WALIKOTA BATAM
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PERATURAN DAERAH KOTA BATAM
NOMOR 3 TAHUN 2021
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN 2021-2041
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BATAM,
Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota
Batam dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional,
perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26
ayat (7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang perlu dilakukan penjabaran ke dalam rencana tata ruang wilayah
kota;
c. bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagaimana tertuang dalam surat Nomor PB.01/46-200/II/2021 tanggal 17 Februari 2021
perihal Persetujuan Substansi-II atas Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kota Batam tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batam tahun 2021-2041;
d. bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam telah dievaluasi oleh Gubernur Kepulauan Riau
sebagaimana tertuang dalam Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 581 Tahun 2021 tentang
Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kota Batam tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Batam Tahun 2021-2041;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d dan
dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 82 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2020-2041;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 Tentang
Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten
Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota
Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4880);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor
2755);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5729) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).
Sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6384);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6633);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6635);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 51,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6653);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyesuaian Ketidaksesuaian Tata Ruang,
Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6655);
15. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan dan Karimun (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 127);
16. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 4);
17. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
18. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di
Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 72);
19. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 394);
20. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2017-2037 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017
Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Nomor 43).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATAM
Dan
WALIKOTA BATAM
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN 2021-2041.
BAB I KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batam.
4. Kota adalah Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau.
5. Walikota adalah Walikota Batam.
6. Ruang adalah wilayah yang meliputi ruang darat,
ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
8. Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
9. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya
disingkat RTRW Kota adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan
arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi dan Nasional ke dalam struktur dan pola
ruang wilayah kota.
12. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
13. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
14. Masyarakat adalah perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi
dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
15. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
16. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
17. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
18. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.
19. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat PPK adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang melayani seluruh
wilayah Kota dan/atau regional.
20. Sub Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya
disingkat SPPK adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub
wilayah Kota.
21. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PL adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani lingkungan permukiman.
22. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan Air Minum.
23. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik yang selanjutnya disingkat SPALD adalah serangkaian
kegiatan pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana
pengelolaan air limbah domestik.
24. Instalasi Pengolahan Air yang selanjutnya disingkat
IPA adalah unit yang dapat mengolah air melalui proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi sehingga menghasilkan air minum.
25. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL adalah bangunan air yang berfungsi
untuk mengolah air limbah.
26. Tempat Pembuangan Akhir sampah yang
selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.
27. Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang
selanjutnya disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,
pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
28. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
29. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
30. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
31. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya
disingkat KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
32. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat KSP adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkungan Provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
33. Kawasan Strategis Kota yang selanjutnya disingkat KSK adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Bagian Kedua Peran dan Fungsi
Pasal 2
Peran RTRW Kota disusun sebagai alat operasional pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota Batam.
Pasal 3
RTRW Kota berfungsi sebagai:
a. Acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
b. Acuan penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
c. Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah Kota;
d. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kota;
e. Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta;
f. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata
ruang di wilayah Kota;
g. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah Kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
h. Acuan dalam administrasi pertanahan.
BAB II LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN
Pasal 4
Lingkup substansi RTRW Kota meliputi:
a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota;
b. rencana struktur ruang wilayah Kota;
c. rencana pola ruang wilayah Kota;
d. penetapan kawasan strategis Kota;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota;dan
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota.
Pasal 5
(1) Wilayah perencanaan RTRW Kota meliputi seluruh
wilayah administrasi Kota Batam dengan koordinat geografis 0°25’29” sampai dengan 1°15’00” Lintang
Utara dan 103°34’35” sampai dengan 104°26’04” Bujur Timur dengan luas meliputi:
a. Luas daratan administrasi seluas lebih kurang
103.374 (seratus tiga ribu tiga ratus tujuh puluh empat) hektar;
b. Luas rencana reklamasi perairan seluas lebih kurang 6.901 (enam ribu sembilan ratus satu)
hektar; dan
c. Luas rencana badan air seluas kurang 1.941 (seribu sembilan ratus empat puluh satu)
hektar.
(2) Kota meliputi seluruh wilayah administrasi Kota
Batam yang terdiri atas:
a. Kecamatan Batu Ampar;
b. Kecamatan Bengkong;
c. Kecamatan Nongsa;
d. Kecamatan Batam Kota;
e. Kecamatan Sungai Beduk;
f. Kecamatan Sagulung;
g. Kecamatan Sekupang;
h. Kecamatan Batu Aji;
i. Kecamatan Belakang Padang;
j. Kecamatan Galang;
k. Kecamatan Lubuk Baja; dan
l. Kecamatan Bulang.
(3) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah
dengan batas yang ditentukan berdasarkan aspek administrasi meliputi wilayah daratan, wilayah
pesisir dan laut, perairan lainnya serta wilayah udara dengan batas wilayah meliputi:
a. sebelah utara berbatasan dengan Selat
Singapura;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Lingga;
c. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Bintan; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karimun.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 6
Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah untuk
mewujudkan ruang Kota Batam menuju bandar dunia madani berbasis sektor pariwisata, perdagangan dan
jasa, maritim, logistik dan industri yang bertaraf internasional.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah
Pasal 7
Kebijakan penataan ruang wilayah Kota, meliputi:
a. pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan
perkotaan sebagai satu kesatuan sistem yang terpadu dan berhirarki;
b. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah Kota dan peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan utilitas Kota;
c. peningkatan fungsi dan pengelolaan kawasan peruntukan lindung;
d. pengembangan dan pengendalian kawasan peruntukan budidaya; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Bagian Ketiga Strategi Penataan Ruang Wilayah
Pasal 8
Strategi Penataan Ruang Kota meliputi:
a. Strategi untuk pengembangan pusat-pusat
kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem yang terpadu dan berhirarki
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi:
1. mengembangkan pusat pelayanan Kota, sub pusat pelayanan Kota dan pusat lingkungan secara merata;
2. mengembangkan pemanfaatan ruang antar pusat-pusat pertumbuhan primer, antara
pusat pertumbuhan primer dengan pusat
pertumbuhan sekunder dan antara pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
sekitarnya;
3. mengembangkan pusat pertumbuhan baru
di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; dan
4. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah
di sekitarnya.
b. Strategi untuk pengembangan sistem jaringan
prasarana wilayah Kota dan peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan utilitas
Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi:
1. meningkatkan keterpaduan inter dan intra
moda transportasi darat, laut dan udara;
2. meningkatkan akses serta layanan jaringan
jalan arteri, kolektor, jaringan jalan lokal dan jaringan jalan lingkungan baik dalam
sistem primer maupun dalam sistem sekunder;
3. mengembangkan jalan bebas hambatan
yang menghubungkan pusat pertumbuhan dan kawasan ekonomi;
4. mengembangkan moda transportasi massal perkotaan yang menghubungkan antar
pusat pelayanan wilayah Kota;
5. meningkatkan kapasitas dan pengembangan sistem energi;
6. meningkatkan kapasitas dan pengembangan sistem telekomunikasi; dan
7. meningkatkan sistem infrastruktur perkotaan.
c. Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c meliputi:
1. menetapkan dan melestarikan fungsi kawasan lindung serta mempertahankan
kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
2. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya;
3. mewujudkan RTH Publik dengan luas paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
luas kawasan terbangun;
4. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
berbasis wilayah sungai dan daerah aliran sungai; dan
5. mengelola pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan daya dukung lahan.
d. Strategi pengembangan dan pengendalian kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d meliputi:
1. mewujudkan industri pariwisata, maritim, logistik, perdagangan dan jasa,
pengembangan teknologi yang mampu menggerakkan perekonomian nasional dan
internasional;
2. mengembangkan sarana prasarana untuk menunjang pemerataan ekonomi wilayah;
dan
3. mengendalikan pemanfaatan ruang
kawasan budidaya.
e. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e meliputi:
1. menyediakan ruang untuk kawasan
pertahanan dan keamanan;
2. mengembangkan kegiatan secara selektif di
dalam dan di sekitar kawasan pertahanan keamanan; dan
3. mengembangkan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan dan keamanan dengan kawasan budidaya.
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kota, meliputi :
a. pusat kegiatan di wilayah Kota; dan
b. sistem jaringan prasarana.
(2) Struktur ruang wilayah Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Bagian Kedua Pusat Kegiatan di Wilayah Kota
Pasal 10
(1) Rencana pusat kegiatan di wilayah Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. PPK;
b. SPPK;dan
c. PL.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada di Batam Kota, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan serta
pusat perdagangan dan jasa.
(3) SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. Lubuk Baja, yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan industri, pusat perdagangan dan jasa, kepelabuhanan, pertahanan dan keamanan, permukiman dan pusat pelayanan
pariwisata;
b. Sungai Beduk, yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan industri, olahraga, permukiman, serta perdagangan dan jasa;
c. Batu Aji, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan industri, permukiman, pariwisata, kepelabuhanan, pertahanan dan keamanan,
dan perdagangan jasa;
d. Sekupang, yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan industri, pariwisata, permukiman, kepelabuhanan, kesehatan, pemerintahan dan
perdagangan jasa;
e. Nongsa, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan industri, pariwisata, permukiman,
pendidikan, transportasi, pertahanan dan keamanan, dan perdagangan jasa;
f. Kabil, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pariwisata, permukiman, industri dan
perdagangan jasa;
g. Galang, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pariwisata, industri, permukiman,
perkebunan, dan perdagangan jasa;dan
h. Rempang, yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan pariwisata, industri, permukiman, dan perdagangan jasa.
(4) PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Batu Besar;
b. Belian;
c. Bengkong Laut;
d. Duriangkang;
e. Kabil;
f. Kasu;
g. Pulau Buluh;
h. Rempang Cate;
i. Sambau;
j. Setokok;
k. Tanjung Pinggir;
l. Tanjung Sari;
m. Tanjung Sengkuang;
n. Tembesi;
o. Tiban Lama; dan
p. Tanjung uncang.
Bagian Ketiga Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 11
Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. infrastruktur perkotaan.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 12
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 huruf a, meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.
Pasal 13
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan kereta api; dan
c. sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan.
Pasal 14
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf a, meliputi:
a. jaringan jalan;
b. terminal penumpang; dan
c. terminal barang.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi:
a. jaringan jalan arteri;
b. jaringan jalan kolektor;
c. jaringan jalan lokal;
d. jaringan jalan tol; dan
e. jaringan jalan bebas hambatan.
(3) Jaringan jalan arteri, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, meliputi:
a. jaringan jalan arteri primer meliputi ruas
jalan:
1. Batam Centre – Sp Franky (Jl. A. Yani);
2. Sp. Franky – Sp. Kabil (Jl. A. Yani);
3. Sp. Kabil – Muka Kuning (Jl. A.Yani);
4. Muka Kuning – Tembesi (Jl. Letjen
Suprapto);
5. Tembesi – Batu Aji (Jl. Letjen Suprapto);
6. Tembesi – Tanjung Berikat;
7. Sp. Kabil – Sp. Jam (Jl. Jend Sudirman);
8. Sp. Kabil – Sp. Punggur (Jl. Jend Sudirman);
9. Sp. Jam – Sei Harapan (Jl. Gajah Mada);
10. Sei Harapan – Sekupang (Jl. RE Martadinata);
11. Sp. Punggur – Batu Besar (Jl. Hang Tuah);
12. Batu Besar – Nongsa (Jl. Hang Jebat, Jl.
Hang Lekiu);
13. Sp. Punggur – Telaga Punggur (Jl. Hasanuddin);
14. Batu Aji – Tanjung Uncang (Jl. Brigjen Katamso);
15. Jl. Diponegoro (Sp. Sei Harapan – Sp. Basecamp Batu Aji);
16. Baloi Centre – Sp. Sei Ladi (UIB); dan
17. Simp. Jam – Batu Ampar (Jl. Yos Sudarso).
b. jaringan jalan arteri sekunder meliputi ruas
jalan:
1. Kawasan Industri Tanjung Uncang –
Gugusan Pulau Janda Berhias – Tanjung Riau;
2. Kabil – Tanjung Piayu;
3. Tembesi – Sei Lekop;
4. Kel. Tiban Lama – Tiban Koperasi Kel.
Tiban Baru;
5. Sei Temiang – Tembesi;
6. Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru di Kecamatan Galang;
7. Pulau Batam – Pulau Tengah – Pulau Boyan – Tanjung Kubu – Pulau Teluk Bakau, Pulau Lumba, Pulau Surai
Cundung – Pulau Uban – Pulau Tandur – Pulau Panjang – Pulau Bulat – Pulau
Kepala Jeri – Pulau Anak Ladan – Pulau Ladan;
8. Simp. Costarina – Lanal Batu Ampar;
9. Batam Centre – Bandar Udara Hang Nadim – Ruas Outer Sengkuang – Batu Ampar;
10. Ruas Jalan Lingkar (Outer Ringroad) Tanjung Pinggir - Jodoh;
11. WTA Duriangkang –Bumi Perkemahan ;
12. Tanjung Uma;
13. Workshop PU – Marina;
14. Tg. Piayu – Waduk Tembesi;
15. Putri Hijau – Simp. Barelang;
16. P. Bundar – P. Rempang;
17. Mesjid Agung Tanjung Uncang – Marina;
18. Komp. Industri Kabil;
19. Kabil – Pertamina Tongkang;
20. Simp Perumnas – Nato Sagulung;
21. Kavling Baru – Perumnas Sagulung;
22. Kavling Baru – Mandalay Sagulung;
23. Komplek Fanindo – Basecamp Marina; dan
24. Pel. Batu Ampar – Sp. Baloi Centre (Jl.
Duyung).
(4) Jaringan jalan kolektor, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, meliputi:
a. jaringan jalan kolektor primer meliputi ruas
jalan:
1. ruas jalan Tanjung Berikat-Sp. Sembulang; dan
2. ruas jalan Sp. Sembulang – Pel. Galang.
3. Simp. Muka Kuning – Tanjungpiayu (Jl.
S.Parman);
4. Simp. Marina City – Simp. Base Camp;
5. Simp. Industri Taiwan – Simp. Batu Besar (Jl. Hang Kesturi);
6. Simp. Arteri KDA – Simp. BI – Bundaran
OB (Jl. Raja Isa, Jl. Engku Putri Timur, Jl. Engku Putri Utara);
7. Simp. Trans Barelang – Kantor Camat Galang (Jl.Batin Limat);
8. Simp. Tobing – Simp. Taman Makam Pahlawan;
9. Simp. Unrika – Sp. Mkgr Batuaji; dan
10. Simp.Pertamina Tongkang – Kawasan Industri Bosowa Kabil.
11. Simp. Sei Harapan – Sei Temiang (Kh. Ahmad Dahlan);
12. Simp. Kalista – Simp. Frangky – Simp. Underpass Pelita (Jl. Laksamana Bintan) – Simp. Telkom (Jl.Sriwijaya);
13. Simp. Patung Kuda Sei. Panas – Simp. Bengkong Seken (Jl. Raya Sei Panas);
14. Simp. Garama – Golden Prawn (Jl. Yos Sudarso, Jl.Sumatera);
15. Pelabuhan Sagulung – Simp. Polsek Tanjung Uncang;
16. Simp. Jam – Simp. Masjid Raya Batam
Kota (Jl. Raja Haji Fisabilillah);
17. Simp. Kalista – Simp. Kantor Camat Batam
Kota (Jl. Orchard Boulevard);
18. Simp. Trakindo/Bintang Industri – Tj.
Sengkuang (Jl. Kerapu);
19. Simp. Bundaran OB – Sp. Baru Ocarina (Jl. Ibnu Sutowo);
20. Simp. KDA – Simp. Arteri Dotamana (Jl. Selasih, Jl. Raja M.Saleh);
21. Simp. Dotamana – Simp. SMAN 3 – Simp. Bandara (Jl. Tengku Sulung, Jl. Hang
Nadim);
22. Bundaran Tuah Madani – Ocarina;
23. Simp. Kawasan Industri – Indah Puri
(Patam Lestari);
24. Simp. Mitra Mall – Simp. Hidayatullah Batuaji;
25. Jalan Lingkar Kawasan Industri Batamex Tanjung Uncang;
26. Simp. Indomobil – Simp. Baloi Center (Jl.Bunga Raya);
b. jaringan jalan kolektor sekunder meliputi seluruh ruas jalan yang berada di seluruh Kecamatan
(5) Jaringan jalan lokal berupa jaringan jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi seluruh ruas jalan yang berada di seluruh Kecamatan.
(6) Jaringan jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, yaitu ruas jalan meliputi:
a. ruas jalan Pelabuhan Batu Ampar –Muka
Kuning–Bandara Hang Nadim; dan
b. Sp Kabil-Kawasan Industri Muka Kuning-Pulau
Galang Baru.
(7) Jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e meliputi jembatan Sp. Kabil-Pulau Tanjung Sauh-Bintan.
(8) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi:
a. terminal tipe B berada di Kecamatan Nongsa;
dan
b. terminal tipe C berada di Kecamatan Batu
Ampar dan Kecamatan Galang.
(9) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berada di Kecamatan Nongsa,
Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Sekupang.
Pasal 15
(1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, meliputi:
a. jaringan jalur kereta api umum; dan
b. stasiun kereta api.
(2) Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu jaringan jalur kereta api perkotaan, yang meliputi:
a. jalur kereta api Batu Ampar – Bengkong – Lubuk Baja – Batam Kota – Bandara Hang Nadim;
b. jalur kereta api Batam Centre – Batu Aji – Sagulung – Tanjung Uncang;
c. jalur kereta api Batu Ampar – Sekupang;
d. jalur kereta api Pelabuhan Telaga Punggur – Batam Centre;
e. jalur kereta api Pelabuhan Telaga Punggur – Batu Besar - Bandara Hang Nadim;
f. jalur kereta api Sambau – Bandara Hang Nadim; dan
g. jalur kereta api Batu Ampar – Bengkong - Batam Centre - Bandara Hang Nadim.
(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, yaitu stasiun penumpang, yang berada di:
a. Kecamatan Nongsa;
b. Kecamatan Sungai Beduk;
c. Kecamatan Batam Kota;
d. Kecamatan Batu Ampar;
e. Kecamatan Lubuk Baja;
f. Kecamatan Sagulung;
g. Kecamatan Bengkong;
h. Kecamatan Batu Aji; dan
i. Kecamatan Sekupang.
Pasal 16
(1) Sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c
meliputi:
a. lintas penyeberangan; dan
b. pelabuhan penyeberangan.
(2) Lintas penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Telaga Punggur – Kabupaten Anambas (Provinsi Kepulauan Riau);
b. Telaga Punggur – Tanjung Pinang (Provinsi Kepulauan Riau);
c. Telaga Punggur – Tanjung Uban (Kabupaten
Bintan);
d. Telaga Punggur – Kabupaten Lingga (Provinsi
Kepulauan Riau);
e. Telaga Punggur – Kabupaten Karimun; dan
f. Telaga Punggur – Mengkapan (Provinsi Riau).
(3) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pelabuhan
penyeberangan kelas I yaitu Pelabuhan Telaga Punggur berada di Kecamatan Nongsa
Pasal 17
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, meliputi:
a. pelabuhan laut;
b. terminal khusus; dan
c. alur pelayaran.
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pelabuhan utama berada di Kecamatan Batu Ampar;
b. pelabuhan pengumpul berada di Kecamatan Belakang Padang;
c. pelabuhan pengumpan regional berada di Kecamatan Bengkong;
d. pelabuhan pengumpan lokal berada di
Kecamatan Sagulung, Kecamatan Lubuk Baja, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Aji,
Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Galang, Kecamatan Batu
Ampar, Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan Bengkong dan Kecamatan Bulang; dan
e. terminal umum berada di Kecamatan
Sekupang, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Batam Kota, Kecamatan Bengkong dan
Kecamatan Galang.
(3) Terminal khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berada di:
a. Kecamatan Sekupang;
b. Kecamatan Bulang;
c. Kecamatan Sagulung;
d. Kecamatan Batu Aji;
e. Kecamatan Nongsa;
f. Kecamatan Belakang Padang;
g. Kecamatan Batu Ampar;
h. Kecamatan Galang;
i. Kecamatan Lubuk Baja;
j. Kecamatan Bengkong;
k. Kecamatan Sungai Beduk; dan
l. Kecamatan Batam Kota.
(4) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi:
a. Batam – Malaysia;
b. Batam – Singapura;
c. Batam – Provinsi DKI Jakarta;
d. Batam – Natuna (Provinsi Kepulauan Riau);
e. Batam – Karimun (Provinsi Kepulauan Riau);
f. Batam – Tanjungpinang (Provinsi Kepulauan Riau);
g. Batam – Bintan (Provinsi Kepulauan Riau);
h. Batam – Lingga (Provinsi Kepulauan Riau);
i. Batam – Anambas (Provinsi Kepulauan Riau);
j. Batam – Riau;
k. Batam – Sumatera Utara;
l. Batam – Sumatera Selatan;
m. Batam – Bangka Provinsi Bangka Belitung;
n. Batam – Kalimantan Barat; dan
o. Pengembangan alur pelayaran alternatif
lainnya berdasarkan kajian teknis dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, meliputi:
a. bandar udara; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf a, meliputi bandar udara pengumpul skala pelayanan primer berada di Kecamatan Nongsa.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. ruang udara untuk penerbangan yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara; dan
b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan.
(4) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi pengaturan dan
pengelolaan kawasan keselamatan operasi penerbangan lebih lanjut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 19
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b meliputi:
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi;
dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang
pengolahan dan/atau tempat penyimpanan ditetapkan meliputi:
1. Grissik (Sumatera Selatan)–Batam–
Singapura;
2. West Natuna Transport System (WNTS)
terhubung ke Pulau Pemping – Jaringan Tanjung Uncang Batam;
3. Natuna Blok D–Alfa (East Natuna) – Kabupaten Natuna – Kabupaten Kepulauan
Anambas – Kota Batam – Kota Tanjungpinang –Kabupaten Bintan – Kabupaten Karimun – Duri (Riau);
b. jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan ke konsumen meliputi:
1. Kecamatan Nongsa;
2. Kecamatan Batam Kota;
3. Kecamatan Bengkong;
4. Kecamatan Batu Ampar;
5. Kecamatan Lubuk Baja;
6. Kecamatan Sekupang;
7. Kecamatan Sagulung;
8. Kecamatan Batu Aji;
9. Kecamatan Sungai Beduk;
10. Kecamatan Belakang Padang;
11. Kecamatan Bulang; dan
12. Kecamatan Galang.
c. Depo minyak dan gas (migas) yang meliputi terminal minyak dan gas yang terdapat di di
Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Nongsa dan
Kecamatan Sekupang;
d. Rencana Liquefied Natural Gas (LNG) Receiving
Terminal di Kota Batam;dan
e. Pengembangan Compressed Natural Gas (CNG) di Kota Batam.
(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. infrastruktur pembangkit tenaga listrik dan
sarana pendukungnya, meliputi:
1. PLTU Tanjung Kasam I di Kecamatan Nongsa;
2. PLTU Tanjung Kasam II di Kecamatan Nongsa;
3. PLTU Pulau Rempang di Kecamatan Galang;
4. PLTU Pulau Galang di Kecamatan Galang;
5. PLTG Kepala Jeri di Kecamatan Belakang Padang;
6. PLTG Panaran I di Kecamatan Sagulung;
7. PLTG Panaran II di Kecamatan Sagulung;
8. PLTG Tanjung Uncang di Kecamatan Batu Aji;
9. PLTD Sungai Baloi di Kecamatan Batam Kota;
10. PLTD Batu Ampar I di Kecamatan Batu
Ampar;
11. PLTD Batu Ampar II di Kecamatan Batu
Ampar;
12. PLTD Tanjung Sengkuang di Kecamatan
Batu Ampar;
13. PLTD Sekupang di Kecamatan Sekupang;
14. PLTD Belakang padang di Kecamatan
Belakang Padang;
15. PLTD Pulau Terong di Kecamatan
Belakang Padang;
16. PLTD Pulau Pecong di Kecamatan
Belakang Padang;
17. PLTD Pulau Kasu di Kecamatan Belakang Padang;
18. PLTD Pulau Karas di Kecamatan Galang;
19. PLTD Pulau Sembulang di Kecamatan
Galang.;
20. PLTD Pulau Abang di Kecamatan Galang;
21. PLTD Pulau Buluh di Kecamatan Bulang;
22. PLTG Sungai Baloi di Kecamatan Batam Kota;
23. PLTG Panaran di Kecamatan Sagulung;
24. PLTG Kabil Citra Nusa;
25. PLTU Panaran di Kecamatan Sagulung;
26. PLTG Tanjung Uncang I di Kecamatan
Batu Aji;
27. PLTG Tanjung Uncang II di Kecamatan Batu Aji;
28. PLTSa (sampah) TPA Telaga Punggur di Kecamatan Nongsa;
29. PLTSa Pulau Bulan di Kecamatan Bulang;
30. PLTG Sungai Baloi di Kecamatan Batam
Kota;
31. PLTG Batu Ampar I di Kecamatan Batu
Ampar;
32. PLTG Batu Ampar II di Kecamatan Batu Ampar;
33. PLTG Tanjung Sengkuang di Kecamatan Batu Ampar;
34. PLTG Sekupang di Kecamatan Sekupang;
35. PLTG New 1, PLTG/E Kabil, PLTG/E
PLNB, PLTG New 2;
36. PLTD Jembo, PLTD Sekupang I, PLTD Sekupang II; dan
37. Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan di Kota Batam.
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya, meliputi:
1. jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga listrik antar sistem, meliputi:
a) saluran udara tegangan tinggi (SUTT) berada di :
1) Baloi – Sengkuang – Sungai Panas – Bengkong;
2) Baloi – Baloi Permai – Taman Baloi;
3) Batu Besar – Tanjung Kasam;
4) Tanjung Kasam – Muka Kuning – Sungai Beduk;
5) Muka Kuning – Panaran – Muka kuning – Hutan Tembesi;
6) Panaran – Batu Aji – Sagulung – Hutan Wisata Muka Kuning;
7) Batu Aji – Sungai Harapan;
8) Sungai Harapan – Baloi;
9) Batu Aji – Tanjung Uncang;
10) Batu Besar – Nongsa;
11) Tanjung Kasam – Batam –
Bintan; dan
12) Panaran – Rempang Galang.
b) Gardu Induk (GI) berada di :
1) GI Baloi di Kecamatan Batam
Kota;
2) GI Sungai Harapan di
Kecamatan Sekupang;
3) GI Tanjung Sengkuang di
Kecamatan Batu Ampar;
4) GI Sambau di Kecamatan Nongsa;
5) GI Tanjung Uma di Kecamatan Lubuk Baja;
6) GI Nongsa di Kecamatan Nongsa;
7) GI Tanjung Kasam di Kecamatan
Nongsa;
8) GI Muka Kuning di Kecamatan Sungai Beduk;
9) GI Panaran di Kecamatan Sagulung;
10) GI Tanjung Uncang di Kecamatan Batu Aji;
11) GI Tanjung Uncang I di Kecamatan Batu aji;
12) GI Duriangkang di Kecamatan
Sungai Beduk;
13) GI Kabil di Kecamatan Nongsa;
14) GI Rempang di Kecamatan Galang;
15) GI Batu Besar di Kecamatan Nongsa; dan
16) GI Galang di Kecamatan Galang.
2. jaringan distribusi tenaga listrik, meliputi:
a) saluran distribusi lainnya berada di:
1) Sistem jaringan Interkoneksi
Batam-Bintan; dan
2) Sistem jaringan distribusi
Batam-Belakang Padang.
Paragraf 3 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 20
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, meliputi:
a. jaringan tetap; dan
b. jaringan bergerak.
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada di:
a. jaringan kabel tetap lokal meliputi seluruh wilayah kecamatan yang terletak di Pulau
Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Setokok, Pulau Rempang, Pulau Galang,
Pulau Janda Berhias, Pulau Bulan, Pulau Belakang Padang dan Pulau Galang Baru.
b. jaringan kabel serat optik bawah laut meliputi:
1. koridor Batam – Singapura, dengan titik landas (landing point) di Kelurahan Batu
Besar, Kecamatan Nongsa dan titik landas (landing point) di Kelurahan
Tanjung Pinggir, Kecamatan Sekupang;
2. koridor Batam – Malaysia (Rengit), dengan
titik landas (landing point) di Tanjung Pinggir, Kecamatan Sekupang;
3. koridor Batam – Bintan, dengan titik
landas (landing point) di Tanjung Kasam, Kecamatan Nongsa; dan
4. koridor Batam – Jakarta, dengan titik landas (landing point) di Tanjung Kasam,
Kecamatan Nongsa.
(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. jaringan bergerak teresterial yang berada di seluruh kecamatan; dan
b. jaringan seluler berupa jaringan bergerak
meliputi sambungan nirkabel dan menara Base Transceiver Station (BTS) yang dikelola
dengan sistem menara telekomunikasi bersama berada di seluruh kecamatan.
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 21
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf d, meliputi sistem jaringan sumber daya air Kota.
(2) Sistem jaringan sumber daya air Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. sumber air permukaan, meliputi:
1. Sungai Nongsa di Kecamatan Nongsa;
2. Sungai Sagulung di Kecamatan Sagulung;
3. Waduk Sungai Harapan berada di Kecamatan Sekupang;
4. Waduk Sungai Ladi berada di Kecamatan Sekupang dan Kecamatan Lubuk Baja;
5. Waduk Nongsa berada di Kecamatan Nongsa;
6. Waduk Muka Kuning berada di Kecamatan Sungai Beduk;
7. Waduk Piayu berada di Kecamatan Sungai Beduk dan Kecamatan Bulang;
8. Waduk Duriangkang berada di
Kecamatan Sungai Beduk;
9. Waduk Sungai Rempang berada di
Kecamatan Galang;
10. Waduk Sungai Cia berada di Kecamatan
Galang;
11. Waduk Pulau Abang berada di Kecamatan Galang;
12. Waduk Pulau Air Raja berada di Kecamatan Galang;
13. Waduk Sungai Galang berada di Kecamatan Galang;
14. Waduk DAM Galang-Galang Baru berada di Kecamatan Galang;
15. Waduk Sembulang berada di Kecamatan
Galang;
16. Waduk Sungai Gong berada di Kecamatan
Galang;
17. Waduk Sekanak I, Waduk Sekanak II,
Waduk Pulau Pemping, Waduk Pulau Lumba, Waduk Pulau Mecan berada di Kecamatan Belakang Padang;
18. Waduk Pulau Bulang Lintang dan Waduk Pulau Bulan berada di Kecamatan
Bulang;
19. Waduk Tembesi berada di Kecamatan
Sagulung dan Kecamatan Sungai Beduk; dan
20. Waduk/embung berada di pulau terluar
dan pulau kecil.
b. prasarana sumber daya air, meliputi sistem
pengendalian banjir berupa sistem jaringan drainase dan kolam retensi yang
dikembangkan untuk mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan akibat daya rusak air;
c. jaringan air baku untuk air minum berada di:
1. Kecamatan Sekupang;
2. Kecamatan Sungai Beduk;
3. Kecamatan Nongsa;
4. Kecamatan Belakang Padang;
5. Kecamatan Bulang;
6. Kecamatan Sagulung; dan
7. Kecamatan Galang.
Paragraf 5
Infrastruktur Perkotaan
Pasal 22
(1) Infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e, meliputi :
a. SPAM;
b. SPALD;
c. sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
d. sistem jaringan persampahan kota;
e. sistem jaringan evakuasi bencana;
f. sistem jaringan drainase;
g. sistem jaringan pejalan kaki; dan
h. sistem jaringan jalur sepeda.
(2) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. jaringan perpipaan meliputi :
1. unit air baku berada di:
a) Waduk Sungai Harapan berada di
Kecamatan Sekupang
b) Waduk Sungai Ladi berada di
Kecamatan Sekupang;
c) Waduk Nongsa berada di Kecamatan Nongsa;
d) Waduk Muka Kuning berada di Kecamatan Sungai Beduk;
e) Waduk Piayu berada di Kecamatan Sungai Beduk;
f) Waduk Duriangkang berada di Kecamatan Sungai Beduk;
g) Waduk Sungai Rempang, Waduk
Sungai Cia, Waduk Pulau Abang, Waluk Pulau Air Raja, Waduk
Sungai Galang, Waduk Pulau Sembulang dan Waduk Sungai Gong
berada di Kecamatan Galang;
h) Waduk Sekanak I berada di Pulau Sekanak Kecamatan Belakang
Padang;
i) Waduk Sekanak II berada di Pulau
Sekanak Kecamatan Belakang Padang;
j) Waduk Pulau Pemping berada di Pulau Pemping Kecamatan Belakang Padang;
k) Waduk Pulau Lumba, Waduk Pulau Mecan berada di Kecamatan
Belakang Padang;
l) Waduk Pulau Bulang Lintang berada
di Kecamatan Bulang;
m) Waduk DAM Galang-Galang Baru berada di kecamatan Galang;
n) Waduk Tembesi berada di Kecamatan Sagulung dan Kecamatan Sungai
Beduk; dan
o) Waduk/embung yang berada di
pulau-pulau di luar Pulau Batam, Rempang dan Galang.
2. unit produksi/IPA berada di:
a) Kecamatan Sekupang meliputi IPA Sungai Harapan dan IPA Sungai
Ladi;
b) Kecamatan Lubuk Baja meliputi IPA
Sungai Ladi;
c) Kecamatan Sungai Beduk, IPA Duriangkang, dan IPA Tanjung Piayu;
d) Kecamatan Nongsa meliputi IPA Nongsa;
e) Kecamatan Batu Aji meliputi IPA Waduk Muka Kuning;
f) Kecamatan Sagulung meliputi IPA Tembesi, IKK Tiangwangkang;
g) Kecamatan Belakang Padang
meliputi IPA Sekanak I, IPA Sekanak II, IPA Pulau Pemping, dan IPA Pulau
Mecan, IPA Embung Pulau Karas, IPA Embung Pulau Terong, IPA Pulau
Kasu, IPA Pulau Geranting dan IPA Pulau Pecung;
h) Kecamatan Bulang meliputi IPA
Bulang Lintang dan IPA Embung Setokok; dan
i) Kecamatan Galang meliputi IPA Sungai Rempang, IPA Sungai Cia, IPA
Sungai Gong, IPA Sungai Galang dan IPA Air Raja, IPA Embung
Sembulang, IPA Pulau Abang, IPA Pulau Subang Mas dan IPA Sei
Monggak/Rempang.
3. unit distribusi berada di:
a) Kecamatan Sekupang;
b) Kecamatan Sagulung;
c) Kecamatan Sungai Beduk;
d) Kecamatan Nongsa;
e) Kecamatan Batam Kota;
f) Kecamatan Bengkong;
g) Kecamatan Batu Ampar;
h) Kecamatan Lubuk Baja;
i) Kecamatan Belakang Padang;
j) Kecamatan Bulang; dan
k) Kecamatan Galang.
b. bukan jaringan perpipaan meliputi
pengolahan air laut menjadi air minum Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di Kecamatan
Nongsa, Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Bulang, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan
Galang.
(3) SPALD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Nongsa;
c. Kecamatan Lubuk Baja;
d. Kecamatan Sekupang;
e. Kecamatan Galang;
f. Kecamatan Sagulung;
g. Kecamatan Batu Ampar;
h. Kecamatan Bulang;
i. Kecamatan Bengkong;
j. Kecamatan Sagulung;
k. Kecamatan Sungai Beduk;
l. Kecamatan Belakang Padang; dan
m. Kecamatan Batu Aji.
(4) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berada di Kecamatan Nongsa dan Kecamatan Bulang.
(5) Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. TPS berada di seluruh Kecamatan
b. TPA berada di:
1. Kecamatan Nongsa;
2. Kecamatan Belakang Padang;
3. Kecamatan Galang; dan
4. Kecamatan Bulang.
(6) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. jalur evakuasi bencana meliputi jaringan arteri primer, jalan kolektor primer dan jalan
lokal yang tersebar di seluruh kecamatan yang dilengkapi dengan petunjuk arah dan jalur
evakuasi menuju ruang evakuasi; dan
b. ruang evakuasi bencana meliputi sarana
prasarana umum dan perkantoran yang dilengkapi fasilitas pendukung evakuasi bencana yang berada seluruh kecamatan.
(7) Sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :
a. jaringan drainase primer, meliputi:
1. Kecamatan Batu Aji;
2. Kecamatan Sekupang;
3. Kecamatan Sungai Beduk;
4. Kecamatan Sagulung;
5. Kecamatan Batu Ampar;
6. Kecamatan Bengkong;
7. Kecamatan Nongsa;
8. Kecamatan Batam Kota; dan
9. Kecamatan Lubuk Baja.
b. jaringan drainase sekunder, meliputi:
1. Kecamatan Batu Aji;
2. Kecamatan Sekupang;
3. Kecamatan Sungai Beduk;
4. Kecamatan Sagulung;
5. Kecamatan Batu Ampar;
6. Kecamatan Bengkong;
7. Kecamatan Nongsa;
8. Kecamatan Batam Kota; dan
9. Kecamatan Lubuk Baja.
c. jaringan drainase tersier, meliputi saluran drainase pada jalan lingkungan di seluruh
kecamatan
(8) Sistem jaringan pejalan kaki berupa ruas pejalan
kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi sisi ruas jalan:
a. jalan Gajahmada;
b. jalan Laksamana Bintan;
c. jalan Haji Fisabilillah;
d. jalan Abulyatama;
e. jalan Ibnu Sutowo;
f. jalan Ahmad Yani;
g. jalan Raden Patah;
h. jalan Pasir Putih;
i. jalan Bunga Raya;
j. jalan Brigjen Katamso;
k. jalan Engku Putri;
l. jalan Engku Putri Barat;
m. jalan Engku Putri Utara;
n. jalan Engku Putri Timur;
o. jalan Sultan Abdurrahman;
p. jalan Raja Ali Haji;
q. jalan Imam Bonjol;
r. jalan Pembangunan; dan
s. Baloi Centre - Sp. Sei Ladi (UIB).
(9) Sistem jaringan jalur sepeda berupa ruas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:
a. Tanjung Uncang – Sp.Basecamp – Sp. Sungai Harapan – Pelabuhan Sekupang;
b. Sp. Sungai Harapan – Sp. Jam;
c. Sp. Basecamp – Sp. Kabil;
d. Sp. Tembesi – Pulau Galang Baru;
e. Sp. Mukakuning – Tanjung Piayu;
f. Sp. Pelabuhan Batu Ampar – Sp. Jam – Sp.
Kabil – Sp. Punggur;
g. Sp. Punggur – Sp. Batu Besar;
h. Sp. Punggur – Sp. Pelabuhan Punggur;
i. Sp. Nongsa Point Marina – Sp. Batu Besar –
Sp. Taiwan;
j. Jl. Lingkar Punggur; dan
k. Bundaran Tuah Madani – Bengkong Sadai.
BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA
Bagian Kesatu Umum
Pasal 23
(1) Rencana pola ruang wilayah Kota, meliputi:
a. kawasan peruntukan lindung; dan
b. kawasan peruntukan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Pola Ruang dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua Kawasan Peruntukan Lindung
Pasal 24
Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi;
d. kawasan cagar budaya;
e. kawasan ekosistem mangrove;
f. Ruang terbuka hijau; dan
g. Badan air.
Pasal 25
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a yaitu kawasan hutan lindung dengan luas lebih kurang 19.395 (sembilan
belas ribu tiga ratus sembilan puluh lima) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Bengkong;
d. Kecamatan Bulang;
e. Kecamatan Galang;
f. Kecamatan Lubuk Baja;
g. Kecamatan Nongsa;
h. Kecamatan Sagulung;
i. Kecamatan Sungai Beduk; dan
j. Kecamatan Sekupang.
(2) Perubahan peruntukan dan fungsi serta penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b meliputi
a. sempadan sungai; dan
b. kawasan sekitar waduk.
(2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas lebih kurang 9 (sembilan) hektar yang berada di Kecamatan
Nongsa dan Kecamatan Sagulung.
(3) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dengan luas lebih kurang 75 (tujuh puluh lima) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Lubuk Baja;
b. Kecamatan Sekupang;
c. Kecamatan Bulang;
d. Kecamatan Belakang Padang; dan
e. Kecamatan Galang.
Pasal 27
(1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf c yang terdiri dari:
a. Kawasan Pelestarian Alam; dan
b. Kawasan Taman Buru.
(2) Kawasan Pelestarian Alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi Taman Wisata Alam dengan luas lebih kurang 901 (sembilan ratus satu) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Sungai Beduk; dan
d. Kecamatan Sekupang.
(3) Kawasan Taman Buru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas lebih kurang 2.642
(dua ribu enam ratus empat puluh dua) hektar yang berada di Kecamatan Galang.
Pasal 28
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf d, meliputi:
a. tempat pertemuan Raja Lingga dan Raja Johor yang berada di Kecamatan Bulang;
b. bangunan peninggalan tentara Jepang yang berada di Kecamatan Galang;
c. makam Nong Isa yang berada di Kecamatan Nongsa;
d. makam Haji Daeng Puang yang berada di Pulau Bulang Lintang Kecamatan Bulang; dan
e. lokasi bekas perumahan pengungsi Vietnam
yang berada di Pulau Galang Kecamatan Galang.
Pasal 29
Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e, dengan luas lebih kurang 404
(empat ratus empat) hektar berada di:
a. Kecamatan Galang;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Bulang;
d. Kecamatan Belakang Padang; dan
e. Kecamatan Nongsa.
Pasal 30
(1) RTH Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f ditetapkan paling sedikit 30% (tiga puluh)
persen meliputi:
a. proporsi RTH publik seluas paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas kawasan
terbangun Kota; dan
b. proporsi RTH privat seluas paling sedikit 10%
(sepuluh persen).
(2) Proporsi RTH publik seluas paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari luas kawasan terbangun Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas lebih kurang 5.299 (lima ribu dua ratus
sembilan puluh sembilan) hektar meliputi: taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman
kecamatan, taman kota, hutan kota, median jalan, jalur hijau kota, zona penyangga hijau (buffer zone),
lapangan olahraga, sempadan sungai, sempadan
waduk, mangrove dan pemakaman yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Bulang;
d. Kecamatan Galang;
e. Kecamatan Lubuk Baja;
f. Kecamatan Nongsa;
g. Kecamatan Sagulung;
h. Kecamatan Sungai Beduk; dan
i. Kecamatan Sekupang.
(3) Proporsi RTH privat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas 10 % (sepuluh persen) dari luas kawasan terbangun di seluruh
kecamatan.
(4) RTH yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut kawasan hutan lindung/
kawasan ruang terbuka hijau seluas lebih kurang 33 (tiga puluh tiga) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batu Aji;
b. Kecamatan Bulang;
c. Kecamatan Galang;
d. Kecamatan Nongsa;
e. Kecamatan Sagulung;
f. Kecamatan Sungai Beduk; dan
g. Kecamatan Sekupang.
(5) RTH yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produksi yang
dapat Dikonversi selanjutnya disebut Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi/ kawasan
ruang terbuka hijau seluas lebih kurang 18 (delapan belas) hektar berada di Kecamatan
Galang.
(6) RTH yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan masih ditetapkan sebagai
perairan selanjutnya disebut kawasan reklamasi perairan/ruang terbuka hijau dengan luas lebih
kurang 47 (empat puluh tujuh) hektar
(7) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Perubahan peruntukan dan fungsi perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang–undangan.
Pasal 31
(1) Badan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g dengan luas lebih kurang 4.671 (empat ribu enam ratus tujuh puluh satu) hektar yang
berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Belakang Padang;
d. Kecamatan Bulang;
e. Kecamatan Galang;
f. Kecamatan Lubuk Baja;
g. Kecamatan Nongsa;
h. Kecamatan Sagulung;
i. Kecamatan Sungai Beduk; dan
j. Kecamatan Sekupang.
(2) Badan air yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung
selanjutnya disebut kawasan hutan lindung/badan air seluas lebih kurang 68 (enam puluh delapan)
hektar di:
a. Kecamatan Lubuk Baja;
b. Kecamatan Sagulung;
c. Kecamatan Sungai Beduk; dan
d. Kecamatan Sekupang.
(3) Badan Air/Kawasan Sumber Daya Air dengan luas lebih kurang 1.941 (seribu sembilan ratus empat
puluh satu) hektar yang berada di Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan Nongsa dan Kecamatan
Bulang.
(4) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Kawasan Peruntukan Budidaya
Pasal 32
Kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan pertanian;
c. kawasan peruntukan industri;
d. kawasan pariwisata;
e. kawasan permukiman;
f. kawasan pertahanan dan keamanan; dan
g. kawasan pertambangan dan energi.
Pasal 33
(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a meliputi:
a. kawasan hutan produksi terbatas;
b. kawasan hutan produksi tetap; dan
c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas lebih kurang 9.101 (sembilan ribu seratus satu) hektar
yang berada di:
a. Kecamatan Galang;
b. Kecamatan Bulang;
c. Kecamatan Belakang Padang;
d. Kecamatan Sungai Beduk;
e. Kecamatan Batu Aji; dan
f. Kecamatan Nongsa.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas lebih
kurang 2.361 (dua ribu tiga ratus enam puluh satu) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Belakang Padang;
b. Kecamatan Sekupang;
c. Kecamatan Nongsa;
d. Kecamatan Sungai Beduk;
e. Kecamatan Bulang; dan
f. Kecamatan Galang.
(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dengan luas lebih kurang 11.514 (sebelas ribu lima ratus empat belas) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Galang;
b. Kecamatan Bulang;
c. Kecamatan Belakang Padang;
d. Kecamatan Sungai Beduk;
e. Kecamatan Batu Aji;
f. Kecamatan Sekupang; dan
g. Kecamatan Nongsa.
(5) Perubahan peruntukan dan fungsi serta penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b meliputi:
a. kawasan perkebunan; dan
b. kawasan peternakan.
(2) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas lebih kurang 1.622 (seribu enam ratus dua puluh dua) hektar yang
berada di:
a. Kecamatan Bulang;
b. Kecamatan Galang;
c. Kecamatan Batu Aji;
d. Kecamatan Nongsa; dan
e. Kecamatan Belakang Padang.
(3) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas lebih kurang 6.009 (enam ribu sembilan) hektar yang berada di
Kecamatan Bulang.
Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf c, dengan luas lebih kurang 11.603 (sebelas ribu enam ratus tiga )
hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Batu Ampar;
d. Kecamatan Belakang Padang;
e. Kecamatan Bengkong;
f. Kecamatan Bulang;
g. Kecamatan Galang;
h. Kecamatan Lubuk Baja;
i. Kecamatan Nongsa;
j. Kecamatan Sagulung;
k. Kecamatan Sungai Beduk; dan
l. Kecamatan Sekupang.
(2) Kawasan peruntukan industri yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut
kawasan hutan lindung/kawasan peruntukkan Industri seluas lebih kurang 663 (enam ratus enam
puluh tiga) hektar berada di:
a. Kecamatan Batu Aji;
b. Kecamatan Bulang;
c. Kecamatan Galang;
d. Kecamatan Sagulung; dan
e. Kecamatan Sungai Beduk.
(3) Kawasan peruntukan industri yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
selanjutnya disebut Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi/Kawasan peruntukan industri
seluas lebih kurang 1.151 (seribu seratus lima puluh satu) hektar di Kecamatan Galang.
(4) Kawasan peruntukan industri yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan masih ditetapkan sebagai perairan selanjutnya disebut
kawasan reklamasi perairan/kawasan peruntukan industri dengan luas lebih kurang 3.628 (tiga ribu
enam ratus dua puluh delapan) hektar.
(5) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Perubahan peruntukan dan fungsi perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 36
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf d dengan luas lebih kurang 8.389 (delapan ribu tiga ratus delapan puluh sembilan)
hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Belakang Padang;
d. Kecamatan Bulang;
e. Kecamatan Galang;
f. Kecamatan Lubuk Baja;
g. Kecamatan Nongsa;
h. Kecamatan Sagulung;
i. Kecamatan Sungai Beduk; dan
j. Kecamatan Sekupang.
(2) Kawasan pariwisata yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut kawasan hutan
lindung/pariwisata seluas lebih kurang 190 (seratus sembilan puluh) hektar berada di:
a. Kecamatan Bulang;
b. Kecamatan Galang;
c. Kecamatan Nongsa;
d. Kecamatan Sagulung;
e. Kecamatan Sungai Beduk; dan
f. Kecamatan Sekupang.
(3) Kawasan pariwisata yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan masih ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi selanjutnya
disebut Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi/kawasan pariwisata seluas lebih
kurang 1.302 (seribu tiga ratus dua) hektar di Kecamatan Galang dan Kecamatan Belakang Padang.
(4) Kawasan pariwisata yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan masih ditetapkan
sebagai perairan selanjutnya disebut kawasan reklamasi perairan/kawasan pariwisata dengan
luas lebih kurang 397 (tiga ratus sembilan puluh tujuh) hektar.
(5) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Perubahan peruntukan dan fungsi perairan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37
(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf e, meliputi:
a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan perkantoran;
d. kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial;
e. kawasan transportasi;
f. kawasan evakuasi bencana; dan
g. kawasan sektor informal.
(2) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas lebih kurang 15.694
(lima belas ribu enam ratus sembilan puluh empat) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Batu Ampar;
d. Kecamatan Belakang Padang;
e. Kecamatan Bengkong;
f. Kecamatan Bulang;
g. Kecamatan Galang;
h. Kecamatan Lubuk Baja;
i. Kecamatan Nongsa;
j. Kecamatan Sagulung;
k. Kecamatan Sungai Beduk; dan
l. Kecamatan Sekupang.
(3) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas lebih
kurang 4.161 (empat ribu seratus enam puluh satu) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Batu Ampar;
d. Kecamatan Belakang Padang;
e. Kecamatan Bengkong;
f. Kecamatan Bulang;
g. Kecamatan Galang;
h. Kecamatan Lubuk Baja;
i. Kecamatan Nongsa;
j. Kecamatan Sagulung;
k. Kecamatan Sungai Beduk; dan
l. Kecamatan Sekupang.
(4) Kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas lebih kurang 116
(seratus enam belas) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Nongsa;
b. Kecamatan Batam Kota;
c. Kecamatan Sekupang;
d. Kecamatan Batu Aji;
e. Kecamatan Sagulung; dan
f. Kecamatan Batu Ampar.
(5) Kawasan Hutan Lindung/Kawasan Perkantoran dengan luas lebih kurang 6 (enam) hektar yang
berada di Kecamatan Galang.
(6) Kawasan fasilitas umum dan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d dengan luas lebih kurang 829 (delapan ratus dua puluh sembilan)
hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Belakang Padang;
d. Kecamatan Bengkong;
e. Kecamatan Galang;
f. Kecamatan Lubuk Baja;
g. Kecamatan Nongsa;
h. Kecamatan Sagulung;
i. Kecamatan Sungai Beduk; dan
j. Kecamatan Sekupang.
(7) Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e dengan luas lebih kurang 2.453 (dua ribu empat ratus lima puluh tiga) hektar yang
berada di:
a. Kecamatan Batam Kota;
b. Kecamatan Batu Aji;
c. Kecamatan Batu Ampar;
d. Kecamatan Bulang;
e. Kecamatan Galang;
f. Kecamatan Lubuk Baja;
g. Kecamatan Nongsa; dan
h. Kecamatan Sekupang.
(8) Kawasan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f, meliputi sarana prasarana umum dan perkantoran yang dilengkapi fasilitas
pendukung evakuasi bencana yang berada seluruh kecamatan.
(9) Kawasan sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, berada di seluruh kecamatan, pengaturan ruang sektor informal akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
(10) Kawasan permukiman berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan
hutan, meliputi:
a. kawasan perumahan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam selanjutnya
disebut kawasan taman wisata alam /kawasan perumahan seluas lebih kurang 2
(dua) hektar di Kecamatan Batu Aji;dan
b. kawasan perumahan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut
kawasan hutan lindung /kawasan perumahan seluas lebih kurang 653 (enam
ratus lima puluh tiga) hektar berada di:
1. Kecamatan Batam Kota;
2. Kecamatan Batu Aji;
3. Kecamatan Bulang;
4. Kecamatan Galang;
5. Kecamatan Lubuk Baja;
6. Kecamatan Nongsa;
7. Kecamatan Sagulung;
8. Kecamatan Sungai Beduk; dan
9. Kecamatan Sekupang.
c. kawasan perdagangan dan jasa yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung
selanjutnya disebut kawasan hutan lindung /kawasan perdagangan dan jasa seluas lebih kurang 67 (enam puluh tujuh) hektar
berada di:
1. Kecamatan Batam Kota;
2. Kecamatan Batu Aji;
3. Kecamatan Nongsa;
4. Kecamatan Sungai Beduk;
5. Kecamatan Sekupang; dan
6. Kecamatan Galang.
d. kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan
lindung selanjutnya disebut kawasan hutan lindung/kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial seluas lebih kurang 14 (empat belas)
hektar berada di:
1. Kecamatan Galang; dan
2. Kecamatan Nongsa.
e. kawasan transportasi yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut
kawasan hutan lindung/Kawasan transportasi seluas lebih kurang 1 (satu)
hektar berada di Kecamatan Nongsa.
f. kawasan perumahan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi selanjutnya disebut Kawasan Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi/Kawasan perumahan seluas lebih kurang 4.534 (empat ribu lima ratus tiga puluh empat) hektar di Kecamatan Galang.
g. kawasan perdagangan dan jasa yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produksi
yang dapat Dikonversi selanjutnya disebut Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi/Kawasan perdagangan dan jasa
seluas lebih kurang 424 (empat ratus dua puluh empat) hektar di Kecamatan Galang.
h. kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi selanjutnya
disebut Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi/Kawasan fasilitas umum dan
fasilitas sosial seluas lebih kurang 41 (empat puluh satu) hektar di Kecamatan Galang.
i. kawasan transportasi yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai
Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi selanjutnya disebut Kawasan
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi/Kawasan transportasi seluas lebih
kurang 103 (seratus tiga) hektar di Kecamatan Galang.
(11) Kawasan permukiman berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan masih ditetapkan sebagai perairan, meliputi:
a. Kawasan perdagangan dan jasa yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan masih ditetapkan sebagai perairan selanjutnya disebut kawasan reklamasi perairan/kawasan perdagangan dan jasa
dengan luas lebih kurang 1.218 (seribu dua ratus delapan belas) hektar;
b. Kawasan perumahan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
masih ditetapkan sebagai perairan selanjutnya disebut kawasan reklamasi
perairan/kawasan perumahan dengan luas lebih kurang 657 (enam ratus lima puluh
tujuh) hektar;dan
c. Kawasan transportasi yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang–undangan
masih ditetapkan sebagai perairan selanjutnya disebut kawasan reklamasi
perairan/kawasan transportasi dengan luas lebih kurang 857 (delapan ratus lima puluh
tujuh) hektar.
(12) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(13) Perubahan peruntukan dan fungsi perairan
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 38
(1) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf f, dengan luas lebih kurang 380 (tiga ratus delapan puluh) hektar
meliputi:
a. Markas Komando Distrik Militer 0316/Batam
yang berada di Kecamatan Batu Ampar;
b. Markas Komando Pangkalan TNI Angkatan Laut Batam yang berada di Kecamatan Batu
Ampar;
c. Markas Kepolisian Daerah Kepulauan Riau
yang berada di Kecamatan Nongsa;
d. Markas Kepolisian Resort Kota Batam yang
berada di Kecamatan Batam Kota;
e. Batalyon Infanteri Raider Khusus 136/Tuah Sakti yang berada di Kecamatan Sagulung;
f. Markas Komando Satuan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Kepulauan Riau yang
berada di Kecamatan Sagulung;
g. Markas Komando Pangkalan Udara Militer
Hang Nadim yang berada di Kecamatan Nongsa;
h. Markas Komando Gugus Keamanan Laut
Komando Armada RI Kawasan Barat yang berada di Kecamatan Sekupang;
i. Markas Komando Gugus Keamanan Laut Komando Armada I yang berada di Kecamatan
Batam Kota;
j. Markas Komando Detasemen Gegana yang berada di Kecamatan Sagulung;
k. Batalyon Infanteri 10/Satria Bhumi Yudha dan Pangkalan Badan Keamanan Laut
Republik Indonesia yang berada di Kecamatan Bulang;
l. Pangkalan Angkatan Laut Pulau Nipah di Kecamatan Belakang Padang;
m. Koramil-01 di Kecamatan Lubuk Baja;
n. Koramil-02 di Kecamatan Sekupang;
o. Koramil-03 di Kecamatan Galang;
p. Koramil-04 di Kecamatan Belakang Padang; dan
q. Tempat latihan tembak TNI AD di Kecamatan Sungai Beduk.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut kawasan hutan lindung/kawasan pertahanan dan
keamanan seluas lebih kurang 1 (satu) hektar di Kecamatan Bulang.
(3) Kawasan pertahanan dan keamanan yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan masih ditetapkan sebagai perairan
selanjutnya disebut kawasan reklamasi perairan/kawasan pertahanan dan keamanan
dengan luas lebih kurang 88 (delapan puluh delapan) hektar
(4) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Perubahan peruntukan dan fungsi perairan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
(1) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf g, meliputi:
a. kawasan pembangkitan tenaga listrik; dan
b. kawasan pertambangan minyak dan gas
bumi.
(2) Kawasan pembangkitan tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas lebih kurang 93 (sembilan puluh tiga) hektar yang
berada di:
a. Kecamatan Nongsa;
b. Kecamatan Sagulung;
c. Kecamatan Sungai Beduk;
d. Kecamatan Batam Kota;
e. Kecamatan Lubuk Baja;
f. Kecamatan Batu Ampar;
g. Kecamatan Sekupang; dan
h. Kecamatan Batu Aji.
(3) Kawasan pertambangan Minyak dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas lebih kurang 15 (lima belas) hektar
yang berada di Kecamatan Belakang Padang.
(4) Kawasan pembangkitan tenaga listrik yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya
disebut kawasan hutan lindung/kawasan pembangkitan tenaga listrik seluas lebih kurang 18
(delapan belas) hektar di Kecamatan Batu Aji dan Kecamatan Sekupang.
(5) Kawasan pembangkitan tenaga listrik yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan masih ditetapkan sebagai perairan
selanjutnya disebut kawasan reklamasi perairan/kawasan pembangkitan listrik dengan
luas lebih kurang 6 (enam) hektar.
(6) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Perubahan peruntukan dan fungsi perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 40
(1) Penetapan kawasan strategis, meliputi:
a. Kawasan Strategis Nasional (KSN); dan
b. Kawasan Strategis Kota (KSK).
(2) Kawasan Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Batam,
Bintan dan Karimun.
b. Kawasan strategis tertentu dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan negara yaitu Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.
(4) Kawasan strategis Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
1. kawasan pariwisata bahari Kota Batam; dan
2. kawasan pengembangan industri Kota
Batam.
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan
sosial dan budaya meliputi Kawasan Sejarah Kamp Vietnam.
BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu Umum
Pasal 41
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota, meliputi :
a. program utama;
b. lokasi;
c. besaran;
d. sumber pendanaan;
e. instansi pelaksana; dan
f. waktu pelaksanaan.
(2) Program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. perwujudan struktur ruang wilayah Kota;
b. perwujudan pola ruang wilayah Kota; dan
c. perwujudan kawasan strategis Kota.
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi lokasi dimana usulan program utama
akan dilaksanakan.
(4) Besaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan perkiraan jumlah satuan masing masing usulan program utama
pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
(5) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi usulan program
pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota, Masyarakat
dan/atau sumber lain yang sah.
(6) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi pelaksana program utama
oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, dan Masyarakat.
(7) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e berupa usulan program yang
direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahun, terdiri dari 4 (empat) tahapan meliputi:
a. tahap pertama, yaitu tahun 2021 s/d Tahun 2025, diprioritaskan pada perencanaan dan
pembangunan infrastruktur perkotaan;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2026 s/d Tahun
2030 diprioritaskan pada monitoring, pengendalian pemanfaatan ruang dan pembangunan infrastruktur perkotaan;
c. tahap ketiga, yaitu tahun 2031 s/d Tahun 2035, diprioritaskan pada monitoring,
pengendalian pemanfaatan ruang dan pembangunan infrastruktur perkotaan; dan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2036 s/d Tahun 2041, diprioritaskan pada monitoring, pengendalian pemanfaatan ruang dan
pembangunan infrastruktur perkotaan.
(8) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua Indikasi Program Utama Perwujudan
Struktur Ruang
Pasal 42
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a meliputi indikasi program perwujudan pusat kegiatan di wilayah Kota dan
indikasi program perwujudan sistem jaringan prasarana Kota.
(2) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada tahap pertama diprioritaskan, meliputi:
a. penyusunan dan penetapan RDTR dan Peraturan Zonasi;
b. penetapan Peraturan Walikota tentang RDTR dan Peraturan Zonasi;
c. pengembangan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang;
d. monitoring dan pengendalian pemanfaatan Ruang;
e. peninjauan kembali RTRW;
f. peninjauan kembali RDTR;
g. pengembangan dan peningkatan kualitas
jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan
transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara;
h. pengembangan dan peningkatan kualitas dan
pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi pembangkit tenaga listrik, jaringan
pipa gas bawah laut, jaringan transmisi listrik dan energi baru dan terbarukan;
i. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi pengembangan BTS terpadu;
j. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air meliputi sungai dan
sistem pengaman pantai;dan
k. pengembangan dan peningkatan sistem
jaringan prasarana perkotaan yang meliputi penyediaan air minum Kota, sistem jaringan air limbah, sistem pengelolaan persampahan,
sistem jaringan drainase dan sarana pejalan kaki.
(3) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada tahap kedua diprioritaskan meliputi :
a. pengembangan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang;
b. monitoring dan pengendalian pemanfaatan Ruang;
c. peninjauan kembali RTRW;
d. peninjauan kembali RDTR;
e. pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan
transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara;
f. pengembangan dan peningkatan kualitas dan pemantapan sistem jaringan energi yang
meliputi pembangkit tenaga listrik;
g. pengembangan dan peningkatan sistem
jaringan telekomunikasi yang meliputi pengembangan BTS terpadu;
h. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air meliputi sistem pengaman pantai; dan
i. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi
penyediaan air minum Kota, sistem jaringan air limbah dan sistem pengelolaan
persampahan.
(4) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada tahap ketiga diprioritaskan, meliputi :
a. pengembangan Sistem Informasi Rencana Tata
Ruang;
b. monitoring dan pengendalian pemanfaatan
ruang;
c. peninjauan kembali RTRW;
d. peninjauan kembali RDTR;
e. pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan transportasi yang meliputi sistem
jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan
transportasi udara;
f. pengembangan dan peningkatan kualitas dan pemantapan sistem jaringan energi yang
meliputi pembangkit tenaga listrik;
g. pengembangan dan peningkatan sistem
jaringan telekomunikasi yang meliputi pengembangan BTS terpadu;
h. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air meliputi waduk dan sistem pengaman pantai; dan
i. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi
penyediaan air minum Kota, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan
persampahan.
(5) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada tahap keempat diprioritaskan, meliputi:
a. pengembangan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang;
b. monitoring dan pengendalian pemanfaatan Ruang;
c. peninjauan kembali RTRW;
d. peninjauan kembali RDTR;
e. pengembangan dan peningkatan kualitas dan pemantapan sistem jaringan energi yang
meliputi pembangkit tenaga listrik;
f. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air meliputi waduk; dan
g. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi
penyediaan air minum Kota dan sistem jaringan air limbah.
(6) Rencana Detail Tata Ruang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
Pasal 43
(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
wilayah Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b, meliputi indikasi program perwujudan kawasan peruntukan lindung dan
indikasi program perwujudan kawasan peruntukan budidaya.
(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada tahap pertama diprioritaskan, meliputi :
a. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi lindung pada kawasan hutan
lindung, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan rawan
bencana, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya
dan kawasan mangrove;
b. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan peruntukan
perumahan;
c. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa serta kawasan
peruntukan industri;
d. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan peruntukan
pariwisata;
e. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan pertanian; dan
f. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan peruntukan
pertahanan dan keamanan.
(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tahap kedua diprioritaskan, meliputi :
a. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi lindung pada kawasan hutan lindung, ruang terbuka hijau, kawasan rawan
bencana, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya
dan kawasan mangrove;
b. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan perumahan;
c. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa dan kawasan
peruntukan industri;
d. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan pariwisata; dan
e. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan pertanian.
(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tahap ketiga diprioritaskan, meliputi :
a. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi lindung pada kawasan hutan lindung, ruang terbuka hijau, dan kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya;
b. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan peruntukan
perumahan;dan
c. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa, dan kawasan peruntukan industri.
(5) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada tahap keempat diprioritaskan, meliputi :
a. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi fungsi-fungsi lindung pada ruang terbuka
hijau, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di
bawahnya;
b. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan peruntukan perumahan; dan
c. pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan peruntukan industri.
Bagian Keempat
Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis Kota
Pasal 44
(1) Indikasi program utama perwujudan kawasan
strategis Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c meliputi :
a. indikasi program perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;dan
b. indikasi program perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
strategis Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tahap pertama diprioritaskan, meliputi :
a. pengembangan, peningkatan dan revitalisasi
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. pengembangan, peningkatan dan revitalisasi kawasan strategis dari sudut kepentingan
sosial dan budaya.
(3) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada tahap kedua diprioritaskan, meliputi:
a. pengembangan, peningkatan, dan revitalisasi
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. pengembangan, peningkatan dan revitalisasi kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya.
BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu Umum
Pasal 45
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kota digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kota.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. Ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 46
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)
huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang wilayah Kota;
b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang wilayah Kota; dan
c. Ketentuan Khusus.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar pusat kegiatan wilayah kota; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk jaringan sistem prasarana.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana jaringan sistem prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar untuk sistem jaringan transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem jaringan energi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem jaringan telekomunikasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem jaringan prasarana
sumber daya air; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk infrastruktur perkotaan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
budidaya.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan konservasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan cagar budaya;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan ekosistem mangrove;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH Kota; dan
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk badan air.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan permukiman;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan pertahanan keamanan; dan
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan pertambangan dan energi.
Paragraf 1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Struktur Ruang
Pasal 47
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar pusat kegiatan wilayah kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
PPK;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
SPPK;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk PL;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. diperbolehkan meliputi kegiatan pelayanan pemerintahan skala kota, pendidikan serta
pusat perdagangan dan jasa.
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang memenuhi persyaratan teknis dan tidak mengganggu fungsi PPK; dan
c. dilarang kegiatan yang mengganggu fungsi PPK dan kegiatan yang merusak dan/atau
mencemari lingkungan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk SPPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. diperbolehkan meliputi kegiatan pelayanan
industri, pusat perdagangan dan jasa, transportasi, kesehatan, pertahanan dan
keamanan, permukiman dan pusat pelayanan pariwisata;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
memenuhi persyaratan teknis dan tidak mengganggu fungsi SPPK; dan
c. dilarang kegiatan yang mengganggu fungsi
SPPK dan kegiatan yang merusak dan atau mencemari lingkungan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi :
a. diperbolehkan meliputi kegiatan yang mendukung pelayanan ekonomi, sosial dan
administrasi skala lingkungan;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang
memenuhi persyaratan teknis dan tidak mengganggu fungsi PL; dan
c. dilarang kegiatan yang mengganggu fungsi PL dan kegiatan yang merusak dan/atau
mencemari lingkungan.
Pasal 48
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan transportasi darat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar prasarana transportasi laut; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar prasarana transportasi udara.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan jalan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan kereta api; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan angkutan sungai dan penyeberangan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berisi ketentuan mengenai:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi kegiatan pemanfaatan ruang jalur hijau, pagar
pembatas, jalur pejalan kaki, penyediaan jalur lambat, jembatan penyeberangan orang, jalur
sepeda, drainase dan jalan inspeksi sekitar jaringan jalan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan ruang sesuai skala
pelayanan dan fungsi jalan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, industri,
perumahan dan pariwisata dengan menyediakan area parkir sesuai kebutuhan di sekitar jaringan jalan;
2. pemanfaatan ruang disertai penyediaan ruang terbuka hijau di sekitar jaringan
jalan; dan
3. pembangunan utilitas kota termasuk kelengkapan jalan (street furniture), dan
pembangunan fasilitas pendukung jalan lainnya yang tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan;
4. kegiatan kepentingan umum dan kegiatan di luar kepentingan umum wajib melakukan analisis dampak lalu lintas
yang berpotensi mengganggu arus lalu lintas.
c. kegiatan yang dilarang kegiatan pemanfaatan ruang milik jalan, ruang manfaat jalan dan
ruang pengawasan jalan yang mengakibatkan terganggunya kelancaran lalu lintas dan
keselamatan pengguna jalan.
d. seluruh kegiatan pemanfaatan ruang mengikuti penetapan garis sempadan
bangunan di sisi jalan yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan jalur kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b berisi ketentuan mengenai:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalur kereta api untuk ruang
pengawasan jalur kereta api;
2. penyediaan pagar pembatas sepanjang sisi
jalur kereta api dengan jalan dan ruang sekitar jalur kereta api;
3. sarana dan prasarana penunjang sistem
jaringan perkeretaapian;
4. kegiatan pengembangan jalur hijau; dan
5. penetapan sempadan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak
lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalan kereta api.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan kepentingan umum dan kegiatan
di luar kepentingan umum wajib melakukan analisis dampak lalu lintas
(andalalin) dan serta wajib mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
2. kegiatan tidak mengganggu konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi kereta api
serta keselamatan pengguna kereta api.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi kegiatan pemanfaatan ruang manfaat jalur kereta api,
ruang milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api yang
mengakibatkan terganggunya kelancaran operasi kereta api dan keselamatan pengguna
kereta api.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan angkutan sungai dan
penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berisi ketentuan mengenai:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi pemanfaatan ruang terbuka hijau, sarana
prasarana penunjang jaringan penyeberangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi kegiatan
kepentingan umum dan kegiatan di luar kepentingan umum wajib melakukan analisis
dampak lalu lintas yang berpotensi mengganggu fungsi jaringan dan serta wajib
mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kepentingan operasional jaringan
penyeberangan.
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b berisi ketentuan
mengenai:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan
operasional pelabuhan umum, kegiatan penunjang operasional pelabuhan umum, kegiatan pengembangan kawasan peruntukan
pelabuhan umum;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/
atau terbatas, meliputi kepentingan umum dan kegiatan di luar kepentingan umum
wajib melakukan analisis dampak lalu lintas yang berpotensi mengganggu fungsi jaringan dan serta wajib mendapatkan izin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, kegiatan pertahanan dan keamanan negara
secara terbatas;dan
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kepentingan operasional kepelabuhan.
Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf c berisi ketentuan
mengenai:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
operasional kebandarudaraan, kegiatan penunjang pelayanan jasa kebandarudaraan, kegiatan penunjang pelayanan keselamatan
operasi penerbangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/
atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan kepentingan umum dengan
mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
2. pembatasan tinggi dan intensitas
bangunan pada sekitar KKOP sesuai peraturan perundangan-undangan.
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu
kepentingan operasi dan keselamatan penerbangan.
Pasal 51
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf b, ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan jalur hijau; dan
2. pengembangan jaringan tenaga listrik
yang memperhatikan keselamatan dan keamanan kegiatan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas meliputi:
1. kegiatan pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan dan perumahan kepadatan rendah pada kawasan di
bawah jaringan listrik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
2. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik dengan memperhatikan
jarak aman dari kegiatan lain.
c. kegiatan yang dilarang meliputi:
1. melakukan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi dan sekitar pembangkit listrik yang mengganggu
fungsi utama; dan
2. kegiatan dibawah koridor SUTT dan SUTM dengan resiko kebakaran tinggi.
Pasal 52
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf c, ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan jalur hijau; dan
2. kegiatan budidaya yang tidak mengganggu sistem jaringan
telekomunikasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/terbatas, meliputi:
1. menara telekomunikasi bersama; dan
2. menara pemancar telekomunikasi dengan
memenuhi ketentuan perundang- undangan.
c. kegiatan yang dilarang yaitu mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi dalam radius bahaya
keamanan dan keselamatan.
Pasal 53
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf d, ketentuan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan ruang terbuka hijau;
2. kegiatan budidaya yang tidak
mengganggu sistem prasarana sumber daya air;
3. bangunan untuk mendukung sumber
daya air seperti waduk atau reservoir, bangunan air, bangunan pelindung tebing
sungai, rumah pompa, pos keamanan, pos hidrologi;
4. mendirikan bangunan yang mendukung pengelolaan sumber daya air; dan
5. membangun prasarana lalu lintas air,
kegiatan pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan air serta
kegiatan pengamanan sumber daya air.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan pertanian dengan syarat tidak merusak tatanan lingkungan dan bentang
alam yang akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air;
2. prasarana pengendalian banjir;
3. pelebaran jalan, pembuatan jembatan, pemasangan rentangan kabel listrik,
kabel telepon, pipa air minum, pipa gas, mikrohidro untuk kepentingan umum
sepanjang tidak mengganggu fisik dan fungsi jaringan irigasi dan ruang
sempadan jaringan irigasi; dan
4. kegiatan wisata dan pendidikan yang tidak merusak kelestarian lingkungan.
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu
fungsi sistem jaringan sumber daya.
Pasal 54
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf e,
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar SPAM;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk SPALD;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem pengelolaan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar untuk sistem jaringan persampahan kota;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar untuk sistem jaringan evakuasi bencana;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem jaringan drainase;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem jaringan pejalan kaki; dan
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar untuk sistem jaringan jalur sepeda.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu kegiatan
prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi SPAM, kantor instansi terkait, RTH,
prasarana dan sarana mitigasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai
peraturan perundang-undangan; dan
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi SPAM.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar SPALD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan prasarana dan
sarana untuk menunjang fungsi sistem jaringan air limbah, kantor instansi terkait,
IPAL, RTH, sarana dan prasarana mitigasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas fasilitas umum sesuai peraturan perundang-undangan; dan
c. kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat mengganggu fungsi SPALD.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi sistem
pengelolaan limbah B3, kantor instansi terkait, RTH, sarana dan prasarana mitigasi
bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas fasilitas umum sesuai
peraturan perundang-undangan; dan
c. kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi sistem pengelolaan limbah B3.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan persampahan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi TPS yang terdiri atas pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, RTH, sarana dan
prasarana mitigasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi TPA yang terdiri atas kegiatan
pengoperasian TPA sampah berupa pemilahan, pengumpulan, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah, pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill), pemeliharaan TPA sampah, dan industri
terkait pengolahan sampah serta kegiatan penunjang operasional TPA sampah, fasilitas
umum sesuai peraturan perundang-undangan;
c. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan persampahan dan fasilitas umum sesuai
peraturan perundang-undangan; dan
d. kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi sistem pengelolaan persampahan.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan fasilitas umum
dengan syarat menunjang fungsi prasarana dan sarana evakuasi bencana; dan
b. kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat mengganggu fungsi penyediaan prasarana dan sarana evakuasi bencana.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan drainase sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang dengan syarat menunjang fungsi prasarana dan sarana
drainase dalam rangka mengurangi genangan air, pengendalian banjir, dan pembangunan
prasarana penunjangnya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan
drainase;dan
c. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan pembuangan sampah, pembuangan limbah,
dan kegiatan lain yang dapat mengganggu fungsi sistem drainase dan prasarana dan
sarana drainase.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang dengan syarat menunjang
fungsi prasarana dan sarana pejalan kaki; dan
b. kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat mengganggu fungsi penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan jaringan jalur sepeda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang dengan syarat menunjang fungsi prasarana dan sarana
jaringan jalur sepeda; dan
b. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi penyediaan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang
Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (6) huruf a, yaitu kawasan hutan lindung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer tanpa mengurangi fungsi
kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
2. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian dan peningkatan fungsi hutan lindung;
3. kegiatan pengembangan sumber resapan
air;dan
4. Kegiatan lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan sektor kehutanan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
2. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mendapatkan mendapat persetujuan dari instansi terkait;dan
3. kegiatan pengelolaan sumber daya hutan
yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pengawasan pemerintah
terkait.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan lindung dan tutupan vegetasi; dan
2. kegiatan yang berpotensi mengganggu dan merusak ekosistem kawasan hutan
lindung.
d. Perubahan pemanfaatan kawasan hutan
untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 56
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6) huruf b meliputi
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan sungai; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau atau waduk.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. ketentuan garis sempadan sungai mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. pengembangan RTH;
3. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian sungai;
4. kegiatan konservasi, penataan dan
pembangunan yang mendukung fungsi kawasan sempadan sungai; dan
5. pembangunan prasarana lalu lintas air, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan pariwisata dengan tidak mengubah bentang alam dan tidak
merusak unsur keseimbangan lingkungan.
2. pengembangan prasarana wilayah yang tidak merusak atau berdampak langsung
terhadap badan sungai;
3. pendirian bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai;
4. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mendapatkan persetujuan dari instansi terkait;
5. pengembangan sistem pengendalian banjir;
6. pemanfaatan ruang khusus seperti
bangunan sumber daya air, jembatan dan dermaga, jalur air minum, rentangan
kabel telekomunikasi dan ketenagalistrikan, serta vegetasi rumput
pada sempadan bertanggul dan tanaman keras pada sempadan tidak bertanggul, penanaman tumbuhan pelindung;dan
7. bangunan pengolahan limbah dan bahan pencemar lainnya mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mendapatkan rekomendasi teknis dari
instansi terkait.
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang mengancam kerusakan dan menurunkan
kualitas sungai.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan RTH;
2. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian waduk;
3. kegiatan konservasi, penataan dan
pembangunan yang mendukung fungsi kawasan sekitar waduk;dan
4. Penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa jalan khusus untuk
inspeksi dan akses publik.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. pengembangan prasarana wilayah yang
tidak merusak atau berdampak langsung terhadap badan waduk;
2. pengembangan sistem pengendalian
banjir;
3. kegiatan pariwisata dengan tidak
mengubah bentang alam dan tidak merusak unsur keseimbangan lingkungan;
dan
4. pemanfaatan ruang khusus seperti bangunan sumber daya air, jembatan dan
dermaga, jalur air minum, rentangan kabel telekomunikasi dan
ketenagalistrikan, serta vegetasi rumput pada sempadan bertanggul dan tanaman
keras pada sempadan tidak bertanggul, penanaman tumbuhan pelindung.
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang
mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas waduk.
Pasal 57
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6) huruf c meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pelestarian alam; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
taman buru.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian kawasan konservasi alam; dan
2. kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat meningkatkan fungsi konservasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan
latihan militer tanpa mengurangi fungsi kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
3. diperbolehkan terbatas pendirian bangunan yang merupakan bagian dari
suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum yang keberadaannya
telah mendapat persetujuan dari instansi terkait dan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan yang dapat mengurangi luas
kawasan dan tutupan vegetasi; dan
2. kegiatan yang dapat mengganggu dan
merusak ekosistem kawasan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
taman buru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian kawasan taman buru;
2. kegiatan konservasi; dan
3. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang
lainnya yang dapat meningkatkan fungsi konservasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah
bentang alam;
2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan
militer tanpa mengurangi fungsi kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
3. diperbolehkan terbatas pendirian
bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi
kepentingan umum yang keberadaannya telah mendapat persetujuan dari instansi
terkait.
4. Pemanfaatan dan penggunaan kawasan kawasan taman buru dapat dilakukan
sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan yang dapat mengurangi luas
kawasan dan tutupan vegetasi; dan
2. kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem kawasan.
Pasal 58
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6)
huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan serta pendidikan;
2. kegiatan pelestarian budaya dan peninggalan sejarah;
3. sarana dan prasarana pendukung.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. pariwisata, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; dan
2. pemanfaatan bangunan cagar budaya untuk mendukung kegiatan pariwisata.
c. kegiatan yang dilarang, yaitu kegiatan yang mengubah fisik bangunan cagar budaya.
Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(6) huruf e dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian ekosistem mangrove;
2. kegiatan konservasi;
3. prasarana dan sarana ruang terbuka hijau;
4. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang
lainnya yang dapat meningkatkan fungsi konservasi.
5. kegiatan penelitian, kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan dan pengamanan abrasi pantai.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
2. diperbolehkan terbatas pendirian bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi
kepentingan umum yang keberadaannya telah mendapat persetujuan dari instansi
terkait;dan
3. Pemanfaatan dan penggunaan ekosistem mangrove dapat dilakukan sepanjang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan yang dapat mengurangi luas
kawasan dan tutupan vegetasi; dan
2. kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem mangrove.
Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6) huruf f meliputi:
a. kegiatan diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan perlindungan dan pengamanan fungsi ruang terbuka hijau;
2. kegiatan wisata;dan
3. penyediaan prasarana dan sarana sebagai
pelengkap RTH yang sesuai dengan kebutuhan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi
1. pembangunan bangunan pendukung
fungsi RTH dengan intensitas sesuai peruntukan dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan serta
pendidikan tanpa mengganggu fungsi RTH.
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi RTH.
Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi badan air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6) huruf g meliputi:
a. diperbolehkan, meliputi :
1. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian waduk; dan
2. kegiatan konservasi, penataan dan pembangunan yang mendukung fungsi
badan air.
b. diperbolehkan dengan syarat dan/atau terbatas meliputi kegiatan pembangunan IPA,
prasarana lalu lintas air, pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan air,
pariwisata, dan olahraga; dan
c. dilarang kegiatan yang mengganggu fungsi
badan air.
Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (7) huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan dan hasil hutan kayu serta
bukan kayu dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
2. pemanfaatan hutan produksi yang menebang tanaman/pohon diwajibkan
untuk melakukan penanaman kembali sebagai salah satu langkah konservasi;
3. kegiatan yang tidak mengolah tanah secara
intensif atau merubah bentang alam yang dapat menjadi penyebab bencana alam;
dan
4. kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian
sumber daya air dan kekayaan hayati.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. pendirian bangunan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan;
2. kegiatan penambangan dengan ketentuan mengakibatkan turunnya permukaan
tanah, berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen dan terjadinya kerusakan akuifer air tanah;
3. kegiatan pengendalian perkembangan permukiman penduduk.
4. pengembangan prasarana wilayah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
dan
5. pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan merusak ekosistem yang
dilindungi; dan
2. kegiatan pemanfaatan hutan produksi
tanpa ada izin dari pihak terkait.
Pasal 63
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (7) huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perkebunan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peternakan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung pengembangan perkebunan dengan memperhatikan daya dukung
kawasan;
2. diperbolehkan kegiatan tanaman
tahunan/perkebunan dan kebun campuran/ladang;
3. kegiatan budidaya perikanan dan peternakan; dan
4. diperbolehkan pengembangan teknik
konservasi lahan perkebunan yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. pengembangan permukiman berkepadatan rendah yang tidak mengganggu fungsi utama;
2. pengembangan industri yang mendukung kegiatan perkebunan;
3. diperbolehkan terbatas kegiatan budidaya perikanan, pertanian tanaman pangan dan
hortikultura;
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah;
5. kegiatan industri pengolahan hasil perikanan;
6. kegiatan wisata alam yang berbasis agrowisata; dan
7. pelabuhan yang mendukung kegiatan perkebunan.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat
terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup;
2. kegiatan perkebunan tanpa izin usaha perkebunan; dan
3. pengembangan kegiatan yang berpotensi merusak kesuburan tanah.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan sarana dan prasarana
pendukung pengembangan peternakan dengan memperhatikan daya dukung
kawasan;
2. kegiatan peternakan yang tidak mencemari
lingkungan;
3. kegiatan budidaya tanaman pangan, kegiatan perkebunan dan hortikultura;
4. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
5. kegiatan pelestarian sumber daya air; dan
6. kegiatan perikanan budidaya.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. pengembangan permukiman berkepadatan rendah yang tidak mengganggu fungsi
utama.
2. kegiatan industri pengolahan hasil
pertanian;
3. kegiatan industri pengolahan hasil
perikanan;dan
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. pengembangan kegiatan yang berpotensi
mengganggu fungsi kawasan peternakan; dan
2. kegiatan yang memiliki potensi pencemaran.
Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (7) huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan industri yang mempunyai
teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di sekitarnya;
2. kegiatan industri yang tidak mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi
kawasan lindung; dan
3. pengembangan sarana dan prasarana
wilayah.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. pengembangan sarana prasarana sumber daya air;
2. kegiatan permukiman yang mendukung kegiatan industri;
3. kegiatan pergudangan, pasar, dan pertokoan pendukung kegiatan kawasan
peruntukan industri;
4. pengembangan/ pembangunan sarana pendukung industri lainnya;
5. membatasi pengambilan air tanah dalam, melakukan daur ulang air dan atau
penggunaan kembali air, mengolah air limbah sesuai dengan baku mutu yang
dipersyaratkan, mengelola seluruh limbah yang ditimbulkan (emisi udara dan limbah B3), mengintegrasikan pengelolaan air
limbah air dengan rencana IPAL terpadu;
6. pelabuhan pendukung dan terminal untuk
kepentingan sendiri kegiatan industri yang sesuai peraturan perundang-undangan;
dan
7. pengembangan kegiatan pertanian modern berteknologi tinggi dan ramah lingkungan
yang mendukung kegiatan industri pertanian.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan industri yang dapat mengganggu
fungsi kawasan budidaya dan lindung lainnya;
2. menggunakan air baku secara berlebihan
melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dalam kajian lingkungan;
3. melakukan alih fungsi lahan di luar kawasan peruntukan industri; dan
4. membuang air limbah industri ke saluran irigasi.
d. pengembang wajib menyiapkan lahan minimal
12% (dua belas persen) dari luas lahan untuk pengembangan ruang terbuka hijau dan jalur
hijau (green belt) sebagai penyangga fungsi antar kawasan;
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum kawasan peruntukan industri meliputi
prasarana dan sarana pendukung kawasan industri, listrik, air bersih, sanitasi, prasarana
pengolahan limbah, ruang dan jalur evakuasi bencana, serta tempat penimbunan barang;
f. Kawasan peruntukan industri yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, tidak diperbolehkan adanya pengembangan
dan pembangunan baru hingga perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;dan
g. Kawasan peruntukan industri yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai
kawasan hutan produksi, tidak diperbolehkan adanya pengembangan dan pembangunan
baru hingga perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (7) huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana;
2. pengembangan sumber daya air;
3. pengembangan prasarana wilayah;
4. pengembangan/pembangunan ruang terbuka hijau; dan
5. kegiatan pendukung fungsi kawasan
pariwisata.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan permukiman untuk menunjang
pariwisata dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung;
2. kegiatan pertanian yang tidak mengganggu
fungsi kawasan pariwisata;
3. kegiatan terminal untuk kepentingan
sendiri penunjang pariwisata;dan
4. industri kecil ramah lingkungan penunjang
pariwisata.
c. kegiatan yang dilarang, meliputi:
1. kegiatan yang menimbulkan penurunan
fungsi kawasan; dan
2. industri sedang dan atau industri besar
yang mencemari lingkungan.
Pasal 66
(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (7) huruf e meliputi:
a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan perkantoran;
d. kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial;
e. kawasan transportasi;
f. kawasan sumber daya air;
g. tempat evakuasi bencana; dan
h. kawasan sektor informal.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penyediaan prasarana dan sarana
minimum perumahan meliputi prasarana lingkungan, utilitas umum serta ruang
dan jalur evakuasi bencana;
2. pembangunan perumahan dan fasilitas
penunjang; dan
3. kegiatan pendidikan, kesehatan, olahraga dan peribadatan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan permukiman dan RTH, serta
kegiatan yang tidak mengganggu fungsi perumahan;
2. kegiatan usaha mikro dan industri kecil
menengah secara terbatas dengan tingkat polutan yang tidak mengganggu fungsi
kawasan perumahan; dan
3. kegiatan pariwisata dan komersial.
c. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan perumahan;
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum perumahan meliputi prasarana lingkungan,
prasarana persampahan, utilitas umum, listrik, air bersih, drainase, serta lokasi dan
jalur evakuasi bencana;
e. pengembang wajib menyiapkan lahan minimal
12% (dua belas persen) dari luas lahan untuk pengembangan ruang terbuka hijau; dan
f. pengembang kawasan wajib menyediakan lahan untuk penyediaan prasarana dan
sarana umum sebagai fasilitas sosial minimal 6% dari luas lahan untuk diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan perdagangan dan jasa, prasarana dan sarana umum pendukung seperti
sarana pejalan kaki dan jalur sepeda; dan
2. sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum, serta jaringan utilitas, memiliki aksesibilitas bagi penyandang
disabilitas.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas bagi kegiatan permukiman yang mendukung fungsi kawasan, kegiatan industri secara terbatas dengan tingkat
polutan yang tidak mengganggu fungsi kawasan perdagangan dan jasa sesuai
peraturan perundang-undangan, kegiatan jasa keuangan, jasa hotel, jasa perkantoran dan
profesi, restoran, kesehatan, pendidikan, pusat hiburan dan rekreasi, salon, dan jasa umum lainnya;
c. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan perdagangan dan
jasa;
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum
kawasan perdagangan dan jasa meliputi prasarana lingkungan, prasarana persampahan, utilitas umum, listrik, air
bersih, drainase, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, sanitasi, pelataran parkir, jalur
pejalan kaki, serta ruang dan jalur evakuasi bencana;dan
e. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang dilakukan oleh pengembang wajib
menyiapkan lahan seluas minimal 12% dari luas lahan kepada pemerintah daerah untuk
pengembangan ruang terbuka hijau, fasilitas umum dan sosial.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perkantoran, pusat bisnis dan fasilitas
pendukungnya, penyediaan sarana dan prasarana antara lain prasarana transportasi,
jaringan utilitas, ruang terbuka hijau, fasilitas bagi penyandang disabilitas, sarana peribadatan, fasilitas perparkiran, pemadam
kebakaran dan fasilitas penunjang lingkungan;
b. diperbolehkan kegiatan pendidikan, kesehatan, olahraga dan peribadatan serta
pengembangan jasa komersial secara terbatas;
c. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas meliputi: kegiatan
permukiman yang mendukung fungsi kawasan perkantoran;
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum kawasan perkantoran meliputi fasilitas bagi
penyandang disabilitas, prasarana persampahan, listrik, air bersih, drainase, sanitasi, ruang terbuka hijau, fasilitas
perparkiran, pemadam kebakaran, dan jaringan utilitas;
e. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan yang mengganggu kawasan perkantoran;dan
f. pengembangan kawasan perkantoran wajib menyiapkan lahan seluas minimal 12% dari luas lahan untuk pengembangan ruang
terbuka hijau.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan kesehatan, kegiatan pendidikan, kegiatan olahraga dan kegiatan peribadatan beserta
pengembangan fasilitas pendukungnya dan mendukung fungsi kawasan, Penyediaan
prasarana dan sarana pada kawasan sarana pelayanan umum antara lain tempat parkir,
prasarana persampahan, sistem pencegahan bahaya kebakaran, jalur pejalan kaki dan prasarana transportasi massal yang
terkoneksi dengan pusat-pusat pelayanan
lainnya;
b. penyediaan prasarana dan sarana minimum
kawasan kesehatan meliputi fasilitas bagi penyandang disabilitas, prasarana
persampahan, utilitas umum, listrik, air bersih, drainase, sanitasi, fasilitas
perparkiran, pemadam kebakaran, ruang dan jalur evakuasi bencana;
c. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas, meliputi: kegiatan permukiman yang mendukung fungsi
kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial;
d. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan yang
mengganggu kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial; dan
e. pengembangan kawasan fasilitas umum dan
fasilitas sosial wajib menyiapkan lahan minimal 10% (sepuluh persen) dari luas lahan
untuk pengembangan ruang terbuka hijau, fasilitas umum dan sosial.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi penyediaan sarana dan prasarana minimum
pendukung kegiatan transportasi jaringan utilitas yang dilengkapi sarana bagi disabilitas,
tempat parkir, ruang terbuka hijau, toilet, sarana air bersih, persampahan, limbah dan drainase;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas untuk kegiatan industri
pendukung kawasan, perdagangan dan jasa dengan memperhatikan ketersediaan lahan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan transportasi;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan dilarang,
meliputi kegiatan yang dapat menimbulkan penurunan fungsi kawasan;dan
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum pendukung kawasan transportasi meliputi
sarana bagi disabilitas, tempat parkir, ruang terbuka hijau, sanitasi, sarana air bersih, listrik, sarana telekomunikasi, persampahan,
jaringan utilitas yang dilengkapi saluran limbah dan drainase, pencegahan bahaya
kebakaran, ruang dan jalur evakuasi bencana.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi tempat evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf j meliputi:
a. diperbolehkan kegiatan penyediaan sarana
dan prasarana penunjang tempat evakuasi bencana; dan
b. dilarang kegiatan yang dapat mengganggu fungsi tempat evakuasi bencana.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sektor
informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas untuk kegiatan sektor
informal dengan diberlakukan penerapan pembatasan waktu operasional;
b. dilarang mendirikan bangunan permanen atau
kegiatan sektor informal yang berada pada ruang milik jalan, jalur pejalan kaki,
persimpangan jalan, sekitar halte, ruang terbuka hijau dan kegiatan yang mengganggu
fungsi utama kawasan; dan
c. kegiatan sektor informal yang diintegrasikan dengan kawasan perdagangan dan jasa akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 67
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (7) huruf f meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu pembangunan sarana dan prasarana
pendukung kawasan pertahanan dan keamanan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas yaitu pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan;dan
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi kawasan pertahanan dan keamanan.
Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan dan energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (7) huruf g meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu
pembangunan sarana dan prasarana pendukung kawasan pertambangan dan energi yang memperhatikan keselamatan dan
keamanan kegiatan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
dan/atau terbatas yaitu pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan pertambangan
dan energi dengan memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;
c. kegiatan yang dilarang yaitu kegiatan yang dapat mengganggu fungsi utama kawasan pertambangan dan energi dengan
memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;dan
d. dilarang melakukan kegiatan pertambangan dan energi di luar kawasan peruntukan
pertambangan dan energi.
Pasal 69
(1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 2) huruf c meliputi:
a. ketentuan khusus sempadan pantai; dan
b. ketentuan khusus kawasan keselamatan
operasi penerbangan.
(2) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Ketentuan khusus sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pengembangan infrastruktur
pengendalian abrasi dan infiltrasi air laut;
2. pengembangan RTH; dan
3. pembangunan dan pengembangan jalur serta evakuasi bencana dan sistem peringatan dini.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas, meliputi:
1. kegiatan sarana dan prasarana penunjang transportasi laut dan perikanan;
2. kegiatan pertahanan dan keamanan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
3. sarana pendukung pariwisata dan tidak menutup akses publik ke pantai;
4. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mendapatkan mendapat persetujuan dari instansi terkait;
5. kegiatan industri yang tidak mengganggu fungsi sempadan pantai dan mengganggu
perairan;
6. kegiatan permukiman;dan
7. kegiatan penelitian dan bangunan
pengendali air.
c. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan yang
mengganggu fungsi dan kelestarian pantai.
(4) Ketentuan khusus kawasan keselamatan operasi
penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ketentuan berupa pengaturan dan pengelolaan kawasan keselamatan operasi
penerbangan diatur dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Pasal 70
(1) Ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(2) huruf b merupakan kesesuaian antara rencana lokasi kegiatan dan/atau usaha dengan rencana tata ruang.
(2) Pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan melalui pemberian:
a. konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang; atau
b. persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.
(3) Dalam hal rencana kegiatan pemanfaatan ruang
bersifat strategis nasional dan belum dimuat dalam rencana tata ruang, kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang diberikan dalam bentuk rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang.
(4) Mekanisme pemberian kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Pasal 71
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Bagian Keempat Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1 Umum
Pasal 72
(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)
huruf c adalah ketentuan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota untuk mendorong pelaksanaan
pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang.
(2) Ketentuan insentif dan disinsentif berfungsi untuk:
a. meningkatkan upaya pengendalian
pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan
c. meningkatkan kemitraan semua masyarakat dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.
Paragraf 2
Ketentuan Insentif
Pasal 73
(1) Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan
agar sejalan dengan rencana tata ruang;
(2) Ketentuan insentif disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kota;
b. ketentuan umum peraturan zonasi Kota; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
(3) Ketentuan insentif berupa:
a. fiskal berupa pemberian keringanan pajak
dan/atau pengurangan retribusi; dan/atau
b. non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi silang, kesesuaian kegiatan
pemanfatan ruang, imbalan, sewa ruang, urun saham, penyediaan sarana dan prasarana,
penghargaan, dan/atau publikasi atau promosi.
(4) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. insentif dari Pemerintah Kota kepada
Pemerintah Daerah lainnya; dan
b. insentif dari pemerintah Kota kepada
masyarakat.
(5) Ketentuan insentif dari Pemerintah Kota kepada
Pemerintah Daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a berupa:
a. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah
penerima manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
c. kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah daerah penerima manfaat
kepada investor yang berasal dari daerah pemberi manfaat; dan/atau
d. publikasi atau promosi daerah.
(6) Ketentuan insentif dari pemerintah Kota kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b berupa:
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
h. kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang.
Paragraf 3
Ketentuan Disinsentif
Pasal 74
(1) Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya
yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi pengembangannya.
(2) Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang wilayah Kota;
b. ketentuan umum peraturan zonasi Kota; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
(3) Ketentuan disinsentif berupa:
a. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau
b. non fiskal berupa:
1. kewajiban memberi kompensasi;
2. persyaratan khusus dalam kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang;
3. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
4. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(4) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. disinsentif dari Pemerintah Kota kepada pemerintah daerah lainnya; dan
b. disinsentif dari Pemerintah Kota kepada masyarakat.
(5) Ketentuan disinsentif dari Pemerintah Kota kepada
Pemerintah Daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa:
a. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada
daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima;
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana;
dan/atau
c. persyaratan khusus dalam kesesuaian
kegiatan pemanfatan ruang bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
pemerintah daerah pemberi manfaat kepada investor yang berasal dari daerah penerima manfaat.
(6) Ketentuan disinsentif dari Pemerintah Kota kepada masyarakat, sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b berupa:
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. persyaratan khusus dalam kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
Pemerintah Kota;
c. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(7) Tata cara pemberian insentif dan disinsentif diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kelima Arahan Sanksi
Paragraf 1 Umum
Pasal 75
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (2) huruf d diberikan bagi setiap orang pelaku usaha saja yang melakukan pelanggaran
ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang.
(2) Arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya
pengenaan sanksi administratif yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
(3) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan acuan bagi Pemerintah Kota dalam
pengenaan sanksi administratif terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kota;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses
terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik
umum.
Paragraf 2
Arahan Sanksi Administratif
Pasal 76
(1) Arahan sanksi administratif bagi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3),
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. penolakan izin;
g. pembatalan izin;
h. pembongkaran bangunan;
i. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
j. denda administratif.
(2) Ketentuan mengenai Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu Hak Masyarakat
Pasal 77
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di Kota;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat
yang berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota dan/atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan menimbulkan kerugian.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 78
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 79
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 dikenai sanksi administratif.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 80
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang
dilakukan pada tahap:
a. bentuk peran serta masyarakat dalam
perencanaan tata ruang;
b. bentuk peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan ruang; dan
c. bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 81
Bentuk peran serta masyarakat dalam perencanaan
tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf a dapat berupa:
a. Masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah
atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsep rencana tata ruang;
dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. Kerja sama dengan Pemerintah Kota dan/atau
sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pasal 82
Bentuk peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf b
dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan
ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah Kota dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan
ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai
dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang didalam
bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan
keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan/atau
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 83
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf c dapat berupa:
a. memberi masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, kesesuaian kegiatan
pemanfatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan
mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
Bagian Keempat
Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Pasal 84
Tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis kepada Walikota dan/atau melalui unit kerja
terkait yang ditunjuk oleh Walikota.
Pasal 85
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Kota membangun sistem informasi dan
dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Pasal 86
Pelaksanaan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai ketentuan
perundang-undangan.
BAB X KELEMBAGAAN
Pasal 87
(1) Kelembagaan pada penataan ruang di Kota untuk memantapkan koordinasi dilakukan oleh TKPRD.
(2) TKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membantu Walikota dalam mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan penataan ruang
daerah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
(3) Pembentukan struktur organisasi, peran, fungsi
serta tugas kerja TKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Walikota.
(4) Ketentuan mengenai kelembagaan penataan ruang berpedoman sesuai peraturan perundang-
undangan.
BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 88
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah
untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau di
luar pengadilan sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB XII PENYIDIKAN
Pasal 89
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam
bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari
orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil
pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil
penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil
dan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XIII KETENTUAN PIDANA
Pasal 90
Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
diancam pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN–LAIN
Pasal 91
(1) Jangka waktu RTRW Kota berlaku untuk 20 (dua
puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan dan/atau perubahan batas wilayah yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW
Kota dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategis yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang Kota dan/atau dinamika internal Kota.
(4) Izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi wajib mendapatkan rekomendasi teknis
dari instansi terkait dan diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 92
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. Izin pemanfaatan ruang yang telah
dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap
berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah
dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku
ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-
undangan;
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan
dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak
dengan bentuk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
4. penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka 3, dengan
memperhatikan indikator sebagai berikut:
a) memperhatikan harga pasaran
setempat atau sesuai NJOP; dan
b) menyesuaikan kemampuan
keuangan daerah.
c. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis
dan tidak sesuai Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini;
d. Pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, pemanfaatan
ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini untuk mengurus izin sesuai
dengan peraturan perundangan
e. kawasan peruntukan budidaya yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai peruntukan
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BATAM
NOMOR 3 TAHUN 2021
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM
TAHUN 2021 – 2041
I. UMUM
Sesuai amanat Pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota berfungsi sebagai
Acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), Acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah Kota, Acuan
untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kota,
Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat dan swasta, Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata
ruang di wilayah Kota, dasar pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah Kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan Acuan
dalam administrasi pertanahan.
Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah untuk mewujudkan ruang
Kota Batam menuju bandar dunia madani berbasis sektor pariwisata,
perdagangan, jasa, maritim, logistik dan industri yang bertaraf
internasional.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota kemudian disusun
dengan memperhatikan perkembangan permasalahan provinsi dan hasil
pengkajian implikasi penataan ruang kota, upaya pemerataan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kota, keselarasan aspirasi
pembangunan kota, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
rencana pembangunan jangka panjang daerah, rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang berbatasan, dan rencana tata ruang
kawasan strategis kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam bersifat umum dan disusun
berdasarkan pendekatan administratif kota dengan muatan substansi
meliputi tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kota,
rencana struktur ruang wilayah Kota, rencana pola ruang wilayah Kota,
penetapan kawasan strategis Kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah
Kota, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Batam meliputi pengembangan
pusat–pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem
yang terpadu dan berhirarki, pengembangan sistem jaringan prasarana
wilayah Kota dan peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan
utilitas Kota, peningkatan fungsi dan pengelolaan kawasan
peruntukan lindung, pengembangan dan pengendalian kawasan
peruntukan budidaya, dan peningkatan fungsi kawasan untuk
pertahanan dan keamanan negara.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Yang dimaksud dengan “kebijakan penataan ruang wilayah Kota” adalah
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar dalam
pemanfaatan ruang darat, laut dan udara termasuk ruang di dalam
bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Huruf a
Sistem Jaringan Jalan adalah suatu kesatuan ruas jalan yang
saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan
dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam
satu hubungan hierarki.
Huruf b
Sistem Jaringan Kereta Api satu adalah kesatuan sistem yang
terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta
norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Jaringan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi
segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Huruf b
Terminal penumpang adalah pangkalan Kendaraan Bermotor
Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan
keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang serta
perpindahan moda angkutan.
Huruf c
Terminal barang adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum
yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,
menaikkan dan menurunkan barang serta perpindahan moda
angkutan.
Ayat (2)
Huruf a
Jalan Arteri adalah jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antar-pusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Huruf a
jaringan jalur kereta api umum untuk melayani
perpindahan orang di wilayah kota dan/atau perjalanan
ulang alik termasuk kereta rel listrik, kereta bawah tanah,
monorail.
Huruf b
stasiun kereta api meliputi :
a. stasiun penumpang;
b. stasiun barang; dan/atau
c. stasiun operasi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
SPAM jaringan perpipaan meliputi:
a. unit air baku;
b. unit produksi; dan
c. unit distribusi.
SPAM jaringan perpipaan diselenggarakan untuk menjamin
kepastian kuantitas dan kualitas Air Minum yang dihasilkan
serta kontinuitas pengaliran Air Minum. Kuantitas Air
Minum yang dihasilkan paling sedikit mencukupi
Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari. Kualitas Air
Minum yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kontinuitas pengaliran Air Minum
memberikan jaminan pengaliran selama 24 (dua puluh
empat) jam per hari.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
a. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
c. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3.
d. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Huruf a
jaringan drainase primer adalah drainase yang berupa akhir
dari pembuangan air limpasan di perkotaan, bisa berupa
kali atau sungai.
Huruf b
jaringan drainase sekunder adalah saluran drainase yang
menghubungkan antara drainase tersier dengan saluran
drainase primer. Ukuran drainase sekunder lebih kecil
daripada saluran drainase primer dan lebih besar dari
ukuran saluran drainase tersier.
Huruf c
jaringan drainase tersier adalah saluran drainase yang
berada pada lokasi permukiman, perdagangan, perkantoran,
dan lainnya yang merupakan tangkapan air limpasan yang
berasal dari atap maupun jalan.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Lajur Sepeda adalah bagian Jalur yang memanjang, dengan atau
tanpa marka Jalan, yang memiliki lebar cukup untuk dilewati satu
sepeda, selain sepeda motor.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Huruf a
Kawasan lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan
untuk kawasan bawahannya adalah kawasan hutan yang memiliki
sifat khas dan mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun kawasan bawahannya. Selain itu kawasan
hutan akan merupakan pengatur tata air, pencegahan banjir dan
erosi serta memelihara tingkat kesuburan tanah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Huruf a
sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan
palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan
sungai.
Huruf b
Pengaturan kawasan sekitar waduk diluar kawasan
kehutanan perlu dilakukan dalam upaya pengendalian dan
pelestarian fungsi waduk.
Ayat (2)
Di kota Batam hanya ada 2 sungai yaitu berada di Kecamatan
Nongsa dan Kecamatan Sagulung.
Ayat (3)
Pengaturan kawasan sekitar waduk di luar kawasan kehutanan.
Pasal 27
Ayat (1)
Huruf a
Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang
mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
Huruf b Cukup jelas.
Ayat (2)
Taman Wisata Alam (TWA) adalah hutan wisata yang mempunyai
berbagai keindahan alam, baik keindahan flora dan fauna
maupun keindahan alam itu sendiri yang mana memiliki keunikan
corak untuk kepentingan rekreasi dan kebudayaan.
Ayat (3)
Kawasan taman buru adalah bagian dari kawasan hutan
konservasi yang digunakan untuk wisata berburu yang berfungsi
untuk mengendalikan populasi perburuan. Pengendalian populasi
dilakukan terkhusus untuk hewan-hewan yang langka ataupun
hewan-hewan yang sering menjadi target perburuan
Pasal 28
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki
dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan
dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Pasal 29
Ekosistem Mangrove adalah kesatuan antara komunitas vegetasi
mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikroorganisme sehingga
dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang pantai
terutama di daerah pasang surut, laguna, muara sungai yang
terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir dalam
membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Pasal 30
Pengaturan RTH publik ditegaskan dalam Pasal 29 (3) Undang-undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Proporsi RTH publik
disediakan oleh pemerintah kota agar proporsi minimal RTH dapat
lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan
pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Proporsi RTH publik
seluas minimal 20 (dua puluh) persen dapat disesuaikan dengan
sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan
rencana struktur dan pola ruang.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Hutan Produksi terbatas dan Hutan Produksi Tetap merupakan
kawasan hutan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas
hutan tertentu.
Hutan Produksi yang dapat dikonversi merupakan kawasan Hutan
Produksi yang tidak produktif dan produktif yang secara ruang dapat
dicadangkan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan atau
dapat dijadikan lahan pengganti tukar menukar kawasan hutan.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
kawasan pertambangan minyak dan gas bumi yang berada di
Kecamatan Belakang Padang merupakan stasiun distribusi gas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan upaya untuk
mewujudkan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi
program utama penataan/pengembangan provinsi dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20
tahun).
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi adalah ketentuan
umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan
kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan
ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kota
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah
daratan dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara
yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Insentif merupakan pemberian yang diberikan kepada masyarakat
perorangan, badan usaha maupun pemerintah daerah yang dilakukan
sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang yang ditetapkan,
misalnya dengan memberikan kemudahan dalam proses dan prosedur
administratif.
Disinsentif merupakan pengenaan yang diberikan bagi inisiatif
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau sebagai perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, dan mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang antara lain dengan pengenaan prasyarat
yang ketat dalam proses dan prosedur administratif.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Penggantian yang layak dengan memperhatikan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP), harga pasar, dan/atau kemampuan Pemerintah
Daerah.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan hak masyarakat
sehingga Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pembinaan agar
kegiatan peran masyarakat dapat terselenggara dengan baik. Pembinaan
oleh Pemerintah Daerah dapat dilakukan melalui penyelenggaraan
diskusi dan tukar pendapat, dorongan, pengayoman, pelayanan,
bantuan teknik, bantuan hukum, dan pelatihan.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Peninjauan kembali rencana tata ruang merupakan upaya untuk
melihat kesesuaian antara rencana tata ruang dan kebutuhan
pembangunan yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis
dan dinamika internal, serta pelaksanaan pemanfaatan ruang. Dinamika
internal kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kota secara
mendasar antara lain, berkaitan dengan bencana alam skala besar,
pemekaran wilayah kota. Peninjauan kembali dan revisi dalam waktu
kurang dari 5 (lima) tahun dilakukan apabila terjadi perubahan
kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
kota atau dinamika internal kota yang tidak mengubah kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 119
1
No Program Utama Lokasi Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A RENCANA STRUKTUR RUANG
I Pusat Kegiatan di Wilayah Kota
- Penyusunan dan RDTR dan
Peraturan Zonasi
- Penetapan
Kecamatan Sagulung dan
Kecamatan Sungai
Beduk,
1 paket APBD Kota Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kota Batam
- Penetapan Perwako RDTR dan
Peraturan Zonasi
Kec. Nongsa, Kec.
Batam Kota, Kec.
Bengkong, Kec.
Batu Ampar, Kec.Lubuk Baja,
KEc. Sekupang,
Kec. Sungai Beduk
dan Kec. Sagulung
1 paket APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam
- Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Kec. Belakang
Padang, Kec. Galang, dan
Kec.Bulang
1 paket APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang Kota Batam
- Penetapan Perwako RDTR dan
Peraturan Zonasi
Kec. Belakang
Padang, Kec.
Galang, dan
Kec.Bulang
1 paket APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam
- Penyusunan RTBL Pusat Kota, Sub Pusat Kota,
APBD Kota Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
INDIKASI PROGRAM UTAMA RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM 2021 - 2041
LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : 3 TAHUN 2021 TANGGAL : 6 MEI 2021 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KOTA BATAM TAHUN 2021-2041
2
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kawasan Strategis
Kota
Kota Batam
- Penetapan Perwako RTBL Pusat Kota, Sub
pusat Kota,
Kawasan Strategis
Kota
APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam
- Pengembangan Sistem Informasi
Rencana Tata Ruang dan Foto
Udara
Kota Batam APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang Kota Batam &
Bapelitbangda Kota
Batam
- Monitoring dan pengendalian
pemanfaatan ruang
Kota Batam APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam
- Peninjauan Kembali RTRW dan
RDTR
Kota Batam APBD Kota Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kota Batam &
Bapelitbangda Kota
Batam
II Sistem Jaringan Prasarana
2.1 Sistem Jaringan Transportasi
a. Transportasi Darat
- Pembangunan Jalan Tol
Pelabuhan Batu Ampar – Muka
Kuning – Bandara Hang Nadim
Kota Batam APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam/
Kementerian
PU/Swasta
- Pembangunan Jalan Tol Sp
Kabil-Kawasan Industri Muka
Kuning-Pulau Galang Baru
Kota Batam APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam/
Kementerian
PU/Swasta
- Pembangunan jalan layang / Fly
Over/ Underpass
Simpang Kabil,
Simpang Baloi,
APBN BP Batam/ Kemen. PUPR
3
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Simpang UIB,
Simpang Bandara
- Pembangunan Jembatan
Sambau
Kec. Nongsa, Kec.
Batam Kota
APBN BP Batam/ Kemen.
PUPR
- Pembangunan jaringan jalan
bebas hambatan meliputi
jembatan Sp.Kabil-Pulau
Tanjung Sauh-Bintan
Kec. Nongsa, APBN BP Batam/ Kemen.
PUPR
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Batam Centre – Sp
Franky (Jl. A. Yani),
Kota Batam APBN/ Sumber Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Franky – Sp. Kabil (Jl. A. Yani),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Kabil - Muka
Kuning (Jl. A.Yani),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Muka Kuning –
Tembesi (Jl. Letjen Suprapto),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Tembesi – Batu Aji
(Jl. Letjen Suprapto)
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Tembesi – Tanjung
Berikat,
Kota Batam APBN/ Sumber Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Kabil - Sp. Jam
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
4
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
(Jl. Jend Sudirman),
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Kabil - Sp.
Punggur (Jl. Jend Sudirman),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Jam - Sei
Harapan (Jl. Gajah Mada),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sei Harapan –
Sekupang (Jl. RE Martadinata),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Punggur - Batu
Besar (Jl. Hang Tuah),
Kota Batam APBN/ Sumber Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Batu Besar – Nongsa (Jl. Hang Jebat, Jl. Hang
Lekiu),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Sp. Punggur -
Telaga Punggur (Jl. Hasanuddin),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Batu Aji – Tanjung
Uncang (Jl. Brigjen Katamso),
Kota Batam APBN/ Sumber Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Jl. Diponegoro (Sp. Sei Harapan – Sp. Basecamp
Batu Aji)
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Ruas Jalan Arteri
Primer Ruas Baloi Centre – Sp.
Sei Ladi (UIB),
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Jalan Arteri Primer
Sp. Jam - Batu Ampar (Jl. Yos
Kota Batam APBN/ Sumber Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP Batam
5
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sudarso)
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Jalan
Kawasan Industri Tanjung
Uncang – Gugusan Pulau Janda
Berhias – Tanjung Riau
Kota Batam APBD Kota/BP
Batam Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam / BP
Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Jalan Kabil
– Tanjung Piayu
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Jalan
Tembesi – Sei Lekop
Kota Batam APBD Kota/
APBN Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam / BP
Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Jalan
Tiban Kampung Kel. Tiban Lama – Tiban Koperasi Kel. Tiban Baru
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Jalan Sei
Temiang – Tembesi
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Rempang
Cate, Sembulang, Sijantung, Karas dan Galang Baru,
Kecamatan Galang
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan Arteri Sekunder Batam – Pulau
Tengah – Pulau Boyan – Tanjung
Kubu – Pulau Teluk Bakau,
Pulau Lumba, Pulau Surai
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
6
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Cundung – Pulau Uban – Pulau
Tandur – Pulau Panjang – Pulau
Bulat – Pulau Kepala Jeri –
Pulau Anak Ladan – Pulau
Ladan
- Rencana Pembangunan Jalan Arteri Sekunder Simp. Costarina
– Lanal Batu Ampar
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Batam Centre –
Bandar Udara Hang Nadim –
Ruas Outer Sengkuang – Batu Ampar
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Jalan
Lingkar (Outer Ringroad)
Tanjung Pinggir - Jodoh
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas WTA
Duriangkang –Bumi Perkemahan
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Tanjung Uma
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Workshop PU – Marina
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Tg. Piayu –
Waduk Tembesi
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Putri Hijau
– Simp. Barelang
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
7
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas P. Bundar
– P. Rempang
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Mesjid
Agung Tanjung Uncang – Marina
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan Arteri Sekunder Komp. Industri
Kabil
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Kabil –
Pertamina Tongkang
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Simp Perumnas – Nato Sagulung
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Kavling
Baru – Perumnas Sagulung
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Kavling
Baru – Mandalay Sagulung
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Komplek Fanindo – Basecamp Marina
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Rencana Pembangunan Jalan
Arteri Sekunder Ruas Pel. Batu
Ampar – Sp. Baloi Centre (Jl.
Duyung).
-
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor Kota Batam APBN/ Sumber Kemen. PUPR/ BP
8
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Primer Ruas Tanjung Berikat –
Sp. Sembulang,
Lain yang Sah Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Ruas Simp. Sembulang -
Pel. Galang,
Kota Batam APBN/ Sumber
Lain yang Sah
Kemen. PUPR/ BP
Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Simp. Muka Kuning –
Tanjungpiayu (Jl. S.Parman)
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Marina City - Sp. Base Camp,
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Industri Taiwan - Sp.
Batu Besar (Jl. Hang Kesturi)
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor Primer Sp. Arteri KDA - Sp. BI -
Bundaran OB (Jl. Raja Isa, Jl.
Engku Putri Timur, Jl. Engku
Putri Utara)
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor Primer Sp. Trans Barelang -
Kantor Camat Galang, (Jl.Batin
Limat)
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Tobing - Sp. Taman
Makam Pahlawan,
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Unrika - Sp. Mkgr
Batuaji,
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Pertamina Tongkang - Kawasan Industri Bosowa Kabil,
Kota Batam APBD Provinsi Dinas PUPR
Provinsi
9
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Peningkatan Jalan Kolektor
PrimerSp. Sei Harapan - Sei
Temiang, (Kh. Ahmad Dahlan)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Kalista - Sp. Frangky
- Sp. Underpass Pelita (Jl.
Laksamana Bintan) – Simp.
Telkom (Jl.Sriwijaya)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Patung Kuda Sei.
Panas - Sp. Bengkong Seken (Jl.
Raya Sei Panas)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Garama - Golden
Prawn (Jl. Yos Sudarso,
Jl.Sumatera)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Pelabuhan Sagulung - Sp.
Polsek Tanjung Uncang,
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Jam - Sp. Masjid
Raya Batam Kota, (Jl. Raja Haji
Fisabilillah)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
10
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Kalista - Sp. Kantor
Camat Batam Kota, (Jl. Orchard
Boulevard);
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Trakindo/Bintang
Industri - Tj. Sengkuang, (Jl.
Kerapu)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Bundaran OB - Sp.
Baru Ocarina, (Jl. Ibnu Sutowo)
Kota Batam APBD Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. KDA - Sp. Arteri
Dotamana, (Jl. Selasih, Jl. Raja M.Saleh);
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor Primer Sp. Dotamana - Sp.
SMAN 3 - Sp. Bandara, (Jl.
Tengku Sulung, Jl. Hang Nadim)
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Bundaran Tuah Madani –
Ocarina,
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Kawasan Industri -
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
11
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Indah Puri, (Patam Lestari); Kota Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Mitra Mall - Sp.
Hidayatullah Batuaji,
Kota Batam APBD
Provinsi/APBD
Kota
Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor PrimerJalan Lingkar Kawasan
Industri Batamex Tanjung
Uncang,
Kota Batam APBN/ APBD
Kota BP Batam/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Peningkatan Jalan Kolektor
Primer Sp. Indomobil – Sp. Baloi
Center, (Jl.Bunga Raya);
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota
Kementerian
PUPR/ Dinas PUPR
Provinsi/ Dinas
Bina Marga &
Sumber Daya Air
Kota Batam
- Pembangunan terminal tipe B Kec. Nongsa
APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan/ BP Batam
- Pengembangan Terminal tipe C Kec. Batu Ampar
Kec. Galang
APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan/ BP
Batam
- Pengembangan Terminal alternatif lainnya berdasarkan
kajian teknis dan sesuai
peraturan perundang-undangan
Kota Batam APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan/ BP Batam
- Pengembangan Terminal Barang Kec. Nongsa
Kec. Batu Ampar
APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
12
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kec. Sekupang Perhubungan/ BP
Batam
- Pengembangan Terminal Barang
alternatif lainnya berdasarkan
kajian teknis dan sesuai
peraturan perundang-undangan
Kota Batam APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan/ BP
Batam
- Peningkatan jalur
penyeberangan Sekupang
Kec. Sekupang APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan
- Peningkatan jalur
penyeberangan Telaga Punggur-
Tanjung Balai Karimun
Kec. Nongsa APBD Provinsi/
APBN
Dinas Perhubungan
Prov / BP Batam
- Pembangunan Jalur Kereta Api
Umum (MRT/LRT/Monorail)
Batu Ampar – Bengkong - Lubuk
Baja – Batam Kota - Bandara
Hang Nadim
Kota Batam APBN Kemen PUPR/ Kemen
Perhubungan
- Pembangunan Jalur Kereta Api
Umum (MRT/LRT/Monorail)
Batam Centre – Batu Aji –
Sagulung - Tanjung Uncang
Kota Batam APBN Kemen PUPR/
Kemen
Perhubungan
- Pembangunan Jalur Kereta Api Umum (MRT/LRT/Monorail)
Batu Ampar – Sekupang –
Tanjung Uncang
Kota Batam APBN Kemen PUPR/
Kemen
Perhubungan
- Pembangunan Jalur Kereta Api
Umum (MRT/LRT/Monorail) Pelabuhan Telaga Punggur –
Batam Centre
Kota Batam APBN Kemen PUPR/
Kemen
Perhubungan
- Pembangunan Tunnel Laut
berbasis rel dari Batam ke
Singapura
Kota Batam APBN/Sumber
lain yang sah
Kemen
PUPR/Kemenhub/
Swasta
- Pengembangan lintas
penyeberangan alternatif lainnya
Kota Batam APBN/ APBD Kota
KemenPerhubungan/ Dinas
13
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
berdasarkan kajian teknis dan
sesuai peraturan perundang-
undangan
Perhubungan
- Pengembangan pelabuhan
penyeberangan alternatif lainnya
berdasarkan kajian teknis dan sesuai peraturan perundang-
undangan
Kota Batam APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan
b. Transportasi Laut
- Pengembangan dan revitalisasi
Pelabuhan Bongkar Muat Batu
Ampar (Pelabuhan Logistik)
Kec. Batu Ampar APBN/Sumber
lain yang sah
Kemenhub/ BP
Batam /Swasta
- Pembangunan dermaga utama
dan sarana pontoon atau wharf
(terminal curah Kabil).
Kec. Nongsa 1000 ton/jam
APBN/Sumber lain yang sah
BP Batam /Swasta
- Pengembangan Pelabuhan
Internasional Kabil sebagai
Pusat Logistik Internasional
dan Labuh Jangkar
Kec Nongsa APBN/Sumber
lain yang sah
BP Batam /Swasta
- Pengembangan pelabuhan Belakang Padang
Kec. Belakang
Padang
APBD Kota Dinas Perhubungan
- Pengembangan pelabuhan
domestik dan internasional
Sekupang
Kec. Sekupang APBN/Sumber
lain yang sah
BP Batam /Swasta
- Pengembangan pelabuhan
Sijantung
Kec. Galang
APBD Provinsi/
APBD Kota
Dinas Perhubungan
Prov/ Dinas Perhubungan Kota
- Pengembangan dan penataan
kawasan pelabuhan Batam
Center
Kec. Batam Kota APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam
- Pengembangan general cargo Kec. Sekupang APBN/ Sumber BP Batam /Swasta
14
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
pelabuhan Sekupang lain yang sah
- Pengembangan Pelabuhan
Tanjung Sauh sebagai
Transshipment Point
Kec. Nongsa APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam /Swasta
- Pengembangan fasilitas
penumpang pelabuhan domestik
dan internasional
Kota Batam 8.000.000 Org/Thn
APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam /Swasta
- Pembangunan pelabuhan
Internasional Bengkong
Kec. Bengkong APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam
- Pembangunan Rute Tol Laut
BBK
Kota Batam APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen
Perhubungan/ BP Batam
- Pengembangan Pelabuhan
Perikanan di Pulau Galang
Kec. Galang APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pengembangan Pelabuhan
Pengumpan Regional
Kec. Nongsa, Kec.
Bengkong, Kec.
Galang
APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen
Perhubungan/ BP
Batam
- Pengembangan pelabuhan
alternatif lainnya berdasarkan
kajian teknis dan sesuai
peraturan perundang-undangan
Kota Batam APBN/ APBD Kota
KemenPerhubungan/ Dinas
Perhubungan
- Pengembangan alur pelayaran alternatif lainnya berdasarkan
kajian teknis dan sesuai
peraturan perundang-undangan
Kota Batam APBN/ APBD
Kota
KemenPerhubunga
n/ Dinas
Perhubungan
c. Transportasi Udara
- Pengembangan jalur runway
Bandar udara Hang Nadim
Kec. Nongsa APBN Kemen
Perhubungan/ BP
Batam
- Pengembangan kawasan Bandar
udara Internasional Hang
Nadim
Kec. Nongsa APBN Kemen
Perhubungan/ BP Batam
15
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Evaluasi Masterplan Bandar
udara Hang Nadim
Kec. Nongsa APBN Kemen
Perhubungan/ BP
Batam
- Penyusunan RDTR kawasan jasa
bandar udara dan kawasan
industri bandar udara
Kec. Nongsa APBN Kemen
Perhubungan/ BP Batam
- Pengembangan Kawasan industri
high tech (industri dirgantara)
Kec. Nongsa APBN Kemen
Perhubungan/ BP
Batam
- Pengembangan terminal 2
Bandar udara Hang Nadim
Kec. Nongsa 7.000.000 Org/Thn
APBN Kemen
Perhubungan/ BP Batam
- Pengembangan terminal cargo
Bandar udara Hang Nadim
Kec. Nongsa 650.000
Ton/Thn APBN Kemen
Perhubungan/ BP
Batam
- Pembangunan infrastruktur
pendukung bandar udara
Kec. Nongsa APBN Kemen
Perhubungan/ BP
Batam
2.2 Sistem Jaringan Energi
a. Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi
- Pembangunan jaringan transmisi
gas pipa bawah laut koridor
Natuna-Batam
Kec. Belakang
Padang-Tanjung
Uncang (Kec. Batu
Aji)
APBN/ Sumber
lain yang sah
Penyedia Transmisi
dan Distribusi Gas
Bumi
- Rencana Liquefied Natural Gas
(LNG) Receiving Terminal di
Panaran
Kec. Sagulung APBN/ Sumber
lain yang sah
Penyedia Transmisi
dan Distribusi Gas Bumi
- Pengembangan Compressed
Natural Gas (CNG) di Punggur
Kec. Nongsa APBN/ Sumber
lain yang sah
Penyedia Transmisi
dan Distribusi Gas
16
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bumi
b. Jaringan infrastruktur
ketenagalistrikan
- Pembangunan PLTGU Tanjung
Uncang
Kec. Batu Aji APBN / Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pengembangan PLTU Tanjung Kasam
Kec. Nongsa APBN / Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik
- Pembangunan PLTGU Rempang Kec. Galang APBN/ Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pembangunan PLTU Galang Kec. Galang APBN/ Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pengembangan PLTD Tanjung
Sengkuang
Kec. Batu Ampar APBN / Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pengembangan PLTG Kabil Kec. Nongsa APBN / Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pembangunan PLTG Kepala Jeri Kec. Belakang
Padang APBN / Sumber
lain yang sah
Penyedia Jasa
Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pengembangan PLTS Pulau-pulau kecil
di Kota Batam APBD Prov Dinas Energi dan
Sumber Daya
Mineral Prov Kepri
- Pengembangan Energi Baru dan
Terbarukan
Pulau-pulau kecil
di Kota Batam APBD Prov Dinas Energi dan
Sumber Daya
Mineral Prov Kepri
- Rencana Gardu Induk (GI)
Panaran - Rempang Galang
Kec. Galang APBN Kementerian Energi
dan Sumber Daya
17
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Mineral/ BP
Batam/ Swasta
- Pengembangan pembangkit
listrik alternatif lainnya
berdasarkan kajian teknis dan
sesuai peraturan perundang-
undangan
Kota Batam APBN / Sumber lain yang sah
Penyedia Jasa Tenaga Listrik / BP
Batam
- Pengembangan Gardu Induk
alternatif lainnya berdasarkan
kajian teknis dan sesuai
peraturan perundang-undangan
Kota Batam APBN / Sumber lain yang sah
Penyedia Jasa Tenaga Listrik / BP
Batam
2.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi
- Pengembangan BTS terpadu Kota Batam Sumber lain
yang sah
Swasta
2.4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
- pengelolaan DAS Kota Batam APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota/
Kemen PU/ Kemen
Kehutanan Dinas
PUPRPR Provinsi/
Dinas Kehutanan
Prov/ Dinas Bina Marga & Sumber
Daya Air Kota
Batam
- Pemeliharaan waduk Pulau
Batam
Kec. Sekupang,
Sungai Beduk,
Nongsa, Sagulung
APBN Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan waduk Pulau Kec. Bulang Sumber lain Swasta
18
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bulan yang sah
- Pembangunan waduk Sungai Cia Kec. Galang APBN Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan waduk Sungai
Galang dan Galang Baru
Kec. Galang APBN Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan dan pemanfaatan
potensi air baku waduk Sungai
Gong
Kec. Galang APBN Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan dan pemanfaatan
potensi air baku waduk Sungai
Rempang
Kec. Galang APBN Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan dinding penahan
tebing pantai Nongsa
Kec. Nongsa APBD Kota/ Prov
Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air
Kota Batam
- Pembangunan dinding penahan
tebing pantai pulau-pulau kecil
Kec. Belakang
Padang, Bulang,
Galang, Nongsa
APBD Kota/
Prov
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Pembangunan waduk Piayu /
(closing/sea dam) duriangkng
Kec. Sungai Beduk
Kec. Bulang APBN Kementerian PU
- Pembangunan waduk-waduk di
luar Pulau Batam, Rempang,
Galang
Kota Batam APBN Kemen PUPR/ BP
Batam
- Pengembangan penyediaan air
baku waduk Tembesi
Kec. Sagulung APBN Kemen PUPR/ BP
Batam
- Pembangunan pipa air baku Sei
Busung, Bintan-Batam
Kota Batam APBN Kemen PUPR/ BP
Batam
- Pembangunan jaringan pipa air
baku dari Lingga-Batam
Kota Batam APBN Kemen PUPR/ BP
Batam
19
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-
- Pengembangan waduk alternatif
lainnya berdasarkan kajian
teknis dan sesuai peraturan
perundang-undangan
Kota Batam APBN Kemen PUPR/ BP
Batam
2.5 Infrastruktur Perkotaan
Pembangunan Utility Tunnel Kota Batam APBN/ APBD Provinsi/APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/ Pemerintah
Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi tembesi
Kec. Sagulung APBN/ APBD/
Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi Sekanak
Kec. Belakang
Padang
APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam Kota
- Pembangunan IPA pipa
transmisi Bulang Lintang
Kec. Bulang APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam Kota
- Pembangunan IPA transmisi
Bulang-Bulang
Kec. Bulang APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam Kota
- Pembangunan IPA Transmisi
Pulau Pemping
Kec. Belakang
Padang
APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam Kota
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi sungai Cia
Kec. Galang APBN/ APBD/ Sumber lain
BP Batam/ Swasta
20
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
yang sah
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi Sungai Gong – Sungai
Rempang - Tembesi
Kec. Galang APBN/ APBD/
Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi Tembesi – Batu Aji
Kec. Galang APBN/ APBD/
Sumber lain yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan pipa distribusi
Waduk Tembesi-Setokok-
Rempang
Kec. Sagulung,
Bulang, Galang APBN/ APBD/
Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi Sungai Galang
Kec. Galang APBN/ APBD/
Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan IPA dan pipa
transmisi Pulau Bulan
Kec. Bulang APBN/ APBD/ Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan pipa distribusi
bawah laut Sagulung- Pulau
Buluh
Kec. Bulang APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam
- Pembangunan pipa distribusi
Waduk Tembesi-Setokok-
Rempang
Kec. Sagulung, Bulang, Galang
APBN/ APBD/ Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan pipa distribusi
Rempang-Galang-Galang Baru
Kec. Galang APBN/ APBD/
Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pembangunan pipa distribusi
Pulau Bulan
Kec. Bulang APBN/ APBD/ Sumber lain
yang sah
BP Batam/ Swasta
- Pengolahan air minum (hidro
osmosis) di Kecamatan Belakang
Padang
Kec. Belakang
Padang
APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/ Dinas
PUPR Prov/Dinas
Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota
21
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Batam
- Pengolahan air minum (hidro
osmosis) di Kecamatan Nongsa
Kec. Nongsa APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/ Dinas
PUPR Prov/Dinas
Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota
Batam
- Pengolahan air minum (hidro
osmosis) di Kecamatan Bulang
Kec. Bulang APBN/ APBD
Prov/ APBD Kota
Kemen PU/ Dinas
PUPR Prov/Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota
Batam
- Pengolahan air minum (hidro
osmosis) di Kecamatan Galang
Kec. Galang APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/ Dinas
PUPR Prov/Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang Kota
Batam
- Pembangunan IPA Waduk
Tanjung Piayu
Kec. Bulang, Kec.
Sungai Beduk
APBN BP Batam
- Pembangunan fasilitas air baku Kota Batam 1830
L/detik
APBN BP Batam
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)
- Pembangunan sanitasi komunal
(berbasis masyarakat) di wilayah
perkotaan
Pulau Batam APBN/ APBD
Kota
Kemen PU/ Dinas
Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota
Batam
- Pembangunan sanitasi komunal (berbasis masyarakat) di wilayah
pulau-pulau
Kec. Belakang
Padang, Bulang,
Galang
APBN/ APBD
Kota
Kemen PU/ Dinas
Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota Batam
- Pengembangan IPAL Batam
Centre
Kec. Batam kota APBN/
Sumber lain
yang sah
Kemen PU/ BP
Batam/
22
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Peningkatan kapasitas Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Kota Batam APBN/
Sumber lain
yang sah
Kemen PU/ BP
Batam/
- Pembangunan IPAL Tanjung
Piayu dan Tanjung Uma
Kec. Sungai
Beduk, Kec. Lubuk Baja
APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan IPAL Kabil dan
Patam Lestari
Kec. Nongsa, Kec.
Sekupang
APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan IPAL Bengkong Kec. Bengkong APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan IPAL Sagulung Kec. Sagulung APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan IPAL Galang dan
Galang Baru
Kec. Galang APBN/ APBD Kota
Kemen PU/ BP Batam/ Dinas
Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota
Batam
- Pengembangan IPAL alternatif lainnya berdasarkan kajian
teknis dan sesuai peraturan
perundang-undangan
Kota Batam APBN Kemen PUPR/ BP
Batam
- Pembangunan WWTP Kec. Bengkong APBN / Sumber
lain yang sah
Kemen PU/ BP
Batam
- Pembangunan Sewerage System
Pulau Batam
Pulau Batam APBN/ Sumber
lain yang sah
BP Batam
c. Sistem Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)
- Pengembangan tempat
penimbunan dan pengolahan limbah B3
Kec. Bulang APBN / APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
BP Batam/ Dinas
Lingkungan Hidup
Kota Batam
23
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Penataan Kawasan Pengolahan
Limbah Industri (KPLI) B3
Kec. Nongsa APBN / Sumber
lain yang sah
BP Batam/ Dinas
Lingkungan Hidup
Kota Batam
- Pengembangan sistem
pengelolaan limbah industri B3
Kota Batam 20 Ha APBN BP Batam
d. Sistem Jaringan Persampahan
Kota
- Pengembangan TPS (Container
Bin)
Pulau Batam APBD Kota/
Sumber lain yang sah
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Batam/ Swasta
- Pembangunan Instalasi
Pengolahan Sampah (IPS)
Kec. Nongsa Sumber lain
yang sah
Swasta
- Pengembangan TPA Telaga
Punggur
Kec. Nongsa APBD Kota/
Sumber lain
yang sah
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Batam/
Swasta
- Pembangunan Pengolahan
Sampah waste to energy Kabil
Kec. Nongsa APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/ Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
e. Sistem Jaringan Evakuasi
Bencana
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi sistem jaringan evakuasi
bencana
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/ Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
24
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
f. Sistem Jaringan Drainase
- Main Drainage Development Kota Batam APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Batu Aji
Kec. Batu Aji APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Sekupang
Kec. Sekupang APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Sungai Beduk
Kec. Sungai Beduk APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec.Sagulung
Kec. Sagulung APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
25
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Batu Ampar
Kec. Batu Ampar APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP Batam
- Peningkatan drainase primer
Kec. Bengkong
Kec. Bengkong APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Nongsa
Kec. Nongsa APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Batam Kota
Kec. Batam Kota APBN/ APBD Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase primer
Kec. Lubuk Baja
Kec. Lubuk Baja APBN/ APBD Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase
sekunder Kec. Batu Aji
Kec. Batu Aji APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
26
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kota Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase sekunder Kec. Sekupang
Kec. Sekupang APBN/ APBD
Prov/ APBD Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/ Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase
sekunder Kec. Sungai Beduk
Kec. Sungai Beduk APBN/ APBD Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase
sekunder Kec.Sagulung
Kec. Sagulung APBN/ APBD
Prov/ APBD Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/ Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase sekunder Kec. Batu Ampar
Kec. Batu Ampar APBN/ APBD
Prov/ APBD Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/ Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Peningkatan drainase sekunder
Kec. Bengkong
Kec. Bengkong APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
27
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase
sekunder Kec. Nongsa
Kec. Nongsa APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase
sekunder Kec. Batam Kota
Kec. Batam Kota APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan drainase
sekunder Kec. Lubuk Baja
Kec. Lubuk Baja APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Kemen PU/Dinas
PUPRPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam/ BP Batam
S g. Sistem Jaringan Pejalan Kaki
- Pembangunan pedestrian koridor
Nagoya-Jodoh
Kec. Lubuk Baja,
Ke. Batu Ampar
APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam Batam
- Revitalisasi kawasan Jodoh
Bulevard
Kec. Batu Ampar APBD Kota Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kota Batam Batam
- Pembangunan pedestrian koridor
Sungai Harapan
Kec. Sekupang APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
28
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kota Batam Batam
- Pembangunan pedestrian
kawasan Jembatan Raja Haji
Fisabilillah
Kec. Sagulung APBD Kota Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kota Batam Batam
/ Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata
h. Sistem Jaringan Jalur Sepeda
- Pembangunan Jalur Sepeda
Tanjung Uncang -
Simp.Basecamp – Sungai
Harapan – Pelabuhan Sekupang
APBD Kota Dinas Perhubungan Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Sungai Harapan – Simpang Jam
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Simp. Basecamp – Simpang Kabil
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Simp. Tembesi – Pulau Galang Baru
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Muka Kuning – Tanjung Uncang
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Pelabuhan Batu Ampar – Simp.
Kabil – Simp. Punggur
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Simpang Punggur – Batu Besar
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Simpang Punggur – Simpang
Pelabuhan Punggur
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
- Pembangunan Jalur Sepeda
Simpang Nongsa Point Marina –
Simp. Batu Besar – Simp.Taiwan
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
29
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Pembangunan Jalur Sepeda
Jalan Lingkar Nongsa
APBD Kota Dinas Perhubungan
Kota Batam
B. PERWUJUDAN POLA RUANG
I Kawasan Peruntukan Lindung
a. Kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya
- Tata batas hutan lindung Pulau
Batam
Pulau Batam APBN Kemen Kehutanan
- Tata batas hutan lindung
kawasan Rempang-Galang
Kec. Galang APBN Kemen Kehutanan
- Pemagaran dan pengamanan
hutan lindung Nongsa, hutan
lindung Sei Lelai, hutan lindung
Telaga Punggur.
Kec. Nongsa APBN BP Batam
- Pemagaran dan pengamanan
hutan lindung Rempang dan
hutan lindung Galang.
Kec. Galang APBN BP Batam
- Pembebasan tanah di kawasan
hutan pengganti
Pulau Batam,
Pulau Rempang,
Pulau Galang
APBN / APBD
Kota
BP Batam/ Dinas
Pertanahan
- Pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan hutan
Kota Batam APBN/ APBD
Prov/ APBD Kota
Kemen
Kehutanan/Provinsi Kepulauan Riau/
Kota Batam
b. Kawasan Perlindungan
Setempat
- Penghijauan kawasan
sempadan waduk Sungai
Harapan, Sungai Ladi
Kec. Sekupang APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Dinas Perakimtan
Kota Batam, BP
Batam
30
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Pembangunan tebing penahan
pantai
Kec. Nongsa, Kec.
Belakang Padang
APBD Prov/
APBD Kota
Dinas PUPR Prov/
Dinas Bina Marga
& Sumber Daya Air
Kota Batam
- Penghijauan kawasan
sempadan waduk Sekanak, Pemping, Bulang Lintang
Kec. Belakang
Padang
APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota
Dinas Cipta Karya
& Tata Ruang Kota
Batam/ Dinas Perakimtan Kota
Batam
c. Kawasan Konservasi
- Pengembangan, rehabilitasi,
dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan konservasi
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/ Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
d. Kawasan Cagar Budaya
- Pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi fungsi-fungsi
kawasan cagar budaya
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/ Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
e. Kawasan Ekosistem Mangrove
- Penghijauan/penanaman
mangrove kawasan pantai
Kota Batam APBN/ APBD
Prov/ Swasta
Kemen Kehutanan/
Dinas Kehutanan
Prov/ Swasta
- Penanaman mangrove pada
kawasan rawan abrasi
Kec. Belakang
Padang, Kec.
APBD Kota/
Swasta
Dinas Perikanan)/
swasta
31
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bulang, Kec.
Galang
- Penanaman mangrove di
kawasan perlindungan mangrove
yang rusak
Kec. Belakang
Padang, Kec.
Bulang, Kec.
Galang
APBD Kota/
Swasta
Dinas Perikanan /
swasta
- Pelaksanaan kegiatan coremap
-
Kec. Galang APBN/ APBD
Kota
Dinas Perikanan
- Rehabilitasi kawasan terumbu
karang rusak
Kec. Belakang
Padang, Kec.
Galang
APBN/ APBD
Kota
Dinas Perikanan
- Pengawasan dan monitoring
kawasan terumbu karang
Kec. Belakang
Padang, Kec. Galang
APBN/ APBD
Kota
Dinas Perikanan
f. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kota
- Pembangunan Kebun Raya
Batam
Kec. Nongsa APBN/ APBD
Kota
LIPI/ Dinas
Perakimtan Kota
Batam
- Penataan hutan kota Pulau
Batam
Pulau Batam APBN/ APBD prov/ APBD
Kota
Dinas Perakimtan Kota Batam/ BP
Batam
- Penghijauan kawasan bumi
perkemahan
Kec. Nongsa APBD Prov/
APBD Kota
Dinas Pemuda &
Olah raga/ Dinas
Perakimtan Kota
Batam
- Pengembangan kawasan taman
kolam Sekupang, taman kolam
Nongsa
Kec. Sekupang, Kec. Nongsa
APBN/ APBD Kota
Dinas Perakimtan Kota Batam
- Pembangunan taman Bukit
Klara
Kec. Batam Kota APBN/ APBD
Kota/ Swasta
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
32
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Batam/ Swasta
- Penataan taman Engku Puteri,
dataran Elang Laut
Kec. Batam Kota,
Kec. Belakang
Padang
APBD Kota Sekretariat
Daerah/ Dinas
Perakimtan Kota
Batam/ BP Batam
- Penataan RTH jalur hijau koridor
jalan Arteri
Pulau Batam-
Rempang-Galang
APBN/ APBD
Kota
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
- Penataan RTH jalur hijau koridor
jalan Kolektor
Pulau Batam-Rempang-Galang
APBN/ APBD Kota
Dinas Perakimtan Kota Batam
- Penataan RTH pemakaman Kota Batam APBD Kota Dinas Perakimtan
Kota Batam
- Penataan RTH penyangga hijau
kota
Pulau Batam APBD Kota Dinas Perakimtan
Kota Batam
- Pengembangan nursery dan
pembibitan
Kota Batam APBD Kota Dinas Perakimtan
Kota Batam
- Pembangunan RTH Publik
kawasan pendidikan
Kota Batam
APBN/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan RTH Publik
kawasan kesehatan
Kota Batam
APBN/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan RTH Publik
kawasan perkantoran Kota Batam APBN/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan RTH Publik
kawasan perdagangan jasa Kota Batam APBN/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
33
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Pembangunan RTH Publik
kawasan perumahan Kota Batam APBN/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
- Pembangunan RTH Publik
kawasan industri Kota Batam APBN/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Dinas Perakimtan
Kota Batam/ BP
Batam
II Perwujudan Kawasan Budidaya
a. Kawasan Hutan Produksi
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
hutan produksi
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP Batam/Swasta
b. Kawasan Pertanian
- Pengembangan kawasan peternakan Pulau Bulan
Kec. Belakang
Padang
Sumber lain
yang sah
Swasta
- Pengembangan kawasan
perkebunan Pulau Kinun,
Pulau Subang Mas, Pulau
Sempur dan pulau-pulau di
wilayah hinterland lainnya
Kec. Belakang
Padang, Kec.
Bulang, Kec.
Galang, Kec.
Nongsa
APBD Prov/
APBD Kota/
Sumber lain
yang sah
Dinas Ketahanan
Pangan dan
Pertanian / Dinas
Pertanian Prov/
Swasta
c. Kawasan Peruntukan Industri
- Pengembangan industri di
Tanjung Gundap
Kec. Sagulung APBN / Sumber
lain yang sah
Swasta/ BP Batam
- Pembangunan kawasan
Sembulang
Kec. Galang APBN / Sumber Swasta/ BP Batam
34
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
lain yang sah
- Pengembangan Industri di
Pulau Janda Berhias
Kec. Sekupang APBN / Sumber
lain yang sah Swasta/ BP Batam
- Pengembangan Kawasan
Industri Terpadu di Pulau Kepala Jeri
Kec. Belakang
Padang
Sumber lain
yang sah
Swasta
- Pengembangan Big Data
Center/Colocation Server and
Digital 5G Industry Nongsa
Kec. Nongsa APBN/ Sumber
lain yang sah
Swasta
- Pengembangan industri di
Pulau Setokok
Kec. Bulang APBN/ Sumber
lain yang sah
APBN/ Swasta
- Pengembangan industri
perikanan di Pulau Rempang
dan Pulau Galang
Kec. Galang,
APBN/ Sumber
lain yang sah
APBN/ Swasta
- Pengembangan Kawasan
Industri di Pulau Ladi dan
Pulau Belakangsidi
Kec. Bulang APBN/ Sumber
lain yang sah
APBN/ Swasta
- Pengembangan Kawasan
Industri Tanjung Sauh dan
Ngenang
Kec. Nongsa APBN/ Sumber
lain yang sah
APBN/ Swasta
d. Kawasan Pariwisata
- Pengembangan dan penataan
kawasan wisata Pulau Batam
Pulau Batam APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota / Sumber
lain yang sah
Kementerian
Pariwisata dan
Ekonomi
Kreatif/Dinas Pariwisata Prov/
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
35
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kota/ BP Batam/
Swasta
- Pengembangan dan penataan
kawasan wisata Rempang,
Galang dan Galang Baru
Kec. Galang APBN/ APBD
Prov/ APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian
Pariwisata dan
Ekonomi
Kreatif/Dinas
Pariwisata Prov/ Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kota/ BP Batam/
Swasta
- Pengembangan dan penataan kawasan ekowisata pulau-pulau
Kec. Belakang
Padang,
Kec. Bulang,
Kec. Galang,
Kec. Nongsa, Kec.
Sekupang
APBN/ APBD
Prov/ APBD Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Dinas
Pariwisata Prov/
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kota/ Swasta
- Pengembangan Pusat Rekreasi
Tematik Galang
Kec Galang APBN/ Sumber lain yang sah
Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi
Kreatif/Swasta
e. Kawasan Permukiman
- Pembuatan dan
pemutakhiran data
perumahan permukiman
Kota Batam
Kota Batam APBD Kota Dinas Perakimtan Kota Batam
- Peremajaan perumahan kumuh, melalui konsolidasi
lahan, perbaikan sarana
dan prasaran lingkungan
Kota Batam APBN/ APBD
Kota/ APBD Prov
Kemen
perumahan/ Dinas Perakimtan Kota
Batam /Dinas
36
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
PUPR Prov
- Rehab rumah tidak layak
huni
Kota Batam APBN/ APBD
Kota/ APBD
Prov
Kemen
perumahan/ Dinas
Perakimtan Kota Batam /Dinas
PUPR Prov/ Dinas
Sosial Kota
- Pembangunan rusunawa Pulau Batam APBN/ APBD
Kota/ APBD
Prov/ Sumber lain yang sah
Kemen PU/ Kemen
perumahan/ Dinas
Perakimtan Kota Batam / Dinas
PUPR Prov /Swasta
- Penataan perkampungan
tua
Kota Batam APBN/ APBD/
Sumber lain
yang sah
Kemen PUPR/
Dinas Pertanahan
- Pembangunan dan Penataan Pemanfaatan
Pasar Induk Jodoh
Kec. Batu Ampar APBN/ APBD Kementerian
Perdagangan/Keme
nterian PUPR/ Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
- Revitalisasi pasar Belakang Padang
Kec. Belakang
Padang
APBN Kementerian
Perdagangan/Kementerian PUPR
- Penataan dan penertiban
pedagang kaki lima
Pulau Batam APBD Kota/
Sumber lain
yang sah
Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
37
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Pengembangan kawasan
Pulau Rempang
(Pariwisata, Industri,
Perumahan dan CBD)
Rempang
Kec. Galang APBD Kota/
Sumber lain
yang sah / BP
Batam
Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan/ BP
Batam
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
perkantoran
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
kesehatan
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
pendidikan
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/ Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi fungsi-fungsi kawasan
peribadatan
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/ Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
38
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
olahraga
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah
Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
transportasi
Kota Batam APBN/ APBD Provinsi/APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/ Pemerintah
Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
sumberdaya air
Kota Batam APBN/ APBD Provinsi/APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/ Pemerintah
Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan,
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
evakuasi bencana
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan Kawasan CBD Teluk Tering Batam
Center
Kota Batam APBN/ APBD
Provinsi/APBD Kota/ Sumber
lain yang sah
Kementerian/
Pemerintah Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pembangunan Rumah Sakit
di Ex-Camp Vietnam Galang Kecamatan Galang APBN/Sumber
lain yang sah
Kementerian
PUPR/Swasta
- Pengembangan, Kota Batam APBN/ APBD Kementerian/
39
No Program Utama Lokasi
Besaran
(Volume/
Unit)
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
rehabilitasi, dan revitalisasi
fungsi-fungsi kawasan
sektor informal
Provinsi/APBD
Kota/ Sumber
lain yang sah
Pemerintah
Provinsi/
Pemerintah
Kota/BP
Batam/Swasta
- Pengembangan Pusat Pendidikan Vokasi untuk
Industri, Logistik, Kreasi
Digital, dan Pariwisata
Kota Batam APBN/ Sumber
lain yang sah
Kementerian
Tenaga Kerja/ BP Batam/Swasta
- Pengembangan pusat
kesehatan berskala internasional (fisik
bangunan)
Kota Batam 1 unit APBN/ Sumber
lain yang sah
Kementerian
Kesehatan/ BP
Batam/Swasta
- Pengembangan pusat
kesehatan berskala
internasional (peralatan kesehatan)
Kota Batam 5 Lot APBN/ Sumber
lain yang sah
Kementerian
Kesehatan/ BP
Batam/Swasta
f. Kawasan Pertahanan dan
Keamanan
- Pengembangan Pulau Karang
Nipah
Kec. Belakang
Padang
APBN/ Sumber
lain yang sah
Kemen
Pertahanan/
Kemen Kelautan
dan Perikanan/Swasta
- Penataan pulau Pelampong Kec. Belakang
Padang
APBN/ Swasta BNPP/Kemen PU/
Swasta
- Reklamasi Pulau Batu Berhenti Kec. Belakang
Padang
APBN Kemen PU/ BNPP
- Penataan Pulau Puteri Kec. Nongsa APBN/ APBD
Kota
BNPP/ Kemen
Perhubungan/
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata