Download docx - Winda Ortho

Transcript
Page 1: Winda Ortho

STATUS PEMERIKSAAN

DAN PERAWATAN ORTHODONTI

NOMOR MODEL :

01

NAMA PASIEN : MUSDEWINDA SUCIATI

OPERATOR : MUHAMMAD QISTHY

NO.MHS : 04111004038

PEMBIMBING : drg. Ulfa Yasmin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: Winda Ortho

STATUS PEMERIKSAAN

DAN PERAWATAN ORTHODONTI

Operator : Muhammad Qisthy

No.Mhs : 04111004038

Pembimbing : drg.Ulfa Yasmin

No. Kartu :

No. Model :

I. IDENTITAS

Nama pasien : Musdewinda Suciati

Umur : 21 Tahun

Suku : Melayu

Jenis kelamin : Wanita

Status Kawin : Belum menikah

Alamat : Jalan Jend. Sudirman Km.3, Jambi

Telepon : 085377379393

Pekerjaan : Mahasiswa

Rujukan dari : -

Nama Ayah : Musri

Suku : Melayu

Nama Ibu : Suryati

Suku : Melayu

II. WAKTU PERAWATAN

Pendaftaran : -

Pencetakan : Tgl. 8 November 2014

Pemasangan alat : Tgl. -

Retainer : Tgl. -

Page 3: Winda Ortho

III. PEMERIKSAAN KLINIS

A. Pemeriksaan Subjektif ( Anamnesis )

a. Keluhan Utama :

Pasien mengeluhkan gigi bawah sebelah kanan tampak berjarak sejak

beberapa tahun yang lalu. Pasien ingin gigi tersebut dirapikan agar

menunjang penampilan.

Riwayat Kesehatan :

Kelahiran : Normal

Urutan kelahiran : Anak Ke – 1 dari 3 anak

Nutrisi : ASI 17 bulan

Penyakit berat yang pernah diderita : -

Kelainan Kongenital : Tidak ada

Lain-lain : -

b. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan gigi geligi :

a. Gigi Decidui :

Tidak ada riwayat rampan karies. Erupsi gigi baik.

b. Gigi Bercampur :

c. Pasien pernah mencabut gigi susunya menggunakan tangan sendiri

pada masa kanak-kanak

d. Gigi Permanen :

Gigi-gigi anterior atas dan bawah tumbuh bertumpuk/berjejal . Gigi

permanen bawah sebelah kanan di dokter gigi pada saat duduk di

bangku SMP. Atrisi pada gigi 31,41,42 (1/3 mahkota)

Kesimpulan : riwayat pada fase gigi bercampur dan permanen

mempunyai kontribusi menyebabkan gigi-geligi mengalami malposisi

pada RA dan mengalami multipel diastema pada RB.

Page 4: Winda Ortho

Kebiasaan Buruk (berkaitan dengan keluhan pasien):

Pasien memiliki kebiasaan menggertakkan gigi sejak beberapa tahun yang

lalu.

Riwayat Keluarga (berkaitan dengan keluhan pasien): Tidak ada

Keterangan: dari riwayat kebiasaan buruk, maka didapat faktor penyebab

yang berkaitan dengan keluhan pasien.

B. Pemeriksaan Objektif

1. Umum :

Jasmani : Baik , Ket : pasien datang dalam keadaan sehat

Mental : Baik, Ket : pasien kooperatif saat komunikasi

Status gizi : Normal

Tinggi badan (TB) : 155 cm

Berat badan (BB) : 48 kg

Indeks masa tubuh (IMT) = BB( kg ) = 48

TB² (m) (1.55)²

= 19,22 ( < 25 )

2. Lokal

a. Ekstra Oral

Wajah Depan

Bentuk kepala : Brakisefali Mesosefali Dolikosefali

Indeks kepala : Lebar kepala _ X 100 = 13,80 X 100 = 71,13 % Panjang kepala 19,40

Bentuk muka : Hipereuriprosop Euriprosop Mesoprosop

Leptoprosop Hiperleptoprosop

Indeks muka : Jarak N – GN X 100 = 12,05 X 100 = 87,31 % Lbr Bizigomatic 13,80

Simetri : Simetris / Tidak simetris

Proporsi : Normal / Tidak normal

Tonus otot mastikasi : Normal / Tidak normal

Tonus otot bibir : Normal / Tidak normal

Posisi bibir waktu istirahat : Tertutup / Terbuka

Page 5: Winda Ortho

Wajah Samping

Profil muka : Lurus Cekung Cembung

b. Intra Oral

Jaringan Lunak

Gingiva : Normal / Tidak normal

Mukosa : Normal / Tidak normal

Lidah : Normal / Tidak normal

Tonsil : Normal / Tidak normal

Palatum : Tinggi / Normal / Rendah

Frenulum : Fren. Labii Superior : Tinggi / Normal / Rendah

Fren. Labii Inferior : Tinggi / Normal / Rendah

Fren. Labii Lingualis : Tinggi / Normal / Rendah

Hygiene mulut : OHI-S : 1,5 Sedang

Pemeriksaan Gigi :

Im K

V VI III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V VI III II I I II III IV V

K X K

Keterangan :

K : Karies R : Radiks T : Tambalan

I : Inlay X : Telah dicabut P : Persistensi

Im : Impaksi J : Jaket O : Belum Erupsi

Ag : Agenesis B : Bridge En : Prwtn endodontik

Analisa Fungsi

T

Page 6: Winda Ortho

Penelanan : Normal / Tidak normal

Bicara : Lidah normal / Lidah terletak di antara gigi

Penutupan mulut : Normal / Tidak normal

Pernapasan : Mulut tertutup / Mulut terbuka

Senyum : Gusi terlihat / Normal

Kelainan TMJ : Tidak ada kelainan

IV. ANALISIS F.OTOGRAFI

A. Analisa Foto Wajah

Tampak Depan Tampak samping

Bentuk wajah : Oval / Bulat / Persegi /Segitiga (tapered)

Profil muka : Cembung / Lurus / Cekung

Simetri : Simetris / Tidak simetris

Proporsi : Normal / Tidak normal

Garis Orbita : Sejajar / Tidak sejajar

B. Analisa Model Studi

Tricion

Glabella

Subnasal

Menton

Page 7: Winda Ortho

1. Rahang Atas

i. Arah Sagital

Inklinasi gigi insisivus : Normal / Tidak normal

- Gigi 11 mesiolinguoversi

- Gigi 21 mesiolinguoversi

Malposisi gigi posterior : Normal / Tidak normal

-Gigi 24 palatoversi

ii. Arah Transversal

Midline : Segaris / Tidak segaris

iii. Arah Vertikal

Infra versi : Ada / Tidak ada

Supra versi : 16

2. Rahang Bawah

i. Arah Sagital

Inklinasi gigi insisivus : Normal / Tidak Normal

Inklinasi gigi posterior : - Gigi 37 linguoversi

-Gigi 47 mesioversi

ii. Arah Transversal

Midline : Segaris / Tidak segaris

(Ket: bergeser 1,2 mm ke kanan)

iii. Arah Vertikal

Infra versi : - Gigi 47

Supra versi : -

Keterangan : -

Lebar Mesiodistal Gigi ( mm )

Page 8: Winda Ortho

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH

Gigi Kanan Kiri Normal Ket Kanan Kiri Normal Ket

1 8,2 8,05 7.40-9.75 N 5 5 4.97-6.60 N

2 6,2 6,25 6.05-8.10 N 5,8 5,35 5.45-6.85 N

3 7,15 7,35 7.05-9.32 N 6,8 6,6 6.15-8.15 N

4 6,8 6.75 6.75-9.00 N 7,2 6,4 6.35-8.75 N

5 7,15 6,9 6.00-8.10 N 6,75 6,9 6.80-9.55 N

6 11,05 11 9.95-12.10 N 10,95 - 10.62-13.05 N

7 9,4 8,9 8.75-10.87 N 10,8 10,5 8.90-11.37 N

Kesimpulan : ukuran lebar mesio distal semua gigi – gigi di rahang atas dan

rahang bawah berada dalam ukuran normal. Kecuali pada gigi 32

Model Dalam Keadaan Oklusi

Arah Sagital

Overjet : 11 : 2,40 mm 21 : 2,60 mm

41 31

Relasi Kanisus : Kanan : II Kiri : II

Relasi M1 permanen : Kanan : II Kiri : I

Cross bite anterior : Tidak ada

Arah Transversal

Garis Median : Segaris / Tidak Segaris

(bergeser 1,2 mm ke kanan)

Arah Vertikal

Overbite : 11 : 3,0 mm 21 : 2,95 mm

41 31

Open bite : Tidak Ada

C. Skema Gigi-Gigi Dari Oklusal

Page 9: Winda Ortho

Rahang Atas

Rahang Bawah

D. Skema Gigi-Gigi Dalam Keadaan Oklusi

Arah Anterior

Arah Kanan

Malposisi :- Gigi 11 mesiolinguoversi

- Gigi 21 mesiolinguoversi

- Gigi 24 palatoversi

Malposisi :- Gigi 37 linguoversi

- Gigi 47 mesioversi

Midline :RAMidline segaris : Midline gigi rahang atas segaris dengan midline wajah

RBMidline segaris : Midline gigi rahang bawah tidak segaris dengan midline wajah. Bergeser 1,2 mm ke arah kanan.

Relasi Kaninus : klas II

Relasi Molar : klas II divisi II

Overjet 11 : 2,40 mm 41

Overbite 11 : 3,0 mm 41

Page 10: Winda Ortho

Arah Kiri

E. Perhitungan

Metode Pont RA

Jumlah mesio distal 12 11 21 22 : 28,7 mm

Jarak P1-P1 Pengukuran : 34,0 mm

Jarak P1-P1 Penghitungan : Σ md I X 100

80

= 28,7 x 100

80

= 35,875 mm

Diskrepansi = 1,875 mm kontraksi / distraksi

Relasi Kaninus : klas II

Relasi Molar : klas II divisi II

Overjet 11 : 2,40 mm 41

Overbite 11 : 3,0 mm 41

Relasi Kaninus : klas II

Relasi Molar : klas II

Overjet 21 : 2,60 mm 31

Overbite 21 : 2,95 mm 31

Relasi Molar Kiri ( 26 ) klas I 36

Page 11: Winda Ortho

Jarak M1-M1 Pengukuran = 44,35 mm

Jarak M1-M1 Penghitungan = 28,7 x 100

64

= 44,84

Diskrepansi = 0,49 mm kontraksi / distraksi

Keterangan :

Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter P ( metode Pont )

mengalami penyempitan ruang sebesar 1,875 mm. termasuk dalam

kategori derajat ringan ( mild degree )

Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter M ( metode Pont )

mengalami pelebaran ruang sebesar 0,49 mm. termasuk dalam kategori

derajat ringan ( mild degree )

Metode Howes RA

Jarak inter tonjol P1-P1 : 41,55 mm

Jumlah mesio distal M1-M1 : 92,85 mm

Inter P1 : jarak inter tonjol P1-P1 X 100 %

Σ Md M1-M1

= 41,55x 100

92,85

= 44,7 %

Keterangan : karena jarak inter P1 sebesar 44.7 % yang menyatakan inter

P1 lebih besar dari 43 %, maka lengkung gigi dapat

menampung gigi-gigi dalam lengkungnya secara teratur.

Jarak inter fossa canina : 45,3 mm

Inter fossa canina = 45,3x100

92,85

= 48,7 %

Page 12: Winda Ortho

Keterangan : karena jarak inter fossa canina sebesar 48,7 % yang

menyatakan inter fossa canina lebih besar dari 44 %, maka

lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi dalam lengkungnya

secara teratur.

Metode KORKHAUS

∑ Insisivus rahang atas = 28,7 mm

Jarak antara 2 gigi insisivus satu maksila ke titik tengah garis interpremolar

pada model gigi = 18,35 mm

Tabel KORKHAUS = 16,8 mm

Diskrepansi = 1,55 mm

Keterangan: Dari perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anteriorposterior

mengalami protraksi.

V. ANALISIS RADIOGRAFI

-

VI. DIAGNOSA ORTHODONTI

Page 13: Winda Ortho

Maloklusi Angle Kelas II Divisi I dengan malposisi gigi individual dan

crowding pada gigi anterior RA dan multipel diastema pada RB.

Malposisi gigi individual :

- Gigi 11 mesiolinguoversi

- Gigi 21 mesiolinguoversi

- Gigi 24 palatoversi

- Gigi 37 linguoversi

- Gigi 47 mesioversi

Overjet 11 : 2,60 mm, Overjet 21 : 2,40 mm

41 31

Overbite 11 : 3,0 mm, Overbite 21 : 2,95 mm 41 31

Kelas II divisi II= 1 6 , kelas I = 26 47 36

Midline rahang bawah : segaris Midline rahang atas : tidak segaris (bergeser 1,2 mm ke kanan)

VII. ETIOLOGI

1. Faktor lokal:

A. Pada periode gigi permanen, pasien melakukan pencabutan pada gigi

46.

B. Frenulum labii superior yang tinggi, mempengaruhi pertumbuhan gigi

geligi anterior rahang atas

Determinansi Lengkung

Page 14: Winda Ortho

Rahang atas:

Panjang lengkung ideal : Kanan: 54,2 mm, kiri: 53,75 mm

∑ Mesio distal gigi I1-M1 : Kanan: 55,95 mm, Kiri: 55,2 mm

Diskrepansi : Kanan: 1,75 mm, Kiri: 1,45 mm

Rahang bawah:

Panjang lengkung ideal : Kanan: 45,7 mm, kiri: 41,1 mm

∑ Mesio distal gigi I1-M1 : Kanan: 53,3 mm, Kiri: 40,75 mm

Diskrepansi : Kanan: 7,6 mm, Kiri: 0,35 mm

Overjet awal : 11 = 2,6 21 = 2,4 Overjet akhir : 11 = 3,0 mm 21 = 3,0 mm

41 31 41 31

VIII. RENCANA PERAWATAN

Page 15: Winda Ortho

A. Tahap 1

Penjelasan tentang perawatan ortodontik

Pasien diberi penjelasan dan gambaran tentang pemakaian alat

orthodontik yang relatif lama , memerlukan kedisiplinan dan

kooperatif yang tinggi dari pasien itu sendiri agar mendapatkan hasil

yang maksimal dan memuaskan.

B. Tahap 2 (mengoreksi malposisi gigi individual)

Rahang atas

- Labial bow dibuat dari kawat diameter 0,7 mm dengan U loop dari 14-

24 untuk mempertahankan lengkung ideal gigi anterior dan posterior.

- Adam’s klamer dibuat dari kawat diameter 0,7 mm pada gigi 16 dan

26 sebagai retensi dan stabilisasi.

- Simple Spring dibuat dari kawat diameter 0,7 mm pada gigi 11 dan 21

untuk mengoreksi gigi bagian mesial ke arah labial

Rahang bawah

-Plat ekspansi dibuat dari pabrik dari logam keras, dimaksudkan untuk

mencari ruang pada daerah posterior sebelah kanan. Tiap sekrup

mempunyai 4 lubang dilengkapi kunci pemutar. Gambar anak panah

menunjukkan arah pemutaran.

- Labial bow dibuat dari kawat diameter 0,7 mm dengan U loop dari 34-

44 untuk mempertahankan lengkung gigi ideal dan mengoreksi

diastema pada regio E, F

- Adam’s klamer dibuat dari kawat diameter 0,7 mm pada gigi 36 dan

46 sebagai retensi dan stabilisasi.

C. Tahap 3 (Penyesuaian Oklusi)

Page 16: Winda Ortho

Pasien diinstruksikan untuk menggigit articulating paper berwarna biru

dalam posisi sentrik, kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan

gerakan mastikasi. Sesudah itu, dilakukan pemeriksaan tonjol-tonjol

oklusal dan sisi mesial gigi, apabila berwarna biru menandakan adanya

traumatik oklusi sehingga perlu dilakukan grinding pada gigi tersebut

sampai warna biru seimbang pada semua sisi insisal dan semua tonjol.

D. Tahap 4 Pemakaian Retainer

Pemakaian retainer bertujuan untuk mempertahankan lengkung gigi

yang telah terkoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung gigi

yang baru serta mencegah agar gigi-gigi tidak relaps. Alat terdiri dari

busur labial kawat stainless steel diameter 0,7 mm dan adam’s klamer

diameter 0,8 mm pada gigi molar pertama RA dan molar kedua pada

RB.

IX. SKETSA PESAWAT ORTODONTI

Rahang Atas Keterangan

Rahang Bawah Keterangan

IX. PROGNOSIS

Alat-alat yang digunakan :

1. Labial bow Ө 0.7 mm

2. Adam’s klamer Ө 0.7 mm

Alat-alat yang digunakan :

1. Plat ekspansi

2. Labial bow Ө 0.7 mm

3. Adam’s klamer Ө 0.7 mm

Page 17: Winda Ortho

A. Baik

B. Keterangan :

Prognosis baik karena berdasarkan motivasi dan sikap pasien yang positif.

Palembang, November 2014

Menyetujui,

Pembimbing Operator

drg. Ulfa Yasmin Muhammad Qisthy

NIP. 197406022005011001 NIM : 04111004038

LEMBAR PERSETUJUAN PERAWATAN ORTHODONTI

Page 18: Winda Ortho

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Nama Pasien : Musdewinda Suciati

Umur : 21 Tahun

No. Kartu :

No.Model :

Operator : Muhammad Qisthy

Pembimbing : drg.Ulfa Yasmin

No Kegiatan Tanggal Paraf Dokter

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Persetujuan pasien

Anamnesia dan pemeriksaan klinis

Mencetak dan mengisi gips

Membuat work model dan

studi model

Diskusi I

Diskusi II

Persetujuan rencana perawatan dan

desain alat

Pembuatan alat

Insersi alat

HALAMAN KONTROL PASIEN

Page 19: Winda Ortho

NO TANGGAL JENIS KEGIATAN PARAF DOKTER

Page 20: Winda Ortho

Nama Pasien : Musdewinda Suciati

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal pencetakan : 8 November 2014

Nama Operator : Muhammad Qisthy

NIM : 04111004038

Nama Pasien : Musdewinda Suciati

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal pencetakan : 8 November 2014

Nama Operator : Muhammad Qisthy

NIM : 04111004038