA mendeklarasikan gencatan senjata secara
permanen. PNV, dan komunitas internasional menyambut dan mendukung
pernyataan ETA. ETA mengungkapkan tujuan gencatan senjata adalah untuk
membantu proses demokrasi di Basque Country melalui dialog, negosiasi dan
68 Sebaastian Balfour (ed), “The Politics of Contemporary Spain”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.59
69 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35 70 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.36-37
34
kesepakatan.71 Pemerintah Spanyol tidak merespon pernyataan ETA, sehingga
ETA mengakhiri gencatan senjata pada tahun 2007 ditandai pada serangan ETA
di Bandara Madrid. Atas aksi ETA, Pemerintah Spanyol mengadakan operasi
keamanan bersama dengan pemerintah Perancis dan berhasil menangkap
komandan-komandan ETA dalam operasi tersebut.72
Pada akhir 2011, Menteri Mariano Rajoy dari PP memenangi pemilu
menjadi partai penguasa kembali di Spanyol. Seperti Aznar, Rajoy kembali
menerapkan cara-cara represif terhadap ETA. Rajoy mengatakan bahwa
perdamaian di Spanyol akan terjadi jika ETA benar-benar dibubarkan tanpa
syarat. Pemerintah Spanyol di masa Rajoy tidak ingin lagi membuka dialog
dengan ETA, dengan pengecualian ETA ingin membubarkan diri dan
menyerahkan senjata tanpa prasyarat.
Pada 2010, eks-anggota ETA di penjara membuat kesepakatan gencatan
senjata secara sepihak yang bernama Guernika Agreement. 73Sejak tahun 2010
hingga 2013 tidak tercatat serangan-serangan yang dilakukan oleh ETA. ETA
berkomitmen untuk gencatan senjata dan menciptakan perdamaian di Basque. hal
ini diakibatkan karena ETA telah kehilangan kapasitas operasional dan hilangnya
legitimasi dari rakyat Basque dalam setiap aksinya. Melalui lembaga internasioal
IVC (International Verification Committee), ETA membuat video penyerahan
71 Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.22 72 Dalam operasi bersama tahun 2009-2011 berhasil menangkap para komandan militer ETA
Javier Lopez Pena, Garikoitz Aspiazu Rubina, Jurdan Martitegi, Ibon Gogeascoechea, Alejandro Zobaran Arriola (baca). Saha, Euskal Herria, hlm.2
73 Annabel Martin, And When Time Stood Still: Building a Road for Peace, Reconciliation, and Forgiveness in Euskadi (The End of ETA Armed Conflict),Hispanic Journal of Theory and Criticism, Vol.4, Iss 8, Art. 16, 2012, hlm.12
35
senjata-senjata kepada perwakilan IVC. Sikap keras yang ditunjukan oleh
Pemerintah Spanyol terhadap ETA menjadi penghalang dalam setiap upaya dialog
dan negosiasi. Pemerintah Spanyol tidak mempercayainya dan menganggap itu
hanyalah sebuah retorika yang dilakukan ETA untuk mendapat simpati dari rakyat
Basque kembali.74
74 “Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical” terdapat di http://www.e-f-a.org/services/news-single-view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses pada 20 Mei 2014
36
BAB III
UNI EROPA DAN KONFLIK SUB-NASIONAL
Bab ini menjelaskan pendekatan dan mekanisme Uni Eropa dalam
menanggapi dan mengatasi masalah dan isu konflik antar negara maupun konflik
negara dengan sub-nasional atau yang disebut juga kelompok separatis. Bab ini
juga menjelaskan bagaimana peran Uni Eropa sebagai mediator, negosiator dalam
sebuah konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, bab ini
pula akan menjelaskan instrumen-inetrumen Uni Eropa dalam menyelesaikan
konflik.
Wilayah Eropa terdiri dari berbagai macam multi etnis dan bangsa.
Beberapa wilayah regional di Eropa memiliki perbedaan sejarah, agama, budaya
dan bahasa dari negara induknya. Wilayah-wilayah seperti Basque di Spanyol,
Irlandia Utara di Britania Raya, Flander di Belgia memiliki identitas nasional
sendiri dan terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan khususnya di wilayah
Eropa.
Regionalisme dan sub-nasionalisme menjadi masalah yang dihadapi
negara-negara Eropa Barat. Uni Eropa pun sebagai lembaga multinasional di
Eropa dapat mengakomodasi masalah regionalisme dan sub-nasional dengan cara
diplomatis dan politis, tetapi beberapa menimbulkan konflik bersenjata dengan
negara induknya. Uni Eropa menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi bagi negara-
negara anggotanya. Negara masih menjadi aktor penting di Uni Eropa, sementara
wilayah sub-nasional tidak memiliki kapasitas lebih untuk mengontrol setiap
37
kebijakan dalam lingkup Uni Eropa. Upaya wilayah regional dan sub-nasional
untuk memisahkan diri dari negara induknya terkadang menimbulkan konflik
bersenjata. Uni Eropa memiliki mekanisme sebagai mediator, negosiator dan
fasilitator konflik dalam upaya penyelesaian menuju proses perdamaian. Seperti
yang akan dijelaskan dalam sub-bab dibawah ini.
A. Peran Uni Eropa dalam Konflik Negara dan Sub-Nasional
Sebagai lembaga multinasional, Uni Eropa berkomitmen dalam
perdamaian, hak asasi manusia dan demokrasi. Uni Eropa banyak memainkan
peran penting dalam setiap konflik sub-nasional di dunia. Peran Uni Eropa
sebagai Peace Mediation75 di berbagai konflik sub-nasional di dunia seperti di
Mali, Serbia-Kosovo membuktikan bahwa organisasi multinasional ini telah
memberikan andil besar dalam setiap konflik internasional yang terjadi.
Sebelum diberlakukannya Traktat Lisbon 2009, Uni Eropa memiliki
mekanisme penanganan konflik melalui Goteburg Programme for the Prevention
of Violent Conflict, Uni Eropa mengadopsi konsep ini untuk memperkuat
kapasitas Uni Eropa sebagai tempat mediasi dan dialog. Pendekatan melalui
Goteburg Programme dalam pencegahan konflik dilakukan melalui perjanjian.
Pendekatan yang dilakukan Uni Eropa lebih luas dan melibatkan beberapa pihak
dari pemerintah sampai komunitas lokal.76 Uni Eropa dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses mediasi melalui dukungan kepada
75 Antje Herrberg with Canan Gunduz and Laura Davis, Engaging the EU in Mediation and Dialogue, Initiative for Peacebuilding Mediation Cluster, 2009.hlm.16
76 Presidency Conclusions, Goteborg European Council 15-16 Juni 2001
38
aktor lain dengan memberikan pengaruh diplomatik, menyediakan dana resmi
maupun tak resmi serta memediasi dari akar konflik.77
Setelah diberlakukannya Traktat Lisbon, Uni Eropa memiliki beberapa
instrumen atau lembaga khusus yang relevan dalam proses mediasi dan dialog.
Uni Eropa memiliki CFSP (Common Foreign and Security Policy) dan ESDP
(European Security and Defense Policy). Kedua lembaga tersebut memberi
legitimasi kepada Uni Eropa untuk mengeluarkan kebijakan eksternal dalam
merespon pelanggaran hukum internasional, hak asasi manusia, dan prinsip-
prinsip demokrasi. Peran Uni Eropa menyangkut pencegahan konflik dan
manajemen krisis melalui kemampuan militer dan pembangunan masayrakat
sipil.78
Pada 10 Desember 2010, CFSP/ESDP membentuk EEAS (European
External Action Service). Atas mandat dari Dewan Uni Eropa, Salah satu tujuan
dan tugas EEAS adalah upaya pencegahan konflik, upaya peacebuilding dan
instrumen mediasi. Aspek pencegahan konflik tetap menjadi tujuan utama dari
EEAS,79 namun tidak hanya CFSP/ESDP yang dapat upaya menyelesaikan
penyelesaian konflik, Uni Eropa memliki instrumen dan mekanisme lain yang
dapat diterapkan sebagai upaya penyelesaian atau pencegahan konflik seperti yang
akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.
77 EU Support to Peace Mediation : Developments and Challanges, EPLO, hlm.2 78 Common Foreign and Security Policy terdapat di http://eeas.europa.eu/cfsp/index_en.htm
diakses pada 13 September 2014. 79 EU Support to Peace Mediation, hlm.4
39
TABEL 3.1
Instrumen dan Mekanisme Uni Eropa dalam Penyelesaian Konflik 80
Badan Uni Eropa Mekanisme Contoh Kasus
Dewan Uni Eropa
• Mengadopsi kesimpulan dari Dewan Eropa
• Menstimulasi upaya mediasi melalui pendekatan kebijakan luar negeri dan membantu negara-negara anggota Uni Eropa lainnya yang mempunyai tujuan sama.
• Membatasi posisi negara-negara anggota yang terkena dampak konflik dalam kebijakan luar negeri Uni Eropa.
Kesimpulan Dewan Uni Eropa dalam proses perdamaian di Timur Tengah.
Perwakilan Tinggi Uni Eropa / Wakil Presiden Komisi Eropa untuk Urusan luar negeri dan kebijakan keamanan (CFSP)
• Upaya diplomasi melalui CFSP.
• Memfasilitasi proses dialog khusus.
• Mendukung upaya dan keputusan Dewan Eropa dalam pelaksanaan Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan (CFSP).
• Berpartisipasi dalam Misi Troika.
• Memimpin upaya dialog politik dengan negara ketiga.
Memfasilitasi dialog dalam konflik Serbia-Kosovo.
Duta, Mediator dan Perwakilan Khusus
• Perwakilan khusus Uni Eropa ditunjuk oleh dewan
• Penunjukan
Robert Cooper
80 Data diolah dari berbagai sumber seperti : International Alert and Saferworld, Developing an EU strategy to address fragile states: Priorities for theUK Presidency,2005. Dan Saferworld and the Conflict Prevention Network with Africa Peace Forum and InterAfrica Group, Understanding the EU: A civil society guide to development and conflict prevention policies.
40
Uni Eropa Eropa untuk wilayah dan negara tertentu untuk membantu, memfasilitasi dan berkontribusi dalam proses perdamaian yang masih berlangsung.
• Memimpin misi Uni Eropa dan merekomendasikan tindakan yang harus diambil Uni Eropa dan mendukung proses perdamaian secara finansial maupun teknis.
• Dimungkinkan atau tidak diberi wewenang sebagai mediator.
• Meyakinkan komunikasi terbuka antara pihak-pihak terkait konflik dengan Brusels/negara-negara anggota Uni Eropa.
• Memainkan peran sebagai pemantau dan diberi mandat untuk bekerjasama dengan Mahkamah Kriminal Internasional.
fasilitator dialog teknis dalam konflik Serbia-Kosovo hingga Agustus 2012.
• Perwakilan khusus Uni Eropa di konflik Kaukasus Selatan dan krisis di Georgia sebagai Ketua pembicaraan di Jenewa.
• Perwakilan khusus Uni Eropa sebagai pemantau dalam negosiasi 5+2 konflik Moldove-Transnistria dengan membentuk EUBAM (EU Border Mission to Moldova and Ukraine)
Delegasi Uni Eropa • Kepala Delegasi terlibat dalam dialog tingkat tinggi dengan negara-negara yang terkena dampak konflik.
• Menyediakan analisis dan laporan kepada pihak negara ketiga secara politik dan perkembangan konflik.
• Melaksanakan bantuan luar negeri.
• Menyediakan dukungan logistik misi Uni Eropa dalam kunjungan tingkat tinggi.
• Menjaga jaringan dan kontak dengan negara-negara terkait. Politik, ekonomi dan aktor masyarakat.
Delegasi Uni Eropa di Filipina yang mewakili IMT (International Monitoring Team). Memonitoring pelaksanaan kesepakatan perdamaian antara Pemerintah Filipina dengan MILF (Moro Islamic Liberation Front.
41
Divisi EEAS (European External Action Service) untuk urusan pencegahan konflik, peacebuilding, dan instrumen mediasi.
• Menyediakan dukungan dalam upaya dialog dan mediasi. Seperti memberi pelatihan dialog dan mediasi oleh para pakar/ahli dengan materi-materi panduan dan penelitian.
• Melaksanakan Program strategis jangka panjang (pasal 4.3) dalam IfS (Instrument of Stability) atau yang disebut juga PbP (Peace-building Partnership) yang mendukung upaya pihak-pihak lain seperti PBB, NGOs, negara-negara anggota Uni Eropa.
• Mekanisme dan
saran Uni Eropa terhadap proses perdamaian di Myanmar.
• Mengutus para pakar/ahli mediasi dan dialog dalam proses perdamaian di Madagaskar.
ESDP (European Security and Defense Policy) Mission
Mendukung kesepakatan perdamaian, gencatan senjata, dan kesepakatan isu perbatasan.
• Misi pemantauan kesepakatan damai di Aceh.
• Misi pemantauan di Georgia dalam kesepakatan enam poin antara Georgia dan Ruisa.
• Misi pemantauan kesepakatan IBM (Integrated Borders Management) antara Serbia dan Kosovo.
Komisi Eropa melalui instrumen pembiayaan dari berbagai badan dan lembaga di Uni Eropa.
Menyediakan bantuan finansial kepada Organisasi Internasional maupun Regional, negara atau aktor non-negara. Termasuk upaya mediasi, negosiasi, pelaksanaan pemantauan gencatan senjata dan kesepakatan perdamaian dengan memberi saran kebijakan dan
• Resolusi konflik di Georgia melalui rehabilitasi, pembangunan area konflik, dan program Confidence-Building.
• PEACE
42
mediasi. Programme di Irlandia Utara pasca kesepakatan The Good Friday Agreement.
Meskipun instrumen dan mekanisme Uni Eropa dalam penanganan konflik
telah diatur, masih terjadi perdebatan dan permasalahan dalam pengambilan
kebijakan terkait masalah konflik di internal Uni Eropa. Masing-masing negara
anggota Uni Eropa memiliki kepentingan berbeda di setiap wilayah, sehingga
perbedaan kepentingan antar negara masih menjadi penghambat dalam upaya
mediasi dan proses perdamaian.81
Uni Eropa fokus dalam memainkan peran mediasi dan proses perdamaian
di luar negara-negara anggotanya, namun berbanding terbalik dengan konflik
yang terjadi di negara anggotanya sendiri. Uni Eropa tidak banyak berperan aktif
dalam proses mediasi di konflik sub-nasional negara anggotanya. Seperti yang
akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya, Uni Eropa menghadapi dilema dalam
mengatasi konflik sub-nasional di Basque Country yang telah berlangsung hampir
empat puluh tahun. Pemerintah Spanyol dan kelompok separatis Basque ETA
belum menemui kesepakatan damai atau gencatan senjata.
B. Uni Eropa dan Konflik di Wilayah Basque Country
Pada konflik internal yang terjadi di negara anggotanya, Uni Eropa lebih
memprioritaskan kepentingan negara-negara anggotanya dan kepentingan Uni
81 EU Support to Peace Mediation, hlm.3
43
Eropa sendiri. Di sisi lain Uni Eropa memiliki ketetapan mengenai resolusi
konflik dan pencegahannya seperti yang tertuang dalam kesimpulan Dewan Eropa
untuk resolusi konflik pada tahun 2011. Salah satu kesimpulannya adalah :
The aim of preserving peace, preventing conflicts from erupting into violence and strengthening international security is an important element of the external action of the European Union as laid down in the Lisbon Treaty. Violent conflicts cost lives, cause human rights abuses, displace people, disrupt livelihoods, set back economic development, exacerbate state fragility, weaken governance and undermine national and regional security. Preventing conflicts and relapses into conflict, in accordance with international law, is therefore a primary objective of the EU’s external action, in which it could take a leading role acting in conjunction with its global, regional, national and local partners.82
“Tujuan memelihara perdamaian, pencegahan konflik yang menimbulkan kekerasan dan memperkuat keamanan internasional merupakan elemen penting dari kebijakan eksternal Uni Eropa sebagaimana tercantum dalam Traktat Lisbon. Konflik mengakibatkan korban jiwa, pelanggaran hak asasi manusia, pengusiran orang, mengganggu mata pencaharian, menghalangi pembangunan ekonomi, memperburuk kerapuhan negara, melemahkan pemerintahan dan merusak keamanan nasional dan regional. Pencegahan konflik yang sesuai dengan hukum internasional, adalah tujuan utama dari tindakan eksternal Uni Eropa, di mana Uni Eropa dapat berperan, bertindak dengan aktor regional, nasional dan lokal.”
Dari poin di atas dapat disimpulkan, Uni Eropa memiliki legitimasi
sebagai institusi atau lembaga fasilitator dan mediator konflik. Meskipun Dewan
Eropa menerapkan resolusi konflik untuk kebijakan eksternal di luar anggota Uni
Eropa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa konflik yang terjadi di negara-
negara anggota, Uni Eropa berperan dan mengeluarkan kebijakan terkait konflik
tersebut. Konflik di Irlandia Utara menjadi contoh, dukungan untuk Peace
82 Council Conclusions on Conflict Prevention, 3101st Foreign Affairs Council Meeting, Luxemburg, 20 Juni 2011
44
Programme di Irlandia Utara83 (saat ini memasuki tahap ketiga) dapat terlaksana
tanpa hambatan. Kasus Irlandia Utara dapat menjadi komponen penting dan
kemajuan dalam sebuah konflik yang kompleks terjadi di negara anggota Uni
Eropa sendiri.
Uni Eropa memberikan dukungan diplomasi pada konflik di Irlandia Utara
melalui proses dialog trek II dan trek III.84 Uni Eropa menyediakan dana dan
mengeluarkan kebijakan yang independen dari Pemerintah Britania Raya dan
Republik Irlandia.85 Kasus Irlandia Utara menciptakan prospek politik internal
Uni Eropa dalam menanggapi konflik yang menyangkut kedaulatan, otonomi,
dan identitas. Uni Eropa dapat menerapkan kebijakannya yang independen.
Uni Eropa menghadapi situasi dan posisi sulit untuk mengakomodasi isu
sub-nasional dan etnis minoritas di Basque Country. Uni Eropa memiliki banyak
pertimbangan dalam menanggapi isu konflik sub-nasionalisme di Basque
Country. Kekerasan dan teror ETA dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi
salah satu pertimbangan Uni Eropa sulit merealisasikan proses perdamaian di
Basque Country. Sikap ETA justru membuat Uni Eropa menetapkan kelompok ini
sebagai organisasi teroris, diputuskan sepuluh hari pasca kejadian 9/11 melalui
83 SEUBP Peace Programme III terdapat di http://www.seupb.eu/programmes2007-2013/peaceiiiprogramme/overview.aspx diakses pada 15 September 2014
84 Diplomasi Trek II : dialog informal dengan aktifitas pemecahan masalah bertujuan untuk membangun hubungan dan memberi saran atas ide-ide baru yang dapat dijadikan rujukan pada dialog formal, melibatkan akademisi, tokoh agama, NGO, dan masyarakat sipil yang saling berinteraksi secara independen. Diplomasi Trek III : diplomasi People-to-people oleh individu maupun kelompok swasta dengan menyarankan interaksi dan kesepahaman antara kelompok yang berkonflik dan memberdayakan komunitas tersebut. Biasanya fokus pada akar dari konflik. Ciri dari diplomasi ini sering mengadakan pertemuan dan konferensi, media, dan advokasi politik resmi. Data diolah dari USIP (United States Institute for Peace).
85 N.Fitzduff dan S.Williams, How did Northern Ireland moved towards Peace?, Cumulative Impact study, 2007 hlm.12
45
Kerangka Kerja dalam Menghadapi Terorisme.86 Spanyol menjadi inisiator
bersama Jerman dan Italia dalam kerjasama ini. Usaha perdamaian dengan
melibatkan ETA sulit terwujud selama kelompok ini masih ditetapkan sebagai
organisasi teroris.
Sikap dari Pemerintah Spanyol pun menjadi penghalang dalam upaya
penyelesaian konflik oleh Uni Eropa di Basque Country. Spanyol tidak ingin isu
mengenai kemerdekaan Basque dibahas di level Uni Eropa. Diplomat-diplomat
Spanyol di Uni Eropa pun menghindari pembahasan mengenai kemerdekaan
Basque. Seperti, pada Mei 2001, diplomat Spanyol Javier Solana dari CFSP,
dalam lawatannya ke Makedonia menolak membicarakan isu kemerdekaan
Basque. Ia berpendapat bahwa isu kemerdekaan dan konflik Basque sebaiknya
diselesaikan oleh Pemerintah Spanyol sendiri. Uni Eropa tidak ingin mencampuri
masalah internal negara anggotanya.87
Pada 14 Februari 2002, Spanyol yang memegang kursi Presiden Dewan
Uni Eropa mendesak Parlemen Eropa untuk menolak usulan Juan Jose Ibarretxe
Presiden BAC (Basque Autonomous Community) agar Basque diberikan satu kursi
di Parlemen Eropa. Ketua Komisi Eropa, Romano Prodi pun menyerahkan
menyerahkan isu Basque kepada internal Spanyol.88 Penolakan usulan Ibarretxe
membuat adanya himbauan dari juru bicara Herri Batasuna-Jose Alvarez terhadap
86 Stefanie Pleschinger, Allied Against Terror: Transatlantic Intelligence Cooperation, Journal of Yale University, 2006,hlm.55
87 EU Chief Solana Avoids Basque Issues terdapat di http://www.realitymacedonia.org.mk/web/news_page.asp?nid+2440 diakses pada 10 September 2014
88 Basque Tax Madrid on EU Representation dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.93
46
warga Basque untuk menolak segala hal yang berbau Uni Eropa, termasuk
memboikot Referendum Konstitusi Eropa. Uni Eropa dipandang mengabaikan
realita yang terjadi di Basque dan di dalam konstitusi tersebut hanya
mementingkan kepentingan Eropa dan negara-negara anggotanya, tetapi Uni
Eropa tidak membebaskan wilayah regional untuk menentukan nasib sendiri.89
Uni Eropa tidak mudah mengatasi konflik di Basque Country seperti
halnya di Irlandia Utara. Menurut anggota Parlemen Eropa dari Partai Aralar yang
tergabung dalam European Free Alliance-Inaki Irazabalbeitia90, penyelesaian
konflik di Basque Country bukanlah kompetensi Uni Eropa. Uni Eropa akan
mengambil langkah tergantung pada sikap Pemerintah Spanyol.91 Uni Eropa
memilih berkompromi dengan kelompok moderat Basque seperti PNV dan BAC
(Basque Nationalist Party), sedangkan dengan ETA, Spanyol dan Uni Eropa
masih melarang segala macam aktifitas politik.
Uni Eropa memercayai Spanyol sebagai negara yang demokratis dan dapat
mengatasi masalah di Basque Country. Upaya penyelesaian konflik di Basque
Country dapat terselesaikan dengan cara-cara politis. Faktanya saat ini, di Basque
Country tidak hanya dihuni oleh etnis Basque. Dalam beberapa dekade terakhir,
warga Basque Country mengalami peningkatan signifikan dari orang-orang non-
89 Situs berita eubusiness.com EU Vote Has Regional Powerhouses Devided in Spain terdapat di http://www.eubusiness.com/Institutions/050215024125.ktzvwj5 diakses pada 14 September 2014
90 European Free Alliance dibentuk di Brusel tahun 1981 da resmi menjadi kelompok parlemen resmi thun 1999 adalah kelompok yang dibentuk oleh beberapa anggota Parlemen Eropa yang mewakili region, minoritas, stateless-nations dari Catalunya, Corsica, Galicia,Flanders, Latvia, Skotlandia, Wales dan Basque Country. The European Free Alliance Group in the European Parliament
91 Balasan email interview penelitian ini via [email protected] pada tanggal 4 September 2014
47
etnis Basque yang justru menolak memisahkan diri dari Spanyol.92 Akan tetapi,
rakyat Basque saat ini menginginkan otonomi yang lebih luas dibandingkan upaya
untuk merdeka.93
Bagi Uni Eropa sendiri, kemerdekaan Basque Country bukanlah hal
merugikan bagi Uni Eropa. Basque Country akan secara otomatis menjadi
anggota Uni Eropa jika merdeka dari Spanyol. Wilayah regional dan sub-nasional
di Eropa seperti Basque Country tidak anti-Uni Eropa. Basque Country hanya
menolak pengendalian oleh pemerintah pusat. Spanyol sangat menghindari
kemerdekaan Basque Country yang selama ini menjadi penyokong ekonomi
Spanyol. Tetapi kehadiran kelompok radikal ETA yang menjadi bahan
pertimbangan Uni Eropa dalam mendukung kemerdekaan Basque Country.
Uni Eropa akan menghadapi konsekuensi jika Basque Country
memisahkan diri dari Spanyol, maka warga non-etnis Basque yang tinggal dan
bekerja di Basque Country selama beberapa generasi akan menghadapi resiko
diskriminasi dari kelompok radikal ETA yang selama ini memperjuangkan
kemerdekaan Basque.94 Diskriminasi akan menimbulkan potensi pelanggaran
pasal 27 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang menyatakan :95
“In those States in which ethnic, religious or linguistic minorities exist, persons belonging to such minorities shall not be denied the right, in community
92 Lindsay Murphy, EU Membership and an Independence Basque State, Peace International Law Review, Vol.19, Iss.2, Art.7, 2007, hlm.345
93 Balasan email interview penelitian ini via [email protected] pada tanggal 4 September 2014
94 Murphy, EU Membership, hlm.345 95 International Covenant on Civil and Political Rights file pdf terdapat di
http://ec.europa.eu/justice/policies/privacy/docs/16-12-1996_en.pdf
48
with the other members of their group, to enjoy their own culture, to profess and practise their own religion, or to use their own language”
“Negara-negara dengan etnis, agama atau bahasa minoritas, kelompok
minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya , di masyarakat, dengan anggota lain dari kelompok mereka, menikmati budaya mereka sendiri, menganut dan menjalankan agama mereka sendiri, atau menggunakan bahasa mereka sendiri.”
Alasan tersebut disimpulkan dari Uni Eropa yang menilai bahwa ETA
telah melakukan pelanggaran HAM dalam konflik di Basque Country.
Pelanggaran HAM tersebut seperti, aksi penculikan, serangan, pembunuhan,
pemerasan dan ancaman terhadap warga sipil yang tidak mendukung penuh
kemerdekaan Basque.96 Uni Eropa mendukung penuh Spanyol untuk memerangi
dan menumpas kelompok separatis ETA.
Terdapat dua faktor ketidakhadiran Uni Eropa dalam proses mediasi dan
dialog konflik di Basque Country. Pertama, sejak runtuhnya rezim diktator
Franco, Spanyol telah memenuhi syarat mutlak menjadi anggota Uni Eropa
menjadi negara demokrasi yang stabil, modernisasi sistem sosial dan perlindungan
kaum minoritas.97 Uni Eropa memandang Spanyol mampu mengakomodasi
wilayah-wilayah regionalnya dengan memberikan otonomi yang begitu luas
terutama di wilayah Basque sejak diberlakukannya Statuta Guernika tahun 1979.
Hal tersebut98
96 Murphy, EU Membership, hlm.344 97 Sekilas Uni Eropa terdapat di http://eeas.europe.eu/delegations/indonesia diakses pada 15
September 2014 98 Gaurko Gaiak, Basque Participation in Decision-Making by the European Union Council of
Ministers Would Be Possible if There Was Political Will on the Part of Madrid,
49
Kedua, pada tahun 1986, Spanyol bergabung dengan EEC (European
Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Eropa. Lawrence Wilde
mengemukakan bahwa Uni Eropa adalah sebuah kelompok kapitalis yang
membawa agenda-agenda neo-liberal,99 setelah diberlakukannya Single European
Act pada tahun 1986, bertepatan dengan aksesi Uni Eropa di Spanyol. 100 Sebagai
sebuah kelompok kapitalis, Uni Eropa berkepentingan melindungi aset modal
investasinya di Spanyol. Konflik akan menjadi batu sandungan bagi kepentingan
Uni Eropa di negara-negara anggotanya, sehingga Uni Eropa lebih mendukung
kelas atau kelompok yang lebih dominan dan berideologi sejalan. Uni Eropa
memandang konflik antara Pemerintah Spanyol dan ETA yang berhaluan kiri
akan mengganggu proses integrasi ekonomi Uni Eropa di Spanyol, sehingga Uni
Eropa lebih memilih mendukung Spanyol, karena besarnya investasi mereka di
Spanyol.
Meskipun demikian, Uni Eropa mencoba bersikap demokratis dalam
menyikapi isu separatisme di Basque Country. Uni Eropa mengijinkan BAC
(Basque Autonomous Community) memiliki perwakilan di Brussel markas Uni
Eropa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Spanyol pada tahun 1988,
dua tahun pasca keanggotaan Spanyol di Uni Eropa tahun 1986.101
99 Common Agriculture Policy dalam Sembiring, Kekerasan dan kebebasan, hlm.91 100 Sejarah Pembentukan Uni Eropa terdapat di http://www.indonesianmission-
eu.org/website/page943418664200310095958555.asp diakses pada tanggal 15 September 2014
101 Pemerintah Spanyol mempertanyakan legitimasi perwakilan Basque di Uni Eropa dinilai akan mengancam persatuan Spanyol dalam urusan luar negeri. Pemerintah lokal Basque beralasan bahwa dalam konteks Uni Eropa entitas sub-nasional memiliki hak mempertahankan kepentingan mereka. Hingga pada tahun 1994 Mahkamah Konstitusi Spanyol hanya mengijinkan aktifitas tertentu terhadap perwakilan Basque di Brussel dan melarang membuat sebuah kebijakan yang berseberangan dengan kebijakan luar negeri
50
Uni Eropa tidak mengabaikan isu-isu sub-nasional yang terjadi di negara
anggotanya. Pada tahun 1988, Komisi Eropa membentuk CCRLA (the
Consultative Council of Regional and Local Authorities). Badan khusus tersebut
ditujukan untuk mengasosiasikan otoritas sub-nasional dan mengimplementasikan
kebijakan Uni Eropa di wilayah-wilayah regional. CCRLA tidak memiliki fungsi
perwakilan yang jelas, CCRLA hanya diberi fungsi sebagai penasihat tidak
memiliki efek yang mengikat.102
Pada Traktat Maastricht tahun 1994, Presiden Komisi Eropa Jacques
Delors membentuk lembaga yang merepresentasikan daerah-daerah regional, sub-
nasional dan etnis minoritas yang bernama CoR (Commite of Region).103 Atas
desakan dari Wilayah-wilayah regional yang meminta Uni Eropa memberikan
tempat khusus kepada pemerintah regional, karena melihat kecenderungan
desentralisasi di negara-negara anggota Uni Eropa.
Sejak didirikannya CoR, wilayah-wilayah regional mendapat pengakuan di
lingkup Uni Eropa. CoR diberi mandat untuk mengakomodasi isu ekonomi,
sosial, kerjasama transnasional, kesehatan publik, pendidikan dan budaya. CoR
dapat menyampaikan pendapat yang relevan dalam level regional, tetapi CoR
tidak memiliki efek yang mengikat. Setelah diberlakukannya Traktat Lisbon pada
1 Desember 2009, Uni Eropa memberikan hak bagi CoR untuk mengajukan
Spanyol. Ibrahim Saylan, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scottish, Basque and Kurdiss Cases, Phd.Dissertation Department of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011,hlm.274
102 Piccioli, European Integration and Stateless Minorities, hlm.24 103 Christopher K. Connolly, Independence in Europe : Secession, Sovereignty, and the European
Union, Duke Journal of Comparative & International Law Vol.24:51, 2013, hlm.79
51
permohonan kepada the European Court and justice untuk membatalkan proposal
legislatif .104
Pada pemilu Parlemen Eropa tahun 2009, PNV ambil bagian dalam
Coalition for Europe yang terdiri partai-partai dari regional lain di Spanyol
seperti, Democratic Convergence of Catalonia, the Democratic Union of
Catalonia, the Valaencian Nationalist Bloc, the Majorcan Union, the Canarian
Coalition, and the Andalusian Party. PNV pun memiliki perwakilan di CoR
melalui kelompok Aliansi Demokrat dan Liberal untuk Eropa.105
Dalam Traktat Maastricht pasal 146, Uni Eropa memberikan kesempatan
kepada negara-negara anggota untuk memberikan hak kepada perwakilan regional
menjadi delegasi dalam Council of Ministers (badan utama pengambil keputusan
di Uni Eropa). Basque Country tidak memiliki peran nyata dalam pengambilan
keputusan di Brussels. Pemerintah Spanyol hanya mengijinkan pemerintah pusat
memiliki kursi di meja pengambil keputusan Council of Ministers. Pemerintah
Spanyol tidak memberikan tempat untuk institusi Basque Country dan menurut
pihak Spanyol tidak ada kepentingan di Basque Country yang perlu
diperjuangkan.106
104 Art.8 Protocol on the Application of the Principles of Subsidiarity and Proportionality, Lisbon Treaty, 2009 dikutip oleh Ilaria Piccioli, European Integration and Stateless Minorities : the Trajectory of Basque Nationalism, Phd Thesis of Department of History and Political Science LUISS-GUIDO CARLI, Rome, 2010, hlm.25
105 Ibrahim Saylan, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scotish, Basque and Kurdish Cases, Phd.Dissertation Departement of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011, hlm.275
106 Gaiak, Basque Participation in Decision-Making, hlm.10
52
Upaya-upaya dengan cara-cara politis melalui CoR dalam menanggapi isu
sub-nasional di Basque Country masih belum cukup mengakomodasi kepentingan
Basque. Uni Eropa pun menggunakan mekanisme lain dalam upaya meredam
konflik. Uni Eropa memiliki kebijakan regional Eropa melalui program
pemberdayaan wilayah-wilayah regional dan sub-nasional dengan instrumen
bantuan ekonomi melalui program Structural Funds.107
Program kebijakan regional Eropa periode 2007-2013 melalui Structural
Funds ditujukan langsung ke wilayah-wilayah regional termasuk Basque Coutry.
Dengan upaya Uni Eropa tersebut, Uni Eropa memandang bahwa instrumen
bantuan ekonomi akan membuka peluang terciptanya perdamaian di wilayah
Basque Country. Skema dan mekanisme kebijakan regional Eropa di Basque
Country serupa dalam penanganan konflik di Irlandia Utara. Perbedaan mendasar
hanya pada proses perdamaian. Konflik di Irlandia Utara telah selesai dengan
terciptanya perjanjian perdamaian melalui Good Friday Agreement, sementara di
Basque Country masih belum mencapai kesepakatan perdamaian antara ETA dan
Pemerintah Spanyol.
107 Piccioli, European Integration and Stateless Minorities, hlm.32
53
BAB IV
UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH
BASQUE COUNTRY, SPANYOL TAHUN 2007-2013
Bab ini menganalisa upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah
Basque Country-Spanyol. Seperti yang dijelaskan di bab III, Uni Eropa tidak
mampu menyelesaikan konflik di Basque Country melalui mekanisme mediasi
dan dialog. Meskipun demikian, Uni Eropa memfokuskan upayanya melalui
conflict prevention di Basque Country dengan pendekatan ekonomi dan sosial.
Seperti tujuan dari pendekatan perdamaian positif, Uni Eropa menerapkan
kebijakan regional Eropa untuk mengatasi konflik di Basque Country.
Kebijakan regional Eropa di Basque Country diterapkan berkala per enam
tahun. Terhitung sejak tahun 1994 hingga 2013, Uni Eropa telah mengeluarkan
kebijakan regional dalam tiga periode, 1994-1999, 2000-2006 dan 2007-2013.
Penelitian ini menganalisa kebijakan regional Eropa di Basque Country periode
ketiga tahun 2007-2013. Pada periode ketiga kebijakan regional Eropa di Basque
Country, Jumlah eskalasi konflik dan teror ETA menurun drastis pasca ETA
menyatakan gencatan senjata permanen pada tahun 2010. Penelitian ini
menganalisa efektifitas kebijakan regional Eropa dalam mengurangi jumlah
eskalasi konflik periode 2007-2013 serta faktor penghalang dan pendukung
kebijakan regional Eropa periode 2007-2013.
54
A. Kebijakan Regional Eropa / Structural Fund
Kesenjangan ekonomi antar wilayah regional menjadi isu penting dan
masalah serius di beberapa negara anggota Eropa. Selain faktor perbedaan sejarah,
etnis, bahasa, dan budaya, kesenjangan ekonomi pun menjadi salah satu faktor
gerakan separatisme muncul di Eropa. Masalah separatisme dapat mengancam
stabilitas ekonomi, politik dan proses integrasi Eropa.
Untuk mengatasi masalah kesenjangan ekonomi, Uni Eropa menerapkan
program bantuan dan stimulus ke wilayah regional dan sub-nasional. Sebagai
upaya menciptakan pembangunan ekonomi berkelanjutan di wilayah regional dan
sub-nasional, Uni Eropa menerapkan program kebijakan regional Eropa yang
membantu wilayah regional dan sub-nasional yang tertinggal dalam pembangunan
dan ekonomi. 108 Dampaknya, Upaya wilayah regional dan sub-nasional untuk
memisahkan diri tidak lagi muncul, ketika kebutuhan ekonomi dan pembangunan
telah terpenuhi.
Keseimbangan ekonomi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan
menjadi salah satu tujuan integrasi Eropa di wilayah regional dan sub-nasional,
seperti yang tertuang dalam pasal 158 Traktat Komunitas Eropa tahun 2002.109
“In order to promote its overall harmonious development, the Community shall develop and pursue its actions leading to the strengthening of its economic and social cohesion. In particular, the Community shall aim at reducing
108 Nicholas Moussis, Handbook of European Union, Institutions and Policies, EDIT-EUR, 1994, hlm.99
109 Caitlin Daw, Cohesion Policy of the European Union : Facilitated by Supranational Institutions and Regional Autonomy or Hindered by Nationl Sovereignty?, Claremont-UC Undergraduate Research Conference on the European Union, Vol.2, Art .7, 2012, hlm.58
55
disparities between the levels of development of the various regions and the backwardness of the least favoured regions or islands, including rural areas”
Dalam rangka mempromosikan pembangunan yang selaras dan merata,
Komunitas akan membangun dan bertindak untuk memperkuat kohesi ekonomi dan sosial. Secara khusus, Komunitas akan mengurangi kesenjangan tingkat pembangunan antar regional tertinggal, pulau-pulau termasuk daerah pedesaan.
Dalam merealisasikan kebijakan regionalnya, Uni Eropa menggunakan
instrumen bantuan finansial Structural Funds untuk pembangunan wilayah
regional dan sub-nasional.110 Program Structural Funds mempromosikan
pembangunan ekonomi, insfratuktur dan meningkatkan lapangan kerja yang
didesain untuk membuat wilayah regional dan sub-nasional lebih kompetitif
dalam bidang ekonomi, dan meningkatkan legitimasi pemerintah regional dan
sub-nasional di Uni Eropa.111
Terdapat tiga prioritas utama dalam Structural Funds112
1. Objective 1 : Convergence Objective, Uni Eropa menyediakan dana ke
wilayah miskin dan tertinggal di negara-negara anggotanya, dan hampir
80% anggaran Structural Fund dianggarkan untuk Convergence Objective.
2. Objective 2 : Regional Competitiveness and Employment, Uni Eropa
menyediakan dana untuk meningkatkan angka tenaga kerja, dan
menciptakan tenaga kerja berskill tinggi melaui ERDF (European
Regional Development Fund) dan dan ESF (European Social Fund).
110 Moussis, Handbook of European Union, hlm.99 111 Daw, Cohesion Policy of the European Union, hlm.57 112 Moussis, Handbook of European Union, hlm.110
56
3. Objective 3 : Territorial Cooperation, Uni Eropa membantu proyek
pembangunan antar dua wilayah regional yang berbatasan melalui
program EGTC (European Grouping Territorial Cooperation).
Basque Country menjadi wilayah dengan otonomi terbesar di Spanyol.
Dalam beberapa dekade terakhir, Basque Country berupaya mendapatkan otonomi
yang lebih luas lagi, bahkan terus berupaya untuk memisahkan diri dari
Pemerintah Spanyol. Kehadiran kelompok separatis ETA menambah
kompleksitas konflik di Basque Country. Pendekatan melalui mediasi dan dialog
oleh kedua pihak ETA dan Pemerintah Spanyol belum mencapai titik temu,
sementara Uni Eropa tidak ingin terlibat jauh dalam konflik internal di Basque
Country antara kelompok separatis ETA dan Pemerintah Spanyol.
Meskipun demikian, Uni Eropa berusaha meredam konflik dengan
memberikan fasilitas-fasilitas program bantuan ekonomi dan finansial. Uni Eropa
mengalokasikan sepertiga anggaran yang diberikan kepada wilayah regional dan
sub-nasional melalui Structural Fund.113 Basque Country menjadi wilayah
regional yang menerima program Structural Fund sejak tahun 1994. Program
Structural Fund di Basque Country bertujuan untuk memfasilitasi terbukanya
lapangan kerja, riset dan pembangunan termasuk meningkatkan persentasi GDP
per kapita Basque Country agar di atas 75% dari rata-rata GDP Uni Eropa.114
113 Situs resmi Uni Eropa http://europe.eu.int/comm/regional_policy/debate/docuent/futur/member/vasco_0703_en.pdf
114 Daw, Cohesion policy of the European Union, hlm.57
57
Program Structural Fund di Basque Country terdapat di poin 2 dan poin 3.
Pada poin 2 terdapat dua Program yaitu, ERDF (European Regional Development
Fund) dan ESF (European Social Fund). ERDF berfungsi membiayai investasi
dalam bidang insfratuktur, ketenagakerjaan, dan usaha kecil.115 Sementara ESF
berfungsi untuk meningkatkan skil tenaga kerja, prospek ketenagakerjaan dan
mengurangi angka pengangguran.116 Sebagai tambahan dari program Structural
Fund poin 2, Uni Eropa pun menerapkan program Cohesion Fund. Program
Cohesion Fund termasuk salah satu kebijakan regional Eropa di bawah Structural
Fund. Program tersebut berfungsi untuk menstabilisasi ekonomi regional dan sub-
nasional di negara anggota Uni Eropa yang dialokasikan langsung ke wilayah
regional dan sub-nasional.117
Pada tahun 2007-2013, total anggaran Structural Funds mencapai 35,6 %
dari total anggaran Uni Eropa sebesar 347.410.000.000 Euro.118 Periode 2007-
2013, Basque Country menerima dana Structural Fund, sebesar 590.660.000
Euro. Dana tersebut dialokasikan untuk program ERDF, ESF dan Cohesion Fund.
Total anggaran Structural Fund di Basque Country periode 2007-2013 mengalami
penurunan dari dua periode sebelumnya. Berikut tabel perbandingan anggaran
Structural Fund di Basque Country dalam tiga periode.
115 Raja Shankar and Anwar Shah, Lessons from European Union Policies for Regional development, Policy Research Working Paper the World Bank Institute, No.4977, 2009, hlm.12
116 European Commission. European Social Fund: Spain - programas beneficiarios 2007-2013, terdapat di http://ec.europa.eu/employment_social/esf/docs/beneficiarios_2007-_fse-espana1.pdf
117 European Commission. (2008). The Cohesion Fund at a glance.terdapat di http://ec.europa.eu/regional_policy/funds/procf/cf_en.htm diakses pada 15 Oktober 2014
118 Daw, Cohesion policy of the European Union, hlm.61
58
Tabel 4.2 : Anggaran dana Structural Funds Uni Eropa di Basque Country dalam juta euro119
Program Periode 1994-1999 2000-2006 2007-2013
ERDF 566 588 241
ESF 27,88 25,49 24,66
CF 925 1230 325
Total 1518,88 1843,49 590,66
Terdapat dua faktor yang membuat alokasi anggaran Structural Fund di
Basque Country mengalami penurunan pada periode 2007-2013. Pertama, pada
period 2007-2013, Uni Eropa mulai menerapkan program Structural Fund poin 3.
Program tersebut bernama EGTC (European Grouping for Territorial
Cooperation) kerangka resminya dibentuk tahun 2007. Program EGTC membantu
proyek pembangunan di dua wilayah regional Basque antara wilayah Basque
Country dan Aquitaine di Perancis.120 Kedua, tingkat GDP per kapita Basque
Country mengalami peningkatan di atas rata-rata GDP Spanyol dan Uni Eropa.
Pada tahun 2007, GDP per kapita Basque Country merupakan yang tertinggi di
Spanyol sebesar 30.599 euro, sedangkan GDP Spanyol hanya 23.396 euro dan
GDP Uni Eropa 24.700.121Meskipun demikian, hal tersebut tidak mengurangi
komitmen Uni Eropa untuk tetap mengalokasikan bantuan dan program-
programnya di Basque Country di tengah konflik yang belum usai.
119 Data diolah dari berbagai sumber 120 Zabalo dan Imaz, the EU and Basque Conflict, hlm.27 121 Press Release of Instituto Nacional de Estadistica, Spanish Regional Accounts : Gross
Domestic Product Per Region Year 2007, 2008, hlm.5
59
Menurut Julen Zabalo dan Oier Imaz dari University of Basque Country,
skema kerjasama perbatasan melalui EGTC tepat untuk diterapkan di Basque
Country melihat dari skema kerjasama perbatasan di Irlandia Utara. Secara
historis, komunitas etnis Basque tinggal di daerah yang terpisah di antara dua
wilayah teritori, Spanyol dan Perancis. Etnis Basque di Spanyol menempati
menempati wilayah Basque Country dan etnis Basque di Perancis menempati
wilayah Aquitane. Kesamaan etnis, budaya dan bahasa komunitas Basque di dua
negara ini yang menginisiasi Uni Eropa untuk membentuk program EGTC yang
bernama EGTC Euroregion Aquitaine-Euskadi.122
Pembentukan konvensi dan statuta program EGTC di perbatasan Basque
Country dan Aquitane dibentuk pada tahun 2009 dan secara resmi berlaku pada 12
Desember 2011. Program EGTC bertujuan untuk memperkuat pembangunan
ekonomi, sosial dan budaya di dua komunitas etnis Basque untuk mewakili
kepentingan , regional, nasional dan internasional komunitas etnis Basque yang
mendiami wilayah Spanyol dan Perancis dengan populasi sekitar 5,5 juta jiwa.123
Implementasi Program EGTC di Basque Country melingkupi proyek di
bidang inovasi riset dan pendidikan, pembangunan ekonomi berkelanjutan,
perubahan iklim, pariwisata, lingkungan, budaya dan olahraga. Terdapat empat
puluh dua proyek dengan total anggaran 900.000.000 euro. Program EGTC
secara resmi ditandatangani pada hari Senin 12 Desember 2011 oleh Patxi Lopez
122 Commite of the Regions, EGTC Monitoring Report 2013 Towards the New Cohesion Policy, Europan Union, 2013, hlm.57
123 Commite of the Regions, EGTC Monitoring, hlm.57
60
Presiden Basque Autonomous Community dan Alain Russet Presiden Dewan
Regional Aquitaine.124
Total anggaran Structural Fund di Basque Country dan diakumulasikan
dengan program EGTC periode 2007-2013 mencapai sebesar 1.490.660.000 euro,
berikut perincianya:
Tabel 4.3 : Total Anggaran Uni Eropa di Basque Country tahun 2007-
2013 dalam juta euro 125
Program Total Anggaran
ERDF 241.000.000
ESF 24.660.000
CF 325.000.000
EGTC 900.000.000
Total 1.490.660.000
B. Efektifitas Kebijakan Regional Eropa/Structural Fund terhadap Eskalasi
Konflik di Basque Country
Upaya Uni Eropa melalui pendekatan ekonomi dan sosial tidak berdampak
secara langsung terhadap eskalasi konflik yang terjadi di Basque Country,
namun, upaya preventif dan pendekatan terhadap warga Basque dengan
memberikan banyak fasilitas-fasilitas bantuan dana, dapat mengurangi dukungan
warga Basque terhadap kelompok separatis ETA. Dampaknya, kelompok
124 Birth of Aquitaine-Euskadi Region : A New European Cooperation Territory, No.75, 2012, hlm.1
125 Data dari berbagai sumber
61
separatis ETA akan kehilangan legitimasi dan kepercayan dari publik Basque.
Dalam beberapa tahun terakhir, aksi penolakan penduduk Basque terhadap cara-
cara kekerasan dan teror ETA semakin meluas.
Uni Eropa memandang fasilitas-fasilitas bantuan dana melalui Structural
Fund akan mengubah sudut pandang masyarakat Basque Country, bahwa
bergabung dan berintegrasi dengan Uni Eropa merupakan langkah tepat untuk
pembangunan ekonomi Basque Country yang lebih maju dibandingkan dengan
upaya untuk merdeka. Pembangunan di Basque Country dapat terealisasi, jika
Basque Country tetap menjadi bagian dari Spanyol yang merupakan anggota Uni
Eropa.
Uni Eropa lebih mengedepankan Conflict Containment, ketika upaya
Conflict Settlemen sulit terwujud. Menurut penelitian ini, total anggaran Uni
Eropa dengan jumlah esakalasi konflik tidak berdampak langsung, namun jumlah
eskalasi konflik sejak tahun 1994 pertama kali program Structural Fund
dilaksanakan hingga tahun 2013, jumlah eskalasi konflik semakin menurun dari
tahun ke tahun seperti pada grafik dibawah ini.
62
Grafik 4.1 : Anggaran Uni Eropa di Basque Country 126
Grafik 4.2 : Jumlah serangan dan gencatan senjata oleh ETA127
Pada kedua grafik di atas menunjukan jumlah eskalasi konflik semakin
menurun dari tahun ke tahun. Pada periode pertama, alokasi anggaran tahun 1994-
1999 dengan total anggaran mencapai 1.518.880.000 euro. Pada periode ini,
jumlah eskalasi konflik mengalami penurunan dibandingkan sebelum Uni Eropa
126 Tessa Mannee, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country : the Effectiveness of Consociational Conflict Management, International Public Management and Policy Master Thesis of Erasmus University Rotterdam, 2011, hlm.59
127 Situs Global Terrorism Database, Background Report : ETA Ceasefire by Numbers terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakses pada 25 Oktober 2014
63
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
1994
1995
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total EU Funding in Basque Country EU…
0
5
10
15
20
25
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total Attacks and Ceasefire by ETA Total…
mengeluarkan kebijakan regional Eropa di Basque Country tahun 1994. Pada
tahun 1986-1993, terjadi 428 serangan dan teror ETA di Basque Country yang
mengakibatkan 246 korban jiwa. Hal sebaliknya, Jumlah konflik menurun drastis
dari tahun 1994-1999 hanya terjadi 131 serangan ETA yang menyebabkan 74
korban jiwa.128
Pada periode 1994-1999 terdapat indikasi kaitan antara besarnya jumlah
bantuan dana Uni Eropa dengan jumlah eskalasi konflik yang menurun. Indikasi
tersebut adalah sejak pertama kali program Structural Fund di Basque Country
dan dibentuknya CoR (Committee of Region) tahun 1994 bertepatan dengan
pemilu Parlemen Eropa. Hasilnya, pertama kali partai sayap politik ETA Herri
Batasuna tidak masuk tiga partai besar di Basque Country, tergantikan oleh PNV
dan partai pemerintah PSOE-PSE dan PP.129 Fakta tersebut membuktikan
legitimasi dan dukungan rakyat Basque terhadap kelompok yang berafiliasi
dengan separatis ETA semakin berkurang sejak awal program bantuan dana di
Basque Country.
Pada periode kedua tahun 2000-2006, total alokasi anggaran sebesar
1.843.490.000 euro. Jumlah eskalasi konflik kembali menurun pada periode ini.
Pada periode 1999-2006, terjadi 127 serangan dan teror ETA yang mengakibatkan
28 korban jiwa jauh lebih sedikit dari periode sebelumnya.130 Kebijakan kontra
128 Situs Global Terrorism Database ETA and Basque separatism: data over the years. Terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakes pada 25 Oktober 2014
129 Mannee, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country, hlm.43 130 ETA and Basque separatism: data over the years. Diakses dari Global Terrorism
Database, 2011 www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014
64
terorisme Spanyol Pacto de las Libertades Contra el Terrorism131 menjadi
penyebab utama menurunnya serangan ETA, serta pelarangan aktifitas politik
sayap partai politik ETA Herri Batasuna oleh Mahkamah Agung Spanyol pada
tahun 2003 yang dicurigai turut mendanai aksi kekerasan dan teror ETA.132
Dampak bantuan dana Uni Eropa pada periode 1999-2000 untuk meredam
konflik terlihat pada survei Euskobarometro dari tahun 2000-2003. Tahun 2000-
2003 dukungan rakyat Basque terhadap upaya untuk merdeka semakin menurun
dan hanya berkisar 30% rakyat Basque Country yang ingin merdeka.133
Sebaliknya PNV, PSE-PSOE dan PP masih menjadi tiga partai besar di Basque
Country pada pemilu Parlemen Eropa 2004.
Dampak dukungan rakyat Basque Country yang semakin menurun, pada
25 Nopember 2005, ETA mengajukan proposal kepada Uni Eropa untuk
memediasi perdamaian dengan Pemerintah Spanyol, namun Uni Eropa
menolaknya, karena di dalam proposal tersebut tidak ada persetujuan dari pihak
Pemerintah Spanyol.134 Upaya ETA untuk memulai perdamaian terus berlanjut,
pada tahun 2006, ETA mengumumkan gencatan senjata permanen atas saran dari
Partai Sinn Fein dan IRA eks-kelompok separatis Irlandia Utara.135
131 Spanish Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact terdapat http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml diakses pada 10 Mei 2014
132 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35 133 Sebaastian Balfour (ed), The Politics of Contemporary Spain, dalam Sembiring, Kekerasan dan
Kebebasan, hlm.84 134 European Union Will Not Negotiate with ETA dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan,
hlm.96 Tesis Universitas Indonesia 135 Background Report : ETA Ceasefire by Numbers diakses dari situs Global Terrorism Database
www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014
65
Pada periode ketiga program Structural Fund tahun 2007-2013,
merupakan jumlah anggaran terminim sebesar 1.490.660.000 euro, menurun dari
dua periode sebelumnya. Meskipun demikian, pada periode ketiga program
Structural Fund, jumlah eskalasi konflik menurun drastis dari dua periode
sebelumnya. Jumlah serangan ETA tercatat hanya 38 serangan dan
mengakibatkan 10 korban jiwa. Serangan dan teror terakhir ETA tercatat pada
tahun 2009, setelah tahun 2009 hingga 2013 tidak tercatat aksi serangan dan teror
ETA.136
Menurut penelitian ini, menurunnya serangan ETA pada periode 2007-
2013 faktor utamanya adalah, ETA kehilangan kapasitas operasional untuk
melakukan serangan-serangan, hilangnya kepercayaan dan legitimasi dari
masyarakat Basque serta kerjasama keamanan Europol kepolisian Spanyol dan
Perancis menangkap pimpinan ETA. Semakin melemahnya ETA, kelompok ini
berkomitmen untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan dan serangan. Pada
September 2010, ETA menyatakan gencatan senjata permanen yang terakhir
dibuktikan oleh komunitas internasional pada Januari 2011.137
Pada periode 2007-2013, program Structural Fund di Basque Country
merupakan periode paling efektif dalam meredam konflik dan upaya pencegahan
konflik dari dua periode sebelumnya. Selain jumlah eskalasi konflik yang
menurun drastis, program Structural Fund berdampak pada pendapatan per kapita
136 ETA and Basque separatism: data over the years. Diakses dari Global Terrorism Database, 2011 www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014
137 Background Report : ETA Ceasefire by Numbers diakses dari situs Global Terrorism Database www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014
66
Basque Country. Untuk pertama kali, pendapatan per kapita masyarakat Basque
tertinggi di Spanyol, bahkan diatas pendapatan per kapita nasional Spanyol dan
pendapatan per kapita Uni Eropa seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.4 : GDP Per Kapita Basque Country tahun 2007-2013
Dalam ribu Euro138
Tahun GDP Per kapita Basque Country
GDP Per kapita Spanyol
GDP per kapita Uni Eropa-27
2007 30.599 23.396 24.700 2008 32.133 24.020 25.100 2009 30.703 22.886 23.600 2010 31.314 23.063 24.486 2011 31.058 23.054 25.200 2012 30.043 22.291 25.600 2013 29.959 22.279 26.234
Tabel tersebut membuktikan dalam periode 2007-2013, Basque Country
terus mempertahankan sebagai wilayah dengan pendapatan per kapita tertinggi di
Spanyol. Program Structural Fund melalui program ERDF, ESF, EGTC berjalan
efektif. Dampaknya, dukungan terhadap proses integrasi Eropa di Basque Country
meningkat, dibuktikan dengan kemenangan partai-partai pro-Eropa seperti, PNV,
PSE-PSOE dan PP yang kembali menang dalam pemilu parlemen Eropa tahun
2009.
Program kebijakan regional Eropa untuk meredam konflik di Basque
Country dengan memberikan banyak fasilitas dana dan program pembangunan
cukup efektif membuat rakyat Basque menolak dan mendukung ETA meraih
138 Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per capita per Region 2007-2013, Nacional Instituto de Estadistica
67
kemerdekan Basque Country dengan cara-cara kekerasan dan teror. Survei yang
dilakukan pada 2006 menunjukan 73% rakyat Basque menginginkan adanya
kesepakatan perdamaian antara ETA dengan Pemerintah Spanyol. 139 kekerasan
dan teror bukanlah solusi yang tepat untuk kemajuan Basque Country.
Dukungan rakyat Basque terhadap ETA yang terus berkurang dan
menurun, mempengaruhi internal ETA. Di internal ETA terdapat dua faksi yang
berbeda pandangan, ETA-Pm dan ETA-m. faksi yang pertama, ETA-Pm-
anggotanya adalah kelas pekerja yang memperjuangkan kelas sosial lebih penting
dari pada perjuangan etnis, sehingga di saat permasalahan ekonomi dan sosial
telah diakomodasi oleh Uni Eropa, kelompok ETA-Pm menganggap bahwa cara-
cara kekerasan tidak lagi dibutuhkan. Faksi yang kedua, ETA-m anggotanya
adalah para militan yang memperjuangkan etnis Basque merdeka
sepenuhnya,sehingga demi mencapai tujuannya kelompok ini lebih memilih
menggunakan cara-cara kekerasan dan teror.140
ETA-Pm mengubah strategi perjuangan dengan teror dan memilih strategi
mobilisasi politik tanpa kekerasan. Kelompok ETA-Pm selama ini mendukung
proses negosiasi untuk mengakhiri kekerasan di Basque Country. Perpecahan
internal ETA membuat eskalasi serangan semakin menurun dan hilang dalam dua
tahun terakhir. Upaya pencegahan konflik Uni Eropa melalui kebijakan regional
139 Idoiaga, The Basque Conflict, hlm.7 140 Adithiya Batari Puteri, Nasionalisme Basque dalam Eksistensi Kelompok Euskadia Ta
Askatasuna (ETA) setelah Pemberian Status Otonomi Tahun 1979, Skripsi Program Studi Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012, hlm.38
68
cukup efektif membuat rakyat Basque mengurangi dukungan dan legitimasi
terhadap ETA.
Dari keseluruhan jumlah serangan dan korban jiwa mengalami penurunan
pasca Spanyol menjadi anggota Uni Eropa dan terlebih pasca diterapkannya
kebijakan regional Eropa di Basque Country seperti pada tabel berikut,
TABEL.4.5 Jumlah Serangan dan Korban Jiwa Teror ETA
Periode Eskalasi Konflik Serangan dan Teror Korban Jiwa
1968-1985 (non-UE) 451 474 1986-1993 (UE) 428 246 1993-2013 (UE+ERP) 296 112
Jumlah 1175 832
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hampir 80% jumlah serangan
ETA terjadi sebelum Uni Eropa menerapkan kebijakan regionalnya di Basque
Country. Dalam hal ini, terdapat indikasi yang menunjukan bahwa kebijakan
regional Eropa di Basque Country efektif dalam mengurangi jumlah eskalasi
serangan dan teror ETA, meskipun Uni Eropa tidak secara langsung terlibat dalam
upaya penyelesaian konflik.
C. Faktor Pendukung : Integrasi Eropa di Basque Countrty
Spanyol bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1986, periode ini
dimulainya era integrasi Eropa di Spanyol. Spanyol banyak menerima bantuan-
bantuan dana dan alokasi anggaran dari Uni Eropa. Integrasi ekonomi menjadi
prioritas utama Uni Eropa di Spanyol, tidak terkecuali wilayah regional di
69
Spanyol termasuk Basque Country. Basque Country menilai aksesi Uni Eropa di
Spanyol dapat menjadi kesempatan untuk memfasilitasi masalah-masalah yang
terjadi di Basque Country, beberapa di antaranya mengenai penyelesaian masalah
otonomi dan kemerdekaan Basque dengan cara-cara diplomatis.
Integrasi Eropa menjadi salah satu faktor pendukung dalam setiap program
kebijakan regional Eropa di Basque Country. Integrasi Eropa dapat mengatasi isu
dan permasalahan wilayah regional dengan meligitimasi perwakilan regional di
Uni Eropa. Proses integrasi Eropa akan membantu dalam pembangunan
demokrasi, ekonomi, dan modernisasi sosial di Basque Country.
Sejak tahun 1988, Basque Country memiliki perwakilan dan kantor khusus
di Brussel melalui Basque Autonomous Community. Delegasi Basque Country di
Brussel memiliki beberapa agenda di antaranya,mempromosikan kepentingan
Basque Country di Uni Eropa, mengawasi pengambilan keputusan tentang statuta
Basque Country di Uni Eropa, serta menawarkan bantuan teknis untuk proyek dan
program Uni Eropa di Basque Country.141
Traktat Maastricht tahun 1994 memberikan legitimasi yang luas bagi
wilayah regional. Salah satunya pembentukan Committee of Regions menjadi
dimensi baru dalam upaya integrasi Eropa terhadap wilayah regional dan sub-
nasional. Integrasi ekonomi Eropa membuat Basque Country masuk dalam
wilayah zona euroregion. Zona ekonomi euroregion di perbatasan dua wilayah
141 Mannee, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country, hlm.42
70
regional dan sub-nasional, memudahkan Basque Country dalam menjalankan
aktifitas ekonomi.
Selanjutnya, integrasi politik melalui Committee of Regions akan
memudahkan pemerintah regional Basque untuk mengajukan kepentingan-
kepentingan Basque di level Eropa. Namun demikian, Spanyol masih membatasi
keterlibatan Basque Country di beberapa bidang seperti, kebijakan luar negeri.
Pemerintah Regional Basque dilarang membuat kebijakan luar negeri di luar
otoritas Spanyol sebagai negara induknya.
Partai-partai regional di Basque menganggap bahwa integrasi Eropa
adalah proyek kapitalis, namun PNV sebagai partai regional terbesar di Basque
Country konsisten mendukung proses integrasi Eropa. Sebagai hasilnya, sejak
tahun 1994 PNV selalu menang dalam Pemilu Parlemen Eropa di Basque
Country. fakta tersebut membuktikan bahwa masyarakat Basque menerima proses
integrasi Eropa di Basque Country. Integrasi Eropa akan lebih banyak membantu
memberdayakan wilayah-wilayah regional dan sub-nasional seperti Basque
Country. Integrasi Eropa selain akan membantu setiap program-program
kebijakan regional Eropa di Basque Country, hal ini juga akan merubah sudut
pandang masyarakat Basque, bahwa desakan untuk merdeka bukan lagi keinginan
utama di masyarakat.
71
D. Faktor Penghambat : Penolakan Spanyol untuk Gencatan Senjata dengan
ETA
Salah satu faktor penghambat dalam proses perdamaian di Basque Country
adalah sikap dari Pemerintah Spanyol yang terus menolak proposal gencatan
senjata yang dilakukan ETA. Pada Januari 2011, Pemerintahan Presiden Zapatero
menolak proposal gencatan senjata permanen oleh ETA. Zapatero mengingikan
adanya pembubaran ETA secara permanen dan Pemerintah Spanyol menganggap
bahwa gencatan senjata ETA hanyalah retorika ETA untuk mendapat simpati dan
dukungan kembali dari masyarakat Basque.142
Pada Oktober 2011, komunitas internasional mendesak terciptanya
perdamaian di Basque Country pada seminar internasional “Donostia-San
Sebastian International Peace Conference” sebagai respon atas gencatan senjata
permanen oleh ETA.143 Menurut ETA, Pemerintah Spanyol tidak memiliki itikad
baik untuk berdialog. Pemerintah Spanyol masih melakukan tindakan represif dan
penindasan terhadap ETA, bentuk penindasan antara lain ratifikasi atas hukuman
seumur hidup bagi para tahanan Basque. Selama Pemerintah Spanyol masih
lemah komitmennya untuk perdamaian, menurut penelitian ini, hal tersebut
menjadi penyebab mengapa serangan-serangan ETA masih tetap ada dan berjuang
untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Pemerintah Spanyol beranggapan
negosiasi dengan ETA berarti pemerintah dianggap berkompromi dengan
142 “Spanyol Inginkan Pembubaran ETA”, Harian Media Indonesia 22 Januari 2011 143 ETA’s Statement to the Basque Country terdapat di
http://www.basquepeaceprocess.info/p=4974 diakses pada 1 November 2014
72
kelompok teroris. Hal tersebut bertolak belakang dengan kebijakan Spanyol yang
sangat represif untuk mengkounter terorisme.
Sikap Spanyol yang terus menolak untuk gencatan senjata dapat
menggangu program-program regional Uni Eropa di Basque Country. Program-
program Uni Eropa membutuhkan kestabilan keamanan. belum adanya
kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan perdamaian, ETA dapat sewaktu-
waktu melakukan serangan kembali. Uni Eropa akan sangat sulit mengontrol
kelompok garis keras seperti ETA. Hal tersebut akan merugikan Basque Country
dan kepentingan Uni Eropa di Basque Country. Upaya-upaya program kebijakan
regional Eropa akan mengalami hambatan dan gangguan berupa aksi teror ETA.
Spanyol harus mengakomodasi keinginan rakyat Basque Country yang faktanya
73% penduduk Basque Country saat ini menginginkan adanya kesepakatan
perdamaian.144
Spanyol memiliki banyak pertimbangan dan konsekuensi, apabila
menerima kesepakatan perdamaian dengan ETA. Salah satu prasyarat yang
diajukan ETA adalah, Pemerintah Spanyol harus mengijinkan rakyat Basque
untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Bagi Spanyol
wilayah Basque Country adalah wilayah yang sangat strategis dan penting,
terutama bagi perekonomian Spanyol di bidang industri yang menjadi roda
perekonomian utama di Basque Country.
144 Idoiaga, The Basque Conflict, hlm.7
73
Krisis zona euro yang melanda Spanyol pada tahun 2008 membuat hutang
Spanyol mencapai 176 Miliar dolar pada September 2011. Pemerintah Spanyol
melakukan langkah penghematan untuk mengurangi defisit.145 Pemerintahan
Spanyol yang baru dipimpin oleh partai konservatif Partido Popular menghadapi
tantangan akan kembalinya tren dari beberapa wilayah regional di Spanyol yang
ingin merdeka dan meminta otonomi yang lebih luas termasuk wilayah Basque
Country, akibat imbas dari krisis yang melanda Spanyol. Kemerdekaan Basque
Country akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Spanyol.
Pada periode 2007-2013 kontribusi GDP Basque Country untuk
perekonomian Spanyol ada di kisaran 6%. Basque Country adalah wilayah pusat
industri otomotif, perkapalan, telekomunikasi, pertambangan, dan elektronik yang
sejumlah besar menjadi penyumbang GDP bagi Spanyol. Di Basque terdapat 700
perusahaan asing yang mayoritas perusahaan tersebut dimiliki oleh Jerman,
Perancis, Amerika Serikat dan Jepang.146
Tabel 4.6 : Kontribusi GDP Basque Country ke Spanyol tahun 2007-2013
dalam juta euro147
Tahun GDP Basque
Country GDP Spanyol Prosentasi
2007 65.152.344 1.053.537.000 6,2%
2008 66.178.518 1.087.788.000 6,1%
2009 63.298.292 1.046.894.000 6,0%
145 Daw, Cohesion policy of the European Union,hlm.66 146 Foreign Companies in Basque Country terdapat di http://www.spri.eus/en/invest-in-the-basque-
country/foreign-investment# diakses pada 24 Desember 2014 147 Press Release Spanish Regional Accounts, Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per
Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica
74
2010 64.535.323 1.045.620.000 6,2%
2011 64.856.828 1.046.327.000 6,2%
2012 63.614.484 1.029.279.000 6,2%
2013 62.780.008 1.022.988.000 6,1%
Basque Country merupakan lima besar penyokong ekonomi Spanyol
setelah wilayah Catalunya 18%, Madrid 17%, Andalusia 13% dan Valencia
9%.148 Dari lima besar penyokong ekonomi Spanyol, terdapat dua wilayah yang
berjuang untuk merdeka yaitu Catalunya dan Basque Country. Spanyol
mengantisipasi dengan menolak bernegosiasi dengan ETA, karena apabila proses
negosiasi dengan ETA mencapai kesepakatan, ETA memiliki legitimasi untuk
mengupayakan kembali kemerdekaan bagi rakyat Basque. Secara ekonomi
Basque Country mampu mandiri tanpa bergantung kepada Spanyol. Hal
sebaliknya Spanyol justru sangat mengandalkan perekonomian Basque untuk
mendukung roda perekonomian dalam negerinya.
Faktor selanjutnya, terkait dengan alokasi anggaran Uni Eropa ke Spanyol.
Selama menjadi anggota Uni Eropa, Spanyol banyak menerima anggaran dana
dan proyek Uni Eropa. Selama periode 2007-2013, Spanyol mendapat alokasi
anggaran sebesar 19.481.699.906 euro. berikut perinciannya pada tebel di bawah
ini.
148 Press Release Spanish Regional Accounts, Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica
75
Tabel 4.7 : Alokasi anggaran Uni Eropa di Spanyol tahun 2007-2013
dalam juta Euro 149
Tahun Anggaran 2007 486.225.277 2008 1.109.143.148 2009 2.504.936.625 2010 3.651.761.403 2011 3.655.240.080 2012 4.561.637.761 2013 3.812.755.512 Total 19.481.699.906
Apabila upaya kemerdekaan Basque Country tercapai, hal tersebut akan
turut mempengaruhi berkurangnya jumlah alokasi anggaran Uni Eropa di
Spanyol. Program-program pembangunan wilayah regional Spanyol banyak
dibantu oleh alokasi anggaran dari Uni Eropa. Dana alokasi anggaran Uni Eropa
pun sangat membantu Spanyol sebagai negara Eropa Barat yang sedang berjuang
mengatasi dampak krisis zona euro.
149 Financial Transparational System, terdapat di ec.europa.eu/budget/fts/index_en.htm
76
BAB V
KESIMPULAN
Konflik separatisme di Basque Country telah berlangsung sejak tahun
1959. Konflik ini menimbulkan sekitar delapan ratus korban jiwa lebih. Konflik di
Basque Country merupakan konflik etnhonasonalis klasik. Periode konflik
terbagi menjadi dua fase, fase yang pertama, pada masa pemerintahan diktator
Jenderal Fransisco Franco dan fase yang kedua pada masa pemerintahan
demokrasi.
Pada fase yang pertama, awal terbentuknya ETA tahun 1959 dan menjadi
awal konflik bersenjata antara kelompok separatis ETA dengan Pemerintahan
Diktator Spanyol yang dipimpin Jenderal Frasisco Franco, hingga wafatnya
Franco pada tahun 1975. Aksi ETA terbesar adalah aksi pembunuhan terhadap
Perdana Menteri Carrero Blanco dengan meledakan mobilnya pada 20 Desember
1973.
Pada fase yang kedua, masa Pemerintahan Spanyol beralih ke masa
demokrasi parlementer. ETA memutuskan tetap melakukan aksi kekerasan
dikarenakan pemerintah demokrasi Raja Juan Carlos I menunjuk Adolfo Suarez
sebagai Perdana Menteri Spanyol. Kebijakan di awal kepemimpinannya
meratifikasi konstitusi baru dengan memberi hak-hak otonomi lebih di daerah-
daerah Spanyol. Pada tahun 1979, Pemerintah Spanyol memberikan Statuta
Guernika yang berisi hak kepada Basque Country untuk memiliki parlemen lokal,
tenaga kepolisian, mengontrol pajak dan diizinkan mengibarkan bendera Basque
77
Ukurinna. Namun demikian, Statuta ini masih belum mengakomodasi
kepentingan rakyat Basque dan kekerasan dari kelompok ETA masih terus
berlanjut, hingga penelitian ini dibuat belum ada kesepakatan perdamaian antara
pihak separatis Basque ETA dan Pemerintah Spanyol
Masuknya Spanyol sebagai anggota Uni Eropa pada tahun 1986 membuka
kesempatan bagi terciptanya perdamaian di wilayah Basque Country. Uni Eropa
memiliki mekanisme untuk memediasi dan meresolusi sebuah konflik di
antaranya melalui CFSP dan ESDP. Akan tetapi,Uni Eropa menghadapi situasi
dan posisi yang sulit untuk mengakomodasi isu sub-nasional dan etnis minoritas
di Basque.
Uni Eropa memiliki banyak pertimbangan dalam menanggapi isu konflik
sub-nasionalisme di Basque Country. Kekerasan oleh kelompok separatisme
Basque ETA dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi salah satu
pertimbangan Uni Eropa sulit merealisasikan proses perdamaian di Basque. Hal
ini justru membuat Uni Eropa menetapkan ETA sebagai organisasi teroris yang
diputuskan sepuluh hari pasca kejadian 9/11 melalui Kerangka Kerja dalam
Menghadapi Terorisme.
Uni Eropa lebih memilih berkompromi dengan kelompok moderat di
Basque melalui PNV dan BAC dari pada berkompromi dengan kelompok teroris
ETA. Uni Eropa menanggapi isu regional dengan dibentuknya Komite Regional
pada tahun 1994 dan Uni Eropa pun mengizinkan BAC memiliki perwakilan di
78
markas Uni Eropa di Brussel, Belgia untuk mengakomodasi kepentingan-
kepentingan Basque di lingkup Eropa.
Untuk meredam konflik di Basque Country, Uni Eropa melakukan
pendekatan pencegahan konflik dengan pendekatan ekonomi dan sosial. Melalui
mekanisme kebijakan regional, Uni Eropa memiliki program pemberdayaan
wilayah regional dan sub-nasional dengan program Structural Fund yang
ditujukan langsung ke wilayah-wilayah regional termasuk wilayah Basque
Coutry. Pada periode 2007-2013, wilayah Basque Country menerima bantuan
dari Uni Eropa melalui program ERDF, CF, ESF dan EGTC. Dari keseluruhan
program total anggaran Uni Eropa yang dikeluarkan mencapai 1.490.660.000 juta
euro. Upaya pencegahan yang dilakukan Uni Eropa dengan pendekatan ke
masyarakat Basque dapat mengubah sudut pandang masyarakat Basque yang
menolak keras cara-cara kekerasan dan teror yang dilakukan ETA.
Terbukti dari tahun 2007-2013 jumlah teror dan kekerasan yang dilakukan
ETA semakin menurun. Pasca gencatan senjata terakhir yang diumumkan ETA
pada tahun 2011, tidak tercatakekerasan dan teror ETA sampai tahun 2013.
Survey yang dilakukan pada 2006 menunjukan 73% rakyat Basque Country
menginginkan adanya kesepakatan perdamaian antara ETA dengan Pemerintah
Spanyol dan keinginan untuk merdeka dari Spanyol semakin berkurang dan
kelompok separatis ETA semakin kehilangan legitimasi di Basque.
Integrasi Eropa salah satu pendukung dalam setiap kebijakan regional
Eropa di Basque Country. Rakyat Basque Country menikmati berbagai fasilitas-
79
fasilitas program dari Uni Eropa. Integrasi Eropa dapat mengatasi isu dan
permasalahan wilayah regional dengan meligitimasi perwakilan regional Basque
Country di Uni Eropa. Proses integrasi Eropa di Basque Country akan membantu
dalam pembangunan demokrasi, ekonomi, dan modernisasi sosial.
Namun penolakan Spanyol untuk menerima gencatan senjata dengan ETA
dapat menjadi penghambat di setiap kebijakan regional Eropa di Basque Country.
Program dan proyek Uni Eropa di Basque Country membutuhkan kestabilan
keamanan. belum adanya kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan
perdamaian, ETA dapat sewaktu-waktu melakukan serangan kembali. Uni Eropa
akan sangat sulit mengontrol kelompok garis keras seperti ETA. Hal tersebut
justru akan merugikan Basque Country dan kepentingan Uni Eropa di Basque
Country. Upaya-upaya program kebijakan regional Eropa akan mengalami
hambatan dan gangguan berupa aksi teror ETA.
Dibutuhkan komitmen yang kuat di antara kedua belah pihak untuk
memulai proses perdamaian. Menurut penelitian ini, aksi ETA yang telah berhenti
sejak empat tahun terakhir adalah pesan yang kuat bagi Pemerintah Spanyol untuk
membuka dialog kembali dengan ETA. Keterlibatan masyarakat dan organisasi
sipil sangat penting dalam proses perdamaian di Basque Country. Kedua belah
pihak antara Pemerintah Spanyol dan ETA harus membangun trust-building demi
kelancaran proses perdamaian.
80
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agote, Alfonso Peresz, The Social Roots of Basque Nationalism, diterjemahkan oleh Cameron Watson dan William A.Douglas, University of Nevada Press, Las Vegas, 2006.
Barash, David P, (ed). Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, Oxford University Press, New York, 2009.
Baylis, John and Steven Smith, The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations, Oxford University Press, New York 2001.
Bennet,A. Leroy, International Organization, Prentice hall, New Jersey, 1977.
Burchill, Scott and Andrew Linklater, Theories of International Relations, ST.Martin’s Press, New York , 2009.
Galtung, Johan 50 years : 100 Peace and Conflict Perspective, Transcend University Press, Transcend , 2008.
Lecours, Andre, Basque Nationlism and Spanish State, University of Nevada Press, Las Vegas, 2007.
Lowe, Peter, ETA, Terrorism and Basque Conflict, Peter Lowe Publisher, 2014.
Mauna, Boer, Hukum Internasional : Kerangka Analisa, Pedoman Ilmu, Jakarta, 1987.
Moussis, Nicholas, Handbook of European Union, Institutions and Policies, EDIT-EUR, 1994.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Ghalia Indonesi, Jakarta, 1988.
Suherman, Ade Maman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Webel, Charles and Johan Galtung , Handbook Peace and Conflict Studies, Routledge, New York, 2007.
Zallo, Ramon and Mikel Ayuso, The Basque Country : Insight into its culture, history, society and institutions, Eusko Jaurlaritzaren Argitalpen Zerbitzu Nagusia Servicio Central de Publicasiones del Gobierno Vasco, Donastia-San Sebastian, 2009.
Jurnal Ilmiah :
Aiarta, Urko and Julen Zabalo, The Basque Country : The Long Walk to a Democratic Scenario, Berghof Transitions Series No.7, 2010.
Beck, Jan Malsvelt, The Continuity of Basque Political Violence : A Geographical Perspective on The Legitimisation of Violence, GeoJournal, Vol.48, No.2, Territorial Change and National Identities in Eastern and Western Europe, 1999.
Connolly, Christopher K., Independence in Europe : Secession, Sovereignty, and the European Union, Duke Journal of Comparative & International Law Vol.24:51, 2013.
Cuenca, Ignacio Sánchez, The persistence of nationalist terrorism: the case of ETA, Journal of Centre for Advanced Study in Social Science Juan March Institute.
Daw, Caitlin, Cohesion policy of the European Union : Facilitated by Supranational Institutions and Regional Autonomy or Hindered by Nationl Sovereignty?, Claremont-UC Undergraduate Research Conference on the European Union, Vol.2, Art .7, 2012.
Douglas, William A. and Joseba Zulaika, ETA and the Basque Political Process, Vol.32, No.2, Journal of Comparative Studies in Society and History, Cambridge University Press.
Fitzduff, N. and S.Williams, How did Northern Ireland moved towards Peace?, Cumulative Impact study, 2007.
Galtung, Johan, Violence, Peace and Peace Research, Journal of Peace Research, Vol.6, No.3, 1969.
Gokcek, Gulriz Gigi, Cooperation of EU Member States in Limitinf Etnhic Conflict, Department of Political Science Ellison Hall, University of California, 2008.
Guitet, Emmanuel Pierre, Is Consensus a Genuine Democratic Value? The Case of Spain’s Political Pacts Against Terrorism, Alternative: Global, Local, Political, Vol.33, No.3, 2008.
Herrberg, Antje with Canan Gunduz and Laura Davis, Engaging the EU in Mediation and Dialogue, Initiative for Peacebuilding Mediation Cluster, 2009.
Idoiaga, Gorka Espiou, The Basque Conflict New Ideas and Prospect for Peace, Journal of United States Institute for Peace Special Report No.161, 2006.
Idoiaga, Gorka Espiau, The Peace Processes in The Basque Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach, Jurnal Institut Catala Internacional Per La Pau Working Papers, Barcelona, 2010.
Jebb, Cindy, The Fight for Legitimacy : Liberal Democracy Versus Terrorism, The Journal of Conflict Studies, Vol.XXIII, No.1 Spring, 2003.
Johansson,Emma, A New Start for EU Peacemaking : Post Record and Future Potential, Journal of UCDP No.7, Upsalla, Departement of Research and Conflict Resolution.
Martin, Annabel, And When Time Stood Still: Building a Road for Peace, Reconciliation, and Forgiveness in Euskadi (The End of ETA Armed Conflict),Hispanic Journal of Theory and Criticism, Vol.4, Iss 8, Art. 16, 2012.
Mesquita, Ethan Bueno de, Conciliation, Counter Terrorism and Patterns of Terrorist, Journal of Comparative study of Five Cases, 2005.
Murphy, Lindsay, EU Membership and an Independence Basque State, Peace International Law Review, Vol.19, Iss.2, Art.7, 2007.
Pablo, Julen dan Oier Imaz, The EU and the Basque conflict opportunities for engagement, Journal of Concilitaion Resource No.22, 2011.
Pleschinger, Stefanie, Allied Against Terror: Transatlantic Intelligence Cooperation, Journal of Yale University, 2006.
Saha, Dwiya, Euskal Herria - 194 th , Journal of Institute of Foreign Policy Studies, Calcutta University, 2012.
Shankar, Raja and Anwar Shah, Lessons from European Union Policies for Regional development, Policy Research Working Paper the World Bank Institute, No.4977, 2009.
Skripsi/Tesis/Disertasi :
Mannee,Tessa, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country : the Effectiveness of Consociational Conflict Management, International Public Management and Policy Master Thesis of Erasmus University Rotterdam, 2011.
Piccioli, Ilaria, European Integration and Stateless Minorities. The Trajectory of Basque Nationalism, Roma, Department of History and Political Science, Luiss-Guido Carli, 2010.
Puteri, Adithiya Batari, Nasionalisme Basque dalam Eksistensi Kelompok Euskadia Ta Askatasuna (ETA) setelah Pemberian Status Otonomi Tahun 1979, Skripsi Program Studi Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012.
Saylan, Ibrahim, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scotish, Basque and Kurdish Cases, Phd.Dissertation Departement of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011.
Sembiring, Roy Sidharta, Kekerasan dan Kebebasan : Perspektif Kritis terhadap Penggunaan kembali Pola-pola Terorisme oleh ETA dalam Mencapai Kemerdekaan Pasca Insiden Pemboman Madrid 2004, Tesis Universitas Indonesia, 2007.
Surayani, Desak Putu Sinta, Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik ETA-Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012, Skripsi Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2012.
Situs Internet :
Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical terdapat di http://www.e-f-a.org/services/news-single view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses diakses pada 20 Mei 2014
Basque Plan Independent Plan Rejected terdapat di http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4228297.stm diakses pada 5 Mei 2014.
Common Foreign and Security Policy terdapat di http://eeas.europa.eu/cfsp/index_en.htm diakses pada 13 September 2014.
EU Chief Solana Avoids Basque Issues terdapat di http://www.realitymacedonia.org.mk/web/news_page.asp?nid+2440 diakses pada 10 September 2014
EU Vote Has Regional Powerhouses Devided in Spain terdapat di http://www.eubusiness.com/Institutions/050215024125.ktzvwj5 diakses pada 14 September 2014.
ETA’s Statement to the Basque Country terdapat di http://www.basquepeaceprocess.info/p=4974 diakses pada 1 November 2014
Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact terdapat http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml diakses pada 10 Mei 2014
Peta wilayah Etnis Basque terdapat di http://www.basque.unr.edu/conferences/2011/languages.html diakses pada 30 Mei 2014.
Sekilas Uni Eropa terdapat di http://eeas.europe.eu/delegations/indonesia diakses pada 15 September 2014.
Sejarah Pembentukan Uni Eropa terdapat di http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp diakses pada tanggal 15 September 2014
SEUBP Peace Programme III terdapat di http://www.seupb.eu/programmes2007-2013/peaceiiiprogramme/overview.aspx diakses pada 15 September 2014.
Situs Global Terrorism Database, ETA and Basque separatism: data over the years. Terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakses pada 25 Oktober 2014.
Situs Global Terrorism Database, Background Report : ETA Ceasefire by Numbers terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.
Terrorist Act 1968-2006 Fatalities terdapat di http://www.nationmaster.com/country-info/stats/Terrorism/Terrorist-Acts/1968--2006/Fatalities diakses pada 30 April 2014.
The Cohesion Fund at a glance, terdapat di http://ec.europa.eu/regional_policy/funds/procf/cf_en.htm diakses pada 15 Oktober 2014.
Surat Kabar : Spanyol Inginkan Pembubaran ETA, Harian Media Indonesia 22 Januari 2011. Dokumen Resmi :
Commite of the Regions, EGTC Monitoring Report 2013 Towards the New Cohesion Policy, Europan Union, 2013.
Council Conclusions on Conflict Prevention, Foreign Affairs Council Meeting, Luxemburg, 20 June 2011.
European Commission, European Social Fund: Spain - programas beneficiarios 2007-2013.
International Covenant on Civil and Political Rights file pdf terdapat di http://ec.europa.eu/justice/policies/privacy/docs/16-12-1996_en.pdf
Pidato Koffi Anan pada saat menghadiri Konferensi Internasional dalam Konflik Basque di San Sebastian, Spanyol terdapat di http://kofiannanfoundation.org/newsroom/speeches/2011/10/kofi-annan-promotes-resolution-conflict-basque-country diakses pada 15 Mei 2014.
Presidency Conclusions, Goteborg European Council 15-16 June 2001.
Press Release of Instituto Nacional de Estadistica, Spanish Regional Accounts : Gross Domestic Product Per Region Year 2007, 2008.
Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica
Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per capita per Region 2007-2013, Nacional Instituto de Estadistica.
Balasan Email dari Inaki Irazabalbeitia, Anggota Parlemen Eropa dari
Partai Aralar Basque Country, Spanyol yang tergabung dalam EFA
(European Free Alliance)
From : [email protected]
To : [email protected]
1. How is the lastest developments of the conflict between the ETA and the
Spanish government?
I wouldn't say that the conflict is between ETA and Spanish government. The
violence actions of ETA are one of the expressions of the conflict; a regrettable
one by the way. The real conflict is the definition of the framework of the political
relationships between the Basque Country and Spain. It is a conflict on the right to
self-determination of the Basque country
Since ETA declared the end on violence almost 3 years ago we are in a peace
process in which unilaterality is the main characteristic. ETA and its political
movements are doing steps ahead to achieve peace and political normalisation, but
the Spanish government does not acknowledge them. The last one done by ETA
has been the starting of arm decommission.
2. What is the reason of Spanish’s Government rejects ceasefire with ETA and
considers this conflict remains a domestic problem that does not require an
outside party to mediate the conflict?
There are several reasons, The fight against terrorism has been one of the most
important policies for Spanish government. An exception legislation that limits
democracy has been set up. Part of which has been condemn by the Court of
Human Rights of Strasbourg. Governments built up their political action on the
antiterrorist police. Spanish government used the fight against terrorism to cover
issues like corruption, economical crisis, and so on. Why should they give up to
use such a powerful tool to divert public opinion? In the other hand, the violent
actions of ETA were of very low level in the last years, among other reasons,
because ETA lacked the operational means to perform qualitatively and
quantitatively high profile armed actions; those kind of actions that can impact in
political decisions. Any government can assume the killing 2 to 4 people a year.
3. How important of Basque Country for Spain so Spain tried to maintain the
Basque Country remains as a part of Spain?
For Spain is not an economical issue. It is more an issue of arrogance or vanity.
The last remains of the former empire where the sun never hid disappear in the
last century. So for Spanish nationalism keeping inside the borders of the country
all peninsular territories is crucial. As you probably know, in the coat of arms of
Spain during Franco's dictatorship this motto was written: Spain, one (united),
free and big!
4. What are the obstacles to peace between ETA and the Spanish government?
I think that the main obstacle is the attitude of the Spanish government that doesn't
want to recognise ETA as an interlocutor ever only for technical issues of the
process like arm decommission.
5. What is the difference between ETA and IRA in Northern Ireland, it is
actually the same but the ETA conflict more difficult to resolve?
Although the conflicts of Northern Ireland and Basque country share some
common elements like violent actions or the aim to exercise the right to self-
determination, the social and economical circumstances are rather different. For
instance, in the Basque Country there isn't a physical and social separation
between two communities as in NI: catholics and protestants. In the BC those who
feel only Basque and those who feel Spanish life in the same neighbourhood,
same apartment bloc, go to drink to same pubs and share the same social class.
6. How Basque people today, whether the desire for independence from Spain
was still there?
Basque society clearly wants to have the biggest level of autonomy possible even
independence. The last polls show that about two thirds of the Basque would like
to improve the current autonomy statute and more or less 40 % of the people says
that the improvement process should finish in an independent Basque Country
7. The European Union has a mediating role in every conflict, in the Basque
conflict why the EU does not play a role in mediating the conflict?
The Union never even it has the so called PEACE program to help the NI peace
process. However in 2006 the European Parliament approved a resolution
demanding a democratic and peaceful resolution of the Basque conflict.
8. What should the EU deal with conflict in the Basque?
I think that the EU should be a facilitator of the process. It should make
diplomatic pressure on the Spanish government in order to encourage it to take
part in the process and to do positive steps towards its resolution. Furthermore,
the Union could establish an program similar to NI Peace program to help dealing
with the consequences of the conflict.
9. As an institution that upholds the principles of democracy, why the EU does
not facilitate the process of independence for the Basque people, as well as
the European Union to facilitate the process of independence of Bosnia
Herzegovina from Yugoslavia?
I think that the situation in former Yugoslavia in the early 90s is not comparable
with the current purpose of independence of nations that are part of a bigger state
like BC, Catalonia or Scotland. Yugoslavia was in a war situation and it wasn't
member of the Union. The BC, Catalonia and Scotland are part of democratic
states of the EU.
As I told you before the inner structure of a member state is not a competence of
the EU, but of the states. The exercise of the right of self-determination depends
on the will of the state. Therefore, Scots will vote on their independence and
Spain forbids Catalans to do so.
Anyway if Scots, Catalans of both of them vote for independence the EU will
forced to take an official position on the demand of those nations to continue
being members of the Union.
10. How important is the position of Spain in the European Union, so that the
EU can not intervene directly in the Basque conflict?
It is not a particular position. EU policy is not to intervene in inner issues of
member states unless there is an specific petition from the state. This is the case.
11. EU imposes ETA as a terrorist group, whereas the independence separatist
group of ETA is just like IRA and the European Union could revoke the
status of ETA as a terrorist group? how do you respond?
Currently ETA is an organisation which is in the way of arriving to its end. The
fight for the independence of the BC is now being carried out by political forces
and social movements like 'Gure esku dago' (http://gureeskudago.net/en/)
12. How is the support of the European Parliament against Basque
independence?
Parliamentary groups and political parties has different position on the issue of the
right to self-determination. Even inside the same group there are different
positions. Two examples. Greens-EFA group support the right of self-
determination for all European nations. In the GNU group some parties are
against and other for.
13. Does The EU give seat in the European Parliament for the representatives
of the Basque Country and how they can represent the aspirations of the
people of the Basque?
Representatives in the European Parliament are elected on the bases of member
states. So there is no specific seat for the BC. Each member state has its own
electoral law to elect representatives in the EP. In Spain there is a unique electoral
constituency that's make very difficult for the parties of the different nation of
Spain (Catalans, Basques, Galicians) to achieve representation by their own.
Therefore, they usually set up coalitions between parties of the different nations. I
was elected in list formed by parties from the BC, Catalonia, Galicia and Aragon
and Spanish Greens. We share the seat between the 3 biggest parties.
In France, they are several constituencies. Anyway, taking into account that the
Northern Basque Country has only 250.000 inhabitants, it impossible for a
nationalist party of NBC to be achieve representation by its own and even in
coalition with other.
14. how about basque people opinion toward european integration, whether
they prefer to european integration or self-independence?
Independence isn't against European integration. In fact most of the pro-
independence parties of state-less nations in Europe, as Aralar or the Scottish
National Party, are very strong pro-European. One of the differences between
current situation of state-less nations and an independent one is that the latter have
a direct influence in decission taking in the EU and the former no. Take into
account that the EU is an union between states not citizens.
15. what is the causes for previous years ETA attacks reduce ? is EU play role
also within?
Lack of operational capacity, the distrust of the majority of Basque society and
the police pression in both France and Spain .
16. do you think that EU effort with Structural Funds, EGTC, one of EU
Conflict prevention?
It could help, of course.