85
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Setelah beberapa hal dibahas pada bagian terdahulu, akhirnya, sampailah
pada kesimpulan dari keseluruhan pembahasan. Penulis yang juga sekaligus
pencipta dalam perjalanannya, telah melalui beberapa tahapan hingga sampai pada
pagelaran, di mana hasil ciptaannya ini dipertunjukkan. Mulai dari mencipta ide
dari gagasan yang disediakan oleh dunianya, mencipta naskah lakon dari ide yang
sudah diterjemahkan, sampai kepada menerjemahkan teks naskah lakon ke teks
pertunjukan.
Menerjemahkan gagasan menjadi ide cipta, pada tahap ini penulis
melakukan dekontruksi cerita tentang “perkawinan politik” yang dilakukan oleh
Dewi Tara dengan Samaratungga untuk menyatukan Sriwijiya (Sumatera) dengan
Mataram Kuno (Jawa). Akhirnya cerita tentang perkawinan tetap dipertahankan,
akan tetapi oleh penulis tujuannya diubah bukan lagi karena politik, melainkan
murni karena cinta. Rasa cintalah yang kemudian berhasil menyatukan perbedaan
dan mereda perang yang terjadi dari dua pihak yang bersebelahan.
Tarasmara diciptakan dengan menjadikan bentuk akrobatik sebagai
identitas dari penulis. Bukan hanya sebagai identitas melainkan sudah menjadi jalan
hidup bagi penulis. Gerakan akrobatik dibuat dengan memadukan gerakan silat dan
posisi-posisi pertapaan Budha.
Sebagai sutradara, proses latihan adalah proses untuk menurunkan ego. Hal
ini sangat penting dilakukan ketika menemukan kendala yang memungkinkan
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
86
menghambat jalannya proses latihan. Dari awal latihan sampai dengan pertunjukan,
penulis tetap bersama dengan orang-orang yang memiliki komitmen untuk
mewujudkan pelayaran cinta dari pertunjukan Tarasmara.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas, saran yang bisa
diberikan, adalah:
1. Teater sebagai media alternatif dalam menyampaikan peristiwa. Lakuan-lakukan
gerak dan dialog dapat digunakan dalam menyajikan segala sesuatu, bahkan
sesuatu yang tidak mungkin tersampaikan dalam keseharian. Begitu yang terjadi
dari Tarasmara visi penulis menyajikan cinta tanpa ditunggangi kepentingan.
2. Tubuh manusia adalah media hidup yang tidak terbatasi kreatifitasnya. Pola-pola
latihan yang dilakukan pada pertunjukan Tarasmara memperlihatkan bagaimana
bentuk-bentuk tubuh yang secara visual sukar pada akhirnya menjadi bentuk
yang mudah untuk diwujudkan.
3. Mewujudkan pertunjukan teater adalah sebuah pekerjaan kolektif yang
melibatkan beberapa orang. Tarasmara menemukan cinta dalam kebersamaan
untuk menyamakan visi dalam mewujudkan pertunjukan teater.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
87
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Adriyetti. (2013), Sastra Lisan Indonesia, CV, Andi Offset, Yogyakarta.
Anwar,Chairil. (1996).Aku Ini Binatang Jalang, PT, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Aristoteles. (2004) Politik, penerjemah: Saut Pasaribu. Bentang Budaya:
Yogyakarta
Blume, Michael. (2017). Akrobatik; Training- Technik- Inszenierung, Meyer &
Meyer Verlag, Muenchen.
Burt, Ramsay. (2006). Judson Dance Theater, Routledge, Oxon
Gilles, Deleuze, Guattari, Felix. (2010).What Is Philosophy, Reinterpretasi Atas
Filsafat, Sains, Dan Seni, Jalasutra, Yogyakarta
Grotowsky, Jerzy. (2002), Menuju Teater Miskin, Penerjemah, Max Arifin, MSPI
dan arti, Yogyakarta
Haryono, Edi. (2000). Rendra dan Teater Modern Indonesi. Kajian memahami
Rendra melalui tulisan kritikus seni, Kapal Press: Yogyakarta
Ihsan, Fuad. (2010).Filasafat Ilmu, Rieneka Cipta: Jakarta
Junus, Umar. (1985).Resepsi Sastra Sebuah Pengantar, PT, Gramedia, Jakarta.
Muljana, Slamet. (2006). Sriwijaya. Lkis, Yogyakarta.
Noer, Arifin C. (1999). Teater Saya adalah Teater Kini, TeaterIndoensia:
Konsep, Sejarah, Problema. DewanKesenian Jakarta, Jakarta.
Norris, Christopher. (2006). Kritikus sastra paling berpengaruh di Amerika,
Membongkar teori dekonstruksi Jacquws Derrida. AR – RUZ MEDIA:
Yogyakarta
Nery, Marcos (2018). The Acrobat-Body: The Other Body. Translated by Sunita
Nigam. University of Qoebec in Montreal.
Poedjawijatna, (1997). Pembimbing ke Arah Filsafat, cet. 10. RinekeCipta,
Jakarta
Pradopo, Djoko Rachmat. (2002), Kritik Sastra Modern, Gama Media,
Yogyakarta.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
88
Polishchuk, V. (2010). The book of acting skills Vsevolod Meyerhold. Moscow
region: AST.
Rahardjo, Supratikno, (2011). Peradaban Jawa dari Mataram Kuno sampai
Majapahit Akhir, Yayasan Kertagama dengan Komunitas Bambu, Jakarta.
Saini, K.M. (1999). Masalah Gaya dalamTeater Indonesia, TeaterIndoensia:
Konsep, Sejarah, Problema. DewanKesenian Jakarta, Jakarta.
Soedirman. (1977). Latar Belakang Keagamaan Candi Plaosan. 50 tahun
Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1963. Jakarta: PT. Karya
Nusantara.
Stanislavski, Constantin. (2008). Building a Character. Membangun Tokoh.
Penerjemah; B. Verry Handayani, Dina Octaviani, Tri Wahyuni. PT.
Gramedia, Jakarta.
Yudiaryani. (2011). Membaca Teater Rebdra dan Mini Kata. BP ISI. Yogyakarta.
_________. (2008). Menonton Teater. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA