Transcript
  • Day 1st

    >Jogja, were coming

    23 september 2013, sebuah hari yang tidak

    begitu cerah, atau kita sebut saja malam yang

    tidak begitu cerah. Namun hal itu tidak

    menyurutkan tekad kami berlima untuk

    menuntaskan apa yang ada dalam planing kami

    minggu kemaren, Jogja...

    Kami disini adalah saya, Suko, Petong, Ilham,

    dan Andini. Seperti biasa, ada banyak jalan

    menuju stasiun Ps. Senen, dan kami memilih

    untuk menggunakan commuter line. Awalnya

    kami sempat bablas sampai stasiun kramat, padahal kami sudah mau turun di satsiun

    sempiong, but thats okay, we make it in time.

    Sore sebelum berangkat, Ilham sempat beli sebotol proman, yah lumayan lah efeknya,

    setidaknya sekalipun sudah dibagi berempat masih lumayan terasa. Tidak banyak hal

    yang terjadi selama 8 jam perjalanan dari stasiun Ps. Senen menuju stasiun

    Lempuyangan Jogjakarta. Kami menghabiskan banyak waktu diatas gerbong 8 kereta

    Progo dengan sekotak kartu remi.

    Day 2nd

    >Still On the way to Jogja

    24 september 2013, sudah 3,5 jam kami menghabiskan waktu dengan kartu remi. Tanpa

    terasa, perut mulai meminta haknya untuk diisi lagi. Untungnya di kereta banyak tukang

    ngasong yang naik, kendati harganya jadi naik 2 kali lipat, atau mungkin 3 kali.

    Bagaimanapun juga, kami berlima masih manusia normal yang

    butuh tidur, namun yaa, seperti bangku kelas ekonomi

    kebanyakan (atau seluruhnya), itu benar-benar tidak layak

    untuk dijadikan sesuatu untuk tidur. Alhasil, Suko sampai

    mencoba berbagai pose tidur dan akhirnya dia

    menyelondorkan kakinya dibawah kolong kursi sedangkan

    kepalanya berada di pangkuan Ilham, so sweeeet sekaliii....

  • Harus saya akui juga, saya tertidur pulas. Saat bangun, mata kami mulai dimanjakan

    dengan hamparan ladang sawah dan perkebunan, kontras sangat dengan hutan beton di

    jakarta, lebih-lebih saya dan Suko kalau pulkam lebih sering lihat awan dan laut

    diperjalanan.

    >First Step on Jogja

    Yaa... yang namanya naik ekonomi pastilah

    pegal, keram, dan sebagainya. Tapi disitulah

    sensasinya... pukul 6.30, lebih cepat 19 menit

    dari jadwal, kereta kami tiba di stasiun

    lempuyangan Jogjakarta. Sensasi goyang-

    goyang dikeretapun masih terasa saat sudah

    turun. Hanya saja, jika kubandingkan dengan

    kereta Brantas yang membawa diriku dan

    mbak Ayudian pas ramadhan ke Kediri,

    kereta Progo ini jauh lebih tidak dingin... ga

    ada rasanya sumpah.

    Ada sedikit insiden sewaktu kami tiba di lempuyangan. Seorang kakek, atau eyang-eyang

    diamankan oleh 4 orang penjaga keamanan disana. Well tapi apapun alasannya, perlakuan

    mereka miris sekali. Sudah tangan orang tua itu diborgol, salah seorang penjaga yang

    badannya paling besar dan potongan rambutnya mirip taruna membanting eyang tersebut

    (bunyi gedebumnya kedengaran loh, ya kebetulan diantara kami berlima, posisiku yang

    paling dekat dengan tkp)... miris sekali

    Well, back to our journey, kami diantar dari stasiun sampai ke depan GOR UNY oleh

    Wahyudi dan Deker, teman Suko. Dan dari sana kami dijemput oleh sosok teman Ilham

    yang menjadi guide kami diperjalanan ini, Rizki, beberapa temannya memanggilnya Iting,

    mungkin karena rambutnya.

    Pagi itu, kami bertemu dengan beberapa teman Ilham yang kuliah di Jogjakarta, ada

    Aditya, Lutfy (ini yang di kos Aditya), Ginanjar (STPN), dan Tepe. Hari itu, kami masih

    belum memiliki tempat yang pasti, jadi masih ada opsi kami akan mencar. Dan di hari itu

    juga, Ilham dan Suko menyewa 2 buah

    motor untuk kepentingan bersama

    (trutama jalan-jalan). Untuk menyewa

    sendiri, kami meminjam KTP dan KTM milik

    Wahyudi karena syaratnya harus ada

    jaminan tambahan dari mahasiswa daerah

  • Jogja, selain dengan KTP dan KTM kami sendiri.

    Wisata malam kami yang pertama, di dampingi oleh

    Aditya dan Iting, ke taman lampion, sebuah taman

    yang sesuai namanya, menyala dan gemerlapan.

    Ditambah banyaknya wahana disana seperti sepeda

    air dll, menjadikan ini sebuah tempat yang, apa ya,

    lumayan lah buat kalo mau berduaan begitu, apalagi

    tiket masuk hanya 10 ribu/orang.

    Dari taman lampion, kami meluncur ke malioboro.

    Well, dari sana, saya dapat 2 buah souvenir kapal

    dan 5 buah ganci dengan harga, ya nda usah disebutlah, yang pasti kalau di Palu pasti

    lebih mahal. Dari malioboro, kami lanjut ke alun-alun

    untuk bermain-main. Yah disana kami bertemu lagi dengan

    teman-teman Ilham. Dan terakhir kami ke angkringan

    disekitaran Tugu untuk menikmati nasi kucing. Malam itu,

    saya dan Suko pamit duluan karena kita menginap di

    asrama Wahyudi.

    Day 3rd

    >Visit the Prambanan

    Hari ini, kami memutuskan untuk tambah sewa motor 1

    buah lagi dan juga beli tiket untuk pulang. Well ya, di stasiun tidak begitu berjalan

    lancar, soalnya saat kami mencoba membeli tiket yang pagi, kalau tidak salah namanya

    Bogowonto, harganya itu 180 ribu, gila skalii..

    Ya sudah, jadi hari itu kami putuskan berjalan

    menuju Prambanan, bersama Iting. Tidak begitu

    jauh dari tempat kami. Untuk masuk ke

    Prambanan sendiri, ada 2 cara yang bisa

    ditempuh, cara original dengan tiket 30 ribu,

    atau paket dengan tiket 45 ribu. Kami

    memutuskan mengambil paket perjalanan Ratu

    Boko-Prambanan.

    Sekitar 15 menit dari Prambanan, kami tiba di Ratu Boko... sebelum naik keatas, kami

    dipakaikan sebuah sarung batik berwarna putih, ya katanya untuk jaga tradisi batik sih,

  • not bad... view dari puncak kawasan Ratu Boko sangat-sangat waw. Dari sana, kami dapat

    melihat kemegahan merapi dan Prambanan yang terletak 1 garis lurus dengan keraton,

    yang kemudian kata Iting adalah jalur sakral Jogjakarta.

    Di Prambanan sendiri, terlalu banyak debu, dan juga

    konstruksi, mungkin untuk merenovasi Prambanan, tapi jujur

    saya sedikit kehilangan minat, soalnya sebuah situs sejarah

    direnovasi, tentu saja keasliannya hilang... maka dari itu,

    setelah puas keliling diatas, saya memisahkan diri ke bawah

    untuk melihat bagian candi yang sudah runtuh. Saat itu

    tidak sengaja, saya ketemu 1 orang gadis yang mirip sekali

    dengan seorang taruni di kampus, siapa dia? Nah case

    closed... oh iya lupa, setibanya kami di Prambanan dari

    kawasan Ratu Boko, kami bertemu dengan Gede Agus dan

    Ita... ciyee sekalii, wahaha

    Day 4th

    >Long way to Borobudur

    Sayang sekali, hari ini, tidak ada yang

    bisa menemani kami jalan-jalan, karena

    teman-teman Ilham dan Suko semuanya

    kuliah... tentu saja sebagai taruna AMG,

    kami tidak kehabisan akal, dengan

    bantuan sebuah alat yang biasa dipakai

    survey lapangan, GPS... kami berangkat

    ke Borobudur, 40 km dari tempat kami,

    lintas provinsi dari Jogja menuju

    Magelang (entah itu jawa mana, yang

    pasti jawa). Tentu saja itu setelah kami

    beli tiket pulang di lempuyangan, walau agak berat hati, tapi kami terima untuk pulang

    dengan tiket sore, jadi sampenya di stasiun Ps. Senen jam 12 malam.

    Tidak jauh beda dengan Prambanan, saat kami

    memasuki wilayah Borobudur, sudah banyak

    terlihat penjaja sewa payung dan topi, tapi ya

    sebagai anak meteorologi, sejujurnya suhu di

    Borobudur tidak sepanas di Prambanan. Ada 1

    hal yang agak menjengkelkan di sana, terlalu

    banyak pantangan, jangan duduk di stupa lah,

  • apa lah, masalahnya bukan banyaknya, tapi

    seringnya diulang-ulang pakai loudspeaker,

    haduh haduh... Tidak banyak yang bisa dikata-

    katakan tentang Borobudur, megah saja

    mungkin tidak cukup...

    Saat perjalanan pergi, kami melihat

    sweping disekitaran perbatasan Magelang

    Jogja, makanya Ilham menjadi was-was saat

    pulang karena dia tidak memiliki SIM, well

    lucky still with us, perjalanan pulang mulus-

    mulus saja...

    Malam harinya, kami berangkat lagi ke Malioboro,

    buat nemanin Suko nyari batik... disana kami

    melihat pertunjukan musik jalanan, sebuah band

    angklung dengan nama New Banesa... musik

    angklungnya benar-benar waaah... sulit

    menggambarkannya dengan kata-kata... keren saja

    masih kurang pokoknya... Kami mencoba menikmati

    setiap inci malam itu, yaaa, bakalan lama lagi kami

    berlima bisa kesini lagi...

    Day 5th

    >Back to Ponbet

    Hari ini, kami mengembalikan motor sewaan, ditukar dengan KTP dan Kartu Taruna kami,

    sekalian juga buat pamit ke Iting dan teman-teman Ilham yang lain. Dengan kereta yang

    sama dan gerbong berbeda, Progo gerbong 7, kami melintasi sorenya hehijauan sawah

    sekali lagi, kembali menuju kehidupan kami sebagai Taruna yang sedang menunggu

  • pengumuman penempatan, di Pondok Betung, Bintaro sektor 4, Tangerang.

    Sebuah perjalanan yang tidak akan dilupakan, bayak yang kita peroleh dari sana,

    terutama saya dan Suko yang sudah rencana dari dulu-dulu buat kesini... next trip, Bali

    mungkin? Or Madiun??? Tunggu saja waktunya...

    Tokoh-Tokoh....