HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT ILMUDENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN DUNIA HUKUM
MAKALAHDibuat dalam rangka memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengantar Filsafat IlmuSemester I Tahun Akademik 2013-2014
Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas SyariahUIN Maulana Malik Ibrahim Malang
DOSENDr. M. NUR YASIN, M.Ag.
OlehKELOMPOK 1
1. T. AGUS ARGA SETIAJI2. MUHAMAD SYAFII3. NUR MUSYAHIDAH4. AHMAD MUHTAR NURUSSALAM5. AMIR FAQIH
MALANG2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulilaah, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat dan ni’matnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah filsafat ilmu pada waktu yang diharapkan, shalawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita khatamulanbiyaa Nabi Muhammad
SAW, yang kita harapkan syafaatnya di hari qiyamat nanti.
Orang yang berfilsafat itu mempunyai cara berpikir yang radikal dan
mendalam sehingga ia bisa bijaksana dalam kehidupanya baik itu dalam
memutuskan sesuatu atau yang lainya, karena Filusuf atau orang yang berfilsafat
itu tidak memandang sesuatu hal dari satu sisi saja akan tetapi ia memandangnya
dari berbagai sisi, oleh karenanya pantas kalau orang yang berfilsafat itu dijuluki
sebagai orang yang bijaksana.
Secara historis lahirnya Ilmu itu tidak dapat terpisahkan dari filsafat, pada
zaman Yunani kuno filsafat mampu mengubah pola pikir masyarakat pada saat
itu yakni pola berpikir Metrosentris. Pola pikir ini dimana mereka beranggapan
bahwa alam semesta ini dipengaruhi oleh para Dewa, kepada pola berpikir
Logosentris yaitu pola berpikir yang disandarkan kepada rasio atau akal.
Di dalam makalah ini kami memaparkan salah satu cabang Filsafat yakni
Filsafat Ilmu yang kami dapatkan dari sumber-sumber yang bisa di pertanggung
jawabkan baik dari buku ataupun dari pengalaman belajar yang kami dapatkan
tentang filsafat. Makalah ini kami buat disamping untuk memenuhi tugas juga
untuk menambah wawasan kami akan isi dari filsafat ilmu itu sendiri.
Akhirnya ,kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah singkat ini terutama kepada : Bpk. Dr. M.
NUR YASIN, M.Ag. MH selaku dosen pengampu mata kuliah FILSAFAT ILMU
yang telah memberikan ilmunya dan memberikan kami semangat, rekan-rekan
Fakultas Syariah jurusan Hukum Bisnis Syariah yang telah memberikan motivasi
dan semangatnya sehingga hal itu dapat menginspirasi kami untuk menulisnya
semoga mereka semua mendapatkan balasan dari Alloh SWT. Tentu kekurangan
dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini tidak bisa kami hindari karena
batas dan kemampuan kami , oleh karena itu kami mohon ma’af sebesar-besarnya.
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat adalah satu kajian keilmuan yang mempunyai cakupan yang
sangat luas, baik filsafat yang secara spesifik membahas tentang suatu
ideologi, filsafat yang secara spesifik membahas tentang suatu kesatuan
Negara dan filsafat yang mengkaji tentang exsistesi manusia. Filsafat ilmu
hususnya adalah satu cabang ilmu yang sangat penting untuk dikaji dan
dipelajari, dikarenakan filsafat ilmu mempunyai hubungan erat dengan
berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Dalam hal ini filsafat ilmupun
mempunyai peranan penting didalam dunia hukum. Karena dalam
pembentukan dan penerapan hukum perlu adanya kajian yang mendalam,
sehingga terwujudlah satu hukum yang sesuai dengan keadaan masyarakat.
Filsafat yang mempunyai fungsi sebagai mater scientiarum (induk
ilmu pengetahuan), yang berarti filsafat sebagai sumber dari semua ilmu
pengetahuan. Filsafat sendiri mempunyai peranan penting terhadap manusia
di era sebelum masehi. Yang dimana dengan filsafat dapatlah dipastikan
seorang ahli bisa menjawab berbagai problematika disaat itu, baik masalah
yang berkaitan dengan manusia, alam raya dan masalah tentang keingin
tahuan terhadap keberadaan Tuhan. Samahalnya urgensi filsafat di era saat
ini, karena semakin banyaknya problematika sosial yang muncul ditengah
masyarakat, dan dituntut penyelesain seketika itu juga.
Patutlah bagi setiap kalangan akademisi, politisi dan berbagai
kalangan untuk bisa mengkaji dan memahami filsafat ilmu. Sehingga
diharapkan bisa terwujud satu komunitas masyarakat, satu institusi dan satu
bangsa yang sejahtera.
B. RUMUSAN MASALAH
Sejarah filsafat ilmu
Aliran-aliran dalam filsafat ilmu
Hubungan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan
Hubungan filsafat ilmu dengan dunia hukum
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Filsafat Ilmu
A. Kemunculan filsafat ilmu
Dibandingkan dengan negara lain, Bangsa Yunani merupakan tonggak
awal munculnya filsafat ilmu, bahkan dahulu kiblat ilmu berada di yunani,
ketika itu bangsa yunani mampu mengubah pola pikir mereka dari
mitrosentris menjadi logosentris. Orang yunani awalnya sangat percaya pada
dongeng dan takhayul, akan tetapi lambatlaun terutama setelah mereka
mampu membedakan sesuatu yang real dengan yang ilusi, mereka mampu
keluar dari kungkungan mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan
ilmiah.1 Sehingga inilah awal mula manusia menggunakan akal rasionya
untuk meniliti alam jagad raya ini.
Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh
Heraklitos (540-480 SM). Menurutsebagian yang lain bahwa Phytagoraslah
yang mula-mula memakainya (580-500SM). Namun pendapat yang lebih
tepat adalah pendapat yang mengatakan Heraklitos yang memulai memakai
kata philoshopos.
karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan
penuh misteri, timbul rasa ingin tahu akan rahasia alam itu. Kemudian timbul
pertanyaan di dalam pikiranya, dari mana datangnya alam ini, bagaiamana
kejadianya, bagaimana kemajuanya dan kemana tujuanya?. Pertanyaan seperti
ini yang selalu menjadi pertanyaan di kalangan filosof yunani, sehingga tidak
heran kemudian mereka juga disebut dengan filosof alam karena begitu besar
perhatiannya pada alam ini. Filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul
alam adalah Thales (624-546 SM) ia diberi gelar bapak filsafat karena dialah
orang yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan. “apa sebenarnya asal
usul alam semesta ini? kemudian ia menjawabnya dengan pendekatan
rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan 1 Encyclopedia Americana-International Edition, (Glorier Incorporated,1997), Vol. 13, hlm.429
asal alam ini adalah air, dan kemudian muncul filosof-filosof selanjutnya
yang mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengannya yaitu,
Anaximandros yang berpendapat asal alam ini adalah yang dinamakan
apeiron, Heraklitos yang berpendapat panta rhei uden menei (semuanya
mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal mantap).2
Setelah berakhirnya masa para filosof alam, kemudian muncul masa
transisi, yakni penelitian terhadap alam tidak menjadi fokus utama tetapi
sudah mulai menjurus pada penyelidikan pada manusia. Filosof alam ternyata
tidak dapat memberikan kepuasan sehingga timbul kaum “Sofis”. Tokoh
utamanya adalah Protagoras (481-411 SM) ia menyatakan bahwa manusia
adalah ukuran kebenaran, dan pernyataan ini merupakan cikal bakal adanya
humanisme. Kemudian tokoh lain kaum sofis adalah Gorgias (483-375 SM).
Pengaruh positif pergerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka
membagkitkan semangat berfilsafat. Mereka mengingatkan filosof bahwa
persoalan pokok dalam filsafat bukan alam melainkan manusia. Namun, para
filosof setelah kaum sofis tidak setuju dengan pandangan tersebut, diantara
tokohnya adalah Socrates, Plato, Aristoteles. Menurut mereka ada kebenaran
objektif yang bergantung pada manusia. Socrates berpendapat bahwa ajaran
dan kehidupan adalah satu tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya. Di
masa setelah socrates inilah yang disebut dengan zaman keemasan Yunani
karena pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara
filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol
adalah Plato(429-347 SM) ia merupakan murid plato. Akan tetapi puncak
kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM), ia
merupakan murid plato, seorang filosof yang berhasil menemukan pemecahan
persoalan-persoalan besar yang dipersatukanya dalam satu sistem. logika,
matematika, fisika, dan metafisika.3 Pembagian Ilmu inilah yang menjadi
2 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,edisi revisi cet.11,2012)hal.23-25
3 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,edisi revisi cet.11,2012)hal.30
pedoman juga bagi klasifikasi Ilmu di kemudian hari, dan hal yang telah
disebutkan diatas merupakan embrio adanya filsafat ilmu.
B. Tahap Perkembangan Filsafat Ilmu
Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berkembang
secara tiba-tiba, melainkan berlangsung secara bertahap. Ilmu pengetahuan
tampaknya harus berkembang berdampingan dengan agama. Yang menjadi
masalah, seringkali ada yang berpandapat bahwa ilmu pengetahuan sejajar
dengan agama sebagai jalan menemukan kebenaran ilmiah. Sejarah
perkembangan ilmu harus melakukan pembagian periode yang menampilkan
ciri khas tertentu, yaitu :
1) Zaman pra Yunani Kuno (Zaman Batu).
Pada abad VI SM Yunani muncul lahirnya filsafat dan mulai
berkembang suatu pendekatan yang sama sangat berlainan. Mulai saat itu
orang mencari jawaban secara rasional tentang problem alam semesta.
2) Zaman Yunani Kuno.
3) Zaman keemasan Yunani.
Yaitu zaman Yunani Kuno dipandang sebagai Zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini masyarakat memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap
sebagai gudang ilmu, karena Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi.
4) Masa Helinistis Romawi.
Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai berikut :
a. Stoisisme. menurut paham ini, jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa
yang disebut Logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetapan
yang tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.
c. Ekepisisme, mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak
sanggup mencapai kebenaran.
d. Eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai
unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai pemikiran
yang sungguh-sungguh.
e. Neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat
Plato
5) Zaman Abad Pertengahan.
Pada abad pertengahan mengalami dua periode yaitu :
a. Periode Patriksis, mengalami tiga tahap, petama permulaan agama
Kristen. Kedua filsafat Agustinus yang terkenal pada masa Patristik.
Ketiga periode Ekolastik, menjadi tiga tahap yakni periode awal,
ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang
rapat antara agama dan filsafat, periode puncak, ditandai dengan
keadaan yang dipengaruhi oleh Aris Toteles akibat kedatangan ahli
filsafat Arab dan Yahudi. Periode akhir, ditandai dengan pemikiran
kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme.
6) Zaman Renaissance
Adalah Zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan
mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia pada Zaman ini
adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri,tidak didasarkan atas campur
tangan Ilahi.
7) Zaman Modern
Zaman Modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah.
Perkembangan ilmu pada zaman modern sesungguhnya sudah dirinris
sejak zaman Renaissance.
8) Zaman kontemporer ( Abad XX dan seterusnya )
Kesimpulan dari tujuh tahap perkembangan filsafat ilmu itu tampak
bahwa pola-pola pemikiranilmu sudah berkembang luas. Dengan ilmu
manusia mulai memikirkan dir dan sekitarnya guna mencapai
kebahagiaan. Umumnya filsafat ilmu masih bercampur dengan religi.
Namun pada tataran tertentu para pendukung filsafat ilmu masih berpikir
pada hal-hal yang kasat mata. Maka tidak perlu heran kalao Fisikawan
termasyhur adalah Albert Einstein yang terpercaya akan kekekalan matri
dengan kaata lain dia tidak mengakui akan adanya penciptaan alam4.
2. Aliran-Aliran Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu ternyata tidak berjalan sesuai dengan koridor tunggal,
lurus. Dari waktu kewaktu filsafat ilmu telah melahirkan sekian banyak aliran
pemikiran. Tugas ilmuan sebenarnya adalah mengikuti aliran terebut secara
konsisten sehingga tidak tumpang tindih dalam mencari kebenaran. Beberapa
aliran filsafat ilmu yang sudah baku adalah :
1. Rasionalisme, adalah madzhab filsafat ilmu yangberpandangan bahwa rasio
adalah sumber dari segala sumber pengetahuan. Dengan demikian, kriteria
kebenaran berbasis pada intelektualitas. salah satu conto yang dikemukakan
oleh Socrates. Bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus
memahami dirinya sendiri. kunci untuk memahami diri sendiri yaitu
menggunakan kekuatan rasio.
2. Empirisme, adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan
kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Hal ini
menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa
yang dapat diamati dan diuji. Diantara pendiri-pendiri utama tradisi
Empirime seperti John Locke, George Berkeley dan David Hume ( Calhoun,
2002)
3. Realisme. Berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada penglaman
inderawi ataupun gagasan yang terbangun dari dalam. Dengan demikian
realisme dapat dikatakan sebagai bentuk pemolakan terhadap gagasan
extrim Idealime dan Empirisme. Gagasan utama dari Realisme adalah
konteks pemerolehan pengetahuan adalah pengetahuan didapatkan dari dua
hal, yaitu : Observasi dan pengembangan pemikiran baru dari Observasi
yang dilakukan.
4 Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. 2012. Filsafat Ilmu.Yogyakarta ; PT. Buku Seru. Halm 48-49
4. Idealisme, adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa
doktrin tentang relitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari
kesadaran manusia. Dengan kata lain katagori dan gagaan eksis didalam
ruang kesadaran namun manusia terlebih dahulu sebelum adanya
pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato bahwa semua konsep
eksis terpisah dari etitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari
pandangan edialisme radikal.
5. Positivisme, adalah doktrin filosof dan ilmu pengetahuan sosial yang
menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari
ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh
Aguste Comte untuk menolak doktrin nilai subjektif, digantikan oleh fakta
yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu
pengetahuan yang diabadikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
6. Pragmatisme, adalah madzhab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh
C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbet Mead, F.C.S
Schiller dan Richard Rorty. Tradisi Pragmatisme muncul atas reaksi
terhadap tradisi idealis yang domonan, yang menganggap kebenaran sebagai
etitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme
beragumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu
pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia
sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut madzhab pragmatisme,
ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan
merupakan tujuan5.
3. Hubungan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan
1. Realita hubungan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu dan pengetahuan memiliki hubungan saling
melengkapi satu dengan lainya. Maka dalam hal ini perlu membandingkan
antara filsafat dan ilmu yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun
5 Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. 2012. Filsafat Ilmu.Yogyakarta ; PT. Buku Seru. Halm
titik temu antara keduanya. Semua ilmu sudah di bicarakan dalam fisafat
bahkan beberapa ilmu pengetahuan lahir dari filsafat. 6
Sudah sikenal sejak lama bahwa filsafat adalah induk dari segala
macam ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ilmu
pengetahuan pada mulanya hanya ada satu, yaitu filsafat. Akan tetapi, karena
filsafat mempersoalkan kebenaran pengetahuan yang bersifat umum, abstark
dan universal, maka wajarlah jika filsafat tidak mapu menjawab persoalan-
persoalan hidup yang bersifat konkreat, praktis dan pragmatis. Maka sebab itu
muncullah berbaga yangi jenis ilmu pengetahuan khusus dengan objek studi
yang berbeda-beda, sebagai contoh, dari kajian filsafat yang membecirakan
manusia muncullah ilmu pengetahuan humaniora, ilmu pengetahuan yang
membicarakan masyarakat muncullah ilmu pengetahuan sosial. Selain itu,
juga terhadap objek alam dan unsur-unsurnya, berkembang ilmu pengetahuan
fisika, kimia , biologi dan lain-lain
Sebagai induk ilmu pengetahuan, ruang lingkup studi filsafat
mencakup semua hal yang ada ( bahkan yang mungkin ada) menrurut
aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat atau subtansinya.7
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Fisafat mempunyai objek yang lebih luas¸sifatnya universal ( universal
science), sedang ilmu-ilmu pengetahuan objeknya terbatas, khusus
lapangan saja.
b. Filsafat hendak memberi pengetahuan, insight/pemahaman yang lebih
mendalam dengan menunjukkan sebab yang terahkir, sedangkan ilmu
pengetahuan juga menunjukka sebab-sebab, tetapi tidak begitu
mendalam, dengan satu pendekatan dapat dikatakan : Ilmu pengetahuan
mengatakan “ bagaimana” barang-barang itu ( to know “how”......
technical know how, managerial know how .............. secondary couse
and proximate explanatation ) sedangkan filsafat mengatakan “ apa
6 Drs. Burhanuddin Salam. 2012. Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta; PT. Bumi Aksara halm 747 Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat Ilmu “ Bumi Aksara Jakarta halm 79
barang itu ” (to know “ what” and “why” ...... first couse, highest
principles and ultimate explanatation).
c. Filsafat memberikan syntesis kepada ilmu-ilmu pengetahuan yang khusus
mempersatukan dan mengkordinasikannya.
d. Lapangan filsafat ilmu mempunyai lapangan kerja yang sama dengan
ilmu pengetahuan, tetapi sudut pandangnya berlainan. Sehingga
keduanya merupakan suatu bidang kajian ilmu tersendiri.8
Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisasi
dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni
bagaimana ia mempelajari sosial lewat observasi dan experimen.
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan experimen sendiri, dapat
didorong oleh keinginanya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat
yang cenderung opekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan
demikian ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem
pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasilkerja filsafat,
kemudian dialihkan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang
terteoretisasi. Kebenaran ilmu hanya dibatasi sepanjang pengalaman dan
senjang pikiran. Sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang
komperhensip yakni yang luas, yang umum dan universal. Dan itu tidak
dapat diperoleh dalam ilmu.
2. Perbedaan Prinsipil Filsafat Ilmu Dengan Ilmu Pengetahuan.
Dalam mengupas masalah perbedaan prinsipil antara filsafat ilmu
dengan pengetahun, disini dikemukakan dua buah alasan perbedaan yaitu :
a. Penjelasan yang terahkir
Seorang ahli ilmu hayaf (Biologi) misalnya mempelajari gejala-
gejala “hidup” objeknya adalah makhlu-makhuk hidup. Maka ia akan
menyelidiki semua pertanyaan-pertanyaan dari tumbuh-tumbuhan,
binatang dan dari manusia. Maka ia akan mencari tahu pengetahuan
tentang peredaran darah,pencernaan, organ-organ dan sebagainya. Serta
8 Drs. Burhanuddin SalamPengantar filsafat Ilmu Bumi Aksara Jakarta Halm 81-82
mencoba menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi hidup itu.hal
itu diterima tanpa adanya pembuktian lebih lanjutkarena hali ini tidak
menjadi lapangan penyeledikanya atau objek materialnya.
Seorang filosuf sebaliknya, ia yaqin, misalnya pencernaan atau
peredaran darah tidak habis dijabarkan dengan hanya menunjukkan
kelenjar-kelenjar, sel-sel tubuh, darah dan lainya.
b. Keinginan akan syntesis (suatu wawasan yang meliputi keseluruhanya).
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa pengetahuan
memilki macam-macam bidang kajian, dan didorong oleh rasa keingin
tahuan yang mendalam, maka dibagilah lapangan ilmu pengetahuan
menjadi berbagai ilmu pengetahuan yang masing-masing mempelajari
satu lapangan yang khusus. Dan dalam pengkuhususan itu orang masih
melakukan spesialisasi lebih lanjut. Akan tetapi orang masih merasakan
keinginthuanya secara totalitas. Demikiandalam spesialisasi lapangan
ilmu pengetahuan khusus itu, orang merasakan bahwa bagian-bagian
hanya dapat dimengerti jika dipandang secara keseluruhan.
3. Hubungan antara Fisafat Ilmu dengan Dunia Hukum
Sebagai induk dari ilmu pengetahuan (mater scientrum) ,filsafat
mencakup semua pengetahuan khusus ,oleh karenanya filsafat mampu
mengubah pola berpikir bangsa Yunani dan bangsa lainya ,dari pola berpikir
Metrosentris yakni anggapan bahwa semua kejadian alam semesta ini
dipengaruhi oleh adanya Dewa oleh karenaya dewa harus dihormati dan
ditakuti sekaligus disembah, sampai kepada pola berpikir logosentris yakni
pola berpikir yang mengedepankan akal atau rasio .
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum sampai pada
hubungan antara filsafat ilmu dan dunia hukum ,maka kita harus tahu terlebih
dahulu jalanya konstelasi filsafat ilmu .Filsafat ilmu terbagi atas tiga cabang
utama yakni ontologi , epistemologi, aksiologi ,
A. Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada dan
Logos = Ilmu , jadi secara bahasa artinya ilmu mengenai sesuatu yang ada.
Sedangkan menurut terminologi ,Ontologi merupakan Ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada ,uang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmanai/konkret maupun rohani/abstrak.
Dalam persoalan Ontologi seseorang menghadapi persoalan
bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama
kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama,
kenyataan yang berupa materi(kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa
rohani (kejiwaan). Pembicaraan tentang hakikat sangtlah luas sekali, yaitu
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas atau
kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya
sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu,juga bukan
kenyataan yang berubah.9
.Ontologi mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada,”ens”,
“being”, “l’etre”. Gambaranya dapat terkesan pada pertanyaan-pertanyaan
seperti berikut: “apakah manusia itu”?, apa yang dikatakan adil?apa ada
itu?,apa yang dimaksud dengan dengan warna putih ?ini semua adalah
pertanyaan-pertanyaan yang dapat timbul bagi setiap orang yang hidup
dengan kesadaran , akan tetapi hal ini tidak mudah dijawab. Kalau
dihubungkan dengan ilmu , apa yang merupakan ada atau “being” dari ilmu
itu. Umpamanya yang merupakan ada pada ilmu hukum yaitu norama
(patokan). Yang ada pada ilmu ekonomi adalah benda-benda kebutuhan
manusia.10 Dalam Ontologi terdapat dua bagian penting , yakni : 11
a) Metafisika Umum
9 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,edisi revisi cet.11,2012)hal.13110 Muhamad Erwin, Filsafat Hukum:refleksi kritis terhadap hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cetakan Kedua , 2012)hlm.10
11 Muhamad Erwin, Filsafat Hukum:refleksi kritis terhadap hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cetakan Kedua , 2012)hlm.10-11
Bagian inilah yang mempersoalkan hakikat secara umum, adapun
persoalan-persoalan metafisika umum ini diantaranya adalah : Apa yang
dimaksud dengan ada,keberadaan atau eksisitensi itu ? dll.
b) Metafisika Khusus
Dalam bagian ini mempersoalkan hakikat yang ada pada tiga bagian
pentingsebagai berikut :
Kosmologi , yang mempersoalkan hakikat alam semesta termasuk segala
isinya,kecuali manusia
Antropologi, yang mempersoalkan hakikat manusia , persoalan ini
bertalian dengan bagaimana terjadi hubungan badan dan jiwa ?, apa yang
dimaksud dengan kesadaran?, manusia sebagai manuisa bebas atau tidak
bebas?
Teologi , yang mempersoalkan hakikat Tuhan, yang merupakan
konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat.
B. Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Episteme :
pengetahuan , dan Logos : teori, jadi Epistemologi berarti teori Ilmu
Pengetahuan . cabang filsafat ilmu yang kedua inilah yang menentukan
karakter pengetahuan bahkan bisa menentukan kebenaran susuatu yang pantas
di terima dan di tolak . sementara bagi Descartes (1596-1650 M), persoalan
dasar dalam filsafat pengetahuan bukan bagaimana kita tahu , teapi mengapa
kita dapat membuat kekeliruan? Salah satu cara untuk menentukan sesuatu
yang pasti dan tidak diragukan ialah dengan melihat seberapa jauh hal itu bisa
di diragukan. Bila kita secara sitematis mencoba meragukan sebanyak mungkin
pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik yang tak bisa diragukan
sehingga pengetahuan kita dapat dibangun diatas kepastian Absolut.12
C. Aksiologi
12 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,edisi revisi cet.11,2012)hal.151
Aksiologi ini berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai
dan logos yang berati teori, jadi aksiologi adalah teori tentang nilai,13 Secara
singkat cabang filsafat yang ketiga ini bidang bahasanya membahas persoalan
nilai.
Terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukab berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori nilai
yang didalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makana
Etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama,etika merupakan suatu
kumpulan pengtahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. Seperti ungkapan “saya pernah belajar etika”. Arti kedua,
merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Seprti ungkapan “ia
bersifat etis atau ia seorang yang jujur atau pembunuhan merupakan sesuatu
yang tidak susila.” Etika menilai perbuatan manusia , maka lebih tepat kalau
dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia,
dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia
ditinjau dari segi baik dantidak baik didalam suatu kondisi yang normatif,
yaiti suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh
manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.14
Dari konstelasi cabang-cabang filsafat ilmu diatas, kami
berkesimpulan bahwa filsafat ilmu itu berkaitan erat dengan dunia hukum,
karena dari ketiga cabang dari filsafat ilmu tersebut berkaitan dengan norma-
norma manusia baik itu di bidang etika maupun dalam bidang estetikanya.
Persoalan-persoalan filsafat yang ada pada ilmu hukum dapat
dipahami arti serta maknanya dengan memahami unsur-unsur filsafat yang
mendasari pandangan tentang hukum, maka dari itu jelaslah akan pengaruh
13 Burhanuddin Salam, Logika Materil:Filsafat Ilmu pengetahuan,(Jakarta:Reneka Cipta, cet-1 1997)hal.16814 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,edisi revisi cet.11,2012)hal.165-166
filsafat ilmu terhadap ilmu hukum melalui tiga pilar dari filsafat ilmu
tersebut yakni : Ontologi, Epistemologi, serta Aksiologi. Sehingga apabila
Hukum di pelajari secara mendalam dan mendasar yang berlandaskan Filsafat
Ilmu maka ahli hukum atau orang yang berkecimpung di dunia hukum
disamping memiliki keberanian melakukan terobosan baru guna memperkaya
khazanah keilmuanya juga bisa memiliki pemikiran yang terbuka serta dapat
memiliki wawasan yang benar dan tepat dalam menegakan hukum, oleh
karenanya Filsafat Ilmu dapat menjawab problematika ilmu hukum dan
hukum dengan menyesuaikan dimensi ruang dan waktu.
BAB III
A. KESIMPULAN
Sejarah awal munculnya filsafat ilmu adalah di Yunani, yang ditandai
dengan perubahan pola berfikir mereka dari pola berfikir mitrosentris menjadi
logosentris. Kemudian mulailah digunakan kata philosophos untuk orang
yang menguasai secara sistematis terhadap pengetahuan. Kemudian dari sini
mulailah mereka memikirkan tentang hakikat alam ini yang digagas oleh
thales, yang mana pada masa ini disebut dengan filosof alam, di masa filosof
alam banyak dari para filsuf berbeda pendapat akan hakikat asal dari alam
itu. setelah masa ini, muncul kaum sofis yang pemikiranya bertolak belakang
dengan filosof alam, yaitu kaum sofis menganggap persoalan pokok dalam
filsafat adalah manusia bukan alam. Kemudian setelah itu masuk zaman
keemasan filsafat yunani ,disebut demikian karena pada zaman ini kajian-
kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang
manusia, akan tetapi puncak kejayaan Filsafat Yunani tiba setelah masa
keemasan tsb yaitu pada masa Aristoteles yang berhasil menemukan
pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukanya dalam satu
sistem, Yang hal tersebut menjadi awal kemunculan filsafat ilmu.Setelah
muncul, mulailah filsafat ilmu berkembang dengan baik ke berbagai negara
dan agama, dengan tahapan beberapa periode yang masing-masing meiliki
ciri khas, yakni Zaman pra Yunani kino, zaman Yunani kuno, zaman
keemasan Yunani, masa Helinistis Romawi, zaman Renaissance, zaman
modern, dan zaman kontemporer.
Dari waktu ke waktu Filsafat Ilmu ternyata tidak berjalan pada koridor
tunggal lurus, filsafat ilmu telah melahirkan sekian banyak aliran pemikiran,
yaitu : Rasionalisme, Empirisme, Realisme, Idealisme, Positvisme, dan
Pragmatisme.
Persoalan-persoalan filsafat yang ada pada ilmu hukum dapat
dipahami arti serta maknanya dengan memahami unsur-unsur filsafat yang
mendasari pandangan tentang hukum, maka dari itu jelaslah akan pengaruh
filsafat ilmu terhadap ilmu hukum melalui tiga pilar dari filsafat ilmu
tersebut yakni : Ontologi, Epistemologi, serta Aksiologi. Sehingga apabila
Hukum di pelajari secara mendalam dan mendasar yang berlandaskan Filsafat
Ilmu maka ahli hukum atau orang yang berkecimpung di dunia hukum
disamping memiliki keberanian melakukan terobosan baru guna memperkaya
khazanah keilmuanya juga bisa memiliki pemikiran yang terbuka serta dapat
memiliki wawasan yang benar dan tepat dalam menegakan hukum, oleh
karenanya Filsafat Ilmu dapat menjawab problematika ilmu hukum dan
hukum dengan menyesuaikan dimensi ruang dan waktu.
B. KRITIK DAN SARAN
Kami sadar betul bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna maka oleh karena itu kami berharap kepada para pembaca
sekalian memberikan kritik dan saran yang membangun ,sehingga nantinya
kami bisa memperbaiki dan berbuat lebih baik lagi setelahnya.