Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |
http://kaskus.co.id
Laporan Utama
DAFTAR ISI volume I V | Nomor 1 1 | Edisi November 201 4 | www. ekon. go. id
Pembina :
Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian
Pengarah :
Sekretaris Kementerian
Koordinator
Bidang Perekonomian
Deputi Fiskal & Moneter
Koordinator :
Bobby Hamzar Rafinus
Editor :
Edi Prio Pambudi
Puji Gunawan
Ratih Purbasari Kania
Analis :
Sri Purwanti, Annida Masruroh,
Trias Melia,
Kontributor :
Juwita Lukitasari, Romi
Ramdani, Felix, Niken,
03 Editorial
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
04 Rakortas Pengendalian Inflasi
Antisipasi Kenaikan Harga
Pasca Kenaikan BBM
Ekonomi Internasional
05 Wall Street Yakini Kenaikan
Suku Bunga AS
08 Nawa Cita, 9 Agenda
Prioritas Jokowi-JK
10 Membangun Potensi
Indonesia Sebagai
Negara Maritim
12 Kondisi dan Tantangan
Infrastruktur
14 Produktivitas
Untuk Daya Saing
KUR
16 Realisasi Penyaluran KUR
Periode Oktober 2014
Ekonomi Kreatif
18 Perkembangan dan Masa
Depan Industri Animasi
Keuangan
20 Perkembangan Perbankan
Syariah
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
22 Realisasi APBN-P 2014
Ketenagakerjaan
24 Tenaga Kerja Indonesia
Di Hongkong
26 Pendidikan Keuangan
Bagi Remaja
27 Rubrik Menko
Pembangunan
Giant See Wall
ada tanggal 20 Oktober 2014 yang lalu Indonesia
memil iki pemerintahan yang baru di bawah
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kal la. Pimpinan nasional yang baru merupakan
hasil pemil ihan umum langsung pada 9 Jul i 2014,
dengan jumlah pemil ih mencapai 75% penduduk
yang berhak memil ih. Indonesia telah mengalami
pemilu Presiden secara langsung yang ketiga
kal inya dengan lancar sejak tahun 2004. Meskipun
melalui persaingan yang ketat antar dua kandidat
Presiden, Pemilu berlangsung damai. Peral ihan
kekuasaan di Indonesia tahun 2014 diakui dunia
sebagai keberhasilan demokrasi yang patut
dicontoh negara-
negara
berkembang.
Dari sisi pelaku
ekonomi,
pergantian
pemerintahan
diharapkan
mengakhiri
periode ‘wait and
see’, dan
memberi
kepastian usaha .
Hal ini tentunya
dapat segera diwujudkan apabila terdapat
kelanjutan arah dan kelembagaan antar
pemerintahan. Tentu dikehendaki kelanjutan
dengan perbaikan dan penyelesaian terhadap
permasalahan yang lalu. Pada RJPP 2005 – 2025,
periode 2015-2019 diarahkan untuk dapat
mencapai tahapan “Memantapkan pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber
daya alam dan sumber daya manusia berkual itas
serta kemampuan Iptek yang terus meningkat”.
Pada dokumen RPJMN 2015-2019 teknokratis
yang disusun oleh Bappenas disampaikan bahwa
salah satu tantangan utama pembangunan jangka
panjang adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Indonesia dapat masuk dalam kelompok
negara berpendapatan tinggi pada tahun 2030an
apabila tumbuh rata-rata 6-8% setiap tahunnya.
Sejalan dengan arahan RPJP, maka tugas
Pemerintah selama l ima tahun ke depan adalah
memantapkan fundasi ekonomi untuk terjadinya
percepatan pertumbuhan ekonomi.
Tantangan yang dihadapi untuk menciptakan
fundasi tersebut adalah meningkatkan
ketersediaan infrastruktur, melakukan penguatan
struktur ekonomi, mempercepat reformasi regulasi
yang menghambat pertumbuhan, mendorong
penguasaan
teknologi, dan
meningkatkan
kemampuan
pembiayaan
pembangunan.
Kel ima tantangan
tersebut perlu
dikerjakan
dengan mandiri ,
cepat dan tepat
menimbang
situasi ekonomi
global yang
makin kuat
pengaruhnya seperti penerapan kerjasama
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Selain itu juga perkembangan beberapa negara
mitra dagang utama, seperti Tiongkok, Amerika
Serikat, dan Jepang yang banyak menimbulkan
ketidakpastian. Kebersamaan akan membuat
tantangan tersebut menjadi mudah. Bersatu kita
teguh, bercerai kita runtuh.
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 03
Bobby Hamzar Rafinus
Editorial
P
04 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
Rakortas Pengendalian Inflasi(Antisipasi kenaikan harga pasca kenaikan BBM bersubsidi)
Dalam upaya antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi
yang dinaikkan pemerintah pada bulan November 2014,
diperlukan upaya-upaya antisipatif untuk mencegah
dan meminimal isir dampak yang akan timbul pada
sektor perekonomian dan sosial dalam jangka panjang.
Rakortas yang dihadiri oleh kementerian dibawah
koordinasi Kementerian Koordinator bidang
Perekonomian, Kemaritiman serta Bank Indonesia
diselenggarakan dua hari setelah kenaikan BBM
bersubsidi bertempat di Kantor Kemenko Perekonomian
membahas upaya antisipatif dalam pengendal ian inflasi
setelah dinaikkannya BBM bersubsidi jenis premium dan
solar.
Dengan adanya kenaikan BBM pada bulan November
maka diperkirakan akan berdampak pada peningkatan
inflasi pada bulan pertama setelah kenaikan yang pada
akhirnya akan berimbas pada peningkatan inflasi yang
diperkirakan pada akhir tahun mencapai 7,8%(yoy).
Dampak langsung dari kenaikan BBM bersubsidi adalah
naiknya tarif angkutan dalam kota serta angkutan antar
kota. Dengan adanya kenaikan tarif antar kota maka
akan medorong peningkatan inflasi pada akhir tahun
dan lebih tinggi lagi apabila kenaikan tarif antar kota
serta merta memperhitungkn kenaikan biaya komponen
lainnya.
Berdasarkan pantauan tarif angkutan dilapangan,
kenaikan tarif angkutan dalam kota di beberapa kota
cukup tinggi yang berkisar antara 30%-40%. Padahal
j ika tariff angkutan kota naik sebesar 10% seperti yang
sudah ditatapkan maka hal ini akan mengurangi
dampak terhadap kenaikan inflasi . Saat ini pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor dalam tiga tahun terakhir,
rata-rata angka penjualan mobil mencapai 1,1 juta unit
per tahun dan sepeda motor 7,6 juta unit per tahun,
dimana konsume pengguna premium adalh sepeda
motor. Dengan tingginya perbedaan harga BBM
bersubsidi dan BBM Non subsidi mengakibatkan
adanya migrasi dari pengguna BBM non subsidi ke BBM
bersubsidi.
Peningkatan inflasi tidak hanya berimbas pada bulan
pertama kenaikan BBM bersubsidi dan akhir tahun
2014, namun hal ini juga berdampak pada inflasi pada
tahun 2015. Dengan adanya kenaikan BBM bersubsidi
pada bulan November 2014 maka diproyeksikan akan
meningkatkan inflasi pada tahun 2015 mendekati batas
atas sasaran inflasi tahun 2015, sehingga diperlukan
pengaturan dalam hal timing dalam hal kebijakan
administered price.
Dalam upaya pengendal ian inflasi akibat administered
price tersebut maka diperlukan koordinasi dalam hal
pengendal ian tarif angkutan darat terutama diantara
kementerian terkait dengan pemerintah daerah. Dengan
adanya himbauan kepada pemerintah daerah dari
Kementerian Dalam negeri agar dalam penetapan tarif
angkutan dalam kota mempertimbangkan kenaikan
yang wajar serta mengacu pada besaran kenaikan tarif
AKAP, hal ini akan mengurangi dampak inflasi yang
timbul didaerah. Sementara itu, perlu juga dirumuskan
program kompensasi yang implementatif terutama
menyangkut aspek dan mekanisme pembiayaan bagi
sektor transportasi.
Dalam bidang pangan, khususnya kenaikan inflasi dari
volati le food, pemerintah dan juga pihak swasta harus
senantiasa berkoordinasi dalam rangka menjaga
kelancaran distribusi dan bahan pokok dengan
memastikan ketersediaan bahan pangan pokok apakah
sudah mencukupi di setiap daerah serta menjamin
beroperasinya sarana transportasi barang secara normal
di seluruh daerah. Sementara itu kepada para pelaku
usaha sebainya tidak menaikan harga barang secara
berlebihan karena akan menambah dampak inflasi yang
lebih besar.
Mengingat pentingnya pengendal ian inflasi baik
ditingkat pusat maupun daerah, oleh karena itu perlu
dilakukan koordinasi yang lebih intensif antara
pemerintah, bank Indonesia dalam rangka
mengarahkan ekspektasi inflasi serta dalam jangka
panjang senantiasa berkoordinasi dalam pengendal ian
inflasi dari kebijakan administered prices 2015.
Ratih Purbasari Kania
Ekonomi Internasional
Wal l Street dan sejumlah ekonom meyakini bahwa
The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan
AS pada Juni 2015. Akan tetapi sejauh ini masih
terdapat respon pasar yang cenderung meremehkan
kebijakan uang ketat yang akan dilakukan oleh The Fed.
Berdasarkan laporan yang diri l is Reuters, dari 19 dealer
utama sebanyak 14 dealer atau bank-bank yang
berhubungan langsung dengan The Fed mempunyai
ekpektasi kenaikan perdana suku bunga acuan The Fed
dengan biaya pinjaman meningkat sebesar 1 persen
sampai akhir tahun tersebut. Sementara itu, mengacu
pada data survei yang dilakukan di tempat terpisah
pada awal Bulan Oktober lalu , dari 19 dealer utama
sebanyak 15 dealer menyatakan proyeksinya bahwa The
Fed akan menaikkan suku bunga pada Juni 2015. Hal
senada juga diyakini oleh 24 ekonom yang disurvei di
tempat terpisah pasca anjloknya harga saham akibat
tingginya tingkat volati l itas bulan lalu .
Sebanyak sebelas dari 14 ekonom mengatakan The Fed
akan menaikkan suku bunga lebih agresif dibandingkan
pedagang di pasar obl igasi. Bagian kontrak dana
berjangka The Fed meminta agar para pedagang
obl igasi untuk menetapkan harga obl igasi pada tingkat
probabil itas di kisaran 34 persen dari kenaikan suku
bunga pada Bulan Juni 2015 kemudian melakukan
penyesuaian dengan mematok harga obl igasi pada
tingkat probabil itas sekitar 63 persen di Bulan
September 2015.
Terjadinya aksi jual pada Bulan Oktober 2014
berpengaruh signifikan menekan inflasi AS ke level yang
lebih rendah. Kondisi ini kemudian mendorong para
investor berekspektasi terhadap kenaikan suku bunga
The Fed yang diawal i pada pertengahan Tahun 2015
dan bahkan berlanjut sampai Tahun 2016. Kendati
demikian, pasar merespon cepat dengan melakukan
adjustment sehingga kondisi pasar cepat pul ih.
Setelah pertemuan Federal Open Market Committee
(FOMC) pada Bulan Oktober dan juga laporan semakin
membaiknya kondisi perekonomian AS, Bank Sentral AS
mengeluarkan kebijakan yang dinilai sangat percaya diri
ditengah masih melambatnya ekonomi global . Selain
itu, juga dilaporkan penurunan pemanfaatan sumber
daya di bursa tenaga kerja semakin berkurang. Pasca
pul ihnya kondisi perekonomian AS yang ditunjukkan
dengan bertambahnya 214.000 lapangan pekerjaan
pada Oktober 2014. Departemen Ketenagakerjaan AS
juga menyebutkan tingkat pengangguran mengalami
penurunan hingga menyentuh level terendah dalam
enam tahun terakhir hingga mencapai angka 5,8 persen.
Sebanyak 18 dealer memproyeksikan untuk tingkat
dana Bank Sentral AS pada akhir tahun 2015 berada di
angka 1 persen, sedikit berbeda dari perkiraan The Fed
selaku otoritas kebijakan moneter yang
menempatkannya di angka 1,38 persen seperti proyeksi
dari pertemuan Bulan Oktober. Sementara 14 dealer
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 05
gigaom.com
memproyeksikan pada akhir Tahun 2016 tingkat suku
bunga The Fed adalah 2,5 persen berbeda tipis
dibandingkan dengan proyeksi The Fed sebesar 2,88
persen. Sedangkan pada akhir tahun 2017, disebutkan
10 dealer memproyeksikan tingkat suku bunga acuan
sebsar 3,5 persen sementara otoritas moneter AS
memproyeksikan sebesar 3,75 persen.
Perlu diketahui bahwa sejak Bulan Desember 2008, The
Fed menargetkan tingkat suku bunga acuan berada
pada kisaran nol hingga 0,25 persen. Ketika pemul ihan
ekonomi yang ditandai dengan merosotnya angka
pengangguran telah mengubah arah kebijakan The Fed
untuk menaikkan tingkat suku bunga yang diperkirakan
oleh berbagai kalangan diawal i pada Bulan Juni 2015
nanti.
www.nycinfo.de
id. wikipedia. org
gigaom. com
06 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
LAPORAN UTAMAVISI MISI KABINET KERJA
PRODUKTIVITAS
KEMARITIMANINFRASTRUKTUR
english. ahram. org. eg
Laporan Utama
08 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
Nawa Cita, 9 Agenda PrioritasKabinet Kerja Jokowi-JK
S etelah berhasil memenangkan pemil ihan umum
presiden yang diselenggarakan Komisi Pemil ihan Umum
(KPU) pada 9 Jul i 2014. Terpil ihlah pasangan Jokowi –
Jusuf Kal la sebagai Presiden dan Wakil Presiden
Republ ik Indonesia untuk periode 2014-2019. Setelah
dilantik oleh MPR RI, Jokowi-JK segera menyusun
kabinetnya, yang diberi nama kabinet kerja dengan 34
menteri yang akan membantunya mewujudkan visi dan
misi Jokowi-JK.
Jokowi-JK mengusung visi , misi , dan program aksi
dengan jalan perubahan untuk Indonesia yang
berdaulat, mandiri , dan berkepribadian. Dalam
pemerintahan Jokowi-JK terdapat sembilan agenda
prioritas yang disebut Nawa Cita yakni sebagai berikut:
1.Menghadirkan kembal i negara untuk mel indungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga negara, melalui pol itik luar negeri bebas
aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu
yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
2.Membuat pemerintah tidak absen dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan
prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publ ik
pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan
konsol idasi demokrasi melalui reformasi sistem
kepartaian, pemilu , dan lembaga perwakilan.
3.Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan.
4.Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat, dan terpercaya.
5.Meningkatkan kual itas hidup manusia Indonesia
melalui peningkatan kual itas pendidikan dan pelatihan
dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia
Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong
land reform dan program kepemil ikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah
susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk
rakyat di tahun 2019.
6.Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa
maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7.Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
8.Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan
penataan kembal i kurikulum pendidikan nasional
dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara
proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran
sejarah pembentukan bangsa, ni lai-ni lai patriotisme dan
cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti
di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9.Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat
pendidikan kebhinnekaan dan enciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.
Jadi, semua program kementerian/Lembaga harus
mengacu pada Nawa Cita. Sejalan dengan itu, Jokowi
juga menekankan bahwa kabinet kerjanya harus mampu
mengimplementasikan Nawa Cita dan Trisakti untuk
Indonesia sehingga Sembilan agenda prioritas tersebut
dapat terwujud.
Sementara itu, visi dan misi pemerintahan Jokowi-JK
dengan platform perubahan di tahun berjalan. Dimana
misi Jokowi-JK sebagai berikut:
1.Mewujudkan keamanan nasional yang mampu
menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian
ekonomi, dengan mengamankan sumberdaya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
Negara kepulauan.
2.Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan,
dan demokratis berlandaskan Negara hukum.
3.Mewujudkan pol itikluar negeri bebas aktif dan
memperkuat jati diri sebagai Negara maritim.
4.Mewujudkan kual itas hidup manusia Indonesia yang
tinggi, maju, dan sejahtera.
5.Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6.Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang
mandiri , maju, kuat dan berbasiskan kepentingan
nasional
7.Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
berkebudayaan.
Kondisi Indonesia tahun 2014 dinilai sarat dengan
merosotnya wibawa negara, melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional , intoleransi dan krisis
kepribadian Indonesia. Jokowi-JK memil iki strategi
terobosan dengan kerja Trisakti dan kerja Nawa Cita
untuk jalan perubahan. Dimana ditargetkan tahun 2019
Indonesia sebagai negara bekerja, kemandirian yang
mensejahterakan, dan juga terwujudnya sebuah revolusi
mental . Semoga.
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN |09
nasional. kompas. com
bloggernias. blogspot. com
uas lautan dibandingkan luas daratan di dunia
mencapai kurang lebih 70 berbanding 30. Mel ihat hal
tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi negara-
negara di dunia yang memil iki kepentingan laut untuk
memajukan maritimnya. Seiring perkembangan
l ingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta
dominan dalam mengantar kemajuan suatu negara.
ndonesia secara geografis merupakan sebuah negara
kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar
daripada daratan. Ini lah yang menjadikan Indonesia
negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504
pulau wilayah pesisir yang membentang sepanjang
91.000 kilometer dari Sabang sampai Merauke. Garis
pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000
km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan
kedua setelah Kanada sebagai negara yang memil iki
garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang
merupakan potensi besar untuk memajukan
perekonomian Indonesia.
Indonesia juga memil iki ekosistem laut pal ing kaya di
dunia berupa hutan mangrove, padang lamun (rumput
laut), dan terumbu karang terluas dunia. Indonesia juga
terletak di posisi geografis strategis pada persimpangan
internasional Samudera Hindia-Pasifik serta benua Asia-
Austral ia, sehingga menjadi pusat berbagai aktivitas
ekonomi dan sosial kelautan. Dengan kata lain, selain
terbesar dari segi bio-fisik, laut Indonesia juga sangat
strategis secara geopol itik. Impl ikasi luas pemanfaatan
sumberdaya alam secara berlebihan dan tidak serius
memberikan konsekuensi makin rapuhnya status
sumberdaya kelautan Indonesia yang menyebabkan
kerugian ekonomi, ekologis, dan sosial yang sangat
besar.
Potensi maritim yang berbanding lurus dengan
kekayaan laut Indonesia tidak menjadikan bangsa
Indonesia tidak dikenal sebagai pemakan ikan. Oleh
karena itu, budaya maritim harus berwujud reformasi
kultural , atau jika meminjam isti lah Presiden Terpil ih,
Bapak Joko Widodo, “Revolusi Mental”, yang diawal i
dari meja makan, dimana ikan harus menjadi menu
utama bangsa Indonesia. Gemar makan ikan laut, selain
mencerdaskan bangsa sebagaimana bangsa Jepang
memil iki tradisi kuat mengkonsumsi ikan, akan
mendorong terbenahinya tata kelola kelautan Indonesia
yang tumpang tindih.
Pemerintah dapat mewujudkan budaya maritim dengan
cara mendorong dunia pendidikan, keluarga dan
lembaga terkait memil iki program makan ikan laut.
Membentuk suatu budaya itu tidak bisa instan tetapi
harus dididik, diajari dan diedukasi. Ini hal yang
sederhana tetapi akan mengubah cara pandang bangsa
Indonesia terhadap lautnya. J ika makan ikan laut
Mengembangkan PotensiIndonesia Sebagai Negara Maritim
L
10 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
nasional. kompas. com
menjadi tradisi , kebutuhan makan ikan meningkat,
i l legal fishing diperangi, pembangunan instruktur
kelautan dan kekuatan keamanan dan keselamatan laut
ditingkatkan. Pada ujungnya nanti Indonesia tidak
membutuhkan banyak badan yang mengatur tata kelola
kelautan.
Upaya pembangunan Maritim dihadapkan pada
tantangan -meskipun potensi yang dimil iki oleh
Indonesia sangat besar, persoalan, dan kompleksitas
yang perlu dipahami dan diantisipasi dengan baik. Dari
banyaknya tantangan untuk mengembangkan Indonesia
sebagai poros maritim dunia, ada dua tantangan besar
yang harus segera diselesaikan.
Tantangan pertama adalah lemahnya Pengelolaan
Pelabuhan dan Logistik Kondisi pelabuhan di Indonesia
masih sangat memprihatinkan. Dari 134 negara,
menurut Global Competitiveness Report 2010-2011,
daya saing pelabuhan di Indonesia hanya berada di
urutan ke-95. Akibat lemahnya pengelolaan pelabuhan
dan sistem logistik, Indonesia mengalami potensi
kerugian ekonomi yang sangat besar mengingat
Indonesia merupakan salah satu lalu l intas tersibuk
dunia. Banyak para pengusaha mengeluhkan masih
tingginya biaya logistik akibat infrastruktur, terutama
pelabuhan, belum maksimal . Pengelola Pelabuhan
masih gagal mengantisipasi pertumbuhan arus barang.
Padahal setiap tahun ada prediksi pertumbuhan
ekonomi yang jelas berdampak pada kenaikan arus
barang di pelabuhan itu. Perbaikan sistem logistik
nasional yang salah satunya dilakukan melalui
percepatan dwel l ing time diharapkan akan menjadi
kunci efisiensi perekonomian Indonesia. Apalagi,
dengan skema MEA yang sudah berada di depan mata,
efisiensi ekonomi bakal menentukan daya saing
Indonesia.
Kedua, Il legal , Unreported, Unregulated (IUU) Fishing
Perairan Indonesia yang sangat kaya sumber daya
perikanan menjadi target-target bagi ribuan kapal
setiap tahun untuk melakukan praktek kegiatan
perikanan ilegal (i l legal fishing). Kerugian ekonomi bagi
Indonesia akibat kegiatan yang mel ibatkan tidak kurang
dari 10 negara tetangga diperkirakan lebih dari Rp 100
Trilun setahun. Potensi kemaritiman Indonesia juga
belum digarap optimal . Keuntungan posisi strategis
Indonesia, justru dinikmati Singapura karena
kemampuan negara kota itu memberikan layanan yang
memuaskan bagi kapal dagang yang mel intas di
perairan Nusantara. Disamping praktek perikanan ilegal ,
ternyata praktek perizinan kapal i legal (i l legal l icensing)
juga sangat marak di Indonesia.
Perlu adanya pengelolaan sumber daya perikanan
secara bertanggung jawab. Kondisi perikanan dunia saat
ini tidak dapat lagi dikatakan masih berl impah. Tanpa
adanya konsep pengelolaan yang berbasis l ingkungan,
dikhawatirkan sumber daya yang sangat potensial ini
(sebagai sumber protein yang sehat dan murah) bisa
terancam kelestariannya. Karena itu, sidang Organisasi
Pangan Sedunia (FAO) telah mengeluarkan petunjuk
aturan pelaksanaan dan metode untuk
mengembangkan kegiatan perikanan yang mencakup
perikanan tangkap dan budidaya. Dan aturan ini
harusnya juga diterapkan di Indonesia untuk menjaga
kelestarian kekayaan laut agar terus menerus
“mel impah”
Selain dari sisi pemanfaatan hasil laut, perlu dipandang
dari sisi pertahanannya pula. Dari sisi pertahanan,
penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan
laut untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan
menggunakan potensi laut yang kita mil iki . Pemerintah
perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah
laut agar dapat memberikan memberikan kepastian atas
batas wilayah negara dan dapat mempererat hubungan
bilateral antara negara yang berbatasan, serta
mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan
di berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan
kawasan perbatasan, misal terkait pelayaran, kelautan
dan perikanan.
Mel ihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh
karena mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana
dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan pol itik
suatu negara, maka menjadi suatu hal yang wajar bila
sekarang ini Indonesia harus lebih mengembangkan
laut demi tercapianya tujuan nasional . Indonesia
menyandang predikat “Negara Maritim” atau negara
kepulauan.
Sri Purwanti
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN |11
Laporan Utama
enyediaan infrastruktur dalam pembangunan
merupakan salah satu investasi . Investasi dalam
infrastruktur mempunyai dampak langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan
investasi dapat meningkatkan PDB suatu negara.
Pembangunan infrastruktur daerah serta infrastruktur
yang menghubungkan antara daerah satu dengan
daerah lainnya juga diperlukan dalam mendukung
peningkatan aktivitas perekonomian serta sektor
lainnya.
Dalam upaya meningkatkan daya saing dalam
perekonomian internasional maka ketersediaan
infrastruktur menjadi prasyarat utama teruta
infrastruktur utama yaitu jalan raya, air bersih dan
instalasi l istrik harus sudah tersedia . Pasokan tenaga
l istrik yang optimal yakni dapat terpenuhinya kebutuhan
l istrik baik dipedesaan maupun diperkotaan. Selain itu
penyediaan air minum sedagai salah satu kebutuhan
dasar masyarakat yakni adanya akses masyarakat
terhadap air bersih.
Infrastruktur yang mendukung air adalah berupa air
baku yaitu merupakan kapasitas air baku, sehingga
diupayakan untuk meningkatkan kapasitas prasarana air
bakuuntuk melayani rumah tangga dan industri . Di
daerah-daerah baik diperkotaan dan pedesaan
diperukan sarana air bersih baik untuk air minum
maupun untuk sanitasi . Dibangun pula PDAM sehingga
masyarakat mendapatkan akses air minum yang layak
sesuai dengan standar kesehatan. Sementara itu, dalam
upaya menjangkau akses sanitasi bagi masyarakat telah
dibangun sarana sanitasi komunal yang sesuai syarat
dan standar kesehatan. Dengan adanya pengadaan
sarana air bersih baik untuk air minum maupun sanitasi
maka akan menurunkan angka kematian bayi dan bal ita
yag disebabkan oleh penyakit diare.
Infrastruktur lainnya adalah infrastruktur transportasi
yang mel iputi transportasi darat, transportasi udara,,
transportasi laut, transportasi ferry, serta logistik. Dalam
mendukung perhubungan darat diperlukan kondisi
kemantapan jalan raya anatara lain mel iputi jalan
nasional , jalan propinsi serta jalan kabupaten/kota.
Untuk perkeretaapian, diperlukan perbaikan serta
pemel iharaan rel atau jalur perkeretaapian, selain itu
penambahan menjadi double track sangat bermanfaat
dalam mensiasati membludaknya jumlah penumpang
angkutan kereta api. Penambahan fasil itas
perkeretaapian dilakukan dengan membangun stasiun-
stasiun dan fasil itas pendukukungnya. Penambahan
jalur kereta api juga membantu mengatasi masalah
transportasi darat terutama pada saat fix season seperti
hari raya besar keagamaan dan hari l ibur nasional
lainnya. Selain penambahan jalur perkeretaapian juga
12 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
P
Kondisi dan TantanganSektor Infrastruktur
www. voaindonesia. com
diperlukan penambahan gerbong kereta baik gerbong
penumpang maupun barang.
Transportasi diwilayah jabodetabek dan Jakarta
khususnya perlu mendapat perhatian karena sebagai
ibu kota negara, DKI Jakarta merupakan pengerak
utama perekonomian nasional juga sebagai pusat
pemerintahan. Oleh karena itu kelancaran system
transportasi akan mendukung system tata kelola
pemerintahan juga perekonomian. Transportasi di
wilayah perkotaan mencakup transportasi berupa Bis
ataupun berupa MRT. Saat ini transportasi yang tersedia
adalah berupa Bus Way yang telah dilengkapi dengan
fasil itas jalur jalan tersendiri serta halte-halte yang
menghubungkannya diwilayah kota Jakarta. Sedangkan
untuk sarana perkeretaapian sudah mulai dibenahai baik
dari sisi manajemen, sarana prasarana serta
pelayanannya sehingga meningkatkan kenyamanan
masyarakat pengguna kereta api.
Sebagai negara maritim yang mempunyai ribuan pulau
di seluruh nusantara, transportasi udara serta
transportasi laut juga menjadi prioritas dalam upaya
pelaksanaan pembangunan baik didaerah maupun di
tingkat nasional . Transportasi udara ditingkatkan
dengan membangun bandara dengan sasaran
pembangunan dan pengembangan bandara dengan
jangkauan yang lebih besar dalam upaya mengatasi
kepadatan arus penumpang.
Sebagai negara maritim transportasi laut baik sarana
dan prasarana maupun SDM yang mengelola menjad
perhatian utama dalam rangka mendukung system
logistic nasional yang mengangkut barang dari daerah
penghasil ke daerah yang memerlukan. Infrastruktur
dalam transportasi laut terutama adalah jumlah
armada/kapal nasional , peningkatan pelabuhan trans
pengangkut barang internasional . Penambahan kapal-
kapal pengangkut diperlukan untuk pengangkutan
barang-barang terutama barang untuk tujuan ekspor
dan impor. Oleh karena itu pembangunan pelabuhan
yang memenuhi standar internasional menjadi
persyaratan utama dalam mendukung infrastruktur
kelautan.
Selain pembangunan pelabuhan-pelabuhan besar,
diperlukan pula infrastruktur kelautan yang
menghubungkan antara pulau-pulau kecil diseluruh
nusantara maupun pulau-pulau kecil terluar untuk
mengangkut logistik dari daeah pemasok barang. Oleh
karena itu dengan adanya infrastruktur pelabuhan dan
perkapalan yang terpenuhi maka hal ini akan
mengurangi biaya logistic dari pendistribusian barang
dan jasa. Selain itu , dengan adanya infrastruktur
kelautan ini dapat menurunkan waktu pelayanan serta
pendistribusian barang dan jasa.
Ratih Purbasari Kania
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 13
Laporan Utama
ProduktivitasUntuk Sebuah Daya Saing
Berkelanjutanahun ini, perolehan rangking indeks daya saing
Indonesia kembal i meningkat dengan menempati
peringkat ke-34 dari 144 negara dibandingkan
perolehan peringkat ke-38 pada tahun sebelumnya
seperti yang dilansir oleh World Economic Forum dalam
Global Competitiveness Report 2014-2015.
Dalam penilaian daya saing tersebut, WEF menyebutkan
bahwa kriteria penilaian didasarkan pada 12 pilar daya
saing, yaitu kondisi dan situasi ekonomi makro,
pengembangan pasar finansial ,ukuran pasar, l ingkungan
bisnis, infrastruktur, pengelolaan institusi yang baik,
kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat
atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja,
kesiapan teknologi, dan inovasi.
Naiknya peringkat indeks daya saing Indonesia
disumbang adanya perbaikan di beberapa kriteria
indikator penilaian seperti infrastruktur dan konektivitas
yang berkembang cukup signifikan, kual itas tata kelola
sektor swasta dan publ ik, efisiensi pemerintah, dan
pemberantasan korupsi, dan laju pertumbuhan ekonomi
yang terus meningkat beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, dari ke-12 indikator penilaian indeks
daya saing, total skor yang diperoleh Indonesia adalah
4,57, dimana posisi daya saing Indonesia mengunggul i
sejumlah negara di Benua Biru seperti Spanyol (35),
Portugal (36), dan Ital ia (49). Indonesia masih dengan
posisi yang lebih unggul dibandingkan dnegan negara-
negara di Timur Tengah seperti Kuwait (40), Bahrain (44),
atau Oman (46), juga negara-negara Asia seperti Fi l ipina
(52) Vietnam (68), dan India (71). Adapun negara-negara
Asia yang posisinya berada di atas Indonesia yaitu
Singapore (2), Jepang (6), Taiwan (14), Malaysia (20),
Korsel (26), China (28), dan Thailand (31).
Kendati demikian, menurut laporan WEF tersebut
terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Indonesia
harus menekan tingginya korupsi, memperbaiki defisit
neraca perdagangan, memperluas pasar tenaga kerja,
mendorong tingkat partisipasi perempuan,
meningkatkan pelayanan publ ik, serta meningkatkan
efektivitas dan efisiensi melalui pemanfatan teknologi.
Dalam sebuah acara Vice Presidential Lecture bertajuk
Competitiveness of Indonesia di Jakarta pada Bulan
September 2014, Boediono menyampaikan bahwa
peningkatan PDB tidak selalu mencerminkan
kemampuan produktif bangsa jika hanya berorientasi
pada kenaikan volume produksi. Bel iau juga
mengatakan indikator utama untuk memacu daya saing
Indonesia adalah tingkat produktivitas. Dimana dengan
adanya kemampuan produktif, maka suatu bangsa akan
mampu untuk bertahan ditengah ketatnya kompetisi
antar negara dan bisa mengejar ketertinggalannya dari
negara-negara maju.
Boediono menenkankan pentingnya sebuah bangsa
untuk meningkatkan daya saingnya. Mengingat
tantangan yang dihadapi semakin advance sehingga
suatu bangsa harus selalu siap dengan impelmentasi
langkah-langkah jangka panjang.
Dengan adanya kemampuan produktif, maka suatubangsa akan mampu untuk bertahan ditengah
ketatnya kompetisi antar negara
14 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
T
Adapun komponen yang perlu ditingkatkan untuk
menopang kemampuan produktif yaitu kreativitas
manusia. Dimana terdapat mental capital dan basic
capital yang mel iputi pembangunan infrastruktur. Untuk
mereal isasikan hal tersebut dibutuhkan investasi demi
memastikan tercapainya pembangunan kedua
komponen tersebut. Jadi pada kesimpulannya, suatu
negara akan maju dan modern apabila mampu untuk
survive dan mampu mengejar ketertinggalannya
ditengah sengitnya persaingan di berbagai aspek
dengan negara-negara lain .
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 15
ariswildan. blogspot. com
redit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu
instrumen peningkatan akses pembiayaan bagi Usaha
Mikro, Kecil , dan Menengah (UMKM) yang merupakan
amanat Instruksi Presiden No. 6 tahun 2007 tentang
Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Rii l dan
Pemberdayaan UMKM. Inpres tersebut diterbitkan dalam
rangka pemberdayaan UMKM, penciptaan lapangan
kerja, dan penanggulangan kemiskinan melalui
peningkatan akses pembiayaan, pengembangan
kewirausahaan, peningkatan pasar produk UMKM, dan
perbaikan regulasi bagi UMKM. KUR diluncurkan pada
November 2007 dan mensasar usaha produktif yang
layak namun belum bankable.
Secara akumulatif, penyaluran KUR Nasional sejak tahun
2007 sampai dengan Oktober 2014 sebesar Rp 171,6
tri l iun dengan debitur sebanyak 12,1 juta. Rata-rata
kredit per debitur sebesar Rp 14,2 juta dengan rata-rata
Non Performing Loan (NPL) sebesar 4,1%. Sedangkan
penyaluran KUR nasional selama 2014 yaitu dari Januari
sampai Oktober 2014 telah mencapai Rp 33,1 tri l iun
dengan jumlah debitur sebanyak 2 juta.
Penyaluran KUR dilakukan oleh 7 Bank Nasional dan 26
Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan sebaran
wilayah penyaluran yang mencakup seluruh provinsi di
Indonesia. Sampai dengan Oktober 2014, kinerja
penyaluran KUR oleh Bank Nasional yang terbanyak
adalah Bank BRI dengan total penyaluran sebesar Rp
92,4 tri l iun pada KUR Mikro dan Rp 20,4 tri l iun pada KUR
Ritel dengan jumlah debitur sebanyak 11,1 juta pada
KUR Mikro dan 116.664 pada KUR Ritel . Bank Nasional
yang juga memil iki kinerja penyaluran KUR dengan
kategori baik adalah Bank Mandiri dengan jumlah
penyaluran sebesar Rp 16,9 tri l iun untuk 382.291 debitur
dengan tingkat NPL sebesar 3,7% dan Bank BNI dengan
jumlah penyaluran sebesar Rp 15,3 tri l iun untuk 216.135
debitur dengan tingkat NPL sebesar 3,1%.
Sedangkan pada BPD, kinerja penyaluran KUR 3
terbanyak sampai dengan Oktober 2014 adalah Bank
Jatim dengan jumlah penyaluran sebesar Rp 4,5 tri l iun
untuk 42.800 debitur, diikuti oleh Bank Jabar Banten
dengan jumlah penyaluran sebesar Rp 3,5 tri l iun untuk
30.070 debitur dan Bank Jateng dengan jumlah
penyaluran sebesar Rp 2 tri l iun untuk 29.501 debitur.
Penyaluran KUR menurut sektor ekonomi dari Januari
sampai dengan Oktober 2014 yaitu sektor perdagangan
sebesar 58,1% (23,5% diantaranya terintegrasi dengan
sektor hulu), sektor lain-lain sebesar 8,6%, sektor
pertanian dan perikanan sebesar 19,3%, industri
pengolahan 2,9% dan gabungan sisa lainnya sebesar
7,6%. Total penyaluran KUR pada sektor hulu (pertanian
kelautan dan perikanan, kehutanan, industri pengolahan
dan sektor hulu terintegrasi) sebesar 45,7%.
Berdasarkan sebaran regional , penyaluran KUR yang
tinggi pada periode 2007 sampai dengan Oktober 2014
masih didominasi di pulau Jawa yaitu di Provinsi Jawa
Tengah dengan total penyaluran sebesar Rp 27,6 tri l iun,
Realisasi KURBulan Oktober 2014
KUR
16 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
K
Fatkhu Ridho
Provinsi Jawa Timur dengan total penyaluran sebesar Rp
26,1 tri l iun, dan Provinsi Jawa Barat dengan total
penyaluran sebesar Rp 22,2 tri l iun. Sedangkan untuk
luar Pulau Jawa, penyaluran KUR yang tinggi terjadi di
Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp 9,2 tri l iun dan
Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp 8,4 tri l iun.
Pada Oktober 2014, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian bekerjasama dengan Bank Dunia
menyelenggarakan Workshop Internasional evaluasi
KUR yang dilaksanakan di Bal i tanggal 13-14 Oktober
2014. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh stakeholder
KUR mulai dari anggota Komite Kebijakan KUR, Bank
Pelaksana KUR, Perusahaan Penjamin KUR, Bank
Indonesia (BI) , Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), dan Sekda 34 Provinsi di Indonesia.
Workshop Internasional evaluasi KUR ini menghadirkan
pembicara internasional dari Maroko dan Chil i yang
memberikan paparan terkait pelaksanaan kredit
berpenjaminan di Maroko dan Chil i . Selain dua
pembicara luar negeri , dalam acara tersebut juga
menghadirkan pembicara dari beberapa pihak terkait
KUR seperti Kementerian Keuangan, Kementerian
Koperasi dan UKM, BPKP, OJK, BI, TNP2K, serta penel iti
beberapa lembaga yang telah mengkaji pelaksanaan
KUR. Para pembicara menyampaikan evalusi dan
masukan terkait pelaksanaan Program KUR yang telah
menginjak tahun ketujuh. Melalui kegiatan ini
diharapkan dapat diperoleh masukan positif untuk
perbaikan pelaksanaan KUR ke depan.
Juwita Lukitasari
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 17
jurnalnusantara. blogspot. com
Ekonomi Kreatif
Perkembangan dan Masa DepanIndustri Animasi Indonesia
alah satu subsektor dalam industri kreatif Indonesia
adalah industri animasi. Industri animasi di Indonesia
saat ini sudah jauh lebih berkembang dibandingkan 5
tahun yang lalu. Sudah lebih dari 10 tahun telah muncul
lembaga-lembaga pendidikan dalam bidang ini. Kini
dari segi talent telah banyak animator yang memil iki
kemampuan mumpuni. Saat ini kita bisa menononton
beberapa karya anak bangsa seperti Adit & Sopo Jarwo,
Keluarga Somat, dan Battle of Surabaya.
Setiap fi lm, iklan, acara-acara TV, video kl ip, dan
sinetron yang kita tonton di TV pasti mengandung
unsur animasi. Begitu banyak media yang
menggunakan animasi sehingga kebutuhan sumber
daya manusia dibidang animasipun terus meningkat.
Animasi telah menjadi trend di abad ke-21.
Dalam industri kreatif ada 5 jenis animasi berbasis
komputer (digital ) yang berkembang saat ini , yaitu:
character animation, motion graphic, visual ization,
visual effect, dan interactive animation. Beberapa
software yang mendukung pembuatan animasi banyak
kita temukan di pasaran, misalnya, Maya, 3DS Max,
Cinema 4D, Anime Studio, Toon Boom, Adobe Flash,
Adobe Director, Realflow, Fume FX, After Effect, dan
lain-lain.
Di sisi saluran distribusi , sejumlah stasiun TV Nasional
juga mulai memperl ihatkan ketertarikan untuk
menayangkan animasi lokal , meski jumlahnya masih
hitungan jari . Namun harapannya hal ini bisa menjadi
pembuka jalan yang lebih baik untuk perkembangan
animasi di Indonesia. Pemerintah juga sedikit demi
sedikit mulai mendukung industri animasi di Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi Industri Animasi
Kondisi belum terstrukturnya industri animasi di
Indonesia, produk animasi diselesaikan oleh satu
kelompok animator serabutan yang berarti semua bisa
dan bisa semua. Kondisi ini melupakan prinsip kerja
pembuatan fi lm (Film adalah karya kolektif dan masing-
masing personal membidangi dan bertanggung jawab
sesuai profesinya).
Kondisi belum terstrukturnya industri animasi di
Indonesia juga berakibat pada daya tahan hidup
kelompok ‘industri animasi’. Profesi animator disandang
hanya beberapa lama ketika mengerjakan project dan
sesudahnya berprofesi sebagai pedagang, pramuniaga
dan profesi lain, Sambil menunggu pangilan bekerja
bila ada project dari pemerintah atau donasi swasta.
Kondisi ini dikaitkan dengan besarnya biaya produksi
mengakibatkan daya dukung finansial animator
menurun, bahkan sedikit sekal i animator yang mampu
membangun animasi sebagai industri . Kondisi ini
diperparah karena belum adanya investor yang
bergerak di bidang industri animasi, serta kalangan
perbankan yang belum percaya pada industri animasi
mengingat banyak perbankan yang belum dapat
mel ihat prospek ke depan industri animasi yang mampu
menggerakkan kelompok industri lain.
Kemandirian produksi yang belum terjadi pada fi lm
animasi Indonesia, menjadikan profesi animator belum
dipercaya sebagai media berekspresi sekal igus sebagai
profesi. Animator menjadi pekerjaan masa senggang.
Banyak animator yang lebih suka bekerja sendiri
sehingga tidak terjadi resiko kesalahan karena orang
Sblog. indotrading. com
18 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
lain. Artinya banyak animator yang berlaku sebagai
aktor (animator adalah aktor yang mewakilkan dirinya
melalui karya animasi yang dibuatnya), sekal igus penul is
cerita, penul is skrip, sutradara, editor, kalau perlu pengisi
musik, dialog, dan sederet pekerjaan kreatif lainnya.
Dalam konteks ini , animator lebih senang membuat
karya animasi pendek dalam rangka lomba animasi, atau
membuat fi l ler.
Perkembangan teknologi juga sangat mendukung
bahwa seseorang mampu membuat segalanya seorang
diri . Akibat dari hal ini adalah sistem produksi yang
harus dibangun, tidak terjadi, bahkan setiap animator
mendudukkan animator lainnya sebagai pesaing.
Prospek Industri Animasi di Indonesia
Saat ini industri animasi global sedang didorong oleh
meningkatnya permintaan animasi, mulai dari fi lm,
program televisi , iklan, video musik, game interaktif,
desain web, sampai pada web interaktif streaming.
Beberapa perusahaan hiburan internasional , seperti
Warner Bros, Paramount Picture, dan New Line Cinema,
mulai mel irik studio–studio animasi Asia karena
dianggap biaya produksi lebih murah.
Industri animasi Indonesia mulai di l irik dan dipesan
pasar luar negeri. Pesanan mengal ir karena kemampuan
para animator nasional bisa diandalkan. Untuk animasi,
sejumlah studio kita sudah mulai menerima pesanan
dari Amerika Serikat, Jepang, dan sejumlah negara
Eropa.
Industri fi lm animasi di Hol lywood AS mengakui
kemampuan animator Indonesia. Oleh karena itu guna
membuat produk yang mempunyai cerminan karakter
nasional , pengguna produk animasi di Tanah Air
harusnya lebih berpihak pada karya-karya anak bangsa
yang bernuansa kearifan lokal . Sehingga industri kreatif
khususnya animasi fi lm, lebih berkembang dan dikenal
luas di dalam negeri dan animator nasional sudah
banyak yang go internasional .
Mel ihat peluang tersebut, industri animasi di Indonesia
dapat mengembangkan bisnisnya dengan
mengembangkan industri yang sal ing berkaitan seperti
komik, games, fi lm, dan advertising. Namun, untuk
mengembangkan industri animasi nasional tentunya
diperlukan peran pemerintah dalam mengatur regulasi
yang sesuai dan mampu menstimulus industri animasi
nasional dikarenakan sebagian komponen industri
animasi masih diimpor dari luar negeri sehingga
diperlukan regulasi yang tepat untuk menurunkan biaya
produksi industri animasi, serta kemudahan akses
permodalan yang selama ini menjadi masalah klasik.
Industri animasi telah diakui sebagai budaya modern
yang memil iki potensi besar untuk tumbuh sebagai
industri masa depan. Pengembangan sumber daya
manusia, reformasi pendidikan dalam hal kreativitas dan
inovasi, serta menciptakan ikl im usaha adalah kunci
untuk mencapai tujuan membangun industri animasi.
Dengan berkembangnya industri animasi dapat
dipastikan akan ikut menggerakkan industri kreatif
lainnya seperti , periklanan, arsitektur, rumah produksi,
desain web, dan pertelevisian. Pada akhirnya akan
memperluas lapangan kerja yang memberi pengaruh
baik pada ekonomi masyarakat.
volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 19
Keuangan
Perkembangan Perbankan Syariah
redikat negara musl im terbesar di dunia diyakini
otoritas menjadi modal utama untuk membesarkan
perbankan syariah. Kendati memil iki potensi jumbo,
nasib perbankan syariah masih terkendala perlambatan
ekonomi dan l ikuditas ketat. Meskipun hal tersebut
dapat diatasi dengan perluasan pangsa pasar dengan
cara memperluas pengetahuan tentang ekonomi
syariah.
Aset perbankan syariah di Indonesia masih terbilang
minim dibandingkan konvensional . Apabila
dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih jauh
tertinggal . Aset perbankan syariah Indonesia belum
mencapai 5 persen, sementara di Malaysia sudah
mencapai 26 persen. Dari catatan Bank Indonesia, bank
konvensional menempatkan ekses sebesar Rp 270 tri l iun
sementara bank syariah hanya Rp 16 tri l iun.
Keterbatasan instrumen yang ada di Indonesia selama
ini menyebabkan bank syariah menempatkan ekses
l ikuiditasnya di luar negeri seperti Malaysia yang
memang punya banyak instrumen syariah. Walaupun
demikian, perkembangan perbankan di Indonesia masih
menunjukkan pertumbuhan positif.
Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR)
tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat
negara yang memil iki potensi dan kondusif dalam
pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran,
Malaysia dan Saudi Arabia (Grafik 1). Penil ian tersebut
mel ihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks,
seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan
non bank syariah, serta ukuran aset keuangan syariah,
maka Indonesia diproyeksikan akan menjadi peringkat
pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme
ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan
akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang
sangat tinggi (pertumbuhan yang selalu positif) ,
d itambah dengan volume penerbitan sukuk yang terus
meningkat.
Selama 5 (l ima) tahun terakhir, perkembangan
perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Industri
perbankan syariah memil iki hampir 13 juta rekening
simpanan, dan kurang lebih didukung dengan 3.000
jaringan kantor di seluruh Indonesia. Didukung dengan
sumber daya insani yang mencapai 43.310 orang.
Hingga Agustus 2014 jumlah bank syariah tercatat
sebanyak 12 bank, jumlah unit usaha syariah 22, BPRS
sebanyak 163 bank, jaringan kantor 2.582, dengan total
aset, pembiayaan, dan penghimpunan DPK perbankan
syariah (khusus Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah) masing-masing adalah sebesar Rp251,26 tri l iun,
Rp193,31 tri l iun, dan Rp194,64 tri l iun. Capaian tersebut
sesuai dengan proyeksi dari Bank Indonesia (sebelum
fungsi dial ihkan ke Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun
2013. Berdasar skenario dibawah tersebut, pangsa
perbankan syariah pada akhir 2014 diperkirakan antara
5,25 -6,25 persen.
P
20 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 21
Peluang Pengembangan Perbankan Syariah
Banyak hal yang menjadi factor pendorong
perkembangan perbankan di Indonesia. Pertama,
Indonesia mempunyai keunggulan dalam hal
pengembangan keuangan syariah secara struktur.
Indonesia mempunyai regulatory regime yang dinilai
lebih baik dibanding dengan negara lain . Di Indonesia
kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah
bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) –
Majel is Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan institusi
yang independen. Sementara di negara lain, fatwa dapat
dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang
terjadinya perbedaan sangat besar.
Faktor kedua, pengesahan beberapa produk
perundangan yang memberikan kepastian hukum dan
meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti :
(i) UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; (i i )
UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (sukuk); dan (ii i ) UU No.42 tahun 2009 tentang
Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN
Barang dan Jasa. Lahirnya UU Perbankan Syariah
mendorong peningkatan jumlah BUS dari sebanyak 5
BUS menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua
tahun (2009 -2010). Adanya peraturan-peraturan
tersebut menjadi landasan hukum dalam
pelaksanaannya, dan sebagai bukti bahwa pemerintah
“aware” terhadap perkembangan keuangan syariah di
Indonesia.
Faktor ketiga, Sumber Daya Manusia yang terus di up
grade oleh masing masing Bank, hal ini ditandai dengan
training yang terus dilakukan kepada karyawan di
Industri Perbankan Syariah, yang dilakukan oleh Trainner
yang sangat berpengalaman baik diadakan di dalam
maupun di luar negeri. Keempat, gencarnya program
edukasi dan sosial isasi kepada masyarakat mengenai
produk dan layanan perbankan syariah semakin
meningkatkan ke sadaran dan minat masyarakat. Serta
banyaknya Sekolah Menengah Tingkat Atas dan
perguruan tinggi yang memasukkan perbankan syariah
sebagai program studi atau hanya sebagai mata
pelajaran yang harus ditempuh. Faktor kel ima, upaya
peningkatan kual itas layanan (service excel lent)
perbankan syariah seperti pemanfaatan akses teknologi
informasi, seperti layanan Anjung an Tunai Mandiri
(ATM), mobile banking maupun internet banking.
Referensi:
Bank Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan
Sri Purwanti
ecara agregat, real isasi penerimaan APBN semester I
tahun 2014 diperkiran mencapai 43,7 persen dari target
APBNP tahun 2014, angka ini lebih tinggi j ika
dibandingkan dengan real isasi tahun sebelumnya yaitu
41,5 persen. Tinggi nya real isasi membuktikan
kemampuan Pemerintah untuk mendorong sektor-
sektor penerimaan negara. Hal ini tercermin dari
besarnya real isasi bagian laba BUMN sebesar 75,3
persen di semester I 2014.
Namun disamping itu, rendahnya penerimaan bea
keluar pada semester I sebesar 34,8 persen dari target
atau 7,17 tri l iun juga menjadi perhatian khusus.
Rendahnya real isasi pemasukan dari bea keluar salah
satunya dikarenakan pelarangan ekspor bij i mineral .
Para pengamat menilai sampai akhir tahun 2014
nampaknya pemenuhan target penerimaan negara dari
bea keluar sul it tercapai.
Sementara itu dari sisi penerimaan perpajakan, target
Tax ratio Indonesia masih terbilang kecil dibandingkan
negara lainnya. Dalam APBNP 2014, tax ratio mencapai
angka 12 persen dengan penerimaan pajak sebesar Rp
1.246,1 Tri l iun. Sedangkan Tax ratio Thailand sudah
mencapai 17,55 persen. Dalam hal ini Pemerintah
dituntut untuk menggal i sumber-sumber pajak yang
baru dan menerbitkan sanksi yang cukup tegas bagi
perusahaan yang terus berkel it dari kewajiban
membayar pajak.
Dari sisi real isasi pengeluaran APBN selama 10 tahun
terakhir, secara umum anggaran belanja Pemerintah
selalu mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan
selama 2005-2014 adalah 15,75 persen per tahun. Pada
2005, jumlah anggaran belanja pemerintah pusat adalah
Rp361 tri l iun. Pada 2014, anggaran belanja pemerintah
pada APBN-P 2014 sebesar Rp1.280 tri l iun atau
meningkat sebesar 254,52 persen dari anggaran belanja
2005.
Namun kenaikan anggaran belanja ini masih didominasi
oleh alokasi belanja pegawai yang kurang berdampak
pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, porsi belanja
modal hanya mendapatkan rata-rata 12,46 persen setiap
tahunnya. Angka tersebut dinilai masih terlalu kecil
karena belanja modal merupakan faktor penting
pendorong investasi di Indonesia.
Selama kurun waktu 10 tahun terakhir dalam anggaran
belanja Pemerintah, belanja pegawai memang
mengalami peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan
anggaran belanja pegawai rata-rata mencapai 19,14
persen per tahun. Selain itu, selama kurun waktu yang
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
Realisasi APBNP 2014
22 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
S
sama, belanja pegawai juga merupakan sektor belanja
dengan porsi terbesar kedua setelah subsidi. Kedua,
belanja subsidi terutama subsidi BBM merupakan
belanja yang pal ing banyak menyedot anggaran. Rata-
rata porsi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sebesar
30,73 persen. Sedangkan belanja untuk perl indungan
sosial tidak lebih dari 1,5 persen.
Sebagai tambahan terdapat beberapa catatan penting
dalam real isasi APBNP 2014, salah satunya adalah
asumsi pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2014
yang hanya mencapai 5,2 persen atau relatif di bawah
real isasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2013 sebesar
6 persen. Bahkan diprediksi akan terus turun hingga
level 5 persen di akhir tahun 2014. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor
terutama kenaikan harga BBM bersubsidi dan turunnya
angka ekspor dari tahun sebelumnya akibat resesi global
yang masih terjadi di Eropa.
Sementara itu inflasi cenderung berfluktuasi dengan tren
menurun pada semester I 2014 yang mencapai 4,53
persen (yoy) dan berada pada tren naik mulai November
hingga akhir tahun 2014. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi turunnya inflasi di semester I yaitu
membaiknya sisi supply barang kebutuhan pokok dan
menguatnya rupiah. Disisi lain, naiknya inflasi di akhir
tahun secara umum disebabkan oleh naiknya harga BBM
bersubsidi yang berimbas pada kenaikan tarif angkutan
umum, serta melemahnya rupiah terhadap dol lar yang
diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2015.
volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 23
www. kaskus. co. id
ong Kong sampai dengan saat ini masih menjadi
salah satu tujuan utama daerah penempatan TKI. Total
overseas worker di Hong Kong mencapai 330.000 orang,
dimana 153.000 diantaranya berasal dari Indonesia dan
sebagian besar bergerak di sektor informal .
Untuk tahun 2014, Jumlah penempatan TKI sampai
bulan Jul i adalah sebanyak 20.066 orang (nomor 4
setelah Malaysia, Taiwan dan Saudi Arabia). Di samping
itu, Hong Kong menjadi favorit karena juga telah
memil iki ketentuan perundangan yang mengatur
tentang overseas worker. Hal ini berdampak pada
minimnya masalah TKI yang timbul .
Selama tahun 2013 saja hanya terdapat 900 kasus yang
sifatnya biasa (administratif) dan 1 kasus berat dan baru
terdapat 1 kasus berat di tahun 2014 (kasus Erwiana).
Terkait hal ini , model penempatan TKI di Hongkong bisa
dijadikan contoh dan benchmark untuk penempatan TKI
negara lainnya.Akan tetapi, Jumlah penempatan TKI
diatas cenderung menurun jika dibanding dengan
tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal , diantaranya 1). biaya perekrutan Tenaga
kerja asal Indonesia yang relatif tinggi dibandingkan
Tenaga kerja dari negara lain 2). banyaknya perpindahan
TKI dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja lainnya, dan
3). masih tertutupnya ekspansi TKI ke sektor formal
karena masih tingginya pasokan tenaga kerja penduduk
setempat ke sektor tersebut. Masalah TKI tentunya tidak
sebatas pada hal yang disebutkan. Masih banyak
tantangan perbaikan dalam seluruh mata rantai
penempatan TKI, seperti proses keberangkatan,
pembiayaan, kelengkapan dokumen, asuransi, remitansi
dan sebagainya.
Sebagai upaya untuk mengevaluasi beberapa
permasalahan penempatan TKI tersebut, Tim gabungan
yang berasal dari Kemenko Perekonomian, Kementerian
Luar Negeri, Dewan Ketahanan Nasional , Badan Nasional
Penempatan dan Perl indungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI), dan Bank BNI melakukan kegiatan kunjungan
kerja dan sosisal iasi ke Hong Kong dan Macau pada
bulan Oktober 2014. Beberapa pihak/insitutusi yang
dikunjungi mel iputi TKI, Agen Tenaga kerja setempat,
Pejabat Konsulat Jenderal RI di Hong Kong.
Beberapa temuan hasil kunjungan diantaranya:
Pertama, Terkait pembiayaan. Berdasarkan hasil diskusi
dengan TKI, sebagian besar TKI di Hong Kong belum
memanfaatkan skema pembiayaan melalui Kredit Usaha
Rakyat (KUR) TKI. Padahal beberapa bank pelaksana KUR
TKI, yaitu Bank BNI, Bank BRI dan Bank Mandiri , sudah
memil iki kantor cabang di Hong Kong yang dapat
dimanfaatkan dalam memudahkan TKI untuk proses
pembayaran kredit. Hal lain seperti yang sudah sebutkan
di atas adalah adanya agency fee sebesar Rp 7-8 juta
yang dimasukkan sebagai biaya penempatan TKI. Biaya
ini tidak tercantum dalam struktur biaya resmi, yaitu
Kepmenakertrans No. 98 Tahun 2012 tentang
Komponen dan Besarnya Biaya Penempatan Calon
Tenaga Kerja Indonesia Sektor Domestik Negara Tujuan
Hong Kong SAR.
Kedua, Terkait asuransi. banyak TKI di Hong Kong yang
tidak mengetahui bahwa dirinya diasuransikan dan
pembayaran premi asuransinya telah termasuk dalam
komponen biaya penempatan TKI. Hal ini tentunya
sangat merugikan TKI itu sendiri di samping masih
Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja Indonesia Di Hongkong
H
24 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
www. theodora. com
Trias Mel ia
volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 25
banyak dari mereka yang tidak tahu cara mengajukan
klaim.
Ketiga, terkait remitansi. Berdasarkan hasil kunjungan,
diketahui bahwa pengiriman uang tidak hanya dilakukan
melalui jalur perbankan dan jasa pengiriman uang
namun juga melalui jalur lain, seperti menitip pada
teman yang akan kembal i ke Indonesia dan penyedia
jasa pengiriman uang pribadi.
Di samping itu itu, remitansi TKI di Hong Kong, menurut
divisi remitansi Bank BNI Hong Kong sebenarnya mudah
diidentifikasi dan dipolakan. Hal ini dapat memudahkan
pendataan dan pelaporan jika memang nantinya
kebijakan nasional remitansi akan dibentuk.
Masalah-masalah di atas sebenarnya dapat diatasi j ika
segenap pihak yang berkepentingan berkomitmen
sesuai tugas dan kewenangannya. Misalnya, dengan
sudah adanya perwakilan kantor bank pelaksana KUR
TKI di Hong Kong, seharusnya KUR TKI dapat lebih
dimanfaatkan dalam pembiayaan keberangkatan TKI.
KUR TKI merupakan Program Pemerintah yang
diluncurkan sendiri oleh Presiden RI pada bulan
Desember 2010. KUR TKI dirancang agar TKI dapat
bekerja lebih produktif dan mematuhi ikatan kontrak
dengan adanya transparansi pembayaran gaji dan
potongan melalui perbankan, Serta untuk meningkatkan
remitansi melalui Bank Pelaksana yang ditetapkan
melakui skema penjaminan kredit oleh pemerintah.
Optimal isasi penggunaan produk-produk perbankan
nasional yang ada di luar negeri juga dapat menunjang
upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan
kepada TKI di bidang pembiayaan, remitansi. Untuk
negara/daerah lain, Penerapan asas resiprokal dalam
Perbankan yang saat ini sedang diupayakan dapat
diupayakan dipercepat sehingga perbankan nasional
dapat mengembangkan usahanya ke berbagai negara
dalam rangka melayani msayarakat indonesia dan
meningkatkan investasi ke Indonesia.
Hal lain yang harus menjadi perhatian kita bersama
adalah perlunya upaya yang lebih keras dalam
menerapkan mekanisme reward and punishment.
Misalnya, Untuk lebih mengefektifkan proses
perl indungan TKI di luar negeri , maka diharapkan
PPTKIS bersama dengan Konsorsium Asuransi segera
membangun dan membentuk kantor di embarkasi
maupun kantor Perwakilan Luar negeri di negara-negara
penempatan TKI serta infrastruktur pendukungnya
(pembentukan database yang terintegrasi dengan
Kemenakertrans, BNP2TKI , Ditjen Imigrasi dan
Kementerian Luar Negeri. Perwalu PPTKIS dan
perusahaan asuransi TKI). Dengan adanya Perwalu ini ,
d iharapkan PPTKIS maupun Konsorsium Asuransi juga
dapat berfungsi sebagai verifikator TKI yang bekerja di
luar negeri serta untuk mendukung pelaksanaan
kewajiban lainnya sesuai peraturan perundang-
undangan.
Pendidikan, pelatihan dan sosial isasi yang terkait dengan
edukasi keuangan dan kewirausahaan juga tidak kalah
penting dan perlu ditingkatkan. Memutakhirkan materi
yang diajarkan seperti Memasukkan materi edukasi
asuransi kepada TKI dalam pendidikan pra
keberangkatan adalah salah satu contoh yang dapat
segera diapl ikasikan.
Terakhir, langkah-langkah koordinasi antar stakeholder
TKI di dalam negeri dalam rangka mengevaluasi besaran
premi dan coverage asuransi (insurable risk dan
uninsurable risk) serta peningkatan keterl ibatan OJK
dalam pengawasan operasional asuransi TKI.
Sebagaimana kita ketahui sudah banyak negara/daerah
penempatan TKI yang sudah mewajibkan para pemberi
kerja menyediakan asuransi bagi overseas worker yang
dipekerjakan. J ika upaya ini dilakukan, maka secara
otomatis beban biaya keberangkatan TKI akan
berkurang sekal igus dapat meningkatan efektifitas
upaya perl indungan Negara kepada TKI di luar negeri.
Pendidikan Keuangan Bagi Remaja(Study Pendidikan Keuangan Bagi Remaja pada Negaranegara OECD)
S
Ratih Purbasari Kania
aat ini pemahaman keuangan yang baik tidak saja
menjadi prasyarat bagi kaum dewasa di seluruh belahan
dunia, akan tetapi hal ini menjadi tuntutan bagi remaja
dimulai dari usia l ima belas tahun keatas. Sebagaimana
studi yang dilakukan mengenai Student and Money,
Financial Literacy skil l yang dilakukan oleh Organization
for economic co-operation and Development(OECD).
Pemahaman keuangan menjadi tuntutan kaum remaja
yang merupakan keharusan dimana mereka adalah
merupakan konsumen dari jasa atau layanan
perbankan yang mempunyai akses ke perbankan onl ine.
Sebagai remaja saat ini mereka dihadapkan untuk bisa
merencanakan masa depannya karena mereka akan
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan
dalam pengelolaan keuangan pada saat memutuskan
akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Pendidikan
keuangan saat ini menjadi salah satu agenda global
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan keuangan adalah proses dimana konsumen
keuangan atau investor meningkatkan pemahaman
mereka mengenai produk-produk keuangan, konsep,
resiko, baik melalui informasi yang tersedia maupun
insruktur.
Pentingnya dilakukan pendidikan keuangan bagi remaja
dan juga pada semua usia karena saat ini jumlah dari
negara-negara berkembang meningkat dan mulai
mengimplementasikan pendidikan keuangan sebagai
salah satu strategi nasionalnya. Sementara itu,
perkembangan keterampilan mengenai pemahaman
keuangan pada kalangan remaja menjadi penting
dikarenakan: 1) Pil ihan-pil ihan keuangan saat ini dan
dimasa mendatang yang dihadapi para remaja lebih
menantang bila dibandingkan dengan generasi
sebelumnya, dengan berbagai kompleksitas terutama
pada produk, layanan dan sistem yang tersedia, 2)Saat
ini remaja dihadapkan pada berbagai risiko-risiko
keuangan terkait meningkatnya usia harapan hidup,
penurunan kesejahteraan, dan ketidakpastian
perekonomian dan prospek ketenagakerjaan, 3)Remaja
usia 15 tahun keatas dihadapkan untuk memutuskan
permasalahan keuangan, dimana mereka sebagai
konsumen dari layanan perbankan dan sistem onl ine
perbankan serta mempersiapkan untuk pengelolaan
keuangan pada saat melanjutkan pendidikan formal
pada jenjang yang lebih tinggi.
Dari hasi l studi OECD didapatkan bahwa para remaja
yang mempunyai pemahaman yang baik mengenai
pendidikan keuangan mereka juga mempunyai
kelebihan dalam bidang matematik dan pengetahuan
bahasa, sehingga pengetahuan dasar dalam
matematika dan bahasa dapat meningkatkan
kemampuan dalam pengelolaan keuangan mereka,
sebal iknya di Perancis, Italy dan Slovenia pendidikan
keuangan remaja relatif masih kurang dengan
pemahaman yang sama pada bidang bahasa dan
matematika. Kaitanya dengan gender, remaja laki-laki
cenderung mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam
pemahaman keuangan dari remaja perempuan.
Dalam hubungannya dengan status sosial ekonomi,
pengelolaan keuangan pada remaja di negara-negara
OECD mempunyai hubungan yang positif antara status
sosial ekonomi dengan pemahaman keuangan remaja
yang didasarkan pada indikator pendidikan dan
pekerjaan orang tua, serta jumlah dan tipe dari rumah
yang mereka mil iki yang mengindikasikan pada
kesejahteraan keluarganya. Sementara itu, didapatkan
fakta banyak remaja dari kalangan sosial ekonomi yang
kurang beruntung mempunyai skor yang tinggi dalam
hal pemahaman keuangan mereka. Selain itu,
pemahaman keuangan juga berhubungan dengan jenis
pekerjaan orang tua mereka, dimana didapatkan bahwa
remaja yang orang tuanya bekerja pada sektor
keuangan mempunyai pemahaman keuangan yang
lebih besar dari pada yang bekerja pada sektor lainnya.
Pemahaman keuangan seperti yang telah dijelaskan
adalah didasarkan pada pengetahuan akademis, akan
tetapi pengalaman, sikap dan perilaku mereka sehari-
hari juga berkontribusi dalam hal mendukung
pemahaman mereka tentang keuangan.
26 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November
Mega Proyek Giant Sea WallDitargetkan Pemerintah Rampung 100%Tahun 2030
enko Perekonomian, Chairul Tanjung bersama
dengan Menteri dengan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), Armida Al isjahbana,
dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak
membahas mengenai proyek Nasional Capital
Integrated Coastal Development (NCICD). Disamping
itu, pembahasan juga mel ibatkan beberapa
kementerian/lembaga dan pemerintah administratif
terkait (Pemerintah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten).
Mengingat bahwa mega proyek tersebut membentang
dari wilayah DKI Jakarta hingga Banten, sehingga
membutuhkan koordinasi yang mel ibatkan segenap
pihak dan dukungan penuh dari pemerintah
administratif setempat.
Dalam bahasan yang disampaikan pada rapat koordinasi
NCICD, pemerintah akan membagi mega proyek
tersebut ke dalam tiga fase. Fase pertama memfokuskan
perhatian pada upaya penguatan tanggul laut,
memperlambat penurunan permukaan tanah,
mempercepat sanitasi air dan memperbanyak jumlah
pompa drainase. Fase kedua, mega proyek NCICD
mencakup pembanungan tanggul luar laut dengan
waduk-waduk besar. Adapun di fase ketiga,
pembangunan akan menitikberatkan pada upaya
konstruksi pelabuhan dan perluasan kawasan ekonomi
dengan tanggul laut.
Saat mengakhiri rapat koordinasi pembahasan mega
proyek NCICD tersebut, Chairul Tanjung menekankan
tindakan antisipatif pemerintah untuk mengikat para
pemenang tender dari pihak swasta supaya tetap
menjaga komitmennya dalam mereal isasikan
kewajibannya maupun memastikan bahwa
pembangunan mega proyek reklamasi ini akan rampung
100% sesuai target perencanaannya, yaitu tahun 2030.
Selain itu, diharapkan dengan adanya pembangunan
mega proyek giant sea wal l tidak hanya mengenai
pembangunan fisik, akan tetapi juga mel iputi
perubahan kultur masyarakat, misalnya pemanfaatan
sungai.
Rubrik Menko
volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 27
http: //ekon. go. id
M
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 1 071 0
Telepon. 021 -3521 843, Fax. 021 -3521 836
Email : [email protected]
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website
www.ekon.go.id