Vulnus (Luka)
ALVIN RODOLFO DIAZ1120120039
Klasifikasi 1. Berdasarkan tingkat kontaminasi2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya
luka3. Berdasarkan ada tidaknya hubungan
dengan dunia luar4. Berdasarkan waktu penyembuhan
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a.Clean Wounds (Luka bersih)Disebut luka bersih jika pada prosedur
operasi tidak ada kuman yang masuk kedalam rongga tubuh.
Contohnya operasi hernia inguinalis elektifResiko terjadi SSI sangat minimal
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
Terdapat koloni kuman yang masuk kedalam rongga tubuh tapi dalam keadaan elektif dan terkontrol.
Kontaminan yang paling sering adalah bakteri endogen dari dalam tubuh pasien
Contohnya luka akibat kolektomi sigmoid umumnya mengandung E.coli dan Bacteriodes fragilis sebagai kontaminan mikroba.
Tingkat infeksinya 4% - 10%
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)Terjadi ketika jumlah kontaminan yang
masuk kedalam tubuh dalam jumlah besar.Luka akibat kecelakaan, operasi dengan
kerusakan besar (laparatomi untuk cedera penetrasi dengan tumpahan usus) atau kontaminasi dari saluran cerna.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)Telah terjadi infeksi aktifContohnya pada eksplorasi perut untuk
abses peritonitis
2. Berdasarkan Kedalaman dan luas luka
Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan ada tidaknya hubungan dengan dunia luar
1. Luka tertutup 2. Luka terbuka
Vulnus Contussum(Luka Memar)
Kulit tidak apa-apa Pembuluh darah subkutan dapat rusak hematom. Bila hematom kecil, maka akan diserap oleh jaringan
sekitarnya. Bila hematom besar, maka penyembuhan berjalan
lambat.
Vulnus Excoriatio(Luka Lecet) Luka yang paling ringan dan paling
mudah sembuh. Tejadi karena gesekan tubuh dengan
benda-benda rata, misalnya aspal, semen atau tanah
Vulnus Scissum (Luka Sayat) Tepi luka tajam dan licin. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kulit, maka
luka tidak terlalu terbuka. Bila memotong pemb uluh darah, maka darah
sukar berhenti karena sukar terbentuk cincin trombosis
Vulnus Laceratum(Luka Robek)
Biasanya disebabkan oleh benda tumpul.Tepi luka tidak rata, dan perdarahan
sedikit karena mudah terbentuk cincin trombosis akibat pembuluh darah yang hancur dan memar.
Vulnus Punctum(Luka Tusuk) Luka disebabkan oleh benda runcing
memanjang. Dari luar luka tampak kecil, tetapi di dalam
mungkin rusak berat. Derajat bahaya tergantung atas benda yang
menusuk (besarnya, kotornya), dan daerah yang tertusuk.
Luka tusuk yang mengenai abdomen atas thorax sering pula disebut luka tusuk (vulnus penetrosum).
Vulnus Caesum(Luka Potong) Luka disebabkan oleh benda tajam yang besar,
misalnya kampak, dan sebagainya, disertai tekanan.
Tepi luka tajam dan rata, dan luka sering terkontaminasi, oleh kaena itu kemungkinan infeksi lebih besar.
Vulnus Sclopetorum(Luka Tembak)
Terjadi karena tembakan, granat, dan sebagainya.
Tepi luka tidak teratur. Corpus alienum dapat dijumpai dalam luka,
misalnya pecahan granat, anak peluru, sobekan baju yang mengikuti peluru ke dalam tubuh, dan sebagainya.
Kemungkinan infeksi lebih besar.
Vulkus Morsum(Luka gigit)
Disebabkan gigitan binatang atau manusia.
Bentuk luka tergantung bentuk gigi penggigit.
4. Berdasarkan waktu penyembuhan
1. Luka akut luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury.
2. Luka kronis luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)
dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan Luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon
baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. luka yang tidak sembuh dalm waktu 3 bulan Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar
dll.
Penyembuhan Luka 1.Fase inflamatori2.Fase proliferatif3.Fase maturasi
A. Proses Inflamatori Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama :hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi
pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka.
Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati.
Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan.
Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
2. Proses Proliferatif Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21
setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka.
Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin.
Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
3. Proses Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan.
Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih
Faktor2 yg mempengaruhi penyembuhan luka
INTRINSIK •usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta
EKSTRINSIK •pengobatan, radiasi,stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan
Komplikasi
1. Infeksi2. Perdarahan 3. Dehiscence dan Eviscerasi
1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma,
selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent,
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.3.
3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau
total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka.
Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline..
Penjahitan luka Golden periode < 8 jam Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi
lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
Jenis2 jahitan
Penyembuhan luka1.Penyembuhan Primer ( Sanatio per Primum
Intentionum/Primary Healing)2.Penyembuhan Sekunder (Sanatio per Secundum
Intentionum/Secondary Healing)3.Penyembuhan Tertier (Sanatio per Tertium
Intentionum/Tertiary Healing)
Penyembuhan Primer ( Sanatio per Primum Intentionum/Primary Healing)
Luka-luka yang bersih Penyembuhannya tanpa komplikasi,
berjalan cepat dan hasilnya secara kosmetis baik.
Penyembuhan Sekunder (Sanatio per Secundum Intentionum/Secondary Healing)
Penyembuhan pada luka terbuka adalah melalui jaringan granulasi dan sel epitel yang bermigrasi.
Luka-luka yang lebar dan terinfeksi, luka yang tak dijahit, luka bakar,
Setelah luka sembuh akan timbul jaringan parut.
Penyembuhan Tertier (Sanatio per Tertium Intentionum/Tertiary Healing)
Disebut pula delayed primary closure. Terjadi pada luka yang dibiarkan terbuka
karena kontaminasi, kemudian setelah tidak ada tanda-tanda infeksi dan granulasi telah baik, baru dilakukan jahitan sekunder, yang dilakukan setelah hari keempat, bila tanda-tanda infeksi telah menghilang